laporan tahunan mahhkamah syariyah lhoksukon tahun 2007
DESCRIPTION
Laporan tahunan Mahkamah Syar'iyah Lhoksukon Tahun 2007TRANSCRIPT
48
47
2. Rekomendasi
a. Percepat pemisahan antara panitera dan sekretaris, karena Pengadilan
Agama (Mahkamah Syar’iyah) telah ada Undang-Undang yang
mengatur hal tersebut.
b. Eselon antara wakil sekretaris dan para kaur pada kelas II setingkat
(eselon V/a), dimana wakil sekretaris adalah atasan langsung para kaur,
mohon dibedakan eselonnya
c. Peningkatan eselonisasi pada pengadilan untuk meningkatkan motivasi
kerja pegawai agar pangkatnya tidak tertunda
d. Mutasi semua pegawai agar tidak dibedakan dengan hakim, dimana
semuanya mendapatkan uang pindah
e. Kantor Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon sering terendam banjir, dan
letaknya dilingkungan pemukiman penduduk seingga menggangu
konsentrasi kerja pegawai serta areal parkir yang tidak memadai,
mohon pengadaan kantor baru untuk mengantisipasi hal tersebut.
f. Penetapan wilayah hukum Mahkamah Syar'iah Lhoksukon disesuaikan
dengan penetapan wilayah hukum administrasi Kabupaten Aceh Utara
dan hal ini telah diusulkan ke Mahkamah Agung Republik Indonesia
namun tetap belum ada realisasinya, sehingga nanti sagat berpotensi
dalam kewenangan mengadili terhadap perkara yang diajukan, lebih-
lebih terhadap perkara jinayah dalam proses penuntutan oleh kejaksaan
negeri.
46
BAB VI
1. Kesimpulan
a. Mahkamah Syar’iyah merupakan salah satu badan peradilan di
Indonesia yang mempunyai tugas memeriksa, mengadili, dan memutus
perkara yang diajukan, dan pemeriksaan dilakukan secara sederhana,
cepat dan biaya ringan, hal ini telah sesuai dengan perturan perundang
undangan yang berlaku dan telah sesuai pula sebagaimana yang
diharapkan
b. Pengawasan tertinggi terhadap pegadilan dilakukan oleh Mahkamah
Agung, Mahkamah Syar'iah Propinsi, ketua Mahkamah Syar’iyah
Lhoksukon dibantu oleh pengawas bidang baik dari tingkat panitera,
banding dan kasasi berdasarkan surat keputusan Nomor
005/KMA/SK/III/1994 Jo Surat Keputusan Mahkamah Syar'iah
Propinsi NAD No. MSy/P/PS/00/729/2005 Jo Surat Keputusan ketua
Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon Nomor : WI-A11/42/PS.00/1/2007.
c. Pegawai Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon rat-rata berpendidikan Strata
1 dan hanya beberapa pegawai saja yang berpendidikan Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas, namun sebagaian lagi ada yang sedang
melaksanakan pendidikan kejenjang Strata 2 dan pendidikan dilakukan
melalui pelatihan yang dilakukan oleh Mahkamah Syar'iah Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dan Mahkamah Agung.
d. Struktur organisasi Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon sesuai dengan
SEMA RI Nomor 5 Tahun 1996 tentang Bagan Susunan Pengadilan,
yang terdiri dari Ketua dan Wakil Ketua, Panitera yang merupakan
manajerial pada Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon yang dibawahnya
terdiri dari wakil panitera serta para panitera muda yang melaksanakan
tugas dibidang kepaniteraan, dan dibidang sekretariatan
panitera/sekretaris dibantu wakil sekretaris dan para kaur sesuai dengan
bidang tugas.
45
Buku I tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi
Pengadilan Bidang Pola Kelembagaan Peradilan, Administrasi
Kepegawaian Peradilan, Administrasi Perencanaan, Administrasi
Tata Persuratan, Tata Kearsipan dan Administrasi Keprotokolan,
Kehumasan dan Keamanan, Administrasi Perbendaharaan,
Pedoman Bagunan Gedung Kantor dan Rumah Jabatan Badan
Peradilan Dibawah Mahkamah Agung RI, Prototype Gedung
Pengadilan dan rumah Dinas dan Pola Klasifikasi Surat Mahkamah
Agung RI
e. Perpustakaan
Perpustakaan tidak ada ruang khusus, dan ruang sekarang
digunakan bersama dengan ruang arsip perkara. Buku-buku yang
ada dalam perpustakaan berjumlah 2.228 buah, yang telah diberi
nomor dan disusun menurut nomor urutnya.
f. Arsip
Arsip surat sudah diatur menurut kode surat, baik itu surat masuk
dan keluar.
– Surat masuk tahun 2007, berjumlah 411 buah
– Surat masuk tahun 2007, berjumlah 510 buah
44
a. Kepegawaian
Tata usaha kepegawaian adalah suatu rangkaian kegiatan yang
berhubungan dengan penerimaan, pengumpulan, pencatatan,
pengolahan, penyusunan, penyimpanan, dan pemeliharaan, serta
penyajianya data kepegawaian dari masing-masing pegawai secara
tertib dan teratur, sehingga mudah diketemukan dan dipergunakan
bila diperlukan. Dengan demikian kepegawaian akan akan berfungsi
sebagai bank data pegawai untuk keperluan yang dibutuhkan
pegawai. Pada dasar administrasi kepegawaian meliputi kegiatan
penganan pegawai sejak seorang diangkat menjadi calon pegawai
negeri, pegawai negeri sipil, sampai saat ia diberhentikan karena
mencapai batas usia pensiun atau sebab-sebab lainnya. Dengan
adanya administrasi yang tertib dan teratur dimungkinkan
pembinaan pegawai negeri sipil yang berhasil guna dan berdaya
guna.
b. Perencanaan
Melakukan perencanaan kegiatan dengan menjadwalkannya serta
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan yang dilakukan
c. Keuangan
Keuangan pada suatu kantor merupakan penggerak kegiatan,
dimana keuagan tersebut diajukan dengan mengacu pada surat
permintaan pembayaran yang selanjutnya dikeluarkan surat perintah
membayar yang diajukan kepada Kantor Perbendaharaan Negara
untuk dikeluarkan SP2D. selanjutnya dana yang dicairkan tersebut
dipertanggungjawabkan menurut mata anggarannya.
d. Tata persuratan
Tata persuratan telah dilakukan dengan Surat Ketua Mahkamah
Syar’iyah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor W1-
A/134/KP.01.3/I/2007 tanggal 25 Januari 2007 perihal petunjuk
administrasi tata persuratan dan Keputusan Ketua Mahkamah
Agung RI Nomor 143/KMA/SK/VII/2007 tentang Memberlakukan
43
c. Menetapkan urutan dan giliran jurusita atau para
jurusita Pengganti yang melaksanakan pekerjaan
kejurusitaan
d. Pelaksanaan tugas-tugas pada Meja Pertama, Meja
kedua dan Meja ketiga dilakukan olehSub
Kepaniteraan perkara dan berada langsung dibawah
pengamatan wakil Panitera
Kegiatan administrasi peradilan telah sesuai sebagaimana
yang diharapkan dengan berjalan lancar, tertip sederhana
cepat serta tepat waktu pelaporan administrasi perkara
pada Mahkamah Syar`iyah Lhoksukon dilaksanakan
secara manual namun, pada awal bulan Desember 2006
administrasi pelaporan perkara menggunakan peralatan
teknologi yang meliputi kegiatan :
a. Penerimaan perkara masih menggunakan sistem meja
ke meja dari meja pertama, kedua dan ketiga dilakukan
secara manual
b. Proses pelaporan perkara dilakukan dengan system
aplikasi administrasi perkara peradilan (SIADPA) pada
Mahkamah Syar`iyah Lhoksukon mengacu pada
KMA/001/SK/1991 tanggal 24 Januari 1991 tentang
pola-pola pembinaan dan pengendalian administrasi
perkara tersebut.
2. Administrasi Umum
Pelaksanaan administrasi umum dalam suatu pengadilan
dipimpin oleh seorang sekretaris yang membantu Ketua Mahkamah
Syar’iyah Lhoksukon dalam menyelenggarakan koordinasi teknis,
administrasi, organisasi, dan financial kepada seluruh unsur. Dimana
sekretaris dibantu oleh wakil sekretaris serta kaur-kaur
Sesuai dengan batasan dalam melaksanakan tugas, maka dapat
dibedakan sebagai berikut :
42
c. Pengisian nomor perkara, harus sama dengan
penyebutan nomor perkara dalam buku jurnal
d. Pengisian kolom-kolom buku register, harus
dilaksanakan dengan tertip, cermat dan lengkap, serta
tepat waktu, berdasarkan jalannya pesidangan perkara
e. Berkas perkara yang diterima, hendaknya dilengkapi
dengan formulir Penepatan Majelis Hakim,
disampaikan kepada wakil Panitera untuk diserahkan
kepada Ketua Pengadilan Agama melalui Panitera
f. Bagi perkara yang sudah ditetapkan Majelis
Hakimnya, hendak diserahkan kepada Majelis Hakim
yang ditunjuk, setelah dilengkapi dengan formulir
penetapan hari sidang, dan mencatat pembagian
perkara tersebut dengan tertip
g. Setiap penentuan tanggal sidang pertama, penundaan
tanggal persidangan, harus dicatat dalam buku register
secara tertip
h. Pemegang buku register, harus mencatat dengan
cermat dalam buku register yang terkait, semua
kegiatan perkara, yang berkenaan dengan perkara
banding, kasasi dan peninjauan kembali
III. Meja Ketiga : Bukhari Syahabuddin BA yang bertugas :
a. Atas permintaan pihak-pihak berperkara menyiapkan
dan menyerahkan salinan-salinan putusan Pengadilan
b. Menerima :
a) Memori banding
b) Kontra memori banding
c) Memori kasasi
d) Kontra memori kasasi
e) Jawaban/tanggapan atas alasan P.K
41
c. Pencatatan Panjar perkara dalam buku jurnal, dan
khusus perkara-perkara tingkat pertama diikuti dengan
pemberian nomor perkara tersebut
d. Nomor perkara tersebut, oleh pemegang Kas diterakan
dalam lembar pertama surat gugat
e. Pengeluaran biaya materai dikeluarkan dari panjar
perkara setelah perkara diputus, untuk Materai : Rp.
6.000,-
f. Pengeluaran uang dari panjar biaya perkara yang
diperlukanbagi penyelenggara peradilan untuk ongkos
pemanggilan, pemberitahuan, pelaksanaan sita,
pemeriksaan setempat, sumpah penterjemah dan
eksekusi harus dicatat dengan tertip dalam masing-
masing buku jurnal
g. Ongkos-ongkos tersebut hanya dapat dikeluarkan atas
keperluan yang nyata, sesuai dengan jenis kegiatan
tersebut
h. Pemasukan dan pengeluaran uang untuk setiap
harinya, harus dilaporkan kepada Panitera, untuk
dicatat dalam buku induk keuangan yang
bersangkutan, yaitu :
a) KI-PA6 : Buku Induk Keuangan Perkara
b) KI-PA7 : Buku Induk Keuangan Biaya Eksekusi
II. Petugas Meja kedua : M. Sayuti, Sag yang bertugas :
a. Mendaftar perkara yang masuk dalam buku register
induk perkara sesuai dengan urutan penerimaan dari
pemegang Kas, dan membubuhi nomor perkara sesuai
dengan urutan dalam buku register tersebut
b. Pendaftaran perkara baru dapat dilaksanakan, setelah
panjar biaya perkara dibayar pada Kas
40
d. Menetapkan rencana biaya perkara yang dituangkan
dalam SKUM.
e. Hendaknya pemungutan biaya perkara, ditaksir dengan
mempertimbangkan jarak dan kondisi para pihak,
dengan memperhatikan terselenggaranya proses
persidangan perkara dengan lancar, yang berkaitan
dengan keperluan para pihak, saksi dan
pemberitahuan-pemberitahuan serta materai dan
redaksi putusan.
f. Dalam perkara cerai talak, biaya perkara
diperhitungkan juga untuk keperluan pemanggilan
sidang ikrar talak.
g. Menyerahkan surat gugat, permohonan, permohonan
banding, permohonan kasasi, permohonan peninjauan
kembali dan permohonan eksekusi, yang dilengkapi
dengan SKUM kepada yang bersangkutan, agar
membayar uang panjar perkara yang tercantum dalam
SKUM, kepada KAS Pengadilan Agama.
1.2. Petugas Kas : Hj. Fauziah yang bertugas :
a. Kas adalah merupakan bagian dari meja pertama
b. Pemegang kas menerima dan membukukan uang
panjar perkara sebagaimana tercantum dalam SKUM,
pada buku jurnal keuangan perkara menurut jenisnya
a) KI-PA1/G : perkara gugatan
b) KI-PA1/P : perkara permohonan
c) KI-PA2 : permohonan banding
d) KI-PA3 : permohonan kasasi
e) KI-PA4 : permohonan peninjauan kembali
f) KI-PA5 : permohonan eksekusi
39
– Baju batik motif aceh, 27 stel .............................. 4.725.000
– Bantuan peg. Idul adha 1428 H, 27 peg ............... 6.750.000
– Pengadaan ATK ................................................. 505.000
H. Pengelolaan Administrasi
1. Administrasi Peradilan
Pengelolaan adminitrasi Peradilan terhadap pencari keadilan
dilakukan dari meja ke meja terdiri dari meja I, II dan III
terjabar dalam Buku Pola Bindalmin sesuai dengan Surat
Keputusan Mahkamah Agung RI Nomor KMA/001/SK/1991
tanggal 24 Januari 1991 tentang pola-pola pembinaan dan
pengendalian administrasi perkara pada Mahkamah Syar`iyah
Lhoksukon berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah
Syar`iyah Lhoksukon Nomor W1-A11/80/KP.00/I/2007
tanggal 18 Januari 2007 tentang penunjukan petugas meja-
meja tersebut, sedangkan pemegang kas serta buku jurnal
perkara dengan Keputusan Ketua Mahkamah Syar`iyah
Lhoksukon W1-A11/80/KP.00/I/2007 tanggal 18 Januari 2007
tentang Penunjukan Pemegang dan Pengisian Buku Induk
Keuangan Perkara, Buku Induk Keuangan Eksekusi, yang
terdiri dari
1.1. Petugas Meja pertama : Asnawi M. Amin yang bertugas :
a. Menerima gugatan, Permohonan, permohonan
banding, permohonan kasasi, peninjauan kembali dan
permohonan eksekusi.
b. Permohonan perlawanan yang merupakan verstek
terhadap putusan verstek, tidak didaftar sebagai
perkara baru
c. Permohonan perlawanan pihak ke III (darden verzet)
didaftarkan sebagai perkara baru dalam gugatan.
38
521211 Belanja penyusunan data statistik ......... 0
524111 Belanja perjalanan ............................... 0
521114 Belanja barang untuk pelaks. TUPOKSI. 0
521114 Belanja barang untuk pelaks. TUPOKSI. 0
521114 Belanja barang untuk pelaks. TUPOKSI. 0
521119 Belanja barang operasional lainnya ........ 0
521114 Belanja barang untuk pelaks. TUPOKSI. 0
521111 Belanja keperluan sehari-hari perkantoran 390.100
521112 Belanja inventaris kantor ..................... 50.000
524111 Belanja perjalanan biasa ....................... 0
522111 Belanja langanan daya dan jasa ............. 5.671.937
523111 Belanja pemeliharaan .......................... 0
523121 Belanja pemeliharaan peralatan&mesin .. 0
3. Belanja Modal
- RKA-KL
535111 Belanja Modal Fisik Lainnya.................. 40.000.000
- Pelaksanaan
535111 Belanja Modal Fisik Lainnya.................. 40.000.000
- Sisa Anggaran Pelaksanaan
535111 Belanja Modal Fisik Lainnya.................. 0
Mahkamah Syar’iyah selain mengelola yang bersmber dari APBN juga
menerima bantuan pemerintah kabupaten aceh utara yang disalurkan
melalui Bagian Sosial Sekretariat Kabupaten Aceh Utara berjumlah
Rp.75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah) dengan rinciannnya
sebagai berikut :
– Laptop/note book merk Toshiba, 3 unit ............... 40.175.000
– AC Panasonic 1 pk, 3 unit ................................... 10.950.000
– Printer canon ip 1880, 3 unit ............................... 2.295.000
– Minyak mobil BL 155 KJ .................................... 3.600.000
– Kontrak rumah untuk kantor ............................... 6.500.000
37
524111 Belanja perjalanan ............................... 6.300.000
521114 Belanja barang untuk pelaks. TUPOKSI. 1.200.000
521114 Belanja barang untuk pelaks. TUPOKSI. 2.000.000
521114 Belanja barang untuk pelaks. TUPOKSI. 42.000.000
521119 Belanja barang operasional lainnya ........ 10.000.000
521114 Belanja barang untuk pelaks. TUPOKSI. 22.400.000
521111 Belanja keperluan sehari-hari perkantoran 22.450.000
521112 Belanja inventaris kantor ..................... 40.000.000
524111 Belanja perjalanan biasa ....................... 8.720.000
522111 Belanja langanan daya dan jasa ............. 15.024.000
523111 Belanja pemeliharaan .......................... 25.650.000
523121 Belanja pemeliharaan peralatan&mesin .. 23.805.000
- Pelaksanaan
521219 Belanja pakaian dinas pegawai ............ 6.125.000
521119 Belanja pakaian SATPAM/Tenaga teknis 3.200.000
521211 Belanja penyusunan data statistik ......... 4.000.000
524111 Belanja perjalanan ............................... 6.300.000
521114 Belanja barang untuk pelaks. TUPOKSI. 1.200.000
521114 Belanja barang untuk pelaks. TUPOKSI. 2.000.000
521114 Belanja barang untuk pelaks. TUPOKSI. 42.000.000
521119 Belanja barang operasional lainnya ........ 10.000.000
521114 Belanja barang untuk pelaks. TUPOKSI. 22.400.000
521111 Belanja keperluan sehari-hari perkantoran 22.059.100
521112 Belanja inventaris kantor ..................... 40.000.000
524111 Belanja perjalanan biasa ....................... 8.720.000
522111 Belanja langanan daya dan jasa ............. 9.352.063
523111 Belanja pemeliharaan .......................... 25.650.000
523121 Belanja pemeliharaan peralatan&mesin .. 23.805.000
- Sisa Anggaran Pelaksanaan
521219 Belanja pakaian dinas pegawai ............ 0
521119 Belanja pakaian SATPAM/Tenaga teknis 0
36
512411 Belanja Tunj. Khusus/Transito .............. 12.260.000
511119 Belanja Uang Makan PNS ................... 48.200.000
512112 Belanja Uang Honor Tidak Tetap ........ 6.600.000
512112 Belanja Uang Honor Tidak Tetap ........ 1.500.000
512112 Belanja Uang Honor Tidak Tetap ........ 2.475.000
512112 Belanja Uang Honor Tidak Tetap ......... 1.000.000
- Sisa Anggaran Pelaksanaan
511111 Belanja Gaji Pokok PNS ...................... 315.248.900
511119 Belanja Pembulatan Gaji PNS ............. -12.674
511121 Belanja Tunj. Suami/Isteri ................... 19.771.134
511122 Belanja Tunj. Anak PNS ...................... 2.324.210
511123 Belanja Tunj. Struktural PNS ................ -9.509.000
511124 Belanja Tunj. Fungsional PNS ............. 124.227.000
511125 Belanja Tunj. PPh PNS ........................ 41.192.685
511126 Belanja Tunj. Beras PNS ...................... 13.660.840
511151 Belanja Tunj. Umum PNS ................... 0
512112 Belanja Uang Honor Tidak Tetap ........ 1.133.600
512211 Belanja Uang Lembur .......................... 78.000
512311 Belanja Vakasi ..................................... 1.500.000
512411 Belanja Tunj. Khusus/Transito .............. 0
511119 Belanja Uang Makan PNS ................... 44.200.000
512112 Belanja Uang Honor Tidak Tetap ........ 0
512112 Belanja Uang Honor Tidak Tetap ........ 0
512112 Belanja Uang Honor Tidak Tetap ........ 0
512112 Belanja Uang Honor Tidak Tetap ......... 0
2. Belanja Barang
- RKA-KL
521219 Belanja pakaian dinas pegawai ............ 6.125.000
521119 Belanja pakaian SATPAM/Tenaga teknis 3.200.000
521211 Belanja penyusunan data statistik ......... 4.000.000
35
511111 Belanja Gaji Pokok PNS ...................... 804.475.000
511119 Belanja Pembulatan Gaji PNS ............. 0
511121 Belanja Tunj. Suami/Isteri ................... 62.886.000
511122 Belanja Tunj. Anak PNS ...................... 22.037.000
511123 Belanja Tunj. Struktural PNS ................ 12.592.000
511124 Belanja Tunj. Fungsional PNS ............. 268.612.000
511125 Belanja Tunj. PPh PNS ........................ 71.639.000
511126 Belanja Tunj. Beras PNS ...................... 48.947.000
511151 Belanja Tunj. Umum PNS ................... 0
512112 Belanja Uang Honor Tidak Tetap ........ 57.000.000
512211 Belanja Uang Lembur .......................... 9.264.000
512311 Belanja Vakasi ..................................... 1.500.000
512411 Belanja Tunj. Khusus/Transito .............. 12.260.000
511119 Belanja Uang Makan PNS ................... 92.400.000
512112 Belanja Uang Honor Tidak Tetap ........ 6.600.000
512112 Belanja Uang Honor Tidak Tetap ........ 1.500.000
512112 Belanja Uang Honor Tidak Tetap ........ 2.475.000
512112 Belanja Uang Honor Tidak Tetap ........ 1.000.000
- Pelaksanaan
511111 Belanja Gaji Pokok PNS ...................... 489.190.100
511119 Belanja Pembulatan Gaji PNS ............. 12.674
511121 Belanja Tunj. Suami/Isteri ................... 43.114.866
511122 Belanja Tunj. Anak PNS ...................... 19.712.790
511123 Belanja Tunj. Struktural PNS ................ 22.101.000
511124 Belanja Tunj. Fungsional PNS ............. 144.385.000
511125 Belanja Tunj. PPh PNS ........................ 30.446.315
511126 Belanja Tunj. Beras PNS ...................... 35.286.160
511151 Belanja Tunj. Umum PNS ................... 7.588.500
512112 Belanja Uang Honor Tidak Tetap ........ 55.866.400
512211 Belanja Uang Lembur .......................... 9.886.400
512311 Belanja Vakasi ..................................... 0
34
APBN, dan untuk melaksanakannya lalu dibentuk pengelola keuangan
dengan Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor
001/KMA/SEK/03/SK/2007 tanggal 02 Januari 2007 tentang Peunjukan
Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang di lingkungan
Mahkamah Agung RI dilanjutkan dengan Keputusan Kepala Badan Urusan
Administrasi Mahkamah Agung RI Nomor 01/S-Kep/BUA-A/I/2007
tanggal 02 Januari 2007 tentang Penunjukan Pejabat Kuasa Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang di Lingkungan Mahkamah Agung RI dan
Semua Lingkungan Peradilan di Seluruh Indonesia Tahun 2007, kemudian
Keputusan Ketua Mahkamah Syar’iyah Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam Nomor W1-A/001/Kp.00/I/2007 tanggal 02 Januari 2007
tentang Penunjukan Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
di Lingkungan Mahkamah Syar’iyah se-Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam Tahun 2007 dan terakhir Keputusan Ketua Mahkamah
Syar’iyah Lhoksukon Nomor W1-A11/41/KP.00/I/2007 tanggal 18 Januari
2007 tentang Penunjukan Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna
Barang, Penanngung Jawab Kegiatan/Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat
Penguji SPP/Penanda Tangan SPM, Bendahara, Serta Dua Orang Staf Pada
Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon Tahun 2007
Dalam melaksanakan tugas pengelola keuangan yang bersumber dari
APBN tersebut mengacu pada Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung RI
Nomor 002/Sek/SK/I/2007 tanggal 02 Januari 2007 tentang Petunjuk
Pelaksanaan pembayaran Anggaran dan Belanja Negara (APBN) di
Lingkungan Mahkamah Agung RI dan Semua Lingkungan Peradilan di
Seluruh Indonesia Tahun Anggaran 2007, baik pejabat yang ditunjuk untuk
pengelola keuangan, speciment bank, maupun batasan tugas masing-
masing pengelola keuangan, serta untuk belanja modal juga mengacu pada
Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang dan
Jasa serta perubahan-perubahannya
1. Belanja Pegawai
- RKA-KL
33
Sarana dan prasana fasilitas gedung Mahkamah Syar’iyah
Lhoksukon adalah peninggalan Departemen Agama, dan pada akhir
2006 sebagian diantaranya telah rusak, karena musibah banjir yang
melanda sebagain di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan ada juga
diantaranya yang berusia tua
Untuk tahun 2007 telah diadakan pengadaan dengan dana
yang bersumber dari DIPA tahun anggaran 2007, Bantuan Pemerintah
Kabupaten Aceh Utara, dan kiriman dari Mahkamah Agung RI yang
terdiri dari :
a. DIPA tahun anggaran 2007
– Komputer, 1 unit
– Laptop/note book merk toshiba, 1 unit
– AC Panasonic 1 pk, 1 unit
– Printer, 1 unit
– Sofa, 2 unit
– Tempat tidur, 1 unit
– Meja computer, 8 unit
– Kursi putar, 6 unit
– Lemari arsip, 3 unit
– Filling cabinet, 3 unit
b. Bantuan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara
– Laptop/note book merk Toshiba, 3 unit
– AC Panasonic 1 pk, 3 unit
– Printer canon, 3 unit
c. Kiriman dari Mahkamah Agung RI
– Toga hakim dan tanda jabatan hakim, 7 set
– Jas panitera dan tanda jabatan panitera, 7 set
G. Pengelolaan Keuangan
Dengan diterbitkannya DIPA tahun anggaran 2007 Nomor
0266.0/005-01.0/I/2007 tanggal 31 Desember 2006 yang bersumber dari
32
Ruang Ketua, 1 ruang ـ
Ruang Wakil Ketua, 1 ruang ـ
Ruang Panitera/Sekretaris, 1 ruang ـ
Ruang Kepaniteraan, 1 ruang ـ
Ruang Kesektariatan, 1 ruang ـ
Ruang Hakim, 2 ruang ـ
Ruang Mushalla, 1 ruang ـ
Ruang Sidang, 1 ruang, dan ـ
Ruang Arsip/Pustaka, 1 ruang ـ
Ruang Tahanan Sementara, 1 ruang ـ
Gedung kantor Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon yang sekarang
telah direnovasi oleh Satker BRR NAD-Nias tahun anggaran 2007, dan
telah digunakan sebagai tempat kerja, namun belum ada berita acara
serah terimanya
Tanah rumah Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon terletak di
Gampong Alue Mudem, Kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh
Utara, dengan luasnya 602 M2, batas dan ukurannya sebagai berikut :
- Utara dengan parit jalan Desa Keutapang
- Timur dengan tanah kebun Syamsiah Ismail
- Selatan dengan pinggir Alue Mudem
- Barat dengan tanah kebun Yusnani
Tanah tersebut diadakan tahun anggaran 2005 oleh Satker
BRR Mahkamah Syar’iyah Prov. NAD, namun sampai saat ini belum
ada berita acara serah terima
Rumah dinas didirikan ditas tanah tersebut ada 2 unit tipe
C/70 M2 yang dibangun Satker BRR NAD-Nias tahun anggaran 2006,
yang ditempati oleh Ketua dan Hakim Mahkamah Syar’iyah
Lhoksukon, dan bangunan tersebut juga belum ada berita acara serah
terimanya.
2. Sarana dan Prasarana Fasilitas Gedung
31
Sdr. Drs. Bakhtiar, SE., dari panitera/Sekretaris Mahkamah
Syar’iyah Lhoksukon, ke Mahkamah Syar’iyah Bireuen dengan
Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung RI Nomor
UP.IV/450/SEK/SK/2007 tanggal 08 Mei 2007
Sdr. Drs. Alimuddin, dari Hakim Mahkamah Syar’iyah
Takengon, ke Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon dengan
Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung RI Nomor
03/SEK/SK/I/2007 tanggal 24 Januari 2007
4. Pengisian Jabatan Struktural
Dalam tahun 2007 ini Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon terjadi
penggantian panitera/sekretaris, sedangkan jabatan structural tidak ada
penggantian serta tidak ada pengisian, karena tidak ada jabatan yang
lowong, tetapi pada struktur kepaniteraan yaitu jabatan panitera muda
gugatan masih lowong dan belum diisi oleh pejabat untuk jabatan
tersebut
F. Pengelolaan Sarana dan Prasarana
1. Sarana dan Prasarana Gedung
Tanah kantor Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon terletak di
kelurahan Kota Lhoksukon, Kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh
Utara, dengan luasnya 1.178 M2, batas dan ukurannya sebagai berikut :
- Utara dengan komplek TNI
- Timur dengan jalan Imam Bonjol
- Selatan dengan tanah TNI
- Barat dengan tanah TNI
Tanah tersebut milik pemerintah kabupaten Aceh Utara, namun
sampai saat ini belum ada surat bukti serah terima dan juga belum ada
surat bukti kepemilikan hak atas tanah.
Luas bangunan Kantor Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon 486 M2,
dengan tata ruang sebagai berikut :
30
- Hakim
Sdri. Sakwanah, S.Ag., SH., dari jurusita pengganti Mahkamah
Syar’iyah Langsa, dengan Keputusan Mahkamah Agung RI
Nomor KMA/UP.IV/051/SK.TAHUN 2007 tanggal 03 Agustus
2007
- Panitera/Sekretaris
Sdr. Irpanusir, SH., dari Wakil Sekretaris Mahkamah Syar’iyah
Kuala Simpang, dengan Sekretaris Mahkamah Agung RI Nomor
UP.IV/452/SEK/SK/2007 tanggal 08 Mei 2007
b. Mutasi
- Pangkat
Sdr. Idris, menjadi pangkat II/a, dengan Keputusan Ketua
Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon Nomor W1-
A11/383/KP.07.1/IX/2007 tanggal 07 Desember 2007
Sdr. Drs. Amrullah, menjadi III/d, dengan Keputusan Sekretaris
Mahkamah Agung RI Nomor UP.IV/1196/SEK/SK/2007
tanggal 15 Juni 2007
Sdr. Irpanusir, SH., menjadi III/d, dengan Sekretaris Mahkamah
Agung RI Nomor UP.IV/2269/SEK/SK/2007 tanggal 23 Juli
2007
Sdr. Drs. Abu Bakar Ubit, menjadi pangkat IV/b, dengan
Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama
Mahkamah Agung RI Nomor 827/DJA/KP.07.1/XI/2007
tanggal 03 Oktober 2007
Sdr. Drs. Razali, menjadi pangkat III/d, dengan Keputusan
Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung
RI Nomor 829/DJA/KP.07.1/XI/2007 tanggal 03 Oktober 2007
- Tempat
29
– Pendidikan dan pelatihan bidang sekretariatan, berlangsung
tanggal 05 sampai dengan 08 April 2007 bertempat di aula
Mahkamah Syar’iyah Prov. NAD, di Banda Aceh, diikuti 2
peserta
– Pendidikan dan pelatihan bidang sekretariatan, berlangsung
tanggal 17 sampai dengan 20 April 2007 bertempat di aula
Mahkamah Syar’iyah Prov. NAD, di Banda Aceh, diikuti 2
peserta
– Pendidikan dan pelatihan bidang sekretariatan, berlangsung
tanggal 31 Maret sampai dengan 03 April 2007 bertempat di
aula Mahkamah Syar’iyah Prov. NAD, di Banda Aceh, diikuti
2 peserta
– Kegiatan pembinaan Teknis (Bin-Tek) sistem akuntansi
instansi, berlangsung tanggal 07 sampai dengan 09 Mei 2007
bertempat di Hotel Rajawali, di Banda Aceh, diikuti 4 peserta
– Pendidikan dan pelatihan administrasi pengelolaan
kepegawaian, berlangsung tanggal 26 sampai dengan 27 Juli
2007 bertempat di wisma Daka, di Banda Aceh, diikuti 1
peserta
– Konsultasi pelaksanaan anggaran 2007 dan rencana program
angaran MA-RI, berlangsung tanggal 30 Mei sampai dengan
01 Juni 2007 bertempat di Hotel Pangeran Beach, di Padang,
diikuti 1 peserta
3. Promosi dan Mutasi
Dalam tahun 2007 ini Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon tidak
ada mengusulkan ke tingkat atasan untuk usul promosi, namun mutasi
pangkat ada diusulkan, yang terdiri dari :
a. Promosi
Promosi jabatan pada Mahkamah Syariyah Lhoksukon sebagai
berikut :
28
– Audiensi Panitera/sekretaris dalam rangka mempelajari
pendaftaran perkara melalui IT dan SIPDA, berlangsung
tanggal 17 sampai dengan 21 September 2007 bertempat di
PA Jakarta Pusat, PA Bandung, dan PTA Bandung, diikuti 2
peserta
c. Kejurusitaan berjumlah 3 orang
Jurusita dan jurusita pengganti berpendidikan SLTA, satu
orang jurusita pengganti diantaranya sedang melanjutkan
pendidikan strata 1 Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh
Pendidikan dan pelatihan yang diikuti panitera/panitera
pengganti selama tahun 2007, adalah sebagai berikut :
– Pendidikan dan pelatihan fungsional Jurusita/Jurusita
pengganti, berlangsung tanggal 30 April sampai dengan 03
Mei 2007 bertempat di aula Mahkamah Syar’iyah Prov. NAD,
di Banda Aceh, diikuti 1 peserta
2. Sumber Daya Manusia Non Teknis Yudicial
Terhadap pembinaan para pegawai Mahkamah Syar'iyah
Lhoksukon terjabar sebagai berikut :
a. Sekretaris, berjumlah 1 orang
b. Wakil Sektetaris, berjumlah 1 orang
c. Kaur-kaur, berjumlah 3 orang
d. Staf, berjumlah 1 orang
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya sekretaris berkedudukan
sebagai panitera, wakil sekretaris berpendidikan strata 1, dan sedang
melanjutkan pendidikan strata 2 pada Fakultas Hukum Universitas
Syiah Kuala, kaur-kaur berpendidikan SLTA dan satu diantaranya
melanjutkan pendidikan strata 1 Fakultas Hukum Universitas
Malikussaleh, sedangkan staf berpendidikan SMP.
Pendidikan dan pelatihan yang diikuti bidang kesekretariatan
selama tahun 2007, adalah sebagai berikut :
27
– Seminar workshop penyelesaian perkara jinayat, berlangsung
tanggal 23 sampai dengan 25 November 2007 bertempat di
Hotel Lading, Banda Aceh, diikuti 2 peserta
– Sosialisasi IT, berlangsung tanggal 17 sampai dengan 18
Desember 2007 bertempat di Hotel Lading, Banda Aceh,
diikuti 1 peserta
b. Kepaniteraan :
- Panitera, berjumlah 1 orang
- Wakil Panitera, berjumlah 1 orang
- Panitera Muda, berjumlah 2 orang
- Panitera Pengganti berjumlah 3 orang (2 diantaranya Panitera
Pengganti lokal)
- Staf, berjumlah 2 orang
Panitera, berpendidikan strata 1, wakil panitera berpendidikan
sarjana muda, panitera muda berpendidikan SLTA dan strata1,
panitera pengganti berpendidikan strata 1, 3 diantara sedang
melanjutkan pendidikan strata 2 pada Fakultas Hukum Universitas
Syiah Kuala, sedangkan staf berpendidikan strata 1
Pendidikan dan pelatihan yang diikuti panitera/panitera
pengganti selama tahun 2007, adalah sebagai berikut :
– Pendidikan dan pelatihan fungsional panitera pengganti,
berlangsung tanggal 23 sampai dengan 26 April 2007
bertempat di aula Mahkamah Syar’iyah Prov. NAD, di Banda
Aceh, diikuti 1 peserta
– Pendidikan dan pelatihan aplikasi SIADPA, berlangsung
tanggal 29 Agustus 2007 bertempat di aula Mahkamah
Syar’iyah Prov. NAD, di Banda Aceh, diikuti 1 peserta
– Pendidikan dan pelatihan fungsional panitera pengganti,
berlangsung tanggal 26 sampai dengan 29 April 2007
bertempat di aula Mahkamah Syar’iyah Prov. NAD, di Banda
Aceh, diikuti 1 peserta
26
dan sekarang berada dalam satu atap dibawah naungan Mahkamah Agung,
sehingga pembinaan dan pengelolaannya dapat dijabarkan sebagai berikut :
E. Sumber Daya Manusia Teknis Yudicial
1. Sumber Daya Manusia Teknis Yudicial
Terhadap pembinaan para pegawai Mahkamah Syar'iyah
Lhoksukon terjabar sebagai berikut :
a. Hakim berjumlah 7 orang (termasuk Ketua dan Wakil Ketua)
Hakim pada Mahkamah Syar'iyah Lhoksukon berpendidikan
Strata 1, dan tiga diantaranya bergelar ganda, serta seorang hakim
sedang melanjutkan pendidikan strata 2 pada Fakultas Hukum
Universitas Syiah Kuala
Pendidikan dan pelatihan yang diikuti hakim selama tahun
2007, adalah sebagai berikut :
– Pendidikan dan pelatihan teknis yutisial angkatan I,
berlangsung tanggal 6 sampai dengan 9 Mei 2007 bertempat
di asrama embarkasi haji, di Banda Aceh, diikuti 2 peserta.
– Pendidikan dan pelatihan teknis yutisial angkatan II,
berlangsung tanggal 9 sampai dengan 12 Mei 2007 bertempat
di asrama embarkasi haji, di Banda Aceh, diikuti 3 peserta.
– Seminar revisi qanun Nomor 10 Tahun 2002, berlangsung
tanggal 28 sampai dengan 29 oktober 2007 bertempat di Hotel
Lading, Banda Aceh, diikuti 2 peserta
– Pendidikan dan pelatihan penanganan masalah ekonomi
syariah bagi hakim Mahkamah Syar’iyah, berlangsung tanggal
20 sampai dengan 23 November 2007 bertempat di Hotel
Sultan, di Banda Aceh, diikuti 2 peserta
– Pendidikan dan pelatihan penanganan masalah ekonomi
syariah bagi hakim Mahkamah Syar’iyah, berlangsung tanggal
27 sampai dengan 30 November 2007 bertempat di Hotel
Sultan, di Banda Aceh, diikuti 2 peserta
25
BAB V
Pembinaan dan Pengelolaan
Penyatuan atap keempat lingkungan peradilan di bawah Mahkamah
Agung RI melahirkan konsekwensi tersendiri bagi keempat lingkungan
peradilan yang ada di Indonesia. Pada pasal 42 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan Kehakiman disebutkan Pengalihan
organisasi, administrasi, dan finansial dalam lingkungan peradilan agama
selesai dilaksanakan paling lambat tanggal 30 Juni 2004. Dalam pasal 44 Sejak
dialihkannya organisasi, administrasi, dan finansial sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 ayat (2) :
(a) semua pegawai Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Departemen
Agama menjadi pegawai Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama
pada Mahkamah Agung, serta pegawai Pengadilan Agama dan
Pengadilan Tinggi Agama menjadi pegawai Mahkamah Agung,
(b) semua pegawai yang menduduki jabatan struktural pada Direktorat
Pembinaan Peradilan Agama Departemen Agama menduduki jabatan
pada Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama pada Mahkamah
Agung, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan
(c) semua aset milik/barang inventaris pada Pengadilan Agama dan
Pengadilan Tinggi Agama beralih menjadi aset milik/barang inventaris
Mahkamah Agung.
Menindaklanjuti hal tersebut agar dapat dilaksanakan, diaturlah
aturan pelaksanannya dengan dikeluarkanya Keputusan Presiden Nomor 21
Tahun 2004 tentang Pengalihan Organisasi, Administrasi, dan Finansial di
Lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, Peradilan Agama
ke Mahkamah Agung RI.
Dari ketentuan tersebut dapat dijelaskan dengan beralihnya kempat
lingkungan peradilan yang sebelumnya berada di Departemen masing-masing,
24
Wilayah Hukum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan berdasarkan hal
tersebut Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon juga telah mengeluarkan Surat
Keputusan Nomor W1-A11/42/PS.00/I/2007 tangal 18 Januari 2007 tentang
Penunjukan Tim Hakim Pengawas Bidang Kesekretariatan, Bidang
Kepaniteraan dan Bidang Umum pada Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon Tahun
Anggaran 2007.
Dalam pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Hakim Tinggi
Mahkamah Syar’iyah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ke Mahkamah
Syar’iyah Lhoksukon untuk tahun 2007 telah dilakukan sebanyak dua kali
yaitu pada tanggal 4 Juli 2007 dan pada tanggal 02 Nopember 2007
Pengawasan yang dilakukan oleh hakim pengawas bidang dilakukan
per tiga bulan sekali, dan dalam tahun 2007 telah empat kali dilakukan
pengawasan, yang hasil pengawasan tersebut dituangkan dalam berita acara
pengawasan dan rekomendasinya yang dilaporkan kepada Wakil Ketua
Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon sebagai penanggung jawab pengawasan, dan
Hakim pengawas berhak memantau sejauh mana rekomendasi yang diajukan
direspons oleh Ketua Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon
Pengawasan terhadap tingkah laku hakim dan pejabat kepaniteraan
dilakukan, untuk hakim dengan CPP1-A1 dan Was1-A1, untuk panitera dengan
CPP2-B1 dan Was2-B1, suntuk wakil panitera dan panitera muda hukum
dengan CPP2-B2 dan Was2-B2, dan untuk panitera pengganti dengan CPP2-
B3 dan Was2-B3 yang diisi setiap akhir tahun oleh Ketua Mahkamah
Syar’iyah Lhoksukon.
23
BAB IV
Pengawasan Internal
Dalam pasal 11 ayat (4) Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman, disebutkan Mahkamah Agung melakukan pengawasan
tertinggi atas perbuatan pengadilan dalam lingkungan peradilan yang berada di
bawahnya berdasarkan ketentuan undang-undang. Mahkamah Agung
melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan disemua
lingkungan peradilan, dilakukan dengan seksama dan wajar dengan
berpedoman pada asas peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan, tanpa
mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutus perkara.
Sedangkan pada pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama, disebutkan Ketua Pengadilan mengadakan
pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera,
Sekretaris, dan Juru Sita di daerah hukumnya. Berkaitan dengan pengawasan
mahkamah Agung juga telah mengeluarkan surat keputusan Nomor
005/KMA/Sk/III/1994 pada pasal 2, dimana pengawasan meliputi pengawasan
terhadap teknis peradilan, administrasi peradilan, serta perbuatan dan tingkah
laku hakim, dan pejabat kepaniteraan pengadilan
Pengawasan yang dilakukan harus mampu memerankan fungsi ganda,
disatu sisi sebagai penegak, dan disisi lainnya sebagai penangkal kekeliruan,
yang hakekat dasarnya pengawasan adalah tindakan untuk dapat mengetahui
secara dini terjadinya penyimpangan. Fungsi pengawasan harus mampu
menciptakan situasi kondusif terhadap penegakan disiplin serta peningkatan
produktifitas dan etos kerja, sehingga fungsi peradilan dapat berjalan dalam
memberikan pelayanan kepada pencari keadilan.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, Ketua Mahkamah Syar’iyah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah mengeluarkan Keputusan Nomor
MSy.P/K/PS.00/729/2005 tanggal 27 September 2005 perihal Penetapan Tim
Pelaksana Pengawasan dan Pembinaan di Lingkungan Mahkamah Syar’iyah
22
– Diterima tahun 2007 ....................................... 01 perkara
– Diputus tahun 2007 ........................................... 01 perkara
– Sisa perkara tahun 2007 .................................... - perkara
3. Perkara jinayat yang yang dimohonkan kasasi tahun 2007 adalah
sebagai berikut :
– Sisa perkara tahun 2006 .................................... - perkara
– Diterima tahun 2007 ....................................... 01 perkara
– Diputus tahun 2007 ........................................... - perkara
– Sisa perkara tahun 2007 .................................... 01 perkara
21
- Sisa perkara tahun 2007 .................................... 04 perkara
9. Perkara yang dimohonkan Kasasi selama tahun 2007 sebagai berikut :
– Sisa perkara tahun 2006 .................................... 03 perkara
– Perkara yang diterima tahun 2007 ..................... - perkara
- Perkara yang diputus tahun 2007 ....................... - perkara
- Sisa perkara tahun 2007 .................................... 03 perkara
10. Perkara yang dimohonkan Peninjauan Kembali selama tahun 2007
sebagai berikut :
– Sisa perkara tahun 2006 .................................... - perkara
– Perkara yang diterima tahun 2007 ..................... 01 perkara
- Perkara yang diputus tahun 2007 ....................... - perkara
- Sisa perkara tahun 2007 .................................... 01 perkara
11. Perkara yang dimohonkan eksekusi selama tahun 2007 sebagai berikut :
– Sisa perkara tahun 2006 .................................... - perkara
– Perkara yang diterima tahun 2007 ..................... 07 perkara
- Perkara yang dieksekusi tahun 2007 .................. 03 perkara
- Sisa perkara tahun 2007 ...................................... 04 perkara
B. Jinayah
1. Perkara jinayat yang diterima dan diputus pada Mahkamah Syar’iyah
Lhoksukon tahun 2007 adalah sebagai berikut :
Perkara Khalwat ;
– Sisa perkara tahun 2006 .............................. - perkara
– Diterima tahun 2007 .................................. 01 perkara
– Diputus tahun 2007 ..................................... 01 perkara
– Sisa perkara tahun 2007 .............................. - perkara
Sedangkan jenis perkara Jinayat yang lainnya pada Mahkamah
Syar’iyah Lhoksukon tidak ada yang masuk.
2. Perkara jinayat yang yang dimohonkan banding tahun 2007 adalah
sebagai berikut :
– Sisa perkara tahun 2006 .................................... - perkara
20
4. Perkara mohonkan prodeo pada Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon
selama tahun 2007 sebagai berikut :
– Perkara yang diterima tahun 2007 ..................... 13 perkara
- Perkara yang diputus tahun 2007 ....................... 13 perkara
5. Perkara sesuai dengan PP No.10 Tahun 1983 jo PP No. 45 Tahun 1990
pada Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon selama tahun 2007 sebagai
berikut :
– Perkara yang diterima tahun 2007 ..................... 12 perkara
- Perkara yang diputus tahun 2007 ....................... 17 perkara
6. Faktor penyebab terjadi perceraian pada Mahkamah Syar’iyah
Lhoksukon selama tahun 2007 sebagai berikut :
a. Moral terdiri dari :
� Poligami tidak sehat ................................... 03 perkara
� Krisis akhlak .............................................. - perkara
� Cemburu .................................................... 02 perkara
b. Meninggalkan kewajiban, terdiri dari :
� Meninggalkan kewajiban ............................ - perkara
� Ekonomi ................................................... 11 perkara
� Tidak ada tanggung jawab ......................... 40 perkara
c. Terus-menerus berselisih, terdiri dari :
� Kawin paksa ........................................ - perkara
� Gangguan pihak ke-tiga .............................. 05 perkara
� Tidak ada keharmonisan ........................... 57 perkara
7. perkara yang didaftar berdasarkan surat kuasa pada Mahkamah
Syar’iyah Lhoksukon selama tahun 2007 sebagai berikut :
– Surat kuasa insidentil ........................................ 09 perkara
– Surat kuasa pengacara praktek .......................... 09 perkara
8. Perkara yang dimohonkan Banding selama tahun 2007 sebagai berikut :
– Sisa perkara tahun 2006 .................................... - perkara
– Perkara yang diterima tahun 2007 ..................... 07 perkara
- Perkara yang diputus tahun 2007 ....................... 03 perkara
19
– Kecamatan Syamtalira Bayu ........................... 01 perkara
– Kecamatan Samudera ...................................... 04 perkara
– Kecamatan Paya Bakong ................................. 05 perkara
– Kecamatan Langkahan .................................... 07 perkara
– Kecamatan Meurah Mulia ............................... 09 perkara
– Kecamatan Pirak Timu .................................... 01 perkara
– Kecamatan Lapang .......................................... 02 perkara
JUMLAH ....................................................... 172 perkara
Sedangkan pada kecamatan lainnya dalam wilayah hukum Mahkamah
Syar’iyah Lhoksukon tidak ada perkara yang masuk.
2. Perkara masuk berdasarkan jenisnya pada Mahkamah Syar’iyah
Lhoksukon selama tahun 2007 sebagai berikut :
– Cerai Talak ....................................................... 40 perkara
– Cerai Gugat ....................................................... 76 perkara
– Harta Bersama .................................................. 01 perkara
– Penetapan Wali ................................................. 01 perkara
– Isbat Nikah ....................................................... 44 perkara
– Penetapan Ahli Waris ....................................... 01 perkara
– Kewarisan ......................................................... 08 perkara
– Hibah ................................................................ 01 perkara
JUMLAH ............................................................ 172 perkara
Sedangkan jenis perkara yang lainnya pada Mahkamah Syar’iyah
Lhoksukon tidak ada yang masuk.
3. Perkara masuk dan putus pada Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon selama
tahun 2007 sebagai berikut :
– Sisa perkara tahun 2006 .................................... 30 perkara
– Perkara yang diterima tahun 2007 ..................... 172 perkara
- Perkara yang diputus tahun 2007 ....................... 177 perkara
- Perkara yang diputus tahun 2007 ...................... 12 perkara
- Sisa perkara tahun 2007 .................................... 13 perkara
18
Terhadap wilayah hukum tersebut Ketua Mahkamah Syar’iyah
Lhoksukon telah mengusulkan kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia
dengan suratnya Nomor W1-A11/279/HK.03.4/VII/2007 tanggal 18 Juli 2007
tentang Mohon Penetapan Wilayah Hukum Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon,
dan telah mendapat dukungan dari Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten
Aceh Utara dengan suratnya Nomor 180/435/2007 tanggal 24 Agustus 2007
perihal Dukungan Penetapan Batas Wilayah Hukum, serta Ketua Mahkamah
Syar’iyah Syar’iyah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam juga telah
menanggapi dengan suratnya Nomor W1-A/1009/OT.01.2/VIII tanggal 30
Agustus 2007 perihal Penetapan Wilayah Hukum Mahkamah Syar’iyah
Lhoksukon Dan Mahkamah Syar’iyah Lhokseumawe. Dan selanjutnya mohon
ditetapkan wilayah hukum bagi kedua Mahkamah Syar’iyah tersebut yaitu
Mahkamah Syar'iyah Lhokseumawe dan Mahkamah Syar'iyah Lhoksukon, hal
ini dilakukan karena Pengadilan Negeri Lhoksukon dan Pengadilan Negeri
Lhokseumawe telah ditetapkan wilayah hukumnya.
Berdasarkan hal tersebut dapat dijelaskan data perkara pada
Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon selama tahun 2007 sebagai berikut :
A. Al-Syakhsyiyah, dan Muamalah
1. Perkara masuk berdasarkan wilayah hukum pada Mahkamah Syar’iyah
Lhoksukon selama tahun 2007 sebagai berikut :
– Kecamatan Lhoksukon ..................................... 36 perkara
– Kecamatan Baktiya Barat ................................. 05 perkara
– Kecamatan Seuneuddon .................................. 05 perkara
– Kecamatan Matang Kuli .................................. 04 perkara
– Kecamatan Nibong .......................................... 02 perkara
– Kecamatan Tanah Luas ................................... 14 perkara
– Kecamatan Syamtalira Aron ............................ 27 perkara
– Kecamatan Tanah Pasir ................................... 06 perkara
– Kecamatan Cot Girek ...................................... 04 perkara
– Kecamatan Baktiya ......................................... 24 perkara
– Kecamatan Tanah Jambo Aye ......................... 16 perkara
17
Surat Ketua Mahkamah Syar’iyah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor
MSy.P/K/OT.01.2/649/2005 tanggal 03 September 2005 perihal Wilayah
Hukum Mahkamah Syar’iyah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, maka
wilayah hukum Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon adalah sebagai berikut :
1) Kecamatan Lhoksukon
2) Kecamatan Baktiya Barat
3) Kecamatan Seuneuddon
4) Kecamatan Matang Kuli
5) Kecamatan Nibong
6) Kecamatan Tanah Luas
7) Kecamatan Syamtalira Aron
8) Kecamatan Tanah Pasir
9) Kecamatan Cot Girek
10) Kecamatan Baktiya
11) Kecamatan Tanah Jambo Aye
12) Kecamatan Syamtalira Bayu
13) Kecamatan Samudera
14) Kecamatan Paya Bakong
15) Kecamatan Langkahan
16) Kecamatan Kuta Makmur
17) Kecamatan Simpang Keuramat
18) Kecamatan Meurah Mulia
19) Kecamatan Dewantara
20) Kecamatan Nisam
21) Kecamatan Muara Batu
22) Kecamatan Sawang
23) Kecamatan Nisam Antara
24) Kecamatan Pirak Timu
25) Kecamatan Geureudong Pase
26) Kecamatan Lapang
27) Kecamatan Banda Baro
16
lebih lanjut mengenai bidang ahwal al-syakhsyiyah (hukum keluarga),
muamalah (hukum perdata), dan jinayah (hukum pidana) sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) diatur dengan Qanun Aceh.
Berkaitan dengan kewenangan tersebut dikuatkan dengan Keputusan
Ketua Mahkamah Agung RI Nomor KMA/070/SK/X/2004 Tentang
Pelimpahan Sebagian Kewenangan Dari Peradilan Umum Kepada Mahkamah
Syar’iyah Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang kemudian dikuatkan
dengan berita acara serah terima kewenangan mengadili sebagian perkara-
perkara yang berdasarkan syariat Islam antara Ketua Pengadilan Tinggi Banda
Aceh dengan Ketua Mahkamah Syar’iyah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
dengan disaksikan Ketua Mahkamah Agung RI tanggal 11 Oktober 2004
Dari peraturan perundang-undangan sebagaimana tersebut diatas
jelaslah kewenangannya (kompetensi absolut) Mahkamah Syar’iyah. Dalam
praktek untuk melaksanakan kewenangan (kompetensi absolut) tersebut setiap
Mahkamah Syar’iyah juga mempunyai kompetensi relatif (wilayah
hukum/yurisdiksi) masing-masing.
Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon yang berada dalam Ibu Kota
Kabupaten Aceh Utara sesuai dengan pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2006 disebutkan Pengadilan Agama berkedudukan di ibu kota
kabupaten/kota dan daerah hukumnya meliputi wilayah kabupaten/kota. Sesuai
ketentuan perundangan tersebut sampai saat ini kabupaten Aceh Utara telah
mengalami pemekaran sebanyak tiga kali, sehingga sampai saat ini wilayah
pemerintahan administrasi kabupaten Aceh Utara terdiri dari 27 kecamatan.
Sebelum Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 wilayah hukum
Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon hanya sebagian dari wilayah pemerintahan
administrasi kabupaten Aceh Utara, sedangkan sebagian lainnya merupakan
wilayah hukum Mahkamah Syar’iyah Lhokseumawe. Menindaklanjuti dari
perundangan tersebut, maka wilayah hukum Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon
yang sekarang sesuai dengan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Syar’iyah
Lhoksukon Nomor W1-A11/310/HK.03.4/VII/2007 tanggal 31 Juli 2007
perihal Biaya Perkara pada Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon sesuai dengan
15
BAB III
KEADAAN PERKARA
Kekuasaan pengadilan jika mengacu pada Teori Trias Politica
Montesqueu merupakan salah satu cabang kekuasaan Negara yang berdiri
terpisah dari kekuasaan yang lain. Pada pasal 1 Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2004 disebutkan Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia.
Pengadilan Agama (Mahkamah Syar’iyah) sebagaimana tersebut
pasal 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-
undang No.7 tahun 1998 tentang Peradilan Agama disebutkan Peradilan
Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Pengadilan Agama (Mahkamah Syar’iyah) dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsi peradilan disebutkan dalam pasal 49 Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2006 adalah Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang
yang beragama Islam di bidang : perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf,
zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syari'ah.
Sebagaimana tersebut sebelumnya Mahkamah Syar’iyah mempunyai
ciri khusus dalam kewenangan sebagaimana tersebut dalam pasal 128 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh
disebutkan Mahkamah Syar’iyah berwenang memeriksa, mengadili, memutus,
dan menyelesaikan perkara yang meliputi bidang ahwal al-syakhsyiyah (hukum
keluarga), muamalah (hukum perdata), dan jinayah (hukum pidana) yang
didasarkan atas syari’at Islam. Selanjutnya dalam ayat (4) disebutkan ketentuan
14
Organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan Agama
(Mahkamah Syar’iyah) berdasarkan ketentuan Surat Edaran Mahkamah Agung
RI Nomor 5 Tahun 1996 tentang Bagan Susunan Pengadilan, dan pasal 8 ayat
(4) Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 10 Tahun 2002 tentang
Peradilan Syariat Islam serta pasal 2 Keputusan Mahkamah Agung RI Nomor
KMA/SK/II/1992 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Pengadilan
Agama dan Pengadilan Tinggi Agama.
Pada puncak organisasi yaitu Mahkamah Agung, telah terjadi
pemisahan antara Panitera dengan Sekretaris, yang masing-masing memimpin
bidang kepaniteraan (Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Kepaniteraan Mahkamah Agung RI), dan keseretariatan (Peraturan Presiden
Nomor 13 Tahun 2005 tentang Sekretariat Mahkamah Agung RI), namun pada
organisasi yang lebih rendah yaitu pengadilan tingkat banding dan pengadilan
tingkat pertama walaupun telah disebutkan dalam pasal 44 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama disebutkan Panitera tidak merangkap
sebagai Sekretaris, jabatan Panitera dan Sekretaris melekat pada satu jabatan
Panitera/Sekretaris
13
formal (acara), administrasi, dan budaya hukum masyarakat. Dalam
menjalankannya peradilan merupakan pilar kekuasaan kehakiman yang miliki
aparat hukum yang terdiri Hakim, Panitera, dan Jurusita. Ketiga aparat hukum
tersebut merupakan tiga serangkai yang tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan lainnya.
Hakim adalah pejabat yang melaksanakan kekuasaan kehakiman,
dimana proses pengangkatan dan pemberhentiannya dilakukan oleh Presiden
selaku kepala Negara atas usul/persetujuan Ketua Mahkamah Agung RI.
Dalam organisasi Hakim dipimpin langsung oleh Ketua.
Ketua dalam memimpin pengadilan didampingi wakil ketua. Dalam
hubungan kerja hakim dihubungkan dengan garis lurus yang artinya garis
tanggung jawab
Panitera adalah pejabat kepaniteraan yang meminpin kepaniteraan.
Dalam melaksanakan tugasnya Panitera di bantu oleh seorang Wakil Panitera,
beberapa Panitera Muda, Panitera Pengganti, dan Jurusita. Panitera selain
memimpin kepaniteraan, juga memimpin kesekretariatan sebagai Sekretaris.
Dalam menjalankan tugas kesekretariatan di bantu oleh seorang Wakil
Sekretaris, dan beberapa Kepala Urusan. Hal demikian terjadi karena pada
pengadilan penyelenggaraan administrasi dibedakan menurut jenisnya dan
dipisahkan penanganannya. Pembedaan dan pemisahan tersebut yang
melahirkan dua unit kerja yaitu kepaniteraan dan kesekretariatan, namun
demikian pembedaan dan pemisahan tersebut bersifat integral dengan
mengutamakan koordinasi dalam tugas pokok pengadilan.
Hubungan antara Panitera dengan Ketua berada dalam hubungan
garis linier (lurus) atau garis komando dimana segala perintah ketetapan Ketua
harus dilaksanakan oleh Panitera.
Panitera mempunyai tugas pokok adalah memberikan pelayanan
teknis di bidang administrasi perkara, dan administrasi lainnya berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku. Dalam kaitannya sebagai lembaga
peradilan Panitera bertugas menerima perkara, mulai proses pendaftaran, dan
pelaksanaan putusan (eksekusi).
12
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI (TUPOKSI)
Mahkamah Syar'iyah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan
Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota diresmikan oleh Ketua Mahkamah
Agung RI tanggal 04 Maret 2003 M., bertepatan dengan tanggal 01 Muharram
1424 H., di Banda Aceh. Sekaligus dengan melantik Ketua Mahkamah
Syar'iyah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang selanjutnya Ketua
Mahkamah Syar'iyah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam melantik Ketua
Mahkamah Syar’iyah Kabupaten / Kota di tempat masing-masing.
Mahkamah Syar’iyah lahir dari aspirasi masyarakat Aceh demi
terwujudnya pelaksanaan syariat Islam secara kafah di Nanggroe Aceh
Darussalam. Hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2003
tentang Mahkamah Syar’iyah dan Mahkamah Syar’iyah di Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam. Ini merupakan tonggak sejarah lahirnya lembaga peradilan
yang mempunyai ciri khusus dibandingkan Pengadilan yang berada di luar
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Mahkamah Syar’iyah walaupun mempunyai perbedaan dalam
kewenangan, namun tetap satu dalam struktur organisasi. Dimana Mahkamah
Syar’iyah merupakan pengadilan tingkat pertama yang berpuncak pada
Mahkamah Agung RI.
Dalam struktur organisasi Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon tetap
mengacu pada ketentuan yang berlaku dengan berpedoman pada :
- Pasal Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
- Surat Ketua Mahkamah Agung RI Nomor KMA/SK/II/1992 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan
Tinggi Agama
Mahkamah Syar’iyah sebagai salah satu peradilan sebagai sebuah
system memiliki sub system yang terdiri dari Hakim, hukum materiil, hukum
11
dari kekuasaan kehakiman dibidang perdata dan pidana Islam, untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan guna
mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera serta memiliki
kesadaran hukum yang tinggi.
Untuk mencapai arah sebagaimana yang dikemukakan diatas,
perlu adanya bentuk pembangunan dibidang hukum dalam suatu
perencanaan stratejik dilingkungan Mahkamah Syar'iyah Lhoksukon
yang lebih terfokus pada pelaksanaan tugas pokoknya menerima,
memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara yang diajukan
kepadanya bagi orang-orang yang beragama Islam.
Sesuai tuntutan dan perkembangan zaman, problematika hukum
masyarakat pencari keadilan semakin hari semakin kompleks, maka
rencaran stratetejik Mahkamah Syar'iyah Lhoksukon adalah membentuk
suatu peradilan yang dapat mempengaruhi setiap unsure atau variable
yang dapat berperngaruh tercapai tujuan dan sasaran sebagaimana
diperlukan, dan hal tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1. Membentuk tertib administrasi peradilan dalam melaksanakan tugas
peradilan syari’at islam yang mampu memberikan pelayanan
hokum bagi masyarakat pencari keadilan dan efektif, efisien, dan
berkualitas.
2. Membentuk aparatur peradilan yang memiliki integritas dan
moralitas yang tinggi untuk membantu pencapaian kinerja
peradilan.
3. Membentuk administrasi kesekretariatan yang dapat mendukung
tugas pokok peradilan syari’at Islam.
10
Sesuai dengan visi dan misi diatas, dimana dituntut agar
Mahkamah Syar'iyah Lhoksukon harus dapat meningkatkan kinerjanya
untuk mencapai tujuan sebagai berikut :
a. Terwujudnya tertib administrasi peradilan dalam melaksanakan tugas
Peradilan Syar’iat Islam di Lhoksukon (Kabupaten Aceh Utara);
b. Terwujudnya aparatur peradilan yang memiliki integritas dan moralitas
yang tinggi;
c. Terwujudnya pelayanan hukum bagi masyarakat pencari keadilan
dengan efektif, efisien dan berkualitas;
d. Terwujudnya administrasi kesekretariatan yang dapat mendukung tugas
pokok peradilan syari’at Islam;
e. Terwujudnya masyarakat Islam yang sadar hukum;
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan, secara terukur yang
dicapai secara nyata dalam jangka waktu tahunan, semesteran, triwulan dan
bulanan. Sasaran harus berorientasi pada hasil periode 1 (satu) tahun.
Sasaran harus bersifat spesifik dapat dinilai, terukur, menantang
dan dapat dicapai. Oleh sebab itu sasaran Mahkamah Syar'iyah Lhoksukon
diarahkan pada hal-hal spesifik sebagai berikut :
a. Terlaksananya keputusan Mahkamah Agung Nomor
KMA/001/SK/I/1991 tentang Pola Bindalmin;
b. Terlaksananya azas Peradilan Syari’at Islam dengan sederhana cepat
dan biaya ringan;
c. Terlaksananya administrasi umum, kepegawaian dan keuangan;
d. Terciptanya masyarakat Islami yang sadar hukum;
F. RENSTRA (RENCANA STRATEJIK)
Mahkamah Syar'iyah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
adalah merupakan suatu lembaga pelayanan masyarakat dalam bidang
penegakan hukum dan keadilan, yang bertugas melaksanakan sebagian
9
23. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 10 Tahun 2002
tentang Peradilan Syari’at Islam.
24. Surat Ketua Muda Mahkamah Agung RI Urusan Lingkungan
Peradilan Agama Nomor TUADA-AG/III/-UM/IX/93 tanggal 11
September 1993 perihal Pelaksanaan Pola Bindalmin Peradilan
Agama.
25. Surat Ketua Mahkamah Agung RI Nomor
MA/Kumdil/012/I/K/1994 tanggal 11 Januari 1994 perihal Tata
Cara Penerimaan Perkara.
26. Surat Ketua Mahkamah Agung RI Nomor MA/276IX/1998 tanggal
01 September 1998 perihal Biaya Legalisasi.
E. VISI DAN MISI
1. VISI : Mewujudkan Mahkamah Syar’iyah sebagai Peradilan
Syariat Islam yang mandiri, bermartabat dan berwibawa
sebagai salah satu instansi pelaksanaan Syariat Islam
secara kaffah dalam menegakkan hukum dan keadilan.
2. MISI : 1. Memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat
dengan menerima, memeriksa, mengadili dan
menyelesaikan perkara-perkara Al-Ahwalul
Syakhshiyah, Muamalah dan Jinayah pada tingkat
pertama.
2. Memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat
dalam rangka mewujudkan masyarakat Islami yang
sadar hukum.
3. Melaksanakan peradilan yang efisien, efektif dan
berkualitas.
4. Memberikan nasehat dan pertimbangan hukum kepada
Instansi pemerintah yang memerlukan.
8
13. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor
KMA/001/SK/I/1991 tentang Pola Pembinaan Dan Pengendalian
Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama Dan Pengadilan
Tinggi Agama
14. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor :
KMA/007/SK/IV/1994 tentang memberlakukan Buku I dan Buku
II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan.
15. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor
KMA/42/SK/III/2002 tentang Perubahan Keputusan Ketua
Mahkamah Agung Nomor KMA/027A /SK/VI/2000 tentang Biaya
Perkara Yang Dimohonkan Kasasi.
16. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor
KMA/042/SK/VIII/2001 tentang Perubahan Keputusan Ketua
Mahkamah Agung Nomor KMA/02A /SK/VI/2000 tentang Biaya
Perkara PerdataYang Dimohonkan Peninjauan Kembali.
17. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor
KMA/028/SK/V/1996 tentang Biaya Permohonan Pemeriksaan
Kewenangan Mengadili dalam Perkara Perdata.
18. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor
KMA/070/SK/X/2004 tentang Pelimpahan sebahagian
Kewenangan dan Peradilan Umum kepada Mahkamah Syar’iyah di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
19. Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 1993 tentang
Pengawasan Dan Pengurusan Biaya Perkara
20. Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 3 Tahun 2000 tentang
Penyelesaian Perkara
21. Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 2 Tahun 1993 tentang
Pengiriman Laporan Oleh Pengadilan Agama Dan Pengadilan
Tinggi Agama
22. Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 7 Tahun 2001 tentang
Pemeriksaan Setempat.
7
Pengadilan Agama di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang
lebih dikenal dengan Mahkamah Syar’iyah yang lahir atas aspirasi
masyarakat Aceh, mempunyai landasan kerja, yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman;
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung.
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
5. Undang -Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang -Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
6. Undang -Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan
Perkawinan.
8. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi
Hukum Islam.
9. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Syar’iyah dan Mahkamah Syar’iyah di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
10. Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2001 tentang
Permohonan Kasasi Perkara Perdata Yang Tidak Memenuhi
Persyaratan Formal
11. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor
KMA/004/SK/II/1992 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kepaniteraan Peradilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama .
12. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor
KMA/006/SK/II/1994 tentang Pengawasan dan evaluasi atas hasil
pengawasan oleh pengadilan Tingkat Banding dan Pengadilan
Tingkat Pertama .
6
Mahkamah Syar'iyah pada hakekatnya adalah pengembangan dari
Pengadilan Agama dengan perubahan kewenangan yang meliputi perkara
jinayat. Perubahan nama Pengadilan Agama menjadi Mahkamah Syar'iyah,
Pengadilan Tinggi Agama menjadi Mahkamah Syar'iyah Provinsi adalah
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2003.
Sesuai pasal 1 ayat (1) Keputusan Presiden RI Nomor 11 Tahun 2003
Pengadilan Agama yang ada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam diubah
menjadi Mahkamah Syar’iyah. Pasal 1 ayat (3) Keputusan Presiden Republik
Indonesia Tahun 2003, Pengadilan Tinggi Agama yang ada di Provinsi NAD
diubah menjadi Mahkamah Syar’iyah Provinsi NAD.
Dengan perubahan perundang-undang tersebut, maka badan Peradilan
Agama setelah bergabung dengan Mahkamah Agung ditangani oleh Direktorat
Jenderal, perubahan ini tentu akan membawa konsekwensi yang luar biasa
terhadap pengembangan dan pengelolaan Peradilan Agama kedepan, baik dari
segi organisasi, administrasi dan finansial, maupun sarana serta prasarananya.
D. KEBIJAKAN UMUM PERADILAN
Peradilan adalah salah satu alat negara yang diberi wewenang
untuk menerima, memeriksa, mengadili dan memutus perkara yang
diterima sesuai dengan kompetensi absulutnya. Pengadilan sesuai dengan
azas peradilan yaitu sederhana, cepat dan biaya ringan selalu
mengedepankan hal tersebut dalam memberikan pelayanan hukum bagi
pencari keadilan. Dalam hal ini Pengadilan Agama (Mahkamah
Syar’iyah) sebagai pengadilan tingkat pertama merupakan kawal depan
dalam menciptakan tertib hukum serta memberikan keadilan. Dimana
Pengadilan Agama (Mahkamah Syar’iyah) sesuai dengan kewengannya
diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama
5
suatu lembaga yang resmi, sejajar dan setara dengan badan peradilan lainnya
yang ada di Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan pasal 13 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
dinyatakan bahwa organisasi, administrasi dan finansial Mahkmah Agung dan
badan peradilan yang berada dibawahnya berada dibawah kekuasaan
Mahkamah Agung. Dengan demikian berdasarkan pasal tersebut lahirlah apa
yang disebut dengan peradilan satu atap.
Sementara itu dalam pasal 13 ayat (3) Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2004 disebutkan bahwa ketentuan mengenai organisasi, administrasi
dan financial badan peradilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
masing-masing lingkungan peradilan diatur dalam Undang-Undang sesuai
dengan kekhususan Lingkungan peradilan masing-masing" sebagai realisasi
dari pasal tersebut lahirlah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Peradilan Umum sebagai penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1986, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2005 tentang peradilan Tata
Usaha Negara sebagai penyempurnaan dari dari Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
Disamping hal tersebut di atas Pengadilan Agama (Mahkamah
Syar’iyah) adalah suatu lembaga publik servis dalam suatu penegakan hukum
dan keadilan yang bertugas melaksanakan sebagian kekuasaan kehakiman
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan guna
mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera serta memiliki kesadaran
hukum yang tinggi.
Pembentukan Mahkamah Syar'iyah di Nanggroe Aceh Darussalam
adalah berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam (telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006
tentang Pemerintahan Aceh) jo. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Nomor 10 Tahun 2002 tentang Peradilan Syari’at Islam.
4
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen dikatakan bahwa
"Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum,
Lingkungan peradilan Agama, Lingkungan peradilan Militer dan Lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi". Dengan
amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
tersebut khusus Bab IX tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 24 telah
membawa perubahan penting terhadap penyelenggaraan kekuasaan
Kehakiman, sebagai respon terhadap penyesuaian tersebut lahirlah Undang-
Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-
undang Nomor 5 tahun 2004 tentang Mahkmah Agung.
Dalam pasal 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman disebutkan bahwa Kekuasaan Kehakiman adalah
kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi
terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.
Pada pasal 2 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004, disebutkan
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud pada pasal 1
tersebut di atas, dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan
yang berada dibawahnya dalam Lingkungan Peradilan Umum, Lingkungan
Peradilan Agama, Lingkungan Peradilan Militer, Lingkungan Peradilan Tata
Usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Menurut pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama. Pengadilan Agama (Mahkamah Syar’iyah) adalah
3
KATA PENGANTAR
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Puji syukur kehadhirat Allah SWT atas rahmat taufik dan hidayah Nya
sehingga Laporan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Mahkamah Syar’iyah
Lhoksukon Tahun 2007 dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini disajikan dalam bentuk informasi tentang seluruh kegiatan
pada Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon yang dilengkapi dengan data-data yang
memberikan gambaran tentang aktifitas Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon
dalam melaksanakan tugas-tugas pembinaan sumberdaya tehnis yustisial,
pengelolaan sarana dan prasarana, keuangan dan administrasi
Laporan dimaksud untuk memberikan informasi kepada pimpinan
Mahkamah Syar’iyah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam serta Mahkamah
Agung RI tentang Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Mahkamah Syar’iyah
Lhoksukon
Dalam menyusun laporan ini kami berusaha semaksimal mungkin
untuk menyempurnakannya, namun kami menyadari bahwa laporan ini masih
banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, oleh karena itu kami mengharapkan
kritikan dan saran guna kesempurnaan pelaporan di masa yang akan datang.
Demikian, semoga laporan ini bermanfaat.
Lhoksukon, 31 Desember 2007
Ketua Mahkamah Syar’iyah Lhoksukon
Drs.A. Hamid Saleh, SH NIP. 150 209 429
2
Daftar Isi ............................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan ....................................................................................... 1
A. Kebijakan Umum Peradilan ......................................................... 3
B. Visi dan Misi ............................................................................... 6
C. Renstra ......................................................................................... 7
BAB II Struktur Organisasi (Tupoksi) ............................................................ 9
BAB III Keadaan Perkara ................................................................................. 12
BAB IV Pengawasan Internal ........................................................................... 20
BAB V Pembinaan dan Pengelolaan ............................................................... 22
A. Sumber Daya Manusia Teknis Yudicial ...................................... 23
1. Sumber Daya Manusia Teknis Yudicial ................................ 23
2. Sumber Daya Manusia Non Teknis Yudicial ........................ 25
3. Promosi dan Mutasi ............................................................... 26
4. Pengisian Jabatan Struktural ................................................. 28
B. Pengelolaan Sarana dan Prasarana ............................................... 28
1. Sarana dan Prasarana Gedung ............................................... 28
2. Sarana dan Prasarana Fasilitas Gedung ................................. 29
C. Pengelolaan Keuangan ................................................................. 30
1. Belanja Pegawai .................................................................... 31
- RKA-KL ......................................................................... 31
- Pelaksanaan .................................................................... 32
- Sisa Anggaran Pelaksanaan ............................................ 33
2. Belanja Barang ...................................................................... 33
- RKA-KL ......................................................................... 33
- Pelaksanaan .................................................................... 34
- Sisa Anggaran Pelaksanaan ............................................ 34
3. Belanja Modal ....................................................................... 35
- RKA-KL ......................................................................... 35
- Pelaksanaan .................................................................... 35
- Sisa Anggaran Pelaksanaan ............................................ 35
D. Pengelolaan Administrasi ............................................................ 36
1. Administrasi Peradilan .......................................................... 36
2. Administrasi Umum .............................................................. 40
BAB VI Kesimpulan dan Rekomendasi ........................................................... 43
1
LAPORAN TAHUNAN 2007
MAHKAMAH SYAR’IYAH LHOKSUKON
MAHKAMAH SYAR’IYAH LHOKSUKON
TAHUN 2008
DAFTAR ISI
Pengantar ............................................................................................................ i