laporan tahunan 2011 annual report - bankbnp.com report bank bnp 2011.pdf · pro’comm untuk...

185
LAPORAN TAHUNAN 2011 ANNUAL REPORT

Upload: hathuy

Post on 03-Mar-2019

246 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

LAPORAN TAHUNAN 2011 ANNUAL REPORT

..............................

..............................

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Dalam Jutaan Rupiah

AktivaKreditDPK

Dec-073.7731.6593.360

Dec-083.6952.1793.295

Dec-093.8962.5633.473

Dec-105.2813.6584.544

Dec-116.5734.8105.660

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

4 Februari 2011Service Officer Development Program (SODP) Bank BNP Kebutuhan Bank BNP akan para profesional service officer bertambah dikarenakan laju perkembangan BNP yang begitu pesat. Untuk memenuhi kebutuhan SDM Bank BNP yang profesional, maka Bank BNP membuat program pelatihan khusus yang diberi nama Service Officer Development Program (SODP). SODP kedepannya akan menjadikan para peserta menjadi kader Service Officer yang tangguh, profesional dan berkualitas untuk menjadi Pemimpin yang dapat memajukan Bank BNP kedepannya.

20 Juni 2011Edukasi Perbankan & Sosialisasi Program TabunganKu oleh Bank BNP di SMAN 1 Bale Endah, Kab. Bandung 27 Juni 2011RUPST PUBLIC EXPOSE

6 Juli 2011Program CSR Bank BNP Meraih Impian Anak Negeri - ESQ 1000 Anak Yatim dan JalananDengan banyaknya masyarakat kurang mampu dan membutuhkan dilingkungan sekitar, PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. (Bank BNP) melihat keberadaan mereka sebagai pihak yang perlu didukung dan dibantu agar berkembang ke arah yang lebih baik. Dengan adanya rencana Eta Pro’comm untuk menyelenggarakan acara “Meraih Impian Anak Negeri” yaitu pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan, dirasakan oleh Bank BNP sebagai kesempatan yang baik untuk dapat berpatisipasi dan merealisasikan kepedulian Bank BNP yang mana tertuang dalam program CSR.27 Juli 2011Peresmian KCP Lamongan

10 Januari 2011 Relokasi KCU Bogor 18 Januari 2011Peresmian KCP Ahmad Yani Cikampek, Karawang Peresmian KCP Tuparev, Karawang 24 Januari 2011Peresmian KCP Guntur, Garut Relokasi KCU Darmo, Surabaya25 Januari 2011Peresmian KCP Siliwangi, Kuningan

JANUARI

FEBRUARIJUNI

JULI

15 Maret 2011 Peresmian KK Poppies 23 Maret 2011Management Trainee Micro Banking Bank BNP

MARET

APRIL26 April 2011Peresmian Kantor Cabang Gunung Sabeulah 28 April 2001Great Business Manager Accelleration Acara Great Business Manager Accelleration Training Bank BNP merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Bank BNP untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh Bank BNP, sebagai persiapan untuk mencetak kader-kader pemimpin Bank BNP di masa mendatang.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

12 Agustus 2011 Buka Puasa Bersama Bank BNP 24 Agustus 2011Peresmian KCP Ubud 25 Agustus 2011Edukasi Perbankan & Sosialisasi Program TabunganKu oleh Bank BNP di SD Pandu, Bandung

5 September 2011Peningkatan status Kantor Kas Pasar Baru menjadi KCP Pasar Baru

7 Oktober 2011Wisuda Service Officer Development Program (SODP) Bank BNP Karyawan adalah salah satu aset yang berharga bagi perusahaan, begitulah persepsi yang muncul selaras dengan anggapan bahwa salah satu cara untuk mencapai tujuan perusahaan adalah dengan menghadirkan Sumber Daya Manusia yang handal dan bermutu. Bank BNP sebagai perusahaan yang terus berkembang tentu saja membutuhkan peningkatan mutu SDM agar dapat bersaing dan mempertahankan kelangsungan bisnis Bank BNP di masa mendatang, sebagai bukti kepedulian terhadap peningkatan SDM nya, pada tanggal 7 Oktober 2011 Bank BNP telah meluluskan 19 siswa peserta program pengembangan karir Bank BNP.

8 Desember 2011Peresmian Kantor Cabang Sukabumi9 Desember 2011Pelatihan Sales Force Management Bank BNP Wealth Management Workshop For Leaders Bank BNP 2011 Sebagai pelaku industri perbankan, Bank BNP menyadari bahwa industri perbankan merupakan industri yang terus menuntut perkembangan dari para pelakunya. Pada tanggal 9 dan 10 Desember 2011 bertempat di hotel Aston Tropicana Bandung, Bank BNP mengadakan seminar Wealth Management Workshop For Leaders bekerjasama dengan PT. MaeSa Consulting Indonesia. Acara yang berlangsung selama 2 hari tersebut diikuti oleh seluruh Kepala Divisi yang terkait dengan bisnis tersebut beserta dengan seluruh Direksi.10 Desember 2011Service Gathering Bank BNP 201115 Desember 2011Edukasi Perbankan & Sosialisasi Program TabunganKu oleh Bank BNP di SDN Gadis 1 Ciparay Majalaya, Kab. Bandung

2 November 2011Peresmian Kantor Cabang Pamanukan 4 November 2011Anugerah Business Review Award 2011 Pada perhelatan Anugerah Business Review Award ke – 8 yang

SEPTEMBER

OKTOBER

NOVEMBER

DESEMBER

AGUSTUSmerupakan bentuk apresiasi dan penghargaan bergengsi untuk para Listed & Non Listed Company serta BUMN & Swasta Nasional / Multinasional yang dilaksanakan pada tanggal 4 November 2011 bertempat di Nusa Dua Beach Hotel & Spa – Bali, Bank BNP mengukir prestasi gemilang dengan meraih predikat The Best Marketing Management dan The Best Corporation for Risk Management, sekaligus meraih penghargaan sebagai The Best CEO (Special Criteria).8 November 2011Pembukaan Marketing Executive Development Program10 November 2011Peresmian Kantor Cabang Buah Batu Bandung 25 November 2011Gebyar Akhir Tahun 2011 (BNP Katana HEBAT)26 November 2011Adventure Fun Bike BMPD

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Presiden Komisaris

YASUO UONOMI

Pemegang saham yang kami hormati,

Serangkaian prestasi menggembirakan telah berhasil dicapai pada tahun 2011 seperti yang tercermin dari beberapa indikator, yaitu peningkatan total aset menjadi sebesar Rp 6,6 triliun dan pencapaian kredit sebesar Rp 4,8 triliun. Hal ini terkait erat dengan perekonomian Indonesia yang relatif stabil seperti pencapaian pertumbuhan ekonomi nasional di Indonesia sebesar 6,5% dengan tingkat inflasi rendah sekitar 3,79%.

Kondisi ini mendorong naiknya peringkat Indonesia sebagai negara layak investasi. Keberhasilan yang dicapai oleh Bank BNP tidak terlepas dari dukungan seluruh stakeholder Bank BNP yaitu Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh pejabat dan karyawan Bank BNP.

Untuk menyambut tahun 2012, tantangan yang dihadapi perekonomian Indonesia, terutama perbankan masih perlu diwaspadai. Hal ini karena krisis global yang saat ini sedang berlangsung di Eropa dan dampaknya sudah mulai terasa dengan adanya penurunan kinerja ekspor ke negara-negara yang berada dalam kondisi krisis.

Oleh karena itu, dalam mengembangkan bisnisnya, Bank BNP perlu terus-menerus tetap menerapkan prinsip kehati-hatian, terutama yang berorientasi pinjaman untuk ekspor kepada negara yang terkena krisis tersebut.

Dengan demikian, penerapan prinsip Good Corporate Governance dalam setiap kegiatan usaha perlu senantiasa terus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Salam,

YASUO UONOMIPresiden Komisaris

Upaya untuk mencegah risiko yang lebih besar dalam pemberian pinjaman melalui peningkatan volume kredit UKM dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian (prudential principle).

Atas nama Dewan Komisaris, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para Pemegang Saham atas komitmen dan dukungan yang diberikan untuk perkembangan Bank BNP, Direksi untuk kepemimpinan yang telah mereka lakukan, dan segenap karyawan yang telah bekerja keras dengan dedikasi yang telah diberikan demi kemajuan Bank BNP.

Akhirnya, saya juga menyampaikan terima kasih untuk semua nasabah Bank BNP, untuk kepercayaan dan komitmennya dalam menggunakan layanan dan produk Bank BNP sebagai mitra terpercaya dalam mengembangkan bisnis mereka.

Dengan dukungan semua pihak, saya berharap Bank BNP dapat mencapai keberhasilan yang lebih baik di masa yang akan datang, dan dapat berperan aktif dalam mengembangkan perekonomian baik secara nasional maupun regional.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

PANDANGAN ATAS PROSPEK USAHA YANG DISUSUN OLEH DIREKSIRealisasi target usaha yang ditetapkan oleh Direksi dalam Rencana Bisnis Bank tahun 2011, Dewan Komisaris berpendapat bahwa secara umum Rencana Bisnis telah berhasil direalisasikan.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian Direksi dalam penyusunan Rencana Bisnis tahun 2012 adalah realisasi beberapa pos yang lebih rendah dibandingkan dengan target usaha yang ditetapkan tahun 2011, yaitu :1. Penempatan Dana Antar Bank2. Giro3. Beban Bunga4. Rasio Keuangan yaitu CAR, ROA, NIM dan BOPO

Namun demikian, dengan kondisi perekonomian yang relatif stabil, realisasi target usaha yang dituangkan dalam Rencana Bisnis tahun 2011 masih cukup realistis. Kondisi ini ditandai dengan dicapainya beberapa target penting dalam rencana bisnis sampai periode Desember 2011, antara lain: asset sebesar Rp. 6.572.646 juta (112,96%), penyaluran kredit sebesar Rp. 4.810.027 juta (120,25%), serta Dana Pihak Ketiga sebesar Rp. 5.660.081 juta (115,11%) dari target yang ditetapkan.

Sementara itu, rasio Non Performing Loan (NPL) gross dan Capital Adequancy Ratio (CAR) masing-masing sebesar 0,88% dan 13,45%.

KOMITE-KOMITE YANG BERADA DI BAWAH PENGAWASAN DEWAN KOMISARISMenunjuk ketentuan Badan Pengawas Pasar Modal No.003/PM/05/2000 tanggal 5 Mei 2000 tentang Prinsip Penerapan Good Corporate Governance dengan dibentuknya Komite Audit, Surat Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. Kep-399/BEJ/07-2001 tanggal 20 Juli 2001 tentang Peraturan Pencatatan Efek No.:1-A: huruf C.1.b. tentang Kewajiban Perusahaan Tercatat memiliki Komite Audit serta menindaklanjuti Surat Edaran No. SE-008/BEJ/12-2001 tentang Keanggotaan Komite Audit, maka perseroan telah memiliki Komite Audit sejak tanggal 26 Desember 2001. Sementara itu, menindaklanjuti Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, maka Bank BNP pada tanggal 17 Maret 2008 membentuk Komite Remunerasi dan Nominasi dan pada tanggal 30 Januari 2009 membentuk Komite Pemantau Risiko.

Dengan demikian, Bank BNP telah memiliki semua Komite yang dipersyaratkan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia dimaksud.

Setiap Komite beranggotakan pihak-pihak yang independen diketuai oleh seorang Komisaris Independen. Kecuali Komite Remunerasi dan Nominasi yang berdasarkan Peraturan Bank Indonesia dapat menugaskan pejabat yang bertanggungjawab di Bidang SDM duduk sebagai anggota Komite tersebut.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Sebagai organ yang bertugas membantu Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Direksi, ketiga Komite tersebut telah melaksanakan tugasnya dengan baik dengan melakukan pertemuan / rapat dengan unit-unit kerja terkait di Bank BNP. Informasi / hasil dari pertemuan tersebut kemudian direkomendasikan kepada Dewan Komisaris untuk digunakan sebagai bahan masukan bagi Direksi.

KOMPOSISI ANGGOTA DEWAN KOMISARISBerdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham tahun 2011, maka susunan kepengurusan Dewan Komisaris mengalami perubahan yang semula :Presiden Komisaris : Junichi YoroisakaKomisaris : Tatang HermawanKomisaris Independen : Karel TanokKomisaris Independen : Abdul Malik SugiartoKomisaris Independen : Bachtiar AlamMenjadiPresiden Komisaris : Yasuo UonomiKomisaris : Tatang HermawanKomisaris Independen : Karel TanokKomisaris Independen : Abdul Malik SugiartoKomisaris Independen : Bachtiar Alam

1. Struktur, Komposisi, Rangkap Jabatan dan Independensi Anggota KomiteKomite Audit

Diketuai oleh seorang Komisaris Independen dengan 2 (dua) orang anggota Komite dari pihak independen. Susunan keanggotaan Komite Audit per Desember 2011 adalah:

Ketua Komite : Abdul Malik Sugiarto Anggota Komite : Pilipus Azarjah Anggota Komite : Arifin S Haris

Komite Pemantau Risiko Diketuai oleh seorang Komisaris Independen dengan 2 (dua) orang anggota komite dari pihak independen. Susunan keanggotaan Komite Pemantau Risiko per Desember 2011 adalah: Ketua Komite : Karel Tanok Anggota Komite : Arifin S Haris Anggota komite : Pilipus Azarjah

Komite Remunerasi Dan NominasiDiketuai oleh seorang Komisaris Independen dengan anggota seluruh anggota Dewan Komisaris dan Kepala Divisi Sumber Daya Manusia. Susunan keanggotaan Komite Remunerasi dan Nominasi per Desember 2011 adalah : Ketua Komite : Bachtiar AlamAnggota Komite : Yasuo UonomiAnggota Komite : Tatang HermawanAnggota Komite : Karel TanokAnggota Komite : Abdul Malik SugiartoAnggota Komite : Kepala Divisi SDM

Anggota Komite Audit dan Komite Pemantau Risiko tidak berasal dari Direksi pada bank yang sama maupun bank lain, tidak merangkap jabatan pada bank yang sama, bank dan/atau perusahaan lain, tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan Komisaris, Direksi dan/atau Pemegang Saham Pengendali atau hubungan dengan bank.

2. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Komitea. Komite Audit

Tugas utama Komite Audit adalah memberikan pendapat secara profesional dan independen kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris dan membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugasnya meliputi :• Melakukan kajian atas rencana kerja Satuan Kerja

Audit Internal (SKAI), memantau pelaksanaannya dan melakukan evaluasi atas hasil kerjanya;

• Melakukan pemantauan kesesuaian pelaksanaan audit oleh Kantor Akuntan Publik dengan standar audit yang berlaku;

• Memantau kesesuaian laporan keuangan dengan Standar Akuntansi yang berlaku;

• Memastikan terlaksananya tindak lanjut hasil temuan SKAI, Akuntan Publik dan hasil pemeriksaan Bank Indonesia oleh Direksi secara tepat waktu guna mendapatkan informasi yang digunakan sebagai rekomendasi kepada Dewan Komisaris;

• Memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Kantor Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

b. Komite Pemantau Risiko Tugas dan tanggung jawab Komite Pemantau Risiko

meliputi :• Melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara

kebijakan, prosedur dan penetapan limit manaje-men risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut;

• Pemantauan dan mengevaluasi pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko.

• Memastikan ketersediaan informasi dan implementasi dari standar, kontrol, batasan, pedoman dan kebijakan sehubungan dengan pengukuran dan pengelolaan risiko terhadap risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko reputasi, risiko strategis, risiko hukum dan risiko kepatuhan.

c. Komite Remunerasi dan NominasiTugas dan tanggung jawab Komite Remunerasi dan Nominasi meliputi :1. Terkait dengan kebijakan Remunerasi:

1.1 melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi; dan

1.2 memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai:1.2.1 kebijakan remunerasi bagi Dewan

Komisaris dan Direksi untuk disampaikan kepada RUPS;

1.2.2 kebijakan remunerasi bagi Pejabat Eksekutif dan pegawai secara keseluruhan untuk disampaikan kepada Direksi.

2. Terkait dengan kebijakan Nominasi:2.1 menyusun dan memberikan rekomendasi

mengenai sistem serta prosedur pemilihan dan / atau penggantian anggota Dewan Komisaris dan Direksi kepada Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada RUPS;

2.2 memberikan rekomendasi mengenai calon anggota Dewan Komisaris dan/ atau Direksi kepada Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada RUPS;

2.3 memberikan rekomendasi mengenai Pihak Independen yang akan menjadi anggota Komite sebagaimana yang dipersyaratkan kepada Dewan Komisaris.

3. Memastikan bahwa kebijakan remunerasi sekurang-kurangnya sesuai dengan :3.1 kinerja keuangan dan pemenuhan cadangan

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3.2 prestasi kerja individual;3.3 kewajaran dengan peer group; dan

pertimbangan sasaran dan strategi jangka panjang Bank.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

1.

2.

3

No Komite Jumlah Rapat

Komite Audit

Komite Pemantau Risiko

Komite Remunerasi dan Nominasi

13

11

10

d. Efektivitas Rapat Komite Rapat Komite terselenggara sesuai dengan kebutuhan

Bank, dihadiri sekurang-kurangnya oleh 51% (lima puluh satu perseratus) dari seluruh anggota Komite termasuk Komisaris Independen dan pihak Independen.

Keputusan rapat Komite diambil berdasarkan musyawarah mufakat, apabila tidak terjadi musyawarah mufakat, pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak dan segala keputusan rapat Komite bersifat mengikat bagi seluruh anggota Komite.

Hasil keputusan rapat Komite dituangkan dalam suatu risalah rapat yang ditandatangani oleh seluruh anggota Komite yang hadir dan didokumentasikan secara baik termasuk perbedaan pendapat yang terjadi dalam rapat komite beserta alasan perbedaan pendapat tersebut. Hasil rapat Komite merupakan rekomendasi yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh Dewan Komisaris.

3. Pelaksanaan Rapat-rapat Komite Sebagai wujud dari pelaksanaan pengawasan yang

dilakukan oleh Dewan Komisaris melalui fungsi-fungsi komitenya, selama tahun 2011 telah dilakukan rapat oleh masing-masing Komite dengan materi pembahasan yang signifikan dengan tugas dan tanggung jawabnya.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Pemegang saham yang terhormat,

Tahun 2011 merupakan tahun yang penuh tantangan dan penuh dinamika telah berhasil dilalui oleh Bank BNP sekalipun harus melalui perjuangan berat, akhirnya membawa hasil yang cukup menggembirakan sehingga hasil ini menjadikan modal dan kepercayaan bagi manajemen untuk terus menapaki tahun 2012 dengan penuh rasa percaya diri.

Kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri terus membaik hingga pada akhir 2011 dimana pertumbuhan ekonomi nasional kita mencapai 6,5% , pertumbuhan ini masih ditunjang sebagian besar oleh belanja rumah tangga, namun tingkat inflasi yang mengiringinya relatif stabil yaitu pada besaran 3,79%.

Sekalipun pada paruh waktu tahun 2011, dunia dilanda krisis ekonomi yang bermula dari negara-negara di Eropa, namun secara signifikan belum berimbas secara langsung kepada perekonomian Indonesia pada umumnya, hal ini ditopang pula dengan kondusifnya iklim politik dan ekonomi di Indonesia sehingga peringkat Indonesia naik menjadi Investment Grade dan tentunya hal ini memberikan dorongan kuat bagi manajemen Bank BNP untuk bekerja ekstra pada sisa waktu menjelang akhir tahun 2011 dan pada akhirnya pencapaian pertumbuhan volume bisnis

Bank BNP hingga pada akhir tahun 2011 mencapai angka di atas 24,5% dari angka realisasi tahun 2010, dan pencapaian raihan Laba Perseroan yang tumbuh sebesar 34,9%, hal ini menunjukkan bahwa dengan upaya dan kerja keras semuanya menjadi mungkin.

Arah Kebijakan dan Strategi Dalam Pengembangan Usaha BankMenyikapi kondisi perekonomian nasional pada awal tahun 2011 lalu, manajemen menerapkan beberapa kebijakan dan strategi baru dalam mengembankan usahanya seperti :1. Fokus pada bisnis ritel dan UMKM2. Mempertahankan dan menjaga likuiditas Bank dengan

mengupayakan dana jangka panjang dan menata struktur aktiva produktif khususnya dengan mengupayakan peningkatan secondary reserve agar likuiditas tetap terjaga.

3. Mempertahankan dan menjaga besaran Permodalan dan efisiensi (termasuk dalam merestruktur komposisi DPK yang dimiliki serta upaya memperbesar Modal Inti dan Pelengkap).

Tahun 2011 manajemen telah membulatkan tekad untuk terus meningkatkan fokus bisnis pada sektor bisnis ritel, keinginan tersebut diwujudkan dalam membuat kebijakan pendanaan dan perkreditan yang signifikan yang berorientasi pada segmen tersebut yaitu bisnis pembiayaan

Presiden Direktur

RITSUO ANDO

LAPORAN PRESIDEN DIREKTUR

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Mikro dan Kecil dengan mengkombinasikan beberapa jenis produk Pinjaman seperti produk pinjaman Mikro lainnya dan KATANA Bisnis, sedangkan pada sisi penghimpunan dana gencar dilakukan penjualan produk-produk simpanan baru yang memiliki karakteristik berjangka panjang seperti Tabungan Japan dan pelaksanaan program-program promo seperti pelaksanaan GANBAROU 1.

Realisasi pemberian pinjaman Subordinasi dari pihak ACOM Japan dan ACOM USA sebesar USD 5,9 juta telah memberikan kontribusi positif pada terjaganya besaran Modal Minimum yang harus dipelihara, sehingga tetap berada pada besaran di atas 13%, selain itu peningkatan perolehan dana murah yang bersumber dari Tabungan dan Giro terus difokuskan agar margin semakin membaik.

Daya dukung dan ketersediaan SDM menjadi faktor penting lainnya, untuk itu penambahan jumlah karyawan dan jaringan kantor serta kegiatan pendidikan dan pelatihan memberikan kontribusi positif pada tercapainya sasaran kerja dari perusahaan. Untuk memberikan dorongan atas tujuan bisnis Bank BNP tersebut, manajemen memandang penting adanya upaya untuk terus membenahi dan meningkatkan tata kelola administrasi dan pengembangan SDM secara terintegrasi dengan bekerja sama dengan konsultan jasa pengembang SDM yang berkompeten.

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)Upaya untuk melaksanaan GCG dengan maksimal, telah memberikan dampak pada transparansi, akuntabilitas keuangan dan tata kelola administrasi yang semakin baik, sehingga hal tersebut berkontribusi langsung pada kinerja Bank yang semakin baik, tingkat kesehatan dan penilaian kinerja dari otoritaspun semakin meningkat, terlebih dalam upaya untuk tetap mempertahankan dan memperkuat struktur permodalan Bank BNP.

Pelaksanaan rapat-rapat Direksi yang telah lebih terprogram dengan materi pembahasan dan keputusan yang sinergis serta strategis diputuskan dalam mekanisme musyawarah mufakat, koordinasi dengan Dewan Komisaris yang terus dibina, sehingga keseluruhannya dapat menjadi sinergi yang positif dalam membangun tata kelola perusahaan yang baik.

Demikian pula dengan komitmen yang diberikan oleh Pemegang Saham untuk tetap menjaga kesehatan dan kecukupan modal Bank diwujudnyatakan dengan melakukan pemberian pinjaman Subordinasi berjangka panjang yaitu 7 (tujuh) tahun, sehingga dapat turut memperkuat struktur permodalan Bank BNP kedepannya.

Pada triwulan II tahun 2011, sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, telah terjadi pergantian Presiden Komisaris dari Junichi Yoroisaka kepada Yasuo Uonomi yang dilaksanakan sesuai dengan masa baktinya dimana proses pergantian dan pengangkatannya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kinerja Perusahaan dan KeuanganBank BNP memiliki keunggulan dalam sisi keberadaan nasabah-nasabahnya yang cukup loyal terhadap Bank BNP, hal ini terbukti bahwa sekalipun tingkat persaingan usaha sangat ketat, namun para nasabah tersebut tetap memberikan dukungan penuh dan kepercayaan kepada Bank BNP.

Bila dilihat dari ukuran volume bisnis, mungkin Bank BNP saat ini belum dapat bersaing dengan bank-bank kelas besar, namun dalam beberapa aktivitasnya seperti agresifitas dalam pembiayaan bisnis mikro dan kecil, pengeluaran produk simpanan yang telah dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga langkah-langkah tersebut menjadi pertimbangan beberapa kompetitor sebagai pesaing yang harus diperhitungkan oleh mereka.

Pertumbuhan volume usaha sebesar 24% menunjukan bahwa prospek keuangan Bank BNP masih tumbuh dengan baik dibanding dengan rata-rata industrinya, bahkan dalam hal penyediaan dana dalam bentuk Kredit, Bank BNP berhasil menyalurkan portofolio kreditnya selama tahun 2011 sebesar Rp. 1,2 triliun lebih atau sama dengan tumbuh sebesar 31,5%. Sedangkan dalam hal kegiatan penghimpunan dana pihak ketiga/ simpanan tumbuh selama tahun 2011 sebesar Rp. 1,1 triliun lebih atau sama dengan tumbuh sebesar 24,5%, sehingga kondisi ini mendorong naiknya rasio Pinjaman terhadap Simpanan (LDR) menjadi sebesar 84,92%.

Kemampuan dalam menghasilkan Laba Bersih pada tahun 2011 naik sebesar Rp. 17 Miliar atau sama dengan naik sebesar 33,4%, dimana kondisi ini secara dominan lebih dipengaruhi oleh terjadinya peningkatan atas Pendapatan Bunga Bersih sebesar 36,31% dari tahun sebelumnya.

Sementara itu kemampuan permodalan dan likuiditas Bank BNP pada posisi akhir tahun 2011 relatif baik, hal ini terlihat bahwa kewajiban pemenuhan modal minimum (CAR) tercatat sebesar 13,45% hal ini tidak terlepas pula dari selain meningkatnya Laba Operasional sebesar 35% juga dari hasil penambahan atas pinjaman Subordinasi sebesar USD 5,9 juta yang diperhitungkan sebagai komponen lower tier 2 atas perhitungan CAR Bank BNP, sedangkan dari sisi penyediaan Giro Wajib Minimum (GWM), berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang besarnya 8% untuk GWM Primer Rupiah dan Valuta Asing telah dipenuhi hingga akhir tahun 2011.

Peluncuran beberapa produk simpanan dan pinjaman yang baru, turut pula mendorong peningkatan volume bisnis pada tahun 2011, didukung dengan tekad untuk melakukan pergeseran komposisi dana mahal ke dalam dana murah dan bersifat jangka panjang tentunya akan memberikan kontribusi dalam pencapaian Laba Bank BNP.

Bila secara umum dikaitkan dengan target yang telah dibuat dalam Rencana Bisnis Bank tahun 2011-2013, maka pencapaian atas seluruh aspek finansial hampir seluruhnya dapat dicapai dengan baik, terlebih untuk pos-pos tertentu seperti Pinjaman, Sumber Dana, Laba dan total Aset, demikian pula dengan beberapa rasio keuangannya.

Perkembangan Jaringan KantorTujuan pengembangan jaringan kantor yang terus dilakukan selain untuk meningkatkan brand awareness adalah juga untuk lebih mendekatkan Bank BNP kepada target pasarnya.

Selama tahun 2011 telah dibuka 13 jaringan kantor baru di wilayah Jakarta, Surabaya dan Bali, sehingga pada akhir tahun jumlah jaringan kantor Bank BNP menjadi 60 jaringan kantor yang didukung pula dengan Mesin ATM sebanyak 51 buah.

Perluasan jaringan kantor ini menjadi strategis bila dikaitkan dengan pergeseran fokus bisnis khususnya kepada Segmen Usaha Mikro dan Kecil tersebut, karena jumlah outlet/ jaringan dan kemudahan akses masyarakat kepada Bank akan mempercepat pertumbuhan penyaluran dana maupun penghimpunan dana dari dan untuk masyarakat.

Pandangan Ke Depan Dengan melihat pada berbagai aspek yang dapat mempengaruhi penetapan kebijakan dan strategi bisnis Bank BNP ke depannya, baik yang bersifat internal maupun eksternal, maka kami masih berkeyakinan bahwa kondisi perekonomian nasional dan regional masih akan bertumbuh, sekalipun pertumbuhan ekonomi dunia secara umum diprediksi lebih kecil yaitu sekitar 4% (yoy) sampai 5,4% (yoy), hal tersebut karena dipandang masih belum jelasnya penyelesaian krisis utang yang terjadi di Negara-negara Eropa yang dengan sendirinya akan menjadi faktor utama perlambatan yang terjadi pada semester 1 tahun 2012.

Bermodalkan pada pencapaian kinerja keuangan pada tahun 2011 ini, kami berkeyakinan bahwa tahun mendatang Bank BNP akan mampu untuk terus meningkatkan performance bisnisnya dengan lebih baik lagi, hal ini tentunya tidak terlepas dari dukungan stakeholders Bank BNP yang sampai saat ini telah memberikan support penuh kepada manajemen untuk terus berkarya sehingga memberikan hasil dan nilai tambah perusahaan yang semakin baik di masa yang akan datang.

ApresiasiSeluruh hasil kerja yang telah diberikan oleh segenap jajaran unit kerja telah membuahkan hasil yang menggembirakan yaitu untuk tahun 2011 ini Bank BNP telah meraih beberapa penghargaan sesuai dengan kategori-kategori yang dinilai, secara khusus Bank BNP diperhitungkan sebagai : The Most Valuable Bank dan sekaligus meraih predikat sebagai The Most Attractive Bank yaitu Bank terbaik berdasarkan kemampuan untuk

menjadi lembaga intermediasi keuangan bagi masyarakat serta beberapa penghargaan lainnya yang diterima Bank BNP pada tahun 2011. Rasanya tidak berlebihan bila Saya atas nama manajemen Bank BNP, mengucapkan terimakasih kepada seluruh nasabah, pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, Direksi, karyawan, mitra usaha yang telah memberikan dukungan penuh dan kepercayaannya kepada Bank BNP.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Mikro dan Kecil dengan mengkombinasikan beberapa jenis produk Pinjaman seperti produk pinjaman Mikro lainnya dan KATANA Bisnis, sedangkan pada sisi penghimpunan dana gencar dilakukan penjualan produk-produk simpanan baru yang memiliki karakteristik berjangka panjang seperti Tabungan Japan dan pelaksanaan program-program promo seperti pelaksanaan GANBAROU 1.

Realisasi pemberian pinjaman Subordinasi dari pihak ACOM Japan dan ACOM USA sebesar USD 5,9 juta telah memberikan kontribusi positif pada terjaganya besaran Modal Minimum yang harus dipelihara, sehingga tetap berada pada besaran di atas 13%, selain itu peningkatan perolehan dana murah yang bersumber dari Tabungan dan Giro terus difokuskan agar margin semakin membaik.

Daya dukung dan ketersediaan SDM menjadi faktor penting lainnya, untuk itu penambahan jumlah karyawan dan jaringan kantor serta kegiatan pendidikan dan pelatihan memberikan kontribusi positif pada tercapainya sasaran kerja dari perusahaan. Untuk memberikan dorongan atas tujuan bisnis Bank BNP tersebut, manajemen memandang penting adanya upaya untuk terus membenahi dan meningkatkan tata kelola administrasi dan pengembangan SDM secara terintegrasi dengan bekerja sama dengan konsultan jasa pengembang SDM yang berkompeten.

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)Upaya untuk melaksanaan GCG dengan maksimal, telah memberikan dampak pada transparansi, akuntabilitas keuangan dan tata kelola administrasi yang semakin baik, sehingga hal tersebut berkontribusi langsung pada kinerja Bank yang semakin baik, tingkat kesehatan dan penilaian kinerja dari otoritaspun semakin meningkat, terlebih dalam upaya untuk tetap mempertahankan dan memperkuat struktur permodalan Bank BNP.

Pelaksanaan rapat-rapat Direksi yang telah lebih terprogram dengan materi pembahasan dan keputusan yang sinergis serta strategis diputuskan dalam mekanisme musyawarah mufakat, koordinasi dengan Dewan Komisaris yang terus dibina, sehingga keseluruhannya dapat menjadi sinergi yang positif dalam membangun tata kelola perusahaan yang baik.

Demikian pula dengan komitmen yang diberikan oleh Pemegang Saham untuk tetap menjaga kesehatan dan kecukupan modal Bank diwujudnyatakan dengan melakukan pemberian pinjaman Subordinasi berjangka panjang yaitu 7 (tujuh) tahun, sehingga dapat turut memperkuat struktur permodalan Bank BNP kedepannya.

Pada triwulan II tahun 2011, sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, telah terjadi pergantian Presiden Komisaris dari Junichi Yoroisaka kepada Yasuo Uonomi yang dilaksanakan sesuai dengan masa baktinya dimana proses pergantian dan pengangkatannya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kinerja Perusahaan dan KeuanganBank BNP memiliki keunggulan dalam sisi keberadaan nasabah-nasabahnya yang cukup loyal terhadap Bank BNP, hal ini terbukti bahwa sekalipun tingkat persaingan usaha sangat ketat, namun para nasabah tersebut tetap memberikan dukungan penuh dan kepercayaan kepada Bank BNP.

Bila dilihat dari ukuran volume bisnis, mungkin Bank BNP saat ini belum dapat bersaing dengan bank-bank kelas besar, namun dalam beberapa aktivitasnya seperti agresifitas dalam pembiayaan bisnis mikro dan kecil, pengeluaran produk simpanan yang telah dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga langkah-langkah tersebut menjadi pertimbangan beberapa kompetitor sebagai pesaing yang harus diperhitungkan oleh mereka.

Pertumbuhan volume usaha sebesar 24% menunjukan bahwa prospek keuangan Bank BNP masih tumbuh dengan baik dibanding dengan rata-rata industrinya, bahkan dalam hal penyediaan dana dalam bentuk Kredit, Bank BNP berhasil menyalurkan portofolio kreditnya selama tahun 2011 sebesar Rp. 1,2 triliun lebih atau sama dengan tumbuh sebesar 31,5%. Sedangkan dalam hal kegiatan penghimpunan dana pihak ketiga/ simpanan tumbuh selama tahun 2011 sebesar Rp. 1,1 triliun lebih atau sama dengan tumbuh sebesar 24,5%, sehingga kondisi ini mendorong naiknya rasio Pinjaman terhadap Simpanan (LDR) menjadi sebesar 84,92%.

Kemampuan dalam menghasilkan Laba Bersih pada tahun 2011 naik sebesar Rp. 17 Miliar atau sama dengan naik sebesar 33,4%, dimana kondisi ini secara dominan lebih dipengaruhi oleh terjadinya peningkatan atas Pendapatan Bunga Bersih sebesar 36,31% dari tahun sebelumnya.

Sementara itu kemampuan permodalan dan likuiditas Bank BNP pada posisi akhir tahun 2011 relatif baik, hal ini terlihat bahwa kewajiban pemenuhan modal minimum (CAR) tercatat sebesar 13,45% hal ini tidak terlepas pula dari selain meningkatnya Laba Operasional sebesar 35% juga dari hasil penambahan atas pinjaman Subordinasi sebesar USD 5,9 juta yang diperhitungkan sebagai komponen lower tier 2 atas perhitungan CAR Bank BNP, sedangkan dari sisi penyediaan Giro Wajib Minimum (GWM), berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang besarnya 8% untuk GWM Primer Rupiah dan Valuta Asing telah dipenuhi hingga akhir tahun 2011.

Peluncuran beberapa produk simpanan dan pinjaman yang baru, turut pula mendorong peningkatan volume bisnis pada tahun 2011, didukung dengan tekad untuk melakukan pergeseran komposisi dana mahal ke dalam dana murah dan bersifat jangka panjang tentunya akan memberikan kontribusi dalam pencapaian Laba Bank BNP.

Bila secara umum dikaitkan dengan target yang telah dibuat dalam Rencana Bisnis Bank tahun 2011-2013, maka pencapaian atas seluruh aspek finansial hampir seluruhnya dapat dicapai dengan baik, terlebih untuk pos-pos tertentu seperti Pinjaman, Sumber Dana, Laba dan total Aset, demikian pula dengan beberapa rasio keuangannya.

Perkembangan Jaringan KantorTujuan pengembangan jaringan kantor yang terus dilakukan selain untuk meningkatkan brand awareness adalah juga untuk lebih mendekatkan Bank BNP kepada target pasarnya.

Selama tahun 2011 telah dibuka 13 jaringan kantor baru di wilayah Jakarta, Surabaya dan Bali, sehingga pada akhir tahun jumlah jaringan kantor Bank BNP menjadi 60 jaringan kantor yang didukung pula dengan Mesin ATM sebanyak 51 buah.

Perluasan jaringan kantor ini menjadi strategis bila dikaitkan dengan pergeseran fokus bisnis khususnya kepada Segmen Usaha Mikro dan Kecil tersebut, karena jumlah outlet/ jaringan dan kemudahan akses masyarakat kepada Bank akan mempercepat pertumbuhan penyaluran dana maupun penghimpunan dana dari dan untuk masyarakat.

Pandangan Ke Depan Dengan melihat pada berbagai aspek yang dapat mempengaruhi penetapan kebijakan dan strategi bisnis Bank BNP ke depannya, baik yang bersifat internal maupun eksternal, maka kami masih berkeyakinan bahwa kondisi perekonomian nasional dan regional masih akan bertumbuh, sekalipun pertumbuhan ekonomi dunia secara umum diprediksi lebih kecil yaitu sekitar 4% (yoy) sampai 5,4% (yoy), hal tersebut karena dipandang masih belum jelasnya penyelesaian krisis utang yang terjadi di Negara-negara Eropa yang dengan sendirinya akan menjadi faktor utama perlambatan yang terjadi pada semester 1 tahun 2012.

Bermodalkan pada pencapaian kinerja keuangan pada tahun 2011 ini, kami berkeyakinan bahwa tahun mendatang Bank BNP akan mampu untuk terus meningkatkan performance bisnisnya dengan lebih baik lagi, hal ini tentunya tidak terlepas dari dukungan stakeholders Bank BNP yang sampai saat ini telah memberikan support penuh kepada manajemen untuk terus berkarya sehingga memberikan hasil dan nilai tambah perusahaan yang semakin baik di masa yang akan datang.

ApresiasiSeluruh hasil kerja yang telah diberikan oleh segenap jajaran unit kerja telah membuahkan hasil yang menggembirakan yaitu untuk tahun 2011 ini Bank BNP telah meraih beberapa penghargaan sesuai dengan kategori-kategori yang dinilai, secara khusus Bank BNP diperhitungkan sebagai : The Most Valuable Bank dan sekaligus meraih predikat sebagai The Most Attractive Bank yaitu Bank terbaik berdasarkan kemampuan untuk

menjadi lembaga intermediasi keuangan bagi masyarakat serta beberapa penghargaan lainnya yang diterima Bank BNP pada tahun 2011. Rasanya tidak berlebihan bila Saya atas nama manajemen Bank BNP, mengucapkan terimakasih kepada seluruh nasabah, pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, Direksi, karyawan, mitra usaha yang telah memberikan dukungan penuh dan kepercayaannya kepada Bank BNP.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Bandung, Maret 2012Salam,

RITSUO ANDOPresiden Direktur

RIWAYAT SINGKAT PERUSAHAANPT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. berkedudukan di Bandung dan berkantor pusat di Jalan Ir. H. Juanda No. 95, Bandung - 40132, Indonesia, didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 47, tanggal 18 Januari 1972, yang dibuat di hadapan Komar Andasasmita, SH, Notaris di Bandung. Bank BNP semula didirikan dengan nama PT. Bank Pasar Karya Parahyangan yang berorientasi bisnis pada usaha retail, kemudian pada bulan Juli 1989 ditingkatkan statusnya menjadi Bank Umum Nasional sekaligus berganti nama menjadi PT. Bank Nusantara Parahyangan dan pada Agustus 1994, Bank BNP mendapat ijin operasional sebagai Bank Devisa.

Berdasarkan keputusan RUPSLB tanggal 15 September 2000, Bank BNP mengubah status perusahaan menjadi perusahaan publik (terbuka) dan menawarkan 50.000.000 saham biasa kepada masyarakat dengan harga nominal Rp. 500,- per lembar sahamnya, disertai dengan penerbitan waran sejumlah 20.000.000 lembar yang dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta tanggal 10 Januari 2001, sehingga jumlah saham beredar saat itu menjadi sebanyak 150.000.000 saham dan sebagai akibat adanya exercise waran sebanyak 8.275.000 lembar pada tahun 2004, maka jumlah saham beredar bertambah menjadi 158.275.000 saham.

Pada bulan Juli 2006 dilakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT 1) kepada pemegang saham atas sejumlah 158.275.000 lembar saham dengan harga penawaran sebesar Rp. 550,- per saham, sehingga jumlah saham beredar yang telah dikeluarkan Bank BNP menjadi 316.550.000 saham.

Pada tanggal 17 Desember 2007, kepemilikan mayoritas saham Bank BNP telah beralih kepada ACOM CO., LTD. Japan (ACOM) dan The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Ltd. (BTMU) melalui akuisisi saham sebanyak 75,41%, dimana ACOM menguasai 55,41% dan BTMU menguasai 20% dari seluruh saham yang telah dikeluarkan, sehingga dengan demikian keduanya menjadi Pemegang Saham Pengendali Bank BNP.

Pada bulan Januari – Maret 2008 telah dilakukan penawaran tender/ tender offer atas kepemilikan saham Bank BNP oleh ACOM CO.,LTD. berkaitan dengan kegiatan akuisisi, sehingga jumlah kepemilikan saham ACOM CO., LTD. berubah menjadi 55,68%.

Pada bulan Oktober 2010 Perseroan melakukan penambahan Modal Disetor melalui Penawaran Umum Terbatas II (PUT 2) sebanyak 99.963.158 lembar saham baru dengan harga penawaran sebesar Rp. 1.000,- per saham, sehingga jumlah saham yang telah dikeluarkan Perseroan seluruhnya berjumlah 416.513.158 lembar dengan nominal Rp. 208.256.579.000,-.

Bank BNP hingga akhir tahun 2011 memiliki karyawan berjumlah 1.298 orang dan telah memiliki jumlah jaringan kantor sebanyak 60 buah yang terdiri dari 1 Kantor Pusat, 11 Kantor Cabang, 35 Kantor Cabang Pembantu, 6 Kantor Kas dan 7 Service Point yang tersebar di wilayah Jawa – Bali, seperti Bandung, Cimahi, Sukabumi, Bogor, Jakarta, Bekasi, Cikarang, Karawang, Cikampek, Pamanukan, Kadipaten, Cirebon, Jatibarang, Tasikmalaya, Garut, Semarang, Surabaya, Lamongan dan Bali.

KEGIATAN UTAMA BANKKegiatan Usaha Dalam Penyaluran Dana Sebagai wujud pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan yaitu sebagai agent of development yang turut berperan aktif dalam menciptakan dan mendorong pembangunan nasional, maka salah satu kegiatan utama Bank BNP adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat/ pihak ketiga yang membutuhkannya dalam bentuk kredit.

Kredit dimaksud bukanlah merupakan satu-satunya yang termasuk dalam jenis kegiatan penyaluran dana, namun yang menjadi kontributor terbesar terhadap perolehan keuntungan Bank adalah kredit.

Kredit yang diberikan tersebut terdiri dari kredit yang digunakan sebagai Modal Kerja, kredit untuk Investasi, kredit untuk kebutuhan Konsumtif dan lain sebagainya dimana penyaluran kredit tersebut tentunya dilakukan dengan prinsip kehati-hatian seperti terpenuhinya unsur-unsur ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit, kemampuan membayar, kelayakan usaha, risiko-risiko atas kredit yang mungkin timbul dan lain sebagainya.

Alokasi penyaluran dana termasuk pada pembiayaan segmen UMKM khususnya Usaha Mikro dan Kecil membutuhkan fokus tersendiri khususnya setelah Bank BNP membidik segmen ini untuk dikembangkan lebih lanjut secara maksimal, sekalipun banyak hal yang harus dilakukan dalam memfasilitasi bisnis segmen ini seperti halnya, ketersediaan jaringan kantor/ outlet, SDM yang handal serta manajemen operasional yang mendukung penuh upaya pengembangan pembiayaan pada segmen ini.

Kegiatan lainnya dalam penyaluran dana serta untuk memberikan diversifikasi dari produk pinjaman, Bank BNP juga meluncurkan program pembiayaan perseorangan (personal loan), dalam bentuk Kredit Tanpa Agunan (BNP Katana), upaya ini adalah upaya untuk meningkatkan raihan kredit ritel serta pertumbuhan jumlah debitur/ customer based yang besar, sehingga berpotensi untuk dilakukannya cross selling atas produk dan jasa lainnya.

Kegiatan Usaha Dalam Bidang Penghimpunan DanaSukses dan keberhasilan dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk Simpanan memberikan kontribusi yang sangat penting, disamping sebagai cerminan kepercayaan masyarakat pada bank, juga penting artinya sebagai modal bagi pelaksanaan fungsi intermediasi.

Kegiatan penghimpunan dana di Bank BNP diperoleh dari penjualan beberapa produk Simpanan antara lain Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Mata Uang Asing.

Penerbitan beberapa produk turunan dari simpanan yang baru seperti Tabungan Sakura dan Tabungan JAPAN (Jangka Panjang) dalam mata uang Rupiah dan USD juga telah memberikan dorongan pada pertumbuhan volume simpanan di Bank BNP secara signifikan.

Penerapan atas besaran suku bunga simpanan yang diberlakukan mengikuti ketentuan dalam penetapan suku bunga yang berlaku umum, disamping itu juga dengan mempertimbangkan suku bunga pasar yang berlaku.

Dalam menetapkan maksimum suku bunga yang diberikan pun, Bank BNP sangat berhati-hati sekali, sedapat mungkin dihindari pemberian suku bunga yang melebihi suku bunga penjaminan yang ditetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Kegiatan Usaha Dalam Bidang Jasa-jasa Perbankan LainnyaSelain kegiatan utama menghimpun dan menyalurkan dana, maka keberadaan jasa-jasa keuangan dan jasa perbankan yang disediakan akan menjadi pelengkap atau menjadi aksesoris dan melengkapi produk-produk yang dijual oleh Bank BNP, sehingga setiap nasabah yang melakukan transaksi dengan Bank BNP atau membeli produk Bank BNP akan mendapatkan service yang lengkap dan terintegrasi didukung dengan layanan hampir seluruhnya online.

Dengan menyediakan layanan perbankan lainnya akan menambah variasi produk yang ada dan memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi keuangannya melalui

Bank BNP. Jasa perbankan yang diberikan pada umumnya hampir sama dengan jasa-jasa yang diberikan oleh

perbankan lainnya seperti Kiriman Uang, Collection, Money Changer, Kliring, Inkaso, Bank Garansi, Safe Deposit Box, Layanan LC dan lain sebagainya.

Nama Pemegang Saham dan Rincian KepemilikanInformasi Ringkas dari kepemilikan saham terbesar adalah sebagai berikut :1. ACOM CO., LTD. Japan, adalah suatu perusahaan publik

yang didirikan berdasarkan hukum dan perundang-undangan Jepang, berkedudukan dan berkantor di 1-1, Marunouchi 2- chome. Chiyoda-ku, Tokyo 100-8307, Jepang, yang sahamnya tercatat di Tokyo Stock Exchange. ACOM bergerak dalam bidang industri jasa pembiayaan dengan menyediakan pinjaman kepada individu/ perseorangan.

2. The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Ltd. (BTMU) adalah suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum dan perundang-undangan Jepang, berkedudukan dan berkantor di 2-7-1 Marunouchi, Chiyoda-ku, Tokyo 100-8388, Jepang, merupakan salah satu bank berkelas internasional di Jepang yang kegiatan utamanya adalah usaha perbankan komersial.

Direksi dan anggota Komisaris Bank BNP tidak turut serta memiliki saham Bank BNP, sehingga kepemilikan saham oleh pihak yang menjadi pengurus tidak ada/ nihil, demikian pula kepemilikan saham oleh kelompok-kelompok usaha Bank BNP tidak ada.

Jumlah saham Bank BNP yang telah dikeluarkan hingga akhir tahun 2011 seluruhnya 416.513.158 lembar terdiri dari saham biasa bersifat ekuitas yang ditatakelolakan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dengan harga nominal per lembar sahamnya adalah sebesar Rp. 500,- (lima ratus Rupiah).

Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah saham dapat dijabarkan pada tabel di bawah ini.

Jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek dan dapat diperjual belikan adalah sebanyak 99% dari total saham yang telah dikeluarkan oleh Bank BNP.

Transaksi perdagangan saham Bank BNP dalam kurun waktu setahun ini atau selama tahun 2011 tidak terjadi fluktuasi yang signifikan pada perdagangan di pasar reguler, dan harga saham pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp. 1.300,- per sahamnya.

Perkara Hukum Yang Dihadapi.Bank BNP hingga akhir tahun 2011 ini tidak sedang menghadapi tuntutan/ gugatan atau perkara hukum yang terbuka dengan/ dari pihak manapun.

Penunjukan Kantor Akuntan Publik.Bank BNP telah menunjuk Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani (member of Grant Thornton) yang melakukan pemeriksaan umum terhadap Bank BNP untuk Tahun Buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2011.

Sekretaris PerusahaanSekretaris Perusahaan bertugas sebagai mediator dan komunikator antara Bank BNP dengan Otoritas Pasar Modal dan masyarakat, serta bertanggung jawab untuk menyediakan dan menyampaikan informasi publik kepada pihak-pihak yang memerlukannya secara akurat dan tepat waktu. Sesuai dengan Peraturan Bursa Efek Jakarta tentang Peraturan No. I-A : Tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat butir III.I.8, maka perseroan telah memiliki Sekretaris Perusahaan, yang keberadaannya diatur dan ditetapkan oleh ketentuan yang mengaturnya.

Mikro dan Kecil dengan mengkombinasikan beberapa jenis produk Pinjaman seperti produk pinjaman Mikro lainnya dan KATANA Bisnis, sedangkan pada sisi penghimpunan dana gencar dilakukan penjualan produk-produk simpanan baru yang memiliki karakteristik berjangka panjang seperti Tabungan Japan dan pelaksanaan program-program promo seperti pelaksanaan GANBAROU 1.

Realisasi pemberian pinjaman Subordinasi dari pihak ACOM Japan dan ACOM USA sebesar USD 5,9 juta telah memberikan kontribusi positif pada terjaganya besaran Modal Minimum yang harus dipelihara, sehingga tetap berada pada besaran di atas 13%, selain itu peningkatan perolehan dana murah yang bersumber dari Tabungan dan Giro terus difokuskan agar margin semakin membaik.

Daya dukung dan ketersediaan SDM menjadi faktor penting lainnya, untuk itu penambahan jumlah karyawan dan jaringan kantor serta kegiatan pendidikan dan pelatihan memberikan kontribusi positif pada tercapainya sasaran kerja dari perusahaan. Untuk memberikan dorongan atas tujuan bisnis Bank BNP tersebut, manajemen memandang penting adanya upaya untuk terus membenahi dan meningkatkan tata kelola administrasi dan pengembangan SDM secara terintegrasi dengan bekerja sama dengan konsultan jasa pengembang SDM yang berkompeten.

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)Upaya untuk melaksanaan GCG dengan maksimal, telah memberikan dampak pada transparansi, akuntabilitas keuangan dan tata kelola administrasi yang semakin baik, sehingga hal tersebut berkontribusi langsung pada kinerja Bank yang semakin baik, tingkat kesehatan dan penilaian kinerja dari otoritaspun semakin meningkat, terlebih dalam upaya untuk tetap mempertahankan dan memperkuat struktur permodalan Bank BNP.

Pelaksanaan rapat-rapat Direksi yang telah lebih terprogram dengan materi pembahasan dan keputusan yang sinergis serta strategis diputuskan dalam mekanisme musyawarah mufakat, koordinasi dengan Dewan Komisaris yang terus dibina, sehingga keseluruhannya dapat menjadi sinergi yang positif dalam membangun tata kelola perusahaan yang baik.

Demikian pula dengan komitmen yang diberikan oleh Pemegang Saham untuk tetap menjaga kesehatan dan kecukupan modal Bank diwujudnyatakan dengan melakukan pemberian pinjaman Subordinasi berjangka panjang yaitu 7 (tujuh) tahun, sehingga dapat turut memperkuat struktur permodalan Bank BNP kedepannya.

Pada triwulan II tahun 2011, sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, telah terjadi pergantian Presiden Komisaris dari Junichi Yoroisaka kepada Yasuo Uonomi yang dilaksanakan sesuai dengan masa baktinya dimana proses pergantian dan pengangkatannya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kinerja Perusahaan dan KeuanganBank BNP memiliki keunggulan dalam sisi keberadaan nasabah-nasabahnya yang cukup loyal terhadap Bank BNP, hal ini terbukti bahwa sekalipun tingkat persaingan usaha sangat ketat, namun para nasabah tersebut tetap memberikan dukungan penuh dan kepercayaan kepada Bank BNP.

Bila dilihat dari ukuran volume bisnis, mungkin Bank BNP saat ini belum dapat bersaing dengan bank-bank kelas besar, namun dalam beberapa aktivitasnya seperti agresifitas dalam pembiayaan bisnis mikro dan kecil, pengeluaran produk simpanan yang telah dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga langkah-langkah tersebut menjadi pertimbangan beberapa kompetitor sebagai pesaing yang harus diperhitungkan oleh mereka.

Pertumbuhan volume usaha sebesar 24% menunjukan bahwa prospek keuangan Bank BNP masih tumbuh dengan baik dibanding dengan rata-rata industrinya, bahkan dalam hal penyediaan dana dalam bentuk Kredit, Bank BNP berhasil menyalurkan portofolio kreditnya selama tahun 2011 sebesar Rp. 1,2 triliun lebih atau sama dengan tumbuh sebesar 31,5%. Sedangkan dalam hal kegiatan penghimpunan dana pihak ketiga/ simpanan tumbuh selama tahun 2011 sebesar Rp. 1,1 triliun lebih atau sama dengan tumbuh sebesar 24,5%, sehingga kondisi ini mendorong naiknya rasio Pinjaman terhadap Simpanan (LDR) menjadi sebesar 84,92%.

Kemampuan dalam menghasilkan Laba Bersih pada tahun 2011 naik sebesar Rp. 17 Miliar atau sama dengan naik sebesar 33,4%, dimana kondisi ini secara dominan lebih dipengaruhi oleh terjadinya peningkatan atas Pendapatan Bunga Bersih sebesar 36,31% dari tahun sebelumnya.

Sementara itu kemampuan permodalan dan likuiditas Bank BNP pada posisi akhir tahun 2011 relatif baik, hal ini terlihat bahwa kewajiban pemenuhan modal minimum (CAR) tercatat sebesar 13,45% hal ini tidak terlepas pula dari selain meningkatnya Laba Operasional sebesar 35% juga dari hasil penambahan atas pinjaman Subordinasi sebesar USD 5,9 juta yang diperhitungkan sebagai komponen lower tier 2 atas perhitungan CAR Bank BNP, sedangkan dari sisi penyediaan Giro Wajib Minimum (GWM), berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang besarnya 8% untuk GWM Primer Rupiah dan Valuta Asing telah dipenuhi hingga akhir tahun 2011.

Peluncuran beberapa produk simpanan dan pinjaman yang baru, turut pula mendorong peningkatan volume bisnis pada tahun 2011, didukung dengan tekad untuk melakukan pergeseran komposisi dana mahal ke dalam dana murah dan bersifat jangka panjang tentunya akan memberikan kontribusi dalam pencapaian Laba Bank BNP.

Bila secara umum dikaitkan dengan target yang telah dibuat dalam Rencana Bisnis Bank tahun 2011-2013, maka pencapaian atas seluruh aspek finansial hampir seluruhnya dapat dicapai dengan baik, terlebih untuk pos-pos tertentu seperti Pinjaman, Sumber Dana, Laba dan total Aset, demikian pula dengan beberapa rasio keuangannya.

Perkembangan Jaringan KantorTujuan pengembangan jaringan kantor yang terus dilakukan selain untuk meningkatkan brand awareness adalah juga untuk lebih mendekatkan Bank BNP kepada target pasarnya.

Selama tahun 2011 telah dibuka 13 jaringan kantor baru di wilayah Jakarta, Surabaya dan Bali, sehingga pada akhir tahun jumlah jaringan kantor Bank BNP menjadi 60 jaringan kantor yang didukung pula dengan Mesin ATM sebanyak 51 buah.

Perluasan jaringan kantor ini menjadi strategis bila dikaitkan dengan pergeseran fokus bisnis khususnya kepada Segmen Usaha Mikro dan Kecil tersebut, karena jumlah outlet/ jaringan dan kemudahan akses masyarakat kepada Bank akan mempercepat pertumbuhan penyaluran dana maupun penghimpunan dana dari dan untuk masyarakat.

Pandangan Ke Depan Dengan melihat pada berbagai aspek yang dapat mempengaruhi penetapan kebijakan dan strategi bisnis Bank BNP ke depannya, baik yang bersifat internal maupun eksternal, maka kami masih berkeyakinan bahwa kondisi perekonomian nasional dan regional masih akan bertumbuh, sekalipun pertumbuhan ekonomi dunia secara umum diprediksi lebih kecil yaitu sekitar 4% (yoy) sampai 5,4% (yoy), hal tersebut karena dipandang masih belum jelasnya penyelesaian krisis utang yang terjadi di Negara-negara Eropa yang dengan sendirinya akan menjadi faktor utama perlambatan yang terjadi pada semester 1 tahun 2012.

Bermodalkan pada pencapaian kinerja keuangan pada tahun 2011 ini, kami berkeyakinan bahwa tahun mendatang Bank BNP akan mampu untuk terus meningkatkan performance bisnisnya dengan lebih baik lagi, hal ini tentunya tidak terlepas dari dukungan stakeholders Bank BNP yang sampai saat ini telah memberikan support penuh kepada manajemen untuk terus berkarya sehingga memberikan hasil dan nilai tambah perusahaan yang semakin baik di masa yang akan datang.

ApresiasiSeluruh hasil kerja yang telah diberikan oleh segenap jajaran unit kerja telah membuahkan hasil yang menggembirakan yaitu untuk tahun 2011 ini Bank BNP telah meraih beberapa penghargaan sesuai dengan kategori-kategori yang dinilai, secara khusus Bank BNP diperhitungkan sebagai : The Most Valuable Bank dan sekaligus meraih predikat sebagai The Most Attractive Bank yaitu Bank terbaik berdasarkan kemampuan untuk

menjadi lembaga intermediasi keuangan bagi masyarakat serta beberapa penghargaan lainnya yang diterima Bank BNP pada tahun 2011. Rasanya tidak berlebihan bila Saya atas nama manajemen Bank BNP, mengucapkan terimakasih kepada seluruh nasabah, pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, Direksi, karyawan, mitra usaha yang telah memberikan dukungan penuh dan kepercayaannya kepada Bank BNP.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

RIWAYAT SINGKAT PERUSAHAANPT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. berkedudukan di Bandung dan berkantor pusat di Jalan Ir. H. Juanda No. 95, Bandung - 40132, Indonesia, didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 47, tanggal 18 Januari 1972, yang dibuat di hadapan Komar Andasasmita, SH, Notaris di Bandung. Bank BNP semula didirikan dengan nama PT. Bank Pasar Karya Parahyangan yang berorientasi bisnis pada usaha retail, kemudian pada bulan Juli 1989 ditingkatkan statusnya menjadi Bank Umum Nasional sekaligus berganti nama menjadi PT. Bank Nusantara Parahyangan dan pada Agustus 1994, Bank BNP mendapat ijin operasional sebagai Bank Devisa.

Berdasarkan keputusan RUPSLB tanggal 15 September 2000, Bank BNP mengubah status perusahaan menjadi perusahaan publik (terbuka) dan menawarkan 50.000.000 saham biasa kepada masyarakat dengan harga nominal Rp. 500,- per lembar sahamnya, disertai dengan penerbitan waran sejumlah 20.000.000 lembar yang dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta tanggal 10 Januari 2001, sehingga jumlah saham beredar saat itu menjadi sebanyak 150.000.000 saham dan sebagai akibat adanya exercise waran sebanyak 8.275.000 lembar pada tahun 2004, maka jumlah saham beredar bertambah menjadi 158.275.000 saham.

Pada bulan Juli 2006 dilakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT 1) kepada pemegang saham atas sejumlah 158.275.000 lembar saham dengan harga penawaran sebesar Rp. 550,- per saham, sehingga jumlah saham beredar yang telah dikeluarkan Bank BNP menjadi 316.550.000 saham.

Pada tanggal 17 Desember 2007, kepemilikan mayoritas saham Bank BNP telah beralih kepada ACOM CO., LTD. Japan (ACOM) dan The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Ltd. (BTMU) melalui akuisisi saham sebanyak 75,41%, dimana ACOM menguasai 55,41% dan BTMU menguasai 20% dari seluruh saham yang telah dikeluarkan, sehingga dengan demikian keduanya menjadi Pemegang Saham Pengendali Bank BNP.

Pada bulan Januari – Maret 2008 telah dilakukan penawaran tender/ tender offer atas kepemilikan saham Bank BNP oleh ACOM CO.,LTD. berkaitan dengan kegiatan akuisisi, sehingga jumlah kepemilikan saham ACOM CO., LTD. berubah menjadi 55,68%.

Pada bulan Oktober 2010 Perseroan melakukan penambahan Modal Disetor melalui Penawaran Umum Terbatas II (PUT 2) sebanyak 99.963.158 lembar saham baru dengan harga penawaran sebesar Rp. 1.000,- per saham, sehingga jumlah saham yang telah dikeluarkan Perseroan seluruhnya berjumlah 416.513.158 lembar dengan nominal Rp. 208.256.579.000,-.

Bank BNP hingga akhir tahun 2011 memiliki karyawan berjumlah 1.298 orang dan telah memiliki jumlah jaringan kantor sebanyak 60 buah yang terdiri dari 1 Kantor Pusat, 11 Kantor Cabang, 35 Kantor Cabang Pembantu, 6 Kantor Kas dan 7 Service Point yang tersebar di wilayah Jawa – Bali, seperti Bandung, Cimahi, Sukabumi, Bogor, Jakarta, Bekasi, Cikarang, Karawang, Cikampek, Pamanukan, Kadipaten, Cirebon, Jatibarang, Tasikmalaya, Garut, Semarang, Surabaya, Lamongan dan Bali.

KEGIATAN UTAMA BANKKegiatan Usaha Dalam Penyaluran Dana Sebagai wujud pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan yaitu sebagai agent of development yang turut berperan aktif dalam menciptakan dan mendorong pembangunan nasional, maka salah satu kegiatan utama Bank BNP adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat/ pihak ketiga yang membutuhkannya dalam bentuk kredit.

Kredit dimaksud bukanlah merupakan satu-satunya yang termasuk dalam jenis kegiatan penyaluran dana, namun yang menjadi kontributor terbesar terhadap perolehan keuntungan Bank adalah kredit.

Kredit yang diberikan tersebut terdiri dari kredit yang digunakan sebagai Modal Kerja, kredit untuk Investasi, kredit untuk kebutuhan Konsumtif dan lain sebagainya dimana penyaluran kredit tersebut tentunya dilakukan dengan prinsip kehati-hatian seperti terpenuhinya unsur-unsur ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit, kemampuan membayar, kelayakan usaha, risiko-risiko atas kredit yang mungkin timbul dan lain sebagainya.

Alokasi penyaluran dana termasuk pada pembiayaan segmen UMKM khususnya Usaha Mikro dan Kecil membutuhkan fokus tersendiri khususnya setelah Bank BNP membidik segmen ini untuk dikembangkan lebih lanjut secara maksimal, sekalipun banyak hal yang harus dilakukan dalam memfasilitasi bisnis segmen ini seperti halnya, ketersediaan jaringan kantor/ outlet, SDM yang handal serta manajemen operasional yang mendukung penuh upaya pengembangan pembiayaan pada segmen ini.

Kegiatan lainnya dalam penyaluran dana serta untuk memberikan diversifikasi dari produk pinjaman, Bank BNP juga meluncurkan program pembiayaan perseorangan (personal loan), dalam bentuk Kredit Tanpa Agunan (BNP Katana), upaya ini adalah upaya untuk meningkatkan raihan kredit ritel serta pertumbuhan jumlah debitur/ customer based yang besar, sehingga berpotensi untuk dilakukannya cross selling atas produk dan jasa lainnya.

Kegiatan Usaha Dalam Bidang Penghimpunan DanaSukses dan keberhasilan dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk Simpanan memberikan kontribusi yang sangat penting, disamping sebagai cerminan kepercayaan masyarakat pada bank, juga penting artinya sebagai modal bagi pelaksanaan fungsi intermediasi.

Kegiatan penghimpunan dana di Bank BNP diperoleh dari penjualan beberapa produk Simpanan antara lain Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Mata Uang Asing.

Penerbitan beberapa produk turunan dari simpanan yang baru seperti Tabungan Sakura dan Tabungan JAPAN (Jangka Panjang) dalam mata uang Rupiah dan USD juga telah memberikan dorongan pada pertumbuhan volume simpanan di Bank BNP secara signifikan.

Penerapan atas besaran suku bunga simpanan yang diberlakukan mengikuti ketentuan dalam penetapan suku bunga yang berlaku umum, disamping itu juga dengan mempertimbangkan suku bunga pasar yang berlaku.

Dalam menetapkan maksimum suku bunga yang diberikan pun, Bank BNP sangat berhati-hati sekali, sedapat mungkin dihindari pemberian suku bunga yang melebihi suku bunga penjaminan yang ditetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Kegiatan Usaha Dalam Bidang Jasa-jasa Perbankan LainnyaSelain kegiatan utama menghimpun dan menyalurkan dana, maka keberadaan jasa-jasa keuangan dan jasa perbankan yang disediakan akan menjadi pelengkap atau menjadi aksesoris dan melengkapi produk-produk yang dijual oleh Bank BNP, sehingga setiap nasabah yang melakukan transaksi dengan Bank BNP atau membeli produk Bank BNP akan mendapatkan service yang lengkap dan terintegrasi didukung dengan layanan hampir seluruhnya online.

Dengan menyediakan layanan perbankan lainnya akan menambah variasi produk yang ada dan memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi keuangannya melalui

Bank BNP. Jasa perbankan yang diberikan pada umumnya hampir sama dengan jasa-jasa yang diberikan oleh

perbankan lainnya seperti Kiriman Uang, Collection, Money Changer, Kliring, Inkaso, Bank Garansi, Safe Deposit Box, Layanan LC dan lain sebagainya.

Nama Pemegang Saham dan Rincian KepemilikanInformasi Ringkas dari kepemilikan saham terbesar adalah sebagai berikut :1. ACOM CO., LTD. Japan, adalah suatu perusahaan publik

yang didirikan berdasarkan hukum dan perundang-undangan Jepang, berkedudukan dan berkantor di 1-1, Marunouchi 2- chome. Chiyoda-ku, Tokyo 100-8307, Jepang, yang sahamnya tercatat di Tokyo Stock Exchange. ACOM bergerak dalam bidang industri jasa pembiayaan dengan menyediakan pinjaman kepada individu/ perseorangan.

2. The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Ltd. (BTMU) adalah suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum dan perundang-undangan Jepang, berkedudukan dan berkantor di 2-7-1 Marunouchi, Chiyoda-ku, Tokyo 100-8388, Jepang, merupakan salah satu bank berkelas internasional di Jepang yang kegiatan utamanya adalah usaha perbankan komersial.

Direksi dan anggota Komisaris Bank BNP tidak turut serta memiliki saham Bank BNP, sehingga kepemilikan saham oleh pihak yang menjadi pengurus tidak ada/ nihil, demikian pula kepemilikan saham oleh kelompok-kelompok usaha Bank BNP tidak ada.

Jumlah saham Bank BNP yang telah dikeluarkan hingga akhir tahun 2011 seluruhnya 416.513.158 lembar terdiri dari saham biasa bersifat ekuitas yang ditatakelolakan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dengan harga nominal per lembar sahamnya adalah sebesar Rp. 500,- (lima ratus Rupiah).

Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah saham dapat dijabarkan pada tabel di bawah ini.

Jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek dan dapat diperjual belikan adalah sebanyak 99% dari total saham yang telah dikeluarkan oleh Bank BNP.

Transaksi perdagangan saham Bank BNP dalam kurun waktu setahun ini atau selama tahun 2011 tidak terjadi fluktuasi yang signifikan pada perdagangan di pasar reguler, dan harga saham pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp. 1.300,- per sahamnya.

Perkara Hukum Yang Dihadapi.Bank BNP hingga akhir tahun 2011 ini tidak sedang menghadapi tuntutan/ gugatan atau perkara hukum yang terbuka dengan/ dari pihak manapun.

Penunjukan Kantor Akuntan Publik.Bank BNP telah menunjuk Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani (member of Grant Thornton) yang melakukan pemeriksaan umum terhadap Bank BNP untuk Tahun Buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2011.

Sekretaris PerusahaanSekretaris Perusahaan bertugas sebagai mediator dan komunikator antara Bank BNP dengan Otoritas Pasar Modal dan masyarakat, serta bertanggung jawab untuk menyediakan dan menyampaikan informasi publik kepada pihak-pihak yang memerlukannya secara akurat dan tepat waktu. Sesuai dengan Peraturan Bursa Efek Jakarta tentang Peraturan No. I-A : Tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat butir III.I.8, maka perseroan telah memiliki Sekretaris Perusahaan, yang keberadaannya diatur dan ditetapkan oleh ketentuan yang mengaturnya.

Mikro dan Kecil dengan mengkombinasikan beberapa jenis produk Pinjaman seperti produk pinjaman Mikro lainnya dan KATANA Bisnis, sedangkan pada sisi penghimpunan dana gencar dilakukan penjualan produk-produk simpanan baru yang memiliki karakteristik berjangka panjang seperti Tabungan Japan dan pelaksanaan program-program promo seperti pelaksanaan GANBAROU 1.

Realisasi pemberian pinjaman Subordinasi dari pihak ACOM Japan dan ACOM USA sebesar USD 5,9 juta telah memberikan kontribusi positif pada terjaganya besaran Modal Minimum yang harus dipelihara, sehingga tetap berada pada besaran di atas 13%, selain itu peningkatan perolehan dana murah yang bersumber dari Tabungan dan Giro terus difokuskan agar margin semakin membaik.

Daya dukung dan ketersediaan SDM menjadi faktor penting lainnya, untuk itu penambahan jumlah karyawan dan jaringan kantor serta kegiatan pendidikan dan pelatihan memberikan kontribusi positif pada tercapainya sasaran kerja dari perusahaan. Untuk memberikan dorongan atas tujuan bisnis Bank BNP tersebut, manajemen memandang penting adanya upaya untuk terus membenahi dan meningkatkan tata kelola administrasi dan pengembangan SDM secara terintegrasi dengan bekerja sama dengan konsultan jasa pengembang SDM yang berkompeten.

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)Upaya untuk melaksanaan GCG dengan maksimal, telah memberikan dampak pada transparansi, akuntabilitas keuangan dan tata kelola administrasi yang semakin baik, sehingga hal tersebut berkontribusi langsung pada kinerja Bank yang semakin baik, tingkat kesehatan dan penilaian kinerja dari otoritaspun semakin meningkat, terlebih dalam upaya untuk tetap mempertahankan dan memperkuat struktur permodalan Bank BNP.

Pelaksanaan rapat-rapat Direksi yang telah lebih terprogram dengan materi pembahasan dan keputusan yang sinergis serta strategis diputuskan dalam mekanisme musyawarah mufakat, koordinasi dengan Dewan Komisaris yang terus dibina, sehingga keseluruhannya dapat menjadi sinergi yang positif dalam membangun tata kelola perusahaan yang baik.

Demikian pula dengan komitmen yang diberikan oleh Pemegang Saham untuk tetap menjaga kesehatan dan kecukupan modal Bank diwujudnyatakan dengan melakukan pemberian pinjaman Subordinasi berjangka panjang yaitu 7 (tujuh) tahun, sehingga dapat turut memperkuat struktur permodalan Bank BNP kedepannya.

Pada triwulan II tahun 2011, sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, telah terjadi pergantian Presiden Komisaris dari Junichi Yoroisaka kepada Yasuo Uonomi yang dilaksanakan sesuai dengan masa baktinya dimana proses pergantian dan pengangkatannya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kinerja Perusahaan dan KeuanganBank BNP memiliki keunggulan dalam sisi keberadaan nasabah-nasabahnya yang cukup loyal terhadap Bank BNP, hal ini terbukti bahwa sekalipun tingkat persaingan usaha sangat ketat, namun para nasabah tersebut tetap memberikan dukungan penuh dan kepercayaan kepada Bank BNP.

Bila dilihat dari ukuran volume bisnis, mungkin Bank BNP saat ini belum dapat bersaing dengan bank-bank kelas besar, namun dalam beberapa aktivitasnya seperti agresifitas dalam pembiayaan bisnis mikro dan kecil, pengeluaran produk simpanan yang telah dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga langkah-langkah tersebut menjadi pertimbangan beberapa kompetitor sebagai pesaing yang harus diperhitungkan oleh mereka.

Pertumbuhan volume usaha sebesar 24% menunjukan bahwa prospek keuangan Bank BNP masih tumbuh dengan baik dibanding dengan rata-rata industrinya, bahkan dalam hal penyediaan dana dalam bentuk Kredit, Bank BNP berhasil menyalurkan portofolio kreditnya selama tahun 2011 sebesar Rp. 1,2 triliun lebih atau sama dengan tumbuh sebesar 31,5%. Sedangkan dalam hal kegiatan penghimpunan dana pihak ketiga/ simpanan tumbuh selama tahun 2011 sebesar Rp. 1,1 triliun lebih atau sama dengan tumbuh sebesar 24,5%, sehingga kondisi ini mendorong naiknya rasio Pinjaman terhadap Simpanan (LDR) menjadi sebesar 84,92%.

Kemampuan dalam menghasilkan Laba Bersih pada tahun 2011 naik sebesar Rp. 17 Miliar atau sama dengan naik sebesar 33,4%, dimana kondisi ini secara dominan lebih dipengaruhi oleh terjadinya peningkatan atas Pendapatan Bunga Bersih sebesar 36,31% dari tahun sebelumnya.

Sementara itu kemampuan permodalan dan likuiditas Bank BNP pada posisi akhir tahun 2011 relatif baik, hal ini terlihat bahwa kewajiban pemenuhan modal minimum (CAR) tercatat sebesar 13,45% hal ini tidak terlepas pula dari selain meningkatnya Laba Operasional sebesar 35% juga dari hasil penambahan atas pinjaman Subordinasi sebesar USD 5,9 juta yang diperhitungkan sebagai komponen lower tier 2 atas perhitungan CAR Bank BNP, sedangkan dari sisi penyediaan Giro Wajib Minimum (GWM), berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang besarnya 8% untuk GWM Primer Rupiah dan Valuta Asing telah dipenuhi hingga akhir tahun 2011.

Peluncuran beberapa produk simpanan dan pinjaman yang baru, turut pula mendorong peningkatan volume bisnis pada tahun 2011, didukung dengan tekad untuk melakukan pergeseran komposisi dana mahal ke dalam dana murah dan bersifat jangka panjang tentunya akan memberikan kontribusi dalam pencapaian Laba Bank BNP.

Bila secara umum dikaitkan dengan target yang telah dibuat dalam Rencana Bisnis Bank tahun 2011-2013, maka pencapaian atas seluruh aspek finansial hampir seluruhnya dapat dicapai dengan baik, terlebih untuk pos-pos tertentu seperti Pinjaman, Sumber Dana, Laba dan total Aset, demikian pula dengan beberapa rasio keuangannya.

Perkembangan Jaringan KantorTujuan pengembangan jaringan kantor yang terus dilakukan selain untuk meningkatkan brand awareness adalah juga untuk lebih mendekatkan Bank BNP kepada target pasarnya.

Selama tahun 2011 telah dibuka 13 jaringan kantor baru di wilayah Jakarta, Surabaya dan Bali, sehingga pada akhir tahun jumlah jaringan kantor Bank BNP menjadi 60 jaringan kantor yang didukung pula dengan Mesin ATM sebanyak 51 buah.

Perluasan jaringan kantor ini menjadi strategis bila dikaitkan dengan pergeseran fokus bisnis khususnya kepada Segmen Usaha Mikro dan Kecil tersebut, karena jumlah outlet/ jaringan dan kemudahan akses masyarakat kepada Bank akan mempercepat pertumbuhan penyaluran dana maupun penghimpunan dana dari dan untuk masyarakat.

Pandangan Ke Depan Dengan melihat pada berbagai aspek yang dapat mempengaruhi penetapan kebijakan dan strategi bisnis Bank BNP ke depannya, baik yang bersifat internal maupun eksternal, maka kami masih berkeyakinan bahwa kondisi perekonomian nasional dan regional masih akan bertumbuh, sekalipun pertumbuhan ekonomi dunia secara umum diprediksi lebih kecil yaitu sekitar 4% (yoy) sampai 5,4% (yoy), hal tersebut karena dipandang masih belum jelasnya penyelesaian krisis utang yang terjadi di Negara-negara Eropa yang dengan sendirinya akan menjadi faktor utama perlambatan yang terjadi pada semester 1 tahun 2012.

Bermodalkan pada pencapaian kinerja keuangan pada tahun 2011 ini, kami berkeyakinan bahwa tahun mendatang Bank BNP akan mampu untuk terus meningkatkan performance bisnisnya dengan lebih baik lagi, hal ini tentunya tidak terlepas dari dukungan stakeholders Bank BNP yang sampai saat ini telah memberikan support penuh kepada manajemen untuk terus berkarya sehingga memberikan hasil dan nilai tambah perusahaan yang semakin baik di masa yang akan datang.

ApresiasiSeluruh hasil kerja yang telah diberikan oleh segenap jajaran unit kerja telah membuahkan hasil yang menggembirakan yaitu untuk tahun 2011 ini Bank BNP telah meraih beberapa penghargaan sesuai dengan kategori-kategori yang dinilai, secara khusus Bank BNP diperhitungkan sebagai : The Most Valuable Bank dan sekaligus meraih predikat sebagai The Most Attractive Bank yaitu Bank terbaik berdasarkan kemampuan untuk

menjadi lembaga intermediasi keuangan bagi masyarakat serta beberapa penghargaan lainnya yang diterima Bank BNP pada tahun 2011. Rasanya tidak berlebihan bila Saya atas nama manajemen Bank BNP, mengucapkan terimakasih kepada seluruh nasabah, pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, Direksi, karyawan, mitra usaha yang telah memberikan dukungan penuh dan kepercayaannya kepada Bank BNP.

Nama dan Alamat Perusahaan

Nama : PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Alamat : Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Bandung 40132,

Jawa Barat - Indonesia

Telepon : +62 22 82560100 (Hunting)

Faximili : +62 22 2514580

Website : www.bankbnp.com

Email : [email protected]

PROFIL PERUSAHAAN

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

RIWAYAT SINGKAT PERUSAHAANPT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. berkedudukan di Bandung dan berkantor pusat di Jalan Ir. H. Juanda No. 95, Bandung - 40132, Indonesia, didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 47, tanggal 18 Januari 1972, yang dibuat di hadapan Komar Andasasmita, SH, Notaris di Bandung. Bank BNP semula didirikan dengan nama PT. Bank Pasar Karya Parahyangan yang berorientasi bisnis pada usaha retail, kemudian pada bulan Juli 1989 ditingkatkan statusnya menjadi Bank Umum Nasional sekaligus berganti nama menjadi PT. Bank Nusantara Parahyangan dan pada Agustus 1994, Bank BNP mendapat ijin operasional sebagai Bank Devisa.

Berdasarkan keputusan RUPSLB tanggal 15 September 2000, Bank BNP mengubah status perusahaan menjadi perusahaan publik (terbuka) dan menawarkan 50.000.000 saham biasa kepada masyarakat dengan harga nominal Rp. 500,- per lembar sahamnya, disertai dengan penerbitan waran sejumlah 20.000.000 lembar yang dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta tanggal 10 Januari 2001, sehingga jumlah saham beredar saat itu menjadi sebanyak 150.000.000 saham dan sebagai akibat adanya exercise waran sebanyak 8.275.000 lembar pada tahun 2004, maka jumlah saham beredar bertambah menjadi 158.275.000 saham.

Pada bulan Juli 2006 dilakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT 1) kepada pemegang saham atas sejumlah 158.275.000 lembar saham dengan harga penawaran sebesar Rp. 550,- per saham, sehingga jumlah saham beredar yang telah dikeluarkan Bank BNP menjadi 316.550.000 saham.

Pada tanggal 17 Desember 2007, kepemilikan mayoritas saham Bank BNP telah beralih kepada ACOM CO., LTD. Japan (ACOM) dan The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Ltd. (BTMU) melalui akuisisi saham sebanyak 75,41%, dimana ACOM menguasai 55,41% dan BTMU menguasai 20% dari seluruh saham yang telah dikeluarkan, sehingga dengan demikian keduanya menjadi Pemegang Saham Pengendali Bank BNP.

Pada bulan Januari – Maret 2008 telah dilakukan penawaran tender/ tender offer atas kepemilikan saham Bank BNP oleh ACOM CO.,LTD. berkaitan dengan kegiatan akuisisi, sehingga jumlah kepemilikan saham ACOM CO., LTD. berubah menjadi 55,68%.

Pada bulan Oktober 2010 Perseroan melakukan penambahan Modal Disetor melalui Penawaran Umum Terbatas II (PUT 2) sebanyak 99.963.158 lembar saham baru dengan harga penawaran sebesar Rp. 1.000,- per saham, sehingga jumlah saham yang telah dikeluarkan Perseroan seluruhnya berjumlah 416.513.158 lembar dengan nominal Rp. 208.256.579.000,-.

Bank BNP hingga akhir tahun 2011 memiliki karyawan berjumlah 1.298 orang dan telah memiliki jumlah jaringan kantor sebanyak 60 buah yang terdiri dari 1 Kantor Pusat, 11 Kantor Cabang, 35 Kantor Cabang Pembantu, 6 Kantor Kas dan 7 Service Point yang tersebar di wilayah Jawa – Bali, seperti Bandung, Cimahi, Sukabumi, Bogor, Jakarta, Bekasi, Cikarang, Karawang, Cikampek, Pamanukan, Kadipaten, Cirebon, Jatibarang, Tasikmalaya, Garut, Semarang, Surabaya, Lamongan dan Bali.

KEGIATAN UTAMA BANKKegiatan Usaha Dalam Penyaluran Dana Sebagai wujud pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan yaitu sebagai agent of development yang turut berperan aktif dalam menciptakan dan mendorong pembangunan nasional, maka salah satu kegiatan utama Bank BNP adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat/ pihak ketiga yang membutuhkannya dalam bentuk kredit.

Kredit dimaksud bukanlah merupakan satu-satunya yang termasuk dalam jenis kegiatan penyaluran dana, namun yang menjadi kontributor terbesar terhadap perolehan keuntungan Bank adalah kredit.

Kredit yang diberikan tersebut terdiri dari kredit yang digunakan sebagai Modal Kerja, kredit untuk Investasi, kredit untuk kebutuhan Konsumtif dan lain sebagainya dimana penyaluran kredit tersebut tentunya dilakukan dengan prinsip kehati-hatian seperti terpenuhinya unsur-unsur ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit, kemampuan membayar, kelayakan usaha, risiko-risiko atas kredit yang mungkin timbul dan lain sebagainya.

Alokasi penyaluran dana termasuk pada pembiayaan segmen UMKM khususnya Usaha Mikro dan Kecil membutuhkan fokus tersendiri khususnya setelah Bank BNP membidik segmen ini untuk dikembangkan lebih lanjut secara maksimal, sekalipun banyak hal yang harus dilakukan dalam memfasilitasi bisnis segmen ini seperti halnya, ketersediaan jaringan kantor/ outlet, SDM yang handal serta manajemen operasional yang mendukung penuh upaya pengembangan pembiayaan pada segmen ini.

Kegiatan lainnya dalam penyaluran dana serta untuk memberikan diversifikasi dari produk pinjaman, Bank BNP juga meluncurkan program pembiayaan perseorangan (personal loan), dalam bentuk Kredit Tanpa Agunan (BNP Katana), upaya ini adalah upaya untuk meningkatkan raihan kredit ritel serta pertumbuhan jumlah debitur/ customer based yang besar, sehingga berpotensi untuk dilakukannya cross selling atas produk dan jasa lainnya.

Kegiatan Usaha Dalam Bidang Penghimpunan DanaSukses dan keberhasilan dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk Simpanan memberikan kontribusi yang sangat penting, disamping sebagai cerminan kepercayaan masyarakat pada bank, juga penting artinya sebagai modal bagi pelaksanaan fungsi intermediasi.

Kegiatan penghimpunan dana di Bank BNP diperoleh dari penjualan beberapa produk Simpanan antara lain Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Mata Uang Asing.

Penerbitan beberapa produk turunan dari simpanan yang baru seperti Tabungan Sakura dan Tabungan JAPAN (Jangka Panjang) dalam mata uang Rupiah dan USD juga telah memberikan dorongan pada pertumbuhan volume simpanan di Bank BNP secara signifikan.

Penerapan atas besaran suku bunga simpanan yang diberlakukan mengikuti ketentuan dalam penetapan suku bunga yang berlaku umum, disamping itu juga dengan mempertimbangkan suku bunga pasar yang berlaku.

Dalam menetapkan maksimum suku bunga yang diberikan pun, Bank BNP sangat berhati-hati sekali, sedapat mungkin dihindari pemberian suku bunga yang melebihi suku bunga penjaminan yang ditetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Kegiatan Usaha Dalam Bidang Jasa-jasa Perbankan LainnyaSelain kegiatan utama menghimpun dan menyalurkan dana, maka keberadaan jasa-jasa keuangan dan jasa perbankan yang disediakan akan menjadi pelengkap atau menjadi aksesoris dan melengkapi produk-produk yang dijual oleh Bank BNP, sehingga setiap nasabah yang melakukan transaksi dengan Bank BNP atau membeli produk Bank BNP akan mendapatkan service yang lengkap dan terintegrasi didukung dengan layanan hampir seluruhnya online.

Dengan menyediakan layanan perbankan lainnya akan menambah variasi produk yang ada dan memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi keuangannya melalui

Bank BNP. Jasa perbankan yang diberikan pada umumnya hampir sama dengan jasa-jasa yang diberikan oleh

perbankan lainnya seperti Kiriman Uang, Collection, Money Changer, Kliring, Inkaso, Bank Garansi, Safe Deposit Box, Layanan LC dan lain sebagainya.

Nama Pemegang Saham dan Rincian KepemilikanInformasi Ringkas dari kepemilikan saham terbesar adalah sebagai berikut :1. ACOM CO., LTD. Japan, adalah suatu perusahaan publik

yang didirikan berdasarkan hukum dan perundang-undangan Jepang, berkedudukan dan berkantor di 1-1, Marunouchi 2- chome. Chiyoda-ku, Tokyo 100-8307, Jepang, yang sahamnya tercatat di Tokyo Stock Exchange. ACOM bergerak dalam bidang industri jasa pembiayaan dengan menyediakan pinjaman kepada individu/ perseorangan.

2. The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Ltd. (BTMU) adalah suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum dan perundang-undangan Jepang, berkedudukan dan berkantor di 2-7-1 Marunouchi, Chiyoda-ku, Tokyo 100-8388, Jepang, merupakan salah satu bank berkelas internasional di Jepang yang kegiatan utamanya adalah usaha perbankan komersial.

Direksi dan anggota Komisaris Bank BNP tidak turut serta memiliki saham Bank BNP, sehingga kepemilikan saham oleh pihak yang menjadi pengurus tidak ada/ nihil, demikian pula kepemilikan saham oleh kelompok-kelompok usaha Bank BNP tidak ada.

Jumlah saham Bank BNP yang telah dikeluarkan hingga akhir tahun 2011 seluruhnya 416.513.158 lembar terdiri dari saham biasa bersifat ekuitas yang ditatakelolakan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dengan harga nominal per lembar sahamnya adalah sebesar Rp. 500,- (lima ratus Rupiah).

Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah saham dapat dijabarkan pada tabel di bawah ini.

Jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek dan dapat diperjual belikan adalah sebanyak 99% dari total saham yang telah dikeluarkan oleh Bank BNP.

Transaksi perdagangan saham Bank BNP dalam kurun waktu setahun ini atau selama tahun 2011 tidak terjadi fluktuasi yang signifikan pada perdagangan di pasar reguler, dan harga saham pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp. 1.300,- per sahamnya.

Perkara Hukum Yang Dihadapi.Bank BNP hingga akhir tahun 2011 ini tidak sedang menghadapi tuntutan/ gugatan atau perkara hukum yang terbuka dengan/ dari pihak manapun.

Penunjukan Kantor Akuntan Publik.Bank BNP telah menunjuk Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani (member of Grant Thornton) yang melakukan pemeriksaan umum terhadap Bank BNP untuk Tahun Buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2011.

Sekretaris PerusahaanSekretaris Perusahaan bertugas sebagai mediator dan komunikator antara Bank BNP dengan Otoritas Pasar Modal dan masyarakat, serta bertanggung jawab untuk menyediakan dan menyampaikan informasi publik kepada pihak-pihak yang memerlukannya secara akurat dan tepat waktu. Sesuai dengan Peraturan Bursa Efek Jakarta tentang Peraturan No. I-A : Tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat butir III.I.8, maka perseroan telah memiliki Sekretaris Perusahaan, yang keberadaannya diatur dan ditetapkan oleh ketentuan yang mengaturnya.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

RIWAYAT SINGKAT PERUSAHAANPT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. berkedudukan di Bandung dan berkantor pusat di Jalan Ir. H. Juanda No. 95, Bandung - 40132, Indonesia, didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 47, tanggal 18 Januari 1972, yang dibuat di hadapan Komar Andasasmita, SH, Notaris di Bandung. Bank BNP semula didirikan dengan nama PT. Bank Pasar Karya Parahyangan yang berorientasi bisnis pada usaha retail, kemudian pada bulan Juli 1989 ditingkatkan statusnya menjadi Bank Umum Nasional sekaligus berganti nama menjadi PT. Bank Nusantara Parahyangan dan pada Agustus 1994, Bank BNP mendapat ijin operasional sebagai Bank Devisa.

Berdasarkan keputusan RUPSLB tanggal 15 September 2000, Bank BNP mengubah status perusahaan menjadi perusahaan publik (terbuka) dan menawarkan 50.000.000 saham biasa kepada masyarakat dengan harga nominal Rp. 500,- per lembar sahamnya, disertai dengan penerbitan waran sejumlah 20.000.000 lembar yang dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta tanggal 10 Januari 2001, sehingga jumlah saham beredar saat itu menjadi sebanyak 150.000.000 saham dan sebagai akibat adanya exercise waran sebanyak 8.275.000 lembar pada tahun 2004, maka jumlah saham beredar bertambah menjadi 158.275.000 saham.

Pada bulan Juli 2006 dilakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT 1) kepada pemegang saham atas sejumlah 158.275.000 lembar saham dengan harga penawaran sebesar Rp. 550,- per saham, sehingga jumlah saham beredar yang telah dikeluarkan Bank BNP menjadi 316.550.000 saham.

Pada tanggal 17 Desember 2007, kepemilikan mayoritas saham Bank BNP telah beralih kepada ACOM CO., LTD. Japan (ACOM) dan The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Ltd. (BTMU) melalui akuisisi saham sebanyak 75,41%, dimana ACOM menguasai 55,41% dan BTMU menguasai 20% dari seluruh saham yang telah dikeluarkan, sehingga dengan demikian keduanya menjadi Pemegang Saham Pengendali Bank BNP.

Pada bulan Januari – Maret 2008 telah dilakukan penawaran tender/ tender offer atas kepemilikan saham Bank BNP oleh ACOM CO.,LTD. berkaitan dengan kegiatan akuisisi, sehingga jumlah kepemilikan saham ACOM CO., LTD. berubah menjadi 55,68%.

Pada bulan Oktober 2010 Perseroan melakukan penambahan Modal Disetor melalui Penawaran Umum Terbatas II (PUT 2) sebanyak 99.963.158 lembar saham baru dengan harga penawaran sebesar Rp. 1.000,- per saham, sehingga jumlah saham yang telah dikeluarkan Perseroan seluruhnya berjumlah 416.513.158 lembar dengan nominal Rp. 208.256.579.000,-.

Bank BNP hingga akhir tahun 2011 memiliki karyawan berjumlah 1.298 orang dan telah memiliki jumlah jaringan kantor sebanyak 60 buah yang terdiri dari 1 Kantor Pusat, 11 Kantor Cabang, 35 Kantor Cabang Pembantu, 6 Kantor Kas dan 7 Service Point yang tersebar di wilayah Jawa – Bali, seperti Bandung, Cimahi, Sukabumi, Bogor, Jakarta, Bekasi, Cikarang, Karawang, Cikampek, Pamanukan, Kadipaten, Cirebon, Jatibarang, Tasikmalaya, Garut, Semarang, Surabaya, Lamongan dan Bali.

KEGIATAN UTAMA BANKKegiatan Usaha Dalam Penyaluran Dana Sebagai wujud pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan yaitu sebagai agent of development yang turut berperan aktif dalam menciptakan dan mendorong pembangunan nasional, maka salah satu kegiatan utama Bank BNP adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat/ pihak ketiga yang membutuhkannya dalam bentuk kredit.

Kredit dimaksud bukanlah merupakan satu-satunya yang termasuk dalam jenis kegiatan penyaluran dana, namun yang menjadi kontributor terbesar terhadap perolehan keuntungan Bank adalah kredit.

Kredit yang diberikan tersebut terdiri dari kredit yang digunakan sebagai Modal Kerja, kredit untuk Investasi, kredit untuk kebutuhan Konsumtif dan lain sebagainya dimana penyaluran kredit tersebut tentunya dilakukan dengan prinsip kehati-hatian seperti terpenuhinya unsur-unsur ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit, kemampuan membayar, kelayakan usaha, risiko-risiko atas kredit yang mungkin timbul dan lain sebagainya.

Alokasi penyaluran dana termasuk pada pembiayaan segmen UMKM khususnya Usaha Mikro dan Kecil membutuhkan fokus tersendiri khususnya setelah Bank BNP membidik segmen ini untuk dikembangkan lebih lanjut secara maksimal, sekalipun banyak hal yang harus dilakukan dalam memfasilitasi bisnis segmen ini seperti halnya, ketersediaan jaringan kantor/ outlet, SDM yang handal serta manajemen operasional yang mendukung penuh upaya pengembangan pembiayaan pada segmen ini.

Kegiatan lainnya dalam penyaluran dana serta untuk memberikan diversifikasi dari produk pinjaman, Bank BNP juga meluncurkan program pembiayaan perseorangan (personal loan), dalam bentuk Kredit Tanpa Agunan (BNP Katana), upaya ini adalah upaya untuk meningkatkan raihan kredit ritel serta pertumbuhan jumlah debitur/ customer based yang besar, sehingga berpotensi untuk dilakukannya cross selling atas produk dan jasa lainnya.

Kegiatan Usaha Dalam Bidang Penghimpunan DanaSukses dan keberhasilan dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk Simpanan memberikan kontribusi yang sangat penting, disamping sebagai cerminan kepercayaan masyarakat pada bank, juga penting artinya sebagai modal bagi pelaksanaan fungsi intermediasi.

Kegiatan penghimpunan dana di Bank BNP diperoleh dari penjualan beberapa produk Simpanan antara lain Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Mata Uang Asing.

Penerbitan beberapa produk turunan dari simpanan yang baru seperti Tabungan Sakura dan Tabungan JAPAN (Jangka Panjang) dalam mata uang Rupiah dan USD juga telah memberikan dorongan pada pertumbuhan volume simpanan di Bank BNP secara signifikan.

Penerapan atas besaran suku bunga simpanan yang diberlakukan mengikuti ketentuan dalam penetapan suku bunga yang berlaku umum, disamping itu juga dengan mempertimbangkan suku bunga pasar yang berlaku.

Dalam menetapkan maksimum suku bunga yang diberikan pun, Bank BNP sangat berhati-hati sekali, sedapat mungkin dihindari pemberian suku bunga yang melebihi suku bunga penjaminan yang ditetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Kegiatan Usaha Dalam Bidang Jasa-jasa Perbankan LainnyaSelain kegiatan utama menghimpun dan menyalurkan dana, maka keberadaan jasa-jasa keuangan dan jasa perbankan yang disediakan akan menjadi pelengkap atau menjadi aksesoris dan melengkapi produk-produk yang dijual oleh Bank BNP, sehingga setiap nasabah yang melakukan transaksi dengan Bank BNP atau membeli produk Bank BNP akan mendapatkan service yang lengkap dan terintegrasi didukung dengan layanan hampir seluruhnya online.

Dengan menyediakan layanan perbankan lainnya akan menambah variasi produk yang ada dan memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi keuangannya melalui

Bank BNP. Jasa perbankan yang diberikan pada umumnya hampir sama dengan jasa-jasa yang diberikan oleh

perbankan lainnya seperti Kiriman Uang, Collection, Money Changer, Kliring, Inkaso, Bank Garansi, Safe Deposit Box, Layanan LC dan lain sebagainya.

Nama Pemegang Saham dan Rincian KepemilikanInformasi Ringkas dari kepemilikan saham terbesar adalah sebagai berikut :1. ACOM CO., LTD. Japan, adalah suatu perusahaan publik

yang didirikan berdasarkan hukum dan perundang-undangan Jepang, berkedudukan dan berkantor di 1-1, Marunouchi 2- chome. Chiyoda-ku, Tokyo 100-8307, Jepang, yang sahamnya tercatat di Tokyo Stock Exchange. ACOM bergerak dalam bidang industri jasa pembiayaan dengan menyediakan pinjaman kepada individu/ perseorangan.

2. The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Ltd. (BTMU) adalah suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum dan perundang-undangan Jepang, berkedudukan dan berkantor di 2-7-1 Marunouchi, Chiyoda-ku, Tokyo 100-8388, Jepang, merupakan salah satu bank berkelas internasional di Jepang yang kegiatan utamanya adalah usaha perbankan komersial.

Direksi dan anggota Komisaris Bank BNP tidak turut serta memiliki saham Bank BNP, sehingga kepemilikan saham oleh pihak yang menjadi pengurus tidak ada/ nihil, demikian pula kepemilikan saham oleh kelompok-kelompok usaha Bank BNP tidak ada.

Jumlah saham Bank BNP yang telah dikeluarkan hingga akhir tahun 2011 seluruhnya 416.513.158 lembar terdiri dari saham biasa bersifat ekuitas yang ditatakelolakan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dengan harga nominal per lembar sahamnya adalah sebesar Rp. 500,- (lima ratus Rupiah).

Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah saham dapat dijabarkan pada tabel di bawah ini.

Jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek dan dapat diperjual belikan adalah sebanyak 99% dari total saham yang telah dikeluarkan oleh Bank BNP.

Transaksi perdagangan saham Bank BNP dalam kurun waktu setahun ini atau selama tahun 2011 tidak terjadi fluktuasi yang signifikan pada perdagangan di pasar reguler, dan harga saham pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp. 1.300,- per sahamnya.

Perkara Hukum Yang Dihadapi.Bank BNP hingga akhir tahun 2011 ini tidak sedang menghadapi tuntutan/ gugatan atau perkara hukum yang terbuka dengan/ dari pihak manapun.

Penunjukan Kantor Akuntan Publik.Bank BNP telah menunjuk Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani (member of Grant Thornton) yang melakukan pemeriksaan umum terhadap Bank BNP untuk Tahun Buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2011.

Sekretaris PerusahaanSekretaris Perusahaan bertugas sebagai mediator dan komunikator antara Bank BNP dengan Otoritas Pasar Modal dan masyarakat, serta bertanggung jawab untuk menyediakan dan menyampaikan informasi publik kepada pihak-pihak yang memerlukannya secara akurat dan tepat waktu. Sesuai dengan Peraturan Bursa Efek Jakarta tentang Peraturan No. I-A : Tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat butir III.I.8, maka perseroan telah memiliki Sekretaris Perusahaan, yang keberadaannya diatur dan ditetapkan oleh ketentuan yang mengaturnya.

1

2

3

4

5

Kronologis Pencatatan Saham dan Perubahan Jumlah Saham

Keterangan Tanggal Pencatatan Jumlah yang Diterbitkan Jumlah Saham

-

10 - 01- 2001

10 - 01 - 2004

07 - 07 - 2006

14 - 10 - 2010

-

50.000.000

8.275.000

158.275.000

99.963.158

100.000.000

150.000.000

158.275.000

316.550.000

416.513.158

Modal Disetor

Penawaran Umum Perdana

Pelaksanaan Waran

Penawaran Umum Terbatas – 1

Penawaran Umum Terbatas – 2

Nama Pemegang Saham dan Rincian Kepemilikan

No Nama Pemegang Saham Jumlah Nominal Saham %

251.180.469

63.310.000

38.736.130

23.741.500

39.545.059

416.513.158

125.590.234.500

31.655.000.000

19.368.065.000

11.870.750.000

19.772.529.500

208.256.579.000

60,31 %

15,20 %

9,30 %

5,70 %

9,49 %

100 %

ACOM CO., LTD. Japan

The Bank of Tokyo – Mitsubishi UFJ, Ltd.

Hermawan Sentral Investama, PT

Hermawan Ladang Arta, PT

Lain-lain/Others (< 5%)

Jumlah

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

RIWAYAT SINGKAT PERUSAHAANPT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. berkedudukan di Bandung dan berkantor pusat di Jalan Ir. H. Juanda No. 95, Bandung - 40132, Indonesia, didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 47, tanggal 18 Januari 1972, yang dibuat di hadapan Komar Andasasmita, SH, Notaris di Bandung. Bank BNP semula didirikan dengan nama PT. Bank Pasar Karya Parahyangan yang berorientasi bisnis pada usaha retail, kemudian pada bulan Juli 1989 ditingkatkan statusnya menjadi Bank Umum Nasional sekaligus berganti nama menjadi PT. Bank Nusantara Parahyangan dan pada Agustus 1994, Bank BNP mendapat ijin operasional sebagai Bank Devisa.

Berdasarkan keputusan RUPSLB tanggal 15 September 2000, Bank BNP mengubah status perusahaan menjadi perusahaan publik (terbuka) dan menawarkan 50.000.000 saham biasa kepada masyarakat dengan harga nominal Rp. 500,- per lembar sahamnya, disertai dengan penerbitan waran sejumlah 20.000.000 lembar yang dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta tanggal 10 Januari 2001, sehingga jumlah saham beredar saat itu menjadi sebanyak 150.000.000 saham dan sebagai akibat adanya exercise waran sebanyak 8.275.000 lembar pada tahun 2004, maka jumlah saham beredar bertambah menjadi 158.275.000 saham.

Pada bulan Juli 2006 dilakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT 1) kepada pemegang saham atas sejumlah 158.275.000 lembar saham dengan harga penawaran sebesar Rp. 550,- per saham, sehingga jumlah saham beredar yang telah dikeluarkan Bank BNP menjadi 316.550.000 saham.

Pada tanggal 17 Desember 2007, kepemilikan mayoritas saham Bank BNP telah beralih kepada ACOM CO., LTD. Japan (ACOM) dan The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Ltd. (BTMU) melalui akuisisi saham sebanyak 75,41%, dimana ACOM menguasai 55,41% dan BTMU menguasai 20% dari seluruh saham yang telah dikeluarkan, sehingga dengan demikian keduanya menjadi Pemegang Saham Pengendali Bank BNP.

Pada bulan Januari – Maret 2008 telah dilakukan penawaran tender/ tender offer atas kepemilikan saham Bank BNP oleh ACOM CO.,LTD. berkaitan dengan kegiatan akuisisi, sehingga jumlah kepemilikan saham ACOM CO., LTD. berubah menjadi 55,68%.

Pada bulan Oktober 2010 Perseroan melakukan penambahan Modal Disetor melalui Penawaran Umum Terbatas II (PUT 2) sebanyak 99.963.158 lembar saham baru dengan harga penawaran sebesar Rp. 1.000,- per saham, sehingga jumlah saham yang telah dikeluarkan Perseroan seluruhnya berjumlah 416.513.158 lembar dengan nominal Rp. 208.256.579.000,-.

Bank BNP hingga akhir tahun 2011 memiliki karyawan berjumlah 1.298 orang dan telah memiliki jumlah jaringan kantor sebanyak 60 buah yang terdiri dari 1 Kantor Pusat, 11 Kantor Cabang, 35 Kantor Cabang Pembantu, 6 Kantor Kas dan 7 Service Point yang tersebar di wilayah Jawa – Bali, seperti Bandung, Cimahi, Sukabumi, Bogor, Jakarta, Bekasi, Cikarang, Karawang, Cikampek, Pamanukan, Kadipaten, Cirebon, Jatibarang, Tasikmalaya, Garut, Semarang, Surabaya, Lamongan dan Bali.

KEGIATAN UTAMA BANKKegiatan Usaha Dalam Penyaluran Dana Sebagai wujud pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan yaitu sebagai agent of development yang turut berperan aktif dalam menciptakan dan mendorong pembangunan nasional, maka salah satu kegiatan utama Bank BNP adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat/ pihak ketiga yang membutuhkannya dalam bentuk kredit.

Kredit dimaksud bukanlah merupakan satu-satunya yang termasuk dalam jenis kegiatan penyaluran dana, namun yang menjadi kontributor terbesar terhadap perolehan keuntungan Bank adalah kredit.

Kredit yang diberikan tersebut terdiri dari kredit yang digunakan sebagai Modal Kerja, kredit untuk Investasi, kredit untuk kebutuhan Konsumtif dan lain sebagainya dimana penyaluran kredit tersebut tentunya dilakukan dengan prinsip kehati-hatian seperti terpenuhinya unsur-unsur ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit, kemampuan membayar, kelayakan usaha, risiko-risiko atas kredit yang mungkin timbul dan lain sebagainya.

Alokasi penyaluran dana termasuk pada pembiayaan segmen UMKM khususnya Usaha Mikro dan Kecil membutuhkan fokus tersendiri khususnya setelah Bank BNP membidik segmen ini untuk dikembangkan lebih lanjut secara maksimal, sekalipun banyak hal yang harus dilakukan dalam memfasilitasi bisnis segmen ini seperti halnya, ketersediaan jaringan kantor/ outlet, SDM yang handal serta manajemen operasional yang mendukung penuh upaya pengembangan pembiayaan pada segmen ini.

Kegiatan lainnya dalam penyaluran dana serta untuk memberikan diversifikasi dari produk pinjaman, Bank BNP juga meluncurkan program pembiayaan perseorangan (personal loan), dalam bentuk Kredit Tanpa Agunan (BNP Katana), upaya ini adalah upaya untuk meningkatkan raihan kredit ritel serta pertumbuhan jumlah debitur/ customer based yang besar, sehingga berpotensi untuk dilakukannya cross selling atas produk dan jasa lainnya.

Kegiatan Usaha Dalam Bidang Penghimpunan DanaSukses dan keberhasilan dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk Simpanan memberikan kontribusi yang sangat penting, disamping sebagai cerminan kepercayaan masyarakat pada bank, juga penting artinya sebagai modal bagi pelaksanaan fungsi intermediasi.

Kegiatan penghimpunan dana di Bank BNP diperoleh dari penjualan beberapa produk Simpanan antara lain Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Mata Uang Asing.

Penerbitan beberapa produk turunan dari simpanan yang baru seperti Tabungan Sakura dan Tabungan JAPAN (Jangka Panjang) dalam mata uang Rupiah dan USD juga telah memberikan dorongan pada pertumbuhan volume simpanan di Bank BNP secara signifikan.

Penerapan atas besaran suku bunga simpanan yang diberlakukan mengikuti ketentuan dalam penetapan suku bunga yang berlaku umum, disamping itu juga dengan mempertimbangkan suku bunga pasar yang berlaku.

Dalam menetapkan maksimum suku bunga yang diberikan pun, Bank BNP sangat berhati-hati sekali, sedapat mungkin dihindari pemberian suku bunga yang melebihi suku bunga penjaminan yang ditetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Kegiatan Usaha Dalam Bidang Jasa-jasa Perbankan LainnyaSelain kegiatan utama menghimpun dan menyalurkan dana, maka keberadaan jasa-jasa keuangan dan jasa perbankan yang disediakan akan menjadi pelengkap atau menjadi aksesoris dan melengkapi produk-produk yang dijual oleh Bank BNP, sehingga setiap nasabah yang melakukan transaksi dengan Bank BNP atau membeli produk Bank BNP akan mendapatkan service yang lengkap dan terintegrasi didukung dengan layanan hampir seluruhnya online.

Dengan menyediakan layanan perbankan lainnya akan menambah variasi produk yang ada dan memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi keuangannya melalui

Bank BNP. Jasa perbankan yang diberikan pada umumnya hampir sama dengan jasa-jasa yang diberikan oleh

perbankan lainnya seperti Kiriman Uang, Collection, Money Changer, Kliring, Inkaso, Bank Garansi, Safe Deposit Box, Layanan LC dan lain sebagainya.

Nama Pemegang Saham dan Rincian KepemilikanInformasi Ringkas dari kepemilikan saham terbesar adalah sebagai berikut :1. ACOM CO., LTD. Japan, adalah suatu perusahaan publik

yang didirikan berdasarkan hukum dan perundang-undangan Jepang, berkedudukan dan berkantor di 1-1, Marunouchi 2- chome. Chiyoda-ku, Tokyo 100-8307, Jepang, yang sahamnya tercatat di Tokyo Stock Exchange. ACOM bergerak dalam bidang industri jasa pembiayaan dengan menyediakan pinjaman kepada individu/ perseorangan.

2. The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Ltd. (BTMU) adalah suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum dan perundang-undangan Jepang, berkedudukan dan berkantor di 2-7-1 Marunouchi, Chiyoda-ku, Tokyo 100-8388, Jepang, merupakan salah satu bank berkelas internasional di Jepang yang kegiatan utamanya adalah usaha perbankan komersial.

Direksi dan anggota Komisaris Bank BNP tidak turut serta memiliki saham Bank BNP, sehingga kepemilikan saham oleh pihak yang menjadi pengurus tidak ada/ nihil, demikian pula kepemilikan saham oleh kelompok-kelompok usaha Bank BNP tidak ada.

Jumlah saham Bank BNP yang telah dikeluarkan hingga akhir tahun 2011 seluruhnya 416.513.158 lembar terdiri dari saham biasa bersifat ekuitas yang ditatakelolakan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dengan harga nominal per lembar sahamnya adalah sebesar Rp. 500,- (lima ratus Rupiah).

Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah saham dapat dijabarkan pada tabel di bawah ini.

Jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek dan dapat diperjual belikan adalah sebanyak 99% dari total saham yang telah dikeluarkan oleh Bank BNP.

Transaksi perdagangan saham Bank BNP dalam kurun waktu setahun ini atau selama tahun 2011 tidak terjadi fluktuasi yang signifikan pada perdagangan di pasar reguler, dan harga saham pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp. 1.300,- per sahamnya.

Perkara Hukum Yang Dihadapi.Bank BNP hingga akhir tahun 2011 ini tidak sedang menghadapi tuntutan/ gugatan atau perkara hukum yang terbuka dengan/ dari pihak manapun.

Penunjukan Kantor Akuntan Publik.Bank BNP telah menunjuk Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani (member of Grant Thornton) yang melakukan pemeriksaan umum terhadap Bank BNP untuk Tahun Buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2011.

Sekretaris PerusahaanSekretaris Perusahaan bertugas sebagai mediator dan komunikator antara Bank BNP dengan Otoritas Pasar Modal dan masyarakat, serta bertanggung jawab untuk menyediakan dan menyampaikan informasi publik kepada pihak-pihak yang memerlukannya secara akurat dan tepat waktu. Sesuai dengan Peraturan Bursa Efek Jakarta tentang Peraturan No. I-A : Tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat butir III.I.8, maka perseroan telah memiliki Sekretaris Perusahaan, yang keberadaannya diatur dan ditetapkan oleh ketentuan yang mengaturnya.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

RIWAYAT SINGKAT PERUSAHAANPT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. berkedudukan di Bandung dan berkantor pusat di Jalan Ir. H. Juanda No. 95, Bandung - 40132, Indonesia, didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 47, tanggal 18 Januari 1972, yang dibuat di hadapan Komar Andasasmita, SH, Notaris di Bandung. Bank BNP semula didirikan dengan nama PT. Bank Pasar Karya Parahyangan yang berorientasi bisnis pada usaha retail, kemudian pada bulan Juli 1989 ditingkatkan statusnya menjadi Bank Umum Nasional sekaligus berganti nama menjadi PT. Bank Nusantara Parahyangan dan pada Agustus 1994, Bank BNP mendapat ijin operasional sebagai Bank Devisa.

Berdasarkan keputusan RUPSLB tanggal 15 September 2000, Bank BNP mengubah status perusahaan menjadi perusahaan publik (terbuka) dan menawarkan 50.000.000 saham biasa kepada masyarakat dengan harga nominal Rp. 500,- per lembar sahamnya, disertai dengan penerbitan waran sejumlah 20.000.000 lembar yang dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta tanggal 10 Januari 2001, sehingga jumlah saham beredar saat itu menjadi sebanyak 150.000.000 saham dan sebagai akibat adanya exercise waran sebanyak 8.275.000 lembar pada tahun 2004, maka jumlah saham beredar bertambah menjadi 158.275.000 saham.

Pada bulan Juli 2006 dilakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT 1) kepada pemegang saham atas sejumlah 158.275.000 lembar saham dengan harga penawaran sebesar Rp. 550,- per saham, sehingga jumlah saham beredar yang telah dikeluarkan Bank BNP menjadi 316.550.000 saham.

Pada tanggal 17 Desember 2007, kepemilikan mayoritas saham Bank BNP telah beralih kepada ACOM CO., LTD. Japan (ACOM) dan The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Ltd. (BTMU) melalui akuisisi saham sebanyak 75,41%, dimana ACOM menguasai 55,41% dan BTMU menguasai 20% dari seluruh saham yang telah dikeluarkan, sehingga dengan demikian keduanya menjadi Pemegang Saham Pengendali Bank BNP.

Pada bulan Januari – Maret 2008 telah dilakukan penawaran tender/ tender offer atas kepemilikan saham Bank BNP oleh ACOM CO.,LTD. berkaitan dengan kegiatan akuisisi, sehingga jumlah kepemilikan saham ACOM CO., LTD. berubah menjadi 55,68%.

Pada bulan Oktober 2010 Perseroan melakukan penambahan Modal Disetor melalui Penawaran Umum Terbatas II (PUT 2) sebanyak 99.963.158 lembar saham baru dengan harga penawaran sebesar Rp. 1.000,- per saham, sehingga jumlah saham yang telah dikeluarkan Perseroan seluruhnya berjumlah 416.513.158 lembar dengan nominal Rp. 208.256.579.000,-.

Bank BNP hingga akhir tahun 2011 memiliki karyawan berjumlah 1.298 orang dan telah memiliki jumlah jaringan kantor sebanyak 60 buah yang terdiri dari 1 Kantor Pusat, 11 Kantor Cabang, 35 Kantor Cabang Pembantu, 6 Kantor Kas dan 7 Service Point yang tersebar di wilayah Jawa – Bali, seperti Bandung, Cimahi, Sukabumi, Bogor, Jakarta, Bekasi, Cikarang, Karawang, Cikampek, Pamanukan, Kadipaten, Cirebon, Jatibarang, Tasikmalaya, Garut, Semarang, Surabaya, Lamongan dan Bali.

KEGIATAN UTAMA BANKKegiatan Usaha Dalam Penyaluran Dana Sebagai wujud pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan yaitu sebagai agent of development yang turut berperan aktif dalam menciptakan dan mendorong pembangunan nasional, maka salah satu kegiatan utama Bank BNP adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat/ pihak ketiga yang membutuhkannya dalam bentuk kredit.

Kredit dimaksud bukanlah merupakan satu-satunya yang termasuk dalam jenis kegiatan penyaluran dana, namun yang menjadi kontributor terbesar terhadap perolehan keuntungan Bank adalah kredit.

Kredit yang diberikan tersebut terdiri dari kredit yang digunakan sebagai Modal Kerja, kredit untuk Investasi, kredit untuk kebutuhan Konsumtif dan lain sebagainya dimana penyaluran kredit tersebut tentunya dilakukan dengan prinsip kehati-hatian seperti terpenuhinya unsur-unsur ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit, kemampuan membayar, kelayakan usaha, risiko-risiko atas kredit yang mungkin timbul dan lain sebagainya.

Alokasi penyaluran dana termasuk pada pembiayaan segmen UMKM khususnya Usaha Mikro dan Kecil membutuhkan fokus tersendiri khususnya setelah Bank BNP membidik segmen ini untuk dikembangkan lebih lanjut secara maksimal, sekalipun banyak hal yang harus dilakukan dalam memfasilitasi bisnis segmen ini seperti halnya, ketersediaan jaringan kantor/ outlet, SDM yang handal serta manajemen operasional yang mendukung penuh upaya pengembangan pembiayaan pada segmen ini.

Kegiatan lainnya dalam penyaluran dana serta untuk memberikan diversifikasi dari produk pinjaman, Bank BNP juga meluncurkan program pembiayaan perseorangan (personal loan), dalam bentuk Kredit Tanpa Agunan (BNP Katana), upaya ini adalah upaya untuk meningkatkan raihan kredit ritel serta pertumbuhan jumlah debitur/ customer based yang besar, sehingga berpotensi untuk dilakukannya cross selling atas produk dan jasa lainnya.

Kegiatan Usaha Dalam Bidang Penghimpunan DanaSukses dan keberhasilan dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk Simpanan memberikan kontribusi yang sangat penting, disamping sebagai cerminan kepercayaan masyarakat pada bank, juga penting artinya sebagai modal bagi pelaksanaan fungsi intermediasi.

Kegiatan penghimpunan dana di Bank BNP diperoleh dari penjualan beberapa produk Simpanan antara lain Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Mata Uang Asing.

Penerbitan beberapa produk turunan dari simpanan yang baru seperti Tabungan Sakura dan Tabungan JAPAN (Jangka Panjang) dalam mata uang Rupiah dan USD juga telah memberikan dorongan pada pertumbuhan volume simpanan di Bank BNP secara signifikan.

Penerapan atas besaran suku bunga simpanan yang diberlakukan mengikuti ketentuan dalam penetapan suku bunga yang berlaku umum, disamping itu juga dengan mempertimbangkan suku bunga pasar yang berlaku.

Dalam menetapkan maksimum suku bunga yang diberikan pun, Bank BNP sangat berhati-hati sekali, sedapat mungkin dihindari pemberian suku bunga yang melebihi suku bunga penjaminan yang ditetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Kegiatan Usaha Dalam Bidang Jasa-jasa Perbankan LainnyaSelain kegiatan utama menghimpun dan menyalurkan dana, maka keberadaan jasa-jasa keuangan dan jasa perbankan yang disediakan akan menjadi pelengkap atau menjadi aksesoris dan melengkapi produk-produk yang dijual oleh Bank BNP, sehingga setiap nasabah yang melakukan transaksi dengan Bank BNP atau membeli produk Bank BNP akan mendapatkan service yang lengkap dan terintegrasi didukung dengan layanan hampir seluruhnya online.

Dengan menyediakan layanan perbankan lainnya akan menambah variasi produk yang ada dan memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi keuangannya melalui

Bank BNP. Jasa perbankan yang diberikan pada umumnya hampir sama dengan jasa-jasa yang diberikan oleh

perbankan lainnya seperti Kiriman Uang, Collection, Money Changer, Kliring, Inkaso, Bank Garansi, Safe Deposit Box, Layanan LC dan lain sebagainya.

Nama Pemegang Saham dan Rincian KepemilikanInformasi Ringkas dari kepemilikan saham terbesar adalah sebagai berikut :1. ACOM CO., LTD. Japan, adalah suatu perusahaan publik

yang didirikan berdasarkan hukum dan perundang-undangan Jepang, berkedudukan dan berkantor di 1-1, Marunouchi 2- chome. Chiyoda-ku, Tokyo 100-8307, Jepang, yang sahamnya tercatat di Tokyo Stock Exchange. ACOM bergerak dalam bidang industri jasa pembiayaan dengan menyediakan pinjaman kepada individu/ perseorangan.

2. The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Ltd. (BTMU) adalah suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum dan perundang-undangan Jepang, berkedudukan dan berkantor di 2-7-1 Marunouchi, Chiyoda-ku, Tokyo 100-8388, Jepang, merupakan salah satu bank berkelas internasional di Jepang yang kegiatan utamanya adalah usaha perbankan komersial.

Direksi dan anggota Komisaris Bank BNP tidak turut serta memiliki saham Bank BNP, sehingga kepemilikan saham oleh pihak yang menjadi pengurus tidak ada/ nihil, demikian pula kepemilikan saham oleh kelompok-kelompok usaha Bank BNP tidak ada.

Jumlah saham Bank BNP yang telah dikeluarkan hingga akhir tahun 2011 seluruhnya 416.513.158 lembar terdiri dari saham biasa bersifat ekuitas yang ditatakelolakan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dengan harga nominal per lembar sahamnya adalah sebesar Rp. 500,- (lima ratus Rupiah).

Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah saham dapat dijabarkan pada tabel di bawah ini.

Jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek dan dapat diperjual belikan adalah sebanyak 99% dari total saham yang telah dikeluarkan oleh Bank BNP.

Transaksi perdagangan saham Bank BNP dalam kurun waktu setahun ini atau selama tahun 2011 tidak terjadi fluktuasi yang signifikan pada perdagangan di pasar reguler, dan harga saham pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp. 1.300,- per sahamnya.

Perkara Hukum Yang Dihadapi.Bank BNP hingga akhir tahun 2011 ini tidak sedang menghadapi tuntutan/ gugatan atau perkara hukum yang terbuka dengan/ dari pihak manapun.

Penunjukan Kantor Akuntan Publik.Bank BNP telah menunjuk Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani (member of Grant Thornton) yang melakukan pemeriksaan umum terhadap Bank BNP untuk Tahun Buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2011.

Sekretaris PerusahaanSekretaris Perusahaan bertugas sebagai mediator dan komunikator antara Bank BNP dengan Otoritas Pasar Modal dan masyarakat, serta bertanggung jawab untuk menyediakan dan menyampaikan informasi publik kepada pihak-pihak yang memerlukannya secara akurat dan tepat waktu. Sesuai dengan Peraturan Bursa Efek Jakarta tentang Peraturan No. I-A : Tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat butir III.I.8, maka perseroan telah memiliki Sekretaris Perusahaan, yang keberadaannya diatur dan ditetapkan oleh ketentuan yang mengaturnya.

BUSINESS TEAM

jenis kredit investasi, sehingga bila dilihat dari tujuan penggunaan kredit hampir 89% dari portofolio kredit Bank BNP dialokasikan kepada sektor yang produktif/ bersifat komersil.

c) Bisnis Konsumer Bisnis Konsumer secara umum mengelola pemberian

Kredit yang bertujuan tidak untuk penggunaan produktif atau hanya digunakan untuk yang bersifat konsumtif dikelompokkan dalam segmen bisnis tersendiri dengan term and condition yang berbeda pula dari jenis kredit lainnya. Sejak awal bulan Januari 2011, pengelolaan atas Bisnis ini dilakukan secara tersentralisasi dan berada pada satu Divisi yang khusus menangani Bisnis Konsumer.

Objek yang menjadi sasaran pembiayaan kredit Konsumer antara lain adalah :1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)2. Kredit Pemilikan Mobil (KPM)3. Kredit Renovasi Rumah (KRR)4. Dll.

Pemberian kredit jenis ini ada pula yang dilakukan baik secara direct kepada end user, atau melalui skim kerja sama (in-direct) dengan perusahaan penyalur lainnya seperti Dealer Sparepart kendaraan bermotor dan lainnya atau dapat pula dengan bekerjasama melalui Developer/ pengembang lainnya.

d) Bisnis MikroKategori pengelompokkan kredit Mikro berawal dari besaran pinjaman sampai dengan Rp. 50.000.000,- (sesuai ketentuan Bank Indonesia) dan besaran inipun masih dalam pengkajian internal manajemen Bank BNP untuk dilakukan penyesuaian, sehingga plafond kreditnya mengalami sedikit perubahan. Sepanjang tahun 2011, perkembangan dan pertumbuhan kredit Mikro baik dari sisi volume maupun kualitasnya, telah menunjukan kinerja yang semakin baik, seiring dengan itu perolehan spread dari suku bunga yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis pinjaman komersil lainnya.

Posisi portofolio Kredit untuk bisnis Mikro pada akhir tahun 2011 mencapai Rp. 350,75 Milyar, tumbuh 187% dari periode yang sama tahun lalu.

Guna mendukung perkembangan bisnis Mikro ke depannya, khususnya dalam upaya untuk meningkatkan portofolio kredit Mikro, selain mempersiapkan dan melakukan pemenuhan Sumber Daya Manusia, juga telah dilakukan pemenuhan berbagai sarana prasarana untuk mendukung bisnis tersebut antara lain :• Membuat dan terus menyempurnakan spesifikasi

bisnis untuk kredit mikro;• Melakukan implant terhadap beberapa kantor

cabang yang ada untuk meningkatkan pangsa pasar penjualan kredit mikro ini;

• Memperbanyak outlet/ kantor yang berorientasi pada segmen mikro/ UMK yaitu terhadap sentra-sentra bisnis ritel;

• Menyelenggarakan pelatihan internal/ Manage-ment Trainee Micro Banking bulan Maret 2011 selama 3 bulan guna mendidik kader-kader pelaku bisnis Mikro.

Prospek bisnis mikro akan sangat berkembang di masa mendatang, sehingga portofolionya akan terus ditingkatkan sehingga akan menjadi penyokong utama terhadap peningkatan komposisi terhadap segmen UMKM Bank BNP sambil terus berupaya untuk mengambil ceruk pasar (niche market) dari potensi segmen Micro yang ada dengan penekanan pada pricing yang kompetitif dibandingkan dengan unit mikro kompetitor lainnya, di mana saat ini cost structure dari kompetitor lainnya relatif sudah lebih tinggi.

Sampai akhir tahun 2011, angka kredit bermasalah bagi Kredit Bisnis Mikro ini tercatat hanya sebesar 3,58% dari total portofolio Kredit Mikro, sehingga bila dibandingkan dengan volumenya, besaran tersebut masih dalam tahapan toleransi yang baik.

e) Bisnis Kredit Tanpa Agunan (KTA) KTA Bank BNP merupakan kredit multi guna yang

dapat digunakan untuk membiayai berbagai macam kebutuhan tanpa mensyaratkan adanya jaminan.

Pinjaman jenis ini akan menjadi pelengkap ragamnya jenis pinjaman berbasis ritel yang disalurkan yang tidak sama dengan pinjaman lainnya dan jenis produk pinjaman ini pada tanggal 25 November 2011 telah mengalami perubahan nama menjadi pinjaman KATANA (Kredit Tanpa Agunan).

Sasaran dari produk KATANA ditujukan khusus untuk karyawan umum dengan penghasilan tetap, baik dengan status karyawan tetap maupun kontrak, mengingat potensi pasar karyawan di Indonesia cukup luas sehingga kondisi ini menjadi target pasar yang potensil.

Bank BNP dalam melakukan penjualan produk KATANA menjalankan strategi pemasaran secara kolektif kepada perusahaan melalui kerjasama dengan HRD perusahaan/ Koperasi karyawan dalam hal pembayaran gaji karyawannya/ payroll. Selain itu juga dilakukan direct selling melalui jaringan kantor Bank BNP yang ada.

Sedangkan untuk menggarap pangsa pasar yang lebih luas, dilakukan open table/ exhibition di gedung perkantoran/ mall yang sesuai dengan target pasarnya, sekaligus untuk meningkatkan company dan brand image.

Menjelang akhir tahun 2011, penjualan KATANA ini dikemas dalam sebuah program promo KATANA HEBAT (Kredit Tanpa Agunan Heboh Akhir Tahun) yang berlaku hingga 30 Desember 2011 dimana beberapa syarat dan kondisi yang ditentukan memi-liki kemudahan-kemudahan serta keuntungan yang lain dari program lainnya.

Pertumbuhan outstanding KATANA hingga akhir tahun 2011 meningkat sebesar 148,8% dibandingkan tahun 2010, sedangkan jumlah kontrak yang terjadi pada tahun 2011 juga naik sebesar 169,8%.

f) TreasuryPengelolaan Treasury di Bank BNP dilakukan secara prudent (kehati-hatian) dengan mengikuti sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Manajemen dan mentaati peraturan yang berlaku dari Bank Indonesia. Divisi Treasury memegang peranan penting dalam pegelolaan likuiditas bank, perdagangan valuta asing serta perdagangan surat berharga.

Treasury Bank BNP terdiri dari beberapa departemen yaitu: 1. Departemen Asset Liabilities Management yang

mengelola dana dan berhubungan dengan pasar uang (money market) baik untuk peminjaman maupun penempatan dana serta pengelolaan surat berharga;

2. Departemen Forex Business yang mengelola seluruh transaksi valuta asing baik untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan nasabah guna meningkatkan pendapatan perusahaan; dan

3. Departemen Financial Institution yang banyak berhubungan dengan Counterparty Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), guna meningkatkan hubungan kerja sama perbankan saat ini dan di masa mendatang.

Dalam pengelolaan dana , transaksi surat berharga serta transaksi valuta asing dilakukan dengan memperhitungkan segala aspek risiko – risiko yang mungkin timbul seperti risiko likuiditas, risiko nilai tukar, risiko suku bunga risiko pasar serta risiko operasional dan dengan berpedoman kepada peraturan yang berlaku.

Guna meningkatkan kapabilitas karyawan, secara rutin dilakukan training untuk marketing dan Front Liner seperti Basic Treasury , Basic Forex , Bank Notes Counterfeit , agar supaya tercipta karyawan – karyawan yang handal untuk melayani keperluan para nasabah.

Di samping itu, Divisi Treasury bersama jajaran Manajemen secara rutin mengadakan rapat ALCO (Asset and Liabilities Committee) guna menentukan kebijakan dan gapping management (suku bunga, tenor, mata uang) dengan mengevaluasi atas hasil pemantauan pasar baik lokal maupun internasional. Diharapkan Treasury bisa berkontribusi secara optimal dan dapat mengindikasikan secara awal jika ada kondisi yang dapat merugikan atau membahayakan perusahaan.

Di masa mendatang Treasury akan mengembangkan potensi bisnis baru guna memenuhi kebutuhan transaksi maupun investasi dari para nasabah dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusa-haan.

g) Kebijakan Tingkat Suku Bunga

Penerapan kebijakan suku bunga di Bank BNP baik dari sisi Lending maupun Funding, selalu disusun dan diberlakukan dengan mengacu pada beberapa kondisi seperti :• Kebutuhan dasar biaya dana/ bunga simpanan (cost of fund);• Biaya-biaya pendukung yang sifatnya variable yang terkait dengan kegiatan pendanaan;• Ketentuan Suku Bunga acuan seperti BI rate dan Suku Bunga Penjaminan (LPS);• Cost of money yang menjadi beban perusahaan;• Margin profit yang diharapkan ; dan• Kebijakan/ kondisi suku bunga dari pesaing atau yang berlaku di pasar.

Sehingga dengan berlandaskan kepada hal tersebut di atas, kebijakan suku bunga Simpanan atau Pinjaman, diupayakan selalu seiring dengan pergerakan harga pasar, agar dapat bersaing dengan fair, tanpa mengabaikan besaran spread yang ditargetkan, hal ini nampak pada besaran NIM pada akhir tahun 2011, naik menjadi 4,99% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,91%.

Keputusan dalam menentukan besaran suku bunga yang akan diberlakukan melalui mekanisme rapat team pendukung seperti ALCO dan Rapat-rapat Direksi baik yang diselenggarakan secara regular maupun secara sirkuler.

Sedangkan trend pergerakan suku bunga pada tahun 2011, sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah, nampak pergerakan margin spread antara simpanan dan pinjaman relatif stabil dan tidak ada pergerakan yang ekstrim.

h) Transaksi Ekspor – Impor dan Devisa Sekalipun dunia khususnya di belahan negara-negara

Eropa pada paruh waktu tahun 2011 mengalami krisis keuangan yang berimbas kepada negara-negara berkembang seperti salah satunya Indonesia yang memiliki berbagai aktifitas perdagangan internasional seperti kegiatan ekspor dan impor, namun bagi Indonesia kondisi tersebut belum dirasakan dampak yang signifikan hingga ditutupnya tahun 2011.

Dalam kegiatan transaksi perdagangan Luar Negeri seperti ekspor dan impor, kejadian tersebut khususnya bagi Bank BNP secara umum tidak berdampak signifikan karena sebaran kegiatan ekspor khususnya, untuk Negara-negara Eropa tidak terlalu besar bahkan secara volume cenderung naik dari kegiatan ekspor – impor yang dilakukan melalui Bank BNP dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebagai salah satu ciri dari Bank Devisa adalah kegiatan transaksi dalam mata uang asing selain Rupiah, dalam hal ini Bank BNP melakukan beberapa kegiatan seperti pembiayaan perdagangan luar negeri, jasa kiriman uang, collection dan transaksi lainnya termasuk money changer.

Khusus dalam transaksi perdagangan luar negeri dalam kegiatan pembiayaan ekspor dan impor, maka selama tahun 2011 Bank BNP telah menangani proses Ekspor baik melalui pembukaan Letter of Credit (LC) maupun tanpa menggunakan LC yaitu sebanyak 1.028 dokumen ekspor dengan nilai equivalen USD 45,4 juta naik sebesar 13,5% secara volume dari tahun 2010, dan untuk transaksi Impor yaitu sebanyak 218 dokumen dengan nilai equivalen USD 28,93 juta naik sebesar 65% dari realisasi impor tahun 2010.

Sedangkan untuk kegiatan remmittance yang ditransaksikan melalui Bank BNP baik kiriman uang keluar negeri maupun masuk masing-masing mencapai volume 15.925 aplikasi kiriman uang keluar dengan nilai eq. USD 768,336,366 dan untuk kiriman uang masuk diterima sebanyak 6.733 kiriman atau naik sebesar 11,3% dengan jumlah nilai eq. USD 254,152,172

i) Teknologi dan Informasi Perkembangan bisnis Bank BNP tidak bisa dilepaskan

dari adanya dukungan Teknologi Informasi yang sangat kuat di belakangnya.

Management sangat menyadari akan hal ini sejak dari awal dan semakin terasa dampaknya ketika masuk ke dalam segment bisnis Mikro dan KTA yang telah dimulai beberapa tahun yang lalu.

Saat ini Divisi dan unit kerja IT bukan lagi merupakan support untuk tujuan bisnis, tetapi sudah merupakan strategic partner untuk bisa mencapai tujuan bisnis.

Penambahanan delivery channel, baik itu berupa pembukaan kantor-kantor cabang baru dan penambahan mesin ATM dan EDC semakin ditingkatkan agar BNP bisa lebih dekat lagi kepada nasabah.

Kecepatan, ketepatan dan keamanan penyediaan informasi kepada nasabah merupakan keharusan yang tidak bisa di tawar lagi. Memberikan akses kepada nasabah setiap saat selama 24 jam per hari bukan merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi sudah merupakan suatu keharusan.

Untuk tetap bisa menunjang semuanya itu, maka IT selalu melakukan pengkinian di semua bagian, baik itu di sisi aplikasi, server dan infrastructure teknologi.

Selain itu untuk sisi keamanan data dan jaringan juga dilakukan pengkinian firewall, penyediaan Disaster Recovery Site dan penyediaaan backup link untuk kantor-kantor cabang.

Ketaatan kepada peraturan dan hukum yang berlaku merupakan hal yang sangat penting dan juga menjadi perhatian utama manajemen. Oleh karena itu Bank BNP juga telah melakukan perjanjian secara enterprise dengan pihak Microsoft.

j) Remunerasi dan Tunjangan Kebijakan remunerasi dan/ atau perubahan atas

imbalan jasa kepada seluruh karyawan Bank BNP dipertimbangkan berdasarkan berbagai aspek pendukung dari mulai kebutuhan dasar hidup karyawan hingga harga kompensasi menurut peer group/ industri setara, sehingga kebijakan ini mampu memperkecil gap dalam perolehan penghasilan/ kompensasinya.

Remunerasi bagi karyawan ditetapkan melalui beberapa mekanisme penetapannya dimana keputusan tertinggi secara kolektif ada pada kewenangan Direksi berdasarkan penilaian kinerjanya

(key performance indicator/ KPI), sedangkan remunerasi dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi dilakukan dengan mekanisme yang berbeda yaitu direkomendasikan oleh Komite Remunerasi dan Nominasi dan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

k) Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam rangka ikut menunjang pencapaian visi

perusahaan untuk menjadi Bank ritel berskala nasional, Bank BNP harus mengembangkan bisnisnya secara signifikan melebihi tingkat pertumbuhan pasar maupun pesaing.

Untuk mencapai hal tersebut, Bank BNP harus memenuhi prasyarat utama berupa kemampuan menggerakkan dan memberdayakan seluruh perangkat organisasi secara optimal, terutama sumber daya manusianya. Ini berarti Bank BNP harus memiliki support dan sumber daya manusia dengan produktifitas dan kapabilitas terbaik di bidangnya.

Oleh karena itu fungsi dan peran Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum telah bergeser ke arah yang lebih strategis yaitu menjadi strategic business partner bagi seluruh unit kerja di Bank BNP.

Untuk mencapai peran baru tersebut di tahun 2011 Divisi HR & GA Bank BNP telah menempuh beberapa langkah transformasi internal antara lain: • Penataan organisasi HR & GA dalam rangka

transformasi menuju organisasi yang mampu mendukung pergerakan bisnis.

• Review pekerjaan dan work flow HR & GA agar mampu memberikan support yang lebih efektif bagi semua unit kerja.

Inisiatif strategis yang dilakukan pada tingkat bank-wide adalah dengan melakukan standarisasi pengelo-laan organisasi (Organization Management). Departe-men Organization Development dengan dibantu konsultan eksternal pada bulan Januari 2011 telah menetapkan beberapa kebijakan dasar dalam pengelolaan organisasi dengan tujuan agar terdapat standarisasi dan keselerasan di seluruh organisasi di Bank BNP.

Beberapa prinsip dasar dalam menata ulang organisasi adalah:• Productivity Ratio:

Ukuran organisasi dan pertumbuhannya harus seiring dengan ukuran dan pertumbuhan bisnis perusahaan.

• Organization Leveling: Organisasi perlu memiliki tingkatan organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab, kewenangan dan hak yang berbeda.

• Span of Control: Untuk menjamin tercapainya delegasi pekerjaan dan kontrol yang seimbang di setiap jabatan.

Secara garis besar organisasi di BNP dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:• Business Unit: unit yang berfungsi sebagai motor

utama pengembangan bisnis bank yang terdiri dari Divisi Kredit Tanpa Agunan (KTA), Divisi Regional Business I – III, Divisi Treasury Bisnis, Divisi Bisnis Mikro, dan Divisi Services.

• Business Support : unit yang berfungsi mendukung operasional bank secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Divisi Pengembangan Bisnis, Divisi Administrasi Kredit, Divisi Operasional, Divisi Umum dan Divisi Informasi Teknologi.

• Corporate Services: unit yang berfungsi untuk menangani kebijakan dan strategi level korporasi, yang terdiri dari Divisi Sumber Daya Manusia (SDM), Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), Divisi Perencanaan Perusahaan & Sekretaris Perusahaan, Divisi Akuntansi & Keuangan, Divisi Manajemen Resiko, Divisi Kepatuhan.

Project-project yang terkait dengan pembenahan organisasi yang dilakukan oleh Departemen Organization Development selama tahun 2011 adalah: • Tersedianya Struktur Organisasi dan uraian

pekerjaan (position/ job description) keseluruhan organisasi;

• Pengadaan generic "kompetensi" dan "require-ment" bagi semua jabatan;

• Pengadaan guidance untuk Job Evaluation for Job Grading;

• Penerapan personal grade untuk seluruh karyawan BNP beserta sosialisasinya;

• Pengembangan salary scale berbasis grading baru 2011;

• Pengembangan berbagai kebijakan yang terkait dengan pengelolaan SDM.

Sebagai organisasi yang berbasis pada perkembangan bisnis, Bank BNP menyadari pentingnya pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki. Karenanya, selama 2011 Bank BNP juga telah melaksanakan pelatihan yang mendukung peningkatan kemampuan dan keunggulan kompetitif sumber daya manusianya, antara lain:• Meningkatkan Leadership Skill bagi para pimpinan

unit kerja, dari level Department Head hingga Division Head dengan mengadakan training coaching

• Meningkatkan kompetensi perkreditan bagi seluruh pegawai yang terkait langsung dengan permasalahan kredit, baik untuk segmen Commercial, Consumer/Retail dan Micro Banking.

• Melaksanakan program pelatihan khusus bagi Frontliners dalam upaya meningkatkan service dan layanan cabang.

• Melaksanakan program khusus untuk program pengembangan karyawan seperti Service Officer Development Program (SODP), Marketing Executive Development Program (MEDP), Management Trainee for Micro Banking (MTMB).

• Dalam rangka menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi, masing-masing Direksi banyak mengikuti/berpartisipasi dalam seminar nasional dan internasional, forum-forum perbankan dan program-program lain yang terkait dengan bank.

Aktivitas yang dilakukan dalam rangka memenuhi target di atas, Learning Center BNP fokus pada:

a. Pengembangan Softskill b. Pengembangan Hardskill c. Management Trainee Program d. Pemenuhan Program Sertifikasi (BSMR)

Perkembangan jumlah karyawan pada tahun 2011 ini naik sebanyak 164 orang menjadi total 1.298 orang atau sama dengan tumbuh sebesar 14,4 % dari periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah SDM ini seiring dengan pertumbuhan bisnis, pengembangan organisasi dan perluasan jaringan kantor dan sebagai dampaknya peningkatan biaya Tenaga Kerja juga mengiringi kenaikan tersebut.

l) Pengunaan Tenaga Kerja Asing dan Konsultan. Bank BNP mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga

kerja asing yang berasal dari negara Jepang dan telah mendapatkan ijin bekerja dari Departemen Tenaga Kerja masing-masing bertindak sebagai manajemen yaitu Presiden Komisaris (Yasuo Uonomi), Presiden Direktur (Ritsuo Ando) dan Direktur (Koji Sawada) dengan masa kerja sesuai batas waktu pengangkatannya melalui hasil Rapat Umum Pemegang Saham.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/8/PBI/2007, tanggal 13 Juni 2007, tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan Di Sektor Perbankan, maka Bank BNP dalam mengembangkan bisnis khususnya untuk Kredit Tanpa Agunan juga telah menggunakan 2 (dua) orang tenaga asing dari Jepang yaitu Hitoshi Yokohama dan Tetsuji Sakioka sebagai senior advisor & advisor, serta seorang pejabat eksekutif (Shigeo Morimoto) yang bertugas sebagai Kepala Divisi Manajemen Risiko, penggunaan ketiga tenaga asing

tersebut berkaitan dengan kebutuhan Bank BNP saat ini yang masih memerlukan arahan dan alih pengetahuan atas kegiatan tersebut diatas.

m) Permodalan Sejalan dengan pertumbuhan Aktiva Produktif, maka

akan berpengaruh pada kebutuhan akan penyediaan Modal yang sepadan, mengingat laju pertumbuhan Aktiva Produktif yang terbesar berasal dari kredit yang besarnya mencapai 31,5%, maka beban Aktiva Tertimbang Menurut Risiko semakin meningkat yang pada akhirnya akan membebani rasio Kecukupan Modal yang dipersyaratkan.

Permodalan Bank BNP pada akhir Desember 2011, memiliki kecukupan modal minimum sebesar 13,45%, sekalipun angka ini masih cukup untuk memenuhi batas minimum yang dipersyaratkan yaitu 8%, namun seiring dengan pesatnya pertumbuhan bisnis khususnya dalam pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit, maka kecukupan dalam hal dukungan permodalanpun menjadi kurang maksimal bila margin yang dimiliki terlalu kecil.

Permodalan Bank BNP pada triwulan IV tahun 2011 mendapatkan suntikan dana berupa Pinjaman Subordinasi dari pemegang saham mayoritas sebesar USD 5,9 juta dengan jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) tahun, sehingga dengan adanya penambahan tersebut yang berdasarkan ketentuan bahwa pinjaman subordinasi dapat diperhitungkan sebagai

tambahan Modal Pelengkap Tier 2, perhitungan rasio CAR dapat meningkat dan terjaga pada kisaran 13%.

n) Kebijakan DividenDengan mempertimbangkan kemampuan keuangan Perseroan dan upaya untuk melakukan ekspansi usaha serta menjaga ketersediaan Modal yang cukup untuk mempertahankan struktur permodalannya, pada pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tahun 2011 telah disepakati untuk membagikan Dividen kepada para pemegang saham sebesar +/- 10% dari Laba Bersih Perseroan yang jumlahnya Rp. 4,74 Milyar, dan sisanya dipertahankan untuk tujuan penguatan permodalan sebagai Laba Ditahan.

o) Transaksi Dengan Pihak Terkait Bank BNP dalam melaksanakan transaksi-transaksi

yang berkaitan dengan para pihak terkait selalu mengacu pada ketentuan yang mengaturnya, diantara transaksi yang dilakukan antara Bank BNP dengan Pihak Terkait antara lain adalah: transaksi yang berkaitan dengan kegiatan utama Bank BNP seperti Kredit, Simpanan, Sewa Menyewa beberapa gedung perkantoran yang digunakan untuk operasional Bank BNP sehari-hari, dimana seluruh transaksinya berkaitan dengan kegiatan utama (core business) Bank BNP dan apabila transaksi tersebut dikategorikan transaksi yang mengandung unsur benturan kepentingan, maka telah mendapat persetujuan RUPS sebagaimana ketentuan yang mengaturnya.

Transparansi atas transaksi-transaksi tersebut agar

tidak menyimpang dari ketentuan hukum maupun praktek tata kelola perusahaan yang baik, maka seluruh ketentuan dan persyaratan yang dikenakan berlaku umum dan tidak ada pengecualian dan secara nilai tidak memenuhi unsur transaksi yang bersifat material.

Penjelasan dan detil transaksi dapat dilihat pada Catatan Atas Laporan Keuangan nomor : 35. yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani.

Bank BNP tidak melakukan kerjasama atau memiliki jenis transaksi dengan pihak terkait dalam hal Kepemilikan Silang, repuchase agreement, pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha dan lainnya.

2. Pembahasan Neraca Keuangan.Secara umum kinerja keuangan Bank BNP pada tahun buku 2011 menunjukkan keberhasilan atas perkembangan usaha yang signifikan dengan bertumbuh sebesar 24% dari periode yang sama tahun sebelumnya membuktikan bahwa Bank BNP tetap berupaya untuk terus maju dan berkembang dengan pasti.

Laporan Keuangan Bank BNP untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2011 telah disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan untuk periode-periode yang dilaporkan telah dilakukan restatement/ penyajian kembali untuk tahun 2010 dan 2011.

Refleksi keberhasilan manajemen menjalankan roda bisnisnya tercatat pada beberapa pos tertentu dalam Neraca Bank yang dibagi menjadi 4 (empat) bagian besar yang akan dibahas seperti Aktiva Produktif, Kewajiban, Laba-Rugi dan Permodalan.

KreditEksposur kredit Bank BNP pada tahun 2011 tumbuh sebesar 31,5%, dimana kredit yang disalurkan diberikan pada sektor-sektor ekonomi seperti Industri, Pedagangan, Transportasi, Konstruksi, Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Pertanian dan lain sebagainya.

Sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran, memiliki porsi penyaluran terbesar yaitu sekitar 38% dari total kredit yang telah disalurkan, kemudian sektor riil / industri berada pada posisi kedua terbesar, selebihnya tersebar ke sektor ekonomi lainnya.

Keberhasilan pertumbuhan Kredit ini disertai pula dengan keberhasilan dalam pengelolaan administrasi perkreditan yang baik, sehingga pemantauan dan pertumbuhan kualitas Kredit yang diberikanpun membaik seiring dengan sangat kecilnya rasio Kredit Bermasalah (NPL) yang pada akhir tahun 2011 tercatat hanya sebesar 0,88% (kotor).

Kecilnya rasio Kredit Bermasalah pada akhir tahun 2011 ini, tentunya sebagai hasil dari kerja keras manajemen dalam mengupayakan penyelesaian beberapa outstanding Kredit yang sudah berada dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet, disertai dengan mengerem laju dari potensi Kredit Bermasalah yang baru.

Pertumbuhan Kredit yang terjadi tidak terlepas pula dari peran pertumbuhan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dimana pada tahun 2011 pencapaiannya sebesar Rp. 2,76 triliun atau sama dengan 57,4% dari keseluruhan volume kredit Bank BNP.

Dalam sisi kepatuhan, penyaluran Kredit Bank BNP berpatokan pada ketentuan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) yang ditentukan oleh Bank Indonesia dan pada tahun 2011 ini tidak terdapat pelanggaran BMPK maupun pelampauan BMPK baik kepada pihak ketiga maupun pihak terkait (lihat Catatan Laporan Keuangan No. 10.m).

Pemberian kredit pada Pihak Terkait dan atau Debitur Inti, pada tahun 2011, secara persentase mengalami penurunan, dimana pada posisi akhir Desember 2011, tercatat pemberian kredit kepada Pihak Terkait hanya sebesar 1,02% dari volume kredit yang ada dan jumlah ini lebih kecil dari posisi tahun 2010, sedangkan persentase penyaluran kredit kepada 25 (dua puluh lima) Debitur Inti juga mengalami penurunan dari semula 17,88% pada tahun 2010 menjadi kurang lebih 17,48% pada tahun 2011.

Pemberlakuan suku bunga kredit selama tahun 2011, secara umum bergerak konsisten dan tidak terdapat lonjakan yang berarti, sekalipun menjelang akhir tahun 2011 terjadi penurunan Suku Bunga BI rate, namun seiring dengan kondisi pasar pada menjelang akhir tahun terjadi upaya untuk mempertahankan dana, karena persaingan suku bunga funding di pasaran mengetat, maka tidak jelas nampak pergeseran suku bunga khususnya suku bunga simpanan.

Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank LainSecara volume Perkiraan Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank Lain pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 28%, pada pos perkiraan ini terdiri dari Fasilitas Bank Indonesia (FASBI), FTK BI dan Call Money dimana dananya merupakan sebagian dari Dana Pihak Ketiga yang belum seluruhnya tersalurkan ke dalam kredit.

Surat Berharga Yang Dimiliki dan Obligasi PemerintahKebijakan berinvestasi pada jenis Surat Berharga tidak menjadi fokus utama, sehingga portofolio Surat Berharga yang dimiliki lebih dikarenakan menunggu jatuh temponya, dan hampir seluruh kepemilikan Surat berharga Bank BNP sifat kepemilikannya tidak untuk diperdagangkan namun dikuasai hingga jatuh tempo.

Obligasi Pemerintah/ Surat Utang Negara (SUN) yang dimiliki saat ini lebih bersifat memelihara hingga tanggal

jatuh tempo saja dan hanya mengandalkan penghasilan atas kupon/ bunga obligasinya saja yang bunganya masih memberikan margin cukup baik terhadap Pendapatan Bunga. Keberadaan kedua instrumen investasi ini hingga akhir tahun 2011 relatif tidak bertumbuh.

Dana Pihak KetigaDana pihak ketiga yang dikuasai Bank BNP terdiri dari Simpanan Nasabah berupa Tabungan, Rekening Giro dan Simpanan Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, dimana hingga pada akhir tahun 2011 jumlah volume Dana Pihak Ketiga telah mengalami pertumbuhan secara total sebesar 24,55% atau sama dengan Rp. 1,11 Triliun menjadi total Rp. 5,66 Triliun.

Pertumbuhan terbesar dari jumlah Dana tersebut disokongkan oleh peningkatan Simpanan dalam bentuk Tabungan yaitu sebesar 52% tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya, dan Simpanan Berjangka berada pada posisi ke dua pertumbuhan terbesar secara persentase setelah Tabungan yaitu sebesar 22,6%.

Perolehan atas peningkatan Simpanan Tabungan ini menyusul keberhasilan peluncuran produk Tabungan SAKURA beberapa waktu yang lalu disertai pula dengan produk Tabungan Jangka Panjang (JAPAN) yang memiliki kelebihan simpanan berencana jangka panjang. Sekalipun volume pertumbuhan Simpanan

cukup tinggi, khususnya Deposito Berjangka, namun persentase Deposan Inti mengalami penurunan dari semula 20,26% pada akhir tahun 2010 menjadi 18,84% pada akhir tahun 2011.

Secara komposisi posisi Dana Pihak Ketiga masih didominasi oleh Simpanan Berjangka/ Deposito sebesar 72% dan sisanya dalam bentuk Tabungan dan Giro, sehingga kondisi ini sedikit lebih memunculkan ekses biaya mahal, namun keberadaan Simpanan Berjangka ini mampu memperkecil gap maturity antara sumber dana dan penyaluran dana yang ada.

3. Laba – Rugi Pendapatan Bunga Pos Pendapatan Bunga terbentuk dari komponen dalam

Aktiva Produktif yang menghasilkan terdiri dari Pinjaman, Surat Berharga, Penempatan dan lain sebagainya baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, selama tahun 2011 pos Pendapatan Bunga tercatat sebesar Rp. 612,5 Milyar mengalami peningkatan sebesar 40,4% dari tahun sebelumnya, dimana peningkatan pendapatan ini disebabkan karena naiknya pertumbuhan kredit yang terjadi.

Beban Bunga Beban Bunga terdiri dari kewajiban atas Simpanan dalam

mata uang Rupiah dan valuta asing, dimana selama tahun 2011 telah terjadi peningkatan Beban Bunga menjadi Rp. 318 Milyar atau sama dengan naik 50,27% dari periode yang sama tahun 2010, angka ini relatif cukup besar, mengingat langkah untuk melakukan re-profiling Simpanan masih terus diupayakan.

Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih diperoleh dari selisih antara

Pendapatan Bunga dari Aktiva Produktif dengan Beban Bunga Simpanan, dimana pada akhir Desember 2011 Pendapatan Bunga Bersih Bank naik/ tumbuh sebesar 31,09%, hal ini dikarenakan terjadinya pertumbuhan Aktiva Produktif khususnya kredit yang cukup signifikan.

Laba Operasional Pendapatan Bunga Bersih setelah diperhitungkan

dengan Pendapatan Operasional Lainnya dan Beban Operasional Lainnya meningkat sebesar 33,7%. Peningkatan ini disebabkan adanya kenaikan pada

Beban Administrasi & Umum sebesar 23% dan Beban Tenaga Kerja sebesar 44%.

Peningkatan Beban Administrasi & Umum dan Biaya Tenaga Kerja dikarenakan adanya perluasan jaringan kantor, penambahan SDM sehingga menambah unsur sarana prasarana seperti perluasan gedung/ layout ruangan, IT dan transportasi serta pembayaran bonus dan tantieme pada bulan Juni dan Desember 2011.

4. Rasio Keuangan• Rasio Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum/

Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio Kecukupan Modal (CAR) adalah rasio Modal

terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), dimana berdasarkan peraturan Bank Indonesia jumlah modal untuk risiko kredit terdiri dari Modal Inti (Tier I) dan Modal Pelengkap (Tier II). Pada akhir tahun 2011 CAR Bank BNP menunjukan 13,45% setelah memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Operasional dan Risiko Pasar.

• Rasio Kredit Bermasalah/ Non Perfoming Loan Ratio (NPL)

Rasio Kredit Bermasalah (NPL) pada akhir tahun 2011 tercatat sebesar 0,88% (gross), jauh lebih kecil dari rasio NPL maksimal sebesar 5%, sehingga bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan volume kredit besaran kualitas kredit yang non performing sangatlah kecil, hal ini menunjukan bahwa efektifitas penyaluran kredit berjalan dengan sangat prudent dan Bank BNP selalu berupaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas kreditnya agar berjalan dengan baik.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Total Aktiva/ Return On Assets Ratio (ROA)

Pencapaian ROA Bank BNP pada tahun 2011 adalah sebesar 1,53% naik 0,03% dari tahun 2010, hal tersebut dikarenakan peningkatan Laba lebih besar dari peningkatan pertumbuhan Asetnya, artinya bahwa Bank BNP masih memiliki kemampuan yang lebih dalam menciptakan Laba.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Ekuitas/ Return On Equity Ratio (ROE)

Perbandingan antara Laba Bersih terhadap Permodalan Bank BNP pada tahun 2011 meningkat cukup signifikan menjadi 12,82% atau sama dengan naik 0,44% dari semula 12,38% pada tahun 2010, hal

ini disebabkan karena pertumbuhan perolehan Laba Bersih lebih besar dari peningkatan Ekuitas.

• Rasio Kredit Terhadap Dana Pihak Ketiga/ Loan to Deposit Ratio (LDR)

Volume Kredit yang dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (LDR) pada tahun 2011 meningkat menjadi 84,92% dari semula 80,41% pada tahun 2010, hal ini menunjukan bahwa salah satu fungsi dari kegiatan perbankan yaitu fungsi intermediasi melalui pemberian kredit berjalan baik dan bahkan semakin meningkat.

• Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Perbandingan antara Beban Operasional dengan

Pendapatan Operasional pada akhir 2011 tercatat sebesar 85,77% meningkat dari tahun sebelumnya yang besarnya 85,17%, hal ini disebabkan adanya peningkatan biaya operasional dalam rangka ekspansi usaha selama tahun 2011

5. Perluasan Jaringan KantorKemampuan Bank BNP dalam menjangkau pasar menjadi kunci utama bagi pengembangan bisnis kedepannya, keberadaan ujung tombak baik berupa jaringan kantor yang secara organik maupun delivery channel yang dimiliki dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan Bank BNP untuk meraih pangsa pasar di lokasi tersebut.

Bank BNP pada tahun 2011 telah menambah 13 jaringan kantor baru baik berupa Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan atau Kantor Kas berikut Service Point dan Mesin ATMnya, disamping itu juga terdapat beberapa lokasi kantor dan mesin ATM yang direlokasi.

Kebijakan pembukaan kantor baru pada tahun 2011 yang pada dasarnya diorientasikan untuk mendukung pertumbuhan Bisnis Mikro dan Kecil sehingga keberadaan jaringan kantor yang baru memiliki fokus yang sedikit berbeda.

Sesuai dengan rencana dalam RBB 2011-2013, pembukaan jaringan yang dilakukan pada tahun 2011 baru dapat direalisasikan sebanyak 13 kantor dari 24 yang direncanakan termasuk relokasi dan peningkatan status kantor, hal ini disebabkan oleh masalah kesiapan lokasi gedung kantor dan perijinan saja, sedangkan sisanya secara bertahap dilakukan pada awal tahun 2012.

Dengan penambahan 13 jaringan kantor baru di tahun 2011 ini, maka secara keseluruhan Bank BNP memiliki 60 (enam puluh) jaringan kantor yang tersebar di Jawa dan Bali.

6. Kegiatan Lainnya Kegiatan Edukasi Perbankan & Ayo Ke Bank Sebagai manifestasi dari pilar ke-enam Arsitektur

Perbankan Indonesia oleh Bank Indonesia, yang menetapkan bahwa bank-bank bertanggung jawab untuk mendidik masyarakat untuk memahami dasar-dasar perbankan, Bank BNP telah mengunjungi beberapa sekolah di wilayah Bandung dan sekitarnya dan melakukan sosialisasi Edukasi Perbankan.

Topik yang dibahas adalah “Budaya Menabung Sejak Dini” yaitu bertujuan untuk:1. Membangun kesadaran serta memotivasi anak-anak

untuk memiliki budaya menabung sejak usia dini;

2. Membangun masyarakat yang bank minded dan memberikan pemahaman kegunaan menabung di Bank; serta

3. Memberikan pemahaman atas produk dan layanan perbankan.

Pelaksanaan program tersebut memperoleh tanggapan yang positif dari para siswa maupun Kepala Sekolah. Ke depannya, Bank BNP berencana untuk memperluas jangkauan wilayah program edukasi perbankan, sesuai dengan misinya untuk membantu mengembangkan masyarakat.

Corporate Social ResponsibilityTanggung Jawab Sosial yang dilakukan oleh Bank BNP bertujuan untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara dunia usaha, masyarakat dengan alam sekitar, tepatnya komunitas dan lingkungan, dengan mencapai keuntungan bagi semua pihak yang berkesinambungan hingga generasi selanjutnya. Beberapa program yang dilaksanakan selama tahun 2011 adalah:• Bantuan untuk membangun pengadaan sarana air bersih

dan sarana MCK. Sebagai bentuk partisipasi untuk menolong

terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang sangat mendasar yaitu salah satunya kebutuhan akan air bersih, Bank BNP melalui Lembaga Pemerhati dan Pengembangan Pendidikan Daerah Tertinggal (LP3T) telah menyumbangkan dana untuk membangun sarana air bersih dan sarana MCK bagi masyarakat di Kabupaten Lebak- Propinsi Banten.

• Bantuan dalam Pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan.

Generasi muda adalah asset sebuah bangsa, dan Bank BNP melihat keberadaan mereka sebagai pihak yang perlu didukung dan dibantu agar berkembang ke arah yang lebih baik. Dengan adanya rencana Eta Pro’comm untuk menyelenggarakan acara “Meraih Impian Anak

Negeri” yaitu pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan di wilayah Bandung, dirasakan Bank BNP sebagai kesempatan yang baik untuk merealisasikan kepedulian Bank BNP, dengan menyumbangkan sejumlah dana sebagai bukti kepeduliannya.

• Bantuan untuk Korban Gempa di Tapanuli. Sebagai bentuk partisipasi dalam menolong masyarakat

yang membutuhkan, pada acara Malam Amal Penggalangan Dana untuk Korban Gempa di Tapanuli, Bank BNP menyumbangkan dana melalui Panitia Peduli Korban Gempa di Tapanuli Posko Jawa Barat.

PenghargaanSebagai bukti komitmen Bank BNP untuk terus dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan kinerja perusahaan, maka dibutuhkan sebuah komitmen kuat dari seluruh elemen organisasi yang mendukung visi-misi tersebut.

Dengan penuh rasa bangga, manajemen mempersembahkan secara nyata hasil kinerja yang telah dilakukan dengan berhasil diraihnya 3 (tiga) Anugerah Business Review Award pada bulan Nopember 2011 yaitu:1. The Best CEO (Special Criteria)2. The Best Marketing Management3. The Best Corporation for Risk Management

Prestasi lainnya yang menyusul berhasil diraih Bank BNP berdasarkan survey The Most Powerful Bank pada Majalah Warta Eko nomi, Bank BNP meraih gelar Peringkat Pertama sekaligus untuk 2 (dua) Kategori di kelasnya yaitu sebagai :

1. The Most Valuable Bank : yaitu Bank dengan kebijakan produk portofolio terbaik, baik portofolio berbasis Ekuitas maupun berbasis Surat Hutang; dan

2. The Most Attractive Bank : Bank terbaik berdasarkan kemampuan untuk menjadi lembaga intermediasi keuangan bagi masyarakat.

1. Pembahasan Aktivitas, Manajemen dan Bisnisa) Struktur Organisasi dan Manajemen.

Selama tahun 2011, struktur organisasi Bank BNP tidak mengalami perubahan yang signifikan, hanya memenuhi beberapa posisi yang masih belum terisi, seperti pengangkatan Pejabat setingkat Kepala Divisi yaitu Sdr. Budijanto Suryadi (Service Division Head) pada triwulan IV tahun 2011 yang berada langsung di bawah tanggungjawab Direktur Operasional.

Sedangkan pada jajaran manajemen selain pergantian Presiden Komisaris, tidak terdapat perubahan pengurus dari komposisi tahun sebelumnya.

b) Bisnis Komersil Orientasi dan fokus bisnis ini lebih menitikberatkan

pada pembiayaan sektor riil yang menghasilkan/ produktif seperti pemberian Modal kerja dan Investasi, dimana pembiayaan pada sektor komersil ini persyaratan dan ketentuannya diatur sedemikian rupa, sehingga penyaluran dana yang diberikan dapat berdaya guna dan menghasilkan return sehingga melalui usaha yang dibiayai dapat digunakan sebagian hasilnya untuk melakukan pembayaran kembali pinjamannya.

Mengingat resistensi atas bisnis ini cukup tinggi yang dipengaruhi oleh berbagai risiko, maka pemberian dan penyalurannyapun sangat selektif dan prudent, guna menghindari memburuknya kualitas kredit yang disalurkan di kemudian hari.

Komposisi sektor ekonomi terbesar yang dibiayai Bank BNP terdapat pada jenis perekonomian Perdagangan yang hampir 38% dari portofolio kredit Bank BNP, mengingat sektor ekonomi tersebut adalah sektor yang paling bertahan dalam situasi perekonomian yang bergejolak, sedangkan kategori pemberian kredit dengan jenis Modal kerja mencakup 64% dari keseluruhan portofolio kredit Bank BNP dan sekitar 25% lagi tersalurkan dalam

Selain penghargaan yang diterima, Bank BNP pun mulai memasuki/ meraih peringkat dalam beberapa kegiatan rating atas kinerja Perusahaan berdasarkan beberapa kriteria penilaian yang dilakukan oleh beberapa media nasional antara lain dari :• InfoBank Awards 2011 Memperoleh predikat Sangat Bagus pada InfoBank

Awards 2011 untuk kinerja keuangan tahun 2010.• Majalah InfoBank edisi Juni 2011:• Berdasarkan Modal Rp. 100 Milyar s/d Rp. 1 Triliun,

menempati peringkat ke 15 dari 67 Bank, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Kepemilikan Bank Swasta Nasional Devisa, menempati peringkat ke 7 dari 10 Terbaik, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Status Badan Hukum PT Terbuka/Go Publik, menempati peringkat ke 10 dari 31 Bank Go Publik, (predikat SANGAT BAGUS).

Disamping beberapa media cetak di atas, juga masih terdapat beberapa pemeringkatan yang diperoleh Bank BNP dari beberapa media yang melakukan pemeringkatan dan seluruh Penghargaan yang diraih ini didedikasikan kepada seluruh komponen Bank BNP untuk lebih memotivasi kita bekerja untuk menghasilkan yang terbaik.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

jenis kredit investasi, sehingga bila dilihat dari tujuan penggunaan kredit hampir 89% dari portofolio kredit Bank BNP dialokasikan kepada sektor yang produktif/ bersifat komersil.

c) Bisnis Konsumer Bisnis Konsumer secara umum mengelola pemberian

Kredit yang bertujuan tidak untuk penggunaan produktif atau hanya digunakan untuk yang bersifat konsumtif dikelompokkan dalam segmen bisnis tersendiri dengan term and condition yang berbeda pula dari jenis kredit lainnya. Sejak awal bulan Januari 2011, pengelolaan atas Bisnis ini dilakukan secara tersentralisasi dan berada pada satu Divisi yang khusus menangani Bisnis Konsumer.

Objek yang menjadi sasaran pembiayaan kredit Konsumer antara lain adalah :1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)2. Kredit Pemilikan Mobil (KPM)3. Kredit Renovasi Rumah (KRR)4. Dll.

Pemberian kredit jenis ini ada pula yang dilakukan baik secara direct kepada end user, atau melalui skim kerja sama (in-direct) dengan perusahaan penyalur lainnya seperti Dealer Sparepart kendaraan bermotor dan lainnya atau dapat pula dengan bekerjasama melalui Developer/ pengembang lainnya.

d) Bisnis MikroKategori pengelompokkan kredit Mikro berawal dari besaran pinjaman sampai dengan Rp. 50.000.000,- (sesuai ketentuan Bank Indonesia) dan besaran inipun masih dalam pengkajian internal manajemen Bank BNP untuk dilakukan penyesuaian, sehingga plafond kreditnya mengalami sedikit perubahan. Sepanjang tahun 2011, perkembangan dan pertumbuhan kredit Mikro baik dari sisi volume maupun kualitasnya, telah menunjukan kinerja yang semakin baik, seiring dengan itu perolehan spread dari suku bunga yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis pinjaman komersil lainnya.

Posisi portofolio Kredit untuk bisnis Mikro pada akhir tahun 2011 mencapai Rp. 350,75 Milyar, tumbuh 187% dari periode yang sama tahun lalu.

Guna mendukung perkembangan bisnis Mikro ke depannya, khususnya dalam upaya untuk meningkatkan portofolio kredit Mikro, selain mempersiapkan dan melakukan pemenuhan Sumber Daya Manusia, juga telah dilakukan pemenuhan berbagai sarana prasarana untuk mendukung bisnis tersebut antara lain :• Membuat dan terus menyempurnakan spesifikasi

bisnis untuk kredit mikro;• Melakukan implant terhadap beberapa kantor

cabang yang ada untuk meningkatkan pangsa pasar penjualan kredit mikro ini;

• Memperbanyak outlet/ kantor yang berorientasi pada segmen mikro/ UMK yaitu terhadap sentra-sentra bisnis ritel;

• Menyelenggarakan pelatihan internal/ Manage-ment Trainee Micro Banking bulan Maret 2011 selama 3 bulan guna mendidik kader-kader pelaku bisnis Mikro.

Prospek bisnis mikro akan sangat berkembang di masa mendatang, sehingga portofolionya akan terus ditingkatkan sehingga akan menjadi penyokong utama terhadap peningkatan komposisi terhadap segmen UMKM Bank BNP sambil terus berupaya untuk mengambil ceruk pasar (niche market) dari potensi segmen Micro yang ada dengan penekanan pada pricing yang kompetitif dibandingkan dengan unit mikro kompetitor lainnya, di mana saat ini cost structure dari kompetitor lainnya relatif sudah lebih tinggi.

Sampai akhir tahun 2011, angka kredit bermasalah bagi Kredit Bisnis Mikro ini tercatat hanya sebesar 3,58% dari total portofolio Kredit Mikro, sehingga bila dibandingkan dengan volumenya, besaran tersebut masih dalam tahapan toleransi yang baik.

e) Bisnis Kredit Tanpa Agunan (KTA) KTA Bank BNP merupakan kredit multi guna yang

dapat digunakan untuk membiayai berbagai macam kebutuhan tanpa mensyaratkan adanya jaminan.

Pinjaman jenis ini akan menjadi pelengkap ragamnya jenis pinjaman berbasis ritel yang disalurkan yang tidak sama dengan pinjaman lainnya dan jenis produk pinjaman ini pada tanggal 25 November 2011 telah mengalami perubahan nama menjadi pinjaman KATANA (Kredit Tanpa Agunan).

Sasaran dari produk KATANA ditujukan khusus untuk karyawan umum dengan penghasilan tetap, baik dengan status karyawan tetap maupun kontrak, mengingat potensi pasar karyawan di Indonesia cukup luas sehingga kondisi ini menjadi target pasar yang potensil.

Bank BNP dalam melakukan penjualan produk KATANA menjalankan strategi pemasaran secara kolektif kepada perusahaan melalui kerjasama dengan HRD perusahaan/ Koperasi karyawan dalam hal pembayaran gaji karyawannya/ payroll. Selain itu juga dilakukan direct selling melalui jaringan kantor Bank BNP yang ada.

Sedangkan untuk menggarap pangsa pasar yang lebih luas, dilakukan open table/ exhibition di gedung perkantoran/ mall yang sesuai dengan target pasarnya, sekaligus untuk meningkatkan company dan brand image.

Menjelang akhir tahun 2011, penjualan KATANA ini dikemas dalam sebuah program promo KATANA HEBAT (Kredit Tanpa Agunan Heboh Akhir Tahun) yang berlaku hingga 30 Desember 2011 dimana beberapa syarat dan kondisi yang ditentukan memi-liki kemudahan-kemudahan serta keuntungan yang lain dari program lainnya.

Pertumbuhan outstanding KATANA hingga akhir tahun 2011 meningkat sebesar 148,8% dibandingkan tahun 2010, sedangkan jumlah kontrak yang terjadi pada tahun 2011 juga naik sebesar 169,8%.

f) TreasuryPengelolaan Treasury di Bank BNP dilakukan secara prudent (kehati-hatian) dengan mengikuti sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Manajemen dan mentaati peraturan yang berlaku dari Bank Indonesia. Divisi Treasury memegang peranan penting dalam pegelolaan likuiditas bank, perdagangan valuta asing serta perdagangan surat berharga.

Treasury Bank BNP terdiri dari beberapa departemen yaitu: 1. Departemen Asset Liabilities Management yang

mengelola dana dan berhubungan dengan pasar uang (money market) baik untuk peminjaman maupun penempatan dana serta pengelolaan surat berharga;

2. Departemen Forex Business yang mengelola seluruh transaksi valuta asing baik untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan nasabah guna meningkatkan pendapatan perusahaan; dan

3. Departemen Financial Institution yang banyak berhubungan dengan Counterparty Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), guna meningkatkan hubungan kerja sama perbankan saat ini dan di masa mendatang.

Dalam pengelolaan dana , transaksi surat berharga serta transaksi valuta asing dilakukan dengan memperhitungkan segala aspek risiko – risiko yang mungkin timbul seperti risiko likuiditas, risiko nilai tukar, risiko suku bunga risiko pasar serta risiko operasional dan dengan berpedoman kepada peraturan yang berlaku.

Guna meningkatkan kapabilitas karyawan, secara rutin dilakukan training untuk marketing dan Front Liner seperti Basic Treasury , Basic Forex , Bank Notes Counterfeit , agar supaya tercipta karyawan – karyawan yang handal untuk melayani keperluan para nasabah.

Di samping itu, Divisi Treasury bersama jajaran Manajemen secara rutin mengadakan rapat ALCO (Asset and Liabilities Committee) guna menentukan kebijakan dan gapping management (suku bunga, tenor, mata uang) dengan mengevaluasi atas hasil pemantauan pasar baik lokal maupun internasional. Diharapkan Treasury bisa berkontribusi secara optimal dan dapat mengindikasikan secara awal jika ada kondisi yang dapat merugikan atau membahayakan perusahaan.

Di masa mendatang Treasury akan mengembangkan potensi bisnis baru guna memenuhi kebutuhan transaksi maupun investasi dari para nasabah dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusa-haan.

g) Kebijakan Tingkat Suku Bunga

Penerapan kebijakan suku bunga di Bank BNP baik dari sisi Lending maupun Funding, selalu disusun dan diberlakukan dengan mengacu pada beberapa kondisi seperti :• Kebutuhan dasar biaya dana/ bunga simpanan (cost of fund);• Biaya-biaya pendukung yang sifatnya variable yang terkait dengan kegiatan pendanaan;• Ketentuan Suku Bunga acuan seperti BI rate dan Suku Bunga Penjaminan (LPS);• Cost of money yang menjadi beban perusahaan;• Margin profit yang diharapkan ; dan• Kebijakan/ kondisi suku bunga dari pesaing atau yang berlaku di pasar.

Sehingga dengan berlandaskan kepada hal tersebut di atas, kebijakan suku bunga Simpanan atau Pinjaman, diupayakan selalu seiring dengan pergerakan harga pasar, agar dapat bersaing dengan fair, tanpa mengabaikan besaran spread yang ditargetkan, hal ini nampak pada besaran NIM pada akhir tahun 2011, naik menjadi 4,99% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,91%.

Keputusan dalam menentukan besaran suku bunga yang akan diberlakukan melalui mekanisme rapat team pendukung seperti ALCO dan Rapat-rapat Direksi baik yang diselenggarakan secara regular maupun secara sirkuler.

Sedangkan trend pergerakan suku bunga pada tahun 2011, sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah, nampak pergerakan margin spread antara simpanan dan pinjaman relatif stabil dan tidak ada pergerakan yang ekstrim.

h) Transaksi Ekspor – Impor dan Devisa Sekalipun dunia khususnya di belahan negara-negara

Eropa pada paruh waktu tahun 2011 mengalami krisis keuangan yang berimbas kepada negara-negara berkembang seperti salah satunya Indonesia yang memiliki berbagai aktifitas perdagangan internasional seperti kegiatan ekspor dan impor, namun bagi Indonesia kondisi tersebut belum dirasakan dampak yang signifikan hingga ditutupnya tahun 2011.

Dalam kegiatan transaksi perdagangan Luar Negeri seperti ekspor dan impor, kejadian tersebut khususnya bagi Bank BNP secara umum tidak berdampak signifikan karena sebaran kegiatan ekspor khususnya, untuk Negara-negara Eropa tidak terlalu besar bahkan secara volume cenderung naik dari kegiatan ekspor – impor yang dilakukan melalui Bank BNP dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebagai salah satu ciri dari Bank Devisa adalah kegiatan transaksi dalam mata uang asing selain Rupiah, dalam hal ini Bank BNP melakukan beberapa kegiatan seperti pembiayaan perdagangan luar negeri, jasa kiriman uang, collection dan transaksi lainnya termasuk money changer.

Khusus dalam transaksi perdagangan luar negeri dalam kegiatan pembiayaan ekspor dan impor, maka selama tahun 2011 Bank BNP telah menangani proses Ekspor baik melalui pembukaan Letter of Credit (LC) maupun tanpa menggunakan LC yaitu sebanyak 1.028 dokumen ekspor dengan nilai equivalen USD 45,4 juta naik sebesar 13,5% secara volume dari tahun 2010, dan untuk transaksi Impor yaitu sebanyak 218 dokumen dengan nilai equivalen USD 28,93 juta naik sebesar 65% dari realisasi impor tahun 2010.

Sedangkan untuk kegiatan remmittance yang ditransaksikan melalui Bank BNP baik kiriman uang keluar negeri maupun masuk masing-masing mencapai volume 15.925 aplikasi kiriman uang keluar dengan nilai eq. USD 768,336,366 dan untuk kiriman uang masuk diterima sebanyak 6.733 kiriman atau naik sebesar 11,3% dengan jumlah nilai eq. USD 254,152,172

i) Teknologi dan Informasi Perkembangan bisnis Bank BNP tidak bisa dilepaskan

dari adanya dukungan Teknologi Informasi yang sangat kuat di belakangnya.

Management sangat menyadari akan hal ini sejak dari awal dan semakin terasa dampaknya ketika masuk ke dalam segment bisnis Mikro dan KTA yang telah dimulai beberapa tahun yang lalu.

Saat ini Divisi dan unit kerja IT bukan lagi merupakan support untuk tujuan bisnis, tetapi sudah merupakan strategic partner untuk bisa mencapai tujuan bisnis.

Penambahanan delivery channel, baik itu berupa pembukaan kantor-kantor cabang baru dan penambahan mesin ATM dan EDC semakin ditingkatkan agar BNP bisa lebih dekat lagi kepada nasabah.

Kecepatan, ketepatan dan keamanan penyediaan informasi kepada nasabah merupakan keharusan yang tidak bisa di tawar lagi. Memberikan akses kepada nasabah setiap saat selama 24 jam per hari bukan merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi sudah merupakan suatu keharusan.

Untuk tetap bisa menunjang semuanya itu, maka IT selalu melakukan pengkinian di semua bagian, baik itu di sisi aplikasi, server dan infrastructure teknologi.

Selain itu untuk sisi keamanan data dan jaringan juga dilakukan pengkinian firewall, penyediaan Disaster Recovery Site dan penyediaaan backup link untuk kantor-kantor cabang.

Ketaatan kepada peraturan dan hukum yang berlaku merupakan hal yang sangat penting dan juga menjadi perhatian utama manajemen. Oleh karena itu Bank BNP juga telah melakukan perjanjian secara enterprise dengan pihak Microsoft.

j) Remunerasi dan Tunjangan Kebijakan remunerasi dan/ atau perubahan atas

imbalan jasa kepada seluruh karyawan Bank BNP dipertimbangkan berdasarkan berbagai aspek pendukung dari mulai kebutuhan dasar hidup karyawan hingga harga kompensasi menurut peer group/ industri setara, sehingga kebijakan ini mampu memperkecil gap dalam perolehan penghasilan/ kompensasinya.

Remunerasi bagi karyawan ditetapkan melalui beberapa mekanisme penetapannya dimana keputusan tertinggi secara kolektif ada pada kewenangan Direksi berdasarkan penilaian kinerjanya

(key performance indicator/ KPI), sedangkan remunerasi dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi dilakukan dengan mekanisme yang berbeda yaitu direkomendasikan oleh Komite Remunerasi dan Nominasi dan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

k) Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam rangka ikut menunjang pencapaian visi

perusahaan untuk menjadi Bank ritel berskala nasional, Bank BNP harus mengembangkan bisnisnya secara signifikan melebihi tingkat pertumbuhan pasar maupun pesaing.

Untuk mencapai hal tersebut, Bank BNP harus memenuhi prasyarat utama berupa kemampuan menggerakkan dan memberdayakan seluruh perangkat organisasi secara optimal, terutama sumber daya manusianya. Ini berarti Bank BNP harus memiliki support dan sumber daya manusia dengan produktifitas dan kapabilitas terbaik di bidangnya.

Oleh karena itu fungsi dan peran Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum telah bergeser ke arah yang lebih strategis yaitu menjadi strategic business partner bagi seluruh unit kerja di Bank BNP.

Untuk mencapai peran baru tersebut di tahun 2011 Divisi HR & GA Bank BNP telah menempuh beberapa langkah transformasi internal antara lain: • Penataan organisasi HR & GA dalam rangka

transformasi menuju organisasi yang mampu mendukung pergerakan bisnis.

• Review pekerjaan dan work flow HR & GA agar mampu memberikan support yang lebih efektif bagi semua unit kerja.

Inisiatif strategis yang dilakukan pada tingkat bank-wide adalah dengan melakukan standarisasi pengelo-laan organisasi (Organization Management). Departe-men Organization Development dengan dibantu konsultan eksternal pada bulan Januari 2011 telah menetapkan beberapa kebijakan dasar dalam pengelolaan organisasi dengan tujuan agar terdapat standarisasi dan keselerasan di seluruh organisasi di Bank BNP.

Beberapa prinsip dasar dalam menata ulang organisasi adalah:• Productivity Ratio:

Ukuran organisasi dan pertumbuhannya harus seiring dengan ukuran dan pertumbuhan bisnis perusahaan.

• Organization Leveling: Organisasi perlu memiliki tingkatan organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab, kewenangan dan hak yang berbeda.

• Span of Control: Untuk menjamin tercapainya delegasi pekerjaan dan kontrol yang seimbang di setiap jabatan.

Secara garis besar organisasi di BNP dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:• Business Unit: unit yang berfungsi sebagai motor

utama pengembangan bisnis bank yang terdiri dari Divisi Kredit Tanpa Agunan (KTA), Divisi Regional Business I – III, Divisi Treasury Bisnis, Divisi Bisnis Mikro, dan Divisi Services.

• Business Support : unit yang berfungsi mendukung operasional bank secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Divisi Pengembangan Bisnis, Divisi Administrasi Kredit, Divisi Operasional, Divisi Umum dan Divisi Informasi Teknologi.

• Corporate Services: unit yang berfungsi untuk menangani kebijakan dan strategi level korporasi, yang terdiri dari Divisi Sumber Daya Manusia (SDM), Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), Divisi Perencanaan Perusahaan & Sekretaris Perusahaan, Divisi Akuntansi & Keuangan, Divisi Manajemen Resiko, Divisi Kepatuhan.

Project-project yang terkait dengan pembenahan organisasi yang dilakukan oleh Departemen Organization Development selama tahun 2011 adalah: • Tersedianya Struktur Organisasi dan uraian

pekerjaan (position/ job description) keseluruhan organisasi;

• Pengadaan generic "kompetensi" dan "require-ment" bagi semua jabatan;

• Pengadaan guidance untuk Job Evaluation for Job Grading;

• Penerapan personal grade untuk seluruh karyawan BNP beserta sosialisasinya;

• Pengembangan salary scale berbasis grading baru 2011;

• Pengembangan berbagai kebijakan yang terkait dengan pengelolaan SDM.

Sebagai organisasi yang berbasis pada perkembangan bisnis, Bank BNP menyadari pentingnya pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki. Karenanya, selama 2011 Bank BNP juga telah melaksanakan pelatihan yang mendukung peningkatan kemampuan dan keunggulan kompetitif sumber daya manusianya, antara lain:• Meningkatkan Leadership Skill bagi para pimpinan

unit kerja, dari level Department Head hingga Division Head dengan mengadakan training coaching

• Meningkatkan kompetensi perkreditan bagi seluruh pegawai yang terkait langsung dengan permasalahan kredit, baik untuk segmen Commercial, Consumer/Retail dan Micro Banking.

• Melaksanakan program pelatihan khusus bagi Frontliners dalam upaya meningkatkan service dan layanan cabang.

• Melaksanakan program khusus untuk program pengembangan karyawan seperti Service Officer Development Program (SODP), Marketing Executive Development Program (MEDP), Management Trainee for Micro Banking (MTMB).

• Dalam rangka menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi, masing-masing Direksi banyak mengikuti/berpartisipasi dalam seminar nasional dan internasional, forum-forum perbankan dan program-program lain yang terkait dengan bank.

Aktivitas yang dilakukan dalam rangka memenuhi target di atas, Learning Center BNP fokus pada:

a. Pengembangan Softskill b. Pengembangan Hardskill c. Management Trainee Program d. Pemenuhan Program Sertifikasi (BSMR)

Perkembangan jumlah karyawan pada tahun 2011 ini naik sebanyak 164 orang menjadi total 1.298 orang atau sama dengan tumbuh sebesar 14,4 % dari periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah SDM ini seiring dengan pertumbuhan bisnis, pengembangan organisasi dan perluasan jaringan kantor dan sebagai dampaknya peningkatan biaya Tenaga Kerja juga mengiringi kenaikan tersebut.

l) Pengunaan Tenaga Kerja Asing dan Konsultan. Bank BNP mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga

kerja asing yang berasal dari negara Jepang dan telah mendapatkan ijin bekerja dari Departemen Tenaga Kerja masing-masing bertindak sebagai manajemen yaitu Presiden Komisaris (Yasuo Uonomi), Presiden Direktur (Ritsuo Ando) dan Direktur (Koji Sawada) dengan masa kerja sesuai batas waktu pengangkatannya melalui hasil Rapat Umum Pemegang Saham.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/8/PBI/2007, tanggal 13 Juni 2007, tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan Di Sektor Perbankan, maka Bank BNP dalam mengembangkan bisnis khususnya untuk Kredit Tanpa Agunan juga telah menggunakan 2 (dua) orang tenaga asing dari Jepang yaitu Hitoshi Yokohama dan Tetsuji Sakioka sebagai senior advisor & advisor, serta seorang pejabat eksekutif (Shigeo Morimoto) yang bertugas sebagai Kepala Divisi Manajemen Risiko, penggunaan ketiga tenaga asing

tersebut berkaitan dengan kebutuhan Bank BNP saat ini yang masih memerlukan arahan dan alih pengetahuan atas kegiatan tersebut diatas.

m) Permodalan Sejalan dengan pertumbuhan Aktiva Produktif, maka

akan berpengaruh pada kebutuhan akan penyediaan Modal yang sepadan, mengingat laju pertumbuhan Aktiva Produktif yang terbesar berasal dari kredit yang besarnya mencapai 31,5%, maka beban Aktiva Tertimbang Menurut Risiko semakin meningkat yang pada akhirnya akan membebani rasio Kecukupan Modal yang dipersyaratkan.

Permodalan Bank BNP pada akhir Desember 2011, memiliki kecukupan modal minimum sebesar 13,45%, sekalipun angka ini masih cukup untuk memenuhi batas minimum yang dipersyaratkan yaitu 8%, namun seiring dengan pesatnya pertumbuhan bisnis khususnya dalam pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit, maka kecukupan dalam hal dukungan permodalanpun menjadi kurang maksimal bila margin yang dimiliki terlalu kecil.

Permodalan Bank BNP pada triwulan IV tahun 2011 mendapatkan suntikan dana berupa Pinjaman Subordinasi dari pemegang saham mayoritas sebesar USD 5,9 juta dengan jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) tahun, sehingga dengan adanya penambahan tersebut yang berdasarkan ketentuan bahwa pinjaman subordinasi dapat diperhitungkan sebagai

tambahan Modal Pelengkap Tier 2, perhitungan rasio CAR dapat meningkat dan terjaga pada kisaran 13%.

n) Kebijakan DividenDengan mempertimbangkan kemampuan keuangan Perseroan dan upaya untuk melakukan ekspansi usaha serta menjaga ketersediaan Modal yang cukup untuk mempertahankan struktur permodalannya, pada pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tahun 2011 telah disepakati untuk membagikan Dividen kepada para pemegang saham sebesar +/- 10% dari Laba Bersih Perseroan yang jumlahnya Rp. 4,74 Milyar, dan sisanya dipertahankan untuk tujuan penguatan permodalan sebagai Laba Ditahan.

o) Transaksi Dengan Pihak Terkait Bank BNP dalam melaksanakan transaksi-transaksi

yang berkaitan dengan para pihak terkait selalu mengacu pada ketentuan yang mengaturnya, diantara transaksi yang dilakukan antara Bank BNP dengan Pihak Terkait antara lain adalah: transaksi yang berkaitan dengan kegiatan utama Bank BNP seperti Kredit, Simpanan, Sewa Menyewa beberapa gedung perkantoran yang digunakan untuk operasional Bank BNP sehari-hari, dimana seluruh transaksinya berkaitan dengan kegiatan utama (core business) Bank BNP dan apabila transaksi tersebut dikategorikan transaksi yang mengandung unsur benturan kepentingan, maka telah mendapat persetujuan RUPS sebagaimana ketentuan yang mengaturnya.

Transparansi atas transaksi-transaksi tersebut agar

tidak menyimpang dari ketentuan hukum maupun praktek tata kelola perusahaan yang baik, maka seluruh ketentuan dan persyaratan yang dikenakan berlaku umum dan tidak ada pengecualian dan secara nilai tidak memenuhi unsur transaksi yang bersifat material.

Penjelasan dan detil transaksi dapat dilihat pada Catatan Atas Laporan Keuangan nomor : 35. yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani.

Bank BNP tidak melakukan kerjasama atau memiliki jenis transaksi dengan pihak terkait dalam hal Kepemilikan Silang, repuchase agreement, pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha dan lainnya.

2. Pembahasan Neraca Keuangan.Secara umum kinerja keuangan Bank BNP pada tahun buku 2011 menunjukkan keberhasilan atas perkembangan usaha yang signifikan dengan bertumbuh sebesar 24% dari periode yang sama tahun sebelumnya membuktikan bahwa Bank BNP tetap berupaya untuk terus maju dan berkembang dengan pasti.

Laporan Keuangan Bank BNP untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2011 telah disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan untuk periode-periode yang dilaporkan telah dilakukan restatement/ penyajian kembali untuk tahun 2010 dan 2011.

Refleksi keberhasilan manajemen menjalankan roda bisnisnya tercatat pada beberapa pos tertentu dalam Neraca Bank yang dibagi menjadi 4 (empat) bagian besar yang akan dibahas seperti Aktiva Produktif, Kewajiban, Laba-Rugi dan Permodalan.

KreditEksposur kredit Bank BNP pada tahun 2011 tumbuh sebesar 31,5%, dimana kredit yang disalurkan diberikan pada sektor-sektor ekonomi seperti Industri, Pedagangan, Transportasi, Konstruksi, Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Pertanian dan lain sebagainya.

Sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran, memiliki porsi penyaluran terbesar yaitu sekitar 38% dari total kredit yang telah disalurkan, kemudian sektor riil / industri berada pada posisi kedua terbesar, selebihnya tersebar ke sektor ekonomi lainnya.

Keberhasilan pertumbuhan Kredit ini disertai pula dengan keberhasilan dalam pengelolaan administrasi perkreditan yang baik, sehingga pemantauan dan pertumbuhan kualitas Kredit yang diberikanpun membaik seiring dengan sangat kecilnya rasio Kredit Bermasalah (NPL) yang pada akhir tahun 2011 tercatat hanya sebesar 0,88% (kotor).

Kecilnya rasio Kredit Bermasalah pada akhir tahun 2011 ini, tentunya sebagai hasil dari kerja keras manajemen dalam mengupayakan penyelesaian beberapa outstanding Kredit yang sudah berada dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet, disertai dengan mengerem laju dari potensi Kredit Bermasalah yang baru.

Pertumbuhan Kredit yang terjadi tidak terlepas pula dari peran pertumbuhan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dimana pada tahun 2011 pencapaiannya sebesar Rp. 2,76 triliun atau sama dengan 57,4% dari keseluruhan volume kredit Bank BNP.

Dalam sisi kepatuhan, penyaluran Kredit Bank BNP berpatokan pada ketentuan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) yang ditentukan oleh Bank Indonesia dan pada tahun 2011 ini tidak terdapat pelanggaran BMPK maupun pelampauan BMPK baik kepada pihak ketiga maupun pihak terkait (lihat Catatan Laporan Keuangan No. 10.m).

Pemberian kredit pada Pihak Terkait dan atau Debitur Inti, pada tahun 2011, secara persentase mengalami penurunan, dimana pada posisi akhir Desember 2011, tercatat pemberian kredit kepada Pihak Terkait hanya sebesar 1,02% dari volume kredit yang ada dan jumlah ini lebih kecil dari posisi tahun 2010, sedangkan persentase penyaluran kredit kepada 25 (dua puluh lima) Debitur Inti juga mengalami penurunan dari semula 17,88% pada tahun 2010 menjadi kurang lebih 17,48% pada tahun 2011.

Pemberlakuan suku bunga kredit selama tahun 2011, secara umum bergerak konsisten dan tidak terdapat lonjakan yang berarti, sekalipun menjelang akhir tahun 2011 terjadi penurunan Suku Bunga BI rate, namun seiring dengan kondisi pasar pada menjelang akhir tahun terjadi upaya untuk mempertahankan dana, karena persaingan suku bunga funding di pasaran mengetat, maka tidak jelas nampak pergeseran suku bunga khususnya suku bunga simpanan.

Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank LainSecara volume Perkiraan Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank Lain pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 28%, pada pos perkiraan ini terdiri dari Fasilitas Bank Indonesia (FASBI), FTK BI dan Call Money dimana dananya merupakan sebagian dari Dana Pihak Ketiga yang belum seluruhnya tersalurkan ke dalam kredit.

Surat Berharga Yang Dimiliki dan Obligasi PemerintahKebijakan berinvestasi pada jenis Surat Berharga tidak menjadi fokus utama, sehingga portofolio Surat Berharga yang dimiliki lebih dikarenakan menunggu jatuh temponya, dan hampir seluruh kepemilikan Surat berharga Bank BNP sifat kepemilikannya tidak untuk diperdagangkan namun dikuasai hingga jatuh tempo.

Obligasi Pemerintah/ Surat Utang Negara (SUN) yang dimiliki saat ini lebih bersifat memelihara hingga tanggal

jatuh tempo saja dan hanya mengandalkan penghasilan atas kupon/ bunga obligasinya saja yang bunganya masih memberikan margin cukup baik terhadap Pendapatan Bunga. Keberadaan kedua instrumen investasi ini hingga akhir tahun 2011 relatif tidak bertumbuh.

Dana Pihak KetigaDana pihak ketiga yang dikuasai Bank BNP terdiri dari Simpanan Nasabah berupa Tabungan, Rekening Giro dan Simpanan Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, dimana hingga pada akhir tahun 2011 jumlah volume Dana Pihak Ketiga telah mengalami pertumbuhan secara total sebesar 24,55% atau sama dengan Rp. 1,11 Triliun menjadi total Rp. 5,66 Triliun.

Pertumbuhan terbesar dari jumlah Dana tersebut disokongkan oleh peningkatan Simpanan dalam bentuk Tabungan yaitu sebesar 52% tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya, dan Simpanan Berjangka berada pada posisi ke dua pertumbuhan terbesar secara persentase setelah Tabungan yaitu sebesar 22,6%.

Perolehan atas peningkatan Simpanan Tabungan ini menyusul keberhasilan peluncuran produk Tabungan SAKURA beberapa waktu yang lalu disertai pula dengan produk Tabungan Jangka Panjang (JAPAN) yang memiliki kelebihan simpanan berencana jangka panjang. Sekalipun volume pertumbuhan Simpanan

cukup tinggi, khususnya Deposito Berjangka, namun persentase Deposan Inti mengalami penurunan dari semula 20,26% pada akhir tahun 2010 menjadi 18,84% pada akhir tahun 2011.

Secara komposisi posisi Dana Pihak Ketiga masih didominasi oleh Simpanan Berjangka/ Deposito sebesar 72% dan sisanya dalam bentuk Tabungan dan Giro, sehingga kondisi ini sedikit lebih memunculkan ekses biaya mahal, namun keberadaan Simpanan Berjangka ini mampu memperkecil gap maturity antara sumber dana dan penyaluran dana yang ada.

3. Laba – Rugi Pendapatan Bunga Pos Pendapatan Bunga terbentuk dari komponen dalam

Aktiva Produktif yang menghasilkan terdiri dari Pinjaman, Surat Berharga, Penempatan dan lain sebagainya baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, selama tahun 2011 pos Pendapatan Bunga tercatat sebesar Rp. 612,5 Milyar mengalami peningkatan sebesar 40,4% dari tahun sebelumnya, dimana peningkatan pendapatan ini disebabkan karena naiknya pertumbuhan kredit yang terjadi.

Beban Bunga Beban Bunga terdiri dari kewajiban atas Simpanan dalam

mata uang Rupiah dan valuta asing, dimana selama tahun 2011 telah terjadi peningkatan Beban Bunga menjadi Rp. 318 Milyar atau sama dengan naik 50,27% dari periode yang sama tahun 2010, angka ini relatif cukup besar, mengingat langkah untuk melakukan re-profiling Simpanan masih terus diupayakan.

Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih diperoleh dari selisih antara

Pendapatan Bunga dari Aktiva Produktif dengan Beban Bunga Simpanan, dimana pada akhir Desember 2011 Pendapatan Bunga Bersih Bank naik/ tumbuh sebesar 31,09%, hal ini dikarenakan terjadinya pertumbuhan Aktiva Produktif khususnya kredit yang cukup signifikan.

Laba Operasional Pendapatan Bunga Bersih setelah diperhitungkan

dengan Pendapatan Operasional Lainnya dan Beban Operasional Lainnya meningkat sebesar 33,7%. Peningkatan ini disebabkan adanya kenaikan pada

Beban Administrasi & Umum sebesar 23% dan Beban Tenaga Kerja sebesar 44%.

Peningkatan Beban Administrasi & Umum dan Biaya Tenaga Kerja dikarenakan adanya perluasan jaringan kantor, penambahan SDM sehingga menambah unsur sarana prasarana seperti perluasan gedung/ layout ruangan, IT dan transportasi serta pembayaran bonus dan tantieme pada bulan Juni dan Desember 2011.

4. Rasio Keuangan• Rasio Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum/

Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio Kecukupan Modal (CAR) adalah rasio Modal

terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), dimana berdasarkan peraturan Bank Indonesia jumlah modal untuk risiko kredit terdiri dari Modal Inti (Tier I) dan Modal Pelengkap (Tier II). Pada akhir tahun 2011 CAR Bank BNP menunjukan 13,45% setelah memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Operasional dan Risiko Pasar.

• Rasio Kredit Bermasalah/ Non Perfoming Loan Ratio (NPL)

Rasio Kredit Bermasalah (NPL) pada akhir tahun 2011 tercatat sebesar 0,88% (gross), jauh lebih kecil dari rasio NPL maksimal sebesar 5%, sehingga bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan volume kredit besaran kualitas kredit yang non performing sangatlah kecil, hal ini menunjukan bahwa efektifitas penyaluran kredit berjalan dengan sangat prudent dan Bank BNP selalu berupaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas kreditnya agar berjalan dengan baik.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Total Aktiva/ Return On Assets Ratio (ROA)

Pencapaian ROA Bank BNP pada tahun 2011 adalah sebesar 1,53% naik 0,03% dari tahun 2010, hal tersebut dikarenakan peningkatan Laba lebih besar dari peningkatan pertumbuhan Asetnya, artinya bahwa Bank BNP masih memiliki kemampuan yang lebih dalam menciptakan Laba.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Ekuitas/ Return On Equity Ratio (ROE)

Perbandingan antara Laba Bersih terhadap Permodalan Bank BNP pada tahun 2011 meningkat cukup signifikan menjadi 12,82% atau sama dengan naik 0,44% dari semula 12,38% pada tahun 2010, hal

ini disebabkan karena pertumbuhan perolehan Laba Bersih lebih besar dari peningkatan Ekuitas.

• Rasio Kredit Terhadap Dana Pihak Ketiga/ Loan to Deposit Ratio (LDR)

Volume Kredit yang dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (LDR) pada tahun 2011 meningkat menjadi 84,92% dari semula 80,41% pada tahun 2010, hal ini menunjukan bahwa salah satu fungsi dari kegiatan perbankan yaitu fungsi intermediasi melalui pemberian kredit berjalan baik dan bahkan semakin meningkat.

• Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Perbandingan antara Beban Operasional dengan

Pendapatan Operasional pada akhir 2011 tercatat sebesar 85,77% meningkat dari tahun sebelumnya yang besarnya 85,17%, hal ini disebabkan adanya peningkatan biaya operasional dalam rangka ekspansi usaha selama tahun 2011

5. Perluasan Jaringan KantorKemampuan Bank BNP dalam menjangkau pasar menjadi kunci utama bagi pengembangan bisnis kedepannya, keberadaan ujung tombak baik berupa jaringan kantor yang secara organik maupun delivery channel yang dimiliki dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan Bank BNP untuk meraih pangsa pasar di lokasi tersebut.

Bank BNP pada tahun 2011 telah menambah 13 jaringan kantor baru baik berupa Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan atau Kantor Kas berikut Service Point dan Mesin ATMnya, disamping itu juga terdapat beberapa lokasi kantor dan mesin ATM yang direlokasi.

Kebijakan pembukaan kantor baru pada tahun 2011 yang pada dasarnya diorientasikan untuk mendukung pertumbuhan Bisnis Mikro dan Kecil sehingga keberadaan jaringan kantor yang baru memiliki fokus yang sedikit berbeda.

Sesuai dengan rencana dalam RBB 2011-2013, pembukaan jaringan yang dilakukan pada tahun 2011 baru dapat direalisasikan sebanyak 13 kantor dari 24 yang direncanakan termasuk relokasi dan peningkatan status kantor, hal ini disebabkan oleh masalah kesiapan lokasi gedung kantor dan perijinan saja, sedangkan sisanya secara bertahap dilakukan pada awal tahun 2012.

Dengan penambahan 13 jaringan kantor baru di tahun 2011 ini, maka secara keseluruhan Bank BNP memiliki 60 (enam puluh) jaringan kantor yang tersebar di Jawa dan Bali.

6. Kegiatan Lainnya Kegiatan Edukasi Perbankan & Ayo Ke Bank Sebagai manifestasi dari pilar ke-enam Arsitektur

Perbankan Indonesia oleh Bank Indonesia, yang menetapkan bahwa bank-bank bertanggung jawab untuk mendidik masyarakat untuk memahami dasar-dasar perbankan, Bank BNP telah mengunjungi beberapa sekolah di wilayah Bandung dan sekitarnya dan melakukan sosialisasi Edukasi Perbankan.

Topik yang dibahas adalah “Budaya Menabung Sejak Dini” yaitu bertujuan untuk:1. Membangun kesadaran serta memotivasi anak-anak

untuk memiliki budaya menabung sejak usia dini;

2. Membangun masyarakat yang bank minded dan memberikan pemahaman kegunaan menabung di Bank; serta

3. Memberikan pemahaman atas produk dan layanan perbankan.

Pelaksanaan program tersebut memperoleh tanggapan yang positif dari para siswa maupun Kepala Sekolah. Ke depannya, Bank BNP berencana untuk memperluas jangkauan wilayah program edukasi perbankan, sesuai dengan misinya untuk membantu mengembangkan masyarakat.

Corporate Social ResponsibilityTanggung Jawab Sosial yang dilakukan oleh Bank BNP bertujuan untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara dunia usaha, masyarakat dengan alam sekitar, tepatnya komunitas dan lingkungan, dengan mencapai keuntungan bagi semua pihak yang berkesinambungan hingga generasi selanjutnya. Beberapa program yang dilaksanakan selama tahun 2011 adalah:• Bantuan untuk membangun pengadaan sarana air bersih

dan sarana MCK. Sebagai bentuk partisipasi untuk menolong

terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang sangat mendasar yaitu salah satunya kebutuhan akan air bersih, Bank BNP melalui Lembaga Pemerhati dan Pengembangan Pendidikan Daerah Tertinggal (LP3T) telah menyumbangkan dana untuk membangun sarana air bersih dan sarana MCK bagi masyarakat di Kabupaten Lebak- Propinsi Banten.

• Bantuan dalam Pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan.

Generasi muda adalah asset sebuah bangsa, dan Bank BNP melihat keberadaan mereka sebagai pihak yang perlu didukung dan dibantu agar berkembang ke arah yang lebih baik. Dengan adanya rencana Eta Pro’comm untuk menyelenggarakan acara “Meraih Impian Anak

Negeri” yaitu pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan di wilayah Bandung, dirasakan Bank BNP sebagai kesempatan yang baik untuk merealisasikan kepedulian Bank BNP, dengan menyumbangkan sejumlah dana sebagai bukti kepeduliannya.

• Bantuan untuk Korban Gempa di Tapanuli. Sebagai bentuk partisipasi dalam menolong masyarakat

yang membutuhkan, pada acara Malam Amal Penggalangan Dana untuk Korban Gempa di Tapanuli, Bank BNP menyumbangkan dana melalui Panitia Peduli Korban Gempa di Tapanuli Posko Jawa Barat.

PenghargaanSebagai bukti komitmen Bank BNP untuk terus dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan kinerja perusahaan, maka dibutuhkan sebuah komitmen kuat dari seluruh elemen organisasi yang mendukung visi-misi tersebut.

Dengan penuh rasa bangga, manajemen mempersembahkan secara nyata hasil kinerja yang telah dilakukan dengan berhasil diraihnya 3 (tiga) Anugerah Business Review Award pada bulan Nopember 2011 yaitu:1. The Best CEO (Special Criteria)2. The Best Marketing Management3. The Best Corporation for Risk Management

Prestasi lainnya yang menyusul berhasil diraih Bank BNP berdasarkan survey The Most Powerful Bank pada Majalah Warta Eko nomi, Bank BNP meraih gelar Peringkat Pertama sekaligus untuk 2 (dua) Kategori di kelasnya yaitu sebagai :

1. The Most Valuable Bank : yaitu Bank dengan kebijakan produk portofolio terbaik, baik portofolio berbasis Ekuitas maupun berbasis Surat Hutang; dan

2. The Most Attractive Bank : Bank terbaik berdasarkan kemampuan untuk menjadi lembaga intermediasi keuangan bagi masyarakat.

Selain penghargaan yang diterima, Bank BNP pun mulai memasuki/ meraih peringkat dalam beberapa kegiatan rating atas kinerja Perusahaan berdasarkan beberapa kriteria penilaian yang dilakukan oleh beberapa media nasional antara lain dari :• InfoBank Awards 2011 Memperoleh predikat Sangat Bagus pada InfoBank

Awards 2011 untuk kinerja keuangan tahun 2010.• Majalah InfoBank edisi Juni 2011:• Berdasarkan Modal Rp. 100 Milyar s/d Rp. 1 Triliun,

menempati peringkat ke 15 dari 67 Bank, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Kepemilikan Bank Swasta Nasional Devisa, menempati peringkat ke 7 dari 10 Terbaik, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Status Badan Hukum PT Terbuka/Go Publik, menempati peringkat ke 10 dari 31 Bank Go Publik, (predikat SANGAT BAGUS).

Disamping beberapa media cetak di atas, juga masih terdapat beberapa pemeringkatan yang diperoleh Bank BNP dari beberapa media yang melakukan pemeringkatan dan seluruh Penghargaan yang diraih ini didedikasikan kepada seluruh komponen Bank BNP untuk lebih memotivasi kita bekerja untuk menghasilkan yang terbaik.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

jenis kredit investasi, sehingga bila dilihat dari tujuan penggunaan kredit hampir 89% dari portofolio kredit Bank BNP dialokasikan kepada sektor yang produktif/ bersifat komersil.

c) Bisnis Konsumer Bisnis Konsumer secara umum mengelola pemberian

Kredit yang bertujuan tidak untuk penggunaan produktif atau hanya digunakan untuk yang bersifat konsumtif dikelompokkan dalam segmen bisnis tersendiri dengan term and condition yang berbeda pula dari jenis kredit lainnya. Sejak awal bulan Januari 2011, pengelolaan atas Bisnis ini dilakukan secara tersentralisasi dan berada pada satu Divisi yang khusus menangani Bisnis Konsumer.

Objek yang menjadi sasaran pembiayaan kredit Konsumer antara lain adalah :1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)2. Kredit Pemilikan Mobil (KPM)3. Kredit Renovasi Rumah (KRR)4. Dll.

Pemberian kredit jenis ini ada pula yang dilakukan baik secara direct kepada end user, atau melalui skim kerja sama (in-direct) dengan perusahaan penyalur lainnya seperti Dealer Sparepart kendaraan bermotor dan lainnya atau dapat pula dengan bekerjasama melalui Developer/ pengembang lainnya.

d) Bisnis MikroKategori pengelompokkan kredit Mikro berawal dari besaran pinjaman sampai dengan Rp. 50.000.000,- (sesuai ketentuan Bank Indonesia) dan besaran inipun masih dalam pengkajian internal manajemen Bank BNP untuk dilakukan penyesuaian, sehingga plafond kreditnya mengalami sedikit perubahan. Sepanjang tahun 2011, perkembangan dan pertumbuhan kredit Mikro baik dari sisi volume maupun kualitasnya, telah menunjukan kinerja yang semakin baik, seiring dengan itu perolehan spread dari suku bunga yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis pinjaman komersil lainnya.

Posisi portofolio Kredit untuk bisnis Mikro pada akhir tahun 2011 mencapai Rp. 350,75 Milyar, tumbuh 187% dari periode yang sama tahun lalu.

Guna mendukung perkembangan bisnis Mikro ke depannya, khususnya dalam upaya untuk meningkatkan portofolio kredit Mikro, selain mempersiapkan dan melakukan pemenuhan Sumber Daya Manusia, juga telah dilakukan pemenuhan berbagai sarana prasarana untuk mendukung bisnis tersebut antara lain :• Membuat dan terus menyempurnakan spesifikasi

bisnis untuk kredit mikro;• Melakukan implant terhadap beberapa kantor

cabang yang ada untuk meningkatkan pangsa pasar penjualan kredit mikro ini;

• Memperbanyak outlet/ kantor yang berorientasi pada segmen mikro/ UMK yaitu terhadap sentra-sentra bisnis ritel;

• Menyelenggarakan pelatihan internal/ Manage-ment Trainee Micro Banking bulan Maret 2011 selama 3 bulan guna mendidik kader-kader pelaku bisnis Mikro.

Prospek bisnis mikro akan sangat berkembang di masa mendatang, sehingga portofolionya akan terus ditingkatkan sehingga akan menjadi penyokong utama terhadap peningkatan komposisi terhadap segmen UMKM Bank BNP sambil terus berupaya untuk mengambil ceruk pasar (niche market) dari potensi segmen Micro yang ada dengan penekanan pada pricing yang kompetitif dibandingkan dengan unit mikro kompetitor lainnya, di mana saat ini cost structure dari kompetitor lainnya relatif sudah lebih tinggi.

Sampai akhir tahun 2011, angka kredit bermasalah bagi Kredit Bisnis Mikro ini tercatat hanya sebesar 3,58% dari total portofolio Kredit Mikro, sehingga bila dibandingkan dengan volumenya, besaran tersebut masih dalam tahapan toleransi yang baik.

e) Bisnis Kredit Tanpa Agunan (KTA) KTA Bank BNP merupakan kredit multi guna yang

dapat digunakan untuk membiayai berbagai macam kebutuhan tanpa mensyaratkan adanya jaminan.

Pinjaman jenis ini akan menjadi pelengkap ragamnya jenis pinjaman berbasis ritel yang disalurkan yang tidak sama dengan pinjaman lainnya dan jenis produk pinjaman ini pada tanggal 25 November 2011 telah mengalami perubahan nama menjadi pinjaman KATANA (Kredit Tanpa Agunan).

Sasaran dari produk KATANA ditujukan khusus untuk karyawan umum dengan penghasilan tetap, baik dengan status karyawan tetap maupun kontrak, mengingat potensi pasar karyawan di Indonesia cukup luas sehingga kondisi ini menjadi target pasar yang potensil.

Bank BNP dalam melakukan penjualan produk KATANA menjalankan strategi pemasaran secara kolektif kepada perusahaan melalui kerjasama dengan HRD perusahaan/ Koperasi karyawan dalam hal pembayaran gaji karyawannya/ payroll. Selain itu juga dilakukan direct selling melalui jaringan kantor Bank BNP yang ada.

Sedangkan untuk menggarap pangsa pasar yang lebih luas, dilakukan open table/ exhibition di gedung perkantoran/ mall yang sesuai dengan target pasarnya, sekaligus untuk meningkatkan company dan brand image.

Menjelang akhir tahun 2011, penjualan KATANA ini dikemas dalam sebuah program promo KATANA HEBAT (Kredit Tanpa Agunan Heboh Akhir Tahun) yang berlaku hingga 30 Desember 2011 dimana beberapa syarat dan kondisi yang ditentukan memi-liki kemudahan-kemudahan serta keuntungan yang lain dari program lainnya.

Pertumbuhan outstanding KATANA hingga akhir tahun 2011 meningkat sebesar 148,8% dibandingkan tahun 2010, sedangkan jumlah kontrak yang terjadi pada tahun 2011 juga naik sebesar 169,8%.

f) TreasuryPengelolaan Treasury di Bank BNP dilakukan secara prudent (kehati-hatian) dengan mengikuti sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Manajemen dan mentaati peraturan yang berlaku dari Bank Indonesia. Divisi Treasury memegang peranan penting dalam pegelolaan likuiditas bank, perdagangan valuta asing serta perdagangan surat berharga.

Treasury Bank BNP terdiri dari beberapa departemen yaitu: 1. Departemen Asset Liabilities Management yang

mengelola dana dan berhubungan dengan pasar uang (money market) baik untuk peminjaman maupun penempatan dana serta pengelolaan surat berharga;

2. Departemen Forex Business yang mengelola seluruh transaksi valuta asing baik untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan nasabah guna meningkatkan pendapatan perusahaan; dan

3. Departemen Financial Institution yang banyak berhubungan dengan Counterparty Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), guna meningkatkan hubungan kerja sama perbankan saat ini dan di masa mendatang.

Dalam pengelolaan dana , transaksi surat berharga serta transaksi valuta asing dilakukan dengan memperhitungkan segala aspek risiko – risiko yang mungkin timbul seperti risiko likuiditas, risiko nilai tukar, risiko suku bunga risiko pasar serta risiko operasional dan dengan berpedoman kepada peraturan yang berlaku.

Guna meningkatkan kapabilitas karyawan, secara rutin dilakukan training untuk marketing dan Front Liner seperti Basic Treasury , Basic Forex , Bank Notes Counterfeit , agar supaya tercipta karyawan – karyawan yang handal untuk melayani keperluan para nasabah.

Di samping itu, Divisi Treasury bersama jajaran Manajemen secara rutin mengadakan rapat ALCO (Asset and Liabilities Committee) guna menentukan kebijakan dan gapping management (suku bunga, tenor, mata uang) dengan mengevaluasi atas hasil pemantauan pasar baik lokal maupun internasional. Diharapkan Treasury bisa berkontribusi secara optimal dan dapat mengindikasikan secara awal jika ada kondisi yang dapat merugikan atau membahayakan perusahaan.

Di masa mendatang Treasury akan mengembangkan potensi bisnis baru guna memenuhi kebutuhan transaksi maupun investasi dari para nasabah dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusa-haan.

g) Kebijakan Tingkat Suku Bunga

Penerapan kebijakan suku bunga di Bank BNP baik dari sisi Lending maupun Funding, selalu disusun dan diberlakukan dengan mengacu pada beberapa kondisi seperti :• Kebutuhan dasar biaya dana/ bunga simpanan (cost of fund);• Biaya-biaya pendukung yang sifatnya variable yang terkait dengan kegiatan pendanaan;• Ketentuan Suku Bunga acuan seperti BI rate dan Suku Bunga Penjaminan (LPS);• Cost of money yang menjadi beban perusahaan;• Margin profit yang diharapkan ; dan• Kebijakan/ kondisi suku bunga dari pesaing atau yang berlaku di pasar.

Sehingga dengan berlandaskan kepada hal tersebut di atas, kebijakan suku bunga Simpanan atau Pinjaman, diupayakan selalu seiring dengan pergerakan harga pasar, agar dapat bersaing dengan fair, tanpa mengabaikan besaran spread yang ditargetkan, hal ini nampak pada besaran NIM pada akhir tahun 2011, naik menjadi 4,99% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,91%.

Keputusan dalam menentukan besaran suku bunga yang akan diberlakukan melalui mekanisme rapat team pendukung seperti ALCO dan Rapat-rapat Direksi baik yang diselenggarakan secara regular maupun secara sirkuler.

Sedangkan trend pergerakan suku bunga pada tahun 2011, sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah, nampak pergerakan margin spread antara simpanan dan pinjaman relatif stabil dan tidak ada pergerakan yang ekstrim.

h) Transaksi Ekspor – Impor dan Devisa Sekalipun dunia khususnya di belahan negara-negara

Eropa pada paruh waktu tahun 2011 mengalami krisis keuangan yang berimbas kepada negara-negara berkembang seperti salah satunya Indonesia yang memiliki berbagai aktifitas perdagangan internasional seperti kegiatan ekspor dan impor, namun bagi Indonesia kondisi tersebut belum dirasakan dampak yang signifikan hingga ditutupnya tahun 2011.

Dalam kegiatan transaksi perdagangan Luar Negeri seperti ekspor dan impor, kejadian tersebut khususnya bagi Bank BNP secara umum tidak berdampak signifikan karena sebaran kegiatan ekspor khususnya, untuk Negara-negara Eropa tidak terlalu besar bahkan secara volume cenderung naik dari kegiatan ekspor – impor yang dilakukan melalui Bank BNP dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebagai salah satu ciri dari Bank Devisa adalah kegiatan transaksi dalam mata uang asing selain Rupiah, dalam hal ini Bank BNP melakukan beberapa kegiatan seperti pembiayaan perdagangan luar negeri, jasa kiriman uang, collection dan transaksi lainnya termasuk money changer.

Khusus dalam transaksi perdagangan luar negeri dalam kegiatan pembiayaan ekspor dan impor, maka selama tahun 2011 Bank BNP telah menangani proses Ekspor baik melalui pembukaan Letter of Credit (LC) maupun tanpa menggunakan LC yaitu sebanyak 1.028 dokumen ekspor dengan nilai equivalen USD 45,4 juta naik sebesar 13,5% secara volume dari tahun 2010, dan untuk transaksi Impor yaitu sebanyak 218 dokumen dengan nilai equivalen USD 28,93 juta naik sebesar 65% dari realisasi impor tahun 2010.

Sedangkan untuk kegiatan remmittance yang ditransaksikan melalui Bank BNP baik kiriman uang keluar negeri maupun masuk masing-masing mencapai volume 15.925 aplikasi kiriman uang keluar dengan nilai eq. USD 768,336,366 dan untuk kiriman uang masuk diterima sebanyak 6.733 kiriman atau naik sebesar 11,3% dengan jumlah nilai eq. USD 254,152,172

i) Teknologi dan Informasi Perkembangan bisnis Bank BNP tidak bisa dilepaskan

dari adanya dukungan Teknologi Informasi yang sangat kuat di belakangnya.

Management sangat menyadari akan hal ini sejak dari awal dan semakin terasa dampaknya ketika masuk ke dalam segment bisnis Mikro dan KTA yang telah dimulai beberapa tahun yang lalu.

Saat ini Divisi dan unit kerja IT bukan lagi merupakan support untuk tujuan bisnis, tetapi sudah merupakan strategic partner untuk bisa mencapai tujuan bisnis.

Penambahanan delivery channel, baik itu berupa pembukaan kantor-kantor cabang baru dan penambahan mesin ATM dan EDC semakin ditingkatkan agar BNP bisa lebih dekat lagi kepada nasabah.

Kecepatan, ketepatan dan keamanan penyediaan informasi kepada nasabah merupakan keharusan yang tidak bisa di tawar lagi. Memberikan akses kepada nasabah setiap saat selama 24 jam per hari bukan merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi sudah merupakan suatu keharusan.

Untuk tetap bisa menunjang semuanya itu, maka IT selalu melakukan pengkinian di semua bagian, baik itu di sisi aplikasi, server dan infrastructure teknologi.

Selain itu untuk sisi keamanan data dan jaringan juga dilakukan pengkinian firewall, penyediaan Disaster Recovery Site dan penyediaaan backup link untuk kantor-kantor cabang.

Ketaatan kepada peraturan dan hukum yang berlaku merupakan hal yang sangat penting dan juga menjadi perhatian utama manajemen. Oleh karena itu Bank BNP juga telah melakukan perjanjian secara enterprise dengan pihak Microsoft.

j) Remunerasi dan Tunjangan Kebijakan remunerasi dan/ atau perubahan atas

imbalan jasa kepada seluruh karyawan Bank BNP dipertimbangkan berdasarkan berbagai aspek pendukung dari mulai kebutuhan dasar hidup karyawan hingga harga kompensasi menurut peer group/ industri setara, sehingga kebijakan ini mampu memperkecil gap dalam perolehan penghasilan/ kompensasinya.

Remunerasi bagi karyawan ditetapkan melalui beberapa mekanisme penetapannya dimana keputusan tertinggi secara kolektif ada pada kewenangan Direksi berdasarkan penilaian kinerjanya

(key performance indicator/ KPI), sedangkan remunerasi dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi dilakukan dengan mekanisme yang berbeda yaitu direkomendasikan oleh Komite Remunerasi dan Nominasi dan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

k) Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam rangka ikut menunjang pencapaian visi

perusahaan untuk menjadi Bank ritel berskala nasional, Bank BNP harus mengembangkan bisnisnya secara signifikan melebihi tingkat pertumbuhan pasar maupun pesaing.

Untuk mencapai hal tersebut, Bank BNP harus memenuhi prasyarat utama berupa kemampuan menggerakkan dan memberdayakan seluruh perangkat organisasi secara optimal, terutama sumber daya manusianya. Ini berarti Bank BNP harus memiliki support dan sumber daya manusia dengan produktifitas dan kapabilitas terbaik di bidangnya.

Oleh karena itu fungsi dan peran Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum telah bergeser ke arah yang lebih strategis yaitu menjadi strategic business partner bagi seluruh unit kerja di Bank BNP.

Untuk mencapai peran baru tersebut di tahun 2011 Divisi HR & GA Bank BNP telah menempuh beberapa langkah transformasi internal antara lain: • Penataan organisasi HR & GA dalam rangka

transformasi menuju organisasi yang mampu mendukung pergerakan bisnis.

• Review pekerjaan dan work flow HR & GA agar mampu memberikan support yang lebih efektif bagi semua unit kerja.

Inisiatif strategis yang dilakukan pada tingkat bank-wide adalah dengan melakukan standarisasi pengelo-laan organisasi (Organization Management). Departe-men Organization Development dengan dibantu konsultan eksternal pada bulan Januari 2011 telah menetapkan beberapa kebijakan dasar dalam pengelolaan organisasi dengan tujuan agar terdapat standarisasi dan keselerasan di seluruh organisasi di Bank BNP.

Beberapa prinsip dasar dalam menata ulang organisasi adalah:• Productivity Ratio:

Ukuran organisasi dan pertumbuhannya harus seiring dengan ukuran dan pertumbuhan bisnis perusahaan.

• Organization Leveling: Organisasi perlu memiliki tingkatan organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab, kewenangan dan hak yang berbeda.

• Span of Control: Untuk menjamin tercapainya delegasi pekerjaan dan kontrol yang seimbang di setiap jabatan.

Secara garis besar organisasi di BNP dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:• Business Unit: unit yang berfungsi sebagai motor

utama pengembangan bisnis bank yang terdiri dari Divisi Kredit Tanpa Agunan (KTA), Divisi Regional Business I – III, Divisi Treasury Bisnis, Divisi Bisnis Mikro, dan Divisi Services.

• Business Support : unit yang berfungsi mendukung operasional bank secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Divisi Pengembangan Bisnis, Divisi Administrasi Kredit, Divisi Operasional, Divisi Umum dan Divisi Informasi Teknologi.

• Corporate Services: unit yang berfungsi untuk menangani kebijakan dan strategi level korporasi, yang terdiri dari Divisi Sumber Daya Manusia (SDM), Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), Divisi Perencanaan Perusahaan & Sekretaris Perusahaan, Divisi Akuntansi & Keuangan, Divisi Manajemen Resiko, Divisi Kepatuhan.

Project-project yang terkait dengan pembenahan organisasi yang dilakukan oleh Departemen Organization Development selama tahun 2011 adalah: • Tersedianya Struktur Organisasi dan uraian

pekerjaan (position/ job description) keseluruhan organisasi;

• Pengadaan generic "kompetensi" dan "require-ment" bagi semua jabatan;

• Pengadaan guidance untuk Job Evaluation for Job Grading;

• Penerapan personal grade untuk seluruh karyawan BNP beserta sosialisasinya;

• Pengembangan salary scale berbasis grading baru 2011;

• Pengembangan berbagai kebijakan yang terkait dengan pengelolaan SDM.

Sebagai organisasi yang berbasis pada perkembangan bisnis, Bank BNP menyadari pentingnya pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki. Karenanya, selama 2011 Bank BNP juga telah melaksanakan pelatihan yang mendukung peningkatan kemampuan dan keunggulan kompetitif sumber daya manusianya, antara lain:• Meningkatkan Leadership Skill bagi para pimpinan

unit kerja, dari level Department Head hingga Division Head dengan mengadakan training coaching

• Meningkatkan kompetensi perkreditan bagi seluruh pegawai yang terkait langsung dengan permasalahan kredit, baik untuk segmen Commercial, Consumer/Retail dan Micro Banking.

• Melaksanakan program pelatihan khusus bagi Frontliners dalam upaya meningkatkan service dan layanan cabang.

• Melaksanakan program khusus untuk program pengembangan karyawan seperti Service Officer Development Program (SODP), Marketing Executive Development Program (MEDP), Management Trainee for Micro Banking (MTMB).

• Dalam rangka menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi, masing-masing Direksi banyak mengikuti/berpartisipasi dalam seminar nasional dan internasional, forum-forum perbankan dan program-program lain yang terkait dengan bank.

Aktivitas yang dilakukan dalam rangka memenuhi target di atas, Learning Center BNP fokus pada:

a. Pengembangan Softskill b. Pengembangan Hardskill c. Management Trainee Program d. Pemenuhan Program Sertifikasi (BSMR)

Perkembangan jumlah karyawan pada tahun 2011 ini naik sebanyak 164 orang menjadi total 1.298 orang atau sama dengan tumbuh sebesar 14,4 % dari periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah SDM ini seiring dengan pertumbuhan bisnis, pengembangan organisasi dan perluasan jaringan kantor dan sebagai dampaknya peningkatan biaya Tenaga Kerja juga mengiringi kenaikan tersebut.

l) Pengunaan Tenaga Kerja Asing dan Konsultan. Bank BNP mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga

kerja asing yang berasal dari negara Jepang dan telah mendapatkan ijin bekerja dari Departemen Tenaga Kerja masing-masing bertindak sebagai manajemen yaitu Presiden Komisaris (Yasuo Uonomi), Presiden Direktur (Ritsuo Ando) dan Direktur (Koji Sawada) dengan masa kerja sesuai batas waktu pengangkatannya melalui hasil Rapat Umum Pemegang Saham.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/8/PBI/2007, tanggal 13 Juni 2007, tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan Di Sektor Perbankan, maka Bank BNP dalam mengembangkan bisnis khususnya untuk Kredit Tanpa Agunan juga telah menggunakan 2 (dua) orang tenaga asing dari Jepang yaitu Hitoshi Yokohama dan Tetsuji Sakioka sebagai senior advisor & advisor, serta seorang pejabat eksekutif (Shigeo Morimoto) yang bertugas sebagai Kepala Divisi Manajemen Risiko, penggunaan ketiga tenaga asing

tersebut berkaitan dengan kebutuhan Bank BNP saat ini yang masih memerlukan arahan dan alih pengetahuan atas kegiatan tersebut diatas.

m) Permodalan Sejalan dengan pertumbuhan Aktiva Produktif, maka

akan berpengaruh pada kebutuhan akan penyediaan Modal yang sepadan, mengingat laju pertumbuhan Aktiva Produktif yang terbesar berasal dari kredit yang besarnya mencapai 31,5%, maka beban Aktiva Tertimbang Menurut Risiko semakin meningkat yang pada akhirnya akan membebani rasio Kecukupan Modal yang dipersyaratkan.

Permodalan Bank BNP pada akhir Desember 2011, memiliki kecukupan modal minimum sebesar 13,45%, sekalipun angka ini masih cukup untuk memenuhi batas minimum yang dipersyaratkan yaitu 8%, namun seiring dengan pesatnya pertumbuhan bisnis khususnya dalam pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit, maka kecukupan dalam hal dukungan permodalanpun menjadi kurang maksimal bila margin yang dimiliki terlalu kecil.

Permodalan Bank BNP pada triwulan IV tahun 2011 mendapatkan suntikan dana berupa Pinjaman Subordinasi dari pemegang saham mayoritas sebesar USD 5,9 juta dengan jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) tahun, sehingga dengan adanya penambahan tersebut yang berdasarkan ketentuan bahwa pinjaman subordinasi dapat diperhitungkan sebagai

tambahan Modal Pelengkap Tier 2, perhitungan rasio CAR dapat meningkat dan terjaga pada kisaran 13%.

n) Kebijakan DividenDengan mempertimbangkan kemampuan keuangan Perseroan dan upaya untuk melakukan ekspansi usaha serta menjaga ketersediaan Modal yang cukup untuk mempertahankan struktur permodalannya, pada pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tahun 2011 telah disepakati untuk membagikan Dividen kepada para pemegang saham sebesar +/- 10% dari Laba Bersih Perseroan yang jumlahnya Rp. 4,74 Milyar, dan sisanya dipertahankan untuk tujuan penguatan permodalan sebagai Laba Ditahan.

o) Transaksi Dengan Pihak Terkait Bank BNP dalam melaksanakan transaksi-transaksi

yang berkaitan dengan para pihak terkait selalu mengacu pada ketentuan yang mengaturnya, diantara transaksi yang dilakukan antara Bank BNP dengan Pihak Terkait antara lain adalah: transaksi yang berkaitan dengan kegiatan utama Bank BNP seperti Kredit, Simpanan, Sewa Menyewa beberapa gedung perkantoran yang digunakan untuk operasional Bank BNP sehari-hari, dimana seluruh transaksinya berkaitan dengan kegiatan utama (core business) Bank BNP dan apabila transaksi tersebut dikategorikan transaksi yang mengandung unsur benturan kepentingan, maka telah mendapat persetujuan RUPS sebagaimana ketentuan yang mengaturnya.

Transparansi atas transaksi-transaksi tersebut agar

tidak menyimpang dari ketentuan hukum maupun praktek tata kelola perusahaan yang baik, maka seluruh ketentuan dan persyaratan yang dikenakan berlaku umum dan tidak ada pengecualian dan secara nilai tidak memenuhi unsur transaksi yang bersifat material.

Penjelasan dan detil transaksi dapat dilihat pada Catatan Atas Laporan Keuangan nomor : 35. yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani.

Bank BNP tidak melakukan kerjasama atau memiliki jenis transaksi dengan pihak terkait dalam hal Kepemilikan Silang, repuchase agreement, pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha dan lainnya.

2. Pembahasan Neraca Keuangan.Secara umum kinerja keuangan Bank BNP pada tahun buku 2011 menunjukkan keberhasilan atas perkembangan usaha yang signifikan dengan bertumbuh sebesar 24% dari periode yang sama tahun sebelumnya membuktikan bahwa Bank BNP tetap berupaya untuk terus maju dan berkembang dengan pasti.

Laporan Keuangan Bank BNP untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2011 telah disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan untuk periode-periode yang dilaporkan telah dilakukan restatement/ penyajian kembali untuk tahun 2010 dan 2011.

Refleksi keberhasilan manajemen menjalankan roda bisnisnya tercatat pada beberapa pos tertentu dalam Neraca Bank yang dibagi menjadi 4 (empat) bagian besar yang akan dibahas seperti Aktiva Produktif, Kewajiban, Laba-Rugi dan Permodalan.

KreditEksposur kredit Bank BNP pada tahun 2011 tumbuh sebesar 31,5%, dimana kredit yang disalurkan diberikan pada sektor-sektor ekonomi seperti Industri, Pedagangan, Transportasi, Konstruksi, Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Pertanian dan lain sebagainya.

Sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran, memiliki porsi penyaluran terbesar yaitu sekitar 38% dari total kredit yang telah disalurkan, kemudian sektor riil / industri berada pada posisi kedua terbesar, selebihnya tersebar ke sektor ekonomi lainnya.

Keberhasilan pertumbuhan Kredit ini disertai pula dengan keberhasilan dalam pengelolaan administrasi perkreditan yang baik, sehingga pemantauan dan pertumbuhan kualitas Kredit yang diberikanpun membaik seiring dengan sangat kecilnya rasio Kredit Bermasalah (NPL) yang pada akhir tahun 2011 tercatat hanya sebesar 0,88% (kotor).

Kecilnya rasio Kredit Bermasalah pada akhir tahun 2011 ini, tentunya sebagai hasil dari kerja keras manajemen dalam mengupayakan penyelesaian beberapa outstanding Kredit yang sudah berada dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet, disertai dengan mengerem laju dari potensi Kredit Bermasalah yang baru.

Pertumbuhan Kredit yang terjadi tidak terlepas pula dari peran pertumbuhan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dimana pada tahun 2011 pencapaiannya sebesar Rp. 2,76 triliun atau sama dengan 57,4% dari keseluruhan volume kredit Bank BNP.

Dalam sisi kepatuhan, penyaluran Kredit Bank BNP berpatokan pada ketentuan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) yang ditentukan oleh Bank Indonesia dan pada tahun 2011 ini tidak terdapat pelanggaran BMPK maupun pelampauan BMPK baik kepada pihak ketiga maupun pihak terkait (lihat Catatan Laporan Keuangan No. 10.m).

Pemberian kredit pada Pihak Terkait dan atau Debitur Inti, pada tahun 2011, secara persentase mengalami penurunan, dimana pada posisi akhir Desember 2011, tercatat pemberian kredit kepada Pihak Terkait hanya sebesar 1,02% dari volume kredit yang ada dan jumlah ini lebih kecil dari posisi tahun 2010, sedangkan persentase penyaluran kredit kepada 25 (dua puluh lima) Debitur Inti juga mengalami penurunan dari semula 17,88% pada tahun 2010 menjadi kurang lebih 17,48% pada tahun 2011.

Pemberlakuan suku bunga kredit selama tahun 2011, secara umum bergerak konsisten dan tidak terdapat lonjakan yang berarti, sekalipun menjelang akhir tahun 2011 terjadi penurunan Suku Bunga BI rate, namun seiring dengan kondisi pasar pada menjelang akhir tahun terjadi upaya untuk mempertahankan dana, karena persaingan suku bunga funding di pasaran mengetat, maka tidak jelas nampak pergeseran suku bunga khususnya suku bunga simpanan.

Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank LainSecara volume Perkiraan Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank Lain pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 28%, pada pos perkiraan ini terdiri dari Fasilitas Bank Indonesia (FASBI), FTK BI dan Call Money dimana dananya merupakan sebagian dari Dana Pihak Ketiga yang belum seluruhnya tersalurkan ke dalam kredit.

Surat Berharga Yang Dimiliki dan Obligasi PemerintahKebijakan berinvestasi pada jenis Surat Berharga tidak menjadi fokus utama, sehingga portofolio Surat Berharga yang dimiliki lebih dikarenakan menunggu jatuh temponya, dan hampir seluruh kepemilikan Surat berharga Bank BNP sifat kepemilikannya tidak untuk diperdagangkan namun dikuasai hingga jatuh tempo.

Obligasi Pemerintah/ Surat Utang Negara (SUN) yang dimiliki saat ini lebih bersifat memelihara hingga tanggal

jatuh tempo saja dan hanya mengandalkan penghasilan atas kupon/ bunga obligasinya saja yang bunganya masih memberikan margin cukup baik terhadap Pendapatan Bunga. Keberadaan kedua instrumen investasi ini hingga akhir tahun 2011 relatif tidak bertumbuh.

Dana Pihak KetigaDana pihak ketiga yang dikuasai Bank BNP terdiri dari Simpanan Nasabah berupa Tabungan, Rekening Giro dan Simpanan Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, dimana hingga pada akhir tahun 2011 jumlah volume Dana Pihak Ketiga telah mengalami pertumbuhan secara total sebesar 24,55% atau sama dengan Rp. 1,11 Triliun menjadi total Rp. 5,66 Triliun.

Pertumbuhan terbesar dari jumlah Dana tersebut disokongkan oleh peningkatan Simpanan dalam bentuk Tabungan yaitu sebesar 52% tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya, dan Simpanan Berjangka berada pada posisi ke dua pertumbuhan terbesar secara persentase setelah Tabungan yaitu sebesar 22,6%.

Perolehan atas peningkatan Simpanan Tabungan ini menyusul keberhasilan peluncuran produk Tabungan SAKURA beberapa waktu yang lalu disertai pula dengan produk Tabungan Jangka Panjang (JAPAN) yang memiliki kelebihan simpanan berencana jangka panjang. Sekalipun volume pertumbuhan Simpanan

cukup tinggi, khususnya Deposito Berjangka, namun persentase Deposan Inti mengalami penurunan dari semula 20,26% pada akhir tahun 2010 menjadi 18,84% pada akhir tahun 2011.

Secara komposisi posisi Dana Pihak Ketiga masih didominasi oleh Simpanan Berjangka/ Deposito sebesar 72% dan sisanya dalam bentuk Tabungan dan Giro, sehingga kondisi ini sedikit lebih memunculkan ekses biaya mahal, namun keberadaan Simpanan Berjangka ini mampu memperkecil gap maturity antara sumber dana dan penyaluran dana yang ada.

3. Laba – Rugi Pendapatan Bunga Pos Pendapatan Bunga terbentuk dari komponen dalam

Aktiva Produktif yang menghasilkan terdiri dari Pinjaman, Surat Berharga, Penempatan dan lain sebagainya baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, selama tahun 2011 pos Pendapatan Bunga tercatat sebesar Rp. 612,5 Milyar mengalami peningkatan sebesar 40,4% dari tahun sebelumnya, dimana peningkatan pendapatan ini disebabkan karena naiknya pertumbuhan kredit yang terjadi.

Beban Bunga Beban Bunga terdiri dari kewajiban atas Simpanan dalam

mata uang Rupiah dan valuta asing, dimana selama tahun 2011 telah terjadi peningkatan Beban Bunga menjadi Rp. 318 Milyar atau sama dengan naik 50,27% dari periode yang sama tahun 2010, angka ini relatif cukup besar, mengingat langkah untuk melakukan re-profiling Simpanan masih terus diupayakan.

Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih diperoleh dari selisih antara

Pendapatan Bunga dari Aktiva Produktif dengan Beban Bunga Simpanan, dimana pada akhir Desember 2011 Pendapatan Bunga Bersih Bank naik/ tumbuh sebesar 31,09%, hal ini dikarenakan terjadinya pertumbuhan Aktiva Produktif khususnya kredit yang cukup signifikan.

Laba Operasional Pendapatan Bunga Bersih setelah diperhitungkan

dengan Pendapatan Operasional Lainnya dan Beban Operasional Lainnya meningkat sebesar 33,7%. Peningkatan ini disebabkan adanya kenaikan pada

Beban Administrasi & Umum sebesar 23% dan Beban Tenaga Kerja sebesar 44%.

Peningkatan Beban Administrasi & Umum dan Biaya Tenaga Kerja dikarenakan adanya perluasan jaringan kantor, penambahan SDM sehingga menambah unsur sarana prasarana seperti perluasan gedung/ layout ruangan, IT dan transportasi serta pembayaran bonus dan tantieme pada bulan Juni dan Desember 2011.

4. Rasio Keuangan• Rasio Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum/

Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio Kecukupan Modal (CAR) adalah rasio Modal

terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), dimana berdasarkan peraturan Bank Indonesia jumlah modal untuk risiko kredit terdiri dari Modal Inti (Tier I) dan Modal Pelengkap (Tier II). Pada akhir tahun 2011 CAR Bank BNP menunjukan 13,45% setelah memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Operasional dan Risiko Pasar.

• Rasio Kredit Bermasalah/ Non Perfoming Loan Ratio (NPL)

Rasio Kredit Bermasalah (NPL) pada akhir tahun 2011 tercatat sebesar 0,88% (gross), jauh lebih kecil dari rasio NPL maksimal sebesar 5%, sehingga bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan volume kredit besaran kualitas kredit yang non performing sangatlah kecil, hal ini menunjukan bahwa efektifitas penyaluran kredit berjalan dengan sangat prudent dan Bank BNP selalu berupaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas kreditnya agar berjalan dengan baik.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Total Aktiva/ Return On Assets Ratio (ROA)

Pencapaian ROA Bank BNP pada tahun 2011 adalah sebesar 1,53% naik 0,03% dari tahun 2010, hal tersebut dikarenakan peningkatan Laba lebih besar dari peningkatan pertumbuhan Asetnya, artinya bahwa Bank BNP masih memiliki kemampuan yang lebih dalam menciptakan Laba.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Ekuitas/ Return On Equity Ratio (ROE)

Perbandingan antara Laba Bersih terhadap Permodalan Bank BNP pada tahun 2011 meningkat cukup signifikan menjadi 12,82% atau sama dengan naik 0,44% dari semula 12,38% pada tahun 2010, hal

ini disebabkan karena pertumbuhan perolehan Laba Bersih lebih besar dari peningkatan Ekuitas.

• Rasio Kredit Terhadap Dana Pihak Ketiga/ Loan to Deposit Ratio (LDR)

Volume Kredit yang dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (LDR) pada tahun 2011 meningkat menjadi 84,92% dari semula 80,41% pada tahun 2010, hal ini menunjukan bahwa salah satu fungsi dari kegiatan perbankan yaitu fungsi intermediasi melalui pemberian kredit berjalan baik dan bahkan semakin meningkat.

• Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Perbandingan antara Beban Operasional dengan

Pendapatan Operasional pada akhir 2011 tercatat sebesar 85,77% meningkat dari tahun sebelumnya yang besarnya 85,17%, hal ini disebabkan adanya peningkatan biaya operasional dalam rangka ekspansi usaha selama tahun 2011

5. Perluasan Jaringan KantorKemampuan Bank BNP dalam menjangkau pasar menjadi kunci utama bagi pengembangan bisnis kedepannya, keberadaan ujung tombak baik berupa jaringan kantor yang secara organik maupun delivery channel yang dimiliki dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan Bank BNP untuk meraih pangsa pasar di lokasi tersebut.

Bank BNP pada tahun 2011 telah menambah 13 jaringan kantor baru baik berupa Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan atau Kantor Kas berikut Service Point dan Mesin ATMnya, disamping itu juga terdapat beberapa lokasi kantor dan mesin ATM yang direlokasi.

Kebijakan pembukaan kantor baru pada tahun 2011 yang pada dasarnya diorientasikan untuk mendukung pertumbuhan Bisnis Mikro dan Kecil sehingga keberadaan jaringan kantor yang baru memiliki fokus yang sedikit berbeda.

Sesuai dengan rencana dalam RBB 2011-2013, pembukaan jaringan yang dilakukan pada tahun 2011 baru dapat direalisasikan sebanyak 13 kantor dari 24 yang direncanakan termasuk relokasi dan peningkatan status kantor, hal ini disebabkan oleh masalah kesiapan lokasi gedung kantor dan perijinan saja, sedangkan sisanya secara bertahap dilakukan pada awal tahun 2012.

Dengan penambahan 13 jaringan kantor baru di tahun 2011 ini, maka secara keseluruhan Bank BNP memiliki 60 (enam puluh) jaringan kantor yang tersebar di Jawa dan Bali.

6. Kegiatan Lainnya Kegiatan Edukasi Perbankan & Ayo Ke Bank Sebagai manifestasi dari pilar ke-enam Arsitektur

Perbankan Indonesia oleh Bank Indonesia, yang menetapkan bahwa bank-bank bertanggung jawab untuk mendidik masyarakat untuk memahami dasar-dasar perbankan, Bank BNP telah mengunjungi beberapa sekolah di wilayah Bandung dan sekitarnya dan melakukan sosialisasi Edukasi Perbankan.

Topik yang dibahas adalah “Budaya Menabung Sejak Dini” yaitu bertujuan untuk:1. Membangun kesadaran serta memotivasi anak-anak

untuk memiliki budaya menabung sejak usia dini;

2. Membangun masyarakat yang bank minded dan memberikan pemahaman kegunaan menabung di Bank; serta

3. Memberikan pemahaman atas produk dan layanan perbankan.

Pelaksanaan program tersebut memperoleh tanggapan yang positif dari para siswa maupun Kepala Sekolah. Ke depannya, Bank BNP berencana untuk memperluas jangkauan wilayah program edukasi perbankan, sesuai dengan misinya untuk membantu mengembangkan masyarakat.

Corporate Social ResponsibilityTanggung Jawab Sosial yang dilakukan oleh Bank BNP bertujuan untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara dunia usaha, masyarakat dengan alam sekitar, tepatnya komunitas dan lingkungan, dengan mencapai keuntungan bagi semua pihak yang berkesinambungan hingga generasi selanjutnya. Beberapa program yang dilaksanakan selama tahun 2011 adalah:• Bantuan untuk membangun pengadaan sarana air bersih

dan sarana MCK. Sebagai bentuk partisipasi untuk menolong

terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang sangat mendasar yaitu salah satunya kebutuhan akan air bersih, Bank BNP melalui Lembaga Pemerhati dan Pengembangan Pendidikan Daerah Tertinggal (LP3T) telah menyumbangkan dana untuk membangun sarana air bersih dan sarana MCK bagi masyarakat di Kabupaten Lebak- Propinsi Banten.

• Bantuan dalam Pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan.

Generasi muda adalah asset sebuah bangsa, dan Bank BNP melihat keberadaan mereka sebagai pihak yang perlu didukung dan dibantu agar berkembang ke arah yang lebih baik. Dengan adanya rencana Eta Pro’comm untuk menyelenggarakan acara “Meraih Impian Anak

Negeri” yaitu pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan di wilayah Bandung, dirasakan Bank BNP sebagai kesempatan yang baik untuk merealisasikan kepedulian Bank BNP, dengan menyumbangkan sejumlah dana sebagai bukti kepeduliannya.

• Bantuan untuk Korban Gempa di Tapanuli. Sebagai bentuk partisipasi dalam menolong masyarakat

yang membutuhkan, pada acara Malam Amal Penggalangan Dana untuk Korban Gempa di Tapanuli, Bank BNP menyumbangkan dana melalui Panitia Peduli Korban Gempa di Tapanuli Posko Jawa Barat.

PenghargaanSebagai bukti komitmen Bank BNP untuk terus dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan kinerja perusahaan, maka dibutuhkan sebuah komitmen kuat dari seluruh elemen organisasi yang mendukung visi-misi tersebut.

Dengan penuh rasa bangga, manajemen mempersembahkan secara nyata hasil kinerja yang telah dilakukan dengan berhasil diraihnya 3 (tiga) Anugerah Business Review Award pada bulan Nopember 2011 yaitu:1. The Best CEO (Special Criteria)2. The Best Marketing Management3. The Best Corporation for Risk Management

Prestasi lainnya yang menyusul berhasil diraih Bank BNP berdasarkan survey The Most Powerful Bank pada Majalah Warta Eko nomi, Bank BNP meraih gelar Peringkat Pertama sekaligus untuk 2 (dua) Kategori di kelasnya yaitu sebagai :

1. The Most Valuable Bank : yaitu Bank dengan kebijakan produk portofolio terbaik, baik portofolio berbasis Ekuitas maupun berbasis Surat Hutang; dan

2. The Most Attractive Bank : Bank terbaik berdasarkan kemampuan untuk menjadi lembaga intermediasi keuangan bagi masyarakat.

Selain penghargaan yang diterima, Bank BNP pun mulai memasuki/ meraih peringkat dalam beberapa kegiatan rating atas kinerja Perusahaan berdasarkan beberapa kriteria penilaian yang dilakukan oleh beberapa media nasional antara lain dari :• InfoBank Awards 2011 Memperoleh predikat Sangat Bagus pada InfoBank

Awards 2011 untuk kinerja keuangan tahun 2010.• Majalah InfoBank edisi Juni 2011:• Berdasarkan Modal Rp. 100 Milyar s/d Rp. 1 Triliun,

menempati peringkat ke 15 dari 67 Bank, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Kepemilikan Bank Swasta Nasional Devisa, menempati peringkat ke 7 dari 10 Terbaik, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Status Badan Hukum PT Terbuka/Go Publik, menempati peringkat ke 10 dari 31 Bank Go Publik, (predikat SANGAT BAGUS).

Disamping beberapa media cetak di atas, juga masih terdapat beberapa pemeringkatan yang diperoleh Bank BNP dari beberapa media yang melakukan pemeringkatan dan seluruh Penghargaan yang diraih ini didedikasikan kepada seluruh komponen Bank BNP untuk lebih memotivasi kita bekerja untuk menghasilkan yang terbaik.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

SUPPORT TEAM

jenis kredit investasi, sehingga bila dilihat dari tujuan penggunaan kredit hampir 89% dari portofolio kredit Bank BNP dialokasikan kepada sektor yang produktif/ bersifat komersil.

c) Bisnis Konsumer Bisnis Konsumer secara umum mengelola pemberian

Kredit yang bertujuan tidak untuk penggunaan produktif atau hanya digunakan untuk yang bersifat konsumtif dikelompokkan dalam segmen bisnis tersendiri dengan term and condition yang berbeda pula dari jenis kredit lainnya. Sejak awal bulan Januari 2011, pengelolaan atas Bisnis ini dilakukan secara tersentralisasi dan berada pada satu Divisi yang khusus menangani Bisnis Konsumer.

Objek yang menjadi sasaran pembiayaan kredit Konsumer antara lain adalah :1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)2. Kredit Pemilikan Mobil (KPM)3. Kredit Renovasi Rumah (KRR)4. Dll.

Pemberian kredit jenis ini ada pula yang dilakukan baik secara direct kepada end user, atau melalui skim kerja sama (in-direct) dengan perusahaan penyalur lainnya seperti Dealer Sparepart kendaraan bermotor dan lainnya atau dapat pula dengan bekerjasama melalui Developer/ pengembang lainnya.

d) Bisnis MikroKategori pengelompokkan kredit Mikro berawal dari besaran pinjaman sampai dengan Rp. 50.000.000,- (sesuai ketentuan Bank Indonesia) dan besaran inipun masih dalam pengkajian internal manajemen Bank BNP untuk dilakukan penyesuaian, sehingga plafond kreditnya mengalami sedikit perubahan. Sepanjang tahun 2011, perkembangan dan pertumbuhan kredit Mikro baik dari sisi volume maupun kualitasnya, telah menunjukan kinerja yang semakin baik, seiring dengan itu perolehan spread dari suku bunga yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis pinjaman komersil lainnya.

Posisi portofolio Kredit untuk bisnis Mikro pada akhir tahun 2011 mencapai Rp. 350,75 Milyar, tumbuh 187% dari periode yang sama tahun lalu.

Guna mendukung perkembangan bisnis Mikro ke depannya, khususnya dalam upaya untuk meningkatkan portofolio kredit Mikro, selain mempersiapkan dan melakukan pemenuhan Sumber Daya Manusia, juga telah dilakukan pemenuhan berbagai sarana prasarana untuk mendukung bisnis tersebut antara lain :• Membuat dan terus menyempurnakan spesifikasi

bisnis untuk kredit mikro;• Melakukan implant terhadap beberapa kantor

cabang yang ada untuk meningkatkan pangsa pasar penjualan kredit mikro ini;

• Memperbanyak outlet/ kantor yang berorientasi pada segmen mikro/ UMK yaitu terhadap sentra-sentra bisnis ritel;

• Menyelenggarakan pelatihan internal/ Manage-ment Trainee Micro Banking bulan Maret 2011 selama 3 bulan guna mendidik kader-kader pelaku bisnis Mikro.

Prospek bisnis mikro akan sangat berkembang di masa mendatang, sehingga portofolionya akan terus ditingkatkan sehingga akan menjadi penyokong utama terhadap peningkatan komposisi terhadap segmen UMKM Bank BNP sambil terus berupaya untuk mengambil ceruk pasar (niche market) dari potensi segmen Micro yang ada dengan penekanan pada pricing yang kompetitif dibandingkan dengan unit mikro kompetitor lainnya, di mana saat ini cost structure dari kompetitor lainnya relatif sudah lebih tinggi.

Sampai akhir tahun 2011, angka kredit bermasalah bagi Kredit Bisnis Mikro ini tercatat hanya sebesar 3,58% dari total portofolio Kredit Mikro, sehingga bila dibandingkan dengan volumenya, besaran tersebut masih dalam tahapan toleransi yang baik.

e) Bisnis Kredit Tanpa Agunan (KTA) KTA Bank BNP merupakan kredit multi guna yang

dapat digunakan untuk membiayai berbagai macam kebutuhan tanpa mensyaratkan adanya jaminan.

Pinjaman jenis ini akan menjadi pelengkap ragamnya jenis pinjaman berbasis ritel yang disalurkan yang tidak sama dengan pinjaman lainnya dan jenis produk pinjaman ini pada tanggal 25 November 2011 telah mengalami perubahan nama menjadi pinjaman KATANA (Kredit Tanpa Agunan).

Sasaran dari produk KATANA ditujukan khusus untuk karyawan umum dengan penghasilan tetap, baik dengan status karyawan tetap maupun kontrak, mengingat potensi pasar karyawan di Indonesia cukup luas sehingga kondisi ini menjadi target pasar yang potensil.

Bank BNP dalam melakukan penjualan produk KATANA menjalankan strategi pemasaran secara kolektif kepada perusahaan melalui kerjasama dengan HRD perusahaan/ Koperasi karyawan dalam hal pembayaran gaji karyawannya/ payroll. Selain itu juga dilakukan direct selling melalui jaringan kantor Bank BNP yang ada.

Sedangkan untuk menggarap pangsa pasar yang lebih luas, dilakukan open table/ exhibition di gedung perkantoran/ mall yang sesuai dengan target pasarnya, sekaligus untuk meningkatkan company dan brand image.

Menjelang akhir tahun 2011, penjualan KATANA ini dikemas dalam sebuah program promo KATANA HEBAT (Kredit Tanpa Agunan Heboh Akhir Tahun) yang berlaku hingga 30 Desember 2011 dimana beberapa syarat dan kondisi yang ditentukan memi-liki kemudahan-kemudahan serta keuntungan yang lain dari program lainnya.

Pertumbuhan outstanding KATANA hingga akhir tahun 2011 meningkat sebesar 148,8% dibandingkan tahun 2010, sedangkan jumlah kontrak yang terjadi pada tahun 2011 juga naik sebesar 169,8%.

f) TreasuryPengelolaan Treasury di Bank BNP dilakukan secara prudent (kehati-hatian) dengan mengikuti sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Manajemen dan mentaati peraturan yang berlaku dari Bank Indonesia. Divisi Treasury memegang peranan penting dalam pegelolaan likuiditas bank, perdagangan valuta asing serta perdagangan surat berharga.

Treasury Bank BNP terdiri dari beberapa departemen yaitu: 1. Departemen Asset Liabilities Management yang

mengelola dana dan berhubungan dengan pasar uang (money market) baik untuk peminjaman maupun penempatan dana serta pengelolaan surat berharga;

2. Departemen Forex Business yang mengelola seluruh transaksi valuta asing baik untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan nasabah guna meningkatkan pendapatan perusahaan; dan

3. Departemen Financial Institution yang banyak berhubungan dengan Counterparty Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), guna meningkatkan hubungan kerja sama perbankan saat ini dan di masa mendatang.

Dalam pengelolaan dana , transaksi surat berharga serta transaksi valuta asing dilakukan dengan memperhitungkan segala aspek risiko – risiko yang mungkin timbul seperti risiko likuiditas, risiko nilai tukar, risiko suku bunga risiko pasar serta risiko operasional dan dengan berpedoman kepada peraturan yang berlaku.

Guna meningkatkan kapabilitas karyawan, secara rutin dilakukan training untuk marketing dan Front Liner seperti Basic Treasury , Basic Forex , Bank Notes Counterfeit , agar supaya tercipta karyawan – karyawan yang handal untuk melayani keperluan para nasabah.

Di samping itu, Divisi Treasury bersama jajaran Manajemen secara rutin mengadakan rapat ALCO (Asset and Liabilities Committee) guna menentukan kebijakan dan gapping management (suku bunga, tenor, mata uang) dengan mengevaluasi atas hasil pemantauan pasar baik lokal maupun internasional. Diharapkan Treasury bisa berkontribusi secara optimal dan dapat mengindikasikan secara awal jika ada kondisi yang dapat merugikan atau membahayakan perusahaan.

Di masa mendatang Treasury akan mengembangkan potensi bisnis baru guna memenuhi kebutuhan transaksi maupun investasi dari para nasabah dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusa-haan.

g) Kebijakan Tingkat Suku Bunga

Penerapan kebijakan suku bunga di Bank BNP baik dari sisi Lending maupun Funding, selalu disusun dan diberlakukan dengan mengacu pada beberapa kondisi seperti :• Kebutuhan dasar biaya dana/ bunga simpanan (cost of fund);• Biaya-biaya pendukung yang sifatnya variable yang terkait dengan kegiatan pendanaan;• Ketentuan Suku Bunga acuan seperti BI rate dan Suku Bunga Penjaminan (LPS);• Cost of money yang menjadi beban perusahaan;• Margin profit yang diharapkan ; dan• Kebijakan/ kondisi suku bunga dari pesaing atau yang berlaku di pasar.

Sehingga dengan berlandaskan kepada hal tersebut di atas, kebijakan suku bunga Simpanan atau Pinjaman, diupayakan selalu seiring dengan pergerakan harga pasar, agar dapat bersaing dengan fair, tanpa mengabaikan besaran spread yang ditargetkan, hal ini nampak pada besaran NIM pada akhir tahun 2011, naik menjadi 4,99% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,91%.

Keputusan dalam menentukan besaran suku bunga yang akan diberlakukan melalui mekanisme rapat team pendukung seperti ALCO dan Rapat-rapat Direksi baik yang diselenggarakan secara regular maupun secara sirkuler.

Sedangkan trend pergerakan suku bunga pada tahun 2011, sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah, nampak pergerakan margin spread antara simpanan dan pinjaman relatif stabil dan tidak ada pergerakan yang ekstrim.

h) Transaksi Ekspor – Impor dan Devisa Sekalipun dunia khususnya di belahan negara-negara

Eropa pada paruh waktu tahun 2011 mengalami krisis keuangan yang berimbas kepada negara-negara berkembang seperti salah satunya Indonesia yang memiliki berbagai aktifitas perdagangan internasional seperti kegiatan ekspor dan impor, namun bagi Indonesia kondisi tersebut belum dirasakan dampak yang signifikan hingga ditutupnya tahun 2011.

Dalam kegiatan transaksi perdagangan Luar Negeri seperti ekspor dan impor, kejadian tersebut khususnya bagi Bank BNP secara umum tidak berdampak signifikan karena sebaran kegiatan ekspor khususnya, untuk Negara-negara Eropa tidak terlalu besar bahkan secara volume cenderung naik dari kegiatan ekspor – impor yang dilakukan melalui Bank BNP dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebagai salah satu ciri dari Bank Devisa adalah kegiatan transaksi dalam mata uang asing selain Rupiah, dalam hal ini Bank BNP melakukan beberapa kegiatan seperti pembiayaan perdagangan luar negeri, jasa kiriman uang, collection dan transaksi lainnya termasuk money changer.

Khusus dalam transaksi perdagangan luar negeri dalam kegiatan pembiayaan ekspor dan impor, maka selama tahun 2011 Bank BNP telah menangani proses Ekspor baik melalui pembukaan Letter of Credit (LC) maupun tanpa menggunakan LC yaitu sebanyak 1.028 dokumen ekspor dengan nilai equivalen USD 45,4 juta naik sebesar 13,5% secara volume dari tahun 2010, dan untuk transaksi Impor yaitu sebanyak 218 dokumen dengan nilai equivalen USD 28,93 juta naik sebesar 65% dari realisasi impor tahun 2010.

Sedangkan untuk kegiatan remmittance yang ditransaksikan melalui Bank BNP baik kiriman uang keluar negeri maupun masuk masing-masing mencapai volume 15.925 aplikasi kiriman uang keluar dengan nilai eq. USD 768,336,366 dan untuk kiriman uang masuk diterima sebanyak 6.733 kiriman atau naik sebesar 11,3% dengan jumlah nilai eq. USD 254,152,172

i) Teknologi dan Informasi Perkembangan bisnis Bank BNP tidak bisa dilepaskan

dari adanya dukungan Teknologi Informasi yang sangat kuat di belakangnya.

Management sangat menyadari akan hal ini sejak dari awal dan semakin terasa dampaknya ketika masuk ke dalam segment bisnis Mikro dan KTA yang telah dimulai beberapa tahun yang lalu.

Saat ini Divisi dan unit kerja IT bukan lagi merupakan support untuk tujuan bisnis, tetapi sudah merupakan strategic partner untuk bisa mencapai tujuan bisnis.

Penambahanan delivery channel, baik itu berupa pembukaan kantor-kantor cabang baru dan penambahan mesin ATM dan EDC semakin ditingkatkan agar BNP bisa lebih dekat lagi kepada nasabah.

Kecepatan, ketepatan dan keamanan penyediaan informasi kepada nasabah merupakan keharusan yang tidak bisa di tawar lagi. Memberikan akses kepada nasabah setiap saat selama 24 jam per hari bukan merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi sudah merupakan suatu keharusan.

Untuk tetap bisa menunjang semuanya itu, maka IT selalu melakukan pengkinian di semua bagian, baik itu di sisi aplikasi, server dan infrastructure teknologi.

Selain itu untuk sisi keamanan data dan jaringan juga dilakukan pengkinian firewall, penyediaan Disaster Recovery Site dan penyediaaan backup link untuk kantor-kantor cabang.

Ketaatan kepada peraturan dan hukum yang berlaku merupakan hal yang sangat penting dan juga menjadi perhatian utama manajemen. Oleh karena itu Bank BNP juga telah melakukan perjanjian secara enterprise dengan pihak Microsoft.

j) Remunerasi dan Tunjangan Kebijakan remunerasi dan/ atau perubahan atas

imbalan jasa kepada seluruh karyawan Bank BNP dipertimbangkan berdasarkan berbagai aspek pendukung dari mulai kebutuhan dasar hidup karyawan hingga harga kompensasi menurut peer group/ industri setara, sehingga kebijakan ini mampu memperkecil gap dalam perolehan penghasilan/ kompensasinya.

Remunerasi bagi karyawan ditetapkan melalui beberapa mekanisme penetapannya dimana keputusan tertinggi secara kolektif ada pada kewenangan Direksi berdasarkan penilaian kinerjanya

(key performance indicator/ KPI), sedangkan remunerasi dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi dilakukan dengan mekanisme yang berbeda yaitu direkomendasikan oleh Komite Remunerasi dan Nominasi dan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

k) Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam rangka ikut menunjang pencapaian visi

perusahaan untuk menjadi Bank ritel berskala nasional, Bank BNP harus mengembangkan bisnisnya secara signifikan melebihi tingkat pertumbuhan pasar maupun pesaing.

Untuk mencapai hal tersebut, Bank BNP harus memenuhi prasyarat utama berupa kemampuan menggerakkan dan memberdayakan seluruh perangkat organisasi secara optimal, terutama sumber daya manusianya. Ini berarti Bank BNP harus memiliki support dan sumber daya manusia dengan produktifitas dan kapabilitas terbaik di bidangnya.

Oleh karena itu fungsi dan peran Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum telah bergeser ke arah yang lebih strategis yaitu menjadi strategic business partner bagi seluruh unit kerja di Bank BNP.

Untuk mencapai peran baru tersebut di tahun 2011 Divisi HR & GA Bank BNP telah menempuh beberapa langkah transformasi internal antara lain: • Penataan organisasi HR & GA dalam rangka

transformasi menuju organisasi yang mampu mendukung pergerakan bisnis.

• Review pekerjaan dan work flow HR & GA agar mampu memberikan support yang lebih efektif bagi semua unit kerja.

Inisiatif strategis yang dilakukan pada tingkat bank-wide adalah dengan melakukan standarisasi pengelo-laan organisasi (Organization Management). Departe-men Organization Development dengan dibantu konsultan eksternal pada bulan Januari 2011 telah menetapkan beberapa kebijakan dasar dalam pengelolaan organisasi dengan tujuan agar terdapat standarisasi dan keselerasan di seluruh organisasi di Bank BNP.

Beberapa prinsip dasar dalam menata ulang organisasi adalah:• Productivity Ratio:

Ukuran organisasi dan pertumbuhannya harus seiring dengan ukuran dan pertumbuhan bisnis perusahaan.

• Organization Leveling: Organisasi perlu memiliki tingkatan organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab, kewenangan dan hak yang berbeda.

• Span of Control: Untuk menjamin tercapainya delegasi pekerjaan dan kontrol yang seimbang di setiap jabatan.

Secara garis besar organisasi di BNP dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:• Business Unit: unit yang berfungsi sebagai motor

utama pengembangan bisnis bank yang terdiri dari Divisi Kredit Tanpa Agunan (KTA), Divisi Regional Business I – III, Divisi Treasury Bisnis, Divisi Bisnis Mikro, dan Divisi Services.

• Business Support : unit yang berfungsi mendukung operasional bank secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Divisi Pengembangan Bisnis, Divisi Administrasi Kredit, Divisi Operasional, Divisi Umum dan Divisi Informasi Teknologi.

• Corporate Services: unit yang berfungsi untuk menangani kebijakan dan strategi level korporasi, yang terdiri dari Divisi Sumber Daya Manusia (SDM), Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), Divisi Perencanaan Perusahaan & Sekretaris Perusahaan, Divisi Akuntansi & Keuangan, Divisi Manajemen Resiko, Divisi Kepatuhan.

Project-project yang terkait dengan pembenahan organisasi yang dilakukan oleh Departemen Organization Development selama tahun 2011 adalah: • Tersedianya Struktur Organisasi dan uraian

pekerjaan (position/ job description) keseluruhan organisasi;

• Pengadaan generic "kompetensi" dan "require-ment" bagi semua jabatan;

• Pengadaan guidance untuk Job Evaluation for Job Grading;

• Penerapan personal grade untuk seluruh karyawan BNP beserta sosialisasinya;

• Pengembangan salary scale berbasis grading baru 2011;

• Pengembangan berbagai kebijakan yang terkait dengan pengelolaan SDM.

Sebagai organisasi yang berbasis pada perkembangan bisnis, Bank BNP menyadari pentingnya pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki. Karenanya, selama 2011 Bank BNP juga telah melaksanakan pelatihan yang mendukung peningkatan kemampuan dan keunggulan kompetitif sumber daya manusianya, antara lain:• Meningkatkan Leadership Skill bagi para pimpinan

unit kerja, dari level Department Head hingga Division Head dengan mengadakan training coaching

• Meningkatkan kompetensi perkreditan bagi seluruh pegawai yang terkait langsung dengan permasalahan kredit, baik untuk segmen Commercial, Consumer/Retail dan Micro Banking.

• Melaksanakan program pelatihan khusus bagi Frontliners dalam upaya meningkatkan service dan layanan cabang.

• Melaksanakan program khusus untuk program pengembangan karyawan seperti Service Officer Development Program (SODP), Marketing Executive Development Program (MEDP), Management Trainee for Micro Banking (MTMB).

• Dalam rangka menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi, masing-masing Direksi banyak mengikuti/berpartisipasi dalam seminar nasional dan internasional, forum-forum perbankan dan program-program lain yang terkait dengan bank.

Aktivitas yang dilakukan dalam rangka memenuhi target di atas, Learning Center BNP fokus pada:

a. Pengembangan Softskill b. Pengembangan Hardskill c. Management Trainee Program d. Pemenuhan Program Sertifikasi (BSMR)

Perkembangan jumlah karyawan pada tahun 2011 ini naik sebanyak 164 orang menjadi total 1.298 orang atau sama dengan tumbuh sebesar 14,4 % dari periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah SDM ini seiring dengan pertumbuhan bisnis, pengembangan organisasi dan perluasan jaringan kantor dan sebagai dampaknya peningkatan biaya Tenaga Kerja juga mengiringi kenaikan tersebut.

l) Pengunaan Tenaga Kerja Asing dan Konsultan. Bank BNP mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga

kerja asing yang berasal dari negara Jepang dan telah mendapatkan ijin bekerja dari Departemen Tenaga Kerja masing-masing bertindak sebagai manajemen yaitu Presiden Komisaris (Yasuo Uonomi), Presiden Direktur (Ritsuo Ando) dan Direktur (Koji Sawada) dengan masa kerja sesuai batas waktu pengangkatannya melalui hasil Rapat Umum Pemegang Saham.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/8/PBI/2007, tanggal 13 Juni 2007, tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan Di Sektor Perbankan, maka Bank BNP dalam mengembangkan bisnis khususnya untuk Kredit Tanpa Agunan juga telah menggunakan 2 (dua) orang tenaga asing dari Jepang yaitu Hitoshi Yokohama dan Tetsuji Sakioka sebagai senior advisor & advisor, serta seorang pejabat eksekutif (Shigeo Morimoto) yang bertugas sebagai Kepala Divisi Manajemen Risiko, penggunaan ketiga tenaga asing

tersebut berkaitan dengan kebutuhan Bank BNP saat ini yang masih memerlukan arahan dan alih pengetahuan atas kegiatan tersebut diatas.

m) Permodalan Sejalan dengan pertumbuhan Aktiva Produktif, maka

akan berpengaruh pada kebutuhan akan penyediaan Modal yang sepadan, mengingat laju pertumbuhan Aktiva Produktif yang terbesar berasal dari kredit yang besarnya mencapai 31,5%, maka beban Aktiva Tertimbang Menurut Risiko semakin meningkat yang pada akhirnya akan membebani rasio Kecukupan Modal yang dipersyaratkan.

Permodalan Bank BNP pada akhir Desember 2011, memiliki kecukupan modal minimum sebesar 13,45%, sekalipun angka ini masih cukup untuk memenuhi batas minimum yang dipersyaratkan yaitu 8%, namun seiring dengan pesatnya pertumbuhan bisnis khususnya dalam pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit, maka kecukupan dalam hal dukungan permodalanpun menjadi kurang maksimal bila margin yang dimiliki terlalu kecil.

Permodalan Bank BNP pada triwulan IV tahun 2011 mendapatkan suntikan dana berupa Pinjaman Subordinasi dari pemegang saham mayoritas sebesar USD 5,9 juta dengan jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) tahun, sehingga dengan adanya penambahan tersebut yang berdasarkan ketentuan bahwa pinjaman subordinasi dapat diperhitungkan sebagai

tambahan Modal Pelengkap Tier 2, perhitungan rasio CAR dapat meningkat dan terjaga pada kisaran 13%.

n) Kebijakan DividenDengan mempertimbangkan kemampuan keuangan Perseroan dan upaya untuk melakukan ekspansi usaha serta menjaga ketersediaan Modal yang cukup untuk mempertahankan struktur permodalannya, pada pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tahun 2011 telah disepakati untuk membagikan Dividen kepada para pemegang saham sebesar +/- 10% dari Laba Bersih Perseroan yang jumlahnya Rp. 4,74 Milyar, dan sisanya dipertahankan untuk tujuan penguatan permodalan sebagai Laba Ditahan.

o) Transaksi Dengan Pihak Terkait Bank BNP dalam melaksanakan transaksi-transaksi

yang berkaitan dengan para pihak terkait selalu mengacu pada ketentuan yang mengaturnya, diantara transaksi yang dilakukan antara Bank BNP dengan Pihak Terkait antara lain adalah: transaksi yang berkaitan dengan kegiatan utama Bank BNP seperti Kredit, Simpanan, Sewa Menyewa beberapa gedung perkantoran yang digunakan untuk operasional Bank BNP sehari-hari, dimana seluruh transaksinya berkaitan dengan kegiatan utama (core business) Bank BNP dan apabila transaksi tersebut dikategorikan transaksi yang mengandung unsur benturan kepentingan, maka telah mendapat persetujuan RUPS sebagaimana ketentuan yang mengaturnya.

Transparansi atas transaksi-transaksi tersebut agar

tidak menyimpang dari ketentuan hukum maupun praktek tata kelola perusahaan yang baik, maka seluruh ketentuan dan persyaratan yang dikenakan berlaku umum dan tidak ada pengecualian dan secara nilai tidak memenuhi unsur transaksi yang bersifat material.

Penjelasan dan detil transaksi dapat dilihat pada Catatan Atas Laporan Keuangan nomor : 35. yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani.

Bank BNP tidak melakukan kerjasama atau memiliki jenis transaksi dengan pihak terkait dalam hal Kepemilikan Silang, repuchase agreement, pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha dan lainnya.

2. Pembahasan Neraca Keuangan.Secara umum kinerja keuangan Bank BNP pada tahun buku 2011 menunjukkan keberhasilan atas perkembangan usaha yang signifikan dengan bertumbuh sebesar 24% dari periode yang sama tahun sebelumnya membuktikan bahwa Bank BNP tetap berupaya untuk terus maju dan berkembang dengan pasti.

Laporan Keuangan Bank BNP untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2011 telah disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan untuk periode-periode yang dilaporkan telah dilakukan restatement/ penyajian kembali untuk tahun 2010 dan 2011.

Refleksi keberhasilan manajemen menjalankan roda bisnisnya tercatat pada beberapa pos tertentu dalam Neraca Bank yang dibagi menjadi 4 (empat) bagian besar yang akan dibahas seperti Aktiva Produktif, Kewajiban, Laba-Rugi dan Permodalan.

KreditEksposur kredit Bank BNP pada tahun 2011 tumbuh sebesar 31,5%, dimana kredit yang disalurkan diberikan pada sektor-sektor ekonomi seperti Industri, Pedagangan, Transportasi, Konstruksi, Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Pertanian dan lain sebagainya.

Sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran, memiliki porsi penyaluran terbesar yaitu sekitar 38% dari total kredit yang telah disalurkan, kemudian sektor riil / industri berada pada posisi kedua terbesar, selebihnya tersebar ke sektor ekonomi lainnya.

Keberhasilan pertumbuhan Kredit ini disertai pula dengan keberhasilan dalam pengelolaan administrasi perkreditan yang baik, sehingga pemantauan dan pertumbuhan kualitas Kredit yang diberikanpun membaik seiring dengan sangat kecilnya rasio Kredit Bermasalah (NPL) yang pada akhir tahun 2011 tercatat hanya sebesar 0,88% (kotor).

Kecilnya rasio Kredit Bermasalah pada akhir tahun 2011 ini, tentunya sebagai hasil dari kerja keras manajemen dalam mengupayakan penyelesaian beberapa outstanding Kredit yang sudah berada dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet, disertai dengan mengerem laju dari potensi Kredit Bermasalah yang baru.

Pertumbuhan Kredit yang terjadi tidak terlepas pula dari peran pertumbuhan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dimana pada tahun 2011 pencapaiannya sebesar Rp. 2,76 triliun atau sama dengan 57,4% dari keseluruhan volume kredit Bank BNP.

Dalam sisi kepatuhan, penyaluran Kredit Bank BNP berpatokan pada ketentuan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) yang ditentukan oleh Bank Indonesia dan pada tahun 2011 ini tidak terdapat pelanggaran BMPK maupun pelampauan BMPK baik kepada pihak ketiga maupun pihak terkait (lihat Catatan Laporan Keuangan No. 10.m).

Pemberian kredit pada Pihak Terkait dan atau Debitur Inti, pada tahun 2011, secara persentase mengalami penurunan, dimana pada posisi akhir Desember 2011, tercatat pemberian kredit kepada Pihak Terkait hanya sebesar 1,02% dari volume kredit yang ada dan jumlah ini lebih kecil dari posisi tahun 2010, sedangkan persentase penyaluran kredit kepada 25 (dua puluh lima) Debitur Inti juga mengalami penurunan dari semula 17,88% pada tahun 2010 menjadi kurang lebih 17,48% pada tahun 2011.

Pemberlakuan suku bunga kredit selama tahun 2011, secara umum bergerak konsisten dan tidak terdapat lonjakan yang berarti, sekalipun menjelang akhir tahun 2011 terjadi penurunan Suku Bunga BI rate, namun seiring dengan kondisi pasar pada menjelang akhir tahun terjadi upaya untuk mempertahankan dana, karena persaingan suku bunga funding di pasaran mengetat, maka tidak jelas nampak pergeseran suku bunga khususnya suku bunga simpanan.

Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank LainSecara volume Perkiraan Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank Lain pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 28%, pada pos perkiraan ini terdiri dari Fasilitas Bank Indonesia (FASBI), FTK BI dan Call Money dimana dananya merupakan sebagian dari Dana Pihak Ketiga yang belum seluruhnya tersalurkan ke dalam kredit.

Surat Berharga Yang Dimiliki dan Obligasi PemerintahKebijakan berinvestasi pada jenis Surat Berharga tidak menjadi fokus utama, sehingga portofolio Surat Berharga yang dimiliki lebih dikarenakan menunggu jatuh temponya, dan hampir seluruh kepemilikan Surat berharga Bank BNP sifat kepemilikannya tidak untuk diperdagangkan namun dikuasai hingga jatuh tempo.

Obligasi Pemerintah/ Surat Utang Negara (SUN) yang dimiliki saat ini lebih bersifat memelihara hingga tanggal

jatuh tempo saja dan hanya mengandalkan penghasilan atas kupon/ bunga obligasinya saja yang bunganya masih memberikan margin cukup baik terhadap Pendapatan Bunga. Keberadaan kedua instrumen investasi ini hingga akhir tahun 2011 relatif tidak bertumbuh.

Dana Pihak KetigaDana pihak ketiga yang dikuasai Bank BNP terdiri dari Simpanan Nasabah berupa Tabungan, Rekening Giro dan Simpanan Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, dimana hingga pada akhir tahun 2011 jumlah volume Dana Pihak Ketiga telah mengalami pertumbuhan secara total sebesar 24,55% atau sama dengan Rp. 1,11 Triliun menjadi total Rp. 5,66 Triliun.

Pertumbuhan terbesar dari jumlah Dana tersebut disokongkan oleh peningkatan Simpanan dalam bentuk Tabungan yaitu sebesar 52% tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya, dan Simpanan Berjangka berada pada posisi ke dua pertumbuhan terbesar secara persentase setelah Tabungan yaitu sebesar 22,6%.

Perolehan atas peningkatan Simpanan Tabungan ini menyusul keberhasilan peluncuran produk Tabungan SAKURA beberapa waktu yang lalu disertai pula dengan produk Tabungan Jangka Panjang (JAPAN) yang memiliki kelebihan simpanan berencana jangka panjang. Sekalipun volume pertumbuhan Simpanan

cukup tinggi, khususnya Deposito Berjangka, namun persentase Deposan Inti mengalami penurunan dari semula 20,26% pada akhir tahun 2010 menjadi 18,84% pada akhir tahun 2011.

Secara komposisi posisi Dana Pihak Ketiga masih didominasi oleh Simpanan Berjangka/ Deposito sebesar 72% dan sisanya dalam bentuk Tabungan dan Giro, sehingga kondisi ini sedikit lebih memunculkan ekses biaya mahal, namun keberadaan Simpanan Berjangka ini mampu memperkecil gap maturity antara sumber dana dan penyaluran dana yang ada.

3. Laba – Rugi Pendapatan Bunga Pos Pendapatan Bunga terbentuk dari komponen dalam

Aktiva Produktif yang menghasilkan terdiri dari Pinjaman, Surat Berharga, Penempatan dan lain sebagainya baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, selama tahun 2011 pos Pendapatan Bunga tercatat sebesar Rp. 612,5 Milyar mengalami peningkatan sebesar 40,4% dari tahun sebelumnya, dimana peningkatan pendapatan ini disebabkan karena naiknya pertumbuhan kredit yang terjadi.

Beban Bunga Beban Bunga terdiri dari kewajiban atas Simpanan dalam

mata uang Rupiah dan valuta asing, dimana selama tahun 2011 telah terjadi peningkatan Beban Bunga menjadi Rp. 318 Milyar atau sama dengan naik 50,27% dari periode yang sama tahun 2010, angka ini relatif cukup besar, mengingat langkah untuk melakukan re-profiling Simpanan masih terus diupayakan.

Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih diperoleh dari selisih antara

Pendapatan Bunga dari Aktiva Produktif dengan Beban Bunga Simpanan, dimana pada akhir Desember 2011 Pendapatan Bunga Bersih Bank naik/ tumbuh sebesar 31,09%, hal ini dikarenakan terjadinya pertumbuhan Aktiva Produktif khususnya kredit yang cukup signifikan.

Laba Operasional Pendapatan Bunga Bersih setelah diperhitungkan

dengan Pendapatan Operasional Lainnya dan Beban Operasional Lainnya meningkat sebesar 33,7%. Peningkatan ini disebabkan adanya kenaikan pada

Beban Administrasi & Umum sebesar 23% dan Beban Tenaga Kerja sebesar 44%.

Peningkatan Beban Administrasi & Umum dan Biaya Tenaga Kerja dikarenakan adanya perluasan jaringan kantor, penambahan SDM sehingga menambah unsur sarana prasarana seperti perluasan gedung/ layout ruangan, IT dan transportasi serta pembayaran bonus dan tantieme pada bulan Juni dan Desember 2011.

4. Rasio Keuangan• Rasio Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum/

Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio Kecukupan Modal (CAR) adalah rasio Modal

terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), dimana berdasarkan peraturan Bank Indonesia jumlah modal untuk risiko kredit terdiri dari Modal Inti (Tier I) dan Modal Pelengkap (Tier II). Pada akhir tahun 2011 CAR Bank BNP menunjukan 13,45% setelah memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Operasional dan Risiko Pasar.

• Rasio Kredit Bermasalah/ Non Perfoming Loan Ratio (NPL)

Rasio Kredit Bermasalah (NPL) pada akhir tahun 2011 tercatat sebesar 0,88% (gross), jauh lebih kecil dari rasio NPL maksimal sebesar 5%, sehingga bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan volume kredit besaran kualitas kredit yang non performing sangatlah kecil, hal ini menunjukan bahwa efektifitas penyaluran kredit berjalan dengan sangat prudent dan Bank BNP selalu berupaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas kreditnya agar berjalan dengan baik.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Total Aktiva/ Return On Assets Ratio (ROA)

Pencapaian ROA Bank BNP pada tahun 2011 adalah sebesar 1,53% naik 0,03% dari tahun 2010, hal tersebut dikarenakan peningkatan Laba lebih besar dari peningkatan pertumbuhan Asetnya, artinya bahwa Bank BNP masih memiliki kemampuan yang lebih dalam menciptakan Laba.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Ekuitas/ Return On Equity Ratio (ROE)

Perbandingan antara Laba Bersih terhadap Permodalan Bank BNP pada tahun 2011 meningkat cukup signifikan menjadi 12,82% atau sama dengan naik 0,44% dari semula 12,38% pada tahun 2010, hal

ini disebabkan karena pertumbuhan perolehan Laba Bersih lebih besar dari peningkatan Ekuitas.

• Rasio Kredit Terhadap Dana Pihak Ketiga/ Loan to Deposit Ratio (LDR)

Volume Kredit yang dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (LDR) pada tahun 2011 meningkat menjadi 84,92% dari semula 80,41% pada tahun 2010, hal ini menunjukan bahwa salah satu fungsi dari kegiatan perbankan yaitu fungsi intermediasi melalui pemberian kredit berjalan baik dan bahkan semakin meningkat.

• Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Perbandingan antara Beban Operasional dengan

Pendapatan Operasional pada akhir 2011 tercatat sebesar 85,77% meningkat dari tahun sebelumnya yang besarnya 85,17%, hal ini disebabkan adanya peningkatan biaya operasional dalam rangka ekspansi usaha selama tahun 2011

5. Perluasan Jaringan KantorKemampuan Bank BNP dalam menjangkau pasar menjadi kunci utama bagi pengembangan bisnis kedepannya, keberadaan ujung tombak baik berupa jaringan kantor yang secara organik maupun delivery channel yang dimiliki dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan Bank BNP untuk meraih pangsa pasar di lokasi tersebut.

Bank BNP pada tahun 2011 telah menambah 13 jaringan kantor baru baik berupa Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan atau Kantor Kas berikut Service Point dan Mesin ATMnya, disamping itu juga terdapat beberapa lokasi kantor dan mesin ATM yang direlokasi.

Kebijakan pembukaan kantor baru pada tahun 2011 yang pada dasarnya diorientasikan untuk mendukung pertumbuhan Bisnis Mikro dan Kecil sehingga keberadaan jaringan kantor yang baru memiliki fokus yang sedikit berbeda.

Sesuai dengan rencana dalam RBB 2011-2013, pembukaan jaringan yang dilakukan pada tahun 2011 baru dapat direalisasikan sebanyak 13 kantor dari 24 yang direncanakan termasuk relokasi dan peningkatan status kantor, hal ini disebabkan oleh masalah kesiapan lokasi gedung kantor dan perijinan saja, sedangkan sisanya secara bertahap dilakukan pada awal tahun 2012.

Dengan penambahan 13 jaringan kantor baru di tahun 2011 ini, maka secara keseluruhan Bank BNP memiliki 60 (enam puluh) jaringan kantor yang tersebar di Jawa dan Bali.

6. Kegiatan Lainnya Kegiatan Edukasi Perbankan & Ayo Ke Bank Sebagai manifestasi dari pilar ke-enam Arsitektur

Perbankan Indonesia oleh Bank Indonesia, yang menetapkan bahwa bank-bank bertanggung jawab untuk mendidik masyarakat untuk memahami dasar-dasar perbankan, Bank BNP telah mengunjungi beberapa sekolah di wilayah Bandung dan sekitarnya dan melakukan sosialisasi Edukasi Perbankan.

Topik yang dibahas adalah “Budaya Menabung Sejak Dini” yaitu bertujuan untuk:1. Membangun kesadaran serta memotivasi anak-anak

untuk memiliki budaya menabung sejak usia dini;

2. Membangun masyarakat yang bank minded dan memberikan pemahaman kegunaan menabung di Bank; serta

3. Memberikan pemahaman atas produk dan layanan perbankan.

Pelaksanaan program tersebut memperoleh tanggapan yang positif dari para siswa maupun Kepala Sekolah. Ke depannya, Bank BNP berencana untuk memperluas jangkauan wilayah program edukasi perbankan, sesuai dengan misinya untuk membantu mengembangkan masyarakat.

Corporate Social ResponsibilityTanggung Jawab Sosial yang dilakukan oleh Bank BNP bertujuan untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara dunia usaha, masyarakat dengan alam sekitar, tepatnya komunitas dan lingkungan, dengan mencapai keuntungan bagi semua pihak yang berkesinambungan hingga generasi selanjutnya. Beberapa program yang dilaksanakan selama tahun 2011 adalah:• Bantuan untuk membangun pengadaan sarana air bersih

dan sarana MCK. Sebagai bentuk partisipasi untuk menolong

terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang sangat mendasar yaitu salah satunya kebutuhan akan air bersih, Bank BNP melalui Lembaga Pemerhati dan Pengembangan Pendidikan Daerah Tertinggal (LP3T) telah menyumbangkan dana untuk membangun sarana air bersih dan sarana MCK bagi masyarakat di Kabupaten Lebak- Propinsi Banten.

• Bantuan dalam Pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan.

Generasi muda adalah asset sebuah bangsa, dan Bank BNP melihat keberadaan mereka sebagai pihak yang perlu didukung dan dibantu agar berkembang ke arah yang lebih baik. Dengan adanya rencana Eta Pro’comm untuk menyelenggarakan acara “Meraih Impian Anak

Negeri” yaitu pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan di wilayah Bandung, dirasakan Bank BNP sebagai kesempatan yang baik untuk merealisasikan kepedulian Bank BNP, dengan menyumbangkan sejumlah dana sebagai bukti kepeduliannya.

• Bantuan untuk Korban Gempa di Tapanuli. Sebagai bentuk partisipasi dalam menolong masyarakat

yang membutuhkan, pada acara Malam Amal Penggalangan Dana untuk Korban Gempa di Tapanuli, Bank BNP menyumbangkan dana melalui Panitia Peduli Korban Gempa di Tapanuli Posko Jawa Barat.

PenghargaanSebagai bukti komitmen Bank BNP untuk terus dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan kinerja perusahaan, maka dibutuhkan sebuah komitmen kuat dari seluruh elemen organisasi yang mendukung visi-misi tersebut.

Dengan penuh rasa bangga, manajemen mempersembahkan secara nyata hasil kinerja yang telah dilakukan dengan berhasil diraihnya 3 (tiga) Anugerah Business Review Award pada bulan Nopember 2011 yaitu:1. The Best CEO (Special Criteria)2. The Best Marketing Management3. The Best Corporation for Risk Management

Prestasi lainnya yang menyusul berhasil diraih Bank BNP berdasarkan survey The Most Powerful Bank pada Majalah Warta Eko nomi, Bank BNP meraih gelar Peringkat Pertama sekaligus untuk 2 (dua) Kategori di kelasnya yaitu sebagai :

1. The Most Valuable Bank : yaitu Bank dengan kebijakan produk portofolio terbaik, baik portofolio berbasis Ekuitas maupun berbasis Surat Hutang; dan

2. The Most Attractive Bank : Bank terbaik berdasarkan kemampuan untuk menjadi lembaga intermediasi keuangan bagi masyarakat.

Selain penghargaan yang diterima, Bank BNP pun mulai memasuki/ meraih peringkat dalam beberapa kegiatan rating atas kinerja Perusahaan berdasarkan beberapa kriteria penilaian yang dilakukan oleh beberapa media nasional antara lain dari :• InfoBank Awards 2011 Memperoleh predikat Sangat Bagus pada InfoBank

Awards 2011 untuk kinerja keuangan tahun 2010.• Majalah InfoBank edisi Juni 2011:• Berdasarkan Modal Rp. 100 Milyar s/d Rp. 1 Triliun,

menempati peringkat ke 15 dari 67 Bank, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Kepemilikan Bank Swasta Nasional Devisa, menempati peringkat ke 7 dari 10 Terbaik, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Status Badan Hukum PT Terbuka/Go Publik, menempati peringkat ke 10 dari 31 Bank Go Publik, (predikat SANGAT BAGUS).

Disamping beberapa media cetak di atas, juga masih terdapat beberapa pemeringkatan yang diperoleh Bank BNP dari beberapa media yang melakukan pemeringkatan dan seluruh Penghargaan yang diraih ini didedikasikan kepada seluruh komponen Bank BNP untuk lebih memotivasi kita bekerja untuk menghasilkan yang terbaik.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

jenis kredit investasi, sehingga bila dilihat dari tujuan penggunaan kredit hampir 89% dari portofolio kredit Bank BNP dialokasikan kepada sektor yang produktif/ bersifat komersil.

c) Bisnis Konsumer Bisnis Konsumer secara umum mengelola pemberian

Kredit yang bertujuan tidak untuk penggunaan produktif atau hanya digunakan untuk yang bersifat konsumtif dikelompokkan dalam segmen bisnis tersendiri dengan term and condition yang berbeda pula dari jenis kredit lainnya. Sejak awal bulan Januari 2011, pengelolaan atas Bisnis ini dilakukan secara tersentralisasi dan berada pada satu Divisi yang khusus menangani Bisnis Konsumer.

Objek yang menjadi sasaran pembiayaan kredit Konsumer antara lain adalah :1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)2. Kredit Pemilikan Mobil (KPM)3. Kredit Renovasi Rumah (KRR)4. Dll.

Pemberian kredit jenis ini ada pula yang dilakukan baik secara direct kepada end user, atau melalui skim kerja sama (in-direct) dengan perusahaan penyalur lainnya seperti Dealer Sparepart kendaraan bermotor dan lainnya atau dapat pula dengan bekerjasama melalui Developer/ pengembang lainnya.

d) Bisnis MikroKategori pengelompokkan kredit Mikro berawal dari besaran pinjaman sampai dengan Rp. 50.000.000,- (sesuai ketentuan Bank Indonesia) dan besaran inipun masih dalam pengkajian internal manajemen Bank BNP untuk dilakukan penyesuaian, sehingga plafond kreditnya mengalami sedikit perubahan. Sepanjang tahun 2011, perkembangan dan pertumbuhan kredit Mikro baik dari sisi volume maupun kualitasnya, telah menunjukan kinerja yang semakin baik, seiring dengan itu perolehan spread dari suku bunga yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis pinjaman komersil lainnya.

Posisi portofolio Kredit untuk bisnis Mikro pada akhir tahun 2011 mencapai Rp. 350,75 Milyar, tumbuh 187% dari periode yang sama tahun lalu.

Guna mendukung perkembangan bisnis Mikro ke depannya, khususnya dalam upaya untuk meningkatkan portofolio kredit Mikro, selain mempersiapkan dan melakukan pemenuhan Sumber Daya Manusia, juga telah dilakukan pemenuhan berbagai sarana prasarana untuk mendukung bisnis tersebut antara lain :• Membuat dan terus menyempurnakan spesifikasi

bisnis untuk kredit mikro;• Melakukan implant terhadap beberapa kantor

cabang yang ada untuk meningkatkan pangsa pasar penjualan kredit mikro ini;

• Memperbanyak outlet/ kantor yang berorientasi pada segmen mikro/ UMK yaitu terhadap sentra-sentra bisnis ritel;

• Menyelenggarakan pelatihan internal/ Manage-ment Trainee Micro Banking bulan Maret 2011 selama 3 bulan guna mendidik kader-kader pelaku bisnis Mikro.

Prospek bisnis mikro akan sangat berkembang di masa mendatang, sehingga portofolionya akan terus ditingkatkan sehingga akan menjadi penyokong utama terhadap peningkatan komposisi terhadap segmen UMKM Bank BNP sambil terus berupaya untuk mengambil ceruk pasar (niche market) dari potensi segmen Micro yang ada dengan penekanan pada pricing yang kompetitif dibandingkan dengan unit mikro kompetitor lainnya, di mana saat ini cost structure dari kompetitor lainnya relatif sudah lebih tinggi.

Sampai akhir tahun 2011, angka kredit bermasalah bagi Kredit Bisnis Mikro ini tercatat hanya sebesar 3,58% dari total portofolio Kredit Mikro, sehingga bila dibandingkan dengan volumenya, besaran tersebut masih dalam tahapan toleransi yang baik.

e) Bisnis Kredit Tanpa Agunan (KTA) KTA Bank BNP merupakan kredit multi guna yang

dapat digunakan untuk membiayai berbagai macam kebutuhan tanpa mensyaratkan adanya jaminan.

Pinjaman jenis ini akan menjadi pelengkap ragamnya jenis pinjaman berbasis ritel yang disalurkan yang tidak sama dengan pinjaman lainnya dan jenis produk pinjaman ini pada tanggal 25 November 2011 telah mengalami perubahan nama menjadi pinjaman KATANA (Kredit Tanpa Agunan).

Sasaran dari produk KATANA ditujukan khusus untuk karyawan umum dengan penghasilan tetap, baik dengan status karyawan tetap maupun kontrak, mengingat potensi pasar karyawan di Indonesia cukup luas sehingga kondisi ini menjadi target pasar yang potensil.

Bank BNP dalam melakukan penjualan produk KATANA menjalankan strategi pemasaran secara kolektif kepada perusahaan melalui kerjasama dengan HRD perusahaan/ Koperasi karyawan dalam hal pembayaran gaji karyawannya/ payroll. Selain itu juga dilakukan direct selling melalui jaringan kantor Bank BNP yang ada.

Sedangkan untuk menggarap pangsa pasar yang lebih luas, dilakukan open table/ exhibition di gedung perkantoran/ mall yang sesuai dengan target pasarnya, sekaligus untuk meningkatkan company dan brand image.

Menjelang akhir tahun 2011, penjualan KATANA ini dikemas dalam sebuah program promo KATANA HEBAT (Kredit Tanpa Agunan Heboh Akhir Tahun) yang berlaku hingga 30 Desember 2011 dimana beberapa syarat dan kondisi yang ditentukan memi-liki kemudahan-kemudahan serta keuntungan yang lain dari program lainnya.

Pertumbuhan outstanding KATANA hingga akhir tahun 2011 meningkat sebesar 148,8% dibandingkan tahun 2010, sedangkan jumlah kontrak yang terjadi pada tahun 2011 juga naik sebesar 169,8%.

f) TreasuryPengelolaan Treasury di Bank BNP dilakukan secara prudent (kehati-hatian) dengan mengikuti sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Manajemen dan mentaati peraturan yang berlaku dari Bank Indonesia. Divisi Treasury memegang peranan penting dalam pegelolaan likuiditas bank, perdagangan valuta asing serta perdagangan surat berharga.

Treasury Bank BNP terdiri dari beberapa departemen yaitu: 1. Departemen Asset Liabilities Management yang

mengelola dana dan berhubungan dengan pasar uang (money market) baik untuk peminjaman maupun penempatan dana serta pengelolaan surat berharga;

2. Departemen Forex Business yang mengelola seluruh transaksi valuta asing baik untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan nasabah guna meningkatkan pendapatan perusahaan; dan

3. Departemen Financial Institution yang banyak berhubungan dengan Counterparty Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), guna meningkatkan hubungan kerja sama perbankan saat ini dan di masa mendatang.

Dalam pengelolaan dana , transaksi surat berharga serta transaksi valuta asing dilakukan dengan memperhitungkan segala aspek risiko – risiko yang mungkin timbul seperti risiko likuiditas, risiko nilai tukar, risiko suku bunga risiko pasar serta risiko operasional dan dengan berpedoman kepada peraturan yang berlaku.

Guna meningkatkan kapabilitas karyawan, secara rutin dilakukan training untuk marketing dan Front Liner seperti Basic Treasury , Basic Forex , Bank Notes Counterfeit , agar supaya tercipta karyawan – karyawan yang handal untuk melayani keperluan para nasabah.

Di samping itu, Divisi Treasury bersama jajaran Manajemen secara rutin mengadakan rapat ALCO (Asset and Liabilities Committee) guna menentukan kebijakan dan gapping management (suku bunga, tenor, mata uang) dengan mengevaluasi atas hasil pemantauan pasar baik lokal maupun internasional. Diharapkan Treasury bisa berkontribusi secara optimal dan dapat mengindikasikan secara awal jika ada kondisi yang dapat merugikan atau membahayakan perusahaan.

Di masa mendatang Treasury akan mengembangkan potensi bisnis baru guna memenuhi kebutuhan transaksi maupun investasi dari para nasabah dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusa-haan.

g) Kebijakan Tingkat Suku Bunga

Penerapan kebijakan suku bunga di Bank BNP baik dari sisi Lending maupun Funding, selalu disusun dan diberlakukan dengan mengacu pada beberapa kondisi seperti :• Kebutuhan dasar biaya dana/ bunga simpanan (cost of fund);• Biaya-biaya pendukung yang sifatnya variable yang terkait dengan kegiatan pendanaan;• Ketentuan Suku Bunga acuan seperti BI rate dan Suku Bunga Penjaminan (LPS);• Cost of money yang menjadi beban perusahaan;• Margin profit yang diharapkan ; dan• Kebijakan/ kondisi suku bunga dari pesaing atau yang berlaku di pasar.

Sehingga dengan berlandaskan kepada hal tersebut di atas, kebijakan suku bunga Simpanan atau Pinjaman, diupayakan selalu seiring dengan pergerakan harga pasar, agar dapat bersaing dengan fair, tanpa mengabaikan besaran spread yang ditargetkan, hal ini nampak pada besaran NIM pada akhir tahun 2011, naik menjadi 4,99% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,91%.

Keputusan dalam menentukan besaran suku bunga yang akan diberlakukan melalui mekanisme rapat team pendukung seperti ALCO dan Rapat-rapat Direksi baik yang diselenggarakan secara regular maupun secara sirkuler.

Sedangkan trend pergerakan suku bunga pada tahun 2011, sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah, nampak pergerakan margin spread antara simpanan dan pinjaman relatif stabil dan tidak ada pergerakan yang ekstrim.

h) Transaksi Ekspor – Impor dan Devisa Sekalipun dunia khususnya di belahan negara-negara

Eropa pada paruh waktu tahun 2011 mengalami krisis keuangan yang berimbas kepada negara-negara berkembang seperti salah satunya Indonesia yang memiliki berbagai aktifitas perdagangan internasional seperti kegiatan ekspor dan impor, namun bagi Indonesia kondisi tersebut belum dirasakan dampak yang signifikan hingga ditutupnya tahun 2011.

Dalam kegiatan transaksi perdagangan Luar Negeri seperti ekspor dan impor, kejadian tersebut khususnya bagi Bank BNP secara umum tidak berdampak signifikan karena sebaran kegiatan ekspor khususnya, untuk Negara-negara Eropa tidak terlalu besar bahkan secara volume cenderung naik dari kegiatan ekspor – impor yang dilakukan melalui Bank BNP dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebagai salah satu ciri dari Bank Devisa adalah kegiatan transaksi dalam mata uang asing selain Rupiah, dalam hal ini Bank BNP melakukan beberapa kegiatan seperti pembiayaan perdagangan luar negeri, jasa kiriman uang, collection dan transaksi lainnya termasuk money changer.

Khusus dalam transaksi perdagangan luar negeri dalam kegiatan pembiayaan ekspor dan impor, maka selama tahun 2011 Bank BNP telah menangani proses Ekspor baik melalui pembukaan Letter of Credit (LC) maupun tanpa menggunakan LC yaitu sebanyak 1.028 dokumen ekspor dengan nilai equivalen USD 45,4 juta naik sebesar 13,5% secara volume dari tahun 2010, dan untuk transaksi Impor yaitu sebanyak 218 dokumen dengan nilai equivalen USD 28,93 juta naik sebesar 65% dari realisasi impor tahun 2010.

Sedangkan untuk kegiatan remmittance yang ditransaksikan melalui Bank BNP baik kiriman uang keluar negeri maupun masuk masing-masing mencapai volume 15.925 aplikasi kiriman uang keluar dengan nilai eq. USD 768,336,366 dan untuk kiriman uang masuk diterima sebanyak 6.733 kiriman atau naik sebesar 11,3% dengan jumlah nilai eq. USD 254,152,172

i) Teknologi dan Informasi Perkembangan bisnis Bank BNP tidak bisa dilepaskan

dari adanya dukungan Teknologi Informasi yang sangat kuat di belakangnya.

Management sangat menyadari akan hal ini sejak dari awal dan semakin terasa dampaknya ketika masuk ke dalam segment bisnis Mikro dan KTA yang telah dimulai beberapa tahun yang lalu.

Saat ini Divisi dan unit kerja IT bukan lagi merupakan support untuk tujuan bisnis, tetapi sudah merupakan strategic partner untuk bisa mencapai tujuan bisnis.

Penambahanan delivery channel, baik itu berupa pembukaan kantor-kantor cabang baru dan penambahan mesin ATM dan EDC semakin ditingkatkan agar BNP bisa lebih dekat lagi kepada nasabah.

Kecepatan, ketepatan dan keamanan penyediaan informasi kepada nasabah merupakan keharusan yang tidak bisa di tawar lagi. Memberikan akses kepada nasabah setiap saat selama 24 jam per hari bukan merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi sudah merupakan suatu keharusan.

Untuk tetap bisa menunjang semuanya itu, maka IT selalu melakukan pengkinian di semua bagian, baik itu di sisi aplikasi, server dan infrastructure teknologi.

Selain itu untuk sisi keamanan data dan jaringan juga dilakukan pengkinian firewall, penyediaan Disaster Recovery Site dan penyediaaan backup link untuk kantor-kantor cabang.

Ketaatan kepada peraturan dan hukum yang berlaku merupakan hal yang sangat penting dan juga menjadi perhatian utama manajemen. Oleh karena itu Bank BNP juga telah melakukan perjanjian secara enterprise dengan pihak Microsoft.

j) Remunerasi dan Tunjangan Kebijakan remunerasi dan/ atau perubahan atas

imbalan jasa kepada seluruh karyawan Bank BNP dipertimbangkan berdasarkan berbagai aspek pendukung dari mulai kebutuhan dasar hidup karyawan hingga harga kompensasi menurut peer group/ industri setara, sehingga kebijakan ini mampu memperkecil gap dalam perolehan penghasilan/ kompensasinya.

Remunerasi bagi karyawan ditetapkan melalui beberapa mekanisme penetapannya dimana keputusan tertinggi secara kolektif ada pada kewenangan Direksi berdasarkan penilaian kinerjanya

(key performance indicator/ KPI), sedangkan remunerasi dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi dilakukan dengan mekanisme yang berbeda yaitu direkomendasikan oleh Komite Remunerasi dan Nominasi dan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

k) Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam rangka ikut menunjang pencapaian visi

perusahaan untuk menjadi Bank ritel berskala nasional, Bank BNP harus mengembangkan bisnisnya secara signifikan melebihi tingkat pertumbuhan pasar maupun pesaing.

Untuk mencapai hal tersebut, Bank BNP harus memenuhi prasyarat utama berupa kemampuan menggerakkan dan memberdayakan seluruh perangkat organisasi secara optimal, terutama sumber daya manusianya. Ini berarti Bank BNP harus memiliki support dan sumber daya manusia dengan produktifitas dan kapabilitas terbaik di bidangnya.

Oleh karena itu fungsi dan peran Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum telah bergeser ke arah yang lebih strategis yaitu menjadi strategic business partner bagi seluruh unit kerja di Bank BNP.

Untuk mencapai peran baru tersebut di tahun 2011 Divisi HR & GA Bank BNP telah menempuh beberapa langkah transformasi internal antara lain: • Penataan organisasi HR & GA dalam rangka

transformasi menuju organisasi yang mampu mendukung pergerakan bisnis.

• Review pekerjaan dan work flow HR & GA agar mampu memberikan support yang lebih efektif bagi semua unit kerja.

Inisiatif strategis yang dilakukan pada tingkat bank-wide adalah dengan melakukan standarisasi pengelo-laan organisasi (Organization Management). Departe-men Organization Development dengan dibantu konsultan eksternal pada bulan Januari 2011 telah menetapkan beberapa kebijakan dasar dalam pengelolaan organisasi dengan tujuan agar terdapat standarisasi dan keselerasan di seluruh organisasi di Bank BNP.

Beberapa prinsip dasar dalam menata ulang organisasi adalah:• Productivity Ratio:

Ukuran organisasi dan pertumbuhannya harus seiring dengan ukuran dan pertumbuhan bisnis perusahaan.

• Organization Leveling: Organisasi perlu memiliki tingkatan organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab, kewenangan dan hak yang berbeda.

• Span of Control: Untuk menjamin tercapainya delegasi pekerjaan dan kontrol yang seimbang di setiap jabatan.

Secara garis besar organisasi di BNP dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:• Business Unit: unit yang berfungsi sebagai motor

utama pengembangan bisnis bank yang terdiri dari Divisi Kredit Tanpa Agunan (KTA), Divisi Regional Business I – III, Divisi Treasury Bisnis, Divisi Bisnis Mikro, dan Divisi Services.

• Business Support : unit yang berfungsi mendukung operasional bank secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Divisi Pengembangan Bisnis, Divisi Administrasi Kredit, Divisi Operasional, Divisi Umum dan Divisi Informasi Teknologi.

• Corporate Services: unit yang berfungsi untuk menangani kebijakan dan strategi level korporasi, yang terdiri dari Divisi Sumber Daya Manusia (SDM), Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), Divisi Perencanaan Perusahaan & Sekretaris Perusahaan, Divisi Akuntansi & Keuangan, Divisi Manajemen Resiko, Divisi Kepatuhan.

Project-project yang terkait dengan pembenahan organisasi yang dilakukan oleh Departemen Organization Development selama tahun 2011 adalah: • Tersedianya Struktur Organisasi dan uraian

pekerjaan (position/ job description) keseluruhan organisasi;

• Pengadaan generic "kompetensi" dan "require-ment" bagi semua jabatan;

• Pengadaan guidance untuk Job Evaluation for Job Grading;

• Penerapan personal grade untuk seluruh karyawan BNP beserta sosialisasinya;

• Pengembangan salary scale berbasis grading baru 2011;

• Pengembangan berbagai kebijakan yang terkait dengan pengelolaan SDM.

Sebagai organisasi yang berbasis pada perkembangan bisnis, Bank BNP menyadari pentingnya pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki. Karenanya, selama 2011 Bank BNP juga telah melaksanakan pelatihan yang mendukung peningkatan kemampuan dan keunggulan kompetitif sumber daya manusianya, antara lain:• Meningkatkan Leadership Skill bagi para pimpinan

unit kerja, dari level Department Head hingga Division Head dengan mengadakan training coaching

• Meningkatkan kompetensi perkreditan bagi seluruh pegawai yang terkait langsung dengan permasalahan kredit, baik untuk segmen Commercial, Consumer/Retail dan Micro Banking.

• Melaksanakan program pelatihan khusus bagi Frontliners dalam upaya meningkatkan service dan layanan cabang.

• Melaksanakan program khusus untuk program pengembangan karyawan seperti Service Officer Development Program (SODP), Marketing Executive Development Program (MEDP), Management Trainee for Micro Banking (MTMB).

• Dalam rangka menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi, masing-masing Direksi banyak mengikuti/berpartisipasi dalam seminar nasional dan internasional, forum-forum perbankan dan program-program lain yang terkait dengan bank.

Aktivitas yang dilakukan dalam rangka memenuhi target di atas, Learning Center BNP fokus pada:

a. Pengembangan Softskill b. Pengembangan Hardskill c. Management Trainee Program d. Pemenuhan Program Sertifikasi (BSMR)

Perkembangan jumlah karyawan pada tahun 2011 ini naik sebanyak 164 orang menjadi total 1.298 orang atau sama dengan tumbuh sebesar 14,4 % dari periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah SDM ini seiring dengan pertumbuhan bisnis, pengembangan organisasi dan perluasan jaringan kantor dan sebagai dampaknya peningkatan biaya Tenaga Kerja juga mengiringi kenaikan tersebut.

l) Pengunaan Tenaga Kerja Asing dan Konsultan. Bank BNP mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga

kerja asing yang berasal dari negara Jepang dan telah mendapatkan ijin bekerja dari Departemen Tenaga Kerja masing-masing bertindak sebagai manajemen yaitu Presiden Komisaris (Yasuo Uonomi), Presiden Direktur (Ritsuo Ando) dan Direktur (Koji Sawada) dengan masa kerja sesuai batas waktu pengangkatannya melalui hasil Rapat Umum Pemegang Saham.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/8/PBI/2007, tanggal 13 Juni 2007, tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan Di Sektor Perbankan, maka Bank BNP dalam mengembangkan bisnis khususnya untuk Kredit Tanpa Agunan juga telah menggunakan 2 (dua) orang tenaga asing dari Jepang yaitu Hitoshi Yokohama dan Tetsuji Sakioka sebagai senior advisor & advisor, serta seorang pejabat eksekutif (Shigeo Morimoto) yang bertugas sebagai Kepala Divisi Manajemen Risiko, penggunaan ketiga tenaga asing

tersebut berkaitan dengan kebutuhan Bank BNP saat ini yang masih memerlukan arahan dan alih pengetahuan atas kegiatan tersebut diatas.

m) Permodalan Sejalan dengan pertumbuhan Aktiva Produktif, maka

akan berpengaruh pada kebutuhan akan penyediaan Modal yang sepadan, mengingat laju pertumbuhan Aktiva Produktif yang terbesar berasal dari kredit yang besarnya mencapai 31,5%, maka beban Aktiva Tertimbang Menurut Risiko semakin meningkat yang pada akhirnya akan membebani rasio Kecukupan Modal yang dipersyaratkan.

Permodalan Bank BNP pada akhir Desember 2011, memiliki kecukupan modal minimum sebesar 13,45%, sekalipun angka ini masih cukup untuk memenuhi batas minimum yang dipersyaratkan yaitu 8%, namun seiring dengan pesatnya pertumbuhan bisnis khususnya dalam pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit, maka kecukupan dalam hal dukungan permodalanpun menjadi kurang maksimal bila margin yang dimiliki terlalu kecil.

Permodalan Bank BNP pada triwulan IV tahun 2011 mendapatkan suntikan dana berupa Pinjaman Subordinasi dari pemegang saham mayoritas sebesar USD 5,9 juta dengan jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) tahun, sehingga dengan adanya penambahan tersebut yang berdasarkan ketentuan bahwa pinjaman subordinasi dapat diperhitungkan sebagai

tambahan Modal Pelengkap Tier 2, perhitungan rasio CAR dapat meningkat dan terjaga pada kisaran 13%.

n) Kebijakan DividenDengan mempertimbangkan kemampuan keuangan Perseroan dan upaya untuk melakukan ekspansi usaha serta menjaga ketersediaan Modal yang cukup untuk mempertahankan struktur permodalannya, pada pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tahun 2011 telah disepakati untuk membagikan Dividen kepada para pemegang saham sebesar +/- 10% dari Laba Bersih Perseroan yang jumlahnya Rp. 4,74 Milyar, dan sisanya dipertahankan untuk tujuan penguatan permodalan sebagai Laba Ditahan.

o) Transaksi Dengan Pihak Terkait Bank BNP dalam melaksanakan transaksi-transaksi

yang berkaitan dengan para pihak terkait selalu mengacu pada ketentuan yang mengaturnya, diantara transaksi yang dilakukan antara Bank BNP dengan Pihak Terkait antara lain adalah: transaksi yang berkaitan dengan kegiatan utama Bank BNP seperti Kredit, Simpanan, Sewa Menyewa beberapa gedung perkantoran yang digunakan untuk operasional Bank BNP sehari-hari, dimana seluruh transaksinya berkaitan dengan kegiatan utama (core business) Bank BNP dan apabila transaksi tersebut dikategorikan transaksi yang mengandung unsur benturan kepentingan, maka telah mendapat persetujuan RUPS sebagaimana ketentuan yang mengaturnya.

Transparansi atas transaksi-transaksi tersebut agar

tidak menyimpang dari ketentuan hukum maupun praktek tata kelola perusahaan yang baik, maka seluruh ketentuan dan persyaratan yang dikenakan berlaku umum dan tidak ada pengecualian dan secara nilai tidak memenuhi unsur transaksi yang bersifat material.

Penjelasan dan detil transaksi dapat dilihat pada Catatan Atas Laporan Keuangan nomor : 35. yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani.

Bank BNP tidak melakukan kerjasama atau memiliki jenis transaksi dengan pihak terkait dalam hal Kepemilikan Silang, repuchase agreement, pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha dan lainnya.

2. Pembahasan Neraca Keuangan.Secara umum kinerja keuangan Bank BNP pada tahun buku 2011 menunjukkan keberhasilan atas perkembangan usaha yang signifikan dengan bertumbuh sebesar 24% dari periode yang sama tahun sebelumnya membuktikan bahwa Bank BNP tetap berupaya untuk terus maju dan berkembang dengan pasti.

Laporan Keuangan Bank BNP untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2011 telah disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan untuk periode-periode yang dilaporkan telah dilakukan restatement/ penyajian kembali untuk tahun 2010 dan 2011.

Refleksi keberhasilan manajemen menjalankan roda bisnisnya tercatat pada beberapa pos tertentu dalam Neraca Bank yang dibagi menjadi 4 (empat) bagian besar yang akan dibahas seperti Aktiva Produktif, Kewajiban, Laba-Rugi dan Permodalan.

KreditEksposur kredit Bank BNP pada tahun 2011 tumbuh sebesar 31,5%, dimana kredit yang disalurkan diberikan pada sektor-sektor ekonomi seperti Industri, Pedagangan, Transportasi, Konstruksi, Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Pertanian dan lain sebagainya.

Sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran, memiliki porsi penyaluran terbesar yaitu sekitar 38% dari total kredit yang telah disalurkan, kemudian sektor riil / industri berada pada posisi kedua terbesar, selebihnya tersebar ke sektor ekonomi lainnya.

Keberhasilan pertumbuhan Kredit ini disertai pula dengan keberhasilan dalam pengelolaan administrasi perkreditan yang baik, sehingga pemantauan dan pertumbuhan kualitas Kredit yang diberikanpun membaik seiring dengan sangat kecilnya rasio Kredit Bermasalah (NPL) yang pada akhir tahun 2011 tercatat hanya sebesar 0,88% (kotor).

Kecilnya rasio Kredit Bermasalah pada akhir tahun 2011 ini, tentunya sebagai hasil dari kerja keras manajemen dalam mengupayakan penyelesaian beberapa outstanding Kredit yang sudah berada dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet, disertai dengan mengerem laju dari potensi Kredit Bermasalah yang baru.

Pertumbuhan Kredit yang terjadi tidak terlepas pula dari peran pertumbuhan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dimana pada tahun 2011 pencapaiannya sebesar Rp. 2,76 triliun atau sama dengan 57,4% dari keseluruhan volume kredit Bank BNP.

Dalam sisi kepatuhan, penyaluran Kredit Bank BNP berpatokan pada ketentuan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) yang ditentukan oleh Bank Indonesia dan pada tahun 2011 ini tidak terdapat pelanggaran BMPK maupun pelampauan BMPK baik kepada pihak ketiga maupun pihak terkait (lihat Catatan Laporan Keuangan No. 10.m).

Pemberian kredit pada Pihak Terkait dan atau Debitur Inti, pada tahun 2011, secara persentase mengalami penurunan, dimana pada posisi akhir Desember 2011, tercatat pemberian kredit kepada Pihak Terkait hanya sebesar 1,02% dari volume kredit yang ada dan jumlah ini lebih kecil dari posisi tahun 2010, sedangkan persentase penyaluran kredit kepada 25 (dua puluh lima) Debitur Inti juga mengalami penurunan dari semula 17,88% pada tahun 2010 menjadi kurang lebih 17,48% pada tahun 2011.

Pemberlakuan suku bunga kredit selama tahun 2011, secara umum bergerak konsisten dan tidak terdapat lonjakan yang berarti, sekalipun menjelang akhir tahun 2011 terjadi penurunan Suku Bunga BI rate, namun seiring dengan kondisi pasar pada menjelang akhir tahun terjadi upaya untuk mempertahankan dana, karena persaingan suku bunga funding di pasaran mengetat, maka tidak jelas nampak pergeseran suku bunga khususnya suku bunga simpanan.

Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank LainSecara volume Perkiraan Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank Lain pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 28%, pada pos perkiraan ini terdiri dari Fasilitas Bank Indonesia (FASBI), FTK BI dan Call Money dimana dananya merupakan sebagian dari Dana Pihak Ketiga yang belum seluruhnya tersalurkan ke dalam kredit.

Surat Berharga Yang Dimiliki dan Obligasi PemerintahKebijakan berinvestasi pada jenis Surat Berharga tidak menjadi fokus utama, sehingga portofolio Surat Berharga yang dimiliki lebih dikarenakan menunggu jatuh temponya, dan hampir seluruh kepemilikan Surat berharga Bank BNP sifat kepemilikannya tidak untuk diperdagangkan namun dikuasai hingga jatuh tempo.

Obligasi Pemerintah/ Surat Utang Negara (SUN) yang dimiliki saat ini lebih bersifat memelihara hingga tanggal

jatuh tempo saja dan hanya mengandalkan penghasilan atas kupon/ bunga obligasinya saja yang bunganya masih memberikan margin cukup baik terhadap Pendapatan Bunga. Keberadaan kedua instrumen investasi ini hingga akhir tahun 2011 relatif tidak bertumbuh.

Dana Pihak KetigaDana pihak ketiga yang dikuasai Bank BNP terdiri dari Simpanan Nasabah berupa Tabungan, Rekening Giro dan Simpanan Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, dimana hingga pada akhir tahun 2011 jumlah volume Dana Pihak Ketiga telah mengalami pertumbuhan secara total sebesar 24,55% atau sama dengan Rp. 1,11 Triliun menjadi total Rp. 5,66 Triliun.

Pertumbuhan terbesar dari jumlah Dana tersebut disokongkan oleh peningkatan Simpanan dalam bentuk Tabungan yaitu sebesar 52% tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya, dan Simpanan Berjangka berada pada posisi ke dua pertumbuhan terbesar secara persentase setelah Tabungan yaitu sebesar 22,6%.

Perolehan atas peningkatan Simpanan Tabungan ini menyusul keberhasilan peluncuran produk Tabungan SAKURA beberapa waktu yang lalu disertai pula dengan produk Tabungan Jangka Panjang (JAPAN) yang memiliki kelebihan simpanan berencana jangka panjang. Sekalipun volume pertumbuhan Simpanan

cukup tinggi, khususnya Deposito Berjangka, namun persentase Deposan Inti mengalami penurunan dari semula 20,26% pada akhir tahun 2010 menjadi 18,84% pada akhir tahun 2011.

Secara komposisi posisi Dana Pihak Ketiga masih didominasi oleh Simpanan Berjangka/ Deposito sebesar 72% dan sisanya dalam bentuk Tabungan dan Giro, sehingga kondisi ini sedikit lebih memunculkan ekses biaya mahal, namun keberadaan Simpanan Berjangka ini mampu memperkecil gap maturity antara sumber dana dan penyaluran dana yang ada.

3. Laba – Rugi Pendapatan Bunga Pos Pendapatan Bunga terbentuk dari komponen dalam

Aktiva Produktif yang menghasilkan terdiri dari Pinjaman, Surat Berharga, Penempatan dan lain sebagainya baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, selama tahun 2011 pos Pendapatan Bunga tercatat sebesar Rp. 612,5 Milyar mengalami peningkatan sebesar 40,4% dari tahun sebelumnya, dimana peningkatan pendapatan ini disebabkan karena naiknya pertumbuhan kredit yang terjadi.

Beban Bunga Beban Bunga terdiri dari kewajiban atas Simpanan dalam

mata uang Rupiah dan valuta asing, dimana selama tahun 2011 telah terjadi peningkatan Beban Bunga menjadi Rp. 318 Milyar atau sama dengan naik 50,27% dari periode yang sama tahun 2010, angka ini relatif cukup besar, mengingat langkah untuk melakukan re-profiling Simpanan masih terus diupayakan.

Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih diperoleh dari selisih antara

Pendapatan Bunga dari Aktiva Produktif dengan Beban Bunga Simpanan, dimana pada akhir Desember 2011 Pendapatan Bunga Bersih Bank naik/ tumbuh sebesar 31,09%, hal ini dikarenakan terjadinya pertumbuhan Aktiva Produktif khususnya kredit yang cukup signifikan.

Laba Operasional Pendapatan Bunga Bersih setelah diperhitungkan

dengan Pendapatan Operasional Lainnya dan Beban Operasional Lainnya meningkat sebesar 33,7%. Peningkatan ini disebabkan adanya kenaikan pada

Beban Administrasi & Umum sebesar 23% dan Beban Tenaga Kerja sebesar 44%.

Peningkatan Beban Administrasi & Umum dan Biaya Tenaga Kerja dikarenakan adanya perluasan jaringan kantor, penambahan SDM sehingga menambah unsur sarana prasarana seperti perluasan gedung/ layout ruangan, IT dan transportasi serta pembayaran bonus dan tantieme pada bulan Juni dan Desember 2011.

4. Rasio Keuangan• Rasio Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum/

Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio Kecukupan Modal (CAR) adalah rasio Modal

terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), dimana berdasarkan peraturan Bank Indonesia jumlah modal untuk risiko kredit terdiri dari Modal Inti (Tier I) dan Modal Pelengkap (Tier II). Pada akhir tahun 2011 CAR Bank BNP menunjukan 13,45% setelah memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Operasional dan Risiko Pasar.

• Rasio Kredit Bermasalah/ Non Perfoming Loan Ratio (NPL)

Rasio Kredit Bermasalah (NPL) pada akhir tahun 2011 tercatat sebesar 0,88% (gross), jauh lebih kecil dari rasio NPL maksimal sebesar 5%, sehingga bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan volume kredit besaran kualitas kredit yang non performing sangatlah kecil, hal ini menunjukan bahwa efektifitas penyaluran kredit berjalan dengan sangat prudent dan Bank BNP selalu berupaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas kreditnya agar berjalan dengan baik.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Total Aktiva/ Return On Assets Ratio (ROA)

Pencapaian ROA Bank BNP pada tahun 2011 adalah sebesar 1,53% naik 0,03% dari tahun 2010, hal tersebut dikarenakan peningkatan Laba lebih besar dari peningkatan pertumbuhan Asetnya, artinya bahwa Bank BNP masih memiliki kemampuan yang lebih dalam menciptakan Laba.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Ekuitas/ Return On Equity Ratio (ROE)

Perbandingan antara Laba Bersih terhadap Permodalan Bank BNP pada tahun 2011 meningkat cukup signifikan menjadi 12,82% atau sama dengan naik 0,44% dari semula 12,38% pada tahun 2010, hal

ini disebabkan karena pertumbuhan perolehan Laba Bersih lebih besar dari peningkatan Ekuitas.

• Rasio Kredit Terhadap Dana Pihak Ketiga/ Loan to Deposit Ratio (LDR)

Volume Kredit yang dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (LDR) pada tahun 2011 meningkat menjadi 84,92% dari semula 80,41% pada tahun 2010, hal ini menunjukan bahwa salah satu fungsi dari kegiatan perbankan yaitu fungsi intermediasi melalui pemberian kredit berjalan baik dan bahkan semakin meningkat.

• Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Perbandingan antara Beban Operasional dengan

Pendapatan Operasional pada akhir 2011 tercatat sebesar 85,77% meningkat dari tahun sebelumnya yang besarnya 85,17%, hal ini disebabkan adanya peningkatan biaya operasional dalam rangka ekspansi usaha selama tahun 2011

5. Perluasan Jaringan KantorKemampuan Bank BNP dalam menjangkau pasar menjadi kunci utama bagi pengembangan bisnis kedepannya, keberadaan ujung tombak baik berupa jaringan kantor yang secara organik maupun delivery channel yang dimiliki dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan Bank BNP untuk meraih pangsa pasar di lokasi tersebut.

Bank BNP pada tahun 2011 telah menambah 13 jaringan kantor baru baik berupa Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan atau Kantor Kas berikut Service Point dan Mesin ATMnya, disamping itu juga terdapat beberapa lokasi kantor dan mesin ATM yang direlokasi.

Kebijakan pembukaan kantor baru pada tahun 2011 yang pada dasarnya diorientasikan untuk mendukung pertumbuhan Bisnis Mikro dan Kecil sehingga keberadaan jaringan kantor yang baru memiliki fokus yang sedikit berbeda.

Sesuai dengan rencana dalam RBB 2011-2013, pembukaan jaringan yang dilakukan pada tahun 2011 baru dapat direalisasikan sebanyak 13 kantor dari 24 yang direncanakan termasuk relokasi dan peningkatan status kantor, hal ini disebabkan oleh masalah kesiapan lokasi gedung kantor dan perijinan saja, sedangkan sisanya secara bertahap dilakukan pada awal tahun 2012.

Dengan penambahan 13 jaringan kantor baru di tahun 2011 ini, maka secara keseluruhan Bank BNP memiliki 60 (enam puluh) jaringan kantor yang tersebar di Jawa dan Bali.

6. Kegiatan Lainnya Kegiatan Edukasi Perbankan & Ayo Ke Bank Sebagai manifestasi dari pilar ke-enam Arsitektur

Perbankan Indonesia oleh Bank Indonesia, yang menetapkan bahwa bank-bank bertanggung jawab untuk mendidik masyarakat untuk memahami dasar-dasar perbankan, Bank BNP telah mengunjungi beberapa sekolah di wilayah Bandung dan sekitarnya dan melakukan sosialisasi Edukasi Perbankan.

Topik yang dibahas adalah “Budaya Menabung Sejak Dini” yaitu bertujuan untuk:1. Membangun kesadaran serta memotivasi anak-anak

untuk memiliki budaya menabung sejak usia dini;

2. Membangun masyarakat yang bank minded dan memberikan pemahaman kegunaan menabung di Bank; serta

3. Memberikan pemahaman atas produk dan layanan perbankan.

Pelaksanaan program tersebut memperoleh tanggapan yang positif dari para siswa maupun Kepala Sekolah. Ke depannya, Bank BNP berencana untuk memperluas jangkauan wilayah program edukasi perbankan, sesuai dengan misinya untuk membantu mengembangkan masyarakat.

Corporate Social ResponsibilityTanggung Jawab Sosial yang dilakukan oleh Bank BNP bertujuan untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara dunia usaha, masyarakat dengan alam sekitar, tepatnya komunitas dan lingkungan, dengan mencapai keuntungan bagi semua pihak yang berkesinambungan hingga generasi selanjutnya. Beberapa program yang dilaksanakan selama tahun 2011 adalah:• Bantuan untuk membangun pengadaan sarana air bersih

dan sarana MCK. Sebagai bentuk partisipasi untuk menolong

terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang sangat mendasar yaitu salah satunya kebutuhan akan air bersih, Bank BNP melalui Lembaga Pemerhati dan Pengembangan Pendidikan Daerah Tertinggal (LP3T) telah menyumbangkan dana untuk membangun sarana air bersih dan sarana MCK bagi masyarakat di Kabupaten Lebak- Propinsi Banten.

• Bantuan dalam Pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan.

Generasi muda adalah asset sebuah bangsa, dan Bank BNP melihat keberadaan mereka sebagai pihak yang perlu didukung dan dibantu agar berkembang ke arah yang lebih baik. Dengan adanya rencana Eta Pro’comm untuk menyelenggarakan acara “Meraih Impian Anak

Negeri” yaitu pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan di wilayah Bandung, dirasakan Bank BNP sebagai kesempatan yang baik untuk merealisasikan kepedulian Bank BNP, dengan menyumbangkan sejumlah dana sebagai bukti kepeduliannya.

• Bantuan untuk Korban Gempa di Tapanuli. Sebagai bentuk partisipasi dalam menolong masyarakat

yang membutuhkan, pada acara Malam Amal Penggalangan Dana untuk Korban Gempa di Tapanuli, Bank BNP menyumbangkan dana melalui Panitia Peduli Korban Gempa di Tapanuli Posko Jawa Barat.

PenghargaanSebagai bukti komitmen Bank BNP untuk terus dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan kinerja perusahaan, maka dibutuhkan sebuah komitmen kuat dari seluruh elemen organisasi yang mendukung visi-misi tersebut.

Dengan penuh rasa bangga, manajemen mempersembahkan secara nyata hasil kinerja yang telah dilakukan dengan berhasil diraihnya 3 (tiga) Anugerah Business Review Award pada bulan Nopember 2011 yaitu:1. The Best CEO (Special Criteria)2. The Best Marketing Management3. The Best Corporation for Risk Management

Prestasi lainnya yang menyusul berhasil diraih Bank BNP berdasarkan survey The Most Powerful Bank pada Majalah Warta Eko nomi, Bank BNP meraih gelar Peringkat Pertama sekaligus untuk 2 (dua) Kategori di kelasnya yaitu sebagai :

1. The Most Valuable Bank : yaitu Bank dengan kebijakan produk portofolio terbaik, baik portofolio berbasis Ekuitas maupun berbasis Surat Hutang; dan

2. The Most Attractive Bank : Bank terbaik berdasarkan kemampuan untuk menjadi lembaga intermediasi keuangan bagi masyarakat.

Selain penghargaan yang diterima, Bank BNP pun mulai memasuki/ meraih peringkat dalam beberapa kegiatan rating atas kinerja Perusahaan berdasarkan beberapa kriteria penilaian yang dilakukan oleh beberapa media nasional antara lain dari :• InfoBank Awards 2011 Memperoleh predikat Sangat Bagus pada InfoBank

Awards 2011 untuk kinerja keuangan tahun 2010.• Majalah InfoBank edisi Juni 2011:• Berdasarkan Modal Rp. 100 Milyar s/d Rp. 1 Triliun,

menempati peringkat ke 15 dari 67 Bank, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Kepemilikan Bank Swasta Nasional Devisa, menempati peringkat ke 7 dari 10 Terbaik, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Status Badan Hukum PT Terbuka/Go Publik, menempati peringkat ke 10 dari 31 Bank Go Publik, (predikat SANGAT BAGUS).

Disamping beberapa media cetak di atas, juga masih terdapat beberapa pemeringkatan yang diperoleh Bank BNP dari beberapa media yang melakukan pemeringkatan dan seluruh Penghargaan yang diraih ini didedikasikan kepada seluruh komponen Bank BNP untuk lebih memotivasi kita bekerja untuk menghasilkan yang terbaik.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

jenis kredit investasi, sehingga bila dilihat dari tujuan penggunaan kredit hampir 89% dari portofolio kredit Bank BNP dialokasikan kepada sektor yang produktif/ bersifat komersil.

c) Bisnis Konsumer Bisnis Konsumer secara umum mengelola pemberian

Kredit yang bertujuan tidak untuk penggunaan produktif atau hanya digunakan untuk yang bersifat konsumtif dikelompokkan dalam segmen bisnis tersendiri dengan term and condition yang berbeda pula dari jenis kredit lainnya. Sejak awal bulan Januari 2011, pengelolaan atas Bisnis ini dilakukan secara tersentralisasi dan berada pada satu Divisi yang khusus menangani Bisnis Konsumer.

Objek yang menjadi sasaran pembiayaan kredit Konsumer antara lain adalah :1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)2. Kredit Pemilikan Mobil (KPM)3. Kredit Renovasi Rumah (KRR)4. Dll.

Pemberian kredit jenis ini ada pula yang dilakukan baik secara direct kepada end user, atau melalui skim kerja sama (in-direct) dengan perusahaan penyalur lainnya seperti Dealer Sparepart kendaraan bermotor dan lainnya atau dapat pula dengan bekerjasama melalui Developer/ pengembang lainnya.

d) Bisnis MikroKategori pengelompokkan kredit Mikro berawal dari besaran pinjaman sampai dengan Rp. 50.000.000,- (sesuai ketentuan Bank Indonesia) dan besaran inipun masih dalam pengkajian internal manajemen Bank BNP untuk dilakukan penyesuaian, sehingga plafond kreditnya mengalami sedikit perubahan. Sepanjang tahun 2011, perkembangan dan pertumbuhan kredit Mikro baik dari sisi volume maupun kualitasnya, telah menunjukan kinerja yang semakin baik, seiring dengan itu perolehan spread dari suku bunga yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis pinjaman komersil lainnya.

Posisi portofolio Kredit untuk bisnis Mikro pada akhir tahun 2011 mencapai Rp. 350,75 Milyar, tumbuh 187% dari periode yang sama tahun lalu.

Guna mendukung perkembangan bisnis Mikro ke depannya, khususnya dalam upaya untuk meningkatkan portofolio kredit Mikro, selain mempersiapkan dan melakukan pemenuhan Sumber Daya Manusia, juga telah dilakukan pemenuhan berbagai sarana prasarana untuk mendukung bisnis tersebut antara lain :• Membuat dan terus menyempurnakan spesifikasi

bisnis untuk kredit mikro;• Melakukan implant terhadap beberapa kantor

cabang yang ada untuk meningkatkan pangsa pasar penjualan kredit mikro ini;

• Memperbanyak outlet/ kantor yang berorientasi pada segmen mikro/ UMK yaitu terhadap sentra-sentra bisnis ritel;

• Menyelenggarakan pelatihan internal/ Manage-ment Trainee Micro Banking bulan Maret 2011 selama 3 bulan guna mendidik kader-kader pelaku bisnis Mikro.

Prospek bisnis mikro akan sangat berkembang di masa mendatang, sehingga portofolionya akan terus ditingkatkan sehingga akan menjadi penyokong utama terhadap peningkatan komposisi terhadap segmen UMKM Bank BNP sambil terus berupaya untuk mengambil ceruk pasar (niche market) dari potensi segmen Micro yang ada dengan penekanan pada pricing yang kompetitif dibandingkan dengan unit mikro kompetitor lainnya, di mana saat ini cost structure dari kompetitor lainnya relatif sudah lebih tinggi.

Sampai akhir tahun 2011, angka kredit bermasalah bagi Kredit Bisnis Mikro ini tercatat hanya sebesar 3,58% dari total portofolio Kredit Mikro, sehingga bila dibandingkan dengan volumenya, besaran tersebut masih dalam tahapan toleransi yang baik.

e) Bisnis Kredit Tanpa Agunan (KTA) KTA Bank BNP merupakan kredit multi guna yang

dapat digunakan untuk membiayai berbagai macam kebutuhan tanpa mensyaratkan adanya jaminan.

Pinjaman jenis ini akan menjadi pelengkap ragamnya jenis pinjaman berbasis ritel yang disalurkan yang tidak sama dengan pinjaman lainnya dan jenis produk pinjaman ini pada tanggal 25 November 2011 telah mengalami perubahan nama menjadi pinjaman KATANA (Kredit Tanpa Agunan).

Sasaran dari produk KATANA ditujukan khusus untuk karyawan umum dengan penghasilan tetap, baik dengan status karyawan tetap maupun kontrak, mengingat potensi pasar karyawan di Indonesia cukup luas sehingga kondisi ini menjadi target pasar yang potensil.

Bank BNP dalam melakukan penjualan produk KATANA menjalankan strategi pemasaran secara kolektif kepada perusahaan melalui kerjasama dengan HRD perusahaan/ Koperasi karyawan dalam hal pembayaran gaji karyawannya/ payroll. Selain itu juga dilakukan direct selling melalui jaringan kantor Bank BNP yang ada.

Sedangkan untuk menggarap pangsa pasar yang lebih luas, dilakukan open table/ exhibition di gedung perkantoran/ mall yang sesuai dengan target pasarnya, sekaligus untuk meningkatkan company dan brand image.

Menjelang akhir tahun 2011, penjualan KATANA ini dikemas dalam sebuah program promo KATANA HEBAT (Kredit Tanpa Agunan Heboh Akhir Tahun) yang berlaku hingga 30 Desember 2011 dimana beberapa syarat dan kondisi yang ditentukan memi-liki kemudahan-kemudahan serta keuntungan yang lain dari program lainnya.

Pertumbuhan outstanding KATANA hingga akhir tahun 2011 meningkat sebesar 148,8% dibandingkan tahun 2010, sedangkan jumlah kontrak yang terjadi pada tahun 2011 juga naik sebesar 169,8%.

f) TreasuryPengelolaan Treasury di Bank BNP dilakukan secara prudent (kehati-hatian) dengan mengikuti sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Manajemen dan mentaati peraturan yang berlaku dari Bank Indonesia. Divisi Treasury memegang peranan penting dalam pegelolaan likuiditas bank, perdagangan valuta asing serta perdagangan surat berharga.

Treasury Bank BNP terdiri dari beberapa departemen yaitu: 1. Departemen Asset Liabilities Management yang

mengelola dana dan berhubungan dengan pasar uang (money market) baik untuk peminjaman maupun penempatan dana serta pengelolaan surat berharga;

2. Departemen Forex Business yang mengelola seluruh transaksi valuta asing baik untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan nasabah guna meningkatkan pendapatan perusahaan; dan

3. Departemen Financial Institution yang banyak berhubungan dengan Counterparty Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), guna meningkatkan hubungan kerja sama perbankan saat ini dan di masa mendatang.

Dalam pengelolaan dana , transaksi surat berharga serta transaksi valuta asing dilakukan dengan memperhitungkan segala aspek risiko – risiko yang mungkin timbul seperti risiko likuiditas, risiko nilai tukar, risiko suku bunga risiko pasar serta risiko operasional dan dengan berpedoman kepada peraturan yang berlaku.

Guna meningkatkan kapabilitas karyawan, secara rutin dilakukan training untuk marketing dan Front Liner seperti Basic Treasury , Basic Forex , Bank Notes Counterfeit , agar supaya tercipta karyawan – karyawan yang handal untuk melayani keperluan para nasabah.

Di samping itu, Divisi Treasury bersama jajaran Manajemen secara rutin mengadakan rapat ALCO (Asset and Liabilities Committee) guna menentukan kebijakan dan gapping management (suku bunga, tenor, mata uang) dengan mengevaluasi atas hasil pemantauan pasar baik lokal maupun internasional. Diharapkan Treasury bisa berkontribusi secara optimal dan dapat mengindikasikan secara awal jika ada kondisi yang dapat merugikan atau membahayakan perusahaan.

Di masa mendatang Treasury akan mengembangkan potensi bisnis baru guna memenuhi kebutuhan transaksi maupun investasi dari para nasabah dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusa-haan.

g) Kebijakan Tingkat Suku Bunga

Penerapan kebijakan suku bunga di Bank BNP baik dari sisi Lending maupun Funding, selalu disusun dan diberlakukan dengan mengacu pada beberapa kondisi seperti :• Kebutuhan dasar biaya dana/ bunga simpanan (cost of fund);• Biaya-biaya pendukung yang sifatnya variable yang terkait dengan kegiatan pendanaan;• Ketentuan Suku Bunga acuan seperti BI rate dan Suku Bunga Penjaminan (LPS);• Cost of money yang menjadi beban perusahaan;• Margin profit yang diharapkan ; dan• Kebijakan/ kondisi suku bunga dari pesaing atau yang berlaku di pasar.

Sehingga dengan berlandaskan kepada hal tersebut di atas, kebijakan suku bunga Simpanan atau Pinjaman, diupayakan selalu seiring dengan pergerakan harga pasar, agar dapat bersaing dengan fair, tanpa mengabaikan besaran spread yang ditargetkan, hal ini nampak pada besaran NIM pada akhir tahun 2011, naik menjadi 4,99% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,91%.

Keputusan dalam menentukan besaran suku bunga yang akan diberlakukan melalui mekanisme rapat team pendukung seperti ALCO dan Rapat-rapat Direksi baik yang diselenggarakan secara regular maupun secara sirkuler.

Sedangkan trend pergerakan suku bunga pada tahun 2011, sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah, nampak pergerakan margin spread antara simpanan dan pinjaman relatif stabil dan tidak ada pergerakan yang ekstrim.

h) Transaksi Ekspor – Impor dan Devisa Sekalipun dunia khususnya di belahan negara-negara

Eropa pada paruh waktu tahun 2011 mengalami krisis keuangan yang berimbas kepada negara-negara berkembang seperti salah satunya Indonesia yang memiliki berbagai aktifitas perdagangan internasional seperti kegiatan ekspor dan impor, namun bagi Indonesia kondisi tersebut belum dirasakan dampak yang signifikan hingga ditutupnya tahun 2011.

Dalam kegiatan transaksi perdagangan Luar Negeri seperti ekspor dan impor, kejadian tersebut khususnya bagi Bank BNP secara umum tidak berdampak signifikan karena sebaran kegiatan ekspor khususnya, untuk Negara-negara Eropa tidak terlalu besar bahkan secara volume cenderung naik dari kegiatan ekspor – impor yang dilakukan melalui Bank BNP dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebagai salah satu ciri dari Bank Devisa adalah kegiatan transaksi dalam mata uang asing selain Rupiah, dalam hal ini Bank BNP melakukan beberapa kegiatan seperti pembiayaan perdagangan luar negeri, jasa kiriman uang, collection dan transaksi lainnya termasuk money changer.

Khusus dalam transaksi perdagangan luar negeri dalam kegiatan pembiayaan ekspor dan impor, maka selama tahun 2011 Bank BNP telah menangani proses Ekspor baik melalui pembukaan Letter of Credit (LC) maupun tanpa menggunakan LC yaitu sebanyak 1.028 dokumen ekspor dengan nilai equivalen USD 45,4 juta naik sebesar 13,5% secara volume dari tahun 2010, dan untuk transaksi Impor yaitu sebanyak 218 dokumen dengan nilai equivalen USD 28,93 juta naik sebesar 65% dari realisasi impor tahun 2010.

Sedangkan untuk kegiatan remmittance yang ditransaksikan melalui Bank BNP baik kiriman uang keluar negeri maupun masuk masing-masing mencapai volume 15.925 aplikasi kiriman uang keluar dengan nilai eq. USD 768,336,366 dan untuk kiriman uang masuk diterima sebanyak 6.733 kiriman atau naik sebesar 11,3% dengan jumlah nilai eq. USD 254,152,172

i) Teknologi dan Informasi Perkembangan bisnis Bank BNP tidak bisa dilepaskan

dari adanya dukungan Teknologi Informasi yang sangat kuat di belakangnya.

Management sangat menyadari akan hal ini sejak dari awal dan semakin terasa dampaknya ketika masuk ke dalam segment bisnis Mikro dan KTA yang telah dimulai beberapa tahun yang lalu.

Saat ini Divisi dan unit kerja IT bukan lagi merupakan support untuk tujuan bisnis, tetapi sudah merupakan strategic partner untuk bisa mencapai tujuan bisnis.

Penambahanan delivery channel, baik itu berupa pembukaan kantor-kantor cabang baru dan penambahan mesin ATM dan EDC semakin ditingkatkan agar BNP bisa lebih dekat lagi kepada nasabah.

Kecepatan, ketepatan dan keamanan penyediaan informasi kepada nasabah merupakan keharusan yang tidak bisa di tawar lagi. Memberikan akses kepada nasabah setiap saat selama 24 jam per hari bukan merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi sudah merupakan suatu keharusan.

Untuk tetap bisa menunjang semuanya itu, maka IT selalu melakukan pengkinian di semua bagian, baik itu di sisi aplikasi, server dan infrastructure teknologi.

Selain itu untuk sisi keamanan data dan jaringan juga dilakukan pengkinian firewall, penyediaan Disaster Recovery Site dan penyediaaan backup link untuk kantor-kantor cabang.

Ketaatan kepada peraturan dan hukum yang berlaku merupakan hal yang sangat penting dan juga menjadi perhatian utama manajemen. Oleh karena itu Bank BNP juga telah melakukan perjanjian secara enterprise dengan pihak Microsoft.

j) Remunerasi dan Tunjangan Kebijakan remunerasi dan/ atau perubahan atas

imbalan jasa kepada seluruh karyawan Bank BNP dipertimbangkan berdasarkan berbagai aspek pendukung dari mulai kebutuhan dasar hidup karyawan hingga harga kompensasi menurut peer group/ industri setara, sehingga kebijakan ini mampu memperkecil gap dalam perolehan penghasilan/ kompensasinya.

Remunerasi bagi karyawan ditetapkan melalui beberapa mekanisme penetapannya dimana keputusan tertinggi secara kolektif ada pada kewenangan Direksi berdasarkan penilaian kinerjanya

(key performance indicator/ KPI), sedangkan remunerasi dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi dilakukan dengan mekanisme yang berbeda yaitu direkomendasikan oleh Komite Remunerasi dan Nominasi dan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

k) Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam rangka ikut menunjang pencapaian visi

perusahaan untuk menjadi Bank ritel berskala nasional, Bank BNP harus mengembangkan bisnisnya secara signifikan melebihi tingkat pertumbuhan pasar maupun pesaing.

Untuk mencapai hal tersebut, Bank BNP harus memenuhi prasyarat utama berupa kemampuan menggerakkan dan memberdayakan seluruh perangkat organisasi secara optimal, terutama sumber daya manusianya. Ini berarti Bank BNP harus memiliki support dan sumber daya manusia dengan produktifitas dan kapabilitas terbaik di bidangnya.

Oleh karena itu fungsi dan peran Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum telah bergeser ke arah yang lebih strategis yaitu menjadi strategic business partner bagi seluruh unit kerja di Bank BNP.

Untuk mencapai peran baru tersebut di tahun 2011 Divisi HR & GA Bank BNP telah menempuh beberapa langkah transformasi internal antara lain: • Penataan organisasi HR & GA dalam rangka

transformasi menuju organisasi yang mampu mendukung pergerakan bisnis.

• Review pekerjaan dan work flow HR & GA agar mampu memberikan support yang lebih efektif bagi semua unit kerja.

Inisiatif strategis yang dilakukan pada tingkat bank-wide adalah dengan melakukan standarisasi pengelo-laan organisasi (Organization Management). Departe-men Organization Development dengan dibantu konsultan eksternal pada bulan Januari 2011 telah menetapkan beberapa kebijakan dasar dalam pengelolaan organisasi dengan tujuan agar terdapat standarisasi dan keselerasan di seluruh organisasi di Bank BNP.

Beberapa prinsip dasar dalam menata ulang organisasi adalah:• Productivity Ratio:

Ukuran organisasi dan pertumbuhannya harus seiring dengan ukuran dan pertumbuhan bisnis perusahaan.

• Organization Leveling: Organisasi perlu memiliki tingkatan organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab, kewenangan dan hak yang berbeda.

• Span of Control: Untuk menjamin tercapainya delegasi pekerjaan dan kontrol yang seimbang di setiap jabatan.

Secara garis besar organisasi di BNP dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:• Business Unit: unit yang berfungsi sebagai motor

utama pengembangan bisnis bank yang terdiri dari Divisi Kredit Tanpa Agunan (KTA), Divisi Regional Business I – III, Divisi Treasury Bisnis, Divisi Bisnis Mikro, dan Divisi Services.

• Business Support : unit yang berfungsi mendukung operasional bank secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Divisi Pengembangan Bisnis, Divisi Administrasi Kredit, Divisi Operasional, Divisi Umum dan Divisi Informasi Teknologi.

• Corporate Services: unit yang berfungsi untuk menangani kebijakan dan strategi level korporasi, yang terdiri dari Divisi Sumber Daya Manusia (SDM), Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), Divisi Perencanaan Perusahaan & Sekretaris Perusahaan, Divisi Akuntansi & Keuangan, Divisi Manajemen Resiko, Divisi Kepatuhan.

Project-project yang terkait dengan pembenahan organisasi yang dilakukan oleh Departemen Organization Development selama tahun 2011 adalah: • Tersedianya Struktur Organisasi dan uraian

pekerjaan (position/ job description) keseluruhan organisasi;

• Pengadaan generic "kompetensi" dan "require-ment" bagi semua jabatan;

• Pengadaan guidance untuk Job Evaluation for Job Grading;

• Penerapan personal grade untuk seluruh karyawan BNP beserta sosialisasinya;

• Pengembangan salary scale berbasis grading baru 2011;

• Pengembangan berbagai kebijakan yang terkait dengan pengelolaan SDM.

Sebagai organisasi yang berbasis pada perkembangan bisnis, Bank BNP menyadari pentingnya pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki. Karenanya, selama 2011 Bank BNP juga telah melaksanakan pelatihan yang mendukung peningkatan kemampuan dan keunggulan kompetitif sumber daya manusianya, antara lain:• Meningkatkan Leadership Skill bagi para pimpinan

unit kerja, dari level Department Head hingga Division Head dengan mengadakan training coaching

• Meningkatkan kompetensi perkreditan bagi seluruh pegawai yang terkait langsung dengan permasalahan kredit, baik untuk segmen Commercial, Consumer/Retail dan Micro Banking.

• Melaksanakan program pelatihan khusus bagi Frontliners dalam upaya meningkatkan service dan layanan cabang.

• Melaksanakan program khusus untuk program pengembangan karyawan seperti Service Officer Development Program (SODP), Marketing Executive Development Program (MEDP), Management Trainee for Micro Banking (MTMB).

• Dalam rangka menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi, masing-masing Direksi banyak mengikuti/berpartisipasi dalam seminar nasional dan internasional, forum-forum perbankan dan program-program lain yang terkait dengan bank.

Aktivitas yang dilakukan dalam rangka memenuhi target di atas, Learning Center BNP fokus pada:

a. Pengembangan Softskill b. Pengembangan Hardskill c. Management Trainee Program d. Pemenuhan Program Sertifikasi (BSMR)

Perkembangan jumlah karyawan pada tahun 2011 ini naik sebanyak 164 orang menjadi total 1.298 orang atau sama dengan tumbuh sebesar 14,4 % dari periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah SDM ini seiring dengan pertumbuhan bisnis, pengembangan organisasi dan perluasan jaringan kantor dan sebagai dampaknya peningkatan biaya Tenaga Kerja juga mengiringi kenaikan tersebut.

l) Pengunaan Tenaga Kerja Asing dan Konsultan. Bank BNP mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga

kerja asing yang berasal dari negara Jepang dan telah mendapatkan ijin bekerja dari Departemen Tenaga Kerja masing-masing bertindak sebagai manajemen yaitu Presiden Komisaris (Yasuo Uonomi), Presiden Direktur (Ritsuo Ando) dan Direktur (Koji Sawada) dengan masa kerja sesuai batas waktu pengangkatannya melalui hasil Rapat Umum Pemegang Saham.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/8/PBI/2007, tanggal 13 Juni 2007, tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan Di Sektor Perbankan, maka Bank BNP dalam mengembangkan bisnis khususnya untuk Kredit Tanpa Agunan juga telah menggunakan 2 (dua) orang tenaga asing dari Jepang yaitu Hitoshi Yokohama dan Tetsuji Sakioka sebagai senior advisor & advisor, serta seorang pejabat eksekutif (Shigeo Morimoto) yang bertugas sebagai Kepala Divisi Manajemen Risiko, penggunaan ketiga tenaga asing

tersebut berkaitan dengan kebutuhan Bank BNP saat ini yang masih memerlukan arahan dan alih pengetahuan atas kegiatan tersebut diatas.

m) Permodalan Sejalan dengan pertumbuhan Aktiva Produktif, maka

akan berpengaruh pada kebutuhan akan penyediaan Modal yang sepadan, mengingat laju pertumbuhan Aktiva Produktif yang terbesar berasal dari kredit yang besarnya mencapai 31,5%, maka beban Aktiva Tertimbang Menurut Risiko semakin meningkat yang pada akhirnya akan membebani rasio Kecukupan Modal yang dipersyaratkan.

Permodalan Bank BNP pada akhir Desember 2011, memiliki kecukupan modal minimum sebesar 13,45%, sekalipun angka ini masih cukup untuk memenuhi batas minimum yang dipersyaratkan yaitu 8%, namun seiring dengan pesatnya pertumbuhan bisnis khususnya dalam pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit, maka kecukupan dalam hal dukungan permodalanpun menjadi kurang maksimal bila margin yang dimiliki terlalu kecil.

Permodalan Bank BNP pada triwulan IV tahun 2011 mendapatkan suntikan dana berupa Pinjaman Subordinasi dari pemegang saham mayoritas sebesar USD 5,9 juta dengan jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) tahun, sehingga dengan adanya penambahan tersebut yang berdasarkan ketentuan bahwa pinjaman subordinasi dapat diperhitungkan sebagai

tambahan Modal Pelengkap Tier 2, perhitungan rasio CAR dapat meningkat dan terjaga pada kisaran 13%.

n) Kebijakan DividenDengan mempertimbangkan kemampuan keuangan Perseroan dan upaya untuk melakukan ekspansi usaha serta menjaga ketersediaan Modal yang cukup untuk mempertahankan struktur permodalannya, pada pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tahun 2011 telah disepakati untuk membagikan Dividen kepada para pemegang saham sebesar +/- 10% dari Laba Bersih Perseroan yang jumlahnya Rp. 4,74 Milyar, dan sisanya dipertahankan untuk tujuan penguatan permodalan sebagai Laba Ditahan.

o) Transaksi Dengan Pihak Terkait Bank BNP dalam melaksanakan transaksi-transaksi

yang berkaitan dengan para pihak terkait selalu mengacu pada ketentuan yang mengaturnya, diantara transaksi yang dilakukan antara Bank BNP dengan Pihak Terkait antara lain adalah: transaksi yang berkaitan dengan kegiatan utama Bank BNP seperti Kredit, Simpanan, Sewa Menyewa beberapa gedung perkantoran yang digunakan untuk operasional Bank BNP sehari-hari, dimana seluruh transaksinya berkaitan dengan kegiatan utama (core business) Bank BNP dan apabila transaksi tersebut dikategorikan transaksi yang mengandung unsur benturan kepentingan, maka telah mendapat persetujuan RUPS sebagaimana ketentuan yang mengaturnya.

Transparansi atas transaksi-transaksi tersebut agar

tidak menyimpang dari ketentuan hukum maupun praktek tata kelola perusahaan yang baik, maka seluruh ketentuan dan persyaratan yang dikenakan berlaku umum dan tidak ada pengecualian dan secara nilai tidak memenuhi unsur transaksi yang bersifat material.

Penjelasan dan detil transaksi dapat dilihat pada Catatan Atas Laporan Keuangan nomor : 35. yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani.

Bank BNP tidak melakukan kerjasama atau memiliki jenis transaksi dengan pihak terkait dalam hal Kepemilikan Silang, repuchase agreement, pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha dan lainnya.

2. Pembahasan Neraca Keuangan.Secara umum kinerja keuangan Bank BNP pada tahun buku 2011 menunjukkan keberhasilan atas perkembangan usaha yang signifikan dengan bertumbuh sebesar 24% dari periode yang sama tahun sebelumnya membuktikan bahwa Bank BNP tetap berupaya untuk terus maju dan berkembang dengan pasti.

Laporan Keuangan Bank BNP untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2011 telah disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan untuk periode-periode yang dilaporkan telah dilakukan restatement/ penyajian kembali untuk tahun 2010 dan 2011.

Refleksi keberhasilan manajemen menjalankan roda bisnisnya tercatat pada beberapa pos tertentu dalam Neraca Bank yang dibagi menjadi 4 (empat) bagian besar yang akan dibahas seperti Aktiva Produktif, Kewajiban, Laba-Rugi dan Permodalan.

KreditEksposur kredit Bank BNP pada tahun 2011 tumbuh sebesar 31,5%, dimana kredit yang disalurkan diberikan pada sektor-sektor ekonomi seperti Industri, Pedagangan, Transportasi, Konstruksi, Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Pertanian dan lain sebagainya.

Sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran, memiliki porsi penyaluran terbesar yaitu sekitar 38% dari total kredit yang telah disalurkan, kemudian sektor riil / industri berada pada posisi kedua terbesar, selebihnya tersebar ke sektor ekonomi lainnya.

Keberhasilan pertumbuhan Kredit ini disertai pula dengan keberhasilan dalam pengelolaan administrasi perkreditan yang baik, sehingga pemantauan dan pertumbuhan kualitas Kredit yang diberikanpun membaik seiring dengan sangat kecilnya rasio Kredit Bermasalah (NPL) yang pada akhir tahun 2011 tercatat hanya sebesar 0,88% (kotor).

Kecilnya rasio Kredit Bermasalah pada akhir tahun 2011 ini, tentunya sebagai hasil dari kerja keras manajemen dalam mengupayakan penyelesaian beberapa outstanding Kredit yang sudah berada dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet, disertai dengan mengerem laju dari potensi Kredit Bermasalah yang baru.

Pertumbuhan Kredit yang terjadi tidak terlepas pula dari peran pertumbuhan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dimana pada tahun 2011 pencapaiannya sebesar Rp. 2,76 triliun atau sama dengan 57,4% dari keseluruhan volume kredit Bank BNP.

Dalam sisi kepatuhan, penyaluran Kredit Bank BNP berpatokan pada ketentuan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) yang ditentukan oleh Bank Indonesia dan pada tahun 2011 ini tidak terdapat pelanggaran BMPK maupun pelampauan BMPK baik kepada pihak ketiga maupun pihak terkait (lihat Catatan Laporan Keuangan No. 10.m).

Pemberian kredit pada Pihak Terkait dan atau Debitur Inti, pada tahun 2011, secara persentase mengalami penurunan, dimana pada posisi akhir Desember 2011, tercatat pemberian kredit kepada Pihak Terkait hanya sebesar 1,02% dari volume kredit yang ada dan jumlah ini lebih kecil dari posisi tahun 2010, sedangkan persentase penyaluran kredit kepada 25 (dua puluh lima) Debitur Inti juga mengalami penurunan dari semula 17,88% pada tahun 2010 menjadi kurang lebih 17,48% pada tahun 2011.

Pemberlakuan suku bunga kredit selama tahun 2011, secara umum bergerak konsisten dan tidak terdapat lonjakan yang berarti, sekalipun menjelang akhir tahun 2011 terjadi penurunan Suku Bunga BI rate, namun seiring dengan kondisi pasar pada menjelang akhir tahun terjadi upaya untuk mempertahankan dana, karena persaingan suku bunga funding di pasaran mengetat, maka tidak jelas nampak pergeseran suku bunga khususnya suku bunga simpanan.

Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank LainSecara volume Perkiraan Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank Lain pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 28%, pada pos perkiraan ini terdiri dari Fasilitas Bank Indonesia (FASBI), FTK BI dan Call Money dimana dananya merupakan sebagian dari Dana Pihak Ketiga yang belum seluruhnya tersalurkan ke dalam kredit.

Surat Berharga Yang Dimiliki dan Obligasi PemerintahKebijakan berinvestasi pada jenis Surat Berharga tidak menjadi fokus utama, sehingga portofolio Surat Berharga yang dimiliki lebih dikarenakan menunggu jatuh temponya, dan hampir seluruh kepemilikan Surat berharga Bank BNP sifat kepemilikannya tidak untuk diperdagangkan namun dikuasai hingga jatuh tempo.

Obligasi Pemerintah/ Surat Utang Negara (SUN) yang dimiliki saat ini lebih bersifat memelihara hingga tanggal

jatuh tempo saja dan hanya mengandalkan penghasilan atas kupon/ bunga obligasinya saja yang bunganya masih memberikan margin cukup baik terhadap Pendapatan Bunga. Keberadaan kedua instrumen investasi ini hingga akhir tahun 2011 relatif tidak bertumbuh.

Dana Pihak KetigaDana pihak ketiga yang dikuasai Bank BNP terdiri dari Simpanan Nasabah berupa Tabungan, Rekening Giro dan Simpanan Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, dimana hingga pada akhir tahun 2011 jumlah volume Dana Pihak Ketiga telah mengalami pertumbuhan secara total sebesar 24,55% atau sama dengan Rp. 1,11 Triliun menjadi total Rp. 5,66 Triliun.

Pertumbuhan terbesar dari jumlah Dana tersebut disokongkan oleh peningkatan Simpanan dalam bentuk Tabungan yaitu sebesar 52% tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya, dan Simpanan Berjangka berada pada posisi ke dua pertumbuhan terbesar secara persentase setelah Tabungan yaitu sebesar 22,6%.

Perolehan atas peningkatan Simpanan Tabungan ini menyusul keberhasilan peluncuran produk Tabungan SAKURA beberapa waktu yang lalu disertai pula dengan produk Tabungan Jangka Panjang (JAPAN) yang memiliki kelebihan simpanan berencana jangka panjang. Sekalipun volume pertumbuhan Simpanan

cukup tinggi, khususnya Deposito Berjangka, namun persentase Deposan Inti mengalami penurunan dari semula 20,26% pada akhir tahun 2010 menjadi 18,84% pada akhir tahun 2011.

Secara komposisi posisi Dana Pihak Ketiga masih didominasi oleh Simpanan Berjangka/ Deposito sebesar 72% dan sisanya dalam bentuk Tabungan dan Giro, sehingga kondisi ini sedikit lebih memunculkan ekses biaya mahal, namun keberadaan Simpanan Berjangka ini mampu memperkecil gap maturity antara sumber dana dan penyaluran dana yang ada.

3. Laba – Rugi Pendapatan Bunga Pos Pendapatan Bunga terbentuk dari komponen dalam

Aktiva Produktif yang menghasilkan terdiri dari Pinjaman, Surat Berharga, Penempatan dan lain sebagainya baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, selama tahun 2011 pos Pendapatan Bunga tercatat sebesar Rp. 612,5 Milyar mengalami peningkatan sebesar 40,4% dari tahun sebelumnya, dimana peningkatan pendapatan ini disebabkan karena naiknya pertumbuhan kredit yang terjadi.

Beban Bunga Beban Bunga terdiri dari kewajiban atas Simpanan dalam

mata uang Rupiah dan valuta asing, dimana selama tahun 2011 telah terjadi peningkatan Beban Bunga menjadi Rp. 318 Milyar atau sama dengan naik 50,27% dari periode yang sama tahun 2010, angka ini relatif cukup besar, mengingat langkah untuk melakukan re-profiling Simpanan masih terus diupayakan.

Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih diperoleh dari selisih antara

Pendapatan Bunga dari Aktiva Produktif dengan Beban Bunga Simpanan, dimana pada akhir Desember 2011 Pendapatan Bunga Bersih Bank naik/ tumbuh sebesar 31,09%, hal ini dikarenakan terjadinya pertumbuhan Aktiva Produktif khususnya kredit yang cukup signifikan.

Laba Operasional Pendapatan Bunga Bersih setelah diperhitungkan

dengan Pendapatan Operasional Lainnya dan Beban Operasional Lainnya meningkat sebesar 33,7%. Peningkatan ini disebabkan adanya kenaikan pada

Beban Administrasi & Umum sebesar 23% dan Beban Tenaga Kerja sebesar 44%.

Peningkatan Beban Administrasi & Umum dan Biaya Tenaga Kerja dikarenakan adanya perluasan jaringan kantor, penambahan SDM sehingga menambah unsur sarana prasarana seperti perluasan gedung/ layout ruangan, IT dan transportasi serta pembayaran bonus dan tantieme pada bulan Juni dan Desember 2011.

4. Rasio Keuangan• Rasio Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum/

Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio Kecukupan Modal (CAR) adalah rasio Modal

terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), dimana berdasarkan peraturan Bank Indonesia jumlah modal untuk risiko kredit terdiri dari Modal Inti (Tier I) dan Modal Pelengkap (Tier II). Pada akhir tahun 2011 CAR Bank BNP menunjukan 13,45% setelah memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Operasional dan Risiko Pasar.

• Rasio Kredit Bermasalah/ Non Perfoming Loan Ratio (NPL)

Rasio Kredit Bermasalah (NPL) pada akhir tahun 2011 tercatat sebesar 0,88% (gross), jauh lebih kecil dari rasio NPL maksimal sebesar 5%, sehingga bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan volume kredit besaran kualitas kredit yang non performing sangatlah kecil, hal ini menunjukan bahwa efektifitas penyaluran kredit berjalan dengan sangat prudent dan Bank BNP selalu berupaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas kreditnya agar berjalan dengan baik.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Total Aktiva/ Return On Assets Ratio (ROA)

Pencapaian ROA Bank BNP pada tahun 2011 adalah sebesar 1,53% naik 0,03% dari tahun 2010, hal tersebut dikarenakan peningkatan Laba lebih besar dari peningkatan pertumbuhan Asetnya, artinya bahwa Bank BNP masih memiliki kemampuan yang lebih dalam menciptakan Laba.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Ekuitas/ Return On Equity Ratio (ROE)

Perbandingan antara Laba Bersih terhadap Permodalan Bank BNP pada tahun 2011 meningkat cukup signifikan menjadi 12,82% atau sama dengan naik 0,44% dari semula 12,38% pada tahun 2010, hal

ini disebabkan karena pertumbuhan perolehan Laba Bersih lebih besar dari peningkatan Ekuitas.

• Rasio Kredit Terhadap Dana Pihak Ketiga/ Loan to Deposit Ratio (LDR)

Volume Kredit yang dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (LDR) pada tahun 2011 meningkat menjadi 84,92% dari semula 80,41% pada tahun 2010, hal ini menunjukan bahwa salah satu fungsi dari kegiatan perbankan yaitu fungsi intermediasi melalui pemberian kredit berjalan baik dan bahkan semakin meningkat.

• Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Perbandingan antara Beban Operasional dengan

Pendapatan Operasional pada akhir 2011 tercatat sebesar 85,77% meningkat dari tahun sebelumnya yang besarnya 85,17%, hal ini disebabkan adanya peningkatan biaya operasional dalam rangka ekspansi usaha selama tahun 2011

5. Perluasan Jaringan KantorKemampuan Bank BNP dalam menjangkau pasar menjadi kunci utama bagi pengembangan bisnis kedepannya, keberadaan ujung tombak baik berupa jaringan kantor yang secara organik maupun delivery channel yang dimiliki dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan Bank BNP untuk meraih pangsa pasar di lokasi tersebut.

Bank BNP pada tahun 2011 telah menambah 13 jaringan kantor baru baik berupa Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan atau Kantor Kas berikut Service Point dan Mesin ATMnya, disamping itu juga terdapat beberapa lokasi kantor dan mesin ATM yang direlokasi.

Kebijakan pembukaan kantor baru pada tahun 2011 yang pada dasarnya diorientasikan untuk mendukung pertumbuhan Bisnis Mikro dan Kecil sehingga keberadaan jaringan kantor yang baru memiliki fokus yang sedikit berbeda.

Sesuai dengan rencana dalam RBB 2011-2013, pembukaan jaringan yang dilakukan pada tahun 2011 baru dapat direalisasikan sebanyak 13 kantor dari 24 yang direncanakan termasuk relokasi dan peningkatan status kantor, hal ini disebabkan oleh masalah kesiapan lokasi gedung kantor dan perijinan saja, sedangkan sisanya secara bertahap dilakukan pada awal tahun 2012.

Dengan penambahan 13 jaringan kantor baru di tahun 2011 ini, maka secara keseluruhan Bank BNP memiliki 60 (enam puluh) jaringan kantor yang tersebar di Jawa dan Bali.

6. Kegiatan Lainnya Kegiatan Edukasi Perbankan & Ayo Ke Bank Sebagai manifestasi dari pilar ke-enam Arsitektur

Perbankan Indonesia oleh Bank Indonesia, yang menetapkan bahwa bank-bank bertanggung jawab untuk mendidik masyarakat untuk memahami dasar-dasar perbankan, Bank BNP telah mengunjungi beberapa sekolah di wilayah Bandung dan sekitarnya dan melakukan sosialisasi Edukasi Perbankan.

Topik yang dibahas adalah “Budaya Menabung Sejak Dini” yaitu bertujuan untuk:1. Membangun kesadaran serta memotivasi anak-anak

untuk memiliki budaya menabung sejak usia dini;

2. Membangun masyarakat yang bank minded dan memberikan pemahaman kegunaan menabung di Bank; serta

3. Memberikan pemahaman atas produk dan layanan perbankan.

Pelaksanaan program tersebut memperoleh tanggapan yang positif dari para siswa maupun Kepala Sekolah. Ke depannya, Bank BNP berencana untuk memperluas jangkauan wilayah program edukasi perbankan, sesuai dengan misinya untuk membantu mengembangkan masyarakat.

Corporate Social ResponsibilityTanggung Jawab Sosial yang dilakukan oleh Bank BNP bertujuan untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara dunia usaha, masyarakat dengan alam sekitar, tepatnya komunitas dan lingkungan, dengan mencapai keuntungan bagi semua pihak yang berkesinambungan hingga generasi selanjutnya. Beberapa program yang dilaksanakan selama tahun 2011 adalah:• Bantuan untuk membangun pengadaan sarana air bersih

dan sarana MCK. Sebagai bentuk partisipasi untuk menolong

terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang sangat mendasar yaitu salah satunya kebutuhan akan air bersih, Bank BNP melalui Lembaga Pemerhati dan Pengembangan Pendidikan Daerah Tertinggal (LP3T) telah menyumbangkan dana untuk membangun sarana air bersih dan sarana MCK bagi masyarakat di Kabupaten Lebak- Propinsi Banten.

• Bantuan dalam Pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan.

Generasi muda adalah asset sebuah bangsa, dan Bank BNP melihat keberadaan mereka sebagai pihak yang perlu didukung dan dibantu agar berkembang ke arah yang lebih baik. Dengan adanya rencana Eta Pro’comm untuk menyelenggarakan acara “Meraih Impian Anak

Negeri” yaitu pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan di wilayah Bandung, dirasakan Bank BNP sebagai kesempatan yang baik untuk merealisasikan kepedulian Bank BNP, dengan menyumbangkan sejumlah dana sebagai bukti kepeduliannya.

• Bantuan untuk Korban Gempa di Tapanuli. Sebagai bentuk partisipasi dalam menolong masyarakat

yang membutuhkan, pada acara Malam Amal Penggalangan Dana untuk Korban Gempa di Tapanuli, Bank BNP menyumbangkan dana melalui Panitia Peduli Korban Gempa di Tapanuli Posko Jawa Barat.

PenghargaanSebagai bukti komitmen Bank BNP untuk terus dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan kinerja perusahaan, maka dibutuhkan sebuah komitmen kuat dari seluruh elemen organisasi yang mendukung visi-misi tersebut.

Dengan penuh rasa bangga, manajemen mempersembahkan secara nyata hasil kinerja yang telah dilakukan dengan berhasil diraihnya 3 (tiga) Anugerah Business Review Award pada bulan Nopember 2011 yaitu:1. The Best CEO (Special Criteria)2. The Best Marketing Management3. The Best Corporation for Risk Management

Prestasi lainnya yang menyusul berhasil diraih Bank BNP berdasarkan survey The Most Powerful Bank pada Majalah Warta Eko nomi, Bank BNP meraih gelar Peringkat Pertama sekaligus untuk 2 (dua) Kategori di kelasnya yaitu sebagai :

1. The Most Valuable Bank : yaitu Bank dengan kebijakan produk portofolio terbaik, baik portofolio berbasis Ekuitas maupun berbasis Surat Hutang; dan

2. The Most Attractive Bank : Bank terbaik berdasarkan kemampuan untuk menjadi lembaga intermediasi keuangan bagi masyarakat.

Selain penghargaan yang diterima, Bank BNP pun mulai memasuki/ meraih peringkat dalam beberapa kegiatan rating atas kinerja Perusahaan berdasarkan beberapa kriteria penilaian yang dilakukan oleh beberapa media nasional antara lain dari :• InfoBank Awards 2011 Memperoleh predikat Sangat Bagus pada InfoBank

Awards 2011 untuk kinerja keuangan tahun 2010.• Majalah InfoBank edisi Juni 2011:• Berdasarkan Modal Rp. 100 Milyar s/d Rp. 1 Triliun,

menempati peringkat ke 15 dari 67 Bank, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Kepemilikan Bank Swasta Nasional Devisa, menempati peringkat ke 7 dari 10 Terbaik, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Status Badan Hukum PT Terbuka/Go Publik, menempati peringkat ke 10 dari 31 Bank Go Publik, (predikat SANGAT BAGUS).

Disamping beberapa media cetak di atas, juga masih terdapat beberapa pemeringkatan yang diperoleh Bank BNP dari beberapa media yang melakukan pemeringkatan dan seluruh Penghargaan yang diraih ini didedikasikan kepada seluruh komponen Bank BNP untuk lebih memotivasi kita bekerja untuk menghasilkan yang terbaik.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

jenis kredit investasi, sehingga bila dilihat dari tujuan penggunaan kredit hampir 89% dari portofolio kredit Bank BNP dialokasikan kepada sektor yang produktif/ bersifat komersil.

c) Bisnis Konsumer Bisnis Konsumer secara umum mengelola pemberian

Kredit yang bertujuan tidak untuk penggunaan produktif atau hanya digunakan untuk yang bersifat konsumtif dikelompokkan dalam segmen bisnis tersendiri dengan term and condition yang berbeda pula dari jenis kredit lainnya. Sejak awal bulan Januari 2011, pengelolaan atas Bisnis ini dilakukan secara tersentralisasi dan berada pada satu Divisi yang khusus menangani Bisnis Konsumer.

Objek yang menjadi sasaran pembiayaan kredit Konsumer antara lain adalah :1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)2. Kredit Pemilikan Mobil (KPM)3. Kredit Renovasi Rumah (KRR)4. Dll.

Pemberian kredit jenis ini ada pula yang dilakukan baik secara direct kepada end user, atau melalui skim kerja sama (in-direct) dengan perusahaan penyalur lainnya seperti Dealer Sparepart kendaraan bermotor dan lainnya atau dapat pula dengan bekerjasama melalui Developer/ pengembang lainnya.

d) Bisnis MikroKategori pengelompokkan kredit Mikro berawal dari besaran pinjaman sampai dengan Rp. 50.000.000,- (sesuai ketentuan Bank Indonesia) dan besaran inipun masih dalam pengkajian internal manajemen Bank BNP untuk dilakukan penyesuaian, sehingga plafond kreditnya mengalami sedikit perubahan. Sepanjang tahun 2011, perkembangan dan pertumbuhan kredit Mikro baik dari sisi volume maupun kualitasnya, telah menunjukan kinerja yang semakin baik, seiring dengan itu perolehan spread dari suku bunga yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis pinjaman komersil lainnya.

Posisi portofolio Kredit untuk bisnis Mikro pada akhir tahun 2011 mencapai Rp. 350,75 Milyar, tumbuh 187% dari periode yang sama tahun lalu.

Guna mendukung perkembangan bisnis Mikro ke depannya, khususnya dalam upaya untuk meningkatkan portofolio kredit Mikro, selain mempersiapkan dan melakukan pemenuhan Sumber Daya Manusia, juga telah dilakukan pemenuhan berbagai sarana prasarana untuk mendukung bisnis tersebut antara lain :• Membuat dan terus menyempurnakan spesifikasi

bisnis untuk kredit mikro;• Melakukan implant terhadap beberapa kantor

cabang yang ada untuk meningkatkan pangsa pasar penjualan kredit mikro ini;

• Memperbanyak outlet/ kantor yang berorientasi pada segmen mikro/ UMK yaitu terhadap sentra-sentra bisnis ritel;

• Menyelenggarakan pelatihan internal/ Manage-ment Trainee Micro Banking bulan Maret 2011 selama 3 bulan guna mendidik kader-kader pelaku bisnis Mikro.

Prospek bisnis mikro akan sangat berkembang di masa mendatang, sehingga portofolionya akan terus ditingkatkan sehingga akan menjadi penyokong utama terhadap peningkatan komposisi terhadap segmen UMKM Bank BNP sambil terus berupaya untuk mengambil ceruk pasar (niche market) dari potensi segmen Micro yang ada dengan penekanan pada pricing yang kompetitif dibandingkan dengan unit mikro kompetitor lainnya, di mana saat ini cost structure dari kompetitor lainnya relatif sudah lebih tinggi.

Sampai akhir tahun 2011, angka kredit bermasalah bagi Kredit Bisnis Mikro ini tercatat hanya sebesar 3,58% dari total portofolio Kredit Mikro, sehingga bila dibandingkan dengan volumenya, besaran tersebut masih dalam tahapan toleransi yang baik.

e) Bisnis Kredit Tanpa Agunan (KTA) KTA Bank BNP merupakan kredit multi guna yang

dapat digunakan untuk membiayai berbagai macam kebutuhan tanpa mensyaratkan adanya jaminan.

Pinjaman jenis ini akan menjadi pelengkap ragamnya jenis pinjaman berbasis ritel yang disalurkan yang tidak sama dengan pinjaman lainnya dan jenis produk pinjaman ini pada tanggal 25 November 2011 telah mengalami perubahan nama menjadi pinjaman KATANA (Kredit Tanpa Agunan).

Sasaran dari produk KATANA ditujukan khusus untuk karyawan umum dengan penghasilan tetap, baik dengan status karyawan tetap maupun kontrak, mengingat potensi pasar karyawan di Indonesia cukup luas sehingga kondisi ini menjadi target pasar yang potensil.

Bank BNP dalam melakukan penjualan produk KATANA menjalankan strategi pemasaran secara kolektif kepada perusahaan melalui kerjasama dengan HRD perusahaan/ Koperasi karyawan dalam hal pembayaran gaji karyawannya/ payroll. Selain itu juga dilakukan direct selling melalui jaringan kantor Bank BNP yang ada.

Sedangkan untuk menggarap pangsa pasar yang lebih luas, dilakukan open table/ exhibition di gedung perkantoran/ mall yang sesuai dengan target pasarnya, sekaligus untuk meningkatkan company dan brand image.

Menjelang akhir tahun 2011, penjualan KATANA ini dikemas dalam sebuah program promo KATANA HEBAT (Kredit Tanpa Agunan Heboh Akhir Tahun) yang berlaku hingga 30 Desember 2011 dimana beberapa syarat dan kondisi yang ditentukan memi-liki kemudahan-kemudahan serta keuntungan yang lain dari program lainnya.

Pertumbuhan outstanding KATANA hingga akhir tahun 2011 meningkat sebesar 148,8% dibandingkan tahun 2010, sedangkan jumlah kontrak yang terjadi pada tahun 2011 juga naik sebesar 169,8%.

f) TreasuryPengelolaan Treasury di Bank BNP dilakukan secara prudent (kehati-hatian) dengan mengikuti sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Manajemen dan mentaati peraturan yang berlaku dari Bank Indonesia. Divisi Treasury memegang peranan penting dalam pegelolaan likuiditas bank, perdagangan valuta asing serta perdagangan surat berharga.

Treasury Bank BNP terdiri dari beberapa departemen yaitu: 1. Departemen Asset Liabilities Management yang

mengelola dana dan berhubungan dengan pasar uang (money market) baik untuk peminjaman maupun penempatan dana serta pengelolaan surat berharga;

2. Departemen Forex Business yang mengelola seluruh transaksi valuta asing baik untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan nasabah guna meningkatkan pendapatan perusahaan; dan

3. Departemen Financial Institution yang banyak berhubungan dengan Counterparty Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), guna meningkatkan hubungan kerja sama perbankan saat ini dan di masa mendatang.

Dalam pengelolaan dana , transaksi surat berharga serta transaksi valuta asing dilakukan dengan memperhitungkan segala aspek risiko – risiko yang mungkin timbul seperti risiko likuiditas, risiko nilai tukar, risiko suku bunga risiko pasar serta risiko operasional dan dengan berpedoman kepada peraturan yang berlaku.

Guna meningkatkan kapabilitas karyawan, secara rutin dilakukan training untuk marketing dan Front Liner seperti Basic Treasury , Basic Forex , Bank Notes Counterfeit , agar supaya tercipta karyawan – karyawan yang handal untuk melayani keperluan para nasabah.

Di samping itu, Divisi Treasury bersama jajaran Manajemen secara rutin mengadakan rapat ALCO (Asset and Liabilities Committee) guna menentukan kebijakan dan gapping management (suku bunga, tenor, mata uang) dengan mengevaluasi atas hasil pemantauan pasar baik lokal maupun internasional. Diharapkan Treasury bisa berkontribusi secara optimal dan dapat mengindikasikan secara awal jika ada kondisi yang dapat merugikan atau membahayakan perusahaan.

Di masa mendatang Treasury akan mengembangkan potensi bisnis baru guna memenuhi kebutuhan transaksi maupun investasi dari para nasabah dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusa-haan.

g) Kebijakan Tingkat Suku Bunga

Penerapan kebijakan suku bunga di Bank BNP baik dari sisi Lending maupun Funding, selalu disusun dan diberlakukan dengan mengacu pada beberapa kondisi seperti :• Kebutuhan dasar biaya dana/ bunga simpanan (cost of fund);• Biaya-biaya pendukung yang sifatnya variable yang terkait dengan kegiatan pendanaan;• Ketentuan Suku Bunga acuan seperti BI rate dan Suku Bunga Penjaminan (LPS);• Cost of money yang menjadi beban perusahaan;• Margin profit yang diharapkan ; dan• Kebijakan/ kondisi suku bunga dari pesaing atau yang berlaku di pasar.

Sehingga dengan berlandaskan kepada hal tersebut di atas, kebijakan suku bunga Simpanan atau Pinjaman, diupayakan selalu seiring dengan pergerakan harga pasar, agar dapat bersaing dengan fair, tanpa mengabaikan besaran spread yang ditargetkan, hal ini nampak pada besaran NIM pada akhir tahun 2011, naik menjadi 4,99% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,91%.

Keputusan dalam menentukan besaran suku bunga yang akan diberlakukan melalui mekanisme rapat team pendukung seperti ALCO dan Rapat-rapat Direksi baik yang diselenggarakan secara regular maupun secara sirkuler.

Sedangkan trend pergerakan suku bunga pada tahun 2011, sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah, nampak pergerakan margin spread antara simpanan dan pinjaman relatif stabil dan tidak ada pergerakan yang ekstrim.

h) Transaksi Ekspor – Impor dan Devisa Sekalipun dunia khususnya di belahan negara-negara

Eropa pada paruh waktu tahun 2011 mengalami krisis keuangan yang berimbas kepada negara-negara berkembang seperti salah satunya Indonesia yang memiliki berbagai aktifitas perdagangan internasional seperti kegiatan ekspor dan impor, namun bagi Indonesia kondisi tersebut belum dirasakan dampak yang signifikan hingga ditutupnya tahun 2011.

Dalam kegiatan transaksi perdagangan Luar Negeri seperti ekspor dan impor, kejadian tersebut khususnya bagi Bank BNP secara umum tidak berdampak signifikan karena sebaran kegiatan ekspor khususnya, untuk Negara-negara Eropa tidak terlalu besar bahkan secara volume cenderung naik dari kegiatan ekspor – impor yang dilakukan melalui Bank BNP dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebagai salah satu ciri dari Bank Devisa adalah kegiatan transaksi dalam mata uang asing selain Rupiah, dalam hal ini Bank BNP melakukan beberapa kegiatan seperti pembiayaan perdagangan luar negeri, jasa kiriman uang, collection dan transaksi lainnya termasuk money changer.

Khusus dalam transaksi perdagangan luar negeri dalam kegiatan pembiayaan ekspor dan impor, maka selama tahun 2011 Bank BNP telah menangani proses Ekspor baik melalui pembukaan Letter of Credit (LC) maupun tanpa menggunakan LC yaitu sebanyak 1.028 dokumen ekspor dengan nilai equivalen USD 45,4 juta naik sebesar 13,5% secara volume dari tahun 2010, dan untuk transaksi Impor yaitu sebanyak 218 dokumen dengan nilai equivalen USD 28,93 juta naik sebesar 65% dari realisasi impor tahun 2010.

Sedangkan untuk kegiatan remmittance yang ditransaksikan melalui Bank BNP baik kiriman uang keluar negeri maupun masuk masing-masing mencapai volume 15.925 aplikasi kiriman uang keluar dengan nilai eq. USD 768,336,366 dan untuk kiriman uang masuk diterima sebanyak 6.733 kiriman atau naik sebesar 11,3% dengan jumlah nilai eq. USD 254,152,172

i) Teknologi dan Informasi Perkembangan bisnis Bank BNP tidak bisa dilepaskan

dari adanya dukungan Teknologi Informasi yang sangat kuat di belakangnya.

Management sangat menyadari akan hal ini sejak dari awal dan semakin terasa dampaknya ketika masuk ke dalam segment bisnis Mikro dan KTA yang telah dimulai beberapa tahun yang lalu.

Saat ini Divisi dan unit kerja IT bukan lagi merupakan support untuk tujuan bisnis, tetapi sudah merupakan strategic partner untuk bisa mencapai tujuan bisnis.

Penambahanan delivery channel, baik itu berupa pembukaan kantor-kantor cabang baru dan penambahan mesin ATM dan EDC semakin ditingkatkan agar BNP bisa lebih dekat lagi kepada nasabah.

Kecepatan, ketepatan dan keamanan penyediaan informasi kepada nasabah merupakan keharusan yang tidak bisa di tawar lagi. Memberikan akses kepada nasabah setiap saat selama 24 jam per hari bukan merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi sudah merupakan suatu keharusan.

Untuk tetap bisa menunjang semuanya itu, maka IT selalu melakukan pengkinian di semua bagian, baik itu di sisi aplikasi, server dan infrastructure teknologi.

Selain itu untuk sisi keamanan data dan jaringan juga dilakukan pengkinian firewall, penyediaan Disaster Recovery Site dan penyediaaan backup link untuk kantor-kantor cabang.

Ketaatan kepada peraturan dan hukum yang berlaku merupakan hal yang sangat penting dan juga menjadi perhatian utama manajemen. Oleh karena itu Bank BNP juga telah melakukan perjanjian secara enterprise dengan pihak Microsoft.

j) Remunerasi dan Tunjangan Kebijakan remunerasi dan/ atau perubahan atas

imbalan jasa kepada seluruh karyawan Bank BNP dipertimbangkan berdasarkan berbagai aspek pendukung dari mulai kebutuhan dasar hidup karyawan hingga harga kompensasi menurut peer group/ industri setara, sehingga kebijakan ini mampu memperkecil gap dalam perolehan penghasilan/ kompensasinya.

Remunerasi bagi karyawan ditetapkan melalui beberapa mekanisme penetapannya dimana keputusan tertinggi secara kolektif ada pada kewenangan Direksi berdasarkan penilaian kinerjanya

(key performance indicator/ KPI), sedangkan remunerasi dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi dilakukan dengan mekanisme yang berbeda yaitu direkomendasikan oleh Komite Remunerasi dan Nominasi dan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

k) Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam rangka ikut menunjang pencapaian visi

perusahaan untuk menjadi Bank ritel berskala nasional, Bank BNP harus mengembangkan bisnisnya secara signifikan melebihi tingkat pertumbuhan pasar maupun pesaing.

Untuk mencapai hal tersebut, Bank BNP harus memenuhi prasyarat utama berupa kemampuan menggerakkan dan memberdayakan seluruh perangkat organisasi secara optimal, terutama sumber daya manusianya. Ini berarti Bank BNP harus memiliki support dan sumber daya manusia dengan produktifitas dan kapabilitas terbaik di bidangnya.

Oleh karena itu fungsi dan peran Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum telah bergeser ke arah yang lebih strategis yaitu menjadi strategic business partner bagi seluruh unit kerja di Bank BNP.

Untuk mencapai peran baru tersebut di tahun 2011 Divisi HR & GA Bank BNP telah menempuh beberapa langkah transformasi internal antara lain: • Penataan organisasi HR & GA dalam rangka

transformasi menuju organisasi yang mampu mendukung pergerakan bisnis.

• Review pekerjaan dan work flow HR & GA agar mampu memberikan support yang lebih efektif bagi semua unit kerja.

Inisiatif strategis yang dilakukan pada tingkat bank-wide adalah dengan melakukan standarisasi pengelo-laan organisasi (Organization Management). Departe-men Organization Development dengan dibantu konsultan eksternal pada bulan Januari 2011 telah menetapkan beberapa kebijakan dasar dalam pengelolaan organisasi dengan tujuan agar terdapat standarisasi dan keselerasan di seluruh organisasi di Bank BNP.

Beberapa prinsip dasar dalam menata ulang organisasi adalah:• Productivity Ratio:

Ukuran organisasi dan pertumbuhannya harus seiring dengan ukuran dan pertumbuhan bisnis perusahaan.

• Organization Leveling: Organisasi perlu memiliki tingkatan organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab, kewenangan dan hak yang berbeda.

• Span of Control: Untuk menjamin tercapainya delegasi pekerjaan dan kontrol yang seimbang di setiap jabatan.

Secara garis besar organisasi di BNP dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:• Business Unit: unit yang berfungsi sebagai motor

utama pengembangan bisnis bank yang terdiri dari Divisi Kredit Tanpa Agunan (KTA), Divisi Regional Business I – III, Divisi Treasury Bisnis, Divisi Bisnis Mikro, dan Divisi Services.

• Business Support : unit yang berfungsi mendukung operasional bank secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Divisi Pengembangan Bisnis, Divisi Administrasi Kredit, Divisi Operasional, Divisi Umum dan Divisi Informasi Teknologi.

• Corporate Services: unit yang berfungsi untuk menangani kebijakan dan strategi level korporasi, yang terdiri dari Divisi Sumber Daya Manusia (SDM), Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), Divisi Perencanaan Perusahaan & Sekretaris Perusahaan, Divisi Akuntansi & Keuangan, Divisi Manajemen Resiko, Divisi Kepatuhan.

Project-project yang terkait dengan pembenahan organisasi yang dilakukan oleh Departemen Organization Development selama tahun 2011 adalah: • Tersedianya Struktur Organisasi dan uraian

pekerjaan (position/ job description) keseluruhan organisasi;

• Pengadaan generic "kompetensi" dan "require-ment" bagi semua jabatan;

• Pengadaan guidance untuk Job Evaluation for Job Grading;

• Penerapan personal grade untuk seluruh karyawan BNP beserta sosialisasinya;

• Pengembangan salary scale berbasis grading baru 2011;

• Pengembangan berbagai kebijakan yang terkait dengan pengelolaan SDM.

Sebagai organisasi yang berbasis pada perkembangan bisnis, Bank BNP menyadari pentingnya pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki. Karenanya, selama 2011 Bank BNP juga telah melaksanakan pelatihan yang mendukung peningkatan kemampuan dan keunggulan kompetitif sumber daya manusianya, antara lain:• Meningkatkan Leadership Skill bagi para pimpinan

unit kerja, dari level Department Head hingga Division Head dengan mengadakan training coaching

• Meningkatkan kompetensi perkreditan bagi seluruh pegawai yang terkait langsung dengan permasalahan kredit, baik untuk segmen Commercial, Consumer/Retail dan Micro Banking.

• Melaksanakan program pelatihan khusus bagi Frontliners dalam upaya meningkatkan service dan layanan cabang.

• Melaksanakan program khusus untuk program pengembangan karyawan seperti Service Officer Development Program (SODP), Marketing Executive Development Program (MEDP), Management Trainee for Micro Banking (MTMB).

• Dalam rangka menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi, masing-masing Direksi banyak mengikuti/berpartisipasi dalam seminar nasional dan internasional, forum-forum perbankan dan program-program lain yang terkait dengan bank.

Aktivitas yang dilakukan dalam rangka memenuhi target di atas, Learning Center BNP fokus pada:

a. Pengembangan Softskill b. Pengembangan Hardskill c. Management Trainee Program d. Pemenuhan Program Sertifikasi (BSMR)

Perkembangan jumlah karyawan pada tahun 2011 ini naik sebanyak 164 orang menjadi total 1.298 orang atau sama dengan tumbuh sebesar 14,4 % dari periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah SDM ini seiring dengan pertumbuhan bisnis, pengembangan organisasi dan perluasan jaringan kantor dan sebagai dampaknya peningkatan biaya Tenaga Kerja juga mengiringi kenaikan tersebut.

l) Pengunaan Tenaga Kerja Asing dan Konsultan. Bank BNP mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga

kerja asing yang berasal dari negara Jepang dan telah mendapatkan ijin bekerja dari Departemen Tenaga Kerja masing-masing bertindak sebagai manajemen yaitu Presiden Komisaris (Yasuo Uonomi), Presiden Direktur (Ritsuo Ando) dan Direktur (Koji Sawada) dengan masa kerja sesuai batas waktu pengangkatannya melalui hasil Rapat Umum Pemegang Saham.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/8/PBI/2007, tanggal 13 Juni 2007, tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan Di Sektor Perbankan, maka Bank BNP dalam mengembangkan bisnis khususnya untuk Kredit Tanpa Agunan juga telah menggunakan 2 (dua) orang tenaga asing dari Jepang yaitu Hitoshi Yokohama dan Tetsuji Sakioka sebagai senior advisor & advisor, serta seorang pejabat eksekutif (Shigeo Morimoto) yang bertugas sebagai Kepala Divisi Manajemen Risiko, penggunaan ketiga tenaga asing

Jumlah Karyawan Menurut Jenjang - 2011

Jumlah

Jumlah

Jumlah

JenjangPendidikan

JenjangJabatan

JenjangUsia 20 - 30

683

<SMA-SMA

257

Top Mgt

10

31 - 40

397

Diploma

253

Middle Mgt

103

41 - 50

195

Sarjana

781

Lower Mgt

340

> 50

23

> S2

7

Middle Mgt

845

1.298

1.298

1.298

Jumlah Karyawan

2011 JumlahPeserta

1.003

98

Training External 2011

Training Internal 2011

JumlahHari

111

45

Durasi(Jam)

262

180

Total Durasi(Jam)

18.372

1.250

Aktivitas Training dan Pengembangan Karyawan tersebut berkaitan dengan kebutuhan Bank BNP saat ini yang masih memerlukan arahan dan alih pengetahuan atas kegiatan tersebut diatas.

m) Permodalan Sejalan dengan pertumbuhan Aktiva Produktif, maka

akan berpengaruh pada kebutuhan akan penyediaan Modal yang sepadan, mengingat laju pertumbuhan Aktiva Produktif yang terbesar berasal dari kredit yang besarnya mencapai 31,5%, maka beban Aktiva Tertimbang Menurut Risiko semakin meningkat yang pada akhirnya akan membebani rasio Kecukupan Modal yang dipersyaratkan.

Permodalan Bank BNP pada akhir Desember 2011, memiliki kecukupan modal minimum sebesar 13,45%, sekalipun angka ini masih cukup untuk memenuhi batas minimum yang dipersyaratkan yaitu 8%, namun seiring dengan pesatnya pertumbuhan bisnis khususnya dalam pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit, maka kecukupan dalam hal dukungan permodalanpun menjadi kurang maksimal bila margin yang dimiliki terlalu kecil.

Permodalan Bank BNP pada triwulan IV tahun 2011 mendapatkan suntikan dana berupa Pinjaman Subordinasi dari pemegang saham mayoritas sebesar USD 5,9 juta dengan jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) tahun, sehingga dengan adanya penambahan tersebut yang berdasarkan ketentuan bahwa pinjaman subordinasi dapat diperhitungkan sebagai

tambahan Modal Pelengkap Tier 2, perhitungan rasio CAR dapat meningkat dan terjaga pada kisaran 13%.

n) Kebijakan DividenDengan mempertimbangkan kemampuan keuangan Perseroan dan upaya untuk melakukan ekspansi usaha serta menjaga ketersediaan Modal yang cukup untuk mempertahankan struktur permodalannya, pada pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tahun 2011 telah disepakati untuk membagikan Dividen kepada para pemegang saham sebesar +/- 10% dari Laba Bersih Perseroan yang jumlahnya Rp. 4,74 Milyar, dan sisanya dipertahankan untuk tujuan penguatan permodalan sebagai Laba Ditahan.

o) Transaksi Dengan Pihak Terkait Bank BNP dalam melaksanakan transaksi-transaksi

yang berkaitan dengan para pihak terkait selalu mengacu pada ketentuan yang mengaturnya, diantara transaksi yang dilakukan antara Bank BNP dengan Pihak Terkait antara lain adalah: transaksi yang berkaitan dengan kegiatan utama Bank BNP seperti Kredit, Simpanan, Sewa Menyewa beberapa gedung perkantoran yang digunakan untuk operasional Bank BNP sehari-hari, dimana seluruh transaksinya berkaitan dengan kegiatan utama (core business) Bank BNP dan apabila transaksi tersebut dikategorikan transaksi yang mengandung unsur benturan kepentingan, maka telah mendapat persetujuan RUPS sebagaimana ketentuan yang mengaturnya.

Transparansi atas transaksi-transaksi tersebut agar

tidak menyimpang dari ketentuan hukum maupun praktek tata kelola perusahaan yang baik, maka seluruh ketentuan dan persyaratan yang dikenakan berlaku umum dan tidak ada pengecualian dan secara nilai tidak memenuhi unsur transaksi yang bersifat material.

Penjelasan dan detil transaksi dapat dilihat pada Catatan Atas Laporan Keuangan nomor : 35. yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani.

Bank BNP tidak melakukan kerjasama atau memiliki jenis transaksi dengan pihak terkait dalam hal Kepemilikan Silang, repuchase agreement, pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha dan lainnya.

2. Pembahasan Neraca Keuangan.Secara umum kinerja keuangan Bank BNP pada tahun buku 2011 menunjukkan keberhasilan atas perkembangan usaha yang signifikan dengan bertumbuh sebesar 24% dari periode yang sama tahun sebelumnya membuktikan bahwa Bank BNP tetap berupaya untuk terus maju dan berkembang dengan pasti.

Laporan Keuangan Bank BNP untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2011 telah disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan untuk periode-periode yang dilaporkan telah dilakukan restatement/ penyajian kembali untuk tahun 2010 dan 2011.

Refleksi keberhasilan manajemen menjalankan roda bisnisnya tercatat pada beberapa pos tertentu dalam Neraca Bank yang dibagi menjadi 4 (empat) bagian besar yang akan dibahas seperti Aktiva Produktif, Kewajiban, Laba-Rugi dan Permodalan.

KreditEksposur kredit Bank BNP pada tahun 2011 tumbuh sebesar 31,5%, dimana kredit yang disalurkan diberikan pada sektor-sektor ekonomi seperti Industri, Pedagangan, Transportasi, Konstruksi, Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Pertanian dan lain sebagainya.

Sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran, memiliki porsi penyaluran terbesar yaitu sekitar 38% dari total kredit yang telah disalurkan, kemudian sektor riil / industri berada pada posisi kedua terbesar, selebihnya tersebar ke sektor ekonomi lainnya.

Keberhasilan pertumbuhan Kredit ini disertai pula dengan keberhasilan dalam pengelolaan administrasi perkreditan yang baik, sehingga pemantauan dan pertumbuhan kualitas Kredit yang diberikanpun membaik seiring dengan sangat kecilnya rasio Kredit Bermasalah (NPL) yang pada akhir tahun 2011 tercatat hanya sebesar 0,88% (kotor).

Kecilnya rasio Kredit Bermasalah pada akhir tahun 2011 ini, tentunya sebagai hasil dari kerja keras manajemen dalam mengupayakan penyelesaian beberapa outstanding Kredit yang sudah berada dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet, disertai dengan mengerem laju dari potensi Kredit Bermasalah yang baru.

Pertumbuhan Kredit yang terjadi tidak terlepas pula dari peran pertumbuhan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dimana pada tahun 2011 pencapaiannya sebesar Rp. 2,76 triliun atau sama dengan 57,4% dari keseluruhan volume kredit Bank BNP.

Dalam sisi kepatuhan, penyaluran Kredit Bank BNP berpatokan pada ketentuan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) yang ditentukan oleh Bank Indonesia dan pada tahun 2011 ini tidak terdapat pelanggaran BMPK maupun pelampauan BMPK baik kepada pihak ketiga maupun pihak terkait (lihat Catatan Laporan Keuangan No. 10.m).

Pemberian kredit pada Pihak Terkait dan atau Debitur Inti, pada tahun 2011, secara persentase mengalami penurunan, dimana pada posisi akhir Desember 2011, tercatat pemberian kredit kepada Pihak Terkait hanya sebesar 1,02% dari volume kredit yang ada dan jumlah ini lebih kecil dari posisi tahun 2010, sedangkan persentase penyaluran kredit kepada 25 (dua puluh lima) Debitur Inti juga mengalami penurunan dari semula 17,88% pada tahun 2010 menjadi kurang lebih 17,48% pada tahun 2011.

Pemberlakuan suku bunga kredit selama tahun 2011, secara umum bergerak konsisten dan tidak terdapat lonjakan yang berarti, sekalipun menjelang akhir tahun 2011 terjadi penurunan Suku Bunga BI rate, namun seiring dengan kondisi pasar pada menjelang akhir tahun terjadi upaya untuk mempertahankan dana, karena persaingan suku bunga funding di pasaran mengetat, maka tidak jelas nampak pergeseran suku bunga khususnya suku bunga simpanan.

Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank LainSecara volume Perkiraan Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank Lain pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 28%, pada pos perkiraan ini terdiri dari Fasilitas Bank Indonesia (FASBI), FTK BI dan Call Money dimana dananya merupakan sebagian dari Dana Pihak Ketiga yang belum seluruhnya tersalurkan ke dalam kredit.

Surat Berharga Yang Dimiliki dan Obligasi PemerintahKebijakan berinvestasi pada jenis Surat Berharga tidak menjadi fokus utama, sehingga portofolio Surat Berharga yang dimiliki lebih dikarenakan menunggu jatuh temponya, dan hampir seluruh kepemilikan Surat berharga Bank BNP sifat kepemilikannya tidak untuk diperdagangkan namun dikuasai hingga jatuh tempo.

Obligasi Pemerintah/ Surat Utang Negara (SUN) yang dimiliki saat ini lebih bersifat memelihara hingga tanggal

jatuh tempo saja dan hanya mengandalkan penghasilan atas kupon/ bunga obligasinya saja yang bunganya masih memberikan margin cukup baik terhadap Pendapatan Bunga. Keberadaan kedua instrumen investasi ini hingga akhir tahun 2011 relatif tidak bertumbuh.

Dana Pihak KetigaDana pihak ketiga yang dikuasai Bank BNP terdiri dari Simpanan Nasabah berupa Tabungan, Rekening Giro dan Simpanan Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, dimana hingga pada akhir tahun 2011 jumlah volume Dana Pihak Ketiga telah mengalami pertumbuhan secara total sebesar 24,55% atau sama dengan Rp. 1,11 Triliun menjadi total Rp. 5,66 Triliun.

Pertumbuhan terbesar dari jumlah Dana tersebut disokongkan oleh peningkatan Simpanan dalam bentuk Tabungan yaitu sebesar 52% tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya, dan Simpanan Berjangka berada pada posisi ke dua pertumbuhan terbesar secara persentase setelah Tabungan yaitu sebesar 22,6%.

Perolehan atas peningkatan Simpanan Tabungan ini menyusul keberhasilan peluncuran produk Tabungan SAKURA beberapa waktu yang lalu disertai pula dengan produk Tabungan Jangka Panjang (JAPAN) yang memiliki kelebihan simpanan berencana jangka panjang. Sekalipun volume pertumbuhan Simpanan

cukup tinggi, khususnya Deposito Berjangka, namun persentase Deposan Inti mengalami penurunan dari semula 20,26% pada akhir tahun 2010 menjadi 18,84% pada akhir tahun 2011.

Secara komposisi posisi Dana Pihak Ketiga masih didominasi oleh Simpanan Berjangka/ Deposito sebesar 72% dan sisanya dalam bentuk Tabungan dan Giro, sehingga kondisi ini sedikit lebih memunculkan ekses biaya mahal, namun keberadaan Simpanan Berjangka ini mampu memperkecil gap maturity antara sumber dana dan penyaluran dana yang ada.

3. Laba – Rugi Pendapatan Bunga Pos Pendapatan Bunga terbentuk dari komponen dalam

Aktiva Produktif yang menghasilkan terdiri dari Pinjaman, Surat Berharga, Penempatan dan lain sebagainya baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, selama tahun 2011 pos Pendapatan Bunga tercatat sebesar Rp. 612,5 Milyar mengalami peningkatan sebesar 40,4% dari tahun sebelumnya, dimana peningkatan pendapatan ini disebabkan karena naiknya pertumbuhan kredit yang terjadi.

Beban Bunga Beban Bunga terdiri dari kewajiban atas Simpanan dalam

mata uang Rupiah dan valuta asing, dimana selama tahun 2011 telah terjadi peningkatan Beban Bunga menjadi Rp. 318 Milyar atau sama dengan naik 50,27% dari periode yang sama tahun 2010, angka ini relatif cukup besar, mengingat langkah untuk melakukan re-profiling Simpanan masih terus diupayakan.

Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih diperoleh dari selisih antara

Pendapatan Bunga dari Aktiva Produktif dengan Beban Bunga Simpanan, dimana pada akhir Desember 2011 Pendapatan Bunga Bersih Bank naik/ tumbuh sebesar 31,09%, hal ini dikarenakan terjadinya pertumbuhan Aktiva Produktif khususnya kredit yang cukup signifikan.

Laba Operasional Pendapatan Bunga Bersih setelah diperhitungkan

dengan Pendapatan Operasional Lainnya dan Beban Operasional Lainnya meningkat sebesar 33,7%. Peningkatan ini disebabkan adanya kenaikan pada

Beban Administrasi & Umum sebesar 23% dan Beban Tenaga Kerja sebesar 44%.

Peningkatan Beban Administrasi & Umum dan Biaya Tenaga Kerja dikarenakan adanya perluasan jaringan kantor, penambahan SDM sehingga menambah unsur sarana prasarana seperti perluasan gedung/ layout ruangan, IT dan transportasi serta pembayaran bonus dan tantieme pada bulan Juni dan Desember 2011.

4. Rasio Keuangan• Rasio Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum/

Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio Kecukupan Modal (CAR) adalah rasio Modal

terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), dimana berdasarkan peraturan Bank Indonesia jumlah modal untuk risiko kredit terdiri dari Modal Inti (Tier I) dan Modal Pelengkap (Tier II). Pada akhir tahun 2011 CAR Bank BNP menunjukan 13,45% setelah memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Operasional dan Risiko Pasar.

• Rasio Kredit Bermasalah/ Non Perfoming Loan Ratio (NPL)

Rasio Kredit Bermasalah (NPL) pada akhir tahun 2011 tercatat sebesar 0,88% (gross), jauh lebih kecil dari rasio NPL maksimal sebesar 5%, sehingga bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan volume kredit besaran kualitas kredit yang non performing sangatlah kecil, hal ini menunjukan bahwa efektifitas penyaluran kredit berjalan dengan sangat prudent dan Bank BNP selalu berupaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas kreditnya agar berjalan dengan baik.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Total Aktiva/ Return On Assets Ratio (ROA)

Pencapaian ROA Bank BNP pada tahun 2011 adalah sebesar 1,53% naik 0,03% dari tahun 2010, hal tersebut dikarenakan peningkatan Laba lebih besar dari peningkatan pertumbuhan Asetnya, artinya bahwa Bank BNP masih memiliki kemampuan yang lebih dalam menciptakan Laba.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Ekuitas/ Return On Equity Ratio (ROE)

Perbandingan antara Laba Bersih terhadap Permodalan Bank BNP pada tahun 2011 meningkat cukup signifikan menjadi 12,82% atau sama dengan naik 0,44% dari semula 12,38% pada tahun 2010, hal

ini disebabkan karena pertumbuhan perolehan Laba Bersih lebih besar dari peningkatan Ekuitas.

• Rasio Kredit Terhadap Dana Pihak Ketiga/ Loan to Deposit Ratio (LDR)

Volume Kredit yang dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (LDR) pada tahun 2011 meningkat menjadi 84,92% dari semula 80,41% pada tahun 2010, hal ini menunjukan bahwa salah satu fungsi dari kegiatan perbankan yaitu fungsi intermediasi melalui pemberian kredit berjalan baik dan bahkan semakin meningkat.

• Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Perbandingan antara Beban Operasional dengan

Pendapatan Operasional pada akhir 2011 tercatat sebesar 85,77% meningkat dari tahun sebelumnya yang besarnya 85,17%, hal ini disebabkan adanya peningkatan biaya operasional dalam rangka ekspansi usaha selama tahun 2011

5. Perluasan Jaringan KantorKemampuan Bank BNP dalam menjangkau pasar menjadi kunci utama bagi pengembangan bisnis kedepannya, keberadaan ujung tombak baik berupa jaringan kantor yang secara organik maupun delivery channel yang dimiliki dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan Bank BNP untuk meraih pangsa pasar di lokasi tersebut.

Bank BNP pada tahun 2011 telah menambah 13 jaringan kantor baru baik berupa Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan atau Kantor Kas berikut Service Point dan Mesin ATMnya, disamping itu juga terdapat beberapa lokasi kantor dan mesin ATM yang direlokasi.

Kebijakan pembukaan kantor baru pada tahun 2011 yang pada dasarnya diorientasikan untuk mendukung pertumbuhan Bisnis Mikro dan Kecil sehingga keberadaan jaringan kantor yang baru memiliki fokus yang sedikit berbeda.

Sesuai dengan rencana dalam RBB 2011-2013, pembukaan jaringan yang dilakukan pada tahun 2011 baru dapat direalisasikan sebanyak 13 kantor dari 24 yang direncanakan termasuk relokasi dan peningkatan status kantor, hal ini disebabkan oleh masalah kesiapan lokasi gedung kantor dan perijinan saja, sedangkan sisanya secara bertahap dilakukan pada awal tahun 2012.

Dengan penambahan 13 jaringan kantor baru di tahun 2011 ini, maka secara keseluruhan Bank BNP memiliki 60 (enam puluh) jaringan kantor yang tersebar di Jawa dan Bali.

6. Kegiatan Lainnya Kegiatan Edukasi Perbankan & Ayo Ke Bank Sebagai manifestasi dari pilar ke-enam Arsitektur

Perbankan Indonesia oleh Bank Indonesia, yang menetapkan bahwa bank-bank bertanggung jawab untuk mendidik masyarakat untuk memahami dasar-dasar perbankan, Bank BNP telah mengunjungi beberapa sekolah di wilayah Bandung dan sekitarnya dan melakukan sosialisasi Edukasi Perbankan.

Topik yang dibahas adalah “Budaya Menabung Sejak Dini” yaitu bertujuan untuk:1. Membangun kesadaran serta memotivasi anak-anak

untuk memiliki budaya menabung sejak usia dini;

2. Membangun masyarakat yang bank minded dan memberikan pemahaman kegunaan menabung di Bank; serta

3. Memberikan pemahaman atas produk dan layanan perbankan.

Pelaksanaan program tersebut memperoleh tanggapan yang positif dari para siswa maupun Kepala Sekolah. Ke depannya, Bank BNP berencana untuk memperluas jangkauan wilayah program edukasi perbankan, sesuai dengan misinya untuk membantu mengembangkan masyarakat.

Corporate Social ResponsibilityTanggung Jawab Sosial yang dilakukan oleh Bank BNP bertujuan untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara dunia usaha, masyarakat dengan alam sekitar, tepatnya komunitas dan lingkungan, dengan mencapai keuntungan bagi semua pihak yang berkesinambungan hingga generasi selanjutnya. Beberapa program yang dilaksanakan selama tahun 2011 adalah:• Bantuan untuk membangun pengadaan sarana air bersih

dan sarana MCK. Sebagai bentuk partisipasi untuk menolong

terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang sangat mendasar yaitu salah satunya kebutuhan akan air bersih, Bank BNP melalui Lembaga Pemerhati dan Pengembangan Pendidikan Daerah Tertinggal (LP3T) telah menyumbangkan dana untuk membangun sarana air bersih dan sarana MCK bagi masyarakat di Kabupaten Lebak- Propinsi Banten.

• Bantuan dalam Pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan.

Generasi muda adalah asset sebuah bangsa, dan Bank BNP melihat keberadaan mereka sebagai pihak yang perlu didukung dan dibantu agar berkembang ke arah yang lebih baik. Dengan adanya rencana Eta Pro’comm untuk menyelenggarakan acara “Meraih Impian Anak

Negeri” yaitu pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan di wilayah Bandung, dirasakan Bank BNP sebagai kesempatan yang baik untuk merealisasikan kepedulian Bank BNP, dengan menyumbangkan sejumlah dana sebagai bukti kepeduliannya.

• Bantuan untuk Korban Gempa di Tapanuli. Sebagai bentuk partisipasi dalam menolong masyarakat

yang membutuhkan, pada acara Malam Amal Penggalangan Dana untuk Korban Gempa di Tapanuli, Bank BNP menyumbangkan dana melalui Panitia Peduli Korban Gempa di Tapanuli Posko Jawa Barat.

PenghargaanSebagai bukti komitmen Bank BNP untuk terus dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan kinerja perusahaan, maka dibutuhkan sebuah komitmen kuat dari seluruh elemen organisasi yang mendukung visi-misi tersebut.

Dengan penuh rasa bangga, manajemen mempersembahkan secara nyata hasil kinerja yang telah dilakukan dengan berhasil diraihnya 3 (tiga) Anugerah Business Review Award pada bulan Nopember 2011 yaitu:1. The Best CEO (Special Criteria)2. The Best Marketing Management3. The Best Corporation for Risk Management

Prestasi lainnya yang menyusul berhasil diraih Bank BNP berdasarkan survey The Most Powerful Bank pada Majalah Warta Eko nomi, Bank BNP meraih gelar Peringkat Pertama sekaligus untuk 2 (dua) Kategori di kelasnya yaitu sebagai :

1. The Most Valuable Bank : yaitu Bank dengan kebijakan produk portofolio terbaik, baik portofolio berbasis Ekuitas maupun berbasis Surat Hutang; dan

2. The Most Attractive Bank : Bank terbaik berdasarkan kemampuan untuk menjadi lembaga intermediasi keuangan bagi masyarakat.

Selain penghargaan yang diterima, Bank BNP pun mulai memasuki/ meraih peringkat dalam beberapa kegiatan rating atas kinerja Perusahaan berdasarkan beberapa kriteria penilaian yang dilakukan oleh beberapa media nasional antara lain dari :• InfoBank Awards 2011 Memperoleh predikat Sangat Bagus pada InfoBank

Awards 2011 untuk kinerja keuangan tahun 2010.• Majalah InfoBank edisi Juni 2011:• Berdasarkan Modal Rp. 100 Milyar s/d Rp. 1 Triliun,

menempati peringkat ke 15 dari 67 Bank, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Kepemilikan Bank Swasta Nasional Devisa, menempati peringkat ke 7 dari 10 Terbaik, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Status Badan Hukum PT Terbuka/Go Publik, menempati peringkat ke 10 dari 31 Bank Go Publik, (predikat SANGAT BAGUS).

Disamping beberapa media cetak di atas, juga masih terdapat beberapa pemeringkatan yang diperoleh Bank BNP dari beberapa media yang melakukan pemeringkatan dan seluruh Penghargaan yang diraih ini didedikasikan kepada seluruh komponen Bank BNP untuk lebih memotivasi kita bekerja untuk menghasilkan yang terbaik.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

jenis kredit investasi, sehingga bila dilihat dari tujuan penggunaan kredit hampir 89% dari portofolio kredit Bank BNP dialokasikan kepada sektor yang produktif/ bersifat komersil.

c) Bisnis Konsumer Bisnis Konsumer secara umum mengelola pemberian

Kredit yang bertujuan tidak untuk penggunaan produktif atau hanya digunakan untuk yang bersifat konsumtif dikelompokkan dalam segmen bisnis tersendiri dengan term and condition yang berbeda pula dari jenis kredit lainnya. Sejak awal bulan Januari 2011, pengelolaan atas Bisnis ini dilakukan secara tersentralisasi dan berada pada satu Divisi yang khusus menangani Bisnis Konsumer.

Objek yang menjadi sasaran pembiayaan kredit Konsumer antara lain adalah :1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)2. Kredit Pemilikan Mobil (KPM)3. Kredit Renovasi Rumah (KRR)4. Dll.

Pemberian kredit jenis ini ada pula yang dilakukan baik secara direct kepada end user, atau melalui skim kerja sama (in-direct) dengan perusahaan penyalur lainnya seperti Dealer Sparepart kendaraan bermotor dan lainnya atau dapat pula dengan bekerjasama melalui Developer/ pengembang lainnya.

d) Bisnis MikroKategori pengelompokkan kredit Mikro berawal dari besaran pinjaman sampai dengan Rp. 50.000.000,- (sesuai ketentuan Bank Indonesia) dan besaran inipun masih dalam pengkajian internal manajemen Bank BNP untuk dilakukan penyesuaian, sehingga plafond kreditnya mengalami sedikit perubahan. Sepanjang tahun 2011, perkembangan dan pertumbuhan kredit Mikro baik dari sisi volume maupun kualitasnya, telah menunjukan kinerja yang semakin baik, seiring dengan itu perolehan spread dari suku bunga yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis pinjaman komersil lainnya.

Posisi portofolio Kredit untuk bisnis Mikro pada akhir tahun 2011 mencapai Rp. 350,75 Milyar, tumbuh 187% dari periode yang sama tahun lalu.

Guna mendukung perkembangan bisnis Mikro ke depannya, khususnya dalam upaya untuk meningkatkan portofolio kredit Mikro, selain mempersiapkan dan melakukan pemenuhan Sumber Daya Manusia, juga telah dilakukan pemenuhan berbagai sarana prasarana untuk mendukung bisnis tersebut antara lain :• Membuat dan terus menyempurnakan spesifikasi

bisnis untuk kredit mikro;• Melakukan implant terhadap beberapa kantor

cabang yang ada untuk meningkatkan pangsa pasar penjualan kredit mikro ini;

• Memperbanyak outlet/ kantor yang berorientasi pada segmen mikro/ UMK yaitu terhadap sentra-sentra bisnis ritel;

• Menyelenggarakan pelatihan internal/ Manage-ment Trainee Micro Banking bulan Maret 2011 selama 3 bulan guna mendidik kader-kader pelaku bisnis Mikro.

Prospek bisnis mikro akan sangat berkembang di masa mendatang, sehingga portofolionya akan terus ditingkatkan sehingga akan menjadi penyokong utama terhadap peningkatan komposisi terhadap segmen UMKM Bank BNP sambil terus berupaya untuk mengambil ceruk pasar (niche market) dari potensi segmen Micro yang ada dengan penekanan pada pricing yang kompetitif dibandingkan dengan unit mikro kompetitor lainnya, di mana saat ini cost structure dari kompetitor lainnya relatif sudah lebih tinggi.

Sampai akhir tahun 2011, angka kredit bermasalah bagi Kredit Bisnis Mikro ini tercatat hanya sebesar 3,58% dari total portofolio Kredit Mikro, sehingga bila dibandingkan dengan volumenya, besaran tersebut masih dalam tahapan toleransi yang baik.

e) Bisnis Kredit Tanpa Agunan (KTA) KTA Bank BNP merupakan kredit multi guna yang

dapat digunakan untuk membiayai berbagai macam kebutuhan tanpa mensyaratkan adanya jaminan.

Pinjaman jenis ini akan menjadi pelengkap ragamnya jenis pinjaman berbasis ritel yang disalurkan yang tidak sama dengan pinjaman lainnya dan jenis produk pinjaman ini pada tanggal 25 November 2011 telah mengalami perubahan nama menjadi pinjaman KATANA (Kredit Tanpa Agunan).

Sasaran dari produk KATANA ditujukan khusus untuk karyawan umum dengan penghasilan tetap, baik dengan status karyawan tetap maupun kontrak, mengingat potensi pasar karyawan di Indonesia cukup luas sehingga kondisi ini menjadi target pasar yang potensil.

Bank BNP dalam melakukan penjualan produk KATANA menjalankan strategi pemasaran secara kolektif kepada perusahaan melalui kerjasama dengan HRD perusahaan/ Koperasi karyawan dalam hal pembayaran gaji karyawannya/ payroll. Selain itu juga dilakukan direct selling melalui jaringan kantor Bank BNP yang ada.

Sedangkan untuk menggarap pangsa pasar yang lebih luas, dilakukan open table/ exhibition di gedung perkantoran/ mall yang sesuai dengan target pasarnya, sekaligus untuk meningkatkan company dan brand image.

Menjelang akhir tahun 2011, penjualan KATANA ini dikemas dalam sebuah program promo KATANA HEBAT (Kredit Tanpa Agunan Heboh Akhir Tahun) yang berlaku hingga 30 Desember 2011 dimana beberapa syarat dan kondisi yang ditentukan memi-liki kemudahan-kemudahan serta keuntungan yang lain dari program lainnya.

Pertumbuhan outstanding KATANA hingga akhir tahun 2011 meningkat sebesar 148,8% dibandingkan tahun 2010, sedangkan jumlah kontrak yang terjadi pada tahun 2011 juga naik sebesar 169,8%.

f) TreasuryPengelolaan Treasury di Bank BNP dilakukan secara prudent (kehati-hatian) dengan mengikuti sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Manajemen dan mentaati peraturan yang berlaku dari Bank Indonesia. Divisi Treasury memegang peranan penting dalam pegelolaan likuiditas bank, perdagangan valuta asing serta perdagangan surat berharga.

Treasury Bank BNP terdiri dari beberapa departemen yaitu: 1. Departemen Asset Liabilities Management yang

mengelola dana dan berhubungan dengan pasar uang (money market) baik untuk peminjaman maupun penempatan dana serta pengelolaan surat berharga;

2. Departemen Forex Business yang mengelola seluruh transaksi valuta asing baik untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan nasabah guna meningkatkan pendapatan perusahaan; dan

3. Departemen Financial Institution yang banyak berhubungan dengan Counterparty Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), guna meningkatkan hubungan kerja sama perbankan saat ini dan di masa mendatang.

Dalam pengelolaan dana , transaksi surat berharga serta transaksi valuta asing dilakukan dengan memperhitungkan segala aspek risiko – risiko yang mungkin timbul seperti risiko likuiditas, risiko nilai tukar, risiko suku bunga risiko pasar serta risiko operasional dan dengan berpedoman kepada peraturan yang berlaku.

Guna meningkatkan kapabilitas karyawan, secara rutin dilakukan training untuk marketing dan Front Liner seperti Basic Treasury , Basic Forex , Bank Notes Counterfeit , agar supaya tercipta karyawan – karyawan yang handal untuk melayani keperluan para nasabah.

Di samping itu, Divisi Treasury bersama jajaran Manajemen secara rutin mengadakan rapat ALCO (Asset and Liabilities Committee) guna menentukan kebijakan dan gapping management (suku bunga, tenor, mata uang) dengan mengevaluasi atas hasil pemantauan pasar baik lokal maupun internasional. Diharapkan Treasury bisa berkontribusi secara optimal dan dapat mengindikasikan secara awal jika ada kondisi yang dapat merugikan atau membahayakan perusahaan.

Di masa mendatang Treasury akan mengembangkan potensi bisnis baru guna memenuhi kebutuhan transaksi maupun investasi dari para nasabah dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusa-haan.

g) Kebijakan Tingkat Suku Bunga

Penerapan kebijakan suku bunga di Bank BNP baik dari sisi Lending maupun Funding, selalu disusun dan diberlakukan dengan mengacu pada beberapa kondisi seperti :• Kebutuhan dasar biaya dana/ bunga simpanan (cost of fund);• Biaya-biaya pendukung yang sifatnya variable yang terkait dengan kegiatan pendanaan;• Ketentuan Suku Bunga acuan seperti BI rate dan Suku Bunga Penjaminan (LPS);• Cost of money yang menjadi beban perusahaan;• Margin profit yang diharapkan ; dan• Kebijakan/ kondisi suku bunga dari pesaing atau yang berlaku di pasar.

Sehingga dengan berlandaskan kepada hal tersebut di atas, kebijakan suku bunga Simpanan atau Pinjaman, diupayakan selalu seiring dengan pergerakan harga pasar, agar dapat bersaing dengan fair, tanpa mengabaikan besaran spread yang ditargetkan, hal ini nampak pada besaran NIM pada akhir tahun 2011, naik menjadi 4,99% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,91%.

Keputusan dalam menentukan besaran suku bunga yang akan diberlakukan melalui mekanisme rapat team pendukung seperti ALCO dan Rapat-rapat Direksi baik yang diselenggarakan secara regular maupun secara sirkuler.

Sedangkan trend pergerakan suku bunga pada tahun 2011, sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah, nampak pergerakan margin spread antara simpanan dan pinjaman relatif stabil dan tidak ada pergerakan yang ekstrim.

h) Transaksi Ekspor – Impor dan Devisa Sekalipun dunia khususnya di belahan negara-negara

Eropa pada paruh waktu tahun 2011 mengalami krisis keuangan yang berimbas kepada negara-negara berkembang seperti salah satunya Indonesia yang memiliki berbagai aktifitas perdagangan internasional seperti kegiatan ekspor dan impor, namun bagi Indonesia kondisi tersebut belum dirasakan dampak yang signifikan hingga ditutupnya tahun 2011.

Dalam kegiatan transaksi perdagangan Luar Negeri seperti ekspor dan impor, kejadian tersebut khususnya bagi Bank BNP secara umum tidak berdampak signifikan karena sebaran kegiatan ekspor khususnya, untuk Negara-negara Eropa tidak terlalu besar bahkan secara volume cenderung naik dari kegiatan ekspor – impor yang dilakukan melalui Bank BNP dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebagai salah satu ciri dari Bank Devisa adalah kegiatan transaksi dalam mata uang asing selain Rupiah, dalam hal ini Bank BNP melakukan beberapa kegiatan seperti pembiayaan perdagangan luar negeri, jasa kiriman uang, collection dan transaksi lainnya termasuk money changer.

Khusus dalam transaksi perdagangan luar negeri dalam kegiatan pembiayaan ekspor dan impor, maka selama tahun 2011 Bank BNP telah menangani proses Ekspor baik melalui pembukaan Letter of Credit (LC) maupun tanpa menggunakan LC yaitu sebanyak 1.028 dokumen ekspor dengan nilai equivalen USD 45,4 juta naik sebesar 13,5% secara volume dari tahun 2010, dan untuk transaksi Impor yaitu sebanyak 218 dokumen dengan nilai equivalen USD 28,93 juta naik sebesar 65% dari realisasi impor tahun 2010.

Sedangkan untuk kegiatan remmittance yang ditransaksikan melalui Bank BNP baik kiriman uang keluar negeri maupun masuk masing-masing mencapai volume 15.925 aplikasi kiriman uang keluar dengan nilai eq. USD 768,336,366 dan untuk kiriman uang masuk diterima sebanyak 6.733 kiriman atau naik sebesar 11,3% dengan jumlah nilai eq. USD 254,152,172

i) Teknologi dan Informasi Perkembangan bisnis Bank BNP tidak bisa dilepaskan

dari adanya dukungan Teknologi Informasi yang sangat kuat di belakangnya.

Management sangat menyadari akan hal ini sejak dari awal dan semakin terasa dampaknya ketika masuk ke dalam segment bisnis Mikro dan KTA yang telah dimulai beberapa tahun yang lalu.

Saat ini Divisi dan unit kerja IT bukan lagi merupakan support untuk tujuan bisnis, tetapi sudah merupakan strategic partner untuk bisa mencapai tujuan bisnis.

Penambahanan delivery channel, baik itu berupa pembukaan kantor-kantor cabang baru dan penambahan mesin ATM dan EDC semakin ditingkatkan agar BNP bisa lebih dekat lagi kepada nasabah.

Kecepatan, ketepatan dan keamanan penyediaan informasi kepada nasabah merupakan keharusan yang tidak bisa di tawar lagi. Memberikan akses kepada nasabah setiap saat selama 24 jam per hari bukan merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi sudah merupakan suatu keharusan.

Untuk tetap bisa menunjang semuanya itu, maka IT selalu melakukan pengkinian di semua bagian, baik itu di sisi aplikasi, server dan infrastructure teknologi.

Selain itu untuk sisi keamanan data dan jaringan juga dilakukan pengkinian firewall, penyediaan Disaster Recovery Site dan penyediaaan backup link untuk kantor-kantor cabang.

Ketaatan kepada peraturan dan hukum yang berlaku merupakan hal yang sangat penting dan juga menjadi perhatian utama manajemen. Oleh karena itu Bank BNP juga telah melakukan perjanjian secara enterprise dengan pihak Microsoft.

j) Remunerasi dan Tunjangan Kebijakan remunerasi dan/ atau perubahan atas

imbalan jasa kepada seluruh karyawan Bank BNP dipertimbangkan berdasarkan berbagai aspek pendukung dari mulai kebutuhan dasar hidup karyawan hingga harga kompensasi menurut peer group/ industri setara, sehingga kebijakan ini mampu memperkecil gap dalam perolehan penghasilan/ kompensasinya.

Remunerasi bagi karyawan ditetapkan melalui beberapa mekanisme penetapannya dimana keputusan tertinggi secara kolektif ada pada kewenangan Direksi berdasarkan penilaian kinerjanya

(key performance indicator/ KPI), sedangkan remunerasi dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi dilakukan dengan mekanisme yang berbeda yaitu direkomendasikan oleh Komite Remunerasi dan Nominasi dan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

k) Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam rangka ikut menunjang pencapaian visi

perusahaan untuk menjadi Bank ritel berskala nasional, Bank BNP harus mengembangkan bisnisnya secara signifikan melebihi tingkat pertumbuhan pasar maupun pesaing.

Untuk mencapai hal tersebut, Bank BNP harus memenuhi prasyarat utama berupa kemampuan menggerakkan dan memberdayakan seluruh perangkat organisasi secara optimal, terutama sumber daya manusianya. Ini berarti Bank BNP harus memiliki support dan sumber daya manusia dengan produktifitas dan kapabilitas terbaik di bidangnya.

Oleh karena itu fungsi dan peran Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum telah bergeser ke arah yang lebih strategis yaitu menjadi strategic business partner bagi seluruh unit kerja di Bank BNP.

Untuk mencapai peran baru tersebut di tahun 2011 Divisi HR & GA Bank BNP telah menempuh beberapa langkah transformasi internal antara lain: • Penataan organisasi HR & GA dalam rangka

transformasi menuju organisasi yang mampu mendukung pergerakan bisnis.

• Review pekerjaan dan work flow HR & GA agar mampu memberikan support yang lebih efektif bagi semua unit kerja.

Inisiatif strategis yang dilakukan pada tingkat bank-wide adalah dengan melakukan standarisasi pengelo-laan organisasi (Organization Management). Departe-men Organization Development dengan dibantu konsultan eksternal pada bulan Januari 2011 telah menetapkan beberapa kebijakan dasar dalam pengelolaan organisasi dengan tujuan agar terdapat standarisasi dan keselerasan di seluruh organisasi di Bank BNP.

Beberapa prinsip dasar dalam menata ulang organisasi adalah:• Productivity Ratio:

Ukuran organisasi dan pertumbuhannya harus seiring dengan ukuran dan pertumbuhan bisnis perusahaan.

• Organization Leveling: Organisasi perlu memiliki tingkatan organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab, kewenangan dan hak yang berbeda.

• Span of Control: Untuk menjamin tercapainya delegasi pekerjaan dan kontrol yang seimbang di setiap jabatan.

Secara garis besar organisasi di BNP dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:• Business Unit: unit yang berfungsi sebagai motor

utama pengembangan bisnis bank yang terdiri dari Divisi Kredit Tanpa Agunan (KTA), Divisi Regional Business I – III, Divisi Treasury Bisnis, Divisi Bisnis Mikro, dan Divisi Services.

• Business Support : unit yang berfungsi mendukung operasional bank secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Divisi Pengembangan Bisnis, Divisi Administrasi Kredit, Divisi Operasional, Divisi Umum dan Divisi Informasi Teknologi.

• Corporate Services: unit yang berfungsi untuk menangani kebijakan dan strategi level korporasi, yang terdiri dari Divisi Sumber Daya Manusia (SDM), Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), Divisi Perencanaan Perusahaan & Sekretaris Perusahaan, Divisi Akuntansi & Keuangan, Divisi Manajemen Resiko, Divisi Kepatuhan.

Project-project yang terkait dengan pembenahan organisasi yang dilakukan oleh Departemen Organization Development selama tahun 2011 adalah: • Tersedianya Struktur Organisasi dan uraian

pekerjaan (position/ job description) keseluruhan organisasi;

• Pengadaan generic "kompetensi" dan "require-ment" bagi semua jabatan;

• Pengadaan guidance untuk Job Evaluation for Job Grading;

• Penerapan personal grade untuk seluruh karyawan BNP beserta sosialisasinya;

• Pengembangan salary scale berbasis grading baru 2011;

• Pengembangan berbagai kebijakan yang terkait dengan pengelolaan SDM.

Sebagai organisasi yang berbasis pada perkembangan bisnis, Bank BNP menyadari pentingnya pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki. Karenanya, selama 2011 Bank BNP juga telah melaksanakan pelatihan yang mendukung peningkatan kemampuan dan keunggulan kompetitif sumber daya manusianya, antara lain:• Meningkatkan Leadership Skill bagi para pimpinan

unit kerja, dari level Department Head hingga Division Head dengan mengadakan training coaching

• Meningkatkan kompetensi perkreditan bagi seluruh pegawai yang terkait langsung dengan permasalahan kredit, baik untuk segmen Commercial, Consumer/Retail dan Micro Banking.

• Melaksanakan program pelatihan khusus bagi Frontliners dalam upaya meningkatkan service dan layanan cabang.

• Melaksanakan program khusus untuk program pengembangan karyawan seperti Service Officer Development Program (SODP), Marketing Executive Development Program (MEDP), Management Trainee for Micro Banking (MTMB).

• Dalam rangka menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi, masing-masing Direksi banyak mengikuti/berpartisipasi dalam seminar nasional dan internasional, forum-forum perbankan dan program-program lain yang terkait dengan bank.

Aktivitas yang dilakukan dalam rangka memenuhi target di atas, Learning Center BNP fokus pada:

a. Pengembangan Softskill b. Pengembangan Hardskill c. Management Trainee Program d. Pemenuhan Program Sertifikasi (BSMR)

Perkembangan jumlah karyawan pada tahun 2011 ini naik sebanyak 164 orang menjadi total 1.298 orang atau sama dengan tumbuh sebesar 14,4 % dari periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah SDM ini seiring dengan pertumbuhan bisnis, pengembangan organisasi dan perluasan jaringan kantor dan sebagai dampaknya peningkatan biaya Tenaga Kerja juga mengiringi kenaikan tersebut.

l) Pengunaan Tenaga Kerja Asing dan Konsultan. Bank BNP mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga

kerja asing yang berasal dari negara Jepang dan telah mendapatkan ijin bekerja dari Departemen Tenaga Kerja masing-masing bertindak sebagai manajemen yaitu Presiden Komisaris (Yasuo Uonomi), Presiden Direktur (Ritsuo Ando) dan Direktur (Koji Sawada) dengan masa kerja sesuai batas waktu pengangkatannya melalui hasil Rapat Umum Pemegang Saham.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/8/PBI/2007, tanggal 13 Juni 2007, tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan Di Sektor Perbankan, maka Bank BNP dalam mengembangkan bisnis khususnya untuk Kredit Tanpa Agunan juga telah menggunakan 2 (dua) orang tenaga asing dari Jepang yaitu Hitoshi Yokohama dan Tetsuji Sakioka sebagai senior advisor & advisor, serta seorang pejabat eksekutif (Shigeo Morimoto) yang bertugas sebagai Kepala Divisi Manajemen Risiko, penggunaan ketiga tenaga asing

tersebut berkaitan dengan kebutuhan Bank BNP saat ini yang masih memerlukan arahan dan alih pengetahuan atas kegiatan tersebut diatas.

m) Permodalan Sejalan dengan pertumbuhan Aktiva Produktif, maka

akan berpengaruh pada kebutuhan akan penyediaan Modal yang sepadan, mengingat laju pertumbuhan Aktiva Produktif yang terbesar berasal dari kredit yang besarnya mencapai 31,5%, maka beban Aktiva Tertimbang Menurut Risiko semakin meningkat yang pada akhirnya akan membebani rasio Kecukupan Modal yang dipersyaratkan.

Permodalan Bank BNP pada akhir Desember 2011, memiliki kecukupan modal minimum sebesar 13,45%, sekalipun angka ini masih cukup untuk memenuhi batas minimum yang dipersyaratkan yaitu 8%, namun seiring dengan pesatnya pertumbuhan bisnis khususnya dalam pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit, maka kecukupan dalam hal dukungan permodalanpun menjadi kurang maksimal bila margin yang dimiliki terlalu kecil.

Permodalan Bank BNP pada triwulan IV tahun 2011 mendapatkan suntikan dana berupa Pinjaman Subordinasi dari pemegang saham mayoritas sebesar USD 5,9 juta dengan jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) tahun, sehingga dengan adanya penambahan tersebut yang berdasarkan ketentuan bahwa pinjaman subordinasi dapat diperhitungkan sebagai

tambahan Modal Pelengkap Tier 2, perhitungan rasio CAR dapat meningkat dan terjaga pada kisaran 13%.

n) Kebijakan DividenDengan mempertimbangkan kemampuan keuangan Perseroan dan upaya untuk melakukan ekspansi usaha serta menjaga ketersediaan Modal yang cukup untuk mempertahankan struktur permodalannya, pada pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tahun 2011 telah disepakati untuk membagikan Dividen kepada para pemegang saham sebesar +/- 10% dari Laba Bersih Perseroan yang jumlahnya Rp. 4,74 Milyar, dan sisanya dipertahankan untuk tujuan penguatan permodalan sebagai Laba Ditahan.

o) Transaksi Dengan Pihak Terkait Bank BNP dalam melaksanakan transaksi-transaksi

yang berkaitan dengan para pihak terkait selalu mengacu pada ketentuan yang mengaturnya, diantara transaksi yang dilakukan antara Bank BNP dengan Pihak Terkait antara lain adalah: transaksi yang berkaitan dengan kegiatan utama Bank BNP seperti Kredit, Simpanan, Sewa Menyewa beberapa gedung perkantoran yang digunakan untuk operasional Bank BNP sehari-hari, dimana seluruh transaksinya berkaitan dengan kegiatan utama (core business) Bank BNP dan apabila transaksi tersebut dikategorikan transaksi yang mengandung unsur benturan kepentingan, maka telah mendapat persetujuan RUPS sebagaimana ketentuan yang mengaturnya.

Transparansi atas transaksi-transaksi tersebut agar

tidak menyimpang dari ketentuan hukum maupun praktek tata kelola perusahaan yang baik, maka seluruh ketentuan dan persyaratan yang dikenakan berlaku umum dan tidak ada pengecualian dan secara nilai tidak memenuhi unsur transaksi yang bersifat material.

Penjelasan dan detil transaksi dapat dilihat pada Catatan Atas Laporan Keuangan nomor : 35. yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani.

Bank BNP tidak melakukan kerjasama atau memiliki jenis transaksi dengan pihak terkait dalam hal Kepemilikan Silang, repuchase agreement, pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha dan lainnya.

2. Pembahasan Neraca Keuangan.Secara umum kinerja keuangan Bank BNP pada tahun buku 2011 menunjukkan keberhasilan atas perkembangan usaha yang signifikan dengan bertumbuh sebesar 24% dari periode yang sama tahun sebelumnya membuktikan bahwa Bank BNP tetap berupaya untuk terus maju dan berkembang dengan pasti.

Laporan Keuangan Bank BNP untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2011 telah disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan untuk periode-periode yang dilaporkan telah dilakukan restatement/ penyajian kembali untuk tahun 2010 dan 2011.

Refleksi keberhasilan manajemen menjalankan roda bisnisnya tercatat pada beberapa pos tertentu dalam Neraca Bank yang dibagi menjadi 4 (empat) bagian besar yang akan dibahas seperti Aktiva Produktif, Kewajiban, Laba-Rugi dan Permodalan.

KreditEksposur kredit Bank BNP pada tahun 2011 tumbuh sebesar 31,5%, dimana kredit yang disalurkan diberikan pada sektor-sektor ekonomi seperti Industri, Pedagangan, Transportasi, Konstruksi, Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Pertanian dan lain sebagainya.

Sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran, memiliki porsi penyaluran terbesar yaitu sekitar 38% dari total kredit yang telah disalurkan, kemudian sektor riil / industri berada pada posisi kedua terbesar, selebihnya tersebar ke sektor ekonomi lainnya.

Keberhasilan pertumbuhan Kredit ini disertai pula dengan keberhasilan dalam pengelolaan administrasi perkreditan yang baik, sehingga pemantauan dan pertumbuhan kualitas Kredit yang diberikanpun membaik seiring dengan sangat kecilnya rasio Kredit Bermasalah (NPL) yang pada akhir tahun 2011 tercatat hanya sebesar 0,88% (kotor).

Kecilnya rasio Kredit Bermasalah pada akhir tahun 2011 ini, tentunya sebagai hasil dari kerja keras manajemen dalam mengupayakan penyelesaian beberapa outstanding Kredit yang sudah berada dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet, disertai dengan mengerem laju dari potensi Kredit Bermasalah yang baru.

Pertumbuhan Kredit yang terjadi tidak terlepas pula dari peran pertumbuhan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dimana pada tahun 2011 pencapaiannya sebesar Rp. 2,76 triliun atau sama dengan 57,4% dari keseluruhan volume kredit Bank BNP.

Dalam sisi kepatuhan, penyaluran Kredit Bank BNP berpatokan pada ketentuan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) yang ditentukan oleh Bank Indonesia dan pada tahun 2011 ini tidak terdapat pelanggaran BMPK maupun pelampauan BMPK baik kepada pihak ketiga maupun pihak terkait (lihat Catatan Laporan Keuangan No. 10.m).

Pemberian kredit pada Pihak Terkait dan atau Debitur Inti, pada tahun 2011, secara persentase mengalami penurunan, dimana pada posisi akhir Desember 2011, tercatat pemberian kredit kepada Pihak Terkait hanya sebesar 1,02% dari volume kredit yang ada dan jumlah ini lebih kecil dari posisi tahun 2010, sedangkan persentase penyaluran kredit kepada 25 (dua puluh lima) Debitur Inti juga mengalami penurunan dari semula 17,88% pada tahun 2010 menjadi kurang lebih 17,48% pada tahun 2011.

Pemberlakuan suku bunga kredit selama tahun 2011, secara umum bergerak konsisten dan tidak terdapat lonjakan yang berarti, sekalipun menjelang akhir tahun 2011 terjadi penurunan Suku Bunga BI rate, namun seiring dengan kondisi pasar pada menjelang akhir tahun terjadi upaya untuk mempertahankan dana, karena persaingan suku bunga funding di pasaran mengetat, maka tidak jelas nampak pergeseran suku bunga khususnya suku bunga simpanan.

Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank LainSecara volume Perkiraan Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank Lain pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 28%, pada pos perkiraan ini terdiri dari Fasilitas Bank Indonesia (FASBI), FTK BI dan Call Money dimana dananya merupakan sebagian dari Dana Pihak Ketiga yang belum seluruhnya tersalurkan ke dalam kredit.

Surat Berharga Yang Dimiliki dan Obligasi PemerintahKebijakan berinvestasi pada jenis Surat Berharga tidak menjadi fokus utama, sehingga portofolio Surat Berharga yang dimiliki lebih dikarenakan menunggu jatuh temponya, dan hampir seluruh kepemilikan Surat berharga Bank BNP sifat kepemilikannya tidak untuk diperdagangkan namun dikuasai hingga jatuh tempo.

Obligasi Pemerintah/ Surat Utang Negara (SUN) yang dimiliki saat ini lebih bersifat memelihara hingga tanggal

jatuh tempo saja dan hanya mengandalkan penghasilan atas kupon/ bunga obligasinya saja yang bunganya masih memberikan margin cukup baik terhadap Pendapatan Bunga. Keberadaan kedua instrumen investasi ini hingga akhir tahun 2011 relatif tidak bertumbuh.

Dana Pihak KetigaDana pihak ketiga yang dikuasai Bank BNP terdiri dari Simpanan Nasabah berupa Tabungan, Rekening Giro dan Simpanan Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, dimana hingga pada akhir tahun 2011 jumlah volume Dana Pihak Ketiga telah mengalami pertumbuhan secara total sebesar 24,55% atau sama dengan Rp. 1,11 Triliun menjadi total Rp. 5,66 Triliun.

Pertumbuhan terbesar dari jumlah Dana tersebut disokongkan oleh peningkatan Simpanan dalam bentuk Tabungan yaitu sebesar 52% tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya, dan Simpanan Berjangka berada pada posisi ke dua pertumbuhan terbesar secara persentase setelah Tabungan yaitu sebesar 22,6%.

Perolehan atas peningkatan Simpanan Tabungan ini menyusul keberhasilan peluncuran produk Tabungan SAKURA beberapa waktu yang lalu disertai pula dengan produk Tabungan Jangka Panjang (JAPAN) yang memiliki kelebihan simpanan berencana jangka panjang. Sekalipun volume pertumbuhan Simpanan

cukup tinggi, khususnya Deposito Berjangka, namun persentase Deposan Inti mengalami penurunan dari semula 20,26% pada akhir tahun 2010 menjadi 18,84% pada akhir tahun 2011.

Secara komposisi posisi Dana Pihak Ketiga masih didominasi oleh Simpanan Berjangka/ Deposito sebesar 72% dan sisanya dalam bentuk Tabungan dan Giro, sehingga kondisi ini sedikit lebih memunculkan ekses biaya mahal, namun keberadaan Simpanan Berjangka ini mampu memperkecil gap maturity antara sumber dana dan penyaluran dana yang ada.

3. Laba – Rugi Pendapatan Bunga Pos Pendapatan Bunga terbentuk dari komponen dalam

Aktiva Produktif yang menghasilkan terdiri dari Pinjaman, Surat Berharga, Penempatan dan lain sebagainya baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, selama tahun 2011 pos Pendapatan Bunga tercatat sebesar Rp. 612,5 Milyar mengalami peningkatan sebesar 40,4% dari tahun sebelumnya, dimana peningkatan pendapatan ini disebabkan karena naiknya pertumbuhan kredit yang terjadi.

Beban Bunga Beban Bunga terdiri dari kewajiban atas Simpanan dalam

mata uang Rupiah dan valuta asing, dimana selama tahun 2011 telah terjadi peningkatan Beban Bunga menjadi Rp. 318 Milyar atau sama dengan naik 50,27% dari periode yang sama tahun 2010, angka ini relatif cukup besar, mengingat langkah untuk melakukan re-profiling Simpanan masih terus diupayakan.

Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih diperoleh dari selisih antara

Pendapatan Bunga dari Aktiva Produktif dengan Beban Bunga Simpanan, dimana pada akhir Desember 2011 Pendapatan Bunga Bersih Bank naik/ tumbuh sebesar 31,09%, hal ini dikarenakan terjadinya pertumbuhan Aktiva Produktif khususnya kredit yang cukup signifikan.

Laba Operasional Pendapatan Bunga Bersih setelah diperhitungkan

dengan Pendapatan Operasional Lainnya dan Beban Operasional Lainnya meningkat sebesar 33,7%. Peningkatan ini disebabkan adanya kenaikan pada

Beban Administrasi & Umum sebesar 23% dan Beban Tenaga Kerja sebesar 44%.

Peningkatan Beban Administrasi & Umum dan Biaya Tenaga Kerja dikarenakan adanya perluasan jaringan kantor, penambahan SDM sehingga menambah unsur sarana prasarana seperti perluasan gedung/ layout ruangan, IT dan transportasi serta pembayaran bonus dan tantieme pada bulan Juni dan Desember 2011.

4. Rasio Keuangan• Rasio Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum/

Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio Kecukupan Modal (CAR) adalah rasio Modal

terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), dimana berdasarkan peraturan Bank Indonesia jumlah modal untuk risiko kredit terdiri dari Modal Inti (Tier I) dan Modal Pelengkap (Tier II). Pada akhir tahun 2011 CAR Bank BNP menunjukan 13,45% setelah memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Operasional dan Risiko Pasar.

• Rasio Kredit Bermasalah/ Non Perfoming Loan Ratio (NPL)

Rasio Kredit Bermasalah (NPL) pada akhir tahun 2011 tercatat sebesar 0,88% (gross), jauh lebih kecil dari rasio NPL maksimal sebesar 5%, sehingga bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan volume kredit besaran kualitas kredit yang non performing sangatlah kecil, hal ini menunjukan bahwa efektifitas penyaluran kredit berjalan dengan sangat prudent dan Bank BNP selalu berupaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas kreditnya agar berjalan dengan baik.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Total Aktiva/ Return On Assets Ratio (ROA)

Pencapaian ROA Bank BNP pada tahun 2011 adalah sebesar 1,53% naik 0,03% dari tahun 2010, hal tersebut dikarenakan peningkatan Laba lebih besar dari peningkatan pertumbuhan Asetnya, artinya bahwa Bank BNP masih memiliki kemampuan yang lebih dalam menciptakan Laba.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Ekuitas/ Return On Equity Ratio (ROE)

Perbandingan antara Laba Bersih terhadap Permodalan Bank BNP pada tahun 2011 meningkat cukup signifikan menjadi 12,82% atau sama dengan naik 0,44% dari semula 12,38% pada tahun 2010, hal

ini disebabkan karena pertumbuhan perolehan Laba Bersih lebih besar dari peningkatan Ekuitas.

• Rasio Kredit Terhadap Dana Pihak Ketiga/ Loan to Deposit Ratio (LDR)

Volume Kredit yang dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (LDR) pada tahun 2011 meningkat menjadi 84,92% dari semula 80,41% pada tahun 2010, hal ini menunjukan bahwa salah satu fungsi dari kegiatan perbankan yaitu fungsi intermediasi melalui pemberian kredit berjalan baik dan bahkan semakin meningkat.

• Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Perbandingan antara Beban Operasional dengan

Pendapatan Operasional pada akhir 2011 tercatat sebesar 85,77% meningkat dari tahun sebelumnya yang besarnya 85,17%, hal ini disebabkan adanya peningkatan biaya operasional dalam rangka ekspansi usaha selama tahun 2011

5. Perluasan Jaringan KantorKemampuan Bank BNP dalam menjangkau pasar menjadi kunci utama bagi pengembangan bisnis kedepannya, keberadaan ujung tombak baik berupa jaringan kantor yang secara organik maupun delivery channel yang dimiliki dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan Bank BNP untuk meraih pangsa pasar di lokasi tersebut.

Bank BNP pada tahun 2011 telah menambah 13 jaringan kantor baru baik berupa Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan atau Kantor Kas berikut Service Point dan Mesin ATMnya, disamping itu juga terdapat beberapa lokasi kantor dan mesin ATM yang direlokasi.

Kebijakan pembukaan kantor baru pada tahun 2011 yang pada dasarnya diorientasikan untuk mendukung pertumbuhan Bisnis Mikro dan Kecil sehingga keberadaan jaringan kantor yang baru memiliki fokus yang sedikit berbeda.

Sesuai dengan rencana dalam RBB 2011-2013, pembukaan jaringan yang dilakukan pada tahun 2011 baru dapat direalisasikan sebanyak 13 kantor dari 24 yang direncanakan termasuk relokasi dan peningkatan status kantor, hal ini disebabkan oleh masalah kesiapan lokasi gedung kantor dan perijinan saja, sedangkan sisanya secara bertahap dilakukan pada awal tahun 2012.

Dengan penambahan 13 jaringan kantor baru di tahun 2011 ini, maka secara keseluruhan Bank BNP memiliki 60 (enam puluh) jaringan kantor yang tersebar di Jawa dan Bali.

6. Kegiatan Lainnya Kegiatan Edukasi Perbankan & Ayo Ke Bank Sebagai manifestasi dari pilar ke-enam Arsitektur

Perbankan Indonesia oleh Bank Indonesia, yang menetapkan bahwa bank-bank bertanggung jawab untuk mendidik masyarakat untuk memahami dasar-dasar perbankan, Bank BNP telah mengunjungi beberapa sekolah di wilayah Bandung dan sekitarnya dan melakukan sosialisasi Edukasi Perbankan.

Topik yang dibahas adalah “Budaya Menabung Sejak Dini” yaitu bertujuan untuk:1. Membangun kesadaran serta memotivasi anak-anak

untuk memiliki budaya menabung sejak usia dini;

2. Membangun masyarakat yang bank minded dan memberikan pemahaman kegunaan menabung di Bank; serta

3. Memberikan pemahaman atas produk dan layanan perbankan.

Pelaksanaan program tersebut memperoleh tanggapan yang positif dari para siswa maupun Kepala Sekolah. Ke depannya, Bank BNP berencana untuk memperluas jangkauan wilayah program edukasi perbankan, sesuai dengan misinya untuk membantu mengembangkan masyarakat.

Corporate Social ResponsibilityTanggung Jawab Sosial yang dilakukan oleh Bank BNP bertujuan untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara dunia usaha, masyarakat dengan alam sekitar, tepatnya komunitas dan lingkungan, dengan mencapai keuntungan bagi semua pihak yang berkesinambungan hingga generasi selanjutnya. Beberapa program yang dilaksanakan selama tahun 2011 adalah:• Bantuan untuk membangun pengadaan sarana air bersih

dan sarana MCK. Sebagai bentuk partisipasi untuk menolong

terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang sangat mendasar yaitu salah satunya kebutuhan akan air bersih, Bank BNP melalui Lembaga Pemerhati dan Pengembangan Pendidikan Daerah Tertinggal (LP3T) telah menyumbangkan dana untuk membangun sarana air bersih dan sarana MCK bagi masyarakat di Kabupaten Lebak- Propinsi Banten.

• Bantuan dalam Pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan.

Generasi muda adalah asset sebuah bangsa, dan Bank BNP melihat keberadaan mereka sebagai pihak yang perlu didukung dan dibantu agar berkembang ke arah yang lebih baik. Dengan adanya rencana Eta Pro’comm untuk menyelenggarakan acara “Meraih Impian Anak

Negeri” yaitu pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan di wilayah Bandung, dirasakan Bank BNP sebagai kesempatan yang baik untuk merealisasikan kepedulian Bank BNP, dengan menyumbangkan sejumlah dana sebagai bukti kepeduliannya.

• Bantuan untuk Korban Gempa di Tapanuli. Sebagai bentuk partisipasi dalam menolong masyarakat

yang membutuhkan, pada acara Malam Amal Penggalangan Dana untuk Korban Gempa di Tapanuli, Bank BNP menyumbangkan dana melalui Panitia Peduli Korban Gempa di Tapanuli Posko Jawa Barat.

PenghargaanSebagai bukti komitmen Bank BNP untuk terus dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan kinerja perusahaan, maka dibutuhkan sebuah komitmen kuat dari seluruh elemen organisasi yang mendukung visi-misi tersebut.

Dengan penuh rasa bangga, manajemen mempersembahkan secara nyata hasil kinerja yang telah dilakukan dengan berhasil diraihnya 3 (tiga) Anugerah Business Review Award pada bulan Nopember 2011 yaitu:1. The Best CEO (Special Criteria)2. The Best Marketing Management3. The Best Corporation for Risk Management

Prestasi lainnya yang menyusul berhasil diraih Bank BNP berdasarkan survey The Most Powerful Bank pada Majalah Warta Eko nomi, Bank BNP meraih gelar Peringkat Pertama sekaligus untuk 2 (dua) Kategori di kelasnya yaitu sebagai :

1. The Most Valuable Bank : yaitu Bank dengan kebijakan produk portofolio terbaik, baik portofolio berbasis Ekuitas maupun berbasis Surat Hutang; dan

2. The Most Attractive Bank : Bank terbaik berdasarkan kemampuan untuk menjadi lembaga intermediasi keuangan bagi masyarakat.

2007 2008 2009 2010 Mar 2011 Jun 2011 Sep 2011 Dec 2011

9%8%

8%10%

19%

10%

21%

10%

22%

11%

25%

11%

25%

10% 17%12%

79% 81% 74% 72% 70% 68% 64%64%

Konsumsi Modal Kerja Investasi

Selain penghargaan yang diterima, Bank BNP pun mulai memasuki/ meraih peringkat dalam beberapa kegiatan rating atas kinerja Perusahaan berdasarkan beberapa kriteria penilaian yang dilakukan oleh beberapa media nasional antara lain dari :• InfoBank Awards 2011 Memperoleh predikat Sangat Bagus pada InfoBank

Awards 2011 untuk kinerja keuangan tahun 2010.• Majalah InfoBank edisi Juni 2011:• Berdasarkan Modal Rp. 100 Milyar s/d Rp. 1 Triliun,

menempati peringkat ke 15 dari 67 Bank, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Kepemilikan Bank Swasta Nasional Devisa, menempati peringkat ke 7 dari 10 Terbaik, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Status Badan Hukum PT Terbuka/Go Publik, menempati peringkat ke 10 dari 31 Bank Go Publik, (predikat SANGAT BAGUS).

Disamping beberapa media cetak di atas, juga masih terdapat beberapa pemeringkatan yang diperoleh Bank BNP dari beberapa media yang melakukan pemeringkatan dan seluruh Penghargaan yang diraih ini didedikasikan kepada seluruh komponen Bank BNP untuk lebih memotivasi kita bekerja untuk menghasilkan yang terbaik.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

jenis kredit investasi, sehingga bila dilihat dari tujuan penggunaan kredit hampir 89% dari portofolio kredit Bank BNP dialokasikan kepada sektor yang produktif/ bersifat komersil.

c) Bisnis Konsumer Bisnis Konsumer secara umum mengelola pemberian

Kredit yang bertujuan tidak untuk penggunaan produktif atau hanya digunakan untuk yang bersifat konsumtif dikelompokkan dalam segmen bisnis tersendiri dengan term and condition yang berbeda pula dari jenis kredit lainnya. Sejak awal bulan Januari 2011, pengelolaan atas Bisnis ini dilakukan secara tersentralisasi dan berada pada satu Divisi yang khusus menangani Bisnis Konsumer.

Objek yang menjadi sasaran pembiayaan kredit Konsumer antara lain adalah :1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)2. Kredit Pemilikan Mobil (KPM)3. Kredit Renovasi Rumah (KRR)4. Dll.

Pemberian kredit jenis ini ada pula yang dilakukan baik secara direct kepada end user, atau melalui skim kerja sama (in-direct) dengan perusahaan penyalur lainnya seperti Dealer Sparepart kendaraan bermotor dan lainnya atau dapat pula dengan bekerjasama melalui Developer/ pengembang lainnya.

d) Bisnis MikroKategori pengelompokkan kredit Mikro berawal dari besaran pinjaman sampai dengan Rp. 50.000.000,- (sesuai ketentuan Bank Indonesia) dan besaran inipun masih dalam pengkajian internal manajemen Bank BNP untuk dilakukan penyesuaian, sehingga plafond kreditnya mengalami sedikit perubahan. Sepanjang tahun 2011, perkembangan dan pertumbuhan kredit Mikro baik dari sisi volume maupun kualitasnya, telah menunjukan kinerja yang semakin baik, seiring dengan itu perolehan spread dari suku bunga yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis pinjaman komersil lainnya.

Posisi portofolio Kredit untuk bisnis Mikro pada akhir tahun 2011 mencapai Rp. 350,75 Milyar, tumbuh 187% dari periode yang sama tahun lalu.

Guna mendukung perkembangan bisnis Mikro ke depannya, khususnya dalam upaya untuk meningkatkan portofolio kredit Mikro, selain mempersiapkan dan melakukan pemenuhan Sumber Daya Manusia, juga telah dilakukan pemenuhan berbagai sarana prasarana untuk mendukung bisnis tersebut antara lain :• Membuat dan terus menyempurnakan spesifikasi

bisnis untuk kredit mikro;• Melakukan implant terhadap beberapa kantor

cabang yang ada untuk meningkatkan pangsa pasar penjualan kredit mikro ini;

• Memperbanyak outlet/ kantor yang berorientasi pada segmen mikro/ UMK yaitu terhadap sentra-sentra bisnis ritel;

• Menyelenggarakan pelatihan internal/ Manage-ment Trainee Micro Banking bulan Maret 2011 selama 3 bulan guna mendidik kader-kader pelaku bisnis Mikro.

Prospek bisnis mikro akan sangat berkembang di masa mendatang, sehingga portofolionya akan terus ditingkatkan sehingga akan menjadi penyokong utama terhadap peningkatan komposisi terhadap segmen UMKM Bank BNP sambil terus berupaya untuk mengambil ceruk pasar (niche market) dari potensi segmen Micro yang ada dengan penekanan pada pricing yang kompetitif dibandingkan dengan unit mikro kompetitor lainnya, di mana saat ini cost structure dari kompetitor lainnya relatif sudah lebih tinggi.

Sampai akhir tahun 2011, angka kredit bermasalah bagi Kredit Bisnis Mikro ini tercatat hanya sebesar 3,58% dari total portofolio Kredit Mikro, sehingga bila dibandingkan dengan volumenya, besaran tersebut masih dalam tahapan toleransi yang baik.

e) Bisnis Kredit Tanpa Agunan (KTA) KTA Bank BNP merupakan kredit multi guna yang

dapat digunakan untuk membiayai berbagai macam kebutuhan tanpa mensyaratkan adanya jaminan.

Pinjaman jenis ini akan menjadi pelengkap ragamnya jenis pinjaman berbasis ritel yang disalurkan yang tidak sama dengan pinjaman lainnya dan jenis produk pinjaman ini pada tanggal 25 November 2011 telah mengalami perubahan nama menjadi pinjaman KATANA (Kredit Tanpa Agunan).

Sasaran dari produk KATANA ditujukan khusus untuk karyawan umum dengan penghasilan tetap, baik dengan status karyawan tetap maupun kontrak, mengingat potensi pasar karyawan di Indonesia cukup luas sehingga kondisi ini menjadi target pasar yang potensil.

Bank BNP dalam melakukan penjualan produk KATANA menjalankan strategi pemasaran secara kolektif kepada perusahaan melalui kerjasama dengan HRD perusahaan/ Koperasi karyawan dalam hal pembayaran gaji karyawannya/ payroll. Selain itu juga dilakukan direct selling melalui jaringan kantor Bank BNP yang ada.

Sedangkan untuk menggarap pangsa pasar yang lebih luas, dilakukan open table/ exhibition di gedung perkantoran/ mall yang sesuai dengan target pasarnya, sekaligus untuk meningkatkan company dan brand image.

Menjelang akhir tahun 2011, penjualan KATANA ini dikemas dalam sebuah program promo KATANA HEBAT (Kredit Tanpa Agunan Heboh Akhir Tahun) yang berlaku hingga 30 Desember 2011 dimana beberapa syarat dan kondisi yang ditentukan memi-liki kemudahan-kemudahan serta keuntungan yang lain dari program lainnya.

Pertumbuhan outstanding KATANA hingga akhir tahun 2011 meningkat sebesar 148,8% dibandingkan tahun 2010, sedangkan jumlah kontrak yang terjadi pada tahun 2011 juga naik sebesar 169,8%.

f) TreasuryPengelolaan Treasury di Bank BNP dilakukan secara prudent (kehati-hatian) dengan mengikuti sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Manajemen dan mentaati peraturan yang berlaku dari Bank Indonesia. Divisi Treasury memegang peranan penting dalam pegelolaan likuiditas bank, perdagangan valuta asing serta perdagangan surat berharga.

Treasury Bank BNP terdiri dari beberapa departemen yaitu: 1. Departemen Asset Liabilities Management yang

mengelola dana dan berhubungan dengan pasar uang (money market) baik untuk peminjaman maupun penempatan dana serta pengelolaan surat berharga;

2. Departemen Forex Business yang mengelola seluruh transaksi valuta asing baik untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan nasabah guna meningkatkan pendapatan perusahaan; dan

3. Departemen Financial Institution yang banyak berhubungan dengan Counterparty Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), guna meningkatkan hubungan kerja sama perbankan saat ini dan di masa mendatang.

Dalam pengelolaan dana , transaksi surat berharga serta transaksi valuta asing dilakukan dengan memperhitungkan segala aspek risiko – risiko yang mungkin timbul seperti risiko likuiditas, risiko nilai tukar, risiko suku bunga risiko pasar serta risiko operasional dan dengan berpedoman kepada peraturan yang berlaku.

Guna meningkatkan kapabilitas karyawan, secara rutin dilakukan training untuk marketing dan Front Liner seperti Basic Treasury , Basic Forex , Bank Notes Counterfeit , agar supaya tercipta karyawan – karyawan yang handal untuk melayani keperluan para nasabah.

Di samping itu, Divisi Treasury bersama jajaran Manajemen secara rutin mengadakan rapat ALCO (Asset and Liabilities Committee) guna menentukan kebijakan dan gapping management (suku bunga, tenor, mata uang) dengan mengevaluasi atas hasil pemantauan pasar baik lokal maupun internasional. Diharapkan Treasury bisa berkontribusi secara optimal dan dapat mengindikasikan secara awal jika ada kondisi yang dapat merugikan atau membahayakan perusahaan.

Di masa mendatang Treasury akan mengembangkan potensi bisnis baru guna memenuhi kebutuhan transaksi maupun investasi dari para nasabah dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusa-haan.

g) Kebijakan Tingkat Suku Bunga

Penerapan kebijakan suku bunga di Bank BNP baik dari sisi Lending maupun Funding, selalu disusun dan diberlakukan dengan mengacu pada beberapa kondisi seperti :• Kebutuhan dasar biaya dana/ bunga simpanan (cost of fund);• Biaya-biaya pendukung yang sifatnya variable yang terkait dengan kegiatan pendanaan;• Ketentuan Suku Bunga acuan seperti BI rate dan Suku Bunga Penjaminan (LPS);• Cost of money yang menjadi beban perusahaan;• Margin profit yang diharapkan ; dan• Kebijakan/ kondisi suku bunga dari pesaing atau yang berlaku di pasar.

Sehingga dengan berlandaskan kepada hal tersebut di atas, kebijakan suku bunga Simpanan atau Pinjaman, diupayakan selalu seiring dengan pergerakan harga pasar, agar dapat bersaing dengan fair, tanpa mengabaikan besaran spread yang ditargetkan, hal ini nampak pada besaran NIM pada akhir tahun 2011, naik menjadi 4,99% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,91%.

Keputusan dalam menentukan besaran suku bunga yang akan diberlakukan melalui mekanisme rapat team pendukung seperti ALCO dan Rapat-rapat Direksi baik yang diselenggarakan secara regular maupun secara sirkuler.

Sedangkan trend pergerakan suku bunga pada tahun 2011, sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah, nampak pergerakan margin spread antara simpanan dan pinjaman relatif stabil dan tidak ada pergerakan yang ekstrim.

h) Transaksi Ekspor – Impor dan Devisa Sekalipun dunia khususnya di belahan negara-negara

Eropa pada paruh waktu tahun 2011 mengalami krisis keuangan yang berimbas kepada negara-negara berkembang seperti salah satunya Indonesia yang memiliki berbagai aktifitas perdagangan internasional seperti kegiatan ekspor dan impor, namun bagi Indonesia kondisi tersebut belum dirasakan dampak yang signifikan hingga ditutupnya tahun 2011.

Dalam kegiatan transaksi perdagangan Luar Negeri seperti ekspor dan impor, kejadian tersebut khususnya bagi Bank BNP secara umum tidak berdampak signifikan karena sebaran kegiatan ekspor khususnya, untuk Negara-negara Eropa tidak terlalu besar bahkan secara volume cenderung naik dari kegiatan ekspor – impor yang dilakukan melalui Bank BNP dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebagai salah satu ciri dari Bank Devisa adalah kegiatan transaksi dalam mata uang asing selain Rupiah, dalam hal ini Bank BNP melakukan beberapa kegiatan seperti pembiayaan perdagangan luar negeri, jasa kiriman uang, collection dan transaksi lainnya termasuk money changer.

Khusus dalam transaksi perdagangan luar negeri dalam kegiatan pembiayaan ekspor dan impor, maka selama tahun 2011 Bank BNP telah menangani proses Ekspor baik melalui pembukaan Letter of Credit (LC) maupun tanpa menggunakan LC yaitu sebanyak 1.028 dokumen ekspor dengan nilai equivalen USD 45,4 juta naik sebesar 13,5% secara volume dari tahun 2010, dan untuk transaksi Impor yaitu sebanyak 218 dokumen dengan nilai equivalen USD 28,93 juta naik sebesar 65% dari realisasi impor tahun 2010.

Sedangkan untuk kegiatan remmittance yang ditransaksikan melalui Bank BNP baik kiriman uang keluar negeri maupun masuk masing-masing mencapai volume 15.925 aplikasi kiriman uang keluar dengan nilai eq. USD 768,336,366 dan untuk kiriman uang masuk diterima sebanyak 6.733 kiriman atau naik sebesar 11,3% dengan jumlah nilai eq. USD 254,152,172

i) Teknologi dan Informasi Perkembangan bisnis Bank BNP tidak bisa dilepaskan

dari adanya dukungan Teknologi Informasi yang sangat kuat di belakangnya.

Management sangat menyadari akan hal ini sejak dari awal dan semakin terasa dampaknya ketika masuk ke dalam segment bisnis Mikro dan KTA yang telah dimulai beberapa tahun yang lalu.

Saat ini Divisi dan unit kerja IT bukan lagi merupakan support untuk tujuan bisnis, tetapi sudah merupakan strategic partner untuk bisa mencapai tujuan bisnis.

Penambahanan delivery channel, baik itu berupa pembukaan kantor-kantor cabang baru dan penambahan mesin ATM dan EDC semakin ditingkatkan agar BNP bisa lebih dekat lagi kepada nasabah.

Kecepatan, ketepatan dan keamanan penyediaan informasi kepada nasabah merupakan keharusan yang tidak bisa di tawar lagi. Memberikan akses kepada nasabah setiap saat selama 24 jam per hari bukan merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi sudah merupakan suatu keharusan.

Untuk tetap bisa menunjang semuanya itu, maka IT selalu melakukan pengkinian di semua bagian, baik itu di sisi aplikasi, server dan infrastructure teknologi.

Selain itu untuk sisi keamanan data dan jaringan juga dilakukan pengkinian firewall, penyediaan Disaster Recovery Site dan penyediaaan backup link untuk kantor-kantor cabang.

Ketaatan kepada peraturan dan hukum yang berlaku merupakan hal yang sangat penting dan juga menjadi perhatian utama manajemen. Oleh karena itu Bank BNP juga telah melakukan perjanjian secara enterprise dengan pihak Microsoft.

j) Remunerasi dan Tunjangan Kebijakan remunerasi dan/ atau perubahan atas

imbalan jasa kepada seluruh karyawan Bank BNP dipertimbangkan berdasarkan berbagai aspek pendukung dari mulai kebutuhan dasar hidup karyawan hingga harga kompensasi menurut peer group/ industri setara, sehingga kebijakan ini mampu memperkecil gap dalam perolehan penghasilan/ kompensasinya.

Remunerasi bagi karyawan ditetapkan melalui beberapa mekanisme penetapannya dimana keputusan tertinggi secara kolektif ada pada kewenangan Direksi berdasarkan penilaian kinerjanya

(key performance indicator/ KPI), sedangkan remunerasi dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi dilakukan dengan mekanisme yang berbeda yaitu direkomendasikan oleh Komite Remunerasi dan Nominasi dan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

k) Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam rangka ikut menunjang pencapaian visi

perusahaan untuk menjadi Bank ritel berskala nasional, Bank BNP harus mengembangkan bisnisnya secara signifikan melebihi tingkat pertumbuhan pasar maupun pesaing.

Untuk mencapai hal tersebut, Bank BNP harus memenuhi prasyarat utama berupa kemampuan menggerakkan dan memberdayakan seluruh perangkat organisasi secara optimal, terutama sumber daya manusianya. Ini berarti Bank BNP harus memiliki support dan sumber daya manusia dengan produktifitas dan kapabilitas terbaik di bidangnya.

Oleh karena itu fungsi dan peran Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum telah bergeser ke arah yang lebih strategis yaitu menjadi strategic business partner bagi seluruh unit kerja di Bank BNP.

Untuk mencapai peran baru tersebut di tahun 2011 Divisi HR & GA Bank BNP telah menempuh beberapa langkah transformasi internal antara lain: • Penataan organisasi HR & GA dalam rangka

transformasi menuju organisasi yang mampu mendukung pergerakan bisnis.

• Review pekerjaan dan work flow HR & GA agar mampu memberikan support yang lebih efektif bagi semua unit kerja.

Inisiatif strategis yang dilakukan pada tingkat bank-wide adalah dengan melakukan standarisasi pengelo-laan organisasi (Organization Management). Departe-men Organization Development dengan dibantu konsultan eksternal pada bulan Januari 2011 telah menetapkan beberapa kebijakan dasar dalam pengelolaan organisasi dengan tujuan agar terdapat standarisasi dan keselerasan di seluruh organisasi di Bank BNP.

Beberapa prinsip dasar dalam menata ulang organisasi adalah:• Productivity Ratio:

Ukuran organisasi dan pertumbuhannya harus seiring dengan ukuran dan pertumbuhan bisnis perusahaan.

• Organization Leveling: Organisasi perlu memiliki tingkatan organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab, kewenangan dan hak yang berbeda.

• Span of Control: Untuk menjamin tercapainya delegasi pekerjaan dan kontrol yang seimbang di setiap jabatan.

Secara garis besar organisasi di BNP dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:• Business Unit: unit yang berfungsi sebagai motor

utama pengembangan bisnis bank yang terdiri dari Divisi Kredit Tanpa Agunan (KTA), Divisi Regional Business I – III, Divisi Treasury Bisnis, Divisi Bisnis Mikro, dan Divisi Services.

• Business Support : unit yang berfungsi mendukung operasional bank secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Divisi Pengembangan Bisnis, Divisi Administrasi Kredit, Divisi Operasional, Divisi Umum dan Divisi Informasi Teknologi.

• Corporate Services: unit yang berfungsi untuk menangani kebijakan dan strategi level korporasi, yang terdiri dari Divisi Sumber Daya Manusia (SDM), Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), Divisi Perencanaan Perusahaan & Sekretaris Perusahaan, Divisi Akuntansi & Keuangan, Divisi Manajemen Resiko, Divisi Kepatuhan.

Project-project yang terkait dengan pembenahan organisasi yang dilakukan oleh Departemen Organization Development selama tahun 2011 adalah: • Tersedianya Struktur Organisasi dan uraian

pekerjaan (position/ job description) keseluruhan organisasi;

• Pengadaan generic "kompetensi" dan "require-ment" bagi semua jabatan;

• Pengadaan guidance untuk Job Evaluation for Job Grading;

• Penerapan personal grade untuk seluruh karyawan BNP beserta sosialisasinya;

• Pengembangan salary scale berbasis grading baru 2011;

• Pengembangan berbagai kebijakan yang terkait dengan pengelolaan SDM.

Sebagai organisasi yang berbasis pada perkembangan bisnis, Bank BNP menyadari pentingnya pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki. Karenanya, selama 2011 Bank BNP juga telah melaksanakan pelatihan yang mendukung peningkatan kemampuan dan keunggulan kompetitif sumber daya manusianya, antara lain:• Meningkatkan Leadership Skill bagi para pimpinan

unit kerja, dari level Department Head hingga Division Head dengan mengadakan training coaching

• Meningkatkan kompetensi perkreditan bagi seluruh pegawai yang terkait langsung dengan permasalahan kredit, baik untuk segmen Commercial, Consumer/Retail dan Micro Banking.

• Melaksanakan program pelatihan khusus bagi Frontliners dalam upaya meningkatkan service dan layanan cabang.

• Melaksanakan program khusus untuk program pengembangan karyawan seperti Service Officer Development Program (SODP), Marketing Executive Development Program (MEDP), Management Trainee for Micro Banking (MTMB).

• Dalam rangka menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi, masing-masing Direksi banyak mengikuti/berpartisipasi dalam seminar nasional dan internasional, forum-forum perbankan dan program-program lain yang terkait dengan bank.

Aktivitas yang dilakukan dalam rangka memenuhi target di atas, Learning Center BNP fokus pada:

a. Pengembangan Softskill b. Pengembangan Hardskill c. Management Trainee Program d. Pemenuhan Program Sertifikasi (BSMR)

Perkembangan jumlah karyawan pada tahun 2011 ini naik sebanyak 164 orang menjadi total 1.298 orang atau sama dengan tumbuh sebesar 14,4 % dari periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah SDM ini seiring dengan pertumbuhan bisnis, pengembangan organisasi dan perluasan jaringan kantor dan sebagai dampaknya peningkatan biaya Tenaga Kerja juga mengiringi kenaikan tersebut.

l) Pengunaan Tenaga Kerja Asing dan Konsultan. Bank BNP mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga

kerja asing yang berasal dari negara Jepang dan telah mendapatkan ijin bekerja dari Departemen Tenaga Kerja masing-masing bertindak sebagai manajemen yaitu Presiden Komisaris (Yasuo Uonomi), Presiden Direktur (Ritsuo Ando) dan Direktur (Koji Sawada) dengan masa kerja sesuai batas waktu pengangkatannya melalui hasil Rapat Umum Pemegang Saham.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/8/PBI/2007, tanggal 13 Juni 2007, tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan Di Sektor Perbankan, maka Bank BNP dalam mengembangkan bisnis khususnya untuk Kredit Tanpa Agunan juga telah menggunakan 2 (dua) orang tenaga asing dari Jepang yaitu Hitoshi Yokohama dan Tetsuji Sakioka sebagai senior advisor & advisor, serta seorang pejabat eksekutif (Shigeo Morimoto) yang bertugas sebagai Kepala Divisi Manajemen Risiko, penggunaan ketiga tenaga asing

tersebut berkaitan dengan kebutuhan Bank BNP saat ini yang masih memerlukan arahan dan alih pengetahuan atas kegiatan tersebut diatas.

m) Permodalan Sejalan dengan pertumbuhan Aktiva Produktif, maka

akan berpengaruh pada kebutuhan akan penyediaan Modal yang sepadan, mengingat laju pertumbuhan Aktiva Produktif yang terbesar berasal dari kredit yang besarnya mencapai 31,5%, maka beban Aktiva Tertimbang Menurut Risiko semakin meningkat yang pada akhirnya akan membebani rasio Kecukupan Modal yang dipersyaratkan.

Permodalan Bank BNP pada akhir Desember 2011, memiliki kecukupan modal minimum sebesar 13,45%, sekalipun angka ini masih cukup untuk memenuhi batas minimum yang dipersyaratkan yaitu 8%, namun seiring dengan pesatnya pertumbuhan bisnis khususnya dalam pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit, maka kecukupan dalam hal dukungan permodalanpun menjadi kurang maksimal bila margin yang dimiliki terlalu kecil.

Permodalan Bank BNP pada triwulan IV tahun 2011 mendapatkan suntikan dana berupa Pinjaman Subordinasi dari pemegang saham mayoritas sebesar USD 5,9 juta dengan jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) tahun, sehingga dengan adanya penambahan tersebut yang berdasarkan ketentuan bahwa pinjaman subordinasi dapat diperhitungkan sebagai

tambahan Modal Pelengkap Tier 2, perhitungan rasio CAR dapat meningkat dan terjaga pada kisaran 13%.

n) Kebijakan DividenDengan mempertimbangkan kemampuan keuangan Perseroan dan upaya untuk melakukan ekspansi usaha serta menjaga ketersediaan Modal yang cukup untuk mempertahankan struktur permodalannya, pada pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tahun 2011 telah disepakati untuk membagikan Dividen kepada para pemegang saham sebesar +/- 10% dari Laba Bersih Perseroan yang jumlahnya Rp. 4,74 Milyar, dan sisanya dipertahankan untuk tujuan penguatan permodalan sebagai Laba Ditahan.

o) Transaksi Dengan Pihak Terkait Bank BNP dalam melaksanakan transaksi-transaksi

yang berkaitan dengan para pihak terkait selalu mengacu pada ketentuan yang mengaturnya, diantara transaksi yang dilakukan antara Bank BNP dengan Pihak Terkait antara lain adalah: transaksi yang berkaitan dengan kegiatan utama Bank BNP seperti Kredit, Simpanan, Sewa Menyewa beberapa gedung perkantoran yang digunakan untuk operasional Bank BNP sehari-hari, dimana seluruh transaksinya berkaitan dengan kegiatan utama (core business) Bank BNP dan apabila transaksi tersebut dikategorikan transaksi yang mengandung unsur benturan kepentingan, maka telah mendapat persetujuan RUPS sebagaimana ketentuan yang mengaturnya.

Transparansi atas transaksi-transaksi tersebut agar

tidak menyimpang dari ketentuan hukum maupun praktek tata kelola perusahaan yang baik, maka seluruh ketentuan dan persyaratan yang dikenakan berlaku umum dan tidak ada pengecualian dan secara nilai tidak memenuhi unsur transaksi yang bersifat material.

Penjelasan dan detil transaksi dapat dilihat pada Catatan Atas Laporan Keuangan nomor : 35. yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani.

Bank BNP tidak melakukan kerjasama atau memiliki jenis transaksi dengan pihak terkait dalam hal Kepemilikan Silang, repuchase agreement, pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha dan lainnya.

2. Pembahasan Neraca Keuangan.Secara umum kinerja keuangan Bank BNP pada tahun buku 2011 menunjukkan keberhasilan atas perkembangan usaha yang signifikan dengan bertumbuh sebesar 24% dari periode yang sama tahun sebelumnya membuktikan bahwa Bank BNP tetap berupaya untuk terus maju dan berkembang dengan pasti.

Laporan Keuangan Bank BNP untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2011 telah disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan untuk periode-periode yang dilaporkan telah dilakukan restatement/ penyajian kembali untuk tahun 2010 dan 2011.

Refleksi keberhasilan manajemen menjalankan roda bisnisnya tercatat pada beberapa pos tertentu dalam Neraca Bank yang dibagi menjadi 4 (empat) bagian besar yang akan dibahas seperti Aktiva Produktif, Kewajiban, Laba-Rugi dan Permodalan.

KreditEksposur kredit Bank BNP pada tahun 2011 tumbuh sebesar 31,5%, dimana kredit yang disalurkan diberikan pada sektor-sektor ekonomi seperti Industri, Pedagangan, Transportasi, Konstruksi, Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Pertanian dan lain sebagainya.

Sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran, memiliki porsi penyaluran terbesar yaitu sekitar 38% dari total kredit yang telah disalurkan, kemudian sektor riil / industri berada pada posisi kedua terbesar, selebihnya tersebar ke sektor ekonomi lainnya.

Keberhasilan pertumbuhan Kredit ini disertai pula dengan keberhasilan dalam pengelolaan administrasi perkreditan yang baik, sehingga pemantauan dan pertumbuhan kualitas Kredit yang diberikanpun membaik seiring dengan sangat kecilnya rasio Kredit Bermasalah (NPL) yang pada akhir tahun 2011 tercatat hanya sebesar 0,88% (kotor).

Kecilnya rasio Kredit Bermasalah pada akhir tahun 2011 ini, tentunya sebagai hasil dari kerja keras manajemen dalam mengupayakan penyelesaian beberapa outstanding Kredit yang sudah berada dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet, disertai dengan mengerem laju dari potensi Kredit Bermasalah yang baru.

Pertumbuhan Kredit yang terjadi tidak terlepas pula dari peran pertumbuhan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dimana pada tahun 2011 pencapaiannya sebesar Rp. 2,76 triliun atau sama dengan 57,4% dari keseluruhan volume kredit Bank BNP.

Dalam sisi kepatuhan, penyaluran Kredit Bank BNP berpatokan pada ketentuan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) yang ditentukan oleh Bank Indonesia dan pada tahun 2011 ini tidak terdapat pelanggaran BMPK maupun pelampauan BMPK baik kepada pihak ketiga maupun pihak terkait (lihat Catatan Laporan Keuangan No. 10.m).

Pemberian kredit pada Pihak Terkait dan atau Debitur Inti, pada tahun 2011, secara persentase mengalami penurunan, dimana pada posisi akhir Desember 2011, tercatat pemberian kredit kepada Pihak Terkait hanya sebesar 1,02% dari volume kredit yang ada dan jumlah ini lebih kecil dari posisi tahun 2010, sedangkan persentase penyaluran kredit kepada 25 (dua puluh lima) Debitur Inti juga mengalami penurunan dari semula 17,88% pada tahun 2010 menjadi kurang lebih 17,48% pada tahun 2011.

Pemberlakuan suku bunga kredit selama tahun 2011, secara umum bergerak konsisten dan tidak terdapat lonjakan yang berarti, sekalipun menjelang akhir tahun 2011 terjadi penurunan Suku Bunga BI rate, namun seiring dengan kondisi pasar pada menjelang akhir tahun terjadi upaya untuk mempertahankan dana, karena persaingan suku bunga funding di pasaran mengetat, maka tidak jelas nampak pergeseran suku bunga khususnya suku bunga simpanan.

Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank LainSecara volume Perkiraan Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank Lain pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 28%, pada pos perkiraan ini terdiri dari Fasilitas Bank Indonesia (FASBI), FTK BI dan Call Money dimana dananya merupakan sebagian dari Dana Pihak Ketiga yang belum seluruhnya tersalurkan ke dalam kredit.

Surat Berharga Yang Dimiliki dan Obligasi PemerintahKebijakan berinvestasi pada jenis Surat Berharga tidak menjadi fokus utama, sehingga portofolio Surat Berharga yang dimiliki lebih dikarenakan menunggu jatuh temponya, dan hampir seluruh kepemilikan Surat berharga Bank BNP sifat kepemilikannya tidak untuk diperdagangkan namun dikuasai hingga jatuh tempo.

Obligasi Pemerintah/ Surat Utang Negara (SUN) yang dimiliki saat ini lebih bersifat memelihara hingga tanggal

jatuh tempo saja dan hanya mengandalkan penghasilan atas kupon/ bunga obligasinya saja yang bunganya masih memberikan margin cukup baik terhadap Pendapatan Bunga. Keberadaan kedua instrumen investasi ini hingga akhir tahun 2011 relatif tidak bertumbuh.

Dana Pihak KetigaDana pihak ketiga yang dikuasai Bank BNP terdiri dari Simpanan Nasabah berupa Tabungan, Rekening Giro dan Simpanan Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, dimana hingga pada akhir tahun 2011 jumlah volume Dana Pihak Ketiga telah mengalami pertumbuhan secara total sebesar 24,55% atau sama dengan Rp. 1,11 Triliun menjadi total Rp. 5,66 Triliun.

Pertumbuhan terbesar dari jumlah Dana tersebut disokongkan oleh peningkatan Simpanan dalam bentuk Tabungan yaitu sebesar 52% tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya, dan Simpanan Berjangka berada pada posisi ke dua pertumbuhan terbesar secara persentase setelah Tabungan yaitu sebesar 22,6%.

Perolehan atas peningkatan Simpanan Tabungan ini menyusul keberhasilan peluncuran produk Tabungan SAKURA beberapa waktu yang lalu disertai pula dengan produk Tabungan Jangka Panjang (JAPAN) yang memiliki kelebihan simpanan berencana jangka panjang. Sekalipun volume pertumbuhan Simpanan

cukup tinggi, khususnya Deposito Berjangka, namun persentase Deposan Inti mengalami penurunan dari semula 20,26% pada akhir tahun 2010 menjadi 18,84% pada akhir tahun 2011.

Secara komposisi posisi Dana Pihak Ketiga masih didominasi oleh Simpanan Berjangka/ Deposito sebesar 72% dan sisanya dalam bentuk Tabungan dan Giro, sehingga kondisi ini sedikit lebih memunculkan ekses biaya mahal, namun keberadaan Simpanan Berjangka ini mampu memperkecil gap maturity antara sumber dana dan penyaluran dana yang ada.

3. Laba – Rugi Pendapatan Bunga Pos Pendapatan Bunga terbentuk dari komponen dalam

Aktiva Produktif yang menghasilkan terdiri dari Pinjaman, Surat Berharga, Penempatan dan lain sebagainya baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, selama tahun 2011 pos Pendapatan Bunga tercatat sebesar Rp. 612,5 Milyar mengalami peningkatan sebesar 40,4% dari tahun sebelumnya, dimana peningkatan pendapatan ini disebabkan karena naiknya pertumbuhan kredit yang terjadi.

Beban Bunga Beban Bunga terdiri dari kewajiban atas Simpanan dalam

mata uang Rupiah dan valuta asing, dimana selama tahun 2011 telah terjadi peningkatan Beban Bunga menjadi Rp. 318 Milyar atau sama dengan naik 50,27% dari periode yang sama tahun 2010, angka ini relatif cukup besar, mengingat langkah untuk melakukan re-profiling Simpanan masih terus diupayakan.

Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih diperoleh dari selisih antara

Pendapatan Bunga dari Aktiva Produktif dengan Beban Bunga Simpanan, dimana pada akhir Desember 2011 Pendapatan Bunga Bersih Bank naik/ tumbuh sebesar 31,09%, hal ini dikarenakan terjadinya pertumbuhan Aktiva Produktif khususnya kredit yang cukup signifikan.

Laba Operasional Pendapatan Bunga Bersih setelah diperhitungkan

dengan Pendapatan Operasional Lainnya dan Beban Operasional Lainnya meningkat sebesar 33,7%. Peningkatan ini disebabkan adanya kenaikan pada

Beban Administrasi & Umum sebesar 23% dan Beban Tenaga Kerja sebesar 44%.

Peningkatan Beban Administrasi & Umum dan Biaya Tenaga Kerja dikarenakan adanya perluasan jaringan kantor, penambahan SDM sehingga menambah unsur sarana prasarana seperti perluasan gedung/ layout ruangan, IT dan transportasi serta pembayaran bonus dan tantieme pada bulan Juni dan Desember 2011.

4. Rasio Keuangan• Rasio Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum/

Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio Kecukupan Modal (CAR) adalah rasio Modal

terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), dimana berdasarkan peraturan Bank Indonesia jumlah modal untuk risiko kredit terdiri dari Modal Inti (Tier I) dan Modal Pelengkap (Tier II). Pada akhir tahun 2011 CAR Bank BNP menunjukan 13,45% setelah memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Operasional dan Risiko Pasar.

• Rasio Kredit Bermasalah/ Non Perfoming Loan Ratio (NPL)

Rasio Kredit Bermasalah (NPL) pada akhir tahun 2011 tercatat sebesar 0,88% (gross), jauh lebih kecil dari rasio NPL maksimal sebesar 5%, sehingga bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan volume kredit besaran kualitas kredit yang non performing sangatlah kecil, hal ini menunjukan bahwa efektifitas penyaluran kredit berjalan dengan sangat prudent dan Bank BNP selalu berupaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas kreditnya agar berjalan dengan baik.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Total Aktiva/ Return On Assets Ratio (ROA)

Pencapaian ROA Bank BNP pada tahun 2011 adalah sebesar 1,53% naik 0,03% dari tahun 2010, hal tersebut dikarenakan peningkatan Laba lebih besar dari peningkatan pertumbuhan Asetnya, artinya bahwa Bank BNP masih memiliki kemampuan yang lebih dalam menciptakan Laba.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Ekuitas/ Return On Equity Ratio (ROE)

Perbandingan antara Laba Bersih terhadap Permodalan Bank BNP pada tahun 2011 meningkat cukup signifikan menjadi 12,82% atau sama dengan naik 0,44% dari semula 12,38% pada tahun 2010, hal

ini disebabkan karena pertumbuhan perolehan Laba Bersih lebih besar dari peningkatan Ekuitas.

• Rasio Kredit Terhadap Dana Pihak Ketiga/ Loan to Deposit Ratio (LDR)

Volume Kredit yang dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (LDR) pada tahun 2011 meningkat menjadi 84,92% dari semula 80,41% pada tahun 2010, hal ini menunjukan bahwa salah satu fungsi dari kegiatan perbankan yaitu fungsi intermediasi melalui pemberian kredit berjalan baik dan bahkan semakin meningkat.

• Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Perbandingan antara Beban Operasional dengan

Pendapatan Operasional pada akhir 2011 tercatat sebesar 85,77% meningkat dari tahun sebelumnya yang besarnya 85,17%, hal ini disebabkan adanya peningkatan biaya operasional dalam rangka ekspansi usaha selama tahun 2011

5. Perluasan Jaringan KantorKemampuan Bank BNP dalam menjangkau pasar menjadi kunci utama bagi pengembangan bisnis kedepannya, keberadaan ujung tombak baik berupa jaringan kantor yang secara organik maupun delivery channel yang dimiliki dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan Bank BNP untuk meraih pangsa pasar di lokasi tersebut.

Bank BNP pada tahun 2011 telah menambah 13 jaringan kantor baru baik berupa Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan atau Kantor Kas berikut Service Point dan Mesin ATMnya, disamping itu juga terdapat beberapa lokasi kantor dan mesin ATM yang direlokasi.

Kebijakan pembukaan kantor baru pada tahun 2011 yang pada dasarnya diorientasikan untuk mendukung pertumbuhan Bisnis Mikro dan Kecil sehingga keberadaan jaringan kantor yang baru memiliki fokus yang sedikit berbeda.

Sesuai dengan rencana dalam RBB 2011-2013, pembukaan jaringan yang dilakukan pada tahun 2011 baru dapat direalisasikan sebanyak 13 kantor dari 24 yang direncanakan termasuk relokasi dan peningkatan status kantor, hal ini disebabkan oleh masalah kesiapan lokasi gedung kantor dan perijinan saja, sedangkan sisanya secara bertahap dilakukan pada awal tahun 2012.

Dengan penambahan 13 jaringan kantor baru di tahun 2011 ini, maka secara keseluruhan Bank BNP memiliki 60 (enam puluh) jaringan kantor yang tersebar di Jawa dan Bali.

6. Kegiatan Lainnya Kegiatan Edukasi Perbankan & Ayo Ke Bank Sebagai manifestasi dari pilar ke-enam Arsitektur

Perbankan Indonesia oleh Bank Indonesia, yang menetapkan bahwa bank-bank bertanggung jawab untuk mendidik masyarakat untuk memahami dasar-dasar perbankan, Bank BNP telah mengunjungi beberapa sekolah di wilayah Bandung dan sekitarnya dan melakukan sosialisasi Edukasi Perbankan.

Topik yang dibahas adalah “Budaya Menabung Sejak Dini” yaitu bertujuan untuk:1. Membangun kesadaran serta memotivasi anak-anak

untuk memiliki budaya menabung sejak usia dini;

2. Membangun masyarakat yang bank minded dan memberikan pemahaman kegunaan menabung di Bank; serta

3. Memberikan pemahaman atas produk dan layanan perbankan.

Pelaksanaan program tersebut memperoleh tanggapan yang positif dari para siswa maupun Kepala Sekolah. Ke depannya, Bank BNP berencana untuk memperluas jangkauan wilayah program edukasi perbankan, sesuai dengan misinya untuk membantu mengembangkan masyarakat.

Corporate Social ResponsibilityTanggung Jawab Sosial yang dilakukan oleh Bank BNP bertujuan untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara dunia usaha, masyarakat dengan alam sekitar, tepatnya komunitas dan lingkungan, dengan mencapai keuntungan bagi semua pihak yang berkesinambungan hingga generasi selanjutnya. Beberapa program yang dilaksanakan selama tahun 2011 adalah:• Bantuan untuk membangun pengadaan sarana air bersih

dan sarana MCK. Sebagai bentuk partisipasi untuk menolong

terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang sangat mendasar yaitu salah satunya kebutuhan akan air bersih, Bank BNP melalui Lembaga Pemerhati dan Pengembangan Pendidikan Daerah Tertinggal (LP3T) telah menyumbangkan dana untuk membangun sarana air bersih dan sarana MCK bagi masyarakat di Kabupaten Lebak- Propinsi Banten.

• Bantuan dalam Pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan.

Generasi muda adalah asset sebuah bangsa, dan Bank BNP melihat keberadaan mereka sebagai pihak yang perlu didukung dan dibantu agar berkembang ke arah yang lebih baik. Dengan adanya rencana Eta Pro’comm untuk menyelenggarakan acara “Meraih Impian Anak

Negeri” yaitu pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan di wilayah Bandung, dirasakan Bank BNP sebagai kesempatan yang baik untuk merealisasikan kepedulian Bank BNP, dengan menyumbangkan sejumlah dana sebagai bukti kepeduliannya.

• Bantuan untuk Korban Gempa di Tapanuli. Sebagai bentuk partisipasi dalam menolong masyarakat

yang membutuhkan, pada acara Malam Amal Penggalangan Dana untuk Korban Gempa di Tapanuli, Bank BNP menyumbangkan dana melalui Panitia Peduli Korban Gempa di Tapanuli Posko Jawa Barat.

PenghargaanSebagai bukti komitmen Bank BNP untuk terus dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan kinerja perusahaan, maka dibutuhkan sebuah komitmen kuat dari seluruh elemen organisasi yang mendukung visi-misi tersebut.

Dengan penuh rasa bangga, manajemen mempersembahkan secara nyata hasil kinerja yang telah dilakukan dengan berhasil diraihnya 3 (tiga) Anugerah Business Review Award pada bulan Nopember 2011 yaitu:1. The Best CEO (Special Criteria)2. The Best Marketing Management3. The Best Corporation for Risk Management

Prestasi lainnya yang menyusul berhasil diraih Bank BNP berdasarkan survey The Most Powerful Bank pada Majalah Warta Eko nomi, Bank BNP meraih gelar Peringkat Pertama sekaligus untuk 2 (dua) Kategori di kelasnya yaitu sebagai :

1. The Most Valuable Bank : yaitu Bank dengan kebijakan produk portofolio terbaik, baik portofolio berbasis Ekuitas maupun berbasis Surat Hutang; dan

2. The Most Attractive Bank : Bank terbaik berdasarkan kemampuan untuk menjadi lembaga intermediasi keuangan bagi masyarakat.

Selain penghargaan yang diterima, Bank BNP pun mulai memasuki/ meraih peringkat dalam beberapa kegiatan rating atas kinerja Perusahaan berdasarkan beberapa kriteria penilaian yang dilakukan oleh beberapa media nasional antara lain dari :• InfoBank Awards 2011 Memperoleh predikat Sangat Bagus pada InfoBank

Awards 2011 untuk kinerja keuangan tahun 2010.• Majalah InfoBank edisi Juni 2011:• Berdasarkan Modal Rp. 100 Milyar s/d Rp. 1 Triliun,

menempati peringkat ke 15 dari 67 Bank, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Kepemilikan Bank Swasta Nasional Devisa, menempati peringkat ke 7 dari 10 Terbaik, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Status Badan Hukum PT Terbuka/Go Publik, menempati peringkat ke 10 dari 31 Bank Go Publik, (predikat SANGAT BAGUS).

Disamping beberapa media cetak di atas, juga masih terdapat beberapa pemeringkatan yang diperoleh Bank BNP dari beberapa media yang melakukan pemeringkatan dan seluruh Penghargaan yang diraih ini didedikasikan kepada seluruh komponen Bank BNP untuk lebih memotivasi kita bekerja untuk menghasilkan yang terbaik.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

jenis kredit investasi, sehingga bila dilihat dari tujuan penggunaan kredit hampir 89% dari portofolio kredit Bank BNP dialokasikan kepada sektor yang produktif/ bersifat komersil.

c) Bisnis Konsumer Bisnis Konsumer secara umum mengelola pemberian

Kredit yang bertujuan tidak untuk penggunaan produktif atau hanya digunakan untuk yang bersifat konsumtif dikelompokkan dalam segmen bisnis tersendiri dengan term and condition yang berbeda pula dari jenis kredit lainnya. Sejak awal bulan Januari 2011, pengelolaan atas Bisnis ini dilakukan secara tersentralisasi dan berada pada satu Divisi yang khusus menangani Bisnis Konsumer.

Objek yang menjadi sasaran pembiayaan kredit Konsumer antara lain adalah :1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)2. Kredit Pemilikan Mobil (KPM)3. Kredit Renovasi Rumah (KRR)4. Dll.

Pemberian kredit jenis ini ada pula yang dilakukan baik secara direct kepada end user, atau melalui skim kerja sama (in-direct) dengan perusahaan penyalur lainnya seperti Dealer Sparepart kendaraan bermotor dan lainnya atau dapat pula dengan bekerjasama melalui Developer/ pengembang lainnya.

d) Bisnis MikroKategori pengelompokkan kredit Mikro berawal dari besaran pinjaman sampai dengan Rp. 50.000.000,- (sesuai ketentuan Bank Indonesia) dan besaran inipun masih dalam pengkajian internal manajemen Bank BNP untuk dilakukan penyesuaian, sehingga plafond kreditnya mengalami sedikit perubahan. Sepanjang tahun 2011, perkembangan dan pertumbuhan kredit Mikro baik dari sisi volume maupun kualitasnya, telah menunjukan kinerja yang semakin baik, seiring dengan itu perolehan spread dari suku bunga yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis pinjaman komersil lainnya.

Posisi portofolio Kredit untuk bisnis Mikro pada akhir tahun 2011 mencapai Rp. 350,75 Milyar, tumbuh 187% dari periode yang sama tahun lalu.

Guna mendukung perkembangan bisnis Mikro ke depannya, khususnya dalam upaya untuk meningkatkan portofolio kredit Mikro, selain mempersiapkan dan melakukan pemenuhan Sumber Daya Manusia, juga telah dilakukan pemenuhan berbagai sarana prasarana untuk mendukung bisnis tersebut antara lain :• Membuat dan terus menyempurnakan spesifikasi

bisnis untuk kredit mikro;• Melakukan implant terhadap beberapa kantor

cabang yang ada untuk meningkatkan pangsa pasar penjualan kredit mikro ini;

• Memperbanyak outlet/ kantor yang berorientasi pada segmen mikro/ UMK yaitu terhadap sentra-sentra bisnis ritel;

• Menyelenggarakan pelatihan internal/ Manage-ment Trainee Micro Banking bulan Maret 2011 selama 3 bulan guna mendidik kader-kader pelaku bisnis Mikro.

Prospek bisnis mikro akan sangat berkembang di masa mendatang, sehingga portofolionya akan terus ditingkatkan sehingga akan menjadi penyokong utama terhadap peningkatan komposisi terhadap segmen UMKM Bank BNP sambil terus berupaya untuk mengambil ceruk pasar (niche market) dari potensi segmen Micro yang ada dengan penekanan pada pricing yang kompetitif dibandingkan dengan unit mikro kompetitor lainnya, di mana saat ini cost structure dari kompetitor lainnya relatif sudah lebih tinggi.

Sampai akhir tahun 2011, angka kredit bermasalah bagi Kredit Bisnis Mikro ini tercatat hanya sebesar 3,58% dari total portofolio Kredit Mikro, sehingga bila dibandingkan dengan volumenya, besaran tersebut masih dalam tahapan toleransi yang baik.

e) Bisnis Kredit Tanpa Agunan (KTA) KTA Bank BNP merupakan kredit multi guna yang

dapat digunakan untuk membiayai berbagai macam kebutuhan tanpa mensyaratkan adanya jaminan.

Pinjaman jenis ini akan menjadi pelengkap ragamnya jenis pinjaman berbasis ritel yang disalurkan yang tidak sama dengan pinjaman lainnya dan jenis produk pinjaman ini pada tanggal 25 November 2011 telah mengalami perubahan nama menjadi pinjaman KATANA (Kredit Tanpa Agunan).

Sasaran dari produk KATANA ditujukan khusus untuk karyawan umum dengan penghasilan tetap, baik dengan status karyawan tetap maupun kontrak, mengingat potensi pasar karyawan di Indonesia cukup luas sehingga kondisi ini menjadi target pasar yang potensil.

Bank BNP dalam melakukan penjualan produk KATANA menjalankan strategi pemasaran secara kolektif kepada perusahaan melalui kerjasama dengan HRD perusahaan/ Koperasi karyawan dalam hal pembayaran gaji karyawannya/ payroll. Selain itu juga dilakukan direct selling melalui jaringan kantor Bank BNP yang ada.

Sedangkan untuk menggarap pangsa pasar yang lebih luas, dilakukan open table/ exhibition di gedung perkantoran/ mall yang sesuai dengan target pasarnya, sekaligus untuk meningkatkan company dan brand image.

Menjelang akhir tahun 2011, penjualan KATANA ini dikemas dalam sebuah program promo KATANA HEBAT (Kredit Tanpa Agunan Heboh Akhir Tahun) yang berlaku hingga 30 Desember 2011 dimana beberapa syarat dan kondisi yang ditentukan memi-liki kemudahan-kemudahan serta keuntungan yang lain dari program lainnya.

Pertumbuhan outstanding KATANA hingga akhir tahun 2011 meningkat sebesar 148,8% dibandingkan tahun 2010, sedangkan jumlah kontrak yang terjadi pada tahun 2011 juga naik sebesar 169,8%.

f) TreasuryPengelolaan Treasury di Bank BNP dilakukan secara prudent (kehati-hatian) dengan mengikuti sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Manajemen dan mentaati peraturan yang berlaku dari Bank Indonesia. Divisi Treasury memegang peranan penting dalam pegelolaan likuiditas bank, perdagangan valuta asing serta perdagangan surat berharga.

Treasury Bank BNP terdiri dari beberapa departemen yaitu: 1. Departemen Asset Liabilities Management yang

mengelola dana dan berhubungan dengan pasar uang (money market) baik untuk peminjaman maupun penempatan dana serta pengelolaan surat berharga;

2. Departemen Forex Business yang mengelola seluruh transaksi valuta asing baik untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan nasabah guna meningkatkan pendapatan perusahaan; dan

3. Departemen Financial Institution yang banyak berhubungan dengan Counterparty Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), guna meningkatkan hubungan kerja sama perbankan saat ini dan di masa mendatang.

Dalam pengelolaan dana , transaksi surat berharga serta transaksi valuta asing dilakukan dengan memperhitungkan segala aspek risiko – risiko yang mungkin timbul seperti risiko likuiditas, risiko nilai tukar, risiko suku bunga risiko pasar serta risiko operasional dan dengan berpedoman kepada peraturan yang berlaku.

Guna meningkatkan kapabilitas karyawan, secara rutin dilakukan training untuk marketing dan Front Liner seperti Basic Treasury , Basic Forex , Bank Notes Counterfeit , agar supaya tercipta karyawan – karyawan yang handal untuk melayani keperluan para nasabah.

Di samping itu, Divisi Treasury bersama jajaran Manajemen secara rutin mengadakan rapat ALCO (Asset and Liabilities Committee) guna menentukan kebijakan dan gapping management (suku bunga, tenor, mata uang) dengan mengevaluasi atas hasil pemantauan pasar baik lokal maupun internasional. Diharapkan Treasury bisa berkontribusi secara optimal dan dapat mengindikasikan secara awal jika ada kondisi yang dapat merugikan atau membahayakan perusahaan.

Di masa mendatang Treasury akan mengembangkan potensi bisnis baru guna memenuhi kebutuhan transaksi maupun investasi dari para nasabah dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusa-haan.

g) Kebijakan Tingkat Suku Bunga

Penerapan kebijakan suku bunga di Bank BNP baik dari sisi Lending maupun Funding, selalu disusun dan diberlakukan dengan mengacu pada beberapa kondisi seperti :• Kebutuhan dasar biaya dana/ bunga simpanan (cost of fund);• Biaya-biaya pendukung yang sifatnya variable yang terkait dengan kegiatan pendanaan;• Ketentuan Suku Bunga acuan seperti BI rate dan Suku Bunga Penjaminan (LPS);• Cost of money yang menjadi beban perusahaan;• Margin profit yang diharapkan ; dan• Kebijakan/ kondisi suku bunga dari pesaing atau yang berlaku di pasar.

Sehingga dengan berlandaskan kepada hal tersebut di atas, kebijakan suku bunga Simpanan atau Pinjaman, diupayakan selalu seiring dengan pergerakan harga pasar, agar dapat bersaing dengan fair, tanpa mengabaikan besaran spread yang ditargetkan, hal ini nampak pada besaran NIM pada akhir tahun 2011, naik menjadi 4,99% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,91%.

Keputusan dalam menentukan besaran suku bunga yang akan diberlakukan melalui mekanisme rapat team pendukung seperti ALCO dan Rapat-rapat Direksi baik yang diselenggarakan secara regular maupun secara sirkuler.

Sedangkan trend pergerakan suku bunga pada tahun 2011, sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah, nampak pergerakan margin spread antara simpanan dan pinjaman relatif stabil dan tidak ada pergerakan yang ekstrim.

h) Transaksi Ekspor – Impor dan Devisa Sekalipun dunia khususnya di belahan negara-negara

Eropa pada paruh waktu tahun 2011 mengalami krisis keuangan yang berimbas kepada negara-negara berkembang seperti salah satunya Indonesia yang memiliki berbagai aktifitas perdagangan internasional seperti kegiatan ekspor dan impor, namun bagi Indonesia kondisi tersebut belum dirasakan dampak yang signifikan hingga ditutupnya tahun 2011.

Dalam kegiatan transaksi perdagangan Luar Negeri seperti ekspor dan impor, kejadian tersebut khususnya bagi Bank BNP secara umum tidak berdampak signifikan karena sebaran kegiatan ekspor khususnya, untuk Negara-negara Eropa tidak terlalu besar bahkan secara volume cenderung naik dari kegiatan ekspor – impor yang dilakukan melalui Bank BNP dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebagai salah satu ciri dari Bank Devisa adalah kegiatan transaksi dalam mata uang asing selain Rupiah, dalam hal ini Bank BNP melakukan beberapa kegiatan seperti pembiayaan perdagangan luar negeri, jasa kiriman uang, collection dan transaksi lainnya termasuk money changer.

Khusus dalam transaksi perdagangan luar negeri dalam kegiatan pembiayaan ekspor dan impor, maka selama tahun 2011 Bank BNP telah menangani proses Ekspor baik melalui pembukaan Letter of Credit (LC) maupun tanpa menggunakan LC yaitu sebanyak 1.028 dokumen ekspor dengan nilai equivalen USD 45,4 juta naik sebesar 13,5% secara volume dari tahun 2010, dan untuk transaksi Impor yaitu sebanyak 218 dokumen dengan nilai equivalen USD 28,93 juta naik sebesar 65% dari realisasi impor tahun 2010.

Sedangkan untuk kegiatan remmittance yang ditransaksikan melalui Bank BNP baik kiriman uang keluar negeri maupun masuk masing-masing mencapai volume 15.925 aplikasi kiriman uang keluar dengan nilai eq. USD 768,336,366 dan untuk kiriman uang masuk diterima sebanyak 6.733 kiriman atau naik sebesar 11,3% dengan jumlah nilai eq. USD 254,152,172

i) Teknologi dan Informasi Perkembangan bisnis Bank BNP tidak bisa dilepaskan

dari adanya dukungan Teknologi Informasi yang sangat kuat di belakangnya.

Management sangat menyadari akan hal ini sejak dari awal dan semakin terasa dampaknya ketika masuk ke dalam segment bisnis Mikro dan KTA yang telah dimulai beberapa tahun yang lalu.

Saat ini Divisi dan unit kerja IT bukan lagi merupakan support untuk tujuan bisnis, tetapi sudah merupakan strategic partner untuk bisa mencapai tujuan bisnis.

Penambahanan delivery channel, baik itu berupa pembukaan kantor-kantor cabang baru dan penambahan mesin ATM dan EDC semakin ditingkatkan agar BNP bisa lebih dekat lagi kepada nasabah.

Kecepatan, ketepatan dan keamanan penyediaan informasi kepada nasabah merupakan keharusan yang tidak bisa di tawar lagi. Memberikan akses kepada nasabah setiap saat selama 24 jam per hari bukan merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi sudah merupakan suatu keharusan.

Untuk tetap bisa menunjang semuanya itu, maka IT selalu melakukan pengkinian di semua bagian, baik itu di sisi aplikasi, server dan infrastructure teknologi.

Selain itu untuk sisi keamanan data dan jaringan juga dilakukan pengkinian firewall, penyediaan Disaster Recovery Site dan penyediaaan backup link untuk kantor-kantor cabang.

Ketaatan kepada peraturan dan hukum yang berlaku merupakan hal yang sangat penting dan juga menjadi perhatian utama manajemen. Oleh karena itu Bank BNP juga telah melakukan perjanjian secara enterprise dengan pihak Microsoft.

j) Remunerasi dan Tunjangan Kebijakan remunerasi dan/ atau perubahan atas

imbalan jasa kepada seluruh karyawan Bank BNP dipertimbangkan berdasarkan berbagai aspek pendukung dari mulai kebutuhan dasar hidup karyawan hingga harga kompensasi menurut peer group/ industri setara, sehingga kebijakan ini mampu memperkecil gap dalam perolehan penghasilan/ kompensasinya.

Remunerasi bagi karyawan ditetapkan melalui beberapa mekanisme penetapannya dimana keputusan tertinggi secara kolektif ada pada kewenangan Direksi berdasarkan penilaian kinerjanya

(key performance indicator/ KPI), sedangkan remunerasi dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi dilakukan dengan mekanisme yang berbeda yaitu direkomendasikan oleh Komite Remunerasi dan Nominasi dan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

k) Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam rangka ikut menunjang pencapaian visi

perusahaan untuk menjadi Bank ritel berskala nasional, Bank BNP harus mengembangkan bisnisnya secara signifikan melebihi tingkat pertumbuhan pasar maupun pesaing.

Untuk mencapai hal tersebut, Bank BNP harus memenuhi prasyarat utama berupa kemampuan menggerakkan dan memberdayakan seluruh perangkat organisasi secara optimal, terutama sumber daya manusianya. Ini berarti Bank BNP harus memiliki support dan sumber daya manusia dengan produktifitas dan kapabilitas terbaik di bidangnya.

Oleh karena itu fungsi dan peran Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum telah bergeser ke arah yang lebih strategis yaitu menjadi strategic business partner bagi seluruh unit kerja di Bank BNP.

Untuk mencapai peran baru tersebut di tahun 2011 Divisi HR & GA Bank BNP telah menempuh beberapa langkah transformasi internal antara lain: • Penataan organisasi HR & GA dalam rangka

transformasi menuju organisasi yang mampu mendukung pergerakan bisnis.

• Review pekerjaan dan work flow HR & GA agar mampu memberikan support yang lebih efektif bagi semua unit kerja.

Inisiatif strategis yang dilakukan pada tingkat bank-wide adalah dengan melakukan standarisasi pengelo-laan organisasi (Organization Management). Departe-men Organization Development dengan dibantu konsultan eksternal pada bulan Januari 2011 telah menetapkan beberapa kebijakan dasar dalam pengelolaan organisasi dengan tujuan agar terdapat standarisasi dan keselerasan di seluruh organisasi di Bank BNP.

Beberapa prinsip dasar dalam menata ulang organisasi adalah:• Productivity Ratio:

Ukuran organisasi dan pertumbuhannya harus seiring dengan ukuran dan pertumbuhan bisnis perusahaan.

• Organization Leveling: Organisasi perlu memiliki tingkatan organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab, kewenangan dan hak yang berbeda.

• Span of Control: Untuk menjamin tercapainya delegasi pekerjaan dan kontrol yang seimbang di setiap jabatan.

Secara garis besar organisasi di BNP dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:• Business Unit: unit yang berfungsi sebagai motor

utama pengembangan bisnis bank yang terdiri dari Divisi Kredit Tanpa Agunan (KTA), Divisi Regional Business I – III, Divisi Treasury Bisnis, Divisi Bisnis Mikro, dan Divisi Services.

• Business Support : unit yang berfungsi mendukung operasional bank secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Divisi Pengembangan Bisnis, Divisi Administrasi Kredit, Divisi Operasional, Divisi Umum dan Divisi Informasi Teknologi.

• Corporate Services: unit yang berfungsi untuk menangani kebijakan dan strategi level korporasi, yang terdiri dari Divisi Sumber Daya Manusia (SDM), Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), Divisi Perencanaan Perusahaan & Sekretaris Perusahaan, Divisi Akuntansi & Keuangan, Divisi Manajemen Resiko, Divisi Kepatuhan.

Project-project yang terkait dengan pembenahan organisasi yang dilakukan oleh Departemen Organization Development selama tahun 2011 adalah: • Tersedianya Struktur Organisasi dan uraian

pekerjaan (position/ job description) keseluruhan organisasi;

• Pengadaan generic "kompetensi" dan "require-ment" bagi semua jabatan;

• Pengadaan guidance untuk Job Evaluation for Job Grading;

• Penerapan personal grade untuk seluruh karyawan BNP beserta sosialisasinya;

• Pengembangan salary scale berbasis grading baru 2011;

• Pengembangan berbagai kebijakan yang terkait dengan pengelolaan SDM.

Sebagai organisasi yang berbasis pada perkembangan bisnis, Bank BNP menyadari pentingnya pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki. Karenanya, selama 2011 Bank BNP juga telah melaksanakan pelatihan yang mendukung peningkatan kemampuan dan keunggulan kompetitif sumber daya manusianya, antara lain:• Meningkatkan Leadership Skill bagi para pimpinan

unit kerja, dari level Department Head hingga Division Head dengan mengadakan training coaching

• Meningkatkan kompetensi perkreditan bagi seluruh pegawai yang terkait langsung dengan permasalahan kredit, baik untuk segmen Commercial, Consumer/Retail dan Micro Banking.

• Melaksanakan program pelatihan khusus bagi Frontliners dalam upaya meningkatkan service dan layanan cabang.

• Melaksanakan program khusus untuk program pengembangan karyawan seperti Service Officer Development Program (SODP), Marketing Executive Development Program (MEDP), Management Trainee for Micro Banking (MTMB).

• Dalam rangka menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi, masing-masing Direksi banyak mengikuti/berpartisipasi dalam seminar nasional dan internasional, forum-forum perbankan dan program-program lain yang terkait dengan bank.

Aktivitas yang dilakukan dalam rangka memenuhi target di atas, Learning Center BNP fokus pada:

a. Pengembangan Softskill b. Pengembangan Hardskill c. Management Trainee Program d. Pemenuhan Program Sertifikasi (BSMR)

Perkembangan jumlah karyawan pada tahun 2011 ini naik sebanyak 164 orang menjadi total 1.298 orang atau sama dengan tumbuh sebesar 14,4 % dari periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah SDM ini seiring dengan pertumbuhan bisnis, pengembangan organisasi dan perluasan jaringan kantor dan sebagai dampaknya peningkatan biaya Tenaga Kerja juga mengiringi kenaikan tersebut.

l) Pengunaan Tenaga Kerja Asing dan Konsultan. Bank BNP mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga

kerja asing yang berasal dari negara Jepang dan telah mendapatkan ijin bekerja dari Departemen Tenaga Kerja masing-masing bertindak sebagai manajemen yaitu Presiden Komisaris (Yasuo Uonomi), Presiden Direktur (Ritsuo Ando) dan Direktur (Koji Sawada) dengan masa kerja sesuai batas waktu pengangkatannya melalui hasil Rapat Umum Pemegang Saham.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/8/PBI/2007, tanggal 13 Juni 2007, tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan Di Sektor Perbankan, maka Bank BNP dalam mengembangkan bisnis khususnya untuk Kredit Tanpa Agunan juga telah menggunakan 2 (dua) orang tenaga asing dari Jepang yaitu Hitoshi Yokohama dan Tetsuji Sakioka sebagai senior advisor & advisor, serta seorang pejabat eksekutif (Shigeo Morimoto) yang bertugas sebagai Kepala Divisi Manajemen Risiko, penggunaan ketiga tenaga asing

tersebut berkaitan dengan kebutuhan Bank BNP saat ini yang masih memerlukan arahan dan alih pengetahuan atas kegiatan tersebut diatas.

m) Permodalan Sejalan dengan pertumbuhan Aktiva Produktif, maka

akan berpengaruh pada kebutuhan akan penyediaan Modal yang sepadan, mengingat laju pertumbuhan Aktiva Produktif yang terbesar berasal dari kredit yang besarnya mencapai 31,5%, maka beban Aktiva Tertimbang Menurut Risiko semakin meningkat yang pada akhirnya akan membebani rasio Kecukupan Modal yang dipersyaratkan.

Permodalan Bank BNP pada akhir Desember 2011, memiliki kecukupan modal minimum sebesar 13,45%, sekalipun angka ini masih cukup untuk memenuhi batas minimum yang dipersyaratkan yaitu 8%, namun seiring dengan pesatnya pertumbuhan bisnis khususnya dalam pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit, maka kecukupan dalam hal dukungan permodalanpun menjadi kurang maksimal bila margin yang dimiliki terlalu kecil.

Permodalan Bank BNP pada triwulan IV tahun 2011 mendapatkan suntikan dana berupa Pinjaman Subordinasi dari pemegang saham mayoritas sebesar USD 5,9 juta dengan jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) tahun, sehingga dengan adanya penambahan tersebut yang berdasarkan ketentuan bahwa pinjaman subordinasi dapat diperhitungkan sebagai

tambahan Modal Pelengkap Tier 2, perhitungan rasio CAR dapat meningkat dan terjaga pada kisaran 13%.

n) Kebijakan DividenDengan mempertimbangkan kemampuan keuangan Perseroan dan upaya untuk melakukan ekspansi usaha serta menjaga ketersediaan Modal yang cukup untuk mempertahankan struktur permodalannya, pada pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tahun 2011 telah disepakati untuk membagikan Dividen kepada para pemegang saham sebesar +/- 10% dari Laba Bersih Perseroan yang jumlahnya Rp. 4,74 Milyar, dan sisanya dipertahankan untuk tujuan penguatan permodalan sebagai Laba Ditahan.

o) Transaksi Dengan Pihak Terkait Bank BNP dalam melaksanakan transaksi-transaksi

yang berkaitan dengan para pihak terkait selalu mengacu pada ketentuan yang mengaturnya, diantara transaksi yang dilakukan antara Bank BNP dengan Pihak Terkait antara lain adalah: transaksi yang berkaitan dengan kegiatan utama Bank BNP seperti Kredit, Simpanan, Sewa Menyewa beberapa gedung perkantoran yang digunakan untuk operasional Bank BNP sehari-hari, dimana seluruh transaksinya berkaitan dengan kegiatan utama (core business) Bank BNP dan apabila transaksi tersebut dikategorikan transaksi yang mengandung unsur benturan kepentingan, maka telah mendapat persetujuan RUPS sebagaimana ketentuan yang mengaturnya.

Transparansi atas transaksi-transaksi tersebut agar

tidak menyimpang dari ketentuan hukum maupun praktek tata kelola perusahaan yang baik, maka seluruh ketentuan dan persyaratan yang dikenakan berlaku umum dan tidak ada pengecualian dan secara nilai tidak memenuhi unsur transaksi yang bersifat material.

Penjelasan dan detil transaksi dapat dilihat pada Catatan Atas Laporan Keuangan nomor : 35. yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani.

Bank BNP tidak melakukan kerjasama atau memiliki jenis transaksi dengan pihak terkait dalam hal Kepemilikan Silang, repuchase agreement, pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha dan lainnya.

2. Pembahasan Neraca Keuangan.Secara umum kinerja keuangan Bank BNP pada tahun buku 2011 menunjukkan keberhasilan atas perkembangan usaha yang signifikan dengan bertumbuh sebesar 24% dari periode yang sama tahun sebelumnya membuktikan bahwa Bank BNP tetap berupaya untuk terus maju dan berkembang dengan pasti.

Laporan Keuangan Bank BNP untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2011 telah disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan untuk periode-periode yang dilaporkan telah dilakukan restatement/ penyajian kembali untuk tahun 2010 dan 2011.

Refleksi keberhasilan manajemen menjalankan roda bisnisnya tercatat pada beberapa pos tertentu dalam Neraca Bank yang dibagi menjadi 4 (empat) bagian besar yang akan dibahas seperti Aktiva Produktif, Kewajiban, Laba-Rugi dan Permodalan.

KreditEksposur kredit Bank BNP pada tahun 2011 tumbuh sebesar 31,5%, dimana kredit yang disalurkan diberikan pada sektor-sektor ekonomi seperti Industri, Pedagangan, Transportasi, Konstruksi, Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Pertanian dan lain sebagainya.

Sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran, memiliki porsi penyaluran terbesar yaitu sekitar 38% dari total kredit yang telah disalurkan, kemudian sektor riil / industri berada pada posisi kedua terbesar, selebihnya tersebar ke sektor ekonomi lainnya.

Keberhasilan pertumbuhan Kredit ini disertai pula dengan keberhasilan dalam pengelolaan administrasi perkreditan yang baik, sehingga pemantauan dan pertumbuhan kualitas Kredit yang diberikanpun membaik seiring dengan sangat kecilnya rasio Kredit Bermasalah (NPL) yang pada akhir tahun 2011 tercatat hanya sebesar 0,88% (kotor).

Kecilnya rasio Kredit Bermasalah pada akhir tahun 2011 ini, tentunya sebagai hasil dari kerja keras manajemen dalam mengupayakan penyelesaian beberapa outstanding Kredit yang sudah berada dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet, disertai dengan mengerem laju dari potensi Kredit Bermasalah yang baru.

Pertumbuhan Kredit yang terjadi tidak terlepas pula dari peran pertumbuhan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dimana pada tahun 2011 pencapaiannya sebesar Rp. 2,76 triliun atau sama dengan 57,4% dari keseluruhan volume kredit Bank BNP.

Dalam sisi kepatuhan, penyaluran Kredit Bank BNP berpatokan pada ketentuan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) yang ditentukan oleh Bank Indonesia dan pada tahun 2011 ini tidak terdapat pelanggaran BMPK maupun pelampauan BMPK baik kepada pihak ketiga maupun pihak terkait (lihat Catatan Laporan Keuangan No. 10.m).

Pemberian kredit pada Pihak Terkait dan atau Debitur Inti, pada tahun 2011, secara persentase mengalami penurunan, dimana pada posisi akhir Desember 2011, tercatat pemberian kredit kepada Pihak Terkait hanya sebesar 1,02% dari volume kredit yang ada dan jumlah ini lebih kecil dari posisi tahun 2010, sedangkan persentase penyaluran kredit kepada 25 (dua puluh lima) Debitur Inti juga mengalami penurunan dari semula 17,88% pada tahun 2010 menjadi kurang lebih 17,48% pada tahun 2011.

Pemberlakuan suku bunga kredit selama tahun 2011, secara umum bergerak konsisten dan tidak terdapat lonjakan yang berarti, sekalipun menjelang akhir tahun 2011 terjadi penurunan Suku Bunga BI rate, namun seiring dengan kondisi pasar pada menjelang akhir tahun terjadi upaya untuk mempertahankan dana, karena persaingan suku bunga funding di pasaran mengetat, maka tidak jelas nampak pergeseran suku bunga khususnya suku bunga simpanan.

Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank LainSecara volume Perkiraan Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank Lain pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 28%, pada pos perkiraan ini terdiri dari Fasilitas Bank Indonesia (FASBI), FTK BI dan Call Money dimana dananya merupakan sebagian dari Dana Pihak Ketiga yang belum seluruhnya tersalurkan ke dalam kredit.

Surat Berharga Yang Dimiliki dan Obligasi PemerintahKebijakan berinvestasi pada jenis Surat Berharga tidak menjadi fokus utama, sehingga portofolio Surat Berharga yang dimiliki lebih dikarenakan menunggu jatuh temponya, dan hampir seluruh kepemilikan Surat berharga Bank BNP sifat kepemilikannya tidak untuk diperdagangkan namun dikuasai hingga jatuh tempo.

Obligasi Pemerintah/ Surat Utang Negara (SUN) yang dimiliki saat ini lebih bersifat memelihara hingga tanggal

jatuh tempo saja dan hanya mengandalkan penghasilan atas kupon/ bunga obligasinya saja yang bunganya masih memberikan margin cukup baik terhadap Pendapatan Bunga. Keberadaan kedua instrumen investasi ini hingga akhir tahun 2011 relatif tidak bertumbuh.

Dana Pihak KetigaDana pihak ketiga yang dikuasai Bank BNP terdiri dari Simpanan Nasabah berupa Tabungan, Rekening Giro dan Simpanan Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, dimana hingga pada akhir tahun 2011 jumlah volume Dana Pihak Ketiga telah mengalami pertumbuhan secara total sebesar 24,55% atau sama dengan Rp. 1,11 Triliun menjadi total Rp. 5,66 Triliun.

Pertumbuhan terbesar dari jumlah Dana tersebut disokongkan oleh peningkatan Simpanan dalam bentuk Tabungan yaitu sebesar 52% tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya, dan Simpanan Berjangka berada pada posisi ke dua pertumbuhan terbesar secara persentase setelah Tabungan yaitu sebesar 22,6%.

Perolehan atas peningkatan Simpanan Tabungan ini menyusul keberhasilan peluncuran produk Tabungan SAKURA beberapa waktu yang lalu disertai pula dengan produk Tabungan Jangka Panjang (JAPAN) yang memiliki kelebihan simpanan berencana jangka panjang. Sekalipun volume pertumbuhan Simpanan

cukup tinggi, khususnya Deposito Berjangka, namun persentase Deposan Inti mengalami penurunan dari semula 20,26% pada akhir tahun 2010 menjadi 18,84% pada akhir tahun 2011.

Secara komposisi posisi Dana Pihak Ketiga masih didominasi oleh Simpanan Berjangka/ Deposito sebesar 72% dan sisanya dalam bentuk Tabungan dan Giro, sehingga kondisi ini sedikit lebih memunculkan ekses biaya mahal, namun keberadaan Simpanan Berjangka ini mampu memperkecil gap maturity antara sumber dana dan penyaluran dana yang ada.

3. Laba – Rugi Pendapatan Bunga Pos Pendapatan Bunga terbentuk dari komponen dalam

Aktiva Produktif yang menghasilkan terdiri dari Pinjaman, Surat Berharga, Penempatan dan lain sebagainya baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, selama tahun 2011 pos Pendapatan Bunga tercatat sebesar Rp. 612,5 Milyar mengalami peningkatan sebesar 40,4% dari tahun sebelumnya, dimana peningkatan pendapatan ini disebabkan karena naiknya pertumbuhan kredit yang terjadi.

Beban Bunga Beban Bunga terdiri dari kewajiban atas Simpanan dalam

mata uang Rupiah dan valuta asing, dimana selama tahun 2011 telah terjadi peningkatan Beban Bunga menjadi Rp. 318 Milyar atau sama dengan naik 50,27% dari periode yang sama tahun 2010, angka ini relatif cukup besar, mengingat langkah untuk melakukan re-profiling Simpanan masih terus diupayakan.

Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih diperoleh dari selisih antara

Pendapatan Bunga dari Aktiva Produktif dengan Beban Bunga Simpanan, dimana pada akhir Desember 2011 Pendapatan Bunga Bersih Bank naik/ tumbuh sebesar 31,09%, hal ini dikarenakan terjadinya pertumbuhan Aktiva Produktif khususnya kredit yang cukup signifikan.

Laba Operasional Pendapatan Bunga Bersih setelah diperhitungkan

dengan Pendapatan Operasional Lainnya dan Beban Operasional Lainnya meningkat sebesar 33,7%. Peningkatan ini disebabkan adanya kenaikan pada

Beban Administrasi & Umum sebesar 23% dan Beban Tenaga Kerja sebesar 44%.

Peningkatan Beban Administrasi & Umum dan Biaya Tenaga Kerja dikarenakan adanya perluasan jaringan kantor, penambahan SDM sehingga menambah unsur sarana prasarana seperti perluasan gedung/ layout ruangan, IT dan transportasi serta pembayaran bonus dan tantieme pada bulan Juni dan Desember 2011.

4. Rasio Keuangan• Rasio Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum/

Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio Kecukupan Modal (CAR) adalah rasio Modal

terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), dimana berdasarkan peraturan Bank Indonesia jumlah modal untuk risiko kredit terdiri dari Modal Inti (Tier I) dan Modal Pelengkap (Tier II). Pada akhir tahun 2011 CAR Bank BNP menunjukan 13,45% setelah memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Operasional dan Risiko Pasar.

• Rasio Kredit Bermasalah/ Non Perfoming Loan Ratio (NPL)

Rasio Kredit Bermasalah (NPL) pada akhir tahun 2011 tercatat sebesar 0,88% (gross), jauh lebih kecil dari rasio NPL maksimal sebesar 5%, sehingga bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan volume kredit besaran kualitas kredit yang non performing sangatlah kecil, hal ini menunjukan bahwa efektifitas penyaluran kredit berjalan dengan sangat prudent dan Bank BNP selalu berupaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas kreditnya agar berjalan dengan baik.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Total Aktiva/ Return On Assets Ratio (ROA)

Pencapaian ROA Bank BNP pada tahun 2011 adalah sebesar 1,53% naik 0,03% dari tahun 2010, hal tersebut dikarenakan peningkatan Laba lebih besar dari peningkatan pertumbuhan Asetnya, artinya bahwa Bank BNP masih memiliki kemampuan yang lebih dalam menciptakan Laba.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Ekuitas/ Return On Equity Ratio (ROE)

Perbandingan antara Laba Bersih terhadap Permodalan Bank BNP pada tahun 2011 meningkat cukup signifikan menjadi 12,82% atau sama dengan naik 0,44% dari semula 12,38% pada tahun 2010, hal

ini disebabkan karena pertumbuhan perolehan Laba Bersih lebih besar dari peningkatan Ekuitas.

• Rasio Kredit Terhadap Dana Pihak Ketiga/ Loan to Deposit Ratio (LDR)

Volume Kredit yang dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (LDR) pada tahun 2011 meningkat menjadi 84,92% dari semula 80,41% pada tahun 2010, hal ini menunjukan bahwa salah satu fungsi dari kegiatan perbankan yaitu fungsi intermediasi melalui pemberian kredit berjalan baik dan bahkan semakin meningkat.

• Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Perbandingan antara Beban Operasional dengan

Pendapatan Operasional pada akhir 2011 tercatat sebesar 85,77% meningkat dari tahun sebelumnya yang besarnya 85,17%, hal ini disebabkan adanya peningkatan biaya operasional dalam rangka ekspansi usaha selama tahun 2011

5. Perluasan Jaringan KantorKemampuan Bank BNP dalam menjangkau pasar menjadi kunci utama bagi pengembangan bisnis kedepannya, keberadaan ujung tombak baik berupa jaringan kantor yang secara organik maupun delivery channel yang dimiliki dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan Bank BNP untuk meraih pangsa pasar di lokasi tersebut.

Bank BNP pada tahun 2011 telah menambah 13 jaringan kantor baru baik berupa Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan atau Kantor Kas berikut Service Point dan Mesin ATMnya, disamping itu juga terdapat beberapa lokasi kantor dan mesin ATM yang direlokasi.

Kebijakan pembukaan kantor baru pada tahun 2011 yang pada dasarnya diorientasikan untuk mendukung pertumbuhan Bisnis Mikro dan Kecil sehingga keberadaan jaringan kantor yang baru memiliki fokus yang sedikit berbeda.

Sesuai dengan rencana dalam RBB 2011-2013, pembukaan jaringan yang dilakukan pada tahun 2011 baru dapat direalisasikan sebanyak 13 kantor dari 24 yang direncanakan termasuk relokasi dan peningkatan status kantor, hal ini disebabkan oleh masalah kesiapan lokasi gedung kantor dan perijinan saja, sedangkan sisanya secara bertahap dilakukan pada awal tahun 2012.

Dengan penambahan 13 jaringan kantor baru di tahun 2011 ini, maka secara keseluruhan Bank BNP memiliki 60 (enam puluh) jaringan kantor yang tersebar di Jawa dan Bali.

6. Kegiatan Lainnya Kegiatan Edukasi Perbankan & Ayo Ke Bank Sebagai manifestasi dari pilar ke-enam Arsitektur

Perbankan Indonesia oleh Bank Indonesia, yang menetapkan bahwa bank-bank bertanggung jawab untuk mendidik masyarakat untuk memahami dasar-dasar perbankan, Bank BNP telah mengunjungi beberapa sekolah di wilayah Bandung dan sekitarnya dan melakukan sosialisasi Edukasi Perbankan.

Topik yang dibahas adalah “Budaya Menabung Sejak Dini” yaitu bertujuan untuk:1. Membangun kesadaran serta memotivasi anak-anak

untuk memiliki budaya menabung sejak usia dini;

2. Membangun masyarakat yang bank minded dan memberikan pemahaman kegunaan menabung di Bank; serta

3. Memberikan pemahaman atas produk dan layanan perbankan.

Pelaksanaan program tersebut memperoleh tanggapan yang positif dari para siswa maupun Kepala Sekolah. Ke depannya, Bank BNP berencana untuk memperluas jangkauan wilayah program edukasi perbankan, sesuai dengan misinya untuk membantu mengembangkan masyarakat.

Corporate Social ResponsibilityTanggung Jawab Sosial yang dilakukan oleh Bank BNP bertujuan untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara dunia usaha, masyarakat dengan alam sekitar, tepatnya komunitas dan lingkungan, dengan mencapai keuntungan bagi semua pihak yang berkesinambungan hingga generasi selanjutnya. Beberapa program yang dilaksanakan selama tahun 2011 adalah:• Bantuan untuk membangun pengadaan sarana air bersih

dan sarana MCK. Sebagai bentuk partisipasi untuk menolong

terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang sangat mendasar yaitu salah satunya kebutuhan akan air bersih, Bank BNP melalui Lembaga Pemerhati dan Pengembangan Pendidikan Daerah Tertinggal (LP3T) telah menyumbangkan dana untuk membangun sarana air bersih dan sarana MCK bagi masyarakat di Kabupaten Lebak- Propinsi Banten.

• Bantuan dalam Pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan.

Generasi muda adalah asset sebuah bangsa, dan Bank BNP melihat keberadaan mereka sebagai pihak yang perlu didukung dan dibantu agar berkembang ke arah yang lebih baik. Dengan adanya rencana Eta Pro’comm untuk menyelenggarakan acara “Meraih Impian Anak

Negeri” yaitu pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan di wilayah Bandung, dirasakan Bank BNP sebagai kesempatan yang baik untuk merealisasikan kepedulian Bank BNP, dengan menyumbangkan sejumlah dana sebagai bukti kepeduliannya.

• Bantuan untuk Korban Gempa di Tapanuli. Sebagai bentuk partisipasi dalam menolong masyarakat

yang membutuhkan, pada acara Malam Amal Penggalangan Dana untuk Korban Gempa di Tapanuli, Bank BNP menyumbangkan dana melalui Panitia Peduli Korban Gempa di Tapanuli Posko Jawa Barat.

PenghargaanSebagai bukti komitmen Bank BNP untuk terus dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan kinerja perusahaan, maka dibutuhkan sebuah komitmen kuat dari seluruh elemen organisasi yang mendukung visi-misi tersebut.

Dengan penuh rasa bangga, manajemen mempersembahkan secara nyata hasil kinerja yang telah dilakukan dengan berhasil diraihnya 3 (tiga) Anugerah Business Review Award pada bulan Nopember 2011 yaitu:1. The Best CEO (Special Criteria)2. The Best Marketing Management3. The Best Corporation for Risk Management

Prestasi lainnya yang menyusul berhasil diraih Bank BNP berdasarkan survey The Most Powerful Bank pada Majalah Warta Eko nomi, Bank BNP meraih gelar Peringkat Pertama sekaligus untuk 2 (dua) Kategori di kelasnya yaitu sebagai :

1. The Most Valuable Bank : yaitu Bank dengan kebijakan produk portofolio terbaik, baik portofolio berbasis Ekuitas maupun berbasis Surat Hutang; dan

2. The Most Attractive Bank : Bank terbaik berdasarkan kemampuan untuk menjadi lembaga intermediasi keuangan bagi masyarakat.

Pertumbuhan dan Komposisi Dana Pihak Ketiga

Deposito Tabungan Giro

2007 2008 2009 2010 Mar 2011 Jun 2011 Sep 2011 Dec 2011

16%11%

17%11%

20%

14% 15%

13% 13%

15%

13%

17%

13%

11%

17%

12%

73% 73%68%

73% 72%

72% 70% 72%

Selain penghargaan yang diterima, Bank BNP pun mulai memasuki/ meraih peringkat dalam beberapa kegiatan rating atas kinerja Perusahaan berdasarkan beberapa kriteria penilaian yang dilakukan oleh beberapa media nasional antara lain dari :• InfoBank Awards 2011 Memperoleh predikat Sangat Bagus pada InfoBank

Awards 2011 untuk kinerja keuangan tahun 2010.• Majalah InfoBank edisi Juni 2011:• Berdasarkan Modal Rp. 100 Milyar s/d Rp. 1 Triliun,

menempati peringkat ke 15 dari 67 Bank, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Kepemilikan Bank Swasta Nasional Devisa, menempati peringkat ke 7 dari 10 Terbaik, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Status Badan Hukum PT Terbuka/Go Publik, menempati peringkat ke 10 dari 31 Bank Go Publik, (predikat SANGAT BAGUS).

Disamping beberapa media cetak di atas, juga masih terdapat beberapa pemeringkatan yang diperoleh Bank BNP dari beberapa media yang melakukan pemeringkatan dan seluruh Penghargaan yang diraih ini didedikasikan kepada seluruh komponen Bank BNP untuk lebih memotivasi kita bekerja untuk menghasilkan yang terbaik.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

jenis kredit investasi, sehingga bila dilihat dari tujuan penggunaan kredit hampir 89% dari portofolio kredit Bank BNP dialokasikan kepada sektor yang produktif/ bersifat komersil.

c) Bisnis Konsumer Bisnis Konsumer secara umum mengelola pemberian

Kredit yang bertujuan tidak untuk penggunaan produktif atau hanya digunakan untuk yang bersifat konsumtif dikelompokkan dalam segmen bisnis tersendiri dengan term and condition yang berbeda pula dari jenis kredit lainnya. Sejak awal bulan Januari 2011, pengelolaan atas Bisnis ini dilakukan secara tersentralisasi dan berada pada satu Divisi yang khusus menangani Bisnis Konsumer.

Objek yang menjadi sasaran pembiayaan kredit Konsumer antara lain adalah :1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)2. Kredit Pemilikan Mobil (KPM)3. Kredit Renovasi Rumah (KRR)4. Dll.

Pemberian kredit jenis ini ada pula yang dilakukan baik secara direct kepada end user, atau melalui skim kerja sama (in-direct) dengan perusahaan penyalur lainnya seperti Dealer Sparepart kendaraan bermotor dan lainnya atau dapat pula dengan bekerjasama melalui Developer/ pengembang lainnya.

d) Bisnis MikroKategori pengelompokkan kredit Mikro berawal dari besaran pinjaman sampai dengan Rp. 50.000.000,- (sesuai ketentuan Bank Indonesia) dan besaran inipun masih dalam pengkajian internal manajemen Bank BNP untuk dilakukan penyesuaian, sehingga plafond kreditnya mengalami sedikit perubahan. Sepanjang tahun 2011, perkembangan dan pertumbuhan kredit Mikro baik dari sisi volume maupun kualitasnya, telah menunjukan kinerja yang semakin baik, seiring dengan itu perolehan spread dari suku bunga yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis pinjaman komersil lainnya.

Posisi portofolio Kredit untuk bisnis Mikro pada akhir tahun 2011 mencapai Rp. 350,75 Milyar, tumbuh 187% dari periode yang sama tahun lalu.

Guna mendukung perkembangan bisnis Mikro ke depannya, khususnya dalam upaya untuk meningkatkan portofolio kredit Mikro, selain mempersiapkan dan melakukan pemenuhan Sumber Daya Manusia, juga telah dilakukan pemenuhan berbagai sarana prasarana untuk mendukung bisnis tersebut antara lain :• Membuat dan terus menyempurnakan spesifikasi

bisnis untuk kredit mikro;• Melakukan implant terhadap beberapa kantor

cabang yang ada untuk meningkatkan pangsa pasar penjualan kredit mikro ini;

• Memperbanyak outlet/ kantor yang berorientasi pada segmen mikro/ UMK yaitu terhadap sentra-sentra bisnis ritel;

• Menyelenggarakan pelatihan internal/ Manage-ment Trainee Micro Banking bulan Maret 2011 selama 3 bulan guna mendidik kader-kader pelaku bisnis Mikro.

Prospek bisnis mikro akan sangat berkembang di masa mendatang, sehingga portofolionya akan terus ditingkatkan sehingga akan menjadi penyokong utama terhadap peningkatan komposisi terhadap segmen UMKM Bank BNP sambil terus berupaya untuk mengambil ceruk pasar (niche market) dari potensi segmen Micro yang ada dengan penekanan pada pricing yang kompetitif dibandingkan dengan unit mikro kompetitor lainnya, di mana saat ini cost structure dari kompetitor lainnya relatif sudah lebih tinggi.

Sampai akhir tahun 2011, angka kredit bermasalah bagi Kredit Bisnis Mikro ini tercatat hanya sebesar 3,58% dari total portofolio Kredit Mikro, sehingga bila dibandingkan dengan volumenya, besaran tersebut masih dalam tahapan toleransi yang baik.

e) Bisnis Kredit Tanpa Agunan (KTA) KTA Bank BNP merupakan kredit multi guna yang

dapat digunakan untuk membiayai berbagai macam kebutuhan tanpa mensyaratkan adanya jaminan.

Pinjaman jenis ini akan menjadi pelengkap ragamnya jenis pinjaman berbasis ritel yang disalurkan yang tidak sama dengan pinjaman lainnya dan jenis produk pinjaman ini pada tanggal 25 November 2011 telah mengalami perubahan nama menjadi pinjaman KATANA (Kredit Tanpa Agunan).

Sasaran dari produk KATANA ditujukan khusus untuk karyawan umum dengan penghasilan tetap, baik dengan status karyawan tetap maupun kontrak, mengingat potensi pasar karyawan di Indonesia cukup luas sehingga kondisi ini menjadi target pasar yang potensil.

Bank BNP dalam melakukan penjualan produk KATANA menjalankan strategi pemasaran secara kolektif kepada perusahaan melalui kerjasama dengan HRD perusahaan/ Koperasi karyawan dalam hal pembayaran gaji karyawannya/ payroll. Selain itu juga dilakukan direct selling melalui jaringan kantor Bank BNP yang ada.

Sedangkan untuk menggarap pangsa pasar yang lebih luas, dilakukan open table/ exhibition di gedung perkantoran/ mall yang sesuai dengan target pasarnya, sekaligus untuk meningkatkan company dan brand image.

Menjelang akhir tahun 2011, penjualan KATANA ini dikemas dalam sebuah program promo KATANA HEBAT (Kredit Tanpa Agunan Heboh Akhir Tahun) yang berlaku hingga 30 Desember 2011 dimana beberapa syarat dan kondisi yang ditentukan memi-liki kemudahan-kemudahan serta keuntungan yang lain dari program lainnya.

Pertumbuhan outstanding KATANA hingga akhir tahun 2011 meningkat sebesar 148,8% dibandingkan tahun 2010, sedangkan jumlah kontrak yang terjadi pada tahun 2011 juga naik sebesar 169,8%.

f) TreasuryPengelolaan Treasury di Bank BNP dilakukan secara prudent (kehati-hatian) dengan mengikuti sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Manajemen dan mentaati peraturan yang berlaku dari Bank Indonesia. Divisi Treasury memegang peranan penting dalam pegelolaan likuiditas bank, perdagangan valuta asing serta perdagangan surat berharga.

Treasury Bank BNP terdiri dari beberapa departemen yaitu: 1. Departemen Asset Liabilities Management yang

mengelola dana dan berhubungan dengan pasar uang (money market) baik untuk peminjaman maupun penempatan dana serta pengelolaan surat berharga;

2. Departemen Forex Business yang mengelola seluruh transaksi valuta asing baik untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan nasabah guna meningkatkan pendapatan perusahaan; dan

3. Departemen Financial Institution yang banyak berhubungan dengan Counterparty Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), guna meningkatkan hubungan kerja sama perbankan saat ini dan di masa mendatang.

Dalam pengelolaan dana , transaksi surat berharga serta transaksi valuta asing dilakukan dengan memperhitungkan segala aspek risiko – risiko yang mungkin timbul seperti risiko likuiditas, risiko nilai tukar, risiko suku bunga risiko pasar serta risiko operasional dan dengan berpedoman kepada peraturan yang berlaku.

Guna meningkatkan kapabilitas karyawan, secara rutin dilakukan training untuk marketing dan Front Liner seperti Basic Treasury , Basic Forex , Bank Notes Counterfeit , agar supaya tercipta karyawan – karyawan yang handal untuk melayani keperluan para nasabah.

Di samping itu, Divisi Treasury bersama jajaran Manajemen secara rutin mengadakan rapat ALCO (Asset and Liabilities Committee) guna menentukan kebijakan dan gapping management (suku bunga, tenor, mata uang) dengan mengevaluasi atas hasil pemantauan pasar baik lokal maupun internasional. Diharapkan Treasury bisa berkontribusi secara optimal dan dapat mengindikasikan secara awal jika ada kondisi yang dapat merugikan atau membahayakan perusahaan.

Di masa mendatang Treasury akan mengembangkan potensi bisnis baru guna memenuhi kebutuhan transaksi maupun investasi dari para nasabah dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusa-haan.

g) Kebijakan Tingkat Suku Bunga

Penerapan kebijakan suku bunga di Bank BNP baik dari sisi Lending maupun Funding, selalu disusun dan diberlakukan dengan mengacu pada beberapa kondisi seperti :• Kebutuhan dasar biaya dana/ bunga simpanan (cost of fund);• Biaya-biaya pendukung yang sifatnya variable yang terkait dengan kegiatan pendanaan;• Ketentuan Suku Bunga acuan seperti BI rate dan Suku Bunga Penjaminan (LPS);• Cost of money yang menjadi beban perusahaan;• Margin profit yang diharapkan ; dan• Kebijakan/ kondisi suku bunga dari pesaing atau yang berlaku di pasar.

Sehingga dengan berlandaskan kepada hal tersebut di atas, kebijakan suku bunga Simpanan atau Pinjaman, diupayakan selalu seiring dengan pergerakan harga pasar, agar dapat bersaing dengan fair, tanpa mengabaikan besaran spread yang ditargetkan, hal ini nampak pada besaran NIM pada akhir tahun 2011, naik menjadi 4,99% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,91%.

Keputusan dalam menentukan besaran suku bunga yang akan diberlakukan melalui mekanisme rapat team pendukung seperti ALCO dan Rapat-rapat Direksi baik yang diselenggarakan secara regular maupun secara sirkuler.

Sedangkan trend pergerakan suku bunga pada tahun 2011, sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah, nampak pergerakan margin spread antara simpanan dan pinjaman relatif stabil dan tidak ada pergerakan yang ekstrim.

h) Transaksi Ekspor – Impor dan Devisa Sekalipun dunia khususnya di belahan negara-negara

Eropa pada paruh waktu tahun 2011 mengalami krisis keuangan yang berimbas kepada negara-negara berkembang seperti salah satunya Indonesia yang memiliki berbagai aktifitas perdagangan internasional seperti kegiatan ekspor dan impor, namun bagi Indonesia kondisi tersebut belum dirasakan dampak yang signifikan hingga ditutupnya tahun 2011.

Dalam kegiatan transaksi perdagangan Luar Negeri seperti ekspor dan impor, kejadian tersebut khususnya bagi Bank BNP secara umum tidak berdampak signifikan karena sebaran kegiatan ekspor khususnya, untuk Negara-negara Eropa tidak terlalu besar bahkan secara volume cenderung naik dari kegiatan ekspor – impor yang dilakukan melalui Bank BNP dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebagai salah satu ciri dari Bank Devisa adalah kegiatan transaksi dalam mata uang asing selain Rupiah, dalam hal ini Bank BNP melakukan beberapa kegiatan seperti pembiayaan perdagangan luar negeri, jasa kiriman uang, collection dan transaksi lainnya termasuk money changer.

Khusus dalam transaksi perdagangan luar negeri dalam kegiatan pembiayaan ekspor dan impor, maka selama tahun 2011 Bank BNP telah menangani proses Ekspor baik melalui pembukaan Letter of Credit (LC) maupun tanpa menggunakan LC yaitu sebanyak 1.028 dokumen ekspor dengan nilai equivalen USD 45,4 juta naik sebesar 13,5% secara volume dari tahun 2010, dan untuk transaksi Impor yaitu sebanyak 218 dokumen dengan nilai equivalen USD 28,93 juta naik sebesar 65% dari realisasi impor tahun 2010.

Sedangkan untuk kegiatan remmittance yang ditransaksikan melalui Bank BNP baik kiriman uang keluar negeri maupun masuk masing-masing mencapai volume 15.925 aplikasi kiriman uang keluar dengan nilai eq. USD 768,336,366 dan untuk kiriman uang masuk diterima sebanyak 6.733 kiriman atau naik sebesar 11,3% dengan jumlah nilai eq. USD 254,152,172

i) Teknologi dan Informasi Perkembangan bisnis Bank BNP tidak bisa dilepaskan

dari adanya dukungan Teknologi Informasi yang sangat kuat di belakangnya.

Management sangat menyadari akan hal ini sejak dari awal dan semakin terasa dampaknya ketika masuk ke dalam segment bisnis Mikro dan KTA yang telah dimulai beberapa tahun yang lalu.

Saat ini Divisi dan unit kerja IT bukan lagi merupakan support untuk tujuan bisnis, tetapi sudah merupakan strategic partner untuk bisa mencapai tujuan bisnis.

Penambahanan delivery channel, baik itu berupa pembukaan kantor-kantor cabang baru dan penambahan mesin ATM dan EDC semakin ditingkatkan agar BNP bisa lebih dekat lagi kepada nasabah.

Kecepatan, ketepatan dan keamanan penyediaan informasi kepada nasabah merupakan keharusan yang tidak bisa di tawar lagi. Memberikan akses kepada nasabah setiap saat selama 24 jam per hari bukan merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi sudah merupakan suatu keharusan.

Untuk tetap bisa menunjang semuanya itu, maka IT selalu melakukan pengkinian di semua bagian, baik itu di sisi aplikasi, server dan infrastructure teknologi.

Selain itu untuk sisi keamanan data dan jaringan juga dilakukan pengkinian firewall, penyediaan Disaster Recovery Site dan penyediaaan backup link untuk kantor-kantor cabang.

Ketaatan kepada peraturan dan hukum yang berlaku merupakan hal yang sangat penting dan juga menjadi perhatian utama manajemen. Oleh karena itu Bank BNP juga telah melakukan perjanjian secara enterprise dengan pihak Microsoft.

j) Remunerasi dan Tunjangan Kebijakan remunerasi dan/ atau perubahan atas

imbalan jasa kepada seluruh karyawan Bank BNP dipertimbangkan berdasarkan berbagai aspek pendukung dari mulai kebutuhan dasar hidup karyawan hingga harga kompensasi menurut peer group/ industri setara, sehingga kebijakan ini mampu memperkecil gap dalam perolehan penghasilan/ kompensasinya.

Remunerasi bagi karyawan ditetapkan melalui beberapa mekanisme penetapannya dimana keputusan tertinggi secara kolektif ada pada kewenangan Direksi berdasarkan penilaian kinerjanya

(key performance indicator/ KPI), sedangkan remunerasi dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi dilakukan dengan mekanisme yang berbeda yaitu direkomendasikan oleh Komite Remunerasi dan Nominasi dan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

k) Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam rangka ikut menunjang pencapaian visi

perusahaan untuk menjadi Bank ritel berskala nasional, Bank BNP harus mengembangkan bisnisnya secara signifikan melebihi tingkat pertumbuhan pasar maupun pesaing.

Untuk mencapai hal tersebut, Bank BNP harus memenuhi prasyarat utama berupa kemampuan menggerakkan dan memberdayakan seluruh perangkat organisasi secara optimal, terutama sumber daya manusianya. Ini berarti Bank BNP harus memiliki support dan sumber daya manusia dengan produktifitas dan kapabilitas terbaik di bidangnya.

Oleh karena itu fungsi dan peran Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum telah bergeser ke arah yang lebih strategis yaitu menjadi strategic business partner bagi seluruh unit kerja di Bank BNP.

Untuk mencapai peran baru tersebut di tahun 2011 Divisi HR & GA Bank BNP telah menempuh beberapa langkah transformasi internal antara lain: • Penataan organisasi HR & GA dalam rangka

transformasi menuju organisasi yang mampu mendukung pergerakan bisnis.

• Review pekerjaan dan work flow HR & GA agar mampu memberikan support yang lebih efektif bagi semua unit kerja.

Inisiatif strategis yang dilakukan pada tingkat bank-wide adalah dengan melakukan standarisasi pengelo-laan organisasi (Organization Management). Departe-men Organization Development dengan dibantu konsultan eksternal pada bulan Januari 2011 telah menetapkan beberapa kebijakan dasar dalam pengelolaan organisasi dengan tujuan agar terdapat standarisasi dan keselerasan di seluruh organisasi di Bank BNP.

Beberapa prinsip dasar dalam menata ulang organisasi adalah:• Productivity Ratio:

Ukuran organisasi dan pertumbuhannya harus seiring dengan ukuran dan pertumbuhan bisnis perusahaan.

• Organization Leveling: Organisasi perlu memiliki tingkatan organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab, kewenangan dan hak yang berbeda.

• Span of Control: Untuk menjamin tercapainya delegasi pekerjaan dan kontrol yang seimbang di setiap jabatan.

Secara garis besar organisasi di BNP dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:• Business Unit: unit yang berfungsi sebagai motor

utama pengembangan bisnis bank yang terdiri dari Divisi Kredit Tanpa Agunan (KTA), Divisi Regional Business I – III, Divisi Treasury Bisnis, Divisi Bisnis Mikro, dan Divisi Services.

• Business Support : unit yang berfungsi mendukung operasional bank secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Divisi Pengembangan Bisnis, Divisi Administrasi Kredit, Divisi Operasional, Divisi Umum dan Divisi Informasi Teknologi.

• Corporate Services: unit yang berfungsi untuk menangani kebijakan dan strategi level korporasi, yang terdiri dari Divisi Sumber Daya Manusia (SDM), Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), Divisi Perencanaan Perusahaan & Sekretaris Perusahaan, Divisi Akuntansi & Keuangan, Divisi Manajemen Resiko, Divisi Kepatuhan.

Project-project yang terkait dengan pembenahan organisasi yang dilakukan oleh Departemen Organization Development selama tahun 2011 adalah: • Tersedianya Struktur Organisasi dan uraian

pekerjaan (position/ job description) keseluruhan organisasi;

• Pengadaan generic "kompetensi" dan "require-ment" bagi semua jabatan;

• Pengadaan guidance untuk Job Evaluation for Job Grading;

• Penerapan personal grade untuk seluruh karyawan BNP beserta sosialisasinya;

• Pengembangan salary scale berbasis grading baru 2011;

• Pengembangan berbagai kebijakan yang terkait dengan pengelolaan SDM.

Sebagai organisasi yang berbasis pada perkembangan bisnis, Bank BNP menyadari pentingnya pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki. Karenanya, selama 2011 Bank BNP juga telah melaksanakan pelatihan yang mendukung peningkatan kemampuan dan keunggulan kompetitif sumber daya manusianya, antara lain:• Meningkatkan Leadership Skill bagi para pimpinan

unit kerja, dari level Department Head hingga Division Head dengan mengadakan training coaching

• Meningkatkan kompetensi perkreditan bagi seluruh pegawai yang terkait langsung dengan permasalahan kredit, baik untuk segmen Commercial, Consumer/Retail dan Micro Banking.

• Melaksanakan program pelatihan khusus bagi Frontliners dalam upaya meningkatkan service dan layanan cabang.

• Melaksanakan program khusus untuk program pengembangan karyawan seperti Service Officer Development Program (SODP), Marketing Executive Development Program (MEDP), Management Trainee for Micro Banking (MTMB).

• Dalam rangka menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi, masing-masing Direksi banyak mengikuti/berpartisipasi dalam seminar nasional dan internasional, forum-forum perbankan dan program-program lain yang terkait dengan bank.

Aktivitas yang dilakukan dalam rangka memenuhi target di atas, Learning Center BNP fokus pada:

a. Pengembangan Softskill b. Pengembangan Hardskill c. Management Trainee Program d. Pemenuhan Program Sertifikasi (BSMR)

Perkembangan jumlah karyawan pada tahun 2011 ini naik sebanyak 164 orang menjadi total 1.298 orang atau sama dengan tumbuh sebesar 14,4 % dari periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah SDM ini seiring dengan pertumbuhan bisnis, pengembangan organisasi dan perluasan jaringan kantor dan sebagai dampaknya peningkatan biaya Tenaga Kerja juga mengiringi kenaikan tersebut.

l) Pengunaan Tenaga Kerja Asing dan Konsultan. Bank BNP mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga

kerja asing yang berasal dari negara Jepang dan telah mendapatkan ijin bekerja dari Departemen Tenaga Kerja masing-masing bertindak sebagai manajemen yaitu Presiden Komisaris (Yasuo Uonomi), Presiden Direktur (Ritsuo Ando) dan Direktur (Koji Sawada) dengan masa kerja sesuai batas waktu pengangkatannya melalui hasil Rapat Umum Pemegang Saham.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/8/PBI/2007, tanggal 13 Juni 2007, tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan Di Sektor Perbankan, maka Bank BNP dalam mengembangkan bisnis khususnya untuk Kredit Tanpa Agunan juga telah menggunakan 2 (dua) orang tenaga asing dari Jepang yaitu Hitoshi Yokohama dan Tetsuji Sakioka sebagai senior advisor & advisor, serta seorang pejabat eksekutif (Shigeo Morimoto) yang bertugas sebagai Kepala Divisi Manajemen Risiko, penggunaan ketiga tenaga asing

tersebut berkaitan dengan kebutuhan Bank BNP saat ini yang masih memerlukan arahan dan alih pengetahuan atas kegiatan tersebut diatas.

m) Permodalan Sejalan dengan pertumbuhan Aktiva Produktif, maka

akan berpengaruh pada kebutuhan akan penyediaan Modal yang sepadan, mengingat laju pertumbuhan Aktiva Produktif yang terbesar berasal dari kredit yang besarnya mencapai 31,5%, maka beban Aktiva Tertimbang Menurut Risiko semakin meningkat yang pada akhirnya akan membebani rasio Kecukupan Modal yang dipersyaratkan.

Permodalan Bank BNP pada akhir Desember 2011, memiliki kecukupan modal minimum sebesar 13,45%, sekalipun angka ini masih cukup untuk memenuhi batas minimum yang dipersyaratkan yaitu 8%, namun seiring dengan pesatnya pertumbuhan bisnis khususnya dalam pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit, maka kecukupan dalam hal dukungan permodalanpun menjadi kurang maksimal bila margin yang dimiliki terlalu kecil.

Permodalan Bank BNP pada triwulan IV tahun 2011 mendapatkan suntikan dana berupa Pinjaman Subordinasi dari pemegang saham mayoritas sebesar USD 5,9 juta dengan jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) tahun, sehingga dengan adanya penambahan tersebut yang berdasarkan ketentuan bahwa pinjaman subordinasi dapat diperhitungkan sebagai

tambahan Modal Pelengkap Tier 2, perhitungan rasio CAR dapat meningkat dan terjaga pada kisaran 13%.

n) Kebijakan DividenDengan mempertimbangkan kemampuan keuangan Perseroan dan upaya untuk melakukan ekspansi usaha serta menjaga ketersediaan Modal yang cukup untuk mempertahankan struktur permodalannya, pada pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tahun 2011 telah disepakati untuk membagikan Dividen kepada para pemegang saham sebesar +/- 10% dari Laba Bersih Perseroan yang jumlahnya Rp. 4,74 Milyar, dan sisanya dipertahankan untuk tujuan penguatan permodalan sebagai Laba Ditahan.

o) Transaksi Dengan Pihak Terkait Bank BNP dalam melaksanakan transaksi-transaksi

yang berkaitan dengan para pihak terkait selalu mengacu pada ketentuan yang mengaturnya, diantara transaksi yang dilakukan antara Bank BNP dengan Pihak Terkait antara lain adalah: transaksi yang berkaitan dengan kegiatan utama Bank BNP seperti Kredit, Simpanan, Sewa Menyewa beberapa gedung perkantoran yang digunakan untuk operasional Bank BNP sehari-hari, dimana seluruh transaksinya berkaitan dengan kegiatan utama (core business) Bank BNP dan apabila transaksi tersebut dikategorikan transaksi yang mengandung unsur benturan kepentingan, maka telah mendapat persetujuan RUPS sebagaimana ketentuan yang mengaturnya.

Transparansi atas transaksi-transaksi tersebut agar

tidak menyimpang dari ketentuan hukum maupun praktek tata kelola perusahaan yang baik, maka seluruh ketentuan dan persyaratan yang dikenakan berlaku umum dan tidak ada pengecualian dan secara nilai tidak memenuhi unsur transaksi yang bersifat material.

Penjelasan dan detil transaksi dapat dilihat pada Catatan Atas Laporan Keuangan nomor : 35. yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani.

Bank BNP tidak melakukan kerjasama atau memiliki jenis transaksi dengan pihak terkait dalam hal Kepemilikan Silang, repuchase agreement, pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha dan lainnya.

2. Pembahasan Neraca Keuangan.Secara umum kinerja keuangan Bank BNP pada tahun buku 2011 menunjukkan keberhasilan atas perkembangan usaha yang signifikan dengan bertumbuh sebesar 24% dari periode yang sama tahun sebelumnya membuktikan bahwa Bank BNP tetap berupaya untuk terus maju dan berkembang dengan pasti.

Laporan Keuangan Bank BNP untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2011 telah disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan untuk periode-periode yang dilaporkan telah dilakukan restatement/ penyajian kembali untuk tahun 2010 dan 2011.

Refleksi keberhasilan manajemen menjalankan roda bisnisnya tercatat pada beberapa pos tertentu dalam Neraca Bank yang dibagi menjadi 4 (empat) bagian besar yang akan dibahas seperti Aktiva Produktif, Kewajiban, Laba-Rugi dan Permodalan.

KreditEksposur kredit Bank BNP pada tahun 2011 tumbuh sebesar 31,5%, dimana kredit yang disalurkan diberikan pada sektor-sektor ekonomi seperti Industri, Pedagangan, Transportasi, Konstruksi, Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Pertanian dan lain sebagainya.

Sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran, memiliki porsi penyaluran terbesar yaitu sekitar 38% dari total kredit yang telah disalurkan, kemudian sektor riil / industri berada pada posisi kedua terbesar, selebihnya tersebar ke sektor ekonomi lainnya.

Keberhasilan pertumbuhan Kredit ini disertai pula dengan keberhasilan dalam pengelolaan administrasi perkreditan yang baik, sehingga pemantauan dan pertumbuhan kualitas Kredit yang diberikanpun membaik seiring dengan sangat kecilnya rasio Kredit Bermasalah (NPL) yang pada akhir tahun 2011 tercatat hanya sebesar 0,88% (kotor).

Kecilnya rasio Kredit Bermasalah pada akhir tahun 2011 ini, tentunya sebagai hasil dari kerja keras manajemen dalam mengupayakan penyelesaian beberapa outstanding Kredit yang sudah berada dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet, disertai dengan mengerem laju dari potensi Kredit Bermasalah yang baru.

Pertumbuhan Kredit yang terjadi tidak terlepas pula dari peran pertumbuhan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dimana pada tahun 2011 pencapaiannya sebesar Rp. 2,76 triliun atau sama dengan 57,4% dari keseluruhan volume kredit Bank BNP.

Dalam sisi kepatuhan, penyaluran Kredit Bank BNP berpatokan pada ketentuan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) yang ditentukan oleh Bank Indonesia dan pada tahun 2011 ini tidak terdapat pelanggaran BMPK maupun pelampauan BMPK baik kepada pihak ketiga maupun pihak terkait (lihat Catatan Laporan Keuangan No. 10.m).

Pemberian kredit pada Pihak Terkait dan atau Debitur Inti, pada tahun 2011, secara persentase mengalami penurunan, dimana pada posisi akhir Desember 2011, tercatat pemberian kredit kepada Pihak Terkait hanya sebesar 1,02% dari volume kredit yang ada dan jumlah ini lebih kecil dari posisi tahun 2010, sedangkan persentase penyaluran kredit kepada 25 (dua puluh lima) Debitur Inti juga mengalami penurunan dari semula 17,88% pada tahun 2010 menjadi kurang lebih 17,48% pada tahun 2011.

Pemberlakuan suku bunga kredit selama tahun 2011, secara umum bergerak konsisten dan tidak terdapat lonjakan yang berarti, sekalipun menjelang akhir tahun 2011 terjadi penurunan Suku Bunga BI rate, namun seiring dengan kondisi pasar pada menjelang akhir tahun terjadi upaya untuk mempertahankan dana, karena persaingan suku bunga funding di pasaran mengetat, maka tidak jelas nampak pergeseran suku bunga khususnya suku bunga simpanan.

Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank LainSecara volume Perkiraan Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank Lain pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 28%, pada pos perkiraan ini terdiri dari Fasilitas Bank Indonesia (FASBI), FTK BI dan Call Money dimana dananya merupakan sebagian dari Dana Pihak Ketiga yang belum seluruhnya tersalurkan ke dalam kredit.

Surat Berharga Yang Dimiliki dan Obligasi PemerintahKebijakan berinvestasi pada jenis Surat Berharga tidak menjadi fokus utama, sehingga portofolio Surat Berharga yang dimiliki lebih dikarenakan menunggu jatuh temponya, dan hampir seluruh kepemilikan Surat berharga Bank BNP sifat kepemilikannya tidak untuk diperdagangkan namun dikuasai hingga jatuh tempo.

Obligasi Pemerintah/ Surat Utang Negara (SUN) yang dimiliki saat ini lebih bersifat memelihara hingga tanggal

jatuh tempo saja dan hanya mengandalkan penghasilan atas kupon/ bunga obligasinya saja yang bunganya masih memberikan margin cukup baik terhadap Pendapatan Bunga. Keberadaan kedua instrumen investasi ini hingga akhir tahun 2011 relatif tidak bertumbuh.

Dana Pihak KetigaDana pihak ketiga yang dikuasai Bank BNP terdiri dari Simpanan Nasabah berupa Tabungan, Rekening Giro dan Simpanan Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, dimana hingga pada akhir tahun 2011 jumlah volume Dana Pihak Ketiga telah mengalami pertumbuhan secara total sebesar 24,55% atau sama dengan Rp. 1,11 Triliun menjadi total Rp. 5,66 Triliun.

Pertumbuhan terbesar dari jumlah Dana tersebut disokongkan oleh peningkatan Simpanan dalam bentuk Tabungan yaitu sebesar 52% tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya, dan Simpanan Berjangka berada pada posisi ke dua pertumbuhan terbesar secara persentase setelah Tabungan yaitu sebesar 22,6%.

Perolehan atas peningkatan Simpanan Tabungan ini menyusul keberhasilan peluncuran produk Tabungan SAKURA beberapa waktu yang lalu disertai pula dengan produk Tabungan Jangka Panjang (JAPAN) yang memiliki kelebihan simpanan berencana jangka panjang. Sekalipun volume pertumbuhan Simpanan

cukup tinggi, khususnya Deposito Berjangka, namun persentase Deposan Inti mengalami penurunan dari semula 20,26% pada akhir tahun 2010 menjadi 18,84% pada akhir tahun 2011.

Secara komposisi posisi Dana Pihak Ketiga masih didominasi oleh Simpanan Berjangka/ Deposito sebesar 72% dan sisanya dalam bentuk Tabungan dan Giro, sehingga kondisi ini sedikit lebih memunculkan ekses biaya mahal, namun keberadaan Simpanan Berjangka ini mampu memperkecil gap maturity antara sumber dana dan penyaluran dana yang ada.

3. Laba – Rugi Pendapatan Bunga Pos Pendapatan Bunga terbentuk dari komponen dalam

Aktiva Produktif yang menghasilkan terdiri dari Pinjaman, Surat Berharga, Penempatan dan lain sebagainya baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, selama tahun 2011 pos Pendapatan Bunga tercatat sebesar Rp. 612,5 Milyar mengalami peningkatan sebesar 40,4% dari tahun sebelumnya, dimana peningkatan pendapatan ini disebabkan karena naiknya pertumbuhan kredit yang terjadi.

Beban Bunga Beban Bunga terdiri dari kewajiban atas Simpanan dalam

mata uang Rupiah dan valuta asing, dimana selama tahun 2011 telah terjadi peningkatan Beban Bunga menjadi Rp. 318 Milyar atau sama dengan naik 50,27% dari periode yang sama tahun 2010, angka ini relatif cukup besar, mengingat langkah untuk melakukan re-profiling Simpanan masih terus diupayakan.

Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih diperoleh dari selisih antara

Pendapatan Bunga dari Aktiva Produktif dengan Beban Bunga Simpanan, dimana pada akhir Desember 2011 Pendapatan Bunga Bersih Bank naik/ tumbuh sebesar 31,09%, hal ini dikarenakan terjadinya pertumbuhan Aktiva Produktif khususnya kredit yang cukup signifikan.

Laba Operasional Pendapatan Bunga Bersih setelah diperhitungkan

dengan Pendapatan Operasional Lainnya dan Beban Operasional Lainnya meningkat sebesar 33,7%. Peningkatan ini disebabkan adanya kenaikan pada

Beban Administrasi & Umum sebesar 23% dan Beban Tenaga Kerja sebesar 44%.

Peningkatan Beban Administrasi & Umum dan Biaya Tenaga Kerja dikarenakan adanya perluasan jaringan kantor, penambahan SDM sehingga menambah unsur sarana prasarana seperti perluasan gedung/ layout ruangan, IT dan transportasi serta pembayaran bonus dan tantieme pada bulan Juni dan Desember 2011.

4. Rasio Keuangan• Rasio Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum/

Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio Kecukupan Modal (CAR) adalah rasio Modal

terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), dimana berdasarkan peraturan Bank Indonesia jumlah modal untuk risiko kredit terdiri dari Modal Inti (Tier I) dan Modal Pelengkap (Tier II). Pada akhir tahun 2011 CAR Bank BNP menunjukan 13,45% setelah memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Operasional dan Risiko Pasar.

• Rasio Kredit Bermasalah/ Non Perfoming Loan Ratio (NPL)

Rasio Kredit Bermasalah (NPL) pada akhir tahun 2011 tercatat sebesar 0,88% (gross), jauh lebih kecil dari rasio NPL maksimal sebesar 5%, sehingga bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan volume kredit besaran kualitas kredit yang non performing sangatlah kecil, hal ini menunjukan bahwa efektifitas penyaluran kredit berjalan dengan sangat prudent dan Bank BNP selalu berupaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas kreditnya agar berjalan dengan baik.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Total Aktiva/ Return On Assets Ratio (ROA)

Pencapaian ROA Bank BNP pada tahun 2011 adalah sebesar 1,53% naik 0,03% dari tahun 2010, hal tersebut dikarenakan peningkatan Laba lebih besar dari peningkatan pertumbuhan Asetnya, artinya bahwa Bank BNP masih memiliki kemampuan yang lebih dalam menciptakan Laba.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Ekuitas/ Return On Equity Ratio (ROE)

Perbandingan antara Laba Bersih terhadap Permodalan Bank BNP pada tahun 2011 meningkat cukup signifikan menjadi 12,82% atau sama dengan naik 0,44% dari semula 12,38% pada tahun 2010, hal

ini disebabkan karena pertumbuhan perolehan Laba Bersih lebih besar dari peningkatan Ekuitas.

• Rasio Kredit Terhadap Dana Pihak Ketiga/ Loan to Deposit Ratio (LDR)

Volume Kredit yang dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (LDR) pada tahun 2011 meningkat menjadi 84,92% dari semula 80,41% pada tahun 2010, hal ini menunjukan bahwa salah satu fungsi dari kegiatan perbankan yaitu fungsi intermediasi melalui pemberian kredit berjalan baik dan bahkan semakin meningkat.

• Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Perbandingan antara Beban Operasional dengan

Pendapatan Operasional pada akhir 2011 tercatat sebesar 85,77% meningkat dari tahun sebelumnya yang besarnya 85,17%, hal ini disebabkan adanya peningkatan biaya operasional dalam rangka ekspansi usaha selama tahun 2011

5. Perluasan Jaringan KantorKemampuan Bank BNP dalam menjangkau pasar menjadi kunci utama bagi pengembangan bisnis kedepannya, keberadaan ujung tombak baik berupa jaringan kantor yang secara organik maupun delivery channel yang dimiliki dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan Bank BNP untuk meraih pangsa pasar di lokasi tersebut.

Bank BNP pada tahun 2011 telah menambah 13 jaringan kantor baru baik berupa Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan atau Kantor Kas berikut Service Point dan Mesin ATMnya, disamping itu juga terdapat beberapa lokasi kantor dan mesin ATM yang direlokasi.

Kebijakan pembukaan kantor baru pada tahun 2011 yang pada dasarnya diorientasikan untuk mendukung pertumbuhan Bisnis Mikro dan Kecil sehingga keberadaan jaringan kantor yang baru memiliki fokus yang sedikit berbeda.

Sesuai dengan rencana dalam RBB 2011-2013, pembukaan jaringan yang dilakukan pada tahun 2011 baru dapat direalisasikan sebanyak 13 kantor dari 24 yang direncanakan termasuk relokasi dan peningkatan status kantor, hal ini disebabkan oleh masalah kesiapan lokasi gedung kantor dan perijinan saja, sedangkan sisanya secara bertahap dilakukan pada awal tahun 2012.

Dengan penambahan 13 jaringan kantor baru di tahun 2011 ini, maka secara keseluruhan Bank BNP memiliki 60 (enam puluh) jaringan kantor yang tersebar di Jawa dan Bali.

6. Kegiatan Lainnya Kegiatan Edukasi Perbankan & Ayo Ke Bank Sebagai manifestasi dari pilar ke-enam Arsitektur

Perbankan Indonesia oleh Bank Indonesia, yang menetapkan bahwa bank-bank bertanggung jawab untuk mendidik masyarakat untuk memahami dasar-dasar perbankan, Bank BNP telah mengunjungi beberapa sekolah di wilayah Bandung dan sekitarnya dan melakukan sosialisasi Edukasi Perbankan.

Topik yang dibahas adalah “Budaya Menabung Sejak Dini” yaitu bertujuan untuk:1. Membangun kesadaran serta memotivasi anak-anak

untuk memiliki budaya menabung sejak usia dini;

2. Membangun masyarakat yang bank minded dan memberikan pemahaman kegunaan menabung di Bank; serta

3. Memberikan pemahaman atas produk dan layanan perbankan.

Pelaksanaan program tersebut memperoleh tanggapan yang positif dari para siswa maupun Kepala Sekolah. Ke depannya, Bank BNP berencana untuk memperluas jangkauan wilayah program edukasi perbankan, sesuai dengan misinya untuk membantu mengembangkan masyarakat.

Corporate Social ResponsibilityTanggung Jawab Sosial yang dilakukan oleh Bank BNP bertujuan untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara dunia usaha, masyarakat dengan alam sekitar, tepatnya komunitas dan lingkungan, dengan mencapai keuntungan bagi semua pihak yang berkesinambungan hingga generasi selanjutnya. Beberapa program yang dilaksanakan selama tahun 2011 adalah:• Bantuan untuk membangun pengadaan sarana air bersih

dan sarana MCK. Sebagai bentuk partisipasi untuk menolong

terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang sangat mendasar yaitu salah satunya kebutuhan akan air bersih, Bank BNP melalui Lembaga Pemerhati dan Pengembangan Pendidikan Daerah Tertinggal (LP3T) telah menyumbangkan dana untuk membangun sarana air bersih dan sarana MCK bagi masyarakat di Kabupaten Lebak- Propinsi Banten.

• Bantuan dalam Pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan.

Generasi muda adalah asset sebuah bangsa, dan Bank BNP melihat keberadaan mereka sebagai pihak yang perlu didukung dan dibantu agar berkembang ke arah yang lebih baik. Dengan adanya rencana Eta Pro’comm untuk menyelenggarakan acara “Meraih Impian Anak

Negeri” yaitu pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan di wilayah Bandung, dirasakan Bank BNP sebagai kesempatan yang baik untuk merealisasikan kepedulian Bank BNP, dengan menyumbangkan sejumlah dana sebagai bukti kepeduliannya.

• Bantuan untuk Korban Gempa di Tapanuli. Sebagai bentuk partisipasi dalam menolong masyarakat

yang membutuhkan, pada acara Malam Amal Penggalangan Dana untuk Korban Gempa di Tapanuli, Bank BNP menyumbangkan dana melalui Panitia Peduli Korban Gempa di Tapanuli Posko Jawa Barat.

PenghargaanSebagai bukti komitmen Bank BNP untuk terus dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan kinerja perusahaan, maka dibutuhkan sebuah komitmen kuat dari seluruh elemen organisasi yang mendukung visi-misi tersebut.

Dengan penuh rasa bangga, manajemen mempersembahkan secara nyata hasil kinerja yang telah dilakukan dengan berhasil diraihnya 3 (tiga) Anugerah Business Review Award pada bulan Nopember 2011 yaitu:1. The Best CEO (Special Criteria)2. The Best Marketing Management3. The Best Corporation for Risk Management

Prestasi lainnya yang menyusul berhasil diraih Bank BNP berdasarkan survey The Most Powerful Bank pada Majalah Warta Eko nomi, Bank BNP meraih gelar Peringkat Pertama sekaligus untuk 2 (dua) Kategori di kelasnya yaitu sebagai :

1. The Most Valuable Bank : yaitu Bank dengan kebijakan produk portofolio terbaik, baik portofolio berbasis Ekuitas maupun berbasis Surat Hutang; dan

2. The Most Attractive Bank : Bank terbaik berdasarkan kemampuan untuk menjadi lembaga intermediasi keuangan bagi masyarakat.

Selain penghargaan yang diterima, Bank BNP pun mulai memasuki/ meraih peringkat dalam beberapa kegiatan rating atas kinerja Perusahaan berdasarkan beberapa kriteria penilaian yang dilakukan oleh beberapa media nasional antara lain dari :• InfoBank Awards 2011 Memperoleh predikat Sangat Bagus pada InfoBank

Awards 2011 untuk kinerja keuangan tahun 2010.• Majalah InfoBank edisi Juni 2011:• Berdasarkan Modal Rp. 100 Milyar s/d Rp. 1 Triliun,

menempati peringkat ke 15 dari 67 Bank, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Kepemilikan Bank Swasta Nasional Devisa, menempati peringkat ke 7 dari 10 Terbaik, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Status Badan Hukum PT Terbuka/Go Publik, menempati peringkat ke 10 dari 31 Bank Go Publik, (predikat SANGAT BAGUS).

Disamping beberapa media cetak di atas, juga masih terdapat beberapa pemeringkatan yang diperoleh Bank BNP dari beberapa media yang melakukan pemeringkatan dan seluruh Penghargaan yang diraih ini didedikasikan kepada seluruh komponen Bank BNP untuk lebih memotivasi kita bekerja untuk menghasilkan yang terbaik.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

jenis kredit investasi, sehingga bila dilihat dari tujuan penggunaan kredit hampir 89% dari portofolio kredit Bank BNP dialokasikan kepada sektor yang produktif/ bersifat komersil.

c) Bisnis Konsumer Bisnis Konsumer secara umum mengelola pemberian

Kredit yang bertujuan tidak untuk penggunaan produktif atau hanya digunakan untuk yang bersifat konsumtif dikelompokkan dalam segmen bisnis tersendiri dengan term and condition yang berbeda pula dari jenis kredit lainnya. Sejak awal bulan Januari 2011, pengelolaan atas Bisnis ini dilakukan secara tersentralisasi dan berada pada satu Divisi yang khusus menangani Bisnis Konsumer.

Objek yang menjadi sasaran pembiayaan kredit Konsumer antara lain adalah :1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)2. Kredit Pemilikan Mobil (KPM)3. Kredit Renovasi Rumah (KRR)4. Dll.

Pemberian kredit jenis ini ada pula yang dilakukan baik secara direct kepada end user, atau melalui skim kerja sama (in-direct) dengan perusahaan penyalur lainnya seperti Dealer Sparepart kendaraan bermotor dan lainnya atau dapat pula dengan bekerjasama melalui Developer/ pengembang lainnya.

d) Bisnis MikroKategori pengelompokkan kredit Mikro berawal dari besaran pinjaman sampai dengan Rp. 50.000.000,- (sesuai ketentuan Bank Indonesia) dan besaran inipun masih dalam pengkajian internal manajemen Bank BNP untuk dilakukan penyesuaian, sehingga plafond kreditnya mengalami sedikit perubahan. Sepanjang tahun 2011, perkembangan dan pertumbuhan kredit Mikro baik dari sisi volume maupun kualitasnya, telah menunjukan kinerja yang semakin baik, seiring dengan itu perolehan spread dari suku bunga yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis pinjaman komersil lainnya.

Posisi portofolio Kredit untuk bisnis Mikro pada akhir tahun 2011 mencapai Rp. 350,75 Milyar, tumbuh 187% dari periode yang sama tahun lalu.

Guna mendukung perkembangan bisnis Mikro ke depannya, khususnya dalam upaya untuk meningkatkan portofolio kredit Mikro, selain mempersiapkan dan melakukan pemenuhan Sumber Daya Manusia, juga telah dilakukan pemenuhan berbagai sarana prasarana untuk mendukung bisnis tersebut antara lain :• Membuat dan terus menyempurnakan spesifikasi

bisnis untuk kredit mikro;• Melakukan implant terhadap beberapa kantor

cabang yang ada untuk meningkatkan pangsa pasar penjualan kredit mikro ini;

• Memperbanyak outlet/ kantor yang berorientasi pada segmen mikro/ UMK yaitu terhadap sentra-sentra bisnis ritel;

• Menyelenggarakan pelatihan internal/ Manage-ment Trainee Micro Banking bulan Maret 2011 selama 3 bulan guna mendidik kader-kader pelaku bisnis Mikro.

Prospek bisnis mikro akan sangat berkembang di masa mendatang, sehingga portofolionya akan terus ditingkatkan sehingga akan menjadi penyokong utama terhadap peningkatan komposisi terhadap segmen UMKM Bank BNP sambil terus berupaya untuk mengambil ceruk pasar (niche market) dari potensi segmen Micro yang ada dengan penekanan pada pricing yang kompetitif dibandingkan dengan unit mikro kompetitor lainnya, di mana saat ini cost structure dari kompetitor lainnya relatif sudah lebih tinggi.

Sampai akhir tahun 2011, angka kredit bermasalah bagi Kredit Bisnis Mikro ini tercatat hanya sebesar 3,58% dari total portofolio Kredit Mikro, sehingga bila dibandingkan dengan volumenya, besaran tersebut masih dalam tahapan toleransi yang baik.

e) Bisnis Kredit Tanpa Agunan (KTA) KTA Bank BNP merupakan kredit multi guna yang

dapat digunakan untuk membiayai berbagai macam kebutuhan tanpa mensyaratkan adanya jaminan.

Pinjaman jenis ini akan menjadi pelengkap ragamnya jenis pinjaman berbasis ritel yang disalurkan yang tidak sama dengan pinjaman lainnya dan jenis produk pinjaman ini pada tanggal 25 November 2011 telah mengalami perubahan nama menjadi pinjaman KATANA (Kredit Tanpa Agunan).

Sasaran dari produk KATANA ditujukan khusus untuk karyawan umum dengan penghasilan tetap, baik dengan status karyawan tetap maupun kontrak, mengingat potensi pasar karyawan di Indonesia cukup luas sehingga kondisi ini menjadi target pasar yang potensil.

Bank BNP dalam melakukan penjualan produk KATANA menjalankan strategi pemasaran secara kolektif kepada perusahaan melalui kerjasama dengan HRD perusahaan/ Koperasi karyawan dalam hal pembayaran gaji karyawannya/ payroll. Selain itu juga dilakukan direct selling melalui jaringan kantor Bank BNP yang ada.

Sedangkan untuk menggarap pangsa pasar yang lebih luas, dilakukan open table/ exhibition di gedung perkantoran/ mall yang sesuai dengan target pasarnya, sekaligus untuk meningkatkan company dan brand image.

Menjelang akhir tahun 2011, penjualan KATANA ini dikemas dalam sebuah program promo KATANA HEBAT (Kredit Tanpa Agunan Heboh Akhir Tahun) yang berlaku hingga 30 Desember 2011 dimana beberapa syarat dan kondisi yang ditentukan memi-liki kemudahan-kemudahan serta keuntungan yang lain dari program lainnya.

Pertumbuhan outstanding KATANA hingga akhir tahun 2011 meningkat sebesar 148,8% dibandingkan tahun 2010, sedangkan jumlah kontrak yang terjadi pada tahun 2011 juga naik sebesar 169,8%.

f) TreasuryPengelolaan Treasury di Bank BNP dilakukan secara prudent (kehati-hatian) dengan mengikuti sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Manajemen dan mentaati peraturan yang berlaku dari Bank Indonesia. Divisi Treasury memegang peranan penting dalam pegelolaan likuiditas bank, perdagangan valuta asing serta perdagangan surat berharga.

Treasury Bank BNP terdiri dari beberapa departemen yaitu: 1. Departemen Asset Liabilities Management yang

mengelola dana dan berhubungan dengan pasar uang (money market) baik untuk peminjaman maupun penempatan dana serta pengelolaan surat berharga;

2. Departemen Forex Business yang mengelola seluruh transaksi valuta asing baik untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan nasabah guna meningkatkan pendapatan perusahaan; dan

3. Departemen Financial Institution yang banyak berhubungan dengan Counterparty Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), guna meningkatkan hubungan kerja sama perbankan saat ini dan di masa mendatang.

Dalam pengelolaan dana , transaksi surat berharga serta transaksi valuta asing dilakukan dengan memperhitungkan segala aspek risiko – risiko yang mungkin timbul seperti risiko likuiditas, risiko nilai tukar, risiko suku bunga risiko pasar serta risiko operasional dan dengan berpedoman kepada peraturan yang berlaku.

Guna meningkatkan kapabilitas karyawan, secara rutin dilakukan training untuk marketing dan Front Liner seperti Basic Treasury , Basic Forex , Bank Notes Counterfeit , agar supaya tercipta karyawan – karyawan yang handal untuk melayani keperluan para nasabah.

Di samping itu, Divisi Treasury bersama jajaran Manajemen secara rutin mengadakan rapat ALCO (Asset and Liabilities Committee) guna menentukan kebijakan dan gapping management (suku bunga, tenor, mata uang) dengan mengevaluasi atas hasil pemantauan pasar baik lokal maupun internasional. Diharapkan Treasury bisa berkontribusi secara optimal dan dapat mengindikasikan secara awal jika ada kondisi yang dapat merugikan atau membahayakan perusahaan.

Di masa mendatang Treasury akan mengembangkan potensi bisnis baru guna memenuhi kebutuhan transaksi maupun investasi dari para nasabah dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusa-haan.

g) Kebijakan Tingkat Suku Bunga

Penerapan kebijakan suku bunga di Bank BNP baik dari sisi Lending maupun Funding, selalu disusun dan diberlakukan dengan mengacu pada beberapa kondisi seperti :• Kebutuhan dasar biaya dana/ bunga simpanan (cost of fund);• Biaya-biaya pendukung yang sifatnya variable yang terkait dengan kegiatan pendanaan;• Ketentuan Suku Bunga acuan seperti BI rate dan Suku Bunga Penjaminan (LPS);• Cost of money yang menjadi beban perusahaan;• Margin profit yang diharapkan ; dan• Kebijakan/ kondisi suku bunga dari pesaing atau yang berlaku di pasar.

Sehingga dengan berlandaskan kepada hal tersebut di atas, kebijakan suku bunga Simpanan atau Pinjaman, diupayakan selalu seiring dengan pergerakan harga pasar, agar dapat bersaing dengan fair, tanpa mengabaikan besaran spread yang ditargetkan, hal ini nampak pada besaran NIM pada akhir tahun 2011, naik menjadi 4,99% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,91%.

Keputusan dalam menentukan besaran suku bunga yang akan diberlakukan melalui mekanisme rapat team pendukung seperti ALCO dan Rapat-rapat Direksi baik yang diselenggarakan secara regular maupun secara sirkuler.

Sedangkan trend pergerakan suku bunga pada tahun 2011, sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah, nampak pergerakan margin spread antara simpanan dan pinjaman relatif stabil dan tidak ada pergerakan yang ekstrim.

h) Transaksi Ekspor – Impor dan Devisa Sekalipun dunia khususnya di belahan negara-negara

Eropa pada paruh waktu tahun 2011 mengalami krisis keuangan yang berimbas kepada negara-negara berkembang seperti salah satunya Indonesia yang memiliki berbagai aktifitas perdagangan internasional seperti kegiatan ekspor dan impor, namun bagi Indonesia kondisi tersebut belum dirasakan dampak yang signifikan hingga ditutupnya tahun 2011.

Dalam kegiatan transaksi perdagangan Luar Negeri seperti ekspor dan impor, kejadian tersebut khususnya bagi Bank BNP secara umum tidak berdampak signifikan karena sebaran kegiatan ekspor khususnya, untuk Negara-negara Eropa tidak terlalu besar bahkan secara volume cenderung naik dari kegiatan ekspor – impor yang dilakukan melalui Bank BNP dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebagai salah satu ciri dari Bank Devisa adalah kegiatan transaksi dalam mata uang asing selain Rupiah, dalam hal ini Bank BNP melakukan beberapa kegiatan seperti pembiayaan perdagangan luar negeri, jasa kiriman uang, collection dan transaksi lainnya termasuk money changer.

Khusus dalam transaksi perdagangan luar negeri dalam kegiatan pembiayaan ekspor dan impor, maka selama tahun 2011 Bank BNP telah menangani proses Ekspor baik melalui pembukaan Letter of Credit (LC) maupun tanpa menggunakan LC yaitu sebanyak 1.028 dokumen ekspor dengan nilai equivalen USD 45,4 juta naik sebesar 13,5% secara volume dari tahun 2010, dan untuk transaksi Impor yaitu sebanyak 218 dokumen dengan nilai equivalen USD 28,93 juta naik sebesar 65% dari realisasi impor tahun 2010.

Sedangkan untuk kegiatan remmittance yang ditransaksikan melalui Bank BNP baik kiriman uang keluar negeri maupun masuk masing-masing mencapai volume 15.925 aplikasi kiriman uang keluar dengan nilai eq. USD 768,336,366 dan untuk kiriman uang masuk diterima sebanyak 6.733 kiriman atau naik sebesar 11,3% dengan jumlah nilai eq. USD 254,152,172

i) Teknologi dan Informasi Perkembangan bisnis Bank BNP tidak bisa dilepaskan

dari adanya dukungan Teknologi Informasi yang sangat kuat di belakangnya.

Management sangat menyadari akan hal ini sejak dari awal dan semakin terasa dampaknya ketika masuk ke dalam segment bisnis Mikro dan KTA yang telah dimulai beberapa tahun yang lalu.

Saat ini Divisi dan unit kerja IT bukan lagi merupakan support untuk tujuan bisnis, tetapi sudah merupakan strategic partner untuk bisa mencapai tujuan bisnis.

Penambahanan delivery channel, baik itu berupa pembukaan kantor-kantor cabang baru dan penambahan mesin ATM dan EDC semakin ditingkatkan agar BNP bisa lebih dekat lagi kepada nasabah.

Kecepatan, ketepatan dan keamanan penyediaan informasi kepada nasabah merupakan keharusan yang tidak bisa di tawar lagi. Memberikan akses kepada nasabah setiap saat selama 24 jam per hari bukan merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi sudah merupakan suatu keharusan.

Untuk tetap bisa menunjang semuanya itu, maka IT selalu melakukan pengkinian di semua bagian, baik itu di sisi aplikasi, server dan infrastructure teknologi.

Selain itu untuk sisi keamanan data dan jaringan juga dilakukan pengkinian firewall, penyediaan Disaster Recovery Site dan penyediaaan backup link untuk kantor-kantor cabang.

Ketaatan kepada peraturan dan hukum yang berlaku merupakan hal yang sangat penting dan juga menjadi perhatian utama manajemen. Oleh karena itu Bank BNP juga telah melakukan perjanjian secara enterprise dengan pihak Microsoft.

j) Remunerasi dan Tunjangan Kebijakan remunerasi dan/ atau perubahan atas

imbalan jasa kepada seluruh karyawan Bank BNP dipertimbangkan berdasarkan berbagai aspek pendukung dari mulai kebutuhan dasar hidup karyawan hingga harga kompensasi menurut peer group/ industri setara, sehingga kebijakan ini mampu memperkecil gap dalam perolehan penghasilan/ kompensasinya.

Remunerasi bagi karyawan ditetapkan melalui beberapa mekanisme penetapannya dimana keputusan tertinggi secara kolektif ada pada kewenangan Direksi berdasarkan penilaian kinerjanya

(key performance indicator/ KPI), sedangkan remunerasi dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi dilakukan dengan mekanisme yang berbeda yaitu direkomendasikan oleh Komite Remunerasi dan Nominasi dan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

k) Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam rangka ikut menunjang pencapaian visi

perusahaan untuk menjadi Bank ritel berskala nasional, Bank BNP harus mengembangkan bisnisnya secara signifikan melebihi tingkat pertumbuhan pasar maupun pesaing.

Untuk mencapai hal tersebut, Bank BNP harus memenuhi prasyarat utama berupa kemampuan menggerakkan dan memberdayakan seluruh perangkat organisasi secara optimal, terutama sumber daya manusianya. Ini berarti Bank BNP harus memiliki support dan sumber daya manusia dengan produktifitas dan kapabilitas terbaik di bidangnya.

Oleh karena itu fungsi dan peran Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum telah bergeser ke arah yang lebih strategis yaitu menjadi strategic business partner bagi seluruh unit kerja di Bank BNP.

Untuk mencapai peran baru tersebut di tahun 2011 Divisi HR & GA Bank BNP telah menempuh beberapa langkah transformasi internal antara lain: • Penataan organisasi HR & GA dalam rangka

transformasi menuju organisasi yang mampu mendukung pergerakan bisnis.

• Review pekerjaan dan work flow HR & GA agar mampu memberikan support yang lebih efektif bagi semua unit kerja.

Inisiatif strategis yang dilakukan pada tingkat bank-wide adalah dengan melakukan standarisasi pengelo-laan organisasi (Organization Management). Departe-men Organization Development dengan dibantu konsultan eksternal pada bulan Januari 2011 telah menetapkan beberapa kebijakan dasar dalam pengelolaan organisasi dengan tujuan agar terdapat standarisasi dan keselerasan di seluruh organisasi di Bank BNP.

Beberapa prinsip dasar dalam menata ulang organisasi adalah:• Productivity Ratio:

Ukuran organisasi dan pertumbuhannya harus seiring dengan ukuran dan pertumbuhan bisnis perusahaan.

• Organization Leveling: Organisasi perlu memiliki tingkatan organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab, kewenangan dan hak yang berbeda.

• Span of Control: Untuk menjamin tercapainya delegasi pekerjaan dan kontrol yang seimbang di setiap jabatan.

Secara garis besar organisasi di BNP dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:• Business Unit: unit yang berfungsi sebagai motor

utama pengembangan bisnis bank yang terdiri dari Divisi Kredit Tanpa Agunan (KTA), Divisi Regional Business I – III, Divisi Treasury Bisnis, Divisi Bisnis Mikro, dan Divisi Services.

• Business Support : unit yang berfungsi mendukung operasional bank secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Divisi Pengembangan Bisnis, Divisi Administrasi Kredit, Divisi Operasional, Divisi Umum dan Divisi Informasi Teknologi.

• Corporate Services: unit yang berfungsi untuk menangani kebijakan dan strategi level korporasi, yang terdiri dari Divisi Sumber Daya Manusia (SDM), Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), Divisi Perencanaan Perusahaan & Sekretaris Perusahaan, Divisi Akuntansi & Keuangan, Divisi Manajemen Resiko, Divisi Kepatuhan.

Project-project yang terkait dengan pembenahan organisasi yang dilakukan oleh Departemen Organization Development selama tahun 2011 adalah: • Tersedianya Struktur Organisasi dan uraian

pekerjaan (position/ job description) keseluruhan organisasi;

• Pengadaan generic "kompetensi" dan "require-ment" bagi semua jabatan;

• Pengadaan guidance untuk Job Evaluation for Job Grading;

• Penerapan personal grade untuk seluruh karyawan BNP beserta sosialisasinya;

• Pengembangan salary scale berbasis grading baru 2011;

• Pengembangan berbagai kebijakan yang terkait dengan pengelolaan SDM.

Sebagai organisasi yang berbasis pada perkembangan bisnis, Bank BNP menyadari pentingnya pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki. Karenanya, selama 2011 Bank BNP juga telah melaksanakan pelatihan yang mendukung peningkatan kemampuan dan keunggulan kompetitif sumber daya manusianya, antara lain:• Meningkatkan Leadership Skill bagi para pimpinan

unit kerja, dari level Department Head hingga Division Head dengan mengadakan training coaching

• Meningkatkan kompetensi perkreditan bagi seluruh pegawai yang terkait langsung dengan permasalahan kredit, baik untuk segmen Commercial, Consumer/Retail dan Micro Banking.

• Melaksanakan program pelatihan khusus bagi Frontliners dalam upaya meningkatkan service dan layanan cabang.

• Melaksanakan program khusus untuk program pengembangan karyawan seperti Service Officer Development Program (SODP), Marketing Executive Development Program (MEDP), Management Trainee for Micro Banking (MTMB).

• Dalam rangka menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi, masing-masing Direksi banyak mengikuti/berpartisipasi dalam seminar nasional dan internasional, forum-forum perbankan dan program-program lain yang terkait dengan bank.

Aktivitas yang dilakukan dalam rangka memenuhi target di atas, Learning Center BNP fokus pada:

a. Pengembangan Softskill b. Pengembangan Hardskill c. Management Trainee Program d. Pemenuhan Program Sertifikasi (BSMR)

Perkembangan jumlah karyawan pada tahun 2011 ini naik sebanyak 164 orang menjadi total 1.298 orang atau sama dengan tumbuh sebesar 14,4 % dari periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah SDM ini seiring dengan pertumbuhan bisnis, pengembangan organisasi dan perluasan jaringan kantor dan sebagai dampaknya peningkatan biaya Tenaga Kerja juga mengiringi kenaikan tersebut.

l) Pengunaan Tenaga Kerja Asing dan Konsultan. Bank BNP mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga

kerja asing yang berasal dari negara Jepang dan telah mendapatkan ijin bekerja dari Departemen Tenaga Kerja masing-masing bertindak sebagai manajemen yaitu Presiden Komisaris (Yasuo Uonomi), Presiden Direktur (Ritsuo Ando) dan Direktur (Koji Sawada) dengan masa kerja sesuai batas waktu pengangkatannya melalui hasil Rapat Umum Pemegang Saham.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/8/PBI/2007, tanggal 13 Juni 2007, tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan Di Sektor Perbankan, maka Bank BNP dalam mengembangkan bisnis khususnya untuk Kredit Tanpa Agunan juga telah menggunakan 2 (dua) orang tenaga asing dari Jepang yaitu Hitoshi Yokohama dan Tetsuji Sakioka sebagai senior advisor & advisor, serta seorang pejabat eksekutif (Shigeo Morimoto) yang bertugas sebagai Kepala Divisi Manajemen Risiko, penggunaan ketiga tenaga asing

tersebut berkaitan dengan kebutuhan Bank BNP saat ini yang masih memerlukan arahan dan alih pengetahuan atas kegiatan tersebut diatas.

m) Permodalan Sejalan dengan pertumbuhan Aktiva Produktif, maka

akan berpengaruh pada kebutuhan akan penyediaan Modal yang sepadan, mengingat laju pertumbuhan Aktiva Produktif yang terbesar berasal dari kredit yang besarnya mencapai 31,5%, maka beban Aktiva Tertimbang Menurut Risiko semakin meningkat yang pada akhirnya akan membebani rasio Kecukupan Modal yang dipersyaratkan.

Permodalan Bank BNP pada akhir Desember 2011, memiliki kecukupan modal minimum sebesar 13,45%, sekalipun angka ini masih cukup untuk memenuhi batas minimum yang dipersyaratkan yaitu 8%, namun seiring dengan pesatnya pertumbuhan bisnis khususnya dalam pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit, maka kecukupan dalam hal dukungan permodalanpun menjadi kurang maksimal bila margin yang dimiliki terlalu kecil.

Permodalan Bank BNP pada triwulan IV tahun 2011 mendapatkan suntikan dana berupa Pinjaman Subordinasi dari pemegang saham mayoritas sebesar USD 5,9 juta dengan jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) tahun, sehingga dengan adanya penambahan tersebut yang berdasarkan ketentuan bahwa pinjaman subordinasi dapat diperhitungkan sebagai

tambahan Modal Pelengkap Tier 2, perhitungan rasio CAR dapat meningkat dan terjaga pada kisaran 13%.

n) Kebijakan DividenDengan mempertimbangkan kemampuan keuangan Perseroan dan upaya untuk melakukan ekspansi usaha serta menjaga ketersediaan Modal yang cukup untuk mempertahankan struktur permodalannya, pada pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tahun 2011 telah disepakati untuk membagikan Dividen kepada para pemegang saham sebesar +/- 10% dari Laba Bersih Perseroan yang jumlahnya Rp. 4,74 Milyar, dan sisanya dipertahankan untuk tujuan penguatan permodalan sebagai Laba Ditahan.

o) Transaksi Dengan Pihak Terkait Bank BNP dalam melaksanakan transaksi-transaksi

yang berkaitan dengan para pihak terkait selalu mengacu pada ketentuan yang mengaturnya, diantara transaksi yang dilakukan antara Bank BNP dengan Pihak Terkait antara lain adalah: transaksi yang berkaitan dengan kegiatan utama Bank BNP seperti Kredit, Simpanan, Sewa Menyewa beberapa gedung perkantoran yang digunakan untuk operasional Bank BNP sehari-hari, dimana seluruh transaksinya berkaitan dengan kegiatan utama (core business) Bank BNP dan apabila transaksi tersebut dikategorikan transaksi yang mengandung unsur benturan kepentingan, maka telah mendapat persetujuan RUPS sebagaimana ketentuan yang mengaturnya.

Transparansi atas transaksi-transaksi tersebut agar

tidak menyimpang dari ketentuan hukum maupun praktek tata kelola perusahaan yang baik, maka seluruh ketentuan dan persyaratan yang dikenakan berlaku umum dan tidak ada pengecualian dan secara nilai tidak memenuhi unsur transaksi yang bersifat material.

Penjelasan dan detil transaksi dapat dilihat pada Catatan Atas Laporan Keuangan nomor : 35. yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani.

Bank BNP tidak melakukan kerjasama atau memiliki jenis transaksi dengan pihak terkait dalam hal Kepemilikan Silang, repuchase agreement, pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha dan lainnya.

2. Pembahasan Neraca Keuangan.Secara umum kinerja keuangan Bank BNP pada tahun buku 2011 menunjukkan keberhasilan atas perkembangan usaha yang signifikan dengan bertumbuh sebesar 24% dari periode yang sama tahun sebelumnya membuktikan bahwa Bank BNP tetap berupaya untuk terus maju dan berkembang dengan pasti.

Laporan Keuangan Bank BNP untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2011 telah disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan untuk periode-periode yang dilaporkan telah dilakukan restatement/ penyajian kembali untuk tahun 2010 dan 2011.

Refleksi keberhasilan manajemen menjalankan roda bisnisnya tercatat pada beberapa pos tertentu dalam Neraca Bank yang dibagi menjadi 4 (empat) bagian besar yang akan dibahas seperti Aktiva Produktif, Kewajiban, Laba-Rugi dan Permodalan.

KreditEksposur kredit Bank BNP pada tahun 2011 tumbuh sebesar 31,5%, dimana kredit yang disalurkan diberikan pada sektor-sektor ekonomi seperti Industri, Pedagangan, Transportasi, Konstruksi, Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Pertanian dan lain sebagainya.

Sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran, memiliki porsi penyaluran terbesar yaitu sekitar 38% dari total kredit yang telah disalurkan, kemudian sektor riil / industri berada pada posisi kedua terbesar, selebihnya tersebar ke sektor ekonomi lainnya.

Keberhasilan pertumbuhan Kredit ini disertai pula dengan keberhasilan dalam pengelolaan administrasi perkreditan yang baik, sehingga pemantauan dan pertumbuhan kualitas Kredit yang diberikanpun membaik seiring dengan sangat kecilnya rasio Kredit Bermasalah (NPL) yang pada akhir tahun 2011 tercatat hanya sebesar 0,88% (kotor).

Kecilnya rasio Kredit Bermasalah pada akhir tahun 2011 ini, tentunya sebagai hasil dari kerja keras manajemen dalam mengupayakan penyelesaian beberapa outstanding Kredit yang sudah berada dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet, disertai dengan mengerem laju dari potensi Kredit Bermasalah yang baru.

Pertumbuhan Kredit yang terjadi tidak terlepas pula dari peran pertumbuhan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dimana pada tahun 2011 pencapaiannya sebesar Rp. 2,76 triliun atau sama dengan 57,4% dari keseluruhan volume kredit Bank BNP.

Dalam sisi kepatuhan, penyaluran Kredit Bank BNP berpatokan pada ketentuan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) yang ditentukan oleh Bank Indonesia dan pada tahun 2011 ini tidak terdapat pelanggaran BMPK maupun pelampauan BMPK baik kepada pihak ketiga maupun pihak terkait (lihat Catatan Laporan Keuangan No. 10.m).

Pemberian kredit pada Pihak Terkait dan atau Debitur Inti, pada tahun 2011, secara persentase mengalami penurunan, dimana pada posisi akhir Desember 2011, tercatat pemberian kredit kepada Pihak Terkait hanya sebesar 1,02% dari volume kredit yang ada dan jumlah ini lebih kecil dari posisi tahun 2010, sedangkan persentase penyaluran kredit kepada 25 (dua puluh lima) Debitur Inti juga mengalami penurunan dari semula 17,88% pada tahun 2010 menjadi kurang lebih 17,48% pada tahun 2011.

Pemberlakuan suku bunga kredit selama tahun 2011, secara umum bergerak konsisten dan tidak terdapat lonjakan yang berarti, sekalipun menjelang akhir tahun 2011 terjadi penurunan Suku Bunga BI rate, namun seiring dengan kondisi pasar pada menjelang akhir tahun terjadi upaya untuk mempertahankan dana, karena persaingan suku bunga funding di pasaran mengetat, maka tidak jelas nampak pergeseran suku bunga khususnya suku bunga simpanan.

Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank LainSecara volume Perkiraan Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank Lain pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 28%, pada pos perkiraan ini terdiri dari Fasilitas Bank Indonesia (FASBI), FTK BI dan Call Money dimana dananya merupakan sebagian dari Dana Pihak Ketiga yang belum seluruhnya tersalurkan ke dalam kredit.

Surat Berharga Yang Dimiliki dan Obligasi PemerintahKebijakan berinvestasi pada jenis Surat Berharga tidak menjadi fokus utama, sehingga portofolio Surat Berharga yang dimiliki lebih dikarenakan menunggu jatuh temponya, dan hampir seluruh kepemilikan Surat berharga Bank BNP sifat kepemilikannya tidak untuk diperdagangkan namun dikuasai hingga jatuh tempo.

Obligasi Pemerintah/ Surat Utang Negara (SUN) yang dimiliki saat ini lebih bersifat memelihara hingga tanggal

jatuh tempo saja dan hanya mengandalkan penghasilan atas kupon/ bunga obligasinya saja yang bunganya masih memberikan margin cukup baik terhadap Pendapatan Bunga. Keberadaan kedua instrumen investasi ini hingga akhir tahun 2011 relatif tidak bertumbuh.

Dana Pihak KetigaDana pihak ketiga yang dikuasai Bank BNP terdiri dari Simpanan Nasabah berupa Tabungan, Rekening Giro dan Simpanan Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, dimana hingga pada akhir tahun 2011 jumlah volume Dana Pihak Ketiga telah mengalami pertumbuhan secara total sebesar 24,55% atau sama dengan Rp. 1,11 Triliun menjadi total Rp. 5,66 Triliun.

Pertumbuhan terbesar dari jumlah Dana tersebut disokongkan oleh peningkatan Simpanan dalam bentuk Tabungan yaitu sebesar 52% tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya, dan Simpanan Berjangka berada pada posisi ke dua pertumbuhan terbesar secara persentase setelah Tabungan yaitu sebesar 22,6%.

Perolehan atas peningkatan Simpanan Tabungan ini menyusul keberhasilan peluncuran produk Tabungan SAKURA beberapa waktu yang lalu disertai pula dengan produk Tabungan Jangka Panjang (JAPAN) yang memiliki kelebihan simpanan berencana jangka panjang. Sekalipun volume pertumbuhan Simpanan

cukup tinggi, khususnya Deposito Berjangka, namun persentase Deposan Inti mengalami penurunan dari semula 20,26% pada akhir tahun 2010 menjadi 18,84% pada akhir tahun 2011.

Secara komposisi posisi Dana Pihak Ketiga masih didominasi oleh Simpanan Berjangka/ Deposito sebesar 72% dan sisanya dalam bentuk Tabungan dan Giro, sehingga kondisi ini sedikit lebih memunculkan ekses biaya mahal, namun keberadaan Simpanan Berjangka ini mampu memperkecil gap maturity antara sumber dana dan penyaluran dana yang ada.

3. Laba – Rugi Pendapatan Bunga Pos Pendapatan Bunga terbentuk dari komponen dalam

Aktiva Produktif yang menghasilkan terdiri dari Pinjaman, Surat Berharga, Penempatan dan lain sebagainya baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, selama tahun 2011 pos Pendapatan Bunga tercatat sebesar Rp. 612,5 Milyar mengalami peningkatan sebesar 40,4% dari tahun sebelumnya, dimana peningkatan pendapatan ini disebabkan karena naiknya pertumbuhan kredit yang terjadi.

Beban Bunga Beban Bunga terdiri dari kewajiban atas Simpanan dalam

mata uang Rupiah dan valuta asing, dimana selama tahun 2011 telah terjadi peningkatan Beban Bunga menjadi Rp. 318 Milyar atau sama dengan naik 50,27% dari periode yang sama tahun 2010, angka ini relatif cukup besar, mengingat langkah untuk melakukan re-profiling Simpanan masih terus diupayakan.

Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih diperoleh dari selisih antara

Pendapatan Bunga dari Aktiva Produktif dengan Beban Bunga Simpanan, dimana pada akhir Desember 2011 Pendapatan Bunga Bersih Bank naik/ tumbuh sebesar 31,09%, hal ini dikarenakan terjadinya pertumbuhan Aktiva Produktif khususnya kredit yang cukup signifikan.

Laba Operasional Pendapatan Bunga Bersih setelah diperhitungkan

dengan Pendapatan Operasional Lainnya dan Beban Operasional Lainnya meningkat sebesar 33,7%. Peningkatan ini disebabkan adanya kenaikan pada

Beban Administrasi & Umum sebesar 23% dan Beban Tenaga Kerja sebesar 44%.

Peningkatan Beban Administrasi & Umum dan Biaya Tenaga Kerja dikarenakan adanya perluasan jaringan kantor, penambahan SDM sehingga menambah unsur sarana prasarana seperti perluasan gedung/ layout ruangan, IT dan transportasi serta pembayaran bonus dan tantieme pada bulan Juni dan Desember 2011.

4. Rasio Keuangan• Rasio Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum/

Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio Kecukupan Modal (CAR) adalah rasio Modal

terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), dimana berdasarkan peraturan Bank Indonesia jumlah modal untuk risiko kredit terdiri dari Modal Inti (Tier I) dan Modal Pelengkap (Tier II). Pada akhir tahun 2011 CAR Bank BNP menunjukan 13,45% setelah memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Operasional dan Risiko Pasar.

• Rasio Kredit Bermasalah/ Non Perfoming Loan Ratio (NPL)

Rasio Kredit Bermasalah (NPL) pada akhir tahun 2011 tercatat sebesar 0,88% (gross), jauh lebih kecil dari rasio NPL maksimal sebesar 5%, sehingga bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan volume kredit besaran kualitas kredit yang non performing sangatlah kecil, hal ini menunjukan bahwa efektifitas penyaluran kredit berjalan dengan sangat prudent dan Bank BNP selalu berupaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas kreditnya agar berjalan dengan baik.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Total Aktiva/ Return On Assets Ratio (ROA)

Pencapaian ROA Bank BNP pada tahun 2011 adalah sebesar 1,53% naik 0,03% dari tahun 2010, hal tersebut dikarenakan peningkatan Laba lebih besar dari peningkatan pertumbuhan Asetnya, artinya bahwa Bank BNP masih memiliki kemampuan yang lebih dalam menciptakan Laba.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Ekuitas/ Return On Equity Ratio (ROE)

Perbandingan antara Laba Bersih terhadap Permodalan Bank BNP pada tahun 2011 meningkat cukup signifikan menjadi 12,82% atau sama dengan naik 0,44% dari semula 12,38% pada tahun 2010, hal

ini disebabkan karena pertumbuhan perolehan Laba Bersih lebih besar dari peningkatan Ekuitas.

• Rasio Kredit Terhadap Dana Pihak Ketiga/ Loan to Deposit Ratio (LDR)

Volume Kredit yang dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (LDR) pada tahun 2011 meningkat menjadi 84,92% dari semula 80,41% pada tahun 2010, hal ini menunjukan bahwa salah satu fungsi dari kegiatan perbankan yaitu fungsi intermediasi melalui pemberian kredit berjalan baik dan bahkan semakin meningkat.

• Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Perbandingan antara Beban Operasional dengan

Pendapatan Operasional pada akhir 2011 tercatat sebesar 85,77% meningkat dari tahun sebelumnya yang besarnya 85,17%, hal ini disebabkan adanya peningkatan biaya operasional dalam rangka ekspansi usaha selama tahun 2011

5. Perluasan Jaringan KantorKemampuan Bank BNP dalam menjangkau pasar menjadi kunci utama bagi pengembangan bisnis kedepannya, keberadaan ujung tombak baik berupa jaringan kantor yang secara organik maupun delivery channel yang dimiliki dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan Bank BNP untuk meraih pangsa pasar di lokasi tersebut.

Bank BNP pada tahun 2011 telah menambah 13 jaringan kantor baru baik berupa Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan atau Kantor Kas berikut Service Point dan Mesin ATMnya, disamping itu juga terdapat beberapa lokasi kantor dan mesin ATM yang direlokasi.

Kebijakan pembukaan kantor baru pada tahun 2011 yang pada dasarnya diorientasikan untuk mendukung pertumbuhan Bisnis Mikro dan Kecil sehingga keberadaan jaringan kantor yang baru memiliki fokus yang sedikit berbeda.

Sesuai dengan rencana dalam RBB 2011-2013, pembukaan jaringan yang dilakukan pada tahun 2011 baru dapat direalisasikan sebanyak 13 kantor dari 24 yang direncanakan termasuk relokasi dan peningkatan status kantor, hal ini disebabkan oleh masalah kesiapan lokasi gedung kantor dan perijinan saja, sedangkan sisanya secara bertahap dilakukan pada awal tahun 2012.

Dengan penambahan 13 jaringan kantor baru di tahun 2011 ini, maka secara keseluruhan Bank BNP memiliki 60 (enam puluh) jaringan kantor yang tersebar di Jawa dan Bali.

6. Kegiatan Lainnya Kegiatan Edukasi Perbankan & Ayo Ke Bank Sebagai manifestasi dari pilar ke-enam Arsitektur

Perbankan Indonesia oleh Bank Indonesia, yang menetapkan bahwa bank-bank bertanggung jawab untuk mendidik masyarakat untuk memahami dasar-dasar perbankan, Bank BNP telah mengunjungi beberapa sekolah di wilayah Bandung dan sekitarnya dan melakukan sosialisasi Edukasi Perbankan.

Topik yang dibahas adalah “Budaya Menabung Sejak Dini” yaitu bertujuan untuk:1. Membangun kesadaran serta memotivasi anak-anak

untuk memiliki budaya menabung sejak usia dini;

Jaringan Kantor Posisi Desember 2010 Pertumbuhan 2011 Posisi Desember 2011

Kantor Pusat

Kantor Cabang

Kantor Cabang Pembantu

Kantor Kas *)

Payment Point

Jumlah Jaringan Kantor

1

11

19

10

6

47

16

-4

1

13

1

11

35

6

7

60

Mesin ATM

Jumlah

34

81

17

30

51

111

*adalah perubahan naik status menjadi KCP

2. Membangun masyarakat yang bank minded dan memberikan pemahaman kegunaan menabung di Bank; serta

3. Memberikan pemahaman atas produk dan layanan perbankan.

Pelaksanaan program tersebut memperoleh tanggapan yang positif dari para siswa maupun Kepala Sekolah. Ke depannya, Bank BNP berencana untuk memperluas jangkauan wilayah program edukasi perbankan, sesuai dengan misinya untuk membantu mengembangkan masyarakat.

Corporate Social ResponsibilityTanggung Jawab Sosial yang dilakukan oleh Bank BNP bertujuan untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara dunia usaha, masyarakat dengan alam sekitar, tepatnya komunitas dan lingkungan, dengan mencapai keuntungan bagi semua pihak yang berkesinambungan hingga generasi selanjutnya. Beberapa program yang dilaksanakan selama tahun 2011 adalah:• Bantuan untuk membangun pengadaan sarana air bersih

dan sarana MCK. Sebagai bentuk partisipasi untuk menolong

terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang sangat mendasar yaitu salah satunya kebutuhan akan air bersih, Bank BNP melalui Lembaga Pemerhati dan Pengembangan Pendidikan Daerah Tertinggal (LP3T) telah menyumbangkan dana untuk membangun sarana air bersih dan sarana MCK bagi masyarakat di Kabupaten Lebak- Propinsi Banten.

• Bantuan dalam Pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan.

Generasi muda adalah asset sebuah bangsa, dan Bank BNP melihat keberadaan mereka sebagai pihak yang perlu didukung dan dibantu agar berkembang ke arah yang lebih baik. Dengan adanya rencana Eta Pro’comm untuk menyelenggarakan acara “Meraih Impian Anak

Negeri” yaitu pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan di wilayah Bandung, dirasakan Bank BNP sebagai kesempatan yang baik untuk merealisasikan kepedulian Bank BNP, dengan menyumbangkan sejumlah dana sebagai bukti kepeduliannya.

• Bantuan untuk Korban Gempa di Tapanuli. Sebagai bentuk partisipasi dalam menolong masyarakat

yang membutuhkan, pada acara Malam Amal Penggalangan Dana untuk Korban Gempa di Tapanuli, Bank BNP menyumbangkan dana melalui Panitia Peduli Korban Gempa di Tapanuli Posko Jawa Barat.

PenghargaanSebagai bukti komitmen Bank BNP untuk terus dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan kinerja perusahaan, maka dibutuhkan sebuah komitmen kuat dari seluruh elemen organisasi yang mendukung visi-misi tersebut.

Dengan penuh rasa bangga, manajemen mempersembahkan secara nyata hasil kinerja yang telah dilakukan dengan berhasil diraihnya 3 (tiga) Anugerah Business Review Award pada bulan Nopember 2011 yaitu:1. The Best CEO (Special Criteria)2. The Best Marketing Management3. The Best Corporation for Risk Management

Prestasi lainnya yang menyusul berhasil diraih Bank BNP berdasarkan survey The Most Powerful Bank pada Majalah Warta Eko nomi, Bank BNP meraih gelar Peringkat Pertama sekaligus untuk 2 (dua) Kategori di kelasnya yaitu sebagai :

1. The Most Valuable Bank : yaitu Bank dengan kebijakan produk portofolio terbaik, baik portofolio berbasis Ekuitas maupun berbasis Surat Hutang; dan

2. The Most Attractive Bank : Bank terbaik berdasarkan kemampuan untuk menjadi lembaga intermediasi keuangan bagi masyarakat.

Selain penghargaan yang diterima, Bank BNP pun mulai memasuki/ meraih peringkat dalam beberapa kegiatan rating atas kinerja Perusahaan berdasarkan beberapa kriteria penilaian yang dilakukan oleh beberapa media nasional antara lain dari :• InfoBank Awards 2011 Memperoleh predikat Sangat Bagus pada InfoBank

Awards 2011 untuk kinerja keuangan tahun 2010.• Majalah InfoBank edisi Juni 2011:• Berdasarkan Modal Rp. 100 Milyar s/d Rp. 1 Triliun,

menempati peringkat ke 15 dari 67 Bank, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Kepemilikan Bank Swasta Nasional Devisa, menempati peringkat ke 7 dari 10 Terbaik, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Status Badan Hukum PT Terbuka/Go Publik, menempati peringkat ke 10 dari 31 Bank Go Publik, (predikat SANGAT BAGUS).

Disamping beberapa media cetak di atas, juga masih terdapat beberapa pemeringkatan yang diperoleh Bank BNP dari beberapa media yang melakukan pemeringkatan dan seluruh Penghargaan yang diraih ini didedikasikan kepada seluruh komponen Bank BNP untuk lebih memotivasi kita bekerja untuk menghasilkan yang terbaik.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

jenis kredit investasi, sehingga bila dilihat dari tujuan penggunaan kredit hampir 89% dari portofolio kredit Bank BNP dialokasikan kepada sektor yang produktif/ bersifat komersil.

c) Bisnis Konsumer Bisnis Konsumer secara umum mengelola pemberian

Kredit yang bertujuan tidak untuk penggunaan produktif atau hanya digunakan untuk yang bersifat konsumtif dikelompokkan dalam segmen bisnis tersendiri dengan term and condition yang berbeda pula dari jenis kredit lainnya. Sejak awal bulan Januari 2011, pengelolaan atas Bisnis ini dilakukan secara tersentralisasi dan berada pada satu Divisi yang khusus menangani Bisnis Konsumer.

Objek yang menjadi sasaran pembiayaan kredit Konsumer antara lain adalah :1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)2. Kredit Pemilikan Mobil (KPM)3. Kredit Renovasi Rumah (KRR)4. Dll.

Pemberian kredit jenis ini ada pula yang dilakukan baik secara direct kepada end user, atau melalui skim kerja sama (in-direct) dengan perusahaan penyalur lainnya seperti Dealer Sparepart kendaraan bermotor dan lainnya atau dapat pula dengan bekerjasama melalui Developer/ pengembang lainnya.

d) Bisnis MikroKategori pengelompokkan kredit Mikro berawal dari besaran pinjaman sampai dengan Rp. 50.000.000,- (sesuai ketentuan Bank Indonesia) dan besaran inipun masih dalam pengkajian internal manajemen Bank BNP untuk dilakukan penyesuaian, sehingga plafond kreditnya mengalami sedikit perubahan. Sepanjang tahun 2011, perkembangan dan pertumbuhan kredit Mikro baik dari sisi volume maupun kualitasnya, telah menunjukan kinerja yang semakin baik, seiring dengan itu perolehan spread dari suku bunga yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis pinjaman komersil lainnya.

Posisi portofolio Kredit untuk bisnis Mikro pada akhir tahun 2011 mencapai Rp. 350,75 Milyar, tumbuh 187% dari periode yang sama tahun lalu.

Guna mendukung perkembangan bisnis Mikro ke depannya, khususnya dalam upaya untuk meningkatkan portofolio kredit Mikro, selain mempersiapkan dan melakukan pemenuhan Sumber Daya Manusia, juga telah dilakukan pemenuhan berbagai sarana prasarana untuk mendukung bisnis tersebut antara lain :• Membuat dan terus menyempurnakan spesifikasi

bisnis untuk kredit mikro;• Melakukan implant terhadap beberapa kantor

cabang yang ada untuk meningkatkan pangsa pasar penjualan kredit mikro ini;

• Memperbanyak outlet/ kantor yang berorientasi pada segmen mikro/ UMK yaitu terhadap sentra-sentra bisnis ritel;

• Menyelenggarakan pelatihan internal/ Manage-ment Trainee Micro Banking bulan Maret 2011 selama 3 bulan guna mendidik kader-kader pelaku bisnis Mikro.

Prospek bisnis mikro akan sangat berkembang di masa mendatang, sehingga portofolionya akan terus ditingkatkan sehingga akan menjadi penyokong utama terhadap peningkatan komposisi terhadap segmen UMKM Bank BNP sambil terus berupaya untuk mengambil ceruk pasar (niche market) dari potensi segmen Micro yang ada dengan penekanan pada pricing yang kompetitif dibandingkan dengan unit mikro kompetitor lainnya, di mana saat ini cost structure dari kompetitor lainnya relatif sudah lebih tinggi.

Sampai akhir tahun 2011, angka kredit bermasalah bagi Kredit Bisnis Mikro ini tercatat hanya sebesar 3,58% dari total portofolio Kredit Mikro, sehingga bila dibandingkan dengan volumenya, besaran tersebut masih dalam tahapan toleransi yang baik.

e) Bisnis Kredit Tanpa Agunan (KTA) KTA Bank BNP merupakan kredit multi guna yang

dapat digunakan untuk membiayai berbagai macam kebutuhan tanpa mensyaratkan adanya jaminan.

Pinjaman jenis ini akan menjadi pelengkap ragamnya jenis pinjaman berbasis ritel yang disalurkan yang tidak sama dengan pinjaman lainnya dan jenis produk pinjaman ini pada tanggal 25 November 2011 telah mengalami perubahan nama menjadi pinjaman KATANA (Kredit Tanpa Agunan).

Sasaran dari produk KATANA ditujukan khusus untuk karyawan umum dengan penghasilan tetap, baik dengan status karyawan tetap maupun kontrak, mengingat potensi pasar karyawan di Indonesia cukup luas sehingga kondisi ini menjadi target pasar yang potensil.

Bank BNP dalam melakukan penjualan produk KATANA menjalankan strategi pemasaran secara kolektif kepada perusahaan melalui kerjasama dengan HRD perusahaan/ Koperasi karyawan dalam hal pembayaran gaji karyawannya/ payroll. Selain itu juga dilakukan direct selling melalui jaringan kantor Bank BNP yang ada.

Sedangkan untuk menggarap pangsa pasar yang lebih luas, dilakukan open table/ exhibition di gedung perkantoran/ mall yang sesuai dengan target pasarnya, sekaligus untuk meningkatkan company dan brand image.

Menjelang akhir tahun 2011, penjualan KATANA ini dikemas dalam sebuah program promo KATANA HEBAT (Kredit Tanpa Agunan Heboh Akhir Tahun) yang berlaku hingga 30 Desember 2011 dimana beberapa syarat dan kondisi yang ditentukan memi-liki kemudahan-kemudahan serta keuntungan yang lain dari program lainnya.

Pertumbuhan outstanding KATANA hingga akhir tahun 2011 meningkat sebesar 148,8% dibandingkan tahun 2010, sedangkan jumlah kontrak yang terjadi pada tahun 2011 juga naik sebesar 169,8%.

f) TreasuryPengelolaan Treasury di Bank BNP dilakukan secara prudent (kehati-hatian) dengan mengikuti sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Manajemen dan mentaati peraturan yang berlaku dari Bank Indonesia. Divisi Treasury memegang peranan penting dalam pegelolaan likuiditas bank, perdagangan valuta asing serta perdagangan surat berharga.

Treasury Bank BNP terdiri dari beberapa departemen yaitu: 1. Departemen Asset Liabilities Management yang

mengelola dana dan berhubungan dengan pasar uang (money market) baik untuk peminjaman maupun penempatan dana serta pengelolaan surat berharga;

2. Departemen Forex Business yang mengelola seluruh transaksi valuta asing baik untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan nasabah guna meningkatkan pendapatan perusahaan; dan

3. Departemen Financial Institution yang banyak berhubungan dengan Counterparty Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), guna meningkatkan hubungan kerja sama perbankan saat ini dan di masa mendatang.

Dalam pengelolaan dana , transaksi surat berharga serta transaksi valuta asing dilakukan dengan memperhitungkan segala aspek risiko – risiko yang mungkin timbul seperti risiko likuiditas, risiko nilai tukar, risiko suku bunga risiko pasar serta risiko operasional dan dengan berpedoman kepada peraturan yang berlaku.

Guna meningkatkan kapabilitas karyawan, secara rutin dilakukan training untuk marketing dan Front Liner seperti Basic Treasury , Basic Forex , Bank Notes Counterfeit , agar supaya tercipta karyawan – karyawan yang handal untuk melayani keperluan para nasabah.

Di samping itu, Divisi Treasury bersama jajaran Manajemen secara rutin mengadakan rapat ALCO (Asset and Liabilities Committee) guna menentukan kebijakan dan gapping management (suku bunga, tenor, mata uang) dengan mengevaluasi atas hasil pemantauan pasar baik lokal maupun internasional. Diharapkan Treasury bisa berkontribusi secara optimal dan dapat mengindikasikan secara awal jika ada kondisi yang dapat merugikan atau membahayakan perusahaan.

Di masa mendatang Treasury akan mengembangkan potensi bisnis baru guna memenuhi kebutuhan transaksi maupun investasi dari para nasabah dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusa-haan.

g) Kebijakan Tingkat Suku Bunga

Penerapan kebijakan suku bunga di Bank BNP baik dari sisi Lending maupun Funding, selalu disusun dan diberlakukan dengan mengacu pada beberapa kondisi seperti :• Kebutuhan dasar biaya dana/ bunga simpanan (cost of fund);• Biaya-biaya pendukung yang sifatnya variable yang terkait dengan kegiatan pendanaan;• Ketentuan Suku Bunga acuan seperti BI rate dan Suku Bunga Penjaminan (LPS);• Cost of money yang menjadi beban perusahaan;• Margin profit yang diharapkan ; dan• Kebijakan/ kondisi suku bunga dari pesaing atau yang berlaku di pasar.

Sehingga dengan berlandaskan kepada hal tersebut di atas, kebijakan suku bunga Simpanan atau Pinjaman, diupayakan selalu seiring dengan pergerakan harga pasar, agar dapat bersaing dengan fair, tanpa mengabaikan besaran spread yang ditargetkan, hal ini nampak pada besaran NIM pada akhir tahun 2011, naik menjadi 4,99% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,91%.

Keputusan dalam menentukan besaran suku bunga yang akan diberlakukan melalui mekanisme rapat team pendukung seperti ALCO dan Rapat-rapat Direksi baik yang diselenggarakan secara regular maupun secara sirkuler.

Sedangkan trend pergerakan suku bunga pada tahun 2011, sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah, nampak pergerakan margin spread antara simpanan dan pinjaman relatif stabil dan tidak ada pergerakan yang ekstrim.

h) Transaksi Ekspor – Impor dan Devisa Sekalipun dunia khususnya di belahan negara-negara

Eropa pada paruh waktu tahun 2011 mengalami krisis keuangan yang berimbas kepada negara-negara berkembang seperti salah satunya Indonesia yang memiliki berbagai aktifitas perdagangan internasional seperti kegiatan ekspor dan impor, namun bagi Indonesia kondisi tersebut belum dirasakan dampak yang signifikan hingga ditutupnya tahun 2011.

Dalam kegiatan transaksi perdagangan Luar Negeri seperti ekspor dan impor, kejadian tersebut khususnya bagi Bank BNP secara umum tidak berdampak signifikan karena sebaran kegiatan ekspor khususnya, untuk Negara-negara Eropa tidak terlalu besar bahkan secara volume cenderung naik dari kegiatan ekspor – impor yang dilakukan melalui Bank BNP dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebagai salah satu ciri dari Bank Devisa adalah kegiatan transaksi dalam mata uang asing selain Rupiah, dalam hal ini Bank BNP melakukan beberapa kegiatan seperti pembiayaan perdagangan luar negeri, jasa kiriman uang, collection dan transaksi lainnya termasuk money changer.

Khusus dalam transaksi perdagangan luar negeri dalam kegiatan pembiayaan ekspor dan impor, maka selama tahun 2011 Bank BNP telah menangani proses Ekspor baik melalui pembukaan Letter of Credit (LC) maupun tanpa menggunakan LC yaitu sebanyak 1.028 dokumen ekspor dengan nilai equivalen USD 45,4 juta naik sebesar 13,5% secara volume dari tahun 2010, dan untuk transaksi Impor yaitu sebanyak 218 dokumen dengan nilai equivalen USD 28,93 juta naik sebesar 65% dari realisasi impor tahun 2010.

Sedangkan untuk kegiatan remmittance yang ditransaksikan melalui Bank BNP baik kiriman uang keluar negeri maupun masuk masing-masing mencapai volume 15.925 aplikasi kiriman uang keluar dengan nilai eq. USD 768,336,366 dan untuk kiriman uang masuk diterima sebanyak 6.733 kiriman atau naik sebesar 11,3% dengan jumlah nilai eq. USD 254,152,172

i) Teknologi dan Informasi Perkembangan bisnis Bank BNP tidak bisa dilepaskan

dari adanya dukungan Teknologi Informasi yang sangat kuat di belakangnya.

Management sangat menyadari akan hal ini sejak dari awal dan semakin terasa dampaknya ketika masuk ke dalam segment bisnis Mikro dan KTA yang telah dimulai beberapa tahun yang lalu.

Saat ini Divisi dan unit kerja IT bukan lagi merupakan support untuk tujuan bisnis, tetapi sudah merupakan strategic partner untuk bisa mencapai tujuan bisnis.

Penambahanan delivery channel, baik itu berupa pembukaan kantor-kantor cabang baru dan penambahan mesin ATM dan EDC semakin ditingkatkan agar BNP bisa lebih dekat lagi kepada nasabah.

Kecepatan, ketepatan dan keamanan penyediaan informasi kepada nasabah merupakan keharusan yang tidak bisa di tawar lagi. Memberikan akses kepada nasabah setiap saat selama 24 jam per hari bukan merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi sudah merupakan suatu keharusan.

Untuk tetap bisa menunjang semuanya itu, maka IT selalu melakukan pengkinian di semua bagian, baik itu di sisi aplikasi, server dan infrastructure teknologi.

Selain itu untuk sisi keamanan data dan jaringan juga dilakukan pengkinian firewall, penyediaan Disaster Recovery Site dan penyediaaan backup link untuk kantor-kantor cabang.

Ketaatan kepada peraturan dan hukum yang berlaku merupakan hal yang sangat penting dan juga menjadi perhatian utama manajemen. Oleh karena itu Bank BNP juga telah melakukan perjanjian secara enterprise dengan pihak Microsoft.

j) Remunerasi dan Tunjangan Kebijakan remunerasi dan/ atau perubahan atas

imbalan jasa kepada seluruh karyawan Bank BNP dipertimbangkan berdasarkan berbagai aspek pendukung dari mulai kebutuhan dasar hidup karyawan hingga harga kompensasi menurut peer group/ industri setara, sehingga kebijakan ini mampu memperkecil gap dalam perolehan penghasilan/ kompensasinya.

Remunerasi bagi karyawan ditetapkan melalui beberapa mekanisme penetapannya dimana keputusan tertinggi secara kolektif ada pada kewenangan Direksi berdasarkan penilaian kinerjanya

(key performance indicator/ KPI), sedangkan remunerasi dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi dilakukan dengan mekanisme yang berbeda yaitu direkomendasikan oleh Komite Remunerasi dan Nominasi dan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

k) Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam rangka ikut menunjang pencapaian visi

perusahaan untuk menjadi Bank ritel berskala nasional, Bank BNP harus mengembangkan bisnisnya secara signifikan melebihi tingkat pertumbuhan pasar maupun pesaing.

Untuk mencapai hal tersebut, Bank BNP harus memenuhi prasyarat utama berupa kemampuan menggerakkan dan memberdayakan seluruh perangkat organisasi secara optimal, terutama sumber daya manusianya. Ini berarti Bank BNP harus memiliki support dan sumber daya manusia dengan produktifitas dan kapabilitas terbaik di bidangnya.

Oleh karena itu fungsi dan peran Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum telah bergeser ke arah yang lebih strategis yaitu menjadi strategic business partner bagi seluruh unit kerja di Bank BNP.

Untuk mencapai peran baru tersebut di tahun 2011 Divisi HR & GA Bank BNP telah menempuh beberapa langkah transformasi internal antara lain: • Penataan organisasi HR & GA dalam rangka

transformasi menuju organisasi yang mampu mendukung pergerakan bisnis.

• Review pekerjaan dan work flow HR & GA agar mampu memberikan support yang lebih efektif bagi semua unit kerja.

Inisiatif strategis yang dilakukan pada tingkat bank-wide adalah dengan melakukan standarisasi pengelo-laan organisasi (Organization Management). Departe-men Organization Development dengan dibantu konsultan eksternal pada bulan Januari 2011 telah menetapkan beberapa kebijakan dasar dalam pengelolaan organisasi dengan tujuan agar terdapat standarisasi dan keselerasan di seluruh organisasi di Bank BNP.

Beberapa prinsip dasar dalam menata ulang organisasi adalah:• Productivity Ratio:

Ukuran organisasi dan pertumbuhannya harus seiring dengan ukuran dan pertumbuhan bisnis perusahaan.

• Organization Leveling: Organisasi perlu memiliki tingkatan organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab, kewenangan dan hak yang berbeda.

• Span of Control: Untuk menjamin tercapainya delegasi pekerjaan dan kontrol yang seimbang di setiap jabatan.

Secara garis besar organisasi di BNP dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:• Business Unit: unit yang berfungsi sebagai motor

utama pengembangan bisnis bank yang terdiri dari Divisi Kredit Tanpa Agunan (KTA), Divisi Regional Business I – III, Divisi Treasury Bisnis, Divisi Bisnis Mikro, dan Divisi Services.

• Business Support : unit yang berfungsi mendukung operasional bank secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Divisi Pengembangan Bisnis, Divisi Administrasi Kredit, Divisi Operasional, Divisi Umum dan Divisi Informasi Teknologi.

• Corporate Services: unit yang berfungsi untuk menangani kebijakan dan strategi level korporasi, yang terdiri dari Divisi Sumber Daya Manusia (SDM), Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), Divisi Perencanaan Perusahaan & Sekretaris Perusahaan, Divisi Akuntansi & Keuangan, Divisi Manajemen Resiko, Divisi Kepatuhan.

Project-project yang terkait dengan pembenahan organisasi yang dilakukan oleh Departemen Organization Development selama tahun 2011 adalah: • Tersedianya Struktur Organisasi dan uraian

pekerjaan (position/ job description) keseluruhan organisasi;

• Pengadaan generic "kompetensi" dan "require-ment" bagi semua jabatan;

• Pengadaan guidance untuk Job Evaluation for Job Grading;

• Penerapan personal grade untuk seluruh karyawan BNP beserta sosialisasinya;

• Pengembangan salary scale berbasis grading baru 2011;

• Pengembangan berbagai kebijakan yang terkait dengan pengelolaan SDM.

Sebagai organisasi yang berbasis pada perkembangan bisnis, Bank BNP menyadari pentingnya pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki. Karenanya, selama 2011 Bank BNP juga telah melaksanakan pelatihan yang mendukung peningkatan kemampuan dan keunggulan kompetitif sumber daya manusianya, antara lain:• Meningkatkan Leadership Skill bagi para pimpinan

unit kerja, dari level Department Head hingga Division Head dengan mengadakan training coaching

• Meningkatkan kompetensi perkreditan bagi seluruh pegawai yang terkait langsung dengan permasalahan kredit, baik untuk segmen Commercial, Consumer/Retail dan Micro Banking.

• Melaksanakan program pelatihan khusus bagi Frontliners dalam upaya meningkatkan service dan layanan cabang.

• Melaksanakan program khusus untuk program pengembangan karyawan seperti Service Officer Development Program (SODP), Marketing Executive Development Program (MEDP), Management Trainee for Micro Banking (MTMB).

• Dalam rangka menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi, masing-masing Direksi banyak mengikuti/berpartisipasi dalam seminar nasional dan internasional, forum-forum perbankan dan program-program lain yang terkait dengan bank.

Aktivitas yang dilakukan dalam rangka memenuhi target di atas, Learning Center BNP fokus pada:

a. Pengembangan Softskill b. Pengembangan Hardskill c. Management Trainee Program d. Pemenuhan Program Sertifikasi (BSMR)

Perkembangan jumlah karyawan pada tahun 2011 ini naik sebanyak 164 orang menjadi total 1.298 orang atau sama dengan tumbuh sebesar 14,4 % dari periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah SDM ini seiring dengan pertumbuhan bisnis, pengembangan organisasi dan perluasan jaringan kantor dan sebagai dampaknya peningkatan biaya Tenaga Kerja juga mengiringi kenaikan tersebut.

l) Pengunaan Tenaga Kerja Asing dan Konsultan. Bank BNP mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga

kerja asing yang berasal dari negara Jepang dan telah mendapatkan ijin bekerja dari Departemen Tenaga Kerja masing-masing bertindak sebagai manajemen yaitu Presiden Komisaris (Yasuo Uonomi), Presiden Direktur (Ritsuo Ando) dan Direktur (Koji Sawada) dengan masa kerja sesuai batas waktu pengangkatannya melalui hasil Rapat Umum Pemegang Saham.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/8/PBI/2007, tanggal 13 Juni 2007, tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan Di Sektor Perbankan, maka Bank BNP dalam mengembangkan bisnis khususnya untuk Kredit Tanpa Agunan juga telah menggunakan 2 (dua) orang tenaga asing dari Jepang yaitu Hitoshi Yokohama dan Tetsuji Sakioka sebagai senior advisor & advisor, serta seorang pejabat eksekutif (Shigeo Morimoto) yang bertugas sebagai Kepala Divisi Manajemen Risiko, penggunaan ketiga tenaga asing

tersebut berkaitan dengan kebutuhan Bank BNP saat ini yang masih memerlukan arahan dan alih pengetahuan atas kegiatan tersebut diatas.

m) Permodalan Sejalan dengan pertumbuhan Aktiva Produktif, maka

akan berpengaruh pada kebutuhan akan penyediaan Modal yang sepadan, mengingat laju pertumbuhan Aktiva Produktif yang terbesar berasal dari kredit yang besarnya mencapai 31,5%, maka beban Aktiva Tertimbang Menurut Risiko semakin meningkat yang pada akhirnya akan membebani rasio Kecukupan Modal yang dipersyaratkan.

Permodalan Bank BNP pada akhir Desember 2011, memiliki kecukupan modal minimum sebesar 13,45%, sekalipun angka ini masih cukup untuk memenuhi batas minimum yang dipersyaratkan yaitu 8%, namun seiring dengan pesatnya pertumbuhan bisnis khususnya dalam pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit, maka kecukupan dalam hal dukungan permodalanpun menjadi kurang maksimal bila margin yang dimiliki terlalu kecil.

Permodalan Bank BNP pada triwulan IV tahun 2011 mendapatkan suntikan dana berupa Pinjaman Subordinasi dari pemegang saham mayoritas sebesar USD 5,9 juta dengan jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) tahun, sehingga dengan adanya penambahan tersebut yang berdasarkan ketentuan bahwa pinjaman subordinasi dapat diperhitungkan sebagai

tambahan Modal Pelengkap Tier 2, perhitungan rasio CAR dapat meningkat dan terjaga pada kisaran 13%.

n) Kebijakan DividenDengan mempertimbangkan kemampuan keuangan Perseroan dan upaya untuk melakukan ekspansi usaha serta menjaga ketersediaan Modal yang cukup untuk mempertahankan struktur permodalannya, pada pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tahun 2011 telah disepakati untuk membagikan Dividen kepada para pemegang saham sebesar +/- 10% dari Laba Bersih Perseroan yang jumlahnya Rp. 4,74 Milyar, dan sisanya dipertahankan untuk tujuan penguatan permodalan sebagai Laba Ditahan.

o) Transaksi Dengan Pihak Terkait Bank BNP dalam melaksanakan transaksi-transaksi

yang berkaitan dengan para pihak terkait selalu mengacu pada ketentuan yang mengaturnya, diantara transaksi yang dilakukan antara Bank BNP dengan Pihak Terkait antara lain adalah: transaksi yang berkaitan dengan kegiatan utama Bank BNP seperti Kredit, Simpanan, Sewa Menyewa beberapa gedung perkantoran yang digunakan untuk operasional Bank BNP sehari-hari, dimana seluruh transaksinya berkaitan dengan kegiatan utama (core business) Bank BNP dan apabila transaksi tersebut dikategorikan transaksi yang mengandung unsur benturan kepentingan, maka telah mendapat persetujuan RUPS sebagaimana ketentuan yang mengaturnya.

Transparansi atas transaksi-transaksi tersebut agar

tidak menyimpang dari ketentuan hukum maupun praktek tata kelola perusahaan yang baik, maka seluruh ketentuan dan persyaratan yang dikenakan berlaku umum dan tidak ada pengecualian dan secara nilai tidak memenuhi unsur transaksi yang bersifat material.

Penjelasan dan detil transaksi dapat dilihat pada Catatan Atas Laporan Keuangan nomor : 35. yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani.

Bank BNP tidak melakukan kerjasama atau memiliki jenis transaksi dengan pihak terkait dalam hal Kepemilikan Silang, repuchase agreement, pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha dan lainnya.

2. Pembahasan Neraca Keuangan.Secara umum kinerja keuangan Bank BNP pada tahun buku 2011 menunjukkan keberhasilan atas perkembangan usaha yang signifikan dengan bertumbuh sebesar 24% dari periode yang sama tahun sebelumnya membuktikan bahwa Bank BNP tetap berupaya untuk terus maju dan berkembang dengan pasti.

Laporan Keuangan Bank BNP untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2011 telah disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan untuk periode-periode yang dilaporkan telah dilakukan restatement/ penyajian kembali untuk tahun 2010 dan 2011.

Refleksi keberhasilan manajemen menjalankan roda bisnisnya tercatat pada beberapa pos tertentu dalam Neraca Bank yang dibagi menjadi 4 (empat) bagian besar yang akan dibahas seperti Aktiva Produktif, Kewajiban, Laba-Rugi dan Permodalan.

KreditEksposur kredit Bank BNP pada tahun 2011 tumbuh sebesar 31,5%, dimana kredit yang disalurkan diberikan pada sektor-sektor ekonomi seperti Industri, Pedagangan, Transportasi, Konstruksi, Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Pertanian dan lain sebagainya.

Sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran, memiliki porsi penyaluran terbesar yaitu sekitar 38% dari total kredit yang telah disalurkan, kemudian sektor riil / industri berada pada posisi kedua terbesar, selebihnya tersebar ke sektor ekonomi lainnya.

Keberhasilan pertumbuhan Kredit ini disertai pula dengan keberhasilan dalam pengelolaan administrasi perkreditan yang baik, sehingga pemantauan dan pertumbuhan kualitas Kredit yang diberikanpun membaik seiring dengan sangat kecilnya rasio Kredit Bermasalah (NPL) yang pada akhir tahun 2011 tercatat hanya sebesar 0,88% (kotor).

Kecilnya rasio Kredit Bermasalah pada akhir tahun 2011 ini, tentunya sebagai hasil dari kerja keras manajemen dalam mengupayakan penyelesaian beberapa outstanding Kredit yang sudah berada dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet, disertai dengan mengerem laju dari potensi Kredit Bermasalah yang baru.

Pertumbuhan Kredit yang terjadi tidak terlepas pula dari peran pertumbuhan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dimana pada tahun 2011 pencapaiannya sebesar Rp. 2,76 triliun atau sama dengan 57,4% dari keseluruhan volume kredit Bank BNP.

Dalam sisi kepatuhan, penyaluran Kredit Bank BNP berpatokan pada ketentuan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) yang ditentukan oleh Bank Indonesia dan pada tahun 2011 ini tidak terdapat pelanggaran BMPK maupun pelampauan BMPK baik kepada pihak ketiga maupun pihak terkait (lihat Catatan Laporan Keuangan No. 10.m).

Pemberian kredit pada Pihak Terkait dan atau Debitur Inti, pada tahun 2011, secara persentase mengalami penurunan, dimana pada posisi akhir Desember 2011, tercatat pemberian kredit kepada Pihak Terkait hanya sebesar 1,02% dari volume kredit yang ada dan jumlah ini lebih kecil dari posisi tahun 2010, sedangkan persentase penyaluran kredit kepada 25 (dua puluh lima) Debitur Inti juga mengalami penurunan dari semula 17,88% pada tahun 2010 menjadi kurang lebih 17,48% pada tahun 2011.

Pemberlakuan suku bunga kredit selama tahun 2011, secara umum bergerak konsisten dan tidak terdapat lonjakan yang berarti, sekalipun menjelang akhir tahun 2011 terjadi penurunan Suku Bunga BI rate, namun seiring dengan kondisi pasar pada menjelang akhir tahun terjadi upaya untuk mempertahankan dana, karena persaingan suku bunga funding di pasaran mengetat, maka tidak jelas nampak pergeseran suku bunga khususnya suku bunga simpanan.

Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank LainSecara volume Perkiraan Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank Lain pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 28%, pada pos perkiraan ini terdiri dari Fasilitas Bank Indonesia (FASBI), FTK BI dan Call Money dimana dananya merupakan sebagian dari Dana Pihak Ketiga yang belum seluruhnya tersalurkan ke dalam kredit.

Surat Berharga Yang Dimiliki dan Obligasi PemerintahKebijakan berinvestasi pada jenis Surat Berharga tidak menjadi fokus utama, sehingga portofolio Surat Berharga yang dimiliki lebih dikarenakan menunggu jatuh temponya, dan hampir seluruh kepemilikan Surat berharga Bank BNP sifat kepemilikannya tidak untuk diperdagangkan namun dikuasai hingga jatuh tempo.

Obligasi Pemerintah/ Surat Utang Negara (SUN) yang dimiliki saat ini lebih bersifat memelihara hingga tanggal

jatuh tempo saja dan hanya mengandalkan penghasilan atas kupon/ bunga obligasinya saja yang bunganya masih memberikan margin cukup baik terhadap Pendapatan Bunga. Keberadaan kedua instrumen investasi ini hingga akhir tahun 2011 relatif tidak bertumbuh.

Dana Pihak KetigaDana pihak ketiga yang dikuasai Bank BNP terdiri dari Simpanan Nasabah berupa Tabungan, Rekening Giro dan Simpanan Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, dimana hingga pada akhir tahun 2011 jumlah volume Dana Pihak Ketiga telah mengalami pertumbuhan secara total sebesar 24,55% atau sama dengan Rp. 1,11 Triliun menjadi total Rp. 5,66 Triliun.

Pertumbuhan terbesar dari jumlah Dana tersebut disokongkan oleh peningkatan Simpanan dalam bentuk Tabungan yaitu sebesar 52% tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya, dan Simpanan Berjangka berada pada posisi ke dua pertumbuhan terbesar secara persentase setelah Tabungan yaitu sebesar 22,6%.

Perolehan atas peningkatan Simpanan Tabungan ini menyusul keberhasilan peluncuran produk Tabungan SAKURA beberapa waktu yang lalu disertai pula dengan produk Tabungan Jangka Panjang (JAPAN) yang memiliki kelebihan simpanan berencana jangka panjang. Sekalipun volume pertumbuhan Simpanan

cukup tinggi, khususnya Deposito Berjangka, namun persentase Deposan Inti mengalami penurunan dari semula 20,26% pada akhir tahun 2010 menjadi 18,84% pada akhir tahun 2011.

Secara komposisi posisi Dana Pihak Ketiga masih didominasi oleh Simpanan Berjangka/ Deposito sebesar 72% dan sisanya dalam bentuk Tabungan dan Giro, sehingga kondisi ini sedikit lebih memunculkan ekses biaya mahal, namun keberadaan Simpanan Berjangka ini mampu memperkecil gap maturity antara sumber dana dan penyaluran dana yang ada.

3. Laba – Rugi Pendapatan Bunga Pos Pendapatan Bunga terbentuk dari komponen dalam

Aktiva Produktif yang menghasilkan terdiri dari Pinjaman, Surat Berharga, Penempatan dan lain sebagainya baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, selama tahun 2011 pos Pendapatan Bunga tercatat sebesar Rp. 612,5 Milyar mengalami peningkatan sebesar 40,4% dari tahun sebelumnya, dimana peningkatan pendapatan ini disebabkan karena naiknya pertumbuhan kredit yang terjadi.

Beban Bunga Beban Bunga terdiri dari kewajiban atas Simpanan dalam

mata uang Rupiah dan valuta asing, dimana selama tahun 2011 telah terjadi peningkatan Beban Bunga menjadi Rp. 318 Milyar atau sama dengan naik 50,27% dari periode yang sama tahun 2010, angka ini relatif cukup besar, mengingat langkah untuk melakukan re-profiling Simpanan masih terus diupayakan.

Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih diperoleh dari selisih antara

Pendapatan Bunga dari Aktiva Produktif dengan Beban Bunga Simpanan, dimana pada akhir Desember 2011 Pendapatan Bunga Bersih Bank naik/ tumbuh sebesar 31,09%, hal ini dikarenakan terjadinya pertumbuhan Aktiva Produktif khususnya kredit yang cukup signifikan.

Laba Operasional Pendapatan Bunga Bersih setelah diperhitungkan

dengan Pendapatan Operasional Lainnya dan Beban Operasional Lainnya meningkat sebesar 33,7%. Peningkatan ini disebabkan adanya kenaikan pada

Beban Administrasi & Umum sebesar 23% dan Beban Tenaga Kerja sebesar 44%.

Peningkatan Beban Administrasi & Umum dan Biaya Tenaga Kerja dikarenakan adanya perluasan jaringan kantor, penambahan SDM sehingga menambah unsur sarana prasarana seperti perluasan gedung/ layout ruangan, IT dan transportasi serta pembayaran bonus dan tantieme pada bulan Juni dan Desember 2011.

4. Rasio Keuangan• Rasio Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum/

Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio Kecukupan Modal (CAR) adalah rasio Modal

terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), dimana berdasarkan peraturan Bank Indonesia jumlah modal untuk risiko kredit terdiri dari Modal Inti (Tier I) dan Modal Pelengkap (Tier II). Pada akhir tahun 2011 CAR Bank BNP menunjukan 13,45% setelah memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Operasional dan Risiko Pasar.

• Rasio Kredit Bermasalah/ Non Perfoming Loan Ratio (NPL)

Rasio Kredit Bermasalah (NPL) pada akhir tahun 2011 tercatat sebesar 0,88% (gross), jauh lebih kecil dari rasio NPL maksimal sebesar 5%, sehingga bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan volume kredit besaran kualitas kredit yang non performing sangatlah kecil, hal ini menunjukan bahwa efektifitas penyaluran kredit berjalan dengan sangat prudent dan Bank BNP selalu berupaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas kreditnya agar berjalan dengan baik.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Total Aktiva/ Return On Assets Ratio (ROA)

Pencapaian ROA Bank BNP pada tahun 2011 adalah sebesar 1,53% naik 0,03% dari tahun 2010, hal tersebut dikarenakan peningkatan Laba lebih besar dari peningkatan pertumbuhan Asetnya, artinya bahwa Bank BNP masih memiliki kemampuan yang lebih dalam menciptakan Laba.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Ekuitas/ Return On Equity Ratio (ROE)

Perbandingan antara Laba Bersih terhadap Permodalan Bank BNP pada tahun 2011 meningkat cukup signifikan menjadi 12,82% atau sama dengan naik 0,44% dari semula 12,38% pada tahun 2010, hal

ini disebabkan karena pertumbuhan perolehan Laba Bersih lebih besar dari peningkatan Ekuitas.

• Rasio Kredit Terhadap Dana Pihak Ketiga/ Loan to Deposit Ratio (LDR)

Volume Kredit yang dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (LDR) pada tahun 2011 meningkat menjadi 84,92% dari semula 80,41% pada tahun 2010, hal ini menunjukan bahwa salah satu fungsi dari kegiatan perbankan yaitu fungsi intermediasi melalui pemberian kredit berjalan baik dan bahkan semakin meningkat.

• Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Perbandingan antara Beban Operasional dengan

Pendapatan Operasional pada akhir 2011 tercatat sebesar 85,77% meningkat dari tahun sebelumnya yang besarnya 85,17%, hal ini disebabkan adanya peningkatan biaya operasional dalam rangka ekspansi usaha selama tahun 2011

5. Perluasan Jaringan KantorKemampuan Bank BNP dalam menjangkau pasar menjadi kunci utama bagi pengembangan bisnis kedepannya, keberadaan ujung tombak baik berupa jaringan kantor yang secara organik maupun delivery channel yang dimiliki dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan Bank BNP untuk meraih pangsa pasar di lokasi tersebut.

Bank BNP pada tahun 2011 telah menambah 13 jaringan kantor baru baik berupa Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan atau Kantor Kas berikut Service Point dan Mesin ATMnya, disamping itu juga terdapat beberapa lokasi kantor dan mesin ATM yang direlokasi.

Kebijakan pembukaan kantor baru pada tahun 2011 yang pada dasarnya diorientasikan untuk mendukung pertumbuhan Bisnis Mikro dan Kecil sehingga keberadaan jaringan kantor yang baru memiliki fokus yang sedikit berbeda.

Sesuai dengan rencana dalam RBB 2011-2013, pembukaan jaringan yang dilakukan pada tahun 2011 baru dapat direalisasikan sebanyak 13 kantor dari 24 yang direncanakan termasuk relokasi dan peningkatan status kantor, hal ini disebabkan oleh masalah kesiapan lokasi gedung kantor dan perijinan saja, sedangkan sisanya secara bertahap dilakukan pada awal tahun 2012.

Dengan penambahan 13 jaringan kantor baru di tahun 2011 ini, maka secara keseluruhan Bank BNP memiliki 60 (enam puluh) jaringan kantor yang tersebar di Jawa dan Bali.

6. Kegiatan Lainnya Kegiatan Edukasi Perbankan & Ayo Ke Bank Sebagai manifestasi dari pilar ke-enam Arsitektur

Perbankan Indonesia oleh Bank Indonesia, yang menetapkan bahwa bank-bank bertanggung jawab untuk mendidik masyarakat untuk memahami dasar-dasar perbankan, Bank BNP telah mengunjungi beberapa sekolah di wilayah Bandung dan sekitarnya dan melakukan sosialisasi Edukasi Perbankan.

Topik yang dibahas adalah “Budaya Menabung Sejak Dini” yaitu bertujuan untuk:1. Membangun kesadaran serta memotivasi anak-anak

untuk memiliki budaya menabung sejak usia dini;

2. Membangun masyarakat yang bank minded dan memberikan pemahaman kegunaan menabung di Bank; serta

3. Memberikan pemahaman atas produk dan layanan perbankan.

Pelaksanaan program tersebut memperoleh tanggapan yang positif dari para siswa maupun Kepala Sekolah. Ke depannya, Bank BNP berencana untuk memperluas jangkauan wilayah program edukasi perbankan, sesuai dengan misinya untuk membantu mengembangkan masyarakat.

Corporate Social ResponsibilityTanggung Jawab Sosial yang dilakukan oleh Bank BNP bertujuan untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara dunia usaha, masyarakat dengan alam sekitar, tepatnya komunitas dan lingkungan, dengan mencapai keuntungan bagi semua pihak yang berkesinambungan hingga generasi selanjutnya. Beberapa program yang dilaksanakan selama tahun 2011 adalah:• Bantuan untuk membangun pengadaan sarana air bersih

dan sarana MCK. Sebagai bentuk partisipasi untuk menolong

terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang sangat mendasar yaitu salah satunya kebutuhan akan air bersih, Bank BNP melalui Lembaga Pemerhati dan Pengembangan Pendidikan Daerah Tertinggal (LP3T) telah menyumbangkan dana untuk membangun sarana air bersih dan sarana MCK bagi masyarakat di Kabupaten Lebak- Propinsi Banten.

• Bantuan dalam Pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan.

Generasi muda adalah asset sebuah bangsa, dan Bank BNP melihat keberadaan mereka sebagai pihak yang perlu didukung dan dibantu agar berkembang ke arah yang lebih baik. Dengan adanya rencana Eta Pro’comm untuk menyelenggarakan acara “Meraih Impian Anak

Negeri” yaitu pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan di wilayah Bandung, dirasakan Bank BNP sebagai kesempatan yang baik untuk merealisasikan kepedulian Bank BNP, dengan menyumbangkan sejumlah dana sebagai bukti kepeduliannya.

• Bantuan untuk Korban Gempa di Tapanuli. Sebagai bentuk partisipasi dalam menolong masyarakat

yang membutuhkan, pada acara Malam Amal Penggalangan Dana untuk Korban Gempa di Tapanuli, Bank BNP menyumbangkan dana melalui Panitia Peduli Korban Gempa di Tapanuli Posko Jawa Barat.

PenghargaanSebagai bukti komitmen Bank BNP untuk terus dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan kinerja perusahaan, maka dibutuhkan sebuah komitmen kuat dari seluruh elemen organisasi yang mendukung visi-misi tersebut.

Dengan penuh rasa bangga, manajemen mempersembahkan secara nyata hasil kinerja yang telah dilakukan dengan berhasil diraihnya 3 (tiga) Anugerah Business Review Award pada bulan Nopember 2011 yaitu:1. The Best CEO (Special Criteria)2. The Best Marketing Management3. The Best Corporation for Risk Management

Prestasi lainnya yang menyusul berhasil diraih Bank BNP berdasarkan survey The Most Powerful Bank pada Majalah Warta Eko nomi, Bank BNP meraih gelar Peringkat Pertama sekaligus untuk 2 (dua) Kategori di kelasnya yaitu sebagai :

1. The Most Valuable Bank : yaitu Bank dengan kebijakan produk portofolio terbaik, baik portofolio berbasis Ekuitas maupun berbasis Surat Hutang; dan

2. The Most Attractive Bank : Bank terbaik berdasarkan kemampuan untuk menjadi lembaga intermediasi keuangan bagi masyarakat.

Selain penghargaan yang diterima, Bank BNP pun mulai memasuki/ meraih peringkat dalam beberapa kegiatan rating atas kinerja Perusahaan berdasarkan beberapa kriteria penilaian yang dilakukan oleh beberapa media nasional antara lain dari :• InfoBank Awards 2011 Memperoleh predikat Sangat Bagus pada InfoBank

Awards 2011 untuk kinerja keuangan tahun 2010.• Majalah InfoBank edisi Juni 2011:• Berdasarkan Modal Rp. 100 Milyar s/d Rp. 1 Triliun,

menempati peringkat ke 15 dari 67 Bank, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Kepemilikan Bank Swasta Nasional Devisa, menempati peringkat ke 7 dari 10 Terbaik, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Status Badan Hukum PT Terbuka/Go Publik, menempati peringkat ke 10 dari 31 Bank Go Publik, (predikat SANGAT BAGUS).

Disamping beberapa media cetak di atas, juga masih terdapat beberapa pemeringkatan yang diperoleh Bank BNP dari beberapa media yang melakukan pemeringkatan dan seluruh Penghargaan yang diraih ini didedikasikan kepada seluruh komponen Bank BNP untuk lebih memotivasi kita bekerja untuk menghasilkan yang terbaik.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

jenis kredit investasi, sehingga bila dilihat dari tujuan penggunaan kredit hampir 89% dari portofolio kredit Bank BNP dialokasikan kepada sektor yang produktif/ bersifat komersil.

c) Bisnis Konsumer Bisnis Konsumer secara umum mengelola pemberian

Kredit yang bertujuan tidak untuk penggunaan produktif atau hanya digunakan untuk yang bersifat konsumtif dikelompokkan dalam segmen bisnis tersendiri dengan term and condition yang berbeda pula dari jenis kredit lainnya. Sejak awal bulan Januari 2011, pengelolaan atas Bisnis ini dilakukan secara tersentralisasi dan berada pada satu Divisi yang khusus menangani Bisnis Konsumer.

Objek yang menjadi sasaran pembiayaan kredit Konsumer antara lain adalah :1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)2. Kredit Pemilikan Mobil (KPM)3. Kredit Renovasi Rumah (KRR)4. Dll.

Pemberian kredit jenis ini ada pula yang dilakukan baik secara direct kepada end user, atau melalui skim kerja sama (in-direct) dengan perusahaan penyalur lainnya seperti Dealer Sparepart kendaraan bermotor dan lainnya atau dapat pula dengan bekerjasama melalui Developer/ pengembang lainnya.

d) Bisnis MikroKategori pengelompokkan kredit Mikro berawal dari besaran pinjaman sampai dengan Rp. 50.000.000,- (sesuai ketentuan Bank Indonesia) dan besaran inipun masih dalam pengkajian internal manajemen Bank BNP untuk dilakukan penyesuaian, sehingga plafond kreditnya mengalami sedikit perubahan. Sepanjang tahun 2011, perkembangan dan pertumbuhan kredit Mikro baik dari sisi volume maupun kualitasnya, telah menunjukan kinerja yang semakin baik, seiring dengan itu perolehan spread dari suku bunga yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis pinjaman komersil lainnya.

Posisi portofolio Kredit untuk bisnis Mikro pada akhir tahun 2011 mencapai Rp. 350,75 Milyar, tumbuh 187% dari periode yang sama tahun lalu.

Guna mendukung perkembangan bisnis Mikro ke depannya, khususnya dalam upaya untuk meningkatkan portofolio kredit Mikro, selain mempersiapkan dan melakukan pemenuhan Sumber Daya Manusia, juga telah dilakukan pemenuhan berbagai sarana prasarana untuk mendukung bisnis tersebut antara lain :• Membuat dan terus menyempurnakan spesifikasi

bisnis untuk kredit mikro;• Melakukan implant terhadap beberapa kantor

cabang yang ada untuk meningkatkan pangsa pasar penjualan kredit mikro ini;

• Memperbanyak outlet/ kantor yang berorientasi pada segmen mikro/ UMK yaitu terhadap sentra-sentra bisnis ritel;

• Menyelenggarakan pelatihan internal/ Manage-ment Trainee Micro Banking bulan Maret 2011 selama 3 bulan guna mendidik kader-kader pelaku bisnis Mikro.

Prospek bisnis mikro akan sangat berkembang di masa mendatang, sehingga portofolionya akan terus ditingkatkan sehingga akan menjadi penyokong utama terhadap peningkatan komposisi terhadap segmen UMKM Bank BNP sambil terus berupaya untuk mengambil ceruk pasar (niche market) dari potensi segmen Micro yang ada dengan penekanan pada pricing yang kompetitif dibandingkan dengan unit mikro kompetitor lainnya, di mana saat ini cost structure dari kompetitor lainnya relatif sudah lebih tinggi.

Sampai akhir tahun 2011, angka kredit bermasalah bagi Kredit Bisnis Mikro ini tercatat hanya sebesar 3,58% dari total portofolio Kredit Mikro, sehingga bila dibandingkan dengan volumenya, besaran tersebut masih dalam tahapan toleransi yang baik.

e) Bisnis Kredit Tanpa Agunan (KTA) KTA Bank BNP merupakan kredit multi guna yang

dapat digunakan untuk membiayai berbagai macam kebutuhan tanpa mensyaratkan adanya jaminan.

Pinjaman jenis ini akan menjadi pelengkap ragamnya jenis pinjaman berbasis ritel yang disalurkan yang tidak sama dengan pinjaman lainnya dan jenis produk pinjaman ini pada tanggal 25 November 2011 telah mengalami perubahan nama menjadi pinjaman KATANA (Kredit Tanpa Agunan).

Sasaran dari produk KATANA ditujukan khusus untuk karyawan umum dengan penghasilan tetap, baik dengan status karyawan tetap maupun kontrak, mengingat potensi pasar karyawan di Indonesia cukup luas sehingga kondisi ini menjadi target pasar yang potensil.

Bank BNP dalam melakukan penjualan produk KATANA menjalankan strategi pemasaran secara kolektif kepada perusahaan melalui kerjasama dengan HRD perusahaan/ Koperasi karyawan dalam hal pembayaran gaji karyawannya/ payroll. Selain itu juga dilakukan direct selling melalui jaringan kantor Bank BNP yang ada.

Sedangkan untuk menggarap pangsa pasar yang lebih luas, dilakukan open table/ exhibition di gedung perkantoran/ mall yang sesuai dengan target pasarnya, sekaligus untuk meningkatkan company dan brand image.

Menjelang akhir tahun 2011, penjualan KATANA ini dikemas dalam sebuah program promo KATANA HEBAT (Kredit Tanpa Agunan Heboh Akhir Tahun) yang berlaku hingga 30 Desember 2011 dimana beberapa syarat dan kondisi yang ditentukan memi-liki kemudahan-kemudahan serta keuntungan yang lain dari program lainnya.

Pertumbuhan outstanding KATANA hingga akhir tahun 2011 meningkat sebesar 148,8% dibandingkan tahun 2010, sedangkan jumlah kontrak yang terjadi pada tahun 2011 juga naik sebesar 169,8%.

f) TreasuryPengelolaan Treasury di Bank BNP dilakukan secara prudent (kehati-hatian) dengan mengikuti sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Manajemen dan mentaati peraturan yang berlaku dari Bank Indonesia. Divisi Treasury memegang peranan penting dalam pegelolaan likuiditas bank, perdagangan valuta asing serta perdagangan surat berharga.

Treasury Bank BNP terdiri dari beberapa departemen yaitu: 1. Departemen Asset Liabilities Management yang

mengelola dana dan berhubungan dengan pasar uang (money market) baik untuk peminjaman maupun penempatan dana serta pengelolaan surat berharga;

2. Departemen Forex Business yang mengelola seluruh transaksi valuta asing baik untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan nasabah guna meningkatkan pendapatan perusahaan; dan

3. Departemen Financial Institution yang banyak berhubungan dengan Counterparty Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), guna meningkatkan hubungan kerja sama perbankan saat ini dan di masa mendatang.

Dalam pengelolaan dana , transaksi surat berharga serta transaksi valuta asing dilakukan dengan memperhitungkan segala aspek risiko – risiko yang mungkin timbul seperti risiko likuiditas, risiko nilai tukar, risiko suku bunga risiko pasar serta risiko operasional dan dengan berpedoman kepada peraturan yang berlaku.

Guna meningkatkan kapabilitas karyawan, secara rutin dilakukan training untuk marketing dan Front Liner seperti Basic Treasury , Basic Forex , Bank Notes Counterfeit , agar supaya tercipta karyawan – karyawan yang handal untuk melayani keperluan para nasabah.

Di samping itu, Divisi Treasury bersama jajaran Manajemen secara rutin mengadakan rapat ALCO (Asset and Liabilities Committee) guna menentukan kebijakan dan gapping management (suku bunga, tenor, mata uang) dengan mengevaluasi atas hasil pemantauan pasar baik lokal maupun internasional. Diharapkan Treasury bisa berkontribusi secara optimal dan dapat mengindikasikan secara awal jika ada kondisi yang dapat merugikan atau membahayakan perusahaan.

Di masa mendatang Treasury akan mengembangkan potensi bisnis baru guna memenuhi kebutuhan transaksi maupun investasi dari para nasabah dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusa-haan.

g) Kebijakan Tingkat Suku Bunga

Penerapan kebijakan suku bunga di Bank BNP baik dari sisi Lending maupun Funding, selalu disusun dan diberlakukan dengan mengacu pada beberapa kondisi seperti :• Kebutuhan dasar biaya dana/ bunga simpanan (cost of fund);• Biaya-biaya pendukung yang sifatnya variable yang terkait dengan kegiatan pendanaan;• Ketentuan Suku Bunga acuan seperti BI rate dan Suku Bunga Penjaminan (LPS);• Cost of money yang menjadi beban perusahaan;• Margin profit yang diharapkan ; dan• Kebijakan/ kondisi suku bunga dari pesaing atau yang berlaku di pasar.

Sehingga dengan berlandaskan kepada hal tersebut di atas, kebijakan suku bunga Simpanan atau Pinjaman, diupayakan selalu seiring dengan pergerakan harga pasar, agar dapat bersaing dengan fair, tanpa mengabaikan besaran spread yang ditargetkan, hal ini nampak pada besaran NIM pada akhir tahun 2011, naik menjadi 4,99% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,91%.

Keputusan dalam menentukan besaran suku bunga yang akan diberlakukan melalui mekanisme rapat team pendukung seperti ALCO dan Rapat-rapat Direksi baik yang diselenggarakan secara regular maupun secara sirkuler.

Sedangkan trend pergerakan suku bunga pada tahun 2011, sebagaimana terlihat dalam diagram di bawah, nampak pergerakan margin spread antara simpanan dan pinjaman relatif stabil dan tidak ada pergerakan yang ekstrim.

h) Transaksi Ekspor – Impor dan Devisa Sekalipun dunia khususnya di belahan negara-negara

Eropa pada paruh waktu tahun 2011 mengalami krisis keuangan yang berimbas kepada negara-negara berkembang seperti salah satunya Indonesia yang memiliki berbagai aktifitas perdagangan internasional seperti kegiatan ekspor dan impor, namun bagi Indonesia kondisi tersebut belum dirasakan dampak yang signifikan hingga ditutupnya tahun 2011.

Dalam kegiatan transaksi perdagangan Luar Negeri seperti ekspor dan impor, kejadian tersebut khususnya bagi Bank BNP secara umum tidak berdampak signifikan karena sebaran kegiatan ekspor khususnya, untuk Negara-negara Eropa tidak terlalu besar bahkan secara volume cenderung naik dari kegiatan ekspor – impor yang dilakukan melalui Bank BNP dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebagai salah satu ciri dari Bank Devisa adalah kegiatan transaksi dalam mata uang asing selain Rupiah, dalam hal ini Bank BNP melakukan beberapa kegiatan seperti pembiayaan perdagangan luar negeri, jasa kiriman uang, collection dan transaksi lainnya termasuk money changer.

Khusus dalam transaksi perdagangan luar negeri dalam kegiatan pembiayaan ekspor dan impor, maka selama tahun 2011 Bank BNP telah menangani proses Ekspor baik melalui pembukaan Letter of Credit (LC) maupun tanpa menggunakan LC yaitu sebanyak 1.028 dokumen ekspor dengan nilai equivalen USD 45,4 juta naik sebesar 13,5% secara volume dari tahun 2010, dan untuk transaksi Impor yaitu sebanyak 218 dokumen dengan nilai equivalen USD 28,93 juta naik sebesar 65% dari realisasi impor tahun 2010.

Sedangkan untuk kegiatan remmittance yang ditransaksikan melalui Bank BNP baik kiriman uang keluar negeri maupun masuk masing-masing mencapai volume 15.925 aplikasi kiriman uang keluar dengan nilai eq. USD 768,336,366 dan untuk kiriman uang masuk diterima sebanyak 6.733 kiriman atau naik sebesar 11,3% dengan jumlah nilai eq. USD 254,152,172

i) Teknologi dan Informasi Perkembangan bisnis Bank BNP tidak bisa dilepaskan

dari adanya dukungan Teknologi Informasi yang sangat kuat di belakangnya.

Management sangat menyadari akan hal ini sejak dari awal dan semakin terasa dampaknya ketika masuk ke dalam segment bisnis Mikro dan KTA yang telah dimulai beberapa tahun yang lalu.

Saat ini Divisi dan unit kerja IT bukan lagi merupakan support untuk tujuan bisnis, tetapi sudah merupakan strategic partner untuk bisa mencapai tujuan bisnis.

Penambahanan delivery channel, baik itu berupa pembukaan kantor-kantor cabang baru dan penambahan mesin ATM dan EDC semakin ditingkatkan agar BNP bisa lebih dekat lagi kepada nasabah.

Kecepatan, ketepatan dan keamanan penyediaan informasi kepada nasabah merupakan keharusan yang tidak bisa di tawar lagi. Memberikan akses kepada nasabah setiap saat selama 24 jam per hari bukan merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi sudah merupakan suatu keharusan.

Untuk tetap bisa menunjang semuanya itu, maka IT selalu melakukan pengkinian di semua bagian, baik itu di sisi aplikasi, server dan infrastructure teknologi.

Selain itu untuk sisi keamanan data dan jaringan juga dilakukan pengkinian firewall, penyediaan Disaster Recovery Site dan penyediaaan backup link untuk kantor-kantor cabang.

Ketaatan kepada peraturan dan hukum yang berlaku merupakan hal yang sangat penting dan juga menjadi perhatian utama manajemen. Oleh karena itu Bank BNP juga telah melakukan perjanjian secara enterprise dengan pihak Microsoft.

j) Remunerasi dan Tunjangan Kebijakan remunerasi dan/ atau perubahan atas

imbalan jasa kepada seluruh karyawan Bank BNP dipertimbangkan berdasarkan berbagai aspek pendukung dari mulai kebutuhan dasar hidup karyawan hingga harga kompensasi menurut peer group/ industri setara, sehingga kebijakan ini mampu memperkecil gap dalam perolehan penghasilan/ kompensasinya.

Remunerasi bagi karyawan ditetapkan melalui beberapa mekanisme penetapannya dimana keputusan tertinggi secara kolektif ada pada kewenangan Direksi berdasarkan penilaian kinerjanya

(key performance indicator/ KPI), sedangkan remunerasi dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi dilakukan dengan mekanisme yang berbeda yaitu direkomendasikan oleh Komite Remunerasi dan Nominasi dan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

k) Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam rangka ikut menunjang pencapaian visi

perusahaan untuk menjadi Bank ritel berskala nasional, Bank BNP harus mengembangkan bisnisnya secara signifikan melebihi tingkat pertumbuhan pasar maupun pesaing.

Untuk mencapai hal tersebut, Bank BNP harus memenuhi prasyarat utama berupa kemampuan menggerakkan dan memberdayakan seluruh perangkat organisasi secara optimal, terutama sumber daya manusianya. Ini berarti Bank BNP harus memiliki support dan sumber daya manusia dengan produktifitas dan kapabilitas terbaik di bidangnya.

Oleh karena itu fungsi dan peran Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum telah bergeser ke arah yang lebih strategis yaitu menjadi strategic business partner bagi seluruh unit kerja di Bank BNP.

Untuk mencapai peran baru tersebut di tahun 2011 Divisi HR & GA Bank BNP telah menempuh beberapa langkah transformasi internal antara lain: • Penataan organisasi HR & GA dalam rangka

transformasi menuju organisasi yang mampu mendukung pergerakan bisnis.

• Review pekerjaan dan work flow HR & GA agar mampu memberikan support yang lebih efektif bagi semua unit kerja.

Inisiatif strategis yang dilakukan pada tingkat bank-wide adalah dengan melakukan standarisasi pengelo-laan organisasi (Organization Management). Departe-men Organization Development dengan dibantu konsultan eksternal pada bulan Januari 2011 telah menetapkan beberapa kebijakan dasar dalam pengelolaan organisasi dengan tujuan agar terdapat standarisasi dan keselerasan di seluruh organisasi di Bank BNP.

Beberapa prinsip dasar dalam menata ulang organisasi adalah:• Productivity Ratio:

Ukuran organisasi dan pertumbuhannya harus seiring dengan ukuran dan pertumbuhan bisnis perusahaan.

• Organization Leveling: Organisasi perlu memiliki tingkatan organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab, kewenangan dan hak yang berbeda.

• Span of Control: Untuk menjamin tercapainya delegasi pekerjaan dan kontrol yang seimbang di setiap jabatan.

Secara garis besar organisasi di BNP dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:• Business Unit: unit yang berfungsi sebagai motor

utama pengembangan bisnis bank yang terdiri dari Divisi Kredit Tanpa Agunan (KTA), Divisi Regional Business I – III, Divisi Treasury Bisnis, Divisi Bisnis Mikro, dan Divisi Services.

• Business Support : unit yang berfungsi mendukung operasional bank secara keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Divisi Pengembangan Bisnis, Divisi Administrasi Kredit, Divisi Operasional, Divisi Umum dan Divisi Informasi Teknologi.

• Corporate Services: unit yang berfungsi untuk menangani kebijakan dan strategi level korporasi, yang terdiri dari Divisi Sumber Daya Manusia (SDM), Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), Divisi Perencanaan Perusahaan & Sekretaris Perusahaan, Divisi Akuntansi & Keuangan, Divisi Manajemen Resiko, Divisi Kepatuhan.

Project-project yang terkait dengan pembenahan organisasi yang dilakukan oleh Departemen Organization Development selama tahun 2011 adalah: • Tersedianya Struktur Organisasi dan uraian

pekerjaan (position/ job description) keseluruhan organisasi;

• Pengadaan generic "kompetensi" dan "require-ment" bagi semua jabatan;

• Pengadaan guidance untuk Job Evaluation for Job Grading;

• Penerapan personal grade untuk seluruh karyawan BNP beserta sosialisasinya;

• Pengembangan salary scale berbasis grading baru 2011;

• Pengembangan berbagai kebijakan yang terkait dengan pengelolaan SDM.

Sebagai organisasi yang berbasis pada perkembangan bisnis, Bank BNP menyadari pentingnya pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki. Karenanya, selama 2011 Bank BNP juga telah melaksanakan pelatihan yang mendukung peningkatan kemampuan dan keunggulan kompetitif sumber daya manusianya, antara lain:• Meningkatkan Leadership Skill bagi para pimpinan

unit kerja, dari level Department Head hingga Division Head dengan mengadakan training coaching

• Meningkatkan kompetensi perkreditan bagi seluruh pegawai yang terkait langsung dengan permasalahan kredit, baik untuk segmen Commercial, Consumer/Retail dan Micro Banking.

• Melaksanakan program pelatihan khusus bagi Frontliners dalam upaya meningkatkan service dan layanan cabang.

• Melaksanakan program khusus untuk program pengembangan karyawan seperti Service Officer Development Program (SODP), Marketing Executive Development Program (MEDP), Management Trainee for Micro Banking (MTMB).

• Dalam rangka menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi, masing-masing Direksi banyak mengikuti/berpartisipasi dalam seminar nasional dan internasional, forum-forum perbankan dan program-program lain yang terkait dengan bank.

Aktivitas yang dilakukan dalam rangka memenuhi target di atas, Learning Center BNP fokus pada:

a. Pengembangan Softskill b. Pengembangan Hardskill c. Management Trainee Program d. Pemenuhan Program Sertifikasi (BSMR)

Perkembangan jumlah karyawan pada tahun 2011 ini naik sebanyak 164 orang menjadi total 1.298 orang atau sama dengan tumbuh sebesar 14,4 % dari periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah SDM ini seiring dengan pertumbuhan bisnis, pengembangan organisasi dan perluasan jaringan kantor dan sebagai dampaknya peningkatan biaya Tenaga Kerja juga mengiringi kenaikan tersebut.

l) Pengunaan Tenaga Kerja Asing dan Konsultan. Bank BNP mempekerjakan 6 (enam) orang tenaga

kerja asing yang berasal dari negara Jepang dan telah mendapatkan ijin bekerja dari Departemen Tenaga Kerja masing-masing bertindak sebagai manajemen yaitu Presiden Komisaris (Yasuo Uonomi), Presiden Direktur (Ritsuo Ando) dan Direktur (Koji Sawada) dengan masa kerja sesuai batas waktu pengangkatannya melalui hasil Rapat Umum Pemegang Saham.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/8/PBI/2007, tanggal 13 Juni 2007, tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan Di Sektor Perbankan, maka Bank BNP dalam mengembangkan bisnis khususnya untuk Kredit Tanpa Agunan juga telah menggunakan 2 (dua) orang tenaga asing dari Jepang yaitu Hitoshi Yokohama dan Tetsuji Sakioka sebagai senior advisor & advisor, serta seorang pejabat eksekutif (Shigeo Morimoto) yang bertugas sebagai Kepala Divisi Manajemen Risiko, penggunaan ketiga tenaga asing

tersebut berkaitan dengan kebutuhan Bank BNP saat ini yang masih memerlukan arahan dan alih pengetahuan atas kegiatan tersebut diatas.

m) Permodalan Sejalan dengan pertumbuhan Aktiva Produktif, maka

akan berpengaruh pada kebutuhan akan penyediaan Modal yang sepadan, mengingat laju pertumbuhan Aktiva Produktif yang terbesar berasal dari kredit yang besarnya mencapai 31,5%, maka beban Aktiva Tertimbang Menurut Risiko semakin meningkat yang pada akhirnya akan membebani rasio Kecukupan Modal yang dipersyaratkan.

Permodalan Bank BNP pada akhir Desember 2011, memiliki kecukupan modal minimum sebesar 13,45%, sekalipun angka ini masih cukup untuk memenuhi batas minimum yang dipersyaratkan yaitu 8%, namun seiring dengan pesatnya pertumbuhan bisnis khususnya dalam pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit, maka kecukupan dalam hal dukungan permodalanpun menjadi kurang maksimal bila margin yang dimiliki terlalu kecil.

Permodalan Bank BNP pada triwulan IV tahun 2011 mendapatkan suntikan dana berupa Pinjaman Subordinasi dari pemegang saham mayoritas sebesar USD 5,9 juta dengan jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) tahun, sehingga dengan adanya penambahan tersebut yang berdasarkan ketentuan bahwa pinjaman subordinasi dapat diperhitungkan sebagai

tambahan Modal Pelengkap Tier 2, perhitungan rasio CAR dapat meningkat dan terjaga pada kisaran 13%.

n) Kebijakan DividenDengan mempertimbangkan kemampuan keuangan Perseroan dan upaya untuk melakukan ekspansi usaha serta menjaga ketersediaan Modal yang cukup untuk mempertahankan struktur permodalannya, pada pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tahun 2011 telah disepakati untuk membagikan Dividen kepada para pemegang saham sebesar +/- 10% dari Laba Bersih Perseroan yang jumlahnya Rp. 4,74 Milyar, dan sisanya dipertahankan untuk tujuan penguatan permodalan sebagai Laba Ditahan.

o) Transaksi Dengan Pihak Terkait Bank BNP dalam melaksanakan transaksi-transaksi

yang berkaitan dengan para pihak terkait selalu mengacu pada ketentuan yang mengaturnya, diantara transaksi yang dilakukan antara Bank BNP dengan Pihak Terkait antara lain adalah: transaksi yang berkaitan dengan kegiatan utama Bank BNP seperti Kredit, Simpanan, Sewa Menyewa beberapa gedung perkantoran yang digunakan untuk operasional Bank BNP sehari-hari, dimana seluruh transaksinya berkaitan dengan kegiatan utama (core business) Bank BNP dan apabila transaksi tersebut dikategorikan transaksi yang mengandung unsur benturan kepentingan, maka telah mendapat persetujuan RUPS sebagaimana ketentuan yang mengaturnya.

Transparansi atas transaksi-transaksi tersebut agar

tidak menyimpang dari ketentuan hukum maupun praktek tata kelola perusahaan yang baik, maka seluruh ketentuan dan persyaratan yang dikenakan berlaku umum dan tidak ada pengecualian dan secara nilai tidak memenuhi unsur transaksi yang bersifat material.

Penjelasan dan detil transaksi dapat dilihat pada Catatan Atas Laporan Keuangan nomor : 35. yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani.

Bank BNP tidak melakukan kerjasama atau memiliki jenis transaksi dengan pihak terkait dalam hal Kepemilikan Silang, repuchase agreement, pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha dan lainnya.

2. Pembahasan Neraca Keuangan.Secara umum kinerja keuangan Bank BNP pada tahun buku 2011 menunjukkan keberhasilan atas perkembangan usaha yang signifikan dengan bertumbuh sebesar 24% dari periode yang sama tahun sebelumnya membuktikan bahwa Bank BNP tetap berupaya untuk terus maju dan berkembang dengan pasti.

Laporan Keuangan Bank BNP untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2011 telah disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan untuk periode-periode yang dilaporkan telah dilakukan restatement/ penyajian kembali untuk tahun 2010 dan 2011.

Refleksi keberhasilan manajemen menjalankan roda bisnisnya tercatat pada beberapa pos tertentu dalam Neraca Bank yang dibagi menjadi 4 (empat) bagian besar yang akan dibahas seperti Aktiva Produktif, Kewajiban, Laba-Rugi dan Permodalan.

KreditEksposur kredit Bank BNP pada tahun 2011 tumbuh sebesar 31,5%, dimana kredit yang disalurkan diberikan pada sektor-sektor ekonomi seperti Industri, Pedagangan, Transportasi, Konstruksi, Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Pertanian dan lain sebagainya.

Sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran, memiliki porsi penyaluran terbesar yaitu sekitar 38% dari total kredit yang telah disalurkan, kemudian sektor riil / industri berada pada posisi kedua terbesar, selebihnya tersebar ke sektor ekonomi lainnya.

Keberhasilan pertumbuhan Kredit ini disertai pula dengan keberhasilan dalam pengelolaan administrasi perkreditan yang baik, sehingga pemantauan dan pertumbuhan kualitas Kredit yang diberikanpun membaik seiring dengan sangat kecilnya rasio Kredit Bermasalah (NPL) yang pada akhir tahun 2011 tercatat hanya sebesar 0,88% (kotor).

Kecilnya rasio Kredit Bermasalah pada akhir tahun 2011 ini, tentunya sebagai hasil dari kerja keras manajemen dalam mengupayakan penyelesaian beberapa outstanding Kredit yang sudah berada dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet, disertai dengan mengerem laju dari potensi Kredit Bermasalah yang baru.

Pertumbuhan Kredit yang terjadi tidak terlepas pula dari peran pertumbuhan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dimana pada tahun 2011 pencapaiannya sebesar Rp. 2,76 triliun atau sama dengan 57,4% dari keseluruhan volume kredit Bank BNP.

Dalam sisi kepatuhan, penyaluran Kredit Bank BNP berpatokan pada ketentuan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) yang ditentukan oleh Bank Indonesia dan pada tahun 2011 ini tidak terdapat pelanggaran BMPK maupun pelampauan BMPK baik kepada pihak ketiga maupun pihak terkait (lihat Catatan Laporan Keuangan No. 10.m).

Pemberian kredit pada Pihak Terkait dan atau Debitur Inti, pada tahun 2011, secara persentase mengalami penurunan, dimana pada posisi akhir Desember 2011, tercatat pemberian kredit kepada Pihak Terkait hanya sebesar 1,02% dari volume kredit yang ada dan jumlah ini lebih kecil dari posisi tahun 2010, sedangkan persentase penyaluran kredit kepada 25 (dua puluh lima) Debitur Inti juga mengalami penurunan dari semula 17,88% pada tahun 2010 menjadi kurang lebih 17,48% pada tahun 2011.

Pemberlakuan suku bunga kredit selama tahun 2011, secara umum bergerak konsisten dan tidak terdapat lonjakan yang berarti, sekalipun menjelang akhir tahun 2011 terjadi penurunan Suku Bunga BI rate, namun seiring dengan kondisi pasar pada menjelang akhir tahun terjadi upaya untuk mempertahankan dana, karena persaingan suku bunga funding di pasaran mengetat, maka tidak jelas nampak pergeseran suku bunga khususnya suku bunga simpanan.

Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank LainSecara volume Perkiraan Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank Lain pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 28%, pada pos perkiraan ini terdiri dari Fasilitas Bank Indonesia (FASBI), FTK BI dan Call Money dimana dananya merupakan sebagian dari Dana Pihak Ketiga yang belum seluruhnya tersalurkan ke dalam kredit.

Surat Berharga Yang Dimiliki dan Obligasi PemerintahKebijakan berinvestasi pada jenis Surat Berharga tidak menjadi fokus utama, sehingga portofolio Surat Berharga yang dimiliki lebih dikarenakan menunggu jatuh temponya, dan hampir seluruh kepemilikan Surat berharga Bank BNP sifat kepemilikannya tidak untuk diperdagangkan namun dikuasai hingga jatuh tempo.

Obligasi Pemerintah/ Surat Utang Negara (SUN) yang dimiliki saat ini lebih bersifat memelihara hingga tanggal

jatuh tempo saja dan hanya mengandalkan penghasilan atas kupon/ bunga obligasinya saja yang bunganya masih memberikan margin cukup baik terhadap Pendapatan Bunga. Keberadaan kedua instrumen investasi ini hingga akhir tahun 2011 relatif tidak bertumbuh.

Dana Pihak KetigaDana pihak ketiga yang dikuasai Bank BNP terdiri dari Simpanan Nasabah berupa Tabungan, Rekening Giro dan Simpanan Berjangka baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, dimana hingga pada akhir tahun 2011 jumlah volume Dana Pihak Ketiga telah mengalami pertumbuhan secara total sebesar 24,55% atau sama dengan Rp. 1,11 Triliun menjadi total Rp. 5,66 Triliun.

Pertumbuhan terbesar dari jumlah Dana tersebut disokongkan oleh peningkatan Simpanan dalam bentuk Tabungan yaitu sebesar 52% tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya, dan Simpanan Berjangka berada pada posisi ke dua pertumbuhan terbesar secara persentase setelah Tabungan yaitu sebesar 22,6%.

Perolehan atas peningkatan Simpanan Tabungan ini menyusul keberhasilan peluncuran produk Tabungan SAKURA beberapa waktu yang lalu disertai pula dengan produk Tabungan Jangka Panjang (JAPAN) yang memiliki kelebihan simpanan berencana jangka panjang. Sekalipun volume pertumbuhan Simpanan

cukup tinggi, khususnya Deposito Berjangka, namun persentase Deposan Inti mengalami penurunan dari semula 20,26% pada akhir tahun 2010 menjadi 18,84% pada akhir tahun 2011.

Secara komposisi posisi Dana Pihak Ketiga masih didominasi oleh Simpanan Berjangka/ Deposito sebesar 72% dan sisanya dalam bentuk Tabungan dan Giro, sehingga kondisi ini sedikit lebih memunculkan ekses biaya mahal, namun keberadaan Simpanan Berjangka ini mampu memperkecil gap maturity antara sumber dana dan penyaluran dana yang ada.

3. Laba – Rugi Pendapatan Bunga Pos Pendapatan Bunga terbentuk dari komponen dalam

Aktiva Produktif yang menghasilkan terdiri dari Pinjaman, Surat Berharga, Penempatan dan lain sebagainya baik dalam mata uang Rupiah maupun Valuta Asing, selama tahun 2011 pos Pendapatan Bunga tercatat sebesar Rp. 612,5 Milyar mengalami peningkatan sebesar 40,4% dari tahun sebelumnya, dimana peningkatan pendapatan ini disebabkan karena naiknya pertumbuhan kredit yang terjadi.

Beban Bunga Beban Bunga terdiri dari kewajiban atas Simpanan dalam

mata uang Rupiah dan valuta asing, dimana selama tahun 2011 telah terjadi peningkatan Beban Bunga menjadi Rp. 318 Milyar atau sama dengan naik 50,27% dari periode yang sama tahun 2010, angka ini relatif cukup besar, mengingat langkah untuk melakukan re-profiling Simpanan masih terus diupayakan.

Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih diperoleh dari selisih antara

Pendapatan Bunga dari Aktiva Produktif dengan Beban Bunga Simpanan, dimana pada akhir Desember 2011 Pendapatan Bunga Bersih Bank naik/ tumbuh sebesar 31,09%, hal ini dikarenakan terjadinya pertumbuhan Aktiva Produktif khususnya kredit yang cukup signifikan.

Laba Operasional Pendapatan Bunga Bersih setelah diperhitungkan

dengan Pendapatan Operasional Lainnya dan Beban Operasional Lainnya meningkat sebesar 33,7%. Peningkatan ini disebabkan adanya kenaikan pada

Beban Administrasi & Umum sebesar 23% dan Beban Tenaga Kerja sebesar 44%.

Peningkatan Beban Administrasi & Umum dan Biaya Tenaga Kerja dikarenakan adanya perluasan jaringan kantor, penambahan SDM sehingga menambah unsur sarana prasarana seperti perluasan gedung/ layout ruangan, IT dan transportasi serta pembayaran bonus dan tantieme pada bulan Juni dan Desember 2011.

4. Rasio Keuangan• Rasio Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum/

Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio Kecukupan Modal (CAR) adalah rasio Modal

terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), dimana berdasarkan peraturan Bank Indonesia jumlah modal untuk risiko kredit terdiri dari Modal Inti (Tier I) dan Modal Pelengkap (Tier II). Pada akhir tahun 2011 CAR Bank BNP menunjukan 13,45% setelah memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Operasional dan Risiko Pasar.

• Rasio Kredit Bermasalah/ Non Perfoming Loan Ratio (NPL)

Rasio Kredit Bermasalah (NPL) pada akhir tahun 2011 tercatat sebesar 0,88% (gross), jauh lebih kecil dari rasio NPL maksimal sebesar 5%, sehingga bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan volume kredit besaran kualitas kredit yang non performing sangatlah kecil, hal ini menunjukan bahwa efektifitas penyaluran kredit berjalan dengan sangat prudent dan Bank BNP selalu berupaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas kreditnya agar berjalan dengan baik.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Total Aktiva/ Return On Assets Ratio (ROA)

Pencapaian ROA Bank BNP pada tahun 2011 adalah sebesar 1,53% naik 0,03% dari tahun 2010, hal tersebut dikarenakan peningkatan Laba lebih besar dari peningkatan pertumbuhan Asetnya, artinya bahwa Bank BNP masih memiliki kemampuan yang lebih dalam menciptakan Laba.

• Rasio Perbandingan Laba Terhadap Ekuitas/ Return On Equity Ratio (ROE)

Perbandingan antara Laba Bersih terhadap Permodalan Bank BNP pada tahun 2011 meningkat cukup signifikan menjadi 12,82% atau sama dengan naik 0,44% dari semula 12,38% pada tahun 2010, hal

ini disebabkan karena pertumbuhan perolehan Laba Bersih lebih besar dari peningkatan Ekuitas.

• Rasio Kredit Terhadap Dana Pihak Ketiga/ Loan to Deposit Ratio (LDR)

Volume Kredit yang dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (LDR) pada tahun 2011 meningkat menjadi 84,92% dari semula 80,41% pada tahun 2010, hal ini menunjukan bahwa salah satu fungsi dari kegiatan perbankan yaitu fungsi intermediasi melalui pemberian kredit berjalan baik dan bahkan semakin meningkat.

• Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Perbandingan antara Beban Operasional dengan

Pendapatan Operasional pada akhir 2011 tercatat sebesar 85,77% meningkat dari tahun sebelumnya yang besarnya 85,17%, hal ini disebabkan adanya peningkatan biaya operasional dalam rangka ekspansi usaha selama tahun 2011

5. Perluasan Jaringan KantorKemampuan Bank BNP dalam menjangkau pasar menjadi kunci utama bagi pengembangan bisnis kedepannya, keberadaan ujung tombak baik berupa jaringan kantor yang secara organik maupun delivery channel yang dimiliki dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan Bank BNP untuk meraih pangsa pasar di lokasi tersebut.

Bank BNP pada tahun 2011 telah menambah 13 jaringan kantor baru baik berupa Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan atau Kantor Kas berikut Service Point dan Mesin ATMnya, disamping itu juga terdapat beberapa lokasi kantor dan mesin ATM yang direlokasi.

Kebijakan pembukaan kantor baru pada tahun 2011 yang pada dasarnya diorientasikan untuk mendukung pertumbuhan Bisnis Mikro dan Kecil sehingga keberadaan jaringan kantor yang baru memiliki fokus yang sedikit berbeda.

Sesuai dengan rencana dalam RBB 2011-2013, pembukaan jaringan yang dilakukan pada tahun 2011 baru dapat direalisasikan sebanyak 13 kantor dari 24 yang direncanakan termasuk relokasi dan peningkatan status kantor, hal ini disebabkan oleh masalah kesiapan lokasi gedung kantor dan perijinan saja, sedangkan sisanya secara bertahap dilakukan pada awal tahun 2012.

Dengan penambahan 13 jaringan kantor baru di tahun 2011 ini, maka secara keseluruhan Bank BNP memiliki 60 (enam puluh) jaringan kantor yang tersebar di Jawa dan Bali.

6. Kegiatan Lainnya Kegiatan Edukasi Perbankan & Ayo Ke Bank Sebagai manifestasi dari pilar ke-enam Arsitektur

Perbankan Indonesia oleh Bank Indonesia, yang menetapkan bahwa bank-bank bertanggung jawab untuk mendidik masyarakat untuk memahami dasar-dasar perbankan, Bank BNP telah mengunjungi beberapa sekolah di wilayah Bandung dan sekitarnya dan melakukan sosialisasi Edukasi Perbankan.

Topik yang dibahas adalah “Budaya Menabung Sejak Dini” yaitu bertujuan untuk:1. Membangun kesadaran serta memotivasi anak-anak

untuk memiliki budaya menabung sejak usia dini;

2. Membangun masyarakat yang bank minded dan memberikan pemahaman kegunaan menabung di Bank; serta

3. Memberikan pemahaman atas produk dan layanan perbankan.

Pelaksanaan program tersebut memperoleh tanggapan yang positif dari para siswa maupun Kepala Sekolah. Ke depannya, Bank BNP berencana untuk memperluas jangkauan wilayah program edukasi perbankan, sesuai dengan misinya untuk membantu mengembangkan masyarakat.

Corporate Social ResponsibilityTanggung Jawab Sosial yang dilakukan oleh Bank BNP bertujuan untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara dunia usaha, masyarakat dengan alam sekitar, tepatnya komunitas dan lingkungan, dengan mencapai keuntungan bagi semua pihak yang berkesinambungan hingga generasi selanjutnya. Beberapa program yang dilaksanakan selama tahun 2011 adalah:• Bantuan untuk membangun pengadaan sarana air bersih

dan sarana MCK. Sebagai bentuk partisipasi untuk menolong

terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang sangat mendasar yaitu salah satunya kebutuhan akan air bersih, Bank BNP melalui Lembaga Pemerhati dan Pengembangan Pendidikan Daerah Tertinggal (LP3T) telah menyumbangkan dana untuk membangun sarana air bersih dan sarana MCK bagi masyarakat di Kabupaten Lebak- Propinsi Banten.

• Bantuan dalam Pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan.

Generasi muda adalah asset sebuah bangsa, dan Bank BNP melihat keberadaan mereka sebagai pihak yang perlu didukung dan dibantu agar berkembang ke arah yang lebih baik. Dengan adanya rencana Eta Pro’comm untuk menyelenggarakan acara “Meraih Impian Anak

Negeri” yaitu pelatihan ESQ bagi 1000 anak yatim dan anak jalanan di wilayah Bandung, dirasakan Bank BNP sebagai kesempatan yang baik untuk merealisasikan kepedulian Bank BNP, dengan menyumbangkan sejumlah dana sebagai bukti kepeduliannya.

• Bantuan untuk Korban Gempa di Tapanuli. Sebagai bentuk partisipasi dalam menolong masyarakat

yang membutuhkan, pada acara Malam Amal Penggalangan Dana untuk Korban Gempa di Tapanuli, Bank BNP menyumbangkan dana melalui Panitia Peduli Korban Gempa di Tapanuli Posko Jawa Barat.

PenghargaanSebagai bukti komitmen Bank BNP untuk terus dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan kinerja perusahaan, maka dibutuhkan sebuah komitmen kuat dari seluruh elemen organisasi yang mendukung visi-misi tersebut.

Dengan penuh rasa bangga, manajemen mempersembahkan secara nyata hasil kinerja yang telah dilakukan dengan berhasil diraihnya 3 (tiga) Anugerah Business Review Award pada bulan Nopember 2011 yaitu:1. The Best CEO (Special Criteria)2. The Best Marketing Management3. The Best Corporation for Risk Management

Prestasi lainnya yang menyusul berhasil diraih Bank BNP berdasarkan survey The Most Powerful Bank pada Majalah Warta Eko nomi, Bank BNP meraih gelar Peringkat Pertama sekaligus untuk 2 (dua) Kategori di kelasnya yaitu sebagai :

1. The Most Valuable Bank : yaitu Bank dengan kebijakan produk portofolio terbaik, baik portofolio berbasis Ekuitas maupun berbasis Surat Hutang; dan

2. The Most Attractive Bank : Bank terbaik berdasarkan kemampuan untuk menjadi lembaga intermediasi keuangan bagi masyarakat.

*Bapak Ritsuo Ando saat menerima penghargaan Predikat Sangat Bagus untuk kinerja keuangan tahun 2010 pada acara Info Bank Awards

Selain penghargaan yang diterima, Bank BNP pun mulai memasuki/ meraih peringkat dalam beberapa kegiatan rating atas kinerja Perusahaan berdasarkan beberapa kriteria penilaian yang dilakukan oleh beberapa media nasional antara lain dari :• InfoBank Awards 2011 Memperoleh predikat Sangat Bagus pada InfoBank

Awards 2011 untuk kinerja keuangan tahun 2010.• Majalah InfoBank edisi Juni 2011:• Berdasarkan Modal Rp. 100 Milyar s/d Rp. 1 Triliun,

menempati peringkat ke 15 dari 67 Bank, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Kepemilikan Bank Swasta Nasional Devisa, menempati peringkat ke 7 dari 10 Terbaik, (dengan predikat SANGAT BAGUS).

• Berdasarkan Status Badan Hukum PT Terbuka/Go Publik, menempati peringkat ke 10 dari 31 Bank Go Publik, (predikat SANGAT BAGUS).

Disamping beberapa media cetak di atas, juga masih terdapat beberapa pemeringkatan yang diperoleh Bank BNP dari beberapa media yang melakukan pemeringkatan dan seluruh Penghargaan yang diraih ini didedikasikan kepada seluruh komponen Bank BNP untuk lebih memotivasi kita bekerja untuk menghasilkan yang terbaik.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

19 PT Bank Nusantara Parahyangan TbkLaporan Tahunan 2011Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk21

Manajemen RisikoSebagai lembaga intermediasi keuangan, Bank dihadapkan pada risiko yang melekat dalam setiap kegiatan usahanya. Untuk dapat mengantisipasi dan meminimalkan risiko-risiko tersebut diperlukan pengendalian dan pengelolaan risiko melalui penerapan manajemen risiko secara efektif.

Pengelolaan risiko yang efektif perlu ditanamkan untuk memastikan bahwa aspek-aspek pengelolaan risiko dalam sistem dan proses bisnis digunakan di lingkungan Bank, sehingga risiko dapat ditangani secara langsung oleh unit usaha yang bersangkutan.

Pengelolaan risiko merupakan tanggung jawab seluruh karyawan pada setiap unit usaha dalam organisasi Bank. Bank juga membangun budaya risiko yang menitikberatkan kesadaran seluruh karyawan akan risiko dan efektivitas proses manajemen risiko.

Seiring dengan tuntutan yang timbul akibat tingkat kompetisi yang tinggi serta meningkatnya kompleksitas usaha dan produk perbankan yang ditawarkan, maka Risk Management memegang peranan penting dalam proses pengungkapan, pengukuran dan pengelolaan risiko serta perumusan tingkat risiko-pendapatan yang tepat bagi Bank

sehingga mampu menekan potensi kerugian serta memfasilitasi pengelolaan usaha yang baru dengan pendekatan berbasis risiko.

Kerangka Kerja Manajemen RisikoKerangka kerja manajemen risiko Bank BNP menetapkan pendekatan pengelolaan risiko dan kerangka kontrol dimana risiko dikelola untuk mendapatkan keseimbangan antara risiko (risk) dan pendapatan (return).

Dalam rangka pengembangan manajemen risiko, Bank BNP secara terus menerus mengembangkan sistem pengelolaan risiko dan struktur pengendalian internal secara terpadu sehingga dapat memitigasi dan mengambil langkah-langkah selanjutnya untuk meminimalisasi risiko yang akan terjadi.

Kerangka manjemen risiko dituangkan dalam bentuk kebijakan, prosedur, penentuan limit-limit transaksi, dan kewenangan diseluruh aktivitas usaha sesuai dengan perkembangan bisnis yang ada serta melakukan evaluasi secara berkala sesuai dengan parameter risikonya.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Struktur Organisasi Pengelolaan Risiko dan Tata KelolanyaDirektur Manajemen Risiko mengelola Divisi Manajemen Risiko & Divisi Kepatuhan yang independen terhadap fungsi Bisnis dan Operasional Bank serta fungsi yang melakukan Audit. Manajemen risiko pada Bank BNP dikelola melalui Risk Management Committee dan Asset & Liability Committee (ALCO) pada tingkat Direksi dan Risk Oversight Committe pada tingkat Dewan Komisaris.

Berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh Dewan Komisaris, Risk Oversight Committee menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen risiko, memantau implementasinya, mengembangkan budaya pengelolaan risiko dan memastikan sumber daya yang memadai telah dikembangkan untuk memastikan pengelolaan risiko di Bank BNP.

Sementara bersama dengan Dewan Direksi, Risk Management Committee bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris, dengan tugas utamanya memberikan masukan kepada Dewan Komisaris mengenai masalah-masalah manajemen risiko, mengevaluasi sistem pengawasan manajemen risiko dan pengawasan intern, serta menyediakan informasi kepada Dewan Komisaris dalam kaitannya untuk mengantisipasi berbagai potensi risiko.

Selain Risk Management Committee dan Asset & Liability Committee (ALCO), komite yang terkait langsung dengan penerapan manajemen risiko adalah IT Streering Committee, Credit Approval Committee, New Product & Activity Committee, Audit Committee, dan Compliance Committee, sedangkan komite yang tidak terkait langsung dengan penerapan manajemen risiko adalah Remuneration Committee.

Risk AppetiteRisk appetite merupakan besaran risiko yang masih dapat diterima oleh Bank BNP untuk mencapai tujuan strategis. Risk appetite menggambarkan kapasitas Bank BNP untuk bertahan dari kerugian potensial yang muncul dalam berbagai macam skenario. Bank BNP telah menetapkan Risk appetite baik dalam volatilitas pendapatan dan pengelolaan modal minimum sesuai dengan ketentuan regulasi dalam kondisi stress scenario/ worstcase scenario.

Stress TestingStress testing dan scenario analysis terkait dengan risiko kredit, risiko pasar dan likuiditas, serta risiko operasional, digunakan untuk mengukur kemampuan finansial dan manajemen Bank BNP untuk terus beroperasi secara efektif pada kondisi bisnis normal dan krisis. Kondisi tersebut dapat muncul dari faktor makro dan mikro ekonomi, hukum, politik, lingkungan, sosial, dll.

Risiko KreditSebagai lembaga financial intermediary yang menerima dana masyarakat, dan selanjutnya menyalurkan kembali dalam bentuk kredit, menyebabkan bank harus menerapkan prinsip kehatian-hatian dalam melakukan aktivitas operasionalnya agar bank tetap menjadi lembaga yang dipercaya oleh masyarakat (prudential banking activity).

Penerapan prinsip kehati-hatian oleh bank, diimplementasikan melalui kemampuan bank untuk mengelola portfolio kredit yang dimiliki sehingga risiko yang berpotensi untuk terjadi (credit risk) dapat di identifikasi, diukur dan dikontrol secara maksimal.

Proses pengukuran risiko kredit dilakukan dengan mengembangkan dan menyempurnakan Internal Credit Rating segmen korporasi, menengah dan kecil. Membangun data base kredit mencakup History, Probabality of Default, Recovery Rate, Expected Loss dan melakukan uji coba perhitungan risiko kredit dalam Quantitative Impact Study.

Risiko Pasar & LikuiditasDalam mengantisipasi risiko pasar Bank BNP secara aktif melakukan pemantauan pergerakan suku bunga dan nilai tukar, dan terus menerus mengembangkan menghadapi risiko pasar dari transaksi yang dilakukan oleh para nasabah dan posisi terbuka yang dimiliki Bank. Bank BNP mengukur risiko potensi kerugian yang dapat dihasilkan dari kemungkinan terjadinya pergerakan yang kurang menguntungkan dalam suku bunga, harga dan volatilitas pasar, secara internal dengan menggunakan metodologi VaR.

Bank BNP melengkapi pengukuran Interest Rate Sensitivity Analysis (Interest Rate Gap Analysis) dalam mengantisipasi

perubahan suku bunga dengan metode PVO1 dan simulasi NII serta pengaruhnya terhadap Kewajiban Penyediaan Modal Minimum, serta melakukan Stress Test baik dalam kondisi normal maupun dalam kondisi extreme.

Sedangkan untuk pengukuran risiko nilai tukar, Bank BNP melakukan Sensitivity Analysis Nilai Tukar dengan metode Variance co Variance untuk megetahui potensial loss akibat volatility nilai tukar dalam kondisi ekstrem dan pengaruhnya terhadap Kewajiban Penyediaan Modal Minimum.

Pemantauan risiko pasar terkait dengan risiko suku bunga dan nilai tukar dilakukan memalui penetapan Limit berupa Management Alert Trigger seperti : NOP, Stop Loss, Cut Loss, potential loss ( Forex & Interest Rate).

Bank BNP memiliki kebijakan untuk menjaga likuiditas yang memadai di setiap saat, untuk semua mata uang, untuk memenuhi semua kewajiban yang jatuh tempo. Bank BNP mengelola risiko likuiditasnya baik dalam jangka pendek maupun jangka menengah. Dalam jangka pendek, Bank BNP berfokus untuk memastikan bahwa kebutuhan arus kas dapat dipenuhi melalui aset yang jatuh tempo, simpanan nasabah dan pendanaan wholesale bilamana diperlukan. Pengelolaan risiko likuiditas berfokus untuk menjaga agar struktur neraca tetap sehat.

Pengukuran risiko likuiditas melalui Stress Test Likuiditas dengan skenario dalam kondisi normal, General Market Crysis, Bank Spesific Crysis, dan Contingency Funding Plan melalui kecukupan Secondary Reserves, mismatch mata uang lokal dan mata uang asing pada arus kas Contractual dan Dynamic Behavioural Basis. Sebagai proses pemantauan risiko likuiditas melalui penetapan limit Management Alert Trigger berupa internal early warning dan external early warning.

Risiko OperasionalRisiko operasional adalah risiko kerugian yang terjadi karena kegagalan ataupun ketidaklayakan proses internal, manusia, sistem, ataupun kejadian eksternal. Dalam menjalankan bisnis, Bank BNP dapat terpengaruh oleh beberapa jenis risiko operasional termasuk fraud yang dilakukan oleh pihak eksternal maupun internal, sistem informasi dan teknologi (IT), dan kerugian kredit atau pasar yang berkaitan dengan risiko operasional. Bank juga dapat

mengalami gangguan dalam sistem operasinya karena adanya kejadian eksternal di luar kendalinya seperti, bencana alam, perampokan, aksi terorisme, pembobolan sistem keamanan oleh pihak luar, penggunaan jasa pihak ketiga untuk layanan kepada nasabah, yang semuanya itu dapat menyebabkan kerugian finansial bagi bank dan/atau nasabah. Seluruh kejadian yang mengandung risiko operasional dan kerugian finansial dilaporkan ke dalam database laporan kerugian dan risiko operasional yang disebut Operational Risk Event Report (ORient Report). Selain itu, Bank BNP secara bertahap dan berkelanjutan mengembangkan penerapan Business Continuity Plan (BCP) & Disaster Recovery Plan (DRP) sebagai bagian dari Business Continuity Management (BCM).

Pengelolaan risiko operasional menjadi proses yang terus menerus disempurnakan. Hal tersebut dicapai dengan memberlakukan model Sistem Pengendalian Internal (SPI) Bank BNP yang mengacu pada model Pertahanan 3 Lapis (Three Lines of Defences). Pada lini pertama, risiko dikelola secara langsung oleh masing-masing unit bisnis/operasional. Selanjutnya pada lini kedua, pengawasan, evaluasi dan metodologi pengelolaan risiko secara organisasi dikelola oleh Risk Management Division & Compliance Division. Pada tahap akhir, Internal Audit bertugas memberikan review yang menyeluruh terhadap kegiatan operasional Bank dan implementasi praktik kelola risiko yang dijalankan Bank.

Risiko KepatuhanRisiko kepatuhan meliputi risiko kerugian yang timbul dari kegagalan untuk mematuhi undang-undang, peraturan atau kode etik yang berlaku untuk industri jasa keuangan. Risiko Kepatuhan pada Bank BNP dikelola oleh Divisi Kepatuhan yang bertanggung jawab untuk menetapkan dan mempertahankan kerangka kerja sesuai kebijakan kepatuhan.

Strategi kepatuhan Bank BNP mencakup proses yang dilaksanakan secara terus menerus untuk mengungkap dan menganalisa faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan peningkatan eksposur risiko kepatuhan, dengan :• Melakukan identifikasi, analisis dan pemantauan

kepatuhan terhadap ketentuan, peraturan dan dengan :

• Melakukan identifikasi, analisis dan pemantauan kepatu-han terhadap ketentuan, peraturan dan perundang-undangan yang baru diberlakukan atau diperbaharui khususnya yang berhubungan dengan terlaksananya prinsip kehati-hatian perbankan (prudential banking principles) serta memastikan penerapannya di lingkun-gan Bank BNP.

• Memastikan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan Anti Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU/PPT) seperti terlaksananya Customer Due Diligence (CDD) dengan pendekatan risiko (Risk Based Approach) dan Enhanced Due Diligence (EDD), Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) dan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM).

Risiko HukumRisiko hukum adalah risiko kerugian finansial atau lainnya yang terjadi karena litigasi atau kasus hukum. Merupakan tujuan dari Corporate Legal Departement & Legal Departement Wilayah untuk bekerja sebagai mitra bisnis dengan departement lainnya untuk memastikan bahwa semua risiko hukum potensial yang berkaitan dengan transaksi/kesepakatan Bank BNP dengan nasabah, karyawan, supplier dan pihak ketiga lainnya dapat dimitigasi dengan baik.

Risiko hukum dikelola untuk memastikan bahwa seluruh aktivitas dan hubungan kegiatan usaha Bank BNP dengan pihak ketiga telah didasarkan pada aturan dan persyaratan yang dapat melindungi kepentingan Bank BNP dari segi hukum.

Risiko StrategiRisiko strategis adalah dampak saat ini dan dampak potensial terhadap pendapatan atau modal yang terjadi akibat keputusan bisnis yang salah, pelaksanaan keputusan yang tidak tepat, atau kurangnya tanggapan-tanggapan terhadap perubahan perubahan yang terjadi dalam industri.

Pengelolaan Risiko strategis merupakan bagian yang melekat dan tidak terpisahkan dari tugas dan tanggung

jawab utama dari Direksi. Pengelolaan tersebut dilakukan bersamaan dengan pengawasan dari Dewan Komisaris.

Risiko ini adalah fungsi dari kesesuaian antara tujuan strategis organisasi, strategi bisnis yang disusun untuk mencapai tujuan tersebut, dan kualitas implementasinya. Sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan strategi bisnis meliputi aset fisik maupun non fisik di dalamnya termasuk saluran komunikasi, sistem operasi, jaringan distribusi, kapasitas dan kemampuan manajerial. Karakteristik internal organisasi harus dievaluasi terhadap dampak perubahan ekonomi, teknologi, persaingan,regulasi, dan perubahan-perubahan lainnya.

Risiko ReputasiRisiko reputasi adalah potensi kerugian atau gangguan dalam reputasi. Risiko reputasi timbul dari kegagalan untuk bertindak sebagai bisnis yang bertanggung jawab dan gagal untuk memenuhi standar kinerja atau perilaku standar yang diamanatkan oleh Dewan Direksi dan Dewan Komisaris serta stakeholders.

Bank BNP sangat menjaga prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kebijakan operasional perbankannya dengan memprioritaskan pelayanan kepada nasabahnya. Risiko reputasi sangat mungkin timbul dari kegagalan mitigasi yang efektif dari satu atau lebih risiko kredit, likuiditas, pasar, hukum, regulasi, dan risiko operasional, atau gagal untuk mematuhi standar sosial, lingkungan dan etika yang memberi dampak terhadap harapan dari stakeholders dan perolehan pendapatan di kemudain hari.

Risiko reputasi merupakan prioritas untuk memastikan bahwa praktek-praktek bisnis yang bertanggung jawab terus tertanam diseluruh insan Bank BNP dan diwajibkan untuk tetap waspada setiap saat dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko reputasi. Untuk menjaga dari pemberitaan dan persepsi negatif, Bank BNP secara rutin melakukan pemantauan berita yang berhubungan dengan Bank Nusantara Parahyangan dalam berbagai media yang dilakukan oleh Corporate Secretary.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Struktur Organisasi Pengelolaan Risiko dan Tata KelolanyaDirektur Manajemen Risiko mengelola Divisi Manajemen Risiko & Divisi Kepatuhan yang independen terhadap fungsi Bisnis dan Operasional Bank serta fungsi yang melakukan Audit. Manajemen risiko pada Bank BNP dikelola melalui Risk Management Committee dan Asset & Liability Committee (ALCO) pada tingkat Direksi dan Risk Oversight Committe pada tingkat Dewan Komisaris.

Berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh Dewan Komisaris, Risk Oversight Committee menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen risiko, memantau implementasinya, mengembangkan budaya pengelolaan risiko dan memastikan sumber daya yang memadai telah dikembangkan untuk memastikan pengelolaan risiko di Bank BNP.

Sementara bersama dengan Dewan Direksi, Risk Management Committee bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris, dengan tugas utamanya memberikan masukan kepada Dewan Komisaris mengenai masalah-masalah manajemen risiko, mengevaluasi sistem pengawasan manajemen risiko dan pengawasan intern, serta menyediakan informasi kepada Dewan Komisaris dalam kaitannya untuk mengantisipasi berbagai potensi risiko.

Selain Risk Management Committee dan Asset & Liability Committee (ALCO), komite yang terkait langsung dengan penerapan manajemen risiko adalah IT Streering Committee, Credit Approval Committee, New Product & Activity Committee, Audit Committee, dan Compliance Committee, sedangkan komite yang tidak terkait langsung dengan penerapan manajemen risiko adalah Remuneration Committee.

Risk AppetiteRisk appetite merupakan besaran risiko yang masih dapat diterima oleh Bank BNP untuk mencapai tujuan strategis. Risk appetite menggambarkan kapasitas Bank BNP untuk bertahan dari kerugian potensial yang muncul dalam berbagai macam skenario. Bank BNP telah menetapkan Risk appetite baik dalam volatilitas pendapatan dan pengelolaan modal minimum sesuai dengan ketentuan regulasi dalam kondisi stress scenario/ worstcase scenario.

Stress TestingStress testing dan scenario analysis terkait dengan risiko kredit, risiko pasar dan likuiditas, serta risiko operasional, digunakan untuk mengukur kemampuan finansial dan manajemen Bank BNP untuk terus beroperasi secara efektif pada kondisi bisnis normal dan krisis. Kondisi tersebut dapat muncul dari faktor makro dan mikro ekonomi, hukum, politik, lingkungan, sosial, dll.

Risiko KreditSebagai lembaga financial intermediary yang menerima dana masyarakat, dan selanjutnya menyalurkan kembali dalam bentuk kredit, menyebabkan bank harus menerapkan prinsip kehatian-hatian dalam melakukan aktivitas operasionalnya agar bank tetap menjadi lembaga yang dipercaya oleh masyarakat (prudential banking activity).

Penerapan prinsip kehati-hatian oleh bank, diimplementasikan melalui kemampuan bank untuk mengelola portfolio kredit yang dimiliki sehingga risiko yang berpotensi untuk terjadi (credit risk) dapat di identifikasi, diukur dan dikontrol secara maksimal.

Proses pengukuran risiko kredit dilakukan dengan mengembangkan dan menyempurnakan Internal Credit Rating segmen korporasi, menengah dan kecil. Membangun data base kredit mencakup History, Probabality of Default, Recovery Rate, Expected Loss dan melakukan uji coba perhitungan risiko kredit dalam Quantitative Impact Study.

Risiko Pasar & LikuiditasDalam mengantisipasi risiko pasar Bank BNP secara aktif melakukan pemantauan pergerakan suku bunga dan nilai tukar, dan terus menerus mengembangkan menghadapi risiko pasar dari transaksi yang dilakukan oleh para nasabah dan posisi terbuka yang dimiliki Bank. Bank BNP mengukur risiko potensi kerugian yang dapat dihasilkan dari kemungkinan terjadinya pergerakan yang kurang menguntungkan dalam suku bunga, harga dan volatilitas pasar, secara internal dengan menggunakan metodologi VaR.

Bank BNP melengkapi pengukuran Interest Rate Sensitivity Analysis (Interest Rate Gap Analysis) dalam mengantisipasi

perubahan suku bunga dengan metode PVO1 dan simulasi NII serta pengaruhnya terhadap Kewajiban Penyediaan Modal Minimum, serta melakukan Stress Test baik dalam kondisi normal maupun dalam kondisi extreme.

Sedangkan untuk pengukuran risiko nilai tukar, Bank BNP melakukan Sensitivity Analysis Nilai Tukar dengan metode Variance co Variance untuk megetahui potensial loss akibat volatility nilai tukar dalam kondisi ekstrem dan pengaruhnya terhadap Kewajiban Penyediaan Modal Minimum.

Pemantauan risiko pasar terkait dengan risiko suku bunga dan nilai tukar dilakukan memalui penetapan Limit berupa Management Alert Trigger seperti : NOP, Stop Loss, Cut Loss, potential loss ( Forex & Interest Rate).

Bank BNP memiliki kebijakan untuk menjaga likuiditas yang memadai di setiap saat, untuk semua mata uang, untuk memenuhi semua kewajiban yang jatuh tempo. Bank BNP mengelola risiko likuiditasnya baik dalam jangka pendek maupun jangka menengah. Dalam jangka pendek, Bank BNP berfokus untuk memastikan bahwa kebutuhan arus kas dapat dipenuhi melalui aset yang jatuh tempo, simpanan nasabah dan pendanaan wholesale bilamana diperlukan. Pengelolaan risiko likuiditas berfokus untuk menjaga agar struktur neraca tetap sehat.

Pengukuran risiko likuiditas melalui Stress Test Likuiditas dengan skenario dalam kondisi normal, General Market Crysis, Bank Spesific Crysis, dan Contingency Funding Plan melalui kecukupan Secondary Reserves, mismatch mata uang lokal dan mata uang asing pada arus kas Contractual dan Dynamic Behavioural Basis. Sebagai proses pemantauan risiko likuiditas melalui penetapan limit Management Alert Trigger berupa internal early warning dan external early warning.

Risiko OperasionalRisiko operasional adalah risiko kerugian yang terjadi karena kegagalan ataupun ketidaklayakan proses internal, manusia, sistem, ataupun kejadian eksternal. Dalam menjalankan bisnis, Bank BNP dapat terpengaruh oleh beberapa jenis risiko operasional termasuk fraud yang dilakukan oleh pihak eksternal maupun internal, sistem informasi dan teknologi (IT), dan kerugian kredit atau pasar yang berkaitan dengan risiko operasional. Bank juga dapat

mengalami gangguan dalam sistem operasinya karena adanya kejadian eksternal di luar kendalinya seperti, bencana alam, perampokan, aksi terorisme, pembobolan sistem keamanan oleh pihak luar, penggunaan jasa pihak ketiga untuk layanan kepada nasabah, yang semuanya itu dapat menyebabkan kerugian finansial bagi bank dan/atau nasabah. Seluruh kejadian yang mengandung risiko operasional dan kerugian finansial dilaporkan ke dalam database laporan kerugian dan risiko operasional yang disebut Operational Risk Event Report (ORient Report). Selain itu, Bank BNP secara bertahap dan berkelanjutan mengembangkan penerapan Business Continuity Plan (BCP) & Disaster Recovery Plan (DRP) sebagai bagian dari Business Continuity Management (BCM).

Pengelolaan risiko operasional menjadi proses yang terus menerus disempurnakan. Hal tersebut dicapai dengan memberlakukan model Sistem Pengendalian Internal (SPI) Bank BNP yang mengacu pada model Pertahanan 3 Lapis (Three Lines of Defences). Pada lini pertama, risiko dikelola secara langsung oleh masing-masing unit bisnis/operasional. Selanjutnya pada lini kedua, pengawasan, evaluasi dan metodologi pengelolaan risiko secara organisasi dikelola oleh Risk Management Division & Compliance Division. Pada tahap akhir, Internal Audit bertugas memberikan review yang menyeluruh terhadap kegiatan operasional Bank dan implementasi praktik kelola risiko yang dijalankan Bank.

Risiko KepatuhanRisiko kepatuhan meliputi risiko kerugian yang timbul dari kegagalan untuk mematuhi undang-undang, peraturan atau kode etik yang berlaku untuk industri jasa keuangan. Risiko Kepatuhan pada Bank BNP dikelola oleh Divisi Kepatuhan yang bertanggung jawab untuk menetapkan dan mempertahankan kerangka kerja sesuai kebijakan kepatuhan.

Strategi kepatuhan Bank BNP mencakup proses yang dilaksanakan secara terus menerus untuk mengungkap dan menganalisa faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan peningkatan eksposur risiko kepatuhan, dengan :• Melakukan identifikasi, analisis dan pemantauan

kepatuhan terhadap ketentuan, peraturan dan dengan :

• Melakukan identifikasi, analisis dan pemantauan kepatu-han terhadap ketentuan, peraturan dan perundang-undangan yang baru diberlakukan atau diperbaharui khususnya yang berhubungan dengan terlaksananya prinsip kehati-hatian perbankan (prudential banking principles) serta memastikan penerapannya di lingkun-gan Bank BNP.

• Memastikan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan Anti Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU/PPT) seperti terlaksananya Customer Due Diligence (CDD) dengan pendekatan risiko (Risk Based Approach) dan Enhanced Due Diligence (EDD), Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) dan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM).

Risiko HukumRisiko hukum adalah risiko kerugian finansial atau lainnya yang terjadi karena litigasi atau kasus hukum. Merupakan tujuan dari Corporate Legal Departement & Legal Departement Wilayah untuk bekerja sebagai mitra bisnis dengan departement lainnya untuk memastikan bahwa semua risiko hukum potensial yang berkaitan dengan transaksi/kesepakatan Bank BNP dengan nasabah, karyawan, supplier dan pihak ketiga lainnya dapat dimitigasi dengan baik.

Risiko hukum dikelola untuk memastikan bahwa seluruh aktivitas dan hubungan kegiatan usaha Bank BNP dengan pihak ketiga telah didasarkan pada aturan dan persyaratan yang dapat melindungi kepentingan Bank BNP dari segi hukum.

Risiko StrategiRisiko strategis adalah dampak saat ini dan dampak potensial terhadap pendapatan atau modal yang terjadi akibat keputusan bisnis yang salah, pelaksanaan keputusan yang tidak tepat, atau kurangnya tanggapan-tanggapan terhadap perubahan perubahan yang terjadi dalam industri.

Pengelolaan Risiko strategis merupakan bagian yang melekat dan tidak terpisahkan dari tugas dan tanggung

jawab utama dari Direksi. Pengelolaan tersebut dilakukan bersamaan dengan pengawasan dari Dewan Komisaris.

Risiko ini adalah fungsi dari kesesuaian antara tujuan strategis organisasi, strategi bisnis yang disusun untuk mencapai tujuan tersebut, dan kualitas implementasinya. Sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan strategi bisnis meliputi aset fisik maupun non fisik di dalamnya termasuk saluran komunikasi, sistem operasi, jaringan distribusi, kapasitas dan kemampuan manajerial. Karakteristik internal organisasi harus dievaluasi terhadap dampak perubahan ekonomi, teknologi, persaingan,regulasi, dan perubahan-perubahan lainnya.

Risiko ReputasiRisiko reputasi adalah potensi kerugian atau gangguan dalam reputasi. Risiko reputasi timbul dari kegagalan untuk bertindak sebagai bisnis yang bertanggung jawab dan gagal untuk memenuhi standar kinerja atau perilaku standar yang diamanatkan oleh Dewan Direksi dan Dewan Komisaris serta stakeholders.

Bank BNP sangat menjaga prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kebijakan operasional perbankannya dengan memprioritaskan pelayanan kepada nasabahnya. Risiko reputasi sangat mungkin timbul dari kegagalan mitigasi yang efektif dari satu atau lebih risiko kredit, likuiditas, pasar, hukum, regulasi, dan risiko operasional, atau gagal untuk mematuhi standar sosial, lingkungan dan etika yang memberi dampak terhadap harapan dari stakeholders dan perolehan pendapatan di kemudain hari.

Risiko reputasi merupakan prioritas untuk memastikan bahwa praktek-praktek bisnis yang bertanggung jawab terus tertanam diseluruh insan Bank BNP dan diwajibkan untuk tetap waspada setiap saat dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko reputasi. Untuk menjaga dari pemberitaan dan persepsi negatif, Bank BNP secara rutin melakukan pemantauan berita yang berhubungan dengan Bank Nusantara Parahyangan dalam berbagai media yang dilakukan oleh Corporate Secretary.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Struktur Organisasi Pengelolaan Risiko dan Tata KelolanyaDirektur Manajemen Risiko mengelola Divisi Manajemen Risiko & Divisi Kepatuhan yang independen terhadap fungsi Bisnis dan Operasional Bank serta fungsi yang melakukan Audit. Manajemen risiko pada Bank BNP dikelola melalui Risk Management Committee dan Asset & Liability Committee (ALCO) pada tingkat Direksi dan Risk Oversight Committe pada tingkat Dewan Komisaris.

Berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh Dewan Komisaris, Risk Oversight Committee menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen risiko, memantau implementasinya, mengembangkan budaya pengelolaan risiko dan memastikan sumber daya yang memadai telah dikembangkan untuk memastikan pengelolaan risiko di Bank BNP.

Sementara bersama dengan Dewan Direksi, Risk Management Committee bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris, dengan tugas utamanya memberikan masukan kepada Dewan Komisaris mengenai masalah-masalah manajemen risiko, mengevaluasi sistem pengawasan manajemen risiko dan pengawasan intern, serta menyediakan informasi kepada Dewan Komisaris dalam kaitannya untuk mengantisipasi berbagai potensi risiko.

Selain Risk Management Committee dan Asset & Liability Committee (ALCO), komite yang terkait langsung dengan penerapan manajemen risiko adalah IT Streering Committee, Credit Approval Committee, New Product & Activity Committee, Audit Committee, dan Compliance Committee, sedangkan komite yang tidak terkait langsung dengan penerapan manajemen risiko adalah Remuneration Committee.

Risk AppetiteRisk appetite merupakan besaran risiko yang masih dapat diterima oleh Bank BNP untuk mencapai tujuan strategis. Risk appetite menggambarkan kapasitas Bank BNP untuk bertahan dari kerugian potensial yang muncul dalam berbagai macam skenario. Bank BNP telah menetapkan Risk appetite baik dalam volatilitas pendapatan dan pengelolaan modal minimum sesuai dengan ketentuan regulasi dalam kondisi stress scenario/ worstcase scenario.

Stress TestingStress testing dan scenario analysis terkait dengan risiko kredit, risiko pasar dan likuiditas, serta risiko operasional, digunakan untuk mengukur kemampuan finansial dan manajemen Bank BNP untuk terus beroperasi secara efektif pada kondisi bisnis normal dan krisis. Kondisi tersebut dapat muncul dari faktor makro dan mikro ekonomi, hukum, politik, lingkungan, sosial, dll.

Risiko KreditSebagai lembaga financial intermediary yang menerima dana masyarakat, dan selanjutnya menyalurkan kembali dalam bentuk kredit, menyebabkan bank harus menerapkan prinsip kehatian-hatian dalam melakukan aktivitas operasionalnya agar bank tetap menjadi lembaga yang dipercaya oleh masyarakat (prudential banking activity).

Penerapan prinsip kehati-hatian oleh bank, diimplementasikan melalui kemampuan bank untuk mengelola portfolio kredit yang dimiliki sehingga risiko yang berpotensi untuk terjadi (credit risk) dapat di identifikasi, diukur dan dikontrol secara maksimal.

Proses pengukuran risiko kredit dilakukan dengan mengembangkan dan menyempurnakan Internal Credit Rating segmen korporasi, menengah dan kecil. Membangun data base kredit mencakup History, Probabality of Default, Recovery Rate, Expected Loss dan melakukan uji coba perhitungan risiko kredit dalam Quantitative Impact Study.

Risiko Pasar & LikuiditasDalam mengantisipasi risiko pasar Bank BNP secara aktif melakukan pemantauan pergerakan suku bunga dan nilai tukar, dan terus menerus mengembangkan menghadapi risiko pasar dari transaksi yang dilakukan oleh para nasabah dan posisi terbuka yang dimiliki Bank. Bank BNP mengukur risiko potensi kerugian yang dapat dihasilkan dari kemungkinan terjadinya pergerakan yang kurang menguntungkan dalam suku bunga, harga dan volatilitas pasar, secara internal dengan menggunakan metodologi VaR.

Bank BNP melengkapi pengukuran Interest Rate Sensitivity Analysis (Interest Rate Gap Analysis) dalam mengantisipasi

perubahan suku bunga dengan metode PVO1 dan simulasi NII serta pengaruhnya terhadap Kewajiban Penyediaan Modal Minimum, serta melakukan Stress Test baik dalam kondisi normal maupun dalam kondisi extreme.

Sedangkan untuk pengukuran risiko nilai tukar, Bank BNP melakukan Sensitivity Analysis Nilai Tukar dengan metode Variance co Variance untuk megetahui potensial loss akibat volatility nilai tukar dalam kondisi ekstrem dan pengaruhnya terhadap Kewajiban Penyediaan Modal Minimum.

Pemantauan risiko pasar terkait dengan risiko suku bunga dan nilai tukar dilakukan memalui penetapan Limit berupa Management Alert Trigger seperti : NOP, Stop Loss, Cut Loss, potential loss ( Forex & Interest Rate).

Bank BNP memiliki kebijakan untuk menjaga likuiditas yang memadai di setiap saat, untuk semua mata uang, untuk memenuhi semua kewajiban yang jatuh tempo. Bank BNP mengelola risiko likuiditasnya baik dalam jangka pendek maupun jangka menengah. Dalam jangka pendek, Bank BNP berfokus untuk memastikan bahwa kebutuhan arus kas dapat dipenuhi melalui aset yang jatuh tempo, simpanan nasabah dan pendanaan wholesale bilamana diperlukan. Pengelolaan risiko likuiditas berfokus untuk menjaga agar struktur neraca tetap sehat.

Pengukuran risiko likuiditas melalui Stress Test Likuiditas dengan skenario dalam kondisi normal, General Market Crysis, Bank Spesific Crysis, dan Contingency Funding Plan melalui kecukupan Secondary Reserves, mismatch mata uang lokal dan mata uang asing pada arus kas Contractual dan Dynamic Behavioural Basis. Sebagai proses pemantauan risiko likuiditas melalui penetapan limit Management Alert Trigger berupa internal early warning dan external early warning.

Risiko OperasionalRisiko operasional adalah risiko kerugian yang terjadi karena kegagalan ataupun ketidaklayakan proses internal, manusia, sistem, ataupun kejadian eksternal. Dalam menjalankan bisnis, Bank BNP dapat terpengaruh oleh beberapa jenis risiko operasional termasuk fraud yang dilakukan oleh pihak eksternal maupun internal, sistem informasi dan teknologi (IT), dan kerugian kredit atau pasar yang berkaitan dengan risiko operasional. Bank juga dapat

mengalami gangguan dalam sistem operasinya karena adanya kejadian eksternal di luar kendalinya seperti, bencana alam, perampokan, aksi terorisme, pembobolan sistem keamanan oleh pihak luar, penggunaan jasa pihak ketiga untuk layanan kepada nasabah, yang semuanya itu dapat menyebabkan kerugian finansial bagi bank dan/atau nasabah. Seluruh kejadian yang mengandung risiko operasional dan kerugian finansial dilaporkan ke dalam database laporan kerugian dan risiko operasional yang disebut Operational Risk Event Report (ORient Report). Selain itu, Bank BNP secara bertahap dan berkelanjutan mengembangkan penerapan Business Continuity Plan (BCP) & Disaster Recovery Plan (DRP) sebagai bagian dari Business Continuity Management (BCM).

Pengelolaan risiko operasional menjadi proses yang terus menerus disempurnakan. Hal tersebut dicapai dengan memberlakukan model Sistem Pengendalian Internal (SPI) Bank BNP yang mengacu pada model Pertahanan 3 Lapis (Three Lines of Defences). Pada lini pertama, risiko dikelola secara langsung oleh masing-masing unit bisnis/operasional. Selanjutnya pada lini kedua, pengawasan, evaluasi dan metodologi pengelolaan risiko secara organisasi dikelola oleh Risk Management Division & Compliance Division. Pada tahap akhir, Internal Audit bertugas memberikan review yang menyeluruh terhadap kegiatan operasional Bank dan implementasi praktik kelola risiko yang dijalankan Bank.

Risiko KepatuhanRisiko kepatuhan meliputi risiko kerugian yang timbul dari kegagalan untuk mematuhi undang-undang, peraturan atau kode etik yang berlaku untuk industri jasa keuangan. Risiko Kepatuhan pada Bank BNP dikelola oleh Divisi Kepatuhan yang bertanggung jawab untuk menetapkan dan mempertahankan kerangka kerja sesuai kebijakan kepatuhan.

Strategi kepatuhan Bank BNP mencakup proses yang dilaksanakan secara terus menerus untuk mengungkap dan menganalisa faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan peningkatan eksposur risiko kepatuhan, dengan :• Melakukan identifikasi, analisis dan pemantauan

kepatuhan terhadap ketentuan, peraturan dan dengan :

• Melakukan identifikasi, analisis dan pemantauan kepatu-han terhadap ketentuan, peraturan dan perundang-undangan yang baru diberlakukan atau diperbaharui khususnya yang berhubungan dengan terlaksananya prinsip kehati-hatian perbankan (prudential banking principles) serta memastikan penerapannya di lingkun-gan Bank BNP.

• Memastikan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan Anti Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU/PPT) seperti terlaksananya Customer Due Diligence (CDD) dengan pendekatan risiko (Risk Based Approach) dan Enhanced Due Diligence (EDD), Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) dan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM).

Risiko HukumRisiko hukum adalah risiko kerugian finansial atau lainnya yang terjadi karena litigasi atau kasus hukum. Merupakan tujuan dari Corporate Legal Departement & Legal Departement Wilayah untuk bekerja sebagai mitra bisnis dengan departement lainnya untuk memastikan bahwa semua risiko hukum potensial yang berkaitan dengan transaksi/kesepakatan Bank BNP dengan nasabah, karyawan, supplier dan pihak ketiga lainnya dapat dimitigasi dengan baik.

Risiko hukum dikelola untuk memastikan bahwa seluruh aktivitas dan hubungan kegiatan usaha Bank BNP dengan pihak ketiga telah didasarkan pada aturan dan persyaratan yang dapat melindungi kepentingan Bank BNP dari segi hukum.

Risiko StrategiRisiko strategis adalah dampak saat ini dan dampak potensial terhadap pendapatan atau modal yang terjadi akibat keputusan bisnis yang salah, pelaksanaan keputusan yang tidak tepat, atau kurangnya tanggapan-tanggapan terhadap perubahan perubahan yang terjadi dalam industri.

Pengelolaan Risiko strategis merupakan bagian yang melekat dan tidak terpisahkan dari tugas dan tanggung

jawab utama dari Direksi. Pengelolaan tersebut dilakukan bersamaan dengan pengawasan dari Dewan Komisaris.

Risiko ini adalah fungsi dari kesesuaian antara tujuan strategis organisasi, strategi bisnis yang disusun untuk mencapai tujuan tersebut, dan kualitas implementasinya. Sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan strategi bisnis meliputi aset fisik maupun non fisik di dalamnya termasuk saluran komunikasi, sistem operasi, jaringan distribusi, kapasitas dan kemampuan manajerial. Karakteristik internal organisasi harus dievaluasi terhadap dampak perubahan ekonomi, teknologi, persaingan,regulasi, dan perubahan-perubahan lainnya.

Risiko ReputasiRisiko reputasi adalah potensi kerugian atau gangguan dalam reputasi. Risiko reputasi timbul dari kegagalan untuk bertindak sebagai bisnis yang bertanggung jawab dan gagal untuk memenuhi standar kinerja atau perilaku standar yang diamanatkan oleh Dewan Direksi dan Dewan Komisaris serta stakeholders.

Bank BNP sangat menjaga prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kebijakan operasional perbankannya dengan memprioritaskan pelayanan kepada nasabahnya. Risiko reputasi sangat mungkin timbul dari kegagalan mitigasi yang efektif dari satu atau lebih risiko kredit, likuiditas, pasar, hukum, regulasi, dan risiko operasional, atau gagal untuk mematuhi standar sosial, lingkungan dan etika yang memberi dampak terhadap harapan dari stakeholders dan perolehan pendapatan di kemudain hari.

Risiko reputasi merupakan prioritas untuk memastikan bahwa praktek-praktek bisnis yang bertanggung jawab terus tertanam diseluruh insan Bank BNP dan diwajibkan untuk tetap waspada setiap saat dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko reputasi. Untuk menjaga dari pemberitaan dan persepsi negatif, Bank BNP secara rutin melakukan pemantauan berita yang berhubungan dengan Bank Nusantara Parahyangan dalam berbagai media yang dilakukan oleh Corporate Secretary.

Risk Composite

Risk Profile Bank BNP Tahun 2011

Q1

Low to Moderate Low Low Low

Q2 Q3 Q4

Sebagai sebuah sistem Bank BNP yang dibangun untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai tujuannya yang selaras bagi kepentingan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) seperti pemegang saham, pengurus dan karyawan, regulator dan masyarakat dan lain-lain, maka penerapan berbagai prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) seperti Keterbukaan (transparency), Akuntabilitias (accountability), Bertanggungjawab (responsibility), Independen (independency) dan Adil (fairness) menjadi landasan mendasar yang harus disusun dan dilaksanakan di lingkungan Bank BNP.

Penerapan prinsip GCG untuk mencapai tujuannya dilakukan dengan memperhatikan keseluruhan elemen struktural dan berbagai pelaksanaan kegiatan operasional dan usaha bank, yang antara lain meliputi A. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan

Komisaris1. Komposisi, Kriteria dan Independensi Dewan Komisaris

Setiap Komisaris diangkat setelah menjalani proses uji kelayakan dan kepatutan dari Bank Indonesia dan diangkat melalui keputusan suara pemegang saham dalam RUPS.

Komposisi Dewan Komisaris telah sesuai dengan ketentuan tenaga kerja asing yang menetapkan bahwa 50% atau lebih anggota Dewan Komisaris wajib berkewarganegaraan Indonesia. Kecuali Presiden Komisaris seluruh anggota Dewan Komisaris berdomisili di Indonesia.

Dalam hal Rangkap Jabatan, Anggota Dewan Komisaris tidak ada yang merangkap jabatan baik sebagai Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif pada Lembaga/ Perusahaan bukan Lembaga Keuangan Lain/ Bukan Bank atau sebagai Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif yang melaksanakan Fungsi Pengawasan pada Perusahaan Anak Bukan Bank yang dikendalikan oleh Bank.

Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau dengan pemegang saham mayoritas atau hubungan lainnya dengan Perseroan, yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam bertindak independen. Setiap Komisaris Independen mengetuai Komite-komite di bawah Dewan Komisaris.

Pada tahun 2011 telah terjadi perubahan susunan Dewan Komisaris, dimana berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan pada tanggal 27 Juni 2011, Presiden Komisaris yang semula dijabat oleh Junichi Yoroisaka, digantikan oleh Yasuo Uonomi, perubahan ini tidak mempengaruhi komposisi Dewan yang sudah ada pada akhir tahun 2011 yaitu 1 (satu) Presiden Komisaris, 1 (satu) Komisaris dan 3 (tiga) Komisaris Independen.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Sesuai dengan PBI No 8/4/PBI/2006 tanggal 30

Januari 2006, tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum dan perubahannya PBI No 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006, tentang kewajiban memastikan terselenggaranya pelaksanaan Good Corporate Governance, maka Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hari. Dewan Komisaris hanya melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan dan memberi masukan kepada Direksi untuk kepentingan Bank BNP.

Dewan Komisaris melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan melakukan rapat Dewan Komisaris, maupun rapat gabungan Dewan Komisaris dengan Direksi.

3. Pengawasan dan Rekomendasi Dewan KomisarisSepanjang tahun 2011, Dewan Komisaris telah melaksanakan 4 (empat) kali pertemuan/ rapat internal Dewan dan melakukan 7 (tujuh) kali pertemuan dengan Direksi melalui rapat gabungan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi sekaligus merupakan mekanisme/ model pengawasan atas kebijakan kepengurusan yang dilakukan Direksi, antara lain:• Menindaklanjuti dan membahas Laporan Hasil

Kinerja Bulanan/ triwulanan dari Direksi;• Membahas Rencana Bisnis Bank;• Membahas produk dan aktivitas Baru;• Persetujuan Pinjaman Subordinasi;• Dan lain-lain

Atas hasil pertemuan tersebut, bilamana dipandang perlu dibutuhkan persetujuan pemegang saham, maka

Dewan Komisaris akan mengajukannya/ merekomen-dasikan kepada Direksi untuk dimasukan dalam agenda RUPS berikutnya.

4. Komite-komite di bawah Dewan KomisarisDalam melaksanakan tugasnya Dewan Komisaris membawahi dan bertanggungjawab atas 3 (tiga) komite yang mendukung sistem pengawasan yang dilakukannya, yaitu: a. Komite Audit Ketua : Abdul Malik SugiartoAnggota : Pilipus AzarjahAnggota : Arifin S Haris AnggotaSelama tahun 2011 Komite Audit telah melaksanakan 13 kali rapat

b. Komite Pemantau Risiko :Ketua : Karel TanokAnggota : Arifin S HarisAnggota : Pilipus AzarjahSelama tahun 2011 Komite Pemantau Risiko telah melaksanakan 11 kali rapat

c. Komite Remunerasi dan NominasiKetua : Bachtiar AlamAnggota : Yasuo UonomiAnggota : Tatang HermawanAnggota : Karel TanokAnggota : Abdul Malik SugiartoAnggota : Kepala Divisi Sumber Daya ManusiaSelama tahun 2011 Komite Remunerasi dan Nominasi telah melaksanakan 10 kali rapat

Dimana seluruh hasil rapat yang memerlukan keputusan dari pemegang saham akan direkomendasikan untuk diagendakan dalam pelaksanaan RUPS dan terdokumentasikan dengan baik.

5. Efektifitas Rapat Dewan Komisaris Mekanisme pengambilan keputusan rapat

dilaksanakan berdasarkan musyawarah dan mufakat serta dituangkan dalam Risalah Rapat yang didistribusikan kepada seluruh anggota Dewan Komisaris untuk selanjutnya didokumentasikan dengan baik dan apabila terjadi perbedaan pendapat (dissenting opinions) dalam rapat Dewan Komisaris

akan dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasan perbedaan pendapat tersebut.

Hasil rapat Dewan Komisaris merupakan rekomendasi dan/atau nasihat yang dapat diimplementasikan oleh RUPS dan/atau Direksi.

Jumlah atau frekuensi rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris, maupun rapat gabungan keduanya pada tahun 2011 adalah sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

6. Transparansi, Hubungan Keuangan, Kepengurusan dan Keluarga serta Larangan Dewan Komisaris

Anggota Dewan Komisaris tidak diperkenankan untuk memanfaatkan bank baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang merugikan bank atau mengurangi keuntungan bank, tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari bank selain yang telah ditetapkan RUPS.

Pemberian bonus/tantiem kepada anggota Dewan Komisaris dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku dan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

B. Pelaksanaan Tugas dan Tanggungjawab Direksi1. Komposisi, Kriteria , dan Independensi Direksi.

Bank BNP memiliki 5 (lima) orang Direktur, sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan tanggal 27 Juni 2011, untuk masa kerja 2 (dua) tahun atau sampai dengan ditutupnya RUPS Tahunan untuk tahun buku yang berakhir tahun 2012 dan masing-masing dapat dipilih kembali.

Persyaratan dan ketentuan mengenai Direksi Perseroan tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengharuskan seorang calon Direktur wajib memenuhi persyaratan dan lolos seleksi uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi Direksi memiliki tugas dan tanggung-jawab atas

terselenggaranya kegiatan bisnis Bank BNP dengan baik sesuai dengan ketentuan yang mengaturnya dan memenuhi sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Bisnis Bank serta amanat yang dituangkan dalam RUPS, bertanggung-jawab dan keterlibatannya dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hari.

3. Rapat-Rapat Direksi Direksi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

tidak terlepas dari fungsi manajerial terhadap semua aspek organisasi yaitu dengan menyelenggarakan rapat-rapat Direksi baik secara berkala minimum 1 (satu) kali dalam satu bulan dimana rapat formal dilengkapi dengan notulen atau berita rapat, maupun melaksanakan rapat secara insidentil baik dengan seluruh anggota Direksi, Pejabat Eksekutif maupun dengan Dewan Komisaris.

Jumlah atau frekuensi rapat yang dilakukan oleh Direksi maupun rapat gabungan keduanya pada tahun 2011 adalah sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

4. Komite-Komite di Bawah Tanggungjawab DireksiDireksi dibantu oleh Komite-komite yang berada di bawah tanggung jawab Direksi yang mendukung peran serta tugas keseharian Direksi yaitu :• Komite Pemutus Kredit, dimana tugasnya meliputi

pemberian keputusan dalam pemberian kredit dan lain sebagainya yang diselenggarakan di Kantor Pusat, dimana anggotanya terdiri dari beberapa Direktur dan Kepala Divisi dengan ketuanya adalah Presiden Direktur.

• Komite Asset Liabilities Committee (ALCO), bertugas untuk mengelola kebijakan dan strategi dalam mengkoordinasikan sumber dana dan penggunaan dana secara efektif dan efisien untuk mencapai maksimalisasi profit dari spread bunga/ NIM, komite ini diketuai oleh Presiden Direktur;

• Komite Manajemen Risiko, bertugas untuk melakukan pengkajian atas kemungkinan-kemungkinan risiko yang mungkin timbul sebagai akibat analisa atau self assesment yang dilakukan sekaligus memberikan rekomendasi kepada Presiden Direktur dimana komite ini diketuai oleh Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko;

• Komite Produk dan Aktivitas Baru, bertugas melakukan persiapan dan pengkajian terhadap seluruh aktivitas dan rencana peluncuran produk dan jasa yang baru dimana anggota tetapnya terdiri dari Kepala Divisi Kepatuhan, Kepala Divisi Manajemen Risiko, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis dan Kepala Divisi IT, serta Kepala Divisi Terkait dan diketuai oleh Direktur Perencanaan & Keuangan.

• Komite Kepatuhan, bertugas melakukan analisa penerapan kepatuhan di seluruh bidang aktivitas Bank dan membahas peraturan-peraturan baru dari instansi berwenang termasuk Bank Indonesia dan memberikan rekomendasi kepada Presiden Direktur, Komite ini diketuai oleh Direktur Kepatu-han dan Manajemen Risiko.

• Komite Pengarah Teknologi Informasi (Information Technology Steering Committee), yang tugasnya memberikan rekomendasi kepada Direksi terkait dengan rencana strategis IT, Pengembangan dan evaluasi sistem IT yang digunakan dan yang akan digunakan kemudian dan lain-lain, diketuai oleh Direktur Operasional.

• Komite Kebijakan Perkreditan, yang memiliki fungsi memberikan masukan kepada Direksi dalam rangka penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) terutama yang berkaitan dengan perumusan prinsip-prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, mengawasi agar KPB dapat diterapkan dan

dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten, serta merumuskan pemecahan apabila terdapat hambatan/ kendala dalam penerapannya, melakukan pengkajian secara berkala serta memberikan saran kepada Direksi apabila diperlukan perubahan/ perbaikan terhadap KPB tersebut.

C. Penanganan Benturan Kepentingan Bank BNP telah memiliki kebijakan & prosedur

penanganan benturan kepentingan agar tidak merugikan dan mengurangi keuntungan Bank serta terdokumentasikan dengan baik untuk setiap keputusan yang dilengkapi dengan risalah rapat

D. Penerapan Fungsi Kepatuhan Dalam Rangka Peningkatan Budaya Kepatuhan.

Kerangka kerja pengelolaan budaya dan risiko kepatuhan Bank BNP mengacu pada “the three line of defense model” sebagai kerangka kerja pengelolaan pengendalian internal dimana lini pertahanan pertama (first line of defense) berada pada seluruh karyawan dari unit kerja yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan kegiatan operasional dan usaha bank dimana setiap pelaksanaan tugas tersebut senantiasa dilakukan dalam koridor kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku serta kebijakan, sistem dan prosedur yang telah ditetapkan.

Divisi Kepatuhan sebagai lini pertahanan kedua (second line of defense) memiliki kewajiban untuk menyiapkan dan memastikan tersedianya berbagai dukungan bagi pelaksanaan tugas dari lini pertama antara lain:

Menyusun kerangka kerja dan kebijakan Kepatuhan yang dapat dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh pihak dan meningkatkan kualitas pemahaman dan implementasi terhadap Ketentuan Kehati-Hatian (Prudential Banking), Ketentuan Kelembagaan dan Kepengurusan, Ketentuan Self Regulatory Banking (SRB), Ketentuan Pembiayaan, serta Ketentuan Lainnya dan juga secara simultan meningkatkan kualitas infrastruktur/ pendukung agar tujuan meningkatkan budaya kepatuhan dapat terwujud.

Sedangkan realisasi/ pelaksanaan atas kebijakan yang telah dirumuskan diimplementasikan dan dilakukan melalui unit kerja pendukung di level departemen yang terdiri :

a. Regulatory Compliance DepartmentMelakukan advise, sosialisasi dan edukasi peraturan eksternal dengan melaksanakan identifikasi dan pemantauan serta pelaporan risiko kepatuhan, demikian juga dengan memfokuskan area regulasi yang memiliki peran strategis meliputi :• Pelaksanaan prinsip kehati-hatian (Prudential

Banking) seperti BMPK, GWM, PDN, Transparansi Kondisi Keuangan Bank, serta Tranparansi & Informasi Produk Bank;

• Pemantauan atas transaksi yang memiliki risiko Kepatuhan tinggi;

• Pemantauan/ monitoring laporan-laporan wajib kepada pihak regulator & pihak eksternal lain sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Operational System & Procedure Department Menyediakan dan melakukan pengembangan atas sistem dan prosedur internal, antara lain meliputi: memberikan dukungan terhadap pelaksanaan Produk atau Aktivitas Baru (PAB), Implementasi PSAK 50/55, dan berbagai kebijakan operasional dan usaha bank lainnya serta melaksanakan sosialisasi terhadap berbagai ketentuan/ kebijakan internal baik merupakan revisi maupun yang baru.

c. Anti Money Laundering/ Combating the Financing Terrorism (AML/CFT) Department Sesuai dengan Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang No. 15/2002 jo UU 25/2003, maka Bank BNP sebagai bagian dari komunitas dunia turut aktif dalam memberantas kegiatan/ praktek-praktek pencucian uang yang marak terjadi.

Bank BNP melakukan upaya untuk terlebih dahulu mengenal nasabah sebelum melakukan hubungan hukum dengan Bank BNP melalui penerapan Know Your Customer (KYC).

Memastikan pelaksanaan pengkinian data/ dokumentasi nasabah berjalan dengan baik dan melakukan upaya untuk pengembangan aplikasi pendukung dan set up parameter (red flag) untuk menentukan Customer Due Diligence (CDD) dan

Enhance Due Diligence (EDD) sesuai PBI terbaru tentang AML/ CFT, disamping itu untuk meningkatkan daya saing dan kompetensi karyawan dilakukan pelatihan/ sosialisasi karyawan terhadap perubahan PBI terbaru (dari KYC/ AML menjadi AML/ CFT).

Seluruh kegiatan pemantauan program Anti Pencucian Uang yang dilaksanakan di Bank BNP dikoordinasikan dan dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan prosedur operasional yang telah disusun dan disetujui oleh Direksi.

d. Credit Policy & Procedure Department Memiliki tugas dan tanggung jawab memastikan,

meriview dan mengembangkan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) yang telah berlaku di Bank BNP termasuk memberikan dukungan pengembangan kebijakan kredit yang dikembangkan oleh unit terkait perkreditan, pengajuan Produk/Aktivitas Baru (PAB), sosialisasi pemahaman user terhadap prosedur dan regulasi perkreditan, memastikan pelaksanaan kredit telah sesuai dengan KPB serta mengkoordinasikan terselenggaranya Komite Kebijakan Perkreditan (KKP).

E. Penerapan Fungsi Audit InternPelaksanaan fungsi Audit intern Bank BNP dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), dimana :• SKAI bertanggung jawab secara langsung kepada

Presiden Direktur dan mempunyai akses langsung kepada Komite Audit yang menjamin agar SKAI dapat melaksanakan tugas secara independen dan memberikan konsultasi atas rencana proses pemeriksaan yang dilakukan. Secara teratur SKAI bertemu dengan Komite Audit dan Manajemen untuk memastikan bahwa tindak lanjut atas rekomendasi SKAI yang tertuang pada laporan hasil Pemeriksaan telah dilaksanakan dengan benar dan diselesaikan tepat pada waktunya.

• SKAI mengimplementasikan sebuah metoda pendekatan audit berdasarkan risiko (risk based audit), dimana kegiatan audit diprioritaskan menurut penilaian dari potensi eksposur terhadap risiko, termasuk delapan tipe risiko perbankan yang dirumuskan oleh Bank Indonesia.

• Dalam melaksanakan kegiatan auditnya, Satuan Kerja Audit Intern berpedoman pada Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB), yang merupakan

bagian dari Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tanggal 29 September 1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum dan juga praktik perbankan internasional yang terbaik, sehingga diharapkan kualitas audit dapat memenuhi atau bahkan melampaui standar praktik profesional.

F. Audit Ekstern / Akuntan Publik Akuntan Publik melakukan audit independen atas

Laporan Keuangan Bank BNP setiap tahunnya. Akuntan publik ditetapkan berdasarkan RUPS setelah direkomendasikan oleh Komite Audit. RUPS Tahunan pada tanggal 27 Juni 2011 menugaskan Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris untuk mencalonkan akuntan publik yang akan melakukan audit terhadap laporan keuangan Bank BNP untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011.

Berdasarkan Surat Rekomendasi dari Dewan Komisaris Nomor 036-KOM/2011 telah disetujui Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani (member of Grant Thornton International) untuk melakukan pemeriksaan umum Perseroan untuk Tahun Buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2011.

G. Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait dan Debitur Besar

Peraturan Bank Indonesia mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit untuk Bank Umum mengharuskan batas maksimum pemberian kredit untuk pihak yang terkait dengan bank tidak melebihi 10% dari modal, untuk pihak tidak terkait sebesar 20% dari modal (single debtor), dan untuk satu kelompok peminjam pihak tidak terkait sebesar 25% dari modal (group debtor). Per 31 Desember 2011, Bank BNP tidak terdapat pelanggaran maupun pelampauan pemberian kredit kepada pihak yang terkait dengan bank.

Bank BNP telah memiliki kebijakan tertulis yang up to date. Tidak terdapat pelanggaran ataupun pelampauan BMPK, diversifikasi penyediaan dana yang cukup merata serta pengambilan keputusan dalam penyediaan dana dilakukan secara independen.

H. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank

Bank BNP telah melakukan transparansi dalam menyampaikan informasi keuangan maupun non keuangannya kepada publik secara tepat waktu, lengkap, akurat, kini dan utuh, termasuk penyampaian laporan pelaksanaan GCG kepada shareholder dan pemangku kepentingan lainnya didukung dengan Sistem Informasi Manajemen Bank mampu menyediakan data & informasi untuk pengambilan keputusan manajemen.

I. Rencana Strategis Bank Rencana strategis bank yang dituangkan dalam

Rencana Bisnis Bank, menuntut komitmen yang kuat dari seluruh elemen organisasi Bank BNP, karena di dalamnya tercakup sasaran, kebijakan dan strategi serta goals yang akan dan harus dicapai perusahaan dalam jangka waktu pendek dan menengah.

Arah dan kebijakan strategis Perusahaan pada tahun 2011 yang telah dituangkan di dalam Rencana Bisnis Bank mencakup pemenuhan diantaranya :

• Menjadikan Bank BNP sebagai Bank Ritel yang berskala nasional sesuai dengan visi Bank BNP termasuk didalamnya perluasan jaringan kantor dan peningkatan kompetensi dan servis atas core business bank;

• Menjaga dan terus meningkatkan tingkat kesehatan Bank dan daya tahan terhadap gejolak perekonomian yang berimbas pada industri perbankan;

• Strategi yang fokus dalam menjalankan bisnis mikro dan kecil;

• Meningkatkan peran serta Bank BNP dalam bertindak sebagai Mitra Utama Dunia Usaha;

• Menyempurnakan dan selalu menerapkan prinsip-prinsip GCG di semua unit usaha serta mampu menjaga permodalan bank.

Pemantauan dan kontrol atas pelaksanaan rencana strategis yang tertuang dalam Rencana Bisnis Bank dilakukan secara berkala melalui rapat Direksi yang mengagendakan realisasi atas Rencana Bisnis Bank.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Struktur Organisasi Pengelolaan Risiko dan Tata KelolanyaDirektur Manajemen Risiko mengelola Divisi Manajemen Risiko & Divisi Kepatuhan yang independen terhadap fungsi Bisnis dan Operasional Bank serta fungsi yang melakukan Audit. Manajemen risiko pada Bank BNP dikelola melalui Risk Management Committee dan Asset & Liability Committee (ALCO) pada tingkat Direksi dan Risk Oversight Committe pada tingkat Dewan Komisaris.

Berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh Dewan Komisaris, Risk Oversight Committee menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen risiko, memantau implementasinya, mengembangkan budaya pengelolaan risiko dan memastikan sumber daya yang memadai telah dikembangkan untuk memastikan pengelolaan risiko di Bank BNP.

Sementara bersama dengan Dewan Direksi, Risk Management Committee bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris, dengan tugas utamanya memberikan masukan kepada Dewan Komisaris mengenai masalah-masalah manajemen risiko, mengevaluasi sistem pengawasan manajemen risiko dan pengawasan intern, serta menyediakan informasi kepada Dewan Komisaris dalam kaitannya untuk mengantisipasi berbagai potensi risiko.

Selain Risk Management Committee dan Asset & Liability Committee (ALCO), komite yang terkait langsung dengan penerapan manajemen risiko adalah IT Streering Committee, Credit Approval Committee, New Product & Activity Committee, Audit Committee, dan Compliance Committee, sedangkan komite yang tidak terkait langsung dengan penerapan manajemen risiko adalah Remuneration Committee.

Risk AppetiteRisk appetite merupakan besaran risiko yang masih dapat diterima oleh Bank BNP untuk mencapai tujuan strategis. Risk appetite menggambarkan kapasitas Bank BNP untuk bertahan dari kerugian potensial yang muncul dalam berbagai macam skenario. Bank BNP telah menetapkan Risk appetite baik dalam volatilitas pendapatan dan pengelolaan modal minimum sesuai dengan ketentuan regulasi dalam kondisi stress scenario/ worstcase scenario.

Stress TestingStress testing dan scenario analysis terkait dengan risiko kredit, risiko pasar dan likuiditas, serta risiko operasional, digunakan untuk mengukur kemampuan finansial dan manajemen Bank BNP untuk terus beroperasi secara efektif pada kondisi bisnis normal dan krisis. Kondisi tersebut dapat muncul dari faktor makro dan mikro ekonomi, hukum, politik, lingkungan, sosial, dll.

Risiko KreditSebagai lembaga financial intermediary yang menerima dana masyarakat, dan selanjutnya menyalurkan kembali dalam bentuk kredit, menyebabkan bank harus menerapkan prinsip kehatian-hatian dalam melakukan aktivitas operasionalnya agar bank tetap menjadi lembaga yang dipercaya oleh masyarakat (prudential banking activity).

Penerapan prinsip kehati-hatian oleh bank, diimplementasikan melalui kemampuan bank untuk mengelola portfolio kredit yang dimiliki sehingga risiko yang berpotensi untuk terjadi (credit risk) dapat di identifikasi, diukur dan dikontrol secara maksimal.

Proses pengukuran risiko kredit dilakukan dengan mengembangkan dan menyempurnakan Internal Credit Rating segmen korporasi, menengah dan kecil. Membangun data base kredit mencakup History, Probabality of Default, Recovery Rate, Expected Loss dan melakukan uji coba perhitungan risiko kredit dalam Quantitative Impact Study.

Risiko Pasar & LikuiditasDalam mengantisipasi risiko pasar Bank BNP secara aktif melakukan pemantauan pergerakan suku bunga dan nilai tukar, dan terus menerus mengembangkan menghadapi risiko pasar dari transaksi yang dilakukan oleh para nasabah dan posisi terbuka yang dimiliki Bank. Bank BNP mengukur risiko potensi kerugian yang dapat dihasilkan dari kemungkinan terjadinya pergerakan yang kurang menguntungkan dalam suku bunga, harga dan volatilitas pasar, secara internal dengan menggunakan metodologi VaR.

Bank BNP melengkapi pengukuran Interest Rate Sensitivity Analysis (Interest Rate Gap Analysis) dalam mengantisipasi

perubahan suku bunga dengan metode PVO1 dan simulasi NII serta pengaruhnya terhadap Kewajiban Penyediaan Modal Minimum, serta melakukan Stress Test baik dalam kondisi normal maupun dalam kondisi extreme.

Sedangkan untuk pengukuran risiko nilai tukar, Bank BNP melakukan Sensitivity Analysis Nilai Tukar dengan metode Variance co Variance untuk megetahui potensial loss akibat volatility nilai tukar dalam kondisi ekstrem dan pengaruhnya terhadap Kewajiban Penyediaan Modal Minimum.

Pemantauan risiko pasar terkait dengan risiko suku bunga dan nilai tukar dilakukan memalui penetapan Limit berupa Management Alert Trigger seperti : NOP, Stop Loss, Cut Loss, potential loss ( Forex & Interest Rate).

Bank BNP memiliki kebijakan untuk menjaga likuiditas yang memadai di setiap saat, untuk semua mata uang, untuk memenuhi semua kewajiban yang jatuh tempo. Bank BNP mengelola risiko likuiditasnya baik dalam jangka pendek maupun jangka menengah. Dalam jangka pendek, Bank BNP berfokus untuk memastikan bahwa kebutuhan arus kas dapat dipenuhi melalui aset yang jatuh tempo, simpanan nasabah dan pendanaan wholesale bilamana diperlukan. Pengelolaan risiko likuiditas berfokus untuk menjaga agar struktur neraca tetap sehat.

Pengukuran risiko likuiditas melalui Stress Test Likuiditas dengan skenario dalam kondisi normal, General Market Crysis, Bank Spesific Crysis, dan Contingency Funding Plan melalui kecukupan Secondary Reserves, mismatch mata uang lokal dan mata uang asing pada arus kas Contractual dan Dynamic Behavioural Basis. Sebagai proses pemantauan risiko likuiditas melalui penetapan limit Management Alert Trigger berupa internal early warning dan external early warning.

Risiko OperasionalRisiko operasional adalah risiko kerugian yang terjadi karena kegagalan ataupun ketidaklayakan proses internal, manusia, sistem, ataupun kejadian eksternal. Dalam menjalankan bisnis, Bank BNP dapat terpengaruh oleh beberapa jenis risiko operasional termasuk fraud yang dilakukan oleh pihak eksternal maupun internal, sistem informasi dan teknologi (IT), dan kerugian kredit atau pasar yang berkaitan dengan risiko operasional. Bank juga dapat

mengalami gangguan dalam sistem operasinya karena adanya kejadian eksternal di luar kendalinya seperti, bencana alam, perampokan, aksi terorisme, pembobolan sistem keamanan oleh pihak luar, penggunaan jasa pihak ketiga untuk layanan kepada nasabah, yang semuanya itu dapat menyebabkan kerugian finansial bagi bank dan/atau nasabah. Seluruh kejadian yang mengandung risiko operasional dan kerugian finansial dilaporkan ke dalam database laporan kerugian dan risiko operasional yang disebut Operational Risk Event Report (ORient Report). Selain itu, Bank BNP secara bertahap dan berkelanjutan mengembangkan penerapan Business Continuity Plan (BCP) & Disaster Recovery Plan (DRP) sebagai bagian dari Business Continuity Management (BCM).

Pengelolaan risiko operasional menjadi proses yang terus menerus disempurnakan. Hal tersebut dicapai dengan memberlakukan model Sistem Pengendalian Internal (SPI) Bank BNP yang mengacu pada model Pertahanan 3 Lapis (Three Lines of Defences). Pada lini pertama, risiko dikelola secara langsung oleh masing-masing unit bisnis/operasional. Selanjutnya pada lini kedua, pengawasan, evaluasi dan metodologi pengelolaan risiko secara organisasi dikelola oleh Risk Management Division & Compliance Division. Pada tahap akhir, Internal Audit bertugas memberikan review yang menyeluruh terhadap kegiatan operasional Bank dan implementasi praktik kelola risiko yang dijalankan Bank.

Risiko KepatuhanRisiko kepatuhan meliputi risiko kerugian yang timbul dari kegagalan untuk mematuhi undang-undang, peraturan atau kode etik yang berlaku untuk industri jasa keuangan. Risiko Kepatuhan pada Bank BNP dikelola oleh Divisi Kepatuhan yang bertanggung jawab untuk menetapkan dan mempertahankan kerangka kerja sesuai kebijakan kepatuhan.

Strategi kepatuhan Bank BNP mencakup proses yang dilaksanakan secara terus menerus untuk mengungkap dan menganalisa faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan peningkatan eksposur risiko kepatuhan, dengan :• Melakukan identifikasi, analisis dan pemantauan

kepatuhan terhadap ketentuan, peraturan dan dengan :

• Melakukan identifikasi, analisis dan pemantauan kepatu-han terhadap ketentuan, peraturan dan perundang-undangan yang baru diberlakukan atau diperbaharui khususnya yang berhubungan dengan terlaksananya prinsip kehati-hatian perbankan (prudential banking principles) serta memastikan penerapannya di lingkun-gan Bank BNP.

• Memastikan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan Anti Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU/PPT) seperti terlaksananya Customer Due Diligence (CDD) dengan pendekatan risiko (Risk Based Approach) dan Enhanced Due Diligence (EDD), Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) dan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM).

Risiko HukumRisiko hukum adalah risiko kerugian finansial atau lainnya yang terjadi karena litigasi atau kasus hukum. Merupakan tujuan dari Corporate Legal Departement & Legal Departement Wilayah untuk bekerja sebagai mitra bisnis dengan departement lainnya untuk memastikan bahwa semua risiko hukum potensial yang berkaitan dengan transaksi/kesepakatan Bank BNP dengan nasabah, karyawan, supplier dan pihak ketiga lainnya dapat dimitigasi dengan baik.

Risiko hukum dikelola untuk memastikan bahwa seluruh aktivitas dan hubungan kegiatan usaha Bank BNP dengan pihak ketiga telah didasarkan pada aturan dan persyaratan yang dapat melindungi kepentingan Bank BNP dari segi hukum.

Risiko StrategiRisiko strategis adalah dampak saat ini dan dampak potensial terhadap pendapatan atau modal yang terjadi akibat keputusan bisnis yang salah, pelaksanaan keputusan yang tidak tepat, atau kurangnya tanggapan-tanggapan terhadap perubahan perubahan yang terjadi dalam industri.

Pengelolaan Risiko strategis merupakan bagian yang melekat dan tidak terpisahkan dari tugas dan tanggung

jawab utama dari Direksi. Pengelolaan tersebut dilakukan bersamaan dengan pengawasan dari Dewan Komisaris.

Risiko ini adalah fungsi dari kesesuaian antara tujuan strategis organisasi, strategi bisnis yang disusun untuk mencapai tujuan tersebut, dan kualitas implementasinya. Sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan strategi bisnis meliputi aset fisik maupun non fisik di dalamnya termasuk saluran komunikasi, sistem operasi, jaringan distribusi, kapasitas dan kemampuan manajerial. Karakteristik internal organisasi harus dievaluasi terhadap dampak perubahan ekonomi, teknologi, persaingan,regulasi, dan perubahan-perubahan lainnya.

Risiko ReputasiRisiko reputasi adalah potensi kerugian atau gangguan dalam reputasi. Risiko reputasi timbul dari kegagalan untuk bertindak sebagai bisnis yang bertanggung jawab dan gagal untuk memenuhi standar kinerja atau perilaku standar yang diamanatkan oleh Dewan Direksi dan Dewan Komisaris serta stakeholders.

Bank BNP sangat menjaga prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kebijakan operasional perbankannya dengan memprioritaskan pelayanan kepada nasabahnya. Risiko reputasi sangat mungkin timbul dari kegagalan mitigasi yang efektif dari satu atau lebih risiko kredit, likuiditas, pasar, hukum, regulasi, dan risiko operasional, atau gagal untuk mematuhi standar sosial, lingkungan dan etika yang memberi dampak terhadap harapan dari stakeholders dan perolehan pendapatan di kemudain hari.

Risiko reputasi merupakan prioritas untuk memastikan bahwa praktek-praktek bisnis yang bertanggung jawab terus tertanam diseluruh insan Bank BNP dan diwajibkan untuk tetap waspada setiap saat dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko reputasi. Untuk menjaga dari pemberitaan dan persepsi negatif, Bank BNP secara rutin melakukan pemantauan berita yang berhubungan dengan Bank Nusantara Parahyangan dalam berbagai media yang dilakukan oleh Corporate Secretary.

Sebagai sebuah sistem Bank BNP yang dibangun untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai tujuannya yang selaras bagi kepentingan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) seperti pemegang saham, pengurus dan karyawan, regulator dan masyarakat dan lain-lain, maka penerapan berbagai prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) seperti Keterbukaan (transparency), Akuntabilitias (accountability), Bertanggungjawab (responsibility), Independen (independency) dan Adil (fairness) menjadi landasan mendasar yang harus disusun dan dilaksanakan di lingkungan Bank BNP.

Penerapan prinsip GCG untuk mencapai tujuannya dilakukan dengan memperhatikan keseluruhan elemen struktural dan berbagai pelaksanaan kegiatan operasional dan usaha bank, yang antara lain meliputi A. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan

Komisaris1. Komposisi, Kriteria dan Independensi Dewan Komisaris

Setiap Komisaris diangkat setelah menjalani proses uji kelayakan dan kepatutan dari Bank Indonesia dan diangkat melalui keputusan suara pemegang saham dalam RUPS.

Komposisi Dewan Komisaris telah sesuai dengan ketentuan tenaga kerja asing yang menetapkan bahwa 50% atau lebih anggota Dewan Komisaris wajib berkewarganegaraan Indonesia. Kecuali Presiden Komisaris seluruh anggota Dewan Komisaris berdomisili di Indonesia.

Dalam hal Rangkap Jabatan, Anggota Dewan Komisaris tidak ada yang merangkap jabatan baik sebagai Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif pada Lembaga/ Perusahaan bukan Lembaga Keuangan Lain/ Bukan Bank atau sebagai Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif yang melaksanakan Fungsi Pengawasan pada Perusahaan Anak Bukan Bank yang dikendalikan oleh Bank.

Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau dengan pemegang saham mayoritas atau hubungan lainnya dengan Perseroan, yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam bertindak independen. Setiap Komisaris Independen mengetuai Komite-komite di bawah Dewan Komisaris.

Pada tahun 2011 telah terjadi perubahan susunan Dewan Komisaris, dimana berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan pada tanggal 27 Juni 2011, Presiden Komisaris yang semula dijabat oleh Junichi Yoroisaka, digantikan oleh Yasuo Uonomi, perubahan ini tidak mempengaruhi komposisi Dewan yang sudah ada pada akhir tahun 2011 yaitu 1 (satu) Presiden Komisaris, 1 (satu) Komisaris dan 3 (tiga) Komisaris Independen.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Sesuai dengan PBI No 8/4/PBI/2006 tanggal 30

Januari 2006, tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum dan perubahannya PBI No 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006, tentang kewajiban memastikan terselenggaranya pelaksanaan Good Corporate Governance, maka Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hari. Dewan Komisaris hanya melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan dan memberi masukan kepada Direksi untuk kepentingan Bank BNP.

Dewan Komisaris melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan melakukan rapat Dewan Komisaris, maupun rapat gabungan Dewan Komisaris dengan Direksi.

3. Pengawasan dan Rekomendasi Dewan KomisarisSepanjang tahun 2011, Dewan Komisaris telah melaksanakan 4 (empat) kali pertemuan/ rapat internal Dewan dan melakukan 7 (tujuh) kali pertemuan dengan Direksi melalui rapat gabungan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi sekaligus merupakan mekanisme/ model pengawasan atas kebijakan kepengurusan yang dilakukan Direksi, antara lain:• Menindaklanjuti dan membahas Laporan Hasil

Kinerja Bulanan/ triwulanan dari Direksi;• Membahas Rencana Bisnis Bank;• Membahas produk dan aktivitas Baru;• Persetujuan Pinjaman Subordinasi;• Dan lain-lain

Atas hasil pertemuan tersebut, bilamana dipandang perlu dibutuhkan persetujuan pemegang saham, maka

Dewan Komisaris akan mengajukannya/ merekomen-dasikan kepada Direksi untuk dimasukan dalam agenda RUPS berikutnya.

4. Komite-komite di bawah Dewan KomisarisDalam melaksanakan tugasnya Dewan Komisaris membawahi dan bertanggungjawab atas 3 (tiga) komite yang mendukung sistem pengawasan yang dilakukannya, yaitu: a. Komite Audit Ketua : Abdul Malik SugiartoAnggota : Pilipus AzarjahAnggota : Arifin S Haris AnggotaSelama tahun 2011 Komite Audit telah melaksanakan 13 kali rapat

b. Komite Pemantau Risiko :Ketua : Karel TanokAnggota : Arifin S HarisAnggota : Pilipus AzarjahSelama tahun 2011 Komite Pemantau Risiko telah melaksanakan 11 kali rapat

c. Komite Remunerasi dan NominasiKetua : Bachtiar AlamAnggota : Yasuo UonomiAnggota : Tatang HermawanAnggota : Karel TanokAnggota : Abdul Malik SugiartoAnggota : Kepala Divisi Sumber Daya ManusiaSelama tahun 2011 Komite Remunerasi dan Nominasi telah melaksanakan 10 kali rapat

Dimana seluruh hasil rapat yang memerlukan keputusan dari pemegang saham akan direkomendasikan untuk diagendakan dalam pelaksanaan RUPS dan terdokumentasikan dengan baik.

5. Efektifitas Rapat Dewan Komisaris Mekanisme pengambilan keputusan rapat

dilaksanakan berdasarkan musyawarah dan mufakat serta dituangkan dalam Risalah Rapat yang didistribusikan kepada seluruh anggota Dewan Komisaris untuk selanjutnya didokumentasikan dengan baik dan apabila terjadi perbedaan pendapat (dissenting opinions) dalam rapat Dewan Komisaris

akan dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasan perbedaan pendapat tersebut.

Hasil rapat Dewan Komisaris merupakan rekomendasi dan/atau nasihat yang dapat diimplementasikan oleh RUPS dan/atau Direksi.

Jumlah atau frekuensi rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris, maupun rapat gabungan keduanya pada tahun 2011 adalah sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

6. Transparansi, Hubungan Keuangan, Kepengurusan dan Keluarga serta Larangan Dewan Komisaris

Anggota Dewan Komisaris tidak diperkenankan untuk memanfaatkan bank baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang merugikan bank atau mengurangi keuntungan bank, tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari bank selain yang telah ditetapkan RUPS.

Pemberian bonus/tantiem kepada anggota Dewan Komisaris dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku dan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

B. Pelaksanaan Tugas dan Tanggungjawab Direksi1. Komposisi, Kriteria , dan Independensi Direksi.

Bank BNP memiliki 5 (lima) orang Direktur, sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan tanggal 27 Juni 2011, untuk masa kerja 2 (dua) tahun atau sampai dengan ditutupnya RUPS Tahunan untuk tahun buku yang berakhir tahun 2012 dan masing-masing dapat dipilih kembali.

Persyaratan dan ketentuan mengenai Direksi Perseroan tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengharuskan seorang calon Direktur wajib memenuhi persyaratan dan lolos seleksi uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi Direksi memiliki tugas dan tanggung-jawab atas

terselenggaranya kegiatan bisnis Bank BNP dengan baik sesuai dengan ketentuan yang mengaturnya dan memenuhi sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Bisnis Bank serta amanat yang dituangkan dalam RUPS, bertanggung-jawab dan keterlibatannya dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hari.

3. Rapat-Rapat Direksi Direksi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

tidak terlepas dari fungsi manajerial terhadap semua aspek organisasi yaitu dengan menyelenggarakan rapat-rapat Direksi baik secara berkala minimum 1 (satu) kali dalam satu bulan dimana rapat formal dilengkapi dengan notulen atau berita rapat, maupun melaksanakan rapat secara insidentil baik dengan seluruh anggota Direksi, Pejabat Eksekutif maupun dengan Dewan Komisaris.

Jumlah atau frekuensi rapat yang dilakukan oleh Direksi maupun rapat gabungan keduanya pada tahun 2011 adalah sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

4. Komite-Komite di Bawah Tanggungjawab DireksiDireksi dibantu oleh Komite-komite yang berada di bawah tanggung jawab Direksi yang mendukung peran serta tugas keseharian Direksi yaitu :• Komite Pemutus Kredit, dimana tugasnya meliputi

pemberian keputusan dalam pemberian kredit dan lain sebagainya yang diselenggarakan di Kantor Pusat, dimana anggotanya terdiri dari beberapa Direktur dan Kepala Divisi dengan ketuanya adalah Presiden Direktur.

• Komite Asset Liabilities Committee (ALCO), bertugas untuk mengelola kebijakan dan strategi dalam mengkoordinasikan sumber dana dan penggunaan dana secara efektif dan efisien untuk mencapai maksimalisasi profit dari spread bunga/ NIM, komite ini diketuai oleh Presiden Direktur;

• Komite Manajemen Risiko, bertugas untuk melakukan pengkajian atas kemungkinan-kemungkinan risiko yang mungkin timbul sebagai akibat analisa atau self assesment yang dilakukan sekaligus memberikan rekomendasi kepada Presiden Direktur dimana komite ini diketuai oleh Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko;

• Komite Produk dan Aktivitas Baru, bertugas melakukan persiapan dan pengkajian terhadap seluruh aktivitas dan rencana peluncuran produk dan jasa yang baru dimana anggota tetapnya terdiri dari Kepala Divisi Kepatuhan, Kepala Divisi Manajemen Risiko, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis dan Kepala Divisi IT, serta Kepala Divisi Terkait dan diketuai oleh Direktur Perencanaan & Keuangan.

• Komite Kepatuhan, bertugas melakukan analisa penerapan kepatuhan di seluruh bidang aktivitas Bank dan membahas peraturan-peraturan baru dari instansi berwenang termasuk Bank Indonesia dan memberikan rekomendasi kepada Presiden Direktur, Komite ini diketuai oleh Direktur Kepatu-han dan Manajemen Risiko.

• Komite Pengarah Teknologi Informasi (Information Technology Steering Committee), yang tugasnya memberikan rekomendasi kepada Direksi terkait dengan rencana strategis IT, Pengembangan dan evaluasi sistem IT yang digunakan dan yang akan digunakan kemudian dan lain-lain, diketuai oleh Direktur Operasional.

• Komite Kebijakan Perkreditan, yang memiliki fungsi memberikan masukan kepada Direksi dalam rangka penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) terutama yang berkaitan dengan perumusan prinsip-prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, mengawasi agar KPB dapat diterapkan dan

dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten, serta merumuskan pemecahan apabila terdapat hambatan/ kendala dalam penerapannya, melakukan pengkajian secara berkala serta memberikan saran kepada Direksi apabila diperlukan perubahan/ perbaikan terhadap KPB tersebut.

C. Penanganan Benturan Kepentingan Bank BNP telah memiliki kebijakan & prosedur

penanganan benturan kepentingan agar tidak merugikan dan mengurangi keuntungan Bank serta terdokumentasikan dengan baik untuk setiap keputusan yang dilengkapi dengan risalah rapat

D. Penerapan Fungsi Kepatuhan Dalam Rangka Peningkatan Budaya Kepatuhan.

Kerangka kerja pengelolaan budaya dan risiko kepatuhan Bank BNP mengacu pada “the three line of defense model” sebagai kerangka kerja pengelolaan pengendalian internal dimana lini pertahanan pertama (first line of defense) berada pada seluruh karyawan dari unit kerja yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan kegiatan operasional dan usaha bank dimana setiap pelaksanaan tugas tersebut senantiasa dilakukan dalam koridor kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku serta kebijakan, sistem dan prosedur yang telah ditetapkan.

Divisi Kepatuhan sebagai lini pertahanan kedua (second line of defense) memiliki kewajiban untuk menyiapkan dan memastikan tersedianya berbagai dukungan bagi pelaksanaan tugas dari lini pertama antara lain:

Menyusun kerangka kerja dan kebijakan Kepatuhan yang dapat dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh pihak dan meningkatkan kualitas pemahaman dan implementasi terhadap Ketentuan Kehati-Hatian (Prudential Banking), Ketentuan Kelembagaan dan Kepengurusan, Ketentuan Self Regulatory Banking (SRB), Ketentuan Pembiayaan, serta Ketentuan Lainnya dan juga secara simultan meningkatkan kualitas infrastruktur/ pendukung agar tujuan meningkatkan budaya kepatuhan dapat terwujud.

Sedangkan realisasi/ pelaksanaan atas kebijakan yang telah dirumuskan diimplementasikan dan dilakukan melalui unit kerja pendukung di level departemen yang terdiri :

a. Regulatory Compliance DepartmentMelakukan advise, sosialisasi dan edukasi peraturan eksternal dengan melaksanakan identifikasi dan pemantauan serta pelaporan risiko kepatuhan, demikian juga dengan memfokuskan area regulasi yang memiliki peran strategis meliputi :• Pelaksanaan prinsip kehati-hatian (Prudential

Banking) seperti BMPK, GWM, PDN, Transparansi Kondisi Keuangan Bank, serta Tranparansi & Informasi Produk Bank;

• Pemantauan atas transaksi yang memiliki risiko Kepatuhan tinggi;

• Pemantauan/ monitoring laporan-laporan wajib kepada pihak regulator & pihak eksternal lain sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Operational System & Procedure Department Menyediakan dan melakukan pengembangan atas sistem dan prosedur internal, antara lain meliputi: memberikan dukungan terhadap pelaksanaan Produk atau Aktivitas Baru (PAB), Implementasi PSAK 50/55, dan berbagai kebijakan operasional dan usaha bank lainnya serta melaksanakan sosialisasi terhadap berbagai ketentuan/ kebijakan internal baik merupakan revisi maupun yang baru.

c. Anti Money Laundering/ Combating the Financing Terrorism (AML/CFT) Department Sesuai dengan Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang No. 15/2002 jo UU 25/2003, maka Bank BNP sebagai bagian dari komunitas dunia turut aktif dalam memberantas kegiatan/ praktek-praktek pencucian uang yang marak terjadi.

Bank BNP melakukan upaya untuk terlebih dahulu mengenal nasabah sebelum melakukan hubungan hukum dengan Bank BNP melalui penerapan Know Your Customer (KYC).

Memastikan pelaksanaan pengkinian data/ dokumentasi nasabah berjalan dengan baik dan melakukan upaya untuk pengembangan aplikasi pendukung dan set up parameter (red flag) untuk menentukan Customer Due Diligence (CDD) dan

Enhance Due Diligence (EDD) sesuai PBI terbaru tentang AML/ CFT, disamping itu untuk meningkatkan daya saing dan kompetensi karyawan dilakukan pelatihan/ sosialisasi karyawan terhadap perubahan PBI terbaru (dari KYC/ AML menjadi AML/ CFT).

Seluruh kegiatan pemantauan program Anti Pencucian Uang yang dilaksanakan di Bank BNP dikoordinasikan dan dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan prosedur operasional yang telah disusun dan disetujui oleh Direksi.

d. Credit Policy & Procedure Department Memiliki tugas dan tanggung jawab memastikan,

meriview dan mengembangkan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) yang telah berlaku di Bank BNP termasuk memberikan dukungan pengembangan kebijakan kredit yang dikembangkan oleh unit terkait perkreditan, pengajuan Produk/Aktivitas Baru (PAB), sosialisasi pemahaman user terhadap prosedur dan regulasi perkreditan, memastikan pelaksanaan kredit telah sesuai dengan KPB serta mengkoordinasikan terselenggaranya Komite Kebijakan Perkreditan (KKP).

E. Penerapan Fungsi Audit InternPelaksanaan fungsi Audit intern Bank BNP dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), dimana :• SKAI bertanggung jawab secara langsung kepada

Presiden Direktur dan mempunyai akses langsung kepada Komite Audit yang menjamin agar SKAI dapat melaksanakan tugas secara independen dan memberikan konsultasi atas rencana proses pemeriksaan yang dilakukan. Secara teratur SKAI bertemu dengan Komite Audit dan Manajemen untuk memastikan bahwa tindak lanjut atas rekomendasi SKAI yang tertuang pada laporan hasil Pemeriksaan telah dilaksanakan dengan benar dan diselesaikan tepat pada waktunya.

• SKAI mengimplementasikan sebuah metoda pendekatan audit berdasarkan risiko (risk based audit), dimana kegiatan audit diprioritaskan menurut penilaian dari potensi eksposur terhadap risiko, termasuk delapan tipe risiko perbankan yang dirumuskan oleh Bank Indonesia.

• Dalam melaksanakan kegiatan auditnya, Satuan Kerja Audit Intern berpedoman pada Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB), yang merupakan

bagian dari Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tanggal 29 September 1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum dan juga praktik perbankan internasional yang terbaik, sehingga diharapkan kualitas audit dapat memenuhi atau bahkan melampaui standar praktik profesional.

F. Audit Ekstern / Akuntan Publik Akuntan Publik melakukan audit independen atas

Laporan Keuangan Bank BNP setiap tahunnya. Akuntan publik ditetapkan berdasarkan RUPS setelah direkomendasikan oleh Komite Audit. RUPS Tahunan pada tanggal 27 Juni 2011 menugaskan Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris untuk mencalonkan akuntan publik yang akan melakukan audit terhadap laporan keuangan Bank BNP untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011.

Berdasarkan Surat Rekomendasi dari Dewan Komisaris Nomor 036-KOM/2011 telah disetujui Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani (member of Grant Thornton International) untuk melakukan pemeriksaan umum Perseroan untuk Tahun Buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2011.

G. Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait dan Debitur Besar

Peraturan Bank Indonesia mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit untuk Bank Umum mengharuskan batas maksimum pemberian kredit untuk pihak yang terkait dengan bank tidak melebihi 10% dari modal, untuk pihak tidak terkait sebesar 20% dari modal (single debtor), dan untuk satu kelompok peminjam pihak tidak terkait sebesar 25% dari modal (group debtor). Per 31 Desember 2011, Bank BNP tidak terdapat pelanggaran maupun pelampauan pemberian kredit kepada pihak yang terkait dengan bank.

Bank BNP telah memiliki kebijakan tertulis yang up to date. Tidak terdapat pelanggaran ataupun pelampauan BMPK, diversifikasi penyediaan dana yang cukup merata serta pengambilan keputusan dalam penyediaan dana dilakukan secara independen.

H. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank

Bank BNP telah melakukan transparansi dalam menyampaikan informasi keuangan maupun non keuangannya kepada publik secara tepat waktu, lengkap, akurat, kini dan utuh, termasuk penyampaian laporan pelaksanaan GCG kepada shareholder dan pemangku kepentingan lainnya didukung dengan Sistem Informasi Manajemen Bank mampu menyediakan data & informasi untuk pengambilan keputusan manajemen.

I. Rencana Strategis Bank Rencana strategis bank yang dituangkan dalam

Rencana Bisnis Bank, menuntut komitmen yang kuat dari seluruh elemen organisasi Bank BNP, karena di dalamnya tercakup sasaran, kebijakan dan strategi serta goals yang akan dan harus dicapai perusahaan dalam jangka waktu pendek dan menengah.

Arah dan kebijakan strategis Perusahaan pada tahun 2011 yang telah dituangkan di dalam Rencana Bisnis Bank mencakup pemenuhan diantaranya :

• Menjadikan Bank BNP sebagai Bank Ritel yang berskala nasional sesuai dengan visi Bank BNP termasuk didalamnya perluasan jaringan kantor dan peningkatan kompetensi dan servis atas core business bank;

• Menjaga dan terus meningkatkan tingkat kesehatan Bank dan daya tahan terhadap gejolak perekonomian yang berimbas pada industri perbankan;

• Strategi yang fokus dalam menjalankan bisnis mikro dan kecil;

• Meningkatkan peran serta Bank BNP dalam bertindak sebagai Mitra Utama Dunia Usaha;

• Menyempurnakan dan selalu menerapkan prinsip-prinsip GCG di semua unit usaha serta mampu menjaga permodalan bank.

Pemantauan dan kontrol atas pelaksanaan rencana strategis yang tertuang dalam Rencana Bisnis Bank dilakukan secara berkala melalui rapat Direksi yang mengagendakan realisasi atas Rencana Bisnis Bank.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Sebagai sebuah sistem Bank BNP yang dibangun untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai tujuannya yang selaras bagi kepentingan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) seperti pemegang saham, pengurus dan karyawan, regulator dan masyarakat dan lain-lain, maka penerapan berbagai prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) seperti Keterbukaan (transparency), Akuntabilitias (accountability), Bertanggungjawab (responsibility), Independen (independency) dan Adil (fairness) menjadi landasan mendasar yang harus disusun dan dilaksanakan di lingkungan Bank BNP.

Penerapan prinsip GCG untuk mencapai tujuannya dilakukan dengan memperhatikan keseluruhan elemen struktural dan berbagai pelaksanaan kegiatan operasional dan usaha bank, yang antara lain meliputi A. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan

Komisaris1. Komposisi, Kriteria dan Independensi Dewan Komisaris

Setiap Komisaris diangkat setelah menjalani proses uji kelayakan dan kepatutan dari Bank Indonesia dan diangkat melalui keputusan suara pemegang saham dalam RUPS.

Komposisi Dewan Komisaris telah sesuai dengan ketentuan tenaga kerja asing yang menetapkan bahwa 50% atau lebih anggota Dewan Komisaris wajib berkewarganegaraan Indonesia. Kecuali Presiden Komisaris seluruh anggota Dewan Komisaris berdomisili di Indonesia.

Dalam hal Rangkap Jabatan, Anggota Dewan Komisaris tidak ada yang merangkap jabatan baik sebagai Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif pada Lembaga/ Perusahaan bukan Lembaga Keuangan Lain/ Bukan Bank atau sebagai Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif yang melaksanakan Fungsi Pengawasan pada Perusahaan Anak Bukan Bank yang dikendalikan oleh Bank.

Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau dengan pemegang saham mayoritas atau hubungan lainnya dengan Perseroan, yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam bertindak independen. Setiap Komisaris Independen mengetuai Komite-komite di bawah Dewan Komisaris.

Pada tahun 2011 telah terjadi perubahan susunan Dewan Komisaris, dimana berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan pada tanggal 27 Juni 2011, Presiden Komisaris yang semula dijabat oleh Junichi Yoroisaka, digantikan oleh Yasuo Uonomi, perubahan ini tidak mempengaruhi komposisi Dewan yang sudah ada pada akhir tahun 2011 yaitu 1 (satu) Presiden Komisaris, 1 (satu) Komisaris dan 3 (tiga) Komisaris Independen.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Sesuai dengan PBI No 8/4/PBI/2006 tanggal 30

Januari 2006, tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum dan perubahannya PBI No 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006, tentang kewajiban memastikan terselenggaranya pelaksanaan Good Corporate Governance, maka Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hari. Dewan Komisaris hanya melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan dan memberi masukan kepada Direksi untuk kepentingan Bank BNP.

Dewan Komisaris melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan melakukan rapat Dewan Komisaris, maupun rapat gabungan Dewan Komisaris dengan Direksi.

3. Pengawasan dan Rekomendasi Dewan KomisarisSepanjang tahun 2011, Dewan Komisaris telah melaksanakan 4 (empat) kali pertemuan/ rapat internal Dewan dan melakukan 7 (tujuh) kali pertemuan dengan Direksi melalui rapat gabungan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi sekaligus merupakan mekanisme/ model pengawasan atas kebijakan kepengurusan yang dilakukan Direksi, antara lain:• Menindaklanjuti dan membahas Laporan Hasil

Kinerja Bulanan/ triwulanan dari Direksi;• Membahas Rencana Bisnis Bank;• Membahas produk dan aktivitas Baru;• Persetujuan Pinjaman Subordinasi;• Dan lain-lain

Atas hasil pertemuan tersebut, bilamana dipandang perlu dibutuhkan persetujuan pemegang saham, maka

Dewan Komisaris akan mengajukannya/ merekomen-dasikan kepada Direksi untuk dimasukan dalam agenda RUPS berikutnya.

4. Komite-komite di bawah Dewan KomisarisDalam melaksanakan tugasnya Dewan Komisaris membawahi dan bertanggungjawab atas 3 (tiga) komite yang mendukung sistem pengawasan yang dilakukannya, yaitu: a. Komite Audit Ketua : Abdul Malik SugiartoAnggota : Pilipus AzarjahAnggota : Arifin S Haris AnggotaSelama tahun 2011 Komite Audit telah melaksanakan 13 kali rapat

b. Komite Pemantau Risiko :Ketua : Karel TanokAnggota : Arifin S HarisAnggota : Pilipus AzarjahSelama tahun 2011 Komite Pemantau Risiko telah melaksanakan 11 kali rapat

c. Komite Remunerasi dan NominasiKetua : Bachtiar AlamAnggota : Yasuo UonomiAnggota : Tatang HermawanAnggota : Karel TanokAnggota : Abdul Malik SugiartoAnggota : Kepala Divisi Sumber Daya ManusiaSelama tahun 2011 Komite Remunerasi dan Nominasi telah melaksanakan 10 kali rapat

Dimana seluruh hasil rapat yang memerlukan keputusan dari pemegang saham akan direkomendasikan untuk diagendakan dalam pelaksanaan RUPS dan terdokumentasikan dengan baik.

5. Efektifitas Rapat Dewan Komisaris Mekanisme pengambilan keputusan rapat

dilaksanakan berdasarkan musyawarah dan mufakat serta dituangkan dalam Risalah Rapat yang didistribusikan kepada seluruh anggota Dewan Komisaris untuk selanjutnya didokumentasikan dengan baik dan apabila terjadi perbedaan pendapat (dissenting opinions) dalam rapat Dewan Komisaris

akan dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasan perbedaan pendapat tersebut.

Hasil rapat Dewan Komisaris merupakan rekomendasi dan/atau nasihat yang dapat diimplementasikan oleh RUPS dan/atau Direksi.

Jumlah atau frekuensi rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris, maupun rapat gabungan keduanya pada tahun 2011 adalah sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

6. Transparansi, Hubungan Keuangan, Kepengurusan dan Keluarga serta Larangan Dewan Komisaris

Anggota Dewan Komisaris tidak diperkenankan untuk memanfaatkan bank baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang merugikan bank atau mengurangi keuntungan bank, tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari bank selain yang telah ditetapkan RUPS.

Pemberian bonus/tantiem kepada anggota Dewan Komisaris dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku dan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

B. Pelaksanaan Tugas dan Tanggungjawab Direksi1. Komposisi, Kriteria , dan Independensi Direksi.

Bank BNP memiliki 5 (lima) orang Direktur, sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan tanggal 27 Juni 2011, untuk masa kerja 2 (dua) tahun atau sampai dengan ditutupnya RUPS Tahunan untuk tahun buku yang berakhir tahun 2012 dan masing-masing dapat dipilih kembali.

Persyaratan dan ketentuan mengenai Direksi Perseroan tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengharuskan seorang calon Direktur wajib memenuhi persyaratan dan lolos seleksi uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi Direksi memiliki tugas dan tanggung-jawab atas

terselenggaranya kegiatan bisnis Bank BNP dengan baik sesuai dengan ketentuan yang mengaturnya dan memenuhi sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Bisnis Bank serta amanat yang dituangkan dalam RUPS, bertanggung-jawab dan keterlibatannya dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hari.

3. Rapat-Rapat Direksi Direksi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

tidak terlepas dari fungsi manajerial terhadap semua aspek organisasi yaitu dengan menyelenggarakan rapat-rapat Direksi baik secara berkala minimum 1 (satu) kali dalam satu bulan dimana rapat formal dilengkapi dengan notulen atau berita rapat, maupun melaksanakan rapat secara insidentil baik dengan seluruh anggota Direksi, Pejabat Eksekutif maupun dengan Dewan Komisaris.

Jumlah atau frekuensi rapat yang dilakukan oleh Direksi maupun rapat gabungan keduanya pada tahun 2011 adalah sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

4. Komite-Komite di Bawah Tanggungjawab DireksiDireksi dibantu oleh Komite-komite yang berada di bawah tanggung jawab Direksi yang mendukung peran serta tugas keseharian Direksi yaitu :• Komite Pemutus Kredit, dimana tugasnya meliputi

pemberian keputusan dalam pemberian kredit dan lain sebagainya yang diselenggarakan di Kantor Pusat, dimana anggotanya terdiri dari beberapa Direktur dan Kepala Divisi dengan ketuanya adalah Presiden Direktur.

• Komite Asset Liabilities Committee (ALCO), bertugas untuk mengelola kebijakan dan strategi dalam mengkoordinasikan sumber dana dan penggunaan dana secara efektif dan efisien untuk mencapai maksimalisasi profit dari spread bunga/ NIM, komite ini diketuai oleh Presiden Direktur;

• Komite Manajemen Risiko, bertugas untuk melakukan pengkajian atas kemungkinan-kemungkinan risiko yang mungkin timbul sebagai akibat analisa atau self assesment yang dilakukan sekaligus memberikan rekomendasi kepada Presiden Direktur dimana komite ini diketuai oleh Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko;

• Komite Produk dan Aktivitas Baru, bertugas melakukan persiapan dan pengkajian terhadap seluruh aktivitas dan rencana peluncuran produk dan jasa yang baru dimana anggota tetapnya terdiri dari Kepala Divisi Kepatuhan, Kepala Divisi Manajemen Risiko, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis dan Kepala Divisi IT, serta Kepala Divisi Terkait dan diketuai oleh Direktur Perencanaan & Keuangan.

• Komite Kepatuhan, bertugas melakukan analisa penerapan kepatuhan di seluruh bidang aktivitas Bank dan membahas peraturan-peraturan baru dari instansi berwenang termasuk Bank Indonesia dan memberikan rekomendasi kepada Presiden Direktur, Komite ini diketuai oleh Direktur Kepatu-han dan Manajemen Risiko.

• Komite Pengarah Teknologi Informasi (Information Technology Steering Committee), yang tugasnya memberikan rekomendasi kepada Direksi terkait dengan rencana strategis IT, Pengembangan dan evaluasi sistem IT yang digunakan dan yang akan digunakan kemudian dan lain-lain, diketuai oleh Direktur Operasional.

• Komite Kebijakan Perkreditan, yang memiliki fungsi memberikan masukan kepada Direksi dalam rangka penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) terutama yang berkaitan dengan perumusan prinsip-prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, mengawasi agar KPB dapat diterapkan dan

dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten, serta merumuskan pemecahan apabila terdapat hambatan/ kendala dalam penerapannya, melakukan pengkajian secara berkala serta memberikan saran kepada Direksi apabila diperlukan perubahan/ perbaikan terhadap KPB tersebut.

C. Penanganan Benturan Kepentingan Bank BNP telah memiliki kebijakan & prosedur

penanganan benturan kepentingan agar tidak merugikan dan mengurangi keuntungan Bank serta terdokumentasikan dengan baik untuk setiap keputusan yang dilengkapi dengan risalah rapat

D. Penerapan Fungsi Kepatuhan Dalam Rangka Peningkatan Budaya Kepatuhan.

Kerangka kerja pengelolaan budaya dan risiko kepatuhan Bank BNP mengacu pada “the three line of defense model” sebagai kerangka kerja pengelolaan pengendalian internal dimana lini pertahanan pertama (first line of defense) berada pada seluruh karyawan dari unit kerja yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan kegiatan operasional dan usaha bank dimana setiap pelaksanaan tugas tersebut senantiasa dilakukan dalam koridor kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku serta kebijakan, sistem dan prosedur yang telah ditetapkan.

Divisi Kepatuhan sebagai lini pertahanan kedua (second line of defense) memiliki kewajiban untuk menyiapkan dan memastikan tersedianya berbagai dukungan bagi pelaksanaan tugas dari lini pertama antara lain:

Menyusun kerangka kerja dan kebijakan Kepatuhan yang dapat dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh pihak dan meningkatkan kualitas pemahaman dan implementasi terhadap Ketentuan Kehati-Hatian (Prudential Banking), Ketentuan Kelembagaan dan Kepengurusan, Ketentuan Self Regulatory Banking (SRB), Ketentuan Pembiayaan, serta Ketentuan Lainnya dan juga secara simultan meningkatkan kualitas infrastruktur/ pendukung agar tujuan meningkatkan budaya kepatuhan dapat terwujud.

Sedangkan realisasi/ pelaksanaan atas kebijakan yang telah dirumuskan diimplementasikan dan dilakukan melalui unit kerja pendukung di level departemen yang terdiri :

a. Regulatory Compliance DepartmentMelakukan advise, sosialisasi dan edukasi peraturan eksternal dengan melaksanakan identifikasi dan pemantauan serta pelaporan risiko kepatuhan, demikian juga dengan memfokuskan area regulasi yang memiliki peran strategis meliputi :• Pelaksanaan prinsip kehati-hatian (Prudential

Banking) seperti BMPK, GWM, PDN, Transparansi Kondisi Keuangan Bank, serta Tranparansi & Informasi Produk Bank;

• Pemantauan atas transaksi yang memiliki risiko Kepatuhan tinggi;

• Pemantauan/ monitoring laporan-laporan wajib kepada pihak regulator & pihak eksternal lain sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Operational System & Procedure Department Menyediakan dan melakukan pengembangan atas sistem dan prosedur internal, antara lain meliputi: memberikan dukungan terhadap pelaksanaan Produk atau Aktivitas Baru (PAB), Implementasi PSAK 50/55, dan berbagai kebijakan operasional dan usaha bank lainnya serta melaksanakan sosialisasi terhadap berbagai ketentuan/ kebijakan internal baik merupakan revisi maupun yang baru.

c. Anti Money Laundering/ Combating the Financing Terrorism (AML/CFT) Department Sesuai dengan Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang No. 15/2002 jo UU 25/2003, maka Bank BNP sebagai bagian dari komunitas dunia turut aktif dalam memberantas kegiatan/ praktek-praktek pencucian uang yang marak terjadi.

Bank BNP melakukan upaya untuk terlebih dahulu mengenal nasabah sebelum melakukan hubungan hukum dengan Bank BNP melalui penerapan Know Your Customer (KYC).

Memastikan pelaksanaan pengkinian data/ dokumentasi nasabah berjalan dengan baik dan melakukan upaya untuk pengembangan aplikasi pendukung dan set up parameter (red flag) untuk menentukan Customer Due Diligence (CDD) dan

Enhance Due Diligence (EDD) sesuai PBI terbaru tentang AML/ CFT, disamping itu untuk meningkatkan daya saing dan kompetensi karyawan dilakukan pelatihan/ sosialisasi karyawan terhadap perubahan PBI terbaru (dari KYC/ AML menjadi AML/ CFT).

Seluruh kegiatan pemantauan program Anti Pencucian Uang yang dilaksanakan di Bank BNP dikoordinasikan dan dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan prosedur operasional yang telah disusun dan disetujui oleh Direksi.

d. Credit Policy & Procedure Department Memiliki tugas dan tanggung jawab memastikan,

meriview dan mengembangkan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) yang telah berlaku di Bank BNP termasuk memberikan dukungan pengembangan kebijakan kredit yang dikembangkan oleh unit terkait perkreditan, pengajuan Produk/Aktivitas Baru (PAB), sosialisasi pemahaman user terhadap prosedur dan regulasi perkreditan, memastikan pelaksanaan kredit telah sesuai dengan KPB serta mengkoordinasikan terselenggaranya Komite Kebijakan Perkreditan (KKP).

E. Penerapan Fungsi Audit InternPelaksanaan fungsi Audit intern Bank BNP dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), dimana :• SKAI bertanggung jawab secara langsung kepada

Presiden Direktur dan mempunyai akses langsung kepada Komite Audit yang menjamin agar SKAI dapat melaksanakan tugas secara independen dan memberikan konsultasi atas rencana proses pemeriksaan yang dilakukan. Secara teratur SKAI bertemu dengan Komite Audit dan Manajemen untuk memastikan bahwa tindak lanjut atas rekomendasi SKAI yang tertuang pada laporan hasil Pemeriksaan telah dilaksanakan dengan benar dan diselesaikan tepat pada waktunya.

• SKAI mengimplementasikan sebuah metoda pendekatan audit berdasarkan risiko (risk based audit), dimana kegiatan audit diprioritaskan menurut penilaian dari potensi eksposur terhadap risiko, termasuk delapan tipe risiko perbankan yang dirumuskan oleh Bank Indonesia.

• Dalam melaksanakan kegiatan auditnya, Satuan Kerja Audit Intern berpedoman pada Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB), yang merupakan

bagian dari Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tanggal 29 September 1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum dan juga praktik perbankan internasional yang terbaik, sehingga diharapkan kualitas audit dapat memenuhi atau bahkan melampaui standar praktik profesional.

F. Audit Ekstern / Akuntan Publik Akuntan Publik melakukan audit independen atas

Laporan Keuangan Bank BNP setiap tahunnya. Akuntan publik ditetapkan berdasarkan RUPS setelah direkomendasikan oleh Komite Audit. RUPS Tahunan pada tanggal 27 Juni 2011 menugaskan Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris untuk mencalonkan akuntan publik yang akan melakukan audit terhadap laporan keuangan Bank BNP untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011.

Berdasarkan Surat Rekomendasi dari Dewan Komisaris Nomor 036-KOM/2011 telah disetujui Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani (member of Grant Thornton International) untuk melakukan pemeriksaan umum Perseroan untuk Tahun Buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2011.

G. Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait dan Debitur Besar

Peraturan Bank Indonesia mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit untuk Bank Umum mengharuskan batas maksimum pemberian kredit untuk pihak yang terkait dengan bank tidak melebihi 10% dari modal, untuk pihak tidak terkait sebesar 20% dari modal (single debtor), dan untuk satu kelompok peminjam pihak tidak terkait sebesar 25% dari modal (group debtor). Per 31 Desember 2011, Bank BNP tidak terdapat pelanggaran maupun pelampauan pemberian kredit kepada pihak yang terkait dengan bank.

Bank BNP telah memiliki kebijakan tertulis yang up to date. Tidak terdapat pelanggaran ataupun pelampauan BMPK, diversifikasi penyediaan dana yang cukup merata serta pengambilan keputusan dalam penyediaan dana dilakukan secara independen.

H. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank

Bank BNP telah melakukan transparansi dalam menyampaikan informasi keuangan maupun non keuangannya kepada publik secara tepat waktu, lengkap, akurat, kini dan utuh, termasuk penyampaian laporan pelaksanaan GCG kepada shareholder dan pemangku kepentingan lainnya didukung dengan Sistem Informasi Manajemen Bank mampu menyediakan data & informasi untuk pengambilan keputusan manajemen.

I. Rencana Strategis Bank Rencana strategis bank yang dituangkan dalam

Rencana Bisnis Bank, menuntut komitmen yang kuat dari seluruh elemen organisasi Bank BNP, karena di dalamnya tercakup sasaran, kebijakan dan strategi serta goals yang akan dan harus dicapai perusahaan dalam jangka waktu pendek dan menengah.

Arah dan kebijakan strategis Perusahaan pada tahun 2011 yang telah dituangkan di dalam Rencana Bisnis Bank mencakup pemenuhan diantaranya :

• Menjadikan Bank BNP sebagai Bank Ritel yang berskala nasional sesuai dengan visi Bank BNP termasuk didalamnya perluasan jaringan kantor dan peningkatan kompetensi dan servis atas core business bank;

• Menjaga dan terus meningkatkan tingkat kesehatan Bank dan daya tahan terhadap gejolak perekonomian yang berimbas pada industri perbankan;

• Strategi yang fokus dalam menjalankan bisnis mikro dan kecil;

• Meningkatkan peran serta Bank BNP dalam bertindak sebagai Mitra Utama Dunia Usaha;

• Menyempurnakan dan selalu menerapkan prinsip-prinsip GCG di semua unit usaha serta mampu menjaga permodalan bank.

Pemantauan dan kontrol atas pelaksanaan rencana strategis yang tertuang dalam Rencana Bisnis Bank dilakukan secara berkala melalui rapat Direksi yang mengagendakan realisasi atas Rencana Bisnis Bank.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Sebagai sebuah sistem Bank BNP yang dibangun untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai tujuannya yang selaras bagi kepentingan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) seperti pemegang saham, pengurus dan karyawan, regulator dan masyarakat dan lain-lain, maka penerapan berbagai prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) seperti Keterbukaan (transparency), Akuntabilitias (accountability), Bertanggungjawab (responsibility), Independen (independency) dan Adil (fairness) menjadi landasan mendasar yang harus disusun dan dilaksanakan di lingkungan Bank BNP.

Penerapan prinsip GCG untuk mencapai tujuannya dilakukan dengan memperhatikan keseluruhan elemen struktural dan berbagai pelaksanaan kegiatan operasional dan usaha bank, yang antara lain meliputi A. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan

Komisaris1. Komposisi, Kriteria dan Independensi Dewan Komisaris

Setiap Komisaris diangkat setelah menjalani proses uji kelayakan dan kepatutan dari Bank Indonesia dan diangkat melalui keputusan suara pemegang saham dalam RUPS.

Komposisi Dewan Komisaris telah sesuai dengan ketentuan tenaga kerja asing yang menetapkan bahwa 50% atau lebih anggota Dewan Komisaris wajib berkewarganegaraan Indonesia. Kecuali Presiden Komisaris seluruh anggota Dewan Komisaris berdomisili di Indonesia.

Dalam hal Rangkap Jabatan, Anggota Dewan Komisaris tidak ada yang merangkap jabatan baik sebagai Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif pada Lembaga/ Perusahaan bukan Lembaga Keuangan Lain/ Bukan Bank atau sebagai Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif yang melaksanakan Fungsi Pengawasan pada Perusahaan Anak Bukan Bank yang dikendalikan oleh Bank.

Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau dengan pemegang saham mayoritas atau hubungan lainnya dengan Perseroan, yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam bertindak independen. Setiap Komisaris Independen mengetuai Komite-komite di bawah Dewan Komisaris.

Pada tahun 2011 telah terjadi perubahan susunan Dewan Komisaris, dimana berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan pada tanggal 27 Juni 2011, Presiden Komisaris yang semula dijabat oleh Junichi Yoroisaka, digantikan oleh Yasuo Uonomi, perubahan ini tidak mempengaruhi komposisi Dewan yang sudah ada pada akhir tahun 2011 yaitu 1 (satu) Presiden Komisaris, 1 (satu) Komisaris dan 3 (tiga) Komisaris Independen.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Sesuai dengan PBI No 8/4/PBI/2006 tanggal 30

Januari 2006, tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum dan perubahannya PBI No 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006, tentang kewajiban memastikan terselenggaranya pelaksanaan Good Corporate Governance, maka Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hari. Dewan Komisaris hanya melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan dan memberi masukan kepada Direksi untuk kepentingan Bank BNP.

Dewan Komisaris melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan melakukan rapat Dewan Komisaris, maupun rapat gabungan Dewan Komisaris dengan Direksi.

3. Pengawasan dan Rekomendasi Dewan KomisarisSepanjang tahun 2011, Dewan Komisaris telah melaksanakan 4 (empat) kali pertemuan/ rapat internal Dewan dan melakukan 7 (tujuh) kali pertemuan dengan Direksi melalui rapat gabungan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi sekaligus merupakan mekanisme/ model pengawasan atas kebijakan kepengurusan yang dilakukan Direksi, antara lain:• Menindaklanjuti dan membahas Laporan Hasil

Kinerja Bulanan/ triwulanan dari Direksi;• Membahas Rencana Bisnis Bank;• Membahas produk dan aktivitas Baru;• Persetujuan Pinjaman Subordinasi;• Dan lain-lain

Atas hasil pertemuan tersebut, bilamana dipandang perlu dibutuhkan persetujuan pemegang saham, maka

Dewan Komisaris akan mengajukannya/ merekomen-dasikan kepada Direksi untuk dimasukan dalam agenda RUPS berikutnya.

4. Komite-komite di bawah Dewan KomisarisDalam melaksanakan tugasnya Dewan Komisaris membawahi dan bertanggungjawab atas 3 (tiga) komite yang mendukung sistem pengawasan yang dilakukannya, yaitu: a. Komite Audit Ketua : Abdul Malik SugiartoAnggota : Pilipus AzarjahAnggota : Arifin S Haris AnggotaSelama tahun 2011 Komite Audit telah melaksanakan 13 kali rapat

b. Komite Pemantau Risiko :Ketua : Karel TanokAnggota : Arifin S HarisAnggota : Pilipus AzarjahSelama tahun 2011 Komite Pemantau Risiko telah melaksanakan 11 kali rapat

c. Komite Remunerasi dan NominasiKetua : Bachtiar AlamAnggota : Yasuo UonomiAnggota : Tatang HermawanAnggota : Karel TanokAnggota : Abdul Malik SugiartoAnggota : Kepala Divisi Sumber Daya ManusiaSelama tahun 2011 Komite Remunerasi dan Nominasi telah melaksanakan 10 kali rapat

Dimana seluruh hasil rapat yang memerlukan keputusan dari pemegang saham akan direkomendasikan untuk diagendakan dalam pelaksanaan RUPS dan terdokumentasikan dengan baik.

5. Efektifitas Rapat Dewan Komisaris Mekanisme pengambilan keputusan rapat

dilaksanakan berdasarkan musyawarah dan mufakat serta dituangkan dalam Risalah Rapat yang didistribusikan kepada seluruh anggota Dewan Komisaris untuk selanjutnya didokumentasikan dengan baik dan apabila terjadi perbedaan pendapat (dissenting opinions) dalam rapat Dewan Komisaris

akan dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasan perbedaan pendapat tersebut.

Hasil rapat Dewan Komisaris merupakan rekomendasi dan/atau nasihat yang dapat diimplementasikan oleh RUPS dan/atau Direksi.

Jumlah atau frekuensi rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris, maupun rapat gabungan keduanya pada tahun 2011 adalah sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

6. Transparansi, Hubungan Keuangan, Kepengurusan dan Keluarga serta Larangan Dewan Komisaris

Anggota Dewan Komisaris tidak diperkenankan untuk memanfaatkan bank baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang merugikan bank atau mengurangi keuntungan bank, tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari bank selain yang telah ditetapkan RUPS.

Pemberian bonus/tantiem kepada anggota Dewan Komisaris dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku dan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

B. Pelaksanaan Tugas dan Tanggungjawab Direksi1. Komposisi, Kriteria , dan Independensi Direksi.

Bank BNP memiliki 5 (lima) orang Direktur, sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan tanggal 27 Juni 2011, untuk masa kerja 2 (dua) tahun atau sampai dengan ditutupnya RUPS Tahunan untuk tahun buku yang berakhir tahun 2012 dan masing-masing dapat dipilih kembali.

Persyaratan dan ketentuan mengenai Direksi Perseroan tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengharuskan seorang calon Direktur wajib memenuhi persyaratan dan lolos seleksi uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi Direksi memiliki tugas dan tanggung-jawab atas

terselenggaranya kegiatan bisnis Bank BNP dengan baik sesuai dengan ketentuan yang mengaturnya dan memenuhi sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Bisnis Bank serta amanat yang dituangkan dalam RUPS, bertanggung-jawab dan keterlibatannya dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hari.

3. Rapat-Rapat Direksi Direksi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

tidak terlepas dari fungsi manajerial terhadap semua aspek organisasi yaitu dengan menyelenggarakan rapat-rapat Direksi baik secara berkala minimum 1 (satu) kali dalam satu bulan dimana rapat formal dilengkapi dengan notulen atau berita rapat, maupun melaksanakan rapat secara insidentil baik dengan seluruh anggota Direksi, Pejabat Eksekutif maupun dengan Dewan Komisaris.

Jumlah atau frekuensi rapat yang dilakukan oleh Direksi maupun rapat gabungan keduanya pada tahun 2011 adalah sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

4. Komite-Komite di Bawah Tanggungjawab DireksiDireksi dibantu oleh Komite-komite yang berada di bawah tanggung jawab Direksi yang mendukung peran serta tugas keseharian Direksi yaitu :• Komite Pemutus Kredit, dimana tugasnya meliputi

pemberian keputusan dalam pemberian kredit dan lain sebagainya yang diselenggarakan di Kantor Pusat, dimana anggotanya terdiri dari beberapa Direktur dan Kepala Divisi dengan ketuanya adalah Presiden Direktur.

• Komite Asset Liabilities Committee (ALCO), bertugas untuk mengelola kebijakan dan strategi dalam mengkoordinasikan sumber dana dan penggunaan dana secara efektif dan efisien untuk mencapai maksimalisasi profit dari spread bunga/ NIM, komite ini diketuai oleh Presiden Direktur;

• Komite Manajemen Risiko, bertugas untuk melakukan pengkajian atas kemungkinan-kemungkinan risiko yang mungkin timbul sebagai akibat analisa atau self assesment yang dilakukan sekaligus memberikan rekomendasi kepada Presiden Direktur dimana komite ini diketuai oleh Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko;

• Komite Produk dan Aktivitas Baru, bertugas melakukan persiapan dan pengkajian terhadap seluruh aktivitas dan rencana peluncuran produk dan jasa yang baru dimana anggota tetapnya terdiri dari Kepala Divisi Kepatuhan, Kepala Divisi Manajemen Risiko, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis dan Kepala Divisi IT, serta Kepala Divisi Terkait dan diketuai oleh Direktur Perencanaan & Keuangan.

• Komite Kepatuhan, bertugas melakukan analisa penerapan kepatuhan di seluruh bidang aktivitas Bank dan membahas peraturan-peraturan baru dari instansi berwenang termasuk Bank Indonesia dan memberikan rekomendasi kepada Presiden Direktur, Komite ini diketuai oleh Direktur Kepatu-han dan Manajemen Risiko.

• Komite Pengarah Teknologi Informasi (Information Technology Steering Committee), yang tugasnya memberikan rekomendasi kepada Direksi terkait dengan rencana strategis IT, Pengembangan dan evaluasi sistem IT yang digunakan dan yang akan digunakan kemudian dan lain-lain, diketuai oleh Direktur Operasional.

• Komite Kebijakan Perkreditan, yang memiliki fungsi memberikan masukan kepada Direksi dalam rangka penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) terutama yang berkaitan dengan perumusan prinsip-prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, mengawasi agar KPB dapat diterapkan dan

dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten, serta merumuskan pemecahan apabila terdapat hambatan/ kendala dalam penerapannya, melakukan pengkajian secara berkala serta memberikan saran kepada Direksi apabila diperlukan perubahan/ perbaikan terhadap KPB tersebut.

C. Penanganan Benturan Kepentingan Bank BNP telah memiliki kebijakan & prosedur

penanganan benturan kepentingan agar tidak merugikan dan mengurangi keuntungan Bank serta terdokumentasikan dengan baik untuk setiap keputusan yang dilengkapi dengan risalah rapat

D. Penerapan Fungsi Kepatuhan Dalam Rangka Peningkatan Budaya Kepatuhan.

Kerangka kerja pengelolaan budaya dan risiko kepatuhan Bank BNP mengacu pada “the three line of defense model” sebagai kerangka kerja pengelolaan pengendalian internal dimana lini pertahanan pertama (first line of defense) berada pada seluruh karyawan dari unit kerja yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan kegiatan operasional dan usaha bank dimana setiap pelaksanaan tugas tersebut senantiasa dilakukan dalam koridor kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku serta kebijakan, sistem dan prosedur yang telah ditetapkan.

Divisi Kepatuhan sebagai lini pertahanan kedua (second line of defense) memiliki kewajiban untuk menyiapkan dan memastikan tersedianya berbagai dukungan bagi pelaksanaan tugas dari lini pertama antara lain:

Menyusun kerangka kerja dan kebijakan Kepatuhan yang dapat dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh pihak dan meningkatkan kualitas pemahaman dan implementasi terhadap Ketentuan Kehati-Hatian (Prudential Banking), Ketentuan Kelembagaan dan Kepengurusan, Ketentuan Self Regulatory Banking (SRB), Ketentuan Pembiayaan, serta Ketentuan Lainnya dan juga secara simultan meningkatkan kualitas infrastruktur/ pendukung agar tujuan meningkatkan budaya kepatuhan dapat terwujud.

Sedangkan realisasi/ pelaksanaan atas kebijakan yang telah dirumuskan diimplementasikan dan dilakukan melalui unit kerja pendukung di level departemen yang terdiri :

a. Regulatory Compliance DepartmentMelakukan advise, sosialisasi dan edukasi peraturan eksternal dengan melaksanakan identifikasi dan pemantauan serta pelaporan risiko kepatuhan, demikian juga dengan memfokuskan area regulasi yang memiliki peran strategis meliputi :• Pelaksanaan prinsip kehati-hatian (Prudential

Banking) seperti BMPK, GWM, PDN, Transparansi Kondisi Keuangan Bank, serta Tranparansi & Informasi Produk Bank;

• Pemantauan atas transaksi yang memiliki risiko Kepatuhan tinggi;

• Pemantauan/ monitoring laporan-laporan wajib kepada pihak regulator & pihak eksternal lain sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Operational System & Procedure Department Menyediakan dan melakukan pengembangan atas sistem dan prosedur internal, antara lain meliputi: memberikan dukungan terhadap pelaksanaan Produk atau Aktivitas Baru (PAB), Implementasi PSAK 50/55, dan berbagai kebijakan operasional dan usaha bank lainnya serta melaksanakan sosialisasi terhadap berbagai ketentuan/ kebijakan internal baik merupakan revisi maupun yang baru.

c. Anti Money Laundering/ Combating the Financing Terrorism (AML/CFT) Department Sesuai dengan Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang No. 15/2002 jo UU 25/2003, maka Bank BNP sebagai bagian dari komunitas dunia turut aktif dalam memberantas kegiatan/ praktek-praktek pencucian uang yang marak terjadi.

Bank BNP melakukan upaya untuk terlebih dahulu mengenal nasabah sebelum melakukan hubungan hukum dengan Bank BNP melalui penerapan Know Your Customer (KYC).

Memastikan pelaksanaan pengkinian data/ dokumentasi nasabah berjalan dengan baik dan melakukan upaya untuk pengembangan aplikasi pendukung dan set up parameter (red flag) untuk menentukan Customer Due Diligence (CDD) dan

Enhance Due Diligence (EDD) sesuai PBI terbaru tentang AML/ CFT, disamping itu untuk meningkatkan daya saing dan kompetensi karyawan dilakukan pelatihan/ sosialisasi karyawan terhadap perubahan PBI terbaru (dari KYC/ AML menjadi AML/ CFT).

Seluruh kegiatan pemantauan program Anti Pencucian Uang yang dilaksanakan di Bank BNP dikoordinasikan dan dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan prosedur operasional yang telah disusun dan disetujui oleh Direksi.

d. Credit Policy & Procedure Department Memiliki tugas dan tanggung jawab memastikan,

meriview dan mengembangkan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) yang telah berlaku di Bank BNP termasuk memberikan dukungan pengembangan kebijakan kredit yang dikembangkan oleh unit terkait perkreditan, pengajuan Produk/Aktivitas Baru (PAB), sosialisasi pemahaman user terhadap prosedur dan regulasi perkreditan, memastikan pelaksanaan kredit telah sesuai dengan KPB serta mengkoordinasikan terselenggaranya Komite Kebijakan Perkreditan (KKP).

E. Penerapan Fungsi Audit InternPelaksanaan fungsi Audit intern Bank BNP dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), dimana :• SKAI bertanggung jawab secara langsung kepada

Presiden Direktur dan mempunyai akses langsung kepada Komite Audit yang menjamin agar SKAI dapat melaksanakan tugas secara independen dan memberikan konsultasi atas rencana proses pemeriksaan yang dilakukan. Secara teratur SKAI bertemu dengan Komite Audit dan Manajemen untuk memastikan bahwa tindak lanjut atas rekomendasi SKAI yang tertuang pada laporan hasil Pemeriksaan telah dilaksanakan dengan benar dan diselesaikan tepat pada waktunya.

• SKAI mengimplementasikan sebuah metoda pendekatan audit berdasarkan risiko (risk based audit), dimana kegiatan audit diprioritaskan menurut penilaian dari potensi eksposur terhadap risiko, termasuk delapan tipe risiko perbankan yang dirumuskan oleh Bank Indonesia.

• Dalam melaksanakan kegiatan auditnya, Satuan Kerja Audit Intern berpedoman pada Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB), yang merupakan

bagian dari Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tanggal 29 September 1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum dan juga praktik perbankan internasional yang terbaik, sehingga diharapkan kualitas audit dapat memenuhi atau bahkan melampaui standar praktik profesional.

F. Audit Ekstern / Akuntan Publik Akuntan Publik melakukan audit independen atas

Laporan Keuangan Bank BNP setiap tahunnya. Akuntan publik ditetapkan berdasarkan RUPS setelah direkomendasikan oleh Komite Audit. RUPS Tahunan pada tanggal 27 Juni 2011 menugaskan Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris untuk mencalonkan akuntan publik yang akan melakukan audit terhadap laporan keuangan Bank BNP untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011.

Berdasarkan Surat Rekomendasi dari Dewan Komisaris Nomor 036-KOM/2011 telah disetujui Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani (member of Grant Thornton International) untuk melakukan pemeriksaan umum Perseroan untuk Tahun Buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2011.

G. Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait dan Debitur Besar

Peraturan Bank Indonesia mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit untuk Bank Umum mengharuskan batas maksimum pemberian kredit untuk pihak yang terkait dengan bank tidak melebihi 10% dari modal, untuk pihak tidak terkait sebesar 20% dari modal (single debtor), dan untuk satu kelompok peminjam pihak tidak terkait sebesar 25% dari modal (group debtor). Per 31 Desember 2011, Bank BNP tidak terdapat pelanggaran maupun pelampauan pemberian kredit kepada pihak yang terkait dengan bank.

Bank BNP telah memiliki kebijakan tertulis yang up to date. Tidak terdapat pelanggaran ataupun pelampauan BMPK, diversifikasi penyediaan dana yang cukup merata serta pengambilan keputusan dalam penyediaan dana dilakukan secara independen.

H. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank

Bank BNP telah melakukan transparansi dalam menyampaikan informasi keuangan maupun non keuangannya kepada publik secara tepat waktu, lengkap, akurat, kini dan utuh, termasuk penyampaian laporan pelaksanaan GCG kepada shareholder dan pemangku kepentingan lainnya didukung dengan Sistem Informasi Manajemen Bank mampu menyediakan data & informasi untuk pengambilan keputusan manajemen.

I. Rencana Strategis Bank Rencana strategis bank yang dituangkan dalam

Rencana Bisnis Bank, menuntut komitmen yang kuat dari seluruh elemen organisasi Bank BNP, karena di dalamnya tercakup sasaran, kebijakan dan strategi serta goals yang akan dan harus dicapai perusahaan dalam jangka waktu pendek dan menengah.

Arah dan kebijakan strategis Perusahaan pada tahun 2011 yang telah dituangkan di dalam Rencana Bisnis Bank mencakup pemenuhan diantaranya :

• Menjadikan Bank BNP sebagai Bank Ritel yang berskala nasional sesuai dengan visi Bank BNP termasuk didalamnya perluasan jaringan kantor dan peningkatan kompetensi dan servis atas core business bank;

• Menjaga dan terus meningkatkan tingkat kesehatan Bank dan daya tahan terhadap gejolak perekonomian yang berimbas pada industri perbankan;

• Strategi yang fokus dalam menjalankan bisnis mikro dan kecil;

• Meningkatkan peran serta Bank BNP dalam bertindak sebagai Mitra Utama Dunia Usaha;

• Menyempurnakan dan selalu menerapkan prinsip-prinsip GCG di semua unit usaha serta mampu menjaga permodalan bank.

Pemantauan dan kontrol atas pelaksanaan rencana strategis yang tertuang dalam Rencana Bisnis Bank dilakukan secara berkala melalui rapat Direksi yang mengagendakan realisasi atas Rencana Bisnis Bank.

Notes: Junichi Yoroisaka efektif digantikan pada akhir Juni 2011 Yasuo Uonomi efektif bertugas sejak Juni 2011

Anggota Rapat Dewan Komisaris

Rapat Direksi dan Komisaris

Jumlah Rapat Tahun 2011

Junichi Yoroisaka *)

Yasuo Uonomi *)

Tatang Hermawan

Karel Tanok

Abdul Malik Sugiarto

Bachtiar Alam

4

2/4

0/4

0/4

4/4

4/4

4/4

7

1/7

4/7

1/7

7/7

7/7

5/7

Anggota Rapat Dewan Direksi

Rapat Direksi dan Komisaris

Jumlah Rapat Tahun 2011

Ritsuo Ando

Budi Tjahja Halim

Koji Sawada

Markus Sugiono

Afandi

12

12/12

11/12

11/12

12/12

12/12

7

4/7

4/7

7/7

4/7

4/7

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Sebagai sebuah sistem Bank BNP yang dibangun untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai tujuannya yang selaras bagi kepentingan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) seperti pemegang saham, pengurus dan karyawan, regulator dan masyarakat dan lain-lain, maka penerapan berbagai prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) seperti Keterbukaan (transparency), Akuntabilitias (accountability), Bertanggungjawab (responsibility), Independen (independency) dan Adil (fairness) menjadi landasan mendasar yang harus disusun dan dilaksanakan di lingkungan Bank BNP.

Penerapan prinsip GCG untuk mencapai tujuannya dilakukan dengan memperhatikan keseluruhan elemen struktural dan berbagai pelaksanaan kegiatan operasional dan usaha bank, yang antara lain meliputi A. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan

Komisaris1. Komposisi, Kriteria dan Independensi Dewan Komisaris

Setiap Komisaris diangkat setelah menjalani proses uji kelayakan dan kepatutan dari Bank Indonesia dan diangkat melalui keputusan suara pemegang saham dalam RUPS.

Komposisi Dewan Komisaris telah sesuai dengan ketentuan tenaga kerja asing yang menetapkan bahwa 50% atau lebih anggota Dewan Komisaris wajib berkewarganegaraan Indonesia. Kecuali Presiden Komisaris seluruh anggota Dewan Komisaris berdomisili di Indonesia.

Dalam hal Rangkap Jabatan, Anggota Dewan Komisaris tidak ada yang merangkap jabatan baik sebagai Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif pada Lembaga/ Perusahaan bukan Lembaga Keuangan Lain/ Bukan Bank atau sebagai Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif yang melaksanakan Fungsi Pengawasan pada Perusahaan Anak Bukan Bank yang dikendalikan oleh Bank.

Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau dengan pemegang saham mayoritas atau hubungan lainnya dengan Perseroan, yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam bertindak independen. Setiap Komisaris Independen mengetuai Komite-komite di bawah Dewan Komisaris.

Pada tahun 2011 telah terjadi perubahan susunan Dewan Komisaris, dimana berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan pada tanggal 27 Juni 2011, Presiden Komisaris yang semula dijabat oleh Junichi Yoroisaka, digantikan oleh Yasuo Uonomi, perubahan ini tidak mempengaruhi komposisi Dewan yang sudah ada pada akhir tahun 2011 yaitu 1 (satu) Presiden Komisaris, 1 (satu) Komisaris dan 3 (tiga) Komisaris Independen.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Sesuai dengan PBI No 8/4/PBI/2006 tanggal 30

Januari 2006, tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum dan perubahannya PBI No 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006, tentang kewajiban memastikan terselenggaranya pelaksanaan Good Corporate Governance, maka Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hari. Dewan Komisaris hanya melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan dan memberi masukan kepada Direksi untuk kepentingan Bank BNP.

Dewan Komisaris melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan melakukan rapat Dewan Komisaris, maupun rapat gabungan Dewan Komisaris dengan Direksi.

3. Pengawasan dan Rekomendasi Dewan KomisarisSepanjang tahun 2011, Dewan Komisaris telah melaksanakan 4 (empat) kali pertemuan/ rapat internal Dewan dan melakukan 7 (tujuh) kali pertemuan dengan Direksi melalui rapat gabungan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi sekaligus merupakan mekanisme/ model pengawasan atas kebijakan kepengurusan yang dilakukan Direksi, antara lain:• Menindaklanjuti dan membahas Laporan Hasil

Kinerja Bulanan/ triwulanan dari Direksi;• Membahas Rencana Bisnis Bank;• Membahas produk dan aktivitas Baru;• Persetujuan Pinjaman Subordinasi;• Dan lain-lain

Atas hasil pertemuan tersebut, bilamana dipandang perlu dibutuhkan persetujuan pemegang saham, maka

Dewan Komisaris akan mengajukannya/ merekomen-dasikan kepada Direksi untuk dimasukan dalam agenda RUPS berikutnya.

4. Komite-komite di bawah Dewan KomisarisDalam melaksanakan tugasnya Dewan Komisaris membawahi dan bertanggungjawab atas 3 (tiga) komite yang mendukung sistem pengawasan yang dilakukannya, yaitu: a. Komite Audit Ketua : Abdul Malik SugiartoAnggota : Pilipus AzarjahAnggota : Arifin S Haris AnggotaSelama tahun 2011 Komite Audit telah melaksanakan 13 kali rapat

b. Komite Pemantau Risiko :Ketua : Karel TanokAnggota : Arifin S HarisAnggota : Pilipus AzarjahSelama tahun 2011 Komite Pemantau Risiko telah melaksanakan 11 kali rapat

c. Komite Remunerasi dan NominasiKetua : Bachtiar AlamAnggota : Yasuo UonomiAnggota : Tatang HermawanAnggota : Karel TanokAnggota : Abdul Malik SugiartoAnggota : Kepala Divisi Sumber Daya ManusiaSelama tahun 2011 Komite Remunerasi dan Nominasi telah melaksanakan 10 kali rapat

Dimana seluruh hasil rapat yang memerlukan keputusan dari pemegang saham akan direkomendasikan untuk diagendakan dalam pelaksanaan RUPS dan terdokumentasikan dengan baik.

5. Efektifitas Rapat Dewan Komisaris Mekanisme pengambilan keputusan rapat

dilaksanakan berdasarkan musyawarah dan mufakat serta dituangkan dalam Risalah Rapat yang didistribusikan kepada seluruh anggota Dewan Komisaris untuk selanjutnya didokumentasikan dengan baik dan apabila terjadi perbedaan pendapat (dissenting opinions) dalam rapat Dewan Komisaris

akan dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasan perbedaan pendapat tersebut.

Hasil rapat Dewan Komisaris merupakan rekomendasi dan/atau nasihat yang dapat diimplementasikan oleh RUPS dan/atau Direksi.

Jumlah atau frekuensi rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris, maupun rapat gabungan keduanya pada tahun 2011 adalah sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

6. Transparansi, Hubungan Keuangan, Kepengurusan dan Keluarga serta Larangan Dewan Komisaris

Anggota Dewan Komisaris tidak diperkenankan untuk memanfaatkan bank baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang merugikan bank atau mengurangi keuntungan bank, tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari bank selain yang telah ditetapkan RUPS.

Pemberian bonus/tantiem kepada anggota Dewan Komisaris dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku dan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

B. Pelaksanaan Tugas dan Tanggungjawab Direksi1. Komposisi, Kriteria , dan Independensi Direksi.

Bank BNP memiliki 5 (lima) orang Direktur, sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan tanggal 27 Juni 2011, untuk masa kerja 2 (dua) tahun atau sampai dengan ditutupnya RUPS Tahunan untuk tahun buku yang berakhir tahun 2012 dan masing-masing dapat dipilih kembali.

Persyaratan dan ketentuan mengenai Direksi Perseroan tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengharuskan seorang calon Direktur wajib memenuhi persyaratan dan lolos seleksi uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi Direksi memiliki tugas dan tanggung-jawab atas

terselenggaranya kegiatan bisnis Bank BNP dengan baik sesuai dengan ketentuan yang mengaturnya dan memenuhi sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Bisnis Bank serta amanat yang dituangkan dalam RUPS, bertanggung-jawab dan keterlibatannya dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hari.

3. Rapat-Rapat Direksi Direksi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

tidak terlepas dari fungsi manajerial terhadap semua aspek organisasi yaitu dengan menyelenggarakan rapat-rapat Direksi baik secara berkala minimum 1 (satu) kali dalam satu bulan dimana rapat formal dilengkapi dengan notulen atau berita rapat, maupun melaksanakan rapat secara insidentil baik dengan seluruh anggota Direksi, Pejabat Eksekutif maupun dengan Dewan Komisaris.

Jumlah atau frekuensi rapat yang dilakukan oleh Direksi maupun rapat gabungan keduanya pada tahun 2011 adalah sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

4. Komite-Komite di Bawah Tanggungjawab DireksiDireksi dibantu oleh Komite-komite yang berada di bawah tanggung jawab Direksi yang mendukung peran serta tugas keseharian Direksi yaitu :• Komite Pemutus Kredit, dimana tugasnya meliputi

pemberian keputusan dalam pemberian kredit dan lain sebagainya yang diselenggarakan di Kantor Pusat, dimana anggotanya terdiri dari beberapa Direktur dan Kepala Divisi dengan ketuanya adalah Presiden Direktur.

• Komite Asset Liabilities Committee (ALCO), bertugas untuk mengelola kebijakan dan strategi dalam mengkoordinasikan sumber dana dan penggunaan dana secara efektif dan efisien untuk mencapai maksimalisasi profit dari spread bunga/ NIM, komite ini diketuai oleh Presiden Direktur;

• Komite Manajemen Risiko, bertugas untuk melakukan pengkajian atas kemungkinan-kemungkinan risiko yang mungkin timbul sebagai akibat analisa atau self assesment yang dilakukan sekaligus memberikan rekomendasi kepada Presiden Direktur dimana komite ini diketuai oleh Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko;

• Komite Produk dan Aktivitas Baru, bertugas melakukan persiapan dan pengkajian terhadap seluruh aktivitas dan rencana peluncuran produk dan jasa yang baru dimana anggota tetapnya terdiri dari Kepala Divisi Kepatuhan, Kepala Divisi Manajemen Risiko, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis dan Kepala Divisi IT, serta Kepala Divisi Terkait dan diketuai oleh Direktur Perencanaan & Keuangan.

• Komite Kepatuhan, bertugas melakukan analisa penerapan kepatuhan di seluruh bidang aktivitas Bank dan membahas peraturan-peraturan baru dari instansi berwenang termasuk Bank Indonesia dan memberikan rekomendasi kepada Presiden Direktur, Komite ini diketuai oleh Direktur Kepatu-han dan Manajemen Risiko.

• Komite Pengarah Teknologi Informasi (Information Technology Steering Committee), yang tugasnya memberikan rekomendasi kepada Direksi terkait dengan rencana strategis IT, Pengembangan dan evaluasi sistem IT yang digunakan dan yang akan digunakan kemudian dan lain-lain, diketuai oleh Direktur Operasional.

• Komite Kebijakan Perkreditan, yang memiliki fungsi memberikan masukan kepada Direksi dalam rangka penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) terutama yang berkaitan dengan perumusan prinsip-prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, mengawasi agar KPB dapat diterapkan dan

dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten, serta merumuskan pemecahan apabila terdapat hambatan/ kendala dalam penerapannya, melakukan pengkajian secara berkala serta memberikan saran kepada Direksi apabila diperlukan perubahan/ perbaikan terhadap KPB tersebut.

C. Penanganan Benturan Kepentingan Bank BNP telah memiliki kebijakan & prosedur

penanganan benturan kepentingan agar tidak merugikan dan mengurangi keuntungan Bank serta terdokumentasikan dengan baik untuk setiap keputusan yang dilengkapi dengan risalah rapat

D. Penerapan Fungsi Kepatuhan Dalam Rangka Peningkatan Budaya Kepatuhan.

Kerangka kerja pengelolaan budaya dan risiko kepatuhan Bank BNP mengacu pada “the three line of defense model” sebagai kerangka kerja pengelolaan pengendalian internal dimana lini pertahanan pertama (first line of defense) berada pada seluruh karyawan dari unit kerja yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan kegiatan operasional dan usaha bank dimana setiap pelaksanaan tugas tersebut senantiasa dilakukan dalam koridor kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku serta kebijakan, sistem dan prosedur yang telah ditetapkan.

Divisi Kepatuhan sebagai lini pertahanan kedua (second line of defense) memiliki kewajiban untuk menyiapkan dan memastikan tersedianya berbagai dukungan bagi pelaksanaan tugas dari lini pertama antara lain:

Menyusun kerangka kerja dan kebijakan Kepatuhan yang dapat dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh pihak dan meningkatkan kualitas pemahaman dan implementasi terhadap Ketentuan Kehati-Hatian (Prudential Banking), Ketentuan Kelembagaan dan Kepengurusan, Ketentuan Self Regulatory Banking (SRB), Ketentuan Pembiayaan, serta Ketentuan Lainnya dan juga secara simultan meningkatkan kualitas infrastruktur/ pendukung agar tujuan meningkatkan budaya kepatuhan dapat terwujud.

Sedangkan realisasi/ pelaksanaan atas kebijakan yang telah dirumuskan diimplementasikan dan dilakukan melalui unit kerja pendukung di level departemen yang terdiri :

a. Regulatory Compliance DepartmentMelakukan advise, sosialisasi dan edukasi peraturan eksternal dengan melaksanakan identifikasi dan pemantauan serta pelaporan risiko kepatuhan, demikian juga dengan memfokuskan area regulasi yang memiliki peran strategis meliputi :• Pelaksanaan prinsip kehati-hatian (Prudential

Banking) seperti BMPK, GWM, PDN, Transparansi Kondisi Keuangan Bank, serta Tranparansi & Informasi Produk Bank;

• Pemantauan atas transaksi yang memiliki risiko Kepatuhan tinggi;

• Pemantauan/ monitoring laporan-laporan wajib kepada pihak regulator & pihak eksternal lain sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Operational System & Procedure Department Menyediakan dan melakukan pengembangan atas sistem dan prosedur internal, antara lain meliputi: memberikan dukungan terhadap pelaksanaan Produk atau Aktivitas Baru (PAB), Implementasi PSAK 50/55, dan berbagai kebijakan operasional dan usaha bank lainnya serta melaksanakan sosialisasi terhadap berbagai ketentuan/ kebijakan internal baik merupakan revisi maupun yang baru.

c. Anti Money Laundering/ Combating the Financing Terrorism (AML/CFT) Department Sesuai dengan Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang No. 15/2002 jo UU 25/2003, maka Bank BNP sebagai bagian dari komunitas dunia turut aktif dalam memberantas kegiatan/ praktek-praktek pencucian uang yang marak terjadi.

Bank BNP melakukan upaya untuk terlebih dahulu mengenal nasabah sebelum melakukan hubungan hukum dengan Bank BNP melalui penerapan Know Your Customer (KYC).

Memastikan pelaksanaan pengkinian data/ dokumentasi nasabah berjalan dengan baik dan melakukan upaya untuk pengembangan aplikasi pendukung dan set up parameter (red flag) untuk menentukan Customer Due Diligence (CDD) dan

Enhance Due Diligence (EDD) sesuai PBI terbaru tentang AML/ CFT, disamping itu untuk meningkatkan daya saing dan kompetensi karyawan dilakukan pelatihan/ sosialisasi karyawan terhadap perubahan PBI terbaru (dari KYC/ AML menjadi AML/ CFT).

Seluruh kegiatan pemantauan program Anti Pencucian Uang yang dilaksanakan di Bank BNP dikoordinasikan dan dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan prosedur operasional yang telah disusun dan disetujui oleh Direksi.

d. Credit Policy & Procedure Department Memiliki tugas dan tanggung jawab memastikan,

meriview dan mengembangkan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) yang telah berlaku di Bank BNP termasuk memberikan dukungan pengembangan kebijakan kredit yang dikembangkan oleh unit terkait perkreditan, pengajuan Produk/Aktivitas Baru (PAB), sosialisasi pemahaman user terhadap prosedur dan regulasi perkreditan, memastikan pelaksanaan kredit telah sesuai dengan KPB serta mengkoordinasikan terselenggaranya Komite Kebijakan Perkreditan (KKP).

E. Penerapan Fungsi Audit InternPelaksanaan fungsi Audit intern Bank BNP dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), dimana :• SKAI bertanggung jawab secara langsung kepada

Presiden Direktur dan mempunyai akses langsung kepada Komite Audit yang menjamin agar SKAI dapat melaksanakan tugas secara independen dan memberikan konsultasi atas rencana proses pemeriksaan yang dilakukan. Secara teratur SKAI bertemu dengan Komite Audit dan Manajemen untuk memastikan bahwa tindak lanjut atas rekomendasi SKAI yang tertuang pada laporan hasil Pemeriksaan telah dilaksanakan dengan benar dan diselesaikan tepat pada waktunya.

• SKAI mengimplementasikan sebuah metoda pendekatan audit berdasarkan risiko (risk based audit), dimana kegiatan audit diprioritaskan menurut penilaian dari potensi eksposur terhadap risiko, termasuk delapan tipe risiko perbankan yang dirumuskan oleh Bank Indonesia.

• Dalam melaksanakan kegiatan auditnya, Satuan Kerja Audit Intern berpedoman pada Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB), yang merupakan

bagian dari Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tanggal 29 September 1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum dan juga praktik perbankan internasional yang terbaik, sehingga diharapkan kualitas audit dapat memenuhi atau bahkan melampaui standar praktik profesional.

F. Audit Ekstern / Akuntan Publik Akuntan Publik melakukan audit independen atas

Laporan Keuangan Bank BNP setiap tahunnya. Akuntan publik ditetapkan berdasarkan RUPS setelah direkomendasikan oleh Komite Audit. RUPS Tahunan pada tanggal 27 Juni 2011 menugaskan Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris untuk mencalonkan akuntan publik yang akan melakukan audit terhadap laporan keuangan Bank BNP untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011.

Berdasarkan Surat Rekomendasi dari Dewan Komisaris Nomor 036-KOM/2011 telah disetujui Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani (member of Grant Thornton International) untuk melakukan pemeriksaan umum Perseroan untuk Tahun Buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2011.

G. Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait dan Debitur Besar

Peraturan Bank Indonesia mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit untuk Bank Umum mengharuskan batas maksimum pemberian kredit untuk pihak yang terkait dengan bank tidak melebihi 10% dari modal, untuk pihak tidak terkait sebesar 20% dari modal (single debtor), dan untuk satu kelompok peminjam pihak tidak terkait sebesar 25% dari modal (group debtor). Per 31 Desember 2011, Bank BNP tidak terdapat pelanggaran maupun pelampauan pemberian kredit kepada pihak yang terkait dengan bank.

Bank BNP telah memiliki kebijakan tertulis yang up to date. Tidak terdapat pelanggaran ataupun pelampauan BMPK, diversifikasi penyediaan dana yang cukup merata serta pengambilan keputusan dalam penyediaan dana dilakukan secara independen.

H. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank

Bank BNP telah melakukan transparansi dalam menyampaikan informasi keuangan maupun non keuangannya kepada publik secara tepat waktu, lengkap, akurat, kini dan utuh, termasuk penyampaian laporan pelaksanaan GCG kepada shareholder dan pemangku kepentingan lainnya didukung dengan Sistem Informasi Manajemen Bank mampu menyediakan data & informasi untuk pengambilan keputusan manajemen.

I. Rencana Strategis Bank Rencana strategis bank yang dituangkan dalam

Rencana Bisnis Bank, menuntut komitmen yang kuat dari seluruh elemen organisasi Bank BNP, karena di dalamnya tercakup sasaran, kebijakan dan strategi serta goals yang akan dan harus dicapai perusahaan dalam jangka waktu pendek dan menengah.

Arah dan kebijakan strategis Perusahaan pada tahun 2011 yang telah dituangkan di dalam Rencana Bisnis Bank mencakup pemenuhan diantaranya :

• Menjadikan Bank BNP sebagai Bank Ritel yang berskala nasional sesuai dengan visi Bank BNP termasuk didalamnya perluasan jaringan kantor dan peningkatan kompetensi dan servis atas core business bank;

• Menjaga dan terus meningkatkan tingkat kesehatan Bank dan daya tahan terhadap gejolak perekonomian yang berimbas pada industri perbankan;

• Strategi yang fokus dalam menjalankan bisnis mikro dan kecil;

• Meningkatkan peran serta Bank BNP dalam bertindak sebagai Mitra Utama Dunia Usaha;

• Menyempurnakan dan selalu menerapkan prinsip-prinsip GCG di semua unit usaha serta mampu menjaga permodalan bank.

Pemantauan dan kontrol atas pelaksanaan rencana strategis yang tertuang dalam Rencana Bisnis Bank dilakukan secara berkala melalui rapat Direksi yang mengagendakan realisasi atas Rencana Bisnis Bank.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Sebagai sebuah sistem Bank BNP yang dibangun untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai tujuannya yang selaras bagi kepentingan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) seperti pemegang saham, pengurus dan karyawan, regulator dan masyarakat dan lain-lain, maka penerapan berbagai prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) seperti Keterbukaan (transparency), Akuntabilitias (accountability), Bertanggungjawab (responsibility), Independen (independency) dan Adil (fairness) menjadi landasan mendasar yang harus disusun dan dilaksanakan di lingkungan Bank BNP.

Penerapan prinsip GCG untuk mencapai tujuannya dilakukan dengan memperhatikan keseluruhan elemen struktural dan berbagai pelaksanaan kegiatan operasional dan usaha bank, yang antara lain meliputi A. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan

Komisaris1. Komposisi, Kriteria dan Independensi Dewan Komisaris

Setiap Komisaris diangkat setelah menjalani proses uji kelayakan dan kepatutan dari Bank Indonesia dan diangkat melalui keputusan suara pemegang saham dalam RUPS.

Komposisi Dewan Komisaris telah sesuai dengan ketentuan tenaga kerja asing yang menetapkan bahwa 50% atau lebih anggota Dewan Komisaris wajib berkewarganegaraan Indonesia. Kecuali Presiden Komisaris seluruh anggota Dewan Komisaris berdomisili di Indonesia.

Dalam hal Rangkap Jabatan, Anggota Dewan Komisaris tidak ada yang merangkap jabatan baik sebagai Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif pada Lembaga/ Perusahaan bukan Lembaga Keuangan Lain/ Bukan Bank atau sebagai Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif yang melaksanakan Fungsi Pengawasan pada Perusahaan Anak Bukan Bank yang dikendalikan oleh Bank.

Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau dengan pemegang saham mayoritas atau hubungan lainnya dengan Perseroan, yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam bertindak independen. Setiap Komisaris Independen mengetuai Komite-komite di bawah Dewan Komisaris.

Pada tahun 2011 telah terjadi perubahan susunan Dewan Komisaris, dimana berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan pada tanggal 27 Juni 2011, Presiden Komisaris yang semula dijabat oleh Junichi Yoroisaka, digantikan oleh Yasuo Uonomi, perubahan ini tidak mempengaruhi komposisi Dewan yang sudah ada pada akhir tahun 2011 yaitu 1 (satu) Presiden Komisaris, 1 (satu) Komisaris dan 3 (tiga) Komisaris Independen.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Sesuai dengan PBI No 8/4/PBI/2006 tanggal 30

Januari 2006, tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum dan perubahannya PBI No 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006, tentang kewajiban memastikan terselenggaranya pelaksanaan Good Corporate Governance, maka Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hari. Dewan Komisaris hanya melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan dan memberi masukan kepada Direksi untuk kepentingan Bank BNP.

Dewan Komisaris melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan melakukan rapat Dewan Komisaris, maupun rapat gabungan Dewan Komisaris dengan Direksi.

3. Pengawasan dan Rekomendasi Dewan KomisarisSepanjang tahun 2011, Dewan Komisaris telah melaksanakan 4 (empat) kali pertemuan/ rapat internal Dewan dan melakukan 7 (tujuh) kali pertemuan dengan Direksi melalui rapat gabungan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi sekaligus merupakan mekanisme/ model pengawasan atas kebijakan kepengurusan yang dilakukan Direksi, antara lain:• Menindaklanjuti dan membahas Laporan Hasil

Kinerja Bulanan/ triwulanan dari Direksi;• Membahas Rencana Bisnis Bank;• Membahas produk dan aktivitas Baru;• Persetujuan Pinjaman Subordinasi;• Dan lain-lain

Atas hasil pertemuan tersebut, bilamana dipandang perlu dibutuhkan persetujuan pemegang saham, maka

Dewan Komisaris akan mengajukannya/ merekomen-dasikan kepada Direksi untuk dimasukan dalam agenda RUPS berikutnya.

4. Komite-komite di bawah Dewan KomisarisDalam melaksanakan tugasnya Dewan Komisaris membawahi dan bertanggungjawab atas 3 (tiga) komite yang mendukung sistem pengawasan yang dilakukannya, yaitu: a. Komite Audit Ketua : Abdul Malik SugiartoAnggota : Pilipus AzarjahAnggota : Arifin S Haris AnggotaSelama tahun 2011 Komite Audit telah melaksanakan 13 kali rapat

b. Komite Pemantau Risiko :Ketua : Karel TanokAnggota : Arifin S HarisAnggota : Pilipus AzarjahSelama tahun 2011 Komite Pemantau Risiko telah melaksanakan 11 kali rapat

c. Komite Remunerasi dan NominasiKetua : Bachtiar AlamAnggota : Yasuo UonomiAnggota : Tatang HermawanAnggota : Karel TanokAnggota : Abdul Malik SugiartoAnggota : Kepala Divisi Sumber Daya ManusiaSelama tahun 2011 Komite Remunerasi dan Nominasi telah melaksanakan 10 kali rapat

Dimana seluruh hasil rapat yang memerlukan keputusan dari pemegang saham akan direkomendasikan untuk diagendakan dalam pelaksanaan RUPS dan terdokumentasikan dengan baik.

5. Efektifitas Rapat Dewan Komisaris Mekanisme pengambilan keputusan rapat

dilaksanakan berdasarkan musyawarah dan mufakat serta dituangkan dalam Risalah Rapat yang didistribusikan kepada seluruh anggota Dewan Komisaris untuk selanjutnya didokumentasikan dengan baik dan apabila terjadi perbedaan pendapat (dissenting opinions) dalam rapat Dewan Komisaris

akan dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasan perbedaan pendapat tersebut.

Hasil rapat Dewan Komisaris merupakan rekomendasi dan/atau nasihat yang dapat diimplementasikan oleh RUPS dan/atau Direksi.

Jumlah atau frekuensi rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris, maupun rapat gabungan keduanya pada tahun 2011 adalah sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

6. Transparansi, Hubungan Keuangan, Kepengurusan dan Keluarga serta Larangan Dewan Komisaris

Anggota Dewan Komisaris tidak diperkenankan untuk memanfaatkan bank baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang merugikan bank atau mengurangi keuntungan bank, tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari bank selain yang telah ditetapkan RUPS.

Pemberian bonus/tantiem kepada anggota Dewan Komisaris dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku dan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

B. Pelaksanaan Tugas dan Tanggungjawab Direksi1. Komposisi, Kriteria , dan Independensi Direksi.

Bank BNP memiliki 5 (lima) orang Direktur, sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan tanggal 27 Juni 2011, untuk masa kerja 2 (dua) tahun atau sampai dengan ditutupnya RUPS Tahunan untuk tahun buku yang berakhir tahun 2012 dan masing-masing dapat dipilih kembali.

Persyaratan dan ketentuan mengenai Direksi Perseroan tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengharuskan seorang calon Direktur wajib memenuhi persyaratan dan lolos seleksi uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi Direksi memiliki tugas dan tanggung-jawab atas

terselenggaranya kegiatan bisnis Bank BNP dengan baik sesuai dengan ketentuan yang mengaturnya dan memenuhi sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Bisnis Bank serta amanat yang dituangkan dalam RUPS, bertanggung-jawab dan keterlibatannya dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hari.

3. Rapat-Rapat Direksi Direksi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

tidak terlepas dari fungsi manajerial terhadap semua aspek organisasi yaitu dengan menyelenggarakan rapat-rapat Direksi baik secara berkala minimum 1 (satu) kali dalam satu bulan dimana rapat formal dilengkapi dengan notulen atau berita rapat, maupun melaksanakan rapat secara insidentil baik dengan seluruh anggota Direksi, Pejabat Eksekutif maupun dengan Dewan Komisaris.

Jumlah atau frekuensi rapat yang dilakukan oleh Direksi maupun rapat gabungan keduanya pada tahun 2011 adalah sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

4. Komite-Komite di Bawah Tanggungjawab DireksiDireksi dibantu oleh Komite-komite yang berada di bawah tanggung jawab Direksi yang mendukung peran serta tugas keseharian Direksi yaitu :• Komite Pemutus Kredit, dimana tugasnya meliputi

pemberian keputusan dalam pemberian kredit dan lain sebagainya yang diselenggarakan di Kantor Pusat, dimana anggotanya terdiri dari beberapa Direktur dan Kepala Divisi dengan ketuanya adalah Presiden Direktur.

• Komite Asset Liabilities Committee (ALCO), bertugas untuk mengelola kebijakan dan strategi dalam mengkoordinasikan sumber dana dan penggunaan dana secara efektif dan efisien untuk mencapai maksimalisasi profit dari spread bunga/ NIM, komite ini diketuai oleh Presiden Direktur;

• Komite Manajemen Risiko, bertugas untuk melakukan pengkajian atas kemungkinan-kemungkinan risiko yang mungkin timbul sebagai akibat analisa atau self assesment yang dilakukan sekaligus memberikan rekomendasi kepada Presiden Direktur dimana komite ini diketuai oleh Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko;

• Komite Produk dan Aktivitas Baru, bertugas melakukan persiapan dan pengkajian terhadap seluruh aktivitas dan rencana peluncuran produk dan jasa yang baru dimana anggota tetapnya terdiri dari Kepala Divisi Kepatuhan, Kepala Divisi Manajemen Risiko, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis dan Kepala Divisi IT, serta Kepala Divisi Terkait dan diketuai oleh Direktur Perencanaan & Keuangan.

• Komite Kepatuhan, bertugas melakukan analisa penerapan kepatuhan di seluruh bidang aktivitas Bank dan membahas peraturan-peraturan baru dari instansi berwenang termasuk Bank Indonesia dan memberikan rekomendasi kepada Presiden Direktur, Komite ini diketuai oleh Direktur Kepatu-han dan Manajemen Risiko.

• Komite Pengarah Teknologi Informasi (Information Technology Steering Committee), yang tugasnya memberikan rekomendasi kepada Direksi terkait dengan rencana strategis IT, Pengembangan dan evaluasi sistem IT yang digunakan dan yang akan digunakan kemudian dan lain-lain, diketuai oleh Direktur Operasional.

• Komite Kebijakan Perkreditan, yang memiliki fungsi memberikan masukan kepada Direksi dalam rangka penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) terutama yang berkaitan dengan perumusan prinsip-prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, mengawasi agar KPB dapat diterapkan dan

dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten, serta merumuskan pemecahan apabila terdapat hambatan/ kendala dalam penerapannya, melakukan pengkajian secara berkala serta memberikan saran kepada Direksi apabila diperlukan perubahan/ perbaikan terhadap KPB tersebut.

C. Penanganan Benturan Kepentingan Bank BNP telah memiliki kebijakan & prosedur

penanganan benturan kepentingan agar tidak merugikan dan mengurangi keuntungan Bank serta terdokumentasikan dengan baik untuk setiap keputusan yang dilengkapi dengan risalah rapat

D. Penerapan Fungsi Kepatuhan Dalam Rangka Peningkatan Budaya Kepatuhan.

Kerangka kerja pengelolaan budaya dan risiko kepatuhan Bank BNP mengacu pada “the three line of defense model” sebagai kerangka kerja pengelolaan pengendalian internal dimana lini pertahanan pertama (first line of defense) berada pada seluruh karyawan dari unit kerja yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan kegiatan operasional dan usaha bank dimana setiap pelaksanaan tugas tersebut senantiasa dilakukan dalam koridor kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku serta kebijakan, sistem dan prosedur yang telah ditetapkan.

Divisi Kepatuhan sebagai lini pertahanan kedua (second line of defense) memiliki kewajiban untuk menyiapkan dan memastikan tersedianya berbagai dukungan bagi pelaksanaan tugas dari lini pertama antara lain:

Menyusun kerangka kerja dan kebijakan Kepatuhan yang dapat dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh pihak dan meningkatkan kualitas pemahaman dan implementasi terhadap Ketentuan Kehati-Hatian (Prudential Banking), Ketentuan Kelembagaan dan Kepengurusan, Ketentuan Self Regulatory Banking (SRB), Ketentuan Pembiayaan, serta Ketentuan Lainnya dan juga secara simultan meningkatkan kualitas infrastruktur/ pendukung agar tujuan meningkatkan budaya kepatuhan dapat terwujud.

Sedangkan realisasi/ pelaksanaan atas kebijakan yang telah dirumuskan diimplementasikan dan dilakukan melalui unit kerja pendukung di level departemen yang terdiri :

a. Regulatory Compliance DepartmentMelakukan advise, sosialisasi dan edukasi peraturan eksternal dengan melaksanakan identifikasi dan pemantauan serta pelaporan risiko kepatuhan, demikian juga dengan memfokuskan area regulasi yang memiliki peran strategis meliputi :• Pelaksanaan prinsip kehati-hatian (Prudential

Banking) seperti BMPK, GWM, PDN, Transparansi Kondisi Keuangan Bank, serta Tranparansi & Informasi Produk Bank;

• Pemantauan atas transaksi yang memiliki risiko Kepatuhan tinggi;

• Pemantauan/ monitoring laporan-laporan wajib kepada pihak regulator & pihak eksternal lain sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Operational System & Procedure Department Menyediakan dan melakukan pengembangan atas sistem dan prosedur internal, antara lain meliputi: memberikan dukungan terhadap pelaksanaan Produk atau Aktivitas Baru (PAB), Implementasi PSAK 50/55, dan berbagai kebijakan operasional dan usaha bank lainnya serta melaksanakan sosialisasi terhadap berbagai ketentuan/ kebijakan internal baik merupakan revisi maupun yang baru.

c. Anti Money Laundering/ Combating the Financing Terrorism (AML/CFT) Department Sesuai dengan Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang No. 15/2002 jo UU 25/2003, maka Bank BNP sebagai bagian dari komunitas dunia turut aktif dalam memberantas kegiatan/ praktek-praktek pencucian uang yang marak terjadi.

Bank BNP melakukan upaya untuk terlebih dahulu mengenal nasabah sebelum melakukan hubungan hukum dengan Bank BNP melalui penerapan Know Your Customer (KYC).

Memastikan pelaksanaan pengkinian data/ dokumentasi nasabah berjalan dengan baik dan melakukan upaya untuk pengembangan aplikasi pendukung dan set up parameter (red flag) untuk menentukan Customer Due Diligence (CDD) dan

Enhance Due Diligence (EDD) sesuai PBI terbaru tentang AML/ CFT, disamping itu untuk meningkatkan daya saing dan kompetensi karyawan dilakukan pelatihan/ sosialisasi karyawan terhadap perubahan PBI terbaru (dari KYC/ AML menjadi AML/ CFT).

Seluruh kegiatan pemantauan program Anti Pencucian Uang yang dilaksanakan di Bank BNP dikoordinasikan dan dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan prosedur operasional yang telah disusun dan disetujui oleh Direksi.

d. Credit Policy & Procedure Department Memiliki tugas dan tanggung jawab memastikan,

meriview dan mengembangkan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) yang telah berlaku di Bank BNP termasuk memberikan dukungan pengembangan kebijakan kredit yang dikembangkan oleh unit terkait perkreditan, pengajuan Produk/Aktivitas Baru (PAB), sosialisasi pemahaman user terhadap prosedur dan regulasi perkreditan, memastikan pelaksanaan kredit telah sesuai dengan KPB serta mengkoordinasikan terselenggaranya Komite Kebijakan Perkreditan (KKP).

E. Penerapan Fungsi Audit InternPelaksanaan fungsi Audit intern Bank BNP dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), dimana :• SKAI bertanggung jawab secara langsung kepada

Presiden Direktur dan mempunyai akses langsung kepada Komite Audit yang menjamin agar SKAI dapat melaksanakan tugas secara independen dan memberikan konsultasi atas rencana proses pemeriksaan yang dilakukan. Secara teratur SKAI bertemu dengan Komite Audit dan Manajemen untuk memastikan bahwa tindak lanjut atas rekomendasi SKAI yang tertuang pada laporan hasil Pemeriksaan telah dilaksanakan dengan benar dan diselesaikan tepat pada waktunya.

• SKAI mengimplementasikan sebuah metoda pendekatan audit berdasarkan risiko (risk based audit), dimana kegiatan audit diprioritaskan menurut penilaian dari potensi eksposur terhadap risiko, termasuk delapan tipe risiko perbankan yang dirumuskan oleh Bank Indonesia.

• Dalam melaksanakan kegiatan auditnya, Satuan Kerja Audit Intern berpedoman pada Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB), yang merupakan

bagian dari Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tanggal 29 September 1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum dan juga praktik perbankan internasional yang terbaik, sehingga diharapkan kualitas audit dapat memenuhi atau bahkan melampaui standar praktik profesional.

F. Audit Ekstern / Akuntan Publik Akuntan Publik melakukan audit independen atas

Laporan Keuangan Bank BNP setiap tahunnya. Akuntan publik ditetapkan berdasarkan RUPS setelah direkomendasikan oleh Komite Audit. RUPS Tahunan pada tanggal 27 Juni 2011 menugaskan Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris untuk mencalonkan akuntan publik yang akan melakukan audit terhadap laporan keuangan Bank BNP untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011.

Berdasarkan Surat Rekomendasi dari Dewan Komisaris Nomor 036-KOM/2011 telah disetujui Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani (member of Grant Thornton International) untuk melakukan pemeriksaan umum Perseroan untuk Tahun Buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2011.

G. Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait dan Debitur Besar

Peraturan Bank Indonesia mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit untuk Bank Umum mengharuskan batas maksimum pemberian kredit untuk pihak yang terkait dengan bank tidak melebihi 10% dari modal, untuk pihak tidak terkait sebesar 20% dari modal (single debtor), dan untuk satu kelompok peminjam pihak tidak terkait sebesar 25% dari modal (group debtor). Per 31 Desember 2011, Bank BNP tidak terdapat pelanggaran maupun pelampauan pemberian kredit kepada pihak yang terkait dengan bank.

Bank BNP telah memiliki kebijakan tertulis yang up to date. Tidak terdapat pelanggaran ataupun pelampauan BMPK, diversifikasi penyediaan dana yang cukup merata serta pengambilan keputusan dalam penyediaan dana dilakukan secara independen.

H. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank

Bank BNP telah melakukan transparansi dalam menyampaikan informasi keuangan maupun non keuangannya kepada publik secara tepat waktu, lengkap, akurat, kini dan utuh, termasuk penyampaian laporan pelaksanaan GCG kepada shareholder dan pemangku kepentingan lainnya didukung dengan Sistem Informasi Manajemen Bank mampu menyediakan data & informasi untuk pengambilan keputusan manajemen.

I. Rencana Strategis Bank Rencana strategis bank yang dituangkan dalam

Rencana Bisnis Bank, menuntut komitmen yang kuat dari seluruh elemen organisasi Bank BNP, karena di dalamnya tercakup sasaran, kebijakan dan strategi serta goals yang akan dan harus dicapai perusahaan dalam jangka waktu pendek dan menengah.

Arah dan kebijakan strategis Perusahaan pada tahun 2011 yang telah dituangkan di dalam Rencana Bisnis Bank mencakup pemenuhan diantaranya :

• Menjadikan Bank BNP sebagai Bank Ritel yang berskala nasional sesuai dengan visi Bank BNP termasuk didalamnya perluasan jaringan kantor dan peningkatan kompetensi dan servis atas core business bank;

• Menjaga dan terus meningkatkan tingkat kesehatan Bank dan daya tahan terhadap gejolak perekonomian yang berimbas pada industri perbankan;

• Strategi yang fokus dalam menjalankan bisnis mikro dan kecil;

• Meningkatkan peran serta Bank BNP dalam bertindak sebagai Mitra Utama Dunia Usaha;

• Menyempurnakan dan selalu menerapkan prinsip-prinsip GCG di semua unit usaha serta mampu menjaga permodalan bank.

Pemantauan dan kontrol atas pelaksanaan rencana strategis yang tertuang dalam Rencana Bisnis Bank dilakukan secara berkala melalui rapat Direksi yang mengagendakan realisasi atas Rencana Bisnis Bank.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Sebagai sebuah sistem Bank BNP yang dibangun untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai tujuannya yang selaras bagi kepentingan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) seperti pemegang saham, pengurus dan karyawan, regulator dan masyarakat dan lain-lain, maka penerapan berbagai prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) seperti Keterbukaan (transparency), Akuntabilitias (accountability), Bertanggungjawab (responsibility), Independen (independency) dan Adil (fairness) menjadi landasan mendasar yang harus disusun dan dilaksanakan di lingkungan Bank BNP.

Penerapan prinsip GCG untuk mencapai tujuannya dilakukan dengan memperhatikan keseluruhan elemen struktural dan berbagai pelaksanaan kegiatan operasional dan usaha bank, yang antara lain meliputi A. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan

Komisaris1. Komposisi, Kriteria dan Independensi Dewan Komisaris

Setiap Komisaris diangkat setelah menjalani proses uji kelayakan dan kepatutan dari Bank Indonesia dan diangkat melalui keputusan suara pemegang saham dalam RUPS.

Komposisi Dewan Komisaris telah sesuai dengan ketentuan tenaga kerja asing yang menetapkan bahwa 50% atau lebih anggota Dewan Komisaris wajib berkewarganegaraan Indonesia. Kecuali Presiden Komisaris seluruh anggota Dewan Komisaris berdomisili di Indonesia.

Dalam hal Rangkap Jabatan, Anggota Dewan Komisaris tidak ada yang merangkap jabatan baik sebagai Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif pada Lembaga/ Perusahaan bukan Lembaga Keuangan Lain/ Bukan Bank atau sebagai Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif yang melaksanakan Fungsi Pengawasan pada Perusahaan Anak Bukan Bank yang dikendalikan oleh Bank.

Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau dengan pemegang saham mayoritas atau hubungan lainnya dengan Perseroan, yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam bertindak independen. Setiap Komisaris Independen mengetuai Komite-komite di bawah Dewan Komisaris.

Pada tahun 2011 telah terjadi perubahan susunan Dewan Komisaris, dimana berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan pada tanggal 27 Juni 2011, Presiden Komisaris yang semula dijabat oleh Junichi Yoroisaka, digantikan oleh Yasuo Uonomi, perubahan ini tidak mempengaruhi komposisi Dewan yang sudah ada pada akhir tahun 2011 yaitu 1 (satu) Presiden Komisaris, 1 (satu) Komisaris dan 3 (tiga) Komisaris Independen.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Sesuai dengan PBI No 8/4/PBI/2006 tanggal 30

Januari 2006, tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum dan perubahannya PBI No 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006, tentang kewajiban memastikan terselenggaranya pelaksanaan Good Corporate Governance, maka Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hari. Dewan Komisaris hanya melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan dan memberi masukan kepada Direksi untuk kepentingan Bank BNP.

Dewan Komisaris melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan melakukan rapat Dewan Komisaris, maupun rapat gabungan Dewan Komisaris dengan Direksi.

3. Pengawasan dan Rekomendasi Dewan KomisarisSepanjang tahun 2011, Dewan Komisaris telah melaksanakan 4 (empat) kali pertemuan/ rapat internal Dewan dan melakukan 7 (tujuh) kali pertemuan dengan Direksi melalui rapat gabungan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi sekaligus merupakan mekanisme/ model pengawasan atas kebijakan kepengurusan yang dilakukan Direksi, antara lain:• Menindaklanjuti dan membahas Laporan Hasil

Kinerja Bulanan/ triwulanan dari Direksi;• Membahas Rencana Bisnis Bank;• Membahas produk dan aktivitas Baru;• Persetujuan Pinjaman Subordinasi;• Dan lain-lain

Atas hasil pertemuan tersebut, bilamana dipandang perlu dibutuhkan persetujuan pemegang saham, maka

Dewan Komisaris akan mengajukannya/ merekomen-dasikan kepada Direksi untuk dimasukan dalam agenda RUPS berikutnya.

4. Komite-komite di bawah Dewan KomisarisDalam melaksanakan tugasnya Dewan Komisaris membawahi dan bertanggungjawab atas 3 (tiga) komite yang mendukung sistem pengawasan yang dilakukannya, yaitu: a. Komite Audit Ketua : Abdul Malik SugiartoAnggota : Pilipus AzarjahAnggota : Arifin S Haris AnggotaSelama tahun 2011 Komite Audit telah melaksanakan 13 kali rapat

b. Komite Pemantau Risiko :Ketua : Karel TanokAnggota : Arifin S HarisAnggota : Pilipus AzarjahSelama tahun 2011 Komite Pemantau Risiko telah melaksanakan 11 kali rapat

c. Komite Remunerasi dan NominasiKetua : Bachtiar AlamAnggota : Yasuo UonomiAnggota : Tatang HermawanAnggota : Karel TanokAnggota : Abdul Malik SugiartoAnggota : Kepala Divisi Sumber Daya ManusiaSelama tahun 2011 Komite Remunerasi dan Nominasi telah melaksanakan 10 kali rapat

Dimana seluruh hasil rapat yang memerlukan keputusan dari pemegang saham akan direkomendasikan untuk diagendakan dalam pelaksanaan RUPS dan terdokumentasikan dengan baik.

5. Efektifitas Rapat Dewan Komisaris Mekanisme pengambilan keputusan rapat

dilaksanakan berdasarkan musyawarah dan mufakat serta dituangkan dalam Risalah Rapat yang didistribusikan kepada seluruh anggota Dewan Komisaris untuk selanjutnya didokumentasikan dengan baik dan apabila terjadi perbedaan pendapat (dissenting opinions) dalam rapat Dewan Komisaris

akan dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasan perbedaan pendapat tersebut.

Hasil rapat Dewan Komisaris merupakan rekomendasi dan/atau nasihat yang dapat diimplementasikan oleh RUPS dan/atau Direksi.

Jumlah atau frekuensi rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris, maupun rapat gabungan keduanya pada tahun 2011 adalah sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

6. Transparansi, Hubungan Keuangan, Kepengurusan dan Keluarga serta Larangan Dewan Komisaris

Anggota Dewan Komisaris tidak diperkenankan untuk memanfaatkan bank baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang merugikan bank atau mengurangi keuntungan bank, tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari bank selain yang telah ditetapkan RUPS.

Pemberian bonus/tantiem kepada anggota Dewan Komisaris dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku dan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

B. Pelaksanaan Tugas dan Tanggungjawab Direksi1. Komposisi, Kriteria , dan Independensi Direksi.

Bank BNP memiliki 5 (lima) orang Direktur, sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan tanggal 27 Juni 2011, untuk masa kerja 2 (dua) tahun atau sampai dengan ditutupnya RUPS Tahunan untuk tahun buku yang berakhir tahun 2012 dan masing-masing dapat dipilih kembali.

Persyaratan dan ketentuan mengenai Direksi Perseroan tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengharuskan seorang calon Direktur wajib memenuhi persyaratan dan lolos seleksi uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi Direksi memiliki tugas dan tanggung-jawab atas

terselenggaranya kegiatan bisnis Bank BNP dengan baik sesuai dengan ketentuan yang mengaturnya dan memenuhi sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Bisnis Bank serta amanat yang dituangkan dalam RUPS, bertanggung-jawab dan keterlibatannya dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hari.

3. Rapat-Rapat Direksi Direksi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

tidak terlepas dari fungsi manajerial terhadap semua aspek organisasi yaitu dengan menyelenggarakan rapat-rapat Direksi baik secara berkala minimum 1 (satu) kali dalam satu bulan dimana rapat formal dilengkapi dengan notulen atau berita rapat, maupun melaksanakan rapat secara insidentil baik dengan seluruh anggota Direksi, Pejabat Eksekutif maupun dengan Dewan Komisaris.

Jumlah atau frekuensi rapat yang dilakukan oleh Direksi maupun rapat gabungan keduanya pada tahun 2011 adalah sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

4. Komite-Komite di Bawah Tanggungjawab DireksiDireksi dibantu oleh Komite-komite yang berada di bawah tanggung jawab Direksi yang mendukung peran serta tugas keseharian Direksi yaitu :• Komite Pemutus Kredit, dimana tugasnya meliputi

pemberian keputusan dalam pemberian kredit dan lain sebagainya yang diselenggarakan di Kantor Pusat, dimana anggotanya terdiri dari beberapa Direktur dan Kepala Divisi dengan ketuanya adalah Presiden Direktur.

• Komite Asset Liabilities Committee (ALCO), bertugas untuk mengelola kebijakan dan strategi dalam mengkoordinasikan sumber dana dan penggunaan dana secara efektif dan efisien untuk mencapai maksimalisasi profit dari spread bunga/ NIM, komite ini diketuai oleh Presiden Direktur;

• Komite Manajemen Risiko, bertugas untuk melakukan pengkajian atas kemungkinan-kemungkinan risiko yang mungkin timbul sebagai akibat analisa atau self assesment yang dilakukan sekaligus memberikan rekomendasi kepada Presiden Direktur dimana komite ini diketuai oleh Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko;

• Komite Produk dan Aktivitas Baru, bertugas melakukan persiapan dan pengkajian terhadap seluruh aktivitas dan rencana peluncuran produk dan jasa yang baru dimana anggota tetapnya terdiri dari Kepala Divisi Kepatuhan, Kepala Divisi Manajemen Risiko, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis dan Kepala Divisi IT, serta Kepala Divisi Terkait dan diketuai oleh Direktur Perencanaan & Keuangan.

• Komite Kepatuhan, bertugas melakukan analisa penerapan kepatuhan di seluruh bidang aktivitas Bank dan membahas peraturan-peraturan baru dari instansi berwenang termasuk Bank Indonesia dan memberikan rekomendasi kepada Presiden Direktur, Komite ini diketuai oleh Direktur Kepatu-han dan Manajemen Risiko.

• Komite Pengarah Teknologi Informasi (Information Technology Steering Committee), yang tugasnya memberikan rekomendasi kepada Direksi terkait dengan rencana strategis IT, Pengembangan dan evaluasi sistem IT yang digunakan dan yang akan digunakan kemudian dan lain-lain, diketuai oleh Direktur Operasional.

• Komite Kebijakan Perkreditan, yang memiliki fungsi memberikan masukan kepada Direksi dalam rangka penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) terutama yang berkaitan dengan perumusan prinsip-prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, mengawasi agar KPB dapat diterapkan dan

dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten, serta merumuskan pemecahan apabila terdapat hambatan/ kendala dalam penerapannya, melakukan pengkajian secara berkala serta memberikan saran kepada Direksi apabila diperlukan perubahan/ perbaikan terhadap KPB tersebut.

C. Penanganan Benturan Kepentingan Bank BNP telah memiliki kebijakan & prosedur

penanganan benturan kepentingan agar tidak merugikan dan mengurangi keuntungan Bank serta terdokumentasikan dengan baik untuk setiap keputusan yang dilengkapi dengan risalah rapat

D. Penerapan Fungsi Kepatuhan Dalam Rangka Peningkatan Budaya Kepatuhan.

Kerangka kerja pengelolaan budaya dan risiko kepatuhan Bank BNP mengacu pada “the three line of defense model” sebagai kerangka kerja pengelolaan pengendalian internal dimana lini pertahanan pertama (first line of defense) berada pada seluruh karyawan dari unit kerja yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan kegiatan operasional dan usaha bank dimana setiap pelaksanaan tugas tersebut senantiasa dilakukan dalam koridor kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku serta kebijakan, sistem dan prosedur yang telah ditetapkan.

Divisi Kepatuhan sebagai lini pertahanan kedua (second line of defense) memiliki kewajiban untuk menyiapkan dan memastikan tersedianya berbagai dukungan bagi pelaksanaan tugas dari lini pertama antara lain:

Menyusun kerangka kerja dan kebijakan Kepatuhan yang dapat dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh pihak dan meningkatkan kualitas pemahaman dan implementasi terhadap Ketentuan Kehati-Hatian (Prudential Banking), Ketentuan Kelembagaan dan Kepengurusan, Ketentuan Self Regulatory Banking (SRB), Ketentuan Pembiayaan, serta Ketentuan Lainnya dan juga secara simultan meningkatkan kualitas infrastruktur/ pendukung agar tujuan meningkatkan budaya kepatuhan dapat terwujud.

Sedangkan realisasi/ pelaksanaan atas kebijakan yang telah dirumuskan diimplementasikan dan dilakukan melalui unit kerja pendukung di level departemen yang terdiri :

a. Regulatory Compliance DepartmentMelakukan advise, sosialisasi dan edukasi peraturan eksternal dengan melaksanakan identifikasi dan pemantauan serta pelaporan risiko kepatuhan, demikian juga dengan memfokuskan area regulasi yang memiliki peran strategis meliputi :• Pelaksanaan prinsip kehati-hatian (Prudential

Banking) seperti BMPK, GWM, PDN, Transparansi Kondisi Keuangan Bank, serta Tranparansi & Informasi Produk Bank;

• Pemantauan atas transaksi yang memiliki risiko Kepatuhan tinggi;

• Pemantauan/ monitoring laporan-laporan wajib kepada pihak regulator & pihak eksternal lain sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Operational System & Procedure Department Menyediakan dan melakukan pengembangan atas sistem dan prosedur internal, antara lain meliputi: memberikan dukungan terhadap pelaksanaan Produk atau Aktivitas Baru (PAB), Implementasi PSAK 50/55, dan berbagai kebijakan operasional dan usaha bank lainnya serta melaksanakan sosialisasi terhadap berbagai ketentuan/ kebijakan internal baik merupakan revisi maupun yang baru.

c. Anti Money Laundering/ Combating the Financing Terrorism (AML/CFT) Department Sesuai dengan Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang No. 15/2002 jo UU 25/2003, maka Bank BNP sebagai bagian dari komunitas dunia turut aktif dalam memberantas kegiatan/ praktek-praktek pencucian uang yang marak terjadi.

Bank BNP melakukan upaya untuk terlebih dahulu mengenal nasabah sebelum melakukan hubungan hukum dengan Bank BNP melalui penerapan Know Your Customer (KYC).

Memastikan pelaksanaan pengkinian data/ dokumentasi nasabah berjalan dengan baik dan melakukan upaya untuk pengembangan aplikasi pendukung dan set up parameter (red flag) untuk menentukan Customer Due Diligence (CDD) dan

Enhance Due Diligence (EDD) sesuai PBI terbaru tentang AML/ CFT, disamping itu untuk meningkatkan daya saing dan kompetensi karyawan dilakukan pelatihan/ sosialisasi karyawan terhadap perubahan PBI terbaru (dari KYC/ AML menjadi AML/ CFT).

Seluruh kegiatan pemantauan program Anti Pencucian Uang yang dilaksanakan di Bank BNP dikoordinasikan dan dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan prosedur operasional yang telah disusun dan disetujui oleh Direksi.

d. Credit Policy & Procedure Department Memiliki tugas dan tanggung jawab memastikan,

meriview dan mengembangkan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) yang telah berlaku di Bank BNP termasuk memberikan dukungan pengembangan kebijakan kredit yang dikembangkan oleh unit terkait perkreditan, pengajuan Produk/Aktivitas Baru (PAB), sosialisasi pemahaman user terhadap prosedur dan regulasi perkreditan, memastikan pelaksanaan kredit telah sesuai dengan KPB serta mengkoordinasikan terselenggaranya Komite Kebijakan Perkreditan (KKP).

E. Penerapan Fungsi Audit InternPelaksanaan fungsi Audit intern Bank BNP dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), dimana :• SKAI bertanggung jawab secara langsung kepada

Presiden Direktur dan mempunyai akses langsung kepada Komite Audit yang menjamin agar SKAI dapat melaksanakan tugas secara independen dan memberikan konsultasi atas rencana proses pemeriksaan yang dilakukan. Secara teratur SKAI bertemu dengan Komite Audit dan Manajemen untuk memastikan bahwa tindak lanjut atas rekomendasi SKAI yang tertuang pada laporan hasil Pemeriksaan telah dilaksanakan dengan benar dan diselesaikan tepat pada waktunya.

• SKAI mengimplementasikan sebuah metoda pendekatan audit berdasarkan risiko (risk based audit), dimana kegiatan audit diprioritaskan menurut penilaian dari potensi eksposur terhadap risiko, termasuk delapan tipe risiko perbankan yang dirumuskan oleh Bank Indonesia.

• Dalam melaksanakan kegiatan auditnya, Satuan Kerja Audit Intern berpedoman pada Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB), yang merupakan

bagian dari Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tanggal 29 September 1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum dan juga praktik perbankan internasional yang terbaik, sehingga diharapkan kualitas audit dapat memenuhi atau bahkan melampaui standar praktik profesional.

F. Audit Ekstern / Akuntan Publik Akuntan Publik melakukan audit independen atas

Laporan Keuangan Bank BNP setiap tahunnya. Akuntan publik ditetapkan berdasarkan RUPS setelah direkomendasikan oleh Komite Audit. RUPS Tahunan pada tanggal 27 Juni 2011 menugaskan Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris untuk mencalonkan akuntan publik yang akan melakukan audit terhadap laporan keuangan Bank BNP untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011.

Berdasarkan Surat Rekomendasi dari Dewan Komisaris Nomor 036-KOM/2011 telah disetujui Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani (member of Grant Thornton International) untuk melakukan pemeriksaan umum Perseroan untuk Tahun Buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2011.

G. Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait dan Debitur Besar

Peraturan Bank Indonesia mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit untuk Bank Umum mengharuskan batas maksimum pemberian kredit untuk pihak yang terkait dengan bank tidak melebihi 10% dari modal, untuk pihak tidak terkait sebesar 20% dari modal (single debtor), dan untuk satu kelompok peminjam pihak tidak terkait sebesar 25% dari modal (group debtor). Per 31 Desember 2011, Bank BNP tidak terdapat pelanggaran maupun pelampauan pemberian kredit kepada pihak yang terkait dengan bank.

Bank BNP telah memiliki kebijakan tertulis yang up to date. Tidak terdapat pelanggaran ataupun pelampauan BMPK, diversifikasi penyediaan dana yang cukup merata serta pengambilan keputusan dalam penyediaan dana dilakukan secara independen.

H. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank

Bank BNP telah melakukan transparansi dalam menyampaikan informasi keuangan maupun non keuangannya kepada publik secara tepat waktu, lengkap, akurat, kini dan utuh, termasuk penyampaian laporan pelaksanaan GCG kepada shareholder dan pemangku kepentingan lainnya didukung dengan Sistem Informasi Manajemen Bank mampu menyediakan data & informasi untuk pengambilan keputusan manajemen.

I. Rencana Strategis Bank Rencana strategis bank yang dituangkan dalam

Rencana Bisnis Bank, menuntut komitmen yang kuat dari seluruh elemen organisasi Bank BNP, karena di dalamnya tercakup sasaran, kebijakan dan strategi serta goals yang akan dan harus dicapai perusahaan dalam jangka waktu pendek dan menengah.

Arah dan kebijakan strategis Perusahaan pada tahun 2011 yang telah dituangkan di dalam Rencana Bisnis Bank mencakup pemenuhan diantaranya :

• Menjadikan Bank BNP sebagai Bank Ritel yang berskala nasional sesuai dengan visi Bank BNP termasuk didalamnya perluasan jaringan kantor dan peningkatan kompetensi dan servis atas core business bank;

• Menjaga dan terus meningkatkan tingkat kesehatan Bank dan daya tahan terhadap gejolak perekonomian yang berimbas pada industri perbankan;

• Strategi yang fokus dalam menjalankan bisnis mikro dan kecil;

• Meningkatkan peran serta Bank BNP dalam bertindak sebagai Mitra Utama Dunia Usaha;

• Menyempurnakan dan selalu menerapkan prinsip-prinsip GCG di semua unit usaha serta mampu menjaga permodalan bank.

Pemantauan dan kontrol atas pelaksanaan rencana strategis yang tertuang dalam Rencana Bisnis Bank dilakukan secara berkala melalui rapat Direksi yang mengagendakan realisasi atas Rencana Bisnis Bank.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Sebagai sebuah sistem Bank BNP yang dibangun untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai tujuannya yang selaras bagi kepentingan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) seperti pemegang saham, pengurus dan karyawan, regulator dan masyarakat dan lain-lain, maka penerapan berbagai prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) seperti Keterbukaan (transparency), Akuntabilitias (accountability), Bertanggungjawab (responsibility), Independen (independency) dan Adil (fairness) menjadi landasan mendasar yang harus disusun dan dilaksanakan di lingkungan Bank BNP.

Penerapan prinsip GCG untuk mencapai tujuannya dilakukan dengan memperhatikan keseluruhan elemen struktural dan berbagai pelaksanaan kegiatan operasional dan usaha bank, yang antara lain meliputi A. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan

Komisaris1. Komposisi, Kriteria dan Independensi Dewan Komisaris

Setiap Komisaris diangkat setelah menjalani proses uji kelayakan dan kepatutan dari Bank Indonesia dan diangkat melalui keputusan suara pemegang saham dalam RUPS.

Komposisi Dewan Komisaris telah sesuai dengan ketentuan tenaga kerja asing yang menetapkan bahwa 50% atau lebih anggota Dewan Komisaris wajib berkewarganegaraan Indonesia. Kecuali Presiden Komisaris seluruh anggota Dewan Komisaris berdomisili di Indonesia.

Dalam hal Rangkap Jabatan, Anggota Dewan Komisaris tidak ada yang merangkap jabatan baik sebagai Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif pada Lembaga/ Perusahaan bukan Lembaga Keuangan Lain/ Bukan Bank atau sebagai Anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif yang melaksanakan Fungsi Pengawasan pada Perusahaan Anak Bukan Bank yang dikendalikan oleh Bank.

Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau dengan pemegang saham mayoritas atau hubungan lainnya dengan Perseroan, yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam bertindak independen. Setiap Komisaris Independen mengetuai Komite-komite di bawah Dewan Komisaris.

Pada tahun 2011 telah terjadi perubahan susunan Dewan Komisaris, dimana berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan pada tanggal 27 Juni 2011, Presiden Komisaris yang semula dijabat oleh Junichi Yoroisaka, digantikan oleh Yasuo Uonomi, perubahan ini tidak mempengaruhi komposisi Dewan yang sudah ada pada akhir tahun 2011 yaitu 1 (satu) Presiden Komisaris, 1 (satu) Komisaris dan 3 (tiga) Komisaris Independen.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Sesuai dengan PBI No 8/4/PBI/2006 tanggal 30

Januari 2006, tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum dan perubahannya PBI No 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006, tentang kewajiban memastikan terselenggaranya pelaksanaan Good Corporate Governance, maka Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hari. Dewan Komisaris hanya melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan dan memberi masukan kepada Direksi untuk kepentingan Bank BNP.

Dewan Komisaris melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan melakukan rapat Dewan Komisaris, maupun rapat gabungan Dewan Komisaris dengan Direksi.

3. Pengawasan dan Rekomendasi Dewan KomisarisSepanjang tahun 2011, Dewan Komisaris telah melaksanakan 4 (empat) kali pertemuan/ rapat internal Dewan dan melakukan 7 (tujuh) kali pertemuan dengan Direksi melalui rapat gabungan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi sekaligus merupakan mekanisme/ model pengawasan atas kebijakan kepengurusan yang dilakukan Direksi, antara lain:• Menindaklanjuti dan membahas Laporan Hasil

Kinerja Bulanan/ triwulanan dari Direksi;• Membahas Rencana Bisnis Bank;• Membahas produk dan aktivitas Baru;• Persetujuan Pinjaman Subordinasi;• Dan lain-lain

Atas hasil pertemuan tersebut, bilamana dipandang perlu dibutuhkan persetujuan pemegang saham, maka

Dewan Komisaris akan mengajukannya/ merekomen-dasikan kepada Direksi untuk dimasukan dalam agenda RUPS berikutnya.

4. Komite-komite di bawah Dewan KomisarisDalam melaksanakan tugasnya Dewan Komisaris membawahi dan bertanggungjawab atas 3 (tiga) komite yang mendukung sistem pengawasan yang dilakukannya, yaitu: a. Komite Audit Ketua : Abdul Malik SugiartoAnggota : Pilipus AzarjahAnggota : Arifin S Haris AnggotaSelama tahun 2011 Komite Audit telah melaksanakan 13 kali rapat

b. Komite Pemantau Risiko :Ketua : Karel TanokAnggota : Arifin S HarisAnggota : Pilipus AzarjahSelama tahun 2011 Komite Pemantau Risiko telah melaksanakan 11 kali rapat

c. Komite Remunerasi dan NominasiKetua : Bachtiar AlamAnggota : Yasuo UonomiAnggota : Tatang HermawanAnggota : Karel TanokAnggota : Abdul Malik SugiartoAnggota : Kepala Divisi Sumber Daya ManusiaSelama tahun 2011 Komite Remunerasi dan Nominasi telah melaksanakan 10 kali rapat

Dimana seluruh hasil rapat yang memerlukan keputusan dari pemegang saham akan direkomendasikan untuk diagendakan dalam pelaksanaan RUPS dan terdokumentasikan dengan baik.

5. Efektifitas Rapat Dewan Komisaris Mekanisme pengambilan keputusan rapat

dilaksanakan berdasarkan musyawarah dan mufakat serta dituangkan dalam Risalah Rapat yang didistribusikan kepada seluruh anggota Dewan Komisaris untuk selanjutnya didokumentasikan dengan baik dan apabila terjadi perbedaan pendapat (dissenting opinions) dalam rapat Dewan Komisaris

akan dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasan perbedaan pendapat tersebut.

Hasil rapat Dewan Komisaris merupakan rekomendasi dan/atau nasihat yang dapat diimplementasikan oleh RUPS dan/atau Direksi.

Jumlah atau frekuensi rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris, maupun rapat gabungan keduanya pada tahun 2011 adalah sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

6. Transparansi, Hubungan Keuangan, Kepengurusan dan Keluarga serta Larangan Dewan Komisaris

Anggota Dewan Komisaris tidak diperkenankan untuk memanfaatkan bank baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang merugikan bank atau mengurangi keuntungan bank, tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari bank selain yang telah ditetapkan RUPS.

Pemberian bonus/tantiem kepada anggota Dewan Komisaris dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku dan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

B. Pelaksanaan Tugas dan Tanggungjawab Direksi1. Komposisi, Kriteria , dan Independensi Direksi.

Bank BNP memiliki 5 (lima) orang Direktur, sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan tanggal 27 Juni 2011, untuk masa kerja 2 (dua) tahun atau sampai dengan ditutupnya RUPS Tahunan untuk tahun buku yang berakhir tahun 2012 dan masing-masing dapat dipilih kembali.

Persyaratan dan ketentuan mengenai Direksi Perseroan tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengharuskan seorang calon Direktur wajib memenuhi persyaratan dan lolos seleksi uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi Direksi memiliki tugas dan tanggung-jawab atas

terselenggaranya kegiatan bisnis Bank BNP dengan baik sesuai dengan ketentuan yang mengaturnya dan memenuhi sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Bisnis Bank serta amanat yang dituangkan dalam RUPS, bertanggung-jawab dan keterlibatannya dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hari.

3. Rapat-Rapat Direksi Direksi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

tidak terlepas dari fungsi manajerial terhadap semua aspek organisasi yaitu dengan menyelenggarakan rapat-rapat Direksi baik secara berkala minimum 1 (satu) kali dalam satu bulan dimana rapat formal dilengkapi dengan notulen atau berita rapat, maupun melaksanakan rapat secara insidentil baik dengan seluruh anggota Direksi, Pejabat Eksekutif maupun dengan Dewan Komisaris.

Jumlah atau frekuensi rapat yang dilakukan oleh Direksi maupun rapat gabungan keduanya pada tahun 2011 adalah sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

4. Komite-Komite di Bawah Tanggungjawab DireksiDireksi dibantu oleh Komite-komite yang berada di bawah tanggung jawab Direksi yang mendukung peran serta tugas keseharian Direksi yaitu :• Komite Pemutus Kredit, dimana tugasnya meliputi

pemberian keputusan dalam pemberian kredit dan lain sebagainya yang diselenggarakan di Kantor Pusat, dimana anggotanya terdiri dari beberapa Direktur dan Kepala Divisi dengan ketuanya adalah Presiden Direktur.

• Komite Asset Liabilities Committee (ALCO), bertugas untuk mengelola kebijakan dan strategi dalam mengkoordinasikan sumber dana dan penggunaan dana secara efektif dan efisien untuk mencapai maksimalisasi profit dari spread bunga/ NIM, komite ini diketuai oleh Presiden Direktur;

• Komite Manajemen Risiko, bertugas untuk melakukan pengkajian atas kemungkinan-kemungkinan risiko yang mungkin timbul sebagai akibat analisa atau self assesment yang dilakukan sekaligus memberikan rekomendasi kepada Presiden Direktur dimana komite ini diketuai oleh Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko;

• Komite Produk dan Aktivitas Baru, bertugas melakukan persiapan dan pengkajian terhadap seluruh aktivitas dan rencana peluncuran produk dan jasa yang baru dimana anggota tetapnya terdiri dari Kepala Divisi Kepatuhan, Kepala Divisi Manajemen Risiko, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis dan Kepala Divisi IT, serta Kepala Divisi Terkait dan diketuai oleh Direktur Perencanaan & Keuangan.

• Komite Kepatuhan, bertugas melakukan analisa penerapan kepatuhan di seluruh bidang aktivitas Bank dan membahas peraturan-peraturan baru dari instansi berwenang termasuk Bank Indonesia dan memberikan rekomendasi kepada Presiden Direktur, Komite ini diketuai oleh Direktur Kepatu-han dan Manajemen Risiko.

• Komite Pengarah Teknologi Informasi (Information Technology Steering Committee), yang tugasnya memberikan rekomendasi kepada Direksi terkait dengan rencana strategis IT, Pengembangan dan evaluasi sistem IT yang digunakan dan yang akan digunakan kemudian dan lain-lain, diketuai oleh Direktur Operasional.

• Komite Kebijakan Perkreditan, yang memiliki fungsi memberikan masukan kepada Direksi dalam rangka penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) terutama yang berkaitan dengan perumusan prinsip-prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, mengawasi agar KPB dapat diterapkan dan

dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten, serta merumuskan pemecahan apabila terdapat hambatan/ kendala dalam penerapannya, melakukan pengkajian secara berkala serta memberikan saran kepada Direksi apabila diperlukan perubahan/ perbaikan terhadap KPB tersebut.

C. Penanganan Benturan Kepentingan Bank BNP telah memiliki kebijakan & prosedur

penanganan benturan kepentingan agar tidak merugikan dan mengurangi keuntungan Bank serta terdokumentasikan dengan baik untuk setiap keputusan yang dilengkapi dengan risalah rapat

D. Penerapan Fungsi Kepatuhan Dalam Rangka Peningkatan Budaya Kepatuhan.

Kerangka kerja pengelolaan budaya dan risiko kepatuhan Bank BNP mengacu pada “the three line of defense model” sebagai kerangka kerja pengelolaan pengendalian internal dimana lini pertahanan pertama (first line of defense) berada pada seluruh karyawan dari unit kerja yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan kegiatan operasional dan usaha bank dimana setiap pelaksanaan tugas tersebut senantiasa dilakukan dalam koridor kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku serta kebijakan, sistem dan prosedur yang telah ditetapkan.

Divisi Kepatuhan sebagai lini pertahanan kedua (second line of defense) memiliki kewajiban untuk menyiapkan dan memastikan tersedianya berbagai dukungan bagi pelaksanaan tugas dari lini pertama antara lain:

Menyusun kerangka kerja dan kebijakan Kepatuhan yang dapat dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh pihak dan meningkatkan kualitas pemahaman dan implementasi terhadap Ketentuan Kehati-Hatian (Prudential Banking), Ketentuan Kelembagaan dan Kepengurusan, Ketentuan Self Regulatory Banking (SRB), Ketentuan Pembiayaan, serta Ketentuan Lainnya dan juga secara simultan meningkatkan kualitas infrastruktur/ pendukung agar tujuan meningkatkan budaya kepatuhan dapat terwujud.

Sedangkan realisasi/ pelaksanaan atas kebijakan yang telah dirumuskan diimplementasikan dan dilakukan melalui unit kerja pendukung di level departemen yang terdiri :

a. Regulatory Compliance DepartmentMelakukan advise, sosialisasi dan edukasi peraturan eksternal dengan melaksanakan identifikasi dan pemantauan serta pelaporan risiko kepatuhan, demikian juga dengan memfokuskan area regulasi yang memiliki peran strategis meliputi :• Pelaksanaan prinsip kehati-hatian (Prudential

Banking) seperti BMPK, GWM, PDN, Transparansi Kondisi Keuangan Bank, serta Tranparansi & Informasi Produk Bank;

• Pemantauan atas transaksi yang memiliki risiko Kepatuhan tinggi;

• Pemantauan/ monitoring laporan-laporan wajib kepada pihak regulator & pihak eksternal lain sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Operational System & Procedure Department Menyediakan dan melakukan pengembangan atas sistem dan prosedur internal, antara lain meliputi: memberikan dukungan terhadap pelaksanaan Produk atau Aktivitas Baru (PAB), Implementasi PSAK 50/55, dan berbagai kebijakan operasional dan usaha bank lainnya serta melaksanakan sosialisasi terhadap berbagai ketentuan/ kebijakan internal baik merupakan revisi maupun yang baru.

c. Anti Money Laundering/ Combating the Financing Terrorism (AML/CFT) Department Sesuai dengan Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang No. 15/2002 jo UU 25/2003, maka Bank BNP sebagai bagian dari komunitas dunia turut aktif dalam memberantas kegiatan/ praktek-praktek pencucian uang yang marak terjadi.

Bank BNP melakukan upaya untuk terlebih dahulu mengenal nasabah sebelum melakukan hubungan hukum dengan Bank BNP melalui penerapan Know Your Customer (KYC).

Memastikan pelaksanaan pengkinian data/ dokumentasi nasabah berjalan dengan baik dan melakukan upaya untuk pengembangan aplikasi pendukung dan set up parameter (red flag) untuk menentukan Customer Due Diligence (CDD) dan

Enhance Due Diligence (EDD) sesuai PBI terbaru tentang AML/ CFT, disamping itu untuk meningkatkan daya saing dan kompetensi karyawan dilakukan pelatihan/ sosialisasi karyawan terhadap perubahan PBI terbaru (dari KYC/ AML menjadi AML/ CFT).

Seluruh kegiatan pemantauan program Anti Pencucian Uang yang dilaksanakan di Bank BNP dikoordinasikan dan dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan prosedur operasional yang telah disusun dan disetujui oleh Direksi.

d. Credit Policy & Procedure Department Memiliki tugas dan tanggung jawab memastikan,

meriview dan mengembangkan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) yang telah berlaku di Bank BNP termasuk memberikan dukungan pengembangan kebijakan kredit yang dikembangkan oleh unit terkait perkreditan, pengajuan Produk/Aktivitas Baru (PAB), sosialisasi pemahaman user terhadap prosedur dan regulasi perkreditan, memastikan pelaksanaan kredit telah sesuai dengan KPB serta mengkoordinasikan terselenggaranya Komite Kebijakan Perkreditan (KKP).

E. Penerapan Fungsi Audit InternPelaksanaan fungsi Audit intern Bank BNP dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), dimana :• SKAI bertanggung jawab secara langsung kepada

Presiden Direktur dan mempunyai akses langsung kepada Komite Audit yang menjamin agar SKAI dapat melaksanakan tugas secara independen dan memberikan konsultasi atas rencana proses pemeriksaan yang dilakukan. Secara teratur SKAI bertemu dengan Komite Audit dan Manajemen untuk memastikan bahwa tindak lanjut atas rekomendasi SKAI yang tertuang pada laporan hasil Pemeriksaan telah dilaksanakan dengan benar dan diselesaikan tepat pada waktunya.

• SKAI mengimplementasikan sebuah metoda pendekatan audit berdasarkan risiko (risk based audit), dimana kegiatan audit diprioritaskan menurut penilaian dari potensi eksposur terhadap risiko, termasuk delapan tipe risiko perbankan yang dirumuskan oleh Bank Indonesia.

• Dalam melaksanakan kegiatan auditnya, Satuan Kerja Audit Intern berpedoman pada Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB), yang merupakan

bagian dari Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tanggal 29 September 1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum dan juga praktik perbankan internasional yang terbaik, sehingga diharapkan kualitas audit dapat memenuhi atau bahkan melampaui standar praktik profesional.

F. Audit Ekstern / Akuntan Publik Akuntan Publik melakukan audit independen atas

Laporan Keuangan Bank BNP setiap tahunnya. Akuntan publik ditetapkan berdasarkan RUPS setelah direkomendasikan oleh Komite Audit. RUPS Tahunan pada tanggal 27 Juni 2011 menugaskan Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris untuk mencalonkan akuntan publik yang akan melakukan audit terhadap laporan keuangan Bank BNP untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011.

Berdasarkan Surat Rekomendasi dari Dewan Komisaris Nomor 036-KOM/2011 telah disetujui Kantor Akuntan Publik Gani Mulyadi & Handayani (member of Grant Thornton International) untuk melakukan pemeriksaan umum Perseroan untuk Tahun Buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2011.

G. Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait dan Debitur Besar

Peraturan Bank Indonesia mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit untuk Bank Umum mengharuskan batas maksimum pemberian kredit untuk pihak yang terkait dengan bank tidak melebihi 10% dari modal, untuk pihak tidak terkait sebesar 20% dari modal (single debtor), dan untuk satu kelompok peminjam pihak tidak terkait sebesar 25% dari modal (group debtor). Per 31 Desember 2011, Bank BNP tidak terdapat pelanggaran maupun pelampauan pemberian kredit kepada pihak yang terkait dengan bank.

Bank BNP telah memiliki kebijakan tertulis yang up to date. Tidak terdapat pelanggaran ataupun pelampauan BMPK, diversifikasi penyediaan dana yang cukup merata serta pengambilan keputusan dalam penyediaan dana dilakukan secara independen.

H. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank

Bank BNP telah melakukan transparansi dalam menyampaikan informasi keuangan maupun non keuangannya kepada publik secara tepat waktu, lengkap, akurat, kini dan utuh, termasuk penyampaian laporan pelaksanaan GCG kepada shareholder dan pemangku kepentingan lainnya didukung dengan Sistem Informasi Manajemen Bank mampu menyediakan data & informasi untuk pengambilan keputusan manajemen.

I. Rencana Strategis Bank Rencana strategis bank yang dituangkan dalam

Rencana Bisnis Bank, menuntut komitmen yang kuat dari seluruh elemen organisasi Bank BNP, karena di dalamnya tercakup sasaran, kebijakan dan strategi serta goals yang akan dan harus dicapai perusahaan dalam jangka waktu pendek dan menengah.

Arah dan kebijakan strategis Perusahaan pada tahun 2011 yang telah dituangkan di dalam Rencana Bisnis Bank mencakup pemenuhan diantaranya :

• Menjadikan Bank BNP sebagai Bank Ritel yang berskala nasional sesuai dengan visi Bank BNP termasuk didalamnya perluasan jaringan kantor dan peningkatan kompetensi dan servis atas core business bank;

• Menjaga dan terus meningkatkan tingkat kesehatan Bank dan daya tahan terhadap gejolak perekonomian yang berimbas pada industri perbankan;

• Strategi yang fokus dalam menjalankan bisnis mikro dan kecil;

• Meningkatkan peran serta Bank BNP dalam bertindak sebagai Mitra Utama Dunia Usaha;

• Menyempurnakan dan selalu menerapkan prinsip-prinsip GCG di semua unit usaha serta mampu menjaga permodalan bank.

Pemantauan dan kontrol atas pelaksanaan rencana strategis yang tertuang dalam Rencana Bisnis Bank dilakukan secara berkala melalui rapat Direksi yang mengagendakan realisasi atas Rencana Bisnis Bank.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk00

Menunjuk Surat Edaran Badan Pengawas Pasar Modal, Departemen Keuangan No.003/PM/2000 tanggal 5 Mei 2000 yang dipertegas dengan Surat Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-41/PM/2003 tanggal 22 Desember 2003 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, Dewan Komisaris telah membentuk Komite Audit sejak tahun 2001.

Selama tahun 2011 Komite Audit tidak mengalami perubahan susunan, sebagai berikut :

Ketua : Abdul Malik Sugiarto. SH, MMAnggota : Drs. Pilipus Azarjah, Ak.Anggota : Arifin S. Haris, SE.

Komite Audit telah menjalankan tugasnya secara profesional dan independen dalam membantu Dewan Komisaris melaksanakan fungsi pengawasan atas proses pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit dan implementasi Good Corporate Governance. Hasil pengawasan yang dilakukan oleh Komite Audit selalu dilaporkan kepada Dewan Komisaris.

Selama tahun 2011, tugas-tugas yang telah dijalankan Komite Audit meliputi :

1. Merekomendasikan kepada Dewan Komisaris mengenai Kantor Akuntan Publik yang akan melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan untuk Tahun Buku 2011, yaitu Kantor Akuntan Gani Mulyadi dan Handayani (Grand Thornton International).

2. Merekomendasikan kepada Dewan Komisaris mengenai Kantor Akuntan Publik dalam rangka Evaluasi Penilaian Kinerja Fungsi SKAI Bank dan Fungsi Audit Intern atas Penggunaan TI, yaitu Kantor Akuntan Drs. J Tanzil & Rekan.

3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan tugas Satuan Kerja Audit Intern;

4. Memantau tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan;

5. Memantau dan mengevaluasi kesesuaian pelaksanaan audit oleh Kantor Akuntan Publik dengan Standar Audit yang berlaku;

6. Melakukan pengawasan atas penyusunan laporan keuangan untuk memastikan terpenuhinya standar dan kebijakan akuntansi yang berlaku.

Hasil evaluasi Komite Audit menunjukkan bahwa seluruh proses kegiatan yang dilakukan Bank BNP telah mampu mendukung pelaksanaan manajemen risiko dan penerapan Good Corporate Governance.

Demikian pula hasil review terhadap Laporan Keuangan Tahun Buku 2011 yang disajikan oleh Kantor Akuntan Publik, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan Peraturan Bank Indonesia yang berlaku. Independensi dan objektivitas Kantor Akuntan Publik dalam mengaudit Laporan Keuangan Bank BNP telah mengacu pada standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

PANDANGAN KOMITE AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2011

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Tahun 2012, banyak pihak yang menyikapi dengan sangat hati-hati khususnya dalam pemandangan atas situasi perekonomian global yang akan mempunyai dampak terhadap negara maju maupun berkembang, secara umum pertumbuhan ekonomi dunia berdasarkan data yang diperoleh *) bahwa belum terdapat angka pasti yang akan menjadi tolok ukur perkiraan ekonomi dunia akan tumbuh berapa, namun pada Januari 2012, IMF dalam World Economic Outlook nya telah melakukan revisi perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia dari semula 4,0% (yoy) menjadi 3,3% (yoy), sedangkan pertumbuhan Negara berkembang diperkirakan ada pada besaran 5,4% (yoy), sehingga dapat disimpulkan perekonomian dunia maupun regional akan mengalami perlambatan hingga akhir semester 1 tahun 2012, namun secara umum kondisi ini masih memberikan optimisme bahwa pemulihan ekonomi domestik akan semakin kuat ditopang oleh peningkatan permintaan domestik dengan kinerja investasi yang semakin baik. Indonesia meskipun mendapat tekanan dari kondisi perekonomian global, namun masih dapat bertahan dari tekanan tersebut karena masil memiliki dasar-dasar fundamentalis perekonomian yang baik seperti stabilitas moneter dan kebijakan fiscal untuk pertumbuhan ekonomi kedepannya yang telah terbukti dari beberapa kali krisis yang menimpa Negara Indonesia.

Perekonomian Indonesia di tahun 2012 diperkirakan akan tumbuh mencapai kisaran 6,3% - 6,7%, pertumbuhan tersebut didukung oleh kecenderungan permintaan konsumsi rumah tangga yang tetap kuat, investasi yang membaik, serta masih prospeknya kinerja ekspor seiring dengan masih kuatnya pertumbuhan di negara mitra dagang, terutama di kawasan Asia.

Di sisi harga, para pengamat ekonomi memperkirakan inflasi di tahun 2012 dapat diarahkan pada kisaran 4% - 5,0%, meskipun demikian, perlu tetap diwaspadai

beberapa faktor risiko terhadap pencapaian sasaran inflasi tersebut maupun prospek makro ekonomi ke depan, seperti apresiasi nilai tukar Rupiah yang juga diharapkan mampu meredam tekanan inflasi dari imported inflation yang akhirnya diharapkan tingkat inflasi terus dapat ditekan.

Dari beberapa kajian dan assessment atas prospek ekonomi tersebut diatas, banyak kalangan tetap mengharapkan bahwa Bank Sentral akan tetap mempertahankan BI Rate pada level 5,75% sampai 6%, angka tersebut sesuai dengan asumsi makro pada APBN 2012 dan harus dipertimbangkan juga dengan potensi kesulitan likuiditas ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut hal ini diharapkan masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi jangka menengah dan dipandang masih kondusif untuk menjaga stabilitas keuangan dan mendorong intermediasi perbankan.

Bank BNP dalam menyikapi kondisi tersebut diatas, lebih mengambil langkah strategis dalam menjalankan bisnisnya pada tahun 2012 dengan beberapa kebijakan seperti :1. Meredam/ memperlambat laju ekspansi bisnis baik

secara volume maupun pengembangan network nya khususnya pada kwartal 1 dan 2 tahun 2012;

2. Fokus pada peningkatan pembiayaan sektor Mikro dan Kecil

3. Sangat selektif pada pembiayaan bisnis segmen ekonomi yang berpotensi bubble seperti industri otomotif dan properti;

4. Membidik segmen industri penunjang pertambangan, makanan dan distribusi.

Sehingga berdasarkan hal tersebut diatas, pada tahun 2012, Bank BNP memprediksikan pertumbuhan bisnis berada pada kisaran 18%.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk00

Yasuo UonomiPresiden Komisaris

Tatang HermawanKomisaris

Karel TanokKomisaris Independen

Bachtiar AlamKomisaris Independen

Abdul Malik Sugiarto (Alm)Komisaris Independen

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Komisaris

Tatang Hermawan

50 tahun, Warga Negara Jepang, menjadi Presiden Komisaris Bank BNP sejak tanggal 27 Juni

2011. Latar belakang pendidikan lulus dari Sophia University Tokyo, Japan pada tahun 1984.

Pengalaman bekerja terakhir sebagai Manager pada Bank of Tokyo - Mitsubishi UFJ

International Business Div. Nagoya, Japan (2008 - Maret 2011), Manager (Pejabat Eksekutif,

satu tingkat dibawah Direksi) pada Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Corporate Business Div.

Tokyo, Japan (2006 - 2008), Manager (Pejabat eksekutif, satu tingkat dibawah Direksi) pada

Bank of Tokyo- Mitsubishi Jakarta Branch (2000 - 2006), Manager pada Bank of

Tokyo-Mitsubishi Yokohama Branch, Japan (1999 - 2000), Manager pada Bank of

Tokyo-Mitsubishi Yaesuo-dori Branch, Japan (1997 - 1999), Group Leader pada Bank of Tokyo

Jakarta Branch (1991- 1997), Manager pada Bank of Tokyo Semba Branch Osaka, Japan (1988

- 1991), Officer pada Bank of Tokyo International Operation Center Tokyo, Japan (1985 - 1988),

Officer pada Bank of Tokyo Marunouchi Branch Tokyo, Japan (1984 - 1985).

73 tahun, Warga Negara Indonesia, menjadi Komisaris Bank BNP sejak tanggal 26 Mei 2001. Latar belakang sebagai Sarjana Ekonomi dan Akuntan, lulusan Universitas Padjajaran Bandung tahun 1967, memiliki pengalaman sebagai Akuntan (BPKP) Perwakilan Jawa Barat tahun 1968-1973, sebagai Junior Consultant pada International Consulting Service, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Parahyangan tahun 1969-1982, Senior Consultan di Group PT. Jasumana, General Manager PT. Carlo Erba, Direktur Keuangan dan Administrasi PT. NAINTEX dan Managing Partner dari Kantor Akuntan Drs. Karel Widyarta.

63 tahun, Warga Negara Indonesia, menjadi Komisaris Bank BNP sejak tanggal 26 Desember 2007. Pengalaman bekerja sebagai Presiden Komisaris di Bank BNP sejak tanggal 26 Mei 2001 sampai dengan 25 Desember 2007, dengan pengalaman bisnis sebagai pengusaha tekstil di Bandung seperti PT. Budiman Sejahtera Development, PT. Hermawan Megah Sentral dan beberapa perusahaan yang pernah berada dibawah kendalinya seperti : PT. Nam Nam Fashion, PT. Warna Makin Mulia, PT. Fuji Palapa Textile Industri, PT. Central Georgette Nusantara, PT. Hermawan Ladang Arta dan PT. Hermawan Sentral Investama, Oriental Indah Bali Hotel.

Presiden Komisaris

Yasuo Uonomi

Komisaris Independen

Karel Tanok

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

60 tahun, Warga Negara Republik Indonesia, menjadi Komisaris Bank BNP sejak tanggal 26 Desember 2007. Latar belakang pendidikan Sarjana Hukum dari Universitas Indonesia tahun 1987 dan Magister of Financial Management dari Universitas Padjadjaran – Bandung tahun 2002. Pengalaman bekerja sebagai Executive Bank Supervisor Bank Indonesia Bandung Regional Office sejak tahun 2006 sampai memasuki masa pensiun, Senior Bank Supervisor Directorate of Bank Supervision 2 Bank Indonesia - Jakarta (2000-2006), Bank Supervisor di Bank Indonesia Bandung tahun 1995 – 2000, Asistant Manager Banking Supervision Section di Bank Indonesia Denpasar tahun 1991 – 1995, Yunior Auditor di Internal Audit Departement, Bank Indonesia – Jakarta dari tahun (1984-1991) dan memulai karir di Bank Indonesia Jakarta pada tahun 1976 di Direktorat PU dan HRD. Mengikuti beberapa training atau seminar dan studi banding di bidang pengawasan antara lain di New York, Amerika Serikat (1995), FDIC - LPS Washington, Amerika Serikat (1995), Mizuo Bank, Limited – Tokyo, Japan (2003), ANZ Bank – Melbourne, Australia (2003), dan Makati – Filipina (2005).*) terhitung tanggal 15 Maret 2012, beliau sudah tidak menjabat lagi sehubungan meninggal dunia

53 tahun, Warga Negara Indonesia, menjadi Komisaris Bank BNP sejak tanggal 26 Desember 2007. Latar belakang pendidikan Sarjana Sastra (S.S) dari Universitas Indonesia (UI) tahun 1984, Magister Sains (M.Si) dalam bidang Sosiologi dari UI tahun 1987, Master of Arts (A.M.) dari Regional Studies East Asia dari Harvard University tahun 1989, Doctor of Philosophy (Ph.D) dalam bidang Antropologi dari Harvard University tahun 1995. Pengalaman Bekerja sebagai Dosen Tetap di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB), UI tahun 1987 – sekarang, sebagai Visiting Professor di Departement of Cultural Anthropology, University of Tokyo tahun 2003, sebagai Visiting Researcher di Faculty of Law and Letters di University of the Ryukyus Jepang tahun 2006.

Komisaris Independen

Bachtiar Alam, Ph.D

Komisaris Independen

Abdul Malik Sugiarto *)

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

68 tahun, Warga Negara Indonesia, menjadi anggota Komite Audit dan Komite Pemantau Risiko Bank BNP sejak Maret 2009. Latar belakang pendidikan Sarjana Ilmu Ekonomi jurusan Akuntansi dari Universitas Pajajaran Bandung tahun 1975. Pengalaman bekerja sebagai Manager di Kantor Akuntan Publik Darmawan, Hendang & Yogi (2010 – sekarang), Manager di Kantor Akuntan Publik Hananta Budianto & Rekan (2009-2010), di Kantor Akuntan Publik Hananta Yogi Ferdinand & Associates (2008-2009), Manager di KAP Kanaka Puradiredja, Robert Yogi, Suhartono (2006-2008), Manager di Kantor Akuntan Publik Tanubrata Yogi Sibarani Hananta (2004-2006), sebagai Manager di KAP Drs. Robert Yogi (1994-2004), Kepala Akunting Pajak di PT. Sayap Rajawali Raya (1994-1994), Manager di Kantor Akuntan Publik Drs. Karel, Widyarta (1982-1994), sebagai Akuntan di Direktorat Jendral Pengawasan Keuangan Negara (1976-1982) dan memulai karirnya sebagai Staff Pemeriksa di Kantor Administrasi “Analisa” (1964-1976).

62 tahun, Warga Negara Indonesia, menjadi anggota Komite Audit dan Komite Pemantau Risiko Bank BNP sejak Maret 2009. Latar belakang pendidikan Sarjana Muda dari Universitas Gajah Mada dan Sarjana Ilmu Ekonomi dari Universitas Muhammadiyah pada tahun 1972. Pengalaman bekerja lebih dari 15 tahun di bidang keuangan dan manajemen perbankan khususnya Manajemen Risiko, sebagai Manager di Bank American Express (1976-1988), Manager di Bank BSB Jakarta (1988-1991), Direktur Risk Management PT. ING Bank Jakarta (1996-1998), Direktur Manajemen Resiko di PT. BNN Tbk (1998-1999), sebagai Technical Advisor di PT. BFC Tbk (1999), Managing Director di AAJ Batavia (2000-2002), Deputy Chief Risk Officer di Bank Commonwealth Indonesia (2006-2007), sebagai anggota dari Komite Pemantau Risiko di Bank Bumiputera Indonesia (2007 – sekarang). Memiliki sertifikat Instruktur Manajemen Risiko dan Manajemen Risiko dari BSMR (2006).

Komite Independen

Pilipus Azarjah Komite Independen

Arifin S. Haris

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Budi Tjahja HalimDirektur Bisnis

Ritsuo AndoPresiden Direktur

Koji SawadaDirektur Keuangan dan Perencanaan

Markus SugionoDirektur Operasional dan IT

AfandiDirektur Kepatuhan dan Manajemen Risiko

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Presiden Direktur

Ritsuo Ando

Direktur Bisnis

Budi Tjahja Halim

55 tahun, Warga Negara Jepang, menjadi Presiden Direktur Bank BNP sejak tanggal 26 Agustus 2009. Latar belakang pendidikan lulus dari Osaka University of Foreign Studies, Japan pada tahun 1979. Jabatan sebelumnya adalah General Manager Overseas Business Development Departement pada ACOM CO., LTD. Jepang (2007), sebagai Advisor di Internatioal Division pada Resona Bank, Limited Japan (2005-2007), sebagai Presiden Direktur pada PT. Resona Indonesia Finance, Indonesia (2003-2005), sebagai Presiden Direktur pada PT. Daiwa Lippo Finance Indonesia (2001-2003), sebagai Deputi General Manager dan General Manager di The Daiwa Bank , Ltd. Jepang (1995-2001) dan beberapa bank lain seperti Bank Perdania Indonesia, Bank NISP Indonesia.

48 tahun, Warga Negara Indonesia, menjadi Direktur Bank BNP sejak tanggal 26 Agustus 2009. Latar Belakang pendidikan Sarjana Ekonomi dari Universitas Katolik Parahyangan, Bandung tahun 1986, Magister Manajemen dari Universitas Gajah Mada pada tahun 2005 dan meraih gelar Doktor Manajemen Bisnis pada tahun 2011 dari Universitas Padjajaran Bandung. Pengalaman bekerja sebagai Executive Vice President - Head of Commercial Business di PT. Bank Danamon, Tbk., (2004- 2009), Team - Grand Plan dan Retail Banking Group Head di PT. Bank Mega, Tbk. (2003- 2004), sebagai Board of Management, Group Head Individual Banking dan Business Manager Geographical Focus Jawa & Bali pada PT. Bank Universal (2000- 2003), dan memulai karir sebagai Trainee Perbankan di Officer Development Program (1986) Bank Bali dengan jabatan terakhir sebagai Direktur Commercial Banking.

50 tahun, Warga Negara Jepang, menjadi Direktur Bank BNP sejak tanggal 30 September 2010. Latar belakang pendidikan adalah lulusan dari Osaka University of Foreign Studies untuk Indonesian Faculty pada tahun 1984. Pengalaman pekerjaan sebagai Senior Manager di Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Kantor Pusat, Tokyo, Jepang (April 2010), sebagai General Manager di Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Kantor Cabang Kadoma, Jepang (2008- April 2010), sebagai Assitant to General Manager di Bank of Tokyo-Mitsubishi Kantor Cabang New Delhi, India (2003- 2008), sebagai Manager di Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ International Division (2001- 2003), sebagai Manager of Customer Relation di Bank of Tokyo-Mitsubitshi Kantor

Direktur Keuangan dan Perencanaan

Koji Sawada

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Direktur Operasional dan IT

Markus Sugiono

Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko

Afandi

46 tahun, Warga Negara Indonesia, menjadi Direktur Bank BNP sejak tanggal 26 Agustus 2009. Latar belakang pendidikan Sarjana Teknik Industri dari Institut Teknologi Nasional pada tahun 1990. Pengalaman bekerja sebagai Kepala Biro Operasional di Bank BNP (2004- 2009), Kepala Bagian Operasional di Bank BNP (2003- 2004), Deputy Manager di Bank UOB Indonesia (2001- 2003), Branch Manager di Keppel Tat Lee Buana Bank (1998- 2001), Wakil Pimpinan Cabang di Bank Pikko (1997- 1998), Kepala SKAI dan Sisdur di Bank Bisnis Internasional (1994- 1997), Kepala Ekspor- Impor di Bank BNP (1994), Loan Processing Head dan Bills (Export) Head di Bank Bali (1989 - 1994), Project Assistant at Transportation Master Plan Study di Lembaga Penelitian & Afiliansi Industri- ITB, sebagai Guru Matematika SMP di Yayasan Pendidikan Kristen Yahya.

64 tahun, Warga Negara Indonesia, menjadi Direktur Bank BNP sejak tahun 1989. Latar belakang pengalaman sebagai Kepala Bidang Keuangan Bank Central Asia (BCA) tahun 1986-1989, Kepala Bagian Pembukuan di Bank Central Asia tahun 1980-1986, Wakil Kepala Bagian Pembukuan di Bank Central Asia tahun 1977-1980, Asisten Akuntan di Kantor Akuntan Drs.Mr.RD. Prajitno Soewondo, Akt. tahun 1974-1977.

Cabang Kamata, Jepang (1998- 2001), sebagai Group Leader of Business Promotion Department di Bank of Tokyo-Mitsubishi Kantor Cabang Jakarta, Indonesia (1996- 1998), sebagai General Manager di PT Mitsubishi Buana Bank, Kantor Pusat Jakarta, Indonesia (1991- 1996), sebagai Officer di The Mitsubishi Bank Ltd, International Operation Center di Jepang (1987- 1991), sebagai Account Officer di The Mitsubishi Bank Ltd, Corporate Banking Kantor Cabang Imazato di Jepang (1984- 1987).

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

BusinessDirector

Chief ofInternal Audit

PresidentDirector

Business Development Division Head

RegionalBusiness Head I

Operation & ITDirector

Information Technology Division Head

Credit SupportDivision Head

Operation Support Division Head

ServiceDivision Head

RegionalBusiness Head II

RegionalBusiness Head III

MicroBusiness Head

ConsumerBusiness Head

KTABusiness Head

Treasury & FinancialInstitution Division Head

IT Steering Committee

Board ofCommissioners

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Finance & Planning Director

Compliance & Risk Management Director

Corporate Planning &Secretary Division Head

Accounting & FinanceDivision Head

ComplianceDivision Head

Risk ManagementDivision Head

HR & GADivision Head

New Products & Activities Committee

Risk Management Committee

Compliance Committee

Loan Policy Committee

ALCO Committee

Loan Committee

BoC Meeting

Audit Committee

Risk Oversight Committee

Remuneration &Nomination Committee

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Berdiri dari kiri : Shigeo Morimoto, Hardi Widjaja, Tjie Khong Fen, Mario Yahya, Sintawati Luswanto, Susiliana, Franciskoes

Heri D, Yanto Setiawan

Duduk dari kiri : Maria Ida Ratnawati R, Budijanto Suryadi, Lius B Nugroho, Kevin Cahyadi Tatang

Jongkok dari kiri : Gina Dharma, Bonny Wahyudi, Agung Subagiyo, Purbadji Basuki, Tomas Sugiono

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

KEPALA CABANG

PEJABAT EKSEKUTIF

Agung SubagiyoKepala Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum

Bonny WahyudiKepala Divisi Pengembangan Bisnis

Franciskoes Heri DKepala Divisi Akuntansi & Keuangan

Gina DharmaKepala Divisi Bisnis Konsumer

Hardi WidjajaKepala Divisi Tresuri

Kevin Cahyadi TatangKepala Divisi Bisnis Regional I

Lius B. NugrohoKepala Divisi Bisnis Regional II

Maria Ida Ratnawati R.Kepala Divisi Kredit Tanpa Agunan

Mario YahyaKepala Divisi Perencanaan dan Sekretaris Perusahaan

Purbaji BasukiKepala Divisi Kepatuhan

Rosep Tunggal LesmanaKepala Satuan Kerja Audit Intern

Shigeo MorimotoKepala Divisi Manajemen Risiko

Sintawati LuswantoKepala Divisi Bisnis Regional III

SusilianaKepala Divisi Operasional

Tjie Khong FenKepala Divisi Informasi & Teknologi

Tomas SugionoKepala Divisi Bisnis Mikro

Yanto SetiawanKepala Divisi Administrasi Kredit

Budijanto SuryadiKepala Divisi Service

Njo Budhi Junaidi W Denpasar Branch – Bali

Ronie PurnadjajaMataram Branch – Semarang

Willy Gunawan Suryakencana Branch – Bogor

Sudjaja SuhantaBekasi Cyber Park Branch – Bekasi

Tedi HartonoCikurubuk Branch - Tasikmalaya

Ernie SustiawatiSudirman Branch - Bandung

Agustinus Roy Ellery Vico NulampauMajalaya Branch - Kab. Bandung

Johan KomaraSoreang Branch – Kab. Bandung

Edie LoWahid Hasyim Branch – Jakarta

Paulus Gagan GunawanDarmo Branch – Surabaya

Marlinah OngkowidjojoYos Sudarso Branch – Cirebon

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

• Pinjaman Modal Kerja (IDR, USD)• Investasi (IDR, USD)• Konsumtif:

• Kredit Pemilikan Rumah KPR• Kredit Pemilikan Mobil (KPM)• Kredit Renovasi Rumah• Kredit Tanpa Agunan (KTA)

• Lainnya:• Kredit Profesi• Kredit Expor-Impor• Lainnya

• Rekening Giro (IDR, USD, SGD, EURO, JPY, AUD)• Rekening Giro Bushido• Tabungan Nusantara (Berhadiah)• Tabungan BNP Sehati • Tabungan Parahyangan• Tabungan BNP Goes To School• Tabungan Sakura• Tabungan JAPAN• Tabungan Dollar• Deposito Berjangka : Mingguan dan Bulanan(IDR,

USD, SGD, EURO, HKD, AUD)

• ATM Bersama; • ATM ALTO;• ATM Prima (ATM BCA);• Debit Prima (Debit BCA); • Debit Bersama;• Debit Visa Bank BNP• Transfer Dana Antar Bank via mesin ATM (ATM ALTO dan ATM Bersama)

• Kartu ATM dan Debit

• Bank Garansi (IDR & Major Currency) : • Tender/ Bid Bond, • Performance Bond, • Advance Payment Bond, • Shipping Guarantee

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

1. Commonwealth Bank of Australia Sydney, Sydney Australia untuk mata uang Australian Dolar (AUD);

2. Standard Chartered Bank, Frankfurt, Germany untuk mata uang Euro (EUR);

3. Standard Chartered Bank London, United Kingdom untuk mata uang Poundsterling (GBP);

4. United Overseas Bank LTD Hong Kong, Hong Kong untuk mata uang Hongkong Dollar (HKD);

5. Sumitomo Mitsui Banking Corporation Tokyo, Japan untuk mata uang Yen (JPY);

6. United Overseas Bank Singapore, Singapore untuk mata uang Singapore Dolar (SGD);

7. Standard Chartered Bank New York, USA untuk mata uang USD.;

8. Wells Fargo Bank (Formerly Wachovia) New York, USA untuk mata uang USD;

9. Bank Central Asia Jakarta, Indonesia untuk mata uang USD;

10. Bank Mandiri (PERSERO) PT, Jakarta Indonesia untuk mata uang USD;

11. JP Morgan Chase Bank, N.A. New York, USA untuk mata uang USD

• Pembayaran dan Tagihan• Pembayaran Rekening Listrik On-line• Pembayaran Rekening Telephone On-line• Pembayaran dan Pengisian Pulsa Telkomsel (Kartu

As, Simpati) • Pembayaran Rekening Telepon Flexi – Speedy• Pembayaran Air / PDAM/ Water Bill• Pembayaran Angsuran Kredit Motor (Busan Auto

Finance/ BAF) • Pembayaran Pajak Penghasilan On-line (MP3 &

EDI) • Pembayaran Pajak PBB On-line• Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan ( BPHTB)• Pembayaran Uang Sekolah/ Kuliah, Pendaftaran

Sekolah Dasar/ Menegah/ Atas dan Perguruan Tinggi

• Safe Deposit Box (SDB)• Pembayaran Gaji

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

KANTOR CABANG

BANDUNG

Jl. Jenderal Sudirman No. 30 - 32, Bandung - 40181

Tlp: +62-22-4202088(Hunting) Fax: +62-22-4206988

Jl. Kondang No. 34, Majalaya, Kab. Bandung - 40382

Tlp: +62-22-5950519, 5950520, 5950522 Fax: +62-22-5950523

JAKARTA

Jl. K.H. Wahid Hasyim No. 171, Jakarta - 10250

Tlp: +62-21-3901485(Hunting) Fax: +62-21-3144589

BEKASI

Bekasi Cyber Park, Jl. K.H. Noer Ali No. 177

Lt. LG Blok A3 No. 12 Bekasi Selatan, Bekasi - 17141

Tlp: +62-21-88967100 (Hunting) Fax: +62-21-88967107

BOGOR

Jl. Suryakencana No. 331, Bogor - 16126

Telp. +62-251-8337558 Fax: +62-251-8337408

CIREBON

Jl. Yos Sudarso No. 2, Cirebon - 45000

Tlp: +62-231-221491(Hunting) Fax: +62-231-221500

SEMARANG

Mataram Plaza

Jl. M.T. Haryono No. 427-429, Blok A No. 14-14A , Semarang - 50242

Tlp: +62-24-3588789 (Hunting) Fax: +62-24-3588790

TASIKMALAYA

Jl. Gunung Sabeulah No.41 C, Tasikmalaya - 46113

Tlp: +62-265-2350100 (Hunting) Fax: +62-265-2352500

SURABAYA

Jl. Raya Darmo No. 71, Surabaya - 60265

Tlp: +62-31-5678871 Fax: +62-31-5683861

DENPASAR

Rukan Teuku Umar Indah

Jl. Teuku Umar No. 29-31, Denpasar - 80114

Tlp: +62-361-225588 Fax: +62-361-238088

SUKABUMI

Jl. Ahmad Yani No. 317, Sukabumi – 43112

Tlp: +62-266-245310 Fax: +62-266-245314

KANTOR PUSATPT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Bandung - 40132, IndonesiaTlp: +62-22-82560100 (hunting); Fax: +62-22-2514580; SWIFT: NUPAID J6

Website: www.bankbnp.com

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

KANTOR CABANG PEMBANTU

Paskal Hyper SquareJl. Dr. Djundjunan No. 126-128, Bandung - 40163Tlp: +62-22-2021330(Hunting) Fax: +62-22-2021320

Jl. Pajajaran No. 151, Bandung - 40173Tlp: +62-22-6019720, 6010130(Hunting) Fax: +62-22-6010579

Jl. Suniaraja No. 57-59, Bandung - 40111Tlp: +62-22-4212188 (Hunting) Fax: +62-22-4239657

Jl. Kopo No.97, Bandung - 40234Tlp: +62-22-5204888 Fax: +62-22-5203175

Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 268, Bandung - 40275Tlp: +62-22-7306688 (Hunting) Fax: +62-22-7305133

Jl. Kopo Sayati No. 105, Kab. Bandung - 40227Tlp: +62-22-5401468, 5401498, 5418110 Fax: +62-22-5401458

Jl. Raya Dayeuhkolot No. 272, Kab. Bandung - 40258Tlp: +62-22-5202000, 5203000 Fax: +62-22-5200400

Kompleks Pertokoan Sumber Sari Indah Jl. Sumber Sari Indah - T9, Bandung - 40222Tlp: +62-22-6120585 (Hunting) Fax: +62-22-601490

Ruko Pasar Baru Jl. Oto Iskandardinata No. 70, Lt. 2 Blok D2 No. 01, Bandung - 40181Tlp: +62-22-4245071-75 Fax: +62-22-4245076

Jl. Waringin No. 31, Bandung - 40182Tlp: +62-22-6013320, 6013368, 6043297 Fax: +62-22-6019754

Jl. Bhayangkara No. 281 Ciwidey, Kab. Bandung - 40973Tlp: +62-22-5928730, 5928288, 5928388 Fax: +62-22-5928188

Metro Trade Center (MTC) Jl. Soekarno Hatta, Kav. B-07, Bandung - 40286Tlp: +62-22-7537525(Hunting) Fax: + 62-22-7536295

Jl. Raya Soreang Banjaran No. 453, Soreang – 40911Tlp: +62-22-5893988 Fax: +62-22-5891374

Jl. Buah Batu No. 162 B, Kel. Cijagra, Kec. Lengkong, Bandung – 40262Tlp: +62-22-7322484 Fax: +62-22-7322426

CIMAHIJl. Raya Cimahi No. 644, Cimahi - 40525Tlp: +62-22-6629266 Fax: +62-22-6643411

JAKARTAArea Grand Sahid Jaya HotelJl. Jenderal Sudirman Kav. 86, JakartaTlp: +62-21-5733980 (Hunting) Fax: +62-21-5714260

Jl. Gajah Mada No. 71-73, Krukut Taman Sari, Jakarta Barat - 11140Tlp: +62-21-6333511 Fax: +62-21-6340393

Jl. Muara Karang Raya No.195, Jakarta Utara - 14450Tlp: +62-21-66696150 (Hunting) Fax: +62-21-66602274

Jl. Panglima Polim Raya No.66, Jakarta Selatan - 12160Tlp: +62-21-7202627 Fax: +62-21-7235010

Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC 7 No. 53, Kelapa Gading, Jakarta Utara - 14241Tlp: +62-21-45853468-71 Fax: +62-21-45853466

PIK Bukit Golf Mediterania Kompleks Rukan Gold Coast Blok A No.11, Jakarta – 14450Tlp: +62-21-29032871 Fax: +62-21-29032877

BEKASICikarang Commercial Centre Jl. Raya Cikarang - Cibarusah Km. 40 ,Blok B1. No. 7, Cikarang, Bekasi - 17550 Tlp: +62-21-8937552 Fax: +62-21-8937936

CIREBONCirebon Grand Center Blok D No. 14Jl. Suryanegara (d/h Jl. Pagongan), Cirebon - 45118Tlp: +62-231-248688 (Hunting) Fax: +62-231-248686

KADIPATENJl. Siliwangi (Ex Pabrik Gula) Kompleks Ruko Surya Dept. Store No. 5, Kadipaten – 45452Tlp: +62-233–8665055 Fax: +62-233-8665054

INDRAMAYUJl. Letnan Joni No. 327, Jatibarang - 45273Tlp: +62-234-351288 Fax: +62-234-351424

SURABAYAPasar Atom Mall Jl. Stasiun Kota No. 7A, Stand No. FD-12 - FD-15 - Surabaya - 60161Tlp: +62-31-3575168 (Hunting) Fax: +62-31-3571760

Kompleks Ruko Darmo Park I Blok IV A. No.6Jl. Mayjen Sungkono No. 112E, Surabaya – 60225Tlp: +62-31-5660755 Fax: +62-31-5612994

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Komplek Pertokoan Lamongan Indah Blok A-9Jl. Panglima Sudirman, Surabaya – 62213Tlp: +62-322-324169 Fax: +62-322-324190

KUNINGANJl. Siliwangi No. 177, Kuningan – 45511Tlp: +62-232-871680 Fax: +62-232-871646

GARUTJl. Guntur, Kompleks Ruko Intan, Bisnis Center Blok A No.16, Garut – 44117Tlp: +62-262-544644 Fax: +62-262-541101

CIKAMPEKJl. Ahmad Yani no. 57, Cikampek, Karawang – 41373Tlp: +62-264-8385660 Fax: +62-264-8385661

KARAWANGJl. Tuparev No. 267Tlp: +62-267-8454837 Fax: +62-267-8454836

SUBANGJl. Ion Martasasmita No. 3, Pamanukan, Subang – 41254Tlp: +62-260-552055 Fax: +62-260-552050

TASIKMALAYAKompleks Pasar Cikurubuk Blok B3 No. 27, Tasikmalaya – 46113Tlp: +62-265-344475 Fax: +62-265-344473

BALIJl. Raya Ubud No. 177, Ubud, Gianyar, Bali – 80571Tlp: +62-361-980422 Fax: +62-361-970317

BEKASIRuko Plaza Menteng Blok C No. 20Jl. M.H. Thamrin, Lippo Cikarang - Bekasi - 17550Tlp: +62-21-89920728 Fax: +62-21-89920718

Ruko Metro BoulevardJl. Niaga Raya No. A 25, Kota Jababeka II, Cikarang Selatan, Bekasi - 17550Tlp: +62-21-89842349 Fax: +62-21-8982345

Ruko Jatinegara Jl. Pasar Barat No. 28/129, Kel. Balimester, Kec. JatinegaraTlp: +62-21-85910018 Fax: +62-21-85910039

KANTOR KAS

PAYMENT POINT

SERVICE POINT

Blok M Square Lt UG Kios AL01/AKS/127, JakartaTlp: +62-21-72802340 Fax: +62-21-72802350

DENPASARPertokoan Tiga Berlian Jl. Kalianget No. 3, Kel. Kuta, Kec. Kuta, DenpasarTlp: +62-361-757926 (Hunting) Fax: +62-361-757927

Jl. Poppies 1, Hotel Maharani, Bali – 80361Tlp: +62-361-751295 Fax: +62-361-751352

PAYMENT POINTJl. H. Ibrahim Adjie (Kiaracondong) No. 372, Bandung – 40275Tlp: +62-22–7333355

Jl. Ir. Sutami No. 1, Bandung - 40164Tlp: +62-22-2020894

Jl. Soekarno Hatta No. 216, Bandung - 40223Tlp: +62-22–6030566

Jl. Soekarno Hatta No. 781, Bandung - 40116Tlp: +62-22–7304525

Jl. Purnawarman No. 21, Bandung - 40117Tlp: +62-22–4207897

Jl. Peta No. 7, Bandung - 40232Tlp: +62-22–6078538

SERVICE POINTJl. Tamansari Pusat Belanja Balubur lantai D1 Blok TF 11, Bandung - 40132Tlp: +62-22-84468679

Laporan Tahunan 2011PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.

Laporan Tahunan ini, berikut Laporan Keuangan dan informasi lain yang terkait, merupakan tanggungjawab manajemen Bank BNP dan dijamin kebenarannya oleh seluruh anggota Dewan Komisaris dan Direksi dengan membubuhkan tandatangannya masing-masing di bawah ini.

*) R.I.P.tgl.15/3/2012

PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk Laporan keuangan beserta laporan auditor independen 31 Desember 2011 dengan angka perbandingan untuk tahun 2010 dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dengan angka perbandingan untuk tahun 2010 Financial statements with independent auditor’s report December 31, 2011 with comparative figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and for the year ended December 31, 2011 with comparative figures for 2010

The original financial statements included herein are in the Indonesian language

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk LAPORAN KEUANGAN BESERTA LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN 31 DESEMBER 2011 DENGAN ANGKA PERBANDINGAN UNTUK TAHUN 2010 DAN 1 JANUARI 2010/31 DESEMBER 2009 DAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2011 DENGAN ANGKA PERBANDINGAN UNTUK TAHUN 2010

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk FINANCIAL STATEMENTS WITH INDEPENDENT AUDITOR’S REPORT DECEMBER 31, 2011 WITH COMPARATIVE FIGURES FOR 2010 AND JANUARY 1, 2010/DECEMBER 31, 2009 AND FOR THE YEAR ENDED DECEMBER 31, 2011 WITH COMPARATIVE FIGURES FOR 2010

Daftar Isi Halaman/

Page Table of Contents

Surat Pernyataan Direksi Director’s Statement Letter Laporan Auditor Independen Independent Auditor’s Report Laporan Posisi Keuangan……………………………. 1- 3 …………………..Statements of Financial Position Laporan Laba Rugi Komprehensif…………………... 4 ……………Statements of Comprehensive Income Laporan Perubahan Ekuitas..................................... 5 …………………..Statements of Changes in Equity Laporan Arus Kas.................................................... 6 -7 …………………………..Statements of Cash Flows Catatan atas Laporan Keuangan……………………. 8 -109 ………………….Notes to the Financial Statements

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk STATEMENTS OF FINANCIAL POSITION December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/ December 31, 2009 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan

The accompanying notes are an integral part of these financial statements

1

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ Catatan/ January 1, 2010/ Notes 2011 2010 *) December 31, 2009 *)

ASET ASSETS Kas 2c,2e,4 69.505.340 62.542.751 99.229.875 Cash Giro pada Bank 2c,2e,2i, Demand deposits with Indonesia 2j, 5 706.476.502 322.982.513 172.905.041 Bank Indonesia Giro pada bank lain 2c,2e,2i, Demand deposits setelah dikurangi cadangan 2j,2o,6 with other banks kerugian penurunan nilai net of allowances for sebesar Rp Nihil pada impairment losses of Rp Nil 31 Desember 2011, as of December 31, 2011 Rp 1.205.674 pada Rp 1,205,674 as of 31 Desember 2010, December 31, 2010, dan Rp 1.926.640 pada and Rp 1,926,640 as of 1 Januari 2010/ January 1, 2010/ 31 Desember 2009 87.177.519 119.361.693 190.737.379 December 31, 2009 Penempatan pada Bank 2c,2e,2k, Indonesia dan bank lain 2o,7 Placements with Bank Indonesia setelah dikurangi cadangan and other banks kerugian penurunan nilai net of allowances for sebesar Rp Nihil pada impairment losses of Rp Nil 31 Desember 2011, as of December 31, 2011 Rp 3.686.502 pada Rp 3,686,502 as of 31 Desember 2010 dan December 31, 2010 Rp 3.292.802 pada and Rp 3,292,802 1 Januari 2010/ as of January 1, 2010/ 31 Desember 2009 526.435.370 733.550.533 325.987.398 December 31, 2009 Efek-efek 2c,2e,2l, Securities setelah dikurangi cadangan 2o,8 net of allowance for kerugian penurunan nilai impairment losses of Rp Nil sebesar Rp Nihil pada as of December 31, 2011, 31 Desember 2011, Rp 97,670 as of Rp 97.670 pada December 31, 2010 31 Desember 2010 dan and Rp 62,363 as of Rp 62.363 pada 1 Januari January 1, 2010/ 2010/31 Desember 2009 164.374.380 183.262.512 380.555.886 December 31, 2009 Obligasi pemerintah 2e,2l,9 100.495.042 101.323.456 104.918.950 Government bonds Kredit yang diberikan: 2c,2d,2e, Loans: Pihak berelasi 2m,2o,10, 15.782.420 45.963.173 19.560.474 Related parties Pihak ketiga 35 4.794.244.492 3.611.706.992 2.543.161.340 Third parties

4.810.026.912 3.657.670.165 2.562.721.814 Dikurangi: cadangan Less: allowance kerugian penurunan nilai (49.878.045) (35.166.973) (23.002.206) for impairment losses

4.760.148.867 3.622.503.192 2.539.719.608 Tagihan akseptasi 2c,2e,2n, setelah dikurangi cadangan 2o,11 Acceptances receivable kerugian penurunan nilai net of allowance for sebesar Rp Nihil pada impairment losses of Rp Nil 31 Desember 2011, as of December 31, 2011 Rp 238.841 pada Rp 238,841 as of 31 Desember 2010 dan December 31, 2010 and Rp 1.597 pada 1 Januari Rp 1,597 as of January 1, 2010/31 Desember 2009 7.930.070 23.645.264 158.118 2010/December 31, 2009 *) Setelah disajikan kembali (Catatan 47)/ As restated (Note 47)

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN (lanjutan) 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk STATEMENTS OF FINANCIAL POSITION (continued) December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/ December 31, 2009 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan

The accompanying notes are an integral part of these financial statements

2

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ Catatan/ January 1, 2010/ Notes 2011 2010 *) December 31, 2009 *)

2b,2aa, Aset pajak tangguhan 32c,47 - 1.307.172 858.281 Deferred tax assets Aset tetap 2p,12 Fixed assets setelah dikurangi akumulasi net of accumulated penyusutan sebesar depreciation of Rp 37.298.430 pada Rp 37,298,430 as of 31 Desember 2011, December 31, 2011 Rp 30.783.222 pada Rp 30,783,222 as of 31 Desember 2010 dan December 31, 2010 and Rp 24.919.495 pada Rp 24,919,495 as of 1 Januari 2010/ January 1, 2010/ 31 Desember 2009 36.181.672 33.157.175 24.865.188 December 31, 2009 Aset lain-lain 2c,2o,2q, Other assets 2r,2s,2y,13 113.921.961 77.255.905 56.418.620

JUMLAH ASET 6.572.646.723 5.280.892.166 3.896.354.344 TOTAL ASSETS

*) Setelah disajikan kembali (Catatan 47)/ As restated (Note 47)

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN (lanjutan) 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk STATEMENTS OF FINANCIAL POSITION (continued) December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/ December 31, 2009 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan

The accompanying notes are an integral part of these financial statements

3

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ Catatan/ January 1, 2010/ Notes 2011 2010 *) December 31, 2009 *)

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITIES AND EQUITY LIABILITAS LIABILITIES Liabilitas segera 2c,2f, 2t,14 18.328.168 7.428.296 1.848.605 Obligations due immediately Simpanan nasabah: 2c,2d,2f, Deposits from customers: 2u,15,35 Pihak ketiga 5.274.597.189 4.226.406.627 3.151.190.448 Third parties Pihak berelasi 385.483.186 317.993.561 321.916.766 Related parties

5.660.080.375 4.544.400.188 3.473.107.214 Simpanan dari bank lain 2c,2f,2v,16 213.811.124 151.356.689 19.287.969 Deposits from other banks Utang akseptasi 2c,2d,2f Acceptances payable Pihak ketiga 2n,11,35 7.930.070 22.831.980 159.715 Third parties Pihak berelasi - 1.052.125 - Related parties Utang pajak 2c,2aa,32b 10.127.928 8.657.454 5.887.640 Taxes payable Liabilitas imbalan Obligation for pasca kerja 2w,33 - - 1.097.985 post-employment benefits Liabilitas lain-lain 2c,2d,2y, 18,35 25.651.959 25.653.111 25.004.433 Other liabilities Pinjaman subordinasi 2c,2d,2f, 2x,17,35 53.806.545 - - Subordinated loans

JUMLAH LIABILITAS 5.989.736.169 4.761.379.843 3.526.393.561 TOTAL LIABILITIES

EKUITAS EQUITY Modal saham dengan nilai nominal per saham Share capital Rp 500 (full Rp 500 (nilai penuh) amounts) par value per share Modal dasar 1.000.000.000 lembar Authorized capital 1,000,000,000 saham, shares, Modal ditempatkan dan disetor penuh 416.513.158 lembar saham pada 31 Desember Issued and fully paid-up capital 2011 dan 2010, 416,513,158 shares as of dan 316.550.000 December 31, 2011 and 2010 lembar saham pada and 316,550,000 shares 1 Januari 2010/ as of January 1, 2010/ 31 Desember 2009 19 208.256.579 208.256.579 158.275.000 December 31, 2009 Tambahan modal disetor-bersih 20 56.494.464 56.494.464 8.009.038 Additional paid in capital-net Saldo laba Retained earnings Ditentukan penggunaannya 21 29.549.823 24.802.286 21.862.354 Appropriated Tidak ditentukan penggunaannya 2b,21,47 288.609.688 229.958.994 181.814.391 Unappropriated

JUMLAH EKUITAS 582.910.554 519.512.323 369.960.783 TOTAL EQUITY

JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 6.572.646.723 5.280.892.166 3.896.354.344 TOTAL LIABILITIES AND EQUITY

*) Setelah disajikan kembali (Catatan 47)/ As restated (Note 47)

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk STATEMENTS OF COMPREHENSIVE INCOME Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 (Expressed in thousand of Rupiah)

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan

The accompanying notes are an integral part of these financial statements

4

Catatan/ Notes 2011 2010 *)

PENDAPATAN DAN BEBAN OPERATING INCOMES AND OPERASIONAL EXPENSES Pendapatan dan beban bunga Interest income and expenses Pendapatan bunga 2y,2z,22 612.590.518 436.289.710 Interest income Beban bunga 2y,23,45 (318.641.938) (212.053.278) Interest expense

Pendapatan bunga-bersih 293.948.580 224.236.432 Interest income-net

Pendapatan (beban) Other operating income (expense) operasional lainnya Provisi dan komisi lainnya 2z,24 4.423.826 3.388.723 Other fees and commissions

Pendapatan transaksi devisa-bersih 2b,25a,47 6.952.770 4.531.630 Gain of foreign exchanges-net

Pendapatan lainnya 25b 12.355.568 9.469.472 Other income

Jumlah pendapatan operasional lainnya 23.732.164 17.389.825 Total other operating income

Beban operasional lainnya Other operating expenses Pembentukan cadangan kerugian Provision allowance for impairment penurunan nilai aset produktif 2o,26 (9.864.780) (11.853.045) losses on earning assets Beban umum dan administrasi 27,46 (93.995.815) (76.168.097) General and administrative expenses Beban gaji dan tunjangan 28 (114.178.897) (78.960.632) Salaries and allowances expenses Beban lain-lain 29 (8.336.550) (6.353.747) Other expenses

Jumlah beban operasional lainnya (226.376.042) (173.335.521) Total other operating expenses

Jumlah beban operasional lainnya-bersih (202.643.878) (155.945.696) Total other operating expenses-net

LABA OPERASIONAL BERSIH 91.304.702 68.290.736 NET OPERATING INCOME

PENDAPATAN DAN BEBAN NON-OPERATING INCOME AND NON OPERASIONAL EXPENSES

Pendapatan non-operasional 30 1.117.663 395.504 Non-operating income Beban non-operasional 31 (664.764) (564.144) Non-operating expenses

LABA SEBELUM PAJAK 91.757.601 68.122.096 INCOME BEFORE TAX

Manfaat (beban) pajak: Tax benefit (expense): Kini 2aa,32a,32d (22.304.661) (17.486.452) Current Tangguhan 2aa,32d,47 (1.307.172) 448.891 Deferred

Beban pajak - net (23.611.833) (17.037.561) Tax expense - net

LABA TAHUN BERJALAN 68.145.768 51.084.535 INCOME FOR THE YEAR

PENDAPATAN KOMPREHENSIF OTHER COMPREHENSIVE LAIN SETELAH PAJAK - - INCOME AFTER TAX

JUMLAH LABA KOMPREHENSIF TOTAL COMPREHENSIVE INCOME TAHUN BERJALAN 68.145.768 51.084.535 FOR THE YEAR

LABA PER SAHAM DASAR BASIC EARNINGS PER SHARE (Nilai penuh) 2ab, 34 164 153 (Full amount)

*) Setelah disajikan kembali (Catatan 47)/

As restated (Note 47)

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 (Disajikan dalam ribuan Rupiah)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk STATEMENTS OF CHANGES IN EQUITY Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 (Expressed in thousand of Rupiah)

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan

The accompanying notes are an integral part of these financial statements

5

Saldo laba/Retained earnings

Tambahan modal Tidak disetor-bersih/ Ditentukan ditentukan Catatan/ Modal saham/ Additional paid penggunaanya/ penggunaannya/ Jumlah ekuitas/ Notes Capital stock in capital-net Appropriate Unappropriate Total equity

Saldo per 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ Balance January 1, 2010/ December 31, 2009 158.275.000 8.009.038 21.862.354 181.279.475 369.425.867 Penyajian kembali atas penyesuaian cadangan kerugian penurunan nilai aset non-keuangan/ Restatement of allowance for impairment losses on non-financial assets 2b,47 - - - 534.916 534.916

Saldo setelah disajikan kembali/ Balance after restatement *) 158.275.000 8.009.038 21.862.354 181.814.391 369.960.783

Laba komprehensif tahun berjalan/ Comprehensive income for the year *) - - - 51.084.535 51.084.535 Pembentukan cadangan umum/ Allowance for general reserve 21 - - 2.939.932 (2.939.932) - Penambahan modal/ Additional capital 20 49.981.579 48.485.426 - - 98.467.005

Saldo per 31 Desember 2010/ Balance December 31, 2010 *) 208.256.579 56.494.464 24.802.286 229.958.994 519.512.323

Laba komprehensif tahun berjalan/ Comprehensive income for the year - - - 68.145.768 68.145.768 Pembentukan cadangan umum/ Allowance for general reserve 21 - - 4.747.537 (4.747.537) - Deviden tunai 2011 Cash dividend 2011 21 - - - (4.747.537) (4.747.537)

Saldo per 31 Desember 2011/ Balance December 31, 2011 208.256.579 56.494.464 29.549.823 288.609.688 582.910.554

*) Setelah disajikan kembali (Catatan 47)/ As restated (Note 47)

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk LAPORAN ARUS KAS Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 (Disajikan dalam ribuan Rupiah)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk STATEMENTS OF CASH FLOWS Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 (Expressed in thousand of Rupiah)

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan

The accompanying notes are an integral part of these financial statements

6

2011 2010 *)

CASH FLOWS FROM OPERATING ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI ACTIVITIES Penerimaan pendapatan bunga 574.327.516 400.225.290 Interest received Penerimaan provisi dan komisi 36.122.390 22.621.224 Fees and commissions received Penerimaan pendapatan transaksi devisa 7.129.755 5.217.444 Gain of foreign exchanges income received Penerimaan pendapatan operasi lainnya 12.355.567 9.469.472 Other operating income received Penerimaan pendapatan non-operasi 1.022.490 386.854 Other non-operating income received Penerimaan kembali kredit yang telah Recoveries of loans previously dihapuskan 75.000 - written-off Pembayaran beban bunga (316.226.492) (206.858.175) Interest paid Pembayaran beban umum dan adminsitrasi (109.806.952) (61.634.195) General and administrative expenses paid Pembayaran direksi dan karyawan (114.178.897) (78.960.632) Director and employment paid Pembayaran beban lain-lain (8.336.550) (6.353.747) Other expenses paid Pembayaran beban non-operasi (664.764) (564.144) Non-operating expenses paid Pembayaran pajak penghasilan badan (23.455.451) (16.504.967) Payment of corporate income tax

Laba operasi sebelum perubahan Operating income before changes in dalam aset dan liabilitas operasi 58.363.612 67.044.424 operating assets and liabilities

Penurunan (kenaikan) dalam aset operasi: Decrease (increase) in operating assets Penempatan pada Bank Indonesia Placement with Bank Indonesia dan bank lain (29.343.227) (49.227.676) and other banks Kredit yang diberikan (1.152.356.747) (1.094.948.351) Loans Aset lain-lain (8.074.565) (13.910.387) Other assets Kenaikan (penurunan) dalam Increase (decrease) in operating liabilitas operasi: liabilities Liabilitas segera 10.899.871 5.579.691 Obligation due immediately Giro 35.714.911 (74.324.578) Demand deposits Tabungan 326.155.384 196.582.365 Saving deposits Deposito 753.809.891 949.035.187 Time deposits Simpanan dari bank lain 62.454.436 132.068.720 Deposits from other banks Utang pajak 2.621.265 1.788.329 Taxes payable Liabilitas lain-lain (2.482.627) (4.546.424) Other liabilities

Arus kas bersih diperoleh dari Net cash flows provided by aktivitas operasi 57.762.204 115.141.300 operating activities

CASH FLOW FROM INVESTING ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Efek-efek 19.814.216 793.346 Securities Hasil penjualan Proceeds from sale of aset tetap 103.216 8.650 fixed assets Pembelian aset tetap (9.816.806) (14.172.858) Acquisition of fixed assets Tambahan modal saham - 49.981.579 Additional share capital Tambahan modal disetor - bersih - 48.485.426 Additional paid in capital - net

Arus kas bersih diperoleh dari Net cash flows provided by investing aktivitas investasi 10.100.626 85.096.143 activities

CASH FLOW FROM FINANCING ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN ACTIVITIES Pinjaman subordinasi 53.806.545 - Subordinated loans Pembayaran deviden (4.747.537) - Dividend payment

Arus kas bersih diperoleh dari Net cash flow provided by aktivitas pendanaan 49.059.008 - financing activities

*) Setelah disajikan kembali (Catatan 48)/ As restated (Note 48)

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk LAPORAN ARUS KAS (lanjutan) Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk STATEMENTS OF CASH FLOWS (continued) Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 (Expressed in thousand of Rupiah)

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan

The accompanying notes are an integral part of these financial statements

7

2011 2010 *)

KENAIKAN BERSIH KAS DAN NET INCREASE IN CASH AND SETARA KAS 116.921.838 200.237.443 CASH EQUIVALENTS KAS DAN SETARA KAS PADA CASH AND CASH EQUIVALENTS AT AWAL TAHUN 1.193.632.241 993.394.798 BEGINNING OF YEAR

KAS DAN SETARA KAS PADA CASH AND CASH EQUIVALENTS AT AKHIR TAHUN 1.310.554.079 1.193.632.241 END OF YEAR

Kas dan setara kas terdiri dari: Cash and cash equivalents consist of: Kas 69.505.340 62.542.751 Cash Giro pada Bank Indonesia 706.476.502 322.982.513 Demand deposits with Bank Indonesia Giro pada bank lain 87.177.519 120.567.367 Demand deposits with other banks Penempatan pada Bank Indonesia Placement with Bank dan bank lain 447.394.718 687.539.610 Indonesia and other banks

Total cash and cash Jumlah kas dan setara kas pada akhir tahun 1.310.554.079 1.193.632.241 equivalents at end of year

*) Setelah disajikan kembali (Catatan 48)/ As restated (Note 48)

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

8

1. UMUM 1. GENERAL

a. Pendirian dan Informasi Umum a. The Establishment of the Bank and General

PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (dahulu PT Bank Pasar Karya Parahyangan) (“Bank”) berkedudukan di Bandung, didirikan berdasarkan akta notaris Komar Andasasmita, SH, No. 47 tanggal 18 Januari 1972. Akta pendirian tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. YA/11/19 tanggal 15 Mei 1974. Berdasarkan akta notaris Albertus Sutjipto Budihardjoputro, SH. No. 27 tanggal 10 Maret 1989, para pemegang saham memutuskan untuk mengubah status Bank dari Bank Pasar menjadi Bank Umum, dimana akta perubahan telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-4155.HT.01.04. TH-1989 tanggal 2 Mei 1989. Bank memperoleh ijin untuk beroperasi sebagai bank umum dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. 748/KMK.013/1989 tanggal 3 Juli 1989. Bank juga telah memperoleh ijin untuk menjalankan aktivitas sebagai bank devisa berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 27/54/KEP/DIR tanggal 5 Agustus 1994.

PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (formerly PT Bank Pasar Karya Parahyangan) ("The Bank") domiciled in Bandung, was established by the Notarial deed No. 47 dated January 18, 1972 of Notary Komar Andasasmita, SH. The Notary deed was approved by the Minister of Justice of the Republic of Indonesia by Virtue of Decree No. YA/11/19 dated May 15, 1974. by the Notary deed No. 27 dated March 10, 1989 of Notary Albertus Sutjipto Budihardjoputro SH, the shareholders has decided to change the status of the Bank from saving and loan bank into commercial bank, which the change of deed was approved by the Minister of Justice of the Republic of Indonesia by Virtue of Decree No. C2-4155.HT.01.04. TH-1989 dated May 2, 1989. The Bank obtained its operating license in general banking from the Minister of Finance of the Republic of Indonesia by Virtue of Decree No. 748/KMK.013/1989 dated July 3, 1989. The bank also obtained license to engage in foreign exchange activities by the Directors of Bank Indonesia’s Decision Letter No. 27/54/KEP/DIR dated August 5, 1994.

Anggaran Dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir Anggaran Dasar dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 2 tanggal 1 November 2010 yang dibuat dihadapan notaris Kirana Ivyminerva Wilamarta, S.H., LL.M notaris di Bandung sehubungan dengan perubahan modal dasar yang ditempatkan dan disetor. Akta tersebut telah dicatat dalam Keputusan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-AH.01.10-29155 tanggal 15 November 2010 tentang Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan.

The Bank’s Articles of Association have been amended several times. The latest amended Bank’s Articles of Association by Notarial deed No. 2 dated November 1, 2010 of Kirana Ivyminerva Wilamarta, S.H., LL.M, notary in Bandung in connection with the change of the Bank authorized capital and issued and fully paid. The deed was recorded in Ministry of Law and Human Rights of the Republic of Indonesia with letter No. AHU-AH.01.10-29155 dated November 15, 2010 concerning the approval on amendment of the Articles of Association.

Sesuai dengan Pasal 2 Anggaran Dasar Bank, ruang lingkup kegiatan Bank adalah menjalankan kegiatan umum perbankan.

In accordance with Article 2 of the Bank’s Articles of Association, the main activity at the Bank is banking business in general.

Kantor pusat Bank beralamat di Jalan Ir. H. Juanda No. 95 Bandung. Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009, jumlah seluruh kantor di Indonesia adalah sebagai berikut:

The Bank's head office is located at Jalan. Ir. H. Juanda No. 95 Bandung. As of December 31, 2011, 2010, and January 1, 2010/December 31, 2009, the number of all offices in Indonesia were:

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

9

1. UMUM (lanjutan) 1. GENERAL (continued)

a. Pendirian dan Informasi Umum (lanjutan) a. The Establishment of the Bank and General (continued)

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Kantor Pusat 1 1 1 Head Office Kantor Cabang 11 11 9 Branch Offices Kantor Cabang Pembantu/ Sub Branch Offices/ Kantor Kas 41 29 24 Cash Offices Kantor Payment Point 7 6 13 Payment Point Offices

Jumlah 60 47 47 Total

b. Penawaran Umum Saham Bank b. Public Offering of the Bank's Shares

Pada tanggal 14 Desember 2000, Bank memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (“BAPEPAM”) melalui surat No. S-3663/PM/2000 melakukan Penawaran Umum Perdana atas 50.000.000 saham biasa dengan harga penawaran sebesar Rp 525 setiap saham, dan 20.000.000 Waran Seri I disertai dengan Saham Biasa atas nama. Waran diberikan secara cuma-cuma dan periode pelaksanaan Waran Seri I mulai dari 10 Juli 2001 sampai dengan 9 Januari 2004 dengan harga penawaran sebesar Rp 600 per saham. Pada tanggal 10 Januari 2001 saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta) dengan Surat Direksi PT Bursa Efek Jakarta No. S-0058/BEJ-EEM/01-2001 tanggal 8 Januari 2001.

As of December 14, 2000, the Bank obtained the effective notification from the Chairman of the Capital Market Supervisory Board (“BAPEPAM”) through the letter No. S-3663/ PM/2000 the Bank’s undertook an Initial Public Offering of 50,000,000 common shares at the offering price per share was Rp 525 per share and 20,000,000 Warrants Series I which embedded Common Shares. Warrants was issued free in charge and period of exercisable Warrant Series I starting from July 10, 2001 until January 9, 2004 at the offering price of Rp 600 per share. As of January 10, 2001, the shares were registered at Indonesia Stock Exchange (formerly Jakarta Stock Exchange) based on the Board of Directors’ of Jakarta Stock Exchange letter No. S-0058/BEJ-EEM/01-2001 dated January 8, 2001.

Berdasarkan surat pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK No. S-714/BL/2006 tanggal 22 Juni 2006, Bank telah melakukan Penawaran Umum Terbatas I dalam rangka penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 158.275.000 lembar saham dari 7 Juli sampai dengan 13 Juli 2006 dengan harga penawaran sebesar Rp 550 per saham.

By effective notification from the BAPEPAM-LK No. S-714/BL/2006 dated June 22, 2006, the Bank undertook the Pre-empetive Right Issue I of 158,275,000 shares from July 7, 2006 up to July 13, 2006 at the offering price of Rp 550 per share.

Berdasarkan surat pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK No. S-8992/BL/2010 tanggal 30 September 2010, Bank telah melakukan Penawaran Umum Terbatas II dalam rangka penerbitan Hak Memesan Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 99.963.158 lembar saham dari tanggal 14 Oktober 2010 sampai dengan 20 Oktober 2010 dengan harga penawaran sebesar Rp 1.000 per saham.

By effective notification from BAPEPAM-LK No. S-8992/BL/2010 dated September 30, 2010, the Bank undertook the Pre-empetive Right Issue II of 99,963,158 shares from October 14, 2010 up to October 20, 2010 at the offering price of Rp 1,000 per share.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

10

1. UMUM (lanjutan) 1. GENERAL (continued)

c. Dewan Komisaris, Direksi, Komite Audit dan Karyawan

c. Boards of Commissioners, Directors, Audit Committee and Employees

Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan

1 Januari 2010/31 Desember 2009, anggota Dewan Komisaris, Direksi Bank, Komite Audit dan Karyawan adalah sebagai berikut:

As of December 31, 2011, 2010 and January 1,2010/December 31, 2009 the Bank's Board of Commissioners, Directors and Audit Committe are as follows:

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Dewan Komisaris: Board of Commissioners: Presiden Komisaris Yasuo Uonomi Jun-ichi Yoroisaka Jun-ichi Yoroisaka President Commissioner Komisaris Tatang Hermawan Tatang Hermawan Tatang Hermawan Commissioner Komisaris independen Karel Tanok Karel Tanok Karel Tanok Independent Commissioner Komisaris Abdul Malik Abdul Malik Abdul Malik Independent independen Sugiarto Sugiarto Sugiarto Commissioner Komisaris independen Bachtiar Alam Bachtiar Alam Bachtiar Alam Independent Commissioner

Dewan Direksi: Board of Directors: Presiden Direktur Ritsuo Ando Ritsuo Ando Ritsuo Ando President Director Direktur Budi Tjahja Halim Budi Tjahja Halim Budi Tjahja Halim Director Direktur Markus Sugiono Markus Sugiono Markus Sugiono Director Direktur Koji Sawada Koji Sawada Hideki Nakamura Director Direktur Afandi Afandi Afandi Director

Komite Audit: Audit Committee: Ketua Abdul Malik Abdul Malik Abdul Malik Chairman Sugiarto Sugiarto Sugiarto Anggota Arifin Haris Arifin Haris Arifin Haris Members Anggota Pilipus Azarjah Pilipus Azarjah Pilipus Azarjah Members

Susunan Dewan Komisaris dan Direksi pada tanggal 31 Desember 2011 berdasarkan akta Notaris Kirana Ivyminerva Wilamarta, S.H., LL.M, No. 5 tanggal 27 Juni 2011, dan telah mendapat persetujuan dari Keputusan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-AH.01.10-23906 Tahun 2011.

The composition of the Board of Commissioners and Board of Directors as of December 31, 2011 by Notarial deed of Kirana Ivyminerva Wilamarta, S.H., LL.M, No. 5 dated June 27, 2011, and have been approved by Ministry of Law and Human Rights of the Republic of Indonesia with letter No. AHU-AH.01.10-23906 year 2011.

Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009, Bank memiliki karyawan tetap masing-masing sebanyak 1.298, 1.134 dan 739 karyawan (tidak diaudit).

As of December 31, 2011, 2010, and January 1, 2010/December 31, 2009, the Bank had 1,298, 1,134 and 739 permanent employees (unaudited), respectively.

Jumlah gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada Dewan Komisaris dan Direksi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 masing-masing adalah sebesar Rp11.187.066, Rp 8.364.605 dan Rp 8.674.808.

The total salaries and allowances paid to the Board of Commisioner and Directors for the years ended December 31, 2011, 2010 and January 1, 2010/December 2009 amounted to Rp 11,187,066, Rp 8,364,605 and Rp 8,674,808 respectively.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

11

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES

a. Dasar penyusunan laporan keuangan a. Basis for preparation of financial

statements

Laporan Keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) dan Peraturan No. VIII.G.7. tentang "Pedoman Penyajian Laporan Keuangan" yang terlampir dalam Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAMLK No. KEP.06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 serta Surat Edaran BAPEPAM-LK No. SE-02/BL/2008 tanggal 31 Januari 2008 tentang "Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Pertambangan Umum, Minyak dan Gas Bumi dan Perbankan".

The Financial statements have been prepared in accordance with Financial Accounting Standards, the regulations of the Capital Market (BAPEPAM-LK) and Financial Institution Supervisory Board Regulation No. VIII. G. 7 "Guidance for Financial Statements Presentation" attached to the Decision Letter No. KEP.06/PM/2000 dated March 31, 2000 issued by the Chairman of BAPEPAM-LK and the Circular Letter of Capital Market and Financial Institution Supervisory Board No. SE-02/BL/2008 dated January 31, 2008 which contains "Presentation and Disclosure Guidelines for Listed Company's Financial Statements in Mining, Oil and Gas and Banking Industries".

Dasar penyusunan laporan keuangan Bank, kecuali untuk laporan arus kas, adalah dasar akrual. Mata uang pelaporan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan adalah mata uang Rupiah (Rp). Laporan keuangan Bank disusun berdasarkan nilai historis, kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut.

The financial statements, except for the statements of cash flows, are prepared under the accrual basis of accounting. The reporting currency used in the preparation of the financial statements is the Indonesian Rupiah (IDR). The measurement basis used is the historical cost, except for certain accounts which are measured on the bases described in the related accounting policies.

Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung yang dimodifikasi dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Kas dan setara kas terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia dan giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi penggunannya. Sebelum 1 Januari 2010, kas dan setara kas hanya terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia dan giro pada bank lain. Oleh karena itu, untuk tujuan komparatif, laporan arus kas untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2010 telah disajikan kembali (Catatan 48).

The statements of cash flows are prepared using the modified direct method with classifications of cash flows into operating, investing and financing activities. Cash and cash equivalents consist of cash and demand deposits at Bank Indonesia, other banks, placements with Bank Indonesia and other banks and Bank Indonesia Certificates (SBI) with maturities of three months or less from the date of placement and not pledged nor restricted. Prior to January 1, 2010, cash and cash equvalents only consisted of cash, demand deposits with Bank Indonesia and demand depositss with other banks. Accordingly, for comparative purpose, statements of cash flows for the years ended December 31, 2010 have been restated (Note 48).

b. Perubahan kebijakan akuntansi b. Change in accounting policies

Berikut ini adalah standar, perubahan dan interpretasi yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2011 dan mempunyai pengaruh terhadap Bank:

The following standards, amendments and interpretations, which became effective starting January 1, 2011, and are relevant to the Bank:

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

12

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

b. Perubahan kebijakan akuntansi (lanjutan) b. Change in accounting policies (continued)

PSAK 1 (revisi 2009), “Penyajian Laporan

Keuangan”. PSAK 1 (revised 2009), “Presentation of

Financial Statements”. PSAK 2 (revisi 2009), “Laporan Arus Kas”. PSAK 2 (revised 2009), “Statement of Cash

Flows”. PSAK 3 (revisi 2010), “Laporan Keuangan

Interim”. PSAK 3 (revised 2010), “Interim Financial

Reporting”. PSAK 5 (revisi 2009), “Segmen Operasi”. PSAK 5 (revised 2009), “Operating

Segments”. PSAK 7 (revisi 2010), “Pengungkapan

pihak-pihak berelasi“. PSAK 7 (revised 2010), “Related Party

Disclosures”. PSAK 8 (revisi 2010), “Peristiwa Setelah

Periode Pelaporan“. PSAK 8 (revised 2010), “Events after the

Reporting Period”. PSAK 19 (revisi 2010), “Aset Tak

Berwujud“. PSAK 19 (revised 2010), “Intangible

Assets“. PSAK 23 (revisi 2010), “Pendapatan“. PSAK 23 (revised 2010), “Income“. PSAK 25 (revisi 2009), “Kebijakan

Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan“.

PSAK 25 (revised 2009), “Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors“.

PSAK 48 (revisi 2009), “Penurunan Nilai Aset“.

PSAK 48 (revised 2009), “Impairment of Assets“.

PSAK 57 (revisi 2009), “Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi“.

PSAK 57 (revised 2009), “Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets“.

PSAK 58 (revisi 2009), “Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan“.

PSAK 58 (revised 2009), “Non-current Assets Held for Sale and Discontinued Operations“.

ISAK 10, “Program Loyalitas Pelanggan“. ISAK 10, “Customer Loyalty Programmes“. ISAK 17, “Laporan Keuangan Interim dan

Penurunan Nilai“. ISAK 17, “Interim Financial Reporting and

Impairment”.

Berikut ini adalah hal-hal yang terpengaruh atas perubahan kebijakan akuntansi Bank sehubungan dengan penerapan standar-standar akuntansi baru di atas:

The following are the areas impacted from the changes in the Bank’s accounting policies in response to the implementation of the above new accounting standards:

i. PSAK 1 (Revisi 2009) “Penyajian Laporan

Keuangan” i. PSAK 1 (Revised 2009) “Presentation of

Financial Statements”

PSAK No. 1 (Revisi 2009) mengatur penyajian laporan keuangan, yaitu antara lain, tujuan pelaporan, komponen laporan keuangan, penyajian secara wajar, materialitas dan agregasi, saling hapus, perbedaan antara aset lancar dan tidak lancar dan liabilitas jangka pendek dan jangka panjang, informasi komparatif, konsistensi penyajian dan memperkenalkan pengungkapan baru, antara lain, sumber estimasi ketidakpastian dan pertimbangan, pengelolaan permodalan, pendapatan komprehensif lainnya, penyimpangan dari standar akuntansi keuangan, dan pernyataan kepatuhan.

PSAK No. 1 (Revised 2009) regulates presentation of financial statements as to, among others, the objective, component of financial statements, fair presentation, materiality and aggregate, offsetting, distinction between current and non-current assets and short-term and long-term liabilities, comparative information, and consistency and introduces new disclosures such as, among others, key estimations and judgements, capital management, other comprehensive income, departures from accounting standards and statement of compliance.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

13

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

b. Perubahan kebijakan akuntansi (lanjutan) b. Change in accounting policies (continued)

Perubahan signifikan yang ditimbulkan standar akuntansi tersebut terhadap Bank adalah sebagai berikut:

The significant changes of the accounting standard to the Bank are as follows:

Laporan keuangan terdiri dari Laporan Posisi

Keuangan, Laporan Laba Rugi Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan dan penambahan laporan posisi keuangan yang menunjukkan saldo awal (dalam hal terjadi reklasifikasi atau penyajian kembali). Sedangkan sebelumnya, laporan keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Financial statements consist of Statements of Financial Position, Statements of Comprehensive Income, Statements of Changes in Equity, Statements of Cash Flows and Notes to the Financial Statements and additional statement of financial position showing beginning balance (in case of reclassification or restatement). Whilst, previously, the financial statements comprise of statements of financial position, statements of income, statements of changes in equity, statements of cash flows and notes to the financial statements.

Tambahan pengungkapan yang diperlukan,

contohnya adalah pengelolaan permodalan dan pengungkapan kepatuhan terhadap standar akuntansi.

Additional disclosures required such as capital management and statement of compliance to accounting standard.

Informasi komparatif telah disajikan kembali untuk menyesuaikan dengan standar tersebut. Perubahan ini tidak berdampak pada laba per saham Bank karena hanya merupakan perubahan pada penyajian laporan keuangan saja.

Comparative information has been restated to comply with the standard. No impact on the Bank’s earning per share, since the changes in accounting policy only impacted in the presentation of financial statements.

ii. PSAK 5 (Revisi 2009) “Segmen Operasi”

ii. PSAK 5 (Revised 2009) Operating

Segments

Segmen adalah bagian khusus dari perusahaan yang terlibat baik dalam menyediakan produk dan jasa (segmen usaha), maupun dalam menyediakan produk dan jasa dalam lingkungan ekonomi tertentu (segmen geografis), yang memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dari segmen lainnya.

A segment is a distinguishable component of the company that is engaged either in providing certain products (business segment), or in providing products within a particular economic environment (geographical segment), which is subject to risks and rewards that are different from those of other segments.

Jumlah setiap unsur segmen dilaporkan merupakan ukuran yang dilaporkan kepada pengambil keputusan operasional untuk tujuan pengambilan keputusan untuk mengalokasikan sumber daya kepada segmen dan menilai kinerjanya.

The amount of each segment item reported shall be the measure reported to the chief operating decision maker for the purposes of making decisions about allocating resources to the segment and assessing its performance.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

14

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

b. Perubahan kebijakan akuntansi (lanjutan) b. Change in accounting policies (continued)

ii. PSAK 5 (Revisi 2009) “Segmen Operasi”

(lanjutan) ii. PSAK 5 (Revised 2009) Operating

Segments (continued)

Pendapatan, beban, hasil, aset dan liabilitas segmen termasuk hal-hal yang dapat diatribusikan langsung kepada suatu segmen serta hal-hal yang dapat dialokasikan dengan dasar yang sesuai kepada segmen tersebut.

Segment income, expenses, results, assets and liabilities include items directly attributable to a segment as well as those that can be allocated on a reasonable basis to that segment.

Terkait dengan standar tersebut, Bank menentukan dan menyajikan segmen operasi berdasarkan informasi yang secara internal diberikan kepada pengambil keputusan operasional.

Related to the standard, the Bank determines to present operating segment by the information that is internally provided to operating decision maker.

iii. PSAK 25 (Revisi 2009) – “Kebijakan

Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan”

iii. PSAK 25 (Revised 2009) – “Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors”

Berdasarkan Surat Bank Indonesia No. 13/ 658/DPNP/IDPnP, tanggal 23 Desember 2011, Bank tidak diwajibkan lagi untuk membentuk penyisihan kerugian atas aset non-keuangan dan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi. Namun, Bank tetap harus menghitung cadangan kerugian penurunan nilai mengacu pada standar akuntansi yang berlaku.

By Bank Indonesia letter No. 13/658/ DPNP/IDPnP, dated December 23, 2011, Banks no longer required to provide the provision for possible losses on non-financial assets and estimated losses on commitments and contingencies. However, Bank still need to calculate the allowance for impairment losses accordance with applicable accounting standard.

Penurunan nilai aset non-keuangan Impairment of non-financial assets

- Cadangan kerugian penurunan nilai atas

komitmen dan kontinjensi - Allowance for impairment losses on

commitments and contingencies

Sejak tanggal 1 Januari 2011, Bank menentukan cadangan kerugian penurunan nilai atas komitmen dan kontinjensi yang memiliki risiko kredit berdasarkan selisih antara nilai amortisasi (nilai tercatat) dan present value atas pembayaran liabilitas yang diharapkan akan terjadi (ketika pembayaran atas jaminan tersebut menjadi probable).

Starting from January 1, 2011, the Bank determines allowance for impairment losses on commitments and contingencies with credit risk by the difference between the amortized amount (carrying amount) and the present value of any expected payment (when a payment under the guarantee has become probable).

Sebelum 1 Januari 2011, Bank menentukan cadangan kerugian penurunan nilai atas komitmen dan kontinjensi yang memiliki risiko kredit berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 dan sesuai dengan Surat Bank Indonesia No. 12/516/ DPNP/IDPnP tanggal 21 September 2010.

Prior to January 1, 2011, the Bank assess the allowance for impairment losses on commitments and contingencies with credit risk by Bank Indonesia Regulation No. 7/2/PBI/2005 dated January 20, 2005 and in accordance with Letter from Bank Indonesia No. 12/516/DPNP/IDPnP dated September 21, 2010.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

15

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

b. Perubahan kebijakan akuntansi (lanjutan) b. Change in accounting policies (continued)

iii. PSAK 25 (Revisi 2009) “Kebijakan

Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan” (lanjutan)

iii. PSAK 25 (Revised 2009) “Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors” (continued)

Penentuan cadangan kerugian penurunan nilai atas komitmen dan kontinjensi yang memiliki risiko kredit diklasifikasikan menjadi lima kategori dengan persentase minimum cadangan kerugian penurunan nilai sebagai berikut:

Determination of allowance for impairment losses on commitments and contingencies with credit risk are classified into five categories with the minimum percentage of allowance for possible losses as follows:

Persentase minimum cadangan kerugian

penurunan nilai/ Minimum percentage

of allowance Klasifikasi for possible losses Classification of

Lancar 1% Current Dalam Perhatian Khusus 5% Special mention Kurang Lancar 15% Substandard Diragukan 50% Doubtful Macet 100% Loss

Persentase di atas berlaku untuk komitmen dan kontinjensi (fasilitas pinjaman committed yang diberikan yang belum digunakan, letter of credit dan garansi yang diberikan) dikurangi nilai agunan, kecuali untuk komitmen dan kontinjensi yang dikategorikan sebagai lancar, dimana persentasenya berlaku langsung atas saldo komitmen dan kontinjensi yang bersangkutan.

The above percentages are applied to commitments and contingencies (unused committed loan facilities, letter of credits and bank guarantee), less collateral value, except for commitments and contingencies categorized as current, where the rates are applied directly to the outstanding balance of commitment and contingencies.

Perubahan metode penentuan cadangan kerugian penurunan nilai di atas merupakan perubahan kebijakan akuntansi yang diterapkan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali laba rugi komprehensif tahun-tahun sebelumnya. Bank telah menyajikan kembali laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya atas cadangan kerugian penurunan nilai atas komitmen dan kontijensi (Catatan 47).

The above changes on the determination of allowance for impairment losses represent changes in accounting policy which applied retrospectively requiring restatements of prior years’ results. Bank has restated its prior years’ financial statements for the allowance for impairment losses on commitments and contingencies (Note 47).

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

16

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

b. Perubahan kebijakan akuntansi (lanjutan) b. Change in accounting policies (continued) iii. PSAK 25 (Revisi 2009) “Kebijakan

Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan” (lanjutan)

iii. PSAK 25 (Revised 2009) “Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors” (continued)

- Cadangan kerugian penurunan nilai agunan

yang diambil alih - Allowance for impairment losses on

foreclosed assets

Sejak tanggal 1 Januari 2011, Bank menentukan cadangan kerugian penurunan nilai atas agunan yang diambil alih berdasarkan pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dan nilai bersih yang dapat direalisasi (net realisable value).

Starting from January 1, 2011, the Bank determines allowance for impairment losses on foreclosed assets by the lower of the carrying amount and their net realisable value.

Sebelum 1 Januari 2011, cadangan kerugian penurunan nilai agunan yang diambil alih ditetapkan sebagai berikut:

Prior January 1, 2011, allowance for impairment losses on foreclosed assets was determined as follows:

Periode/Period

Lancar Sampai dengan 1 tahun/Up to 1 year Current Lebih dari 1 tahun sampai dengan 3 tahun/

Kurang lancar More than 1 year up to 3 years Substandard Lebih dari 3 tahun sampai dengan 5 tahun/

Diragukan than 3 years up to 5 years Doubtful Macet Lebih dari 5 tahun/More than 5 years Loss

Perubahan metode penentuan cadangan kerugian penurunan nilai di atas merupakan perubahan kebijakan akuntansi yang seharusnya diterapkan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali laba rugi komprehensif tahun-tahun sebelumnya. Namun, karena dampak dari perubahan kebijakan akuntansi tersebut tidak material terhadap laba rugi komprehensif tahun-tahun sebelumnya, maka tidak dilakukan penyajian kembali dan dampak perubahan tersebut diakui dalam laporan laba rugi komprehensif tahun berjalan.

The above changes on the determination of allowance for impairment losses represent changes in accounting policy which should generally be applied retrospectively requiring restatements of prior years’ results. However, as the impacts of the change in respect of prior years’ results are not material, no restatements were made and the impacts of the change are charged to the current year statement of comprehensive income.

c. Transaksi dan saldo dalam mata uang asing c. Foreign currency transactions and balances

Laporan keuangan dijabarkan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi selama periode berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal laporan posisi keuangan, aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs spot Reuters pada pukul 16.00 WIB. Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan dalam laporan laba rugi komprehensif tahun yang bersangkutan.

The financial statement are presented in Indonesian Rupiah. Transactions during the year involving foreign currencies are recorded at the rates of exchange prevailing at the time the transactions are made. At statements of financial position date, monetary assets and liabilities denominated in foreign currencies are adjusted to Rupiah by Reuters spot rate as of 4:00 pm Western Indonesia Time. The resulting gains or losses are credited or charged to current year of statement of comprehensive income.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

17

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

c. Transaksi dan saldo dalam mata uang asing (lanjutan)

c. Foreign currency transactions and balances (continued)

Kurs tengah Reuters (dalam Rupiah) pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 jam 16.00 Waktu Indonesia Barat adalah sebagai berikut:

The prevailing middle rate Reuters (in Rupiah) as of December 31, 2011, 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 at 4.00 pm Western Indonesian Time are as follows:

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Dolar Amerika Serikat 9.067,50 9.010,00 9.395,00 United States Dollar Dolar Singapura 6.983,55 7.025,89 6.704,50 Singapore Dollar Poundsterling Inggris 13.975,29 13.941,17 15.164,94 Great Britain Poundsterling Yen Jepang 116,82 110,75 102,19 Japanese Yen Dolar Hongkong 1.167,23 1.159,08 1.211,48 Hongkong Dollar Dolar Australia 9.205,78 9.169,48 8.453,16 Australian Dollar Baht Thailand 287,52 299,99 281,84 Thai Baht Dolar Kanada 8.885,35 9.024,89 8.965,12 Canadian Dollar Franc Swiss 9.631,93 9.619,39 9.116,94 Swiss Franc Dolar Brunei 6.974,74 7.010,04 6.694,46 Brunei Dollar Real Arab Saudi 2.417,94 2.402,60 2.504,84 Saudi Arabian Real Won Korea 7,82 8,04 8,06 Korean Won Ren Min Bie China 1.440,5 1.367,10 1.376,16 China Ren Min Bie Ringgit Malaysia 2.863 2.922,01 2.714,87 Malaysian Ringgit Dolar Taiwan 299,47 309,22 293,69 Taiwanese Dollar Dolar Selandia Baru 7.000,57 6.970,14 6.828,29 New Zealand Dollar Euro 11.714,76 12.017,99 13.542,43 Euro

d. Transaksi dengan pihak berelasi d. Transactions with related parties

Dalam laporan keuangan ini, istilah pihak-pihak berelasi digunakan sesuai dengan PSAK No. 7 (Revisi 2010) mengenai “Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi”.

In these financial statements, the term related parties is used as defined in PSAK No. 7 (2010 Revision) regarding “Related Party Disclosures”.

Seluruh transaksi dengan pihak-pihak berelasi, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan persyaratan dan kondisi yang sama dengan pihak ketiga, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

All transactions with related parties, which were made under the same as well as different terms and conditions with non-related parties, are disclosed in the notes to the financial statements.

e. Aset keuangan e. Financial assets

Seluruh aset keuangan diakui dan dihentikan pengakuannya pada tanggal diperdagangkan dimana pembelian dan penjualan aset keuangan berdasarkan kontrak yang mensyaratkan penyerahan aset keuangan dalam kurun waktu yang ditetapkan oleh kebiasaan pasar yang berlaku, dan awalnya diukur sebesar nilai wajar ditambah biaya transaksi, kecuali untuk aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, yang awalnya diukur sebesar nilai wajar.

All financial assets are recognized and derecognized on trade date where the purchase or sale of a financial asset is under a contract whose terms require delivery of the financial asset within the time frame established by the market concerned, and are initially measured at fair value plus transaction costs, except for those financial assets classified as at fair value through profit or loss, which are initially measured at fair value.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

18

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

e. Aset keuangan (lanjutan) e. Financial assets (continued)

Aset keuangan Bank diklasifikasikan sebagai berikut:

The Bank’s financial assets are classified as follows:

Nilai wajar melalui laporan laba rugi Dimiliki hingga jatuh tempo Tersedia untuk dijual Pinjaman yang diberikan dan piutang

Fair value through profit or loss (FVTPL) Held to maturity Available-for-sale Loans and receivable

Nilai wajar melalui laporan laba rugi (FVTPL) Fair Value Through Profit or Loss (FVTPL)

Aset keuangan diklasifikasikan dalam FVTPL, jika aset keuangan sebagai kelompok diperdagangkan atau pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada FVTPL.

Financial assets are classified as at FVTPL where the financial asset is either classified as held for trading or designated upon initial recognition as at FVTPL.

Aset keuangan diklasifikasikan sebagai kelompok diperdagangkan, jika:

A financial asset is classified as held for trading if:

diperoleh atau dimiliki terutama untuk

tujuan dijual kembali dalam waktu dekat; atau

it has been acquired principally for the purpose of selling in the near future; or

merupakan bagian dari portofolio instrumen

keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek yang terkini; atau

it is a part of an identified portfolio of financial instruments that the entity manages together and has a recent actual pattern of short-term profit-taking; or

merupakan derivatif yang tidak ditetapkan

dan tidak efektif sebagai instrumen lindung nilai

it is a derivative that is not designated nor effective as a hedging instrument

Aset keuangan selain aset keuangan yang diperdagangkan, dapat ditetapkan sebagai FVTPL pada saat pengakuan awal, jika:

penetapan tersebut mengeliminasi atau

mengurangi secara signifikan ketidak-konsistenan pengukuran dan pengakuan yang dapat timbul; atau

aset keuangan merupakan bagian dari kelompok aset keuangan, yang dikelola dan kinerjanya berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan dokumentasi manajemen risiko atau strategi investasi Bank, dan informasi tentang kelompok tersebut disediakan secara internal kepada manajemen kunci; atau

A financial asset other than a financial asset held for trading may be designated as at FVTPL upon initial recognition if: such designation eliminates or significantly

reduces a measurement or recognition inconsistency that would otherwise arise; or

the financial asset forms part of a group of

financial assets, which is managed and its performance is evaluated on a fair value basis, in accordance with the Bank documented risk management or investment strategy, and information about the grouping is provided internally on that basis; or

merupakan bagian dari kontrak yang

mengandung satu atau lebih derivatif melekat, dan PSAK 55 (revisi 2006) memperbolehkan kontrak gabungan (aset atau liabilitas) ditetapkan sebagai FVTPL.

it forms part of a contract containing one or more embedded derivatives, and PSAK 55 (revised 2006) permits the entire combined contract (asset or liability) to be designated as at FVTPL.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

19

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

e. Aset keuangan (lanjutan) e. Financial assets (continued)

Aset keuangan FVTPL disajikan sebesar nilai wajar, keuntungan atau kerugian yang timbul diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Keuntungan atau kerugian bersih yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif mencakup deviden atau bunga yang diperoleh dari aset keuangan. Nilai wajar ditentukan dengan cara seperti dijelaskan pada Catatan 2g.

Financial assets at FVTPL are stated at fair value, with any resultant gain or loss recognized in statements of comprehensive income. The net gain or loss recognized in statements of comprehensive income incorporates any dividend or interest earned on the financial asset. Fair value is determined in the manner described in Note 2g.

Dimiliki hingga jatuh tempo

Aset keuangan diklasifikasikan sebagai investasi dimiliki hingga jatuh tempo hanya jika investasi tersebut memiliki pembayaran yang tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan serta Bank mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Pada saat pengakuan awal, investasi dimiliki hingga jatuh tempo diukur pada nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan aset keuangan. Setelah pengakuan awal, investasi dimiliki hingga jatuh tempo diukur dengan biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi kerugian penurunan nilai yang ada.

Held to maturity Financial assets are classified as held-to-maturity investment only if these investments have fixed or determined payments and their maturity date has been determined and the Bank have the positive intention and ability to hold such financial assets to maturity. Held-to-maturity investments are initially measured at fair value plus transaction costs which are attributable directly to the acquisition of the financial assets. After initial recognition, held-to-maturity investments are measured at amortized cost, using effective interest rate method less any impairment losses.

Tersedia untuk dijual Available-for-sale

Aset keuangan yang tidak diklasifikasikan sebagai dimiliki hingga jatuh tempo, diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, atau pinjaman yang diberikan dan piutang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual. Pada saat pengakuan awal, aset keuangan yang tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung. Setelah itu, aset keuangan tersedia untuk dijual diukur dan dicatat pada nilai wajar.

Financial assets that are not classified as held-to-maturity, measured at fair value through profit or loss; or loans and receivables, are classified as available-for-sale. Available-for-sale financial assets are initially measured at fair value plus any directly attributable transaction costs. Subsequently, available-for-sale financial assets are measured at fair value.

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui pada ekuitas kecuali untuk kerugian penurunan nilai, bunga yang dihitung dengan metode suku bunga efektif dan laba rugi selisih kurs atas aset moneter yang diakui pada laporan laba rugi komprehensif. Jika aset keuangan dilepas atau mengalami penurunan nilai, akumulasi laba atau rugi yang sebelumnya diakui di ekuitas, direklas ke laporan laba rugi komprehensif.

Gains and losses arising from changes in fair value are recognized in equity with the exception of impairment losses, interest calculated using the effective interest method, and foreign exchange gains and losses on monetary assets, which are recognized in statements of comprehensive income. When the investment is disposed of or is determined to be impaired, the cumulative gain or loss previously accumulated in equity is reclassified to statements of comprehensive income.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

20

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

e. Aset keuangan (lanjutan) e. Financial assets (continued)

Pinjaman yang diberikan dan piutang Loans and receivables

Aset keuangan dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif diklasifikasi sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang, yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi kerugian penurunan nilai. Bunga diakui dengan menggunakan metode suku bunga efektif, kecuali piutang jangka pendek dimana pengakuan bunga tidak material.

Financial assets that have fixed or determinable payments and that are not quoted in an active market are classified as loan and receivables. Loans and receivables are measured at amortized cost using the effective interest method less impairment losses. Interest is recognized by applying the effective interest rate method, except for short-term receivables when the recognition of interest would be immaterial.

Metode suku bunga efektif Effective interest method

Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari instrumen keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga dan beban bunga selama periode yang relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan dan diterima oleh para pihak dalam kontrak yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi dan premium dan diskonto lainnya) selama perkiraan umur instrumen keuangan, atau, jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan pada saat pengakuan awal.

The effective interest method is a method of calculating the amortized cost of a financial instrument and of allocating interest income and interest expense over the relevant period. The effective interest rate is the rate that exactly discounts estimated future cash receipts (including all fees and points paid or received that form an integral part of the effective interest rate, transaction costs and other premiums or discounts) through the expected life of the financial instrument, or, where appropriate, a shorter period to the net carrying amount on initial recognition.

Metode suku bunga efektif (lanjutan) Effective interest method (continued)

Perhitungan dari suku bunga efektif termasuk semua fee dan pembayaran atau penerimaan poin yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Biaya transaksi termasuk biaya incremental yang secara langsung berkaitan dengan akuisisi atas penerbitan aset atau liabilitas keuangan.

The calculation of the effective interest rate includes all fees and points paid or received which are integral parts of the effective interest rate. Transaction costs include incremental cost which is directly attributable to the acquisition or issuance of financial assets or liabilities.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

21

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

e. Aset keuangan (lanjutan) e. Financial assets (continued)

Penghentian pengakuan aset keuangan Bank menghentikan pengakuan aset keuangan jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset berakhir, atau Bank mentransfer aset keuangan dan secara substansial mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset kepada entitas lain. Jika Bank tidak mentransfer serta tidak memiliki secara substansial atas seluruh risiko dan manfaat kepemilikan serta masih mengendalikan aset yang ditransfer, maka Bank mengakui keterlibatan berkelanjutan atas aset yang ditransfer dan liabilitas terkait sebesar jumlah yang mungkin harus dibayar. Jika Bank memiliki secara substansial seluruh risiko dan manfaat kepemilikan aset keuangan yang ditransfer, Bank masih mengakui aset keuangan dan juga mengakui pinjaman yang dijamin sebesar pinjaman yang diterima.

Derecognition of financial assets The Bank derecognizes a financial asset only when the contractual rights to the cash flows from the asset expire, or when it transfers the financial asset and substantially all the risks and rewards of ownership of the asset to another entity. If the Bank neither transfers nor retains substantially all the risks and rewards of ownership and continues to control the transferred asset, the Bank recognizes its retained interest in the asset and an associated liability for amounts it may have to pay. If the Bank retains substantially all the risks and rewards of ownership of a transferred financial asset, the Bank continues to recognize the financial asset and also recognizes a collateralised borrowing for the proceeds received.

f. Liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas f. Financial liabilities and equity instruments

Klasifikasi sebagai liabilitas atau ekuitas Liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh Bank diklasifikasi sesuai dengan substansi perjanjian kontraktual dan definisi liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas.

Classification as debt or equity Financial liabilities and equity instruments issued by the Bank are classified according to the substance of the contractual arrangements entered into and the definitions of a financial liability and an equity instrument.

Instrumen ekuitas Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset Bank setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya. Instrumen ekuitas dicatat sebesar hasil penerimaan bersih setelah dikurangi biaya penerbitan langsung.

Equity instruments An equity instrument is any contract that evidences a residual interest in the assets of the Bank after deducting all of its liabilities. Equity instruments are recorded at the proceeds received, net of direct issue costs.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

22

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

f. Liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas

(lanjutan) f. Financial liabilities and equity instruments

(continued)

Liabilitas keuangan Liabilitas keuangan Bank diklasifikasikan sebagai berikut:

Nilai wajar melalui laporan laba rugi Diukur pada biaya perolehan yang

diamortisasi

Financial liabilities The Bank’s financial liabilities are classified as follows: Fair value through profit or loss Measured at amortized cost

Nilai wajar melalui laporan laba rugi (FVTPL) Liabilitas keuangan diklasifikasi dalam FVTPL, jika liabilitas keuangan sebagai kelompok diperdagangkan atau pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada FVTPL.

Fair Value Through Profit or Loss (FVTPL) Financial liabilities are classified as at FVTPL where the financial liability is either held for trading or designated upon initial recognition as at FVTPL.

Liabilitas keuangan diklasifikasikan sebagai kelompok diperdagangkan, jika:

A financial liability is classified as held for trading if:

diperoleh atau dimiliki terutama untuk

tujuan dibeli kembali dalam waktu dekat; atau

merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek yang terkini; atau

merupakan derivatif yang tidak ditetapkan

dan tidak efektif sebagai instrumen lindung nilai.

it has been acquired principally for the purpose of repurchase in the near future; or

it is part of an identified portfolio of financial instruments that the Bank manages together and has a recent actual pattern of short-term profit-taking; or

it is a derivative that is not designated nor effective as a hedging instrument.

Liabilitas keuangan selain liabilitas keuangan yang diperdagangkan, dapat ditetapkan sebagai FVTPL pada saat pengakuan awal, jika:

A financial liability other than a financial liability held for trading may be designated as at FVTPL upon initial recognition, if:

penetapan tersebut mengeliminasi atau

mengurangi secara signifikan ketidak-konsistenan pengukuran dan pengakuan yang dapat timbul; atau

such designation eliminates or significantly reduces a measurement or recognition inconsistency that would otherwise arise; or

liabilitas keuangan merupakan bagian dari

kelompok liabilitas keuangan, yang dikelola dan kinerjanya berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan dokumentasi manajemen risiko atau strategi investasi Bank, dan informasi tentang kelompok tersebut disediakan secara internal kepada manajemen kunci; atau

the financial liability forms part of a group of financial liabilities, which is managed and its performance is evaluated on a fair value basis, in accordance with the Bank documented risk management or investment strategy, and information about the grouping is provided internally on that basis; or

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

23

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

f. Liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas

(lanjutan) f. Financial liabilities and equity instruments

(continued)

merupakan bagian dari kontrak yang mengandung satu atau lebih derivatif melekat, dan PSAK 55 (revisi 2006) memperbolehkan kontrak gabungan (aset atau liabilitas) ditetapkan sebagai FVTPL

it forms part of a contract containing one or more embedded derivatives, and PSAK 55 (revised 2006) permits the entire combined contract (asset or liability) to be designated as at FVTPL

Pada saat pengakuan awal, liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, diakui pada nilai wajarnya dikurangi dengan biaya transaksi diakui pada laporan laba rugi. Pengukuran berikutnya dinilai pada nilai wajar. Keuntungan dan kerugian yang timbul pada liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diakui pada laporan laba rugi.

At initial recognition, financial liabilities measured at fair value through profit and loss, are recognized at fair value less transaction costs recognized in the statements of income. Subsequently, these financial liabilities are measured at fair value. Gains or losses arising from changes in fair value of financial liabilities measured at fair value through profit or loss are recognized in earnings.

Liabilitas keuangan diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi

Financial liabilities measured at amortized costs

Pada saat pengakuan awal, liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi, diakui pada nilai wajarnya. Nilai wajar tersebut dikurangi biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan penerbitan liabilitas keuangan tersebut. Pengukuran selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dimana beban bunga diakui berdasarkan tingkat pengembalian yang efektif, kecuali untuk liabilitas jangka pendek dimana pengakuan bunganya tidak material.

At initial recognition, financial liabilities measured at amortized cost are recognized at fair value. The fair value is reduced by transaction costs which are directly attributable to the issuance of such financial liabilities. Subsequently, these financial liabilities are measured at amortized cost using the effective interest method, where interest expense is recognized by the rate of effective return, except for short-term liabilities when the recognition of interest would be immaterial.

Penghentian pengakuan liabilitas keuangan Derecognition of financial liabilities

Bank menghentikan pengakuan liabilitas keuangan, jika dan hanya jika, liabilitas Bank telah dilepaskan, dibatalkan atau kadaluarsa.

The Bank derecognize financial liabilities when and only when, the Bank’s obligations are discharged or cancelled or they expire.

g. Pengukuran nilai wajar g. Fair value measurement

Bank melakukan pengukuran nilai wajar atas instrumen keuangan yang dimilikinya berdasarkan hirarki berikut:

The Bank measures the fair value of the financial instruments held by on the following hierarchy:

1. Harga kuotasi dalam pasar aktif untuk instrumen yang serupa. Untuk aset keuangan yang dimiliki, nilai wajar yang digunakan adalah bid price (harga penawaran). Sedangkan untuk liabilitas keuangan yang dimiliki, nilai wajar yang digunakan adalah ask price (harga permintaan). Jika instrumen keuangan tersebut tidak memiliki harga kuotasi di pasar aktif, maka digunakan teknik penilaian dalam menentukan nilai wajarnya.

1. Quoted market price in an active market for similar instruments. For financial assets owned, the fair value used is the bid price. For financial liabilities held, the fair value used is the ask price. If the financial instrument has no quoted price in an active market, then valuation techniques are used in determining the fair value.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

24

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

g. Pengukuran nilai wajar (lanjutan) g. Fair value measurement (continued)

2. Teknik penilaian yang berdasarkan pada input yang dapat diobservasi. Termasuk dalam kategori ini adalah instrumen yang dinilai menggunakan: harga kuotasi pada pasar aktif untuk instrumen yang serupa; harga kuotasi untuk instrumen serupa pada pasar yang dianggap kurang aktif; atau teknik penilaian dimana semua input yang signifikan didapatkan secara langsung atau tidak langsung dari data pasar yang diobservasi.

2. Valuation techniques by observable inputs. Include in this category are instrument assessed using: the quoted market prices in an active market for similar instruments; quoted prices for similar instruments in markets considered to be less active; or valuation techniques in which all significant inputs are obtained directly or indirectly from observed market data.

3. Teknik penilaian menggunakan input yang tidak dapat diobservasi. Termasuk dalam kategori ini adalah semua instrumen dimana input untuk teknik penilaian yang digunakan tidak berdasarkan pada data yang dapat diobservasi dan penggunaan input yang tidak dapat diobservasi memiliki dampak yang signifikan terhadap penilaian instrumen. Termasuk dalam kategori ini adalah instrumen yang dinilai berdasarkan harga kuotasi untuk instrumen serupa dimana penyesuaian atau asumsi yang tidak dapat diobservasi secara signifikan diperlukan untuk menggambarkan perbedaan antara instrumen-instrumen yang ada.

3. Valuation techniques using unobservable inputs. Include in this category are all instruments in which the inputs to valuation techniques used are not by observable data and the use of unobservable inputs has a significant impact on the assessment of the instrument. Include in this category are instruments which are valued at quoted price for similar instruments where adjustments or significant unobservable assumptions are necessary to describe the differences between existing instruments.

h. Reklasifikasi aset keuangan h. Reclassification of financial assets

Bank tidak diperkenankan untuk melakukan reklasifikasi aset keuangan dari atau ke kelompok aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dan pinjaman yang diberikan dan piutang. Bank hanya dapat melakukan reklasifikasi atas aset keuangan dari kelompok tersedia untuk dijual ke kelompok dimiliki hingga jatuh tempo (atau sebaliknya). Untuk aset keuangan dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, reklasifikasi dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan maka sisa investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo harus direklasifikasikan menjadi investasi dalam kelompok tersedia untuk dijual (tainting rule). Apabila terdapat reklasifikasi dari klasifikasi dimiliki hingga jatuh tempo ke tersedia untuk dijual, maka aset keuangan tersebut akan dihitung nilai wajarnya dan selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat harus dicatat pada ekuitas. Pada saat penerapan awal PSAK 50 (revisi 2006) dan 55 (revisi 2006) tanggal 1 Januari 2010, Bank dapat mereklasifikasi aset keuangan dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo tanpa terkena dampak tainting rule.

The Bank are not allowed to perform reclassification of financial assets from or to a group of financial assets measured at fair value through profit or loss or loans and receivables. The Bank are only permitted to reclassify financial assets from available-for-sale to held-to-maturity (or vice versa). For financial assets held-to-maturity, if the reclassification is in a greater than insignificant amount, then the remaining held-to-maturity investments must be reclassified as available-for-sale (tainting rule). If there is reclassification from held-to-maturity to available-for sale, the financial assets will be measured at fair value and the difference between fair value and carrying amount should be recorded in equity. Upon initial adoption of PSAK 50 (revised 2006) and 55 (revised 2006) on January 1, 2010, the Bank may reclassify held-to-maturity financial assets without being affected by the tainting rule.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

25

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

i. Saling hapus instrumen keuangan i. Off setting financial instrument

Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan keuangan jika, dan hanya jika, Bank:

Financial assets and liabilities are off setting and the net amount reported in the financial statement if and only if, Bank:

saat ini memiliki hak yang berkekuatan

hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan

berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan

has a legally enforceable right to offset the recognized amount.

has an intention to settle on a net basis or

realize the asset and settle the liability simultaneously.

j. Giro pada Bank Indonesia dan bank lain j. Demand depositss with Bank Indonesia other banks

Giro pada Bank Indonesia disajikan sebesar

biaya perolehan yang diamortisasi menggunakan suku bunga efektif. Giro pada bank lain disajikan sebesar biaya perolehan yang diamortisasi menggunakan suku bunga efektif setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai (Catatan 2e).

Demand deposits with Bank Indonesia are stated at amortized costs using effective interest rate and demand deposits with other banks stated at amortized costs using effective interest rate net of impairment losses (Note 2e).

k. Penempatan pada Bank Indonesia dan

bank lain k. Placements with Bank Indonesia and other

banks

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain merupakan penanaman dana dalam bentuk call money, penempatan bunga tetap, deposito berjangka dan lain-lain.

Placements with Bank Indonesia and other banks are placements in call money, placement fixed rate, time deposits and others.

Penempatan pada Bank Indonesia disajikan

sebesar biaya perolehan yang diamortisasi menggunakan suku bunga efektif. Penempatan pada bank lain disajikan sebesar biaya perolehan yang diamortisasi menggunakan suku bunga efektif dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai (Catatan 2e).

Placements with Bank Indonesia are stated at amortized costs using effective interest rate and placements with other banks are stated at amortized costs using effective interest rate net of allowance for impairment losses (Note 2e).

l. Efek-efek l. Securities

Efek-efek pada saat pengakuan awal diukur

sebesar nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan efek-efek, dan selanjutnya pengukuran dilakukan berdasarkan klasifikasi efek-efek ke dalam kelompok aset keuangan tertentu dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai (Catatan 2e).

At initial recognition, securities are measured at fair value plus transaction costs which are directly attributable to the acquisition of securities and subsequent measurement is done by classification of securities into groups of certain financial assets net of impairment losses (Note 2e).

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

26

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

m. Kredit yang diberikan m. Loans

Kredit diakui sebesar biaya perolehan yang

diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai (Catatan 2e).

Loans are recognized at amortized costs using effective interest rate net of allowance for impairment losses (Note 2e).

Untuk kredit yang direstrukturisasi, kerugian

yang timbul dari restrukturisasi kredit yang berkaitan dengan modifikasi persyaratan kredit diakui bila nilai sekarang dari jumlah penerimaan kas yang akan datang yang telah ditentukan dalam persyaratan kredit yang baru, termasuk penerimaan yang diperuntukkan sebagai bunga maupun pokok, adalah lebih kecil dari nilai kredit yang diberikan yang tercatat sebelum restrukturisasi.

For restructured loans, loss which occur from loan restructuring relating to the modification of terms is recognized if the present value of future cash receipts specified in terms of new loans, including receipts designated as interest or principal, is less than the value of loans recorded prior to restructuring.

n. Tagihan dan utang akseptasi n. Acceptances receivable and payable

Tagihan akseptasi dinyatakan sebesar biaya perolehan yang diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif setelah dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai, sedangkan utang akseptasi dinyatakan sebesar biaya perolehan yang diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif (Catatan 2e).

Acceptance receivables are stated at amortized costs using the effective interest rate net of allowance for impairment losses, whereas acceptance payables are stated at amortized costs using the effective interest rate method (Note 2e).

o. Penurunan nilai aset keuangan o. Impairment of financial assets

Aset keuangan, selain aset keuangan FVTPL, dievaluasi terhadap indikator penurunan nilai pada setiap tanggal laporan posisi keuangan. Aset keuangan diturunkan nilainya bila terdapat bukti objektif, sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan, dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal.

Financial assets, other than those at FVTPL, are assessed for indicators of impairment at each statement of financial position date. Financial assets are impaired where there is objective evidence that, as a result of one or more events that occurred after the initial recognition of the financial asset, the estimated future cash flows of the investment have been impacted.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

27

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

o. Penurunan nilai aset keuangan (lanjutan) o. Impairment of financial assets (continued)

Bukti obyektif penurunan nilai termasuk sebagai berikut: kesulitan keuangan signifikan yang dialami

penerbit atau pihak peminjam; atau pelanggaran kontrak, seperti terjadinya

wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga; atau

terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan; atau

penurunan yang signifikan atau jangka panjang pada nilai wajar dari investasi ekuitas di bawah biaya perolehannya.

The objective evidence of impairment could include: significant financial difficulty of the issuer

or counterparty; or default or delinquency in interest or

principal payments; or

it becoming probable that the borrower will enter bankruptcy or financial re-organisation; or

significant or prolonged decline in the fair value of the security below its cost.

Estimasi periode antara peristiwa kerugian dan identifikasinya ditentukan oleh manajemen untuk setiap portofolio yang diidentifikasi.

The estimated period between a loss occurring and its identification is determined by management for each identified portfolio.

Pertama kali Bank menentukan apakah terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang signifikan secara individual. Penilaian individual dilakukan atas aset keuangan yang signifikan yang mengalami penurunan nilai. Aset keuangan yang tidak signifikan namun mengalami penurunan nilai dimasukkan dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko yang serupa dan dilakukan penilaian secara kolektif.

Initially the Bank assesses whether there is any objective evidence of impairment for financial asset whose balance is individually significant. The individual assessment is performed on the significant impaired financial asset. The insignificant impaired financial asset is included in group of financial asset with similar credit risk characteristics and collectively assessed.

Jika Bank menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, baik untuk aset keuangan tersebut signifikan atau tidak, maka akun atas aset keuangan tersebut akan masuk ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Akun yang penurunan nilainya telah dinilai secara individual, dan penurunan nilainya diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif.

If the Bank states that there is no objective evidence of impairment for financial asset as individual, both for significant and insignificant amount, hence the account of financial asset will be included in a group of financial asset with similar credit risk characteristics and collectively assesses them for impairment. Accounts that are individually assessed for impairment and for which an impairment loss is or continues to be recognised are not included in a collective assessment of impairment.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

28

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

o. Penurunan nilai aset keuangan (lanjutan) o. Impairment of financial assets (continued)

Untuk tujuan evaluasi penurunan nilai secara individual, jumlah kerugian penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang didiskontokan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Nilai tercatat aset tersebut dikurangi menggunakan cadangan kerugian penurunan nilai dan jumlah kerugian penurunan nilai diakui pada laporan laba rugi komprehensif. Jika pinjaman yang diberikan memiliki suku bunga variabel, maka tingkat diskonto yang digunakan untuk mengukur setiap kerugian penurunan nilai adalah suku bunga efektif yang berlaku yang ditetapkan dalam kontrak.

For the purposes of an evaluation of individual impairment, the amount of the loss is measured as the difference between the asset’s carrying amount and the present value of estimated future cash flows that is discounted at the financial asset’s original effective interest rate. The carrying amount of the asset is reduced through the use of an allowance account and the amount of the loss is recognised in the statement of comprehensive income. If a loan has a variable interest rate, the discount rate for measuring any impairment loss is the current effective interest rate determined under the contract.

Perhitungan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan dengan agunan mencerminkan arus kas yang dapat dihasilkan dari pengambilalihan agunan dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh dan menjual agunan, terlepas apakah pengambilalihan tersebut berpeluang terjadi atau tidak.

The calculation of the present value of the estimated future cash flows of a collateralised financial asset reflects the cash flows that may result from foreclosure less costs for obtaining and selling the collateral, whether or not foreclosure is probable.

Untuk tujuan evaluasi penurunan nilai secara kolektif per tanggal 31 Desember 2011, aset keuangan dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik risiko kredit seperti mempertimbangkan segmentasi kredit dan status tunggakan. Karakteristik yang dipilih adalah relevan dengan estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset tersebut yang mengindikasikan kemampuan debitur atau rekanan untuk membayar seluruh liabilitas yang jatuh tempo sesuai persyaratan kontrak dari aset yang dievaluasi.

For the purposes of collective evaluation of impairment as of December 31, 2011, financial assets are grouped on the basis of similar credit risk characteristics by considering credit segmentation and past-due status. Those characteristics are relevant to the estimation of future cash flows for groups of such assets by being indicative of the debtor or counterparts’ ability to pay all amounts due according to the contractual terms of the assets being evaluated.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

29

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

o. Penurunan nilai aset keuangan (lanjutan) o. Impairment of financial assets (continued)

Arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan yang penurunan nilainya dievaluasi secara kolektif, diestimasi berdasarkan arus kas kontraktual dan kerugian historis yang pernah dialami atas aset-aset yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dengan karakteristik risiko kredit kelompok tersebut di dalam Bank. Kerugian historis yang pernah dialami kemudian disesuaikan berdasarkan data terkini yang dapat diobservasi untuk mencerminkan kondisi saat ini yang tidak berpengaruh pada periode terjadinya kerugian historis tersebut, dan untuk menghilangkan pengaruh kondisi yang ada pada periode historis namun sudah tidak ada lagi saat ini.

Future cash flows in a group of financial assets that are collectively evaluated for impairment are estimated on the basis of the contractual cash flows and historical loss experience for assets with credit risk charactersitics similar to those in the Bank. Historical loss experience is adjusted on the basis of current observable data to reflect the effects of current conditions that did not affect the period on which the historical loss experience is by, to remove the effects of conditions in the historical period that do not currently exist.

Dalam menentukan penurunan nilai secara kolektif, Bank menerapkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/33/DPNP tanggal 8 Desember 2009, “Perubahan atas Surat Edaran No. 11/4/DPNP tanggal 27 Januari 2009 tentang Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia”. Surat Edaran Bank Indonesia tersebut memuat penyesuaian atas Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (“PAPI”) 2008 tentang ketentuan transisi atas estimasi penurunan nilai kredit secara kolektif bagi bank yang memenuhi syarat.

In assessing collective impairment, the Bank applied Bank Indonesia Circular Letter No. 11/33/DPNP dated December 8, 2009, ”The Amendment to the Bank Indonesia Circular Letter No. 11/4/DPNP dated January 27, 2009 on the Implementation of Accounting and Reporting Guidelines for Indonesian Banking Industry”. The Bank Indonesia Circular Letter contains the amendment to Accounting Guidelines for Indonesian Banking Industry (“PAPI”) 2008 regarding the transitional provision on estimation of collective impairment of loans for eligible banks.

Sesuai dengan Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/33/DPNP tanggal 8 Desember 2009, Bank menentukan cadangan kerugian penurunan nilai kredit secara kolektif dengan mengacu pada pembentukan cadangan umum dan cadangan khusus sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 (“PBI 7”) tanggal 20 Januari 2005 yang telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 8/2/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Perubahan atas PBI 7, yang kemudian diubah kembali dengan Peraturan Bank Indonesia No. 9/6/PBI/2007 tanggal 30 Maret 2007 dan PBI No. 11/ 2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009 mengenai penilaian kualitas aset bank umum. Rincian cadangan per klasifikasi kredit sesuai peraturan Bank Indonesia di atas adalah sebagai berikut:

In accordance with the Appendix to Bank Indonesia Circular Letter No. 11/33/DPNP dated December 8, 2009, the allowance for collective impairment losses of loans are determined by the general allowance and specific allowance outlined in the Bank Indonesia regulation No.7/2/PBI/2005 (“PBI 7”) dated January 20, 2005 which has been amended by Bank Indonesia Regulation No. 8/2/PBI/2006 dated January 30, 2006 concerning Amendment on PBI 7, which further amended by Bank Indonesia Regulation No. 9/6/PBI/2007 dated March 30, 2007 and No. 11/2/PBI/2009 dated January 29, 2009 regarding the assessment of commercial banks’ asset quality. Details of allowance per loan classification in accordance with the above Bank Indonesia regulations are as follows:

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

30

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

o. Penurunan nilai aset keuangan (lanjutan) o. Impairment of financial assets (continued)

Persentase minimum cadangan kerugian

penurunan nilai/ Minimum percentage

of allowance Klasifikasi for possible losses Classification of

Lancar 1% Current Dalam Perhatian Khusus 5% Special mention Kurang Lancar 15% Substandard Diragukan 50% Doubtful Macet 100% Loss

Sesuai dengan SE-BI tersebut ketentuan transisi penurunan nilai atas kredit secara korektif dapat diterapkan paling lambat sampai dengan 31 Desember 2011.

In accordance with the aforementioned SE-BI, the transition rule for collective impairment calculation on loans can be applied until December 31, 2011.

Jika pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai yang sebelumnya diakui (seperti meningkatnya peringkat kredit debitur) harus dipulihkan, baik secara langsung maupun dengan menyesuaikan akun cadangan. Jumlah pemulihan penurunan nilai diakui pada laporan laba rugi komprehensif.

If in a subsequent period, the amount of the impairment loss decreases and the decrease can be related objectively to an event occuring after the impairment was recognised (such as an improvement in the debtor’s credit rating), the previously recognised impairment loss is reversed directly or by adjusting the allowance account. The amount of the impairment reversal is recognised in the statement of comprehensive income.

Saldo aset produktif dihapusbukukan pada saat manajemen Bank berpendapat bahwa aset produktif tersebut tidak dapat tertagih. Ketika pinjaman yang diberikan tidak tertagih, kredit tersebut dihapusbukukan dengan menjurnal balik cadangan kerugian penurunan nilai. Pinjaman yang diberikan tersebut dapat dihapusbukukan setelah semua prosedur yang diperlukan telah dilakukan dan jumlah kerugian telah ditentukan.

The outstanding balances of earning assets are written off against the respective allowance for impairment losses when the Bank’s management believes that the earning assets are uncollectable. When a loan is uncollectable, it is written off against the related allowance for impairment loss. Such loans are written off after all the necessary procedures have been completed and the amount of the loss has been determined.

Penerimaan kemudian atas pinjaman yang diberikan yang telah dihapusbukukan, pada periode berjalan dikreditkan dengan menyesuaikan pada akun cadangan kerugian penurunan nilai.

Recoveries from loans previously written off in the current period are credited to the allowance for impairment losses.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

31

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

o. Penurunan nilai aset keuangan (lanjutan) o. Impairment of financial assets (continued)

Penerimaan kemudian atas pinjaman yang diberikan yang telah dihapusbukukan pada periode sebelumnya dicatat sebagai pendapatan non-operasional lainnya.

Recoveries from loans previously written off in the previous period are recorded in non-operating income.

Aset keuangan tersedia untuk dijual Financial assets classified as available for sale

Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan, Bank mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Penurunan yang signifikan atau penurunan jangka panjang atas nilai wajar dari investasi dalam instrumen hutang di bawah biaya perolehannya merupakan bukti obyektif terjadinya penurunan nilai dan menyebabkan pengakuan kerugian penurunan nilai. Ketika terdapat bukti tersebut di atas untuk aset yang tersedia untuk dijual, kerugian kumulatif, yang merupakan selisih antara biaya perolehan dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai aset keuangan yang sebelumnya telah diakui pada laporan laba rugi komprehensif dikeluarkan dari ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi komprehensif.

The Bank assesses at each date of the statement of financial position whether there is objective evidence that a financial asset or group of financial assets is impaired. In the case of debt instruments classified as available for sale, a significant or prolonged decline in the fair value of the security below its cost is objective evidence of impairment resulting in the recognition of an impairment loss. If any such evidence exists for available for sale financial assets, the cumulative loss, measured as the difference between the acquisition cost and the current fair value, less any impairment loss on that financial asset previously recognised in the statement of comprehensive income is removed from equity and is recognised in the statement of comprehensive income.

Jika pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen hutang yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual meningkat dan peningkatan tersebut dapat secara obyektif dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi setelah pengakuan kerugian penurunan nilai pada laporan laba rugi komprehensif maka kerugian penurunan nilai tersebut harus dipulihkan melalui laporan laba rugi komprehensif.

If in a subsequent period, the fair value of a debt instrument classified as available for sale increases and the increase can be objectively related to an event occurring after the impairment loss was recognised in the statement of comprehensive income, the impairment loss is reversed through the statement of comprehensive income.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

32

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

p. Aset tetap p. Fixed assets

Sebelum tanggal 1 Januari 2008, aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan (kecuali tanah yang tidak disusutkan). Efektif 1 Januari 2008, Bank menerapkan PSAK No. 16 (Revisi 2007), “Aset Tetap” yang menggantikan PSAK No. 16 (1994), “Aset Tetap dan Aset Lain-Lain” dan PSAK No. 17 (1994), “Akuntansi Penyusutan”. Berdasarkan PSAK No. 16 (Revisi 2007), suatu entitas harus memilih metode biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai kebijakan akuntansi pengukuran atas aset tetap. Bank telah memilih untuk menggunakan model biaya sebagai kebijakan akuntansi pengukuran aset tetapnya. Penerapan PSAK revisi ini tidak menimbulkan dampak yang signifikan terhadap laporan keuangan.

Prior to January 1, 2008, fixed assets were stated at cost less accumulated depreciation (except for land that is not depreciated). Effective January 1, 2008, the Bank applied PSAK No. 16 (Revised 2007), “Fixed Asset” which supersedes PSAK 16 (1994), “Fixed Asset and Other Assets”, and PSAK No. 17 (1994), “Accounting for Depreciation”, Under PSAK No. 16 (Revised 2007), an entity shall choose between the cost model and revaluation model as the accounting policy for its fixed assets measurement. The Company have chosen the cost model as the accounting policy for their fixed assets measurement. The adoption of this revised PSAK did not have significant effect in the financial statements.

Aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutannya (kecuali tanah yang tidak disusutkan). Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method), berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap yang bersangkutan, sebagai berikut:

Fixed assets are stated at cost less accumulated depreciation (except for land that is not depreciated). Depreciation is computed using the straight-line method, over the estimated useful lives of related assets, as follows:

Masa manfaat tahun/ The estimated % per tahun/ useful life year % per year

Gedung dan instalasi 20 5 Buildings and installation Inventaris kantor 4 – 8 25 – 12,5 Furniture and fixture Mesin-mesin kantor 4 – 8 25 – 12,5 Machinery Kendaraan bermotor 4 – 8 25 – 12,5 Vehicle

Reparasi dan pemeliharaan, penggantian kecil serta perbaikan yang tidak menambah nilai atau meningkatkan produktivitas dasar aset tetap tersebut, dibukukan sebagai beban pada saat terjadinya.

Repair and maintenance, minor replacements and betterments, which do not enhance the value or increase the basic productivity of the assets are charged to expenses as incurred.

Jika nilai tercatat suatu aset lebih tinggi dari taksiran nilai yang dapat diperoleh kembali (estimated recoverable amount), aset tersebut diturunkan nilainya ke taksiran nilai yang dapat diperoleh kembalinya, yaitu nilai tertinggi antara harga jual bersih (net selling price) atau nilai pakai (value in use).

When the carrying amount of an asset is greater than its recoverable amount, it is written down immediately to its recoverable amount, which is determined as the higher of net selling price or value in use.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

33

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

p. Aset tetap (lanjutan) p. Fixed assets (continued)

Apabila aset tetap yang sudah tidak dipergunakan lagi atau dijual, dikeluarkan dari kelompok aset tetap dan laba atau rugi yang bersangkutan dicerminkan dalam laporan laba rugi komprehensif pada masa usaha terkait.

When their fixed assets are retired or otherwise disposed of, their carrying values and the related accumulated depreciation are removed from the accounts and any resulting gain or loss is reflected in statement of comprehensive income for the year.

q. Biaya dibayar dimuka q. Prepaid expenses

Biaya dibayar dimuka diamortisasi selama

masa manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus.

Prepaid expenses are amortized over their beneficial periods using the straight-line method.

r. Agunan yang diambil alih r. Foreclosed assets

Agunan yang diambil alih (AYDA) disajikan

dalam akun “Aset Lain-lain”. Foreclosed assets are presented in the “Other Assets” account.

Agunan yang diambil alih diakui sebesar nilai

realisasi bersih atau sebesar nilai outstanding kredit yang diberikan, mana yang lebih kecil. Nilai realisasi bersih adalah nilai wajar agunan yang diambil alih dikurangi dengan estimasi biaya untuk menjual agunan tersebut. Selisih lebih saldo kredit di atas nilai realisasi bersih dari agunan yang diambil alih dibebankan ke dalam akun cadangan kerugian penurunan nilai.

Foreclosed assets are stated at net realizable value or stated at loan outstanding amount, whichever is lower. Net realizable value is the fair value of the foreclosed assets less estimated costs of disposing the assets. The excess of loan receivable over the net realizable value of the foreclosed assets is charged to allowance for possible losses.

Tanah dan aset lainnya (jaminan kredit yang

telah diambil alih oleh Bank) disajikan dalam perkiraan “Aset lain-lain” dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai.

Foreclosed assets represent credit collateral acquired by the Bank and presented as “Other Assets” less allowance for impairment losses.

Agunan yang diambil alih diakui sebesar nilai

realisasi bersih. Selisih lebih saldo kredit di atas nilai realisasi bersih dari agunan yang diambil alih yang telah diterima pada saat kredit diambil alih, dibebankan ke dalam akun cadangan kerugian penurunan nilai kredit. Sedangkan selisih lebih nilai realisasi bersih di atas saldo kredit, agunan yang diambil alih diakui sebesar saldo kredit dan selisihnya dicatat dalam catatan administratif Bank.

Foreclosed assets are recognized at net realizable value. The difference of loan balance over the net realizable value of foreclosed assets when the loan was taken over, is charged to allowance for possible losses on loans. However, if net realizable value exceeds the loan balance, foreclosed assets are recognized at the amount of loan balance and the difference is recorded in the Bank’s administrative accounts.

Selisih antara nilai agunan yang telah diambil

alih dan hasil penjualannya diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penjualan agunan.

Gains or losses on the sale of foreclosed assets are recognized in the current statements of income.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

34

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

r. Agunan yang diambil alih (lanjutan) r. Foreclosed assets (continued)

Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat

permanen, maka nilai tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif tahun berjalan.

The carrying amount of the properties is written down to recognize a permanent decline in the value of properties, which is charged to current year of statement of comprehensive income.

s. Aset lain-lain s. Other assets

Aset lain-lain terdiri dari aset yang tidak dapat

digolongkan dalam pos-pos sebelumnya dan tidak cukup material disajikan dalam pos tersendiri. Termasuk dalam aset lain-lain adalah aset tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan usaha.

Other assets consist of assets that cannot be classified under the above accounts and not suitable to establish its own post. Amongst such assets are fixed assets that are not used in commerce.

Aset lain-lain disajikan sebesar nilai tercatat,

yaitu biaya perolehan setelah dikurangi dengan amortisasi dan penurunan nilai. Aset tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan usahanya dinyatakan sebesar biaya perolehan dan tidak disusutkan.

Other assets stated at carrying amount, less amortization and decline in value. Fixed assets that are not use in commerce stated at cost and not depreciated.

t. Liabilitas segera t. Obligation due immediately

Liabilitas segera dicatat pada saat timbulnya

liabilitas atau diterima perintah dari pemberi amanat, baik dari masyarakat maupun dari bank lain. Liabilitas segera disajikan sebesar biaya perolehan yang diamortisasi (Catatan 2f).

Obligation due immediately is recorded in the event of its occurrence or due to a direct order from the shareholder both public and other bank. Obligation due immediately are stated at the amortized cost (Note 2f).

u. Simpanan dari nasabah u. Deposits from customers

Pada saat pengakuan awal simpanan diukur sebesar nilai wajar dikurangi dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung, dan selanjutnya diukur sebesar biaya perolehan yang diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif (Catatan 2f).

At initial recognition deposits are measured at fair value net of transaction costs directly attributable to the deposits, and are measured subsequently at amortized costs using the effective interest rate method (Note 2f).

v. Simpanan dari bank lain v. Deposits from other banks

Simpanan dari bank lain terdiri dari liabilitas

terhadap bank lain, baik lokal maupun luar negeri, dalam bentuk giro, tabungan, inter-bank call money dengan periode jatuh tempo menurut perjanjian kurang dari atau 90 hari, deposito berjangka dan sertifikat deposito.

Deposits from other bank consist of the liability to other bank, both domestic and overseas in the form of demand deposits, saving deposits, inter bank call money within the maturity period under agreement within than less or 90 days, time deposits and certificates of deposits.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

35

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

v. Simpanan dari bank lain (lanjutan) v. Deposits from other banks (continued)

Pada saat pengakuan awal simpanan diukur sebesar nilai wajar dikurangi dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung, dan selanjutnya diukur sebesar biaya perolehan yang diamortisasi menggunakan suku bunga efektif (Catatan 2f).

At initial recognition, deposits from other banks measured at fair value net of transaction costs which directly attributable to deposits are measured subsequently at amortized costs using interest rate (Note 2f).

w. Liabilitas imbalan pasca kerja w. Obligation for post-employement benefits

Sehubungan manfaat pensiun, Bank memiliki program pensiun manfaat pasti untuk seluruh karyawan tetapnya.

In relation to due pension benefits, the Bank has a defined benefit plan for all its permanent employees.

Bank menyelenggarakan program iuran pasti untuk semua karyawan tetap. Iuran yang ditanggung Bank diakui sebagai beban pada tahun berjalan.

The Bank had a defined contribution pension plan for all of its local permanent employees. Contribution borne by the Bank are recognized as current costs during the year.

Bank menghitung liabilitas diestimasi atas imbalan kerja sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13/2003 tanggal 25 Maret 2003 dan PSAK No.24 (Revisi 2004) “Imbalan Kerja”.

The Bank calculates defined employee benefits to its employees in accordance with Labour Law No.13/2003 dated March 25, 2003 and PSAK No.24 (Revised 2004), “Employee Benefits”.

Liabilitas imbalan pasca-kerja dihitung sebesar

nilai kini dari estimasi jumlah liabilitas imbalan pasca-kerja di masa depan yang timbul dari jasa yang telah diberikan oleh karyawan pada masa kini dan masa lalu, dikurangi dengan nilai wajar aset program dana pensiun. Perhitungan dilakukan oleh aktuaris independen dengan metode projected-unit-credit.

The obligation for post-employment benefits is calculated at present value of estimated future benefits that the employees have earned in return for their services in the current and prior periods, deducted by any plan assets. The calculation is performed by an independent actuary using the projected-unit-credit method.

Ketika imbalan pasca-kerja berubah, porsi kenaikan atau penurunan imbalan sehubungan dengan jasa yang telah diberikan oleh karyawan pada masa lalu dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi dengan menggunakan metode garis lurus selama rata-rata masa kerja karyawan hingga imbalan pasca-kerja menjadi hak karyawan (vested). Porsi imbalan pasca kerja yang telah menjadi hak karyawan diakui segera sebagai beban dalam laporan laba rugi komprehensif.

When the plan benefits change, the portion of increased or decreased benefits relating to past service by employees is charged or credited to the statements of income on a straight-line basis over the average service period until the benefits become vested. To the extent that the benefits vest immediately, the expense is recognized immediately in the statements of comprehensive income.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

36

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

w. Liabilitas imbalan pasca kerja (lanjutan) w. Obligation for post-employement benefits

(continued)

Keuntungan atau kerugian aktuaria diakui sebagai pendapatan atau beban apabila akumulasi keuntungan atau kerugian aktuaria bersih yang belum diakui pada akhir periode pelaporan sebelumnya melebihi 10% atas nilai yang lebih besar antara nilai kini liabilitas imbalan pasti (sebelum dikurangi aset program) dan nilai wajar dari aset program pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian diakui dengan metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja karyawan yang diharapkan. Jika tidak, keuntungan atau kerugian aktuaria tidak diakui.

Actuarial gains and losses are recognized as income or expense when the cumulative unrecognized actuarial gains or losses at the end of the previous reporting periods exceeded 10% of the greater of the present value of the defined benefit obligation (before being deducted by plan assets) and the fair value of the plan assets at the date. These gains or losses are recognized on a straight-line basis over the expected average remaining working lives of the employees. Otherwise, the actuarial gains or losses are not recognized.

x. Pinjaman subordinasi x. Subordinated loans

Pinjaman subordinasi diakui sebesar nilai wajar pada awalnya dan selanjutnya diukur sebesar nilai biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan memperhitungkan adanya diskonto atau premi terkait dengan pengakuan awal pinjaman subordinasi dan biaya transaksi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suku bunga efektif (Catatan 2f).

Subordinated loans are initially recognized at fair value and subsequently measured at atmortized cost using the EIR method. Amortized cost is calcuted by taking into account any discount or premium on subordinated loans and transaction costs that are an integral part of the Efective Interest Rate (Note 2f).

y. Pengakuan pendapatan dan beban bunga y. Income recognition and interest expenses

Pendapatan dan beban bunga diakui secara akrual menggunakan metode suku bunga efektif (Catatan 2e).

Interest income and expenses are recognized on an accrual basis using the effective interest rate method (Note 2e).

Penerimaan yang berhubungan dengan kredit yang mengalami penurunan nilai langsung mengurangi nilai tercatat kredit. Pendapatan bunga atas penurunan nilai aset keuangan dalam periode berjalan diakui atas dasar suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan arus kas di masa yang akan datang dalam pengukuran kerugian penurunan nilai.

Income related to loan that is impaired directly reduces the carrying amount of the loan. Interest income on impaired financial assets in the current period is recognized on the basis of the interest rates used for discounting future cash flows in the measurement of impairment losses.

Bunga dari liabilitas keuangan, diakui sebagai beban pada laporan laba rugi.

Interest from financial liabilities is recognized as an expense in the statement of income.

Pendapatan dan beban bunga yang diakui dalam laporan keuangan termasuk: Bunga pada aset dan liabilitas keuangan

pada biaya perolehan diamortisasi yang dihitung menggunakan suku bunga efektif.

Bunga pada instrumen sekuritas investasi

tersedia untuk dijual dihitung menggunakan suku bunga efektif.

Interest income and expense recognized in the financial statement includes:

Interest on financial assets and liabilities

measured at amortized costs using the effective interest rate method.

Interest on available-for-sale investment securities is computed using the effective interest method.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

37

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

y. Pengakuan pendapatan dan beban bunga

(lanjutan) y. Income recognition and interest expenses

(continued) Porsi efektif dari nilai wajar berubah pada

derivatif lindung nilai arus kas dari berbagai arus kas bunga, pada periode yang sama dimana lindung nilai arus kas mempengaruhi pendapatan/beban bunga.

Nilai wajar berubah pada derivatif yang

memenuhi kualifikasi (termasuk ketidakefisienan lindung nilai) dan berkaitan dengan item lindung nilai pada lindung nilai wajar dari risiko suku bunga.

The effective portion of fair value changes on derivatives as cash flow hedges of various cash flow of interest, in the same period in which cash flow hedges affect interest income/expenses.

The fair value changes on derivatives which meet the qualifications (including hedge inefficiency) related to items on the fair value hedge of interest rate risk.

Perubahan nilai wajar pada derivatif lainnya yang digunakan untuk kepentingan manajemen risiko, dan aset dan liabilitas keuangan lainnya yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, akan terlihat pada pendapatan bersih dari instrumen keuangan lainnya yang diukur pada nilai wajar pada laporan laba rugi.

Changes in fair value of other derivatives used for risk management purposes, and other financial assets and liabilities measured at fair value through profit and loss will be seen on the net income from other financial instruments that are measured at fair value through profit or loss.

z. Pengakuan pendapatan dan beban provisi

dan komisi z. Recognition of incomes and expenses on fees

and commissions

Provisi dan komisi yang berkaitan langsung dengan kegiatan perkreditan atau jangka waktu tertentu yang jumlahnya signifikan ditangguhkan dan diamortisasi sesuai dengan jangka waktunya dengan menggunakan suku bunga efektif.

Significant fees and commissions which are directly related to credit activities or period of time are treated as deferred incomes and systematically amortized over the period of the related loan commitments using effective interest rate method.

Untuk kredit yang dilunasi sebelum jatuh temponya, saldo pendapatan provisi dan/atau komisi yang ditangguhkan diakui pada saat kredit dilunasi.

For loan settled before maturity date, deferred fees or commissions recognized at settlement date.

Provisi dan komisi yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan perkreditan dan jangka waktu, ataupun tidak material menurut Bank diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat terjadinya transaksi.

Fees and commissions which are not related to lending activities and period of time, or not material according to the bank are recognized as incomes or expenses at the time the transactions are made.

aa. Pajak penghasilan aa. Income tax

Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba

kena pajak dalam tahun yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku.

Current tax expense is determined by the taxable income for the year computed using prevailing tax rates.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

38

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

aa. Pajak penghasilan (lanjutan) aa. Income tax (continued)

Aset dan liabilitas pajak tangguhan diakui

atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan liabilitas menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak aset dan liabilitas. Liabilitas pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang.

Deferred tax assets and liabilities are recognized for the future tax consequences attributable to differences between the financial statement carrying amounts of existing assets and liabilities and their respective tax bases. Deferred tax liabilities are recognized for all taxable temporary differences and deferred tax assets are recognized for deductible temporary differences to the extent that it is probable that taxable income will be available in future periods against which the deductible temporary differences can be utilized.

Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal laporan posisi keuangan. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi komprehensif, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas.

Deferred tax is calculated at the tax rates that have been enacted or substantively enacted as of the statement of financial position date. Deferred tax is charged or credited in the statement of comprehensive income, except when it relates to items charged or credited directly to equity, in which case the deferred tax is also charged or credited directly to equity.

Aset dan liabilitas pajak tangguhan disajikan

di laporan posisi keuangan, atas dasar kompensasi sesuai dengan penyajian aset dan liabilitas pajak kini.

Deferred tax assets and liabilities are offset in the statement of financial position in the same manner the current tax assets and liabilities are presented.

ab. Laba per saham dasar ab. Basic earnings per share

Laba per saham dasar dihitung dengan

membagi laba bersih dengan rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan.

Basic earning per share are computed by dividing net income with the weighted average of outstanding during the year.

3. PENGGUNAAN ESTIMASI DAN PERTIMBANGAN AKUNTANSI YANG PENTING

3. USE OF CRITICAL ACCOUNTING ESTIMATES AND JUDGEMENTS

Beberapa estimasi dan asumsi dibuat dalam rangka penyusunan laporan keuangan dimana dibutuhkan pertimbangan manajemen dalam menentukan metodologi yang tepat untuk penilaian aset dan liabilitas.

Certain estimates and assumption are made in the preparation of the financial statements. These often require management judgement in determining the appropriate methodology for valuation of assets and liabilities.

Manajemen membuat estimasi dan asumsi yang berimplikasi pada pelaporan nilai aset dan liabilitas atas tahun keuangan satu tahun kedepan. Semua estimasi dan asumsi yang diharuskan oleh PSAK adalah estimasi terbaik yang didasarkan standar yang berlaku. Estimasi dan pertimbangan dievaluasi secara terus menerus dan berdasarkan pengalaman masa lalu dan faktor-faktor lain termasuk harapan atas kejadian yang akan datang.

Management makes estimates and assumptions that affect the reported amounts of assets and liabilities within the next financial year. All estimates and assumptions required in conformity with PSAK are best estimates undertaken in accordance with the applicable standard. Estimates and judgements are evaluated on a continuous basis, and are by past experience and other factors, including expectations with regard to future events.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

39

3. PENGGUNAAN ESTIMASI DAN PERTIMBANGAN AKUNTANSI YANG PENTING (lanjutan)

3. USE OF CRITICAL ACCOUNTING ESTIMATES AND JUDGEMENTS (continued)

Walaupun estimasi dan asumsi ini dibuat berdasarkan pengetahuan terbaik manajemen atas kejadian dan tindakan saat ini, hasil yang timbul mungkin berbeda dengan estimasi dan asumsi semula.

Although these estimates and assumption are by management’s best knowledge of current events and activities, actual result may differ from those estimates and assumption.

Pengungkapan ini melengkapi pengungkapan pada manajemen risiko keuangan (Catatan 41).

This disclosure supplements the commentary on financial risk management (Note 41).

a. Sumber utama ketidakpastian estimasi a. Key sources of estimation uncertainty

a.1. Cadangan kerugian penurunan nilai aset

keuangan a.1. Allowance for impairment losses of

financial assets

Kondisi spesifik counterparty yang mengalami penurunan nilai dalam pembentukan cadangan kerugian atas aset keuangan dievaluasi secara individu berdasarkan estimasi terbaik manajemen atas nilai kini arus kas yang diharapkan akan diterima. Dalam mengestimasi arus kas tersebut, manajemen membuat pertimbangan tentang situasi keuangan counterparty dan nilai realisasi bersih dari setiap agunan.

The specific counterparty component of the total allowances for impairment applies to financial assets evaluated individually for impairment and is based upon management's best estimate of the present value of the cash flows that are expected to be received. In estimating these cash flows, management makes judgements about the counterparty's financial situation and the net realizable value of any underlying collateral.

Setiap aset yang mengalami penurunan

nilai dinilai sesuai dengan manfaat yang ada, dan strategi penyelesaian serta estimasi arus kas yang diperkirakan dapat diterima disetujui secara independen oleh Manajemen Risiko.

Each impaired asset is assessed on its merits, and the workout strategy and estimated cash flow considered recoverable are independently approved by the Risk Management.

a.2. Menentukan nilai wajar instrumen keuangan

a.2. Determining fair values of financial instruments

Dalam menentukan nilai wajar aset

keuangan dan liabilitas yang tidak mempunyai harga pasar, Bank menggunakan teknik penilaian seperti yang dijelaskan dalam Catatan 2g. untuk instrumen keuangan yang jarang diperdagangkan dan memiliki informasi harga yang terbatas, nilai wajar yang kurang obyektif dan membutuhkan berbagai tingkat penilaian tergantung pada likuiditas, konsentrasi, faktor ketidakpastian pasar, asumsi harga dan risiko lainnya.

In determining the fair value for financial assets and financial liabilities for which there is no observable market price, the Bank uses the valuation techniques as described in Note 2g. for financial instruments that are traded infrequently and a lack of price transparency, fair value is less objective and requires varying degrees of judgement depending on liquidity, concentration, uncertainty of market factors, pricing assumptions and other risks affecting the specific instrument.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

40

3. PENGGUNAAN ESTIMASI DAN PERTIMBANGAN AKUNTANSI YANG PENTING (lanjutan)

3. USE OF CRITICAL ACCOUNTING ESTIMATES AND JUDGEMENTS (continued)

a. Sumber utama ketidakpastian estimasi

(lanjutan) a. Key sources of estimation uncertainty

(continued)

a.3. Imbalan kerja karyawan a.3. Employee benefits

Present value atas imbalan kerja karyawan tergantung dari banyaknya faktor yang dipertimbangkan oleh aktuari berdasarkan beberapa asumsi. Perubahan atau asumsi-asumsi tersebut akan mempengaruhi carrying amount atas imbalan kerja karyawan.

The present value of the employee benefits obligations depends on a number of factors that are determined on an actuarial basis using a number of assumptions. Any changes in these assumptions will impact the carrying amount of employee benefits obligations.

Asumsi yang digunakan dalam menentukan biaya (pendapatan) untuk imbalan kerja termasuk tingkat diskonto. Bank menentukan tingkat diskonto yang tepat pada setiap akhir tahun. Ini merupakan tingkat suku bunga yang digunakan untuk menentukan present value atas arus kas masa depan yang diestimasi akan digunakan untuk membayar imbalan kerja. Dalam menentukan tingkat diskonto yang tepat, Bank mempertimbangkan tingkat suku bunga atas surat berharga pemerintah yang mempunyai jatuh tempo yang menyerupai jangka waktu rata-rata sisa masa kerja karyawan.

The assumptions used in determining the net cost (income) for pensions include the discount rate. The Bank determines the appropriate discount rate at the end of each year. This is the interest rate that should be used to determine the present value of estimated future cash outflows expected to be required to settle the pension obligations. In determining the appropriate discount rate, the Bank considers the interest rates of government bonds that have terms to maturity approximating the terms of the service periods of employees.

b. Pertimbangan akuntansi yang penting

dalam penerapan kebijakan akuntansi Bank b. Critical accounting judgments in applying

the bank's accounting policies

Pertimbangan akuntansi penting yang dibuat dalam menerapkan kebijakan akuntansi Bank meliputi:

Critical accounting judgments made in applying the Bank's accounting policies include:

b.1. Penilaian atas instrumen keuangan b.1. Valuation of financial instruments

Kebijakan akuntansi Bank atas pengukuran nilai wajar dibahas dalam Catatan 2g.

The Bank's accounting policy on fair value measurements is discussed in Note 2g.

b.2. Klasifikasi aset dan liabilitas keuangan b.2. Financial asset and liability classification

Kebijakan akuntansi Bank memberikan ruang atas aset dan liabilitas keuangan, pada saat awal pengakuan, untuk diklasifikasikan ditentukan kedalam kategori berbeda dalam kondisi tertentu:

The Bank’s accounting policies provide scope for assets and liabilities to be designated at inception into different accounting categories in certain circumstances:

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

41

3. PENGGUNAAN ESTIMASI DAN PERTIMBANGAN AKUNTANSI YANG PENTING (lanjutan)

3. USE OF CRITICAL ACCOUNTING ESTIMATES AND JUDGEMENTS (continued)

b. Pertimbangan akuntansi yang penting

dalam penerapan kebijakan akuntansi Bank (lanjutan)

b. Critical accounting judgments in applying the bank's accounting policies (continued)

b.2. Klasifikasi aset dan liabilitas keuangan

(lanjutan) b.2. Financial asset and liability classification

(continued)

Dalam mengklasifikasikan aset keuangan sebagai “dimiliki hingga jatuh tempo”, Bank telah menetapkan bahwa Bank memiliki intensi positif dan kemampuan untuk memilki aset keuangan tersebut hingga tanggal jatuh tempo seperti yang dipersyaratkan (Catatan 2e).

In classifying financial assets as “held to maturity”, the Bank have determined that Bank has the positive intention and ability to hold the assets until their maturity date as required (Note 2e).

4. KAS 4. CASH

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: Kas 49.760.116 48.873.049 72.732.090 Cash Kas pada ATM 4.837.550 3.081.050 2.975.750 Cash in ATM Mata uang asing: Foreign currencies: Dolar Amerika Serikat 13.519.234 8.719.734 17.334.339 United States Dollar Mata uang asing lainnya 1.388.440 1.868.918 6.187.696 Others foreign currencies

Jumlah 69.505.340 62.542.751 99.229.875 Total

Kas ATM, cash in safe, dan cash in transit

diasuransikan terhadap risiko asuransi kebongkaran kepada PT Asuransi Asoka Mas, PT Asuransi Wahana Tata, PT Asuransi Bosowa Periskop (bukan perusahaan berelasi).

Cash in ATMs, cash in safe and cash in transit are insured for burglary risks with PT Asoka Mas Insurance, PT Wahana Tata Insurance, and PT Asuransi Bosowa Periskop (non-related party).

Manajemen Bank berpendapat bahwa nilai

pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian dari risiko tersebut.

The management of the Bank believes that the insurance coverage is adequate to cover possible losses arising from such risks.

5. GIRO PADA BANK INDONESIA 5. DEMAND DEPOSITS WITH BANK INDONESIA 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah 383.673.502 313.972.513 152.611.841 Rupiah Dolar Amerika Serikat 322.803.000 9.010.000 20.293.200 United States Dollar

Jumlah 706.476.502 322.982.513 172.905.041 Total

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

42

5. GIRO PADA BANK INDONESIA 5. DEMAND DEPOSITS WITH BANK INDONESIA

Sesuai PBI No. 12/19/PBI/2010 tanggal 4 Oktober 2010 tentang “GWM Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing”, mulai tanggal 1 November 2010, GWM Primer dalam mata uang Rupiah ditetapkan sebesar 8% dari dana pihak ketiga dalam Rupiah dan mulai tanggal 1 Maret 2011, Bank memiliki kewajiban pemenuhan GWM Loan to Deposit Ratio dalam Rupiah.

In line with BI regulation No. 12/19/PBI/2010 dated October 4, 2010 regarding “GWM of Commercial Bank in Bank Indonesia in Rupiah and Foreign Currency”, starting November 1, 2010, Primary GWM for Rupiah Currency amounted to 8% from total third party funds in Rupiah and starting March 1, 2011, the Bank has an obligation to fulfil GWM Loan to Deposit Ratio in Rupiah.

Sesuai PBI No. 13/10/PBI/2011 tanggal 19 Februari 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No. 12/19/PBI/2010 tentang “GWM Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing”, mulai tanggal 1 Maret 2011 sampai dengan tanggal 31 Mei 2011, GWM dalam valuta asing ditetapkan sebesar 5% dari dana pihak ketiga dalam valuta asing dan mulai tanggal 1 Juni 2011, GWM dalam valuta asing ditetapkan sebesar 8% dari dana pihak ketiga dalam valuta asing.

In line with BI regulation No. 13/10/PBI/2011 dated February 19, 2011 regarding Changes on BI Regulation No. 12/19/PBI/2010 regarding “GWM of Commercial Bank in Bank Indonesia in Rupiah and Foreign Currency”, starting March 1, 2011 until May 31, 2011, GWM in foreign currency amounted to 5% from total third party funds in foreign currency and starting June 1, 2011, GWM in foreign currency amounted to 8% from total third party funds in foreign currency.

Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010, dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009, GWM Bank masing-masing sebesar 13,10%, 21,46%, dan 17,69% untuk mata uang Rupiah, serta sebesar 37,83%, 1,19%, dan 2,80% untuk mata uang asing.

As of December 31, 2011, 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009, GWM of the Bank were 13.10%, 21.46%, and 17.69% for Rupiah currency, and 37.83%, 1.19%, and 2.80% for foreign currency, respectively.

GWM Bank dalam Rupiah pada tanggal 31 Desember 2011, 2010, dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 sebesar 13,10%, 21,46%, dan 17,69% terdiri dari GWM Utama sebesar 8,20%, 8,21% dan 5,54% dengan menggunakan saldo rekening giro Rupiah pada BI dan GWM Sekunder sebesar 4,90%, 13,25%, dan 12,15% dengan menggunakan SBI dan Obligasi Pemerintah.

GWM of the Bank in Rupiah as of December 31, 2011, 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 was 13.10%, 21.46%, and 17.69% which consists of Primary GWM of 8.20%, 8.21%, and 5.54% through Rupiah demand deposits with BI and Secondary GWM of 4.90%, 13.25%, 12.15% through SBI and Government Bonds.

Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009, Bank telah memenuhi giro wajib minimum sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

As of December 31, 2011, 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009, the Bank has complied with the minimum deposit balances required under the Bank Indonesia regulations.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

43

6. GIRO PADA BANK LAIN 6. DEMAND DEPOSITS WITH OTHER BANKS

a. Berdasarkan mata uang a. By currency

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: PT Bank Central Asia Tbk 6.671.510 8.884.926 8.559.458 PT Bank Central Asia Tbk PT Bank Internasional PT Bank Internasional Indonesia Tbk 656.886 3.239.400 - Indonesia Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 200.000 200.000 200.000 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Standard Chartered Bank 109.822 253.232 933.091 Standard Chartered Bank PT Pan Indonesia Tbk 3.260 3.192 29.577 PT Pan Indonesia Tbk PT Bank CIMB Niaga Tbk 1.201 2.453 4.350.963 PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Bank Mega Tbk - 1.728.445 - PT Bank Mega Tbk Citibank NA - - 51.014 Citibank NA

Jumlah Rupiah 7.642.679 14.311.648 14.124.103 Total Rupiah

Mata uang asing: Foreign currencies: Standard Chartered Bank 33.496.456 51.862.190 48.156.742 Standard Chartered Bank JP Morgan Chase Bank 11.088.740 11.010.779 - JP Morgan Chase Bank Bank UOB 8.921.768 4.755.314 4.663.602 Bank UOB Commonwealth 8.112.180 7.176.508 5.124.495 Commonwealth PT Bank Central Asia Tbk 8.077.016 10.679.519 8.649.010 PT Bank Central Asia Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 2.254.994 - - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Citibank NA 2.006.560 10.588.664 9.487.369 Citibank NA Bank of China 1.932.716 6.156.535 45.987.679 Bank of China Wells Fargo Bank 1.831.426 2.158.935 54.617.840 Wells Fargo Bank Sumitomo Mitsui 1.812.984 1.867.275 1.047.746 Sumitomo Mitsui Royal Bank of Scotland - - 805.433 Royal Bank of Scotland

Jumlah mata uang asing 79.534.840 106.255.719 178.539.916 Total foreign currencies

Jumlah 87.177.519 120.567.367 192.664.019 Total Cadangan kerugian penurunan nilai - (1.205.674) (1.926.640) Allowance for impairment losses

Jumlah - bersih 87.177.519 119.361.693 190.737.379 Total - net

b. Berdasarkan kolektibilitas b. By collectability

Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009, semua giro pada bank lain diklasifikasikan lancar.

As of December 31, 2011, 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009, all demand deposits with other banks were classified as current.

c. Tingkat suku bunga rata-rata per tahun

adalah sebagai berikut: c. Average interest rate per annum are as

follows:

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah 2,34% 2,33% 1,72% Rupiah Mata uang asing 0,03% 0,02% 0,02% Foreign currencies

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

44

6. GIRO PADA BANK LAIN (lanjutan) 6. DEMAND DEPOSITS WITH OTHER BANKS (continued)

d. Perubahan cadangan kerugian penurunan

nilai giro pada bank lain adalah sebagai berikut:

d. The movements in allowance for impairment losses on demand deposits with other banks, are as follows:

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: Saldo awal 143.116 141.241 123.437 Beginning balance Pembentukan (pemulihan) Provision (reversal) selama tahun berjalan (143.116) 1.875 17.804 during the year

Saldo akhir - 143.116 141.241 Ending balance

Mata uang asing: Foreign currencies: Saldo awal 1.062.558 1.785.399 735.864 Beginning balance Pembentukan (pemulihan) Provision (reversal) selama tahun berjalan (2.105.579) (681.035) 635.040 during the year Selisih kurs 1.043.021 (41.806) 414.495 Exchange rate

Saldo akhir - 1.062.558 1.785.399 Ending balance

Jumlah saldo akhir - 1.205.674 1.926.640 Total ending balance

Manajemen Bank berpendapat bahwa jumlah

cadangan kerugian penurunan nilai giro pada bank lain cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya giro pada bank lain.

Management of the Bank believes that the allowance for impairment losses on demand deposits with other banks is adequate to cover possible losses due to uncollectibility.

7. PENEMPATAN PADA BANK INDONESIA DAN BANK LAIN

7. PLACEMENT WITH BANK INDONESIA AND OTHER BANKS

a. Berdasarkan jenis dan mata uang a. By type and currency

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: FASBI 390.951.143 269.917.538 - FASBI Fine Tune Kontraksi (FTK) Fine Tune Kontraksi (FTK) Bank Indonesia 128.407.216 98.669.309 - Bank Indonesia Deposito berjangka - 10.000.000 - Time deposits Call money - 210.000.000 63.000.000 Call money Lainnya 7.754 7.826 7.898 Others

519.366.113 588.594.673 63.007.898

Mata Uang Asing: Foreign currency: Call money 6.347.250 137.853.000 - Call money Setoran jaminan 453.375 450.500 469.750 Security deposits Deposito berjangka - 9.010.000 265.802.552 Time deposits Lainnya 268.632 1.328.862 - Others

Jumlah mata uang asing 7.069.257 148.642.362 266.272.302 Total foreign currency

Jumlah 526.435.370 737.237.035 329.280.200 Total Cadangan kerugian penurunan nilai - (3.686.502) (3.292.802) Allowance for impairment losses

Jumlah - bersih 526.435.370 733.550.533 325.987.398 Total - net

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

45

7. PENEMPATAN PADA BANK INDONESIA DAN BANK LAIN (lanjutan)

7. PLACEMENT WITH BANK INDONESIA AND OTHER BANKS (continued)

b. Berdasarkan kolektibilitas b. By collectibility

Kolektibilitas penempatan pada Bank

Indonesia dan bank lain pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 digolongkan sebagai lancar.

Collectibility placements with Bank Indonesia and other banks as of December 31, 2011, 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 are classified as current.

c. Berdasarkan jatuh tempo c. By maturity

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: Kurang dari 1 bulan 415.879.918 489.925.364 63.007.898 Less than 1 month 1 - 3 bulan 49.509.016 98.669.309 - 1 - 3 months 3 - 6 bulan 53.977.179 - - 3 - 6 months

Mata uang asing: Foreign currency: Kurang dari 1 bulan 6.615.882 148.191.862 265.802.552 Less than 1 month 6 - 12 bulan 453.375 450.500 469.750 6 - 12 months

Jumlah 526.435.370 737.237.035 329.280.200 Total Cadangan kerugian penurunan nilai - (3.686.502) (3.292.802) Allowance for impairment losses

Jumlah - bersih 526.435.370 733.550.533 325.987.398 Total - net

d. Tingkat suku bunga rata-rata per tahun

adalah sebagai berikut: d. Average interest rate per annum are as

follows:

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah 5,31% 6,13% 7,38% Rupiah Mata uang asing 0,64% 0,46% 1,26% Foreign currency

e. Perubahan cadangan kerugian penurunan

nilai penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain adalah sebagai berikut:

e. The movements in allowance for impairment losses on demand deposits with Bank Indonesia and other banks, are as follows:

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: Saldo awal 2.200.078 630.079 100.082 Beginning balance Penyisihan (pemulihan) Provision (reversal) selama tahun berjalan (2.200.078) 1.569.999 529.997 during the year

Saldo akhir - 2.200.078 630.079 Ending balance

Mata uang asing: Foreign currency: Saldo awal 1.486.424 2.662.723 2.702.800 Beginning balance Pembentukan (pemulihan) Provision (reversal) selama tahun berjalan (450.922) (1.059.616) 1.185.559 during the year Selisih kurs (1.035.502) (116.683) (1.225.636) Exchange rates

Saldo akhir - 1.486.424 2.662.723 Ending balance

Jumlah saldo akhir - 3.686.502 3.292.802 Total ending balance

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

46

7. PENEMPATAN PADA BANK INDONESIA DAN BANK LAIN (lanjutan)

7. PLACEMENT WITH BANK INDONESIA AND OTHER BANKS (continued)

e. Perubahan cadangan kerugian penurunan

nilai penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain adalah sebagai berikut: (lanjutan)

e. The movements in allowance for impairment losses on demand deposits with Bank Indonesia and other banks, are as follows: (continued)

Manajemen Bank berpendapat bahwa jumlah

cadangan kerugian penurunan nilai penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain.

Management of the Bank believes that the allowance for impairment losses on placements with Bank Indonesia and other banks is adequate to cover possible losses due to uncollectibility.

f. Pada tanggal 31 Desember 2011 tidak terdapat

penempatan pada bank lain yang digunakan sebagai jaminan.

f. As of December 31, 2011 there were no placements pledged as cash collateral.

g. Penempatan pada bank lain dan Bank

Indonesia akan diselesaikan dalam waktu tidak lebih dari 12 bulan setelah tanggal laporan posisi keuangan.

g. Placements with other banks and Bank Indonesia will be settled within no more than 12 months after the date of the statements of financial position.

8. EFEK-EFEK 8. SECURITIES

a. Berdasarkan jenis dan mata uang a. By type and currency 2011

Premi (Diskonto)/ Nilai tercatat/ Nilai nominal/ Premium Carrying Nominal value (Discounts) amount

Rupiah: Rupiah: Dimiliki hingga jatuh Held to maturity tempo Obligasi 106.441.800 2.303.971 108.745.771 Bonds Lainnya 9.916.473 - 9.916.473 Others

Jumlah rupiah 116.358.273 2.303.971 118.662.244 Total Rupiah

Mata uang asing: Foreign currency: Dimiliki hingga jatuh Held to maturity tempo Obligasi 40.969.855 443.255 41.413.110 Bonds Wesel ekspor 3.982.816 - 3.982.816 Export bills Lainnya 316.210 - 316.210 Others

Jumlah mata uang asing 45.268.881 443.255 45.712.136 Total foreign currency

Jumlah 161.627.154 2.747.226 164.374.380 Total Cadangan kerugian Allowance for impairment penurunan nilai - - - losses

Jumlah - bersih 161.627.154 2.747.226 164.374.380 Total - net

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

47

8. EFEK-EFEK (lanjutan) 8. SECURITIES (continued)

a. Berdasarkan jenis dan mata uang (lanjutan)

a. By type and currency (continued)

2010

Premi (Diskonto)/ Nilai tercatat/ Nilai nominal/ Premium Carrying Nominal value (Discounts) amount

Rupiah: Rupiah: Dimiliki hingga jatuh Held to maturity tempo Obligasi 135.042.600 3.127.012 138.169.612 Bonds

Jumlah rupiah 135.042.600 3.127.012 138.169.612 Total rupiah

Mata uang asing: Foreign currency: Dimiliki hingga jatuh Held to maturity tempo Obligasi 40.969.855 193.680 41.163.535 Bonds Wesel Ekspor 4.027.035 - 4.027.035 Export bills

Jumlah mata uang asing 44.996.890 193.680 45.190.570 Total foreign currency

Jumlah 180.039.490 3.320.692 183.360.182 Total Cadangan kerugian Allowance for impairment penurunan nilai (97.670) - (97.670) losses

Jumlah - bersih 179.941.820 3.320.692 183.262.512 Total - net

1 Januari 2010/31 Desember 2009/ January 1, 2010/December 31, 2009

Bunga yang belum Premi diamortisasi/ (Diskonto)/ Nilai tercatat/ Nilai nominal/ Unamortized Premium Carrying Nominal value interest (Discounts) amount

Rupiah: Rupiah: Dimiliki hingga jatuh Held to maturity tempo: Sertifikat Bank Certificates of Bank Indonesia 200.000.000 (214.587) - 199.785.413 Indonesia Obligasi 135.042.600 - 2.544.550 137.587.150 Bonds

Jumlah rupiah 335.042.600 (214.587) 2.544.550 337.372.563 Total rupiah

Mata uang asing: Foreign currency: Dimiliki hingga jatuh Held to maturity tempo Obligasi 42.720.509 - 214.359 42.934.868 Bonds Wesel ekspor 310.818 - - 310.818 Export bills

Jumlah mata uang asing 43.031.327 - 214.359 43.245.686 Total foreign currency

Jumlah 378.073.927 (214.587) 2.758.909 380.618.249 Total Cadangan kerugian Allowance for impairment penurunan nilai (62.363) - - (62.363) losses

Jumlah - bersih 378.011.564 (214.587) 2.758.909 380.555.886 Total - net

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

48

8. EFEK-EFEK (lanjutan) 8. SECURITIES (continued)

b. Berdasarkan umur jatuh tempo b. By maturity

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: Kurang dari 1 tahun 79.818.781 - 199.785.413 Less than 1 year 1-5 tahun 9.965.520 109.581.317 109.192.743 1-5 years 5-10 tahun 28.877.943 28.588.295 28.394.407 5-10 years

Jumlah rupiah 118.662.244 138.169.612 337.372.563 Total rupiah

Mata uang asing: Foreign currency: Kurang dari 1 tahun 4.299.026 4.027.035 310.818 Less than 1 year 1-5 tahun 41.413.110 41.163.535 42.934.868 1-5 years

Jumlah mata uang asing 45.712.136 45.190.570 43.245.686 Total foreign currency

Jumlah 164.374.380 183.360.182 380.618.249 Total Cadangan kerugian Allowance for impairment penurunan nilai - (97.670) (62.363) losses

Jumlah saldo akhir 164.374.380 183.262.512 380.555.886 Total ending balance

c. Berdasarkan penerbit c. By issuer

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Pemerintah 144.328.911 173.593.211 374.381.982 Government bond Bukan pemerintah 20.045.469 9.766.971 6.236.267 Non government bond

Jumlah 164.374.380 183.360.182 380.618.249 Total Cadangan kerugian Allowance for impairment penurunan nilai - (97.670) (62.363) losses

Jumlah saldo akhir 164.374.380 183.262.512 380.555.886 Total ending balance

d. Berdasarkan peringkat obligasi d. By rating of securities

Peringkat/Rating Nilai tercatat/Carrying amount

1 Januari 2010/ 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010 January 1, 2010 2011 2010 December 31, 2009 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: Dimiliki hingga jatuh Held to maturity tempo Sertifikat Bank Indonesia - BB+ - - 199.785.413 Certificates of Bank Indonesia Obligasi Ba1 Ba1 BB+ 108.745.771 138.169.612 137.587.150 Bonds Lainnya - - - 9.916.473 - - Others

Jumlah rupiah 118.662.244 138.169.612 337.372.563 Total rupiah

Mata uang asing: Foreign currency: Dimiliki hingga jatuh Held to maturity tempo Obligasi Pemerintah RI Ba1 Ba1 BB+ 35.583.140 35.423.599 37.009.419 RI Government bonds United Overseas United Overseas Bank Aa1/AA- Aa1/A+ A-/Aa3 5.370.417 5.287.362 5.455.699 Bank Wesel ekspor - - - 4.299.026 4.027.035 310.818 Export bills Swedish Export Swedish Export Credit Credit Perpetual Aa1/BBB- Aa1/AA+ AA-/Aa3 459.553 452.574 469.750 Perpetual

Jumlah mata uang asing 45.712.136 45.190.570 43.245.686 Total foreign currency

Jumlah 164.374.380 183.360.182 380.618.249 Total Cadangan kerugian Allowance for penurunan nilai - (97.670) (62.363) Impairment losses

Jumlah - bersih 164.374.380 183.262.512 380.555.886 Total - net

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

49

8. EFEK-EFEK (lanjutan) 8. SECURITIES (continued)

d. Berdasarkan peringkat obligasi (lanjutan) d. By rating of securities (continued)

Efek-efek di atas telah diperingkat oleh Standard & Poors, Moodys dan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).

Bonds rating classified by Standard & Poors, Moodys and PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).

e. Tingkat suku bunga rata-rata per tahun e. Annual average interest rate

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah 11,40% 8,74% 8,67% Rupiah Mata uang asing 8,84% 6,38% 6,30% Foreign currency

f. Mutasi cadangan kerugian penurunan nilai

efek-efek sebagai berikut: f. Changes in allowance for possible losses

securities are as follows:

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: Saldo awal - - - Beginning balance Pembentukan (pemulihan) Provision (reversal) selama tahun berjalan - - - during the year

Jumlah rupiah - - - Total rupiah Mata uang asing: Foreign currency: Saldo awal 97.670 62.363 80.781 Beginning balance Pembentukan (pemulihan) Provision (reversal) selama tahun berjalan (108.035) 37.804 (5.557) during the year Selisih kurs 10.365 (2.497) (12.861) Exchange rate difference

Jumlah mata uang asing - 97.670 62.363 Total foreign currency Saldo akhir - 97.670 62.363 Ending balance

Manajemen Bank berpendapat bahwa jumlah

cadangan kerugian penurunan nilai efek-efek cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya efek-efek.

Management of the Bank believes that the allowance for impairment losses on securities is adequate to cover possible losses due to uncollectibility.

9. OBLIGASI PEMERINTAH 9. GOVERNMENT BONDS

a. Berdasarkan jenis a. By type 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Nilai Nilai tercatat/ Nilai Nilai tercatat/ Nilai Nilai tercatat/ perolehan/ Carrying perolehan/ Carrying perolehan/ Carrying Cost amount Cost amount Cost amount

Dimiliki hingga jatuh tempo 112.320.000 100.495.042 112.320.000 101.323.456 112.320.000 104.918.950 Held to maturity

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

50

9. OBLIGASI PEMERINTAH (lanjutan) 9. GOVERNMENT BONDS (continued)

b. Berdasarkan jatuh tempo b. By maturity 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Nilai Nilai tercatat/ Nilai Nilai tercatat/ Nilai Nilai tercatat/ perolehan/ Carrying perolehan/ Carrying perolehan/ Carrying Cost amount Cost amount Cost amount

Dimiliki hingga jatuh tempo Held to maturity < 1 tahun 54.440.000 50.020.635 - - - - < 1 year 1-5 tahun 57.880.000 50.474.407 112.320.000 101.323.456 112.320.000 104.918.950 1-5 years

112.320.000 100.495.042 112.320.000 101.323.456 112.320.000 104.918.950

Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010, dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009/

As of December 31, 2011, 2010, and January 1,2010/December 31, 2009

Dimiliki Hingga Jatuh Tempo/Held to Maturity

Suku bunga Frekuensi per tahun/ pembayaran bunga/ Nomor seri/ Nilai nominal/ Interest rate Tanggal jatuh tempo/ Frequency of Serial number Nominal amount per annum Due date interest payment

FR 017 20.000.000 13,15 15 Januari 2012/15 January 2012 6 bulan/month FR 017 10.000.000 13,15 15 Januari 2012/15 January 2012 6 bulan/month FR 017 10.000.000 13,15 15 Januari 2012/15 January 2012 6 bulan/month FR 017 10.000.000 13,15 15 Januari 2012/15 January 2012 6 bulan/month FR 019 10.000.000 14,25 15 Juni 2013/15 June 2013 6 bulan/month FR 019 10.000.000 14,25 15 Juni 2013/15 June 2013 6 bulan/month FR 019 10.000.000 14,25 15 Juni 2013/15 June 2013 6 bulan/month FR 020 10.000.000 14,28 15 Desember 2013/15 December 2013 6 bulan/month FR 020 10.000.000 14,28 15 Desember 2013/15 December 2013 6 bulan/month

100.000.000

Pada 31 Desember 2011, 2010 dan

1 Januari 2010/31 Desember 2009, peringkat Obligasi Pemerintah yang diberikan oleh lembaga pemeringkat Standard and Poor’s adalah Ba1.

As of December 31, 2011, 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009, Government Bonds rating given by rating institution Standard and Poor’s is Ba1.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

51

10. KREDIT YANG DIBERIKAN 10. LOANS

a. Berdasarkan jenis dan mata uang a. By type and currency

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: Modal kerja 2.677.187.051 2.255.353.940 1.771.641.173 Working capitals Investasi 1.020.825.895 609.951.817 397.118.431 Investments Konsumen 501.887.839 324.504.810 207.710.307 Consumers Ekspor 58.592.145 49.401.886 32.682.034 Exports Karyawan 37.452.900 26.396.099 3.959.171 Employees

Jumlah rupiah 4.295.945.830 3.265.608.552 2.413.111.116 Total rupiah

Mata uang asing: Foreign currency: Modal kerja 255.436.167 213.571.700 64.679.306 Working capitals Investasi 110.280.460 39.394.733 11.797.529 Investments Ekspor 148.364.455 139.095.180 73.133.863 Exports

Jumlah mata uang asing 514.081.082 392.061.613 149.610.698 Total foreign currency

Jumlah 4.810.026.912 3.657.670.165 2.562.721.814 Total Cadangan kerugian penurunan Allowance for impairment nilai (49.878.045) (35.166.973) (23.002.206) losses

Jumlah - bersih 4.760.148.867 3.622.503.192 2.539.719.608 Total - net

b. Berdasarkan kolektibilitas b. By collectability 2011

Dalam perhatian khusus/ Kurang Lancar/ Special lancar/ Diragukan/ Macet/ Jumlah/ Current mentions Substandard Doubtful Loss Total

Rupiah: Rupiah: Modal kerja 2.633.107.808 17.347.146 3.827.374 4.606.201 18.298.522 2.677.187.051 Working capital Investasi 996.561.900 16.191.834 2.224.165 1.525.679 4.322.317 1.020.825.895 Investments Konsumen 486.585.340 8.036.068 229.521 228.318 6.808.592 501.887.839 Consumers Ekspor 58.592.145 - - - - 58.592.145 Exports Karyawan 37.452.900 - - - - 37.452.900 Employees

4.212.300.093 41.575.048 6.281.060 6.360.198 29.429.431 4.295.945.830

Mata uang asing: Foreign currency: Modal kerja 255.436.167 - - - - 255.436.167 Working capital Ekspor 148.364.455 - - - - 148.364.455 Exports Investasi 110.280.460 - - - - 110.280.460 Investments

514.081.082 - - - - 514.081.082

4.726.381.175 41.575.048 6.281.060 6.360.198 29.429.431 4.810.026.912 Cadangan kerugian penurunan Allowance for nilai (44.636.354) (462.239) (556.099) (499.204) (3.724.149) (49.878.045) impairment losses

Jumlah - bersih 4.681.744.821 41.112.809 5.724.961 5.860.994 25.705.282 4.760.148.867 Total - net

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

52

10. KREDIT YANG DIBERIKAN (lanjutan) 10. LOANS (continued)

b. Berdasarkan kolektibilitas (lanjutan) b. By collectability (continued) 2010

Dalam perhatian khusus/ Kurang Lancar/ Special ancer/ Diragukan/ Macet/ Jumlah/ Current mentions Substandard Doubtful Loss Total

Rupiah: Rupiah: Modal kerja 2.226.261.307 10.251.865 1.027.737 5.121.289 12.691.742 2.255.353.940 Working capital Investasi 607.986.700 1.387.119 219.538 151.068 207.392 609.951.817 Investments Konsumen 312.973.418 6.466.170 636.307 306.710 4.122.205 324.504.810 Consumers Ekspor 49.401.886 - - - - 49.401.886 Exports Karyawan 26.396.099 - - - - 26.396.099 Employees

3.223.019.410 18.105.154 1.883.582 5.579.067 17.021.339 3.265.608.552

Mata uang asing: Foreign currency: Modal kerja 213.571.700 - - - - 213.571.700 Working capital Ekspor 139.095.180 - - - - 139.095.180 Exports Investasi 39.394.733 - - - - 39.394.733 Investments

392.061.613 - - - - 392.061.613

3.615.081.023 18.105.154 1.883.582 5.579.067 17.021.339 3.657.670.165 Cadangan kerugian penurunan Allowance for nilai (33.596.530) (135.814) (86.949) (347.818) (999.862) (35.166.973) impairment losses

Jumlah – bersih 3.581.484.493 17.969.340 1.796.633 5.231.249 16.021.477 3.622.503.192 Total – net

1 Januari 2010/31 Desember 2009/ January 1, 2010/December 31, 2009

Dalam perhatian khusus/ Kurang Lancar/ Special ancer/ Diragukan/ Macet/ Jumlah/ Current mentions Substandard Doubtful Loss Total

Rupiah: Rupiah: Modal kerja 1.716.771.871 24.950.963 2.886.709 25.000 27.006.630 1.771.641.173 Working capital Investasi 387.119.055 6.470.150 399.113 568.797 2.561.316 397.118.431 Investments Konsumen 202.881.860 2.155.369 160.605 1.737.317 775.156 207.710.307 Consumers Ekspor 22.012.464 - - - 10.669.570 32.682.034 Exports Karyawan 3.959.171 - - - - 3.959.171 Employees

2.332.744.421 33.576.482 3.446.427 2.331.114 41.012.672 2.413.111.116

Mata uang asing: Foreign currency: Ekspor 73.133.863 - - - - 73.133.863 Exports Modal kerja 64.679.306 - - - - 64.679.306 Working capital Investasi 11.797.529 - - - - 11.797.529 Investments

149.610.698 - - - - 149.610.698

2.482.355.119 33.576.482 3.446.427 2.331.114 41.012.672 2.562.721.814 Cadangan kerugian penurunan Allowance for nilai (22.469.092) (149.450) (27.816) (42.793) (313.055) (23.002.206) impairment losses

Jumlah – bersih 2.459.886.027 33.427.032 3.418.611 2.288.321 40.699.617 2.539.719.608 Total – net

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

53

10. KREDIT YANG DIBERIKAN (lanjutan) 10. LOANS (continued)

c. Berdasarkan sektor ekonomi c. By economic sectors 2011

Dalam perhatian khusus/ Kurang Lancar/ Special lancar/ Diragukan/ Macet/ Jumlah/ Current mentions Substandard Doubtful Loss Total

Rupiah: Rupiah: Industri 799.000.252 8.937.044 2.104.227 1.817.937 4.101.249 815.960.709 Industry Pertanian 13.446 - - - - 13.446 Agricultures Perdagangan 1.733.018.684 19.302.808 3.300.912 4.163.464 14.434.327 1.774.220.195 Trading Listrik, gas, dan Electricity, gas air 1.245.661 152.705 - - - 1.398.366 and water Transportasi 66.229.569 - - - - 66.229.569 Transportations Konstruksi 58.013.796 - - - - 58.013.796 Constructions Pertambangan 5.606.263 - - - 1.500.000 7.106.263 Minings Lain-lain 1.549.172.422 13.182.491 875.921 378.797 9.393.855 1.573.003.486 Others

Jumlah Rupiah 4.212.300.093 41.575.048 6.281.060 6.360.198 29.429.431 4.295.945.830 Total Rupiah

Mata uang asing: Foreign currency: Industri 349.938.875 - - - - 349.938.875 Industry Perdagangan 34.828.830 - - - - 34.828.830 Trading Transportasi 19.532.383 - - - - 19.532.383 Transportation Pertambangan 15.598.794 - - - - 15.598.794 Minings Lain-lain 94.182.200 - - - - 94.182.200 Others

Jumlah mata Total foreign uang asing 514.081.082 - - - - 514.081.082 currency

4.726.381.175 41.575.048 6.281.060 6.360.198 29.429.431 4.810.026.912 Cadangan kerugian Allowance for penurunan nilai (44.636.354) (462.239) (556.099) (499.204) (3.724.149) (49.878.045) impairment losses

Jumlah - bersih 4.681.744.821 41.112.809 5.724.961 5.860.994 25.705.282 4.760.148.867 Total - net

2010 Dalam

perhatian khusus/ Kurang Lancar/ Special lancar/ Diragukan/ Macet/ Jumlah/ Current mentions Substandard Doubtful Loss Total

Rupiah: Rupiah: Industri 684.215.266 3.292.989 837.699 159.675 8.925.054 697.430.683 Industry Pertanian 2.169.200 - - - - 2.169.200 Agricultures Perdagangan 1.401.837.681 7.464.703 409.576 1.425.000 2.967.664 1.414.104.624 Trading Listrik, gas, dan Electricity, gas air 163.889 - - - - 163.889 and water Transportasi 31.540.634 680.838 - 1.735.418 - 33.956.890 Transportations Konstruksi 96.784.486 - - - 170.985 96.955.471 Constructions Pertambangan 990.231 - - - - 990.231 Minings Lain-lain 1.005.318.023 6.666.624 636.307 2.258.974 4.957.636 1.019.837.564 Others

Jumlah Rupiah 3.223.019.410 18.105.154 1.883.582 5.579.067 17.021.339 3.265.608.552 Total Rupiah

Mata uang asing: Foreign currency: Industri 245.792.584 - - - - 245.792.584 Industry Perdagangan 12.617.789 - - - - 12.617.789 Trading Pertambangan 15.435.871 - - - - 15.435.871 Minings Lain-lain 118.215.369 - - - - 118.215.369 Others

Jumlah mata Total foreign uang asing 392.061.613 - - - - 392.061.613 currency

3.615.081.023 18.105.154 1.883.582 5.579.067 17.021.339 3.657.670.165 Cadangan kerugian Allowance for penurunan nilai (33.596.530) (135.814) (86.949) (347.818) (999.862) (35.166.973) impairment losses

Jumlah-bersih 3.581.484.493 17.969.340 1.796.633 5.231.249 16.021.477 3.622.503.192 Total-net

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

54

10. KREDIT YANG DIBERIKAN (lanjutan) 10. LOANS (continued)

c. Berdasarkan sektor ekonomi (lanjutan) c. By economic sectors (continued) 1 Januari 2010/31 Desember 2009/ January 1, 2010/December 31, 2009

Dalam perhatian khusus/ Kurang Lancar/ Special lancar/ Diragukan/ Macet/ Jumlah/ Current mentions Substandard Doubtful Loss Total

Rupiah: Rupiah: Industri 523.095.126 10.901.487 2.000.000 - 9.082.402 545.079.015 Industry Pertanian 3.096.760 - - - - 3.096.760 Agricultures Perdagangan 984.212.820 13.590.364 1.140.822 25.000 21.400.935 1.020.369.941 Trading Listrik, gas, dan Electricity, gas air 114.461 - - - - 114.461 and water Transportasi 67.750.551 2.521.859 - - - 70.272.410 Transportations Konstruksi 46.814.740 253.035 - - 4.338.191 51.405.966 Constructions Pertambangan 3.763.043 - - - - 3.763.043 Minings Lain-lain 703.896.920 6.309.737 305.605 2.306.114 6.191.144 719.009.520 Others

Jumlah Rupiah 2.332.744.421 33.576.482 3.446.427 2.331.114 41.012.672 2.413.111.116 Total Rupiah

Mata uang asing: Foreign currency: Industri 143.320.389 - - - - 143.320.389 Industry Perdagangan 1.592.809 - - - - 1.592.809 Trading Konstruksi 4.697.500 - - - - 4.697.500 Constructions

Jumlah mata Total foreign uang asing 149.610.698 - - - - 149.610.698 currency

2.482.355.119 33.576.482 3.446.427 2.331.114 41.012.672 2.562.721.814 Cadangan kerugian Allowance for penurunan nilai (22.469.092) (149.450) (27.816) (42.793) (313.055) (23.002.206) impairment losses

Jumlah - bersih 2.459.886.027 33.427.032 3.418.611 2.288.321 40.699.617 2.539.719.608 Total - net

d. Berdasarkan periode kredit dan sisa umur jatuh tempo

d. By loan period and maturity

Golongan jangka waktu kredit yang diberikan

berdasarkan periode kredit sebagaimana yang tercantum dalam perjanjian kredit dan waktu yang tersisa sampai dengan saat jatuh tempo adalah sebagai berikut:

The classification of loans by loan period, which is stated in the loan agreements and the remaining period until maturity were as follows:

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010 2011 2010 December 31, 2009

Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan sisa umur sisa umur sisa umur jatuh tempo/ Berdasarkan jatuh tempo/ Berdasarkan jatuh tempo/ Berdasarkan By periode By periode By periode remaining perjanjian/ remaining perjanjian/ remaining perjanjian/ period By period By period By until maturity loan period until maturity loan period until maturity loan period

Rupiah: Rupiah: Kurang dari 1 tahun 2.187.126.520 459.627.629 1.947.530.225 531.167.741 1.526.919.713 52.430.260 Less than 1 year 1– 2 tahun 195.582.697 1.697.063.478 159.477.169 1.404.986.549 102.907.841 1.494.782.898 1 – 2 years 2 – 5 tahun 1.226.662.012 597.685.069 731.957.081 410.440.701 480.705.367 526.621.637 2 – 5 years Lebih dari 5 tahun 686.574.601 1.541.569.654 426.644.077 919.013.561 302.578.195 339.276.321 Over than 5 years

Jumlah rupiah 4.295.945.830 4.295.945.830 3.265.608.552 3.265.608.552 2.413.111.116 2.413.111.116 Total rupiah

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

55

10. KREDIT YANG DIBERIKAN (lanjutan) 10. LOANS (continued)

d. Berdasarkan periode kredit dan sisa umur jatuh tempo (lanjutan)

d. By loan period and maturity (continued) 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010 2011 2010 December 31, 2009

Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan sisa umur sisa umur sisa umur jatuh tempo/ Berdasarkan jatuh tempo/ Berdasarkan jatuh tempo/ Berdasarkan By periode By periode By periode remaining perjanjian/ remaining perjanjian/ remaining perjanjian/ period By period By period By until maturity loan period until maturity loan period until maturity loan period

Mata uang asing: Foreign currency: Kurang dari 1 tahun 344.242.374 69.934.165 250.185.239 97.593.890 108.472.363 1.031.231 Less than 1 year 1– 2 tahun 19.604.401 273.648.892 4.521.099 151.622.704 2.281.566 107.200.019 1 – 2 years 2 – 5 tahun 96.211.663 63.098.917 63.775.607 29.355.818 34.240.979 36.763.658 2 – 5 years Lebih dari 5 tahun 54.022.644 107.399.108 73.579.668 113.489.201 4.615.790 4.615.790 Over than 5 years

Jumlah mata uang asing 514.081.082 514.081.082 392.061.613 392.061.613 149.610.698 149.610.698 Total foreign currency

Jumlah 4.810.026.912 4.810.026.912 3.657.670.165 3.657.670.165 2.562.721.814 2.562.721.814 Total

Cadangan kerugian Allowance for penurunan nilai (49.878.045) (49.878.045) (35.166.973) (35.166.973) (23.002.206) (23.002.206) impairment losses

Jumlah-bersih 4.760.148.867 4.760.148.867 3.622.503.192 3.622.503.192 2.539.719.608 2.539.719.608 Total-net

e. Berdasarkan pihak berelasi e. By related parties

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Pihak berelasi: Related parties: PT Bina Nusantara Prima 2.614.613 6.711.624 7.589.190 PT Bina Nusantara Prima PT Central Texindo 9.067.500 9.010.000 4.577.188 PT Central Texindo Keluarga direksi dan Directors family and karyawan kunci 4.100.307 30.241.549 7.394.096 key personnel

15.782.420 45.963.173 19.560.474

Pihak ketiga 4.794.244.492 3.611.706.992 2.543.161.340 Third parties

Jumlah 4.810.026.912 3.657.670.165 2.562.721.814 Total Cadangan kerugian penurunan Allowance for impairment nilai (49.878.045) (35.166.973) (23.002.206) losses

Jumlah - bersih 4.760.148.867 3.622.503.192 2.539.719.608 Total - net

Kredit yang diberikan kepada pihak berelasi tersebut diberikan kepada pejabat eksekutif, karyawan Bank dan karyawan dari perusahaan terkait.

The loans to related parties are granted to executive officer, bank employees and employees from affiliated companies.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

56

10. KREDIT YANG DIBERIKAN (lanjutan) 10. LOANS (continued)

e. Berdasarkan pihak berelasi (lanjutan) e. By related parties (continued)

Kredit yang diberikan kepada karyawan Bank harus memenuhi persyaratan karyawan tetap. Kredit diberikan untuk membiayai berbagai kebutuhan yang sifatnya primer seperti biaya pendidikan, kesehatan, pernikahan dan berbagai keperluan lainnya. Jangka waktu kredit maksimal selama 10 bulan.

The loans to the Bank employees with requirement as permanent employee. The loan is granted to finance various primary needs such as expenses for education, health, nuptials and other various needs. The maximum period of loan is 10 months.

Kredit yang diberikan kepada pihak berelasi

dilakukan dengan persyaratan dan kondisi normal seperti pada pihak ketiga. Kredit yang diberikan kepada pihak berelasi, seluruhnya berkualitas lancar pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009.

Related party loans are granted by term and condition similar to those of loans granted to third parties. All loans granted to related parties are classified as current as of December 31, 2011, 2010, and January 1, 2010/December 31, 2009.

Kredit yang diberikan kepada pihak berelasi dibebani bunga 2% - 15%, 2% - 15% dan 9% per tahun untuk tahun 2011, 2010 dan 2009 dengan jangka waktu pelunasan maksimal selama 15 tahun.

Interest on loans granted to related parties is 2% - 15% , 2% - 15% and 9% per annum for 2011, 2010 and 2009, respectively with maximum payment period of 15 years.

f. Suku bunga rata-rata per tahun f. Average interest rate per annum

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: Pinjaman rekening koran 12,37 12,89 14,25 Demand deposits loans Pinjaman berjangka 12,12 12,25 13,52 Time loans Kredit kendaraan bermotor 20,50 16,60 15,26 Vehicle ownership loans Kredit kepemilikan rumah 12,08 12,89 14,50 Housing loans Kredit time loan flat 12,83 8,73 25,01 Time loan flat Kredit mikro 20,26 14,23 - Micro

Mata uang asing: Foreign currency:

Pinjaman rekening koran 4,81 4,02 4,39 Demand deposits loans Kredit modal kerja 6,02 5,26 4,90 Working capital loan

g. Ikhtisar kredit bermasalah berdasarkan

sektor ekonomi g. Summary of non performing loans by

economic sector

Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 rincian kredit bermasalah (kurang lancar, diragukan dan macet) menurut sektor ekonomi adalah sebagai berikut:

As of December 31, 2011, 2010, and January 1, 2010/December 31, 2009, detail of non performing loans (substandard, doubtful and loss) according to economic sector are as follows:

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

57

10. KREDIT YANG DIBERIKAN (lanjutan) 10. LOANS (continued)

g. Ikhtisar kredit bermasalah berdasarkan sektor ekonomi (lanjutan)

g. Summary of non performing loans by economic sector (continued)

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010 2011 2010 December 31, 2009

Kredit Kredit Kredit bermasalah/ Minimum bermasalah/ Minimum bermasalah/ Minimum Non cadangan/ Non cadangan/ Non cadangan/ performing Minimum performing Minimum performing Minimum loan allowance *) loan allowance *) loan allowance *)

Rupiah: Rupiah: Perdagangan 21.898.703 1.845.791 4.802.240 175.674 22.566.757 147.438 Trading Industri 8.023.413 469.011 9.922.428 362.979 11.082.402 98.849 Industry Lain-lain 12.148.573 2.464.650 9.759.320 895.976 13.141.054 137.377 Others

Jumlah rupiah 42.070.689 4.779.452 24.483.988 1.434.629 46.790.213 383.664 Total rupiah

*) sesuai peraturan Bank Indonesia *) In accordance with Bank Indonesia regulation

Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan

1 Januari 2010/31 Desember 2009 kredit dalam proses penyelamatan masing-masing sebesar Rp 42.070.689, Rp 24.483.988 dan Rp 46.790.213. Kenaikan kredit bermasalah dari 31 Desember 2010 ke 31 Desember 2011 sebesar 71,83%. Dan penurunan kredit bermasalah dari 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 sampai 31 Desember 2010 sebesar 47,67%.

As of December 31, 2011, 2010, and January 1, 2010/December 31, 2009 loans in the process of settlement amounted to Rp 42,070,689, Rp 24,483,988 and Rp 46,790,213 respectively. The increase in non-performing loans from December 31, 2010 to December 31, 2011 was 71.83%. And the decrease in non-performing loans from January 1, 2010/December 31, 2009 to December 31, 2010 was 47.67%.

Langkah-langkah Bank untuk mengatasi kredit

bermasalah dilakukan dengan cara: Steps taken by the Bank to reduce non-

performing loans are as follows:

Memberikan Surat Pemberitahuan keterlambatan kewajiban untuk membayar ke Bank.

Surat Peringatan I, II dan yang terakhir. Melakukan Panggilan untuk menghadap

ke Bank. Melakukan Penagihan dengan

mendatangi debitur NPL. Melakukan musyawarah untuk debitur

yang akan menjual aset jaminan atau aset yang lain diluar jaminan.

Bila debitur NPL yang masih mempunyai prospek usaha untuk disehatkan kembali akan diajukan restrukturisasi.

Bila langkah-langkah tersebut diatas belum ada penyelesaian maka akan dilakukan langkah AYDA.

Bila debitur tidak koperatif maka akan dilakukan proses hukum.

Giving notice of delay in the obligation to pay to the Bank.

Memorandum I, II and final memo. Making a Call to overlook the Bank.

Perform Billing by visiting debtors NPL. Conduct deliberation to debtor who would

sell the asset collateral or other assets outside guarantee.

If the debtor has the prospect of NPL that still attempt to brought back to health will be proposed restructuring.

If the above steps have not resolved it will be done step foreclosed assets.

If the debtor is not cooperative will be made to the legal process.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

58

10. KREDIT YANG DIBERIKAN (lanjutan) 10. LOANS (continued)

h. Kredit yang direstrukturisasi h. Restructured loans

Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009. Rincian kredit yang direstrukturisasi adalah sebagai berikut:

As of December 31, 2011, 2010, and January 1, 2010/December 31, 2009. Details of restructured loans as follows:

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Perpanjangan jangka waktu kredit 539.887 - 67.607 Extention of credit terms Fasilitas kredit tambahan - 381.500 - Additional loans of facilities Perpanjangan jangka waktu dan Extention of credit terms and penurunan bunga 475.000 - - adjusted interest rate Perpanjangan jangka waktu dan Extention of credit terms and skema lain 2.998.000 3.090.000 183.000 others scheme

Jumlah 4.012.887 3.471.500 250.607 Total

Kredit yang direstruktur pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 masing-masing sebesar Rp 4.012.887, Rp 3.471.500, dan Rp 250.607.

Restructured loans as of December 31, 2011, 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 were Rp 4,012,887, Rp 3,471,500 and Rp 250,607, respectively

i. Kredit yang diberikan pada umumnya dijamin

dengan agunan yang diikat dengan hak tanggungan atau surat kuasa untuk menjual, deposito berjangka atau jaminan lainnya

i. Loans are generally collateral by powers of atterney to mortgage or sell, time deposits or by other guarantees.

j. Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan

1 Januari 2010/31 Desember 2009 rasio Non Performing Loan (NPL) adalah sebagai berikut:

j. As of December 31, 2011, 2010, and January 1, 2010/December 31, 2009 Non Performing Loans (NPL) ratio are as follows:

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

NPL Gross 0,88% 0,67% 1,83% Gross NPL NPL Netto 0,78% 0,63% 1,81% Net NPL

k. Rasio kredit terhadap total simpanan pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 masing-masing sebesar 84,92%, 80,41%, dan 73,64%.

k. Loan to Deposit ratio as of December 31, 2011, 2010, and January 1, 2010/December 31, 2009 are equal to 84.92%, 80.41%, and 73.64%, respectively.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

59

10. KREDIT YANG DIBERIKAN (lanjutan) 10. LOANS (continued)

l. Mutasi cadangan kerugian penurunan nilai kredit yang diberikan adalah sebagai berikut:

l. The movements in the allowance for impairment losses are as follows:

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: Saldo awal 32.238.863 22.127.871 28.144.159 Beginning balance Pembentukan (pemulihan) Provision (reversal) dalam tahun berjalan 14.115.941 10.745.122 (5.869.984) during the year Penerimaan kembali kredit yang Recovery of loans previously telah dihapusbukukan 75.000 - 111.854 written-off during the year Penghapusan selama tahun berjalan (634.379) (634.130) (258.158) Written-off

Saldo akhir 45.795.425 32.238.863 22.127.871 Ending balance

Mata uang asing: Foreign currencies: Saldo awal 2.928.110 874.335 1.214.998 Beginning balance Pembentukan (pemulihan) Provision (reversal) dalam tahun berjalan 1.016.900 999.909 (467.484) during the year Selisih kurs 137.610 1.053.866 126.821 Echange rate

Saldo akhir 4.082.620 2.928.110 874.335 Ending balance

Jumlah 49.878.045 35.166.973 23.002.206 Total

Manajemen berpendapat bahwa jumlah

cadangan kerugian penurunan nilai kredit yang telah dibentuk adalah cukup untuk menutupi kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak tertagihnya kredit yang diberikan.

The management believe that the amount of allowance for impairment losses as adequate to cover the potential losses arising from bad loans.

m. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) m. Legal Lending Limit (LLL)

Kepatuhan Bank terhadap peraturan Bank Indonesia tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), sebagaimana diatur dalam peraturan Bank Indonesia No. 8/13/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006. Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009, Bank telah mematuhi peraturan BMPK untuk pihak berelasi dan pihak ketiga.

In compliance with the Bank Indonesia regulation on Legal Lending Limit (LLL), as stipulated in the Bank Indonesia regulation No. 8/13/PBI/2006 dated October 5, 2006. As of December 31, 2011, 2010, and January 1, 2010/December 31, 2009, the Bank has complied with legal lending limit for related parties and third parties.

Per tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 Bank tidak melanggar atau melampaui Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

As of December 31, 2011, 2010, and January 1, 2010/December 31, 2009, the bank did not breach its Legal Lending Limit which establish by Bank Indonesia

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

60

11. TAGIHAN DAN UTANG AKSEPTASI 11. ACCEPTANCE RECEIVABLES AND PAYABLES

a. Berdasarkan mata uang a. By currency

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010 2011 2010 December 31, 2009

Tagihan Utang Tagihan Utang Tagihan Utang akseptasi/ akseptasi/ akseptasi/ akseptasi/ akseptasi/ akseptasi/ Acceptance Acceptance Acceptance Acceptance Acceptance Acceptance receivables payables receivables payables receivables payables

Mata uang asing: Foreign currency: Bank Bank Pihak berelasi - - - 1.052.125 - - Related parties Pihak ketiga - 7.930.070 - 22.831.980 - 159.715 Third parties

Debitur Debtors Pihak ketiga 7.930.070 - 23.884.105 - 159.715 - Third parties

Jumlah 7.930.070 7.930.070 23.884.105 23.884.105 159.715 159.715 Total

Cadangan kerugian Allowance for penurunan nilai - - (238.841) - (1.597) - impairment losses

Jumlah-bersih 7.930.070 7.930.070 23.645.264 23.884.105 158.118 159.715 Total-net

b. Berdasarkan jatuh tempo b. By maturity date

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010 2011 2010 December 31, 2009

Tagihan Utang Tagihan Utang Tagihan Utang akseptasi/ akseptasi/ akseptasi/ akseptasi/ akseptasi/ akseptasi/ Acceptance Acceptance Acceptance Acceptance Acceptance Acceptance receivables payables receivables payables receivables payables

Mata uang asing: Foreign currency: Kurang dari 1 bulan 4.177.961 4.177.961 10.066.343 10.066.343 159.715 159.715 Less than 1 month 1 - 3 bulan 3.752.109 3.752.109 12.765.637 12.765.637 - - 1 - 3 months 3 - 6 bulan - - 1.052.125 1.052.125 - - 3 - 6 months

Jumlah 7.930.070 7.930.070 23.884.105 23.884.105 159.715 159.715 Total

Cadangan kerugian Allowance for impairment penurunan nilai - - (238.841) - (1.597) - losses

Jumlah-bersih 7.930.070 7.930.070 23.645.264 23.884.105 158.118 159.715 Total net

c. Berdasarkan kolektibilitas tagihan

akseptasi c. By collectibility of acceptance

receivables

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Lancar 7.930.070 23.884.105 159.715 Current Cadangan kerugian penurunan nilai - (238.841) (1.597) Allowance for possible losses

7.930.070 23.645.264 158.118

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

61

11. TAGIHAN DAN UTANG AKSEPTASI (lanjutan) 11. ACCEPTANCE RECEIVABLES AND PAYABLES (continued)

d. Mutasi cadangan kerugian penurunan nilai

tagihan akseptasi d. Changes on allowance for impairment

losses of acceptance receivables 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Saldo awal 238.841 1.597 42.275 Beginning balance Pembentukan (pemulihan) Provision (reversal) of cadangan tahun berjalan (260.331) 238.986 (27.704) allowance current year Selisih kurs 21.490 (1.742) (12.974) Exchange rate

Saldo akhir - 238.841 1.597 Ending balance

Manajemen berpendapat bahwa jumlah cadangan kerugian penurunan nilai tagihan akseptasi yang telah dibentuk adalah cukup untuk menutupi kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak tertagihnya tagihan akseptasi.

The management believe that the amount of allowance for impairment losses as adequate to cover the potential losses arising from acceptance receivables.

12. ASET TETAP 12. FIXED ASSETS 2011

Gedung Bangunan dan instalasi/ Inventaris Mesin-mesin dalam Buildings kantor/ kantor/ Kendaraan pelaksanaan/ Tanah/ and Office Office bermotor/ Construction Jumlah/ Land installation equipment machineries Vehicles in progress Total

Jumlah tercatat bruto: Gross carrying amount: Balance Saldo 1 Januari 2011 12.832.038 7.257.062 34.335.258 7.816.526 1.699.513 - 63.940.397 January 1, 2011 Penambahan - - 7.161.915 1.230.023 308.742 1.116.126 9.816.806 Additions Pengurangan - - (61.245) (73.856 ) (142.000 ) - (277.101) Deduction

Saldo 1 Januari Balance 2011 12.832.038 7.257.062 41.435.928 8.972.693 1.866.255 1.116.126 73.480.102 January 1, 2011

Accumulated Akumulasi penyusutan: depreciation: Balance Saldo 1 Januari 2011 - 4.553.493 19.835.491 4.932.282 1.461.956 - 30.783.222 January 1, 2011 Penambahan - 281.130 5.351.582 1.041.127 110.426 - 6.784.265 Additions Pengurangan - - (57.639) (73.856 ) (137.562 ) - (269.057) Deduction

Saldo 31 Desember Balance 2011 - 4.834.623 25.129.434 5.899.553 1.434.820 - 37.298.430 December 31, 2011

Jumlah tercatat Carrying amount 31 Desember 2011 36.181.672 December 31, 2011

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

62

12. ASET TETAP (lanjutan) 12. FIXED ASSETS (continued)

2010

Gedung

dan instalasi/ Inventaris Mesin-mesin Buildings kantor/ kantor/ Kendaraan Tanah/ and Office Office bermotor/ Jumlah/ Land installation equipment machineries Vehicles Total

Jumlah tercatat bruto: Gross carrying amount: Saldo 1 Januari 2010 12.536.300 6.799.328 22.797.571 6.141.212 1.510.272 49.784.683 Balance January 1, 2010 Penambahan 295.738 457.734 11.554.322 1.680.214 184.851 14.172.859 Additions Pengurangan - - (9.125) (4.900) (3.120) (17.145) Deduction Reklasifikasi - - (7.510) - 7.510 - Reclassifications

Saldo 31 Desember 2010 12.832.038 7.257.062 34.335.258 7.816.526 1.699.513 63.940.397 Balance December 31, 2010

Akumulasi Penyusutan: Accumulated depreciation: Saldo 1 Januari 2010 - 4.269.204 15.271.756 4.095.665 1.282.870 24.919.495 Balance January 1, 2010 Penambahan - 284.289 4.580.370 841.517 174.696 5.880.872 Additions Pengurangan - - (9.125) (4.900) (3.120) (17.145) Deduction Reklasifikasi - - (7.510) - 7.510 - Reclassifications

Saldo 31 Desember 2010 - 4.553.493 19.835.491 4.932.282 1.461.956 30.783.222 Balance December 31, 2010

Jumlah tercatat Carrying amount 31 Desember 2010 33.157.175 December 31, 2010

1 Januari 2010/31 Desember 2009/ January 1, 2010/December 31, 2009

Gedung

dan instalasi/ Inventaris Mesin-mesin Buildings kantor/ kantor/ Kendaraan Tanah/ and Office Office bermotor/ Jumlah/ Land installation equipment machineries Vehicles Total

Jumlah tercatat bruto: Gross carrying amount: Saldo 1 Januari 2009 12.536.300 6.799.328 20.132.155 5.862.995 2.700.202 48.030.980 Balance January 1, 2009 Penambahan - - 2.734.560 315.967 44.570 3.095.097 Additions Pengurangan - - (69.144) (37.750) (1.234.500) (1.341.394) Deduction

Saldo 31 Desember 2009 12.536.300 6.799.328 22.797.571 6.141.212 1.510.272 49.784.683 Balance December 31, 2009

Akumulasi Penyusutan: Accumulated depreciation: Saldo 1 Januari 2009 - 3.943.788 12.285.368 3.392.706 2.287.289 21.909.151 Balance January 1, 2009 Penambahan - 325.416 3.055.481 737.594 194.977 4.313.468 Additions Pengurangan - - (69.093) (34.635) (1.199.396) (1.303.124) Deduction

Saldo 31 Desember 2009 - 4.269.204 15.271.756 4.095.665 1.282.870 24.919.495 Balance December 31, 2009

Jumlah tercatat Carrying amount 31 Desember 2009 24.865.188 December 31, 2009

Beban penyusutan seluruhnya dialokasikan pada

beban umum dan administrasi (lihat Catatan 27). Depreciation expenses were allocated to

general and administrative expenses (see Note 27).

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

63

12. ASET TETAP (lanjutan) 12. FIXED ASSETS (continued)

Hak atas tanah berupa Sertifikat Hak Guna Bangunan dan Hak Guna Usaha yang dapat diperbaharui. Sisa umur hak atas tanah tersebut berkisar antara 1 tahun sampai dengan 22 tahun dan dapat diperpanjang. Manajemen berpendapat tidak terdapat masalah dengan perpanjangan hak atas tanah, karena seluruh tanah didapatkan secara legal dan didukung oleh bukti kepemilikan yang sah.

Landrights are held under renewable “Sertifikat Hak Guna Bangunan” and “Hak Guna Usaha” titles. The remaining terms of the rights ranged from 1 to 22 years and can be extended. The management believes that there will be no difficulty in the extension of the landrights, because all land were obtained legally and supported by valid ownership evidences.

Berdasarkan penilaian manajemen Bank, tidak

ada kejadian-kejadian atau perubahan-perubahan keadaan yang mengindikasikan adanya penurunan nilai aset tetap pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009.

By the assessment of the management of the Bank, there are no events or changes in circumstances that indicate any impairment in the value of fixed assets as of December 31, 2011, 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009.

Aset tetap kecuali tanah diasuransikan terhadap risiko kebakaran dan risiko kerugian lainnya kepada PT Wahana Tata (bukan perusahaan berelasi) dengan nilai pertanggungan sebesar Rp 88.805.643.805 (nilai penuh) untuk tahun 2011, untuk tahun 2010 dan 2009 kepada PT Asuransi Asoka Mas (bukan perusahaan berelasi) sebesar Rp 58.001.303.110 dan Rp 46.942.979.040 (nilai penuh). Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian yang akan terjadi.

Fixed asset except for land, are covered by insurance against losses by fire and other risks with PT Wahana Tata (non-related party) with the insurance coverage of Rp 88,805,643,805 (full amount) for the year 2011, PT Asuransi Asoka Mas (non-related party) with the insurance coverage of Rp 58,001,303,110 and Rp 46,942,979,040 (full amount) for the year 2010 and 2009 respectively. The management of the Bank believes that the amount is adequate to cover possible losses from such risks.

13. ASET LAIN-LAIN 13. OTHER ASSETS

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Biaya dibayar dimuka 38.154.402 16.193.378 13.561.914 Prepaid expenses Pendapatan bunga yang akan diterima 24.693.113 18.062.645 13.767.211 Accrued interest income Aguan yang diambil alih 21.478.813 20.457.485 8.807.584 Foreclosed assets Beban pra operasi cabang 8.013.958 8.878.964 6.760.190 Branch pra operation expenses Aset lainnya 21.581.675 13.663.433 13.521.721 Others assets

Jumlah 113.921.961 77.255.905 56.418.620 Total

Biaya dibayar di muka terutama terdiri dari sewa yang dibayar dimuka, asuransi dibayar di muka dan lainnya.

Prepaid expenses mainly comprise prepaid rents, prepaid insurance and others.

Aset lainnya terdiri dari rupa-rupa persediaan, pos

dalam penyelesaian dan lainnya. Other assets consist of inventories, suspense

account and others.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

64

13. ASET LAIN-LAIN (lanjutan) 13. OTHER ASSETS (continued)

Agunan diambil alih terutama terdiri dari tanah dan bangunan.

Foreclosed assets mainly comprise land and building.

Untuk memenuhi Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005, Bank telah melakukan upaya penyelesaian atas agunan yang diambil alih.

The Bank has taken actions for the resolution of foreclosed properties as required by Bank Indonesia under its regulation No. 7/2/PBI/2005 dated January 20, 2005.

Manajemen berpendapat bahwa jumlah cadangan kerugian penurunan nilai telah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya agunan yang diambil alih.

Management believes that the allowance for impairment losses on foreclosed assets is adequate to cover possible losses due to uncollectability.

14. LIABILITAS SEGERA 14. OBLIGATION DUE IMMEDIATELY

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: Titipan nasabah 196.034 76.811 50.243 Customer’s advances Lainnya 2.566.188 1.649.491 1.542.799 Others

2.762.222 1.726.302 1.593.042

Mata uang asing: Foreign currency: Inward remittances 14.892.765 5.510.517 215.358 Inward remittances Lainnya 673.181 191.477 40.205 Others

15.565.946 5.701.994 255.563

Jumlah 18.328.168 7.428.296 1.848.605 Total

15. SIMPANAN NASABAH 15. DEPOSIT FROM CUSTOMERS

a. Berdasarkan jenis mata uang a. By type

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Pihak ketiga: Third parties: Rupiah: Rupiah: Giro 332.687.555 282.791.760 317.935.891 Demand deposits Tabungan 865.690.761 580.554.896 411.967.104 Saving deposits Deposito berjangka 3.333.622.555 2.866.668.634 1.910.539.295 Time deposits

Jumlah rupiah 4.532.000.871 3.730.015.290 2.640.442.290 Total rupiah

Mata uang asing: Foreign currencies: Giro 171.025.729 181.544.698 185.888.116 Demand deposits Tabungan 54.462.800 23.495.971 - Saving deposits Deposito berjangka 517.107.789 291.350.668 324.860.042 Time deposits

Jumlah mata uang asing 742.596.318 496.391.337 510.748.158 Total foreign currencies

Jumlah pihak ketiga 5.274.597.189 4.226.406.627 3.151.190.448 Total third parties

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

65

15. SIMPANAN NASABAH (lanjutan) 15. DEPOSIT FROM CUSTOMERS (continued)

a. Berdasarkan jenis mata uang (lanjutan) a. By type (continued)

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Pihak berelasi: Related parties: Rupiah: Rupiah: Giro 35.026.461 43.854.994 77.933.375 Demand deposits Tabungan 23.347.799 13.639.606 9.592.242 Saving deposits Deposito berjangka 162.853.943 56.626.868 74.037.711 Time deposits

Jumlah rupiah 221.228.203 114.121.468 161.563.328 Total rupiah

Mata uang asing: Foreign currencies: Giro 100.526.909 95.360.291 96.118.939 Demand deposits Tabungan 795.735 451.238 - Saving deposits Deposito berjangka 62.932.339 108.060.564 64.234.499 Time deposits

Jumlah mata uang asing 164.254.983 203.872.093 160.353.438 Total foreign currencies

Jumlah pihak berelasi 385.483.186 317.993.561 321.916.766 Total related parties

Jumlah simpanan nasabah 5.660.080.375 4.544.400.188 3.473.107.214 Total deposit from customers

Informasi mengenai transaksi dengan pihak

berelasi diungkapkan pada Catatan 35. Information on related parties transactions

are disclosed in Note 35.

b. Giro b. Demand deposits

i) Berdasarkan mata uang, pihak ketiga dan pihak berelasi

i) By currency, third parties and related parties

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: Pihak ketiga 332.687.555 282.791.760 317.935.891 Third parties Pihak berelasi 35.026.461 43.854.994 77.933.375 Related parties

367.714.016 326.646.754 395.869.266

Mata uang asing: Foreign currencies: Pihak ketiga 171.025.729 181.544.698 185.888.116 Third parties Pihak berelasi 100.526.909 95.360.291 96.118.939 Related parties

271.552.638 276.904.989 282.007.055 Jumlah 639.266.654 603.551.743 677.876.321 Total

ii) Tingkat suku bunga rata-rata per

tahun adalah sebagai berikut: ii) Average interest rates per annum

are as follows:

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah 1,29% 1,66% 3,06% Rupiah Mata uang asing 0,12% 0,24% 0,52% Foreign currencies

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

66

15. SIMPANAN NASABAH (lanjutan) 15. DEPOSIT FROM CUSTOMERS (continued)

b. Giro (lanjutan) b. Demand deposits (continued) Giro yang dijadikan jaminan atas bank garansi, kredit yang diberikan dan fasilitas pembayaran transaksi perdagangan lainnya per 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 masing-masing sebesar Rp 23.115.398, Rp 22.157.745 dan Rp 62.227.227.

Demand deposits pledged as collaterals on bank guarantee, loans and other payments trade transactions facility as of December 31, 2011, 2010, and January 1, 2010/December 31, 2009 amounted to Rp 23,115,398, Rp 22,157,745, and Rp 62,227,227, respectively.

c. Tabungan c. Saving deposits

i) Berdasarkan mata uang, pihak ketiga

dan pihak berelasi i) By currency, third parties and related

parties 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: Pihak ketiga: Third parties:

Tabungan Sakura 378.431.393 184.549.701 - Sakura savings Tabungan Parahyangan 235.982.195 175.808.542 177.178.062 Parahyangan savings

Tabungan Nusantara 138.353.720 144.994.130 150.195.683 Nusantara savings Tabungan Sehati 49.945.103 44.543.505 67.032.117 Sehati savings Tabungan Payroll 22.391.065 14.519.827 9.858.958 Payroll savings Tabungan Berjangka 18.902.313 - - Periodic savings Tabungan Pendidikan 12.709.609 10.489.451 7.702.284 Education savings Tabungan TabunganKu 8.975.363 5.649.740 - TabunganKu savings

Sub jumlah 865.690.761 580.554.896 411.967.104 Sub total

Pihak berelasi: Related parties: Tabungan Parahyangan 20.956.582 10.185.489 7.281.822 Parahyangan savings Tabungan Sakura 1.121.693 1.775.465 - Sakura savings Tabungan Nusantara 552.344 908.449 1.279.301 Nusantara savings Tabungan Payroll 484.782 496.175 1.012.827 Payroll savings Tabungan Berjangka 176.802 - - Periodic savings Tabungan Sehati 37.381 254.936 13.832 Sehati savings Tabungan Pendidikan 15.596 5.657 4.460 Education savings Tabungan TabunganKu 2.619 13.435 - TabunganKu savings

Sub jumlah 23.347.799 13.639.606 9.592.242 Sub total

Jumlah rupiah 889.038.560 594.194.502 421.559.346 Total rupiah

Mata uang asing: Foreign currencies: Pihak ketiga: Third parties: Tabungan dollar 52.514.779 23.495.971 - Dollar savings Tabungan berjangka dollar 1.948.021 - - Periodic savings Pihak berelasi: Related parties: Tabungan dollar 790.293 451.238 - Dollar savings Tabungan berjangka dollar 5.442 - - Periodic savings

Jumlah mata uang asing 55.258.535 23.947.209 - Total foreign currencies

Jumlah 944.297.095 618.141.711 421.559.346 Total

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

67

15. SIMPANAN NASABAH (lanjutan) 15. DEPOSIT FROM CUSTOMERS (continued)

c. Tabungan (lanjutan) c. Saving deposits (continued)

ii) Tingkat suku bunga rata-rata per tahun adalah sebagai berikut:

ii) Average interest rates per annum are as follows:

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah 3,27% 2,90% 3,04% Rupiah Mata uang asing 0,49% 0,50% - Foreign currencies

d. Deposito berjangka d. Time deposits

i) Berdasarkan mata uang, pihak ketiga

dan pihak berelasi i) By currency, third parties and

related parties

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: Pihak ketiga 3.333.622.555 2.866.668.634 1.910.539.295 Third parties Pihak berelasi 162.853.943 56.626.868 74.037.711 Related parties Mata uang asing: Foreign currencies:

Pihak ketiga 517.107.789 291.350.668 324.860.042 Third parties Pihak berelasi 62.932.339 108.060.564 64.234.499 Related parties

Jumlah 4.076.516.626 3.322.706.734 2.373.671.547 Total

ii) Berdasarkan periode deposito

berjangka ii) By period of time deposits

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: 1 bulan 1.859.964.370 1.752.141.465 1.746.516.748 1 month

3 bulan 1.296.847.703 960.227.491 148.846.669 3 months 6 bulan 282.278.954 197.929.516 50.528.166 6 months 12 bulan 57.385.471 12.997.030 38.685.423 12 months

Jumlah rupiah 3.496.476.498 2.923.295.502 1.984.577.006 Total rupiah

Mata uang asing: Foreign currencies: 1 bulan 320.198.253 248.514.725 367.578.817 1 month 3 bulan 81.747.160 41.529.392 17.689.279 3 months 6 bulan 126.153.207 82.111.865 2.622.006 6 months 12 bulan 51.941.508 27.255.250 1.204.439 12 months

Jumlah mata uang asing 580.040.128 399.411.232 389.094.541 Total foreign currencies

Jumlah 4.076.516.626 3.322.706.734 2.373.671.547 Total

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

68

15. SIMPANAN NASABAH (lanjutan) 15. DEPOSIT FROM CUSTOMERS (continued)

d. Deposito berjangka (lanjutan) d. Time deposits (continued) iii) Berdasarkan sisa umur sampai

dengan saat jatuh tempo iii) By remaining period until maturity

date

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: 1 bulan 2.299.177.655 2.089.473.416 1.796.083.266 1 month 3 bulan 1.008.528.337 794.830.815 159.417.534 3 months 6 bulan 173.633.364 32.066.520 23.707.252 6 months 12 bulan 15.137.142 6.924.751 5.368.954 12 months

3.496.476.498 2.923.295.502 1.984.577.006

Mata uang asing: Foreign currencies: 1 bulan 349.375.751 253.981.590 374.323.062 1 month 3 bulan 117.165.277 55.006.093 14.182.019 3 months 6 bulan 108.058.600 90.423.549 589.460 6 months 12 bulan 5.440.500 - - 12 months

580.040.128 399.411.232 389.094.541

Jumlah 4.076.516.626 3.322.706.734 2.373.671.547 Total

iv) Tingkat suku bunga rata-rata per

tahun adalah sebagai berikut: iv) Average interest rates per annum are

as follows:

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah 7,99% 7,49% 9,77% Rupiah Mata uang asing 1,63% 1,13% 2,39% Foreign currencies

Per 31 Desember 2011, 2010 dan

1 Januari 2010/31 Desember 2009, deposito berjangka yang diblokir dan sebagai jaminan atas bank garansi, kredit yang diberikan dan fasilitas pembayaran transaksi perdagangan adalah masing-masing sebesar Rp 528.017.109, Rp 363.741.992, dan Rp 210.049.593.

As of December 31, 2011, 2010, and January 1, 2010/December 31, 2009, time deposits which were blocked and pledged as bank guarantee, loan and payment trade transaction facility amounted to Rp 528,017,109, Rp 363,741,992, and Rp 210,049,593, respectively.

16. SIMPANAN DARI BANK LAIN 16. DEPOSITS FROM OTHER BANKS

a. Berdasarkan jenis, mata uang dan pihak ketiga

a. By types, currency and third parties

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Pihak ketiga: Third parties: Rupiah: Rupiah: Giro 28.078.269 19.025.793 1.267.925 Demand deposits Tabungan 1.408.253 1.216.647 918.814 Saving deposits Deposito 154.324.602 131.114.249 17.101.230 Time deposits Call Money 30.000.000 - - Call Money

Jumlah 213.811.124 151.356.689 19.287.969 Total

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

69

16. SIMPANAN DARI BANK LAIN (lanjutan) 16. DEPOSITS FROM OTHER BANKS (continued)

a. Berdasarkan jenis, mata uang dan pihak

ketiga (lanjutan) a. By types, currency and third parties

(continued)

Per 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009, simpanan dari bank lain hanya dari pihak ketiga dan dalam mata uang Rupiah.

As of December 31, 2011, 2010, and January 1, 2010/December 31, 2009 deposits from other banks only from third parties and Rupiah currency.

b. Tingkat suku bunga rata-rata per tahun

adalah sebagai berikut: b. Average interest rates per annum are as

follows:

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah Rupiah Giro 5,25% 4,79% 0,68% Demand deposits Tabungan 3,00% 2,99% 2,99% Saving deposits Deposito berjangka 7,54% 7,61% 12,61% Time deposits

c. Berdasarkan periode simpanan dari bank lain

c. By period of deposits from other banks

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Deposito berjangka Time deposits 1 bulan 102.659.484 98.609.249 2.101.230 1 month 3 bulan 51.665.118 32.505.000 - 3 months 12 bulan - - 15.000.000 12 months

Jumlah 154.324.602 131.114.249 17.101.230 Total

17. PINJAMAN SUBORDINASI 17. SUBORDINATED LOANS

Rincian pinjaman subordinasi pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 sebagai berikut:

The details of subordinated loans as of December 31, 2011, 2010, and January 1, 2010/December 31, 2009 as follows:

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Acom Co. Ltd. 35.671.545 - - Acom Co. Ltd. Acom (USA) INC. 18.135.000 - - Acom (USA) INC.

Jumlah 53.806.545 - - Total

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

70

17. PINJAMAN SUBORDINASI (lanjutan) 17. SUBORDINATED LOANS (continued)

ACOM CO. LTD. Pada tanggal 30 September 2011, Bank melakukan perjanjian pinjaman subordinasi dengan Acom Co. Ltd, pihak berelasi, senilai USD 3.934.000 dengan tingkat suku bunga tetap sebesar 5,253% per tahun. Pada tanggal 1 November 2011 seluruh pinjaman telah dicairkan. Dana yang diperoleh dari pinjaman subordinasi seluruhnya akan digunakan untuk penempatan aset produktif dalam bentuk penyaluran kredit serta memperkuat struktur modal. Pinjaman subordinasi ini tidak boleh dibatalkan atau dibayar lunas sebelum tanggal jatuh tempo tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia. Jangka waktu pinjaman yaitu 7 tahun terhitung sejak tanggal penarikan pinjaman.

ACOM CO. LTD. As of September 30, 2011, the Bank entered into a subordinated loans agreement amounting USD 3,934,000 with Acom, Co, Ltd, related party, with a fixed interest rate of 5.253% per annum. As of November 1, 2011 the Bank fully withdraw the subordinated loan. Fund gained from the subordinated loan shall be used entirely in invest in earning assets in the form of loans and to enhance the capital structure. Subordinated loan should be not canceled or paid in full before the due date without prior approval from Bank Indonesia. Loan period is 7 years from the date of drawdown of the loan.

ACOM (USA) INC. Pada tanggal 30 September 2011, Bank melakukan perjanjian pinjaman subordinasi dengan Acom (USA) INC., pihak berelasi, senilai USD 2.000.000 dengan tingkat suku bunga tetap sebesar 3,76% per tahun. Pada tanggal 1 November 2011 seluruh pinjaman telah dicairkan. Dana yang diperoleh dari pinjaman subordinasi seluruhnya akan digunakan untuk penempatan aset produktif dalam bentuk penyaluran kredit serta memperkuat struktur modal. Pinjaman subordinasi ini tidak boleh dibatalkan atau dibayar lunas sebelum tanggal jatuh tempo tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia. Jangka waktu pinjaman yaitu 7 tahun terhitung sejak tanggal penarikan pinjaman.

ACOM (USA) INC. As of September 30, 2011, the Bank entered into a subordinated loans agreement amounting USD 2,000,000 with Acom (USA) INC, related party, with a fixed interest rate of 3.76% per annum. As of November 1, 2011 the Bank fully withdraw the subordinated loan. Fund gained from the subordinated loan shall be used entirely in invest in earning assets in the form of loans and to enhance the capital structure. Subordinated loan should be not canceled or paid in full before the due date without prior approval from Bank Indonesia. Loan period is 7 years from the date of drawdown of the loan.

Untuk keperluan perhitungan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM), pinjaman subordinasi di atas diperhitungkan sebagai modal pelengkap setelah Bank menerima surat persetujuan dari Bank Indonesia No. 13/228/ APBU/Bd tanggal 12 Desember 2011.

For the purpose of calculating the Capital Adequacy Ratio (CAR), the subordinated loans are included as supplementary capital after the Bank receives approval letter from Bank Indonesia No.13/228/APBU/Bd dated December 12, 2011.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

71

18. LIABILITAS LAIN-LAIN 18. OTHERS LIABILITIES 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Rupiah: Rupiah: Bunga 13.173.221 11.626.524 6.568.440 Interest expenses Setoran jaminan 1.426.000 1.402.000 1.382.500 Security deposits Pendapatan yang ditangguhkan 83.333 17.305 9.165.067 Deferred income Lainnya 9.963.456 9.470.487 7.207.908 Others

24.646.010 22.516.316 24.323.915

Mata uang asing: Foreign currencies: Setoran jaminan - 2.999.776 - Security deposits Bunga 1.005.768 137.019 - Interest expenses Pendapatan yang ditangguhkan - - 511.407 Deferred income Lainnya 181 - 169.111 Others

1.005.949 3.136.795 680.518

Jumlah 25.651.959 25.653.111 25.004.433 Total

19. MODAL SAHAM 19. SHARE CAPITAL

Susunan kepemilikan saham Bank pada tanggal

31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 berdasarkan catatan yang dibuat oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, Biro Administrasi Efek, adalah sebagai berikut:

The shareholders are composition as of December 31, 2011, 2010, and January 1, 2010/December 31, 2009 by registered by PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, Biro Administrasi Efek are as follows:

2011

Pesentase Jumlah modal kepemilikan/ Jumlah saham/ saham/ Percentages Pemegang saham Total shares Total share capital of ownership (%) Shareholders

Acom.Co.Ltd 251.180.469 125.590.234 60,31 Acom.Co.Ltd The Bank of Tokyo - Mitsubishi 63.310.000 31.655.000 15,20 The Bank of Tokyo - Mitsubishi UFJ, LTD UFJ, LTD PT Hermawan Ladang Arta 23.741.500 11.870.750 5,70 PT Hermawan Ladang Arta PT Hermawan Sentral Investama 38.736.130 19.368.065 9,30 PT Hermawan Sentral Investama Pemegang saham lainnya Other shareholders (Kepemilikan di bawah 5% ) 39.545.059 19.772.530 9,49 (Ownership below 5%)

Jumlah 416.513.158 208.256.579 100 Total

2010

Pesentase Jumlah modal kepemilikan/ Jumlah saham/ saham/ Percentages Pemegang saham Total shares Total share capital of ownership (%) Shareholders

Acom.Co.Ltd 251.180.469 125.590.234 60,31 Acom.Co.Ltd The Bank of Tokyo - Mitsubishi The Bank of Tokyo - Mitsubishi UFJ, LTD 63.310.000 31.655.000 15,20 UFJ, LTD PT Hermawan Ladang Arta 23.741.500 11.870.750 5,70 PT Hermawan Ladang Arta PT Hermawan Sentral Investama 38.736.130 19.368.065 9,30 PT Hermawan Sentral Investama Pemegang saham lainnya Other shareholders (Ownership (Kepemilikan di bawah 5%) 39.545.059 19.772.530 9,49 below 5%)

Jumlah 416.513.158 208.256.579 100 Total

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

72

19. MODAL SAHAM (lanjutan) 19. SHARE CAPITAL (continued)

1 Januari 2010/31 Desember 2009/ January 1, 2010/December 31, 2009

Pesentase Jumlah modal kepemilikan/ Jumlah saham/ saham/ Percentages Pemegang saham Total shares Total share capital of ownership (%) Shareholders

Acom.Co.Ltd 176.265.000 88.132.500 55,68 Acom.Co.Ltd The Bank of Tokyo - Mitsubishi The Bank of Tokyo - Mitsubishi UFJ, LTD 63.310.000 31.655.000 20,00 UFJ, LTD PT Hermawan Ladang Arta 23.741.500 11.870.750 7,50 PT Hermawan Ladang Arta PT Hermawan Sentral Investama 23.741.500 11.870.750 7,50 PT Hermawan Sentral Investama Pemegang saham lainnya Other Shareholders (Kepemilikan di bawah 5%) 29.492.000 14.746.000 9,32 (Ownership below 5%)

Jumlah 316.550.000 158.275.000 100 Total

Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan

1 Januari 2010/31 Desember 2009, seluruh saham Bank (maksimum 99% sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1999) telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

As of December 31, 2011, 2010, and January 1, 2010/December 31, 2009, all of The Bank’s`shares (maximum of 99% by Government Regulation No. 29 of 1999) were listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX).

20. TAMBAHAN MODAL DISETOR-BERSIH 20. ADDITIONAL PAID IN CAPITAL-NET 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Agio saham 60.386.579 60.386.579 10.405.000 Additional paid-in-capital Biaya emisi efek ekuitas (3.892.115) (3.892.115) (2.395.962) Stock issuance costs

Jumlah - bersih 56.494.464 56.494.464 8.009.038 Total - net

Agio saham Additional paid-in-capital

Agio saham berasal dari penawaran perdana yang

dilakukan pada tahun 2001, pelaksanaan warrant pada tahun 2004 dan penawaran umum terbatas I pada tahun 2006 dan penawaran umum terbatas II pada tahun 2010 masing-masing sebesar Rp 1.250.000, Rp 1.250.000, Rp 1.241.250, Rp 7.913.750 dan Rp 49.981.579.

Additional paid-in-capital arised from initial public offering on 2001, warrant on 2004, and preemptive rights issues I on 2006 and preemptive rights issues II on 2010 amounted to Rp 1,250,000, Rp 1,250,000, Rp 1,241,250, Rp 7,913,750 and Rp 49,981,579, respectively.

Biaya emisi efek ekuitas Stock issuance costs

Biaya emisi efek ekuitas berasal dari penawaran perdana yang dilakukan pada tahun 2001 dan penawaran terbatas I pada tahun 2006 dan penawaran umum terbatas II pada tahun 2010, masing-masing sebesar Rp 1.308.050, Rp 1.087.912 dan Rp 1.496.153.

Stock issuance costs arised from initial public offering on 2001, and preemtive rights issues I on 2006 and preemptive rights issues II on 2010 amounted to Rp 1,308,050, Rp 1,087,912 and Rp 1,496,153, respectively.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

73

21. CADANGAN UMUM DAN DEVIDEN TUNAI 21. GENERAL RESERVE AND CASH DIVIDENDS

Berdasarkan Rapat Umum Tahunan Para Pemegang Saham pada tanggal 27 Juni 2011, Bank mengalokasikan laba bersih tahun 2010 untuk tujuan pembentukan cadangan umum dan pembagian deviden tunai masing-masing berjumlah Rp 4.747.537 dan Rp 4.747.537.

By the Annual General Meeting of the Shareholders, June 27, 2011, the Bank allocated net profit for the year 2010 for general reserve and dividend payments amounted to Rp 4,747,537 and Rp 4,747,537, respectively.

Pada tahun 2010 dan 2009, perusahaan melakukan pembentukan cadangan umum masing-masing sebesar Rp 2.939.932, dan Rp 2.836.435, Bank tidak membagikan deviden tunai.

As of prior year 2010 and 2009, company make allowance for general reserve amounted to Rp 2,939,932 and Rp 2,836,435, respectively, Bank has not share cash dividend.

22. PENDAPATAN BUNGA 22. INTEREST INCOME

Pendapatan bunga berasal dari: Interest income was derived from:

2011 2010

Kredit yang diberikan 542.331.997 384.615.079 Loans Efek-efek 30.168.109 28.145.744 Securities Penempatan pada Bank Indonesia 23.306.120 12.031.383 Placement with Bank Indonesia Penempatan pada bank lain 15.384.219 11.412.159 Placements with other banks Lainnya 1.400.073 85.345 Others

Jumlah 612.590.518 436.289.710 Total

Pendapatan bunga dari pihak berelasi pada

tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp 1.677.238 dan Rp 2.263.635.

Interest income from related party as of December 31, 2011 and 2010 amounted Rp 1,677,238 and Rp 2,263,635, respectively.

23. BEBAN BUNGA 23. INTEREST EXPENSES

Beban bunga meliputi bunga atas: Interest expense represents interest incurred on: 2011 2010

Deposito 275.431.633 181.764.811 Time deposits Tabungan 23.982.144 15.463.334 Saving deposits Premi program penjaminan simpanan 10.397.286 7.599.351 Premium deposit insurance program Giro 5.878.633 6.930.476 Demand deposits Call money 2.517.812 294.461 Call money Pinjaman subordinasi 433.970 - Subordinated loans Lainnya 460 845 Others fees

Jumlah 318.641.938 212.053.278 Total

Beban bunga dari pihak berelasi pada tanggal

31 Desember 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp 16.939.211 dan Rp 16.558.157.

Interest expenses from related party as of December 31, 2011 and 2010 amounted Rp 16,939,211 and Rp 16,558,157, respectively.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

74

24. PENDAPATAN PROVISI DAN KOMISI LAINNYA

24. OTHER FEES AND COMMISSIONS EARNED

2011 2010

Komisi asuransi 1.510.627 677.446 Insurance commissions Provisi kiriman uang 1.076.724 880.568 Transfer fees Komisi notaris 874.324 1.104.959 Notary commissions Provisi/komisi ekspor 562.313 466.035 Export commission/fees Provisi/komisi impor 328.120 162.241 Import commission/fees Exchangery commissions/ Provisi/komisi exchange 53.836 72.623 commisions fees Provisi inkaso 16.029 12.978 Collecting fees Provisi lainnya 1.853 11.873 Other fees

Jumlah 4.423.826 3.388.723 Total

25. PENDAPATAN JASA PERBANKAN 25. BANK SERVICES INCOME 2011 2010 *)

a. Pendapatan transaksi devisa a. Gain of foreign exchange Kepada penduduk 7.427.824 4.297.376 Residents Pendapatan selisih kurs (104.739) 538.109 Foreign exchange rates Kepada bukan penduduk 366.918 380.661 Non residents

7.690.003 5.216.146

Kerugian transaksi mata uang (737.233) (684.516) Losses of foreign exchange

Jumlah 6.952.770 4.531.630 Total

b. Pendapatan lainnya b. Other income Beban administrasi 2.926.491 2.298.559 Administration fees Denda-denda 1.428.585 1.084.780 Penalties Proses kliring 538.671 504.478 Clearing process Penjualan buku cek/bilyet giro 428.411 419.330 Cheque books Penyimpanan safe deposit box 341.622 210.667 Safe deposit boxes Pembuatan kartu ATM 33.870 32.270 Processing of ATM card Lainnya 6.657.918 4.919.388 Others

12.355.568 9.469.472

Jumlah 19.308.338 14.001.102 Total

*) disajikan kembali (Catatan 47) *) as restated (Note 47)

26. CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI

ASET PRODUKTIF 26. ALLOWANCE FOR POSSIBLE LOSSES ON

EARNING ASSETS 2011 2010

Kredit yang diberikan 15.132.841 11.745.031 Loans Penempatan pada bank lain (2.651.000) 510.383 Placement with other banks Tagihan akseptasi (260.331) 238.986 Acceptance receivable Efek-efek (108.035) 37.804 Securities Giro pada bank lain (2.248.695) (679.160) Demand deposits with other banks

Jumlah 9.864.780 11.853.045 Total

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

75

27. BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI 27. GENERAL AND ADMINISTRATIVE EXPENSES

2011 2010

Barang dan jasa 40.833.814 28.916.693 Goods and services Beban sewa 17.573.075 13.605.606 Rent expenses Penyusutan aset tetap Depreciation expense (lihat Catatan 12) 6.784.265 5.880.872 (see Note 12) Beban imbalan pasca-kerja 6.746.255 7.917.511 Post employment benefits expenses Beban promosi 5.887.748 4.116.174 Promotion expenses ATM 5.512.318 7.363.314 ATM Pemeliharaan dan perbaikan Repair and maintenance aset tetap 3.924.195 2.413.729 of fixed assets Beban asuransi 3.595.904 2.676.499 Insurance expenses Beban telepon/telex 2.301.540 1.828.042 Telephone/telex expenses Beban pajak 683.799 1.296.755 Tax expenses Amortisasi 152.902 152.902 Amortization

Jumlah 93.995.815 76.168.097 Total

28. BEBAN GAJI DAN TUNJANGAN 28. SALARIES AND ALLOWANCES EXPENSES 2011 2010

Gaji 71.469.284 50.791.894 Salaries Tunjangan pajak karyawan 10.741.136 7.269.377 Employee tax Gratifikasi/bonus 9.710.904 6.907.641 Annual-bonus Pendidikan dan latihan 6.181.116 3.985.386 Education and training Tunjangan hari raya 5.461.174 3.627.949 Religious holiday bonus Tunjangan seragam karyawan 1.261.494 980.835 Uniform benefits Honorarium komisaris 938.000 915.000 Commisioner fee Honorarium komite audit 264.000 274.000 Audit committee fee Tunjangan kesehatan 449.353 175.340 Medical benefits Biaya rekrutmen 30.320 - Recruitment expense Tunjangan lainnya 7.672.116 4.033.210 Other benefits

Jumlah 114.178.897 78.960.632 Total

29. BEBAN LAIN–LAIN 29. OTHER OPERATING EXPENSES 2011 2010

Keamanan 1.367.733 1.227.926 Security Administrasi 1.128.219 1.030.989 Administration Peresmian/pembukaan cabang 1.782.567 1.019.147 Branch opening Proses kliring 727.360 707.074 Clearing Iuran-iuran 685.874 451.087 County levies Parkir 204.508 149.669 Parking Lainnya 2.440.289 1.767.855 Others

Jumlah 8.336.550 6.353.747 Total

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

76

30. PENDAPATAN NON OPERASIONAL 30. NON-OPERATING INCOME 2011 2010

Keuntungan penjualan AYDA 373.266 292.581 Gain from sale foreclosed assets Laba penjualan aset tetap 95.172 8.650 Gain from sale of fixed assets Pendapatan-non operasional lainnya 649.225 94.273 Miscellaneous non operating income

Jumlah 1.117.663 395.504 Total

31. BEBAN NON OPERASIONAL 31. NON-OPERATING EXPENSES

2011 2010

Transfer payment 424.915 360.511 Transfer payments Olah raga 185.035 53.313 Sports Denda-denda 39.000 12.930 Penalties Kekurangan kas 10.421 7.009 Cash shortage Lainnya 5.393 130.381 Others

Jumlah 664.764 564.144 Total

32. PERPAJAKAN 32. TAXATION

a. Pajak penghasilan a. Income tax

Rekonsiliasi antara laba sebelum pajak yang disajikan dalam laporan laba-rugi komprehensif dengan taksiran laba fiskal untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut:

The reconcialiation between income before tax as shown in statements of comprehensive income and estimated fiscal profit for the years ended December 31, 2011 and 2010 are as follows:

2011 2010 *)

Laba sebelum pajak penghasilan 91.757.601 68.122.096 Net income before tax Beda waktu: Timing differences: Cadangan imbalan kerja - (1.097.985) Allowance for employee benefits Cadangan kerugian penurunan Allowance for possible nilai aset produktif (5.228.687) 109.312 losses on earning assets Beda tetap: Permanent differences: Sewa 1.583.813 1.362.052 Rent Beban sumbangan Donation transfer payment 424.915 360.511 transfer payments Bahan bakar 381.362 253.157 Fuel Olah raga 185.035 53.313 Sports Pemeriksaan kesehatan 91.765 33.725 Medical chek up expenses

Telepon direksi 21.211 - Director’s phone Pajak 1.630 749.625 Taxes

2.689.731 2.812.383 Laba fiskal 89.218.645 69.945.806 Taxable income

Taksiran pajak penghasilan badan Estimate corporate income tax 25% x Rp 89.218.645 22.304.661 - 25% x Rp 89,218,646 25% x Rp 69.945.806 - 17.486.452 25% x Rp 69,945,806

Jumlah 22.304.661 17.486.452 Total

*) disajikan kembali (Catatan 47) *) as restated (Note 47)

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

77

32. PERPAJAKAN (lanjutan) 32. TAXATION (continued)

b. Utang pajak b. Taxes payable

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Pajak penghasilan badan 22.304.661 17.486.452 12.638.967 Corporate income tax Dikurangi: Less: Pajak dibayar di muka (22.089.000) (15.831.000) (11.709.000) Prepaid taxes

Pajak penghasilan pasal 29 215.661 1.655.452 929.967 Income tax article 29 Utang pajak lainnya: Other taxes payable: Pajak penghasilan pasal 23 5.374.762 4.331.230 2.965.647 Income tax article 23 Pajak penghasilan pasal 21 2.332.645 1.013.972 427.246 Income tax article 21 Pajak penghasilan pasal 25 1.920.000 1.631.000 1.375.000 Income tax article 25 Pajak Pertambahan Nilai 3.702 1.377 3.517 Value Added Tax Lainnya 281.158 24.423 186.263 Others

Jumlah 10.127.928 8.657.454 5.887.640 Total

Perhitungan Pajak Penghasilan Badan tahun 2011 dan 2010 sesuai dengan yang akan dan telah dilaporkan Bank dalam Surat Pemberitahuan Tahun (“SPT”) kepada kantor layanan pajak.

The calculation of corporate income tax in 2011 and 2010 conform with the amounts that will be and had been reported by the Bank to the tax office in its Annual Tax Return (“SPT”).

c. Pajak tangguhan c. Deferred tax

Perhitungan jumlah aset dan liabilitas pajak

tangguhan adalah sebagai berikut: The calculation of deferred tax assets and

liabilities is as follows: 2011

Dikreditkan (dibebankan) ke laporan laba rugi komprehensif/ Credited (charged) to statement 31 Desember 2010/ of comprehensive 31 Desember 2011/ December 31, 2010 income December 31, 2011

Aset pajak tangguhan: Deferred tax assets: Cadangan kerugian penurunan nilai 1.307.172 (1.307.172) - Allowance for impairment losses

Jumlah 1.307.172 (1.307.172) - Total

2010 *)

Dikreditkan (dibebankan) ke laporan laba rugi komprehensif/ Credited (charged) to statement 31 Desember 2009/ of comprehensive 31 Desember 2010/ December 31, 2009 income December 31, 2010

Aset pajak tangguhan: Deferred tax assets: Penyisihan imbalan kerja 274.496 (274.496) - Allowance for employee benefits

Cadangan kerugian penurunan nilai 583.785 723.387 1.307.172 Allowance for impairment losses

Jumlah 858.281 448.891 1.307.172 Total

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

78

32. PERPAJAKAN (lanjutan) 32. TAXATION (continued) c. Pajak tangguhan (lanjutan) c. Deferred tax (continued)

Rekonsiliasi antara jumlah beban pajak dan jumlah yang dihitung dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku adalah sebagai berikut:

A reconciliation between the total tax expense and the amount computed by applying the effective tax rates to income before tax is as follows:

2011 2010 *)

Laba sebelum pajak 91.757.601 68.122.096 Income before tax

Tax expense at Pajak pada tarif yang berlaku 22.939.400 17.030.524 effective tax rate Pengaruh pajak atas beban Tax effect of

yang tidak diperkenankan permanent differences: Koreksi saldo awal - (696.059) Beginning balance adjustment Beban yang tidak diperkenankan 672.433 703.096 Non-deductible expense

Jumlah 23.611.833 17.037.561 Total

*) disajikan kembali (Catatan 47) *) as restated (Note 47)

d. Penghasilan (beban) pajak d. Tax income (expense)

2011 2010 *)

Pajak kini (22.304.661) (17.486.452) Current tax Pajak tangguhan (1.307.172) 448.891 Deferred tax

Jumlah (23.611.833) (17.037.561) Total

*) disajikan kembali (Catatan 47) *) as restated (Note 47) 33. LIABILITAS IMBALAN PASCA KERJA 33. OBLIGATION FOR POST-EMPLOYMENT

BENEFITS a. Penyisihan Imbalan Karyawan a. Provision for Employeement Benefits

Liabilitas imbalan kerja dibentuk sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 tanggal 25 Maret 2003. Bank menerapkan PSAK No. 24 (Revisi 2004) tentang “Imbalan Kerja“ yang dihitung oleh aktuaris independen PT Prima Aktuaria dalam laporannya pada tanggal 3 Januari 2012 dengan menggunakan Metode “Projected Unit Credit”. Liabilitas diestimasi atas imbalan kerja per 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dengan menggunakan asumsi sebagai berikut:

Obligations for post employee benefits are calculated by the Manpower Law No. 13 year 2003 dated March 25, 2003. The Bank applied PSAK No. 24 (Revision 2004) “Employee Benefits” which were calculated by PT Prima Aktuaria independent actuaries in its report dated January 3, 2012 using the “Projected Unit Credit”. Estimated obligations for employee benefits as of December 31, 2011, 2010 and January 1, 2010/ December 31, 2009 use the following assumptions:

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

79

33. LIABILITAS IMBALAN PASCA KERJA (lanjutan)

33. OBLIGATION FOR POST-EMPLOYMENT BENEFITS (continued)

a. Penyisihan Imbalan Karyawan (lanjutan) a. Provision for Employeement Benefits

(continued) 2011

Tingkat diskonto 7,17% per tahun/7.17% per annum Discount rate Tingkat proyeksi kenaikan gaji 10% per tahun/10% per annum Salary increment rate Tingkat mortalita TMI-1999 Mortality rate 5% dari Tabel Mortalita/ Tingkat cacat 5% from Mortality table Disability rate Tingkat pengunduran diri 10% per tahun sampai usia 30 lalu menurun Resignation rate

linier dan menjadi 0% di usia 55/10% p.a until age 30 then decrease linearly to 0% at age 5

Usia pensiun normal 55 tahun/year Normal retirement

2010

Tingkat diskonto 10% per tahun/10% per annum Discount rate Tingkat proyeksi kenaikan gaji 10% per tahun/10% per annum Salary increment rate Tingkat mortalita TMI-1999 Mortality rate Tingkat cacat 5% dari Tabel Mortalita/ 5% from Mortality table Disability rate Tingkat pengunduran diri 10% per tahun sampai usia 30 lalu menurun Resignation rate linier dan menjadi 0% di usia 55/10% p.a until age 30 then decrease linearly to 0% at age 5 Usia pensiun normal 55 tahun/year Normal retirement

1 Januari 2010/31 Desember 2009/ January 1, 2010/December 31, 2009

Tingkat diskonto 10% per tahun/10% per annum Discount rate Tingkat proyeksi kenaikan gaji 5% per tahun/5% per annum Salary increment rate Tingkat mortalita TMI-1999 Mortality rate Tingkat cacat 5% dari Tabel Mortalita/ 5% from Mortality table Disability rate Tingkat pengunduran diri 10% per tahun sampai usia 30 lalu menurun Resignation rate linier dan menjadi 0% di usia 55/10% p.a until age 30 then decrease linearly to 0% at age 5 Usia pensiun normal 55 tahun/year Normal retirement

b. Dana pensiun b. Pension plan Dana pensiun iuran pasti Bank dikelola oleh

Dana Pensiun Lembaga Keuangan PT Asuransi Allianz Life Indonesia.

The Bank’s defined contribution pension plan is managed by Dana Pensiun Lembaga Keuangan PT Asuransi Allianz Life Indonesia.

Syarat untuk menjadi peserta program pensiun adalah pegawai tetap Bank yang ingin menjadi peserta program pensiun dan berumur diatas 18 tahun atau telah menikah.

Permanent employees above 18 years of age or are married, are eligible to join the plan.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

80

33. LIABILITAS IMBALAN PASCA KERJA (lanjutan)

33. OBLIGATION FOR POST-EMPLOYMENT BENEFITS (continued)

b. Dana pensiun (lanjutan) b. Pension plan (continued)

Beban pensiun Bank selama tahun yang

berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, 2010, dan 1 Januari 2010/ 31 Desember 2009 masing-masing sebesar Rp 6.746.255, Rp 9.015.495, dan Rp 1.164.721.

The Bank’s pension expense for the year ended December 31, 2011, 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 amounted to Rp 6,746,255, Rp 9,015,495, and Rp 1,164,721, respectively

Bank membukukan imbalan kerja (termasuk

dana pensiun) sesuai dengan perjanjian kesepakatan antara Bank dan karyawan yang telah sesuai dengan Undang-undang No. 13/2003.

The Bank provides employee benefits (include pension plan) in accordance with agreements between the Bank and employees which has been complied with Labor Law No. 13/2003.

Jumlah yang diakui dalam laporan posisi

keuangan per 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 adalah sebagai berikut:

The amounts recognized in the statements of financial position as of December 31, 2011, 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 as follow:

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Nilai kini liabilitas 40.993.291 22.876.370 9.871.973 Present value of obligation Nilai wajar aset program (20.294.437) (13.283.215) (3.841.939) Fair value of plan assets

20.698.854 9.593.155 6.030.034 (Keuntungan)/kerugian aktuaria Unrecognized actuarial (gain)/ yang belum diakui (20.761.707) (11.772.126) (4.932.049) losses

Jumlah (62.853) (2.178.971) 1.097.985 Total

Pada tanggal 31 Desember 2011 saldo

liabilitas ini sebesar Rp 62.853 (per saldo debet), oleh karena itu saldo tersebut tidak diakui didalam laporan posisi keuangan sebagai aset.

As of December 31, 2011 ending balance present value of obligation amounting to Rp 62,853 (debt balance), therefore is balance not recognition in the statements of financial position.

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Nilai kini liabilitas imbalan pasti diakui dalam Present value of defined tahun berjalan benefit obligations Beban jasa kini 7.239.870 4.146.799 1.239.362 Current service cost Beban bunga 2.223.220 1.647.038 705.884 Interest expense Ekspektasi hasil Expected return aset program (1.035.506) (635.781) (286.570) on plan assets (Keuntungan)/kerugian aktuaria bersih Recognized actuarial yang diakui 434.790 580.483 124.400 (gain)/losses net

8.862.374 5.738.539 1.783.076

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

81

33. LIABILITAS IMBALAN PASCA KERJA (lanjutan)

33. OBLIGATION FOR POST-EMPLOYMENT BENEFITS (continued)

b. Dana pensiun (lanjutan) b. Pension plan (continued)

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Mutasi saldo liabilitas Movement in the obligation yang diakui di laporan recognized in the statements posisi keuangan adalah of financial positions sebagai berikut: consist of the following: Saldo awal tahun (2.178.971) 1.097.985 479.630 Balance at beginning of year Beban manfaat karyawan Employee benefit expense selama tahun berjalan 8.862.373 5.738.539 1.783.076 during the year Manfaat yang dibayarkan (6.746.255) (9.015.495) (1.164.721) Payment of benefits

Saldo akhir tahun (62.853) (2.178.971) 1.097.985 Balance at end year

34. LABA PER SAHAM DASAR 34. BASIC EARNINGS PER SHARE 2011 2010

Rata-rata tertimbang jumlah Weighted average number saham biasa yang beredar of ordinaryshares (full amount) dalam tahun berjalan (nilai penuh) 416.513.158 333.210.526 outstanding during the year Laba bersih 68.145.768 51.084.535 Net income Laba bersih per saham dasar (nilai penuh) 164 153 Basic earning per share (full amount)

35. SIFAT DAN TRANSAKSI PIHAK BERELASI 35. NATURE OF RELATIONSHIP AND TRANSACTIONS WITH RELATED PARTIES

Sifat Yang Berelasi Nature of Relationship

Rincian saldo yang signifikan dengan pihak berelasi pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 adalah sebagai berikut:

The details of significant balances with related parties as of December 31, 2011, 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 were as follows:

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

82

35. SIFAT DAN TRANSAKSI PIHAK BERELASI (lanjutan)

35. NATURE OF RELATIONSHIP AND TRANSACTIONS WITH RELATED PARTIES (continued)

Sifat Yang Berelasi (lanjutan) Nature of Relationship (continued)

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Kredit: Loans: PT Bina Nusantara Prima 2.614.613 6.711.624 7.589.190 PT Bina Nusantara Prima PT Central Texindo 9.067.500 9.010.000 4.577.188 PT Central Texindo Keluarga direksi dan Directors family karyawan kunci 4.100.307 30.241.549 7.394.096 and key personnel

Jumlah 15.782.420 45.963.173 19.560.474 Total

Persentase kredit dari Percentage of loans jumlah aset 0,24% 0,87% 0,50% from total assets

Simpanan: Deposits: Giro 135.553.370 139.215.285 174.052.314 Demand deposits

Tabungan 24.143.533 14.090.844 9.592.242 Saving deposits Deposito berjangka 225.786.283 164.687.432 138.272.210 Time deposits

Jumlah 385.483.186 317.993.561 321.916.766 Total

Persentase simpanan Percentage of deposits dari jumlah liabilitas 6,44% 6,68% 9,13% from total liabilities

Outstanding Usance Outstanding Usance

and L/C 30.721.096 9.921.269 13.538.836 and L/C

Persentase L/C Percentage of L/C from yang masih berjalan 61,82% 39,23% 89,41% total L/C outstanding

Bank garansi 2.422.953 477.117 175.736 Bank guarantee

Persentase bank garansi Percentage of bank guarantees dari jumlah bank garansi 2,86% 0,75% 0,34% from total bank guarantees

Setoran jaminan 8.000 8.500 7.000 Security deposits

Persentase setoran jaminan Percentage of security deposits dari jumlah liabilitas < 0,01% < 0,01% <0,01% from total liabilities

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

83

35. SIFAT DAN TRANSAKSI PIHAK BERELASI (lanjutan)

35. NATURE OF RELATIONSHIP AND TRANSACTIONS WITH RELATED PARTIES (continued)

Sifat Yang Berelasi (lanjutan) Nature of Relationship (continued)

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Pinjaman subordinasi 53.806.545 - - Subordinated Loans

Persentase pinjaman Percentage of subordinasi dari subordinated loans jumlah liabilitas 0,90% - - from total liabilities

Utang akseptasi: Acceptance payable: The Bank of Tokyo The Bank of Tokyo-Mitsubishi Mitsubishi UFJ, LTD - 1.052.125 - UFJ, LTD

- 1.052.125 -

Persentase utang akseptasi Percentage of acceptance dari jumlah liabilitas - 0,022% - payable from total liabilities

Rincian sifat hubungan dan jenis transaksi yang signifikan dengan pihak berelasi pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut:

The details of the relationship and type of significant transactions with related parties as of December 31, 2011 and 2010 were as follows:

No./ Pihak berelasi/ Sifat relasi istimewa/ Jenis transaksi/ No. Related party Nature of Relationship Type of transactions

1. Acom Co. Ltd Pemegang saham mayoritas/ Pinjaman subordinasi/ Majority shareholder Subordinated loans 2. The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd. Pemegang saham mayoritas/ Money market dan utang Majority shareholder akseptasi/money market and acceptance payable 3. PT Hermawan Sentral Investama Pemegang saham mayoritas/ Penempatan giro, dan Majority shareholder sewa gedung/ Placement in demand deposits, and rent building 4. PT Hermawan Ladang Arta Pemegang saham mayoritas/ Penempatan giro, Majority shareholder deposito, dan sewa gedung/Placement in demand deposits, time deposits, and rent building 5. Pemegang saham lainnya Pemegang saham/Shareholder Penempatan giro, deposito, dan tabungan/ Placement in demand deposits, time deposits, and saving deposits

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

84

35. SIFAT DAN TRANSAKSI PIHAK BERELASI (lanjutan)

35. NATURE OF RELATIONSHIP AND TRANSACTIONS WITH RELATED PARTIES (continued)

Sifat Yang Berelasi (lanjutan) Nature of Relationship (continued) No./ Pihak berelasi/ Sifat relasi istimewa/ Jenis transaksi/ No. Related party Nature of Relationship Type of transactions

6. Leuwi Jaya Utama Dimiliki oleh pemegang saham Penempatan giro/ akhir yang sama/Owned by Placement in demand the same ultimate shareholder deposits 7. Oriental Indah Bali Hotel Dimiliki oleh komisaris/ Penempatan giro/ Owned by commissioner Placement in demand deposits 8. Kencana Hegar Dimiliki oleh pemegang saham Penempatan giro/ akhir yang sama/Owned by Placement in demand the same ultimate shareholder deposits 9. Central Georgette Nusantara Dimiliki oleh pemegang saham Penempatan giro, akhir yang sama/Owned by Usance dan Sight LC, the same ultimate shareholder dan Bank Garansi/ Placement in demand deposits, Usance and Sight LC, and Bank Guarantees 10. Fuji Palapa Textile Dimiliki oleh pemegang saham Penempatan giro, akhir yang sama/Owned by Usance dan Sight LC/ the same ultimate shareholder Placement in demand deposits, Usance and Sight LC 11. CGN Printing Miles Dimiliki oleh pemegang saham Penempatan giro, kredit, akhir yang sama/Owned by Usance dan Sight LC/ the same ultimate shareholder Placement in demand deposits, loans, Usance and Sight LC 12. CGN Unit Spinning Dimiliki oleh pemegang saham Penempatan giro/ akhir yang sama/Owned by Placement in demand the same ultimate shareholder deposits 13. PT Bina Nusantara Prima Dimiliki oleh komisaris/ Pemberian kredit, Owned by commissioner penempatan giro, deposito/Loans, placement in demand deposits, time deposits 14. Central Texindo Dimiliki oleh komisaris/ Pemberian kredit dan Owned by commissioner penempatan giro/Loans and placement in demand deposits

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

85

36. ASET DAN LIABILITAS DALAM MATA UANG ASING

36. ASSETS AND LIABILITIES IN FOREIGN EXCHANGE

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

Aset Assets Kas 14.907.674 10.588.652 23.522.035 Cash on hand Demand deposits Giro pada Bank Indonesia 322.803.000 9.010.000 20.293.200 with Bank Indonesia Demand deposits Giro pada bank lain 79.534.840 105.193.161 176.754.517 with other banks Penempatan pada bank lain 7.069.257 147.155.939 263.609.579 Placements with other banks Efek-efek 45.712.136 45.092.900 43.183.323 Securities Kredit yang diberikan 509.998.462 389.133.503 148.736.364 Loans Tagihan akseptasi 7.930.070 23.645.264 158.118 Acceptance receivable Aset lain-lain 4.131.000 3.809.539 3.835.568 Other assets

Jumlah Aset 992.086.439 733.628.958 680.092.704 Total Assets

Liabilitas Liabilities Liabilitas segera 15.565.946 5.701.993 255.563 Obligation due immediately Giro 271.552.638 276.904.988 282.007.055 Demand deposits Deposito berjangka 580.040.128 399.411.233 389.094.541 Time deposits Tabungan 55.258.535 23.947.209 - Saving deposits Pinjaman subordinasi 53.806.545 - - Subordinated loans Utang akseptasi 7.930.070 23.884.105 159.715 Acceptance payable Utang pajak 197.327 79.753 - Tax payable Liabilitas lain-lain 1.005.949 3.136.795 1.042.856 Other liabilities Rekening administratif 165.480.358 124.704.949 72.327.276 Administrative account

Jumlah liabilitas dan Total liabilities rekening administratif 1.150.837.497 857.771.025 744.887.006 and administrative account

Jumlah liabilitas dan rekening administratif Total liabilities position and dalam mata uang administrative account in asing-bersih (158.751.058) (124.142.067) (64.794.302) foreign currencies-net

37. KOMITMEN DAN KONTINJENSI 37. COMMITMENT AND CONTINGENCIES

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

LIABILITAS KOMITMEN COMMITMENT LIABILITIES Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum digunakan (1.429.992.265) (1.102.179.670) (1.050.003.506) Unused loan facilities Usance dan Sight L/C Usance and yang masih berjalan sight L/C outstanding Pihak ketiga (18.976.108) (15.369.109) (1.603.595) Third parties Pihak berelasi (30.721.096) (9.921.269) (13.538.836) Related parties

Jumlah liabilitas komitmen (1.479.689.469) (1.127.470.048) (1.065.145.937) Total commitment liabilities

KONTIJENSI CONTINGENCIES TAGIHAN KONTINJEN CONTINGENT RECEIVABLES

Bunga dalam penyelesaian 8.150.073 5.992.733 13.232.909 Interest income in process

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

86

37. KOMITMEN DAN KONTINJENSI (lanjutan) 37. COMMITMENT AND CONTINGENCIES (continued)

1 Januari 2010/ 31 Desember 2009/ January 1, 2010/ 2011 2010 December 31, 2009

LIABILITAS KONTINJEN CONTINGENT LIABILITIES Garansi yang diberikan pihak ketiga: Guarantees issued third parties Garansi yang diterbitkan Guarantees issued dalam bentuk: in the form of:

a. Bid bonds a. Bid bonds Rupiah (4.228.123) (131.500) (147.000) Rupiah

b. Performance bonds b. Performance bonds Rupiah (47.581.308) (47.568.928) (44.681.697) Rupiah Mata uang asing - (1.548.620) (246.607) Foreign currency

c. Advance payment bonds c. Advance payment bonds Rupiah (30.302.888) (6.244.888) - Rupiah Mata uang asing - - - Foreign currency

d. Lain-lain d. Others Rupiah (195.200) (7.338.353) (6.321.794) Rupiah Mata uang asing - - (136.917) Foreign currency

Jumlah pihak ketiga (82.307.519) (62.832.289) (51.534.015) Total third parties

Pihak berelasi Related parties Lain-lain Others Rupiah (2.422.953) (477.117) (175.736) Rupiah Setoran titipan (109.830.366) (89.110.167) (65.619.273) Entrusted deposits

Jumlah pihak berelasi (112.253.319) (89.587.284) (65.795.009) Total related parties

Jumlah liabilitas kontinjensi (194.560.838) (152.419.573) (117.329.024) Total contingent liabilities

Jumlah komitmen dan Total contingent and kontinjensi-bersih (1.666.100.234) (1.273.896.888) (1.169.242.052) commitment-net

Liabilitas komitmen dan kontinjensi kepada pihak berelasi diungkapkan pada Catatan 35.

Commitments and contingencies liabilities to related parties were disclosed in Note 35.

38. ASET KEUANGAN DAN LIABILITAS

KEUANGAN 38. FINANCIAL ASSETS AND FINANCIAL

LIABILITIES

2011

Nilai wajar Liabilitas Kredit yang Dimiliki Tersedia melalui laporan keuangan Total nilai diberikan hingga untuk laba rugi/ diamortisasi/ tercatat/ Total nilai dan piutang/ jatuh tempo/ dijual/ Fair value Financial Total wajar/ Loans and Held to Available through liabilities at carrying Total fair receivables maturity for sale profit or loss amortized cost amount value

Aset Assets Kas 69.505.340 - - - - 69.505.340 69.505.340 Cash on hand Demand deposits Giro pada Bank Indonesia 706.476.502 - - - - 706.476.502 706.476.502 with Bank Indonesia Demand deposits Giro pada bank lain 87.177.519 - - - - 87.177.519 87.177.519 with other banks Placement with Bank Penempatan pada Bank Indonesia and Indonesia dan bank lain 526.435.370 - - - - 526.435.370 526.435.370 other banks Efek-efek - 164.374.380 - - - 164.374.380 177.446.609 Securities Obligasi pemerintah - 100.495.042 - - - 100.495.042 107.318.500 Government bonds Kredit yang diberikan 4.760.148.867 - - - - 4.760.148.867 4.760.148.867 Loans Tagihan akseptasi 7.930.070 - - - - 7.930.070 7.930.070 Acceptance receivable

6.157.673.668 264.869.422 - - - 6.422.543.090 6.422.438.777

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

87

38. ASET KEUANGAN DAN LIABILITAS KEUANGAN (lanjutan)

38. FINANCIAL ASSETS AND FINANCIAL LIABILITIES (continued)

2011

Nilai wajar Liabilitas Kredit yang Dimiliki Tersedia melalui laporan keuangan Total nilai diberikan hingga untuk laba rugi/ diamortisasi/ tercatat/ Total nilai dan piutang/ jatuh tempo/ dijual/ Fair value Financial Total wajar/ Loans and Held to Available through liabilities at carrying Total fair receivables maturity for sale profit or loss amortized cost amount value

Liabilitas Liabilities Obligation Liabilitas segera - - - - 18.328.168 18.328.168 18.328.168 due immediately Deposits Simpanan nasabah - - - - 5.660.080.375 5.660.080.375 5.660.080.375 from customers Deposits Simpanan dari bank lain - - - - 213.811.124 213.811.124 213.811.124 from other banks Pinjaman subordinasi - - - - 53.806.545 53.806.545 53.806.545 Subordinated loans Utang akseptasi - - - - 7.930.070 7.930.070 7.930.070 Acceptance payable

- - - - 5.953.956.282 5.953.956.282 5.953.956.282

2010

Nilai wajar Liabilitas Kredit yang Dimiliki Tersedia melalui laporan keuangan Total nilai diberikan hingga untuk laba rugi/ diamortisasi/ tercatat/ Total nilai dan piutang/ jatuh tempo/ dijual/ Fair value Financial Total wajar/ Loans and Held to Available through liabilities at carrying Total fair receivables maturity for sale profit or loss amortized cost amount value

Aset Assets Kas 62.542.751 - - - 62.542.751 62.542.751 Cash on hand Demand deposits Giro pada Bank Indonesia 322.982.513 - - - 322.982.513 322.982.513 with Bank Indonesia Demand deposits Giro pada bank lain 119.361.693 - - - 119.361.693 119.361.693 with other banks Placement with Bank Penempatan pada Bank Indonesia and

Indonesia dan bank lain 733.550.533 - - - 733.550.533 733.550.533 other banks Efek-efek - 183.360.182 - - - 183.360.182 198.470.830 Securities Obligasi pemerintah - 101.323.456 - - - 101.323.456 113.465.160 Government bonds Kredit yang diberikan 3.622.503.192 - - - 3.622.503.192 3.622.503.192 Loans Tagihan akseptasi 23.645.264 - - - 23.645.264 23.645.264 Acceptance receivable

4.884.585.946 284.683.638 - - - 5.169.269.584 5.196.521.936

Liabilitas Liabilities Obligation Liabilitas segera - - - - 7.428.296 7.428.296 7.428.296 due immediately Deposits Simpanan nasabah - - - - 4.544.400.188 4.544.400.188 4.544.400.188 from customers Deposits Simpanan dari bank lain - - - - 151.356.689 151.356.689 151.356.689 from other banks Utang akseptasi - - - - 23.884.105 23.884.105 23.884.105 Acceptance payable

- - - - 4.727.069.278 4.727.069.278 4.727.069.278

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

88

38. ASET KEUANGAN DAN LIABILITAS KEUANGAN (lanjutan)

38. FINANCIAL ASSETS AND FINANCIAL LIABILITIES (continued)

1 Januari 2010/31 Desember 2009 January 1, 2010/December 31, 2009

Nilai wajar Liabilitas Kredit yang Dimiliki Tersedia melalui laporan keuangan Total nilai diberikan hingga untuk laba rugi/ diamortisasi/ tercatat/ Total nilai dan piutang/ jatuh tempo/ dijual/ Fair value Financial Total wajar/ Loans and Held to Available through liabilities at carrying Total fair receivables maturity for sale profit or loss amortized cost amount value

Aset Assets Kas 99.229.875 - - - - 99.229.875 99.229.875 Cash on hand Demand deposits Giro pada Bank Indonesia 172.905.041 - - - - 172.905.041 172.905.041 with Bank Indonesia Demand deposits Giro pada bank lain 190.737.379 - - - - 190.737.379 190.737.379 with other banks Placement with Bank Penempatan pada Bank Indonesia and Indonesia dan bank lain 325.987.398 - - - - 325.987.398 325.987.398 other banks Efek-efek - 380.618.249 - - - 380.618.249 390.496.829 Securities Obligasi pemerintah - 104.918.950 - - - 104.918.950 113.286.520 Government bonds Kredit yang diberikan 2.539.719.608 - - - - 2.539.719.608 2.539.719.608 Loans Tagihan akseptasi 158.118 - - - - 158.118 158.118 Acceptance receivable

3.328.737.419 485.537.199 - - - 3.814.274.618 3.832.520.768

Liabilitas Liabilities Obligation Liabilitas segera - - - - 1.848.605 1.848.605 1.848.605 due immediately Deposits Simpanan nasabah - - - - 3.473.107.214 3.473.107.214 3.473.107.214 from customers Deposits Simpanan dari bank lain - - - - 19.287.969 19.287.969 19.287.969 from other banks Utang akseptasi - - - - 159.715 159.715 159.715 Acceptance payable

- - - - 3.494.403.503 3.494.403.503 3.494.403.503

39. PELAPORAN SEGMEN 39. SEGMENT REPORTING 2011

Lainnya/ Jumlah/ Bandung Jakarta Others Total

PENDAPATAN: INCOME: Pendapatan bunga, Interest, fees and provisi dan komisi 377.557.450 77.787.542 157.245.526 612.590.518 commision income HASIL: INCOME: Laba operasional 33.640.217 18.877.866 38.786.619 91.304.702 Operational expenses Laba bersih 10.277.888 18.885.484 38.982.396 68.145.768 Net income ASET: ASSETS: Jumlah aset 4.409.709.864 715.256.179 1.447.680.680 6.572.646.723 Total assets LIABILITAS: LIABILITIES: Jumlah liabilitas 4.191.209.589 925.829.097 872.697.483 5.989.736.169 Total liabilities 2010

Lainnya/ Jumlah/ Bandung Jakarta Others Total

PENDAPATAN: INCOME: Pendapatan bunga, Interest, fees and provisi dan komisi 284.492.970 57.667.794 94.128.946 436.289.710 commision income

HASIL: INCOME: Laba operasional 35.462.145 11.915.902 20.912.689 68.290.736 Operational expenses Laba bersih 18.249.424 11.875.748 20.959.363 51.084.535 Net income

ASET: ASSETS: Jumlah aset 4.037.721.964 564.459.565 678.710.637 5.280.892.166 Total assets LIABILITAS: LIABILITIES: Jumlah liabilitas 3.577.255.766 562.754.454 621.369.623 4.761.379.843 Total liabilities

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

89

40. RASIO KECUKUPAN MODAL 40. CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR)

Bank diwajibkan untuk memenuhi persyaratan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang ditetapkan Bank Indonesia dan yang mempertimbangkan secara kuantitatif seperti aset, liabilitas dan akun off statements of financial position tertentu, juga pertimbangan secara kualitatif tentang komponen dan risiko tertimbang.

The Bank is subject to fulfill Capital Adequacy Ratio (CAR) by Bank Indonesia regulation and take into the considerations the quantitative measures of assets, liabilities and certain off statements of financial position accounts and subject to qualitative judgements about components and risk weighting.

Capital Adequacy Ratio Bank pada tanggal

31 Desember 2011 dan 2010, masing-masing adalah sebesar 13,45% dan 12,76%.

The CAR of the Bank is 13.45% and 12.76% as of December 31, 2011 and 2010, respectively.

Tabel di bawah ini menunjukkan modal dan

rasio kecukupan modal (CAR) untuk tahun yang berakhir masing-masing pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010.

The following table set forth the CAR for the year's ending December 31, 2011 and 2010, respectively.

2011 **) 2010 *) **)

Modal Inti (Tier I) Core Capital (Tier I) Modal disetor 208.257 208.257 Sharecapital Tambahan modal disetor bersih 56.494 56.494 Paid in capital - net Cadangan umum 29.550 24.802 General reserves Laba bersih tahun sebelumnya 220.464 178.874 Net income from previous year Laba (rugi) bersih tahun berjalan 34.073 25.543 Net income for the year Selisih kurang antara penyisihan penghapusan aset dan cadangan Differences between allowance for kerugian penurunan nilai atas losses and impairment losses aset keuangan (4.315) (5.264) of financial assets

Jumlah 544.523 488.706 Total

Modal pelengkap (Tier II) Suplementary Capital (Tier II) Cadangan kerugian penurunan Allowance for possible losses nilai atas aset produktif 98.444 38.825 on earning assets Jumlah Modal (Tier I dan Tier II) 642.967 527.531 Total capital (Tier I and Tier II) Jumlah ATMR 4.781.855 4.134.441 Total Risk Weighted Assets CAR setelah risiko kredit, CAR after credit, operational and operasional, dan pasar 13,45% 12,76% market risk Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang diwajibkan 8% 8% Required Capital Adequacy Ratio

*) disajikan kembali (Catatan 48) *) as restated (Note 48)

**) dalam jutaan Rupiah **) expressed in million of Rupiah

Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio [CAR]) adalah rasio modal terhadap Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Berdasarkan peraturan Bank Indonesia, jumlah modal untuk risiko kredit terdiri dari Modal Inti (“Tier I”) dan Modal Pelengkap (“Tier II”) dikurangi penyertaan pada anak perusahaan.

The Capital Adequacy ratio (CAR) is the ratio of the Bank’s capital over its Risk-Weighted Assets (RWA). By Bank Indonesia regulations, the total capital for the credit risk consist of core (“Tier I”) capital and supllementary capital (“Tier II”), less investments in subsidiary.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

90

41. MANAJEMEN RISIKO 41. RISKS MANAGEMENT Bank telah mengimplementasikan prosedur manajemen risiko sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia tentang Penerapan Manajemen “Risiko Bagi Bank Umum” No. 5/8/PBI/2003 yang diubah dalam PBI No. 11/25/PBI/2009 dan Surat Edaran Bank Indonesia No.13/23/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Menurut surat edaran tersebut, penerapan manajemen risiko harus dilakukan pada risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategis dan risiko kepatuhan.

The Bank has implemented risk management policy in accordance with Bank Indonesia’s Regulation No. 5/8/PBI/2003 concerning “Application of Risk Management for Commercial Bank” that changed in PBI No. 11/25/PBI/2009 and Bank Indonesia Circular Letter No. 13/23/DPNP dated October 25, 2011 concerning “Risk Management for Commercial Bank”. As stipulated in the decree, processes for application of risk management shall be implemented for credit risk, market risk, operational risk, liquidity risk, legal risk, reputation risk, strategic risk, and compliance risk.

Bisnis Bank mencakup aktivitas pengambilan risiko dengan sasaran tertentu dengan pengelolaan yang profesional. Fungsi utama dari manajemen risiko Bank adalah untuk mengidentifikasi seluruh risiko kunci, mengukur risiko-risiko ini, mengelola posisi risiko dan menentukan alokasi modal. Bank secara rutin menelaah kebijakan dan sistem manajemen risiko untuk menyesuaikan dengan perubahan di pasar, produk dan praktek pasar terbaik.

The Bank’s business involves taking on risks in a targeted manner and managing them professionally. The core functions of the Bank’s risk management are to identify all key risks for the Bank, measure these risks, manage the risk positions and determine capital allocations. The Bank regularly reviews its risk management policies and systems to reflect changes in markets, products and best market practices.

Organisasi Manajemen Risiko Organization of Risk Management

Dewan Komisaris membentuk Komite

Pemantau Risiko sesuai Surat Keputusan Dewan Komisaris No.Kep-004/DK/III/2009 tanggal 13 Maret 2009, antara lain dalam bentuk pengawasan aktif penerapan manajemen risiko.

The Board of Commissioners was established Monitoring Risk Committee as per Decree of the Board of Commissioners No.Kep-004/DK/III/2009 dated March 13, 2009, among other in the form of implementation active control of risk management.

Komite Pemantau Risiko dibentuk dengan

tujuan untuk membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan tugas dan fungsi pengawasan atas hal-hal yang terkait dengan kebijakan dan strategi manajemen risiko yang disusun oleh manajemen. Sedangkan dalam rangka pengawasan aktif dari Direksi, Direksi membentuk Komite Manajemen Risiko sesuai Surat Keputusan Direksi No.Kep-035-DIR/10/2009 tanggal 28 Oktober 2009. Komite Manajemen Risiko beranggotakan Direksi dan Pejabat Eksekutif Bank yang memiliki tugas untuk membantu Direksi dalam menjalankan tugas menyusun kebijakan dan strategi manajemen risiko, menetapkan limit risiko dan mengevaluasi penerapan manajemen risiko. Komite Manajemen Risiko melakukan rapat rutin secara periodik dimana hasil dari rapat tersebut dilaporkan kepada Dewan Komisaris untuk evaluasi lebih lanjut mengenai penerapan manajemen risiko pada Bank.

Monitoring Risk Committee was established to assist the Board of Commissioners in implementing their duty relating to policy and risk management strategy prepared by the management. While for the active control, the Board of Directors established a Risk Management Committee as per Decree of the Board of Directors No.Kep-035-DIR/10/2009 dated October 28, 2009. Risk Management Committee members consist of Directors and Executive Officers of the Bank whom have the responsibility to assist the Board of Directors in implementing their duty to prepare policy and risk management strategy, determine risk limit and evaluate risk management implementation. Risk Management Committee routinely carries out meeting periodically. The result of such meeting is reported to the Board of Commissioners for further evaluation of the application of risk management implementation in the Bank.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

91

41. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 41. RISKS MANAGEMENT (continued) Organisasi Manajemen Risiko (lanjutan) Organization of Risk Management (continued)

Bank telah membentuk Satuan Kerja Manajemen Risiko yang independen terhadap satuan kerja operasional dan satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian intern. Struktur organisasi Satuan Kerja Manajemen Risiko disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas usaha Bank serta risiko yang melekat pada Bank. Satuan Kerja Manajemen Risiko bertanggungjawab langsung kepada Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko.

The Bank has formed Risk Management Unit that is independent from operational unit and internal control unit. The organization structure of risk management is adjusted depending on the bank size, complexity and bank inherent risk. Risk Management Unit is directly responsible to Compliance and Risk Management Director.

Untuk meningkatkan pengawasan aktif dari

Dewan Komisaris dan Direksi, Bank telah menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas bagi Dewan Komisaris dan Direksi yang terkait dengan penerapan manajemen risiko sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

To strengthen active supervision of the Board of Commissioners and Board of Directors, the Bank has clearly specified the authority and responsibility of the Board of Commissioners and Board of Directors in relation to the application of risk management, in accordance with the prevailing law and regulation.

Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit Policy, Procedure and Determination of Limit

Dalam rangka pelaksanaan penerapan manajemen risiko serta untuk memberikan arahan tertulis dalam menjalankan operasional bank, Bank membuat kebijakan dan prosedur serta menentukan limit dan penetapan toleransi risiko yang merupakan batasan potensi kerugian yang mampu diserap oleh kemampuan permodalan Bank dan sarana pemantauan terhadap perkembangan eksposur risiko Bank.

In order to implement risk management and written guidance in implementing the Bank operation, the Bank makes policy and procedure and determines limit of risk tolerance which relates to the limit of potential loss which can be absorbed by the equity of the Bank and observation facilities on the development of the Bank’s risk exposure.

Profil Risiko Risk Profile

Profil risiko triwulanan atau laporan bulanan manajemen risiko dilaporkan dan dibahas dalam rapat dewan direksi dan setiap triwulan dipresentasikan di hadapan Komite Pemantau Risiko dan dilaporkan kepada Bank Indonesia.

Quarterly risk profile or monthly risk management report reported and studied in the Board of Directors meeting and quarterly presented to the Risk Monitoring Committee and reported to Bank Indonesia.

Penilaian jenis risiko merupakan kombinasi dari risiko-risiko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional (inherent risk) dan sistem pengendalian risiko.

Valuation of risk profile is a combination of inherent risks and risk control system.

Penilaian profil risiko dilakukan oleh Bank

terhadap 8 (delapan) risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategis dan risiko kepatuhan yang terdapat pada aktivitas fungsional bank yang memiliki potensi kerugian bagi bank.

The Bank’s valuation of risk profile consists of 8 types of risks are credit risk, market risk, liquidity risk, operational risk, law risk, reputation risk, strategic risk and compliance risk of the functional activities of the Bank which potential losses had been around by the Bank.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

92

41. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 41. RISKS MANAGEMENT (continued) Risiko Likuiditas Liquidity risk

Risiko likuiditas adalah potensi timbulnya kerugian akibat dari ketidakmampuan Bank dalam membayar penarikan oleh nasabah, mendanai pertumbuhan aset dan memenuhi kewajiban sesuai kontrak melalui akses tak terbatas untuk pendanaan pada tingkat suku bunga pasar yang layak pada umumnya. Risiko likuiditas juga timbul dari situasi dimana Bank tidak dapat mencairkan atau menjual aset karena pasar tidak bisa memperdagangkan aset tersebut.

Liquidity risk is the potential for loss resulting from Bank’s inability to accommodate withdrawals, fund asset growth and otherwise meet contractual obligations through generally unconstrained access to funding at reasonable market rates. Liquidity risk also arises from situations in which the Bank cannot unload its financial assets because nobody in the market wants to trade that asset.

Pada tanggal 31 Desember 2011, profil risiko yang melekat adalah “low to moderate” dengan trend cenderung stabil, serta sistem pengendalian risiko adalah “Satisfactory”, sehingga secara komposit profil risiko likuiditas adalah “low to moderate”.

As of December 31, 2011, inheren risk profile assessed "low to moderate" with tend to be stable, along with risk control assessed “Satisfactory”; so as composite liquidity risk-profile is assessed "low to moderate".

Dalam rangka pengelolaan risiko likuiditas

PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk telah menerapkan beberapa langkah sebagai berikut:

To manage liquidity risk, PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk has implemented the following:

1. Menetapkan kebijakan dan pedoman manajemen risiko likuiditas.

2. Menambah line money market dengan beberapa counterparty baik bank pemerintah, bank swasta ataupun bank asing.

3. Menetapkan posisi secondary reserves yang dibutuhkan untuk mengantisipasi risiko likuiditas.

4. Mematuhi ketentuan giro wajib minimum. 5. Melakukan analisa atas kebiasaan nasabah

deposito yang merupakan konsentrasi terbesar produk Dana Pihak Ketiga (DPK) di Bank.

1. Specifies policies and guidelines for liquidity risk management.

2. Adds line money market with a few counterparty either state owned bank, private bank and/or foreign bank.

3. Specifies position of secondary reserves

required to anticipate liquidity risk. 4. Obeys rule of minimum statutory reserve. 5. Analyzes time deposits customers’ behavior

which is the largest third party fund in the Bank.

Menurut kelompok jatuh temponya berdasarkan

periode yang tersisa terhitung sejak tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 sampai dengan tanggal jatuh tempo:

The following table shows assets and liabilities of the Bank into relevant maturity groupings as of December 31, 2011 and 2010 by the remaining period to the contractual maturity date:

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

93

41. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 41. RISKS MANAGEMENT (continued) Risiko Likuiditas (lanjutan) Liquidity risk (continued

2011

s/d 1 bulan/ Saldo/ up to >1 s/d 3 bulan/ >3 s/d 6 bulan/ > 6 s/d 12 bulan/ > 12 bulan/ Balance 1 month >1 to 3 months > 3 to months > 6 to12 months > 12 months

Rupiah: Rupiah: Aset: Assets: Kas 54.597.666 54.597.666 - - - - Cash Giro pada bank Demand deposits Indonesia 383.673.502 383.673.502 - - - - with bank Indonesia Current acounts Giro pada bank lain 7.642.680 7.642.680 - - - - with other banks Penempatan pada bank lain 519.366.113 415.879.918 49.509.016 53.977.179 - - Placements with other banks Efek-efek 219.157.285 52.160.033 777.702 6.999.372 69.902.308 89.317.870 Securities Kredit yang diberikan Loans

- Yang belum jatuh tempo 4.288.935.711 110.097.302 349.993.150 616.024.308 1.114.608.370 2.098.212.581 - Undue

- Yang sudah jatuh tempo 7.010.119 - 5.895.993 1.114.126 - - - Due Lain-lain 106.595.895 33.392.982 11.413.820 3.538.883 12.648.780 45.601.430 Others

Jumlah aset Total assets Rupiah (A) 5.586.978.971 1.057.444.083 417.589.681 681.653.868 1.197.159.458 2.233.131.881 Rupiah (A)

Liabilitas: Liabilities: Liabilitas segera 2.762.221 2.762.221 - - - - Obligation due immediately Simpanan nasabah 4.753.229.074 3.536.851.115 1.008.528.337 173.633.364 18.038.545 16.177.713 Deposits from customers Simpanan dari bank lain 213.811.124 170.246.006 43.565.118 - - - Deposits by other banks Lain-lain 34.576.611 33.146.625 2.677 - 426.000 1.001.309 Others

Jumlah liabilitas Rupiah (B) 5.004.379.030 3.743.005.967 1.052.096.132 173.633.364 18.464.545 17.179.022 Total liabilities in Rupiah (B)

Selisih (A-B) 582.599.941 (2.685.561.884) (634.506.451) 508.020.504 1.178.694.913 2.215.952.859 Gap (A-B)

Akumulasi selisih (A-B) - (2.685.561.884) (3.320.068.335) (2.812.047.831) (1.633.352.918) 582.599.941 Accumulated gap (A-B)

Mata uang asing: Foreign currencies: Aset: Assets: Kas 14.907.674 14.907.674 - - - - Cash Giro pada bank Demand deposits Indonesia 322.803.000 322.803.000 - - - - with bank Indonesia Demand deposits Giro pada bank lain 79.534.839 79.534.839 - - - - with other banks Penempatan pada bank lain 7.069.257 6.615.882 - - 453.375 - Placements with other banks Efek-efek 45.712.137 4.140.337 158.690 - - 41.413.110 Securities Kredit yang diberikan Loans

- Yang belum jatuh tempo 514.081.082 19.019.082 38.680.603 65.550.763 221.346.569 169.484.065 - Undue

- Yang sudah jatuh tempo - - - - - - - Due Tagihan akseptasi 7.930.070 4.177.961 3.752.109 - - - Acceptances payable Lain-lain 4.131.000 1.254.108 744.872 1.157 - 2.130.863 Others

Jumlah aset Total assets mata uang asing (A) 996.169.059 452.452.883 43.336.274 65.551.920 221.799.944 213.028.038 mata uang asing (A)

Liabilitas: Liabilities: Liabilitas segera 15.565.947 15.565.947 - - - - Obligation due immediately Simpanan Nasabah 906.851.301 674.233.462 117.165.276 108.058.600 6.989.490 404.473 Deposits from Customers Utang akseptasi 7.930.070 4.177.961 3.752.109 - - - Acceptance payable Lain-lain 55.009.821 1.203.276 - - - 53.806.545 Others

Jumlah liabilitas Total liabilities mata uang asing (B) 985.357.139 695.180.646 120.917.385 108.058.600 6.989.490 54.211.018 in foreign currencies (B)

Selisih (A-B) 10.811.920 (242.727.763) (77.581.111) (42.506.680) 214.810.454 158.817.020 Gap (A-B)

Akumulasi selisih (A-B) - (242.727.763) (320.308.874) (362.815.554) (148.005.100) 10.811.920 Accumulated gap (A-B)

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

94

41. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 41. RISKS MANAGEMENT (continued)

Risiko Likuiditas (lanjutan) Liquidity risk (continued) 2010

s/d 1 bulan/ Saldo/ up to >1 s/d 3 bulan/ >3 s/d 6 bulan/ > 6 s/d 12 bulan/ > 12 bulan/ Balance 1 month >1 to 3 months > 3 to months > 6 to12 months > 12 months

Rupiah: Rupiah: Aset: Assets: Kas 51.954.099 51.954.099 - - - - Cash Giro pada Bank Demand deposits Indonesia 313.972.513 313.972.513 - - - - with Bank Indonesia Demand deposits Giro pada bank lain 14.311.648 14.311.648 - - - - with other banks Penempatan pada bank lain 588.594.673 489.925.364 98.669.309 - - - Placements with other banks Efek-efek 239.493.068 - - - - 239.493.068 Securities Kredit yang diberikan Loans - Yang belum jatuh tempo 3.255.089.464 161.151.079 256.532.885 493.133.865 998.298.326 1.345.973.309 - Undue - Yang sudah jatuh tempo 10.519.088 - 10.519.088 - - - - Due Lain-lain 72.530.869 9.428.580 15.635.489 3.229.063 22.876.942 21.360.795 Others

Jumlah aset Total assets rupiah (A) 4.546.465.422 1.040.743.283 381.356.771 496.362.928 1.021.175.268 1.606.827.172 in rupiah (A)

Liabilitas: Liabilities:

Liabilitas segera 1.726.302 1.726.302 - - - - Obligation due immediately Simpanan nasabah 3.844.136.759 3.010.314.672 794.830.815 32.066.520 6.924.752 - Deposits from customers Simpanan dari Bank Lain 151.356.689 127.051.689 24.305.000 - - - Deposits by other banks Lain-lain 31.094.017 29.661.099 29.608 - 402.000 1.001.310 Others

Jumlah liabilitas rupiah (B) 4.028.313.767 3.168.753.762 819.165.423 32.066.520 7.326.752 1.001.310 Total liabilities in rupiah (B)

Selisih (A-B) 518.151.655 (2.128.010.479) (437.808.652) 464.296.408 1.013.848.516 1.605.825.862 Gap (A-B)

Akumulasi selisih (A-B) - (2.128.010.479) (2.565.819.131) (2.101.522.723) (1.087.674.207) 518.151.655 Accumulated gap (A-B)

Mata uang asing: Foreign Currencies: Aset: Assets: Kas 10.588.652 10.588.652 - - - - Cash Giro pada bank Demand deposits Indonesia 9.010.000 9.010.000 - - - - with bank Indonesia Current acounts Giro pada bank lain 106.255.719 106.255.719 - - - - with other banks Penempatan pada bank lain 148.642.362 148.191.862 - - 450.500 - Placements with other banks Efek-efek 45.190.570 3.893.720 133.315 - - 41.163.535 Securities Kredit yang diberikan Loans - Yang belum jatuh tempo 392.061.613 7.543.658 76.285.390 23.997.623 141.525.607 142.709.335 - Undue - Yang sudah jatuh tempo - - - - - - - Due Tagihan akseptasi 23.884.105 10.066.344 12.765.636 1.052.125 Acceptances receivable Lain-lain 3.809.540 952.041 740.149 - - 2.117.350 Others

Jumlah aset Total assets rupiah (A) 739.442.561 296.501.996 89.924.490 25.049.748 141.976.107 185.990.220 in rupiah (A)

Liabilitas: Liabilities: Liabilitas segera 5.701.994 5.701.994 - - - - Obligation due immediately Simpanan nasabah 700.263.430 554.833.787 55.006.093 90.423.550 - - Deposits from customers Utang Akseptasi 23.884.105 10.066.344 12.765.636 1.052.125 - - Acceptance payable Lain-lain 3.216.548 454.653 2.761.895 - - - Others

Jumlah liabilitas Total liabilities mata uang asing (B) 733.066.077 571.056.778 70.533.624 91.475.675 - - in foreign currencies (B)

Selisih (A-B) 6.376.484 (274.554.782) 19.390.866 (66.425.927) 141.976.107 185.990.220 Gap (A-B)

Akumulasi selisih (A-B) - (274.554.782) (255.163.916) (321.589.843) (179.613.736) 6.376.484 Accumulated gap (A-B)

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

95

41. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 41. RISKS MANAGEMENT (continued) Risiko Kredit Credit Risk

Risiko kredit adalah risiko yang terjadi disebabkan oleh kegagalan pihak lawan (counterparty) dalam memenuhi kewajibannya terhadap Bank. Risiko kredit dapat timbul dari aktivitas fungsional Bank yaitu perkreditan (penyediaan dana) serta treasury dan investasi.

Credit risk is a risk caused by failure of counter party in fulfilling its obligation to the Bank. Credit risk can arise from various functional activities of the Bank such as credit (finance of fund), treasury and investment.

Profil risiko pada tanggal 31 December 2011

adalah “Low” dengan trend cenderung menurun, serta sistem pengendalian risiko “Satisfactory”, sehingga secara komposit profil risiko kredit adalah “Low”.

As of December 31, 2011 risk profile assessed “Low” with decreasing trend, along with risk control assessed “Satisfactory”, so as composite credit risk profile is assessed “Low”.

Rendahnya risiko kredit pada tanggal

31 Desember 2010 dikarenakan penurunan rasio pada konsentrasi per sektor ekonomi (kategori NPL) khususnya jasa-jasa dunia usaha. Sementara rasio pada aktivitas fungsional lainnya seperti kepatuhan kredit, agunan dan penyaluran kredit tidak mengalami perubahan.

Risk profile “Low” as of December 31, 2010 is caused by decreasing ratio concentrate in economic sector (NPL category) especially corporate world services. Meanwhile ratio in other functional activity such as credit compliance, collateral and channelization of credit didn’t changes.

Dalam rangka pengelolaan risiko kredit pada

aktivitas perkreditan, PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk melakukan beberapa langkah yang diantaranya adalah sebagai berikut:

To manage credit risk, PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk has implemented the following policies:

1. Menetapkan kriteria pemberian kredit yang

tertuang dalam Kebijakan Perkreditan Bank.

2. Menetapkan limit eksposur kepada nasabah dan pihak berelasi yang tertuang dalam Kebijakan BMPK.

3. Menetapkan dual control dalam rangka four eyes principles pada setiap pengajuan kredit.

4. Menetapkan limit dan kewenangan untuk setiap pemutus kredit (Komite Kredit).

5. Menentukan besaran agunan kredit dalam rangka mitigasi risiko kredit.

6. Menggunakan asuransi bagi debitur untuk meng-cover kredit pada saat debitur meninggal.

7. Menetapkan target penyelesaian kredit bermasalah untuk meningkatkan asset recovery.

1. Specifies vesting criteria of loan written in the Bank’s Loan Policy.

2. Specifies exposure limit to customer and related parties written in Legal Lending Limit Policy.

3. Specifies dual of control for the agenda of four eyes principles in each loan application.

4. Specifies limit and authority for every loan granted (Loan Committee).

5. Determines the amount of collateral to mitigate credit risk.

6. Secures insurance for debtor to cover the loan in the event of debtor’s death.

7. Specifies target of non-performing loans settlement to increase asset recovery.

Selain itu untuk pengelolaan risiko kredit pada

aktivitas treasury, PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk melakukan beberapa langkah yang diantaranya adalah sebagai berikut:

In addition to operational credit risk in treasury activities, PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk has implemented the following:

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

96

41. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 41. RISKS MANAGEMENT (continued) Risiko Kredit (lanjutan) Credit Risk (continued) 1. Menetapkan kriteria pembelian surat

berharga yang tertuang dalam Kebijakan Surat Berharga.

2. Menetapkan limit eksposur kepada counter party yang tertuang dalam Kebijakan BMPK.

3. Menetapkan limit dan kewenangan untuk setiap pemutus pembelian surat berharga.

1. Specifies purchase criteria of commercial paper written in Commercial Paper Policy.

2. Specifies exposure limit to counter party written in Legal Lending Limit Policy.

3. Specifies limit and authority for every

commercial paper purchases.

Tingkat Non-Performing Loan (NPL) gross pada 31 Desember 2011 dan 2010 adalah sebesar 0,88% dan 0,67% berada di bawah angka 5% yang merupakan nilai maksimum NPL yang disyaratkan oleh Bank Indonesia, sedangkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang dibentuk Bank telah mematuhi peraturan Bank Indonesia yaitu di atas 100%.

Level of gross Non-Performing Loan (NPL) as of December 31, 2011 and 2010 is equal to 0.88% and 0.67%, respectively. This is below the 5% maximum NPL allowed by Bank Indonesia. Allowance for impairment losses on earning assets (CKPN) provided by the Bank is in conformity with Bank Indonesia regulation. The Bank’s allowance for impairment losses on earnings assets is above 100% of the minimum required allowance.

Risiko Pasar Market Risk

Risiko pasar adalah potensi timbulnya kerugian bagi Bank karena adanya perubahan yang tidak menguntungkan dalam tingkat bunga dan nilai tukar valas di pasar uang dimana Bank beroperasi. Risiko pasar adalah melekat pada hampir seluruh kegiatan dan aktivitas Bank baik di banking book maupun di trading book.

Market risk is the potential for losses to the Bank resulting from adverse changes in market factors such as interest and foreign exchange rates in the financial markets in which the Bank operates. Market risk is inherent in most of the Bank’s operating positions and/or activities, in the banking book and in the trading book.

Pada tanggal 31 Desember 2011 profil risiko

adalah “Low” dengan trend cenderung meningkat akibat dari risiko nilai tukar, serta sistem pengendalian risiko “Satisfactory”, sehingga secara komposit profil risiko pasar adalah “Low to Moderate”.

As of December 31, 2011 risk profile assessed “Low” with increasing trend as the result of foreign exchange, along with risk control assessed “Satisfactory”, so as composite market risk profile is assessed “Low to Moderate”.

Dalam rangka pengelolaan risiko pasar, PT

Bank Nusantara Parahyangan Tbk melakukan beberapa langkah yang diantaranya adalah sebagai berikut:

To manage market risk, PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk implemented the following policies:

1. Menetapkan limit eksposur surat berharga

yang termasuk kategori trading book. 2. Menetapkan Posisi Devisa Neto maksimum

yang dapat dikelola oleh Bank. 3. Menetapkan intra day limit untuk transaksi

mata uang asing. 4. Menetapkan limit cut loss untuk menghindari

kerugian yang lebih besar atas surat berharga yang dimiliki ataupun transaksi mata uang asing.

1. Specifies commercial paper exposure limit which includes category trading book.

2. Specifies maximum Net Open Position which can be managed by Bank.

3. Specifies intra day limit for arbitrage transaction.

4. Specifies limit cut loss to avoid significant loss from commercial paper and/or arbitrage transaction.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

97

41. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 41. RISKS MANAGEMENT (continued) Risiko Pasar (lanjutan) Market Risk (continued)

Sesuai ketentuan Bank Indonesia, Bank diwajibkan memelihara Posisi Devisa Neto (PDN) setinggi-tingginya 20% atas modal Tier I dan Tier II. Posisi Devisa Neto secara keseluruhan adalah penjumlahan dari nilai absolute atas selisih aset, liabilitas dan ekuitas di laporan posisi keuangan untuk setiap mata uang asing ditambah dengan selisih tagihan dan liabilitas dalam bentuk komitmen dan kontinjensi.

In accordance with Bank Indonesia regulation, the Bank is required to maintain Net Open Position for a maximum of 20% of capital Tier I and Tier II. The aggregate Net Open Position is the total amount of the absolute value of the net difference between assets, liabilities, and equity denominated in each foreign currency plus the net difference of receivables and payables of commitments and contingencies.

Posisi Devisi Neto Laporan Posisi Keuangan

dan Rekening Administratif masing-masing jenis mata uang asing adalah sebagai berikut:

Net Foreign Exchange Position on Statements of Financial Position and Administrative Acccount by currency, as follows:

2011

Liabilitas Aset dan dan liabilitas tagihan komitmen dan komitmen dan kontinjensi/ Posisi kontijensi/ Liabilities devisa neto Assets and and liabilities per valuta/ Posisi receivables and of Net foreign devisa neto/ commitments commitments exchange Net foreign and and position currency contingencies contingencies by currency position

Dolar Amerika 951.895.852 946.964.705 4.931.147 4.931.147 United States Dollar Dolar Singapura 8.499.278 8.352.883 146.395 146.395 Singapore Dollar Yen Jepang 1.988.915 1.621.977 366.938 366.938 Japanese Yen Pounsterling Inggris 79.299 - 79.299 79.299 Great Britain poundsterling Dolar Hongkong 668.226 62.797 605.430 605.430 Hongkong Dollar Dolar Australia 8.505.440 8.175.182 330.258 330.258 Australian Dollar Real Saudi Arabi 112.596 - 112.596 112.596 Saudi Arabian Real Ren Min Bie China 27.197 - 27.197 27.197 China Ren Min Bie Dolar Taiwan 10.571 - 10.571 10.571 Taiwanese Dollar Korean Won 414 - 414 414 Korean Won Euro 20.278.225 20.179.595 98.630 98.630 Euro Ringgit Malaysian 20.425 - 20.425 20.425 Malaysian Ringgit

Jumlah 992.086.438 985.357.139 6.729.300 6.729.300 Total

2010

Liabilitas Aset dan dan liabilitas tagihan komitmen dan komitmen dan kontinjensi/ Posisi kontijensi/ Liabilities devisa neto Assets and and liabilities per valuta/ Posisi receivables and of Net foreign devisa neto/ commitments commitments exchange Net foreign and and position currency contingencies contingencies by currency position

Dolar Amerika 708.780.684 710.602.235 (1.821.552) 1.821.552 United States Dollar Dolar Singapura 4.411.283 4.762.462 (351.178) 351.178 Singapore Dollar Yen Jepang 3.015.354 2.194.726 820.627 820.627 Japanese Yen Pounsterling Inggris 277.940 - 277.940 277.940 Great Britain Poundsterling Dolar Hongkong 1.000.195 415.607 584.588 584.588 Hongkong Dollar Franc Swiss 577 - 577 577 Swiss Franc Dolar Australia 7.700.323 7.317.655 382.668 382.668 Australian Dollar

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

98

41. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 41. RISKS MANAGEMENT (continued) Risiko Pasar (lanjutan) Market Risk (continued)

2010

Liabilitas Aset dan dan liabilitas tagihan komitmen dan komitmen dan kontinjensi/ Posisi kontijensi/ Liabilities devisa neto Assets and and liabilities per valuta/ Posisi receivables and of Net foreign devisa neto/ commitments commitments exchange Net foreign and and position currency contingencies contingencies by currency position

Real Saudi Arabi 219.468 - 219.468 219.468 Saudi Arabian Real Ren Min Bie China 38.622 - 38.622 38.622 China Ren Min Bie Dolar Taiwan 18.213 - 18.213 18.213 Taiwanese Dollar Bath Thailand 765 - 765 765 Thailand Bath Euro 8.094.918 8.262.810 (210.748) 210.748 Euro Ringgit Malaysian 44.651 - 44.651 44.651 Malaysian Ringgit Dolar Brunai 25.965 - 25.965 25.965 Brunai Dollar

Jumlah 733.628.958 733.555.495 30.606 4.797.562 Total

Batas nilai (absolut) Posisi Devisa Neto yang diperkenankan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp 128.593.600 dan Rp 105.506.200. Persentase nilai absolut Posisi Devisi Neto terhadap modal sendiri masing-masing sebesar 1,05% dan 0,91% pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010.

The absolute allowed limit amount of Net Open Position as of December 31, 2011 and 2010 is Rp 128,593,600 and Rp 105,506,200. The ratio of absolute amount of Net Open Position to equities is 1.05% and 0.91% as of December 31, 2011 and 2010, respectively.

Sesuai PBI No. 5/12/PBI/2003 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan memperhitungkan risiko pasar (market risk), Bank wajib melaporkan posisi yang diperhitungkan dalam Risiko Pasar secara bulanan dengan format yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia secara on-line dan mengacu kepada ketentuan tentang Laporan Berkala Bank Umum.

By PBI No. 5/12/PBI/2003 “Commercial Banks Obligation to Provide Minimum Capital Adequacy with the calculation of the market risk”, the Bank is obliged to report its position on a monthly basis, taking into consideration the market risk, using the format which has been specified by Bank Indonesia on-line and in reference to the regulation on Periodic Report of Commercial Banks.

Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank Umum dengan memperhitungkan risiko pasar (market risk), masing-masing sebesar 13,45% dan 12,76%.

As of December 31, 2011 and 2010 the Bank’s Capital Adequacy Ratio with consideration for market risk are 13,45% and 12.76%.

Risiko Operasional Operational Risk

Risiko operasional adalah potensi timbulnya kerugian sebagai akibat dari kejadian-kejadian yang melibatkan manusia, proses, sistem dan kejadian-kejadian diluar Bank.

Operational risk is the potential for loss resulting from events involving people, processes, systems and external events.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

99

41. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 41. RISKS MANAGEMENT (continued)

Risiko Operasional (lanjutan) Operational Risk (continued)

Dalam pengelolaan risiko operasional, masing-masing unit usaha bertanggung jawab untuk risiko yang terjadi pada kegiatan operasional sehari-hari dengan mengacu pada kebijakan dan prosedur, pengendalian dan pengawasan rutin. Selain itu, pengelolaan risiko operasional juga meliputi hal-hal yang terkait dengan pengembangan produk, sistem, sumber daya manusia dan prinsip “know your customer” sebagai aspek pencegahan terhadap kemungkinan adanya hal-hal yang tidak diinginkan.

In the operational risk management, each business unit is responsible for the risk relating to daily operational activity by referring to policy and procedure, control and routine supervisory. In addition, operational risk management also covers matters related to product development, system, human resources and principle of "know your customer" as preventive aspect to the possibility of unexpected matters.

Profil risiko pada tanggal 31 Desember 2011

adalah “Low” dengan trend cenderung meningkat, serta sistem pengendalian risiko “Strong”, sehingga secara komposit profil risiko operasional adalah “Low”.

As of December 31, 2011 risk profile assessed “Low” with increasing trend, along with risk control assessed “Strong”, so as composite operational risk profile is assessed “Low”.

Beberapa kebijakan dan prosedur yang telah

dievaluasi dan ditetapkan adalah sebagai berikut:

Policies and procedures which have been evaluated and specified are as follows:

1. Prosedur Pelaporan Insiden Operasional 2. Kebijakan Risiko Reputasi 3. Kebijakan Risiko Hukum 4. Kebijakan dan Prosedur Pengajuan Produk

atau Aktivitas Baru 5. Kebijakan dan Prosedur Rencana Kelanjutan

Usaha (Business Continuity Plan) 6. Prosedur Outsourcing 7. Kebijakan dan Prosedur Pengamanan

Informasi

1. Operational Incident Reporting Procedures 2. Policies for Reputation Risk 3. Policies for Legal Risk 4. Policies and Procedures for Submission

Product and New Activities 5. Policies and Procedures for Business

Continuity Plan 6. Procedures for Outsourcing 7. Policies and Procedures for Information

Security (Information Security Standard Procedures)

Risiko Hukum Legal Risk Risiko hukum merupakan risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis, yang antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan pengikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.

Legal risks can be caused by weaknesses in legal aspects such as lawsuits, an absence of clear and supportive laws, or weaknesses in contracts, claims or collateral agreements.

Pengelolaan risiko hukum dilakukan untuk memastikan agar seluruh aktivitas dan hubungan kegiatan usaha Bank dengan pihak ketiga didasarkan pada aturan dan persyaratan yang dapat melindungi kepentingan Bank dari segi hukum.

Legal risks are managed by ensuring that all activities and business relationships between the Bank and third parties are by rules and conditions that are capable of protecting the Bank's interests from a legal perspective.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

100

41. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 41. RISKS MANAGEMENT (continued) Risiko Reputasi Reputation Risk Risiko reputasi timbul dari adanya pemberitaan negatif terkait dengan kegiatan usaha Bank atau persepsi negatif mengenai Bank. Mengingat risiko reputasi ini bukan merupakan risiko yang dikelola secara terpisah dari risiko-risiko lainnya, khususnya bagi Bank dengan kompleksitas usaha yang tinggi, maka pengelolaan setiap aktivitas fungsional Bank sedapat mungkin terintegrasi ke dalam suatu sistem dan proses pengelolaan risiko yang akurat dan komprehensif.

Reputation risks arise from negative publicity concerning the operations of the Bank or negative perceptions of the Bank given that reputation risk management is an integral part of risk management, especially in a bank with highly complex operations, the management of each functional aspect of the bank is integrated into a single accurate and comprehensive risk management system and process as much as possible.

Risiko Strategis Strategic Risk Risiko strategis mengacu pada risiko yang disebabkan oleh adanya keputusan dan/atau penerapan strategi Bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan strategis yang tidak tepat, atau kegagalan Bank dalam merespon perubahan-perubahan eksternal.

Strategic risk refers to the risk of a bad outcome attributed due to a decision and/or implementation of a Bank's strategy, a bad or misjudged strategic decision or the Bank's failure to respond to external changes that the Bank will embark on.

Bank mengelola risiko strategis melalui proses pertimbangan dan pengambilan keputusan secara kolektif dan komprehensif di Iingkungan komite-komite pengawasan dan eksekutif, yang turut mempengaruhi dan berdampak pada langkah-langkah bisnis yang akan diambil dalam kerangka kebijakan dan arah yang telah ditetapkan.

Bank manages strategic risks through a comprehensive and collective consideration and decision-making processes encompassing areas of the supervisory and executive committees that influence and impact business decisions on policies and directions.

Risiko Kepatuhan Compliance Risk Risiko kepatuhan merupakan risiko yang timbul ketika Bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Risiko kepatuhan, jika tidak dikelola dengan baik, berpotensi pada pengenaan denda, hukuman, atau rusaknya reputasi.

Compliance risk is the risk when the Bank does not comply or implement current laws and regulations and other policies. If compliance risk is not managed well, it will potentially lead to penalty charges, punishments, or damage to reputation.

Bank melakukan identifikasi dan pengelolaan risiko kepatuhan sejak awal dengan memberikan bantuan kepada unit bisnis dan unit operasional dalam hal proses perumusan struktur transaksi dan pengembangan produk baru dan secara aktif melakukan penilaian terhadap kebijakan Pedoman dan Prosedur Internal yang dimiliki oleh Bank untuk memastikan bahwa seluruh peraturan eksternal telah diakomodir sedemikian rupa dan selanjutnya untuk dipatuhi dalam pelaksanaannya.

The Bank implements early detection and management of compliance risks by providing assistance to business and operational units in the process of formulating transaction structures and new product developments and also evaluated the Bank's Guidelines and Procedures to ensure that all external regulations have been accommodated and implemented correctly.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

101

42. JAMINAN PEMERINTAH TERHADAP KEWAJIBAN PEMBAYARAN BANK UMUM

42. GOVERNMENT GUARANTEE ON OBLIGATIONS OF COMMERCIAL BANKS

Sejak tahun 1998, Pemerintah menjamin kewajiban bank umum meliputi giro, tabungan, deposito berjangka, deposit on call, obligasi, surat berharga, pinjaman antar bank, pinjaman yang diterima, letters of credit, akseptasi, swap mata uang dan liabilitas kontinjensi lainnya seperti bank garansi, standby letters of credit, performance bonds dan liabilitas sejenis lainnya yang dikecualikan dalam keputusan ini seperti pinjaman subordinasi dan liabilitas kepada direktur, komisaris dan pihak berelasi dengan bank.

Since 1998, the Government guarantees the obligations of private banks including demand deposits, saving deposits, time deposits, deposits on call, bonds, securities, interbank borrowings, fund borrowings, letters of credit, acceptances, currency swap and other contingent liabilities such as bank guarantees, standby letters of credit, performance bonds and other kinds of liabilities other than those excluded in this regulation such as subordinated loans, liabilities to directors, commissioners and related parties of the Bank.

Peraturan LPS No. 1 tanggal 9 Maret 2006, simpanan yang dijamin meliputi giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan simpanan dari bank lain.

By LPS Regulation No. 1 dated March 9, 2006, guarantees on deposits covers demand deposits, time deposits, certificate of deposits, saving deposits and deposits from other banks.

Pada tanggal 13 Oktober 2008, Presiden Republik Indonesia menetapkan Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2008 tentang besaran nilai simpanan yang dijamin LPS. Berdasarkan peraturan tersebut, nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank yang semula berdasarkan Undang-Undang No. 24 tahun 2004 ditetapkan maksimum Rp 100.000.000 (nilai penuh) diubah menjadi maksimum Rp 2.000.000.000 (nilai penuh).

As of October 13, 2008, the President of the Republic of Indonesia approved Government Regulation No. 66 year 2008 regarding the amount of guarantee on deposits guaranteed by LPS. By the such regulation, the guaranteed customer's deposit amount in a bank which previously according to Law No. 24 year 2004 amounted to maximum Rp 100,000,000 (full amount), was amended to maximum of Rp 2,000,000 000 (full amount).

Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, Bank adalah peserta dari program penjaminan tersebut.

As of December 31, 2011 and 2010, the Bank was a participant of that guarantee program.

Beban premi penjaminan yang dibayar selama tahun 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp 10.397.286 dan Rp 7.599.351.

Guarantee premium expense paid as of 2011 and 2010 are Rp 10,397,286 and Rp 7,599,351 respectively.

43. PERJANJIAN PENTING 43. SIGNIFICANT AGREEMENTS

1. Pada tanggal 31 Maret 2009, Bank telah

mengadakan perjanjian kerjasama dengan PT Kelola Jasa Artha cabang Bandung mengenai jasa layanan uang tunai. Perjanjian ini berlaku sejak 20 Januari 2009 sampai dengan 20 Januari 2010, dan diperpanjang secara otomatis kecuali terdapat pemberitahuan tertulis dari salah satu pihak untuk mengakhiri.

1. As of March 31, 2009, the Bank entered into a cooperation agreement with PT Kelola Jasa Artha Bandung branch regarding cash service. This agreement is valid from January 20, 2009 up to January 20, 2010, and it will be automatically renewal except there is a notification from one of party to end the agreement.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

102

43. PERJANJIAN PENTING (lanjutan) 43. SIGNIFICANT AGREEMENTS (continued)

2. Pada tanggal 22 November 2006, Bank telah mengadakan perjanjian kerjasama dengan PT Teradata Megah Corporation mengenai dukungan purna jual program komputer aplikasi perbankan dan aplikasi interkoneksi antar institusi. Perjanjian ini berlaku sampai dengan 31 Desember 2009. Nilai kontrak sebesar USD 76.340 pada tahun 2007 dan meningkat 10% setiap tahunnya. Pada tanggal 10 Mei 2010 perjanjian ini telah dilakukan perpanjangan dan berlaku sejak tanggal 01 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2011, dengan nilai kontrak USD 101.608,54 di luar PPN pada tahun pertama, dan USD 111.769,40 di luar PPN pada tahun ke dua.

2. As of November 22, 2006, the Bank entered into a cooperation agreement with PT Teradata Megah Corporation regarding after sales services banking computer application and interinstitution interconnection application. This agreement is valid up to December 31, 2009. Contract value is amounting to USD 76,340, in year 2007 and increasing 10% every year. On May 10, 2010, extension was made and is valid from January 1, 2010 until December 31, 2011, with contract value USD 101,608.54 exclude VAT at first year, and USD 111,769.40 exclude VAT thereafter.

3. Pada tanggal 1 April 2009, Bank telah

mengadakan perjanjian kerjasama dengan Visa Worldwide Pte. Limited mengenai penggunaan network visa untuk pembayaran barang dan jasa. Perjanjian ini berlaku sejak 1 April 2009 sampai dengan 1 April 2014 dan diperpanjang secara otomatis kecuali terdapat pemberitahuan tertulis dari salah satu pihak untuk mengakhiri.

3. As of April 1, 2009, the Bank entered into a cooperation agreement with Visa Worldwide Pte. Limited regarding managing payment products and services for clients participating in the Visa Group`s payment network (“Visa Network”). This agreement is valid from April 1, 2009 up to April 1, 2014, it will be automatically renewal except there is a notification from one of party to end the agreement.

4. Bank telah mengadakan sejumlah perjanjian

dengan PT Rintis Sejahtera, sebagai berikut: 4. The Bank entered into agreements with

PT Rintis Sejahtera, as follows:

a. Pada tanggal 15 Januari 2004, Bank mengadakan perjanjian kerjasama mengenai jasa berlangganan jaringan ATM-BCA untuk jangka waktu 24 bulan terhitung sejak ditandatangani perjanjian. Uang jaminan sebesar USD 235.000 dan biaya keanggotaan USD 45.000 per tahun, dan apabila tidak terdapat pemberitahuan pengakhiran maka masa berlangganan akan diperpanjang secara otomatis untuk jangka waktu 12 bulan dan berikutnya.

a. As of January 15, 2004, the Bank entered into a cooperation agreement regarding the subscription of payment of ATM-BCA services for the period 24 months from the agreement was signed. Security deposits amounting to USD 235,000 and membership fee amounting to USD 45,000 every year and if there is no notification of winding up of the subscription period, it will be automatically extended for the period 12 months and thereafter.

b. Pada tanggal 22 Mei 2009, Bank

mengadakan perjanjian kerjasama mengenai PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk sebagai Acquirer Bank untuk jangka waktu 24 bulan terhitung sejak ditandatangani perjanjian, dan apabila tidak terdapat pemberitahuan pengakhiran maka masa berlangganan akan diperpanjang secara otomatis untuk jangka waktu 24 bulan dan berikutnya.

b. As of May 22, 2009, the Bank entered into a cooperation agreement regarding PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk as Acquirer Bank for the period 24 months from the agreement was signed. If there is no notification of winding up of the subscription period, it will be automatically extended for the period 24 months and thereafter.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

103

43. PERJANJIAN PENTING (lanjutan) 43. SIGNIFICANT AGREEMENTS (continued)

5. Pada tanggal 16 Mei 2005, Bank telah mengadakan perjanjian kerjasama dengan PT BPR Eka Bumi Artha tentang jasa berlangganan Jaringan ATM-Bersama ALTO melalui kerjasama Co-Branding. Uang jaminan sebesar Rp 1.000.000.000 (nilai penuh) dan biaya iuran sebesar USD 20.000 per tahun. Perjanjian ini berlaku sejak Bank telah menerima pembayaran jaminan dan iuran tahunan Co-Branding tahun pertama secara penuh dan diperpanjang secara otomatis kecuali terdapat pemberitahuan tertulis dari salah satu pihak untuk mengakhiri.

5. As of May 16, 2005, the Bank entered into a cooperation agreement with PT BPR Eka Bumi Artha on the subscription of payment of “ATM-Bersama ALTO” through Co-Branding agreement. Security deposits amounting to Rp 1,000,000,000 (full amount) and annual cost is amounting to USD 20,000 per year. This agreement is valid from the Bank receipt first year annual membership fee and collateral Co-Branding agreement fee and it will be automatically renewal except there is a notification from one of party to end the agreement.

6. Bank telah mengadakan sejumlah perjanjian

dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, sebagai berikut:

6. The Bank entered into agreements with PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, as follows:

a. Pada tanggal 20 Agustus 2004, Bank telah mengadakan perjanjian mengenai pemanfaatan layanan jasa perbankan untuk pelayanan isi ulang pulsa flexi trendy dengan sistem host to host komputer. Perjanjian ini berlaku sejak 20 Agustus 2004 sampai dengan 20 Agustus 2007, dan diperpanjang secara otomatis 3 (tiga) tahun kecuali ada pemberitahuan tertulis dari salah satu pihak untuk mengakhiri.

a. As of August 20, 2004, the Bank entered into an agreement benefit banking facility to flexi trendy rollover with host to host computer. This agreement is valid from August 20, 2004 up to August 20, 2007, it will be automatically renewal for 3 (three) years except there is a notification from one of party to end the agreement.

b. Pada tanggal 13 Oktober 2003, Bank telah

mengadakan perjanjian mengenai pemanfaatan layanan jasa perbankan untuk penerimaan pembayaran jasa telekomunikasi dengan sistem host to host komputer. Perjanjian ini berlaku sejak 13 Oktober 2003 sampai dengan 13 Oktober 2006, dan diperpanjang secara otomatis 3 (tiga) tahun kecuali ada pemberitahuan tertulis dari salah satu pihak untuk mengakhiri.

b. As of October 13, 2003, the Bank entered into an agreement benefit banking facility for receipt payment of telecomunication services with host to host computer. This agreement is valid from October 13, 2003 up to October 13, 2006 and it will be automatically renewed for 3 years except there is a notification from one of party to end the agreement.

7. Pada tanggal 1 Mei 1997, Bank telah

mengadakan perjanjian kerjasama dengan PT Telekomunikasi Selular tentang penagihan jasa telekomunikasi selular GSM Telkomsel. Perjanjian ini berlaku sejak ditandatangani dan akan tetap berlaku sampai dengan adanya pemberitahuan tertulis oleh salah satu pihak untuk memutuskan perjanjian ini.

7. As of May 1, 1997, the Bank entered into a cooperation agreement with PT Telekomunikasi Selular on collecting Global System for Mobile Communications (GSM) “Telkomsel” payment. The agreement is for an indefinite period commencing from the date the agreement was signed, except there is a notification from one of party to end the agreement.

8. Pada tanggal 22 Februari 2010, Bank telah

mengadakan perjanjian dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) tentang penerimaan pembayaran listrik clan tagihan lainnya secara online. Perjanjian ini berlaku sejak 22 Februari 2010 selama 3 (tiga) tahun.

8. As of February 22, 2010, the Bank entered into an agreement with PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) for electricity and other bill receipt payment with online system. This agreement is valid from February 22, 2010 for 3 (three) years.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

104

43. PERJANJIAN PENTING (lanjutan) 43. SIGNIFICANT AGREEMENTS (continued)

9. Pada tanggal 17 Desember 2008, Bank telah mengadakan perjanjian kerjasama dengan PT Artajasa Pembayaran Elektronis tentang pemanfaatan ATM Bersama untuk principle member. Biaya keanggotaan sebesar Rp 400.000.000 dan terdapat biaya bulanan sesuai dengan lampiran III. Perjanjian ini berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak ditandatangani dan diperpanjang secara otomatis selama 12 (dua belas) bulan kecuali terdapat pemberitahuan tertulis dari salah satu pihak untuk mengakhiri.

9. As of December 17, 2008, the Bank entered into a cooperation agreement with PT Artajasa Pembayaran Elektronis of use of "ATM Bersama" for principle member. Membership fee is amounted to Rp 400,000,000 and monthly fee in accordance with exhibit III. The agreement is valid for 3 (three) years from the date the agreement was signed, and it will be automatically renewal for 12 (twelve) months except there is a notification from one of party to end the agreement.

10. Pada tanggal 13 Juni 2003, Bank telah

mengadakan perjanjian kerjasama dengan PT Daya Network Lestari tentang pemakaian ATM-Bersama ALTO. Biaya awal keanggotaan sebesar USD 300.000 dan biaya tahunan 3 (tiga) tahun pertama sebesar USD 48.000+PPN/tahun dan memasuki tahun ke empat sebesar USD 60.000+PPN/ tahun. Perjanjian ini mulai berlaku sejak DNL menerima pembayaran biaya awal keanggotaan secara penuh dan diperpanjang secara otomatis kecuali terdapat pemberitahuan tertulis dari salah satu pihak untuk mengakhiri. Pada tanggal 16 Mei 2008 terdapat addendum pertama untuk mengadakan perubahan dan penambahan pada poin 1 dan 2 lampiran II perjanjian induk, diantaranya mengubah biaya awal keanggotaan menjadi sebesar Rp 2.500.000.000 dan biaya iuran tahunan menjadi biaya iuran per bulan menurut volume transaksi setahun.

10. As of June 13, 2003, the Bank entered into a cooperation agreement with PT Daya Network Lestari of use of “ATM Bersama- ALTO”. Joining fee amounted USD 300,000 and annual fee for the first 3 (three) year amounted USD 48,000+VAT/year and amounted to USD 60,000+VAT/year thereafter. The agreement is valid since DNL receipt full amount of joining fee and it will be automatically renewal except there is a notification from one of party to end the agreement. As of May 16, 2008 there is the first addendum to change and adding point 1 dan 2 main agreement, such as change of joining fee become Rp 2,500,000,000 and changes annual fee to monthly fee by volume of transaction of the year.

11. Pada tanggal 14 November 2003, Bank

telah mengadakan perjanjian kerjasama dengan Direktorat Jenderal Pajak (“Dirjen Pajak”) tentang kerjasama penerimaan pembayaran dan pemindahbukuan hasil penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB) melalui fasilitas TP-PBB Elektronik. Perjanjian ini berlaku sejak ditandatanganinya perjanjian dan dapat diakhiri apabila kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri.

11. As of November 14, 2003, the Bank entered into a cooperation agreement with Director General of Taxation for receipt and transfer of payment of property taxes through Electronic TP-PBB facility. This agreement is valid from the date the agreement was signed and will be terminated under both parties agreement.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

105

44. DAMPAK PENERAPAN AWAL PSAK 55 (REVISI 2006)

44. IMPACT ON THE INITIAL IMPLEMENTATION OF PSAK 55 (REVISED 2006)

Sebagai akibat penerapan awal PSAK 55 (Revisi 2006) secara prospektif, pada tanggal 1 Januari 2010, Bank telah melakukan perhitungan kembali Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan sesuai dengan ketentuan transisi. Tidak ada perbedaan antara saldo cadangan tersebut per 31 Desember 2009 dengan saldo cadangan yang dihitung berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2006) per 1 Januari 2010 untuk semua aset keuangan.

As a result of the initial and prospective implementation of PSAK 55 (Revised 2006), as of January 1, 2010, the Bank has recalculated the Allowance for Impairment of all financial assets in accordance with transitional provisions. There is no difference between the balances of such allowance as of December 31, 2009 and the required allowance calculated by PSAK 55 (Revised 2006) for all financial assets as of January 1, 2010 totalled.

45. STANDAR AKUNTANSI BARU 45. PROSPECTIVE ACCOUNTING

PRONOUNCEMENT Terdapat beberapa standar dan interpretasi akuntansi yang sudah diterbitkan tetapi belum efektif pada tanggal 31 Desember 2011 dan belum diterapkan di dalam penyusunan laporan keuangan ini.

A number of new accounting standards and interpretations have been issued but are not yet effective as of December 31, 2011 and have not been applied in preparing these financial statements.

Standar dan interpretasi akuntansi yang akan berlaku efektif untuk laporan keuangan dengan periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012 yang terkait dengan Bank:

The accounting standards and interpretations which will be effective for financial statements beginning on or after January 1, 2012 that related to the Bank:

a. PSAK No. 10 (Revisi 2010), “Pengaruh

Perubahan Kurs Valuta Asing”, menjelaskan bagaimana memasukkan transaksi-transaksi dalam mata uang asing dan kegiatan usaha luar negeri ke dalam laporan keuangan suatu entitas dan menjabarkan laporan keuangan ke dalam suatu mata uang pelaporan.

a. PSAK No. 10 (Revised 2010), “The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates”, prescribes how to include foreign currency transactions and foreign operations in the financial statements of an entity and translate financial statements into a presentation currency.

b. ISAK No. 13, “Lindung Nilai Investasi Neto

Dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri”, diterapkan terhadap entitas yang melakukan lindung nilai atas risiko mata uang asing yang timbul dari investasi netonya di dalam kegiatan usaha luar negeri dan berharap dapat memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai sesuai PSAK No. 55 (Revisi 2006). Mengacu pada entitas induk dan laporan keuangan dimana aset neto dari kegiatan usaha luar negeri dimasukkan sebagai laporan keuangan.

b. ISAK No. 13, “Hedges of Net Investment in a Foreign Operation”, applies to an entity that hedges the foreign currency risk arising from its net investments in foreign operations and wishes to qualify for hedge accounting in accordance with PSAK No. 55 (Revised 2006). Refers to the parent entity and to the financial statements in which the net assets of foreign operations are included as financial statements.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

106

45. STANDAR AKUNTANSI BARU (lanjutan) 45. PROSPECTIVE ACCOUNTING PRONOUNCEMENT (continued)

c. PSAK No. 18 (Revisi 2010), “Akuntansi dan

Pelaporan Program Manfaat Purnakarya”, mengatur akuntansi dan pelaporan program manfaat purnakarya untuk semua peserta sebagai suatu kelompok. Pernyataan ini melengkapi PSAK No. 24 (Revisi 2010), “Imbalan Kerja”.

c. PSAK No. 18 (Revised 2010), “Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plans”, establish the accounting and reporting by the plan to all participants as a group. This Standard complements PSAK No. 24 (Revised 2010), “Employee Benefits”.

d. PSAK No. 24 (Revisi 2010), “Imbalan

Kerja”, mengatur akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja.

d. PSAK No. 24 (Revised 2010), “Employee Benefits”, establish the accounting and disclosures for employee benefits.

e. PSAK No. 34 (Revisi 2010), “Akuntansi

Kontrak Konstruksi”, mengatur perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kontrak konstruksi.

e. PSAK No. 34 (Revised 2010), “Accounting for Construction Contracts”, prescribes the accounting treatment of income and costs associated with construction contracts.

f. PSAK No. 46 (Revisi 2010), “Akuntansi Pajak Penghasilan”, mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan dalam menghitung konsekuensi pajak kini dan masa depan untuk pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang diakui pada laporan posisi keuangan; serta transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada periode kini yang diakui pada laporan keuangan.

f. PSAK No. 46 (Revised 2010), “Accounting for Income Taxes”, prescribes the accounting treatment for income taxes to account for the current and future tax consequences of the future recovery (settlement) of the carrying amount of assets (liabilities) that are recognized in the balance sheet; and transactions and other events of the current period that are recognized in the financial statements.

g. PSAK No. 50 (Revisi 2010), “Instrumen

Keuangan: Penyajian”, menetapkan prinsip penyajian instrumen keuangan sebagai liabilitas atau ekuitas dan saling hapus aset keuangan dan liabilitas keuangan.

g. PSAK No. 50 (Revised 2010), “Financial Instruments: Presentation”, establish the principles for presenting financial instruments as liabilities or equity and for offsetting financial assets and financial liabilities

h. PSAK No. 53 (Revisi 2010), “Pembayaran

Berbasis Saham”, mengatur pelaporan keuangan entitas yang melakukan transaksi pembayaran berbasis saham.

h. PSAK No. 53 (Revised 2010), “Share-based Payment”, specify the financial reporting by an entity when it undertakes a share-based payment transaction.

i. PSAK No. 60, “Instrumen Keuangan:

Pengungkapan”, mensyaratkan pengungkapan dalam laporan keuangan yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi signifikansi instrumen keuangan atas posisi dan kinerja keuangan; dan jenis dan besarnya risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang mana entitas terekspos selama periode dan pada akhir periode pelaporan, dan bagaimana entitas mengelola risiko-risiko tersebut.

i. PSAK No. 60, “Financial Instruments: Disclosures”, requires disclosures in financial statements that enable users to evaluate the significance of financial instruments for financial position and performance; and the nature and extent of risks arising from financial instruments to which the entity is exposed during the period and at the end of the reporting period, and how the entity manages those risks.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

107

45. STANDAR AKUNTANSI BARU (lanjutan) 45. PROSPECTIVE ACCOUNTING PRONOUNCEMENT (continued)

j. PSAK No. 61, “Akuntansi Hibah

Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah”, diterapkan untuk akuntansi, dan pengungkapan, atas hibah pemerintah dan pengungkapan atas bentuk lain bantuan pemerintah.

j. PSAK No. 61, “Accounting for Government Grants and Disclosures of Government Assistance”, applies in the accounting for, and in the disclosures of, government grants and in the disclosures of other forms of government assistance.

k. ISAK No. 15, “PSAK No. 24 - Batas Aset

Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan Interaksinya”, memberikan pedoman bagaimana menilai pembatasan jumlah surplus dalam program imbalan pasti yang dapat diakui sebagai aset dalam PSAK No. 24 (revisi 2010), “Imbalan Kerja”.

k. ISAK No. 15, “PSAK No. 24 - The Limit on a Defined Benefit Asset, Minimum Funding Requirements and their Interaction”, Provides guidance on how to assess the limit on the amount of surplus in a defined scheme that can be recognized as an asset under PSAK No. 24 (Revised 2010), ”Employee Benefits”.

l. ISAK No. 18, “Bantuan Pemerintah- Tidak Ada Relasi Spesifik dengan Aktivitas Operasi”, menetapkan bantuan pemerintah kepada entitas yang memenuhi definisi hibah pemerintah dalam PSAK No. 61, “Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah”, bahkan jika tidak ada persyaratan yang secara spesifik terkait dengan aktivitas operasi entitas selain persyaratan untuk beroperasi pada daerah atau sektor industri tertentu.

l. ISAK No. 18, “Government Assistance- No Specific Relation to Operating Activities”, prescribes government grants to entities that meet the definition of government grants in PSAK No. 61, “Accounting for Government Grants and Disclosures of Government Assistance”, even if there are no conditions specifically relating to the operating activities of the entity other than the requirement to operate in certain regions or industry sectors.

m. ISAK No. 20, “Pajak penghasilan –

Perubahan Dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang Saham”, membahas bagaimana suatu entitas memperhitungkan konsekuensi pajak kini dan pajak tangguhan karena perubahan dalam status pajaknya atau pemegang sahamnya.

m. ISAK No. 20, “Income Taxes-Changes in the Tax Status of an Entity or its Shareholders”, prescribes how an entity should account for the current and deferred tax consequences of a change in tax status of entities or its shareholders.

Sebagaimana dinyatakan dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SE-BI) No. 11/33/DPNP tanggal 8 Desember 2009, untuk penerapan pertama awal PSAK No. 50 dan No. 55 (Revisi 2006), Bank akan mengikuti/menerapkan ketentuan transisi penurunan nilai atas kredit yang digolongkan secara kolektif dengan menggunakan estimasi yang didasarkan pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai Penilaian Kualitas Aset Bank Umum. Sesuai dengan SE-BI tersebut ketentuan transisi penurunan nilai atas kredit secara kolektif dapat diterapkan paling lambat sampai dengan tanggal 31 Desember 2011.

As stated in Bank Indonesia’s Circular Letter (SE-BI) No. 11/33/DPNP dated December 8, 2009, for initial implementation of PSAK No. 50 and No. 55 (Revised 2006), the Bank will implement the impairment policy transition for loans that are classified as collective using estimation by Bank Indonesia regulation concerning Asset Quality Ratings for Commercial Bank. In accordance with that SE-BI, the collective loan impairment policy transition is implemented at the latest as of December 31, 2011.

Bank sedang dalam proses menganalisis dampak yang akan ditimbulkan dari penerapan standar-standar dan interpretasi akuntansi baru lainnya.

The Bank is in the process of analyzing the impact of other new accounting standard and interpretations.

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

108

46. REKLASIFIKASI AKUN 46. RECLASSIFICATION OF ACCOUNTS

Beberapa akun dalam laporan keuangan tanggal 31 Desember 2010 telah direklasifikasi agar sesuai dengan laporan keuangan tanggal 31 Desember 2011.

Certain accounts in the December 31, 2010 financal statements have been reclassified to conform with the presentation of the financial statements as of December 31, 2011.

Sebelum Setelah reklasifikasi/ reklasifikasi/ Before Reklasifikasi/ After Keterangan/Description reclassification Reclassification reclassification

PENDAPATAN BUNGA / INTEREST INCOME Beban umum dan administrasi/ General and administrative expenses 83.767.448 (7.599.351 ) 76.168.097 Beban bunga/Interest expense 204.453.927 7.599.351 212.053.278

47. PENYAJIAN KEMBALI LAPORAN KEUANGAN 47. RESTATEMENT OF FINANCIAL STATEMENTS

Seperti dijelaskan di dalam Catatan 2b, laporan keuangan untuk tanggal dan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 disajikan kembali dari jumlah yang dilaporkan terdahulu karena adanya perubahan kebijakan akuntansi atas cadangan kerugian penurunan nilai atas komitmen dan kontijensi

As discussed in Note 2b, the financial statements as of and for the year ended December 31, 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 have been restated from the amounts previously reported due to change of accounting policy for allowance for impairment losses on commitments and contingencies

2010

Dilaporkan Sebelumnya/ Disajikan As Previously Kembali/ Reported As Restated

ASET ASSETS Aset pajak tangguhan 2.670.165 1.307.172 Deferred tax assets LIABILITAS LIABILITIES Allowance for impairment Cadangan kerugian penurunan nilai losses on commitments atas komitmen dan kontinjensi 5.507.078 - and contingencies EKUITAS EQUITY Saldo laba Retained earnings Tidak ditentukan penggunaannya 225.814.908 229.958.994 Unappropriated PENDAPATAN (BEBAN) INCOME (EXPENSES) Pendapatan transaksi devisa 4.532.928 4.531.630 Gain of foreign exchanges Impairment losses on Beban kerugian penurunan nilai commitments and atas komitmen dan kontinjensi (4.929.236) - contingencies expense Penghasilan pajak - pajak tangguhan 1.767.659 448.891 Tax income - deferred tax

The original financial statements included herein are in the Indonesian language.

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 dan 1 Januari 2010/31 Desember 2009 dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2011 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2010 (Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN Tbk NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2011 With Comparative Figures for 2010 and January 1, 2010/December 31, 2009 and For The Year Ended December 31, 2011 With Comparative Figures For 2010 (Expressed in thousand of Rupiah, unless otherwise stated)

109

47. PENYAJIAN KEMBALI LAPORAN KEUANGAN (lanjutan)

47. RESTATEMENT OF FINANCIAL STATEMENTS (continued)

1 Januari 2010/31 Desember 2009 January 1, 2010/December 31, 2009

Dilaporkan Sebelumnya/ Disajikan As Previously Kembali/ Reported As Restated

ASET ASSETS Aset pajak tangguhan 902.505 858.281 Deferred tax assets LIABILITAS LIABILITIES Cadangan kerugian penurunan nilai Allowance for impairment losses on atas komitmen dan kontinjensi 579.140 - commitments and contingencies EKUITAS EQUITY Saldo laba Retained earnings Tidak ditentukan penggunaannya 181.279.475 181.814.391 Unappropriated

48. PENYAJIAN KEMBALI ATAS LAPORAN ARUS KAS TAHUN 2010

48. RESTATEMENT OF 2010 STATEMENTS OF CASH FLOWS

Komponen dari kas dan setara kas telah diubah seperti dijelaskan dalam Catatan 2a. Oleh karenanya, laporan arus kas komparatif untuk tahun berakhir 31 Desember 2010 telah disajikan kembali sebagai berikut:

The components of cash and cash equivalents have been changed as discussed in Note 2a. Accordingly, the comparative statements of cash flows for the year ended December 31, 2010 had been restated as follows:

Sesuai yang Setelah dilaporkan Disajikan disajikan sebelumnya/ kembali/ kembali/ As reported Restatements As restated

Kas bersih digunakan untuk Net cash used in operation kegiatan operasi (243.587.860) 357.729.160 115.141.300 activities Kas bersih diperoleh dari Net cash provided by kegiatan investasi 284.881.556 (199.785.414) 85.096.142 investing activities Kenaikan (penurunan) bersih Net decrease in cash and kas dan setara kas 41.293.696 158.943.747 200.237.443 cash equivalents Kas dan setara kas pada Cash and cash equivalent at awal tahun 464.798.935 528.595.863 993.394.798 the beginning of year Kas dan setara kas pada Cash and cash equivalent at akhir tahun 506.092.631 687.539.610 1.193.632.241 the end of year

49. PERSETUJUAN LAPORAN KEUANGAN 49. APPROVAL AND AUTHORIZATION TO ISSUE

THE FINANCIAL STATEMENTS

Laporan keuangan telah disetujui oleh Direksi untuk diterbitkan pada tanggal 9 Maret 2012.

The issuance of financial statements were approved and authorized by the Board of Directors as of March 9, 2012.