laporan satelit gizbur2013

55
LAPORAN PROGRAM TATALAKSANA BALITA GIZI BURUK SATELIT GIZI PUSKESMAS NGEMPLAK I Disusun Oleh : dr. Bheti Yuliana Fitrianingsih Cahyaningtyas Triwinarni, Amd Ernaning Septiastuti, S.SiT Budi Setyati, AMK Isro’in Budi H, Amd. Keb 2012

Upload: septinaayusamsiati

Post on 21-Nov-2015

28 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan pelayanan gizi buruk

TRANSCRIPT

LAPORAN PROGRAMTATALAKSANA BALITA GIZI BURUKSATELIT GIZI PUSKESMAS NGEMPLAK I

Disusun Oleh :dr. Bheti Yuliana FitrianingsihCahyaningtyas Triwinarni, AmdErnaning Septiastuti, S.SiTBudi Setyati, AMKIsroin Budi H, Amd. Keb

2012

Daftar Isi

I. Pendahuluan1a. Kebijakan Tata Laksana Gizi Buruk 1b. Pembentukan dan Pengelolaan Satelit Gizi di Kabupaten Sleman2II. Perencanaan Kegiatana. Nama Kegiatanb. Tujuan Kegiatanc. Sasaran Kegiatand. Bentuk Kegiatane. Jadwal Kegiatanf. Pembiayaan

III. Hasil Kegiatana. Deskripsi Balita Sasaran dan Penapisan Faktor Risiko Gizi Burukb. Catatan Perkembangan Medis Balita Gizi Burukc. Asuhan Gizi Balita Gizi Burukd. Asuhan Keperawatan Balita Gizi Buruke. Asuhan PHBS Balita Gizi Burukf. Deteksi Stimulasi Tumbuh Kembang Balita Gizi Buruk

IV. Pembahasan

V. Kesimpulan dan Sarana. Kesimpulanb. Saran

BAB IPENDAHULUAN

I. Kebijakan Tata Laksana Gizi BurukSebagai negara berkembang, Indonesia masih menghadapi pelbagai masalah kesehatan. Salah satunya adalah masalah kurang gizi. Timbulnya masalah kurang gizi pada anak dipengaruhi status gizi ibunya, serta mempengaruhi status gizi pada usia dewasa (inter-generation impact of malnutrition). Kurangnya konsumsi makanan & penyakit infeksi merupakan penyebab langsung, kemiskinan dan pendidikan yang rendah sebagai masalah utama yang harus ditanggulangi (Unicef, 1998).Gizi Kurang & gizi buruk merupakan 54% underlying factor dari kematian bayi & anak. Cacat bawaan dan kelainan congenital cenderung sebagai underlying factor anak menjadi gizi buruk. Hasil pengamatan di sarana pelayanan kesehatan di antaranya: penyakit jantung bawaan, hydrocephalus, Cereberal Palsy, Labio/palato schisis (Bibir Sumbing), Thalasemia, Tumor atau keganasan. Serta adanya gagal tumbuh (failure to thrive) pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Indonesia mengalami masalah gizi ganda yaitu gizi kurang meliputi Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Gangguan kurang zat gizi mikro; dan masalah gizi lebih. Prevalensi gizi kurang - gizi buruk berdasar Riskesdas 2007 adalah sbb. Prevalensi nasional gizi kurang dan gizi buruk (BB/U) 18,4% Prevalensi nasional gizi kurang dan gizi buruk (BB/TB) 13,6% Ada 44 kab/kota dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk (BB/U) > 30%. Ada 10 kab/kota dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk (BB/TB) > 30%.NAD: Nagan Raya, Aceh UtaraSumut: Tapanuli SelatanSumbar: Solok SelatanNTT: Manggarai Kalteng: Seruyan Maluku: Seram bagian barat, BuruMaluku Utara: Halmahera SelatanPapua: Asmat 83 kab/kota dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk (BB/TB) > 20%.Sedangkan prevalensi Gizi Lebih adalah sbb. Dewasa IMT (> 27 kg/m) 11,1% ( 30 kg/m) 3,9% (Survei IMT tahun 1997) Dewasa IMT (25-27 kg/m) 8,8% (> 27 kg/m) 10,3% (Riskesdas 2007) Balita BB/U (>+2SD) : 2,46% (2003)Kebijakan Pemerintah dalam menanggulangi gizi buruk dituangkan dalam Sasaran Pembangunan Kesehatan RPJMN 2010-2014 Menurunkan prevalensi gizi kurang dari 18.4% menjadi setinggi-tingginya 15% Menurunkan prevalensi balita pendek dari 36.8% menjadi setinggi-tingginya 32% SPM bidang kesehatan di kab/kota sesuai dengan PERMENKES 741/PER/MENKES/VII/2008 Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin: 100% (tahun 2010) Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan: 100% (2010)Manajemen Kasus dilakukan dengan TERAPI GIZI yang dilaksanakan di Puskesmas s/d rumah sakit serta rujukannya dengan memberikan tindakan, perawatan dan pengobatan dari berbagai disiplin ilmu secara komprehensif mengarah ke pelayanan gizi paripurna (Tim Asuhan Gizi) meliputi: Penyuluhan (Health Promotion) Perlindungan Khusus (Specific Protection) Deteksi Dini (Early Detection) Pengobatan Segera (Prompt Treatment) Mencegah Kecacatan(Disability Limitation) Rehabilitasi (Rehabilitation)

Kebijakan Teknis Pembinaan Gizi Masyarakat 2010-2014 1. Memperkuat peran masyarakat dlm pembinaan gizi masyarakat melalui Posyandu.2. Memberlakukan standar pertumbuhan anak Indonesia.3. Menerapkan standar pemberian makanan bagi bayi & anak.4. Meneruskan suplementasi gizi pada balita, remaja, ibu hamil dan ibu nifas serta fortifikasi makanan.5. PMT pemulihan diberikan pada anak gizi kurang dan ibu hamil miskin dan KEK.6. Perawatan gizi buruk dilaksanakan dengan pendekatan rawat inap di Puskesmas perawatan, RS & Pusat Pemulihan Gizi (TFC) maupun rawat jalan di Puskesmas & Pos Pemulihan Gizi (CFC).7. Memperkuat surveilans gizi nasional.

Penanggulangan gizi buruk (WHO/UNICEF/SCN, 2005) terdiri dari Facility based dan community basedFacility based adalah perawatan Gizi Buruk dengan komplikasi dirawat-inap di fasilitas kesehatan (Puskesmas perawatan, TFC, RS); dilakukan perawatan dan pengobatan sesuai Tatalaksana Anak Gizi Buruk sesuai dengan 10 langkah dalam Tatalaksana Anak Gizi Buruk dan Penanganan 5 kondisi klinis (Kondisi I-V) sesuai dengan tanda bahaya. Penanganan Gizi Buruk di Community Based atau /Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM) adalah perawatan bagi Gizi Buruk tanpa komplikasi di community based tanpa rawat-inap. Dilakukan rawat jalan dengan kegiatan pemeriksaan kesehatan, pemberian makanan & konseling gizi. Dengan tenaga pelaksana: tenaga kesehatan & masyarakat (kader). Untuk pelayanan anak gizi buruk yang dikelola oleh tenaga kesehatan dengan melibatkan peran serta masyarakat dibentuklah Pos Pemulihan Gizi (PPG). PPG dilihat dari fungsinya sebagai perawatan dan pengobatan anak gizi buruk di suatu tempat/ ruangan khusus, dimana ibu ikut serta merawat anaknya secara intensif. PPG dapat dikembangkan dengan membuat bangunan khusus atau memanfaatkan RS/ Puskesmas Perawatan. Pemda Kab/kota bertanggung jawab untuk tenaga, sarana, prasarana dan biaya operasional. Dinas Kesehatan Kab/kota bertanggung jawab pada peningkatan kualitas pelayanan dalam hal perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.Prasyarat dibentukny Pos Pemulihan Gizi : 1. Global Acute Malnutrition (GAM): Jumlah balita BB/TB atau BB/PB 20% 2. GAM > 10 19,9 % + accurating factors Catatan: Balita gizi buruk/sangat kurus (BB/TB-PB < - 3 SD) Balita gizi kurang/kurus (BB/TB-PB > - 3 SD < - 2 SD) Kebutuhan tenaga untuk pengelolaaan Pos Pemulihan Gizi dgn kapasitas 20 tempat Tidur adalah sbb. Dokter 1 orang, Perawat (D3, SPK) 4 orang, Ahli Gizi (D3) 1 orang, Tenaga Pemasak 1 orang. Kegiatan PPG meliputi : 1. Pelayanan medis 2. Pelayanan Keperawatan 3. Pelayanan dan konseling gizi 4. Pendidikan kesehatan dan gizi 5. Rujukan ke posyandu/ puskesmas pembantu/ puskesmas/ rumah sakit 6. Stimulasi pertumbuhan 7. Pencatatan dan pelaporan 8. Monitoring dan evaluasi Peranan Tim Dukungan Gizi: Doktermenentukan diagnosis, melakukan tindakan,pengobatan dan tindak lanjut Perawat/ bidan memberikan asuhan keperawatan Nutrisionis menyediakan makanan, melakukan konseling gizi baik di rumah sakit /puskesmas.

Pencegahan dan tata laksana gizi buruk telah diintegrasikan secara lintas sektoral sbb.

Untuk deteksi dan penentuan tata laksana gizi buruk, dimulai dari unit kesehatan paling kecil dengan memberdayakan Poskesdes, Pustu, Polindes dengan alur sbb.

II. Pembentukan Satelit Gizi Buruk di Kabupaten Sleman.Sejalan dengan arahan Kementrian Kesehatan mengenai Tata Laksana Gizi Buruk, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mencoba mengembangkan Pos Pemulihan Gizi atau Therapeutic Feeding Centre (TFC). Untuk mempermudah pengelolaan, diintegrasikan kepada 4 Puskesmas dengan Tempat Perawatan; yakni Puskesmas Mlati II, Minggir, Kalasan, dan Puskesmas Ngemplak I.Untuk pengelolaan TFC telah dilatih pula Tim Asuhan Gizi yang terdiri dari dokter, perawat, dan nutrisionis yang dalam pelaksanaannya bekerja sama dengan unit terkait di UPT setempat.Berikut alur pelayanan di satelit gizi buruk; dalam hal ini Puskesmas dengan Tempat Perawatan.

BAB II PERENCANAAN KEGIATAN

a. Nama KegiatanPenanganan Balita Gizi Buruk di Satelit Gizi Puskesmas Ngemplak I dengan Pemberian Makanan Tambahan dan Vitamin selama 90 hari.b. Tujuan Kegiatana. Tujuan Umum : Menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk b. Tujuan Khusus: i. Mencegah kematian anak (Case Fatality Rate/CFR)ii. Mencegah gangguan tumbuh kembang berkelanjutan (growth faltering)iii. Mencapai garis pertumbuhan anak (growth trajectory) c. Sasaran KegiatanBalita sasaran kegiatan dikirimkan oleh 6 puskesmas sesuai rayon sbb.i. Puskesmas Ngemplak Iii. Puskesmas Ngemplak IIiii. Puskesmas Ngaglik Iiv. Puskesmas Ngaglik IIv. Puskesmas Pakemvi. Puskesmas Cangkringan. Pemilihan balita gizi buruk dalam program ini dilakukan oleh nutrisionis tiap Puskesmas dengan mengacu pada kriteria WHO sbb.i. Anak Gizi Buruk (BB/TB-PB