laporan praktek apk (modul 4)-analisa beban kerja ergonomis

Upload: rudini-mulya

Post on 03-Apr-2018

299 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    1/23

    LAPORAN PRAKTIKUM

    ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA

    MODUL 4

    BEBAN KERJA

    DISUSUN OLEH:

    KELOMPOK V

    Rudini Mulya (41610010035)

    Zamaludin (41610010014)

    Stefany Soegianto (41610010042)

    Novian (41610010034)

    Azis Muksin Ardiansyah (41610010015)

    Ihsan Maulana (41610010010)

    PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS MERCUBUANA

    JAKARTA

    2013

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    2/23

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena berkat

    rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kelompok kami bisa menyusun dan menyajikan laporan

    praktikum Analisis dan Perancangan Kerja (APK) ini dengan baik hingga akhir

    penyusunanya. Praktikum ini merupakan suatu lagka awal bagi mahasiswa untuk semaking

    mengenal bagaimana proses dalam analisis dan perancangan kerja yang baik dalam suatu

    pekerjaan yang dihadapi.

    Dengan penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini sudalah merupakan

    suatu optimalisasi dengan pertimbangan akan singkatnya waktu dan kemauan keras. Namun,

    masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan Kritik serta Saran

    yang membangun guna menjadikan bahan acuan dalam penulisan tugas-tugas yang

    selanjutnya.

    Akhir kata semoga penyusunan laporan praktikum Analisis dan Perancangan Kerja

    ini bisa berguna bagi semua pembaca, yang dengan senang meluangkan waktunya untuk

    membaca laporan praktikum ini.

    Jakarta, 10 Juni,2013

    Kelompok V

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    3/23

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    4/23

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang Pelaksanaan Praktikum

    Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas kerja sehari-hari. Adanya massa otot

    yang bobotnya hampir lebih dari separuh barat tubuh, memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan

    tubuh dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan disatu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan

    peningkatan prestasi. Di pihak lain , dengan pekerjaan berarti tubuh akan menerima beban dari luar

    tubuhnya. Dengan kata lain bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban

    tersebut dapat berupa beban fisik maupun beban mental.

    Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja diterima oleh seseorang harus sesuai atau

    seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang

    menerima beban tersebut. Menurut Sumamur (1984) bahwa kemampuan kerja seorang tenaga kerja

    berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkatan keterampilan, kesegaran

    jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh dari pekerjaan yang bersangkutan.

    Berdasarkan alasan diatas maka untuk melangkapi teori yang sudah didapat dan lebih memahami

    mengenai konsep-konsep, prinsip- prinsip dan teknik dalam Analisa dan Perancangan Kerja

    khususnya Beban Kerja maka kami melaksanakan praktikum ini. Diharapkan dengan praktimum ini

    kami dapat meningkatkan pemahaman dan pengembangan ilmu Analisa dan Perancangan Kerja dan

    kelak dapat dipraktikan dilingkungan kerja perusahaan.

    1.2Batasan Masalah

    Untuk membatasi praktikum ini agar lebih terfokus maka kami hanya melakukan praktikum

    terbatas pada pengukuran beban kerja melalui kelelahan fisik maupun mental

    1.3Tujuan Praktikum

    Adapun tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut :

    1. Mampu menggunakan dan mengetahui alat pengukur kelelahan

    2. Mampu menghitung konsumsi energi, heart rate saat sebelum bekerja dan sesudah bekerja

    3. Mampu merancang simulasi kelelahan dengan menggunakan treadmill

    4. Mampu mengukur kelelahan menggunakan reaction time

    5. Mampu mengolah dan menganalisis hubungan antara kelelahan dan dampaknya

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    5/23

    1.4Alat dan Bahan yang Digunakan

    Untuk menunjang pelaksanaan praktikum, maka digunakan beberapa alat dan bahan, adapun alat dan

    bahan nya adalah sebagai berikut :

    1. Tread mill automatic speed

    2. 1 set reaction time

    3. Stopwatch

    4. Lembar pengambilan data

    5. Alat tulis

    1.5Pelaksanaan Praktikum

    Praktikum Analisa dan Perancangan Kerja yang mempelajari tentang Beban Kerja dilaksakan

    pada :

    Hari : Rabu, 15 Mei 2013

    Jam : 14.00 s/d 16.00 WIB

    Tempat : Ruang D-207

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    6/23

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Pengertian Beban Kerja

    Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas kerja sehari-hari. Adanya

    massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh barat tubuh, memungkinkan kita untuk

    dapat menggerakkan tubuh dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan disatu pihak mempunyai

    arti penting bagi kemajuan dan peningkatan prestasi. Di pihak lain , dengan pekerjaan

    berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain bahwa setiap

    pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban

    fisik maupun beban mental.

    Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja diterima oleh seseorang harus sesuai

    atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan

    manusia yang menerima beban tersebut. Menurut Sumamur (1984) bahwa kemampuan

    kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung

    dari tingkatan keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan

    ukuran tubuh dari pekerjaan yang bersangkutan.

    Beban kerja oleh karena faktor eksternal

    Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja.

    Yang termasuk beban kerja eksternal adalah tugas (task) itu sendiri, organisasi dan

    lingkungan kerja, ketiga aspek ini sering disebut sebagai stressor.

    - Tugas-tugas yang dilakukan baik yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, sikap kerja,

    beban yang diangkat-angkut, peralatan , sarana informasi dll. Sedangkan tugas-

    tugas yang bersifat mental , seperti tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab

    terhadap pekerjaan , dll.

    - Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja, seperti lamanya waktu

    kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, model struktur organisasi, sistem

    pelimpahan tugas dan wewenang , dll.

    - Lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan kepada pekerja adalah ;

    * lingkungan kerja fisik, seperti intensitas penerangan, kebisingan, temperatur

    ruangan, getaran , dll. * lingkungan kerja kimiawi, seperti debu, gas-gas pencemar

    udara, uap logam, dll. * lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus, jamur, parasit

    dll. * lingkungan kerja psikologis, seperti pemilihan dan penempatan tenaga kerja,

    hubungan antara pekerja dengan pekerja, atasan dan bawahan, dll.

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    7/23

    Beban kerja oleh karena faktor internal

    Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri

    sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal

    sebagai strain . Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif.

    Penilaian secara objektif , yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis. Sedangkan penilaian

    subjektif dapat dilakukan secara subjektif berkaitan erat dengan harapan, keinginan,

    kepuasan dll. Secara lebih ringkas faktor internal meliputi ; faktor somatis ( jenis kelamin,

    umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi ) , faktor psikis ( motivasi, persepsi,

    kepercayaan, keinginan, kepuasan dll. ).

    2.2. Penilaian Beban Kerja Fisik dan Beban Kerja Mental

    A.Beban Kerja Fisik

    Menurut Astrand & Rodahl (1977) bahwa penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan

    dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode tidak

    langsung. Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang dikeluarkan

    melalui asupan oksigen selama bekerja. Meskipun metode dengan menggunakan asupan

    oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan

    diperlukan peralatan yang cukup mahal. Sedangkan metode pengukuran tidak langsung

    adalah dengan menghitung denyut nadi selama kerja. Kemudian Konz (1996)

    mengemukakan bahwa denyut jantung adalah suatu alat estimasi laju metabolisme yang

    baik, kecuali dalam keadaan emosi. Katagori berat, ringan nya beban kerja didasarkan pada

    metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung.

    Tabel 1. Katagori Beban Kerja

    Katagori beban kerja Konsumsioksigen(l/min)

    Vestilasiparu

    (l/min)

    Suhu rektal( C )

    Denyutjantung

    (denyut/min)

    Ringan

    Sedang

    Berat

    Sangat berat

    Sangat beratsekali

    0,5 1,0

    1,0 1,5

    1,5 2,0

    2,0 2,5

    2,5 4,0

    11 20

    20 31

    31 43

    43 56

    60 100

    37,5

    37,5 38,0

    38,0 38,5

    38,5 39,0

    > 39

    75 100

    100 125

    125 150

    150 175

    > 175

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    8/23

    Sumber : Chris tensen (1996 )

    Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat digunakan

    untuk penentuan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas

    pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan. Semakin

    berat beban kerja maka semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tampa

    kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.

    Salah satu kebutuhan utama dalam pergerakan otot adalah kebutuhan akan oksigen

    yang dibawa oleh darah ke otot untuk pembekaran zat dalam menghasilkan energi.

    Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan oleh tubuh untuk bekerja merupakan salah

    satu indikator pembebanan selama bekerja. Dengan demikian setiap aktivitas pekerjaan

    memerlukan energi yang dihasilkan dari proses pembakaran. Semakin berat pekerjaan yang

    dilakukan maka akan semakin besar pula energi yang dikeluarkan. Berdasarkan hal tersebut

    maka besarnya jumlah kebutuhan kalori dapat digunakan sebagai petunjuk untuk

    menentukan berat ringannya beban kerja.

    Berkaitan hal tersebut , menurut Kepmennaker (1999), menetapkan kategori beban kerja

    menurut kebutuhan kalori sebagai berikut :

    Beban kerja ringan : 100 200 kilo kalori / jam

    Beban kerja sedang : > 200 350 kilo kalori / jam

    Beban kerja berat : > 350 500 kilo kalori / jam

    Kebutuhan kalori dapat dinyatakan dalam kalori yang dapat diukur secara tidak langsung

    dengan menentukan kebutuhan oksigen. . Komsumsi energi diukur dalam satuan Watt, 1

    Watt = 1 Joule/detik, untuk konversi satuan energi setiap kebutuhan 1 liter oksigen akan

    memberikan 4,8 kilo kalori energi yang setara dengan 20 KJ. Dalam satuan SI didapat 1 kilo

    kalori = 4,2 kilojoule (KJ).

    Konsumsi energi merupakan faktor utama dan tolak ukur yang dipakai sebagai penentu

    besar/ringannya kerja fisik dilaksanakan. Proses Metabolisme merupakan fasa yang penting

    sebagai penghasil energi yang diperlukan untuk kerja fisik. Besarnya energi yang dihasilkan

    / dikonsumsi dinyatakan dalam satuan kilo kalori(Kcal). Untuk kegiatan dengan klasifikasi

    ringan (berjalan, berdiri/duduk, berpakaian) memerlukkan tambahan kalori kerja 600-

    700Kcal/24 jam . Standar untuk energi Kerja 5.2 Kcal/menit adalah energi maksimum

    yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan fisik sedang secara terus-menerus

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    9/23

    usia (tahun) Persentase Kemampuan (%)

    20 - 30 100%

    40 96%

    50 96%

    60 90%

    65 75%

    Tabel 2. Kebutuhan kalori perjam menurut janis aktivitas

    No. Jenis Aktivitas

    Kilo Kalori/jam/kg

    Berat Badan

    1.

    2.

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    21

    Tidur

    Duduk dalam keadaan istirahat

    Membaca dengan intonasi keras

    Berdiri dalam keadaan tenang

    Menjahit dengan tangan

    Berdiri dengan konsentrasi terhadap suatu objek

    Berpakaian

    Menyanyi

    Menjahit dengan mesin

    Mengetik

    Menyetrika (berat setrika +- 2,5 kg)

    Mencuci peralatan dapur

    Menyapu lantai dengan kecepatan +- 38 kali permenit.

    Menjilid buku

    Pelatihan ringan

    Jalan ringan dengan kecepatan +-3,9 km/jam

    Pekerjaan kayu, logam dan pengecetan dalam industri

    Pelatihan sedang

    Jalan agak cepat dengan kecepatan +-5,6 km/jam

    Jalan turun tangga

    Pekerjaan tukang batu

    0,98

    1,43

    1,50

    1,50

    1,59

    1,63

    1,69

    1,74

    1,93

    2,00

    2,06

    2,06

    2,41

    2,43

    2,43

    2,86

    3,43

    4,14

    4,28

    5,20

    5,71

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    10/23

    22

    23

    24

    25

    26

    27

    28

    Pelatihan berat

    Pekerjaan kayu secara manual

    Berenang

    Lari dengan kecepatan +-8 km/jam

    Pelatihan sangat berat

    Jalan sangat cepat dengan kecepatan +-8 km/jam

    Jalan naik tangga

    6,43

    6,86

    7,14

    8,14

    8,57

    9,28

    15,80

    Kebutuhan kalori perjam tersebut merupakan pemenuhan kebutuhan kalori terhadap

    energi yang dikeluarkan akibat beban kerja utama. Sehingga masih diperlukan tambahan

    kalori apabila terdapat beban kerja tambahan seperti , suhu lingkungan yang panas dan

    lain-lain.

    Menurut Grandjean (1993) bahwa kebutuhan kalori seorang pekerja selama 24 jam

    sehari ditentukan oleh tiga hal :

    1. Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal .

    Metabolisme basal adalah konsumsi energi secara konstan pada saat istirahat dengan

    perut dalam keadaan kosong, yang mana tergantung pada ukuran berat badan dan

    jenis kelamin

    Dimana seorang laki-laki dewasa memerlukan kalori untuk metabolisme basal +- 100 kilo

    Joule(23,87 kilo kalori) per 24 jam kg-BB. Sedangkan seorang wanita dewasa

    memerlukan kalori untuk metabolisme basal +- 98 kilo Joule(23,39 kilo kalori) per 24

    jam kg-BB. Contoh seorang laki-laki dewasa dengan berat badan 60 kg akan

    memerlukan kalori untuk metabolisme basal sebesar +- 6000 kilo Joule(1432 kilo kalori)

    per 24 jam.

    2. Kebutuhan kalori untuk kerja.

    Kebutuhan kalori untuk kerja sangat ditentukan dengan jenis aktivitas kerja yang

    dilakukan atau berat ringannya pekerjaan.

    3. Kebutuhan kalori untuk aktivitas lain diluar jam kerja.

    Rerata-rata kebutuhan kalori untuk aktivitas lain diluar jam kerja adalah +- 2400 kilo

    Joule(573 kilo kalori) untuk seorang laki-laki dewasa dan sebesar +- 2000 - 2400 kilo

    Joule(477- 425 kilo kalori) per hari untuk wanita dewasa.

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    11/23

    Beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kilo kalori yang dikonsumsi,

    tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dan beban statis yang diterima serta

    tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan denyut nadi.

    Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah dan dapat digunakan untuk

    menghitung indeks beban kerja. Dan salah satu cara yang sederhana untuk menghitung

    denyut nadi adalah dengan merasakan denyutan pada arteri radialis dipergelangan tangan.

    Denyut nadi untuk mengistimasi indeks beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yang

    didefinisikan oleh Grandjean (1993) :

    1. Denyut nadi istirahat : adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai

    2. Denyut nadi kerja : adalah rerata denyut nadi selama bekerja

    3. Nadi kerja : adalah selisih antara Denyut nadi istirahat dan Denyut nadi kerja

    B. Beban Kerja Mental

    Selain beban kerja fisik , beban kerja yang bersifat mental harus pula dinilai. Namun

    demikian penilaian beban kerja mental tidaklah semudah menilai beban kerja fisik.

    Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh. Secara

    fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan sehingga

    kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga lebih rendah. Pada hal secara moral dan

    tanggung jawab, aktivitas mental jelas lebih berat dibandingkan dengan aktivitas fisik,

    karena lebih melibatkan kerja otak ( white-collar) dari pada kerja otot( Blue-collar). Dewasa

    ini aktivitas mental lebih banyak didominasi oleh pekerja-pekerja kantor, supervisor dan

    pimpinan sebagai pengambil keputusan dengan tanggung jawab yang lebih besar. Menurut

    Grandjean (1993) setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur persepsi, interpretasi

    dan proses mental dari suatu informasi yang diterima oleh organ sensor untuk diambil suatu

    keputusan atau proses mengingat informasi yang lampau. Yang menjadi masalah pada

    manusia adalah kemampuan untuk memanggil kembali atau mengingat informasi yang

    disimpan. Proses mengingat kembali ini sebagian besar menjadi masalah bagi orang tua.

    Seperti kita tahu bahwa orang tua kebanyakan mengalami penurunan daya ingat. Dengan

    demikian penilaian beban kerja mental lebih tepat menggunakan penilaian terhadap tingkat

    ketelitian, kecepatan maupun konstansi kerja . Sedangkan jenis pekerjaan yang lebih

    memerlukan kesiapsiagaan tinggi seperti petugas air traffic controllers di Bandara udara

    adalah sangat berhubungan dengan pekerjaan mental yang memerlukan konsentrasi tinggi.

    Semakin lama orang berkonsentrasi maka akan semakin berkurang tingkat

    kesiapsiagaannya. Maka uji yang lebih tepat untuk menilai kesiapsiagaan tinggi adalah tes

    waktu reaksi . Dimana waktu reaksi sering dapat digunakan sebagai cara untuk menilai

    kemampuan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan mental.

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    12/23

    2.3. Pengetian Kelelahan

    Kelelahan bagi setiap orang lebih bersifat subjektif karena terkait dengan perasaan.

    Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai dengan penurunan efisiensi dan ketahanan

    dalam bekerja.

    Istilah kelelahan biasanya menunjukan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu,

    tetapi semuanya bermuara kepada penurunan efisiensi dan terjadinya penurunan vitalitas

    dan produktivitas kerja akibat faktor pekerjaan. Kelelahan merupakan suatu pola yang timbul

    pada suatu keadaan yang secara umum terjadi pada setiap individu . Gejala kelelahan

    kerja adalah adanya perasaan lelah, penurunan kesiagaan, persepsi yang lambat dan

    lemah disamping penurunan kerja fisik dan mental.

    Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum.

    Kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot (perasaan nyeri pada otot). Sedangkan

    kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerjayang

    disebabkan karena monotoni, intensitas, lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-

    sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi ( Grandjean, 1993). Byrd dan Moore

    (1986) menyatakan bahwa penurunan produktivitas kerja pada pekerja terutama oleh

    adanya kelelahan kerja . ILO (1983) mengutarakan bahwa faktor yang mempengaruhi

    terjadinya kelelahan kerja adalah adanya monotoni pekerjaan ; adanya intensitas dan durasikerja mental dan fisik yang tidak proporsional; faktor lingkungan kerja, cuaca dan

    kebisingan; faktor mental seperti tanggung jawab, ketegangan dan adanya konflik-konflik;

    serta adanya penyakit-penyakit, kesakitan dan nutrisi yang tidak memadai.

    Faktor penyebab terjadinya kelelahan akibat kerja

    Grandjean (1991 ) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di

    industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara/ mempertahankan kesehatan dan

    efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan (cancel out the stress). Penyegaran

    terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja

    juga dapat memberikan penyegaran.

    Kelelahan yang disebabkan oleh karena kerja statis berbeda dengan kerja dinamis.

    Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan maksimum otot

    hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan tenaga < 20% kerja fisik

    dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot statis sebesar 15-20% akan

    menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan berlangsung sepanjang hari. Astrand &Rodahl (1977) berpendapat bahwa kerja dapat dipertahankan beberapa jam per hari tanpa

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    13/23

    gejala kelelahan jika tenaga yang dikerahkan tidak melebihi 8% dari maksimum tenaga otot.

    Lebih lanjut Suma'mur (1982); Grandjean (1993), juga menyatakan bahwa kerja otot statis

    merupakan kerja berat (Strenous), kemudian mereka membandingkan antara kerja otot statis dan

    dinamis. Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot statis mempunyai konsumsi energi lebih tinggi,

    denyut nadi meningkat dan diperlukan waktu istirahat yang lebih lama. Waters & Bhattacharya

    (1996), berpendapat agak lain, bahwa kontraksi otot baik statis maupun dinamis dapat menyebabkan

    kelelahan otot setempat. Kelelahan tersebut terjadi pada waktu ketahanan (Endurance time) otot

    terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot sebagai

    suatu prosentase tenaga maksimum yang dapat dicapai oleh otot. Kemudian pada saat kebutuhan

    metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja,

    maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi. Sedangkan Annis &

    McConville (1996) berpendapat bahwa saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui

    kapasitas energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga

    kelelahan seluruh badan terjadi. Kemudian mereka merekomendasikan bahwa, penggunaan energi tidak

    melebihi 50% dari tenaga aerobik maksimum untuk kerja 1 jam; 40% untuk kerja 2 jam dan 33% untuk

    kerja 8 jam terus menerus. Nilai tersebut didesain untuk mencegah kelelahan yang dipercaya

    dapat meningkatkan resiko cedera otot pada tenaga kerja.

    Untuk mengurangi tingkat kelelahan maka harus dihindarkan sikap kerja yang bersifat statis dan

    diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah sikap kerja yang statis

    menjadi sikap kerja yang lebih bervariasi atau dinamis, sehingga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjalan

    normal ke seluruh anggota tubuh. Sedangkan untuk menilai tingkat kelelahan seseorang dapat

    dilakukan pengukuran kelelahan secara tidak langsung baik secara objektif maupun subjektif.

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    14/23

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Dalam praktikum Beban Kerja, kami mengukur beban kerja baik fisik maupun mental.

    Berikut langkah-langkah/prosedur praktikum yang kami lakukan :

    1. Untuk mengukur beban kerja fisik, kami mengatur kecepatan treadmill dengan speed 2

    2. Kemudian operator mulai berjalan diatas treadmill dengan waktu yang telah ditentukan

    3. Pengukur mencatat HR, konsumsi energi, dan distance lalu mengukur reaction time nya

    4. Kami mengulang langkah-langkah diatas dengan kecepatan yang berbeda yaitu dengan speed

    3 dan 5

    5. Untuk beban kerja mental kami menggunakan alat reaction time. Dengan cara kerja sebagai

    berikut :

    Operator : menekan tombol secara acak selama 5 menit

    Responden : menekan tombol sesuai dengan task

    Pencatat : mencatat wakt respon di layar display RT

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    15/23

    BAB IV

    ANALISIS DATA

    BEBAN KERJA FISIK

    Nama / NIM : Rafli / 41610010018

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Usia : 20 tahun

    Berat Badan : 76 kg

    SpeedTime

    (sec)

    Distance Energy PulseRest

    (min)

    2

    10 - 0,1 131

    9,47

    30 0,01 0,5 136

    60 0,03 1 126

    120 0,06 2 132

    180 0,09 3 127

    360 0,19 5,9 110

    3

    60 0,04 1,5 112

    7,23

    120 0,09 2,9 114

    180 0,14 4,4 108

    360 0,29 8,9 115

    420 0,34 10,4 109

    480 0,39 11,9 112

    5

    20 0,01 0,7 93

    -

    40 0,04 1,6 111

    60 0,06 2,4 127

    120 0,15 4,8 130

    180 0,23 7,3 133

    360 0,48 14,8 121

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    16/23

    Nama / NIM : Paulus F. Pake / 41610010004

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Usia : 25 tahun

    Berat Badan : 64 kg

    SpeedTime

    (sec)Distance Energy Pulse

    Rest

    (min)

    2

    10 - 0,1 89

    9,1

    30 0,01 0,5 109

    60 0,03 1 103

    120 0,06 2 101

    180 0,09 2,9 117

    360 0,19 5,9 122

    3

    60 0,05 1,3 103

    7,23

    120 0,09 3 118

    180 0,14 4,4 103

    360 0,29 8,9 103

    420 0,34 10,4 108

    480 0,39 11,9 107

    5

    20 0,02 0,8 93

    -

    40 0,05 1,6 105

    60 0,08 2,5 100

    120 0,16 5 110

    180 0,24 7,4 102

    360 0,49 14,9 102

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    17/23

    PERHITUNGAN

    Orang Pertama (Rafli)

    1. Denyut nadi

    Max HR = 220age

    = 22020

    = 200 bpm

    HR = 206(0,62 x age)

    = 206(0,62 x 20)

    = 20612,4 = 193,6

    Workload

    Heart Rate

    (bpm)

    Light -90

    Moderate 90 - 100

    Heavy 110 - 130

    Very Heavy 130 - 150

    Extremely Heavy 150 - 170

    2. Konsumsi Energi

    SPEED 2

    E-cost = -1967 + 8,58HR + 25,1HT + 4,5A7,47RHR + 67,8G

    =-1967 + 8,58 . 127 + 25,1 . 69,7 + 4,5 . 20 -7,47 . 64 + 67,8 . 0

    = -1967 + 1089,66 + 1749,47 + 90478,08

    = 484,05 watt = 6,92 kkal/min

    SPEED 3

    E-cost = -1967 + 8,58HR + 25,1HT + 4,5A7,47RHR + 67,8G

    =-1967 + 8,58 . 112 + 25,1 . 69,7 + 4,5 . 20 -7,47 . 64 + 67,8 . 0

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    18/23

    = -1967 + 960,96 + 1749,47 + 90478,08

    = 355,35 watt = 5,08 kkal/min

    SPEED 5

    E-cost = -1967 + 8,58HR + 25,1HT + 4,5A7,47RHR + 67,8G

    =-1967 + 8,58 . 119 + 25,1 . 69,7 + 4,5 . 20 -7,47 . 64 + 67,8 . 0

    = -1967 + 1021,02 + 1749,47 + 90478,08

    = 415,41 watt = 5,94 kkal/min

    Kategori

    Pekerjaan Pengeluaran Energi (kkal/menit)Light < 2,5

    Moderate 2,5 - 5

    Heavy 5 - 7,5

    Very Heavy 7,5 - 10

    Extremely Heavy > 10

    3. Physical Activity Rasio (PAR)

    LightLess than 3x resting energy

    Orang Kedua (Paulus)

    1. Denyut nadi

    Max HR = 220age

    = 22022

    = 198 bpm

    HR = 206(0,62 x age)

    = 206(0,62 x 22)

    = 20613,64 = 192,36

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    19/23

    Workload

    Heart Rate

    (bpm)

    Light -90

    Moderate 90 - 100

    Heavy 110 - 130

    Very Heavy 130 - 150

    Extremely Heavy 150 - 170

    2. Konsumsi Energi

    SPEED 2

    E-cost = -1967 + 8,58HR + 25,1HT + 4,5A7,47RHR + 67,8G

    =-1967 + 8,58 . 107 + 25,1 . 66,92 + 4,5 . 22 -7,47 . 68 + 67,8 . 0

    = -1967 + 918,06 + 1679,69 + 99507,96

    = 221,79 watt = 3,17 kkal/min

    SPEED 3

    E-cost = -1967 + 8,58HR + 25,1HT + 4,5A7,47RHR + 67,8G

    =-1967 + 8,58 . 107 + 25,1 . 66,92 + 4,5 . 22 -7,47 . 68 + 67,8 . 0

    = -1967 + 918,06 + 1679,69 + 99507,96

    = 221,79 watt = 3,17 kkal/min

    SPEED 5

    E-cost = -1967 + 8,58HR + 25,1HT + 4,5A7,47RHR + 67,8G

    =-1967 + 8,58 . 102 + 25,1 . 66,92 + 4,5 . 22 -7,47 . 68 + 67,8 . 0

    = -1967 + 875,16 + 1679,69 + 99507,96

    = 178,89 watt = 2,55 kkal/min

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    20/23

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    21/23

    = ( ) = ,

    SESUDAH MELAKUKAN PEKERJAAN

    TOMBOL B C D E F

    Waktu

    (detik

    x100)

    33 26 40 53 45

    52 38 36 57 28

    25 37 83 46 11

    34 30 82 109 48

    23 49 39 43 37

    32 33 24 38 41

    31 38 41 43 49

    17 31 36 45 38

    61 23 36 59 3122 46 39 97 34

    44 26 36 100 110

    25 28 71 52 7

    30 42 60 7

    35 45 45 40

    30 59 38 10

    26 41 45 5

    42 54 59

    28 52 4

    35 32 59

    42

    44

    30

    33

    11

    28

    TOTAL 520 405 855 1068 851

    RATA-

    RATA 32,5 33,75 45 56,21 65,46

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    22/23

    = = = ,

    = ( ) = ,

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Apk (Modul 4)-Analisa Beban Kerja Ergonomis.

    23/23

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan bahwa :

    1. Kelelahan Fisik dapat menghambat terselesaikan nya suatu pekerjaan

    2. Beban kerja yang berlebihan dapat mempercepat terjadinya kelelahan fisik

    3. Berdasarkan percobaan sensor cahaya mendapatkan respon lebih cepat dibanding sensor

    suara

    4. Kecepatan respon setelah melakukan pekerjaan lebih cepat dibanding sebelum melakukan

    pekerjaan, hal ini berbanding terbalik dengan teori yang ada. Hal tersebut dapat disebabkan

    diantaranya karena pada awal melakukan percobaan, operator belum terbiasa dengan alat

    yang ada

    5.2 Saran

    Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, kami ingin memberikan saran kepada pihak yang

    terkait dengan praktikum Analisa dan Perancangan Kerja, yaitu:

    1. Penjelasan mengenai modul agar lebih mendalam

    2. Penggunaan waktu praktikum agar dapat lebih efisien