laporan kunjungan kerja panitia kerja komisi v … filen a m a fraksi jabatan 1 a-271 h. muhidin...
TRANSCRIPT
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA
PANITIA KERJA KOMISI V DPR-RI KE ITALIA
DALAM RANGKA PEMBAHASAN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG
RUMAH SUSUN
TANGGAL 26-30 OKTOBER 2010
I. PENDAHULUAN
A Dasar Hukum
1. Pasal 20, Pasal 20 A, dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
3. Keputusan DPR-RI Nomor 01/DPR RI/I/2009-2014 tentang Peraturan
Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;
4. Keputusan rapat intern Komisi V DPR-RI tanggal 29 September 2010
tentang pembahasan Rancangan Undang-Undang usul inisiatif tentang
Rumah susun akan didahului dengan melakukan kunjungan ke luar
negeri;
5. Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Nomor: PW.01/8086/DPR-RI/VII/2010 tentang Persetujuan
Permohonan Izin Kunjungan Kerja Luar Negeri Komisi V DPR-RI dalam
rangka pembahasan Rancangan Undang-Undang usul inisiatif tentang
Rumah Susun.
2
B. Susunan Anggota Delegasi
Adapun delegasi Panitia Kerja Komisi V DPR-RI yang ikut serta dalam
Kunjungan Kerja ke Italia tanggal 26-30 Oktober 2010 adalah sebagai
berikut:
NO. NO.
ANGG N A M A FRAKSI JABATAN
1 A-271 H. MUHIDIN MOHAMAD
SAID, SE, MBA
F-PG PIMPINAN
DELEGASI
2 A-144 DRA. YASTI SOEPREDJO
MOKOAGOW
FPAN PIMPINAN
DELEGASI
3 A-446 USMAWARNIE PETER F-PD ANGGOTA
DELEGASI
4 A-504 IR. SUTARIP TULIS
WIDODO
F-PD ANGGOTA
DELEGASI
5 A-198 Drs. H. RISWAN TONY DK F-PG ANGGOTA
DELEGASI
6 A-226 Ir. H. EKO SARJONO
PUTRO, MM
F-PG ANGGOTA
DELEGASI
7 A-261 Drs. H. ROEM KONO F-PG ANGGOTA
DELEGASI
8 A-337 IRVANSYAH, SIP F-PDIP ANGGOTA
DELEGASI
9 A-399 HJ. SADARESTUWATI,
SP., M.MA
F-PDIP ANGGOTA
DELEGASI
10 A-113 H. A. BAKRI HM., SE F-PAN ANGGOTA
DELEGASI
11 A-128 IR. SUNARTOYO F-PAN ANGGOTA
DELEGASI
3
C. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan kunjungan kerja Panitia Kerja RUU Rumah
Susun Ke Italia adalah untuk mengetahui, mempelajari, mendapatkan
data dan informasi, mencari contoh, perbandingan, serta memperoleh
penjelasan secara langsung mengenai bagaimana pengaturan, kebijakan,
dan pelaksanaan mengenai perumahan dan Rumah Susun di negara
tersebut, dalam rangka mencari masukan sebagai bahan dalam
pembahasan RUU tentang Rumah Susun nantinya.
Beberapa masukan diharapkan diperoleh melalui kegiatan:
1. membuka akses, khususnya akses langsung untuk kerjasama di
bidang perumahan dan rumah susun dengan negara-negara tujuan,
yaitu Italia;
2. melakukan pengamatan dan mempelajari pengalaman dari negara
tujuan, khususnya terkait dengan permasalahan, formulasi kebijakan,
dan strategi dalam perumahan dan rumah susun; dan
3. memfasiltasi dan membuka kesempatan kerjasama dengan tujuan
untuk memperkuat dan memformulasi masukan bagi pembahasan
RUU Rumah Susun.
12 A-51 DRS. CHAIRUL ANWAR,
APT
F-PKS ANGGOTA
DELEGASI
13 A-284 CAPT. H.M. EPYARDI
ASDA, M.MAR
F-PPP ANGGOTA
DELEGASI
14 A-159 H. IMAM NAHRAWI, S.Ag F-PKB ANGGOTA
DELEGASI
15 A-22 GUNADI IBRAHIM F-
GERINDRA
ANGGOTA
DELEGASI
SEKRETARIAT
16 AAN YULIANINGSIH, S.Sos SEKRETARIAT
17 RICKO WAHYUDI, S.H. LEGAL DRAFTER
4
C. Waktu dan Lokasi
Waktu kunjungan kerja ke negara Italia diselenggarakan pada tanggal
26-30 Oktober 2010. Adapun pelaksanaan kunjungan kerja tersebut,
adalah:
1. Pertemuan dengan Duta Besar Rl beserta staf telah berlangsung pada
tanggal 27 Oktober 2010, bertempat di Wisma Indonesia. Pertemuan
dihadiri oleh seluruh Home Staff KBRI Roma. Pada kesempatan
tersebut Duta Besar Rl telah menjelaskan secara singkat mengenai
perkembangan hubungan bilateral Rl -Italia serta sekilas mengenai
masalah social housing di Italia.
2. Pertemuan dengan Komisi VIII Senat Italia, yang
menangani masalah tingkungan, infrastruktur dan transportasi
berlangsung pada tanggal 28 Oktober 2010 bertempat di Ruang
Komisi VIII Senat Italia. Pertemuan dihadiri oleh Ketua Komisi VIII
Senat Italia, Dr. Luigi Grille dan dihadiri oleh 15 orang Senator dari
Komisi VIII. Dalam pertemuan tersebut hadir pula Ketua Komisi XIII
Senat Italia, Dr. Antonio D'Ali.
3. Pertemuan dengan Komisi VIII Chamber of Deputies Italia yang
menangani masalah Itngkungan, infrastruktur dan transportasi
berlangsung pada tanggal 28 Oktober 2010 bertempat di Ruang
Komisi VIII Chamber of Deputies. Pertemuan dihadiri oleh Ketua
Komisi VIII Chamber of Deputies, Dr. Angelo Alessandri beserta 5
orang anggota Komisi VIII Chamber of Deputies.
4. Pertemuan dengan Kementerian Infrastruktur Italia berlangsung pada
tanggal 29 Oktober 2010 bertempat di Kementerian Infrastruktur
Italia. Pertemuan dihadiri oleh Direktur Jenderal Housing Policies
Kementerian Infrastruktur Italia, Dr. Marcello Arredi dengan
didampingi oteh Direktur Illegal Practices, Dssa Gabriella Bagala dan
Direkur Experimental Sector, Ing. Ruopoli.
5. Pada tanggal 30 Oktober 2010, Delegasi Komisi V DPR Rl telah
mengadakan kunjungan lapangan ke Distrik Statedra di Milan, yaitu
lokasi pembangunan social housing di Milan Delegasi diterima dan
didampingi oleh Pejabat dari ALER, suatu lembaga yang dibentuk oleh
Pemerintah Daerah Lombardy yang menangani masalah social
housing.
5
II. PROFILE NEGARA ITALIA
A. UMUM
Nama Negara: Republik Italia
Ibu kota: Roma (2,8 juta jiwa penduduk)
Penduduk Negara: 60 juta (2009) dengan kontraksi sebesar -
0,05% dan kepadatan 196,1 orang per
km2.
Luas wilayah: 301.338 km2 (termasuk P. Sicilia 25.707
km2 dan P. Sardenia 24.089 km2, tetapi
tidak termasuk negara kecil San Marino dan
Vatikan yang terletak di Italia tengah)
Pulau: Sisilia 25.707 km2, Pulau Sardenia 24.089
km2. Terdapat pula pulau-pulau kecil
lainnya disepanjang garis pantai
semenanjung Italia.
Batas Negara: Sebelah utara dengan Swiss, Austria, dan
Slovenia; sebelah barat dengan Perancis
dan Laut Tyrhenia; sebelah Selatan dengan
Laut Mediterania; dan sebelah timur dengan
Laut Adreatik.
Kota-kota penting: Milan, Napoli dan Torino
Bahasa resmi: Italia
Suku bangsa: Italia (sekelompok kecil Jerman, Perancis
dan Slovenia-Italia di wilayah utara dan
Albania-Italia serta Yunani-Italia di wilayah
selatan).
Agama: Katolik Roma 90% (10% penganut
Protestan, Yahudi dan Islam). Penganut
Islam sekitar 1 juta (3% penduduk asli)
Hari Nasional: 2 Juni 1946
Lagu Kebangsaan: Fratelli D'Italia (Saudara Italia)
6
Bendera: Hijau, Putih, dan Merah (vertikal)
Keanggotaan
Pada Organisasi
Internasional
Utama: PBB, NATO, Uni Eropa, dan G8 (Italia sebagai
Presiden thn 2009)
Mata uang: Euro (€)
B. PEMERINTAHAN DAN POLITIK
Bentuk negara: Republik
Konstitusi: Konstitusi tahun 1948
1. Parlemen
Terdiri atas dua kamar (bicameral) yaitu:
Senat (Senato della Repubblica) beranggotakan 315 senator. Ketua
Senat sekarang adalah Renato Schifani (Popolo della Liberta) yang
terpilih 29 April 2008.
7
Majelis Rendah (Camera dei Deputati) beranggotakan 630 orang.
Ketua Majelis Rendah sekarang adalah : Gianfranco Fini (Popolo della
Liberta) yang terpilih pada 30 April 2008.Kedua kamar tersebut memiliki
masa bakti selama 5 tahun.
2. Kepala Negara
Presiden Republik (Presidente della Repubblica) dengan masa jabatan 7
tahun dipilih melalui pemungutan suara oleh anggota-anggota Senat,
Majelis Rendah dan wakil-wakil Dewan Wilayah. Presiden memilih
Perdana Menteri, namun tidak memiliki kekuasaan eksekutif. Presiden
saat ini adalah Giorgio Napolitano terpilih 15 Mei 2006.
3. Kepala Pemerintahan
Perdana Menteri (Presidente del Consiglio dei Ministri - Ketua Dewan
Menteri) diminta membentuk Kabinet (formatur) oleh Presiden setelah
berkonsultasi dengan Ketua Partai Politik, mantan Presiden, dan Ketua
Parlemen. Dalam waktu kurang dari 10 hari, susunan pemerintahan
baru harus diajukan ke Parlemen untuk mendapat dukungan suara
dalam pemilihan terbuka. Perdana Menteri saat ini adalah Silvio
Berlusconi terpilih pada tanggal 15 Mei 2008.
4. Pemilihan Umum
Pemilihan umum berazas proporsional untuk memilih anggota Majelis
Rendah dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Pemilu terakhir dilaksanakan
13-14 April 2008.
5. Koalisi Politik dan Partai
Partai-partai utama yang terwakili di parlemen adalah:
a. Pemerintah: Partai-partai Tengah Kanan, koalisi dari Popolo
della Liberta (PDL), Lega Nord (LN) dan Movement
for Autonomy (MpA).
b. Oposisi: Partai-partai Tengah Kiri, koalisi dari Partito
Democratico (PD) dan Italia dei Valori (IDV)
c. Di luar koalisi: di atas yaitu Unione di Centro (UdC).
8
6. Pemerintahan Daerah
Italia mendesentralisasikan sebagian wewenang pemerintahan pusat
kepada 3 tingkatan daerah administratif yaitu: wilayah (regione),
propinsi (provincia) dan kotamadia (comune). Italia terdiri dari 20
wilayah, termasuk 5 wilayah otonomi; yaitu Abruzzo, Basilicata,
Calabria, Campania, Emilia Romagna, Friuli-Venezia Giulia, Lazio, Liguria,
Lombardia, Marche, Molise, piemonte, Puglia, Sardenia, Sicilia, Toscana,
Trentino-Alto Adige, Umbria, Valle d’Aosta dan Veneto.
7. Politik Dalam Negeri
PM Silvio Berlusconi memfokuskan pemerintahnya pada penyelesaian
masalah-masalah dalam negeri yang dialami Italia akhir-akhir ini.
Dengan kabinet yang ramping dan didominasi oleh koalisi Popolo della
Liberta, Pemerintahan PM Berlusconi cenderung lebih stabil daripada
Pemerintahan sebelumnya di bawah PM Romano Prodi. Mitra Koalisi PDL,
yaitu LN memiliki peran yang lebih besar sebagai akibat kemenangannya
di pemilu regional bulan April 2010
Pemerintah PM Berlusconi mengambil kebijakan yang keras terhadap
imigran, termasuk dari negara UE lainnya. Pemerintah menganggap
imigran sebagai pihak yang bertanggung jawab atas berbagai tindak
kekerasan dalam masyarakat sehingga pergerakan imigran – terutama
dari Afrika dan Asia – perlu dibatasi atau kalau perlu dihentikan. Menteri
Luar Negeri Franco Frattini pada Mei 2008 menyatakan perlunya
memikirkan kembali kebijakan-kebijakan Italia yang memberikan
kebebasan bagi warga negara UE untuk tinggal di Italia.
Kebijakan ini berpotensi meningkatkan ketegangan hubungan antara
Italia dengan Komisi UE mengingat kebijakan tersebut bertentangan
dengan hak mendasar warga UE yaitu people movement. Akhir-akhir ini,
sentimen negatif terhadap warga Muslim yang tinggal di Italia juga
berkecenderungan meningkat.
8. Politik Luar Negeri
Secara umum, kebijakan luar negeri Italia untuk Asia di bawah
pemerintah PM Silvio Berlusconi masih meneruskan kebijakan
pemerintah sebelumnya, yang menempatkan Asia sebagai kawasan
prioritas bagi hubungan luar negeri Italia. Italia memandang Indonesia
sebagai negara yang berhasil mengkombinasikan Islam dengan
9
demokrasi. Jumlah penduduk dan kekuatan ekonomi yang besar dinilai
sebagai potensi bagi pengembangan kerjasama bilateral. Italia juga
memandang bahwa hubungan persahabatan Italia-Indonesia yang
selama ini berjalan dengan baik merupakan modal bagi kerjasama di
masa mendatang. Italia menegaskan bahwa perhatian negara tersebut
terhadap Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu.
C. EKONOMI
1. Perekonomian Umum
Ekonomi Italia sebagian besar ditopang oleh manufaktur barang-
barang konsumen berkualitas tinggi yang diproduksi oleh industri dan
perusahaan-perusahaan swasta skala kecil dan menengah berbasiskan
teknologi canggih (misalnya industri mesin, plastik dan karet). Lokasi
geografis bisnis dimaksud di wilayah Utara dan Barat Laut Italia
mempermudah upaya pengembangang dengan para mitra negara-
negara Eropa lainnya.
Sedangkan di wilayah bagian selatan – terutama di Napoli, Bari, dan
Brindisi – tersebar industri makanan dan tekstil/pakaian (yaitu,
industri yang bergantung pada sektor pertanian). Di pulau Sicilia
berkembang industri produk untuk perumahan. Sementara di pulau
Sardinia berkembang selain industri makanan, produk perumahan juga
tekstil/pakaian.
Kalangan pengusaha imigran yang saat ini memiliki jaringan bisnis
yang cukup luas, berpotensi menjadi salah satu sumber kekuatan
ekonomi Italia. Imigran yang berjumlah sekitar 3.5 juta memberikan
kontribusi sebesar 9.2% pada GDP Italia dan remittance yang dikirim
ke negara asal mencapai €6 miliar tahun 2007.
Perusahaan imigran, yang kebanyakan bergerak di bidang usaha kecil
dan menengah (UKM) menciptakan lebih dari 500.000 lapangan kerja.
Oleh karena itu, Pemerintah Italia mulai menyadari akan pentingnya
pengelolaan secara tepat masalah integrasi penduduk imigran di Italia.
10
2. Data Umum Ekonomi
GDP: US$ 2,118 bilyar (2009)
GDP per capita: US$ 35.435 (2009)
Pertumbuhan GDP: -1% (2008); perkiraan -5,1% (2009)
dan 0,2% (perkiraan 2010)
Tingkat Inflasi: 0,8% (2009); perkiraan 1,5%
(2010).
Angkatan Kerja: 25,09 juta (2008)
Angka Pengangguran: 7,8% (2009); 8,4% (Juli 2010)
Kekayaan alam: Ikan, bahan kimia dan gas bumi
Produk Pertanian: Gandum, beras, anggur, zaitun,
jeruk, kentang, gula bit, kedelai,
daging sapi dan produk susu.
Industri: Pariwisata, mesin, besi dan baja,
kimia, pengolahan pangan, tekstil,
kendaraan bermotor, baju, sepatu dan
keramik.
Ekspor: US$ 546,9 milyar f.o.b. (2008); US$
412,4 milyar (2009) dan US$ 448,1
milyar (perkiraan 2010)
Komoditi ekspor: aksesoris kendaraan, obat-obatan,
kendaraan bermotor, alas kaki, suku
cadang kendaraan.
Negara tujuan ekspor: Jerman 12,8%, Perancis 11,2%,
Spanyol 6,5%, AS 6,3%, dan Inggris
5,3% (2008). Dominasi kelima negara
bertahan sampai pada data terakhir
Mei 2009.
Impor: US$ 546,9 milyar f.o.b. (2008);
perkiraan US$ 410,1 (2009) dan US$
443,9 (perkiraan 2010).
Negara asal impor : Jerman 16,7%,
11
Perancis 9,0%, China 6,7%, Belanda
5,4%, Belgia 4,5%, Spanyol 4,2%,
dan Inggris 3,5%.
Komoditi impor : Kendaraan bermotor, obat-obatan,
aksesoris kendaraan, perangkat
telefon.
3. Perkembangan Terakhir
Perekonomian Italia pada saat ini sedang mengalami dampak dari krisis
keuangan global yang sedang terjadi. Walaupun Pemerintah PM
Berlusconi pada awal krisis keuangan global terjadi merasa optimis
bahwa perekonomian Italia akan immune terhadap imbas krisis dan
dampak negatif yang akan dialami akan sangat minim, namun data-data
ekonomi yang dikeluarkan baik oleh Bank Central Italia maupun Bank
Central Eropa menunjukkan bahwa perekonomian Italia mengalami
resesi pada tahun ini; dan akan berlanjut beberapa tahun ke depan.
Bahkan sejumlah analis menyebutkan bahwa resesi di Italia yang akan
terjadi adalah resesi terburuk sejak tahun 1975.
Perihal utang (public debt) Italia yang tergolong besar diantara negara-
negara Uni Eropa lainnya (yaitu, jumlah hutang ketiga terbesar setelah
Amerika Serikat dan Jepang), Komisi Eropa telah memberikan batas
waktu bagi Italia sampai akhir 2012 untuk mengurangi defisit
anggarannya sehingga mencapai tingkat 3% sebagaimana diwajibkan
oleh Stability and Growth Pact Uni Eropa. Salah satu alasan dari
besarnya utang adalah tingginya bunga atas utang itu. Sedangkan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah merupakan beban tambahan
dalam melakukan penyesuaian anggaran.
Utang Italia mencapai 114,6% dari GDP di tahun 2009; diperkirakan
mencapai 120% di tahun 2010; dan 117,8% di tahun 2011. Sedangkan
defisit anggaran mencapai 5,3% di tahun 2009, diperkirakan 5,3% di
tahun 2010; serta 5,1% di tahun 2011.
12
D. SEKILAS TENTANG PERUMAHAH UMUM DI ITALIA
1. Perumahan Umum di Italia
Misi utama perumahan umum di Italia adalah untuk memberikan
tempat tinggal bagi warga Italia miskin dan kelas menengah
melalui cara penyewaan atau kepemilikan.
Sebelum tahun 1970, sektor perumahanan umum masih
merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat dan otonomi daerah
sangat terbatas. Reformasi tahun 1970 tetah memberikan otonomi
daerah yang luas bagi tiap provinsi untuk mengatur arah
kebijakan, tujuan, keuangan, dan modalitas, terkait perumahan
umum.
Terdapat tiga penyedia perumahan umum, yaitu sektor publik,
sektor koperasi, dan sektor swasta. Sektor publik pada umumnya
dikelola oleh Pemerintah Daerah setempat atau Pemerintah Kota.
Sektor koperasi harus mendapatkan izin dan mengikuti peraturan
daerah lokasi dibangunnya rumah, sedangkan sektor swasta
beroperasi melalui tender publik.
Meskipun jumlah sektor swasta yang menyediakan perumahan
terus meningkat, Italia saat ini mengalami kekurangan perumahan
khususnya dan sektor publik. Jumlah perumahan umum saat ini
hanya mencakup 4-5% dari total perumahan di Italia yaitu kurang
dari 1 juta rumah.
2. Tren Pasar Perumahan Umum
Peningkatan permintaan penyewaan rumah telah disebabkan oleh
tingginya harga sewa dan juga ketertaatasan ketersediaan rumah.
Masalah ini dihadapi oleh mereka yang tidak memiliki rumah dan
tidak mampu untuk membeli rumah, serta mereka yang memiliki
rumah tetapi sangat kesulitan untuk merawat rumah tersebut.
75% warga yang menyewa rumah pada umumnya memiliki
pendapatan kurang dari €20.000 per tahun. Mereka yang tinggal
di kota besar mengeluarkan 50% dari pendapatan mereka untuk
menyewa rumah.
Tingginya biaya perawatan adalah masalah utama yang dihadapi
oleh para pemilik rumah, khususnya bagi para pensiunan yang
hanya mendapatkan kurang dari €500 per bulan.
13
Para penyedia perumahan pada umumnya lebih fokus kepada
pembangunan rumah susun dengan harga sewa yang stabil dan
murah. Dengan demikian, masyarakat akan mampu untuk tinggal
di rumah layak dengan harga sewa yang tidak terlalu mahal.
3. Perubahan demografi terhadap model perumahan
Tinggnya mobilitas, imigrasi, serta menurunnya jumlah keluarga
dan anggota keluarga, telah mendorong perubahan terhadap
model perumahan. Jumlah imigran di Italia saat ini mencapai lebih
dari 3 juta, dan 40% dari 8,4 juta warga Italia yang berumur 25-
34 tahun masih tinggal bersama orang tua. Pada tahun 2016,
jumlah warga di atas 64 tahun akan bertambah 20% menjadi 8-9
juta.
Perumahan yang dibangun tidak lagi hanya ditujukan untuk
keluarga tetapi juga untuk mereka yang masih sendiri, kalangan
muda, pelajar, dan lansia. Khusus untuk kaum lansia, konstruksi
rumah harus dilengkapi dengan fasilrtas teknis termasuk
kemudahan akses dan penggunaan teknologi domotic sesuai
dengan kondisi kesehatan dan pendapatan setiap penyewa,
Rumah untuk para imigran juga menjadi salah satu fokus dimana
para majikan yang mempekerjakan tenaga kerja juga memberikan
tempat tinggal bagi mereka yang sesuai dengan kebutuhan.
4. Kebijakan dalam pengembangan perumahan
Dana pembangunan perumahan yang baru pada umumnya
didapatkan dari penjualan perumahan yang telah dibangun
sebelumnya. Namun, rendahnya harga perumahan yang hanya
30% dari harga pasar sangat memberatkan pembangunan
perumahan baru. Hal ini berarti bahwa pembangunan perumahan
baru membutuhkan dana hasil dari penjualan tiga perumahan
sebelumnya.
Untuk menghadapi masalah tersebut, penyedia perumahan
melakukan diversifikasi usaha baik secara langsung maupun tidak
langsung yang dapat bersaing di pasaran melalui pendirian
perusahaan yang bergerak di bidang energi, jasa perencanaan,
manajemen kondominium, konstruksi rumah, dan aktifitas lainnya.
14
Penyedia perumahan terus mencari lokasi yang dapat
digunakan untuk pembangunan, khususnya di daerah-daerah
industri yang tidak lagi beroperasi. Selain perumahan, lokasi juga
dilengkapi dengan berbagai fasilitas jasa dan aktifitas ekonomis,
serta bantuan sosial dalam melakukan integrasi urban dan
meningkatkan partisipasi masyarakat.
III. LAPORAN PANITIA KERJA KOMISI V DPR RI KE ITALIA
Berikut merupakan laporan Panitia Kerja Kerja Komisi V DPR-RI dalam
rangka kunjungan kerja bagi pembahasan Rancangan Undang-Undang
tentang Rumah Susun ke Italia
1. Delegasi Komisi V DPR RI, yang terdiri dari 15 orang anggota Komisi V
DPR Rl, telah melakukan kunjungan kerja ke Italia, pada tanggal 27 - 31
Oktober 2010. Delegasi dipimpin oteh Muhidin Mohamad SE, MBA, dari
Partai Golkar. Maksud kunjungan adalah dalam rangka mencari masukan
dari pihak-pihak terkait di Italia terkait kebijakan Italia mengenai social
housing, sebagai bahan masukan dalam rangka penyusunan RUU Rumah
Susun.
2. Selama berada di Italia, Delegasi Komisi V DPR Rl telah melakukan
serangkaian pertemuan sebagai berikut:
a. Pertemuan dengan Duta Besar Rl beserta staf telah berlangsung pada
tanggal 27 Oktober 2010, bertempat di Wisma Indonesia. Pertemuan
dihadiri oleh seluruh Home Staff KBRI Roma. Pada kesempatan
tersebut Duta Besar Rl telah menjelaskan secara singkat mengenai
perkembangan hubungan bilateral Rl -Italia serta sekilas mengenai
masalah social housing di Italia.
b. Pertemuan dengan Komisi VIII Senat Italia, yang menangani
masalah lingkungan, infrastruktur dan transportasi berlangsung pada
tanggal 28 Oktober 2010 bertempat di Ruang Komisi VIII Senat Italia.
Pertemuan dihadiri oleh Ketua Komisi VIII Senat Italia, Dr. Luigi Grille
dan dihadiri oleh 15 orang Senator dari Komisi VIII. Dalam pertemuan
tersebut hadir pula Ketua Komisi XIII Senat Italia, Dr. Antonio D'Ali.
c. Pertemuan dengan Komisi VIII Chamber of Deputies Italia yang
menangani masalah lingkungan, infrastruktur dan transportasi
15
berlangsung pada tanggal 28 Oktober 2010 bertempat di Ruang
Komisi VIII Chamber of Deputies. Pertemuan dihadiri oleh Ketua
Komisi VIII Chamber of Deputies, Dr. Angelo Alessandri beserta 5
orang anggota Komisi VIII Chamber of Deputies.
d. Pertemuan dengan Kementerian Infrastruktur Italia berlangsung pada
tanggal 29 Oktober 2010 bertempat di Kementerian Infrastruktur
Italia. Pertemuan dihadiri oleh Direktur Jenderal Housing Policies
Kementerian Infrastruktur Italia, Dr. Marcello Arredi dengan
didampingi oteh Direktur Illegal Practices, Dssa Gabriella Bagala dan
Direkur Experimental Sector, Ing. Ruopoli.
3. Pada rangkaian pertemuan dengan counterpart di Italia, Ketua Komisi
VIII Senat Italia dan Chamber of Deputies serta Direktur Jenderal
Housing Policies Kementerian Infrastruktur Italia, masing-masing
telah menyampaikan simpati dan turut berbelasungkawa atas
jatuhnya korban bencana alam Tsunami di Mentawai dan Gunung Merapi
di Jawa Tengah. Dalam sambutannya, Ketua Delegasi Komisi V DPR Rl,
Muhidin Mohamad Said, SE, MBA menyampaikan terima kasih atas
pemyataan duka cita dan simpati yang diberikan.
4. Ketua Delegasi Komisi V DPR Rl telah menjelaskan maksud kunjungan,
yaitu dalam rangka mencari masukan terkait dengan social housing,
mengingat saat ini DPR Rl sedang membahas Rancangan Undang-undang
Tentang Rumah Susun. Oleh karena itu untuk penyelesaian
pembahasannya, Komisi V DPR Rl ingin mendapatkan masukan dari
pengalaman beberapa negara, termasuk dan pengalaman Italia.
5. Dari serangkaian pertemuan tersebut di atas, terkait dengan social
housing di Italia, Komisi V DPR Rl telah memperoleh penjelasan sebagai
berikut:
a. Masalah social housing di Italia merupakan kebijakan dasar
Pemerintah Italia. Kebijakan tersebut rnemiliki sejarah panjang.
Hingga saat ini sudah terdapat sebanyak 30 perundang-undangan
yang mengatur mengenai masalah social housing baik di tingkat pusat
maupun regional. Namun dirasakan bahwa legislasi yang ada masih
belum dapat menjawab tantangan yang dihadapi sehingga Italia
memerlukan adanya suatu policy yang lebih modern terkait dengan
social housing.
16
b. Kebijakan mengenai social housing di Italia diprioritaskan untuk
memenuhi basic needs. Dahulu masalah social housing ini merupakan
beban dari Pemerintah Pusat. Namun sejak tahun 1970-an,
masalah social housing ini telah didelegasikan kepada Pemerintah
Daerah (Pemerintah Regional). Negara hanya mengatur hal-hal yang
terkait dengan aturan-aturan umum (general rules). Disamping itu,
Pemerintah Pusat hanya melakukan kontrol apakah aturan-aturan
yang terkait dengan social housing tersebut telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang ada, termasuk dalam hal tata ruang.
c. Total penduduk Italia yang berjumlah 60 juta jiwa, lebih dari 80 %
nya sudah rnemiliki rumah dengan berbagai macam skema
kepemilikannya. 10 % masih menyewa dan sekitar 1 juta orang yang
tinggal pada social housing. Saat ini masih terdapat antara 1 sampai
2 juta orang yang masih perlu mendapatkan bantuan fasiiitas social
housing dan Pemerintah Italia.
d. Terkait dengan social housing, kebijakan utama diperuntukkan kepada
low income people dengan pola kepemilikan melalui social rental
housing. Kriteria untuk mendapatkan fasilitas social housing terkait
dengan income ceilings, daftar tunggu yang dimiliki oleh pemerintah
daerah dengan menekankan kepada skala prioritas.
e. Mekanisme pembiayaan, social housing di Italia dapat diperoleh
melalui fasilitas perbankan serta subsidi dari pemerintah pusat dan
pemerintah regional. Masalah pengelolaan social housing ini
melibatkan banyak institusi, yaitu municipality, perbankan, koperasi
serta pihak swasta lainnya. Mayoritas masyarakat Italia
mendapatkan kepemilikan social housing nya dengan
mendapatkan skema facilitated houses ownership dan kebijakan
mengenai social housing ini akan tetap diteruskan dan dikembangkan
oleh Italia.
f. Saat ini Italia telah melakukan revitalisasi mengenai kebijakan social
housing ini dan salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah
melalui kebijakan pembentukan National Fund sebesar € 1.900
milyar, yang memungkinkan masyarakat Italia untuk memperoleh
rumah yang terjangkau. Terkait dengan hal ini, masing-masing
municipality mendapatkan alokasi dana sebesar € 100 juta.
17
Pengelolaan untuk pembangunan social housing, 50% diupayakan
oleh pihak swasta dan 50 % didanai oleh pihak municipality.
g. Salah satu kebijakan yang dikembangkan di Italia adalah bahwa
pembangunan perumahan menerapkan konsep high quality housing
serta dengan menerapkan energy saving scheme.
h. Masalah social housing di Italia telah mendapatkan perhatian dari
Pemerintah sejak lebih dari 50 tahun lalu. Terkait dengan hal ini,
Pemerintah Lokal atau Pemerintah Daerah telah menginvestasikan
dana dalam jumlah yang sangat besar untuk pembangunan social
housing.
i. Pada awalnya pengembangan social housing di Italia adalah dengan
melakukan pengembangan ke daerah pinggiran sehingga
mempersempit lahan-lahan pertanian. Namun dengan semakin
berkembangnya pembangunan perumahan di perkotaan dan daerah
pinggiran maka febih dari 12,000 apartment yang tidak terjual
(unsold). Oleh karena itu, Italia akan memaksimalkan unsold
apartments untuk dapat dimasukkan ke dalam program social housing
sehingga masyarakat yang berpendapatan rendahpun mendapatkan
hak kepemilikan rumah.
j. Saat ini Pemerintah Italia telah menginvestasikan dana sebesar, € 1,5
milyar untuk pengembangan social housing. Mekanisme yang
digunakan untuk mendapatkan fasilitas social housing adalah dengan
cara pembebasan pajak bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah
sehingga marnpu membayar cicilan rurnah. Selain itu, kekurangannya
akan dibantu oleh negara.
k. Terkait dengan social housing, pemerintah regional dan pemerintah
provinsi serta pemerintah daerah masing-masing aktif menyusun
kebijakan terkait dengan social housing dan mengajukan anggaran
yang diperiukan kepada pemerintah propinsi dan pemerintah propinsi
ke pemerintah pusat. Kemudian anggaran tersebut di bahas di
Parlemen.
l. Terkait dengan masalah social housing ini, Pemerintah akan
melakukan intervensi dalam dua hal, yaitu yang menyangkut
masyarakat yang berpenghasilan sangat rendah (very low income
people) serta masyarakat yang berpenghasilan lebih baik, namun
18
tidak mampu untuk membeli rumah. Negara akan memberikan subsidi
kepada kedua kelompok masyarakat tersebut agar dapat membeli dan
memiliki rumah. Untuk kelompok yang kedua dapat memiliki rumah
melalui bantuan koperasi yang nantinya akan menjadi pemilik rumah
tersebut.
m. Pada tahun 2009, Pemerintah Italia telah mengeluarkan suatu sistim
baru, yaitu National Plan for Social Housing. Sistim yang digunakan
merupakan kombinasi sistim-sistim yang sudah ada selama ini. Melalui
sistim ini, Pemerintah mentransfer dana langsung kepada badan-
badan khusus di daerah yang bertanggung jawab mengenai masalah
social housing. Disamping itu, Pemerintah Pusat menyediakan dana
melalui National Fund dan Pemerintah Daerah pun menyediakan Local
Fund khusus untuk social housing.
n. Pemerintah juga membentuk Real Estate Fund. Melalui Real Estate
Fund ini, pihak swasta diberikan kesempatan untuk berpartisipasi
melakukan penyediaan social housing dengan bermitra kepada
pemerintah daerah. Dengan keikutsertaan saham pemerintah daerah
dalam pembangunan social housing maka memungkinkan masyarakat
kurang mampu untuk turut membeli rumah dan masa kontrak
umumnya selama 30 tahun.
6. Pada tanggal 30 Oktober 2010, Delegasi Komisi V DPR Rl telah
mengadakan kunjungan lapangan ke Distrik Statedra di Milan, yaitu
lokasi pembangunan social housing di Milan Delegasi diterima dan
didampingi oleh Pejabat dari ALER, suatu lembaga yang dibentuk oleh
Pemerintah Daerah Lombardy yang menangani masalah social housing.
Beberapa informasi yang diperoleh pada kunjungan tersebut adafah
sebagai berikut:
a. ALER Milano adalah perusahaan real estate terbesar di Eropa, yang
menangani pembangunan sebanyak 100.000 social housing dan
ditempati oleh sekitar 300.000 orang. ALER Milano telah ditunjuk oleh
Pemerintah Regional Lombardy, Propinsi Lombardy, municipalities dan
pihak-pihak terkaitnya lainnya yang terkait dengan yayasan social
housing untuk menangani pembangunan social housing di Milan.
b. Statedra District memiliki luas sebesar 52.000 m2 dengan jumlah
rumah untuk social housing sebanyak 1.500 rumah. Total investasi
yang dikeluarkan untuk proyek tersebut adalah sebesar € 42 juta.
19
c. Pembangunan yang dilakukan adalah dengan merestorasi bangunan-
bangunan lama atau melakukan pembangunan bangunan baru
Bangunan yang dibangun berkisar antara 37 - 60 m2, maksimum 2
kamar tidur. Harga sewa rata-rata untuk ukutan 37 m2 adalah
sebesar € 120 per bulan termasuk listrik, air dan gas.
d. Sedangkan bagi yang tinggal di Panti Jompo, keluarga atau yang
bersangkutan akan menanggung sebesar 50 % dari harga sewa, yaitu
sebesar € 1.000 per bulan, yang akan dibayar melalui pensiun yang
bersangkutan atau dibayar oleh anggota keluarganya. Sedangkan 50
% nya lagi akan disubsidi oleh Pemerintah Daerah atau municipalities.
e. Kunjungan diakhiri dengan peninjauan/inspeksi ke panti jompo serta
social housing untuk masyarakat tidak mampu.
IV. KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan kunjungan kerja yang dilakukan delegasi Panitia
Kerja Komisi V DPR-RI, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, untuk
memberikan masukan bagi pembahasan RUU Rumah Susun, yaitu:
1. Aspek kunci dari sektor perumahan rakyat di Itali adalah adanya
desentralisasi tanggung jawab dalam penyediaan perumahan kepada
setiap daerah. Sebelum tahun 1970, otonomi daerah sangatlah
terbatas, mengingat anggaran mereka sangatlah terbatas pada
kiriman dari pemerintah pusat. Sejak reformasi 1970 yang
merupakan titik balik yang sangat dratis, semua kompetensi telah
dikembalikan ke daerah-daerah, yang saat ini harus menentukan
sendiri tujuan kebijakan mereka terkait kegiatan, tujuan dan
pembiayaan dan menentukan modalitas untuk melakukan intervensi
ataupun memberikan bantuan.
2. Masalah social housing di Italia merupakan kebijakan dasar
Pemerintah Italia. Kebijakan tersebut rnemiliki sejarah panjang.
Hingga saat ini sudah terdapat sebanyak 30 perundang-undangan
yang mengatur mengenai masalah social housing baik di tingkat pusat
maupun regional. Namun dirasakan bahwa legislasi yang ada masih
belum dapat menjawab tantangan yang dihadapi sehingga Italia
20
memerlukan adanya suatu policy yang lebih modern terkait dengan
social housing.
3. Terdapat 3 jenis penyedia perumahan rakyat (social housing) yakni
pelaku sektor public, koperasi (kerjasama) dan pelaku sector swasta.
4. Kelangkaan perumahan yang terjangkau untuk disewa membuat
pemerintah mempertimbangkan dua kategori utama pemilik rumah;
yakni mereka yang tidak memilki rumah atau mereka yang akan
membutuhkan rumah tinggal dalam waktu dekat namun tidak mampu
menjangkau/mengakses perumahan karena harga pasar, dan mereka
yang saat ini sudah memiliki rumah tinggal sendiri tapi mengalami
kesulitan karena tingginya biaya penggunaan dan pemeliharaan atau
tingginya biaya pembayaran hipotek.
5. Terkait dengan social housing, pemerintah regional dan pemerintah
propinsi serta pemerintah daerah masing-masing aktif menyusun
kebijakan terkait dengan social housing dan mengajukan anggaran
yang diperiukan kepada pemerintah propinsi dan pemerintah propinsi
ke pemerintah pusat. Kemudian anggaran tersebut di bahas di
Parlemen.
6. Pada tahun 2009, Pemerintah Italia telah mengeluarkan suatu sistim
baru, yaitu National Plan for Social Housing. Sistim yang digunakan
merupakan kombinasi sistim-sistim yang sudah ada selama ini.
Melalui sistim ini, Pemerintah mentransfer dana langsung kepada
badan-badan khusus di daerah yang bertanggung jawab mengenai
masalah social housing. Disamping itu, Pemerintah Pusat
menyediakan dana melalui National Fund dan Pemerintah Daerah pun
menyediakan Local Fund khusus untuk social housing.
21
V. PENUTUP
Demikian laporan Kunjungan Kerja Panitia Kerja Komisi V DPR-RI
ke Italia yang dilaksanakan dari tanggal 26-30 Oktober 2010. Semoga
dapat memberikan wawasan, sumbangan pikiran, serta masukan yang
berharga bagi pembahasan RUU Rumah Susun.
Jakarta, November 2010
KETUA TIM KUNKER PANITIA KERJA
KOMISI V DPR-RI KE ITALIA
H. MUHIDIN MOHAMAD SAID, SE, MBA.
No. Anggota : A-271