laporan kanal 1

Upload: larossa-gamellia

Post on 16-Oct-2015

64 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMBUATAN LARUTAN STANDAR

Oleh:Larosa Nurfikri G26020212140089

Zaenab listiaraniK2E009008

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFIJURUSAN ILMU KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2013LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum: Pembuatan Larutan StandarNama Mahasiswa: Larosa Nurfikri GameliyaNIM: 26020212140089Jurusan/Program Studi: Ilmu Kelautan / Oseanografi

Mengetahui,Asisten Praktikan

(Zaenab listiarani )K2E009008

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis cuplikan material untuk mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya. Secara tradisional, kimia analitik dibagi menjadi dua jenis, kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu unsur atau senyawa kimia, baik organik maupun inorganik, sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu cuplikan. Kimia analitik modern dikategorisasikan melalui dua pendekatan, target dan metode. Berdasarkan targetnya, kimia analitik dapat dibagi menjadi kimia bioanalitik, analisis material, analisis kimia, analisis lingkungan, dan forensik. Berdasarkan metodenya, kimia analitik dapat dibagi menjadi spektroskopi, spektrometri massa, kromatografi dan elektroforesis, kristalografi, mikroskopi, dan elektrokimia.

Salah satu metode sederhana untuk menentukan zat organik dan anorganik secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu dengan metode Spektrofotometri Ultraviolet dan Sinar Tampak. Prinsip kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi oleh suatu larutan. Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan tabung foton hampa (Faisal, 2012 dalam Harini, 2012). Metode ini merupakan salah satu metode analisis modern dimana pada parktiknya menggunakan alat (instrument) berupa spektrofotometer (Harini, 2012).Proses pembuatan larutan dalam melakukan analisis kualitatif merupakan salah satu langkah awal dalam metode analisis kualitatif, baik larutan tersebut digunakan sebagai larutan standar maupun larutan sampel. Hal ini menjadi penting karena hampir seluruh analisis kuantitatif dikerjakan dalam sistem larutan. Baik metode analisis konvensional maupun metode analisis modern yang canggih sekalipun, tetap saja memerlukan proses pelarutan yang harus dikerjakan secara manual dan tepat. Di samping pembuatan larutan standar, preparasi larutan-larutan asam dan basa yang melalui tahap pengenceran juga akan tercakup dalam prosedur baku pembuatan larutan (Widodo dan Retno, 2010).

1.2 TujuanSetelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu:1. Membuat larutan kimia dengan berbagai konsentrasi untuk keperluan analisa dengan benar, tepat, dan teliti.1. Trampil menggunakan peralatan (glass ware) sesuai fungsinya untk keperluan analisa secara benar dan tepat.1. Mengenali dengan baik dan benar sifat-sifat senyawa kimia yang digunakan dalam praktikum.1. Mengantisipasi resiko yang terjadi pada saat praktikum menggunakan senyawa kimia tersebut.

1.3 Lokasi dan Waktu PenelitianHari, tanggal: Minggu, 6 Oktober 2013Waktu: 11.00 13.00 WIBLokasi: Laboratorium Kimia Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengenalan alat2.1.1. DesikatorDesikator merupakan wadah untuk mengeringkan suatu spesimen dan menjaganya dari kelembaban udara (Daintith, 1994 dalam Humaidah, 2011). Desikator sederhana laboratorium adalah wadah yang pada bagian dasarnya diisi dengan agen pengering seperti kalsium klorida anhydrous, silika gel, kalsium sulfat anhidrat atau bahan kimia pengering lainnya. Agen pengering tersebut telah diimpregnasi dengan garam kobal yang digunakan untuk indicator kapan suatu desikan harus diganti. Indicator tersebut adalah adanya perubahan warna dari biru menjadi merah muda (Widodo dan Retno, 2010).Sebuah desikator adalah sebuah wadah kaca tertutup yang dirancang untuk menyimpan obyek dalam suatu atmosfer kering. Bentuk lazim yang desikator (pola Scheibler) dipaparkan dalam gambar III.14 , baisanya desikator di isi dengan suatu bahan pengering, seperti kalsium, klorida anhidrat (biasa digunakan dalam tugas elementer), gel silica , alumina teraktifan, atau kalsium sulfat anhidrat (Drierite). Dapat diperoleh gel silica, alumina dan kasium (Basset, J, 1994).

Gambar 2.1 Typical Cylindrical DesiccatorSulfat yang telah menyerap suatu garam kobalt, sehingga mereka bersifat indicator : warna berubah dari biru ke merah muda bila pengering itu sudah mati. Bahan yagn sudah mati ini dapat dipulihkan dengan memanaskannya dalam suatu oven listrik pada 1501800 C (Gel silika); 2002300 C (Alumina teraktifan); 2302500 C (Drierite) dan karena itu akan memudahkan bila bahan pengering ini ditaruh dalam sebuat pinggan yang ditaruh pada dasar desikator, dan dapat diambil dengan mudah untuk dikeringkan bila diperlukan (Basset, J, 1994).EFFICIENCIES OF DESICCANTSDesiccantFormulaEquilibrium Atmos. Moisture (g H2O)

Magnesium Perchlorate, Anh.Mg(ClO4)20.2

"Anhydrone"Mg(ClO4)2.1-1.5H2O1.5

Barium OxideBaO2.8

AluminaAl2O32.9

Phosphorus PentoxideP4O103.6

Lithium Perchlorate, Anh.LiClO413

Calcium ChlorideCaCl267

"Drierite"CaSO467

Silica GelSiO270

"Ascarite"NaOH on asbestos93

Sodium HydroxideNaOH513

Barium PerchlorateBa(ClO4)2599

Calcium OxideCaO656

Magnesium OxideMgO753

Potassium HydroxideKOH939

2.1.2. Vacuum PumpVacuum pump atau yang lebih dikenal dengan pompa vakummerupakan perangkat yang menghilangkan molekul gas dari volume disegel dalam rangka untuk meninggalkan sebuah parsial vakum. Pompa vakum pertama kali ditemukan pada tahun 1650 oleh Otto von Guericke. Dan didahului dengan adanya pompa hisap akan tetapi telah tanggal pada jaman dahulu (Donald, 1996).Prosedur dalam laboratorium kimia organik yang umumnya memerlukan penurunan tekanan adalah penyaringan dengan saringan pengisap (filtration with suction) dan distilasi penurunan tekanan. Untuk pemakuman dalam prosedur-prosedur seperti itu digunakan aspirator air (water aspirator). Meskipun alat ini cukup sederhana (dengan penurunan tekanan hanya mencapai 10-20 mmHg) tapi penurunan tekanan sebesar itu biasanya sudah cukup untuk digunakan dalam distilasi penurunan tekanan. Akan tetapi, untuk bahan-bahan bertitik didih sangat tinggi, atau pemurnian dengan metode sublimasi yang memerlukan penurunan tekanan hingga 0,1-1,0 mmHg, perlu alat pompa vakum yang disebut oil immersion rotary vacuum pump.Sistem vakum ultra-tinggi biasanya terbuat daristainless steeldengan logam-gasketed ConFlat flensa.Sistem ini biasanya dipanggang, sebaiknya di bawah vakum, untuk menaikkan sementara tekanan uap semua bahan outgassing dalam sistem dan menggodok mereka off.Jika perlu, outgassing sistem ini juga dapat dilakukan pada suhu kamar, tapi ini membutuhkan lebih banyak waktu.Setelah sebagian besar bahan outgassing tersebut direbus off dan dievakuasi, sistem dapat didinginkan untuk menurunkan tekanan uap untuk meminimalkan outgassing sisa selama operasi yang sebenarnya.Beberapa sistem yang didinginkan di bawah suhu kamar dengannitrogen cairuntuk menutup outgassing sisa dan sekaligus cryopump sistem. Dalam sistem vakum ultra-tinggi, beberapa jalur kebocoran sangat aneh dan sumber out gassing harus dipertimbangkan. Penyerapan airaluminiumdanpaladium menjadi sumber yang tidak dapat diterima out gassing, dan bahkan daya serap logam keras seperti stainless steel atautitaniumharus dipertimbangkan.Beberapa minyak dan gemuk akan mendidih di vakum ekstrim.Porositas dinding ruang logam mungkin harus dipertimbangkan dan arah butir logam flensa harus sejajar dengan wajah flange (Donald, 1991).Dampak dari ukuran molekul harus dipertimbangkan.Molekul yang lebih kecil bisa bocor lebih mudah dan lebih mudah diserap oleh bahan-bahan tertentu, dan pompa molekul kurang efektif memompa gas dengan berat molekul rendah.Sebuah sistem mungkin dapat mengevakuasi nitrogen (komponen utama udara) ke vakum yang diinginkan, tapi ruangan masih bisa penuh sisa hidrogen dan helium atmosfer.Kapal dilapisi dengan bahan gas-permeable sangat sepertipaladium(yang merupakan kapasitas tinggihidrogenspons) menciptakan masalah outgassing khusus (Donald, 1991).

2.1.3. Filter HolderFilter holder merupakan serangkaian unit peralatan yang berfungsi sebagai alat filtrasi. Alat filtrasi ini ada yang terbuat dari bahan stainless steel, bahan kaca dan poly-carbonate. Salah satu filter holder yang di-kemukakan sebagai alat filtrasi dibawah ini yang terbuat dari bahan polycarbonate, hal ini disebabkan mudah perawatannya dan sterilisasinya hanya menggunakan alkohol 70 % serta tidak mudah pecah.Biasanya Filter Holder didesain dalam-line atau dalam desain wajah terbuka. Garis luar pada Filter Holder memiliki berbagai inlet dan outlet sambungan, dan digunakan dalam sistem filtrasi tertutup dengan menggunakan tekanan tertentu atau sumber vakum.Filter In-line yang ideal untuk pengukuran kontaminasi air umpan.Mereka mudah untuk membuka dan menutup, dan menyediakan positif, segel kebocoran-bukti.Ventilasi hulu, tersedia pada beberapa pemegang filter, memungkinkan untuk pelepasan gas yang terperangkap selama filtrasi cairan (Donald, 1996).Adapun bagan alat filtrasi seperti terlihat pada Gambar 3, yaitu sterifil filter holder dari Milli-pore yang terdiri dari : Sterifil funnel cover, berfungsi sebagai alat penutup untuk mencegah kontami- nasi dari lingkungan selama proses filtrasi. Sterifil funnel, ialah tempat sampel air yang akan difiltrasi. Filter holder base, berfungsi sebagai tem pat membran filter yang diletakkan pada permukaan atasnya berpori-pori. Sterifil receiver flask, merupakan tempat menampung hasil filtrasi. Jika hasil filtrasi telah penuh dalam alat ini, maka alat tersebut dapat dihubungkan dengan vacuum flask atau tabung sebagai tempat penampung contoh air. Keterangan :1. Sterifil funnel1. Sterifil funnel1. Filter holder base1. Sterifil receiver flask1. Membran filter

Gambar 3. Serangkaian Filter Holder(Kunarso, 1989)

2.2. Larutan StandarLarutan standart adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya, sehingga dapat dipersiapkan atau dibuat di laboratorium. Pembuatan larutan standart harus diketahui oleh setiap laboran kimia, karena mempermainkan peran penting dalam metode analisis. Kesalahan pembuatan larutan standart akan berakibat pada kesalahan pengukuran sampel yang dicari konsentrasinya. Oleh karena itu percobaan ini adalah suatu percobaan mendasar yang sangat berharga, seperti bagaimana mempersiapkan pembuatan larutan standart dan bagaimana larutan tersebut dibuat dan ditunjukan. (Basset, J, 1994).Beberapa sifat yang harus dimiliki oleh larutan standart yang akan digunakan sebagai pembanding diantaranya :1.Cukup stabil, artinya konsentrasinya tidak berubah selamanya, sehingga tidak perlu memerlukan pembuatan kembali.2.Capat bereaksi dengan reagent, sehingga waktu yang diperlukan terjadinya reaksi (perubahan) tidak lama.3.Dapat bereaksi sempurna dengan reagent.Disamping larutan standart harus mempunyai sifat tersebut di atas, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih bahan kimia yang akan dipakai membuat larutan standart (primary standard) diantaranya adalah :1.Mempunyai kemurnian yang tinggi.2.Stabil terhadap udara.3.Tidak mengandung air, relatif humidity diminimalkan.4.Tersedia dengan harga terjangkau.5.Mudah larut.6.Dapat ditimbang dalam jumlah molekulnya (formula weight), sehingga kesalahan penimbangan dapat diminimalkan.(Basset, J, 1994)Suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti disebut sebagai larutan standar (standard solution). Larutan standar adalah larutan yang ditambahkan secara bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsung sempurna pada suatu metode yang dinamakan metode titrasi (titration) (Chang, 2005).

Larutan standar dapat disiapkan dengan cara mengencerkan larutan pekat yang telah diketahui konsentrasinya atau mengencerkan zat murni yang belum diketahui konsebtrasinya. Pengenceran larutan pekat yang telah diketahui konsentrasinya diselesaikan dengan menghitung volume pengenceran dengan persamaan:V1 . N1 = V2 . N2dengan V1, V2 adalah volume larutan pekat dan volume larutan setelah pengenceran, N1, N2 berturut-turut adalah normalitas larutan pekat dan larutan setelah pengenceran. Apabila konsentrasi zat belum diketahui, untuk membuat larutan dengan normalitas tertentu diperlukan data kerapatan dan kadar zat tersebut. Dalam pembuatan (prepasari) larutan pun apabila reagen yang tersedia dalam kondisi tidak murni, larutan tersebut harus distandardisasi dengan larutan standar primer. Larutan standar primer dipreparasi dari zat standar primer (Widodo dan Retno, 2010).

2.3. SpektrofotometerSpektroskopi adalah studi mengenai antraksi antara energi cahaya dan meteri. Warnawarna yang nampak dan fakta bahwa orang bisa melihat akibat absorpsi energi oleh senyawa kimia. Penangkapan energi matahari oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis adalah bentuk interaksi antara senyawa organik dengan energi cahaya. Yang menjadi perhatian utama bagi ahli kimia adalah adanya fakta bahwa panjang gelombang dimana suatu senyawa kimia menyerap energi cahaya bergantung pada struktur senyawa tersebut. Dengan demikian fenomena spektroskopi dapat dimanfaatkan untuk menentukan struktur suatu senyawa dan untuk mempelajari karakteristik ikatan dalam molekul ( Sari, Ni Ketut, 2010).Salah satu metode analisis kimia, baik untuk analisis kuantitatif maupun untuk analisis kualitatif adalah analisis dengan menggunakan alat instrumentasi photometer. Pada garis besarnya alat ini dapat dibedakan menjadi alat kalorimeter dan spektrophotometer. Untuk 7 jenis alat kalorimeter, mengukur serapan sinar diskontinyu melalui sampel larutan bahan / senyawa kimia yang berwarna atau dibuat berwarna, sedangkan pada alat spektrophotometer mengukur serapan sinar yang kontinyu melalui sampel bahan kimia baik berupa senyawa maupun berupa atom. Tergantung jenis sinar yang dideteksi, dikenal spektrophotometer sinar tunggal yang dipakai untuk kawasan spectrum ultraviolet dan cahaya tampak (uvvisibel), juga dikenal spektrophotometer sinar ganda yang dapat mendeteksi sampai kawasan spektrum inframerah ( Sari, Ni Ketut, 2010).Spektrofotometer adalah alat yang terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan sinar panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Fungsi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1990).Spektrofotometri UV-Vis (Ultraviolet-Visible) / Ultraviolet dan Sinar Tampak merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi eleltromagnetik ultraviolet dekat (190 nm - 380 nm) dan sinar tampak (380 nm -780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995). Metode Spektrofotometri Ultraviolet dan Sinar Tampak telah banyak diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil (Skoog & West 1971).Saat ini alat yang paling banyak digunakan untuk analisa kualitatif kimia inorganik yang didasarkan pada dasar ilmu elektro kimia adalah spektrofotometer (baik yang visible, ultra violet, dan infra red) dan atomic absorption spektrofotometer (AAS), walaupun masih banyak jenis instrument lain yang digunakan laboratorium seperti polarografi, ion selective electrode, dan lain sebagainya. Metode spektrokimia ini menunjukan lebih dapat dipertanggung jawabkan otomatisasi dan mekanisasinya, sehingga pada analisa klinik, hampir 100% rumah sakit dan laboratorium kimia laut sudah menggunakan metode spektrokimia dengan instrumentasi-nya, tentunya karena sifat metodenya secara otomatis dengan pendekatan dasar metode optik. Berdasarkan itu sekarang banyak dikembangkan instrument laboratorium yang mampu mengukur kandungan zat secara kuantitatif dalam suatu larutan, gas, dan padatan dengan metode ini (Muslim, 2012). Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif ketimbang kualitatif (Mulja dan Suharman, 1995). Dalam suatu larutan gugus molekul yang dapat mengabsorpsi cahaya dinamakan gugus kromofor, contohnya antara lain: C = C, C = O, N = N, N = O, dan sebagainya. Molekul-molekul yang hanya mengandung satu gugus kromofor dapat mengalami perubahan pada panjang gelombang.

Tabel 1. Daerah spektrum gelombang elektromagnetik (Pescok, 1976)

Tabel 2. Perkiraan panjang gelombang warna-warna dalam wilayah Cahaya Tampak (Skoog dan West, 1971)

Tabel 3. Pita absorpsi elektronik untuk gugus kromofor tunggal(Skoog dan West, 1971)

III. MATERI DAN METODE3.1 Alat dan BahanNo.NamaGambarKegunaan

1.Pipet Gondok Digunakan untuk mengambil cairan sesuai dengan jumlah volume yang diinginkan secara tepat.

2.Pipet Tetes

Digunakan untuk mengambil cairan dalam jumlah yang sedikit (bertetes-tetes).

3.Labu Ukur

Digunakan sebagai wadah untuk melakukan pengenceran larutan standar.

4.Gelas Beaker

Digunakan sebagai wadah untuk menyimpan larutan sementara setelah dilakukan pengenceran.

5.Botol Sampel

Digunakan untuk menyimpan larutan yang siap digunakan.

6.Cuvet Digunakan untuk menyimpan larutan yang akan diukur absorbansinya pada spektrofotometer.

7.SpektrofotometerDigunakan untuk mengetahui nilai absorbansi suatu larutan.

8.Kertas Label Digunakan untuk menamai botol sampel agar tidak tertukar nilai konsentrasinya.

9.Aquades Digunakan sebagai bahan untuk melakukan pengenceran larutan standar.

10.Zat Pewarna Makanan Digunakan (diumpamakan) sebagai larutan standar yang diketahui konsentrasinya.

3.2 Metode1. Membuat Kalibrasi Kurve1. Mengambil 2 atau 3 labu ukur 100ml1. Mengencerkan larutan standar (larutan pewarna) pada labu ukur pertama yang dengan menggunakan aquades hingga batas tera labu.1. Menggojok standar yang telah diencerkan sampai homogen dan mengulanginya secara bergantian untuk volume larutan standar 0,1,3 ml1. Menuangkan larutan standar yang telah diencerkan ke dalam botol sampel yang telah diberi label1. Menuangkan masing-masing larutan ke dalam cuvet untuk diukur nilai absorbansinya 1. Mengulangi langkah b sampai e untuk volume larutan standar 5 ml dengan menggunakan labu ukur kedua dan 10 ml menggunakan labu ukur ketiga

3.3 Diagram Alir PraktikumMulai

Larutan standar 0,1,3,5,10 ml

Pengenceran hingga 100ml

AquadesPengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometerPembuatan kurva kalibrasi dan perhitungan regresiHasil

Gambar 3.3 Diagram alir perhitungan nilai absobansi dengan spektrofotometer.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil4.1.1. Tabel PengamatanNo.Larutan yang diamatiNilai AbsorbansiPanjang GelombangKonsentrasi

1.Larutan blank05430

2.Larutan standar 10,0085430.6 mol

3.Larutan standar 20,0075431.8 mol

4.Larutan standar 30,0135433 mol

5.Larutan standar 40,0305436 mol

6.Larutan sampel__________________________

7. = 0,9424

8.Persamaan garis regresi : y = 0,0028 x + 0.0011

4.1.2. Perhitungan1. 0 ml2) 1 mlV1.N1 = V2.N2 V1.N1 = V2.N2 0 . 60mol = 100ml.N2 1 . 60mol = 100ml. N2N2 = 0N2= 0.6 mol3) 3 ml4) 5ml V1.N1 = V2.N2 V1.N1 = V2.N2 3. 60mol = 100ml.N2 5. 60mol = 100ml.N2 N2 = 1.8 mol N2 = 3 mol5) 10 mlV1.N1 = V2.N2 10. 60mol = 100ml.N2 N2 = 60mol4.1.3 Grafik

4.2. PembahasanDalam praktikum pembuatan larutan standart, dilakukan pengenceran terhadap larutan standart dengan konsentrasi 60 mol. Larutan standart ini, berfungsi sebagai larutan pembanding. Pengenceran ini terbagi menjadi 5 macam pengenceran dengan perbandingan 0, 1, 3, 5 dan 10 mL larutan standart. Setelah didapatkan larutan yang sesuai lalu di ukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer. Pada spektrofotometer , diatur nilai panjang gelombang sebesar 543 nm sesuai dengan larutan blank. Larutan yang telah dibuat memiliki kecenderugnan berwarna merah.Larutan dimasukkan kedalam spektrofotometer dengan tangan memegang sisi cuvet yang berwarna buram. Kemudian pada sisi yang berwarna bening dihadapkan kearah tembakan dari spektrofotometer tersebut, hal ini dilakukan agar pengukuran berhasil dan tidak terjadi error atau salah dalam pembacaannya.pada spektofotometer yang digunakan dapat menampung sebanyak 7 buah band. Pada bentuk grafik , terlihat nilai R2 memiliki nilai mendekati 1, yaitu 0,9424. Pada grafik ini, pada volume larutan standart 0,1,3,5,10 masing-masingnya memiliki nilai absorbansi 0; 0,008 ;0,007 ;0,013 dan0,030. Dan semakin tinggi nilai konsentrasi larutaan, nilai absorbansi semakin besar. Hal ini dikarenakan warna larutan semakin tinggi konsentrasi larutan warna larutan akan lebih jelas terlihat warnanya. Dapat dikatakan bahwa nilai absorbansi berbanding lurus dengan nilai konsentrasi. Ketika nilai R2 menjauhi 1, maka dapat di indikasikan terjadi kesalahan pada proses pengenceran, atau ketidak sengajaan menyentuh bagian kuvet yang halus yang mempengaruhi proses pengukuran absorbansi.

V. KESIMPULAN

5.1 Dalam pembuatan (prepasari) larutan pun apabila reagen yang tersedia dalam kondisi tidak murni, larutan tersebut harus distandardisasi dengan larutan standar primer.5.2 Kesalahan pembuatan larutan standart akan berakibat pada kesalahan pengukuran sampel yang dicari konsentrasinya.5.3 Pengenceran larutan pekat yang telah diketahui konsentrasinya diselesaikan dengan menghitung volume pengenceran dengan persamaan:V1 . N1 = V2 . N2dengan V1, V2 adalah volume larutan pekat dan volume larutan setelah pengenceran, N1, N2 berturut-turut adalah normalitas larutan pekat dan larutan setelah pengenceran.

DAFTAR PUSTAKA

Basset,J., R. C Denney, G. H. Jeffrey, J. Mendhom. 1994. Buku ajar vogel .Jakarta : EGCDonald, R. B. 1991. Teknik Mesin di Abad Pertengahan. Amerika.Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta: Erlangga.Harini, Bernadeta Wuri. dkk. 2012. Aplikasi Metode Spektrofotometri Vosibel Untuk Mengukur Kadar Curcuminoid Pada Rimpang Kunyit (Curcuma domestica). Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Yogyakarta. Humaidah, Siti. 2011. Potensi Desikator Untuk Inkubator Anaerob. Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya. Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.Kunarso, Djoko Hadi. 1989. Teknik Membran Filter untuk Mendeteksi Bakteri Pencemar. Oseana, Vol XIV, Nomor 4 : 133-143. LIPI Oseanologi. JakartaMulja, M. Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Airlangga University Press. Surabaya.Muslim. 2012. UV-VIS Spektrofotometer, Teori, Konsep, Dan Penggunaannya Untuk Analisa Kimia Laut. UNNES PRESS. Semarang.Munson, J. W., 1991. Analisis Farmasi Metode Modern. Surabaya : Airlangga University Press.Sari, Ni Ketut. 2010. Analisa Instrumentasi .Surabaya : Yayasan Humaniora.Skoog, D.A. D.M. West 1971. Principles of Instrumental Analysis. Holt, Rinehart and Winston, Inc. New York.Widodo, Didik Setiyo. Retno Ariadi Lusiana. 2010. Kimia Analisis Kuantitatif, Dasar Penguasaan Aspek Eksperimental. Graha Ilmu. Yogyakarta.

LAMPIRAN