laporan etijing abdul rahman

Upload: abdul-rahman

Post on 06-Oct-2015

241 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cerita dari YIMK

TRANSCRIPT

Nama: Abdul RahmanNPM: 1206217055Kelas Etika Enjiniring (Etika Terpuji) Dosen Pengajar : Prof.Dr.Ir.Raldi Artono Koestoer DEABelajar dari Rumah Kedua KuTeman-teman, pembelajaran itu bisa datang darimana saja. Di setiap langkah kita, di setiap tarikan napas kita, dan di setiap detik yang kita lewati sebenarnya begitu banyak hal yang bisa kita pelajari. Kehidupan ini menuntun kita kepada hal yang begitu menarik, tergantung seberapa peka dan pedulinya kita terhadap apa yang ada di sekitar kita. Mungkin bisa dibilang tak wajar apabila ada seseorang yang mengatakan dirinya tak memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu yang akhirnya membuat dia berdiam diri tak melalukan sesuatu. Karena sebenarnya pada apa yang kita lihat di setiap sorotan mata kita itu adalah motivasi dan pembelajaran. Terlebih lagi Allah SWT telah memberikan kita dua buah organ yang sangat penting (hati dan otak) untuk kita gunakan untuk merasakan dan memikirkan berbagai macam hal. Hanya saja kita tak menggunakan nikmat Allah itu dengan optimal. Banyak hal yang sangat perlu kita cermati di sekitar kita ini. Banyak hal yang sangat perlu kita ubah dari sistem yang berlaku. Begitu banyak budaya yang perlu kita luruskan agar mendapatkan kesiapan mental penduduk Indonesia ini. Dalam rangka mencari the real teacher untuk kelompok 1 kelas Etika Enjiniring (Etika Terpuji), saya mengajak teman-teman kelompok saya untuk berkunjung ke rumah kedua saya yaitu Panti Asuhan Islam Media Kasih. Diharapkan setelah kami berkunjung kami mendapatkan pembelajaran hidup dari orang yang merasakannya langsung. Terutama bagaimana rasanya tinggal di panti asuhan khususnya Panti Asuhan Islam Media Kasih.Yayasan Islam Media kasih adalah yayasan yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan atau lembaga kesejahteraan sosial yang bergerak di bidang pengasuhan anak yatim, yatim-piatu, dan dhuafa. Yayasan ini berbentuk utama berupa panti asuhan.Yayasan Islam Media Kasih ini didirikan sejak 1991. Panti ini muncul akibat kepedulian seorang wanita terhadap lingkungannya, yaitu ibu Dewi Alamsyah.. Ibu yang berprofesi sebagai pramugari saat itu. Kini beliau sudah berumur 56 tahun dan telah miliki 9 cucu dari 3 anaknya. Sekitar sejak tahun 1986 yayasan ini hanya berupa gerakan sosial posyandu. Dengan posyandu ini ibu Dewi memberikan kesempatan pada warga sekitar untuk meminta bantuan sokongan dana apabila anaknya ingin bersekolah. Anak asuh tetap tinggal di rumah masing-masing, hanya saja biaya sekolah mereka ditanggung oleh posyandu gagasan ibu Dewi ini.Panti Asuhan Islam Media Kasih Tangerang pada saat ini mengasuh 64 orang anak yang terdiri dari berbagai tingkat pendidikan mulai dari yang balita hingga mahasiswa. Semenjak tahun 2004 pasca musibah tsunami di Aceh, Yayasan Islam Media Kasih mendirikan cabang di Aceh yang saat ini mengasuh 45 anak yang sebagian besar adalah anak-anak korban konflik GAM dan musibah tsunami, serta saat ini tengah dibangun juga Panti Asuhan Islam Media Kasih Cipanas, Kabupaten Cianjur. Panti Cipanas ini dikhususkan untuk mengasuh anak asuh perempuan. Berikut ini kisah dua orang anak asuh Panti Asuhan Islam Media Kasih Tangerang :Yang pertama adalah Taufik Faisal Kori. Seorang anak yang lahir di Cianjur, 15 April 1998. Saat ini Taufik sudah kelas X SMK YAPERA Ciledug, Tangerang. Taufik bercita-cita menjadi tentara, ketika saya tanya kenapa ingin menjadi tentara? Ia menjawab Itulah yang selalu terlintas dipikiran saya. Yaa mungkin ini suatu hal yang agak sulit dengan tinggi badan saya yang tak sampai 140 cm, yaa tapi kan cita-cita boleh setinggi-tungginya. Taufik cukup aktif di sekolahnya. Ia mengikuti menjadi pengurus OSIS dan mengikuti ekstrakulikuler bela diri beksi dan Paskibra. Taufik masuk panti asuhan sejak tahun 2012. Saat itu ia baru lulus SD dan mau masuk kelas VII SMP. Alasan kenapa ia lebih memilih untuk tinggal di panti dikarenakan sekolah SMP di Cianjur itu cukup jauh jaraknya dari sehingga membutuhkan biaya transportasi yang cukup besar apabila harus bolak-balik tiap hari, ditambah lagi biaya sekolah dan keperluan sekolah lainnya yang cukup besar. Intinya ekonomi keluarga Taufik belum mampu untuk membiaya keberlanjutan sekolahnya. Pada awalnya ia ditawarkan untuk melanjutkan ke pesantren oleh orang tuanya, lalu pada suatu saat ibu Dewi Alamsyah sebagai pemilik villa yang diurusi oleh orang tuanya Taufik menawarkan kepada Taufik untuk ikut ibu Dewi ke Tangerang tinggal di panti miliknya untuk melanjutkan sekolah. Dengan pilihan masuk pesantren atau tinggal di panti asuhan, akhirnya Taufik lebih milih ikut ke Tangerang tinggal di panti untuk lanjut sekolah. Foto 1. Kiri : Taufik Faisal Kori, Kanan : Abdul Rahman

Taufik merasa senang dan bahagia bisa mendapatkan kesempatan untuk tinggal di Panti Asuhan Islam Media Kasih. Ia juga bisa belajar tentang kekeluargaan serta dapat belajar ilmu agama di panti asuhan. Ia merasakan hal yang diluar ekspektasinya yang ia pikir tinggal di panti asuhan itu tidak enak, tidak nyaman, hidup menderita, dan sebagainya. Namun, di panti asuhan ini ia tak terlalu merasakan hal itu, bahkan ia merasa lebih nyaman tinggal di panti asuhan disbanding di rumahnya. Walaupun pasti ada hal-hal yang kurang enak tapi apabila bersyukur maka semuanya terasa enak.Setelah lulus nanti Taufik ingin bekerja terlebih dahulu baru melanjutkan kuliah atau kalau memang punya kesempatan maka ia akan berkuliah dahulu baru bekerja. Dengan modal yang didapatkan dari bekerja ia ingin membuka wirausaha mimimal warung sembako lalu jika telah memiliki cukup rezeki ia ingin naik haji bersama orang tuanya. Taufik juga berkemauan besar untuk masuk UI, sampai-sampai ia memberikan gelar pada dirinya sendiri sebagai Adek UI. Ia ingin sekali masuk UI karena UI merupakan salah satu universitas terbaik di Indonesia dan di UI ia bisa belajar banyak hal yang ia ingin ketahui. Kisah selanjutnya adalah kisah Dedi Rizki. Ia berasal dari kampung Sitanala Tangerang. Kampung yang mayoritas warganya adalah mantan penderita kusta. Kini ia telah kelas IX di Mts Mambaul Khoir Tangerang. Ia bercita-cita menjadi pemain sepak bola yang handal. Dedi adalah anak yatim-paitu setelah kedua orangtuanya meninggal pada tahun 2013 lalu. Diawali pada bulan Maret 2013 ayahnya meninggal karena sakit. Disusul pada bulan Juni ibunya juga dipanggil oleh Allah SWT. Hal ini membuat Dedi dan adiknya yang bernama Habibah yang juga tinggal di Panti Asuhan Islam Media Kasih merasakan kesedihan yang begitu mendalam. Bagaimana tidak, dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan kedua orang tua mereka harus meninggalkan mereka untuk kembali kepada Allah SWT. Dalam kesedihannya tersebut ia juga mulai khawatir harus tinggal dan bergantung hidup dengan siapa. Melihat keadaan tersebut, para tetangga pun iba dengan dirinya. Para tetangga mencarikan solusi untuknya dan dibawalah mereka ke Panti Asuhan Islam Media Kasih agar bisa tetap bersekolah dan juga mendapatkan kasih sayang. Foto 2. Kiri : Dedi Rizki, Kanan : Abdul Rahman

Pesan penting dari orangtua Dedi yang ia ingat sebelum meninggal adalah agar Dedi bisa menjaga dan terus membimbing adiknya serta menggantikan posisi orangtuanya untuk memberikan kasih sayang terhadap adiknya. Adik Dedi yang bernama Habibah kini telah berumur 10 tahun, namun sayang ia memiliki berat badan yang tidak ideal untuk anak seumur dirinya. Ia juga belom lancar berbicara dan belum bersekolah. Setelah mengetahui kisah anak asuh yang masih tinggal di panti tersebut, berikut ini kisah 2 dari 18 alumni Panti Asuhan Islam Media Kasih yang lulus dari tingkat perguruan tinggi :Kisah alumni yang pertama adalah kisah saudara Maulana Al Amin yang saat ini mengisi posisi di bagian marketing PT. Borneo Mandiri Invesment yang berkantor di komplek Puri Jakarta Barat dan memiliki pabrik manufaktur di Cipondoh Tangerang. Ia bekerja di perusahaan tersebut mulai bulan Maret 2014. Sebelum pindah ke perusahaan tersebut, sejak lulus dari D-III LP3I Blok M, ia terlebih dahulu bekerja di PT. Mitra Bahtera Segara Sejati Tbk yang terletak di Kuningan, Jakarta Selatan mulai tahun 2011-2012. Lalu pindah ke Permata Bank cabang Bintaro yang merupakan cabang utama Tangerang selama tahun 2012-2013 dan setelah itu baru pindah ke PT. Borneo Mandiri Invesment.Al Amin masuk panti pada tahun 2002 untuk melanjutkan sekolah ke kelas VII SMP. Sama dengan sebagain besar anak asuh lainnya, ia pun memilih tinggal di panti asuhan karena kendali ekonomi yang menghalanginya untuk melanjutkan pendidikannya. Ia juga sangat bersyukur memiliki kesempatan tinggal di Panti Asuhan Islam Media Kasih sehingga ia bisa melanjutkan sekolah bahkan bisa sampai berkuliah. Dengan modal pendidikannya itu ia sekarang sudah bisa mencukupi kehidupannya sendiri tanpa harus menyusahkan orangtuanya dan bahkan ia bisa memberikan sedikit rezekinya untuk orangtuanya walaupun hanya beberara ribu rupiah saja dan ia berharap semoga suatu saat nanti ia menjadi orang yang berkecukupan sehingga ia bisa balik membantu adik-adiknya di Panti Asuhan Islam Media Kasih. Foto 3. Kiri : Abdul Rahman, Kanan : Maulana Al Amin

Kisah yang kedua berasal dari saudara Septian Fauzi yang saat ini mengisi posisi di bagian Accounting Supervisor PT.Ciputra Multivision Kuningan Jakarta Selatan. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang building management. Sebelum bekerja di perusahaan tersebut, ia bekerja di PT. Jones Lang Lasalle yang bergerak di bidang jasa konsultan properti sebagai IT Officer. Hebatnya, ia sudah diterima di PT. JLL ini sebelum ia lulus kuliah sebagai mahasiswa fakultas ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2008. Akibat terlalu sibuk bekerja, ia tidak sempat mengurusi wisudanya dan baru saja diwisuda pada tanggal 21 Februari kemarin padahal ia telah dinyatakan lulus semenjak tahun 2013. Fauzi masuk panti pada tahun 2005 setelah luluas dari SMP dan ingin masuk kelas X SMK. Dengan permasalahan yang sama, yaitu akibat keadaan ekonomi keluarga yang kurang baik lah yang menghantarkannya ke panti asuhan agar bisa terus bersekolah. Awal mula ia bisa masuk panti adalah karena tawaran saudaranya yang mengetahui tentang Panti Asuhan Islam Media Kasih. Dengan tawaran itu lah ia akhirnya memilih tinggal di panti asuhan ini. Kini ia begitu bersyukur telah diberi kesempatan menjadi bagian dari Panti Asuhan Islam Media Kasih. Berkat bantuan ibu Dewi Alamsyah dan Keluarganya serta para pengurus panti lah ia bisa menjadi seperti sekarang ini. Yaa, itu lah beberapa kisah yang semoga bisa membuat kita terbangun dari tidur pulas kita, yang membuat kita tidak hanya berdiam diri di zona nyaman kita, yang membuat hati kita bergetar, badan kita merinding, dan semangat kita kembali membara untuk melakukan hal-hal yang benar dengan cara yang benar.

Teman, kadangkala kita memang terlalu asyik dengan apa yang ada pada diri kita sendiri. Persoalan-persoalan pribadi dan kesenangan-kesenangan yang membuat kita lupa bahwa masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan dari kita. Ironis memang jika kita mengingat bahwa sejak Sekolah Dasar pun kita sudah dikenalkan dengan istilah makhluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup sendiri dan saling tergantung dengan orang lain. Tapi itulah kenyataannya, bahwa kita seringkali tidak peka terhadap sesama kita. Sekarang ini semakin jarang orang yang mau mengulurkan tangannya untuk membantu sesamanya.Kepedulian itu tumbuh karena adanya pikiran dan naluri bahwa manusia sebagai makhluk sosial selalu menuntut kita untuk bersikap peduli dan peka terhadap segala kondisi kekurangan dan keterbatasan yang dirasakan sesama. Terlepas dari hal tersebut, jiwa sosial yang kita miliki hendaknya dapat dikembangkan dan diasah menjadi suatu bentuk kepedulian sosial terhadap sesama. Kepedulian tersebut dapat disalurkan kepada mereka yang membutuhkan di lingkungan sekitar kita.