laporan benteng vredeburg-edit2
DESCRIPTION
benteng vredeburgTRANSCRIPT
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN KE MUSEUM BENTENG VREDEBURG
Pada hari Kamis, 3 September 2015 yang lalu kami berkunjung ke Benteng Vredeburg. Di sana,
kami bisa bermain dan mengamati banyak hal. Di benteng tersebut,terdapat banyak diorama yang
bercerita tentang sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia,baik melalui jalur pendidikan,politik,maupun
pertempuran.
Indonesia memiliki banyak museum perjuangan. Beberapa contohnya adalah Museum Perjuangan
Yogyakarta, Museum Perjuangan 10 November 1957, Museum Perjuangan Rakyat Bali, Benteng
Vredeburg, dan masih banyak lagi. Sayangnya, keadaan museum perjuangan di Indonesia terlupakan.
Contohnya, Museum Perjuangan 10 November 1957.
Museum Perjuangan 10 November 1957 masih berdiri kokoh di antara gedung-gedung megah di
Jalan Merdeka, Bogor, meski berada di pusat kota, bangunan yang diresmikan pada 1957 itu tak menjadi
perhatian masyarakat yang melintas. Museum yang telah berusia lebih dari setengah abad itu terlihat tua
dan tak segagah saat pertama kali beroperasi. Meski benda-benda bersejarahnya masih terawat dengan
baik, beberapa titik di atapnya rusak dan bolong. Padahal museum ini salah satu museum tertua dan
terlengkap di Indonesia.
Untuk mencegah hal tersebut tidak terulang, Museum Vredeburg mempunyai beberapa strategi untuk
menarik minat pengunjung, yaitu: promosi lewat media massa,field study,travel dialog,kemah
budaya,museum masuk sekolah, lomba untuk anak sekolah,pameran keliling,pameran temporer, piket
harian petugas teknis,penambahan fasilitas penunjang,dan museum perjuangan expo.
Nama benteng Vredeburg berarti perdamaian. Museum ini sangat bermakna bagi masyarakat
Indonesia. Di museum ini kita bisa mengetahui banyak hal. Misalnya arsitektur benteng, sejarah benteng,
dan mengetahui sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui diorama-diorama.
Benteng ini dibangun sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan residen Belanda kala itu, dengan
dikelilingi oleh sebuah parit yang sebagian bekas-bekasnya telah direkonstruksi dan dapat dilihat hingga
sekarang. Benteng berbentuk persegi ini mempunyai menara pantau (bastion) di keempat sudutnya.
Sebelum bernama Benteng Vredeburg, pada saat pembangunannya oleh Belanda dengan ijin
Sultan Hamungkubuwono I, benteng tersebut bernama 'Rustenburg' yang memiliki arti sebagai 'Benteng
Peristirahatan'. Sekitar tahun 1765-1788, benteng tersebut kemudian disempurnakan dan dirubah menjadi
'Benteng Vredeburg', yang mempunyai arti sebagai 'Benteng Perdamaian'. Memiliki luas sekitar 2.100
meter persegi, bangunan tersebut berfungsi sebagai benteng pertahanan Belanda. Benteng memiliki empat
sisi yang sama, dan pada masing-masing sudut memiliki menara untuk berjaga-jaga dan mengintai
kegiatan keraton dan pergerakan masyarakat di kala itu.
Benteng Vredebrug mengalami beberapa masa penjajahan Belanda dan Jepang, bahkan menjadi
saksi bisu saat kemerdekaan terjadi pada tahun 1945. Barulah pada 1980, atas ijin Sultan
Hamengkubuwono IX, Benteng Vredebrug ditetapkan sebagai pusat pengembangan budaya nusantara.
Puncaknya pada tanggal 23 November 1992 resmi ditetapkan sebagai Museum Benteng Vredeburg.
Museum ini memiliki koleksi diorama perjuangan dari masa penjajahan hingga orde baru.
Terdapat 4 bagian diorama di Museum Benteng Vredeburg yang dipisahkan dalam 2 gedung yang
berbeda. Setiap diorama mewakili waktu atau periode yang dikisahkan dalam dioramanya. Disamping itu,
terdapat beberapa patung, lukisan, grafik, dan layar sentuh yang memudahkan saya untuk berinteraksi dan
merasakan perjuangan pada masa tersebut. Yang menarik dari diorama ini adalah sebuah jalinan cerita
yang menyatu dari satu adegan ke adegan lain, dari awal masa perjuangan melawan penjajah sampai
dengan masa kemerdekaan dan pembangunan, khususnya yang terjadi di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Berikut gambaran sekilas isi dari masing-masing diorama:
Gedung Diorama 1
Bangunan ini berisikan berbagai cerita tentang sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia
mulai dari era Pangeran Diponegoro, kongres Budi Utomo di Yogyakarta, berdirinya organisasi
Muhammadiyah, pemogokan kaum buruh di pabrik gula di sekitar Yogyakarta, berdirinya Tamansiswa,
Kongres Pertemuan Indonesia yang pertama, Kongres Jong Java, hingga sejarah awal mula masuknya
Jepang di Yogyakarta.
Gedung Diorama 2
Bangunan ini berisikan berbagai cerita tentang sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia
pada era Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dimulai dengan diorama ketika Sultan
Hamengkubowono IX memimpin rapat dalam rangka dukungan terhadap proklamasi, pengambil alihan
percetakan Harian Sinar Matahari dan diganti namanya menjadi Kedaulatan Rakyat, penurunan bendera
Hinomaru dan pengibaran bendera merah putih di Gedung Cokan Kantai (Gedung Agung), peristiwa
pengeboman balai mataram, gedung RRI dan Museum Sonobodoyo oleh tentara sekutu, peristiwa
Pertempuran Kotabaru, pelucutan senjata tentara Jepang oleh polisi istimewa, pemuda, dan massa rakyat,
berdirinya sekolah Militer Akademi di Yogyakarta, pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR,
Kongres Pemuda di Yogyakarta, sejarah berdirinya Universitas Gadjah Mada, hingga masa pemindahan
Ibukota Negara Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta.
Gedung Diorama 3
Menunjukan peristiwa pada periode perjanjian renville sampai dengan kedaulatan Republik
Indonesia Serikat atau RIS dan perundingan-perundingan yang dilakukan setelah Indonesia mengakhiri
genjatan senjata dengan Belanda.
Gedung Diorama 4
Bangunan ini berisikan berbagai cerita tentang sejarah Indonesia pasca kemerdekaan, mulai dari
pemilihan umum pertama Indonesia yang diselenggarakan di Yogyakarta, pertemuan Rencana Colombo
tahun 1959, Seminar Nasional Pancasila I, pencanangan Tri Komando Rakyat (Trikora) sebagai upaya
pembebasan Irian Barat, peristiwa Gerakan 30 September (G30S) PKI di Yogyakarta, rapat kebulatan
tekad penumpasan G30S PKI di Alun-alun Utara Yogyakarta, sampai dengan momen penyampaian
amanat dari Presiden Soeharto tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dalam
rangka Dies Natalis Universitas Gadjah Mada tahun 1974.
Kita perlu melestarikan nilai-nilai perjuangan Bangsa Indonesia melalui museum benteng Vredeburg.
Caranya adalah dengan:
Mau berkunjung ke museum pada saat liburan atau waktu senggang
Ikut menjaga keutuhan barang-barang yang ada di museum
Tidak mencoret-coret tembok.
Tidak membuang sampah sembarangan.
Makna yang kita dapatkan setelah mengunjungi museum Benteng Vredeburg bila dikaitkan dengan
nasionalisme adalah:
Mengetahui perjuangan para pahlawan dalam mencapai kemerdekaan Indonesia.
Mengetahui sejarah berdirinya organisasi-organisasi politik maupun pendidikan.
Mengetahui strategi Belanda atau Indonesia dalam suatu peperangan.
Belajar untuk menghargai jasa para pahlawan.