laporan barbiturat ag. mohr denny.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam barbiturat (2,4,6-
trioksoheksahidropirirmidin) merupakan hasil reaksi kondensasi antara
urea dengan asam malonat.
Asam Barbiturat adalah zat induk barbital-barbital yang sendirinya
tidak bersifat hipnotik. Sifat ini baru nampak jika atom-atom hidrogen pada
atom C 5 dari inti pirimidinnya digantikan oleh gugusan alkil atau aril.
Barbital-barbital semuanya bersifat lipofil, sukar larut dalam air tetapi
mudah larut dalam pelarut-pelarut non polar seperti minyak, kloroform dan
sebagainya.
Seorang farmasis dituntun untuk menguasasi berbagai metode yang
digunakan untuk menetapkan kadar maupun pembakuan suatu bahan
atau menganalisis senyawa obat salah satunya adalah dengan titrasi
argentometri yang termasuk kedalam titrasi volumetric.
Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan metode
argentometri antara lain senyawa-senyawa barbiturat. Fenobarbital
merupakan turunan barbiturate, dalam farmasi fenobarbital sangat
bermanfaat, digunakan sebagai obat kejang. Melihat kegunaannya
tersebut, maka percobaan ini perlu dilakukan.
I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara analisa farmasi secara metode
Argentometri untuk analisa senyawa turunan barbiturat.
I.2.2 Tujuan Percobaan
1. Dapat mengetahui adanya senyawa asam barbiturate serat
kandungannya
2. Dapat menentukan senyawa yang terkandung dalam sediaan,
serta dapat menentukan kadar senyawa barbiturate.
I.3. Prinsip Percobaan
Berdasarkan reaksi pembentukan perak kromat endapan merah bata,
dari perak nitrat berlebih dan bereaksi dengan indikator kalium kromat,
dalam suasana netral.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Asam Barbiturat adalah zat induk barbital-barbital yang sendirinya
tidak bersifat hipnotik. Sifat ini baru nampak jika atom-atom hidrogen pada
atom C 5 dari inti pirimidinnya digantikan oleh gugusan alkil atau aril.
Barbital-barbital semuanya bersifat lipofil, sukar larut dalam air tetapi
mudah larut dalam pelarut-pelarut non polar seperti minyak, kloroform dan
sebagainya. Sifat lipofil ini dimiliki oleh kebanyakan obat yang mampu
menekan SSP. Dengan meningkatnya sifat lipofil ini, misaInya dengan
mengganti atom oksigen pada atom C 2 menjadi atom belerang, maka
efeknya dan lama kerjanya dipercepat, dan seringkali daya hipnotiknya
diperkuat pula. Barbiturat mempunyai inti hasil kondesasi etilester dan
asam dietilmalonal dengan ureum. Rumus umum: R1, R2, R3, dan R4,
adalah subtitusi-subtitusi yang menentukan struktur Barbiturat. Secara
kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam barbiturat
merupakan hasil reaksi kondensasi antara urea dengan asam malonat (1).
Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif
sebagai hipnotik dan sedatif. Namun sekarang kecuali untuk beberapa
penggunaan yang spesifik, barbiturat telah banyak digantikan oleh
benzodiazepine yang lebih aman.
Secara kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam
barbiturat (2,4,6-trioksoheksahidropirirmidin) merupakan hasil reaksi
kondensasi antara urea dengan asam malonat.
Asam barbiturat sendiri tidak menyebabkan depresi SSP, efek hipnotik
dan sedatif serta efek lainnya ditimbulkan bila pada posisi 5 ada gugusan
alkil atau aril.
Barbiturat bekerja pada seluruh SSP, walaupun pada setiap tempat
tidak sama kuatnya. Dosis nonanestesi teruatama menekan respons
pasca sinaps. Penghambatan hanya terjadi pada sinaps GABA-nergik.
Walaupun demikian efek yang terjadi mungkin tidak semuanya melalui
GABA sebagai mediator.
Barbiturat memperlihatkan beberapa efek yang berbeda pada eksitasi
dan inhibisi transmisi sinaptik. Kapasitas barbiturat membantu kerja GABA
sebagian menyerupai kerja benzodiazepine, namun pada dosis yang lebih
tinggi bersifat sebagai aganis GABA-nergik, sehingga pada dosis tinggi
barbiturat dapat menimbulkan depresi SSP yang berat. (2).
Senyawa barbiturat yang pada posisi 5,5- tersubstitusi merupakan
asam berbasa dua karena atom hydrogen pada atom nitrogen dapat
terionisasi. Asam ini mempunyai nilai pKa1 lebih kurang 8 dan pKa2 lebih
kurang 12. (3)
Barbital-barbital semuanya bersifat lipofil, sukar larut dalam air tetapi
mudah larut dalam pelarut-pelarut non polar seperti minyak, kloroform dan
sebagainya. Sifat lipofil ini dimiliki oleh kebnyakan obat yang mamapu
menekan SSP. Denagn meningkatnya sifat lipofil ini, misalnya dengan
mengganti atom oksigen pada atom C2 menjadi atom belerang, mak
efeknya dan lama kerjanya dipercepat, dan seringkali daya hipnotiknya
diperkuat pula.
Penggolongan barbiturat disesuaikan dengan lama kerjanya, yaitu:
1. Barbiturat kerja panjang
Contohnya: Fenobarbital digunakan dalam pengobatan kejang
2. Barbiturat kerja singkat
Contohnya: Pentobarbital, Sekobarbital, dan Amobarbital yang
efektif sebagai sedatif dan hipnotik
3. Barbiturat kerja sangat singkat
Contohnya: Tiopental, yang digunakan untuk induksi intravena
anestesia. (4)
Analisis kimia farmasi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai aplikasi
prosedur kimia analisis kuantitatif terhadap bahan-bahan yang dipakai
dalam bidang farmasi terutama dalam menentukan kadar dan mutu dari
obat-obatan dan senyawa-senyawa kimia yang tercantum dalam
Farmakope-Farmakope serta buku-buku resmi lainnya seperti
formularium-formularium.
Analisis kimia farmasi kuantitatif biasanya dibagi menjadi beberapa
analisis berdasarkan metode dan teknik kerjanya :
1. Analisis gravimetri
2. Analisis volumetri yang biasa desebut juga analisis titrimetri
3. Analisis gasometri
4. Analisis dengan metode fisika dan kimia
Analisis titrimetri umumnya dapat dibagi dalam 4 bentuk, yaitu:
1. Reaksi netralisasi atau disebut asidimetri/alkalimetri
2. Reaksi pembentukan kompleks
3. Reaksi pengendapan
4. Reaksi oksidasi-reduksi. (5)
Istilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk beraksi secara kuantitatif
dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan (6).
Titrasi pengendapan didasarkan atas terjadinya penendapan
kuantitatif, yang dilakukan dengan penambahan larutan pengukur yang
diketahui kadarnya pada larutan senyawa yang hendak ditentukan, titik
akhir titrasi tercapai bila semua bagian titran sudah membentuk endapan,
(7)
Metode argentometri disebut juga dengan metode pengendapan
karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang
relative tidak larut atau endapan. Sebagai indikator, dapat digunakan
kalium kromat yang menghasilkan warna merah dengan adanya kelebihan
ion Ag+. (8)
Metode-metode dalam Titrasi Argentometri
1. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromide dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan
penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan
titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik
ekivalen, makan penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan
kromat denan membentuk endapan perak nitrat akan beraksi dengan
kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah.
Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan yang asa
adalah dengan menambahkan CaCO3 atau NaHCO3 secara berlebihan.
Untuk larutan yang alkalis, diasamkan dulu dengan asam asetat kemudian
ditambah sedikit berlebihan CaCO3. (8)
Penentuan ini menggunakan kalium kromat sebagai indikator. Dalam
larutan asam, endapan perak kromat tidak terjadi dan dalam larutan alkali
perak akan mengendap sebagai perak hidroksida atau perak oksida. (7)
Titrasi ini harus dilakukan dalam lingkungan netral atau alkali lemah
dengan pH 6,5-9. HCrO4- adalah asam lemah, akibatnya konsentrasi ion
kromat berkurang sehingga hasil kelarutan dari perak kromat tidak dapat
dilampaui. Dalam lingkungan alkali yang lebih kuat dapat terjadi endapan
AgOH. (5)
2. Metode Volhard
Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan
larutan baku kalium atau aonium tiosianat. Kelebihan tiosianat dapat
ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III) nitrat atau besi (III)
amonium sulfat sebagai indikator yang membentuk warna merah dari
kompleks besi (III) tiosianat dlam lingkungan asam nitrat 0,5-1,5 N. titrasi
ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi (III) akan
diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasananya basa, sehingga titik akhir
tidak dapat ditunjukkan. (8)
Metode ini dapat digunakan untuk menentukan klorida, iodide, dan
bromide dalam larutan. Kepada larutan ditambahkan larutan baku perak
nitrat berlebihan dan kelebihan perak nitrat dititrasi kembali dengan
larutan baku tiosianat. (5)
3. Metode Fajans
Menurut Fajans adalah mungkin untuk mentitrasi ion halogenida
secara langsung dengan perak nitrat. Sebagai indikator yang digunakan
untuk adsorpsi. (7)
Pada metode ini, digunakan indikator adsorbsi, yang mana pada titik
ekivalen, indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak
memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada permukaan
endapan. (8)
Senyawa yang digunakan baik berupa za warna asam, misalnya
golongan fluorosein (fluorosein atau eosin) ataupun zat warna basa dari
golongan rhodamin sebagi garam kloridanya. Teori dari aksi indikator ini
didasarkan atas sifat kloridanya. (5)
4. Metode Liebig
Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indikator,
akan tetapi ditunjukkan dengan terjainya kekeruahan. Ketika larutan perak
nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk kompleks
sianida yang stail dan larut. (8)
Dengan persyaratan tertentu, penambahan indikator tak diperlukan,
karena adanya kekeruhan yang disebabkan penambahan beberapa tetes
adalah satu larutan pada yang lain menandakan titik akhir belum tercapai.
Titrasi dilanjutkan sampai tidak ada kekeruahan lagi. (5)
5. Metode Budde
Menurut Budde turunan asam barbiturat yang tersubsitusi 5,5 dapat
ditentukan secara argentometri, juga senyawa yang atom nitrogennya
tersubstisusi lebih lanjut. Asam barbiturat atau garmnya dititrasi dengan
larutan perak nitrat 0,1 N dalam larutan yang mengandung alkali karbonat.
Mula-mula akan terbentuk polimer kompleks barbiturat-perak yang larut
dengan perbandingan 1:1. Pada titik akhir titrasi kelebihan sedikit ion
perak mengakibatkan terbentuknya kompleks perak-barbiturat polimer
yang sukar larut dengan perbandingan 1:2 dan merupakan akhir titrasi. (7)
Titrasi-titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara
titran dengan analit. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri
untuk mendeteksi titik akhir, meskipun demikian penggunaan indikator
yang dapat berubah warnanya dengan adanya kelebihan titran juga sering
digunakan. (5)
II.2 Uraian Bahan
a. Fenobarbital ( 9:481)
Nama resmi : PHENOBARBITALUM
Sinonim : Fenobarbital, Luminal
RM/BM : C12H12N2O3 / 232,24
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur; putih tidak
berbau; rasa agak pahit.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; larut dalam
etanol (95%) P, dalam eter P, dalam larutan
alkali hidroksida dan dalam larutan alkali
karbonat.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel analisa
b. Kloroform (9:151)
Nama Resmi : CHLOROFORMUM
Sinonim : Kloroform
RM/BM : CHCl3 / 119,38
Pemerian : Cairan, mudah menguap; tidak berwarna;
bau khas; rasa manis dan membakar.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik bersumbat kaca,
terlindung dari cahaya.
Kegunanaan : Sebagai pelarut sampel
c. AgNO3 (9:97)
Nama Resmi : ARGENTI NITRAS
Sinonim : Perak nitrat
RM/BM : AgNO3 / 169,87
Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur
berwarna putih, menjadi gelap jika kena
cahaya.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam
etanol (95 %) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya.
Kegunaan : Sebagai penyedia perak
d. Natrium karbonat ( 9:400)
Nama resmi : NATRII CARBONAS
Sinonim : Natrium karbonat
RM/BM : Na2CO3.H2O / 124,00
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur
putih.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih mudah larut
dalam air mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai garam pemberi suasana netral
e. K2CrO4 ( 9:690)
Nama resmi : KALII KROMAT
Sinonim : Kalium kromat
RM/BM : K2CrO4 / 194,2
Pemerian : Massa hablur; kuning.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larutan jernih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai indikator
f. Air suling (3:96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Aquadest
RM/BM : H2O/ 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan jernih,tidak berwarna,tidak
berbau,tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan adalah gelas kimia, Erlenmeyer,
statif dan klem, buret, corong, pengaduk, neraca analitik.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah sampel tablet Luminal,
Na2CO3, AgNO3, CHCl3, aquadest, indikator kalium Kromat.
III.2 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang secara keseluruhan tablet luminal, kemudian ditimbang
berat setara 50 mg fenobarbital.
3. Dimasukkan dalam Erlenmeyer, dan dilarutkan dengan CHCl3 5 ml
dan 10 ml Na2CO3 2%. Dan ditambahkan indikator K2CrO4 2-3
tetes.
4. Dititrasi dengan AgNO3 0,1 N hingga terbentuk endapan merah
bata.
5. Dicatat volume perak nitrat yang digunakan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Pengamatan
No. Larutan baku Perubahan warna endapan
1 AgNO3
endapan putih
endapan merah bata
IV.2 Perhitungan
1. Berat Luminal yang ditimbang untuk mendapatkan berat setara
fenobarbital 50 mg
Dik : z (berat tablet keseluruhan) = 1849 mg
50mg15tab x30mg
x z=A
50mg15tab x30mg
x 1849=205mg
Dan berat berdasarkan yang ditimbang = 205 mg
Jadi, 205 mg Luminal yang ditimbang mengandung fenobarbital
sebanyak 50 mg.
2. % Kadar Fenobarbital
Dik Volume titrasi = 14,75 ml
% = V x N x BEMgContoh
x 100 %
= 14,75x 0,1 x232,24
50x100 %
= 685,108 %
BAB V
PEMBAHASAN
Secara kimia, barbiturat merupakan derivate asam barbiturat. Asam
barbiturat (2,4,6-trioksoheksahidropirirmidin) merupakan hasil reaksi
kondensasi antara urea dengan asam malonat.
Asam Barbiturat adalah zat induk barbital-barbital yang sendirinya
tidak bersifat hipnotik. Sifat ini baru nampak jika atom-atom hidrogen pada
atom C 5 dari inti pirimidinnya digantikan oleh gugusan alkil atau aril.
Barbital-barbital semuanya bersifat lipofil, sukar larut dalam air tetapi
mudah larut dalam pelarut-pelarut non polar seperti minyak, kloroform dan
sebagainya.
Metode penetapan kadar barbiturat dapat dilakukan dengan berbagai
cara antara lain meode aside-alkalimetri, argentometri, dan bromometri
utnuk gugus tidak jenuh. Semua barbiturat dapat ditetapkan sebagai asam
berbasa satu. Titrasi dalam air dihindari karena sifat keasaman barbiturat
yang lemah dan kelarutannya dalam air yang kecil. Oleh karena itu, titrasi
dilakukan dengan pelarut campuran air alcohol. Dalam suasana basa,
barbiturat dengan perak nitrat membentuk garam yang tak larut. Reaksi
yang terjadi tergantung suasana larutannya. Beberapa barbiturat
mempunyai substituent pada kedukukan 5 yang merupakan gugus yang
tidak jenuh. Gugus ini dapat dititrasi kuantitatif dengan metode
bromometri.
Metode yang digunakan pada peecobaan ini adalah metode
Argentometri cara Mohr. Dimana prinsip percobaan ini berada dalm
suasana netral dengan penambahan garam karbonat, dan dititrasi dengan
larutan baku perak nitrat dengan menggunakan indikator kalium kromat
hingga terbentuk endapan merah bata.
Pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan sampel Luminal
yang mengandung fenobarbital. Dimana fenobarbital merupakan suatu
senyawa turunan asam barbiturat. Dalam percobaan ditentukan terlebih
dahulu berapakah berat Luminal yang ditimbang untuk mendapatkan
fenobarbital sebanyak 50 mg. Dengan cara Tablet sampel ditimbang
secara keseluruhan, dan ditimbang yang setara dengan 50 mg
fenobarbital.
Pada percobaan dilakukan penetapan kadar fenobarbital dalam
sediaan tablet luminal. Sampel fenobarbital yang setara dengan 50 mg
dilarutkan dengan 5 ml kloroform karena fenobarbital mudah larut dalam
kloroform. Kemudian ditambahkan 5 ml natrium karbonat 2 % sebagai
pemberi suasana netral pada sampel, kemudian ditambahkan indikator
kalium kromat. Dititrasi dengan larutan baku perak nitrat 0,1 N hingga
terbentuk endapan merah bata.
Dari hasil ini didapatkan kadar sampel fenobarbital. Didapatkan
bahwa kadar 50 mg fenobarbital pada Luminal 205 mg adalah 685,108 %.
Hal ini sangat tidak sesuai dengan literature yang mengatakan bahwa %
kadar fenobarbital tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0 %
fenobarbital.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dan berdasrkan
hasil perhitungan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Berat Luminal yang ditimbang untuk mendapatkan fenobarbital
50 mg adalah 205 mg
2. Kadar fenobarbital dalam sampel Luminal adalah 685,108 %.
VI.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Dosen UIT. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Farmasi Analisis. Universitas Indonesia Timur: Makassar.
2. Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Universitas Indonesia. 134, 135, 226, 227, 231
3. Sudjadi. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 156, 157, 159, 160, 169, 170, 176, 177, 178
4. Tadjuddin, Naid. 2001. Penuntun Praktikum Analisa Farmasi. Makassar : Universitas Hasanuddin. 22, 23
5. Susanti, S., Jeanny Wunas. 1997. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar : UNHAS. 1, 29,30, 100, 101, 103, 105, 140, 141
6. Basset, J., dkk. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4. Jakarta : EGC. 259
7. Roth, Hermann J.1981. Analisis Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 248, 252, 255, 270, 271
8. Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 146, 148, 149, 153, 154
9. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia adisi III .Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS FARMASI
“ANALISIS SENYAWA TURUNAN ASAM BARBITURAT
FENOBARBITAL METODE ARGENTOMETRI ”
Oleh:
Nama : D E N N Y
Nim : 11.01.034
Kelompok : IV (empat)
Asisten : Isela Kalambo
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2013