laporan akhir peningkatan ... - repositori.unud.ac.id filependahuluan 1.1 latar belakang perjalanan...

105
LAPORAN AKHIR PENINGKATAN KETERAMPILAN RUMAH TANG DI KABUPATEN BULELENG Oleh : Ketua Peneliti : Drs I Gede Wardana, MSi Anggota : Dr. I Gede Sujana Budhia Anggota : Drs. I Made Jember, MS.i Dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten Bulele Tahun Anggaran 2014/2015

Upload: hoanganh

Post on 19-Jun-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

1

LAPORAN AKHIR

PENINGKATAN KETERAMPILAN RUMAH TANGGA MISKIN

DI KABUPATEN BULELENG

Oleh :

Ketua Peneliti : Drs I Gede Wardana, MSi

Anggota : Dr. I Gede Sujana Budhiasa, SE., MS.i

Anggota : Drs. I Made Jember, MS.i

Dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten Bulelelng

Tahun Anggaran 2014/2015

FAKULTAS EKONOI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 2: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

2

AB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak

semua Negara berhasil mencapai prestasi pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan

pemerataan pendapatan. Laporan dari Wold Bank (2013) menyajikan bahwa arah

perkembangan rumah tangga miskin sebagian besar masih terdapat di kawasan Negara

ASIA dan Pasific. Bank Dunia memberikan batasan tentang kriteria kelompok rumah

tangga miskin yaitu apabila konsumsi per hari kurang dari $ USD 1.75. Tantangan yang

semakin bear bagi sejumlah Negara untuk mengurangi penduduk miskin adalah bagian

dari misi pembangunan yang seharusnya menjadi pusat perhatian pemerintah di banyak

Negara dalam upaya meningkatkan prestiasi pertumbuhan ekonomi dengan sasaran

yang semakin meluas untuk mengurangi rumah tangga miskin.

Sen (1993) mengembangkan gagasan tentang pendekatan multi-dimensional dalam

memahami karakter keolmpok miskin, karena disadari kemiskinan tidak saja disebabkan

oleh terbatasnya peluang untuk hidup layak, tetapi juga terdapat persoalan multi-

komplek yang menyebabkan kemiskinan harus dipetakan dalam pendekatan ekonomi

dan non ekonomi.

Konsep tentang multi-dimensional criteria sebagaimana dikembagkan oleh Amartya

Sen (1982) termasuk konsep pengukuran human development index (HDI) adalah

konsep pengukuran criteria miskin yang berbasis pada pendekatan multi-dimensi, yaitu

miskin dalam pengertian rendahnya kesehatan, gizi dan rendahnya pendidikan formal (

Page 3: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

3

Worl Bank Report, 2010). Berdasarkan sejumlah kajian, Badan Pusat Statistik Jakarta (

BPS, 2011) menyatakan adanya tiga kriteria pengentasan kemiskinan, yang dapat

dikelompokkan sebagai berikut.

Kelompok 1: sangat miskin ,

Merupakan kelompok program penanggulangan kemiskinan Bantuan Sosial

berbasis keluarga. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan

dan perlindungan social bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan

beban hidup, serta perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin. Fokus pemenuhan hak

dasar ditujukan untuk memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat miskin untuk

kehidupan lebih baik, seperti pemenuhan hak atas pangan, pelayanan kesehatan, dan

pendidikan.

Kelompok 2 ; Miskin ,

Merupakan Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Bantuan Sosial

berbasis Pemberdayaan Masyarakat. Upaya penanggulangan kemiskinan tidak cukup

hanya dengan memberikan bantuan secara langsung pada masyarakat miskin karena

penyebab kemiskinan tidak hanya disebabkan oleh aspek-aspek yang bersifat

materialistik semata, akan tetapi juga karena kerentanan dan minimnya akses untuk

memperbaiki kualitas hidup masyarakat miskin. Pendekatan pemberdayaan

dimaksudkan agar masyarakat miskin dapat keluar dari kemiskinan dengan

menggunakan potensi dan sumberdaya yang dimilikinya.

Kelompok 3 : rentan miskin

Merupakan Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Bantuan Sosial berbasis

Pemberdayaan Usaha ekonomi Mikro dan Kecil. Program penanggulangan kemiskinan

berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil adalah program yang bertujuan untuk

memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil.

Aspek penting dalam penguatan adalah memberikan akses seluas-luasnya kepada

masyarakat miskin untuk dapat berusaha dan meningkatkan kualitas hidupnya

Page 4: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

4

Berasarkan uraian kriteria miskian sebagaimana dijelaskan diatas, tampak bahwa

kabupaten Buleleng sedang dalam upaya menurunkan agka kelomok miskin yang saat

ini tersebar jumlahnya di wilayah 9 kecamatan yang ada di kabupaten Buleleng. (lihat

Tabel 1.1).

Tabel 1.1

Jumlah Kepala Rumah Tangga Miskin Yang Bekerja Menurut Wilayah Kecamatan

Kabupaten Buleleng , 2013

WILAYAH Pertanian Horti- Perke- Perikanan Perikanan Peter- Kehutanan Pertam- Industri

Sub-

Total

KECAMATAN/ Tanaman kultura Bunan tangkap budidaya nakan pertanian bangan pengolah

SEKTOR PKJAAN Pangan lainnya pegglian an

GEROKGAK 1605 279 346 463 340 2879 27 10 159 6108

SERIRIT 2030 14 297 185 8 700 452 71 204 3961

BUSUNGBIU 378 9 1986 12 1 70 20 0 55 2531

BANJAR 997 194 1236 43 4 573 18 31 898 3994

SUKASADA 823 180 1894 9 2 314 37 9 137 3405

BULELENG 854 7 69 95 1 62 2 5 187 1282

SAWAN 870 37 569 90 4 220 9 14 218 2031

KUBUTAMBAHAN 856 271 1280 187 3 913 9 24 94 3637

TEJAKULA 238 965 830 257 2 710 80 24 60 3166

TOTAL 8651 1956 8507 1341 365 6441 654 188 2012 30115

Sumber : PMD, Popinsi Bali. 2014

Berdasarkan data pada Tabel 1.1 tampak bahwa sebagian terbesar dari rumah

tangga miskin yang tersebar di Sembilan kecamatan kabupaten Buleleng bekerja di

sektor pertanian tanaman pangan (dataran rendah) serta tanaman perkebunan (wilayah

dataran tinggi), serta peternakan adalah kombinasi dari dataran rendah dan dataran

tinggi, sementara pada sector nelayan justru jumlahnya relative lebih sedikit. Kecamatan

Grokgak dan Tejakula memiliki rumah tangga miskin yang relative dominan bekerja di

sektor perikanan tangkap (nelayan) dibandingkan engan 7 kecamatan lainnya. Hal ini

sekaligus menunjukkan bahwa lahan persawahan di wilayah Tejakula dan Grokgak

Page 5: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

5

relative lebih sedikit, sehingga perikanan laut menjadi pilihan sebagai mata pencaharian

rumah tangga miskin.

Informasi maa pencaharan rumah tangga miskin di kabupaten Bueleleng juga

terkonsentrasi pada sektor bangunan dan konstruksi. (Lihat Tabel 1.2). Fakta demikian

menunjukkan sebagian besar rumah tangga miskin terdiri dari tenaga kerja tidak

terampil, serta tenaga kerja yang terampil tetapi tidak mandiri dalam membangun usaha,

keterbatasan modal serta keterbatasan lain yang menjadi kendala mereka dalam

menerobos peluang untuk keluar dari kemiskinan.

Tabel 1.2

Jumlah Kepala Rumah Tangga Yang Bekerja Menurut Wi layah Kecamatan

Kabupaten Buleleng , 2013 (LanjutanTabel 1.1)

WILAYAH

Listrk Bangunan/ Perdaga- Htl dan Transprts Informasi Keungan Jasa

Lainnya Sub-l Grand- KECAMATAN/ Gas konstruksi ngan R Mkn dan peng- komuni- dan Total Total

SEKTOR PKJAAN

gudangan kasi asuransi

GEROKGAK 10 1080 235 101 574 4 13 198 99 2314 8422

SERIRIT 10 1070 402 48 407 1 13 488 186 2625 6586

BUSUNGBIU 1 308 65 3 117 2 4 50 15 565 3096

BANJAR 12 872 174 39 141 2 4 239 157 1640 5634

SUKASADA 9 799 243 33 76 3 8 272 196 1639 5044

BULELENG 16 1684 547 107 321 5 13 803 198 3694 4976

SAWAN 6 696 214 19 172 3 11 919 26 2066 4097

KUBUTAMBAHAN 7 1360 137 18 150 1 4 318 259 2254 5891

TEJAKULA 2 892 97 18 112 1 4 204 80 1410 4576

TOTAL 73 8761 2114 386 2070 22 74 3491 1216 18207 48322

Sumber : PMD, Popinsi Bali. 2014

Berdasarkan Tabel 1.2 tampak bahwa kecamatan Grokgak merupakan sentra

terbanyak RTM di wilayah kabupaten Buleleng, yaitu sebesar 8422 rumah tangga

dibandingkan denga wilayah kecamatan lainnya. Berdasarkan pertimbangan jumlah

RTM, tantangan sumber daya alam yang mereka hadapi, serta wilayah kecamatan

Grokgak sebagai kawasan perbatasan pintu masuk Bali dari wilayah Jawa Timur, maka

studi penelitian kaji tindak (action research) ini ditetapkan dilaksanakan atas kerja sama

Page 6: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

6

tim peneliti dari Pusat Analisis Data Ekonomi dan Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana dengan Badan Perencanaan Daerah kabupaten Buleleng pada

tahun anggaran 2015.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Modal Sosial

Bourdieu dan Wacquant (1992) menyatakan modal sosial adalah jumlah

sumberdaya, aktual atau maya yang berkumpul pada seseorang individu atau kelompok

karena memiliki jaringan tahan lama berupa hubungan timbal balik perkenalan dan

pengakuan yang sedikit banyak terinstitusionalisasikan. Field (2010) mengemukakan

bahwa teori modal sosial Bourdieu secara jelas melihat modal sosial sebagai hak milik

eksklusif elite (berupa aset) yang didesain untuk mengamankan posisi elite tersebut.

Jika modal sosial Bourdieu ( 1992) menitik beratkan sebagai aset individu dan modal

sosial merupakan hasil, maka Coleman (1994) dalam (Field 2010) mendefinisikan

modal sosial sebagai seperangkat sumber daya yang melekat pada hubungan keluarga

dan dalam organisasi sosial komunitas dan yang berguna pada perkembangan kognitif

atau sosial anak atau idividu. Pernyataan tersebut lebih sarat akan makna karena di

dalamnya ia menggambarkan nilai hubungan bagi semua aktor, individu, dan kolektif

baik yang berkedudukan istimewa maupun yang kedudukannya tidak menguntungkan.

Page 7: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

7

Coleman melihat modal sosial sebagai sumberdaya karena dapat memberi kontribusi

terhadap kesejahteraan individu.

Putnam (1996) modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial jaringan, norma

dan kepercayaan yang mendorong partisipan bertindak bersama secara lebih efektif

untuk mencapai tujuan bersama. Putnam (1996) memaparkan pembahasan Putnam

selanjutnya. Putnam berpendapat bahwa gagasan inti dari teori modal sosial adalah

bahwa jaringan memiliki nilai kemudian kontak sosial akan memengaruhi produktivitas

individu dan kelompok. Pengertian lain yakni oleh Fukuyama (1995) yang dikutip oleh

Cahyono dan Adhiatma (2012) bahwa modal sosial adalah serangkaian nilai-nilai atau

norma-norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok

yang memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka. Fukuyama (1995) dalam

Inayah (2012) menyatakan modal sosial timbul dari adanya kepercayaan (trust) dalam

sebuah komunitas.

Modal sosial dapat didefinisikan sebagai serangkaian nilai dan norma informal

yang dimilki bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat yang

memungkinkan terjadinya kerjasama diantara mereka (Francis Fukuyama, 2002: xii).

Tiga unsur utama dalam modal sosial adalah trust (kepercayaan), reciprocal (timbal

balik), dan interaksi sosial. Trust (kepercayaan) dapat mendorong seseorang untuk

bekerjasama dengan orang lain untuk memunculkan aktivitas ataupun tindakan bersama

yang produktif. Trust merupakan produk dari norma-norma sosial Cooperation yang

sangat penting yang kemudian memunculkan modal sosial.

Fukuyama (2002), menyebutkan trust sebagai harapan-harapan terhadap

keteraturan, kejujuran, perilaku kooperatif yang muncul dari dalam sebuah komunitas

yang didasarkan pada norma-norma yang dianut bersama anggota komunitas-komunitas

itu. Trust bermanfaat bagi pencipta ekonomi tunggal karena bisa diandalkan untuk

mengurangi biaya (cost), hal ini melihat dimana dengan adanya trust tercipta kesediaan

seseorang untuk menempatkan kepentingan kelompok diatas kepentingan individu.

Adanya high-trust akan terlahir solidaritas kuat yang mampu membuat masing-

masing individu bersedia mengikuti aturan, sehingga ikut memperkuat rasa

Page 8: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

8

kebersamaan. Bagi masyarakat low-trust dianggap lebih inferior dalam perilaku

ekonomi kolektifnya. Jika low-trust terjadi dalam suatu masyarakat, maka campur

tangan negara perlu dilakukan guna memberikan bimbingan (Francis Fukuyama, 2002:

xiii).

Unsur penting kedua dari modal sosial adalah reciprocal (timbal balik), dapat

dijumpai dalam bentuk memberi, saling menerima dan saling membantu yang dapat

muncul dari interaksi sosial (Soetomo, 2006: 87). Unsur yang selanjutnya yakni

interaksi sosial. Interaksi yang semakin meluas akan menjadi semacam jaringan sosial

yang lebih memungkinkan semakin meluasnya lingkup kepercayaan dan lingkup

hubungan timbal balik. Jaringan sosial merupakan bentuk dari modal sosial. Jaringan

sosial yakni sekelompok orang yang dihubungkan oleh perasaan simpati dan kewajiban

serta oleh norma pertukaran dan civic engagement. Jaringan ini bisa dibentuk karena

berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan politik atau agama, hubungan

genealogis,dan lain-lain .

Jaringan sosial tersebut diorganisasikan menjadi sebuah institusi yang memberikan

perlakuan khusus terhadap mereka yang dibentuk oleh jaringan untuk mendapatkan

modal sosial dari jaringan tersebut (Pratikno dkk: 8). Dilihat dari tindakan ekonomi,

jaringan adalah sekelompok agen individual yang berbagi nilai-nilai dan norma-norma

informal melampaui nilai-nilai dan norma-norma yang penting untuk transaksi pasar

biasa. Melalui pemahaman ini dapat dijelaskan bahwa modal sosial dapat bermanfaat

bukan hanya dalam aspek sosial melainkan juga ekonomi (Pratikno dkk: 88).

2.2 Kemiskinan

Kotze (2004) menyatakan bahwa masyarakat miskin memiliki kemampuan yang

relatif baik untuk memperoleh sumber melalui kesempatan yang ada. Kendatipun

bantuan luar kadang-kadang digunakan, tetapi tidak begitu saja dapat dipastikan

sehingga masyarakat bergantung pada dukungan dari luar. Pendekatan pemberdayaan

ini dianggap tidak berhasil karena tidak ada masyarakat yang dapat hidup dan

Page 9: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

9

berkembang bila terisolasi dari kelompok masyarakat lainnya. Pengisolasian ini

menimbulkan sikap pasif, bahkan keadaan menjadi semakin miskin.

Supriatna (1997:90) menyatakan bahwa kemiskinan adalah situasi yang serba

terbatas yang terjadi bukan atas kehendak orang yang bersangkutan. Suatu penduduk

dikatakan miskin bila ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja,

pendapatan, kesehatan dan gizi serta kesejahteraan hidupnya, yang menunjukkan

lingkaran ketidakberdayaan. Kemiskinan bisa disebabkan oleh terbatasnya sumber daya

manusia yang ada, baik lewat jalur pendidikan formal maupun nonformal yang pada

akhirnya menimbulkan konsekuensi terhadap rendahnya pendidikan informal.

Emil Salim (1997) mengemukakan lima karakteristik penduduk miskin. Kelima

karakterisktik penduduk miskin tersebut adalah: 1) Tidak memiliki faktor produksi

sendiri, 2) Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan

kekuatan sendiri, 3) Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, 4) Banyak di antara

mereka yang tidak mempunyai fasilitas, dan 5) Di antara mereka berusia relatif muda

dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai.

Bank Dunia (1990) dalam laporannya di hadapan anggota PBB bertitel "Poverty

and Human Development' mengatakan bahwa: "The case for human developemnt is not

only or even primarily an economic one. Less hunger, fewer child death, and better

change of primary education are almost universally accepted as important ends in

themselves" (pembangunan manusia tidak hanya diutamakan pada aspek ekonomi, tapi

yang lebih penting ialah mengutamakan aspek pendidikan secara universal bagi

kepentingan diri orang miskin guna meningkatkan kehidupan sosial ekonominya).

Booth dan Me Cawley (Dalam Moeljarto T., 1993) menyatakan bahwa "di banyak

negara memang terjadi kenaikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang diukur dari

pendapatan perkapitanya, tetapi itu hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil

masyarakatnya, sedangkan sebagian besar masyarakat miskin kurang memperoleh

manfaat apa-apa, bahkan sangat dirugikan".

Untuk memecahkan masalah ini, perlu kebijaksanaan yang tepat dengan

mengidentifikasi golongan masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan berikut

Page 10: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

10

karakteristiknya lebih dulu. Umumnya, suatu keadaan disebut miskin bila ditandai oleh

kekurangan atau tidak mampu memenuhi tingkat kebutuhan dasar manusia. Kemiskinan

tersebut meliputi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar yang mencakup aspek primer dan

sekunder. Aspek primer berupa miskinnya aset pengetahuan dan keterampilan,

sedangkan aspek sekunder berupa miskinnya jaringan sosial, sumber-sumber keuangan,

dan informal, seperti kekurangan gizi, air, perumahan, perawatan kesehatan yang

kurang baik dan pendidikan yang relatif rendah.

Tidak sedikit penjelasan mengenai sebab-sebab kemiskinan. Kemiskinan massal

yang terjadi di banyak negara yang baru saja merdeka setelah Perang Dunia II

memfokuskan pada keterbelakangan dari perekonomian negara tersebut sebagai akar

masalahnya (Hardiman dan Midgley, dalam Kuncoro, 1997:131). Penduduk negara

tersebut miskin menurut Kuncoro (1997:131) karena menggantungkan diri pada sektor

pertanian yang subsistem, metode produksi yang tradisional, yang seringkali dibarengi

dengan sikap apatis terhadap lingkungan.

Sharp, et.al (dalam Kuncoro, 1997:131) mencoba mengidentifikasi penyebab

kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul

karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan

distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya

dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat

perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang

rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah.

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang

kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan

muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan

(vicious circle of poverty) menurut Nurkse (dalam Kuncoro, 1997:132): adanya

keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan

rendahnya produktifitas. Rendahnya produktivitasnya mengakibatkan rendahnya

pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada

Page 11: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

11

rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan,

dan seterusnya.

2.3 Kebijakan Pemerintah

Doglas North seorang sejarawan ekonomi terkemuka mendefinisikan kelembagaan

sebagai batasan-batasan yang dibuat untuk membentuk pola interaksi yang harmonis

antara individu dalam melakukan interaksi politik, sosial dan ekonomi (North, 1990).

Senada dengan North, Schmid (1972) mengartikan kelembagaan sebagai sejumlah

peraturan yang berlaku dalam sebuah masyarakat, kelompok atau komunitas, yang

mengatur hak, kewajiban, tanggung jawab, baik sebagai individu mauapun sebagai

kelompok. Sedangkan menurut Schotter (1981), kelembagaan merupakan regulasi atas

tingkah laku manusia yang disepakati oleh semua anggota masyarakat dan merupakan

penata interaksi dalam situa tertentu yang berulang.

Mirip dengan definisi ini diungkapkan oleh Hamilton (1932) yang menganggap

kelembagaan merupakan cara berfikir dan bertindak yang umum dan berlaku, serta telah

menyatu dengan kebiasaan dan budaya masyarakat tertentu. Menurut Jack Knight

(1992), kelembagaan adalah serangkaian peraturan yang membangun struktur interkasi

dalam sebuah komunitas. Sedangkan Ostrom (1990) mengartikan kelembagaan sebagai

aturan yang berlaku dalam masyarakat (arena) yang menentukan siapa yang berhak

membuat keputusan, tindakan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, aturan apa

yang berlaku umum di masyarakat, prosedur apa yang harus diikuti, informasi apa yang

mesti atau tidak boleh disediakan dan keuntungan apa yang individu akan terima

sebagai buah dari tindakan yang dilakukannya.

Berdasarkan atas bentuknya (tertulis/tidak tertulis) North (1990) membagi

kelembagaan menjadi dua: informal dan formal. Kelembagaan informal adalah

kelembagaan yang keberadaannya di masyarakat umumnya tidak tertulis. Adat istiadat,

tradisi, pamali, kesepakatan, konvensi dan sejenisnya dengan beragam nama dan

sebutan dikelompokan sebagai kelembagaan informal. Sedangkan kelembagaan formal

adalah peraturan tertulis seperti perundang-undangan, kesepakatan (agreements),

Page 12: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

12

perjanjian kontrak, peraturan bidang ekonomi, bisniss, politik dan lain-lain.

Kesepakatan-kesepakatn yang berlaku baik pada tingkat international, nasional, regional

maupun lokal termasuk ke dalam kelembagaan formal.

Menurut Wiliamson (2000), yang dimaksud kelembagaan formal adalah

kelembagaan yang kelahirannya umumnya dirancang secara sengaja seperti perundang-

undangan (konstitusi) yang dibuat oleh lembaga legislatif/pemerintah. Namun demikian,

hal ini bukan merupakan kriteria mutlak, karena banyak kasus kelembagaan formal

yang merupakan hasil evoluasi dari kelembagaan informal sebagaimana undang-undang

perikanan di Jepang yang berasal dari hukum adat atau tradisi yang hidup dan menyatu

dalam masyarakat selama ratusan tahun (Ruddle, 1993). Perubahan kelembagaan pada

level ini dapat berlangsung dalam kurun waktu 10 sampai 100 tahun (Williamson,

2000).

Menurut Marfai (2005) pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk

melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijakan penataan, pemanfaatan,

pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan

hidup. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan

dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain

(Miler, 1995).

Operasional rule adalah aturan main yang berlaku dalam keseharian. Yaitu aturan

yang ditemukan dalam sebuah komunitas, organisasi atau kelompok masyarakat

mengenai bagaimana interaksi antar anggota komunitas tersebut seharusnya terjadi.

Terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam, operasional rule merupakan

instrument pembatas mengenai kapan, dimana, seberapa banyak dan bagaimana anggota

sebuah komunitas memanfaatkan sumberdaya alam. Pengawasan (monitoring) terhadap

tindakan setiap aktor, penegakan sanksi bagi para pelanggar dan pemberian reward

kepada mereka yang taat aturan semuanya diatur dalam operasional rule. Operasional

rule berubah seiring dengan perubahan teknologi, sumberdaya, budaya, keadaan

ekonomi dll (Ostrom, 1990)

Page 13: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

13

Kelembagaan pada constitutional choice level mengatur, utamanya, mengenai siapa

yang berwenang bekerja pada level collective choice dan bagaimana mereka bekerja.

Constitutional rule merupakan aturan tertinggi yang tidak semua kelompok, organisasi

atau komunitas memilikinya. Collective choice rule berbeda dengan constitutional rule

walaupun aktor yang terlibat dalam pembuatannya kemungkinan sama. Menurut

kerangka analisis Ostrom, undang-undang yang mengatur tentang anggota legislatif

tersebut berada pada tingkat constitutional choice dan disebut constitutional rule.

Modal sosial dapat dipahami sebagai kepercayaan, norma, dan jaringan yang

memungkinkan anggota komunitas bertindak kolektif. Definisi modal sosial kelihatan

sederhana tapi perlu kritis melihatnya. Perlu diingat bahwa tidak semua orang dalam

sebuah komunitas mempunyai akses yang sama terhadap modal sosial (Portes 1998).

Ada orang yang pandai memanfaatkan modal sosial sehingga dapat mendorong

peningkatan kesejahteraan mereka. Namun ada juga yang tidak melihat peluang dengan

modal sosial sehingga mereka tidak bisa memanfaatkan bagi kesejahteraan keluarga

mereka.

Kita telah memahami bahwa modal sosial mempunyai hubungan positif dengan

kesejahteraan komunitas. Para ahli juga mendapati bahwa modal sosial memainkan

peran besar dalam menjelaskan perilaku individu pada aras mikro ekonomi. Namun

perlu diingat ada asumsi bahwa modal sosial dalam lingkungan yang sehat cenderung

menelorkan hasil yang positif bagi individu yang terlibat, namun sebaliknya modal

sosial rendah karena lingkungan yang kurang sehat akan menghasilkan individu yang

kurang berhasil. Hal ini dipakai untuk menjelaskan tentang jebakan kemiskinan yang

melilit anggota suatu keluarga secara turun temurun. Kemiskinan yang dialami orangtua

dapat menurun kepada generasi berikut karena mereka sudah terbiasa hidup dalam

lingkungan dengan modal sosial rendah. Memang pada mikro modal sosial selalu

dikaitkan dengan kesejahteraan individu (Iyer 2005).

Modal sosial sebagai suatu sistem jaringan antar individu jika dikoordinasi dengan

baik dapat mempercepat tumbuhnya lembaga lembaga kemasyarakatan dan

terbentuknya pasar. Hal ini menunjukan bahwa manajemen dan pemanfaatan jaringan

sangat penting dalam pembagian sumber yang tersedia. Jaringan dapat dimaknai sebagai

Page 14: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

14

kepercayaan dan kelembagaan yang ada dalam masyarakat. Jaringan ini bisa positif jika

didasarkan pada keyakinan bersama namun bisa negatif misalnya dalam hal

kegiatan rent-seeking ekonomi yang sering dipraktekan oleh organisasi kriminal. Jika

hasil yang ingin dicapai jaringan tidak sesuai dengan tujuan masyarakat maka

pemerintah perlu campur tangan memperkuat kembali modal sosial. Misalnya,

pembentukan rukun warga (RW) atau rukun tangga (RT) seharusnya bisa merupakan

salah satu upaya mempercepat modal sosial di kalangan masyarakat.

Dalam masyarakat apa pun biasanya muncul banyak asosiasi atau perserikatan baik

atas dasar profesi maupun ikatan primordial yang lain. Kehadiran asosiasi ini selalu

mempunyai tujuan dan misi masing masing. Modal sosial biasanya diukur dari

keberadaan dan keterlibatan seseorang dalam asosiasi tertentu. Penelitian Putnam

menunjukan bahwa wilayah utara Itali lebih maju dari wilayah selatan karena lebih

banyak orang di utara terlibat dalam berbagai asosiasi daripada di selatan Itali. Hal ini

kemudian menyebabkan pertumbuhan ekonomi di wilayah utara lebih tinggi daripada di

selatan. Asosiasi sukarela di wilayah utara menjalin hubungan kerjasama yang intens

dengan pemerintah daerah setempat (Putnam 2000).

Page 15: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

15

BAB III

KERANGKA PIKIR PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Teori pembangunan yang berkembang dewasa ini sangat ber-orientasi kepada

peranan modal, sumber daya terampil dan teknologi dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi. Meskipun sebagian besar dari strategi pembangunan telah mencapai tingkat

pertumbuhan ekonomi yang diinginkan, namun demikian, bahwa prestasi pertumbuhan

ekonomi sebagian besar gagal mencapai tingkat kesejahtraan masyarakat ( social cohesion for

society ) yang diperlukan dalam rangka pembangunan ekonomi berkelanjutan ( Knack dan

Keefer, 1997). Dalam rangka memperkuat fondasi ekonomi yang berkelanjutan, Putnam (

1993) telah menggagas penguatan sosial capital dala rangka kebersamaan. Narayan (1977)

menekankan pentingnya modal sosial dalam rangka pengurangi kesenjangan pendapatan dan

penurunan kemiskinan untuk mencapai kesejahtraan.

Granovetter (1995) menggaris-bawahi peranan modal sosial network sebaai basis

kekuatan masyarakat dalam membangun dirinya dari dalam. Modal sosial dan trust

(kepercayaan) memiliki kekuatan dalam strategi pembangunan yang mendorong semakin

efisiennya transaksi pada pelbagai sektor kegiatan ekonomi, serta mendorong peningkatan

Page 16: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

16

arus informasi dalam rangka semakin mengefektiokan mobilitas sumsberdaya mencapai tinkat

pertumbuhan ekonomi dan kesejahtraan (Dasgupta. 1988). Rodrik, 1998) menyatakan

pandangan yang searah dengan Granovetter d(1995) dan Dasgupta bahwa social capital

memiliki peran yang sangat strategis dalam mengkoneksikan aktivitas kegiatan ekonomi

ditingkat mikro maupun makro.

Model kerangka pikir yang disampaikan sebagai basis pengembangan modal sosial

sebagaimana dibahas diatas, dikoneksikan berdasarkan tahap perencanaan dan

pengembangan alur model dari proses awal perencaan sampai padatahap implementasi moal

sosisl dalam upaya menurunkan angka kemiskinan dan uoaya meningkatkan lebih banyak

rumah tangga untuk ditingkatkan kesejahtraannya. (lihat Gambar 3.1)

Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian

Bagan Alir Penyusunan Rencana Induk, Rencana Aksi, dan Rencana Implementasi Penanggulangan Kemiskinan

OUTCOME 3

Implementasi

Desa/Kelurahan

Binaan

Kebijakan Pembangunan

Daerah

1. RPJM & RPJP 2. RENSTRA 3. Program Penanggulangan

Kemiskinan

Identifikasi

Permasalahan

Kemiskinan

Focus Group Discussion :

(Dinas, Badan, Kantor, KPK,

LSM)

n-depth Interview

(Kelompok Sasaran)

OUTPUT DATABASE

1. Permasalahan Kemiskinan 2. Profil Kemiskinan 3. Isue Strategis 4. Penetuan Desa/Kelurahan

Binaan Pilot Project

OUTCOME 1

Work Plan Penanggulangan

Kemiskinan Wilayah

Perbatasan

Buleleng Barat

Page 17: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

17

Kebijakan pembangunan daerah yang dimulai dari tahap identifikasi rumah tangga

miskin mencakup karakteristik geografik ( pegunungan dan ataran rendah, serta karakter

demographic mencakup umur, penddikan, jemis kelaion dan mata pencaharian) adalah proses

awal pendataan, untuk kemudian ditindak-lanjuti dengan dukungan informasi lainnya. Dalam

rangka pengembangan ionformasi yang bersifat akademik dan berbasis pengembangan model

penelitian, maka kegiatan penelitian ini melakukan upaya mengkonstruksi kebijakan

pemerintah (govrment policy) sebagai policy variable yang mendorong peningkatan

kesejahtraan masyarakjat dan penurunan angka kemiskinan, serta konstruksi modal sosial

yang diajukan penelitian ini sebagai kerangka model; pendekatan yang ditawarkan dalam

rangka memecahkan persoalan kemiskinan dari dalam diri rumah tanga miskin tersebut. .(lihat

Gambar 3.2).

3.2 Kerangka Operasional Penelitian.

Penelitian ini melakukan konstruksi terhadap peran modal sosial sebagai poptensi

yang dimiliki oleh masyarakat, khususnya pada lingkungan rumah tangga miskin, yang

diuharapkan dapat dikelola dan dibangkitkan kekuatannya dalam mendorong seluruh

potensi diri pribadi rumah tangga miskin yang seharusnya dapat membangun

kebersamaan dalam memebebaskan diri mereka dari belengguy kemiskinan menuju rumah

tangga yang lebih sejahtera.

Pendekatan pustaka yang dirujuk dalam pengembangan model penlitian tentang

peranan modal sosial didapatkan dari gagasan Putnam (1993) tentang peranan modal

sosial yang dibagi menjadi tiga komponen yaitu trust, network dan norm. Dengan demikian,

Tipologi Kemiskinan

1. Pegunungan 2. Dataran Rendah (Rural,

Urban)

OUTCOME 2

Recommendation Penanggulangan Kemiskinan

Kelompok RTM Wilayah Perbatasan

Page 18: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

18

dimensi modal sosial akan diukur secara konsisten berdasarkan ketiga komponen yang

telah disebutkan diatas.

3.2.1 Modal sosial Network

Network atau membership adalah komponen modal sosial memuat pentingnya

kebersamaan dalam kehiduopan sosial kemasyarakatan. Fafchams dan Minten (1999)

menyatakab bahwa social network dapat berperan mengurangi transaction cost yang teradi

dalam praktek dan menjadi beban biaya masyarakat. Transaction cost terjadi karena

adanya imperfect information telah mengurangi kesejahtraan masyarakat. Perikatan dalam

sejumlah organisasi sosial dapat dinyatakjan sebagai social network kemasyarakatan yang

d[at menciptakan kekuatan dalam membangun hari depan yang lebih baik pada RTM.

Network dapat lebih dirinci menjadi bonding (lingkaran dalam) dan bridging (

menjembatani) (Putnam, 1993).

3.2.2 Social Trust

Social trust adalah salah satu dimensi social capital yang memiliki peran untuk

menciptakan kekuatan dalam kebersamaan. Cassidy (2001) menyatakan terdapat adanya

sejumlah dimensi yang dapat mencerminkan keberadan trust yaitu kepercayaan antar

warga masyarakat dalam sebiuah ikatan kemasyarakatan suku bangsa tertentu, serta

sejumlah pranata sosial kemasyarakatan yaitu pada struktir masyarakat padasebah ikatan

sosial pedesaan, organisasi profesi serta perikatan dalam organisasi pemeritahan, dunia

usaha dan seterusnya. Dalam rangka menggali informasi tentang social trust, Grootaert et

al 2003) melakukan pengukuran tentang social trust melalui penyusunan tiga jenis

intrumen petanyaan mencakup antara lain (a) most peole can be trust, (b) need to e

careful, (c) don’t know. Kawachi et al (1997) menemukan adanya sikap percaya kepada

Page 19: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

19

orang lain pada klas masyarakat bawah justru lebih menguat dibandingkan dengan kelas

masyarakat atas.

3.2.3 Social capital Norm

Norma adalah komponen daro social capital yang berkaitan dengan cara pandang,

adat kebiasaan yang berlaku seragam dan dipatuhi padastuktur masyaraat tertentu

menjadi prilaku, sehingga dapat menggambarkan karakter individu yang menggambarkan

keterwakilan dari masyarakat tertentu. Kajisa (2002) menyatakan bahwa norma adalah

prilaku yang tergambarkan pada collective action, karena prilaku individu tergambarkan

dari pola prilaku yang dianut pada masyarakat tertentu,

Grootaert et al (2003) merumuskan collective action sebagai aspek yang sangat

p[enting dalam pengembanganb kemasyarakatan. Grootaert et al (2003)

merekomendasikan pengembangan pola pengukuran collective action yaitu (a) what

proportion of people in this village contribute time or money toward common development

goals, (b) How many days in the past 12 months did you you participate in community

activities?, (c) when measuring the extent of willingness to cooperate and participate in

collective action.

,

3.2.4 Kebijakan pemerintah

Pengembangan daya saing dunia usaha memerlukan kelembagaan dalam rangka

menciptakan framework conditions yang memungkinkan asset produktif berkembang

Page 20: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

20

untuk mendapatkan pangsa pasar yang semakin bersaing. Dalam kerangka persfektif

pengembangan daya daing usaha, kebijakan pemerintah memegang peranan yang

menentukan sebagai fasilitator dalam pembinaan kelembagaan bersifat formal maupun

non formal ( North,1990). Peran kebijakan pemerintah sebagaimana disajikan

padaGambar 2.3 mencakup empat pola kebijakan pengembangan antara lain, Pola

kebijakan pemerintah diteorikan sebagai lembaga yang beroeran dalammemperkuat

posisi daya saing dunia usaha melalui sejumlah langkah kebijakan antara lain (a)

memfasilitasi pengembangan sumber daya produktif, (b) bantuan sarana pengembangan

teknologi yang lebih menghemat biaya produksi, (c) bantuan fasilitas pemberdayaan

organisasi bisnis yang mampu membangunb kinerja efektif dasn efisien, (d) bantuan

pola pemasaran dan kerja sama pengambangan pasar, (e) daya saing produk dan

pengembangan kelembagaan bisnis berkelanjutan.

Gambar 3.2

Kerangka Konsep Penelitian

Kebijakan Pemerintah Dan Potensi Modal Sosial

Kebijakan

Pemerintah

(X1)

Kesejah-

Traan

RTM

(Y1)

Trust

Y4

Network

Quality

(Y3)

Norma

(Y2)

Gambar 3.3

Page 21: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

21

Kerangka Konsep Penelitian

Y1= α1 + β1Y2 + β2X1 + β3Y4 + β4Y3 + e1

Y2= α1 + β5X1 + e2

Y4= α1 + β6X1 + e3

Y3= α1 + β7X1 + e4

3.3 Hipotesis penelitian

a. Bahwa norma, kebijakan pemerintah, trust dan network quality berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kesejahtran masyarakat.

b. Bahwa kebijakan permintah berpoengaruh positif dn sig terhadap norma

masyarakat

c. Bahwa kebijakan permintah terhadap trust masyarakat

d. Untuk menganalisis engaruh kebijakan permintah terhadap network quality

e. Bahwa kebijakan pemermntah berpengaruh posotof dan signifikan terhadap

kesejahtraan RTM melalui Norma

f. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan pemermntah terhadap kesejahtraan

RTM melalui Trust

g. Untuk menganalisis kebijakan pemermntah terhadap kesejahtraan RTM

melalui Network quality

Page 22: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

1

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian berpedoman pada permasalahan penelitian dan hipotesis yang disusun

karena merupakan titik tolak dari setiap rancangan penelitian. Dalam penelitian ini, rancangan

penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang dilengkapi dengan dukungan hal-hal

yang bersifat deskriptif dan kualitatif.

Rancangan penelitian ini juga mempermudah penelusuran dan pengukuran antara variabel

bebas dengan variabel terikat, berdasarkan anggapan bahwa temuan-temuan sampel dapat

digeneralisasikan ke populasi penelitian.Untuk mencapai tujuan tersebut, rancangan penelitian

berbentuk explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan suatu generalisasi

sampel terhadap populasinya atau menjelaskan hubungan perbedaan atau pengaruh satu variabel

dengan variabel lainnya.

4.2 Lokasi Penelitian,Ruang Lingkup ,dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng. Lokasi ini dipilih

karena, (a) wilayah kecamatan Grokgak memiliki jumlah RTM terbesar dibandingkan dengan

delapan kecamatan lainnya, (b) kecamatan Gerokgak merupakan daerah perbatasan yang

penduduknya cukup heterogen dengan bentangan wilayah cukup luas ( gambar 4.1 ).

4.3 Indentifikasi Variabel Penelitian

Page 23: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

2

Variabel adalah suatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai atau sesuatu yang bervariasi

(Kerlinger, 2006). Mendasari kerangka pemikiran dan tujuan studi yang hendak dicapai,

penelitian ini melakukan pengembangan dan pengukuran variabel yang tidak dapat diukur secara

langsung, dengan mempergunakan skala Likert ( 1,2,3,4,5). Pengukuran penelitian ini dinyatakan

sebagai konstruk yang didukung dengan indikator atau item-item pertanyaan yang diperoleh

melalui pengembangan daftar pertanyaan. Sehubungan dengan penelitian yang mempergunakan

teknik relasi yang interdependensi antara satu konstruk dengan konstruk lainnya dalam suatu

model structural, maka model persamaan yang dikembangkan mencakup diantaranya terdiri dari

konstruk endogen dan konstruk eksogen. Dinyatakan sebagai konstruk endigen, apabila konstruk

tersebut merupakan konstruk terikat dan mendapatkan tanda panah dari konstruk lainnya.

Konstruk eksogen adalah apabila konstruk yang hanya berfungsi sebagai pemberi tanda panah

kepada konstruk lainnya (Hair, et al 2010).

4.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional, adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan

cara memberi arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang

diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Berdasarkan identifikasi terhadap variabel-variabel

yang digunakan untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan variabel yang diteliti, berikut

ini dijelaskan definisi operasional dari masing-masing variabel. Berdasarkan identifikasi

variabel, selanjutnya diberikan definisi operasional variabel sebagai berikut.

1) Variabel Peran Pemerintah adalah upaya pemerintah dalam pengentasan kemiskinan

mencakup pemberdayaan, pendampingan masyarakat Kebijakan Pemerintah berupa

program - program yaitu berupa bantuan raskin, bantuan siswa miskin ,jaminan

kesehatan masyarakat ,program keluarga harapan. Satuannya adalah orang dengan skala

ratio.

Page 24: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

3

2) Variabel jaringan sosial adalah kemampuan rumah tangga miskin dalam melibatkan diri

dalam suatu jaringan sosial melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan

. Jaringan sosial itu berupa sumberdaya ,lokasi ( dusun , desa, kecamatan, kota ) jaringan

dalam kelompok ,kualitas dari jaringan sosial. Satuannya adalah indeks

3) Variabel kepercayaan adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam

hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan

melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu

pola tindakan yang saling mendukung. Kepercayaan ini dapat dilihat bagaimana persepsi

masyarakat terhadap tokoh masyarakat, persepsi masyarakat terhadap pemerintahan desa,

persepsi masyarakat terhadap konflik dalam lingkungan masyarakat . Satuannya adalah

indeks

4) Variabel norma adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh

masyarakat dalam suatu entitas sosial tertentu. Nilai-nilai yang ada dalam masyarakat

berupa sikap gotong royong atau saling tolong menolong, perasaan senasib dan

sepenanggungan , sikap harmonis di kalangan masyarakat dan ada aturan kepatuhan

terhadap aturan. Satuannya adalah Indeks

5) Variabel jenis kelamin rumah tangga adalah jenis kelamin kepala rumah tangga unit

pengukurannya adalah 1 = laki-laki dan 0 =Perempuan

6) Variabel pendidikan kepala rumah tangga adalah ijazah yang dimiliki oleh kepala rumah

tangga unit pengukurannya tahun sekala ratio

7) Variabel lapangan usaha kepala rumah tangga adalah jenis pekerjaan rumah tangga .Unit

pengukurannya adalah 1 = pertanian dan 0 = lainnya

8) Variabel status penguasaan bangunan tempat tinggal adalah kepemilikan atas rumah yang

ditempati unit pengukurannya adalah 1 = milik sendiri, 2= kontrak /sewa, 3 = lainnya

9) Variabel jenis atap terluas adalah jenis bahan atap yang dipakai . Unit pengukurannya

adalah 1= beton, 2= genteng,3=sirap, 4 = seng, 5 = asbes,6 = ijuk/rumbai, 7= lainnya.

Page 25: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

4

10) Variabel sumber air minum adalah asal air yang dikonsumsi . Unit pengukurannya adalah

1 = air kemasan, 2 = air ledeng , 3 = air terlindung, 4 = air tidak terlindung

11) Variabel sumber penerangan utama adalah penerangan yang dipakai sehari-hari . Unit

pengukurannya adalah 1 = listrik PLN , 2 = listrik non PLN, 3 = tidak ada listrik

12) Variabel fasilitas tempat air buang air besar adalah kepemilikan tempat pembuangan

hajat rumah tangga. Unit pengukurannya adalah 1= milik sendiri, 2 = bersama/umum ,3 =

tidak ada.

4.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan pada seluruh variabel dalam penelitian ini merupakan

data sekunder kuantitatif . Untuk menjawab tujuan penelitian ini data yang dianalisis adalah data

yang berasal dari BDT (Basis Data Terpadu) PPLS 2011 .Variabel bebasnya adalah peran

pemerintah berupa program yang diperoleh dari TNP2K berupa Program Bantuan Siswa Miskin

(BSM) , Program Beras Miskin (RASKIN) , program keluarga harapan (PKH) , jaminan

kesehatan masyarakat (jamkesmas). Sedangkan Variabel terikatnya adalah kepercayaan

,norma,jarimgan sosial dan kesejahteraan RTM . Variabel Moderator adalah kepercayaan, norma

dan jaringan .

4.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga miskin. Tabel 4.1 menyajikan

jumlah rumah tangga miskin di wilayah Kecamatan Grokgak Kabupaten Buleleng, sebagai

berikut:

Page 26: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

5

Tabel 4.1 Jumlah RTM BDT ( Basis Data Terpadu )PPLS 2011

Berdasarkan Sumber Mata Pencaharian Kecamtan Gerokgak

Sumber: BDT

2011( lihat

Lampiran 1)

Studi

penelitian ini

melakukan prediksi atas karakter rumah tangga miskin dengan mempergunakan metode SEM

PLS . Henseler et al (2010) merekomendasikan penarikan jumlah sampel antara 40 sampai

dengan 100 .penelitian ini mempergunakan jumlah seluruh sampel sebesar 99 yaitu rekomendasi

yang paling minimal yang direkomendasikan oleh Henseleret al (2010). Penarikan sampel

mempergunakan metode proporsional random sampling ( Emory, 2005 ), Greener (2010) . Hasil

perhitungan penarikan sampel dapat dilihat pada tabel 4.1 dimana jumlah penarikan sampel

ditentukan berdasarkan proporsi dari sub populasi rumah tangga miskin.

Berdasarkan data yang tersedia dilakukan dengan menggunakan rumus Cochran .W. untuk

menentukan sampel.Rumus tersebut adalah :

=

1+ e2=

2 5

1+ 2 5 1

1 2 =

2 5

1+ 2 5 1

1

= 2 5

1+ 2 5=

2 5

3 5= =

Di mana:

n = sampel

N = populasi

e = sampling error ditetapkan 10%

DESA POPULASI SAMPEL

SUMBER KLAMPOK 197 2

PEJARAKAN 1192 13

SUMBERKIMA 952 10

PEMUTERAN 915 10

BANYUPOH 133 1

PENYABANGAN 567 6

MUSI 372 4

SANGGALANGIT 563 6

GEROKGAK 841 9

PATAS 1391 15

PENGULON 389 4

TINGA TINGA 554 6

CELUKAN BAWANG 341 4

TUKAD SUMAGA 878 9

JUMLAH 9285 99

Page 27: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

6

4.7 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Dikumpulkan dengan

cara meminta informasi pada instansi yang berwenang dalam hal ini Bappeda selaku sekretaris

TKPKD Kabupaten Buleleng (Tim Koordinasi penanggulangan Kemiskinan Daerah ). Data yang

kami peroleh merupakan berupa Basis Data Terpadu (BDT) PPLS 2011.

Basis Data Terpadu(BDT) PPLS 2011 merupakan data yang dikeluarkan oleh TNP2K tiga

tahun sekali. Adapun isi

1) Observasi

Untuk mendapatkan data sekunder digunakan cara observasi pada RTM di Desa Kecamatan

Gerokgak

2) Wawancara

Mengumpulkan keterangan atau informasi yang berhubungan dengan tujuan penelitian

dengan cara bertanya langsung kepada responden secara berstruktur berdasarkan daftar

pertanyaan yang telah disiapkan.

3) Kuesioner

Cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan kepada responden untuk

dijawab berkaitan dengan pendapatan pedagang.

4.8 Instrumen Penelitian

4.8.1 Uji Validitas Instrumen

Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya

diukur. Pengujian ini berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk melakukan tugasnya

mencapai sasaran dan juga dengan tujuan dari pengukuran.Pengukuran dinyatakan valid jika

mengukur tujuan dengan nyata atau benar.Alat ukur yang tidak valid adalah yang memberikan

Page 28: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

7

hasil ukuran menyimpang dari tujuannya. Variabel terukur dinyatakan valid jika memiliki

koefisien korelasi (rhitung) > 0,3 (Jogiyanto, 2007). Rumus validitas adalah sebagai berikut:

Ri =

……………………………………………..(1)

Keterangan:

Ri = Validitas

N = jumlah populasi

X = total skor butir-butir pernyataan percobaan pertama

Y = total skor butir-butir pernyataan kedua

4.8.2 Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliabilitas menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurnya.Suatu pengukur dikatakan

reliable jika hasil pengukurannya akurat dan konsisten. Dikatakan konsisten jika beberapa

pengukuran terhadap subyek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda. Variabel dinyatakan

reliable apabila koefisien Alpha Cronbach > 0,6 . Rumus dari Alpha Cronbach adalah:

…………………………………………………………….(2)

Keterangan:

α = koefisien alpha cronbach

r = rata-rata korelasi diantara butir pertanyaan

k = jumlah butir pertanyaan dalam skala

4.9 Teknik Analisis Data

Berdasarkan data yang terkumpul sesuai konsep pemikiran awal maka akan dilanjutkan

dengan proses analisis. Teknik analisis dilakukan dengan menggunakan PLS (Partial Least

Squares).Proses analisisnya dilakukan dengan program PLS. Model persamaan dalam penelitian

ini adalah :

1. Y1= α1 + β1Y2 + β2X1 + β3Y4 + β4Y3 + e1

2. Y2= α1 + β5X1 + e2

3. Y4= α1 + β6X1 + e3

Page 29: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

8

4. Y3= α1 + β7X1 + e4

Keterangan :

Y1

Y2

Y3

Y4

X1

β1-2

α

e

=

=

=

=

=

=

=

=

Kesejahteraan RTM

Norma

Network Quality

Trust

Kebijakan Pemerintah

Koefisien regresi yang menunjukkan variasi pada variable

terikat sebagai akibat perubahan pada variable bebas.

intersep

eror term

4.9.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif

dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendekripsikan data sample dan tidak ingin membuat

kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sample tersebut diambil (Sugiyono, 2008).

4.1.1 Statistik Induktif

Pengertian penelitian induktif adalah penelitian yang bersifat pendalaman atas fenomena

tertentu berdasarkan metode kuantitatif statistik. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis

persamaan dan fakta – fakta dan sifat – sifat objek yang diteliti berdasarkan kerangka pemikiran

tertentu. Penelitian kuantitatif ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat,

dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena

tertentu.

4.9.3 Metode PLS

Page 30: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

9

Partial Least Squares merupakan factor indeterminacy metode analisis yang powerful

meskipun dengan jumlah sample terbatas, karena focus penggunaan SEM PLS adalah untuk

prediksi dan pengembangan ilmu Hair, et al ( 2014). PLS dapat juga digunakan untuk

konfirmasi teori. SEM PLS memiliki sejumlah keunggulan yaitu antara lain (a) tidak diperlukan

asumsi normalitas, (b) dapat dipergunakan sample berukuran kecil, serta (c) konstruk dapat

dipetakan menjadi dimensi reflective dan formative Hair et al (2010). Model penelitian yang

telah dijabarkan dalam bentuk konsep pada BAB 3 dapat diuraikan secara lebih lengkap, dengan

menyajikan konstruk laten beserta indikatornya, sebagaimana disajikan pada Gambar 4.1.

Berdasarkan Gambar 4.2, peran pemerintah (X1) dinyatakan memiliki konstruk formatif,

selebihnya terdiri dari konstruk reflektif. Dinyatakan memiliki konstruk formatif, karena

kebijakan pemerintah mewakili data terindek, data bernuansa bilangan yang bukan merupakan

data persepsi murni, sehingga indikator berpotensi membentuk konstruk ( Hair, et al 2010).

Gambar 4.2 Kerangka Operasional Model Penelitian

Page 31: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

10

4.9.4 Cara Kerja PLS

Seperti dijelaskan di atas tujuan PLS adalah membantu peneliti untuk mendapatkan nilai

variabel laten untuk tujuan prediksi. Model formalnya mendefinisikan variabel laten adalah

linear aggregate dari indikator-indikatornya. Weight estimate untuk menciptakan komponen skor

variabel laten didapat berdasarkan bagaimana inner model (model struktural yang

menghubungkan antar variabel laten) dan outer model (model pengukuran yaitu hubungan antara

indiktor dengan konstruknya) dispesifikasi. Hasilnya adalah residual variance dari variabel

dependen (keduanya variabel laten dan indikator) diminimumkan.

Trust

Y4

Network

Quality

(Y3)

Norma

(Y2)

Kesejahte-

raan RTM

(Y1)

Kebijakan

Pemerintah

(X1)

Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4

Y1.1

Y1.4

Y1.3

Y1.2

X1.1

X1.4

X1.3

X1.2

Y3.1 Y3.2 Y3.3 Y3.4

Y4.1

Y4.2

Y4.2

Page 32: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

11

4.9.5 Model Pengukuran atau Outer Model

Covergent validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan

korelasi antara item score / component score dengan construct score yang dihitung dengan PLS.

Ukuran fefleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0.70 dengan konstruk

yang ingin diukur. Namun demikian untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala

pengukuran nilai loading 0.5 sampai 0.60 dianggap cukup (Chin; 1998).

Discriminant validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan

cross loading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih

besar daripada ukuran konstruk lainnya,maka hal menunjukkan bahwa konstruk laten

memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada ukuran pada blok lainnya. Metode

lain untuk menilai discriminant validity adalah membandingkan nilai square root of average

variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk

lainnya dalam model. Jika nilai akar kuadrat AVE setiap konstruk iebih besar daripada nilai

korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai

discriminant validity yang baik (Fornell dan Larcker, 1981).berikut ini rumus menghitung AVE.

)var(ελ

λ AVE

i

2

i

2

i

i

.…………………………………………………….(4)

Dimana λ adalah component loading ke indikator dan var ( ε i) = 1- λ 12. Jika semua indikator di

standardized, maka ukuran ini sama dengan average communalities dalam blok. Fornnel dan

Larcker (1981) menyatakan bahwa pengukuran ini dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas

component score variabel laten dan hasilnya lebih konservatif dibandingkan dengan composite

reliability (pc). Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar 0.50.

Page 33: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

12

Composite reliability blok indikator yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan

dua macam ukuran yaitu internal consistency yang dikembangkan oleh Werts, Linn dan Joreskog

(1974) dan Cronbach’s Alpha. Dengan menggunakan output yang dihasilkan PLS maka

composite reliability dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

)var(ε)λ(

pc)λ( pc

i

2

i

2

i

i

…………………………………………………….(5)

Dimana λ adalah component loading ke indikator dan var( ε i) = 1- λ 12. Dibandingkan dengan

Cronbach Alpha, ukuran ini tidak mengasumsikan tau equivalence antar pengukuran dengan

asumsi semua indikator diberi bobot sama. Sehingga Cronbach alpha cenderung lower bound

estimate reliability, sedangkan PC merupakan closer approximation dengan asumsi estimasi

parameter adalah akurat. PC sebagai ukuran internal consistence hanya dapat digunakan untuk

konstruk dengan refleksif indikator.

4.9.6 Model Struktural atau Inner Model

Dalam PLS inner model juga disebut inner relation yang menggambarkan hubungan antar

variabel laten berdasarkan substansi teori. Model persamaan dalam penelitian ini sesuai dengan

Gambar 4.1 adalah:

Y1= α1 + β1Y2 + β2X1 + β3Y4 + β4Y3 + e1

Y2= α1 + β5X1 + e2

Y4= α1 + β6X1 + e3

Y3= α1 + β7X1 + e4

Page 34: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

13

Keterangan:

X1 = Kebijakan pemerintah

Y1 = Kesejahteraan RTM

Y2 = Norma

Y3 = Networkquality

Y4 = Trust

β1, β5, dan β6 β7 = Koefisien jalur

e1 = inner residual

Evaluasi terhadap inner model dilakukan dengan melihat besarnya koefisien jalur

strukturalnya, dan juga nilai uji t statistiknya yang diperoleh dengan metode bootstrapping. Di

samping itu juga diperhatikan R2 untuk variabel laten dependen. Nilai R2 sekitar 0,67 dikatakan

baik, 0,33 dikatakan moderat, sedangkan 0,19 dikatakan lemah. Perubahan R2 dapat digunakan

untuk menilai pengaruh variabel laten tertentu terhadap variabel laten independen apakah

memiliki pengaruh yang substantive. Hal ini dapat dilakukan dengan menghitung f2. Nilai f2

sama dengan 0,02, 0,15 dan 0,35 dapat dikatakan bahwa prediktor variabel laten memiliki

pengaruh, kecil, menengah, dan besar terhadap model struktural.

Model Struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen,

Stone-Geisser Q-square test untukpredictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien

parameter jalur struktural. Dalam menilai model dengan PLS kita mulai dengan melihat R-square

untuk setiap variabel laten dependen. Interpretasinya sama dengan interpretasi pada regresi.

Perubahan nilai R-squares dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen

tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantive.

Pengaruh besarnya f² dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

R1

R-R f

included2

excluded2

included2

2

……………………………………………………….(8)

Page 35: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

14

Dimana R²included dan R²excluded adalah R-square dari variabel laten dependen ketika prediktor

variabel laten digunakan atau dikeluarkan didalam persamaan struktural. Nilai f² sama dengan

0.02, 0.15 dan 0.35 dapat diinterpretasikan bahwa prediktor variabel laten memiliki pengaruh

kecil, menengah, dan besar pada level struktural.

Page 36: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

15

BAB V

SURVEY LAPANGAN DAN PENGUJIAN INSTRUMEN

5.1 Pengujian Karakter Responden

Kegiatan penelitian dan pemetaan awal tentang profile rumah tangga miskin di

wilayah desa Grokgak, desa Patas, desa Sumberkima, dan desa Tukad Sumaga. Ke empat

desa yang menjadi pusat kegiatan pemetaaan awal, adalah untuk melakukan identifikasi

dan verifikasi terkini tentang kondisi rumah tangga miskin pada ke empat desa, sekaligus

akan dipersiapkan kaji tindak sosialisasi dan pelatihan kelistrikan dan perbengkelan

dalam rangka mempersiapkan rumah tangga miskin dengan keterampilan yang semakin

membuka jalan bagi rumah tangga miskin yang bersangkutan untuk mendapatkan

peluang pangsa pasar kerja.

Tim peneliti telah mengunjungi Bapak camat Grokgak, hari Kamis, Tg. 20

Agustus 2015, sekaligus melakukan sejumlah wawancara dengan responden terpilih pada

wilayah empat desa yang disasar. Tim peneliti telah mempersiapkan acara sosialisasi dan

pelatihan tgl 11 September 2015, dengan melibatkan Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi pemerintah kabupaten Buleleng, serta Kepala UPTD. LLK UKM

Kabupaten Buleleng, dalam rangka mengisi agenda kegiatan pelatihan kelistrikan dan

perbengkelan, sedangkan Tim Peneliti dari PADEB FEB Universitas Udayana akan

melaksanakan sosialisasi materi kewiraswastaan dalam rangka mempersiapkan rumah

tangga miskin menjadi lebih mandiri melalui usaha mandiri berwiraswasta.

Tim yang terdiri dari empat tenaga peneliti telah melakukan survey awal

pemetaan, melaksanakan wawancara dengan responden terpilih tentang pola mata

Page 37: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

16

pencaharian, peluag kerja dan tingkat penyerapan pasar local atas keterampilan yang

mereka miliki.

Rencana kerja telah disusun sesuai dengan tahapan pekerjaan, serta telah ditetapkan

pembagian tugas berdasarkan agenda kegiatan yang telah ditantatangi pihak peneliti FEB

Univ Udayana dengan Bappeda kabupaten Buleleng.

5.2 Kegiatan Penyusunan Instrumen Pengolahan Data dan Informasi

Kegiatan penelitian telah mengadakan rapat penyusunan instrument penelitian pada

Tgl. 10 Agustus 2015, dengan meliatkan 3 peneliti utama, satu staff administrasi dan 4

mahasiswa petugas peneliti lapangan yang akan ditugaskan mengumpulkan data di wilayah

empat desa terpilih yang menjadi lokasi penelitian yaitu pada desa Grokgak, desa Patas, desa

Sumberkima, desa Tinga-tinga dan desa Tukad Sumaga.

Rencana kerja yang tela berhasil ditetapkan adalah pemetaan lokasi ke lapangan

dengan tiga peneliti utama dan dua orang mahasiswa, dilaksanakan pada tgl. 20 Agustus

2015, dengan memilih sebanyak 10 responden terpilih sebagai obyek penelitian dalam rangka

menguji instrument penelitian, dengan akan dilaksanakan langkah penyempurnaan terhadap

daftar pertanyaan yang telah disusun, dilakukan perbaikan terhadap item-item pertanyaan

yang tidak tuntas difahami oleh responden.

Gambar 1.1 : Audiensi Tim Peneliti dengan Bapak Camat Grokgak

Page 38: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

17

Kegiatan awal kunjungan tim peneliti ke lapangan telah bertemu dengan sejumlah

pejabat ditingkat kecamatan, serta sejumlah kepala desa terkait dengan kegiatan tim

peneliti dalam rangka pengembangan potensi rumah tangga miskin untk lebih mampu

memberdayakan diri ditengah situasu ekonomi yang berada pada kelambatan.

Kegiatan awal kunjungan tim peneliti ke lapangan pada tgl 20 Agstus 2015 telah

bertemu dengan sejumlah pejabat ditingkat kecamatan, serta sejumlah kepala desa terkait

dengan kegiatan tim peneliti dalam rangka pengembangan potensi rumah tangga miskin

untuk lebih mampu memberdayakan diri ditengah situasu ekonomi yang berada pada

kelambatan. Tim peneliti juga telah mengunjungi sejumlah responden untuk diwawancari

dalam rangka menguji instrument penelitian dan melengkapi data awal untuk kegatan

penelitian berikutnya.

Page 39: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

18

Gambar 1.2

Tim Peneliti bersama Camat dan Staff

Gambar 1.3 menyajikan diskusi singkat antara anggota tim peneliti FEB

Universitas Udayana dengan Bapak kepala LPD desa Grokgak dalam rangka mendpatkan

sumber informasi terkait dengan peranan lembaga keuangan milik desa adat setempat dan

kemampuan pelayanan yang telah dapat diberikan oleh LPD desa adat Grokgak kepada

masyarakat pda wilayah desa bersangkutan. Wawancara dilaksanakan bersamaan dengan

kunjungan tim peneliti FEB Universitas Udayana ketika melakukan survey lanjutan Tgl

20 September 2015. Tim peneliti melakukan koordinasi sekaligus membahas peminjaman

tempat pelatihan, dengan mempersiapkan sebanyak 25 orang kader muda dari komponen

rumah tangga miskin untuk direkrut dan diberdayakan dalam program pelatihan

Page 40: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

19

kelistrikan dan perbengkelan terjadwal tgl 11 dan 12 September 2015, dengan melibatkan

4 desa desa terpiih sebagaimana telah diuraikan diatas.

Gambar 1.3

Diskusi Tim Peneliti Dengan

Pengurus LPD Desa Adat Grokgak

Berdasarkan hasil survey potensi ekonomi kecamatan Grokgak, wilayah Buleleng

barat sebagian besar lahan pertanian tadah hujan, sehingga masyarakat hanya

mengandalkan tanaman seperti jagung, serta tanaman perkebunan seperti kelapa dan

tanaman mangga sebagai sumber mata pencaharian. Dengan panjangnya musim kemarau

seperti saat ini, sangat tampak bahwa lingkungan sangat berdebu (lihat Gambar 1.4).

Kawasan pemukiman ruma tangga miskin relatif tidak memenuhi standar

lingkungan sehat, disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain, adalah keterbatasan

sumber daya air serta sanitasi rumah yang tertutup, disebabkan oleh upaya penduduk

Page 41: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

20

untuk melindungi rumah mereka dari debu dan udara yang relatif tidak bersih dalam

memasuki musim kemarau panjang.

Gambar 1.3

Kondisi Lingkungan Tinggal Rumah Tangga Miskin

Di Desa Sumberkima Kecamatan Grokgak Buleleng

( Agustus 2015)

Keterbatasan sumber penghasilan rumah tangga miskin juga tercermin pada

beranda rumah yang memasang tali untuk penjemuran pakaian, yang sesungguhnya tidak

memenuhi syarat etis dan keindahan. Hal ini membuktikan, bahwa pada rumah tangga

miskin masih belum sampai kepada upaya menata lingkungan indah, tetapi adalah upaya

untuk memenuhi kebutuhan dasar yang menuntut mereka untuk mengabaikan hal-hal lan

yang dapat menyita waktu mereka, dalam mendapatkan sumber pendapatan lain, seperti

menjadi buruh tani dan pekerjaan sejenis lainnya.

Page 42: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

21

Gambar 1.4

Kondisi rumah atap dan rumah tinggal Rumah Tangga Miskin

Di Desa Sumberkima Kecamatan Grokgak Buleleng

( Agustus 2015)

Rumah tangga miskin yang memiliki mata pencaharian sebagai dagang atau

warung, sangat kental terlihat adanya keterbatasan sanitasi dinyatakan sehat, karena

ketidak-mampuan mereka dalam menata warung dengan sarana penunjang yang dapat

memnadjikan warung mereka menjadi sehat dan memenuhi syarat sanitasi yang baik.

Gambar 1.5 menyajikan kondisi warung yang dikelola oleh salah satu warga yang

termasuk dalamn kelompok rumah tangga miskin, memperlihatkan atap warung yang

sering bocor ketika musim hujan. Pada musim kemarau saat ini, warung dapat dipastikan

penuh dengan debu yang berterbangan, karena wilayah desa terdiri dari kawasan tegalan

yang kering. Penataan barang dagangan juga terlihat tidak beraturan dan belum

memenuhi syarat kesehatan yang baik.

Page 43: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

22

Gambar 1.5

Tipe Usaha Kecil versi Rumah Tangga Miskin

Di Desa Sumberkima Kecamatan Grokgak Buleleng

( Agustus 2015)

Gambar 1.5 mewakili karakter lingkungan dan kondisi usaha RTM yang belum

memenuhi syarat sanitasi, meskipun sebenarnya lokasi usaha berada pada lingkungan

jalan raya utama Gilimanuk – Singaraja, namun keterbatasan RTM untuk membangun

usaha pertokoan mereka dihadapkan kepada kemampuan keuangan pemilik usaha yang

terbatas. Kompleksitas permasalahan tampak terlihatpadawarga miskin, yaitu

keterbatasan sarana modal, sikap kewiraswastaan yang tidak berani mengambil resiko

atas tindakan investasi, akses pembeli dengan rata-rata pendapatan rendah, serta kendala

untuk bias bertahan hidup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, adalah tantangan yang

Page 44: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

23

sulit difahami dengan perhitunga analisis rasional, karena itu pula persoalan RTM adalah

kabut misteri yang multi-komplek dan tidak mudah untuk difahami hanya dengan

perhitungan analisis ekonomi semata.

Gambar 1.6 menyajikan tentang kehidupan keseharian rumah tangga miskin yang

sebagan besar dari mereka mengandalkan sumur buatan sendiri dengan kedalaman sekitar

12 meter, mengambil sumber air sumur dengan cara manual, dengan mengerek air

mempergunakan timba. Karena pada kedalaman 12 meter, penduduk tidak mendapatkan

sumber air yang permanen, sehingga tidak mungkin sumber air yang tersedia dapat

dimanfaatkan dengan mempergunakan tenaga pompa listrik untuk memenuhi kebutuhan

bersama leih dari satu rumah tangga, karena sumur akan kehabisan sumber air. Dengan

demikian, fungsi sumur baru terbatas untuk memenuhi kebutuhan air minum dan mandi

untuk sebuah rumah tangga dengan keluarga kecil.

Gambar 1.6

Lingkungan Sanitasi dan Sumur Sebagai Sumber Air

RTM di Desa Gokgak Kecamatan Grokgak Buleleng

( September 2015)

Page 45: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

24

Berbeda dengan sarana kantor kepala desa Sumberkima, dan sejumlah kantor

kepala desa lainnya pada wilayah kecamatan Grokgak menunjukkan fasilitas yang cukup

memadai dalam rangka melaksanakan fungsi pelayanan pemerintahan desa, terkondisikan

sangat berbeda dengan lingkungan rumah tangga miskin yang masih tampak pada

kawasan pemukiman apa adanya, tidak memiliki lantai tegel, halaman tanah dan tidak

tersedia kamar mandi dan toilet dan jamban keluarga. Gambar 1.7 menyajikan kondisi

lingkungan kantor kepala desa Sumberkima yang memiliki memiliki gedung pelayanan

pemerintahan relative sangat memadai bagi pelaksanaan pelayanan pemerintahan warga

desa setempat.

Gambar 1.7

Fasilitas Kantor Kepala Desa

Desa Sumberkima Kecamatan Grokgak Buleleng

( September 2015)

Page 46: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

25

Tim peneliti melakukan pemantauan lapangan, dengan mengunjungi responden

rumah tangga miskin di desa Grokgak kecamatan Grokgak. Musim kering telah

mengkondisikan pertanian lahan kering kurang berfungsi, sebagian dari tanah pertanian

seakan terbengkelai karena tidak mungkin dapat ditanami jagung, dan ketela pohon,

kecuali pada petani yang memiliki modal lebih besar, dengan menanam pohon kepala,

pohon mangga dan tanaman kering lainnya yang memerlukan modal awal ketika

menanam bibit kepala dan manga.

Gambar 1.8 menyajikan dialog langsung antara kepala keluarga RTM di lokasi

desa Grokgak, di kawasan rumah tinggal tegalan yang sekaligus menjadi rumah tinggal

RTM semi permanen, karena RTM yang bersangkutan ditunjuk sebagai pekerja penyakap

oleh pemilik tanah yang tidak berada pada lokasi tanag tegalan. RTM penyakap cukup

banyak jumlahnya di wilayah tegalan pada awasan yang memanjang dari desa

Page 47: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

26

Sumberkima, Patas, dan desa lainnya. Gambar 1.8 mewakili RTM yang tinggal di

tegalan milik orang lain, yang tidak tinggal pada lahan tegalan bersangkutan, tetapi

adalah penyakap sekaligus menjadi pekerja dan pengelola lahan yang dimiliki pihak lain.

Pola hubungan patron-client sebagaimana digambarkan oleh Cliff Geertz (1960-an)

masih ditemukan sebagai pola hubungan kekerabatan dan saling ketergantugan satu sama

lainnya dalam kerangka relasi kepentingan ekonomi dan sosial, dalam hal mana pemilik

lahan memfungsikan penyakap mereka sebagai perpanjagan tangan dalam rangka

mendukung kegiatan hajat dan kegiatan social yang dilaksaakan oleh pemilik tanah,

dimana para penyakap hadir memberikan dukungan tenaga dan bantuan lainnya.

Pola hubungan patron-client ini tampak sangat menonjol dalam kerangka

hubungan kerja pada sektor pertanian tegalan,dan tampak melemah dan tidak berfungsi

pada sektor diluar pertanian. Putusnya link antar pekerja dan majikan diluar sektor

pertanian, juga menjadi kendala bagi perlindungan rumah tangga miskin untuk

mempertahankan kualitas kesejahteraan mereka melalui pola relasi patron-client.

Melemahnya network quality dalam kerangka relasi patron-client menjadikan

hilangnya peluang relasi kuasa atas pekerjaan dengan RTM sebagai penyedia tenaga

kerja, sehingga peluang pembentukan kesejahtraan melalui kerangka patron-client tidak

terwujud di sektor diluar pertanian.

Gambar 1.9

Lingkungan tanah tegalan sebagai pemukiman penduduk

Rumah Tangga Miskin Di Desa Grokgak

Kecamatan Grokgak Buleleng

( Agustus 2015)

Page 48: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

27

Catatan lain dari survey awal yang telah dilaksanakan antara Bulan Agustus

sampai dengan pertengan bulan September 2015 adalah pola partisipasi gender dalam

upaya ikut serta berpartisipasi memperbaiki kesejahteraan RTM. Peran wanita pada

rumah tangga miskin pada musim paceklik telah memanfaatkan waktu luang mereka

dengan membuat canang dan perlengkapan sajen lainnya, yang dijual atas pesanan warga

setempat dan para pemangku pura yang berada disekitar lokasi rumah tangga miskin

bersangkutan. Ibu Dra Ni Made Sutarmiasih Wardana selaku mantan pimpinan dharma

wanita dan ibu PKK kabupaten Buleleng yang ikut serta sebagai pendamping kegiatan

penelitian ini, memiliki banyak akses atas binaan rumah tagga miskin khususnya di

wilayah Buleleng barat, sehingga sangat membantu dalam investigasi awal tim peneliti

untuk mendapatkan responden rumah tangga binaan. (lihat Gambar 1.10).

Gambar 1.10

Lingkungan tanah tegalan sebagai pemukiman penduduk

Rumah Tangga Miskin Di Desa Grokgak Kecamatan Grokgak Buleleng

Page 49: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

28

( September 2015)

Pola hubungan patron-client jika berkembang menjadi pola hubungan relasi

strktural yang unik diluar sektor pertanian, RTM akan mendapatkan lebih banyak peluang

memperbaiki kesejahtraan melalui penetesan kebawah dari masyarakat elite sosial

ekonomi yang menjadi majikan mereka. Ketika keluar dari sektor pertanian, pola

hubungan patron-client tidak ditemukan pada masyarakat pedesaan pada empat desa yang

di survey penelitian ini, meki masih dalam gambaran kasar, karena focus kegiatan

penelitin ini leih ditujukan kepada action research yang tidak mendalami karakter pola

hubungan sektoral secara mendetail.

Survey singkat atas kondisi RTM di wilayah Buleleng barat sebagai wilayah

perbatasan, menunjukkan bahwa RTM merupakan masalah yang cukup serius sehingga

Page 50: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

29

perlu dipolakan dimasa depan dengan prioritas kebijkan pemerintah kabupaten Buleleng,

mengingat wilayah perbatasan RTM menghadapi tantangan yang sangat besardalam

perebutan sumber daya yang terbatas dari penduduk lokal dan penduduk pendatang.

Berdasarkan hasilwawancara dengan sejunmlah responden terpilih terungkap

bahwa regenerasi dari penduduk miskin secara garis besar adalah para geneasi muda yang

telah dapat memenuhi kebutuhan sandang pangan secara minimal yang diperlukan untuk

bertahan hidup, namun menjadi masalah besar bagi mereka untuk mampu mewujudkan

sebuah rumah tinggal yang sehat dengan sanitasi baik. Type rumah tinggal RTM di

wilayah perbatasan Buleleng barat dapat dilihat pada Gambar 1.11 dengan kondisi batu

bata dan lantai tanah, yang mewakili kondisi rumah tinggal RTM dengan sarana air

minum dari sumur dan belum memiliki penerangan listrik.

Gambar 1.11

Lingkungan tanah tegalan sebagai pemukiman penduduk

Rumah Tangga Miskin Di Desa Grokgak Kecamatan Grokgak Buleleng

( September 2015)

Page 51: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

30

Bahan bakar utama yang dipergunakan rumah tangga miskin untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi makanan dan minuman, masih sangat terkiat dengan bahan bakar

lokal seperti kayu hutan, dan kelapa seperti tampak pada Ganbar 1.11, dimana warga

menyimpan bahan bakar kayu untuk memenuhi keperluan aktivitas didapur. Hal ini

menunjukkan, bahwa rumah tagga miskin berpotensi melakukan pengrusakan lingkungan

hutan dalam jangka panjang. Keterbatasan sumber pendapatan rumah tangga miskin

menyebabkan belum bergesernya pola penggunaan bahan bakar ke tingkat yang lebih

maju, seperti penggunaan gas atau kompor minyak tanah.

Gambar 1.12

Rumah Tangga Miskin Dan Bahan Bakar Memasak

Rumah Tangga Miskin Di Desa Sumberkima Kecamatan Grokgak Buleleng

( Agustus 2015)

Page 52: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

31

Wawancara singkat tim peneliti dengan dua kepala rumah tangga terpilih di

kawaan desa desa Grokgak dan desa Sumberkima kecamatan Grokgak memberikan

gambaran awal bahwa untuk mendapatkan makan keseharian relatif tidak terlalu sulit yag

bersumber dari pekerjaan mereka. Meskipun demikian, beban keluarga yang rata-rata

dengan anak antara 3 sampai 5 orang, relative sulit untuk dapat menyediakan tempat

pemukiman yang layak.

Gambar 1.13

Rumah Tangga Miskin Dan Bahan Bakar Memasak

Rumah Tangga Miskin Di Desa Sumberkima Kecamatan Grokgak Buleleng

( September 2015)

Page 53: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

32

Responden kepala rumah tangga yang diwawancara tersebut seperti tampak pada

Gambar 1.10 adalah berprofesi sebagai penggali sumur manual, dengan alat-alat yang

sangat terbatas serta cangkul dan skop, serta mampu menggali dengan kedalaman sampa

50 meter. Keterbatasan modal dan dengan keterampian seadanya merupakan modal

utama mereka dalam mendapatkan peluang pekerjaan yang saat ini banyak dibutuhkan

masyarakat, terumata mereka yang memiliki lahan tegalan di kawasan Buleleng barat

khususnya.

Survey singkat juga telah dilakukan di desa Tukad Sumaga dan desa Patas.

Dibandingkan dengan desa Patas dan Grokgak serta desa Sumberkima, maka desa Tukad

Sumaga relative memiliki sumber daya pertanian sawah dengan sarana irigasi teknis.

Gambar 1.14 menunjukkan berkembangnya ternak sapi yang cukup potensial, serta dapat

Page 54: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

33

memberikan lahan pekerjaan bagi masyarakat lokal. Meskipun desa Tukad Sumaga

memiliki relative kondisi lebih baik dibandingkan dengan tiga desa lainnya, tetapi saja

rumah tangga miskin memiliki karakter yanbg tidak berbeda jauh dengan tiga desa

lainnya, baik dilihat dari peluang kesempatan kerja, maupun potensi pasar yang dapat

membebaskan mereka dari tekanan ekonomi saat ini.

Gambar 1.14

Pemeliharaan Ternak Sapi Rumah Tangga Miskin

Di Desa Tukad Sumaga Kecamatan Grokgak Buleleng

( September 2015)

Survey awal dengan membandingkan sarana kantor kepala desa yang dimiliki oleh

empat desa yang menjadi focus pembinaan RTM di wilayah Buleleng Barat oleh Tim

Peneliti FEB Universitas Udayana adalah desa Grokgak, Patas, Tukad Sumaga dan desa

Sumberkima, menunjukkan gambaran tentang potensi desa dan tingkat kesejahteraan

masyarakat desa yang bersangkutan.

Gambar 1.15 menunjukkan sarana bangunan kantor kepala desa Patas yang

kondisinya relative sama dengan sarana gedung kepala desa Grokgak, sementara kantor

kepala desa Tukad Sumaga jauh lebih tampak anggun dan bercirikan bangunan Bali.

Page 55: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

34

Berdasarkan wawancara dengan staf kepala desa Tukad Sumaga, bahwa sebagian dana

yang dipergunakan adalah bersumberdari swadaya masyarakat, sebuah gambaran potensi

modal sosial dan kegotong-royongan serta kondisi kesejahtraan masyarakat yang lebih

baik dibandingian dengan tiga desa lainnya. Wilayah desa Tukad Sumaga memiliki

sejumlah kawasan lahan beririgasi teknis, serta hasil perkebunan yang mendukung

tingkat kesejahtraan masyarakat setempat.

Gambar 1.15

Sarana Kantor kepala desa PATAS

Di Desa Patas Kecamatan Grokgak Buleleng

( September 2015)

Perbedaan sarana bangunan juga menggambarkan kondisi sosial

kemasyarakat yang lebih kompak dalam bekerja sama untuk mewujudkan sarana

kantor kepaladesa yang representative. Gambar 1.16 memberikan suasana kantor

yang tipikal bangunan Bali, yang tidak dapat dikembangkan di desa lainnya.

Gambar 1.16

Sarana Kantor kepala desa Tukad Sumaga

Di Desa Tukad Sumaga Kecamatan Grokgak Buleleng

( Agustus 2015)

Page 56: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

35

Dalam kunjungan ke lapangan tahap kedua yang dilaksanakan dari tgl 24

Agustus 2015, telah berhasil menyusun agenda kegiatan tahap berikutnya, yaitu

mengkoordinasikan dengan Bapak Camat dan empat kepala desa binaan (desa Grokgak,

desa Patas, desa Sumberkima dan desa Tukad Sumaga) yang terkait dengan pola

pemetaan rumah tangga miskin, memperlihatkan pentingnya upaya untuk melakukan

konstruksi tentang kondisi, situasi dan karakter rumah tangga miskin. Pertama,

kecamatan Grokgak adalah wilayah perbatasan antara Bali barat dengan perbatasan Jawa

Timur, dalam hal mana pembenahan rumah tangga miskin dapat diartikan sebagai

pertahanan budaya lokal yang akan menjadi mudah tergerus apabila ekonomi rakyat

menjadi sangat lemah dan tiak berdaya.

Page 57: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

36

Kedua, bahwa pemetaan rumah tangga miskin menjadi penting untuk ditelusuri,

mengingat dampak terjadinya kriminalitas, narkoba dan prostitusi seringkali bermula dari

tekanan ekonomi rakyat yang terdesak dan tidak berdaya menghadapi dinamika pengaruh

negative, dimana rakyat dengan pertahanan ekonomi lemah dengan mudah terpelosok

dengan kepentingan jangka pendek yang merugikan kepentingan ekonomi dan sosial

masyarakat lokal.

Ketiga, bahwa tanpa pemahaman dengan jelas atas persoalan kemiskinan yang

berkembang di masyarakat khususnya di wilayah 4 desa lokasi penelitian ini, maka dapat

terjadi pemecahan permasalahan menjadi parsial dan tidak terarah, sehingga akan

menghabiskan tenaga, waktu dan dana pemerintah dengan hasil keluaran yang tidak

membeikan kontribusi nyata bagi penurunan rumah tagga miskin di wilayah perbatasan,

khususnya pada desa Grokgak, desa Patas, desa Sumberkima dan desa Tukad Sumaga.

Keempat, bahwa laporan awal ini disampaikan sebagai gambaran awal tentang

karakter rumah tangga miskin, sera upaya untuk mengentaskan kemiskinan tersebut

melalui program jangka pendek seperti sosialisasi dan pembekalan kepada kader muda

rumah tangga miskin tentang bekal keterampilan khsusu seperti tenaga isntalatur

kelistrikan dan tenaga perbengkelan. Peningkatan kualitas sumber daya dari drop-out

sekolahan ke tenaga kerja siap pakai, adal;ah salah satu upaya untuk memperluas bidang

keterampilan kader muda dari rumah tangga miskin, sehingga dioharapkan dapat

mewujudkan pangsa pasar baru sejalan dengan keterampilan yang telah mereka miliki.

5.3 Hasil Analisis

Page 58: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

37

Hasil analisis SEM PLS tidak disampaikan secara kronologis, mengingat sumber daya

pada pemerntah kabupaten Buleleng relative terbatas dala memahami karakter rumah

tanggai miskin berdasarkan analisis SEM PLS. Dengan demikian lapotan ini menyimpan

dokumen peyajian respot atas analisis SEM PLS, dengan menyajikan implementasi kaji

tindak, Peelitian tahap kedua, akan dijadikan landasan utama temuan persepsi rumah

tagga miskian, untuk kemudian dijadikan arahj pengembangan model yang lebih praktis.

Hasil analisis yangh tidak disajikan pada dokumen pelenitian ini tetap menjadi kerangka

bagi peecahan masalah nyata persoalan kemiskinan di wilayah perbatasan Buleeng barat,

Page 59: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

38

khususnya di kecamatan Grokgak. Hasil implementasi kegiatan penelitian kemudian dirangkum

menjadi kaji tindak tahap kedua kegiatan ini, sebagaimana dilaporkan berikut ini,.

5.4 Kajin Tindak Penelitian dan Implementasi Pemecahan Masalah

Kaji tidak (action research) yang dilakukan atas kerja sama Badan perencanaan Daerah

(Bappeda) kabupaten Buleleng dengan Pusat Analisis Data Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Unioversitas Udayana menyasar pemberdayaan rumah tangga miskin (RTM) wilayah perbatasan

Bali barat yaitu pada wilayah perbatasan kecamatan Grokgak. Dalam rangka pemberdayaan

tersebut, peneliti memandang perlu memahami karakter RTM wilayah perbatasan Bali barat

tersebut, dinamika sosial ekonomi yang sedang bekembang, perkembangan arah pertumbuhan

rumah tangga miskin, dimensi dan tantangannya khususnya dalam melihat persaingan perebutan

sumber daya yang terbatas antara warga penduduk lokal dengan pendatang serta aspek kinerja

RTM dalam berpartisipasi pada pendidikan keluarga sebagai salah satu komponen kemajuan

yang dapat memberikan peluang alih generasi dari RTM untuk berpeluang keluar dari jalur mata

rantai kemiskinan antara lain melalui partisipasi pendidikan formal dari SD, SMP sampai dengan

SLTA.

Keterbatasan sumber pendanaan, alokasi waktu serta focus terhadap RTM untuk mampu

diberdayakan secara efektif dan efisien, Tim Peneliti telah sepakat hanya menyasar empat desa

terpilih yang mencerminkan keterwakilan wilayah RTM, yang dipertimbangkan berdasarkan

wilayah dataran tinggi ( desa TukadSumaga), dan wilayah pantai yaitu desa Grokgak,

Sumberkima dan desa Patas. Tabel 3.1 menyajikan kondisi terkini yang diperoleh dari sumber

pendataan PMD propinsi Bali, menunjukkan bahwa secara menyeluruh terdapat 14 desa yang

Page 60: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

39

berada dalam lingkup kecamatan Grokgak, menggambarkan kondisi tentang banyaknya siswa

drop-out dan tidak melanjutkan ke sekolah setingkat SLTA.

Tabel 3.1

Posisi RTM Berdasarkan Partisipasi Pendidikan Siswa

Kecamatan Grokgak Tahun 2014

SEKOLAH TIDAK SEKOLAH Jumlah

Desa 7-12 Thn 13-15 thn 16-18 thn 7-12 Thn 13-15 Thn 16-18 Thn

SUMBER KLAMPOK 127 62 37 1 7 21 255

PEJARAKAN 674 205 62 75 108 185 1309

SUMBERKIMA 544 222 97 20 28 104 1015

PEMUTERAN 459 178 74 23 42 110 886

BANYUPOH 64 11 3 12 10 15 115

PENYABANGAN 297 82 34 22 38 71 544

MUSI 176 67 39 23 14 31 350

SANGGALANGIT 251 102 55 32 19 39 498

GEROKGAK 428 165 63 13 44 109 822

PATAS 738 271 104 40 97 216 1466

PENGULON 182 63 15 34 33 75 402

TINGA TINGA 294 83 34 48 53 87 599

C. BAWANG 235 81 48 11 16 35 426

TUKAD SUMAGA 372 86 27 44 99 146 774

Jumlah 4841 1678 692 398 608 1244 9461

Berdasarkan Tabel 3.1 tercatat usia tidak sekolah antara umur 7 tahun sampai

dengan umur 12 tahun terdapat cukup besar 398 orang, jumlah yang relative besar dan

perlu dikurangi dimasa datang. Meskipun demikian, usia tidak sekolah ditemukan pola

kecenderungan yang relative sama dengan kabupaten/kota di daerah Bali, yaitu dengan

angka prosentase yang semakin besar pada usia tidak sekolah pada usia lebih tinggi, yaitu

dari angka sebesar 398 meningkat menjadi 608 orang pada usia 13 sampai dengan 15

tahun, serta menjadi 1244 pada usia antara 16 sampai dengan 18 tahun.

Page 61: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

40

Besarnya jumlah RTM yang tidak mampu menyekolahkan anak-anak mereka

karena berbagai sebab menjadi focus perhatian penelitian ini, yang menyiratkan perlunya

pemerintah darah kabuoaten Buleleng mengadakan terobosan kebijakan dengan

mendorong semakin berkembangnya pendidikan keterampilan sebagai jalan pintas jangka

pendek untuk meningkatkan bekal keterampilan generasi muda RTM sebagai pemicu

bagi penurunan angka RTM dimasa depan. Berdasarkan Tabel 3.1 jika diperbandingkan

antara anak usia sekolah dengan mereka yang tidak sekolah untuk seluruh sebanyak 14

desa dalam lingkungan kecamatan Grokgak, ternyata generasi muda RTM yang

bersekolah tercatat sebanyak 7211 orang, sedangkan generasi muda RTM yang tidak

bersekolah tercatat sebanyak 2250 orang, yaitu sebesar 30% dari total generasi muda

RTM. Prosentase tersebut menunjukkan angka yang cukup besar bila dibandingkan

dengan era pengembangan berbagai fasilitas penunjang pendidikan, dengan dukungan

30% dari dana ABPN.

Berdasarkan Tabel 3.2, RTM tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara

kelompok perempuan dan kelompok laki-laki. Meskipun demikian, ternyata RTM di

wilayah Bulelelng barat memilki sebaran yang berbeda dilihat dari usia RTM, maupun

sebaran jumlah RTM dilihat per wilayah desa. Berdasarkan usia, ternyata pada usia 15-44

tahun konsentrasi kemiskinan lebih beser dibandingian dengan usia lebih kecil atau lebih

besar melewati usia 44 tahun. Indikasi ini membuktikan bahwa penurunan jumlah RTM

pada usia diatas 44 tahun dapat disebabkan oleh beban tanggungan pada usia diatas 44

tahun sudah mulai berkurang, sehingga ada tersedia sumber yang terbatas dapat

dimanfaatkan dalam penguatan keejahtraan RTM, sehingga banyak yang sudah berhasil

mendapatkn kesejahtraan lebih baik, sehingga tidak lagi terdaftar pada RTM. Bahwa

Page 62: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

41

peran anak-anak mereka yang telah mandiri dan kemudian memberikan bantuan kepada

orang tua mereka, juga meruoakan kekuatan baru bagi RTM untuk mampu keluar dari

daftar RTM.

Tabel 3.2

Posisi RTM Berdasarkan Gender dan Usia RTM

Kecamatan Grokgak Tahun 2014

Desa Prmpn Laki2 Jumlah Prmpn Laki2 Jumlah Prmpn Laki2 Jumlah

6 Thn 6 Thn RTM 6-14 Thn 6-14 Thn RTM 15-44 Thn 15-44 Thn RTM

SUMBER KLAMPOK 60 52 112 101 100 201 196 204 400

PEJARAKAN 375 364 739 530 545 1075 1238 1254 2492

SUMBERKIMA 284 267 551 414 406 820 1034 1025 2059

PEMUTERAN 214 230 444 356 350 706 914 885 1799

BANYUPOH 46 44 90 49 51 100 125 133 258

PENYABANGAN 151 156 307 221 230 451 550 571 1121

MUSI 103 107 210 148 153 301 388 397 785

SANGGALANGIT 144 156 300 182 245 427 533 571 1104

GEROKGAK 225 245 470 316 354 670 818 895 1713

PATAS 327 348 675 568 560 1128 1482 1488 2970

PENGULON 94 109 203 139 178 317 429 467 896

TINGA TINGA 145 151 296 232 243 475 599 593 1192

CELUKAN BAWANG 109 128 237 191 159 350 408 361 769

TUKAD SUMAGA 157 172 329 309 298 607 784 798 1582

Jumlah 2434 2529 4963 3756 3872 7628 9498 9642 19140

Tabel 3.3

Posisi RTM Berdasarkan Gender dan Usia RTM

Kecamatan Grokgak Tahun 2014 (Lanjutan Tabel 3.2)

Desa Prmpn Laki2 Jumlah Prmpn Laki2 Jumlah

45-59 Thn 45-59 Thn RTM >59 Thn >59 Thn RTM

SUMBER KLAMPOK 47 51 98 32 34 66

PEJARAKAN 296 322 618 233 219 452

SUMBERKIMA 282 284 566 205 169 374

PEMUTERAN 252 259 511 173 171 344

BANYUPOH 32 22 54 32 36 68

PENYABANGAN 129 149 278 92 85 177

MUSI 87 86 173 73 60 133

SANGGALANGIT 132 134 266 112 100 212

GEROKGAK 248 263 511 131 119 250

PATAS 340 374 714 217 187 404

PENGULON 119 105 224 84 83 167

TINGA TINGA 179 183 362 130 109 239

CELUKAN BAWANG 88 98 186 66 65 131

TUKAD SUMAGA 234 250 484 148 135 283

Jumlah 2465 2580 5045 1728 1572 3300

Berdasarkan Tabel 3.2 dab Tabel 3.3 juga tampak bahwa RTM terbesar tersebar di

beberapa desa seperti Sumberkima, Patas, Pejarakan dan Pemuteran. Sebuah catatan

Page 63: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

42

khusus, yang perlu mendapat perhatian bahwa berkembangnya desa Pemuteran menjadi

kawasan destinasi wisata internasional, tampaknya belum mampu memberikan solusi atas

penurunan jumlah RTM di kawasan desa tersebut, satu dan lain hal karena industry

pariwisata memerlukan tidak saja bekal p0endidikan yang cukup, tetapi juga kemampuan

dalam berkomunikasi dan keterampilan khusus lainnya sebagaimana diperlukan untuk

kualifkasi tenaga kerja pada industri pariwisata.

Jika dicermati arah perkembangan RTM berdasarkan sumber mata pencaharian RTM

di wilayah Buleleng barat, tampak bahwa sebagian besar RTM masih bermata

pencaharian sebagai petani padi palawija, sektorburuh bangunan dan konstruksi serta

sektor peternakan. (lihat Tabel 3.4).

Tabel 3.4

Posisi RTM Berdasarkan Sumber Mata Pencaharian

Kecamatan Grokgak Tahun 2014

DESA Pertanian Horti- Perke- Perikanan Perikanan Pete- Khtanan/ Prtamn Industri

padi plwija kultura Bunan tangkap budidaya nakan Perkban pngglan pengolhn

SUMBER KLAMPOK 11 41 3 4 6 294 0 0 4

PEJARAKAN 32 1 3 36 18 2680 6 0 26

SUMBERKIMA 187 2 105 155 49 897 2 9 194

PEMUTERAN 1081 171 6 78 20 163 13 4 61

BANYUPOH 35 66 0 0 31 122 2 0 4

PENYABANGAN 4 0 15 32 259 627 0 0 28

MUSI 35 5 280 35 107 285 7 0 15

SANGGALANGIT 263 5 13 17 32 608 3 0 39

GEROKGAK 326 49 112 104 44 803 4 0 56

PATAS 542 162 45 132 41 1322 2 2 12

PENGULON 318 6 309 13 2 251 0 1 60

TINGA TINGA 148 2 4 14 0 770 0 0 30

CELKAN BAWANG 2 10 5 70 6 191 13 0 4

TUKAD SUMAGA 0 0 3 2 1 1974 1 1 11

JUMLAH 2984 520 903 692 616 10987 53 17 544

Tabel 3.5

Page 64: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

43

Posisi RTM Berdasarkan Sumber Mata Pencaharian

Kecamatan Grokgak Tahun 2014

(Lanjutan Tabel 3.4)

DESA Listrik Bngunan Perda- Hotel Trsmptsi Infmasi Keuangn Jasa Lainnya

Gas Konstksi gangan Rm Mkn Prgngan Komkasi Asrnsi Jasa

SUMBER KLAMPOK 0 15 21 8 11 1 1 9 0

PEJARAKAN 7 97 76 28 35 0 1 92 262

SUMBERKIMA 8 132 210 35 114 0 12 135 428

PEMUTERAN 3 146 52 231 24 1 3 79 38

BANYUPOH 4 35 9 0 7 0 5 16 1

PENYABANGAN 2 151 100 6 13 0 2 52 2

MUSI 0 26 19 8 4 2 4 50 79

SANGGALANGIT 0 207 50 8 15 0 8 48 7

GEROKGAK 2 231 127 10 27 1 6 36 2

PATAS 1 497 143 5 59 1 7 164 20

PENGULON 0 31 90 1 16 0 3 44 83

TINGA TINGA 0 24 46 2 412 0 3 3 2

CELUKAN BAWANG 0 55 121 3 79 0 1 110 12

TUKAD SUMAGA 1 132 71 1 14 1 1 24 3

JUMLAH 28 1779 1135 346 830 7 57 862 939

Berdasarkan Tabel 3.5, pola penyerapan lapangan kerja di sektor yang

memerlukan keterampilan khusus masih sanga terbatas dapat dimanfaatkan oeh RTM,

meskipun tercatat kemajuan sektor industry pariwisata khsusunya di sejumlah desa

seperti desa Pemuteran, serta transportasiu dan pergudangan mulai dapat menyerap

lapangan kerja bagi RTM pada desa Sumberkima dan desa Tinga-tinga. Bahwa

penurunan angka RTM sangat mungkin dilakukan apabila terdaoat kebijakan pemerintah

dalam membuka lebih banyak pendidikan non formal yang dapat memandu mereka

meingkatan keterampilan terutama atas sejumloah perkembangan sektor produksi diluar

pertnanian dan pertambangan yang sudah mulai berkembang pesat di wilayah Buleleng

barat.=, khususnya pada destinasi wisata dan sektor transportasi dan pergudangan.

Berdasarkan fasilitas kelistrian rumah tangga masih terdapat 490 RTM yang tidak

memiliki saluran listrik PLN, salah satu sebab karena rumah tidak permanen serta belum

terdapat pesangan tiang PLN. Fasilitas listrik tentu akan sangat strategis sebagai sarana

Page 65: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

44

bagi pencerdasan para siswa yang sdang bersekolah, serta perlunya kebutuhan lain

berkaitan dengan penunjang hibuan televise dan seterusnya.

Tabel 3.5

Posisi RTM Berdasarkan Sumber Kelistrikan

Kecamatan Grokgak Tahun 2014

Desa Listrik Listrik

Tidak

ada

PLN Non PLN Listrik

SUMBER KLAMPOK 194 1 8

PEJARAKAN 1152 14 58

SUMBERKIMA 978 4 7

PEMUTERAN 915 3 19

BANYUPOH 147 0 5

PENYABANGAN 550 1 48

MUSI 373 1 16

SANGGALANGIT 552 1 56

GEROKGAK 856 2 15

PATAS 1342 3 94

PENGULON 398 0 6

TINGA TINGA 516 1 78

CELUKAN BAWANG 369 0 8

TUKAD SUMAGA 816 17 72

JUMLAH 9158 48 490

Sarana penunjang lain yang juga berdampak kuat terhadap tingkat kesejahteraan

adalah penunjang kebutuhan air minum. Berdasarkan Tabel 3.6 didapatkan sebagian

besar yaitu sebanyak 8343 RTM mempergunakan sumber air terlindung bukan air

PDAM, karena pegunungan cukup tersedia sumber air yang bias dikerjakan penduduk

seara swadaya, selebiuhnya sebesar 1109 RTM yang mempergunakan sumber air

bersumber dari sumur buatan sendiri dan sumber air lainnya yang tidak terlindungi

sanitasi dan kebersihannya. Beberapa desa sepertiPejarakan dan Pemuteran adalah

kawasan wilayah tegalan yang kering dan terbatas dalam sumber daya air.

Page 66: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

45

Tabel 3.6

Posisi RTM Berdasarkan Sumber Air Minum

Kecamatan Grokgak Tahun 2014

Air Air Sumber Sumber

Desa Kemasan Ledeng Terlindung Tidak

Terlindung

SUMBER KLAMPOK 0 120 83 0

PEJARAKAN 5 15 707 497

SUMBERKIMA 0 15 964 10

PEMUTERAN 0 9 740 188

BANYUPOH 0 1 151 0

PENYABANGAN 2 31 556 10

MUSI 0 1 388 1

SANGGALANGIT 0 1 605 3

GEROKGAK 2 3 854 14

PATAS 1 0 1412 26

PENGULON 1 18 370 15

TINGA TINGA 1 4 583 7

CELKAN BAWANG 2 2 352 21

TUKAD SUMAGA 0 10 578 317

JUMLAH 14 230 8343 1109

Tabel 3.7

Posisi RTM Berdasarkan Penggunaan Bahan Bakar

Kecamatan Grokgak Tahun 2014

Desa Listrik/Gas Lainnya

SUMBER KLAMPOK 2 201

PEJARAKAN 54 1170

SUMBERKIMA 41 948

PEMUTERAN 72 865

BANYUPOH 5 147

PENYABANGAN 109 490

MUSI 19 371

SANGGALANGIT 6 603

GEROKGAK 25 848

PATAS 94 1345

PENGULON 30 374

TINGA TINGA 7 588

CELUKAN BAWANG 92 285

TUKAD SUMAGA 3 902

JUMLAH 559 9137

Page 67: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

46

Tabel 3.8

Posisi RTM Berdasarkan Sumber Kelistrikan

Kecamatan Grokgak Tahun 2014

Desa

Jamban

Sendiri

Jamban

Umum

Tidak ada

Jamban

SUMBER KLAMPOK 77 36 90

PEJARAKAN 579 152 493

SUMBERKIMA 388 309 292

PEMUTERAN 501 151 285

BANYUPOH 67 4 81

PENYABANGAN 79 262 258

MUSI 169 6 215

SANGGALANGIT 156 17 435

GEROKGAK 386 102 385

PATAS 516 574 349

PENGULON 300 29 75

TINGA TINGA 224 31 340

CELUKAN BAWANG 221 93 63

TUKAD SUMAGA 105 26 773

JUMLAH 3768 1792 4134

Tabel 3.8

Posisi RTM Berdasarkan Penyakit Kronis

Kecamatan Grokgak Tahun 2014

Desa Prmpn Laki2 Permpn Laki2 Prmpn Laki2 Prmpn Laki2 SUB

< 15 < 15 15-44 15-44 45-59 45-59 >59 >59 JMLH

SMBR KLAMPOK 0 0 1 0 0 1 0 0 2

PEJARAKAN 0 0 5 13 7 11 23 19 78

SUMBERKIMA 1 0 5 2 7 7 7 15 44

PEMUTERAN 0 4 33 18 29 20 30 27 161

BANYUPOH 0 0 12 11 7 5 14 19 68

PENYABANGAN 0 0 3 4 13 10 53 39 122

MUSI 0 1 1 3 0 2 4 10 21

SANGGALANGIT 0 0 2 1 2 4 7 7 23

GEROKGAK 0 0 4 1 13 13 24 28 83

PATAS 1 2 10 8 21 20 34 28 124

PENGULON 0 0 1 0 0 1 0 3 5

TINGA TINGA 0 1 27 13 47 22 64 37 211

CLKAN BAWANG 10 6 40 27 34 33 35 25 210

TUKAD SUMAGA 2 4 19 19 10 21 22 23 120

JUMLAH 14 18 163 120 190 170 317 280 1272

Page 68: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

47

5.5 Pelatihan on the job training Perbengkelan

Berdasarkan fakta yang tersedia dari uraian data sebelumnya, sebagian besar

RTM bermata pencaharian pada sektor pertanian, peternakan dan bangunan

konstruksi, dengan sangat kecil dari jumlah mereka memasuki industri dan

perdagangan serta pariwisata. Melalui gerakan pembinaan Tim Peneliti FEB

Universitas Udayana, penjaringan dalam rangka pengembangan skill dibidang

perbengkelan diupayakan bagi mereka para generasi muda yang dalam lingkungan

RTM untuk diberikan motivasi, pembenahan skill melalui pendidikan non formal,

dengan menghadirkan alat peraga secara langsung, sehingga dapat menjadi bekal

keterampilan generasi muda RTM dalam rangka memasuki segmen pasar diluar

sektor primer pertaian dan pertambangan. Tim peneliti juga menyiapkan sertifikat

pada pelatihan pendidikan non formal, sehingga kiranya dapat membangkitkan

semangat mereka dan keyakinan pada diri generasi muda untuk bangkit mendapatkan

segmen pasar dibidang perbengkelan, khususnya pada bengkjel sepeda motor.

Gambar 3.1 menyajikan kerangka pendekatan pemecahan masalah dengan

mempetakan rencana detail pengembangan pendidikan non formal melalui pelatihan

kerja perbengkelan khususnya pada bengkel sepeda motor.

Gambar 3.1.

Alur Proses Pengembangan Pendidikan Keterampilan

Bengkel Sepeda Motor

Page 69: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

48

Pendidikan Non formal

(Perbengkelan)

Motivasi Untuk Bangkit

Dan Percaya diri

Meningkatnya keterampilan

Pemberian Sertifikan

Pelathan Kerja

Peluang Mendapatkan

Pekerjaan Bidang Perbengkelan

5.6 Pelatihan on the job training Perbengkelan

Pengembangan pendidikan non formal juga direncanakan pada bidang kelistrikan,

karena pembangunan infrastruktur mulai berkembang pesat baik di wilayah pedesaan

maupu di perkotaan didaerah Bali, sehingga dapat menjadi alternative segmen pasar

kerja yang baru setelah para generasi muda RTM ditingkatkan keterampilannya. Fata

yang tersedia berdasarkan data yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa sebagian

besar konsentrasi mata pencaharian RTM adalah di sektor pertanian dan konstruksi

bangunan di level pekerjaan non skill, sehingga peuang mendapatkan imbalan gaji

yang lebih pantas tidak berhasil mereka dapatkan. Gambar 3.2 menyajikian alur

rencana pendidikan dan pelatihan kelistrikan sebagai bekal generasi muda RTM

Page 70: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

49

membangun segmen bursa pasar kerja dibidang ionstalasi listrik dan hal-hal yang

berkaitan dengan kelistrikan.

Gambar 3.2

Alur Proses Pengembangan Pendidikan Keterampilan

Bidang Kelistrikan

Pendidikan Non formal

(Kelistrikan)

Motivasi Untuk Bangkit

Dan Percaya diri

Meningkatnya keterampilan

Bidang Instalasi Listrik

Pemberian Sertifikan

Pelathan Kerja

Peluang Mendapatkan

Usaha Mandiri Bidang Instalasi

Kelistrikan Tingkat Desa

5.7 Pelatihan Kewiraswastaan

Berdasarkan kajian data yang tersedia sertasejumlah survey yang telah

dilakukan dalam meengkapi data skunder yang diperoleh dari PMD propinsi Bali,

hasil analisis membuktikan bahwa generasi muda RTM sangat bergantung

kepadapihak lain dalam menyediakan lapagan kerja. Hal ini sejalan dengan rencana

Page 71: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

50

kegiatan awal kaji tindak, bahwa sebagian besarpersoalan RTM tidak hanya terbatas

dalam tingkat kesejahtraan, tetapi juga sangat tidak mandiri dalam membangun

peluang kerja atas nama diri mereka sendiri. Dengan fakta demikian, maka rencana

pelatihan kewiraswastaan menjadi relevan untuk diteruskan ke tinkat sosialisasi dan

pelatihan tatap muka dengan generasi muda RTM yang disasar sebagai kelompok

sasaran yang dibina khusus pada 4 desa terplih yaitu desa Sumberkima, desa Patas,

desa Grokgak dan desa Tukad Sumaga. Alur rencana sosialisasi dan outcome yang

diharapkan dapat diwujudkan dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Pelatihan kewiraswastaan mencakup didalamnya adalah motivasi dan proses

pendewasaan peserta pelatihan tentang proses mencapai kemandrian kewiraswastaan

yang dimulai dari pengenalan diri pribadi, memahami keterbatasan diri pribadi, serta

upaya yang perlu dilakukan untuk memperkuat basic kemandirian, yang tidak harus

dimulai dengan resiko usaha yang tinggi. Mengenali lingkungan, memahami

kebutuhan yang diperlukan lingkungan, merintis pola pasar, memahami karakter

segmen pembeli adalah prilaku yang harus dibentuk terlebih dahulu, sehingga

terdapat karakter pribadi yang tertarik untuk menjadi mandiri, merintis

pengembangan usaha dengan meniadakan rasa gengsi yang seringkali dimulai ketika

melakukan perintisan usaha yang baru. Membangun kemandirian dengan sentuhan

sosialisasi dan pelatihan akan menjadi awal pangkal tumbuh berkembangnya awal

kesadaran diripribadi bahwa kemandian dalam memulai sebuah usaha, adalah hal

yang menyenangkan.

Page 72: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

51

Gambar 3.2

Alur Proses Pengembangan Pendidikan Keterampilan

Bidang Kewiraswastaan

Pendidikan Non formal

Kewiraswastaan

Motivasi Untuk Membangun

Kemampuan Membangun Peluang

Meningkatnya keterampilan

Bidang Pengelolaan Usaha Pribadi

Pemberian Sertifikan

Pelathan Kerja

Meningkatkan

Kemampuan Usaha Mandiri

Berwiraswasta

Pelatihan kelistrikan dimaksudkan sebagai terobosan dalam rangka membekali

keterampilan generasi muda RTM di wilayah 4 desa dalam lingkungan kecamatan Grokgak

mencakup desa Grokgak, desa Sumberkima, desa Patas dan desa Tukad Sumaga. Ke empat

desa terpilih mewakili wilayah ptototipe RTM yang mencakup kawasan terdekat dalam

wilayah sekitar Grokgak sehingga pada tingkat awal memudahkan dalam berkomunikasi,

jarak tempuh yang berdekatan serta keterwakilan RTM yang representative dari jumlah

penduduk, kondisi RTM dan kesiapan generasi muda yang ternyata paling berminat

Page 73: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

52

mengikuti program pelatihan dan pemberdayaan kelistrikan sebagai bekal keterampilan

dalam berwiraswasta dibidang kelistrikan.

Pelatihan yang dipandu oleh Tim Instruktur dari Pusat Pelatihan ketenaga-kerjaan

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Buleleng, melibatkan undangan peserta sebanyak 30 peserta

yang mewakili ke empat desa tersebut diatas.

Pelatihan dilaksanakan pada hari Jum’at Tgl. 12 bulan September 2015 dalam sehari,

dimulai dari jam 09.00 berakhir sampai dengan jam 17.00 sore. Pelatihan kelistrikan pada

awal diberikan pengetahuan tentang kelistrikan oleh dua instruktur yang berbeda, kemudian

dilanjutkan dengan demo peralatan kelistrikan, pola pesangan kilometer, mengendalikan arus

tenaga listrik, cara penempatan kabel dan seterusnya, sehingga peserta dapat memahami

pengetahuan praktis tentang prosedur pemasangan listrik untuk rumah tangga. Bekal

pengetahuan dengan menyajikan praktek penggunaan alat peraga secara langsung telah

mengundang peserta pelatihan mengikuti pelatihan, terutama ketika praktek instalasi listrik

dilaksanakan dengan alat-alat listrik yang telah tersedia. Gambar 4.1 menyajikan acara

pembukaan pelatihan yang dibuka oleh Bapak cemat beserta perwakilan dari Bappeda

Kabupaten Buleleng.

Page 74: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

53

Gambar 4.1

Pembukaan Acara Pelatihan Kelistrikan dan Perbengkelan

Di Kantor Camat Kecamatan Grokgak

Jumat, 11 Sepmebre 2015

Tim peneliti dari Universitas Udayana juga menyediakan sertifikat tanda ikut

pelatihan kelistrikan, dengan harapan dapat memberikan motivasi dan kepercayaan diri dari

generasi muda RTM, bahwa dengan sertifikat dari Universitas Udayana dapat dijadikan

referensi kepada para pengguna dan atau pemodal yang ingin memanfaatkan jasa para

gerenasi muda RTM dimasa datang sebagai salah satu tenaga setengah terampil bidang

instalasi kelistrikan. Target yang diharapkan tercapai dari kegiatan pelatihan ini adalah

sebagai berikut.

Page 75: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

54

Gambar 4.2

Konstruksi Pembelajaran Dan Outcome yang Diharapkan

Proses Pembelajaran,

Memahami

Dan Mengerti

Atas teknik dan prosedur

Tahaopan pekerjaan

Kelistrikan

Terbentuknya

Sikap

(attitude)

Bersumber

dari proses

Pembelajaran

Keterampilan

Kelistrikan

Terwujudnya

Prilaku Terampil

Dan Menjadi

Pengetahuan

Yang dibarengi

Dengan penguatan

Skill terkait degan

Metode Instalasi Listrik

OUT-COME

Meningkatnya peluang kerja

RTM pada setor yag membutuhkan keterapilkan khusus

Pemasangan Instalasi Listrik

Sebagai Keterampilan baru

Berdasarkan Gambar 4.2 digambarkan bahwa out-come yang ingin dicapai dari

kegiatan pelatihan keterampilan kepada paragenerasi muda RTM mewakili 4 desa dengan 30

peserta pelatihan adalah terbentuknya sikap terampil, memahami pegetahuan teknik dalam

bidang instalasi kelistrikan, sehingga dapat diwujudkan dalam persaingan pasar kerja

bergesernya lebih banyak generasi muda RTM untuk memasuki pasar kerja yang

Page 76: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

55

memerlukan keterampilan khusus, sehingga terdapat peluang dimasa depan untuk semakin

mengurangi angka pertumbuhan RTM di wiaah barat, khususnya sebanyak 30 peserta

sebagai pemicu bagi terobisan baru pangsa pasar kerja untuk semakin bergeser dari jenis

pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan khusus sepery yang selama ini sedang

berjalan di wilayah perbatasan Bali barat, khuusnya padawilayah kecamatan Grokgak yang

menjadi pintu masuk bagi pendatang dari Jawa Timur yang memasuki wilayah pabean

Gilimanuk.

Gambar 4.2 adalah proses awal kaji tindak dari Tim peneliti Pusat Analisis Data

Ekonomi dan Bisnis Fakultas Ekonomi Universutas Udayana yang bekerja sama dengan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) kabupaten Buleleng. Dimasa depan,

diharapkan pemerintah kabupaten Buleleng memfokuskan pengendalian dan penurunan RTM

di wilayah perbataan dengan melakukan pemberdayaan pelatihan keterampilan, mengingat

data yang tersedia menunjukkan bahwa drop-out pendidikan setingkat SDdan SLTP dan

SLTA termasuk dalam jumlah yang signifikan, untuk mana dapat diatasi dengan melakukan

pembekalan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar yang sedang berkembang baik

dalam kawasan Buleleng barat maupun pada wilayah lainnya di Bai.

Pendekatan model pelatihan keterampilan dengan menampilkan alat peraga dan

praktek secara langsung atas jenis profesi sebagai instalatur kelistrikan ternyata memberikan

minat yang antusias dari peserta, karena tampaknya lebih mudah difahami ketimbang

diberikan teori-teori seperti padabangku kuliah. Pendekatan pendidikan keterampilan

kelistrikan dapat menjadi usaha awal untuk mewujudkan sikap pekerja yang lebih terampil,

sehingga berpeluang mendapatkan pekerjaan yang memerlukan keterampilan khusus.

Page 77: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

56

Gambar 4.3

Suasana Kelas Pelatihan Kelistrikan

Kantor Camar Grokgak dengan peserta generaso muda RTM

Gambar 4.3 menampilkan suasana kelas yang tatap muka dengan instruktur

dengan mempergunakan LCD sebagai sarana penunjang alat peraga yanh diperlukan

dalam pemahaman prihal teknologi kelistrikan. Alat peraga secara visual diberikan pada

awal sesi pembekalan pelatihan yang lebih banyak ditujukan dalam rangka pemahaman

konsep tentang arus listrik lemah dan kuat, serta hal-hal terkait dengan medan arus

kelistrikan, mulai dari sumer enegri sampai dengan pengendalian tingkat gardu, sehingga

peserta dapat memahami terminal yang diperlukan dalam membagi arus listrik dan

Page 78: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

57

mendistribusikan ke tempat yang memerlukannya. Pada tahap kedua sesi pelatihan

kelistrikan, diberikan pembekalan secara praktek dengan menampilkan alat peraga lampu

listrik dan stop kontak dan seterusnya sampai dapat digambarkan kebutuhan penyaluran

arus listirk sesuai dengan kebutuhan rumah tangga yang mempergunakannya.

Gambar 4.4

Suasana Kelas Pelatihan Kelistrikan

Kantor Camar Grokgak dengan peserta generaso muda RTM

Pelatihan keterampilan kelistrikan merupakan hal baru bagi peserta, sehingga

merupakan pendekatan pendidikan berbasis keterampilan yang diharapkan bermanfaat bagi

Page 79: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

58

perintisan pasar kerja baru bagi generasi muda RTM untuk mendapatkjan segmen pasar kerja

yang berdampak kepada kesejahtraan mereka.

Pelatihan Perbengkelan

Berbeda dengan Pelatihan kelistrikan yang dolaksanakan padahari pertama, Jumat Tgl

12September 2015, maka pelatuihan perbengkelan dilaksanakan pada hari Sabtu, Tgl 13

September 2015, dengan peserta yang sama. Diharapkan peserta dapat mendalami kedua

jenis keterampilan secaramemadai, sehingga dapat dijadikan modal awal dalam membuka

usaha secara mandiri atau menawarkan jasa kepadacalon pemberi kerja, tentunya dengan

tiongkat keterampilan yang lebih baik.

Pelatihan perbengkelan membawa serta alat peraga sepeda motor sebagai demo atas

peragaan dan mempergunakanya sebagai media pembelajarn dan pelatihan. Pelatihan

perbengkelan dimaksudkan sebagai terobosan dalam rangka membekali keterampilan

generasi muda RTM di wilayah 4 desa dalam lingkungan kecamatan Grokgak mencakup

desa Grokgak, desa Sumberkima, desa Patas dan desa Tukad Sumaga. Ke empat desa terpilih

mewakili wilayah ptototipe RTM yang mencakup kawasan terdekat dalam wilayah sekitar

Grokgak sehingga pada tingkat awal memudahkan dalam berkomunikasi, jarak tempuh yang

berdekatan serta keterwakilan RTM yang representative dari jumlah penduduk, kondisi RTM

dan kesiapan generasi muda yang ternyata paling berminat mengikuti program pelatihan dan

pemberdayaan perbengkelan sebagai bekal keterampilan dalam berwiraswasta dibidang

perbengkelan atau kelistrikan.

Pelatihan tahap kedua adalah perbengkelan dan pelatuhan kewiraswastaan yang

dilaksanakan hari Sabtu tgl 12 September 2015 pada ruang yang sama, dengan peserta yang

Page 80: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

59

sama dengan sehari sebelumnya, tetapi dengan instruktur yang berbeda. Instruktur

perbengkelan disampaikan oleh Saudata Totok dan S;amet Supardi dari LLK Dinas Tenaga

Kerja kabupaten Buleleng. Gambar 4.5 menyajikan suasana kelas yang mengundang

perhatian keingiun-tahuian peserta terhadap seluk beluk mekanik sepeda motor.

Gambar 4.5

Suasana Kelas Pelatihan Perbengkelan

Kantor Camar Grokgak dengan peserta generasi muda RTM

Alat peraga yang disampaikan adalah pengenalan mesin sepeda motor yang dapat

dipergunakan dalam berbagai keperluan termasuk sebagai sumber enegri penerangan rumah

tangga dalam situasi darurut yang dilengkapi dengan sambungan kabel dan lampu neon dan

jenis lampu listrik lainnya yang dapat disamungkan dengan mempergunakan mesin speda

motor sebagai penggerak sumber energy. Pelatihan ditunjukkan oleh instruktur bagaimana

Page 81: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

60

membangun yang tampaknya tidak mungkin menjadi mungkin dan terwujud menjadi sebuiah

barang baru yaitu penerangan listrik untuk rumah tangga.

Gambar 4.6

Suasana Kelas Pelatihan Perbengkelan

Kantor Camar Grokgak dengan peserta generasi muda RTM

Pelatihan yang dipandu oleh Tim Instruktur dari Pusat Pelatihan ketenaga-kerjaan

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Buleleng, melibatkan undangan peserta sebanyak 30 peserta

yang mewakili ke empat desa tersebut diatas, peserta yang sama seperti yang diundang hadir

pada pelatihan kelistrikan sehari sebelumnya.

Pelatihan dilaksanakan pada hari Jum’at Tgl. 12 bulan September 2015 dalam sehari,

dimulai dari jam 09.00 berakhir sampai dengan jam 12.30 siang, untuk dilanjutkan dengan

Page 82: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

61

pelatihan tentang kewirasastaan dari Tim peneliti Pusat Analisis Data Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Udayana. Pelatihan kelistrikan pada awal diberikan pengetahuan tentang

kelistrikan oleh seorang instruktur, kemudian dilanjutkan dengan demo peralatan

perbengkelan sepeda motor, seperti pengetahian perserta tentang mesin, bekerjanya mesin

sepeda motor, serta perangkat yang harus dipelihara dalam rangka mempertahankan tingkat

keamanan dalam berkendaraan sepeda motor dan seterusnya, sehingga peserta dapat

memahami pengetahuan praktis tentang cara pemeliharaan sepeda motor, fungsi-fungsi

penunjang mekanisme mesin sebagai penggerak jalannya sepeda motor.

Bekal pengetahuan dengan menyajikan praktek penggunaan alat peraga secara

langsung telah mengundang peserta pelatihan menjadi serius dan menunjukkan minatnya

secara sungguh sungguh, yang dapat memberikan pencerminan tentang peluang yang ingin

mereja dapatkan dalam pengembangan usaha sendiri atau menjadi tenaga bengkel sepeda

motor pada wilayah tertentu yang memerlukan jasa bengkel sepeda motor.

Tim peneliti dari Universitas Udayana juga menyediakan sertifikat tanda ikut

pelatihan perbengkelan yang digabung menjadi satu dengan pelatihan kelistrikan, dengan

harapan dapat memberikan motivasi dan kepercayaan diri dari generasi muda RTM, bahwa

dengan sertifikat dari Universitas Udayana dapat dijadikan referensi kepada para pengguna

dan atau pemodal yang ingin memanfaatkan jasa para generasi muda RTM dimasa datang

sebagai salah satu tenaga setengah terampil bidang perbengkelan upun bidang kelistrikan

yang telahdiberian sehari sebelumnya. Target yang diharapkan tercapai dari kegiatan

pelatihan ini adalah sebagaimana disajikan pada Gambar 4.7, yaitu meingkatnya peluang

kerja berdasaran pendidikan keterampilan serta sertifikat yang dibagikan kepada peserta

sebagai tanda telah mengikuti pendidikan keterampilan.

Page 83: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

62

Gambar 4.7

Pores Pembelajaran Dan Outcome Pelatihan

Peserta generasi muda RTM Kecamatan Grokgak

Proses Pembelajaran,

Memahami

Dan Mengerti

Atas teknik dan prosedur

Tahaopan pekerjaan

Perbengkelan

Sepeda motor

Terbentuknya

Sikap

(attitude)

Bersumber

dari proses

Pembelajaran

Keterampilan

Perbengkelan

Sepeda motor

Terwujudnya

Prilaku Terampil

Dan Menjadi

Pengetahuan

Yang dibarengi

Dengan penguatan

Skill terkait degan

Metode Instalasi Listrik

OUT-COME

Meningkatnya peluang kerja

RTM pada sektor yag membutuhkan

keterampilan khusus

Perbenkela Sepeda Motor

Sebagai Keterampilan baru

Pelatihan Kewiraswastaan

Page 84: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

63

Pelatihan kewiraswastaan lebih banyak memberikan pembekalan secara praktis

tentang perintisan sejumlah pengusaha yang berhasil mencapai sukses diawali oleh

usaha kecil-kecilan, kemudian setekah produk ereka diterima pasar, secara bertahap

mengembangkannya dengan bantuan modal perbankan. Bahwa penekanan dalam pola

wiraswasta secara mandiri adalah berdasarkan dua jenis keterampilan yang

diasumsikan mereka akan memilih salah satu dari dua bidang usaha yaitu sebagai

instalatur listrik atau untuk membuka perbengkelan seped motor. Kedua jenis usaha

dimaksud adalah relevan dapat dilansakan oleh generasi muda RTM baik dengan cara

berkolaborasi dengan pemilik modal, atau dengan membuka sendiri, tentu disarankan

agar generasi muda RTM lebih memilih untuk bekerja terlebih dahulu pada salah satu

dari jenis usaha untuk mengenal lebih endalam tentang seluk beluk usaha serta cara

pengendalian pasar berikut pelayananya.

Hasil pengamatan dan sejumlah wawancara ketika pelatihan kewiraswastaan

menunjukkan bahwa sebagian besar peserta yang masih rata-rata berusia antara 20

sampai dengan 30 tahun tidak menampakkan kemandirian dalam membangun maa

depan. Sikap kewirswastaan tidak tampil mengemuka, disebebkan karena factor

lingkugan sosial dan kondisi ekonomi generasi muda RTM yang tidak memberikan

dukungan bagi tumuh berkembangnya sikap mandiri dan menciptakan peluang.

Pendidikan kewiraswastaan yang dipresentasikan dari Tim peneliti Pusat Analisis

Data dan Ekonomi Fakultas Ekonoi dan Bisnis Universitas Udayana menyajikan

materi yang juga didalamnya memberikan motivasi tentang peluang usaha mandiri

yang dapat dirintis dari peluang yang paling kecil sekaliun, menjadi beharga sebagai

investasi awal membagun masa depan yang bebas dari ketergantungan pihak lain.

Page 85: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

64

Bahwa pelatihan kelistrikan dan perbengkelan yang telah dipresentasikan sebelum

materi kewiraswastaan diberikan, adalah merupakan pengantar tentang pemahaman

unit bisnis yang tidak mungkin dilaksanakan oleh siapaun tanpa terlebih dahulu

memahami jenis usaha yang akan digelutinya, baik sebagai usaha pribadi maupun

sebagai usaha kelompok. Gambar 4.8 menyajikan proses pendidikan keterampilan

kewirasastaan dan target yang diinginkan dalam jangka panjang.

Gambar 4.8

Pores Pembelajaran Dan Outcome Pelatihan

Pendidikan Kewiraswastaan dan Outcome yang diharapkan.

Page 86: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

65

Proses Pembelajaran,

Memahami

Dan Mengerti

Aspek pegendalian

Resiko usaha

Memahami peluang pasar

Memahami pesaing terdekat

Memahami karakter pembeli

Inovasi pelayanan jasa

Terbentuknya

Sikap

(attitude)

Bersumber

dari proses

Pembelajaran

Aspek Berwiraswasta

Terwujudnya

Prilaku Terampil

Dan Menjadi Lebih mandiri

Memiliki Sikap Percaya diri

Membangun kemampuan

Bekerja Sama

Memahami Peluang Usaha

Sebagai Upaya

Memperbaiki Kesejahtraan

OUT-COME

Meningkatnya Kemandirian

Generasi Muda RTM

Dalam Menggali Peluang Usaha

Mandiri Percaya Diri Dan Sukses

Pendidikan kewiraswastaan yang dilaksanakan selama dari pukul 12.30

sampai dengan pukul 14.00 telah berhasil memberikan pemahaman tentang

strategi usaha mandiri yang tidak harus dimulai dengan model, tetapi dapat

dirancang pada tingkas gagasan, serta menawarkan gagasan tersebut kepada

network yang memiliki sarana permodalan, sehingga dapat dikolaborasikan.

Fakta lain yan tersedia, bahwa banyak wirausaha yang berhasil di Bali selatan

dimulai dari karier paling bawah sebagai karyawan restaurant, kemudian

Page 87: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

66

membangun restaurant setelah mereka mendapatkan pengetahun praktis cara

pengelolaan restaurant, mengenal jaringan konsumen dan memahami cara

berkomunikasi dalam menjaring dan mendapatkan pelanggan. Hal yang tidak

dapat diabaikan adalah bagaimana mengkemas produk agar berdaya saing dan

dapat memuaskan pelangan, hal-hal yang akan terwujud jika calon pengusaha

tidak memiliki tingkat kemandirian yang tinggi.

Gambar 4.9

Pores Pembelajaran Dan Outcome Pelatihan

Pendidikan Kewiraswastaan dan Outcome yang diharapkan

Gambar 4.10

Pores Pembelajaran Dan Outcome Pelatihan

Antusias Peserta Pelatihan Dalam Diskusi dan Tanya Jawab

Page 88: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

67

Peserta juga pada akhir pelatihan diminta mengisi daftar pertanyaan untuk

mengkonstruksi seberapa besar peluamng network yang mereka miliki saat ini

sebagai upaya mendapatkan informasi terkait peluang kerja yang mereka inginkan.

Analisis menunjukkan bahwa kualitas network mereka sangat dibatasi oleh

lingkung pergaulan ditingkat kecamatan, sehingga membatas ruang informasi yang

dapat mereka gali dalam mendapatkan segent pasar kerja diluat kecamatan. Hal lain

yang terungkap dalam kuestioner adalah bahwa kehadiran dan sentuhan pemerintah

terhadap generasi muda RTM sangat terbatas, dan bahkan hampir tidak tersentuh

sama sekali. Hal lain yang terungkap dalam pertanyaan juga meng-informasikan

rendahnya trust yang mereka ungkapkan terhadap keberadan pemerintah daerah.

Gambar 4.11 menyajikan kegiatan pengisian kuestioner peserta.

Gambar 4.11

Pores Pembelajaran Dan Outcome Pelatihan

Peserta Pelatihan Mengisi Dafar Pertanyaan (kuestioner)

Page 89: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

68

4.3 Evaluasi Dan Monitoring Persepsi RTM

Kegiatan pelatihan dan tatap muka dengn generasi muda RTM memberikan suasana

persaudaraan yang semakin akrab antara bapak Camat selaku pimpinan pemerintahan tingkat

kecamatan dengan para peneliti FEB Universiyas Udayana serta peserta pelatihan. Komunikasi

sperti ini mamang seharusnya dapat dikembangkan dimasa depan. Tatap muka ini menunjukan

sekaligus kendala pada warga generasi muda RTM dalam berkomunikasi dan embangun gagasan

yang bermanfaat bagi pengembangan peluang mereka sebagai generasi muda untuk dapat

memutus dan membangun masa depan baru untuk keluar dari daftar RTM.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

Page 90: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

69

5.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat disampaikan sehubungan dengan telah berakhirnya kegiatan

pelatihan dan pendampingan pembinaan bagi generasi muda RTM adalah sebagai berikut.

a. Bahwa generasi muda RTM yang terplih mengikuti pelatihan adalah sebanyak 30 orang

yang mewakili generasi muda RTM dari desa Grokgak, Patas, Sumberkima dan desa

Tukad Sumaga.

b. Bahwa tenyata pendidikan keterampilan kelistrikan dan perbengkelan serta pelatihan

kewiraswastaan yang telah dilaksanakan di kantor camat Grokgak teah mendapat

sambutan yang sangat baik, terbukti dari partisipasi peserta yang semuanya hadir selama

dua hari pelatihan, dilaksanakan dua hari penuh.

c. Ternyata sebagian bear peserta pelathan yang mengu=ikuti pelatihan terekam memalui

pengisian kuestioner bahwa lingkung jaringan (network) mereka terbatas dalam

lingkungan kecaatan Grokgak, sehingga menghambat informasi merejka dalam

mendapatkan peluang kerja yang terbak menurut potensi sumber daya yang mereka

miliki.

5.2 Saran-saran

Wilayah perbatasan Buleleng barat adalah wilayah perbatasan yang sarat dengan

persaingan penduduk lokal dengan pendatang dalam memperebutkan sumber daya yang

terbatas. Fenomena ini sangat berbeda dengan wilayah RTM di wilayah kecamatan lainnya di

kabupaten Buleleng, sehingga direkomendasikan kepada pemerintah kabupaten Buleleng

untuk memberikan prioritas kebijakan dalam pengendalian RTM. Persaingan yang ketat

Page 91: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

70

dalam perebutan sumber daya, pada umumnya lebih memberikan keuntungan kepada

pendatang, karena terdaapatnya perbedaan dalam motivasi. Pendatang memiliki motivasi

yang lebh tinggi dalam mendapatkan peluang kerja dan kegiatan bisnis lainnya, sehingga

pendatang lebih seksama dan peniuh kesabaran dalam upaya mewujudkan network yang

lebih luas berdasaran motivasi yang kuat untuk menjadi lebih berhasil dalam mendapatkan

sumber daya kesejahtraan.

Page 92: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

71

DAFTAR PUSTAKA

Baumol, Willam. 1993. Formal Entrepreneurship Theory in economics; Existence and Bounds.

Journal of Business Venturing, Vol. 8, pp. 197-210.3

Casson, M. 1991. The Entrepreneur: An Economic Theory. Aldershot, England: Gower House.

---------. 1995. Entrepreneurship and Business Culture: Studies in the Economics of Trust, Vol. 1

Edward Elgar.

Chamberlin, E. 1933. The Theory of Monopolistic Competition. Cambridge, MA: MIT Press.

Chandler, C. K.; Holden, J. M.; Kolander, C. A. 1992. Counseling for spiritual wellness: Theory

and practice. Journal of Counseling & Development, Vol. 71, pp. 168-175.

Ellison, C. W.; Smith, J. 1991. Toward an integrative measure of health and well-being. Journal

of Psychology and Theology, Vol. 19, pp. 35-48.

Porter, M. E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. New York: The Free Press.

--------. 1995. The competitive advantage of the inner city. Harvard Business Review, pp. 55-71.

Putnam, R. D.; Feldstein, L. M. 2003. Better together: Restoring the American Community. New

York: Simon and Sehwster.

Schumpeter, Joseph A. 1934. The Theory of Economic Development. Cambridge, Mass: Harvard

University Press.

--------. 1942. Capitalism, Socialism and Democracy. New York: Harper & Brothers.

Smallbone, David; Welter, Friedcrike. 2001. The distinctiveness of entrepreneurship in transition

economies. Small Business Economics, Vol. 16 No. 4, pp. 249-202.

Bäckbrö J and Nyst Röm H. 2006, “Entrepreneurial Marketing: Innovative Value

Creation”, Master Thesis, Jönköping, Swedia, Jönköping International Business School

Ball, D., Coelho, P.S.; & Machas , A. 2004. The Role of Communication and Trust in

Explaining Customer Loyalty an Extension to The European Customer Satisfaction Index (ECSI)

Model, European.Journal of Marketing, 38(3), 1272-1293.

Baron, R.A., Tang, J., Hmieleski, K.M., 2011. The Downside of Being ‘Up’:

Entrepreneurs' Dispositional Positive Affect and Frm Performance. Strategic Entrepreneurship

Journal 5, 101–119

Page 93: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

72

Belso-Martinez, J. A., Molina-Morales, F. X., & Mas-Verdu, F. 2013. Combining effects

of Internal Resources, Entrepreneur Characteristics and KIS on New Firms. Journal of Business

Research, 66, 2079-2089

Berry, Leonard L. 1995. ‘Relationship Marketing of Services – Growing Interest,

Emerging Perspectives’. Journal of the Academy of Marketing Science, 23(4), 236-245.

Berry, L.L. and Parasuraman, A. 1991, Marketing Services: Competing through Quality,

Free Press, New York, NY.

Bev Hulbert, Audrey Gilmore, David Carson. 2013. Sources of Opportunities Used by

Growth Minded Owner Managers of Small and Medium Sized Enterprises. Journal of

International Business Review 22, UK

Boier Rodica, 2014, Marketing And Innovation - A Relationship Approach, Studies and Scientific

Researches. Economics Edition, No 20

Brian G. Smith. 2013. ReviewThe Public Relations Contribution to IMC: Driving

Opportunities from Threats and olidifying Public Relations’ Future. Public Relations Review 39.

Brooks, K., & Nafukho, F. M. 2006. Human Resource Development, Social Capital,

Emotional intelligence,A ny link to Productivity?. Journal of European Industrial Training,

30(2), 117-128.

Burt, R. S. 1992. Structural Holes: The Social Structure of Competition. Harvard

University Press.

Burt, R. S. 2004. Structural Holes and Good Ideas. American Journal of Sociology, 110,

2 (September), 349-99.

Callaghan, M. B., McPhail, J., & Yau, O. H. M. 1995. Dimensions of a relationship

marketing orientation: An empirical exposition. Paper presented at the Seventh Biennial World

Marketing Congress, Melbourne, Australia

Chan, S. (2003). Relationship Marketing: InovasiPemasaran yang Membuat Pelanggan

Bertekuk Lutut. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Chen, C. & Huang, J. 2009. Strategic Human Resource Practices And Innovation

Performance-The Mediating Role of Knowledge Management Capacity. Journal of Business

Research, 62(1 ), 104-114.

Chen, X.P., Yao, X., Kotha, S., 2009. Entrepreneur Passion and Preparedness in Business

Plan Presentations: A Persuasion Analysis of Venture Capitalists' Funding Decisions. Academy

of Management Journal, 52, 199–214.

Cheng, C., Chen, J-S. and Tsou, H-T. 2012, ”Market-Creating Service Innovation:

Verification and its Associations with new Service Development and Customer Involvement”.

Journal of Service Marketing, Vol. 26, Issue. 6, pp. 444-457

Page 94: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

73

Colombo, M., & Delmastro, M. 2002. How effective are technology incubators?

Evidence from Italy Research Policy, 31, 1103-1122.

Cooper , Robert G., 2000. Product Innovation and Technology Strategy, Journal

Research Technology Management, p. 38 -41

Covin, J. G., and Prescott, J.E. 1990. "Strategies, Styles, and Structures of Small Product

Innovative Firms in High and Low Technology Industries." The Journal of High Technology

Management Research 1(1): 39-56.

Crawford, C. Merle, and C. Anthony Di Benedetto. 2000. New products Management.

McGraw-Hill. USA

Daniel C. Bello, Ritu Lohtia, Vinita Sangtani. 2004. An Institutional Analysis Of Supply

Chain Innovations in Global Marketing Channels. Journal Industrial Marketing Management

33.USA: Department of Marketing, Georgia State University

Daniela Ionita. 2012. Entrepreneurial Marketing: A new Approach For Challenging

Times. Jurnal Management & Marketing Challenges for the Knowledge Socienty. Vol 7, No 1,

pp 131-150.Romania : Academy Of Economic Studies.

Deden A.Wahab Sya'roni, Janivita J. Sudirham. 2012. Kreativitas dan Inovasi Penentu

Kompetensi Pelaku Usaha Kecil. Jurnal Manajement Teknologi, Vol 11, No.1 . Jakarta: Fakultas

Pascasarjana Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Dwyer, F.R., Schurr, P. and Oh, S. 1987, “Developing buyer-seller relationships'',

Journal of Marketing, Vol. 51, pp. 11-27.

Edison, H., Ali, N. B., & Torkar, R. 2013. Towards Innovation Measurement in The

Software Industry. The Journal of Systems and Software, 86, 1390-1407.

Famoso, Valeriano-Sanchez., Amaia Maseda., Txomin Iturralde. 2014. The Role of

Internal Social Capital InOrganizational Innovation. An Empirical Study of Family Firms, Spain

Fauzul Mafasiya Fairoz, Takenouchi Hirobumi, Yukiko Tanaka.2010. Entrepreneurial

Orientation and Business Performance of Small and Medium Scale Enterprises of Hambantota

District Sri Lanka. Journal Asian Social Science Vol. 6, No. 3.Japan

Fiates, G. G., Fiates, J. E., Serra, F. A., & Ferreira, M. P. 2010. Innovation Environment

in Small Technology-Based Companies. Journal of Technology Management & Innovation, 5(3),

81-95.

Firmanzah, 2013. (http://www.old.setkab.go.id/berita-10377).

Florian Kohlbacher, Cornelius Herstatt, NilsLevsen. 2014. Golden opportunities for

silver innovation: How demographic changes give rise to entrepreneurial opportunities to meet

the needs of older people. Journal Technovation

Page 95: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

74

Friedman, Samuel R., Pedro Mateu-Gelabert., Richard Curtis., Carey Maslow., Melissa

Bolyard., Milagros Sandoval., Peter L.Flom. 2007.social Capital Or Networks, Negotiations,

And Norms ? A Neighborhood Case Study, Journal of Preventive Medicine, American

Gatignon, Hubert and Jean-Marc Xuereb 1997. “StrategicOrientation of the Firm and

New Product Performance,” Journal of Marketing Research, 34 (February), 77–90.

Gerald E. Hills, Claes M. Hultman, and Morgan P. Miles. 2008. The Evolution and

Development of Entrepreneurial Marketing. Journal of Small Business Management 46(1), pp.

99–112

Gerry Veenstra.2002. Explicating Social Capital: Trust and Participation in the Civil

Space. Journal of Sociology/Cahiers canadiens de sociologie vol 27, no 4.

Gima, Atuahene, K. and Ko, Aathony 2001. An Empirical Investigation of the Effect of

Market Orientation and Entrepreneurship Orientation Alignment on Product Innovation.

Organizational Science. Vol. 13. No. 1. pp.54-74.

Goyal, A., & Ahkilesh, K. B. 2007. Interplay among innovativeness, cognitive

intelligence, emotional intelligence and social capital of work teams. Team Performance

Management, 13(7/8), 206-226

Gundlach, G. T., R. S. Achrol, and J. T. Mentzer. 1995.Thestructureof commitment in

exchange. Journal of Marketing 59 (1):78–92.

Gumusluoglu, L. and Ilsev, A. 2009. "Transformational Leadership and Organizational

Innovation: The Roles of Internal and External Support for Innovation", Journal of Product

Innovation Management, vol. 26, no. 3, pp. 264-277.

Gurhan Gunday, Gunduz Ulusoy, Kemal Kilica, Lutfihak Alpka. 2013. Effects Of

Innovation Types On Firm Performance. Turkey: Sabanci University, Faculty of Engineering

and Natural Sciences.

Hacioglu Gungor, Selim S. Eren, M. Sule Eren, & Hale Celikkan. 2012. The Effect of

Entrepreneurial Marketing on Firms’ Innovative Performance in Turkish SMEs, Procedia -

Social and Behavioral Sciences 58

Hadiyati., Ernani.2012. Kreativitas dan Inovasi Pengaruhnya Terhadap Pemasaran

Kewirausahaan Pada Usaha Kecil , Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. Vol 1 hal 135-151.

Malang: Universitas Gajayana.

Hair, Joseph F.et al, 1998. Multivariate Data Analysis . New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Hamel, G. and Prahaland, C.K. 1994. Competition for the Future. Massachusetts:

Harvard Business School Press.

Hartarto dan Muhajir. 2013. Pemberdayaaan Koperasi & UMKM Dalam Rangka

Peningkatan Perekonomian Masyarakat. Makalah. Disampaikan pada Rapat Koordinasi Nas

Page 96: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

75

ional Kementerian Koperasi dan UKM dengan Dinas Koperasi dan UKM Seluruh Indonesia,

Selasa, 10 Desember 2013, Hotel Mercure, Convention Center, Taman Impian JayaAncol,,

Jakarta

Haryati, Siti Shaikh Ali.2011. Proactive vs Reactive Measures in Building Quality

Relationship withCustomers in Banking Sector. Interdisciplinary Journal Of Contemporary

Research in Business. Vol 3, No 5. Malaysia: Faculty of Business Management, University

Teknologi MARA

Henky Lisan Suwarno. 2013. Entrepreneurial marketing: Konsep dan Praktek

Pemasaran Baru Dalam Membujuk, Mendapatkan dan Mempertahankan Pelanggan. Bandung:

Universitas Kristen Maranatha

Hidayat, A. 2007. Strategi Six Sigma : Peta Pengembangan Kualitas dan Kinerja Bisnis.

PT Elex Media Komputindo, Jakarta

Hilde Coff, Benny Geys..2008. Measuring the Bridging Nature of Voluntary

Organizations The Importance of Association Size. Journal Sociology, Vol. 42, No. 2, pp. 357-

369.

Hill, J. and Wright, L.T. 2000. “Defining the scope of entrepreneurial marketing:

A qualitative approach,” Journal of Enterprising Culture, 8:1, 23-46.

Hills, Gerald E., Claes M. Hultman., Morgan P. Miles.2008. The Evolution and

Development of Entrepreneurial Marketing, Journal of Small Business Management

Hitt, M.A., Hoskisson, R.E. and Kim, H. 1997. International diversification: Effects on

innovation and firm performance in product-diversified firms, Academy of Management Journal,

40(4), 767-768.

Hsieh, M. H, & Tsai, K. H. 2007. Technological capability, social capital and the launch

strategy for innovative products. Industrial Marketing Management, 36(4), 493–502

Humas Pemprop Bali , 2014: http://www.seputarukm.com.

http://www.proweb.co.id.

Hurley, R. F., & Hult, G. T. 1998. Innovation, market orientation, and 385 organizational

learning: An integration and empirical examination.386 Journal of Marketing, 62, 42–54

Intarakumnerd, P. et al. 2002, “National Innovation System in Less Successful

Developing Countries: the Case of Thailand” Research Policy, 31 (8-9), 1445-1457.

Ivan F. I. Lim, Samuel P. D. Anantadjaya, Rudy Tobing. 2012. Entrepreneurial

Marketing Activities: Evidence In PQK in BSD city Branch Location .JAMS – Journal of

Management Studies

Page 97: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

76

Jaworski, B.J. 1998. Toward Theory of Marketing Control: Environment Context,

Control Types and Consequences. Journal of Marketing. Vol. 52. No.3. July. pp. 23-39

Jeffrey P.Wallman.2014. Fields of opportunity: How marketers design the transaction

game with transaction field maps. Journal Industrial Marketing Management 43. The University

of Texas at Arlington

Jens Eklinder-Frick, Lars Torsten Eriksson, Lars Hallén.2014. Multidimensional social

capital as a boost or a bar to innovativeness. Journal Industrial Marketing Management. Sweden

Jens Eklinder-Frick, Lars-Torsten Eriksson, Lars Hallén.2011. Bridging and bonding

forms of social capital in a regional strategic network. Journal Industrial Marketing

Management 40

Jim Lawlor, Donncha Kavanagh.2004. Infighting and fitting in: Following innovation in

the stent actor–network.journal Industrial Marketing Management. Ireland

Jimenez, J. D., Valle, R. S., & Hernandez, M. E. 2008. Fostering Innovation, The role of

market orientation and organizational learning. European Journal of Innovation Management,

11(3), 389-412.

Jin, Bumsub., Lee Soobum.2013.Enhancing Community Capacity: Roles of Perceived

Bonding and Bridging Social Capital and Public Relations In Community Building, South Korea

Joachim Ramström.2008. Inter-organizational meets inter-personal: An exploratory study

of social capital processes in relationships between Northern European and ethnic Chinese firms.

Journal Industrial Marketing Management 37. Finland: Unit for Research and Development,

Sydväst University of Applied Science

John Finch, Beverly Wagner, Niki Hynes.2010. Trust and forms of capital in business-to-

business activities and relationships. Journal Industrial Marketing Management

Johne, A. 1999. Successful Market Innovation. European Journal of Innovation

Management. 2 (1), 6-11

Kamakura, W. A., C. F. Mela, A. Ansari, A. Bodapati, P. Fader, R. Iyengar, P. Naik, S.

A. Neslin, B. Sun, P. C. Verhoef. 2005. Choice Models and Customer Relationship Management.

Marketing Lett. 16(3–4) 279–2

Karkalakos, S. 2013. Identifying and Exploring Sources of Knowledge Spillovers in

European Union, Evidence from Patenting Data. SPOUDAI-Journal of Economics and Business,

61(3-4)

Kee-hung Lai., Y.H Venus Lun., Michael Browne., Christina W.Y. Wong., T.C.E.

Cheng. 2011. Examining The Influence of Firm Performance On Business Risk-Taking and The

Mediation Effect Of Scale Of Operations In The Container Terminal Industry, Hongkong and

London

Page 98: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

77

Khalil, M. A., & Olafsen, E. (2010). Enabling innovative entrepreneurship through

business incubation. World Bank. Retrieved from http://www.innovation for development

report.org/Report2009/papers.html

Khoe Yao Tung. 1997. “Relationship Marketing Strategic kemampulabaan jangka

panjang”. Usahawan, No. 3 th. XXVI Maret, hal 6-10.

Kmieciak, Roman., Anna Michna.2012.Relationship Between Knowledge Management

and Market Orientation in SMES, Silesian University of Technology, Poland

Kocak, Akin & Abimbola, Temi. 2009. The Effects of Entrepreneurial Marketing on

Born Global Performance. International Marketing Review, Vol. 26 No. 4/5, pp. 439-452.

Kotler, Amstrong . 2010. Principles Of Marketing. 13 Edition. New Jersey . Upper

Saddle River: Pearson Prentic

Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan

Kontrol. Jakarta : PT. Prehallindo

Kotler, P. and Keller, K. L. 2005. Marketing Management. 12th

. Edition, Prentice Hall.

Kotler, Philip and Armstrong, Gray, 2001, Principles of Marketing, Prentice Hall, (9th

ed). 14. Pelsmacker, Patrick De. Maggle Geuens and Joeri Vanden Bergh

Kotler, Philip, 2000, Marketing Management, Prentice Hall of India, The Millennuim

Edition.

Kotler, P., 1997, Marketing Management : Analysis Planning implementation and

control, Englewood Gliffs, Nj: Prentice Hall,New Jersey.

Koziol Leszek, Wojciech Kozioł, Anna Wojtowicz, Radosław Pyrek, 2015, Diagnosis of

Innovation Enterprises – Study Theoretical and Empirical Results, Procedia - Social and

Behavioral Sciences, Volume 175, 12 February 2015

Kraus, Sascha., Harms, Rainer & Fink, Matthias. 2009. Entrepreneurial Marketing:

Moving Beyond Marketing In New Ventures. International Journal Entrepreneurship and

Innovation Management, Special Issue, @ Inderscience Enterprises Ltd.

Krush Michael T, Ravipreet S. Sohi, and Amit Saini, 2015. Dispersion of marketing

capabilities: Impact on marketing’s influence and business unit outcomes Published in Journal of

the Academy of Marketing Science 43 (2015), pp. 32–51

Kurgun, H., Bagiran, D., Ozeren, E., & Maral, B. 2011. “Entrepreneurial Marketing -

The Interface between Marketing and Entrepreneurship: A Qualitative Research

on Boutique Hotels,” European Journal of Social Sciences, 26:3, 340-357.

Lai, Kee-hung, T. C. E. Cheng, and Ailie KY Tang. “Green retailing: factors for

success.” California Management Review 52.2 (2010): 6-31.

Page 99: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

78

Lavado, C. A., Cuevas-Rodríguez, G., & Cabello-Medina, C. 2010. Social and

organizational Capital, Building the Context for Innovation. Industrial Marketing Management,

39(4), 681–690.

Lembaga Administrasi Negara/ LAN:http://inovasi.lan.go.id/

Leonard-Barton Dororthy, 1992. Core Capabilities and Core Rigidities: A Paradox in

Managing New Product Developmen, Strategic Management Journal, Vol. 13, Special Issue:

Strategy Process: Managing Corporate Self-Renewal. pp. 111-125

Lu, C.D. X. Gangyi, J.R. Kawas. 2010. Organic Goat Production, Processing and

Marketing: Opportunities, Challenges and Outlook. Journal Small Ruminant Research 89.

Leszek Kozioł, Wojciech Kozioł, Anna Wojtowicz, Radoslaw Pyrek. 2014. Relationship

Marketing – A Tool for Supporting the Company’s Innovation Process. Journal Procedia - Social

and Behavioral Sciences 148. Poland: Malopolska School of Economics

Li, Tiger dan Calantone , Roger J, 1998. “The Impact of Market Knowledge Competence

on New Product Advanrage : Conceptualization and empirical Examination”, Journal of

Marketing, p. 13 - 29

Li, Y., Liu, X., Wang, L., Li, M., & Guo, H. 2009. How Entrepreneurial Orientation

Moderates the Effects of Knowledge Management on Innovation. Systems Research and

Behavioral Science, 26(6), 645-660

Longenecker, Justin G & dkk. 2001. Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil Buku I.

Jakarta: Salemba Empat

Lumpkin, G. T., & Dess, G. G. 1996. Clarifying the entrepreneurial Orientation Construct

and linking it to Performance. Academy of Management Review, 21(1), 135-172.

Ma’mun Sarma, Stevia Septiani, Farida Ratna Dewi, Edward H. Siregar. 2013. The

Impact of Entrepreneurial Marketing and Business Development on Business Sustainability:

Small and Household Footwear Industries in Indonesia. International Journal of Marketing

Studies; Vol. 5, No. 4. Bogor: Faculty of Economics and Management, Bogor Agricultural

University

Marcati, A., Guido, G., & Peluso, A. M., 2008. The role of SME Entrepreneurs’

Innovativeness and Personality in The Adoption of Innovations. Research Policy, 37, 1579-1590

Maria Wallnöfer, Fredrik Hacklin.2013. The business model in entrepreneurial

marketing: A communication perspective on Business Angels' Opportunity Interpretation.

Industrial Marketing Management 42. Switzerland: Department of Management, Technology,

and Economics.

Mariana Kristiyanti, 2012, Peran Strategis Usaha Kecil Menengah (UKM) Dalam

Pembangunan Nasional, Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 3 No. 1, Januari 2012

Page 100: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

79

Martensen A, Dahlgaard JJ. 1999. Strategy and planning for Innovation Management –

supported by creative and learning Organizations International Journal of Quality and Reliability

Management 16(9):878–891

Martinez-Ruiz, A., & Aluja-Banet, T. (2009). Toward the definition of a structural

Equation Model of patent value: PLS Path Modeling with Formative Constructs. REVSTAT–

Statistical Journal, 7(3), 265-290.

Mateja Bodlaj.2010.The Impact of a Responsive and Proactive Market Orientation On

Innovation And Business Performance. Journal Economic and Business Review, Vol.12, No. 4,

Hal 241-261.Slovenia:University of Ljubljana, Faculty of Economics.

Matthew T. Seevers, Steven J. Skinner, Robert Dahlstrom.2010. Performance

Implications of a Retail Purchasing Network: The Role of Social Capital. Journal of Retailing

86, no. 4, pp 310–321. United States

Meeus, M., & Edquist, C. 2006. Introduction to Part I: Product and process innovation. In

J. H. M. M. Eds. (Ed.), Innovation, science, and institutional change: 23-37. Oxford: Oxford

University Press.

Meyer, J. P. & Allen, N. J. 1991. A Three-Component Conseptualization of

Organizational Commitment. Human ResourceManagement Review, 1 (1). pp.61-89

Michael Ehret, Vishal Kashyap, Jochen Wirtz. 2013. Business Models: Impact on

Business Markets and Opportunities for Marketing Research. Journal Industrial Marketing

Management 42.

Michael H. Morris, Minet Schindehutte, Raymond W. Laforge.2002. Entrepreneurial

Marketing: A Construct For Integrating Emerging Entrepreneurship And Marketing

Perspectives. Journal of Marketing Theory and Practice.

Michael Jay Polonsky.2011. Transformative Green Marketing: Impediments and

Opportunities. Journal of Business Research 64. Australia: School of Management and

Marketing, Deakin University

Miller, D and Friesen, Peter H. 2003. Innovation In Conservative and Entrepreneurial

Firms: Two Models of Strategic Momentum. Strategic Management Journal. Vol. 3. No.1. pp. 1-

25.

Miles, M.P., Darroch, J. 2006. Large firms, Entrepreneurial Marketing Processes, and the

Cycle of Competitive Advantage, European Journal of Marketing, 40 (5/6), pp. 485-501.

Miles, M., Paul, C. and Wilhite, A. 2003. “Modeling Entrepreneurship as Rent – seeking

Competition”, Technovation 23(5): 393-400.

Ming-Hung Hsieh, Kuen-Hung Tsai.2007. Technological capability, social capital and

the launch strategy for innovative products. Journal Industrial Marketing Management 36.

Taiwan.

Page 101: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

80

Mirella Kleijnen, Ko de Ruyter , Martin Wetzels., 2007. An Assessment of Value

Creation in Mobile Service Delivery and the Moderating Role of Time Consciousness. Journal

of Retailing 83. Netherlands

Moorman C, Zaltman G, Deshpande R. 1993. Factors Affecting Trust in Market Research

Relationships. J Mark;57:81 –101.

Morgan, RM., and Hunt, S.D., 1994. The Commitment-Trust Theory of Relationship

Marketing. Journal of Marketing. 58 (July), 1994

Morgan P. Miles, Jenny Darroch. 2004. Large Firms, Entrepreneurial Marketing

Processes, and the Cycle of Competitive aAdvantage. Journal Entrepreneurial Marketing

Processes.USA

Morrish, S.C., & Deacon, J. 2009. Entrepreneurial Marketing: A Comparative Case

Study of 42Below Vodka and Pandering Whisky. Paper presented at the ICSB World Conference,

Seoul, South Korea.

Morris, H.M., Schindehutte, M., Laforge, R.W. 2002. Entrepreneurial Marketing: a

Construct for Integrating Emerging Entrepreneurship and Marketing Perspectives, Journal of

Marketing Theory and Practice (Fall), pp. 1-18.

Mort, Gillian Sullivan., Weerawardena, Jay., Liesch, Peter. 2012. Advancing

Entrepreneurial Marketing: Evidence from Born Global Firms. European Journal of Marketing

Vol. 46 No. 3/4, pp. 542-561.

Ngai, E.W.T., 2005. Customer Relationship Management Research (1992-2002).

Marketing Intelligence & Planning, 23(6), 582-605. ISSN: 0263-4503

Niammuad, Damrongrit, Kulkanya Napompech, Suneeporn Suwanmaneepong, 2014,

Entrepreneurial Product Innovation: A Second-Order Factor Analysis, The Journal of Applied

Business Research – January/February 2014 Volume 30, Number 1

Oliver, Richard L.1999. “Whence Consumer Loyalty?,” Journal of Marketing, 63 (4),

33–44.

Palmatier, R. W., Jarvs, C. B., Bechkoff, J. R. and Kardes, F. R. 2009. Role of Consumer

Gratitude in Relationship Marketing, 73, 1-45.

Pambudy, Rachmat dan Burhanuddin Rabbani. 2005. “Peluang dan Tantangan

Pengusaha Kecil Menghadapi Perdagangan Bebas” dalam Suara Pembaruan, Tanggal 7 Februari

2005.

Paul Taylor. 2013. The Effect of Entrepreneurial Orientation on The Internationalization

of Smes In Developing Countries. African Journal of Business Management Vol. 7(19). Jamaica:

University of the West Indies

Page 102: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

81

Pearce, C. L., & Ensley, M. D. 2004. A Reciprocal and Longitudinal Investigation of

The Innovation Process: The Central Role of Shared Vision in Product and Process Innovation

Teams (PPITs). Journal of Organizational Behavior, 25(2), 259-278.

Petuskiene, E., & Glinskiene, R. 2011. Entrepreneurship As The Basic Element For The

Successful Employment of Benchmarking and Business Innovations. Engineering Economics,

22(1), 69-77.

Phyra Sok, Aron O’Cass, Keo Mony Sok.2013. Achieving Superior SME Performance:

Overarching Role of Marketing, Innovation, and Learning Capabilities. Australasian Marketing

Journal 21.Australia

Radas, S. & Božic, L. (2009). The Antecedents of SME Innovativeness In an Emerging

Transition Economy. Technovation, 29, 438-450.

Richard B., Aquilano, Nicholas J., and Jacobs, F. Robert. 2001, Operation Management

for Copetitive Advatage, Ninth Edition, McGraw-Hill Irwin, New York, USA.

Riddell, J. M. 2006. Adopting A Customer View: Moving From Yielding to Pricing,

Journal of Revenue and Pricing Management, 5, 2, 167–169.

Samantha Murdy, Steven Pike.2012. Perceptions of Visitor Relationship Marketing

Opportunities By Destination Marketers: an Importance-Performance Analysis. Journal Tourism

Management 33. Australia: School of Advertising, Marketing & Public Relations, Queensland

University of Technology

Slater, S.F. and Narver, J.C. 1996. Competitive Strategy in The Market-Focused

Business. Journal of Market-Focused Management 1, 159± 74.

Schulz, W.C. and Hofer, X. 1999. Creating Values Through Skill-Based Strategy and

Entrepreneurial Leadership. New York: Pergamon.

Sivadas, E. & Dwyer, F. 2000. An Examination of Organizational Factors Influencing

New Product Success in Internal and Alliance Based Processes. Journal of Marketing, 64, 3149.

Smith, Brock J. and Donald W. Barclay. 1997. “The Effects of Organizational

Differences and Trust on the Effectiveness of Seller Partner Relationships,” Journal of

Marketing, 61 (January), 3-21.

Srivastava RK, Shervani TA, Fahey L 1999. Marketing, Business Processes, and

Shareholder Value: an Organizationally Embedded View of Marketingactivities and The

Discipline of Marketing. Journal of Marketing, 63 (Special Issue), 168-179.

Stokes, David, 2000.Putting Entrepreneurship into Marketing: The Processes of Entrepreneurial

Marketing, Journal of Research in Marketing and Entrepreneurship, Vol. 2

Subramaniam, M., & Youndt, M. A. 2005. The influence of intellectual capital on the

types of innovative capabilities. Academy of Management Journal, 48(3), 450-463.

Page 103: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

82

Soegoto, E. S. 2009. Entrepreneurship; Menjadi Pebisnis Ulung. Jakarta: Penerbit PT.

Elex Media Komputindo

Soekidjan, Soegiarto,. 2009. Komitmen Organisasi Apakah Sudah Dalam Diri Anda?

Jakarta: Rineka Cipta

Song, X. M. & Parry, M. E. 1996. What separates Japanese New Product Winners from

Losers. Journal of Product Innovation Management, 13 (5), 422–439.

Stevia Septiani, Ma’mun Sarma, Wilson H. Limbong. 2013. Pengaruh Entrepreneurial

Marketing dan Kebijakan Pemerintah terhadap Daya Saing Industri Alas Kaki di Bogor. Jurnal

Manajemen dan Organisasi Vol IV, No 2.Bogor: Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi

dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Suellen J. Hogan, Leonard V. Coote. 2014. Organizational culture, innovation, and

performance: A test of Schein's model. Journal of Business Research 67. Australia : The

University of Queensland

Suendro, Ginanjar, 2014. Analisis Pengaruh Inovasi Produk Melalui Kinerja Pemasaran

Untuk Mencapai Keunggulan Bersaing Berkelanjutan. Semarang: Fakultas Margister

Manajemen, UNDIP

Susanna Camps, Pilar Marques. 2014. Exploring how social capital facilitates innovation:

The role of innovation enablers. Journal Technological Forecasting & Social Change. Spain:

Department of Business Organization, Campus Montilivi, Universitat de Girona.

Suyana, Utama I Made. 2006. Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kinerja

Perekonomian dan Perubahan Struktur Ekonomi Serta Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi

Bali. Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya.

Tanenhaus, M., Vinci, Chatelin, Y.M,. dan Carlo, L. 2005. PLS Path Modeling.

Computational Staistic and Data Analysis. 48: 159-205.

Tidd, J., Bessant, J. and Pavitt, K. 2005. Managing Innovation: Integrating

Technological, Market and Organizational Change, Third edition, Wiley.

Thomas, Lisa C., Painbéni, Sandra & Barton, Harry. 2013. Entrepreneurial Marketing

Within The French Wine Industry. International Journal of Entrepreneurial Behaviour &

Research, Vol. 19 No. 2, pp. 238-260.

Umar, Husein, 2005, “Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada

Septiany W., Syamsul M, Yandra A., 2013. Manajemen Risiko Inovasi Produk Olahan

Susu Sapi Berdasarkan Tahapan Proses Manajemen Inovasi, Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-

6340

Page 104: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

83

Page 105: LAPORAN AKHIR PENINGKATAN ... - repositori.unud.ac.id filePENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan pembangunan ekonomi pada tahun 1970-an membuktikan bahwa tidak semua Negara berhasil

84