lap.macrosolen syam

17
Macrosolen cochinchinensis Santalales Dicotyledonae SYAMSUL ARIFUDIN 1508100043 LABORATORIUM BOTANI PROGRAM STUDI BIOLOGI

Upload: aqsyams

Post on 13-Jun-2015

337 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lap.macrosolen Syam

Macrosolen cochinchinensis

Santalales

Dicotyledonae

SYAMSUL ARIFUDIN

1508100043

LABORATORIUM BOTANI PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2009

Page 2: Lap.macrosolen Syam

Macrosolen cochinchinensis

Loranthaceae

Magnoliopsida

Page 3: Lap.macrosolen Syam

Kelas MagnoliopsidaCiri-ciri morfologi:

Habitus berupa terna, semak-semak, perdu, atau pohon-

pohon. Tumbuhan ini mempunyai lembaga dengan dua daun

lembaga dan akar serta pucuk lembaga yang tidak punya

pelindung khusus. Akar lembaga tumbuh terus mejadi akar

pokok (akar tunggang) yang bercabang-cabang dan

membentuk sistem akar tunggang. Batang berbentuk kerucut

panjang, biasanya bercabang-cabang dengan ruas-ruas dan

buku-buku yang tidak jelas. Duduk daun biasanya tersebar atau

berkarang, kadang-kadang saja berseling. Daun tunggal atau

majemuk, seringkali disertai oleh daun-daun penumpu, jarang

mempunyai pelepah, helaian daun bertulang menyirip atau

menjari. Pada cabang-cabang ke samping seringkali terdapat 2

daun pertama yang letaknya tegak lurus pada bidang median di

kanan kiri cabang tersebut. Bunga bersifat di-, tetra-, atau

pentamer (Tjitrosoepomo,2000).

Ciri-ciri anatomi:

Tumbuhan magnoliopsida mempunyai akar maupun

batang yang berkambium, hingga akar maupun batangnya

memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder. Pada akar

sifat radial berkas pengangkutnya hanya nyata pada akar yang

belum mengalami pertumbuhan menebal. Pada batang berkas

Page 4: Lap.macrosolen Syam

pengangkutan tersusun dalam lingkaran dengan xilem di

sebelah dalam dan floem di sebelah luar, di antara terdapat

kambium, jadi berkas pengangkutannya bersifat kolateral

terbuka, kadang-kadang bikolateral (Tjitrosoepomo,2000).

Gambar macrosolen cochinchinensis

Keterangan 87. Macrosolen cochinchinensis.(a) berbunga berbuah cabang, (b) kuncup bunga, (c) bagian longitudinal menunjukkan benang sari bunga,

buah

bunga

Daunbatang

Page 5: Lap.macrosolen Syam

(d) bunga dengan mahkota dan benang sari dihapus, menunjukkan stigma dan kelopak (e) bunga

Hirarki Taksonomi

Regnum : Plantae

Divisi : Magnoliopyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Santalales

family : Loranthaceae

Genus : Macrosolen

Sepcies : Macrosolen cochinchinensis

Tabel diterminasi:

Habitus Batang Daun Bunga buah

Pip

erce

ae Terna

perdu±2m

Berkayu

Tunggal,

menyeba

r,tanpa

daun

penumpu

Majemu

k,banci

Bulat

batu,buni

Oxa

lid

acea

e

Terna,em

ak,perdu

&bhkan

pohon

Berkayu Majemu

k,menyir

ip

Banci,kel

opak

berancap

Buah

kendaga,kada

n kadang

buah buni

Page 6: Lap.macrosolen Syam

lora

nth

acea

e

Parasit di

dahan

pohon

lain

Berkayu Tunggal

kakubanci

Menyerupai

buah batu

Nyc

tagi

nac

ae

Terna,per

du

Berkayu

Tunggal,

duduk

daun

berhadap

an

Berkela

min

tunggal

Bakal buah

menumpang,

beruang 1

Eu

ph

orb

iace

ae

Perdu Berkayu

Tunggal

atau

majemuk

,daun

berpenu

mpu

Berkela

min 1

Buah

kandaga,

kadang

berupa buah

buni atau

batu

Rh

izop

ora Semak,po

hon atau

liana

berkayu

Tunggal,

duduk

daun

berhadap

an

Banci

adakala

ber

polygam

Buah berbagi

yang

bersayap

Page 7: Lap.macrosolen Syam

Cae

salp

inia

ceae Perdu

atau

pohon

berkayumajemuk tunggal

Buah keras

mim

osac

eae Perdu

atau

semak

Berkayu,berd

urimajemuk

Tungal

berwarna

cerah

Buah keras

ataun buni

Deskripsi macrosolen cochinchinensis

a.morfologi

M. cochinchinensis merupakan perdu yang bercabang

banyak. Ranting dengan ruas yang membesar. Daun bertangkai

pendek, eliptis sampai bentuk lanset, kadang-kadang bulat telur,

gundul 3,5-17 kali 1,5-7 dengan ujung yang agak meruncing, serupa

kulit, mengkilat. Karangan bunga berbunga 5-7 di ketiak, kadang-

kadang dalam berkas pada ruas yang tua. Tangkai bunga pendek.

Tabung kelopak elipsoid, panjang lingkaran 3 mm, pinggiran

mahkota sangat pendek. Mahkota sebagai tunas dewasa 1-1,5 cm

panjangnya separo bagian bawah melebar, di tengah dengan 6 sayap,

di atas menyempit menjadi buluh sempit, berakhir ke dalam gada

Page 8: Lap.macrosolen Syam

tumpul, kuning atau hijau kekuningan, coklat tua di atas sayap,

kuning sampai merah pada ujung. Taju mahkota pada akhirnya

melengkung jauh kembali dan terpuntir. Bagian yang bebas dari

benang sari panjangnya 3-5 mm. Kepala putik bentuk gada. Buah

bulat peluru, panjang 6 mm, akhirnya coklat violet tua. Tumbuh di

atas berbagai jenis pohon (Van Steenis, 1975).

Benalu merupakan tumbuhan parasit yang menempel pada

pohon sebagai inang. Tumbuh di dataran menengah sampai

pegunungan dari ketinggian 800-2300 meter di atas permukaan laut.

Berbunga pada bulan Juni-September. Waktu panen pada bulan

April-Mei. Bagian yang digunakan adalah daun atau seluruh bagian

tumbuhan dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan (Hutapea,

1999).

b. Kandungan kimia

Daun dan batang benalu mengandung alkaloida, saponin,

flavonoid dan tanin (Hutapea, 1999). Senyawa utama murni yang

diisolasi dari benalu (M. cochinchinensis) adalah quersitrin suatu

senyawa flavonol glikosida yang merupakan marker taksonomi dari

suku Loranthaceae (Artanti, 2004).

c. Kegunaan dan khasiat

Beberapa spesies benalu sejak zaman dahulu telah digunakan untuk

mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Benalu digunakan di

masyarakat sebagai obat cacar air, diare, cacing tambang dan gabag,

selain itu benalu dipakai sebagai obat penyakit hati dan kanker .

Page 9: Lap.macrosolen Syam

Benalu dari spesies Viscum album L var lutecens Makino digunakan

untuk mengobati sakit pinggang dan jamu pasca melahirkan para ibu

di Jepang, V. album L digunakan untuk mengobati kanker di Korea

dan Cina.

Herba benalu secara umum berkhasiat antiradang, antibakteri

dan antibengkak. Penelitian lain menyebutkan bahwa benalu

digunakan sebagai obat batuk, diuretik, pemeliharaan kesehatan ibu

pasca persalinan, penghilang rasa nyeri, luka atau infeksi kapang

(Hargono, 1995).

Pemakaian benalu bersama beberapa bahan lain juga

berkhasiat dalam pengobatan kanker, amandel dan penyakit campak

(Thomas, 1999).

Hasil penelitian menunjukkan pada dosis 2,44 mg/0,2 ml,

isolat flavonoid herba benalu mangga (Dendropthoe petandra)

mampu menghambat pertumbuhan kanker pada mencit (Sukardiman

et al., 1999). Benalu dari spesies yang sama dapat menghasilkan

senyawa aktif yang berbeda-beda, hal ini sangat dipengaruhi oleh

inang tempat tumbuhnya.

Ekstrak air dan etanol daun M. cochinchinensis yang tumbuh

pada inang belimbing telah terbukti memiliki sifat antikanker atau

pencegah kanker dengan cukup tingginya potensi sebagai

antioksidan (IC50 20 g/ml dengan metode DPPH). Hasil uji DPPH

menunjukkan bahwa ekstrak air benalu ini menunjukkan aktivitas

Page 10: Lap.macrosolen Syam

antioksidan 95,7% pada konsentrasi 50 ppm. Uji toksisitas ekstrak

air daun M. cochinchinensis dengan metode Brine Shrimp Lethality

Test (BSLT) tidak menunjukkan sifat toksik sedangkan ekstrak

etanol relatif lebih toksik.

Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan senyawa yang

aktif sebagai antioksidan tidak selalu bersifat toksik terhadap brine

shrimp (Artanti, 2004).

Hasil uji antikanker in vitro menunjukkan bahwa ekstrak air

M. cochinchinensis inang nangka mampu menghambat pertumbuhan

sel kanker payudara g/ml (Meiyanto and Rahmi, 2006). Uji anti

kanker in vitroT47D dengan IC50 57 ekstrak air M.

cochinchinensis inang belimbing juga telah dilakukan pada sel

kanker leukemia L1210 (IC50 41,0 ppm), sel kanker kolon HCT116

(IC50 20 ppm), dan sel kanker payudara A431 (IC50 20 ppm). Hasil

uji viabilitas pada sel kanker B16 menunjukkan ekstrak ini pada

konsentrasi 100 ppm tidak menunjukkan toksisitas (viabilitas 93%),

tetapi pada konsentrasi 200 ppm dan 400 ppm menunjukkan sifat

toksik (viabilitas 26% dan 9%) (Artanti, 2004).

Page 11: Lap.macrosolen Syam

Daftar Pustaka

Artanti, N., Jamilah, Agustina, H., Meiyanto, E., and Darmawan, A.,

2004, Laporan Teknis Sub Tolok Ukur Pengembangan

Senyawa Potensial antikanker dari Taxus sumatrana dan

Benalu, Puslit Kimia LIPI, Serpong.

Backer, C.A. and Van Den Brink, R.C.B., 1965, Flora of Java

(Spermathophytes Only), Vol. I, Families 1-110, N.V.P.

Noordhoff, Groningen, Netherlands.

Page 12: Lap.macrosolen Syam

Hutapea, J.R., 1999, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid II,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.

Meiyanto, E. and Rahmi, F., 2006, Efek Antikarsinogenisis Ekstrak

Air Daun Benalu Nangka (Macrosolen cochinchinensis

(Lour.) Tiegh.) pada Kanker Paru Mencit Balb/c yang

Diinduksi Benzo[a]piren, Laporan Kerjasama LIPI-Fakultas

Farmasi Universitas Gadjah Mada, Fakultas Farmasi

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Thomas, A. N. S., 1999, Tanaman Obat Tradisional I, 99-101, 124-

125, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, gembong.2000.”Taksonomi Tumbuhan

(Spermatophyta)”.Gadjah Mada University

Press.Yogyakarta

Van Steenis, C. G. G. J., 1975, Flora Voor de Scholen in Indonesie,

diterjemahkan oleh Sorjowinoto, M., edisi ke-6, PT Pradnya

Paramitha, Jakarta