lapak antidepresi
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
“PENGUJIAN EFEK ANTIDEPRESI”
Disusun Oleh :
Adiba Hasna R. 260110110057 (Pembahasan)
Rey Hagai Yheri 260110110058 (Pembahasan)
Anggy Luthfi R. 260110110059 (Grafik)
Tazkia Farhany S. 260110110060 (Editor)
Melani 260110110061 (Pembahasan)
Nitya Nurul F. 260110110062 (Alat bahan, prosedur)
Tubagus Akmal 260110110064 (Teori dasar, daftar pustaka)
Maharani D. H. K. 260110110065 (Data Pengamatan, perhitungan)
Mira Shinee 260110113049 (Tujuan, Prinsip)
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013
PENGUJIAN EFEK ANTIDEPRESAN
I. Tujuan
Setelah menyelesaikan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
sampai sejauh mana aktivitas obat antidepresi pada hewan percobaan
II. Prinsip
Obat anti depresan mengurangi depresi pada hewan coba yang mengalami
depresi.
III. Teori Dasar
Pada penyakit psikis terjadi gangguan neurotransmitter,terutama pada monoamin
aromatik yaitu dopamine, noradrenalin, dan serotonin. Psikofarmaka akan
berinteraksi dengan penghantar rangsang fisiologik dan akan bekerja pada pengaturan
saraf sehingga kesetimbangan neurotransmitter yang terganggu akan diperbaiki,tidak
mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan penyakit psikis,hanya mempengaruhi
gejala tujuan tertentu seperti halusinasi (Mutcler,1991).
Depresi adalah suatu kondisi medis-psikiatris dan bukan sekedar suatu
keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya
aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi.
Beberapa gejala gangguan depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan
setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan
gangguan pola tidur. Gejalanya tidak disebabkan oleh kondisi medis, efek samping
obat, atau aktivitas kehidupan. Kondisi yang cukup parah menyebabkan gangguan
klinis yang signifikan atau perusakan dalam keadaan sosial, pekerjaan, atau bidang-
bidang penting lainnya (Yustinus, 2006).
Pengobatan untuk gangguan cemas dan gangguan depresi perlu meliputi ketiga
aspek yang mempengaruhi kejiwaan seseorang. Pendekatan biologis, psikologis dan
sosial (termasuk spiritual) adalah hal yang tidak bisa dilepaskan pada pengobatan
pasien-pasien tersebut (Andri, 2012).
Antidepresan merupakan obat-obat yang efektif pada pengobatan depresi,
meringankan gejala gangguan depresi, termasuk penyakit psikis yang dibawa sejak
lahir. Antidepresan digunakan untuk tujuan klinis dalam sejumlah indikasi termasuk:
• Untuk mengurangi perasaan gelisah, panik, dan stres.
• Meringankan insomnia
• Untuk mengurangi kejang/ serangan dalam perawatan epilepsi.
• Menyebabkan relaksasi otot pada kondisi ketegangan otot.
• Untuk menurunkan tekanan darah dan atau denyut jantung.
• Untuk meningkatkan mood dan atau meningkatkan kesupelan
(Mutchler, 1991).
JENIS ANTIDEPRESAN
antidepresan trisiklik (ATS)
inhibitor monoamine oksidase (MAOI)
inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI)
dan sekelompok antidepresan lain yang tidak termasuk tiga kelas pertama. Indikasi
klinis utama untuk penggunaan antidepresan adalah penyakit depresif mayor. Obat ini
juga berguna dalam pengobatan gangguan panik, gangguan ansietas (cemas) lainnya
dan enuresis pada anak-anak. Berbagai riset terdahulu menunjukkan bahwa obat ini
berguna untuk mengatasi gangguan deficit perhatian pada anak-anak dan bulimia
serta narkolepsi.
Anti deprasan seperti amitriptilin juga memiliki efek anti kejang. Golongan ini
digunakan pada pasien yang depresi dan juga mengalami kecemasan, atau untuk
penggunaan jangka lama dimana dikhawatirkan timbul ketergantungan bila
menggunakan benzodiazepine. Inhibitor MAO seperti meclobemid sangat berguna
pada pasien depresi dengan fobia. Selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
seperti citaloram bisa digunakan untuk serangan panic. Antidepresan Trisiklik adalah
sejenis obat yang digunakan sebagai antidepresan sejak tahun 1950an. Dinamakan
trisiklik karena struktur molekulnya mengandung 3 cincin atom. (Staf Pengajar FK
UNSRI, 2004).
Mekanisme kerja ATS tampaknya mengatur penggunaan neurotransmiter
norepinefrin dan serotonin pada otak. Manfaat Klinis dengan riwayat jantung yang
dapat diterima dan gambaran EKG dalam batas normal, terutama bagi individu di atas
usia 40 tahun, ATS aman dan efektif dalam pengobatan penyakit depresif akut dan
jangka panjang. Reaksi yang merugikan dan pertimbangan keperawatan, perawat
harus mampu mengetahui efek samping umum dari anti depresan dan mewaspadai
efek toksik serta pengobatannya. Obat ini menyebabkan sedasi dan efek samping
antikolinergik, seperti mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urine,
hipotensi ortostatik, kebingungan sementara, takikardia, dan fotosensitivitas.
Kebanyakan kondisi ini adalah efek samping jangka pendek dan biasa terjadi serta
dapat diminimalkan dengan menurunkan dosis obat. Efek samping toksik termasuk
kebingungan, konsentrai buruk, halusinasi, delirium, kejang,depresi pernafasan,
takikardia,bradikardia dan koma.Contoh obat-obatan yang tergolong antidepresan
trisiklik diantaranya adalah amitriptyline, amoxapine, imipramine, lofepramine,
iprindole, protriptyline dan trimipramine. (Mutchler,1991).
Selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
Diduga SSRI meningkatkan 5-HT di celah sinaps, pada awalnya akan
meningkatkan aktivitas autoreseptor yang justru menghambat pelepasan 5-HT
sehingga kadarnya turun dibanding sebelumnya. Tetapi pada pemberian terus
menerus autoreseptor akan mengalami desensitisasi sehingga hasilnya 5-HT akan
meningkat dicelah sinaps di area forebrain yang menimbulkan efek terapetik. Contoh
obat-obat yang tergolong SSRI diantaranya adalah fluoxetine, paroxetine,
dan sertraline (Mutchler,1991).
Monoamine oxidase inhibitor (MAO inhibitor)
MAOIs secara nonselektif mengeblok MAO A dan B isoenzym dan memiliki
efek antidepresan yang mirip dengan antidepresan trisiklik. Namun, MAOIs bukan
obat pertama terapi antidepresan karena pasien yang menerima harus disertai dengan
diet rendah tiramin untuk mencegah krisis hipertensi karena MAOIs membawa resiko
interaksi obat dengan obat lain. MAOI tidak bersifat spesifik dan akan menurunkan
metabolisme barbiturate, analgesic opioid dan alkohol. Meclobamid menghambat
MAO A secara selektif dan reversible, relative aman dengan efek samping utama
pusing, insomnia, dan mual. Contoh obat-obat MAOIs diantaranya phenelzine,
dan tranylcypromine (Mutchler, 1991).
Yang harus diperhatikan saat Anda mengkonsumsi antidepresan:
1. Pastikan dokter tahu tentang masalah kesehatan pasien yang lainnya agar ia
tahu apakah obat yang akan dipengaruhinya bisa mempengaruhi penyakit yang
lain atau tidak.
2. Jangan mengkonsumsi obat lain tanpa berbicara dengan dokter terlebih dahulu.
3. Jangan minum alkohol atau menggunakan obat-obatan terlarang (Sondang,
2012).
IV. Alat dan Bahan
4.1 Alat
1. Kapas
2. Syringe
3. Neraca
4. Stopwatch
5. Tabung berdiameter 20 cm
4.2 Bahan
1. Amitriptilin (3,25 mg/kg BB dan 1,625 mg/kg BB)
2. Alkohol
3. Aquadest
4. PGA 2%
4.3 Hewan Percobaan
Mencit
4.4 Gambar Alat
V. Prosedur
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah sehari sebelum percobaan
mencit yang akan diuji dimasukkan terlebih dahulu ke dalam tabung yang berisi air
setinggi 8 cm selama 5 menit. Kemudian keesokan harinya mencit ditimbang dan
ditandai, serta dihitung volume obat yang harus diberikan. Lalu mencit dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu, kelompok kontrol dan kelompok Amitriptilin dosis
rendah, dan kelompok Amitriptilin dosis tinggi. Kelompok kontrol diberikan PGA
2% secara intraperitonial, kelompok Amitriptilin dosis rendah diberikan Amitriptilin
1,625 mg/kg BB, sedangkan kelompok Amitriptilin dosis tinggi diberikan
Amitriptilin 3,25 mg/kg BB. Kemudian mencit didiamkan selama 1 jam. Setelah 1
jam, mencit dimasukkan ke dalam tabung plastik yang berisi air setinggi 8 cm, lalu
diamati dan dihitung berapa lama mencit diam setiap 5 menit selama 15 menit.
Diamnya mencit di dalam air, dianggap sebagai gejala depresi dari mencit tersebut.
Kemudian hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
VI. Data Pengamatan
Kelompok Pemberian
Bobot
Mencit
(gram)
5’ 10’ 15’
I PGA 2%
1. 24,9 160 264 294
2. 15 42 71 164
3. 19,6 22 176 268 Σ
74,67 170,33 242 487
II
Am
itri
ptil
in 3
,25
mg/
kgB
B
1. 14,1 8 60 119
2. 12,2 25 141 167
3. 16,9 83 202 206 Σ
38,67 134,33 164 337
III
Am
itri
ptil
in
1,62
5 m
g/kg
BB 1. 18,4 - - -
2. 15,8 34 58 79
3. 20 137 203 231 Σ
85,5 130,5 155 371
VII. Perhitungan
8.1. Perhitungan Volume Obat
- Volume PGA 2%
- Volume Amitripilin 3,25 mg/kg BB
- Volume Amitripilin 1,625 mg/kg BB
8.2. Perhitungan Persen Aktivitas Obat
- Persen Aktivitas Amitripilin 3,25 mg/kg BB
- Persen Aktivitas Amitripilin 1,625 mg/kg BB
8.3. Perhitungan Persen Inhibisi
Persen Inhibisi Amitripilin 3,25 mg/kg BB
Persen Aktivitas Amitripilin 1,625 mg/kg BB
8.4. Analisis ANAVA
Kelompok
Rata-Rata Diam (detik)
Kontrol
Negatif
Amitripilin
3,25mg/kg
Amitripilin
1,625 mg/kg
1 718 187 0
2 277 333 171
3 466 491 571
N 3 3 2 Σ n 8
Σ x 1461 1011 742 Σ x total 3214
(Σ x)2 2134521 1022121 550564 Σ (Σ x)2 3707206
Keterangan:
Yij = Aktivitas imobilitas mencit (lamanya mencit diam) yang mendapat obat ke-i
ulangan ke-j
µ = rataan umum
i = pengaruh obat ke-i
ijk = pengaruh galat dari obat ke-i ulangan ke-j
- Hipotesis
H0: 1 = 2 = 3 = 0
Tidak ada pengaruh jenis obat terhadap aktivitas imobilitas mencit.
H1: paling sedikit ada satu i dimana 1 0
Ada pengaruh obat terhadap aktivitas imobilitas mencit
- AnalisisRagam
a. Faktor Koreksi
b. Sum of Square Total
c. Sum of Square Treatment (SSTreat)
d. Sum Square of Eror (SSE)
SSE = SSTot – SSTreat
= – = 224134
e. Degree or Freedom (df)
dfTotal= N – 1
= 8 - 1 = 7
df Treat= t – 1
= 3 - 1 = 2
df Error= df Total – df Treat
= 7 – 2 = 5
f. Mean of Square Treatment (MSTreat)
g. Mean of Square Eror (MSE)
h. F hitung (Fhit)
Tabel ANAVA
Source of
Variance
Df Sum of
Squares
Mean of
Square
Fhitung F0.05(2,5)
Treatment 2 5,79
Error 5 224134
Total 7 1551228.25 -
Kesimpulan:
Ftabel= 5,79
tolak H0 jika F hitung> F tabel
14,8> 5,14 →Tolak H0
Kesimpulan: setiap obat memiliki pengaruh yang tidak sama
Efek PGA ≠ Efek Amitripilin Dosis Tinggi ≠ Efek Amitripilin Dosis Rendah
VIII. Grafik
Grafik 1
Grafik 2
Dari grafik dapat dilihat, adanya variasi
IX. Pembahasan
Praktikum kali ini berjudul Pengujian Antidepresi. Bertujuan mengetahui
sejauh mana aktivitas antidepresi pada hewan percobaan. Obat-obat antidepresan
berkemampuan untuk menurunkan perasaan tertekan secara psikis yang
dimanifestaskan meningkatnya aktivitas motorik dan perbaikan mood.
Terdapat beberapa percobaan yang bisa dilaakukan untuk melihat aktivitas
obat-obat antidepresan, antara lain uji renang, uji waterwheel dan uji rotary road.
Untuk yang metode uji water wheel yang diamati adalah waktu yang
diperlukan hewan untuk tetap bertahan melawan arus air pada kincir angin yang
digerakkan dengan kecepatan tertentu. Sedangkan untuk metode rotary road yang
diamati adalah waktu yang diperlukan hewan untuk tetap bertahan melawan putaran
alat rotary road yang berlawanan arah dengan kecepatan tertentu. Namun pada
percobaan kali ini dilakukan uji renang. Persamaan dari tiga metode uji ini adalah
dengan pemberian obat antidepresan waktu yang diperlukan oleh hewan uji untuk
0
50
100
150
200
250
300
5 10 15
rata
-rat
a w
aktu
dia
m
waktu pengamatan
Waktu diam Terhadap Waktu Pengamatan
PGA 2%
amitripitilin1,625mg/KgBB
amitripitilin3,25mg/KgBB
melawan pergerakan yang disebabkan masing- masing alat menjadi semakin panjang
dibandingkan terhadap kontrol atau dengan kata lain aktivitas motorik hewan uji
menjadi lebih tinggi dibandingkan kontrol.
Untuk metode uji renang, prosedur pertama, satu hari sebelum percobaan
hewan uji mencit dimasukkan ke dalam tabung silinder berisi air kemudian dibiarkan
untuk berenang selama lima menit. Tujuannya untuk mengadaptasikan mencit. Pada
hari percobaan, mencit uji dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok
kontrol negatif, kelompok amitriptilin dosis I dan kelompok amitriptilin dosis II.Pada
0 menit mencit disuntikkan secara intra peritoneal PGA 2% untuk kelompok kontrol
negatif, amitriptilin dosis 3,25 mg/kgBB untuk kelompok amitriptilin dosis I dan
amitriptilin dosis 1,625 mg/kgBB untuk kelompok amitriptilin dosis II. Dipilih cara
intraperitonial karena cara ini efisien dan memiliki bioavabilitas yang sama dengan
intravena tetapi lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan intravena, khususnya
terhadap mencit. Sedangkan dibandingkan dengan cara oral, biovabilitas secara
intraperitoneal lebih besar. Selanjutnya mencit uji dibiarkan selama 1 jam untuk
menunggu obat memberikan efek.
Setelah 1 jam, mencit uji dimasukkan kedalam tabung silinder berisi air
setinggi 8 cm dengan suhu 25o C. kemudian mencit dibiarkan berenang. Pada saat
tubuh mencit terendam air, secara spontan mencit akan menggerakkan kaki dan
tangannya untuk berenang dan berusaha keluar dari air. Namun saat-saat tertentu
mencit akan menghentikkan gerakkan kaki dan tangannya, menunjukkan sikap yang
pasif. Pada saat itulah mencit dianggap mengalami depresi. Pengamatan percobaan
dilakukan dengan membiarkan mencit berenang selama 15 menit. Setiap 5 menit,
dihitung dengan stopwatch,lamanya waktu mencit uji mengalami depresi, sehingga
diperolehlah data lamanya depresi tiap mencit pada menit ke-5, ke-10 dan ke-15.
Data dicatat dalam tabel pengamatan kemudian dihitung persentase aktivitas dan
persentase inhibisidari setiap kelompok mencit.
Selanjutnya data dianalisis berdasarkan analisis varians dan dianalisis dengan
Student’s t-test untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antara perlakuan bahan
uji dan kontrol. Data disajikan pula dalam bentuk grafik.
Dari data pengamatan pada kelompok control negatif yang diberikan larutan
PGA 2% sebagai ganti obat uji, mencit dengan bobot 15 gram yang mengalami
depresi mengalami peningkatan waktu dalam penurunan pergerakan pada selang
waktu tertentu (t=5’, t=10’, dan t=15’) yaitu sebanyak 42 detik, 71 detik, 164 detik.
Hal ini telah sesuai karena pada control negative hanya diberikan PGA 2 % yang
tidak memberikan pengaruh terhadap pengurangan depresi dari mencit yang diamati
dari perubahan mencit menjadi tidak banyak bergerak. Dengan mencit yang hanya
diberikan PGA 2%, maka depresi yang terjadi akan semakin parah dan mencit lebih
statis saat diberenangkan. Pada seluruh kelompok uji negatif juga menunjukkan hasil
yang sama yaitu 74,67 detik; 170,33 detik; dan 242 detik. Pada mencit yang diberikan
Amitriptilim 3,25 mg/kg BB pada pengukuran waktu mencit saat tenang juga
mengalami kenaikan. Pada mencit dengan bobot 12,2 gram, hasil pengamatan yang
didapat yaitu 25 detik; 141 detik; dan 167 detik. Begitu pula pada seluruh kelompok
mencit uji. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa semakin lama mencit
diberenangkan, semakin depresi juga mencit tersebut. Pada mencit dengan bobot 15,8
gram yang diberikan Amitriptilin 1,625 mg/kg BB, hasil pengamatan yang didapat
yaitu 34 detik; 58 detik; dan 79 detik. Sama halnya terhadap seluruh kelompok
mencit uji. Pada perbandingan kelompok uji, mencit yang diberikan Amitriptilin pada
dosis 3,25 mg/kg BB lebih banyak menunjukkan efek antidepresi dibandingkan
dengan pemberian dosis Amitriptilin 1,625 mg/kg BB yang dilihat dari lebih
banyaknya jumlah pergerakan. Uji mencit terhadap obat uji antidepresan Amitriptilin
didapatkan persentase aktivititas Amitriptilin pada dosis 3,25 mg/kg BB sebesar
69,19 % dan pada dosis 1,625 mg/kg BB sebesar 76,18 %. Nilai persentase aktivitas
yang diatas 50 % tersebut menunjukkan bahwa Amitriptilin tidak cukup efektif dalam
memberikan efek antidepresi karena persentase aktivitas yang baik haruslah 50 %.
Data yang diperoleh juga kemudian diolah untuk mendapatkan persen
inhibisi. Pada persen inhibisi dengan obat uji Amitriptilin 3,25 mg/kg BB didapatkan
persentase sebesar 30,81 % dan pada Amitriptilin 1,625 mg/kg BB didapatkan
persentase sebesar 23,82 %. Persentase inhibisi obat antidepresi menunjukkan
kemampuan obat uji dalam menginhibisi depresi. Nilai yang ideal untuk persentase
inhibisi juga sama dengan persentase aktivitas yaitu 50 %. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan pemberian obat antidepresi secara intraperitoneal belum tepat dan
mencit yang diberenangkan ke dalam air tidak seragam untuk setiap waktunya
sehingga perhitungan waktu depresi menjadi kurang akurat.
Grafik 1 merupakan grafik waktu diam masing-masing kelompok dimana
sumbu X nya adalah kelompok sediaan uji sedangkan sumbu Y nya merupakan waktu
diam. Pada grafik 1, dapat dilihat bahwa dari ketiga kelompok mencit yang diuji,
ketiganya menunjukkan terjadinya depresi yang ditandai dengan adanya waktu diam,
waktu diam yang paling lama terjadi pada kelompok 1 yang diberi suspensi PGA 2 %
, pada pemberian amitriptilin 3,25mg/kg BB dan amitriptilin 1,625mg/KgBB waktu
diam yang paling lama terjadi pada kelompok 3. Pemberian PGA 2% pada kelompok
1, 2, dan 3 mempunyai total waktu diam yang lebih tinggi dibandingkan kelompok
mencit yang diberikan amitriptilin 1,625 mg/KgBB dan amitriptilin 3,25 mg/kg BB.
Hal Ini dikarenakan amitriptillin memiliki efek antidepresan, sehingga menghambat
terjadinya depresi pada mencit yang ditandai dengan rendahnya waktu diam.
Sedangkan dengan pemberian amitriptilin 3,25 mg/kgBB memiliki total waktu diam
yang lebih tinggi dibandingkan pada pemberian amitriptillin 1,625 mg/KgBB.
Padahal seharusnya, amitriptillin 3,25 mg/kgBB dapat menghambat terjadinya
depresi yang lebih baik karena dosisnya lebih tinggi sehingga waktu depresinya
berkurang atau waktu diamnya rendah. Pada kelompok 1 yang diberikan amitriptilin
1,625 mg/kg BB tidak terdapat grafik batangnya dikarenakan matinya mencit saat
melakukan percobaan sehingga tidak terdapat data berupa waktu diam. Dapat dilihat
juga pada kelompok 3 terjadi perbedaan hasil percobaan dengan teorinya dimana
waktu diam yang paling tinggi terjadi pada pemberian amitriptilin 1,625 mg/kgBB
dan waktu diam yang paling rendah PGA 2%. Selanjutnya juga terdapat perbedaan
pada kelompok 2 dimana waktu diam PGA 2% lebih rendah dari pada Amitriptilin
1,625mg/kg BB yang seharusnya waktu diam PGA 2% lebih tinggi.
Pada grafik 2 merupakan grafik waktu diam terhadap waktu pengamatan.
Pada grafik 2 dapat dilihat bahwa pada pemberian PGA 2% mempunyai waktu diam
yang paling tinggi dari pemberian sediaan uji yaitu amitriptilin 1,625mg/KgBB dan
3,25 mg/kgBB. Tetapi pada waktu 5 menit pemberian PGA 2% waktu diamnya lebih
rendah daripada amitrptilin 1,625mg/kgBB pada 5 menit, yang seharusnya pada
waktu 5 menit PGA 2% mempunyai waktu diam yang lebih tinggi dari waktu diam
sediaan uji lainnya. Dapat dilihat grafik 2 mempunyai kesamaan dengan grafik 1
dimana pemberian amitriptilin 3,25 mg/KgBB mempunyai waktu diam yang lebih
tinggi dari waktu diam pemberian amitriptillin 1,625 mg/KgBB.
X. KESIMPULAN
1. Aktivitas obat antidepresi amitriptilin terhadap mencit yaitu mengurangi
depresi mencit, ditandai dengan lamanya waktu diam mencit dalam wadah
berisi air yang lebih pendek.
2. Efek pemberian amitriptilin dalam dua dosis yang berbeda yaitu pada dosis
3,25 mg/kg BB lebih baik daripada dosis 1,625 mg/kg BB, yang terlihat pada
persen inhibisi. Persen inhibisi dosis 3,25 mg/kg BB adalah 30,81%
sedangkan persen inhibisi dosis 1,625% adalah 23,82%.
DAFTAR PUSTAKA
Dr Andri Sp KJ.2012.Obat Antidepresan dan seluk beluknya. Tersedia di http://
health.kompas.com/read/2012/07/02/17544067/Obat.Antidepresan.dan.Seluk.B
eluknya . Diakses 6 Mei 2013
Mutchler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Edisi Kelima. Penerbit ITB. Bandung
Semiun, Drs Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Sondang, 2012. Tersedia di http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Umum/
Depresi-Atasi-Efek-Samping-Antidepresan. Diakses 6 Mei 2012
Staf Pengajar Departemen Farmakologi.2004.Kumpulan Kuliah Farmakologi, Edisi
2. Penerbit EGC. Jakarta