lalat tsets1

12
Lalat tsetse Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas. Lalat tsetse Lalat tsetse Pengelasan saintifik Alam: Animalia Filum: Arthropoda Kelas: Insecta Order: Diptera Subsection: Calyptratae Superkeluarga: Hippoboscoidea Keluarga: Glossinidae Theobald, 1903 Genus: Glossina Wiedemann, 1830 Kumpulan spesies morsitans (spesies "savana" ) fusca (spesies "hutan" ) palpalis (spesies "sungai" ) Taburan lalat tsetse GENUS GLOSSINA

Upload: saimimamasran

Post on 20-Jul-2015

267 views

Category:

Data & Analytics


1 download

TRANSCRIPT

Page 2: Lalat tsets1

MORFOLOGI :

Ukuran sama dengan lalat rumah Warna coklat

Bentuk mulut tusuk isap

♀ dan ♂ menghisap darah, waktu siang

LINGKARAN HIDUP : Tidak sempurna

Tempat perindukan di daerah terbuka dengan tanah keras (padang

rumput savanah)

PERANAN : Vektor penyakit tidur di afrika

STRUKTUR TUBUH TSE – TSE

di situ udah di pampang jelas struktur tubuh dari lalat Tsetse.

karena para lalat ini ada vektor dari penyakit tidur, sekarang kita liat

gimana se cara penularan penyakit tidur

SIKLUS PENYEBARAN PENYAKIT TIDUR

Page 3: Lalat tsets1

hm, ngeri juga ya kalo kita tertular ne lalat??

Sebenernya pencegahannya relatif sulit buat dilakuin. Sanitasi dan

kebersihan kandang adalah salah satu cara yang dapat di lakukan untuk

mengendalikan populasi lalat. Penggunaan insektisida juga salah satu

cara yang bisa digunakan untuk membunuh lalat dengan cara

menyemprot kandang dengan Lindane 0,03-0,05 %, Toxaphene 0,5%,

Metoxychlor 0,05 %, Coumaphos 0,125 %, Dioxanthion 0,15 %, Malation

0,5 %, atau Ronnel 0,75 %. Pemberian dichlorvos dalam minyak mineral

diberikan setiap hari juga mampu mengusir lalat untuk hinggap

dipermukaan tubuh hewan. Selain dichlorvos bisa juga digunakan

coumophos, malathion atau tetrachlorvinphos yang diberikan 2 sampai3

kali seminggu dalam sediaan tabur. Aplikasi insektisida dapat dilakukan

dengan cara Dipping (populasi ternak banyak), spraying, Back Rubber,

Dust bag, Pour on, lewat makanan dan menggunakan keping resin

(seperti kalung).

Lalat tsetse adalah nama dari sejenis serangga yg cukup unik. Jika jenis lalat

lain seperti lalat rumah dan lalat botolterkenal sebagai penyebar penyakit yg

mnyerang pencernaan.

Page 4: Lalat tsets1

Vektor Tripanosomiasis Afrika

Vektor African Sleeping Sickness adalah lalar Tse-Tse (Glossina) yang termasuk dalam ordo Diptera dari kelas Insecta yang berukuran 6 – 13 mm

Metamorfosis sempurna Bersifat vivipar

Bertipe mulut tusuk isap Menggigit dan menghisap darah pagi hari 2 spesies yang berperan sebagai vektor biologik tripanosomiasis :

1. Glossina Morsitans menularkan Trypanosoma Rhodensianse (Afrika Timur) - menyukai daerah terbuka dengan tanah yang keras, seperti padang tumput

2. Glossina Palpalis sebagai vektor trypanosoma Gambiense ( Afrika Barat) –

Menyukai habitat berpasir / tanah di sektor sungai /danau yang banyak tumbuh pohon

Trypanosoma gambiense

a. Klasifikasi

Domain : Eukarya

Kingdom : Excavata

Phylum : Euglenozoa

Class : Kinetoplastida

Order : Trypanosomatida

Genus : Trypanosoma

Species : Trypanosoma gambiense

b. Hospes dan Penyakit

Manusia merupakan hospes dari spesies ini. Hospes reservoar Trypanosoma

gambiense adalah binatang peliharaan seperti sapi, babi, kambing dan sebagainya. Lalat

Glossina berperan sebagai hospes perantara. Panyakitnya disebut tripanosomiasis Afrika atau

sleeping sickness.

Jenis penyakit tidur Afrika Barat (Gambia) yang disebabkan oleh

Trypanosoma gambiense pertama kali dilaporkan oleh Forde di tahun 1902 ketika organisme

ini ditemukan dalam darah seorang kapten pelaut Eropa yang bekerja di Sungan Gambia.

c. Morfologi

Page 5: Lalat tsets1

Bentuk trypanosoma (trypomastigot) dapat ditemukan dalam darah, cairan

serebrospinal (CSS), aspirasi kelenjar limfe, dan aspirasi caian dari chancre trypanosomal

yang terbentuk pada tempat gigitan lalat tsetse. Bentuk tripomastigot berkembang biak secara

belah pasang longitudinal. Organisme ini bersifat pleomorfik, pada satu sediaan hapus darah

dapat terlihat aneka bentuk tripanosomal. Bentuknya berfariasi dari yang panjang, 30 µm atau

lebih, langsing, dengan flagel yang panjang (tripomastigot), sampai pada bentuk yang pendek

kurang lebih 15 µm, gemuk tanpa flagel yang bebas.

Dalam darah bentuk trypanosoma tidak berwarna dan bergerak dengan cepat diantara

sel darah merah. Membran bergelombang dan flagel mungkin terlihat pada organisme yang

bererak lambat. Bentuk tripomastigot panjangnya 14 sampai 33 µm dan lebar 1,5 sampai 3,5

µm. dengan pulasan Giemsa dan Wright, sitoplasma tampak berwarna biru muda, dengan

granula yang berwarna biru tua, mungkin terdapat vakuola. Inti yang terletak di tengah

berwarna kemerahan. Pada ujung posterior terletak kinetoplas, yang juga berwarna

kemerahan. Kinetoplas berisi benda parabasal dan bleparoflas, yang tidak mungkin

dibedakan. Flagel muncul dari blefaroplas, demikian juga membran bergelombang. Flagel

berjalan sepanjang tepi membran bergelombang sampai membaran bergelombang bersatu

dengan badan trypanosoma pada ujung anterior organisme. Pada titik ini flagel menjadi bebas

melewati badan trypanosoma.

Bentuk trypanosoma akan ditelan lalat tsetse (Glosinna) ketika mengisap darah.

Organisme akan berkembang biak di dalam lumen “mid gut“ dan “hind-gut“ lalat. Setelah

kira – kira 2 minggu, organisme akan bermigrasi kembalai ke kelenjar ludah melalui

hipofaring dan saluran kelenjar ludah; organisme kemudia akan melekat pada sel epitel

saluran kelenjar ludah dan mengadakan transpormasi ke bentuk epimastigot. Pada bentuk

Page 6: Lalat tsets1

epimastigot, inti terletak posterior dari kinetoplas, berbeda dengan tripomastigot, dimana inti

terletak anterior dari kinetoplas.

d. Epidemiologi dan Distribusi Geografis

Hospes perantara untuk T. gambiense adalah Glossina palpalis yang terdapat di

daerah dataran rendah dengan hutan yang lebat dan keadaan lembab. Peran hospes reservoar

T.gambiensis tidak penting karena penyakit ditularkan dari manusia ke lalat, kemudian ke

manusia lain.

Spesies ini ditemukan di daerah Afrika tropik, yaitu antara garis lintang utara 15 0 dan

garis lintang selatan 18 0. T. gambiense terdapat dibagian tengah dan barat.

e. Siklus Hidup

Organisme terus memperbanyak diri dan bentuk metasiklik (infektif) selama 2-5 hari

dalam kelenjar ludah lalat tsetse. Dengan terbentuknya metasiklik, lalat tsetse tersebut

menjadi infektif dan dapat memasukkan bentuk ini dari kelenjar ludah ke dalam luka kulit

pada saat lalat mengisap darah lagi. Seluruh siklus perkembangan dalam lalat tsetse

membutuhkan waktu 3 minggu, Trypanosoma gambiense ditularkan oleh Glossina palpalis

dan Glossina tachinoides, baik lalat tsetse betina maupun jantan dapat menularkan penyakit

ini.

Pada waktu darah mamalia dihisap, oleh lalat tse tse yang infektif (genus Glossina)

maka akan memasukkan metacyclic trypomastigotes kedalam jaringan kulit. Parasit–parasit

akan masuk ke dalam sistem lymphatic dan ke dalam aliran darah (1). di dalam tubuh tuan

rumah, mereka berubah menjadi trypomastigotes di dalam aliran darah. (2). dan ini akan

dibawa ke sisi lain melalui tubuh, cairan darah kaya yang lain (e.g., lymph, spinal fluid), dan

berlanjut bertambah banyak dengan binary fission (3). Segala siklus hidup dari African

Trypanosomes telah ditampilkan pada tingkat ektra seluler. Lalat tsetse menjadi infektif

dengan trypomastigotes dalam aliran darah ketika mengisap darah mamalia yang terinfeksi

(4), (5). Pada alat penghisap lalat parasit berubah menjadi procyclic trypomastigotes,

bertambah banyak dengan binary fission (6). meninggalkan alat penghisap, dan berubah

Page 7: Lalat tsets1

menjadi epimastigotes (7). Air liur lalat kaya akan epimastigotes dan pertambahan banyak

berlanjut dengan binary fission (8). Siklus dalam tubuh lalat berlangsung selama kurang

lebih 3 minggu. Manusia merupakan reservoir utama untuk Trypanosoma gambiense, tetapi

spesies in dapat selalu ditemukan pada binatang.

f. Patologi dan Gejala Klinis

Setelah digigit oleh lalat tsetse yang infektif, stadium tripomastigot metasiklik yang

masuk ke dalam kulit akan memperbanyak diri serta menimbulkan reaksi peradangan

setempat. Beberapa hari kemudian, pada tempat tersebut dapat timbul nodul atau chancre (3-4

cm). Lesi primer ini tidak menetap dan akan menghilang setelah 1 – 2 minggu, nodul ini

seringkali terlihat pada orang Eropa tetapi jarang pada penduduk setempat di daerah endemi.

Bentuk tripomastigot dapat ditemukan dalam cairan aspirasi ulkus tersebut. Bentuk

tripomastigot dapat masuk ke dalam aliran darah, menyebabkan parasetemia ringan tanpa

gejala klinik dan dapat berlangsung selama berbulan–bulan. Pada keadaan ini, parasit

mungkin sulit ditemukan meskipun dengan pemeriksaan sediaan darah tebal. Selama masa

ini, infeksi dapat sembuh sendiri tanpa gejala klinik atau kelainan pada kelenjar limfe.

Gejala pertama akan terlihat jelas bila terjadi invasi pada kelenjar limfe, diikuti

dengan timbulnya demam remiten yang tidak teratur dan keluar keringat pada malam hari.

Demam sering disertai dengan sakit kepala, malaise dan anoreksia. Periode demam yang

berlangsung sampai satu minggu akan diikuti dengan periode tanpa demam yang waktunya

bervariasi dan kemudian timbul lesi periode demam yang lain. Banyak tripomastiot

ditemukan dalam peredaran darah pada saat demam tetapi pada saat tanpa demam jumlahnya

sedikit. Kelenjar limfe yang membesar konsistensinya lunak, tidak nyeri. Meskipun dapat

mengenai kelenjar limfe dimana saja, kelenjar limfe di daerah servikal posterior merupakan

tempat yang paling sering terinfeksi (tanda Winterbottom) Bentuk tripomastigot dapat

diaspirasi dari kelenjar limfe yang membesar. Selain kelenjar limfe, terjadi juga pembesaran

pada limpa dan hati.

Pada Trypanosomiasis Gambia, stadium darah–limfe dapat berlansung bertahun–

tahun sebelum timbul sindroma penyakit tidur. Pada orang berkulit cerah, ruam kulit

berbentuk eritema yang tidak teratur (irregular erytematous skin rash) Eretema multiforme

dapat terjadi 6 – 8 minggu setelah terjadi infeksi. Ruam akan hilang dalam beberapa jam, dan

timbul serta hilangnya ruam ini terjadi pada periode demam. Sensasi terhadap rasa sakit pada

pasien dapat berkurang.

Stadium penyakit tidur timbul setelah bentuk tripomstigot menginvasi susunan saraf

pusat (SSP). Perubahan tingkah laku dan kepribadian terlihat selama invasi SSP. Gejala–

Page 8: Lalat tsets1

gejala Trypanosomiasis Gambia adalah meningoensepalitis progresif, apati, kebingungan,

kelemahan, hilangnya koordinasi, dan somnolen. Pada fase terminal penyakitnya, pasien

menjadi emasiasi, jatuh ke dalam koma dan meninggal, biasanya akibat infeksi sekunder.

Penekanan daya tahan tubuh pada pasien TrypanosomiasisGambia ditunjukkan dengan

menurunnya kekebalan seluler dan humoral.

g. Dignosis

Tanda–tanda kelainan fisik dan riwayat klinik sangat penting untuk menegakkan

diagnosis. Gejala–gejala diagnostik termasuk demam yang tidak teratur, pembesaran kelenjar

limfe (terutama di bagian segitiga servikal posterior, yang dikenal dengan tanda

Winterbottom), berkurangnya sensori terhadap rasa sakit (tanda Kerandel), dan ruam kulit

berupa eritema. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan bentuk tripomastigot dalam darah,

aspirasi kelenjar limfe, dan CSS.

Adanya periodesitas, menyebabkan jumlah parasit dalam darah akan berbeda–beda

dan sejumlah teknik harus digunakan untuk menemukan bentuk tripomastigot. Selain sedian

darah tipis dan tebal, dianjurkan menggunakan metode konsentrasi “buffy coat“ untuk

menemukan parasit apabila jumlahnya sedikit. Parasit dapat ditemukan dalam sediaan darah

tebal apabila jumlahnya lebih dari 2000/ ml, lebih dari 100/ml dengan konsentrasi pada

tabung hematokrit, dan lebih dari 4/ ml dengan tabung penukar anion (anion exchange

columm).

Pemeriksaan CSS harus dilakukan dengan medium sentrifuge. Bila jumlah

tripomastigot dalam darah tidak terdeteksi, bentuk ini mungkin masih dapat ditemukan pada

aspirasi kelenjar limfe yang meradang, namun untuk menemukannya secara histopatologi

tidaklah praktis. Specimen darah dan CSS harus diperiksa selama pengobatan dan 1 hingga 2

bulsn setelah pengobatan.

Pemeriksaan serologis yang banyak digunakan untuk skrining epidemiologi adalah tes

imunofluoresensi tidak langsung, ELISA, dan hemaglutinasi tidak langsung. Masalah besar

pada serodiagnostik di daerah endemi yaitu banyaknya orang dengan kadar antibodi yang

tinggi karena terpapar oleh tripanosoma yang tidak infektif bagi manusia. Konsentrasi IgM

dalam serum dan CSS kurang mempunyai nilai diagnostik.

Isolasi Trypanosoma gambiense pada bintang percobaan dalam laboratorium yang

kecil biasanya tidak berhasil, berbeda dengan Trypanosoma rhodesiense yang dapat

menginfeksi binatang. Kultur umumnya tidak praktis untuk diagnostik.

h. Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan penyakit ini meliputi :

Page 9: Lalat tsets1

1. mengurangi sumber infeksi

2. melindungi manusia terhadap infeksi

3. mengendalikan vektor

Pengurangan sumber infeksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengobatan

secara tuntas pada penderita, bahkan memusnahkan hewan vertebrata yang terinfeksi .

Pengobatan dapat bervariasi dan biasanya berhasil bila dimulai pada permulaan

penyakit. Bila susunan saraf pusat telah terlibat, biasanya pengobatan kurang baik hasilnya.

Obat-obat yang sering digunakan antara lain :

1. Eflornithine dengan dosis 400 mg/kg/hari IM atau IV dalam 4 dosis bagi, selama 14 hari dan

dilanjutkan dengan pemberian oral 300 mg/kg/hari sampai 30 hari.

2. Suramin dengan dosis 1 gr IV pada hari ke 1,3,7,14,21 dimulai dengan 200 mg untuk test

secara IV. Dosis diharapkan memcapai 10 gram. Obat ini tidak menembus blood-brain barrier

dan bersifat toksis pada ginjal.

3. Pentamadine, dengan dosis 4 mg/kg/hari/hari IM selama 10 hari.

4. Melarsoprol, dengan dosis 20 mg/kg IV dengan pemberian pada hari ke

1,2,3,10,11,12,19,20,21 dan dosis perharinya tidak lebih dari 180 mg. Enchephalopati dapat

muncul sebagai efek pemberian obat ini . Hai ini terjadi oleh karena efek langsung dari

arsenical (kandungan dari melarsoprol) dan juga oleh karena reaksi penghancuran dari

Trypanosma (reactive enchepalopathy). Bila efek tersebut muncul, pengobatan harus

dihentikan.

Eflornithine, Suramin dan Pentamine digunakan pada pasien pada fase awal dan

penyebaran. Sementara Melarsoprol dapat digunakan pada ketiga fase tersebut.

6. Trypanosoma rhodesiense

a. Klasifikasi

Domain : Eukarya

Kingdom : Excavata

Phylum : Euglenozoa

Class : Kinetoplastida

Order : Trypanosomatida

Genus : Trypanosoma

Species : Trypanosoma rhodesiense

b. Hospes dan Nama Penyakit

Page 10: Lalat tsets1

Manusia merupakan hospes dari spesies ini. Hospes reservoar Trypanosoma

rhodesiense adalah binatang liar seperti antilop. Lalat Glossina berperan sebagai hospes

perantara. Panyakitnya disebut tripanosomiasis Afrika atau sleeping sickness.

c. Morfologi

d. Epidemiologi dan Distribusi Geografis

Penyakit yang disebabkan oleh T. rhodosiense sangat jarang, tetapi penting karena

penyakit ini sangat berbahaya. Hospes perantaranya ialah lalat Glossina morsitans yang

hidup didaerah padang rumput (savana). Baik lalat jantan maupun betina dapat menularkan

penyakit ini. Pada Trypanosomiasis rhodosiense hospes reservoar penting karena penularan

terjadi pada hospes reservoar melalui lalat ke manusia.

Pengawasan terhadap penyakit ini sulit dilakukan dilakukan karena pada umumnya

penduduk Afrika sering berpindah tempat (nomaden). Bila penduduk pindah ke dearah yang

tidak ada vektornya, kadang-kadang dijumpai kesulitan lain misalnya tidak adanya air untuk

minum (jauh dari sumber air/sungai), sehingga kehidupan menjadi kebih sulit.

Spesies ini ditemukan di daerah Afrika Tropik, yaitu antara garis lintang utara 150 dan

garis lintang selatan 180 (Fly belt). T.rhodosiense terdapat di bagian timur.

e. Siklus Hidup

Page 11: Lalat tsets1

Pada manusia, kedua spesies tersebut terdapat dalam stadium tripomastigot yang

hidup dalam darah. Bentuk ini ada dua macam, yaitu bentuk panjang (32 mikron) dan bentuk

pendek (16 mikron ) yang tidak mempunyai flagel. Stadium tripomastigot hidup di luar sel

(ekstraseluler) dalm darah, limpa, kelenjar limfe, cairan otak dan di otak. Parasit ini

berkembang biak secara belah pasang longitudinal dan dalam darah tampak bentuk-bentuk

yang membelah. Dalam tubuh Glossina, stadium tripomastigot yang terisap dengan darah

berkembang biak di usus tengah dan belakang (midgut dan hindhut) secara belah pasang

longitudinal. Sesudah 15 hari tampak bentuk langsing (pro-ventricular form) yang membelah

lagi dan kemudian bermigrasi melalui esofagus,faring,ruang mulut, kemudian masuk kedalam

kelenjar ludahnya. Dalam Kelenjar ludah parasit ini melekat pada epitel dan berubah menjadi

stadium epimastigot. Stadium epimastigot ini berkembang biak berkali-kali dan kemudian

berubah menjadi stadium tripomastigot metasiklik yng masuk ke saluran kelenjar ludah, lalu

ke probosis dan ditularkan ke manusia. Untuk T.rhodosiense menjadi infektif sesudah 14

hari.

Infeksi terjadi dengan tusukan lalat Glossina yang mengandung stadium

tripoomastigot metasiklik, yaitu sebagai bentuk infektif. Cara penularan disebut anterior

inoculative.

f. Patologi dan Gejala Klinis

Parasit ini berkembangbiak di sela-sela jaringan di bawah kulit dan dalam waktu kira-

kira 1 minggu timbul syanker tripanosoma.Stadium tripomastigot masuk ke pembuluh darah

Page 12: Lalat tsets1

dan terjadi parasitemia. Pada penduduk asli, masa ini di daerah endemi berlalu afebril,

sedangkan penduduk pendatang mengalami demam.Timbulnya demam disebabkan oleh

parasit yang menyerang kelenjar limfe. Kelenjar limfe menjadi besar dan nyeri. Hal ini nyata

pada daerah servikal belakang yang disebut gejala “Winterbottom”. Juga terjadi pembesaran

kelenjar imfe di daerah lain seperti ketiak dan inguinal. Selain itu terjadi pula

hepatosplenomegali, penderita sakit berat dapat meninggal.

Pada stadium berikutnya, parasit dapat masuk ke otak dan menyebabkan meningitis,

ensefalitis dengan gejala sakit kepala yang berat, kelainan motorik, apatis, letargi, koma dan

berakhir dengan kematian. Perbedaan infeksi T.rhodosiense dan T.gambiense ialah:

T.rhodosiense sangat virulen, penyakit akut sehingga penderita meninggal dalam waktu yang

singkat sebelum gejala otak tampak; T.gambiense, penyakitnya menahun dan sesudah satu

tahun, penderita dapat meninggal dengan gejala otak.

g. Diagnosis

Diagnosis dengan menemuka parasit : 1) Secara langsung dalam sediaan darah atau

caiaran otak ; 2) Dalam biopsi kelenjar dan sumsum tulang belakang ; 3) Secara imunologi

dengan zat anti fluoresen.

h. Pencegahan dan Pengobatan

Pengobatan pada penyakit tidur Afrika biasanya berhasil baik bila di mulai pada

permulaan penyakit (infeksi dini), yaitu pada stadium darah limfe. Dapat dipakai suramin

atau pentamitidin. Bila susunan syaraf sudah terkena dapat dipakai triparsamid.

Obat-obat yang tersedia umumnya toksik untuk manusia, dan beberapa sirain parasit

menjadi resisten terhadap obat tersebut. Untuk itu dapt dipakai melarsopol ; Mel B (arsobal).