kritik sosial lirik lagu man ana laulakum karya al …
TRANSCRIPT
KRITIK SOSIAL LIRIK LAGU MAN ANA LAULAKUM
KARYA AL-IMAM UMAR MUHDHOR BIN ABDURRAHMAN ASSEGAF
Devi Suci Windariyah, M.Pd.I
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) JEMBER
2019
1
A. Pendahuluan
Al-Imam Umar Muhdhor Bin Abdurrahman Assegaf merupakan Ulama yang memiliki
misi mulia. Salah satu misi yang ingin dicapai oleh beliau adalah ingin memperkenalkan kepada
generasi zaman sekarang biografi, gaya berkomunikasi dan berpikir para pendahulunya.
Bahwasannya para wali adalah manusia yang benar-benar faham bagaimana menghargai waktu,
usia dan agama. Sehingga mereka meletakkan segala sesuatu sesuai tempatnya dengan tidak
memprioritaskan salah satu di atas lainnya. Akan tetapi, mereka menjadikan agama sebagai target
utama dan dunia sebagai media untuk bisa sampai kepada target.
Qosidah merupakan salah satu media yang digunakan Al-Imam Umar Muhdhor bin
Abdurrahman Assegaf dalam mencapai misi-misi beliau. Lewat lirik syi’ir-syi’ir yang sering
dikumandangkan dalam majelis-majelis sholawat, menjadikan syi’ir-syi’ir tersebut terkenal.
Sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap generasi sekarang. Karena banyak diantara
generasi sekarang yang terjangkit penyakit alergi terhadap para wali dan orang-orang saleh. Hal
ini terjadi karena banyaknya orang-orang yang memojokkan madrasah-madrasah tradisional.
Menurut Wellek dan Warren (1993:14), karya sastra merupakan suatu karya imajinatif
yang menggunakan media bahasa dan memiliki fungsi estetik yang dominan. Karya sastra
sebagai bentuk karya cipta manusia, selain memberikan hiburan juga mengandung nilai
keindahan dan nilai-nilai kehidupan. Bahasa sastra yang digunakan dalam suatu karya sastra
sangatlah konotatif dan mengandung banyak arti tambahan. Sehingga tidak hanya bersifat
referensial akan tetapi perlu kajian yang mendalam untuk memahami makna yang tersirat di
dalam suatu karya sastra.
Suatu karya sastra itu itu tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teeuw, 2003:107).
Maksudnya adalah karya sastra lahir di tengah masyarakat yang memiliki sejarah dan social
budaya tertentu, dimana seorang penulis karya sastra hidup, berkembang dan berinteraksi di
dalam social budaya tersebut. Sehingga suatu karya sastra tidak dapat terlepas dari latar belakang
social budaya pengarangnya. Abar mengungkapkan (Mas’oed, 1999:47), bahwa kritik social
adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang berfungsi sebagai control terhadap
system social yang berjalan. Kritik social ini muncul disebabkan adanya konflik social, sehingga
masyarakat menyuarakan pendapat, tanggapan dan celaan terhadap hasil tindakan individu atau
kelompok masyarakat. kritik tersebut terhadap segala bentuk keadaan, situasi, dan tindakan yang
menyimpang dari nilai social dan moral yang dituangkan dalam bentuk karya sastra. Dengan
harapan dapat menciptakan suatu kehidupan social yang lebih baik. Lirik lagu merupakan salah
satu media ampuh untuk menyampaikan kritik social social. Karena semakin sering lagu itu
2
dikumandangkan maka semakin seseorang memahami isi tersirat yang diinginkan oleh pencipta
lagu.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji kritik social lagu man ana laulakum
karya al-imam umar muhdhor bin abdurrahman assegaf ini, untuk mendeskripsikan struktur
dalam lirik lagu Man Ana Laulakum karya al-imam umar muhdhor bin abdurrahman assegaf dan
menganalisis kritik social lirik lagu Man Ana Laulakum karya al-imam umar muhdhor bin
abdurrahman assegaf. Berikut ini teks lagu Man Ana Laulakum karya Al-Imam Umar Muhdhor
bin Abdurrahman Assegaf.
من أنا لولاكم
كيف ما حبكم كيف ماحبكم كيف ما أهواكم # من أنا من أنا لولاكم
لا ومن في المحبة علي ولاكم # ما سوى ولا غيركم سواكم
ليس أحد في المحبة سواكم عندي # أنتم أنتم مرادي وأنتم قصدي
قلت يا سادتي محجتي تفداكم # كلما زادني في هواكم وجدي
قلت والله أنا في هواكم راضي # د ماضيلوقطعتم وريدي يح
مارضاي سوى كل ما يرضاكم # أنتم فتنتي في الهوا ومرادي
عوقتني عوائق أكاد أن أهلك #كلما رمت إليكم نهو من أسلك
وارحموا بالمحبة فتيل بلواكم # فادركوا عبدكم مثلك من أدرك
Lirik lagu Man Ana Laulakum karya Al-Imam Umar Muhdhor bin Abdurrahman Assegaf
tersebut, akan dikaji menggunakan pendekatan structural dan sosiologi sastra. Pendekatan
structural digunakan untuk mengkaji struktur yang membangun lirik lagu. Sedangkan pendekatan
sosiologi sastra digunakan untuk mengungkap kritik social yang terkandung dalam lirik lagu Man
Ana Laulakum. Sasaran sosiologi yang digunakan adalah sebuah karya sastra dianggap sebagai
cerminan keadaan masyarakatnya.
Penelitian ini menggunakan teknik validitas teknik trianggulasi teori. Trianggulasi ini
dilakukan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang
dikaji (Sutopo, 2006:98). Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, teori strukturalisme,
teori sosiologi sastra dan teori kritik sosial.
Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data secara
dialektika yang dilakukan dengan menghubungkan unsur-unsur yang ada dalam lirik lagu Man
Ana Laulakum karya Al-Imam Umar Muhdhor bin Abdurrahman Assegaf dengan fakta-fakta
kemanusiaan yang diintegrasikan ke dalam satu kesatuan makna. Sesuai dengan metode sosiologi
3
sastra, untuk menganalisis data dilakukan melalui teori dialektika (Gold dalam Faruk, 1999:21)
melalui konsep pemahaman penjelasan. Pemahaman berarti usaha mendeskripsikan struktur
objek yang dipelajari, sedangkan penjelasan adalah usaha menggabungkan ke dalam struktur
yang lebih besar.
B. Kajian Teori
1. Karya Sastra
a. Pengertian
Dalam paradigma studi sastra, sosiologi sastra, terutama sosiologi karya
sastra, dianggap sebagai perkembangan dari pendekatan mimetik, sebagaimana
yang dikemukakan Plato, yaitu memahami karya sastra dalam hubungannya
dengan realitas dan aspek sosial kemasyarakatan. Pandangan tersebut
dilatarbelakangi oleh fakta bahwa keberadaan karya sastra tidak dapat terlepas dari
realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Goldman (1977a:7 dalam Faruk, 1999) mengatakan bahwa bentuk karya
sastra merupakan trans posisi kedataran sastra kehidupan sehari-hari dalam
masyarakat individualistik yang diciptakan oleh produksi kehidupan nyata.
Selanjutnya ia menyatakan adanya kesejajaran yang kuat antara bentuk literer
karya sastra dengan hubungan keseharian antara manusian dengan sesamanya
dalam kehidupan masyarakat.
Kuntowijoyo (1981 dalam Faruk, 1999) menyatakan bahwa fungsi sastra
(karya sastra) sebagai simbol verbal yang mempunyai fungsi sebagai cara untuk
memahami, berkomunikasi, dan berkreasi. Objek sastra itu sendiri adalah realitas
kehidupan masyarakat. Karya sastra Indonesia merupakan suatu objek
realitas kehidupan masyarakat Indonesia. Apabila karya sastra Indonesia berupa
peristiwa historis, maka karya sastra Indonesia dapat (1) mencoba menerjemahkan
peristiwa itu kedalam bahasa imajiner dengan maksud untuk memahami peristiwa
sejarah menurut kadar pengetahuan pengarang; (2) karya sastra dapat dijadikan
sebagai sarana bagi pengarang untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan
tanggapan mengenaia suatu peristiwa sejarah; (3) karya sastra dapat berupa
penciptaan kembali sebuah peristiwa sesuai dengan pengetahuan dan daya
imajinasi pengarangnya.
4
b. Bentuk Karya sastra
Karya sastra, baik berupa puisi, prosa, lagu, cerita pendek, novel, maupun
drama pada dasarnya merupakan cerminan perasaan, pemgalaman, dan pemikiran
pengarangnya dalam hubungannya dengan kehidupan. Dan bentuk atau macam
dari karya sastra ini dapat dipahami oleh pembaca dengan berbagai pendekatan
diantaranya adalah melalui pendekatan sosiologi sastra.
C. Unsur-Unsur karya Sastra.
Dalam karya sastra terdapat unsur struktural. Hill (via Pradopo, 1995: 93)
menyatakan bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks,
maka untuk memahami perlu adanya analisis, yaitu penguraian terhadap unsur-
unsurnya. Penafsiran terhadap karya sastra bertujuan untuk memperjelas artinya.
Selain itu, Pradopo (via Endraswara, 2008:10) mengungkapkan bahwa analisis
sastra dilakukan untuk memahami makna karya sastra sedalam-dalamnya.
Selanjutnya, Endraswara (2008: 10-11) mengemukakan bahwa penelitian sastra
dapat berfungsi bagi kemajuan sastra itu sendiri dan kepentingan di luar sastra.
Kepentingan bagi sastra adalah untuk meningkatkan kualitas cipta sastra.
Sedangkan kepentingan di luar sastra berkaitan dengan aspek-aspek di luar
sastra, seperti agama, filsafat, moral, dan sebagainya yang sangat dipengaruhi
oleh kandungan sastra sebagai dokumen zaman. Sehingga penelitian sastra
memiliki nilai pragmatik yang akan bermanfaat bagi ilmu lain yang relevan.
Penelitian sastra tidak hanya sekedar bertugas ilmiah murni atau bersifat akademis,
tetapi juga harus mampu memberi pencerahan bagi perkembangan, seleksi,
penyebarluasan sastra dan menjelaskan hal-hal yang terkait di dalamnya. Jadi
fungsi penelitian sastra akan menjadi medium bagi pembaca untuk memahami isi
cerita dan makna dalam teks yang ditulis penulis.
Menurut Mukarovsky dan Felik Vodicka (via Ratna, 2004: 93) karya sastra
adalah proses komunikasi, fakta semiotik, terdiri atas tanda, struktur, dan nilai seni,
sehingga untuk menganalisisnya memerlukan metode struktural dan semiotik.
Strukturalis pada dasarnya merupakan cara berpikir tentang sesuatu yang
berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Teeuw (1984:
135) mengemukakan bahwa analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan
5
memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan
dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama
menghasilkan makna yang menyeluruh.
Pembahasan secara struktural adalah langkah awal penelitian sastra.
Penelitian struktural dipandang lebih obyektif karena hanya berdasarkan sastra itu
sendiri (bersifat otonom). Pemahamannya harus mengaitkan antarunsur
pembangun karya sastra dengan menekankan aspek intrinsik sastra (Endraswara,
2008: 49-51). Menurut Abrams (via Djoko Pradopo, 1981: 68), pendekatan
strukturalis dalam karya sastra merupakan sebuah totalitas yang dibangun secara
komprehensif oleh berbagai unsur pembentuknya. Analisis struktural merupakan
prioritas lain sebelum yang lainnya karena tanpa itu kebulatan makna intrinsik
tidak akan tertangkap (Teeuw, 1983: 61).
1. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur-unsur intrinsik tersebut adalah unsur-unsur yang (secara langsung)
turut serta membangun cerita, yaitu meliputi: cerita, peristiwa, plot, penokohan,
tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan sebagainya
(Nurgiyantoro, 2009: 23). Unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir
sebagai karya sastra. Sebagai unsur yang membangun sebuah karya sastra,
kehadiran unsur intrinsik sangat diperlukan. Untuk mengkaji unsur intrinsik dalam
penelitian ini dibatasi pada unsur alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan tema.
Sedangkan unsur instrinsik yang terdapat dalam lagu mencakup lima hal
yaitu (1) Tema, tema adalah hal yang paling mendasar dari keseluruhan isi lagu.
Tema dianggap hal yang paling pokok dalam pembuatan lagu. Jika tema yang
diangkat baik maka isi dari lagu pun akan baik dan sebaliknya jika tema yang
diangkat kurang baik maka syair dan lagunya pun akan tidak jelas sehingga tidak
dapat dipahami oleh penikmatnya. (2) Diksi, pemilihan diksi dalam yang tepat
dapat menghidupkan syair dan lagu, hal ini juga membuat lagu atau menjadi
mudah dipahami dan bisa dinikmati oleh penikmatnya.(3) Nada, nada dalam lagu
dan syair menentukan suasana dalam lagu tersebut. Misal bila sebuah lagu bertema
kebahagiaan maka nada dari lagu tersebut juga akan bernada riang dan gembira. (4)
Sajak atau rima, sajak atau rima ini juga merupakan unsur pembangun dalam
sebuah lagu atau syair. Sajak atau rima yang berpola antara bunyi dan unsur irama
6
yang saling mendukung akan memperindah lagu atau syair tersebut. (5) Amanat,
amanat adalah hal yang paling penting dalam lagu atau syair. Lagu atau syair yang
bertema keagamaan biasanya mengandung pesan tentang keagamaan, lagu atau
syair tentang cinta maka pesan yang ada didalamnya biasanya tentang hubungan
kisah percintaan. Jika suatu lagu atau syair tidak mengandung amanita atau pesan
maka lagu atau syair tersebuit akan terasa hambar. Penyampaian amanat dalam
syairdan lagu juga merupakan hal yang menarik, karena apabila amanat
disampaikan dengan cara yang biasa maka efek yang ditimbulkan pun akan biasa
dan sebaliknya jika amanat disampaikan dengan unik dan penuh kejutan maka juga
akan menimbulkan efek yang sangat baik bagi pembaca terutama dalam
mengambil pelajaran dari lagu atau syair yang dibaca (Ratna, 2004: 329).
2. Unsur Ekstrinsik
Kelemahan penelitian struktural adalah hanya menekankan pada sastra
secara otonom sehingga menghilangkan konteks, fungsinya dan relevansi sosial,
yang justru asal-usulnya (Ratna, 2004: 332). Sehingga diperlukan análisis
terhadap unsur ekstrinsik agar karya sastra dapat bermakna dan bermanfaat bagi
kehidupan. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra
itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme
karya sastra. Secara spesifik, unsur tersebut dikatakan sebagai unsur-unsur yang
mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, tetapi tidak menjadi bagian di
dalamnya. Seperti halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga terdiri dari
sejumlah unsur. Unsur-unsur tersebut meliputi latar belakang kehidupan
pengarang, keyakinan, dan pandangan hidup pengarang, adat istiadat yang berlaku
saat itu, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi, pengetahuan agama dan lain-
lain (Suroto, 1989: 138) yang kesemuanya akan mempengaruhi karya yang
ditulisnya. Unsur ini mencakup berbagai aspek kehidupan sosial yang menjadi latar
belakang penyampaian tema dan amanat cerita.
7
2. Sosiologi Sastra
a) Pengertian Sosiologi Sastra
Swingewood (1972 dalam Faruk, 1999) menjelaskan bahwa sosiologi
sebagai studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi
mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses sosial.
Ritzer (1975 dalam Faruk, 1999) mmengemukakan bahwa sosiologi
merupakan suatu ilmu pengetahuan yang multiparadigma. Ritzer menemukan tiga
paradigma yang mendasar dalam sosiologi, yaitu paradigma fakta-fakta sosial,
paradigma definisi sosial, dan paradigma prilaku sosial. Paradigma yang pertama
adalah fakta sosial yang berupa lembaga-lembaga dan struktur sosial. Fakta sosial
itu sendiri dianggap sebagai sesuatu yang nyata yang berbeda dari dan berada
diluar individu. Teori structural-fungsional dan teori konflik serta metode
kuesioner dan interview termasuk dalam paradigma ini. Paradigma yang kedua
yaitu definisi sosial yang memusatkan perhatian terhadap cara individu-individu
mendefinisikan situasi sosial mereka dan efek dari defenisi itu terhadap tindakan
yang mengikutinya. Dalam paradigma ini yang dianggap sebagai pokok persoalan
sosiologi bukanlah fakta sosial yang “objektif” melainkan secara subjektif
menghayati fakta –fakta social tersebut. Teori-teori interaksionisme-simbolik ,
sosiologis- fenomenologis, dan metode obsevasi termasuk dalam paradigma ini.
Sedangkan yang dianggap pokok persoalan sosiologi oleh paradigma ketiga
adalah prilaku manusia sebagai subjek yang nyata. Teori-teori yang masuk
kedalam paradigma ini adalah metode eksperimental seperti yang biasa digunakan
dalam psikologi.
Wolff (1975 dalam Faruk, 1999) mengatakan bahwa sosiologi kesenian dan
kesusastraan merupakan suatu disiplin yang tanpa bentuk, tidak terdefinisikan
dengan baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dan berbagai percobaan pada
teori yang agak lebih general, yang masing-masing memiliki kesamaan dalam hal
bahwa semuanya berurusan dengan hubungan antara kesusastraan denga
masyarakat. Sosiologi sastra menyelidiki dasar sosial kepengarangan seperti
dilakukan Laurenson, ada sosiologi tentang produksi dan distribusi karya sastra
seperti dilakukan Escarpit, sastra dalam masyarakat primitif seperti yang dilakukan
8
oleh Radin dan Leach, hubungan antara nilai- nilai yang diekpresikandalam karya
sastra dengan masyarakat seperti yang dilakukan oleh Albrecht.
b. Pendekatan Sosiologi sastra.
Wellek dan Warren mengemukakan tiga jenis pendekatan yang berbeda
dalam sosiologi sastra, yaitu (a) sosiologi pengarang, yang mempermasalahkan status
sosial, ideology sosial, dan lain-lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil
karya sastra, (b) sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu
sendiri; dan (c) sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh
sosial karya sastra terhadap masyarakat.
Ian Watt (dalam Raman Selden, 1996) menemukan tiga macam pendekatan
sosiologi sastra, yaitu konteks sosial pengarang, sastra sebagai cermin masyarakat,
dan fungsi sosial sastra. Sosiologi pengarang meliputi kajian (a) bagaimana
pengarang mendapatkan mata pencahariannya, (b) sejauh mana pengarang
menganggap pekerjaannya sebagai suatu profesi, dan (c) masyarakat apa yang dituju
oleh pengarang.
Sastra sebagai cermin, yang mengkaji (a) sejauh mana sastra mencerminkan
masyarakat pada waktu karya sastra itu ditulis, (b) sejauh mana sipat pribadi
pengarang mempengaruhi gambaran masyarakat yang ingin disampaikannya , dan (c)
sejauh mana genre sastra yang digunakan pengarang dapat dianggap mewakili
seluruh masyarakat.
Fungsi sosial sastra meliputi (a) sejauh mana sastra dapat berfungsi sebagai
perombak masyarakatnya, (b) sejauh mana sastra hanya berfungsi sebagai penghibur
saja, dan (c) sejauh mana terjadi sintesis antara kemungkinan (a) dan (b). Goldmann
(1981: 55-74 dalam Faruk, 1999) dengan bukunya The Epistemology of Sociology
mengemukakan bahwa ada dua pendapat mengenai karya sastra pada umumnya,
yaitu (a) karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner, dan
(b) dalam mengekspresikan pandangan dunia itu pengarang menciptakan semesta
tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi secara imajiner.
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif deskriptif.
Metode kualitatif deskriptif artinya data yang dikumpulkan berupa kosakata, kalimat, dan
9
gambar yang mempunyai arti (Sutopo, 2006:35). Objek penelitian ini adalah kritik sosial
dalam lirik lagu pada Lirik Lagu Man Ana Laulakum Karya Al-Imam Umar Muhdhor Bin
Abdurrahman Assegaf.
Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah kata-kata pada bait dan baris
dalam lirik lagu Man Ana Laulakum Karya Al-Imam Umar Muhdhor Bin Abdurrahman
Assegaf yang mengandung kritik sosial. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian
ini adalah lagu dan lirik lagu Man Ana Laulakum Karya Al-Imam Umar Muhdhor Bin
Abdurrahman Assegaf. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data sekunder
dalam penelitian ini adalah artikel dari internet yang berkaitan dengan penelitian, antara lain
Bahasa Korupsi Bahasa (Mahmud, 2012), Romantisnya ERK pada Hujan (Marintan, 2012),
Cinta dan Pengabdian untuk Korban Narkotika (Faisal, 2013), Makna dalam Album Kedua
Efek Rumah Kaca: Album Kamar Gelap (Tidar, 2013), Lagu-lagu ERK, Bukan Sekedar
Musik dan Lirik (Nuraini, 2012), dan Meneropong Arti Lirik Lagu Efek Rumah Kaca Album
Kamar Gelap (Dersalam, 2013), Kritik Sosial Pada Lirik-Lirik Lagu Rhoma Irama (Kajian
Sosiologi Sastra) (Putra, 2015), Musik sebagai Media Kritik Sosial (Analisis Lagu Karya
Grup Band Simponi) (Rusnianto, 2016). Kritik Sosial dalam Lirik Lagu Band Captain Jack
(Analisis Wacana Norman Fairclough) (Wibowo, 2018), Kritik Sosial dalam Lirik Lagu
“Indonesia” Karya Rhoma Irama (Muzakka, 2019).
Pemilihan data lirik lagu dalam Man Ana Laulakum Karya Al-Imam Umar Muhdhor
Bin Abdurrahman Assegaf ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling
adalah pengambilan beberapa data yang disesuaikan dengan tujuan penelitian (Siswantoro,
2010: 73). Pilihan sampel diarahkan pada sumber data yang dipandang memiliki data penting
yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah analisis dokumen di dalamnya yaitu teknik pustaka dan catat.
Teknik validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik trianggulasi
teori. Trianggulasi jenis ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari
satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji (Sutopo, 2006:98). Trianggulasi ini
dilakukan dengan menggunakan beberapa teori yang 5 berbeda dalam mengkaji
permasalahan penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain teori
strukturalisme, teori sosiologi sastra, dan teori kritik sosial.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
secara dialektika yang dilakukan dengan menghubungkan unsur-unsur yang ada dalam lirik
10
lagu pada Man Ana Laulakum Karya Al-Imam Umar Muhdhor Bin Abdurrahman Assegaf
dengan fakta-fakta kemanusiaan yang di integrasikan ke dalam satu kesatuan makna. Sesuai
dengan metode sosiologi sastra, untuk menganalisis data dilakukan melalui teori dialektika
(Goldman dalam Faruk, 1999:21) melalui konsep pemahaman-penjelasan. Pemahaman
berarti usaha mendeskripsikan struktur objek yang dipelajari, sedangkan penjelasan adalah
usaha menggabungkan ke dalam struktur yang lebih besar.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Teks dan makna dari Lagu Man Ana Laulakum
Lirik lagu merupakan simbol verbal yang diciptakan manusia. Manusia
dalah makhluk yang tahu bagaimana harus beraksi, tidak hanya terhadap lingkungan
fisiknya, namun juga pada symbol-simbol yang dibuatnya sendiri (Rivers, 2003:28).
Penentuan bahasa yang digunakan dalam menciptakan lirik lagu bisa bergantung pada
individual yang menciptakan lirik lagu, karena belum ada ketentuan bahasa dalam
membuat sebuah lirik lagu tetapi lirik lagu yang dibuat tersebut dapat dipertanggung-
jawabkan isinya. Sedangkan tiap lirik yang juga dibuat oleh pencipta lagu pasti
memiliki sebuah makna tersendiri yang ingin disampaikan kepada pendengarnya.
Maka lirik lagu adalah gagasan penulis dan rangkaian pesan verbal yang tertulis
dengan sistematika tertentu yang untuk mendapatkan kesan tertentu dan respon dari
lingkungannya.
Man Ana Laulakum merupakan sebuah lagu yang masyhur di berbagai
kalangan, mulai dari remaja hingga orang-orang dewasa banyak yang mengenal lagu
ini. Lagu ini diciptakan oleh Al-Imam Umar Muhdhor Bin Abdurrahman Assegaf
yang dilahirkan dan tumbuh berkembang di kota Tarim. Beliau penghafal Al-Qur’an
yang dibesarkan bersama saudara-saudaranya dalam suasana didikan ruhaniah yang
kental dengan doktrin bagaimana menghargai waktu dan perhatian dari kedua orang
tua. Hal ini tidaklah berlebihan dalam mensifatinya, sebab pendidikan orang tua tidak
terbatas pada tembok sekolah, seorang ayah yang juga pendidik tidak pernah
melepaskan satu titikpun dari kehidupannya untuk dijadikan madrasah bagi anaknya.
Anaknya didoktrin untuk menyadari pengaruh Al-Qur’an danrahasia makna-
maknanya dibarengi dengan rasa tunduk dan takut, siang dan malam dibangunkan
oleh dendangan Al-Qur’an. Syekh Abdul Rahman Al-Seggaf (sang ayah) sangat
perhatian terhadap syekh al-Muhkhdar, sehingga sang putra sangat giat dalam
11
meneladani sang ayah disegala kebiasaan, ibadah, dan tujuan-tujuan ayahnya. Beliau
memilihkan untuk anaknya guru-guru terbaik, sehingga dari mereka didapat ilmu-ilmu
yang matang di berbagai disiplin ilmu. Diantanra guru beliau yang paling agung
setelah ayah beliau adalah Syekh Abu Bakar bin Muhammad Balhaj ba Fadhal,
sehingga beliau dapat menguasai segala ilmu yang ada pada zaman beliau.
Syekh Umar Muhdar mengatakan: “Pertama kali muncul haal (buah
pengendaliandiri yang menghasilkan pancaran aura yang menggiring pada sikap ridla
kepada Allah, senang dengan kehadiran-Nya, ketenangan ketika menyebut-Nya,
syukur kepaa-Nya, rindu pada keridlaan-keridlaan-Nya, serta menjauhkan diri dari
tabiat jelek manusia) dari diriku pada 808 pada saat ayah saya masih hidup, beliau
berbicara tentang pengaruh pendidikan dan pantauan guru dalam membangun
kepribadian dan keruhanian murid,saya diberikan tiga uluran tangan, uluran tangan
Nabi Muhammad SAW, uluran tangan ayahku dan uluran satu orang lagi, yaitu uluran
tangan guruku.
Syekh Umar Muhadar mempunyai syair-syair yang berirama hadhrah yang
biasa didendangkan oleh ahli tasawwuf. Salah satu karya syair beliau yang terkenal di
negera Indonesia yaitu Lagu Man Ana Laulakum. Lagu ini beliau sosialisasikan
melalui pengajaran yang dilakukan oleh beliau. Syekh Umar Muhadar aktif mengajar
dan menyebarkan ilmu, dan para ulama juga para murid datang dari segala penjuru
demi untuk mendengarkan penjelasan-penjelasan dan petuah-petuah beliau yang
sangat langka. Selain itu beliau juga aktif mensosialisasikan lagu tersebut di dalam
majelis-majelis dzikir hingga sampai sekarang sering dilantunkan lagu Man Ana
Laulakum di jama’ah Shalawat di Indonesia.
Adapun teks dari lagu Man Ana Laulakum adalah sebagai berikut :
من أنا لولاكم
كيف ما حبكم كيف ما أهواكم # من أنا من أنا لولاكم
لا ومن في المحبة علي ولاكم # ما سوى ولا غيركم سواكم
ليس أحد في المحبة سواكم عندي # أنتم أنتم مرادي وأنتم قصدي
قلت يا سادتي محجتي تفداكم # كلما زادني في هواكم وجدي
12
قلت والله أنا في هواكم راضي # حد ماضيبلوقطعتم وريدي
مارضاي سوى كل ما يرضاكم # أنتم فتنتي في الهوا ومرادي
عوقتني عوائق أكاد أن أهلك #كلما رمت إليكم نهو من أسلك
تيل بلواكمقوارحموا بالمحبة # فادركوا عبدكم مثلك من أدرك
Dan makna dari teks lagu diatas adalah sebagai berikut:
Siapakah diriku, siapakah diriku kalau tiada bimbingan kalian (guru) bagaimana aku
tidak cinta kepada kalian dan bagaimana aku tidak menginginkan bersama kalian
Tiada selain ku juga tiada selainnya terkecuali engkau, tiada siapapun dalam cinta
selain engkau dalam hatika.
Kalianlah, kalianlah dambaanku dan yang kuinginkan, tiada seorangpun dalam
cintaku selain engkau disisiku.
Setiap kali bertambah cinta dan rindu padamu, maka berkata hatiku wahai tuanku
semangatku telah siap menjadi tumbal keselamatan dirimu.
Jika engkau menyembelih urat nadiku dengan pisau berkilau tajam, kukatakan demi
Allah aku rela gembira demi cintaku padamu.
Engkaulah yang menyibukkan segala hasrat dan tujuanku, tiada ridlo yang aku
inginkan terkecuali segala sesuatu yang membuat mu ridlo.
Setiap kali ku bergejolak cinta padamu selalu terhalang untuk aku melangkah mereka
mengganjalku dengan perangkap yang banyak hampir saja aku hancur.
Maka tolonglah budak kalian ini, dan yang seperti kalianlah golongan yang suka
menolong, dan kasihanilah kami dengan cinta kalian, maka cinta kalian membunuh
dan memusnahkan.
2. Metode Puisi
Metode Puisi yang terdapat dalam Lagu Man Ana Laulakum ini sama seperti
metode puisi yang ada dalam lagu atau syair lainnya yang mencakup lima hal yaitu
diksi, pengimajinasian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi dan tipografi. Dan
berikut adalah analisis metode puisi dari Lagu Man Ana Laulakum.
13
a. Diksi
Diksi adalah pilihan kata yang tepat ataupun selaras pada penggunaanya
guna mengungkapkan gagasan agar mendapat efek tertentu seperti yang
diharapkan. Pemilihan diksi yang tepat dalam lagu atau syair dapat
menghidupkan syair dan lagu tersebut, hal ini juga membuat lagu atau menjadi
mudah dipahami dan bisa dinikmati oleh penikmatnya. Diksi yang digunakan
dalam lagu Man Ana Laulakum ini secara keseluruhan menggunakan kata yang
sederhana. Pengarang memanfaatkan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan
realita-realita kehidupan sosial. Selain itu, pemilihan kata yang digunakan dalam
album ini secara keseluruhan mampu menyampaikan pesan dan kritik sosial
dengan baik.
b. Pengimajian
Syekh Umar Muhdor memanfaatkan pengimajian atau citraan dalam
menulis lirik-lirik lagu pada album Kamar Gelap ini untuk lebih menghidupkan
gambaran perasaan, ide, pikiran, pesan, dan kritik sosial. Pengimajian yang
digunakan pengarang dalam lagu ini meliputi imaji gerak, penglihatan (visual),
perabaan(taktil), dan imaji intelektual.
c. Kata Konkret
Kata-kata konkret yang digunakan dalam lirik-lirik lagu pada lagu Man
Ana Laulakum ini secara keseluruhan merupakan kata-kata yang sederhana,
namun dapat memperjelas dan memperkonkret keadaan atau gambaran lirik lagu.
Dalam hal ini, memperjelas gambaran kritik sosial terhadap masalah-masalah
realita kehidupan sosial masyarakat.
d. Bahasa Figuratif
Pengarang memanfaatkan penggunaan bahasa figuratif dalam penulisan
lirik lagu Man Ana Laulakum ini untuk menyampaikan pesan dan makna kritik
sosial secara tidak langsung. Hal ini merupakan salah satu khas kesusastraan
Syekh Umar Muhdor. Bahasa figuratif yang digunakan dalam lirik lagu ini adalah
gaya bahasa hiperbola.
حد ماضيبلو قطعتم وريدي yang bermakna jika engkau menyembelih
urat nadiku dengan pisau berkilau tajam. Menyembelih nadiku dengan pisau
berkilau tajam merupakan majas hiperbola, kiasan yang mempertentangkan
14
sebuah kata menjadi dilebih-lebihkan. Menyembelih nadiku dengan pisau
berkilau tajam merupakan pertentangan, karena seorang guru yang diagung-
agungkan tidaklah akan rela untuk membunuh muridnya dengan pisau yang
sangat tajam. Kata menyembelih sendiri memiliki kata yang melebih-lebihkan
dengan pembanding kata menghukum memiliki makna yang santai tidak terlalu
melebih-lebihkan sesuatu hal. Fungsi hiperbola sebagai suatu hal untuk
memperindah dan untuk menegaskan bahwa dibalik penghadiran makna
sesungguhnya hadir juga makna kontekstual.
e. Versifikasi
Gaya bunyi digunakan Syekh Umar Muhdor dalam penulisan lagu ini
untuk memperindah bentuk penyampaian pesan dan makna kritik sosial melalui
lirik lagu. Perulangan bunyi vokal (asonansi) dan konsonan (aliterasi) sering
digunakan pada semua lirik lagu di album ini. Secara keseluruhan, rima yang
digunakan dalam lagu ini meliputi rima patah.
f. Tipografi
Tipografi atau tata wajah penulisan lirik lagu dalam lagu ini secara
keseluruhan sama, yaitu terdiri atas baris dan bait. Susunan lirik lagu sangat
sederhana, penulisan dimulai dari sisi kanan lurus ke kiri tanpa batas garis tepi.
Tipografi lirik lagu Man Ana Laulakum ini merupakan tipografi tradisional, yaitu
tipografi yang umum digunakan oleh penyair-penyair traisional.
3. Hakikat Puisi
a. Tema
Sebagaimana teori yang telah dipaparkan diatas bahwa tema adalah hal
yang paling mendasar dari keseluruhan isi lagu. Maka tema yang ada dalam
Lagu Man Ana Laulakum adalah tentang ucapan terimakasih yang tiada tara
kepada guru yang telah memberikan segenap ilmunya sehingga dapat menjadi
manusia yang tangguh dalam mengarungi dunia dan demi mengharap ridlo Allah.
Dan hal ini juga diperkuat dengan judul dari lagu ini yaitu Man Ana Laulakum
yang apalah artinya diriku tanpamu “Guru”. Tema dan judul ini berbanding lurus
dengan ide pengarang dari Lagu Man Ana Laulakum ini dimana Pengarang
menciptakan Lagu Man Ana Laulakum dengan pemikiran bahwa seorang ayah
yang sangat luar biasa telah mendidik seorang syaikh Umar Muhdor dengan
15
doktrin untuk menyadari pengaruh Al-Qur’an dan rahasia makna-maknanya
diiringi rasa tunduk dan takut kepada Allah SWT dan RasulNya.
Doktrin tersebut membentuk pola pikir syaikh Umar Muhdor yang sangat
tunduk, taat dan menghormati guru-guru beliau, sehingga beliau sangat mencintai
guru-guru beliau dan rela mengorbankan diri beliau sendiri demi kebahagiaan dan
keselamatan guru-guru beliau.
Guru selalu memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak
mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk. Oleh karena itu, guru mempunyai
kedudukan tinggi dalam agama Islam. Dalam ajaran Islam pendidik disamakan
ulama yang sangatlah dihargai kedudukannya. Hal ini dijelaskan oleh Allah
maupun Rasul-Nya. Firman Allah Swt:
الهذين آمنوا منكم والهذ بما تعملون خبير يرفع الله ين أوتوا العلم درجات والله
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-Mujadalah 11)
Keutamaan Guru menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah
1) Memiliki Ilmu yang Manfaat
Ilmu yang manfaat adalah ilmu yang diamalkan oleh pemilik ilmu dan
diajarkan kepada orang lain untuk diamalkan. Manfaat dari ilmu yang bermanfaat
dapat dirasakan didunia maupun akhirat. Dengan ilmu yang manfaat maka dunia
akan tentram karena dijalankan dengan hukum yang berlaku, sedangkan
pemiliknya juga akan mendapatkan pahala yang terus mengalir walau telah
meninggal dunia. Sebagaimana dalam hadits:
–رضي الله عنه –عن أبي هريرة نسان انقطع –صلى الله عليه وسلم –أنه رسول الله عنه قال : إذا مات الاه مسلرو –عمله إله من ثلث : صدقة جارية ، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له
“Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda: ‘Apabila
seorang manusia telah meninggal maka terputuslah amalannya kecuali 3 hal
16
yaitu: Shodaqah jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang
mendo’akan orang tuanya’”
Oleh karena itu, hendaklah kita memohon agar memperoleh ilmu yang
manfaat dengan sesantiasa membaca do’a berikut, karena Rasulullah SAW
senantiasa membacanya ketika akhir fajar:
اللهم إني أسألك علما نافعا ورزقا طيبا وعمل متقبل
“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu ilmu yang manfaat,
rezeki yang baik dan amalan yang diterima”
2) Mendapat Derajat yang Tinggi disisi Allah SWT
Seorang pendidik akan mendapat derajat yang tinggi disisi Allah SWT
karena mereka memiliki ilmu. Selain itu, Allah SWT juga memberikan kebolehan
iri pada mereka. Sebagaimana hadits dari Ibnu Mas’ud:
لكته في الحقتحاسد إل في اثنتين رجل آتاه الله حكمة فهو يقضي بها ويعلمها ورجل آتاه الله مال فسلطه على ه
“Janganlah kau dengki kecuali pada 2 orang (yaitu) seorang yang telah
Allah SWT datangkan padanya sebuah hikmah lalu ia mengerjakannya dan
mengajarkannya serta seorang yang telah Allah SWT datangkan padanya sebuah
harta lalu ia menguasakannya atas kebinasaan dalam kebenaran”
3) Dapat Menjaga Diri
ومهم إذا رجعوا تفقههوا في الدين ولينذروا ق وما كان المؤمنون لينفروا كافهة فلول نفر من كل فرقة منهم طائفة لي إليهم لعلههم يحذرون
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan
perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi
untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga
dirinya.”
Sebagaimana dalam surat At-Taubah ayat 122 diatas, bahwa orang yang
mempelajari agama Allah lalu kembali kepada kaumnya untuk mengajarkan ilmu
yang telah ia peroleh itu ditujukan supaya mereka dapat menjaga diri. Dalam
tafsir Al-Muyassar, dijelaskan supaya mereka dapat menjaga diri dari azab Allah
17
dengan senantiasa mengerjakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-
laranganNya.
4) Mendapatkan Kebaikan yang Banyak
Jika seorang pendidik berhasil mendidik muridnya menuju akhlak mulia
maka pendidik pun mendapatkan kemuliaan yang banyak sebagaimana yang
disebutkan dalam hadits-hadits berikut:
Hadits dari Sahl bin Sa’id ra yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim
بك رجل خير لك من أن يكون لك حمر النهعم لن يهدي الله فوالله
“Demi Allah, jika Allah SWT member petunjuk kepada satu orang melalui
perantaramu maka hal itu jauh lebih baik dari pada kekayaan yang sangat
berharga.”
Hadits dari Abu Hurairah ra yang diriwayatkan oleh Muslim
من دعا إلى هدى كان له من الجر مثل أجور من تبعه ل ينقص ذلك من أجورهم شيئا
“Barangsiapa menyeru kepada petunjuk maka baginya pahala seperti
pahalanya orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala
mereka”
Hadits dari Uqbah bin Amr Abu Mas’ud Al-Anshary yang diriwayatkan
oleh Muslim
من دله على خير فله مثل أجر فاعله
“barangsiapa menunjukkan atas kebaikan maka baginya seperti pahala
orang yang melakukannya”
Hadits Abu Ya’la Al-Maushili dalam kitab ittihaful khoiratil
mahrati. Hadits ke 256
الدهال على الخير كفاعله
“adapun seorang yang menunjuki atas kebaikan itu seperti orang yang
mengerjakan.”
5) Disamakan dengan Pahala Amalan Sedekah
Ilmu adalah sebuah amanah, jika amanah tersebut dipelihara dengan baik
maka sama saja ia telah bersedekah sebagaimana hadits:
18
)) ، أنهه قال : –صلى الله عليه وسلم –، عن النهبي –رضي الله عنه –عن أبي موسى الشعري الهذي أمر له المسلم المين الهذي ينفذ ما أمر به فيعطيه كامل موفهرا طيبة به نفسه فيدفعه إلىالخازن
به ، أحد المتصدقين (( متهفق عليه
Dari Abi Musa Al-Asy’ari ra, dari Nabi SAW bahwa beliau telah berabda:
“Seorang muslim yang amanah yang dititipi harta oleh orang lain lalu dipelihara
betul apa yang ditugaskan kepadanya lalu mengambalikan kepada yang berhak
dengan tanpa menguranginya sedikit pun maka ia telah dicatat sebagai orang
yang bersedekah”
Mu’adz bin Jabal pun pernah menerangkan lebih mendalam tentang
menjaga ilmu / menjaga ilmu sebagai amanah.
علمه صدقة تعلموا العلم فإن تعلمه لله خشية وطلبه عبادة ومدارسته تسبيح والبحث عنه جماد وتعليمه من ل ي وبذله لهله قربة
“Belajarlah ilmu karena sesungguhnya belajarnya karena Allah SWT itu
adalah Taqwa, menuntutnya adalah ibadah, mempelajarinya adalah tasbih,
membahasnya adalah jihad, mengajarkannya kepada orang yang belum
mengetahuinya adalah sedekah. Memberikan kepada keluarganya adalah
pendekatan diri kepada Allah SWT. ”
Berbahagialah menjadi seorang guru karena derajat yang didapatkannya
dan semoga kita menjadi seorang guru yang benar-benar profesional dan bisa
menjalankan amanahnya.... amien ya rabbal alamin.
b. Nada.
Nada dalam lagu dan syair menentukan suasana dalam lagu tersebut. Misal
bila sebuah lagu bertema kebahagiaan maka nada dari lagu tersebut juga akan
bernada riang dan gembira.
Nada dan suasana yang muncul dalam lirik lagu pada lagu ini
menunjukkan keseriusan pengarang dalam penyampaikan pesan dan makna kritik
sosial. Secara keseluruhan, nada dan suasana yang terdapat dalam album ini
bermacam-macam, antara lain, sedih, resah, mengajak, mengritik, semangat, dan
optimis.
c. Perasaan
19
Perasaan yang diekspresikan pengarang melalui lirik lagu Man Ana
Laulakum ini mampu memperkuat makna kritik sosial yang terkandung di
dalamnya. Perasaan yang melatari penciptaan lirik lagu pada album ini meliputi
perasaan syukur, sedih, resah, mengajak, mengritik, semangat, dan optimis.
d. Amanat
Pesan atau amanat merupakan salah satu aspek yang paling ditonjolkan
dalam lirik lagu Man Ana Laulakum karya Syekh Umar Muhdor ini. Setiap lirik
lagu mengandung suatu pesan yang membangun sesuai dengan tema yang
diangkat. Secara keseluruhan, pesan yang disampaikan dalam lagu ini yaitu
mendorong dan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menghormati dan
mentaati guru-guru yang telah mendidik kita.
4. Kritik Sosial dalam Lirik Lagu Man Ana Laulakum karya Al-Imam Umar
Muhdor
Menurut Abar (dalam Mas’oed, 1999: 47), kritik sosial adalah salah satu
bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol
terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses masyarakat. Kritik sosial dalam
karya sastra merupakan kritik terhadap segala bentuk keadaan, situasi, dan tindakan
sosial individu atau kelompok masyarakat yang menyimpang dari nilai sosial dan
moral yang dituangkan dalam suatu karya sastra dengan tujuan menciptakan
kehidupan sosial yang lebih baik. Guna mengungkap makna yang terkandung dalam
lirik lagu Man Ana Laulakum karya Umar Muhdor akan digunakan teori dialektika
menurut Goldmann yang dirasa tepat untuk mengungkap kritik sosial. Berikut hasil
analisis kritik sosial dalam lirik lagu Man Ana Laulakum karya Umar Muhdor
dengan tinjauan sosiologi sastra.
c. Kritik terhadap Sosial Budaya
Kritik terhadap realita sosial budaya dalam lagu Man Ana Laulakum ini
tampak pada lirik lagu “من أنا من أنا لولكم” (siapakah diriku siapakah diriku kalau
tanpa bimbingan kalian (guru)،"لوقطعتم ورجي يحد ماضي" (jika engkau
menyembelih urat nadiku dengan pisau yang sangat tajam). Lirik lagu ini
20
menggambarkan berbagai sikap yang dimiliki segenap masyarakat zaman sekarang
yang kurang menghargai jasa guru-guru yang telah berjasa dalam mendidik dan
membimbing mereka sehingga dapat memperoleh kesuksesan di dunia. Banyak
diantara generasi sekarang yang terjangkit penyakit alergi terhadap para wali dan
orang-orang saleh, hal ini sebab gencarnya serangan informasi yang memojokkan
madrasah-madrasah tradisional. Dengan diciptakannya lagu Man Ana Laulakum ini
diharapkan dapat merubah pola pikir generasi sekarang bahwa generasi zaman ini
biografi para pendahulunya dengan gaya berkomunikasi dan berpikir mereka bahwa
para wali adalah manusia yang paham betul bagaimana menghargai waktu, usia dan
agama, sehingga mereka meletakkan segala sesuatu sesuai tempatnya. Selain itu para
wali dulu sangatlah menyayangi guru-guru mereka, bahkan mereka rela
mengorbankan diri mereka demi keselamatan dan kebahagiaan guru-guru mereka.
Selain kritik terhadap para generasi muda, di dalam lagu ini juga terdapat
ajakan bagi para guru untuk menjadi suritauladan yang baik bagi para muridnya.
Agar para guru dapat mewarisi ilmu dan budi pekerti yang baik bagi para murid.
Sehingga para murid dapat menyibukkan diri mereka di dunia hanya demi
memperoleh ridlo Allah SWT.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut. Hasil analisis struktur puisi terdiri atas hakikat puisi dan
metode puisi. Tema yang diangkat merupakan social budaya. Nada dan suasana yang
muncul antara lain syukur, sedih, resah, menyindir, mengajak, mengritik, semangat,
dan optimis. Perasaan yang melatari dalam album ini meliputi rasa syukur, sedih,
resah, menyindir, mengajak, mengritik, semangat, dan optimis.. Amanat yang
disampaikan dalam lagu ini yaitu Secara keseluruhan, pesan yang disampaikan
dalam lagu ini yaitu mendorong dan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk
menghormati dan mentaati guru-guru yang telah mendidik kita.. Diksi yang
digunakan pada lagu ini sederhana dan tepat untuk mengungkapkan kritik sosial.
Pengimajian yang digunakan meliputi imaji gerak, penglihatan, perabaan, dan
intelektual. Kata-kata konkret yang digunakan memperjelas gambaran kritik sosial.
Bahasa figuratif yang digunakan meliputi hiperbola. Versifikasi berupa rima patah.
Tipografi pada lagu ini merupakan tipografi konvensional.
21
Berdasarkan hasil pembacaan sosiologi sastra terhadap lirik lagu Man Ana
Laulakum karya karya Syekh Umar Muhdor, ditemukan kritik sosial yaitu kritik
terhadap sosial budaya terdapat pada lirik lagu “لوقطعتم ”من أنا من أنا لولكم"
. ورجي يحد ماضي"،
22
DAFTAR PUSTAKA
Al Hasyimy, Muhammad Ali. Manhaj al Islam Fi al ‘Adalah wa al Musawah; Min Kitab al
Mujtama’ al Muslim kama Yubnih al Islam fi al Kitab Wa al Sunnah (tt:
Islamhouse.com, 2009.
Al Hifnawy, Muhammad Ibrahim, dkk. Tafsir al Qurtuby Al Jami’ LI ahkami al Qur’an.
Pustaka Azzam. 1997
Barret, L.F dan Fossum, T.2001. Mental representations of affect Knowledge. Cognition and
emotion, Vol 15, Hal 333-363.
Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sebuah Pengantar. Jakarta : Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jan Van Luxemburg dkk. Pengantar ilmu Sastra (Terjemahan Dick Hartoko), Jakarta,
Gramedia, 1984
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kurikulum 2013. (Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar SMA versi 040313-1.pdf, diunduh pada tanggal 16 Februari 2014).
Mas’oed, Mohtar. 1999. Kritik Sosial: Dalam Wacana Pembangunan. Yogyakarta: UII Press.
Muhammad, Hussein. 2015. Memilih Jomblo: Kisah Para Intelektual Muslim yang Berkarya
Sampai Akhir Hayat. Yogyakarta: Zora Books.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2003. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. Beberapa teori Sastra, metode kritik dan penerapannya. 1995.
Gadjah Mada University Press.
Siswantoro, 2010. Metode Penelitian Sastra: Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sutopo, H.B. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University
Press.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.