konsep nishab zakat sebagai acuan standarisasi upah minimum

16
1 KONSEP NISHAB ZAKAT SEBAGAI ACUAN STANDARISASI UPAH MINIMUM Muhammad Noor Sayuti 1 Abstrak Upah minimum regional (UMR/UMP) merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan masyarakat yang digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan hidup bagi tenaga kerja, guna meningkatkan taraf hidup. Hingga kini persoalan pengupahan ibarat lingkaran setan bagi industri, buruh, dan pemerintah. Di satu sisi, jika pemerintah tidak menaikkan upah, kondisi buruh semakin tertekan dan ini dapat menciptakan kerawanan sosial yang jauh lebih hebat dari sekedar orang hidup di bawah garis kemiskinan. Di sisi lain, adanya anggapan dengan menaikkan upah buruh maka membiarkan investor asing lari. Dalam perjalanannya penerapan konsep-konsep konvensional untuk memecahkan kasus upah yang layak bagi buruh ini selalu mengalami kendala dan kebuntuan, persoalan buruh dalam memperjuangkan kesejahteraannya seakan tidak menemukan jawaban. Dalam konteks ini Ekonomi Islam menawarkan solusi agar menemukan titik temu antara dua kepentingan yang bertolak belakang. Yaitu, dengan konsep bantuan Zakat kepada buruh atau Nishab Zakat dalam menentukan standar upah minimum. Kata Kunci: Standar Upah Minimum, Pengaruh Inflasi, Konsep Nishab Zakat I. PENDAHULUAN Kebijakan upah minimum merupakan satu-satunya kebijakan pemerintah Indonesia yang secara langsung dan eksplisit dikaitkan dengan upah buruh. Tidak mengherankan, jika semua pihak (pemerintah, serikat buruh, LSM) menempatkannya sebagai isyu sentral. Bahkan, tidak sedikit yang menganggap upah minimum merupakan obat mujarab (panasea) bagi persoalan kesejahteraan pekerja, dan pada gilirannya kesejahteraan rakyat. 1 Mahasiswa Magister Program Studi Ekonomi Syari’ah, Universitas Islam Negeri Bandung Sunan Gunung Djati, E-mail: [email protected].

Upload: abouraki

Post on 10-Sep-2015

233 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Konsep Nishab Zakat Sebagai Acuan Standarisasi Upah Minimum

TRANSCRIPT

  • 1

    KONSEP NISHAB ZAKAT SEBAGAI ACUAN STANDARISASI

    UPAH MINIMUM

    Muhammad Noor Sayuti 1

    Abstrak

    Upah minimum regional (UMR/UMP) merupakan salah satu komponen penting

    dalam kehidupan masyarakat yang digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan

    hidup bagi tenaga kerja, guna meningkatkan taraf hidup. Hingga kini persoalan

    pengupahan ibarat lingkaran setan bagi industri, buruh, dan pemerintah. Di

    satu sisi, jika pemerintah tidak menaikkan upah, kondisi buruh semakin tertekan

    dan ini dapat menciptakan kerawanan sosial yang jauh lebih hebat dari sekedar

    orang hidup di bawah garis kemiskinan. Di sisi lain, adanya anggapan dengan

    menaikkan upah buruh maka membiarkan investor asing lari.

    Dalam perjalanannya penerapan konsep-konsep konvensional untuk

    memecahkan kasus upah yang layak bagi buruh ini selalu mengalami kendala

    dan kebuntuan, persoalan buruh dalam memperjuangkan kesejahteraannya

    seakan tidak menemukan jawaban. Dalam konteks ini Ekonomi Islam

    menawarkan solusi agar menemukan titik temu antara dua kepentingan yang

    bertolak belakang. Yaitu, dengan konsep bantuan Zakat kepada buruh atau

    Nishab Zakat dalam menentukan standar upah minimum.

    Kata Kunci: Standar Upah Minimum, Pengaruh Inflasi, Konsep Nishab Zakat

    I. PENDAHULUAN

    Kebijakan upah minimum merupakan satu-satunya kebijakan pemerintah

    Indonesia yang secara langsung dan eksplisit dikaitkan dengan upah buruh. Tidak

    mengherankan, jika semua pihak (pemerintah, serikat buruh, LSM) menempatkannya

    sebagai isyu sentral. Bahkan, tidak sedikit yang menganggap upah minimum merupakan

    obat mujarab (panasea) bagi persoalan kesejahteraan pekerja, dan pada gilirannya

    kesejahteraan rakyat.

    1 Mahasiswa Magister Program Studi Ekonomi Syariah, Universitas Islam Negeri Bandung Sunan Gunung Djati, E-mail: [email protected].

    NoelHighlight

  • 2

    Masalah tenaga kerja menjadi sangat rentan dibicarakan jika dikaitkan dengan

    kesejahteraan. Apalagi bahasan tersebut menyangkut pengupahan. Hal ini dikarenakan

    upah buruh di Indonesia masih sangat rendah dan tidak bisa mencukupi kebutuhan pokok

    yang semakin melambung. Dari sekitar 46 juta buruh, 85% atau sekitar 39 juta buruh

    belum mendapatkan upah yang layak. Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) menilai

    porsi upah buruh di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan keseluruhan

    biaya produksi. Porsi itu juga masih jauh jika dibandingkan dengan margin yang

    diperoleh pengusaha. Selama ini upah buruh masih sekitar 20% dari keseluruhan biaya

    produksi. Sementara total margin yang diperoleh pengusaha dari hasil penjualan mereka

    bisa mencapai berlipat-lipat dari upah buruh per barang yang dijual.

    Penelitian yang dilakukan oleh BPS menunjukkan bahwa, perbandingan upah dan

    hasil kapital masih sangat rendah yaitu 20% hingga 80%. Seharusnya dari keseluruhan

    output yang dihasilkan, upah mendapatkan porsi 40% dan 60% sisanya dialokasikan

    untuk hasil kapital. Perbandingan tersebut sudah proporsional, artinya upah yang

    diperoleh buruh tidak terlalu rendah dan biaya produksi yang ditanggung perusahaan juga

    tidak terlalu tinggi.

    Memang, upah minimum regional (UMR), yang kemudian berubah menjadi UMP

    (Upah Minimum Propinsi) dan UMK (Upah Minimum Kabupaten), terus mengalami

    kenaikan sesuai dengan perkembangan daya beli masyarakat. Namun, persentase

    kenaikan UMR tersebut tidak memiliki korelasi kuat dengan peningkatan kebutuhan

    buruh dan lajunya inflasi rill. Itu berarti tingkat kesejahteraan buruh masih dibawah

    standar. Hal ini yang membuat eskalasi tuntutan dan demontrasi semakin meningkat

    khususnya yang dilancarkan oleh pekerja. (Iskandar 2004)

    Upah merupakan komponen penting dalam pelaksanaan hubungan kerja yang

    mempunyai peranan strategis dalam pelaksanaan hubungan industrial. Dalam

    menentukan tingkat upah, pengusaha dan buruh memiliki dua kepentingan yang bertolak

    belakang. Bagi pengusaha, upah merupakan bentuk biaya yang dikeluarkan untuk

    operasional perusahaan dan berdampak pada keuntungan yang diterima. Sedangkan bagi

    buruh, upah merupakan sumber pendapatan, sehingga mereka sangat mengharapkan

    peningkatan upah.

    Dua kepentingan yang bertolak belakang tersebut, sering memunculkan

    perselisihan antara pengusaha dan buruh. Oleh karena itu untuk mencapai kesepakatan

    NoelHighlight

    NoelHighlight

    NoelHighlight

    NoelHighlight

  • 3

    dalam penentuan tingkat upah maka peran dan intervensi pemerintah sangat diperlukan.

    Pertama, agar dapat menguatkan posisi buruh dimata pengusaha. Kedua, sebagai bentuk

    perlindungan terhadap kaum buruh yang menjadi agen bullying, disaat posisi tawar buruh

    sangat rendah. Ketiga, menyeimbangkan posisi buruh dan pengusaha dalam suatu

    hubungan industrial.

    Bentuk intervensi pemerintah dalam menentukan upah buruh diperbolehkan

    dalam Islam, demikian itu dapat ditoleransi jika tujuannya untuk mencapai

    kemashlahatan. Pemerintah melakukan intervensi jika pasar terdistorsi sehingga akhirnya

    upah yang dihasilkan bukanlah upah yang adil. (yusuf al-Qardhawi 1995) Campur tangan

    pemerintah dalam menentukan upah buruh/pekerja dikenal dengan teori Ibnu Taimiyah.

    Menurut Ibnu Taimiyah sebagaimana yang dikutip oleh Islahi, Upah yang setara adalah

    upah yang secara bebas diserahkan kepada kekuatan permintaan dan penawaran pasar,

    tanpa intervensi pemerintah. Tetapi ketika upah berjalan tidak wajar maka pemerintah

    berhak menentukan upah.(Al-Islahi 2008)

    Salah satu bentuk keterlibatan pemerintah dalam hubungan industrial adalah

    dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah minimum.

    Upah minimum diartikan sebagai ketetapan yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai

    keharusan perusahaan untuk membayar upah sekurang-kurangnya sama dengan

    Kebutuhan Hidup Layak (KHL) kepada pekerja yang paling rendah tingkatannya.

    Dengan kata lain, bahwa upah minimum dapat dikatakan sebagai salah satu instrumen

    kebijakan pemerintah untuk melindungi kelompok pekerja lapisan paling bawah di setiap

    perusahaan agar memperoleh upah serendah-rendahnya sesuai dengan nilai atau harga

    kebutuhan hidup layak.

    NoelHighlight

    NoelHighlight

    NoelHighlight

  • 4

    II. PEMBAHASAN

    A. PENGERTIAN DAN ASAS-ASAS PENGUPAHAN

    1. Pengertian Upah

    Menurut Dewan Penelitian Pengupahan Nasional: Upah adalah suatu penerimaan

    sebagai imbalan dari pemberi kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang

    telah dan akan dilakukan, berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi

    kemanusiaan dan produksi, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan

    menurut suatu persetujuan undang-undang dan peraturan. Dan dibayarkan atas dasar

    suatu perjanjian kerja antara pemberi dan penerima kerja.(Ruky 2001)

    2. Asas-asas Pengupahan

    Berdasarkan perundangundangan ketenga kerjaan tentang asas pengupahan dapat dirinci

    sebagai berikut:

    a) Hak menerima upah timbul pada saat adanya hubungan kerja dan berakhir pada saat

    hubungan kerja putus (Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang

    perlindungan Upah).

    b) Pengusaha tidak boleh mengadakan diskriminasi upah bagi buruh laki-laki dan wanita

    untuk jenis pekerjaan yang sama (Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981

    tentang Perlindungan Upah).

    c) Upah tidak dibayar apabila buruh tidak melakukan pekerjaan atau disebut asas no

    work no pay (Pasal 93 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan).

    Asas tersebut dikecualikan bagi buruh yang tidak melakukan pekerjaan karena

    beberapa hal sebagaimana diatur dalam Pasal 93 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) UU

    No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, sehingga pengusaha wajib membayar

    upah kepada buruh secara proposional berdasarkan jenis-jenis sebab masing-masing.

    d) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari ketentuan upah minimum

    (Pasal 90 ayat (1) UU No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan).

    e) Komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, dengan formulai upah

    pokok minimal 75 % dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap (Pasal 94 UU No.

    13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan).

    f) Pelanggaran yang dilakukan oleh buruh karena kesengajaan atau kelalaian dapat

    dikenakan denda (pasal 95 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan).

    NoelHighlight

  • 5

    g) Pengusaha yang karena kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan

    pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu dari upah buruh

    (Pasal 95 ayat (2) UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan).

    h) Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari buruh

    merupakan utang yang didahulukan pembayarannya (Pasal 95 ayat (4) UU No. 13

    Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan). Dalam Pasal 90 ayat (2) UU No. 13 tahun 2003

    disebutkan bahwa: bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum

    sebagaimana dimaksud dalam pasal 89 UU No. 13 tahun 2003 dapat dilakukan

    penangguhan. Adapun tatacara penangguhannya diatur sedemikian rupa dalam

    Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP-231/MEN/2003.

    i) Tuntutan pembayaran upah buruh dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan

    kerja menjadi kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak

    timbulnya hak (Pasal 96 UU No.13 Tahun 2003).

    B. KEBIJAKAN PENGUPAHAN BURUH DI INDONESIA

    Kebijakan pengupah ini ditempuh pemerintah dalam rangka memberikan perlindungan

    kepada buruh.

    1. Upah Minimum

    Kebijakan upah minimum dilakukan oleh pemerintah sejak akhir tahun 1980-an.

    Kebijakan ini dituangkan ke dalam beberapa perundang-undangan, seperti Peraturan

    Menteri Tenaga Kerja No. PER-01/MEN/1999 tentang upah minimum, yang kemudian

    disempurnakan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP-

    226/MEN/2000 dan peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-

    17/MEN/VII/2005. Dalam Pasal 88 sampai dengan pasal 90 UU. No. 13 Tahun 2003

    secara eksplisit semakin memperkuat pengaturan Upah Minimum.

    Pengertian upah minimum menurut pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Tenaga

    Kerja No. PER-01/MEN/1999 adalah upah bulan terendah yang terdiri dari upah pokok

    termasuk tunjangan tetap. Dalam praktiknya masih sering bermasalah khususnya pada

    sektor industri padat karya, penafsiran terhadap fungsi upah minimum cenderung

    merugikan para buruh yang mempunyai masa kerja lebih dari satu tahun, telah

    berkeluarga, serta memiliki jabatan tertentu di semua level. Para buruh tersebut masih

  • 6

    menerima upah yang besarnya sama dengan upah minimum. Begitu juga terhadap buruh

    yang mempunyai keahlian tertentu atau yang berprestasi, tidak memiliki perbedaan upah

    secara nyata jika dibandingkan dengan upah rata-rata buruh pada umumnya. (Hakim

    2006)

    2. Upah Kerja Lembur

    Upah kerja lembur merupakan kewajiban pengusaha untuk membayarkannya

    kepada buruh yang telah melebihi ketentuan waktu kerja yang telah disepakati.

    Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Keputusan menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.

    KEP-102/MEN/VI/2004, pengertian waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang

    melebihi 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6

    (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat

    puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1(satu) minggu, atau waktu

    kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan

    pemerintah.

    Adapun Jenis dan sifat pekerjaan yang dijalankan secara terus menerus seperti pekerjaan

    di bidang pelayanan kesehatan dan transportasi, dimana pengusaha memperkerjakan

    pekerja/buruh pada hari-hari libur resmi, wajib membayar upah kerja lembur. Tetapi, bagi

    pekerja/buruh yang termasuk dalam golongan jabatan tertentu, tidak berhak atas upah

    kerja lembur, dengan ketentuan mendapat upah yang lebih tinggi. Yang termasuk

    golongan jabatan tertentu adalah pekerja/buruh yang memiliki tanggungjawab sebagai

    pemikir, perencana, pelaksana dan pengendali jalannya perusahaan yang waktu kerjanya

    tidak dapat dibatasi menurut waktu kerja yang ditetapkan perusahaan sesuai dengan

    perundang-undangan.

    3. Upah Tidak Masuk Kerja Karena Berhalangan

    Upah ini diberikan oleh pengusaha kepada buruh yang tidak masuk kerja karena

    berhalangan akibat sakit atau haid, sebagaimana diatur dalam Pasal 93 ayat (2) huruf a

    dan huruf b UU No. 13 Tahun 2003

    4. Upah Tidak masuk Kerja Karena Melakukan Kegiatan Lain di Luar Pekerjaannya.

    NoelHighlight

  • 7

    Upah ini diberikan oleh pengusaha kepada buruh yang tidak masuk kerja karena

    melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya, sebagimana diatur dalam Pasal 93 ayat (2)

    huruf c, huruf d, huruf e, huruf h, dan huruf i UU No. 13 Tahun 2003 tentang

    ketenagakerjaan.

    5. Upah Karena Menjalankan Hak Waktu Istirahat Kerja.

    Upah ini diberikan oleh pengusaha kepada buruh yang tidak masuk kerja karena ia

    melaksanakan hak waktu istirahat kerja sebagaimana diatur Pasal 93 ayat (2) huruf g UU

    No. 13 Tahun 2003.

    6. Bentuk dan cara pembayaran upah sebagaimana telah dijelaskan pada

    pembahasan asas pengupahan di atas.

    7. Struktur dan Skala Pengupahan yang Proposional.

    Hal ini dimaksudkan sebagai pedoman penetapan upah sehingga terdapat kepastian upah

    setiap buruh, serta untuk mengurangi kesenjangan antar upah terendah dan tertinggi di

    perusahaan bersangkutan. Kenyataannya kebijakaan ini bersifat fakultatif sehingga

    pengusaha dapat melaksanakannya secara suka rela. Tidak ada sanksi hukum jika ia tidak

    melaksanakannya.

    Pasal 92 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 berbunyi:

    "Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan golongan,

    jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi."

    Dalam Pasal tersebut memang tidak ada kata wajib sehingga tidak mengikat untuk

    dilaksanakan. Kendatipun demikian, secara teknis pengaturan tentang struktur dan skala

    upah telah dikeluarkan Keputusn Menteri Tenaga Kerja dan Tranmigrasi No. KEP-

    49/MEN/IV/2004. minimal Kepmen tersebut menjadi alat bantu administrasi dan alat

    kebijakan pengupahan bagi perusahaan-perusahaan yang belum memiliki struktur dan

    skala upah yang standar.

    8. Upah Untuk Pembayaran Pesangon

    Di sinilah letak keunikan ketentuan upah dalam sistem hukum ketenaga kerjaan, tidak

    ada keseragaman definisi untuk semua kebutuhan. ada yang khusus untuk perhitungan

  • 8

    pesangon, ada yang khusus untuk kebutuhan lain, seperti untuk perhitungan upah lembur,

    untuk pajak penghasilan dan sebagainya.

    9. Upah Untuk Perhitungan Pajak Penghasilan

    Upah untuk perhitungan pajak penghasilan telah diatur dalam peraturan pemerintah No.

    72 Tahun 2001 tentang Pajak Penghasilan yang diterima oleh pekerja sampai dengan

    sebesar upah minimum provinsi atau upah minimum Kabupaten/Kota. Pasal 1

    menegaskan bahwa: "Pajak penghasilan atas penghasilan yang diterima pekerja sampai

    dengan sebesar upah minimum provinsi atau upah minimum kabupaten/kota ditanggung

    pemerintah".

    C. KONSEP PENGUPAHAN BURUH DALAM TINJAUAN ISLAM

    Pada dasarnya, upah (al-Ujrah) adalah salah satu bentuk kompensasi yang

    diberikan oleh orang yang mempekerjakan kepada orang yang dipekerjakan berdasarkan

    aqad-aqad tertentu, dan secara khusus berhubungan erat dengan akad ijarah, suatu akad

    terhadap manfaat suatu benda atau jasa tertentu dengan jumlah imbalan (iwadh) yang

    jelas (Al-Zailai. 1898). Secara etimologi kata al-ujrah berarti al-Jaza (balasan) yang

    berarti al-thawab (pahala).

    Abdurrahman al-Maliki mengatakan bahwa upah adalah setiap harta yang

    diberikan sebagai kompensasi atas pekerjaan yang dikerjakan manusia, baik berupa uang

    maupun barang. Lanjutnya, bahwa kompensasi yang berupa uang jika dikaitkan dengan

    barang dinamakan harga (thaman), dan jika dikaitkan dengan tenaga dinamakan upah (al-

    ujrah). (Al-Maliki 2001)

    Menurut al-Quran bekerja itu adalah suatu kemuliaan dan kenikmatan tersendiri,

    yang kemudian dikaitkan dengan upah atau imbalan. Sebagaimana penjelasan Al-Quran

    dalam QS. At Taubah: 105:

  • 9

    dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

    mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang

    mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang

    telah kamu kerjakan.

    Quraish Shihab dalam bukunya, Tafsir Al Misbah menjelaskan, QS. At Taubah: 105:

    sebagai berikut: Bekerjalah kamu demi karena Allah semata dengan aneka amal yang

    sholeh dan bermanfaat, baik untuk diri kamu maupun untuk masyarakat umum, Allah

    akan melihat yakni menilai dan memberi ganjaran amal kamu itu. Ganjaran yang

    dimaksud adalah upah atau kompensasi.(Shihab 2002)

    Sedangkan dalam perspektif hadith dikatakan bahwa upah yang sifatnya materi

    (Upah di dunia) mestilah terkait dengan keterjaminan dan ketercukupan pangan dan

    sandang buruh yang Menerima upah Perkataan: harus diberinya makan seperti apa yang

    dimakannya (sendiri) dan memberi pakaian seperti apa yang dipakainya (sendiri)",

    bermakna bahwa upah yang diterima harus menjamin makan dan pakaian karyawan yang

    menerima upah. (Aziz)

    Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa upah adalah setiap uang atau barang yang

    diberikan kepada pekerja sebagai kompensasi atas jasa pekerjaan yang telah

    dikerjakannya dan bukan sekedar hadiah dari pemberi kerja kepada penerima kerja/buruh.

    Upah atau gaji adalah hak pemenuhan ekonomi bagi pekerja yang menjadi

    kewajiban dan tidak boleh diabaikan oleh para majikan atau pihak yang mempekerjakan.

    Sebegitu pentingnya masalah upah pekerja ini, Islam memberi pedoman kepada para

    pihak yang mempekerjakan orang lain bahwa prinsip pemberian upah harus mencakup

    dua hal, yaitu adil dan mencukupi.

    Prinsip tersebut terangkum dalam sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan Imam Al-

    Baihaqi, Berikanlah gaji kepada pekerja sebelum kering keringatnya, dan beritahukan

    ketentuan gajinya, terhadap apa yang dikerjakan. (Aziz) Dan, bahwasanya Umar

    Radhiyallahu Anhu melarang penundaan hak dari orang yang memilikinya, di mana

    beliau mengatakan, "Siapa pun yang menyewa sesuatu, lalu pemiliknya telah melewati

    Dzulhulaifah, maka sesungguhnya dia telah wajib membayar sewanya". (DR.Jaribah bin

    Ahmad Al-Haritsi 2003)

    Seorang pekerja berhak menerima upahnya ketika sudah mengerjakan tugas-

    tugasnya, maka jika terjadi penunggakan gaji pekerja, hal tersebut selain melanggar

    NoelHighlight

    NoelHighlight

  • 10

    kontrak kerja juga bertentangan dengan prinsip keadilan dalam Islam. Selain ketepatan

    pengupahan, keadilan juga dilihat dari proporsionalnya tingkat pekerjaan dengan jumlah

    upah yang diterimanya.

    D. KERANGKA TEORI MENGENAI UPAH

    Sebelum bicara lebih jauh berbicara tentang standarisasi kelayakan upah, terlebih

    dulu harus diperhatikan asumsi dasar pengupahan, yakni pertama, ada hubungan yang

    signifikan antara upah dengan perolehan laba; dan kedua, ada tindakan tidak maksimal

    dari pihak buruh jika upah tidak diperhatikan. (Hanbal 1988)

    Ada banyak teori yang menjelaskan besaran dan jenis upah yang mesti diterima

    buruh.(Indaryani 2002) Antara lain adalah;

    1. Teori Subsistensi yang digunakan untuk pekerja yang tidak mempunyai

    keterampilan khusus. Upah, menurut teori ini, didasarkan pada tingkat subsistensi

    sesuai tingkat kebutuhan mendasar;

    2. Teori Dana Upah. Menurut teori ini, upah pekerja adalah bagian dari modal untuk

    berproduksi. Besaran upah pekerja akan selalu didasarkan pada penambahan

    modal atau pengurangan jumlah pekerja;

    3. Teori Marginal Productivity. Menurut teori ini, upah tenaga kerja didasarkan pada

    permintaan dan penawaran tenaga kerja. Pengusaha akan menambah upah pekerja

    sampai batas pertambahan produktivitas marjinal minimal sama dengan upah

    yang diberikan pada mereka.

    4. Teori Bargaining. Teori ini mengandaikan ada batas minimal dan maksimal upah.

    Upah yang ada merupakan hasil persetujuan kedua belah pihak;

    5. Teori Daya Beli. Teori ini mendasarkan permintaan pasar atas barang dengan

    upah. Agar barang terbeli, maka upah harus tinggi. Jika upah rendah, maka daya

    beli tidak ada, dan barang tidak laku. Jika hal ini dibiarkan, maka akan terjadi

    pengangguran besar-besaran;

    6. Teori upah hukum alam. Teori ini menyatakan bahwa upah ditetapkan atas dasar

    biaya yang diperlukan untuk memelihara atau memulihkan tenaga buruh yang

    telah dipakai untuk berproduksi.

    Konsepsi Islam tentang upah sesungguhnya hampir sama dengan Teori Marginal

    Productivity dan Teori Bargaining. Sebagaimana penjelasan di atas, teori marginal

    NoelHighlight

  • 11

    productivity menyatakan bahwa upah tenaga kerja didasarkan pada permintaan dan

    penawaran tenaga kerja. Pengusaha akan menambah upah pekerja sampai batas

    pertambahan produktivitas marjinal minimal sama dengan upah yang diberikan pada

    mereka. Dengan cara ini, maka upah dapat ditentukan secara transparan, seksama, adil,

    dan tidak menindas pihak manapun. Setiap pihak mendapat bagian yang sah dari hasil

    usahanya, tanpa menzalimi pihak yang lain, sebagaimana firman Allah SWT:

    "Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah

    diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).

    Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna"

    Setelah besaran upah berdasarkan produktivitas marjinal ketemu angkanya, kedua

    belah pihak kemudian melakukan bargaining berdasarkan perubahan umum tingkat harga

    barang dan biaya kebutuhan hidup, sehingga upah riil merupakan hasil persetujuan kedua

    belah pihak. Islam selalu memotivasi untuk memberikan penjelasan (dan persetujuan)

    besaran upah dari kedua belah pihak. Nabi bersabda: (Hanbal 1988)

    "Sesungguhnya Nabi melarang mempekerjakan buruh sampai ia menjelaskan besaran

    upahnya

    Masuknya kompenen biaya hidup dalam upah, tidak semata-mata pertimbangan

    produktivitas kerja, memang masalah tersendiri jika majikan memetaforakan tenaga kerja

    sebagai mesin. Akan tetapi, dengan pertimbangan surplus value dan kemanusiaan, hal

    tersebut bisa diterima.

    E. UPAH MINIMUM DALAM TINJAUAN ISLAM

    Proses penentuan upah yang islami berasal dari dua faktor: objektif dan subjektif.

    Objektif adalah upah ditentukan melalui pertimbangan tingkat upah di pasar tenaga kerja.

    Sedangkan subjektif, upah ditentukan melalui pertimbangan-pertimbangan sosial.

    Maksud pertimbangan-pertimbangan sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan tenaga kerja.

    Selama ini ekonomi konvensional berpendapat, upah ditentukan melalui pertimbangan

    tingkat upah di pasar tenaga kerja. Namun ada sisi kemanusiaan yang harus diperhatikan

    pula.

    NoelHighlight

    NoelHighlight

    NoelHighlight

    NoelHighlight

  • 12

    Dalam penentuan upah nilai kemanusiaan yang harus dijunjung tinggi ini meliputi

    nilai kerjasama dan tolong menolong, kasih sayang dan keinginan untuk menciptakan

    harmoni sosial tingkat market wage pada dasarnya bersifat obyektif, sementara nilai

    manusia bersifat subjektif, jadi tingkat upah yang Islami akan ditentukan berdasarkan

    faktor obyektif dan subyektif. (Anto 2003)

    Islam sangat menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Berbeda dengan konvensional

    yang hanya memandang manusia sebagai barang modal. Manusia tidak boleh

    diperlakukan seperti halnya barang modal. (Sadeeq 1989a)

    Dalam konteks di Negara kita upah minimum (UMR/UMP) itu sama dengan

    Ujrah al-misli, yakni upah yang sepadan, dalam daerah tertentu, upah minimum regional

    (UMR/UMP) di setiap daerah besarnya berbeda-beda yang didasarkan pada indeks harga

    konsumen, kebutuhan fisik minimum, perluasan kesempatan kerja. Upah pada umumnya

    yang berlaku secara regional dipengaruhi oleh tingkat perkembangan perusahaan, tingkat

    perkembangan perekonomian regional yang berlaku di daerah tersebut.

    Dalam menentukan upah minimum provinsi, terdapat beberapa unsur yang

    dipertimbangkan. Unsur-unsur tersebut mencakup pangan, sandang, dan papan dll (ada

    43 butir seperti tertera dalam Surat edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.

    889 HK. 01.32.2002 tertanggal 10 September 2002). Kebutuhan yang dihitung dalam

    Surat edaran ini adalah kebutuhan seorang pekerja (lajang). Jika kebutuhannya sewa

    rumah, pekerja tidak akan pernah memiliki rumah sampai kapan pun. Hal ini tentu

    melanggar aturan hadis yang diriwayatkan oleh Mustawrid bin Syadad: Aku mendengar

    Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barangsiapayang menjadi pekerja bagi kita,

    hendaklah ia mencarikan isteri (untuknya); seorang pembantu bila tidak memilikinya,

    hendaklah ia mencarikannya untuk pembantunya. Bila ia tidak mempunyai tempat

    tinggal, hendaklah ia mencarikan tempat tinggal.Abu Bakar mengatakan, Diberitakan

    kepadaku bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Siapa yang mengambil sikap selain

    itu, maka ia adalah seorang yang keterlaluan atau pencuri." (HR. Abu Daud).

    Memang arti "mencarikan" bisa bermacam-macam. Bisa menyewakan rumah

    untuk pekerja agar bisa tinggal di dalamnya. Bisa juga membelikan rumah untuk

    ditempati pekerja. Atau bisa juga menyediakan rumah gratis (semacam rumah Dinas) bagi

    pekerja. Dalam praktiknya di Indonesia, bagi karyawan rendahan disediakan tempat

    tinggal gratis. Bentuknya bisa rumah sederhana bagi pegawai perkebunan, bisa asrama

    NoelHighlight

    NoelHighlight

  • 13

    bagi anggota TNI dan polisi. Untuk karyawan yang sudah tinggi, disediakan rumah Dinas

    bagi pejabat di departemen dengan pangkat eselon 2 ke atas, dan sebagainya.

    F. STANDARISASI UMR MELALUI KONSEP NISHAB ZAKAT

    Dalam beberapa tahun terakhir nominal upah burung terus mengalami kenaikan

    sesuai dengan perkembangan daya beli masyarakat. Namun, persentase kenaikan UMR

    tersebut tidak berpengaruh kuat dengan peningkatan kebutuhan buruh dan lajunya inflasi

    rill. Kenaikan harga barang-barang dan jasa yang disebabkan turun naiknya BBM sangat

    memengaruhi daya beli mereka. upah nominal buruh mengalami kenaikan dibandingkan

    tahun lalu. Tapi, karena harga-harga naik, maka daya beli mereka bisa lebih rendah dari

    tahun sebelumnya.

    Dalam praktiknya, meski upah minimum telah dihitung teliti dengan melibatkan

    pangan, sandang, dan papan seperti surat edaran Menteri Tenaga Kerja dan

    Transmigrasi No. 889 HK. 01.32.2002, masih saja gaji minimum itu tidak mencukupi

    kebutuhan dasar karyawan, khususnya di negara-negara berkembang.

    Sadeeq (Sadeeq 1989b) merekomendasikan, jika upah minimum tidak cukup, para

    karyawan harus diberi zakat. Jika gaji karyawan tidak mencukupi kebutuhannya,

    karyawan dikategorikan sebagai orang miskin dan berhak atas dana zakat. Namun harus

    ada mekanisme yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan karyawan. Secara garis

    besar, harus ada ukuran berapa gaji minimum yang diberikan kepada karyawan.

    Konsep upah minimum harus diperbaiki dengan cara mengenalkan konsep nishob

    zakat sebagai upah minimum. Artinya, jika nishob zakat disesualkan dengan harga 85

    gram emas dalam setahun, dalam sebulan, batas gaji minimum sebesar 85/12 = 7,083

    gram emas. Jika harga rata-rata satu gram emas selama 2015 sebesar Rp 500.000, maka

    upah atau gaji minimum 2015 sebesar 7,083 x Rp 500.000 = Rp 3.541.500 Dengan asumsi

    kondisi harga emas stabil. Dalam hal kondisi harga emas sangat berfluktuasi, penyesuaian

    upah minimum dapat dilakukan dua kali dalam setahun seperti yang sekarang

    diberlakukan di negara dan Spanyol. Di dua Negara ini, penyesuaian upah minimum

    dilakukan satu kali atau dua kali setahun, tergantung situasi ekonomi negara tersebut.

    Bahkan Yunani memberlakukan penyesuaian upah minimum dua kali dalam setahun

    secara reguler. Namun, dalam penerapannya konsep ini perlu dikaji lagi, mengingat

    penetapan UMP berdasarkan KHL (Kebutuhan Hidup Layak) dan standar KHL disetiap

    NoelHighlight

    NoelHighlight

    NoelHighlight

  • 14

    daerah berbeda-beda, terlebih lagi pengusaha akan menolak kalau aturan ini

    diberlakukan.

    III. PENUTUP

    Salah satu problem yang langsung menyentuh kaum buruh adalah rendahnya atau

    tidak sesuainya pendapatan (gaji) yang diperoleh dengan tuntutan untuk memenuhi

    kebutuhan hidupnya beserta tanggungannya. Sementara itu dalam sistem ekonomi

    Kapitalis, rendahnya gaji buruh justru menjadi penarik bagi para investor asing termasuk

    pemerintah untuk kepentingan peningkatan pendapatannya sendiri (bukan rakyat). Untuk

    membantu mengatasi problem gaji, pemerintah tiap tahun membuat batas minimal gaji

    yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada pekerjanya, yang kemudian dikenal

    dengan istilah UMR/UMP, UMK, dan UMD Nilai UMR, UMK, dan UMD ini biasanya

    dihitung bersama berbagai pihak yang merujuk kepada Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

    atau kondisi lain di daerah yang bersangkutan.

    Dalam perjalanannya penerapan konsep-konsep konvensional ini menemukan

    kebuntuan, karena konsep-konsep konvensional ini juga memiliki kekurangan. Oleh

    karena itu Islam bisa dijadikan alternatif sebagai solusi memecah kebuntuan tersebut.

    Misal, dengan acuan Nishab Zakat.

    Upah minimum dengan acuan nishob zakat ini boleh jadi dapat diterapkan dengan

    asumsi menekan biaya produksi, dalam beberapa pengamatan serikat buruh, korupsi,

    pungutan liar, serta birokrasi yang berbelit memakan biaya produksi hingga 30%, maka

    dengan adanya pemangkasan rantai birokrasi perizinan, akan memangkas banyak biaya

    siluman yang selama ini dikeluhkan oleh para pengusaha. Hal ini sejalan dengan janji dan

    program pemerintah dalam upaya membangun persaingan pasar yang sehat.(Koran

    Jakarta - Jokowi-JK Tumbuhkan Usaha Baru 2015)

    Islam adalah solusi dari berbagai macam problema yang ada didunia ini, tak

    terkecuali problema dalam bidang ekonomi. Dari sini dapat kita lihat perbedaan yang

    mendasar antara pandangan Islam dan konvensional. Perbedaan tersebut ada dua. Yakni

    (1) Islam melihat upah sangat besar kaitannya dengan konsep moral atau kemanusiaan

    sedangkan konvensional tidak. (2) Upah dalam Islam tidak hanya sebatas materi. Tetapi

    juga menembus batas kehidupan, yaitu dimensi akhirat yang disebut juga dengan pahala

    sedangkan konvensional tidak. Oleh sebab itu dalam pemecahan masalah buruh ataupun

    NoelHighlight

  • 15

    hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi, sudah saatnya pemerintah mencari solusi melalui

    agama yang berlandaskan keadilan.

  • 16

    IV. DAFTAR PUSTAKA

    Al-Islahi, Abdul Adhim. 2008. Mabadi Al-Iqtishadi Al-Islami: Nusus Iqtishadiyah

    Mukhtarah. II. Riyadh: maktabah Dar al-Manhaj.

    Al-Maliki, Abdurrahman. 2001. Politik Ekonomi Islam. Bangil: Al-Izzah.

    Al-Zailai., Fakhr al-Din Utsman ibn Ali. 1898. Tabyin Al-Haqaiq Syarh Kanz Al-Daqaiq. Cairo: Matbaah al-Kubra al-Amiriyah.

    Anto, M.B. Hendrie. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro Islam.

    Aziz, Shaleh bin Abdul. Mausuah Al-Hadith Al-Syarif Kutub Al-Sittah Shahih Muslim. Cairo: Maktabah Dar al-ilm.

    DR.Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi. 2003. Al-Fiqh Al-Iqtishd Li Amr Al-Muminn Umar Ibn Al-Khattb. I. Jeddah: Dar al-Andalus al-Khadra.

    Hakim, Abdul. 2006. Aspek Hukum Pengupahan Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003.

    Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

    Hanbal, Ahmad ibn. 1988. Musnad Al-Imam Ahmad. Mesir: Dar al-Maarif.

    Indaryani. 2002. Hasil Penelitian Penetapan Upah Minimal Di Kabupaten Kudus

    Jateng. Kudus.

    Iskandar, Muhaimin. 2004. Membajak Di Ladang Mesin. Semaran: Yawas.

    Koran Jakarta - Jokowi-JK Tumbuhkan Usaha Baru. 2015. Accessed April 10. http://koran-jakarta.com/?15681-jokowi-jk tumbuhkan usaha baru.

    Ruky, Ahmad S. 2001. Manajemen Penggajian Dan Pengupahan Untuk Karyawan

    Perusahaan. Jakarta: Pustaka Utama Gramedia.

    Sadeeq, DR. A.H.M. 1989a. Factor Pricing And Income Distribution From an Islamic Perspective. Journal of Islamic Economics 2.

    . 1989b. Determination of Wages and Income Distribution in Islam. Malaysia.

    Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.

    yusuf al-Qardhawi. 1995. Daurul Qiyam Wal Akhlak Fil Iqtishad Al-Islami. I. Cairo:

    Maktabah Wahbah.