kitab dua hari raya

22
Kitab Dua Hari Raya Bab Ke-1: Mengenai Dua Hari Raya dan Mengenakan yang Indah- Indah pada Hari Raya (Saya katakan, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Umar yang tercantum pada nomor 475 di muka.") Bab Ke-2: Bermain dengan Tombak dan Perisai pada Hari Raya 508. Aisyah berkata, "Rasulullah masuk padaku, dan di sisiku ada dua anak wanita (dari gadis-gadis Anshar 2/3, dan dalam satu riwayat: dua orang biduanita 4/266) pada hari Mina. Lalu, keduanya memukul rebana (4/161). Mereka menyanyi dengan nyanyian (dalam satu riwayat: dengan apa yang diucapkan oleh wanita-wanita Anshar pada hari) Perang Bu'ats [1 ] sedang keduanya bukan penyanyi. Beliau berbaring di atas hamparan dan memalingkan wajah beliau. Abu Bakar masuk, sedang Nabi menutup wajah dengan pakaian beliau (2/11), lalu Abu Bakar menghardik saya (dan dalam satu riwayat: menghardik mereka) dan mengatakan, 'Seruling setan di (dalam satu riwayat: Pantaskah ada seruling setan di rumah) Rasulullah? Dia mengucapkannya dua kali. Lalu, Nabi menghadap Abu Bakar (dalam satu riwayat: lalu Nabi membuka wajahnya) lantas bersabda, 'Biarkanlah mereka wahai Abu Bakar! Karena tiap-tiap kaum

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 13-Aug-2015

6 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kitab dua hari raya

Kitab Dua Hari Raya

Bab Ke-1: Mengenai Dua Hari Raya dan Mengenakan yang Indah-

Indah pada Hari Raya

 

(Saya katakan, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya hadits Ibnu Umar yang tercantum pada nomor 475 di muka.")

Bab Ke-2: Bermain dengan Tombak dan Perisai pada Hari Raya

 

508. Aisyah berkata, "Rasulullah masuk padaku, dan di sisiku ada dua

anak wanita (dari gadis-gadis Anshar 2/3, dan dalam satu riwayat: dua

orang biduanita 4/266) pada hari Mina. Lalu, keduanya memukul rebana

(4/161). Mereka menyanyi dengan nyanyian (dalam satu riwayat: dengan

apa yang diucapkan oleh wanita-wanita Anshar pada hari) Perang Bu'ats[1]

sedang keduanya bukan penyanyi. Beliau berbaring di atas hamparan dan

memalingkan wajah beliau. Abu Bakar masuk, sedang Nabi

menutup wajah dengan pakaian beliau (2/11), lalu Abu Bakar menghardik

saya (dan dalam satu riwayat: menghardik mereka) dan mengatakan,

'Seruling setan di (dalam satu riwayat: Pantaskah ada seruling setan di

rumah) Rasulullah? Dia mengucapkannya dua kali. Lalu, Nabi menghadap

Abu Bakar (dalam satu riwayat: lalu Nabi membuka wajahnya) lantas

bersabda, 'Biarkanlah mereka wahai Abu Bakar! Karena tiap-tiap kaum

mempunyai hari raya, dan hari ini adalah hari raya kita.' Maka, ketika

beliau lupa, saya mengisyaratkan kepada kedua anak wanita itu, lalu

keduanya keluar."

 

509. "Hari itu adalah hari raya, di mana orang Sudan (dalam satu riwayat:

orang-orang Habasyah 1/117) bermain perisai dan tombak di dalam

masjid. Barangkali saya yang meminta kepada Nabi atau barangkali

beliau sendiri yang mengatakan kepadaku, 'Apakah engkau ingin

Page 2: Kitab dua hari raya

melihat?' Saya menjawab, 'Ya.' Saya disuruhnya berdiri di belakang beliau

di depan pintu kamarku. Beliau melindungiku dengan selendang beliau,

sedang aku melihat permainan mereka di dalam masjid. Lalu, Umar[2]

menghardik mereka. Kemudian Nabi bersabda, 'Biarkanlah mereka.'

(4/162) Maka, saya terus menyaksikan (6/147) sedang pipiku menempel

pada pipi beliau, dan beliau berkata, 'Silakan (dan dalam satu riwayat:

aman) wahai bani Arfidah!' Sehingga, ketika aku sudah merasa bosan,

beliau bertanya, 'Sudah cukup?' Aku menjawab, 'Cukup.' Beliau bersabda,

'Kalau begitu, pergilah.'" (Maka, perkirakanlah sendiri wanita yang masih

muda usia, yang senang sekali terhadap permainan. 6/159)

 

Bab Ke-3: Berdoa pada Hari Raya

 

Bab Ke-4: Makan pada Hari Raya Fitri Sebelum Keluar

 

510. Anas berkata, "Rasulullah tidak pergi (ke tempat shalat) pada hari

raya Fitri sehingga beliau memakan beberapa buah kurma. (Dan beliau

memakannya dalam jumlah ganjil.)"[3]

 

Bab Ke-5: Makan pada Hari Raya Nahar Atau Idul Adha

 

511. Al-Bara' bin Azib r.a. berkata, "Nabi berpidato kepada kami pada hari

raya kurban (Idul Adha) setelah shalat. Lalu beliau bersabda." (Dalam satu

riwayat al-Bara' berkata, "Pada hari Adha Nabi keluar, lalu mengerjakan

shalat Id dua rakaat. Kemudian menghadap kepada kami, seraya

bersabda, 'Sesungguhnya kurban kita pada hari ini harus kita mulai

dengan mengerjakan shalat Id, kemudian kita pulang, lalu kita sembelih

kurban. 2/8) Barangsiapa yang shalat dengan shalat kita dan

menyembelih dengan sembelihan kita, maka ia telah benar dalam

berkurban (dalam riwayat lain: sesuai dengan Sunnah kami). Barangsiapa

Page 3: Kitab dua hari raya

yang berkurban sebelum shalat, maka sesungguhnya sembelihan itu

(menyembelih biasa) dan tidak ada kurban baginya." (Dalam satu riwayat:

maka sesungguhnya yang demikian itu adalah daging yang ia segerakan

untuk keluarganya, bukan kurban sedikit pun 2/6). (Dan dalam riwayat

lain: barangsiapa yang mengerjakan shalat seperti shalat kita dan

menghadap kiblat kita, maka janganlah ia menyembelih kurban sebelum

selesai shalat. 6/238). Abu Burdah bin Niyar, paman Bara', berkata,

"Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya berkurban dengan kambing saya

sebelum shalat dan saya mengetahui bahwa hari raya ini adalah hari

makan dan minum. Saya senang kambing saya itu sebagai kambing

pertama yang disembelih di rumahku. Karena itu, saya sembelih kambing

saya dan saya makan sebelum mendatangi shalat (dan saya beri makan

keluargaku dan tetanggaku." 2/10). Dalam riwayat lain, al-Bara' berkata,

"Mereka mempunyai tamu di rumahnya, lalu Abu Burdah menyuruh

keluarganya menyembelih sebelum ia pulang, agar tamunya dapat

makan. Maka, mereka menyembelih kambing sebelum shalat. Kemudian

peristiwa itu dilaporkan kepada Nabi, lalu beliau menyuruhnya untuk

menyembelih kurban lagi. (7/227). Beliau bersabda, "Kambingmu adalah

kambing daging." Ia berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami

mempunyai kambing kecil betina, kami mempunyai anak binatang ternak

(dalam satu riwayat: anak kambing betina yang jinak 6/237) yang lebih

saya sukai daripada dua ekor kambing (dalam satu riwayat: saya

mempunyai anak kambing betina, anak kambing penghasil susu, yang

lebih baik daripada dua ekor kambing daging. Dalam riwayat lain:

daripada seekor kambing yang lebih tua. Dan, dalam riwayat lain lagi:

daripada dua ekor kambing yang lebih tua). Apakah itu mencukupi bagi

saya?" Beliau menjawab, "Ya, tetapi tidak akan mencukupi bagi seorang

pun sesudahmu."

Bab Ke-6: Keluar ke Tempat Shalat Tanpa Mimbar

 

Page 4: Kitab dua hari raya

512. Abu Sa'id al-Khudri berkata, "Rasulullah keluar pada hari raya Fitri

dan hari raya Adha ke mushalla.[4] Yang pertama-tama beliau lakukan

adalah shalat. Kemudian beliau berdiri dan menghadap manusia, dan

manusia duduk di shaf-shaf mereka masing-masing. Beliau memberi

nasihat, wasiat, dan perintah kepada mereka. Jika beliau mau

menetapkan utusan, maka beliau mengutusnya; atau menyuruh sesuatu,

maka beliau menyuruhnya, kemudian beliau pergi." Abu Sa'id berkata,

"Orang-orang senantiasa berbuat demikan itu. Sehingga, saya keluar

bersama Marwan, Gubernur Madinah, pada hari raya Adha atau Fitri.

Ketika kami sampai di Mushalla, ternyata di sana ada mimbar yang dibuat

oleh Katsir bin Shalt. Tiba-tiba Marwan mau naik mimbar sebelum shalat,

maka saya menarik pakaiannya. Tetapi, ia menarikku, lantas ia naik dan

berkhutbah sebelum shalat. Maka, saya katakan kepadanya, 'Demi Allah

kamu telah mengubah.' Ia berkata, 'Wahai Abu Sa'id, apa yang kamu

ketahui telah ketinggalan (usang).' Saya berkata kepadanya, 'Demi Allah,

apa yang saya ketahui lebih baik daripada apa yang tidak saya ketahui.'

Lalu ia (Marwan) melanjutkan perkataannya, 'Sesungguhnya orang-orang

tidak lagi mau duduk bersama-sama kita sesudah shalat, maka saya

jadikan khutbah itu sebelum shalat.'"

 

Bab Ke-7: Berjalan dan Berkendaraan ke Tempat Shalat Hari Raya

serta Bab Tidak Adanya Azan dan Iqamah

 

513. Atha' mengatakan bahwa sesungguhnya Ibnu Abbas berkirim surat

kepada Ibnu Zubair pada hari pertama ia dibai'at (yang isi suratnya),

"Sesungguhnya shalat Idul Fitri itu tidak diazani sebagaimana shalat

fardhu,[5] dan sesungguhnya khutbah Id itu dilakukan sesudah shalat."

514. Ibnu Abbas dan Jabir bin Abdullah berkata, 'Tidak diadakan azan

pada shalat hari raya Idul Fitri dan tidak pula pada Idul Adha."[6]

 

Page 5: Kitab dua hari raya

515. Jabir bin Abdullah berkata, "Sesungguhnya Nabi berdiri (dan dalam

satu riwayat: keluar pada hari Idul Fitri), lalu memulai shalat. Kemudian

berkhutbah di muka orang banyak sesudah shalat itu. Setelah Nabi selesai

khutbah, beliau turun.[7] Kemudian mendatangi para wanita, memberi

nasihat kepada mereka dan pada waktu itu beliau bersandar pada tangan

Bilal. Bilal menggelar bajunya dan di baju itulah para wanita itu

meletakkan sedekah mereka." Aku (perawi) bertanya kepada Atha',

"Zakat pada hari raya Fitri?" Dia menjawab, 'Tidak, tetapi sedekah biasa

yang mereka berikan pada waktu itu. Mereka lepas cincin mereka dan

mereka lemparkan (ke baju bilal)." Saya bertanya (2/9), "Apakah Anda

berpendapat bahwa di zaman kita sekarang ini imam boleh mendatangi

kaum wanita, lalu memberi nasihat kepada mereka jika telah selesai

shalat dan berkhutbah?" Atha' berkata, "Yang demikian itu sebenarnya

adalah hak baginya. Kalau tidak boleh, maka apakah sebabnya tidak

boleh mengerjakan demikian?"

Bab Ke-8: Berkhotbah Sesudah Shalat Hari Raya

 

516. Ibnu Umar berkata, "Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar biasa

mengerjakan shalat hari raya sebelum khutbah."

 

Bab Ke-9: Dimakruhkan Membawa Senjata pada Hari Raya dan

ketika Berada di Tanah Suci

 

Al-Hasan berkata, "Manusia dilarang membawa senjata pada hari raya,

kecuali jika mereka dalam keadaan takut kepada musuh."[8]

 

517. Sa'id bin Jubair berkata, "Aku bersama Ibnu Umar ketika ia tertusuk

oleh ujung tombak yang tajam di tapak kakinya bagian dalam, maka

menempellah tapak kakinya itu pada sanggurdi. Lalu aku turun dan

mencopotnya. Peristiwa itu terjadi di Mina. Hal itu didengar oleh Hajjaj,

Page 6: Kitab dua hari raya

kemudian ia menjenguknya. Hajjaj berkata, 'Bagaimana keadaannya?'

Jawab Ibnu Umar, 'Baik.' Hajjaj berkata, "Alangkah baiknya kalau kita

mengetahui siapa orang yang menyebabkan Anda terkena bencana itu.'

Ibnu Umar berkata, 'Andalah yang telah menimpakan bencana kepadaku.'

Hajjaj menimpali, 'Bagaimana hal itu bisa terjadi?' Ibnu Umar menjawab,

'Anda membawa senjata pada hari yang tidak diperbolehkan membawa

senjata, dan Anda memasukkan senjata ke tanah suci, padahal senjata itu

tidak boleh dimasukkan ke tanah suci.'"

 

Bab Ke-10: Bersegera Mengerjakan Shalat Hari Raya

 

Abdullah bin Busr berkata, "Sesungguhnya kami selesai melakukannya

pada saat ini, yaitu ketika bertasbih."

 

(Saya katakan, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya hadits al-Barra' pada nomor 511 di muka.')

 

Bab Ke- 11: Keutamaan Beramal pada Hari-Hari Tasyrik[9]

 

Ibnu Abbas berkata, "'Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada

hari-hari yang telah ditentukan (al-Hajj: 28),' ialah sepuluh hari (yang

pertama dalam bulan Dzulhijjah); dan 'beberapa hari yang berbilang'[10]

(al-Baqarah: 203) ialah hari-hari tasyrik."[11]

 

Ibnu Umar dan Abu Hurairah biasa pergi ke pasar pada sepuluh hari

pertama Dzulhijjah sambil bertakbir, dan orang-orang yang di

belakangnya turut bertakbir mengikuti takbirnya.[12]

 

Muhammad bin Ali bertakbir di belakang kafilah.[13]

 

Page 7: Kitab dua hari raya

518. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Tidak ada

amalan pada hari-hari lain yang lebih utama daripada sepuluh hari ini?"

Mereka menjawab, "Tidakkah jihad (lebih utama)?" Beliau bersabda,

"Bukan pula jihad, kecuali orang yang keluar dengan mempertaruhkan

jiwa dan hartanya, lalu ia tidak kembali dengan sesuatu pun."

Bab Ke-12: Bertakbir Pada Hari-Hari Mina dan Ketika Pergi Ke

Arafah

 

Umar r.a. biasa bertakbir di kubahnya di Mina. Lalu, terdengar oleh orang-

orang yang di masjid, kemudian mereka bertakbir (mengikutinya).

Bertakbir pula orang-orang yang di pasar-pasar, sehingga Mina gemuruh

dengan takbir.[14]

 

Ibnu Umar biasa bertakbir di Mina pada hari-hari itu, ketika selesai shalat-

shalat wajib, di tempat tidur, di tendanya, di majelisnya, dan di jalan,

pada semua hari itu.[15]

 

Maimunah biasa bertakbir pada hari nahar (10 Dzulhijjah).[16]

 

Orang-orang wanita biasa bertakbir di belakang Aban bin Utsman, dan

Umar bin Abdul Aziz, pada malam-malam hari tasyrik bersama kaum laki-

laki di masjid.[17]

 

519. Muhammad bin Abu Bakar ats-Tsaqafi berkata, "Saya bertanya

kepada Anas bin Malik ketika kami bersama-sama pergi dari Mina ke

Arafah, tentang talbiah, 'Bagaimana Anda melakukan bersama Nabi?' Ia

menjawab, 'Seseorang membaca talbiah tidak diingkari (oleh Nabi), dan

seseorang bertakbir juga tidak diingkari (oleh Nabi).'"

 

Page 8: Kitab dua hari raya

Bab Ke-13: Shalat dengan Menggunakan Tombak (Sebagai

Sutrah) Pada Hari Raya

 

(Saya katakan, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya sebagian hadits Ibnu Umar yang tertera pada nomor 279 yang

lalu.")

Bab Ke-14: Membawa Tombak Kecil atau Tombak Biasa di Muka

Imam pada Hari Raya

 

(Saya katakan, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya bagian lain dari hadits Ibnu Umar yang diisyaratkan di atas.")

 

Bab Ke-15: Keluarnya Kaum Wanita dan Orang-Orang yang

Sedang Haid ke Tempat Shalat

 

(Saya katakan, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya sebagian dan hadits Ummu Athiyah yang tertera pada nomor

180.")

Bab Ke-16: Keluarnya Anak-Anak ke Tempat Shalat

 

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya bagian dari hadits Ibnu Abbas yang disebutkan sesudah bab ini

nanti.")

Bab Ke-17: Imam Menghadap Makmum ketika Khutbah Hari Raya

 

Page 9: Kitab dua hari raya

Abu Said berkata, "Nabi berdiri menghadap manusia (yakni ketika

berkhutbah)"[18]

 

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya hadits al-Barra' yang tertera pada nomor 511 di muka.")

 

Bab Ke-18: Bendera yang Berada di Tempat Shalat

 

520. Abdurrahman bin Abis berkata, "Aku mendengar Ibnu Abbas ditanya,

'Apakah Anda pernah menghadiri shalat hari raya bersama Nabi? Ia

menjawab, 'Ya, tetapi andaikata bukan sebab dekatnya kedudukanku

kepada Nabi, tentulah aku tidak menghadirinya, sebab aku masih kecil.

Aku menyaksikan Nabi (1/33) keluar pada hari raya Fitri (2/5) bersama

Bilal (1/33) hingga beliau tiba pada bendera yang diletakkan di tempat

Katsir bin Shalt. Lalu, beliau shalat dua rakaat, tanpa melakukan shalat

sebelumnya dan sesudahnya. Kemudian beliau berkhotbah (dan tidak

menyebut-nyebut azan dan iqamah 2/162). Selasai berkhotbah, beliau

mendatangi kaum wanita (dan dalam riwayat lain: maka Ibnu Abbas

melihat bahwa beliau tidak memperdengarkan kepada kaum wanita, lalu

beliau datang kepada mereka 2/122) bersama Bilal yang membentangkan

kainnya. Nabi memberikan nasihat dan peringatan kepada mereka, dan

menyuruh mereka agar mengeluarkan sedekah. Lalu beliau menyuruh

Bilal darang kepada mereka. Maka, aku melihat kaum wanita itu

mengulurkan tangan mereka ke telinga dan leher mereka. Lalu, mereka

melemparkannya (dan dalam satu riwayat: maka orang-orang wanita itu

melemparkan gelang dan anting-anting emas 2/118, dan dalam riwayat

lain: anting-anting emas dan kalungnya. Ayyub mengisyaratkan kepada

telinganya dan lehernya) pada kain Bilal. Kemudian beliau pulang ke

rumahnya bersama Bilal."

Bab Ke-19: Imam Memberikan Nasihat kepada Kaum Wanita pada

Page 10: Kitab dua hari raya

Hari Raya

 

521. Ibnu Abbas berkata, "Aku menghadiri shalat Idul Fitri bersama Nabi,

Abu Bakar, Umar, dan Utsman, semuanya mengerjakan shalat sebelum

berkhotbah. Nabi keluar (lalu turun 6/62) seakan-akan aku masih melihat

beliau ketika menyuruh orang banyak duduk dengan mengisyaratkan

tangannya. Kemudian menghadapi mereka dan membelah barisan kaum

lelaki (dan ini dilakukan sehabis berkhotbah). Sehingga, beliau

mendatangi kaum wanita bersama Bilal, lalu beliau mengucapkan, 'Yaa

ayyuhan nabiyyu idzaa jaa-akal mu'minaatu yubbaayi'naka ['alaa an laa

yusyrikna billaahi syaian wa laa yasriqna wa laa yazniina wa laa yaqtulna

aulaadahunna wa laa ya'tiina bi buhtaanin yaftariinahu baina aidiihinna

wa arjulihinna]' 'Hai Nabi, jika kamu didatangi oleh kaum wanita hendak

mengadakan bai'at atau berjanji setia kepadamu (untuk tidak

mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak

akan berzina, tidak akan membunuh anak-anak mereka, dan tidak

membuat-buat tuduhan perzinaan kepada orang lain dengan tuduhan

palsu.' Hingga selesai 6/62) membaca ayat itu semuanya. Kemudian

beliau bersabda setelah membaca ayat tersebut, 'Hai kaum wanita,

apakah Anda sekalian seperti itu?' Seorang wanita di kalangan mereka

menjawab, dan tiada seorang pun dari kaum wanita itu yang menjawab

selainnya. Ia berkata, 'Benar wahai Rasulullah.' Al-Hasan (yang

meriwayatkan hadits itu) tidak mengetahui siapa wanita yang menjawab

itu. Nabi bersabda lagi, 'Kalau begitu, maka bersedekahlah kalian!'

Kemudian Bilal membeberkan pakaiannya, lalu dia berkata, 'Marilah, Anda

sekalian adalah penebus ayahku dan ibuku.' Kemudian orang-orang

wanita itu meletakkan cincin besar-besar dari emas (yang biasa dipakai

pada zaman jahiliah dulu), juga meletakkan cincin ukuran biasa di atas

pakaian Bilal itu."[19]

Abdur Razzaq berkata, "Al Fatakh ialah cincin-cincin besar yang biasa

dipakai pada zaman jahiliah."

 

Page 11: Kitab dua hari raya

Bab Ke-20: Jika Seorang Wanita Tidak Mempunyai Baju Kurung

pada Hari Raya

 

(Saya katakan, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya hadits Ummu Athiyah yang baru saja diisyaratkan di muka.")

 

Bab Ke-21: Menyendirinya Wanita yang Sedang Haid dan Menjauh

Sedikit dari Tempat Shalat

(Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits

Ummu Athiyah yang disebutkan di muka.)

Bab Ke-22: Menyembelih (Dzabah dan Nahar) pada Hari Raya

Kurban di Tempat Shalat

 

522. Ibnu Umar r.a mengatakan bahwa Nabi saw biasa menyembelih

(binatang kurban) di mushalla (tanah lapang tempat shalat Id).

 

Bab Ke-23: Pembicaraan Imam dan Orang Banyak dalam Khotbah

Hari Raya dan Jika Imam Ditanya Mengenai Sesuatu, dan Ia

Sedang Berkhotbah

523. Anas bin Malik berkata, "Sesungguhnya Rasulullah melakukan shalat

pada hari raya kurban, kemudian berkhotbah. Lalu, menyuruh orang yang

menyembelih kurban sebelum shalat, supaya mengulangi

penyembelihannya (menyembelih kurban lagi). Kemudian ada seorang

lelaki dari kaum Anshar, berkata, 'Wahai Rasulullah, (hari ini adalah hari

yang orang menyukai daging 2/3), aku mempunyai beberapa orang

tetangga-mungkin dia berkata-yang sangat membutuhkan'. Mungkin dia

berkata, 'Mereka itu dalam keadaan fakir' (lalu Nabi saw.

Page 12: Kitab dua hari raya

membenarkannya). 'Sebenarnya aku telah menyembelih sebelum shalat

hari raya, dan aku mempunyai seekor kambing yang umurnya kurang dari

setahun (dan dalam satu riwayat: masih muda). Tetapi, lebih aku sukai

daripada daging dua ekor kambing biasa.' Nabi kemudian memberikan

kelonggaran kepadanya dengan menyembelih kambing yang umurnya

belum setahun dan disembelih sebelum shalat hari raya dilakukan. Tetapi

saya tidak mengetahui apakah kelonggaran itu sampai kepada orang lain

atau tidak."

524. Jundub berkata, "Nabi melakukan shalat Idul Adha, kemudian beliau

berkhothah. Sesudah itu beliau menyembelih kurban, lalu bersabda,

'Barangsiapa yang menyembelih kurban sebelum shalat, hendaklah

menyembelih lagi yang lain (sesudah shalat) sebagai gantinya. Dan,

barangsiapa yang belum menyembelih, hendaklah menyembelih dengan

nama Allah.'"

 

Bab Ke-24: Orang yang Berbeda Jalan Ketika Pulang pada Hari

Raya dari Tempat Shalat

 

525. Jabir r.a. berkata, "Nabi apabila hari raya, beliau menyelisihi jalan

(yakni menempuh jalan yang berbeda ketika pergi dan ketika pulang dari

menunaikan shalat Id- penj.)."

 

Bab Ke-25: Apabila Terluput dari Shalat Hari Raya dengan

Berjamaah, Bolehlah Shalat Dua Rakaat, Begitu Pula Kaum

Wanita, Orang yang Ada di Rumah dan di Desa, Mengingat sabda

Nabi saw., "Ini adalah hari raya kita umat Islam."[20]

 

Anas bin Malik memerintahkan mantan budaknya dan sahabatnya Ibnu

Abi Utbah yang ada di pelosok supaya mengumpulkan keluarganya dan

anak anaknya, dan melakukan shalat hari raya sebagaimana orang kota

Page 13: Kitab dua hari raya

serta bertakbir seperti mereka.[21]

 

Ikrimah berkata, "Orang-orang pelosok berkumpul pada hari raya

menunaikan shalat dua rakaat sebagaimana yang dilakukan imam."[22]

 

Atha' berkata, "Apabila seseorang terluput menunaikan shalat Id (dengan

berjamaah), maka hendaklah ia menunaikannya dua rakaat."[23]

 

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya hadits Aisyah yang tersebut pada nomor 508 di muka.")

Bab Ke-26: Shalat Sunnah Sebelum dan Sesudah Shalat Hari Raya

 

Abul Mu'alla berkata, "Saya mendengar Said dari Ibnu Abbas membenci

shalat Sunnah sebelum shalat Id."[24]

 

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

sanadnya bagian dari hadits Ibnu Abbas yang tertera pada nomor 520 di

muka.")

Catatan Kaki:

[1] Demikian lafat bu'ats dibaca sebagai isim munsharif (dengan tanwin

kasrah; isim munsharif atau isim munawwan adalah isim yang dapat

diberi tanda tanwin dan dapat diberi harkat kasrah) dan sebagai isim

ghairu munsharif (tidak bertanwin dan tidak dapat diberi harkat kasrah,

dan alamat jar-nya dengan fat-hah, kecuali kalau kemasukan alif lam

yakni al-... atau dalam kedudukan sebagai mudhaf-penj.). Bu'ats adalah

nama sebuah benteng yang di sisinya terjadi peperangan antara suku Aus

dan Khazraj tiga tahun sebelum hijrah.

Page 14: Kitab dua hari raya

[2] Demikianlah dalam riwayat Karimah yang menyebutkan nama

pelakunya (Umar) secara jelas. Demikian pula di dalam riwayat Imam

Ahmad (2/540) dan Nasa'i (1/236) dari hadits Abu Hurairah dengan sanad

sahih.

 

[3] Demikian tambahan dari penyusun secara mu'allaq, dan di-maushul-

kan oleh Ibnu Khuzaimah dan al-Ismaili dan lain-lainnya.

 

[4] Mushalla ini adalah suatu tempat yang terkenal di Madinah, yang jarak

antaranya dengan Masjid Nabawi seribu hasta sebagaimana dikutip al-

Hafizh Ibnu Hajar dari al-Kanani, sahabat Imam Malik.

[5] Abdur Razzaq menambahkan di dalam al Mushannaj (2/77/5628) dari

jalan periwayatan Imam Bukhari dengan tambahan, "Maka tidak diazani

untuknya." Kata Atha', "Ibnu Zubair tidak mengadakan azan pada hari itu.

Ibnu Abbas berkirim surat kepadanya yang isinya, 'Sesungguhnya

khutbah itu dilakukan setelah shalat Id.' Ibnu Zubair pun

melaksanakannya." Kata Atha', "Maka, Ibnu Zubair shalat Id sebelum

khutbah. Kemudian Ibnu Shafwan dan sahabat-sahabatnya bertanya

kepadanya, mereka berkata, "Mengapa engkau tidak berazan untuk kami?

Kemudian datanglah waktu shalat kepada mereka pada hari itu. Maka,

ketika hubungan antara dia dan Ibnu Abbas memburuk, Ibnu Zubair tidak

berani melanggar perintah Ibnu Abbas." Saya (al-Albani) katakan, "Zahir

perkataan Ibnu Abbas kepada Ibnu Zubair, 'Maka, janganlah engkau

berazan untuk shalat Id', adalah karena Ibnu Zubair biasa mengadakan

azan sebelum itu, maka ini berarti Ibnu Abbas melarangnya dari

perbuatan itu. Hal ini diperkuat dengan perkataan Atha' pada akhir

perkataannya, 'Ketika hubungannya memburuk, maka Ibnu Zubair tidak

berani melanggar perintah Ibnu Abbas.' Riwayat yang lebih kuat dari itu

menerangkan bahwa Shafwan dan sahabat-sahabatnya ketinggalan

(terluput) melakukan shalat Id, dan hal itu disebabkan-wallahu a'lam-

mereka tidak mendengar azan yang biasa mereka dengarkan

Page 15: Kitab dua hari raya

sebelumnya. Para ulama berbeda pendapat mengenai siapa orang yang

pertama kali mengadakan azan dalam shalat Id. Ada yang mengatakan

bahwa yang mula-mula mengadakannya adalah Muawiyah, dan terdapat

riwayat yang sahih bahwa dia melakukan hal itu, dan masih ada

pendapat-pendapat lain lagi. Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Abu

Qilabah, katanya, "Orang yang mula-mula mengadakannya adalah Ibnu

Zubair." Saya (al-Albani) katakan, "Kalau riwayat ini sahih dari Ibnu

Zubair, maka dia adalah orang pertama yang mengadakannya di Hijaz,

sedang Muawiyah adalah orang yang pertama kali mengadakannya di

Syam. Wallahu a'lam." Mengenai hal ini terdapat ungkapan yang bagus

untuk dipegangi, yaitu bahwa apabila terdapat sunnah yang sahih, maka

tidak boleh bertaklid kepada orang yang menyelisihinya, meskipun dia

seorang sahabat. Maka, Muawiyah dan Ibnu Zubair-mudah-mudahan Allah

meridhai keduanya-telah mengadakan azan shalat Id yang tidak pernah

terjadi pada zaman Nabi saw., barangkali dari segi ini, maka orang-orang

yang shalat di belakang Ibnu Zubair membaca amin dengan keras

sehingga riuh rendah suaranya di masjid, sebagaimana diriwayatkan

secara mu'allaq di muka (1/193). Di antaranya lagi ialah shalat gerhana

yang dilakukan Ibnu Zubair dengan cara seperti melakukan shalat subuh.

Maka, saudara Zubair yang bernama Urwah ketika ditanya tentang hal itu,

dia menjawab, "Menyalahi Sunnah", sebagaimana akan disebutkan pada

kitab al-Kusuf bab keempat. Di antara tindakannya lagi ialah mengusap

dengan tangannya pada tiang-tiang Baitullah yang empat, sedangkan

menurut Sunnah ialah mengusap dua rukun Yamani saja, sebagaimana

akan disebutkan pada "25 - AL-HAJJ / 59 - BAB".

 

[6] Hadits Ibnu Abbas akan disebutkan sebentar lagi pada nomor 520,

karena itu di sini tidak saya beri nomor tersendiri.

 

[7] Nabi saw. tidak pernah khutbah Id di atas mimbar sebagaimana

ditunjuki hadits Abu Sa'id di muka tadi. Kemungkinan beliau berada di

tempat yang tinggi, kemudian turun. Wallahu a'lam.

Page 16: Kitab dua hari raya

[8] Al-Hafizh berkata, "Saya tidak mendapatinya maushul, tetapi terdapat

riwayat seperti ini secara marfu dan muqayyad 'dengan ada persyaratan'

serta ada yang tidak muqayyad. Kemudian disebutkannya yang

muqayyad dari riwayat Ibnu Majah dengan isnad yang dhaif dari Ibnu

Abbas, dan yang lain disebutkan dari riwayat Abdur Razzaq dengan isnad

yang mursal.

[9] Sudah populer bahwa hari-hari tasyrik sesudah hari nahar (tangga110

Dzulhijjah) itu diperselisihkan, apakah dua hari atau tiga hari. Akan tetapi,

beberapa atsar memberikan kesaksian bahwa hari Idul Adha itu termasuk

hari tasyrik, dan pendapat ini dikuatkan oleh Abu Ubaid berdasarkan apa

yang dikutip dan ditahqiq oleh al-Hafizh dalam al-Fath.

 

[10] Bunyi teks bacaannya ialah "Wayadzkurullaaha fii ayaamin

ma'luumaat" atau "Wadzkurullaaha fii ayyaamin ma'duudaat". Yang

dimaksudkan oleh Ibnu Abbas bukan bacaannya, tetapi penafsiran kata

"ma'duudaat" dan "ma'luumaat".

 

[11] Di-maushul-kan oleh Abd bin Humaid dari Amr bin Dinar dari Ibnu

Abbas.

 

[12] Al-Hafizh berkata, "Saya tidak mendapatinya secara maushul dari

mereka."

 

[13] Muhammad bin Ali adalah Abu Ja'far al-Baqir, dan di-maushul-kan

oleh ad-Daruquthni darinya dalam al-Mu'talif.

[14] Di-maushul-kan oleh Abu Ubaid, dan di-maushul-kan pula dari

jalannya oleh al-Baihaqi (3/312) dari Umar, dan di-maushul-kan oleh Said

bin Manshur dari jalan lain darinya.

Page 17: Kitab dua hari raya

[15] Di-maushul-kan oleh Ibnul Mundzir dan al-Fakihi dalam Akhbaaru

Makkah dengan sanad sahih dari Ibnu Umar.

[16] AI-Hafizh berkata, "Saya tidak mendapatinya secara maushul."

 

[17] Di-maushul-kan oleh Abu Bakar Ibnu Abid Dun-ya dalam Kitab al-

Idain. Al-Hafizh berkata, "Hadits Ummu Athiyah dalam bab ini mendahului

mereka dalam hal itu."

[18] Ini adalah bagian dari hadits yang di-maushul-kan oleh penyusun

pada nomor 512 di muka..

 

[19] Kisah ini telah disebutkan dari jalan lain dari Ibnu Abbas secara

ringkas. Maka, kemungkinan cerita ini dua macam, dan mungkin juga

hanya satu, dan sebagian perawi meringkasnya. Wallahu a'lam.

[20] Al-Hafizh berkata, "Saya tidak mengetahuinya demikian.

Sesungguhnya bagian pertamanya terdapat di dalarn hadits Aisyah

tentang kisah dua wanita yang menyanyi -yakni hadits yang baru

disebutkan di muka (2-BAB). Adapun sisanya, kemungkinan diambil dari

hadits Uqbah bin Amir secara marfu, 'Hari Mina adalah hari raya kita umat

Islam'", yang mana hadits ini diriwayatkan dalam As-Sunan dan disahkan

oleh Ibnu Khuzaimah.

 

[21] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah (2/183) yang seperti itu.

 

[22] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah (2/191) yang sama dengannya

dengan sanad sahih.

 

[23] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah dan al-Faryabi dengan sanad

sahih.

 

Page 18: Kitab dua hari raya

[24] Al-Hafizh berkata, "Saya tidak menjumpainya yang maushul." Saya

(Al-Albani) berkata, "Abdur Razzaq meriwayatkannya (5624) dengan

sanad sahih dari maula Ibnu Abbas, dari Ibnu Abbas, ia berkata, 'Tidak

boleh mengerjakan shalat sunnah sebelum dan sesudahnya.'"