kerajinan - indonesia kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... ·...

128
RENCANA PENGEMBANGAN KERAJINAN NASIONAL 2015-2019

Upload: duonglien

Post on 30-Apr-2018

247 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

05

RE

NC

AN

A P

EN

GE

MB

AN

GA

N K

ER

AJIN

AN

NA

SIO

NA

L 2015

-2019

RENCANA PENGEMBANGAN

KERA JINANNASIONAL

2015-2019

Page 2: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

iBab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

RENCANA PENGEMBANGAN KERAJINAN NASIONAL 2015-2019

Page 3: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit
Page 4: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit
Page 5: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

PT. REPUBLIK SOLUSI

Dionisius Ardiyanto Narjoko

Titik Anas

Haryo Aswicahyono

Page 6: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

v

RENCANA PENGEMBANGAN KERAJINAN NASIONAL 2015-2019

Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif:

Penasihat Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RISapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI

Pengarah Ukus Kuswara, Sekretaris Jenderal KemenparekrafAhman Sya, Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan BudayaCokorda Istri Dewi, Staf Khusus Bidang Program dan Perencanaan

Penanggung Jawab Mumus Muslim, Setditjen Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan BudayaWatie Moerany S, Direktur Pengembangan Seni RupaYuke Sri Rahayu, KasubditTata Usaha - Pengembangan Seni Rupa

Tim StudiDionisius Ardiyanto NarjokoTitik AnasHaryo Aswicahyono

ISBN978-602-72367-4-5

Tim Desain Buku RURU Corps (www.rurucorps.com)Yosifinah RachmanFarly Putra PratamaSari Kusmaranti Subagiyo

PenerbitPT. Republik Solusi

Cetakan Pertama, Maret 2015Hak cipta dilindungi undang-undangDilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan caraapapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

Page 7: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

vi Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Terima kasih kepada narasumber dan peserta Focus Group Discussion (FGD):Adhi Nugraha (Dosen KriyaFSRD ITB)Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya)Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit Pottery) Ari Anindya H. (Kemenkop & UKM)Asmojo Jono Irianto (Dosen Kriya FSRD ITB)Bambang Irianto (ditjen IKM Wil 3)Basuki Antariksa (Peneliti Ekonomi Kreatif - Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif )Budi Prasodjo (Kemenko Perekonomian)Dinny Jusuf (Toraja Melo)Emmy Soebagyo (Nendo / Batik Bogor)F. Widayanto (Seniman Keramik)Frida Adyasari (Ditjen PDN Kemenko)Harry Purwanto (PT. Artura Insanindo/Penggagas Kegiatan Indonesian Contemporary Art & Design)

I Wayan Seriyoga Parta (Kurator/Dosen Universitas Negeri Gorontalo)Dr. Kahfiati Kahdar (Head Of Craft Department/Dosen FRSD ITB)Ir. Kirono Arundatie, MM (Daty handicraft)Drs. Ponimin, M.Hum (Seniman Keramik/Dosen Universitas Negeri Malang)Pranandang Adi L. (Ditjen IKM)R. Rizky A. Adiwilaga (Bandung Creative City Forum) R. Setyo Aji (Pengurus PEKALRLIN)Siti Alfisahrah (Kemenkop & UKM)Thamrin Bustami (ASEPHI Jakarta)Timbul Raharjo (Dosen Kriya ISI Yogyakarta)Uke Kurniawan (Batik Banten)William Kwan (Peneliti/Pemerhati Batik)Yuyun Sriwahyuni (Rizqi Batik Tasikmalaya)Yusuf Susilo Hartono (Majalah Galeri)

Page 8: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

vii

Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan berkat dan Rahmat-Nya maka dapat diselesaikan buku “Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025”. Dari buku ini diharapkan pembaca semakin mengenal tentang subsektor kerajinan di Indonesia dan mengetahui langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengembangkannya.

Buku ini merupakan bentuk pertanggungjawaban Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atas tugas, fungsi, dan kewenangannya dalam membantu Presiden Republik Indonesia untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan. Diharapkan melalui kementerian ini dapat membantu pelaku kreatif kerajinan untuk berkembang, kesejahteraannya meningkatkan dan karyanya bermanfaat bagi masyarakat luas.

Dalam rangka pengembangan subsektor kerajinan, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membuat buku yang berisi rencana aksi jangka menengah untuk subsektor Kerajinan dari tahun 2015-2019. Buku in diharapkan mampu berikan gambaran lengkap tentang kerajinan di Indonesia dan juga arah mengenai perkembangan di lima tahun kedepan. Oleh karena itu, maka penulis memulai dengan memberikan pemahaman mengenai definisi dan sejarah kerajinan di Indonesia. Setelah itu dilanjutkan dengan pemaparan pelaku-pelaku dan proses pembuatan nilainya. Kemudian dijelaskan juga kondisi pasarnya serta kesempatan dan tantangan yang ada. Bagian terakhir yang berguna untuk para pengambil kebijakan, adalah visi, misi, dan tujuan dari susbsektor kerajinan di Indonesia.

Kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan buku ini, dimulai dari akademisi, pelaku kreatif kerajinan, komunitas, media, hingga perwakilan kementerian terkait lainnya yang aktif berkontribusi dalam penyelengaraan diskusi kelompok, pencarian data hingga penyajian penulisannya, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Jakarta, September 2014. Salam Kreatif,

Mari Elka PangestuMenteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Page 9: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

viii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Kata Pengantar...................................................................................................................vii

Daftar Isi.............................................................................................................................. viii

Daftar Gambar.....................................................................................................................xi

Daftar Tabel.........................................................................................................................xii

Ringkasan Eksekutif..........................................................................................................xiii

BAB 1 PERKEMBANGAN SUBSEKTOR KERAJINAN DI INDONESIA...........................3

1.1 Definisi Dan Ruang Lingkup Subsektor Kerajinan.........................................................4

1.1.1 Definisi Subsektor Kerajinan....................................................................................4

1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Subsektor Kerajinan................................................8

1.2 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan..............................................................10

1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan Dunia..........................................10

1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan Indonesia....................................16

BAB 2 EKOSISTEM DAN RUANG LINGKUP INDUSTRI SUBSEKTOR KERAJINAN INDONESIA.......................................................................................................................... 27

2.1 Ekosistem Subsektor Kerajinan..........................................................................................28

2.1.1 Definisi Ekosistem.....................................................................................................28

2.1.2 Peta Ekosistem Kerajinan..........................................................................................28

2.2 Peta dan Ruang lingkup Industri Kerajinan.......................................................................38

2.2.1 Peta Industri Kerajinan..............................................................................................38

2.2.2 Ruang Lingkup Industri Kerajinan............................................................................40

2.2.3 Model Bisnis di Industri Kerajinan............................................................................47

BAB 3 KONDISI UMUM SUBSEKTOR KERAJINAN DI INDONESIA...............................49

3.1 Kontribusi Ekonomi Subsektor..........................................................................................50

3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)................................................................. 52

3.1.2 Berbasis KetenagaKerjaan.........................................................................................53

3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan..................................................................................54

3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga..........................................................................55

3.2 Kebijakan Pengembangan Subsektor..................................................................................56

Daftar Isi

Page 10: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

ix

3.3 Struktur Pasar Subsektor....................................................................................................57

3.4 Daya Saing Subsektor........................................................................................................58

3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Subsektor.........................................................59

BAB 4 RENCANA PENGEMBANGAN SUBSEKTOR KERAJINAN DI INDONESIA.................65

4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015-2019...........................................66

4.2 Visi, Misi, Tujuan Pengembangan Kerajinan......................................................................67

4.2.1 Visi Pengembangan Kerajinan...................................................................................67

4.2.2 Misi Pengembangan Kerajinan................................................................................. 69

4.2.3 Tujuan Pengembangan Kerajinan............................................................................. 70

4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis pencapaian Pengembangan Kerajinan.................................71

4.4 Arah kebijakan Pengembangan Kerajinan..........................................................................744.4.1 Arah Kebijakan Penciptaan Pelaku Kreatif Subsektor Kerajinan yang Berdaya Saing

dan Mampu Mengangkat Potensi Kekayaan Lokal...................................................744.4.2 Arah Kebijakan Perlindungan, Pengembangan, Dan Pemanfaatan Sumber Daya

Alam Dan Budaya Bagi Kerajinan Secara Berkelanjutan...........................................744.4.3 Arah Kebijakan Penciptaan Industri Kerajinan Yang Berkembang Secara Optimal

dan Berkualitas........................................................................................................ 744.4.4 Arah Kebijakan Penciptaan Sumber Pembiayaan Bagi Proses Kreasi Kerajinan yang

Transparan, Mudah Diakses dan Bersaing................................................................ 744.4.5 Arah Kebijakan Penciptaan Industri Kerajinan yang Mampu Menjawab Kebutuhan

dari Pasar Domestik dan Internasional..................................................................... 744.4.6 Arah Kebijakan Penciptaan Infrastruktur dan Teknologi yang Mendukung Pelaku

Kerajinan Untuk Maju dan Berkembang..................................................................754.4.7 Arah Kebijakan Penciptaan Kelembagaan Yang Menghargai Proses Kreatif dari

Setiap Produk Kerajinan...........................................................................................75

4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Kerajinan........................................................ 754.5.1 Meningkatnya Kuantitas Dan Kualitas Pendidikan Yang Mendukung Penciptaan

Kerajinan................................................................................................................. 754.5.2 Meningkatnya Kuantitas Dan Kualitas Sumber Daya Manusia Pelaku Dan

Pendukung Kerajinan...............................................................................................754.5.3 Tersedianya Materi Bahan Mentah Dan Sumber Budaya Lokal Bagi Kerajinan,

Yang Terpercaya, Mudah Dan Cepat Di Akses ....................................................... 764.5.4 Meningkatnya Wirasusahawan Kreatif Kerajinan Yang Mampu Mengembangkan

Produk Sesuai Dengan Kondisi Lokal Dan Internasional........................................ 764.5.5 Meningkatnya Kualitas Dan Kuantitas Usaha-Usaha Kerajinan Di Berbagai

Daerah.....................................................................................................................76

4.5.6 Terciptanya Karya Kerajinan Yang Beragam Dan Berkualitas................................... 76

Page 11: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

x Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

4.5.7 Meningkatnya Ketersediaan Pembiayaan Bagi Proses Kreasi Kerajinan Yang Transparan, Mudah Diakses Dan Bersaing...............................................................77

4.5.8 Meningkatkan Akses Pasar Produk Kerajinan Di Pasar Domestik Dan Internasional............................................................................................................77

4.5.9 Meningkatnya Ketersediaan Jaringan Telematika, Logistik Yang Mendukung Pengembangan Kerajinan.........................................................................................77

4.5.10 Meningkatnya Penerapan Teknologi Produksi Yang Optimal Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Barang Kerajinan Yang Berkualitas Dan Beragam.......77

4.5.11 Meningkatnya Partisipasi Aktif Pemegang Kepentingan Dalam Pengembangan Kerajinan Yang Berkualitas Dan Berkelanjutan........................................................ 78

4.5.12 Meningkatkan Pemahaman Aspek-Aspek Hukum Terkait Ekonomi Kreatif Dan Hak Kekayaan Intelektual Serta Menjamin Perlindungan Hukum Bagi Pelaku Kreatif .....................................................................................................................78

4.5.13 Meningkatkan Iklim Usaha Yang Kondusif Bagi Pelaku Kreatif Sub Sektor Kerajinan................................................................................................................. 78

4.5.14 Meningkatnya Apresiasi Kepada Orang Pelaku Kerajinan Dan Karya Kreatif Mereka.....................................................................................................................78

BAB 5 PENUTUP................................................................................................................... 81

5.1 Kesimpulan.......................................................................................................................825.1 Saran.................................................................................................................................86

LAMPIRAN............................................................................................................................ 89

Page 12: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

xi

Gambar 1‑1 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Subsektor Kerajinan.......................9

Gambar 1‑2 Sejarah Perkembangan Kerajinan........................................................................25

Gambar 2‑1 Peta Ekosistem Subsektor Kerajinan....................................................................30

Gambar 2‑2 Proses Kreasi Subsektor Kerajinan.......................................................................31

Gambar 2‑3 Proses Produksi Kerajinan...................................................................................32

Gambar 2‑4 Proses Distribusi Kerajinan................................................................................ 33

Gambar 2‑5 Proses Promosi Kerajinan....................................................................................34

Gambar 2‑6 Lingkungan Pengembangan Kerajinan................................................................35

Gambar 2‑7 Kegiatan Apresiasi Sub Sektor Kerajinan............................................................ 35

Gambar 2‑8 Kegiatan Pendidikan Subsektor Kerajinan............................................................36Gambar 2‑9 Pasarnya Barang Kerajinan Di Indonesia............................................................ 37

Gambar 2‑10 Proses Pengarsipan Dokumentasi Kerajinan......................................................38

Gambar 2‑11 Peta Industri Kerajinan......................................................................................39

Gambar 3‑1 Kinerja Daya Saing Subsektor Kerajinan Saat Ini................................................58

Daftar Gambar

Page 13: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

xii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Tabel 2‑1 KBLI Subsektor Kerajinan dalam KBLI 2009......................................................... 40

Tabel 3‑1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan ...............................................................50Tabel 3‑2 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis PDB Tahun 2010-2013 ........... 53Tabel 3‑3 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis Ketenagakerjaan Tahun

2010-2013.............................................................................................................. 54Tabel 3‑4 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis Aktivitas Usaha Tahun

2010-2013 ..............................................................................................................55Tabel 3‑5 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis Konsumsi Rumah

Tangga Tahun 2010-2013 .......................................................................................56Tabel 3‑6 Potensi dan Permasalahan Penembangan Subsektor Kerajinan ................................ 59

Tabel 4‑1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan Kerajinan 2015 - 2019................... 68

Daftar Tabel

Page 14: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

xiii

Ringkasan Eksekutif

Dokumen rencana aksi jangka menengah kerajinan 2015-2019 disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran secara utuh mengenai kondisi subsektor kerajinan saat dokumen ini dibuat dan juga memberikan arahan perkembangannya dalam konteks ekonomi kreatif di Indonesia. Dokumen ini dibagi menjadi empat bagian besar. Pada bagian pertama, dimulai dengan pemaparan mengenai pemahaman mengenai Kerajinan di Indonesia. Disini dipaparkan pengertian kerajinan secara konseptual serta seberapa luas yang dimaksud dengan kerajinan yang akan dibahas dalam dokumen ini. Selanjutnya, dibagian pertama juga dijelaskan sejarah perkembangan kerajinan di dunia dan Indonesia, serta titik-titik penting dalam sejarah tersebut bagi dunia kerajinan.

Di bagian kedua, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai lingkungan ekosistem di subsektor kerajinan. Pada bagian ini, dijelaskan mengenai pihak-pihak yang dan, apa perannya dan juga apa yang dihasilkannya. Secara sederhana, interaksi berbagai pihak dalam subsektor kerajinan dapat dibagi menjadi empat lingkungan; yaitu lingkungan pembuatan nilai kreatif, pasar, arsip serta, dan lingkungan pengembangan. Setelah itu, pada bagian kedua ini juga dijelaskan pihak-pihak usaha lain yang terkait dalam hubungan perekonomian. Disini terlihat bahwa subsektor kerajinan bisa terpengaruh dan memberikan pengaruh kepada usaha lain.

Selajutnya di bagian ketiga, dipaparkan mengenai kondisi subsektor kerajinan jika dilihat dari indikator ekonomi serta kebijakan yang mempengaruhinya. Dimulai dengan faktanya bahwa struktur pasar untuk subsektor kerajinan merupakan berbentuk monopolistik. Lalu terlihat bahwa kerajinan merupakan penyumbang penerimaan domestik bruto ketiga terbesar setelah kuliner dan mode. Lalu kerajinan juga mampu memberikan penghidupan melalui penyerapan tenaga kerja yang besar juga. Dari sisi aktivitas perusahaan, kerajinan juga bisa menyediakan usaha-usaha di Indonesia, walaupun terlihat pertumbuhannya yang melambat. Dan terakhir terlihat bahwa konsumsi rumah tangga saat ini akan produk-produk kerajinan menjadi melambat. Pada bagian ini juga terlihat daya saing subsektor kerajinan di Indonesia yang masih berjuang menjawab tantangan serta meraih potensi di waktu yang bersamaan. Secara keseluruhan subsektor ini dirasakan belum optimal bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, khususnya di area kualitas produk dan sumberdaya orang kreatifnya.

Oleh karena itu, di bagian ke-empat dipaparkan visi, misi, tujuan serta sasaran yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019. Visi yang akan dituju oleh subsektor kerajinan yaitu agar mampu bersaing di tingkat internasional dengan tetap memberikan kontribusi bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini kemudian diterjemahkan kedalam tiga misi besar, tujuh tujuan, serta 14 sasaran strategis yang kemudian di jabarkan kedalam berbagai rencana aksi. Sehingga harapannya melalui dokumen ini dapat menghantarkan kemajuan kepada subsektor kerajinan secara khusus, dan secara umumnya mampu memberikan arahan yang jelas dalam mengembangkan kegiatan ekonomi kreatif di Indonesia.

Page 15: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

xiv Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

KEKUATAN BARU INDONESIA MENUJU 2025

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

AR

SIT

EK

TU

R 2

015-2

019

RENCANA AKSIJANGKA MENENGAH

ARSITEKTUR2015-2019

04 05

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

KE

RA

JIN

AN

2015

-2019

06

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

KU

LIN

ER

2015

-2019

14

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

SE

NI P

ER

TU

NJ

UK

AN

2015

-2019

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

SE

NI R

UP

A 2

015-2

019

15 16

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

TE

KN

OL

OG

I INF

OR

MA

SI 2

015-2

019

17

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

TV

& R

AD

IO 2

015-2

019

18

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

VID

EO

2015

-2019

12

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

PE

RIK

LA

NA

N 2

015-2

019

11

RENCANA AKSIJANGKA MENENGAH

PERFILMAN2015-2019

10

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

PE

NE

RB

ITAN

2015

-2019

09

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

PE

NE

LIT

IAN

& P

EN

GE

MB

AN

GA

N 2

015-2

019

08

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

MU

SIK

2015

-2019

C

M

Y

CM

MY

CY

CMY

K

COVER RPJP.pdf 1 9/12/14 1:56 PM

C

M

Y

CM

MY

CY

CMY

K

COVER RPJM.pdf 1 9/12/14 1:56 PM

““If you fail to plan, you are planning to fail.

Benjamin Franklin

Page 16: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

xv

Page 17: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

2 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Page 18: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

3BAB 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

BAB 1 Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

Page 19: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

4 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Subsektor KerajinanPemahaman kerajinan sebagai salah satu subsektor dalam ekonomi kreatif adalah penting, karena kerajinan berbasis kepada ide dari daya kreativitas seseorang akan pengetahuan, warisan budaya, dan juga teknologi yang diketahuinya. Untuk kerajinan sendiri, mayoritas kreativitasnya berbasis budaya. Ketika kerajinan bisa menghasilkan keluaran (output) dari pemanfaatan kreativitas, keahlian, dan bakat individu untuk menciptakan nilai tambah, lapangan kerja, dan juga kualitas hidup yang lebih baik, maka bisa dikatakan ia telah menjadi bagian dari industri kreatif. Dimana ia akan memiliki peran yang penting dalam ekonomi kreatif karena mampu menggerakan sektor-sektor lainnya yang berkaitan.

Untuk dapat mengembangkan kerajinan sebagai salah satu subsektor dalam ekonomi kreatif, maka pemahaman mengenai definisi dan ruang lingkup subsektor ini adalah mutlak. Berangkat dari pemahaman definisi serta ruang lingkup, maka proses selanjutnya untuk melakukan pemetaan dan perencanaan perkembangan subsektor ini pun akan menjadi lebih baik dan jelas arahnya.

Tetapi proses pemahaman ini mendapat tantangan tersendiri, yaitu pemahaman kerajinan yang kontekstual dengan ekonomi kreatif. Di satu sisi kerajinan dilihat sebagai sebuah kreativitas dengan basis seni dan budaya. Di sisi lain, ada sudut pandang tentang kerajinan dari sisi ekonomi dan industri kreatif. Hal ini bukan berarti pemahaman yang satu akan lebih baik dari yang lain.

Pemahaman kerajinan dari sisi seni dan budaya pun bisa berbeda-beda. Apa yang dipahami sebagai kerajinan pada satu masyarakat bisa berbeda dengan masyarakat lainnya. Selain itu, sejarah juga berperan dalam membentuk definisi sebuah kerajinan. Peristiwa-perisitiwa penting yang terjadi di suatu masyarakat akan membentuk proses kreatif yang berbeda jika kita tarik di skala negara-negara yang memiliki latar belakang budaya dan sejarah yang berbeda-beda.

Pada sisi ekonomi dan industri kreatif, pemahaman kerajinan lebih menekankan pada proses kreasi nilai. Nilai disini diartikan bahwa kerajinan itu dihasilkan dengan memiliki kegunaan/fungsi dalam kehidupan sehari-hari dan juga memberikan manfaat ekonomis bagi pembuat atau penciptanya. Lebih jauh lagi, seperti disebutkan di atas, nilai dari industri kerajinan akan terlihat dari penciptaan pekerjaan dan peningkatan taraf hidup individu-individu yang terkait.

Menyadari adanya dua sudut pandang akan kerajinan, dan melihat keperluan akan pentingnya pembuatan dokumen pengembangan dan rencana jangka menengah subsektor ini, maka kita perlu menentukan definisi dan ruang lingkupnya dengan menyesuaikan kepada budaya serta proses pembuatan nilai untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Diharapkan dengan pemahaman definisi dan ruang lingkup yang kontekstual ini, maka potensi dan pengembangan subsektor kerajinan dapat semakin jelas menjaga tradisi akan produk kerajinan yang berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia.

1.1.1 Definisi Subsektor KerajinanPemahaman definisi dalam buku ini akan dibagi menjadi dua pendekatan. Dimulai dari pemahaman definisi etimologis, yaitu dengan memahami arti sebuah kata berdasarkan asal katanya. Hal ini dilakukan dengan menelusuri perubahan bentuk dan makna kata seiring berjalannya waktu. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembahasan definisi secara konseptual. Di bagian ini kita akan melihat kerajinan sesuai dengan teori-teori yang berkaitan dengan kerajinan.Kemudian ditutup dengan kesimpulan definisi tentang subsektor kerajinan.

Page 20: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

5Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

Jika kita lihat padanan kata “kerajinan” dalam bahasa Inggris, maka akan kita temukan kata “craft”. Berasal dari kata cræft (bahasa Inggris kuno) yang merupakan serapan dari bahasa Jerman, kata ini memiliki arti “kekuasaan, kekuatan fisik, keahlian”. Hadir juga dalam bahasa Belanda, yaitu “kracht” dan juga bahasa Swedia “kraft” yang memilki arti “kekuatan”. Kata “craft” ini kemudian dalam bahasa Inggris berkembang dalam pemahamannya, yaitu dari “keahlian, seni, ilmu dan talenta”, hingga ke “perdagangan, kerajinan tangan, panggilan” dan “sesuatu yang dibuat atau dibangun”.1

Sekarang kita melihat asal kata kerajinan dalam bahasa Indonesia. Kata “kerajinan” berasal dari kata “rajin” yang berarti suka bekerja, getol, dan sungguh-sungguh bekerja. Ia mendapatkan awalan “ke” dan akhiran “an” yang kemudian menjadi kata benda yang berarti barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan seperti tikar, anyaman, gerabah, dan sebagainya. Selain itu, ada juga istilah yang sering dipakai untuk kata kerajinan, yaitu “kriya”. Kata ini memiliki arti pekerjaan (kerajinan) tangan.2

Dalam konteks asal kata di negara-negara Eropa dengan yang ada di Indonesia, bisa dikatakan bahwa kerajinan atau kriya memiliki pengertian yang mirip. Di Eropa, kerajinan dipahami sebagai sesuatu penguasaan keahlian dalam berkreasi. Sedangkan di Indonesia kerajinan dipahami bahwa sebagai suatu barang yang dihasilkan akibat proses pekerjaan yang terus menerus (menjadi semakin ahli dalam berkreasi). Dalam terjemahan kerajinan dan kriya masuk juga unsur kata ‘tangan’. Maksudnya ‘tangan’ di sini adalah sebagai simbol dari kerajinan manual. Lebih jauh lagi yaitu bahwa dalam perjalanan sejarah kreasi barang kerajinan, individu-individunya banyak yang mengerjakannya dengan menggunakan tenaga tangan. Tapi, seiring perkembangan zaman dan teknologi, tidak jarang individu tersebut juga menggunakan bantuan teknologi dan mesin dalam berkreasi barang kerajinan dan tidak melupakan koordinasi anggota tubuh yang lain (seperti mulut, kaki, dan lain-lain).

Walaupun bisa dikatakan mirip, tetapi terdapat perbedaan mengenai pemahaman istilah kata ‘kerajinan’ dan ‘kriya’. Seni kriya berasal dari kata Sanskerta yaitu “kr” yang berarti ‘mengerjakan’ dan dari akar kata tersebut berubah menjadi karya, kriya, dan kerja. Menurut Haryono (seperti dikutip oleh Parta, 2009), kata kriya ini memiliki arti khusus yaitu mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan benda atau obyek yang bernilai seni. Pemahaman ini senada dengan pendapat Gustami (1997) yang mengatakan bahwa seni kriya adalah karya seni yang unik, punya karakteristik di mana di dalamnya terkandung muatan-muatan nilai estetik, filosofis, dan sekaligus fungsional. Selanjutnya oleh Gustami dikatakan, bahwa dalam mewujudkan karya seni kriya ini didukung oleh craftmanship yang tinggi. Pemisahan kriya dengan kerajinan juga dapat dilihat dari sejarahnya, yaitu pada masa kerajaan. Kriya tumbuh dalam lingkungan istana, sedangkan kerajinan tumbuh pada lingkungan luar istana.3

Sebagai salah satu cabang seni rupa, seni kriya memiliki akar yang kuat, yaitu nilai tradisi yang bermutu tinggi. Hal ini dikarenakan pada zaman dahulu, para kriyawan dari keraton menghasilkan karya seni dengan ketekunan dan konsep filosofis tinggi. Sehingga memberikan legitimasi pada produk seni kriya zaman dahulu.4

(1) Online etimology dictionary, http://www.etymonline.com(2) Kamus Besar Bahasa Indonesia (online), http://kbbi.web.id/rajin ; http://kbbi.web.id/kriya(3) Pengertian Kriya, 2009, http://yogaparta.wordpress.com/2009/06/14/pengertian-seni-kriya/(4) Seni kriya dan seni kerajinan dalam industri kreatif, Dr. Timbul Raharjo, M.Hum. 2010, http://timbulkasonganblog.blogspot.com/2010/03/seni-kriya-dan-seni-kerajinan-dalam.html

Page 21: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

6 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Dengan beralihnya dari sistem kerajaan menjadi kenegaraan, maka perbedaan antara karya kriya dengan kerajinan menjadi semakin tidak berjarak. Hal ini terlihat dari segi kualitas, karya-karya kriya tradisi sudah banyak dibuat dan dipasarkan untuk memenuhi tuntutan pariwisata. Sedangkan kerajinan Indonesia banyak yang mendapatkan apresiasi baik di dalam negeri ataupun luar negeri dengan permintaan ekspornya. Dengan memiliki spesifikasi teknik, ide, dan pengerjaan yang tinggi, maka produk kerajinan di masyarakat sekarang lebih tepat dikatakan sebagai kriya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui organisasi untuk pendidikan, pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO), memiliki kerangka pemahaman sendiri tentang kerajinan. UNESCO memulai memahami kerajinan dari pengakuan arti pentingnya tentang “Intangible Cultural Heritage”. Organisasi ini mengakui bahwa istilah warisan kebudayaan tidak hanya terbatas pada obyek-obyek monumen dan koleksi barang, tetapi juga warisan dalam bentuk tradisi atau cara hidup (intangible/tidak berwujud) yang diwariskan oleh nenek moyang kita dan kemudian kita teruskan kepada generasi selanjutnya. Hal ini contohnya seperti: tradisi berkata-kata, seni pertunjukan, praktek sosial, ritual, acara-acara pesta, pengetahuan tentang alam semesta, dan pengetahuan dan keahlian untuk menghasilkan kerajinan tradisional.

Selanjutnya, UNESCO melihat kerajinan dari pemahaman mengenai “traditional craftmanship” atau keahlian tradisional. Masih sejalan dengan perlindungan warisan budaya yang tidak berwujud, UNESCO melihat bahwa keahlian dalam pembuatan kerajinan adalah lebih penting dibanding barang hasil kerajinannya. Mereka merasa bahwa perlu ada usaha-usaha dalam mendorong para perajin untuk bisa meneruskan keahlian dan pengetahuan kerajinannya kepada orang lain (khususnya kepada anggota komunitasnya). Organisasi ini kemudian menjelaskan cara perajin mengekspresikan keahliannya, pengunaan barang-barang hasil kerajinan dan juga keahlian apa saja yang dibutuhkan. Seperti dikutip pada bagian berikut ini:

“There are numerous expressions of traditional craftsmanship: tools; clothing and jewellery; costumes and props for festivals and performing arts; storage containers, objects used for storage, transport and shelter; decorative art and ritual objects; musical instruments and household utensils, and toys, both for amusement and education. Many of these objects are only intended to be used for a short time, such as those created for festival rites, while others may become heirloom that are passed from generation to generation. The skills involved in creating craft objects are as varied as the items themselves and range from delicate, detailed work such as producing paper votives to robust, rugged tasks like creating a sturdy basket or thick blanket.”5

Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa kreasi barang kerajinan memerlukan keahlian yang kompleks. Mereka (perajin) harus memahami bahan/media berkreasi, kegunaannya, jangka waktu penggunaan, serta tingkat kerumitan yang dituntut dalam berkreasi.

Dan terakhir, UNESCO memandang kerajinan dari sudut pandang pembuatnya. Berdasarkan Simposium UNESCO/ITC di Manila, October 1997, organisasi ini mendefinisikan produk kerajinan, sebagai berikut:

“Artisanal products are those produced by artisans, either completely by hand, or with the help of hand tools or even mechanical means, as long as the direct manual contribution of the artisan remains the most substantial component of the finished product. These are produced without restriction in terms of

(5) Traditional Craftmanship, UNESCO, http://www.unesco.org/culture/ich/?pg=00057

Page 22: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

7Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

quantity and using raw materials from sustainable resources. The special nature of artisanal products derives from their distinctive features, which can be utilitarian, aesthetic, artistic, creative, culturally attached, decorative, functional, traditional, religiously and socially symbolic and significant.”6

Dalam kutipan diatas, UNESCO menyebut individu yang menghasilkan barang kerajinan sebagai artisan. UNESCO tidak secara langsung mendefinisikan apa itu kerajinan, melainkan memberikan pengertian mengenai apa itu produk kerajinan. UNESCO menyatakan bahwa sebuah produk akan dianggap sebagai produk kerajinan jika kontribusi manual dari sang perajin masih merupakan komponen terbesar dalam produk akhirnya. Dikatakan juga bahwa hasil kerajinan tidak dibatasi secara jumlah dan bahan-bahan. Dengan tidak melupakan fitur unik dari produk kerajinan yaitu mulai dari berguna, indah, artistik, kreatif, berdasarkan budaya, dekoratif, fungsional, tradisional, hingga bersifat keagamaan dan bersifat sosial secara signifikan.

Logo UNESCO

Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (bahasa Inggris: United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, disingkat UNESCO) merupakan badan khusus PBB yang didirikan pada tahun 1945. Tujuan organisasi ini adalah mendukung per-damaian dan keamanan dengan mempromosikan kerja sama antarnegara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan kepada keadilan, peraturan hukum, hak asasi manusia, dan kebebasan hakiki.

UNESCO memiliki anggota 191 negara. Organisasi ini bermarkas di Paris, Perancis, dengan 50 kantor wilayah serta beberapa institut dan pusat di seluruh dunia. UNESCO memiliki lima program utama yang disebarluaskan melalui: pendidikan, ilmu alam, ilmu sosial & manusia, budaya, serta komunikasi & informasi. Proyek yang disponsori oleh UNESCO termasuk program baca-tulis, teknis, dan pelatihan guru; program ilmu internasional; proyek sejarah regional dan budaya, promosi keragaman budaya; kerja sama persetujuan internasional untuk mengamankan warisan budaya dan alam serta memelihara HAM; dan mencoba untuk memperbaiki perbedaan digital dunia.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Pendidikan,_Keilmuan,_dan_Kebudayaan_PBB

Selain itu, Risatti (2007), dalam bukunya “A Theory of Craft” mendeskripsikan bahwa kerajinan memiliki fungsi pencampur nilai-nilai manusia dan cara berekspresi dengan melewati batas budaya, ruang, dan waktu. Risatti juga menambahkan bahwa kerajinan harus bisa mewakili perannya di masyarakat modern atau dia akan kalah dibandingkan seni dan desain, serta satu-satunya pendekatan untuk memahami dunia akan hilang.

(6) UNESCO, http://portal.unesco.org/culture/en/ev.php-URL_ID=35418&URL_DO=DO_TOPIC&URL_SECTION=201.html

Page 23: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

8 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

“Craft as uniquely blending function with a deeper expression of human values that transcend culture, time, and space. Craft must articulate a role for itself in contemporary society, says Risatti; otherwise it will be absorbed by fine art or design, and its singular approach to understanding the world will be lost.”7

Dengan mengacu pada pemahaman akar kata dan juga konseptual di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan sebagai kerajinan (kriya) adalah

““Kerajinan (Kriya) merupakan bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga dari tematik produknya.

Sumber: Focus Group Discussion subsektor kerajinan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Mei—Juni

2014).

Kata kunci dari definisi tersebut adalah:1. Seni rupa terapan adalah berupa bentuk gabungan dari berbagai aspek yang melingkupi

seni, desain, dan kerajinan (kriya).2. Warisan tradisi adalah sesuatu yang yang diteruskan dari generasi ke generasi baik

tertulis maupun (sering kali) lisan.3. Kontemporer adalah memiliki nilai kekinian dan adanya pengaruh modernisasi.4. Fungsional adalah memiliki fungsi khusus dan memberikan solusi atas kebutuhan atau

permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.5. Dekoratif adalah memiliki efek dekorasi.6. Material dan eksplorasi alat teknik adalah bahan baku yang digunakan serta teknik

produksi dari bahan baku yang digunakan tersebut, misalnya: ukiran kayu; pahat logam; anyaman bambu, eceng gondok, atau tenun.

7. Tematik produk adalah jenis produk yang dihasilkan, misalnya: perhiasan, furniture, tekstil, produk dekorasi interior, table ware, dan sebagainya.

1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Subsektor KerajinanSelanjutnya, dasar yang kuat atas pembahasan juga dimulai dengan pemahaman akan konteks atau ruang lingkup. Harapannya dengan pemahaman akan ruang lingkup maka akan memberikan batasan-batasan yang jelas akan fokus pengembangan kerajinan dalam konteks pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Subsektor kerajinan bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, bisa

(7) Risatti, H., 2007., A Theory of Craft: Function and Aesthetic Expression,University of North Carolina Press.

Page 24: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

9Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

dari materi yang digunakan, tematik produk, skala produksi dan pelaku kerajinan, hingga tujuan penciptaan kerajinan itu sendiri. Dalam perjalanan perkembangan kerajinan di Indonesia, subsektor ini bisa dipahami melalui beberapa sudut pandang, yaitu berdasarkan: jenis produk kerajinan, bentuk, pelaku, dan skala produksinya, dan bahan dan teknik pengerjaan dari produk kerajinan tersebut. Jika ditelaah lebih jauh maka pengelompokkan kerajinan dapat dijabarkan dibawah ini.

Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Subsektor Kerajinan

BERDASARKANJENIS BAHAN

BERDASARKANTEKNIK

2 Dimensi

3 Dimensi

Furniture/Interior Product

Keris

Lukisan Ukiran

Relief

Ukir

Perhiasaan

Toys

Busana Adat

Kitchenware

Tableware

Glassware

BERDASARKANJENIS PRODUK

BERDASARKANPELAKU DAN SKALA

BERDASARKANBENTUK PRODUK

Batu

Kayu, Rotan

Keramik

Plastik

Logam

Serat

Kertas

Lainnya Lainnya

Pahat

Rakit

Cetak

Pilin

Slabbing

Tenun

Batik

LimitedEdition Craft

IndividualCraft

KERAJINAN

KerajinanDesain

LimitedEdition Craft

IndividualCraft

KerajinanSeni

Mass Craft

Fokus Pengembangan Kerajinan

1. Berdasarkan jenis produknya, maka kerajinan (kriya) dapat dibedakan menjadi art-craft dan craft-design.a. Art-craft (kerajinan (kriya)-seni), merupakan bentuk kerajinan yang banyak

dipengaruhi oleh prinsip-prinsip seni. Tujuan penciptaannya salah satunya adalah sebagai wujud ekspresi pribadi.

Page 25: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

10 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

b. Craft-design (kerajinan (kriya)-desain), merupakan bentuk kerajinan (kriya) yang mengaplikasikan prinsip-prinsip desain dan fungsi dalam proses perancangan dan produksinya, dengan tujuan utamanya adalah pencapaian nilai komersial atau nilai ekonominya.

2. Berdasarkan bentuknya, dapat dibedakan menjadi bentuk dua dan tiga dimensi. Bentuk dua (2) dimensi, misalnya: karya ukir, relief, lukisan; sedangkan bentuk tiga (3) dimensi, misalnya: karya patung dan benda-benda fungsional (seperti keris, mebel, busana adat, perhiasan, mainan, kitchenware, glassware, tableware);

3. Berdasarkan pelaku dan skala produksinya, dapat dibedakan menjadi mass craft, limited edition craft dan individual craft.a. Handycraft/mass craft adalah kerajinan (kriya) yang diproduksi secara massal. Pelaku

dalam kategori ini misalnya perajin (kriyawan) di industri kecil dan menengah (IKM) atau sentra kerajinan;

b. Limited Edition Craft adalah kerajinan (kriya) yang diproduksi secara terbatas. Pelaku dalam kategori ini misalnya perajin (kriyawan) yang bekerja di studio/bengkel kerajinan (kriya). Dan yang terakhir;

c. Individual Craft adalah kerajinan (kriya) yang diproduksi secara satuan (one of a kind). Pelaku dalam kategori ini misalnya: seniman perajin (artist craftman) di studio.

4. Berdasarkan bahan yang digunakan, meliputi: keramik, kertas, gelas, logam, serat, tekstil kayu dan sebagainya; dan

5. Berdasarkan teknik yang digunakan meliputi: teknik pahat (ukir), rakit, cetak, pilin, slabing (keramik), tenun, batik (tekstil);

Berdasarkan penjelasan di atas dan dari hasil wawancara dengan beberapa pelaku usaha kerajinan, maka dapat disimpulkan bahwa fokus pengembangan kerajinan dalam konteks industri kreatif, meliputi: kerajinan seni (art-craft) dan juga kerajinan desain (craft-design).

1.2 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan

1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan DuniaBerbagai bukti menunjukkan bahwa industri kerajinan tangan memiliki sejarah yang panjang. Kerajinan muncul pertama kali di zaman batu. Pada zaman tersebut, berbagai peralatan hidup manusia mulai dari tombak untuk berburu binatang dan alat-alat masak seperti piring terbuat dari batu. Secara perlahan dan seiring kemajuan yang diperoleh manusia, maka mereka mulai memanfaatkan bahan-bahan alam seperti tanah liat, kayu, biji besi, tembaga, sutra, dan bulu-bulu binatang, serta serat tanaman. Oleh karena itu, industri kerajinan memiliki sejarah yang panjang dan berumur lebih dari 4000 tahun.

Menurut para ahli, era Renaissance atau pembaharuan sangat berpengaruh bagi kesempurnaan seni kerajinan tangan. Di dunia Barat, sejarah mencatat bahwa perajin ini cenderung tinggal di daerah perkotaan dan membentuk asosiasi/perkumpulan. Mereka biasanya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan kelas sosial yang baik. Pendidikan tinggi tersebut dimiliki karena tuntutan profesi dan juga secara tetap melakukan kegiatan pertukaran barang. Berbeda dengan petani yang bisa memenuhi kebutuhan pokoknya secara sendiri, perajin harus bergantung pada pertukaran barang untuk kelangsungan hidupnya.

Page 26: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

11Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

Pada akhir abad ke-19, terjadi reformasi desain dan pergerakan sosial di Eropa, Amerika Utara dan juga Australia. Pergerakan ini juga mengakibatkan pergerakan di area seni dan kerajinan. Salah satu tokoh yang mendukung pergerakan ini yaitu William Morris dan John Ruskin yang berpendapat bahwa masyarakat Eropa di saat sebelum masa industri, telah mencapai taraf hidup yang memuaskan melalui proses kreatif dari produk kerajinan. Hal ini mereka bandingkan dengan pengaruh masa industri yang memberikan pengaruh kurang baik kepada hidup mereka.

Bermula di tahun 1850-an, ketika sekelompok individu dari Universitas Oxford yaitu William Morris, Edward Burne-Jones, dan beberapa temannya dari Pembroke College (nantinya mereka dikenal sebagai Kelompok Birmingham) berkumpul dan membentuk visi mengenai keindahan dan sosial dari pergerakan seni dan kerajinan. Walaupun pada masa ini Morris bisa dikatakan tidak tertarik pada politik, tetapi ia dan kelompok Birmingham merasakan langsung masyarakat industri dan menggabungkan rasa cintanya terhadap karya literatur roman dari Tennyson, Keats dan Shelly dengan komitmen yang kuat akan reformasi sosial yang mendasar serta besar. Pada tahun 1855, kelompok ini menemukan sebuah artikel tulisan John Ruskin yang mengulas tentang seni dari Pre-Raphaelites (yaitu membedakan antara masa sebelum zaman industri yang memukau dengan masa budaya kontemporer yang kasar). Tanpa disadari, kelompok ini sudah membentuk persaudaraan yang memperjuangkan aktivitas-aktivitas literatur dan seni. Bahkan mereka memiliki istilah tersendiri atas aktivitasnya, yaitu ‘perang suci’ terhadap zaman (yang merusak seni) itu.

John Ruskin William Morris

John Ruskin (8 February 1819–20 January 1900) adalah kritikus utama seni dari era victoria, ia juga dikenal sebagai penyokong seni, ahli menggambar, pelukis cat air, seorang pemikir sosial, dan dermawan. Ruskin menghasilkan berbagai macam karya tulis, mulai dari geologi, arsitektur, mitos, pendidikan, hingga ekonomi politik. Gaya penulisannya juga bervariasi, dari puisi, materi kuliah, pedoman perjalanan bahkan dongeng. Dalam semua karya-karya tulisnya, beliau menekankan pada hubungan antara alam, seni dan masyarakat. Dia juga membuat sektsa yang cukup rinci mengenai tanaman, burung-burung, pemandangan, struktur arsitek, dan juga barang hiasan.

William Morris (24 March 1834–3 October 1896) adalah seorang perancang tekstil, penyair, penulis novel, penerjemah, dan juga aktivis yang mendukung paham sosialis. Sebagai kontributor utama dalam kebangkitan produksi seni tekstil tradisional dan metode produksi di Inggris, beliau tercatat dalam sejarah sebagai bagian dari pergerakan seni dan kerajinan. Memiliki latar belakang pendidikan tinggi sebagai arsitek, selanjutnya dia mendirikan perusahaan di bidang dekor interior dengan rekan-rekannya. Selain itu ia sukses dalam merancang karpet, wallpaper, mebel dan kaca patri untuk jendela-jendela.

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/John_Ruskin ; http://en.wikipedia.org/wiki/William_Morris

Page 27: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

12 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Awalnya Morris & Burne-Jones akan bergabung kepada persaudaraan tersebut, tetapi mereka memilih berkarir dahulu, yaitu Morris sebagai arsitek dan Burne-Jones sebagai pelukis. Pada awal tahun 1856, Morris bergabung ke arsitek Gothic revival di G.E.Street, dan bertemu pada teman arsiteknya, Phillip Webb. Dari sinilah, mereka mulai mencoba-coba mengukir batu, kayu dan bordir, kerajinan dengan logam, dan konsep-konsep pencahayaan. Sedangkan Burne-Jones menjadi muridnya pelukis masa pre-Raphaelite, Gabriel Rossetti. Morris dan Burne-Jones kemudian di tahun 1856 pindah ke Bloomsbury. Disinilah kelompok Birmingham menulis artikel tentang politik di ranah seni untuk The Oxford and Cambridge Magazine, plus disini juga Morris memulai mendesain mebel dan interior. Prinsip radikal dari Morris saat itu adalah dirinya berperan serta dalam proses desain dan juga pembuatan dari seluruh produk mebel dan interiornya. Pendapat senada juga di luncurkan oleh Ruskin. Ia merasa bahwa pemisahan kegiatan intelektual desain dari kegiatan kreasi yang dilakukan secara manual/fisik adalah merusak tataran sosial dan keindahan. Oleh karena itu, Morris menyatakan bahwa dia perlu menguasai teknik dan material produksi baru kemudian melanjutkan ke pekerjaan di bengkelnya. Morris berpendapat bahwa tanpa martabat, maka pekerjaan kreatif yang dilakukan akan terputus dari kehidupan itu sendiri.

Ide Morris ini terus menyebar pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Hasilnya, banyak asosiasi dan juga komunitas yang terbentuk dengan dasar pemikirian Morris. Di Inggris sendiri, antara tahun 1895-1905, telah berdiri organisasi seni dan kerajinan sebanyak 130 buah. Selain itu, di tahun 1885 Birmingham School of Art menjadi sekolah terkemuka untuk seni dan kerajinan. Dalam dunia pendidikan, bisa dikatakan bahwa ide-ide dari Morris telah diadopsi dan masuk ke dalam filosofi pendidikan di akhir tahun 1880-an.

Pergerakan seni dan kerajinan ini pun menyebar ke Irlandia dan Skotlandia. Salah satu perajin yang terkenal dengan kerajinan kacanya adalah Harry Clarke dan Evie Hone. Kerajinan Kaca tersebut bisa dilihat dalam ornamen pada desain arstitek kapel Honan, di University College Cork. Motif yang mirip pun banyak terlihat pada karya kerajinan perak, permadani, ilustrasi di buku, dan juga mebel ukiran. Di Skotlandia, pergerakan ini juga terlihat pada hasil kerajinan kaca di tahun 1850-an dengan tokohnya James Ballantine. Karyanya menempati salah satu jendela di gereja Dunfermline Abbey dan juga di Katedral St.Giles di Edinburgh.

Di Amerika Serikat, pergerakan seni dan kerajinan ini terasa pertama kali di Chicago pada tahun 1897. Para pekerja seni di Amerika Serikat sendiri berusaha untuk menyesuaikan pemahaman gaya seni dan kerajinan tersebut untuk negaranya. Ide-ide mengenai hal tersebut disebarkan melalui jurnal, koran, dan kuliah-kuliah umum ke masyarakat. Tindak lanjut konkrit dari penyebaran ide tersebut adalah sebuah pameran. Pameran The 1st American Arts & Crafts Exhibition berlangsung di Boston pada April 1897. Suksesnya pameran ini kemudian membuahkan satu asosiasi The Society of Arts and Crafts (SAC). Para pendirinya mengklaim bahwa mereka memiliki kepedulian di luar penjualan semata, dan menekankan kepada pengembangan perajin agar bisa menghasilkan kualitas desain dan karya.

Pergerakan seni dan kerajinan ini juga menyebar ke negara-negara lain. Seperti di Belgia pada tahun 1890 terinspirasi gerakan di Inggris, maka kemudian beberapa seniman dan arsitek membentuk kelompok La Libre Esthetique. Lalu di Jerman, juga terbentuk asosiasi serupa pada tahun 1898. Di Austria, Finlandia, Hungaria, dan Islandia terlihat juga karya-karya yang terinspirasi pergerakan ini. Sampai di Jepang, di tahun 1920, Yanagi Soetsu juga menunjukkan minatnya pada ide-ide yang dicetuskan Morris dan Ruskin.

Page 28: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

13Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

Dari perjalanan di atas, bisa dilihat bahwa pada akhir abad ke-19 tersebut, di dunia Barat ada dua pendekatan kepada kerajinan. Pertama, yang dicetuskan oleh Ruskin & Morris, yaitu kerajinan tidak membutuhkan mesin dan penggunaannya hanya akan membuat penurunan kualitas hidup perajin dan masyarakat. Dan yang kedua, yang mengatakan bahwa mesin dapat memperbaiki kualitas karya dan perajinnya. Pada akhirnya, bahkan Morris bersikap rasional dan mengatakan bahwa selama mesin-mesin tersebut bisa meningkatkan kualitas karya dan kualitas hidup pembuatnya, maka ia bisa menerima. Hal ini bisa dipahami, karena ditakutkan dengan hadirnya mesin manufaktur pada area seni dan kerajinan, bisa mengurangi craftsmanship/keahlian dari sang pembuat.

Sejak revolusi industri, (1750-1850) kerajinan pun telah melewati perubahan struktural yang besar. Akibat adanya industri besar yang memiliki jumlah produksi massal, maka dengan sendirinya ada perajin yang membatasi pemasarannya pada segmen pasar yang tidak terlayani oleh industri besar. Segmen ini adalah kelompok konsumen yang tidak menginginkan barang produksi massal. Dampak lainnya adalah perajin sekarang juga memanfaatkan beberapa materi bahan produknya dari komponen atau material setengah jadi. Hal ini dilakukan untuk memenuhi perkembangan keinginan dari konsumennya.

Istilah ‘kerajinan tangan’ pada masa itu dipahami memiliki dua arti. Pertama, sebagai sebuah produk dari usaha seorang seniman yang memerlukan pengetahuan khusus, mungkin pengetahuan teknikal dalam pengerjaannya atau peralatan khusus dalam memproduksinya, lalu mempekerjakan pekerja manual, dapat diakses oleh masyarakat umum, dan dibuat dari material yang diluar tradisi seperti keramik, kaca, kain, logam, dan kayu. Kedua, benda kerajinan tangan bisa dipahami menjadi barang seni. Hal ini khususnya ketika barang tersebut berada di museum atau dipajang di dalam rumah konsumennya.

Perajin kaca hias di Perancis

Sumber: © Alexis Lecomte, Ministère de la Culture - France, http://www.unesco.org/culture/ich/?pg=00057

Page 29: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

14 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Di Amerika Serikat (AS) industri ini mulai berkembang pesat pada tahun 1940-an. Walaupun faktanya masyarakat Amerika Serikat telah membuat dan menjual produk kerajinan tangan sejak lama, tetapi meningkatnya industri kerajinan tangan yang dikenal sekarang dimulai sejak berkembangnya industri pemasok barang-barang kerajinan di tahun 1940-an. Industri ini bermula di wilayah Barat AS yang kemudian dalam 10 tahun setelahnya mulai menyebar secara luas ke wilayah lain. Penyebaran ini juga disebabkan meningkatnya penjualan buku-buku teknis yang membahas mengenai cara pembuatan kerajinan tangan.

Pada tahun 1960-an majalah yang menyasar perajin dan pelaku hobi, pertama kali diterbitkan. Selain itu, terbit juga majalah yang membahas tentang teknik kerajinan dan jenis-jenis seni baru, serta muncul buku tentang pola dan materi pasokan untuk kerajinan. Pada waktu yang sama, perhatian media menyoroti industri ini ketika penerbit dan produsen barang kerajinan dan hobi mulai marak melakukan pameran atas barang-barang kerajinannya.

Perhatian secara nasional mulai tertarik kepada pameran dan ribuan perajin ketika proyek tentang cara membuat kerajinan muncul di acara televisi. Untuk membantu usaha para perajin maka dibentuklah asosiasi dan organisasi untuk kerajinan dan seni. Pada pertengahan tahun 1970-an, sebuah hasil survei nasional menunjukkan hasil bahwa 2 dari 3 orang Amerika Serikat telah berpartisipasi di bidang kerajinan dan seni, dan diperkirakan masih banyak lagi orang yang akan ikut membuat kerajinan. Di masa itu juga disaksikan banyak dibukanya toko-toko pasokan bahan-bahan kerajinan, penerbit yang menerbitkan buku-buku tentang kerajinan serta suksesnya majalah-majalah yang ditujukan bagi konsumen barang kerajinan.

Awal 1980-an menjadi saksi bagaimana menjamurnya acara televisi mengenai kerajinan dan suksesnya penjualan boneka Cabbage Patch®. Kedua hal tersebut menambah perhatian kepada industri kerajinan. Alhasil, semakin banyak pameran seni dan kerajinan digelar. Selain itu, toko-toko yang menjual produk kerajinan juga banyak bermunculan, bahkan tidak jarang ada yang berumur pendek dan tutup. Saat inilah dirasakan bahwa perajin dan pemilik toko kerajinan membutuhkan pengetahuan akan pengelolaan sebuah bisnis agar sukses dan berkelanjutan. Di tahun 1979 terbitlah sebuah buku karangan Brabec, Creative Cash yang merupakan salah satu buku yang membahas topik mengenai cara menjual barang seni dan kerajinan. Buku ini dirasakan penting untuk para individu yang ingin mencapai sukses sebagai wiraswasta di bidang kerajinan.

Variasi boneka Cabbage Patch

Page 30: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

15Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

Cabbage Patch Kids adalah produk boneka yang diciptakan oleh mahasiswa seni Xavier Roberts di tahun 1978. Aslinya boneka ini bernama “ little people”. Boneka ini awalnya dibuat dari kain dan dijual pada pameran kerajinan lokal, yang selanjutnya dijual di Babyland General Hospital in Cleveland, Georgia. Boneka ini sempat menjadi mainan paling populer di tahun 1980 dan menjadi boneka dengan sejarah franchise paling lama di America.

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Cabbage_Patch_Kids )

Hal yang menarik terjadi di tahun 1980-an, yaitu terjadinya pembeliaan komputer oleh konsumen rumah tangga. Mereka tidak membeli komputer untuk permainan, tetapi untuk menjalankan bisnisnya dari rumah. Hal ini menarik karena para seniman dan perajin sudah memulai model pekerjaan ini lebih dahulu 1 dekade. Sebab dari itu semua perubahan massal ini adalah teknologi komputer, sehingga muncul revolusi work-at-home di tahun 1990-an. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa bisnis seni dan kerajinan lah yang pertama mengaplikasikannya.

UNESCO, sebuah organisasi internasional yang memiliki visi global akan peran sosial-budaya dan ekonomi dari kerajinan di masyarakat, telah berusaha untuk membuat kegiatan yang seimbang, jelas dan fokus kepada subsektor kerajinan ini. Dukungan dari organisasi dunia UNESCO kepada dunia kerajinan banyak diwujudkan melalui berbagai penghargaan, seperti UNESCO Craft Prize yang di anugerahkan dari tahun 1990-2005.

Selain itu, juga sejak 2001 dengan pengenalan penghargaan UNESCO Award of Excellence for Handicraft. Dengan tidak melupakan kegiatan komersialisasi dari produk kerajinan di pasar internasional. Dalam hal ini, berbagai aktivitas pendukung pengembangan kerajinan dilakukan seperti pelatihan dan pameran kerajinan internasional (di luar negara asal perajin) baik di markas UNESCO atau di pameran internasional lainnya. Maksud dari kegiatan-kegiatan UNESCO dalam mengundang berbagai pihak yang memiliki kepentingan kepada kerajinan adalah untuk memastikan bahwa subsektor kerajinan layak untuk mendapatkan prioritas dalam rencana pembangunan nasional.

Tahun 2000 hingga 2008 industri kerajinan di Amerika Serikat terus menunjukan perkembangan. Hal ini ditambah dengan adanya internet yang mempermudah perajin individual dalam mencari pembeli di internet yang menginginkan karya seni dan produk kerajinannya. Dari sisi pemasok barang kerajinan juga semakin dimudahkan dengan banyaknya permintaan dari para perajin yang mencari material bahan untuk karyanya.

Tetapi tahun 2009 hal itu berubah. Kedua belah pihak, konsumen ataupun pemasok terpukul oleh adanya peraturan dari Consumer Product Safety Commission. Komisi ini mengeluarkan peraturan mengenai kewajiban uji kandungan timbal pada produk-produk mainan, boneka, produk garmen, dan barang-barang untuk anak kecil. Ketika peraturan ini berlaku, akibatnya adalah ribuan individual produsen produk-produk tersebut bangkrut. Hal ini karena mereka belum sanggup melewati uji kandungan timbal yang mahal sebelum menjual produknya. Selain perajin individual, peraturan ini pun memengaruhi ritel modern Amazon.com yang kemudian melarang penjualan ribuan produk di website-nya. Salah satu kabar baiknya, yaitu mainan anak-anak merupakan salah satu segmen saja dalam industri kerajinan di Amerika Serikat. Walaupun mereka masih dibayangi oleh pemulihan dari keadaan ekonomi yang sulit akibat krisis, tetapi para perajin masih optimis bisa bangkit seperti mereka telah bangkit dari krisis-krisis yang lalu.

Page 31: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

16 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan IndonesiaSejarah kerajinan di Indonesia bisa ditelusuri dari masa prasejarah, masa pengaruh Hindu-Budha hingga ke masa pengaruh Islam. Titik awalnya kerajinan di Indonesia berkembang pada zaman Neolithikum. Di zaman ini, manusia sudah mulai menetap dan tidak lagi mengutamakan berburu dan berpindah tempat. Ketika mereka menetap, maka mereka mulai membuat kerajinan tangan. Kerajinan tangan yang mereka kembangkan adalah peralatan seperti pakaian, tembikar, dan anyaman. Pada masa prasejarah akhir, kriya yang berkembang seperi contoh candrasa (kapak), bejana, dan perhiasan. Di masa ini mereka terlihat berkembang dengan mulai munculnya motif tertentu di peralatan tersebut. Plus, sudah dikenalnya kerajinan dengan bahan perunggu. Baik candrasa dan bejana ditemukan bahwa dilengkapi dengan motif-motif hiasan yang nampaknya selain mereka berfungsi pada kehidupan sehari, tapi juga mungkin sebagai simbol kebesaran sang pemilik atau digunakan juga di ritual tertentu. Di masa prasejarah akhir ini terlihat bahwa keterampilan merek dalam pengecoran perunggu sudah mahir. Ditambah dengan seniman yang memulai menghias peralatan tersebut dengan hati-hati (tidak asal-asalan menghias). Pada masa pengaruh Hindu-Buddha, yang berkembang adalah kriya wayang kulit. Wayang ini berkembang pembuatan tokohnya hingga datangan pengaruh Islam ke Indonesia. Setelah Majapahit runtuh, perkembangan kriya banyak terlihat bergeser ke Bali. Buktinya dari karya patung, pahatan, dan lukisan (di materi daun lontar, kain, hingga permukaan langit-langit). Perkembangan seni ukiran dipengaruhi oleh agama dan kepercayaan bahwa seni berperan penting alam menjaga keseimbangan dan keselarasan kehidupan. Akibatnya, arca-arca peninggalan masa ini masih terlihat indah dan menarik minat banyak orang dari dalam/luar negeri.

Dengan mulai menetap, manusia mulai membuat perkakas untuk kegiatan sehari-hari

Sumber: http://yogadesign.wordpress.com

Page 32: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

17Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan IndonesiaSejarah kerajinan di Indonesia bisa ditelusuri dari masa prasejarah, masa pengaruh Hindu-Budha hingga ke masa pengaruh Islam. Titik awalnya kerajinan di Indonesia berkembang pada zaman Neolithikum. Di zaman ini, manusia sudah mulai menetap dan tidak lagi mengutamakan berburu dan berpindah tempat. Ketika mereka menetap, maka mereka mulai membuat kerajinan tangan. Kerajinan tangan yang mereka kembangkan adalah peralatan seperti pakaian, tembikar, dan anyaman. Pada masa prasejarah akhir, kriya yang berkembang seperi contoh candrasa (kapak), bejana, dan perhiasan. Di masa ini mereka terlihat berkembang dengan mulai munculnya motif tertentu di peralatan tersebut. Plus, sudah dikenalnya kerajinan dengan bahan perunggu. Baik candrasa dan bejana ditemukan bahwa dilengkapi dengan motif-motif hiasan yang nampaknya selain mereka berfungsi pada kehidupan sehari, tapi juga mungkin sebagai simbol kebesaran sang pemilik atau digunakan juga di ritual tertentu. Di masa prasejarah akhir ini terlihat bahwa keterampilan merek dalam pengecoran perunggu sudah mahir. Ditambah dengan seniman yang memulai menghias peralatan tersebut dengan hati-hati (tidak asal-asalan menghias). Pada masa pengaruh Hindu-Buddha, yang berkembang adalah kriya wayang kulit. Wayang ini berkembang pembuatan tokohnya hingga datangan pengaruh Islam ke Indonesia. Setelah Majapahit runtuh, perkembangan kriya banyak terlihat bergeser ke Bali. Buktinya dari karya patung, pahatan, dan lukisan (di materi daun lontar, kain, hingga permukaan langit-langit). Perkembangan seni ukiran dipengaruhi oleh agama dan kepercayaan bahwa seni berperan penting alam menjaga keseimbangan dan keselarasan kehidupan. Akibatnya, arca-arca peninggalan masa ini masih terlihat indah dan menarik minat banyak orang dari dalam/luar negeri.

Dengan mulai menetap, manusia mulai membuat perkakas untuk kegiatan sehari-hari

Sumber: http://yogadesign.wordpress.com

Produk-produk kriya ditujukan pada awalnya untuk bisa diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Sehingga produk kriya bersifat fungsional seperti untuk kepentingan keagamaan dan kebutuhan manusia sehari-hari (perkakas rumah tangga). Sebagai contoh di zaman logam produk kriya seperti perhiasan (gelang, kalung, dan cincin) yang dipakai sebagai penghormatan terhadap arwah nenek moyang. Selain itu produk yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari contohnya: nekara, moko, candrasa, kapak dan bejana.

Pada dasarnya, keindahan yang unggul dari kerajinan Indonesia ini, datang dari penyatuan potensi lokal dan pengaruh dari budaya luar negeri. Hal ini telah berlangsung melalui migrasi orang-orang yang terjadi bertahap dari tahun 2500 sampai 500 SM. Hal lain yang memengaruhi adalah komunikasi antarwilayah dan juga transaksi komersial yang terjadi antara penduduk di daratan Asia tenggara dengan wilayah Cina Tenggara (Yunnan) dengan wilayah Vietnam serta Laos. Pengaruh juga datang dari perdagangan dengan pedagang India, Cina, Arab, serta Eropa yang telah terjadi sejak lama.

Dari zaman logam, status kriya berubah ketika masuk agama Hindu-Buddha ke Indonesia. Agama tersebut membawa pengaruh kepercayaan dan juga sistem sosial di masyarakat. Terjadinya asimilasi pengaruh budaya Hindu-Buddha yang dibawa oleh pedagang dari India dengan kebudayaan di Indonesia di masa itu yang melakukan penghormatan kepada arwah nenek moyang dan roh-roh yang ada di alam sekitar. Pengaruh Hindu-Budha juga membawa perubahan sistem sosial dengan struktur pemerintahan kerajaan dan sistem kasta (adanya tingkat sosial di masyarakat).

Sistem sosial tersebut melahirkan kerajaan-kerajaan dengan berdasarkan kepercayaan Hindu. Sebagai contoh kerajaan Sriwijaya di Sumatra, kerajaan Kutai di Kalimantan, kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat, kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah, hingga kerajaan Majapahit di Jawa Timur yang kemudian meluas pengaruh Hindu-nya hingga ke Bali. Dari pengaruh Hindu-Budha ini melahirkan kesenian ukiran dan juga pembuatan patung sebagai perwujudan dewa-dewa. Dengan kata lain, seni kriya menjadi konsumsi kaum elit di kerajaan/bangsawan. Sedangkan kerajinan hanya bertumbuh di masyarakat kalangan biasa atau rendah.

Berbagai kerajinan kain pemenang “Award of exellence for handycraft” (Saluak Laka Songket Shoulder Cloth,

Songket, the wave of Nusa Penida, Tenun Songket Sambas, Hand drawn batik cloth, woven cloth with batik)

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

Page 33: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

18 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Menurut Gustami (yang dikutip oleh Yoga Parta, 2009) mengatakan bahwa kriya berbeda dengan kerajinan dari sisi profesinya. Hal ini khususnya terlihat pada masa kerajaan, seperti contohnya pada masa Majapahit. Pembuat kriya akan berada dalam lingkungan istana dan disebut Empu. Sementara pembuat kerajinan yang berada di luar lingkungan istana disebut sebagai Pandhe. Dalam berkreasi, empu lebih mementingkan nilai keahlian dan kualitas skill. Sedangkan pandhe dalam berkreasi mengutamakan fungsi dan penggunaan sebuah barang untuk mendukung kebutuhan praktis bagi masyarakat.

Unsur-unsur kebudayaan asing makin memperkaya seni kerajinan, di samping itu tradisi seni kerajinan lama tidak mati bahkan ikut menentukan nilai dan mutunya. Pusat-pusat kerajinan pada zaman Islam-purba tidak hanya terdapat di pusat pemerintahan raja atau sultan, juga di kadipaten dan kabupaten. Sesuai dengan perkembangan kehidupan ekonomi terjadilah persinggungan antara kegiatan seni di istana dengan seni yang berkembang di masyarakat luar istana. Maka terjadilah pergeseran nilai seni kerajinan dari benda upacara menjadi benda pakai dengan pertimbangan ekonomi. Apabila di negara-negara lain para seniman Islam mampu menghasilkan bermacam-macam karya kerajinan yang bermutu karena didukung oleh daya kreatif yang tinggi, maka seni kerajinan Indonesia pada zaman Islam dalam perkembangannya lebih banyak mengalami proses penghalusan dan penyempurnaan dari karya seni masa lampau. Pengaruh yang paling jelas adalah terlihat pada pemberian motif. Di zaman ini, motif kriya dilarang menggunakan motif hewan dan manusia. Pada masa ini juga munculah kerajinan (kriya) wayang kulit.

Berbagai kerajinan pemenang “Award of exellence for handycraft” (Red Dinggul, Keban Bronai-Mendong baskets, Copper

lamp with mega mendung batik motifs, bowl (tamarind wood), Earth layer vase, Copper hanging lamp “Gong Lorigi”)

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

Di masa modern, sistem pemerintahan kerajaan pun ditinggalkan dan hal ini berpengaruh kepada status dari kriya. Selain itu, sistem “kasta” juga tidak ada lagi, tetapi berubah. Berubah ini berarti pembagian kelas sosial masyarakat bukan berdasar kasta, tapi berdasarkan tingkat kemapanan ekonomi. Semakin seseorang mapan secara ekonomi, maka status dia akan lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak mapan secara ekonomi. Yang dulunya kaum elit adalah kaum ningrat, sekarang ditempati oleh para konglomerat.

Di masa modern kriya tidak eksis lagi seperti pada masa lalu (Yoga Parta, 2009). Dikarenakan posisi kriya yang tidak lagi spesial, maka kriya kini menjadi sebuah artefak masa lalu. Ditambah

lagi dalam masa industri modern sekarang, kriya menjadi sebuah objek budaya yang diproduksi banyak dan diperjualbelikan untuk kepentingan ekonomi. Di masa ini masyarakat telah mengenal modernisasi, sehingga seluruh pengerjaan pembuatan benda-benda kriya tidak hanya menggunakan tangan, tetapi juga telah menggunakan alat/mesin. Contohnya dalam pembuatan batik, masyarakat telah mengenal teknik pembuatan dengan cara cap ataupun dengan sablon printing. Pembuatan gerabah, keramik, dan guci pun telah menggunakan cetakan-cetakan yang terbuat dari besi.

Berbagai kerajinan pemenang “Award of Exellence for Handycraft”

(the leaf of life, Incung Kincai Filigree Brooch, Silver Jewellery).

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

Aktivitas pada industri kerajinan di Indonesia sangat kental dengan indigenousskill (keahlian lokal) di mana tingkat keterampilan dan karakteristiknya dapat dibedakan berdasarkan lokasi atau daerah di mana indigenousskill tersebut tumbuh dan berkembang. Sehingga masyarakat dan konsumen mengenal batik Cirebon, batik Jogja, patung Bali, mebel Jepara, mebel rotan Cirebon, aneka kerajinan Tasikmalaya, dan lain-lain.

Berbagai kerajinan pemenang “Award of exellence for handycraft”

woven Ulap Doyo fibre, Ulap doyo slippers, table runner from recycled cement sack papers).

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

Page 34: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

19Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

lagi dalam masa industri modern sekarang, kriya menjadi sebuah objek budaya yang diproduksi banyak dan diperjualbelikan untuk kepentingan ekonomi. Di masa ini masyarakat telah mengenal modernisasi, sehingga seluruh pengerjaan pembuatan benda-benda kriya tidak hanya menggunakan tangan, tetapi juga telah menggunakan alat/mesin. Contohnya dalam pembuatan batik, masyarakat telah mengenal teknik pembuatan dengan cara cap ataupun dengan sablon printing. Pembuatan gerabah, keramik, dan guci pun telah menggunakan cetakan-cetakan yang terbuat dari besi.

Berbagai kerajinan pemenang “Award of Exellence for Handycraft”

(the leaf of life, Incung Kincai Filigree Brooch, Silver Jewellery).

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

Aktivitas pada industri kerajinan di Indonesia sangat kental dengan indigenousskill (keahlian lokal) di mana tingkat keterampilan dan karakteristiknya dapat dibedakan berdasarkan lokasi atau daerah di mana indigenousskill tersebut tumbuh dan berkembang. Sehingga masyarakat dan konsumen mengenal batik Cirebon, batik Jogja, patung Bali, mebel Jepara, mebel rotan Cirebon, aneka kerajinan Tasikmalaya, dan lain-lain.

Berbagai kerajinan pemenang “Award of exellence for handycraft”

woven Ulap Doyo fibre, Ulap doyo slippers, table runner from recycled cement sack papers).

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

Page 35: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

20 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Proses pemberian lilin malam pada kain batik.

Batik Indonesia menjadi semakin terkenal setelah memperoleh pengakuan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB yang memutuskan batik Indonesia sebagai warisan pusaka dunia. Pengakuan yang diberikan pada 2 Oktober 2009 lalu menjadi tonggak penting untuk eksistensi batik di dunia internasional. Dalam rentang waktu sangat panjang batik hadir di bumi Nusantara.

Kata batik berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: amba, yang bermakna ‘menulis’ dan titik, yang bermakna ‘titik’. Walaupun kata batik berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa teknik membatik kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes, arkeolog Belanda, dan F.A. Sutjipto, sejarawan Indonesia, percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme, tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik.

G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Adapun detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan Buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.

Sementara pada legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin, menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan dia hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Kemudian keempat lembar kain tersebut ditafsirkan sebagai batik.

Page 36: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

21Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

Dalam literatur Eropa, teknik batik pertama kali diceritakan dalam buku History of Java, London, 1817 tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda, Van Rijekevorsel, memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19. Saat itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.

Kemudian sejak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak. Adapun pada batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Hugh Clifford merekam industri membatik ini hingga menghasilkan kain pelangi dan kain telepok.

Dalam sejarah Indonesia, batik kemudian menjadi busana yang dikenakan oleh para tokoh, mulai dari masa sebelum kemerdekaan hingga sekarang. Di awal tahun 1980-an, dalam diplomasi ke luar negeri, Presiden Soeharto mengatakan batik sebagai warisan nenek moyang Indonesia, terutama masyarakat Jawa yang hingga kini dikenakan oleh berbagai kalangan dan usia. Dengan pengakuan UNESCO dan ditetapkannya Hari Batik Nasional pada 2 Oktober semakin menempatkan batik tak hanya budaya Indonesia, tapi jati diri dan indentitas bangsa.

Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2013/10/02/110518313/Ini-Sejarah-Panjang-Batik-Indonesia

Dalam dunia pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui konsorsium kurikulum seni menetapkan bahwa istilah “kerajinan” diganti dengan “kriya”. Hal ini dipandang sebagai usaha untuk mengangkat kriya dari hanya sebagai artefak, tapi juga bisa tampil kembali menjadi seni yang terhormat dan bisa mengikuti perkembangan zaman. Seiring dengan perkembangan zaman, maka praktek seni kriya yang awalnya berorientasi fungsional, kini mengalami pergeseran orientasi penciptaan, termasuk untuk menjadi sebuah seni. Alhasil munculah kategori-kategori dalam dunia kriya (kerajinan) yaitu kriya seni dan kriya desain.

Kriya kayu, dalam bentuk Jam tangan.Matoa Sumba

Sumber: http://matoa-indonesia.com/index/

Page 37: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

22 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Saat ini kriya (kerajinan) dihadapkan pada dua kenyataan, yaitu agar dapat menjaga tradisi dan juga bisa beradaptasi. Kriya (kerajinan) diharapkan bisa menjaga dan mempertahankan nilai-nilai lokal (tradisi) dan di sisi lain bisa mengikuti perkembangan dan pergerakan seni rupa (visual art). Upaya ini sebenarnya sudah digiatkan terutama dalam seni keramik hadirnya nama F. Widayanto, atau Hildawati. Selain itu juga sedang diintensifkannya pewacanan oleh kritikus kriya seperti Asmudjo dan Agus Mulyadi (di Bali). Hal ini sebagai sebuah usaha memacu perkembangan seni keramik di Indonesia. Selain medium keramik kriya mempunyai lingkup yang cukup luas, meliputi kayu, batu, logam, dan serat (tekstil). Seni ukir (kriya) kayu nampaknya belum mendapatkan perhatian yang serius terutama dalam hal pewacanaan, baik dari kritikus maupun senimannya sendiri. Tetapi faktanya, bidang seni ini telah menggairahkan perekonomian di Bali khususnya yang berbasis pada pariwisata budaya. Salah satu institusi yang sampai saat ini masih dengan setia mengembangkan kriya kayu adalah ISI Denpasar di samping ISI Yogyakarya, ITB, IKJ, dan STSI yang tersebar di beberapa kota di tanah air (Yoga Parta, 2010)

F. Widayanto saat ini adalah seniman keramik paling terkenal di Indonesia dengan hasil karya yang original dan unik. Perhatian ke detail merupakan salah satu ciri khas di setiap karyanya. Untuk dekorasi karya keramiknya, F. Widayanto memberikan elemen flora dan fauna. Dalam berkarya, dia pasti mengeluarkan karakter dan tekstur dari tanah liat yang digunakan.

Untuk melengkapi karyanya, dia juga menggunakan materi kayu rotan, bambu, tali, dan logam. Hal ini pun terbukti sukses memberikan kesan bahwa ada hubungan yang harmoni antara tanah liat dan materi-materi lain.

Semua karya F. Widayanto adalah buatan tangannya, dari mulai proses membentuk, mende-kor, hingga glazing. Hal ini untuk menjamin bahwa tidak ada dua hasil karya yang sama. Dan semua produk yang dibuat oleh F. Widayanto merupakan karya individual, dan disinilah letak dari daya tarik terbesarnya.

Sumber: http://www.fwidayanto.com

Page 38: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

23Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

Walaupun kerajinan dikatakan sebagai sumber inspirasi yang kemudian berpengaruh kepada perubahan dan penciptaan, kenyataannya sekarang kerajinan dihadapi pada tantangan kehidupan modern, khususnya isu pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan. Produksi kerajinan di konteks ini dikatakan untuk melayani konsumen eksternal, yaitu kelompok konsumen yang berada di luar dari kelompok masyarakat yang memproduksi. Praktek produksi ini terlihat jelas pada area produksi kerajinan di daerah urban atau daerah tujuan wisata, seperti Parapat, Bukittinggi, Bali, Yogyakarta, dan Jakarta.

Proses menenun kain Ulosuntuk di ekspor ke Eropa & Amerika

Sumber: http://www.antaranews.com/en/news/89062/batak-ulos-marketed-to-europe-america. Foto: Fanny Octavianus

Disini kita lihat bahwa ada dua konteks pemahaman tradisi yang berjalan bersama ke dalam produksi kerajinan masa kini. Produksi ini sebagai simbol akan keberlanjutan budaya dan perubahan, yang juga mewakili masyarakat Indonesia yang sedang berubah menyambut kemajuan dengan tidak melupakan adatnya. Sekarang kita lihat keberadaan dan produksi kerajinan Indonesia dihadapkan pada fenomena dua sisi. Di satu sisi, kerajinan menunjukkan semangat untuk meneruskan tradisi dan membuktikan nilai-nilai mulia tradisi itu sendiri. Sedangkan disisi lain, menunjukkan produksi kerajinan yang dipengaruhi keadaan sosial saat ini, seperti kepentingan permintaan konsumen dan tuntutan gaya hidup modern.

Semua hal di atas, pada akhirnya terhubung kepada hubungan sistemik antara produksi, distribusi, dan konsumsi secara baru, yang berpengaruh kepada perubahan kualitas dan kuantitas dalam aspek keindahan, teknis dan fungsional. Kecenderungan ini terlihat pada daerah produsen kerajinan di Indonesia. Hal ini khususnya terlihat di daerah pusat kunjungan wisatawan dan memiliki akses langsung ke ‘dunia luar’, seperti Jawa, Sumatra, Sulawesi, Bali, Lombok, dan sebagian dari Kalimantan dan Papua.

Page 39: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

24 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Setiap kecenderungan tersebut menyebabkan produksi kerajinan Indonesia bergerak ke arah produksi dengan perbedaan yang luas dan juga beragam. Di samping itu, tidak terlepas juga bahwa kerajinan yang berangkat dari nilai-nilai tradisi akan terkena pengaruh dari nilai pembaharuan, khususnya di aspek tampilan.

Produk kerajinan tangan Indonesia tercipta dari kekayaan yang sangat beragam, sebagai hasil dari ratusan keahlian dari suku yang berbeda-beda dari berbagai pulau. Hal ini nampak dari berbagai variasi material yang digunakan, teknik, ukuran, dan juga fungsi yang yang dapat ditemukan di berbagai sudut Nusantara. Banyak kerajinan tangan yang dibuat sebagai buah dari tradisi yang telah ada selama ratusan tahun di sebuah komunitas, ada juga kerajinan yang hampir punah. Sehingga bisa dikatakan bahwa keunggulan kerajinan Indonesia terletak khususnya pada keindahan yang diturunkan. Hal ini muncul tidak hanya dari keahlian dan baiknya hasil kerja perajin, tapi juga kreativitas dan sensitivitas yang telah turun dalam penggunaan material, dalam bentuk gaya, warna, tektsur, dan dalam penampilan yang beragam dan harmoni dalam ukuran dan bentuk.

Page 40: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

25Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

Gambar 1 - 2 Sejarah Perkembangan Kerajinan di Indonesia

Prasejarah akhir

masyarakat mulai bercocok tanam, dan membuat perkakas untuk kehidupan sehari (kapak, bejana, nekara)

MASA HINDU BUDHA

masuknya pengaruh dari India dan terbentuknya kerajaan-kerajaan di Nusantara

MASA ISLAM

ABAD XV

terjadilah pergeseran nilai seni kerajinan dari benda upacara menjadi benda pakai dengan pertimbangan ekonomi

1948 – berdirinya GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia)

1958 – Pusat Penelitian Batik didirikan di Yogyakarta

1990 – Iwan Tirta mengeluarkan koleksi perhiasan Nusantara (perhiasan dengan motif batik)

1991 - istilah kriya seni muncul di festival kesenian Yogyakarta III

1999 - Inacraft pertama kali muncul dan semakin berkembang hingga sekarang

2001 – Iwan Tirta juga mengeluarkan barang pecah belah dengan corak batik

2002 – masih dengan corak batik, Iwan Tirta mengeluarkan benda-benda perak ukiran

2003 – pengakuan dari UNESCO akan wayang sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanit

2005 – pengakuan UNESCO akan Keris dari Indonesia, sebagai karya agung warisan kemanusiaan milik seluruh bangsa di dunia

2009 - pengakuan UNESCO akan Batik sebagai warisan pusaka dunia

2013 - Biennale Desain dan Kriya Indonesia pertama

1960 -mulai seringnya pergelaran busana batik di ruang publik-Munculnya gaya Indonesia Raya, yaitu dengan kesadaran desain-desain daerah lain di Indonesia

1900-sekarang

1900-sekarang

MASA MODERN

1942 – pengaruh perang dunia ke-2, dalam motif batik: gaya Hokokai (dengan kuntum bunga sakura), gaya Pagi Sore,gaya Terang Bulan

1950 -Bung Karno mengusulkan adanya Batik nasional Indonesia. -Penggunaan kain Batik yang luas (hiasan, taplak, dll), muncul teknik cap untuk membatik-Kebangkitan nasionalisme, menciptakan gaya Tiga Negeri

ABAD viii - xmasehi

2000sebelummasehi

kriya menjadi sebuah objek budaya yang diproduksi banyak dan diperjualbelikan untuk kepentingan ekonomi

Page 41: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

26 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Page 42: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

27BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia

BAB 2 Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia

Page 43: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

28 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

2.1 Ekosistem Subsektor Kerajinan

2.1.1 Definisi EkosistemDalam upaya memahami dan mengenal industri ekonomi kreatif, maka pendekatan dengan menggunakan pemetaan ekosistem dipilih. Pada pendekatan ini akan memberikan gambaran menyeluruh kondisi ideal dari ekosistem kerajinan. Gambaran menyeluruh ini disarikan berdasarkan pada hasil kajian yang sudah dilakukan, dan diharapkan dapat menjadi kenyataaan bagi industri kreatif di Indonesia, khususnya subsektor kerajinan.

Ekosistem secara umum merupakan suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap komponen yang saling mempengaruhi. Di dalam ekosistem ini terdapat keterkaitan antar komponen yang menggambarkan aktivitas di setiap tahapan kreatif dan peran pelaku utama yang terlibat di dalamnya.

Adapun komponen-komponen utama dalam peta ekosistem kerajinan adalah:1. Rantai nilai kreatif (creative value chain)

Dalam rantai nilai kreatif terdapat penggambaran mengenai aktivitas utama, aktivitas pendukung, peranan, dan pelaku yang terlibat di dalamnya, serta keluaran dari setiap proses tersebut. Hasil akhir dari kegiatan rantai nilai kreatif kerajinan yaitu barang kerajinan dengan berbagai material bahan.

2. Lingkungan pengembangan (nurturance environment)Untuk menjaga kelangsungan dan perkembangan proses penciptaan karya kreatif kerajinan, maka diperlukan dukungan dari lingkungan pengembangan (nurturance environment) yang terdiri dari aktivitas apresiasi dan pendidikan. Kedua komponen tersebut diperlukan untuk regenerasi orang-orang kreatif pada industri kerajinan dan memotivasi orang-orang kreatif yang ada saat ini untuk terus berkarya dan meningkatkan kualitas karya yang dihasilkannya.

3. Pasar (market) Bagian ini menggambarkan keluaran rantai nilai kreatif kerajinan yang dinikmati oleh masyarakat, baik yang menjadi target pasar maupun masyarakat umum yang bukan menjadi target dari produk kerajinan. Selain itu sebuah karya kerajinan akan dilihat juga oleh penikmat seni, kritikus, pedagang barang-barang kerajinan, hingga perusahaan.

4. Pengarsipan (archiving)Pengarsipan merupakan proses dokumentasi dan penyimpanan karya atau catatan mengenai kerajinan tertentu. Idealnya arsip ini dapat diakses dan dimanfaatkan oleh orang-orang kreatif kerajinan, wirausahawan, asosiasi, pelaku bisnis, lembaga pendidikan, komunitas, kaum intelektual, dan pemerintah sebagai media pembelajaran dan literasi.

2.1.2 Peta Ekosistem KerajinanSeperti telah disebutkan sebelumnya, kerajinan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan keahlian kreasi, produksi, distribusi, dan penyajian produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya. Berikut akan diberikan gambaran model ideal interaksi antar komponen yang terjadi pada subsektor kerajinan di Indonesia.

Page 44: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

29Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia

A. Rantai Nilai Kreatif (Creative Value Chain)Rantai nilai kreatif (creative value chain) merupakan kunci utama dalam setiap subsektor ekonomi kreatif. Disebut kunci karena pada tahap inilah awal dari proses terjadinya penciptaan produk kerajinan yang bernilai bagi berbagai pihak. Tahapan dalam rantai nilai subsektor kerajinan terbagi ke dalam empat proses, yaitu kreasi, produksi, distribusi, dan promosi. Pada usaha kerajinan di Indonesia, mayoritas pengrajin akan melakukan semua aktivitas dalam rantai nilai-nya secara sendiri. Pada perkembangannya saat ini, ada yang mengatakan bahwa pengrajin ini berlaku hanya sebagai pelaku di proses produksi dan seterusnya. Sedangkan mulai muncul trend bahwa dibagian kreasi ide, lebih dominan dilakukan oleh desainer. Desainer ini pun sekarang semakin banyak berasal dari usaha di luar kerajinan tersebut.

A.1 Proses Kreasi Awal dari rantai nilai kreatif adalah tahapan proses kreasi. Aktivitas pada tahap ini menuntut kreativitas paling tinggi. Karena di tahap inilah pengrajin dituntut untuk bisa memiliki ide yang kemudian akan dibuat menjadi sebuah barang bernilai bagi konsumen serta memiliki kandungan seni yang besar. Pihak-pihak yang berperan dalam tahap ini adalah:

1. Pengrajin, yang dimaksudkan sebagai pengrajin disini adalah orang yang pekerjaannya membuat barang-barang kerajinan atau orang-orang yang mempunyai keterampilan berkaitan dengan kerajinan tertentu.

2. Desainer, adalah seorang individu yang melakukan desain atau merancang sebuah barang. Individu ini akan berperan membantu sang pengrajin untuk memberikan masukan mengenai rancangan sebuah barang kerajinan. Ada juga pengrajin yang sudah bisa melakukan sendiri proses perancangan/mendesain barang kerajinannya sendiri.

Pelaku-pelaku kreatif tersebut selanjutnya akan berkreasi. Gambar 2-1 memperlihatkan aktivitas-aktivitas utama tersebut dan juga hasil keluaran dari proses ini. Aktivitas pertama dimulai dari penciptaan ide. Baik pengrajin maupun desainer akan melalui proses pencarian ide dan inspirasi akan produk kerajinannya. Hal ini biasanya tidak terbatas lokasi dan waktu untuk munculnya sebuah ide. Aktivitas yang kedua adalah mengkonkritkan ide tersebut dalam sebuah desain/rancangan. Rancangan paling dasar biasanya dalam bentuk gambaran kasar atau model dasar dari produknya. Dan selanjutnya, aktivitas finalisasi konsep sebuah produk. Di tahap final ini para pelaku kreatif kerajinan akan memperhalus konsep produknya, dengan biasanya membuat rincian spesifik akan rancangan produk tersebut. Hasil akhir dari proses pertama ini adalah sebuah konsep produk kerajinan. Sang pelaku akan memiliki gambaran yang jelas mengenai pilihan bahan yang akan digunakan, cara pembuatan hingga kegunaan dari produk tersebut.

“ “Proses kreatif tidak hanya mencakup kualitas suatu barang, tetapi juga harus fokus pada “kreativitas” dalam keberlanjutan usaha, bagaimana cara produksi dan penjualannya. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama yang baik antar industri untuk memajukan setiap subsektor kerajinan.

Sumber: Focus Group Discussion subsektor Kerajinan, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Mei-Juni 2014)

Page 45: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

30 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Gambar 2 - 1 Peta Ekosistem Subsektor Kerajinan

Page 46: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

31Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia

Gambar 2 - 2 Proses Kreasi Subsektor Kerajinan

A.2 Proses ProduksiTahap selanjutnya dalam rantai nilai kreatif adalah proses produksi. Pada tahap ini, intinya adalah semua aktivitas yang diperlukan untuk mewujudkan produk kerajinan yang utuh. Pelaku-pelaku dalam tahapan produksi ini pun terbagi dua, yaitu pelaku utama dan pihak-pihak terkait lainnya. Untuk pelaku utama adalah:

1. Pengrajin, yang dimaksudkan sebagai pengrajin disini adalah orang yang pekerjaannya membuat barang-barang kerajinan atau orang-orang yang mempunyai keterampilan berkaitan dengan kerajinan tertentu.

2. Sentra kerajinan tradisional, merupakan suatu daerah tertentu yang terdapat banyak pengrajin dengan fokus hasil kerajinan tertentu. Misalnya sentra kerajinan gerabah, sentra kerajinan batik, dan lain-lain.

3. Studio workshop kriya/desain, adalah pihak yang akan memberikan dukungan teknis kepada pengrajin untuk mewujudkan barang kerajinan sesuai dengan ide dan konsep yang telah di tentukan sebelumnya.

Selain itu, pihak-pihak yang terkait dalam tahap produksi ini adalah:1. Pemasok bahan mentah, adalah pihak-pihak yang menguasai atau memiliki akses langsung

kepada bahan mentah dari produk kerajinan. 2. Lembaga pembiayaan, merupakan sebuah institusi yang memiliki usaha menawarkan

pembiayaan jika dibutuhkan oleh pengrajin untuk melakukan kegiatan produksinya. Lembaga ini bermacam-macam bentuknya, dari koperasi hingga sebuah bank.

Page 47: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

32 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

3. Penjamin kualitas, adalah pihak yang bertugas memang untuk menjaga standard produksi barang kerajinan. Dalam melaksanakan tugasnya, pihak ini akan mengevaluasi barang kerajinan dengan ukuran-ukuran tertentu akan sebuah produk berkualitas.

4. Pekerja asisten pengrajin, merupakan pihak yang memberikan bantuan umum kepada pengrajin dalam mewujudkan kreasinya.

Gambar 2 - 3 Proses Produksi Kerajinan

Terdapat empat hal aktivitas berbeda yang dilaksanakan dalan tahap proses produksi ini. Pertama adalah tahapan pemilihan dan penentuan bahan. Setelah konsep barang kerajinan selesai, maka pengrajin perlu menentukan bahan atau materi apa yang akan digunakan untuk mewujudkan kreasinya. Pemilihan bahan ini tergantung dari konsep barang kerajinan itu sendiri, plus tingkat ketersediaan bahan tersebut di pasaran. Hal ini karena akan menentukan kelancaran proses produksi keseluruhan. Tahapan kedua, setelah yakin bahwa bahan yang dibutuhkan tersedia cukup, maka aktivitas selanjutnya adalah membuat sketsa detail spesifikasi dan dimensi produknya. Tahap ketiga, yaitu bagian produksi mewujudkan dalam bentuk barang kerajinan dan juga mengetesnya ke pasar secara terbatas. Harapannya di tahap ini, pengrajin akan mendapatkan masukan dari konsumen, jika seandainya dibutuhkan penyesuaian. Dan tahap ke-empat yaitu finalisasi dan pengecekan kualitas. Pada tahap ini pelaku kreatif akan memperbaiki produknya (jika diperlukan),

Page 48: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

33Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia

serta dengan bantuan penjamin kualitas akan mengecek apakah produk kerajinannya sudah memiliki kualitas yang sama sesuai harapan dari konsumennya.

A.3 Proses DistribusiProses selanjutnya yang ketiga adalah proses distribusi. Aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam tahapan ini yaitu berupa proses pemindahan barang-barang kerajinan dari tempat produksi hingga tempat tujuan pasarnya. Pada tahapan ini pelaku utamanya adalah pengrajin itu sendiri, ditambahkan dengan keterlibatan pihak-pihak luar terkait, seperti:

1. Pengusaha pemilik galeri & toko barang kerajinan, mereka adalah para pengusaha yang melakukan pembelian barang-barang kerajinan untuk kemudian di jual di

2. Pengusaha kerajinan (orientasi ekspor), hampir sama dengan tipe pengusaha sebelumnya, yaitu juga melakukan pembelian dari pengrajin, tetapi kemudian melakukan penjualannya di pasar luar negeri.

Gambar 2 - 4 Proses Distribusi Kerajinan

Aktivitas di tahap ini adalah usaha dalam rangka menyampaikan produk jadi hingga ke tangan konsumen di pasar. Hal ini bisa dilihat pada gambar 2-4. Aktivitas dimulai dengan mengemas produk dengan kemasan yang menjaga keutuhan barang kerajinan tersebut. Lalu kemudian barang-barang itu dihantarkan hingga mencapai pasar tujuannya. Ada berbagai pilihan tempat untuk menyampaikan barang kerajinan tersebut. Dari toko milik pengrajin sendiri, sewa tempat

Page 49: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

34 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

di pasar tradisional, bazaar barang kerajinan, pasar lelang, festival seni, hingga toko retail modern yang ada di kota besar atau bahkan juga secara online.

A.4 Proses PromosiAktivitas terakhir dalam rantai nilai kreatif pada subsektor kerajinan adalah proses promosi. Di tahap ini pengrajin sebagai pelaku utama akan mengkomunikasikan kepada para konsumennya mengenai barang-barang kerajinan. Aktivitas yang terjadi dalam tahap ini dapat dibedakan menjadi 2. Pertama, pengrajin akan memilih cara mengkomunikasikannya melalui pameran dengan tujuan komersial seperti misalnya pada pameran Inacraft. Atau kedua, ia akan memilih untuk mengkomunikasikan barang kerajinannya melalui pameran nonkomersial, seperti pada museum, eksebisi seni tahunan. Selain itu, pengrajin akan dapat memilih apakah ingin melakukan dua jenis kegiatan promosinya tadi baik di dalam ataupun di luar negeri. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2-5.

Gambar 2 - 5 Proses Promosi Kerajinan

B. Lingkungan Pengembangan Kreativitas (Nurturance Environment)Di tahap ini akan dijelaskan mengenai lingkungan pengembangan (nurturance environment) kreativitas dari subsektor kerajinan. Bagian ini penting, karena pada bagian inilah terjadi proses penemuan dan pengembangan dari keahlian serta sosok-sosok yang akan membesarkan subsektor kerajinan. Keterkaitan lingkungan ini dengan komponen lain di ekosistem subsektor kerajinan dapat dilihat pada gambar 2-6.

Page 50: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

35Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia

Gambar 2 - 6 Lingkungan Pengembangan Kerajinan

B.1 ApresiasiGambar 2 - 7 Kegiatan Apresiasi Sub Sektor Kerajinan

Page 51: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

36 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Bagian apresiasi ini muncul dengan tujuan untuk memberikan pengakuran dan penghargaan terhadap pelaku-pelaku di subsektor kerajinan. Penghargaan bagi pelaku-pelaku kerajinan dapat hadir dari lembaga hukum, pihak media, asosiasi pelaku kerajinan, pemerintah, dan juga dari konsumen sendiri. Seperti ditunjukan pada gambar 2-7, apresiasi dalam subsektor kerajinan dapat berupa penghargaan terhadap perajin dan karya-nya, serta ulasan di media. Untuk penghargaan bagi karya perajin bisa dimulai dari perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI). Kemudian penghargaan dari konsumen ketika membeli sebuah produk kerajinan, serta penghargaan dan pengakuan terhadap perajin yang berprestasi baik di pasar dalam negeri ataupun luar negeri juga harus ada. Selain itu, bentuk apresiasi dalam ulasan di media pun bisa semakin luas. Hal ini terbukti dengan adanya ulasan-ulasan di media tradisional dan juga media online (website atau blog).

B.2 PendidikanUntuk menjamin keberlanjutan subsektor kerajinan, maka pendidikan berorientasi kerajinan harus terjadi. Pihak yang terlibat disini merupakan semua lembaga pendidikan yang berkepentingan membentuk sumber daya manusia baik itu sebagai orang kreatifnya, atau bisa juga sumber daya manusia pendukung yang berhubungan dengan kerajinan. Pendidikan ini bisa dalam bentuk pendidikan formal maupun informal. Dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat pasca sarjana. Di tingkat sekolah dasar misalnya dimulai dengan pendidikan keterampilan. Kemudian berlanjut di sekolah menengah kejuruan dan berlanjut dengan munculnya sekolah tinggi dengan kekhususan di jurusan Seni serta sekolah bagi pihak pendukungnya seperti sekolah politeknik di bidang kerajinan. Semua proses ini dapat dilihat pada gambar 2-8.

Gambar 2 - 8 Kegiatan Pendidikan Subsektor Kerajinan

Page 52: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

37Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia

C. Pasar (Market)Pada bagian ini menjelaskan pihak-pihak yang menjadi pembeli dari barang-barang kerajinan. Lebih lengkapnya, pasar yang dimaksudkan disini tidak hanya pihak yang membeli, tetapi juga pihak yang menggunakan atau menkonsumsi barang-barang kerajinan. Sudah sering terjadi bahwa pembeli dan pengguna dari barang-barang kerajinan Indonesia itu datang dari dalam dan luar negeri. Selanjutnya mengenai skala pasarnya pun juga dapat dibedakan menjadi konsumen perorangan dan konsumen bisnis/usaha. Pembeli dan pengguna perorangan bisa merupakan masyarakat umum, atau orang-orang penikmat karya seni hingga individu yang berperan sebagai pengamat/kritikus seni kriya itu sendiri. Sedangkan untuk pembeli dan pengguna dari usaha bisa datang dari perusahaan yang memang melakukan perdagangan barang-barang kerajinan, atau usaha yang menggunakan karya kerajinan dalam kegiatan bisnisnya. Jenis pasar yang terakhir biasanya akan memberikan jumlah pembelian yang lebih besar dibandingkan dengan pasar perorangan. Hal ini terjadi karena mereka biasanya membeli dalam jumlah yang lebih banyak.

Gambar 2 - 9 Pasarnya barang kerajinan di Indonesia

D. Pengarsipan (Archiving)Satu bagian yang tidak kalah penting adalah bagian Pengarsipan. Di bagian ini terjadi proses pengumpulan, penyimpanan dan juga pemberian akses ke publik. Seperti yang ada pada gambar 2-10. Yang dimaksud dengan pengumpulan disini adalah aktivitas pencarian dan pengumpulan bukti-bukti mengenai karya kerajinan. Setelah itu, kemudian dilanjutkan kepada penyimpanan dokumen-dokumen atau contoh produknya kedalam system pengarsipan yang jelas pembagiannya dari jenis, asal daerah, hingga karya pengrajin tertentu. Dan aktivitas terakhir adalah pemberian akses kepada masyarakat umum agar bisa melihat dan membaca dokumen arsip tersebut. Pada pelaksanaannya aktivitas pengarsipan ini paling dasarnya sudah dilakukan oleh sang pengrajin sendiri. Baru kemudian muncul peran dari pemerintah melalui badan resmi arsip nasional ataupun melalui bagian pada kementerian yang terkait. Selain itu pihak yang bisa melakukan pengarsipan adalah konsumen yang bisa saja juga menjadi kolektor barang-barang kerajinan. Dengan kemudian diikuti oleh pihak media, asosiasi, dan juga lembaga pendidikan yang juga melakukan aktivitas pengakrsipan ini.

Page 53: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

38 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Gambar 2 - 10 Proses pengarsipan dokumentasi kerajinan

2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Kerajinan

2.2.1 Peta Industri KerajinanUsaha kreatif kerajinan merupakan bisnis yang berpengaruh kepada pihak yang luas. Hal ini terlihat dari peta industri kerajinan di Indonesia. Industri kerajinan mampu memberikan pengaruh baik ke industri hulu dan hilir pada beberapa tahapan penciptaan nilai kreatif. Pada peta ini akan dijelaskan gambaran hubungan pelaku industri yang memberikan suplai (supply) ke pelaku industri utama (backward linkage), dan juga hubungan pelaku industri yang memberikan permintaan (demand) oleh pelaku industri utama ( forward linkage). Hal bisa dilihat pada gambar 2-11.

Kita akan melihat hubungan pelaku industri yang terkait untuk setiap rantai nilai yang ada. Dimulai pada proses kreasi, pelaku utama yaitu pengrajin dan desainer sepenuhnya melakukan kegiatan menciptakan ide secara independent (tidak tergantung pihak luar). Dilanjutkan dengan proses produksi, para pengrajin mendapatkan dukungan dari pemasok bahan mentah untuk materi kerajinannya, lalu lembaga pembiayaan & koperasi untuk mendukung pendanaan produksinya, kemudian dari perusahaan BUMN & Swasta sebagai mitra pembina atau pendamping, serta para asisten yang membantu pekerja. Di sini mereka semua akan berlaku sebagai pemasok (supplier – backward linkage). Bagian kedua dalam rantai nilai adalah distribusi dan promosi. Pada proses distribusi, pengrajin akan dibantu oleh perusahaan jasa logistik dan transportasi sebagai pemasok untuk jasa menghantarkan barang kerajinan ke saluran penjualan/pameran. Setelah itu, pengrajin akan menyebarkan berbagai barang jadi melalui pendukungnya seperti pengelola pasar seni, pemilik toko retail, online, serta specialty store yang khusus menjual produk kerajinan di tokonya. Selain itu juga ada galeri & hotel-restaurant sebagai tempat untuk menjual barang-barang kerajinan. Kemudian pada proses promosi, pengrajin akan mendapat pasokan modal dana untuk melakukan berbagai kegiatan komunikasi, dan juga sarana transaksi atas barang kerajinan. Selain itu, event organizer akan memasok pengrajin dalam bentuk bantuan akan keperluan-keperluan pameran di berbagai tempat. Terkait dengan proses promosi, pengrajin akan memilih berbagai media (cetak, elektronik, dan digital) dan juga tempat-tempat untuk merealisasikan pameran barang kerajinannya, seperti galleri ataupun gedung serba guna.

Page 54: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

39Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia

Gambar 2 - 11 Peta Industri Kerajinan

Page 55: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

40 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

2.2.2 Ruang Lingkup Industri KerajinanKlasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) merupakan klasifikasi baku mengenai kegiatan ekonomi yang terdapat di Indonesia. KBLI disusun dengan maksud untuk menyediakan satu set kelompok kegiatan ekonomi di Indonesia agar dapat digunakan untuk penyeragaman pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data masing-masing kegiatan ekonomi, serta untuk digunakan disaat mempelajari keadaan atau perilaku ekonomi menurut masing-masing kegiatan ekonomi. Dengan penyeragaman tersebut, keterbandingan data kegiatan ekonomi antar waktu, antar wilayah, dan keterbandingan dengan data internasional dapat dilakukan.

Dikarenakan banyaknya jenis lapangan usaha yang bisa dimasukan ke dalam definisi Kerajinan, maka pencatatan dalam KBLI untuk kerajinan inipun juga tersebar di berbagai kelompok kategori. Kelompok kode industri subsektor kerajinan berdasarkan KBLI 2009 adalah:

Tabel 2 - 1 KBLI Subsektor Kerajinan dalam KBLI 2009

KATEGORI C Industri Pengolahan

KELOMPOK 15129

16292

16293

32903

INDUSTRI BARANG DARI KULIT DAN KULIT BUATAN UNTUK KEPERLUAN LAINNYAKelompok ini mencakup usaha pembuatan barang-barang dari kulit dan kulit buatan untuk keperluan yang belum terliput dalam kelompok 15121 sampai dengan 15123, seperti jok, sabuk pengaman, alat pengepak dan kerajinan tatah sungging (hiasan, wayang dan kap lampu) dan lain-lain.

INDUSTRI BARANG ANYAMAN DARI TANAMAN BUKAN ROTAN DAN BAMBUKelompok ini mencakup usaha pembuatan macam-macam tikar, keset, tas, topi, tatakan dan kerajinan tangan lainnya yang bahan utamanya bukan rotan dan bambu, seperti pandan, mendong, serat, rumput dan sejenisnya.

INDUSTRI KERAJINAN UKIRAN DARI KAYU BUKAN MEBELLERKelompok ini mencakup usaha pembuatan macam-macam barang kerajinan dan ukir-ukiran dari kayu, seperti relief, topeng, patung, wayang, vas bunga, pigura dan kap lampu.

INDUSTRI KERAJINAN YTDLKelompok ini mencakup usaha pembuatan barang-barang kerajinan dari bahan tumbuh-tumbuhan dan hewan, seperti kerajinan pohon kelapa, tempurung, serabut, akar-akaran, kulit, gading, tanduk, tulang, bulu, rambut, binatang yang diawetkan, kegiatan taxidermy (mengisi kulit binatang dengan kapas dan lain-lain sehingga nampak seperti binatang hidup), karangan bunga, rangkaian bunga berbentuk lingkaran dan keranjang bunga; bunga, buah-buahan dan daun-daunan buatan dan barang-barang lukisan.

Page 56: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

41Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia

KATEGORIG Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan

Sepeda Motor

KELOMPOK 47781 

47782 

47783 

47784 

47789

47881

47998 

PERDAGANGAN ECERAN BARANG KERAJINAN DARI KAYU, BAMBU, ROTAN, PANDAN, RUMPUT DAN SEJENISNYA Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari kayu, bambu, rotan, pandan, rumput dan sejenisnya, seperti patung, topeng, relief, ukiran nama, wayang, pigura, kap lampu, bingkai, talam/baki, tas, keranjang, tikar, topi/tudung, kerai, hiasan dinding dan keset. Termasuk kegiatan galeri kesenian yang menjual barang kerajinan tersebut.

PERDAGANGAN ECERAN BARANG KERAJINAN DARI KULIT, TULANG, TANDUK, GADING, BULU DAN BINATANG/HEWAN YANG DIAWETKAN Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari kulit, tulang, tanduk, bulu dan binatang/hewan yang diawetkan, seperti kipas dari kulit penyu, karangan bunga dari kulit kerang, pipa rokok dari tulang, pajangan dari tanduk, pajangan dari gading, pajangan dari bulu burung merak dan binatang/hewan yang diawetkan. Termasuk kegiatan galeri kesenian yang menjual barang kerajinan tersebut.

PERDAGANGAN ECERAN BARANG KERAJINAN DARI LOGAM Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari logam, seperti vas bunga, patung, tempat lilin, piala, medali dan gantungan kunci. Termasuk kegiatan galeri kesenian yang menjual barang kerajinan tersebut.

PERDAGANGAN ECERAN BARANG KERAJINAN DARI KERAMIK Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari keramik, seperti patung, vas bunga, asbak, tempat sirih, celengan dan pot bunga. Termasuk kegiatan galeri kesenian yang menjual barang kerajinan tersebut.

PERDAGANGAN ECERAN BARANG KERAJINAN DAN LUKISAN LAINNYAKelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang-barang kerajinan dan lukisan lainnya yang belum tercakup dalam kelompok 47781 s.d. 47785. Termasuk kegiatan galeri kesenian yang menjual barang kerajinan tersebut.

PERDAGANGAN ECERAN KAKI LIMA DAN LOS PASAR BARANG KERAJINANKelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran kaki lima barang kerajinan dari kayu, bambu, rotan, pandan, rumput dan sejenisnya, kulit, tulang, tanduk, gading, bulu dan hewan yang diawetkan, logam, keramik yang dilakukan di pinggir jalan umum (kaki lima), serambi muka (emper) toko atau tempat tetap di pasar yang dapat dipindah-pindah atau didorong (los pasar), seperti patung, topeng, relief, ukiran nama, wayang, keranjang, tikar, topi/tudung, kerai, keset, pajangan dari tanduk, pipa rokok dari tulang, vas bunga, tempat lilin piala dari logam, asbak, celengan pot bunga dari keramik dan lain-lain.

PERDAGANGAN ECERAN KELILING BARANG KERAJINAN, MAINAN ANAK-ANAK DAN LUKISAN Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran barang kerajinan, mainan anak-anak dan lukisan yang dilakukan dengan cara menjajakannya berkeliling dan tidak mempunyai tempat yang tetap atau menjualnya mendatangi rumah ke rumah masyarakat/langganan

Page 57: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

42 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

KATEGORI P Jasa Pendidikan

KELOMPOK 85498 JASA PENDIDIKAN KERAJINAN DAN INDUSTRIKelompok ini mencakup kegiatan pendidikan kerajinan dan industri yang diselenggarakan swasta. Kegiatan yang termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa pendidikan atau kursus anyaman dan kerajinan, bordir, hantaran, keterampilan atau home industri, membatik, menjahit, meubelair, MPP, MPWA, pertukangan kayu, sablon, tata boga/memasak, tata busana, tenun, ukir kayu

Sumber: KBLI (2009)

Pada kenyataannya, kerajinan di Indonesia telah menjadi sebuah industri yang besar. Hal ini terlihat dengan banyaknya lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri kerajinan yaitu:

1. Industri Batik yang mencakup usaha pembatikan dengan proses malam (lilin) baik yang dilakukan dengan tulis, cap, maupun kombinasi antara cap dengan tulis;

Proses Produksi Kain Batik

2. Industri Permadani yang mencakup usaha pembuatan permadani dan sejenisnya, yang terbuat dari serat, baik serat alam, sintetis, maupun serat campuran, baik yang dikerjakan dengan proses tenun (woven), tufting, braiding, flocking, dan needlepunching;

3. Industri Bordir/Sulaman yang mencakup usaha bordir/sulaman, baik yang dikerjakan dengan tangan maupun dengan mesin, seperti: kain sulaman,pakaian jadi/barang jadi sulaman, dan badge;

4. Industri Kain Rajut yang mencakup usaha pembuatan kain yang dibuat dengan cara rajut atau pun renda;

5. Industri Barang dari Kulit dan Kulit Buatan untuk keperluan lainnya yang mencakup usaha pembuatan barang-barang dari kulit dan kulit buatan seperti: jok, dan kerajinan tatah sungging (hiasan, wayang, dan kap lampu);

6. Industri Anyam-anyaman dari Rotan dan Bambu yang mencakup usaha pembuatan macam-macam tikar, webbing, lampit, tas, topi, tampah, kukusan, bakul kipas, tatakan, bilik/gedek dan sejenisnya yang bahan utamanya dari rotan atau bambu;

7. Industri Anyam-anyaman dari Tanaman, Selain Rotan dan Bambu yang mencakup usaha pembuatan tikar, keset, tas, topi, tatakan, dan kerajinan tangan lainnya yang bahan

Page 58: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

43Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia

utamanya dari pandan, mendong, serat, rumput, dan sejenisnya;Industri Kerajinan Ukir-ukiran dari Kayu kecuali Mebeller yang mencakup usaha pembuatan macam-macam barang kerajinan dan ukir-ukiran dari kayu, seperti: relief, topeng patung, wayang, vas bunga, pigura, dan kap lampu;

Proses Pembuatan Kerajinan Ukiran Kayu

8. Industri Alat-alat Dapur dari Kayu, Rotan, dan Bambu yang mencakup usaha pembuatan alat-alat dapur yang bahan utamanya kayu, bambu dan rotan, seperti: rak piring, rak bumbu masak, parutan, alu, lesung, talenan, cobek, dan sejenisnya;

9. Industri Barang dari Kayu, Rotan, Gabus yang tidak diklasifikasikan di tempat lain yang mencakup usaha pembuatan barang-barang dari kayu, rotan, dan gabus, yang belum tercakup sebelumnya. Barang-barang dari kayu misalnya: alat tenun, peti mati, pajangan dari rotan, ayunan bayi dari rotan, kuda-kudaan dari rotan.

10. Industri Perlengkapan dan Peralatan Rumah Tangga dari Gelas yang mencakup usaha pembuatan macam-macam perlengkapan rumah tangga dari gelas, seperti cangkir, piring, mangkuk, teko, stoples, asbak, dan botol susu bayi; barang-barang pajangan dari gelas, seperti: patung, vas, lampu kristal, semprong lampu tekan dan semprong lampu tempel;

11. Industri barang-barang lainnya dari gelas yang mencakup usaha pembuatan macam-macam barang dari gelas seperti: tasbih, rosario, manik gelas, gelas enamel, dan aquarium, serta bahan bangunan dari gelas seperti: bata, ubin, dan genteng;

12. Industri Perlengkapan Rumah Tangga dari Porselin yang mencakup pembuatan macam-macam perlengkapan rumah tangga dari porselen, seperti: piring, tatakan, cangkir, mangkuk, teko, sendok, dan asbak, serta usaha pembuatan barang pajangan dari porselen seperti: patung, tempat bunga, kotak rokok, dan guci;

13. Industri barang-barang dari Tanah Liat yang mencakup usaha pembuatan barang dari tanah liat/keramik untuk perlengkapan rumah tangga, pajangan/hiasan, dan sejenisnya, seperti: piring, cangkir, mangkuk, kendi, teko, periuk, tempayan, patung, vas bunga, tempat piring, sigaret, dan celengan;

Page 59: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

44 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Proses Pembuatan Kerajinan Patung dari Tanah Liat.

14. Industri Bahan Bangunan dari Tanah Liat/Keramik selain Batu Bata dan Genteng yang mencakup usaha pembuatan barang dari tanah liat/keramik seperti: kloset, ubin, dan lubang angin;

15. Industri Barang dari Marmer dan Granit untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pajangan yang mencakup usaha pembuatan macam-macam barang dari marmer/granit untuk keperluan rumah tangga dan pajangan, seperti: daun meja, ornamen, dan patung;

16. Industri Barang dari Batu untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pajangan yang mencakup pembuatan macam-macam barang dari batu untuk keperluan rumah tangga dan pajangan. Seperti: lumpang, cobek, batu pipisan, batu asah, batu lempengan, batu pecah-pecahan, abu batu, dan kubus mozaik;

17. Jasa Industri untuk Bahan Berbagai Pekerjaan Khusus terhadap Logam dan Barang-barang dari Logam yang mencakup kegiatan jasa industri untuk pelapisan, pemolesan, pewarnaan, pengukiran, pengerasan, pengkilapan, pengelasan, pemotongan, dan berbagai pekerjaan khusus terhadap logam atau barang-barang dari logam;

18. Industri Furnitur dari Kayu yang mencakup usaha pembuatan furnitur dari kayu untuk rumah tangga dan kantor seperti: meja, kursi, bangku, tempat tidur, lemari, rak, kabinet, penyekat ruangan, dan sejenisnya;

19. Industri Furnitur dari Rotan, dan/atau Bambu yang mencakup pembuatan furnitur dengan bahan utamanya dari rotan dan/atau bambu seperti: meja, kursi, bangku, tempat tidur, lemari, rak, penyekat ruangan dan sejenisnya;

20. Industri Furnitur dari Logam yang mencakup pembuatan furnitur untuk rumah tangga dan kantor yang bahan utamanya dari logam seperti: meja, kursi, rak, springbed, dan sejenisnya;

Page 60: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

45Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia

21. Industri Furnitur yang mencakup pembuatan furnitur yang bahan utamanya bukan kayu, rotan, bambu, logam, plastik, dan bukan barang imitasi, seperti: kasur, bantal, dan guling dari kapuk, dakron, dan sejenisnya;

22. Industri Permata yang mencakup usaha pemotongan pengesahan, dan penghalusan batu berharga atau permata dan sejenisnya seperti berlian perhiasan, intan perhiasan, batu aji, dan intan tiruan

23. Industri Barang Perhiasan Berharga untuk Keperluan Pribadi dari Logam Mulia yang mencakup usaha pembuatan barang-barang, perhiasan yang bahan utamanya dari logam mulia (emas, platina, dan perak) untuk keperluan pribadi, seperti: cincin, kalung, gelang, giwang, bross, ikat pinggang, dan kancing, termasuk bagian dan perlengkapannya;

24. Industri Barang Perhiasan Berharga Bukan untuk Keperluan Pribadi dari Logam Mulia yang mencakup usaha pembuatan perhiasan yang bahan utamanya dari logam mulia selain untuk keperluan pribadi, seperti: peralatan makan dan minum, barang hiasan untuk rumah tangga, piala, medali dan noveltis, termasuk bagian dan perlengkapannya;

25. Industri Barang Perhiasan Bukan untuk Keperluan Pribadi dari bukan Logam Mulia yang mencakup usaha pembuatan barang-barang perhiasan dari logam tidak mulia selain untuk keperluan pribadi, seperti: tempat cerutu, tempat sirih, piala, medali, dan vas bunga, termasuk pembuatan koin baik yang legal sebagai alat tukar maupun tidak.

26. Industri Alat-alat Musik Tradisional yang mencakup usaha pembuatan alat-alat musik tradisional, seperti: kecapi, seruling bambu, angklung, calung, kulintang, gong, gambang, gendang, terompet tradisional, rebab dan tifa;

27. Industri Alat-Alat Musik Non Tradisional yang mencakup usaha pembuatan alat-alat musik non tradisional, seperti: alat musik petik, (gitar, bas, dan sejenisnya), alat musik tiup (terompet, saxophone, clarinet, harmonika, dan sejenisnya), alat musik gesek (biola, cello, dan sejenisnya), alat musik perkusi (drum set, selofon, metalofon, dan sejenisnya), serta usaha pembuatan piano/organ, pianika, akordeon, dan garputala.

28. Industri Mainan yang mencakup usaha pembuatan macam-macam mainan, seperti: boneka dari kayu, kain, karet, dan sejenisnya, catur, mainan jenis kendaraan, mainan berupa senjata, toys set, dan mainan edukatif dari kayu, bambu atau rotan;

29. Industri Kerajinan yang tidak diklasifikasikan di tempat lain yang mencakup usaha pembuatan barang-barang kerajinan dari bahan tumbuh-tumbuhan dan hewan, seperti: kerajinan pohon kelapa, tempurung, serabut, akar akaran, kulit, gading, tanduk, tulang, bulu, rambut, binatang yang diawetkan dan barang-barang lukisan;

30. Perdagangan Besar Barang-barang Keperluan Rumah Tangga khususnya mencakup usaha perdagangan besar peralatan dan perlengkapan rumah tangga, seperti: perabot rumah tangga (furnitur), peralatan dapur dan memasak, lampu dan perlengkapannya, peralatan dari kayu, wallpaper, karpet dan sebagainya;

31. Perdagangan Besar berbagai Barang-barang dan Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya, mencakup usaha perdagangan besar berbagai barang-barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya, seperti: mainan anak-anak, jam dan sejenisnya, perhiasan, barang-barang dari kulit, dan barang kerajinan lainnya;

32. Perdagangan Eceran Barang Perhiasan yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang perhiasan baik terbuat dari batu mulia, ataupun bukan logam mulia seperti: berlian, intan, batu aji, serbuk dan bubuk intan, cincin, kalung, gelang, giwang/anting-

Page 61: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

46 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

anting, tusuk konde peniti, bross, ikat pinggang, dan kancing dari logam mulia (platina, emas, dan perak);

33. Perdagangan Eceran Jam yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus berbagai jam, seperti: arloji tangan, arloji saku, jam dinding, jam beker, lonceng, dan alat ukur lainnya, termasuk juga bagian dari arloji dan jam;

34. Perdagangan Eceran Furnitur yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus furnitur, seperti: meja, kursi, lemari, tempat tidur, rak buku, raks epatu, dan bufet, serta perdagangan eceran khusus kasur dan bantal/guling;

35. Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur dari Batu atau Tanah Liat yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang pecah belah dan perlengkapan dapur yang terbuat dari batu atau tanah liat, seperti: piring, mangkok, cangkir, teko, kendi, periuk, cobek, tempayan, lumpang, asbak, dan uleg-uleg;

36. Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur dari Kayu, Bambu, atau Rotan yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang pecah belah dan perlengkapan dapur yang terbuat dari kayu, bambu, atau rotan, seperti: rak bambu, alu, lesung, parutan kelapa, telenan, papan gilesan, centong, bakul, tampah, kukusan, kipas, tudung saji, tusukan sate, gilingan daging;

37. Perdagangan Eceran Alat-alat Musik yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus alat-alat musik, baik alat musik tradisional maupun alat musik modern, seperti: kecapi, seruling bambu, calung, angklung, kulintang, gamelan, set, rebab, rebana, tifa, sasando, flute, saxophone, harmonika, trombone, gitar, mandolin, ukulele, harpa, bass, gambus, biola, cello, piano/organ, drumset, dan garpu tala;

38. Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kayu, Bambu, Rotan, Pandan, Rumput, dan sejenisnya yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari kayu, bambu, rotan, pandan, rumput, dan sejenisnya, seperti: patung, topeng, relief, ukiran nama, wayang, pigura, kap lampu, bingkai, talam/baki, tas, keranjang, tikar, topi, tudung, kerai, hiasan dinding, dan keset;

39. Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kulit, Tulang, Tanduk, Gading, Bulu, dan Binatang/Hewan yang diawetkan yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari kulit, tulang, tanduk, bulu, dan binatang/hewan yang diawetkan, seperti: kipas dari kulit penyu, karangan bunga dari kulit kerang, pipa rokok dari tulang, pajangan dari tanduk, pajangan dari gading, pajangan dari bulu burung merak, dan binatang/hewan yang diawetkan;

40. Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Logam yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari logam, seperti: vas bunga, patung, tempat lilin, piala, medali, dan gantungan kunci;

41. Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Keramik yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari keramik, seperti: patung, vas bunga, asbak, tempat sirih, celengan, dan pot bunga;

42. Perdagangan Eceran Mainan Anak-anak yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus macam-macam mainan anak-anak, seperti: boneka, bekel, congklak, scrable, karambol,

Page 62: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

47Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia

mainan yang berupa alat musik, mobil-mobilan, mainan berupa senjata, mainan berupa alat memasak, dan mainan berupa perabotan rumah tangga;

43. Perdagangan Eceran Lukisan yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang-barang lukisan, seperti: lukisan orang, lukisan binatang, dan lukisan pemandangan;

44. Perdagangan Eceran Barang-barang Kerajinan, Mainan Anak-anak, dan Lukisan lainnya;45. Perdagangan Eceran Kaki Lima Barang Kerajinan yang mencakup usaha perdagangan eceran

kaki lima barang kerajinan dari kayu, bambu, rotan, pandan, rumput dan sejenisnya, kulit, tulang, tanduk, gading, bulu dan hewan yang diawetkan, logam, keramik yang dilakukan dipinggir jalan umum, serambi muka (emper), toko atau tempat tetap dipasar yang dapat dipindah-pindah atau didorong seperti: patung, topeng, relief, ukiran nama, wayang , keranjang, tikar, topi/tudung, kerai, pajangan dari tanduk, pipa rokok dari tulang, vas bunga, tempat lilin piala dari logam, asbak, celengan pot bunga dari keramik, dan lain-lain;

46. Perdagangan Eceran Kaki Lima Lukisan. Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran barang-barang lukisan yang dilakukan dipinggir jalan umum, serambi muka (emper), toko atau tempat tetap dipasar yang dapat dipindah-pindah atau didorong seperti: lukisan orang, binatang, dan pemandangan.

2.2.3 Model Bisnis di Industri KerajinanProses bisnis yang terjadi pada sub sektor kerajinan bisa dikatakan sesuai dengan yang terjadi pada ekosistem-nya, yaitu dimana ada empat aktivitas utama-nya. Pertama, ketika perajin dengan proses kreatif-nya mencari inspirasi, baik itu dilakukan-nya sendiri, atau melalui bantuan designer. Masih dalam proses kreasi ini, biasanya sang perajin akan membuat sketsa, lalu desain awal hingga membuat model. Proses kedua ini yang cukup panjang. Ditahap kedua ini ia akan menanyakan ke pihak-pihak pendukung dalam studio-nya, apakah model kerajinan tersebut disetujui dan akan berlanjut ke pembuatan prototype. Setelah itu biasanya akan ada tes pasar yang dilakukan terbatas. Dari hasil tes pasar tersebut, maka sang perajin akan mendapatkan masukan untuk mengkoreksi dan membetulkan produknya. Kemudian setelah melewati tahap penyempurnaan, maka produk itu baru akan diproduksi untuk diperbanyak.

Seiring dengan waktu, muncul juga model bisnis kerajinan yang baru. Di model ini, muncul 1 pihak baru yaitu pengusaha kerajinan. Dengan bekal pengetahuan wiraswasta, pengetahuan pasar lebih baik, maka pengusaha kerajinan ini menjaring beberapa perajin yang dijadikan mitra dalam berusaha. Pengusaha ini akan membawa ide mengenai design sebuah produk kerajinan yang diminati pasar dan kemudian akan membuat pesanan ke para perajin. Setelah jadi produk akhirnya, maka pengusaha ini yang akan melaksanakan kegiatan pemasaran-nya.

Page 63: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

48 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Page 64: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

49BAB 3: Kondisi Umum Subsektor Kerajinan di Indonesia

BAB 3 Kondisi Umum Subsektor Kerajinan di Indonesia

Page 65: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

50 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

3.1 Kontribusi Ekonomi Subsektor KerajinanMerupakan suatu keharusan untuk memperhitungkan peran subsektor kerajinan secara umum dalam perekonomian Indonesia dan secara khusus kepada ekonomi kreatif. Peran atau kontribusi kerajinan ini selanjutnya dapat digunakan sebagai data awal untuk perumusan kebijakan di Indonesia yang terkait dengan subsektor kerajinan. Diketahui bahwa kontribusi kerajinan dalam pembangunan Indonesia adalah besar dan penting. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dijelaskan kontribusi ekonomi kerajinan yang dapat dilihat dari lima aspek dasar.

Adapun kelima aspek tersebut adalah; produk domestik bruto, ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, konsumsi rumah tangga, dan berdasarkan kontribusi terhadap ekspor nasional. Aspek pertama yaitu dengan dasar produk domestik bruto akan menggambarkan besaran hasil produksi yang mampu dikeluarkan oleh pengrajin dalam 1 tahun. Aspek kedua melihat dari dasar berapa besar tenaga kerja yang mampu diserap oleh subsektor kerajinan. Aspek ketiga akan melihat seberapa besar kerajinan mampu menghasilkan usaha-usaha baru di Indonesia. Selanjutnya aspek keempat melihat besaran permintaan atau konsumsi rumah tangga akan produk kerajinan. Dan terakhir aspek kelima melihat jumlah ekspor produk kerajinan kepada keseluruhan ekspor dari Indonesia. Berikut dalam Tabel 3-1 dipaparkan data kinerja kontribusi kerajinan berdasarkan pada lima aspek tersebut.

Tabel 3 - 1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan (2010-2013)

INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013RATA-RATA

1. Berbasis Produk Domestik Bruto

a Nilai Tambah Subsektor (ADHB)*

Miliar Rupiah

72,955.16 79,516.69 84,222.86 92,650.89 82,336.40

b Kontribusi Nilai Tambah Subsektor terhadap Ekonomi Kreatif (ADHB)*

Persen 15.42 15.09 14.55 14.44 14.88

c Kontribusi Nilai Tambah Subsektor terhadap Total PDB (ADHB)*

Persen 1.13 1.07 1.02 1.02 1.06

d Pertumbuhan Nilai Tambah Subsektor (ADHK)**

Persen - 3.51 1.91 6.38 3.93

2. Berbasis Ketenagakerjaan

a Jumlah Tenaga Kerja Subsektor

Orang 2,909,574.37 2,988,100.67 3,077,098.67 3,109,047.21 3,020,955

Page 66: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

51Bab 3: Kondisi Umum Subsektor Kerajinan di Indonesia

INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013RATA-RATA

b Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenagakerjaan Sektor Ekonomi Kreatif

Persen 25.31 25.62 26.08 26.19 25.80

c Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenagakerjaan Nasional

Persen 2.69 2.72 2.78 2.81 2.75

d Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Subsektor

Persen - 2.70 2.98 1.04 2.24

e Produktivitas Tenaga Kerja Subsektor

Ribu Rupiah/ Pekerja Pertahun

7,766 7,827 7,746 8,155 7,873.54

3. Berbasis Aktivitas Perusahaan

a Jumlah Perusahaan Subsektor

Peru-sahaan

1,054,753 1,063,645 1,071,680 1,076,612 1,066,673

b Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Jumlah Perusahaan Ekonomi Kreatif

Persen 20.04 19.95 19.85 19.86 19.93

c Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Total Usaha

Persen 1.94 1.94 1.93 1.92 1.93

d Pertumbuhan Jumlah Perusahaan

Persen - 0.84 0.76 0.46 0.69

e Nilai Ekspor Subsektor

Juta Rupiah

15,539,776.54 17,773,446.95 20,176,373.93 21,723,601.04 18,803,299.61

f Kontribusi Ekspor Subsektor terhadap Ekspor Sektor Ekonomi Kreatif

Persen 16.07 16.90 18.32 18.26 17.39

Page 67: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

52 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013RATA-RATA

g Kontribusi Ekspor Subsektor terhadap Total Ekspor

Persen 0.98 0.91 1.01 1.04 0.99

h Pertumbuhan Ekspor Subsektor

Persen - 14.37 13.52 7.67 11.85

4. Berbasis Konsumsi Rumah Tangga

a Nilai Konsumsi Rumah Tangga Subsektor

Juta Rupiah

110,447,341.00 121,993,598.46 133,549,297.45 145,267,724.11 127,814,490.25

b Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Subsektor terhadap Konsumsi Sektor Ekonomi Kreatif

Persen 17.19 17.24 17.08 16.76 17.07

c Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga

Persen 3.03 3.01 2.97 2.88 2.97

d Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga

Persen - 10.45 9.47 8.77 9.57

*ADHB = Atas Dasar Harga Berlaku **ADHK = Atas Dasar Harga Konstan

Sumber: Badan Pusat Statistik 2014, diolah

3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)Jika dibandingkan dengan nilai tambah sub sektor lain dalam kategori ekonomi kreatif, kontribusi nilai tambah yang diberikan terhadap PDB oleh subsektor Kerajinan dapat dikatakan cukup besar, yakni pada rata-rata 1,06%. Subsektor Kerajinan berada pada urutan nomor 3 terbesar penyumbang PDB setelah subsektor Kuliner dan Mode. Sehingga dirasakan perlunya stimulasi subsektor ini agar dapat berkembang lebih baik. Namun jika dilihat perkembangannya tampak bahwa kontribusi subsektor Kerajinan terhadap PDB Indonesia berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan mengalami penurunan setiap tahun. Hal ini ditunjukkan dari besaran nilai tambah yang dihasilkan dan persentase laju pertumbuhannya yang secara rata-rata mencapai 1,06%.

Dari tingkat laju pertumbuhan subsektor itu sendiri, subsektor Kerajinan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan rendah di ekonomi kreatif, 3,93%. Sedangkan subsektor Teknologi informasi bertumbuh pada tingkat rata-rata 8,81%. Walaupun begitu, pertumbuhan di subsektor Kerajinan tahun 2013 merasakan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Di mana dibanding tahun 2012 pertumbuhannya pada tingkat 6, 38%. Bisa dikatakan

Page 68: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

53Bab 3: Kondisi Umum Subsektor Kerajinan di Indonesia

Perlambatan di tahun 2012 tidak hanya dialami oleh subsektor Kerajinan, namun juga terjadi hampir di seluruh subsektor ekonomi kreatif.

Tabel 3 - 2 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis PDB Tahun 2010-2013

INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013RATA-RATA

1. Berbasis Produk Domestik Bruto

A Nilai Tambah Subsektor (ADHB)

Miliar Rupiah

72,955.16 79,516.69 84,222.86 92,650.89 82,336.40

B Kontribusi Nilai Tambah Subsektor terhadap Ekonomi Kreatif (ADHB)

Persen 15.42 15.09 14.55 14.44 14.88

C Kontribusi Nilai Tambah Subsektor terhadap Total PDB (ADHB)

Persen 1.13 1.07 1.02 1.02 1.06

D Pertumbuhan Nilai Tambah Subsektor (ADHK)

Persen - 3.51 1.91 6.38 3.93

Sumber: Badan Pusat Statistik

3.1.2 Berbasis KetenagakerjaanPada bagian ini kita melihat perkembangan subsektor Kerajinan dari sisi tenaga kerja yang ada. Data Biro Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja di sektor ini merupakan kedua terbesar setelah subsektor Mode. Hal ini cukup menggembirakan bahwa subsektor Kerajinan mampu menyerap tenaga kerja yang besar.

Tingkat partisipasi tenaga kerja subsektor Kerajinan terhadap ketenagakerjaan Nasional masih terbilang rendah, yaitu hanya pada rata-rata 2,75%. Tetapi tingkat partisipasinya pada ketenagakerjaan ekonomi kreatif menunjukan sebaliknya, yaitu pada tingkat rata-rata 25,80%. Namun secara keseluruhan, tingkat partisipasi subsektor ini baik. Hal ini terlihat bahwa angka partisipasi kepada ekonomi kreatif dan nasional terus meningkat dari tahun 2010 hingga 2013.

Jika dibandingkan tahun 2012, pada tahun 2013 subsektor Kerajinan mengalami penurunan laju pertumbuhan tenaga kerja. Sementara ditinjau dari produktivitas tenaga kerja, subsektor Kerajinan termasuk ke dalam salah satu subsektor yang menghasilkan produktivitas terendah dibanding subsektor lainnya. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah dalam membuat kebijakan ketenagakerjaan. Sehingga para tenaga kerja baru dapat melihat potensi subsektor ini dan tertarik berkarya di subsektor ini.

Page 69: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

54 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Tabel 3 - 3 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis Ketenagakerjaan Tahun 2010-2013

INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013RATA-RATA

2. Berbasis Ketenagakerjaan

A Jumlah Tenaga Kerja Subsektor

Orang 2,909,574.37 2,988,100.67 3,077,098.67 3,109,047.21 3,020,955

B Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenaga-kerjaan Sektor Ekonomi Kreatif

Persen 25.31 25.62 26.08 26.19 25.80

c Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenaga-kerjaan Nasional

Persen 2.69 2.72 2.78 2.81 2.75

d Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Subsektor

Persen - 2.70 2.98 1.04 2.24

e Produktivitas Tenaga Kerja Subsektor

Ribu Rupiah/ Pekerja Per-tahun

7,766 7,827 7,746 8,155 7,873.54

Sumber: Badan Pusat Statistik

3.1.3 Berbasis Aktivitas PerusahaanJumlah perusahaan yang bergerak di subsektor Kerajinan pada tahun 2013 mencapai 1.076.612 perusahaan, dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 0.69%. Dari segi jumlah perusahaan, subsektor Kerajinan termasuk ke-2 terbesar setelah subsektor Mode. Namun telihat bahwa laju pertumbuhannya di semakin menurun sejak tahun 2011. Hal ini memberikan sinyal adanya kejenuhan dari pelaku usaha untuk masuk ke dalam industri ini.

Jika dilihat dari nilai ekspor, lagi-lagi subsektor Kerajinan termasuk nomor 2 terbesar setelah subsektor Mode. Untuk kontribusi kepada ekspor ekonomi kreatif dan total ekspor subsektor Kerajinan cukup baik. Hal ini terlihat dari meningkatnya kontribusi subsektor Kerajinan kepada kedua hal tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah laju pertumbuhan ekspor subsektor Kerajinan, yang ternyata semakin rendah sejak 2011. Sementara dari nilai impor dapat dikatakan subsektor Kerajinan memiliki trend ketergantungan pada impor yang rendah.

Page 70: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

55Bab 3: Kondisi Umum Subsektor Kerajinan di Indonesia

Tabel 3 - 4 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis Aktivitas Usaha Tahun 2010-2013

INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013RATA-RATA

3. Berbasis Aktivitas Perusahaan

a Jumlah Perusahaan Subsektor

Peru-sahaan

1,054,753 1,063,645 1,071,680 1,076,612 1,066,673

b Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Jumlah Perusahaan Ekonomi Kreatif

Persen 20.04 19.95 19.85 19.86 19.93

c Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Total Usaha

Persen 1.94 1.94 1.93 1.92 1.93

d Pertumbuhan Jumlah Perusahaan

Persen - 0.84 0.76 0.46 0.69

e Nilai Ekspor Subsektor

Juta Rupiah

15,539,776.54 17,773,446.95 20,176,373.93 21,723,601.04 18,803,299.61

f Kontribusi Ekspor Subsektor terhadap Ekspor Sektor Ekonomi Kreatif

Persen 16.07 16.90 18.32 18.26 17.39

g Kontribusi Ekspor Subsektor terhadap Total Ekspor

Persen 0.98 0.91 1.01 1.04 0.99

h Pertumbuhan Ekspor Subsektor

Persen - 14.37 13.52 7.67 11.85

Sumber: Badan Pusat Statistik

3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah TanggaSubsektor Kerajinan memiliki nilai konsumsi rumah tangga ke-3 terbesar setelah kuliner dan mode. Kabar ini merupakan kabar baik baik pelaku usaha di subsektor Kerajinan. Tetapi yang perlu diwaspadai adalah laju pertumbuhannya konsumsinya yang menurun sejak 2011. Hal perlu menjadi perhatian bagi setiap pihak yang terkait dengan subsektor Kerajinan, agar bisa membuat rumah tangga mempertimbangkan dan mengkonsumsi produk-produk kerajinan Indonesia.

Page 71: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

56 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Tabel 3 - 5 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis Konsumsi Rumah Tangga Tahun 2010-2013

INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013RATA-RATA

a Nilai Konsumsi Rumah Tangga Subsektor

Juta Rupiah

110,447,341.00 121,993,598.46 133,549,297.45 145,267,724.11 127,814,490.25

b Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Subsektor terhadap Konsumsi Sektor Ekonomi Kreatif

Persen 17.19 17.24 17.08 16.76 17.07

c Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga

Persen 3.03 3.01 2.97 2.88 2.97

d Pertum-buhan Konsumsi Rumah Tangga

Persen - 10.45 9.47 8.77 9.57

Sumber: Badan Pusat Statistik

3.2 Kebijakan Pengembangan Subsektor KerajinanTerdapat beberapa kebijakan yang memberikan dampak langsung pada kinerja subsektor kerajinan. Berikut adalah analisis terhadap kebijakan-kebijakan tersebut:

1. Undang-undang No. 14 tahun 1997 tentang Perlindungan Perindustrian dan Undang-undang No. 12 tahun 1997 tentang Hak cipta. Kedua undang-undang ini menjadi dasar dukungan hukum untuk subsektor ekonomi kreatif. Pada UU No. 14/1997 tentang perlindungan perindustrian dikatakan bahwa “desain produk industri mendapat perlindungan hukum yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah.” Dan kemudian ditambahkan, “barang siapa dengan sengaja tanpa hak melakukan peniruan desain produk industri sebagaimana dimaksud dalam pasal diatas, dipidana selama-lamanya 2 (dua) tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Sedangkan dari UU.12/1997 tentang Hak Cipta secara spesifik memberikan sanksi yang lebih berat dibanding dengan UU. No. 14/1997. Disini dikatakan bahwa bab VI pasal 44 ayat 1, “Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau

Page 72: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

57Bab 3: Kondisi Umum Subsektor Kerajinan di Indonesia

denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).” Dan kemudian ditegaskan pada ayat 2, “barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).” Dari kedua undang-undang tersebut jelas bahwa produk kerajinan yang dihasilkan oleh para perajin mendapatkan jaminan perlindungan atas tindakan pembajakan.

2. Selanjutnya undang-undang tentang hak cipta diperbaharui dengan dikeluarkannya; Undang-undang No. 12 tahun 2002 tentang Hak Cipta.

3. Undang-undang No.31 tahun 2000 tentang Desain Industri. Pada undang-undang ini juga dikatakan mengenai perlindungan kepada desain industri, termasuk di dalamnya untuk kepentingan membuat kerajinan tangan. Hal ini disebutkan dalam Bab I, pasal 1, “Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.”

Bisa disimpulkan bahwa tantangan terbesar dari sisi kebijakan untuk subsektor kerajinan adalah bagaimana peran pemerintah (dalam hal ini Direktorat Jenderal HaKI, Kementerian Hukum dan HAM RI) agar dapat mensosialisasikan Undang-Undang yang terkait dengan Hak Cipta kepada masyarakat. Hal ini karena masih banyaknya karya masyarakat yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia di daerah-daerah, yang belum mendapatkan perlindungan hukum. Ditambah lagi, masyarakat yang belum menyadari arti penting dari pendaftaran/pendataan karya cipta dan karya kreatif tersebut. Diharapkannya pemerintah daerah pun juga berperan sama, yaitu menyadarkan arti penting hak cipta kepada setiap perajin di daerahnya. Sehingga mereka akan langsung merasakan manfaat komersial dari produk kerajinan mereka.

3.3 Struktur Pasar Subsektor KerajinanStruktur Pasar subsektor Kerajinan: Monopolistik. Sifat-sifat monopolistik adalah: ada banyaknya perusahaan, dan masuknya perusahaan baru ke pasar ini adalah bebas (tidak ada hambatan). Tetapi barang yang dihasilkan setiap perusahaan adalah berbeda. Berbeda karena, setiap perusahaan menjual merek atau versi barang yang berbeda dalam hal kualitas, tampilan ataupun reputasi. Sehingga setiap perusahaan merupakan produsen satu-satunya dari merek tersebut. Besarnya kesuksesan tergantung pada seberapa sukses sang perusahaan dapat membedakan produknya dari produk-produk perusahaan lain. Kekuasaan yang bagaikan memiliki monopoly ini pada dasarnya terbatas. Hal ini karena sebetulnya para konsumen dapat dengan mudah berpindah kepada merek substitusi (penggantinya). Oleh karena itu, itulah sebabnya ada usaha-usaha kerajinan yang mengenakan harga barang kerajinannya mahal tetapi tidak jauh lebih mahal dari substitusi terdekatnya.

Pasar monopolistik memiliki 2 karakter. Karakter pertama, perusahaan akan bersaing dengan menjual produk yang berbeda tetapi mudah digantikan oleh perusahaan lain, tapi barang penggantinya tersebut tidaklah pengganti yang sempurna atau barang yang sama persis. Karaketer kedua, bagi perusahaan adalah bebas untuk masuk dan keluar pasar dengan merek mereka. Sehingga jika ada perusahaan lama yang merasa usahanya tidak menguntungkan lagi, maka mereka pun bebas untuk keluar dari pasar tersebut.

Page 73: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

58 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Kedua karakter itupun akan terlihat pada pasar produk-produk Kerajinan. Untuk karakter yang pertama, sebuah perusahaan batik tidak akan membuat satu buah baju batik yang sama persis dengan perusahaan batik lainnya. Mungkin yang terjadi adalah kemiripan motif, tetapi hanya sampai di situ, sifat-sifat produk lainnya bisa berbeda. Karakter yang kedua adalah, jika ada perusahaan batik yang ingin masuk pasar ini, maka mereka bisa masuk dan keluar sesuai keinginan berusahanya mereka. Tidak ada hambatan untuk masuk dan keluar menjadi pemain di pasar produsen batik. Oleh karena mudah masuknya pesaing ke pasar ini, maka disarankan agar pemain-pemain di pasar monopolistik ini untuk bisa membedakan produknya tidak hanya melalui keunikan produknya. Mereka bisa saja membedakan penawaran produknya melalui cara lain seperti; membuka toko di lokasi lain, keahlian dari para agen penjualan, bahkan sampai kemudahan pembayaran akan produk-produknya.

3.4 Daya Saing Subsektor Kerajinan

Gambar 3 - 1 Kinerja Daya Saing Subsektor Kerajinan Saat Ini

Hasil focus group discussion dan indepth interview dengan pengamat subsektor ini, diketahui bahwa daya saing produk kerajinan Indonesia cukup baik di dalam negeri. Selain karena karakter pasar kerajinan yang menawarkan produk-produk yang unik dan tidak sama persis, juga penyebabnya adalah perilaku konsumen Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa pada dasarnya, konsumen dalam negeri kita masih loyal dengan produk-produk kerajinan yang khususnya dibuat oleh perajin dari Indonesia.

Yang menjadi tantangan daya saing adalah ketika produk kerajinan Indonesia dibandingkan dengan produk serupa dari negara lain. Oleh karena itu, tantangan daya saing ini terasa sekali di pasar luar negeri. Hal ini berarti tidak adanya lagi sentimen nasionalisme dari konsumen dan pilihan didasarkan pada kualitas produk. Kualitas produk disini adalah seperti kerapihan produk, penggunaan bahan yang baik, produk bisa tahan lama, ketepatan produksi barang, dan lain-lain.

Page 74: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

59Bab 3: Kondisi Umum Subsektor Kerajinan di Indonesia

Sering kali hal-hal kualitas produk kerajinanlah yang membuat konsumen akan membeli. Dan karena sering kali kualitas produk yang tidak standard dan tidak konsisten inilah yang akhirnya menggerogoti daya saing produk-produk kerajinan dari Indonesia di pasar luar negeri.

Indonesia merupakan pasar yang potensial dikarenakan ukuran pasar yang besar dan kondisi perekonomian makro yang dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonominya. Tetapi untuk memiliki subsektor kerajinan yang kuat dan berkembang, maka kita tidak dapat untuk terus bergantung kepada pasar dalam negeri.

3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Subsektor KerajinanPada bagian ini dijelaskan potensi dan permasalahan subsektor Industri Kreatif di Indonesia, dengan merujuk 7 isu strategis yang dialami oleh ekonomi kreatif, yaitu: sumber daya kreatif, sumber daya pendukung, industri, pembiayaan, pemasaran, infrastruktur dan teknologi, serta kelembagaan.

Tabel 3 - 6 Potensi dan Permasalahan Penembangan Subsektor Kerajinan

POTENSI (Peluang dan Kekuatan)

 PERMASALAHAN (Tantangan, Hambatan, Kelemahan, Ancaman)

1. SUMBER DAYA KREATIF

1 Dilihat dari besarnya jumlah populasi penduduk Indonesia usia produktif di masa depan. Hal ini akan berguna sebagai tenaga pengrajin ataupun tenaga pendukung bagi pengrajin di masa-masa depan.

1 Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia di bidang kerajinan (kurangnya SDM yang berkualitas, mulai dari sikap & mentalnya).

2 Banyaknya SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) kerajinan, ditambah adanya perguruan tinggi senirupa & design.

2 Sangat sedikitnya potensi orang kreatif, dari populasi orang muda yang jumlahnya besar (proporsi).

3 Pendidikan nonformal di bidang kerajinan, seperti kursus-kursus di bidang kerajinan.

3 Sulitnya alih pengetahuan antar generasi tua ke generasi muda, karena adanya perbedaan orientasi antar generasi. Misalnya, generasi muda yang ingin serba cepat dan kurang menyukai seni tradisional.

4

 

Terjadinya kolaborasi & sinergi dengan lembaga pendidikan formal & nonformal manajemen. Sebagai contoh, dengan kerjasama dengan sekolah tinggi ekonomi ataupun fakultas ekonomi sebuah universitas.     

4 Hilangnya para maestro craft, dan belum sempat alih pengetahuan.

5 Kurangnya sekolah-sekolah yang mampu mencetak orang kreatif

6 Kurangnya berpikir secara “out of the box”, khususnya dari sisi pengrajin.

7 Kurangnya pemahaman akan HKI (Hak Kekayaan Intelektual) dalam kegiatan ekonomi kreatif umumnya dan khususnya di industri kerajinan.

8 Kurikulum pendidikan yang tidak mendukung dihasilkannya orang-orang kreatif

9 Tidak mendukung motivasi/keinginan berwirausaha

Page 75: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

60 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

POTENSI (Peluang dan Kekuatan)

 PERMASALAHAN (Tantangan, Hambatan, Kelemahan, Ancaman)

10 Tidak adanya kesinambungan antara kurikulum SMK dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi (polytechnic seni, pendidikan seni rupa).

11 Seringkali tidak tepat sasarannya kegiatan pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada pengrajin.

12 Tidak tepatnya pemangku kepentingan dalam pengelolaan & pelaksanaan program/pelatihan.

2. SUMBER DAYA PENDUKUNG

1 Kayanya nilai budaya & tradisi Indonesia yang tersebar di berbagai daerah.

1 Kurangnya pendataan, pengembangan, & pengadaan bahan-bahan berasal dari sumber daya alam Indonesia.

2 Materi bahan mentah untuk produk-produk kerajinan yang tersedia di dalam negeri dalam jumlah yang tidak sedikit juga.

2 Kurang optimalnya pengelolaan & distribusi sumber daya alam sebagai bahan baku untuk industri kerajinan.

3 Terjadinya Cross learning (pembelajaran) antar budaya di satu daerah dengan daerah lain yang mengakibatkan semakin luasnya persebaran budaya di Indonesia.    

3 Tidak ada dan/atau kurangnya kebijakan untuk pengadaan & pengembangan berbagai jenis bahan baku siap pakai untuk industri kerajinan yang standard.

4 Adanya anggapan bahwa bahan mentah kerajinan lebih baik di ekspor ke negara-negara pesaing.

5 Kurangnya pendataan, pendokumentasian karya-karya budaya yang dapat mengembangkan kerajinan Indonesia.

6 Kurangnya promosi terhadap potensi sumber daya budaya.

3. INDUSTRI

1 Masih adanya kewajiban bagi BUMN dan perusahaan swasta agar mengikuti program pendampingan kemitraan dengan pengrajin.

1 Kurangnya R & D (research & development) oleh para pengrajin (Orang kreatif).

2 Adanya sistem penjamin kualitas & standard, seperti curator dan system standard dalam produksi barang kerajinan yang massal.

2 Kurangnya fasilitasi mesin & peralatan dalam proses produksi barang kerajinan.

3 Kurangnya kegiatan produksi barang kerajinan yang berkelanjutan & ramah lingkungan

Page 76: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

61Bab 3: Kondisi Umum Subsektor Kerajinan di Indonesia

POTENSI (Peluang dan Kekuatan)

 PERMASALAHAN (Tantangan, Hambatan, Kelemahan, Ancaman)

4. PEMBIAYAAN

1 Pengrajin sekarang mendapat kesempatan akan akses dana untuk operasional produksi kerajinan mereka. Yang mana bersumber dari:1. Produk kredit pembiayaan, baik itu

berasal dari perbankan dan juga non perbankan.

2. Koperasi di tingkat daerah juga membantu pembiayaan ke para pengrajin.

3. Dana CSR (Corporate Social Responsibility) dari perusahaan-perusahaan swasta.

4. Lembaga pemerintah, seperti BUMN (Badan Usaha Milik Negara).

5. Lembaga/perusahaan asing, seperti lembaga bantuan dari luar negeri ataupun dari perusahaan luar negeri.

1 tidak adanya lembaga yg memberikan pendanaan ke pelaku usaha kerajinan dengan konsep “angel investor”/model ventura.

2 banyak pelaku usaha kerajinan yang mengetahui ttg produk kredit ke usaha kecil, tapi belum banyak yang memanfaatkan.

3 secara umum sumber pendanaan untuk men-support industri kerajinan di Indonesia, adalah kecil. Dalam arti masih bermodel harus dengan jaminan kredit seperti di perbankan ketika mengucukan kredit kepada perusahaan biasa.

5. PEMASARAN

1 Potensi permintaan dari pasar dalam & luar negeri

1 Lemahnya posisi pengrajin dalam menentukan harga dengan pembeli, karena lemahnya posisi asosiasi pengrajin.

2 Online marketing (termasuk di dalamnya peran social media).

2 Belum kuatnya penggunaan produk kerajinan lokal di outlet potensial, terutama hotel & restaurant.

3 Terlihat dari pameran kerajinan di dalam negeri yang selalu padat

3 Belum optimalnya penggunaan produk kerajinan di instansi pemda ataupun swasta nasional/daerah.

4 Jumlah kelas menengah di Indonesia yang besar dan memiliki daya beli yang besar juga.

4 Belum dimanfaatkannya teknologi informasi sebagai sarana pemasaran yang efektif.

5 Tren penggunaan kerajinan lokal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

5 Lemahnya pemahaman tentang konsep branding dalam pemasaran kerajinan.

6 Semakin banyaknya permintaan produk yang dihasilkan dengan keterampilan tangan yang sangat tinggi.

6 Kurangnya pengetahuan tentang manajemen, usaha, pemasaran, keuangan dsb.

 7 

Semakin banyaknya pengrajin yang menjual produk dengan memasukan unsur “pengalaman mencoba” & lengkap beserta cerita mengenai kerajinan tersebut.

7 Tidak adanya kebijakan klasifikasi pasar industri kerajinan berdasarkan klasifikasi produk kerajinannya.

Page 77: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

62 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

POTENSI (Peluang dan Kekuatan)

 PERMASALAHAN (Tantangan, Hambatan, Kelemahan, Ancaman)

8 Belum siapnya IKM (Industri Kecil Menengah) kerajinan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (di antaranya produk kerajinan impor yang lebih murah).

9 Produk kerajinan yang dibuat di luar daerah asal kerajinan tersebut, dan masuk kembali ke daerah asal sebagai produk pesaing.

6. INFRASTRUKTUR DAN TEKNOLOGI

1 Perkembangan teknologi informasi menciptakan beberapa potensi bagi subsektor kerajinan. Seperti perkembangan teknologi baru untuk produksi, sehingga proses produksi barang menjadi lebih efisien dan juga efektif.

1 Kurangnya pengembangan alat-alat produksi yang efisien & efektif.

2 Munculnya teknologi dalam produksi barang-barang kerajinan.  

2 Belum terserapnya secara optimal subsidi dana atau skema pengadaan dan/atau pengembangan teknologi bagi industri kerajinan, khususnya program dari pemerintah.

3 Kurangnya teknologi yang dapat memaksimalkan bahan baku berasal dari sumber daya alam Indonesia.

7. KELEMBAGAAN

1 Peran aktif dari lembaga pemerintah (kementerian, BUMN).

1 Penguatan lembaga konsultasi HKI terutama di daerah, sehingga mereka bisa memberikan pemahaman HKI kepada pengrajin.

2 Peran aktif dari lembaga swasta. 2 Kurangnya koordinasi antar kementerian terkait kebijakan didalam industri kerajinan. (Perindustrian, Perdagangan, KUKM dan Kemenparekraf).

3 Peran aktif dari Asosiasi untuk bantu pengrajin berkembang.  

3 Lemahnya penegakan hukum dan HKI.

4 Belum optimalnya kebijakan pemerintah yang mendukung pemasaran produk kerajinan. Di antaranya kebijakan pajak, promosi, pengadaan bahan baku, infrastruktur, dsb.

Page 78: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit
Page 79: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

64 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Page 80: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

65BAB 4: Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

BAB 4 Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

Page 81: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

66 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015-2019Arahan RPJPN 2005-2025, pembangunan nasional tahap ketiga (2015-2019) adalah ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan iptek yang terus meningkat.

Pembangunan periode 2015-2019 tetap perlu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi haruslah inklusif dan berkelanjutan, yaitu meminimasi permasalahan sosial dan lingkungan. Pembangunan inklusif dilakukan terutama untuk mengurangi kemiskinan, ketimpangan antar penduduk dan ketimpangan kewilayahan antara Jawa dan luar Jawa, kawasan barat dan kawasan timur, serta antara kota-kota dan kota-desa. Pembangunan berkelanjutan dilakukan untuk memberikan jaminan keberlanjutan manfaat yang bisa dirasakan generasi mendatang dengan memperbaiki kualitas lingkungan (sustainable).

Tema pembangunan dalam RPJMN 2015- 2019 adalah pembangunan yang kuat, inklusif, dan berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan apa yang ingin dicapai dalam lima tahun mendatang, maka fokus perhatian pembangunan nasional adalah:

1. Merealisasikan potensi ekonomi Indonesia  yang besar menjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang menghasilkan lapangan kerja yang layak (decent jobs) dan mengurangi kemiskinan yang didukung oleh struktur ekonomi dan  ketahanan ekonomi yang kuat.

2. Membuat pembangunan dapat dinikmati oleh segenap bangsa Indonesia di berbagai wilayah Indonesia secara adil dan merata.

3. Menjadikan Indonesia yang bersih dari korupsi dan memiliki tata kelola pemerintah dan perusahaan yang benar dan baik.

4. Menjadikan Indonesia indah yang lebih asri, lebih lestari.

Dalam rancangan teknokratik RPJMN 2015-2019 terdapat enam agenda pembangunan, yaitu: (1) Pembangunan Ekonomi; (2) Pembangunan Pelestarian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, dan Pengelolaan Bencana (3) Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan; (4) Pembangunan Kesejahteraan Rakyat; (5) Pembangunan Wilayah; dan (6) Pembangunan Kelautan.

Pembangunan Ekonomi Kreatif pada lima tahun mendatang ditujukan untuk memantapkan pengembangan ekonomi kreatif dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.

Memantapkan pengembangan ekonomi kreatif yang dimaksud adalah memperkuat landasan kelembagaan untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam pembangunan dengan melibatkan seluruh pemangku kebijakan. Landasan yang kuat akan menjadi dasar untuk mewujudkan daya saing nasional dengan memanfaatkan iptek dan kreativitas serta kedinamisan masyarakat untuk berinovasi, dan menciptakan solusi atas permasalahan dan tantangan yang dihadapi dengan memanfaatkan sumber daya lokal untuk menciptakan industri kreatif yang berdaya saing, beragam, dan berkelanjutan.

Page 82: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

67Bab 4: Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

Secara strategis  pengembangan ekonomi kreatif tahun 2015-2019 bertujuan untuk menciptakan ekonomi kreatif yang berdaya saing global. Tujuan ini akan dicapai antara lain melalui peningkatan kuantitas dan kualitas orang kreatif lokal yang didukung oleh lembaga pendidikan yang sesuai dan berkualitas, peningkatan kualitas pengembangan dan pemanfaatan bahan baku lokal yang ramah lingkungan dan kompetitif, industri kreatif yang bertumbuh, akses dan skema pembiayaan yang sesuai bagi wirausaha kreatif lokal, pasar yang makin beragam dan pangsa pasar yang makin besar, peningkatan akses terhadap teknologi yang sesuai dan kompetitif, penciptaan iklim usaha yang kondusif dan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap karya kreatif lokal.

Subsektor kerajinan tentu saja akan mendukung pencapaian dari tujuan pembangunan ekonomi kreatif tersebut. Ada empat cara diharapkan kerajinan bisa membantu mencapainya. Yaitu, pertama dengan membuat permintaan yang kuat akan barang kerajinan Indonesia pada pasar dalam negeri. Kedua, dengan memperkuat kegiatan produksi kerajinan itu sendiri. Seperti dari sumber daya manusia pengrajin atau pendukungnya, akses permodalan yang mudah dan berbiaya rendah, serta menjamin adanya pasokan bahan mentah kerajinan. Ketiga, dengan merancang lingkungan usaha yang berdekatan dan saling mendukung dari sisi usaha. Sehingga diharapkan biaya lebih kecil dan pengetahuan bisa lebih mudah disebarkan diantara pihak-pihak terkait. Dan terakhir, keempat melalui penciptaan iklim usaha melalui kebijakan pemerintah agar terjadi persaingan yang sehat yang memacu perbaikan dan inovasi.

4.2 Visi, Misi, Tujuan, dan Pengembangan KerajinanVisi, misi, tujuan dan sasaran strategis merupakan kerangka strategis pengembangan kerajinan pada periode 2015-2019 yang menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi/lembaga terkait secara terarah dan terukur. Secara umum, kerangka strategis pengembangan kerajinan pada periode 2015-2019 dapat dilihat pada gambar 4-1.

4.2.1 Visi Pengembangan KerajinanBerdasarkan kepada keadaan subsektor kerajinan di Indonesia saat ini, termasuk potensi yang ada, serta tantangan yang mungkin menghadang dan juga arahan strategis pembangunan nasional dan pengembangan ekonomi kreatif periode 2015-2019, maka visi pengembangan kerajinan selama periode 2015-2019 adalah: ““Terwujudnya subsektor kerajinan yang berdaya saing

global serta berkontribusi pada kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan

Terwujudnya subsektor kerajinan yang berdaya saing global yang dimaksudkan disini adalah bahwa subsektor kerajinan adalah sektor unggulan dalam ekonomi kreatif di Indonesia. Hal ini terlihat dari besarnya kontribusi sektor kerajinan dalam PDB Indonesia, yang menempati posisi ketiga terbesar setelah subsektor kuliner dan mode. Melalui visi ini bisa dikatakan bahwa subsektor kerajinan bercita-cita menjadi pemenang dalam persaingan di pasar domestik maupun internasional. Posisi pemenang ini dapat diraih dengan memiliki daya saing yang baik. Dengan memiliki daya saing yang baik, pasar (dalam atau luar negeri) akan mampu melihat produk kerajinan Indonesia yang berkualitas.

Page 83: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

68 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Berkontribusi pada kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan berarti dengan menjadi pemenang persaingan, diharapkan bisa menghantarkan pelaku di subsektor kerajinan menjadi sejahtera. Pelaku kerajinan di Indonesia masih mayoritas berskala UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Di subsektor ini pun dikenal bahwa kegiatan produksinya yang padat karya. Sehingga jika ada perajin yang mampu memenangi persaingan di pasar, maka akan membawa manfaat positif yang luas. Dalam arti, ketika usaha seorang perajin menjadi maju, maka karyawan beserta pihak-pihak yang terkait juga bisa semakin sejahtera.

Tabel 4 - 1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan Kerajinan 2015 - 2019

VIS

I “Terwujudnya subsektor kerajinan yang berdaya saing global serta berkontribusi pada kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan.”

MIS

I

Mengoptimalkan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya lokal yang berdaya saing, dinamis, & berkelanjutan

Mengembangkan industri kerajinan yang berdaya saing, tumbuh, beragam, dan berkualitas

Mengembangkan lingkungan yang kondusif untuk pemberdayaan potensi dan pengetahuan kerajinan yang berdasarkan kreativitas dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan

TU

JUA

N

1 Terciptanya pelaku kreatif kerajinan yang berdaya saing dan mampu mengangkat potensi kekayaan lokal.

3 Terwujudnya industri kerajinan yang berkembang secara optimal dan berkualitas.

4 Terciptanya sumber pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing.

5 Terwujudnya industri kerajinan yang mampu menjawab kebutuhan dari pasar domestik dan internasional.

2 Terjaminnya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan budaya bagi kerajinan secara berkelanjutan

6 Terciptanya infrastruktur dan teknologi yang mendukung pelaku kerajinan untuk maju dan berkembang.

7 Terwujudnya kelembagaan yang menghargai proses kreatif dari setiap produk kerajinan.

SA

SA

RA

N S

TR

AT

EG

IS

1 Meningkatnya kuantitas dan kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan kerajinan

4 Meningkatnya wirausahawan kreatif kerajinan yang mampu mengembangkan produk sesuai dengan kondisi lokal dan internasional

7 Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses dan bersaing.

8 Meningkatkan akses pasar produk kerajinan di pasar domestik dan internasional

9 Meningkatnya ketersediaan jaringan telematika, logistik yang mendukung pengembangan kerajinan.

2 Meningkatnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia pelaku dan pendukung kerajinan.

Meningkatnya kualitas dan kuantitas usaha-usaha kerajinan di berbagai daerah

10 Meningkatnya penerapan teknologi produksi yang optimal untuk meningkatkan nilai tambah barang kerajinan yang berkualitas dan beragam.

11 Meningkatnya partisipasi aktif pemegang kepentingan dalam pengembangan kerajinan yang berkualitas dan berkelanjutan

Page 84: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

69Bab 4: Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

3 Tersedianya materi bahan mentah dan sumber budaya lokal bagi kerajinan, yang terpercaya, mudah, dan cepat di akses.

6 terciptanya karya kerajinan yang beragam dan berkualitas

12 Meningkatkan pemahaman aspek-aspek hukum terkait ekonomi kreatif dan Hak Kekayaan Intelektual serta menjamin perlindungan hukum bagi pelaku kreatif

13 Meningkatkan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku kreatif subsektor kerajinan.

14 Meningkatnya apresiasi kepada orang pelaku kerajinan dan karya kreatif mereka.

4.2.2 Misi Pengembangan KerajinanDalam mewujudkan Visi pengembangan subsektor Kerajinan tersebut, maka pencapaiannya akan melalui pelaksanakan Misi pengembangan subsektor Kerajinan 2015-2019, yaitu sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya lokal yang berdaya saing, dinamis, & berkelanjutan. Misi pertama ini memiliki 3 arti, yaitu:a. Mengembangkan sumber daya manusia penghasil dan pendukung kerajinan yang

merata di seluruh wilayah Indonesia. Serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia penghasil kerajinan agar bisa menghasilkan barang kerajinan yang berdasarkan pada kekayaan nilai-nilai lokal dengan sentuhan kekinian sehingga mampu bersaing di tingkat global.

b. Dalam pengembangan kerajinan ini pihak-pihak yang terkait harus dapat menjaga keseimbangan antara melestarikan nilai-nilai budaya lokal dengan memasukan unsur-unsur kekinian. Diharapkan dengan praktek ini bisa memperkuat karakter dan jatidiri bangsa Indonesia.

c. Ketika mengembangkan kerajinan ini, penggunaan dan pengembangan sumber daya alam lokal juga harus bisa dilakukan secara berkelanjutan. Sehingga kegiatan penciptaan kerajinan ini bisa berlangsung secara terus menerus dan mampu memberikan nilai ke generasi selanjutnya.

2. Mengembangkan industri kerajinan yang berdaya saing, tumbuh, beragam, dan berkualitas, di sini berarti mampu membuat suatu ekosistem yang mendukung berkembangnya wirausaha di bidang kerajinan, serta mampu membuat dan meningkatkan karya kerajinan yang berkualitas

3. Mengembangkan lingkungan yang kondusif untuk pemberdayaan potensi dan pengetahuan kerajinan yang berdasarkan kreativitas dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Misi ini memiliki 2 arti, yaitu:a. Lingkungan kondusif berarti pemerintah dapat memfasilitasi terciptanya infrastruktur

subsektor kerajinan yang kondusif. Hal ini termasuk di dalamnya: insitusi, peraturan-peraturan yang dapat memberikan insentif pada penciptaan nilai barang-barang kerajinan dan mengatur kelancaran jalannya pasar barang kerajinan, serta akses pembiayaan dan pembentukan jejaring dan asosiasi.

b. Keterlibatan seluruh pemangku kepentingan berarti pemerintah meyakinkan seluruh pihak yang berkepentingan dari para pengrajin, akademis, hingga praktisi mampu ikut serta secara aktif mengembangkan kerajinan ini secara transparan dan akuntabel.

Page 85: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

70 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

4.2.3 Tujuan Pengembangan KerajinanBerdasarkan pada tiga misi yang diemban untuk pencapaian visi yang sudah ditetapkan, kemudian akan ditentukan 7 (tujuh) tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Terciptanya pelaku kreatif subsektor kerajinan yang berdaya saing dan mampu mengangkat potensi kekayaan lokal. Pelaku kreatif pada subsektor kerajinan ini mencakup dari pengrajin, sentra kerajinan tradisional, pengusaha kerajinan, studio-workshop kriya/desain, serta independent artist/designer. Pelaku kreatif yang berdaya saing artinya mempunyai keahlian dan pengetahuan untuk menciptakan dan mendukung karya kerajinan dengan tidak melupakan potensi-potensi dari dalam negeri.

2. Terjaminnya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan budaya bagi kerajinan secara berkelanjutan. Perlindungan berarti perlu adanya peraturan yang menjamin agar sumber daya alam juga dilestarikan, serta sumber daya budaya bisa dijaga dengan pengarsipan yang baik. Pengembangan artinya baik sumber daya alam atau budaya bisa digunakan sepenuhnya untuk inspirasi karya-karya kerajinan. Dan terakhir, pemanfaatan disini berarti semua pihak yang berkepentingan dapat memiliki akses ke sumber daya alam dan budaya tersebut dalam proses penciptaan nilai barang kerajinan di kemudian hari.

3. Terwujudnya industri kerajinan yang berkembang secara optimal dan berkualitas. Hal ini berarti terjadi sebuah sistem yang mendorong tumbuhnya usaha dan wirausaha di bidang yang mampu memberikan keluaran secara konsisten berupa barang-barang kerajinan yang berkualitas.

4. Terciptanya sumber pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing. Pembiayaan yang transparan berarti publik dapat mengetahui semua informasi terkait dengan hal tersebut. Mudah diakses berarti berbagai pihak dapat mudah mendapatkan pembiayaan tersebut melalui sistem informasi yang terpadu. Dan bersaing berarti lembaga pembiayaan yang ada akan secara sehat berusaha memberikan pelayanaan terbaik kepada pelaku-pelaku kreatif. .

5. Terwujudnya industri kerajinan yang mampu menjawab kebutuhan dari pasar domestik dan internasional. Artinya adalah terciptanya barang-barang kerajinan yang berkualitas sehingga jumlah permintaan dan pembeli akan barang-barang tersebut akan meningkat, baik di dalam atau luar negeri.

6. Terciptanya infrastruktur dan teknologi yang mendukung pelaku kerajinan untuk maju dan berkembang. Hal ini berarti para pelaku kerajinan mendapatkan sarana, prasarana, dan teknologi mutakhir yang mampu membantu dan mengembangkan proses kreasi kerajinan mereka dengan lebih efisien dan efektif.

7. Terwujudnya kelembagaan yang menghargai proses kreatif dari setiap produk kerajinan. Kelembagaan yang menghargai berarti bahwa untuk mengembangkan kerajinan maka diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang melindungi hak kekayaan intelektual dari para pelaku kreatif kerajinan. Selain itu, penghargaan juga dapat di berikan melalui kelembagaan yang mengatur mengenai apresiasi terhadap pelaku kreatif kerajinan yang berprestasi baik di dalam atau luar negeri.

Page 86: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

71Bab 4: Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pencapaian Pengembangan KerajinanUntuk mencapai tujuh tujuan pengembangan kerajinan, maka terdapat empat belas sasaran strategis yang dapat diindikasikan oleh 53 indikasi strategis. Sasaran dan indikasi strategis pengembangan kerajinan meliputi:

1. Meningkatnya kuantitas dan kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan kerajinan.a. Naiknya jumlah sekolah menengah kejuruan kerajinan, politeknik kerajinan, dan

jurusan kerajinan di perguruan tinggi seni di luar pulau jawa. b. Meningkatnya sekolah menengah kejuruan kerajinan, politeknik kerajinan, dan jurusan

kerajinan di perguruan tinggi di luar Jawa dengan nilai akreditasi baik di luar pulau Jawa. c. Terdapatnya pembaharuan kurikulum pendidikan yang menekankan pada kualitas, disiplin

berkreasi, dan mudah diterapkan pada sekolah-sekolah kerajinan di seluruh Indonesia. d. Kualitas pengajaran yang meningkat, dengan metode pengajaran yang mendorong

kreatifitas. 2. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia pelaku dan pendukung kerajinan.

a. Terciptanya secara merata jumlah lulusan sekolah kerajinan dari berbagai tingkatan (sekolah menengah kejuruan, politeknik, perguruan tinggi).

b. Meningkatnya jumlah pelaku kerajinan dan juga pendukungnya yang memiliki latar belakang pendidikan kerajinan.

c. Terciptanya pelaku kerajinan yang produktif, menjunjung tinggi kualitas, menghargai seni dan keaslian, paham menggunakan teknologi dalam kegiatan kreasinya, mampu mengelola sumberdaya yang ada, dapat bekerja sama dengan pihak lain, serta peduli dengan kondisi sekitarnya.

d. Terciptanya system secara berkala mengirimkan pelaku dan pihak pendukung untuk mendapatkan pelatihan/studi lanjut dari insitusi pendidikan yang unggul. Tersedianya materi bahan mentah dan sumber budaya lokal bagi kerajinan, yang terpercaya, mudah, dan cepat di akses.

e. Terciptanya pusat data acuan yang berisi informasi mengenai lokasi tersedianya bahan-bahan mentah kerajinan tertentu di Indonesia, serta juga informasi harga bahan-bahan tersebut di pasaran.

f. Mudahan diaksesnya pusat data bahan mentah tersebut oleh pelaku dan pihak pendukung. g. Terkontrolnya harga-harga baham mentah untuk berbagai kerajinan. h. Meningkatnya jumlah dokumentasi dan kumpulan catatan mengenai nilai budaya,

dan juga produk budaya dari seluruh wilayah di Indonesia.3. Meningkatnya wirausahawan kreatif kerajinan yang mampu mengembangkan produk

sesuai dengan kondisi lokal dan internasional.a. Meningkatnya jumlah keanggotaan pelaku kerajinan yang tergabung dalam asosiasi-

asosiasi kerajinan. b. Meningkat jumlah usaha-usaha dengan produk utama barang-barang kerajinan di

berbagai daerah di Indonesia.c. Meningkatnya jumlah usaha berbentuk wokshop atau studio yang fokus pada kreasi

barang kerajinan. d. Terciptanya sentra-sentra kerajinan baru di berbagai daerah.

Page 87: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

72 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas usaha-usaha kerajinan di berbagai daerah.a. Semakin banyak pelaku dan pendukung kerajinan yang memahami mengenai standard

barang berkualitas dari kerajinannya.b. Terciptanya asosiasi atau komunitas untuk mengembangkan pelaku usaha kerajinan

di berbagai daerah. c. Masih bertahannya usaha-usaha kerajinan yang sudah lama dan juga meningkatnya

jumlah usaha-usaha yang baru.d. Terciptanya kolaborasi antara pelaku kerajinan dalam menghantarkan produk yang

lebih berkualitas.5. Terciptanya karya kerajinan yang beragam dan berkualitas.

a. Semakin kecilnya jumlah keluhan yang muncul dari pembeli barang kerajinan, baik di dalam atau luar negeri.

b. Konsistennya usaha kerajinan dalam kesempatan mengenalkan berbagai produk-produk barunya.

6. Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing.a. Semakin banyaknya institusi keuangan yang mengeluarkan produk pembiayaan bagi

usaha kecil dan menengah di bidang kerajinan. b. Terciptanya kebijakan pemerintah yang mendukung pembiayaan produksi kerajinan

oleh BUMN atau bank pemerintah. c. Terciptanya skema keringanan pembiayaan (pajak) dari pemerintah untuk operasional

usaha-usaha kerajinan. d. Semakin banyak macamnya pihak yang menyediakan pembiayaan kepada usaha

kerajinan dalam bentuk investasi atau pinjaman.7. Meningkatkan akses pasar produk kerajinan di pasar domestik dan internasional.

a. Semakin banyaknya jumlah pengusaha kerajinan yang megikuti pameran produk kerajinan di dalam dan luar negeri.

b. Semakin meningkatnya jumlah toko atau galeri barang kerajinan di berbagai retail modern di kota-kota besar di Indonesia.

c. Terciptanya outlet resmi barang kerajinan di berbagai daerah wisata di Indonesia. d. Semakin banyaknya usaha-usaha kerajinan yang memiliki website atau melakukan

kegiatan penjualan melalui internet. e. Terciptanya pusat informasi produk kerajinan Indonesia di berbagai kedutaan besar

di seluruh dunia. f. Meningkatnya jumlah pengunjung dan pembeli pameran kerajinan, baik di dalam

atau luar negeri g. Meningkatnya pembeli dengan skala perusahaan atau bisnis untuk barang-barang kerajinan.

8. Meningkatnya ketersediaan jaringan telematika, logistik yang mendukung pengembangan kerajinan.a. Terciptanya jelas jalur logistik ke berbagai daerah di Indonesia, untuk menjamin

penghantaran pasokan dan barang jadi ke pasar. b. Terciptanya skema bantuan teknologi komunikasi dan informasi bagi usaha-usaha

kerajinan.

Page 88: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

73Bab 4: Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

9. Meningkatnya penerapan teknologi produksi yang optimal untuk meningkatkan nilai tambah barang kerajinan yang berkualitas dan beragam.a. Meningkatnya adopsi penggunaan teknologi komunikasi dan informasi di setiap

kegiatan rantai nilai usaha kerajinan yang ada. b. Meningkatnya adopsi teknologi dalam kegiatan produksi barang-barang kerajinan,

sehingga mampu meningkatkan kualitas barang yang dihasilkan. 10. Meningkatnya partisipasi aktif pemegang kepentingan dalam pengembangan kerajinan

yang berkualitas dan berkelanjutan.a. Semakin aktifnya peran Dewan Kerajinan Nasionalb. Terciptanya komunitas/asosiasi pelaku kerajinan di berbagai daerah untuk setiap

jenis kerajinan. c. Terciptanya komunitas /asosiasi pendukung kerajinan di berbagai daerah untuk

setiap jenis kerajinan. d. Meningkatnya peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan yang berkaitan dengan

kerajinan. 11. Meningkatkan pemahaman aspek-aspek hukum terkait ekonomi kreatif dan Hak Kekayaan

Intelektual serta menjamin perlindungan hukum bagi pelaku kreatif. a. Terciptanya peraturan yang akan memberikan jaminan atas hak kekayaan intelektual

dari barang kreasi pengrajin. b. Semakin kecilnya kasus perselisihan dari pelaku kerajinan terkait dengan pelanggaran

hak atas ciptaan barang kerajinan. c. Meningkatnya program pelatihan bagi pelaku kerajinan dan pendukungnya mengenai

peraturan akan perlindungan hak kekayaan intelektual. d. Terciptanya suasana berusaha dengan jaminan sanksi bagi pihak yang melanggar

aturan yang berlaku. 12. Meningkatkan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku kreatif kerajinan.

a. Terciptanya kebijakan pemerintah yang akan mengatur agar berbagai pihak yang berkecimpung dalam dunia kerajinan tidak akan saling merugikan.

b. Terciptanya mekanisme perdagangan di pasar yang akan sama-sama menguntungkan bagi pelaku kerajinan serta konsumennya.

c. Terciptanya mekanisme keringanan biaya atau pajak dalam berusaha bagi para pelaku dan pendukung kerajinan.

13. Meningkatnya apresiasi kepada orang pelaku kerajinan dan karya kreatif mereka.a. Terciptanya instrumen penghargaan bagi pelaku kerajinan dan pendukung kerajinan

yang berprestasi, baik dari dalam negeri ataupun dari luar negeri. b. Semakin meningkatnya pelaku dan pendukung kerajinan yang mendapatkan

penghargaan tersebut. c. Terciptanya pola pikir di konsumen bahwa pemakaian produk kerajinan dalam negeri

merupakan hal yang baik. d. Meningkatnya penggunaan barang kerajinan dalam berbagai unsur kehidupan sehari-hari. e. Semakin banyaknya kolektor, museum, dan galeri untuk barang-barang kerajinan.

Page 89: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

74 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

4.4 Arah Kebijakan Pengembangan KerajinanArah pengembangan kerajinan dijabarkan berdasarkan tujuan pengembangan kerajinan, yang meliputi 7 tujuan utama, yaitu: (1) Terciptanya pelaku kreatif subsektor kerajinan yang berdaya saing dan mampu mengangkat potensi kekayaan lokal; (2) Terjaminnya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan budaya bagi kerajinan secara berkelanjutan; (3) Terwujudnya industri kerajinan yang berkembang secara optimal dan berkualitas; (4) Terciptanya sumber pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing; (5) Terwujudnya industri kerajinan yang mampu menjawab kebutuhan dari pasar domestik dan internasional; (6) Terciptanya infrastruktur dan teknologi yang mendukung pelaku kerajinan untuk maju dan berkembang; dan (7) Terwujudnya kelembagaan yang menghargai proses kreatif dari setiap produk kerajinan. Berikut arah kebijakan-kebijakan dari setiap tujuan yang ada:

4.4.1 Arah kebijakan penciptaan pelaku kreatif subsektor kerajinan yang berdaya saing dan mampu mengangkat potensi kekayaan lokal

a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas lembaga pendidikan formal vokasional dan nonformal, serta mengembangkan kurikulum bagi kerajinan.

b. Penyusunan program pelatihan yang melibatkan desainer, lembaga pendidikan dan penelitian dengan pelaku kreatif subsektor kerajinan.

4.4.2 Arah kebijakan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan budaya bagi kerajinan secara berkelanjutan

a. Menyusun kebijakan bekerjasama dengan lembaga/instansi terkait untuk mendukung tumbuhnya pelaku usaha yang bergerak dibidang penyediaan bahan baku, bahan penolong dan/atau bahan-bahan terkait lainnya.

4.4.3 Arah kebijakan penciptaan industri kerajinan yang berkembang secara optimal dan berkualitas

a. Memfasilitasi penciptaan dan peningkatan kompetensi keahlian-pengetahuan-sikap wirausaha kreatif kerajinan, agar bisa membuat produk dengan konteks lokal, nasional, dan internasional.

b. Mendirikan/merevitalisasi pusat kerajinan di daerah, bekerjasama dengan instansi terkait.c. Memfasilitasi kolaborasi antar usaha dalam industri kerajinan dengan industri lainnya,

baik di tingkat lokal, nasional, dan internasional

4.4.4 Arah kebijakan penciptaan sumber pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing

a. Menyusun berbagai skema dukungan pembiayaan bersama instansi/lembaga terkait bagi usaha kerajinan.

b. Menyusun berbagai skema dukungan pembiayaan bersama instansi/lembaga terkait bagi pelaku kreatif subsektor kerajinan

4.4.5 Arah kebijakan penciptaan industri kerajinan yang mampu menjawab kebutuhan dari pasar domestik dan internasional

a. Mendorong pemerintah provinsi, kota/kabupaten untuk membuat perda untuk menggunakan unsur-unsur rupa dan material lokal dalam bangunan dan fasilitas umum.

b. Menyusun peta craft fair, trade show dan pameran berkala internasional dan berkualitas.

Page 90: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

75Bab 4: Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

4.4.6 Arah kebijakan penciptaan infrastruktur dan teknologi yang mendukung pelaku kerajinan untuk maju dan berkembang

a. Menyusun peta perkembangan teknologi mutakhir dalam subsektor kerajinan sesuai jenis/kategori subsektor kerajinan.

b. Menyusun program pelatihan sesuai jenis/kategori subsektor kerajinan.

4.4.7 Arah kebijakan penciptaan kelembagaan yang menghargai proses kreatif dari setiap produk kerajinan

a. Mengadakan kampanye menggunakan produk kerajinan asli Indonesia bukan bajakan atau import.

b. Membuat daftar hitam pelaku kreatif subsektor kerajinan yang karyanya jiplakan atau bajakan.

c. Melakukan proses seleksi produk kreatif untuk mendapatkan dukungan dalam proses pendaftaran HKI.

d. Kampanye usaha perdagangan kerajinan yang beretika dan bersaing sehat. e. Memberikan penghargaan kepada pelaku kreatif subsektor kerajinan yang melakukan

praktek usaha jujur dan beretika kreatif (tidak menjiplak atau membajak).

4.5 Strategi dan rencana aksi pengembangan kerajinan Strategi pengembangan kerajinan merupakan pendekatan pelaksanaan perencanaan, dan rencana aksi dalam kurun waktu tertentu.

4.5.1 Meningkatnya kuantitas dan kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan kerajinan

1. Strategi 1: hadirnya lembaga pendidikan politeknik yang akan mendukung kerajinan. Rencana aksi untuk strategi ini adalah dengan men-survey jenis-jenis kerajinan apasaja yang mebutuhkan dukungan lulusan tenaga pendukung teknis. Hal ini akan dijawab dengan pendirian sekolah politeknik khusus untuk kerajinan tersebut.

2. Strategi 2: terciptanya kurikulum pendidikan yang mendukung kreativitas. Rencana aksi untuk mendukung strategi ini adalah dengan mempertemukan pihak pelaku kerajinan, perwakilan dari konsumen, serta pemilik usaha/bisnis kerajinan. Untuk kemudian membahas mengenai pengetahuan dan keterampilan apa saja yang dibutuhkan dari seorang lulusan sekolah-sekolah kerajinan.

3. Strategi 3: sertifikasi pelaku usaha kerajinan dari lembaga pendidikan yang berhubungan dengan kerajinan. Terkait dengan strategi ini, maka rencana aksi yang akan dilakukan adalah dengan melakukan penilaian dengan standard yang telah di setujui oleh asosiasi atau komunitas dari pelaku kerajinan tertentu.

4.5.2 Meningkatnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia pelaku dan pendukung kerajinan.

1. Strategi 1: memfasilitasi kerjasama antara desainer, lembaga penelitian, dan pengembangan dengan pelaku kreatif subsektor kerajinan. Rencana aksi yang akan dilakukan adalah

Page 91: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

76 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

dengan memberikan sebuah system produksi, dimana pada tahap awal akan dibutuhkan peran peneliti untuk melihat trend pasar dan perkembangan dunia kerajinan, lalu ditambahkan dengan peran desainer untuk memberikan rancangan barangnya dan akhirnya akan direalisasikan oleh sang pengrajin.

2. Strategi 2: memfasilitasi pelaku kreatif subsektor kerajinan untuk mengikuti kompetisi di tingkat nasional dan internasional. Untuk strategi ini, maka rencananya akan dengan memberikan fasilitas dukungan pembiayaan dan hal lain yang dibutuhkan untuk bisa berangkat maju ke kompetisi yang ada. Tentunya pihak yang terpilih melewati tahapan seleksi dahulu.

4.5.3 Tersedianya materi bahan mentah dan sumber budaya lokal bagi kerajinan, yang terpercaya, mudah, dan cepat di akses.

1. Strategi 1: mengoptimalkan informasi dan promosi bahan baku serta membangun jejaring antara pelaku usaha usaha yang mau bergerak dibidang penyediaan bahan baku, bahan penolong dan/atau bahan-bahan terkait lainnya dengan kerajinan. Adapaun rencana aksi yang akan dilewati untuk merealisasikan strategi ini adalah:a. Dengan membuat suatu pusat data yang akan dikelola pemerintah. Pusat informasi

ini akan berisi mengenai detail bahan mentah kerajinan, lokasi bahan itu tersedia dimana, serta harga yang ditawarkan oleh penjualnya.

b. Pusat data ini juga akan memberikan informasi siapa saja pihak-pihak yang siap menawarkan bahan mentah tersebut.

2. Strategi 2: mempermudah pendirian usaha dan insentif bagi pelaku usaha yang mau bergerak di bidang penyediaan bahan baku, bahan penolong dan/atau bahan-bahan terkait lainnya. Rencana aksi untuk strategi ini adalah dengan pemerintah memberikan insentif keuangan bagi pengusaha bahan-bahan kerajinan, khususnya dengan penekanan pada kemampuan memasok bahan tersebut secara berkelanjutan.

4.5.4 Meningkatnya wirasusahawan kreatif kerajinan yang mampu mengembangkan produk sesuai dengan kondisi lokal dan internasional

1. Strategi 1: mempermudah perijinan usaha terhadap start-up company. Rencananya kegiatan yang akan dilakukan untuk mendukung strategi ini adalah dengan memberikan persyaratan yang sederhana kepada usaha-usaha baru (start-up) di bidang kerajinan.

2. Strategi 2: mempermudah proses pendirian badan usaha untuk start-up company. Meneruskan dari strategi sebelumnya, rencana aksi untuk aksi ini adalah dengan mendukung penyederhanaan birokrasi terkait untuk usaha-usaha baru di bidang kerajinan.

4.5.5 Meningkatnya kualitas dan kuantitas usaha-usaha kerajinan di berbagai daerah

1. Strategi 1: memfasilitasi program magang, mentoring, dan kemitraan dalam proses produksi kerajinan secara bertahap dan berkelanjutan. Rencananya untuk mendukung strategi ini, maka aksinya adalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa-siswa berprestasi untuk ikut bekerja dalam program magang pada usaha kerajinan yang sudah mapan.

4.5.6 Terciptanya karya kerajinan yang beragam dan berkualitas1. Strategi 1: memfasilitasi penelitian pelaku kreatif kerajinan akan perkembangan pasar,

serta memjembatani kolaborasi antar pelaku kerajinan dan pihak-pihak lain, baik di

Page 92: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

77Bab 4: Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

tingkat nasional atau internasional. Rencana aksi yang akan dilakukan adalah dengan membuat suatu buletin atau laporan berkala mengenai perkembangan kebutuhan dan selera dari konsumen yang ada, baik di dalam atau luar negeri.

4.5.7 Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing.

1. Strategi 1: memfasilitasi pembiayaan kepada pelaku kreatif yang baru dengan konsep angel investor di mana dana tersebut apabila terjadi kegagalan tidak dianggap sebagai temuan. Rencana aksi untuk strategi ini adalah dengan membuat suatu acara di mana memungkinkan angel investor untuk bertemu dan membicarakan proposal ide usaha kerajinan mereka.

2. Strategi 2: memfasilitasi kemudahan dalam memperoleh insentif pajak. Rencana aksi terkait strategi ini adalah dengan pemerintah memberikan langsung potongan pajak bagi usaha-usaha kerajinan, serta usaha pendukungnya.

4.5.8 Meningkatkan akses pasar produk kerajinan di pasar domestik dan internasional

1. Strategi 1: mewajibkan pasar modern untuk memberikan sarana/tempat penjualan dan promosi produk dari pelaku kreatif. Rencananya akan ditunjuk beberapa pusat perbelanjaan di kota besar di Indonesia untuk menyediakan tempat bagi wadah untuk sarana penjualan barang kerajinan.

2. Strategi 2: meningkatkan promosi dan pemasaran melalui kegiatan craft fair, trade fair, exhibition tingkat domestik dan internasional. Untuk mendukung strategi ini, maka rencananya pemerintah akan memilih beberapa perwakilan usaha kerajinan untuk didukung mengikuti kegiatan promosi dan pemasaran. Untuk pemilihannya bisa melewati seleksi di tingkat asosiasi ataupun kriteria yang telah ditentukan oleh pemerintah.

4.5.9 Meningkatnya ketersediaan jaringan telematika, logistik yang mendukung pengembangan kerajinan.

1. Strategi 1: menyediakan informasi perkembangan terkini teknologi sesuai dengan kategori pelaku kerajinan. Rencana aksi pendukung strategi ini adalah dengan membuat publikasi berkala yang berisi informasi teknologi-teknologi dan jalur distribusi yang menguntungkan bagi usaha kerajinan.

2. Strategi 2: memfasilitasi kebutuhan mesin dan peralatan kepada pelaku kreatif subsektor kerajinan. Untuk mendukung strategi ini, rencana aksinya adalah dengan memberikan bantuan modal bagi pelaku dan pendukung kerajinan agar dapat mengadopsi berbagai teknologi dalam kegiatan rantai nilai kreatifnya.

4.5.10 Meningkatnya penerapan teknologi produksi yang optimal untuk meningkatkan nilai tambah barang kerajinan yang berkualitas dan beragam.

1. Strategi 1: mengadakan pelatihan terkait penguasaan dan penggunaan teknologi yang terkait. Guna mendukung strategi ini, maka rencana aksi yang akan dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan kepada pada pelaku dan pendukung kerajinan di berbagai daerah.

2. Strategi 2: mengadakan pendampingan kepada pelaku kreatif untuk meningkatkan penguasaan teknologi. Setelah pelatihan, rencananya maka akan diberikan juga pendampingan agar pemanfaatan teknologi yang ada akan bisa efektif dan efisien.

3. Strategi 3: memfasilitasi program magang untuk penguasaan dan peningkatan teknologi. Rencana aksi untuk strategi ini adalah dengan menyalurkan siswa-siswa dan juga pelaku kerajinan untuk magang pada usaha kerajinan yang sudah berpengalaman mengadopsi teknologi sejak lama.

Page 93: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

78 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

4.5.11 Meningkatnya partisipasi aktif pemegang kepentingan dalam pengembangan kerajinan yang berkualitas dan berkelanjutan

1. Strategi 1: dewan kerajinan nasional dan asosiasi yang berperan aktif. Rencana aksi untuk strategi ini adalah dengan menghidupkaan kembali cabang-cabang dewan kerajinan nasional di daerah-daerah, beserta mendorong pembentukan asosiasi pelaku kerajinan di daerah-daerah.

4.5.12 Meningkatkan pemahaman aspek-aspek hukum terkait ekonomi kreatif dan Hak Kekayaan Intelektual serta menjamin perlindungan hukum bagi pelaku kreatif

1. Strategi 1: mendorong praktek usaha subsektor kerajinan yang menghargai karya asli (original) bukan karya bajakan. Rencana aksi untuk mendukung strategi ini adalah dengan membuat kampanye menghargai originalitas dari sebuah barang kerajinan. Hal ini diharapkan akan membuat konsumen akan menghargai nilai lebih tinggi yang terkandung pada produk yang dengan ide unik dan original.

2. Strategi 2: mengimplementasikan praktek usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Rencana aksi untuk strategi ini adalah dengan sosialisasi penegakan peraturan berusaha, dan memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang melanggarnya.

3. Strategi 3: melakukan sosialisasi hukum terkait dengan ekonomi kreatif, HKI, dan manajemen HKI ke segala level pelaku kreatif subsektor kerajinan. Kegiatan yang direncanakan adalah dengan memberikan pelatihan berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan Hak Kekayaan Intektual dari hasil kreatif para pelaku dan pendukung kerajinan.

4.5.13 Meningkatkan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku kreatif subsektor kerajinan.

1. Strategi 1: mendorong praktek usaha yang menjunjung tinggi etika kreatifitas di antara pelaku kreatif subsektor kerajinan. Adapun rencana aksinya adalah dengan memberikan pemahaman kepada para pelaku kerajinan agar bersaing dalam melakukan bisnis dengan sehat dan perlu juga melihat akan pengaruh usahanya kepada lingkungan hidup dan masyarakat sekitar.

4.5.14 Meningkatnya apresiasi kepada orang pelaku kerajinan dan karya kreatif mereka.

1. Strategi 1: secara berkala berikan penghargaan kepada perajin berkualitas. Untuk mendukung strategi ini, maka rencana aksinya adalah dengan membuat suatu acara penghargaan bagi pelaku dan pendukung kerajian yang berprestasi di dalam dan luar negeri. Selain itu, penghargaan bisa jug dalam bentuk kampanye pengunaan barang kerajinan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 94: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

79Bab 4: Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

Page 95: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

80 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Page 96: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

81Bab 4: Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia

BAB 5 Penutup

Page 97: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

82 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

5.1 KesimpulanPertumbuhan ekonomi akan memberikan pengaruh yang baik bagi ekonomi kreatif. Diketahui bahwa ekonomi kreatif merupakan tahapan perkembangan ekonomi sebuah bangsa setelah ekonomi pertanian, ekonomi industri dan ekonomi informasi. Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat terlihat dari perkembangan jumlah kelas menengah di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Pertengahan tahun 2013 dicatat jumlah konsumen kelas menengah hingga atas sebanyak 74 juta orang, dan jumlah ini akan naik terus. Sehingga pada 2020 diperkirakan jumlahnya akan sebanyak 141 juta orang (Budiartie, 2013). Bagi ekonomi kreatif, hal ini akan menarik dari sisi potensi pasar dan tentunya potensi penghasil orang-orang kreatif. Salah satu subsektor dalam ekonomi kreatif yang cukup berpotensi adalah Kerajinan. Mengenai kerajinan (kriya) itu sendiri diartikan sebagai bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga dari tematik produknya.

Besarnya potensi ekonomi kreatif, khususnya dari subsektor kerajinan, terlihat dari semakin besarnya perhatian masyarakat pada acara tahunan Inacraft (Jakarta International Handicraft Trade Fair). Di tahun ke tujuh belas dari pelaksanaan pameran ini, Inacraft berhasil menunjukan perkembangannya. Hal ini terlihat dari perkembangan pembeli dari sektor usaha, jumlah kontrak perdagangan, dan jumlah penjualan eceran. Penyelenggaraan Inacraft di 2014 berhasil mencatat pembelian dari sektor usaha sebanyak 898, dengan kontrak perdagangan sebesar 9 juta dollar Amerika, dan penjualan eceran sebesar 115 miliar rupiah (di 2013 sejumlah 106 miliar rupiah). Penyelengara pameran ini yaitu ASEPHI (asosiasi eksportir dan produsen handicraft Indonesia) berharap dengan pameran ini akan mampu memberikan wadah agar produk kerajinan bisa tampil dengan baik ke masyarakat umum dan dapat bersaing dengan produk sejenis di pasar luar negeri.

Suksesnya Inacraft dari tahun ke tahun tidak terlepas dari suksesnya penciptaan nilai yang saling mengait dalam proses kreatif kerajinan. Hal ini yang disebut sebagai rantai nilai kreatif. Tahapan ini merupakan kegiatan utama, karena disinilah terjadi penciptaan produk kerajinan yang bernilai bagi berbagai pihak. Rantai nilai subsektor kerajinan terbagi ke dalam empat proses, yaitu kreasi, produksi, distribusi, dan promosi. Dimulai dengan Kreasi oleh pengrajin dan desainer, tahap ini menuntut tingkat kreativitas paling tinggi. Hal ini karena lahirnya konsep sebuah produk kerajinan. Dilanjutkan dengan tahap Produksi, dimana pengrajin dibantu oleh studio/workshop akan mewujudkan ide produk tadi. Tahap selanjutnya adalah Distribusi. Pada tahap ini pengrajin juga akan dibantu oleh pengusaha seperti pemilik toko, galeri, pengusaha kerajian, serta asosiasi untuk menyalurkan produk-produk kerajinannya. Dan terakhir tahap promosi yang dilakukan oleh pengrajin dengan dibantu pemilik galeri, event organizer yang bertujuan mengkomunikasikan produk kerajinan ke masyarakat luas.

Pembuatan nilai kreatif tidak akan berkelanjutan jika tidak ada tahapan pengembangan. Di sinilah masuknya peran penghargaan (apresiasi) dan juga pendidikan. Penghargaan, yang dapat dilakukan oleh pemerintah, asosiasi, masyarakat, lembaga hukum dan media. Mereka semua dapat berperan serta dalam membuat subsektor kerajinan yang sehat dan mampu bersaing. Pemerintah dapat memberikan penghargaan terhadap pengrajin berprestasi, lalu mengeluarkan produk hukum yang menjamin tidak terjadinya perampasan hak kekayaan intektual. Sedangkan media dapat juga memberikan porsi liputan untuk mengkomunikasikan produk kerajian ke masyarakat luas. Dan

Page 98: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

83Bab 5: Penutup

konsumen dapat menghargai dengan melakukan pembelian dan menggunakan produk kerajinan dalam kegiatan sehari-harinya. Selanjutnya juga ada proses penciptaan orang-orang kreatif dari pendidikan. Di mana mereka akan mempelajari pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan agar dapat berpikir kreatif dan mampu mewujudkan ide-ide kreatifnya.

Dari kedua tahapan besar diatas dapat kita lihat bahwa ada banyak pihak selain pengrajin yang terkait dalam subsektor kerajinan. Mereka dapat menjadi pihak yang akan memasok kepada pengrajin dan juga pihak yang akan menjadi pembeli (selain pasar konsumen) bagi hasil keluaran dari pengrajin. Dalam proses pembuatan nilai kreatif, pengrajin membutuhkan dukungan dari pemasok bahan-bahan kerajinannya, pembiayaan, hingga para pekerja yang membantu dalam kegiatan produksinya. Di sisi lain, produk kerajinan membutuhkan dukungan dari pemilik toko, galeri, museum, hingga gedung pameran untuk mendistribusikan dan mempromosikan produk-produk kerajinannya.

Produk kerajianan di Indonesia sangat beragam, sehingga pencatatan dalam KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan usaha Indonesia) juga tersebar ke berbagai kategori. KBLI disusun dengan maksud untuk menyediakan satu set kelompok kegiatan ekonomi di Indonesia agar dapat digunakan untuk penyeragaman pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data masing-masing kegiatan ekonomi, serta untuk digunakan disaat mempelajari keadaan atau perilaku ekonomi menurut masing-masing kegiatan ekonomi. Dikarenakan banyaknya jenis lapangan usaha yang bisa dimasukan ke dalam definisi Kerajinan, maka pencatatan dalam KBLI untuk kerajinan inipun juga tersebar di berbagai kelompok kategori. Sederhananya fokus pengembangan dalam konteks industri kreatif, meliputi: kerajinan seni (art-craft) dan juga kerajinan desain (craft-design).

Dalam mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia, ada tujuh pilar utama yang perlu diperhatikan, yaitu sumber daya kreatif, sumber daya pendukung, industri, pembiayaan, pemasaran, infrastruktur dan teknologi, kelembagaan. Ketujuh pilar tersebut akan dianalisa dengan melihat setiap potensi dan tantangan yang ada pada subsektor kerajinan.

Pilar pertama adalah sumber daya kreatif. Pilar ini pada dasarnya membahas mengenai sumber daya manusia kreatif, beserta peran pendidikan yang akan membentuk mereka. Di area ini , potensi terbesarnya adalah jumlah populasi usia produktif di Indonesia saat ini yang besar. Hal ini didukung dengan tersedianya pilihan sekolah mulai dari sekolah kejuruan hingga perguruan tinggi. Ditambah lagi dengan terjadinya kolaborasi antara lembaga pendidikan kerajinan dan lembaga lain, seperti fakultas ekonomi dari sebuah universitas. Namun, tantangan besar juga berada disini. Hal itu adalah masih kecilnya jumlah orang kreatif dari keseluruhan populasi orang di usia produktif tadi. Penyebabnya adalah sekolah kerajinan yang ada belum mencukupi dan belum untuk mencetak orang kreatif ataupun pendukungnya. Selain itu, kurikulum pendidikannya dirasakan kurang tepat menjawab kebutuhan para pengusaha kerajinan. Ada juga tantangan dari proses alih pengetahuan kerajinan antar generasi yang tidak lancar.

Manusia yang kreatif, membutuhkan dukungan sumber daya budaya dan bahan-bahan mentah. Kayanya Indonesia akan sumber-sumber kreatifitas dari budaya berbagai daerah sangat besar, ditambah dengan materi bahan mentah kerajinan yang banyak berasal dari alam Indonesia. Tetapi sayangnya pendataan dan pengelolaan kedua sumber daya pendukung tadi kurang maksimal, sehingga tidak jarang dirasakan sumber insipirasi yang kurang dan bahan mentah yang langka di pasar.

Page 99: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

84 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Pilar ketiga adalah dari sisi Industri. Potensi dari industri untuk subsektor kerajinan adalah masih terjalinnya kemitraan dari badan usaha milik negara dengan pengrajin. Mereka akan membina para pengrajin untuk mengenalkan perihal standar kualitas barang serta sistem produksi yang lebih berkelanjutan. Tetapi kadang ada juga tantangan seperti inovasi dan riset yang kurang dilakukan oleh pengrajin. Tantangan lain muncul dari kurang tersedianya mesin-mesin untuk produksi yang lebih baik dan banyak. Serta cara agar pengrajin bisa berproduksi dengan lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Dari pilar pembiayaan bisa dikatakan keadaanya lebih baik. Hal ini terlihat dari luasnya kesempatan pengrajin mendapatkan dana pembiayaan untuk usahanya. Mereka bisa mendapatkan pembiayaan dari kredit perbankan, dana sosial perusahaan swasta dan badan usaha milik negara, hingga pilihan dari koperasi. Tetapi tantangan muncul dari kurang mengertinya pengrajin akan kesempatan ini. Ditambah lagi dirasakan bahwa pembiayan dari lembaga-lembaga tersebut masih bersifat mengikat. Sehingga diharapkan pembiayaan dari modal ventura bisa lebih banyak lagi di masa depan.

Pilar kelima adalah dari sisi pemasaran. Banyak kesempatan yang dapat diraih oleh subsektor kerajinan. Diantaranya dari meningkatnya permintaan dalam negeri atas produk kerajinan untuk digunakan sehari-hari. Begitu juga dengan permintaan dari luar negeri yang besar. Potensi terlihat pada semakin banyak pengrajin yang semakin baik mengemas penjualannya. Tantangan dari sisi pemasaran beragam dari kurangnya pemahaman pengrajin tentang branding, tentang penjualan melalui internet, hingga kurang gencarnya penjualan ke konsumen bisnis.

Dari sisi infrastruktur dan teknologi dirasakan bahwa tantangan lebih besar dibandingkan dengan potensi. Para pengrajin bisa meraih kesempatan dengan memasukan penggunaan teknologi yang sesuai dengan kegiatan produksinya. Namun kendala hadir pada belum optimalnya bantuan pemerintah untuk mesin-mesin, yang disebabkan oleh kurang penguasaan teknologi itu sendiri. Belum lagi masalah dari kurangnya inovasi teknologi untuk sektor kerajinan. Hal ini akhirnya dirasakan membuat laju perkembangan kerajinan menjadi tidak optimal.

Pilar ketujuh adalah dari sisi kelembagaan. Potensi yang hadir disini adalah dengan hadirnya asosiasi/komunitas untuk para pengrajin, seperti Dewan Kerajinan Nasional. Selain itu, peran dari lembaga pemerintah (Kementerian-kementerian, BUMN) dan juga lembaga swasta yang turut mendukung pengrajin. Tetapi, lembaga-lembaga tersebut dapat juga menjadi tantangan jika mereka tidak banyak berperan aktif. Selain itu, koordinasi antar kementerian terkait diharapkan lebih lancar khususnya terkait dengan pembuatan dan penerapan kebijakan.

Sebagai tanggapan atas tantangan dan kesempatan yang ada saat ini, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membuat rencana pengembangan subsektor kerajinan untuk tahun 2015-2019. Dokumen Rencana Aksi Jangka Menengah Kerajinan 2015-2019 ini diharapkan mampu memberikan penjelasan terinci mengenai subsektor kerajinan sebagai bagian ekonomi kreatif dan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk mengembangkannya.

Ada empat hal utama yang telah dipaparkan dalam dokumen ini. Yang pertama adalah Visi, ingin terwujudnya subsektor kerajinan yang berdaya saing global serta berkontribusi pada kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan. Kedua, adalah misi untuk mencapai visi tersebut, disini ada tiga misi. Hal ketiga, misi tersebut dijabarkan dalam tujuh tujuan. Dan keempat adalah empat belas sasaran

Page 100: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

85Bab 5: Penutup

strategis yang ingin dicapai pada tahun 2019. Kemudian dijelaskan juga mengenai dua puluh enam strategi dan dua puluh enam rencana aksi.

Adapun kerangka strategis pengembangan subsektor kerajinan akan dijelaskan sebagai berikut: Misi pertama adalah mengoptimalkan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya lokal yang berdaya saing, dinamis, & berkelanjutan. Misi ini dijabarkan dalam dua tujuan, yaitu (1) Terciptanya pelaku kreatif subsektor kerajinan yang berdaya saing dan mampu mengangkat potensi kekayaan lokal. (2) Terjaminnya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan budaya bagi kerajinan secara berkelanjutan. Selanjutnya ada tiga sasaran strategis untuk misi ini, yang terdiri: (1) Meningkatnya kuantitas dan kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan kerajinan. (2) Meningkatnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia pelaku dan pendukung kerajinan. (3) Tersedianya materi bahan mentah dan sumber budaya lokal bagi kerajinan, yang terpercaya, mudah, dan cepat di akses.

Misi kedua adalah Mengembangkan industri kerajinan yang berdaya saing, tumbuh, beragam, dan berkualitas Misi ini diwujudkan dalam tujuan berupa; Terwujudnya industri kerajinan yang berkembang secara optimal dan berkualitas. Pencapaian tujuan tersebut dapat dilihat dari pencapaian tiga sasaran strategis: (1) Meningkatnya wirausahawan kreatif kerajinan yang mampu mengembangkan produk sesuai dengan kondisi lokal dan internasional; (2) Meningkatnya kualitas dan kuantitas usaha-usaha kerajinan di berbagai daerah; dan (3) Terciptanya karya kerajinan yang beragam dan berkualitas

Misi ketiga adalah Mengembangkan lingkungan yang kondusif untuk pemberdayaan potensi dan pengetahuan kerajinan yang berdasarkan kreativitas dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Misi ini dijabarkan melalui empat tujuan, yaitu: (1) Terciptanya sumber pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing, (2) Terwujudnya industri kerajinan yang mampu menjawab kebutuhan dari pasar domestik dan internasional, (3) Terciptanya infrastruktur dan teknologi yang mendukung pelaku kerajinan untuk maju dan berkembang, (4) Terwujudnya kelembagaan yang menghargai proses kreatif dari setiap produk kerajinan. Adapun sasaran strategisnya adalah sebagai berikut: (1) Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing, (2) Meningkatkan akses pasar produk kerajinan di pasar domestik dan internasional, (3) Meningkatnya ketersediaan jaringan telematika, logistik yang mendukung pengembangan kerajinan, (4) Meningkatnya penerapan teknologi produksi yang optimal untuk meningkatkan nilai tambah barang kerajinan yang berkualitas dan beragam, (5) Meningkatnya partisipasi aktif pemegang kepentingan dalam pengembangan kerajinan yang berkualitas dan berkelanjutan, (6) Meningkatkan pemahaman aspek-aspek hukum terkait ekonomi kreatif dan Hak Kekayaan Intelektual serta menjamin perlindungan hukum bagi pelaku kreatif, (7) Meningkatkan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku kreatif kerajinan, (8) Meningkatnya apresiasi kepada orang pelaku kerajinan dan karya kreatif mereka.

Page 101: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

86 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

5.2 SaranSetelah dipaparkan visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis untuk subsektor kerajinan, berikut adalah rekomendasi yang penting juga untuk ditindaklanjuti. Hal ini penting karena diharapkan dengan saran ini dapat mempercepat penerapan rencana aksi tersebut. Berikut saran-saran yang perlu diperhatikan:

1. Mendorong persaingan. Dengan membuat kondisi di mana persaingan dibiasakan, maka akan memacu para pengrajin untuk bisa memenangi hati para konsumen. Sehingga dengan sendirinya akan memacu mereka untuk bisa berkreasi dengan inovatif dan lebih baik terus. Bahkan tidak tertutup kemungkinan untuk para pengrajin melakukan kolaborasi antar bidang kerajinan, sehingga bisa semakin kuat dan kreatif. Tentu saja, persaingan yang ada ini harus dalam suasana yang sehat, yang bisa di atur melalui kebijakan persaingan usaha yang sehat oleh pemerintah.

2. Permintaan lokal yang kuat. Salah satu syarat agar sebuah usaha bisa maju adalah dengan terserapnya hasil usaha tersebut. Disinilah dibutuhkan pasar yang mampu menghargai, membutuhkan dan akhirnya membeli harsil karya kreatif pengrajin. Hal tersebut bisa diwujudkan melalui penciptaan event pameran dan promosi untuk kreasi kerajinan. Dengan adanya acara tersebut, diharapkan bisa memberikan tempat bertemunya para penjual dan pembeli. Dan hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah ataupun pihak swasta.

3. Sentra kerajinan yang lebih luas. Yang dimaksudkan luas disini adalah dalam sentra kerajinan diharapkan ada juga usaha-usaha pendukung kerajinan yang berlokasi berdekatan dengan mereka. Pendukung misalnya pihak-pihak pemasok, pesaing dan juga pihak-pihak yang hadir melengkapi usaha dari pengrajin tersebut. Hal ini akan menunjang proses kreatif pengrajin melalui pengetahuan yang terbagi diantara mereka, hingga manfaat turunnya biaya perdagangan diantara kegiatan usaha mereka.

4. Adanya faktor produksi yang baik. Hal ini dikarenakan dengan hadirnya faktor produksi seperti modal, sumber daya manusia, dan ruang berkreasi yang dalam jumlah banyak dan berkualitas, akan memacu usaha kerajinan untuk bisa produktif dan meningkatkan kualitas hasil keluarannya.

5. Dukungan bea cukai. Diharapkan dengan dukungan dari pihak bea cukai terkait dengan aliran keluar-masuk barang seni, maka akan membuat proses pengaliran hasil kreasi kreatif dari atau kepada pengrajin akan lancar. Kelancaran distribusi merupakan salah satu syarat dimana ekosistem subsektor kerajinan akan berjalan baik. Hal ini juga akan meningkatkan besarnya penyerapan hasil karya pengrajin di pasar, yang akhirnya menguntungkan kedua pihak, pengrajin dan juga konsumen.

Page 102: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit
Page 103: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

88 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Page 104: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

89Lampiran

LAMPIRAN

Page 105: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

90 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

MA

TRIK

S T

UJU

AN

, SA

SA

RA

N, A

RA

H K

EBIJ

AK

AN

, DA

N S

TRA

TEG

I PEN

GEM

BA

NG

AN

KER

AJI

NA

N 2

015

- 20

19

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NA

RA

H K

EB

IJA

KA

NS

TR

AT

EG

I

MIS

I 1: M

engo

ptim

alka

n pe

ngem

bang

an d

an p

eman

faat

an s

umbe

r da

ya lo

kal y

ang

berd

aya

sain

g, d

inam

is, &

ber

kela

njut

an

1. P

enci

ptaa

n pe

laku

kre

atif

ker

ajin

an y

ang

berd

aya

sain

g da

n m

ampu

men

gang

kat p

oten

si k

ekay

aan

loka

l

1.1

 M

enin

gkat

nya

kuan

titas

dan

kua

litas

pe

ndid

ikan

yan

g m

endu

kung

pe

ncip

taan

ker

ajin

an

a  M

enin

gkat

kan

kuan

titas

dan

kua

litas

lem

baga

pe

ndid

ikan

form

al v

okas

iona

l dan

non

form

al,

sert

a m

enge

mba

ngka

n ku

riku

lum

bag

i ke

rajin

an

1ha

dirn

ya le

mba

ga p

endi

dika

n po

litek

nik

yang

aka

n m

endu

kung

ker

ajin

an

2Te

rcip

tany

a ku

riku

lum

pen

didi

kan

yang

men

duku

ng

krea

tivita

s

3S

ertifi

kasi

pel

aku

usah

a ke

rajin

an d

ari l

emba

ga p

endi

dika

n ya

ng b

erhu

bung

an d

enga

n ke

rajin

an

1.2

Men

ingk

atny

a ku

antit

as d

an k

ualit

as

sum

ber

daya

man

usia

pel

aku

dan

pend

ukun

g ke

rajin

an

aP

enyu

suna

n pr

ogra

m p

elat

ihan

yan

g m

elib

atka

n de

sain

er, l

emba

ga p

endi

dika

n, d

an

pene

litia

n de

ngan

pel

aku

krea

tif s

ubse

ktor

ke

rajin

an

1M

emfa

silit

asi k

erja

sam

a an

tara

des

aine

r, le

mba

ga p

enel

itian

, da

n pe

ngem

bang

an d

enga

n pe

laku

kre

atif

sub

sekt

or

kera

jinan

2M

emfa

silit

asi p

elak

u kr

eatif

sub

sekt

or k

eraj

inan

unt

uk

men

giku

ti ko

mpe

tisi d

i tin

gkat

nas

iona

l dan

inte

rnas

iona

l

2. M

enja

min

per

lindu

ngan

, pen

gem

bang

an, d

an p

eman

faat

an s

umbe

r da

ya a

lam

dan

bud

aya

bagi

ker

ajin

an s

ecar

a be

rkel

anju

tan

2.1

Ters

edia

nya

mat

eri b

ahan

men

tah

dan

sum

ber

buda

ya lo

kal b

agi

kera

jinan

, yan

g te

rper

caya

, mud

ah,

dan

cepa

t di a

kses

aM

enyu

sun

kebi

jaka

n be

kerj

a sa

ma

deng

an

lem

baga

/ins

tans

i ter

kait

untu

k m

endu

kung

tu

mbu

hnya

pel

aku

usah

a ya

ng b

erge

rak

dibi

dang

pen

yedi

aan

baha

n ba

ku, b

ahan

pe

nolo

ng d

an/a

tau

baha

n-ba

han

terk

ait

lain

nya

1M

engo

ptim

alka

n in

form

asi d

an p

rom

osi b

ahan

bak

u se

rta

mem

bang

un je

jari

ng a

ntar

a pe

laku

usa

ha y

ang

mau

ber

gera

k di

bid

ang

peny

edia

an b

ahan

bak

u, b

ahan

pen

olon

g da

n/at

au

baha

n-ba

han

terk

ait l

ainn

ya d

enga

n ke

rajin

an

2M

empe

rmud

ah p

endi

rian

usa

ha d

an in

sent

if b

agi p

elak

u us

aha

yang

mau

ber

gera

k di

bida

ng p

enye

diaa

n ba

han

baku

. B

ahan

pen

olon

g da

n/at

au b

ahan

-bah

an te

rkai

t lai

nnya

MIS

I 2:

Men

gem

bang

kan

indu

stri

ker

ajin

an y

ang

berd

aya

sain

g, t

umbu

h, b

erag

am, d

an b

erku

alit

as

3. M

ewuj

udka

n in

dust

ri k

eraj

inan

yan

g be

rkem

bang

sec

ara

opti

mal

dan

ber

kual

itas

Page 106: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

91Lampiran

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NA

RA

H K

EB

IJA

KA

NS

TR

AT

EG

I

3.1

Men

ingk

atny

a w

irau

saha

wan

kr

eati

f ker

ajin

an y

ang

mam

pu

men

gem

bang

kan

prod

uk

sesu

ai d

enga

n ko

ndis

i lok

al d

an

inte

rnas

iona

l

a  M

emfa

silit

asi p

enci

ptaa

n da

n pe

ning

kata

n ko

mpe

tens

i kea

hlia

n-pe

nget

ahua

n-si

kap

wir

ausa

ha k

reat

if k

eraj

inan

, aga

r bi

sa

mem

buat

pro

duk

deng

an k

onte

ks lo

kal,

nasi

onal

dan

inte

rnas

iona

l

1M

empe

rmud

ah p

eriji

nan

usah

a te

rhad

ap s

tart

-up

com

pany

2M

empe

rmud

ah p

rose

s pe

ndir

ian

bada

n us

aha

untu

k st

art-

up

com

pany

3.2

Men

ingk

atny

a ku

alita

s da

n ku

antit

as

usah

a-us

aha

kera

jinan

di b

erba

gai

daer

ah

aM

endi

rika

n/m

erev

italis

asi p

usat

ker

ajin

an d

i da

erah

, bek

erja

sam

a de

ngan

inst

ansi

terk

ait

1m

emfa

silit

asi p

rogr

am m

agan

g, m

ento

ring

dan

kem

itraa

n da

lam

pro

ses

prod

uksi

ker

ajin

an s

ecar

a be

rtah

ap d

an

berk

elan

juta

n

3.3

Terc

ipta

nya

kary

a ke

rajin

an y

ang

bera

gam

dan

ber

kual

itas

aM

emfa

silit

asi k

olab

oras

i ant

ar u

saha

da

lam

indu

stri

ker

ajin

an d

enga

n in

dust

ri

lain

nya,

bai

k di

ting

kat l

okal

, nas

iona

l, da

n in

tern

asio

nal

1m

emfa

silit

asi p

enel

itian

pel

aku

krea

tif k

eraj

inan

aka

n pe

rkem

bang

an p

asar

, Ser

ta m

emje

mba

tani

kol

abor

asi a

ntar

pe

laku

ker

ajin

an d

an p

ihak

-pih

ak la

in, b

aik

di ti

ngka

t nas

iona

l at

au in

tern

asio

nal

MIS

I 3: M

enge

mba

ngka

n lin

gkun

gan

yang

kon

dusi

f unt

uk p

embe

rday

aan

pote

nsi d

an p

enge

tahu

an k

eraj

inan

yan

g be

rdas

arka

n kr

eati

vita

s de

ngan

mel

ibat

kan

selu

ruh

pem

angk

u ke

pent

inga

n

4. P

enci

ptaa

n su

mbe

r pe

mbi

ayaa

n ba

gi p

rose

s kr

easi

ker

ajin

an y

ang

tran

spar

an, m

udah

dia

kses

, dan

ber

sain

g

4.1

 M

enin

gkat

nya

kete

rsed

iaan

pe

mbi

ayaa

n ba

gi p

rose

s kr

easi

ke

rajin

an y

ang

tran

spar

an, m

udah

di

akse

s, d

an b

ersa

ing

aM

enyu

sun

berb

agai

ske

ma

duku

ngan

pe

mbi

ayaa

n be

rsam

a in

stan

si/l

emba

ga

terk

ait b

agi u

saha

ker

ajin

an

1M

emfa

silit

asi p

embi

ayaa

n ke

pada

pel

aku

krea

tif y

ang

baru

de

ngan

kon

sep

ange

l inv

esto

r di

man

a da

na te

rseb

ut a

pabi

la

terj

adi k

egag

alan

tida

k di

angg

ap s

ebag

ai te

mua

n

bM

enyu

sun

berb

agai

ske

ma

duku

ngan

pe

mbi

ayaa

n be

rsam

a in

stan

si/l

emba

ga

terk

ait b

agi p

elak

u kr

eatif

sub

sekt

or k

eraj

inan

2M

emfa

silit

asi k

emud

ahan

dal

am m

empe

role

h in

sent

if p

ajak

Page 107: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

92 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NA

RA

H K

EB

IJA

KA

NS

TR

AT

EG

I

5. M

ewuj

udka

n in

dust

ri k

eraj

inan

yan

g m

ampu

men

jaw

ab k

ebut

uhan

dar

i pas

ar d

omes

tik

dan

inte

rnas

iona

l

5.1 

Men

ingk

atka

n ak

ses

pasa

r pr

oduk

ke

rajin

an d

i pas

ar d

omes

tik d

an

inte

rnas

iona

l

aM

endo

rong

pem

erin

tah

prov

insi

, kot

a/ka

bupa

ten

untu

k m

embu

at p

erda

unt

uk

men

ggun

akan

uns

ur-u

nsur

rup

a da

n m

ater

ial

loka

l dal

am b

angu

nan

dan

fasi

litas

um

um

1M

ewaj

ibka

n pa

sar

mod

ern

untu

k m

embe

rika

n sa

rana

/te

mpa

t pen

jual

an d

an p

rom

osi p

rodu

k da

ri p

elak

u kr

eatif

bM

enyu

sun

peta

cra

ft fa

ir, tr

ade

show

da

n pa

mer

an b

erka

la in

tern

asio

nal d

an

berk

ualit

as

2M

enin

gkat

kan

prom

osi d

an p

emas

aran

mel

alui

keg

iata

n Cr

aft

Fair,

Tra

de F

air,

Exhi

bitio

n tin

gkat

dom

estik

dan

inte

rnas

iona

l

6. P

enci

ptaa

n in

fras

truk

tur

dan

tekn

olog

i yan

g m

endu

kung

pel

aku

kera

jinan

unt

uk m

aju

dan

berk

emba

ng

6 .1

Men

ingk

atny

a ke

ters

edia

an ja

ring

an

tele

mat

ika,

logi

stik

yan

g m

endu

kung

pe

ngem

bang

an k

eraj

inan

a  M

enyu

sun

peta

per

kem

bang

an te

knol

ogi

mut

akhi

r da

lam

sub

sekt

or k

eraj

inan

ses

uai

jeni

s/ka

tego

ri s

ubse

ktor

ker

ajin

an

1m

enye

diak

an in

form

asi p

erke

mba

ngan

terk

ini t

ekno

logi

se

suai

den

gan

kate

gori

pel

aku

kera

jinan

2M

emfa

silit

asi k

ebut

uhan

mes

in d

an p

eral

atan

kep

ada

pela

ku

krea

tif s

ubse

ktor

ker

ajin

an

6.2

Men

ingk

atny

a pe

nera

pan

tekn

olog

i pr

oduk

si y

ang

optim

al u

ntuk

m

enin

gkat

kan

nila

i tam

bah

bara

ng

kera

jinan

yan

g be

rkua

litas

dan

be

raga

m

a    

Men

yusu

n pr

ogra

m p

elat

ihan

ses

uai j

enis

/ ka

tego

ri s

ubse

ktor

ker

ajin

an1

Men

gada

kan

pela

tihan

terk

ait p

engu

asaa

n da

n pe

nggu

naan

te

knol

ogi y

ang

terk

ait

2M

enga

daka

n pe

ndam

ping

an k

epad

a pe

laku

kre

atif

unt

uk

men

ingk

atka

n pe

ngua

saan

tekn

olog

i

3M

emfa

silit

asi p

rogr

am m

agan

g un

tuk

peng

uasa

an d

an

peni

ngka

tan

tekn

olog

i

7. M

ewuj

udka

n ke

lem

baga

an y

ang

men

ghar

gai p

rose

s kr

eati

f dar

i set

iap

prod

uk k

eraj

inan

7.1

Men

ingk

atny

a pa

rtis

ipas

i akt

if

pem

egan

g ke

pent

inga

n da

lam

pe

ngem

bang

an k

eraj

inan

yan

g be

rkua

litas

dan

ber

kela

njut

an

aM

enga

daka

n ka

mpa

nye

men

ggun

akan

pro

duk

kera

jinan

asl

i Ind

ones

ia b

ukan

baj

akan

ata

u im

por

1D

ewan

Ker

ajin

an N

asio

nal d

an a

sosi

asi y

ang

berp

eran

akt

if

Page 108: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

93Lampiran

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NA

RA

H K

EB

IJA

KA

NS

TR

AT

EG

I

  7.2

Men

ingk

atka

n pe

mah

aman

asp

ek-

aspe

k hu

kum

terk

ait e

kono

mi k

reat

if

dan

hak

keka

yaan

inte

lekt

ual s

erta

m

enja

min

per

lindu

ngan

huk

um b

agi

pela

ku k

reat

if

aM

embu

at d

afta

r hi

tam

pel

aku

krea

tif

subs

ekto

r ke

rajin

an y

ang

kary

anya

jipl

akan

at

au b

ajak

an

1M

endo

rong

pra

ktek

usa

ha s

ubse

ktor

ker

ajin

an y

ang

men

ghar

gai k

arya

asl

i (or

igin

al) b

ukan

kar

ya b

ajak

an

b  M

elak

ukan

pro

ses

sele

ksi p

rodu

k kr

eatif

un

tuk

men

dapa

tkan

duk

unga

n da

lam

pro

ses

pend

afta

ran

HK

I

2M

engi

mpl

emen

tasi

kan

prak

tek

usah

a se

suai

den

gan

kete

ntua

n pe

ratu

ran

peru

ndan

g-un

dang

an y

ang

berl

aku

3M

elak

ukan

sos

ialis

asi h

ukum

terk

ait d

enga

n ek

onom

i kre

atif,

H

KI d

an M

anaj

emen

HK

I ke

sega

la le

vel p

elak

u kr

eatif

su

bsek

tor

kera

jinan

7.3

Men

ingk

atka

n ik

lim u

saha

yan

g ko

ndus

if b

agi p

elak

u kr

eatif

su

bsek

tor

kera

jinan

aK

ampa

nye

usah

a pe

rdag

anga

n ke

rajin

an y

ang

bere

tika

dan

bers

aing

seh

at1

Men

doro

ng p

rakt

ek u

saha

yan

g m

enju

njun

g tin

ggi e

tika

krea

tifita

s di

ant

ara

pela

ku k

reat

if s

ubse

ktor

ker

ajin

an

7.4

Men

ingk

atny

a ap

resi

asi k

epad

a or

ang

pela

ku k

eraj

inan

dan

kar

ya

krea

tif m

erek

a

aM

embe

rika

n pe

ngha

rgaa

n ke

pada

pel

aku

krea

tif s

ubse

ktor

ker

ajin

an y

ang

mel

akuk

an

prak

tek

usah

a ju

jur

dan

bere

tika

krea

tif (t

idak

m

enjip

lak

atau

mem

baja

k)

1se

cara

ber

kala

ber

ikan

pen

ghar

gaan

kep

ada

pera

jin

berk

ualit

as

Page 109: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

94 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

MA

TRIK

S IN

DIK

AS

I STR

ATE

GIS

PEN

GEM

BA

NG

AN

KER

AJI

NA

N 2

015-

2019

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NIN

DIK

AS

I ST

RA

TE

GIS

MIS

I 1: M

engo

ptim

alka

n pe

man

faat

an d

an m

enge

mba

ngka

n su

mbe

r da

ya lo

kal y

ang

berd

aya

sain

g, d

inam

is, d

an b

erke

lanj

utan

1. P

enci

ptaa

n pe

laku

kre

atif

ker

ajin

an y

ang

berd

aya

sain

g da

n m

ampu

men

gang

kat p

oten

si k

ekay

aan

loka

l

1.1

Men

ingk

atny

a ku

antit

as d

an k

ualit

as

pend

idik

an y

ang

men

duku

ng p

enci

ptaa

n ke

rajin

an

aN

aikn

ya ju

mla

h se

kola

h m

enen

gah

keju

ruan

ker

ajin

an, p

olite

knik

ker

ajin

an, d

an ju

rusa

n ke

rajin

an d

i pe

rgur

uan

tingg

i sen

i di l

uar

pula

u Ja

wa

bM

enin

gkat

nya

seko

lah

men

enga

h ke

juru

an k

eraj

inan

, pol

itekn

ik k

eraj

inan

, dan

juru

san

kera

jinan

di p

ergu

ruan

tin

ggi d

i lua

r Ja

wa

deng

an n

ilai a

kred

itasi

bai

k di

luar

pul

au J

awa

cTe

rdap

atny

a pe

mba

haru

an k

urik

ulum

pen

didi

kan

yang

men

ekan

kan

pada

kua

litas

, dis

iplin

ber

krea

si d

an

mud

ah d

itera

pkan

pad

a se

kola

h-se

kola

h ke

rajin

an d

i sel

uruh

Indo

nesi

a

dK

ualit

as p

enga

jara

n ya

ng m

enin

gkat

, den

gan

met

ode

peng

ajar

an y

ang

men

doro

ng k

reat

ifita

s

1.2

Men

ingk

atny

a ku

antit

as d

an k

ualit

as s

umbe

r da

ya m

anus

ia p

elak

u da

n pe

nduk

ung

kera

jinan

aTe

rcip

tany

a se

cara

mer

ata

jum

lah

lulu

san

seko

lah

kera

jinan

dar

i be

rbag

ai t

ingk

atan

(se

kola

h m

enen

gah

keju

ruan

, pol

itekn

ik, p

ergu

ruan

ting

gi)

bM

enin

gkat

nya

jum

lah

pela

ku k

eraj

inan

dan

jug

a pe

nduk

ungn

ya y

ang

mem

iliki

lat

ar b

elak

ang

pend

idik

an

kera

jinan

cTe

rcip

tany

a pe

laku

ker

ajin

an y

ang

prod

uktif

, m

enju

njun

g tin

ggi

kual

itas,

men

ghar

gai

seni

dan

kea

slia

n,

paha

m m

engg

unak

an t

ekno

logi

dal

am k

egia

tan

krea

siny

a, m

ampu

men

gelo

la s

umbe

r da

ya y

ang

ada,

dap

at

beke

rja

sam

a de

ngan

pih

ak la

in, s

erta

ped

uli d

enga

n ko

ndis

i sek

itarn

ya

dTe

rcip

tany

a sy

stem

sec

ara

berk

ala

men

giri

mka

n pe

laku

dan

pih

ak p

endu

kung

unt

uk m

enda

patk

an p

elat

ihan

/st

udi l

anju

t dar

i ins

itusi

pen

didi

kan

yang

ung

gul

2. M

enja

min

per

lindu

ngan

, pen

gem

bang

ang,

dan

pem

anfa

atan

sum

ber

daya

ala

m d

an b

uday

a ba

gi k

eraj

inan

sec

ara

berk

elan

juta

n

2.1

   

Ters

edia

nya

mat

eri b

ahan

men

tah

dan

sum

ber

buda

ya lo

kal b

agi k

eraj

inan

, yan

g te

rper

caya

, m

udah

, dan

cep

at d

i aks

es

aTe

rcip

tany

a pu

sat

data

acu

an y

ang

beri

si i

nfor

mas

i m

enge

nai

loka

si t

erse

dian

ya b

ahan

-bah

an m

enta

h ke

rajin

an te

rten

tu d

i Ind

ones

ia, s

erta

juga

info

rmas

i har

ga b

ahan

-bah

an te

rseb

ut d

i pas

aran

bM

udah

dia

kses

nya

pusa

t dat

a ba

han

men

tah

ters

ebut

ole

h pe

laku

dan

pih

ak p

endu

kung

cTe

rkon

trol

nya

harg

a-ha

rga

baha

n m

enta

h un

tuk

berb

agai

ker

ajin

an

Page 110: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

95Lampiran

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NIN

DIK

AS

I ST

RA

TE

GIS

 d

Men

ingk

atny

a ju

mla

h do

kum

enta

si d

an k

umpu

lan

cata

tan

men

gena

i ni

lai

buda

ya, d

an j

uga

prod

uk b

uday

a da

ri s

elur

uh w

ilaya

h di

Indo

nesi

a

MIS

I 2:

Men

gem

bang

kan

indu

stri

ker

ajin

an y

ang

berd

aya

sain

g, t

umbu

h, b

erag

am, d

an b

erku

alit

as

3. M

ewuj

udka

n in

dust

ri k

eraj

inan

yan

g be

rkem

bang

sec

ara

opti

mal

dan

ber

kual

itas

3.1

   

Men

ingk

atny

a w

irau

saha

wan

kre

atif

ker

ajin

an

yang

mam

pu m

enge

mba

ngka

n pr

oduk

ses

uai

deng

an k

ondi

si lo

kal d

an in

tern

asio

nal

aM

enin

gkat

nya

jum

lah

kean

ggot

aan

pel

aku

kera

jinan

yan

g te

rgab

ung

dala

m a

sosi

asi-

asos

iasi

ker

ajin

an.

bM

enin

gkat

jum

lah

usah

a-us

aha

deng

an p

rodu

k ut

ama

bara

ng-b

aran

g ke

rajin

an d

i ber

baga

i dae

rah

di

Indo

nesi

a

cM

enin

gkat

nya

jum

lah

usah

a be

rben

tuk

wok

shop

ata

u st

udio

yan

g fo

kus

pada

kre

asi b

aran

g ke

rajin

an

dTe

rcip

tany

a se

ntra

-sen

tra

kera

jinan

bar

u di

ber

baga

i dae

rah

 3.2

Men

ingk

atny

a ku

alita

s da

n ku

antit

as u

saha

-us

aha

kera

jinan

di b

erba

gai d

aera

ha

Sem

akin

ban

yak

pela

ku d

an p

endu

kung

ker

ajin

an y

ang

mem

aham

i m

enge

nai

stan

dard

bar

ang

berk

ualit

as

dari

ker

ajin

anny

a

bTe

rcip

tany

a as

osia

si a

tau

kom

unita

s un

tuk

men

gem

bang

kan

pela

ku u

saha

ker

ajin

an d

i ber

baga

i dae

rah.

cM

asih

ber

taha

nnya

usa

ha-u

saha

ker

ajin

an y

ang

suda

h la

ma

dan

juga

men

ingk

atny

a ju

mla

h us

aha-

usah

a ya

ng b

aru

dTe

rcip

tany

a ko

labo

rasi

ant

ara

pela

ku k

eraj

inan

dal

am m

engh

anta

rkan

pro

duk

yang

lebi

h be

rkua

litas

3.3

Terc

ipta

nya

kary

a ke

rajin

an y

ang

bera

gam

dan

be

rkua

litas

aS

emak

in k

eciln

ya ju

mla

h ke

luha

n ya

ng m

uncu

l dar

i pem

beli

bara

ng k

eraj

inan

, bai

k di

dal

am a

tau

luar

neg

eri

bK

onsi

sten

nya

usah

a ke

rajin

an d

alam

kes

empa

tan

men

gena

lkan

ber

baga

i pro

duk-

prod

uk b

arun

ya

MIS

I 3: M

enge

mba

ngka

n lin

gkun

gan

yang

kon

dusi

f unt

uk p

embe

rday

aan

pote

nsi d

an p

enge

tahu

an k

eraj

inan

yan

g be

rdas

arka

n kr

eati

vita

s de

ngan

mel

ibat

kan

selu

ruh

pem

angk

u ke

pent

inga

n

4. P

enci

ptaa

n su

mbe

r pe

mbi

ayaa

n ba

gi p

rose

s kr

easi

ker

ajin

an y

ang

tran

spar

an, m

udah

dia

kses

, dan

ber

sain

g

Page 111: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

96 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NIN

DIK

AS

I ST

RA

TE

GIS

4.1

     

Men

ingk

atny

a ke

ters

edia

an p

embi

ayaa

n ba

gi

pros

es k

reas

i ker

ajin

an y

ang

tran

spar

an,

mud

ah d

iaks

es, d

an b

ersa

ing

aS

emak

in b

anya

knya

inst

itusi

keu

anga

n ya

ng m

enge

luar

kan

prod

uk p

embi

ayaa

n ba

gi u

saha

kec

il da

n m

enen

gah

di b

idan

g ke

rajin

an

bTe

rcip

tany

a ke

bija

kan

pem

erin

tah

yang

men

duku

ng p

embi

ayaa

n pr

oduk

si k

eraj

inan

ole

h B

UM

N a

tau

bank

pe

mer

inta

h

cTe

rcip

tany

a sk

ema

keri

ngan

an p

embi

ayaa

n (p

ajak

) dar

i pem

erin

tah

untu

k op

eras

iona

l usa

ha-u

saha

ke

rajin

an

dS

emak

in b

anya

k m

acam

nya

piha

k ya

ng m

enye

diak

an p

embi

ayaa

n ke

pada

usa

ha k

eraj

inan

dal

am b

entu

k in

vest

asi a

tau

pinj

aman

5. M

ewuj

udka

n in

dust

ri k

eraj

inan

yan

g m

ampu

men

jaw

ab k

ebut

uhan

dar

i pas

ar d

omes

tik

dan

inte

rnas

iona

l

5.1

           

Men

ingk

atka

n ak

ses

pasa

r pr

oduk

ker

ajin

an d

i pa

sar

dom

estik

dan

inte

rnas

iona

la

Sem

akin

ban

yakn

ya ju

mla

h pe

ngus

aha

kera

jinan

yan

g m

egik

uti p

amer

an p

rodu

k ke

rajin

an d

i dal

am d

an

luar

neg

eri

bS

emak

in m

enin

gkat

nya

jum

lah

toko

ata

u ga

leri

bar

ang

kera

jinan

di b

erba

gai r

etai

l mod

ern

di k

ota-

kota

be

sar

di In

done

sia

cTe

rcip

tany

a ou

tlet

res

mi b

aran

g ke

rajin

an d

i ber

baga

i dae

rah

wis

ata

di In

done

sia

dS

emak

in b

anya

knya

usa

ha-u

saha

ker

ajin

an y

ang

mem

iliki

web

site

ata

u m

elak

ukan

keg

iata

n pe

njua

lan

mel

alui

inte

rnet

eTe

rcip

tany

a pu

sat i

nfor

mas

i pro

duk

kera

jinan

Indo

nesi

a di

ber

baga

i ked

utaa

n be

sar

di s

elur

uh d

unia

fM

enin

gkat

nya

jum

lah

peng

unju

ng d

an p

embe

li pa

mer

an k

eraj

inan

, bai

k di

dal

am a

tau

luar

neg

eri

gM

enin

gkat

nya

pem

beli

deng

an s

kala

per

usah

aan

atau

bis

nis

untu

k ba

rang

-bar

ang

kera

jinan

6. P

enci

ptaa

n in

fras

truk

tur

dan

tekn

olog

i yan

g m

endu

kung

pel

aku

kera

jinan

unt

uk m

aju

dan

berk

emba

ng

6.1

     

Men

ingk

atny

a ke

ters

edia

an ja

ring

an

tele

mat

ika,

logi

stik

yan

g m

endu

kung

pe

ngem

bang

an k

eraj

inan

aTe

rcip

tany

a se

cara

jel

as j

alur

log

istik

ke

berb

agai

dae

rah

di I

ndon

esia

, un

tuk

men

jam

in p

engh

anta

ran

paso

kan

dan

bara

ng ja

di k

e pa

sar

bTe

rcip

tany

a sk

ema

bant

uan

tekn

olog

i kom

unik

asi d

an in

form

asi b

agi u

saha

-usa

ha k

eraj

inan

Page 112: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

97Lampiran

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NIN

DIK

AS

I ST

RA

TE

GIS

6.2

Men

ingk

atny

a pe

nera

pan

tekn

olog

i pro

duks

i ya

ng o

ptim

al u

ntuk

men

ingk

atka

n ni

lai

tam

bah

bara

ng k

eraj

inan

yan

g be

rkua

litas

dan

be

raga

m

aM

enin

gkat

nya

adop

si p

engg

unaa

n te

knol

ogi k

omun

ikas

i dan

info

rmas

i di s

etia

p ke

giat

an r

anta

i nila

i usa

ha

kera

jinan

yan

g ad

a

bM

enin

gkat

nya

adop

si

tekn

olog

i da

lam

ke

giat

an

prod

uksi

ba

rang

-bar

ang

kera

jinan

, se

hing

ga

mam

pu

men

ingk

atka

n ku

alita

s ba

rang

yan

g di

hasi

lkan

7. M

ewuj

udka

n ke

lem

baga

an y

ang

men

ghar

gai p

rose

s kr

eati

f dar

i set

iap

prod

uk k

eraj

inan

7.1

 M

enin

gkat

nya

part

isip

asi a

ktif

pem

egan

g ke

pent

inga

n da

lam

pen

gem

bang

an k

eraj

inan

ya

ng b

erku

alita

s da

n be

rkel

anju

tan

aS

emak

in a

ktif

nya

pera

n D

ewan

ker

ajin

an n

asio

nal

bTe

rcip

tany

a ko

mun

itas/

asos

iasi

pel

aku

kera

jinan

di b

erba

gai d

aera

h un

tuk

setia

p je

nis

kera

jinan

cTe

rcip

tany

a ko

mun

itas/

asos

iasi

pen

duku

ng k

eraj

inan

di b

erba

gai d

aera

h un

tuk

setia

p je

nis

kera

jinan

dM

enin

gkat

nya

pera

n pe

mer

inta

h se

baga

i pem

buat

keb

ijaka

n ya

ng b

erka

itan

deng

an k

eraj

inan

7.2

Men

ingk

atka

n pe

mah

aman

asp

ek-a

spek

hu

kum

terk

ait e

kono

mi k

reat

if d

an H

ak

Kek

ayaa

n In

tele

ktua

l ser

ta m

enja

min

pe

rlin

dung

an h

ukum

bag

i pel

aku

krea

tif

aTe

rcip

tany

a pe

ratu

ran

yang

aka

n m

embe

rika

n ja

min

an a

tas

hak

keka

yaan

int

elek

tual

dar

i ba

rang

kre

asi

peng

rajin

bS

emak

in k

eciln

ya k

asus

per

selis

ihan

dar

i pe

laku

ker

ajin

an t

erka

it de

ngan

pel

angg

aran

hak

ata

s ci

ptaa

n ba

rang

ker

ajin

an

cM

enin

gkat

nya

prog

ram

pel

atih

an b

agi

pela

ku k

eraj

inan

dan

pen

duku

ngny

a m

enge

nai

pera

tura

n ak

an

perl

indu

ngan

hak

kek

ayaa

n in

tele

ktua

l

dTe

rcip

tany

a su

asan

a be

rusa

ha d

enga

n ja

min

an s

anks

i bag

i pih

ak y

ang

mel

angg

ar a

tura

n ya

ng b

erla

ku

7.3

Men

ingk

atka

n ik

lim u

saha

yan

g ko

ndus

if b

agi

pela

ku k

reat

if s

ubse

ktor

ker

ajin

ana

Terc

ipta

nya

kebi

jaka

n pe

mer

inta

h ya

ng a

kan

men

gatu

r ag

ar b

erba

gai p

ihak

yan

g be

rkec

impu

ng d

alam

dun

ia

kera

jinan

tida

k ak

an s

alin

g m

erug

ikan

bTe

rcip

tany

a m

ekan

ism

e pe

rdag

anga

n di

pas

ar y

ang

akan

sam

a-sa

ma

men

gunt

ungk

an b

agi p

elak

u ke

rajin

an

sert

a ko

nsum

enny

a

cTe

rcip

tany

a m

ekan

ism

e ke

ring

anan

bia

ya a

tau

paja

k da

lam

ber

usah

a ba

gi p

ara

pela

ku d

an p

endu

kung

ke

rajin

an

Page 113: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

98 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NIN

DIK

AS

I ST

RA

TE

GIS

7.4

Men

ingk

atny

a ap

resi

asi k

epad

a or

ang

pela

ku

kera

jinan

dan

kar

ya k

reat

if m

erek

aa

Terc

ipta

nya

inst

rum

en p

engh

arga

an b

agi p

elak

u ke

rajin

an d

an p

endu

kung

ker

ajin

an y

ang

berp

rest

asi,

baik

da

ri d

alam

neg

eri a

taup

un d

ari l

uar

nege

ri

bS

emak

in m

enin

gkat

nya

pela

ku d

an p

endu

kung

ker

ajin

an y

ang

men

dapa

tkan

pen

ghar

gaan

ters

ebut

cTe

rcip

tany

a po

la p

ikir

di k

onsu

men

bah

wa

pem

akai

an p

rodu

k ke

rajin

an d

alam

neg

eri m

erup

akan

hal

yan

g ba

ik

dM

enin

gkat

nya

peng

guna

an b

aran

g ke

rajin

an d

alam

ber

baga

i uns

ur k

ehid

upan

seh

ari-

hari

eS

emak

in b

anya

knya

kol

ekto

r, m

useu

m d

an g

aler

i unt

uk b

aran

g-ba

rang

ker

ajin

an

Page 114: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

99Lampiran

MA

TRIK

S R

ENC

AN

A A

KS

I PEN

GEM

BA

NG

AN

KER

AJI

NA

N 2

015-

2019

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

SA

SA

RA

N 1

: Men

ingk

atny

a ku

anti

tas

dan

kual

itas

pen

didi

kan

yang

men

duku

ng p

enci

ptaa

n ke

rajin

an

1    

Men

surv

ei je

nis-

jeni

s ke

rajin

an a

pa s

aja

yang

mem

butu

hkan

du

kung

an lu

lusa

n te

naga

pen

duku

ng

tekn

is

aK

unju

ngan

ke

sent

ra-s

entr

a ke

rajin

an, d

an

men

gobs

erva

si k

egia

tan

tekn

is d

alam

pro

duks

i ke

rajin

an te

rseb

ut

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i pen

didi

kan

dan

kera

jinan

 

  

xx

x

bM

enda

ta d

an m

engi

dent

ifika

si k

eahl

ian

tekn

ikal

ya

ng d

ibut

uhka

n di

pro

duks

i ker

ajin

an te

rseb

ut 

  

  

cP

endi

rian

sek

olah

pol

itekn

ik k

husu

s un

tuk

kera

jinan

te

rseb

ut 

  

  

2  M

empe

rtem

ukan

pi

hak

pela

ku k

eraj

inan

, pe

rwak

ilan

dari

ko

nsum

en, s

erta

pe

mili

k us

aha/

bisn

is

kera

jinan

aM

enda

ta d

an m

engu

ndan

g pe

rwak

ilan

dari

pe

ngra

jin, k

onsu

men

, dan

pen

gusa

ha k

eraj

inan

un

tuk

disk

usi

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i pen

didi

kan,

ke

rajin

an d

an p

erda

gang

an

 

xx

  

 

bM

enge

valu

asi m

enge

nai p

enge

tahu

an d

an

kete

ram

pila

n ap

a sa

ja y

ang

dibu

tuhk

an d

ari s

eora

ng

lulu

san

seko

lah-

seko

lah

kera

jinan

  

  

 

3M

elak

ukan

pen

ilaia

n de

ngan

sta

ndar

d ya

ng te

lah

di s

etuj

ui

oleh

aso

sias

i ata

u ko

mun

itas

dari

pel

aku

kera

jinan

tert

entu

aD

ipili

hnya

per

wak

ilan

dari

aso

sias

i/ko

mun

itas

peng

rajin

tert

entu

unt

uk m

enja

di a

nggo

ta ti

m p

enila

i se

kola

h-se

kola

h ke

rajin

an

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i pen

didi

kan

dan

kera

jinan

  

xx

x

bM

engu

njun

gi s

ekol

ah-s

ekol

ah k

eraj

inan

yan

g ad

a,

dan

mel

akuk

an p

enila

ian

sesu

ai s

tand

ard

yang

tela

h di

teta

pkan

  

  

 

Page 115: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

100 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

SA

SA

RA

N 2

: Men

ingk

atny

a ku

anti

tas

dan

kual

itas

sum

ber

daya

man

usia

pel

aku

dan

pend

ukun

g ke

rajin

an

1M

enge

mba

ngka

n si

stem

pro

duks

i yan

g an

dal

aD

iman

a pa

da ta

hap

awal

aka

n di

butu

hkan

per

an

pene

liti u

ntuk

mel

ihat

tren

pas

ar d

an p

erke

mba

ngan

du

nia

kera

jinan

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i ker

ajin

an 

xx

xx

bLa

lu d

itam

bahk

an d

enga

n pe

ran

desa

iner

unt

uk

mem

beri

kan

ranc

anga

n ba

rang

nya

dan

akhi

rnya

ak

an d

irea

lisas

ikan

ole

h sa

ng p

engr

ajin

  

  

 

2    

Mem

beri

kan

fasi

litas

du

kung

an p

embi

ayaa

n da

n ha

l lai

n ya

ng

dibu

tuhk

an u

ntuk

bis

a be

rang

kat m

aju

ke

kom

petis

i yan

g ad

a

aS

osia

lisas

i men

gena

i men

giku

ti ko

mpe

tisi,

man

faat

da

n m

enga

pa p

erlu

men

giku

ti ko

mpe

tisi t

erse

but

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i ker

ajin

an

 

xx

xx

x

bS

elek

si d

i tin

gkat

dae

rah

untu

k m

emili

h pe

rwak

ilan

pese

rta

yang

aka

n m

aju

ke ti

ngka

t nas

iona

  

  

cP

eser

ta y

ang

terp

ilih

akan

dib

erik

an p

aket

ban

tuan

ko

nsul

tasi

dar

i par

a ah

li te

rkai

t ata

upun

dar

i pe

men

ang

di ta

hun

sebe

lum

nya

  

  

 

SA

SA

RA

N 3

: Ter

sedi

anya

mat

eri b

ahan

men

tah

dan

sum

ber

buda

ya lo

kal b

agi k

eraj

inan

, yan

g te

rper

caya

, mud

ah, d

an c

epat

dia

kses

1D

enga

n m

embu

at s

uatu

pu

sat d

ata

yang

aka

n di

kelo

la p

emer

inta

h

aM

enda

ta d

an m

engi

dent

ifika

si b

ahan

-bah

an y

ang

dibu

tuhk

an k

husu

s da

ri k

eraj

inan

tert

entu

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i ker

ajin

an,

perd

agan

gan,

tele

mat

ika,

dan

ko

mun

ikas

i

  

xx

x

bP

usat

info

rmas

i ini

aka

n be

risi

men

gena

i det

ail

baha

n m

enta

h ke

rajin

an, l

okas

i bah

an it

u te

rsed

ia

dim

ana,

ser

ta h

arga

yan

g di

taw

arka

n ol

eh

penj

ualn

ya

  

  

 

cP

usat

dat

a in

i jug

a ak

an m

embe

rika

n in

form

asi

siap

a sa

ja p

ihak

-pih

ak y

ang

siap

men

awar

kan

baha

n m

enta

h te

rseb

ut.

  

  

 

Page 116: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

101Lampiran

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

2M

embe

rika

n in

sent

if

keua

ngan

bag

i pe

ngus

aha

baha

n-ba

han

kera

jinan

, kh

usus

nya

deng

an

pene

kana

n pa

da

kem

ampu

an m

emas

ok

baha

n te

rseb

ut s

ecar

a be

rkel

anju

tan

aM

enda

ta p

engu

saha

-pen

gusa

ha y

ang

mem

perd

agan

gkan

bah

an b

aku

untu

k ke

rajin

anK

emen

teri

an/l

emba

ga y

ang

mem

bida

ngi k

eraj

inan

, ke

uang

an, p

erda

gang

an d

an

huku

m

xx

xx

x

bM

engi

dent

ifika

si h

al-h

al y

ang

bisa

men

gham

bat

mer

eka

dala

m m

emas

ok b

ahan

ker

ajin

an 

  

  

cM

erum

uska

n ke

bija

kan-

kebi

jaka

n ya

ng a

kan

men

duku

ng la

ncar

nya

peng

adaa

n pa

soka

n ba

han

kera

jinan

, hin

gga

lanc

arny

a pe

nyam

paia

n ba

han

ters

ebut

ke

pasa

r at

au p

engr

ajin

yan

g m

embu

tuhk

an

  

  

 

SA

SA

RA

N 4

: Men

ingk

atny

a w

iras

usah

awan

kre

atif

ker

ajin

an y

ang

mam

pu m

enge

mba

ngka

n pr

oduk

ses

uai d

enga

n ko

ndis

i lok

al d

an in

tern

asio

nal

1M

embe

rika

n pe

rsya

rata

n ya

ng

sede

rhan

a ke

pada

us

aha-

usah

a ba

ru

(sta

rt-u

p) d

i bid

ang

kera

jinan

aM

enda

ta p

ersy

arat

an y

ang

dibu

tuhk

an u

ntuk

m

endi

rika

n se

buah

usa

ha k

eraj

inan

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i ker

ajin

an

 

xx

xx

x

bM

enye

suai

kan

syar

at te

rseb

ut d

enga

n ke

adaa

n di

bi

dang

ker

ajin

an 

  

  

2M

endu

kung

pe

nyed

erha

naan

bi

rokr

asi t

erka

it un

tuk

usah

a-us

aha

baru

di

bida

ng k

eraj

inan

aM

ensu

rvei

beb

erap

a us

aha

kera

jinan

terk

ait d

enga

n sy

arat

-sya

rat p

embe

ntuk

an b

adan

usa

haK

emen

teri

an/l

emba

ga y

ang

mem

bida

ngi k

eraj

inan

xx

xx

x

bM

engi

dent

ifika

si s

yara

t-sy

arat

yan

g m

empe

rum

it da

n m

enyu

litka

n pa

ra u

saha

ters

ebut

  

  

 

cM

enye

derh

anak

an p

ersy

arat

an y

ang

ada,

seh

ingg

a se

buah

usa

ha b

aru

dapa

t seg

era

terb

entu

k da

n be

rjal

an

  

  

 

Page 117: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

102 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

SA

SA

RA

N 5

: Men

ingk

atny

a ku

alit

as d

an k

uant

itas

usa

ha-u

saha

ker

ajin

an d

i ber

baga

i dae

rah

1M

embe

rika

n ke

sem

pata

n ke

pada

si

swa-

sisw

a be

rpre

stas

i unt

uk ik

ut

beke

rja

dala

m p

rogr

am

mag

ang

pada

usa

ha

kera

jinan

yan

g su

dah

map

an

aM

enso

sial

isas

ikan

ke

seko

lah-

seko

lah

kera

jinan

m

enge

nai p

rogr

am m

agan

g si

swa

(unt

uk y

ang

bera

da d

i tin

gkat

akh

ir) p

ada

sebu

ah u

saha

ke

rajin

an

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i ker

ajin

an d

an

pend

idik

an

     

xx

xx

x

bM

embu

ka p

enda

ftar

an p

emin

at p

rogr

am m

agan

g te

rseb

ut, d

an k

emud

ian

sele

ksi b

erda

sark

an

kual

ifika

si te

rten

tu s

esua

i den

gan

perm

inta

an u

saha

ke

rajin

an

  

  

 

cS

isw

a te

rpili

h ak

an la

ngsu

ng m

enja

lank

an

mag

angn

ya d

enga

n be

rkal

a ko

nsul

tasi

kep

ada

peng

ajar

men

gena

i per

kem

bang

an d

alam

m

agan

gnya

  

  

 

dS

etel

ah s

eles

ai s

isw

a ke

mba

li ke

sek

olah

den

gan

mem

beri

kan

lapo

ran

ke p

enga

jar

dan

peng

usah

a ke

rajin

an te

rseb

ut

  

  

 

SA

SA

RA

N 6

: Ter

cipt

anya

kar

ya k

eraj

inan

yan

g be

raga

m d

an b

erku

alit

as

1M

embu

at s

uatu

bu

letin

ata

u la

pora

n be

rkal

a m

enge

nai

perk

emba

ngan

ke

butu

han

dan

sele

ra

dari

kon

sum

en y

ang

ada,

bai

k di

dal

am a

tau

luar

neg

eri

aD

iben

tuk

tim r

edak

si d

alam

dew

an k

eraj

inan

unt

uk

mem

buat

bul

etin

ini

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i ker

ajin

an d

an

perd

agan

gan

     

 x

xx

x

bP

engu

mpu

lan

mat

eri b

isa

hasi

l ber

ita, t

ulis

an o

leh

tim, p

engr

ajin

ata

upun

pih

ak te

rkai

t lai

nnya

den

gan

kera

jinan

. Jug

a di

beri

kan

ruan

g un

tuk

ikla

n

  

  

 

cA

dany

a ba

gian

yan

g m

emba

has

men

gena

i pe

rkem

bang

an k

ebut

uhan

kon

sum

en, t

erm

asuk

se

lera

kon

sum

en d

alam

dan

luar

neg

eri

  

  

 

dB

ulet

in te

rbit

sebu

lan

seka

li da

n di

kiri

mka

n ke

pada

pe

ngus

aha-

peng

usah

a ke

rajia

  

  

Page 118: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

103Lampiran

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

SA

SA

RA

N 7

: Men

ingk

atny

a ke

ters

edia

an p

embi

ayaa

n ba

gi p

rose

s kr

easi

ker

ajin

an y

ang

tran

spar

an, m

udah

dia

kses

, dan

ber

sain

g

1M

embu

at s

uatu

aca

ra

yang

mem

ungk

inka

n an

gel i

nves

tor

untu

k be

rtem

u da

n m

embi

cara

kan

prop

osal

ide

usah

a ke

rajin

an m

erek

a

aM

enso

sial

isas

ikan

ke

berb

agai

sen

tra

kera

jinan

m

enge

nai p

rogr

am in

iK

emen

teri

an/l

emba

ga y

ang

mem

bida

ngi k

eraj

inan

dan

pe

rdag

anga

n

  

xx

x

bA

dany

a tim

ahl

i yan

g ak

an m

elak

ukan

sel

eksi

aw

al

bagi

pen

graj

in y

ang

mem

iliki

pro

posa

l usa

ha y

ang

baik

  

  

 

cTi

m a

hli d

an p

ara

inve

stor

aka

n be

rkel

iling

ke

berb

agai

ibuk

ota

prov

insi

unt

uk m

enda

patk

an

prop

osal

yan

g te

rbai

k

  

  

 

dP

ropo

sal t

erba

ik a

kan

men

dapa

tkan

inve

stas

i da

n ba

ntua

n ko

nsul

tasi

den

gan

inve

stor

itu

dala

m

men

ingk

atka

n ke

mam

puan

pro

duks

inya

.

  

  

 

2P

emer

inta

h m

embe

rika

n la

ngsu

ng

poto

ngan

paj

ak

bagi

usa

ha-u

saha

ke

rajin

an, s

erta

usa

ha

pend

ukun

gnya

aM

engi

dent

ifika

si u

saha

-usa

ha k

eraj

inan

, dan

usa

ha

pend

ukun

g ke

rajin

an d

i set

iap

daer

ah.

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i ker

ajin

an d

an

keua

ngan

xx

xx

x

bM

embe

rika

n po

tong

an p

ajak

ses

uai d

enga

n kl

asifi

kasi

pro

duk

dan

skal

a us

aha

kera

jinan

.  

  

  

SA

SA

RA

N 8

: Men

ingk

atka

n ak

ses

pasa

r pr

oduk

ker

ajin

an d

i pas

ar d

omes

tik

dan

inte

rnas

iona

l

1  D

itunj

uk b

eber

apa

pusa

t per

bela

njaa

n di

ko

ta b

esar

di I

ndon

esia

un

tuk

men

yedi

akan

te

mpa

t bag

i wad

ah

untu

k sa

rana

pen

jual

an

bara

ng k

eraj

inan

aS

urve

i pus

at p

erbe

lanj

aan

yang

ram

ai d

enga

n pe

ngun

jung

di s

etia

p w

ilaya

hK

emen

teri

an/l

emba

ga y

ang

mem

bida

ngi k

eraj

inan

dan

pe

rdag

anga

n

xx

xx

x

bM

embu

ka to

ko a

tau

outl

et u

ntuk

dis

play

& p

enju

alan

ba

rang

ker

ajin

an 

  

  

Page 119: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

104 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

2  P

emer

inta

h ak

an

mem

ilih

bebe

rapa

pe

rwak

ilan

usah

a ke

rajin

an u

ntuk

di

duku

ng m

engi

kuti

kegi

atan

pro

mos

i dan

pe

mas

aran

aS

elek

si d

i tin

gkat

aso

sias

i/ko

mun

itas

deng

an

krite

ria

yang

tela

h di

tent

ukan

ole

h pe

mer

inta

hK

emen

teri

an/l

emba

ga y

ang

mem

bida

ngi k

eraj

inan

, pe

rdag

anga

n da

n lu

ar n

eger

i

 x

xx

x

bM

embe

rang

katk

an p

engr

ajin

terp

ilih

untu

k ik

ut m

isi

prom

osi p

amer

an d

i lua

r ne

geri

  

  

 

SA

SA

RA

N 9

: Men

ingk

atny

a ke

ters

edia

an ja

ring

an te

lem

atik

a da

n lo

gist

ik y

ang

men

duku

ng p

enge

mba

ngan

ker

ajin

an

1  M

embu

at p

ublik

asi

berk

ala

yang

ber

isi

info

rmas

i tek

nolo

gi-

tekn

olog

i dan

jalu

r di

stri

busi

yan

g m

engu

ntun

gkan

bag

i us

aha

kera

jinan

aD

alam

bul

etin

ker

ajin

an y

ang

tela

h di

buat

se

belu

mny

a, ju

ga m

emua

t per

kem

bang

an te

knol

ogi

yang

bis

a di

man

faat

kan

oleh

par

a pe

ngra

jin d

alam

ke

giat

an k

reas

inya

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i ker

ajin

an,

tele

mat

ika

dan

kom

unik

asi

 x

xx

x

bB

ulet

in in

i kem

udia

n di

dist

ribu

sika

n ke

pada

par

a pe

ngra

jin m

elal

ui a

sosi

asi

  

  

 

2    

Mem

beri

kan

bant

uan

mod

al b

agi p

elak

u da

n pe

nduk

ung

kera

jinan

ag

ar d

apat

men

gado

psi

berb

agai

tekn

olog

i da

lam

keg

iata

n ra

ntai

ni

lai k

reat

ifny

a

aM

engi

dent

ifika

si k

eraj

inan

apa

saj

a ya

ng b

isa

mem

anfa

atka

n te

knol

ogi d

alam

keg

iata

n ra

ntai

ni

lain

ya

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i ker

ajin

an d

an

perd

agan

gan

xx

xx

x

bM

embe

rika

n ba

ntua

n da

na d

an ju

ga p

elat

ihan

pe

mak

aian

mes

in-m

esin

ters

ebut

  

  

 

cB

agi p

ara

pene

rim

a ba

ntua

n m

emili

ki k

ewaj

iban

un

tuk

kem

udia

n m

ener

uska

n pe

nget

ahua

nnya

ke

peng

rajin

lain

  

  

 

Page 120: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

105Lampiran

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

SA

SA

RA

N 1

0: M

enin

gkat

nya

pene

rapa

n te

knol

ogi p

rodu

ksi y

ang

opti

mal

unt

uk m

enin

gkat

kan

nila

i tam

bah

bara

ng k

eraj

inan

yan

g be

rkua

litas

dan

ber

agam

1    

Mem

beri

kan

pela

tihan

ke

pada

par

a pe

laku

dan

pe

nduk

ung

kera

jinan

di

berb

agai

dae

rah

aM

enda

ta &

men

gkla

sifi

kasi

kan

peng

rajin

be

rdas

arka

n sk

ala

usah

a da

n pe

nggu

naan

tekn

olog

i da

lam

pro

ses

prod

uksi

nya

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i ker

ajin

an

   

 x

xx

x

bP

ara

peng

rajin

den

gan

skal

a ke

cil d

an m

asih

se

diki

t men

ggun

akan

tekn

olog

i dal

am p

rodu

ksin

ya,

akan

men

dapa

tkan

pri

orita

s un

tuk

men

dapa

tkan

pe

latih

an

  

  

 

cU

ntuk

ska

la y

ang

keci

l, m

esin

aka

n di

pinj

amka

n at

au

bisa

den

gan

sist

em s

ewa

mes

in 

  

  

2  P

enda

mpi

ngan

aga

r pe

man

faat

an te

knol

ogi

yang

ada

aka

n bi

sa

efek

tif d

an e

fisi

en

aM

enda

ta p

engr

ajin

ses

uai d

enga

n tin

gkat

kea

hlia

n da

lam

pen

ggun

aan

tekn

olog

i yan

g ad

aK

emen

teri

an/l

emba

ga y

ang

mem

bida

ngi k

eraj

inan

 

 x

xx

x

bYa

ng m

asih

bar

u m

engg

unak

an te

knol

ogi

dala

m p

rodu

ksin

ya, a

kan

dipr

iori

task

an u

ntuk

m

enda

patk

an k

onsu

ltas

i & p

enda

mpi

ngan

dar

i bal

ai

latih

an

  

  

 

3    

Men

yalu

rkan

sis

wa-

sisw

a da

n ju

ga p

elak

u ke

rajin

an u

ntuk

m

agan

g pa

da u

saha

ke

rajin

an y

ang

suda

h be

rpen

gala

man

m

enga

dops

i tek

nolo

gi

seja

k la

ma

aM

enso

sial

isas

ikan

ke

seko

lah-

seko

lah

kera

jinan

m

enge

nai p

rogr

am m

agan

g si

swa

(unt

uk y

ang

bera

da d

i tin

gkat

akh

ir) p

ada

sebu

ah u

saha

ke

rajin

an y

ang

inte

nsif

men

ggun

akan

tekn

olog

i

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i ker

ajin

an d

an

pend

idik

an

xx

xx

x

bM

embu

ka p

enda

ftar

an p

emin

at p

rogr

am m

agan

g te

rseb

ut, d

an k

emud

ian

sele

ksi b

erda

sark

an

kual

ifika

si te

rten

tu s

esua

i den

gan

perm

inta

an u

saha

ke

rajin

an

  

  

 

cS

isw

a te

rpili

h ak

an la

ngsu

ng m

enja

lank

an

mag

angn

ya d

enga

n ko

nsul

tasi

ber

kala

kep

ada

peng

ajar

men

gena

i per

kem

bang

an d

alam

m

agan

gnya

  

  

 

Page 121: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

106 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

  

dS

etel

ah s

eles

ai s

isw

a ke

mba

li ke

sek

olah

den

gan

mem

beri

kan

lapo

ran

ke p

enga

jar

dan

peng

usah

a ke

rajin

an te

rseb

ut

  

  

  

SA

SA

RA

N 1

1: M

enin

gkat

nya

part

isip

asi a

ktif

pem

egan

g ke

pent

inga

n da

lam

pen

gem

bang

an k

eraj

inan

yan

g be

rkua

litas

dan

ber

kela

njut

an

1  M

engh

idup

kaan

ke

mba

li ca

bang

-ca

bang

dew

an

kera

jinan

nas

iona

l di

dae

rah-

daer

ah,

bese

rta

men

doro

ng

pem

bent

ukan

aso

sias

i pe

laku

ker

ajin

an d

i da

erah

-dae

rah

aM

enda

ta c

aban

g-ca

bang

dew

an k

eraj

inan

di d

aera

h-da

erah

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i ker

ajin

an 

xx

xx

bM

engu

ndan

g pe

rwak

ilan

pela

ku k

eraj

inan

, pe

nduk

ung,

aso

sias

i dan

kom

unita

s da

lam

bag

ian

stru

ktur

dew

an k

eraj

inan

di d

aera

h

  

  

 

SA

SA

RA

N 1

2: M

enin

gkat

kan

pem

aham

an a

spek

-asp

ek h

ukum

terk

ait e

kono

mi k

reat

if d

an H

ak K

ekay

aan

Inte

lekt

ual s

erta

men

jam

in p

erlin

dung

an h

ukum

bag

i pel

aku

krea

tif

1    

Mem

buat

kam

pany

e m

engh

arga

i ori

gina

litas

da

ri s

ebua

h ba

rang

ke

rajin

an

aM

enga

jak

peng

rajin

dan

ahl

i huk

um k

ekay

aan

inte

lekt

ual u

ntuk

mer

umus

kan

pesa

n ya

ng a

kan

disa

mpa

ikan

ke

mas

yara

kat

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i ker

ajin

an, h

ukum

da

n H

AM

xx

xx

x

bM

embu

at e

vent

-eve

nt d

i are

a pu

blik

terk

ait

kam

pany

e in

i. H

al in

i dila

kuka

n se

cara

ber

ulan

g un

tuk

men

yada

rkan

dan

men

ging

atka

n m

asya

raka

t

  

  

 

cD

alam

eve

nt te

rseb

ut ju

ga te

rmas

uk a

ktiv

asi p

ada

med

ia s

osia

l, de

ngan

men

giku

tser

taka

n pa

ra to

koh

mas

yara

kat

  

  

 

Page 122: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

107Lampiran

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

2    

Sos

ialis

asi p

eneg

akan

pe

ratu

ran

beru

saha

, da

n m

embe

rika

n sa

nksi

ke

pada

pih

ak-p

ihak

ya

ng m

elan

ggar

nya

aK

unju

ngan

ke

sent

ra-s

entr

a ke

rajin

an, d

an

mem

beri

kan

pem

aham

an m

enge

nai p

elak

sana

an

huku

m k

ekay

aan

inte

lekt

ual

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i ker

ajin

an d

an

perd

agan

gan

   

xx

xx

x

bP

emah

aman

dib

erik

an o

leh

toko

h m

asya

raka

t yan

g di

horm

ati d

i dae

rah

ters

ebut

. Dan

den

gan

med

ia

yang

rel

evan

bag

i pel

aku

kera

jinan

  

  

 

cM

enyo

roti

cont

oh-c

onto

h sa

nksi

jika

ada

kej

adia

n pe

lang

gara

n at

uran

ters

ebut

  

  

 

3  M

embe

rika

n pe

latih

an

beri

si te

ntan

g ha

l-ha

l ya

ng b

erka

itan

deng

an

perl

indu

ngan

hak

ke

kaya

an in

tekt

ual

dari

has

il kr

eatif

par

a pe

laku

dan

pen

duku

ng

kera

jinan

aM

engu

mpu

lkan

pel

aku

kera

jinan

yan

g ad

a di

be

rbag

ai d

aera

h da

n m

embe

rika

n pe

latih

an

men

gena

i car

a m

elin

dung

i has

il ka

rya

para

pe

ngra

jin

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i ker

ajin

an, h

ukum

da

n H

AM

xx

xx

x

bP

elat

ihan

ini d

ilaku

kan

seca

ra b

erta

hap

hing

ga

sem

ua p

elak

u ke

rajin

an m

enda

patk

an p

emah

aman

ya

ng s

ama

akan

per

lindu

ngan

hak

kek

ayaa

n in

tele

ktua

l

  

  

 

SA

SA

RA

N 1

3: M

enin

gkat

kan

iklim

usa

ha y

ang

kond

usif

bag

i pel

aku

krea

tif k

eraj

inan

.

1M

embe

rika

n pe

mah

aman

kep

ada

para

pel

aku

kera

jinan

ag

ar b

ersa

ing

dala

m

mel

akuk

an b

isni

s de

ngan

seh

at d

an p

erlu

ju

ga m

elih

at a

kan

peng

aruh

usa

hany

a ke

pada

ling

kung

an

hidu

p da

n m

asya

raka

t se

kita

r

aK

unju

ngan

dan

sos

ialis

asi k

e se

ntra

ker

ajin

an

men

gena

i pen

tingn

ya d

an k

egun

aan

dari

ada

nya

pers

aing

an y

ang

seha

t di a

ntar

a pe

ngus

aha

kera

jinan

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i ker

ajin

an d

an

perd

agan

gan

xx

 

Page 123: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

108 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

  

bJu

ga d

iber

ikan

pem

aham

an b

ahw

a ik

lim u

saha

ya

ng s

ehat

juga

dap

at te

rjad

i den

gan

terj

adin

ya

kola

bora

si a

ntar

pel

aku

kera

jinan

  

  

  

SA

SA

RA

N 1

4: M

enin

gkat

nya

apre

sias

i kep

ada

oran

g pe

laku

ker

ajin

an d

an k

arya

kre

atif

mer

eka.

1    

Mem

buat

sua

tu a

cara

pe

ngha

rgaa

n ba

gi

pela

ku d

an p

endu

kung

ke

rajin

an y

ang

berp

rest

asi d

i dal

am

dan

luar

neg

eri.

Sel

ain

itu, p

engh

arga

an b

isa

juga

dal

am b

entu

k ka

mpa

nye

peng

unaa

n ba

rang

ker

ajin

an d

alam

ke

hidu

pan

seha

ri-h

ari

aP

enda

taan

pen

graj

in y

ang

prod

uktif

dan

inov

atif.

Hal

in

i dila

kuka

n se

cara

tahu

nan,

unt

uk s

etia

p ca

bang

ke

rajin

an.

Kem

ente

rian

/lem

baga

yan

g m

embi

dang

i ker

ajin

an   

 x

xx

x

bD

ari d

ata

ters

ebut

, dip

ilih

lah

peng

rajin

yan

g pa

ling

berp

rest

asi d

an m

enda

patk

an p

engh

arga

an d

ari

kem

ente

rian

  

  

 

cP

engh

arga

an ju

ga te

rmas

uk d

enga

n lip

utan

di m

edia

se

rta

kam

pany

e ke

mas

yara

kat u

ntuk

men

ggun

akan

ka

rya

kera

jinan

ters

ebut

dal

am k

ehid

upan

seh

ari-

hari

  

  

 

Page 124: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit
Page 125: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit
Page 126: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit
Page 127: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

112 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019

Page 128: KERAJINAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit

05

RE

NC

AN

A P

EN

GE

MB

AN

GA

N K

ER

AJIN

AN

NA

SIO

NA

L 2015

-2019

RENCANA PENGEMBANGAN

KERA JINANNASIONAL

2015-2019