kerajaan gowa dan tallo

7
Kerajaan Gowa dan Tallo Pada abad ke-15 di Sulawesi Selatan telah berdiri beberapa kerajaan. Dari suku bangsa Makassar, yaitu Gowa dan Tallo. Raja- raja suku bangsa Makassar bergelar Karaeng. Kerajaan Gowa semula terdiri atas Sembilan negeri kecil, yaitu Tombolo, Lakiung, Parang-parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero, dan Kalli. Ketika Gowa diperintah Tumaparisi-Kallona, Gowa disatukan dengan kerajaan Tallo yang diperintah Tunipasuruk pada pertengahan abad ke-15. Kedua kerajaan saling melengkapi kelebihan masing-masing untuk membesarkan kerajaan. Gowa memberikan andil dengan kehebatan militernya, sedangkan Tallo memberikan sumbangan penguasaan administrasi pemerintahan dan kemampuan berhubungan dengan pedagang-pedagang asing. Kedua kerajaan itu kemudian memilih Sombaopu sebagai ibu kotanya. Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting, karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur maupun para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara. Kerajaan Gowa dan Tallo kemudian melancarkan politik ekspansi ke wilayah sekitarnya. Akibat ekspansi itu, Kerajaan Siang, Bone, Suppa, Sawitto, dan lain-lain dapat ditundukkan. Namun, Kerajaan Bone bangkit kembali dan menentang kekuasaan Gowa-Tallo. Pada tahun 1528, Bone membuat persekutuan bersama kerajaan Wajo dan Soppeng dengan nama Tellumpocco (tiga

Upload: irma-nurmalasari

Post on 25-Nov-2015

61 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

kerajaan

TRANSCRIPT

Kerajaan Gowa dan Tallo

Pada abad ke-15 di Sulawesi Selatan telah berdiri beberapa kerajaan. Dari suku bangsa Makassar, yaitu Gowa dan Tallo. Raja-raja suku bangsa Makassar bergelar Karaeng. Kerajaan Gowa semula terdiri atas Sembilan negeri kecil, yaitu Tombolo, Lakiung, Parang-parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero, dan Kalli. Ketika Gowa diperintah Tumaparisi-Kallona, Gowa disatukan dengan kerajaan Tallo yang diperintah Tunipasuruk pada pertengahan abad ke-15. Kedua kerajaan saling melengkapi kelebihan masing-masing untuk membesarkan kerajaan. Gowa memberikan andil dengan kehebatan militernya, sedangkan Tallo memberikan sumbangan penguasaan administrasi pemerintahan dan kemampuan berhubungan dengan pedagang-pedagang asing. Kedua kerajaan itu kemudian memilih Sombaopu sebagai ibu kotanya.

Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting, karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur maupun para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.

Kerajaan Gowa dan Tallo kemudian melancarkan politik ekspansi ke wilayah sekitarnya. Akibat ekspansi itu, Kerajaan Siang, Bone, Suppa, Sawitto, dan lain-lain dapat ditundukkan. Namun, Kerajaan Bone bangkit kembali dan menentang kekuasaan Gowa-Tallo. Pada tahun 1528, Bone membuat persekutuan bersama kerajaan Wajo dan Soppeng dengan nama Tellumpocco (tiga kekuasaan) yang diikrarkan di Desa Bunne. Dalam persekutuan itu, Bone diakui sebagai saudara tua, Wajo saudara tengah, dan Soppeng saudara bungsu. Tujuan pembentukan Tellumpoco yakni untuk menghadang usaha perluasan kekuasaan yang dilakukan kerajaan Gowa-Tallo.

Sejak abad ke-16, para pedagang muslim telah berdatangan ke Sulawesi Selatan. Beberapa ulama Sumatera Barat, seperti Datok ri Bandang, Datok Sulaeman, dan Datok ri Tiro tiba juga di Sulawesi Selatan untuk menyebarkan agama Islam. Pada tahun 1605, penguasa Gowa-Tallo memeluk agama Islam. Setelah menganut Islam, Daeng Manrabbia (Raja Gowa) mendapat gelar Sultan Alauddin, sedangkan Karaeng Matoaya (Raja Tallo yang merangkap Mangkubumi Gowa) memperoleh gelar Sultan Abdullah Awalul Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan Gowa dan Tallo berusaha menyebarkan agama Islam ke kerajaan-kerajaan lain.

Upaya kerajaan Gowa dan Tallo ternyata ditentang oleh persekutuan Tellumpocco. Persekutuan ini semula amat efektif dalam merintangi cita-cita Gowa dan Tallo meluaskan pengaruh Islam. Soppeng tunduk pada tahun 1609, Wajo pada tahun 1610, dan Bone pada tahun 1611. Kerajaan-kerajaan suku Bugis itu kemudian menganut Islam. Walaupun ketiga kerajaan itu telah dikalahkan, tetapi kerajaan Gowa dan Tallo memberi keleluasaan kepada mereka untuk tetap mempertahankan keberadaan persekutuan Tellumpocco.

Setelah mengalahkan tellumpocco, Kerajaan Gowa dan Tallo memperoleh kemajuan yang pesat, terutama di bidang perdagangan. Kemajuan bidang perdagangan tersebut disebabkan hal berikut.a. Banyak pedagang yang hijrah ke Makassar setelah Malaka jatuh ke tangan bangsa Portugis pada tahun 1511.

b. Orang-orang Makassar dan Bugis terkenal sebagai pelaut ulung yang dapat mengamankan wilayah lautnya.

c. Tersedianya rempah-rempah yang banyak didatangkan dari Maluku.

Kerajaan Makassar memiliki letak yang strategis di jalur lalu lintas laut Malaka-Maluku. Untuk menjamin dan mengatur perdagangan dan pelayaran di wilayahnya, Makassar mengeluarkan undang-undang dan hokum perdagangan yang disebut Ade Allopiloping Bacanna Pabalue. Undang-undang ini dimuat dalam buku Lontara Amanna Coppa. Kejayaan Makassar dicapai pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Said dan Sultan Hassanuddin. Kedua sultan ini telah membawa Makassar menjadi daerah dagang yang maju pesat. Selain itu, kekuasaan Makassar telah mencapai ke Pulau Solor di Nusa Tenggara.

Perkembangan pesat Kerajaan Makassar tidak terlepas dari raja-raja yang pernah memerintah seperti :

1. Raja Alauddin

Dalam abad ke-17, agama Islam berkembang cukup pesat di Sulawesi Selatan. Raja Makassar yang pertama memeluk agama Islam bernama Raja Alauddin yang memerintah dari tahun 1591-1638 M. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran-perdagangan (dunia maritim). Perkembangan ini menyebabkan meningkatnya kesejahteraan rakyat Kerajaan Makassar. Namun setelah wafatnya raja Alauddin, keadaan pemerintahan kerajaan tidak dapat diketahui dengan pasti.2. Sultan Hassanuddin

Pada masa pemerintahan Sultan Hassanuddin, Kerajaan Makassar mencapai masa kejayaannya. Dalam waktu yang cukup singkat, Kerajaan Makassar telah berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Cita-cita Sultan Hassanuddin untuk menguasai sepenuhnya jalur perdagangan Nusantara, mendorong perluasan kekuasaannya ke kepulauan Nusa Tenggara, seperti Sumbawa dan sebagian Flores. Dengan demikian, seluruh aktivitas pelayaran perdagangan yang melalui Laut Flores harus singgah lebih dulu di ibukota Kerajaan Makassar.

Keadaan seperti itu ditentang oleh Belanda yang memiliki daerah kekuasaan di Maluku yang pusatnya Ambon. Hubungan Batavia dengan Ambon terhalang oleh kekuasaan Kerajaan Makassar. Pertentangan antara Makassar dan Belanda sering menimbulkan peperangan. Keberanian Sultan Hassanuddin memimpin pasukan Kerajaan Makassar untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku, mengakibatkan Belanda semakin terdesak. Atas keberaniannya, Belanda memberi julukan kepada Sultan Hassanuddin dengan sebutan Ayam Jantan dari Timur.Dalam upaya menguasai Kerajaan Makassar, Belanda menjalin hubungan dengan Kerajaan Bone, dengan rajanya Arung Palaka. Dengan bantuan Arung Palaka, pasukan Belanda berhasil mendesak Kerajaan Makassar dan menguasai ibukota kerajaan. Akhirnya dilanjutkan dengan Perjanjian Bongaya (1667 M).

3. Mapasomba

Setelah Sultan Hassanuddin turun tahta, ia digantikan oleh putranya yang bernama Mapasomba. Sultan Hassanuddin sangat berharap agar Mapasomba dapat bekerja sama dengan Belanda. Tujuannya agar Kerajaan Makassar tetap dapat bertahan. Ternyata Mapasomba jauh lebih keras dari ayahnya sehingga Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menghadapi Mapasomba. Pasukan Mapasomba berhasil dihancurkan dan ia tidak diketahui nasibnya. Dengan kemenangan itu, akhirnya Belanda berkuasa atas Kerajaan Makassar.Sumber :

Kurnia, A. dan Suryana, M. 2006. Kronik Sejarah. Jakarta : Yudhistira. hal. 89-91.

Badrika, I. W. 2006. Sejarah. Jakarta : Erlangga. hal. 58-59Sultan Hassanuddin

Kerajaan Gowa dan Tallo