kelayakan usaha perikanan layang biru (decapterus
TRANSCRIPT
175
OPEN ACCES
Vol. 13 No. 2: 175-181 Oktober 2020
Peer-Reviewed
AGRIKAN
Jurnal AgribisnisPerikanan(E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)
URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/
DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.175-181
Kelayakan Usaha Perikanan Layang Biru (Decapterus macarellus) Di
Selatan Perairan Pulau Ambon
(Analysis Financial Fisheries Business of Mackerel Scad (Decapterus
macarellus) in the Southern Waters of Ambon Island )
Frentje D. Silooy1, Agustinus Tupamahu1, O.T.S Ongkers1 , D.D.P Matrutty1 dan Haruna2
1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Keluatan, Universitas Pattimura, Ambon, Indonesia,
Email : [email protected] Info Artikel:
Diterima: 03 OKt. 2020
Disetujui: 12 Okt. 2020
Dipublikasi: 12 Okt. 2020
Research Article
Keyword:
Mackerel Scad, Decapterus
macarellus, Analysis Financial, Ambon Island
Korespondensi:
Frentje D. Silooy
Universitas Pattimura, Ambon,
Indonesia
Email :
Copyright© Oktober 2020
AGRIKAN
Abstrak. Ikan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek teknis penangkapan dan menganalisis
kelayakan usaha perikanan layang biru di bagian selatan Pulau Ambon. Penelitian ini dilaksanakan mulai
Januari sampai Desember 2018 di beberapa tempat pendaratan ikan yang tersebar di bagian Selatan perairan
Pulau Ambon yaitu Desa Nusaniwe, Hutumuri dan Lehari. Pengambilan sampel dengan cara purposive
sampling. Data yang diambil data primer dan sekunder. Data dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif dan analisis finansial usaha. Dimensi kapal layang biru panjang 20-22.5 m, lebar 2.70-3.85 m, dan
tinggi 1.5-1.8 m, dimensi jaring panjang 225- 345 m, tinggi kantong 50-70,5 m. Komposisi jenis hasil
tangkapan terdiri dari 4 jenis ikan yaitu layang biru (59,8%), tongkol (18,4%), cakalang (17,7%), baby tuna
(4,1%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha perikanan layang biru memenuhi persyaratan dan masih
layak dikembangkan. Hasil perhitungan kelayakan usaha NPV positif dan lebih besar dari nol (NPV>0) sebesar
Rp. 933,471,927, IRR sebesar 15,8% lebih besar dari tingkat suku bunga (10,5%), nilai B/C > 1 sebesar 1,18,
kriteria ROI sebesar 20,14%, nilai PI (Profitability Index) > 1..
Abstract. This study aims to determine the technical aspects of catching mackerel scad and to analyze the
feasibility of the mackerel scad fishery business in the southern part of Ambon Island. This research was
carried out from January to December 2018 in several fish landing sites scattered in the southern part of
Ambon Island waters, namely Nusaniwe, Hutumuri and Lehari Villages. Sampling was by purposive sampling.
Primary and secondary data were taken. Data were analyzed using descriptive analysis and business financial
analysis. The dimensions of the blue glider are 20-22.5 m long, 2.70-3.85 m wide, and 1.5-1.8 m high, the
dimensions of the net are 225- 345 m long, 50-70.5 m high. The composition of the catch consisted of 4 types of
fish, mackerel scad (59.8%), tuna (18.4%), skipjack (17.7%), and baby tuna (4.1%). The results showed that
the mackerel scad business met the requirements and was still feasible to develop. The results of the NPV
business feasibility calculation are positive and greater than zero (NPV> 0) of Rp. 933,471,927, an IRR of
15.8% greater than the interest rate (10.5%), the value of B / C> 1 of 1.18, the criteria for ROI is 20.14%, the
value of PI (Profitability Index)> 1.
I. PENDAHULUAN
Di WPPNRI 714 Laut Banda khususnya di
perairan Pulau Ambon, sebagian besar produksi
ikan pelagis kecil dihasilkan armada perikanan
layang biru. Potensi sumberdaya ikan pada
wilayah ini dimanfaatkan oleh alat tangkap layang
biru untuk menangkap jenis ikan pelagis seperti
layang, kembung, cakalang, tuna, tongkol dan
beberapa jenis ikan pelagis lainnya. Usaha
perikanan layang biru secara turun temurun
menjadi mata pencaharian nelayan yang mendiami
pesisir bagian selatan Pulau Ambon seperti di
Desa Seilale, Lauthalat, Hutumuri, Leihari, dan
Nusaniwe (Matakupan et al, 2019).
Alat tangkap layang biru banyak
dioperasikan dengan kapal-kapal berukuran kecil
(< 30 GT) dengan jumlah trip yang terbatas sekali
dalam sehari (one day fishing). Mini purse seine
secara ekonomis termasuk alat tangkap yang
efektif karena memperoleh hasil tangkapan besar
dan menguntungkan karena menghasilkan
tangkapan ikan yang bernilai ekonomis tinggi.
Kontribusi volume produksi alat tangkap ini
di Kota Ambon cukup besar, tetapi produksinya
cenderung fluktuatif selama kurun waktu 8 tahun
(2011-2019) bahkan, mengalami penurunan di 3
tahun terakhir. Jenis ikan layang (Decapterus sp)
sebagai jenis tangkapan dominan layang biru juga
mengalami penurunan dengan penambahan rata-
rata 3 unit atau 3,5% per tahun (BPS Kota Ambon,
2020). Produksi yang cenderung menurun diduga
telah terjadi lebih tangkap (overfishing), hal ini
dikatakan oleh Sangadji et al (2014) bahwa
pemanfaatan sumber daya ikan layang di Kota
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
176
Ambon terindikasi telah terjadi kelebihan
tangkap.
Berdasarkan fakta-fakta diatas maka,
permasalahan yang dihadapi oleh nelayan
layang biru di pesisir bagian selatan Pulau Ambon
adalah produksi yang berfluktuatif bahkan
cenderung menurun sehingga berdampak pada
perolehan pendapatan dan kesejahteraan nelayan
kecil yang tidak tetap dan kondisi pemanfaaatan
wilayah daerah penangkapan yang tidak dapat
dilakukan sepanjang tahun tertama pada musim
timur (Matrutty, dkk 2017; Matakupan et al, 2019).
Kondisi ini diduga sangat berdampak terhadap
peningkatan jumlah unit armada penangkapan
selama ini dan keberlanjutan usaha penangkapan
layang biru. Dengan demikian analisis kelayakan
usaha penting dilakukan untuk mengevaluasi
usaha dalam mengatur pengeluaran dan
penerimaan dengan baik sehingga memberikan
keuntungan yang layak bagi para nelayan atau
sebagai informasi pengambilan keputusan
sebelum berinvestasi. Tujuan penelitian ini ialah
(1) mengetahui aspek teknis penangkapan ikan
layang biru (2) menganalisis kelayakan usaha
perikanan layang biru di bagian selatan Pulau
Ambon.
II. METODE PENELITIAN
2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 1 (satu)
tahun yang dimulai dari bulan Januari sampai
Desember 2018. Lokasi penelitian berada pada
bagian Selatan perairan Pulau Ambon yang
merupakan wilayah operasi nelayan layang biru
di Kota Ambon. Penelitian ini mencakup basis
perikanan layang biru di beberapa tempat
pendaratan ikan yang tersebar di bagian Selatan
perairan Pulau Ambon yaitu di Desa Nusaniwe,
Desa Hutumuri dan Desa Lehari. Peta lokasi
penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian dan Daerah Operasi Penangkapan Ikan
2.2. Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode survei. Sugiyono (2017)
menjelaskan bahwa metode survei adalah
penelitian yang dilakukan pada populasi besar
maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah
data dari sampel yang diambil dari populasi
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul
data yang pokok. Data yang dikumpulkan dari
penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui survei
lapang dan wawancara mendalam (in-depth
interview) dengan bantuan kuesioner terhadap
responden dengan teknik pengambilan contoh
(expert survey) dilakukan secara sengaja (purposive
sampling). Data sekunder diperoleh dari berbagai
instansi terkait, yaitu Dinas Perikanan dan
Kelautan Kota Ambon, BPS Kota Ambon.
Pengambilan sampel untuk unit penangkapan
ikan dilakukan terhadap armada penangkapan
layang biru sebesar 14 unit (20 %) dari
70 unit yang terdapat di lokasi penelitian.
2.3. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif, dan
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
177
analisis kelayakan usaha. Analisis deskriptif
adalah analisis yang digunakan untuk
mendeskripsikan hasil pengamatan sesuai dengan
kenyataan di lapangan mengenai sesuatu yang
diteliti. Analisis deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan teknis unit penangkapan layang
biru dan analisis kelayakan finansial usaha
sebagai berikut:
1) Pendapatan usaha penangkapan, secara
matematis sebagai berikut:
VcRI
Dimana:
I = Pendapatan usaha penangkapan
(Rp/trip);
R = Penerimaan usaha atau nilai produksi
(Rp/trip);
Vc = Biaya variabel (Rp/trip).
Selanjutnya dilakukan analisis pendapatan
nelayan pemilik yang didapat dari pendapatan
usaha dikurangi dengan biaya atas retribusi
dan upah ABK (dalam sistem bagi hasil yang
berlaku) dan biaya tetap yang menjadi
tanggungan pemilik, dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Ip = I – Bhsl - Fc
Dimana:
Ip = Pendapatan pemilik (Rp/trip)
Bhsl = Nilai bagi hasil usaha atau upah
tenaga kerja (Rp/trip)
Fc = Biaya tetap (Rp/trip).
Pendapatan nelayan ABK adalah nilai bagian
(persentase tertentu dari sistem bagi hasil yang
berlaku) yang diterima oleh pendega sesuai
dengan fungsi dan peranannya dalam operasi
penangkapan sebagai upah kerja.
2) Untuk mengetahui kelayakan usaha, dianalisis
menggunakan kriteria investasi sebagai
berikut:
a) Net Present Value (NPV) secara sistematis
dirumuskan sebagai berikut: NPV= Present
Value dari Benefit – Present Value dari Cost
b) Internal Rate of Return (IRR) secara
sistematis dapat dirumuskan:
)'"("'
' '
iixNPVNPV
NPViIRR
Dimana:
i’ = Merupakan nilai discount rate yang
tertinggi yang masih memberi NPV
yang positif (NPV’)
i” = Merupakan nilai discount rate
terendah yang memberi NPV yang
negatif (NPV”), sehingga diperoleh
NPV sebesar nol
c) Benefit Cost Ratio (B/C) secara sistematis B/C
dirumuskan sebagai berikut: B/C = Hasil
penjualan / Biaya produksi
d) Break Even Point (BEP) Ada dua jenis BEP
yang akan dianalisis yaitu BEP Produksi dan
BEP Harga. Secara matematis dirumuskan
sebagai berikut:
BEP Produksi = Total biaya / harga penjualan
BEP Harga = Total biaya / harga produksi
e) Return on Investment (ROI) dengan formula
sebagai berikut:
ROI = Laba usaha / modal usaha
f) Profitability Index (PI); dengan formula
sebagai berikut:
PI = Pendapatan usaha/Modal usaha
g) Payback Period (PP) dengan formula sebagai
berikut:
bAPP
1
Dimana:
I = Besarnya Biaya Investasi yang
diperlukan;
Ab = Benefit Bersih yang dapat
diperoleh pada setiap Tahunnya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Aspek Teknis
3.1.1. Kapal
Kapal penangkapan ikan layang biru yang
dioperasikan nelayan Pulau Ambon
terbuat dari kayu dengan rata-rata berukuran
panjang 20-22.5 m, lebar 2.70-3.85 m, dan tinggi 1.5-
1.8 m, setiap kapal dilengkapi dengan 3 buah
mesin penggerak yaitu mesin Yamaha
berkekuatan 40 PK. Bahan bakar yang digunakan
ialah minyak tanah, bensin dan oli.
3.1.2. Jaring
Alat tangkap layang biru atau sebutan jaring
“bobo” memiliki ukuran bervariasi, panjang 225-
345 m, tinggi kantong 50-70,5 m, bahan jaring
bertipe multifilament, material pada bagian
kantong, badan dan sayap adalah PA 210 dan
material papetan adalah PE, ukuran benang
masing-masing D9 (kantong dan sayap), D6
(badan), dan ukuran benang papetan adalah RTEX
380/12. Desain konstruksi dan komponen jaring
dapat dilihat pada Gambar 2.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
178
Sayap Kiri
PA 210/D9
# 2”
Badan Kiri
PA 210/D6
# 1,25”
Kantong 2
PA 210/D9
# 1” dan
1,5”
Sayap
Kanan
PA 210/D9
# 2”
Badan
Kanan
PA 210/D6
# 1,25”
Kantong 3
PA 210/D9
# 1” dan
1,5”
Kantong 1
PA 210/D9
# 1” dan
1,75”
59.8% 18.4%
17.7%
4.1%
Layang biru (Decapterus macarellus)
Tongkol (Euthyinus affinis)
Cakalang (Katsuwonus pelamis)
Baby tuna (Yellowfin tuna)
0
2000
4000
6000
8000
0
10
20
30
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei Jun
Jul
Agust
Sep
t
Okt
No
v
Des
Has
il T
angkap
an
Tri
p
Bulan
HASIL TANGKAPAN (Kg) TRIP
Komponen Jaring
PANEL
Sayap
Kiri Badan Kiri Kantong 2 Kantong 1 Kantong 3
Badan
Kanan
Sayap
Kanan
Jumlah pelampung (bh) 200 300 300 300 300 300 200
Jarak pelampung 15 10 8 8 8 10 15
Panjang jaring (m) 29,9 29,85 23,9 23,9 23,9 29,85 29,9
Tinggi jaring (m) 37,6 47,5 50.7 57,2 50.7 47,5 37,6
Jumlah jaring (Pec) 5 11 26 11 5
Cincin kuningan (bh) 65
Timah pemberat (kg) 75
Papetang (kg) 20
Gambar 2. Konstruksi dan Komponen Jaring mini purse seine
3.1.3. Hasil Tangkapan
Secara umum total rata-rata hasil tangkapan
armada layang biru selama setahun di wilayah
selatan perairan Pulau Ambon sebesar 61.552
kg/unit (rata-rata 5.129 kg/bln) dengan jumlah rata-
rata aktual penangkapan sebanyak 254 trip. Pada
Gambar 3 menunjukkan bahwa komposisi jenis
hasil tangkapan terdiri dari 4 jenis ikan yaitu
layang biru (59,8%), tongkol (18,4%), cakalang
(17,7%), baby tuna (4,1%).
Pada Gambar 4 terlihat bahwa hasil
tangkapan tertinggi pada bulan Januari 7.343,6
kg/unit (24 trip) dan terendah pada bulan
September 3.598,2 kg/unit (17 trip). Pada Musim
Barat (Desember-Februari) rata-rata tangkapan
tertinggi 6.629,6 kg/unit, sedangkan Musim Timur
(Juni-Agustus) 5.424,2 kg/unit. Perolehan nilai
produksi selama penelitian cukup baik terutama
pada musim timur, kondisi ini berbeda dengan
hasil penelitian di lokasi yang sama
namun pada tahun berbeda justru memasuki
musim timur produksi menurun drastis akibat
Laut Banda mengalami tekanan yang tinggi akibat
ombak dan gelombang yang besar (Rahabet dkk,
2019). Dinamika perairan dan fenomena
oseanografi setiap waktu dapat berubah pada
suatu daerah penangkapan ikan (Simbolon, 2019),
diduga dengan kondisi perairan atau cuaca yang
cukup baik dapat memungkinkan nelayan
meningkatkan operasi penangkapan ikan yang
efektif dan efisien.
Gambar 3. Komposisi Hasil Tangkapan Gambar 4. Rata-rata Produksi Tangkapan mini purse
seine
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
179
3.2. Aspek Kelayakan Usaha
3.2.1. Investasi
Rata-rata biaya investasi untuk unit armada
kapal mini purse seine sebesar Rp. 509,642,857
dengan presentase biaya kasko 36,2%, mesin
25,6%, jaring 37,6%, dan container 0,5% (Tabel 1).
3.2.2. Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang
besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah input
yang dihasilkan. Berapapun input yang
diproduksi, biaya tetap sama saja (tidak berubah)
atau dengan kata lain biaya tetap merupakan
sejumlah biaya yang dikeluarkan dan tidak
tergantung pada perubahan produksi. Biaya-biaya
yang digolongkan ke dalam biaya tetap adalah
biaya perawatan dan penyusutan. Rata-rata biaya
tetap yang dikeluarkan selama setahun sebesar
Rp.74.615.078/thn yang terdiri dari biaya
perawatan Rp. 35.625.282 dan biaya penyusutan
Rp. 38.989.796 dan (Tabel 15). Penyusutan barang
modal merupakan pocket cost yaitu biaya yang
harus dialokasikan setiap tahun untuk
menggantikan barang modal pada setiap umur
ekonomis dari barang tersebut. Hal ini penting
supaya kelanjutan usaha penangkapan dapat
berlangsung secara optimal.
Tabel 1. Rata-rata Investasi modal usaha
Biaya Investasi Kasko Mesin Jaring Container Jumlah
Rata-rata 184,285,714 130,714,286 191,857,143 2,785,714 509,642,857
SD 10,965,313 25,329,260 8,214,389 487,950 27,948,933
Sumber: olah data 2018
Tabel 2. Rata-rata biaya penyusutan unit usaha perikanan layang biru
No Jenis Barang Umur
Teknis
Mini Purseseine
Harga Nilai Sisa Nilai
Penyusutan Perawatan
1 Perahu 7 184,285,714 92,142,857 13,163,265 12,600,000
2 Mesin 7 130,714,286 65,357,143 9,336,735 8,500,000
3 Jaring 7 191,857,143 95,928,572 13,704,082 14,525,282
4 container 0.5 2,785,714 1,392,857 2,785,714 -
Jumlah per tahun
509,642,857 16,161,750 38,989,796 35,625,282
Jumlah per bulan
3,249,150 2,968,774
Sumber: olah data 2018
Biaya variabel adalah sejumlah biaya yang
dikeluarkan dan tergantung dari operasi
penangkapan karena besarnya biaya variabel
selalu berubah-ubah tergantung dari musim dan
jumlah input yang digunakan. Secara umum
aktivitas usaha perikanan purseseine
membutuhkan biaya operasional atau jenis sarana
produksi terdiri dari minyak tanah, bensin, oli,
dan biaya pemasaran. Rata-rata biaya operasional
selama satu tahun sebesar Rp. 361,729,857 dengan
presentase biaya minyak tanah 54,11%, bensin
9,53%, Oli 17,53%, dan biaya pemasaran 18,83%.
Komponen biaya variabel dalam penelitian ini
terdiri dari biaya operasional (Rp. 293,622,857)
biaya pemasaran (Rp. 68,107,000), biaya bagi hasil
rumpon (Rp. 88,232,961), dan bagi hasil nelayan
(Rp. 118,155,444) total biaya variabel sebesar Rp.
568,118,263 per tahun (Tabel 3).
Tabel 3. Biaya Variabel
Biaya Variabel (Rp) Jumlah (Rp)
Operasional (BBM dll) Pemasaran Rumpon Upah Nelayan
293.622.857 68.107.000 88.232.961 118.155.444 568.118.262
Sumber: olah data 2018
3.2.3. Pendapatan dan Keuntungan
Penerimaan Pendapatan usaha perikanan
layang biru per tahun sebesar Rp. 745,351,429 per
tahun dengan total biaya operasional Rp.
568,118,263 per tahun, dan total biaya tetap
Rp. 74.615.078 per tahun. Dengan demikian
keuntungan yang diperoleh nelayan sebesar Rp.
102.618.089 per tahun. Beberapa temuan hasil
kajian dari tahun 2015-2020 unit usaha layang biru
di Pulau Ambon dan sekitarnya menunjukkan
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
180
adanya perbedaan keuntungan antara lain; di
Perairan Kecamatan Salahutu Rp. 736.914.222 per
tahun (Johannes S, dkk, 2015), di Perairan selatan
Pulau Ambon Selatan Rp. 46.418.527 per tahun
(Rahabeat J, dkk, 2019), pesisir selatan Kota
Ambon Rp. 83.473.244 per tahun, (Matakupan H
dkk, 2019) dan keuntungan unit usaha di Desa
Latuhalat Rp. 162.389.405 per tahun dan Desa Laha
Rp. 59.749.823 per tahun, wilayah Desa Hitu Rp.
46.741.043 per tahun, dan Desa Waai
Rp. 38.690.082 per tahun (Polhaupessy R, 2020).
Pendapatan dan keuntungan yang diterima
oleh nelayan perikanan layang biru berbeda-beda
kemunngkinan disebabkan oleh musim
penangkapan dan ketersediaan sumberdaya yang
mulai berkurang. Neliyana dkk, (2014) Musim
paceklik merupakan musim dimana ikan hasil
tangkapan yang didaratkan berjumlah sangat
minim dan penerimaan terbanyak diperoleh saat
musim puncak. pemanfaatan sumber daya ikan
layang di Kota Ambon terindikasi telah terjadi
kelebihan tangkap biological over-fishing maupun
economic over-fishing (Sangadji et al, 2014; Silooy
et al, 2019).
3.2.4. Analisis Kelayan Usaha
Hasil analisa kriteria penilaian kelayakan
usaha dipengaruhi oleh tingkat penerimaan hasil
tangkapan dan biaya-biaya yang dikeluarkan
selama kegiatan operasi penangkapan ikan, tetapi
secara keseluruhan justifikasi kelayakan usaha ini
layak untuk dikembangkan (Tabel 4).
Tabel 4. Penilaian kelayakan usaha perikanan layang biru
No Kriteria Penilaian Perikanan purseseine Justifikasi Kelayakan
1 NPV (Df 10,5%) Rp.933,471,927 > 0
2 IRR (%) 15,8% > discout rate
3 Net B/C (Df 10,5%) 1,18 > 1
6 ROI (%) 20,14 > 1
7 Profitability Index 1,46 ˃ 1
8 Payback Period 4,97 < 1
Sumber: olah data 2018
Hasil kriteria Net Present Value (NPV)
merupakan NPV positif dan lebih besar dari nol
(NPV>0) yaitu sebesar Rp. 933,471,927 selama umur
usaha 10 tahun dengan discount rate sebesar 10,5%
sedangan rata-rata benefit Rp. 93,347,193 per tahun
(pemilik usaha/modal), hal ini menunjukkan
bahwa investasi memberi manfaat bersih yang
layak investasi usaha perikanan dapat diterima
dan layak untuk dikembangkan. Sedangkan total
penerimaan pendapat nelayan pekerja sebesar Rp.
118,155,444 per tahun, pendapatan ini jika di rata-
ratakan untuk 20 pekerja maka di peroleh
pendapatan Rp. 5,907,777 per tahun.
Hasil kriteria Internal rate of Return (IRR)
sebesar 15,8%. Presentasi nilai IRR lebih besar dari
tingkat suku bunga (10,5%) atau IRR-nya > rate of
return yang dikehendaki atau cost of invesment-
nya (10,5%), sehingga investasi layak
dikembangkan karena IRR-nya lebih besar dari
pada rate of return yang dikehendaki atau cost of
capital-nya.
Hasil kriteria Benefit Cost Ratio (B/C) lebih
besar dari satu atau nilai B/C > 1 yaitu sebesar 1,18.
Usaha ini menunjukkan bahwa manfaat yang
diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan
sehingga layak dikembangkan. Analisis Return on
Investment (ROI) menunjukkan kemampuan
investasi dalam usaha untuk menghasilkan
keuntungan bersih 20,14%, artinya setiap rupiah
yang diinvestasikan akan memberikan
keuntungan sebesar Rp. 20,14, sedangkan nilai PI
(Profitability Index) > 1, maka biaya investasi
usaha perikanan purse seine dapat diterima dan
dikembangkan.
IV. PENUTUP
1. Dimensi kapal panjang 20-22.5 m, lebar 2.70-
3.85 m, dan tinggi 1.5-1.8 m, dimensi jaring
panjang 225- 345 m, tinggi kantong 50-70,5 m,
bahan jaring bertipe multifilament, material
pada bagian kantong, badan dan sayap adalah
PA 210. Komposisi jenis hasil tangkapan
terdiri dari 4 jenis ikan yaitu layang biru
(59,8%), tongkol (18,4%), cakalang (17,7%),
baby tuna (4,1%).
2. Kelayakan usaha layang biru ini layak untuk
dikembangkan dimana NPV positif dan lebih
besar dari nol (NPV>0) sebesar Rp.
933,471,927, IRR sebesar 15,8% lebih besar
dari tingkat suku bunga (10,5%), nilai B/C > 1
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
181
sebesar 1,18, kriteria ROI sebesar 20,14%, nilai PI (Profitability Index) > 1.
REFERENSI
BPS Kota Ambon. (2020). Kota Ambon Dalam Angka. ISSN: 0215-6849.
Johannes Stylia., Sugeng Hari Wisudo., Tri Wiji Nurani. (2015). Analisis Faktor Produksi dan Kelayakan
Usaha Perikanan Purse Seine di Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Aplikasi
Manajemen (JAM) Vol 13 No 2, 2015.
Matakupan Hansje., Welem Waileruny., Ruslan H. S. Tawari., Frentje. D. Silooy., T. Kesaulya., dan Julian
Tuhumury. (2019). Alternatif Pengembangan Usaha Penangkapan Pukat Cincin Di Selatan Kota
Ambon. Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XVI ISOI Ambon, 7 – 8 November 2019.
Matrutty, D.D.P., Waileruny W., Noija D. (2017). Fishing ground distribution of deep sea demersal fish in
South Coast of Ambon, Indonesia. AACL Bioflux, 2017, Volume 10, Issue 1.
Neliyana., Budy Wiryawan., Eko Sri Wiyono., Tri Wiji Nurani (2014). Analisis Kelayakan Usaha
Perikanan Pukat Cincin Di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo Banda Aceh Propinsi
Aceh. Marine Fisheries, ISSN 2087-4235 Vol. 5, No. 2, November 2014 Hal: 163-169.
Polhaupessy R., W. Waileruny., D. Amura., Pirhel. (2020). Analisis Kelayakan Usaha Perikanan Purse
Seine Berdasarkan Wilayah Penangkapan Di Pulau Ambon. Jurnal PAPALELE Volume 4 Nomor
1, Juni 2020, ISSN-2580-0787.
Rahabeat Jolanda., Kimberly O. Londah., Albert Ch Nanlohy., Welem Waileruny. (2019). Analisis
Finansial Usaha Perikanan Pukat Cincin Di Dusun Seri, Kota Ambon. Prosiding Seminar
Nasional Kelautan dan Perikanan 2019. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpatti. Ambon,
18-19 Desember 2019, ISBN 978-602-5943-27-0.
Sangadji J., Kusumomastanto., Simanjuntak S. M. H. (2014). Analisis Depresiasi dan Kebijakan
Pengelolaan Sumberdaya Ikan Layang di Wilayah Perairan Kota Ambon. Jurnal ekonomi
pertanian, Sumberdaya dan lingkungan (Journal of agriculture, Resource, And environmental
economics) JAREE 1(2014)43-60.
Simbolon Domu (2019). Daerah Penangkapan Ikan: Perencanaan, Degradasi dan Pengelolaan. Dicetak
oleh Percetakan IPB Bogor. ISBN: 978-602-440-915-9.
Silooy F. D., Tupamahu A., Ongkers O.T.S., Haruna. (2019). Population Dynamics of Mackerel Scad
(Decapterus macarellus) in the Banda Sea. International Journal of Environment, Agriculture and
Biotechnology (IJEAB) Vol -4, Issue-4, Jul-Aug- 2019.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV.