karya peri sandi huizhce skripsi diajukan untuk memenuhi

362
i ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN STRUKTUR BATIN DALAM KUMPULAN PUISI ESAI MATA LUKA SENGKON KARTA KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia Oleh: Agustinus Pogang NIM: 141224041 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

i

ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN STRUKTUR BATIN

DALAM KUMPULAN PUISI ESAI MATA LUKA SENGKON KARTA

KARYA PERI SANDI HUIZHCE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia

Oleh:

Agustinus Pogang

NIM: 141224041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

ii

SKRIPSI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

iii

ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN STRUKTUR BATIN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

1. Dengan penuh rasa syukur saya sampaikan terima kasih kepada Tuhan Yesus dan

Bunda Maria yang telah menyertai dan memberikan saya kekuatan dan semangat

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Orang tua dan keluarga besar Poga yang selalu mendoakan dan memberikan

semangat serta cinta kasihnya pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Teman-teman saya, keluarga PBSI A 2014 terima kasih untuk kebersamaan

penuh canda, tawa, ceria, dan sedih. Semua kenangan tidak akan terlupakan dan

sukses untuk kita semua

4. Keluarga besar Wakdays Crew dan Gorongan Squad yang selalu menemani

ketika suka dan duka dialami peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

v

MOTO

“Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa yang

selalu benar, dan murid bukanlah kerbau!”

(Soe Hok Gie)

“Aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku akhirnya berolah kesempatan

untuk mengunjungi kamu”

(Roma 1:10)

“Jadilah bintang di antara bintang, kita akan bertemu di titik yang sama.”

(Agustinus Pogang)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARY

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

viii

ABSTRAK

Pogang, Agustinus. 2020. Analisis Struktur Fisik Dan Struktur Batin Dalam

Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi

Huizhce. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra

Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur fisik dan struktur

batin Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce.

Penelitian ini memilih kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon Karta yang memiliki

dua puluh dua judul puisi. Peneliti hanya menggunakan tujuh judul puisi sebagai

objek kajian karena dalam tujuh judul puisi tersebut bertemakan kritik sosial yang

menjadi fenomena dan realita di negara saat ini. Tujuh puisi yang dianalisis yaitu

“Pengakuan Gunel“, “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang“, “Hari Pertama di

Tahun yang Lama“, “Mengadukan Gugatan“, “Serupa Maskumambang“,

“Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi“, “Kesaksian Luka“. Data dalam penelititan ini

berupa Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce,

sedangkan sumber data berupa puisi-puisi dari kumpulan puisi esai tersebut. Data

berupa kritik sosial, kemudian diklasifikasikan sesuai unsur struktur fisik maupun

struktur batin lalu ditabulasi. Tabulasi data diserahkan kepada triangulator untuk

dilakukan triangulasi. Instrumen penelitian ini berupa data klasifikasi kumpulan Puisi

Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce. Metode dan teknik

pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik catat kemudian dilakukan ketika

menerapkan teknik baca. Teknik analisis data yang digunakan yaitu, (1)

mengklasifikasi data-data, (2) melakukan identifikasi terhadap data-data berdasarkan

tuturan, (3) pemberian makna dan (4) mendeskripsikan data penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan dalam struktur fisik meliputi, diksi; imaji;

kata konkret; bahasa figurati: kiasan, dan perlambangan; verifikasi: ritma, dan rima

yang terdiri atas bentuk intern pola bunyi aliterasi di awal kata, bentuk intern pola

bunyi asonansi di akhir kata, dan pengulangan kata; dan tipografi, sudah dimiliki oleh

kelima lagu tersebut. Pada puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” tidak ada

pengulangan kata. Pada struktur batin meliputi, tema, perasaan, nada dan suasana,

dan amanat sudah didapati pada ketujuh puisi. Hampir keseluruhan puisi memiliki

tema yang sama, yaitu kritik sosial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ketujuh

puisi dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi

Huizhce memiliki struktur fisik beragam dan struktur batin hampir sama yang

ditunjukkan melalui tema serupa tentang kritik sosial.

Kata Kunci: Struktur Fisik, Struktur Batin, Puisi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

ix

ABSTRACT

Pogang, Agustinus. 2020. An Analysis of Physical and Inner Structures in The

Collection of Essay Poetry Mata Luka Sengkon Karta by Peri Sandi

Huizhce. Final Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature

Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education,

Sanata Dharma University.

The aim of the research is to describe the physical and inner structures in the

collection of essay poetry Mata Luka Sengkon Karta by Peri Sandi Huizhce. The

researcher chose this essay poetry collection Mata Luka Sengkon Karta which has

twenty two titles of poetry. The researcher used only seven titles of poetry as the

object of study because those seven titles have a theme of social criticism which

becomes a phenomenon and reality in this country nowadays. Those seven titles of

poetry which were analyzed are “Pengakuan Gunel”, “Terengah-Engah dalam

Tabung dan Selang”, “Hari Pertama di Tahun yang Lama”, “Mengadukan

Gugatan”, “Serupa Maskumambang”, “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”,

“Kesaksian Luka”. The data of this research is in the form of Essay Poetry

Collection Mata Luka Senkon Karta by Peri Sandi Huizhce, while the data source is

the poems of those essay poetry collection. The data of social criticism were

classified according to the elements of physical and inner structures right before

being tabulated. The data tabulation was given to the triangulator for being

triangulated. The instrument of the research is a classification data of essay poetry

collection Mata Luka Sengkon Karta by Peri Sandi Huizhce. The method and

technique of collecting data is the note technique which was done while doing the

reading technique. The data analysis technique which was used, (1) classifying data,

(2) identifying data according to the speech, (3) giving meaning and (4) describing

the research data.

The result of the research shows the physical structures such as, diction;

image; concrete word; figurative language; metaphor, and symbol; verification:

rhythm, and rhyme which contains internal form of alliteration sound patterns on the

beginning of the word, internal form of assonance sound patterns on the end of the

word, and word repetition; and typography, which has already owned by those five

songs. However, there is no word repetition in the poetry “Menginjakkan Kaki di

Jeruji Besi:. The inner structures involve theme, feeling, tone and atmosphere, and

message which were owned by those seven titles of poetry. All of those poetry almost

have an equal theme, which is social criticism. The conclusion of the research is

those seven titles of poetry of the essay poetry collection Mata Luka Sengkon Karta

by Peri Sandi Huizhce have various physical structures and have almost same inner

structures which were shown through the similar theme of social criticism.

Keywords: Physical Structures, Inner Structures, Poetry.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Struktur Fisik dan

Struktur Batin dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta ” dapat

peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi

ini dapat terselesaikan bukan hanya karena kerja keras peneliti, melainkan juga berkat

bimbingan, dukungan, doa, dan saran dari berbagai pihak baik secara langsung

ataupun tidak langsung. Maka, pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan dosen pembimbing pertama yang

sudah membimbing, selalu memberikan semangat, dan banyak sekali motivasi

kepada peneliti.

3. Septina Krimawati S.S., M.A., selaku dosen pembimbing kedua yang sudah

membimbing, selalu memberikan semangat, dan banyak sekali motivasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

xi

4. P. Hariyanto, M.Pd selaku dosen Studi Pendidikan Bahasa dan S

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

MOTTO .......................................................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................. vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

ABSTRACT ..................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4

1.4.1 Manfaat Teoretis ............................................................................... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................. 5

A. Bagi Program Studi ........................................................................... 5

B. Bagi Pendidik .................................................................................... 5

1.5 Batasan Istilah ............................................................................................ 5

1.5.1 Puisi ................................................................................................... 5

1.5.2 Struktur Fisik ..................................................................................... 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

xiii

1.5.3 Struktur Batin .................................................................................... 6

1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................ 6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian yang Relevan ............................................................................. 7

2.2 Kajian Teori ............................................................................................... 10

2.2.1 Puisi ................................................................................................... 11

2.2.2 Struktur Puisi ...................................................................................... 12

2.2.3 Teori Strukturalisme........................................................................... 13

2.2.4 Struktur Fisik ...................................................................................... 13

2.2.4.1 Diksi (Pilihan Kata)..................................................................... 14

2.2.4.2 Pengimajian ................................................................................. 16

2.2.4.3 Kata Konkret ............................................................................... 18

2.2.4.4 Bahasa Figuratif (Majas) ............................................................. 19

2.2.4.5 Versifikasi .................................................................................. 21

a. Onomatope ................................................................................ 22

b. Bentuk intern pola bunyi .......................................................... 22

c. Pengulangan kata/ungkapan ..................................................... 22

2.2.4.6 Tipografi ...................................................................................... 23

2.2.5 Struktur Batin .................................................................................... 26

2.2.5.1 Tema ........................................................................................... 26

2.2.5.2 Perasaan (Feeling) ...................................................................... 27

2.2.5.3 Nada dan Suasana ...................................................................... 28

2.2.5.4 Amanat ....................................................................................... 30

2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

xiv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 34

3.2 Pendekatan Penelitian ................................................................................ 34

3.3 Sumber Data dan Data ............................................................................... 35

3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 36

3.5 Instrumen Penelitian................................................................................... 37

3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................. 37

3.7 Triangulasi Data ......................................................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Puisi “Pengakuan Gunel” ........................................................................... 42

4.1.1 Struktur Fisik ....................................................................................... 45

4.1.2 Struktur Batin ...................................................................................... 60

4.2 Puisi “Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang” ................................ 65

4.2.1 Struktur Fisik ....................................................................................... 68

4.2.2 Struktur Batin ...................................................................................... 101

4.3 Puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” .............................................. 105

4.3.1 Struktur Fisik ....................................................................................... 106

4.3.2 Struktur Batin ...................................................................................... 124

4.4 Puisi “Mengadukan Gugatan” .................................................................. 128

4.4.1 Struktur Fisik ....................................................................................... 129

4.4.2 Struktur Batin ...................................................................................... 142

4.5 Puisi “Serupa Maskumambang” .............................................................. 146

4.5.1 Struktur Fisik ....................................................................................... 147

4.5.2 Struktur Batin ...................................................................................... 166

4.6 Puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” ..................................................... 170

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

xv

4.6.1 Struktur Fisik ....................................................................................... 172

4.6.2 Struktur Batin ...................................................................................... 197

4.7 Puisi “Kesaksian Luka” ........................................................................... 201

4.7.1 Struktur Fisik ....................................................................................... 203

4.7.2 Struktur Batin ...................................................................................... 221

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ..................................................................................................... 225

B. Saran ............................................................................................................ 228

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 230

BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... 232

LAMPIRAN .................................................................................................... 234

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan

seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman

1990:71). Karya sastra terjadi jika ada seorang pengarang menuangkan ide, pikiran,

dan perasaan yang ada dalam imajinasinya dan melahirkan sebuah karya yang disebut

karya sastra. Daya imajinasinya inilah yang mampu membedakan antara karya sastra

yang satu dengan yang lain.

Wicaksono (2014:1) berpendapat sastra merupakan seni kreatif yang objeknya

adalah manusia dan kehidupan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Dapat dikatakan bahwa sastra adalah gambaran kehidupan manusia. Penggambaran

kehidupan manusia dalam sastra didasarkan pada daya imajinasi sehingga kehidupan

tersebut bersifat imajinatif meskipun tidak semua karya bersifat imajinatif.

Puisi merupakan bentuk sastra dalam pengulangan suara atau kata yang

menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas. Puisi mengekspresikan pemikiran yang

membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam sususan

yang berirama (Pradopo 2002:113). Rene Wellek dan Austin Warren (dalam

Jabrohim, dkk., 2003:25) mengemukakan bahwa paling baik memandang kesusatraan

sebagai karya yang di dalamnya fungsi estetikanya dominan, yaitu fungsi seni

berkuasa. Tanpa fungsi, seni itu karya kebahasaan tidak dapat disebut sebagai karya

(seni) sastra. Puisi sebagai karya sastra, maka fungsi estetikanya dominan pada unsur-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

2

unsurnya. Unsur keindahan ini merupakan unsur-unsur kepuitisannya, misalnya

persajakan, diksi(pilihan kata), irama dan gaya bahasanya.

Waluyo (1995:27) mengemukakan bahwa struktur fisik terdiri dari baris-baris

puisi yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Bait-bait itu membangun

kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai wacana. Struktur fisik merupakan

medium penangkap struktur batin puisi. Struktur fisik yaitu: diksi, pengimajian, kata

konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), bersivikasi (meliputi rima, ritma, dan

metrum), tipografi, dan sarana retorika. Adapun struktur batin yaitu puisi terdiri atas

tema, nada, perasaan, dan amanat.

Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk membahas struktur fisik dan sruktur

batin kumpulan puisi esai karya Peri Sandi Huizhce. Dengan mengkaji struktur puisi

ini akan memperoleh gambaran yang komprehensif terhadap maksud penulis akan

puisinya. Struktur dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur

yang bersistem, yang antar unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling

menentukan. Jadi kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan

atau tumpukkan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan hal-

hal yang terikat, saling berkaitan, saling bergantung.

Penelitian ini akan membahas secara rinci terkait struktur lahir puisi seperti diksi,

pengimajian, kata konkret, majas, rima, tipografi, pada kumpulan puisi esai Mata

Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce, sedangkan analisis struktur batin akan

difokuskan pada tema, nada, perasaan, dan amanat. Dengan menganalisis struktur ini

pembaca akan lebih menikmati dan merasakan makna yang dituangkan penyair dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

3

puisi tersebut. Salah satu mengapa peneliti memilih struktur fisik dan struktur batin

karena dalam kumpulan puisi Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce

menggunakan susunan dan tulisan yang indah serta dilengkapi gaya bahasa menarik.

Selain itu, masih banyak pembaca karya sastra kurang memahaminya. Maka dari itu,

peneliti ingin menyampaikan pada pembaca mengenai struktur fisik dan struktur batin

puisi dalam penelitian ini.

Kelebihan dari kumpulan puisi Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi

Huizhce yang mendasari peneliti memilih sebagai objek penelitian karena

bertemakan kemanusiaan dan kritik sosial. Tema tersebut menceritakan fenomena

dan realita di negara Indonesia saat ini yang bergejolak pada kasus kegagalan

penegakan keadilan. Arti Sengkon Karta yaitu dua orang petani yang berdomisili di

Desa Bojongsari, Bekasi menjadi pihak tertuduh dalam kasus pembunuhan, sehingga

mereka mencari keadilan bagi dirinya. Kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon

Karta memiliki dua puluh dua judul puisi. Peneliti hanya menggunakan tujuh judul

puisi sebagai objek kajian karena dalam tujuh judul puisi tersebut bertemakan kritik

sosial yang menjadi fenomena dan realita di negara saat ini, sedangkan lima belas

puisi lainnya menceritakan penindasan pada rakyat kecil.

Harapannya peneliti dapat memberikan pemahaman mengenai penggunaan

struktur fisik dan struktur batin pada puisi. Selain itu, menambah pengetahuan

berbagai jenis struktur pembangun puisi terutama untuk para pendidik dan peminat

sastra agar terus mengembangkan karya-karya sastra yang dihasilkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, dapat disusun rumusan masalah

penelitian sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana struktur fisik dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon karta

karya Peri Sandi Huizhce ?

1.2.2 Bagaimana struktur batin dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon karta

karya Peri Sandi huizhce ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan suatu penelitian tentu saja selaras dengan rumusan masalah. Oleh karena

itu, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Mendeskripsikan struktur fisik dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon

karta karya Peri Sandi huizhce ?

1.3.2 Mendeskripsikan struktur batin dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon

karta karya Peri Sandi huizhce ?

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoretis maupun

praktis. Adapun manfaat secara teoretis dan praktis adalah sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi data mengenai analisis struktur

fisik dan struktur batin lirik lagu. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini juga dapat

memperkaya kajian dalam bidang analisis struktur fisik dan struktur batin puisi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

5

1.4.2 Manfaat Praktis

A. Bagi Program Studi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan/referensi bagi program studi

mengenai analisis struktur fisik dan struktur batin puisi.

B. Bagi Pendidik

Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam menerapkan analisis struktur

fisik dan struktur batin puisi. Selain itu, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

pembaca dalam menganalisis puisi secara benar atau membantu untuk memahami isi

puisi.

1.5. Batasan Istilah

Penulis akan mencantumkan batasan-batasan istillah yang disusun dalam

penelitian ini. Batasan istilah tersebut sebagai berikut.

1.5.1 Puisi

Puisi adalah bentuk sastra dalam pengulangan suara atau kata yang menghasilkan

rima, ritma, dan musikalitas. Puisi mengekpresikan pemikiran yang membangkitkan

perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.

Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekpresikan,

dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan (Rachmat Djoko Pradopo, 200:113).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

6

1.5.2 Struktur Fisik

Waluyo (1987:66) berpendapat bahwa struktur fisik puisi adalah medium

pengucapan maksud yang hendak disampaikan penyair melalui bahasa. Bahasa puisi

bersifat khas. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif

(majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.

1.5.3 Struktur Batin

Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapkan makna secara tidak langsung

dapat dihayati melalui perasaan dan suasana jiwanya. Struktur batin puisi meliputi:

tema, perasaan penyair, nada dan suasana, dan amanat (Waluyo, 1991: 102).

1.6. Sistematika Penulisan

Penyajian hasil penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I merupakan bab

pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II merupakan bab landasan

teori yang berisi penelitian terdahulu yang relevan dan kajian teori. Bab III

merupakan bab metodologi penelitian. Bab ini berisi mengenai jenis penelitian,

sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknis

analisis data, dan triangulasi data. Bab IV adalah bab hasil penelitian dan

pembahasan. Bab ini berisi hasil analisis data dan pembahasan. Bab V merupakan

bab penutup. Pada bab ini berisi simpuan dari data yang sudah diolah dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

7

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian mengenai struktur fisik dan batin puisi yang ada di Indonesia memang

sudah banyak dilakukan sebelumnya. Walaupun demikian, kajian penelitian-

penelitian itu sangat beragam sesuai dengan masalah yang diamati. Sumber data yang

dianalisis pun beragam. Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan, peneliti

mengambil tiga penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti.

Pertama, penelitian dilakukan oleh Christian Adven Saputra (2018) berjudul

Analisis Struktur Fisik dan Struktur Batin dalam Lirik Lagu Deadsquad Album

Horror Vision Tahun 2009. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tersebut

adalah mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin dalam lirik lagu Deadsquad

Album Horror Vision Tahun 2009. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian

tersebut tentang struktur fisik dan struktur batin pada lirik lagu Deadsquad Album

Horror Vision Tahun 2009. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif-

analitis. Hasil dari penelitian adalah analisis kelima lagu karya Deadsquad dalam

album Horror Vision tahun 2009. Dari analisi data, dapat disimpulkan bahwa lagu

dari album Horror Vision tahun 2009 karya Deadsquad memiliki struktur fisik dan

struktur batin yang beragam. Struktur fisik yang digunakan yaitu: (1) diksi, (2)

pengimajian, (3) kata konkret, (4) bahasa figurati, (5) versifikasi, (6) tata wajah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

8

(tipografi). Sedangkan unsur struktur batin yaitu (1) tema, (2) perasaan penyair, (3)

nada dan suasana, dan (4) amanat.

Relevansi penelitian pertama dengan penelitian deskriptif kualitatif Analisis

Struktur Fisik dan Struktur Batin Dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon

Karta Karya Peri Sandi Huizhce adalah pada topik penelitian yaitu mengenai analisis

struktur fisik dan struktur batin. Perbedaannya terletak pada objek penelitian,

penelitian pertama objek penelitiannya adalah lirik lagu Deadsquad Album Vision

Tahun 2009, sedangkan penelitian ini objek penelitiannya adalah kumpulan puisi esai

Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce.

Kedua, Penelitian dilakukan oleh Syifa (2018) berjudul Struktur Batin dan Batin

Puisi Karya Anak dalam Majalah Bobo dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia. Tujuan penelitian tersebut yaitu mendeskripsikan

struktur fisik dan struktur batin dalam Majalah Bobo dan Implikasinya terhadap

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Permasalahan yang diangkat dalam

penelitian tersebut tentang struktur fisik dan struktur batin pada puisi karya anak

dalam Majalah Bobo serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif-analitis. Dari analisi

data, dapat disimpulkan bahwa anak-anak sudah dapat menciptakan karyanya sendiri

dan menuangkan pengalaman-pengalaman pribadinya ke dalam puisi yang ia ciptakan

serta faktor psikologi anak dalam menciptakan puisi sangat berpengaruh bagi anak.

Struktur fisik yang digunakan yaitu: (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4)

bahasa figurati, (5) versifikasi, (6) tata wajah (tipografi). Struktur batin yaitu: (1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

9

tema, (2) perasaan penyair, (3) nada, dan (4) amanat, sedangkan perkembangan

psikologi yaitu: (1) perkembangan kognitif, (2) perkembangan pribadi, (3)

perkembangan sosial.

Relevansi penelitian kedua dengan penelitian deskriptif kualitatif Analisis

Struktur Fisik dan Struktur Batin Dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon

Karta Karya Peri Sandi Huizhce adalah pada topik penelitian yaitu mengenai analisis

struktur fisik, struktur batin dan perkembangan psikologi. Perbedaannya terletak pada

objek penelitian, penelitian pertama objek penelitiannya adalah Puisi Karya Anak

dalam Majala Bobo dan Implemantasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia, sedangkan penelitian ini objek penelitiannya adalah kumpulan puisi esai

Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce.

Ketiga, penelitian dilakukan oleh Fahlevi (2018) berjudul Analisis Struktur Fisik

dan Struktur Batin Puisi Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar. Tujuan

penelitian tersebut yaitu mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin dalam puisi

Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar. Permasalahan yang diangkat dalam

penelitian tersebut tentang struktur fisik dan struktur batin pada puisi Senja Di

Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar. Penelitian tersebut menggunakan metode

deskriptif-analitis. Dari analisi data, dapat disimpulkan bahwa puisi tersebut terlihat

biasa dan terkesan kata-kata yang digunakan dalam kesehariaannya. Tetapi Chairil

memberikannya sebagai kata-kata yang mengandung makna konotasi, selain itu

memiliki struktur fisik dan struktur batin yang beragam. Struktur fisik yang

digunakan yaitu: (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4) bahasa figurati, (5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

10

versifikasi, (6) tata wajah (tipografi), sedangkan unsur struktur batin yaitu (1) tema,

(2) perasaan penyair, (3) nada dan suasana, dan (4) amanat.

Relevansi penelitian ketiga dengan penelitian deskriptif kualitatif Analisis

Struktur Fisik dan Struktur Batin Dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon

Karta Karya Peri Sandi Huizhce adalah pada topik penelitian yaitu mengenai analisis

struktur fisik dan struktur batin. Perbedaannya terletak pada objek penelitian,

penelitian pertama objek penelitiannya adalah puisi Senja Di Pelabuhan Kecil karya

Chairil Anwar sedangkan penelitian ini objek penelitiannya adalah kumpulan puisi

esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce.

Berdasarkan ketiga penelitian di atas, peneliti dapat mengetahui bahwa terdapat

penelitian yang serupa dengan penelitian ini. Penelitian yang akan dilakukan peneliti

memiliki kesamaan dengan ketiga penelitian di atas, yaitu tentang penggunaan

metode dan teknik yang akan dipakai dalam menganalisis data. Tepatnya, penelitian

ini kesamaannya menganalisis struktur fisik dan struktur batin dengan menggunakan

teori Waluyo. Penelitian yang sekarang dilakukan oleh peneliti tentang analisis

struktur fisik dan struktur batin kumpulan puisi esai. Kebaruan penelitian yang akan

dilakukan peneliti yaitu penelitian sebelumnya menganalisis tentang puisi sedangkan

penelitian ini berfokus pada kumpulan puisi esai.

2.2 Kajian Teori

Kajian teori digunakan untuk memperkuat penelitian serta mendukung

keakuratan data. Hal ini dianggap penting karena teori itu sendiri lahir dari kajian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

11

ilmiah yang sudah terbukti kebenarannya. Dalam penelitian ini, peneliti akan

memaparkan tentang puisi, struktur fisik, dan struktur batin.

2.2.1 Puisi

Muljana (dalam Pradopo, 2002:113 mengemukakan puisi sebagai bentuk sastra

dalam pengulangan suara atau kata yang menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas.

Puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang

imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu yang penting, yang

direkam dan diekpresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan.

Puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra tentunya harus mempunyai fungsi

estetik yang harus ada dalam setiap penciptaan karya sastra. Puisi merupakan karya

sastra. Wellek dan Warren (dari Jabrohim, dkk., 2003:25) mengemukakan bahwa

paling memandang kesusatraan sebagai karya yang dalamnya fungsi estetikanya

dominan, yaitu fungsi seninya yang berkuasa. Tanpa fungsi, seni itu karya

kebahasaan tidak dapat disebut sebagai karya (seni) sastra.

Puisi adalah bahasa perasaan, yang dapat memadukan suatu tindakan yang

mendalam dalam beberapa kata. Puisi termasuk salah satu bentuk karya sastra,

kehadiran sebuah puisi merupakan pernyataan seorang penyair pernyataan itu berisi

pengalaman batinnya sebagai hasil proses kreatif terhadap objek seni. Objek

seni ini berupa masalah-masalah kehidupan dan alam sekitar ataupun segala

kerahasiaan (misteri) dibalik alam realitas , dunia metafisis.

Puisi sebagai karya sastra, maka fungsi estetiknya dominan dan di dalamya ada

unsur-unsur kepuitisannya, misalnya persajakan, diksi (pilihan kata), irama, dan gaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

12

bahasanya. Gaya bahasa meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus untuk

mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetikanya atau aspek kepuitisannya. Jenis-

jenis gaya bahasa itu meliputi semua aspek bahasa, yaitu bunyi, kata, kalimat, dan

wacana yang dipergunakan scara khusus untuk mendapatkan efek tertentu itu. Semua

itu merupakan aspek estetika atau aspek keindahan puisi. Pradopo (2002:7)

menyatakan bahwa puisi mengekpresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan

yang merangsang imajinasi panca interpretasi pengalaman manusia yang penting dan

digubah dalam wujud yang paling berkesan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi itu adalah salah

satu karya sastra yang mempunyai nilai estetik (seni) yang tinggi dan berasal dari

intepretasi pengalaman hidup manusia yang paling berkesan atau sebagai hasil

imajinasi dan gagasan penyair yang dituangkan dalam bentuk tipografi yang spesifik.

Perubahan itu berdasarkan dari perkembangan evolusi selera perubahan konsep

estetik manusia, tetapi satu yang tidak berubah dari puisi yaitu ketaklangsungan

ucapannya. Hal inilah yang membuat puisi menjadi istimewa.

2.2.2 Struktur Puisi

Puisi merupakan sebuah struktur yang kompleks, maka untuk memahaminya

perlu dianalisis sehingga dapat diketahui bagian-bagian serta jalinan secara nyata.

Untuk menganalisis puisi setepat-tepatnya maka perlu diketahui wujud dari puisi itu

(Pradopo, 1987:14).

Puisi dibangun oleh dua unsur pokok yakni struktur fisik dan struktur batin puisi.

Unsur-unsur puisi tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

13

unsur merupakan kesatuan dan unsur yang satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur itu

menunjukkan diri secara fungsional, artinya unsur-unsur itu berfungsi bersama unsur

lainnya dan di dalam kesatuan dengan totalitasnya (Pradopo, 1987:27).

2.2.3 Teori Strukturalisme

Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-

teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Satu

konsep dasar yang menjadi ciri khas teori struktural adalah adanya anggapan bahwa

di dalam dirinya sendiri karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom yang

dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur

pembangunannya yang saling berjalinan (Pradopo, 1985: 6).

Untuk dapat memahami makna suatu karya sastra, maka perlu dilakukan analisis

struktural. Analisis struktural memiliki beberapa langkah yang berurutan yang

ditujukan untuk mengetahui keterkaitan antarunsur dan aspek-aspek dalam karya

sastra. Analisis ini bertujuan untuk membongkar, memaparkan secermat, seteliti,

semendetail dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan

aspek karya sastra yang bersama–sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw,

2003: 112).

2.2.4 Struktur Fisik

Waluyo (1987:66) berpendapat bahwa struktur fisik puisi adalah medium

pengucapan maksud yang hendak disampaikan penyair melalui bahasa. Bahasa puisi

bersifat khas. Adapun unsur-unsur yang termasuk dalam struktur fisik ialah: diksi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

14

pengimajian, kata konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), versifikasi (meliputi

rima, ritma, dan metrum), tipografi (tata wajah).

2.2.4.1 Diksi (Pilihan Kata)

Wicaksono (2014:23) mengungkapkan bahwa diksi atau pilihan kata mempunyai

peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya

sastra khususnya puisi. Untuk mencapai diksi yang baik seorang penulis harus

memahami secara lebih baik masalah kata dan maknanya, harus tahu memperluas dan

mengaktifkan kosa kata, harus mampu memilih kata yang tepat, kata yang sesuai

dengan situasi yang dihadapinya, dan harus mengenali dengan baik macam corak

gaya bahasa yang sesuai dengan tujuan penulisan.

Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih

kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi

bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan

kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, dalam memilih kata

yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya

magis dari kata-kata tersebut.

Diksi merupakan esensi penulisan puisi yang merupakan faktor penentu

kemampuan daya cipta. Penempatan kata-kata sangat penting artinya dalam rangka

menumbuhkan suasana puitik yang membawa pembaca pada penikmatan dan

pemahaman yang menyeluruh atau total (Suminto A. Sayuti, 2008:143-144).

Barfield (dalam Pradopo, 2014: 55) mengemukakan bahwa bila kata-kata dipilih

dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinyamenimbulkan atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

15

dimaksudkan untuk menimbulkan imaginasi estetik, maka hasilnya disebut diksi

puitis. Jadi, diksi itu untuk mendapatkan kepuitisan, untuk mendapatkan nilai estetik.

Penyair ingin mengekpresikan pengalaman jiwanya secara pada dan intens.

Untuk hal ini, penyair memilih kata yang setepat-tepanya yang dapat menjelma

pengalaman jiwanya. Untuk mendapatkan kepadatan dan intensitas serta upaya

selaras dengan sarana komunikasi puitis yang lain, maka penyair memilih kata-kata

dengan secermat-cermat (Altenbernd, 1970:9).

Sebagai contoh dalam puisi “Aku”, Chairil menulis salah satu baris berbunyi:

kalau sampai waktuku/ ku mau tak seorang kan merayu; kata-kata dalam baris itu

tidak boleh dibolak-balik menjadi: kalau waktuku sampai/ ku mau kan tak seorang

merayu; atau salah satu katanya diganti kata lain yang semakna: kalau sampai saatku/

kuingin tak seorang kan membujuk. Penggantian urutan kata dan penggantian kata-

kata akan merusak kontruksi puisi itu sehingga kehilangan daya imaji atau keindahan

yang ada dalam puisi (Waluyo, 1987:73).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa diksi yang dimaksud

adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Kata-kata

yang dipilih merupakan kata-kata yang dapat menimbulkan arti lain, dengan begitu

kata-kata tersebut akan terlihat indah dan lebih bermakna bagi pembaca. Karena puisi

adalah bentuk karya sastra yang menggunakan sedikit kata-kata dapat

mengungkapkan banyak hal, kata-kata dan diksi harus dipilih secermat mungkin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

16

2.2.4.2 Pengimajian

Wicaksono (2014:2) berpendapat pengimajian ini berguna untuk memberi

gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup gambaran dalam

pikiran dan penginderaan, untuk menari perhatian, untuk memberikan kesan mental

atau bayangan visual penyair menggunakan gambaran-gambaran angan. Gambaran

angan, gambaran pikiran, kesan mental, dan bahasa yang menggambarkannya biasa

disebut dengan istilah citra atau imaji. Cara membentuk kesan mental atau gambaran

sesuatu biasa disebut dengan citraan (imagery). Hal-hal ini yang berkaitan dengan

citra ataupun citraan disebut pencitraan atau pengimajian. Sayuti (dalam Wicaksono,

2014:24) menjelaskan bahwa citraan adalah kata atau rangkaian kata yang mampu

menggugah pengalaman keindahan atau menggugah indra dalam proses penikmatan

(membaca dan mendengarkan).

Menurut Waluyo (1991: 78), ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan

kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-

kata menjadi lebih konkret seperti ketika dihayati melalui penglihatan, pendengaran,

atau cita rasa. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat

mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran, dan

perasaan. Baris atau bait puisi itu seola mengandung gema suara (imaji auditif),

benda yang dapat kita rasakan, raba atau sentuh (imaji taktil). Ungkapan perasaan

penyair dijelmakan ke dalam gambaran konkret mirip musik atau gambar atau cita

rasa tertentu. Pengimajian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang

dapat mengungkapkan pengalaman imajinasi. Imaji yaitu kata atau susunan kata-kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

17

yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran,

dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (1) Imaji auditif (suara), adalah

imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair menginginkan imaji pendengar,

maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah mendengarkan sesuatu, (2) Imaji

visual (penglihatan), adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika

penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah

melukiskan sesuatu yang bergerak, (3) Imaji taktil (raba dan sentuh), adalah imaji

yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba, atau disentuh. Jika penyair

menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati seolah-olah merasakan sentuhan

perasaan.

Sebagai contoh dalam bait sajak puisi “Priangan si Jelita”, Ramadhan K.H.

mengungkapkan imaji auditif dan imaji visual berbunyi sebagai berikut (Waluyo

1987:81).

Seruling di pasir ipis, merdu/ antara gundukan pohon pina.

Dalam sajak tersebut mengajak untuk seolah-olah mendengar suara seruling

(auditif) dan seolah melihat pasir yang membentang (visual).

Dalam puisi “Doa”, Chairil Anwar mengungkapkan imaji taktil berbunyi sebagai

berikut (Waluyo 1987:80).

Tuhanku/ aku hilang bentuk/ remuk/ Tuhanku/ aku mengembara di negeri asing/

Tuhanku/ di pintuMu aku mengetuk/ aku tidak bisa berpaling

Dengan pengimajian yang cukup jelas itu, pembaca seakan ikut mengusapkan

tangan di dada, menyadari dosa-dosanya. Kemudian pembaca merasa yakin bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

18

hanya dengan mengikuti jalan Tuhanlah kita selama. Maka penyair berkata: “ tidak

bisa lagi berpaling”.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengimajian yang

dimaksud untuk menimbulkan kesan atau suasana dari puisi. Pencitraan ini terfokus

pada gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup (lebih

hidup) gambaran dalam pikiran dan penginderaan, untuk menarik perhatian, untuk

memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair menggunakan gambaran-

gambaran angan.

2.2.4.3 Kata Konkret

Wicaksono (2014:25) mengemukakan kata konkret adalah kata-kata yang

digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana

batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Penyair berusaha

mengkonkretkan kata-kata, maksud kata-kata itu diupayakan dapat menyaran kepada

arti yang menyuluruh. Dalam hubungannya dengan pengimajian, kata konkret

merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian.

Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus

diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang

menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1987: 81).

Waluyo (1991:81), memberikan sebuah contoh kata-kata konkret pada puisi

karya Chairil Anwar yang menggambar jiwanya yang penuh dosa, Chairil Anwar

menggunakan kata:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

19

”aku hilang bentuk/remuk”.

Sedangkan untuk melukiskan tekadnya yang buat untuk kembali ke jalan Tuhan,

diperkonkret dengan ungkapan:

“Tuhanku/ di pintuMu aku mengetuk/ aku tidak bisa berpaling”.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kata konkret adalah

kata yang dapat ditangkap oleh indera dan terlibat penuh secara batin ke dalam puisi

tersebut. Penyair berusaha mengkonkretkan kata-kata, maksudnya kata-kata itu

diupayakan agar dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh.

2.2.4.4 Bahasa Figuratif (Majas)

Waluyo (1991:83) mengungkapkan bahwa penyair menggunakan bahasa yang

tersusun-susun atau berpigura sehingga disebut bahasa figuratif. Bahasa figuratif

menyebabkan puisi menjadi primatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya

akan makna. Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan

sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung menungkapkan

makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang. Selain itu, Waluyo

(1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif terdiri atas pengiasan yang menimbulkan

makna kias dan pelambangan yang menimbulkan makna lambang. Untuk memahami

bahasa figuratif ini, pembaca harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat

penyair baik lambang yang konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan

terdiri dari metafora, simile, personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi. Sedangkan

perlambangan terdiri dari lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan

lambang suasana.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

20

Perrine (dalam Waluyo, 1991: 83) mengatakan bahwa bahasa figuratif dipandang

lebih efektif untuk menyatakan hal yang dimaksudkan penyair. Alasannya (1) bahasa

figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah cara

untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi, sehingga yang abstrak jadi konkret

dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, (3) bahasa figuratif adalah cara menambah

intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, (4)

bahasa figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak

disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa

yang singkat.

Pradopo (2002:62), menguraikan ada beberapa gaya bahasa atau majas yang

sering muncul dalam puisi. Majas dapat dibagi menjadi lima, yaitu(1) Perbandingan,

perbandingan atau perumpamaan atau simile, ialah bahasa kiasan ang menyamakan

satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata sebanding seperti bagai,

sebagai, bak, semisal, seumpama, laksana, sepan-tun, (2) Metafora, metafora adalah

bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak menggunakan kata-kata

pembanding, (3) Allegori, ialah cerita kiasan ataupun lukisan. Cerita kiasan atau

lukisan ini mengiaskan hal lain atau kejadian lain, (4) Personifikasi, yaitu kiasan ini

mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat,

berpikir, dan sebagainya seperti manusia, (5) Metonomia, metonimi dalam bahasa

Indonesia sering disebut kiasan pengganti nama. Bahasa ini berupa penggunaan

sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan

untuk mengganti objek tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

21

Pradopo (2014:62) berpendapat unsur kepuitisan yang lain, untuk mendapatkan

kepuitisan ialah bahasa kiasan (figurative language). Adanya bahasa kiasan ini

menyebabkan sajak menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup, dan

terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan. Bahasa kiasan ini mengiaskan

atau mempersamakan sesuatu hal deengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas,

lebih menarik, dan hidup.

Sebagai contoh dalam bait sajak puisi “Surat Kepada Bunda Tentang Calon

Menantunya”, Rendra melambangkan dirinya sebagai berikut (Waluyo, 1987:82).

Burung dara jantan/ yang dulu kau pelihara/ kini telah terbang dan

menemukan jodohnya/ Ia akan pulang/ buat selama-lamanya.

Dalam sajak puisi “Dewa Telah Mati” melambangkan kehidupan yang kotor,

yang mesum, kehidupan penuh percabulan.

Bumi ini perempuan jalang

Yang menarik laki-laki jantan dan pertapa

Ke rawa-rawa mesum ini

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa figuratif

merupakan bahasa yang membantu penyair untuk memperindah syair dan juga makna

dibaliknya. Akan tetapi, peneliti memilih analisis bahasa figuratif puisi menggunakan

teori Waluyo karena dirasa lebih lengkap yang meliputi kiasan dan lambang.

2.2.4.5 Versifikasi

Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Rima adalah pengulangan bunyi

dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

22

bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi ini, penyair juga

mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi

mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991: 90).

Wicaksono (2014:27) berpendapat versifikasi meliputi ritma, rima dan metrum.

Secara umum, ritma dikenal sebagai irama, yakni pergantian turun naik, panjang

pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima adalah peng-ulangan

bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi atau bahkan juga pada

keseluruhan baris dan bait puisi.

Marjorie Boulton (dalam Waluyo 1987:90-91) menyebut rima adalah

pengulangan bunyi dalam puisi. Berikut bentuk-bentuk rima.

a. Onomatope, berarti tiruan terhadap bunyi-bunyi yang ada. Dalam puisi,

bunyi-bunyi yang dipilih oleh penyair diharapkan dapat memberikan gema

atau memberikan warna suasana tertentu seperti yang diharapkan penyair.

b. Bentuk intern pola bunyi, yang dimaksud bentuk internal ini, adalah:

aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak

berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya.

c. Pengulangan kata/ungkapan, pengulangan tidak hanya terbatas pada bunyi,

namun mungkin kata-kata atau ungkapan. Pengulangan bunyi/kata/frasa

memberikan intelektua dan efek magis yang murni.

Sebagai contoh dalam bait sajak puisi yang dominan menciptakan suasana

gelisah dalam puisi “Surat Cinta” karya Rendra, terdapat bunyi itu dipadu dengan /b/,

/t/, dan /r/ (Waluyo, 1987:91).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

23

Kutulis surat ini

Kala hujan gerimis

Bagai bunyi tambur mainan

Anak peri dunia yang gaib

Dan angina mendesah

Mengeluh dan mendesah

Pada baris kelima dan keenam, konsonan /h/ mempertegas kegelisahan itu.

Perpindahan antara bunyi desis /s/ dan /h/ dengan menggunakan huruf /n/ dan angin

mendesah. Bunyi dalam ini sangat merdu dan efektif.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa versifikasi

merupakan persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya

dapat terlihat dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar

merdu ketika menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.

2.2.4.6 Tipografi

Wicaksono (2014:27) berpendapat tipografi merupakan pembeda yang paling

awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Dalam

prosa (baik fiksi maupun bukan) baris-baris kata atau kalimat membentuk sebuah

periodsitet yang disebut bait. Tipografi sebagai aspek bentuk visual yang berupa tata

hubungan, susunan baris, dan ukiran bentuk yang dipergunakan untuk mendapatkan

bentuk yang menarik agar indah dipandang (Sayuti, 2008:329-330). Maksud

penyusunan tipografi adalah untuk keindahan indrawi dan untuk mendukung

pengedepanan makna, rasa, dan suasana puisi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

24

Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang

penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun

periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula

dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman

yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi

tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah

puisi.

Selain itu, Waluyo (1991: 97) menjelaskan bahwa baris-baris prosa dapat saja

disusun seperti tipografi puisi. Namun, maksud prosa tersebut kemudian akan

berubah menjadi lebih kaya, jika prosa itu ditafsirkan sebagai puisi. Sebaliknya jika

orang tetap menafsirkan puisi sebagai prosa, tipografi tersebut tidak berlaku. Cara

sebuah teks ditulis sebagai larik-larik yang khas menciptakan makna tambahan.

Makna tambahan itu diperkuat oleh penyajian tipografi puisi.

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tipografi merupakan

pembeda yang paling awal yang dijumpai dalam membedakan puisi dengan prosa.

Jumlah bait maupun larik dalam puisi tidak di batasi, serta penulisan larik tidak

diharuskan berawal dari kiri, kanan, atau tengah.

Sebagai contoh tipografi puisi Armijn Pane – penyair Pujangga Baru, sebagai

berikut.

Hamba Buruh

Aku menimbang-nimbang mungkin,

Kita berdua menjadi satu;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

25

Gaji dihitung-hitung,

Cukup tidak untuk berdua,

Hati ingin sempurna dengan engkau,

Sama derita sama gembira,

Kepala pusing menimbang-nimbang,

Menghitung-hitung uang bagi kita,

Aku ingin hidup damai tua,

Mikir anak istri setia;

Kalbu pecah merasa susah,

Hamba buruh apa dikata.

Larik yang menjorok ke tengah halaman memberikan jawaban kepada larik

sebelumnya. Antara larik yang menepi dan larik yang menjorok membentuk

hubungan kasual. Di samping itu, tata wajah yang diciptakan Armijn Pane juga

menyebabkan ritma puisi menjadi padu (Waluyo, 1987:98).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tipografi merupakan

tatanan larik, bait, kalimat, frasa, kata dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk

fisik yang mampu mendukung isi rasa, dan suasana. Selain itu, tipografi merupakan

pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak

berbentuk paragraf, melainkan membentuk bait.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

26

2.2.5 Struktur Batin

Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak dikemukakan

oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Struktur batin puisi meliputi:

tema, perasaan penyair, nada dan suasana, dan amanat (Waluyo, 1991: 102).

2.2.5.1 Tema

Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau subject-

matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu

kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama

pengucapannya. Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan

Tuhan, puisinya bertema ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih

kemanusiaan, puisi bertema kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan untuk

memprotes ketidakadilan, tema puisinya adalah protes atau kritik sosial. Perasaan

cinta atau patah hati yang kuat juga dapat melahirkan tema cinta atau tema kedukaan

hati karena cinta.

Wiyatmi (dalam Wicaksono, 2014:22) berpendapat bahwa tema atau sense

adalah pokok persoalan (subject matter) yang dikemukakan oleh pengarang melalui

puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung

maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari,

menafsirkan). Makna sebuah puisi dapat dipahami setelah membaca karya, arti tiap

kata, juga memperhatikan unsur puisi lain yang mendukung makna.

Berdasarkan penjelasan di atas, tema merupakan pokok persoalan yang

mendasari sebuah puisi. Dalam hal ini puisi berperan sebagai sarana protes ataupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

27

sebagai ungkapan simpati dan keprihatinan penyair terhadap lingkungan dan

masyarakat. Terbentuknya puisi berdasarkan latar belakang yang dialami oleh

penyair, sehingga sebuah kejadian akan menentukan isi sebuah puisi.

Berdasarkan penjelasan di atas, tema merupakan pokok persoalan yang

mendasari sebuah puisi. Dalam hal ini puisi berperan sebagai sarana protes ataupun

sebagai ungkapan simpati dan keprihatinan penyair terhadap lingkungan dan

masyarakat. Terbentuknya puisi berdasarkan latar belakang yang dialami oleh

penyair, sehingga sebuah kejadian akan menentukan isi sebuah puisi.

2.2.5.2 Perasaan (Feeling)

Wicaksono (2014:23) berpendapat perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok

persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan

yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan. Waluyo (1991: 121) berpendapat

bahwa untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan perasaan

yang berbeda dari penyair lainnya, sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda pula.

Selain itu, Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah

perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan perasaan

yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci, rindu, cinta,

kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan. Selain itu juga, menurutnya dalam

menciptakan.

Sebagai contoh puisi “Karangan Bunga” karya Taufiq Ismail, sebagai berikut.

Karangan Bunga

Tiga anak kecil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

28

Dalam langkah malu-malu

Datang ke Salemba

Sore itu.

„Ini dari kami bertiga

Pita hitam pada karangan bunga

Sebab kami ikut berduka

Bagi kakak yang ditembak mati

Siang tadi!‟

Perbedaan perasaan haru itu disebabkan karena perbedaan keterlibatan batin

antara Toto dengan Taufiq. Toto begitu dalam melibatkan rasa harunya terhadap

gadis kecil berkaleng kecil, sedangkan Taufiq melibatkan keharuan kepada tiga anak

kecil yang membawa karangan bunga (Waluyo, 1987:123).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan perasaan dalam puisi

merupakan pengungkapan perasaan penyair. Nada dan perasaan perasaan penyair

akan dapat ditangkap jika puisi itu dibaca dengan keras. Membaca puisi dengan suara

keras akan lebih membantu untuk menemukan perasaan penyair yang

melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut. Perasaan yang menjiwai puisi bisa

perasaan gembira, sedih, terharu, patah hati, sombong, mencekam, kesepian, takut

dan menyesal.

2.2.5.3 Nada dan Suasana

Waluyo (1991:125) menyatakan bahwa nada merupakan sikap penyair terhadap

pembaca, sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

29

atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan

suasana puisi saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap

pembacanya.

Dengan nada dan suasana hati, penyair memberikan kesan yang lebih mendalam

kepada pembaca. Puisi bukan hanya ungkapan yang bersifat teknis, namun suatu

ungkapan yang total karena seluruh aspek psikologis penyair turut terlibat dan aspek-

aspek psikologis itu dikonsentrasikan untuk memperoleh daya gaib (Waluyo, 1991:

130). Wicaksono (2014:23) berpendapat nada adalah sikap penyair terhadap pembaca

atau penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap

rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif.

Sebagai contoh puisi bernada main-main dan santai “Belajar Menghargai Hak

azasi Kawan”, sebagai berikut (Waluyo, 1987:126).

Belajar Menghargai Hak azasi Kawan

Jika

Laki mahasiswa

Ya perempuan mahasiswi

Jika

Laki saudara

Ya perempuan saudari

Laki pemuda

Ya perempuan pemudi

Jika laki putra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

30

Ya perempuan putri

Jika laki kawan

Ya perempuan kawin

Jika

Kawan kawin

Ya jangan ngintip

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nada merupakan sikap

penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah

membaca puisi itu akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca.

Nada dan suasana puisi saling berhubungan. Nada puisi menimbulkan suasana

tertentu terhadap pembaca. Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan

suasana iba di hati pembaca. Nada kritik yang diberikan penyair dapat menimbulkan

suasana penuh pemberontakan bagi pembaca.

2.2.5.4 Amanat

Waluyo (1991:130) berpendapat bahwa amanat yang hendak disampaikan oleh

penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu.

Tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.

Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang

diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar

berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat

yang diberikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

31

Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang

hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan

penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat manusia dan

kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak secara obyektif,

namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.

Berdasarkan dengan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa amanat dalam

puisi merupakan pesan didalam sebuah puisi, yang disampaikan oleh penyair kepada

pembaca. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi.

Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca

terhadap suatu hal. Meskipun dientukan berdasarkan cara pandang pembaca, amanat

tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair.

2.3 Kerangka Berpikir

Pada bagian ini akan dipaparkan oleh peneliti kerangka berpikir yang digunakan

dalam unsur-unsur pembangun pada kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon Karta

Karya Peri Sandi Huizhce. Unsur-unsur pembangun pada puisi meliputi struktur fisik

dan struktur batin. Struktur fisik merupakan pengucapan maksud yang hendak

disampaikan penyair melalui bahasa. Struktur batin adalah mengungkapkan makna

secara tidak langsung dapat dihayati melalui perasaan dan suasana jiwa.

Data yang ditemukan yaitu fenomena ketidakdilan terhadap hukum di Indonesia

atau kritik sosial. Saat ini masih bergejolak pada kasus kegagalan penegakan

keadilan. Sumber data yang digunakan yaitu tujuh puisi esai Mata Luka Sengkon

Karta Karya Peri Sandi Huizhce. Setiap data akan ditafsirkan stuktur fisik dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

32

struktur batin ke dalam bahasa yang mudah dipahami, karena bahasa yang digunakan

dalam kumpulan puisi menggunakan gaya bahasa dan makna yang puitis artinya

setiap kalimat akan ditafsirkan dengan bahasa yang sederhana oleh peneliti dengan

berbekal beberapa teori dan contoh. Harapannya dengan menganalisis struktur fisik

dan struktur batin dalam puisi ini dapat memberikan pemahaman bagi pembaca

sastra.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

33

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

STRUKTUR

FISIK

TEORI STUKTUR FISIK

DAN STRUKTUR BATIN

DARI WALUYO (1991),

WICAKSONO (2014),

PRADOPO (2014)

STRUKTUR

FISIK

1. DIKSI

2. PENGIMAJIAN

3. KATA KONKRET

4. BAHASA FIGURATIF

5. VERSIFIKASI

6. TIPOGRAFI

STRUKTUR

BATIN

1. TEMA

2. PERASAAN

3. NADA

4. AMANAT

ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN STRUKTUR

BATIN DALAM KUMPULAN PUISI ESAI

MATA LUKA SENGKON KARTA KARYA PERI

SANDI HUIZHCE

FENOMENA KETIDAKADILAN

TERHADAP HUKUM DI

INDONESIA

TUJUH PUISI ESAI MATA LUKA

SENGKON KARTA KARYA PERI

SANDI HUIZHCE

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul “Analisis Struktur fisik dan Struktur Batin dalam

kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce” ini

termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Artinya, data maupun fakta yang telah

dihimpun oleh peneliti berbentuk kata atau gambar. Sugiyono (2010:222)

memaparkan bahwa penelitian kualitatif dipilih sebagai human instrument (instrumen

yang diteliti adalah orang atau manusia) memiliki fungsi untuk menetapkan fokus

penelitian, pemilihan informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,

menilai kualitas data yang dipakai dalam penelitian ini, analisis data, menafsirkan

data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Di samping itu, Moleong (2007:6)

menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

3.2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian sastra ini merupakan jenis penelitian struktural. Kata struktural

mempunyai arti kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

35

33

71

memberi makna (Waluyo, 1992:93). Analisis struktural adalah analisis yang melihat

bahwa unsur-unsur struktur saling berhubungan erat, saling menentukan artinya.

Sebuah unsur tidak mempunyai makna dengan sendirinya terlepas dari unsur-unsur

lainnya. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam karya sastra bukan hanya berupa kumpulan

atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri, melainkan hal-hal yang

saling terikat, saling berkaitan, dan bergantung (Pradopo, 1987:118).

3.3. Sumber Data dan Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa kumpulan puisi esai Mata Luka

Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce. Menurut KBBI (2008: 296), data

merupakan keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis

atau kesimpulan). Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh

(Arikunto, 210: 172). Sumber data penelitian ini adalah kumpulan puisi esai Mata

Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce. Data yang digunakan dalam

penelitian ini berupa frasa, dan kalimat yang mengandung unsur pembangun puisi,

yaitu struktur fisik dan struktur batin. Puisi yang diambil dari kumpulan puisi esai

tersebut berjumlah tujuh, yaitu Pengakuan Gunel, Terengah-Engah dalam Tabung dan

Selang, Hari Pertama di Tahun yang Lama, Mengadukan Gugatan, Serupa

Maskumambang, Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi, Kesaksian Luka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

36

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik catat dan baca.

Berkaitan dengan hal tersebut, Mahsun (2007:243) mengatakan bahwa teknik catat

merupakan teknik lanjut yang dilakukan ketika menerapkan teknik baca, yaitu

mencatat data yang diklasifikasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan sumber data primer yaitu Kumpulan Puisi Esai Mata

Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce. Data yang sudah ada dicermati dan

dipilah-pilah yang kemudian diklasifikasikan ke dalam struktur fisik dan struktur

batin. Selanjutnya, puisi lebih dispesifikasikan lagi dalam kategori yang terdapat

dalam struktur fisik maupun struktur batin. Langkah-langkah dalam pengumpulan

data tersebut sebagai berikut.

a) Peneliti membaca kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon karta karya Peri

Sandi Huizhce.

b) Peneliti menelaah kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon karta karya Peri

Sandi Huizhce.

c) Peneliti mencatat kata-kata yang berkaitan dengan unsur-unsur struktur fisik

maupun struktur batin.

d) Peneliti membuat tabulasi mengenai unsur-unsur struktur fisik dan struktur

batin yaitu dengan cara mengklasifikasikan dan menganalisis data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

37

3.5. Intrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini yaitu penelitian sendiri (human instrument) yang

merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini dilakukan karena apabila

memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkan terlebih dahulu sebagai

yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, sangat tidak mungkin untuk

mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan yang ada (Ghony dan Almansur,

2014:33). Human instrument atau manusia sebagai instrumen utama dalam penelitian

ini adalah peneliti yang sudah ada berbekal teori struktur fisik dan batin puisi pada

khususnya. Selain itu, peneliti juga berbekal mengenai teori sastra khususnya

pemakaian bahasa dalam puisi.

3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

teknik analisis bahasa yang diungkapkan oleh Sudaryanto (1993:55), yaitu teknik

perluasan. Adapun kegunaan teknik perluasan adalah untuk menentukan segi-segi

kemaknaan satuan lingual tertentu. Penggunaan teknik perluasan juga digunakan

untuk mengetahui kadar kesinoniman bila menyangkut dua satuan atau dua unsur

satuan yang berlainan tetapi diduga bersinonima satu sama lain. Teknik perluasan

yang diutarakan Sudaryanto kemudian dikembangkan disesuaikan dengan objek

penelitian. Pengembangan dan penyesuaian dilakukan karena objek penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

38

terdapat dalam data penelitian yang berupa struktur fisik dan struktur batik dalam

kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon karta karya Peri Sandi Huizhce.

Analisis data akan dilakukan pada saat pertama kali peneliti mengumpulkan data.

Setelah mengumpulkan data, peneliti akan melakukan analisis data dengan langkah

sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi, data-data yang telah terkumpul diidentifikasi dengan

mengkaji tuturan dengan menggunakan teori stuktur fisik dan stuktur batin

puisi.

b) Mengklasifikasi, data diklasifikasikan berdasarkan kesamaan kasus atau

masalah penelitian yang mengacu pada teori.

c) Menginterpretasi, atau dilakukan pemberian makna atau pemaknaan pada

data-data tersebut.

d) Mendeskripsikan, data yang sudah dikaji kemudian dipaparkan dan dijelaskan

e) Menyerahkan hasil analisis data kepada triangulator untuk diperiksa.

f) Melakukan perbaikan sesuai dengan saran triangulator.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

39

Tabel 3.1

Tabel Klasifikasi Struktur Fisik

No. Struktur Fisik Puisi Triangulasi

1. Diksi (pilihan kata) Deskripsi Setuju Tidak setuju

2. Pengimajian

3. Kata Konkret

4. Bahasa Figuratif

(Majas)

5. Versifikasi

6. Tata Wajah

Tabel 3.2

Tabel Klasifikasi Struktur Batin

No. Struktur Fisik Batin Triangulasi

1. Tema Deskripsi Setuju Tidak setuju

2. Perasaan

3. Nada dan Suasana

4. Amanat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

40

3.7. Triangulasi Data

Moleong (2007: 330) mengatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik tringulasi

yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dengan

kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan

jalan membandingkannya dengan berbabagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu

peneliti dapat melakukan dengan jalan: (1) mengajukan berbagai macam variasi

pertanyaan, (2) mengeceknya dengan berbagai sumber data, (3) memanfaatkan

berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.

Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam proses triangulasi hasil analisis data

penelitian. Pertama, peneliti menyerahkan hasil analisis data kepada triangulator.

Kedua, triangulator memeriksa hasil analisis data peneliti. Ketiga, peneliti melakukan

perbaikan apabila ditemukan kesalahan pada hasil analisis data sesuai petunjuk

triangulator. Keempat, peneliti menyerahkan hasil perbaikan kepada triangulator.

Kelima, setelah triangulator menyatakan keabsahan hasil analisis data, hasilnya akan

digunakan sebagai acuan untuk menyusun pembahasan pada bab IV. Dalam

penelitian ini, peneliti meminta bantuan pakar bahasa dan sastra untuk mengecek

keabsahan penelitian. Trianggulasi penyidik adalah teknik tringgulasi yang

memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali

derajat kepercayaan data. Dalam penelitian ini, peneliti meminta bantuan kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

41

Bapak Petrus Hariyanto, M.Pd untuk megecek dan penelitian dengan cara

mencocokkan dengan teori yang sudah didapatkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penyair akan menguraikan hasil-hasil penelitian sekaligus

pembahasannya. Hasil penelitian dan pembahasan ini menyangkut unsur-unsur

struktur fisik dan struktur batin dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon karta

karya Peri Sandi Huizhce, puisi tersebut yaitu “Pengakuan Gunel”, “Terengah-Engah

dalam Tabung dan Selang”, “Hari Pertama di Tahun yang Lama”, “Mengadukan

Gugatan”, “Serupa Maskumambang”, “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”,

“Kesaksian Luka”. Unsur-unsur yang terdapat dalam ketujuh puisi nantinya akan

diklarifikasikan lagi menurut unsur-unsur dari struktur fisik dan struktur batin. Unsur-

unsur struktur fisik yaitu diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas),

versifikasi, dan tata wajah (tipografi), sedangkan unsur-unsur struktur batin yaitu

tema, perasaan penyair, nada dan suasana, dan amanat. Berikut akan diuraikan

pembahasan terkait struktur fisik dan struktur batin kumpulan puisi Esai Mata Luka

Sengkon karta karya Peri Sandi Huizhce.

4.1 Puisi “Pengakuan Gunel”

Puisi “Pengakuan Gunel” secara khusus menceritakan tentang ketidakadilan dan

penderitaan dalam kehidupan sosial. Puisi ini terdiri atas tiga bait. Berikut dijelaskan

puisi tersebut secara lengkap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

43

Gambar 4.1

Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Pengakuan Gunel”

KRITIK

SOSIAL

Pilihan

Kata

Kata

Konkret

Kiasan

(Gaya

Bahasa)

Pengimajian

Suasana

Kesedihan Kemarahan

Ketololan dan

kegebologan

Kegoblogan

Ketololan

Pendengaran

n

Penglihatan

ABRI

Mata Picek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

44

(1) yang benar tapi disalahkan

aku salah tapi lolos dari hukum

“woi ABRI…woi…Polisi…

mata kalian mata picek!

sayalah pembunuh dan perampok yang sebenarnya

mereka tak akan mengakui kesalahan

karena mereka tak melakukannya,

kecuali kalian paksa dan siksa

ketololan macam apa yang dilakukan hukum

apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

(2) dua belas tahun penjara

waktu yang sebentar

aku aman di dalamnya

(3) waktu malam kujadikan operasi perampokan

waktu siang aku mendekam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

45

tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna

4.1.1 Struktur Fisik

Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik

puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun

struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan

kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa

figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.

4.1.1.1 Diksi (Pilihan Kata)

Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih

kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi

bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan

kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata

yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya

magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Pengakuan Gunel”.

Bait pertama, pilihan /woi ABRI…woi…Polisi/ digunakan penyair untuk

menunjukkan sebagai Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Pilihan kata /lolos/

digunakan penyair untuk menunjukkan seseorang lepas dari segala hukuman. Pilihan

kata /mata picek/ digunakan penyair untuk menunjukkan seseorang yang buta. Pilihan

kata /ketotolan dan kegoblogan/ digunakan penyair untuk menunjukkan bahwa

hokum yang berlaku itu tidak berguna. Pilihan kata /todongkan pistol/ digunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

46

penyair untuk menunjukkan senjata yang diarahkan kearah tubuhnya. Bait kedua,

pilihan kata /aman/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebagai bebas dari

ancaman lainnya. Bait ketiga, pilihan kata /mendekam/ digunakan penyair untuk

menunjukkan seseorang yang bersembunyi di sebuah ruangan. Hal-hal yang menarik

dan menonjol dari puisi “Pengakuan Gunel” adalah pilihan kata atau diksi yang

sudah menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan

melalui adanya kata-kata lolos, mata picek, ketotolan dan kegoblogan. Bait ketiga,

pilihan kata /mendekam/ digunakan penyair untuk menunjukkan seseorang yang

bersembunyi di sebuah ruangan.

4.1.1.2 Pengimajian

Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan

kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian

adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa

yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat

dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

1) Imaji Auditif

Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair

menginginkan imaji pendengar, maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah

mendengarkan sesuatu (Waluyo, 1991: 78).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

47

Bait ke-1

yang benar tapi disalahkan

aku salah tapi lolos dari hukum

“woi ABRI…woi…Polisi…

mata kalian mata picek!

sayalah pembunuh dan perampok yang sebenarnya

mereka tak akan mengakui kesalahan

karena mereka tak melakukannya,

kecuali kalian paksa dan siksa

ketololan macam apa yang dilakukan hukum

apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

48

Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata-kata /woi

ABRI…woi…Polisi… mata kalian mata picek!/. Penyair mengajak mengajak

pembaca atau pendengar untuk seakan-akan mendengar seseorang mengeluh kepada

polisi.

2) Imaji Visual

Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika

penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah

melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).

Bait ke-1

apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata coba buka

kain dan pistol dan senjata. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-

akan mengeluh seseorang yang mengeluh kepada ABRI dan polisi. Hal-hal yang

menarik dan menonjol dari puisi “Pengakuan Gunel” sudah menggambarkan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

49

jelas apa itu “Pengakuan Gunel”. Ini digambarkan adanya imaji auditif yang

digambarkan dengan /woi ABRI…woi…Polisi… mata kalian mata picek!/, timaji

visual yang digambarkan dengan kain dan pistol dan senjata.

4.1.1.3 Kata Konkret

Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus

diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang

menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata

konkret yang terdapat dalam puisi “Pengakuan Gunel” adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

50

Untuk mengkonkretkan sebuah keadaan di dalam penjara, penyair menggunakan

kata coba buka kain yang menutupi mata keadilan, coba todongkan pistol dan

senjata pistol, ke kepala anak kalian. Hal tersebut dikarena seseorang yang

merasakan ketidakadilan di Indonesia. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi

“Pengakuan Gunel” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah

melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini

digambarkan melalui kata-kata coba buka kain yang menutupi mata keadilan, coba

todongkan pistol dan senjata pistol, ke kepala anak kalian

4.1.1.4 Bahasa Figuratif (Majas)

Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan

penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak

langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca

harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang

konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari metafora, simile,

personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi. Sedangkan perlambangan terdiri dari

lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana.

1) Kiasan (Gaya Bahasa)

Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih

luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut

gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

51

efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:

84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Pengakuan Gunel” dapat memperindah puisi

itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi lebih

hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.

a. Sinekdoke

Sinekdoke adalah menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan, atau

menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian. Terbagi atas pro toto ( menyebut

sebagian untuk keseluruhan) dan totem pro parte (menyebutkan keseluruhan untuk

maksud sebagian) (Waluyo, 1991: 85). Berikut adalah sinekdoke puisi “Pengakuan

Gunel”.

Bait ke-1 (sebagian menjelaskan keseluruhan/ part pro toto)

yang benar tapi disalahkan

aku salah tapi lolos dari hukum

“woi ABRI…woi…Polisi…

mata kalian mata picek!

sayalah pembunuh dan perampok yang sebenarnya

mereka tak akan mengakui kesalahan

karena mereka tak melakukannya,

kecuali kalian paksa dan siksa

ketololan macam apa yang dilakukan hukum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

52

apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

Untuk menjelaskan pengakuan gunnel yang mengeluh terhadap hukum di negeri

ini, penyair menggunakan kata-kata seperti ketololan dan kegoblogan.

Bait ke-3 (sebagian menjelaskan keseluruhan/ part pro toto)

waktu malam kujadikan operasi perampokan

waktu siang aku mendekam

tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna

Untuk menjelaskan pengakuan gunnel pada waktu itu berada di dalam penjara,

penyair melukiskan dengan menggunakan kata-kata seperti mendekam. Hal-hal yang

menarik dan menonjol dari puisi “Pengakuan Gunel” adalah beberapa gaya bahasa

yang dapat memperindah bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini

digambarkan melalui gaya bahasa sinekdoke gaya seperti ketotolan, kegogblogan,

dan mendekam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

53

2) Perlambangan

Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk

memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,

sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang

dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih

mudah dibayangkan oleh pembaca.

a. Lambang Suasana

Lambang suasana dapat dilambangkan dengan suasana lain yang lebih konkret.

Lambang suasana biasanya dilukiskan dalam kalimat atau alinea dengan demikian

yang diwakili adalah suatu suasana dan bukan hanya peristiwa sepintas (Waluyo,

1991: 89).

Bait ke-3

waktu malam kujadikan operasi perampokan

waktu siang aku mendekam

tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna

Pada bait diatas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata

mendekam. Kata tersebut digunakan penyair untuk menggambarkan seseorang

menyendiri yang berada disebuah penjara. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari

puisi “Pengakuan Gunel” adalah beberapa lambang yang dapat memperkuat makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

54

dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan melalui adanya lambang

suasana seperti mendekam.

4.1.1.5 Versifikasi

Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan

persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat

dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika

menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan

ritme sebagai berikut.

1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau

orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk

mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara

ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:

90). Berikut adalah rima dari puisi “Pengakuan Gunel”.

Bait ke-2

dua belas tahun penjara

waktu yang sebentar

aku aman di dalamnya

Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /a/-/a/-/a/. Larik pertama sampai

ketiga memiliki persamaan bunyi a.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

55

a. Bentuk Intern Pola Bunyi Aliterasi di Awal Kata

Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Pengakuan Gunel” adalah

sebagai berikut.

Bait ke-1

apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

Pada bait diatas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedalapan; /k/ pada kata

kegoblogan dan ketololan.

Bait ke-3

waktu malam kujadikan operasi perampokan

waktu siang aku mendekam

tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna

Pada bait diatas terdapat Aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /d/ pada kata di

dan dengan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

56

b. Bentuk Intern Pola Bunyi Asonansi di Akhir Kata

Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Pengakuan

Gunel” adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

coba buka kain yang menutupi mata keadilan

coba todongkan pistol dan senjata ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada

buka dan mata, dan asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ pada coba, senjata

dan kepala.

Bait ke-2

dua belas tahun penjara

waktu yang sebentar

aku aman di dalamnya

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada dua

dan penjara.

Bait ke-3

waktu malam kujadikan operasi perampokan

waktu siang aku mendekam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

57

tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kedua; /u/ pada waktu

dan aku., dan asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /a/ pada penjara dan

sempurna.

c. Pengulangan Kata/Ungkapan

Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Pengakuan Gunel” adalah sebagai

berikut.

Bait ke-2

dua belas tahun penjara

waktu yang sebentar

aku aman di dalamnya

Bait ke-3

waktu malam kujadikan operasi perampokan

waktu siang aku mendekam

tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna

Pada kedua bait di atas terdapat pengulangan kata waktu dalam bait ke-2 larik

pertama dengan bait ke-3 larik pertama dan kedua.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

58

2) Ritma

Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/

lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk

keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).

yang benar tapi disalahkan/

aku salah tapi lolos dari hukum/

“woi ABRI…woi…Polisi…/

mata kalian mata picek!/

sayalah pembunuh dan perampok yang sebenarnya/

mereka tak akan mengakui kesalahan/

karena mereka tak melakukannya/

kecuali kalian paksa/ dan siksa/

ketololan macam apa yang dilakukan hokum/

apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini/

goblog benar hukum di negeri ini/

coba buka kain yang menutupi mata keadilan/

coba todongkan pistol dan senjata/ ke kepala anak kalian/

kegoblogan/ yang disertai ketololan/

hanya akan menghasilkan pembusukan!”/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

59

dua belas/ tahun penjara/

waktu yang sebentar/

aku aman/ di dalamnya/

waktu malam/ kujadikan operasi perampokan/

waktu siang/ aku mendekam/

tinggal di penjara/ dengan ilmu yang sempurna/

4.1.1.6 Tata Wajah (Tipografi)

Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang

penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun

periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak

bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan

dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak

berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan

eksistensif sebuah puisi.

Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Pengakuan Gunel” berbentuk bait-bait.

Pada setiap bait memiliki jumlah larik yang berbeda-beda dan larik dalam setiap bait

saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan kemarahan manusia terhadap hukum

di negeri ini, pada bait ke-2 mengungkapkan menjadi korban, bait ke-3

mengungkapkan manusia yang berada dipenjara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

60

Puisi tersebut terdiri dari tiga bait dan tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada

yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu. Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri

halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris berikutnya. Bait ke-

1 terdiri dari enam belas larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua

terdiri dari enam kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik keempat terdiri dari

empat kata, larik kelima terdiri dari enam kata, larik keenam terdiri dari lima kata,

larik ketujuh terdiri dari empat kata, larik kedelapan terdiri dari lima kata, larik

kesembilan terdiri dari enam kata, larik kesepuluh terdiri dari delapan kata, larik

kesebelas terdiri dari enam kata, larik kedua belas terdiri dari delapan kata, larik

ketiga belas terdiri dari enam kata, larik ketiga belas terdiri dari lima kata, larik

keempat belas terdiri dari empat kata, larik kelima belas terdiri dari empat kata, larik

keenam belas terdiri dari empat kata. Bait ke-2 terdiri dari tiga larik; larik pertama

terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari tiga

kata. Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua

terdiri dari empat kata, larik ketiga terdiri dari lima kata.

4.1.2 Struktur Batin

Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak

dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur

struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi

tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat

(Waluyo, 1991: 102).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

61

4.1.2. Tema

Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau

subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu

begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama

pengucapannya.

Puisi “Pengakuan Gunel” mengandung tema besar kehidupan sosial. Secara

khusus puisi tersebut bertemakan gejala-gejala sosial yang meresahkan masyarakat.

Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingga akhir bait menggambarkan tentang kritik

sosial dalam kehidupan sosial. Puisi ini mengkritik tentang kegagalan penegak

keadilan. Kegagalan penegakan keadilan akan menimbulkan bahaya bagi integritas

moral proses pidana dan dapat merusak kepercayaan masyarakat akan penegakan

hukum. Kegagalan penegakan keadilan tersebut dapat dilihat dari kata disalahkan,

picek, kegoblogan, ketololan. Di samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah

unsur-unsur yang terdapat pada struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret,

bahasa figuratif, versifikasi, serta tipografi merupakan unsur-unsur yang memperkuat

tema kehidupan sosial.

4.1.2.2 Perasaan

Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah

perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

62

perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,

rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.

Dalam puisi “Pengakuan Gunel”, penulis mengungkapkan perasaan sedih disertai

kemarahan. Penderitaan tersebut ditimbulkan oleh ketidakdilan hukum di negeri ini.

Hal ini dapat terlihat pada pengulangan bunyi pada setiap akhir puisi. Berikut kutipan

dari puisi tersebut.

(1) yang benar tapi disalahkan

aku salah tapi lolos dari hukum

“woi ABRI…woi…Polisi…

mata kalian mata picek!

sayalah pembunuh dan perampok yang sebenarnya

mereka tak akan mengakui kesalahan

karena mereka tak melakukannya,

kecuali kalian paksa dan siksa

ketololan macam apa yang dilakukan hukum

apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

63

4.1.2.3 Nada dan Suasana

Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana

adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis

yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling

berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya

(Waluyo, 1991: 125).

Dalam puisi “Pengakuan Gunel” bernada kekeasalan dan kemarahan. Penyair

mengingatkan pembaca untuk memahami kekesalan terhadap hukum di negeri ini.

Hingga yang benar di dekatkan dengan hukum, sedangkan yang salah dijauhkan dari

hukum. Hal itu ditandai dengan penggunaan kata seperti picek, kegoblogan,

ketololan. Kata-kata itu terlihat jelas mewakili peristiwa kekesalan dan kemarahan

yang marak saat itu. Bertolak dari hal itu suasana kekesalan atau pun marah akan

timbul dari pembaca setelah memahami puisi tersebut.

4.1.2.4 Amanat

Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang

hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak

disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat

manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak

secara obyektif, namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

64

Amanat dari puisi ini yaitu penyair menyampaikan agar pemerintah di negeri ini

menindaklanjutin ketidakadilan dalam hukum (yang benar tapi disalahkan, ketotolan

macam apa yang dilakukan hukum) . Karena tujuan adanya lembaga peradilan sendiri

untuk memberikan keadilan bagi masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

65

4.2 Puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”

Puisi ”Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang” secara khusus menceritakan

cara-cara menghidupi untuk rakyat yang tertindas. Puisi ini terdiri atas lima belas

bait. Berikut dijelaskan puisi tersebut secara lengkap.

Gambar 4.2

Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Terengah-Engah

dalam Tabung dan Selang”

Perasaan

KRITIK

SOSIAL

Pilihan

Kata

Kata

Konkret

Kiasan Pengimajian

Suasana

Kesedihan Kemarahan

Menghidupi

mimpi

Petani

Pancasila

Pendengaran Penglihatan

UUD

Lambang

Garuda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

66

(1) aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri

(2) kesederhanaan panutan hidup

dapat untung

dilipat dan ditabung

(3) 1974 tanah air yang kucinta

berumur dua puluh sembilan tahun

waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara

lambang garuda

dasarnya pancasila

undang-undang empat lima

merajut banyak peristiwa

(4) peralihan kepemimpinan yang mendesak

bung karno diganti pak harto

dengan dalih keamanan negara

(5) pembantaian enam jenderal satu perwira

enam jam dalam satu malam

mati di lubang tak berguna

tak ada dalam perang mahabarata

bahkan di sejarah dunia

hanya di sejarah Indonesia

(6) pemusnahan golongan kiri

PKI wajib mati

pemimpin otoriter

REPELITA

rencana pembangunan lima tahun

bisa jadi

rencana pembantaian lima tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

67

(7) di tahun-tahun berikutnya

kudapati penembak misterius

tak ada salah apalagi benar

tak ada hukum negara

(8) pembantaian dimana mana

diburu sampai got dor

di mulut dor

di kepala

diikat tali

dikafani karung

penguasa punya tahta

yang tidak ada

bisa diada-ada

(9) banyak orang jadi rampok

pencopet, penipu, penjudi

pesugihan, pelihara tuyul, ngepet

saling bunuh

atas dasar kebutuhan untuk makan

mencari suaka di tanah sendiri

(10) kemana pemerintah?

sibuk membangun

(11) pemerintah dan rakyat

seperti air dan api

saling memusnahkan meski berdampingan

berdampak bagi petani!

(12) 1971 benih mulai dikomersialkan

pupuk dan obat hama harganya tak sembarang

iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi

teknologi ikut-ikutan membebani

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

68

kesulitan benih bagus

(13) apalah daya uangpun tak ada

padi jadi rusak

panen gagal

hama berkeliaran seenaknya

(14) bagi keluarga kami

inilah musim paceklik

mencekik

(15) akulah sengkon yang sakit

berusaha mengenang setiap luka

di dada, di punggung, di kaki

di batuk yang berlapis tuberculosis

4.2.1 Struktur Fisik

Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik

puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun

struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan

kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa

figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.

4.2.1.1 Diksi (Pilihan Kata)

Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih

kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi

bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

69

kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata

yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya

magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Terangah-Engah dalam

Tabung dan Selang”.

Bait pertama, pilihan kata /menghidupi mimpi/ digunakan penyair untuk

mununjukkan seorang petani menghidupin dirinya dari menanam padi. Bait kedua,

pilihan kata /lambang garuda/ digunakan penyair untuk menunjukkan lambing

negara Indonesia. Bait ketiga, pilihan kata /dasarnya pancasila/ digunakan penyair

untuk menunjukkan ideologi negara Indonesia. Pilihan kata /undang-undang empat

lima/ digunakan penyair untuk menunjukkan hukum dasar tertulis. Bait keempat,

pilihan kata /peralihan kepemimpinan yang mendesak/ digunakan penyair untuk

menunjukkan pergantian kepala negara secara paksa yaitu Bung Karno diganti Pak

Harto. Pilihan kata /dalih keamanan negara/ digunakan penyair untuk menunjukkan

pergantian kepempimpinan tersebut dilandasi dengan alasan keamanan negara. Bait

kelima, pilihan kata /pembantaian enam jenderal satu perwira/ digunakan penyair

untuk menujukkan suatu sejarah Indonesia yaitu peristiwa G30S. Bait keenam,

pilihan kata /pemusnahan golongan kri PKI wajib mati/ digunakan penyair untuk

menujukkan suatu rencana untuk membunuh semua orang PKI. Pilihan kata

/REPELITA/ digunakan penyair untuk menunjukkan membangun kembali Indonesia

selama lima tahun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

70

Bait ketujuh, pilihan kata /di tahun-tahun berikutnya, kudapati penembak

misterius/ digunakan penyair untuk menunjukkan dalam situasi menegangkan. Bait

kedelapan, pilihan kata /pembantaian dimana-mana/ digunakan penyair untuk

menunjukkan sebuah situasi suram dan menegangkan. Pilihan kata /penguasa tahta

yang tidak ada bisa di ada-ada/ digunakan penyair untuk menunjukkan suatu

pandangan seseorang yang memiliki harta lebih. Bait kesembilan, pilihan kata

/banyak orang jadi rampok, penipu, penjudi, pesugihan, pelihara tuyul, ngepet,

saling membunuh/ digunakan penyair untuk menunjukkan ketidaknyaman di dalam

kehidupan. Bait kesepuluh, pilihan kata /kemana pemerintah ? sibuk membangun

kesulitan benih bagus/ digunakan penyair untuk menunjukkan bahwa pemerintah

yang melupakan rakyatnya Bait kesebelas, pilihan kata /pemerintah dan rakyat

seperti air dan api/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebuah situasi

menegangkan antara pemerintah dengan rakyat. Pilihan kata /saling memusnahkan

meski berdampingan/ digunakan penyair untuk menunjukkan situasi yang saling

menjatuhkan. Bait kedua belas, pilihan kata /1971 benih mulai dikomersialkan/

digunakan penulis untuk menunjukkan situasi harga semakin mahal. Bait ketiga

belas, pilihan kata /apalah daya uangpun tak ada, padi jadi rusak/ digunakan penyair

untuk menunjukkan situasi suram dan menyedihkan. Bait keempat belas, pilihan kata

/musim paceklik/ digunakan penyair untuk menunjukkan situasi kekurangan dan

menyedihkan. Bait kelima belas, pilihan kata /berusaha mengenang setiap luka/

digunakan penyair untuk menunjukkan keadaan sekarat yang terabaikan. Hal-hal

yang menarik dan menonjol dari puisi“Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

71

adalah pilihan kata atau diksi yang sudah menggambarkan dengan jelas apa itu

terangah-engah dalam tabung dan selang. Ini digambarkan melalui adanya kata-kata

lambang garuda, dasarnya pancasila, undang-undang empat lima.

4.2.1.2 Pengimajian

Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan

kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian

adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa

yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat

dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

1) Imaji Auditif

Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair

menginginkan imaji pendengar, maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah

mendengarkan sesuatu (Waluyo, 1991: 78).

Bait ke-15

akulah sengkon yang sakit

berusaha mengenang setiap luka

di dada, di punggung, di kaki

di batuk yang berlapis tuberculosis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

72

Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata batuk.

Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan mendengar suara

batuk yang berlapis tubercolusis.

2) Imaji Visual

Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika

penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah

melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).

Bait ke-2

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata seorang

petani bojongsari dan padi. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk

seakan-akan melihat seorang petani bojongsari dan padi yang ditanam sendiri.

Bait ke-3

lambang garuda

dasarnya pancasila

undang-undang empat lima

merajut banyak peristiwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

73

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata garuda dan

undang-undang empat lima. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk

seakan-akan melihat lambang garuda dan undang-undang empat lima yaitu satu

kesatuan negara indonesia.

Bait ke-8

pembantaian dimana mana

diburu sampai got dor

di mulut dor

di kepala

diikat tali

dikafani karung

penguasa punya tahta

yang tidak ada

bisa diada-ada

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata got, tali dan

karung. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat

seseorang diburu sampai digot, kemudian diikat tali dan dikafani karung.

Bait 9

banyak orang jadi rampok

pencopet, penipu, penjudi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

74

pesugihan, pelihara tuyul, ngepet

saling bunuh

atas dasar kebutuhan untuk makan

mencari suaka di tanah sendiri

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata rampok,

pencopet, penipu, penjudi, pesugihan, dan pelihara tuyul. Penyair mengajak

pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat rampok, pencopet, penipu,

penjudi, pesugihan, dan pelihara tuyul untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

Bait ke-11

pemerintah dan rakyat

seperti air dan api

saling memusnahkan meski berdampingan

berdampak bagi petani!

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata air dan api.

Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat pemerintah

dan rakyat seperti air dan api yang saling memunaskan.

Bait ke-12

1971 benih mulai dikomersialkan

pupuk dan obat hama harganya tak sembarang

iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

75

teknologi ikut-ikutan membebani

kesulitan benih bagus

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata pupuk dan

obat hama. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat

pupuk dan obat hama yang dikomersialkan dan memiliki harga yang tidak

sembarang.

3) Imaji Taktil

Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,

atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati

seolah-olah merasakan sentuhan perasaan (Waluyo, 1991: 79).

Bait ke-14

bagi keluarga kami

inilah musim paceklik

mencekik

Pada bait di atas, terdapat imaji taktil yang ditunjukkan dengan kata paceklik.

Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan merasakan paceklik.

Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Terangah-Engah dalam Tabung dan

Selang” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat,

mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan

melalui adanya imaji auditif yang digambarkan dengan batuk, imaji visual

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

76

digambarkan dengan seorang petani, padi, lambang garuda, undang-undang empat

lima, rampok, pencopet, penipu, penjudi, pesugihan, dan pelihara tuyul, pupuk dan

obat hama dan imaji taktil digambarkan dengan paceklik.

4.2.1.3 Kata Konkret

Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus

diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang

menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata

konkret yang terdapat dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”

adalah sebagai berikut.

Bait ke-3

1974 tanah air yang kucinta

berumur dua puluh sembilan tahun

waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara

lambang garuda

dasarnya pancasila

undang-undang empat lima

merajut banyak peristiwa

Untuk mengkonkretkan sebuah sebuah umur negara Indonesia pada tahun 1974,

penyair menggunakan kata dua puluh sembilan tahun. Untuk mengkonretkan suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

77

ideologi dan lambang dasar negara Indonesia. Penyair menggunakan kata lambang

garuda, dasarnya pancasila, undang-undang empat lima.

Bait ke-4

peralihan kepemimpinan yang mendesak

bung karno diganti pak harto

dengan dalih keamanan negara

Untuk mengkonkretkan sebuah pergantian kepemimpinan negara, penyair

menggunakan kata peralihan kepemimpinan.

Bait ke-5

pembantaian enam jenderal satu perwira

enam jam dalam satu malam

mati di lubang tak berguna

tak ada dalam perang mahabarata

bahkan di sejarah dunia

hanya di sejarah Indonesia

Untuk mengkonkretkan sebuah peristiwa yang sudah lama terjadi di masa G30S,

penyair menggunakan kata pembantaian enam jenderal satu perwira.

Bait ke-7

di tahun-tahun berikutnya

kudapati penembak misterius

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

78

tak ada salah apalagi benar

tak ada hukum negara

Untuk mengkonkretkan sebuah peristiwa untuk menanggulangi tingkat kejahatan

yang begitu tinggi pada saat itu, penyair menggunakan kata penembak misterius.

Bait ke-8

pembantaian dimana mana

diburu sampai got dor

di mulut dor

di kepala

diikat tali

dikafani karung

penguasa punya tahta

yang tidak ada

bisa diada-ada

Untuk mengkonkretkan sebuah peristiwa penembakan masal yang dilakukan

pada saat itu, penyair menggunakan kata diburu sampai got dor, kepala, tali

Bait ke-9

banyak orang jadi rampok

pencopet, penipu, penjudi

pesugihan, pelihara tuyul, ngepet

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

79

saling bunuh

atas dasar kebutuhan untuk makan

mencari suaka di tanah sendiri

Untuk mengkonkretkan atas dasar kebutuhan ekonomi, penyair menggunakan

kata jadi rampok pencopet, penipu, penjudi pesugihan, pelihara tuyul, ngepet

saling bunuh.

Bait ke-10

kemana pemerintah?

sibuk membangun

Untuk mengkonkretkan sebuah sindiran terhadap pemerintah yang sibuk

mengurus urusan lainnya, penyair menggunakan kata kemana pemerintah ?.

Bait ke-11

pemerintah dan rakyat

seperti air dan api

saling memusnahkan meski berdampingan

berdampak bagi petani!

Untuk mengkonkretkan sebuah keterkaitan yang menjadi satu, penyair

menggunakan kata air dan api. Untuk mengkonkretkan sebuah kebencian, penyair

menggunakan kata memusnahkan.

Bait ke-12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

80

1971 benih mulai dikomersialkan

pupuk dan obat hama harganya tak sembarang

iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi teknologi ikut-ikutan membebani

kesulitan benih bagus

Untuk mengkonkretkan perdagangan barang dengan yang tidak sesuai demi

mendapatkan keuntungan, penyair menggunakan kata pupuk dan obat hama.

Bait ke-13

apalah daya uangpun tak ada

padi jadi rusak

panen gagal

hama berkeliaran seenaknya

Untuk mengkonkretkan situasi kegagalan dan kesedihan yang dirasakan oleh

para petani, penyair menggunakan kata panen gagal.

Bait ke-14

bagi keluarga kami

inilah musim paceklik

mencekik

Untuk mengkonkretkan sebuah situasi yang mengalami kekurangann dalam

aspek ekonomi, penyair menggunakan kata paceklik. Hal-hal yang menarik dan

menonjol dari puisi “Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang” adalah kata-kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

81

yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan atau merasakan

apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui kata-kata lambang

garuda, dasarnya pancasila, undang-undang empat lima.

4.2.1.4 Bahasa Figuratif (Majas)

Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan

penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak

langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca

harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang

konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari metafora, simile,

personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi, sedangkan perlambangan terdiri dari

lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana.

1) Kiasan (Gaya Bahasa)

Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih

luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut

gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan

efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:

84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Pengakuan Gunel” dapat memperindah puisi

itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi lebih

hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

82

a. Metafora

Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak

disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Terengah-Engah

dalam Tabung dan Selang”.

Bait ke-1

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata-kata

menghidupi mimpi, dari padi yang ditanam sendiri. Pada kata menghidupi mimpi

diartikan sebagai sesuatu yang terlihat dalam tidur dan berangan-angan. Pada kata

padi yang ditanam sendiri diartikan sebagai sesuatu yang menghidupi untuk

kemudian hari.

Bait ke-3

1974 tanah air yang kucinta

berumur dua puluh sembilan tahun

waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara

lambang garuda

dasarnya pancasila

undang-undang empat lima

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

83

merajut banyak peristiwa

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata-kata. lambang

garuda, dasarnya pancasila, undang-undang empat lima. Pada kata lambang

garuda, dasarnya pancasila, undang-undang empat lima diartikan sebagai sesuatu

yang melambangkan satu kesatuan Indonesia. Hal-hal yang menarik dan menonjol

dari puisi “Pengakuan Gunel” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah

bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa

metafora gaya seperti menghidupi mimpi dari padi yang ditanam sendiri dan

lambang garuda, dasarnya pancasila, undang-undang empat lima.

2) Perlambangan

Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk

memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,

sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang

dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih

mudah dibayangkan oleh pembaca.

a. Lambang Benda

Lambang benda digunakan penyair untuk menggantikan sesuatu yang ingin

diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai

lambang persatuan Indonesia (Waluyo, 1991: 88).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

84

Bait ke-1

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri

Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata padi dan

petani. Kata tersebut digunakan penyair untuk melambangkan kehidupan yang begitu

berat.

Bait ke-8

pembantaian dimana mana

diburu sampai got dor

di mulut dor

di kepala

diikat tali

dikafani karung

penguasa punya tahta

yang tidak ada

Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata tali dan

karung. Kata tali dan karung digunakan penyair untuk melambangkan kekerasan

atau kejahatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

85

Bait ke-12

1971 benih mulai dikomersialkan

pupuk dan obat hama harganya tak sembarang

iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi

teknologi ikut-ikutan membebani

kesulitan benih bagus

Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata pupuk

dan obat hama. Kata pupuk dan obat hama digunakan penyair untuk Untuk

melambangkan kenaikan harga bahan pembasmi. Hal-hal yang menarik dan menonjol

dari puisi “Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang” adalah beberapa lambang

yang dapat memperkuat makna dengan jelas apa itu pasukan mati. Ini digambarkan

melalui adanya lambang benda seperti petani, padi, tali, karung, pupuk dan hama.

4.2.1.5 Versifikasi

Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan

persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat

dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika

menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan

ritme sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

86

1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau

orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk

mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara

ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:

90). Berikut adalah rima dari puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”.

Bait ke-1

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri aku aman di dalamnya

Rima yang sering muncul pada bait ke-1 yaitu /i/-/i/-/i/. Larik pertama sampai

ketiga memiliki persamaan bunyi i.

Bait ke-2

kesederhanaan panutan hidup

dapat untung

dilipat dan ditabung

Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /u/-/u/-u/. Larik pertama sampai

ketiga memiliki persamaan bunyi u.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

87

Bait ke-3

1974 tanah air yang kucinta

berumur dua puluh sembilan tahun

waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara

lambang garuda

dasarnya pancasila

undang-undang empat lima

merajut banyak peristiwa

Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/u/-/a/-/a/-/a/-/a/-/a/-/a/. Pada

bait tersebut terdapat rima patah. Larik kedua tidak memiliki persamaan bunyi,

sedangkan larik pertama, ketiga, keempat, kelima, keenam dan ketujuh memilik

persamaan bunyi a.

Bait ke-4

peralihan kepemimpinan yang mendesak

bung karno diganti pak harto

dengan dalih keamanan negara

Rima yang sering muncul pada bait ke-4 yaitu /a/-/o/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rima patah. Larik kedua tidak memiliki persamaan bunyi, sedangkan larik

pertama dan ketiga memiliki persamaan bunyi a.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

88

Bait ke-5

pembantaian enam jenderal satu perwira

enam jam dalam satu malam

mati di lubang tak berguna

tak ada dalam perang mahabarata

bahkan di sejarah dunia

hanya di sejarah Indonesia

Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/a/-/a/-/a/-/ia/-/ia/. Pada bait

tersebut terdapat rima patah. Larik kelima dan keenam tidak memiliki persamaan

bunyi, sedangkan larik pertama sampai keempat memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-7

di tahun-tahun berikutnya

kudapati penembak misterius

tak ada salah apalagi benar

tak ada hukum negara

Rima yang sering muncul pada bait ke-7 yaitu a/-/u/-/a/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rima patah. Larik kedua tidak memiliki persamaan bunyi, sedangkan larik

pertama, ketiga dan keempat memiliki persamaan bunyi a

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

89

Bait ke-13

apalah daya uangpun tak ada

padi jadi rusak

panen gagal

hama berkeliaran seenaknya

Rima yang sering muncul pada bait ke-13 yaitu /a/-/a/-a/-/a/. Larik pertama

sampai ketiga memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-14

bagi keluarga kami

inilah musim paceklik

mencekik

Rima yang sering muncul pada bait ke-14 yaitu /i/-/i/-i/. Larik pertama sampai

ketiga memiliki persamaan bunyi i.

Bait ke-15

akulah sengkon yang sakit

berusaha mengenang setiap luka

di dada, di punggung, di kaki

di batuk yang berlapis tuberculosis

Rima yang sering muncul pada bait ke-15 yaitu /i/-/a/-/i/-/i/. Pada bait tersebut

terdapat rima patah. Larik kedua tidak memiliki persamaan bunyi, sedangkan larik

pertama, ketiga dan keempat memiliki persamaan bunyi i.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

90

a. Bentuk Intern Pola Bunyi Aliterasi di Awal Kata

Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Terengah-Engah dalam

Tabung dan Selang” adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik keempat; /d/ pada kata

dari dan ditanam

Bait ke-2

kesederhanaan panutan hidup

dapat untung

dilipat dan ditabung

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /d/ pada kata

dilipat dan ditabung.

Bait ke-9

banyak orang jadi rampok

pencopet, penipu, penjudi

pesugihan, pelihara tuyul, ngepet

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

91

saling bunuh

atas dasar kebutuhan untuk makan

mencari suaka di tanah sendiri

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kata pada larik kedua;

/p/ pada kata pencopet, penipu, penjudi dan aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /p/

pada kata pesugihan dan pelihara.

b. Bentuk Intern Pola Bunyi Asonansi di Akhir Kata

Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Terengah-Engah

dalam Tabung dan Selang” adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata

petani dan bojongsari.

Bait ke-3

peralihan kepemimpinan yang mendesak

bung karno diganti pak harto

dengan dalih keamanan negara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

92

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kedua; /o/ pada kata

karno dan harto.

Bait ke-5

pembantaian enam jenderal satu perwira

enam jam dalam satu malam

mati di lubang tak berguna

tak ada dalam perang mahabarata

bahkan di sejarah dunia

hanya di sejarah Indonesia

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /i/ pada kata

mati dan di, asonansi di akhir kata pada larik keempat; /a/ pada kata ada dan

mahabarata, asonansi di akhir kata pada larik keenam; /a/ pada kata hanya dan

Indonesia.

Bait ke-11

pemerintah dan rakyat

seperti air dan api

saling memusnahkan meski berdampingan

berdampak bagi petani!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

93

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata

seperti dan api, asonansi di akhir kata pada larik keempat; /i/ pada kata bagi dan

petani

Bait ke-13

apalah daya uangpun tak ada

padi jadi rusak

panen gagal

hama berkeliaran seenaknya

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada kata

daya dan ada, dan asonansi di akhir kata pada larik keempat; /a/ pada kata hama dan

seenaknya.

Bait ke-14

bagi keluarga kami

inilah musim paceklik

mencekik

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata

bagi dan kami.

c. Pengulangan Kata/Ungkapan

Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan

Selang” adalah sebagai berikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

94

Bait ke-10

kemana pemerintah?

sibuk membangun

Bait ke-11

pemerintah dan rakyat

seperti air dan api

saling memusnahkan meski berdampingan

berdampak bagi petani

Pada kedua bait di atas terdapat pengulangan kata pemerintah dalam bait ke-10

larik pertama dengan bait ke-11 larik pertama.

2) Ritma

Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/

lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk

keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).

aku seorang petani bojongsari/

menghidupi mimpi/

dari padi yang ditanam sendiri/

kesederhanaan panutan hidup/

dapat untung/

dilipat dan ditabung/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

95

1974 tanah air yang kucinta/

berumur dua puluh sembilan tahun/

waktu yang mud/a bagi berdirinya sebuah negara/

lambang garuda/

dasarnya pancasila/

undang-undang empat lima/

merajut banyak peristiwa/

peralihan kepemimpinan yang mendesak/

bung karno/ diganti pak harto

dengan dalih keamanan negara/

pembantaian enam jenderal satu perwira/

enam jam dalam satu malam/

mati di lubang tak berguna/

tak ada dalam perang mahabarata/

bahkan di sejarah dunia/

hanya di sejarah Indonesia/

pemusnahan golongan kiri/

PKI wajib mati/

pemimpin otoriter/

REPELITA/

rencana pembangunan lima tahun/

bisa jadi/

rencana pembantaian lima tahun/

di tahun-tahun berikutnya/

kudapati/ penembak misterius/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

96

tak ada salah/ apalagi benar/

tak ada hukum negara /

pembantaian dimana mana/

diburu sampai got dor/

di mulut dor/

di kepala/

diikat tali/

dikafani karung/

penguasa punya tahta/

yang tidak ada/

bisa diada-ada /

banyak orang jadi rampok/

pencopet/ penipu/ penjudi

pesugihan/ pelihara tuyul/ ngepet

saling bunuh/

atas dasar kebutuhan/ untuk makan/

mencari suaka di tanah sendiri/

kemana pemerintah?/

sibuk membangun/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

97

pemerintah dan rakyat/

seperti air dan api/

saling memusnahkan/ meski berdampingan/

berdampak bagi petani! /

1971 benih mulai dikomersialkan/

pupuk dan obat hama/ harganya tak sembarang/

iuran ulu-ulu dengan/ dalih perbaikan irigasi/

teknologi ikut-ikutan membebani/

kesulitan benih bagus /

apalah daya uangpun tak ada/

padi jadi rusak/

panen gagal/

hama berkeliaran seenaknya/

bagi keluarga kami/

inilah musim paceklik/

mencekik/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

98

akulah sengkon/ yang sakit/

berusaha mengenang setiap luka/

di dada/ di punggung/ di kaki/

di batuk yang berlapis tuberculosis/

4.2.1.6 Tata Wajah (Tipografi)

Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang

penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun

periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak

bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan

dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak

berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan

eksistensif sebuah puisi.

Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Terengah-Engah dalam Tabung dan

Selang” berbentuk bait-bait. Pada setiap bait memiliki jumlah larik yang berbeda-

beda dan larik dalam satu bait saling berkesinambungan. Bait dalam puisi memiliki

fokus pembahasan yang berbeda-beda. Pada bait ke-1 mengungkapkan tentang

kehidupan petani, bait ke-2 mengungkapkan tentang kesederhanaan dalam menjalani

kehidupan, bait ke-3 mengungkapkan tentang berdirinya sebuah negara, bait ke-4

mengungkapkan tentang pergantian kepemimpinan, bait ke-5 mengungkapkan

tentang peristiwa sejarah Indonesia yang telah terjadi, bait ke-6 mengungkapkan

tentang pembangunan kembali, bait ke-7 mengungkapkan tentang penderitaan, bait

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

99

ke-8 mengungkapkan tentang pembantaian, bait ke-9 mengungkapkan tentang

penyimpangan dalam berkehidupan, bait ke-10 mengungkapkan tentang kesibukan,

bait ke-11 mengungkapkan tentang penderitaan, bait ke-12 mengungkapkan tentang

penderitaan, bait ke-13 mengungkapkan tentang kemiskinan, bait ke-14

mengungkapkan tentang kekurangan dalam ekonomi, bait ke-15 mengungkapkan

tentang luka dan penderitaan.

Penyairan di mulai dari tepi kiri halaman sampai pertengahan halaman dan

dilanjutkan pada baris berikutnya. Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri

dari empat kata, larik kedua terdiri dari dua kata, dan larik ketiga terdiri lima kata.

Bait ke-2 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri

dari dua kata, dan larik ketiga terdiri tiga kata. Bait ke-3 terdiri dari tujuh larik; larik

pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri

tujuh kata, larik keempat terdiri dari dua kata, larik kelima terdiri dari dua kata, larik

keenam terdiri dari tiga kata, larik ketujuhBait ke-4 terdiri dari tiga larik; larik

pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri

tujuh kata, larik keempat terdiri dari dua kata, larik kelima terdiri dari dua kata, larik

keenam terdiri dari tiga kata, larik ketujuh terdiri dari tiga kata. Bait ke-4 terdiri dari

tiga larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari lima kata, dan

larik ketiga terdiri empat kata. Bait ke-5 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri

dari lima kata, larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri lima kata, larik

keempat terdiri dari lima kata, larik kelima terdiri dari lima kata, larik keenam terdiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

100

dari empat kata, larik. Bait ke-6 terdiri dari tujuh larik; larik pertama terdiri dari tiga

kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dua kata, larik keempat

terdiri dari satu kata, larik kelima terdiri dari lima kata, larik keenam terdiri dari dua

kata, lari, larik ketujuh terdiri dari lima kata.

Bait ke-7 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua

terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri lima kata, larik keempat terdiri dari lima kata.

Bait ke-8 terdiri dari sembilan larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua

terdiri dari empat kata, larik ketiga terdiri tiga kata, larik keempat terdiri dari dua

kata, larik kelima terdiri dari dua kata, larik keenam terdiri dari dua kata, lari, larik

ketujuh terdiri dari tiga kata, larik kedelapan terdiri dari tiga kata, larik kesembilan

terdiri dari dua kata. Bait ke-9 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri dari empat

kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri empat kata, larik keempat

terdiri dari dua kata, larik kelima terdiri dari lima kata, larik keenam terdiri dari

empat kata. Bait ke-10 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari dua kata, larik

kedua terdiri dari dua kata. Bait ke-11 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri

dari tiga kata, larik kedua terdiri dari empat kata, larik ketiga terdiri empat kata, larik

keempat terdiri dari lima kata, larik kelima terdiri dari tiga kata. Bait ke-12 terdiri

dari lima larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari tujuh

kata, larik ketiga terdiri enam kata, larik keempat terdiri dari tiga kata, larik kelima

terdiri dari tiga kata. Bait ke-13 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari lima

kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dua kata, larik keempat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

101

terdiri dari tiga kata. Bait ke-14 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari tiga

kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri satu kata. Bait ke-15 terdiri

dari empat larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari empat

kata, larik ketiga terdiri enam kata, larik keempat terdiri dari lima kata.

4.2.2 Struktur Batin

Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak

dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur

struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi

tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat

(Waluyo, 1991: 102).

4.2.2. Tema

Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau

subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu

begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama

pengucapannya.

Puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang” mengandung tema khusus

yaknik kritik sosial. Melalui puisi ini, penulis memaparkan pertentangan antara dua

hal yang sangat berlawanan antara pemerintah dan rakyat. Hal tersebut ditunjukkan

seperti kata rampok, pencopet, penipu, penjudi, pesugihan, pelihara tuyul, ngepet,

saling bunuh atas dasar kebutuhan untuk makan mencari suaka di tanah sendiri. Di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

102

samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah unsur-unsur yang terdapat pada

struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, serta

tipografi merupakan unsur-unsur yang memperkuat tema kritik sosial.

4.2.2.2 Perasaan

Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah

perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan

perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,

rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.

Dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”, penulis

mengungkapkan rasa kemarahan. Kemarahan itu tampak dari penggalan-penggalan

puisi yang bercerita pemerintah yang sibuk membangun tanpa melihat rakyatnya

sengsara. Berikut kutipan puisi tersebut.

(10) kemana pemerintah?

sibuk membangun

(11) pemerintah dan rakyat

seperti air dan api

saling memusnahkan meski berdampingan

berdampak bagi petani!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

103

4.2.2.3 Nada dan Suasana

Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana

adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis

yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling

berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya

(Waluyo, 1991: 125).

Dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang” bernada marah. Ini

dalam puisi tersebut menceritakan kesalahan-kesalahan (banyak orang jadi rampok,

pencopet, penipu, penjudi, pesugihan, pelihara tuyul, ngepet saling bunuh atas dasar

kebutuhan untuk makan mencari suaka di tanah sendiri) yang dilakukan pemerintah

kepada rakyatnya. Bertolak dari hal itu, suasana kekesalan serta marah dapat

ditimbulkan dari pembaca setelah memahami puisi tersebut.

4.2.2.4 Amanat

Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang

hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak

disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat

manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak

secara obyektif, namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.

Amanat dari puisi ini yaitu kita sebagai rakyat yang harus saling

bertanggungjawab dalam melakukan apapun. Jangan sampai kita dibodohi (penguasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

104

punya tahta yang tidak ada bisa diada-ada) oleh pemerintah yang nantinya memecah

belah kita sebagai manusia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

105

4.3 Puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”

Puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” secara khusus menceritakan

ketidakadilan itu hanya menambah luka. Puisi ini terdiri atas empat bait. Berikut

dijelaskan puisi tersebut secara lengkap.

Gambar 4.3

Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Hari Pertama di

Tahun yang Lama”

Seperti

bunga mekar

KRITIK

SOSIAL

Pilihan

Kata

Kata

Konkret

Kiasan

(Gaya

Bahasa)

Pengimajian

Suasana

Kekesalan Kemaraha

n

Menambah

luka

Bunga

mekar

tawon

Perasaan Penglihata

n

Luka

Berilmu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

106

(1) Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

(2) tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

(3) keadilan bukan untuk diperdebatkan

keadilan mesti keluar dari dalam hati

untuk menghargai diri

(4) bukan dijadikan pasal yang rumit dan

berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

4.3.1 Struktur Fisik

Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik

puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun

struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan

kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa

figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

107

4.3.1.1 Diksi (Pilihan Kata)

Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih

kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi

bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan

kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata

yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya

magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Hari Pertama di Tahun

Yang Lama”.

Bait pertama, pilihan kata /semuaa orang berilmu datang kerumah/ digunakan

penyair untuk menunjukkan orang-orang yang mempunyai intelektual. Pilihan kata

/rumah seperti bunga mekar/ digunakan penyair untuk menunjukkan sesuatu yang

sedang berkembang. Pilihan kata /tawon/ digunakan penyair untuk menunjukkan

sebuah serangan. Bait kedua, pilihan kata /hanya menambah luka/ digunakan penyair

untuk menunjukkan sesuatu masalah. Bait ketiga, pilihan kata /keadilan mesti keluar

dari dalam hati/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebuah pengungkapan

seseorang tentang keadilan. Bait keempat, pilihan kata /pasal yang rumit dan

berbelit-belit/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebuah ketidakpastian. Pilihan

kata /para ahli hukum/ digunakan penyair untuk menunjukkan seseorang yang

banyak dianggap sebagai sumber terpercaya. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari

puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah pilihan kata atau diksi yang sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

108

menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan melalui

adanya kata-kata rumah seperti bunga mekar, tawon, hanya menambah luka.

4.3.1.2 Pengimajian

Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan

kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian

adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa

yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat

dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

1) Imaji Visual

Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika

penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah

melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).

Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

109

Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata rumah

seperti bunga mekar dan diburu tawon. Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan melihat kesalahan-kesalahan yang dilakukan pemerintah kepada

rakyat.

2) Imaji Taktil

Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,

atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati

seolah-olah merasakan sentuhan perasaan (Waluyo, 1991: 79).

Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata luka.

Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan merasakan luka. Hal-

hal yang menarik dan menonjol dari puisi“Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah

kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan atau

merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui adanya imaji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

110

visual yang digambarkan dengan rumah seperti bunga mekar, diburu tawon dan imaji

taktil digambarkan dengan luka.

4.3.1.3 Kata Konkret

Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus

diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang

menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata

konkret yang terdapat dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah

sebagai berikut.

Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

Untuk mengkonkretkan seseorang yang mempunyai intelektual yang tinggi,

penyair menggunakan kata orang, rumah, bunga, tawon. Untuk mengkonkretkan

suatu perkembangan yang telah terjadi antara pemerintah dan rakyatnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

111

Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka.

Untuk mengkonkretkan sebuah kesedihan, penyair mengunakan kata hanya

menambah luka.

Bait ke-3

keadilan bukan untuk diperdebatkan

keadilan mesti keluar dari dalam hati

untuk menghargai diri

Untuk mengkonkretkan sebuah pengungkapan seseorang tentang keadilan,

penyair menggunakan kata keadilan mesti keluar dari dalam hati.

Bait ke-4

bukan dijadikan pasal yang rumit dan berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

Untuk mengkonkretkan sebuah peraturan undang-undang yang dibuat

membingungkan, penyair menggunakan kata bukan dijadikan pasal yang rumit dan

berbelit-belit. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Hari Pertama di Tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

112

yang Lama” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat,

mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan

melalui kata-kata orang, rumah, bunga, tawon, luka.

4.3.1.4 Bahasa Figuratif (Majas)

Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan

penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak

langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca

harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang

konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari metafora, simile,

personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi. Sedangkan perlambangan terdiri dari

lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana.

1) Kiasan (Gaya Bahasa)

Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih

luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut

gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan

efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:

84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Pengakuan Gunel” dapat memperindah puisi

itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi lebih

hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

113

a. Simile

Menurut Keraf (1981:123) perumpamaan atau simile adalah perbandingan yang

bersifat ekplisit. Perbandingan eksplisit adalah bahwa tidak langsung menyatakan

sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu memerlukan upaya secara ekplisit

menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata seperti, sama, sebagai, laksana dan

sebagaianya. Berikut adalah simile dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”.

Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

Pada bait diatas, terdapat simile yang ditunjukkan dengan kata seperti. Pada kata

seperti menjelaskan suatu proses yang telah terjadi. Hal-hal yang menarik dan

menonjol dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah beberapa gaya

bahasa yang dapat memperindah bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini

digambarkan melalui gaya bahasa simile gaya seperti kata seperti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

114

b. Metafora

Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak

disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Hari Pertama di

Tahun yang Lama”.

Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata-kata rumah

seperti bunga mekar. Pada kata rumah seperti bunga mekar diartikan sebagai

seseorang yang memiliki atau mempunyai ilmu pengetahuan atau kepandaian.

Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

115

hanya menambah luka

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata-kata

menambah luka. Pada kata menambah luka diartikan sebagai seseorang yang

tersakiti. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang

Lama” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah bait dan juga makna

dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa metafora gaya seperti

rumah seperti bunga mekar dan menambah luka.

2) Perlambangan

Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk

memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,

sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang

dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih

mudah dibayangkan oleh pembaca.

a. Lambang Benda

Lambang benda digunakan penyair untuk menggantikan sesuatu yang ingin

diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai

lambang persatuan Indonesia (Waluyo, 1991: 88).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

116

Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

Pada bait diatas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata rumah,

bunga dan tawon. Kata tersebut digunakan penyair untuk Untuk melambangkan

perkembangan dan peperangan.

b. Lambang Suasana

Lambang suasana dapat dilambangkan dengan suasana lain yang lebih konkret.

Lambang suasana biasanya dilukiskan dalam kalimat atau alinea dengan demikian

yang diwakili adalah suatu suasana dan bukan hanya peristiwa sepintas (Waluyo,

1991: 89).

Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

117

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

Pada bait diatas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata luka.

Kata tersebut digunakan penyair untuk Untuk melambangkan kesedihan. Hal-hal

yang menarik dan menonjol dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah

beberapa lambang yang dapat memperkuat makna dengan jelas. Ini digambarkan

melalui adanya lambang benda seperti rumah, bunga dan tawon, dan lambang

suasana seperti luka.

4.3.1.5 Versifikasi

Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan

persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat

dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika

menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan

ritme sebagai berikut.

1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau

orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk

mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara

ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:

90). Berikut adalah rima dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

118

Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

Rima yang sering muncul bait ke-2 yaitu /u/-/u/-/a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rima berangkai. Larik pertama sampai kelima berbunyi a-a-b-b-b.

Bait ke-3

keadilan bukan untuk diperdebatkan

keadilan mesti keluar dari dalam hati

untuk menghargai diri

Rima yang sering muncul bait ke-3 yaitu /a/-/i/-/i/. Pada bait tersebut terdapat

rima patah. Larik pertama sampai ketiga memiliki persamaan bunyi a-b.

Bait ke-4

bukan dijadikan pasal yang rumit dan berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

Rima yang sering muncul bait ke-4 yaitu /i/-/u/. Pada bait tersebut terdapat rimah

patah. Larik pertama sampai ketiga memiliki persamaan bunyi a-b.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

119

a. Bentuk Intern Pola Bunyi Aliterasi di Awal Kata

Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Hari Pertama di Tahun

yang Lama” adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

Pada bait diatas terdapat aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /m/ pada kata

majalah dan memuat.

Bait ke-3

keadilan bukan untuk diperdebatkan

keadilan mesti keluar dari dalam hati

untuk menghargai diri

Pada bait diatas terdapat Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /k/ pada kata

keadilan dan keluar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

120

b. Bentuk Intern Pola Bunyi Asonansi di Akhir Kata

Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Hari Pertama di

Tahun yang Lama” adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /a/ pada kata

berita dan negara.

Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

121

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/ pada kata

hanya dan luka.

Bait ke-3

keadilan bukan untuk diperdebatkan

keadilan mesti keluar dari dalam hati

untuk menghargai diri

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata

mesti, dari dan hati, asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /i/ pada kata

menghargai dan diri.

Bait ke-4

bukan dijadikan pasal yang rumit dan berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

Pada bait di atas terdapat Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata

dimengerti dan ahli.

c. Pengulangan Kata/Ungkapan

Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”

adalah sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

122

Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

Bait ke-4

bukan dijadikan pasal yang rumit dan berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

Pada kedua bait di atas terdapat pengulangan pengulangan kata hanya, pada bait

ke-2 larik kelima dan bait ke-4 larik kedua.

2) Ritma

Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/

lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk

keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).

semua orang merongrong/

uang dikedepankan/ sebagai gugatan/

nyatanya ditolak/ tak menghasilkan kemenangan/

keadilan/ sekali lagi berujung pada uang/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

123

UUD: ujung-ujungnya duit/

majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia/

apalah artinya berita/

jika tak mengubah apa-apa /

berita/

hanya menguntungkan penerbitnya/

4.3.1.6 Tata Wajah (Tipografi)

Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang

penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun

periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak

bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan

dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak

berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan

eksistensif sebuah puisi.

Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Hari Pertama di Tahun yang Lama”

berbentuk bait-bait. Pada setiap bait memiliki jumalah larik yang berbeda-beda dan

larik dalam setiap bait saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengadu gugatan, pada bait

ke-2 mengungkapkan hukum bisa dibeli dengan uang, bait ke-3 mengungkapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

124

tentang berita yang tidak benar, beait ke-4 mengungkapkan tentang mencari

keuntungan.

Puisi tersebut terdiri dari empat bait dan tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada

yang terdiri lima, empat, tiga, dua dan satu. Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri

halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris berikutnya. Bait ke-

1 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri dari satu kata, larik kedua terdiri dari

tiga kata, larik ketiga terdiri dari enam kata, larik keempat terdiri dari enam kata,

larik kelima terdiri dari empat kata, larik keenam terdiri dari dua kata. Bait ke-2

terdiri dari lima larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri dari tiga

kata, larik ketiga terdiri dari lima kata, larik keempat terdiri dari tiga kata, larik

kelima terdiri dari tiga kata. Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari

empat kata, larik kedua terdiri dari enam kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata. Bait

ke-1 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari tujuh kata, larik kedua terdiri dari

enam kata.

4.3.2. Struktur Batin

Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak dikemukakan

oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur struktur batin tidak

langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi tersebut. Struktur batin

puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat (Waluyo, 1991: 102).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

125

4.3.2.1 Tema

Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau

subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu

begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama

pengucapannya.

Puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” mengandung tema besar kehidupan

sosial. Secara khusus puisi tersebut bertemakan kritik sosial. Ketidakadilan yang

dimaksud ialah dalam mengatur undang-undang yang dibuat negara. Hukum adalah

memberikan keadilan kepada setiap orang. Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingga

akhir bait terdapat kata seperti orang, bunga mekar, diburu tawon, berbelit-belit. Di

samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah unsur-unsur yang terdapat pada

struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, serta

tipografi merupakan unsur-unsur yang memperkuat tema kehidupan sosial.

4.3.2.2 Perasaan

Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah

perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan

perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,

rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.

Dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”, penulis mengungkapkan

perasaan sedih disertai kemarahan. Penderitaan tersebut ditimbulkan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

126

ketidakdilan hukum di negeri ini. Hal ini dapat terlihat pada pengulangan bunyi pada

setiap akhir puisi. Berikut kutipan dari puisi tersebut.

(2) tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

(3) keadilan bukan untuk diperdebatkan

keadilan mesti keluar dari dalam hati

untuk menghargai diri

(4) bukan dijadikan pasal yang rumit dan berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

4.3.2.3 Nada dan Suasana

Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana

adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis

yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling

berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya

(Waluyo, 1991: 125).

Dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” bernada kekeasalan dan

kemarahan. Penyair mengingatkan pembaca untuk memahami kekesalan (hanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

127

menambah luka) terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan pemerintah terhadap

rakyat yang tertindas(semua orang berilmu datang ke rumah, rumah seperti bunga

mekar diburu tawon).

4.3.2.4 Amanat

Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang

hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan

penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat manusia dan

kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak secara obyektif,

namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.

Amanat dari puisi ini yaitu yaitu seluruh rakyat Indonesia berhak mendapat

keadilan tanpa terkecuali, tidak pandang bulu, entah itu pejabat, rakyat kecil, orang

atau miskin (tanya ini-itu, menyarankan ini-itu, padahal aku ingin damai sejahtera).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

128

4.4 Puisi “Mengadukan Gugatan”

Puisi “Mengadukan Gugatan” secara khusus menceritakan kritik sosial. Puisi ini

terdiri atas lima bait. Secara rinci mengenai struktur fisik dan struktur batin puisi

tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

Gambar 4.4

Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Mengadu

Gugagatan”

UUD

KRITIK

SOSIAL

Pilihan

Kata

Kata

Konkret

Gaya

Bahasa

Pengimajia

n

Suasana

Sedih Marah Berita

Perasaan

Ketololan dan

kegebologan Pendengaran

n

Penglihatan mengup

as

Merongronf

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

129

(1) semua orang merongrong

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan kemenangan

(2) keadilan sekali lagi berujung pada uang

UUD: ujung-ujungnya duit

(3) majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia

(4) apalah artinya berita

jika tak mengubah apa-apa

(5) berita

hanya menguntungkan penerbitnya

4.4.1 Struktur Fisik

Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik

puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun

struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah satu persatu, tetapi unsur-unsur itu

merupakan kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata

konkret, bahasa figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.

4.4.1.1 Diksi (Pilihan Kata)

Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih

kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi

bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan

kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

130

yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya

magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Mengadukan Gugatan”.

Bait pertama, pilihan kata /semua orang merongrong/ digunakan penyair untuk

menunjukkan orang yang saling menjatuhkan. Bait kedua, pilihan kata /UUD: ujung-

ujungnya duit/ digunakan penyair untuk menunjukkan semua membutuhkan uang.

Bait ketiga, pilihan kata /mengupas/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebuah

tindakan. Bait keempat, pilihan kata /apalah arti berita/ digunakan penyair untuk

menunjukkan pengungkapan. Bait kelima, pilihan kata /hanya menguntungkan

penerbitnya/ digunakan untuk sindiran terhadap penerbit. Hal-hal yang menarik dan

menonjol dari puisi “Mengaduka Gugatan” adalah pilihan kata atau diksi yang sudah

menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan melalui

adanya kata-kata semua orang merongrong, UUD: ujung-ujungnya duit.

4.4.1.2 Pengimajian

Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan

kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian

adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa

yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat

dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

131

1) Imaji Visual

Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika

penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah

melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).

Bait ke-1

semua orang merongrong

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan kemenangan

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata semua

orang merongrong. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan

melihat semua orang merongrong.

2) Imaji Auditif

Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair

menginginkan imaji pendengar, maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah

mendengarkan sesuatu (Waluyo, 1991: 78).

Bait ke-5

berita

hanya menguntungkan penerbitnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

132

Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata-kata berita.

Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat berita. Hal-

hal yang menarik dan menonjol dari puisi“Mengaduka Gugatan” adalah kata-kata

yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan atau merasakan

apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui adanya imaji visual yang

digambarkan dengan semua orang merongrong, imaji auditif digambarkan dengan

berita.

4.4.1.3 Kata Konkret

Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus

diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang

menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata

konkret yang terdapat dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”

adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

semua orang merongrong

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan kemenangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

133

Untuk mengkonretkan sebuah tindakan seseorang, penyair menggunakan kata

semua orang merongrong, uang. Sedangkan untuk mengkonkretkan sebuah tuntutan,

penyair menggunakan kata gugatan.

Bait ke-2

keadilan sekali lagi berujung pada uang

UUD: ujung-ujungnya duit

Untuk mengkonretkan sebuah keadilan yang didasari oleh uang, penyair

menggunakan UUD: ujung-ujungnya duit. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari

puisi “Mengadukan Gugatan” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-

olah melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini

digambarkan melalui kata-kata semua orang, uang, UUD: ujung-ujungnya duit.

4.4.1.4 Bahasa Figuratif (Majas)

Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan

penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak

langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca

harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang

konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari metafora, simile,

personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi. Sedangkan perlambangan terdiri dari

lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

134

1) Kiasan

Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih

luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut

gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan

efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:

84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Mengadukan Gugatan” dapat memperindah

puisi itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi

lebih hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.

a. Metafora

Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak

disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Mengadu

Gugatan”.

Bait ke-1

semua orang merongrong

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan kemenangan

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata semua orang

merongrong. Pada kata semua orang merongrong diartikan sebagai sesuatu tindakan

yang merugikan orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

135

Bait ke-3

majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata meledak

seindonesia. Pada kata meledak seindonesia diartikan sebagai suatu berita yang

sudah beredar dimana-mana. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi

“Mengadukan Gugatan” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah bait

dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa

metafora gaya seperti semua orang merongrong dan meledak seindonesia.

2) Perlambangan

Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk

memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,

sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang

dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih

mudah dibayangkan oleh pembaca.

a. Lambang Benda

Lambang benda digunakan penyair untuk menggantikan sesuatu yang ingin

diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai

lambang persatuan Indonesia (Waluyo, 1991: 88).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

136

Bait ke-2

keadilan sekali lagi berujung pada uang

UUD: ujung-ujungnya duit

Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata

uang dan duit. Untuk melambangkan suatu keadilan yang bisa dibeli. Hal-hal yang

menarik dan menonjol dari puisi “Mengadukan Gugatan” adalah beberapa lambang

yang dapat memperkuat makna dengan jelas. Ini digambarkan melalui adanya

lambang benda seperti uang dan duit.

4.4.1.5 Versifikasi

Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan

persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat

dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika

menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan

ritme sebagai berikut.

1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau

orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk

mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara

ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:

90). Berikut adalah rima dari puisi “Mengadukan Gugatan”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

137

Bait ke-1

semua orang merongrong

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan kemenangan

Rima yang sering muncul pada bait ke-1 yaitu /o/-/a/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rimah patah. Larik pertama sampai ketiga memiliki bunyi a-b-b.

Bait ke-2

keadilan sekali lagi berujung pada uang

UUD: ujung-ujungnya duit

Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /a/-/i/. Pada bait tersebut terdapat

rima patah. Larik pertama dan kedua memiliki bunyi a-b.

Bait ke-3

majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia

Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat

rima terus. Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-4

apalah artinya berita

jika tak mengubah apa-apa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

138

Rima yang sering muncul pada bait ke-4 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat

rima terus. Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-5

berita

hanya menguntungkan penerbitnya

Rima yang sering muncul pada bait ke-5 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat

rima terus. Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.

a. Bentuk Aliterasi Di Awal Kata

Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Mengadukan Gugatan”

adalah sebagai berikut.

Bait ke-3

majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ pada kata

majalah dan mengupas.

b. Bentuk Konsonan di Akhir Kata

Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Mengadukan

Gugatan” adalah sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

139

Bait ke-2

keadilan sekali lagi berujung pada uang

UUD: ujung-ujungnya duit

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata sekali

dan lagi.

Bait ke-3

majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ pada kata beritanya

dan seindonesia.

Bait ke-4

apalah artinya berita

jika tak mengubah apa-apa

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada kata artinya

dan berita.

Bait ke-5

berita

hanya menguntungkan penerbitnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

140

Pada bait di atas asonansi akhir kata pada larik kedua; /a/ pada kata hanya dan

penerbitnya.

c. Pengulangan Kata/Ungkapan

Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Mengadukan Gugatan” adalah

sebagai berikut.

Bait ke-4

apalah artinya berita

jika tak mengubah apa-apa

Bait ke-5

berita

hanya menguntungkan penerbitnya

Pada ketiga bait di atas terdapat pengulangan kata berita pada bait ke-4 larik

pertama dan bait ke-5 larik pertama.

2) Ritma

Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/

lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk

keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).

semua orang merongrong/

uang dikedepankan sebagai gugatan/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

141

nyatanya ditolak/ tak menghasilkan kemenangan/

keadilan sekali lagi/ berujung pada uang/

UUD: ujung-ujungnya duit/

majalah mengupas berita/ salah tangkap/

beritanya meledak seindonesia/

apalah artinya berita/

jika tak mengubah apa-apa/

berita/

hanya menguntungkan penerbitnya/

4.4.1.6 Tata Wajah (Tipografi)

Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang

penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun

periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula

dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman

yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi

tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah

puisi.

Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Mengadukan Gugatan” berbentuk bait-

bait. Pada setiap bait memiliki jumalah larik yang berbeda-beda dan larik dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

142

setiap bait saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan kemarahan manusia

terhadap gugatan-gugatan, pada bait ke-2 mengungkapkan keadilan berujung pada

uang, bait ke-3 mengungkapkan kemarahan terhadap berita-berita yang tidak benar,

bait ke-4 mengungkapkan berita tidak berguna, bait ke-5 mengungkapkan berita

hanya mencari keuntungan.

Puisi tersebut terdiri dari lima bait dan tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada

yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu. Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri

halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris berikutnya Bait ke-1

terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri dari

empat kata, larik ketiga terdiri dari limat kata. Bait ke-2 terdiri dari dua larik; larik

pertama terdiri dari enam kata, larik kedua terdiri dari tiga kata. Bait ke-3 terdiri

dari dua larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri dari tiga kata.

Bait ke-4 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua

terdiri dari empat kata. Bait ke-5 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari

satu kata, larik kedua terdiri dari tiga kata.

4.4.2 Struktur Batin

Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak

dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur

struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi

tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat

(Waluyo, 1991: 102).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

143

4.4.2.1 Tema

Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau

subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu

begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama

pengucapannya.

Puisi “Mengadukan Gugatan” mengandung tema yaknik kritik sosial. Melalui

puisi ini, penulis memaparkan bahwa bahwa keadilan berujung pada uang, sehingga

keadilan bisa dibeli dengan uang. Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingga akhir

bait terdapat kata seperti keadilan sekali lagi berujung pada uang, UUD: ujung-

ujungnya duit. Di samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah unsur-unsur

yang terdapat pada struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif,

versifikasi, serta tipografi merupakan unsur-unsur yang memperkuat tema kritik

sosial.

4.4.2.2 Perasaan

Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah

perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan

perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,

rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.

Dalam puisi “Mengadukan Gugatan”, penulis mengungkapkan rasa kecewa.

Kecewa itu terbukti dari puisi tersebut yang menjelaskan bagaimana uang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

144

dikedepankan sebagai gugatan. Uang adalah segalanya dalam keadilan. Berikut

kutipan dari puisi tersebut.

(1) semua orang merongrong

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan kemenangan

(2) keadilan sekali lagi berujung pada uang

UUD: ujung-ujungnya duit

4.4.2.3 Nada dan Suasana

Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana

adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis

yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling

berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya

(Waluyo, 1991: 125).

Dalam puisi “Mengadukan Gugatan” kesedihan dan kekecewaan yang berbaur

menjadi satu. Ini dalam puisi tersebut menceritakan penderitaan (uang dikedepankan

sebagai gugatan) dan kesedihan yang dirasakan orang-orang yang mengalami

ketidakadilan (keadilan sekali lagi berujung pada uang).

4.4.2.4 Amanat

Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang

hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

145

disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat

manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak

secara obyektif, namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.

Amanat dari puisi ini yaitu suatu keadilan bukanlah tempat untu menghasilkan

uang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

146

4.5 Puisi “Serupa Maskumambang”

Puisi “Serupa Maskumambang” secara khusus menceritakan kritik sosial dan

tema khususnya kesengsaraan. Puisi ini terdiri atas enam bait. Berikut dijelaskan

puisi tersebut secara lengkap.

Gambar 4.5

Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Serupa

Maskumambang”

Perasaan KRITIK

SOSIAL

Pilihan

Kata

Kata

Konkret

Gaya

Bahasa

Pengimajia

n

Suasana

Kesedihan Kemarahan

Dunia fana

dan abadi

Hewani

Ilahi

Pendengaran

n

Penglihatan Pupuh

Wejangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

147

(1) pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

(2) pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

(3) manusia memiliki akal dan budi

didampingi kodrat hewani

mencapai jalan ilahi

(4) inilah maskumambang yang melayang

menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana

dan abadi

(5) terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

menganga akibat ulah manusia

(6) manusia yang menjalankan cerita

tuhan yang menentukan akhirnya

4.5.1 Struktur Fisik

Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik

puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun

struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan

kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa

figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.

4.5.1.1 Diksi (Pilihan Kata)

Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih

kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

148

bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan

kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata

yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya

magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Serupa Maskumambang”.

Bait pertama, pilihan kata /pupuh/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebuah

banyaknya suku kata dalam bait. Pilihan kata /wejangan hidup/ digunakan penyair

untuk menunjukkan menjadi hidup yang lebih. Pilihan kata /suara sunyi menyendiri/

digunakan penyair untuk menunjukkan kehiduupan yang menyendiri. Bait kedua,

pilihan kata /kecapi membalut peri/ digunakan penyair untuk menunjukkan

kesedihan. Pilihan kata /suara genting/ digunakan penyair untuk menunjukkan

keadaan yang berbahaya. Bait ketiga, pilihan kata /kodrat hewani/ digunakan penyair

untuk menunjukkan kekuasaan yang diberikan Tuhan. Pilihan kata /jalan ilahi/

digunakan penyair untuk menunjukkan hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan. Bait

keempat, pilihan kata /maskumambang/ digunakan penyair untuk menunjukkan

sebuah kehidupan yang memprihatinkan. Pilihan kata /menembus dunia fana/

digunakan penyair untuk menunjukkan kehidupan yang hilang dan tidak kekal. Bait

kelima, pilihan kata /menganga/ digunakan penyair untuk menunjukkan keadaan

yang dilakukan oleh sifat manusia. Bait keenam, pilihan kata /Tuhan yang

menentukan akhirnya/ digunakan penyair unutk menunjukkan semua perilaku yang

dilakukan oleh manusia akan ditentukan oleh Tuhan. Hal-hal yang menarik dan

menonjol dari puisi “Serupa Maskumambang” adalah pilihan kata atau diksi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

149

sudah menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan

melalui adanya kata-kata wejangan hidup, kodrat hewani, jalan ilahi, menembus

dunia fana, Tuhan yang menentukan akhirnya.

4.5.1.2 Pengimajian

Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan

kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian

adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa

yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat

dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

1) Imaji Visual

Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika

penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah

melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).

Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata

kecapi. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat

kecapi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

150

Bait ke-5

terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

menganga akibat ulah manusia

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata

menganga akibat ulah manusia. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk

seakan-akan melihat ulah manusia.

2) Imaji Auditif

Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair

menginginkan imaji pendengar, maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah

mendengarkan sesuatu (Waluyo, 1991: 78).

Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata

kecapi dalam suara sunyi. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-

akan mendengar kecapi dalam suara sunyi.

Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

151

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata suara

genting Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan mendengar

suara genting.

3) Imaji Taktil

Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,

atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati

seolah-olah merasakan sentuhan perasaan (Waluyo, 1991:79).

Bait ke-1

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata nyeri.

Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan merasakan nyeri. Hal-

hal yang menarik dan menonjol dari puisi“Serupa Maskumambang” adalah kata-kata

yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan atau merasakan

apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui adanya imaji visual yang

digambarkan dengan kecapi, ulah manusia, imaji auditif digambarkan dengan suara

genting dan imaji taktil digambarkan dengan nyeri.

4.5.1.3 Kata Konkret

Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus

diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

152

menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81).

Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Untuk mengkonkretkan menghantarkan kehidupan yang lebih baik, penyair

menggunakan kata mengantarkan wejangan hidup, sedangkan untuk

mengkonkretkan suatu kehidupan yang mandiri, penyair menggunakan kata suara

sunyi menyendiri.

Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Untuk mengkonkretkan suatu luka dan kesedihan, penyair menggunakan kata

kecapi.

Bait ke-3

manusia memiliki akal dan budi

didampingi kodrat hewani

mencapai jalan ilahi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

153

Untuk mengkonkretkan makhluk yang berakal budi dan suatu hukum alam,

penyair menggunakan kata manusia dan hewani.

Bait ke-6

manusia yang menjalankan cerita

tuhan yang menentukan akhirnya

Untuk mengkonkretkan manusia harus berserah kepada Tuhan, karena Tuhanlah

Maha segala-Nya, penyair menggunakan kata Tuhan yang menentukan akhirnya.

Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Serupa Maskumambang” adalah kata-

kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan atau

merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui kata-kata

kecapi, manusia, hewani, Tuhan.

4.5.1.4 Bahasa Figuratif

Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan

penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak

langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca

harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang

konvensional maupun yang nonkonvensional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

154

1) Kiasan

Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih

luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut

gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan

efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:

84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Mengadukan Gugatan” dapat memperindah

puisi itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi

lebih hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.

a. Metafora

Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak

disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Mengadu

Gugatan”.

Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata kecapi dalam

suara sunyi menyendiri. Pada kata kecapi dalam suara sunyi menyendiri diartikan

sebagai sesuatu alat musik yang memberikan ketenangan dalam menyendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

155

Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata kecapi

membalut nyeri. Pada kata kecapi membalut nyeri diartikan sebagai sesuatu

kepedihan yang dirasakan manusia.

Bait ke-3

inilah maskumambang yang melayang

menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana dan abadi

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata menembus

dunia fana dan abadi. Pada kata menembus dunia fana dan abadi diartikan sebagai

tempat tinggal manusia yang masih hidup dan tidak kekal. Hal-hal yang menarik dan

menonjol dari puisi “Serupa Maskumambang” adalah beberapa gaya bahasa yang

dapat memperindah bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan

melalui gaya bahasa metafora gaya seperti kecapi membalut nyeri, menembus dunia

fana dan abadi.

2) Perlambangan

Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk

memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

156

sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang

dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih

mudah dibayangkan oleh pembaca.

a. Lambang Benda

Lambang benda digunakan penyair untuk menggantikan sesuatu yang ingin

diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai

lambang persatuan Indonesia (Waluyo, 1991: 88).

Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata

kecapi. Untuk melambangkan alat musik dalam kesendirian seseorang, penyair

menggunakan kata kecapi.

b. Lambang Suasana

Lambang suasana dapat dilambangkan dengan suasana lain yang lebih konkret.

Lambang suasana biasanya dilukiskan dalam kalimat atau alinea dengan demikian

yang diwakili adalah suatu suasana dan bukan hanya peristiwa sepintas (Waluyo,

1991: 89).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

157

Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Pada bait di atas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata-kata

sunyi menyendiri. Untuk melambangkan hening, penyair menggunakan kata sunyi.

Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Serupa Maskumambang” adalah

beberapa lambang yang dapat memperkuat makna dengan jelas apa itu pasukan mati.

Ini digambarkan melalui adanya lambang benda seperti kecapi, dan lambang suasana

seperti sunyi menyendiri

4.5.1.5 Versifikasi

Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan

persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat

dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika

menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan

ritme sebagai berikut.

1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau

orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk

mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

158

ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:

90). Berikut adalah rima dari puisi “Serupa Maskumambang”.

Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Rima yang sering muncul yaitu /u/-/i/. Pada bait tersebut terdapat rimah patah.

Larik pertama sampai ketiga memiliki bunyi a-b.

Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Rima yang sering muncul yaitu /i/-/i/. Pada bait tersebut terdapat rimah terus.

Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-3

manusia memiliki akal dan budi

didampingi kodrat hewani

mencapai jalan ilahi

Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /i/-/i/. Pada bait tersebut terdapat

rima terus. Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

159

Bait ke-4

inilah maskumambang yang melayang

menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana

dan abadi

Rima yang sering muncul pada bait ke-4 yaitu /a/-/i/-/a/-/i/. Pada bait tersebut

terdapat rimah patah. Larik pertama sampai keempat memiliki bunyi a-b-a-b.

Bait ke-5

terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

menganga akibat ulah manusia

Rima yang sering muncul pada bait ke-5 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat

rima terus. Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-6

manusia yang menjalankan cerita

tuhan yang menentukan akhirnya

Rima yang sering muncul pada bait ke-6 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat

rima terus. Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

160

a. Bentuk Aliterasi Di Awal Kata

Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Serupa Maskumambang”

adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedua; /s/ pada kata

suara dan sunyi.

Bait ke-3

manusia memiliki akal dan budi

didampingi kodrat hewani

mencapai jalan ilahi

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ pada kata

manusia dan memiliki.

Bait ke-4

inilah maskumambang yang melayang

menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana

dan abadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

161

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ pada kata

maskumambang dan melayang.

Bait ke-5

terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

menganga akibat ulah manusia

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedua; /m/ pada kata

menganga dan manusia.

Bait ke-6

manusia yang menjalankan cerita

tuhan yang menentukan akhirnya

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ pada kata

manusia dan menjalankan.

b. Bentuk Konsonan di Akhir Kata

Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Serupa

Maskumambang” adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

162

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata kecapi,

sunyi dan menyendiri.

Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata kecapi

dan nyeri.

Bait ke-3

manusia memiliki akal dan budi

didampingi kodrat hewani

mencapai jalan ilahi

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama /i/ pada kata memiliki

dan budi, asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata didampingi dan

hewani, asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /i/ pada kata mencapai dan ilahi.

Bait ke-5

terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

menganga akibat ulah manusia

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ dan /i/ pada kata

terluka, melukai, dilukai dan luka-luka, asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/

pada kata menganga dan manusia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

163

Bait ke-6

manusia yang menjalankan cerita

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada kata manusia

dan cerita.

c. Pengulangan Kata/Ungkapan

Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Serupa Maskumambang” adalah

sebagai berikut.

Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Pada ketiga bait di atas terdapat pengulangan kata pupuh pada bait ke-1 larik

pertama dan bait ke-2 larik pertama.

2) Ritma

Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/

lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk

keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

164

manusia memiliki akal dan budi/

didampingi kodrat/ hewani/

mencapai jalan ilahi/

inilah maskumambang/ yang melayang/

menyelinap ke dasar sanubari/

menembus dunia fana/

dan abadi/

terluka/ melukai/ dilukai/ dan luka-luka/

menganga akibat ulah manusia/

manusia yang menjalankan cerita/

tuhan yang menentukan akhirnya/

4.5.1.6 Tata Wajah (Tipografi)

Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang

penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

165

periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula

dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman

yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi

tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah

puisi.

Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Serupa Maskumambang” berbentuk

bait-bait. Pada setiap bait memiliki jumalah larik yang berbeda-beda dan larik dalam

setiap bait saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan kesunyiaan dan kesepian,

pada bait ke-2 mengungkapkan tentang kesedihan, bait ke-3 mengungkapkan

berserah kepada Tuhan, bait ke-4 mengungkapkan tentang kehidupan yang tidak

kekal, bait ke-5 mengungkapkan tentang kesedihan, bait ke-6 mengungkapkan

tentang manusia yang menjalankannya.

Puisi tersebut terdiri dari lima bait dan tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada

yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu. Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri

halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris berikutnya. Bait ke-

1 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari

lima kata. Bait ke-2 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik

kedua terdiri dari empat kata. Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri

dari lima kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata. Bait

ke-4 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri

dari empat kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik keempat terdiri dari dua kata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

166

Bait ke-5 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri

dari empat kata. Bait ke-6 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari empat kata,

larik kedua terdiri dari empat kata.

4.5.2 Struktur Batin

Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak

dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur

struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi

tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat

(Waluyo, 1991: 102).

4.5.2.1 Tema

Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau

subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu

begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama

pengucapannya.

Puisi “Serupa Maskumambang” mengandung tema yang sama yakni kritik sosial.

Kasus selalu terperangkap dalam gemerlapnya uang, hukum yang bisa terbeli dan lain

sebagainya sedang menjadi sorotan. Hal tersebut ditunjukkan seperti kata manusia,

hewani, sanubari, melukai, ulah manusia. Di samping itu, tema dapat dibuktikan

setelah menelaah unsur-unsur yang terdapat pada struktur fisik. Diksi, pengimajian,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

167

kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, serta tipografi merupakan unsur-unsur yang

memperkuat tema kritik sosial.

4.5.2.2 Perasaan

Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah

perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan

perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,

rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.

Dalam puisi “Serupa Maskumambang”, penulis mengungkapkan rasa

keprihatinan dan kesedihan dalam puisi tersebut, dengan bercerita tentang situasi

negara Indonesia pada saat ini.. Berikut kutipan dari puisi tersebut.

(5) inilah maskumambang yang melayang

menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana

dan abadi

(6) terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

menganga akibat ulah manusia

(7) manusia yang menjalankan cerita

tuhan yang menentukan akhirnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

168

4.5.2.3 Nada dan Suasana

Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana

adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis

yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling

berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya

(Waluyo, 1991: 125).

Dalam puisi “Serupa Maskumambang” bernada kemarahan. Penulis mengajak

pembaca untuk memahami kebenaran yang sesungguhnya terjadi di negara Indonesia

(terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka, menganga akibat ulah manusia). Bertolak

dari hal itu, suasana kekesalan dan kemarahan itu akan timbul dari pembaca setelah

memehami puisi tersebut.

4.5.2.4 Amanat

Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang

hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak

disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat

manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak

secara obyektif, namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.

Amanat dari puisi ini yaitu sebagai manusia yang bernegara kita harus orang

berguna dengan melakukan hal kejujuran. Sehingga orang-orang Indonesia tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

169

mudah di bodohin dengan uang dan ketidakadilan (manusia yang menjalankan cerita,

Tuhan yang menentukan akhirnya).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

170

4.6 Puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi”

Puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” secara khusus menceritakan kritik sosial.

Puisi ini terdiri atas sepuluh bait. Secara rinci mengenai struktur fisik dan struktur

batin puisi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

Gambar 4.6

Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Menginjak Kaki di

Jeruji Besi”

Kesedihan

Kepedihan

Serupa

Anjing

Sejadah

Dinding

kamar

Pendengaran

Penglihatan

Falsafah

Pakan

KRITIK

SOSIAL

Pilihan

Kata

Kata Konkret

Gaya Bahasa

Pengimajian

Suasana

Bodogol

Perasaan Falsafah

hidup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

171

1) siapa yang kuat, dia berkuasa

siapa yang dekat dengan aparat

memperoleh perlakuan istimewa

itulah falsafah hidup dalam penjara

2) orang-orang yang melanggar hukum

bagai sampah

sebagian yang lain dimanfaatkan

bahkan kalau bisa diuangkan

penjara untuk membuat jera

nyatanya alat pencari keuntungan semata

3) jam makan tiba

jam keluhan narapidana

makanan yang kami makan

didatangkan dari amerika

nyatanya di sana

pakan untuk hewan serupa anjing

4) sengkon karta sudah terbiasa

dengan gaplek, goreng gadung, kulit singkong

jantung cau bahkan bodogol nya kami makan

karena kami dilahirkan miskin

5) kami hitung setiap batang besi di kamar

kami hitung pergantian orang

menghitung perkiraan jarak dari sel ke rumah

6) ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil berkedip

membuat keluh-kesah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

172

7) yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

8) aku ingin terus berdoa

inilah satu-satunya senjata

mempertegas kejujuran dan kebohongan

9) menguak keadilan dan kecurangan

merobohkan dinding tuduhan di pengadilan

10) kami yakin

bahwa tukang angon dan majikan

sama rata di depan tuhan

4.6.1 Struktur Fisik

Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik

puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun

struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan

kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa

figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.

4.6.1.1 Diksi (Pilihan Kata)

Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih

kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi

bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan

kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata

yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

173

magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Menginjak Kaki di Jeruji

Besi”.

Bait pertama, ilihan kata /itulah falsafah hidup dalam penjara/ digunakan

penulis untuk menunjukkan keadaan seseorang hidup di dalam penjara. Bait kedua,

pilihan kata pilihan kata /bagai sampah/ digunakan penulis untuk menunjukkan

sesuatu yang hina. Pilihan kata /penjara untuk membuat jera/ digunakan penulis

untuk menunjukkan keadaan menyesal yang dirasakan. Bait ketiga, pilihan kata

/pakan untuk hewan serupa anjing/ digunakan penulis untuk menunjukkan sesuatu

makan yang hewan yang diberikan kepada manusia. Bait keempat, pilihan kata

/dengan gaplek, goreng gadung, kulit singkong/ digunakan penulis untuk

menunjukkan bahan makan yang berasal dari umbi-umbian. Pilihan kata /jantung cau

bahkan bodogol nya kami makan/ digunakan penulis untuk menunjukkan suatu

bagian dalam pohong pisang. Bait kelima, pilihan kata /kami hitung setiap batang

besi di kamar/ digunakan penulis untuk menunjukkan suatu kegelisahan yang akan

selalu dirasakan.

Bait keenam, pilihan kata /ada kerinduan yang menjerit/ digunakan penulis untuk

menunjukkan sesuatu kerinduan yang mendalam. Pilihan kata / ada berjuta-juta

bintang di luar jendela kecil/ digunakan penulis untuk menunjukkan keadaan di

malam hari dengan menatap ke langit. Bait ketujuh, pilihan kata /membuat keluh-

kesah/ digunakan penulis untuk menunjukkan suatu kegelisahan yang akan dirasakan.

Bait kedelapan, pilihan kata / aku ingin terus berdoa/ digunakan penulis untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

174

menunjukkan seseorang yang ingin selalu berserah diri kepada Tuhan. Bait

kesembilan, pilihan kata / merobohkan dinding tuduhan di pengadilan/ digunakan

penulis untuk menunjukkan keadaan menuntaskan ketidakadilan. Bait kesepuluh,

pilihan kata /bahwa tukang angon dan majikan/ digunakan penulis untuk

menunjukkan derajat manusia di dunia itu sama. Hal-hal yang menarik dan menonjol

dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah pilihan kata atau diksi yang sudah

menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan melalui

adanya kata-kata falsafah hidup, hewan serupa anjing, kerinduan yang menjerit,

keluh-kesah.

4.6.1.2 Pengimajian

Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan

kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian

adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa

yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat

dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

1) Imaji Visual

Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika

penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah

melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

175

Bait ke-3

jam makan tiba

jam keluhan narapidana

makanan yang kami makan

didatangkan dari amerika

nyatanya di sana

pakan untuk hewan serupa anjing

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata hewan

serupa anjing. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan

melihat seekor anjing.

Bait ke-4

sengkon karta sudah terbiasa

dengan gaplek, goreng gadung, kulit singkong

jantung cau bahkan bodogol nya kami makan

karena kami dilahirkan miskin

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata gaplek,

goreng gadung, kulit singkong dan bodogol. Penyair mengajak pembaca atau

pendengar untuk seakan-akan melihat gaplek, goreng gadung, kulit singkong dan

bodogol.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

176

Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil berkedip

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata anak-

anak dan berjuta-juta bintang. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk

seakan-akan melihat anak-anak dan berjuta-juta bintang.

Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata

dinding kamar, di wc, sajadah. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk

seakan-akan melihat dinding kamar, di wc, sajadah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

177

2) Imaji Taktil

Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,

atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati

seolah-olah merasakan sentuhan perasaan (Waluyo, 1991: 79).

Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil berkedip

Pada bait di atas, terdapat imaji taktil yang ditunjukkan dengan kata-kata ada

kerinduan yang menjerit. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-

akan mendengar merasakan ada kerinduan yang menjerit.

Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

178

Pada bait di atas, terdapat imaji taktil yang ditunjukkan dengan kata-kata keluh-

kesah. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan mendengar

merasakan keluh-kesah. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Menginjak

Kaki di Jeruji Besi” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah

melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini

digambarkan melalui adanya imaji visual yang digambarkan dengan anjing, gaplek,

goreng gadung, kulit singkong, bodogol, anak-anak dan berjuta-juta bintang, dinding

kamar, di wc, sajadah, imaji taktil digambarkan dengan kerinduan dan keluh-kesah.

4.6.1.3 Kata Konkret

Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus

diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang

menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata

konkret yang terdapat dalam puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah sebagai

berikut.

Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

179

ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil

berkedip

Untuk mengkonkretkan bahwa keinginan dan harapan yang ingin bertemu

dengan seseorang, penyair menggunakan kata anak-anal, berjuta-juta bintang,

jendela.

Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

Untuk mengkonkretkan kehidupan seseorang yang merasakan kepedihan dalam

melakukan hal tertentu., Penyair menggunakan kata dinding kamar, sajadah. Hal-hal

yang menarik dan menonjol dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah kata-

kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan atau

merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui kata-kata

anak-anak, bintang, jendela, dinding kamar, sajadah.

4.6.1.4 Bahasa Figuratif (Majas)

Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan

penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak

langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

180

harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang

konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari metafora, simile,

personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi. Sedangkan perlambangan terdiri dari

lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana.

1) Kiasan

Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih

luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut

gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan

efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:

84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Mengadukan Gugatan” dapat memperindah

puisi itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi

lebih hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.

a. Simile

Simile adalah kiasan yang tidak langsung, benda yang dikiaskan kedua duanya

ada bersama pengiasnya dan digunakan kata-kata seperti, laksana, bagaikan, bagai,

bak, dan sebagainya (Waluyo, 1991: 85). Berikut adalah simile dari lagu

“Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”

Bait ke-2

orang-orang yang melanggar hukum

bagai sampah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

181

sebagian yang lain dimanfaatkan

bahkan kalau bisa diuangkan

penjara untuk membuat jera

nyatanya alat pencari keuntungan semata

Bait ke-3

jam makan tiba

jam keluhan narapidana

makanan yang kami makan

didatangkan dari amerika

nyatanya di sana

pakan untuk hewan serupa anjing

Pada bait di atas, terdapat simile yang ditunjukkan dengan kata serupa. Pada kata

serupa untuk menyatakan nama dari seseorang. Hal-hal yang menarik dan menonjol

dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat

memperindah bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui

gaya bahasa simile seperti kata serupa.

b. Metafora

Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak

disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Menginjakkan

Kaki di Jeruji Besi”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

182

Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil

berkedip

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata ada kerinduan

yang menjerit dan berjuta-juta bintang. Pada kata ada kerinduan yang menjerit

diartikan sebagai keingingan dan harapan seseorang (akan bertemu). Pada kata

berjuta-juta bintang diartikan sebagai memancarkan cahaya dalam kehidupan. Hal-

hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah

beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah bait dan juga makna dibaliknya

denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa metafora gaya seperti ada

kerinduan yang menjerit dan berjuta-juta bintang.

2) Perlambangan

Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk

memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,

sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

183

dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih

mudah dibayangkan oleh pembaca.

a. Lambang Benda

Lambang benda digunakan penyair untuk menggantikan sesuatu yang ingin

diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai

lambang persatuan Indonesia (Waluyo, 1991: 88).

Bait ke-2

orang-orang yang melanggar hukum

bagai sampah

sebagian yang lain dimanfaatkan

bahkan kalau bisa diuangkan

penjara untuk membuat jera

nyatanya alat pencari keuntungan semata

Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata

sampah. Untuk melambangkan manusia yang melanggar hukum.

Bait ke-4

sengkon karta sudah terbiasa

dengan gaplek, goreng gadung, kulit singkong

jantung cau bahkan bodogol nya kami makan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

184

karena kami dilahirkan miskin

Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata

gaplek, goreng gadung, kulit singkong. Untuk melambangkan bahan makanan yang

berasal dari umbi-umbian.

Bait ke-5

kami hitung setiap batang besi di kamar

kami hitung pergantian orang

menghitung perkiraan jarak dari sel ke rumah

Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata

batang besi. Untuk melambangkan sel/penjara.

b. Lambang Suasana

Lambang benda digunakan penyair untuk menggantikan sesuatu yang ingin

diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai

lambang persatuan Indonesia (Waluyo, 1991: 88).

Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

185

ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil

berkedip

Pada bait di atas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata-kata

kerinduan. Untuk melambangkan manusia dalam keinginginannya untuk bertemu

dengan seseorang

Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

Pada bait di atas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata-kata

keluh-kesah. Untuk melambangkan kehidupan yang penuh kepedihan. Hal-hal yang

menarik dan menonjol dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah beberapa

lambang yang dapat memperkuat makna dengan jelas. Ini digambarkan melalui

adanya benda seperti sampah, gaplek, goreng gadung, kulit singkong, batang besi

dan lambang suasana seperti kerinduan, keluh-kesah.

4.6.1.5 Versifikasi

Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan

persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat

dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

186

menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan

ritme sebagai berikut.

1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau

orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk

mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara

ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:

90). Berikut adalah rima dari puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”.

Bait ke-1

siapa yang kuat, dia berkuasa

siapa yang dekat dengan aparat

memperoleh perlakuan istimewa

itulah falsafah hidup dalam penjara

Rima yang sering muncul pada bait ke-1 yaitu /o/-/a/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rimah terus. Larik pertama sampai terakhir memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-2

orang-orang yang melanggar hukum

bagai sampah

sebagian yang lain dimanfaatkan

bahkan kalau bisa diuangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

187

penjara untuk membuat jera

nyatanya alat pencari keuntungan semata

Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /u/-/a/-/a/-/a/-/a/-/a/. Pada bait

tersebut terdapat rima patah. Larik pertama dan kedua memiliki bunyi a-b.

Bait ke-3

jam makan tiba

jam keluhan narapidana

makanan yang kami makan

didatangkan dari amerika

nyatanya di sana

pakan untuk hewan serupa anjing

Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/a/-/a/-/a/-/a/-/i/. Pada bait

tersebut terdapat rima patah. Larik pertama sampai keenam memiliki memilik bunyi

a-b.

Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

188

Rima yang sering muncul pada bait ke-7 yaitu /a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rima terus. Larik pertama sampai akhir memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-8

aku ingin terus berdoa

inilah satu-satunya senjata

mempertegas kejujuran dan kebohongan

Rima yang sering muncul pada bait ke-8 yaitu /a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rima terus. Larik pertama sampai akhir memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-9

menguak keadilan dan kecurangan

merobohkan dinding tuduhan di pengadilan

Rima yang sering muncul pada bait ke-9 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat

rima terus. Larik pertama sampai akhir memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-10

kami yakin

bahwa tukang angon dan majikan

sama rata di depan tuhan

Rima yang sering muncul pada bait ke-10 yaitu /i/-/a/-/a/.Pada bait tersebut

terdapat rima patah. Larik pertama, kedua dan ketiga memiliki bunyi a-b.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

189

a. Bentuk Aliterasi Di Awal Kata

Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Menginjakkan Kaki di

Jeruji Besi” adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

siapa yang kuat, dia berkuasa

siapa yang dekat dengan aparat

memperoleh perlakuan istimewa

itulah falsafah hidup dalam penjara

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedua; /d/ pada kata

dekat dan dengan.

Bait ke-4

sengkon karta sudah terbiasa

dengan gaplek, goreng gadung, kulit singkong

jantung cau bahkan bodogol nya kami makan

karena kami dilahirkan miskin

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedua; /g/ pada kata

gaplek, goreng dan gadung, aliterasi di awal kata pada larik kedua; /k/ pada kata

karena dan kami.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

190

Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil berkedip

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik empat; /s/ pada kata

setiap dan sipir.

Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /k/ pada kata

keluh dan kesah.

Bait ke-8

aku ingin terus berdoa

inilah satu-satunya senjata

mempertegas kejujuran dan kebohongan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

191

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /k/ pada kata

kejujuran dan kebohongan.

Bait ke-9

menguak keadilan dan kecurangan

merobohkan dinding tuduhan di pengadilan

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /k/ pada kata

keadilan dan kecurangan .

b. Bentuk Konsonan di Akhir Kata

Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Menginjakkan

Kaki di Jeruji Besi” adalah sebagai berikut.

Bait ke-2

orang-orang yang melanggar hukum

bagai sampah

sebagian yang lain dimanfaatkan

bahkan kalau bisa diuangkan

penjara untuk membuat jera

nyatanya alat pencari keuntungan semata

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/ pada kata penjara

dan jera.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

192

Bait ke-5

kami hitung setiap batang besi di kamar

kami hitung pergantian orang

menghitung perkiraan jarak dari sel ke rumah

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata kami dan

besi.

Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil berkedip

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/ pada kata berjuta-

juta dan jendela.

Bait ke-10

kami yakin

bahwa tukang angon dan majikan

sama rata di depan tuhan

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /a/ pada kata sama dan rata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

193

2) Ritma

Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/

lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk

keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).

siapa yang kuat/ dia berkuasa/

siapa yang dekat/ dengan aparat/

memperoleh perlakuan istimewa/

itulah falsafah hidup/ dalam penjara/

orang-orang yang melanggar hukum/

bagai sampah/

sebagian yang lain dimanfaatkan/

bahkan/ kalau bisa diuangkan/

penjara untuk membuat jera/

nyatanya/ alat pencari keuntungan semata/

jam makan tiba/

jam keluhan narapidana/

makanan yang kami makan/

didatangkan dari amerika/

nyatanya di sana/

pakan untuk hewan/ serupa anjing/

sengkon karta sudah terbiasa/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

194

dengan gaplek/ goreng gadung/ kulit singkong/

jantung cau/ bahkan bodogol nya kami makan/

karena kami/ dilahirkan miskin/

kami hitung/ setiap batang besi di kamar/

kami hitung/ pergantian orang/

menghitung perkiraan jarak/ dari sel ke rumah/

ada kerinduan yang menjerit/

pada suara pintu tertutup/

ada bisikan anak-anak kami/

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang/ di luar jendela kecil berkedip/

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan/

di dinding kamar/ di wc/

bahkan sajadah/

aku ingin terus berdoa/

inilah/ satu-satunya senjata/

mempertegas kejujuran/ dan kebohongan/

menguak keadilan/ dan kecurangan/

merobohkan dinding/ tuduhan di pengadilan/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

195

kami yakin/

bahwa tukang angon/ dan majikan/

sama rata di depan tuhan/

4.6.1.6 Tata Wajah (Tipografi)

Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang

penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun

periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula

dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman

yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi

tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah

puisi.

Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”

berbentuk bait-bait. Pada setiap bait memiliki jumalah larik yang berbeda-beda dan

larik dalam setiap bait saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan ketidakadilan,

pada bait ke-2 mengungkapkan hukum berujung dengan uang, bait ke-3

mengungkapkan kemarahan terhadap hukum, bait ke-4 mengungkapkan kesedihan,

bait ke-5 mengungkapkan kesengsaraan berada di dalam penjara, bait ke-6

mengungkapkan kerinduan yang menyiksa, bait ke-7 mengungkapkan kegelisahan

yang dirasakan, bait ke-8 mengungkapkan kejujuran dan keadilan, bait ke-9

mengungkapkan keadaan menuntaskan ketidakadilan, ke-10 mengungkapkan derajat

manusia di duni itu sama. Puisi tersebut terdiri dari sepuluh bait dan tiap bait berisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

196

larik yang bervariasi, ada yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu. Penyairan lirik di

mulai dari tepi kiri halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris

berikutnya Bait ke-1 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik

kedua terdiri dari lima, larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik keempat terdiri lima

kata. Bait ke-2 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik

kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri dari dua kata, larik keempat terdiri

empat kata, larik kelima terdiri dari empat kata, larik keenam terdiri lima kata. Bait

ke-3 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri

dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari empat kata, larik keempat terdiri tiga kata, larik

kelima terdiri dari tiga kata, larik keenam terdiri lima kata. Bait ke-4 terdiri dari

empat larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari enam kata,

larik ketiga terdiri dari tujuh kata, larik keempat terdiri empat kata.

Bait ke-5 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari tujuh kata, larik kedua

terdiri dari empat kata, larik ketiga terdiri dari tujuh kata, larik. Bait ke-6 terdiri dari

lima larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari empat kata,

larik ketiga terdiri dari empat kata, larik keempat terdiri enam kata, larik kelima

terdiri dari delapan kata. Bait ke-7 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari

tiga kata, larik kedua terdiri dari tiga, larik ketiga terdiri dari empat kata, larik

keempat terdiri dua kata. Bait ke-8 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari

empat kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari empat kata. Bait

ke-9 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

197

dari lima kata. Bait ke-10 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari dua kata,

larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri dari lima kata.

4.6.2 Struktur Batin

Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak

dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur

struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi

tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat

(Waluyo, 1991: 102).

4.6.2.1 Tema

Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau

subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu

begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama

pengucapannya.

Puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” mengandung tema yang sama yakni

kritik sosial dan tema khususnya kesengsaraan. Bisa disebut kesengsaraan karena

dalam puisi tersebut banyak menjelaskan tentang bagaimana ketidakjelasan berbagai

hukum yang berkaitan dengan hukum dan juga lemahnya penerapan berbagai

peraturan. Hukum di negeri ini itu dapat di beli, yang akan menang adalah yang

memiliki jabatan kekuasaan. Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingg akhir bait

terdapat kata seperti berkuasa, dimanfaatkan, diuangkan, keluh-kesah, kecurangan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

198

merobohkan, tuduhan. Di samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah

unsur-unsur yang terdapat pada struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret,

bahasa figuratif, versifikasi, serta tipografi merupakan unsur-unsur yang memperkuat

tema kritik sosial.

4.6.2.2 Perasaan

Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah

perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan

perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,

rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.

Dalam puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”, penulis mengungkapkan rasa

kepedihan perasan itu terbukti dari puisi yang menjelaskan bagaimana ketidakadilan

dalam pemberian hukuman serta dibesarkannya kasus-kasus yang dibilang sepele

menjadi hal yang besar.

(1) siapa yang kuat, dia berkuasa

siapa yang dekat dengan aparat

memperoleh perlakuan istimewa

itulah falsafah hidup dalam penjara

(2) orang-orang yang melanggar hukum

bagai sampah

sebagian yang lain dimanfaatkan

bahkan kalau bisa diuangkan

penjara untuk membuat jera

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

199

nyatanya alat pencari keuntungan semata

4.6.2.3 Nada dan Suasana

Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana

adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis

yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling

berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya

(Waluyo, 1991: 125).

Dalam puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” bernada marah dan getir. Ini

karena dalam puisi tersebut menceritakan seseorang yang tidak mempunyai jabatan

atau kekuasan (siapa yang kuat, dia berkuasa siapa yang dekat dengan aparat

memperoleh perlakuan) akan kalah dengan orang yang mempunyai uang dan jabatan

yang tinggi (memperoleh perlakuan istimewa).

4.6.2.4 Amanat

Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang

hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak

disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat

manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak

secara obyektif, namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.

Amanat dari puisi ini yaitu suatu keadilan bukanlah tempat untu menghasilkan

uang. Maka dari itu, kita sebagai manusia tentunya harus pandai dalam melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 215: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

200

hal apapun (aku ingin terus berdoa inilah satu-satunya senjata mempertegas

kejujuran dan kebohongan) sehingga kita tidak mudah dibodohi oleh sesuatu yang

nantinya memecah bela sebagai manusia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 216: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

201

4.7 Puisi “Kesaksian Luka”

Puisi “Kesaksian Luka” secara khusus menceritakan kritik sosial dan tema

khususnya kesengsaraan. Puisi ini terdiri atas lima bait. Secara rinci mengenai

struktur fisik dan struktur batin puisi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

Gambar 4.7

Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Kesaksian Luka”

Kesedihan Kemarahan

diawali luka

yang berdarah

Catatan hitam

Pisau

Pendengaran

n

Penglihatan

Mata

luka Tubuh

indonesia

Perasaan KRITIK

SOSIAL

Pilihan Kata

Kata Konkret

Gaya Bahasa Pengimajian

Suasana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 217: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

202

1) reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

2) bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?

3) berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu

berawal dari ekonomikah?

pendidikankah?

hukum?

agama? atau para pejabat yang korup itu?

4) indonesia

membangun dirinya dari segala luka

tubuh indonesia tak terawat

namun tetap ditampilkan dengan semangat

5) berawal dari kata

kata yang diucapkan

dilakukan

inilah mata luka itu

untukmu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 218: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

203

4.7.1 Struktur Fisik

Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik

puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun

struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan

kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa

figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.

4.7.1.1 Diksi (Pilihan Kata)

Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih

kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi

bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan

kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata

yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya

magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Kesaksian Luka”.

Pada bait pertama, pilihan kata /reka adegan dari sejarah terpendam/ digunakan

penulis untuk menunjukkan sejarah yang tersembunyi. Pilihan kata /menjadi catata

hitam/ digunakan penulis untuk sebuah peristiwa yang kurang baik. Pada bait kedua,

pilihan kata /diawali luka yang berdarah/ digunakan penulis untuk sebuah peristiwa

yang mengalami penderitaan. Pada bait ketiga, Pilihan kata /berawal dari mana pisau

peristiwa/ digunakan penulis untuk sebuah peristiwa yang sangat menyakitkan. Pada

bait keempat, pilihan kata /membangun dirinya dari segala luka/ digunakan penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 219: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

204

untuk sebuah peristiwa membangun tetapi penuh penderitaan. Pilihan kata /tubuh

Indonesia tak terawat/ digunakan penulis untuk sebuah keadaan Indonesia yang tidak

terpelihara. Pada bait kelima, Pilihan kata /inilah mata luka itu/ digunakan penulis

untuk menunjuukkan betapa menderitanya negara Indonesia pada waktu itu. Hal-hal

yang menarik dan menonjol dari puisi “Kesaksian Luka” adalah pilihan kata atau

diksi yang sudah menggambarkan dengan jelas apa itu kesaksian luka. Ini

digambarkan melalui adanya kata-kata sejarah terpendam, catatan hitam, pisau

peristiwa.

4.7.1.2 Pengimajian

Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan

kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian

adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa

yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat

dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

1) Imaji Visual

Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika

penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah

melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 220: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

205

Bait ke-1

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata

catatan hitam. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan

melihat catatan hitam

2) Imaji Auditif

Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair

menginginkan imaji pendengar, maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah

mendengarkan sesuatu (Waluyo, 1991: 78).

Bait ke-5

berawal dari kata

kata yang diucapkan

dilakukan

inilah mata luka itu

untukmu

Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata-kata kata

yang diucapkan. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan

mendengarkan kata yang diucapkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 221: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

206

3) Imaji Taktil

Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,

atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati

seolah-olah merasakan sentuhan perasaan (Waluyo, 1991: 79).

Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?

Pada bait di atas, terdapat imaji taktil yang ditunjukkan dengan kata-kata luka

yang berdarah. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan

merasakan luka yang berdarah. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari

puisi“Kesaksian Luka” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah

melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini

digambarkan melalui adanya imaji visual yang digambarkan dengan catatan hitam,

imaji auditif digambarkan dengan kata yang diucapkan, dan imaji taktil digambarkan

dengan luka yang berdarah.

4.7.1.3 Kata Konkret

Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus

diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 222: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

207

menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81).

Bait ke-1

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

Untuk mengkonkretkan sebuah peristiwa yang kurang terbaik, penyair

mengggunakan kata catatan hitam

Bait ke-3

berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu

berawal dari ekonomikah?

pendidikankah?

hukum?

agama? atau para pejabat yang korup itu?

Untuk mengkonkretkan sebuah peristiwa yang dialami oleh rakyat, penyair

menggunakan kata pisau peristiwa

Bait ke-4

indonesia

membangun dirinya dari segala luka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 223: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

208

tubuh indonesia tak terawat

namun tetap ditampilkan dengan semangat

Untuk mengkonkretkan peristiwa di masa lalu yang penuh luka, Penyair

menggunakan kata tubuh indonesia. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi

“Kesaksian Luka” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah

melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini

digambarkan melalui kata-kata catatan hitam, pisau peristiwa, tubuh indonesia.

4.7.1.4 Bahasa Figuratif

Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan

penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak

langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca

harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang

konvensional maupun yang nonkonvensional.

1) Kiasan

Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih

luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut

gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan

efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:

84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Kesaksian Luka” dapat memperindah puisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 224: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

209

itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi lebih

hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.

a. Metafora

Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak

disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Kesaksian Luka”.

Bait ke-1

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata catatan hitam.

Pada kata catatan hitam diartikan sebagai sebuah peristiwa yang kurang baik.

Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata meledak

diawali luka yang berdarah. Pada kata diawali luka yang berdarah diartikan sebagai

suatu keadaan dimulai dari penuh penderitaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 225: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

210

Bait ke-3

berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu

berawal dari ekonomikah?

Pendidikankah?

Hukum?

Agama?

Atau para pejabat yang korup itu?

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata meledak

mengiris-ngiris kulitmu. Pada kata mengiris-ngiris kulitmu diartikan sebagai suatu

tindakan yang membuat seseorang terluka. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari

puisi “Kesaksian Luka” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah bait

dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa

metafora gaya seperti catatan hitam, diawali luka yang berdarah, mengiris-ngiris

kulitmu.

2) Perlambangan

Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk

memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,

sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 226: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

211

dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih

mudah dibayangkan oleh pembaca.

a. Lambang Warna

Lambang warna digunakan penyair untuk menggambarkan karakteristik watak

tertentu. Banyak puisi yang menggunakan lambang warna untuk mengungkapkan

perasaan penyair (Waluyo, 1991: 87).

Bait ke-1

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

Pada bait di atas terdapat lambang warna yang ditunjukkan dengan kata-kata

catatan hitam. Untuk melambangkan peristiwa yang kurang baik. Hal-hal yang

menarik dan menonjol dari puisi “Kesaksian Luka” adalah beberapa lambang yang

dapat memperkuat makna dengan jelas apa itu pasukan mati. Ini digambarkan melalui

adanya lambang warna seperti catatan hitam.

4.7.1.5 Versifikasi

Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan

persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat

dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 227: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

212

menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan

ritme sebagai berikut.

1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau

orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk

mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara

ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:

90). Berikut adalah rima dari puisi “Kesaksian Luka”.

Bait ke-1

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

Rima yang sering muncul pada bait ke-1 yaitu /a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rimah terus. Larik pertama sampai ketiga memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 228: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

213

Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /a/-/a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rima terus. Larik pertama sampai akhir memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-3

berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu

berawal dari ekonomikah?

pendidikankah?

hukum?

agama?

atau para pejabat yang korup itu?

Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/u/-/a/-/a/-/u/-/a/-/u/. Pada bait

tersebut terdapat rima bersilang. Larik pertama sampai akhir memiliki bunyi a-b-a-b.

Bait ke-4

indonesia

membangun dirinya dari segala luka

tubuh indonesia tak terawat

namun tetap ditampilkan dengan semangat

Rima yang sering muncul pada bait ke-4 yaitu /ia/-/a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rima terus. Larik pertama sampai keempat memiliki persamaan bunyi a.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 229: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

214

Bait ke-5

berawal dari kata

kata yang diucapkan

dilakukan

inilah mata luka itu

untukmu

Rima yang sering muncul pada bait ke-5 yaitu /a/-/a/-/a/-/u/-/u/. Pada bait tersebut

terdapat rima berangkai. Larik pertama sampai ketiga berbeda dengan larik keempat

dan kelima memiliki persamaan bunyi a-a-b-b.

a. Bentuk Aliterasi Di Awal Kata

Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Kesaksian Luka” adalah

sebagai berikut.

Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /t/ pada kata

tidak dan tunggal, aliterasi di awal kata pada larik kedua; /d/ pada kata di dan dunia.

Bait ke-3

berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 230: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

215

berawal dari ekonomikah?

pendidikankah?

hukum?

agama?

atau para pejabat yang korup itu?

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik ketujuh; /p/ pada kata

para dan pejabat.

Bait ke-4

indonesia

membangun dirinya dari segala luka

tubuh indonesia tak terawatt

namun tetap ditampilkan dengan semangat

Pada bait di atas terdapat Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /d/ pada kata

dirinya dan dari, aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /t/ pada kata tubuh dan

terawatt, aliterasi di awal kata pada larik keempat; /d/ pada kata ditampilkan dan

dengan.

Bait ke-5

berawal dari kata

kata yang diucapkan

dilakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 231: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

216

inilah mata luka itu

untukmu

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik keempat; /i/ pada kata

inilah dan itu.

b. Bentuk Konsonan di Akhir Kata

Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Kesaksian Luka”

adalah sebagai berikut.

Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ pada kata negara

dan dunia.

Bait ke-3

berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu

berawal dari ekonomikah?

pendidikankah?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 232: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

217

hukum?

agama?

atau para pejabat yang korup itu?

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada kata mana

dan peristiwa.

Bait ke-4

indonesia

membangun dirinya dari segala luka

tubuh indonesia tak terawat

namun tetap ditampilkan dengan semangat

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ pada kata segala

dan luka.

Bait ke-5

berawal dari kata

kata yang diucapkan

dilakukan

inilah mata luka itu

untukmu

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik keempat; /a/ pada kata mata

dan luka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 233: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

218

c. Pengulangan Kata/Ungkapan

Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Kesaksian Luka” adalah sebagai

berikut.

Bait ke-1

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?

Pada ketiga bait di atas terdapat pengulangan kata sejarah pada bait ke-1 larik

pertama dan bait ke-2 larik pertama.

2) Ritma

Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/

lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk

keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 234: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

219

reka adegan/ dari sejarah terpendam/

sejarah terlupakan/

menjadi catatan hitam/

bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?/

bukankah negara yang berdiri di dunia/

diawali luka/ yang berdarah/

sehabis peperangan?

berawal dari mana pisau peristiwa/

mengiris-ngiris kulitmu/

berawal dari ekonomikah?

pendidikankah?

hukum?

agama? atau para pejabat yang korup itu?

Indonesia/

membangun dirinya/ dari segala luka/

tubuh indonesia tak terawatt/

namun/ tetap ditampilkan dengan semangat/

berawal dari kata/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 235: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

220

kata yang diucapkan/

dilakukan/

inilah/ mata luka itu/

untukmu/

4.7.1.6 Tata Wajah (Tipografi)

Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang

penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun

periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula

dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman

yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi

tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah

puisi.

Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Kesaksian Luka” berbentuk bait-bait.

Pada setiap bait memiliki jumlah larik yang berbeda-beda dan larik dalam setiap bait

saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan peristiwa kelam yang terjadi di

Indonesia, pada bait ke-2 mengungkapkan penderitaan yang mendalam atas

peristiwa-peristiwa yang terjadi, bait ke-3 mengungkapkan tindakan yang melukai,

bait ke-4 mengungkapkan berita tidak berguna, bait ke-5 mengungkapkan penderitaan

yang di alami Indonesia pada waktu itu.. Puisi tersebut terdiri dari lima bait dan tiap

bait berisi larik yang bervariasi, ada yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu.

Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri halaman sampai pertengahan halaman dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 236: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

221

dilanjutkan pada baris berikutnya Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri

dari lima kata, larik kedua terdiri dari dua kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata. Bait

ke-2 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri

dari enam kata, larik ketiga terdiri dari empat kata, larik keempat terdiri dari dua

kata. Bait ke-3 terdiri dari tujuh larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua

terdiri dari dua kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik keempat terdiri dari satu

kata, larik kelima terdiri dari satu kata, larik keenam terdiri dari satu kata, larik

ketujuh terdiri dari enam kata. Bait ke-4 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri

dari satu kata, larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri dari empat kata,

larik keempat terdiri dari lima kata. Bait ke-5 terdiri dari lima larik; larik pertama

terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari satu

kata, larik keempat terdiri dari empat kata, larik kelima terdiri dari satu kata.

4.7.2 Struktu Batin

Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak

dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur

struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi

tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat

(Waluyo, 1991: 102).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 237: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

222

4.7.2.1 Tema

Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau

subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu

begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama

pengucapannya.

Puisi “Kesaksian Luka” mengandung tema besar kritik sosial dan tema

khususnya kesaksian. Melalui puisi ini, penulis ingin memaparkan peristiwa sejarah

Indonesia yang terpendam akan luka-luka sehabis peperangan. Hal tersebut

ditunjukkan pada awal bait hingga akhir bait menggambarkan kesaksian manusia.

Kesaksian tersebut dapat terlihat dari kata, catata hitam, luka, pisau peristiwa. Di

samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah unsur-unsur yang terdapat pada

struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, serta

tipografi merupakan unsur-unsur yang memperkuat tema kritik sosial.

4.7.2.2 Perasaan

Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah

perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan

perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,

rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.

Dalam puisi “Kesaksian Luka”, penulis mengungkapkan rasa penderitaan dan

kepedihan. Penderitaan dan kepedihan itu tampak dari penggalan-penggalan puisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 238: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

223

menjelaskan bagaimana negara Indonesia membangun dirinya dari segala luka.

Sehingga Indonesia menjadi menjadi negara yang dijajah oleh negara lain. Berikut

kutipan dari lirik lagu tersebut.

3) berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu

berawal dari ekonomikah?

pendidikankah?

hukum?

agama? atau para pejabat yang korup itu?

(4) indonesia

membangun dirinya dari segala luka

tubuh indonesia tak terawat

namun tetap ditampilkan dengan semangat

(5) berawal dari kata

kata yang diucapkan

dilakukan

inilah mata luka itu

untukmu

4.7.2.3 Nada dan Suasana

Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana

adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis

yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 239: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

224

berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya

(Waluyo, 1991: 125).

Dalam puisi “Kesaksian Luka” bernada kesedihan. Penulis mengajak pembaca

untuk memahami kesaksikan (reka adegan dari sejarah terpendam sejarah

terlupakan, menjadi catatan hitam) dan penderitaan (membangun dirinya dari segala

luka tubuh indonesia tak terawatt namun tetap ditampilkan dengan semangat) yang

dirasakan oleh negara Indonesia membangun dirinya dari segala luka.

4.7.2.4 Amanat

Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang

hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak

disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat

manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak

secara obyektif, namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.

Amanat dari puisi ini yaitu agar kita mengetahui tentang keadaan sebenarnya yang

di negara Indonesia. Sejarah yang telah terjadi telah dilupakan (menjadi catatan

hitam), karena keadilan belum sepenuhnya belum ditegakkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 240: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

225

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis ketujuh puisi karya Peri Sandi Huizhce dalam

kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta, diperoleh simpulan sebagai berikut.

Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce memiliki

struktur fisik dan struktur batin yang beragam. Struktur fisik yang digunakan sebagai

analisis lagu meliputi: diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas),

verifikasi, dan tipografi. Struktur batin yang digunakan untuk menganalisis lirik lagu

meliputi: tema, perasaan (feeling), nada (tone), dan amanat.

Penggunaan diksi dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya

Peri Sandi Huizhce sudah baik. Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta

karya Peri Sandi Huizhce menggunakan diksi yang mencakup sifat hakiki dari puisi,

yaitu emotif, objektif, imitatif atau referensial dan konotatif. Diksi yang paling

banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri

Sandi Huizhce adalah kata yang bersifat emotif.

Penggunaan pengimajian dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta

karya Peri Sandi Huizhce sudah sangat baik. Sehingga hal yang digambarkan seolah-

olah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

Pengimajian yang paling banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka

Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce adalah imaji visual dan imaji auditif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 241: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

226

Penggunaan kata konkret dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta

karya Peri Sandi Huizhce sudah baik. Kata-kata yang didapat menyarankan arti yang

menyeluruh, seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang. Kata konkret yang paling

banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri

Sandi Huizhce adalah perlambangan.

Penggunaan bahasa figuratif(majas) dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka

Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce sudah sangat baik. Untuk memahami bahasa

figuratif ini, pembaca harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair

baik lambang yang konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari

metafora, simile, sinekdoke, dan ironi, sedangkan perlambangan terdiri dari lambang

warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana. Kiasan(gaya bahasa)

yang paling banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta

karya Peri Sandi Huizhce adalah metafora.

Penggunaan versifikasi dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta

karya Peri Sandi Huizhce sudah sangat baik. Penggunaan versifikasi yang bervariasi

itu yaitu menggunakan rima berdasarkan bunyi ada dua jenis, yaitu bentuk intern pola

bunyi aliterasi di awal kata dan bentuk intern pola bunyi asonansi di akhir kata. Rima

yang paling banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta

karya Peri Sandi Huizhce adala rima patah. Selain penggunaan rima, puisi anak

dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 242: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

227

sudah melakukan permainan bunyi melalui ritma. Ritma yang dihasilkan dalam

bentuk pengulangan kata atau kelompok kata atau pola-pola yang hampir sama.

Bentuk pengulangan tersebut yaitu bentuk repetisi dan bentuk paralelisme. Ritma

yang paling banyak ditemukan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta

karya Peri Sandi Huizhce adalah bentuk repetisi.

Penggunaan tipografi dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta

karya Peri Sandi Huizhce sudah sangat baik. Larik-larik puisi tidak membangun

periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula

dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris.

Pemilihan tema dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri

Sandi Huizhce mengandung tema besar yaitu mengandung tema besar kehidupan

sosial. Seperti contoh mencerminkan kepedihan ketidakadilan dalam pemberian

hukuman. Secara khusus tema yang paling banyak ditemukan dalam kumpulan Puisi

Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce yaitu kritik sosial.

Penggunaan perasaan(feeling) dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon

Karta karya Peri Sandi Huizhce sudah baik. Perasaan(feeling) beraneka ragam

mungkin perasaan sedih, kecewa, kemarahan, terharu, benci, rindu, cinta, kagum,

bahagia. Perasaan(feeling) yang paling banyak ditemukan dalam kumpulan Puisi Esai

Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce kemaraham dan kekecewaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 243: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

228

Penggunaan amanat pada kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya

Peri Sandi Huizhce sudah baik. Amanat yang ditemukan dalam kumpulan Puisi Esai

Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce, yaitu mengajak pembaca untuk

menghargai suatu keadilan, karena keadilan merupakan suatu hal yang berkaitan

dengan sikap dan tindakan hubungan antar manusia yang berisi tuntutan agar antar

sesama mendapatkan perlakuan sesuai hak dan kewajibannya.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa permasalahan yang belum

terpecahkan, sehingga peneliti mengajukan beberapa saran. Saran tersebut antara lain

sebagai berikut:

1) Penelitian ini hanya mengkaji struktur fisik dan struktur batin kumpulan Puisi

Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce. Diharapkan kepada

peneliti selanjutnya untuk dapat mengkaji struktur fisik dan struktur batin

kumpulan puisi esai lainnya.

2) Diharapkan kepada peneliti selanjunya dapat meneliti maupun mengembangkan

penelitian sejenis dengan menggunakan objek yang lebih baru. Hasil penelitian

ini bisa digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi. Selain itu, nantinya

teori struktur fisik maupun struktur batin dapat semakin diperdalam.

3) Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memahami isi puisi secara

mendalam. Dengan begitu tidak akan salah mengartikan maksud yang ingin

disampaikan oleh penulis puisi tersebut. Selain itu, pendalaman pengetahuan baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 244: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

229

pembaca dalam bidang karya sastra, sehingga pembaca dapat memahami dan

mengapresiasikan karya sastra untuk memetik nilai-nilai yang terdapat di

dalamnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 245: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

230

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Fahlevi, Igbal. 2018. Analisisstruktur Fisik Dan Struktur Batin Puisi Senja Di

Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar. Skripsi. PBSI. Medan: Universitas

Muhammadiyah

Ghony, M. Djunaidi & Fauzan Almanshur. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta: AR-ARUZZ Media.

Hidayatullah, Syifa. 2018. Struktur Batin dan Batin Puisi Karya Anak Dalam

Majalah Bobo dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia. Skripsi. PBSI. Jakarta: Universitas Islam Negeri

Uizche, Peri Sandi. 2013. Mata Luka Sengkon Karta: Kumpulan Puisi Esai. Jakarta:

PT. Jurnal Sajak Indonesia.

Jabrohim, Dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahap Strategi, Metode, dan Tekniknya

(Edisi Revisi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mulyadi, dkk. 2019. Metode Penelitian Kualitatif dan Mixed Method. Depok: Raja

Grafindo Persada

Moleong, Lexi. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Moleong, Lexi. 2007. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Nurastuti, Wiji. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Ardana Media.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2014. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada

Univesity Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode, dan

Penggunaannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 246: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

231

Saputra, Adven.2018. Analisis Struktur Fisik Dan Struktur Batin dalam Lirik Lagu

Deadsquad Album Horror Vision Tahun 2009.Skripsi. PBSI. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Teeuw. 2003. Sastera dan Ilmu Sastera. Bandung: Pustaka Jaya.

Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta: Erlangga.

Waluyo, Herman J. 2002. Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Wicaksono, Andri. 2014. Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model

Pembelajarannya. Yogyakarta: Garudhawaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 247: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

232

BIOGRAFI PENULIS

Agustinus Pogang, lahir di Jambi pada tanggal 26 Agustus

1996. Penulis berasal dari Kelurahan Thehok, Kecamatan

Jambi Selatan, Jambi. Anak ketujuh dari Bapak Markus

Bele (Alm) dan Ibu Poniyem. Pendidikan tingkat sekolah

dasar di SDN 57 Jambi. Kemudian melanjutkan studinya di

SMP Xaverius 1 Jambi. Pendidikan tingkat menengah atas ditempuh di SMA

Xaverius 2 Jambi. Setelah menyelesaikan sekolah tingkat menengah atas, pada tahun

2014. Penulis melanjutkan studi di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta. Masa pendidikan S1 tersebut berakhir pada tahun 2020 dengan

menyelesaikan tugas akhir atau skripsi yang berjudul Analisis Struktur Fisik Dan

Struktur Batin dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri

Sandi Huizhce.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 248: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

233

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 249: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

234

Triangulasi Data

Data dan Hasil Penelitian Skripsi dengan Judul “Analisis Struktur Fisik Dan Struktur Batin Dalam Kumpulan Puisi Esai

Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce”

Oleh : Agustinus Poga (141224041)

Pembimbing 1 : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M. Hum

Pembimbing 2 : Septina Krismawati, S.S., M.A

Petunjuk Triangulasi:

1. Triangulator memberikan tanda centang (√) pada kolom Setuju/Tidak Setuju yang menggambarkan penilaian

Anda.

2. Berikan catatan pada kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis struktur fisik dan struktur

batin puisi

3. Setelah mengisi tabulasi data, triangulator membubuhi tanda tangan pada akhir.

No.

Struktur Fisik Puisi Pengakuan Gunel Triangulator

Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak

Setuju

1. Bait ke-1

yang benar tapi disalahkan

aku salah tapi lolos dari hukum

“woi ABRI…woi…Polisi…

mata kalian mata picek!

1) Pilihan kata /ABRI/ dimaksudkan

sebagai Angakatan Bersenjata

Republik Indonesia.

2) Pilihan kata /lolos/ digunakan penulis

untuk menunjukkan seseorang lepas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 250: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

235

sayalah pembunuh dan perampok yang

sebenarnya

mereka tak akan mengakui kesalahan

karena mereka tak melakukannya,

kecuali kalian paksa dan siksa

ketololan macam apa yang dilakukan hukum

apakah tidak ada penyidikan kembali pada

kasus ini

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata

keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

dari hukuman.

3) Pilihan kata /mata picek/ digunakan

penulis untuk menunjukkan seseorang

yang buta.

4) Pilihan kata /ketololan dan

kegoblogan/ digunakan penulis untuk

menunjukkan bahwa hukum itu sangat

bodoh.

5) Pilihan kata /todongkan pistol/

digunakan penulis menunjukan

mengarahkan pistol atau senjata ke

arah tubuhnya.

2. Bait ke-3

waktu malam kujadikan operasi

perampokan

waktu siang aku mendekam

Pilihan kata /mendekam/ digunakan penulis

untuk menunjukkan bersembunyi di sebuah

ruangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 251: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

236

tinggal di penjara dengan ilmu yang

sempurna

Pengimajian

Imaji Auditif Deskripsi

3. Bait ke-1

yang benar tapi disalahkan

aku salah tapi lolos dari hukum

“woi ABRI…woi…Polisi…

mata kalian mata picek!

sayalah pembunuh dan perampok yang

sebenarnya

mereka tak akan mengakui kesalahan

karena mereka tak melakukannya,

kecuali kalian paksa dan siksa

ketololan macam apa yang dilakukan hukum

apakah tidak ada penyidikan kembali pada

kasus ini

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan mendengar seseorang yang

mengeluh kepada ABRI dan polisi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 252: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

237

keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

Imaji Visual Deskrispsi

4. Bait ke-1

apakah tidak ada penyidikan kembali pada

kasus ini

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata

keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan melihat kegoblogan yang

disertai ketololan hukum di negeri ini.

5. Bait ke-2

dua belas tahun penjara

waktu yang sebentar

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan melihat situasi dua belas

tahun di penjara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 253: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

238

aku aman di dalamnya

Kata Konkret Deskripsi

6. Bait ke-1

yang benar tapi disalahkan

aku salah tapi lolos dari hukum

“woi ABRI…woi…Polisi…

mata kalian mata picek!

sayalah pembunuh dan perampok yang

sebenarnya

mereka tak akan mengakui kesalahan

karena mereka tak melakukannya,

kecuali kalian paksa dan siksa

ketololan macam apa yang dilakukan

hukum

apakah tidak ada penyidikan kembali pada

kasus ini

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata

1) Penyair menggunakan kata lolos untuk

mengonkretkan keadaan yang lepas

dari hukuman.

2) Penyair menggunakan kata ketololan

dan kegoblogan untuk

mengongkretkan situasi hukum di

negeri ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 254: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

239

keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

7. Bait ke-3

waktu malam kujadikan operasi

perampokan

waktu siang aku mendekam

tinggal di penjara dengan ilmu yang

sempurna

Penyair menggunakan kata mendekam untuk

mengongkretkan sebuah keadaan di dalam

penjara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 255: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

240

Bahasa Figuratif (Majas)

Kiasan (Gaya Bahasa)

Sinekdoke Deskripsi

8. Bait ke-1 (sebagian menjelaskan

keseluruhan/ part pro toto)

yang benar tapi disalahkan

aku salah tapi lolos dari hukum

“woi ABRI…woi…Polisi…

mata kalian mata picek!

sayalah pembunuh dan perampok yang

sebenarnya

mereka tak akan mengakui kesalahan

karena mereka tak melakukannya,

kecuali kalian paksa dan siksa

ketololan macam apa yang dilakukan

hukum

apakah tidak ada penyidikan kembali pada

kasus ini

Untuk menjelaskan pengakuan gunnel yang

mengeluh terhadap hukum di negeri ini,

penyair menggunakan kata-kata seperti

ketololan dan kegoblogan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 256: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

241

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata

keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

9. Bait ke-3 (sebagian menjelaskan

keseluruhan/ part pro toto)

waktu malam kujadikan operasi

perampokan

waktu siang aku mendekam

tinggal di penjara dengan ilmu yang

sempurna

Untuk menjelaskan pengakuan gunnel pada

waktu itu berada di dalam penjara, penyair

melukiskan dengan menggunakan kata-kata

seperti mendekam.

Perlambangan

Lambang Suasana Deskripsi

10. Bait ke-3

waktu malam kujadikan operasi

Untuk melambangkan suasana menyedihkan,

penyair menggunakan kata mendekam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 257: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

242

perampokan

waktu siang aku mendekam

tinggal di penjara dengan ilmu yang

sempurna

Versifikasi

Rima Deskripsi

11. Bait ke-2

dua belas tahun penjara

waktu yang sebentar

aku aman di dalamnya

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/. √

Bentuk Intern Pola Bunyi

Aliterasi di Awal Kata Deskripsi

12. Bait ke-1

apakah tidak ada penyidikan kembali pada

kasus ini

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata

keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

Aliterasi di awal kata pada larik kedelapan;

/k/ pada kata kegoblogan dan ketololan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 258: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

243

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

13. Bait ke-3

waktu malam kujadikan operasi perampokan

waktu siang aku mendekam

tinggal di penjara dengan ilmu yang

sempurna

Aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /d/

pada kata di dan dengan.

Asonansi di Akhir Kata Deskripsi

14. Bait ke-1

coba buka kain yang menutupi mata

keadilan

coba todongkan pistol dan senjata ke kepala

anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

1) Asonansi di akhir kata pada larik

pertama; /a/ pada buka dan mata.

2) Asonansi di akhir kata pada larik

kedua; /a/ pada coba, senjata dan

kepala.

15. Bait ke-2

dua belas tahun penjara

waktu yang sebentar

Asonansi di akhir kata pada larik pertama;

/a/ pada dua dan penjara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 259: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

244

aku aman di dalamnya

16. Bait ke-3

waktu malam kujadikan operasi perampokan

waktu siang aku mendekam

tinggal di penjara dengan ilmu yang

sempurna

1) Asonansi di akhir kata pada larik

kedua; /u/ pada waktu dan aku.

2) Asonansi di akhir kata pada larik

ketiga; /a/ pada penjara dan

sempurna.

Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi

17. Bait ke-2

dua belas tahun penjara

waktu yang sebentar

aku aman di dalamnya

Terdapat pengulangan kata waktu pada bait

ke-2 larik ke kedua dengan bait ke-3 larik

pertama dan kedua.

18. Bait ke-3

waktu malam kujadikan operasi

perampokan

waktu siang aku mendekam

tinggal di penjara dengan ilmu yang

sempurna

Tata Wajah (Tipografi) Deskripsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 260: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

245

19. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul

“Pengakuan Gunel” berbentuk bait-bait.

Puisi tersebut terdiri dari 3 bait dan tiap bait

berisi larik yang bervariasi, ada yang terdiri

enam belas,tiga,dua dan satu . Larik dalam

setiap bait saling berkaitan.

Puisi tersebut terdiri dari 3 bait.

1) Bait ke-1 terdiri dari enam belas larik;

larik pertama terdiri dari empat kata,

larik kedua terdiri dari enam kata,

larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik

keempat terdiri dari empat kata, larik

kelima terdiri dari enam kata, larik

keenam terdiri dari lima kata, larik

ketujuh terdiri dari empat kata, larik

kedelapan terdiri dari lima kata, larik

kesembilan terdiri dari enam kata,

larik kesepuluh terdiri dari delapan

kata, larik kesebelas terdiri dari enam

kata, larik kedua belas terdiri dari

delapan kata, larik ketiga belas terdiri

dari enam kata, larik ketiga belas

terdiri dari lima kata, larik keempat

belas terdiri dari empat kata, larik

kelima belas terdiri dari empat kata,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 261: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

246

larik keenam belas terdiri dari empat

kata.

2) Bait ke-2 terdiri dari tiga larik; larik

pertama terdiri dari empat kata, larik

kedua terdiri dari tiga kata, larik

ketiga terdiri dari tiga kata.

3) Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik

pertama terdiri dari lima kata, larik

kedua terdiri dari empat kata, larik

ketiga terdiri dari lima kata

Struktur Batin Puisi Puisi Pengakuan Gunel

Tema

20. Dalam puisi “Pengakuan Gunel” mengandung tema besar kehidupan sosial. Secara khusus

puisi tersebut bertemakan kritik sosial. Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingga akhir bait

menggambarkan tentang kritik sosial dalam kehidupan sosial. Puisi ini mengkritik tentang

kegagalan penegak keadilan. Kegagalan penegakan keadilan akan menimbulkan bahaya bagi

integritas moral proses pidana dan dapat merusak kepercayaan masyarakat akan penegakan

hukum.

Perasaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 262: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

247

21. Dalam puisi “Pengakuan Gunel”, penulis mengungkapkan perasaan sedih disertai

kemarahan. Penderitaan tersebut ditimbulkan oleh ketidakdilan hukum di negeri ini.

Nada

22. Dalam puisi “Pengakuan Gunel” bernada kekesalan. Penyair mengingatkan pembaca untuk

memahami kekesalan terhadap hukum di negeri ini. Hingga yang benar di dekatkan dengan

hukum, sedangkan yang salah dijauhkan dari hukum.

Amanat

23. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu agar pemerintah di

negeri ini menindaklanjuti ketidakadilan dalam hukum. Karena tujuan adanya lembaga

peradilan sendiri untuk memberikan keadilan bagi masyarakat.

No.

Struktur Fisik Puisi Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang Trianggulator

Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak

Setuju

24. Bait ke-1

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri

Pilihan kata /menghidupi mimpi/ digunakan

penulis untuk menunjukkan seorang petani

menghidupi dirinya dari menanam padi.

25. Bait ke-2 Pilihan kata /kesederhanaan panutan hidup √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 263: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

248

kesederhanaan panutan hidup

dapat untung

dilipat dan ditabung

dapat untung/ digunakan penulis untuk

menunjukkan bahwa dengan kehidupan yang

sederhana akan selalu diberkahi.

26. Bait ke-3

1974 tanah air yang kucinta

berumur dua puluh sembilan tahun

waktu yang muda bagi berdirinya sebuah

negara

lambang garuda

dasarnya pancasila

undang-undang empat lima

merajut banyak peristiwa

1) Pilihan kata /lambang garuda/

digunakan penulis untuk menunjukkan

lambang negara Indonesia

2) Pilihan kata /dasarnya pancasila/

digunakan penulis untuk menunjukkan

ideologi negara Indonesia

3) Pilihan kata /undang-undang empat

lima/ digunakan penulis untuk

menunjukkan hukum dasar tertulis.

27. Bait ke-4

peralihan kepemimpinan yang mendesak

bung karno diganti pak harto

dengan dalih keamanan negara

1) Pilihan kata /peralihan kepemimpinan

yang mendesak/ digunakan penulis

untuk menujukkan pergantian kepala

negara secara paksa yaitu bung karno

diganti pak harto.

2) Pilihan kata /dalih keamanan negara/

digunakan penulis untuk menunjukkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 264: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

249

pergantian kepemimpinan tersebut

dilandasi dengan alasan keamanan

negara.

28. Bait ke-5

pembantaian enam jenderal satu perwira

enam jam dalam satu malam

mati di lubang tak berguna

tak ada dalam perang mahabarata

bahkan di sejarah dunia

hanya di sejarah Indonesia

Pilihan kata dalam/ pembantaian enam

jenderal satu perwira/ digunakan penulis

untuk menunjukkan suatu sejarah Indonesia

yaitu peristiwa G30S

29. Bait ke-6

pemusnahan golongan kiri

PKI wajib mati

pemimpin otoriter

REPELITA

rencana pembangunan lima tahun

bisa jadi

rencana pembantaian lima tahun

1) Pilihan kata /pemusnahan golongan

kiri PKI wajib mati/ digunakan penulis

untuk menunjukkan suatu rencan

untuk membunuh semua orang PKI

2) Pilihan /REPELITA/ digunakan

penulis untuk menunjukkan

membangun kembali Indonesia selama

lima tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 265: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

250

30. Bait ke-7

di tahun-tahun berikutnya

kudapati penembak misterius

tak ada salah apalagi benar

tak ada hukum negara

1) Pilihan kata /di tahun-tahun

berikutnya, kudapati penembak

misterius/ digunakan penulis untuk

menunjukkan dalam situasi

menegangkan.

31. Bait ke-8

pembantaian dimana mana

diburu sampai got dor

di mulut dor

di kepala

diikat tali

dikafani karung

penguasa punya tahta yang tidak ada

bisa diada-ada

1) Pilihan kata /pembantaian dimana-

mana/ digunakan penulis untuk

menunjukkan sebuah situasi suram

dan menegangkan.

2) Pilihan kata /penguasa punya tahta

yang tidak ada bisa di ada-ada/

digunakan penulis untuk menunjukkan

suatu pandangan orang yang memiliki

harta lebih

32. Bait ke-9

banyak orang jadi rampok

pencopet, penipu, penjudi

pesugihan, pelihara tuyul, ngepet

saling bunuh

Pilihan kata /banyak orang jadi rampok

pencopet, penipu, penjudi pesugihan, pelihara

tuyul, ngepet saling bunuh/ digunakan penulis

untuk menunjukkan ketidaknyaman di dalam

kehidupan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 266: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

251

atas dasar kebutuhan untuk makan

mencari suaka di tanah sendiri

33. Bait ke-10

kemana pemerintah?

sibuk membangun kesulitan benih bagus

Pilihan kata /kemana pemerintah ? sibuk

membangun kesulitan benih bagus/ digunakan

penulis untuk mununjukkan bahwa dimana

pemerintah lupa dengan rakyatnya.

34. Bait ke-11

pemerintah dan rakyat

seperti air dan api

saling memusnahkan meski berdampingan

berdampak bagi petani

1) Pilihan kata /pemerintah dan rakyat

seperti air dan api/ digunakan penulis

untuk menunjukkan sebuah situasi

menegangkan antara pemerintah dan

rakyat.

2) Pilihan kata /saling memusnakan

meskin berdampingan/ digunakan

penulis untuk menunjukkan saling

menjatuhkan.

35. Bait ke-12

1971 benih mulai dikomersialkan

pupuk dan obat hama harganya tak

Pilihan kata /1971 benih mulai

dikomersialkan/ digunakan penulis untuk

menunjukkan situasi harga semakin mahal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 267: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

252

sembarang

iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi

teknologi ikut-ikutan membebani

kesulitan benih bagus

36. Bait ke-13

apalah daya uangpun tak ada

padi jadi rusak

panen gagal

hama berkeliaran seenaknya

Pilihan kata /apalah daya uangpun tak ada

padi jadi rusak/ digunakan penulis untuk

menunjukkan sebuah situasi suram dan

menyedihkan.

37. Bait ke-14

bagi keluarga kami

inilah musim paceklik

mencekik

Pilihan kata /musim paceklik mencekik/

digunakan penulis untuk menunjukkan situasi

menyedihkan

38. Bait ke-15

akulah sengkon yang sakit

berusaha mengenang setiap luka

di dada, di punggung, di kaki

di batuk yang berlapis tuberculosis

Pilihan kata /berusaha mengenang setiap

luka/ digunakan penulis untuk menunjukkan

keadaan sekarat yang terabaikan.

Pengimajian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 268: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

253

Imaji Auditif Deskripsi

39. Bait ke-15

akulah sengkon yang sakit

berusaha mengenang setiap luka

di dada, di punggung, di kaki

di batuk yang berlapis tuberculosis

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan mendengar suara batuk

yang berlapis tuberculosis.

Imaji Visual Deskripsi

40. Bait ke-2

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan melihat seorang petani

bojongsari dan padi.

41. Bait ke-3

lambang garuda

dasarnya pancasila

undang-undang empat lima

merajut banyak peristiwa

Penyair mengajak pembaca atau

pendengar untuk seakan-akan melihat

lambang garuda yaitu lambang negara

Indonesia.

42. Bait ke-8

pembantaian dimana mana

diburu sampai got dor

Penyair mengajak pembaca atau

pendengar untuk seakan-akan melihat

seseorang diikat tali dan dikafani karung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 269: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

254

di mulut dor

di kepala

diikat tali

dikafani karung

penguasa punya tahta

yang tidak ada

bisa diada-ada

43. Bait ke-12

1971 benih mulai dikomersialkan

pupuk dan obat hama harganya tak

sembarang

iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi

teknologi ikut-ikutan membebani

kesulitan benih bagus

Penyair mengajak pembaca atau

pendengar untuk seakan-akan melihat pupuk

dan obat hama yang dikomersialkan dan

memiliki harga yang tidak sembarang

Imaji Taktil Deskripsi

44. Bait ke-14

bagi keluarga kami

inilah musim paceklik

mencekik

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan merasakan paceklik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 270: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

255

Kata Konkret Deskripsi

45. Bait ke-1

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri

Penyair menggunakan kata menghidupi

mimpi untuk mengkonkretkan sebuah

kehidupan

46. Bait ke-2

kesederhanaan panutan hidup

dapat untung

dilipat dan ditabung

Penyair menggunakan kata kesederhanaan

untuk mengkonkretkan sebuah kesederhanaan

dalam hidup itu menjadi panutan semua

orang.

47. Bait ke-3

1974 tanah air yang kucinta

berumur dua puluh sembilan tahun

waktu yang muda bagi berdirinya sebuah

negara

lambang garuda

dasarnya pancasila

undang-undang empat lima

merajut banyak peristiwa

1) Penyair menggunakan kata dua puluh

sembilan tahun untuk

mengkonkretkan sebuah umur negara

Indonesia pada tahun 1974.

2) Penyair menggunakan kata lambang

garuda dasarnya pancasila undang-

undang empat lima untuk

mengkonkretkan suatu negara

Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 271: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

256

48. Bait ke-4

peralihan kepemimpinan yang mendesak

bung karno diganti pak harto

dengan dalih keamanan negara

Penyair menggunakan kata peralihan

kepemimpinan untuk mengkonkretkan

sebuah pergantian kepemimpinan negara.

49. Bait ke-5

pembantaian enam jenderal satu perwira

enam jam dalam satu malam

mati di lubang tak berguna

tak ada dalam perang mahabarata

bahkan di sejarah dunia

hanya di sejarah Indonesia

Penyair menggunakan kata pembantaian

enam jenderal satu perwira untuk

mengkonkretkan sebuah peristiwa yang

terjadi sudah lama terjadi.

50. Bait ke-6

pemusnahan golongan kiri

PKI wajib mati

pemimpin otoriter

REPELITA

rencana pembangunan lima tahun

bisa jadi

rencana pembantaian lima tahun

1) Penyair menggunakan kata PKI wajib

mati untuk mengkonkretkan kelompok

PKI diancam pada peristiwa di masa

lalu.

2) Penyair menggunakan kata

REPELITA untuk mengkonkretkan

sebuah rencana pembangunan lima

tahun itu bisa terjadi di Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 272: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

257

51. Bait ke-7

di tahun-tahun berikutnya

kudapati penembak misterius

tak ada salah apalagi benar

tak ada hukum negara

Penyair menggunakan kata penembak

misterius untuk mengkonkretkan peristiwa-

peristiwa yang terjadi pada masa itu.

52. Bait ke-8

pembantaian dimana mana

diburu sampai got dor

di mulut dor

di kepala

diikat tali

dikafani karung

penguasa punya tahta

yang tidak ada

bisa diada-ada

1) Penyair menggunakan kata

pembantaian dimana-mana untuk

mengkonkretkan sebuah peristiwa

penembakan masal yang dilakukan

pada saat itu.

2) Penyair menggunakan kata penguasa

punya tahta untuk mengkonkretkan

seseorang yang mempunyai kekuasaan

atau kedudukan bisa melalukan

apapun.

53. Bait ke-9

banyak orang jadi rampok

pencopet, penipu, penjudi

pesugihan, pelihara tuyul, ngepet

Penyair menggunakan kata jadi rampok

pencopet, penipu, penjudi pesugihan,

pelihara tuyul, ngepet saling bunuh untuk

mengkonkretkan atas dasar kebutuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 273: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

258

saling bunuh

atas dasar kebutuhan untuk makan

mencari suaka di tanah sendiri

ekonomi.

54. Bait ke-10

kemana pemerintah?

sibuk membangun

Penyair menggunakan kata kemana

pemerintah? untuk mengkonkretkan sebuah

sindiran terhadap pemerintah yang sibuk

mengurus urusan lainnya.

55. Bait ke-11

pemerintah dan rakyat

seperti air dan api

saling memusnahkan meski berdampingan

berdampak bagi petani!

1) Penyair menggunakan kata air dan

kopi untuk mengkonkretkan yaitu

saling berkaitan.

2) Penyair menggunakan kata saling

memusnahkan untuk

mengkonkretkan sebuah kebencian.

56. Bait ke-12

1971 benih mulai dikomersialkan

pupuk dan obat hama harganya tak

sembarang

iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi

teknologi ikut-ikutan membebani

Penyair menggunakan dikomersialkan untuk

mengkonkretkan ketika memperdagangkan

barang dengan harga yang tidak sesuai demi

mendapat keuntungan lebih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 274: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

259

kesulitan benih bagus

57. Bait ke-13

apalah daya uangpun tak ada

padi jadi rusak

panen gagal

hama berkeliaran seenaknya

Penyair menggunakan kata panen gagal

untuk mengkonkretkan sebuah kegagalan.

58. Bait ke-14

bagi keluarga kami

inilah musim paceklik

mencekik

Penyair menggunakan kata paceklik

mencekik untuk mengkonkretkan sebuah

musim kekurangan dalam aspek ekonomi.

59. Bait ke 15

akulah sengkon yang sakit

berusaha mengenang setiap luka

di dada, di punggung, di kaki

di batuk yang berlapis tuberculosis

Penyair menggunakan kata tuberculosis

untuk mengkonkretkan sebuah penyakit

infeksi yang disebabkan oleh

bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit

ini paling sering menyerang paru-paru

walaupun pada sepertiga kasus menyerang

organ tubuh lain dan ditularkan orang ke

orang.

Bahasa Figuratif (Majas)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 275: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

260

Kiasan (Gaya Bahasa)

Metafora Deskripsi

60. Bait ke-1

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri

1) Pada kata menghidupi mimpi

diartikan sebagai sesuatu yang terlihat

dalam tidur dan berangan-angan.

2) Pada kata dari padi yang ditanam

sendiri diartikan sebagai sesuatu yang

menghidupi untuk kemudian hari.

61. Bait ke-3

1974 tanah air yang kucinta

berumur dua puluh sembilan tahun

waktu yang muda bagi berdirinya sebuah

negara

lambang garuda

dasarnya pancasila

undang-undang empat lima

merajut banyak peristiwa

Pada kata lambang garuda diartikan sebagai

sesuatu yang melambangkan dasar negara

Indonesia.

Perlambangan

Lambang Benda Deskripsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 276: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

261

62. Bait ke-1

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri

Untuk melambangkan kehidupan yang begitu

berat, penyair menggunakan kata petani dan

padi.

63. Bait ke-8

pembantaian dimana mana

diburu sampai got dor

di mulut dor

di kepala

diikat tali

dikafani karung

penguasa punya tahta

yang tidak ada

bisa diada-ada

Untuk melambangkan kekerasan atau

kejahatan, penyair menggunakan kata tali dan

karung

64. Bait ke-12

1971 benih mulai dikomersialkan

pupuk dan obat hama harganya tak

sembarang

iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi

Untuk melambangkan kenaikan harga bahan

pembasmi, penyair menggunakan kata pupuk

dan obat hama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 277: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

262

teknologi ikut-ikutan membebani

kesulitan benih bagus

Versifikasi

Rima Deskripsi

65. Bait ke-1

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri

Rima yang sering muncul yaitu /i/-/i/-/i/. √

66. Bait ke-2

kesederhanaan panutan hidup

dapat untung

dilipat dan ditabung

Rima yang sering muncul yaitu /u/-/u/-u/. √

67. Bait ke-3

1974 tanah air yang kucinta

berumur dua puluh sembilan tahun

waktu yang muda bagi berdirinya sebuah

negara

lambang garuda

dasarnya pancasila

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/u/-/a/-/a/-

/a/-/a/-/a/-/a/.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 278: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

263

undang-undang empat lima

merajut banyak peristiwa

68. Bait ke-5

pembantaian enam jenderal satu perwira

enam jam dalam satu malam

mati di lubang tak berguna

tak ada dalam perang mahabarata

bahkan di sejarah dunia

hanya di sejarah Indonesia

Rima yang sering muncul /a/-/a/-/a/-/a/-/ia/-

/ia/.

69. Bait ke-7

di tahun-tahun berikutnya

kudapati penembak misterius

tak ada salah apalagi benar

tak ada hukum negara

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/u/-/a/-/a/. √

70. Bait ke-11

pemerintah dan rakyat

seperti air dan api

saling memusnahkan meski berdampingan

berdampak bagi petani

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/i/-/a-/i/. √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 279: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

264

71. Bait ke-13

apalah daya uangpun tak ada

padi jadi rusak

panen gagal

hama berkeliaran seenaknya

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/-/a/. √

72. Bait ke-14

bagi keluarga kami

inilah musim paceklik

mencekik

Rima yang sering muncul yaitu /i/-/i/-/i/. √

73. Bait ke-15

akulah sengkon yang sakit

berusaha mengenang setiap luka

di dada, di punggung, di kaki

di batuk yang berlapis tuberculosis

Rima yang sering muncul yaitu /i/-/a/-/i/-/i/ √

Bentuk Intern Pola Bunyi

Aliterasi di Awal Kata Deskripsi

74. Bait ke-1

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

Aliterasi di awal kata pada larik keempat; /d/

pada kata dari dan ditanam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 280: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

265

dari padi yang ditanam sendiri

75. Bait ke-2

kesederhanaan panutan hidup

dapat untung

dilipat dan ditabung

Aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /d/

pada kata dilipat dan ditabung.

76. Bait ke-9

banyak orang jadi rampok

pencopet, penipu, penjudi

pesugihan, pelihara tuyul, ngepet

saling bunuh

atas dasar kebutuhan untuk makan

mencari suaka di tanah sendiri

1) Aliterasi di awal kata pada larik

kedua; /p/ pada kata pencopet, penipu

dan penjudi.

2) Aliterasi di awal kata pada larik

ketiga; /p/ pada kata pesugihan dan

pelihara.

77. Bait ke-11

pemerintah dan rakyat

seperti air dan api

saling memusnahkan meski berdampingan

berdampak bagi petani!

1) Aliterasi di awal kata pada larik

ketiga; /n/ pada kata memusnahkan

dan berdampingan.

2) Aliterasi di awal kata pada larik

keempat; /b/ pada kata berdampak dan

bagi.

Asonansi di Akhir Kata Deskripsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 281: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

266

78. Bait ke-1

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri

Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/

pada kata petani dan bojongsari.

79. Bait ke-3

peralihan kepemimpinan yang mendesak

bung karno diganti pak harto

dengan dalih keamanan negara

1) Asonansi di akhir kata pada larik

kedua; /o/ pada kata karno dan harto.

80. Bait ke-5

pembantaian enam jenderal satu perwira

enam jam dalam satu malam

mati di lubang tak berguna

tak ada dalam perang mahabarata

bahkan di sejarah dunia

hanya di sejarah Indonesia

1) Asonansi di akhir kata pada larik

ketiga; /i/ pada kata mati dan di.

2) Asonansi di akhir kata pada larik

keempat; /a/ pada kata ada dan

mahabarata.

3) Asonansi di akhir kata pada larik

keenam; /a/ pada kata hanya dan

Indonesia.

81. Bait ke-11

pemerintah dan rakyat

1) Asonansi di akhir kata pada larik

kedua; /i/ pada kata seperti dan api.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 282: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

267

seperti air dan api

saling memusnahkan meski berdampingan

berdampak bagi petani!

2) Asonansi di akhir kata pada larik

keempat; /i/ pada kata bagi dan petani.

82. Bait ke-13

apalah daya uangpun tak ada

padi jadi rusak

panen gagal

hama berkeliaran seenaknya

1) Asonansi di akhir kata pada larik

pertama; /a/ pada kata daya dan ada.

2) Asonansi di akhir kata pada larik

keempat; /a/ pada kata hama dan

seenaknya.

83. Bait ke-14

bagi keluarga kami

inilah musim paceklik

mencekik

Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/

pada kata bagi dan kami.

Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi

84. Bait ke-10

kemana pemerintah?

sibuk membangun

Terdapat pengulangan kata pemerintah pada

bait ke-10 larik kedua; bait ke-11 larik

pertama.

85. Bait ke-11

pemerintah dan rakyat

seperti air dan api

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 283: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

268

saling memusnahkan meski berdampingan

berdampak bagi petani

Tata Wajah (Tipografi) Deskripsi

86. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul

“Terengah-Engah dalam Tabung dan

Selang” berbentuk bait-bait. Jumlah bait

yang dimiliki adalah lima belas bait. Tiap

bait berisi larik yang bervariasi, ada yang

sepuluh, delapan, tujuh, enam dan paling

sedikit dua larik. Larik dalam satu bait

saing berkaitan satu sama lain.

Puisi tersebut terdiri dari limabelas bait.

1) Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik

pertama terdiri dari empat kata, larik

kedua terdiri dari dua kata, dan larik

ketiga terdiri lima kata.

2) Bait ke-2 terdiri dari tiga larik; larik

pertama terdiri dari tiga kata, larik

kedua terdiri dari dua kata, dan larik

ketiga terdiri tiga kata.

3) Bait ke-3 terdiri dari tujuh larik; larik

pertama terdiri dari lima kata, larik

kedua terdiri dari lima kata, larik

ketiga terdiri tujuh kata, larik keempat

terdiri dari dua kata, larik kelima

terdiri dari dua kata, larik keenam

terdiri dari tiga kata, larik ketujuhBait

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 284: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

269

ke-4 terdiri dari tiga larik; larik

pertama terdiri dari lima kata, larik

kedua terdiri dari lima kata, larik

ketiga terdiri tujuh kata, larik keempat

terdiri dari dua kata, larik kelima

terdiri dari dua kata, larik keenam

terdiri dari tiga kata, larik ketujuh

terdiri dari tiga kata.

4) Bait ke-4 terdiri dari tiga larik; larik

pertama terdiri dari empat kata, larik

kedua terdiri dari lima kata, dan larik

ketiga terdiri empat kata.

5) Bait ke-5 terdiri dari enam larik; larik

pertama terdiri dari lima kata, larik

kedua terdiri dari lima kata, larik

ketiga terdiri lima kata, larik keempat

terdiri dari lima kata, larik kelima

terdiri dari lima kata, larik keenam

terdiri dari empat kata, larik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 285: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

270

6) Bait ke-6 terdiri dari tujuh larik; larik

pertama terdiri dari tiga kata, larik

kedua terdiri dari tiga kata, larik

ketiga terdiri dua kata, larik keempat

terdiri dari satu kata, larik kelima

terdiri dari lima kata, larik keenam

terdiri dari dua kata, lari, larik ketujuh

terdiri dari lima kata.

7) Bait ke-7 terdiri dari empat larik; larik

pertama terdiri dari tiga kata, larik

kedua terdiri dari tiga kata, larik

ketiga terdiri lima kata, larik keempat

terdiri dari lima kata..

8) Bait ke-8 terdiri dari sembilan larik;

larik pertama terdiri dari tiga kata,

larik kedua terdiri dari empat kata,

larik ketiga terdiri tiga kata, larik

keempat terdiri dari dua kata, larik

kelima terdiri dari dua kata, larik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 286: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

271

keenam terdiri dari dua kata, lari,

larik ketujuh terdiri dari tiga kata,

larik kedelapan terdiri dari tiga kata,

larik kesembilan terdiri dari dua kata.

9) Bait ke-9 terdiri dari enam larik; larik

pertama terdiri dari empat kata, larik

kedua terdiri dari tiga kata, larik

ketiga terdiri empat kata, larik

keempat terdiri dari dua kata, larik

kelima terdiri dari lima kata, larik

keenam terdiri dari empat kata.

10) Bait ke-10 terdiri dari dua larik; larik

pertama terdiri dari dua kata, larik

kedua terdiri dari dua kata.

11) Bait ke-11 terdiri dari empat larik;

larik pertama terdiri dari tiga kata,

larik kedua terdiri dari empat kata,

larik ketiga terdiri empat kata, larik

keempat terdiri dari lima kata, larik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 287: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

272

kelima terdiri dari tiga kata.

12) Bait ke-12 terdiri dari lima larik; larik

pertama terdiri dari empat kata, larik

kedua terdiri dari tujuh kata, larik

ketiga terdiri enam kata, larik keempat

terdiri dari tiga kata, larik kelima

terdiri dari tiga kata.

13) Bait ke-13 terdiri dari empat larik;

larik pertama terdiri dari lima kata,

larik kedua terdiri dari tiga kata, larik

ketiga terdiri dua kata, larik keempat

terdiri dari tiga kata.

14) Bait ke-14 terdiri dari tiga larik; larik

pertama terdiri dari tiga kata, larik

kedua terdiri dari tiga kata, larik

ketiga terdiri satu kata.

15) Bait ke-15 terdiri dari empat larik;

larik pertama terdiri dari empat kata,

larik kedua terdiri dari empat kata,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 288: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

273

larik ketiga terdiri enam kata, larik

keempat terdiri dari lima kata.

Struktur Batin Puisi Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang

Tema

87. Dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang” mengandung tema yaknik kritik

sosial. Melalui puisi ini, penulis memaparkan bahwa saat ini banyak sekali kesalahan-

kesalahan yang dilakukan pemerintah kepada rakyatnya. Sehingga kita sebagai rakyat

merasa tidak nyaman dalam hidup bernegara.

Perasaan

88. Dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”, penulis mengungkapkan rasa

kemarahan. Kemarahan itu tampak dari penggalan-penggalan puisi yang bercerita

pemerintah yang sibuk membangun tanpa melihat rakyatnya sengsara.

Nada

89. Dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang” bernada marah. Ini dalam puisi

tersebut menceritakan kesalahan-kesalahan yang dilakukan pemerintah kepada rakyatnya.

Amanat

90. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu kita sebagai rakyat

yang harus saling bertanggungjawab dalam melakukan apapun. Jangan sampai kita

dibodohi oleh pemerintah yang nantinya memecah belah kita sebagai manusia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 289: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

274

No.

Struktur Fisik Puisi Hari Pertama di Tahun yang Lama Triangulator

Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak

Setuju

91. Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan

negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

1) Pilihan kata /semua orang berilmu

datang kerumah/ digunakan penulis

untuk menunjukkan orang-orang yang

mempunyai intelektual.

2) Pilihan kata /rumah seperti bunga

mekar/ digunakan penulis untuk

menunjukkan sesuatu yang sedang

berkembang.

3) Pilihan kata /tawon/ digunakan penulis

untuk menunjukkan sebuah serangan.

92. Bait ke-2

tanya ini-itu

Pilihan kata /hanya menambah luka/

digunakan penulis untuk menunjukkan

sesuatu masalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 290: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

275

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

93. Bait ke-3

keadilan bukan untuk diperdebatkan

keadilan mesti keluar dari dalam hati

untuk menghargai diri

Pilihan kata /keadilan mesti keluar dari dalam

hati/ digunakan penulis untuk menunjukkan

sebuah pengungkapan seseorang tentang

keadilan.

94. Bait ke-4

bukan dijadikan pasal yang rumit dan

1) Pilihan kata /pasal yang rumit dan

berbelit-belit/ digunakan penulis untuk

menunjukkan sebuah ketidakpastian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 291: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

276

berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

2) Pilihan kata /para ahli hukum/

digunakan penulis untuk menunjukkan

seseorang yang banyak dianggap

sebagai sumber terpercaya.

Pengimajian

Imaji Visual Deskripsi

95. Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan

negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan melihat semua orang

berilmu datang ke rumah, rumah seperti

bunga mekar dan diburu tawon.

Imaji Taktil Deskripsi

96. Bait ke-2 Penyair mengajak pembaca tau pendengar √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 292: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

277

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

untuk seakan-akan merasakan luka.

Kata Konkret Deskripsi

97. Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan

negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

1) Penyair menggunakan kata semua

orang berilmu datang ke rumah

untuk mengkonkretkan suatu orang-

orang yang mempunyai intelektual

yang tinggi.

2) Penyair menggunakan kata rumah

seperti bunga mekar untuk

mengkonkretkan suatu perkembangan

yang telah terjadi.

3) Penyair menggunakan kata diburu

tawon untuk mengkonkretkan sebuah

serangan.

98. Bait ke-2 Penyair menggunakan kata hanya menambah √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 293: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

278

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

luka untuk mengkonkretkan sebuah

kesedihan

99. Bait ke-3

keadilan bukan untuk diperdebatkan

keadilan mesti keluar dari dalam hati

untuk menghargai diri

Penyair menggunakan kata keadilan mesti

keluar dari dalam hati untuk

mengkonkretkan sebuah pengungkapan

seseorang tentang keadilan.

100. Bait ke-4

bukan dijadikan pasal yang rumit dan

berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

Penyair menggunakan kata bukan dijadikan

pasal yang rumit dan berbelit-belit untuk

mengkonkretkan sebuah peraturan undang-

undang yang dibuat membingungkan.

Bahasa Figuratif (Majas)

Kiasan (Gaya Bahasa)

Simile Deskripsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 294: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

279

101. Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan

negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

Pada kata rumah seperti bunga mekar

menjelaskan suatu proses yang perkembangan

yang terjadi

Metafora Deskripsi

102. Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan

negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

Pada kata semua orang berilmu datang

kerumah diartikan sebagai seseorang yang

memiliki atau mempunyai ilmu pengetahuan

atau kepandaian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 295: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

280

diburu tawon

103. Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

Pada kata menambah luka diartikan sebagai

seseorang yang tersakiti.

Perlambangan

Lambang Benda Deskripsi

104. Bait ke-1

Dibebaskan

1. Untuk melambangkan perkembangan,

penyair menggunakan kata rumah

seperti bunga mekar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 296: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

281

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan

negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

2. Untuk melambangkan serangan atau

peperangan, penyair menggunakan

diburu tawon.

Lambang Suasana Deskripsi

105. Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

Untuk melambangkan suasana sedih , penyair

menggunakan kata luka.

Versifikasi

Rima Deskripsi

106. Bait ke-2 Rima yang sering muncul bait ke-2 yaitu /u/- √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 297: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

282

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

/u/-/a/-/a/-/a/.

107. Bait ke-3

keadilan bukan untuk diperdebatkan

keadilan mesti keluar dari dalam hati

untuk menghargai diri

Rima yang sering muncul bait ke-3 yaitu /a/-

/i/-/i/.

108. Bait ke-4

bukan dijadikan pasal yang rumit dan

berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

Rima yang sering muncul bait ke-4 yaitu /i/-

/u/.

Bentuk Intern Pola Bunyi

Aliterasi di Awal Kata Deskripsi

109. Bait ke-1 Aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /m/ √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 298: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

283

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan

negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

pada kata majalah dan memuat.

110. Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /i/

pada kata itu dan ini.

111. Bait ke-3

keadilan bukan untuk diperdebatkan

Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /k/

pada kata keadilan dan keluar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 299: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

284

keadilan mesti keluar dari dalam hati

untuk menghargai diri

Asonansi di Akhir Kata Deskripsi

112. Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan

negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

Asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /a/

pada kata berita dan negara.

113. Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

Asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/

pada kata hanya dan luka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 300: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

285

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

114. Bait ke-3

keadilan bukan untuk diperdebatkan

keadilan mesti keluar dari dalam hati

untuk menghargai diri

1) Asonansi di akhir kata pada larik

kedua; /i/ pada kata mesti, dari dan

hati.

2) Asonansi di akhir kata pada larik

ketiga; /i/ pada kata menghargai dan

diri.

115. Bait ke-4

bukan dijadikan pasal yang rumit dan

berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/

pada kata dimengerti dan ahli.

Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi

116. Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

Terdapat pengulangan kata hanya, pada bait

ke-2 larik kelima dan bait ke-4 larik kedua.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 301: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

286

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

117. Bait ke-4

bukan dijadikan pasal yang rumit dan

berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

Tata Wajah (Tipografi) Deskripsi

118. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul

“Hari Pertama di Tahun yang Lama”

berbentuk bait-bait. Puisi tersebut terdiri

dari 4 bait dan tiap bait berisi larik yang

bervariasi, ada yang terdiri enam, lima,

empat, tiga,dua dan satu . Larik dalam

setiap bait saling berkaitan.

Puisi tersebut terdiri dari empat bait.

1) Bait ke-1 terdiri dari enam larik; larik

pertama terdiri dari satu kata, larik

kedua terdiri dari tiga kata, larik

ketiga terdiri dari enam kata, larik

keempat terdiri dari enam kata, larik

kelima terdiri dari empat kata, larik

keenam terdiri dari dua kata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 302: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

287

2) Bait ke-2 terdiri dari lima larik; larik

pertama terdiri dari tiga kata, larik

kedua terdiri dari tiga kata, larik

ketiga terdiri dari lima kata, larik

keempat terdiri dari tiga kata, larik

kelima terdiri dari tiga kata.

3) Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik

pertama terdiri dari empat kata, larik

kedua terdiri dari enam kata, larik

ketiga terdiri dari tiga kata.

4) Bait ke-4 terdiri dari dua larik; larik

pertama terdiri dari tujuh kata, larik

kedua terdiri dari enam kata.

Struktur Batin Hari Pertama di Tahun yang Lama

Tema

119. Dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” mengandung tema yaknik kritik sosial.

Melalui puisi ini, penulis memaparkan bahwa ketidakadilan dalam mengatur undang-

undang yang dibuat negara. Hukum adalah memberikan keadilan kepada setiap orang.

Perasaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 303: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

288

120. Dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”, penulis mengungkapkan rasa

kekecewaan dan kemarahan karena dalam puisi tersebut bercerita tentang ketidakadilan itu

hanya menambah luka.

Nada

121. Dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” bernada kekesalan dan kemarahan.

Penulis mengajak pembaca untuk memahami keadilan-keadilan yang sesungguhnya.

Amanat

122. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu seluruh rakyat

Indonesia berhak mendapat keadilan tanpa terkecuali, tidak pandang bulu, entah itu pejabat,

rakyat kecil, orang atau miskin.

No.

Struktur Fisik Puisi Mengadukan Gugatan Triangulator

Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak

Setuju

123. Bait ke-1

semua orang merongrong

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan

Pilihan kata /semua orang merongrong/

digunakan untuk menunjukkan orang yang

saling menjatuhkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 304: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

289

kemenangan

124. Bait ke-2

keadilan sekali lagi berujung pada uang

UUD: ujung-ujungnya duit

Pilihan kata /UUD: ujung-ujungnya duit/

digunakan untuk menunjukkan semua

membutuhkan uang.

125. Bait ke-3

majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia

Plihan kata /mengupas/ digunakan untuk

menunjukkan sebuah tindakan.

126. Bait ke-4

apalah artinya berita

jika tak mengubah apa-apa

Pilihan kata /apalah arti berita/ digunakan

untuk menunjukkan sebuah pengungkapan.

127. Bait ke-5

berita

hanya menguntungkan penerbitnya

Pilihan kata /hanya mennguntungkan

penerbitnya/ digunakan untuk sindiran.

Pengimajian

Imaji Visual Deskripsi

128. Bait ke-1 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 305: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

290

semua orang merongrong

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan

kemenangan

untuk seakan-akan melihat semua orang

merongrong.

Imaji Auditif Deskripsi

129. Bait ke-5

berita

hanya menguntungkan penerbitnya

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan melihat berita.

Imaji Taktil Deskripsi

130. Bait ke-1

semua orang merongrong

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan

kemenangan

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan merasakan merongrong.

Kata Konkret Deskripsi

131. Bait ke-1

semua orang merongrong

1) Penyair menggunakan kata

merongrong untuk mengkonkretkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 306: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

291

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan

kemenangan

sebuah tindakan seseorang.

2) Penyair menggunakan kata gugatan

untuk mengkonkretkan sebuah

tuntutan.

132. Bait ke-2

keadilan sekali lagi berujung pada uang

UUD: ujung-ujungnya duit

Penyair menggunakan kata UUD: ujung-

ujungnya duit untuk mengkonkretkan sebuah

keadilan yang didasari oleh uang.

133. Bait ke-3

majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia

1) Penyair menggunakan kata mengupas

berita untuk mengkonkretkan sebuah

peristiwa yang telah dianalisis.

2) Penyair menggunakan kata meledak

seindonesia untun mengkonkretkan

sebuah peristiwa yang mengalami

perpecahan.

134. Bait ke-4

apalah artinya berita

jika tak mengubah apa-apa

Penyair menggunakan kata tak mengubah

apa-apa untuk mengkonkretkan sebuah

peristiwa yang tidak terjadi apa-apa.

Bahasa Figuratif (Majas)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 307: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

292

Kiasa (Gaya Bahasa)

Metafora Deskripsi

135. Bait ke-1

semua orang merongrong

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan

kemenangan

Pada kata semua orang merongrong

diartikan sebagai sesuatu tindakan yang

merugikan orang lain.

136. Bait ke-3

majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia

Pada kata beritanya meledak seindonesia

diartikan sebagai suatu berita yang beredar

dimana-mana.

Perlambangan

Lambang Benda Deskripsi

137. Bait ke-2

keadilan sekali lagi berujung pada uang

UUD: ujung-ujungnya duit

Untuk melambangkan keadilan, penyair

menggunakan kata uang atau duit.

Versifikasi

Rima Deskripsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 308: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

293

138. Bait ke-1

semua orang merongrong

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan

kemenangan

Rima yang sering muncul yaitu /o/-/a/-/a/. √

139. Bait ke-2

keadilan sekali lagi berujung pada uang

UUD: ujung-ujungnya duit

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/i/. √

140. Bait ke-3

majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/ia/. √

141. Bait ke-4

apalah artinya berita

jika tak mengubah apa-apa

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/. √

142. Bait ke-5

berita

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/. √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 309: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

294

hanya menguntungkan penerbitnya

Bentuk Intern Pola Bunyi

Aliterasi di Awal Kata Deskripsi

143. Bait ke-3

majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia

Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/

pada kata majalah dan mengupas.

Asonansi di Akhir Kata Deskripsi

144. Bait ke-2

keadilan sekali lagi berujung pada uang

UUD: ujung-ujungnya duit

Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/

pada kata sekali dan lagi.

145. Bait ke-3

majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia

Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/

pada kata beritanya dan seindonesia.

146. Bait ke-4

apalah artinya berita

Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/

pada kata artinya dan berita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 310: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

295

jika tak mengubah apa-apa

147. Bait ke-5

berita

hanya menguntungkan penerbitnya

Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/

pada kata hanya dan penerbitnya.

Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi

148. Bait ke-3

majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia

Terdapat pengulangan kata berita pada bait

ke-3 larik pertama, bait ke-4 larik pertama

dan bait ke-5 larik pertama.

149. Bait ke-4

apalah artinya berita

jika tak mengubah apa-apa

150. Bait ke-5

berita

hanya menguntungkan penerbitnya

Tata Wajah (Tipografi) Deskripsi

151. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul Puisi tersebut terdiri dari lima bait. √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 311: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

296

“Mengadukan Gugatan” berbentuk bait-

bait. Puisi tersebut terdiri dari 5 bait dan

tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada

yang terdiri tiga, dua, dan satu. Larik

dalam setiap bait saling berkaitan.

1) Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik

pertama terdiri dari tiga kata, larik

kedua terdiri dari empat kata, larik

ketiga terdiri dari limat kata.

2) Bait ke-2 terdiri dari dua larik; larik

pertama terdiri dari enam kata, larik

kedua terdiri dari tiga kata.

3) Bait ke-3 terdiri dari dua larik; larik

pertama terdiri dari lima kata, larik

kedua terdiri dari tiga kata.

4) Bait ke-4 terdiri dari dua larik; larik

pertama terdiri dari tiga kata, larik

kedua terdiri dari empat kata.

5) Bait ke-5 terdiri dari dua larik; larik

pertama terdiri dari satu kata, larik

kedua terdiri dari tiga kata.

Struktur Batin Puisi Mengadukan Gugatan

Tema

152. Dalam puisi “Mengadukan Gugatan” mengandung tema yaknik kritik sosial. Melalui puisi √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 312: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

297

ini, penulis memaparkan bahwa keadilan berujung pada uang. Sehingga keadilan bisa dibeli

dengan uang.

Perasaan

153. Dalam puisi “Mengadukan Gugatan” mengungkapkan rasa kecewa. Perasaan itu terbukti

dari puisi tersebut yang menjelaskan bagaimana uang dikedepankan sebagai gugatan. Uang

adalah segalanya dalam keadilan.

Nada

154. Dalam puisi “Mengadukan Gugatan” bernada kesedihan dan kekecewaan yang berbaur

menjadi satu. Penulis mengajak pembaca untuk memahami penderitaan dan kesedihan yang

dirasakan orang-orang yang mengalami ketidakadilan.

Amanat

155. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu suatu keadilan

bukanlah tempat untu menghasilkan uang. Melainkan keadilan adalah suatu hal yang

berkaitan dengan sikap dan tindakan dalam hubungan antar manusia yang berisi tuntutan

agar antar sesama mendapatkan perlakuan sesuai hak dan kewajibannya.

No.

Struktur Fisik Puisi Serupa Maskumambang Triangalutor

Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak

Setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 313: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

298

156. Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

1) Pilihan kata /pupuh/ digunakan untuk

menunjukkan sebuah banyaknya suku

kata dalam bait.

2) Pilihan kata /wejangan hidup/

digunakan untuk menunjukkan untuk

hidup yang lebih baik.

3) Pilihan kata /suara sunyi menyendiri/

digunakan untuk menunjukkan

kehidupan manusia yang sendiri.

157. Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

1) Pilihan kata /kecapi membalut nyeri/

digunakan untuk menunjukkan

kesedihan.

2) Pilihan kata /suara genting/ digunakan

untuk menunjukkan kehidupan yang

berbahaya.

158. Bait ke-3

manusia memiliki akal dan budi

didampingi kodrat hewani

1) Pilihan kata /kodrat hewani/

digunakan untuk menunjukkan

kekuasaan yang diberikan Tuhan.

2) Pilihan kata /jalan ilahi/ digunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 314: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

299

mencapai jalan ilahi untuk menunjukkan hal-hal yang

berhubungan dengan Tuhan.

159. Bait ke-4

inilah maskumambang yang melayang

menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana

dan abadi

1) Pilihan kata /maskumambang/

digunakan untuk menunjukkan sebuah

kehidupan yang memprihatinkan.

2) Pilihan kata /menembus dunia fana

dan abadi/ digunakan untuk

menunjukkan kehidupan yang hilang

dan tidak kekal.

160. Bait ke-5

terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

menganga akibat ulah manusia

Pilihan kata /menganga/ digunakan untuk

menunjukkan keadaan yang dilakukan oleh

sifat manusia

161. Bait ke-6

manusia yang menjalankan cerita

tuhan yang menentukan akhirnya

Pilihan kata /tuhan yang menentukan

akhirnya/ digunakan untuk menunjukkan

semua perilaku yang dilakukan oleh manusia

akan ditentukan oleh Tuhan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 315: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

300

Imaji Auditif Deskripsi

162. Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan mendengar kecapi dalam

suara sunyi.

163. Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan mendengar suara genting.

Imaji Visual Deskripsi

164. Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan melihat kecapi.

165. Bait ke-5

terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

menganga akibat ulah manusia

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan melihat menganga akibat

ulah manusia.

Imaji Taktil Deskripsi

166. Bait ke-1 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 316: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

301

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

untuk seakan-akan merasakan nyeri.

167. Bait ke-4

inilah maskumambang yang melayang

menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana

dan abadi

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan merasakan sanubari.

168. Bait ke-5

terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

menganga akibat ulah manusia

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan merasakan terluka,

melukai, dilukai, dan luka-luka.

Kata Konkret Deskrispi

169. Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

1) Penyair menggunakan kata

mengantarkan wejangan hidup untuk

mengkonkretkan menghantarkan

kehidupan yang lebih baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 317: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

302

2) Penyair menggunakan kata suara

sunyi menyendiri untuk

mengkonkretkan suatu kehidupan

yang mandiri.

170. Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Penyair menggunakan kata membalut nyeri

untuk mengkonkretkan sesuatu luka dan

kesedihan.

171. Bait ke-3

manusia memiliki akal dan budi

didampingi kodrat hewani

mencapai jalan ilahi

1) Penyair menggunakan kata

didampingi kodrat hewani untuk

mengkonkretkan sesuatu hukum alam.

2) Penyair menggunakan kata mencapai

jalan ilahi untuk mengkonkretkan

sesuatu diberikan oleh kekuasaan

Tuhan.

172. Bait ke-4

inilah maskumambang yang melayang

1. Penyair menggunakan kata

menyelinap ke dasar sanubari untuk

mengkonkretkan sesuatu perasaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 318: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

303

menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana

dan abadi

batin manusia.

2. Penyair menggunakan kata menembus

duni fana dan abadi untuk

mengkonkretkan sesuatu alam tempat

tinggal manusia yang masih hidup dan

tidak kekal.

173. Bait ke-5

terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

menganga akibat ulah manusia

Penyair menggunakan kata terluka, melukai,

dilukai, dan luka-luka untuk

mengkonkretkan sesuatu kepedihan dan

kesedihan yang dialami manusia.

174. Bait ke-6

manusia yang menjalankan cerita

tuhan yang menentukan akhirnya

Penyair menggunakan kata Tuhan yang

menentukan akhirnya untuk

mengkonkretkan manusia harus berserah

kepada Tuhan, karena Tuhanlah Maha segala-

Nya.

Bahasa Figuratif (Majas)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 319: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

304

Kiasan (Gaya Bahasa)

Metafora Deskripsi

175. Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Pada kata kecapi dalam suara sunyi

menyendiri diartikan sebagai sesuatu alat

musik yang memberikan ketenangan dalam

menyendiri.

176. Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Pada kata kecapi membalut nyeri diartikan

sebagai sesuatu kepedihan yang dirasakan

manusia.

177. Bait ke-3

inilah maskumambang yang melayang

menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana

dan abadi

Pada kata menembus dunia fana dan abadi

diartikan sebagai tempat tinggal manusia

yang masih hidup dan tidak kekal.

Perlambangan

Lambang Benda Deskripsi

178. Bait ke-1 Untuk melambangkan alat musik dalam √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 320: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

305

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

kesendirian seseorang, penyair menggunakan

kata kecapi.

Lambang Suasana Deskripsi

179. Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Untuk melambangkan hening, penyair

menggunakan kata sunyi.

Versifikasi

Rima Deskripsi

180. Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Rima yang sering muncul yaitu /u/-/i/. √

181. Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Rima yang sering muncul yaitu /i/-/i/. √

182. Bait ke-3 Rima yang sering muncul yaitu /i/-/i/-/i/. √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 321: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

306

manusia memiliki akal dan budi

didampingi kodrat hewani

mencapai jalan ilahi

183. Bait ke-4

inilah maskumambang yang melayang

menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana

dan abadi

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/i/-/a/-/i/. √

184. Bait ke-5

terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

menganga akibat ulah manusia

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/. √

185. Bait ke-6

manusia yang menjalankan cerita

tuhan yang menentukan akhirnya

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/. √

Bentuk Intern Pola Bunyi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 322: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

307

Aliterasi di Awal Kata Deskripsi

186. Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /s/

pada kata suara dan sunyi.

187. Bait ke-3

manusia memiliki akal dan budi

didampingi kodrat hewani

mencapai jalan ilahi

Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/

pada kata manusia dan memiliki.

188. Bait ke-4

inilah maskumambang yang melayang

menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana

dan abadi

Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/

pada kata maskumambang dan melayang.

189. Bait ke-5

terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /m/

pada kata menganga dan manusia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 323: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

308

menganga akibat ulah manusia

190. Bait ke-6

manusia yang menjalankan cerita

tuhan yang menentukan akhirnya

Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/

pada kata manusia dan menjalankan.

Asonansi di Akhir Kata Deskripsi

191. Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/

pada kata kecapi, sunyi dan menyendiri.

192. Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/

pada kata kecapi dan nyeri.

193. Bait ke-3

manusia memiliki akal dan budi

didampingi kodrat hewani

mencapai jalan ilahi

1) Asonansi di akhir kata pada larik

pertama /i/ pada kata memiliki dan

budi.

2) Asonansi di akhir kata pada larik

kedua; /i/ pada kata didampingi dan

hewani.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 324: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

309

3) Asonansi di akhir kata pada larik

ketiga; /i/ pada kata mencapai dan

ilahi.

194. Bait ke-5

terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

menganga akibat ulah manusia

1) Asonansi di akhir kata pada larik

pertama; /a/ dan /i/ pada kata terluka,

melukai, dilukai dan luka-luka.

2) Asonansi di akhir kata pada larik

kedua; /a/ pada kata menganga dan

manusia.

195. Bait ke-6

manusia yang menjalankan cerita

tuhan yang menentukan akhirnya

Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/

pada kata manusia dan cerita.

Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi

196. Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Terdapat pengulangan kata pupuh pada bait

ke-1 larik pertama dan bait ke-2 larik

pertama.

197. Bait ke-2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 325: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

310

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Tata Wajah (Tipografi) Deskripsi

198. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul

“Serupa Maskumambang” berbentuk bait-

bait. Puisi tersebut terdiri dari 5 bait dan

tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada

yang terdiri empat, tiga, dua, dan satu.

Larik dalam setiap bait saling berkaitan.

Puisi tersebut terdiri dari enam bait.

1) Bait ke-1 terdiri dari dua larik; larik

pertama terdiri dari empat kata, larik

kedua terdiri dari lima kata.

2) Bait ke-2 terdiri dari dua larik; larik

pertama terdiri dari lima kata, larik

kedua terdiri dari empat kata.

3) Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik

pertama terdiri dari lima kata, larik

kedua terdiri dari tiga kata, larik

ketiga terdiri dari tiga kata.

4) Bait ke-4 terdiri dari empat larik; larik

pertama terdiri dari empat kata, larik

kedua terdiri dari empat kata, larik

ketiga terdiri dari tiga kata, larik

keempat terdiri dari dua kata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 326: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

311

5) Bait ke-5 terdiri dari dua larik; larik

pertama terdiri dari lima kata, larik

kedua terdiri dari empat kata.

6) Bait ke-6 terdiri dari dua larik; larik

pertama terdiri dari empat kata, larik

kedua terdiri dari empat kata.

Struktur Batin Puisi Serupa Maskumambang

Tema

199. Dalam puisi “Serupa Maskumambang” mengandung tema yang sama yakni kritik sosial.

Kasus selalu terperangkap dalam gemerlapnya uang, hukum yang bisa terbeli dan lain

sebagainya sedang menjadi sorotan.

Perasaan

200. Dalam puisi “Serupa Maskumambang” mengungkapkan rasa keprihatinan dan kesedihan

dalam puisi tersebut, dengan bercerita tentang situasi negara Indonesia pada saat ini.

Keadilan berujung pada pada uang dan semua saling menguntungkan.

Nada

201. Dalam puisi “Serupa Maskumambang” bernada kemarahan. Penulis mengajak pembaca

untuk memahami kebenaran yang sesungguhnya terjadi di negara Indonesia.

Amanat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 327: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

312

202. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu sebagai manusia yang

bernegara kita harus orang berguna dengan melakukan hal kejujuran. Sehingga orang-orang

Indonesia tidak mudah di bodohin dengan uang dan ketidakadilan.

No.

Struktur Fisik Puisi Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi Triangulator

Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak

Setuju

203. Bait ke-1

siapa yang kuat, dia berkuasa

siapa yang dekat dengan aparat

memperoleh perlakuan istimewa

itulah falsafah hidup dalam penjara

Pilihan kata /itulah falsafah hidup dalam

penjara/ digunakan penulis untuk

menunjukkan keadaan seseorang hidup di

dalam penjara.

204. Bait ke-2

orang-orang yang melanggar hukum

bagai sampah

sebagian yang lain dimanfaatkan

bahkan kalau bisa diuangkan

penjara untuk membuat jera

nyatanya alat pencari keuntungan semata

1) Pilihan kata /bagai sampah/

digunakan penulis untuk menunjukkan

sesuatu yang hina.

2) Pilihan kata /penjara untuk membuat

jera/ digunakan penulis untuk

menunjukkan keadaan menyesal yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 328: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

313

dirasakan.

205. Bait ke-3

jam makan tiba

jam keluhan narapidana

makanan yang kami makan

didatangkan dari amerika

nyatanya di sana

pakan untuk hewan serupa anjing

Pilihan kata /pakan untuk hewan serupa

anjing/ digunakan penulis untuk

menunjukkan sesuatu makan yang hewan

yang diberikan kepada manusia.

206. Bait ke-4

sengkon karta sudah terbiasa

dengan gaplek, goreng gadung, kulit

singkong

jantung cau bahkan bodogol nya kami

1) Pilihan kata /dengan gaplek, goreng

gadung, kulit singkong/ digunakan

penulis untuk menunjukkan bahan

makan yang berasal dari umbi-

umbian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 329: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

314

makan

karena kami dilahirkan miskin

2) Pilihan kata /jantung cau bahkan

bodogol nya kami makan/ digunakan

penulis untuk menunjukkan suatu

bagian dalam pohong pisang.

207. Bait ke-5

kami hitung setiap batang besi di kamar

kami hitung pergantian orang

menghitung perkiraan jarak dari sel ke

rumah

Pilihan kata / kami hitung setiap batang besi

di kamar/ digunakan penulis untuk

menunjukkan suatu kegelisahan yang akan

selalu dirasakan.

208. Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela

kecil berkedip

1) Pilihan kata /ada kerinduan yang

menjerit/ digunakan penulis untuk

menunjukkan sesuatu kerinduan yang

mendalam.

2) Pilihan kata / ada berjuta-juta bintang

di luar jendela kecil/ digunakan

penulis untuk menunjukkan keadaan

di malam hari dengan menatap ke

langit.

209. Bait ke-7 Pilihan kata /membuat keluh-kesah/ √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 330: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

315

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

digunakan penulis untuk menunjukkan suatu

kegelisahan yang akan dirasakan.

210. Bait ke-8

aku ingin terus berdoa

inilah satu-satunya senjata

mempertegas kejujuran dan kebohongan

Pilihan kata / aku ingin terus berdoa/

digunakan penulis untuk menunjukkan

seseorang yang ingin selalu berserah diri

kepada Tuhan.

211. Bait ke-9

menguak keadilan dan kecurangan

merobohkan dinding tuduhan di

pengadilan

Pilihan kata / merobohkan dinding tuduhan di

pengadilan/ digunakan penulis untuk

menunjukkan keadaan menuntaskan

ketidakadilan.

212. Bait ke-10

kami yakin

bahwa tukang angon dan majikan

sama rata di depan tuhan

Pilihan kata /bahwa tukang angon dan

majikan/ digunakan penulis untuk

menunjukkan derajat manusia di dunia itu

sama.

Pengimajian

Imaji Auditif Deskripsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 331: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

316

213. Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela

kecil

berkedip

1) Penyair mengajak pembaca atau

pendengar untuk seakan-akan

mendengar sebuah suara pintu.

2) Penyair mengajak pembaca atau

pendengar untuk seakan-akan

mendengar sebuah bisikan.

Imaji Visual Deskripsi

214. Bait ke-3

jam makan tiba

jam keluhan narapidana

makanan yang kami makan

didatangkan dari amerika

nyatanya di sana

pakan untuk hewan serupa anjing

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan mendengar melihat pakan

untuk hewan serupa anjing.

215. Bait ke-4

sengkon karta sudah terbiasa

dengan gaplek, goreng gadung, kulit

1) Penyair mengajak pembaca atau

pendengar untuk seakan-akan

mendengar melihat gaplek, goreng

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 332: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

317

singkong

jantung cau bahkan bodogol nya kami

makan

karena kami dilahirkan miskin

gadung, kulit singkong.

2) Penyair mengajak pembaca atau

pendengar untuk seakan-akan

mendengar melihat bodogol.

216. Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela

kecil berkedip

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan mendengar melihat ada

berjuta-juta bintang di luar jendela kecil

berkedip.

217. Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan mendengar melihat

dinding kamar, di wc, bahkan sajadah.

Imaji Taktil Deskripsi

218. Bait ke-6 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 333: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

318

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela

kecil berkedip

untuk seakan-akan mendengar merasakan ada

kerinduan yang menjerit.

219. Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan mendengar merasakan

keluh-kesah.

Kata Konkret Deskripsi

220. Bait ke-1

siapa yang kuat, dia berkuasa

siapa yang dekat dengan aparat

memperoleh perlakuan istimewa

itulah falsafah hidup dalam penjara

Penyair menggunakan kata siapa yang kuat,

dia berkuasa untuk mengkonkretkan bahwa

kehidupan yang mempunyai uang banyak

akan aman dari gangguan hukum.

221. Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

Penyair menggunakan kata ada kerinduan

yang menjerit untuk mengkonkretkan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 334: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

319

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela

kecil

berkedip

keinginan dan harapan yang ingin bertemu

dengan seseorang.

222. Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

Penyair menggunakan kata membuat keluh-

kesah untuk mengkonkretkan kehidupan

seseorang yang merasakan kepedihan dalam

melakukan hal tertentu.

Bahasa Figuratif (Majas)

Kiasan (Gaya Bahasa)

Simile Deskripsi

223. Bait ke-2

orang-orang yang melanggar hukum

bagai sampah

sebagian yang lain dimanfaatkan

Pada kata bagai sampah tersebut

mengibaratkan orang-orang yang melanggar

hukum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 335: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

320

bahkan kalau bisa diuangkan

penjara untuk membuat jera

nyatanya alat pencari keuntungan semata

224. Bait ke-3

jam makan tiba

jam keluhan narapidana

makanan yang kami makan

didatangkan dari amerika

nyatanya di sana

pakan untuk hewan serupa anjing

Pada kata serupa anjing tersebut

mengibaratkan makanan-makanan yang

diberikan kepada narapidana.

Metafora Deskripsi

225. Bait ke-1

siapa yang kuat, dia berkuasa

siapa yang dekat dengan aparat

memperoleh perlakuan istimewa

itulah falsafah hidup dalam penjara

Pada kata falsafah hidup dijelaskan sebagai

sikap batin yang paling mendasar yang

dimiliki orang atau masyarakat.

226. Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

1) Pada kata ada kerinduan yang

menjerit diartikan sebagai keingingan

dan harapan seseorang (akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 336: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

321

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela

kecil

berkedip

bertemu).

2) Pada kata berjuta-juta bintang

diartikan sebagai memancarkan

cahaya dalam kehidupam

227. Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

Pada kata membuat keluh-kesah diartikan

sebagai kehidupan yang dipenuhi kepedihan.

Perlambangan

Lambang Benda Deskripsi

228. Bait ke-2

orang-orang yang melanggar hukum

bagai sampah

sebagian yang lain dimanfaatkan

bahkan kalau bisa diuangkan

penjara untuk membuat jera

nyatanya alat pencari keuntungan semata

Untuk melambangkan manusia yang

melanggar hukum dengan seenaknya, penyair

menggunakan kata sampah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 337: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

322

229. Bait ke-4

sengkon karta sudah terbiasa

dengan gaplek, goreng gadung, kulit

singkong

jantung cau bahkan bodogol nya kami

makan

karena kami dilahirkan miskin

Untuk melambangkan bahan makanan yang

berasal dari umbi-umbian, penyair

menggunakan kata gaplek, goring gadung,

kulit singkong.

230. Bait ke-5

kami hitung setiap batang besi di kamar

kami hitung pergantian orang

menghitung perkiraan jarak dari sel ke

rumah

Untuk melambangkan sel/penjara, penyair

menggunakan kata batang besi.

Lambang Suasana Deskripsi

231. Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

Untuk melambangkan manusia dalam

keinginginannya untuk bertemu dengan

seseorang, penyair menggunakan kata

kerinduan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 338: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

323

ada berjuta-juta bintang di luar jendela

kecil

berkedip

232. Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

Untuk melambangkan kehidupan yang penuh

kepedihan, penyair menggunakan kata keluh-

kesah.

Versifikasi

Rima Deskripsi

233. Bait ke-1

siapa yang kuat, dia berkuasa

siapa yang dekat dengan aparat

memperoleh perlakuan istimewa

itulah falsafah hidup dalam penjara

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/-/a/. √

234. Bait ke-2

orang-orang yang melanggar hukum

bagai sampah

sebagian yang lain dimanfaatkan

Rima yang sering muncul yaitu /u/-/a/-/a/-

/a/- a/-/a/.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 339: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

324

bahkan kalau bisa diuangkan

penjara untuk membuat jera

nyatanya alat pencari keuntungan semata

235. Bait ke-3

jam makan tiba

jam keluhan narapidana

makanan yang kami makan

didatangkan dari amerika

nyatanya di sana

pakan untuk hewan serupa anjing

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/-

/a/- a/-/i/.

236. Bait ke-4

sengkon karta sudah terbiasa

dengan gaplek, goreng gadung, kulit

singkong

jantung cau bahkan bodogol nya kami

makan

karena kami dilahirkan miskin

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/o/-/a/-/i/. √

237. Bait ke-5

kami hitung setiap batang besi di kamar

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/. √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 340: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

325

kami hitung pergantian orang

menghitung perkiraan jarak dari sel ke

rumah

238. Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela

kecil

berkedip

Rima yang sering muncul yaitu /i/-/u/-/i/-/e/-

/i/-/i/.

239. Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/. √

240. Bait ke-8

aku ingin terus berdoa

inilah satu-satunya senjata

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/. √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 341: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

326

mempertegas kejujuran dan kebohongan

241. Bait ke-9

menguak keadilan dan kecurangan

merobohkan dinding tuduhan di

pengadilan

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/. √

242. Bait ke-10

kami yakin

bahwa tukang angon dan majikan

sama rata di depan tuhan

Rima yang sering muncul yaitu /i/-/a/-/a/. √

Bentuk Intern Pola Bunyi

Aliterasi di Awal Kata Deskripsi

243. Bait ke-1

siapa yang kuat, dia berkuasa

siapa yang dekat dengan aparat

memperoleh perlakuan istimewa

itulah falsafah hidup dalam penjara

Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /d/

pada kata dekat dan dengan.

244. Bait ke-4

sengkon karta sudah terbiasa

dengan gaplek, goreng gadung, kulit

1) Aliterasi di awal kata pada larik

kedua; /g/ pada kata gaplek, goreng

dan gadung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 342: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

327

singkong

jantung cau bahkan bodogol nya kami

makan

karena kami dilahirkan miskin

2) Aliterasi di awal kata pada larik

kedua; /k/ pada kata karena dan kami.

245. Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela

kecil berkedip

Aliterasi di awal kata pada larik empat; /s/

pada kata setiap dan sipir.

246. Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /k/

pada kata keluh dan kesah.

247. Bait ke-8

aku ingin terus berdoa

inilah satu-satunya senjata

Aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /k/

pada kata kejujuran dan kebohongan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 343: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

328

mempertegas kejujuran dan kebohongan

248. Bait ke-9

menguak keadilan dan kecurangan

merobohkan dinding tuduhan di

pengadilan

Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /k/

pada kata keadilan dan kecurangan .

Asonansi di Akhir Kata Deskripsi

249. Bait ke-2

orang-orang yang melanggar hukum

bagai sampah

sebagian yang lain dimanfaatkan

bahkan kalau bisa diuangkan

penjara untuk membuat jera

nyatanya alat pencari keuntungan semata

Asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/

pada kata penjara dan jera.

250. Bait ke-5

kami hitung setiap batang besi di kamar

kami hitung pergantian orang

menghitung perkiraan jarak dari sel ke

rumah

Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/

pada kata kami dan besi.

251. Bait ke-6 Asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/ √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 344: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

329

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela

kecil berkedip

pada kata berjuta-juta dan jendela.

252. Bait ke-10

kami yakin

bahwa tukang angon dan majikan

sama rata di depan tuhan

Asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /a/

pada kata sama dan rata.

Tata Wajah (Tipografi) Deskripsi

253. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul

“Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”

berbentuk bait-bait. Tiap bait berisi larik

yang bervariasi, ada sepuluh, enam, lima,

empat, tiga. Larik dalam satu bait berkaitan

satu sama lain.

Puisi tersebut terdiri dari sepuluh bait.

1) Bait ke-1 terdiri dari empat larik; larik

pertama terdiri dari lima kata, larik

kedua terdiri dari lima, larik ketiga

terdiri dari tiga kata, larik keempat

terdiri lima kata.

2) Bait ke-2 terdiri dari enam larik; larik

pertama terdiri dari empat kata, larik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 345: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

330

kedua terdiri dari lima kata, larik

ketiga terdiri dari dua kata, larik

keempat terdiri empat kata, larik

kelima terdiri dari empat kata, larik

keenam terdiri lima kata.

3) Bait ke-3 terdiri dari enam larik; larik

pertama terdiri dari tiga kata, larik

kedua terdiri dari tiga kata, larik

ketiga terdiri dari empat kata, larik

keempat terdiri tiga kata, larik kelima

terdiri dari tiga kata, larik keenam

terdiri lima kata.

4) Bait ke-4 terdiri dari empat larik; larik

pertama terdiri dari empat kata, larik

kedua terdiri dari enam kata, larik

ketiga terdiri dari tujuh kata, larik

keempat terdiri empat kata.

5) Bait ke-5 terdiri dari tiga larik; larik

pertama terdiri dari tujuh kata, larik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 346: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

331

kedua terdiri dari empat kata, larik

ketiga terdiri dari tujuh kata, larik.

6) Bait ke-6 terdiri dari lima larik; larik

pertama terdiri dari empat kata, larik

kedua terdiri dari empat kata, larik

ketiga terdiri dari empat kata, larik

keempat terdiri enam kata, larik

kelima terdiri dari delapan kata.

7) Bait ke-7 terdiri dari empat larik; larik

pertama terdiri dari tiga kata, larik

kedua terdiri dari tiga, larik ketiga

terdiri dari empat kata, larik keempat

terdiri dua kata.

8) Bait ke-8 terdiri dari tiga larik; larik

pertama terdiri dari empat kata, larik

kedua terdiri dari tiga kata, larik

ketiga terdiri dari empat kata.

9) Bait ke-9 terdiri dari dua larik; larik

pertama terdiri dari empat kata, larik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 347: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

332

kedua terdiri dari lima kata.

10) Bait ke-10 terdiri dari tiga larik; larik

pertama terdiri dari dua kata, larik

kedua terdiri dari lima kata, larik

ketiga terdiri dari lima kata.

Struktur Batin Puisi Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi

Tema

254. Dalam puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” mengandung tema yang sama yakni kritik

sosial dan tema khususnya kesengsaraan. Bisa disebut kesengsaraan karena dalam puisi

tersebut banyak menjelaskan tentang bagaimana ketidakjelasan berbagai hukum yang

berkaitan dengan hukum dan juga lemahnya penerapan berbagai peraturan. Hukum di

negeri ini itu dapat di beli, yang akan menang adalah yang memiliki jabatan kekuasaan.

Perasan

255. Dalam puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” mengungkapkan rasa kepedihan perasan

itu terbukti dari puisi yang menjelaskan bagaimana ketidakadilan dalam pemberian

hukuman serta dibesarkannya kasus-kasus yang dibilang sepele menjadi hal yang besar.

Nada

256. Dalam puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” bernada marah dan getir. Ini karena dalam √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 348: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

333

puisi tersebut menceritakan seseorang yang tidak mempunyai jabatan atau kekuasan akan

kalah dengan orang yang mempunyai uang dan jabatan yang tinggi.

Amanat

257. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu kita sebagai manusia

tentunya harus pandai dalam melakukan hal apapun. Jangan sampai kita dibodohi oleh

sesuatu yang nantinya memecah bela kita sebagai manusia.

No.

Struktur Fisik Puisi Kesaksian Luka Triangulasi

Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak

Setuju

258. Bait ke-1

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

1) Pilihan kata /reka adegan dari sejarah

terpendam/ digunakan penulis untuk

menunjukkan sejarah yang

tersembunyi.

2) Pilihan kata /menjadi catata hitam/

digunakan penulis untuk sebuah

peristiwa yang kurang baik.

259. Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak

Pilihan kata /diawali luka yang berdarah/

digunakan penulis untuk sebuah peristiwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 349: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

334

tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?

yang mengalami penderitaan yang mendalam.

260. Bait ke-3

berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu

berawal dari ekonomikah?

pendidikankah?

hukum?

agama?

atau para pejabat yang korup itu?

Pilihan kata /berawal dari mana pisau

peristiwa/ digunakan penulis untuk sebuah

peristiwa yang sangat menyakitkan.

261. Bait ke-4

indonesia

membangun dirinya dari segala luka

tubuh indonesia tak terawat

1) Pilihan kata /membangun dirinya dari

segala luka/ digunakan penulis untuk

sebuah peristiwa membangun tetapi

penuh penderitaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 350: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

335

namun tetap ditampilkan dengan semangat 2) Pilihan kata /tubuh Indonesia tak

terawat/ digunakan penulis untuk

sebuah keadaan Indonesia yang tidak

terpelihara.

262. Bait ke-5

berawal dari kata

kata yang diucapkan

dilakukan

inilah mata luka itu

untukmu

Pilihan kata /inilah mata luka itu/ digunakan

penulis untuk menunjuukkan betapa

menderitanya negara Indonesia pada waktu

itu.

Pengimajian

Imaji Auditif Deskripsi

263. Bait ke-5

berawal dari kata

kata yang diucapkan

dilakukan

inilah mata luka itu

untukmu

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

seakan-akan mendengar kata yang

diucapkan.

Imaji Visual Deskripsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 351: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

336

264. Bait ke-1

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan melihat reka adegan dari

sejarah terpendam.

Imaji Taktil Deskripsi

265. Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak

tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?

Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan merasakan luka yang

berdarah.

Kata Konkret Deskripsi

266. Bait ke-1

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

1) Penyair menggunakan kata reka

adegan dari sejarah terpendam untuk

mengkonkretkan sebuah peristiwa

lampau yang telah terjadi.

2) Penyair mengggunakan kata menjadi

catatan hitam untuk mengkonkretkan

sebuah peristiwa yang kurang terbaik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 352: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

337

267. Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak

tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?

Penyair menggunakan kata diawali luka yang

berdarah untuk mengkonkretkan sebuah

peristiwa yang dimulai dari awal dan

mengalami penderitaan.

268. Bait ke-4

indonesia

membangun dirinya dari segala luka

tubuh indonesia tak terawat

namun tetap ditampilkan dengan semangat

Penyair menggunakan kata membangun

dirinya dari segala luka untuk

mengkonkretkan peristiwa di masa lalu yang

penuh luka.

Bahasa Figuratif (Majas)

Kiasan (Gaya Bahasa)

Metafora Deskripsi

269. Bait ke-1

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

Pada kata catatan hitam mengartikan sebuah

peristiwa yang baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 353: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

338

270. Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak

tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?

Pada kata diawali luka yang berdarah

mengartikan suatu keadaan dimulai dari

penuh penderitaan.

271. Bait ke-3

berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu

berawal dari ekonomikah?

Pendidikankah?

Hukum?

Agama?

Atau para pejabat yang korup itu?

Pada kata mengiris-ngiris kulitmu

mengartikan suatu tindakan yang membuat

seseorang terluka.

Perlambangan

Lambang Warna Deskripsi

272. Bait ke-1

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

Untuk melambangkan peristiwa yang kurang

baik, penyair menggunakan kata catatan

hitam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 354: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

339

menjadi catatan hitam

Versifikasi

Rima Deskripsi

273. Bait ke-1

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/. √

274. Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak

tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/-/a/. √

275. Bait ke-3

berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu

berawal dari ekonomikah?

pendidikankah?

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/u/-/a/-/a/-

/u/-/a/-/u/.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 355: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

340

hukum?

agama?

atau para pejabat yang korup itu?

276. Bait ke-4

indonesia

membangun dirinya dari segala luka

tubuh indonesia tak terawat

namun tetap ditampilkan dengan semangat

Rima yang sering muncul yaitu /ia/-/a/-/a/-/a/. √

277. Bait ke-5

berawal dari kata

kata yang diucapkan

dilakukan

inilah mata luka itu

untukmu

Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/-/u/-

/u/.

Bentuk Intern Pola Bunyi

Aliterasi di Awal Kata Deskripsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 356: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

341

278. Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?

1) Aliterasi di awal kata pada larik

pertama; /t/ pada kata tidak dan

tunggal.

2) Aliterasi di awal kata pada larik

kedua; /d/ pada kata di dan dunia.

279. Bait ke-3

berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu

berawal dari ekonomikah?

pendidikankah?

hukum?

agama?

atau para pejabat yang korup itu?

Aliterasi di awal kata pada larik ketujuh; /p/

pada kata para dan pejabat.

280. Bait ke-4

indonesia

membangun dirinya dari segala luka

tubuh indonesia tak terawat

1) Aliterasi di awal kata pada larik

kedua; /d/ pada kata dirinya dan dari.

2) Aliterasi di awal kata pada larik

ketiga; /t/ pada kata tubuh dan

terawat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 357: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

342

namun tetap ditampilkan dengan semangat 3) Aliterasi di awal kata pada larik

keempat; /d/ pada kata ditampilkan

dan dengan.

281. Bait ke-5

berawal dari kata

kata yang diucapkan

dilakukan

inilah mata luka itu

untukmu

Aliterasi di awal kata pada larik keempat; /i/

pada kata inilah dan itu.

Asonansi di Akhir Kata Deskripsi

282. Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?

Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/

pada kata negara dan dunia.

283. Bait ke-3

berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu

Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/

pada kata mana dan peristiwa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 358: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

343

berawal dari ekonomikah?

pendidikankah?

hukum?

agama?

atau para pejabat yang korup itu?

284. Bait ke-4

indonesia

membangun dirinya dari segala luka

tubuh indonesia tak terawat

namun tetap ditampilkan dengan semangat

Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/

pada kata segala dan luka.

285. Bait ke-5

berawal dari kata

kata yang diucapkan

dilakukan

inilah mata luka itu

untukmu

Asonansi di akhir kata pada larik keempat; /a/

pada kata mata dan luka.

Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi

286. Bait ke-1 Terdapat pengulangan kata sejarah pada bait √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 359: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

344

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

ke-1 larik pertama dan bait ke-2 larik

pertama.

287. Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak

tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?

Tata wajah (Tipografi) Deskripsi

288. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul

“Kesaksian Luka” berbentuk bait-bait.

Tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada

tujuh, lima, empat, tiga. Larik dalam satu

bait berkaitan satu sama lain.

Puisi tersebut terdiri dari lima bait.

1) Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik

pertama terdiri dari lima kata, larik

kedua terdiri dari dua kata, larik

ketiga terdiri dari tiga kata.

2) Bait ke-2 terdiri dari empat larik; larik

pertama terdiri dari lima kata, larik

kedua terdiri dari enam kata, larik

ketiga terdiri dari empat kata, larik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 360: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

345

keempat terdiri dari dua kata.

3) Bait ke-3 terdiri dari tujuh larik; larik

pertama terdiri dari lima kata, larik

kedua terdiri dari dua kata, larik

ketiga terdiri dari tiga kata, larik

keempat terdiri dari satu kata, larik

kelima terdiri dari satu kata, larik

keenam terdiri dari satu kata, larik

ketujuh terdiri dari enam kata.

4) Bait ke-4 terdiri dari empat larik; larik

pertama terdiri dari satu kata, larik

kedua terdiri dari lima kata, larik

ketiga terdiri dari empat kata, larik

keempat terdiri dari lima kata.

5) Bait ke-5 terdiri dari lima larik; larik

pertama terdiri dari tiga kata, larik

kedua terdiri dari tiga kata, larik

ketiga terdiri dari satu kata, larik

keempat terdiri dari empat kata, larik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 361: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

346

kelima terdiri dari satu kata.

Struktur Batin Puisi Kesaksian Luka

Tema

289. Dalam puisi “Kesaksian Luka” mengandung tema besar kritik sosial dan tema khususnya

kesaksian. Melalui puisi ini, penulis ingin memaparkan peristiwa sejarah Indonesia yang

terpendam akan luka-luka sehabis peperangan.

Perasaan

290. Dalam puisi “Kesaksian Luka”, penulis mengungkapkan rasa penderitaan dan kepedihan.

Penderitaan dan kepedihan itu tampak dari penggalan-penggalan puisi menjelaskan

bagaimana negara Indonesia membangun dirinya dari segala luka. Sehingga Indonesia

menjadi menjadi negara yang dijajah oleh negara lain.

Nada

291. Dalam puisi “Kesaksian Luka” bernada kesedihan. Penulis mengajak pembaca untuk

memahami kesaksikan dan penderitaan yang dirasakan oleh negara Indonesia membangun

dirinya dari segala luka.

Amanat

292. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu agar kita mengetahui

tentang keadaan sebenarnya yang di negara Indonesia. Sejarah yang telah terjadi telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 362: KARYA PERI SANDI HUIZHCE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

347

dilupakan, karena keadilan belum sepenuhnya belum ditegakkan.

Mengetahui,

Dosen Pembimbing, Dosen Triangulator

Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M. Hum Petrus Hariyanto, M.Pd.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI