kandungan mineral, proksimat dan ...1999;nurjanah et al. 2005), kerang bulu (anadara inflata)...

Download KANDUNGAN MINERAL, PROKSIMAT DAN ...1999;Nurjanah et al. 2005), kerang bulu (Anadara inflata) (Nurjanah et al. 1999), kerang hijau (Mytilus viridis) (Nurjanah et al. 1999; Suaniti

If you can't read please download the document

Upload: nguyendien

Post on 08-Feb-2018

248 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

  • | Prosiding Pertemuan Ilmiah dan Seminar Nasional MPHPI 2011 103

    KANDUNGAN MINERAL, PROKSIMAT DAN PENANGANAN KERANG POKEA (Batissa violacea celebensis Marten 1897) DARI SUNGAI POHARA

    SULAWESI TENGGARA

    Yenni1, Tati Nurhayati1, Nurjanah1, Fitje Losung2 1Departemen Teknologi Hasil Perairan FPIK IPB

    2Universitas Sam Ratulangi Email: [email protected]/[email protected]

    Abstrak

    Kerang pokea (Batissa violacea celebensis Marten 1897) telah dikonsumsi sehari-hari

    oleh masyarakat setempat. Kerang air tawar ini hanya ditemukan di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara, sehingga di duga sebagai spesies endemik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penanganan dan pengolahan serta menentukan komposisi kimia (mineral Zn, Se, Ca, Mg, K, Fe, P, Pb, Cd, Hg dan proksimat) kerang pokea. Penentuan mineral dilakukan dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) dan penentuan proksimat menggunakan metode AOAC 2005. Kerang pokea di Sulawesi Tenggara memiliki nilai ekonomis penting yang dijual dalam bentuk segar utuh, segar kupas dan sate. Kandungan mineral dan proksimat kerang pokea ini telah diteliti. Hasil analisis mineral untuk kerang pokea kering adalah: Zn 139,72 ppm; Se

  • | Prosiding Pertemuan Ilmiah dan Seminar Nasional MPHPI 2011 104

    2008), kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) (Nurjanah et al. 2010), kijing taiwan (Anodonta

    woodiana Lea.) (Salamah et al. 2008), kerang mas ngur (Atactodea striata)

    (Waranmaselembun 2007; Mutaqin 2009), dan lokan (Batissa violacea) (Eka 2005).

    Jenis kerang lain yang telah dikonsumsi oleh masyarakat adalah kerang pokea

    (Batissa violacea celebensis Marten 1897). Kerang ini diduga endemik karena hanya

    ditemukan di Sungai Pohara Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara sekitar 25 km ke arah

    muara pada kedalaman 1-9 meter (Bahtiar 2005). Kerang pokea merupakan moluska air

    tawar dari Famili Corbiculidae yang memiliki cangkang berwarna coklat tua hingga ungu

    kehitam-hitaman, bentuknya sedikit pipih dan membulat.

    Kerang pokea telah menjadi komoditas penting bagi masyarakat di sekitar Sungai

    Pohara, produknya dijual dalam bentuk segar utuh, segar kupas dan sate sehingga

    berpotensi menjadi salah satu produk unggulan daerah. Secara empiris, kerang pokea juga

    dipercaya mampu mengobati berbagai penyakit seperti penyakit kuning, malaria, demam,

    asma dan menurunkan tekanan darah. Namun informasi mengenai kandungan gizi kerang

    pokea belum tersedia. Sehingga penelitian mengenai penanganan, kandungan proksimat dan

    mineral dari kerang pokea perlu dilakukan. Hal ini untuk memberikan informasi mengenai

    kandungan gizi dan memastikan bahwa kerang pokea memenuhi persyaratan sebagai

    makanan yang sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia, cara

    penanganan, pengolahan dan distribusi kerang pokea yang diambil dari Sungai Pohara

    Sulawesi Tenggara.

    METODE

    Bahan dan Alat

    Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerang pokea kering yang

    diambil dari Sungai Pohara, tepatnya di Desa Besu Kecamatan Bondoala Kabupaten Konawe

    Sulawesi Tenggara. Bahan-bahan kimia untuk menentukan kandungan mineral dan proksimat.

    Alat yang digunakan adalah stoples tempat contoh dan alat untuk analisis yaitu

    seperangkat peralatan analisis mineral dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry)

    dan proksimat.

    Metode Penelitian

    Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu survei lapangan dan pengambilan contoh

    pada bulan Maret 2011 serta analisis komposisi kimia (mineral dan proksimat). Untuk

    mengetahui distribusi, penanganan, pengolahan kerang pokea diadakan survei ke habitat

    (perairan Sungai Pohara) maupun pasar. Informasi diperoleh melalui wawancara dengan

    nelayan, penjual dan konsumen.

  • | Prosiding Pertemuan Ilmiah dan Seminar Nasional MPHPI 2011 105

    Analisis laboratorium dilakukan dengan metode: mineral dengan AAS Model Varian

    AA-30 (SNI 01-2891-1992) dan proksimat (AOAC 2005).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil yang diperoleh meliputi: penanganan dan pengolahan kerang serta analisis

    mineral dan proksimat.

    Penanganan dan Pengolahan Kerang Pokea

    Penanganan kerang pokea (Batissa violacea celebensis Martens 1897) dari Sungai

    Pohara yang dilakukan oleh nelayan adalah mengumpulkan kerang dengan cara menangkap

    atau memanen dengan alat yang disebut tangge (alat berupa keranjang besi yang diberi

    pegangan bambu panjang sekitar 10 meter) secara acak lalu dikumpulkan di atas perahu.

    Pengalaman masyarakat, kerang pokea paling banyak ditemukan di bagian tengah sungai

    yang kedalamannya sekitar 9 meter.

    Sebagian masyarakat yang berprofesi sebagai penambang pasir juga memanen

    kerang pokea menggunakan waskom atau keranjang yang terbuat dari rotan dengan cara

    menyelam. Pengambilan kerang pokea dilakukan pada saat air surut bersamaan dengan

    penambangan pasir, kerang pokea yang tertangkap kemudian dipisahkan di atas perahu.

    Kerang pokea telah menjadi komoditas penting bagi masyarakat setempat karena

    bernilai ekonomis yang dijual dalam bentuk segar utuh, segar kupas dan sate. Penanganan

    dan pengolahan kerang pokea dapat dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 1 Diagram alir penanganan dan pengolahan kerang pokea.

    Kerang Pokea Hidup

    Rumah Makan Pengumpul

    Nelayan

    Pembuat Sate

    Rebus/Sate

    Konsumen

    Konsumen Utuh/Kupas

    Konsumen

    Konsumen

  • | Prosiding Pertemuan Ilmiah dan Seminar Nasional MPHPI 2011 106

    Pengolahan kerang pokea yang dilakukan oleh masyarakat sebelum dikonsumsi

    adalah direbus dengan menambahkan sedikit garam untuk memperkuat rasa. Sebelum diolah

    menjadi makanan, kerang pokea direndam dalam air selama satu malam untuk

    menghilangkan pasir. Hal ini didasarkan pada pengalaman empiris masyarakat di sekitar

    Sungai Pohara yang sering mengkonsumsi kerang pokea. Pengambilan daging kerang pokea

    dari cangkangnya yaitu, cukup direbus hingga cangkangnya terbuka dan siap dikonsumsi.

    Untuk memperoleh daging kerang pokea yang masih mentah, masyarakat masih

    menggunakan cara tradisional yaitu memberikan sedikit air pada permukaan kerang. Mulut

    cangkang kerang akan sedikit terbuka, kemudian ujung pisau dimasukkan ke dalam cangkang

    dan diberi tekanan sedikit hingga terbuka.

    Hasil Analisis Mineral

    Ukuran panjang cangkang kerang pokea (Batissa violacea celebensis Martens 1897)

    yang diperdagangkan oleh masyarakat berkisar antara 2,2-6,81cm dan lebar sekitar 2,61-

    8,22 cm dengan bobot berkisar antara 3,60-113,14 g. Rendemen rata-rata kerang pokea

    yang dikonsumsi yaitu 21,63%. Hasil analisis kandungan mineral pada kerang pokea kering

    terdiri dari beberapa makro mineral (Ca, K, Mg); mikro mineral (Zn, Mn, Fe, Se) dan logam

    berat berbahaya (Pb, Cd, Hg) dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1 Hasil analisis kandungan mineral kerang pokea (Batissa violacea celebensis Martens 1897)

    Parameter Nilai (ppm)

    Mineral makro: Kalium (K) 1.774,96

    Kalsium (Ca) 1.482,46 Magnesium (Mg) 655,88

    Mineral mikro: Besi (Fe) 4.699,12 Fosfor (P) 3.386,42 Seng (Zn) 139,72

    Selenium (Se)

  • | Prosiding Pertemuan Ilmiah dan Seminar Nasional MPHPI 2011 107

    pembawa oksigen, bukan saja oksigen pernapasan menuju jaringan, tetapi juga dalam

    jaringan atau dalam sel (Brock & Mainou 1986; King 2006). Zat juga berperan sebagai

    bagian dari beberapa enzim hemoprotein yaitu enzim yang memegang peran penting dalam

    proses oksidasi-reduksi dalam sel (Dhur et al. 1989).

    Kandungan mineral seng pada kerang pokea yaitu 139,72 ppm. Mineral seng adalah

    trace element yang esensial bagi semua makhluk hidup, komponen penting pada struktur dan

    fungsi membran sel, sebagai antioksidan, dan melindungi tubuh dari serangan lipid

    peroksidase merupakan komponen lebih dari 200 enzim metallo serta senyawa metabolik

    lainnya, seng menjamin stabilitas molekul biologis seperti DNA serta struktur biologis seperti

    membran dan ribosom (Eisler 1993; Vallee dan Falchuk 1993) serta berperan dalam

    menstabilkan struktur protein, seperti insulin, alkohol dehidrogenase hati, alkalin fosfat, dan

    superoksida dismutase (Brown et al. 2002).

    Kandungan selenium pada kerang pokea adalah

  • | Prosiding Pertemuan Ilmiah dan Seminar Nasional MPHPI 2011 108

    nutrisi lain berdasarkan berat keringnya (Tabel 2) menunjukkan kadar protein tinggi sehingga

    dapat digunakan sebagai salah satu sumber protein hewani. Selain itu kandungan gizi kerang

    pokea juga setara dengan beberapa jenis moluska maupun echinodermata yang telah

    dikonsumsi dan secara empiris dipercaya sebagai aprodisiaka serta mampu mengobati

    berbagai penyakit (Ibrahim 2001; Waranmaselembun 2007; Nurjanah et al. 2008; Nurjanah

    2009).

    Tabel 2 Komposisi kimia kerang pokea yang telah dikeringkan dibandingkan dengan sumber nutrisi lain

    Parameter

    Kerang pokea (B. violacea celebensis Marten 1897)

    Kerang mas ngur

    (Atactodea striata)a

    Kerang pisau (Solen spp)b

    Kerang darah

    (Anadara granosa)c

    Kerang hijau

    (Mytilus viridis)c

    Teripang pasir (H.

    nobilis)c

    Lintah laut (Discodoris

    sp.)d

    Protein 50,48 56,08 55,34 79,92 42,17 46,56 49,60 Lemak 6,86 5,95 1,82 6,78 5,06 4,86 4,58 Abu 10,67 7,88 14,87 5,64 17,09 45,41 11,74 Karbohidrat 29,13 21 27,98 1,34 8,45 1,29 18,83 Serat 5,53 1,25 - - - - - Air 2,70 7,84 0 6,32 35,68 1,88 15,25 Sumber : a Waranmaselembun (2007)

    b Nurjanah et al. (2008) c Witjaksono (2005) d Nurjanah (2009)

    Kandungan karbohidrat kerang pokea masuk kategori tinggi yaitu lebih dari 20%

    sehingga baik dikonsumsi, khususnya bagi penderita penyakit hati. Hal ini sesuai dengan

    pengalaman empiris masyarakat setempat yang percaya bahwa mengkonsumsi kerang

    pokea dapat menyembuhkan penyakit kuning yang merupakan salah satu gejala klinis

    penyakit hati. Karbohidrat yang tinggi akan meningkatkan penyediaan glukosa untuk

    melindungi simpanan glikogen di hati dan membantu menyediakan energi, metabolisme lemak

    dan protein serta melindungi protein agar tidak digunakan sebagai penghasil energi

    sehingga protein tetap berfungsi sebagai zat pembangun. Karbohidrat yang dibutuhkan

    orang dewasa antara 300-400 g per hari.

    Kandungan lemak pada kerang pokea kering termasuk dalam kategori lemak sedang.

    Meski demikian kerang-kerangan dan udang-udangan adalah makanan sumber lemak yang

    aman, karena kolesterolnya cukup tinggi tapi kadar lemak total dan lemak jenuhnya rendah.

    Kadar asam lemak tak jenuh ganda omega-3 dalam makanan laut cukup tinggi. Asam lemak

    omega-3 dilaporkan dapat meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik) serta menurunkan LDL

    (kolesterol jahat) dan trigliserida dalam darah (Furkon 2004).

    Kadar abu kerang pokea adalah 10,67% yang tidak jauh berbeda dengan jenis

    kerang lainnya. Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.

  • | Prosiding Pertemuan Ilmiah dan Seminar Nasional MPHPI 2011 109

    Kadar abu menunjukkan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan (Sudarmadji

    et al. 2007). Mineral memegang peranan penting dalam memelihara fungsi tubuh, baik pada

    tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan (Almatsier 2006).

    KESIMPULAN

    Sebelum diolah menjadi makanan, kerang pokea direndam semalaman untuk

    menghilangkan pasirnya. Produk kerang pokea yang dijual adalah segar utuh, segar kupas

    dan sate. Kerang pokea merupakan sumber protein dan mineral yang baik. Kandungan

    gizinya tinggi dan sebanding dengan jenis kerang-kerangan lainnya serta aman dikonsumsi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Almatsier Y. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan keenam. Jakarta: Gramedia.

    Association of Official Analytical Chemist [AOAC]. 2005. Official Methods of Analysis (18 Edn). Association of Official Analytical Chemist Inc. Mayland. USA.

    Badan Standardisasi Nasional [SNI]. 1992. SNI 01-2891-1992. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

    Badan Standar Nasional [SNI]. 2009. SNI 7387:2009. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

    Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia [BPOM RI]. 2009. Penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam makanan. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

    Bahtiar. 2005. Kajian populasi pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) di Sungai Pohara Kendari Sulawesi Tenggara [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

    Brock JH, Mainou TF. 1986. Iron and immunity. Pro. Nutr. Soc. 45: 303.

    Brown KH, Peerson JM, Rivera J, Allen LH. 2002. Effect of supplemental zinc on the growth and serum zinc concentrations of prepubertal children: a meta-analysis of randomized controlled trials. Am. J. Clin. Nutr. 75: 1.0621.071.

    Budiyanto AK. 2002. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

    Dhur A, Galan P, Hercberg S. 1989. Iron status, immune capacity, and resistance to infections. Comp. Biochem. Phys. A-Comp. Phys. 94: 11

    Eka RS. 2005. Analisis populasi dan habitat: sebaran ukuran dan kematangan gonad kerang lokan (Batissa violacea, Lamarck 1818) di Muara Sungai Batang Anai Padang Sumatera Barat [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

    Eisler R. 1993. Zinc Hazards to Fish, Wildlife and Invertebrates: A Synoptic Review. US Department of The Interior.

    Furkon UA. 2004. Konsumsi Kerang dan Udang Membahayakan Kesehatan, Benarkah?. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0404/15/cakrawala/lainnya06.htm.

    Ibrahim M. 2001. Isolasi dan uji aktivitas biologi senyawa steroid dari lintah laut (Discodoris sp.) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

    King MW. 2006. Clinical aspect of iron metabolism. J. Med. Biochem. 15(9): 14.

  • | Prosiding Pertemuan Ilmiah dan Seminar Nasional MPHPI 2011 110

    Latham MC. 1997. Human Nutrition in the Developing World. Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations. pp. 508.

    Monni S, Salemaa M, Miller N. 2000. Environmental Pollution 109:221-229.

    Mukesh K, Raikwar, Kumar P, Singh M, Singh A. 2008. Review: Toxic effect of heavy metals in livestock health. Veterinary World 1(1): 28-30.

    Mutaqin AM. 2009. Pengujian toksisitas kerang mas ngur (Atactodea striata) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

    Nurjanah. 2009. Karakterisasi lintah laut (Discodoris sp.) dari perairan pantai Pulau Buton sebagai antioksidan dan antikolesterol [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

    Nurjanah, Hartanti, Nitibaskara RR. 1999. Analisa kandungan logam berat Hg, Cd, Pb, As dan Cu dalam tubuh kerang konsumsi. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 6(1):5-8.

    Nurjanah, Kustiariyah, Rusyadi S. 2008. Karakteristik gizi dan potensi pengembangan kerang pisau (Solen spp) di Perairan Kabupaten Pamekasan Madura. Jurnal Perikanan dan Kelautan 13(1):41-51.

    Nurjanah, Purwatiningsih S, Salamah E, Abdullah A. 2010. Karakteristik protein dan asam amino kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) dari Situ Gede, Bogor. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia 2010, Melindungi Nelayan dan Sumberdaya Ikan.

    Nurjanah, Zulhamsyah, Kustiyariyah. 2005. Kandungan mineral dan proksimat kerang darah (Anadara granosa) yang diambil dari Kabupaten Boalemo, Gorontalo. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 7(2):15-24.

    Okuzumi M, Fujii T. 2000. Nutritional and functional properties of squid and cuttlefish. Japan: National Cooperative Association of Squid Processors.

    Primadhani. 2006. Konsumsi energi dan protein pada penderita penyakit hati rawat inap di Perjan RS DR. Cipto Mangunkusumo Jakarta [skripsi]. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 83.

    Reeves RD, Baker AJM. 2000. Metal Accumulation Plants. In: Phytoremediation of toxic metals: Using plant to clean up the environment. (Ed: I. Raskin and B.D. Ensely). John Wiley and Sons, Inc. Torento, Canada. pp:193-229.

    Salamah E, Ayuningrat E, Purwaningsih S. 2008. Penapisan awal komponen bioaktif dari kijing taiwan (Anodonta woodiana Lea.) sebagai senyawa antioksidan. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 11 (2): 119-133.

    Suaniti NM. 2007. Pengaruh EDTA dalam penentuan kandungan timbal dan tembaga pada kerang hijau (Mytilus viridis). Ecotrophic 2(1):1-7.

    Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Cetakan ketiga. Yogyakarta: Liberty.

    Vallee BL, Falchuk KH. 1993. The biochemical basis of zinc physiology. Physiological Reviews 73(1):79-118.

    Waranmaselembun C. 2007. Komposisi kimia dan aktivitas inhibitor topoisomerase I dari kerang mas ngur (Atactodea striata) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

    Witjaksono HT. 2005. Komposisi kimia ekstrak dan minyak dari lintah laut (Discodoris boholensis) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.