jurnal saraf

72
JOURNAL READING Supervisor : dr.Nasrullah Sp.BS Pembimbing : dr.M.Rivai Nama : Mohd Azizan Stambuk : C11107372

Upload: azizan-ab

Post on 03-Jan-2016

196 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ketidakstablian klinis

TRANSCRIPT

JOURNAL READINGSupervisor : dr.Nasrullah Sp.BS

Pembimbing : dr.M.RivaiNama : Mohd Azizan

Stambuk : C11107372

DefinisiKetidakstabilan klinis digambarkan

sebagai hilangnya kemampuan tulang belakang dalam mempertahankan hubungan antara vertebra sehingga terdapat cedera atau iritasi pada medulla spinalis atau radiks, dan deformitas atau nyeri akibat perubahan struktural pada beban yang fisiologis.

Beban fisiologis adalah beban yang dilihat

pada saat pasien melakukan aktivitas biasa."Incapacitating pain" adalah nyeri yang tidak

dapat dikendalikan dengan obat-obat non-narkotik.

"Incapacitating deformity" adalah deformitas yang jelas timbul di mana pasien tidak mampu untuk beradaptasi.

Ketidakstabilan klinis dapat terjadi akibat trauma, penyakit, operasi, atau kombinasi dari tiga hal ini.

Elemen Dasar dari analisis sistematis dari masalah stabilitas klinis pada tulang belakangPertimbangan anatomiFaktor biomekanikPertimbangan klinisPertimbangan pengobatanSistem evaluasi yang direkomendasikanPengobatan yang direkomendasikan

Radiografi Magnifikasi

Pertimbangan utama dalam menilai ketidakstabilan klinis adalah evaluasi pada radiografi pasien.

Dengan mengambil standar jarak, perhitungan yang bermakna dapat dibuat dengan radiografi.

Pemeriksaan radiografi saat ini merupakan satu-satunya pertimbangan objektif dalam menentukan posisi relatif vertebra dalam tulang belakang yang berpotensi tidak stabil.

PERTIMBANGAN ANATOMIS

Variasi aspek anatomi pada daerah atlanto-axial diperlihatkan pada bab 2 dan 4.

Satu dari variabel utama dalam masalah ketidakstabilan klinis adalah terdapatnya perubahan posisi tanpa defisit neurologis.

Hal ini khususnya bergantung pada diameter sagital yang normal dari kanalis spinalis, yang telah diteliti pada 200 dewasa normal oleh Wolf dkk.

Hasil ini diperlihatkan pada gambar 5-7. Data yang sama pada anak-anak juga ada.

Tulang dan kartilago pada artikulasi sendi facet, dengan konfigurasinya yang bikonveks, dipertahankan bersama dengan kapsul artikular yang elastis yang dirancang agar dapat memberikan pergerakan sendi yang besar.

Akibatnya, kapsul dan konfigurasi tulang memberikan peran yang kecil pada stabilitas klinis sendi.

Juga, mekanisme stabilitas utama dari sendi ini didapatkan melalui dens dan struktur berbentuk cincin yang mengelilinginya.

Struktur ini terdiri dari bagian tulang dari atlas pada anterior dan lateal dan ligamen tranversal pada posterior.

Semua struktur anatomis memberikan peran sekunder dalam stabilitas pada sendi ini. Ligamen kuning yang kuat tidak diperlihatkan pada antara C1-C2, tetapi diperlihatkan membran atlanto-axial yang lebih lemah.

Ketergantungan Antara Anatomis dan Stabilitas Klinis

Dari deskripsi anatomis terdapat beberapa struktur yang memberikan beberapa stabilitas langsung atau tidak langsung pada kedua sendi occipital-atlantal dan atlanto-axial.

Terdapat dua grup dengan struktur seperti ini. Grup pertama berjalan longitudinal, melekat pada 3 tempat, dan termasuk ligamen longitudinal anterior, membran tektorial, ligamen cruciate, dan ligamen nucheal.

Grup yang lain memberikan beberapa stabilitas untuk kedua sendi dengan melewati satu segmen dan termasuk ligamen alar dan apikal (gambar 5-10).

Gambar 5-10. Gambaran anatomis dari ligamen-ligamen utama yang menstabilkan kompleks occipito-atlanto-axial. Struktur dapat dipisahkan menjadi 3 lapisan. (A) Lapisan pertama. Ketika struktur tulang dan ligament di bagian posterior diangkat, terdapat membrane tectorial.

(B) lapisan kedua. Struktur berikutnya lebih di depan adalah ligament cruciate. Ligamen transversal adalah komponen dari ligamen cruciate dan paling penting dalam stabilisasi kompleks atlanto-axial.

(C). Lapisan ketiga. Anterior dari ligamen cruciate terdapat ligamen apical dan alar yang berperan sebagai stabilisasi sekunder. Ligamen-ligamen ini berpeean dalam ketersalinggantungan kompleks occipital-atlanto-axial melalui perlekatan anatominya.

FAKTOR BIOMEKANIK

Pada fleksi dari sendi ocp-C1, batasnya ditentukan dari pergeseran dari batas anterior dari foramen magnum pada dens. Fleksi tambahan harus terjadi pada sendi C1-C2. Rentang ini dibatasi oleh ikatan membran tektorial pada dens.

Ekstensi juga dibatasi oleh membran tektorial. Lebih jelas, jumlah tambahan dari fleksi akan diharapkan terjadi pada artikulasi ini jika terjadi kegagalan pada membran tektorial atau kegagalan pada bagian anterior dari foramen magnum atau dens.

Kompleks ocp-C1-C2 membatasi pergerakan. Pada fleksi ocp-C1 diperiksa melalui kontak osseus pada cincing anterior dari foramen magnum pada dens.

Ekstensi dibatasi oleh membran tektorial, dan fleksi lateral di batasi oleh ligamen alar. Pada level C1-C2, fleksi dibatasi oleh membran tektorial, dan ekstensi dibatasi membran tektorial dan ligamen posterior lainnya. Rotasi dibatasi oleh ligamen alar.

Walaupun ligamen cruciate memainkan bagian yang kecil pada gerakan fisiologis, Fielding menunjukkan bahwa struktur itu paling penting dalam mencegah translasi anterior abnormal.

PERTIMBANGAN KLINIS(Subluksasi dan Dislokasi pada Sendi Atlanto-Aksial)Dengan pengalaman biomekanik dan laporan

pada 11 kasus, Fielding dkk menunjukkan bahwa stabilitas klinis pada sendi C1-C2 bergantung pada ligamen transversal yang intak.

Struktur ini, dibantu oleh ligamen alar, tetapi tidak adanya ligamen transversal, ligamen alar tidak juga dapat mencegah translasi abnormal anterior C1 pada C2.

Pada semua pasien yang menderita cedera kepala berat selain itu disertai pula cedera pada C1-C2.

Mereka semua mengeluh sakit leher dengan berbagai periode waktu setelah cedera. Tiga pasien dengan gejala neurologis.

Perubahan posisi anterior pada pasien di radiografi adalah 7,2 mm.

Peneliti mengungkapkan bahwa fusi mungkin terapi pilihan untuk kondisi ini, karena risiko kematian dan tetraplegia pada perubahan posisi di tempat ini sangat tinggi.

Pola Subluksasi dan Dislokasi di Sendi Atlanto-AxialTranslasiAnterior bilateralPosterior bilateralRotasiAnterior unilateralPosterior unilateralKombinasi anterior dan posterior unilateral

Perubahan Posisi Anterior BilateralPerubahan posisi translasi primer ini dapat

terjadi dengan fraktur atau displastik odontoid, atau ligamen transversal yang ruptur atau tertarik (gambar 5-12).

Terdapat riwayat cedera kepala atau leher, atau hantaman pada punggung.

Pada kasus kelemahan ligamen transversal, biasanya terdapat rematoid artritis atau infeksi akut atau kronik pada kepala atau leher.

Perubahan posisi posterior bilateral. Hal ini sangat jarang, dislokasi translasi telah

dikaitkan dengan reumatoid artritis. Dislokasi ini hanya ditemukan pada fraktur pada dens, atau hancurnya, dan tidak adanya arkus anterior dari atlas kongenital. Sebuah contoh dari jenis dislokasi ini pada defek kongenital dens.

Kadang pasien dengan kondisi ini memberikan stabilitas klinisnya sendiri dengan memegang kepala dengan tangan. Ketika jenis dari dislokasi ini dengan adanya fraktur dens, diobati berdasarkan pedoman pada bab 4.

Jika masalah karena tidak adanya atau hancurnya dens, disarankan fusi posterior C1-C2.

Perubahan posisi anterior unilateralJenis perbuahan posisi abnornal ini, antara

C1 dan C2, yang paling sering terjadi. Baik massa artikulasi kiri atau kanan bergerak ke depan, dan aksis rotasi pada regio di mana artikulasi facet yang tetap ada di belakang (gambar 5-16).

Biasanya terjadi dalam kaitan dengan bermacam-macam kondisi artritis atau infeksi pada kepala dan leher. Juga, patologinya termasuk ligamen transversal juga kapsul artikulasi pada sisi subluksasi.

Perubahan posisi unilateral posteriorHal ini mungkin paling jarang pada cedera

rotasi. Biasanya tejadi dengan defisit atau fraktur odontoid.

Mungkin terdapat gejala neurologis, sama seperti pada perubahan posisi anterior unilateral.

Satu massa artikulasi bergerak ke posterior, dengan aksis rotasi menjadi daerah dari artikulasi pada sisi yang berlawanan (gambar 5-18).

Terdapat tortikolis dan nyeri dilaporkan pada tipe lain. Pada kasus ini tidak terdapat pemisahan abnormal antara dens dan cincing anterior dari C1.

Perubahan posisi lateral dari dens dapat terlihgat pada ct-scan axial. Kurangnya gerakan C1-C2 dapat terlihat pada cineradiografi dengan rotasi aksial dari kepala

Subluksasi dan Dislokasi Kombinasi Anterior dan Posterior Unilateral pada C1-C2.Situasi ini terjadi ketika terdapat perbuahan

posisi rotasi abnormal, dengan satu massa lateral berubah ke depan dan yang lainnya ke belakang. Aksis dari rotasi ini pada regio dens (gambar 5-19).

Jika baik kedua massa rotasi sempurna pada artikulasi normal kemudiam deformitas akan menetap. Nyeri dan tortikolis akan muncul.

Hal ini juga dapat berkaitan dengan defisit neurologis. Penemuan radiologi sama dengan pada perubahan posisi posterior unilateral.

Lesi ini dapat dianggap tidak stabil. Jika dens, ligamen transversal, dan membran

tektorial intak, hilangnya integritas fungsional pada kapsul ligamen mungkin tidak menyebabkan segmen gerak tidak stabil.

Dapat sulit untuk dikenal ketidakstabilan klinis pada jenis subluksasi ini. Di sarankan percobaan reduksi dengan traksi. Jika tidak berhasil, dan gejala tidak dapat ditolerir, fusi C1-C2 direkomendasikan.

Sistem Evaluasi yang DirekomendasikanSedikit yang dapat dikatakan mengenai stabilitas

klinis pada subluksasi dan dislokasi C1-C2. Ligamentum transversal, dan satu atau lebih

kapsul artikulasi, harus terganggu sehingga dapat menyebabkan perubahan posisi rotasi abnormal.

Jika terdapat translasi sagital abnormal pada perhitungan radiografi lebih dari 3 mm pada orang dewasa dan 4 mm pada anak-anak, atau jika ada tanda atau gejala neurologi yang mengarah ke iritasi dari medulla spinalis, keadaan dipertimbangkan tidak stabil.

Terapi yang DirekomendasikanDirekomendasikan pada cedera yang tidak stabil

dengan traksi dengan sedikit ekstensi selama 2-3 minggu, atau hingga reduksi tercapai.

Diikuti dengan fiksasi dengan ortosis servikal dengan kontrol maksimun selama 10 minggu tambahan.

Jika pada waktu itu tidak terdapat defisit neurologis, tortikolis, nyeri, maka pasien akan diberikan kontrol intermediet ( empat brace dengan bantuan dari thoraks). Jika tidak, atau muncul gejala-gejala di atas, fusi C1-C2 direkomendasikan.

PERTIMBANGAN ANATOMISBerdasarkan oleh Bailey "Struktur anatomis

yang paling penting dalam memberikan stabilitas pada tulang servikal adalah struktur otot dan ikatan yang keras antara vertebra yang dibentuk oleh diskus intervertebralis".

Dia juga menekankan pentingnya annulus fibrosus pada tulisannya yang lain.

Munroe melakukan penelitian terhadap tulang belakang mayat manusia

Kestabilan servikal utamanya berasal dari diskus intervertebralis dan ligamen longitudinal anterior dan posterior.

FAKTOR BIOMEKANIK

Eksperimen telah dilakukan pada gerakan segmen servikal pada ruangan berkelembaban tinggi menggunakan beban fisiologis untuk merangsang fleksi dan ekstensi.

Proses eksperimen ini dapat dilihat pada gambar 5-22. Ligamen dipotong dalam satu bagian dari posterior ke anterior pada beberapan segmen gerakan dan dari anterior ke posterior sisanya.

Titik gagal didefinisikan sebagai titik pada vertebra atas yang tiba-tiba berotasi 90 derajat atau berubah tempat pada tabel eksperimen

Elemen anterior ditetapkan sebagai ligament longitudinal posterior dan struktur lain di depannya. Elemen posterior ditetapkan sebagai semua struktur di belakang dari ligamen longitudinal posterior. (gambar 5-21).

Berdasarkan dari percobaan ini, dapat diperkirakan apabila sebuah segmen gerak memiliki semua elemen anteriornya ditambah satu struktur tambahan, akan mungkin tetap stabil di dalam beban yang fisiologis.

Untuk dapat menyediakan beberapa batas klinis keamanan, kami menyarankan agar segmen gerak pada semua elemen anterior atau semua elemen posterior dapat dihancurkan atau tidak dapat berfungsi dipertimbangkan berpotensi tidak stabil.

PERTIMBANGAN KLINIS

Kerusakan Struktural dan Defisit Neurologis

Apakah ada hubungan antara kerusakan struktural yang diketahui dengan defisit neurologis?

Barnes menulis “satu dari masalah yang membingungkan dari cedera servikal adalah kurangnya hubungan antara derajat perubahan posisi dari vertebra dan keparahan lesi pada medulla spinalis.

Terdapat kasus di mana tidak ada bukti kerusakan dari tulang pada gambaran radiologis di mana terdapat cedera pada saraf yang tidak bisa diperbaiki; sebaliknya, dengan dislokasi yang jelas tidak terjadi paraplegia.

Defisit Neurologis dan Instabilias Klinis

Sejak penelitian oleh Gosch dkk pada binatang di mana dapat terjadi cedera pada medulla spinalis dengan struktur penyokong yang intak, kita harus berpikir hal ini juga dapat terjadi pada manusia.

Kejadian seperti itu lebih mudah terjadi pada saluran yang kecil, atau cedera oleh osteofit atau ligamen kuning, semua hal ini dapat mudah terjadi dan dapat dioperasi pada lesi medulla spinalis sentral, seperti yang dijelaskan oleh Schneider.

Walaupun pada kebanyakan orang di mana terdapat cedera pada medulla spinalis atau radiks, instabilitas harus dicurigai. Anggapan ini, harusnya dipertimbangkan berdasarkan hubungan ke informasi klinis lain pada pasien khusus harus dipertimbangkan.

Tetrad yang dapat dikenal untuk instabilitas klinisPelebaran ruang interspinosaSubluksasi dari sendi facetFraktur kompresi dari vertebra bawah

sekitarHilangnya lordosis servikal yang normal

Stabilitas Klinis dari Dislokasi Facet Unilateral

Studi klinis dan eksperimen dari Beatson paling bagus. Dia membuat dislokasi facet unilateral dan bilateral dan menilai perubahan posisi pada aspek sagital melalui foto lateral.

Penemuan ini berhubungan dengan studi anatomi pada kerusakan struktur ligamen yang bersangkutan.

Pada foto lateral, perubahan posisi ½ dari diameter anteroposterior dari corpus vertebra atau kurang mengindikasikan sebuah dislokasi facet unilateral

Jika perubahan posisi lebih dari ½ diameter anteroposterior sebaiknya didiagnosa dengan dislokasi facet bilateral.

Bedbrook mengatakan bahwa dengan perubahan posisi ½ diameter anteroposterior corpus vertebra, canalis spinalis akan tertekan sebesar 1/3 dari diameter anteroposteriornya.

Stabilitas Klinis dari Dislokasi Facet Bilateral

Pada beberapa laporan klinis, dislokasi facet bilateral dipertimbangkan sebagai cedera tidak stabil.

Eksperimen oleh Beatson menunjukkan bahwa untuk membuat dislokasi facet bilateral, penting untuk merusak ligament interspinosa, kapsul dari kedua sendi facet, ligament longitudinal posterior, dan annulus fibrosus.

Hal ini akan menghasilkan situasi tidak stabil secara klinis. Cedera ini menyebabkan translasi abnormal sepanjang axis-z.

PERTIMBANGAN PENGOBATAN

Efek dari Reduksi Terhadap PrognosisApakah reduksi dari dislokasi fraktur pada

servikal bawah berpengaruh terhadap prognosis?

Roger menekankan progresitifitas dari gejala medulla spinalis lebih sering terjadi pada fraktur yang tidak tereduksi.

Burke dan Berryman menekankan sejumlah besar pasien membaik setelah manipulasi manual. Walaupun begitu, pernyataan ini belum didokumentasi.

Peran dari Manipulasi

Apakah nilai dari manipulasi pada dislokasi dan dislokasi fraktur pada servikal bawah?

Di Amerika Serikat, terdapat keharusan untuk melakukan manipulasi walaupun jika dipikir itu adalah pantangan, di mana di UK merupakan sesuatu yang biasa.

Beatson telah menunjukkan bahwa traksi axial mungkin bukan metode utama yang efisien untuk reduksi dari dislokasi facet unilateral dan bilateral. Dia memberikan teknik untuk reduksi dari kedua macam cedera.

Peneliti lain telah menggambarkan teknik dan manajemen manipulasi untuk pengobatan cedera tulang belakang.

Peran dari Dekompresi

Bagaimana dengan dekompresi? Diskusi yang mendetail dari kontroversi ini dapat mengisi banyak halaman pada topik instabilitas klinis. Kami menyarankan beberapa pedoman dan perhatian terhadap batasan dan sifat kontroversialnya.

Berikut ini indikasi yang sekarang diterima untuk dekompresi : bukti radiologi adanya tulang atau benda asing di dalam canalis medullaris, yang menyebabkan gejala-gejala medulla

; bukti melalui myelografi dengan udara atau kontras adanya hambatan ekstradural yang tersebar; dan penilaian klinis ( seperti : adanya lesi neurologis inkomplit yang progresif, ahli bedah yakin kalau dekompresi akan menguntungkan).

Umumnya, keputusan dekompresi sebaiknya dibuat dan dilakukan secepat mungkin apabila kondisi klinis sudah memungkinkan.

Indikasi konvensional untuk Operasi Arthredosis

Penting untuk ditentukan, apa indikasi untuk operasi fusi. Terdapat beberapa usaha untuk mendapatkan indikasi untuk operasi fusi setelah fraktur dan dislokasi fraktur.

Beatson menyarankan dislokasi facet bilateral merupakan indikasi untuk operasi fusi.

Braakman dan Viken menekankan dislokasi facet unilateral dengan defisit neurologis sebaiknya dilakukan operasi fusi.

Dislokasi facet unilateral membutuhkan reduksi terbuka, dengan atau tanpa defisit neurologis, sebaiknya dilakukan operasi fusi.

REKOMENDASI SISTEM EVALUASI

Untuk dokter yang berpengalaman, daftar tilik tidak diperlukan. Bagi yang lebih kurang pengalaman, mungkin berguna.

Terutama untuk desain penelitian prospektif, dapat berguna.

Para ahli sudah membuat daftar tilik untuk membuat standarisasi dan objektivitas dari daftar tilik.

Daftar Check listSistem yang digunakan itu dilihat pada tabel 5-6.

Pasien dievaluasi dan setiap yang diperiksa dinilai. Jika poin total 5 atau lebih, maka vertebra dapat dipertimbangkan tidak stabil.

Tidak dapat dianggap informasi yang terdapat pada semua pasien dapat memberikan jawaban yang pasti pada setiap poin di daftar tilik.

Direkomendasikan ketika mengevaluasi elemen yang dinilai mengarah ke keputusan batas tengah yang tidak dapat diselesaikan, nilai dari total itu sebaiknya dibagi dua dan ditambah ke poin yang lain.

REKOMENDASI PENANGANAN

Setelah menentukan definisi ketidakstabilan klinis pada servikal bawah, bagaimana hal ini diobati?

Bahkan ketika tulang belakang tertentu telah ditentukan tidak stabil, bedah fusi bukan merupakan metode pengobatan terbaik.

Bukti pada literatur tidak berkesimpulan pada kelebihan terapi dengan operasi dan tanpa operasi.

Terdapat sedikit informasi pada penggunaan bermacam-macam alat halo untuk penanganan tulang belakang yang tidak stabil.

Flow Chart

Gambaran skematik penanganan pada ketidakstabilan klinis diberikan pada gambar 5-35.

Dimulai pada pasien dengan cedera servikal, pengobatan awal terdiri atas istrirahat total selama 1-7 hari, traksi skeletal apabila ada bukti cedera yang berat.

Pasien dengan keterlibatan medulla spinalis, dengan dan tanpa fraktur atau fraktur dislokasi, dipertimbangkan memiliki cedera berat.

Pasien tanpa ada bukti defisit neurologis yang tidak memiliki fraktur atau hanya fraktur kompresi minimal, tanpa adanya bukti kerusakan lain, dapat diterapi dengan traksi halter kepala.

Cedera ringan, seperti memar otot, sprain, atau tarikan otot, diobati simtomatik dan diobservasi dengan pemeriksaan radiologi apabila ada indikasi.

Selama minggu pertama traksi, pasien diberikan evaluasi klinis menyeluruh dan terapi tambahan yang dibutuhkan.

Setelah pasien stabil fisiologis dan dievaluasi akan dekompresi, reduksi tertutup dengan traksi dapat dicoba, dan jika perlu, macam-macam tes dan manuver untuk menyingkirkan ketidakstabilan klinis dapat dilakukan

Daftar isi Sangatlah bernilai memiliki daftar isi untuk

membuat kesimpulan mengenai dekompresi; walaupun begitu, saat ini, pedoman yang dulu saja yang ada.

Dekompresi yang sesuai dilakukan apabila ada indikasi, dan kemudian pasien dievaluasi pada stabilitas klinis menggunakan daftar tilik yang telah disediakan. Jika dekompresi saja tetap memberikan ketidakstabilan klinis, rekonstruksi dan fusi dapat dilakukan bersamaan dengan dekompresi.

Telah direkomendasikan di bawah ini jadwal pemantauan kembali pasien yang diterapi karena masalah ketidakstabilan klinis pada semua daerah tulang belakang.

Jadwal ini membuat kita dapat menilai kasus ketidakstabilias klinis yang lambat dikenal dan dapat diterapi sebelum komplikasi muncul. Kunjungan utamanya pada evaluasi radiologi dan klinis.

Frekuensi jadwal dapat diubah sesuai dengan perkembangan dan prognosis pasien.

Gambar 5-35. Diagram alur penanganan gangguan pada servikal bawah yang direkomendasikan. Regimen pengobatan termasuk terapi okupasi dan fisik, sesuai toleransi pasien, dan jadwal pemantauan kembali seperti pada hal 235

Pengobatan Pada Kondisi Ketidakstabilan KlinisKetiga alternatif yang disarankan memberikan

stabilitas klinis pada kebanyakan pasien. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan dalam literatur di mana ketiga dari pendekatan ini lebih bagus.

Pertimbangannya sulit dan belum menjalani studi lebih lanjut. Fusi yang berhasil berperan dalam rekonstruksi yang terkuat pada segmen gerak yang tidak stabil.

Walaupun begitu, teknik ini memiliki resiko pada operasi tulang belakang pada pasien yang sakit berat. Munro mempertimbangkan resikonya jelas.

Akhir-akhir ini, alat halo telah digunakan sebagai pengobatan pada trauma tulang belakang, dengan atau tanpa fusi.

Alat ini mungkin memiliki tempat yang penting pada kumpulan alat-alat penanganan penyakit ini. Penggunaan alat halo ( halo terpasang sebagai penstabiliasi dari tubuh ) dapat memberikan peran yang efektif sebagai pengobatan awal dari cedera-cedera ini.

Metode ini telah menjanjikan dan berdasarkan studi yang teliti pada terapi instabilitas klinis pada servikal bawah.

Alat halo memberikan imobilisasi yang baik yang memfasilitasi penyembuhan ligamen, dan mungkin memendekkan waktu rawat inap pasien yang tidak memiliki defisit neurologis mayor.

Walaupun begitu, tidak terdapat pengalaman yang luas dengan pengobatan awal pada instabilitas klinis. Alat halo memiliki komplikasi sendiri.

Selain itu, terdapat pertanyaan yang tak terjawab apakah penyembuhan ligamen pada kasus-kasus cedera tulang belakang yang diberikan alat itu memberikan kekuatan untuk menahan beban fisiologis.

Penggunaan traksi skeletal selama 7 minggu, mungkin merupakan pendekatan konservatif dan dianggap efektif.

Direkomendasikan 7 minggu traksi karena Brav dkk menunjukkan bahwa pasien yang diterapi selama 6 minggu atau lebih memiliki kemungkinan redislokasi yang kecil yaitu hanya 2,3 persen

Semua regimen termasuk pemantauan klinis yang hati-hati untuk mengevaluasi gambaran lateral dari fleksi/ekstensi berguna dalam mengenal kegagalan pengobatan atau terlambatnya atau memberatnya subluksasi atau deformitas.

Beberapa ahli bedah bahwa alat halo memberikan imobilisasi yang lebih baik dan kebanyakan kasus setelah 8 minggu penyembuhan orthosis dengan kontrol yang intemediet itu yang dibutuhkan.

THANK YOU