jurnal ilmiah issn 1693-7562 - media kajian al-quran dan ... · cara pelafazan ayat-ayat al-quran...

117
JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 PENGURUS VOL. 10, NO. 2, JULI 2013 Penanggung Jawab Samsul Bahri Ketua Penyunting Damanhuri Basyir Wakil Ketua Penyunting Muhammad Zaini Sekretaris Penyunting Zulihafnani Wakil Sekretaris Penyunting Nurlaila Anggota Penyunting Abd. Wahid Taslim H.M.Yasin Zainuddin Firdaus Fauzi Saleh Salman Abdul Muthalib Muqni Affan Syukri Zulfan Zuherni Safrilsyah Lukman Hakim Finansial Nuraini Sirkulasi Nurullah Muhammad Amin Diterbitkan Oleh: SEAR FIQH, Banda Aceh Alamat Redaksi: Kantor SEAR FIQH Jl. Tgk. Chik Pantekulu No. 13 Dusun Utara, Kopelma Darussalam, Kota Banda Aceh, 23111, telp. 08126950111 Email: [email protected], [email protected] Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif

Upload: truongtuyen

Post on 27-Mar-2019

255 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562

TERBIT 2 KALI SETAHUN PADA BULAN JANUARI DAN JULI

PENGURUS

VOL. 10, NO. 2, JULI 2013

Penanggung JawabSamsul Bahri

Ketua PenyuntingDamanhuri Basyir

Wakil Ketua PenyuntingMuhammad Zaini

Sekretaris PenyuntingZulihafnani

Wakil Sekretaris PenyuntingNurlaila

Anggota PenyuntingAbd. Wahid

Taslim H.M.YasinZainuddin

FirdausFauzi Saleh

Salman Abdul MuthalibMuqni AffanSyukri Zulfan

ZuherniSafrilsyah

Lukman Hakim

FinansialNuraini

SirkulasiNurullah

Muhammad Amin

Diterbitkan Oleh: SEAR FIQH, Banda AcehAlamat Redaksi:

Kantor SEAR FIQH Jl. Tgk. Chik Pantekulu No. 13 Dusun Utara, Kopelma Darussalam,Kota Banda Aceh, 23111, telp. 08126950111

Email: [email protected], [email protected]

Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif

Page 2: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 (i)

ISSN 1693-7562

Vol. 10, Nomor 2, Juli 2013

DAFTAR ISI

Daftar Isi, i

Suarni: Sejarah dan Perkembangan Qiraat Al-Qur’an, 107

Safrina Muhammad: Analisis Stilistika Terhadap Surah Al-‘Ādiyāt Ditinjau dariAspek Ilmu Bahasa, 119

Umar Latif: Sikap Keseharian Umat Islam dalam Merespons Bacaan Al-Qur’an,131

Andri Nirwana. AN: Musibah dalam Perspektif Al-Qur’an, 142

Muh. Rusli & Rakhmawati: Jihad Perspektif Al-Qur’an; Upaya ReinterpretasiMakna Guna Meretas Kekerasan atas Nama Perintah Agama, 157

A. Samad Usman: Alam Semesta Dalam Al-Qur’an, 171

Arfah Ibrahim: Konsep Manusia dalam Al-Qur’an, 182

Jailani: Planologi Hijrah Nabi Muhammad dalam Perspektif Al-Qur’an, 192

Abd. Madjid: Manusia sebagai Makhluk Multi Dimensi dalam Perspektif Al-Qur’an, 209

Pedoman Penulisan, 221

Page 3: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 107

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN QIRAAT AL-QUR’AN

SuarniFakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry

Kopelma Darussalam, Kota Banda AcehEmail: [email protected]

ABSTRACTDialect differences is one thing that is inevitable in a life, both among

state, local, tribal even once. Arabian peninsula known by various tribes withlanguages. However, the entire tribe or tribes have agreed to make Arabiclanguage of Quraish as the unifying language of the Arabian peninsula. On theother hand, besides the Prophet Muhammad from Quraysh tribe, he also admittedthat the Qur'an in the language of Quraish, as revealed in the midst of a people ofQuraysh. However, the diversity of dialects in Arab lands resulted in the birth ofvarious qiraat in reading the Qur'an. In the end, qiraat sab’ah, qiraat ‘asyarah,qiraat arba’ah ‘asyarah appearing in the lives of the Arabs. This paper describesqiraat sense, the history of the emergence of the al-quran qiraat include figuresthat gave birth to the qiraat.

Kata Kunci: Sejarah Al-Qur’an, Ilmu Qiraat

PendahuluanAl-Qur’an merupakan mukjizat abadi, diturunkan Allah kepada Nabi

Muhammad, yang menjadi petunjuk bagi setiap insan, dan pembeda antara yanghak dan batil. Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab yang sangat tinggisusunan bahasanya dan keindahan balaghahnya, karena bangsa Arab dikenal me-miliki berbagai dialek (lahjah). Antara satu kabilah dengan kabilah yang lainmempunyai dialek yang berbeda, baik intonasi, bunyi maupun hurufnya. Akantetapi, bahasa Quraisy mempunyai kelebihan dan keistimewaan tersendiri danlebih tinggi balaghah dan sastra daripada bahasa dan dialek yang lain. Oleh karenaperbedaan dan keragaman dialek-dialek bangsa Arab tersebut, al-Qur’an yangdiwahyukan Allah kepada Nabi menjadi lebih sempurna kemukjizatannya karenadapat menampung semua dialek dan macam-macam bacaan al-Qur’an. Akibatnya,umat mudah untuk membaca, menghafal dan memahami al-Qur’an. Dalam hal ini,banyak sekali hadis Nabi yang menjelaskan tentang al-Qur’an yang diturunkandalam tujuh huruf.

Diturunkan al-Qur’an dalam tujuh huruf merupakan salah satu upayauntuk memudahkan umat manusia memahami al-Qur’an. Oleh karenanya, Nabimenyampaikan al-Qur’an kepada sahabatnya dengan bacaan yang berbeda. Hal inisebagaimana yang terjadi pada peristiwa antara Umar bin Khatthab denganHisyam bin Hakim. Kemudian para sahabat pun menyampaikan al-Quran kepadagenerasi selanjutnya sebagaimana diterima dari Nabi Muhammad. Perbedaanbacaan tersebut terus berkembang sampai masa tabi`in, hingga melahirkan ahli-ahli atau imam-imam dalam bidang qiraat, baik qiraat tujuh, qiraat sepuluh mau-pun qiraat empat belas.

Page 4: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Suarni: Sejarah dan Perkembangan Qira’at al-Qur’an108

Pengertian QiraatIstilah qiraat berasal dari bahasa Arab yaitu قراءات yang merupakan jamak

dari قراءة . Secara etimologis, qiraat merupakan akar kata dari قراء yang bermaknamembaca.1 Lafaz قراءات secara luqhawi berkonotasi “beberapa pembacaan”.Secara terminologis, berbagai ungkapan atau redaksi dikemukakan oleh paraulama dalam hubungannya dengan qiraat. Al-Zarqani mengatakan bahwa qiraatadalah mazhab yang dianut oleh seorang imam qiraat yang berbeda dengan lain-nya dalam pengucapan al-Qur’an serta kesepakatan riwayat-riwayat dan jalur-jalurnya, baik perbedaan itu dalam pengucapan huruf-huruf ataupun pengucapanbentuk-bentuk2. Sedangkan menurut al-Zarkasyi, qiraat adalah perbedaan lafaz-lafaz al-Qur’an baik menyangkut huruf-hurufnya maupun cara-cara pengucapanhuruf-huruf tersebut, seperti takhfit, tasydid dan lain-lain.3

Pendapat di atas menunjukkan bahwa al-Zarkasyi hanya membatasi padalafaz-lafaz al-Qur’an yang memiliki perbedaan qiraat. Sementara, al-Zarqani lebihcondong kepada suatu mazhab atau aliran dalam melafazkan al-Qur’an yang di-pelopori oleh seorang imam. Sehubungan dengan hal tersebut, ada ulama men-definisikan qiraat dalam ruang lingkup yang lebih luas yakni mencakup lafaz-lafaz al-Qur’an yang tidak memiliki perbedaan qiraat. Artinya, lafaz-lafaz al-Qur’an tersebut muttafaq ‘alayh (disepakati) bacaannya oleh para ahli qiraat. Al-Dimyathi sebagaimana dikutip oleh Abdul Hadi al-Fadhi mengemukakan bahwaqiraat merupakan suatu ilmu untuk mengetahui cara pengucapan lafaz-lafaz al-Qur’an, baik yang disepakati maupun diikhtilafkan oleh para ahli qiraat sepertihazf (membuang huruf), isbat (menetapkan huruf), takhrik (memberi harakat),taskin (memberi tanda sukun), fashl (memisahkan huruf), washl (menyambunghuruf), ibdal (menggantikan huruf atau lafaz tertentu), dan lain-lain yang di-peroleh melalui indra pendengaran.4

Berdasarkan beberapa pandangan tersebut dapat dipahami bahwa qiraatmerupakan suatu mazhab atau aliran yang dipelopori oleh seorang imam yangmelafazkan lafaz-lafaz al-Qur’an baik yang memiliki perbedaan ataupun yangmuttafaq ‘alayh (disepakati) oleh para imam qura. Sehubungan dengan hal ter-sebut, ada beberapa unsur qiraat yang dapat dipahami yaitu:1. Qiraat berkaitan dengan cara pelafazan ayat-ayat al-Qur’an yang dilakukan

oleh salah seorang imam dan berbeda dengan cara yang dilakukan denganimam-imam lainnya.

2. Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambungkepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi.

3. Ruang lingkup perbedaan qiraat menyangkut persoalan lughat, hadzf, ‘irab,isbat, fashl, dan washl.

_____________1Manna’ Khalil al-Qaththan, Mabahis fi ulumul Qur’an, cet. 3 (t.tp: tp, tt.), 170;

Muhammad Ali Al-Shabuni, Al-Thibyan fi Ulum al-Qur’an, cet. 2 (t.tp., t.p 1980), 2232Muhammad Abd al-‘Azhim al-Zarqani, Manahil al-‘Irfan, jil. 1 (Beirut: Dar al-Fikr, tt.),

4213Badr al-Din Muhammad bin Abdillah al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an, jil. I,

ditahqiq oleh Muhammad Abu al-Fath Ibrahim (Beirut: Dar al-Ma’arif, 1972), 3954Abdul Hadi al-Fadli, al-Qiraat al-Quraniyat (Beirut: Dar al-Majma al-‘Ilmi, 1979), 63

Page 5: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 109

Latar Belakang Munculnya Qiraat al-Qur’anSecara lahir, al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Ia diturunkan di

tengah-tengah kehidupan bangsa Arab yang merupakan komunitas dari berbagaisuku yang secara sporadis tersebar di sepanjang jazirah Arab. Setiap suku me-miliki format dialek atau lahjah yang berbeda. Perbedaan dialek tersebut tentunyasesuai dengan letak geografis dan sosio-kultural dari masing-masing suku. Namundemikian, setiap suku telah menjadikan bahasa Quraisy sebagai bahasa bersamadalam berbagai hal, baik dalam berkomunikasi, berniaga atau yang lainnya.Tidaklah heran, ketika Usman bin Affan melakukan pengumpulan Al-Qur’an,salah satu syarat yang ditetapkan adalah harus disesuaikan dengan bahasaQuraisy.

Di sisi lain, perbedaan-perbedaan dialek merupakan suatu sebab yangdapat melahirkan bermacam-macam qiraat (bacaan) dalam melafazkan al-Qur’an.Dengan kata lain, lahirnya bermacam-macam qiraat merupakan akibat dariberagamnya dialek. Adanya keberagaman dialek merupakan sesuatu yang bersifatalami. Artinya, fenomena tersebut tidak dapat dihindari karena setiap bangsa,suku, tetap memiliki dialek atau lahjah yang berbeda.

Nabi sangat memahami keberagaman atau perbedaan-perbedaan dialektersebut. Akibat beragamnya dialek di tanah Arab, Nabi berusaha menjagaumatnya dari berbagai kesulitan dan memberikan kemudahan untuk memahamial-Qur’an. Hal ini tercermin ketika Jibril datang membawa perintah kepada Nabiuntuk membacakan al-Qur’an kepada umatnya dengan satu huruf. Nabi denganmemohon ampun kepada Allah, melalui malaikat Jibril meminta agar hurufnyaditambah. Setelah itu, hurufnya di tambah hingga tujuh huruf. Dalam beberapahadis dijelaskan;

5

“Rasulullah bersabda “Malaikat Jibril telah membacakan (al-Qur’an) kepadakuatas beberapa huruf. Lalu, aku berulang kali meminta kepadanya agarditambahkan bacaan tersebut. Jibril pun menambah bacaan itu sehingga sampaitujuh huruf (macam)”. (HR. Muslim)

Dalam hadits yang lain dijelaskan pula; 6

_____________5Imam Muslim, Shahih Muslim, juz. I (Kairo: Dar al-Fikri, 1998), 3536Imam Muslim, Shahih Muslim, 354

Page 6: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Suarni: Sejarah dan Perkembangan Qira’at al-Qur’an110

“Ketika Nabi berada di dekat parit Bani Ghaffar, ia didatangi Jibril serayamengatakan: Allah memerintahkanmu agar membacakan al-Qur’an kepadaumatmu dengan satu huruf. Ia menjawab “aku memohon kepada Allah ampunandan maghfirah-Nya, karena umatku tidak dapat melaksanakan perintah itu”.Kemudian Jibril datang lagi untuk yang kedua kalinya dan berkata: Allahmemerintahkanmu agar membacakan al-Qur’an kepada umatmu dengan duahuruf. Nabi menjawab: aku memohon kepada Allah ampunan dan maghfirah-Nya,umatku tidak kuat melaksanakannya. Jibril datang lagi untuk yang ketiga kalinya,lalu mengatakan: Allah memerintahkan agar membacakan al-Qur’an kepadaumatmu dengan tiga huruf. Nabi menjawab: aku memohon ampunan danmaghfirah-Nya, sebab umatku tidak dapat melaksanakannya. Kemudian Jibrildatang lagi untuk yang keempat kalinya seraya berkata: Allah memerintahkan ke-padamu agar membacakan al-Qur’an kepada umatmu dengan tujuh huruf, denganhuruf mana saja mereka baca, mereka tetap benar”. (HR. Muslim)

Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa al-Qur’an diturunkan dalam tujuhhuruf.7 Artinya Nabi memberikan isyarat bagi umat bahwa al-Qur’an tidak hanyadi baca dengan satu cara (satu huruf), tetapi dapat dibaca dengan beberapa cara.Namun, bukan berarti bahwa setiap kata dalam al-Qur’an itu dapat dibacasebanyak tujuh bacaan yang berbeda, karena kata serupa itu tidak ditemukandalam al-Qur’an kecuali sedikit sekali seperti: .8 Daripernyataan tersebut dapat dipahami bahwa Nabi memberikan kelonggaran dalammembaca al-Qur’an sesuai dengan bacaan yang mudah, selama sebutan rahmattidak ditutupi dengan sebutan azab. Sebaliknya, sebutan azab tidak diakhiridengan sebutan rahmat. Dalam sebuah hadis dijelaskan;

"

“Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya al-Qur’an diturunkan atas tujuh bacaan,maka bacalah jangan merasa sulit (karena harus membaca dengan bacaan yangsukar sekali melafazkannya), namun jangan kamu akhiri ayat yang berisi (me-nyebutkan) rahmat dengan azab dan jangan pula mengakhiri azab dengan rahmat.9

_____________7Para ulama berbeda pandapat dalam memahami ahruf sab’ah. Sebagian ulama

berpendapat bahwa ahruf sab’ah adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab mengenaisatu makna. Artinya jika bahasa mereka berbeda dalam mengungkapkan satu makna, maka al-Qur’an diturunkan dengan sejumlah lafaz sesuai dengan ragam bahasa tersebut tentang maknayang satu itu. Dan jika tidak terdapat perbedaan, maka al-Qur’an hanya mendatangkan satu lafazatau lebih saja. Mereka juga berbeda pendapat terhadap tujuh bahasa yaitu bahasa Quraisy,Hudzail, Tsaqif, Hawazin, Kinanah, Tamim, dan Yaman. Abu Hatim al-Sijistani, mengatakanbahwa al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Quraisy, Hudzail, Tamim, Azad, Rabiah, Hawazin danSa’ad bin Abi Bakar. Selain itu ada juga berpendapat bahwa ahruf sab’ah adalah tujuh macam halyang di dalamnya terdapat perbedaan. Yaitu ikhtilaf al-asma’ (perbedaan kata benda), segi i’rab,tashrif, taqdim, ibdal, perbedaan dengan sebab adanya penambahan dan pengurangan, danperbedaan lahjah dengan bacaan tafkhim dan tarqiq. Dan ada juga yang mengatakan bahwa tujuhhuruf itu adalah tujuh segi yaitu amr, nahyu, wa’ad, jadal, qashash, dan matsal atau amr, nahyu,halal, haram, muhkam, mutasyabih dan amtsal. Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 98- 99; al-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulum al-Qur’an (Kairo: al-Halabi, 1951), 45

8Al-Zarqani, Manahil al-Irfan, 1549Al-Zarqani, Manahil al-Irfan, 412

Page 7: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 111

Dengan demikian, ahruf sab’ah (tujuh huruf) muncul ketika Nabi masihhidup. Dalam kajian Ilmu Tafsir, tujuh huruf bermakna tujuh macam bacaan yangdiajarkan Nabi,10 dan muncul ketika al-Qur’an di turunkan.11 Sementara, qiraattujuh baru muncul jauh setelah Nabi wafat. Menurut catatan sejarah, qiraatmuncul pada masa tabi’in, yaitu pada abad ke II H. Oleh karena itu, tujuh hurufitu sangat tidak identik disamakan dengan qiraat tujuh.12 Namun demikian, tidakdapat dipungkiri bahwa qiraat itu telah ada sejak Nabi masih hidup, yaitu ketikaNabi membacakan al-Qur’an kepada sahabat dengan bacaan yang berbeda-beda.Dalam beberapa hadis dijelaskan;

Hadis dari Umar bin Khattab ra., ia berkata;

Aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat al-Furqan di masa hidupRasulullah. Lalu aku sengaja mendengarkan bacaannya. Tiba-tiba dia membaca-nya dengan bacaan yang bermacam-macam yang belum pernah di bacakan Nabikepadaku. Hampir saja aku serang dia dalam shalat, namun aku berusahamenunggu dengan sabar sampai dia salam. Begitu dia salam aku tarik leherbajunya, seraya aku bertanya, “siapa yang mengajari bacaan surat ini?” Hisyammenjawab, “yang mengajarkannya adalah Rasulullah sendiri”. Aku gertak dia, kaubohong, demi Allah, Rasulullah telah membacakan kepadaku surat yang kau bacatadi (tetapi tidak seperti bacaan mu). Maka kuajak dia menghadap Rasulullah dankuceritakan peristiwanya. Lalu Rasulullah menyuruh Hisyam membaca surat al-Furqan sebagaimana yang dibacakan tadi. Kemudian Rasulullah berkomentar,“Demikianlah bacaan surat itu di turunkan. Lalu Rasulullah berkata lagi,“Sesungguhnya al-Qur’an itu diturunkan dalam tujuh huruf”, maka bacalah manayang kamu anggap mudah.13

Demikianlah kemudahan dan kelonggaran yang diberikan NabiMuhammad kepada sahabat-sahabatnya untuk membaca al-Qur’an lebih dari satuhuruf (dialek). Ini sesuai dengan yang diajarkan Jibril demi memudahkan umatnya_____________

10Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, 9511Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh (Jakarta: Institut PTIQ dan Institut Ilmu Al-

Qur’an dan Darul Ulum Press, 2005), 312Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, 9513Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh, 2

Page 8: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Suarni: Sejarah dan Perkembangan Qira’at al-Qur’an112

membaca dan menghafalkan al-Qur’an. Dispensasi yang diberikan itu menimbul-kan berbagai macam bentuk bacaan di kalangan para sahabat. Para sahabat lalumenyebar ke seluruh wilayah Islam untuk mengajarkan al-Qur’an kepada umatyang lain. Mereka mengajarkan bacaan (qiraat) sebagaimana mereka terima dariNabi. Penduduk Syam (Syiria) menerima qiraat Ubay bin Ka’ab, Kuffahmengikuti qiraat Ibnu Mas’ud, selain Syiria dan Kuffah mengikuti qiraat AbuMusa al-Asy’ari.

Perbedaan tersebut hingga masa pemerintahan Umar bin Khaththab belummenimbulkan dampak negatif di tengah-tengah masyarakat. Karena para sahabatmemahami dengan baik latar belakang terjadinya perbedaan bacaan al-Qur’an.Perbedaan bacaan tersebut berdasarkan izin Nabi demi memudahkan umatnyadalam membaca dan menghafalkan al-Qur’an. Akan tetapi, kerukunan itu tidakbertahan lama. Sekitar enam tahun setelah Usman bin Affan menjadi khalifahmulai timbul persoalan yang berakhir dengan percekcokan yang tajam di tengahmasyarakat. Bahkan, antara satu aliran qiraat dengan qiraat lainnya salingmengkafirkan. Masing-masing pihak meyakini bahwa qiraatnyalah yang palingbenar dan yang lainnya adalah salah,14 seperti yang terjadi antara penduduk Syamdan Iraq. Terjadinya perselisihan seperti itu erat hubungannya dengan makin jauh-nya mereka dari masa Nabi. Mereka tidak dapat memahami dan menghayatidengan baik apa yang membuat qiraat itu bervariasi. Kondisi yang demikian itudiperburuk lagi oleh heterogennya umat. Berbagai suku bangsa berbondong-bondong masuk Islam, sementara mereka memiliki latar belakang agama yangberbeda. Disamping itu, semakin luasnya penyebaran Islam sampai keluar jazirahArab, pembauran antara Arab asli dan non Arab semakin meningkat. Terjadinyatransformasi bahasa dan akulturasi akibat persentuhan dengan bangsa-bangsa nonArab merupakan penyebab perbedaan qiraat semakin meningkat pula.

Di sisi lain, al-Qur’an ketika itu masih dalam bentuk tulisan Kufi yangtidak berbaris dan tidak pula bertitik. Hal ini merupakan salah satu penyebab lainbagi umat untuk membacakan al-Qur’an dengan berbagai macam bentuk. Hal iniberpeluang besar bagi umat untuk melahirkan perbedaan qiraat dalam membacaal-Qur’an. Dengan beragamnya perbedaan dalam membaca al-Qur’an, masing-masing kelompok membenarkan bacaan dirinya sendiri. Kondisi demikianmembawa umat Islam hampir berada di pintu gerbang perpecahan. Akibatnya,khalifah Usman segera mengambil kebijakan. Beliau melakukan penyeragamantulisan dan bacaannya dalam satu mushaf induk, dengan bersumberkan mushafAbu Bakar, peninggalan Umar bin Khaththab yang tersimpan di tangan Hafsah.Khalifah Usman menyatukan tulisan al-Quran dalam bahasa Quraisy. Timpengumpulan atau penulisan al-Quran diketuai oleh Zayd bin Tsabit, dengananggotanya Abdullah bin Zubayr, Sa’id bin Ash, dan Abdul Harits bin Hisyam.15

Untuk menjaga keseragaman dan persatuan umat muslim, khalifah Usmanmemerintahkan agar mushaf-mushaf tulisan tangan yang ada agar dimusnahkan.16

Dengan dibukukan al-Qur’an pada tahap kedua di masa Usman bin Affanini, maka perbedaan qiraat yang pada mulanya amat menonjol dan dalam variasibacaan yang sangat beragam, menjadi berkurang dan terkendali secara baik. Hal

_____________14Nashruddin Baidan Wawasan Baru Ilmu Tafsir, 60; Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, cet. 2

(Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 33115Nashruddin Baidan Wawasan Baru Ilmu Tafsir, 6116Al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, 16

Page 9: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 113

ini disebabkan mushaf tersebut tidak ada tanda baca seperti titik, harkat, dansebagainya. Karena tanpa tanda baca tersebut, maka ayat-ayat al-Qur’an dapatdibaca dengan berbagai qiraat, tentunya sesuai dengan yang diajarkan Nabi.Tidak sebebas seperti ketika belum dibukukan ulang (tahap kedua). Dengandemikian, pembukuan al-Qur’an pada masa Usman, tidak mengakibatkanhilangnya bacaan-bacaan yang lain, malah sebaliknya, memberikan pengakuansecara resmi terhadap keberadaan qiraat tersebut dan diakui secara sah oleh paraulama selama qiraat tidak keluar atau bertentangan dengan apa yang termaktubdalam mushhaf ‘Usmani.17

Tim tersebut berhasil melakukan penulisan penyeragaman al-Qur’an.Menurut al-Sijistani, hasil penulisan al-Quran tersebut berjumlah tujuh buah, adajuga mengatakan lima buah. Hal ini didasarkan pada jumlah para penghafal yangditugasi mengirimkan mushaf tersebut.18 Kemudian mushaf itu dikirim keMekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah dan Kuffah. Ada juga pendapat bahwatempat pengirimannya itu berbeda-beda,19 serta satu disimpan di rumah khalifahdi Madinah. Masing-masing daerah mendapatkan satu eksamplar.20 Mushaf-mushaf itu seluruhnya sama, tidak ada yang berbeda.

Setelah mushaf-mushaf itu disebarkan, muncullah para qurra yang ahlidalam membaca al-Qur’an. Mereka menjadi panutan di daerahnya masing-masingdan menjadi pedoman dalam bacaan al-Qur’an. Di antara para sahabat yangterkenal mengajarkan qiraat adalah Ubay, Ali, Zayd bin Tsabit, Ibnu Mas’ud, AbuMusa al-Asy’ari dan lain-lain. Dari mereka itulah, sebagian besar sahabat dantabi’in di berbagai negeri belajar qiraat, semuanya bersandar kepada bacaan Nabi.

Al-Dzahabi menyebutkan dalam Thabaqat al-Qurra’ bahwa sahabat yangterkenal sebagai guru dan ahli qiraat al-Qur’an adalah tujuh orang. Mereka adalahUsman, Ali, Ubay, Zayd bin Tsabit, Abu al-Darda’ dan Abu Musa al-Asy-ari.Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa mayoritas sahabat mempelajari qiraat dariUbay. Diantaranya adalah Abu Hurairah, Ibnu Abbas dan Abdullah bin al-Sa’ib.Ibnu Abbas juga belajar kepada Zayd. Kepada para sahabat itulah, sejumlah besartabi’in di setiap negeri mempelajari qiraat. Di antara para tabi’in tersebut tinggaldi Madinah seperti Ibnu Musayyab, Urwah, Umar bin Abdil Aziz, Sulaiman binYasar, Atha’ bin Yasar, Muadz bin Harits yang terkenal dengan Muadz al-Qari`,Abdurrahman bin Hurmuz al-A’Raj, Ibnu Syihab az-Zuhri, Muslim bin Jundub,dan Zaid bin Aslam. Tabi’in yang tinggal di Mekkah adalah Ubaid bi Umar, Atha’bin Abi Rabah, Thawus, Mujahid, Ikrimah dan Ibnu Abi Mulaikah. Tabi’in yangtinggal di Kuffah adalah Alqamah, al-Aswad, Masruq, Ubaidah, Amr binSyurahbil, al-Harits bin Qais Amr bin Maimun, Abu Abdirrahman as-Sulami, Saidbin Jubair, an-Nakha’I dan Asy-Sya’bi. Tabi’in yang tinggal di Basrah adalah AbuAliyah, Abu Raja’, Nashr bin Ashim, Yahya bin Ya’mar, al-Hasan, Ibnu Sirin,dan Qatadah. Sedangkan tabi’in yang tinggal di Syam adalah al-Mughirah bin Abi

_____________17Nashruddin Baidan Wawasan Baru Ilmu Tafsir, 11618Dawud Al-Aththar, Pengantar M. Quraish Shihab, Perspektif Baru Ilmu Al-Qur’an

(Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), 17019Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 4720Nashruddin Baidan Wawasan Baru Ilmu Tafsir, 62

Page 10: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Suarni: Sejarah dan Perkembangan Qira’at al-Qur’an114

Syihab al-Makhzumi (murid Utsman) dan Khalifah bin sa’ad (murid AbuDarda’).21

Perkembangannya Ilmu Qira’atFakta sejarah menunjukkan bahwa para sahabat Nabi terkenal dalam peng-

hafalan al-Quran. Mereka menghafal dan membaca al-Qur’an termasuk jugamengajarkan kepada sahabat-sahabat yang lain berdasarkan bacaan yang merekaterima dari Nabi. Bacaan tersebut diterima oleh para sahabat dalam bentuk bacaanyang berlainan antara satu sama lain. Akan tetapi, perbedaan bacaan tersebut tidaksampai merubah makna aslinya. Artinya, dalam melafazkan al-Qur’an tidak keluardari dasar-dasar lafaz al-Qur’an itu sendiri.

Selain al-Qur’an itu tersimpan dalam hafalan para sahabat, al-Qur’an jugadiabadikan dalam bentuk tulisan. Tulisan tersebut bukan dalam bentuk mushaf.Akan tetapi, tulisan itu masih berserakan dan tersimpan dalam bentuk-bentuktertentu seperti pelepah kurma, tulang-tulang dan lain sebagainya. Pada masa AbuBakar, tulisan-tulisan tersebut dikumpulkan dalam satu mushaf. Sedangkantulisannya masih dalam bentuk tulisan Kufi, dan tulisan seperti ini berlangsungsampai masa pemerintahan Usman bin Affan.

Pada masa Usman bin Affan, Islam telah menyebar luas ke seluruh JazirahArab. Mushaf masih dalam bentuk tulisan Kufi, tidak bertitik dan berharkat. Inimerupakan salah satu peluang bagi umat untuk membacanya dalam berbagaiqiraat. Banyak qiraat muncul ketika itu. Bahkan, ada qiraat tidak sesuai denganketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan yakni tidak sesuai dengan rasm Usmanidan kaidah bahasa Arab serta sanadnya tidak mutawatir sampai kepada Nabi,sehingga bacaan (qiraat) tersebut tertolak. Oleh karenanya, dalam melafazkanqiraat itu tidak boleh terlepas dari talaqqi dan periwayatan dari orang-orang yangtsiqah atau terpercaya. Talaqqi dan periwayatan merupakan kunci utama dalammembaca al-Qur’an secara benar dan tepat sebagaimana yang diajarkan Nabi.

Untuk menjamin kesamaan qiraat di kalangan kaum muslimin dalambentuknya yang telah dipilih dan mutawatir, Khalifah Usman dalam mengirimkanmushaf ke setiap daerah menyertakan orang-orang yang ahli dalam qiraat (hafidz)dan sesuai dengan qiraat dalam mushaf itu.22 Di antara ahli-ahli qiraat itumemiliki qiraat yang berbeda. Hal ini disebabkan para sahabat ketika mengajarkanqiraat kepada mereka memiliki perbedaan antara satu sama lain. Perbedaan ituterjadi karena para sahabat sendiri mengambil qiraat dari Nabi juga berbeda. Paraahli tersebut menyebar sampai ke seluruh pelosok dan mengajarkan qiraat.Kondisi yang demikian berlangsung hingga kepada para tabi’in sampai muncul-nya para imam qiraat. Para imam ini mengkhususkan diri dalam qiraat tertentu.Mereka mengajarkan qiraat kepada ummat Islam.

Kelompok imam qurra yang pertama terdiri dari kalangan para sahabatyang tekun belajar dan mengajar di masa hidup Nabi. Sebagian dari mereka telah

_____________21Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El-Mazni,

(Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2006), 211-21222Di antara ahli-ahli tersebut adalah Zayd bin Tsabit orang yang membacakan mushaf

Madaniy, Abdullah bin al-Saib orang yang membacakan mushaf Makkiy, al-Muqhira bin Syihabuntuk membaca mushaf Syamiy, Abu Abdurahman al-Sulamiy untuk membacakan mushaf Kuffiy,dan Amir bin Abdurrahman untuk membacakan mushaf al-Bishriy. Dawud al-Aththar, PerspektifBaru …, 170

Page 11: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 115

menghimpun al-Qur’an secara lengkap. Di antara imam qurra tersebut adalahUsman, Ali, Ubay bin Ka’ab, Zayd bin Tsabit, Abdullah bin Mas’ud, dan AbuMusa al-Asy’ari. Kelompok kedua terdiri dari para Tabi’in yang berguru padakelompok pertama. Kelompok ini mempunyai halaqah di kota-kota seperti Mekah,Madinah, Kuffah, Bashrah dan Suriyah. Di Mekah, tabi’in yang mengajarkan al-Qur’an adalah Ubaid bin Umar, Atha’ bin Abi Rabah, Thawus, Mujahid, Ikrimahdan Ibnu Abi Mulaikah. Tabi’in yang tinggal di Kuffah adalah Alqamah, al-Aswad, Masruq, Ubaidah, Amr bin Syurahbil, al-Harits bin Qais Amr binMaimun, Abu Abdirrahman as-Sulami, Said bin Jubair, an-Nakha’i dan Asy-Sya’bi. Tabi’in yang tinggal di Basrah adalah Abu Aliyah, Abu Raja’, Nashr binAshim, Yahya bin Ya’mar, al-Hasan, Ibnu Sirin, dan Qatadah. Imam Qurra yangtinggal di Syam adalah al-Mughirah bin Abi Syihab al-Makhzumi (murid Utsman)dan Khalifah bin Sa’ad (murid Abu Darda’). Imam Qurra kelompok ketiga hiduppada pertengahan kedua abad ke 2 H. Mereka adalah orang–orang yang belajaratau berguru pada kelompok kedua. Di Mekkah, para imam tersebut adalah IbnuKatsir, Humaid bin Qais Al-A’raj dan Muhammad Abu Muhaisin. Sementara diMadinah terdapat Abu Jakfar Yazidal-Qa’qa, Syaibah bin An Nafah dan Nafi binNuaim. Di Kuffah, para imam Qurra adalah Yahya bin Wahab. Ashim bin AbiNajud, Hamzah dan Kisa’i serta di Bashrah adalah Abdullah bin Ishak, Isa binUmar.23

Qiraat terus berkembang dalam masyarakat. Masa kodifikasi qiraat yangpertama kali dimunculkan oleh Abu ‘Ubaid bin Al-Qasim bin Salam. Ia menulissebuah kitab yang bernama al-Qiraah. Menurut Ibnul Jazari, ia menghimpunqiraat dari 25 orang ulama ahli qiraat selain dari imam yang tujuh itu.24 Setelahitu, imam-imam yang lain menyusul pula dalam upaya mengkodifikasi qiraat. Diantara mereka, ada yang menetapkan 20 macam qiraat, ada yang menetapkanlebih dari 20 dan ada pula yang menetapkan di bawah 20. Disamping itu, paraimam qiraat lain juga muncul seperti Abu Hatim al-Syajastaniy, Abu Ja’far Al-Thabariy dan Ismail Al-Qadhi. Kendatipun bermacam-macam qiraat sudah diper-kenalkan, pada masa ini istilah Qiraat Sab’ah belum dikenal dalam masyarakat.25

Oleh karenanya, di penghujung abad ke dua hijriyah, para ulama dan para ahlidalam bidang qiraat mulai melakukan penelitian dengan menyeleksi dan mengujikebenarannya. Penelitian dan pengujian tersebut dilakukan dengan memakaikaedah dan kriteria yang telah disepakati oleh para ahli qiraat. Qiraat tersebut barudianggap sah bila memenuhi beberapa persyaratan26 yaitu;

1. Sanadnya mutawatir sampai kepada Rasulullah saw.2. Sesuai dengan kaedah bahasa Arab3. Sesuai dengan rasm Utsmani.

Qiraat tersebut terus berkembang hingga abad 3 H yaitu pada masa AbuBakar Ahmad bin ‘Abbas bin Mujahid yang terkenal dengan nama Ibnu Mujahid.Dialah orang pertama yang meringkas qiraat menjadi tujuh macam qiraat (qiraahsab’ah) yang disesuaikan dengan tujuh imam qari. Padahal, masih banyak imam

_____________23Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, cet. I (Jakarta: Dana Bhakti Prima

Yasa, 1998), 90; Manna’ Al-Qathathan, Ulumul Qur’an …, 21224Manna’ al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, 214.25Supiana dan M. Karman, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Islamika, 2002), 212.26Sayid Risqit Thawil, Fi Ulum al-Qiraah (Makkah al-Mukarramah: Maktabah

Faishailiah, 1985), 48

Page 12: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Suarni: Sejarah dan Perkembangan Qira’at al-Qur’an116

lain yang kadar kemampuannya setara dengan para imam qurra yang 7 itu (yangdisebutkan Ibnu Mujahid). Akibatnya, Abu al-Abbas bin Amr mengecam IbnuMujahid karena dianggapnya telah mengumpulkan qiraah sab’ah.27 Ketika IbnuMujahid mengumpulkan qiraah-qiraah mereka, ia membuang nama Ya’qub yangberasal dari Basrah dan posisinya digantikan oleh al-Kisa’iy (w. 182 H). Per-geseran ini terjadi karena Ibn Mujahid menganggap cukup qari Bashrah diwakilioleh Abu Amir. Sementara, Ibn Mujahid menentukan 3 nama dari Kuffah yaitu:Hamzah, ‘Ashim dan Kisa’iy. Jadi, jika hanya 7 saja yang disebut oleh IbnMujahid bukan berarti hanya ulama-ulama itu saja yang menguasai qiraat. Masihbanyak lagi tokoh-tokoh lain yang terkemuka dan populer bacaannya, memilikikedalaman ilmu dan dijadikan imam qiraat oleh masyarakat mereka masing-masing28 seperti Khalaf bin Hisyam dan Yazid al-Qa’qa.

Keberanian Ibnu Mujahid dalam meringkas qiraat ini menjadi hanya tujuhqiraat, menjadikan beliau mendapatkan kecaman dari para ulama lain. Abu al-Abbas bin Amr pernah mengecam Ibnu Mujahid karena telah melahirkan sesuatuyang baru yaitu mengoleksi qiraat-qiraat para imam yang terkemuka. Agaknyaulama-ulama yang menuduhnya sesat seperti Abu Abbas tidak mau tahu apa yangsesungguhnya telah dilakukan oleh Ibnu Mujahid. Ibnu Abbas secara pedas me-ngecam Ibnu Mujahid sebagai “si pembikin tujuh”. Serangan pedas Abu Abbaspada awal abad V H tersohor sebagai “Imam Muqri”. Ini akibat Ibnu Mujahidtertarik untuk membukukan qiraat tujuh tokoh Madinah, Makkah, Irak dan Syamyang dikagumi. Oleh karena qiraat belum memasyarakat, banyak orang me-nyangka bahwa tujuh huruf yang disebutkan dalam hadis-hadis Nabi adalahqiraah sab’ah. Jadi tak aneh jika Abu Abbas mengecam Ibnu Mujahid denganbegitu pedasnya.29

Ada beberapa pertimbangan yang menyebabkan Ibnu Mujahid memilihtujuh qiraat. Menurut Ibnu Mujahid, hanya merekalah yang paling termasyhur,terkemuka dan bagus bacaannya dan juga memiliki kedalaman ilmu dan berusiapanjang. Bahkan, yang tak kalah penting, mereka dijadikan sebagai imam qiraatoleh masyarakat mereka sendiri. Usaha Ibnu Mujahid membatasi hanya tujuhimam saja adalah secara kebetulan saja.30 Bukan dalam artian bahwa qiraat tujuhadalah tujuh huruf sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis Nabi. Akan tetapi,qiraat tujuh adalah mazhab pembaca al-Qur’an yang dikembangkan oleh para qari,sedang tujuh huruf adalah al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf.

Kepopuleran tujuh qiraat semakin luas setelah Ibnu Mujahid secara khususmembuka qiraat-qiraat mereka, kendati ada qiraat lain yang memenuhi per-syaratan sehingga harus diterima, yaitu qiraat Ya’qub, qiraat Khalaf bin Khisya(w. 229 H) dan qiraat Yazid bin al-Qa’qa (w.130 H). Melalui penambahan 3 imamqurra ini, dikenallah dengan al-qiraah al-‘asyrah. Dalam perkembangan selanjut-nya, dikenal pula al-qiraah al-‘arba’ah asyr yaitu sepuluh qiraat ditambah empatqiraat lainnya, yaitu: qiraat Hasan al-Bishr (w.110 H), qiraat Ibnu Muhalshan(w.123 H), Yahya bin Mubarak al-Yazidi (w.202 H) dan Abu al-Faraj Muhammadbin Ahmad al-Syanbudzi (w.388 H).31

_____________27Jalal al-Di al-Suyuthiy, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, juz. I (Beirut: Dar al-Fikr, tt.), 25128Amir ‘Abd al-‘Aziz, Dirasah fi Ulum al-Qur’an (Beirut: Dar al-Furqan 1983), 9829Kamaluddin Marzuki,Ulum al-Quran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994), 10330Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, 15331Supiana dan M. Karman, Ulumul Quran, 213-214

Page 13: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 117

Qiraat-qiraat tersebut memiliki tingkatan-tingkatan tertentu, baik dari segikuantitas maupun kualitas. Dari segi kuantitas, qiraat memiliki 3 tingkatan yaituqiraah sab’ah, qiraat Asyarah dan qiraat `arba’at Asyrah, dengan imam-imanqiraat masing-masing.32 Pendapat para ulama mengenai qiraat tiga imam terakhirini terdapat perbedaan. Namun, pendapat yang terpilih dan masyhur adalah bahwaqiraat mereka ini mempunyai nilai sanad mutawatir tanpa ada keraguan. Adapunqiraat yang diriwayatkan oleh selain imam yang sepuluh tersebut, baik qiraatempat belas atau yang lain, di anggap syadz karena dianggap kurang memenuhipersyaratan qiraat yang sah. Oleh karena itu, qiraat tersebut tidak dianggapsebagai bacaan al-Qur’an, baik di dalam maupun di luar shalat.33

Dari segi kualitas, qiraat memiliki beberapa tingkatan yaitu;34 Pertama,mutawatir yaitu qiraat yang dinukilkan oleh sejumlah besar perawi yang tidakmungkin bersepakat untuk berdusta, sanadnya bersambung hingga Nabi. Inilahyang umum dalam hal qiraat. Kedua, masyhur yaitu qiraat yang sanadnya shahih,tetapi tidak mencapai derajat mutawatir, sesuai dengan kaidah bahasa Arab, rasmUsmani dan juga terkenal di kalangan para ahli qiraat. Karenanya, masyhur tidakdikategorikan qiraat yang salah atau syadz. Para ulama menyebutkan qiraat inidapat dipakai dan digunakan. Ketiga, ahad yaitu qiraat yang sanadnya shahihtetapi menyalahi rasm Usmani, menyalahi kaidah bahasa Arab atau tidak terkenalseperti halnya qiraat masyhur yang telah disebutkan. Qiraat ini termasuk qiraatyang dapat diamalkan bacaannya. Keempat, syadz yaitu qiraat yang tidak shahihsanadnya, seperti qiraat ملك یوم الدین (QS. al-Fatihah: 4) dengan bentuk fi’il madhidan me-nashab-kan یوم . Kelima, maudhu` yaitu qiraat yang tidak ada asalnya.Keenam, mudarraj yaitu yang ditambahkan ke dalam qiraat sebagai penafsiran,seperti qiraat Ibnu Abbas: لیس علیكم جناح أن تبتغوا فضال من ربكم فى مواسم الحج فاذا أفضتم منعرفات (QS. al-Baqarah: 198) adalah penafsiran yang disisipkan Ibnu Abbas ke

dalam ayat. Keempat macam contoh qiraat yang terakhir ini tidak dapat dipakaibaik di dalam maupun di luar shalat karena bacaan tersebut tidak dianggap baca-an al-Qur’an.

KesimpulanQiraat merupakan suatu mazhab pembaca al-Qur’an yang dikembangkan

oleh para pembaca atau para qari sebagai imam-imam pembaca al-Qur’an. Qiraatini telah muncul sejak Nabi masih hidup. Kemudian para sahabat terus mengem-bangkan qiraat itu sampai pada masa tabi`in hingga melahirkan ahli-ahli qiraathingga sekarang ini. Namun demikian, pada masa Nabi masih hidup, qiraat inibelum dibukukan sebagaimana yang terjadi pada abad ke 3, dan juga belum men-jadi suatu disiplin ilmu. Hal ini disebabkan oleh keadaan pada saat itu belummembutuhkannya. Sumber utamanya yaitu Nabi masih berada di tengah-tengahkehidupan mereka (orang-orang Arab). Ketika ada masalah, langsung merujukkepada sumber utamanya. Hal demikian terus berlangsung sampai pengumpulanal-Qur`an pada masa Usman bin Affan. Pada saat itu, qiraat terus berkembang.Abu ‘Ubaid bin Al-Qasim bin Salam mengumpulkan dalam sebuah kitab yangbernama al-Qiraah. Qiraat tersebut diringkas oleh Ibnu Mujahid menjadi qiraat

_____________32Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, 149-154; Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh …,

6-1133Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh …, 1234 Manna’ Al-Qathathan, Ulumul Qur’an, 220-221

Page 14: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Suarni: Sejarah dan Perkembangan Qira’at al-Qur’an118

tujuh (qiraah sab`ah). Ada pula para ulama menambah tiga qiraat lagi sehinggamenjadi qiraat sepuluh. Ada pula ulama menambah empat lagi. Namun qiraattersebut terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama karena qiraat tersebuttidak mencapai syarat mutawatir. Akibatnya, ada ulama yang menganggap qiraattersebut adalah syadz.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosían. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, 2006

Al-Aththar, Dawud. Pengantar M. Quraish Shihab, Perspektif Baru Ilmu Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Hidayah, 1994

Abd al-‘Aziz, Amir. Dirasah fi Ulum al-Qur’an. Beirut: Dar al-Furqan 1983

Baidan, Nashruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005

Chirzin, Muhammad. Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, cet. I. Jakarta: Dana BhaktiPrima Yasa, 1998

Al-Fadli, Abdul Hadi. al-Qiraat al-Quraniyat. Beirut: Dar al-Majma al-‘Ilmi,1979

Imam Muslim. Shahih Muslim, juz. I. Kairo: Dar al-Fikri, 1998

Marzuki, Kamaluddin. Ulum al-Quran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994

Al-Qaththan, Manna’ Khalil. Mabahis fi ulumul Qur’an. cet. 3. t.tp: tp, tt.

------------------. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El-Mazni.Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2006

Al-Shabuni, Muhammad Ali. Al-Thibyan fi Ulum al-Qur’an, cet. 2. t.tp., t.p 1980

Supiana dan M. Karman. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Islamika, 2002

Al-Suyuthi. Al-Itqan fi Ulum al-Qur’an. Kairo: al-Halabi, 1951

Thawil, Sayid Risqit. Fi Ulum al- Qiraah. Makkah al-Mukarramah: MaktabahFaishailiah, 1985

Al-Zarkasyi, Badr al-Din Muhammad bin Abdillah. Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an, jil. I, ditahqiq oleh Muhammad Abu al-Fath Ibrahim. Beirut: Daral-Ma’arif, 1972

Al-Zarqani, Muhammad Abd al-‘Azhim. Manahil al-‘Irfan, jil. 1. Beirut: Dar al-Fikr, tt.

Page 15: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 119

ANALISIS STILISTIKA TERHADAP SURAH AL-‘ĀDIYĀTDITINJAU DARI ASPEK ILMU BAHASA

Safrina MuhammadMAN Trienggadeng Kab. Pidie Jaya/

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Hilal SigliEmail: [email protected]

ABSTRACTVarious approaches have been used by scientists to understand the Qur'an,because the two main dimensions of the linguistic dimension and its contents are ablend of very great that can not be matched by anyone, although people aregathered for the match. One such approach is the stilistika approach. Quran hasuslub / style that is high so that it becomes one of the ‘ijaz elements. In reviewingthe Surah al-'Adiyat using Stilistika approach, the authors use the method ofliterature research (library research). Surah al-'Adiyat, from the point of view ofmyriad secrets balaghah store, which can be classified into beautiful uslub.Similarly, from the point of view stilistika, although only in a few lines, but havestilistika elements can be obtained with the beauty. The people who oppose theQur'an of the group or ahl al-kitab idolaters, slowly be conquered by the beauty ofthe language of the Qur'an. This is one method of propagation of the Prophet withthe advanced of beauty elements.

Kata Kunci: Mu’jizat Al-Qur’an, Sastra Arab, Surat al-‘Adiyat

PendahuluanAl-Qur’an al-Karīm adalah Kalam Allah Swt. yang diwahyukan kepada

Nabi Muhammad Saw. melalui malaikat Jibril. Ia terdiri dari 114 surah, Makkiyahdan Madaniyah. Al-Qur’an tidak diragukan lagi sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa,1 bahkan petunjuk bagi seluruh umat manusia dan pen-jelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang benar danyang batil.2 Al-Qur’an tidak dapat dipahami begitu saja tanpa melibatkan berbagaidisiplin ilmu untuk mengantarkan seseorang mendalami isi al-Qur’an yang sangatagung. Di antaranya adalah ilmu bahasa Arab beserta cabang-cabangnya karenaal-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab.

Banyak pendekatan yang telah digunakan oleh para ilmuan untuk me-mahami al-Qur’an, karena dua dimensi utamanya yaitu dimensi kebahasaan dankandungannya adalah sebuah perpaduan yang sangat agung yang tak dapatditandingi oleh siapapun, walaupun semuanya berkumpul untuk menandinginya.

_____________1 QS. al-Baqarah (2: 2).2 QS. al-Baqarah (2: 185).

Page 16: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Safrina Muhammad: Analisis Stilistika terhadap surat al-‘adiyat …120

Salah satu pendekatan tersebut adalah pendekatan stilistika.3 Penggunaanpendekatan stilistika dalam mengkaji al-Qur’an telah memunculkan perdebatanyang sangat panjang, hal ini disebabkan stilistika merupakan salah satu pen-dekatan yang digunakan untuk mengkaji karya sastra.4

Perdebatan semakin kompleks ketika muncul statemen baru bahwa al-Qur’an merupakan sebuah karya sastra, bahkan kitab sastra terbesar yang takkantertandingi.5 Kajian ini tidak pada posisi memperbesar-besarkan seputar per-debatan tersebut. Kita kembali kepada konsep dasar bahwa al-Qur’an merupakanmedia komunikasi Allah Swt dengan hambaNya yakni manusia. Allah Swt telahmemilih bahasa Arab sebagai media tersebut, di situlah terdapat hubungan yangdinamis antara al-Qur’an dengan pembacanya melalui elemen-elemen bahasasebagai perangkat komunikasi, relasi yang dinamis tersebut tergambar dalamlafaz/kata, isyarat, ‘aqd/konvensi, hal/kondisi tertentu dan nisbah/kolerasi yangoleh al-Jahid mengistilahkannya dengan kode-kode komunikasi.6

Menurut Syihabuddin Qalyubi ada empat objek kajian stilistika, yaitu;fonologi, preferensi lafal, preferensi kalimat dan deviasi.7 Lebih lanjut Qalyubimengatakan bahwa di dalam literatur Arab, Stilistika identik dengan ‘IlmulUslub.8 Para ulama atau peneliti, mulai dari masa awal hingga masa kontemporertelah membuktikan bahwa al-Qur’an memiliki uslub/gaya bahasa yang tinggisehingga menjadi salah satu unsur kemu’jizatannya.9 Di samping itu, al-Qur’anditurunkan dalam bahasa Arab, sudah sepatutnya kita memahaminya denganmenggunakan pendekatan ilmu-ilmu bahasa yang salah satunya adalah stilistika.10

Bahkan dengan pendekatan stilistika akan memberikan pemahaman terhadap al-Qur’an secara netral tanpa dipengaruhi oleh doktrin-doktrin mazhab tertentu baikdalam aspek teologi, fiqh, politik, dan sebagainya. Dengan demikian pemahamanal-Qur’an tidak akan memihak dan lebih mengarah kepada pemahaman yangbersih sebagaimana al-Qur’an itu sendiri.11

Dalam kajian ini, penulis hanya membatasi pada salah satu surah al-Qur’an saja yaitu surah ke 100 dalam al-Qur’an yang bernama Surah al-‘Ādiyāt.Analisis stilistika dalam surah ini penting dilakukan untuk mengenal lebih jauhkeindahan kata-kata, hubungan antar kata dan kalimat serta aspek-aspek deviasiyang ada di dalamnya. Dengan demikian keagungan al-Qur’an akan sangat terasa

_____________3Stilistika adalah ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra,

ilmu interdisipliner antara linguistik dan kesusastraan. Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik,(Jakarta: Gramedia, 1983), 157.

4Panuti Sujiman, Bunga Rampai Stilistika, cet. ke-1, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,1993), 2.

5Perdebatan ini telah mengorbankan salah seorang guru besar al-Qur’an Universitas CairoAmin al-Khuli dengan tesisnya yang mengedepankan bahwa al-Qur’an adalah teks sastra Arabyang paling agung. Al-Khuli harus meninggalkan jabatan guru besarnya di Universitas Cairo dantidak diperkenankan menjadi supervisor segala kajian al-Qur’an. Lihat: M. Nur Kholis Setiawan,Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, cet. ke-2, (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2006), 3.

6Ibid., 159.7Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an Pengantar Orientasi Studi al-Qur’an,

(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997 M./1418 H.), 29.8 Ibid., 97.9Badi’uz Zaman Sa’id an-Nusri, Isyarat al-I’jaz fi Mazani al-Ijaz, Pentahqiq: Ihsan

Qasim as-Shalihi, (Baghdad: Jami’ah Baghdad, t.t.), 130.10Panuti Sujiman, Bunga Rampai …, 4.11Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an Pengantar …, 22.

Page 17: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 121

yang pada akhirnya akan mengantarkan umat manusia kepada keimanan yangbertambah-tambah, rasa cinta yang tinggi terhadap Kalam Allah serta doronganyang kuat untuk menyingkap rahasia-rahasia yang dikandung al-Qur’an dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya.

Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah metode penelitiankepustakaan (library research), yaitu suatu penelitian yang bertujuan untukmengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam material yangterdapat di ruang perpustakaan, seperti buku-buku, majalah, naskah-naskah,catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain.

Teks Surah al-‘Ādiyāt

1234567

89101112

Terjemahan Surah al-‘Ādiyāt1. Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, 2. dan kuda

yang memercikkan bunga api (dengan pukulan kuku kakinya),3. dan kudayang menyerang (dengan tiba-tiba) pada waktu pagi, 4. sehingga menerbang-kan debu,5. lalu menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh, 6. sungguh,manusia itu sangat ingkar, (tidak berterima kasih) kepada Tuhannya, 7. dansesungguhnya dia (manusia) menyaksikan (mengakui) keingkarannya, 8. dansesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan. 9. Makatidakkah dia mengetahui apabila apa yang ada di dalam kubur dikeluar-kan,10. dan apa yang tersimpan di dalam dada dilahirkan?, 11. sungguh,Tuhan mereka pada hari itu Maha teliti terhadap keadaan mereka.13

Analisis Stilistika terhadap Surah Al-‘ĀdiyātSurah al-‘Ādiyāt yang berjumlah sebelas ayat diturunkan di Makkah se-

hingga digolongkan ke dalam surah-surah Makkiyah. Karakteristik surat ini ber-beda dengan surah-surah Madaniyah baik dari aspek isi maupun gaya bahasanya.Hal ini disebabkan oleh objek wahyu pada periode Makkah adalah orang-orangQuraisy yang masih musyrik dan melakukan penentangan yang sangat kerasterhadap kerasulan Nabi Muhammad Saw. Maka isu utama yang diangkat olehsurah-surah Makkiyah adalah ketauhidan, keimanan terhadap hari akhir (yaumulba’ts), budi pekerti dan amal kebajikan serta sanggahan terhadap orang-orangmusyrikin.14 Ayat-ayat maupun surah-surahnya pada umumnya pendek, ringkas,uraian bernada hangat dan nada suaranya berlainan.

_____________12 Teks ini diambil dari Mushaf al-Madinah an-Nabawiyah (al-Madinah al-Munawwarah:

Majma’ al-Malik Fahd li Thaba’ah al-Mushaf asy Syarif, 1426 H.), Nomor registrasi: 6347/1426.13 Terjemahan ini sesuai dengan terjemahan al-Qur’an versi Departemen Aagama RI, Al-

Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 1426 H./2005 M.), 599 - 600.14Shubhi as-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an, terj. Tim Pustaka Firdaus, cet. ke-7

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), 228.

Page 18: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Safrina Muhammad: Analisis Stilistika terhadap surat al-‘adiyat …122

Untuk menghadapi orang-orang keras kepala seperti orang-orang kuffarMakkah tersebut, Allah Swt mengemas wahyuNya dengan bahasa yang sangatindah. Hal ini juga untuk menepis tuduhan mereka bahwa al-Qur’an diciptakanoleh Muhammad, bukan wahyu dari Tuhan. Dengan gaya bahasa yang indah itu,orang-orang Quraisy dapat ditaklukkan. Mereka tidak berdaya untuk menandingi-nya, padahal al-Qur’an sendiri telah menantang mereka untuk membuat satu surahsaja semisal al-Qur’an.15 Al-Qur’an mengandung nilai sastra yang sangat tinggi,dapat mematahkan nilai-nilai sastra yang terkenal pada waktu itu. Al-Qur’anbukan suatu kumpulan puisi, prosa, sajak atau lainnya, bahkan tidak juga sebagaikumpulan dari berbagai karya sastra, tetapi nilai seni dan kualitas kesusastraannyatidak terdapat tandingannya dalam berbagai kesusastraan Arab, baik dulu maupunsekarang.16

Keindahan al-Qur’an pelan-pelan meluluhkan hati dan pikiran musuh-musuh Islam yang paling gigih dan kuat. Satu persatu mereka masuk Islam,walaupun masih ada yang tetap membangkang tidak lebih dari mempertahankanegoisme belaka, sebab kebenaran yang sebenarnya tidak dapat lagi terbantahkan.Salah seorang tokoh Quraisy terkemuka yang sangat keras menentang Islam padaakhirnya masuk Islam karena tanpa sengaja suatu hari terkesima oleh keindahanbahasa al-Qur’an. Dialah Umar bin Khattab,17 yang di kemudian hari dipercaya-kan umat Islam sebagai Amirul Mu’minin Khalifah yang kedua.

Analisis Fonologi dalam Surah al-‘ĀdiyātFonologi adalah pengetahuan mengenai bunyi bahasa; bidang dalam

linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.18 Bunyi-bunyi bahasa baik berupa konsonan (shawāmit) maupun vokal (shawāit) me-nimbulkan dua efek yang sangat dirasakan oleh pembaca ataupun pendengarnya,kedua efek tersebut adalah; efek terhadap keserasian dan efek terhadap makna.19

Menurut az-Zarqani, sebagaimana dikutip Qalyubi, keserasian dalam tata bunyial-Qur’an adalah keserasian dalam pengaturan harakah, sukun, madd danghunnah20 sehingga enak untuk didengar dan diresapkan.21 Keserasian ini dapatdirasakan ketika seseorang membaca atau mendengar al-Qur’an dengan suarayang merdu dan bacaan yang benar sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid dantahsin. Tidak dapat dibayangkan jika semua lafaz al-Qur’an berharakah fathahsaja atau dhammah saja, dan sebagainya. Al-Qur’an telah teratur dengan bunyi-bunyi yang indah. Sehingga walaupun al-Qur’an dibaca oleh orang-orang awam

_____________15QS. Al-Baqarah (2: 23 - 24), dan QS. Yunus (10: 38).16Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemu’jizatan al-Qur’an (Surabaya: PT. Bina

Ilmu, 1991), 15.17Barnaby Rogerson, Biografi Muhammad, Alih bahasa: Asnawi, cet. ke-5 (Yogyakarta:

Diglossia Media Group, 2007), 11518Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Karya Agung, 2005), 158.19Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an Pengantar …, 39.20Harakah adalah tanda baca yang menimbulkan bunyi “a”, “i”, dan “u”, yang dimaksud

dengan sukun adalah tanda baca “mati”, madd adalah tanda baca yang menimbulkan bunyipanjang, sedangkan ghunnah adalah nasal. Lihat: Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’anPengantar …, 39. Lihat juga: Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an Makna di Balik KisahIbrahim, cet. ke-1, (Yogyakarta: LKiS, 2009), 24.

21Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an Pengantar …, 39.

Page 19: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 123

ataupun dibaca di hadapan mereka, maka mereka akan merasakan keindahan dankeagungannya.22

Pemilihan huruf dalam surah al-‘Ādiyāt serta penggabungan antara kon-sonan dan vokal betul-betul sangat serasi, demikian juga penggabungan antaraharakah, sukun, madd dan ghunnah sungguh sangat menakjubkan. Tiga ayat per-tama memiliki nada yang sama dan berdekatan, ayat keempat sama dengan ayatkelima, selanjutnya berturut-turut ayat keenam, ketujuh dan kedelapan bernadayang sama dan berhampiran, ayat yang kesembilan berhampiran dengan ayat yangkesebelas, sedangkan ayat kesepuluh berada di antara keduanya memiliki nadatersendiri di tengah-tengah nada-nada yang bersamaan atau bermiripan. Per-pindahan dari satu bunyi ke bunyi lainnya sangat bervariasi dan berkesan sehinggamenimbulkan irama dan alunan yang beragam menjadikan bacaan terasa indahdan mengagumkan. Hubungan antara konsonan dan vokal, diiringi oleh madd, lalukonsonan dan vokal lagi, diselingi oleh sukun dan ghunnah dan seterusnya adalahefek keserasian yang ditimbulkan oleh susunan huruf yang memiliki nilai sastrawiyang sangat tinggi.

Selain keserasian bunyi huruf-huruf sebagaimana yang telah disebutkan diatas, keserasian bunyi pada akhir ayat juga memancarkan keserasian dan ke-indahan yang tiada tara, melebihi keserasian yang dimiliki oleh karya sastraapapun dan di manapun diciptakannya. Coba kita perhatikan tiga ayat pertamayang diakhiri dengan bunyi , , dan . Ayat berikutnya diakhiridengan dan , selanjutnya diakhiri dengan , , dan , dan tiga ayat terakhir ditutup dengan bunyi , , dan , ketikalafaz-lafaz ini diwaqaf (berhenti) sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid sungguhsebuah keindahan dan keserasian yang tiada bandingannya.

Dengan keindahan semacam ini yang ditunjukkan oleh al-Qur’an menjadibukti yang tak terbantahkan terhadap kebenaran risalah Allah Swt yang diseruoleh RasulNya, Nabi Muhammad Saw, maka tidaklah mengherankan bila hatisetiap orang yang mendengarkan akan tersentuh dan orang-orang yang berakalpasti akan datang untuk membenarkannya. Orang-orang tidak akan percaya bahwaal-Qur’an itu ciptaan Muhammad, melainkan al-Qur’an itu benar-benar KalamAllah yang Maha Agung. Akan tetapi, orang-orang yang hatinya tertutup oleh ke-musyrikan menganggap al-Qur’an sebagai perbuatan sihir untuk menyihir pen-duduk Makkah supaya percaya kepada apa yang dikatakan oleh Muhammad.23

Penggunaan bunyi bahasa yang indah dan teratur ini sangat terimplikasidalam menimbulkan aspek psikologis kepada pembaca dan pendengarnya.Manusia tentu saja sangat menyenangi hal yang indah-indah, sehingga ketika al-Qur’an tampil dengan gaya yang sangat indah maka timbullah komunikasi yangsangat harmonis dengan audiensnya. Bila komunikasi telah terbuka dengan baik,tentu saja pesan-pesan yang dibawakan oleh al-Qur’an dapat diterima dengan baikpula.24 Jadi di samping untuk membuktikan kebenaran al-Qur’an dan melemahkanorang-orang yang ingkar kepadanya, juga untuk menjadikan al-Qur’an ini dekatdengan kejiwaan manusia yang menyukai keindahan-keindahan.

Efek lainnya yang ditimbulkan oleh fonologi di samping efek keserasianadalah efek terhadap makna. Efek ini sebagaimana halnya efek keserasian juga

_____________22 Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an Makna …, 24.23 Abu Bakar Muhammad bin al-Thayyib bin bin Muhammad bi Ja’far bin al-Qasim al-

Baqillani, I’jāz al-Qur’an, Pentahqiq: as-Sayyid Ahmad Shaqar, (Cairo: Dar al-Ma’ārif, t.t.), 4.24 Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an Pengantar …, 42.

Page 20: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Safrina Muhammad: Analisis Stilistika terhadap surat al-‘adiyat …124

tersebar dalam seluruh lafal-lafal al-Qur’an. Menurut Qalyubi, beberapa penelititelah berupaya mengungkapkan efek makna yang ditimbulkan oleh bunyi-bunyihuruf tertentu. Abu Fatah ‘Usman bin Juniy mengatakan bahwa mashdar ruba’imudha’af mengandung arti pengulangan seperti lafal za’za’ah, qalqalah.Shalshalah, qa’qa’ah, jarjarah dan qarqarah mengandung arti goncangan, ke-ributan, bunyi berderik-derik bunyi gemerincing, bising dan keroncongan. Danpengulangan ‘ain fi’il menunjukkan kepada makna pengulangan, seperti kassara,qaththa’a, fattaha, dan ghallaqa, mengandung arti memecah-mecah, memotong-motong, membuka-buka dan menutup-nutup.25

Rasyid Salim al-Khuri telah membahas keterkaitan huruf dengan makna-nya, misalnya huruf awal fa berkaitan dengan makna jelas atau kejelasan, hurufawal dhad berkaitan dengan makna putus asa, huruf awal ha berkaitan denganmakna mulia.26 Walaupun masih terdapat pengecualian-pengecualian, namungambaran di atas setidaknya mengantarkan kita kepada pemahaman yang luas dimana bunyi-bunyi setiap huruf dapat menimbulkan efek makna tertentu yangsangat mengagumkan.

Dalam kasus surah al-‘Ādiyāt, efek makna tersebut dengan jelas dapat kitatemukan. Lafaz dhabhan yang diawali dengan huruf dhad mempunyai artiterengah-engah27 sebagai sebuah kondisi kepayahan yang dimiliki oleh kuda,terengah-engah adalah lambang dari sebuah kelelahan yang terpaksa harusdilakukan. Adapun qadhan merupakan sebuah ketegasan ya’ni memercikkanbunga api dengan hentakan kaki yang dapat menjadikan musuh gemetar ke-takutan. Sedangkan Shabhan, lafaz yang diawali dengan huruf shad menimbulkanmakna seperti berbisik, seolah-olah pembawa berita berbisik kepada orang lainbahwa ada kuda-kuda perang yang menyerang pada waktu pagi. Sebagai sebuahstrategi perang, informasi seperti ini tidak boleh diketahui musuh sehingga harusdisampaikan dengan berbisik.

Lafaz kanūd, syahīd dan syadīd adalah lafaz-lafaz yang memiliki maknaberupa sebuah ketegasan karena huruf dal yang menjadi akhir lafaz-lafaz inimelambangkan sebuah ketegasan. Adapun lafal qubūr, shudūr dan khabīr yangketiganya diakhiri dengan huruf ra menimbulkan makna ketakutan. Qubūrmerupakan sebuah tempat yang ditakuti walaupun kita yakin semua kita suatu saatakan menuju ke sana. Shudūr tentu saja sebuah ketakutan yang luar biasa ketikarahasia-rahasia yang selama ini kita sembunyikan di dalam dada dinampakkan dihari kiamat. Demikian juga khabīr yang menggambarkan suasana hari kiamat dimana Allah Swt. Maha Mengetahui dan Maha Teliti terhadap apa yang telahdilakukan oleh manusia.

_____________25 Ibid., 44.26 Ibid.27 At-Thabari mengatakan tidak ada binatang yang berlari dengan terengah-engah kecuali

anjing dan kuda. Lihat: Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Kasir bin Ghalib al-Amaliat-Thabari, Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Pentahqiq: Ahmad Muhammad Syakir, Juzuk,XXIV, cet. ke-1, (Bairut: Muassasah ar-Risalah, 1420 H./2000 M.), 557. Yang dimaksudkandalam ayat ini adalah kuda perang, hal ini sesuai dengan dalil atau qarinah yang ditunjuki olehayat-ayat setelahnya.

Page 21: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 125

Analisis Preferensi Lafaz dalam Surah al-‘Ādiyāta. Penggunaan lafaz yang berdekatan maknanya

Syihabuddin Qalyubi, dalam bukunya Stilistika al-Qur’an PengantarOrientasi Studi al-Qur’an, menerangkan bahwa ia tidak menggunakan istilahsinonim untuk uraian ini. Ia beralasan bahwa sinonim, dengan mengutip ImelBadi’ Ya’qub, secara umum dipahami sebagai kumpulan beberapa lafaz untukmakna yang sama. Sedangkan dalam literatur Arab, istilah sinonim atau taradufmasih diperdebatkan, apakah mengandung arti kesamaan makna dari beberapalafaz yang berbeda atau merupakan rincian sifat dari makna asal.28

Dalam al-Qur’an memang banyak sekali didapati penyebutan lafaz sepertiitu, lafaz yang bermacam-macam namun dipakai untuk makna yang satu, Qalyubimencontohkannya seperti lafal ru’yā dan ahlam dengan makna mimpi, zauj danimra’ah dengan makna istri, dhiā’ dan nūr dengan makna cahara, shubh dan fajrdengan makna pagi, dan masih banyak lagi contoh yang lainnya. Lafaz-lafaz ter-sebut secara sepintas memang memiliki makna yang sama, namun ketika ditelitisecara mendalam ternyata antara lafaz yang satu dengan lainnya memiliki per-bedaan-perbedaan karakteristik.

Dalam surah al-‘Ādiyāt, penyebutan lafaz taraduf secara implisit tidak di-dapatkan, namun secara eksplisit, ketika dibandingkan dengan lafaz-lafaz al-Qur’an secara keseluruhan, lafaz-lafaz ini walaupun tidak begitu banyak namunbisa ditemukan. Misalnya lafaz subh yang melambangkan waktu pagi di manakuda-kuda perang menyerang musuh. Pagi di sini adalah pagi yang berdekatandengan siang, sebab jika pagi yang berdekatan dengan malam akan dilambangkandengan lafal fajr29 sebagaimana yang terdapat di dalam surah-surah lainnya.

Selanjutnya lafal bu’sira yang berarti dikeluarkan atau dibangkitkan, yaitudibangkitkan apa yang ada di dalam kubur. Untuk melambangkan peristiwa inimemiliki satu lafal lagi yang sangat dekat maknanya bahkan sangat seringdisebut-sebut di dalam al-Qur’an yaitu lafal bu’isa. Secara mendetil kedua lafalini memiliki karakteristik yang berbeda walaupun maksudnya sama. Lafal bu’siramemiliki makna lebih luas dari bu’isa, bila lafaz bu’isa digunakan untuk me-lambangkan manusia dibangkitkan, dikeluarkan dari kubur dan dihidupkankembali, sedangkan lafal bu’sira mengandung makna bu’isa tersebut plus untukdipertanggungjawabkankan akibatnya terhadap manusia yang dibangkitkan itu.30

Demikian juga antara lafaz naq’an dan ghubār, insān dan basyar merupakanlafaz-lafaz taraduf yang pemilihan salah satunya tentu saja memiliki rahasiamakna dan uslub yang tinggi di dalam al-Qur’an.

b. Penggunaan HomonimHomonim adalah kata yang sama bunyinya, tetapi berlainan arti dan

asalnya.31 Dalam literasi Arab, homonim dikenal dengan istilah al-Musytarakul-Lafdhiy.32 Untuk kasus surah al-‘Adiyat dapat ditemukan kata al-khair yang bisa

_____________28 Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an Pengantar…, 46 – 47.29 Ibid., 50.30Muhammad bin Mukram bin Manzur al-Afriqi al-Mashri, Lisanul Arab, Juzuk IV, cet.

ke-1, (Bairut: Dar Shadir, t.t.), 72.31Budiono, Kamus Lengkap …, 187.32Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an Pengantar …, 50.

Page 22: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Safrina Muhammad: Analisis Stilistika terhadap surat al-‘adiyat …126

berarti; kebaikan, faedah, dan harta benda (kekayaan).33 Lafal khair yang me-lambangkan makna “kebaikan” atau “sebaik-baik” sangat banyak terdapat didalam al-Qur’an, di antaranya dalam surah al-Baqarah pada ayat 54, 61, 103, 105,110, 184, 197, 215, 216, 220, 221, 263, 271, 273 dan 280, dalam surah Ali ‘Imrānpada ayat 30, 54, 110, 115, 150, 157, 178 dan 198, dalam surah an-Nisā’ padaayat 25, 59, 77, 114, 127 dan 128, dalam surah al-Māidah pada ayat 114, dalamsurat al-An’ām pada ayat 32 dan 57, dalam surat al-A’rāf pada ayat 12, 26, 85, 87,89, 155 dan 169, dalam surah al-Anfāl pada ayat 19 dan 30, dalam surah at-Taubah pada ayat 3, 41, 61 dan 109, dalam surah Yūnus pada ayat 58 dan 109,dalam surah Hūd pada ayat 86, dalam surah Yūsuf pada ayat 39, 57, 59, 64, 80 dan109, dalam surah an-Nahl pada ayat 30, 95 dan 126, dalam surah al-Isra’ padaayat 35, dalam surah al-Kahfi pada ayat 44, 46 dan 95, dalam surah Maryam padaayat 73 dan 76, dalam surah Thāhā pada ayat 73 dan 131, dalam surah al-Anbiyā’pada ayat 89, dalam surah al-Hajj pada ayat 11, 30, 36 dan 57.

Kemudian dalam surah al-Mukminūn pada ayat 29, 72, 109 dan 117,dalam surah an-Nūr pada ayat 11, 27 dan 60, dalam surah al-Furqān pada ayat 15dan 24, dalam surah an-Naml pada ayat 36, 59 dan 89, dalam surah al-Qashshashpada ayat 26, 60, 80 dan 84, dalam surah al-‘Ankabūt pada ayat 16, dalam surahar-Rūm pada ayat 38, dalam surah Sabā’ pada ayat 39, dalam surah ash-Shāffātpada ayat 62, dalam surah Shād pada ayat 76, dalam surah Fushshilat pada ayat40, dalam surah asy-Syurā pada ayat 36, dalam surah az-Zukhrūf pada ayat 32, 52dan 58, dalam surah ad-Dukhān pada ayat 38, dalam surah al-Qamar pada ayat43, dalam surah al-Mujādilah pada ayat 12, dalam surah ash-Shaf pada ayat 11,dalam surah al-Jumu’ah pada ayat 9 dan 11, dalam surah al-Muzammil pada ayat20, dalam surah al-A’lā pada ayat 17, dalam surah adh-Dhuhā pada ayat 4, dalamsurah al-Qadr pada ayat 3, dalam surah al-Bayyinah pada ayat 7, dan masihbanyak lagi dalam ayat-ayat lainnya.

Sedangkan lafal khair yang berarti “harta” di antaranya terdapat dalamempat tempat, yaitu dalam surah al-Baqarah pada ayat 180 dan 272, dalam surahal-Qashshash pada ayat 24, dan dalam surah al-‘Ādiyāt pada ayat 8. walaupunlafal māl dan khair berbeda pada karakternya, namun lafal khair telah terbuktimemiliki banyak makna yang di antaranya adalah harta. Lafal khair yang terdapatdalam surah al-‘Ādiyāt pada ayat 8 menurut sebagian mufassir bermakna hartayang banyak atau kekayaan yang melimpah.34 Demikianlah Allah Swt. telahmenyusun kata demi kata dalam al-Qur’an untuk sebuah keindahan dan sebagaibukti kebenaran risalahNya.

c. Penggunaan lafaz yang tepat maknaLafaz-lafaz yang tepat makna adalah pemilihan lafaz dalam suatu konteks

tertentu sesuai dengan makna yang dibutuhkan.35 Pada prinsipnya semua lafazdalam al-Qur’an telah dipilih sesuai dengan konteksnya, namun usaha untuk men-cari rahasia di balik itu tetap perlu dilakukan terutama untuk memahami makna al-Qur’an dengan cara yang sesungguh-sungguhnya. Usaha ini sebenarnya bukanlah

_____________33Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia, Edisi II, cet. ke-14,

(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), 378.34Syihabuddin Mahmud Ibnu Abdullah al-Husaini al-Alusi, Ruhul Ma’ani fi Tafsir al-

Qur’an al-‘Adhim wa as-Sab’il Masani, Juzuk XVII, (t.p., t.t.,), 332.35Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an Pengantar …, 53.

Page 23: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 127

suatu pekerjaan yang mudah, namun dengan melakukan perbandingan demi per-bandingan dengan sangat teliti maka rahasia ini insya Allah dapat ditemukan,walaupun kebenaran yang haqiqi hanya milik Allah Swt.

Dengan berbekal pada contoh dari penelitian Muhammad Abdul ’Adhimaz-Zarqani dan al-Khathib al-Iskafi yang diangkat oleh Syihabudddin Qalyubi,36

maka dalam surah al-‘Ādiyāt setidaknya ada dua hal yang berhubungan denganpemilihan lafaz yang amat tepat.

Pertama; pada tiga ayat yang pertama yang mana Allah Swt. menyebutkankata sifat (isim fā’il) dengan bentuk jama’ muannas sālim yang di ma’rifahkandengan “al” maushulah yang dimaksudkan kepada kuda perang. Makna dasarnyaadalah berlari kencang, memercikkan bunga api, dan menyerang dengan tiba-tiba.Kemudian kata “al” dapat diartikan dengan segala jenis binatang yang biasaberlari kencang, ketika di depannya terdapat kata dhabhan yang berarti terengah-engah, maka kemungkinan “al” di situ hanya dua, sebab yang berlari terengah-engah dari jenis binatang hanyalah anjing dan kuda. Ketika dilanjutkan lagi,tersingkaplah makna yang dimaksudkannya, sebab yang memercikkan bunga apidengan hentakan kaki, yang menyerang dengan tiba-tiba, yang menerbangkandebu dan yang menyerbu ke tengah-tengah musuh tidak dapat dilakukan olehanjing, maka jelaslah makna dalam ayat itu adalah kuda-kuda perang.37 Denganhanya tersusun dari dua lafal telah menggambarkan makna yang begitu indah, disitulah keindahan uslub al-Qur’an yang tidak bisa didapatkan dari untaian katayang dibuat atau disusun oleh manusia.

Kedua; dapat dilihat pada ayat kedelapan. Allah Swt menggambarkanterhadap manusia yang sangat mencintai hartanya dengan untaian kata-kata yangsangat indah dan sesuai dengan bunyi-bunyi yang sebelum dan sesudahnya, kitadapat membandingkan penggambaran yang ada dalam suraf al-Fajr ayat 2038

yang juga menggambarkan orang yang sangat mencintai hartanya, namun keduaayat ini tidak boleh ditukar karena akan merusak susunan fonologi dan juga akanberpengaruh terhadap maknanya. Di samping itu, bila ditinjau dari sudut pandangbalaghah kedua ayat ini juga mempunyai karakteristik maknanya masing-masing.

Analisis Preferensi Kalimat dalam Surah al-‘ĀdiyātDalam analisis ini diuraikan pilihan kalimat dan efek yang ditimbulkan-

nya, maksudnya ragam kalimat yang dipilih sebagai media penyampai pesan-pesan yang juga memiliki pengaruh terhadap makna-maknanya.39 Mengikutipembahasan Syihabuddin Qalyubi dalam bukunya Stilistika al-Qur’an PengantarOrientasi Studi al-Qur’an, uraian ini meliputi penggunaan kalimat tanpapenyebutan fā’ilnya, penggunaan kalimat yang beragam dan penggunaanpengulangan kalimat.40 Dalam kasus surah al-‘Ādiyāt, analisis tentang dua halyang terakhir tidak dapat dilakukan karena dalam surah-surah yang pendek untuk

_____________36Ibid., 54 – 55.37Makna ini juga bersumber kepada tafsir at-Thabari dengan menukil riwayat dari Ali bin

Abi Talib. Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Kasir bin Ghalib at-Thabari, Jami’ulBayan ..., 561.

38Ayat tersebut berbunyi: “ ” [QS. Al-Fajr (89: 20)].39Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an Pengantar …, 53.40Ibid., 56 – 68.

Page 24: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Safrina Muhammad: Analisis Stilistika terhadap surat al-‘adiyat …128

hal-hal seperti itu sangat jarang ditemukan. Jadi analisis ini difokuskan padamasalah yang pertama yaitu penggunaan kalimat tanpa penyebutan fā’ilnya.

Dalam surah al-‘Ādiyāt terdapat dua kalimat yang tidak disebutkanfā’ilnya, yaitu bu’sira dan hushshila, masing-masing pada ayat kesembilan dankesepuluh. A’isyah bint as-Syathi, sebagaimana dikutip Qalyubi menerangkan,tidak disebutkan fā’il khususnya pada ayat-ayat tentang hari kiamat dan bangkitdari kubur adalah suatu cara untuk mengkonsentrasikan perhatian pembacakepada peristiwa yang terjadi.41 Selain analisis stilistika, dalam kasus kalimatyang tidak disebutkan fa’ilnya dapat juga dianalisis dari sudut pandang nahwu(sintaksis), sharaf (morfologi) dan balaghah (retorika).42

Analisis Deviasi dalam Surah al-‘ĀdiyātPrinsip deviasi adalah kebalikan dari prinsip ekuivalensi, jika ekuivalensi

adalah keteraturan dan keselarasan kaidah bahasa, maka deviasi adalah kebalikan-nya yang sengaja digunakan untuk kesegaran dan menghindari kejenuhan pem-baca. Dalam suatu karya, kombinasi antara keduanya sangat dibutuhkan.43 Dalamal-Qur’an secara keseluruhan penggunaan deviasi sangat banyak dijumpai. Misal-nya dari bentuk jama’ tiba-tiba berubah ke bentuk mufrad dan sebaliknya, daribentuk mukhāthab berubah ke bentuk ghāib dan sebaliknya, dari fā’il dhāhirberubah ke fā’il mudhmar dan sebagainya.

Dalam surah al-‘Ādiyāt, deviasi terdapat pada ayat yang terakhir, ayatkesebelas. Pada ayat tersebut dhamir yang kembali kepada al-insān yang terdapatpada ayat ke enam disebutkan dalam bentuk jama’ (rabbahum dan bihim),padahal pada ayat-ayat sebelumnya dhamir yang kembali kepada al-insandisebutkan dalam bentuk mufrad/ tunggal (lirabbihi pada ayat keenam, innahupada ayat ketujuh dan kedelapan, ya’lamu pada ayat kesembilan). Sedangkan padakalimat asarna dan wasathna yang terdapat dalam ayat keempat dan kelimamenunjukkan prinsip ekuivalensi karena dhamir jama’ muannas ghāibāt yang adapada kedua kalimat tersebut kembali kepada kuda-kuda perang yang disebutkandengan bentuk jama’ muannas yang terdapat dalam ayat pertama, kedua danketiga. Inilah bentuk kombinasi yang sungguh luar biasa dan menakjubkan.

KesimpulanMengkaji satu surah saja dari al-Qur’an dengan analisis satu ilmu saja dari

berbagai disiplin ilmu yang berkembang telah didapati Kemaha-agungan al-Qur’an yang sungguh-sungguh luar biasa, apalagi kalau dikaji seluruh al-Qur’andengan menggunakan seluruh disiplin ilmu yang ada, tentu saja Kemaha-agungan-Nya kian bertambah-tambah. Itulah al-Qur’an Kalam Allah yang tidak ada se-orangpun sanggup menandinginya.

Surah al-‘Ādiyāt, dari sudut pandang balaghah menyimpan segudangrahasia, yang dapat digolongkan ke dalam uslub yang indah. Demikian juga darisudut pandang stilistika, walaupun hanya dalam beberapa baris saja, namunelemen-elemen stilistika telah dapat didapatkan dengan indahnya. Pertama dari

_____________41Ibid., 57.42Dari sudut pandang nahwu menjelaskan bentuk nāibul fā’il, dari sudut pandang sharaf

menjelaskan bentuk fi’il mabni lill-maf’ūl dan dari sudut balaghah menjelaskan alasan kenapa fā’ilitu dibuang. Ibid., 56.

43 Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an Pengantar …, 59.

Page 25: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 129

analisis fonologi, baik efek keserasian bunyi di tengah-tengah lafaz atau diakhirnya maupun efek keserasian makna, kedua preferensi lafal, ketiga preferensiterhadap kalimat, dan keempat analisis deviasi.

Di setiap surah bahkan di setiap ayat dapat ditemukan keindahan-keindahan melalui analisis stilistika, maka surah al-‘Ādiyāt sebagai salah satusurah Makkiyah, walaupun hanya beberapa baris saja, keindahan ini sangatbanyak ditemukan. Dengan demikian, sasaran surah ini, baik isi maupun objeknyadengan mudah dapat tercapai. Orang-orang yang menentang al-Qur’an darigolongan musyrikin atau Ahlil Kitab, secara pelan-pelan dapat ditaklukkan olehkeindahan bahasa al-Qur’an. Inilah salah satu metode dakwah Rasulullah Saw.dengan mengedepankan unsur-unsur keindahan.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar al-Qurthubi. al-Jami’ liAhkamil Qur’an wal-Mubayyin li Ma Tadhammanahu minas-Sunnah waAyatil Qur’an, Pentahqiq: Abdullah bin Abdul Muhsin at-Turki, JuzukXXII, cet. ke-1. Bairut: Muassasah ar-Risalah, 1427 H./2006 M.

Abu Bakar Muhammad bin al-Thayyib bin bin Muhammad bi Ja’far bin al-Qasimal-Baqillani. I’jāz al-Qur’an, Pentahqiq: as-Sayyid Ahmad Shaqar. Cairo:Dar al-Ma’ārif, t.t.

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Kasir bin Ghalib al-Amali at-Thabari. Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Pentahqiq: Ahmad MuhammadSyakir, Juzuk XXIV, cet. ke-1. Bairut: Muassasah ar-Risalah, 1420H./2000 M.

Ahmad Warson Munawwir. Al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia, Edisi II, cet.ke-14. Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.

Badi’uz Zaman Sa’id an-Nusri. Isyarat al-I’jaz fi Mazani al-Ijaz, Pentahqiq: IhsanQasim as-Shalihi. Baghdad: Jami’ah Baghdad, t.t.

Barnaby Rogerson. Biografi Muhammad, Alih bahasa: Asnawi, cet. ke-5,Yogyakarta: Diglossia Media Group, 2007.

Budiono. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung, 2005.

Departemen Agama RI. al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: PT. SyaamilCipta Media, 1426 H./2005 M.

Harimurti Kridalaksana. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia, 1983.

M. Nur Kholis Setiawan. Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, cet. ke-2. Yogyakarta:eLSAQ Press, 2006.

Mashaf al-Madinah an-Nabawiyah. al-Madinah al-Munawwarah: Majma’ al-Malik Fahd li Thaba’ah al-Mashaf asy Syarif, 1426 H., Nomor regestrasi:6347/1426.

Page 26: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Safrina Muhammad: Analisis Stilistika terhadap surat al-‘adiyat …130

Moh. Chadziq Charisma. Tiga Aspek Kemu’jizatan al-Qur’an. Surabaya: PT. BinaIlmu, 1991.

Muhammad bin Mukram bin Manzur al-Afriqi al-Mashri. Lisanul Arab, Juzuk IV,cet. ke-1, Bairut: Dar Shadir, t.t.

Mushthafa al-Ghulayaini. Jāmi’ud-Durūs al-Arabiyah, Juzuk I, cet. ke-28. Bairut:Shayida, 1414 H./1993 M.

Panuti Sujiman. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993.

Shubhi as-Shalih. Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an, terj. Tim Pustaka Firdaus, cet.ke-7. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999.

Syihabuddin Mahmud Ibnu Abdullah al-Husaini al-Alusi. Ruhul Ma’ani fi Tafsiral-Qur’an al-‘Adhim wa as-Sab’il Masani Juzuk XVII. t.p. t.t.

Syihabuddin Qalyubi. Stilistika al-Qur’an Makna di Balik Kisah Ibrahim, cet. ke-1. Yogyakarta: LKiS, 2009.

_________________. Stilistika al-Qur’an Pengantar Orientasi Studi al-Qur’an.Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997 M./1418 H.

Page 27: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah , Vol. 10, No. 2, Juli 2013 131

SIKAP KESEHARIAN UMAT ISLAM DALAMMERESPON BACAAN Al-QUR’AN

Umar LatifFakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry

Kopelma Darussalam, Kota Banda AcehEmail: [email protected]

ABSTRACTFor background reading is considered so valuable, understanding the

Qur'an store without limit, in the sense that what is read and what is understood tohave the intent remains the basic meanings (attached to him) and relationalmeaning (connotation addition to existing meanings ). Both of these goals remainthe targets put forward the Qur'an, so readings should also be interpreted in asimilar composition, ie, "no matter how small" reading it will likely give effect tothe human actions. To that end, the Qur'an is the reading that needs to bepositioned as the basic meaning and effect of the change in the direction ofreading the relational meaning. Therefore, reading the Qur'an has a doubleresponse in daily Islamic society.

Kata Kunci: Respon, Umat Islam, Bacaan al-Qur’an

PendahuluanAl-Qur’an dengan segala konsekwensi bagi kaum muslimin adalah

kalam Allah yang terniscayakan. Nabi juga betul-betul yakin bahwa beliau adalahpenerima pesan dari Allah, Zat yang sama sekali lain dan sedemikian rupa, hinggaia menolak dengan kekuatan kesadaran ini sebagian dari klaim-klaim historis yangpaling fundamental dari tradisi Judea Kristiani tentang Ibrahim dan nabi-nabiyang lain. Zat yang lain ini melalui suatu saluran mendiktekan al-Qur’an denganotoritas yang mutlak. Suara yang datang dari dasar kedalaman itu berbicaradengan jelas sekali, tak bisa dikelirukan dan mendesak.

Proses pentransferan ini dikenal di kalangan umat Islam dan hampirsemua agama lainnya dengan sebutan al-Qur’an. Kata “qur’an” sebagai maknadasar berarti bacaan, pemaknaan pada kata ini jelas menunjukkan ke arah itu. Halini bisa dibuktikan dengan sejumlah kata-kata lain yang tercantum dalam al-Qur’an, seperti tanzil, wahy dan kitab. Sejumlah kata-kata ini tetap mengarah padamakna dasar itu, dan teks al-Qur’an sendiri pada beberapa tempat dinyatakanbahwa al-Qur’an diwahyukan secara verbal dan bukan melalui makna dan ide-ide.

Meski kemudian, istilah al-Qur’an untuk pembukaan (rahasia) adalahwahyu yang berdekatan artinya dengan inspirasi, dengan syarat bahwa yang keduaini tidak perlu harus mengesampingkan model verbal. Al-Qur’an merupakan“hudan li al-nas wa bayyinatin min al-huda wa al-furqan” (QS. al-Baqarah: 185).Menurut al-Thabari, kalimat “hudan li al-nas” adalah petunjuk bagi umat manusiamenuju jalan kebenaran, dengan penekanannya bahwa manusia mau berpikir.

Page 28: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Umar Latif: Sikap Keseharian Umat Islam dalam Merespon Bacaan al-Qur’an132

Adapun kata “bayyinatin” adalah berbagai penjelasan (wadhihatin) terhadapsesuatu yang datang dari petunjuk (hidayah) tersebut, berupa penjelasan yangmenunjukkan pada batas-batas, ketentuan-ketentuan dan tentang hukum halal danharam. Sementara kata “al-furqan” dimaksudkan sebagai pemisah di antara hakdan batil.1

Berdasarkan keterangan tersebut, berarti al-Qur’an dapat ditarik pe-maknaannya sebagai sebuah “dokumen penting” bagi umat manusia. Bahkan kitabini sendiri menamakan dirinya sebagai “petunjuk bagi manusia” dan berbagaijulukan lain yang senada di dalam ayat-ayat lain (QS. al-Baqarah: 129, QS. al-Jum’ah: 2 dan QS. Ali ‘Imran: 164).

Ada tiga komponen untuk mencapai “hudan” dan “bayyinat”, yangkemudian berujung pada “al-furqan”, sebagaimana yang telah dilakukan Nabi, diantaranya adalah: Pertama, tilawah (bacaan yang membuahkan pada sikapmengikuti pesan yang ada di baliknya). Kedua, tazkiyah (bersih diri dan senantiasamenjunjung tinggi akhlak mulia). Dan ketiga, ta’lim (pembelajaran tentang al-kitab dan al-hikmah).2 Perbandingan tersebut akan memperjelas sudut letak bahwapandangan manusia di kemudian hari merespon bimbingan Ilahi dalam bentuksebagai petunjuk dan bukan bertujuan untuk disesatkan. Petunjuk ini meng-gambarkan di mana upaya manusia tidak lagi bebas menentukan pilihan-pilihan-nya, kecuali tetap mengikuti bimbingan Ilahi, dan serendah-rendah petunjuk yangdidapat adalah dengan tetap membacanya di setiap waktu yang ada.3

Kronologis turunnya al-Qur’an secara tadarruj merupakan perwujudanresponsitas Ilahi menuju kepada hidayah, bukan bertujuan menyesatkan. Bahkansecara bersamaan pula diperoleh penjelasan bahwa al-Qur’an itu diterima Nabidalam suasana historikal dengan permasalahan yang terjadi dalam kehidupanmasyarakat saat itu. Atau dengan kata lain, di mana penegasan setiap al-Qur’anturun merupakan isyarat dan petunjuk bagi kehidupan umat manusia secarakeseluruhan, dengan tanpa batas ruang dan waktu.

Apa yang menjadi bukti empiris sebagaimana uraian di atas adalah matarantai di mana al-Qur’an merupakan sumber bacaan. Al-Qur’an menempati posisiyang khas dan berdiri sendiri di antara semua kitab-kitab suci, lantaran tekswahyunya adalah asli, sementara pada Taurat, Zabur dan Injil, nabi-nabi me-nerima wahyu hanya dalam bentuk gagasan semata, dalam artian mengalami pe-rumusan dan ungkapan dengan kata-kata sendiri.4

Kegemaran dalam membaca al-Qur’an adalah sebuah motivasi tersendiribagi umat Islam. Ketika iklim kegemaran ini terbangun, maka pada konteks yanglebih dalam, berarti seseorang hendak melebur diri dalam bentuk penghambaansebuah harapan memikirkan keselamatan. Kebutuhan semacam ini menjadi alasanyang dapat diterima, mengapa al-Qur’an diturunkan. Perintah Nabi untuk mem-baca al-Qur’an sudah sangat jelas. Bagi mereka yang (gemar) membaca al-Qur’antentu akan memperoleh syafa’at. Sebab, al-Qur’an adalah kalam Ilahi, visualisasi

_____________1Al-Thabari, al-Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an, jil. 3 (Beirut: Dar al-Kutub al-

’Ilmiyah, 1992), 4482Al-Thabari, al-Jami’ al-Bayan…, 4483Toshihiko Izutsu, (peng.,) Machasin, Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Sementik

terhadap Al-Qur’an (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003), 153-1564Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 199; M. Quraish Shihab, Membumikan al-

Qur’an (Bandung: Mizan, 1992), 21

Page 29: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah , Vol. 10, No. 2, Juli 2013 133

kalam Allah di muka bumi. Membaca al-Qur’an adalah bagian dari caraberkomunikasi dengan Allah. Semakin banyak membaca, maka semakin dekatdengan-Nya.

Allah memang berjanji akan menjaga al-Qur’an (QS. al-Hijr: 9). Meskidemikian, ayat ini tetap memiliki kandungan makna, di mana Allah menggunakankata ganti (dhamir) nahnu (kami) dalam ayat tersebut sebagai isyarat, bahwaAllah tidak turun untuk menjaga al-Qur’an secara langsung, melainkan memberiketerlibatan secara aktif kepada hambanya untuk dipelihara, entah melalui bacaanatau dalam bentuk lainnya, dan di sinilah letak pemahaman bahwa al-Qur’an se-bagai bacaan dan al-Qur’an sebagai relasional. Oleh karena itu, sebagai mu’jizat,al-Qur’an bukanlah tanda kenabian yang sukar dinalar sebagaimana lazimnyamu’jizat para nabi sebelum nabi Muhammad. Al-Qur’an justru hadir dalam bentukyang konkrit, di mana rasionalitasnya sangat mungkin dinalar oleh logika ke-manusiaan. Dikarenakan mu’jizat, tentu umat Islam terus melestarikan “pem-bumian” al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk tujuan khusus ini, maka al-Qur’an dengan kerangka konseptualyang begitu sederhana adalah kumpulan teks-teks yang mesti dibaca. Hal ini tentusaja sesuai dengan maksud dalam surah al-Muzammil ayat 4; “Dan bacalah al-Qur’an itu dengan tartil”. Apa yang menjadi isyarat dalam ayat ini, apakahpembacaan al-Qur’an itu dimengerti atau tidak, orang pandai atau tidak,intelektual atau tidak; tetap perlu dibaca dengan jelas dan jangan dipaksakanmelalui capaian yang tergesa-gesa. Artinya, bacaan harus mengucapkan denganjelas semua huruf, dan adapun membacanya sesuai dengan keinginan dan selera sipembaca masing-masing individu. “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkankepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya”(QS. Shad: 29).

Makna Dasar dan Makna RelasionalPada saat al-Qur’an dibaca, berarti ada semacam korelasi yang hendak

dibangun antara seorang hamba dengan Tuhan. Meski kemudian, hubungan ini di-maksudkan kapan pun manusia tetap berada pada posisi makhluk dan Tuhan tetapsebagai khaliq. Status yang demikian, oleh masyarakat Islam juga telah me-ngalami periodisasi yang cukup kontekstual dan mereka bahkan memiliki sistempemikiran tersendiri dalam menata ruang privasi intelektualnya terhadap al-Qur’an. Demikian pula al-Qur’an dengan komponen kosa kata tersendiri jugamengambil peran yang signifikan dalam mensikapi perbuatan seorang hamba.

Dalam memandang pesan kosa kata al-Qur’an yang luar biasa, bahkantiada taranya sebagai bahasa wahyu Ilahi, wajar semua sistem yang melingkariproduk perkembangan manusia (material) mencoba mengikat diri berdasarkanmaksud al-Qur’an tersebut. Sebagai kasus yang perlu dipertimbangkan, pe-mahaman di mana kata Allah tidak cukup atas pemaknaan dasar yang masihbersifat esensial—sebagai zat yang tidak bisa diraba atau dilihat, melainkan perludipandang dalam ruang yang begitu subtansial; konseptual di mana Allahberhubungan langsung dengan apa yang dinamakan asmaul al-husna.

Tentu saja, ketika seorang hamba membaca al-Qur’an seketika pula iaakan berhadapan langsung dengan asmaul al-husna dengan tingkat keragamanmakna dan maksud dalam al-Qur’an. Al-Qur’an penuh dengan kata-kata dan frasa

Page 30: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Umar Latif: Sikap Keseharian Umat Islam dalam Merespon Bacaan al-Qur’an134

yang melukiskan Allah dari berbagai sudut; misalnya, Dia adalah wahid (satu),ghafur (pengampun), rahim (penyayang) dan lain sebagainya.5

Hubungan antar batas ini ikut menandakan bahwa sejumlah nama-namaAllah masuk ke dalam ruang manusia tanpa batas, dan sejumlah nama-nama itutidak perlu dimaknai ke arah rekayasa. Oleh karena itu, membaca al-Qur’an ikutmemberi dorongan manusia untuk mengambil posisi yang beragam sesuai dengankebutuhannya. Atau dengan kata lain, apakah bacaan itu hendak diarahkan se-bagai harapan ampunan dari Allah, sebagai mohon kasih sayang atau memintalimpahan rezeki dan keselamatan.

Dialektika melalui bacaan al-Qur’an seakan-akan dapat dipahami dimana manusia yang membaca al-Qur’an berkepentingan dalam menjaga dan me-melihara. Indikasi ini dapat dilihat, selama kurun waktu turunnya al-Qur’an, se-kiranya perbedaan dan kebingungan dalam memahami ayat-ayat yang turun ataudinilai native speacher; ahl al-lisan (penutur asli) dalam bahasa Arab ini ter-selesaikan begitu nabi mengeluarkan tafsirnya atas ayat yang diperselisihkan.Oleh karena itu, nabi sebagai perantara wahyu yang berkomunikasi langsungdengan ‘Pembicara’ dipandang mempunyai otoritas yang mutlak untuk me-ngetahui kandungan maksud suatu ayat al-Qur’an. Dari hasil interaksi antaramasyarakat dengan teks al-Qur’an pada masa nabi, dapat dicermati pola hubunganyang dibangun para sahabat dengan ayat-ayat al-Qur’an.6

Dengan demikian, ayat-ayat al-Qur’an dapat dengan mudah dipahamioleh masyarakat Arab saat itu, bahkan doktrin dan ajaran yang termuat dalam tekstersebut dalam waktu singkat dapat melembaga dalam sistem budaya dan sistemsosial, seperti hubungan kekerabatan, perkawinan, sistem ekonomi sampai sistemhubungan politik antar masyarakat dan suku-suku di Arab. Banyak kalanganberasumsi bahwa mudahnya pemahaman bangsa Arab terhadap pembacaan al-Qur’an lantaran mereka adalah orang Arab, dan al-Qur’an turun dengan meng-gunakan bahasa mereka.

Meski asumsi ini relatif menimbulkan reaksional, dengan kembali me-nggugat setiap bahasa yang dipahami oleh setiap masyarakat atas bahasanyasendiri, yang boleh jadi tetap menimbulkan kesulitan pada teks yang berhubungandengan bahasa mereka. Orang akan merasa asing terhadap suatu teks yang di-suguhkan kepadanya bila teks tersebut tidak ada hubungan dengan budaya yangber-kembang di sekitarnya. Dengan demikian, suatu teks yang hadir tidakmungkin hampa sejarah dan memasuki belantara pikiran manusia secara sendiri-an, ia mesti hadir dan saling kait mengkait dengan teks yang lainnya yang telahhadir.7

Sebagai contoh dari argumen di atas, Muhammad Abed al-Jabiri menelititentang bagaimana hubungan ayat-ayat waris, hubungan kekerabatan dan per-kawinan dengan sistem kekerabatan Arab pada masa turunnya wahyu dan angan-angan masyarakat akan reformasi sistem tersebut. Struktur masyarakat Arab yang_____________

5Toshihiko Izutsu, Relasi…, 44-466Toshihiko Izutsu, Relasi…, 203-212; M. Dawam Rahardjo, Eksiklopedi Al-Qur’an,

(Jakarta: Paramadina, 2002). Contoh semua masyarakat Indonesia yang telah berbahasa Indonesiatidak memahami setiap teks yang disampaikan dengan bahasa Indonesia. Ini terbukti ketikamempelajari tata bahasa Indonesia atau pada saat mempelajari teks-teks pengetahuan akan menjadimomok bagi banyak pelajar dan mahasiswa di Indonesia, dan banyak lagi teks-teks lain yang tidakdapat dengan mudah dipahami meskipun penulis dan bahasanya adalah bahasa mereka.

7Graham Allen, Intertextuality (London and New York: Routledge, 2000), 36

Page 31: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah , Vol. 10, No. 2, Juli 2013 135

dominan saat itu adalah struktur masyarakat kesukuan. Andalan untuk ke-berlangsungan hidupnya adalah pada teknik penggembalaan dengan sistem pe-milikan yang bersifat kolektif, di mana hak milik suatu benda dan harta dalambentuk kepemilikan suku dan bukan secara individu.8

Relasi yang terbentuk di antara satu suku dengan suku lainnya adalahrelasi yang bersifat konflik untuk memperebutkan lahan penggembalaan dan lahankehidupan lainnya. Relasi antar suku yang bersifat konflik mengharuskan merekauntuk membangun persekutuan-persekutuan antar suku, sehingga terwujud aliansidamai yang lebih besar. Untuk kepentingan tersebut, maka terwujud pola per-kawinan yang mengutamakan antar kerabat jauh daripada kerabat dekat dan me-ngutamakan perkawinan dengan suku yang jauh hubungan kekerabatannya.

Pola perkawinan antar suku untuk memperluas jaringan aliansi me-nimbulkan masalah tersendiri terutama soal harta waris, terutama ketika ayah anakperempuan meninggal. Bila perempuan tersebut memperoleh jatah warisan dariayahnya, baik berupa hewan gembalaan maupun lahan gembalaan, maka hakpenguasaan tersebut akan menjadi hak suaminya, juga sekaligus akan menjadi hakdari suku suaminya. Persoalan yang demikian, tentu saja tidak bisa diterima olehkalangan anggota suku dari mana perempuan berasal. Dilema ini tak jarangmenimbulkan permusuhan bahkan perang saudara yang berkepanjangan.

Ketika Islam mulai berkibar di Madinah, transformasi dari masyarakatkesukuan ke masyarakat bernegara dimulai, muncul tawaran yang lebih moderatdengan memberi jatah waris anak perempuan seperdua dari jatah anak laki-laki.Kebijakan ini diikuti dengan kebijakan lain untuk menjaga keseimbangan sosial-ekonomi, yaitu kewajiban bagi sang suami untuk memberi nafkah bagi istrinya.9

Semenjak masa tadwin, posisi ayat-ayat al-Qur’an yang sudah tergeserdari kalam Tuhan yang berbicara dan berkomunikasi dengan masyarakat menjadidokumen suci yang hendak dipahami oleh banyak pihak. Sebagai dokumen suci,ayat-ayat al-Qur’an dibaca oleh masyarakat dalam bentuk bahasa tulis yang sudahbaku bacaannya. Proyek pembukuan dan pembakuan ini sudah dimulai semenjakmasa pemerintahan khalifah Abu Bakr dan ‘Utsman.10

Berbeda dengan masa nabi dan khalifah sesudahnya, al-Qur’an bertemudengan keragaman masyarakat penutur, baik dari sisi ikatan kebahasaan, pikiran,nalar dan angan-angan. Maka masa ketika al-Qur’an menjadi mushaf atau naskahkanonik dalam istilah Mohammed Arkoun yang dibukukan dan dibakukan denganstandar masyarakat Arab sebagai masyarakat penerima awal, al-Qur’an harusdikaji dengan pendekatan, metode, kategorisasi, perumusan obyek dan hubunganhubungan antar obyek.11

Keharusan tersebut terjadi karena sebagaimana dikemukakan di atas me-ngenai teori teks, maka mulai periode masa dinasti al-Qur’an tidak lagi hanyadibaca dan dipahami oleh bangsa Arab, sehingga tantangan akan

_____________8Muhamammad Abed al-Jabiri, Post Tradisionalisme Islam (Yogyakarta: Mizan, 2002),

41-439Mohammed Arkoun, Kajian Kontemporer al-Qur‘an (Bandung: Penerbit Pustaka, 1998),

221-22210Manna al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur‘an (Riyadh: Mansyurat al-‘Ashr al-

Hadits, 1973), 12511Mohammed Arkoun, Nalar Islam dan Nalar Modern: Berbagai Tantangan dan Jalan

Baru (Jakarta: INIS, 1994), 48-52 dan 107-110

Page 32: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Umar Latif: Sikap Keseharian Umat Islam dalam Merespon Bacaan al-Qur’an136

‘ketidaknyambungan’ antara teks dengan masyarakat semakin terbuka lebar.Sementara ayat-ayat al-Qur’an yang harus dirujuk berada dalam naskah bahasaArab. Untuk itu, berbagai jenis ilmu terutama falsafah dan bahasa yang tumbuhpada masa tadwin sangat membantu terbentuknya metode-metode untuk me-mahami dokumen suci tersebut, sehingga di kemudian hari melahirkan berbagaikitab tafsir yang merembes pada perkembangan pemikiran, baik di bidang ke-agamaan, sosial, ekonomi dan politik.12

Masa tadwin tidak sekaligus menjadi masa kebangkitan Islam yanggemerlap. Ancaman dari kekuasaan pemerintahan disebut juga semakin kerasmempertahankan orisinalitas pemahaman al-Qur’an sebagaimana dipahamibersama nabi pada masa pewahyuan. Kelompok yang diidentifikasi al-Jabirisebagai kelompok tekstualis-literalis ini berasal dari pengaruh nalar (cara berpikir)bangsa Arab dan bahasa Arab. Mereka berpegang teguh hanya pada bahasa Arab.Unsur-unsur pemikiran yang membentuk sikap menjadi tekstualis-literalis, antaralain sikap membatasi diri pada wilayah permukaan bahasa dengan menghindaritakwil dan menganut pandangan ‘la kayfa’ (tidak banyak bertanya soal mengapadan bagaimana).

Sikap kelompok literalis yang oleh Arkoun disebut kelompok ortodokdianggap menutup kemungkinan masyarakat untuk membaca wahyu dan masanabi secara obyektif dan dinamis.13 Dengan mempertahankan pemahaman al-Qur’an sebagaimana pemahaman pada masa Nabi, maka masa Nabi tidak lagimenjadi masyarakat model yang bisa diproyeksikan dalam berbagai kontekssosio-budaya dan politik yang akan dijumpai al-Qur’an sepanjang misi ke-sejarahannya di jagad raya ini. Untuk itu, ada hubungan yang sangat dialogis,bahwa sejak awal Islam sangat sadar dengan bahasa, karena itu al-Qur’an perlu di-bahasakan (dibaca). Bahkan Islam muncul ketika Tuhan berbicara. Seluruh ke-budayaan Islam memulai langkahnya dengan fakta sejarah bahwa manusia disapaTuhan dengan bahasa yang Ia ucapkan sendiri.

Jika sapaan Tuhan melalui al-Qur’an, yang oleh manusia dijadikansebagai petunjuk dalam kehidupan sehari-hari berhubungan dengan maknarelasional, sudah manusia akan menemukan suatu pemahaman yang komprehensifterhadap maksud di balik makna dasar. Oleh karena itu, fungsi utama seoranghamba yang sebenarnya adalah mengabdi kepada Tuhan-Nya dengan setia, selalumemperhatikan kehendak-kehendaknya apa pun yang dikehendakinya dan men-taati perintahnya tanpa mengeluh. Ini sebabnya mengapa al-Qur’an mementingkankelompok istilah orang-orang patuh (ta’ah), setia (qunut), berserah diri (khusyu’)dan menghinakan diri. Kiranya suatu alasan yang begitu tepat jika al-Qur’anadalah bacaan yang sempurna.

Al-Qur’an sebagai Bacaan IbadahDiketahui secara mudah bahwa setiap agama memiliki kitab suci yang

merupakan pedoman dalam menjalani kehidupan saat ini dan seterusnya. Bagiumat Islam, kitab suci itu adalah al-Qur’an yang merupakan kalam (firman) Allahyang diturunkan kepada nabi dan disampaikan secara mutawatir. Mulai dari surahal-Fatihah dan diakhiri dengan surah al-Nas. Al-Qur’an itu berbeda dengan kitabsamawi yang lainnya, Zabur, Taurat dan Injil, dan ini seperti penjelasan al-Qur’an_____________

12Mohammed Arkoun, Nalar Islam dan Nalar Modern.., 11013Muhamammad Abed al-Jabiri, Post…, 44; Mohammed Arkoun, Kajian…, 223

Page 33: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah , Vol. 10, No. 2, Juli 2013 137

dan ditemukan 29 surah diawali dengan al-huruf al-muqaththa’ah, semisal alif-lam-mim. Sedangkan dalam kitab samawi yang lain, tidak ada penyebutandemikian. Al-Qur’an berlaku sampai akhir zaman, sedangkan kitab samawi yanglain hanya berlaku pada saat masa lalu saja.

Dalam definisi al-Qur’an di atas, antara lain disebutkan al-muta’abbadubi tilawatih yang berarti membaca al-Qur’an adalah berpahala. Hal ini dapat di-kaitkan dengan hadis Nabi: “Man qara harfan min kitabillah falahu hasanatunwal hanatun bi al-’asyri amtsaliha, la aqulu alif lam mim harfun, walakin alifunharfun wa lamun harfun wa kinun harfun. “Siapa yang membaca satu huruf darikitabullah (al-Qur’an), maka bagiannya satu kebajikan dan satu kebajikan itumenjadi 10 kebajikan. Saya (kata Rasulullah) tidak mengatakan (dengan mem-baca) alif-lam-mim itu (dihitung) satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf,dan mim satu huruf”.14

Dengan penjelasan hadis tersebut, tampaknya motivasi besar agar umatIslam berkenaan membaca al-Qur’an tanpa harus menunggu dan mengerti terlebihdahulu terjemah apalagi tafsir ayat dari yang akan dibaca. Oleh karena itu, bacalahal-Qur’an itu berulang kali semoga pahala terus mengalir dan kelancaranmembacanya pun terus bertambah. Bahkan Nabi tidak menyebutkan pahala yangmembaca al-Qur’an itu harus dimengerti. Sebab itu, mengerti atau tidak yangdibaca tetap berpahala, walaupun dapat dipahami bahwa membaca al-Qur’andengan memahami terjemahnya adalah lebih baik dari sekedar aktivitas membacasaja tanpa memahami terjamah dari yang dibaca. Pembacaan yang demikian, tentusaja akan menimbulkan pemaknaan kepada nilai ibadah. Karena bacaan yang baikadalah bacaan yang bermanfaat.

Terkait dengan nilai-nilai ibadah melalui bacaan al-Qur’an, ada duafondasi yang perlu dikedepankan agar upaya dan respon terhadap kegemaranmembaca al-Qur’an dapat dibangun, dan di antaranya adalah:

1. Membangun KesadaranBagi seorang muslim, ketika ia berhadapan dengan al-Qur’an, ia me-

nyadari sepenuhnya bahwa keadaan dirinya berhadapan dengan sesuatu yang ber-nilai suci. Kesadaran ini sebagai sifat kesiagaan individu terhadap rangsanganeksternal dan internal. Nuansanya sangat terikat dengan sejumlah peristiwa,suasana tubuh, memori dan pikiran. Kesiagaan dan rangsangan (stimulan) me-rupakan kata kunci penting dalam kesadaran. Kesiagaan berarti kesiapan meng-hadapi sesuatu. Kesiagaan termanifestasi dalam berbagai bentuk menurutrangsangan yang diterima. Isyarat di mana seseorang mampu mengamati tentanggejala alam, seperti langit mendung, kabut dan gelombang besar, tentu akan me-lakukan persiapan sebagai bentuk reaktif terhadap gejala tersebut. Pembacaan al-Qur’an memerlukan reaksi kesadaran sebagai bentuk kesiapan setiap individudalam menerima rangsangan al-Qur’an.

Salah satu tanda kesiagaan akibat rangsangan itu adalah getaran dalamjiwa yang menggerakkan organ tubuh untuk memberikan reaksi, antara lainseperti disebutkan dalam al-Qur’an berupa bertambah keyakinan dan kepasrahankepada Allah, dan ini sesuai dalam surah al-Anfal: 2, dan getaran hati yang diikutirasa takut. Hal ini dirasa penting dan sesuai dengan surah al-Zumar: 23.

_____________14HR. al-Tirmidzi di shahihkan oleh Imam al-Albani dalam Takhrij al-Tirmidzi.

Page 34: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Umar Latif: Sikap Keseharian Umat Islam dalam Merespon Bacaan al-Qur’an138

Membangun kesadaran menjadi sangat penting dalam upaya menuju pe-rubahan. Kesadaran itu merupakan suatu bagian terkecil atau tipis dari ke-seluruhan pikiran manusia, maka membangun kesadaran merupakan upaya me-rubah apa yang disebut al-Qur’an “ma bi anfusihim”, agar terjadi perubahan dalamkomunitas yang lebih besar (ma bi qawmin). Dalam konteks ini, kesadaran dapatdiibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah permukaan laut, di manabongkahan es itu lebih besar di dalam ketimbang yang terlihat di permukaan. Iayang menjadi penggerak menuju suatu perubahan besar.

Upaya menuju kesadaran yang akan membangkitkan dimulai denganbacaan. Unit-unit wahyu yang pertama turun kepada Nabi menekankanpentingnya membaca dan menulis. Sebanyak dua kali kata iqra` disebut pada unitwahyu yang pertama turun, dan satu kali disebut kata al-qalam (pena). Obyekmembaca dimaksud tidak selalu identik dengan sesuatu yang tertulis, sebab obyekperintah membaca yang terdapat pada ayat tersebut tidak disebutkan sehinggaberlaku umum, yaitu apa saja yang menjadikan kehidupan teratur. Membaca(iqra’) merupakan gerbang ilmu pengetahuan, dan al-qalam merupakan simboldari sarana transformasi ilmu pengetahuan dari satu generasi ke generasiberikutnya sehingga tetap berkesinambungan dan berkembang membentuk sebuahperadaban.15

Demikian pula perintah untuk bangkit dan dakwah memberi peringatan(qum faandhir) pada surah al-Mudatstsir: 2 dapat dipahami datang setelah nabi“berselimutkan” ilmu, rahasia dan ma’rifah. Masyarakat yang sadar akan bacaanal-Qur’an ditandai dengan adanya budaya membaca dan kuat tradisi ilmiah. Ke-nyataan menunjukkan semangat keberagamaan masyarakat yang terasa begitutinggi belum diimbangi pengetahuan dan tradisi ilmiah yang kuat, sehingga slogan“kembali kepada al-Qur’an dan sunnah” yang sering didengar dalam pemahamandan penerapannya sering membuat pemahaman berbeda, dan bahkan ke arah per-debatan yang panjang.

Berbagai upaya yang memudahkan orang mengenal baca tulis al-Qur’anmemang telah berhasil membebaskan manusia dari buta aksara al-Qur’an, tetapibelum melenyapkan buta aksara pemahaman al-Qur’an. Dalam surah al-Baqarah:78-79 menyebut mereka sebagai ummiyyin (buta huruf) bukan karena tidak bisamembaca dan menulis, tetapi lantaran mereka tidak memahami kitab suci.Ironinya, pemahaman yang dibangun hanya sebatas dugaan dan perkiraan yangtidak didasari ilmu pengetahuan yang mendalam. Bacaan dan ilmu tersebut harusdijiwai dengan keikhlasan dan ketulusan. Unsur ini akan mengantarkan seseorangkepada keimanan sejati yang membuat hati tenang dan damai. Ilmu yang tidakdilandasi pada ketulusan dan nilai-nilai ketuhanan hanya akan menghantarkankepada kebinasaan. Kesadaran yang dibangun atas dasar pengetahuan dan peng-hayatan mendalam terhadap nilai-nilai agama menggerakkan umat Islam menujumasyarakat sejahtera dan berperadaban.16

Dalam al-Qur’an Tuhan memberikan gambaran tentang konsep khayraummah (QS. Ali Imran: 110) yang dapat diartikan sebagai masyarakat yangsejahtera dan berperadaban, dengan landasan keimanan yang kokoh (nilaiketauhidan). Ayat ini tentu saja menyuruh untuk berbuat yang ma’ruf dan_____________

15Abu al-Fida Abdullah bin Umar Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, jil. 6 (SaudiArabia: Dar al-Thaybah li al-Nasyr, 1999), 108

16M. Quraish Shihab, Membumikan…, 24-25

Page 35: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah , Vol. 10, No. 2, Juli 2013 139

mencegah dari yang munkar, dan ke arah yang demikian sering disebutsebagai ciri yang menandakan komunitas khayra ummah. Meski demikian,penyebutan kata iman dengan redaksi yang berbeda sebanyak dua kali(tu’minuna dan amana) menunjukkan pentingnya keimanan sebagai landasanmembangun masyarakat sejahtera dan berperadaban.

2. Kepedulian Sosial dan KesetiakawananDalam surah Ali Imran: 110 disebutkan, ciri khayra ummah adalah

menyuruh yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Tindakan amar ma’rufnahi munkar merupakan cerminan dari sikap kepedulian sosial dan kesetia-kawanan. Agama memerintahkan untuk saling mengingatkan dan menolong antar-sesama. Bila seseorang yang melubangi bagian bawah perahu/kapal tidak di-ingatkan, maka kapal akan karam dan menenggelamkan semua penumpang. Ke-setiakawanan diartikan sebagai solidaritas, tenggang rasa yang sanggup me-rasakan dan ditunjukkan dalam bentuk toleransi kepada orang lain serta bersediamengulurkan tangan apabila diperlukan.

Konsep kesetiakawanan dan bentuk toleransi lainnya, dari segi bahasaArab sinonim dengan istilah al-takaful al-ijtima’i. Pemaknaan terhadap istilah inikira-kira sepadan dengan bentuk interaksi atau pola hubungan, solidaritas dantanggungjawab antara individu anggota masyarakat.17 Konsep takaful merupakankomitmen antara individu dalam sebuah masyarakat untuk membangun ke-bersamaan dan kesetiakawanan, dan bukan hanya dalam bentuk komitmen yangbersifat material dengan membantu saudaranya yang membutuhkan dan menjaminkebutuhannya, melainkan lebih bersifat immaterial melalui rasa cinta, kebaikan,amar ma’ruf nahi munkar.

Berdasarkan pada tingkat pemahaman ini, setiap individu dengan tingkatintensitas bacaan al-Qur’an, maka keadaan dirinya akan menjelma sebagai sosokyang begitu empati terhadap reaksi sosial di sekitarnya. Dan yang palingsignifikan adalah memelihara kepentingan bersama dan mencegah berbagaiancaman dan kerusakan. Setiap individu merasa bahwa selain memiliki hak dalamkehidupan bermasyarakat, ia juga memiliki kewajiban terhadap orang lain,khususnya mereka yang tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka dengan caramembantu dan meringankan beban.

Ada sejumlah pertimbangan yang perlu diperhatikan terkait dengan sikaptersebut, baik dari sisi kebutuhan dalam bacaan al-Qur’an maupun kepeduliansosial antar sesama, di antaranya adalah:1. Komitmen yang tinggi. Dalam surah al-Nahl: 92 diberikan ilustrasi berupa

penegasan tentang perlunya menempati janji yang merupakan salah satusendi tegaknya suatu masyarakat. Menempati janji merupakan upaya men-jaga kepercayaan dan bila kepercayaan pudar, bahkan hilang, dalam sebuahkomunitas maka akan lahir kecurigaan, rasa dengki/iri dan permusuhan yangmerupakan benih kehancuran.

2. Keseimbangan (wasathiyah). Nuansa keseimbangan berkisar pada unsur ke-adilan dan kebaikan. Seseorang yang adil akan berada di tengah danmenjaga keseimbangan dalam menghadapi dua keadaan. Kebanyakan sifat-sifat baik adalah pertengahan antara dua sifat buruk, seperti sifat berani yang

_____________17Muhammad Emarah, al-Mustaqbal al-Ijtima’i li al-Ummat al-Islamiyyah (Beirut: Dar

al-Kutub al-Islamiyyah, 2002), 138

Page 36: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Umar Latif: Sikap Keseharian Umat Islam dalam Merespon Bacaan al-Qur’an140

menengahi antara takut dan sembrono, dermawan yang menengahi antarakikir dan boros. Begitu melekatnya kata wasath dengan kebaikan, sehinggapelaku kebaikan itu sendiri dinamai juga wasath dengan pengertian orangyang baik. Karena itu ia selalu adil dalam memberi keputusan dankesaksian. Umat Islam disebut ummatan wasathan karena mereka adalahumat yang akan menjadi saksi dan atau disaksikan oleh seluruh umatmanusia sehingga harus adil agar bisa diterima kesaksiannya.18

3. Berakhlak mulia. Akhlak atau nilai-nilai moral merupakan sesuatu yangsangat penting dalam kehidupan suatu bangsa. Dalam surah al-Fajr: 6-13Allah menyebut tiga kelompok umat manusia dengan hasil pembangunanyang mengagumkan. Pertama, kaum ‘Ad yang bermukim di kota Iran;dengan gambaran sebuah kota yang memiliki bangunan-bangunan yangtinggi dan belum pernah diciptakan oleh kota-kota lain sebelumnya. Kedua,kaum Tsamud yang memiliki kemahiran dalam bidang seni, sehinggamampu memahat gunung dengan sangat mengagumkan. Ketiga, kaumFir’aun yang memiliki kemampuan teknologi yang demikian mengagumkan,seperti kemampuan mereka membangun piramida-piramida yang demikiankokoh dan indah.

Hasil empirik ini menandakan bahwa membaca al-Qur’an memberi sisipengetahuan tidak hanya dari segi spiritual, melainkan segi peradaban bangsa.Belajar al-Qur’an bukan hanya soal menambah wawasan ayat, tetapi jugakemauan mengikuti ajaran al-Qur’an. Belajar al-Qur’an bukan soal berapa kaliseseorang mampu menamatkan bacaannya, ataupun berapa banyak ayat al-Qur’anyang dihafal, tetapi bagaimana kondisi kehidupan setelah belajar membaca al-Qur’an.

KesimpulanAl-Qur’an merupakan solusi kehidupan dan siapa pun yang meragukan

kebenarannya, maka tergolong orang yang ingkar. Hendaknya, al-Qur’an janganhanya sekedar dibaca saja, melainkan dipahami maksud makna dan tujuan kalamitu sendiri. Meski demikian, secara tegas Allah menyatakan al-Qur’an sebagaisumber solusi, namun masih banyak umat Islam yang mengabaikan penegasantersebut. Bahkan, al-Qur’an tidak dijadikan sebagai rujukan umat dalam me-mecahkan berbagai persoalan kehidupan yang kerap terjadi di hampir setiap saat.

_____________18Yusuf al-Qaradhawi, al-Khasha`ish al-Ammah li al-Islam (Beirut: Maktabah Wahbah,

1996), 121

Page 37: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah , Vol. 10, No. 2, Juli 2013 141

DAFTAR PUSTAKA

Allen, Graham. Intertextuality. London and New York: Routledge, 2000

Arkoun, Mohammed. Kajian Kontemporer al-Qur‘an, Bandung: Penerbit Pustaka,1998

_______. Nalar Islam dan Nalar Modern: Berbagai Tantangan dan Jalan Baru.Jakarta: INIS, 1994

Emarah, Muhammad. al-Mustaqbal al-Ijtima’i li al-Ummat al-Islamiyyah. Beirut:Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 2002

Ibn Katsir, Abu al-Fida Abdullah ibn ‘Umar. Tafsir al-Qur`an al-‘Adzim, jil. 6.Saudi Arabia: Dar al-Thaybah li al-Nasyr, 1999

Izutsu, Toshihiko (peng.,). Machasin, Relasi Tuhan dan Manusia: PendekatanSementik terhadap Al-Qur’an. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003

Al-Jabiri, Muhammad Abed. Post Tradisionalisme Islam. Yogyakarta: Mizan,2002

Al-Qaththan, Manna. Mabahits fi ‘Ulum al-Qur‘an. Riyadh: Mansyurat al-‘Ashral-Hadits, 1973

Al-Qaradhawi, Yusuf. al-Khasha`ish al-Ammah li al-Islam. Beirut: MaktabahWahbah, 1996

Rahardjo, M. Dawan. Eksiklopedi Al-Qur’an. Jakarta: Paramadian, 2002

Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1992

Al-Thabari. al-Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an, jil. 3. Beirut: Dar al-Kitab al-’Ilmiyah, 1992

Page 38: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Andri Nirwana. AN: Musibah dalam Perspektif al-Qur’an142

MUSIBAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Andri Nirwana. ANFakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry

Kopelma Darussalam, Kota Banda AcehEmail: [email protected]

ABSTRACTUnderstanding the Islamic attitude toward nature is necessary for

understanding the Islamic perspective of natural disasters. In the Islamic worldview, everything in nature is created by God, scrupulously measured bothqualitatively and quantitatively, and designed to serve a purposive task in theuniverse’s overall system. God states: “Verily, all things have We created inproportion and measure”. Nothing in the universe, including natural resources,was created purposelessly: “We did not create the heavens, Earth, and all betweenthem merely in (idle) sport. We created them only for just ends. Although theQur’an maintains humanity’s superiority as khalifah Allah (God’s vicegerent)over other creations, it does not necessarily follow that these other creations haveno other purpose but to serve human beings. They are equally creations of God,autonomous Ummahs (communities) that worship their Creator on their ownterms. In addition, they perform an aesthetic function as constituents ofbiodiversity, which the Qur’an often counts as part of the ayat (signs) of God forpeople of understanding. Moreover, the Qur’an recognizes the physical world asayat of God, just as it considers the Qur’an’s verses as ayat. The Qur’an is clear ofany contradiction; nature is equally devoid of any flaw.

Kata Kunci: Musibah, Al-Qur’an, Tafsir Mawdhu’iy

PendahuluanMusibah adalah bagian dari takdir yang akan menimpa makhluk ciptaan

Allah, hal ini terjadi atas izin-Nya dan sudah tertulis di lauh al-mahfudz (QS. al-Hadid: 2). Musibah tersebut dapat berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,jiwa dan buah-buahan (QS. al-Baqarah: 155). Bagi orang yang sabar atas musibahyang menimpanya, maka akan mendatangkan barakah, rahmat dan hidayah Allah(QS. al-Baqarah: 157). Dengan muhasabah atas apa yang menimpa, makamanusia akan sadar bahwa musibah yang menimpanya adalah karena perbuatandirinya sendiri (QS. Ali Imran: 165 dan QS. al-Syura: 30), sehingga diharapkanakan muncul penyesalan atas apa yang telah dilakukan (QS. al-Nisa’: 62).

Dari rangkaian penjelasan di atas, manusia tidak akan lepas dari musibahyang diuji Allah. Musibah tidak hanya menimpa manusia, akan tetapi semuamakhluk yang diciptakan Allah. Hanya saja dalam teks-Nya, Allah sering ber-firman dengan teks musibah yang menimpa manusia. Dalam hal ini, penulis inginmendiskusikan sebuah pemahaman tentang musibah yang ditinjau dari sisi al-Qur’an.

Page 39: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 143

Definisi MusibahSecara etimologi, kata musibah berasal dari bahasa Arab. Menurut Ahmad

bin Yahya sebagaimana dikutip oleh Ibnu Manzhur, kata بةمصی berasal dari kata1.مصویبة Sementara menurut Raghib al-Asfahani, mushibah berasal dari kata‘melempar’, kemudian dikhususkan sebagai pengganti, seperti firman Allah اصابتھمdan berasal dari ,مصیبة اصاب seperti firman Allah وما اصابكم یوم التقى الجمعان .2

Selanjutnya al-Asfahani menjelaskan, kata اصاب bisa berarti menimpadengan kebaikan seperti turunnya hujan dan bisa juga berarti menimpa dengankeburukan seperti terkena panah.3 Senada dengan al-Ashfahani, Abu Hayan al-Andalusi memahami kata musibah sebagai isim fa’il dari اصابت , sehingga menjadikhusus maknanya tentang sesuatu yang tidak disenangi atau benci, maka musibahbisa diartikan sebagai kinayah terhadap bala atau bencana, demikian Abu Hayyanmenjelaskan dalam tafsirnya al-Bahrul Muhith fi al-Tafsir.4 Ketika menafsirkanayat وأصابتھم مصیبة Abu Hayyan menjelaskan bahwa kata musibah merupakanbagian dari satu jenis yang berubah (isim dan fa’il).5 Dalam al-Qur’an terdapatbeberapa ayat yang berasal dari satu jenis dan berubah menjadi isim dan fa’il,diantaranya ayat اذا وقعت الواقعة dan أزفت االزفة .

Secara spesifik Abu Hayyan mendefinisikan musibah adalah segalasesuatu yang menyakitkan mukmin baik terhadap dirinya sendiri, harta ataukeluarganya, sesuatu yang menyakitkan itu kecil atau besar.6 Dalam Kamus BesarBahasa Indonesia, musibah diartikan sebagai kejadian atau peristiwa menyedih-kan, malapetaka atau bencana.7

Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa pengertian musibah secaraterminologi adalah segala sesuatu yang menimpa perorangan maupun komunitas,baik secara tiba-tiba atau bertahap, baik yang bersifat positif maupun negatif.Dalam Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an disebutkan bahwa kata musibahdalam berbagai bentuk sebanyak 77 kali, 34 kali dalam bentuk fi’il madhi yaitu 33bentuk ‘ashaba’ dan 1 bentuk ‘shayyib’, 31 dalam bentuk fi’il mudhari’ yaitu‘yushibu’, 1 kali bentuk masdar yaitu ‘shawwaba’, 1 kali dalam bentuk isimmaf’ul yaitu ‘mushibuha’ dan 10 kali dalam bentuk isim fa’il yaitu ‘mushibah’.Dalam tulisan ini, penulis hanya membahas ayat-ayat al-Qur’an yang didalamnyaterdapat kata mushibah.

Munasabah Ayat-ayat tentang MusibahDi dalam al-Qur’an terdapat sepuluh ayat yang menggunakan bentuk kata

mushibah. Berikut ayat-ayat berdasarkan tertib turunnya ayat.

_____________1Ibnu Manzhur Jamaludin Muhammad bin Mukarram al-Anshari, Lisan al-Arab, juz. 2

(Mesir: al-Mu’asharah al-Mishriyah al-‘Ammah li Ta’lif wa al-Naba’ wa al-Nashr, tt.), 232Al-Ashfahani, Mu’jam Mufradat Alfazh al-Qur’an, 2963Al-Ashfahani, Mu’jam Mufradat Alfazh al-Qur’an, 2964Muhammad bin Yusuf al-Syahir bi al-Hayyan al-Andalusi, al-Bahr al-Muhith fi al-

Tafsir, juz. 21 (Beirut: Dar al Fikr, tt.), 565Abu Hayyan al-Andalusi, al-Bahr al-Muhith fi al-Tafsir, 576Abu Hayyan al-Andalusi, al-Bahr al-Muhith fi al-Tafsir, 577Team Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), 602

Page 40: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Andri Nirwana. AN: Musibah dalam Perspektif al-Qur’an144

A. Surah al-Qashash: 47

“Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka disebabkan apayang mereka kerjakan: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus se-orang Rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan jadilah kamitermasuk orang-orang mukmin”. (QS. al-Qashash: 47)

Al-Maraghi memaknai musibah pada ayat di atas dengan azab, baik didunia maupun di akhirat. Pada ayat di atas, al-Maraghi menjelaskan tentang pe-ngutusan Rasul kepada orang-orang kafir, untuk mematahkan alasan mereka,sehingga apabila siksaan Allah datang, mereka tidak akan mendapatkan hujjahlagi. Sebelum Allah mengutus Nabi, orang-orang kafir ketika ditimpa azab ber-dalih dengan tidak diutusnya seorang rasul untuk diikuti dan diimani. Kesimpulandari penafsiran al-Maraghi terhadap ayat di atas adalah Allah telah mengutus Nabikepada manusia dan Allah tidak menyiksa seorang hambapun kecuali setelahAllah menyempurnakan penjelasan dan hujjah serta mengutus para rasul.8

Adapun Ibnu Katsir menafsirkan Allah berfirman untuk menerangkansalah satu bukti kebenaran risalah Muhammad. Bahwa ia dapat menceritakan hal-hal ghaib dan kisah-kisah umat terdahulu, padahal Nabi tidak pernah meninggal-kan jazirah Arab dan menyaksikan dengan langsung apa yang diceritakan dankabarkan. Di samping itu, ia seorang ummi yang tidak dapat menulis dan mem-baca, lahir dan dibesarkan di tengah bangsa yang demikian keadaannya.9

Menurut Quraisy Shihab, kata musibah dapat mencakup musibah duniawidan ukhrawi, sedangkan kalimat bima qaddamat aidihim (disebabkan apa yangmereka kerjakan), dapat mencakup amal batin seperti keyakinan yang batil ataupenyakit-penyakit hati lainnya seperti iri hati, takabur dan lain-lain dan dapat jugamencakup amal lahiriah berupa aneka kedurhakaan seperti permusuhan, korupsi,perzinahan dan lain-lain.10 Para ulama menurut Quraisy Syihab memahami katamusibah pada ayat ini dalam arti siksa duniawi.11

Ayat ini menurut Ibnu ‘Asyur sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihabadalah menyatakan musibah duniawi berupa kebinasaan, seandainya Allah tidakmengutus Rasul. Oleh karena itu, kaum musyrikin Makkah wajar mendapat siksaduniawi walau tidak datang kepada mereka rasul. Bukankah keyakinan tentangkeesaan-Nya telah tertancap dalam jiwa setiap insan? namun demikian, Allahmasih merahmati mereka dan tidak menyiksa mereka dengan siksa duniawisampai datang Rasul.

B. QS. al-Syura: 30

_____________8Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jil. 7, 1769Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur an al-‘Azhim, juz. 3, 40510M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol. 10, 36011M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol. 10, 360

Page 41: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 145

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan olehperbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari ke-salahan-kesalahanmu”. (QS. al-Syura: 30)

Al-Maraghi menafsirkan bahwa musibah-musibah di dunia yang menimpamanusia tidak lain sebagai hukuman atas dosa-dosa yang telah mereka lakukan.Namun Allah memaafkan manusia atas kejahatan yang telah di lakukan dengantidak menghukum atas semua kejahatan-kejahatan tersebut. Allah menjadikandosa sebagai sebab-sebab yang menghasilkan akibat. Misalnya peminum khamarakan ditimpa banyak penyakit jasmani maupun akal di dunia, penyakit itu me-rupakan salah satu bekas dari dosa yang dilakukan. Namun hukuman yang me-nimpa individu-individu di dunia ini tidaklah bersifat umum. Karena sering pulaseorang pemabuk yang kecanduan, ternyata tidak ditimpa satu penyakit pun akibatperbuatan. Sering juga didapatkan seorang pedagang berkhianat, ternyata tidakditimpa kerugian dalam perdagangannya. Dalam keadaan demikian, makahukuman bagi masing-masing dari keduanya ditangguhkan sampai hari hisab.

Al-Maraghi selanjutnya menafsirkan ayat di atas dengan mengutip salahsatu hadis Nabi. Menurut satu riwayat, Nabi bersabda kepada Ali bin Abi Thalib,“Dan aku akan tafsirkan ayat ini (QS. al-Syura: 30) kepadamu wahai Ali:“Apapun yang menimpamu baik itu penyakit, suatu hukuman atau suatu bencanadi dunia, maka adalah dikarenakan perbuatan yang telah dilakukan oleh tangan-tanganmu. Sedang Allah terlalu mulia untuk mengulangi hukuman terhadapmu diakhirat. Sedangkan apa yang telah dimaafkan oleh Allah di dunia ini, maka Allahterlalu mulia untuk mengulangi setelah dia memaafkan”.12

Sementara Ibnu Katsir menafsirkan bahwa musibah dan bala yangmenimpa manusia adalah akibat dari manusia sendiri dan Allah memaafkansebagian besar kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat.13 Adapun Imam al-Razimengatakan bahwa yang dimaksud musibah pada ayat di atas adalah semua ke-jadian yang tidak disukai seperti sakit, paceklik, banjir, dan kesusahan lainnya.14

Menurut al-Razi, para ulama berbeda pendapat tentang musibah manusia,apakah musibah yang terjadi di dunia akibat perbuatan dosa-dosa yang telah lalu?Kelompok pertama mengatakan, bahwa Allah akan membalas amal perbuatanmanusia pada yaum al-jaza atau hari pembalasan, sebagaimana firman Allah الیوم تجزى كل نفس بما كسبت dan مالك یوم الدین . Dengan demikian, menurut kelompok inimusibah yang menimpa manusia di dunia ini bukan akibat dosa manusia.Kelompok kedua berpendapat, musibah di dunia dapat menimpa siapa saja baikorang zindiq atau orang yang telah berbuat baik. Bahkan menurut kelompok ini,terkadang orang saleh dan bertakwa lebih banyak mendapat musibah dibanding-kan orang yang berdosa. Dengan demikian kelompok kedua ini sependapatdengan kelompok yang pertama bahwa musibah yang terjadi di dunia bukanakibat perbuatan dosa dan bukan sebagai siksaan di dunia. Sedangkan kelompokketiga berpendapat bahwa dunia sebagai tempat pembebanan (dar al-taklif) danjuga pembalasan (dar al-jaza’). Namun ketika ada yang mengatakan bahwamusibah di dunia ini sebagai pembalasan akibat dosa yang telah lalu, maka hal iniberdasarkan hadis Nabi “Tidak akan ditimpa musibah seseorang kecuali karenaberdosa”. Jadi musibah yang menimpa bagi para nabi dan para wali itu bukan_____________

12Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jil. 9, 38-4013Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur an al-‘Azhim, juz. 4, 11614Al-Razi, Tafsir al-Razi, juz. 27, 173

Page 42: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Andri Nirwana. AN: Musibah dalam Perspektif al-Qur’an146

berarti siksaan, melainkan ujian dari Allah. Dengan demikian, musibah itu hanyamenimpa manusia yang sudah dewasa, tidak termasuk binatang atau anak kecilkarena mereka tidak kena beban syari’at.15

Sedangkan menurut al-Zamakhsyari, ayat di atas dikhususkan bagi orangyang berdosa, karena terjadinya musibah akibat dari perbuatan orang-orang yangberdosa. Adapun orang yang tidak berdosa seperti para nabi, anak-anak dan bayiyang masih dalam kandungan, apabila mereka tertimpa musibah maka hal itu se-bagai pengganti dari ke-Maha-Pemaafnya Allah dan kemaslahatan bagi mereka.16

Quraisy Shihab mengatakan musibah yang menimpa manusia kapan dandimana pun terjadinya, maka itu adalah disebabkan oleh perbuatan manusiasendiri yakni dosa dan kemaksiatan yang telah dilakukan, paling tidak disebabkanoleh kecerobohan atau ketidakhati-hatian. Musibah yang dialami manusia hanya-lah akibat sebagian kesalahan manusia, karena Allah tetap melimpahkan rahmat-Nya kepada manusia dan Allah memaafkan banyak kesalahan manusia. Sehinggakesalahan itu tidak mengakibatkan musibah atas diri manusia. Seandainyapemaafan itu tidak dilakukan-Nya, maka pasti manusia semua binasa bahkan tidakakan ada satu binatang melata pun di muka bumi ini.17

Menurut Quraisy Shihab, walaupun ayat di atas dari segi konteksnya ter-tuju pada kaum musyrik Makkah, tetapi dari segi kandungannya tertuju kepadaseluruh manusia baik perorangan maupun kolektif, kapan dan dimana pun, baikmukmin atau pun kafir.18 Lebih lanjut Quraisy Shihab mengatakan bahwa ayat inimenggaris-bawahi adanya musibah atau hal-hal negatif yang dijatuhkan Allahmenimpa manusia dalam kehidupan dunia ini sebagai sanksi atas pelanggaranmereka. Namun demikian bisa saja ada pelanggaran yang ditangguhkan sanksinyadi akhirat nanti. Sebagaimana ada juga yang dicukupkan di dunia dan ada yangganjarannya di terima di dunia sebagai muqaddimah dari sanksi ukhrawi.

Di akhir ayat di atas, Allah berfirman ویعفوعن كثیر berarti Allah memaafkanbanyak kedurhakaan, sehingga tidak dijatuhkan sanksi duniawi. Pemaafan ini ber-kaitan dengan kehidupan duniawi. Itu sebabnya sekian banyak yang melakukanpelanggaran masih hidup nyaman dan terlihat bahagia. Mereka itulah yang di-maafkan, yakni yang ditangguhkan Allah siksanya dalam kehidupan dunia ini.Bisa juga pemaafan ini mencakup pemaafan duniawi dan ukhrawi.19

C. Surat al-Baqarah: 156

“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innalillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS. al-Baqarah: 156)

Menurut al-Maraghi, musibah adalah semua peristiwa yang menyedihkanseperti meninggalkan seseorang yang dikasihi, kehilangan harta benda atau pe-nyakit yang menimpa baik ringan atau berat. Ketika ditimpa cobaan, hendaklahbersabar dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yakniorang-orang yang mengatakan perkataan tersebut sebagai ungkapan rasa iman

_____________15Al-Razi, Tafsir al-Razi, juz. 27, 17316Zamakhsyari, Tafsir al-Kasyaf, jil. 4 (Beirut: Dar al-Kutub al-Alamiyah, 1995), 21917M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mihsbah, 50318M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, 50419M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, 505-505

Page 43: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 147

dengan kodrat kepastian Allah. Sabar bukannya bertentangan dengan perasaansedih ketika datang suatu musibah. Sebab perasaan sedih ini merupakan perasaanhalus yang ada secara fitri pada diri manusia normal.20

Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat di atas, mengutip beberapa hadisNabi. Hadis yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah, ia berkata “Pada suatu hariAbu Salamah pulang ke rumah dari majlis Nabi dan berkata “Aku mendengarNabi bersabda yang sangat menyenangkan hatiku: “Tiada seorang muslim yangditimpa musibah, kemudian ia membaca “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”, lalumembaca “Ya Allah berilah pahala bagiku dalam musibahku ini dan gantikanlahuntukku yang lebih baik darinya, melainkan akan diganti oleh Allah”.21

Menurut al-Razi makna انا لّلھ pada ayat di atas adalah adanya keikhlasanmenerima segala sesuatu yang diturunkan oleh Allah dari semua cobaan dan ujian,sedangkan makna وانا الیھ رجعون adalah adanya keikhlasan menerima segala sesuatuberupa cobaan dan ujian yang akan terjadi kemudian dengan harapan mendapat-kan pahala dari Allah.22 Al-Razi juga mengutip beberapa hadis Nabi dalam me-nafsirkan ayat di atas, diantaranya adalah Nabi bersabda “Barangsiapa me-ngembalikan kepasrahan ketika terkena musibah, maka Allah akan menggantinya,menjadikannya baik akibatnya dan menjadikan orang yang saleh yang diridhaiAllah”.

D. Surat Ali Imran: 165

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahalkamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (padapeperangan Badar), kamu berkata: “Dari mana datangnya (kekalahan) ini?”Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah MahaKuasa atas segala sesuatu”. (QS. Ali Imran: 165)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Umar bin Khattab berkatabahwa menderitanya orang-orang dalam perang Uhud akibat perbuatan merekamengambil fida’ di Perang Badar. Pada waktu perang uhud, ada 70 sahabat yangsyahid, sebahagian lagi lari bercerai berai bahkan gigi Nabi patah, topi besinyapecah, sehingga berlumuran darah di mukanya. Allah menurunkan ayat tersebut diatas sebagai peringatan bahwa penderitaan tersebut akibat perbuatan merekasendiri.23

Maksud musibah pada ayat di atas adalah kekalahan pasukan muslimindalam perang Uhud. Musibah itu merupakan imbalan bagi kekalahan pasukanmusyrikin dalam perang Badar yaitu 70 orang terbunuh dan 70 orang tertawan.Allah menerangkan bahwa mereka tidak perlu mencari sebab-sebab kekalahan itu,karena itu semuanya disebabkan kesalahan yang telah dilakukan oleh regu

_____________20Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jil. 1, 206-20721Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 822Al-Razi, Tafsir al-Razi, juz. 4, 223Abi Hasan Ali bin Ahmad al-Wahidi, Asbab al-Nuzul (Beirut: al-Maktabah al-

Saqafiyah, 1989), 73; lihat juga Nurcholish, Asbabun Nuzul (Surabaya: Pustaka Anda, 1997), 119

Page 44: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Andri Nirwana. AN: Musibah dalam Perspektif al-Qur’an148

pemanah dengan meninggalkan pos strategisnya, walaupun diperintahkan olehNabi untuk tetap bertahan di tempat meski dalam keadaan bagaimanapun.

Dalam menafsirkan ayat di atas, Zamaksyari mengutip QS. Ali Imran: 152yang menjelaskan tentang sebab-sebab terjadinya kekalahan dalam perang Uhud.Allah memenuhi janjinya ketika kaum muslimin membunuh orang-orang kafirsampai dengan kaum muslimin mendurhakai perintah Nabi sehingga terjadikekalahan dalam peperangan. Ada pun firman Allah قل ھو من عند أنفسكم maksudnyabahwa terjadinya musibah berupa kekalahan dalam perang Uhud itu disebabkankesalahan kaum muslimin sendiri dengan meninggalkan pos yang ditugaskan olehRasulullah.24

E. Surah al-Nisa: 62

“Maka bagaimana halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatumusibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datangkepadamu sambil bersumpah: “Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendakiselain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna”. (QS. al-Nisa: 62)

Menurut riwayat al-Tabrani dari Ibnu Abbas, asbab al-nuzul ayat iniadalah karena ada seorang pendeta Yahudi yang bernama Abu Barzah al-Aslamimenjadi hakim, untuk memberi keputusan pada hal-hal yang dipersengketakan,dan didatangi pula oleh orang-orang musyrikin untuk menyelesaikan masalahyang menjadi persengketaan, maka turunlah ayat ini.25 Al-Maraghi menafsirkanbahwa ayat di atas menggambarkan bagaimana keadaan orang munafik yangmenjadikan hakim selain Nabi dengan alasan untuk kebaikan di dalam mu’amalahdan tercapainya kesepakatan antara mereka dengan musuh-musuhnya dengan caramengambil manfaat. Namun ketika mereka tertimpa musibah, mereka kembalimenjadikan Nabi sebagai hakim mereka padahal mereka hanya menipu.26

Ibnu Katsir lebih tegas mengatakan bahwa Allah mencela orang-orangmunafik. Mereka terpaksa datang kepadamu, disebabkan musibah yang menimpamereka, akibat dosa-dosa mereka dan mereka bersumpah untuk membenarkantindakan mereka berhakim kepada thaghut. Namun mereka sebenarnya melakukanitu bukan dari hati mereka dan bukan karena percaya akan kebenaran hakim-hakim, tetapi hanya sekedar berpura-pura.27 Sedangkan menurut Quraisy Shihab,ayat ini merupakan gambaran tentang sifat dari orang munafik ketika merekaditimpa musibah dan dapat juga dipahami dalam arti ancaman terhadap merekasaat bencana menimpa.28

_____________24Al-Zamakhsyari, Tafsir al-Kasyaf, jil. 1, 42725Ibnu Katsir, Tafsir al-Quran al-‘Azhim, juz. 1, 51926Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jil. 2, 7727Ibnu Katsir, Tafsir al-Quran al-‘Azhim, juz. 1, 51928M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, 467

Page 45: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 149

F. Surat al-Nisa: 72

“Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (kemedan pertempuran). Maka jika kamu ditimpa musibah ia berkata” sesungguhnyaTuhan telah menganugerahkan nikmat kepada saya karena saya tidak ikut ber-perang bersama mereka”. (QS. al-Nisa: 72)

Menurut penulis, kata musibah pada ayat di atas mengandung pengertiankekalahan atau terbunuh (dikarenakan konteks ayat sesuai dengan keadaan pe-perangan). Menurut Ibnu Katsir, Allah menggambarkan sikap orang-orangmunafik yang enggan ikut berperang. Bila terjadi musibah dan kerugian sepertijatuhnya korban dan kekalahan dalam perang yang mereka tidak ikut, merekaberkata bahwa Allah telah memberi karunia kepada mereka dengan tidak ikutberperang. Padahal muslim yang wafat di medan perang adalah syahid dandisediakan bagi mereka pahala yang besar atas kesabaran dan pengorbananmereka. Akan tetapi jika kaum muslimin menang dan memperoleh ghanimah(harta rampasan perang) mereka berkata “Alangkah beruntungnya andaikata kamibersama-sama, niscaya kami akan mendapat bahagian dari kemenangan danghanimah yang diperoleh itu.29

Quraisy Shihab mengatakan, ayat di atas menggambarkan sikap orangmunafik saat panggilan jihad, mereka melambat-lambatkan bahkan berat hati jikadiajak ke medan perang. Bahkan mendorong orang lain untuk ikut jejak merekaagar tidak ikut berjuang karena kelemahan iman mereka. Lebih lanjut QuraisyShihab mengatakan ayat ini merupakan kecaman, sekaligus menggambarkan sikapaneh dari orang-orang munafik, pada saat orang beriman gagal, mereka bersyukurpada saat kaum muslimin berhasil, mereka sedih. Ketika itu mereka mengucapkankata-kata yang sebenarnya sungguh aneh, keadaan mereka dan ucapan itu samadengan ucapan orang yang tidak pernah ada hubungan pergaulan yang mestinyaakrab, harmonis dan penuh kasih sayang dengan orang-orang yang beriman.30

G. Surat al-Hadid: 22

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi ini dan (tidak pula) pada dirimusendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauh mahfudz) sebelum kamimenciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”.(QS. al-Hadid: 22)

Ibnu Katsir mengutip riwayat dari Ibnu Jarir al-Thabari dari Ya’qub dariIbnu ‘Aliyah dari Manshur bin Abdurrahman, dia berkata: “Saya duduk bersamaHasan, ketika Hasan ditanya oleh seseorang tentang ayat di atas, maka Hasanmenjawab, bahwa siapakah yang ragu tentang hal ini, bahwa tiap kejadianmusibah yang terjadi diantara langit dan bumi semua telah ditentukan sebelumnyaoleh Allah. Apakah musibah itu berupa kekurangan hasil makanan, tanaman atau

_____________29Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, juz. 1, 52430M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol. 2, 482

Page 46: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Andri Nirwana. AN: Musibah dalam Perspektif al-Qur’an150

yang menimpa manusia pada dirinya dan keluarganya. Dalam hadis diterangkan“Tiada seseorang yang ditimpa musibah terkena duri, terkilir, atau sakit di dalamurat melainkan semua itu disebabkan oleh dosa yang dilakukannya, sedang yangdimaafkan oleh Allah jauh lebih banyak.31

Al-Maraghi menafsirkan ayat di atas bahwa setelah Allah menerangkanbahwa kenikmatan dunia ini akan sirna dan binasa dan kebaikan maupunkeburukan yang ada padanya tidaklah kekal, maka dilanjutkan denganmenyatakan remehnya musibah-musibah yang menimpa orang-orang mukmin.Karena musibah-musibah itu merupakan kebahagiaan dan ketentraman jiwamereka. Tanpa musibah tersebut, maka mereka akan mengalami kesengsaraan danpenderitaan. Oleh karena itu, tidak sepatutnya mereka bersedih atas apa yangluput dari mereka dan tidak perlu bersenang-senang dengan kelezatan dunia yangfana ini.32

Menurut Quraisy Shihab, ayat di atas mengingatkan agar manusia janganterlalu risau dengan apa yang mungkin dibisikan syaithan menyangkut dampaknegatif dari berinfak dan berjuang. Musibah sebenarnya mencakup segala sesuatuyang terjadi, baik positif maupun negatif, baik anugerah maupun bencana. Tetapikata tersebut populer digunakan untuk makna bencana. Bahkan Quraisy Shihabmengatakan ayat diatas bisa saja dipahami dalam pengertian umum yakni selainbencana, karena memang Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.33

H. Surat al-Taghabun: 11

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izinAllah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya dia akan memberipetunjuk kepada hatinya dan Allah mengetahui segala sesuatu”. (QS. al-Taghabun: 11)

Menurut al-Maraghi, musibah adalah sesuatu yang mengenai dan menimpamanusia berupa kebaikan dan keburukan. Dan diharapkan bagi manusia untukbersungguh-sungguh dan bekerja, kemudian ia tidak perlu menghiraukan apa yangdilakukan terhadap dirinya, karena dia tahu bahwa yang demikian itu di luarkesanggupannya, tidak akan menyulitkan dan tidak akan menyusahkannya. Orangmukmin mempunyai dua kewajiban, pertama berusaha dan mencurahkan tenagauntuk mendatangkan kebaikan dan menolak bencana semampunya. Kedua,bertawakkal kepada Allah, karena yakin bahwa segala sesuatu itu terjadi menurutqadha dan qadar-Nya. Sehingga tidak bersedih dan susah jika terjadi keburukandan tidak pula berkepanjangan dalam kesenangan jika terjadi kebaikan.34

Dalam ayat ini Ibnu Katsir berpendapat bahwa Allah menyatakan tiadasesuatu yang terjadi di alam ini melainkan dengan kehendak dan kekuasaan Allah.Siapa yang beriman kepada Allah pasti rela pada putusan Allah. Dengan imanitulah hati akan mendapatkan ketenangan, karena ia telah yakin bahwa yangdikehendaki tidak akan terjadi.35 Dalam riwayat Muslim, Nabi bersabda:

_____________31Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, juz. 4, 313-31432Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jil. 9, 43833M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol. 14, 4334Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jil. 10, 126-12735Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, juz. 4, 375

Page 47: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 151

“Sungguh mengagumkan keadaan mukmin itu karena semuanya mengandungkebaikan, apabila ia mendapat kenikmatan, maka ia bersyukur dan hal itu baikbaginya dan apabila ditimpa kesengsaraan, maka ia bersabar dan itu baik pulabaginya”.36

Dalam Tafsir al-Razi ada beberapa pendapat ulama tentang maksud darilafaz یھد قلبھ pada ayat tersebut. Ibnu Abbas menafsirkan potongan ayat tersebutdengan menyelamatkan karena perintah Allah. Para ulama ahl al-ma’ani meng-artikannya dengan bersyukur ketika mendapatkan kelapangan dan bersabar ketikaterkena musibah. Sedangkan al-Zujaj memaknainya dengan ketenangan.37 Pen-dapat lain mengatakan makna یھد قلبھ adalah istirja’ kepada Allah ketika ditimpamusibah, sedangkan menurut Mujahid adalah dengan bersabar.38

Sebelum ayat di atas, Allah berfirman mengancam kaum kafir dengansiksa neraka. Menurut Quraisy Shihab, para ulama berpendapat bahwa ketika itukaum musyrikin berkata: “Jika kaum muslimin berada dalam kebenaran tentuAllah tidak akan menjatuhkan bencana atas mereka, termasuk bencana yangterjadi melalui upaya kaum musyrikin. Untuk menyingkirkan keresahan itu, ayatdi atas menyatakan bahwa seseorang tidak menimpa satu musibah pun berkaitanurusan dunia atau agama kecuali atas izin Allah. Siapa yang kufur kepada Allah,maka dia akan membiarkan hatinya dalam kesesatan dan siapa yang berimankepada Allah dan percaya bahwa tidak ada yang terjadi kecuali atas izin-Nya.Sehingga ia akan semakin percaya, serta tabah dan rela atas musibah yangmenimpanya sambil mencari sebab-sebabnya dan semakin meningkat pula amalbaiknya. Allah Maha Kuasa dan Maha Mengetahui, karena itu hendaklah manusiabersabar menghadapi aneka cobaan serta lakukan introspeksi dan taat kepadaAllah di setiap tempat dan waktu dan taat kepada Rasul dalam segala hal yangdiperintahkan.39

I. Surat al-Maidah: 106

“Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapikematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan olehdua orang yang adil di antara kamu atau dua orang yang berlainan agama dengankamu, jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahayakematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (untuk bersumpah),lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu:

_____________36Abu Husain Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi al-Nisaburi, Shahih Muslim, juz. 4 (ttp: Dar

al-Ihya wa al-Kutub al-Arabiyah, tt.), 229537Al-Razi, Tafsir al-Razi, juz. 30, 2738Al-Zamakhsyari, Tafsir al-Kasyaf, jil. 4, 53739M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol. 14, 274-275

Page 48: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Andri Nirwana. AN: Musibah dalam Perspektif al-Qur’an152

“(Demi Allah) kami tidak akan menukar sumpah ini dengan harga yang sedikit(untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat dan tidak (pula) kamimenyembunyikan persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau demikian tentulahtermasuk orang-orang yang berdosa”. (QS. al-Maidah:106)

Dalam riwayat dikemukakan, asbab al-nuzul ayat di atas adalah karenadua orang Nasrani bernama Tamim al-Dairi dan Adi bin Bada sering pulang pergike Syam berdagang sebelum mereka masuk Islam. Ikut bersama mereka seorangmaula dari Bani Salim yang bernama Badil bin Abi Maryam yang juga membawadagangan serta membawa bejana yang dibuat dari perak. Di perjalanan Badil binAbi Maryam sakit dan ia berwasiat kepada kedua orang itu agar harta pusakanyadisampaikan kepada ahli warisnya. Namun mereka tidak melaksanakan amanahtersebut.

Setelah Tamim masuk Islam, ia merasa berdosa dari perbuatannya, lalumendatangi ahli waris Badil dan mengaku serta menyerahkan uang sebanyak limaratus dirham dan sisanya lima ratus dirham ada pada kawannya (Adi bin Bada).Maka berangkatlah ahli warisnya itu beserta Adi menghadap Nabi. Lalu Nabiminta bukti-bukti tuduhan terhadap Adi, tetapi mereka tidak dapat memenuhinya.Kemudian Nabi menyuruh mereka menyumpah Adi dan ia pun bersumpah, makaturunlah ayat ini.40 Pada ayat sebelumnya, Allah mengingatkan bahwa kepada-Nyalah tempat kembali dan pada hari kiamat akan ada penghisaban/perhitungandan pembalasan atas amal. Ayat ini Allah memberikan petunjuk supaya berwasiatsebelum meninggal dan harus diadakan persaksian terhadap wasiat itu, sehinggatidak hilang dari orang yang berhak menerimanya.

Kata-kata minkum pada ayat di atas menurut al-Maraghi berarti di antarakaum mukminin atau kesaksian dua orang lainnya bukan dari kaum muslimin, jikakalian dalam keadaan bepergian, lalu terkena bahaya dan melihat tanda-tandakematian kalian, sedang kalian ingin berwasiat. Tidak diragukan lagi, di dalamayat ini tersirat anjuran untuk menguatkan wasiat dan memberikan kesaksianterhadapnya.41 Ayat ini mengandung hukum yang sangat berharga. Ada pendapatbahwa hukum ayat ini mansukh, tetapi kebanyakan ulama berpendapat bahwahukum ini tetap muhkam, karena jika itu ada yang berpendapat mansukh harusmenjelaskan buktinya, demikian pendapat Ibnu Jarir.42

Ibnu Zaid sebagaimana dikutip oleh Ibnu Katsir mengatakan bahwa ayatini diturunkan berkaitan dengan adanya seseorang yang akan meninggal duniasementara di sampingnya tidak ada orang Islam. Sementara Ibnu Mas’ud ketikaditanya mengenai ayat ini mengatakan bahwa ayat itu mengenai seorang musafirmembawa hartanya tiba-tiba akan mati, maka jika mendapatkan dua orangmuslim, diserahkan kepadanya hartanya dan dipersaksikan oleh kedua orang yangadil dari kaum muslimin.43

_____________40Nurcholis, Asbab al-Nuzul, 221-22241Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jil. 3, 39-4042Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, juz. 2, 11343Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, juz. 2, 113

Page 49: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 153

J. Surah al-Taubah: 50

“Jika kamu mendapatkan sesuatu kebaikan, mereka menjadi tidak senangkarenanya, dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: “Se-sungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi ber-perang) dan mereka berpaling dengan rasa gembira”. (QS. al-Taubah: 50)

Menurut al-Maraghi kebaikan adalah sesuatu yang apabila tercapai akanmenyenangkan jiwa, seperti harta rampasan perang, dan kemenangan, sebagai-mana yang diperoleh dalam perang Badar. Hal itu membuat orang-orang kafir ber-duka cita, karena sangat dengki dan benci kepada umat Islam. Jika ditimpa ke-susahan seperti bercerai-berainya pasukan sebagaimana terjadi dalam perangUhud, maka dengan membanggakan pikiran dan memuji perbuatannya, merekaberkata “Kami telah mendapatkan kepentingan kami dengan memerintahkansupaya berhati-hati, yang merupakan kebiasaan kami ketika kami tidak turutberperang dan tidak menjerumuskan diri ke dalam kebinasaan”. Mereka me-ninggalkan tempat ketika kata-kata itu dilontarkan, dengan rasa gembira di ataspenderitaan orang lain.44

Menurut riwayat Ibnu Abi Hatim dari Jabir bin Abdullah bahwa kaummunafik yang menyelusup ke Madinah menyebarkan berita buruk tentang Nabidan para sahabatnya. Mereka mengatakan bahkan kaum mukminin mendapatkankesusahan dalam perjalanannya dan binasa. Namun kemudian sampai beritatentang kedustaan berita mereka dan selamatnya Nabi beserta para sahabat. Akhir-nya mereka menerima akibat yang buruk, lalu Allah menurunkan ayat ini.45

Allah memberitahu Nabi Muhammad tentang rasa dengki dan permusuhanorang-orang munafik terhadap dirinya, sehingga bila Nabi mendapat kebaikan dankarunia seperti kemenangan dalam suatu peperangan, maka mereka tidak senangdan merasa jengkel. Tetapi sebaliknya bila ditimpa musibah dan hal-hal yangburuk seperti kekalahan dalam suatu peperangan, mereka menyambut peristiwaitu dengan suka ria dan gembira. Allah memberi petunjuk bagaimana menghadapisikap kaum munafik dan memerintahkan agar Nabi menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka itu dengan mengatakan “Sekali-kali tidak ada sesuatu yangakan menimpa diri kami selain apa yang telah ditetapkan dan ditakdirkan olehAllah. Dialah pelindung kami dan hanya kepada-Nya kami dan orang-orangmukmin bertawakal.46

Quraish Shihab menafsirkan ayat di atas dengan mengutip pendapat al-Biqa’i. Ayat ini merupakan penjelasan mengapa neraka jahannam meliputimereka. Apapun hubungan yang dipilih yang jelas adalah hati kecil mereka tidaksenang jika Nabi menang dalam peperangan bahkan jika suatu kebaikan menimpaMuhammad, mereka tidak senang karena adanya kedengkian dalam jiwa mereka.Dan jika suatu bencana menimpa seperti ketika terjadi perang Uhud, merekaberkata: “Sesungguhnya kami, sebelum jatuhnya musibah ini telah mengambil

_____________44Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jil. 4, 11045Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jil. 4, 11046Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, juz. 2, 370

Page 50: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Andri Nirwana. AN: Musibah dalam Perspektif al-Qur’an154

ancang-ancang menyangkut urusan kami sehingga kami tidak taat kepadanya dantidak mengikutinya pergi berperang. Dan mereka terus menerus berpaling menujutempat mereka dalam keadaan gembira, akibat musibah yang menimpa Nabi sertaketerhindaran mereka.47

Balasan bagi yang Mendapatkan MusibahMenurut Muhammad Yusuf ada lima kelebihan bagi orang yang ditimpa

musibah yaitu dapat mengangkat derajatnya, menghapus keburukan, ditanamkanjiwa yang ikhlas, mendidik muslim supaya gigih dalam berdakwah dan mendapat-kan syurga.48 Dalil-dalil yang menyebutkan tentang diangkatnya derajat manusiayaitu QS. al-An’am: 165, Allah berfirman;

“Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia me-ninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untukmengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmuamat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi MahaPenyayang”. (QS. al-An’am: 165)

Al-Razi menafsirkan lafaz رفع بعضكم فوق بعض درجات yaitu dimaknai dengankemuliaan, akal, harta, jabatan dan rizki. Kesemuanya itu tidak ada gunanya jikamanusia lemah, bodoh dan pelit karena pada intinya apa yang dianugerahkanAllah itu merupakan ujian bagi manusia.49 Sebagaimana diriwayatkan olehAisyah, Nabi bersabda: “Tidak ada yang menimpa seorang mukmin yang tertusukduri atau yang lebih dari itu, kecuali dinaikkan derajatnya oleh Allah dan dihapuskesalahan-kesalahannya.50 Kelebihan lain yaitu menghapus keburukan manusia,hal ini sesuai dengan sabda Nabi, “Tidak ada satu cobaan yang menimpa muslim,seperti sakit, kesusahan, kesedihan, kecemasan, sekalipun musibah itu hanya ter-tusuk duri, melainkan Allah menghapus dosa-dosanya.51

Kelebihan selanjutnya adalah merupakan penyebab masuk syurga, ber-dasarkan firman Allah, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Syurga,padahal belum datang kepadamu cobaan, sebagaimana halnya orang-orangterdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh mala petaka dan kesengsaraan,serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehinga berkata rasul danorang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (QS. al-Baqarah: 214).Balasan Allah akan diberikan kepada manusia yang lulus dalam menghadapimusibah adalah memperoleh kasih sayang, rahmat dan hidayah Allah.

_____________47M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol. 5, 58348Muhammad Yusuf, al-Insan baina al-Sarra wa al-Dharra fi Taswir al-Qur’an al-Karim

(Kairo: Dar al-Salam, 2002), 127-12849Al-Razi, Tafsir al-Razi, juz. 7, 3150Imam Muslim, Shahih Muslim, juz. 2, 42751Imam Muslim, Shahih Muslim, 428

Page 51: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 155

KesimpulanKata mushibah merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab yang sudah

diindonesiakan menjadi musibah, yang mempunyai arti sesuatu yang dibenci atautidak disenangi. Sedangkan menurut istilah, musibah adalah sesuatu yang me-nimpa pada perorangan maupun komunitas baik secara tiba-tiba atau bertahapyang bersifat positif maupun negatif. Sebab-sebab terjadinya musibah adalahsebagai sunnatullah atau fenomena alam dan musibah karena kesalahan moralmanusia sendiri. Tujuan ditimpanya musibah adalah untuk revitalisasi alam(tajdid al-‘alam) dan untuk memperbaiki moral manusia. Sikap yang harus di-gunakan ketika menghadapi musibah ialah sikap istirja’ (yaitu mengembalikansegala sesuatunya kepada Allah), bersabar atau tabah hati dan bertawakkal.

Page 52: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Andri Nirwana. AN: Musibah dalam Perspektif al-Qur’an156

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’anul Karim

Al-Andalusi, Muhammad bin Yusuf al-Syahir bi al-Hayyan. Al-Bahr al-Muhith fial-Tafsir, juz. 21. Beirut: Dar al Fikr, tt.

Al-Ashfahani, Raghib. Mu’jam Mufradat al fazh al Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr, tt.

Ibnu Katsir. Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim. Madinah: Maktabah al-Ulum wa al-Hikam, 1993

Ibnu Manzhur. Lisan al-Arab. Mesir: al-Mu’asarah al-Misriyaah al-‘Ammah liTa’lif wa al-Naba wa al-Nashr, tt.

Al-Maraghi, Ahmad Mustofa. Tafsir al Maraghi. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, 1985

Al-Nisaburi, Abu Husain Muslim bin Hajjaj al Qusyairi. Shahih Muslim. Ttp: Daral-Ihya wa al-Kutub al-Arabiyah, tt.

Nurcholish, Asbabun Nuzul, Surabaya: Pustaka Anda, 1997

Al-Razi, Muhammad Fakhruddin. Tafsir al-Razi. Beirut: Dar al Fikr, tt.

Shihab, M. Quraisy. Tafsir al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2002

Team Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988

Al-Wahidi, Abi Hasan Ali bin Ahmad. Asbab al-Nuzul. Beirut: al-Maktabah al-Tsaqafiyah, 1989

Yusuf, Muhammad. Al-Insan baina al-Sarra wa al-Dadharra fi Taswir al-Qur’anal-Karim. Kairo: Dar al-Salam, 2002 M

Al-Zamakhsyari, Tafsir al-Kasysyaf. Beirut: Dar al-Kutub al-Alamiyah, 1995

Page 53: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 157

JIHAD PERSPEKTIF AL-QUR’AN; UPAYA REINTERPRETASIMAKNA GUNA MERETAS KEKERASAN

ATAS NAMA PERINTAH AGAMA

Muh. Rusli & RakhmawatiInstitut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo,

Jln. Glatik No. 1 Gorontalo. Tlp. 085255460324.e-mail: [email protected] ; [email protected]

.

ABSTRACTIslam is a blessed religion (rahmatan lil al alamiin). In order to achieve

this mission, Islam has to perform a peaceful pace and respect to any differencesthat exist within social reality. Jihad, as one single method, does not have a singlemeaning. At this point, if Allah meant jihad as a war, then, it is impossible Allahrepeats His words in the Holy Quran more than twenty five times in its variousexpression. To investigate and understand the true meaning of jihad is a wise wayand it is expected to regain Islamic image as the rahmatan lil al alamin religion,and to overcome violence in the name of religion

Kata kunci: Jihad, Peinterpretasi, Rahmatan lil al-Alamin

PendahuluanKekerasan atas nama perintah agama merupakan fenomena penting yang

mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia. Peristiwa demi peristiwa kekerasanterjadi di berbagai tempat di Indonesia. Mulai dari teror, pembakaran rumahibadah, penyerangan agama atau kelompok tertentu sampai pada kasus pe-ngeboman. Sasarannya pun bervariasi, mulai dari warga negara asing dan aset-asetnya, instansi pemerintah dan kepolisian bahkan sampai pengeboman tempatibadah. Masih segar dalam ingatan kita kasus bom Bali I dan II yang telahmenelan begitu banyak korban jiwa baik warga negara asing maupun warganegara Indonesia sendiri. Tiba-tiba tanggal 3 Juni 2013 lalu, Indonesia kembalidihebohkan dengan pemberitaan media mengenai bom bunuh diri yang dilakukandi halaman Mapolres Poso.

Menurut Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjenpol Suhardi Alius,kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 08.03 WITA pagi, bermula saat seseorangyang diidentifikasi sebagai pelaku bom bunuh diri itu datang menggunakansepeda motor ke Mapolres Poso. "Pelaku menggunakan motor roda dua YamahaJupiter, masuk ke dalam Polres Poso melintasi pos penjagaan. Dia sempatdiingatkan oleh petugas tapi tetap jalan terus. Tak lama setelah itu, ledakan terjadiantara pos penjagaan dengan masjid yang berjarak sekitar 15 meter. pertamaterdengar ledakan kecil, yang diikuti ledakan besar. Tidak ada korban kecualipelaku bunuh diri. Memang ada satu petugas bangunan mengalami luka di bagiantangan kiri," kata Suhardi Alius di Mabes Polri, Senin (3/6).1

_____________1http://berita.plasa.msn.com/nasional/8-bom-diri-yang-pernah-terjadi-di-indonesia. Di

akses tanggal 13 Juni 2013.

Page 54: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Muh. Rusli & Rakhmawati: Jihad Perspektif Al-Qur’an158

Aksi ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Berikut adalah kasus bombunuh diri yang pernah terjadi di Indonesia. 1) Bom bunuh diri terjadi di depanKedutaan Besar Australia pada 9 September 2004; 2) Bom bunuh diri terjadi diBali (Bali 2), 1 Oktober 2005. Saat itu terjadi tiga lokasi ledakan, satu di Kuta dandua di Jimbaran. Peristiwa itu menewaskan 23 orang dan melukai 196 orang; 3).Bom bunuh diri terjadi di Restoran A&W Plaza Kramat Jati Indah di GangPolonia RT 14/06 No 3, Bidaracina, Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu, 11November 2006. Pelaku diketahui bernama Muhammad Nuh alias Kholid; 4) 17Juli 2009: Dani Dwi Permana meledakkan bom di Hotel JW Marriott di MegaKuningan, Jakarta. Ledakan itu kemudian disusul ledakan di Hotel Ritz-Carltonyang terletak tidak jauh dari Marriott yang dilakukan oleh rekannya, Nana IkhwanMaulana. Tujuh orang meninggal dunia dan lebih dari 50 orang terluka dalam duaserangan bom itu. Penyelidikan polisi menunjukkan perencanaan bom dipimpinoleh Noordin M. Top; 5) 15 April 2010: Muhammad Syarif meledakkan bomyang terpasang di tubuhnya di masjid yang terletak di dalam kompleks MapolrestaCirebon, Jawa Barat. Serangan ini melukai 25 orang anggota polisi yang sedangbersiap untuk menunaikan ibadah shalat Jum’at, termasuk Kapolresta CirebonAKBP Herukoco; 6) 29 September 2010: Abu Ali meledakkan bom di sepedayang dikendarainya di dekat seorang anggota patroli Kapolres Bekasi, AKP Heri.Pelaku dan polisi selamat; 7) 25 September 2011: Achmad Yosepa Hayatmeledakkan diri di halaman Gereja Bethel Injil, Solo, Jawa Tengah. Polisi me-ngatakan bahwa pelaku adalah anggota jaringan teroris Cirebon yang melakukanserangan di Mapolresta Cirebon; dan 8) 3 Juni 2013: bom bunuh diri dilakukan dihalaman Mapolres Poso.2

Menurut Ali Syu’aibi dan Gils Kibil, dewasa ini fenomena gerakan yangmengatasnamakan Islam sudah lebih mewarnai ketimbang gerakan Islam murni.Seruan untuk menegakkan negara agama di sejumlah negara-negara Arab-Islam,selalu dikaitkan dengan tuduhan sekularisme dan kekufuran, sehingga padaakhirnya menuntut mereka dalam mengeluarkan fatwa “membunuh mereka yangkafir”, tak pelak lagi aksi teror bermunculan untuk menekan mereka yang telahkafir karena kesekulerannya. Bahkan bukan hanya sekularisme sebagai satu-satunya target operasi mereka, namun juga mencakup komponen kenegaraanlainnya seperti masyarakat sipil, konstitusi, demokrasi, partai politik, parlemendan lain sebagainya. Hal ini lumrah adanya, karena memang tujuan mereka adalahuntuk menegakkan negara agama, dengan bangunan pemikiran yang mirip dengankekuasaan otokrasi, sehingga setiap langkah menuju demokrasi adalah musuhyang harus ditumpas.3 Meskipun kita tidak bisa menggeneralisasi bahwa setiapyang mengusung gagasan negara agama adalah teroris. Sebab sepakat dengangagasan negara agama belum tentu sepakat dengan cara kekerasan atau terorisme.

Tanpa menafikan berbagai macam faktor penyebab kekerasan agama yangterjadi di Indonesia. Jihad kini dituding sebagai salah satu faktor penting kalau

_____________2Ibid. Selain itu, berbagai macam konflik telah mewarnai perjalanan sejarah bangsa

Indonesia, misalnya kasus kerusuhan Timor Timur, Aceh, Ambon, Kalimantan Barat. Lihat Lihat,Azyumardi Azra, Kerusuhan-kerusuhan Massal yang Terjadi di Indonesia Baru-baru Ini :Kemunduran Nasionalisme dan Kemunculan Separatisme, dalam Konflik Komunal di IndonesiaSaat Ini (Jakarta: INIS, 2003), 61-75

3Ali Syu’aibi dan Gils Kibil, Meluruskan Radikalisme Islam (Cet. II, t.t.: PT. DutaAksara Mulia, 2010), 165

Page 55: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 159

tidak ingin mengatakan faktor utama lahirnya tindak kekerasan atas nama perintahagama. Penyempitan makna jihad sebagai qital atu perang dalam bentukfisik/senjata saja dituding sebagai penyebabnya. Tidak dapat dipungkiri bahwapenyempitan terhadap makna agama akan menjadikan seseorang mudah untukmelakukan tindak kekerasan. Apalagi jika konsep jihad tersebut dipolitisir untukoleh kelompok tertentu untuk kepentingan tertentu dengan mengorbankankelompok lain.

Machasin melalui pendekatan kajian teks, menyatakan bahwa akar teologiskekerasan agama antara lain dapat dilihat pada konsep jihad, memerangi orangkafir, totalitas Islam, yang banyak dirumuskan era peperangan, namun tidakdibaca secara komprehensif kontekstual oleh kelompok tertentu dalam Islam.4

Untuk itu, penting untuk melakukan reinterpretasi atau penafsiran ulangterhadap makna jihad perspektif al-Qur’an sehingga jihad tidak menjadi sesuatuyang menakutkan bagi umat Islam. Dengan reinterpretasi makna jihad maka umatIslam tidak alergi lagi untuk mempelajari konsep jihad dalam Islam apalagi jihadmerupakan salah satu ajaran agama yang fundamental. Reinterpretasi jihad jugaakan mengembalikan citra positif Islam sebagai agama rahmatan lil alamin(rahmat bagi sekalian alam).

Makna Jihad dalam al-Qur’anJihad adalah kata yang paling sensitif dalam kosa kata Islam. Jihad selalu

digunakan, didengar, dan dipahami dengan cara yang emosional, baik positifmaupun negatif. Bagi non-Muslim, jihad adalah perang suci melawan mereka,pedang terhunus yang tidak mudah disarungkan. Bagi banyak Muslim, jihadadalah kewajiban agama untuk membimbing orang-orang non-Muslim menujuiman yang benar dan sejati. Kaum militan meyakini jihad sebagai perintah Tuhanuntuk memaksakan Islam, iman yang paling benar, kepada non-Muslim. Hanyasebagian kecil kaum Muslim yang menghayati jihad dalam pengertian moral danspiritual.5

Makna harfiah dari jihad adalah berupaya keras, sungguh-sungguh atauberjuang. Jadi jihad mempunyai banyak makna: penentang atau perlawanandengan keras; menyelesaikan tugas atau masalah sampai tuntas; upaya sungguh-sungguh mencapai tujuan; melakukan sesuatu yang sulit; upaya keras, ataurangkaian upaya, melawan keadaan yang buruk, untuk menjaga eksistensiseseorang atau peri kehidupan.6

Makna Jihad juga dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni makna religiusdan makna politik yang ditentukan secara histories. Dalam makna religiusnyayang otentik, jihad adalah upaya atau serangkaian upaya sungguh-sungguhmelawan perilaku negatif atau kondisi-kondisi ketidakadilan guna menjagakekuatan iman seseorang dan eksistensinya agar ia tetap stabil dan terbukaterhadap kemajuan. Jihad adalah untuk menanamkan keadilan dan kasih sayangdalam nurani seseorang dan kemudian menetapkan keadilan dan kasih sayang di_____________

4Machasin, Fundamentalisme dan Terorisme, dalam A. Maftuh Abegebreil et.al., NegaraTuhan: The Thematic Encyclopedia (Yogyakarta: SR Ins Publishing, 2004), 791.

5Mohammad Said al-Ashmawy, Againts Islamic Estremism, diterjemahkan oleh HeryHaryanto Azumi dengan judul Jihad Melawan Islam Ekstrem, (Cet. I; Depok: Desantara, 2002),181

6Ibid., 182

Page 56: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Muh. Rusli & Rakhmawati: Jihad Perspektif Al-Qur’an160

dalam komunitas melalui kesadaran individu dan kolektif. Dalam maknapolitiknya yang ditentukan oleh sejarah, jihad adalah pembelaan diri dan tidaklebih. Memang tidaklah menguntungkan karena kesalahpahaman terhadap jihadtelah menjadi begitu akut. Jihad adalah kasih sayang, bukan pedang; dan keadilan,bukan kekerasan. Islam bukanlah negara bagi beberapa orang tetapi sebuah jalankasih-sayang bagi semua orang; bukan sebuah kekaisaran bagi para penguasaadidaya, tetapi sebuah iman bagi semua umat manusia.7

Dengan demikian makna jihad ternyata tidaklah tunggal yakni perang saja.Maknanya ternyata begitu banyak dan sangat sesuai dengan semangat Islamsebagai agama rahmatan lil alamin. Hanya saja terjadi penyempitan makna jihadyang ada dalam al-Qur’an. Bahkan hal yang sama juga terjadi pada kitab-kitabhadis. Para ahli dan kolektor hadis dalam menyusun hadis Nabi Muhammadtentang jihad lebih menekankan jihad pada arti fisik. Padahal jihad itu sendiridalam beberapa hadis disebutkan, bahwa jihad dalam arti fisik masuk kelompokjihad kecil. Sementara jihad besar adalah jihad yang bersifat non-fisik, yaknimelawan hawa nafsu.8

Pemahaman akan makna jihad tersebut dapat dicapai bilamana kitamengkaji ayat-ayat al-Qur’an terkait jihad. Menurut Abdul Karim, setidaknyatidak kurang dari 25 kali kata jihad dengan berbagai variasi ungkapan disebutkandalam al-Qur’an, yakni:

1. Perintah untuk berjihad dengan jihad yang benar dan sungguh-sungguh(haqqa jihadih) sebagaimana tercantum pada ayat; al-Maidah (5) : 53, al-Hajj (22): 78, al-Furqan (25): 52.

2. Berjihad di jalan Allah dengan diri/jiwa dan harta (Jihad fi Sabili Allah biamwalihim wa anfusihim) sebagaimana tercantum pada ayat; an-Nisa’ (4):95, al-Taubah (9): 20, dan al-Shaff (61): 11

3. Berjihad di jalan Allah (jihad fi sabili Allah, fi sabili, fi sabilihi)sebagaimana tercantum pada ayat; al-Baqarah (2): 218, al-Maidah (5): 54,al-Anfal (8): 74, al-Taubah (9): 19 dan 24, al-Mumtahanah (60):1.

4. Berjihad dengan diri/jiwa dan harta (Jihad bi amwalihim wa anfusihim)sebagaimana tercantum pada ayat; al-Anfal (8): 72, al-Taubah (9): 44, 81,88.

5. Balasan bagi orang yang berjihad sebagaimana tercantum pada ayat; AliImran (3): 142, an-Nisa’ (4): 95, al-Anfal (8): 72, 74, 75, al-Taubah (9):20, al-Nahl (16): 110, dan al-Mumtahanah (60): 1. 9

Makna jihad dalam al-Qur’an adalah bersungguh-sungguh. Makna tersebuttercantum pada ayat; al-Maidah (5): 53, al-Hajj (22): 78, dan al-Furqan (25): 52sebagai berikut:

_____________7Ibid., 1928Abdul Karim, dkk., Wacana Politik Islam Kontemporer (Cet. I; Yogyakarta: Suka Press,

2007), 1149Ibid., 89-91

Page 57: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 161

Terjemahnya: Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: "Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah,bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?" Rusak binasalahsegala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yangmerugi.10

Terjemahnya: Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidakmenjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah)agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamusekalian orang-orang muslim dari dahulu dan (begitu pula) dalam(Al- Qur’an) ini, supaya rasul itu menjadi saksi atas dirimu dansupaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, makadirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu padatali Allah. Dia adalah pelindungmu, maka Dia-lah sebaik-baiknyapelindung dan sebaik- baiknya penolong.11

Terjemahnya: Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah

terhadap mereka dengan al-Qur’an dengan jihad yang besar.12

Berdasarkan ketiga ayat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa salah satumakan jihad adalah bersungguh-sungguh. Bersungguh-sungguh yang dimaksud-kan adalah dalam niat dan usaha. Pada ayat pertama ditekankan pentingnya kitabersungguh-sungguh ketika bersumpah dan bersumpahnya pun atas nama Allah.Selanjutnya pada ayat kedua ditekankan jihad yang sebenar-benarnya, Allah jugamelegitimasi agama Ibrahim sebagai agama yang benar. Di samping itu Allahjuga menekankan pentingnya bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada-Nyalah dan sebaik-baik penolong untuk dimintai pertolongan. Terakhir pada ayatketiga Allah melarang untuk mengikuti orang-orang kafir di samping itu kata“berjihadlah terhadap mereka dengan al-Qur’an” dapat dimaknai mengajakmereka sesuai dengan semangat al-Qur’an yakni menyampaikan dakwah secarasantun. Untuk kata jihad yang besar dapat dimaknai bahwa dalam menyampaikandakwah membutuhkan kesabaran karena mendakwai mereka bukanlah perkaramudah.

_____________10Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Bandung: CV. Jumanatul ‘Ali

Art, 2005), 11811Ibid., 34212Ibid., 365

Page 58: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Muh. Rusli & Rakhmawati: Jihad Perspektif Al-Qur’an162

Kesabaran dalam jihad dan dakwah sesuai firman Allah QS. Ali Imron (3):142,

Terjemahnya: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal

belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu danbelum nyata orang-orang yang sabar.13

Maksud “padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar” adalah peringatan atas ucapanbeberapa sahabat, yang mengatakan: “alangkah baiknya kalau kita mati syahidseperti orang-orang yang berjuang pada perang Badar, mengalahkan kaummusyrikin, tabah dalam ujian, mati syahid dengan memperoleh Surga, atau hidupmendapat rezeki”. Maka Allah memberikan kesempatan kepada mereka untukmengikuti perang Uhud, tetapi ternyata mereka tidak tabah dan tidak mampuuntuk bertahan dalam peperangan itu kecuali sebagian kecil di antara mereka yangdikehendaki Allah. 14 Oleh karena itu, kesabaran merupakan yang urgen dalammenjalankan segala aktivitas keseharian umat Islam.

Selanjutnya, betul bahwa di antara ayat-ayat tentang jihad terdapat ayat-ayatyang berbicara tentang jihad di jalan Allah dengan diri/jiwa dan harta (Jihad fiSabili Allah bi amwalihim wa anfusihim) sebagaimana tercantum pada ayat; an-Nisa’ (4): 95, al-Taubah (9): 20, dan al-Shaff (60): 11 al-Anfal (8): 72, al-Taubah(9): 44, 81, 88. Hanya saja perlu pengkajian secara komprehensif terhadap ayattersebut sehingga tidak terjebak pada makna perang. Makna perang perludiverifikasi lebih lanjut kapan perang diperbolehkan dan bagaimana kaidah atauaturan dalam perang tersebut.

Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa dewasa ini muncul sejumlah anakmuda yang mengangkat senjata, kemudian meyakini bahwa Islam adalah agamaofensif, mereka menginginkan perang. Lalu imam al-Ghazali mengajukan per-tanyaan “apakah untuk hal ini memang menggunakan agama yang berdiri di ataslogika dan pemikiran murni yang cerdas!”. Beliau juga mengemukakan pendapat-nya soal pengertian ayat yang menyebutkan “perangilah mereka-mereka yangtidak beriman kepada Allah dan hari Akhir”, ayat ini tidak membawa pengertianuntuk memerangi Ahli Kitab secara keseluruhan, karena tidak semua Ahli Kitabmelakukan tindakan penganiayaan kepada kita.15

Pada hakekatnya seruan kepada perang dalam risalah Muhammad saw.adalah jalan untuk menghalau setiap serangan dan mencegah fitnah. Perangbukanlah cara untuk menyampaikan dakwah.16 Allah berfirman dalam QS. al-Baqarah (2) : 190 yang berbunyi:

_____________13Ibid., 6914Qamaruddin Shaleh, dkk., Asbabun Nuzul (Cet. II; Bandung: CV. Diponegoro, 1975),

10615Lihat, Ali Syu’aibi dan Gils Kibil, op. cit., 15516Ibid., 156

Page 59: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 163

Terjemahnya: Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena SesungguhnyaAllah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.17

Kemudian dalam QS. An-Nisaa’ (4): 93, Allah berfirman:

Terjemahnya: Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengansengaja, maka balasannya ialah Jahanam, ia kekal di dalamnyadan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyedia-kan azab yang besar baginya.18

Perang menjadi legal pada saat mempertahankan keselamatan diri,kemudian perang menjadi hal yang legal pula untuk menghadapi kelompok-kelompok yang diharamkan dan hendak melakukan penyerangan kepada Islam.Dalam QS. al-Baqarah (2) : 193 dijelaskan:

Terjemahnya: Dan perangilah mereka itu sehingga tidak ada fitnah lagi dan

(sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jikamereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada per-musuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.19

Perang menjadi legal untuk menghadang pihak-pihak yang hendakmenyebar fitnah dengan agama mereka melalui sejumlah tindakan kekerasan danpembunuhan. Firman Allah QS . al-Anfaal (8): 58

Terjemahnya: Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu

golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada merekadengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukaiorang-orang yang berkhianat.20

Apabila kalian meyakini bahwa di sana ada kelompok yang sedang mem-persiapkan diri untuk menyerang kalian, maka kalian harus bersiap memerangimereka sebagai langkah defensif atas setiap kerusuhan yang diciptakan olehmereka. Selanjutnya, bila kita membaca ayat: janganlah kalian mengaiaya karenaAllah swt. tidak suka terhadap penganiayaan”, bukankah ini menunjukkanbahwa tidak ada nash al-Qur’an yang membawa pengertian bahwa Islam agamapenyulut peperangan. Kemudian dalam QS. an-Nahl (16): 126 disebutkan:

_____________17 Kementerian Agama RI, op. cit., 3018Ibid., 9419Ibid., 3120Ibid., 185

Page 60: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Muh. Rusli & Rakhmawati: Jihad Perspektif Al-Qur’an164

Terjemahnya: Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasanyang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akantetapi, jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baikbagi orang-orang yang sabar.21

Hal ini menunjukkan bahwa apabila kita melakukan serangan balikterhadap lawan, lakukanlah pembalasan sebagaimana mereka menyerang kita,tidak berlebihan. Inilah yang dinamakan jihad Islam, sebagai jihad defensif untukmemerangi mereka yang mengedepankan kekerasan terhadap manusia. Perangjuga berlaku untuk menolong mereka yang terdzalimi dan lemah. Islam tidakmengenal jihad ofensif. Apabila ada gerakan yang menyeru kepada jihad di luarpengertian dari ayat-ayat di atas, maka ini tidak bisa disebut sebagai jihad, danbahkan bisa dianggap sebagai aksi terorisme radikalis. Syariat Islam tidak me-ngenal aksi seperti ini. Sebagaimana yang sudah kita ketahui, pada masa lampauagama Islam juga mengayomi pihak lain, yang dalam sejarahnya pada saat itukelompok non Islam diwakili oleh masyarakat Yahudi dan Nasrani (sebagaimanadisebutkan dalam QS. Ali Imran: 64).22.

Dengan demikian, perang hanya legal bila dimaksudkan untuk jalan untukmembela diri, menghalau setiap serangan dan mencegah fitnah serta menolongyang terdzalimi. Perang bukanlah cara untuk menyampaikan dakwah dan Islambukanlah agama penyulut perang.

Menurut Imam Suprayogo, seyogyanya kita memperhatikan prinsip-prinsipdasar Islam adalah; 1) Islam adalah agama yang bersifat universal. Islam bukandiperuntukkan bagi salah satu suku bangsa, atau etnis tertentu melainkan sebagairahmatan lil alamin; 2) Islam menghargai agama dan kepercayaan agama lain.Islam juga mengajarkan tidak ada pemaksaan dalam beragama, 3) Islam jugamerupakan agama yang terbuka untuk diuji kebenarannya; 4) Islam juga menegas-kan bahwa keanekaragaman dalam kehidupan umat manusia adalah alamiah, per-bedaan itu mulai dari jenis kelamin, suku, bangsa yang beraneka ragam.Perbedaan itu ada agar terjadi saling mengenal; 5) Islam memiliki sejarah yangcukup jelas terkait dengan kehidupan yang majemuk sebagaimana yangditunjukkan oleh Rasulullah saw. sendiri takkala membangun masyarakat madanidi Madinah.23

Dengan demikian, makna jihad tidaklah selamanya bermakna perang. Jikapun harus berperang maka terdapat aturan kapan perang tersebut dibolehkan ataulegal dalam Islam. Dengan demikian, kata jihad tidak lagi menjadi kata yangmenakutkan bagi umat Islam begitu umat lainnya. Selanjutnya kita menampakkanIslam dengan wajah yang bersahabat, mampu hidup di tengah keragaman, mampumenjadi solusi bagi setiap problem umat sebagaimana yang pernah dicontohkanoleh Nabi.

_____________21Ibid., 28222Ali Syu’aibi dan Gils Kibil, op. cit., 158-159.23Imam Suprayogo, Universitas Islam Unggul – Refleksi Pemikiran Pengembangan

Kelembagaan dan Refurmulasi Paradigma Keilmuan Islam. (Cet. I; Malang: UIN Malang Press,2009), 1-2

Page 61: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 165

Jihad Masyarakat SipilSebagai salah satu ajaran dalam Islam tentu saja kita tidak ingin menafikan

jihad. Untuk itu, menurut Yusuf Qardhawi, berbagai macam jihad yang dapatdilakukan, yang beliau sebut “jihad masyarakat sipil” antara lain:24

1. Jihad IlmuAl-Qur’an mengisyaratkan jihad ilmu ini yaitu ketika berbicara tentang

pendistribusian kekuatan yang efektif dan beragam kepada masyarakat dalambidang ilmiah dan praktis, yang menuntut mobilisasi kekuatan untuk melayani,meningkatkan kebutuhannya, dan merealisasikan tujuannya.

Hal ini diterangkan dalam surah al-Taubah yang membicarakan secarapanjang lebar tentang orang-orang munafik yang tidak turut berperang bersamaRasulullah saw. dan benci berjihad dengan harta dan diri mereka di jalan Allah.Allah swt. berfirman dalam QS. al-Taubah: 122

Terjemahnya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medanperang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antaramereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan merekatentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnyaapabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapatmenjaga dirinya.25

Dengan ayat ini, al-Qur’an menetapkan bahwa di antara prinsipmasyarakat muslim adalah tidak adanya penumpukan kekuatan pada salah satupihak dan melupakan pihak yang lain. Kedudukan jihad militer memang pentinguntuk menjaga dan agama Islam – termasuk pula pada masa kenabian. Akantetapi, tidak semestinya hal tersebut menguasai semua energi dan kekuatan yangefektif, dengan membiarkan kosong bidang lainnya, seperti bidang ilmu danmendalami agama (tafaqquh fi al-din) yang merupakan kebutuhan dasar umat,sehingga amal dan jihadnya didasari oleh pemahaman terhadap agama.

Al-Qur’an menjelaskan bahwa upaya untuk mendalami agama bisa di-kategorikan sebagai salah satu bentuk jihad. Karena itu, al-Qur’an menyatakan:

“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapaorang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk mem-beri peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supayamereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. al-Taubah: 122)

Allah memakai kata “golongan” (nafar) yang digunakan dalam jihad. Halini menunjukkan bahwa menuntut ilmu dan mendalami agama termasuk bentukjihad. Dalam hal ini, Nabi saw. bersabda: “Barang siapa yang keluar untukmencari ilmu, maka ia sedang ada di jalan Allah hingga ia kembali”

_____________24Yusuf Qardhawi, Fiqh al-Jihad: Dirasah Muqaranah li Ahkamihi wa Falsafatihi fi

Dhau’ al-Qur’an wa al-Sunnah, yang diterjemahkan oleh Irfan Maulana Hakim dkk., dengan judulFiqhi Jihad: Sebuah Karya Monumental Terlengkap Tentang Jihad Menurut al-Qur’an danSunnah (Cet. I; Bandung: Mizan, 2010), 150-155

25Kementerian Agama RI, Al-Qur’an…, 207

Page 62: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Muh. Rusli & Rakhmawati: Jihad Perspektif Al-Qur’an166

2. Jihad sosialJihad sosial adalah jihad yang berkaitan dengan pemeliharaan keluarga,

seperti orang tua, anak-anak, dan hubungan silaturrahmi. Di antara dalil yangmenunjukkan orisinalitas jihad sosial dalam turats (khazanah klasik) Islam adalahhadis riwayat al-Bukhari dan Muslim serta lainnya. Dituturkan dari Abdullah ibn‘Amr ibn al-‘Ash, ia berkata: “Seseorang datang menemui Nabi saw., memintaizin untuk ikut berjihad. Nabi saw. pun bertanya kepada orang itu, “apakah orangtua masih hidup?”. Laki-laki itu menjawab, “ya”, beliau bersabda, “makaberjihadlah untuk mereka berdua”.

Jawaban Nabi saw. kepada laki-laki tersebut, yaitu “maka berjihadlahuntuk keduanya”, menunjukkan bahwa menjaga orang tua, khususnya ketikamereka sedang uzur dan membutuhkan orang yang memenuhi kebutuhannya,adalah bagian dari jihad sosial.

Yang termasuk dalam konteks ini adalah apa yang disampaikan oleh Nabisaw. tentang penggantian jihad (qital) perang dengan berbuat baik kepadakeluarga, memenuhi kebutuhan mereka, menutupi kekurangan mereka, menolongmereka untuk mewujudkan harapan, mengatasi segala kesulitan mereka, danmeringankan keletihan mereka. Inilah yang diperingatkan oleh Nabi saw. dalamhadisnya, “Barang siapa menggantikan posisi seseorang pejuang pada keluarga-nya, berarti ia telah ikut berperang”.

Dengan demikian seorang pejuang peperangan bukan hanya orang yangmengangkat senjata. Bahkan orang yang menggantikan posisi seorang pejuang didalam keluarganya, dengan menjadi ayah dari anak-anaknya, maka ia akanmendapatkan pahala dari Allah layaknya seorang tentara perang. Sebab, seseorangakan berjihad dan berperang dengan tenang dan nyaman karena yakin bahwakeluarganya tidak akan terlantar sepeninggalnya. Dia merasa tenang karenaseluruh masyarakat berkhidmat untuk melayaninya, menjaganya, dan memenuhikebutuhannya dengan kelembutan, kedermawanan, dan keridhaan tanpa kepura-puraan dan kepalsuan.

Dengan hadis tersebut, Nabi saw. membuka pintu lain-bahkan beberapapintu - sebagai pengganti jihad militer. Inilah yang disebut jihad masyarakat sipil.Nabi mengajari para sahabatnya mereka membuka mata atas berbagai medanjihad yang dapat dimanfaatkan oleh mereka untuk berjihad tanpa pedang, tombak,dan senjata-senjata perang. Salah satunya adalah apa yang kami sebutkan di sini,yaitu jihad sosial.

3. Jihad ekonomiDi antara bentuk jihad sipil adalah hal-hal yang terkait dengan jihad

ekonomi, yaitu berusaha untuk mencari rezeki, berjalan di muka bumi denganpenuh semangat, dan memakan karunia yang diberikan oleh Allah.

Diriwayatkan oleh Ka’ab ibn ‘Ujrah r.a. bahwa suatu hari Nabi saw. dudukbersama para sahabatnya. Lalu lewatlah seorang laki-laki dengan penuh semangatdan keuletan. Para sahabat kemudian berkata: “Wahai Rasulullah, seandainya initermasuk (jihad) di jalan Allah.” Nabi saw. bersabda, “Jika dia keluar bekerjauntuk (keperluan) anaknya yang masih kecil, berarti dia berada di jalan Allah. Jikadia keluar bekerja untuk orang tuanya yang sudah tua renta, berarti dia di jalanAllah. Jika dia keluar bekerja karena ingin menjaga kesucian dirinya (dari

Page 63: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 167

meminta-minta), berarti dia di jalan Allah. Dan jika dia keluar untuk pamer danmenyombongkan diri, berarti dia berada di jalan setan”.

Perhatikanlah apa yang dikatakan para sahabat ketika melihat seorang laki-laki yang tampak semangat dan gesit (untuk mengais rezeki, penerj). Merekaberharap, hal itu menjadi bagian dari (jihad) di jalan Allah, yaitu jihad militer.Para sahabat sangat bersungguh-sungguh dalam mencurahkan segenap kekuatanuntuk menghadapi musuh yang menjauhkan mereka dari negeri mereka danbersekongkol untuk mengusir mereka dari negeri mereka sendiri.

Akan tetapi, Nabi saw. membuka bagi mereka pintu-pintu baru dalamperluasan konsep jihad yang tidak terbatas pada perang (qital) saja. Beliaumenjelaskan bahwa orang yang bekerja mencari rezeki di muka bumi karenamengharap karunia Allah, jika ia bekerja untuk orang tuanya yang sudah tua rentaatau untuk dirinya sendiri agar tidak meminta-minta kepada orang lain dan cukupdengan kehalalannya, berarti ia sedangkan berada di jalan Allah. Makna di jalanAllah (fi sabilillah) adalah jihad, sebagaimana yang sudah dipahami secara jelasdalam pandangan syariat.

Persoalan yang menjadi pusat perhatian Nabi saw. adalah niat, motif, dantujuan yang ada di balik usaha dan semangat tersebut. Selama untuk memenuhikebutuhan ekonomi yang sesuai dengan syariat bagi masyarakatnya, keluarga,atau dirinya sendiri, maka hal ini termasuk fi sabililah. Maksudnya, berada padajihad yang diterima dan terpuji. Tetapi, apabila tujuannya hanya mencaripendapatan dan ternodai oleh riya, sombong, bermegah-megahan, dan foya-foya,maka ia telah keluar dari jihad di jalan Allah untuk melalui jalan yang lain, yaitujalan setan.

Dengan demikian, jihad ekonomi ini adalah bagi dari jihad madani. Setiaptindakan yang bisa meningkatkan perekonomian masyarakat, dan mengalihkan-nya dari konsumsi ke produksi, dari impor ke ekspor, dari keberuntungan kekebebasan dan kepercayaan diri, maka semua itu termasuk jihad madani yangdiharapkan.

Di antara hal yang diterangkan dalam sunnah Nabi, adalah penekanan padaintegrasi ekonomi dan larangan untuk merasa cukup dengan sebagian unsurekonomi, tetapi mengabaikan sebagian lainnya. Misalnya merasa puas denganpertanian tanpa industri. Hal ini bisa menjerumuskan umat ke dalam bahaya.Dituturkan dari Umar secara marfu’, “Apabila kalian telah berjual beli dengansistem ‘inah, larut dengan pertanian, mengikuti ekor-ekor sapi dan meninggal-kanjihad, maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian yang tidak akandicabut hingga kalian kembali kepada agama kalian”.

Berjual beli dengan ‘inah adalah salah satu bentuk rekayasa dari memakanriba. Pada hakikatnya, jual beli tersebut termasuk ke dalam bentuk riba. Adapunlarut dalam pertanian dan mengikuti ekor-ekor sapi hanya ditujukan kepadamasyarakat agrarian yang tidak memikirkan komplementasi ekonominya denganindustri dan kerajinan. Ambisi mereka hanya mengikuti ekor-ekor sapi dan tidakmementingkan urusan umat Muslim.

Karena itu, mereka meninggalkan jihad Allah karena masing-masing darimereka hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak mementingkan kemaslahatanumat. Tak aneh jika kemudian Allah sw. menimpakan kepada mereka kehinaanyang tidak akan dicabut hingga mereka kembali kepada agama mereka, lalu

Page 64: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Muh. Rusli & Rakhmawati: Jihad Perspektif Al-Qur’an168

mereka memahami agama tersebut dengan benar, mengamalkannya, dan beramaluntuk dirinya

.4. Jihad Pendidikan

Jihad pendidikan dilakukan dengan membangun sekolah-sekolah yangmengajarkan kepada umat Islam sesuatu yang dapat menjaga identitas mereka,melestarikan hubungan mereka, serta menanamkan pada hati dan akal merekakecintaan terhadap agama, umat, dan negeri mereka sehingga tidak disalahguna-kan. Di samping itu, jihad pendidikan ini yaitu dengan memberikan kesempatanbagi orang-orang yang cerdas yang meraih tingkat pendidikan yang paling tinggi.Jihad pendidikan ini sangat penting guna menciptakan umat yang mampumembawa risalah Islam baginya dan dunia. Segala sesuatu yang tanpanya suatukewajiban tidak terlaksana secara sempurna, maka sesuatu itu hukumnya menjadiwajib.

5. Jihad KesehatanJihad kesehatan diwujudkan dengan membangun rumah-rumah sakit dan

pusat-pusat kesehatan yang memberikan penanganan dan pelayanan kepadapasien, bekerja untuk meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat, dan menyebar-kan kesadaran hidup sehat dan pencegahan penyakit. Dikatakan bahwa“mencegah itu lebih baik daripada mengobati,” dan “jiwa yang sehat terdapatdalam tubuh yang sehat”.

6. Jihad LingkunganJihad lingkungan dilakukan dengan menjaga dan melindungi keselamatan

lingkungan dari segala polusi dan kerusakan, yang bisa menyebabkan ketidak-seimbangan dan kekacauan dalam kehidupan. Bahkan, terkadang dapat merusaktanam-tanaman dan binatang ternak, sedangkan Allah tidak menyukai kerusakan.Jadi, perawatan dan perlindungan lingkungan dari bahaya ketidakseimbangan dankekacauan merupakan bagian dari ajaran Islam.

Data di atas menunjukkan bahwa jihad ternyata tidak perlu ditakuti tetapiperlu pemaknaan ulang terhadap makna jihad dan jihad-jihad apa saja yang dapatdilakukan di era kekinian. setidaknya jihad yang dapat dilakukan meliputi jihadilmu, jihad sosial, jihad ekonomi, jihad pengajaran/pendidikan, jihad kesehatan,dan lingkungan. Makna jihad dapat kita kembangkan sesuai dengan tuntutanzaman. Dengan demikian, anjuran tentang jihad tetap dapat kita laksanakan sesuaidengan konteks zaman yang kita hadapi. Dewasa ini, begitu banyak per-soalanyang dihadapkan kepada umat manusia tidak terkecuali masyarakat Indonesia.Problem kemiskinan, pengangguran, dunia pendidikan yang mem-prihatinkan,dan lainnya. hal tersebut membutuhkan semangat jihad dalam menanggulanginya.

Tentu saja Allah telah menyediakan pahala bagi orang berjihad secarabenar. Sebagaimana firman-Nya. al-Taubah (9): 88

Page 65: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 169

Terjemahnya: Tetapi rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, merekaberjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka itulah orang-orangyang beruntung.26

Dengan demikian, janji Allah tersebut harus diyakini sepenuh hati bahwaorang yang berjihad akan beruntung baik di dunia maupun di Akhirat. Janji Allahtentang orang yang berjihad dengan benar dapat pula ditemui pada QS. al-Nahl(16): 110, al-Ankabut (29): 6, al-Mumtahanah (60): 1 dan al-Shaff (61): 11.

KesimpulanAgama dan pemahaman agama adalah dua hal yang berbeda. Pemahaman

agama telah melahirkan berbagai macam perbedaan dalam masyarakat termasukdalam menterjemahkan makna jihad. Tentu saja, memberantas jaringan terorismebukanlah akhir dari penyelesaian masalah kekerasan agama yang terjadi diIndonesia. Dibutuhkan upaya oleh seluruh komponen bangsa untuk berperan sertamengubah paradigma masyarakat tentang jihad sehingga tidak terjebak pada satumakna saja yakni perang. Membenci atau menyalahkan kelompok tertentu sebagaibiang kekerasan agama bukan juga solusi terbaik sebab perbedaan pemahamanagama merupakan sunnahtullah yang harus diterima secara arif dan bijaksana.Dibutuhkan saling pengertian seraya melakukan dialog yang santun untuk salingmemahami. Jika tidak mampu sepakat dalam pemahaman agama setidaknyasepakat untuk berbeda pemahaman dengan tetap menjalin ukhuwah islamiyah.

Apapun alasannya, kekerasan atas nama perintah agama tidak dapatditolerir di Indonesia. Kekerasan yang terjadi hanya akan melahirkan kekerasanbaru yang tiada habisnya. Yang rugi adalah bangsa Indonesia sendiri. Ke depandibutuhkan generasi-generasi yang bebas dari dendam sektarianisme masa laludan memiliki visi ke depan menuju Indonesia yang lebih baik.

_____________26Ibid., 202

Page 66: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Muh. Rusli & Rakhmawati: Jihad Perspektif Al-Qur’an170

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ashmawy, Mohammad Said. Againts Islamic Estremism, diterjemahkan olehHery Haryanto Azumi dengan judul Jihad Melawan Islam Ekstrem. Cet. I.Depok: Desantara, 2002.

Azra, Azyumardi. Kerusuhan-kerusuhan Massal yang Terjadi di Indonesia Baru-baru Ini :Kemunduran Nasionalisme dan Kemunculan Separatisme, dalamKonflik Komunal di Indonesia Saat Ini. Jakarta: INIS, 2003.

http://berita.plasa.msn.com/nasional/8-bom-diri-yang-pernah-terjadi-di-indonesia.Diakses tanggal 13 Juni 2013.

Karim, Abdul. dkk.. Wacana Politik Islam Kontempore, Cet. I. Yogyakarta: SukaPress, 2007.

Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV. Jumanatul‘Ali Art, 2005.

Machasin. Fundamentalisme dan Terorisme, dalam A. Maftuh Abegebreil et.al.,Negara Tuhan: The Thematic Encyclopedia. Yogyakarta: SR InsPublishing, 2004.

Qardhawi, Yusuf. Fiqh al-Jihad: Dirasah Muqaranah li Ahkamihi wa Falsafatihifi Dhau’ al-Qur’an wa al-Sunnah, yang diterjemahkan oleh Irfan MaulanaHakim dkk., dengan judul Fiqhi Jihad: Sebuah Karya MonumentalTerlengkap Tentang Jihad Menurut al-Qur’an dan Sunnah Cet. I.Bandung: Mizan, 2010.

Suprayogo, Imam. Universitas Islam Unggul – Refleksi Pemikiran PengembanganKelembagaan dan Refurmulasi Paradigma Keilmuan Islam. Cet. I.Malang: UIN Malang Press, 2009.

Shaleh, Qamaruddin. dkk., Asbabun Nuzul. Cet. II. Bandung: CV. Diponegoro,1975.

Syu’aibi, Ali dan Gils Kibil. Meluruskan Radikalisme Islam. Cet. II. Jakarta: PT.Duta Aksara Mulia, 2010.

Page 67: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 171

ALAM SEMESTA DALAM AL-QUR’AN

A. Samad UsmanSTAI Al-Washliyah Banda Aceh

Lam Ara Rukoh Kota Banda AcehEmail: [email protected]

ABSTRACTIn the Qur'an there are so many verses that speak of the creation of the universe isexpressed in a variety of forms. The Qur'an emphasizes that God has created allthings, both in heaven and on earth. God is the creator of all things, that's thenature of his biggest and most obvious, there is no creator besides Him. As acreator, the Qur'an has mentioned a number of names of God, such as al-Khaliq,al-Bari ', al-Mushawwir, and al-Badi'. Therefore Muslims agree that God is thecreator (al-Khaliq) and this universe is His creation (creature). One of the lessonsand teachings that can be drawn from the observations of the universe is harmony,harmony and order, not a mess. Due to its full intent, the study of the universe willguide a person to a positive conclusion and an attitude of appreciation.

Dalam al-Qur’an banyak sekali terdapat ayat-ayat yang berbicara mengenaipenciptaan alam semesta yang diungkapkan dalam bentuk yang bermacam-macam. Al-Qur’an menekankan bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu,baik yang di langit maupun yang di bumi. Allah pencipta segala sesuatu, itulahsifat-Nya yang paling besar dan paling nyata, tidak ada pencipta selain Dia.Sebagai pencipta, al-Qur’an telah menyebut sejumlah nama Allah, antara lain al-Khâliq, al-Bâri’, al-Mushawwir, dan al-Badi’. Karena itu umat Islam sepakatbahwa Allah adalah pencipta (al-Khâliq) dan alam semesta ini adalah ciptaan-Nya(Makhlûk). Salah satu pelajaran dan ajaran yang dapat diambil dari pengamatanterhadap alam semesta ialah keserasian, keharmonisan dan ketertiban, bukan suatukekacauan. Disebabkan sifatnya yang penuh maksud, maka studi tentang alamsemesta akan membimbing seseorang kepada kesimpulan positif dan sikap penuhapresiasi.

Kata Kunci: Alam, al-Qur’an

PendahuluanKata ‘âlam secara bahasa berarti seluruh alam semesta. Jika (العالم)

dikatakan al-kauny : (الكوني) al-‘âlamy artinya yang meliputi seluruh (العالمي)dunia.1 Dalam bahasa Yunani, alam semesta atau jagat raya ini disebut sebagai“kosmos” yang berarti “serasi, harmonis”. Dari segi akar katanya, kata “‘’âlam”(alam) memiliki akar yang sama dengan “‘’ilm” (ilmu, pengetahuan) dan“‘alâmat” (alamat, pertanda). Disebut demikian karena jagat raya ini sebagai per-

_____________1A.W. Munawir, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustaka

Progresif, 1997), 966

Page 68: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

A. Samad Usman : Penciptaan Alam dalam Perspektif al-Qur’an172

tanda adanya sang Maha Pencipta, yaitu Allah SWT. Jagat raya juga disebutsebagai ayat-ayat yang menjadi sumber ilmu dan pelajaran bagi manusia.2

Al-Qur’an juga banyak menjelaskan tentang fenomena alam semesta danciptaan-Nya yang bisa dilihat dengan mata kepala seperti kejadian siang danmalam, matahari, bulan dan planet-planet. Meskipun demikian, informasi tentangpenciptaan alam semesta dalam al-Qur’an tidak tersusun secara sistematis sepertiyang dikenal dalam buku ilmiah. Masalah ini tidak terhimpun pada satu kesatuanfragmen, tetapi ia diungkapkan dalam berbagai ayat yang tergelar dalam beberapasurat al-Qur’an. Dalam al-Qur’an disebutkan, Allah menciptakan alam semestatidak hanya menggunakan kata khalaqa, tetapi juga menggunakan kata-kata lainseperti Ja’ala, Bada’a, Fathara, Shana’a, Amara, Nasya’a, dan Bada’a3 yangmana arti lahiriyahnya sama tetapi maksudnya belum tentu sama.

Untuk memaparkan dan membahas ayat-ayat tentang alam semesta dalammakalah ini, maka penulis akan menggunakan pendekatan yang relevan, yaitupendekatan metode tafsir tematik (maudhu’i). Di samping itu, penulis juga akanmenguraikan beberapa pendapat dari filosof Islam tentang proses penciptaanalam. Berdasarkan pada ayat-ayat yang akan dikumpulkan maka makalah ini me-ngetengahkan judul “Alam semesta Dalam Al-Quran”. Permasalahannya adalahbagaimana proses penciptaan alam semesta menurut al-Qur’an? Berapa lamaproses penciptaan alam ini menurut al-Qur’an? Apa tujuan dari penciptaan alammenurut al-Qur’an?

Proses Penciptaan Alam Semesta dalam Al-Qur’anPembicaraan al-Qur’an tentang proses penciptaan alam semesta dapat

ditemukan dari ayat-ayatnya yang tersebar dalam beberapa surat. Akan tetapi,informasi itu hanya bersifat garis-garis besar atau prinsip-prinsip dasar saja,karena al-Qur’an bukanlah buku kosmologi atau buku ilmu pengetahuan yang me-nguraikan penciptaan alam semesta secara sistematis. Oleh karena itu memuncul-kan banyak interpretasi terhadap kandungan ayat-ayat dimaksud.

Di antara ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang proses penciptaanalam semesta ini adalah sebagai berikut:

1. Q.S. Hud: 7

Artinya: “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enammasa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar dia mengujisiapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya dan jika kamu Berkata (kepadapenduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati",niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihiryang nyata".

_____________2Nur Chalis Madjid, Ensiklopedi Nur Chalis Madjid (Jakarta: Mizan, 2006), 1343Hussein Bahreisy, Kamus Islam Menurut Qur’an & Hadits (Surabaya: Galundi Jaya, tt),

hal. 16.

Page 69: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 173

2. Q.S. Al-Anbiya’: 30

Artinya: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahuibahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segalasesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”

3. Q.S. Fushshilat: 9-12

Artinya: “ Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yangmenciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya?(yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam". Dan Dia menciptakan dibumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. dia memberkahinya dan diamenentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa.(Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Diamenuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu diaBerkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurutperintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datangdengan suka hati". Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. diamewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan kami hiasi langit yang dekatdengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Pada surat Hud: 7 Allah menegaskan bahwa Dialah Sang Pencipta alamsemesta (langit dan bumi serta segala isinya). Sebelum proses penciptaan dimulai,Allah telah memiliki ‘Arasy (yang menjadi singgasana-Nya) yang berada di atasair ketika Dia menciptakan alam semesta. Allah melakukan ini semua adalah

Page 70: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

A. Samad Usman : Penciptaan Alam dalam Perspektif al-Qur’an174

untuk menguji manusia siapa yang paling baik amalnya (dalam memanfaatkanciptaan-Nya itu) supaya mereka mendapatkan balasan atas amal perbuatanmereka.4

Bagian pertama atau permulaan Surat Hud ayat 7 diawali dengan me-nyebutkan bahwa Allah dalam menciptakan alam ini, baik langit maupun bumimemakan waktu selama enam masa, dengan rincian: dua hari menciptakan bumi,dua hari menciptakan segala isinya, dan dua hari menciptakan langit dan segalaisinya.5

Dalam al-Qur’an, untuk menyebut alam semesta digunakan ungkapan“Samâwâti wa al-Ardhi wa mâ Bainahumâ “. Ungkapan ini terulang sebanyak 21kali dalam 15 surat yang berbeda,6 kesemuanya dapat diartikan seluruh alam, baikyang fisik maupun non fisik. Kata “Samâwati wa al-Ardhi” yang diartikan denganlangit dan bumi - menurut yang dijelaskan al-Qur’an pada surat al-Anbiya’: 30 –pada mulanya keduanya adalah satu kesatuan (ratqan). Kemudian Allah pisahkanmenjadi dua, yang satu diangkat-Nya ke atas yang disebut langit,7 dan yang satulagi dibiarkan terhampar di bawah disebut dengan bumi.8 Karena adanya pe-misahan antara langit dan bumi itu, maka terciptalah ruangan kosong yang ber-nama awing-awang yang diungkapkan dengan kata wa mâ bainahumâ.

Al-Qur’an pada surat al-Anbiya’: 30 juga menunjukkan bahwa air (al-mâ’) telah ada sebagai salah satu kondisi terwujudnya alam semesta. MenurutMadjid Ali Khan dengan mengutip Abdullah Yusuf Ali mengatakan bahwa ilmubiologi kontemporer menunjukkan semua kehidupan dimulai dari air.9 HG.Sarwar dalam bukunya philosophy of Qur’an memngatakan bahwa air adalahkomponen terpenting bagi kehidupan. Hal ini sebagai perluasan yang sangatmendukung teori kimia fisika.10

Menurut Hasbi ash-Shiddiqy, teori penciptaan alam yang dikemukakanoleh ilmu pengetahuan sesuai dengan teori al-Qur’an sendiri, seperti tersebutdalam Q.S. al-Anbiya’: 30.11 Teori-teori ilmiah yang sesuai dengan teori al-Qur’an menurut beliau adalah:

Pertama: sebelum Allah menjadikan langit dan bumi, hanyalah terdapatzarrah-zarrah yang menyerupai kabut dan air yang menjadi unsur pokok terjadi-nya alam ini.

Kedua: langit dan bumi mula-mulanya adalah suatu paduan, kemudianAllah memisahkannya. Lalu Allah menjadikan udara di antara keduanya yangmenghilangkan panasnya bumi agar kita dapat hidup di atasnya. Udara yang ber-gerak dan terus berpindah-pindah itulah yang menyebabkan turunnya hujan yangmembentuk laut dan sungai.

_____________4Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, Juz 12 (Mesir: Mustafa al-babi al-Halabi, 1394 H/1974

M), 35Sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. Fushshilat: 9-12 yang juga merupakan focus

kajian dalam makalah ini.6Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Muhammad Fu’ad Abd al-Baqiy, Al-Mu’jam al-

Mufahras Li Alfaz al-Qur’an (Beirut: Dar al-Fikr, 1987), 365-366والي السماء كیف رفعت7 (Q.S. Al-Gasyiah: 18)والي األرض كیف سظحت8 (Q.S. Al-Gasyiah: 20)9Madjid Ali Khan, Islam dan Evolusi Kehidupan, (terj) (PLP2: Yogyakarta, 1987), hal. 9310HG. Sarwar, Filsafat Al-Qur’an, (terj) (Rajawali: Jakarta, 1990), 99.11Hasbi Ash-Shiddiqy, Tafsir Al-Qur’an al-Majid, Jilid 4 (Jakarta: PT Pustaka Rezki

Putra Semarang, 1995), 1809

Page 71: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 175

Ketiga: apa yang dinamakan langit bukanlah planet, tetapi ruang yangtidak terbatas dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya dan ruang itulah yangmenjadi tempat beredarnya seluruh bintang-bintang. Tetapi dapat kita katakanabahwa yang dikehendaki dengan tujuh petala langit ialah “ tujuh kelompokgugusan bintang” yang masing-masingnya beredar menurut garis edarnya sendiri-sendiri.12

Selanjutnya, pada surat Fushshilat: 9-12 Allah menjelaskan bahwa dalamproses penciptaan alam semesta ini terdiri dari dua tahap, yaitu: tahap pertamaalam semesta diciptakan dalam bentuk asap (dukhân). Ibnu Katsir menafsirkandukhân dengan sejenis uap air.13 Tahap kedua adalah terpecahnya asap (dukhân)tadi menjadi pelbagai benda-benda langit. Penjelasan al-Qur’an ini sama sepertiyang diakui oleh kebanyakan pakar astrofisika sampai saat ini, yakni teori ledakanbesar.

Menurut teori ini, puluhan atau mungkin ratusan milyar tahun yang silamterdapat sebuah tumpukan gas yang terdiri dari hydrogen dan helium yangberotasi perlahan-lahan. Kemudian gas itu pecah dalam suatu peristiwa yangdisebut “ledakan besar” dan selanjutnya banyak membentuk benda-benda langityang kini dikenal dengan galaksi. Dalam alam semesta terdapat bermilyar-milyargalaksi, masing-masing berotasi pada sumbunya berpadu sedemikian rupasehingga satu sama lain tidak bertabrakan.14

Pada tahap kedua, galaksi pecah dan menjadi bermilyar-milyar bintang,salah satu di antara bintang itu adalah matahari. Lalu setiap gas yang membentukbintang kemudian pecah sebagai tahap ketiga untuk membentuk planet-planetyang mengelilingi bintang. Setiap bintang dan planet berotasi sedemikian rupasehingga tidak ada tabrakan antara yang satu dengan yang lain. Semua itu adalahsunnatullâh, tanda-tanda atau hukum Allah atau dalam istilah ilmiah disebutdengan hukum alam.15

Masih menurut surat Fushshilat: 9-12, bumi ini diciptakan dalam dua hari,dan selama empat hari lagi Dia menciptakan hiasan-hiasannya seperti disebutkandi atas, dan menciptakan segala bahan makanan, bahan pakaian dan sebagainyayang sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk-Nya. al-Maraghi merincinya se-bagai berikut: Allah menciptakan bumi dan segala isinya dalam empat tahapan,“Satu tahap untuk memadatkan materi bumi setelah asalnya berupa gas, setahaplagi untuk menyempurnakan lapisan-lapisan bumi selebihnya, termasuk di antara-nya bahan-bahan mineral yang ada padanya, yang setahap lagi untuk menumbuh-kan tumbuh-tumbuhan serta setahap lagi untuk pembentukan binatang.16

Dalam surat Fushshilat: 9-12 Allah menyebutkan penciptaan bumi terlebihdahulu, kemudian setelah itu barulah disebutkan penciptaan langit dengan segalaisinya. Adapun pada ayat-ayat yang lainnya, biasanya terlebih dahulu diceritakanpenciptaan langit, kemudian baru penciptaan bumi. Al-Maraghi mengatakan_____________

12Ibid., 1811-181213Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim, Juz IV, Beirut: Isa al-Babiy al-Halabiy wa

Syurahah, 1969), 9314Jurnalis Uddin, Teori Evolusi: Sesuai atau Bertentangan Dengan Al-Qur’an? Dalam

Mukjizat Al-Qur’an dan Sunnah Tentang IPTEK, Ahmad As Shouwy… (et. Al) (Jakarta: GemaInsani Press, 1995), 268-269.

15Ibid.16Al-Maraghi, Tafsir Al-Maragi, Juz 12 (Mesir: Mustafa al-babi al-Halabi, 1394 H/1974

M), 207

Page 72: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

A. Samad Usman : Penciptaan Alam dalam Perspektif al-Qur’an176

bahwa pengungkapan dalam bentuk demikian karena manusia memperhatikankeadaan bumi yang ada di sekelilingnya, maka penyebutan tentang bumididahulukan.17 Sedangkan menurut Hasbi Ash-Shiddiqy, dalam rencananya Tuhanlebih dahulu membuat rencana bumi daripada rencana pembuatan langit, akantetapi dalam pelaksanaannya kemudian Tuhan lebih dahulu mencptakan langit(termasuk matahari) dari bumi.18

Kata Samâwat yang diartikan dengan langit setidaknya memiliki tigapengertian, yaitu:

Pertama, berarti awan (sahâb) seperti terdapat dalam Q.S. al-Baqarah: 164sebagai berikut:

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih berganti-

nya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang bergunabagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan airitu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itusegala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antaralangit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah)bagi kaum yang memikirkan”.

Kedua, langit bermakna benda seperti terdapat pada Q.S. al-Insyiqaq: 1sebagai berikut:

Artinya: “Apabila langit terbelah”Ketiga, langit juga bisa berarti sesuatu yang di atas kita.Sementara itu, penyebutan kata Samâwat dalam bentuk jamak karena

langit diciptakan dalam tujuh tingkat atau tujuh lapis. Tujuh lapis ini diulangidalam lima ayat (Q.S. al-Baqarah: 29, al-Mukminun: 17, al-Thalaq: 12, al-Muluk:3, dan al-Naba’: 12) dilengkapi dengan menyebut tanda-tanda zodiac tentangmatahari dan bulan, dan tentang bintang-bintang yang indah dan bintang-bintangyang menjadi alat pelempar setan (Q.S. al-Muluk: 5).19

_____________17Ibid.18Hasbi Ash-Shiddiqy, Tafsir Al-Qur’an al-Majid, Jilid 4…, 3531.19Faruq Sherif, Al-Qur’an Menurut Al-Qur’an (terj) (Cet.I; Jakarta: PT Serambi Ilmu

Semesta, 2001), 41

Page 73: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 177

Artinya: ”Sesungguhnya kami Telah menghiasi langit yang dekat denganbintang-bintang, dan kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan,dan kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala”.

Adapun kata ardhi adalah bumi yang menjadi tempat hidup, tempatberkembang biak, dan tempat mencari rezeki semua makhluk Allah. Ardhi (bumi)inilah yang disuruh Allah memakmurkannya, dan dilarang merusaknya, dan yangdiberi beban tanggungjawab untuk memimpin dan memakmurkannya adalahkhalifah-Nya yang mulia, yaitu manusia. Manusia adalah ciptaan Allah yangpaling mulia. Tetapi Allah, setelah menciptakan manusia dalam rupa yang terbaik,merendahkannya ke tingkat yang serendah-rendahnya, kecuali mereka yangberiman dan beramal shaleh (Q.S. al-Thin: 5-6).,

Jangka Waktu Proses Penciptaan Alam menurut al-Qur’anMengenai jangka waktu terjadinya penciptaan alam semesta, al-Qur’an

mengatakan dalam banyak ayat bahwa Tuhan menciptakan alam semesta, baiklangit maupun bumi, memakan waktu selama enam hari (Fî Sittati Ayyâm). Kataayyâm merupakan bentuk jamak dari yaum bermakna min thulû al-syams ilâgâribihâ (dari terbit fajar sampai tenggelam matahari). Kata Sittati Ayyâmsebagaimana disebutkan dalam tafsir al-Qurthubi adalah hari-hari akhirat, yangmana tiap-tiap hari lamanya 1000 tahun. Sementara menurut Mujahid, ImamAhmad dan Ibnu ‘Abbas, hari yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah haridunia yang dimulai dari hari Ahad dan berakhir hari Jum’at (6 hari).20

Ungkapan bahwa Tuhan menciptakan alam semesta selama enam hari (FîSittati Ayyâm) terulang dalam al-Qur’an sebanyak 6 kali, yaitu: Surat Yunus: 3,Hud: 7, al-A’raf: 54, al-Hadid: 4, al-Furqan: 59, dan Qaf: 38. Ayat-ayat tersebutmemiliki redaksi dan susunan kalimat yang sama kecuali dalam surat al-Furqan:59 dan Qaf: 38 dimana dalam kedua ayat tersebut tersisip kata wa mâ bainahumâsebelum kata Fî Sittati Ayyâm.

Mengenai jangka waktu terjadinya alam semesta dalam enam hari, ter-dapat ayat yang menjelaskan bahwa hari Tuhan sama dengan seribu tahun “seharidalam pandangan Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari perhitungan kamu”(Q.S. al-Haj: 47 dan al-Sajadah: 5). Oleh karena itu, menurut al-Qur’an, pencipta-an telah terjadi dalam enam ribu tahun. Akan tetapi beberapa mufasir ber-pen-dapat bahwa kata tahun dalam konteks ini digunakan bukan dalam pengertianbiasa, tetapi secara kiasan, yang berarti suatu kurun waktu. Namun mufasir lain-nya berpendapat bahwa penafsiran itu nampaknya tidak dapat dibenarkan me-ngingat adanya penggunaan kata itu secara seksama dalam ayat-ayat yang ber-sangkutan dimana dinyatakan dengan tegas bahwa sehari dalam pandanganTuhanmu adalah seperti seribu tahun dari perhitungan kamu (Fî yaimin kânamiqdâruhû alfa sanatin mimmâ ta’uddûn).21

Kebanyakan ulama mazhab tekstual menafsirkan “enam hari” samadengan hari di planet bumi dimana satu hari adalah 24 jam, waktu yang dibutuh-kan bumi untuk berotasi mengelilingi matahari. Sebaliknya mazhab kontekstualmengatakan bahwa “satu hari” dalam al-Qur’an tidak otomatis berarti 24 jam,tetapi dapat berarti 1.000 tahun atau bahkan 50.000 tahun (Q.S. al-Sajadah: 5,_____________

20Al-Qurthubi, Al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an, Juz VII (Mesir: Dar Al-Ihya Al-Kutub al-Turats, 1952), 140

21Faruq Sherif, Al-Qur’an Menurut Al-Qur’an …, 42

Page 74: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

A. Samad Usman : Penciptaan Alam dalam Perspektif al-Qur’an178

Q.S. al-Ma’arij: 4).22 Mazhab kontekstual lebih suka menafsirkan “enam hari” itumenjadi enam “periode”, bukan “enam hari”.23

Dalam hal ini, penulis sepakat dengan mazhab kontekstual bahwa“hitungan enam hari” dalam penciptaan alam semesta tidaklah dapat kita samakandengan hitungan enam hari hitungan kita di bumi yang sekarang ini. Sebabsewaktu langit dan bumi sedang diciptakan Allah, hitungan hari-hari, bulan dantahun belum dikenal siapapun juga. Barulah setelah alam selesai diciptakan dantelah ada penghuninya, hitungan hari, bulan dan tahun itu ada dan dikenal olehmanusia.

Namun yang perlu digarisbawahi adalah, dengan menyebut enam hari atauenam periode/masa tersebut tidak lebih hanya sekedar penyebutan waktu belaka,dan bukan berarti Allah tidak kuasa menciptakan alam semesta ini kurang darikurun waktu tersebut. Al-Qurthubi mengatakan bahwa “Kalau mau, Allah dapatmenciptakan (alam semesta) dalam waktu sekejap saja. Bahkan dia cukupmengatakan Kun Fayakûn “Jadi! Maka jadilah”.24 Hikmah dibalik prosespenciptaan yang memakan waktu cukup panjang adalah, Allah mengajarkankepada manusia bahwa melaksanakan sesuatu haruslah secara bertahap dan tidaktergesa-gesa agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Sementara itu, Ulama falak telah menetapkan bahwa hari-hari di planetlain di luar bumi ini berbeda dengan hari-hari di bumi ini tentang jangka lamanya.Hari-hari Allah menjadikan alam ini sejak masih merupakan kabut atau asapberlangsung beribu-ribu tahun lamanya. Selain itu Allah menjelaskan bahwa Diatelah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Dia juga memberitahukanbahwa sewaktu menciptakan langit dan bumi ketika itu ia telah bersinggasana diatas air, sebagaimana tersebut dalam ayat 9 dan 10 surat Fushshilat. Dalam hal ini,Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadis qudsi, sebagaimana yang dikutip IbnuKatsir dalam kitab tafsirnya, bahwa Rasulullah SAW tatkala ditanya, “YaRasulullah, dimanakah Tuhan kami sebelum Dia menciptakan makhluk-Nya?”.Rasulullah bersabda:

واء ثم خلق العرش بعد ذالككان في عماء ما تحتھ ھواء وما فوقھ ھArtinya: “Dia berada di awan yang kosong bawahnya dan kosong pula

atasnya, kemudian diciptakan-Nya ‘Arsy sesudah itu”.25

Dengan demikian, air (menurut al-Qur’an) dan awan (menurut hadis) lebihdahulu diciptakan daripada bumi dan langit, bahkan lebih dahulu daripada ‘Arasy-Nya. Sedangkan tujuannya Allah menciptakan langit dan bumi serta segala isinyaadalah untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang paling baik amalnyasewaktu menghuni bumi serta menikmati apa yang ada di antara keduanya.

Tujuan Penciptaan Alam menurut al-Qur’anAl-Qur’an menekankan bahwa Allah tidak pernah tak peduli pada

ciptaannya. Hal ini ditegaskan dalam Q.S. al-Mukminun: 17 sebagai berikut:

_____________22Lihat Q.S. Al-Sajadah: 5 ا تعدون ثم یعرج الیھ في یوم كان مقداره الف سنة مم dan Q.S. al-Ma’arij: 4

تعرج الملئكة والروح الیع في یوم كان مقداره خمسین الف سنة23Jurnalis Uddin, Teori Evolusi: Sesuai atau Bertentangan Dengan Al-Qur’an? Dalam

Mukjizat Al-Qur’an dan Sunnah Tentang IPTEK, Ahmad As Shouwy…, 26824 Al-Qurthubi, Al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an…., 14025 Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim, Juz IV…, 269

Page 75: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 179

Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh

buah jalan (tujuh buah langit); dan kami tidaklah lengah terhadap ciptaan(Kami)”.

Allah juga telah menciptakan bumi sebanyak Ia menciptakan langit,sebagaimana firmannya dalam Q.S. al-Thalaq: 12 berikut ini:

Artinya: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pulabumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya AllahMaha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benarmeliputi segala sesuatu.

Dari seluruh rangkaian objek ciptaan, tidak ada yang tidak disebutkan al-Qur’an berulang-ulang dalam konteks manfaatnya bagi manusia: langit, matahari,bulan, bintang, malam, siang, angin, hujan, bumi, jalan, laut, sungai, sumber air,gunung, tumbuhan, buah-buahan tertentu, mineral (besi), hewan, dan sebagai-nya.26 Apabila ditanyakan apa penyebab sebutan berulang-ulang semacam itutentang objek-objek yang terletak di hadapan mata kita, jawabannya ialah bahwajumlah tekanan pada tanda-tanda dan simbol-simbol Tuhan akan cukup untukmembuktikan kebesaran Tuhan, kekuasaan-Nya, dan nikmat-nikmat yang disedia-kan-Nya kepada manusia.

Al-Qur’an mengatakan bahwa penciptaan langit dan bumi jauh lebih besardaripada manusia (Q.S. al-Mukminun: 57). Dalam seluruh ciptaan Allah adatanda-tanda bagi orang yang mengerti; orang beriman harus dalam setiap sikaptubuhnya merenungkan keajaiban alam semesta seraya berkata, “Ya Tuhan kami,tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia” (Q.S. Ali ‘Imran: 191). MotifAllah dalam menciptakan seluruh alam semesta – yang tidak menyebabkan Ialelah atau bosan (Q.S. al-Baqarah: 255 dan al-Ahqaf: 32) – ialah agar kamu me-ngetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan SesungguhnyaAllah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu (Q.S. al-Thalaq: 12).

Menurut hadis Nabi, Allah berfirman, “Aku (dahulunya) perbendaharaanyang tersembunyi, kemudia Aku merasa ingin dikenali, lalu Aku menciptakanmakhluk supaya Aku dikenal”. Menurut sebuah hadis lain, Allah berkata kepadaNabi, “Sekiranya bukan karena engkau ya Muhammad, Aku tidak akan men-ciptakan langit-langit.”

Sehubungan dengan keharusan manusia untuk mengenal alam sekeliling-nya dengan baik, maka Allah memerintahkan dalam ayat 101 surat Yunus:

_____________26Faruq Sherif, Al-Qur’an Menurut Al-Qur’an (terj) (Cet. I; Jakarta: PT Serambi Ilmu

Semesta, 2001), 41

Page 76: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

A. Samad Usman : Penciptaan Alam dalam Perspektif al-Qur’an180

Artinya: “Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberiperingatan bagi orang-orang yang tidak beriman".

Agar manusia mengetahui sifat-sifat dan kelakuan alam di sekitarnya,yang akan menjadi tempat tinggal dan sumber bahan serta makanan selamahidupnya. Kata unzuru mengandung perintah untuk melihat tidak sekedar denganpikiran kosong, melainkan dengan perhatian pada kebesaran dan kekuasaan TuhanYang Maha Esa, serta makna gejala-gejala alamiyah yang teramati.

Hal ini akan tampak lebih jelas lagi jika mengikuti teguran-teguran Allahdalam ayat 17-20 al-Ghasyiyah sebagai berikut:

Artinya: “ Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diadiciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagai-mana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

Dari empat ayat yang tersebut di atas nyatalah bahwa Allah memberikanbimbingan-Nya lebih lanjut di dalam al-Qur’an, dengan memberikan contoh apasaja yang dapat diamati dan untuk tujuan apa pengamatan itu dilakukan, agarmanusia dapat mengenal baik lingkungan itu.

KesimpulanBerdasarkan uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa alam

semesta menurut al-Qur’an diciptakan Allah SWT, namun tidak dijelaskan secararinci apakah ia diciptakan dari sesuatu atau materi yang sudah ada atau dariketiadaan (nihil). Proses penciptaannya juga mengalami perkembangan secaragradual (tadrij) sesuai dengan sunatullah.

Kosmologi dalam al-Qur’an dapat digambarkan dengan ringkas: Allahtelah menciptakan tujuh lapis langit dan meletakkan yang satu di atas yang lain diatas bumi, dalam tatanan yang sempurna dan tanpa cela, masing-masing berorbitpada jalannya sendiri.

Karena alam semesta dan proses-proses yang terjadi di dalamnya seringkali dinyatakan sebagai ayat-ayat Allah, maka memeriksa dan meneliti kosmosatau alam semesta dapat diartikan sebagai membaca ayatollah yang dapat merincidan menguraikan serta menerangkan ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang padaumumnya merupakan garis-garis besar saja.

Page 77: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 181

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran al-Karim

Ahmad Musthafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, Juz 12. Mesir: Mustafa al-babial-Halabi. 1394 H/1974 M.

A.W. Munawir, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya:Pustaka Progresif, 1997.

Faruq Sherif, Al-Qur’an Menurut Al-Qur’an (terj). Cet. I; Jakarta: PT SerambiIlmu Semesta, 2001.

Hasbi Ash-Shiddiqy, Tafsir Al-Qur’an al-Majid, Jilid 4. Jakarta: PT PustakaRezki Putra Semarang, 1995

HG. Sarwar, Filsafat Al-Qur’an. (terj) Rajawali: Jakarta, 1990

Hussein Bahreisy, Kamus Islam Menurut Qur’an & Hadits. Surabaya: GalundiJaya, tt.

Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim, Juz IV, Beirut: Isa al-Babiy al-Halabiywa Syurahah, 1969.

Jurnalis Uddin, Teori Evolusi: Sesuai atau Bertentangan Dengan Al-Qur’an?Dalam Mukjizat Al-Qur’an dan Sunnah Tentang IPTEK, Ahmad AsShouwy… (et. Al). Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

Majid Fakkri, Sejarah Filsafat Islam Terj. Mulyadi Kartanegara. Jakarta: PustakaJaya, 1986.

Muhammad Fu’ad Abd al-Baqiy, Al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfaz al-Qur’anBeirut: Dar al-Fikr, 1987.

Madjid Ali Khan, Islam dan Evolusi Kehidupan, (terj). PLP2: Yogyakarta, 1987

Nur Chalis Madjid, Ensiklopedi Nur Chalis Madjid. Jakarta: Mizan, 2006.

Qurthubi, Al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an, Juz VII (Mesir: Dar Al-Ihya Al-Kutubal-Turats, 1952)

Page 78: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Arfah Ibrahim : Konsep Manusia dalam al-Qur’an182

KONSEP MANUSIA DALAM AL-QUR’AN

Arfah IbrahimSekolah Tinggi Agama Islam Al-Washliyah

Lam Ara Rukoh, Darussalam, Kota Banda AcehEmail: [email protected]

ABSTRACTGod created man to worship Him. In addition, humans serve as a

vicegerent on earth in the trust of God. Man was created with the best of shape (fiahsani taqwim) with many advantages is given, it can be adaptable and able tochoose the path of good and bad, so no way to destroy it. In addition, humans arecreatures who can be educated (homo educandum), so the presence of this humanpotential may be directed in accordance with the teachings of Islam. Objectivesand benefits of the concept of human knowing in the Qur'an is to know thevarious advantages and superiority of human beings. So it can be an ideal methodto develop human potential, to lead the world in the development of civilization inthe direction commanded by the Qur'an and Hadith.

Kata Kunci: Manusia, al-Qur’an

PendahuluanAllah menurunkan al-Qur’an agar menjadi peringatan bagi manusia. Di

dalamnya terdapat penjelasan tentang pokok-pokok agama untuk menyelamatkanakidah dan prinsip-prinsip hidup yang harus ditempuh oleh manusia. Ayat-ayattersebut adalah umm al-kitab yang tidak diperselisihkan lagi pemahaman demimenyelamatkan umat Islam dan menjaga eksistensinya.1 Manusia merupakanmakhluk yang diciptakan Allah dengan sebaik-baik bentuk, terlebih bila di-perhatikan kepribadian dan tanggungjawab yang diemban. Manusia merupakansatu-satunya makhluk yang perbuatannya mampu mewujudkan bagian tertinggidari kehendak Allah yang mampu menjadi sejarah, dan mendapat kemenangan.Selain itu, manusia juga merupakan makhluk kosmis yang sangat penting, karenalengkap dengan pembawaan dan syarat-syarat yang dibutuhkan. Syarat ini me-nyatakan bahwa manusia sebagai kesatuan jiwa raga yang timbal-balik dengandunia dan antar sesamanya.2

Pada sisi yang lain, manusia merupakan puncak penciptaan dan makhlukAllah yang tertinggi dengan sebaik-baik bentuk. Keistimewaan ini menyebabkanmanusia dijadikan khalifah atau wakil Allah yang dipercaya mengemban amanahberupa tugas dalam menciptakan tata kehidupan yang bermoral di muka bumi.Sebagai konsekuensinya, manusia dituntut untuk berbakti kepada Allah denganmemanfaatkan kesempurnaan dan kelebihan akal pikiran dan segala kelebihan lain

_____________1Manna Khalil al-Qattan, Studi ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,

2010), 3022Jalaluddin, Teologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),12

Page 79: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 183

yang telah dianugerahkan padanya.3 Di sinilah terlihat bagaimana manusiamemiliki peran penting dalam mengelola tata kehidupan di bumi sesuai denganajaran Islam.

Hakikat manusia secara lebih konkrit dapat diperhatikan penjelasannyadalam firman Allah;

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas)fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak adaperubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lupus, tetapi kebanyakanmanusia tidak mengetahui”. (QS. al-Rum: 30)

Fitrah Allah yang dimaksudkan adalah bahwa manusia diciptakan denganmempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Jika ada manusia tidak beragamatauhid, maka hal itu tidaklah wajar, karena hal tersebut hanya pengaruhlingkungan. Al-Qur’an mendudukkan manusia sebagai makhluk ciptaan Allahberupa jasmani dan rohani. Dan memberi acuan konseptual yang sangat mapandalam memberi pemenuhan kebutuhan jasmani dan ruhani, agar manusia dapatberkembang secara wajar dan baik. Al-Qur’an memberi keterangan tentangmanusia dari banyak segi, untuk menjawab pertanyaan siapa sebenarnya manusia.

Pengertian ManusiaDalam al-Qur’an, ada tiga kata yang digunakan untuk menunjukkan arti

manusia, yaitu kata insan, basyar dan bani Adam. Kata insan dalam al-Qur’andipakai untuk manusia yang tunggal, sama seperti ins. Sedangkan untuk jamakdipakai kata al-nas, unasi, insiya, dan anasi. Adapun basyar dipakai untuktunggal dan jamak. Insan berasal dari kata al-uns, anisa, nasiya dan anasa. Makadapat dikatakan bahwa kata insan menunjukkan suatu pengertian adanya kaitandengan sikap yang lahir dari adanya kesadaran penalaran.4 Kata insan digunakanal-Qur’an untuk menunjukkan kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwadan raga. Manusia yang berbeda dengan yang lain adalah akibat perbedaan fisik,mental, dan kecerdasan.5

Kata insan jika dilihat dari asalnya nasiya yang artinya lupa, menunjukkanadanya kaitan dengan kesadaran diri. Untuk itu, apabila manusia lupa terhadapsuatu hal, disebabkan karena kehilangan kesadaran terhadap hal tersebut. Makadalam kehidupan agama, jika seseorang lupa terhadap suatu kewajiban yangseharusnya dilakukan, maka ia tidak berdosa, karena ia kehilangan kesadaranterhadap kewajiban itu. Tetapi hal ini berbeda dengan orang yang sengaja me-lupakan kewajibannya. Sedangkan kata insan untuk penyebutan manusia terambildari akar kata al-uns atau anisa yang berarti jinak dan harmonis,6 karena manusiapada dasarnya dapat menyesuaikan dengan realitas hidup dan lingkungannya.Manusia mempunyai kemampuan adaptasi yang cukup tinggi, untuk dapat

_____________3Jalaluddin, Teologi…,124Musa Asy’arie, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al-Qur’an (Lembaga Studi

Filsafat Islam, 1992), 225M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran (Bandung: Mizan, 1996), 2806Musa Asy’arie, Manusia Pembentuk Kebudayaan…, 20

Page 80: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Arfah Ibrahim : Konsep Manusia dalam al-Qur’an184

menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, baikperubahan sosial maupun alamiah. Manusia menghargai tata aturan etik, sopansantun, dan sebagai makhluk yang berbudaya, ia tidak liar baik secara sosial mau-pun alamiah.

Kata basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk baik laki-laki atau-pun perempuan, baik satu ataupun banyak. Kata basyar adalah jamak dari katabasyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampakjelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain. Al-Qur’an menggunakan kataini sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsannauntuk menunjukkan manusia dari sudut lahiriyah serta persamaannya denganmanusia seluruhnya. Oleh karena itu, Nabi Muhammad diperintahkan untukmenyampaikan bahwa ”Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu yang diberiwahyu” (QS. al-Kahf: 110).

Di sisi lain diamati bahwa banyak ayat al-Qur’an menggunakan katabasyar yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar,melalui tahapan-tahapan sehingga mencapai tahapan kedewasaan.7 Penggunaankata basyar dikaitkan dengan kedewasaan dalam kehidupan manusia, yang men-jadikannya mampu memikul tanggungjawab. Dan karena itu pula, tugas ke-khalifahan dibebankan kepada basyar, seperti yang terdapat dalam QS al-Hijr: 28.Dan QS. al-Baqarah: 30 yang menggunakan kata khalifah, yang keduanya me-ngandung pemberitahuan Allah kepada malaikat tentang manusia.8

Manusia dalam pengertian basyar tergantung sepenuhnya pada alam. Per-tumbuhan dan perkembangan fisiknya tergantung pada apa yang dimakan. Se-dangkan manusia dalam pengertian insan mempunyai pertumbuhan dan per-kembangan yang sepenuhnya tergantung pada kebudayaan, pendidikan, penalaran,kesadaran, dan sikap hidupnya.9 Untuk itu, pemakaian kedua kata insan danbasyar untuk menyebut manusia mempunyai pengertian yang berbeda. Insandipakai untuk menunjuk pada kualitas pemikiran dan kesadaran, sedangkanbasyar dipakai untuk menunjukkan pada dimensi alamiahnya, yang menjadi ciripokok manusia pada umumnya, makan, minum dan mati.

Dari pengertian insan dan basyar, manusia merupakan makhluk yang di-bekali Allah dengan potensi fisik maupun psikis yang memiliki potensi untukberkembang. Al-Qur’an berulangkali mengangkat derajat manusia dan merendah-kan pula. Manusia dinobatkan jauh mengungguli alam surga, bumi dan bahkanpara malaikat. Allah juga menetapkan bahwa manusia dijadikan sebagai makhlukyang paling sempurna keadaannya dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain(QS. 95: 4).

Abdurrahman al-Nahlawi mengatakan manusia menurut pandangan Islammeliputi: 10 Pertama, manusia sebagai makhluk yang dimuliakan. Artinya Islamtidak memposisikan manusia dalam kehinaan, kerendahan atau tidak berhargaseperti binatang, benda mati atau makhluk lainnya (QS. al-Isra: 70 dan QS. al-Hajj: 65). Kedua, manusia sebagai makhluk istimewa dan terpilih. Salah satuanugerah Allah yang diberikan kepada manusia adalah menjadikan manusia

_____________7M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an…, 2798M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an..., 2809Musa Asy’arie. Manusia Pembentuk Kebudayaan…, 2110Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,

(Jakarta Gema Insani Press, 1995.),1-3

Page 81: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 185

mampu membedakan kebaikan dan kejahatan atau kedurhakaan dari ketakwaan.Ke dalam naluri manusia, Allah menanamkan kesiapan dan kehendak untukmelakukan kebaikan atau keburukan sehingga manusia mampu memilih jalanyang tidak menjerumuskannya pada kebinasaan. Dengan jelas Allah menyebutkanbahwa dalam hidupnya, manusia harus berupaya menyucikan, mengembangkandan meninggalkan diri agar manusia terangkat dalam keutamaan (QS. al-Syams:7-10). Ketiga, manusia sebagai makhluk yang dapat dididik. Allah telah me-lengkapi manusia dengan kemampuan untuk belajar, dalam surat al-Alaq: 3 dan 5,Allah telah menganugrahi manusia sarana untuk belajar, seperti penglihatan,pendengaran dan hati. Dengan kelengkapan sarana belajar tersebut, Allah selalubertanya kepada manusia dengan ”afala ta'qilun”, “afala tata fakkarun”, danlain-lain yang menunjukkan manusia mempunyai potensi untuk belajar.

Al-Qur’an menggambarkan manusia sebagai makhluk pilihan Tuhan,sebagai khalifah-Nya di muka bumi, serta sebagai makhluk semi-samawi dan semiduniawi, yang di dalam dirinya ditanamkan sifat-sifat: mengakui Tuhan, bebas,terpercaya, rasa tanggungjawab terhadap dirinya maupun alam semesta; sertakarunia keunggulan atas alam semesta, langit dan bumi. Manusia dipusakaidengan kecenderungan jiwa ke arah kebaikan maupun kejahatan. Kemajuanmereka dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan, yang kemudian bergerak kearah kekuatan. Tetapi itu tidak akan menghapuskan kegelisahan psikis mereka,kecuali jika mereka dekat dengan Tuhan dan selalu mengingat-Nya.11

Apabila manusia tidak mampu memikul amanah yang diberikan Allah,maka manusia bisa tak lebih berarti dibandingkan dengan setan dan binatang buas.Sebagaimana firman Allah;

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dangunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan merekakhawatirkan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Se-sungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. (QS. al-Ahzab : 72)

Selanjutnya dalam firman Allah: QS. al-Tin: 5-6: “Kemudian Kamikembalikan dia ke kondisi paling rendah, kecuali mereka yang beriman kepadaAllah dan beramal saleh”. Selain itu al-Qur’an juga mengingat manusia yang tidakmenggunakan potensi hati, potensi mata, potensi telinga, untuk melihat danmengamati tanda-tanda kekuasaan Allah. Pernyataan ini ditegaskan dalam firmanAllah;

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan darijin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untukmemahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak

_____________11Rif’at Syauqi Nawawi, Konsep Manusia Menurut al-Qur’an, dalam Rendra K

(Penyunting), Metodologi Psikologi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), 11

Page 82: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Arfah Ibrahim : Konsep Manusia dalam al-Qur’an186

dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan merekamempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayatAllah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS. al-A’raf: 179)

Untuk itu, manusia yang diciptakan Allah sebagai makhluk yangpaling canggih, mampu menggunakan potensi yang dimilikinya dengan baik, yaitumengaktualisasikan potensi iman kepada Allah, menguasai ilmu pengetahuan, danmelakukan aktivitas amal saleh, maka manusia akan menjadi makhluk yang palingmulia dan makhluk yang berkualitas di muka bumi ini sesuai dengan rekayasafitrahnya.

Unsur-Unsur Manusia Menurut al-Qur’anDalam al-Qur’an, manusia berulang kali diangkat derajatnya karena

aktualisasi jiwanya secara positif. Al-Qur’an mengatakan bahwa manusia itu padaprinsipnya condong kepada kebenaran (hanif) sebagai fitrah dasar manusia. Allahmenciptakan manusia dengan potensi kecenderungan, yaitu cenderung kepadakebenaran, cenderung kepada kebaikan, cenderung kepada keindahan, cenderungkepada kemuliaan, dan cenderung kepada kesucian.

Manusia juga diciptakan sebagai makhluk berpribadi yang memiliki tigaunsur padanya, yaitu unsur perasaan, akal (intelektual), dan jasmani. Ketiga unsurini berjalan secara seimbang dan saling terkait antara satu unsur dengan unsuryang lain. Secara lahiriyah raga yang tampak melakukan perbuatan, tetapiperbuatan raga ini didorong dan dikendalikan oleh jiwa.12 Jadi unsur yang terdapatdalam diri pribadi manusia yaitu rasa, akal, dan badan harus berjalan seimbang,apabila tidak maka manusia akan berjalan pincang. Sebagai contoh: apabilamanusia yang hanya menitik-beratkan pada memenuhi fungsi perasaannya saja,maka ia akan terjerumus dalam kehidupan spiritualistis saja, fungsi akal dankepentingan jasmani menjadi tidak penting.

Apabila manusia hanya menitik beratkan pada fungsi akal (intellectual)saja, akan terjerumus dan tenggelam dalam kehidupan yang rasional, yaitu hanyamenerima kebenaran yang dapat diterima oleh akal. Hal-hal yang tidak dapat di-terima oleh akal, merupakan hal yang tidak benar. Sedangkan pengalaman-pe-ngalaman kejiwaan yang irasional hanya dapat dinilai sebagai hasil lamunan(ilusi) semata-mata. Selain perhatian yang terlalu dikonsentrasikan pada hal-halatau kebutuhan jasmani atau badaniah, cenderung ke arah kehidupan yangmaterialistis dan positivistis. Maka al-Qur’an memberikan hudan kepada manusia,yaitu mengajarkan agar adanya keseimbangan antara unsur-unsur tersebut, yaituunsur perasaan terpenuhi kebutuhannya, demikian juga unsur akal dan jasmani.13

Fungsi Manusia menurut Al-Qur’anBerbicara tentang fungsi manusia menurut al-Qur’an, apabila diperhatikan

surah al-Mukminun: 115 yang dikemukakan pada pendahuluan di atas, dapatditemukan dalam konteks ayat tersebut, bahwa manusia adalah makhlukfungsional dan bertanggungjawab. Artinya manusia berfungsi terhadap diri

_____________12Sukirin, Pokok-pokok Psikologi Pendidikan (Yogyakarta FIP-IKIP, 1981), 17-1813Ahmad Azhar Basyir, Falsafah Ibadah dalam Islam (Yogyakarta: Perpustakaan Pusat UII,

1984), 8

Page 83: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 187

pribadinya, masyarakat, lingkungan, dan berfungsi terhadap Allah Sang PenciptaManusia. Fungsi manusia dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Fungsi manusia terhadap diri pribadiManusia secara pribadi terdiri dari kesatuan unsur jasmani dan rohani,

unsur rohani terdiri dari cipta (akal), rasa dan karsa. Unsur yang ada pada diripribadi manusia merupakan kesatuan. Meskipun masing-masing berbeda, tetapitidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Unsur cipta (akal) meliputi pe-ngamatan, ingatan, pikiran dan sebagainya. Unsur rasa terdiri dari perasaanjasmani meliputi sakit, enak, lapar, kenyang, dan sebagainya. Perasaan rohanimeliputi perasaan keindahan, kesusilaan, keagamaan, sosial, harga diri, dankeilmuan. Unsur karsa terdiri dari kemauan, cita-cita, keinginan, reflek, instinkdan sebagainya.14 Dengan mengetahui unsur tersebut, jika ingin memahamitingkah laku manusia, harus melihat atau meninjaunya secara total, karenamanusia merupakan suatu kesatuan jiwa dan raganya, tingkah laku atau per-buatannya adalah pencerminan dari kegiatan jiwa dan raganya.

Fungsi manusia terhadap diri pribadi yaitu memenuhi kebutuhan-ke-butuhan unsur-unsur tersebut secara menyeluruh agar kebutuhan pribadi tetap ter-jaga. Unsur jasmani yang memerlukan makan-minum, pakaian, tempat tinggal,kesehatan dan sebagainya dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Akal yang merupakansalah satu segi unsur rohani bertabiat suka berpikir. Tabiat suka berpikir akandipenuhi dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang berguna bagi hidupmanusia. Rasa yang juga merupakan salah satu segi unsur rohani yang selalumerindukan keindahan, kebenaran, keadilan dan sebagainya, dipenuhi pulakebutuhannya dengan berbagai kesenian yang sehat, hidup dengan pedoman yangbenar, berlaku adil dan sebagainya.15

Perasaan rindu kepada kebaikan dapat diisi dengan nilai-nilai moral,perasaan rindu kepada keindahan diisi dengan nilai-nilai seni-budaya, perasaanrindu kepada kemuliaan diisi dengan takwa, perasaan yang rindu kepada kesuciandiisi dengan usaha-usaha meninggalkan sifat-sifat tercela, seperti dengki,takabbur, aniaya dan sebagainya. Dengan demikian, kebutuhan tersebut dapatdipenuhi dengan sebaik-baiknya.

Kehendak yang merupakan unsur rohani terpenting bagi manusia dalamusaha meningkatkan hidup dan kehidupannya harus selalu dihidupkan. Supayatidak timbul penyakit malas yang akan mematikan unsur kehendak manusia.Kematian kehendak berarti kematian makna hidup bagi manusia. Suka me-nangguhkan pekerjaan yang semestinya dapat dan sempat diselesaikan segeraakan mengakibatkan kemalasan, yang berarti kemalasan kehendak16

2. Fungsi manusia terhadap masyarakatManusia sebagai makhluk sosial berfungsi terhadap masyarakatnya.

Fungsi manusia terhadap masyarakat ditegakkan atas dasar rasa yang tertanambahwa umat manusia merupakan keluarga besar, berasal dari satu keturunanAdam dan Hawa, dan dijadikan Allah berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agarmereka saling interaksi untuk saling mengenal, tolong menolong dalam berbuatkebaikan dan bertakwa. Antara sesama manusia tidak terdapat perbedaan tinggirendah martabat kemanusiaannya. Perbedaan martabat manusia hanya terletak_____________

14Sukirin, Pokok-pokok Psikologi Pendidikan, 2015Ahmad Azhar Basyir, Falsafah Ibadah dalam Islam, 516Ahmad Azhar Basyir, Falsafah Ibadah dalam Islam, 5

Page 84: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Arfah Ibrahim : Konsep Manusia dalam al-Qur’an188

pada aktivitas amal perbuatannya dan rasa ketakwaan kepada Allah. Allahmengajarkan kepada manusia sebagai berikut:

”Hai manusia, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorangperempuan, dan telah kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-sukusupaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamudi hadirat Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. SesungguhnyaAllah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. al-Hujarat: 13)

Dari ayat ini dapat diketahui bahwa manusia adalah makhluk individual,makhluk religius, dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individual manusiamempunyai dorongan untuk kepentingan pribadi. Sebagai makhluk religi manusiamempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan kekuatan di luarnya(Allah), adanya hubungan yang bersifat vertikal, dan sebagai makhluk sosialmanusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan manusia yang lainnya,maka kemudian terbentuklah kelompok-kelompok masyarakat.17

Fungsi manusia terhadap masyarakat terbangun atas dasar sifat sosial yangdimiliki manusia, yaitu adanya kesediaan untuk selalu melakukan interaksidengan sesama. Ditegaskan dalam al-Qur’an bahwa manusia selalu mengadakanhubungan dengan Tuhannya dan juga mengadakan hubungan dengan sesamamanusia. Kesediaan untuk memperhatikan kepentingan orang lain, dalam hal iniadalah tolong menolong. Hal ini ditegaskan dalam al-Qur’an;

”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, danjangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalahkamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. al-Maidah:2)

3. Fungsi manusia terhadap alam dan lingkunganFungsi manusia terhadap alam adalah bagaimana manusia memanfaatkan

potensi alam untuk mencukupkan kebutuhan hidup manusia. Banyak ayat al-Qur’an yang menegaskan bahwa segala sesuatu di langit dan di bumi ditundukkanAllah kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sendiri (QS. al-Jatsiyah: 13). Laut, sungai, matahari, bulan, siang dan malam dijadikan sebagaisarana kemakmuran hidup manusia (QS. Ibrahim: 32-34); binatang ternakdiciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia (QS. al-Nahl: 5); lautditundukkan kepada manusia sebagai sarana komunikasi dan untuk digali dandimanfaatkan kekayaannya.

_____________17Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM,

1987), 41

Page 85: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 189

Manusia berkewajiban mengelola dan menjaga potensi alam untukmemenuhi kebutuhan hidup manusia, itu merupakan tuntutan fungsi manusiaterhadap alam. Oleh karena itu, dalam mengolah potensi alam yang diberikanAllah kepada manusia merupakan fardhu kifayah, karena tidak semua manusiamempunyai kemampuan untuk menggali potensi alam yang diberikan tersebut.Apabila manusia menyia-nyiakan potensi alam tersebut, maka manusia berartimengabaikan fungsinya terhadap alam.

Dalam memenuhi fungsi manusia terhadap alam, hendaknya selaludiusahakan agar keselamatan manusia tidak terganggu. Tidak memanfaatkanpotensi alam secara berlebih-lebihan, agar generasi mendatang masih dapatmenikmatinya, karena potensi alam terbatas.18 Apabila berlaku berlebih-lebihan,tamak, rakus, dalam memanfaatkan potensi alam akan berakibat kerusakan padamanusia itu sendiri. Dalam hubungan ini, Allah memperingatkan manusia bahwa,“Kerusakan di darat dan laut terjadi akibat perbuatan tangan manusia sendiri;Allah merasakan kepada mereka sebagai [akibat] perbuatan mereka, supayamereka kembali ke jalan yang benar” (QS. Rum: 41). Berdasarkan ayat ini, makapemanfaatan potensi alam untuk kepentingan manusia sekarang, harus mem-perhatikan kepentingan generasi mendatang, dengan berusaha menjaga, me-lestarikan potensi alam tersebut.

4. Fungsi manusia terhadap AllahFungsi manusia terhadap Allah ditegaskan dalam al-Qur’an;

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadahkepada-Ku”. (QS. al-Dzariyat: 56)

Dengan demikian, beribadah kepada Allah menjadi fungsi manusiaterhadap Allah baik dalam bentuknya umum maupun dalam bentuk khusus.Ibadah dalam bentuk umum ialah melaksanakan hidup sesuai ketentuan-ketentuanAllah, sebagaimana diajarkan al-Qur’an dan hadis. Ibadah dalam pengertianumum mencakup segala macam perbuatan, tindakan dan sikap manusia dalamhidup sehari-hari. Sedangkan ibadah dalam bentuk khusus (mahdhah) yaituberbagai macam pengabdian kepada Allah yang cara melakukannya sesuai denganketentuan syara’.

Dalam bidang akidah, fungsi manusia terhadap Allah adalah meyakinibahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah. Bertuhan kepadaselain Allah berarti suatu penyimpangan dari fungsi manusia terhadap Allah.Bertuhan kepada Allah adalah sesuai sifat dasar manusia yaitu sifat religius, tetapisifat “hanief” yang ada pada manusia membuat manusia harus condong kepadakebenaran yaitu mentauhidkan Allah.

Manusia Berkualitas Menurut al-Qur’anBerbagai konsep dilontarkan orang tentang hakikat manusia. Manusia

dikatakan sebagai makhluk yang pandai menciptakan bahasa untuk menyatakanpikiran dan perasaan, sebagai makhluk yang mampu membuat alat-alat, sebagaimakhluk yang dapat berorganisasi sehingga mampu memanfaatkan lingkunganuntuk kepentingan manusia, sebagai makhluk yang suka bermain, dan sebagai

_____________18Ahmad Azhar Basyir, Falsafah Ibadah dalam Islam, 16

Page 86: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Arfah Ibrahim : Konsep Manusia dalam al-Qur’an190

makhluk yang beragama. Dalam al-Qur’an, manusia diangkat derajatnya karenaaktualisasi jiwanya secara positif. Al-Qur’an mengatakan manusia itu “hanief”yaitu condong kepada kebenaran, mentauhidkan Tuhan, dan nilai-nilai luhurlainnya.

Yang banyak dibicarakan al-Qur’an tentang manusia adalah sifat-sifat danpotensinya. Dalam hal ini, ditemukan sekian ayat al-Qur’an yang dengan terangmemuji dan memuliakan manusia, seperti pernyataan tentang terciptanya manusiadalam bentuk dan keadaan sebaik-baiknya (QS. al-Tin: 5) dan penegasan tentangdimuliakannya makhluk ini dibandingkan dengan kebanyakan makhluk-makhlukTuhan yang lain (QS. al-Isra: 70). Tetapi, di samping itu, sering pula manusiamendapat celaan Tuhan karena ia amat zalim (aniaya) dan mengingkari nikmat(QS. Ibrahim: 34)

Banyak istilah yang digunakan al-Qur’an dalam menggambarkan manusiaberkualitas atau makhluk yang diciptakan Allah dalam sosok yang paling canggih,di antaranya kata manusia beriman (QS. al-Hujarat : 14), beramal saleh (QS. al-Tin: 6), diberi ilmu (QS. al-Isra: 85, QS. Mujadalah: 11, QS. Fathir : 28), alim(QS. al-Ankabut: 43), berakal (QS. al-Mulk: 10), manusia sebagai khalifah (QS.al-Baqarah: 30), jiwa yang tenang (QS. al-Fajr: 27-28), hati yang tenteram (QS.al-Ra’d: 28), kaffah (QS. al-Baqarah: 208), muttaqin (QS. al-Baqarah: 2), takwa(QS. al-Baqarah: 183), mukminin, muhsinin, syakirin, muflihin, shalihin, yangkemudian diberi keterangan untuk mendeskripsikan ciri-cirinya. Istilah-istilahtersebut saling berkaitan dan saling menerangkan. Jadi, apabila mengambil salahsatu istilah dari istilah-istilah yang digunakan al-Qur’an, maka deskripsinya akansaling melengkapi dan merupakan ciri bagi yang lainnya. Dapat dikatakan bahwakonsep dan karakteristik manusia berkualitas tidak tunggal, akan tetapikomprehensif dan saling melengkapi.

KesimpulanAl-Qur’an memberikan penjelasan yang sempurna mengenai manusia, dari

keterangan ayat-ayat-Nya dapat diketahui bahwa manusia merupakan ciptaanAllah yang diciptakan dengan bentuk yang sebaik-baik. Manusia merupakan satu-satunya makhluk yang perbuatannya mampu mewujudkan bagian tertinggi darikehendak. Selain itu manusia juga merupakan makhluk kosmis yang sangatpenting, karena lengkap dengan pembawaan dan syarat-syarat yang dibutuhkan.

Pada sisi lain, manusia merupakan puncak penciptaan dan makhluk Allahyang tertinggi. Keistimewaan ini menyebabkan manusia dijadikan sebagaikhalifah atau wakil Allah di bumi dengan berbagai potensi yang telah dianugerah-kan Allah kepadanya yang kemudian dipercaya mengemban amanah berupa tugasdalam menciptakan tata-kehidupan yang bermoral di muka bumi. Sehingga dapatmenjadi manusia yang mampu menjaga kelestarian dan eksistensi bumi, di manadalam berinteraksi manusia dapat menjaga perbendaharaan yang ada agar tetapdapat digunakan oleh generasi selanjutnya.

Selain itu, dengan kapasitas manusia yang memiliki akal dapat menjalinkomunikasi yang baik dengan sesama manusia, baik dalam masyarakatnya sendirimaupun dengan masyarakat lain dan dengan lingkungannya agar dapat berjalandengan semestinya. Sebagai konsekuensinya, manusia dituntut untuk berbaktikepada Allah dengan memanfaatkan kesempurnaan dan kelebihan akal pikirandan segala kelebihan lain yang telah dianugerahkan kepadanya.

Page 87: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 191

DAFTAR PUSTAKA

Asy’arie, Musa. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al-Qur’an. LembagaStudi Filsafat Islam, 1992

Basyir, Ahmad Azhar. Falsafah Ibadah dalam Islam. Yogyakarta: PerpustakaanPusat UII, 1984

Jalaluddin. Teologi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003Al-Nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan

Masyarakat. Jakarta Gema Insani Press, 1995

Nawawi, Rif’at Syauqi. Konsep Manusia Menurut al-Qur’an, dalam Rendra K(Penyunting), Metodologi Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2000

Al-Qattan, Manna Khalil. Studi ilmu-ilmu Qur’an. Bogor: Pustaka LiteraAntarNusa, 2010

Shihab, M. Quraish. Wawasan al-Quran. Bandung: Mizan, 1996

Sukirin. Pokok-pokok Psikologi Pendidikan. Yogyakarta FIP-IKIP, 1981

Walgito, Bimo. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Yayasan Penerbit FakultasPsikologi UGM, 1987

Page 88: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Jailani: Planologi Hijrah Nabi Muhammad dalam Perspektif Al-Qur’an192

PLANOLOGI HIJRAH NABI MUHAMMADDALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

JailaniFakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry

Kopelma Darussalam Kota Banda AcehEmail: [email protected]

ABSTRACTHijrah is a departure from the one area to another is moved. They left the

first area to the second area, as was done by the immigrants from Mecca toMedina. Hijrah means not only rule out a person's interests, compromisingtreasure and save her soul only. But must be accompanied by the realization thathe too had been lawful and robbing them, could die at the beginning or end to thetrip. Hijrah is the command of Allah. can take place simultaneously in accordancewith the plan of disbelievers of Quraysh to capture and kill the ProphetMuhammad. Also can take individually to leave somewhere else toward a morecomfortable place. In this context, the move is seen as a rescue plan is very matureand trickery of God given to His Messenger Prophet Muhammad. of catchesQuraish. God is All-mighty, All-Knowing, All-Wise and the best avenger trickeryQuraish infidels.

Kata Kunci: Hijrah Nabi, Planologi dakwah

PendahuluanKata Hijrah adalah lawan kata dari al washal (sampai/tersambung). Ha-

ja-ra-hu, yah-ju-ru-hu, hij-ran, dan hij, ra, nan yang artinya memutuskannya,mereka berdua yah-ta-ji-ran atau ya-ta-ha-ja-ran yaitu saling meninggalkan.Bentuk isimnya adalah al-hij-rah.... Ibnu Faris berkata: Perginya satu kaum darisatu wilayah ke wilayah lain adalah hijrah. Mereka meninggalkan wilayah yangpertama menuju wilayah yang kedua sebagaimana yang dilakukan oleh kaumMuhajirin dari Mekah menuju Madinah.1

Setelah Baitul Aqabah kedua rampung dilaksanakan dan Islam telah pulasukses membangun sebuah tanah air di tengah-tengah padang sahara yang masihdiselimuti oleh gelombang kekufuran dan kejahilan. Ini merupakan sebuah upayayang paling ekstrim yang dialami umat Islam sejak permulaan dakwah. RasulullahSaw. akhirnya mengizinkan kaum muslimin melakukan hijrah ke tanah air (baru)tersebut.

Hijrah tidak saja berarti mengesampingkan kepentingan seseorang, me-ngorbankan harta dan menyelamatkan jiwanya saja. Akan tetapi harus disertaidengan kesadaran bahwa dirinya juga telah dihalalkan dan terampas, bisa jadimeninggal di awal perjalanan atau di akhirnya. Demikian juga menyadari bahwadirinya akan berjalan menuju masa depan yang masih tidak menentu, dia tidak_____________

1Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan al Qur’an, Cet.I, (Jakarta: GemaInsani, 2006), 15

Page 89: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 193

tahu ketidakstabilan dan kesedihan apa yang nantinya menjadi dampak darinya.2

Hijrah dalam pandangan al Qur’an juga bermakna berpindah dari satu negeri kenegeri lain untuk menjaga keselamatan agama sebagai tanggung jawab (tha’at)kepada Allah Swt. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat al Ankabut ayat 26:

Artinya: Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. dan berkatalah Ibrahim:

"Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan)Tuhanku (kepadaku); Sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasalagi Maha Bijaksana.

Demikian pula firman Allah dalam an Nisa` ayat 100:

Artinya: Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati dimuka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepadaAllah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelumsampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah tetap pahalanya disisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Pendapat pertama, menurut syar’i, para ulama (Ibnul Arabi, Ibnu Hajar alAsqalani dan Ibnu Taimiyah), mengemukakan makna hijrah adalah perpindahandari negeri kaum kafir atau kondisi peperangan (daarul kufri wal harbi) ke negerimuslim (daarul Islam). Karena itu dalam pandangan Ibnu Arabi lebih setujudengan pendapat pertama, maka beliau menyatakan bahwa Hijrah dengan maknalebih luas yaitu:1. Meninggalkan negeri yang diperangi (daruul harbi) menuju negeri Islam (darul

Islam).2. Meninggalkan negeri yang dihuni oleh ahli bid’ah.3. Meninggalkan negeri yang dipenuhi oleh hal-hal yang haram sementara men-

cari sesuatu yang halal merupakan kewajiban setiap muslim.4. Melarikan diri demi keselamatan jiwa.

Sesungguhnya ini merupakan rukhsah (keringanan) yang diberikan AllahSwt. sebagaimana yang dilakukan Nabi Ibrahim as., ketika ia merasa takut darikejaran kaumnya. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat al Ankabut ayat26:

_____________2Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury, (Alih Bhs. Sulaiman Abdurrahim), Sirah

Nabawiyah, Perjalanan Kehidupan dan Dakwah Rasulullah SAW,. Cet.I, (Bandung: PenerbitSygma Publishing, 2010), 200.

Page 90: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Jailani: Planologi Hijrah Nabi Muhammad dalam Perspektif Al-Qur’an194

Artinya: Maka Luth membenarkan (kenabian)nya dan berkatalah Ibrahim: "Se-sungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan)Tuhanku (kepadaku); Sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagiMaha Bijaksana.

Demikian pula firman Allah Swt. dalam surat al Qashas ayat 21:

Artinya: Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu

dengan khawatir, Dia berdoa: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dariorang-orang yang zalim itu".

Maksudnya merasa sangat khawatir, kalau-kalau ada orang yang menyusuluntuk menangkapnya.

5. Khawatir terkena penyakit di negeri yang sedang terkena wabah, sehingga iapergi meninggalkan negeri itu menuju negeri yang aman tanpa wabah.Rasulullah Saw. Mengizinkan para penggembala untuk meninggalkan kotaMadinah ketika sedang terjangkit wabah di Madinah dan mereka pergi ketempat gembala di padang rumput yang lain kemudian kembali ke Madinahsetelah wabah tersebut hilang.

6. Melarikan diri demi keselamatan harta. Sesungguhnya kehormatan hartaseorang muslim seperti kehormatan darahnya, sedangkan keluarga memilikikehormatan yang sama atau bahkan lebih tinggi.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas yang dikemukakan oleh para ahlibaik secara bahasa dan syara’, mengandung pengertian tentang perencanaan.Hijrah adalah pergi meninggalkan suatu keadaan menuju sampai ke tempat lain.Hal ini berarti sebelum pergi sudah ada rencana yang dipersiapkan secara baikdan matang. Tempat lain dapat juga diartikan berpindah dari satu hal kepada hallain yang lebih baik. Berpindah dari perbuatan jahat kepada yang baik ataumeninggalkan suatu tempat karena takut ke tempat yang lebih nyaman. Demikianmakna hijrah dalam perencanaan dakwah.

Perintah HijrahAllah Swt. Maha Tahu atas segala apa yang akan terjadi, karena segala

sesuatu di alam dunia ini berada dalam kekuasaan-Nya. Karena itu NabiMuhammad Saw. sebagai utusan-Nya juga memberikan perlindungan darigangguan, ancaman dan tindakan kekerasan terhadapnya oleh kafir Quraisy. Disinilah Allah Swt. member perintah kepada Nabi Muhammad Saw agar berhijrahbersama dengan kaum muslimin lainnya. Sebagaimana menyatakan dalam firman-Nya surat al Baqarah ayat 218:

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrahdan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah,dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. "

Demikian pula firman Allah Swt. dalam surat an-Nisa’ ayat 100:

Page 91: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 195

Artinya: "Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati dimuka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepadaAllah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya, maka sungguhtelah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampunlagi Maha Penyayang."

Allah Swt. memberitahu Rasulullah Saw. perihal rencana jahat orang nonmuslim yaitu kafir Quraisy yang ingin membunuh beliau dan umat Islam lainnya.Setelah mengetahui berita itu dari Allah Swt. beliau kemudian menyampaikankepada Ali ra. “Tidurlah kamu di tempat tidurku dan berhijrahlah ke Madinahsetelah kamu selesaikan pengembalian seluruh harta-benda (deposit) yang telahdiamanahkan/dititipkan oleh orang-orang di dalam rumahku.” Persoalan yangpaling besar dihadapi Nabi Muhammad Saw. adalah untuk menangkap, menyiksadan membunuhnya oleh orang kafir Quraisy. Sebagaimana Allah menyatakandalam surat al Anfal ayat 30:

Artinya: Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan dayaupaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu ataumembunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya danAllah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalastipu-daya.

Berdasarkan ayat tersebut di atas, perintah hijrah dapat berlangsung secarabersama-sama dengan rencana orang kafir Quraisy untuk menangkap danmembunuh Nabi Muhammad Swt. Tuhan Maha perkasa, Maha Mengetahui ,MahaBijaksana dan sebaik-baik pembalas tipu daya orang-orang kafir Quraisy.

Makna Hijrah dalam Planologi DakwahSetelah orang-orang kafir Quraisy mengambil keputusan yang sangat

kejam, yaitu untuk membunuh Nabi Saw. saat itulah Malaikat Jibril as. turundengan membawa wahyu dari Allah Swt. memberitahukan kepada Nabi Saw.perihal persekongkolan kaum Quraisy tersebut dan izin Allah Swt. kepada beliauuntuk keluar dari Makkah (berhijrah). Jibril telah menentukan momen hijrahtersebut sembari berkata, malam ini, kamu jangan berbaring di tempat tidur yangbiasanya.3

Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad Saw. adalah pelajaran yang paling ber-harga dalam sebuah perencanaan. Karena sebelum terjadinya pelaksanaan Hijrah,

_____________3 Syaikh Shafiyurrahman al Mubarakfury, Terj. Sulaiman Abdurrahim, “Sirah

Nabawiyah Perjalanan Kehidupan dan Dakwah Rasulullah Saw.”, (Bandung: Sygma Publishing,2010), 207.

Page 92: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Jailani: Planologi Hijrah Nabi Muhammad dalam Perspektif Al-Qur’an196

Nabi Muhammad Saw telah mendapat berbagai cobaan yang berat. Cobaan yangberat itu datang dari kalangan kaum kafir Quraisy dan dari pihak keluarga beliausendiri yang tidak menyukai perjuangannya. Nabi Muhammad Saw. bertolak kekediaman Abu Bakar di tengah terik matahari untuk bersama-sama menyepakatitahapan hijrah. Aisyah berkata, ketika kami sedang duduk-duduk di kediamanAbu Bakar pada siang hari yang terik, tiba-tiba ada seseorang berkata kepada AbuBakar. Ini Rasulullah datang dengan menutup wajah (bertopeng) pada waktu yangtidak biasa beliau mendatangi kita. Abu Bakar berkata, ayah dan ibuku sebagaitebusan untuknya! Demi Allah! Beliau tidak datang di waktu-waktu seperti inikecuali karena ada perintah (Allah). .... mengadakan Hijrah yang pertama keHabsyah (Abisinia). Rakyat Abisinia adalah pemeluk agama Kristen dan Rasulmengetahui bahwa Raja Habsyah yaitu Najasyi dikenal adil,..4

Hijrah ke Habsyah adalah yang pertama dilakukan beliau untuk meng-hindari gangguan, dan penghinaan kepada Nabi Saw. Hijrah ini dalam rangkamencegah dan menghindari siksaan di luar peri kemanusiaan terhadap pengikutdan sahabat-sahabatnya itu. Sebelum melakukan Hijrah Nabi Saw. telah membuatperencanaan dengan matang. Artinya Nabi Muhammad Saw mengatur strategiagar tidak dihalangi oleh orang-orang kafir Quraisy.

Perjalanan Hijrah sangat direncanakan dengan beberapa pertanyaan, yangtidak terlepas dari 5 W+1 H. Artinya apa yang akan dipersiapkan sebelum ber-hijrah. Pertama Nabi Saw mempersiapkan kemana tujuan Hijrah? Siapa yang tidurdi rumah setelah Nabi berangkat ? Kapan meninggalkan rumah agar tidak di-ketahui oleh musuh ? Siapa yang akan menampung setelah sampai di tempattujuan ? Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan penyusunan rencana strategisdalam meninggalkan rumah menuju ke tempat yang lebih aman.

Urgensi Planologi dalam Pelaksanaan HijrahDefinisi aktivitas manajerial (amaliah al-Idariyyah) adalah meliputi:

a. Takhthith (perencanaan strategis);Takhthith (Perencanaan strategik), strategic Planning/Corporate Planning,

merupakan bahagian yang penting (essential part) dari manajemen strategik. Iaadalah tidak sama dengan manajemen strategik. Perencanaan strategik merupakanaspek utama manajemen strategik dan dapat dianggap sebagai pilar sentralmanajemen strategik. Inti sari suatu perencanaan strategik adalah kemungkinanuntuk pengenalan sistematis dari peluang-peluang dan ancaman-ancaman di masayang akan datang, yang dengan pilihan langkah-langkah yang lebih tepat, akanlebih menguntungkan perusahaan.5

b. Tanzhim (pengorganisasian, penyusunan);Hakikat daripada Tanzhim (pengorganisasian, penyusunan) merupakan

keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas serta wewenangdan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yangdapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangkapencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.6 Suatu rencana yang telah

_____________4Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, 595M. Amin Widjaya Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2002), 151.6Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002), 81

Page 93: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 197

dirumuskan dan ditetapkan sebagai hasil penyelenggaraan fungsi organik pe-rencanaan, dilaksanakan oleh sekelompok orang yang tergabung dalam satuan-satuan kerja tertentu.

Sehubungan dengan pengorganisasi dalam perencanaan dakwah di atas, alQur’an sebagai pedoman hidup dan landasan umat Islam, dengan tegas me-nyatakan dengan firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 103:

Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, danjanganlah kamu bercerai berai… .

Dalam firman Allah dalam surat al Anfal ayat 46:

Artinya: Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang ke-kuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orangyang sabar.Firman dalam Allah pada surat an Nur ayat 53 :

Artinya: Dan mereka bersumpah dengan nama Allah sekuat-kuat sumpah, jikakamu suruh mereka berperang, pastilah mereka akan pergi. Katakanlah:“Janganlah kamu bersumpah, (karena ketaatan yang diminta ialah)ketaatan yang sudah dikenal. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahuiapa yang kamu kerjakan.

Firman Allah dalam surat al Fath ayat 10:

Artinya: Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnyamereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka,maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggarjanji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janji-nya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.

Page 94: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Jailani: Planologi Hijrah Nabi Muhammad dalam Perspektif Al-Qur’an198

c. Tawjih (pengarahan dan orientasi);Tawjih (pengarahan) adalah fungsi atau tugas yang keempat dari

pimpinan. Bila rencana pekerjaan sudah tersusun, struktur organisasi ditetapkandan posisi-posisi atau jabatan-jabatan dalam struktur organisasi atau dalamperusahaan sudah diisi, berkewajibanlah pimpinan untuk menggerakkan bawahan,memutar roda mesin perusahaan dan mengkoordinasi, agar apa yang menjaditujuan perusahaan dapat direalisasi. Menggerakkan bawahan inilah yang di-maksud dengan fungsi keempat dari pimpinan, yakni mengarahkan bawahan.7

Berkaitan dengan pengarahan Allah menyatakan dengan firmanNya dalamsurat ash Shaff ayat 10-11:

Artinya: Hai orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaanyang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih ? (yaitu) kamuberiman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah denganharta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik kamu jika kamu mengetahuinya.

d. Riqabah (pengawasan).Riqabah (Pengawasan); merupakan proses pengamatan dari seluruh

kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang di-lakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Sebagai fungsiorganik, pengawasan merupakan salah satu tugas yang mutlak diselenggarakanoleh semua orang yang menduduki jabatan manajerial, mulai dari manajer puncakhingga para manajer rendah yang secara langsung mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis yang diselenggarakan oleh semua petugas operasional.8

Pengawasan terhadap lingkungan (eksternal dan internal pada semua aspekperusahaan yang berkepentingan), identifikasi kesempatan lingkungan untuk di-eksploitasi dan menghindari bahaya-bahaya, analisis kekuatan dan kelemahanperusahaan yang penting dalam perumusan dan penilaian strategi-strategi,identifikasi strategi untuk mencapai tujuan perusahaan, pengadaan semua prosesmanajerial yang diperlukan untuk meyakinkan bahwa semua strategi telah di-implemantasikan secara tepat.

Rencana adalah suatu arah tindakan yang sudah ditentukan terlebihdahulu. Dari perencanaan ini akan mengungkapkan tujuan-tujuan keorganisasiandan kegiatan-kegiatan yang diperlukan guna mencapai tujuan.9

Secara alami, perencanaan itu merupakan bagian dari sunnatullah, yaitudengan melihat bagaimana Allah Swt. menciptakan alam semesta dengan hak dan

_____________7M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

2005), 157.8Sondang P. Siagian, 169.9 Gorden B. Dafis, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen, (Jakarta: PT Pustaka

Binaman Presindo, 1984), 118.

Page 95: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 199

perencanaan yang matang disertai dengan tujuan yang jelas.10 Hal ini sebagaimanafirman Allah dalam surat Sad, ayat 27:

Artinya: Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antarakeduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akanmasuk neraka.

Perencanaan (takhthith) merupakan starting point dari aktivitas manajerial.Karena bagaimana sempurnanya suatu aktivitas manajemen tetap membutuhkansebuah perencanaan. Karena perencanaan merupakan langkah awal bagi sebuahkegiatan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait agar memperoleh hasilyang optimal. Alasannya, bahwa tanpa adanya rencana, maka tidak ada dasaruntuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka usaha mencapaitujuan. Jadi, perencanaan memiliki peran yang sangat signifikan, karena iamerupakan dasar dan titik tolak dari kegiatan pelaksanaan selanjutnya. Olehkarena itu, agar proses dakwah dapat memperoleh hasil yang maksimal, makaperencanaan itu merupakan sebuah keharusan.

Segala sesuatu itu membutuhkan rencana, sebagaimana dalam hadis NabiMuhammad Saw:

“Jika engkau ingin mengerjakan suatu pekerjaan, maka perkirkanlahakibatnya, maka jika perbuatan tersebut baik, ambillah dan jika perbuatanitu jelek, maka tinggalkanlah.”Dalam organisasi dakwah, merencanakan di sini menyangkut merumuskan

sasaran atau tujuan dari organisasi dakwah tersebut, menetapkan strategi me-nyeluruh untuk mencapai tujuan dan menyusun hierarki lengkap rencana-rencanauntuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan. Pada pe-rencanaan dakwah menyangkut tujuan apa yang harus dikerjakan dan sarana-sarana (bagaimana harus dilakukan).

Secara garis besar perencanaan dapat dibagi menjadi dua macam, yaiturencana besar (grand planning), dan rencana biasa. Rencana besar adalah rencanamenyeluruh dari semua aktivitas yang dilaksanakan.

Planning, sebagai formulasi tindakan untuk masa depan diarahkan padatujuan yang akan dicapai oleh organisasi. Pada tahapan ini bila tidak ditampilkansebuah konsistensi, maka hasilnya juga akan tidak sesuai dengan keinginannya(das sollen). Dalam bahasa lain, Dean R. Spizer menyebutnya sebagai: “Thosewho fail to plain, plain to fail” (siapa yang gagal dalam membuat rencana, se-sungguhnya ia sedang merencanakan sebuah kegagalan).

Selanjutnya, menurut Henry Fayol, seorang pakar manajemen Amerika,perencanaan adalah semacam prediksi terhadap apa yang akan terjadi pada masadatang disertai persiapan untuk menghadapi masa yang akan datang. Sementaraitu, James S. F. Ftore mendefinisikan “perencanaan” sebagai “Planning is theprocess of setting goals and closing the means to achive those goals”

_____________10Didin Hafidhuddin, Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, (Jakarta:

Gema Insani Press), 78.

Page 96: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Jailani: Planologi Hijrah Nabi Muhammad dalam Perspektif Al-Qur’an200

(Perencanaan adalah sebuah proses untuk menyusun sebuah rencana dalam meraihperencanaan tujuan tersebut).

Sedangkan menurut Mary Robins, perencanaan adalah suatu proses yangmelibatkan penentuan sasaran dan tujuan yaitu sesuatu yang akan dicapai yangdihasilkan secara nyata dalam jangka waktu tertentu. Organisasi, menyusunstrategi menyeluruh untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan me-ngembangkan hierarki rencana komprehensif untuk mengintegrasikan dan meng-koordinasikan kegiatan.

Dari pengertian di atas, perencanaan juga merupakan sebuah proses untukmengkaji apa yang hendak dikerjakan di masa yang akan datang. Komponen pe-rencanaan adalah: ide, penentuan aksi, dan waktu. Waktu di sini, bisa dalamjangka pendek (short planning) dan jangka panjang (long planning). Perlu di-tegaskan, bahwa perencanaan berbeda dengan perkiraan (forecasting/prediction/projection). Karena sebuah ramalan di masa yang akan datang yang sifatnya tidakproaktif.

Perencanaan dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah takhthith.Perencanaan dalam dakwah Islam bukan merupakan sesuatu yang baru, akantetapi aktivitas dakwah di era modern membutuhkan sebuah perencanaan yangbaik dan menjadi agenda yang harus dilakukan sebelum melangkah pada jenjangdakwah selanjutnya.

Secara general tugas dari perencanaan yang paling utama adalahmenentukan sasaran. Menentukan sasaran yang ingin dicapai serta pembagiannyamenjadi sasaran-sasaran yang bersifat temporal dan sektoral serta menentukanskala prioritas pelaksanaannya, dengan begitu dapat menjamin secara maksimaltidak adanya sebuah pengabaian tugas tertentu atau hal-hal lainnya yang tak kalahpentingnya.

Selanjutnya dari sasaran ini dikelompokkan menjadi sasaran antara danpenentuan skala prioritasnya. Pengelompokan sasaran dan penentuan skalaprioritas dapat mewujudkan tujuan yang ingin dicapai secara sistematis, yaitudengan memerhatikan atau memprioritaskan hal-hal yang lebih penting, dengantidak mengabaikan schedule program yang sudah tetap, sehingga apa yang di-namakan sebuah efisiensi dapat terlaksanakan.

Selanjutnya tugas dari perencanaan lainnya adalah mengkaji kondisi yangberkembang, mengetahui segala potensi yang dimiliki, dan potensi apa saja yangtelah terpenuhi, dan yang belum terpenuhi. Mengkaji di sini diartikan sebagaiupaya melakukan sebuah kajian terhadap kondisi yang melingkupinya danberbagai kondisi yang ada.

Hal ini akan sangat membantu ketika menentukan program dakwah sertalangkah-langkah selanjutnya. Dengan begitu khathah akan berjalan secara waqi’i(realistis) dan praktis, tidak bersifat nazari (teoretis) yang sulit dalam tataranaplikatif. Dalam pengkajian ini juga tidak terlepas dari berbagi kemungkinanperubahan yang dapat memengaruhi dan menentukan sebuah antisipasi danalternatif yang cocok, sehingga tidak menimbulkan sebuah kemandekan ataukevakuman program.11

_____________11 Mushthafa Masyhur, (2001), Fiqh Dakwah, Al-I’tishom , Jakarta: Cahaya Umat, 313.

Page 97: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 201

Konsep tentang perencanaan hendaknya memerhatikan apa yang telahdikerjakan pada masa lalu untuk merencanakan sesuatu pada masa yang akandatang. Sebagaimana yang tersirat dalam al-Qur’an surat al-Hasyr: 18

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah danhendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnyauntuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, SesungguhnyaAllah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Konsep ini menjelaskan, bahwa perencanaan yang akan dilakukan harusdisesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi pada masa lampau, saat ini, sertaprediksi masa depan. Oleh karena itu, untuk melakukan segala prediksi masadepan diperlukan kajian-kajian masa kini. Bahkan begitu pentingnya merencana-kan masa depan, maka muncul ilmu yang membahas masa depan yang disebutdengan Futuristics.12

Karena itu, dalam aktivitas dakwah, perencanaan dakwah bertugasmenentukan langkah dan program dalam menentukan setiap sasaran, menentukansarana-prasarana atau media dakwah, serta personal da’i yang akan diterjunkan.Menentukan materi yang cocok untuk sempurnanya pelaksanaan, membuatasumsi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi yang kadang-kadang dapatmemengaruhi cara pelaksanaan program dan cara menghadapinya serta menentu-kan alternatif-alternatif yang semua itu merupakan tugas utama dari sebuah pe-rencanaan.13

Sebuah perencanaan dikatakan baik, jika memenuhi persyaratan berikut:a. Didasarkan pada sebuah keyakinan bahwa apa yang dilakukan adalah baik.

Standar baik dalam Islam adalah yang sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah.

b. Dipastikan betul bahwa sesuatu yang dilakukan memiliki manfaat. Manfaat inibukan sekadar untuk orang yang melakukan perencanaan, tetapi juga untukorang lain, maka perlu memerhatikan asas maslahat umat, terlebih dalamaktivitas dakwah.

c. Didasarkan pada ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan apa yangdilakukan. Untuk merencanakan sebuah kegiatan dakwah, maka seorang da’iharus banyak mendengar, membaca, dan memiliki ilmu pengetahuan yang luassehingga dapat melakukan aktivitas dakwah berdasarkan kompetensi ilmunya.

d. Dilakukan studi banding (benchmark). Benchmark adalah melakukan studiterhadap praktek terbaik dari lembaga atau kegiatan dakwah yang suksesmenjalankan aktivitasnya.

Planogi (perencanaan) berasal dari bahasa Inggris, secara epistemologyPlanologi terdiri dari dua suku kata, “plan” dan “logi”. Plan dalam bahasa Inggris

_____________12Ishak Asep, Hendri Tanjung, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Trisakti,

2002), 19.13Ibid.

Page 98: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Jailani: Planologi Hijrah Nabi Muhammad dalam Perspektif Al-Qur’an202

artinya “rencana” dan logi adalah ilmu. Sedangkan kata “planning” dalam Kamusbahasa Inggris diartikan “perencanaan”.14

Perencanaan adalah bahagian dari fungsi-fungsi ilmu manajemen, dalamdunia modern, istilah perencanaan sudah sangat dikenal dan dianggap sebagaisalah satu pilar penting dari fungsi manajemen. Sebagaimana Winardi (dalamManullang) menyatakan lima fungsi manajemen yaitu:a. Planning (perencanaan)b. Organizing (pengorganisasian)c. Actuating (implementasi atau pelaksanaan)d. Coordinating (koordinasi)e. Controlling (pengawasan).15

Planning (perencanaan) adalah proses mendefenisikan tujuan organisasidan bagaimana mencapai tujuan tersebut. Perencanaan adalah salah satu fungsiutama manajemen dalam pelaksanaan tujuan yang ingin dicapai organisasi denganberbagai proses. Perencanaan adalah proses mendefenisikan tujuan-tujuanorganisasi, dan kemudian mengartikulasi/menyajikan dengan jelas strategi-strategi, taktik-taktik, dan operasional yang diperlukan untuk mencapai tujuantersebut.16 Dalam al Qur’an dinyatakan dengan firman Allah surat al Anfal ayat60:

Artinya: dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamusanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yangdengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmudan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedangAllah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allahniscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan di-aniaya (dirugikan).

Melalui perencanaan sebuah program memiliki landasan yang efektifbagi tercapainya tujuan serta efektivitas pendayagunaan sumber-sumber dayayang ada. Perencanaan juga menjadi garis-garis batas untuk mengontrol terjadinyadeviasi atau penyimpangan.

Planning (perencanaan) oleh Mondy dan Premeaux dalam bukunyaManagement: Concepts, Practices and Skills didefinisikan sebagai “prosesmenentukan apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalamkenyataan.”17 Dari definisi ini maka perencanaan dalam dakwah dapat dimaknai_____________

14 M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramadia,, 2003),433

15M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen, cet, XVIII, (Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press, 2005), 8

16M. Amin Widjaya Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar, 141.17Mondy, R.W & Premeaux, Management: Concepts, Practices and Skills, New Jersey:

Prentice Hall Inc, 1995), hal. 138, sebagaimana dikutip oleh Syafaruddin, Manajemen LembagaPendidikan Islam, Ciputat: Ciputat Press, 2005), 61

Page 99: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 203

dengan upaya-upaya yang dilakukan dalam menentukan tujuan dan target sebuahaktifitas dakwah melalui pengumpulan data-data dan menganalisisnya untukkemudian merumuskan metode dan tata cara untuk merealisasikannya denganseoptimal mungkin. Dalam kaitan ini sebuah perencanaan dakwah hendaknyamemenuhi tiga unsur utama sebuah perencanaan yaitu: pengumpulan data, analisisfakta dan penyusunan rencana yang konkrit.18

Masalahnya, dalam perkembangan dakwah kekinian perencanaan tampak-nya masih belum mendapat perhatian yang cukup dari para aktivis dakwahsehingga menyebabkan tujuan-tujuan dakwah tidak dapat dicapai dengan baik.Akibatnya muncul ‘penyakit-penyakit’ dakwah yang tidak diharapkan sepertiaktivitas dakwah yang asal-asalan (afwi), spontan (irtijāli), parsial (juz’i), tidakinovatif (taqlidi) dan bersifat tambal sulam (tarqi`i).19 Untuk itu aktifitas dakwahmesti mendapat perhatian serius dan tidak dikerjakan secara sambil lalu (laiknya‘pekerjaan sambilan’) salah satunya melalui perencanaan yang baik sebagaibentuk profesionalisme (itqān) sebagaimana dianjurkan oleh Nabi Saw. dalamsalah satu sabdanya: “Sesungguhnya Allah menyukai jika seseorang di antarakamu mengerjakan sesuatu dengan penuh profesionalisme”.20

Sebuah perencanaan yang matang akan menjadi peta jalan (road map)kegiatan dakwah sehingga pelaksanaan agenda dakwah akan lebih fokus danterkontrol, efektif, efisien dan komprehensif-integratif. Selain itu aktivitas dakwahyang dijalankan melalui perencanaan yang disusun matang (by design) akan dapatmemberikan kepercayaan diri pada para aktivis dakwah karena mereka merasamenjalankan sebuah pekerjaan yang telah teruji secara konseptual.21 Melihatmanfaat besar yang dapat dicapai oleh dakwah melalui sebuah perencanaan makaMuhamad Abu al-Fath al-Bayānūni cukup tepat ketika meletakkan perencanaansebagai salah satu dari instrumen penting non-materil (al-wasā’il al-ma`nawiyah)dalam mencapai tujuan-tujuan dakwah.22

b. Organizing (pengorganisasian)Untuk mewujudkan sebuah organisasi yang kuat, perlu adanya

perencanaan yang mengedepankan persatuan dan kesatuan. Dalam hal al Qur’andengan tegas menyatakan bahwa berpegang teguhlah kamu sekalian dengan jalanAllah dan janganlah kamu bercerai berai. Allah menyatakan dalam suratc. Actuating (implementasi atau pelaksanaan)d. Coordinating (koordinasi)e. Controlling (pengawasan).

_____________18Tentang tiga unsur perencanaan ini lihat: Syafaruddin, Manajemen Lembaga

Pendidikan Islam, 6219Irwan Prayitno, Kepribadian Da’i, (Jakarta: Pustaka Tarbiyatuna, 2005), 161-16420 HR. Al-Bayhaqi dan Abu Ya’la, disebutkan juga oleh Al-Suyuti dalam Al-Jāmi` al-

Şaghīr. Hadits ini diperselisihkan kesahihannya oleh para ulama hadits. Al-Albanimenggolongkannya sebagai hadits sahih atau hasan dalam kitabnya Şahih wa Dla`if Al-Jāmi` al-Şaghīr dan Al-Silsilah al-Şahīhah (dalam Maktabah Shamela 3.28).

21Baca: `Abdul Mawlā al-Ţāhir al-Makki, Al-Takhţīţ li al -Da`wah al-Islāmiyah DirāsahTa’şīliyyah, tesis magister di Fakultas Dakwah dan Informasi, Universitas Islam Imam MuhamadIbn Sa`ūd, Riyadh, 1995), 22-23

22 Al-Sa’dy, ‘Abd Al-Rahmān ibn Nāshir, Taysīr al-Karīm al-Rahmān fī Tafsīr Kalāmal-Mannān, Tahqiq: Abd al-Rahmān ibn Mu’allā al-Luwayhīq, (Beirut: Muassasah Al-Risālah,Cet.I, 2000M/1420H), 186

Page 100: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Jailani: Planologi Hijrah Nabi Muhammad dalam Perspektif Al-Qur’an204

Perencanaan Dakwah dalam Sirah Nabi SAWSebelum mengulas pelajaran perencanaan dakwah dalam sirah Nabi SAW,

tulisan ini akan sekilas melihat bagaimana al-Quran memberikan konsep tentangperencanaan. Hal ini dirasa penting karena bagi sebagian kalangan perencanaandianggap ’tidak islami’ karena bertentangan dengan konsep tawakal atau imankepada takdir. Pandangan ini biasanya datang dari kalangan kaum sufi yangcenderung bersikap pasrah.

Jika dicermati secara seksama ada beberapa ayat al-Quran yang secaraimplisit sebenarnya mengandung anjuran bagi umat Islam untuk memperhatikanperencanaan. Dalam QS. Al-Nisā: 71 misalnya Allah berfirman:

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke

medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama!”

Ayat ini sejatinya mengandung perintah untuk melihat hukum sebab akibat(causality) yang dalam konteks ini adalah segala aspek yang mendukungpertahanan kaum muslimin dari serangan kaum kafir.23 Demikian pula denganayat QS. Al-Anfāl: 60

Artinya: dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamusanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yangdengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmudan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedangAllah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allahniscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akandianiaya (dirugikan).

Ketika mengomentari ayat ini, Syaikh Muhamad Rashid Ridlā menyata-kan bahwa yang disebut dengan al-i`dād adalah mempersiapkan sesuatu untukmasa yang akan datang (tahyi’ah al-shay’ li al-mustaqbal).24 Selain dua contohayat di atas dan yang sejenisnya, al-Quran secara eksplisit mencatat contohpelaksanaan konsep perencanaan yang gemilang dalam kisah Nabi Yusuf as. dankisah Dzulqarnain. Allah Swt. mengisahkan bagaimana Nabi Yusuf me-

_____________23Al-Sa’dy, ‘Abd Al-Rahmān ibn Nāshir, Taysīr al-Karīm al-Rahmān fī Tafsīr Kalām al-

Mannān, Tahqiq: Abd al-Rahmān ibn Mu’allā al-Luwayhīq, (Beirut: Muassasah Al-Risālah, Cet.I,2000M/1420H), 186

23Muhamad Rashid Ridlā, Tafsir al-Manār, (Kairo: Al-Hay’ah al-Mişriyah al-`Āmmah lial-Kitāb, vol. X, 1990), hal.53

Page 101: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 205

nyampaikan ide perencanaan dalam manajemen pangan jangka panjang atausekitar 15 tahun dalam mengantisipasi datangnya masa paceklik. Allahmenyatakan dalam surat Yusuf 47-49:

Artinya: Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkandibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan* Yusuf berkata:“Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa;maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecualisedikit untuk kamu makan* Kemudian sesudah itu akan datang tujuhtahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpanuntuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum)yang kamu simpan* Kemudian setelah itu akan datang tahun yangpadanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu merekamemeras anggur*.

Demikian pula Allah Swt. menyatakan dalam surat al Kahfi ayat 94-97:

Artinya: Mereka berkata: "Hai Dzulkarnain, Sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj* ituorang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, Maka dapatkahKami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamumembuat dinding antara Kami dan mereka?" Dzulkarnain berkata: "Apayang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebihbaik, Maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agaraku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah akupotongan-potongan besi". hingga apabila besi itu telah sama rata dengankedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah (api itu)".hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapunberkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan keatas besi panas itu". Maka mereka tidak bisa mendakinya dan merekatidak bisa (pula) melobanginya.

Page 102: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Jailani: Planologi Hijrah Nabi Muhammad dalam Perspektif Al-Qur’an206

Allah juga menceritakan bagaimana Dzulqarnain ketika mengetahui ada-nya realitas ancaman Ya’jūj dan Ma’jūj terhadap sebuah masyarakat yang diatemui dalam perjalanannya kemudian merencanakan persiapan menghadangmereka dengan membangun sebuah benteng kokoh. * Ya'juj dan Ma'juj ialah duabangsa yang membuat kerusakan di muka bumi, sebagai yang telah dilakukanoleh bangsa Tartar dan Mongol.

Dari uraian singkat di atas jelas sudah indikasi-indikasi yang diberikan al-Quran terhadap pentingnya sebuah perencanaan dalam segala aktivitas kehidupanmanusia. Nabi Saw. sendiri sebagai penerima wahyu dan pemberi penjelasanterhadap al-Quran benar-benar memahami hal itu dan mengimplementasikannyadalam perjalanan sejarah dakwah beliau. dan nyatanya, Nabi Saw. meskipun di-bimbing oleh wahyu dalam setiap gerak dan langkahnya, namun juga melakukanberbagai perencanaan yang matang demi tercapainya keberhasilan agenda-agendayang ditargetkan.

Ketika Rasulullah Saw. menentukan tempat hijrah pertama untuk parasahabatnya ke Ethiopia (Habsyah), tampak sekali bahwa hal itu tidak lahir darisebuah gagasan yang datang tiba-tiba tanpa perencanaan dan pertimbangan yangmatang terhadap situasi dan kondisi geopolitik dan keagamaan di wilayahtersebut.25 Pemilihan Ethiopia yang secara geografis tidak masuk bagian JazirahArab dan cukup jauh dari Mekah bahkan dibatasi oleh laut memungkinkan parasahabat Nabi yang berhijrah tidak terkejar oleh kaum Quraish yang saat itumemiliki pengaruh dan kekuatan cukup besar. Nabi Saw. juga tidak meminta parasahabat untuk pergi ke tempat yang lebih jauh lagi sehingga justru mempersulitpara muhajirun dan menyebabkan terputusnya kabar dari mereka. Ethiopia saat ituberada di bawah kekuasaan seorang pemimpin yang dikenal cukup bijak dan adilsehingga menjamin keamanan para muhajirun. Situasi keagamaan di wilayah itujuga cukup kondusif, karena raja dan penduduknya memeluk agama Nasrani yangsecara psikologis relatif lebih memiliki kedekatan dibanding dengan kaum pagan.

Demikian pula dengan proses perjalanan hijrah Nabi SAW ke Madinahmengungkapkan ketelitian dan kecermatan perencanaan yang dilakukan oleh NabiSAW. Dalam proses hijrah Nabi ke Madinah Munir Muhamad Ghadlbān mencatatsejumlah point penting perencanaan Nabi seperti pemilihan waktu keluar Makkahdi siang bolong di bawah terik mentari dengan menutup muka di saat kebanyakanorang sedang malas ke luar rumah, pembelian dua binatang kendaraan perjalananempat bulan sebelumnya, penyiapan bekal Asmā’ binti Abu Bakar, keluar rumahAbu Bakar tidak melalui pintu yang biasanya, menugaskan Abdullah ibn AbuBakar sebagai pengumpul informasi, menugaskan `Āmir ibn Fuhayrah untukmenghapus jejak pengirim bekal, penunjukan Ibn Urayqiţ yang non-muslimsebagai pemandu terpercaya, menggunakan jalur perjalanan yang tidak biasadilalui manusia, menjadikan gua Tsūr sebagai tempat transit dan lain-lain.26

Pada masa-masa awal dakwah Nabi SAW, tepatnya pada tahun kelimakenabian Rasulullah menjadikan sebuah rumah milik Al-Arqam ibn Al-Arqam al-Makhzumi sebagai tempat pertemuan beliau dengan para sahabatnya yang saat itimerupakan minoritas yang senantiasa dijadikan objek tekanan dan penindasankaum mushrik Quraish. Jika diamati secara mendalam pilihan Nabi tersebut_____________

25Yūsuf al-Qaradlāwi, Al-Rasūl wa al-`Ilm, (Kairo: Dar al-Şahwah, t.th), hal. 45-4626Munir Muhamad Ghadlbān, Fiqh al-Sirah al-Nabawiyah, (Makkah: Umm al-Qura

University, 1419 H), 324-341

Page 103: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 207

nyatanya tidak terjadi secara kebetulan melainkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang bervisi ke depan. Menurut analisis Munir Ghadlbānsetidaknya ada tiga alasan penting pemilihan rumah al-Arqam.27 Pertama, al-Arqam bernaung di bawah klan Bani Makhzum yang merupakan musuhtradisional Bani Hashim. Dengan alasan ini, akan sangat sulit bagi kaum musyrikmembayangkan bahwa Nabi Saw. yang datang dari klan Bani Hashim justrumenggunakan rumah anggota klan Bani Makhzum.

Kedua, saat itu usia al-Arqam ibn al-Arqam masih sangat belia, yakni baruberusia 16 tahun, sehingga anggapan kaum musyrik akan sulit mengerti bagai-mana sebuah rumah milik seorang anak muda belia akan dijadikan pusat dakwaholeh Nabi Saw. Alasan ketiga, bahwa keislaman al-Arqam masih belum diketahuisiapapun kecuali oleh kalangan umat Islam saat itu saja.

Dari beberapa contoh fragmen sirah di atas menunjukkan betapa NabiMuhammad Saw. sangat memperhatikan perencanaan dalam menjalankanaktivitas dakwahnya. Menarik sekali bahwa perencanaan beliau sangat memenuhiunsur-unsur perencanaan ilmu manajemen modern, yakni ketersediaan data yanglengkap dan pengenalan yang akurat terhadap data maupun kondisi riil medanyang dihadapi, kemampuan melakukan analisis secara tepat dan dapat menyusunaksi-aksi brilian dan membawa hasil.

Realitas Dakwah Berbasis PerencanaanDewasa ini tidak dapat dipungkiri secara nyata apakah secara umum

ataupun secara khusus, bahwa dakwah kurang berbasis perencanaan. Gambaranini memang belum dilakukan penelitian secara mendalam. Dakwah yang di-laksanakan secara turun temurun itu bukan berdasarkan hasil penelitian. Dataperkembangan dakwah sekarang adalah data intuitif (data sementara). Apabiladakwah dilaksanakan berdasarkan hasil perencanaan yang baik dan benar, ke-mungkinan akan memberikan dampak positif bagi para pendengarnya.

KesimpulanDari paparan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan: Perencanaan

adalah faktor sangat penting dalam keberhasilan sebuah agenda dakwah. Al-Quran sangat menganjurkan umat Islam untuk mempersiapkan sebuah pe-rencanaan dalam setiap aktivitas kehidupannya, terlebih di bidang dakwah. SirahNabi SAW sangat padat dengan berbagai teladan ketajaman visi Nabi dan ke-tepatan perencanaan beliau dalam menjalankan agenda dakwah yang di-emban-nya. Selayaknya, hal tersebut dapat diteladani secara baik oleh umat Islam saat ini.

_____________27Munir Muhamad Ghadlbān, Al-Manhaj al-Haraki li al-Sīrah al-Nabawiyah, (Jordania:

Maktabah al-Manar, Cet. 5, vol. I, 1989), 47-48

Page 104: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Jailani: Planologi Hijrah Nabi Muhammad dalam Perspektif Al-Qur’an208

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran al-Karim dan Terjemahnya

Al-Sa’dy, ‘Abd Al-Rahmān ibn Nāshir, Taysīr al-Karīm al-Rahmān fī TafsīrKalām al-Mannān, Tahqiq: Abd al-Rahmān ibn Mu’allā al-Luwayhīq,Beirut: Muassasah Al-Risālah, Cet.I, 2000M/1420H,

`Abdul Mawlā al-Ţāhir al-Makki, “Al-Takhţīţ li al-Da`wah al-Islāmiyah DirāsahTa’şīliyyah”, tesis, Riyadh: Fakultas Dakwah dan Informasi, UniversitasIslam Imam Muhamad Ibn Sa`ūd, 1995

Irwan Prayitno, Kepribadian Da’i, Jakarta: Pustaka Tarbiyatuna, 2005

Muhamad Abu al-Fath al-Bayānūni, Al-Madkhal ila `Ilm al-Da`wah, Beirut:Muassasah al-Risalah, cet. 3, 1995

Muhamad Nashirudin Al-Albani, Şahih wa Dla`if Al-Jāmi` al-Şaghīr dan Al-Silsilah al-Şahīhah (dalam Maktabah Shamela 3.28).

Muhamad Rashid Ridlā, Tafsir al-Manār, Kairo: Al-Hay’ah al-Mişriyah al-`Āmmah li al-Kitāb, 1990

Munir Muhamad Ghadlbān, Al-Manhaj al-Haraki li al-Sīrah al-Nabawiyah,Jordania: Maktabah al-Manar, Cet. 5, 1989

-----Fiqh al-Sirah al-Nabawiyah, Makah: Umm al-Qura University, 1419 H

Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat: Ciputat Press,2005

Yūsuf al-Qaradlāwi, Al-Rasūl wa al-`Ilm, Kairo: Dar al-Şahwah, t.th

Harian Umum Republika

Muhbib Abdul Wahab,“Dakwah Berbasis Riset“, dalam Harian Republika, 7Oktober 2009.

Mondy, R.W & Premeaux, S.H, Management: Concepts, Practices and Skills,New Jersey: Prentice Hall Inc, 1995.

Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat: Ciputat Press,2005.

Page 105: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 209

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK MULTI DIMENSIDALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Abd. MajidProgram Doktor PPS IAIN Sumatera Utara

Email: [email protected]

ABSTRACTThe Qur'an states explicitly, that the human being is created in the best

possible shape, in contrast to His creatures the other. Humans are able tounderstand ourselves and the universe, both real and metaphysical nature. Humansare able to make vehicles and also be able to create sophisticated-sophisticatedcommunication tools. Able to find a source of livelihood, fulfilling desires andovercome them, and be able to select and organize the wealth and natural beauty.

Kata Kunci : Manusia, Makhluk multi-dimensi, al-Qur’an

PendahuluanDalam kamus, kata “multi” berarti banyak, lebih dari satu, dan berbeda-

beda (heterogen).1 Istilah “multi” yang digunakan dalam tulisan ini sebagaipenjelasan yang mengandung makna plural, serba bisa, dapat mengatur alamsekitar dan dapat menyebutkan nama-nama dari makhluk lainnya, hal ini ter-cantum dalam al-Qur’an.

Dalam Islam, seseorang diharapkan mampu memahami dirinya sendiri danmampu mengenali statusnya di alam ini. Al-Qur’an adalah kitab untuk mem-bangun manusia. Ia bukan hanya suatu filosofi teoritis yang membicarakankontroversi tentang teori-teori dan sudut pandang yang berbeda dengan hukumIslam. Akan tetapi al-Qur’an juga memajukan tiap-tiap gagasan untuk penerapanpraktisnya dan menghendaki seseorang untuk menemukan jati dirinya. Jati diribukanlah seperti apa yang terpampang pada kartu pengenal, yang hanyamencantumkan nama diri, nama orang tua, tanggal lahir, kebangsaan, status,jumlah anak, dan sebagainya. Yang dikehendaki oleh Islam adalah ruh-ilahiah.Dengan suatu pengetahuan yang sempurna tentang dirinya sendiri, manusia akandapat merasakan suatu martabat dan derajat, menjauhi kehinaan, mengenalikesucian diri, serta paham makna dan nilai kesucian sosial maupun etis.

Memahami diri berarti memahami bahwa manusia tidak hanya sekedartertancap di bumi. Namun juga memahami bahwa mereka merupakan nur ruhilahi dan bahwa mereka mampu mengalahkan para malaikat dalam hal kearifan.Manusia adalah makhluk merdeka, mampu menghidupi diri, dan bertanggungjawab pada semua manusia serta pada kemakmuran dan perbaikan alam.

Manusia Makhluk Serba MampuManusia pada hakikatnya adalah makhluk hidup yang memiliki ke-

pribadian yang tersusun dari perpaduan yang saling berhubungan antara unsurjasmani dengan rohani. Jasmani merupakan bagian fisik seperti halnya tubuh_____________

1Tilaar, Multikulturalisme, Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalamTransformasi Pendidikan Nasional (Jakarta: Grafindo, 2004), 19

Page 106: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Abd. Majid: Manusia sebagai makhluk multi-dimensi dalam Perspektif Al-Qur’an210

secara keseluruhan. Rohani merupakan unsur yang hidup pada pribadi manusiadan di dalam jasmani itu sendiri terdapat dua unsur utama yang selalu ber-hubungan yaitu otak dan panca indera. Al-Qur’an menghargai manusia sebagaimakhluk terpilih yang memperoleh otoritasnya atas dasar kompetensinya darisumber ke-maujud-an yang paling logis.

Berbeda dengan ungkapan filsafat, khususnya filsafat material yang me-mandang otoritas manusia semata-mata sebagai suatu produk dari penggunaanpaksa dan kuasa manusia. Mereka berpendapat bahwa manusia memperoleh dayadan kuasa mereka secara kebetulan. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’ansebagai berikut;

“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: “Haikaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Diatelah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Se-sungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doahamba-Nya)”. (QS. Hud: 61)

Manusia menyadari bahwa ia adalah khalifah Tuhan. Namun dalam halini, manusia tidak boleh mempergunakan superioritasnya secara sia-sia, sepertimenancapkan otokrasi, merampas segalanya untuk diri sendiri, dan membiarkandiri hidup tanpa tanggung jawab, melainkan butuh sekali pengembangan bakatkepada hal-hal yang lebih baik dalam kehidupan masyarakat muslim. Karenakejadian manusia termasuk peringkat yang sangat baik dan sempurna. Hal inimenunjukkan betapa i’jaz-nya ayat-ayat al-Qur’an yang membahas tentangmanusia.2 Manusia sebagai makhluk sosial dan kapasitasnya sebagai makhlukjasmaniah, secara fisik memiliki persamaan dengan makhluk lainnya, mem-butuhkan makan dan minum untuk hidup. Demikian juga termasuk nabi dan rasulyang memiliki sifat basyariah manusia.3

Islam menunjukkan bahwa ajarannya memberikan perhatian yang besarkepada seluruh dimensi manusia: fisik, material dan spiritual; mental danemosional; sosial dan individual. Islam tidak mengesampingkan satu pun darisemua itu, melainkan justru mencurahkan perhatian istimewa pada latihan darimasing-masing dimensi dalam konteksnya yang relevan dan atas dasar prinsip-prinsip tertentu.

Pengumbaran diri, epikurianisme4 dan kecintaan akan hawa nafsu dikutukdi dalam Islam. Sebaliknya, latihan fisik untuk memelihara kesehatan diri secaraseksama dipandang penting. Islam mengharamkan setiap perbuatan yang dapatmembahayakan tubuh. Bahkan, Islam membatalkan suatu perintah ibadah, seperti

_____________2Hamka, Tafsir al-Azhar, juz. 29, cet. 2 (Jakarta: Pembimbing Masa, 1998), 2653Aisyah binti al-Syathi’, al-Tafsir al-Bayan li al-Qur’an al-Karim, terj. Muzakir

(Bandung: Mizan, 1996), 23. Haroon Din dan Sulaiman Yasin, Manusia dan Islam (Pulau Pinang:Dorong UBS Sdn. Bhd, 1985), 29. Dan Sayyid Quthub, Tafsir fi Zhilal al-Qur’an, jil. 8, terj.Amiruddin (Kairo: Dar al-Shuruq, 2005), 34

4Epikurianisme (Inggris: epicuarism) adalah suatu paham yang menyatakan bahwa tujuanhidup hanyalah untuk mengejar kenikmatan belaka.

Page 107: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 211

puasa misalnya, jika justru akan merusak tubuh. Segala jenis candu yang mem-bahayakan tubuh dilarang dalam Islam. Di lain pihak, diuraikan secara terperincikebiasaan dan tradisi untuk memelihara kesehatan tubuh.

Latihan bagi intelek dan pengembangan fungsi akal, yang akan melahirkankemerdekaan berpikir, serta perjuangan melawan apapun yang menghalangi ke-merdekaan ini, seperti menirukan apa yang telah dilakukan oleh para leluhurmisalnya terhadap orang-orang terkemuka serta tata-krama etis yang salah. Padake-nyataannya, upaya untuk memperoleh kuasa diri, kontrol diri, dan ke-merdekaan spiritual terhadap otoritas mutlak dari aneka nafsu merupakanlandasan bagi kebanyakan ibadah dan ajaran dalam Islam.

Kemulti-fungsian ManusiaKuasa atau daya didefinisikan sebagai faktor penghasil pengaruh yang di-

miliki oleh suatu makhluk. Suatu makhluk dapat dianggap sebagai sumber dariberbagai pengaruh, apakah ia berupa makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan, ataupunhewan, ia memiliki kuasa atau daya. Jika kuasa kemudian dipadukan dengankecerdasan dan pemahaman, ia akan menjadi “potensi” atau “kapabilitas”. Karenasegala keistimewaan yang terhimpun pada diri manusia bukan karena jasadnyayang sedemikian rupa. Tetapi keistimewaan yang ada pada manusia yang tidak di-miliki oleh makhluk lain, yaitu gabungan roh dan jasad, akhlak dan budi pe-kertinya serta perjuangan hidup dan segala yang wujud pada diri manusia yangmenjadikannya khalifah di muka bumi ini.5

Manusia mampu menyetujui atau melawan keinginan dan mampu me-nyalahi kehendak dirinya. Oleh karena itu, mereka dapat bertindak atas dasarkuasa-iradah yang ada di bawah komando kearifan dan inteleknya. Kearifan akanmengenali dan memberi putusan, sedangkan kuasa-iradah akan mewujudkannya.Memiliki intelektual merupakan ciri terbesar manusia. Dan itu menjadi suatualasan bagi pembebanan tanggung-jawab ke atas pundak manusia. Sekaligusmerupakan sumber kemampuan manusia untuk memilih.

Pada kenyataannya, intelektualitaslah yang merupakan kekuatan yangmampu mengubah manusia menjadi makhluk yang benar-benar bebas, lengkapdengan kebebasan untuk memilih, apakah ia mau taat atau memilih ingkar.Keduanya merupakan pengejawantahan paling mendasar yang setiap kali munculdari dalam jiwa manusia, karena itu merupakan suatu dimensi yang prinsipildalam hidup seseorang.

Kajian terhadap beberapa peninggalan peradaban manusia mengungkap-kan bahwa bentuk-bentuk pemujaan dari suatu zaman ke zaman selanjutnya ter-dapat perbedaan. Bentuk peribadatan itu bervariasi dari gerak-gerak kolektif yangritmis, yang dibarengi dengan aneka doa dan mantra, hingga ke bentuk pemujaanyang paling sublime, penghormatan, dan puji-pujian yang paling khusyuk. Tuhanpun berganti-ganti, dari batu, kayu, hingga ke Zat Maha Abadi yang berada di luarbatasan ruang dan waktu.

Penyembahan bagi manusia, menuntut suatu loncatan dari diri terbatasnyake arah penyatuan dengan suatu realitas tanpa cacat, batasan, dan kematian.Sebagaimana diungkapkan oleh Albert Einstein, bahwa seseorang akan merasakankehampaan hasrat dan keinginan sebagai manusia. Ia akan merasakan sublimitas

_____________5Haroon Din dan Sulaiman Yasin, Manusia dan Islam, 2

Page 108: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Abd. Majid: Manusia sebagai makhluk multi-dimensi dalam Perspektif Al-Qur’an212

dan tatanan agung yang mendambakan diri, baik di alam semesta maupun di alampemikiran. Masalah ini kemudian dibahas lebih lanjut oleh Iqbal yang ber-pendapat bahwa penyembahan merupakan suatu ibadah umum yang vital, takubahnya seperti sebuah pulau kecil, maka karakter manusia akan menemukanposisinya dalam suatu keseluruhan yang lebih luas.

Berdo’a dan ibadah sejenisnya mengejawantahkan eksistensi suatu“potensialitas” atau suatu “hasrat” manusia, kemampuan untuk menjangkau suatutempat di luar alam material, dan hasrat untuk menguasai cakrawala yang lebihtinggi dan luas. Hasrat semacam itu merupakan ciri seluruh umat manusia, itulahsebabnya mengapa berdo’a dan shalat membentuk dimensi-dimensi spiritual laindi dalam jiwa manusia yang disebut dengan estetika.

Dimensi spiritual ini yang dimiliki oleh manusia adalah kecenderunganmereka untuk mencintai keindahan. Oleh karena itu, keindahan merupakan bagianintegral dari eksistensi manusia dan senantiasa melingkupi seluruh aspek ke-hidupannya. Pada dasarnya manusia mengenakan jenis pakaian yang berbedauntuk menghadapi cuaca yang berbeda, dingin atau panas. Mereka perhatikan pulakomposisi warna dan pola jahitan pakaian tadi. Mereka bangun pemukiman untuktempat tinggalnya tanpa lupa memberikan perhatian yang besar pada keindahan-nya. Bahkan dalam memilih perangkat hidangan dan dalam mengatur penyajianmakanan, manusia mematuhi prinsip-prinsip keindahan. Secara umum, manusiasenantiasa terpikat untuk mewujudkan sentuhan keindahan pada setiap segikehidupannya.

Demikian pula dalam melakukan tindakan-tindakannya, manusia lebih di-pengaruhi oleh serangkaian emosi etis daripada keinginan untuk memperoleh ke-untungan atau untuk menghindari bencana. Sebab menurut al-Ghazali, manusiadijadikan untuk mempunyai empat esensi yaitu al-nafs, al-ruh, al-qalb, dan al-‘aql yang dipergunakan untuk istilah kesadaran manusia.6

Manusia berkeyakinan bahwa perikemanusiaan mesti ditunjukkan dengantindakan-tindakan. Katakanlah jika ada seseorang terperangkap dalam keadaanmenyedihkan di sebuah padang pasir yang mengerikan. Ia kehabisan makanan danperbekalan lain yang menyebabkan ia menghadapi bahaya kematian. Tiba-tiba,datang seseorang untuk menyelamatkannya dari kematian yang tak terhindarkanitu. Kemudian, keduanya melanjutkan perjalanannya masing-masing, dan tidaksaling bertemu selama masa yang lama. Beberapa tahun kemudian, orang yangpertama tadi bertemu dengan penyelamatnya yang kini jatuh pada dalam ke-sengsaraan, dan ia pun ingat manakala ia diselamatkan dari kematian. Sekarang,akankah nuraninya memerintahkannya untuk berbuat sesuatu? Tidakkah itu akanmenginginkannya pada pepatah “kebajikan mesti dibalas dengan kebajikan”? Iaakan berpikir bahwa seseorang mesti berterima kasih kepada orang yang telahmengasihinya? jawaban dari semua pertanyaan itu mestilah “ya”.

Bagaimana pula dengan evaluasi orang-orang bijak menyaksikan peristiwaitu, apakah si tertolong harus menolong orang yang tertimpa petaka, atausebaliknya, bagaimana jika ia meninggalkan orang itu tanpa melihat atau memberireaksi sedikit pun? Pujian pastilah akan dilontarkan oleh orang-orang bijak, jikakasus pertama yang terjadi, sedangkan jika yang terjadi adalah sebaliknya, merekaakan mengutuk orang yang tidak tahu terima kasih itu. Orang yang tahu berterima_____________

6Muhammad Nasir Nasution, Manusia Menurut Al-Ghazali (Jakarta: Raja GrafindoPerkasa, 1999), 45

Page 109: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 213

kasih harus dipuji, sedangkan orang yang tidak berterima kasih harus dikutuk.Akan mencuat dari suatu kesadaran moral bahwa yang demikian itu disebutdengan kebajikan etis.

Ilmu PengetahuanManusia menguasai ilmu pengetahuan tidak semata untuk menaklukkan

alam dan memakmurkan kehidupan lahiriyahnya belaka. Lebih dari itu, merekamemiliki naluri untuk mencari dan menemukan kebenaran, yang memungkinkanpengetahuan itu sendiri menjadi suatu tujuan yang pantas untuk dinikmati.Walaupun pengetahuan itu bermanfaat sebagai alat untuk memperbaiki kehidupandan menunaikan tanggung-jawab, ia semata-mata merupakan ideal yang dibutuh-kan oleh rasa ingin tahu itu sendiri. Sebagai contoh, manusia mesti meng-ungkapkan rahasia dibalik galaksi-galaksi itu, dan tidak menjadi masalah apakahpengetahuan tentang itu akan mempengaruhi kehidupan mereka atau tidak,mereka tetap ingin memperoleh informasi yang berkenaan dengannya. Hal inimenunjukkan bahwa kedua hal itu merupakan dimensi spiritual dari ke-maujud-anmanusia.

Isyarat al-Qur’an tentang Manusia yang Multi DimensiAllah telah mengajarkan Nabi Adam nama-nama benda, yang tidak

diketahui oleh para malaikat. Sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah: 31.

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat, lalu berfirman: ”Sebutkanlahkepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”(QS. al-Baqarah: 31)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa malaikat bukan makhluk yang lebihberhak menghuni bumi sebagai khalifah. Tetapi Nabi Adam yang mampu me-ngelola alam dan lebih dapat menjelaskan mengenai nama-nama dan rahasia-rahasia ghaib, yang nampak atau samar-samar, seperti yang terdapat dalam suratal-Baqarah: 33.

“Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama bendaini”. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allahberfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Akumengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan danapa yang kamu sembunyikan?” (QS. al-Baqarah: 33)

Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk mengaturbumi sebagai pengemban amanah. Sebagaimana firman Allah;

Page 110: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Abd. Majid: Manusia sebagai makhluk multi-dimensi dalam Perspektif Al-Qur’an214

“Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pastikamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah danperumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya berpikir”. (QS.al-Hasyr: 21)

Manusia dijadikan dalam bentuk yang sempurna, namun di samping itu,juga punya keterbatasan. Dengan sebab keterbatasan itu, manusia dituntut untukselalu bersedia menunaikan tanggung-jawab di bumi Allah ini. Dalam hal ini,Allah menganjurkan supaya manusia memperhatikan terhadap dirinya sendiri.Dalam al-Qur’an, Allah berfirman;

“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allahtidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkandengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya ke-banyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhan-nya”. (QS. al-Rum: 8)

Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk mengaturbumi dan tidak meletakkan beban meng-imarah-kan bumi kepada makhluk-makhluk-Nya yang lain. Sebagaimana di tegaskan dalam al-Qur’an;

“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam dan Kami telahberi mereka untuk menggunakan berbagai kendaraan di darat dan di laut danKami telah memberikan rezeki kepada mereka, dari benda-benda yang baik sertaKami telah lebihkan mereka dengan selebih-lebihnya atas banyak makhluk-makhluk yang telah Kami ciptakan”. (QS. al-Isra: 70)

Dalam surah al-Ahzab, Allah berfirman “Sesungguhnya Kami telah ke-mukakan tanggungjawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-gunung (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya dan bimbangtidak dapat menyempurnakannya (karena tidak ada pada mereka kesanggupanuntuk memikulnya); dan (ketika itu) manusia (dengan) kesanggupan yang adapadanya) sanggup memikulnya, (ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakanmanusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara yangtidak patut dikerjakan”. Konsep ini sejalan dengan fitrah manusia yangmempunyai ikatan janji dengan Allah untuk mengakui keesaan-Nya.

Page 111: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 215

Fungsi Ilmu dalam Mendapatkan Beberapa PengetahuanMengenal Allah (ma’rifatullah)

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Illah selain Allah”. (QS.Muhammad: 19)

Penjelasan ayat tersebut menuntut seseorang untuk mengetahui Allahsekuat kemampuan nya, mengenal-Nya dari dekat dengan mendekatkan dirikepada-Nya serta mempelajari pengenalan diri-Nya. Sebagaimana SAW bersabda:“Barang siapa mati, sedangkan dia mengetahui bahwa tidak ada Ilah kecualihanya Allah akan masuk jannah”. (HR. Muslim)

Hal ini menunjukkan jalan yang benar (haq) dan meninggalkan kebodohan(bathil), Rasulullah SAW menjelaskan sebagai berikut:“Barang siapa dikehendaki Allah padanya kebaikan, maka Allah akan memaham-kan dien kepadanya”, (HR. Bukhari Muslim)

Syarat diterimanya amal dan dasar dari seluruh perkataan dan perbuatan.Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:“Barang siapa beramal tanpa dasar dari kami, maka tertolaklah amalan tersebut”.(HR. Muslim). Ilmu tersebut adalah syarat benarnya perkataan dan perbuatan,keduanya tidak bernilai kecuali dengan ilmu, maka ilmu harus ada sebelum per-kataan dan perbuatan, karena ilmu adalah pembenar niat, sedangkan amal tidak di-terima tanpa niat yang benar. Karena ilmu itu merupakan konsep penting dalamIslam. Ia merupakan kebutuhan utama bagi manusia dalam mengembang peransebagai khalifah di bumi ini. Tanpa ilmu pengetahuan mustahil seseorang manusiamampu melangsungkan kehidupan. Sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Baqarah: 31. Menjelaskan tentang nama-nama benda kepada malaikat, me-ngandung pengertian, pendidikan yakni ta’lim yang berarti pengajaran yangbersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan keterampilan.Yang bermakna seperangkat nilai antar manusia. Ia hanya dituntut untukmenguasai seperangkat nilai yang ditransfer secara kognitif dan psikomotorik,tidak di anjurkan domein efektif.7 Ia hanya sekedar memberi pengetahuan, tidakmengandung arti pembinaan kepribadian, sedikit sekali kemungkinan ke arahpembentukan kepribadian yang disebabkan pemberian pengetahuan.8 Prosestransmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan danketentuan tertentu. Hal ini dijelaskan tentang ‘allaama Tuhan kepada Adam as.9

Hal ini ada juga yang dijelaskan secara pengajaran yang dilaksanakan dalambentuk bertahap, sebagaimana tahapan Adam as, mempelajari, menyaksikan danmenganalisa asma’ Allah kepadanya.10 Hal tersebut dalam Al Qur’an sebagaikonsep ilmu dapat ditemukan kepada dua macam ilmu: ilmu yang diperoleh tanpausaha manusia, dinamai dengan ‘ilm laduni. QS. Al- Kahfi:6511

Pembahasan tasawuf, tentang ilmu laduni ini dianggap sebagai ilmu yangpaling tinggi dibandingkan ilmu-ilmu lainnya. Ilmu laduni ini merupakan ilmuyang dikaruniakan Allah SWT kepada seseorang secara tiba-tiba tanpa diketahui

_____________7Samsul Nazar, Peserta Didik dalam Perspektif Islam: Sebuah Pengantar Filsafat

Pendidikan Islam (Padang: IAIN Imam Bonjol Pres, 1999), 47.8Abdul Rahman Abdullah, Ushul al Tarbiyah al Islamiyah wa Thuruq Tadrisiha

(Damaskus: Dar Al-Nahdhah Al-Arabiyah, 1965), 27.9Rasyid Ridha, Tafsir Al Manar, Juz 1 (Mesir: Dar al-Manar, 1373 H), 262.10Mustafa Al Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz 1, (Bairut: Dar Al-Fikr, t.t.), 30.11 M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an, (Bandung: Mizan Media, 2003), 435

Page 112: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Abd. Majid: Manusia sebagai makhluk multi-dimensi dalam Perspektif Al-Qur’an216

bagaimana proses awalnya, sehingga orang yang menerimanya dapat langsungmenguasai ilmu tersebut tanpa harus belajar.12

Ilmu itu didapatkan seseorang yang shaleh dari Allah SWT melalui ilham,oleh sebab itu ilmu tersebut bukan hasil dari proses pemikiran, melainkansepenuhnya tergantung atas kehendak dan karunia Allah SWT.13 Hal ini sesuaidengan pendapat Imam Ghazali bahwa ilmu yang dihasilkan melalui renungan,tadabburi dinamakan ilmu laduni. (Dengan tidak melalui proses belajar mengajarseperti yang dilakukan orang pada umumnya).14

Mengetahui Alam Semesta (Kosmos) (Ma’rifatu al-‘Alam)Ilmu yang diperoleh dengan usaha manusia, dinamai dengan ‘ilm kasbi,

ilmu kasbi ini sungguh lebih banyak dibicarakan dalam ayat Al Qur’an.15 (QS.Al-Baqarah: 38-39, QS. An-Nahl: 8, QS. al-Isra’: 85, QS. Al-Baqarah: 31)

Kata asma’, dalam arti ‘allama dengan pengertian ilmu pengetahuan yangdiberikan Allah kepada Adam sebagai khalifah untuk mengelola dunia ini dibekalioleh Allah dengan ilmu yang diperlukan untuk memahami asma’ (sifat-sifat) alam(science).16

“Ilmu” berasal dari kata “alim” (secara etimologi), berasal dari ‘alima,ya’lamu, menjadi ‘ilmun, ma’lumum, ‘alimun dan sebagainya. Kata ‘alima ter-sebut berarti tahu atau mengetahui sesuatu (lawan dari jahl), ma’rifah(pengetahuan).17 ‘Ilm yang berarti pengetahuan merupakan lawan dari kata jahlyang berarti ketidak-tahuan atau bodoh.18 Luis Ma’luf dalam al-Munjid meng-artikan “mengetahui” yang merupakan bentuk mashdar dari ‘alima ya’lamu-‘ilman.19 Ibnu Manzur menyebutkan ilmu antonim dari tidak tahu (naqid al-jahl).Al-Asfahani dan al-Anbari, menyebutkan ilmu mengetahui hakikat sesuatu(idhrak al-sya’i bi haqiqatih). Bisa juga disepadankan dengan kata ma’rifah(pengetahuan), fiqh (pemahaman), hikmah (kebijaksanaan), dan syu’ur (perasaan),ma’rifah adalah kata yang paling populer yang digunakan dalam kebiasaan.20

Dawam Raharjo kata ‘ilm adalah sinonim dengan ma’rifah, ilmu itu berartiscience atau scientia (pengetahuan).21 Al-Qur’an menyebutkan kata ‘ilm itu danturunannya (tidak termasuk al-a’lam, al-‘alamin, dan alamat yang disebut 76 kali)disebut sebanyak 778 kali.22 Materi ilmu ini terdapat dalam surat Makkiyah dan

_____________12 Abdul Hamid Zahwan, Memburu Ilmu Laduni (Solo: CV Aneka, 2001), xi13 Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Intermasa, 1993), 8914 Imam Al Ghazali, Majmu’ah Rasail, Vol. III, (Bairut: Dar Ma’rifah), 2315 M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an …, 43616Asma biasa diartikan sebagai “nama”, dalam Al Qur’an asma ul-husna dengan

pengertian “attributes of Allah” , demikian pula asma a kullaha dapat diartikan sifat-sifat alam(science), dengan science dapat mempelajari sifat-sifat alam.

17Abu Fadhl Jamal al-Din Muhammad Ibnu Manzur, Lisan al-‘Arab, jil. 16 (Bairut Daral-Fikri, t.t.), 416

18Munawir Ahmad Warson al-Munawir, Kamus Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya:Pustaka Progressif), 219

19Luis Ma’luf, al-Munjid Fi al-Lughah Wal-‘Alam (Bairut: Libanon, Dar al-Masyriq,2005), 526

20Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, cet. 1 (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada,2002), 155

21M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina, 1996), 53122 Ensiklopedi al-Qur’an: Kajian Kosa Kata dan Tafsirnya, cet. 1, (Jakarta: Yayasan

Bimantara, 1997), 150

Page 113: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 217

madaniyyah semua kata jadian ini sebagai kata benda, kata kerja, atau kataketerangan yang telah disebutkan beberapa ratus kali dalam al Qur’an.23

Kata yang menunjukkan kepada ta’lamu (kamu mengetahui) ditujukanuntuk orang kedua jamak, hal itu berulang sebanyak 56 kali. Kemudian 3 kalidalam bentuk fasata’lamuna (maka kalian akan mengetahui), 9 kali dengan lafadhta’lamuna (kalian mengetahui), 85 kali dengan redaksi ya’lamu (dia mengetahui),7 kali dengan lafadh ya’lamuna (mereka mengetahui), dan 47 kali dengan ‘allamabeserta kata tashrifannya.24 Berbentuk ‘alim secara nakirah dan ma’rifah ada 140kali dan 80 kali dalam bentuk kata ‘ilm secara nakirah dan ma’rifah, kata ini me-nunjukkan dengan pasti akan keutamaan ilmu pengetahuan hal ini jelas disebutkandalam al-Qur’an. Dalam kitab mufradat al-Qur’an Imam Raghib al-Ashfahaniilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya ia dapat dikenal dengandua cara mengetahui inti sesuatu itu (tashawwur). Menghukum adanya sesuatupada sesuatu yang ada atau menafikan sesuatu yang tidak ada (tashdiq), maksud-nya mengetahui hubungan sesuatu (benda) dengan sesuatu.25 Al-Ashfahani katakerja yang mempunyai satu objek. QS. al-Anfal: 60, kata yang membutuhkan duaobjek. QS. al-Mumtahanah: 10.

Memahami dan Mengerti Teknologi (Ma’rifatu al-Teknologia)Raghib Ashfahani membagi ilmu ini yang bersifat sempurna dan tidak

sempurna, yakni menjadi ilmu teoritis (ilmu yang membutuhkan pengetahuantentangnya. jika telah diketahui berarti telah sempurna, seperti ilmu tentangkeberadaan dunia) dan aplikatif (ilmu yang tidak sempurna tanpa dipratekkan,seperti ilmu tentang akhlak dan ibadah). Atau disebutkan ilmu rasional (adalahilmu yang didapat dengan akal dan penelitian) dan doctrinal (ilmu yang didapatdengan pemberitaan wahyu dan nabi). Ilmu itu baik ma’rifah maupun intuisi satupemahaman makna.26 Az-Zubaidi dalam kamus Tajul ‘Arus term ilmu adalahyang paling tinggi karena ilmu itulah yang mereka perkenan dinisbatkan kepadaAllah SWT. Tidak menyebutkan Allah arif atau Allah syair. Hal ini tidakdiperdebatkan kelebihan dan kekurangannya seperti yang dipaparkan oleh ImamAbu Hasan al-Yusi dalam kitabnya Qanun ul-‘Ulum, demikian juga disebutkandalam kitab Durul Ma’shum bi ilmi dengan makna melingkupi.27

Mengenal Agama Islam Secara Mendalam (Ma’rifatu al-Din)Disebutkan dalam kitab at-Taufiq oleh al-Manawi ilmu adalah keyakinan

kuat yang tetap sesuai dengan realita. Atau mempunyai sifat yang membuatperbedaan tanpa kritik atau dapat tercapainya bentuk sesuatu dalam akal. Dalamkitab al-Basha’ir bahwa ma’rifat adalah mengetahui sesuatu dengan memikirkandan mentadabburi seperti terdapat dalam lafadh dan makna, ma’rifat berkaitandengan fungsi sesuatu, ilmu dengan kondisi sesuatu. Ma’rifat biasanya tentang se-suatu yang terlalaikan setelah diketahui ia ingat kembali berarti ia mengetahuinya.

_____________23Yusuf Qardhawi, al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, cet. 1,

(Jakarta: GemaInsani Press), 87-9024 Yusuf Qardhawi, al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan…, 8725Al-Raghib al-Ashfahani, Al-Mufradat Fi Gharib al-Qur’an (Bairut: Dar al Ma’rifah,

t.t.), 46-4926 Yusuf Qardhawi, al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan..., 8827 Yusuf Qardhawi, al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan…, 89

Page 114: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Abd. Majid: Manusia sebagai makhluk multi-dimensi dalam Perspektif Al-Qur’an218

Ma’rifat sama dengan zikir nafsi, menghadirkan sesuatu yang terlupakan dariingatan. Berarti antonimnya adalah al-inkar (mengingkari). QS. Yusuf: 58 danQS. an-Nahl: 83.

Ma’rifat adalah mengetahui tentang zat sesuatu secara terperinci. Sedang-kan ilmu dapat mengetahui sesuatu secara global. Mengetahui sesuatu denganmentafakkuri dan mentadabburinya, (dalam kitab mufradat oleh Raghib alAshfahani). QS. al-Baqarah: 89;146 dan QS. Yusuf: 58 dan QS. Muhammad: 30.Ilmu, al-Ma’rifah (pengetahuan) atau al-Fahmu (paham) ilmu itu ada dua ilmudharuri dan ilmu mukhtasab.28 Seperti yang terdapat dalam ilmu dharuri adalahpengetahuan manusia bahwa dunia ini ada Mesir, Cina, Makkah dan India danberbagai kota besar lainnya yang dapat dikenal termasuk bangsa-bangsa yangtelah punah.29 Objeknya dapat berupa alam ataupun manusia. Wujud maupunghaib metode pengetahuan bisa berupa indra dan empiris, akal dan burhan baikberupa wahyu ataupun kenabian. Berbeda dengan pandangan ilmuan barat ilmuterbatas pada yang didasarkan atas pengamatan dan eksperimen.(Al Qur’an bukanmembahas ilmu agama saja), tetapi dalam Al Qur’an mencakup ilmu alam dantermasuk didalamnya ilmu falaq dan sejenisnya yaitu mengandung pengetahuanyang jelas tentang sesuatu.30 Sayyid Muhammad Naquib al-‘Attas ‘ilm (pe-ngetahuan) karena memiliki nuansa yang serupa knowledge. Sedangkan scienceyang merupakan spesies ilmu menjadi ilmu pengetahuan lebih luas dari sains(ilmu pengetahuan) karena ilmu ini salah satu dari konsep yang mendominasidunia Islam dan sangat dikenal dalam peradaban Islam.31 Al-Farabi menjelaskansecara filosofis memasukkan kedalam wilayah ilmu-ilmu matematis, ilmu alam,metafisika, ilmu politik, dan yurisprudensi,32 dan teologi dialegtis. Osman Bakarmenjelaskan kepada ilmu-ilmu religious (ilahiyah) dalam bentuk kalam dan fiqhdalam rincian ilmu-ilmu filosofis termasuk matematika, ilmu alam, metafisika danilmu politik.33 Al-Ghazali menyebutkan secara filosofis ilmu syar’iyyah dan‘aqliyyah, ilmu ghair syar’iyyah dan ditambahkan oleh Qutb al-Din menjadi‘ulum hikmy dan ‘ulum ghair hikmy (ilmu religius) ilmu tersebut dalam suatuperadaban yang memiliki syar’iyyah (hokum wahyu). Menurut al-Bahi sebagai-mana dijelaskan oleh Syukriadi Sambas dalam bukunya: Mantiq, Kaidah BerfikirIslami (ilmu yang bersumber dari Tuhan dan ilmu yang bersumber dari manusia)dan al-Jurjani menambahkan bahwa ilmu qadim (ilmu Allah yang sangat berbedadengan ilmu manusia-hamba-Nya) dan ilmu hadits (baharu yang dimiliki oleh

_____________28 Ilmu dharuri adalah ilmu yang dimiliki oleh orang yang berilmu tanpa meragukannya

dan tidak mengandung syubhat. Ia didapatkannya tanpa proses berpikir dan merenung, biasanya iamengetahui melalui perasaan dan akal. Seperti mengetahui sesuatu mustahil bergerak dan diamterus, atau berdiri sekaligus duduk atau sakit dan sehat pada saat yang sama. Adapun ilmumukhtasab yaitu ilmu yang berdasarkan pembuktian dengan dalil dan nadhar (perenungan), adayang samar dan ada yang jelas yang dekat kepada ilmu dharuri ia semakin jelas sebaliknyasemakin menjauh darinya semakin samar.

29Yusuf Qardhawi, al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan..., 18730M. Quraih Shihab, Wawasan Al Qur’an (Bandung: Mizan Media, 2003), 43431Muhammad Naquib al-‘Attas, Islam dan Filsafat Sains, (Bandung: Mizan, 1995), 2132Yurisprudensi artinya ajaran hukum melalui peradilan, Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, cet. 3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 127833Osman Bakar, Hirarki Ilmu, Membangun Rangka-Pikir Islamisasi Ilmu, cet. III

(Bandung: Mizan, 1998), 167-171

Page 115: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 2, Juli 2013 219

manusia sebagai hamba-Nya).34 Dari gambaran ini al-Ghazali lah sebagai filosofpertama yang mengembangkan teori iluminasionis beliau mensinyalir bahwapengetahuan intuisi (ma’rifah) yang datang dari Allah langsung kepada hamba-Nya adalah pengetahuan yang paling benar.

KesimpulanPemaparan di atas telah menyuguhkan sebuah potret manusia sebagai

makhluk material dan spiritual yang memiliki banyak kesamaan dengan jenisbinatang. Akan tetapi, pada saat yang sama dipisahkan dari jenis makhluk hewanitersebut dengan jurang perbedaan-perbedaan mendasar yang mencolok. Masing-masing menunjukkan bahwa manusia merupakan makhluk dengan dimensi ter-sendiri, masing-masing merupakan pengejawantahan tersendiri dalam eksistensiseseorang secara menyeluruh. Sebagaimana ditemukan dalam perjalanan hidupseseorang.

Manusia juga dikenal sebagai makhluk individu dan social. Dari kenyataantersebut telah mengantarkan diri manusia ke satu lingkungan yang bersifatdinamis. Kedinamisan ini dapat melahirkan inovasi-inovasi yang secara terus-menerus berkembang sepanjang waktu dan zaman. Perkembangan inilah lebihdikenal dengan kemampuan manusia berbudaya. Pada sisi lain, manusia sebagaimakhluk sosial, karena pada hakikatnya manusia sejak lahir ke dunia ini telahmemiliki bakat untuk bersosialisasi. Oleh karena itu, manusia akan selalubermasyarakat dalam kehidupannya. Bahkan pada diri manusia mempunyaidorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) kepada orang lain.

_____________34Syukriadi Sambas, Mantiq, Kaedah Berpikir Islami, cet. 1, (Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya, 1996), 37-39

Page 116: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Abd. Majid: Manusia sebagai makhluk multi-dimensi dalam Perspektif Al-Qur’an220

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Aisyah binti al-Syathi’. al-Tafsir al-Bayan li al-Qur’an al-Karim, terj. Muzakir.Bandung: Mizan, 1996

Hamka. Tafsir al-Azhar, juz. 29, cet. 2. Jakarta: Pembimbing Masa, 1998

Nasution, Muhammad Nasir. Manusia Menurut Al-Ghazali. Jakarta: RajaGrafindo Perkasa, 1999

Quthb, Sayyid. Tafsir fi Zhilal al-Qur’an, jil. 8, terj. Amiruddin. Kairo: Dar al-Syuruq, 2005

Sulaiman Yasin, Haroon Din. Manusia dan Islam. Pulau Pinang: Dorong UBSSdn. Bhd, 1985

Tildar. Multikulturalisme, Tantangan-Tantangan Global Masa Depan dalamTransformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grafindo, 2004

Page 117: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Media Kajian Al-Quran dan ... · Cara pelafazan ayat-ayat al-Quran berdasarkan riwayat yang bersambung kepada Nabi dan bersifat tauqify bukan ijtihadi

Petunjuk Penulisan

Ketentuan Penulisan

Tema Tulisan

Judul bebas, namun harus berkaitan dengan al-Qur'an dan Hadits.

Jumlah Halaman

Halaman berkisar antara 12 s.d 15, kertas kuarto, spasi 1,5 denganprogram microsoft word dengan file doc atau rtf sertakan naskahprint out dan compact disk (cd).

Pengutipan ayat dan hadits

1. Kutipan ayat al-Qur'an harus menuliskan dan terjemahnya sertamencantumkan nomor surat dan ayat.

2. Hadits ditulis secara lengkap teks dan terjemahnya sertasumbernya.

Referensi

Menggunakan referensi lengkap dengan model foot note bukan endnote. Contoh:

1Ibnu Rusyd, Bidayat Al-Mujtahid, Jilid I, Terj. MA.Abdurrahman dan A. Haris Abdullah (Semarang: Asy-Syifa’,1990), 14.

Abstrak dan Kata Kunci

Abstrak dalam dua Bahasa, salah satunya berbahasa asing. Katakunci harus mewakili pesan utama tulisan, yang terdiri dari 3 kata.

Identitas Penulis

Identitas penulis harus menyebutkan lembaga yang beralamat(terjangkau pos), dan harus disertai alamat email. Contoh:Khairuddin, Fakultas Syari'ah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh,Kopelma Darussalam Kota Banda Aceh, 23111. Email:[email protected]

Tulisan dapat diantar langsung kepada Tim Redaksi (alamatRedaksi tertera dalam halaman pengurus), atau melalui email:[email protected]

221