judul parvinder kumar, ashma gupta, roopali fotra, · pdf filetugas review jurnal...

13
Tugas Review Jurnal Internasional © Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): 41-47 (2010) Jurnal Internasional Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Nama : Cipto Suriantika Minggu, 30/03/2014 Nim : 1204015080 Kelas : 4-A Page 1 JUDUL Diduga Gangguan Genetik pada Kromosom Anomali : Laporan Pertama dari Jammu dan Kashmir Parvinder Kumar, Ashma Gupta, Roopali Fotra, Upma, Sunil Raina, Surbhi Sethi, T.R.Raina and Subash Gupta Institute of Human Genetic; Human Genetic Research cum Counselling Centre, University of Jammu, /Govt. Medical College Jammu, Jammu, 180006, Jammu and Kashmir, India KEYWORDS Down Syndrome, Klinefelter Syndrome, Turner Syndrome, Delayed Milestones, Mosaicism ABSTRACT Dalam periode empat tahun (2005-2009), total 161 orang dari kelompok usia yang berbeda menyajikan klinis profil seperti sindrom genetik menentu, beberapa anomali kongenital, perawakan pendek, dysmorphism wajah, perilaku tidak normal, keterbelakangan mental, down sindrom di rujuk ke Penelitian Genetika Manusia Konseling pusat, studi Jammu. Kromosom dilakukan dalam semua kasus yang dimaksud, ketika kromosom kelainan terdeteksi di 91 (56.52%) individu. Selain studi kromosom, beberapa faktor non-sitogenetika seperti usia ibu, laki laki: perempuan rasio, urutan kelahiran dan kerabat juga telah diteliti untuk mengetahui kemungkinan hubungan faktor-faktor ini dengan penyimpangan kromosom pada pasien yang dirujuk. PENDAHULUAN Kelainan kromosom, penyebab anomali kongenital manusia membuat kontribusi besar terhadap morbiditas dan mortalitas manusia (Verma dan Dosik 1980; . Navsaria et al 1993; Mohammad 1997 dan Anupam et al . 2003). Kelainan ini dapat berakibat fatal ketika perkembang janin gagal mencapai jangka waktu penuh dan akan dibatalkan atau janin mungkin tidak kompatibel dengan rahim

Upload: phunghuong

Post on 06-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tugas Review Jurnal Internasional © Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): 41-47 (2010)

Jurnal Internasional Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Nama : Cipto Suriantika Minggu, 30/03/2014

Nim : 1204015080

Kelas : 4-A Page 1

JUDUL

Diduga Gangguan Genetik pada Kromosom Anomali :

Laporan Pertama dari Jammu dan Kashmir

Parvinder Kumar, Ashma Gupta, Roopali Fotra, Upma, Sunil Raina, Surbhi

Sethi,

T.R.Raina and Subash Gupta

Institute of Human Genetic; Human Genetic Research cum Counselling

Centre, University of Jammu, /Govt. Medical College Jammu, Jammu, 180006,

Jammu and Kashmir, India

KEYWORDS Down Syndrome, Klinefelter Syndrome, Turner Syndrome, Delayed Milestones, Mosaicism

ABSTRACT

Dalam periode empat tahun (2005-2009), total 161 orang dari kelompok

usia yang berbeda menyajikan klinis profil seperti sindrom genetik menentu,

beberapa anomali kongenital, perawakan pendek, dysmorphism wajah, perilaku

tidak normal, keterbelakangan mental, down sindrom di rujuk ke Penelitian

Genetika Manusia Konseling pusat, studi Jammu. Kromosom dilakukan dalam

semua kasus yang dimaksud, ketika kromosom kelainan terdeteksi di 91 (56.52%)

individu. Selain studi kromosom, beberapa faktor non-sitogenetika seperti usia

ibu, laki laki: perempuan rasio, urutan kelahiran dan kerabat juga telah diteliti

untuk mengetahui kemungkinan hubungan faktor-faktor ini dengan penyimpangan

kromosom pada pasien yang dirujuk.

PENDAHULUAN

Kelainan kromosom, penyebab anomali kongenital manusia membuat

kontribusi besar terhadap morbiditas dan mortalitas manusia (Verma dan Dosik

1980; . Navsaria et al 1993; Mohammad 1997 dan Anupam et al . 2003). Kelainan

ini dapat berakibat fatal ketika perkembang janin gagal mencapai jangka waktu

penuh dan akan dibatalkan atau janin mungkin tidak kompatibel dengan rahim

Tugas Review Jurnal Internasional © Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): 41-47 (2010)

Jurnal Internasional Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Nama : Cipto Suriantika Minggu, 30/03/2014

Nim : 1204015080

Kelas : 4-A Page 2

dalam kehidupan, tetapi anak lahir dengan fenotipik gross anomali membuat anak

berbeda dan dokter mencurigai kondisi tersebut. (Berry 1991). Anomali

kongenital memiliki kromosom, selain menyebabkan fenotipik gross anomali juga

tetap menjadi penyebab utama mental retardasi (Pashayan et al 1973;. Anupam et

al . 2003). Sejauh ini, lebih dari 100 kromosom mengalami gangguan dan telah

dilaporkan, namun, trisomi 21 tetap umum dengan insiden 1:650-1:1000 kelahiran

hidup (Hassold dan Sherman 2000; Sanjeev et al . 2002). Trisomi 21 penyebab

Down syndrome. Selain menjadi terkemuka penyebab keterbelakangan mental,

sindrom ini bertahan untuk jangka waktu lama ( Sanjeev et al . 2002).

Non-disjunction dari kromosom nomor 21 menyebabkan aneuploidi nya

(Wright 1990). Yang tepat penyebab non-disjungsi tetap tidak diketahui,

meskipun upaya telah dilakukan pada hubungan usia ibu dengan kelahiran Down

syndrome. Urutan kelahiran, kondisi ekonomi, latar belakang pedesaan/perkotaan,

kerabat, jenis kelamin anak yang terkena dampak dan usia tua adalah beberapa

parameter tambahan yang perlu harus bekerja secara ekstensif.

Studi Kromosom dilakukan pada 161 disebut kasus ini bertujuan untuk

mengetahui kejadian penyimpangan kromosom dalam kasus yang dirujuk. Selain

studi kromosom, upaya juga telah telah dibuat untuk bekerja di luar asosiasi

mungkin

parameter non-sitogenetika seperti usia ibu, urutan kelahiran, kondisi sosial

ekonomi, latar belakang perkotaan/perdesaan, dan jenis kelamin yang terkena

dampak anak-anak dengan sindrom Down kelahiran yang anomali kongenital

yang umum.

BAHAN DAN METODE

Studi kromosom pada 161 kasus yang dirujuk adalah

dilakukan dari GTG banded pelat metafase berikut Seabright (1971). Menyebar

GTG melengkapi banded yang karyotyped. tabel 1 menunjukkan kategorisasi

klinis sebagaimana dimaksud kasus.

Tugas Review Jurnal Internasional © Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): 41-47 (2010)

Jurnal Internasional Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Nama : Cipto Suriantika Minggu, 30/03/2014

Nim : 1204015080

Kelas : 4-A Page 3

HASIL

Hasil yang diamati dari studi kromosom.

Tabel 1: Pengkategorian kasus klinis disebut (161)

No. Diagnosis Klinis Jumlah Pasien Persentase

1. Down syndrome 80 49,7

2. Delayed milestones 50 31,1

3. Turner syndrome 18 11,2

4. Klinefelter syndrome 11 6,8

5. Patau syndrome 02 1,2

Total 161 100,0

dan kariotipe disiapkan diberikan dalam tabel 2 Trisomi 21 , XO , XXY dan

trisomi 13 adalah kelainan kromosom terdeteksi pada 91 dari 161 kasus dimaksud.

Trisomi 21 bebas serta mosaik adalah kromosom yang paling umum

terdapat kelainan yang terdeteksi di 71 dari 91 kasus. Di antara 80 sindrom klinis

Bawah, khas Trisomi 21 terdeteksi pada 59 kasus sedangkan, sisanya 21 kasus

memiliki kariotipe normal dan di antara 50 kasus dengan Delayed milestones,

mosaicism dari trisomi 21 terdeteksi hanya 12 kasus sedangkan sisanya 38 kasus

Tugas Review Jurnal Internasional © Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): 41-47 (2010)

Jurnal Internasional Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Nama : Cipto Suriantika Minggu, 30/03/2014

Nim : 1204015080

Kelas : 4-A Page 4

telah biasa kariotipe. Sehingga membuat total 71 kasus di mana Trisomi 21

terdeteksi ( lihat Gambar .1 dan 2 ) .

Dari 18 perempuan klinis Turner, 11 diantaranya ditemukan memiliki

kromosom seks XO konstitusi (lihat Gambar .3) dan sisanya tujuh telah biasa

kariotipe dimana kedua X -kromosom yang utuh. 7 dari 11 sindrom Klinefelter

klinis ditemukan memiliki 47 kromosom seks XXY konstitusi ( lihat Gambar . 4 ).

Trisomi 13 bisa terdeteksi hanya dalam 2 kasus dan kedua kasus tersebut secara

klinis didiagnosis sebagai sindrom Patau ( Tabel 2 ).

Gambar. 1. Photokaryotype dari laki-laki down syndrome

Usia Ibu : Tingkat Kelahiran 71 kasus memiliki Trisomi 21 (keduanya

bebas dan mosaicism) adalah tertinggi di antara ibu antara 26-30 tahun

usia (Tabel 3).

Sex Anak: Dari 71 genetik dikonfirmasi Bawah sindrom (Kedua dengan

gratis Trisomi 21 dan Mosaikisme dari 21), 45 (63,38%) yang laki-laki dan 26

(36,61%) adalah perempuan dengan perkiraan 02:01 laki-laki terhadap

Tugas Review Jurnal Internasional © Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): 41-47 (2010)

Jurnal Internasional Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Nama : Cipto Suriantika Minggu, 30/03/2014

Nim : 1204015080

Kelas : 4-A Page 5

perempuan. Urutan Kelahiran: Mayoritas (54,92%) dari Down anak sindrom

dilahirkan sebagai edisi 1 (Tabel 4).

Kerabat: Sebagian besar pasangan yang non-kerabat. Jumlah Pasangan = 71 Non

kerabat Couple = 58 (81.69%) Kerabat Couple = 13 (18.30%).

PEMBAHASAN

Studi Kromosom dilakukan pada 161 kasus kelainan bawaan menunjukkan

kromosom kelainan pada 91 kasus (56,52%) dengan trisomi 21 menjadi yang

paling umum (78%). Tinggi persentase kelainan kromosom bisa dihubungkan

dengan fakta bahwa sebagian besar kasus dimaksud telah penuh sesak nafas fitur

yang berbeda sindrom. Trisomi 21 terdeteksi pada 71 kasus tetap kromosom yang

paling umum kelainan dalam penelitian ini. berikut Trisomi 21, kelainan

kromosom berikutnya adalah kondisi XO (12,08%).

Tugas Review Jurnal Internasional © Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): 41-47 (2010)

Jurnal Internasional Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Nama : Cipto Suriantika Minggu, 30/03/2014

Nim : 1204015080

Kelas : 4-A Page 6

Gambar. 2. Photokaryotype dari down syndrome perempuan

Tabel 2: Kelainan kromosom terdeteksi.

Total

Number

Free

Trysomi

21

Mosaic

Trysomi

21

XO

Condition

XXY

Condition + 13

91 59 12 11 07 02

Studi Kromosom pada individu yang dicurigai memiliki Gangguan genetik

telah dilakukan oleh Verma dan Dosik (1980), Shah et al. (1990), Nkanza dan

Tobani (1991), Mohammad (1997), Waheid et al. (2008b) dan berbagai pekerja

lainnya. Para pekerja ini telah melaporkan variasi luas dalam frekuensi kelainan

kromosom pada studi mereka. Pada penelitian ini, kromosom penyimpangan

terdeteksi pada 56.52% dan dengan demikian angka ini lebih tinggi dari sebagian

besar sebelumnya laporan.

Tugas Review Jurnal Internasional © Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): 41-47 (2010)

Jurnal Internasional Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Nama : Cipto Suriantika Minggu, 30/03/2014

Nim : 1204015080

Kelas : 4-A Page 7

Gambar. 3. Photokaryotype dari sindrom Turner

Tugas Review Jurnal Internasional © Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): 41-47 (2010)

Jurnal Internasional Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Nama : Cipto Suriantika Minggu, 30/03/2014

Nim : 1204015080

Kelas : 4-A Page 8

Tabel 3: Hubungan antara usia ibu dan kelahiran Down syndrome.

No. Usia Ibu (Tahun) Jumlah Kelahiran Persentase

1. 20-25 20 28,2

2. 26-30 35 49,3

3. 31-35 10 14,1

4. 36-40 06 8,4

Total 71 100,0

Tabel 4: Persentase frekuensi urutan kelahiran dari Penderita sindrom Down.

No. Urutan Kelahiran Jumlah Pasien Persentase

1. 1st Birth Order 39 54,9

2. 2nd

Birth Order 19 26,8

3. 3rd

Birth Order 08 11,3

4. 4th Birth Order 02 2,8

5. 5th Birth Order 03 4,2

Literatur yang ada pada penyimpangan kromosom menunjukkan trisomi

21 menjadi yang paling umum. Temuan Hadir yang mirip dengan laporan yang

tersedia. Trisomi 21 dalam penelitian ini adalah 78%, ini nilai hampir mirip

dengan laporan sebelumnya, dimana trisomi 21 di anomali kongenital memiliki

tercatat menjadi 74,6% (Gardener dan Sutherland 1996). Namun frekuensi

mosaicism di sindrom Down bervariasi antara 0-4% (Wright 1990;. Sanjeev et al,

2002).

Tugas Review Jurnal Internasional © Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): 41-47 (2010)

Jurnal Internasional Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Nama : Cipto Suriantika Minggu, 30/03/2014

Nim : 1204015080

Kelas : 4-A Page 9

Gambar. 4. Photokaryotype dari sindrom Klinefelter

Dalam penelitian ini sekitar 13,18% pasien dengan Down

syndrome memiliki mosaicism. Mayoritas dari mosaik Down syndrome yang lahir

dari ibu di bawah 30 tahun. Oleh karena itu dalam penelitian ini, frekuensi

persentase mosaicism di Down syndrome lebih tinggi maka laporan sebelumnya.

Kelahiran down syndrome sering kali terkait dengan usia ibu oleh berbagai

pekerja (Multon et al 1996 ; . . Sanjeev et al 2002; Anupam et al . 2003; Waheid

et al . 2008a) . Seperti dilansir pekerja, peningkatan usia ibu memiliki umumnya

menjadi hubungan yang terkait dengan non disjungsi kromosom nomor 21. Hal ini

mungkin disebabkan kelebihan dari pematangan sel telur. Diperkirakan bahwa 80

% Down sindrom dilahirkan untuk wanita < 35 tahun, namun, dalam penelitian ini

hanya 6 (8,4 %) perempuan berada pada kelompok usia >35 tahun.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini, sebagian besar ibu adalah <35 tahun.

Trisomi 21 bisa menjadi konsekuensi dari non-disjungsi yang mungkin terjadi

selama gametogenesis atau dalam pembelahan 1 atau 2 (Pullian dan Huether

Tugas Review Jurnal Internasional © Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): 41-47 (2010)

Jurnal Internasional Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Nama : Cipto Suriantika Minggu, 30/03/2014

Nim : 1204015080

Kelas : 4-A Page 10

1986, Wright 1990). Nondisjunction bisa terjadi kapan saja, oleh karena itu anak-

anak dengan trisomi 21 dapat lahir dari ibu dari semua kelompok umur . Karena

dalam penelitian ini Mayoritas ibu <35 tahun, oleh karena itu mungkin,

dihubungkan dengan fakta bahwa sebagian besar kehamilan terjadi pada wanita

yang lebih muda. Oleh karena itu, saat ini Temuan tentang hubungan usia ibu

dengan kelahiran sindrom Down yang mirip dengan laporan sebelumnya .

Down syndrome biasanya dianggap sebagai Produk Kelelahan (Berry

1991). Pada saat ini, 39 (54.92%) Down syndrome adalah 1 di urutan kelahiran

dan 19 (26,76%) dalam urutan kelahiran 2. Setelah urutan kelahiran 2 kejadian itu

sangat rendah. Hadir temuan karena itu bertentangan dengan laporan sebelumnya,

pelaporan sindrom Down sebagai anomali kongenital yang paling umum.

KESIMPULAN

Di antara sekelompok individu dengan fenotip kelainan di mana

karyotyping itu dilakukan, frekuensi kromosom autosomal penyimpangan

ditemukan jauh lebih tinggi daripada anomali kromosom seks. Trisomi 21 adalah

paling sering. Penggambaran yang tepat dari seorang mayor Trisomi autosomal

hanya mungkin menggunakan klinis pemeriksaan dan alat sitogenetika.

pengakuan orang tua dengan kelainan kromosom adalah penting, karena risiko

kekambuhan tinggi di beberapa kasus. Pengetahuan ini memungkinkan tepat

konseling genetik untuk diproduksi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis berterima kasih kepada para dokter dari Jammu untuk merujuk

kasus untuk kromosom studi. Penulis juga berterima kasih kepada Jammu dan

Kashmir Negara Dewan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk menyediakan

bantuan keuangan untuk penelitian ini.

Tugas Review Jurnal Internasional © Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): 41-47 (2010)

Jurnal Internasional Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Nama : Cipto Suriantika Minggu, 30/03/2014

Nim : 1204015080

Kelas : 4-A Page 11

REFERENSI

Berry R 1991. Benefit of repeat cytogenetic studies in Fig. a high risk pediatric

population. American Journal of Human Genetics, 49(4): 257.

Gardener RJ, Sutherland GR 1996. Elements of medical cytogenetics. In: RJ

Gardener, CR Sutherland (Eds.): Chromosomal Abnormalities and

Genetic Counselling. Oxford: Oxford University Press, pp. 6-9.

Kothare Sanjeev, Shetty Neera, Dave Usha 2002. Maternal ages chromosomal

profile in 160 Down syndrome cases Experience of a Tertiary Genetic

Centre from India. Int J Hum Genet, 2(1): 49-53.

Kour Anupam, Mahajan Surbhi, Singh Jai Rup 2003. Cytogenetic Profile of

individuals with Mental Retardation. Int J Hum Genet, 3(1): 13-16.

Hassold TA, Sherman S 2000.Down syndrome: Genetic recombination and origin

of the extra chromosome 21. Clin Genet, 57: 95-100.

Mohammed M Mokhtar 1997.Chromosomal aberration in children with suspected

genetic disorders. Eastern Mediterranean Health Journal, 3(1): 114-122.

Multon D, Alberman E, Hook ED 1996. Cytogenetics and epidemiological

finding in Down syndrome, England and Wales 1989 to 1993. Journal of

Medical Genetics, 33:387-94.

Navsaria D, Mathews T, Robert A Conte, Verma Ram S 1993. Chromosomal

anomalies in 1000 children referred with suspected genetic disorders.

Human Heredity, 43(3): 137-40.

Tugas Review Jurnal Internasional © Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): 41-47 (2010)

Jurnal Internasional Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Nama : Cipto Suriantika Minggu, 30/03/2014

Nim : 1204015080

Kelas : 4-A Page 12

Nkanza NK, Tobani CT 1991.Chromosomal abnormalities. Experience in Harare

hospital. East African Medical Journal, 7: 87-8.

Pashayan H, Dallaire L and Macleod P 1973. Bilateral aniridia, multiple webs and

severe mental retardation in a 47,XXY/XXXY mosaic. Clinical Genetics,

4: 125-129.

Pullian LH, Huether CA 1986. Translocation Down syndrome in Ohio 1970-1981:

epidemiologic and cytogenetic factors and mutation rate estimates.

American Journal of Human Genetics, 39: 361- 370.

Seabright M 1971.A rapid banding technique for human chromosomes. Lancet, 2:

971-972.

Shah V, Krishna DS, Murthy SK 1990.Cytogenetic studies in a population

suspected to have chromosomal abnormalities. Indian Journal of

Pediatrics, 57: 235-43.

Verma RS and Dosik H 1980.Incidence of major chromosomal abnormalities in

Fig. referred populations for suspected chromosomal aberrations: a report

of 537 cases. Clinical Genetics, 17: 305-308.

Waheid KB, Raina TR, Parvinder K, Shalu S, Subash G 2008a. Down Syndrome:

chromosome study of 118 Cases from the state of Jammu & Kashmir

(J&K), India. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism, 12(6&7):

5-8.

Waheid KB, Parvinder K, Raina TR, Subash G 2008b. Double trisomy with 48,

XXX+21 karyotype in a Down’s syndrome child from Jammu and

Kashmir, India. Journal of Genetics, 87(3): 257-259.

Tugas Review Jurnal Internasional © Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): 41-47 (2010)

Jurnal Internasional Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Nama : Cipto Suriantika Minggu, 30/03/2014

Nim : 1204015080

Kelas : 4-A Page 13

Wright SW 1990. The frequency of Trisomy and translocation in Down

syndrome. Journal of Pediatrics, 70: 420-424.