[jk] implementasi pendidikan keselamatan dalam …staffnew.uny.ac.id/upload/131121721/lainlain/c.8....

17
[JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SEKOLAH DASAR KELAS BAWAH Yahoo/Inbox lppm uny <[email protected]> To:[email protected],[email protected] Jan 5, 2017 at 11:42 AM Selamat siang, Review telahkami terima, mohon untuk memperbaiki sesuai saran dan unggah dalam author upload pada menu paling bawah Terima kasih Salam Jannah

Upload: others

Post on 25-Oct-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: [JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM …staffnew.uny.ac.id/upload/131121721/lainlain/C.8. Submited Artikel... · sikap hidup selamat – utamanya guru penjasorkes dan kepala

[JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM PROSES

PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SEKOLAH DASAR KELAS BAWAH

Yahoo/Inbox

lppm uny <[email protected]>

To:[email protected],[email protected]

Jan 5, 2017 at 11:42 AM

Selamat siang,

Review telahkami terima, mohon untuk memperbaiki sesuai saran dan unggah

dalam author upload pada menu paling bawah

Terima kasih

Salam

Jannah

Page 2: [JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM …staffnew.uny.ac.id/upload/131121721/lainlain/C.8. Submited Artikel... · sikap hidup selamat – utamanya guru penjasorkes dan kepala
Page 3: [JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM …staffnew.uny.ac.id/upload/131121721/lainlain/C.8. Submited Artikel... · sikap hidup selamat – utamanya guru penjasorkes dan kepala
Page 4: [JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM …staffnew.uny.ac.id/upload/131121721/lainlain/C.8. Submited Artikel... · sikap hidup selamat – utamanya guru penjasorkes dan kepala

24

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATANDALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA

Yustinus Sukarmin dan SumaryantiFakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

email: [email protected]

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan keselamatan

oleh guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (penjasorkes) SD kelas bawahdalam proses pembelajaran penjasorkes. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptifdengan menggunakan satu variabel, yaitu implementasi pendidikan keselamatan. Populasiyang digunakan dalam penelitian ini adalah guru penjasorkes SD Negeri se-DaerahIstimewa Yogyakarta (DIY) yang berjumlah 1.386 orang. Sampel yang digunakansebanyak 200 orang yang diambil secara random (acak) dengan teknik cluster samplingatau area sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode survei denganteknik angket. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknikdeskriptif kuantitatif dengan persentase. Hasil penelitian menunjukkan implementasipendidikan keselamatan yang dilakukan oleh guru penjasorkes SD kelas bawah dalamproses pembelajaran penjasorkes adalah sebagai berikut. Pertama, yang termasuk dalamkategori cukup adalah secara keseluruhan (82,69%), berdasarkan aspek lingkungan(78,92%), aspek peserta didik (81,94%), aspek fi sik (84,19%), dan aspek cuaca (73,65%).Kedua, yang termasuk kategori baik adalah berdasarkan aspek manusia (86,46%) danaspek guru (90,99%).Kata kunci: pendidikan keselamatan, penjasorkes, sekolah dasar

IMPLEMENTATION OF SAFETY EDUCATION IN THE SPORT CLASS

AbstractThis study was aimed at fi nding out the signifi cance of safety education implemented

the physical education teachers of the lower grade of the elementary school during theteaching-learning process. The study was is descriptive qualitative with one variable,namely implementation of safety education. The research subjects were 1,368 physicaleducation teachers of state elementary schools in the Special Region of Yogyakarta,selected by cluster random sampling of 200 teachers from each school. The study wasa survey using questionnaires to collect data. Data analysis was descriptive quantitativeusing percentages. Findings show that safety education implemented by the lower gradeof elementary school physical education teachers is described as follows. First, in thefair category in general = 82.69%, in the environmental aspect = 78.92%, in the studentaspect = 81.94 %), and in the weather aspect = 73.65%. Second, in the good caregory, inthe human aspect = 86.46% and in the teacher aspect = 90.99%.Keywords: safety education, physical education, elementary school

Page 5: [JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM …staffnew.uny.ac.id/upload/131121721/lainlain/C.8. Submited Artikel... · sikap hidup selamat – utamanya guru penjasorkes dan kepala

25

PENDAHULUANKeselamatan dengan kecelakaan

merupakan dua macam keadaan yangberbeda 180 derajat alias bertolak belakang.Keselamatan selalu dihubungkan dengankondisi yang bermakna positif, sepertigembira, suka cita, bahagia, dan sejahtera.Kecelakaan mempunyai konotasi negatif,seperti sedih, duka cita, dan menderita.Meskipun demikian, keduanya senantiasaberjalan beriringan bahkan berhimpitan danini sering kurang disadari oleh manusia.Perubahan yang terjadi di antara keduakeadaan yang berbeda ini pun berlangsungdemikian cepat ketika manusia sedangterlena. Kecelakaan dapat terjadi kapansaja, di mana saja, pada siapa saja, dandalam aktivitas apa saja.

Proses pembelajaran pendidikanjasman i o l ah r aga dan keseha tan(penjasorkes) di sekolah, khususnya disekolah dasar (SD) kelas bawah, rawandengan terjadinya kecelakaan. Aktivitasfi sik yang menjadi kegiatan utama dalamproses pembelajaran penjasorkes dantempat berlangsungnya proses pembelajaranpenjasorkes berisiko tinggi terjadinyakecelakaan. Di samping itu, alat yang dipakaidalam proses pembelajaran penjasorkes,materi pelajaran penjasorkes, dan cuacayang menaungi proses pembelajaranpenjasorkes mempunyai risiko yang samaakan terjadinya kecelakaan.

Semua cabang olahraga yang menjadimedia proses pembelajaran penjasorkesmempunyai potensi menimbulkankecelakaan yang tinggi bagi pelakunya.Besar dan kecilnya risiko cedera yangditimbulkan oleh kecelakaan tersebutbergantung pada jenis olahraga yangdilakukan dan pihak-pihak yang terkaitdengan kegiatan tersebut, seperti guru danpeserta didik. Sepak bola lebih potensialmenimbulkan cedera bagi pelakunyadaripada bulu tangkis, tenis meja, atau

tenis lapangan. Guru yang lalai dan kurangdisiplin mempunyai risiko mendatangkankecelakaan lebih besar bagi peserta didiknyadaripada guru yang mengajar dengankonsentrasi penuh dan mempunyai disiplintinggi. Peserta didik SD kelas bawahmempunyai potensi mengalami kecelakaanjauh lebih besar dibandingkan peserta didikSD kelas atas.

Wyeth (2004, p. 2) melaporkan kasuskecelakaan dalam berbagai aktivitasyang berhubungan dengan penjasorkesdi Inggris, pada tahun 2002, di antaranyarenang 6 kasus, atletik 27 kasus, senam70 kasus, permainan tanpa kontak fi sik104 kasus, dan permainan dengan kontakfi sik 131 kasus. Dalam laporan itu jugadiinformasikan bahwa kebanyakankorban menderita cedera patah tulang.Mueller (2004, p. 4) dalam penelitiannyamelaporkan sebanyak 22 orang pesertadidik sekolah menengah mengalami cederakatastropik langsung selama mengikutifootball musim gugur tahun 2002. Dari 22orang yang mengalami cedera tersebut, 5orang meninggal dunia, 6 orang mengalamiketidakmampuan fungsional permanen,dan 11 orang mengalami cedera serius.Dari pihak mahasiswa dilaporkan 6 orangmengalami cedera katastropik langsung.Korban meninggal dunia tidak langsunguntuk atlet wanita berjumlah 11 orang,meliputi sepak bola 6 orang, polo air 1orang, dan atletik 4 orang. Selain itu, iajuga melakukan penelitian cedera olahragajangka panjang pada peserta didik sekolahmenengah pada musim gugur selamarentang waktu 20 tahun, periode 1982-2002. Hasil penelitiannya menunjukkan546 orang peserta didik mengalami cederakatastropik langsung. Dari jumlah tersebut,528 orang di antaranya (96%) berasal daricabang olahraga football.

Kendatipun demikian orang tidakboleh merasa pesimis, bahkan menjadi

Yustinus S. & Sumaryanti: Implementasi Pendidikan Keselamatan...

Page 6: [JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM …staffnew.uny.ac.id/upload/131121721/lainlain/C.8. Submited Artikel... · sikap hidup selamat – utamanya guru penjasorkes dan kepala

26

takut untuk melakukan aktivitas, karenapada prinsipnya kecelakaan itu dapatdicegah. Pencegahan kecelakaan meliputiperubahan perilaku manusia dan lingkunganuntuk mengeliminasi atau menghilangkanbahaya yang ada. Perubahan perilakumanusia dilakukan melalui pendidikankeselamatan dengan menanamkan nilai-nilai keselamatan atau sikap hidup selamatkepada peserta didik yang meliputipengetahuan, keterampilan, dan sikap yangbaik tentang keselamatan.

Penanaman nilai-nilai keselamatanatau sikap hidup selamat dapat dilakukanmelalui tiga jalur, yaitu jalur informal dirumah oleh orang tua, jalur nonformal dimasyarakat oleh lembaga kemasyarakatanatau pemerintahan, dan jalur formal disekolah oleh guru. Guru penjasorkes SDkelas bawah, bertanggung jawab penuhterhadap keselamatan para peserta didiknyapada waktu mengikuti proses pembelajaranpenjasorkes, sekaligus menjadi ujungtombak dalam rangka menanamkan sikaphidup selamat kepada para peserta didiknya.Karena perannya yang begitu besar,dominan, dan sentral, seorang guru dituntutharus benar-benar profesional dan unggul(excellent) agar bisa membawa perubahanperilaku peserta didiknya ke arah yang lebihbaik lagi (Suyono & Hariyanto, 2014, p.187).

Penelitian ini dilakukan dengan tujuanuntuk mengetahui implementasi pendidikankeselamatan oleh guru penjasorkes SDkelas bawah dalam proses pembelajaranpenjasorkes. Hasil penelitian ini diharapkandapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang ikut bertanggung jawab terhadappenanaman nilai-nilai keselamatan atausikap hidup selamat – utamanya gurupenjasorkes dan kepala sekolah SD –kepada peserta didik. Sikap hidup selamatakan dapat membantu menyelamatkansegala potensi yang mereka miliki sehingga

akhirnya mereka dapat menikmati masadepan yang lebih baik lagi.

Kecelakaan adalah suatu peristiwayang tidak direncanakan yang dapatmengakibatkan hilangnya waktu, rusaknyabarang-barang, luka, cacat, atau kematian(AAHPER, 1998, p. 7). Kecelakaanmenunjukkan adanya indikasi bahwamanusia telah gagal mengoperasikansesuatu secara efektif dan itu dapatmenimbulkan akibat yang tragis dan tidakterduga. Efektif di sini berarti benar-benarada pengurangan kecelakaan dan dapatdikembangkan ke dalam program yang baikuntuk pencegahan kecelakaan.

Kecelakaan itu ada sebabnya, olehkarena itu manusia dapat mengendalikannyauntuk berbagai tingkatan. Identifikasiterhadap faktor-faktor penyebab danpengenalan prosedur pengendalian ituperlu bagi manajemen problem kecelakaan.Analisis terhadap laporan kecelakaanmenunjukkan bahwa penyebab kecelakaanadalah masalah yang kompleks dengandistribusi yang luas dan kombinasi dariberbagai faktor. Dalam teori determinismeresiprokal, Bandura (Hergenhahn &Olson, 2012, p. 368) mengatakan perilakuseseorang dapat memengaruhi orang lainatau lingkungan, sedangkan lingkunganatau seseorang dapat memengaruhi perilaku.Moeslim (1994, p. 36) mengatakan bahwakecelakaan yang terjadi dalam prosespembelajaran penjasorkes disebabkanoleh kurangnya kepemimpinan, alat-alat yang tidak laik untuk dipakai,perilaku peserta didik yang tidak dapatdipertanggungjawabkan, keterampilanyang tidak memadai, kondisi fi sik yangtidak baik, dan risiko yang terdapat dalamkegiatan tersebut.

Merki (1996, p. 484) menyatakan“Accidents are major cause of death amongyoung people … Although many accidentsthat young people have are not fatal, they

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2017, Halaman 24-37

Page 7: [JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM …staffnew.uny.ac.id/upload/131121721/lainlain/C.8. Submited Artikel... · sikap hidup selamat – utamanya guru penjasorkes dan kepala

27

Yustinus S. & Sumaryanti: Implementasi Pendidikan Keselamatan...

can cause serious problems”. Kecelakaanyang terjadi pada waktu berolahragadapat mengakibatkan cedera. Cederajuga dapat disebabkan oleh pelaksanaanlatihan yang jelek, peralatan yang tidakbaik, kurang persiapan kondisi fi sik, danpemanasan dan peregangan yang tidakmemadai. Untuk menurunkan risikoterjadinya cedera perlu dilakukan tindakanpreventif. Sebagai tindakan preventifuntuk mencegah terjadinya cedera,peserta didik harus mempunyai kondisifi sik yang baik pada waktu berolahraga.Mereka juga dituntut untuk mengetahuidan melaksanakan aturan permainan,menggunakan alat pelindung yang sesuaidan baik, mengetahui cara menggunakanperalatan olahraga, melakukan pemanasansebelum berolahraga, dan tidak berolahragapada waktu mengalami kelelahan atausedang sakit.

Gayut dengan hal itu, peneliti me-nganjurkan langkah-langkah yang harusdilakukan oleh peserta didik untukmenghindari terjadinya kecelakaan yangdapat menimbulkan cedera. Jika inginterhindar dari kecelakaan yang dapatmengakibatkan cedera, peserta didik mestimenguasai keterampilan dengan benar,memahami dan menerapkan peraturanpermainan, memakai pelindung badan yangsesuai, memelihara peralatan agar tetapdalam kondisi baik, dan dalam kondisifisik yang fit, terutama untuk olahragayang berat. Sinkaruk dan Zabloski (2008,p. 2) menambahkan bahwa perencanaanprogram aktivitas jasmani yang baikdapat menurunkan frekuensi dan beratnyacedera. Hal ini tidak terlepas dari tindakanantisipatif terhadap kejadian yang sudahdiperhitungkan secara matang.

Dalam School Safety Policies: withEmphasis on Physical Education, Athletics,and Recreation, AAHPER (1998, p. 7)mengatakan keselamatan adalah tanggung

jawab, efi siensi, dan kontrol. Keselamatanjuga berarti bebas dari kerusakan, luka,atau kematian, kerugian harta benda,atau kehilangan waktu yang berharga.Sejalan dengan pernyataan ini, Creighton(1994, p. 7) berpendapat bahwa sejakkonsep keselamatan secara tidak langsungmenunjuk pada pengertian bebas daribahaya, setiap program diarahkan padapeningkatan keselamatan yang mestidipusatkan pada bahaya potensial yangdihadapi oleh individu dalam kehidupansehari-hari. Di samping itu, setiap programjuga harus diarahkan pada langkah-langkahyang menjamin individu berada dalamsituasi yang tidak berbahaya. Langkah-langkah tersebut meliputi rencana untukmemperbaiki perilaku manusia dan kondisilingkungan.

Moeslim (1994, p. 22) menyatakanbahwa keselamatan menunjuk kepadakeadaan dunia yang tersusun dengan baikdan terjadinya kecelakaan menandakansusunan tersebut tidak lagi efektif. Duniadikatakan dalam keadaan tersusun denganbaik apabila proses kehidupan yang salingbertautan itu, baik antara individu danlingkungan sekitar, maupun antara individudan individu ada hubungan yang harmonis.Jika di antara manusia saling menghormati,saling membantu, saling memperhatikandan dengan alam sekitar manusia salingmenjaga mengharapkan kehidupan yangselamat bukan merupakan angan-anganbelaka.

Pendapat senada disampaikan olehFlorio, Alles, dan Stafford (1997, p. 4) yangmengatakan keselamatan merupakan hasiladaptasi manusia yang efektif terhadaplingkungannya. Adaptasi yang efektiftersebut dapat dicapai melalui kerja samakelompok dan usaha individu yang disertaidengan konsentrasi penuh. Hal itu hanyadapat dicapai oleh manusia yang terampil(skillful), waspada (alert), dan penuh

Page 8: [JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM …staffnew.uny.ac.id/upload/131121721/lainlain/C.8. Submited Artikel... · sikap hidup selamat – utamanya guru penjasorkes dan kepala

28

informasi (informed) yang menghargaidiri sendiri dan mempunyai perhatian bagikesejahteraan orang lain.

Membangun keselamatan dengancara membatasi atau bahkan meniadakanaktivitas jasmani bukan merupakan tindakanyang bijaksana dan itu sama sekali tidakakan menyelesaikan masalah. Hal ini jelasbertentangan dengan konsep keselamatan.Aaron, Bridges, dan Ritzel (1992, p. 25)mengatakan, “Safety should not be thoughtof as a list of don’ts but rather as a list ofdo’s performed in a safe manner”. Jadi,keselamatan itu bukan merupakan daftarlarangan untuk melakukan sesuatu, tetapimerupakan daftar aktivitas yang mestidilakukan dengan cara yang selamat. Olehsebab itu, jika orang ingin selamat mestimelakukan pekerjaannya dengan cara yangselamat, maksudnya dengan cara yangbenar.

Hopper, Grey, dan Maude (2008, p.114) mengatakan keselamatan merupakantanggung jawab guru penjasorkes. Merekajuga mempunyai tanggung jawab untukmendidik peserta didik untuk menjadi sadarterhadap keselamatan. Guru penjasorkesjuga harus dapat memberikan jaminanbahwa alat-alat penjasorkes yang digunakandi dalam pelajaran terpelihara denganbaik. Ukuran, kondisi, berat, komposisibahan, dan susunan alat-alat semuanyamempunyai pengaruh terhadap kinerjapeserta didik. Spengler, Connaughton, danPittman (2006, p. 80) menekankan lagi disamping memenuhi persyaratan kualitas,semua peralatan yang digunakan dalamproses pembelajaran penjasorkes harusselalu diperiksa stiap tahun oleh badan yangberwenang. Pengawasan terhadap peralatanyang tidak memadai (adekuat) menjadipenyebab utama terjadinya kecelakaan(tenggelam) pada anak-anak di kolamrenang.

Grout dan Long (2009, p. 79) menam-bahkan kelalaian seorang guru dalammembuat perencanaan yang memadaidan kegagalan dalam melakukan tindakanpencegahan yang diperlukan menjadipenyebab terjadinya kecelakaan yangdapat menyebabkan peserta didikmengalami cedera: patah tulang, dislokasi,terluka, dan sprain. Perencanaan danpersiapan memainkan peranan pentingdalam mengembangkan dan memeliharalingkungan pembelajaran yang amansehingga guru dapat mengajar denganselamat dan peserta didik juga dapat belajardengan selamat (Grout & Long, 2009, p. 89).

Ada beberapa petunjuk yang dapatdijadikan pegangan oleh guru penjasorkesuntuk memaksimalkan keselamatandalam proses pembelajaran penjasorkes.Sebelum kegiatan dimulai, guru hendaknyamengecek lapangan bermain yang potensialberbahaya, seperti lubang, pecahan gelas,batu, dan kubangan. Setiap peralatan yangtidak bergerak, seperti tiang net bola voliatau bulu tangkis yang dapat menimbulkanmasalah bagi peserta didik pada waktubermain pun hendaknya diberi lapisanyang empuk. Demikian pula, permainanyang menggunakan bola, seperti bola voli,sepak bola, dan bola basket; seyogyanyamenggunakan bola yang lembut agar tidakmelukai peserta didik ketika mengenaitubuh mereka atau ditendang dari jarakdekat.

Guru penjasorkes juga tidak di-perkenankan menggunakan tembok sebagaigaris start/finish atau pembatas. Garispembatas sebaiknya digambar dan letaknyacukup jauh dari tembok, sehingga pesertadidik tidak akan lari ke arah itu ketikaberlomba menuju ke garis finish ataumengejar bola. Sebaiknya juga ada rencanauntuk hal-hal yang bersifat emergencydan digunakan jika hal itu terjadi. Harustersedia pula tenaga terampil dalam CPR

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2017, Halaman 24-37

Page 9: [JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM …staffnew.uny.ac.id/upload/131121721/lainlain/C.8. Submited Artikel... · sikap hidup selamat – utamanya guru penjasorkes dan kepala

29

dan P3K yang dengan mudah dihadirkanuntuk menghadapi kejadian-kejadianyang bersifat darurat. Peserta didik pundiwajibkan mengenakan perlengkapankeselamatan yang sesuai, seperti pelindungmata untuk squash, helm dengan penutupwajah untuk hoki, dan pelindung garesuntuk sepak bola.

Guru penjasorkes hendaknya jugamenganjurkan pada peserta didik untukberkompetisi dengan selamat. Apabilapeserta didik melakukan kesalahan ataubermain dengan cara yang tidak aman,permainan dengan segera dihentikan.Bahaya-bahaya yang potensial sebaiknyajuga didiskusikan dan pada peserta didikselalu diingatkan pentingnya keselamatan.Apabila peserta didik mengabaikanperingatan guru dan tetap bermain kasar,sebaiknya mereka diusir dari permainan.Suasana yang bebas merdeka bagi pesertadidik untuk berpartisipasi dalam aktivitasjasmani perlu diciptakan pula. Sebaliknya,peserta didik juga diingatkan risikoyang terkait dalam setiap permainandan diberikan jalan keluar jika merekamembutuhkan. Peserta didik pun bebasuntuk berhenti berpartisipasi jika merasadirinya tidak selamat.

Thompson, Hudson, dan Olsen(2007, pp.7-8) menyatakan bahwa tempatberlangsungnya proses pembelajaranpenjasorkes yang dapat memberikankese lamaa tan bagi pese r ta d id ik(playground safety) hendaknya memenuhiempat persyaratan, yaitu supervision, ageappropriate design, fall surfacing, danequipment maintenance. Apabila diambilhuruf awal setiap kata dari syarat-syarattersebut terbentuklah akronim S-A-F-Eyang artinya selamat. Oleh sebab itu, setiapguru penjasorkes yang akan melaksanakantugas mengajar dituntut untuk selalumelakukan supervisi terhadap lapangansebelum digunakan. Ukuran dan kondisi

lapangan pun agar disesuaikan denganusia peserta didik dengan permukaan yanglembut dan rata serta terpelihara denganbaik.

Mekanisme hubungan keempat syarattempat bermain atau beraktivitas yang dapatmemberikan keselamatan bagi pesertadidik, khususnya SD kelas bawah, dapatdiperjelas melalui Gambar 1.

METODEPenelitian ini merupakan penelitian

deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukanuntuk mengetahui nilai variabel mandiri,ba ik sa tu var iabel maupun lebih(independen), tanpa membuat perbandinganatau menghubungkan antara variabel yangsatu dan variabel lainnya (Sugiyono, 2010,p. 56). Dalam penelitian ini hanya ada satuvariabel, yaitu implementasi pendidikankeselamatan.

Populasi dalam penelitian ini adalahguru penjasorkes SD Negeri se-DIY yangberjumlah 1.386 orang. Sampel yangdigunakan sebanyak 200 orang yang diambilsecara random (acak) dengan teknik clustersampling atau area sampling (Sugiyono,2010, p. 121). Jumlah sampel ditentukandengan menggunakan persentase yakni ≥10 % dari populasi. Pengambilan sampeldari populasi dilakukan setelah ditentukankecamatan terpilih dari tiap-tiap kabupaten-kota, yaitu daerah pinggiran dan pusatkabupaten-kota.

Instrumen yang digunakan untukmengumpulkan data adalah butir-butirpernyataan yang tersusun dalam suatuangket. Angket yang digunakan dalampenelitian ini berupa pernyataan tertutupterdiri atas empat puluh butir pernyataanpositif dan negatif. Setiap butir pernyataandisertai dengan empat alternatif jawaban,yaitu selalu, sering, jarang, dan tidakpernah. Untuk butir pernyataan positif,jawaban selalu mendapat skor 4, jawaban

Yustinus S. & Sumaryanti: Implementasi Pendidikan Keselamatan...

Page 10: [JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM …staffnew.uny.ac.id/upload/131121721/lainlain/C.8. Submited Artikel... · sikap hidup selamat – utamanya guru penjasorkes dan kepala

30

sering mendapat skor 3, jawaban jarangmendapat skor 2, jawaban tidak pernahmendapat skor 1. Untuk butir pernyataannegatif, pemberian skor jawaban merupakankebalikan dari butir pernyataan positif.

Penyusunan angket dilakukan melaluilangkah-langkah yang dianjurkan olehArikunto (2013, p. 135), yang meliputimengidentifi kasikan variabel, menjabarkanvariabel menjadi subvariabel, menentukanindikator dari setiap variabel, menguraikansetiap indikator ke dalam deskriptor,merumuskan setiap deskriptor menjadibutir-butir instrumen, dan melengkapiinstrumen dengan pedoman atau instruksidan kata pengantar.

Untuk memperoleh angket yangberkualitas, peneliti melakukan uji cobaterlebih dahulu, karena angket ini merupakanangket buatan sendiri yang belum diketahuikesahihan dan keandalannya. Subjek yangdigunakan untuk uji coba adalah guru

penjasorkes SD yang sedang menempuhstudi lanjut S1 di Program Studi PendidikanJasmani Kesehatan dan Rekreasi (ProdiPJKR), Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK),Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)sebanyak tiga puluh orang mahasiswa.Ujicoba dilakukan pada bulan April 2015,di Kampus FIK UNY. Analisis data hasiluji coba dilakukan dengan menggunakanbantuan jasa komputer dengan programSPSS 23. Untuk menguji kesahihan butirdigunakan teknik analisis butir (Sugiyono,2010, p. 187), sedangkan untuk mengujikeandalan butir digunakan teknik AlfaCronbach (Sugiyono, 2010, p. 190). Setelahmelalui tiga kali revisi dan uji coba akhirnyadapat dihasilkan sebuah angket yang benar-benar sahih yang terdiri atas 40 butir dengankoefi sien keandalan sebesar 0,957.

Untuk menganalisis data yangterkumpul, peneliti menggunakan teknikanalisis deskriptif kuantitatif dengan

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2017, Halaman 24-37

Gambar 1. The S-A-F-E Model for Playground (Thompson, Hudson, danOlsen, 2007, p.7)

Gambar 1. The S-A-F-E Model for Playground (Thompson, Hudson, danOlsen, 2007, p.7)

Page 11: [JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM …staffnew.uny.ac.id/upload/131121721/lainlain/C.8. Submited Artikel... · sikap hidup selamat – utamanya guru penjasorkes dan kepala

31

persentase. Karena dalam penelitian ini tidakada hipotesis, analisis langsung diarahkanuntuk menjawab rumusan masalah.Sugiyono (2010, p. 246) mengemukakanlangkah-langkah yang harus dilakukanuntuk menjawab rumusan masalah deskriptifmeliputi menentukan skor ideal/kriterium,yaitu skor yang ditetapkan dengan asumsibahwa setiap responden pada setiappernyataan memberikan jawaban denganskor tertinggi, dan membagi jumlah skorhasil penelitian dengan skor ideal. Setelahdiperoleh persentase, langkah selanjutnyaadalah mengonsultasikan persentasetersebut dengan klasifi kasi implementasipada Tabel 1.

Tabel 1Klasifi kasi Implementasi PendidikanKeselamatan oleh Guru Penjasorkes SDKelas Bawah

No Klasifi kasi Interval1 Baik 85% s.d. 100%2 Cukup 69% s.d. 84%3 Sedang 53% s.d. 68%4 Kurang 37% s.d. 5%

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSetelah data penelitian terkumpul,

proses selanjutnya adalah menganalisisdata dengan menggunakan teknik analisisdeskriptif kuantitatif dengan persentase.

Adapun langkah-langkah analisisnyaseperti yang sudah dijelaskan pada bagianteknik analisis data.

Implementasi pendidikan keselatamanoleh guru penjasorkes SD Kelas Bawahsecara keseluruhan ditampilkan padaTabel 2. Tabel 2 menunjukkan skor riilimplementasi pendidikan keselamatan olehguru penjasorkes SD secara keseluruhansebesar 26.461 sedangkan skor idealsebesar 32.000. Skor ini diperoleh darijumlah butir x skor tertinggi x jumlahresponden atau 40 x 4 x 200 = 32.000.Dari perbandingan antara skor riil danskor ideal diperoleh persentase sebesar82,69. Setelah dikonsultasikan dengantabel klasifi kasi implementasi, persentasetersebut masuk ke dalam kategori cukup.Dengan demikian dapat disimpulkanimplementasi pendidikan keselamatan olehguru penjasorkes SD secara keseluruhantermasuk cukup.

Tabel 3 menyajikan implementasipendidikan keselamatan oleh gurupenjasorkes berdasarkan aspek manusiadan lingkungan. Dari Tabel 3 tampakbahwa skor riil implementasi pendidikankeselamatan oleh guru penjasorkes SD dariaspek manusia sebesar 13.834, sedangkanskor ideal sebesar 16.000. Skor ini diperolehdari jumlah butir x skor tertinggi x jumlahresponden atau 20 x 4 x 200 = 16.000.Dari perbandingan antara skor riil dan

Tabel 2Implementasi Pendidikan Keselamatan oleh Guru Penjasorkes SD KelasBawah secara Keseluruhan

NoImplementasi Pendidikan

KeselamatanSkor

%Riil Ideal

1 Manusia 13.834 16.000 86,462 Lingkungan 12.627 16.000 78,92

Jumlah 26.461 32.000 82,69

Yustinus S. & Sumaryanti: Implementasi Pendidikan Keselamatan...

Page 12: [JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM …staffnew.uny.ac.id/upload/131121721/lainlain/C.8. Submited Artikel... · sikap hidup selamat – utamanya guru penjasorkes dan kepala

32

skor ideal diperoleh persentase sebesar86,46. Setelah dikonsultasikan dengantabel klasifi kasi implementasi, persentasetersebut masuk ke dalam kategori baik.Dengan demikian dapat disimpulkanimplementasi pendidikan keselamatan olehguru penjasorkes SD dari aspek manusiatermasuk baik.

Tabel 3 juga menunjukkan skor riilimplementasi pendidikan keselamatanoleh guru penjasorkes SD dari aspeklingkungan sebesar 12.627, sedangkan skorideal sebesar 16.000. Skor ini diperolehdari jumlah butir x skor tertinggi x jumlahresponden atau 20 x 4 x 200 = 16.000. Dariperbandingan antara skor riil dan skor idealdiperoleh persentase sebesar 78,92. Setelahdikonsultasikan dengan tabel klasifi kasiimplementasi, persentase tersebut masukke dalam kategori cukup. Dengan demikiandapat disimpulkan implementasi pendidikankeselamatan oleh guru penjasorkes SD dariaspek lingkungan termasuk cukup.

Tabel 4 menunjukkan implementasipendidikan keselamatan oleh gurupenjasorkes SD dari aspek peserta didikdan guru. Skor riil implementasi pendidikankeselamatan oleh guru penjasorkes SD

dari aspek peserta didik sebesar 6.555,sedangkan skor ideal sebesar 8.000. Skor inidiperoleh dari jumlah butir x skor tertinggix jumlah responden atau 10 x 4 x 200 =8.000. Dari perbandingan antara skor riildan skor ideal diperoleh persentase sebesar81,94. Setelah dikonsultasikan dengantabel klasifi kasi implementasi, persentasetersebut masuk ke dalam kategori cukup.Dengan demikian dapat disimpulkanimplementasi pendidikan keselamatanoleh guru penjasorkes SD dari aspek muridtermasuk cukup.

Skor riil implementasi pendidikankeselamatan oleh guru penjasorkesSD dari aspek guru sebesar 7.279,s e d a n g k a n s k o r i d e a l s e b e s a r8.000. Skor ini diperoleh dari jumlah butir xskor tertinggi x jumlah responden atau 10 x4 x 200 = 8.000. Dari perbandingan antaraskor riil dan skor ideal diperoleh persentasesebesar 90,99. Setelah dikonsultasikandengan tabel klasifikasi implementasi,persentase tersebut masuk ke dalamkategori baik. Dengan demikian dapatdisimpulkan implementasi pendidikankeselamatan oleh guru penjasorkes SD dariaspek guru termasuk baik.

Tabel 3Implementasi Pendidikan Keselamatan oleh Guru Penjasorkes SD KelasBawah berdasarkan Aspek Manusia dan Aspek Lingkungan

No ImplementasiSkor

%Riil Ideal

Aspek Manusia1 Peserta Didik 6.555 8.000 81,942 Guru 7.279 8.000 90,99

Jumlah 13.834 16.000 86,46Aspek Lingkungan

1 Fisik 6.735 8.000 84,192 Cuaca 5.892 8.000 73,65

Jumlah 12.627 16.000 78,92

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2017, Halaman 24-37

Page 13: [JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM …staffnew.uny.ac.id/upload/131121721/lainlain/C.8. Submited Artikel... · sikap hidup selamat – utamanya guru penjasorkes dan kepala

33

Tabel 5 menunjukkan skor riil im-plementasi pendidikan keselamatan olehguru penjasorkes SD dari aspek fisiksebesar 6.735, sedangkan skor idealsebesar 8.000. Skor ini diperoleh darijumlah butir x skor tertinggi x jumlahresponden atau 10 x 4 x 200 = 8.000.

Dari perbandingan antara skor riil danskor ideal diperoleh persentase sebesar84,19. Setelah dikonsultasikan dengantabel klasifi kasi implementasi, persentasetersebut masuk ke dalam kategori cukup.Dengan demikian dapat disimpulkanimplementasi pendidikan keselamatan

Tabel 5Implementasi Pendidikan Keselamatan oleh Guru Penjasorkes SDKelas Bawah berdasarkan Aspek Fisik

No ImplementasiSkor

%Riil Ideal

Aspek Fisik 1 Alat dan Fasilitas 2.975 3.200 92,97 2 Perlengkapan 1.580 2.400 65,83 3 Tempat 2.180 2.400 90,83

Jumlah 6.735 8.000 84,19Aspek Cuaca

1 Panas 2.542 3.200 79,44 2 Hujan 1.610 2.400 67,08 3 Angin 1.740 2.400 72,50

Jumlah 5.892 8.000 73,65

Tabel 4Implementasi Pendidikan Keselamatan oleh Guru Penjasorkes SDKelas Bawah berdasarkan Aspek Peserta Didik dan Aspek Guru

No ImplementasiSkor

%Riil Ideal

Aspek Peserta Didik 1 Fisiologis 2.899 3.200 90,59 2 Psikologis 1.882 2.400 78,42 3 Sosial 1.774 2.400 73,92

Jumlah 6.555 8.000 81,94Aspek Guru

1 Fisiologis 2.229 2.400 92,88 2 Psikologis 2.097 2.400 87,38 3 Sosial 2.953 3.200 92,28

Jumlah 7.279 8.000 90,99

Yustinus S. & Sumaryanti: Implementasi Pendidikan Keselamatan...

Page 14: [JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM …staffnew.uny.ac.id/upload/131121721/lainlain/C.8. Submited Artikel... · sikap hidup selamat – utamanya guru penjasorkes dan kepala

34

oleh guru penjasorkes SD dari aspek fi siktermasuk cukup.

Skor riil implementasi pendidikankeselamatan oleh guru penjasorkes SDdari aspek cuaca sebesar 5.892, sedangkanskor ideal sebesar 8.000. Skor ini diperolehdari jumlah butir x skor tertinggi x jumlahresponden atau 10 x 4 x 200 = 8.000. Dariperbandingan antara skor riil dan skor idealdiperoleh persentase sebesar 73,65. Setelahdikonsultasikan dengan tabel klasifi kasiimplementasi, persentase tersebut masukke dalam kategori cukup. Dengan demikiandapat disimpulkan implementasi pendidikankeselamatan oleh guru penjasorkes SD dariaspek cuaca termasuk cukup.

Berdasarkan kabupaten-kota, tempatguru penjasorkes SD mengajar, hasilpenelitian dapat dilihat pada Tabel 6. DariTabel 6 dapat dijelaskan implementasipendidikan keselamatan oleh gurupenjasorkes SD di Kabupaten Bantulsebesar 7.213, sedangkan skor ideal sebesar8.800. Skor ini diperoleh dari jumlah butirx skor tertinggi x jumlah responden atau 40x 4 x 55 = 8.800. Dari perbandingan antaraskor riil dan skor ideal diperoleh persentasesebesar 81,97. Setelah dikonsultasikandengan tabel klasifikasi implementasi,persentase tersebut masuk ke dalamkategori cukup. Dengan demikian dapat

disimpulkan implementasi pendidikankeselamatan oleh guru penjasorkes SD dariKabupaten Bantul termasuk cukup.

Skor riil implementasi pendidikankeselamatan oleh guru penjasorkes SD dariKabupaten Gunungkidul adalah sebesar6.864, sedangkan skor ideal sebesar 8.320.Skor ini diperoleh dari jumlah butir x skortertinggi x jumlah responden atau 40 x 4 x52 = 8.320. Dari perbandingan antara skorriil dan skor ideal diperoleh persentasesebesar 82,50. Setelah dikonsultasikandengan tabel klasifikasi implementasi,persentase tersebut masuk ke dalamkategori cukup. Dengan demikian dapatdisimpulkan implementasi pendidikankeselamatan oleh guru penjasorkes SD dariKabupaten Gunungkidul termasuk cukup.

Skor riil implementasi pendidikankeselamatan oleh guru penjasorkes SDdari Kabupaten Kulon Progo menunjukkansebesar 4.173, sedangkan skor ideal sebesar4.960. Skor ini diperoleh dari jumlah butirx skor tertinggi x jumlah responden atau 40x 4 x 31 = 4.960. Dari perbandingan antaraskor riil dan skor ideal diperoleh persentasesebesar 84,13. Setelah dikonsultasikandengan tabel klasifikasi implementasi,persentase tersebut masuk ke dalamkategori cukup. Dengan demikian dapatdisimpulkan implementasi pendidikan

Tabel 6Implementasi Pendidikan Keselamatan oleh Guru Penjasorkes SDKelas Bawah berdasarkan Kabupaten-Kota

No Kabupaten-KotaSkor

%Riil Ideal

1 Bantul 7.213 8.800 81,97 2 Gunungkidul 6.864 8.320 82,50 3 Kulon Progo 4.173 4.960 84,13 4 Sleman 4.929 5.920 83,26 5 Yogyakarta 3.282 4.000 82,05 Jumlah 26.461 32.000 82,69

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2017, Halaman 24-37

Page 15: [JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM …staffnew.uny.ac.id/upload/131121721/lainlain/C.8. Submited Artikel... · sikap hidup selamat – utamanya guru penjasorkes dan kepala

35

keselamatan oleh guru penjasorkes SD dariKabupaten Kulon Progo termasuk cukup.

Skor riil implementasi pendidikankeselamatan oleh guru penjasorkes SD dariKabupaten Sleman adalah sebesar 4.929,sedangkan skor ideal sebesar 5.920. Skor inidiperoleh dari jumlah butir x skor tertinggix jumlah responden atau 40 x 4 x 37 =5.920. Dari perbandingan antara skor riildan skor ideal diperoleh persentase sebesar83,26. Setelah dikonsultasikan dengantabel klasifi kasi implementasi, persentasetersebut masuk ke dalam kategori cukup.Dengan demikian dapat disimpulkanimplementasi pendidikan keselamatanoleh guru penjasorkes SD dari KabupatenSleman termasuk cukup.

Hasil lain menunjukkan skor riilimplementasi pendidikan keselamatan olehguru penjasorkes SD dari Kota Yogyakartasebesar 3.282, sedangkan skor ideal sebesar4.000. Skor ini diperoleh dari jumlah butirx skor tertinggi x jumlah responden atau 40x 4 x 25 = 4.000. Dari perbandingan antaraskor riil dan skor ideal diperoleh persentasesebesar 82,69. Setelah dikonsultasikandengan tabel klasifikasi implementasi,persentase tersebut masuk ke dalamkategori cukup. Dengan demikian dapatdisimpulkan implementasi pendidikankeselamatan oleh guru penjasorkes SD dariKota Yogyakarta termasuk cukup.

Dari hasil penelitian diperoleh infor-masi bahwa implementasi pendidikankeselamatan oleh guru penjasorkes SDkelas bawah secara keseluruhan termasukcukup. Menurut peneliti hasil penelitianini tidak terlalu mengecewakan apalagijika dilihat dari angka atau persentasenyamenunjukkan kedudukan di atas 80,tepatnya 82,69 yaitu mendekati kategoribaik. Semua ini tidak terlepas dari latarbelakang pendidikan dan pengalamankerja guru yang ditunjukkan oleh golonganruang guru penjasorkes SD. Sanjaya

(2011, p. 143) mengatakan keberhasilanguru dalam mengajar dipengaruhi olehfaktor kemampuan, sikap profesional, latarbelakang pendidikan, dan pengalamanmengajar. Guru-guru penjasorkesSD se-Provinsi DIY mayoritas sudahberpendidikan tinggi dengan mengantongiijazah D2, D3, atau S1, bahkan ada S2.Mereka yang berijazah D2 dan D3, sekarangsedang menempuh pendidikan S1 di FIKUNY. Dari latar belakang golongan ruang,guru penjasorkes SD se-Provinsi DIY,sebagian besar menduduki golongan III danIV, dan hanya beberapa yang mendudukigolongan ruang II. Seorang guru yangprofesional sudah seharusnya membekalidiri dengan berbagai kemampuan karenaguru merupakan pribadi kunci yang sangatberpengaruh terhadap keberhasilan prosespembelajaran (Tomoliyus, Margono, &Sujarwo, 2013, p. 180).

Dengan pendidikan yang lebih tinggi,guru penjasorkes diharapkan memilikiwawasan yang jauh lebih luas termasukhal-hal yang terkait dengan keselamatandaripada yang berpendidikan lebih rendah.Guru penjasorkes yang berijazah S1 danS2 tentu mampu memberikan rasional,misalnya mengapa pemanasan itu pentingdan bagaimana cara melakukannya secarailmiah. Oleh sebab itu, guru penjasorkespun akan mengimplementasikan ilmunyadalam proses pembelajaran penjasorkes.Lebih daripada itu, guru penjasorkes yangmempunyai pengalaman mengajar lebihlama diharapkan lebih arif dalam menyikapisuatu masalah untuk mendapatkan solusiyang terbaik. Misalnya, jika ada pesertadidik pingsan, guru penjasorkes yang sudahberpengalaman tentu tidak akan gegabahdalam bertindak dan dapat menanganikasus secara profesional daripada gurupenjasorkes yang belum berpengalaman.Sikap seperti itu yang sangat diharapkanakan diimplementasikan oleh guru penjasor-

Yustinus S. & Sumaryanti: Implementasi Pendidikan Keselamatan...

Page 16: [JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM …staffnew.uny.ac.id/upload/131121721/lainlain/C.8. Submited Artikel... · sikap hidup selamat – utamanya guru penjasorkes dan kepala

36

kes dalam proses pembelajaran penjasorkes.Di samping itu, apabila dicermati

secara lebih saksama lagi, implementasipendidikan keselamatan oleh guru pen-jasorkes SD kelas bawah menunjukkanhasil baik dan sedang. Hasil baik meliputiimplementasi pendidikan keselamatanyang berhubungan dengan aspek manusiadan guru. Merupakan hal yang lumrah jikaorang lebih menomorsatukan kepentingandiri sendiri daripada orang lain, sehinggatidak mengherankan jika dari aspekmanusia yang menyangkut aspek gurumasuk kategori baik. Dari sudut pandangpsikologi sosial (Gerungan, 2010, p. 92)dikatakan segala sesuatu yang bersifatprimer akan mengalami interaksi yanglebih intensif daripada yang sekunder.Oleh sebab itu tidak terlalu mengherankanjika implementasi pendidikan keselamatanoleh guru penjasorkes yang berhubungandengan aspek perlengkapan dan hujanmendapatkan hasil sedang.

Guru penjasorkes itu juga manusiabiasa, dalam arti dia juga mempunyaiketerbatasan, tidak semua masalah yangada di sekitarnya diketahui dan dikuasainya.Guru sering salah mempersepsikanpeserta didik sebagai “orang dewasamini”, sehingga ukuran untuk pesertadidik seringkali diidentikkan dengandirinya sendiri. Tidak jarang seorang gurupenjasorkes, untuk mengatasi kekosonganwaktu, mempertemukan peserta didikSD kelas II dengan peserta didik SDkelas V dalam pertandingan sepak boladengan menggunakan bola dan lapanganukuran umum. Ada juga guru penjasorkesyang dengan bangga membiarkan murid-muridnya kehujanan pada saat berolahragadengan alasan untuk melatih daya tahandan kekuatan fi sik. Kebijakan guru pen-jasorkes ini jelas kontraproduktif denganmengatasnamakan kerja keras. Seharusnyakerja keras seorang peserta didik yang

didukung oleh guru dan kepala sekolahdapat menghasilkan prestasi bukan sebalik-nya (Hanum, Rahmadonna, & Ayriza, 2016,p. 243).

Semua ilustrasi yang telah dilakukanoleh guru penjasorkes yang dapat mengan-cam keselamatan murid-murid ini tidakboleh terjadi. Mengapa? Pengalamanyang diperoleh melalui proses belajar disekolah tersebut akan berpengaruh bagiperkembangan pengetahuan, keterampilan,dan sikap dan perilaku peserta didik(Suherman, Nopembri, & Muktiani, 2015,p. 115). Beberapa peristiwa yang disajikanitu menunjukkan belum diimplementasikan-nya pendidikan keselamatan oleh gurupenjasorkes SD kelas bawah secara benardalam proses pembelajaran penjasorkes.

SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah diuraikan dalambagian sebelumnya, dapat ditarik ke-simpulan bahwa implementasi pendidikankeselamatan oleh guru penjasorkes SDkelas bawah dalam proses pembelajaranpenjasorkes dalam kategori cukup. Sim-pulan ini mengandung makna bahwa secarakualitas guru penjasorkes SD kelas bawahsudah memiliki kesadaran dan kemampuanuntuk menyelenggarakan pembelajaranpenjasorkes dengan selamat meskipunbelum optimal. Di sisi lain, secara kuantitaskesimpulan itu mempunyai makna bahwausaha yang dilakukan oleh guru penjasorkesSD kelas bawah belum dapat menjangkausemua aspek yang terlibat di dalam prosespembelajaran penjasorkes, utamanya hal-hal yang bersifat nonteknis.

DAFTAR PUSTAKAAAHPER. (1998). School safety policies:

With emphasis on physical education,athletics, and recreation. New York:AAHPER.

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Juni 2017, Halaman 24-37

Page 17: [JK] IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESELAMATAN DALAM …staffnew.uny.ac.id/upload/131121721/lainlain/C.8. Submited Artikel... · sikap hidup selamat – utamanya guru penjasorkes dan kepala

37

Aaron, J. E., Bridges, A. F., & Ritzel, D. O.(1992). First aid and emergency care:Prevention and protection of injuries.New York: Macmillan Publishing Co.,Inc.

Arikunto, S. (2013). Manajemen penelitian(Cetakan ke-12). Jakarta: RinekaCipta.

Creighton, H. (1994). Health education:Safety. Sydney: The Health Commisionof MSW.

Florio, A. E., Alles, W. F., & Stafford, G.T. (1997). Safety education (4th ed.).London: Prentice Hall.

Gerungan, W. A. (2010). Psikologi sosial(Edisi ke-3). Bandung: PT RefikaAditama.

Grout, H., & Long, G. (2009). Improvingteaching and learning in physicaleducation. New York: McGraw-Hill.

Hanum, F., Rahmadonna, S., & Ayriza,Y. (2016). Modal sosial yang di-kembangkan guru di sekolah bermutudi Yogyakarta. Jurnal Kependidikan,46(2), 233-245.

Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2012).Theories of learning (Edisi ke-7).(Terj.: Triwibowo B. S.). Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Hopper, B., Grey, J., & Maude, T. (2008).Teaching physical education in theprimary School. New York: RoutledgeFalmer.

Merki, M. B. (Ed.). (1996). Teen health.Course 2. New York: McGraw-Hill.

Moeslim. (1994). Pendidikan keselamatandalam keolahragaan dan rekreasi.Jakarta: Ditjen Olahraga dan Pemuda.

Mueller, F. O. (2004). Twenty-First annualreport fall 1982-spring 2003. Diunduh

dari http://www.unc.edu/depts/nccsi/AllSport.htm.

San jaya , H . W. (2011) . S tra tegipembelajaran berorientasi standarproses pendidikan. (Cetakan ke-8).Jakarta: Kencana.

Sinkaruk, C., & Zabloski, D. (2008). Safetyguidenlines for physical activity inAlberta schools. Edmonton: TheACICR.

Spengler, J. O., Connaughton, D.P., &Pittman, A.T. (2006). Risk managementin sport and recreation. Champaign:Human Kinetics.

Sugiyono. (2010). Metode penelitianpendidikan: Pendekatan kuantitatif,kualitatif, dan R&D (Cetakan ke-9).Bandung: CV Alfabeta.

Suherman, W. S., Nopembri, S., & Muktiani,N. R. (2015). Model aktivitas jasmaniyang edukatif dan atraktif berbasisdolanan anak. Jurnal Kependidikan,45(2), 115-122.

Suyono, & Hariyanto. (2014). Belajar danpembelajaran: Teori dan konsep dasar(Cetakan ke-4). Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Thompson, D., Hudson, S. D., & Olsen, H.M. (2007). Safe play areas: Creation,maintenance, and renovat ion .Champaign: Human Kinetics.

Tomoliyus, Margono, & Sujarwo. (2013).Tingkat kemampuan guru penjassekolah dasar di Kabupaten Bantul.Jurnal Kependidikan, 43(2), 174-184.

Wyeth, J. (2004). Accident statistics inphysical education 2002. Diunduhdari http://www. surreycc.gov.uk/education/sbdb.nsf/docsbyid.

Yustinus S. & Sumaryanti: Implementasi Pendidikan Keselamatan...