isu etika dibalik unjuk rasa driver go-jek
TRANSCRIPT
1
ISU ETIKA DIBALIK UNJUK RASA PENGENDARA GO-JEK
Oleh : Rizal Kurnia Rohman
Abstrak
Dewasa ini, teknologi mengalami kemajuan yang sangat
pesat dan berdampak luas bagi setiap elemen masyarakat.
Sistem-sistem baru terbuat dengan hadirnya teknologi,
menjadikan penggunanya semakin mudah dalam
menjalankan aktivitas. Disisi lain, perkembangan teknologi
juga melahirkan pelanggaran-pelanggaran yang lebih
berbahaya dan sulit untuk dideteksi. Sehingga teknologi
ibarat dua belah mata pisau yang mempunyai dampak positif
dan negatif.
GO-JEK merupakan perusahaan aplikasi yang bermitra
dengan para ojek dalam memberikan layanannya. Pada bulan
November 2015 lalu, GO-JEK menghadapi tantangan baru
disaat para pengendaranya melakukan unjuk rasa di beberapa
daerah terkait suspend yang dilakukan manajemen GO-JEK.
GO-JEK melalui CEO-nya menjawab bahwa pengendara
yang di suspend adalah pengendara yang berlaku curang
dengan melakukan pemesanan fiktif. Terdapat dua sudut
pandang yang berbeda antara manajemen dan pengendara
GO-JEK sehingga menghasilkan isu etika yang patut
dicermati untuk memperoleh solusi. Salah satu solusi
tersebut yaitu dengan dibuatnya regulasi yang telah
disepakati bersama berdasarkan prinsip nilai yang berlaku.
Kata kunci : GO-JEK, suspend, unjuk rasa, pesanan fiktif
Latar Belakang
Penerapan sistem dan teknologi informasi saat ini telah
merambah ke setiap sisi kehidupan manusia. Hampir semua
aktivitas tidak bisa lepas dengan hadirnya teknologi. GO-
JEK merupakan perusahaan yang berhasil membuat inovasi
penerapan teknologi di tengah masyarakat. GO-JEK
merupakan aplikasi mobile yang menawarkan berbagai
kemudahan dalam transportasi, jasa antar, dan pembelian
barang. GO-JEK melakukan mitra dengan para pengendara
ojek untuk menjalankan aktivitas bisnis mereka. GO-JEK
bergerak secara masif di beberapa daerah dengan
menawarkan kemudahan baik kepada pengendara maupun
pelanggan.
Jumlah pengendara GO-JEK saat ini menembus ribuan
pengendara dan tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, Surabaya, Bali, Medan, Palembang, Makassar,
dan Balikpapan (GO-JEK Facebook Fanpage, 2015)
Semakin bartambahnya pengendara GO-JEK, memberikan
tantangan bagi perusahaan dalam melakukan manajemen
atas pengendara, aplikasi, pelanggan serta perawatan demi
tercapainya tujuan perusahaan.
Salah satu cara untuk mencapai tujuan perusahaan adalah
dengan menyelaraskan program bersama para pengendara
GO-JEK dan meminimalisir terhadap berbagai permasalahan
baik pengendara, pelanggan maupun aplikasi.
Dalam essay ini, penulis akan menganalisa isu etika dibalik
unjuk rasa para pengendara GO-JEK di beberapa daerah dan
menentukan solusi berdasarkan prinsip-prinsip etika demi
memperoleh maslahat bersama.
Tentang Gojek
Gambar 1 Logo GO-JEK. Sumber : http://www.go-jek.com
GO-JEK merupakan perusahaan aplikasi yang di dirikan
oleh Nadiem Makarim. Melalui situsnya (go-jek.com, 2015),
GO-JEK menjelaskan bahwa GO-JEK adalah perusahaan
berjiwa sosial yang memimpin revolusi industri transportasi
Ojek. GO-JEK bermitra dengan para pengendara ojek
berpengalaman di Jakarta meliputi area JABODETABEK,
Bandung, Bali & Surabaya dan menjadi solusi utama dalam
pengiriman barang, pesan antar makanan, berbelanja dan
berpergian di tengah kemacetan.
2
Gambar 2 Layanan aplikasi GO-JEK
Perusahaan GO-JEK mempunyai beberapa layanan yang
cukup banyak, diantaranya yaitu :
GO-RIDE
Layanan ini fokus pada layanan antar jemput
penumpang seperti halnya ojek biasa.
GO SEND
Merupakan layanan kurir pengiriman barang ke
alamat tertentu.
GO-FOOD
GO-FOOD yaitu layanan pesan antar makanan dari
restoran/café/warung yang telah menjadi mitra GO-
JEK.
GO-MART
GO-MART memberikan kemudahan dalam
berbelanja tanpa harus datang ke lokasi dengan
meminta pengendara GO-JEK membeli produk
sesuai dengan pesanan.
GO-BUSWAY
Memberikan informasi lokasi dan jadwal
pemberangkatan Busway di Jakarta, kemudian
melakukan pemesanan melalui aplikasi GO-JEK
untuk diantarkan menuju halte yang diinginkan.
GO-BOX
Layanan kargo untuk pengangkutan barang dengan
jumlah besar. Layanan yang diberikan dibedakan
berdasarkan jenis dan ukuran kargo, seperti Pickup
Bak, Pickup Box, Engkel Bak dan Engkel Box.
GO-CLEAN
Layanan ini masih tahap pengembangan. Layanan
ini memberikan informasi terkait jasa pembersihan
rumah atau gedung.
GO-GLAM
Layanan ini masih tahap pengembangan. Layanan
ini memberikan informasi tentang layanan salon
berdasarkan kriteria yang dimasukkan.
GO-MASSAGE
Layanan ini masih tahap pengembangan. Layanan
ini memberikan informasi tentang layanan pijat
secara professional.
Dalam situsnya, GO-JEK menawarkan berbagai keunggulan
kepada para pelanggannya seperti :
Mendapatkan segala sesuatu dikirimkan dan
melakukan pembayaran secara instan
Menambahkan kontak teman jika mereka sebagai
penerima atau pengirim
Harga yang transparan (dapat langsung diketahui)
Layanan pintu ke pintu tercepat dari layanan sejenis
Melacak item dan menelpon/bicara kepada
pengendara
Memperoleh pemberitahuan status pesanan
Aplikasi GO-JEK tersedia di Play Store dan App Store dan
dapat di download secara gratis. Jumlah pengguna aplikasi
GO-JEK saat ini sangat tinggi, hal ini ditandai jumlah
pengunduh di Play Store mencapai 5 juta orang dan telah
mendapat skor 4,1 dari 5 poin. (GO-JEK - Apl Android di
Play Store, 2015)
Cara kerja aplikasi GO-JEK secara umum dapat
digambarkan dalam usecase berikut
Gambar 3 Usecase Diagram aplikasi GO-JEK
Penjelasan proses pemesanan layanan melalui aplikasi GO-
JEK :
1. Untuk menggunakan aplikasi GO-JEK, pengguna
harus mengundah dan memasang terlebih dahulu
aplikasi GO-JEK. GO-JEK dapat diperoleh di Play
Store dan Apple Store sesuai dengan tipe sistem
operasi perangkat.
2. Sebelum menggunakan layanan GO-JEK,
pengguna harus mendaftar terlebih dahulu dengan
menggunakan email dan nomor HP.
3. Setelah berhasil mendaftar, pengguna memilih
layanan yang diberikan
4. Pengguna memasukkan lokasi penjemputan dan
lokasi tujuan
5. Aplikasi secara otomatis memberikan total biaya
yang harus dibayar
6. Pengguna memilih sistem pembayaran, apakah
menggunakan uang tunai atau Gojek Credit
3
7. Pengguna dapat mengisi Gojek Credit dengan
memasukkan voucher
8. Pengguna Submit Order
9. Pengendara GO-JEK memperoleh pemberitahuan
pesanan
10. Pengendara GO-JEK menerima pesanan
11. Pengguna melihat status pesanan bahwa telah
memperoleh pengendara GO-JEK
Deskripsi Permasalahan
Bulan November 2015, terdapat pemberitaan menarik ketika
ribuan pengendara GO-JEK melakukan unjuk rasa di Kota
Bandung dan Bali. Mereka mensesalkan manajemen GO-
JEK melakukan suspend terhadap akun mereka secara
sepihak. Suspend merupakan pembekuan yang dilakukan
oleh manajemen GO-JEK sehingga pengendara GOJEK
tidak bisa lagi menerima pesanan dengan memanfaatkan
aplikasi GO-JEK di smartphone. Tak hanya itu, sebagian
para pengendara juga di denda sampai 17 juta dengan dugaan
melakukan berbagai kecurangan seperti pesanan fiktif.
Pesanan atau orderan fiktif merupakan proses transaksi
dengan menggunakan aplikasi GO-JEK tanpa adanya
pelanggan yang sesungguhnya, misalnya pengendara GO-
JEK menggunakan dua HP dimana salah satu HP melakukan
pemesanan melalui aplikasi GO-JEK dan diterima oleh HP
yang lain milik orang yang sama.
Sejak awal kontrak kerja, menurut Sule (koordinator unjuk
rasa), tidak tertuang aturan suspend bagi driver. Karena itu,
bersama rekan-rekan driver Gojek yang terkena suspend
melancarkan protes keras. Ia juga mengungkapkan, “Ada
tiga prinsip bagi kami. Driver harus untung, manajemen
untung dan customer diuntungkan. Tetapi kalau masih ada
tumpang tindih dan tidak ada solusi, kantor Gojek Bandung
harus tutup. Kalau manajemen tak sinergi dengan driver,
Gojek enggak bisa jalan di Bandung,” (Driver Gojek Desak
Manajemen Terbuka soal Sistem Penangguhan Sepihak,
2015)
Setelah peristiwa tersebut, CEO PT Gojek Indonesia ,
Nadiem Makarim membuat tulisan yang dipublikasikan di
fanpage GO-JEK (Makarim, 2015).
"Selama dua bulan ke belakang, hampir setiap hari saya
menerima puluhan komplain dari driver-driver jujur
mengenai banyaknya rekan-rekan (sesama sopir) Gojek yang
menyalahgunakan subsidi perusahaan dengan membuat
order fiktif dengan akun palsu,")
Di sisi lain, ternyata sebagian pengendara GO-JEK tidak
tahu menahu tentang aktivitas apa saja yang bisa
mengakibatkan akun di suspend, seperti yang diungkapkan
oleh Anton Umbara. Ketika ia menerima pesanan dari
seseorang yang ternyata istrinya yang kemudian
mengakibatkan akunnya disuspend oleh manajemen GO-
JEK. Setelah mengurus ke Kantor GO-JEK, ia baru
menyadari bahwa menerima pesanan dari istrinya berakibat
akun di suspend. (Syahid, 2015)
Seorang driver GO-JEK Bali, Andik menyatakan bahwa
pihak Manajemen Gojek Bali tidak profesional dalam
memberlakukan kebijakan. Itu menyangkut denda yang
dilakukan semenjak 30 November kemarin. Dua bulan baru
bekerja, tidak relevan jika dirinya sudah menerima denda
sebesar Rp 17 juta. Ia mengungkapkan, "Enggak masuk akal.
Apalagi menyebut itu orderan fiktif. Dari mana, dan mana
buktinya mereka (manajemen Go-Jek) tidak dapat
memberikan buktinya," ujar Andi kepada Tribun Bali (Jadi
Driver Go-Jek Baru 2 Bulan Sudah Didenda Rp 17 Juta,
2015)
Mediasi antara pengendara yang melakukan unjuk rasa
dengan manajemen GO-JEK telah diupayakan, namun
hasilnya masih belum begitu nampak. Banyak pengendara
GO-JEK yang merasa kecewa dengan sikap manajemen
tidak memberikan pemberitahuan sebelum terjadinya
suspend setelah dilakukan mediasi. "Kalau memang seperti
itu, seharusnya buktikan siapa pengemudi Gojek yang
melakukan order fiktif. Sebab suspend ini dikenakan juga
bagi pengemudi Gojek yang tak pernah melakukan itu," kata
Dandi dalam unjuk rasa di depan Kantor Wali Kota Bandung
(Ini yang Buat Kecewa Pengemudi Gojek Bandung, 2015).
Masih banyak lagi cerita yang disampaikan oleh pengendara
GO-JEK terutama di kolom komentar fanpage GO-JEK di
Facebook terkait dengan fenomena suspend pengendara GO-
JEK yang diduga melakukan pemesanan fiktif. Berdasarkan
tulisan para pengendara GO-JEK menunjukkan bahwa
suspend secara sepihak oleh Manajemen GO-JEK benar
adanya. Namun tanggapan pengendara GO-JEK terbagi
menjadi dua, ada yang menerima kemudian meminta
keterangan dan mengurus agar diaktifkan kembali di kantor
GO-JEK dan ada yang protes melalui unjuk rasa.
Gambar 4 Ishikawa Diagram
Dengan menggunakan fishbone atau Ishikawa diagram,
dapat diketahui akar permasalahan yang terjadi yaitu
ketidakjelasan regulasi yang terapkan oleh manajemen GO-
JEK. Hal tersebut mengakibatkan permasalahan-
permasalahan lain muncul seperti pesanan fiktif,
penyalahgunaan aplikasi, menurunkan kepercayaan
pelanggan, men-suspend banyak pengendara, unjuk rasa di
berbagai daerah, membangun stigma negatif masyarakat
terhadap GO-JEK dan lain-lain.
4
Apabila regulasi tata kelola manjemen GO-JEK di
definisikan secara jelas, tertulis dan disampaikan kepada
seluruh pengendara dan masyarakat maka peluang masalah-
masalah tersebut muncul menjadi lebih kecil dan tidak ada
pihak yang merasa dirugikan.
Konflik Kepentingan
Bila dicermati dari deskripsi masalah diatas, diperoleh
kesimpulan terkait pihak-pihak yang terlibat, yaitu :
1. Pengendara GO-JEK yang diduga melakukan orderan
fiktif / terkena suspend.
Pengendara gojek yang melakukan unjuk rasa
dibeberapa daerah di Indonesia mengkritisi manajemen
GO-JEK terkait :
Suspend yang sepihak tanpa adanya kesepakatan
sebelumnya dan tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu
Pembuktian pelanggaran yang dilakukan oleh
pengendara GO-JEK sehingga di indikasi
melakukan orderan fiktif.
Proses suspend yang tidak dijelaskan kepada para
pengendara GO-JEK
Denda yang dituntut oleh Manajemen sangat besar,
tidak sesuai lamanya operasi yang mereka jalankan.
Permasalahan suspend tidak ada dalam kesepakatan
sebelumnya.
Manajemen GO-JEK seolah-olah memposisikan
pengendara sebagai karyawan, tidak sesuai dengan
pernyataan bahwa pengendara GO-JEK sebagai
mitra.
Para pengunjuk rasa memandang bahwa tindakan yang
mereka lakukan beretika berdasarkan prinsip egoism.
Permasalahan terkait dengan aturan suspend tidak
didefinisikan ketika membuat kerja sama dengan
manajemen GO-JEK. Sehingga, segala hal yang tidak
didefinisikan dalam peraturan kerja sama tersebut, hal
itu diperbolehkan dan manajemen GO-JEK tidak boleh
melakukan tindakan yang tidak tercantum dalam
kesepakatan.
Etika egoism, tentu, merupakan pandangan bahwa
seseorang secara moral memaksimalkan kepuasan atas
dirinya pada keinginan tertentu dalam waktu yang
panjang. (Brandth, 1972 dalam Thomas 1980)
2. Pengendara GO-JEK yang tidak di suspend (biasa
disebut pengendara jujur)
Pengendara GO-JEK yang tidak melakukan
pelanggaran mempunyai kepentingan :
Menuntut agar pengendara GO-JEK yang tidak
jujur segera di tindak oleh perusahaan.
Menuntut agar perusahaan mempunyai sistem
pengawasan yang akurat terhadap segala bentuk
pelanggaran.
Berharap agar semua pengendara GO-JEK
beroperasi secara jujur sehingga mereka tidak
merasa dirugikan.
Perlu adanya peraturan yang jelas dan tegas
Hal yang paling ditonjolkan oleh pengendara jujur
adalah keadilan dalam mengoperasikan aplikasi GO-
JEK. Berdasarkan prinsip etika utilitarianism bahwa
dengan menggunakan aplikasi GO-JEK sesuai dengan
prosedur maka kebaikan yang didapatkan semakin
besar untuk jumlah yang besar (Schultz, 2006).
Biasanya mereka memandang bahwa sedikit atau
banyaknya pemesan melalui aplikasi GO-JEK itu
merupakan keberuntungan atau rizki dari Tuhan. Bila
ada bentuk penyalahgunaan aplikasi untuk memperoleh
keuntungan pribadi, mereka melaporkan kepada
manajmen GO-JEK agar manfaat dapat tercapai.
3. Manajemen GO-JEK
Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh CEO PT
Gojek Indonesia bahwa mereka mempunyai
kepentingan sebagai berikut :
Menghindari kerugian akibat kecurangan yang
dilakukan pengendara GO-JEK
Meningkatkan kepuasan pelanggan GO-JEK
Menindak pelanggaran yang dilakukan oleh
pengendara GO-JEK.
Bersikap adil dalam menerapkan aturan bagi
seluruh pengendara GO-JEK
Memberhentikan pengendara yang melakukan
pelanggaran berdasarkan bukti dan laporan
pengendara lain.
Menghindari pandangan negatif masyarakat
tentang GO-JEK
Hal yang dilakukan oleh manajemen GO-JEK merupakan
upaya untuk menjalankan fungsi sebagai pengelola layanan
GO-JEK. Oleh karena itu, manajemen melakukan
penindakkan terhadap segala bentuk kecurangann yang
mengancam proses bisnis yang dijalankan, mengurangi
tingkat kepercayaan pelanggan dan menghambat mencapai
tujuan perusahaan. Salah satu tindakan tersebut yaitu dengan
melakukan suspend terhadap pengendara yang melakukan
pemesanan fiktif.
Usulan solusi
Dalam menyelesaikan isu etika antara pihak-pihak terkait
dibutuhkan keinginan bersama dalam menghasilkan solusi
yang terbaik. Permasalahan tidak akan tercapai bila masing-
masing pihak lebih mementingkan pihaknya dan
mengabaikan kepentingan pihak lain. Prinsip etika yang
digunakan adalah prinsip utilitarism yang mem-
pertimbangkan kebahagiaan terbesar pada setiap pihak.
Usulan solusi dalam terkait konflik kepentingan dari masing-
masing pihak, antara lain :
5
1. Pendefinisian aturan suspend secara tertulis kepada
para pengendara GO-JEK
Membuat aturan kesepakatan baru dengan
penambahan perihal aturan suspend. Menjelaskan
proseder aturan suspend secara jelas kepada
pengendara yang mendaftarkan diri sebagai
pengendara GO-JEK. Memberikan buku panduan
yang mencakup aturan-aturan dalam penggunaan
aplikasi GO-JEK guna dapat digunakan sebagai
bahan pembelajaran bagi pengendara.
2. Melibatkan para pengendara GO-JEK dalam
membuat peraturan baru
Sebagai mitra, pengendara harus turut dilibatkan
dalam pengambilan keputusan terakait aturan yang
akan mengikat para pengendara GO-JEK.
Keterlibatan dapat dilakukan dengan survey atau
musyawarah bersama di setiap daerah.
3. Mensosialisasikan peraturan baru kepada seluruh
pengendara GO-JEK
Permasalahan yang menyebabkan para pengendara
GO-JEK melakukan unjuk rasa adalah aturan
suspend tidak disosialisasikan kepada seluruh para
pengendara GO-JEK. Sosialisasi aturan baru sangat
penting agar pengendara GO-JEK tidak merasa
dirugikan. Sosialisasi sebaiknya dilakukan lebih
dari satu aliran informasi misalnya melalui SMS,
email, dan website.
4. Adanya proses peringatan bila pengendara diduga
melakukan pelanggaran dan tidak langsung di
suspend.
Sebaiknya pengendara yang melakukan
pelanggaran tidak langsung di suspend, melainkan
diberikan peringatan agar tidak mengulangi
perbuatannya. Bila ia melakukan pemesanan fiktif
maka keuntungan dari pesanan tersebut dihapus, hal
ini lebih ringan bila langsung di suspend dan
didenda senilai jutaan rupiah. Peringatan dapat
dilakukan dengan sistem poin dimana pada poin
atau jumlah pelanggaran sekian, pengendara akan di
suspend. Misalnya, apabila pengendara
mendapatkan peringatan tiga kali maka akan di
suspend.
5. Memberikan informasi pelanggaran yang dilakukan
Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh
pengendara, pihak manajemen harus memberitahu
kesalahan yang dilakukan oleh pengendara. Hal ini
dilakukan agar pengendara tidak melakuan
pelanggaran hal yang sama secara berulang tanpa
mereka sadari.
6. Menyimpan bukti pelanggaran dan menunjukkan
bila dibutuhkan
Salah satu sebab kekecewaan para pengunjuk rasa
adalah manajemen tidak mau menghadirkan bukti
pelanggaran mereka. Dengan menyimpan bukti
pelanggaran, akan memperkuat alasan bagi pihak
manajemen GO-JEK dalam memberikan suspend
kepada pengendara atau sebagai barang bukti jika
pengendara memberikan tuntutan.
7. Pemberian denda yang dapat dipertanggung
jawabkan
Selain suspend, masalah pengendara GO-JEK yang
melakukan unjuk rasa adalah denda yang mereka
terima dari manajemen GO-JEK. Setiap pengendara
memperoleh denda dengan nominal yang berbeda-
beda tanpa ada penjelasan keterkaitan jumlah denda
dengan kecurangan yang mereka lakukan. Oleh
karena itu, besarnya denda harus didefinisikan
secara jelas dan transparan.
8. Membangun sistem lapor tindak kecurangan
pengendara GO-JEK
Pelanggan mapun antar pengendara GO-JEK dapat
saling mengawasi satu sama lain dan bisa
melaporkan kepada pihak manajemen bila ada
tindak kecurangan. Pelapor dapat melampirkan
bukti kecurangan seperti foto untuk memperkuat
argumen mereka. Dengan adanya kesadaran saling
diawasi satu sama lain maka akan menumbuhkan
rasa khawatir pengendara GO-JEK akan di suspend
bila melakukan kecurangan.
9. Meningkatkan kecanggihan teknologi
Teknologi dapat dimanfaatkan untuk mengontrol
dan mengawasi penggunaan aplikasi GO-JEK.
Diketahui bahwa aplikasi GO-JEK hanya dapat
dijalankan melalui internet, aplikasi dapat
dikembangkan agar mampu membaca perilaku
pengguna kemudian mengirimkannya ke server.
Apabila ada perilaku yang mencurigakan,
manajemen dapat memberikan peringatan.
10. Manajemen GO-JEK dilakukan secara transparan
Sistem manajemen GO-JEK sebaiknya dijalankan
secara transparan sehingga masayarakat dapat
menilai lebih objektif jika ada permasalahan.
11. Pengendara yang di suspend seharusnya tidak
terburu-buru mengumpulkan massa untuk
melakukan unjuk rasa
Pengendara yang mendapatkan suspend sebaiknya
mendatangi kantor GO-JEK untuk mendapatkan
kejelasan sehingga manajemen GO-JEK lebih
nyaman dalam memberikan keterangan.
Pentingnya peran pemerintah dalam dunia IT
Polemik pengendara GO-JEK yang melakukan unjuk rasa di
beberapa daerah menunjukkan bahwa peran pemerintah
sangat kecil dan sedikit sekali aturan pemerintahan yang
secara rinci mengatur pemanfaatan IT dalam bidang bisnis,
transportasi, kuliner, jasa, dan lain-lain. Salah satu Undang-
undang yang mengatur ITE yaitu UU No 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Konteks UU
tersebut masih sangat umum dan masih membutuhkan aturan
yang lebih rinci berdasarkan perkembangan TI yang semakin
cepat.
6
Dr.Ir.Arry Akhmad Arman,MT, Ketua Program Studi
Sistem dan Teknologi Informasi, di kuliah Kapita Selekta
STI mengungkapkan bahwa divisi TI harus diletakkan dalam
posisi strategis pemerintahan dengan tujuan agar pemerintah
membuat kebijakan dengan memanfaatkan TI yang
kemudian berdampak positif bagi masyarakat. Dia juga
mengungkapkan bahwa peraturan terkait TI di Indonesia
tidak seiring dengan inovasi TI yang begitu cepat seiring
berjalannya waktu. Hal ini disebabkan birokrasi dalam
pembuatan peraturan yang cenderung rumit.
Bila peran Pemerintah minim dalam hal pemenfaatan TI di
berbagai sektor masyarakat maka Pemerintah hanya akan
menjadi “penonton” terhadap kemajuan dan polemik bidang
TI yang terjadi ditengah masyarakat. Pemerintah harus
mensinergikan pemanfaatan TI dari berbagai sektor terutama
dalam bidang usaha demi kemajuan dan kesejahteraan
masyarakat luas.
Kesimpulan
Unjuk rasa yang dilakukan oleh pengendara GO-JEK di
berbagai daerah disebabkan ketidakjelasan regulasi yang
ditetapkan oleh manajemen GO-JEK terhadap para
pengendaranya. Oleh karena itu dibutuhkan regulasi yang
disepakati bersama dalam mengatur dalam menjalankan
aktivitas bisnis GO-JEK. Selain itu, perlu adanya dukungan
dari pemerintah dalam mengontrol pelaksanaan usaha
dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Referensi
(2015, Desember). Retrieved from GO-JEK Facebook
Fanpage:
https://www.facebook.com/gojekindonesia
(2015, Desember). Retrieved from go-jek.com:
http://www.go-jek.com
Cameron Lawrence, D. F. (2012). Privacy and ethics in the
age of the smartphone. Proceedings of the
Information Systems Educators Conference .
Driver Gojek Desak Manajemen Terbuka soal Sistem
Penangguhan Sepihak. (2015, Desember 02).
Retrieved from Jawa Pos:
http://www.jawapos.com/read/2015/12/02/12353/d
river-gojek-desak-manajemen-terbuka-soal-sistem-
penangguhan-sepihak
GO-JEK - Apl Android di Play Store. (2015, Desember).
Retrieved from Play Store:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.
gojek.app&hl=in
Ini yang Buat Kecewa Pengemudi Gojek Bandung. (2015,
Desember 1). Retrieved from Tribun Jabar:
http://jabar.tribunnews.com/2015/12/01/ini-yang-
buat-kecewa-pengemudi-gojek-bandung
Jadi Driver Go-Jek Baru 2 Bulan Sudah Didenda Rp 17
Juta. (2015, Desember 4). Retrieved from Tribun
News:
http://wartakota.tribunnews.com/2015/12/04/jadi-
driver-go-jek-baru-2-bulan-sudah-didenda-rp-17-
juta
Makarim, N. (2015, Desember 1). Retrieved from GO-JEK
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/gojekindonesia/photos/
pb.166677693366218.-
2207520000.1449718066./1085161424851169/?ty
pe=3&theater
Maner, W. (1996). Unique Ethical Problems in Information
Technology. USA: Department of Computer
Science .
Schultz, R. A. (2006). Ethics and Information Technology.
USA: IRM Press.
Syahid. (2015, Desember 3). Kena Denda! Driver Gojek
Tak Sadar Terima Order Istri. Retrieved from
Dream.co.id:
http://www.dream.co.id/news/didenda-perusahaan-
sopir-gojek-tak-sadar-terima-order-istri-
1512038.html
Thomas, L. (1980). Ethical Egoism and Psycological
Disposition. American Philophical Quarterly, 73.