isu etika dibalik unjuk rasa driver go-jek

6
1 ISU ETIKA DIBALIK UNJUK RASA PENGENDARA GO-JEK Oleh : Rizal Kurnia Rohman Abstrak Dewasa ini, teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat dan berdampak luas bagi setiap elemen masyarakat. Sistem-sistem baru terbuat dengan hadirnya teknologi, menjadikan penggunanya semakin mudah dalam menjalankan aktivitas. Disisi lain, perkembangan teknologi juga melahirkan pelanggaran-pelanggaran yang lebih berbahaya dan sulit untuk dideteksi. Sehingga teknologi ibarat dua belah mata pisau yang mempunyai dampak positif dan negatif. GO-JEK merupakan perusahaan aplikasi yang bermitra dengan para ojek dalam memberikan layanannya. Pada bulan November 2015 lalu, GO-JEK menghadapi tantangan baru disaat para pengendaranya melakukan unjuk rasa di beberapa daerah terkait suspend yang dilakukan manajemen GO-JEK. GO-JEK melalui CEO-nya menjawab bahwa pengendara yang di suspend adalah pengendara yang berlaku curang dengan melakukan pemesanan fiktif. Terdapat dua sudut pandang yang berbeda antara manajemen dan pengendara GO-JEK sehingga menghasilkan isu etika yang patut dicermati untuk memperoleh solusi. Salah satu solusi tersebut yaitu dengan dibuatnya regulasi yang telah disepakati bersama berdasarkan prinsip nilai yang berlaku. Kata kunci : GO-JEK, suspend, unjuk rasa, pesanan fiktif Latar Belakang Penerapan sistem dan teknologi informasi saat ini telah merambah ke setiap sisi kehidupan manusia. Hampir semua aktivitas tidak bisa lepas dengan hadirnya teknologi. GO- JEK merupakan perusahaan yang berhasil membuat inovasi penerapan teknologi di tengah masyarakat. GO-JEK merupakan aplikasi mobile yang menawarkan berbagai kemudahan dalam transportasi, jasa antar, dan pembelian barang. GO-JEK melakukan mitra dengan para pengendara ojek untuk menjalankan aktivitas bisnis mereka. GO-JEK bergerak secara masif di beberapa daerah dengan menawarkan kemudahan baik kepada pengendara maupun pelanggan. Jumlah pengendara GO-JEK saat ini menembus ribuan pengendara dan tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Medan, Palembang, Makassar, dan Balikpapan (GO-JEK Facebook Fanpage, 2015) Semakin bartambahnya pengendara GO-JEK, memberikan tantangan bagi perusahaan dalam melakukan manajemen atas pengendara, aplikasi, pelanggan serta perawatan demi tercapainya tujuan perusahaan. Salah satu cara untuk mencapai tujuan perusahaan adalah dengan menyelaraskan program bersama para pengendara GO-JEK dan meminimalisir terhadap berbagai permasalahan baik pengendara, pelanggan maupun aplikasi. Dalam essay ini, penulis akan menganalisa isu etika dibalik unjuk rasa para pengendara GO-JEK di beberapa daerah dan menentukan solusi berdasarkan prinsip-prinsip etika demi memperoleh maslahat bersama. Tentang Gojek Gambar 1 Logo GO-JEK. Sumber : http://www.go-jek.com GO-JEK merupakan perusahaan aplikasi yang di dirikan oleh Nadiem Makarim. Melalui situsnya (go-jek.com, 2015), GO-JEK menjelaskan bahwa GO-JEK adalah perusahaan berjiwa sosial yang memimpin revolusi industri transportasi Ojek. GO-JEK bermitra dengan para pengendara ojek berpengalaman di Jakarta meliputi area JABODETABEK, Bandung, Bali & Surabaya dan menjadi solusi utama dalam pengiriman barang, pesan antar makanan, berbelanja dan berpergian di tengah kemacetan.

Upload: rizal-kurnia-rohman

Post on 20-Feb-2017

278 views

Category:

News & Politics


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Isu Etika Dibalik Unjuk Rasa Driver GO-JEK

1

ISU ETIKA DIBALIK UNJUK RASA PENGENDARA GO-JEK

Oleh : Rizal Kurnia Rohman

Abstrak

Dewasa ini, teknologi mengalami kemajuan yang sangat

pesat dan berdampak luas bagi setiap elemen masyarakat.

Sistem-sistem baru terbuat dengan hadirnya teknologi,

menjadikan penggunanya semakin mudah dalam

menjalankan aktivitas. Disisi lain, perkembangan teknologi

juga melahirkan pelanggaran-pelanggaran yang lebih

berbahaya dan sulit untuk dideteksi. Sehingga teknologi

ibarat dua belah mata pisau yang mempunyai dampak positif

dan negatif.

GO-JEK merupakan perusahaan aplikasi yang bermitra

dengan para ojek dalam memberikan layanannya. Pada bulan

November 2015 lalu, GO-JEK menghadapi tantangan baru

disaat para pengendaranya melakukan unjuk rasa di beberapa

daerah terkait suspend yang dilakukan manajemen GO-JEK.

GO-JEK melalui CEO-nya menjawab bahwa pengendara

yang di suspend adalah pengendara yang berlaku curang

dengan melakukan pemesanan fiktif. Terdapat dua sudut

pandang yang berbeda antara manajemen dan pengendara

GO-JEK sehingga menghasilkan isu etika yang patut

dicermati untuk memperoleh solusi. Salah satu solusi

tersebut yaitu dengan dibuatnya regulasi yang telah

disepakati bersama berdasarkan prinsip nilai yang berlaku.

Kata kunci : GO-JEK, suspend, unjuk rasa, pesanan fiktif

Latar Belakang

Penerapan sistem dan teknologi informasi saat ini telah

merambah ke setiap sisi kehidupan manusia. Hampir semua

aktivitas tidak bisa lepas dengan hadirnya teknologi. GO-

JEK merupakan perusahaan yang berhasil membuat inovasi

penerapan teknologi di tengah masyarakat. GO-JEK

merupakan aplikasi mobile yang menawarkan berbagai

kemudahan dalam transportasi, jasa antar, dan pembelian

barang. GO-JEK melakukan mitra dengan para pengendara

ojek untuk menjalankan aktivitas bisnis mereka. GO-JEK

bergerak secara masif di beberapa daerah dengan

menawarkan kemudahan baik kepada pengendara maupun

pelanggan.

Jumlah pengendara GO-JEK saat ini menembus ribuan

pengendara dan tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang,

Yogyakarta, Surabaya, Bali, Medan, Palembang, Makassar,

dan Balikpapan (GO-JEK Facebook Fanpage, 2015)

Semakin bartambahnya pengendara GO-JEK, memberikan

tantangan bagi perusahaan dalam melakukan manajemen

atas pengendara, aplikasi, pelanggan serta perawatan demi

tercapainya tujuan perusahaan.

Salah satu cara untuk mencapai tujuan perusahaan adalah

dengan menyelaraskan program bersama para pengendara

GO-JEK dan meminimalisir terhadap berbagai permasalahan

baik pengendara, pelanggan maupun aplikasi.

Dalam essay ini, penulis akan menganalisa isu etika dibalik

unjuk rasa para pengendara GO-JEK di beberapa daerah dan

menentukan solusi berdasarkan prinsip-prinsip etika demi

memperoleh maslahat bersama.

Tentang Gojek

Gambar 1 Logo GO-JEK. Sumber : http://www.go-jek.com

GO-JEK merupakan perusahaan aplikasi yang di dirikan

oleh Nadiem Makarim. Melalui situsnya (go-jek.com, 2015),

GO-JEK menjelaskan bahwa GO-JEK adalah perusahaan

berjiwa sosial yang memimpin revolusi industri transportasi

Ojek. GO-JEK bermitra dengan para pengendara ojek

berpengalaman di Jakarta meliputi area JABODETABEK,

Bandung, Bali & Surabaya dan menjadi solusi utama dalam

pengiriman barang, pesan antar makanan, berbelanja dan

berpergian di tengah kemacetan.

Page 2: Isu Etika Dibalik Unjuk Rasa Driver GO-JEK

2

Gambar 2 Layanan aplikasi GO-JEK

Perusahaan GO-JEK mempunyai beberapa layanan yang

cukup banyak, diantaranya yaitu :

GO-RIDE

Layanan ini fokus pada layanan antar jemput

penumpang seperti halnya ojek biasa.

GO SEND

Merupakan layanan kurir pengiriman barang ke

alamat tertentu.

GO-FOOD

GO-FOOD yaitu layanan pesan antar makanan dari

restoran/café/warung yang telah menjadi mitra GO-

JEK.

GO-MART

GO-MART memberikan kemudahan dalam

berbelanja tanpa harus datang ke lokasi dengan

meminta pengendara GO-JEK membeli produk

sesuai dengan pesanan.

GO-BUSWAY

Memberikan informasi lokasi dan jadwal

pemberangkatan Busway di Jakarta, kemudian

melakukan pemesanan melalui aplikasi GO-JEK

untuk diantarkan menuju halte yang diinginkan.

GO-BOX

Layanan kargo untuk pengangkutan barang dengan

jumlah besar. Layanan yang diberikan dibedakan

berdasarkan jenis dan ukuran kargo, seperti Pickup

Bak, Pickup Box, Engkel Bak dan Engkel Box.

GO-CLEAN

Layanan ini masih tahap pengembangan. Layanan

ini memberikan informasi terkait jasa pembersihan

rumah atau gedung.

GO-GLAM

Layanan ini masih tahap pengembangan. Layanan

ini memberikan informasi tentang layanan salon

berdasarkan kriteria yang dimasukkan.

GO-MASSAGE

Layanan ini masih tahap pengembangan. Layanan

ini memberikan informasi tentang layanan pijat

secara professional.

Dalam situsnya, GO-JEK menawarkan berbagai keunggulan

kepada para pelanggannya seperti :

Mendapatkan segala sesuatu dikirimkan dan

melakukan pembayaran secara instan

Menambahkan kontak teman jika mereka sebagai

penerima atau pengirim

Harga yang transparan (dapat langsung diketahui)

Layanan pintu ke pintu tercepat dari layanan sejenis

Melacak item dan menelpon/bicara kepada

pengendara

Memperoleh pemberitahuan status pesanan

Aplikasi GO-JEK tersedia di Play Store dan App Store dan

dapat di download secara gratis. Jumlah pengguna aplikasi

GO-JEK saat ini sangat tinggi, hal ini ditandai jumlah

pengunduh di Play Store mencapai 5 juta orang dan telah

mendapat skor 4,1 dari 5 poin. (GO-JEK - Apl Android di

Play Store, 2015)

Cara kerja aplikasi GO-JEK secara umum dapat

digambarkan dalam usecase berikut

Gambar 3 Usecase Diagram aplikasi GO-JEK

Penjelasan proses pemesanan layanan melalui aplikasi GO-

JEK :

1. Untuk menggunakan aplikasi GO-JEK, pengguna

harus mengundah dan memasang terlebih dahulu

aplikasi GO-JEK. GO-JEK dapat diperoleh di Play

Store dan Apple Store sesuai dengan tipe sistem

operasi perangkat.

2. Sebelum menggunakan layanan GO-JEK,

pengguna harus mendaftar terlebih dahulu dengan

menggunakan email dan nomor HP.

3. Setelah berhasil mendaftar, pengguna memilih

layanan yang diberikan

4. Pengguna memasukkan lokasi penjemputan dan

lokasi tujuan

5. Aplikasi secara otomatis memberikan total biaya

yang harus dibayar

6. Pengguna memilih sistem pembayaran, apakah

menggunakan uang tunai atau Gojek Credit

Page 3: Isu Etika Dibalik Unjuk Rasa Driver GO-JEK

3

7. Pengguna dapat mengisi Gojek Credit dengan

memasukkan voucher

8. Pengguna Submit Order

9. Pengendara GO-JEK memperoleh pemberitahuan

pesanan

10. Pengendara GO-JEK menerima pesanan

11. Pengguna melihat status pesanan bahwa telah

memperoleh pengendara GO-JEK

Deskripsi Permasalahan

Bulan November 2015, terdapat pemberitaan menarik ketika

ribuan pengendara GO-JEK melakukan unjuk rasa di Kota

Bandung dan Bali. Mereka mensesalkan manajemen GO-

JEK melakukan suspend terhadap akun mereka secara

sepihak. Suspend merupakan pembekuan yang dilakukan

oleh manajemen GO-JEK sehingga pengendara GOJEK

tidak bisa lagi menerima pesanan dengan memanfaatkan

aplikasi GO-JEK di smartphone. Tak hanya itu, sebagian

para pengendara juga di denda sampai 17 juta dengan dugaan

melakukan berbagai kecurangan seperti pesanan fiktif.

Pesanan atau orderan fiktif merupakan proses transaksi

dengan menggunakan aplikasi GO-JEK tanpa adanya

pelanggan yang sesungguhnya, misalnya pengendara GO-

JEK menggunakan dua HP dimana salah satu HP melakukan

pemesanan melalui aplikasi GO-JEK dan diterima oleh HP

yang lain milik orang yang sama.

Sejak awal kontrak kerja, menurut Sule (koordinator unjuk

rasa), tidak tertuang aturan suspend bagi driver. Karena itu,

bersama rekan-rekan driver Gojek yang terkena suspend

melancarkan protes keras. Ia juga mengungkapkan, “Ada

tiga prinsip bagi kami. Driver harus untung, manajemen

untung dan customer diuntungkan. Tetapi kalau masih ada

tumpang tindih dan tidak ada solusi, kantor Gojek Bandung

harus tutup. Kalau manajemen tak sinergi dengan driver,

Gojek enggak bisa jalan di Bandung,” (Driver Gojek Desak

Manajemen Terbuka soal Sistem Penangguhan Sepihak,

2015)

Setelah peristiwa tersebut, CEO PT Gojek Indonesia ,

Nadiem Makarim membuat tulisan yang dipublikasikan di

fanpage GO-JEK (Makarim, 2015).

"Selama dua bulan ke belakang, hampir setiap hari saya

menerima puluhan komplain dari driver-driver jujur

mengenai banyaknya rekan-rekan (sesama sopir) Gojek yang

menyalahgunakan subsidi perusahaan dengan membuat

order fiktif dengan akun palsu,")

Di sisi lain, ternyata sebagian pengendara GO-JEK tidak

tahu menahu tentang aktivitas apa saja yang bisa

mengakibatkan akun di suspend, seperti yang diungkapkan

oleh Anton Umbara. Ketika ia menerima pesanan dari

seseorang yang ternyata istrinya yang kemudian

mengakibatkan akunnya disuspend oleh manajemen GO-

JEK. Setelah mengurus ke Kantor GO-JEK, ia baru

menyadari bahwa menerima pesanan dari istrinya berakibat

akun di suspend. (Syahid, 2015)

Seorang driver GO-JEK Bali, Andik menyatakan bahwa

pihak Manajemen Gojek Bali tidak profesional dalam

memberlakukan kebijakan. Itu menyangkut denda yang

dilakukan semenjak 30 November kemarin. Dua bulan baru

bekerja, tidak relevan jika dirinya sudah menerima denda

sebesar Rp 17 juta. Ia mengungkapkan, "Enggak masuk akal.

Apalagi menyebut itu orderan fiktif. Dari mana, dan mana

buktinya mereka (manajemen Go-Jek) tidak dapat

memberikan buktinya," ujar Andi kepada Tribun Bali (Jadi

Driver Go-Jek Baru 2 Bulan Sudah Didenda Rp 17 Juta,

2015)

Mediasi antara pengendara yang melakukan unjuk rasa

dengan manajemen GO-JEK telah diupayakan, namun

hasilnya masih belum begitu nampak. Banyak pengendara

GO-JEK yang merasa kecewa dengan sikap manajemen

tidak memberikan pemberitahuan sebelum terjadinya

suspend setelah dilakukan mediasi. "Kalau memang seperti

itu, seharusnya buktikan siapa pengemudi Gojek yang

melakukan order fiktif. Sebab suspend ini dikenakan juga

bagi pengemudi Gojek yang tak pernah melakukan itu," kata

Dandi dalam unjuk rasa di depan Kantor Wali Kota Bandung

(Ini yang Buat Kecewa Pengemudi Gojek Bandung, 2015).

Masih banyak lagi cerita yang disampaikan oleh pengendara

GO-JEK terutama di kolom komentar fanpage GO-JEK di

Facebook terkait dengan fenomena suspend pengendara GO-

JEK yang diduga melakukan pemesanan fiktif. Berdasarkan

tulisan para pengendara GO-JEK menunjukkan bahwa

suspend secara sepihak oleh Manajemen GO-JEK benar

adanya. Namun tanggapan pengendara GO-JEK terbagi

menjadi dua, ada yang menerima kemudian meminta

keterangan dan mengurus agar diaktifkan kembali di kantor

GO-JEK dan ada yang protes melalui unjuk rasa.

Gambar 4 Ishikawa Diagram

Dengan menggunakan fishbone atau Ishikawa diagram,

dapat diketahui akar permasalahan yang terjadi yaitu

ketidakjelasan regulasi yang terapkan oleh manajemen GO-

JEK. Hal tersebut mengakibatkan permasalahan-

permasalahan lain muncul seperti pesanan fiktif,

penyalahgunaan aplikasi, menurunkan kepercayaan

pelanggan, men-suspend banyak pengendara, unjuk rasa di

berbagai daerah, membangun stigma negatif masyarakat

terhadap GO-JEK dan lain-lain.

Page 4: Isu Etika Dibalik Unjuk Rasa Driver GO-JEK

4

Apabila regulasi tata kelola manjemen GO-JEK di

definisikan secara jelas, tertulis dan disampaikan kepada

seluruh pengendara dan masyarakat maka peluang masalah-

masalah tersebut muncul menjadi lebih kecil dan tidak ada

pihak yang merasa dirugikan.

Konflik Kepentingan

Bila dicermati dari deskripsi masalah diatas, diperoleh

kesimpulan terkait pihak-pihak yang terlibat, yaitu :

1. Pengendara GO-JEK yang diduga melakukan orderan

fiktif / terkena suspend.

Pengendara gojek yang melakukan unjuk rasa

dibeberapa daerah di Indonesia mengkritisi manajemen

GO-JEK terkait :

Suspend yang sepihak tanpa adanya kesepakatan

sebelumnya dan tanpa pemberitahuan terlebih

dahulu

Pembuktian pelanggaran yang dilakukan oleh

pengendara GO-JEK sehingga di indikasi

melakukan orderan fiktif.

Proses suspend yang tidak dijelaskan kepada para

pengendara GO-JEK

Denda yang dituntut oleh Manajemen sangat besar,

tidak sesuai lamanya operasi yang mereka jalankan.

Permasalahan suspend tidak ada dalam kesepakatan

sebelumnya.

Manajemen GO-JEK seolah-olah memposisikan

pengendara sebagai karyawan, tidak sesuai dengan

pernyataan bahwa pengendara GO-JEK sebagai

mitra.

Para pengunjuk rasa memandang bahwa tindakan yang

mereka lakukan beretika berdasarkan prinsip egoism.

Permasalahan terkait dengan aturan suspend tidak

didefinisikan ketika membuat kerja sama dengan

manajemen GO-JEK. Sehingga, segala hal yang tidak

didefinisikan dalam peraturan kerja sama tersebut, hal

itu diperbolehkan dan manajemen GO-JEK tidak boleh

melakukan tindakan yang tidak tercantum dalam

kesepakatan.

Etika egoism, tentu, merupakan pandangan bahwa

seseorang secara moral memaksimalkan kepuasan atas

dirinya pada keinginan tertentu dalam waktu yang

panjang. (Brandth, 1972 dalam Thomas 1980)

2. Pengendara GO-JEK yang tidak di suspend (biasa

disebut pengendara jujur)

Pengendara GO-JEK yang tidak melakukan

pelanggaran mempunyai kepentingan :

Menuntut agar pengendara GO-JEK yang tidak

jujur segera di tindak oleh perusahaan.

Menuntut agar perusahaan mempunyai sistem

pengawasan yang akurat terhadap segala bentuk

pelanggaran.

Berharap agar semua pengendara GO-JEK

beroperasi secara jujur sehingga mereka tidak

merasa dirugikan.

Perlu adanya peraturan yang jelas dan tegas

Hal yang paling ditonjolkan oleh pengendara jujur

adalah keadilan dalam mengoperasikan aplikasi GO-

JEK. Berdasarkan prinsip etika utilitarianism bahwa

dengan menggunakan aplikasi GO-JEK sesuai dengan

prosedur maka kebaikan yang didapatkan semakin

besar untuk jumlah yang besar (Schultz, 2006).

Biasanya mereka memandang bahwa sedikit atau

banyaknya pemesan melalui aplikasi GO-JEK itu

merupakan keberuntungan atau rizki dari Tuhan. Bila

ada bentuk penyalahgunaan aplikasi untuk memperoleh

keuntungan pribadi, mereka melaporkan kepada

manajmen GO-JEK agar manfaat dapat tercapai.

3. Manajemen GO-JEK

Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh CEO PT

Gojek Indonesia bahwa mereka mempunyai

kepentingan sebagai berikut :

Menghindari kerugian akibat kecurangan yang

dilakukan pengendara GO-JEK

Meningkatkan kepuasan pelanggan GO-JEK

Menindak pelanggaran yang dilakukan oleh

pengendara GO-JEK.

Bersikap adil dalam menerapkan aturan bagi

seluruh pengendara GO-JEK

Memberhentikan pengendara yang melakukan

pelanggaran berdasarkan bukti dan laporan

pengendara lain.

Menghindari pandangan negatif masyarakat

tentang GO-JEK

Hal yang dilakukan oleh manajemen GO-JEK merupakan

upaya untuk menjalankan fungsi sebagai pengelola layanan

GO-JEK. Oleh karena itu, manajemen melakukan

penindakkan terhadap segala bentuk kecurangann yang

mengancam proses bisnis yang dijalankan, mengurangi

tingkat kepercayaan pelanggan dan menghambat mencapai

tujuan perusahaan. Salah satu tindakan tersebut yaitu dengan

melakukan suspend terhadap pengendara yang melakukan

pemesanan fiktif.

Usulan solusi

Dalam menyelesaikan isu etika antara pihak-pihak terkait

dibutuhkan keinginan bersama dalam menghasilkan solusi

yang terbaik. Permasalahan tidak akan tercapai bila masing-

masing pihak lebih mementingkan pihaknya dan

mengabaikan kepentingan pihak lain. Prinsip etika yang

digunakan adalah prinsip utilitarism yang mem-

pertimbangkan kebahagiaan terbesar pada setiap pihak.

Usulan solusi dalam terkait konflik kepentingan dari masing-

masing pihak, antara lain :

Page 5: Isu Etika Dibalik Unjuk Rasa Driver GO-JEK

5

1. Pendefinisian aturan suspend secara tertulis kepada

para pengendara GO-JEK

Membuat aturan kesepakatan baru dengan

penambahan perihal aturan suspend. Menjelaskan

proseder aturan suspend secara jelas kepada

pengendara yang mendaftarkan diri sebagai

pengendara GO-JEK. Memberikan buku panduan

yang mencakup aturan-aturan dalam penggunaan

aplikasi GO-JEK guna dapat digunakan sebagai

bahan pembelajaran bagi pengendara.

2. Melibatkan para pengendara GO-JEK dalam

membuat peraturan baru

Sebagai mitra, pengendara harus turut dilibatkan

dalam pengambilan keputusan terakait aturan yang

akan mengikat para pengendara GO-JEK.

Keterlibatan dapat dilakukan dengan survey atau

musyawarah bersama di setiap daerah.

3. Mensosialisasikan peraturan baru kepada seluruh

pengendara GO-JEK

Permasalahan yang menyebabkan para pengendara

GO-JEK melakukan unjuk rasa adalah aturan

suspend tidak disosialisasikan kepada seluruh para

pengendara GO-JEK. Sosialisasi aturan baru sangat

penting agar pengendara GO-JEK tidak merasa

dirugikan. Sosialisasi sebaiknya dilakukan lebih

dari satu aliran informasi misalnya melalui SMS,

email, dan website.

4. Adanya proses peringatan bila pengendara diduga

melakukan pelanggaran dan tidak langsung di

suspend.

Sebaiknya pengendara yang melakukan

pelanggaran tidak langsung di suspend, melainkan

diberikan peringatan agar tidak mengulangi

perbuatannya. Bila ia melakukan pemesanan fiktif

maka keuntungan dari pesanan tersebut dihapus, hal

ini lebih ringan bila langsung di suspend dan

didenda senilai jutaan rupiah. Peringatan dapat

dilakukan dengan sistem poin dimana pada poin

atau jumlah pelanggaran sekian, pengendara akan di

suspend. Misalnya, apabila pengendara

mendapatkan peringatan tiga kali maka akan di

suspend.

5. Memberikan informasi pelanggaran yang dilakukan

Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh

pengendara, pihak manajemen harus memberitahu

kesalahan yang dilakukan oleh pengendara. Hal ini

dilakukan agar pengendara tidak melakuan

pelanggaran hal yang sama secara berulang tanpa

mereka sadari.

6. Menyimpan bukti pelanggaran dan menunjukkan

bila dibutuhkan

Salah satu sebab kekecewaan para pengunjuk rasa

adalah manajemen tidak mau menghadirkan bukti

pelanggaran mereka. Dengan menyimpan bukti

pelanggaran, akan memperkuat alasan bagi pihak

manajemen GO-JEK dalam memberikan suspend

kepada pengendara atau sebagai barang bukti jika

pengendara memberikan tuntutan.

7. Pemberian denda yang dapat dipertanggung

jawabkan

Selain suspend, masalah pengendara GO-JEK yang

melakukan unjuk rasa adalah denda yang mereka

terima dari manajemen GO-JEK. Setiap pengendara

memperoleh denda dengan nominal yang berbeda-

beda tanpa ada penjelasan keterkaitan jumlah denda

dengan kecurangan yang mereka lakukan. Oleh

karena itu, besarnya denda harus didefinisikan

secara jelas dan transparan.

8. Membangun sistem lapor tindak kecurangan

pengendara GO-JEK

Pelanggan mapun antar pengendara GO-JEK dapat

saling mengawasi satu sama lain dan bisa

melaporkan kepada pihak manajemen bila ada

tindak kecurangan. Pelapor dapat melampirkan

bukti kecurangan seperti foto untuk memperkuat

argumen mereka. Dengan adanya kesadaran saling

diawasi satu sama lain maka akan menumbuhkan

rasa khawatir pengendara GO-JEK akan di suspend

bila melakukan kecurangan.

9. Meningkatkan kecanggihan teknologi

Teknologi dapat dimanfaatkan untuk mengontrol

dan mengawasi penggunaan aplikasi GO-JEK.

Diketahui bahwa aplikasi GO-JEK hanya dapat

dijalankan melalui internet, aplikasi dapat

dikembangkan agar mampu membaca perilaku

pengguna kemudian mengirimkannya ke server.

Apabila ada perilaku yang mencurigakan,

manajemen dapat memberikan peringatan.

10. Manajemen GO-JEK dilakukan secara transparan

Sistem manajemen GO-JEK sebaiknya dijalankan

secara transparan sehingga masayarakat dapat

menilai lebih objektif jika ada permasalahan.

11. Pengendara yang di suspend seharusnya tidak

terburu-buru mengumpulkan massa untuk

melakukan unjuk rasa

Pengendara yang mendapatkan suspend sebaiknya

mendatangi kantor GO-JEK untuk mendapatkan

kejelasan sehingga manajemen GO-JEK lebih

nyaman dalam memberikan keterangan.

Pentingnya peran pemerintah dalam dunia IT

Polemik pengendara GO-JEK yang melakukan unjuk rasa di

beberapa daerah menunjukkan bahwa peran pemerintah

sangat kecil dan sedikit sekali aturan pemerintahan yang

secara rinci mengatur pemanfaatan IT dalam bidang bisnis,

transportasi, kuliner, jasa, dan lain-lain. Salah satu Undang-

undang yang mengatur ITE yaitu UU No 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Konteks UU

tersebut masih sangat umum dan masih membutuhkan aturan

yang lebih rinci berdasarkan perkembangan TI yang semakin

cepat.

Page 6: Isu Etika Dibalik Unjuk Rasa Driver GO-JEK

6

Dr.Ir.Arry Akhmad Arman,MT, Ketua Program Studi

Sistem dan Teknologi Informasi, di kuliah Kapita Selekta

STI mengungkapkan bahwa divisi TI harus diletakkan dalam

posisi strategis pemerintahan dengan tujuan agar pemerintah

membuat kebijakan dengan memanfaatkan TI yang

kemudian berdampak positif bagi masyarakat. Dia juga

mengungkapkan bahwa peraturan terkait TI di Indonesia

tidak seiring dengan inovasi TI yang begitu cepat seiring

berjalannya waktu. Hal ini disebabkan birokrasi dalam

pembuatan peraturan yang cenderung rumit.

Bila peran Pemerintah minim dalam hal pemenfaatan TI di

berbagai sektor masyarakat maka Pemerintah hanya akan

menjadi “penonton” terhadap kemajuan dan polemik bidang

TI yang terjadi ditengah masyarakat. Pemerintah harus

mensinergikan pemanfaatan TI dari berbagai sektor terutama

dalam bidang usaha demi kemajuan dan kesejahteraan

masyarakat luas.

Kesimpulan

Unjuk rasa yang dilakukan oleh pengendara GO-JEK di

berbagai daerah disebabkan ketidakjelasan regulasi yang

ditetapkan oleh manajemen GO-JEK terhadap para

pengendaranya. Oleh karena itu dibutuhkan regulasi yang

disepakati bersama dalam mengatur dalam menjalankan

aktivitas bisnis GO-JEK. Selain itu, perlu adanya dukungan

dari pemerintah dalam mengontrol pelaksanaan usaha

dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Referensi

(2015, Desember). Retrieved from GO-JEK Facebook

Fanpage:

https://www.facebook.com/gojekindonesia

(2015, Desember). Retrieved from go-jek.com:

http://www.go-jek.com

Cameron Lawrence, D. F. (2012). Privacy and ethics in the

age of the smartphone. Proceedings of the

Information Systems Educators Conference .

Driver Gojek Desak Manajemen Terbuka soal Sistem

Penangguhan Sepihak. (2015, Desember 02).

Retrieved from Jawa Pos:

http://www.jawapos.com/read/2015/12/02/12353/d

river-gojek-desak-manajemen-terbuka-soal-sistem-

penangguhan-sepihak

GO-JEK - Apl Android di Play Store. (2015, Desember).

Retrieved from Play Store:

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.

gojek.app&hl=in

Ini yang Buat Kecewa Pengemudi Gojek Bandung. (2015,

Desember 1). Retrieved from Tribun Jabar:

http://jabar.tribunnews.com/2015/12/01/ini-yang-

buat-kecewa-pengemudi-gojek-bandung

Jadi Driver Go-Jek Baru 2 Bulan Sudah Didenda Rp 17

Juta. (2015, Desember 4). Retrieved from Tribun

News:

http://wartakota.tribunnews.com/2015/12/04/jadi-

driver-go-jek-baru-2-bulan-sudah-didenda-rp-17-

juta

Makarim, N. (2015, Desember 1). Retrieved from GO-JEK

Facebook Fanpage:

https://www.facebook.com/gojekindonesia/photos/

pb.166677693366218.-

2207520000.1449718066./1085161424851169/?ty

pe=3&theater

Maner, W. (1996). Unique Ethical Problems in Information

Technology. USA: Department of Computer

Science .

Schultz, R. A. (2006). Ethics and Information Technology.

USA: IRM Press.

Syahid. (2015, Desember 3). Kena Denda! Driver Gojek

Tak Sadar Terima Order Istri. Retrieved from

Dream.co.id:

http://www.dream.co.id/news/didenda-perusahaan-

sopir-gojek-tak-sadar-terima-order-istri-

1512038.html

Thomas, L. (1980). Ethical Egoism and Psycological

Disposition. American Philophical Quarterly, 73.