islam dan etos kerja studi tentang peranan majelis ta'lim ... · ketua yayasan wali songo...

69
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Alhamdulillahirobbil ‘alamin, segala puja dan puji kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, Dialah Yang menggenggam semua makhluk-Nya, Dialah yang menentukan takdir terhadap yang di ciptakan-Nya dan Dialah Yang telah memberikan inayah-Nya kepada siapapun termasuk kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam tetap tercurah atas di baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya yang setia kepadanya. Sejalan dengan selesainya skripsi ini, ada beberapa orang yang menjadi pijakan untuk meraih keberhasilan dan kesuksesanserta selesainya penulisan skripsi ini. Peran dari orang-orang yang berjasa tidak boleh kita lupakan. Untuk itu penulis menghaturkan banyak terimakasih pada pihak-pihak yang telah membantu di antaranya adalah: 1. Dr. Amsal Bachtiar, MA., dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah mengarahkan serta melayani seluruh kebutuhan administratif kepada penulis selama penyusunan skripsi. 2. Drs. Yusron Razak, MA., dosen pembimbing I, dan Dra Marzuqoh, MA., dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan serta motivasi dalam penulisan skripsi hingga selesai dengan baik. 3. Ketua Jurusan Sosiologi Agama Dra. Ida Rosyidah, MA, dan segenap Staf Jurusan Sosiologi Agama yang telah membantu dalam melancarkan masalah administratif dalam penulisan skripsi ini.

Upload: phungxuyen

Post on 10-Jun-2018

239 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, segala puja dan puji kehadirat Allah SWT Tuhan

semesta alam, Dialah Yang menggenggam semua makhluk-Nya, Dialah yang

menentukan takdir terhadap yang di ciptakan-Nya dan Dialah Yang telah memberikan

inayah-Nya kepada siapapun termasuk kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam tetap tercurah atas di baginda Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya yang setia

kepadanya.

Sejalan dengan selesainya skripsi ini, ada beberapa orang yang menjadi pijakan

untuk meraih keberhasilan dan kesuksesanserta selesainya penulisan skripsi ini. Peran

dari orang-orang yang berjasa tidak boleh kita lupakan. Untuk itu penulis menghaturkan

banyak terimakasih pada pihak-pihak yang telah membantu di antaranya adalah:

1. Dr. Amsal Bachtiar, MA., dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah

mengarahkan serta melayani seluruh kebutuhan administratif kepada penulis

selama penyusunan skripsi.

2. Drs. Yusron Razak, MA., dosen pembimbing I, dan Dra Marzuqoh, MA., dosen

pembimbing II, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,

pengarahan serta motivasi dalam penulisan skripsi hingga selesai dengan baik.

3. Ketua Jurusan Sosiologi Agama Dra. Ida Rosyidah, MA, dan segenap Staf

Jurusan Sosiologi Agama yang telah membantu dalam melancarkan masalah

administratif dalam penulisan skripsi ini.

Page 2: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

4. Ketua dan semua staf Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan

perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah memberikan pinjaman

buku untuk dijadikan bahan-bahan yang di perlukan.

5. Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah

memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian atau penulisan skripsi ini.

6. Keluarga besar Sosiologi Agama angkatan 2000, untuk teman-temanku Bahrozie,

Rizal, Agus Dwiyono, Yasir, May, Yoyoh dan semuanya yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu. Kalian semua telah memberikan dorongan yang sangat

berharga dalam penulisan skripsi ini. Tidak lupa buat Bapak Drs. Muhammad

Ismail MA, dosen yang selalu memberikan semangat kepada saya.

7. Untuk orang-orang yang sangat saya cintai, Bapa, Mimi, Abah, Minde, Kang

Ozak, Kang Isa, Kang Echu, Kang Ochich, Kang Oom, Uun, D.Ika, Akhir, Non

Ci, Bunda, Ziyan, Alya, Ali, Humam, dan anakku yang masih ada di dalam

kandungan yang menjadi inspirasi hidup, yang memberikan motivasi dalam

pembuatan skripsi ini.

8. Drs. KH. Muhtadi Alawy terimakasih atas suportnya. Mr. Wiy Boss, yang telah

membantu tak kenal lelah siang dan malam menemani dan memfalisitasi segala

sesuatunya selama penulisan skripsi ini.

9. Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo dan semua responden yang telah memberikan

keterangan dan penjelasan dalam riset yang penulis lakukan.

10. Jamaah Majelis Ta’lim Ar-Ruhama dan Ar-Ridho yang selalu memberikan doa

dan dorongan kepada penulis, khususnya H. Rahmat Junus dan keluarga.

Page 3: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

11. Semua pihak yang telah memmbantu penulis, yang tidak bisa disebutkan satu

persatu.

Semoga semua pemberian dan bantuan apapun itu bentuknya sehingga dapat

membantu selesainya penulisan skripsi ini, dapat dibalas oleh Allah dalam bentuk yang

sebaik-baiknya dan semoga kalian mendapatkan hidup yang berkah di dunia dan akhirat.

Akhirnya apa yang penulis lakukan semoga dapat bermanfaat bagi orang banyak. Amin

ya Robbal ‘Alamin

Jakarta, 23 Februari 2007

Muhammad Amin

Page 4: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….….. iv

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… vi

Bab I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah…………………………… 5

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian………………………………….. 5

D. Metode Penelitian………………………………………………… 6

E. Sistematika Penulisan…………………………………………….. 8

Bab II : TINJAUAN TEORITIS

A. Islam……………………………………………………………... 10

1. Pengertian Islam……………………………………………. 10

2. Aspek ekonomi di dalam Islam……………………………. 11

B. Etos Kerja……………………………………………………….. 18

1. Pengertian Etos Kerja………………………………………. 18

2. Unsur-unsur Kerja………………………………………….. 19

3. Etos Kerja Dalam Perspektif Islam………………………… 22

4. Hubungan Agama dan Etos Kerja………………………….. 26

C. Peranan Majelis Ta’lim………………………………………….. 29

1. Pengertian Peranan…………………………………………. 29

Page 5: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

2. Pengertian Majelis Ta’lim………………………………….. 30

3. Majelis Ta’lim, Agama Dan Masyarakat……………………. 30

Bab III : GAMBARAN UMUM TENTANG MAJELIS TA’LIM WALI SONGO DESA JOMBANG KECAMATAN CIPUTAT

A. Letak Geografis…………………………………………………. 32

B. Sejarah Singkat Majelis Ta’lim Wali Songo…………………….. 32

C. Kondisi Sosial dan Ekonomi Para Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo……………………………………… 35

D. Tujuan Didirikannya Majelis Ta’lim Wali Songo……………….. 42

Bab IV : PERANAN MAJELIS TA’LIM WALI SONGO DI KELURAHAN JOMBANG KECAMATAN CIPUTAT DALAM MENINGKATKAN ETOS KERJA PENGRAJIN KUSEN

A. Materi Yang Disampaikan………………………………………… 45

B. Kegiatan Sosial Keagamaan……………………………………… 48

C. Cara dan Hasil Berkarya………..………………………………… 53

D. Hasil Pendapatan…………….…………………………………… 56

Bab V : PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………….…………………… 59

B. Saran-saran……………………………………..………………… 59

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 61

LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………… 64

Page 6: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

DAFTAR TABEL

Tabel 1 ………………………………………………………………………… 36

Tabel 2 ………………………………………………………………………… 37

Tabel 3 ………………………………………………………………………… 38

Tabel 4 ………………………………………………………………………… 40

Tabel 5 ………………………………………………………………………… 41

Tabel 6 ………………………………………………………………………… 42

Page 7: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki abad ke-21, berarti menapaki abad global. Akibat perkembangan

teknologi dan transportasi, dunia internasional pada abad ini mengalami sebuah

perubahan besar, yang dikenal dengan era global. Dalam era demikian, situasi dunia

menjadi amat transparan, “jendela internasional” terdapat hampir di setiap rumah. Apa

yang terjadi di setiap sudut bumi dalam waktu singkat dapat ditangkap dari berbagai

belahan dunia, “pintu gerbang” antar negara semakin terbuka, sekat-sekat budaya

menjadi hilang, budaya antar bangsa semakin membaur, melebur, serta saling

mempengaruhi.

Dari sudut ekonomi, era global ini akan di tandai oleh sebuah aktivitas ekonomi

baru, yakni perdagangan bebas dan pasar global. Berbagai kawasan dunia, dalam era

global ini, akan menjadi pasar dagang dan lahan investasi internasional secara bebas dan

terbuka. Setiap individu dan kelompok bisnis dari suatu negara, akan berinteraksi dengan

individu dan kelompok dari manca negara, baik dalam bentuk kemitraan maupun

persaingan. Kondisi ini, pada tahap berikutnya, akan menggiring seluruh penduduk dunia,

memasuki ajang kompetisi global secara ketat, bebas dan terbuka.

Untuk memasuki ajang kompetisi global itu, tentu saja di perlukan sejumlah

kualifikasi, baik menyangkut sifat mental maupun keahlian profesi. Kualifikasi ini

Page 8: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

penting untuk mempertajam kemampuan dan daya saing, agar tidak tergilas. Di antara

kualifikasi penting yang diperlukan dalam kompetisi global adalah etos kerja yang tinggi

.

Etos, menurut Clifford Geertz, adalah sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia

yang dipancarkan hidup. Etos adalah aspek evaluatif yang bersifat menilai.1 Etos kerja,

dengan demikian, adalah sikap mental atau cara diri dalam memandang, mempersepsi,

menghayati, dan menghargai sebuah nilai kerja.

Etos kerja akan mempengaruhi semangat, kualitas dan produktifitas kerja. Etos

kerja juga dapat membentuk semangat transformatif. Sebuah semangat yang selalu

berusaha mengubah keadaan menuju kualitas yang lebih baik. Sebuah semangat dan

sikap mental yang selalu berpandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari

kehidupan kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Maka jelas, kualifikasi

mental yang demikian itu sangat diperlukan untuk memasuki kompetisi global.

Pentingnya etos kerja bukan saja dapat dilihat dari perannya dalam menjaga garis-

garis pembangunan nasional dan menghindarkan individu atau negara dari resiko-resiko

yang merugikan. Lebih dari itu, ia dapat memotifasi kegairahan berekonomi dan

meningkatkan produktifitas, hingga pada gilirannya dapat mempercepat laju

pertumbuhan ekonomi nasional. Orang mulai melihat pentingnya sikap dan kemajuan

ekonomi setelah berkembang menejemen berdasarkan ilmu tabiat (behavioral science).

“Agar menejemen perusahaan berjalan baik”, anjur Roethlisberger. “Di dalam organisasi

perusahaan terdapat ahli-ahli yang bertugas memberikan diagnosa pada keadaan-keadaan

1 Taufik Abdullah, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, (Jakarta : Yayasan Obor, 1994)

h. 3

Page 9: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

manusia……2 sesuatu yang lebih dalam dan mempengaruhi tabiat adalah sikap. Ia

bahkan, berdasarkan hasil riset di USA, memiliki kadar 90%, selebihnya pengetahuan

dalam menentukan mutu produk perusahaan.3 Padahal mutu produklah yang paling

menentukan maju-mundurnya perusahaan.

Etos itu dibentuk oleh nilai-nilai anutan, maka agama mendapat perhatian yang

lebih tinggi, sebagai sesuatu yang bukan saja memberikan aspek etis dari kerja, tapi juga

mengiringinya dengan implikasi yang ekonomis. Pengakuan akan hal ini juga terdengar

dari begawannya menejer dunia, Peter F. Drucker, yang mengaku bahwa saat ini, selaku

konsultan menejemen, ia lebih banyak belajar teologi, ketimbang sewaktu masih

mengajar agama.4 Max Weber pernah menjelaskan hubungan fungsional antara nilai

suatu ajaran dengan keberhasilan pemeluknya.5

Islam memiliki pandangan sangat positif terhadap etos kerja. Dalam Islam, kerja

bukan semata untuk kerja, kerja tidak murni perkara profan, tidak hanya prilaku duniawi,

bukan hanya mengejar untung atau gaji, juga bukan semata menepis gengsi, misalnya

dari tudingan sebagai pengangguran.

Islam adalah agama amal atau kerja, maka inti ajarannya adalah bahwa hamba

mendekati dan berusaha memperoleh ridho Allah SWT. Melalui kerja atau amal sholeh

2 F.J. Roethlisberger, Menejemen dan Moril Pekerja, (Jakarta : Aksara Baru, 1990), h. 171 3 M. Imaduddin Abdurrahim, Sikap Tauhid dan Motifasi Kerja, Ulumul Quran, II, 6 ( Juli –

september 1990 ) h. 40 4 M. Imaduddin Abdurrahim, Sikap Tauhid dan Motifasi Kerja, h. 45 5 Salah satu pernyataan Weber yang dikutip Taufik Abdullah adalah bahwa “hanya kerja keras saja

satu-satunya yang bisa menghilangkan keraguan religius dan memberikan kepastian akan rahmat Tuhan” Taufiq Abdullah (ed ), Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, h.8

Page 10: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

dan dengan memurnikan sikap menyembah hanya kepada-Nya.6 Ini sesuai dengan

pendapat Max Weber, ia berpendapat bahwasanya ada saling ketergantungan timbal balik

antara kepercayaan agama dan motivasi di satu pihak dan gaya hidup serta kepentingan

material di pihak lain.7

Islam memiliki norma-norma yang mendorong manusia untuk bekerja keras dan

sungguh-sungguh, namun tetap mempersyaratkan tanggung jawab, pemenuhan hak-hak

diri dan orang lain, serta cara-cara yang halal. “Sistem etika Islam memperlihatkan

komitmennya dalam memberikan kondisi spiritual (psycho logical dynamics) kepada

umatnya untuk melakukan aktivitas keduniawian yang bermakna dan beraspek religius.8

Sebagai salah satu wadah, sarana atau tempat pendidikan nonformal, maka Majelis

Ta’lim Wali Songo selain efektif juga sangat berperan dalam membimbing para pengrajin

kusen untuk meningkatkan etos kerja melalui bimbingan keagamaan yang dilaksanakan

rutin setiap hari rabu pukul 20.00 WIB sampai selesai.

Arti bimbingan menurut bahasa adalah menunjukkan orang lain kepada suatu tujuan

yang bermanfaat bagi hidupnya.9 Artinya bimbingan merupakan suatu proses di dalam

membantu individu sesuai dengan nama kegiatan tersebut, bentuk yang ada adalah

bimbingan keagamaan yang mencakup nilai-nilai akhlak, syariah (muamalah), maupun

masalah-masalah aqidah.

6 Nurcholis Madjid, Islam Agama Kemanusiaan. Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam

Indonesia, (Jakarta: Yayasan Paramadina, 1995), cet., ke-5. h. 216 7 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Terjemahan oleh Robert M.Z, Lawang

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 224 8 Sugeng Sugiono, Etos Kerja Wanita Bakul di Kotamadya Yogyakarta dan Kabupaten Sleman,

(Jurnal Penelitian Agama, 03, Januari 1993), h.38 9 Muhammad Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Penyuluhan Agama, (Jakarta : PT. Golden

Terayon Press, 1982), cet., ke-5, h.1.

Page 11: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Melalui majelis ta’lim Wali Songo, para jamaah yang terdiri dari para pengusaha

(pengrajin) kusen, mereka berusaha mendapatkan arti hidup sebenarnya, yakni dari

berbagai literatur dan contoh kehidupan nabi-nabi serta para ahli hikmah seperti para wali

Allah, serta berusaha memahami keseimbangan antara hidup di dunia dan hidup di

akhirat yang disampaikan oleh pembimbing. Mereka sebagai pengrajin dan pedagang

mengharapkan ilmu agama Islam yang pada gilirannya akan mendorong mereka untuk

melakukan muamalah secara benar khususnya dalam etos kerja mereka dalam berkarya.

Merekapun secara konsisten (istiqomah) melakukan kegiatan sosial, seperti memberikan

santunan kepada para kaum du’afa dan anak-anak yatim stiap bulan.

B. Pembatasan dan Perumuhan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah pada

kegiatan Majelis Ta’lim Wali Songo dalam bimbingan keagamaan dan peranannya

terhadap peningkatan etos kerja para pengrajin kusen.

Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan dalam proses pemberian bimbingan

keagamaan terhadap pengrajin kusen.

2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung prilaku ekonomi dan

keagamaan para pengrajin kusen.

Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimana peranan Majelis Ta’lim Wali

Songo dalam meningkatkan etos kerja pengrajin kusen yang dibimbing di Majelis

Ta’lim wali Songo Kelurahan Jombang Kecamatan Ciputat.

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin didapatkan dalam penelitian ini adalah :

Page 12: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

1. Tujuan Khusus

Untuk mencapai gelar sarjana dalam Program Studi Sosiologi Agama Jurusan

Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui bagaimana peranan Majelis Ta’lim Wali Songo dalam

bimbingan keagamaan. Khususnya dalam meningkatkan etos kerja pengrajin

kusen.

b. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan dalam proses

pemberian bimbingan keagamaan terhadap para pengrajin kusen.

c. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung

prilaku ekonomi dan keagamaan para pengrajin kusen.

Sesuai dengan tujuan di atas, maka manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini

adalah :

A. Diharapkan dapat bermanfaat untuk informasi masyarakat dan kalangan

pengusaha kecil maupun pengusaha yang berskala lebih besar dalam hal

peningkatan etos kerja.

B. Untuk memberikan sumbangan pemikiran terhadap Majelis Ta’lim Wali Songo

dalam memberikan bimbingan keagamaan sehingga diharapkan dapat lebih

meningkatkan etos kerja para pengrajin kusen.

D. Metodologi Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di Jl. Jombang Raya Rt 01/04 No. 05 Kelurahan Jombang

Kecamatan Ciputat.

Page 13: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

2. Sumber Data.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data yaitu:

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari respoden, berupa catatan

tertulis dari hasil wawancara, angket, observasi dan dokumentasi.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sember-sumber tertulis yang

terdapat dalam buku dan literatur yang bersangkutan.

3. Jenis Data.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif dan

didukung dengan penelitian kuantitatif.

4. Teknik Pengumpulan Data.

Untuk mendapatkan data yang objektif, maka dalam penelitian langsung ini

menggunakan teknik:

a. Observasi, pengamatan pada objek penelitian yaitu Majelis Ta’lim Wali Songo

dan para pengrajin kusen, ini dilakukan untuk mengetahui keadaan daerah

penelitian guna penjagaan dan pengambilan data sekunder.

b. Wawancara, yaitu dilakukan dengan mengadakan komunikasi langsung secara

tanya jawab kepada pembimbing dan pengurus Majlis Ta’lim. Hasil

wawancara tersebut, digunakan untuk memperkuat temuan data yang

dibutuhkan. Model wawancara ini adalah wawancara terbuka.

5. Teknik Pengelolaan Data.

a. Editing, yaitu mempelajari kembali berkas-berkas data yang telah terkumpul,

sehingga keseluruhan berkas itu dapat diketahui dan dapat dinyatakan,

sehingga dapat disiapkan untuk proses selanjutnya.

Page 14: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

b. Tabulating, yaitu memindahkan jawaban-jawaban responden ke dalam tabel

kemudian dicari prosentasenya untuk dideskripsikan.

6. Teknik Analisa Data.

Analisa data adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan

tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.10

Setelah data terkumpul, maka selanjutnya adalah pengelolaan data yang di

peroleh dari jenis data kualitatif. Data kualitatif ini diperoleh melalui observasi

dan wawancara. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan teknik analisa

deskriptif, yaitu penulis menganalisa dan mendiskriptifkan data-data tersebut

dalam bentuk pemaparan dengan memberikan penjelasan-penjelasan atau

keterangan-keterangan secara logis.

E. Sistematika Penulisan

Bab I; Merupakan bab pendahuluan yang diawali dengan latar belakang,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian serta sistematika penelitian.

Bab II; berisi tentang tinjauan teoritis, sub bab pertama berisi tentang Islam dan

pengertiannya, aspek ekonomi di dalam Islam. Sub bab yang kedua berisi tentang etos

kerja dan pengertiannya, unsur-unsur kerja, etos kerja dalam perspektif Islam serta

hubungan agama dan etos kerja. Sub bab yang ketiga berisi tentang peranan majelis

ta’lim, pengertian peranan, pengertian majelis ta’lim, serta tentang majelis ta’lim, agama

dan masyarakat.

10 Lexi. J Maleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2000

), cet., Ke-1, h. 103.

Page 15: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Bab III; Berisi gambaran umum tentang Majelis Ta’lim Wali Songo desa

Jombang kecamatan Ciputat. Bab ini terdiri dari empat sub bab. Sub bab yang pertama

tentang letak geografis, sub bab yang kedua tentang sejarah singkat Majelis Ta’lim Wali

Songo, sub bab yang ketiga tentang tujuan didirikannya Majelis Ta’lim Wali Songo, dan

sub bab yang keempat tentang struktur organisasi Majelis Ta’lim Wali Songo.

Bab IV; Berisi analisa peranan Majelis ta’lim Wali Songo dalam meningkatkan

etos kerja pengrajin kusen. Bab ini terdiri dari empat sub bab. Sub bab yang pertama

tentang materi yang disampaikan pembimbing di Majelis Ta’lim Wali Songo. Sub bab

yang kedua tentang kegiatan sosial keagamaan di Majelis Ta’lim Wali Songo. Sub bab

yang ketiga tentang cara dan hasil berkarya para pengrajin kusen. Sub bab yang keempat

tentang hasil ekonomi para pengrajin kusen.

Bab V; Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.

Page 16: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Islam

1. Pengertian Islam

Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat

manusia melalui nabi Muhammad s.a.w. sebagai Rosul. Islam pada hakekatnya

membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai

segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek

itu ialah Al-Quran dan hadits.11

Di dalam agama ini, Nabi Muhammad s.a.w. menerima Al-Quran dari Tuhannya,

lalu disampaikannya sebagaimana beliau menerima. Dengan perintah Allah dan petunjuk-

Nya, beliau menerangkan keringkasannya, dan dengan perbuatannya, beliau menerapkan

ayat-ayatnya. Kemudian manusia menerimanya dari generasi ke generasi, sebagaimana

beliau menerima dari Tuhannya, hingga kepada kita pun seperti di turunkannya secara

berturut-turut, tanpa ada keraguan sedikitpun di dalamnya.12

Dunia Islam terbentang dari Afrika Utara sampai ke Asia tenggara dan meliputi

kira-kira empat puluh Negara merdeka yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Penganut agama Islam berjumlah kira-kira 750 juta orang, karena itu Islam merupakan

agama terbesar kedua di dunia. Suatu ciri khas ajaran Islam adalah keyakinan bahwa

Islam itu suatu cara hidup yang lengkap dan menyeluruh. Agama yang mempunyai yang

integral dan organic dengan politik dan masyarakat (sosial). Ideal Islam ini terbayang

11 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid 1, (Jakarta : UI-Press, 1985), cet.,

ke-5, h. 24

12Prof.Dr. Mahmud Syaltut, Islam Aqidah dan Syariah, (Jakarta: Pustaka Amani, 1998), cet, ke-2, h. 1

Page 17: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

dalam perkembangan hukum Islam yang merupakan suatu hukum yang serba mencakup,

di mana termasuk di dalamnya tugas orang Islam terhadap Tuhan ( sholat, puasa, haji )

dan tugas sesama manusia (hukum keluarga, hukum perdagangan dan hukum pidana).

Karena itu ajaran Islam merupakan suatu system normative di mana agama berhubungan

secara integral dengan segala bidang kehidupan orang Islam, seperti politik, ekonomi,

hukum, pendidikan dan keluarga.13

2. Aspek Ekonomi dalam Islam

a. Arti Ekonomi

Ekonomi ialah kegiatan manusia dan kegiatan masyarakat untuk mempergunakan

unsur-unsur produksi dengan sebaik-baiknya guna maksud memenuhi berbagai rupa

kebutuhan, atau ekonomi adalah proses produksi dan penghasilan produksi.

b. Proses Ekonomi

Proses ekonomi meliputi:

- Proses produksi barang-barang dan jasa-jasa (pendapatan)

- Penukaran pendapatan tersebut

- Pembagian pendapatan-pendapatan itu antara golongan-golongan masyarakat

- Pemakaian (konsumsi) barang-barang dan jasa-jasa dalam kehidupan sehari-

hari.

c. Unsur-unsur Ekonomi atau Unsur Produksi

Unsur-unsur ekonomi atau unsur produksi meliputi:

- Kekayaan alam, yang meliputi : (1) tanah dan keadaan iklim, (2) kekayaan

hutan, (3) kekayaan di dalam tanah (bahan pertambangan), (4) kekayaan air

13 John L. Esposito, Identitas Islam Pada Perubahan Sosial Politik, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, tt),

h. 3

Page 18: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

sebagai sumber bahan makanan (perikanan), sebagai sumber pengairan dan

lain sebagainya.

- Modal, yaitu barang-barang yang dipergunakan dalam proses produksi;

meliputi: peralatan, mesin, gedung, pabrik, alat pengangkutan, alat

pengolahan, tempat penjualan.

- Tenaga kerja, yaitu peranan manusia dalam proses produksi; dan

- Skill yaitu kepandaian, keahlian, kecerdasan untuk mengerjakan usaha-usaha

ekonomi,-- dalam arti memimpin perusahaan atau mengatur organisasi

perusahaan atau kecerdasan dalam arti teknis semata-mata.14

d. Prinsip Sistem Ekonomi

Prinsip setiap sistem ekonomi ialah:

- tercapainya pemuasan berbagai keperluan manusia, baik perorangan maupun

masyarakat.

- Tercapainya hasil yang sebesar-besarnya dengan tenaga dan biaya yang

sekecil-kecilnya dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, …..menurut

ukuran akal atau rasio.15

Prinsip termaksud di atas juga berlaku untuk sistem ekonomi Islam. Hanya saja

Islam memberikan dan meletakkan norma-norma etik asasi tentang ekonomi itu, seperti

bersikap jujur, adil, tidak merugikan salah satu pihak dan lainnya.

Pada awalnya ekonomi itu menyatu dengan agama, tidak terpisah. Sampai akhir

tahun 1700-an di Barat pun ekonomi berkait dengan agama, ahli ekonomi Eropa adalah

14 Sumitro Djojohadikusumo, Ekonomi Umum I: Asas-asas Teori dan Kebijaksanaan, , (Jakarta:

Kanisius, 1960), cet. Ke-3, h. 15-36

15 H. Sjafruddin Prawiranegara, Sistem Ekonomi Islam, Jakarta, 1967 ((Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1967), h.10-11.

Page 19: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Pendeta dan ahli agama. Pada zaman pertengahan Eropa ekonomi skolastik

dikembangakan oleh ahli gereja seperti Thomas Aquinas, Augustine dan lain-lain.

Bahkan Fisiokrat pada permulaan tahun 1700-an telah berfikir tentang tanah dan orang

berdasarkan kekristenan. Tetapi dengan adanya revolusi industri dan produksi massal,

ahli ekonomi mereka mulai memisahkan mulai memisahkan keterandalan agamanya. Kita

mengenal keadaan ini sebagai gejala asal revolusi menentang kekuatan gereja, dan

merupakan awal dari kajian ekonomi yang menjauhkan diri dari fikiran ekonomi

skolastik.

Sejak itu sejarah berjalan terus sampai pada keadan di mana revolusi kajian

ekonomi yang menentang agama mulai mendingin. Para ekonom kontemporer mulai

mencari-cari lagi sampai mereka menyadari kembali betapa pentingnya kajian kerangka

aksi ekonomi yang berkarakter religious, bermoral dan human. Ekonom Gunnar Myrdal

dalm bukunya “Asian Drama”, menyusun kembali ilmu ekonomi yang berkait dengan

nilai kemanusiaan, baik perorangan, masyarakat maupun bangsa. Munculnya penampilan

wajah kajian ekonomi baru dengan pendekatan humanistik dari Eugene Lovell dalam

bukunya yang terkenal Humanomics dan dari E.F. Schumacher Small is Beautiful,

Economics as if People Materred. Para ekonom ini telah menyadari sepenuhnya bahwa

meniadakan hubungan kajian ekonomi dengan nilai-nilai moral-humanis adalah

kekeliruan yang besar dan tidak bertanggung jawab dalam menjaga keselamatan manusa

dan alam semesta. Kesadaran ini tumbuh setelah semua bangsa menyaksikan sendiri hasil

dari model pembangunan sosio-ekonomi yang berasaskan model liberal kapitalistik dan

teori pertumbuhan neo-klasikal, maupun model marxist dan neo-marxist, yang keduanya

ini mengutamakan kehidupan materialistik hedonisme. Hasil model ini misalnya:

Page 20: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

kemiskinan di tengah kemakmuran, konsumerisme, budaya permissive, dan rupa-rupa

bentuk pop-hedonism, gaya hidup yang sekuler dan singkretis dan lainnya yang

bertentangan dengan nilai kemanusiaan serta nilai agama.

Islam sebagai sumber dan pedoman tingkah laku manusia, dan karena tingkah laku

ekonomi merupakan bagian dari ulah manusia juga, maka ilmu dan aktifitas ekonomi

haruslah berada dalam Islam. Keunikan pendekatan Islam terletak pada sistem nilai yang

mewarnai tingkah-laku ekonomi. Ilmu ekonomi adalah salah satu bagian saja dari Ilmu

agama Islam. Dan sistem ekonomi dengan sendirinya tidak mungkin dapat dipisahkan

dari suprasistemnya yaitu Islam, karena pemikiran Islam berdasarkan konsep segitiga

(triangle arrangement) yaitu Allah berada di sudut puncak, manusia dan kekayaan alam

masing-masing berada pada sudut bawahnya yang keduanya tunduk taat kepada-Nya.

Islam untuk ekonomi, atau ekonomi dalam Islam dapat digali dalam al-Quran dan hadits

Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan ketentuan mengenai tingkah-laku

ekonomi dari manusia dan masyarakat, dalam kegiatan-kegiatan produksi, distribusi dan

konsumsi barang maupun jasa.16

Berbeda dengan agama-agama besar lain, Islam memberikan kepada penganutnya

suatu ajaran terperinci tentang sistem ekonomi. Hal ini diberikan melalui al-Quran,

Sunnah, Ijma’ (consensus para mujtahid muslim, yaitu ilmuan agama) dan qiyas

(pendapat pribadi yang berdasarkan analogi dan ajaran agama). Terutama sekali masalah-

masalah perpajakan, pengeluaran pemerintah, warisan, hak milik pribadi, kesejahteraan

sosial dan ekonomi (pembagian pendapatan, kemiskinan, perdagangan dan lain-lain),

16 DR.Ir. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV.

Rajawali , 1987) , cet., ke-1, h., 55

Page 21: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

bunga uang, pemilikan tanah, sumber akami, tingkat gaji, dan juga faktor-faktor lain,

telah mendapat perhatian, dan karena itu merupakan komponen Islam yang integral. 17

Kalau sedikit kita tinjau sejarah kehidupan bangsa Arab, mereka terkenal rasis,

mereka hidup bersuku-suku dan berkelompok, sering mengisolasi dirinya dari anggota

suku lain, hingga kemudian pada awal kelahiran Islam, bangsa Arab yang bersuku-suku

dan harta kekayaan hanya berputar di segelintir orang itu memicu dan rentan sekali

terjadi ketegangan sosial. Kemudian hal itu dihilangkan dengan cara perdagangan,

perdagangan itu bisa menembus pandangan rasis dikalangan bangsa Arab, mereka selalu

membedakan keturunan dan tidak mau menerima suku lain sebagai satu kesatuan

manusia yang mengemban amanat kelestarian bumi, masyarakat kaya secara sadar atau

tidak sadar membutuhkan konsumen yang rata-rata berasal dari kalangan ekonomi

bawah. Perdagangan membuka jalinan interaksi yang lebih inklusif, dan merupakan

embrio menuju harmonisasi.

Setelah perdagangan tumbuh di kalangan bengsa Arab dengan dukungan jalur

perdagangan Syam-Arab yang terkenal pada waktu itu, ternyata mampu mengangkat

tingkat kemiskinan yang melanda. Dengan arogansi dan kesombongan saudagar-saudagar

kaya, sejalan dengan pengembangan ekonomi yang semakin mapan banyak yang tidak

lagi mengindahkan norma agama dan etika sosial, mereka sibuk mengambil keuntungan

sendiri tanpa ada rasa kasihan kepada masyarakat bawah, keadaan semacam menelorkan

kesenjangan ekonomi dan ketegangan sosial, dan ini sangat dibenci oleh anggota

masyarakat lain di antara suku-suku ini. Konsep kesama-rataan menjadi slogan yang sia-

sia dan tak bermutu, karena bukan tujuan berbisnis.

17 Sumitro Djojohadikusumo, Ekonomi Umum I: Asas-asas Teori dan Kebijaksanaan, h. 54

Page 22: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Muhammad diutus untuk melepaskan kondisi sosial yang semacam itu. Sosok

Muhammad sendiri pemuda yang dibesarkan di lingkungan semacam itu sehingga tahu

persis dan menyelami kondisi yang terjadi.18 Muhammad berdagang dan mencontohkan

perdagangan yang adil yang menjauhkan dari kecurangan dalam takaran dan timbangan

serta memberikan kelebihan kepada masyarakat yang membutuhkan, hasil keuntungan

dalam jumlah setahun harus ada jumlah sebagian yang didistribusikan kepada masyarakat

yang lemah dengan secara adil, mengkampanyekan anti sistem riba, dan lain-lain.

Islam dalam hal ini al-Quran menyebutkan tentang prilaku ekonomi akan di

pertanggung jawabkan di hari pengadilan.

م أو وزنوهم وإذا آالوه)2(وا على الناس يستوفون الذين إذا اآتال)1(ويل للمطففين

يوم يقوم الناس لرب )5(ليوم عظيم) 4(ولئك أنهم مبعوثون ألا يظن أ)3(يخسرون

)6(العالمين

“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?” (Q.S. Al-Muthaffifiin (83): 1-6)

Dan sebagai satu pilihan kritis lainnya dalam menentukan pola tingkah-laku

ekonomi, Nabi Syu’aib yang banyak di sebut sebagai Nabi Ilmu ekonomi mendasarkan

ekonomi kepada iman (tauhid) terhadap adanya Allah dan Hari Pengadilan:

وإلى مدين أخاهم شعيبا قال ياقوم اعبدوا الله ما لكم من إله غيره ولا تنقصوا المكيال

ال ويا قوم أوفوا المكي. والميزان إني أراآم بخير وإني أخاف عليكم عذاب يوم محيط

18 Asghar Ali Engineer, Devolusi Negara Islam, terj. Agus Zaki, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2000), cet., ke-1, h. 249

Page 23: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

بقية الله خير . والميزان بالقسط ولا تبخسوا الناس أشياءهم ولا تعثوا في الأرض مفسدين

رك ما يعبد قالوا ياشعيب أصلاتك تأمرك أن نت. لكم إن آنتم مؤمنين وما أنا عليكم بحفيظ

.ءاباؤنا أو أن نفعل في أموالنا ما نشاء إنك لأنت الحليم الرشيد

“Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu`aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)." Dan Syu`aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu." Mereka berkata: "Hai Syu`aib, apakah agamamu yang menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal." (Q.S. Huud (11) : 84-87)

Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa Islam mempunyai prinsip ekonomi yang

menekankan pada kejujuran serta keadilan. Setiap orang yang melakukan prilaku

ekonomi, maka setiap prilakunya akan di pertanggungjawabkan di akhirat yaitu di

pengadilan Tuhan yang maha adil. Orang yang beriman kepada hari akhir dan yakin

tentang adanya pengadilan Tuhan, maka ia tidak akan merugikan orang lain serta ia akan

melakukan tindakan ekonomi yang mempunyai prinsip keberkahan.

B. Etos Kerja

1. Pengertian Etos Kerja

Ethos, berasal dari bahasa Yunani yaitu ethikos, ethika, bermakna custom, usage,

characters19. Etos, menurut Cliffor Geertz, adalah sikap yang mendasar terhadap diri dan

19 Webster’s Third New International Dictionary of English Language, (New York Merriam

Webster’s Inc, 1986), h. 877-878.

Page 24: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

dunia yang dipancarkan hidup. Etos adalah aspek evaluatif yang bersifat hidup. Etos

adalah aspek evaluatif yang bersifat menilai.20 Kerja dapat didefinisikan sebagai:

Suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia baik kebutuhan fisik, psikologis maupun

sosial. Dengan pekerjaan manusia akan memperoleh kepuasan-kepuasan tertentu yang

meliputi semua kebutuhan fisik dan rasa aman, serta kebutuhan sosial da rasa ego. Selain

itu, kerja merupakan aktifitas yang mendapat dukungan sosial dan individu itu sendiri.

Dukungan sosial ini dapat berupa penghargaan masyarakat terhadap aktifitas yang di

tekuni. Sedangkan dukungan individu dapat berupa kebutuhan-kebutuhan yang

melatarbelakangi aktifitas kerja seperti kebutuhan untuk aktif, berproduksi, berkreasi,

untuk memperoleh pengakuan dari orang lain, memperoleh nama baik dan lainnya.21

Adapun pengertian ethos kerja adalah:

a. Dasar motivasi yang terdapat dalam budaya suatu masyarakat yang menjadi

penggerak bathin anggota masyarakat yang mendukung budaya itu untuk

melakukan suatu kerja.

b. Nilai-nilai tertinggi dalam gagasan budaya terhadap kerja yang dapat menjadi

bagian penggerak bathin masyarakat yang melakukan

c. Pandangan hidup yang khas dari suatu masyarakat terhadap kerja yang dapat

mendorong keinginannya untuk melakukan pekerjaan itu.22

Etos kerja, dengan demikian, adalah sikap mental atau cara diri dalam

memandang, mempersepsi, menghayati, dan menghargai sebuah nilai kerja..

20 Taufik Abdullah, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, (Jakarta : Yayasan Obor) h.3

21 Ali Sumanto Al-Kindi, Bekerja Sebagai Ibadah: Konsep Membrantas Kemiskinan, Kebodohan

dan Keterbelakangan Umat, (Solo: Aneka, 1996), cet., ke-1, h. 41 22 Made Purna (ed), Etos Kerja Dalam Ungkapan Tradisional, (Jakarta: Depdikbud, 1991), h.73

Page 25: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Etos kerja akan mempengaruhi semangat, kualitas dan produktifitas kerja. Etos

kerja juga dapat membentuk semangat transformatif. Sebuah smangat yang selalu

berusaha mengubah keadaan menuju kualitas yang lebih baik. Sebuah semangat dan

sikap mental yang selalu berpandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari

kehidupan kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Maka jelas, kualifikasi

mental yang demikian itu sangat diperlukan untuk memasuki kompetisi global.

2. Unsur-unsur Etos Kerja

Dalam pembahasan etos kerja, maka yang menjadi unsur-unsurnya adalah:

a. Cara Pandang

Bekerja sangatlah penting sebagaimana pentingnya ibadah, bekerja juga

merupakan salah satu ciri orang yang bertaqwa yakni sebuah ketaatan kepada

sang Kholik, karena orang yang bekerja dan berpenghasilan akan sanggup

memberi makan, pakaian dan tempat tinggal kepada keluarga yang di

tanggungnya. Kewajiban bagi seorang pemimpin rumah tangga misalnya,

termaktub di dalam al-Quran surah al-Baqarah/2:233 berikut:

وعلى المولود له رزقهن وآسوتهن بالمعروف

“… Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma`ruf...”

Islam mewajibkan kepada semua pengikutnya untuk bekerja. Ia tidak mengizinkan

adanya kaum yang menjauhkan diri dari pencaharian rizki dan hanya berpangku

tangan atau mengharap dikasihani orang. Kerja merupakan pendekatan (taqorrub)

kepada Allah dan pencapaian ridho-Nya (ibtigha’u mardhatihi) harus dilakukan

melalui kerja nyata atau amal sholeh.

Page 26: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

ياأيها الإنسان إنك آادح إلى ربك آدحا فملاقيه .

“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya”. (Q.S. Al-Insyiqaq(84): 6)

b. Motivasi Kerja

Motivasi kerja menurut Sergiovanni yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal menyatakan

bahwa motivasi kerja adalah keinginan dan kemauan seseorang untuk mengambil

keputusan, bertindak dan menggunakan seluruh kemampuan psikis, sosial dan

kekuatan fisiknya dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang adalah atasan, rekan,

sarana fisik kebijaksanaan dan peraturan perusahaan, imbalan jasa uang atau non-

uang, dan jenis pekerjaan.

c. Disiplin Kerja

Disiplin kerja adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu mentaati tata

tertib.23Sedangkan disiplin dalam kerja adalah sikap kejiwaan seseorang atau

kelompok yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau memetuyhi segala

peraturan yang telah ditentukan.24Kedisiplinan dalam bekerja antara lain tercermin

melalui sikap tanggung jawab terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya

sehingga seseorang itu mampu menghargai waktu, rajin mengerjakan apa yang

menjadi tugasnya serta mampu mematuhi segala peraturan dan tata tertib dimana ia

23 Pandji Anoraga, Psikologi Kerja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 46

24 Panji Anoraga dan Sri Suryati, Perilaku Keorganisasian, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), cet., ke-1,

h.123

Page 27: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

bekerja. Orang yang mempunyai kedisiplinan juga bisa memanfaatkan waktu

dengan sebaik-baiknya.

d. Produktivitas

Produktivitas sangat penting dalam upaya untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dan kesejahteraan perluasan kerja. Produktivitas mengandung pengertian

yang berkenaan dengan konsep ekonomis, filosofis dan sistem.

Sebagai konsep ekonomis, produktivitas berkenaan dengan usaha-usaha atau

kegiatan manusia untuk menghasilkan barang atau jasa yang berguna untuk

pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan masyarakat pada umumnya.

Sebagai konsep filosofis, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap

mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan dimana hari ini

harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari kemarin.

Sedangkan konsep sistem, memberikan pedoman pemikiran bahwa pencapaian

suatu tujuan harus ada kerjasama atau suatu keterpaduan dari unsur-unsur yang

relevan sebagai sistem. Produktivitas kerja sebagai sistem tidak mungkin dapat

ditingkatkan tanpa dukungan subsistem yang antara lain berupa pendidikan,

teknologi, tata nilai, iklim kerja, derajat kesehatan, pengalaman dan tingkat upah

minimal.

e. Prestasi Kerja

Prestasi kerja berasal dari bahasa Belanda (prestatie) yang memiliki pengertian

“apa yang telah diciptakan; hasil belajar; hasil yang menyenangkan hati yang

diperoleh dari jalan keuletan”. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia

(1990) prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam

Page 28: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Yang termasuk aspek-aspek

prestasi kerja adalah: 1. Kesetiaan, 2. Kualitas kerja, 3. Tanggung jawab, 4.

Ketaatan dan 5. Kejujuran.

3. Etos Kerja Dalam Perspektif Islam

Etos kerja termasuk salah satu di antara global narrative, pembicaraan global. Salah

satu di antara ciri sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan oleh negara-negara maju

dan berkembang adalah warga yang memiliki etos kerja tinggi. Dalam menejemen

Industri, ada empat parameter yang biasanya digunakan untuk melihat seseorang atau

kelompok memiliki etos kerja atau tidak. Pertama, bagaimana pandangan seseorang

tentang kerja. Orang yang memiliki etos kerja tinggi dan baik pasti mempunyai

pandangan bahwa kerja sebagai hal yang mulia. Karena sebagai hal yang mulia, dia

menghargai kerja. Parameter kedua, ada atu tidakadanya semangat untuk melakukan

pekerjaan, semangat bekerja atau menyelesaikan pekerjaan. Orang-orang yang memiliki

etos kerja yang baik, apabila ditugasi melakukan pekerjaan akan tumbuh semangatnya

untuk menyelesaikan pekerjaan itu dengan baik. Parameter ketiga adalah adnya upaya

untuk menyempurnakan suatu kerja agar menjadi lebih produktif. Dia tidak hanya

melakukan suatu pekerjaan berdasarkan semangat atau perintah saja, tetapi berusaha

menjadikan cara kerja, model kerja, atau sistem kerja menjadi lebih baik dan bernilai

produktif. Adapun parameter keempat, adanya kebanggaan dapat melakukan pekerjaan

yang menjadi tugasnya. Dia merasa bangga dan puas kalau dapat melakukan pekerjaan

itu dengan baik. Orang yang memiliki empat parameter tersebut dianggap orang ang

memiliki etos kerja yang tinggi.

Page 29: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Bagaimana Islam memandang kerja? Dalam kajian tasawuf, posisi manusia

terhadap kerja dapat dibagi ke dalam dua kategori atu dua tipe. Tipe pertama, adalah

orang yang berada di maqom tajrid, artinya orang yang posisinya sudah tidak lagi

membutuhkan kerja. Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang tidak membutuhkan

kerja misalnya karena usia yang telah lanjut, atau kemungkinannya sangat kecil untuk

melakukan pekerjaan, atau karena orang tersebut sudah mempunyai satu tingkat tertentu

dalam hidupnya sehingga tidak menginginkan berbagai kesenangan yang mengharuskan

dia kerja. Misalnya, orang yang hidupnya sudah mapan atau karena ia memilih hidup

sederhana. Dia tidak mempunyai keinginan-keinginan lain secara berlebihan kecuali

kebutuhan yang sangat primer. Mungkin orang tersebut sudah menyerahkan hidupnya

untuk kepentingan lain, misalnya beribadah. Tapi sebaliknya, ada tipe kedua yaitu orang

yang berada pada maqom ikhtiar, masih memerlukan usaha. Sebab dia masih

membutuhkan rumah, kendaraan, baju baru, menyekolahkan anak, dan berbagi kebutuhan

lain. Oleh sebab itu, jika ada orang yang masih menginginkan makan enak, tetepi tidak

mau bekerja pada dasarnya ia menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Mestinya ia

berada pada maqom ikhtiar tetapi ia menempatkan dirinya pada maqom tajrid.

Kajian ini akan menafikan orang-orang yang sudah membebaskan diri dari

kebutuhan kerja (maqom tajrid). Fokus pembahasan ini adalah berkenaan dengan orang

yang berada di maqom ikhtiar. Islam sebagai agama yang mempunyai konsep mengenai

suatu kehidupan bahagia (way of life) memberi petunjuk bahwa bekerja adalah sesuatu

yang harus dilakukan, khususnya bagi orang-orang yang berada pada maqom ikhtiar.

Etos kerja dalam Islam merupakan manifestasi kepercayaan seorang muslim bahwa

kerja memiliki kaitan dengan tujuan hidupnya, yaitu memperoleh perkenan Allah. Dalam

Page 30: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

kata lain, etos kerja dalam Islam adalah cara pandang yang diyakini seorang mukmin

bahwa bekerja adalah bukan hanya untuk memuliakan dirinya, atau untuk menampakkan

kemanusiannya, tetapi juga sebagai manifestasi amal sholih (karya produktif), yang

karenanya, memiliki nilai ibadah yang sangat luhur. Penghargaan hasil kerja dalam Islam

lebih setara dengan iman, bahkan bekerja dapat dijadikan jaminan atas ampunan dosa,

sebagaiman yang disbdakan Rosulullah saw. Yang berbunyi:

“Barang siapa yang di waktu sorenya merasa kelelahan karena bekerja, berkarya dengan tangannya sendiri, maka di sore itulah ia diampuni dosanya.” (H.R. Ibnu ‘Abbas)

Sebagaimana cara pandang diatas, kerja keras memiliki kaitan organik dengan

tanggung jawab umat Islam yang diberi atribut oleh Allah sebagai umat terbaik (khaira

ummah) yang dilahirkan untuk manusia, dengan tugas menyeru kepada yang ma’ruf dan

mencegah dari yang munkar. Gelar khaira ummah ini hanya akan menjadi slogan yang

kosong, lipstick, serta retorika tanpa makna, bila tidak di iringi dengan semangat kerja

serta kesadaran berkreasi, berinovasi, dan berproduksi. Hanya pribadi yang menghargai

nilai kerja yang kelak mampu membentuk masyarakat yang tangguh. Sebaliknya pribadi

yang malas dan bermental pengemis, hanya akan mengorbankan dan menjerumuskan

masyarakat dan generasinya ke dalam situasi sulit.

Sejalan dengan tanggung jawab sebagai khaira ummah tersebut, Islam senantiasa

memotivasi pemeluknya untuk bekerja tanpa kenal lelah, bersemangat seakan hidup tak

akan pernah berakhir. Rasulullah saw. Bersabda yang berbunyi:

آانك تموت غداعيش ابدا واعمل الخرتكلدنياك آانك تاعمل

“Berusahalah kamu untuk duniamu, seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan berusahalah kamu untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati esok hari.” (H.R. Ibn ‘Asakir)

Page 31: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Dalam hadits lain Rasulallah saw. Bersabda yang artinya:

“Berpagi-pagilah kamu mencari rizki dan kebutuhan hidup, sebab waktu pagi itu mengandung berkah keberhasilan”. (H.R. ‘Aisyah)

Islam mengancam pemeluknya yang malas, suka mengkhayal, dan hanya bersandar

pada angan-angan kosong. Ali bin Abi Thalib melarang anaknya yang bersandar pada

angan-angan kosong, karena menurutnya, perbuatan demikian adalah pakaian orang-

orang bodoh. Nabi juga sangat cemas dan khawatir terhadap umatnya yang suka berfoya-

foya, tidak produktif, serta rendah etos kerjanya. Dalam sebuah riwayat Daruquthni,

Nabi bersabda yang berbunyi:

“Yang paling aku khawatirkan menimpa umatku adalah banyak makan, tidur berkepanjangan, pemalas dan lemah keyakinan.” (H.R. Ad-Daruquthni)

Dari hadits ini jelas sekali Islam mengajak umatnya untuk bekerje keras dan tidak

boleh menjadi pemalas yang mempunyai cita-cita tetapi tanpa adanya suaru tindakan

yang dapat merubah nasibnya.

4. Hubungan Agama dan Etos Kerja

Agama sangat berperan terhadap pola tindakan, keagamaan pada diri seseorang

disebut religiitas. Menurut Glock dan Stark, ada lima macam dimensi religusitas yaitu

dimensi keyakinan, dimensi peribadatan atau praktek keagamaan, dimensi penghayatan,

dimensi pengamalan, dan dimensi pengetahuan agama25. Penjelasan dimensi-dimensi

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Dimensi keyakinan

25 Djamaluddin Ancok, Psikologi Islam, Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1995) cet., ke-2, h. 70

Page 32: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Dimensi ini berisi tentang pengakuan akan kebenaran ajaran-ajaran agama. Seorang

yang beragama akan berpegang teguh kepada ajaran-ajaran yang diyakininya dan

mengakui akan kebenaran doktrin-doktrin yang di terimanya.

b. Dimensi peribadatan atau praktek agama

Dimensi ini mencakup prilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal lain yang dilakukan

untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya.

c. Dimensi pengalaman atau penghayatan

Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan dan

sensasi-sensasi yang dialami oleh seseorang.

d. Dimensi pengetahuan agama

Pengetahuan ini berhubungan dengan sejauh mana pengetahuan yang dimiliki

seseorang tentang agama.

e. Dimensi pengamalan

Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat dari keyakinan keagamaan, praktek,

pengalaman, dan pengetahuan seseorang tentang agama yang dianutnya. Dimensi

pengamalan yaitu sejauh mana implikasi ajaran agama mempengaruhi prilaku

pemeluknya.26

Max Weber, sosiolog berkebangsaan Jerman adalah yang pertama kali membahas

hubungan antara agama dan prilaku ekonomi atau agama dengan etos kerja. Dari sekian

banyak sumbangan Weber terhadap pengembangan sosiologi ekonomi ada beberapa

tulisannya yang penting dibahas, salah satunya, adalah The Protestan Ethic and The

Spirit of Capitalism. Dalam tulisan tersebut Weber menyatakan bahwa ketelitian yang

khusus, perhitungan dan kerja keras dari bisnis Barat didorong oleh perkembangan etika

26 Djamaluddin Ancok, Psikologi Islam, Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi, h. 71

Page 33: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

protestan yang muncul pada abad ke-16 dan digerakkan oleh doktrin Calvinisme yaitu

doktrin tentang takdir. Pemahaman tentang takdir menurut adanya kepercayaan bahwa

tuhan telah memutuskan tentang keselamatan dan kecelakaan. Selain itu doktrin tersebut

menegaskan bahwa tidak seorangpun dapat mengetahui apakah dia termasuk orang yang

terpilih. Dalam kondisi seperti ini, menurut Weber, pemeluk Calvinisme mengalami

“panik terhadap keselamatan”. Cara untuk menenangkan kepanikan tersebut adalah

orang harus berfikir bahawa seseorang tidak akan berhasil tanpa diberkahi Tuhan. Oleh

karena itu keberhasilan adalah tanda dari keterpilihan. Untuk mencapai keberhasilan

seseorang harus mencapai aktivitas kehidupan, termasuk aktivitas ekonomi, yang

dilandasi oleh disiplin dan bersahaja, yang didorong oleh keagamaan. Menurut Weber

etika kerja Calvinisme yang berkombinasi dengan semangat kapitalisme membawa

masyarakt barat kepada perkembangan masyarakat kapitalis modern. Jadi, doktrin

Calvinisme tentang takdir memberikan daya dorong psikologis bagi rasionalisasi.27

Menurut Weber, bahwa ada saling ketergantungan antara kepercayaan agama dan

motivasi di satu pihak dan gaya hidup serta kepentingan material di pihak lain. Observasi

awal Weber dari fakta sosiologis yang di temukan di Jerman, bahwa sebagian besar dari

pimpinan perusahaan pemilik modal dan personal teknik dan komersial tingkat atas

adalah orang Protestan bukannya Katolik. Weber bertolak dari suatu asumsi dasar bahwa

rasionalitas adalah unsure pokok yang menyebabkan peradaban mempunyai arti nilai dan

pengaruhyang universal. Prilaku ekonomi kapitalis kata weber bertolak pada keuntungan

yang di dapat dengan mempergunakan kesempatan bagi tukar-menukar secara formal

berdasarkan kesempatan mendapatkan untung yang damai.

27 Drs. Damsar. MA, Sosiologi Ekonomi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997) cet., 1, h. 18

Page 34: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Kapitalisme modern timbul sebagai hasil kumulatif kekuatan-kekuatan sosial,

politik, ekonomi, dan agama yang berakar jauh di dalam sejarah Eropa. Mulai dari masa

reformasi sampai kira-kira abad ke- 18 pengaruh agama sangat menentukan. “

Protestanisme dan Calvinisme, menimbulkan semacam etika tertentu yang bersumbu

pada kapitalisme, melahirkan suatu panggilan (beruf calling),” demikian ungkap Weber.

Ia menjelaskan bahwa “ beruf” atau panggilan adalah konsepsi agama yang ditentukan

Tuhan, suatu tugas hidup, suatu lapangan yang jelas dimana harus bekerja.28

Pendapat lain mengenai hubungan agama dengan etos kerja ialah yang

dikemukakan oleh sosiolog Robert N. Bellah, ia mengatakan:

Adanya hubungan dinamis antar agama Tokugawa dan kebangkitan ekonomi

Jepang modern. Baginya, etika ekonomi Jepang modern bersumber dari etika kelas

samurai yang merupakan tulang punggung pembaharuan Meiji (1869-1911), dan etika

samurai sendiri berakar dalam ajaran-ajaran Tokugawa. Salah satu ajaran agama

Tokugawa tentang etika samurai yaitu,” bekerja keraslah dan hiduplah sederhana, dan

penuh perhatian kepada orang lain”.29

Dari teori-teori diatas sangat jelas, bahwa agama memang sangat berkaitan dengan

etos kerja seseorang. Sebagaimana kita ketahui, agama, selain fungsinya sebagai sistem

keyakinan dan sistem peribadatan, agama juga sebagai sistem kemasyarakan termasuk di

dalamnya tentang prilaku ekonomi dalam hal ini etos kerja seseorang. Agama

mengajarkan untuk menghargai bentuk-bentuk dan hasil kerja sebagai wujud dari usaha

dalam mencapai tujuan beragama, sehingga mendorong umatnya untuk bekerja keras.

28 Max Weber, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, Talcott Parsons (terj.), (Charles

Scribner’s Son, 1998), h. 80

29Max Weber, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, h. 144

Page 35: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

C. Peranan Majelis Ta’lim

a. Pengertian Peranan

Dalam kamus bahasa Indonesia arti kata peranan berasal dari kata peran yang

berarti mengambil bagian atau pemain atau turut aktif dalam suatu kegiatan30. Sedangkan

peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu yang terutama dalam

terjadinya suatu hal atau peristiwa.

b. Pengertian Majelis Ta’lim

“Ta’lim” berasal dari bahasa Arab, yang dalam kamus Arab Indonesia karangan

Mahmud Yunus diterjemahkan dengan “hal mengajar, melatih”.31 Biasanya istilah ta’lim

digabungkan dengan kata majelis, sehingga menjadi Majelis Ta’lim yang diartikan

dengan tempat menuntut ilmu agama Islam.

c. Majelis Ta’lim, Agama Dan Masyarakat

Majelis Ta’lim sebagai tempat bagi umat Islam untuk menuntut ilmu tentang agama

Islam adalah sesuatu yang sangat berperan dalam pembentukan pola pikir orang yang

beragama yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap pola tindakan manusia.

Banyak hal penting dalam perkembangan sosiologi agama, salah satunya adalah dikenal

dengan teori fungsional sebagai kerangka acuan dalam penelitian empiris terhadap

agama. Masyarakat dipandang sebagai lembaga sosial yang berada dalam keseimbangan,

yang memolakan kegiatan manusia berdasarkan norma-norma yang dianut bersama serta

30 Prof. Dr. J.S. Badudu dan Prof. sultan M. Zain, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1996) h. 1037 31 H. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah

Penafsiran Al-Quran,1973), hal. 273

Page 36: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

di anggap sah dan mengikat peran serta manusia itu sendiri. Agama (Islam) sebagai

sistem kepercayaan, yang memberi pegangan bagi manusia dalam hal aqidahnya,

sehingga memiliki kepastian mengenai cita dan tujuan hidupnya di masa datang, agama

sebagai sistem ibadah, yang memberi petunjuk bagi manusia tentang tata cara

berkomunikasi dengan Tuhannya, sehingga si hamba dapat mengadakan audiensi dengan

Tuhannya, untuk mengadukan berbagai persoalan hidup yang dialaminya, sehingga ia

tetap memperoleh ketenengan, dan agama sebagai sistem kemasyarakatan, yang memberi

pedoman-pedoman dasar bagi manusia dalam menata hubungannya secara horizontal

dengan manusia lain, dengan makhluk lain dan dengan alam semesta seluruhnya.

Termasuk dalam hal ini adalah petunjuk-petunjuk dalam bertingkahlaku dan berbuat yang

baik dan menjauhi hal-hal yang buruk dan mungkarat.

Menurut Emile Durkheim, sebagaimana yang dikutip oleh Betty R. Scharf agama

mempunyai fungsi positif bagi integrasi masyarakat, baik pada tingkat mikro maupun

makro. Menurut Durkheim, di dalam memahami fungsi agama banyak peristilahan. Ia

menyatakan “berbagai peribadatan terlihat memiliki fungsi sosial tertentu, peribadatan-

peribadatan itu berfungsi untuk mengatur, memperkokoh dan mentransmisikan berbagai

sentimen, dari satu generasi kepada generasi lainnya, sebagai tempat bergantung bagi

terbentuknya aturan masyarakat yang bersangkutan.32

Sedangkan Thomas F. Odea menuliskan enam fungsi agama, yaitu:

Pertama, agama sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi. Kedua, agama sebagai sarana hubungan transendental melalui pemujaan dan

upacara adat. Ketiga, agama sebagai penganut norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada. Keempat, agama sebagai pengkoreksian fungsi yang sudah ada. Kelima, agama sebagi pemberi identitas diri.

32 Betty R. Scharf, Kajian Sosiologi Agama, penterjemah Machnun Husein, (Yogyakarta: PT. Tiara

Wacana Yogya, 1995), cet., ke-1, h. 65

Page 37: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Keenam, agama sebagai sebagai pendewasaan agama. 33

Apabila dilihat dari fungsi-fungsi agama di atas, maka sungguh sangat tak

terpisahkan kegiatan masyarakat (apapun bentuknya) dari agama. Kegiatan ekonomi

misalnya, agama sangat berfungsi untuk mengatur, mengkoreksi segala sesuatu yang

berkaitan dengan kegiatan tersebut agar tercapai suatu hasil yang bersifat adil (tidak

merugikan siapapun).

33 Thomas F, O’dea, Sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal, (Jakarta: CV Rajawali,1985) h., 26

Page 38: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG MAJELIS TA’LIM WALI SONGO DESA

JOMBNG KECAMATAN CIPUTAT

A. Letak Geografis

Majelis Ta’lim Wali Songo berada di kelurahan Jombang kecamatan Ciputat

kabupaten Tangerang propinsi Banten. Majelis ta’lim ini berada di samping stasiun kereta

api Sudimara dan bangunannya berada di atas tanah seluas + 500 M2. Untuk menuju

majelis ta’lim para jama’ah rata-rata membutuhkan waktu sepuluh sampai tiga puluh

menit dari tempat tinggal masing-masing.

Secara geografis desa Jombang berada di ketinggian 80 M diatas permukaan laut.

Banyaknya curah hujan 3000 mm dan suhu udara rata-rata 21° C. Jarak desa Jombang

dari pusat pemerintahan kecamatan adalah 1 km, dari pusat kota administrative 7 km,

dari ibu kota kabupaten 60 km, dari provinsi Banten 80 km, dan dari ibu kota negara 10

km, berdasarkan sensus bulan Desember tahun 2003.

Bengkel (tempat tinggal) para jama’ah majelis ta’lim mayoritas berada di 4 wilayah

kecamatan, yaitu kecamatan Pamulang, kecamatan Ciputat, kecamatan Pondok Aren, dan

kecamatan Ciledug, walaupun ada sebagian dari anggota majelis ta’lim berasal dari

Jakarta.

B. Sejarah Singkat Majelis Ta’lim Wali Songo

Pada pertengahan tahun 1999 terbentuk sebuah pengajian yang di namakan

pengajian Syarif Hidayatullah di kawasan Gaplek Ciputat yang diadakan di pangkalan

kusen milik H. Ikhwan, dimana pembimbingnya terdiri dari 2 orang yaitu K.H. Wawan

Arwani dan K.H Busrol Karim keduanya berasal dari Pondok Pesantren Buntet Cirebon

Page 39: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Jawa Barat. Pengajian ini diadakan setiap malam minggu ba’da Isya. Pengajian yang

beranggotakan (jamaah) para pengrajin kusen ini pun ternyata dibarengi dengan kegiatan

arisan. Atas beberapa pertimbangan, maka pengajian ini dibelah menjadi dua nama yakni

Syarif Hidayatullah dan Wali Songo. Pertimbangannya adalah saking banyaknya jamaah

yang berasal dari Ciledug dan sekitarnya.

Pada tanggal 12 bulan Juni tahun 2001 para jamaah memusyawarahkan masalah ini

sehingga diambillah keputusan bahwa pengajian dibelah menjadi dua dan lahirlah Majelis

Ta’lim Wali Songo di kediaman salah satu guru pembimbing yaitu K.H. Busrol Karim di

kelurahan Jombang kecamatan Ciputat.

Nama Wali Songo di ambil dari nama sebuah kelompok para wali yang

menyeberkan agama Islam di daerah Jawa, nama ini terinspirasi oleh semangat da’wah

para wali yang tak pernah putus asa untuk berdakwah baik melalui budaya, pernikahan

dan bahkan melalui perdagangan.

Mereka semua adalah pedagang yang mengagumi para wali, maka nama Wali

Songo yang popular itupun dijadikan sebagai nama pengajian agar mudah di ingat dan

diharapkan mempunyai pengaruh terhadap semanagt dakwah dan kehidupan para jamaah.

Setelah berlangsung sekitar kurang lebih 2 tahun, para pengurus majelis ta’lim

mengusulkan kepada pembimbing agar membuat Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Wali

Songo, yakni pendidikan anak seperti Taman Pendidikan Al-Quran (TPA). Usulan ini di

izinkan oleh pembimbing. Dan sampai saat ini kegiaan TPA itupun masih berlangsung

bahkan mempunyai anak didik ratusan orang. 34

34 Drs. K.H. Busrol Karim, Guru sekaligus Ketua Yayasan Wali Songo, wawancara pribadi,

Jombang, Ciputat, 16 Agustus 2006, pukul 20.30 wib

Page 40: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Lembaga ini memiliki staf pengajar 10 orang. Baru tahun 2003 Lembaga ini

mendaftarkan diri menjadi sebuah Yayasan. Sebagaimana layaknya sebuah Yayasan

maka dibentuklah kepengurusan Yayasan Wali Songo, yakni sebagai berikut:

Kepengurusan

Masih pada tahun 2003, diadakan pertemuan untuk menyempurnakan kepengurusan

dalam rangka upaya mengorganisir secara baik dan solid agar lebih berkembang, lebih

berdaya guna, berhasil guna, dapat diserap dihayati dan diamalkan oleh para angota

pengajian Majelis Ta’lim.

Susunan Pengurus Yayasan

Ketua : KH. Drs. Busrol Karim

Sekretaris : Heri Azhari

Bendahara : Hj. Hamidah Anwar

Humas : H. Sukanta

Susunan Pengurus Majelis Ta’lim Wali Songo

Ketua Umum : Aim Muntaim

Wakil Ketua I : H. Yanto

Wakil Ketua II : Uspuri

Sekertaris I : Utomo

Sekretaris II : Dede Rifqi

Bendahara : Muhammad Juhdi

Seksi-seksi

Seksi Kerohanian : H. Udin Uka

Seksi Sosial : Ir. Yulisman

Page 41: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Seksi Darmawisata : Junaidi Salat

Seksi Logistik : H. Fuad Hasan

Seksi Humas : H. Somari

C. Kondisi Sosial dan Ekonomi Para Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo

Mengenai kondisi sosial keagamaan para pengrajin kusen terjalin hubungan yang

sangat erat antar satu dengan yang lainnya. Jamaah yang mayoritas berasal dari satu

daerah, mempunyai budaya serta bahasa yang sama, yaitu budaya dan bahasa Cirebon,

maka hal ini sangat menunjang akan kebersamaan atau paguyuban di antara mereka.

Sebagaimana sifat atau karakter orang desa adalah paguyuban, berbeda dengan orang

kota lebih bersifat individualistis.

Selain itu mereka mempunyai prinsip yang sangat kuat dalam memahami arti

persaudaraan sesama muslim. Urusan apapun yang berkaitan dengan agama, maka

mereka pasti merespon dengan baik, sebagaimana yang tercantum dalam kegiatan sosial

para jamaah yang salah satunya terbukti dengan solidaritas dan persatuan mereka dalam

mengangkat generasi muda dalam hal pendidikan terutama pendidikan agama, yaitu

dengan memfalisitasi anak-anak yatim dan dhuafa untuk belajar ilmu agama di lembaga

non formal yang dilaksanakan oleh yayasan Wali Songo, termasuk ketika diadakannya

peringatan-peringatan hari besar Islam pun mereka sangat antusias berusaha

menyukseskan untuk syiar agama, hal ini di sampaikan oleh ketua Majelis Ta’lim Wali

Songo yaitu bapak Aim Muntaim, hal ini termasuk salah satu agenda sosial yang di

lakukan setiap tahunnya.

Dalam pekerjaan sehari-haripun sangat terlihat betapa mereka saling membantu satu

dengan yang lainnya, seperti apabila daiantara jamaah yang sedang membutuhkan alat

Page 42: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

atau mesin untuk kerja, maka yang lain sangat bersedia apabila diminta bantuannya.

Suatu kenyataan yang sangat mengagumkan adalah ketika di antara mereka sedang dalam

keadaan sulit mencari (mendapatkan) konsumen atau pemesan, maka ada istilah pad

mereka “bagi-bagi order”, sebagai bentuk solideritas sosial, hal ini diungkapkan oleh

H.Sukanta yaitu salah satu dari jamaah.

Jama’ah majelis ta’lim Wali Songo 99 % adalah pengrajin kusen, adapun kondisi

pendidikan para jamaah sangat beragam, ada yang lulusan SD, SMP, SMA, serta S1.

Tabel berikut ini adalah table kondisi pendidikan para jamaah:

Tabel 1

Kondisi Pendidikan Jamaah MT. Wali Songo

NO Pendidikan Jumlah Jamaah

1 Tidak Lulus SD 1

2 Lulusan SD 13

3 Lulusan SLTP 37

4 Lulusan SLTA 59

5 Lulusan S1 3

Jumlah 113

Sumber : Data anggota Majelis Ta’lim di Yayasan Wali Songo

Dari data di atas terlihat bahwa kondisi pendidikan para pengrajin kusen sangat

beragam. Sehingga ini adalah salah satu kewajiban para pembimbing untuk memberikan

bimbingan yang seimbang dan mngenai sasaran, yakni mengimbangi daya nalar serta

daya tangkap para jamaah agar setiap jamaah memahami materi yang di sampaikan

Page 43: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

termasuk orang yang hanya berluluskan sekolah dasar. Walaupun kondisi pendidikan

formal para jamaah sangat beragam, tapi hal tersebut tidak mempengaruhi secara

signifikan terhadap penghasilan mereka, karena dalam kerajinan ini yang dibutuhkan

sebagian besar adalah pengalaman.

Yayasan Wali Songo memiliki lembaga pendidikan formal dan nonformal,

pendidikan formal yang dimiliki Yayasan ini adalah Roudhatul Athfal (RA) yaitu

lembaga pendidikan formal setingkat Taman Kanak-kanak (TK). Sedangkan pendidikan

nonformalnya yaitu Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), majelis ta’lim dan Pondok

Pesantren.

Tabel 2

Tabel sarana pendidikan dan jumlah murid yang dimiliki

Yayasan Wali Songo

Nama Sarana Jumlah Murid Waktu Belajar

RA 90 Pagi

TPA 100 Pagi

TPA 115 Sore

Majelis Ta’lim bapak-bapak 112 Setiap malam kamis

Majelis Ta’lim Ibu-ibu 130 Setiap hari rabu

Sumber: Data Administrasi Yayasan Wali Songo

Data diatas menunjukkan bahwa Yayasan Wali Songo sangat konsern terhadap

pendidikan ummat, bahkan ketika penulis mewawancarai ketua yayasan Wali Songo

yaitu Drs. KH. Busrol Karim di kediamannya, beliau mengatakan “ kita harus

memberantas kebodohan, kita harus berdakwah, kita harus memberikan pendidikan

Page 44: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

agama terutama anak-anak kita yang berusia dini, yakni usia seperti anak-anak TK dan

TPA yang ada di yayasan ini”.35

Adapun kondisi ekonomi para jamaah menurut pengamatan penulis sangatlah

bervariasi, ini bisa dilihat dari beberapa kondisi yaitu kondisi perusahaan dan kondisi

rumah para jamaah termasuk kebutuhan sehari-hari keluarga para jamaah. Walaupun

penulis tidak mengetahui secara detail, tapi penulis berusaha mendapatkan data-data

kekayaan para jamaah dengan cara pengamatan dan wawancara yang menghasilkan data

sebagai berikut:

Tabel 3 Tabel Kondisi Ekonomi Para Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo

Nama Jamaah Nama PD Aset Perusahaan Kekayaan di luar

Perusahaan (pribadi) Jumlah Kekeyaan

Aim M. Sinar Makmur 350.000.0000,- 150.000.000,- 500.000.000,-

H. Sukanta Cipta Karya Prantama 300.000.000,- 125.000.000,- 425.000.000,-

H. Yanto Sinar Kampung Utan 100.000.000,- 175.000.000,- 275.000.000,-

Utomo Kamper Utama 135.000.000,- 78.000.000,- 213.000.000,-

H. somari Sinar Jati Utama 350.000.000,- 215.000.000,- 565.000.000,-

H. Hilmi Pamulang Jaya 425.000.000,- 275.000.000,- 700.000.000,-

Junaidi Salat Sinar Jaya 400.000.000,- 225.000.000,- 625.000.000,-

H. Ahmad Fikri Jati Utama 135.000.000,- 75.000.000,- 210.000.000,-

Juanda Agung Jaya 75.000.000,- 50.000.000,- 125.000.000,-

Abdurrozak Berkah Laksana 87.000.000,- 65.000.000,- 152.000.000,-

35 Drs. K.H. Busrol Karim, Guru sekaligus Ketua Yayasan Wali Songo, wawancara pribadi,

Jombang, Ciputat, 16 Agustus 2006, pukul 20.30 wib

Page 45: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Abduri Fajar 115.000.000,- 100.000.000,- 215.000.000,-

H. Ibrahim Mulya Jaya 112.000.000,- 87.000.000,- 199.000.000,-

H. Fuad A Jati Indah 450.000.000,- 350.000.000,- 800.000.000,-

Moh. Amien Amanah Jaya 245.000.000,- 230.000.000,- 475.000.000,-

H. Syukur Syukur 157.000.000,- 210.000.000,- 367.000.000,-

H.M. Arsyad Mirah Jaya 425.000.000,- 345.000.000,- 770.000.000,-

Makhfud Jati Makmur Jaya 358.000.000,- 250.000.000,- 608.000.000,-

Maftuch Mega Jaya 230.000.000,- 320.000.000,- 550.000.000,-

Suhadi Panji Bangun Perkasa 200.000.000,- 270.000.000,- 470.000.000,-

H. Musthofa S. Jati Unggul 450.000.000,- 350.000.000,- 800.000.000,-

Eka Sunar Harapan Jaya 310.000.000,- 245.000.000,- 555.000.000,-

MS. Kimin Putra Sejati 150.000.000,- 250.000.000,- 400.000.000,-

H. Gito A Alam Jati Indah 300.000.000,- 350.000.000,- 650.000.000,-

A. Latief M Gunung Jaya 240.000.000,- 230.000.000,- 470.000.000,-

Djalaludin Pondok Indah 350.000.000,- 180.000.000,- 530.000.000,-

Sumber : Wawancara pribadi dengan 25 responden.36

Data di atas menunjukkan bahwa para pengrajin kusen, yakni para jamaah majelis

ta’lim Wali Songo kondisi ekonominya sangat bervariasi, diukur dari gaya hidup dan

fasilitas kehidupan rumah tangga mereka 75% termasuk golongan menengah ke atas.

Penulis mewawancari istri para pengrajin kusen bermaksud mengetahui berapa

pengeluaran kebutuhan rumah tangga dalam sehari, dari hasil wawancara 10 orang

36 25 responden, Pengrajin kusen, Wawancara terbuka Majelis Ta’lim Wali Songo, Jombang,

Ciputat, 16 Agustus 2006, pukul 22.00 wib.

Page 46: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

penulis menyimpulkan bahawa kebutuhan rumah tangga mereka rata-rata adalah

100.000,- per-hari termasuk uang saku sekolah anak-anak.37

Status tanah dan bangunan bengkel atau perusahaan pengrajin kusenpun bervariasi

dalam hal kepemilikan, ada yang merupakan milik pribadi, ada yang menyewa (kontrak)

dan ada juga yang sistem kerjasama antar pemilik tanah atau bengkel dengan pengrajin

kusen. Adapun penghasilan yang didapat oleh para pengrajin kusen sangat bervariasi,

tergantung pada banyaknya pemesan, hasil ekonominya dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 4

Data Penghasilan para pengrajin Kusen / Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo

No Penghasilan Perbulan (Rp) Prosentase

1 Di bawah 1.000.000,- 3 %

2 1.000.000,- 15 %

3 1.500.000,- 13 %

4 2.000.000,- 25 %

5 2.500.000,- 17 %

6 Di atas 2.500.000,- 27 %

Jumlah 100 %

Sumber : Wawancara dengan H. Hilmi Pimpinan PD. Pamulang Jaya, Pamulang, Ciputat.

Data di atas menunjukkan penghasilan para pengrajin kusen yang sangat

bervariasi. Tinggi rendahnya penghasilan mereka sangat berhubungan dengan etos kerja

37 Roasiah, Jamaah Pengajian, Wawancara Pribadi, Jombang, Ciputat, 18 Agustus 2006, pukul

13.20 wib

Page 47: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

yang mereka miliki, salah satunya seperti sejauh mana kegigihan mereka dalam mencari

atau mendapatkan konsumen.

Tabel 5

Harga Peralatan Perusahaan Sebagai Salah Satu Aset Perusahaan

No Nama Alat Harga (Rp) Keterangan

1 Mesin Planer 9 juta Mesin duduk

2 Mesin Bobok 7,5 juta Mesin duduk

3 Mesin Larap 4,5 juta Mesin duduk

4 Mesin Sircle 4,5 juta Mesin duduk

5 Mesin Panel 9,5 juta Mesin duduk

6 Mesin bobok (bor) 950 ribu Mesin tangan

7 Mesin Sircle 1,6 juta Mesin tangan

8 Mesin Serut 1,25 juta Mesin tangan

9 Mesin Profil 1,25 juta Mesin tangan

10 Mesin Penghalus Kayu 950 ribu Mesin tangan

11 Mesin Pemaku (tembak) 2,5 juta Mesin tangan

Sumber : Wawancara dengan H.Sukanta, Pimpinan PD. Cipta Karya Prantama

Jombang, Ciputat.38

Data tersebut di atas dapat dijadikan ukuran kekayaan para pengrajin kusen serta

termasuk maju atau mundurnya sebuah perusahaan kusen dengan melihat aset (peralatan)

yang dimiliki perusahaan pengrajin kusen.

38 H. Sukanta, Pimpinan PD. Karya Cipta Prantama, wawancara pribadi , Jombang, Ciputat, 16

Agustus 2006, pukul 14.30, wib.

Page 48: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Tabel 6

Data harga kayu sampai akhir tahun 2006

No Jenis Kayu Harga Per-Kubik(Rp)

1 Kayu Jati Super Kelas I 40.000.000,-

2 Kayu Jati Kelas II 34.000.000,-

3 Kayu Kamper Samarinda Oven 6.000.000

4 Kamper Samarinda Basah 5.500.000,-

5 Kayu Meranti 3.000.000,-

6 Kayu Singkil 4.000.000,-

7 Kayu Kapur 4.000.000,-

8 Kayu Kruing Banjar 4.000.000,-

9 Kayu Kampung (Duren, Rambutan,

Kecapi)

2.500.000,-

Sumber: Wawancara dengan Abdurrozak Pimpinan PD. Berkah Laksana, Kampung Sawah Ciputat.

Harga kayu dapat mempengaruhi harga barang yang dijual. Semakin mahal harga

kayu, maka semakin mahal nilai jual yang ditawarkan kepada konsumen, sebaliknya

semakin murah harga kayu, maka semakin murah harga barang yang ditawarkan kepada

konsumen.39

D. Tujuan Didirikannya Majelis ta’lim Wali Songo

Secara global tujuan didirikannya Majelis Ta’lim Wali Songo adalah sebagai

berikut:

39 Abdurrozak, Jamaah majelis ta’lim Wali Songo, Wawancara Pribadi, Kampung Sawah, Ciputat, 22 September 2006, pukul 14.00 wib

Page 49: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

a. Ikut aktif dalam program pembangunan bidang pendidikan, kesejahteraan sosial

dalam rangka membentuk manusia seutuhnya yang bertaqwa kepada Allah SWT.

b. Bergerak di bidang sosial, amaliyah, pendidikan dan dakwah dengan membantu

masyarakat Islam Indonesia untuk mencapai taraf hidup yang bermoral dan

memiliki al-akhlaqul karimah.

c. Menghimpun dan menyalurkan dana-dana sosial untuk menghidupkan Ukhuwah

Islamiyah.

d. Sebagai alat pemersatu yang mencerminkan pandangan hidup dan sebagai pusat

inspirasi serta rasa cinta kasih para jamaah serta antar sesama muslim.

Drs. KH. Busrol Karim, memaparkan tentang tujuan didirikannya yayasan ini

khususnya Majelis Ta’lim Wali Songo adalah sama dengan majelis ta’lim lainnya yaitu

membentuk jamaah atau muslim yang komitmen terhadap Islam.

“Mari kita lihat al-Quran surat al-‘Ashr” tegasnya.

Dari surat al-ashr dapatlah antara lain disimpulkan bahwa komitmen (rasa terikat

diri) muslim terhadap Islam dapat diterangakan sebagai berikut:

(1) Muslim mengimani Islam, yaitu meyakini secara penuh bahwa agama Islam

adalah agama yang benar yang datang dari Allah dan meyakini secara totalitas

segala apa yang diajarkan di dalam agama Islam.

(2) Muslim mengilmui Islam, yaitu mempelajari ilmu-ilmu agama Islam sehingga

mampu memahami Islam dan apa yang ada di dalamnya secara benar.

(3) Muslim mengamalkan Islam, yaitu mengamalkan ajaran atau doktrin agama Islam

di dalam setiap sendi kehidupan termasuk berkarya.

Page 50: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

(4) Muslim mendakwahkan Islam, yaitu berusaha menyampaikan kebenaran agama

Islam kepada siapapun, dimanapun dan kapanpun.

(5) Muslim bersabar dalam ber-Islam, yaitu bersabar dalam menjalani semua perinta

Allah, sabar dalam menjauhi larangan Allah, sabar juga adalah suatu tindakan

yang tidak sembrono dalam menyikapi segala permasalahan yang ada, serta ikhlas

dengan apa yang telah Allah berikan kepadanya seaya berdoa dan berusaha untuk

mencapai cita-citanya yaitu mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.40

Dengan melihat uraian diatas jelaslah bahwa Majelis Ta’lim Wali Songo sangat di

butuhkan keberadaannya oleh para pengrajin kusen. Tempatnya yang strategis dan mudah

dijangkau serta program dan tujuan didirikannya majelis ta’lim ini adalah menjadi salah

satu alasan majelis ta’lim ini selalu dipenuhi oleh jamaah yang mayoritas para pengrajin

kusen untuk menambah wawasan keilmuan di dalam beragama, serta untuk

mengembangkan etos kerja.

40 Drs. K.H. Busrol Karim, Pembimbing sekaligus Ketua Yayasan Wali Songo, wawancara pribadi,

Jombang, Ciputat, 16 Agustus 2006 pukul 20.30 wib

Page 51: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

BAB IV

PERANAN MAJELIS TA’LIM WALI SONGO DALAM MENINGKATKAN

ETOS KERJA PARA PENGRAJIN KUSEN

A. Materi Yang disampaikan

Majelis Ta’lim Wali Songo sangat berperan dalam meningkatkan etos kerja para

pengrajin kusen, terutama memotivasi untuk meningkatkan produktivitas dengan

dibarengi nilai-nilai kerja secara Islami. Dalam meningkatkan produktivitas umat

(jamaah/ anggota Majelis Ta’lim) ini, maka diadakan bimbingan terhadap para jamaah

yang dilaksanakan setiap malam kamis pukul 19.30 WIB sampai pukul 22.30 WIB

dengan materi yang bervariasi.

Materi-materi yang disampaikan tentu saja adalah pengetahuan agama Islam yang

memuat berbagai macam kajian ilmu, seperti tauhid, fiqih, akhlak, serta ilmu Tasawuf.

Adapun guru-gurunya adalah KH.Drs. Busrol Karim, KH. Drs. Nuruddin Munawar

(pimpinan Pondok Pesantren Tapak Sunan, Condet), dan Ustadz Ahmad Faiz Al-Hakam

M.Ag. (pimpinan Pondok Pesantren Ibnu Tholhah).

Kitab yang digunakan sebagai rujukan pemateri adalah kebanyakan kitab-kitab salaf

(kitab kuning) seperti kitab Hik>m, al-Um, Ihya ‘UlφmuddΤn, Fathul Qorib dan lain-lain.

Materi yang disampaikan adalah menjelaskan aspek tauhid, akhlak dan fiqih. KH. Busrol

Karim mengatakan, “ Yang terpenting di dalam pengajian ini, adalah pemantapan

keimanan para jamaah terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah, juga menanamkan

kesadaran bahwa setiap manusia melakukan kegiatannya, semua akan dinilai oleh Allah

SWT”.41 Hal ini selaras dengan apa yang telah ditulis oleh KH. Toto Tasmara “ Yes we

41 Drs. K.H. Busrol Karim, Guru sekaligus Ketua Yayasan Wali Songo, wawancara pribadi,

Jombang, Ciputat, 16 Agustus 2006 pukul 20.30 wib

Page 52: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

are a player, we are a winner!” Allah telah memberikan kesempatan yang sama.

Dihamparkannya alam semesta untuk menjadi ujian dan tantangan siapakah yang paling

baik prestasinya. Hukum Allah berlaku Universal tidak membedakan agama, bangsa

maupun gender (jenis kelamin). Allah pasti akan memberikan balasan kepada mereka

yang bekerja keras, berilmu dan berbuat adil sesuai hokum Allah walaupun ia kafir, dan

Allah tidak akan menolong mereka yang hidup malas, bodoh dan zhalim walaupun dia

mengaku Islam.42

Pada aspek akhlak, para jamaah di anjurkan untuk menjadi orang yang baik.

Sebagai muslim yang baik, maka hendaknya dia bertindak positif kepada siapapun dan

setiap tindakannya harus bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.43 Ketika penulis

mendatangi para pimpinan perusahaan kusen, penulis menemukan pendapat yang selaras

dengan itu,”Orang hidup mah yang penting tidak merugikan orang lain, kita hidup perlu

bantuan orang lain, maka hendaknya kita berbuat baik kepada orang lain, kalau kita

berbuat baik dalam hal apapun insya Allah orang pun akan berbuat baik pada kita, iya tah

(logat Cirebon).44 Ditekankan pula kepada para jamaah untuk memperhatikan nilai-nilai

agama di dalam berdagang, yakni bagaiman menjadi pedagang yang jujur, dan lain

sebaginya. Sehingga apapun yang menjadi maslah di dalam berdagang jangan sampai

42 K.H. Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami (Jakarta, Gema Insani Press, 2002), cet., ke-1, h, 51

43 Drs. K.H. Busrol Karim, Guru sekaligus Ketua Yayasan Wali Songo, wawancara pribadi,

Jombang, Ciputat, 16 Agustus 2006 pukul 20.30 wib 44 H. Sukanta, Pimpinan PD. Karya Cipta Prantama, wawancara pribadi , Jombang, Ciputat, 16

Agustus 2006, pukul 14.30 wib.

Page 53: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

melupakan rambu-rambu agama Islam. Hal ini pun disampaikan oleh salah seorang guru

pembimbing Majelis Ta’lim Wali Songo yaitu Ustadz Ahmad Faiz Al-Hakam, MA.45

Setiap pengajian, sebelum dilakukan penyampaian materi, guru memimpin para

jamaah untuk bersama-sama berdzikir atau semacamnya. Sering pula dilakukan

pembacaan Manakib Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani, tahlil, sholawat Tafrijiyah atau

sholawat Naariyah, dan lainnya.

Dengan media dzikir ini diharapkan ketenangan batin bagi setiap jamaah setelah

mereka melakukan aktifitas di siang harinya. Dzikir yang dianggap sangat berpengaruh

terhadap perbaikan jiwa mereka, juga mempunyai efek terhadap etos kerja seperti

menumbuhkan keyakinan tentang keberkahan akan didapatkan oleh orang yang

senantiasa berusaha seraya berdoa kepada Allah dengan washilah bacaan-bacaan di atas,

hal ini dilakukan bukan hanya pada saat pengajian berlangsung akan tetapi dianjurkan

setiap harinya setelah sholat hajat an tahajjud.46 Kenyataan ini menunjukkan bahwa para

jamaah adalah orang –orang yang tergolong panatik terhadap agama Islam. Dan kegiatan

pengajian atau bimbingan keagamaan serta dzikir sangat berpengaruh atau berdampak

positif terhadap kegiatan ekonomi mereka yaitu pendistribusian ilmu muamalah yang di

sampaikan oleh para pembimbing, pembinaan ketenangan jiwa yang berakibat pada

ketenangan bekerja serta mengindahkan norma-norma agama yang harus dilakukan

mereka sehingga menjadi pedagang yang muslim, jujur, dan mempunyai etos kerja

sehingga mampu bertahan mengimbangi era global ini.

B. Kegiatan Sosial Keagamaan

45 Ustadz Ahmad Faiz Al-Hakam, Wawancara pribadi, Jombang, 12 September 2006 pukul 17.00

wib 46 H. Yanto, Pimpinan PD. Sinar Kamper Jaya, Wawancara pribadi, Pondok ranji, Ciputat, 20

September 2006, pukul 17.00 wib

Page 54: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Kegiatan sosial keagamaan, yaitu salah satu kegiatan ekstra Majelis Ta’lim yang

berada dibawah pimpinan bapak Aim Muntaim dan bimbingan Drs. KH Busrol Karim ini

selalu selalu memikirkan dan memunculkan ide-ide baru untuk kemajuan dan

perkembangan pengajian, dapat di catat sebagai bonus pahala dari sejumlah amal sholih

yang mereka amalkan. Ide-ide yang muncul dalam upaya menambah wawasan keislaman

yang lebih luas, dituangkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan ekstra yang secara didaktis

metodis cukup berpengaruh dalam penebalan keimanan dan ketakwaan para anggota

majelisnya. Inventarisasi kegiatan tersebut, tercatat sebagi berikut:

1). Penyelenggaraan rutin setiap bulan suci Ramadhan yaitu:

a. Jamaah tadarrus al-Qur’an dan khatamannya.

b. Buka puasa bersama, sholat tarawih berjamaah dan dilanjutkan ceramah

c. Pertemuan anggota peserta pengajian dan guru-guru setiap tahun menjelang

akhir bulan Ramadhan, dengan acara pokok:

- Penyampaian tanda terima kasih

- Penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) kepada yang berhak.

- Penyaluran pakaian layak pakai.

2). Penyelenggaraan acara Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), seperti Isra Mi’raj,

Maulid Nabi Muhammad SAW, Nuzulul Quran, tahun baru Hijriyah

(Muharraman), Halal bi halal, dan penyembelihan hewan Qurban.

3). Konsultasi Agama

Para peserta anggota pengajian Majelis Ta’lim Wali Songo yang mempunyai

masalah memerlukan fatwa, nasihat, petunjuk agama boleh bertanya tentang

berbagai problem yang dihadapi baik yang menyangkut pribadi, keluarga,

Page 55: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

pekerjaan maupun masalah agama yang belum dipahami. Konsultasi ini

dilaksanakan setiap hari rabu pagi pukul 09.00- 11.00 dan malam hari pukul 19.30-

20.30 secara langsung pada narasumbernya yaitu Drs. KH. Busrol Karim dan

Ustadz Ahmad Faiz Al-Hakam, MA.

4). Study Tour/ Karya Wisata:

Kegiatan ini bertujuan:

a. Bertafakur dan bersyukur kepada Allah SWT.

b. Memahami situasi perkembangan Islam melalui sejarah

c. Menimba ilmu pengetahuan dan menjalin kekeluargaan

d. Rekreasi penyegaran tugas-tugas dari kejenuhan dan kesibukan berdagang. Lokasi

wisata yang di tuju yaitu hanya berkisar pulau jawa khususnya tempat-tempat

bersejarah termasuk makam para wali dan tokoh-tokoh besar seperti makam Bung

Karno serta makam para Ulama.

Kegiatan tersebut di atas sangat berperan dalam meningkatkan religiusitas para

pengrajin kusen. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab II religusitas adalah sikap

yang terpancar dari setiap orang yang beragama dari apa yang ia peroleh dalam beragama

yang mempunyai berbagai macam dimensi.

Keberagamaan atau religiusitas di wujudkan dalam berbagai sisi kehidupan dan

setiap aktivitas. Islam menyuruh umatnya untuk beragama (ber-Islam) secara menyeluruh

(QS 2: 208). Setiap Muslim, baik dalam berfikir, bersikap maupun bertindak

diperintahkan untuk ber-Islam. Setiap Muslim harus menjalani apa saja yang

diperintahkan Allah, dan menjauhi larangan Allah, dalam Islam Majelis Ta’lim adalah

salah satu tempat yang sangat potensial dalam menyampaikan ajaran-ajaran atau doktrin-

Page 56: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

doktrin, Majelis Ta’lim Wali Songo adalah salah satunya. Majelis Ta’lim Wali Songo

sangat berpengaruh terhadap religiusitas para pengrajin kusen. Menurut hasil wawancara

dengan para pengrajin kusen, mereka termasuk orang-orang yang mencintai pengajian

dan di setiap pengajian yang mereka jalani pada malam kamis di majelis ta’lim, selain

menjalin keakraban serta mempererat tali silaturrahmi dalam hubungan antara para

jamaah juga tampak keseriusan untuk mendengarkan serta memahami materi-materi yang

disampaikan oleh pembimbing. Dan setelah penulis melekukan penelitian di setiap

bengkel pengrajin kusen banyak sekali tanda-tanda hasil atau pengaruh majelis ta’lim

terhadap religiusitas, contohnya mereka senang mengkoleksi kaligrafi dan foto-foto tokoh

agama di setiap sudut ruangan. Ini adalah sebuah ciri atau tanda bahwa mereka termasuk

orang-orang yang mencintai agama Islam dan tokoh agamanya, salah satu media untuk

memunculkan rasa tenang di dalam bathin dan juga sebagai simbol pengakuan terhadap

diri yang beragama Islam.47 Sholat sebagai salah satu dimensi religusitas seseorang yang

beragama Islam juga selalu dilaksanakan oleh para jamaah,” Sholat adalah tiang agama,

kalau kita tidak sholat maka agama kita runtuh, kalau agama yang ada pada diri kita

runtuh berarti sama saja kita dengan orang yang tidak beragama, dan kalau tidak

beragama apa gunanya kita hidup, kan kita diciptakan oleh Allah untuk beragama atau

beribadah”.48

Di samping itu penulis juga mendapatkan 75% dari pengrajin kusen yang berada di

majelis ta’lim Wali Songo sudah menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Sebuah ibadah

yang membutuhkan pengorbanan jiwa, raga serta harta yang tidak sedikit, tapi mereka

47 H. Ibrahim, Jamaah Majelis Ta’lim Wali songo, Wawancara pribadi, Kampung Utan, Ciputat, 23

September 2006, pukul 15.00 wib

48 H. Junaidi Salat, Pimpinan PD. Sinar Jaya, Wawancara pribadi, BSD, 19 Agustus 2006 pukul 15.30 wib

Page 57: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

dengan ikhlas penuh semangat melaksanakannya demi mendapat ridho dari Allah.

Membaca al-Quran adalah salah satu ibadah serta dzikir yang rutin dilakukan jamaah di

setiap selesai melakuakan ibadah sholat wajib, bahkan diantara mereka sudah banyak

yang istiqomah dalam melaksanakan sholat sunnah dhuha. Shalat dhuha diyakini

menambah keberkahan dalam hidup khususnya masalah ekonomi. Kemudian dari hasil

wawancara banyak yang ditemukan, bahwa keberadaan majelis ta’lim sangat membantu

dalam kegiatan keagamaan dan praktek keagamaan mereka sehari-hari seperti sholat dan

puasa sunnah. “Dari pengajian kami dapat ilmu dan pelajaran tentang sholat dan ibadah-

ibadah lainnya, dulu kami sempat lupa pelajaran-pelajaran ubudiyah, tapi sekarang kami

sangat terbantu dengan adanya pengajian di majelis ta’lim Wali Songo.”49Manusia dan

takdirnya ada di tangan Allah, akan tetapi manusia tetap harus berusaha dan berdoa,

ketika penulis menanyakan kepada salah seorang jamaah tentang hal ini, maka

jawabannya adalah “ Kami pedagang atau pengrajin kusen selalu berusaha semaksimal

mungkin agar kami mendapatkan rizki, akan tetapi kami tidak pernah lupa bahwa rizki

itu datangya dari Allah, maka kami tidak akan bosan berdoa agar rizki kami dapatkan

dengan penuh keberkahan serta kami selalu meminta kepada-Nya agar Ia memberikan

rizki yang halal kepada kami.”50

Pengaruh majelis ta’lim terhadap religiusitas yang paling berhubungan dengan

kegiatan ekonomi adalah terlihat bagaimana para jamaah menjadikan agama sebagai

pedoman. Misalnya moral ekonomi yang Islami, yakni yang mengutamakan kejujuran

49 H. Machfud, Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo dan Pimpinan PD. Jati Makmur Jaya,

Wawancara Pribadi, Rempoa, 23 September 2006 pukul 15.30 wib

50 H. Aim Muntaim, Ketua Majelis Ta’lim Wali Songo, Wawancara Pribadi, Bumi Serpong Damai 16 Juli 2006 pukul 15.30 wib

Page 58: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

sekaligus menghindari kecurangan dalam berkarya. Kayu yang jenis dan harganya sangat

bervariasi adalah salah satu bagian yang berpotensi bagi setiap pedagang untuk

melakukan kecurangan terhadap konsumen, tapi merka pantang untuk melakukan

kecurangan.51

Mjelis ta’lim, melalui bimbingan dari setiap pembimbing sangat menganjurkan

kepada setiap jamaah agar memelihara sifat kedermawanan. Karena orang yang

dermawan akan mendapatkan kehidupan yang berkah. “Shodaqohlah karena shodaqoh

itu berkembang”, begitu yang di ucapkan oleh salah satu pembimbing sekaligus ketua

Yayasan Wali Songo yaitu Drs. KH. Busrol Karim. Hal ini senada dengan Gerzt yang

mengatakan bahwa kedermawanan, keterlibatan dalam urusan masyarakat, berziarah

menunaikan ibadah haji yang dilakukan oleh santri memberi dampak kepada akumulasi

modal budaya yang dimiliki, hal ini menghindari dari cemoohan masyarakat sebagai

orang kikir dan tamak harta dan malah sebaliknya dianggap orang yang berbudi baik dan

bermurah hati. Dalam kata lain, peningkatan akumulasi modal budaya (status

kehormatan) berarti peningkatan derajat kepercayaan masyarakat sehingga memudahkan

pedagang untuk meningkatkan aktivitasnya.52

C. Cara dan Hasil Berkarya

Dari jenis usahanya, pengrajin kusen adalah pengusaha atau pekerja swasta dan

mempunyai menejemen masing-masing. Dalam hal menejemen biasanya dilakukan

langsung oleh pimpinan perusahaan, karena perusahaan kerajianan kusen ini tergolong

perusahaan pribadi. Cara kerja yang dilakukan para pengrajin kusen tidak jauh dari

51 Abdurrozak, Jamaah majelis ta’lim Wali Songo, Wawancara Pribadi, Kampung Sawah, Ciputat,

22 September 2006, pukul 14.00 wib

52 Drs. Damsar, MA., Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997) cet., ke-1, h. 95

Page 59: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

pengrajin-pengrajin lainnya seperti pengrajin rotan, bambu dan lain sebaginya. Dari

bahan yang sudah siap di olah sampai pengiriman barang. Dalam usaha kerajinan kusen

ini bahan utamanya adalah kayu, adapun alat-alatnya 90 menggunakan mesin, dan dalam

menjalankan usaha ini biasanya perusahaan membutuhkan tenaga pekerja minimal 1

orang tukang (pembuat pesanan) dan 2 orang kenek atau tukang dempul, dan menurut

penemuan penulis pekerja yang dimiliki perusahaan paling banyak adalah 15 orang. Cara

kerjanya adalah pertama, pimpinan perusahaan membuat gambar pesanan, kedua, setelah

gambar selesai, kemudian di serahkan kepada tukang, dan tukang menggarap pesanan

yang telah ia terima, ketiga, setelah pesanan selesai di garap oleh tukang, maka

selanjutnya dilakukan finishing dan ini adalah tugas tukang dempul, dan keempat apabila

finishing selesai dilakukan, maka barang dikirim ke tempat yang di tuju. Hal ini

dilakukan setiap hari kecuali hari minggu mereka libur karena menyesuaikan dengan

orang-orang yang bekerja di perkantoran, akan tetepi pada hari minggu kadang mereka

gunakan untuk bersilaturrahmi dengan teman seprofesi yang dilakukan dengan cara

arisan.

Mereka semua adalah wiraswastawan, sebagai wiraswastawan tentu saja mereka

harus mempunyai jiwa wiraswasta yang tinggi, yaitu kesadaran dan kemempuan yang

sangat mendalam (ulil albab) untuk melihat segala fenomena yang ada di sekitarnya,

merenung dan kemudian bergelora semangatnya untuk mewujudkan setiap perenungan

batinnya dalam bentuk nyata dan realistis. Nuraninya sangat halus dan tanggap terhadap

lingkungan dan setiap tindakannya di perhitungkan dengan laba rugi.53

53 K.H. Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami (Jakarta, Gema Insani Press, 2002), cet.,

ke-1, h., 107

Page 60: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Majelis ta’lim Wali Songo, sesuai dengan tujuannya untuk membentuk muslim

yang bertaqwa, Muslim yang ber-Islam secara menyeluruh, tentu sangat berpengaruh

dalam membina para pengrajin kusen termasuk dalam cara bekerja atau berkarya. “

Agama Islam dalam hal ini majelis ta’lim adalah aspek normatif yang tidak boleh

diabaikan oleh siapapun dan dalam profesi apapun termasuk para pengrajin kusen, aspek

normatif yang kemudian memberi arah pembamgunan masyarakat manusia seutuhnya

bersumber dari nilai hak-batil, halal-haram, adil-zhalim, manfaat-madharat, dan baik-

buruk. Majelis Ta’lim Wali Songo sangat menekankan kepada para jamaah agar

memperhatikan hal tersebut, dan alhamdulillah hal ini sangat terlihat di dalam aktivitas

jamaah atau para pengrajin kusen”.54

Islam sangat menganjurkan kepada umatnya bekerja keras untuk mendapatkan ridha

dari Allah, maka hendaknya seorang muslim yang berkarya tidak keluar dari aturan-

aturan yang telah di tetapkan Allah. Di dalam pekerjaan terdapat dua aspek yang harus

dipenuhi secara nalar, yaitu:

Pertama aktivitasnya di lakukan karena ada dorongan untuk mewujudkan sesuatau

sehingga tumbuh rasa tanggung jawab yang besar untuk menghasilkan karya atau produk

yang berkualitas. Bekerja bukan hanya untuk mencari uang tetapi juga ingin

mengaktualisasikannya secara optimal serta memiliki nilai transendental yang sangat

luhur. “ Kerja itu kan ibadah, apalagi kita kan sudah punya anak cucu yang wajib kita

berikan nafkah yang halal, nafkah yang halal atau rizki yang halal akan didapatkan

dengan cara yang halal seperti sikap jujur atau jangan menipu orang, memberi gajian dan

uang makan kepeda pekerja yang seimbang dengan pekerjaannya, jangan sampai kita

54 Ustadz Ahmad Faiz Al-Hakam, MA, Pembimbing Majelis Ta’lim Wali Songo, Wawancara

Pribadi, Jombang, Ciputat, 17 Agustus 2006, pukul 17.00 wib

Page 61: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

berbuat zholim kepada mereka, kadang-kadang kan ada yang memberi gaji tukang

diundur-undur karena kehabisan uang, entah menejemen perusahaannya yang kurang

baik atau terlalu boros dalam memenuhi kebutuhan hidup.”55 Apa yang di sampaikan H.

Musthofa adalah prinsip yang dimiliki oleh setiap jamaah. Senada dengan H. Hilmi,

katanya: Prinsip kami adalah keberkahan dalam hidup, menggapai hasil kraya yang baik

apabila mencari atau mendapatkan dengan cara yang baik, kami tidak mungkin

memberikan makan kepada anak dan istri kami dari hasil yang tidak dibenarkan oleh

agama”.56

Kedua, Apa yang dia lakukan tersebut karena kesengajaan, sesuatu yang

direncanakan. Karenanya di dalamnya terkandung suatu gairah, semangat untuk

mengerahkan seluruh potensi yang dimilikinya sehingga apa yang dikerjakannya benar-

benar memberikan kepuasan dan manfaat bagi diri dan orang lain. “ Kami berkarya

dengan menggunakan segenap kemempuan yang kami miliki, kayu kami usahakan yang

sbaik dan semurah mungkin, model atau bentuk barang yang kami kerjakan untuk

pemesan, kami garap sebaik mungkin, mudah-mudahan mereka puas. Kalau mereka puas

kamipun sebagai pengarajin sekaligus pedagang merasa puas.”57

D. Hasil Pendapatan

Kerja yang di lakukan seseorang adalah bermaksud untuk mencapai tujuan atau

cita-citanya termasuk hasil ekonomi. Hasil pendapatan bisa dikatakan sebagai tolok ukur

55 H. Musthofa S., Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo dan Pimpinan PD. Jati Unggul, Wawancara

Pribadi, Pondok Aren, 20 Agustus 2006, pukul 15.30 wib

56 H. Hilmi, Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo dan Pimpinan PD. Pamulang Jaya, Wawancara Pribadi, Pamulang, 01 September 2006 , pukul 14.00 wib

57 Djalaluddin, Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo dan Pimpinan PD. Pondok Indah, Wawancara

Pribadi, Bukit Nusa Indah, Ciputat 01 September 2006, pukul 09.30 wib

Page 62: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

kesuksesan sebuah perusahaan. Tentang hasil pendapatan yang didapatkan oleh pengrajin

kusen sangat bervariasi, yaitu dari yang berpenghasilan di bawah satu juta sampai yang

berpenghasilan di atas dua juta setengah perbulan. Bagi pengrajin kusen yang memiliki

menejemen serta pemasaran yang baik maka ia akan mendapatkan hasil yang baik,

keuntungan yang banyak dalam setiap bulannya, karena banyaknya konsumen yang

memesan barang pada perusahaan tersebut. Agama Islam melalui al-Quran menegaskan

bahwa maju mundurnya seseorang dalam aspek kehidupan apapun tergantung pada

individu masing-masing, Allah berfirman:

...سهم ن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفإ...

“...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum hingga mereka mengubah kondisi mereka sendiri…” (Ar-Raad : 11)

Ayat di atas hampir setiap pengajian disampaikan oleh pembimbing, yakni

bertujuan agar seluruh jamaah agar selalu termotivasi untuk maju dalam usaha yang

digelutinya serta memperbaiki apapun yang kurang baik.58 Ayat di atas adalah sebuah

perintah untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik lagi menguntungkan. Dari

hasil pengamatan dan wawancara bahwa para pengrajin kusen atau jamaah Majelis ta’lim

Wali Songo termasuk wiraswastawan yang berpenghasilan cukup baik. Walaupun kondisi

ekonomi tidak menentu mereka masih tetap konsisten untuk menggeluti dalam bidang

kerajinan kusen. Diakui oleh sebagian pengrajin kusen bahwa pada tahun 2005 -2006

banyak yang mengalami kesulitan atau kendala di karenakan naiknya BBM, listrik, kayu,

suku cadang peralatan mesin, bahan material dan sebagainya. Terlebih lagi banyak terjadi

58 H. Sukanta, Jamaah dan Pimpinan PD. Cipta Karya Prantama, Wawancara Pribadi, Jombang 19

Agustus 2006, pukul 14.20 wib

Page 63: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

kasus ilegal loging, karena bahan baku kayu yang sulit didapat, kalaupun ada sangat

mahal harganya.

Menurut H. Ibrahim bahwa kondisi pengusaha-pengusaha kusen pada setahun ini

sangat tidak menentu: “ Konsumen sangat jarang yang memesan, kalaupun ada, paling

jendala satu atau dua. Ya saya sih maklumin saja karena memang kondisi ekonomi

nasional juga lagi sulit, apalagi sekarang banyak saingan dengan produk-produk yang

terbuat dari alumunium”.59 Walaupun begitu tetap saja mereka tidak putus asa,

sebagaimana yang disampaikan H. Machfud : “ Sesulit apapun kondisinya kita tak pernah

begitu saja berputus asa, putus asa kan dosa. Yang penting kita tetap berikhtiar dan

berdoa, mencari ide kreatif demi berjalannya perusahaan kita”.60

Dari hasil wawancara dengan H. Hilmi bahwa: “Seberapapun sulitnya, kita

alhamdulillah masih bisa hidup dengan cukup, bisa menyekolahkan anak, mobil belum

terjual, masih bisa shodaqoh untuk anak yatim, yang penting kita bersyukur insya Allah

rizki kita akan bertambah”.61

Dari uraian di atas penulis mempunyai kesimpulan bahwa hasil ekonomi para

pengrajin kusen yang mengikuti pengajian di majelis ta’lim Wali Songo tergolong baik,

serta kondisi ekonominya mapan dan dalam kategori kelompok yang berekonomi

menengah ke atas.

59 H.Ibrahim, Jamaah dan Pimpinan PD. Mulya Jaya, Wawancara Pribadi, Kampung Utan, 23

September 2006 pukul 15.00 wib

60 H. Machfud, Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo dan Pimpinan PD. Jati Makmur Jaya, Wawancara Pribadi, Rempoa, 23 September 2006, pukul 16.00 wib

61 H. Hilmi, Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo dan Pimpinan PD. Pamulang Jaya, Wawancara

Pribadi, Pamulang, 01 September 2006, pukul 20.00 wib

Page 64: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian dalam bab-bab terdahulu, maka penulis dapat mengambil kesimpulan

yang menjelaskan tentang Islam dan etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta’lim Wali

Songo di Kelurahan Jombang Kecamatan Ciputat dalam meningkatkan etos kerja

Pengrajin Kusen sebagai berikut:

Majelis Ta’lim Wali Songo dalam kegiatan bimbingannya yang dilaksanakan setiap

malam kamis sangat berperan dalam meningkatkan etos kerja para pengrajin kusen.

Dengan menanamkan nilai-nilai agama kepada mereka majelis ta’lim mampu

memberikan pemahaman bahwa bekerja bukan sekedar mencari uang, atau menepis

gengsi dari tuduhan sebagai pengangguran, akan tetapi bekerja keras dengan penuh

kejujuran dan keadilan serta melihat unsur manfaat adalah merupakan ibadah dan

bertujuan untuk mendapat ridha dari Allah SWT. Pada akhirnya mereka akan

mendapatkan rizki yang berkah dan benar-benar menjadi umat yang mampu memberikan

contoh kepada umat yang lain.

B. Saran-saran

Sebagai penutup dari karya tulis atau skripsi ini, penulis menyarankan kepada para

pekerja hendaklah tetap konsisten pada kemandirian hidup, jangan menjadi beban orang

lain, jadilah pekerja atau pengrajin kusen yang inovatif serta istiqomahlah dalam nilai

atau norma yang di ajarkan oleh agama Islam, karena siapapun kita, Allah tidak

meridhainya andaikan kita melakukan tindakan yang tidak adil atau kecurangan dalam

berkarya.

Page 65: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Adapun saran kepada para pembimbing dan pengelola Majelis Ta’lim Wali Songo

adalh agar lebih banyak memberikan informasi tentang peranan para nabi dan sahabat

dalam mendorong etos kerja dan produktivitas umat, memberikan materi kepada jamaah

tentang Islam dan etika ekonomi, serta materi yang berimplikasi langsung kepada

perubahan etos kerja umat.

Page 66: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quranul Karim dan terjemahnya. Abdullah, Taufik. Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 1994. Abdurrahim, M. Imaduddin. Sikap Tauhid dan Motifasi Kerja. Ulumul Quran, II, 6. Juli –

september 1990. Al-Kindi, Ali Sumanto. Bekerja Sebagai Ibadah: Konsep Membrantas Kemiskinan,

Kebodohan dan Keterbelakangan Umat. Solo: Aneka, 1996. Ancok, Djamaluddin. Psikologi Islam, Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995. Anoraga, Pandji, Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta, 2001. Anoraga, Panji dan Sri Suryati. Perilaku Keorganisasian. Jakarta: Pustaka Jaya, 1995. Arifin, Muhammad. Pedoman Pelaksanaan Bimmbingan Penyuluhan Agama, Jakarta :

PT. Golden Terayon Press, 1982. Badudu, J.S. dan Sultan M. Zain, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1996. Damsar. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997. Djojohadikusumo, Sumitro. Ekonomi Umum I: Asas-asas Teori dan Kebijaksanaan.

Jakarta: Kanisius, 1960. Engineer, Asghar Ali. Devolusi Negara Islam. terj. Agus Zaki. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2000. Esposito, John L. Identitas Islam Pada Perubahan Sosial Politik. Jakarta: PT. Bulan

Bintang, tt Johnson, Doyle Paul. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Terjemahan oleh Robert M.Z,

Lawang. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994. Madjid, Nurcholis. Islam Agama Kemanusiaan. Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam

Indonesia. Jakarta: Yayasan Paramadina, 1995. Maleong, Lexi. J. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,

2000.

Page 67: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Max Weber, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, Talcott Parsons. terj. Charles Scribner’s Son, 1998.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jilid 1. Jakarta : UI-Press,

1985. O’dea, Thomas F. Sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal. Jakarta: CV Rajawali,

1985. Prawiranegara, Sjafruddin Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1967. Purna, Made, ed. Etos Kerja Dalam Ungkapan Tradisional.Jakarta: Depdikbud, 1991. Roethlisberger, F.J. Menejemen dan Moril Pekerja. Jakarta: Aksara Baru, tt. Saefuddin, Ahmad M. Ekonomi dan Masyarakat Dalam Perspektif Islam. Jakarta: CV.

Rajawali , 1987. Scharf, Betty R. Kajian Sosiologi Agama. penterjemah Machnun Husein.Yogyakarta: PT.

Tiara Wacana Yogya, 1995. Sugiono, Sugeng. Etos Kerja Wanita Bakul di Kotamadya Yogyakarta dan Kabupaten

Sleman, Jurnal Penelitian Agama, 03, Januari 1993. Syaltut, Mahmud. Islam Aqidah dan Syariah.Jakarta: Pustaka Amani, 1998. Tasmara, Toto. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta, Gema Insani Press, 2002. Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah

Penafsiran Al-Quran, 1973. Webster’s Third New International Dictionary of English Language, (New York

Merriam Webster’s Inc, 1986). Wawancara Pribadi dengan Abdurrozak, Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo dan

Pimpinan PD. Berkah Laksana, Kampung Sawah, Ciputat, 22 September 2006. Wawancara Pribadi dengan Djalaluddin, Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo dan

Pimpinan PD. Pondok Indah, Wawancara Pribadi, Bukit Nusa Indah, Ciputat, 01 September 2006.

Wawancara Pribadi dengan Busrol Karim, Pembimbing sekaligus Ketua Yayasan Wali

Songo. Jombang, Ciputat, 16 Agustus 2006. Wawancara Pribadi dengan Aim Muntaim, Ketua Majelis Ta’lim Wali Songo. Bumi

Serpong Damai 16 Juli 2006.

Page 68: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian

Wawancara Pribadi dengan Hilmi, Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo dan Pimpinan PD. Pamulang Jaya. Pamulang, 01 September 2006.

Wawancara Pribadi dengan Ibrahim, Jamaah Majelis Ta’lim Wali songo, wawancara

pribadi, Kampung Utan, Ciputat, 23 September 2006 Wawancara Pribadi dengan Junaidi Salat, Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo dan

Pimpinan PD. Sinar Jaya. BSD, 19 Agustus 2006. Wawancara Pribadi dengan Machfud, Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo dan Pimpinan

PD. Jati Makmur Jaya, Wawancara Pribadi, Rempoa, 23 September 2006. Wawancara Pribadi dengan Musthofa S., Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo dan

Pimpinan PD. Jati Unggul. Pondok Aren, 20 Agustus 2006. Wawancara Pribadi dengan Sukanta, Pimpinan PD. Karya Cipta Prantama. Jombang,

Ciputat, 16 Agustus 2006. Wawancara Pribadi dengan Yanto, Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo dan Pimpinan PD.

Sinar Kamper Jaya. Pondok ranji, Ciputat, 20 September 2006. Wawancara Pribadi dengan Roasiah, Jamaah Pengajian. Jombang, Ciputat, 18 Agustus

2006. Wawancara Pribadi dengan Ahmad Faiz Al-Hakam. Salah satu Pembimbing Majelis

Ta’lim Wali Songo. Jombang, Ciputat, 12 September 2006.

Page 69: Islam dan Etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim ... · Ketua Yayasan Wali Songo Asysyirbaany Drs. KH. Busrol Karim yang telah memberikan keterangan-keterangan dalam penelitian