indikator tik 2011
DESCRIPTION
Indonesia ICT IndicatorTRANSCRIPT
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKAMATIKA
INDIKATOR TIK INDONESIA 2011
IndikatorTIK Indonesia
2011
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKABADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SDM
PUSLITBANG PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA
JAKARTA, 2011
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Kementerian Kominfo, Jakarta, Indonesia
©2011, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo)
Hak cipta dilindungi undang-undang
Ministry of Communication and Information Technology (Kominfo)
All rights reserved. Published 2011
Katalog dalam terbitan (KDT)
INDIKATOR TIK INDONESIA 2011
Tahun 2011/ Tim Indikator TIK Indonesia, Puslitbang PPI-Kominfo. (Penyunting: Siti Meiningsih, Yan Rianto)
xxv, 112 halaman; 17.6 x 25 cm
ISBN: 978-602-19788-0-1
1. Indikator TIK Indonesia
Penulis (Tim Indikator TIK Indonesia, Kominfo): Vidyantina Heppy A. Nani Grace S. Diana Sari Tiari Pratiwi Hutami Irene Mufl ikh Nadhiroh Dewi Rosiyana Umami Nurlia Hikmah Diah Arum Maharani Anton Susanto Rini Wijayanti
Penyunting: Siti Meiningsih Yan Riyanto
Pengolah data: Rini Wijayanti
Desain gambar dan tata letak: Vidyantina Heppy A.
Penerbit/Published by: Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan InformatikaJl. Medan Merdeka Barat No. 9 Gedung B Lantai 4Jakarta Pusat 10110 Telp./Fax. (021)-3846189 web: www.balitbang.depkominfo.go.idKOMINFO
ii
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
KATA PENGANTAR(Kepala Badan Litbang SDM-
Kementerian KOMINFO)
iii
Buku Indikator Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Indonesia tahun 2011 terwujud berkat dukungan para pengambil kebijakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO), semangat kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) dan Balai Pengkajian Badan Litbang Sumber Daya Manusia (SDM), dan kerjasama dengan Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PAPPIPTEK - LIPI). Penyusunan Buku Indikator TIK Indonesia 2011 ini mengacu pada indikator utama yang dikembangkan oleh ITU (International Telecommunication Union).
Dengan terbitnya Buku Indikator TIK Indonesia 2011, kita boleh berbangga hati atas keberhasilan penghimpunan kembali informasi dan data indikator dari berbagai pihak yang selama ini menangani data indikator yaitu : Dirjen Pos dan Telekomunikasi (Dirjen Postel) yang telah berubah nomenklatur menjadi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Dirjen PPI) dan Direktorat Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI), serta dari institusi terkait seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Selama 10 tahun (2002-2011), telah banyak dilakukan upaya pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan informasi tentang perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi oleh Kementerian Kominfo, BPPT, dan BPS. Kementerian Kominfo dalam tahun 2008 - 2011 telah melakukan upaya penyusunan dan pemutakhiran Indikator TIK. Penyusunan Indikator TIK Indonesia yang telah dilakukan oleh BPPT maupun Kementrian Kominfo belum seluruhnya sesuai dengan indikator TIK yang telah ditetapkan oleh ITU dan masyarakat informasi dan komunikasi negara-negara dunia. Problematika mendasar dalam membangun indikator TIK nasional antara lain karena keterbatasan dalam hal kelengkapan dan keakuratan data kuantitatif maupun kualitatif, dan kurangnya sinergi dengan instansi-instansi terkait untuk mewujudkan ketersediaan data TIK yang lebih akurat dan lengkap.
Di atas semua keberhasilan dan tantangan ke depan dalam penerbitan Buku Indikator TIK Indonesia 2011 ini, penghargaan kami kepada: Bapak Menteri Kominfo yang telah
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
KATA PENGANTAR
iv
mengarahkan penyusunan buku ini menuju sasaran yang diinginkan ; Sekretaris Jenderal dan para Direktur Jenderal Kementerian Kominfo yang telah memberikan dukungan terlaksananya penyusunan buku ini, Bapak Dr. Rudi Lumanto dan Dr. Yan Rianto yang telah membantu mewujudkan penyusunan buku sesuai rencana ; para Pejabat Eselon 2, Kepala Puslitbang dan Balai Pengkajian di lingkungan Badan Litbang SDM yang telah menyumbangkan gagasan, pikiran, informasi dan data yang diperlukan. Ucapan terimakasih juga tertuju kepada Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika yang telah mengkoordinasikan penyusunan Buku Indikator TIK Indonesia 2011.
Semoga Buku Indikator TIK Indonesia 2011 ini menjadi sumbangan yang berharga bagi perencanaan pembangunan TIK di Indonesia ke depan khususnya dan dalam rangka mendukung Masterplan Perencanaan dan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Jakarta, Desember 2011
Kepala Badan Litbang SDM Kementrian Kominfo,
Aizirman Djusan
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL xi
INTISARI xv
BAB 1. PENDAHULUAN 11.1 Indikator Infrastruktur dan Akses dasar TIK 21.2 Indikator Akses dan Penggunaan TIK oleh Rumah Tangga dan Individu 31.3 Indikator Akses dan penggunaan TIK pada bisnis 41.4 Sektor TIK dan Perdagangan 41.5 Akses dan penggunaan TIK pada sektor pendidikan 5
BAB 2. INFRASTRUKTUR DAN AKSES TIK 72.1 Pengguna Telepon Tetap dan Nirkabel 8 2.1.1 Pengguna Telepon Tetap Kabel dan Nirkabel Menurut Wilayah 82.2 Pengguna Telepon Bergerak Seluler 9 2.2.1 Pengguna Telepon Bergerak Seluler Menurut Wilayah 102.3 Pelanggan Fixed Broadband Internet 102.4 Perkembangan Pelanggan Mobile Broadband 112.5 Perkembangan Kantor Pos 122.6 Perkembangan Kantor Pos Menurut Wilayah 12
v
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
BAB 3. PENGGUNAAN TIK OLEH RUMAH TANGGA DAN INDIVIDU 193.1 Proporsi Rumah Tangga Yang Memiliki Radio dan Televisi 203.2 Proporsi Rumah Tangga yang Memiliki Telepon 223.3 Tingkat Kepemilikan dan Penggunaan Komputer dan Internet 233.4 Lokasi Penggunaan Internet oleh Individu dalam 12 Bulan Terakhir 243.5 Aktifi tas Internet Yang Dilakukan Individu dalam 12 Bulan Terakhir 243.6 Individu dalam rumah tangga yang Menggunakan Telepon Bergerak 253.7 Jenis Koneksi Internet yang Digunakan 263.8 Frekuensi Mengakses Internet 27
BAB 4. PENGGUNAAN TIK OLEH SEKTOR BISNIS 294.1 Penggunaan Komputer dan Internet pada Perusahaan 31 4.1.1. Penggunaan Komputer dan Internet di PMDN, PMA dan Joint Venture 32 4.1.2. Penggunaan Komputer dan Internet Berdasar Skala Usaha Perusahaan 334.2 Rasio Tenaga Kerja Menggunakan Komputer dan Internet 33 4.2.1. Rasio Tenaga Kerja Menggunakan Komputer dan Internet 34 4.2.2. Rasio Tenaga Kerja Komputer dan Internet Berdasar Bidang Usaha 354.3 Jenis Koneksi Internet Yang Digunakan Perusahaan 35 4.3.1. Jenis Koneksi Internet Yang Digunakan Perusahaan Berdasar Skala Usaha 364.4 Penggunaan web, LAN (Local Area Network), Intranet dan Extranet 37 4.4.1. Penggunaan web, LAN, Intranet dan Extranet 374.5 Penerimaan Pesanan dan Penawaran Barang atau Jasa Melalui Internet 38 4.5.1. Kegitan Penggunaan Internet Pada PMDN, PMA dan Joint Venture 39 4.5.2. Kegiatan Penggunaan Internet Berdasar Skala Usaha 394.6 Kegiatan Lain Penggunaan Oleh Internet Perusahaan 40 4.6.1. Kegiatan Lain Penggunaan Internet Berdasar Skala Usaha 40
BAB 5. SEKTOR TIK DAN PERDAGANGAN 435.1 Proporsi Industri TIK Terhadap Industri Manufaktur 445.2 Proporsi Tenaga Kerja Industri TIK Terhadap Tenaga Kerja Industri Manufaktur 445.3 Kontribusi Nilai Tambah Industri TIK Terhadap Nilai Tambah Industri Manufaktur 455.4 Impor Barang-barang Perlengkapan Telekomunikasi 465.5 Negara Asal Pengimpor Perlengkapan Telekomunikasi 465.6 Ekspor Barang-barang Audio-Visual di Indonesia 475.7 Negara Tujuan Ekspor Barang-barang Audio-Visual 485.8 Ekspor Komputer dan Perlengkapannya 485.9 Negara Tujuan Ekspor Komputer dan Perlengkapannya 49
DAFTAR ISI
vi
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
BAB 6. PENGGUNAAN TIK DI SEKTOR PENDIDIKAN 51
6.1 Profi l Responden 526.2 Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan 53 6.2.1. Proporsi Sekolah dengan Penggunaan Sarana TIK 53 6.2.2. Rata-rata Waktu Penggunaan Sarana TIK Dalam Belajar Mengajar 54 6.2.3. Rata-rata Kegiatan Belajar Mengajar dengan Menggunakan TIK 55 6.2.4. Kegiatan Penggunaan Komputer berdasarkan dan Koneksivitas Internet 56 6.2.5. Pengajaran Keterampilan Komputer Dasar 57 6.2.6. Kurikulum Pelajaran Keterampilan Komputer Dasar 58 6.2.7. Sekolah yang Memberikan Pekerjaan Rumah Melalui Internet 59 6.2.8. Rasio Guru Mengajar Keterampilan Komputer Dasar 60 6.2.9. Rasio Guru Mengikuti Pelatihan TIK 61 6.2.10 Rasio Guru Mengajar Keterampilan Komputer Dasar 62 6.2.11 Rasio Guru Mengikuti Pelatihan TIK 63 6.2.12. Rasio Siswa Mengakses Internet Untuk Pembelajaran 64
DAFTAR ISI
vii
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perkembangan Jumlah Pelanggan Jaringan Telepon Tetap Kabel dan Telepon Tetap Nirkabel, 2005-2010 8
Gambar 2.2 Pengguna Telepon Tetap kabel dan Nirkabel Menurut Wilayah 9Gambar 2.3 Perkembangan Jumlah Pengguna Telepon Bergerak Seluler, 2006 – 2010 9Gambar 2.4 Pengguna Telepon Bergerak Seluler Menurut Wilayah, 2010 10Gambar 2.5 Perkembangan Pelanggan Fixed Broadband Internet 11Gambar 2.6 Perkembangan Pelanggan Mobile Broadband 11Gambar 2.7 Perkembangan Kantor Pos, 2005-2010 12Gambar 2.8 Perkembangan Kantor Pos Menurut Wilayah 13Gambar 2.9 Sebaran Kantor Pos Menurut Wilayah, 2010 13Gambar 2.10 Sebaran Pelayanan Pos Bergerak Menurut Jenis dan Wilpos, 2010 14Gambar 2.11 Sebaran Pelayanan Pos Lainnya Menurut Jenis dan Wilayah Pos, 2010 15Gambar 2.12 Perkembangan Fasilitas Pelayanan Pos Lainnya, 2005-2010 15Gambar 2.13 Sebaran Fasilitas Pelayanan Pos Lainnya Menurut Wilayah Pos , 2010 16Gambar 2.14 Sebaran Fasilitas Pelayanan Pos Lainnya Menurut Pulau, 2010 17Gambar 2.15 Perkembangan Jangkauan Pelayanan Pos di Kelurahan/Desa, 2005-2010 17Gambar 2.16 Tingkat Keterjangkauan Pelayanan Pos di Desa Menurut Wilpos, 2010 18
Gambar 3.1. Perbandingan Sampel dan Populasi 21Gambar 3.2. Sebaran Responden Berdasarkan Pulau 21Gambar 3.3. Proporsi Rumah Tangga yang Memiliki Radio dan Televisi 22Gambar 3.4. Proporsi Rumah Tangga yang Memiliki Telepon 22Gambar 3.5. Tingkat Kepemilikan dan Penggunaaan Komputer dan Internet 23Gambar 3.6. Lokasi Mengakses Internet 24Gambar 3.7. Aktivitas Mengakses Internet 25Gambar 3.8. Proporsi Individu yang Menggunakan Telepon Seluler 26Gambar 3.9. Jenis Teknolgi Akses Internet 27Gambar 3.10. Frekuensi Mengakses Internet 27
Gambar 4.1 Sampel dan Populasi Perusahaan 30Gambar 4.2. Perbandingan Populasi Perusahaan Bisnis Indonesia 31Gambar 4.3. Skala Perusahaan Responden 31
viii
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Gambar 4.4. Penggunaan Komputer dan Internet pada Perusahaan 32Gambar 4.5. Penggunaan Komputer dan Internet di PMDN, PMA dan Joint Venture 32Gambar 4.6. Penggunaan Komputer dan Internet Berdasar Skala Usaha Perusahaan 33Gambar 4.7. Rasio Tenaga Kerja Menggunakan Komputer dan Internet 34Gambar 4.8. Rasio Tenaga Kerja Komputer dan Internet Berdasar Skala Usaha 34Gambar 4.9. Rasio Tenaga Kerja Komputer dan Internet Berdasar Bidang Usaha 35Gambar 4.10. Jenis Koneksi Internet Yang Digunakan Perusahaan 36Gambar 4.11. Jenis Koneksi Internet Yang Digunakan Perusahaan Berdasar
Skala Usaha 36Gambar 4.12. Penggunaan web, LAN (Local Area Network), Intranet dan Extranet 37Gambar 4.13. Penggunaan web, LAN, Intranet dan Extranet Berdasarkan Skala Usaha 38Gambar 4.14. Penerimaan Pesanan dan Penawaran Barang atau Jasa Melalui Internet 38Gambar 4.15. Kegiatan Penggunaan Internet PMDN, PMA dan Joint Venture 39Gambar 4.16. Kegiatan Penggunaan Internet Berdasar Skala Usaha 39Gambar 4.17. Kegiatan Lain Penggunaan Internet Oleh Perusahaan 40Gambar 4.18. Kegiatan Lain Penggunaan Internet Berdasar Skala Usaha 41
Gambar 5.1. Proporsi Industri TIK Terhadap Industri Manufaktur 44Gambar 5.2. Proporsi Tenaga Kerja Industri TIK Terhadap Tenaga Kerja
Industri Manufaktur 45Gambar 5.3. Kontribusi Nilai Tambah Industri TIK Terhadap Nilai Tambah Industri
Manufaktur 45Gambar 5.4. Impor Barang-Barang Perlengkapan Telekomunikasi 46Gambar 5.5. Negara Asal Pengimpor Perlengkapan Telekomunikasi 47Gambar 5.6. Ekspor Barang-barang Audio-Visual di Indonesia 47Gambar 5.7. Negara Tujuan Ekspor Barang-Barang Audio-Visual 48Gambar 5.8. Ekspor Komputer dan Perlengkapannya 49Gambar 5.9. Negara Tujuan Ekspor Komputer dan Perlengkapannya 50
Gambar 6.1. Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Sekolah 52Gambar 6.2. Proporsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan 52Gambar 6.3. Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Sekolah dan Jenjang Pendidikan 53Gambar 6.4. Proporsi Sekolah Terhadap Penggunaan Sarana TIK 53Gambar 6.5. Proporsi Sekolah Terhadap Penggunaan Sarana TIK 54 Gambar 6.6. Rata-rata Waktu Penggunaan Sarana TIK Dalam Belajar Mengajar 54Gambar 6.7. Rata-rata Kegiatan Belajar Mengajar Mata Pelajaran Menggunakan TIK 55
DAFTAR GAMBAR
ix
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Gambar 6.8. Rata-rata Kegiatan Belajar Mengajar dengan Menggunakan TIK 56Gambar 6.9. Proporsi Penggunaan Komputer Berdasarkan Kegiatan 56Gambar 6.10. Kegiatan Penggunaan Komputer Berdasarkan dan Koneksivitas Internet 57Gambar 6.10. Proporsi Sekolah Mengajarkan keterampilan Komputer Dasar 57Gambar 6.11. Pengajaran Keterampilan Komputer Dasar 58Gambar 6.12. Kurikulum Pelajaran Keterampilan Komputer Dasar 58Gambar 6.13. Koneksi Internet yang Digunakan di Sekolah 60Gambar 6.14 Sekolah Yang Memberikan Pekerjaan Rumah Melalui Internet 60Gambar 6.15. Sekolah Yang Memberikan Pekerjaan Rumah Melalui Internet 61Gambar 6.16. Kepemilikan Website dan Pemberian Akun Email 61Gambar 6.17. Kepemilikan Website dan Pemberian Akun Email 62Gambar 6.18. Rasio Guru Mengajar Keterampilan Komputer 63Gambar 6.19. Rasio Guru Mengajar Keterampilan Komputer Berdasarkan
Jenjang Pendidikan 63Gambar 6.20. Rasio Guru Mengikuti Pelatihan TIK Berdasarkan Jenis Sekolah 64Gambar 6.21. Rasio Guru Mengikuti Pelatihan TIK Berdasarkan Jenjang Pendidikan 64Gambar 6.22. Rasio Siswa Mengakses Internet Untuk Pembelajaran 65
Gambar 7.1. Teledensitas Telepon Tetap Negara Asia Terpilih, 2004-2010 68Gambar 7.2. Teledensitas Telepon Tetap Negara ASEAN, 2004-2010 68Gambar 7.3. Teledensitas Telepon Bergerak Negara Asia Terpilih, 2004-2010 69Gambar 7.4. Teledensitas Telepon Bergerak Negara ASEAN, 2004-2010 70Gambar 7.5. Densitas Broadband Negara-negara Asia Terpilih, 2004-2010 70Gambar 7.6. Densitas Broadband Negara ASEAN, 2004-2010 71Gambar 7.7. Pelanggan Fixed Internet per 100 inhabitan Negara ASEAN 72Gambar 7.8. Pelanggan Fixed Internet per 100 inhabitan Negara Asia Terpilih 72Gambar 7.9. Pengguna Internet per 100 inhabitan Negara ASEAN 73Gambar 7.10. Pengguna Internet per 100 inhabitan Negara Asia Terpilih 74
DAFTAR GAMBAR
x
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 2.1 Perkembangan Jumlah Pelanggan Jaringan Telepon Tetap Kabel dan Telepon Tetap Nirkabel, 2005-2010 77
Tabel 2.2 Pengguna Telepon Tetap kabel dan Nirkabel Menurut Wilayah 77Tabel 2.3 Perkembangan Jumlah Pengguna Telepon Bergerak Seluler,
2006 – 2010 78Tabel 2.4 Pengguna Telepon Bergerak Seluler Menurut Wilayah, 2010 78Tabel 2.5 Perkembangan Pelanggan Fixed Broadband Internet 78Tabel 2.6 Perkembangan Pelanggan Mobile Broadband 79Tabel 2.7 Perkembangan Kantor Pos, 2005-2010 79Tabel 2.8 Perkembangan Kantor Pos Menurut Wilayah 80Tabel 2.9 Sebaran Kantor Pos Menurut Wilayah, 2010 80Tabel 2.10 Sebaran Pelayanan Pos Bergerak Menurut Jenis dan Wilpos, 2010 81Tabel 2.11 Sebaran Pelayanan Pos Lainnya Menurut Jenis dan Wilayah Pos, 2010 82Tabel 2.12 Perkembangan Fasilitas Pelayanan Pos Lainnya, 2005-2010 82Tabel 2.13 Sebaran Fasilitas Pelayanan Pos Lainnya Menurut Wilayah Pos , 2010 83Tabel 2.14 Sebaran Fasilitas Pelayanan Pos Lainnya Menurut Pulau, 2010 83Tabel 2.15 Perkembangan Jangkauan Pelayanan Pos di Kelurahan/Desa,
2005-2010 84Tabel 2.16 Tingkat Keterjangkauan Pelayanan Pos di Desa Menurut Wilpos, 2010 84
Tabel 3.1 Pembandingan Populasi dan Sampel 85Tabel 3.2 Sebaran Responden Berdasarkan Pulau 86Tabel 3.3 Proporsi rumah tangga yang memiliki radio dan televisi 86Tabel 3.4 Proporsi rumah tangga yang memiliki telepon 86Tabel 3.5 Tingkat kepemilikan dan penggunaaan komputer dan internet 86Tabel 3.6 Lokasi akses internet 87Tabel 3.7 Aktivitas internet 87Tabel 3.8 Proporsi individu yang menggunakan telepon seluler 87Tabel 3.9 Jenis Teknologi Akses Internet 88Tabel 3.10 Frekuensi Akses Internet 88
DAFTAR TABEL
xi
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 4.1 Sampel dan Populasi Perusahaan 89Tabel 4.2 Perbandingan Populasi Perusahaan Bisnis Indonesia 89Tabel 4.3 Skala Perusahaan Responden 89Tabel 4.4 Penggunaan Komputer dan Internet pada Perusahaan 89Tabel 4.5 Penggunaan Komputer dan Internet di PMDN, PMA dan Joint Venture 90Tabel 4.6 Penggunaan Komputer dan Internet Berdasar Skala Usaha Perusahaan 90Tabel 4.7 Rasio Tenaga Kerja Yang Menggunakan Komputer dan Internet 91Tabel 4.8 Rasio Tenaga Kerja Komputer dan Internet Berdasar Skala Usaha 91Tabel 4.9 Rasio Tenaga Kerja Komputer dan Internet Berdasar Bidang Usaha 91Tabel 4.10 Jenis Koneksi Internet yang Digunakan Perusahaan 91Tabel 4.11 Jenis Koneksi Internet yang Digunakan Perusahaan Berdasar
Skala Usaha 92Tabel 4.12 Penggunaan web, LAN (Local Area Network), Intranet dan Extranet 92Tabel 4.13 Penggunaan web, LAN, Intranet dan Extranet berdasar Skala Usaha
Perusahaan 93Tabel 4.14 Penerimaan Pesanan dan Penawaran Barang atau Jasa Melalui Internet 93Tabel 4.15 Kegiatan Penggunaan Internet PMDN, PMA dan Joint Venture 94Tabel 4.16 Kegiatan Penggunaan Internet Berdasar Skala Usaha 94Tabel 4.17. Kegiatan Lain Penggunaan Internet Oleh Perusahaan 94Tabel 4.18 Kegiatan Lain Penggunaan Internet Oleh Perusahaan
Berdasar Skala Usaha 95
Tabel 5.1 Proporsi Industri TIK Terhadap Industri Manufaktur 96Tabel 5.2 Proporsi Tenaga Kerja Industri TIK Terhadap Tenaga Kerja
Industri Manufaktur 96Tabel 5.3 Kontribusi Nilai Tambah Industri TIK Terhadap Nilai Tambah
Industri Manufaktur 96Tabel 5.4 Impor Barang-barang Perlengkapan Telekomunikasi 97Tabel 5.5 Negara Asal Pengimpor Perlengkapan Telekomunikasi 97Tabel 5.6 Ekspor Barang-barang Audio-Visual di Indonesia 98Tabel 5.7 Negara Tujuan Ekspor Barang-barang Audio-Visual 98Tabel 5.8 Ekspor Komputer dan Perlengkapannya 99Tabel 5.9 Negara Tujuan Ekspor Komputer dan Perlengkapannya 99
Tabel 6.1 Proporsi responden berdasarkan jenis sekolah 100Tabel 6.2 Proporsi responden berdasarkan jenjang pendidikan 100Tabel 6.3 Proporsi responden berdasarkan jenis sekolah dan jenjang pendidikan 100Tabel 6.4 Proporsi sekolah dengan penggunaan sarana TIK 101
DAFTAR GAMBAR
xii
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 6.5 Proporsi sekolah dengan penggunaan sarana TIK berdasarkan jenis sekolah 101
Tabel 6.6 Rata-rata waktu penggunaan sarana TIK dalam kegiatan belajar mengajar 102
Tabel 6.7 Rata-rata kegiatan belajar mengajar mata pelajaran yang menggunakan TIK 102
Tabel 6.8 Rata-rata waktu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan TIK berdasarkan jenis sekolah 102
Tabel 6.9 Proporsi penggunaan komputer berdasarkan kegiatan 103Tabel 6.10 Kegiatan penggunaan komputer berdasarkan dan koneksivitas
internet 103Tabel 6.11 Pengajaran keterampilan komputer dasar 104Tabel 6.12 Kurikulum pelajaran keterampilan komputer dasar 104Tabel 6.13 Koneksi internet yang digunakan di sekolah 104Tabel 6.14 Sekolah yang memberikan pekerjaan rumah melalui internet 104Tabel 6.16 Sekolah yang memberikan pekerjaan rumah melalui internet
berdasarkan jenis sekolah 105Tabel 6.17 Kepemilikan website dan Pemberian akun email 105Tabel 6.18 Rasio guru mengajar keterampilan komputer 105Tabel 6.19 Rasio guru yang mengajar keterampilan komputer dasar
berdasarkan jenjang pendidikan 105Tabel 6.20 Rasio guru yang pernah/sedang mengikuti pelatihan TIK
berdasarkan jenis sekolah 106Tabel 6.21 Rasio guru mengikuti pelatihan TIK berdasarkan jenjang pendidikan 106Tabel 6.22 Rasio siswa mengakses internet untuk pembelajaran 106
Tabel 7.1 Teledensitas Telepon Tetap Negara Asia terpilih, 2004-2010 107Tabel 7.2 Teledensitas Telepon Tetap Negara ASEAN, 2004-2010 107Tabel 7.3 Teledensitas Telepon Bergerak Negara Asia terpilih, 2004-2010 108Tabel 7.4 Teledensitas Telepon Bergerak Negara ASEAN, 2004-2010 108Tabel 7.5 Densitas Broadband Negara-negara Asia Terpilih, 2004-2010 109Tabel 7.6 Densitas Broadband Negara ASEAN, 2004-2010 109Tabel 7.7 Pelanggan Fixed Internet per 100 Inhabitant Negara ASEAN 110Tabel 7.8 Pelanggan Fixed Internet per 100 Inhabitant Negara Asia Terpilih 110Tabel 7.9 Pengguna internet per 100 Inhabitan Negara ASEAN 111Tabel 7.10 Pengguna Internet per 100 inhabitan Asia Terpilih 111
DAFTAR GAMBAR
xiii
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
xiv
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
INTISARI
xv
Tahun 2011, Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyusun Indikator Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Indonesia 2011 yang meliputi Infrastruktur dan Akses TIK, Akses dan Penggunaan TIK oleh Sektor Rumah Tangga dan Individu, Akses dan Penggunaan TIK Sektor Bisnis, Sektor TIK dan Perdagangan, Akses dan Penggunaan TIK oleh Sektor Pendidikan dan Perbandingan Internasional. Buku Indikator TIK Indonesia 2011 ini terwujud berkat kerjasama Badan Penelitian dan Pengembangan SDM – Pusat Penelitian dan Pengembangan Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Puslitbang PPI) – Pusat Data dan Sarana Informatika bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) – Pusat Penelitian Perkembangan Iptek. Data Akses dan Penggunaan TIK oleh Sektor Rumah Tangga dan Individu adalah hasil survei Puslitbang PPI dan 8 (delapan) Balai Pengkajian – Badan Litbang SDM. Sementara data Akses dan Penggunaan TIK oleh Sektor Bisnis dan di Sektor Pendidikan merupakan hasil survei yang dilakukan oleh Pusat Data dan Sarana Informatika – Kominfo. Data sekunder diperoleh dari Statistik Postel, Badan Pusat Statistik (BPS), dan data-data dari International Telecommunication Union (ITU).
1. PENDAHULUAN
Indikator dirancang untuk merepresentasikan dan menyediakan informasi kuantitatif tentang suatu hal tertentu yang menarik. Indikator TIK disusun hampir oleh semua negara di dunia, dan juga lembaga-lembaga yang ada di dunia, salah satunya adalah ITU (International Telecommunication Union). Indikator utama TIK yang dikeluarkan oleh ITU merupakan hasil proses konsultasi yang intensif dengan the Partnership on Measuring ICT for Development pada tahun 2005. Tujuan utama dari perumusan daftar indikator utama adalah untuk membantu negara-negara agar mempunyai data yang berkualitas dan dapat diperbandingan secara internasional dalam bidang TIK.
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Untuk tahun 2010, terdapat 46 indikator utamaTIK dan dua indikator referensi sebagai hasil revisi dari tahun 2005 yang memuat 41 indikator. Indikator utama mencerminkan kebutuhan pembuat kebijakan untuk mendapatkan data yang relevan tanpa mengabaikan masalah kelayakan statistik. Beberapa indikator yang sangat relevan tidak termasuk dalam daftar utama karena kesulitan mendapatkan kualitas data yang baik untuk perbandingan internasional.
Perkembangan penting dari daftar indikator utama pertama adalah ditambahkannya 8 indikator utama dan 1 indikator referensi untuk mengukur penggunaaan dan akses TIK di sektor pendidikan. Indikator pendidikan ini dikembangkan oleh UNESCO Institute for Statistics (UIS) selama beberapa tahun dan telah menjadi subyek pengujian dan proses konsultasi ekstensif. Daftar indikator utama TIK revisi tahun 2010 berdasarkan ITU meliputi lima sektor yaitu : 1) Infrastruktur dan akses TIK; 2) Akses dan penggunaan TIK oleh rumah tangga dan individu; 3) Akses dan penggunaan TIK pada bisnis; 4) Sektor TIK dan perdagangan; 5) Akses dan penggunaan TIK pada sektor pendidikan.
2. INFRASTRUKTUR DAN AKSES TIK
Berdasarkan Statistik Postel (Kominfo) Semester II Tahun 2010, diperlihatkan pengguna telepon tetap sebesar 65,59 dan telepon tetap nirkabel sebesar 73,72. Sementara telepon bergerak seluler menurut wilayah didominasi oleh wilayah Jakarta-Banten dengan teledensitas 169,3. Teledensitas pengguna di kedua wilayah ini tinggi dibandingkan daerah lainnya di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas pengguna di wilayah Jakarta sebagai pusat bisnis dan pemerintahan, serta Banten sebagai kota yang terdekat (kota satelit) dalam aktivitas kehidupan sehari-harinya tidak terlepas dengan penggunaan telepon, baik untuk bisnis, komunikasi, dan sebagainya. Sementara tren pelanggan fi xed broadband dari tahun 2005 sampai dengan 2009 mengalami peningkatan rata-rata per tahun 0,14. Untuk tren mobile broadband dalam kurun waktu 2005 sampai dengan 2010 mengalami peningkatan setiap tahunnya dan peningkatan signifi kan di tahun 2009 dengan nilai 6,41 dengan peningkatan rata-rata per tahunnya sebesar 1,59. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pelanggan fi xed broadband, pengguna lebih cenderung berlangganan mobile broadband dibandingkan fi xed broadband mengingat kondisi geografi s Indonesia yang terdiri dari kepulauan dan aktivitas pengguna yang cenderung mobile.
Perkembangan pos berdasarkan jenisnya dan wilayah dari tahun 2005 sampai dengan 2010 cenderung tidak mengalami peningkatan, walaupun terjadi sedikit peningkatan tetapi tidak signifi kan. Secara wilayah, keberadaan kantor pos masih didominasi pulau Jawa, mengingat persebaran penduduk di Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa dan hal ini menuntut pos dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap layanan pos. Fasilitas lainnya yang diberikan oleh PT. Pos Indonesia adalah dengan fasilitas pelayanan pos bergerak yang meliputi pos keliling kota, pos keliling desa, pos pasar keliling. Dalam perkembangannya, fasilitas pos keliling desa memiliki unit terbanyak dan banyak terdapat di Pulau Jawa sementara untuk Kawasan timur Indonesia masih sedikit. Kondisi Indonesia yang terdiri
INTISARI
xvi
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
dari beribu pulau, serta masih banyak pedesaan yang berjarak jauh dari kota menjadikan Pos Keliling Desa sarana penunjang aktivitas masyarakat yang harus terus ditingkatkan kualitas layanannya. Sementara perkembangan jumlah pelayanan pos lainnya ditunjukkan dalam Statistik Postel tahun 2010 menunjukkan jumlah agen pos jauh lebih besar daripada agen pos di pulau yang lain. Hal ini tak lepas dari posisi Pulau Jawa yang merupakan pusat kegiatan ekonomi, bisnis dan pemerintahan yang memberikan banyak peluang untuk pendirian agen pos melalui kerjasama dengan PT. Pos Indonesia guna memenuhi kebutuhan akan layanan pos yang sangat besar dalam menunjang kegiatan bisnis dan pemerintahan.
3 AKSES DAN PENGGUNAAN TIK OLEH RUMAH TANGGA DAN INDIVIDU
Hasil survei menunjukkan bahwa sekitar 98,60% rumah tangga memiliki akses TIK di rumahnya. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan TIK di rumah tangga hampir menyeluruh, seiring dengan perkembangan TIK itu sendiri. Secara umum, rumah tangga terdiri dari komponen individu di dalamnya, dimana akses dan penggunaan TIK juga bergantung pada kebutuhan individu, baik itu untuk berkomunikasi, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.
Akses TIK yang diidentifi kasi dalam survei ini adalah mengenai (1) kepemilikan radio dengan presentase 55.52%, jumlah ini menunjukkan media informasi audio diakses lebih dari setengah rumah tangga, tetapi masih jauh dibandingkan dengan akses dan penggunaan televisi sebagai media audio visual; (2) kepemilikan televisi di sektor rumah tangga memiliki presentase 95.56%, hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan rumah tangga mengaskses informasi melalui media televisi menjadi pilihan utama; (3) kepemilikan telepon sebesar 90% dengan sebagian besar responden memilih telepon seluler (HP) sebagai media komunikasinya, yakni 87.64%, sedangkan presentase telepon kabel sebesar 25.19%; (4) kepemilikan komputer dengan presentase yang memiliki sebesar 32,64%; (5) individu pengguna komputer sebesar 36,32%; (6) kepemilikan akses internet dengan presentase 37.51%; (7) lokasi individu mengakses internet yang banyak dipilih oleh responden untuk mengakses internet adalah di rumah (59%), dimana saja melalui HP (57.88%), dan di warnet (57.62%). Selebihnya, mengandalkan koneksi internet di kantor (29.76%), sekolah/kampus (28.33%), dan koneksi rumah teman/saudara (22.32%); (8) aktivitas mengakses internet adalah membuka situs jejaring sosial, yang diakui oleh 64.43% responden, (9) individu pengguna telepon seluler; (10) jenis akses internet dengan tipe narrowband, fi xed broadband, dan mobile broadband. ; dan (11) frekuensi mengakses internet dengan (68%) hanya mengakses internet sesekali saja, yaitu minimal 1 kali dalam seminggu. Selebihnya sebesar 32% responden mengaku mengakses internet setiap hari.
INTISARI
xvii
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
4. PENGGUNAAN TIK OLEH SEKTOR BISNIS
Sektor bisnis tidak terlepas dari penggunaan TIK, sedarinya penggunaan TIK dapat memudahkan aktivitas industri mulai dari proses produksi hingga pemasaran, sehingga dapat memotong biaya operasional perusahaan khususnya di bidang logistik. Survei ini mengidentifi kasi perusahaan responden berdasarkan tiga kriteria status kepemilikan usaha yaitu perusahaan dengan modal dalam negeri (PMDN), modal asing (PMA), dan modal patungan antara dalam dan luar negeri (joint venture). Berdasarkan kategori tersebut diketahui bahwa sebagian besar perusahaan responden berstatus PMDN (95%). Sementara itu, 4% merupakan perusahaan PMA dan 1% adalah perusahaan joint venture.
Berdasarkan skala usaha yang diukur dari jumlah tenaga kerjanya, responden dikategorikan menjadi lima, yaitu perusahaan berskala besar (jumlah tenaga kerja: >100), perusahaan berskala menengah (jumlah tenaga kerja: 20 - 100), perusahaan berskala kecil (jumlah tenaga kerja antara: 5 - 19), dan perusahaan berskala mikro (jumlah tenaga kerja: <5). Berdasarkan kriteria tersebut diketahui bahwa perusahaan responden sebagian besar merupakan perusahaan berskala kecil (44%). Sedangkan, perusahaan berskala besar proporsinya paling sedikit yaitu hanya 11% dari total responden.
Survei dilakukan terhadap 803 perusahaan yang dipilih secara proporsional berdasarkan delapan kota besar, yaitu Batam, Medan, DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Bali dan Makasar. Informasi yang diidentifi kasi mengenai penggunaan komputer dan internet pada perusahaan; Hasil survei menunjukkan bahwa 92% perusahaan yang disurvei telah menggunakan komputer untuk mendukung kegiatan bisnisnya. Bahkan, seluruh perusahaan PMA dan Joint Venture telah menggunakan komputer untuk menunjang kelancaran usaha atau bisnis mereka. Kondisi ini mengindikasikan tingginya penggunaan komputer di sektor bisnis. Hasil survei juga menunjukkan bahwa semakin besar skala usaha perusahaan (berdasarkan jumlah tenaga kerja) maka semakin besar pula tingkat penggunaan komputernya. Hasil survei memperlihatkan semakin banyaknya tenaga kerja perusahaan, semakin besar pula proporsi perusahaan yang menggunakan komputer.
Dalam hal penggunaan internet, hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan telah menggunakan internet (86%) untuk mendukung kegiatan bisnis mereka. Khususnya perusahaan PMA dan Joint Venture yang seluruhnya telah menggunakan internet. Berdasarkan bidang usaha, hasil survei menunjukkan bahwa persentase perusahaan pengguna internet paling besar adalah perusahaan pada bidang usaha jasa lainnya (93,75%), diikuti oleh perusahaan industri manufaktur (87,38%). Persentase perusahaan pengguna internet yang paling rendah adalah perusahaan pada bidang usaha dagang, hotel dan restoran (78,01%). Hasil survei menunjukkan adanya perbedaan persentase pengguna internet berdasarkan skala usaha baik yang diukur melalui jumlah tenaga kerja maupun dari omset perusahaan. Semakin besar skala usaha maka semakin besar persentase perusahaan yang menggunakan internet untuk kepentingan bisnisnya. Hasil survei menunjukkan bahwa seluruh perusahaan dengan skala usaha besar telah memanfaatkan internet untuk mendukung kegiatan bisnisnya. Sementara itu, sebagian perusahaan skala menengah
INTISARI
xviii
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
(9%) dan skala kecil (11,73%) belum memanfaatkan internet, dan hanya sebanyak 59,22% perusahaan dengan skala mikro yang sudah menggunakan internet pada perusahaannya.
Rasio tenaga kerja perusahaan yang secara rutin menggunakan komputer dalam melakukan aktivitas pekerjaannya adalah 0,19. Sedangkan rasio tenaga kerja pengguna internet adalah 0,13. Hasil survei juga menunjukkan bahwa besarnya rasio tenaga kerja yang secara rutin menggunakan komputer dalam melakukan aktivitas perusahaan terhadap total tenaga kerja berbeda menurut bidang usaha. Jika dilihat berdasarkan bidang usaha, hasil survei menunjukkan bahwa rasio tenaga kerja dengan internet pada perusahaan bidang jasa lainnya sebesar 0,18, sedangkan rasio pada bidang usaha perdagangan, hotel dan restoran adalah 0,24 dan rasio untuk perusahaan pada bidang industri manufaktur adalah 0,06.
Dari segi koneksi internet, hasil survei menunjukkan bahwa sekitar 83,00% dari seluruh perusahaan menggunakan fi xed broadband sebagai koneksi internet. Terlihat juga pola pemilihan koneksi internet yang berbeda antara perusahaan skala mikro dan kecil dengan perusahaan skala menengah dan besar. Semakin besar skala usaha yang dimiliki perusahaan, semakin besar pula persentasi penggunaan fi xed broadband sebagai pilihan koneksitas internet. Persentase penggunaan mobile broadband juga semakin kecil seiring dengan semakin besarnya skala usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja perusahaan.
Sementara untuk pemanfaatan internet, hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan belum memiliki web. Hanya sekitar 40% perusahaan saja yang sudah memiliki media web guna mendukung kegiatan bisnisnya. Sedangkan perusahaan yang menggunakan LAN lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan web, yaitu sebanyak 53,78% perusahaan telah memiliki LAN sebagai infrastruktur jaringan komputer. Infrastrutur intranet dan extranet belum banyak digunakan oleh perusahaan bisnis di Indonesia, hanya 35,81% perusahaan yang menggunakan intranet dan hanya 9,86% perusahaan yang menggunakan extranet. Walaupun internet telah digunakan sebagian besar perusahaan (86%), namun masih sedikit perusahaan (40% dari total perusahaan pengguna internet) yang memanfaatkannya untuk menerima pesanan (menjual) barang dan jasa, sedangkan sebanyak 52,31% perusahaan pengguna internet telah memanfaatkan internet untuk menawarkan barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan. Pemanfaatan internet untuk penawaran barang atau jasa; Perusahaan PMA yang paling banyak melakukan aktivitas penjualan melalui internet (48,39%) dibandingkan dengan perusahaan PMDN dan Joint Venture. Tetapi, sebagian besar (lebih dari 50%) perusahaan PMA dan PMDN telah menggunakan internet sebagai media penawaran.
Untuk aktivitas penggunaan internet, hasil survei menunjukkan bahwa aktivitas mengirim dan menerima email merupakan aktivitas yang dilakukan oleh hampir seluruh perusahaan dengan tingkat skala usaha (jumlah tenaga kerja) manapun. Sebanyak 56,31% perusahaan skala mikro, 86,03% perusahaan skala kecil, 100% perusahaan skala menengah dan 97,70% perusahaan skala besar mengaku melakukan aktivitas mengirim dan menerima email dalam aktivitas internet perusahaan mereka.
INTISARI
xix
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
5. TIK DALAM PERDAGANGAN
Persentase banyaknya perusahaan industri TIK terhadap perusahaan industri manufaktur dari tahun 2006 sampai dengan 2007 cenderung meningkat sebesar 1,14% pada tahun 2006 dan 1,18% pada tahun 2009. Pada tahun 2008 dan 2009 terjadi penurunan jumlah perusahaan TIK, namun presentase dari total perusahaan industri manufaktur justru terus meningkat menjadi 1,20%. Sejalan dengan perusahaan industri TIK, hal yang serupa juga terjadi pada banyaknya tenaga kerja industri TIK. Pada tahun 2006, total tenaga kerja yang bekerja pada industri TIK sebesar 4,52% dari total tenaga kerja industri manufaktur, tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan TIK sebesar 4,80%. Penurunan terjadi di tahun 2008, tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan TIK hanya sebesar 4,16%. Pada tahun 2009, jumlah tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan TIK meningkat menjadi 160.921 pekerja, yaitu 4,65% dari total pekerja perusahaan industri manufaktur.
Pada tahun 2005, Indonesia mengimpor perlengkapan telekomunikasi sebanyak 2,44% dari total impor. Di tahun 2007, impor barang perlengkapan telekomunikasi mengalami kenaikan menjadi 4,44% dari total impor barang. Kenaikan yang cukup signifi kan terjadi di tahun 2008 yaitu sebesar 5,25% dari total impor seluruh barang. Namun pada tahun 2009 kembali terjadi penurunan, yaitu sebesar 5,05% dari total impor seluruh barang. Sementara negara pengimpor perlengkapan telekomunikasi di Indonesia berasal dari Cina, Singapura, Swedia dan Hongkong. Khususnya pada tahun 2008 terjadi peningkatan import perlengkapan telekomunikasi yang cukup tajam dari Cina dan Singapura dibandingkan tahun 2007 namun sedikit menurun pada tahun 2009. Untuk tahun 2009, 4 negara pengimpor terbesar perlengkapan telekomunikasi ke Indonesia adalah Cina, Hongkong dan Swedia.
Dalam hal ekspor barang TIK, terdapat dua jenis barang TIK yaitu barang-barang audio-visual dan komputer serta perlengkapannya. Indonesia mengekspor barang-barang audio visual hanya sebesar 0,0044% dari total seluruh barang yang diekspor. Pada kurun waktu 2006-2007 terjadi penurunan ekspor barang audio-visual, yaitu menjadi 0,0024% saja dari total barang yang diekspor oleh Indonesia. Kenaikan ekspor barang-barang audio visual terjadi di tahun 2008, namun persentase dari total seluruh barang yang diekspor menurun hanya sebesar 0,0021%. Pada tahun 2009, ekspor barang-barang audio-visual kembali mengalami peningkatan sejalan dengan persentase ekspor barang audio visual yaitu sebesar 0,0029%. Ekspor barang-barang audio visual dari Indonesia ke Belanda terus mengalami peningkatan dalam rentang waktu 2005-2009. Ekspor barang-barang audio visual pada tahun 2009 menurun dari tahun sebelumnya ke Singapura, Belgia dan Finlandia, akan tetapi meningkat ke Amerika Serikat dengan nilai ekspor 628,0 Million USD.
Tahun 2005, Total nilai ekspor komputer dan komponennya mencapai 1.850.486,9 million USD dan menyumbang kontribusi terhadap total ekspor Indonesia sebesar 2,16% pada tahun itu. Akan tetapi pada tahun 2007, nilai total ekspor turun hampir setengah dari tahun sebelumnya menjadi hanya 976.529,2 million USD dan menurun lagi pada tahun 2008 menjadi 864.552,8 million USD. Nilai ekspor komputer dan perlengkapannya ini sedikit meningkat pada tahun 2009 menjadi 880.444,7 million USD yang berkontribusi 0,76%
INTISARI
xx
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
terhadap total ekspor. Pada tahun 2006, Singapura, Belanda, Jepang dan AS menjadi negara tujuan ekspor komputer dan perlengkapannya dengan nilai di atas 200.000 Million USD. Akan tetapi ekspor komputer dan perlengkapannya di Belanda, Jepang, dan AS menurun drastis sampai tahun 2009. Secara umum, nilai ekspor komputer dan perlengkapannya pada tahun 2007 dan 2008, menurun dari pada tahun 2006, dan mulai meningkat kembali pada tahun 2009.
6. PENGGUNAAN TIK OLEH SEKTOR PENDIDIKAN
Sebanyak 70% sekolah dalam survei merupakan sekolah negeri. Berdasarkan jenjang pendidikan, sekolah yang menjadi responden terbagi atas SD (59%), SMP (22%), SMA (11%) dan SMK (8%). Selain itu berdasarkan kota besar lokasi sekolah, hampir 30% sekolah dalam survei ini berlokasi di Jakarta, sebanyak 8,97% di Medan, 8,54% di Surabaya.
Hasil survei menunjukkan pola penggunaan sarana TIK. Berdasarkan jenis sarana TIK, hasil survei menunjukkan bahwa 22,6% sekolah menggunakan radio pada kegiatan pengajaran, 48,81% sekolah menggunakan televisi pada kegiatan pengajaran, 94,38 sekolah memiliki akses telepon, 98% sekolah telah menggunakan komputer pada kegiatan pengajaran dan 80,03% sekolah memiliki akses internet. Sarana TIK yang paling sering digunakan adalah komputer, yakni selama 6,5 jam per minggu. Sarana lain yakni internet digunakan rata-rata selama 4,1 jam per minggu sedangkan televisi hanya selama 3,3 jam per minggu. Sarana yang paling sedikit penggunaannya adalah radio, dimana penggunaannya hanya rata-rata selama 2,2 jam per minggu.
Sebanyak 86,5% komputer digunakan untuk kegiatan belajar mengajar dan 13,5% komputer digunakan untuk kegiatan administrasi sekolah. Mayoritas komputer di sekolah sudah terkoneksi internet, baik untuk tujuan kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan administrasi. Mayoritas sekolah (83%) mengajarkan keterampilan komputer dasar. Dalam hal waktu dimulainya pelajaran keterampilan komputer dasar, terlihat kesamaan untuk level SD, SMP, SMA, dan SMK yakni pada level awal untuk setiap jenjang tersebut yakni kelas I, kelas VII, dan kelas X. Hasil survei menunjukkan 99,09% sekolah menyatakan telah mengajarkan Microsoft offi ce sebagai salah satu pelajarannya.Sebanyak 25,87% sekolah juga mengajarkan Open Offi ce sedangkan desain grafi s (36,16%), keterampilan lainnya (28,90%) dan pemrograman (14,33%).
Penggunaan koneksi internet melalui Jardiknas baru dimiliki oleh sebagian kecil sekolah, yaitu sebesar 38.69%. Sebagian besar sekolah (64.27%) justru lebih memilih koneksi fi xed broadband lainnya sebagai koneksi internetnya sedangkan mobile broadband ternyata belum cukup populer disekolah karena hanya digunakan oleh 11,70%. Sebanyak 79% sekolah mengaku memberikan pekerjaan rumah yang mengharuskan siswanya untuk mengakses internet. Sedikit sekali sekolah yang sudah memiliki website dan memberikan akun email kepada siswa dan tenaga pengajarnya. Hanya 35,80% sekolah yang memiliki website, 16,46% memberikan akun email kepada pengajarnya dan 10,18% memberikan akun email kepada siswanya.
INTISARI
xxi
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Berdasarkan hasil survei, rasio guru yang mengajar keterampilan komputer dasar terhadap total guru ternyata masih sangat rendah, yakni 0,06. Sedangkan rasio guru yang melakukan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan TIK adalah sebesar 0,39. Dan rasio guru yang pernah atau sedang mengikuti pelatihan TIK adalah sebesar 0,34. Ketiga rasio guru ini meningkat seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan sekolah. Sedangkan untuk rasio siswa yang mengakses internet untuk tujuan pembelajaran adalah sebesar 0,39. Rasio ini cukup rendah mengingat proporsi sekolah yang memiliki akses internet sekitar 80%.
7. PERBANDINGAN INTERNASIONAL
Perkembangan TIK di suatu negara dapat diukur dengan membandingkan dengan negara lainnya. Dalam indikator TIK ini ditunjukkan bagaimana positioning Indonesia dibandingkan negara-negara di Asia dan khususnya di ASEAN. Data ini berdasarkan hasil dari ITU. Dimulai dengan perbandingan teledensitas telepon tetap, dalam kurun waktu 2006 sampai dengan 2010, Indonesia mengalami peningkatan teledensitas yang cukup tajam, terutama antara tahun 2006-2009, posisi Indonesia ini hanya di atas Kamboja, Myanmar, Laos, India dan Filipina. Sementara diantara negara-negara ASEAN, teledensitas telepon tetap Indonesia masih di bawah rata-rata negara ASEAN. Setelah tahun 2008, meningkat diatas rata-rata negara ASEAN.
Perbandingan teledensitas telepon bergerak selama kurun 2004 - 2010 memiliki kecenderungan meningkat, tetapi jika dibandingkan teledensitas telepon bergerak Indonesia masih di bawah rata-rata Negara ASEAN. Vietnam merupakan Negara yang mengalami peningkatan paling tajam, pada tahun 2004 Vietnam berada pada posisi terendah (bersama dengan Kamboja), sementara pada tahun 2010 menjadi yang paling unggul mengalahkan negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Korea Selatan. Indonesia berapa pada posisi di atas Negara berkembang seperti kamboja, Laos dan Filipina.
Perbandingan densitas broadband secara keseluruhan untuk negara ASEAN menunjukkan kecenderungan peningkatan. Indonesia berada pada posisi jauh di bawah rata-rata untuk densitas broadband di ASEAN. Negara lain yang juga memiliki posisi di bawah rata-rata negara ASEAN adalah Vietnam, Thailand, Kamboja, Myanmar dan Laos. Sementara Singapura, Malaysia dan Brunai Darussalam merupakan tiga negara yang memiliki densitas broadband tertinggi di ASEAN. Dibandingkan dengan negara Asia terpilih, Korea Selatan, Jepang dan Singapura merupakan negara maju yang memiliki densitas broadband tertinggi dibandingkan dengan Negara Asia lainnya.
Pelanggan fi xed internet Indonesia per 100 inhabitan diantara negara Asia terpilih, berada di bawah India dan diatas negara ASEAN yaitu Laos, Kamboja dan Myanmar. Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan angka pengguna internet ASEAN. Pengguna internet per 100 inhabitan Indonesia lebih rendah dari negara Filipina dan Thailand, dan lebih tinggi dibandingkan Laos dan Kamboja. Singapura merupakan negara dengan pengguna internet per 100 inhabitan tertinggi di ASEAN, diikuti oleh Malaysia dan Brunei Darussalam.
INTISARI
xxii
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Negara Asia dengan pelanggan fi xed internet per 100 inhabitan tertinggi adalah Korea diikuti oleh Jepang, Singgapura dan Malaysia. Terlihat pula bahwa Vietnam dan China merupakan negara dengan pertumbuhan jumlah pengguna internet per 100 inhabitan tertinggi sejak tahun 2004 hingga 2010. Begitu pula dengan Filipina yang mengalami peningkatan signifi kan sebesar 178% ditahun 2010 dibandingkan dengan pengguna internet per 100 inhabitan ditahun 2009.
INTISARI
xxiii
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
xxiv
INDIKATOR TIK INDONESIA 2011
PENDAHULUANBAB 1
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
PENDAHULUAN BAB
1
1
Pada tahun 2011, Pusat Penelitian dan Pengembangan Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Pusat Data dan Sarana Informatika Kementerian KOMINFO bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), melaksanakan penyusunan indikator Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Indonesia mengacu pada indikator utama yang dikembangkan oleh International Telecommunication Union (ITU).
Data mengenai perkembangan TIK dibutuhkan oleh negara-negara di dunia untuk melihat tingkat perkembangan TIK di negara tersebut. Hal ini dilakukan dengan mengindikasi variabel-variabel terkait pemanfaatan TIK sebagai indikator utama untuk mengukur perkembangan TIK. Indikator didefi nisikan sebagai suatu cara penyampaian informasi yang berbasis ukuran atau data statistik, yang menggambarkan informasi tentang suatu hal tertentu atau suatu persoalan yang dianggap penting. Bagi negara berkembang seperti Indonesia membangun indikator yang dapat menggambarkan kondisi TIK terkini merupakan bagian penting sebagai alat untuk analisis dan perencanaan kebijakan bidang TIK kebijakan terkait lainnya.
Indikator dirancang untuk merepresentasikan dan menyediakan informasi kuantitatif tentang suatu hal tertentu yang menarik. Indikator TIK disusun hampir oleh semua negara di dunia, dan juga lembaga-lembaga yang ada di dunia, salah satunya adalah ITU (International Telecommunication Union). Indikator utama TIK yang dikeluarkan oleh ITU merupakan hasil proses konsultasi yang intensif dengan the Partnership on Measuring ICT for Development pada tahun 2005. Tujuan utama dari perumusan daftar indikator utama adalah untuk membantu negara-negara agar mempunyai data yang berkualitas dan dapat diperbandingan secara internasional dalam bidang TIK.
Seiring perkembangan TIK yang semakin pesat, maka diperlukan revisi dari indikator TIK yang sudah ada. Untuk tahun 2010, ada 46 indikator utamaTIK dan dua indikator referensi sebagai hasil revisi dari tahun 2005 yang memuat 41 indikator. Konsep perumusan daftar indikator utama dan indikator revisi berdasarkan pada permintaan dari masyarakat informasi. Indikator utama mencerminkan kebutuhan pembuat kebijakan untuk mendapatkan
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
data yang relevan tanpa mengabaikan masalah kelayakan statistik. Beberapa indikator yang sangat relevan tidak termasuk dalam daftar utama karena kesulitan mendapatkan kualitas data yang baik untuk perbandingan internasional. Sebagai contoh, meskipun diperlukan untuk mengetahui perbedaan pemakaian TIK di daerah perkotaan dan pedesaan, tetapi tidak ada sistem internasional untuk klasifi kasi geografi s tiap negara.
Perkembangan penting dari daftar indikator utama pertama adalah ditambahkannya 8 indikator utama dan 1 indikator referensi untuk mengukur penggunaaan dan akses TIK di sektor pendidikan. Indikator pendidikan ini dikembangkan oleh UNESCO Institute for Statistics (UIS) selama beberapa tahun dan telah menjadi subyek pengujian dan proses konsultasi ekstensif. Daftar inti indikator TIK revisi tahun 2010 berdasarkan ITU meliputi lima sektor yaitu sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini :
No. SEKTOR INDIKATOR INDIKATOR UTAMA
INDIKATOR REFERENSI
TOTAL
1.
2.
3.
4.
5.
Infrastruktur dan akses TIK
Akses dan penggunaan TIK oleh rumah tangga dan individu
Akses dan penggunaan TIK pada bisnis
Sektor TIK dan Perdagangan
Akses dan penggunaan TIK pada sektor pendidikan
TOTAL
10
12
12
4
8
46
1
1
2
10
13
12
4
9
48
Masing-masing sektor indikator TIK mempunyai sejumlah indikator utama dan indikator referensi yang diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan mendapat data komprehensif untuk mengetahui tingkat akses dan penggunaan TIK. Daftar indikator tersebut dapat disusun dalam tabel sebagai berikut:
1.1 Indikator Infrastruktur dan Akses dasar TIK
Indikator Utama
No. Kode Keterangan
1.
2
3
4
A-1
A-2
A-3
A-4
Sambungan telepon tetap per 100 penduduk
Pelanggan telepon tetap per 100 penduduk
Pelanggan internet tetap per 100 penduduk
Pelanggan fi xed broadband internet per 100 penduduk
BAB 1. PENDAHULUAN
2
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
No. Kode Keterangan
5
6
7
8
9
10
A-5
A-6
A-7
A-8
A-9
A-10
Pelanggan mobile broadband per 100 penduduk
Bandwidth internet internasional per penduduk (bits/detik/penduduk}
Persentase populasi yang terjangkau jaringan telepon seluler
Tarif akses fi xed broadband internet (20 jam per bulan)dalam US$ dan sebagai persentase dari pendapatan per kapita
Tarif telepon seluler prepaid per bulan dalam US$ dan sebagai persentase dari pendapatan per kapita
Persentase lokalitas yang memiliki pusat akses internet publik (PIACs)
1.2 Indikator Akses dan Penggunaan TIK oleh Rumah Tangga dan Individu
Indikator Utama
No. Kode Keterangan
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
HH-1
HH-2
HH-3
HH-4
HH-5
HH-6
HH-7
HH-8
HH-9
HH-10
HH-11
HH-12
Proporsi rumah tangga yang memiliki radio
Proporsi rumah tangga yang memiliki TV
Proporsi rumah tangga yang memiliki telepon
Proporsi rumah tangga yang memiliki komputer
Proporsi individu yang menggunakan komputer dalam 12 bulan terakhir
Proporsi rumah tangga yang memiliki akses internet
Proporsi individu yang menggunakan internet dalam 12 bulan terakhir
Lokasi individu menggunakan internet
Aktivitas internet oleh individu dalam 12 bulan terakhir
Proporsi Individu yang menggunakan telepon bergerak dalam 12 bulan terakhir
Proporsi rumah tangga dengan akses internet berdasar tipe akses
Frekuensi penggunaan internet individu dalam 12 bulan terakhir
Indikator referensi
No. Kode Keterangan
1 HHR1 Proporsi rumah tangga yang memiliki listrik
BAB 1. PENDAHULUAN
3
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
1.3. Indikator Akses dan penggunaan TIK pada bisnis
Indikator utama
No. Kode Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
B-1
B-2
B-3
B-4
B-5
B-6
B-7
B-8
B-9
B-10
B-11
B-12
Proporsi bisnis yang menggunakan komputer
Proporsi tenaga kerja yang rutin menggunakan komputer
Proporsi bisnis yang yang menggunakan internet
Proporsi tenaga kerja yang rutin menggunakan internet
Proporsi bisnis yang memiliki situs web
Proporsi bisnis yang memiliki intranet
Proporsi bisnis yang menerima pesanan melalui internet
Proporsi bisnis yang melakukan pemesanan melalui internet
Proporsi bisnis yang mengakses internet menurut tipe aksesnya
Proporsi bisnis yang memiliki Local area Network (LAN)
Proporsi bisnis yang memiliki extranet
Proporsi bisnis yang menggunakan internet menurut jenis aktivitasnya
1.4. Sektor TIK dan Perdagangan
Indikator utama
No. Kode Keterangan
1
2
3
4
ICT1
ICT2
ICT3
ICT4
Proporsi keseluruhan tenaga kerja yang terlibat dalam sektor TIK
Nilai tambah dalam sektor TIK
Impor barang TIK sebagai persentase dari impor keseluruhan
Ekspor barang TIK sebagai persentase dari ekspor keseluruhan
BAB 1. PENDAHULUAN
4
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Indikator referensi
1.5. Akses dan penggunaan TIK pada sektor pendidikan
Indikator utama
No. Kode Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
ED1
ED2
ED3
ED4
ED5
ED6
ED7
ED8
Proporsi Sekolah dengan radio yang digunakan untuk tujuan pendidikan
Proporsi sekolah dengan televisi yang digunakan untuk tujuan pendidikan
Proporsi sekolah dengan fasilitas komunikasi telepon
Rasio pelajar yang mempelajari komputer di sekolah dengan instruktur yang mengajarkan komputer
Proporsi sekolah dengan akses internet berdasarkan jenis akses
Proporsi pelajar yang mempunyai mempunyai akses internet di sekolah
Proporsi pelajar yang masuk ke tingkat post secondary di bidang TIK terkait
Proporsi pengajar TIK yang berkualitas di sekolah
No. Kode Keterangan
1 EDR1 Proporsi sekolah yang memiliki listrik
BAB 1. PENDAHULUAN
5
Dalam bagian akhir Buku Indikator TIK Indonesia ini disajikan indikator perbandingan internasional TIK untuk melihat posisi Indonesia terhadap beberapa negara terutama negara ASEAN mengacu pada data statistik ITU.
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
6
INDIKATOR TIK INDONESIA 2011
INFRASTRUKTUR DAN AKSES TIK
BAB 2
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
INFRASTRUKTUR DAN AKSES TIK
BAB
2
7
Tantangan pembangunan dari suatu negara besar seperti Indonesia adalah penyediaan infrastruktur untuk mendukung aktivitas ekonomi. Infrastruktur itu sendiri memiliki spektrum yang sangat luas. Satu hal yang harus mendapatkan perhatian utama adalah infrastruktur yang mendorong konektivitas antar wilayah sehingga dapat mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi Indonesia. Penyediaan infrastruktur yang mendorong konektivitas akan menurunkan biaya transportasi dan biaya logistik sehingga dapat meningkatkan daya saing produk, dan mempercepat gerak ekonomi. Termasuk dalam infrastruktur konektivitas ini adalah pembangunan jalur transportasi dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta seluruh regulasi dan aturan yang terkait dengannya
Dalam era informasi kemajuan suatu bangsa sangat tergantung pada ketersediaan infrastruktur dan akses TIK untuk mendorong pergerakan sektor perekonomian. Ketersediaan pelayanan universal dan akses pada informasi dan komunikasi merupakan tujuan pembangunan nasional di banyak negara. Bab II bagian buku ini menyajikan beberapa indikator infrastruktur dan akses TIK dalam bentuk grafi k dan deskripsi yang menjelaskan nilai proporsi, persentase terhadap jumlah penduduk. International Telecommunication Union (ITU) telah menetapkan sepuluh indikator utama untuk mengukur akses dan infrastruktur TIK, antara lain sambungan telepon tetap per 100 penduduk (A-1); pelanggan telepon tetap per 100 penduduk (A-2); pelanggan internet tetap per 100 penduduk (A-3); pelanggan fi xed broadband internet per 100 penduduk (A-4); pelanggan mobile broadband per 100 penduduk (A-5); bandwidth internet internasional per penduduk (bits/detik/penduduk) (A-6); persentase populasi yang terjangkau jaringan telepon seluler (A-7); tarif akses fi xed broadband internet (20 jam per bulan)dalam US$ dan sebagai persentase dari pendapatan per kapita (A-8); tarif telepon seluler prepaid per bulan dalam US$ dan sebagai persentase dari pendapatan per kapita (A-9); serta persentase lokalitas yang memiliki pusat akses internet publik (PIACs) (A-10).
Data - data yang terdapat pada Bab II ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Statistik Postel 2010 yang dikeluarkan oleh Ditjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika dan Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika. Dari ke sepuluh indikator
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
utama ITU, hanya empat indikator saja yang datanya tersedia, yaitu sambungan telepon tetap per 100 penduduk (A-1); pelanggan telepon tetap per 100 penduduk (A-2); pelanggan fi xed broadband internet per 100 penduduk (A-4); serta pelanggan mobile broadband per 100 penduduk (A-5). Selain data yang mengacu pada indikator utama ITU, terdapat data tambahan mengenai perkembangan pelayanan pos yang meliputi perkembangan kantor pos, fasilitas pelayanan pos, dan jangkauan pelayanan pos.
2.1 Pengguna Telepon Tetap dan Nirkabel
Selama kurun 2006-2010, jumlah pelanggan telepon tetap kabel mengalami penurunan rata-rata 0,71% setiap tahunnya, sedangkan pelanggan telepon tetap nirkabel mengalami pertumbuhan yang cukup pesat , yaitu 26%.
Sumber : Statistik Postel 2010
Gambar 2.1Perkembangan Jumlah Pelanggan Jaringan Telepon Tetap Kabel dan Telepon Tetap Nirkabel, 2005-2010
2.1.1 Pengguna Telepon Tetap Kabel dan Nirkabel Menurut Wilayah
Telepon tetap (fi xed telephone) dihitung dengan membagi jumlah saluran telepon tetap dengan total penduduk kemudian mengalikan dengan 100. Pada tahun 2010, teledensitas tertinggi terdapat pada wilayah Jakarta-Banten yang mencapai 73,72. Angka ini jauh lebih besar daripada wilayah lain di Indonesia. Bahkan untuk wilayah Jawa-Barat-Jawa Tengah-DIY, teledensitasnya hanya 5,50 dan lebih rendah dari region Jawa Timur-Bali-Nusa Tenggara yang mencapai 12,23. Demikian juga teledensitas telepon tetap nirkabel, teledensitas tertinggi juga berada di wilayah Jakarta-Banten. Hal ini disebabkan pengguna pada kedua daerah tersebut jauh lebih besar dibanding wilayah lain. (Tabel 1.1).
INFRASTRUKTUR DAN AKSES TIK
8
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
2.2. Pengguna Telepon Bergerak Seluler
Selama kurun waktu 2006 – 2010, terjadi peningkatan pengguna telepon bergerak seluler. Pada tahun 2006, teledensitas pengguna telepon bergerak seluler hanya mencapai 28,73. Lalu pada tahun 2007 meningkat menjadi 41,52. Peningkatan terus terjadi hingga tahun 2010 teledensitas telepon bergerak seluler telah mencapai 85,85.
Gambar 2.2Pengguna Telepon Tetap kabel dan Nirkabel Menurut Wilayah
Sumber: Statistik Postel 2010
Gambar 2.3Perkembangan Jumlah Pengguna Telepon Bergerak Seluler, 2006 – 2010
Sumber : Statistik Postel 2010
INFRASTRUKTUR DAN AKSES TIK
9
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
2.2.1 Pengguna Telepon Bergerak Seluler Menurut Wilayah
Pada tahun 2010, teledensitas tertinggi juga terdapat di wilayah Jakarta-Banten dengan teledensitas mencapai 169,3. Artinya untuk setiap 100 penduduk terdapat sekitar 170 pengguna telepon bergerak seluler atau setiap orang memiliki lebih dari satu telepon bergerak seluler. Jakarta sebagai pusat bisnis dan pemerintahan, serta Banten sebagai kota yang terdekat (kota satelit), menyebabkan teledensitas telepon bergerak seluler ini cukup tinggi dibandingkan daerah lainnya.
Hal yang menarik untuk dianalisis ternyata teledensitas terbesar kedua, untuk telepon bergerak seluler justru terdapat di wilayah Kalimantan dengan angka 83,67. Artinya, terdapat sekitar 84 orang pengguna telepon bergerak seluler untuk setiap 100 penduduk atau hampir setiap penduduk di Kalimantan telah menggunakan telepon bergerak seluler. Angka ini bahkan jauh lebih besar daripada di region Jawa diluar Jakarta-Banten dan Bali-Nusa Tenggara. Region Jawa (diluar Jakarta-Banten) justru memiliki angka teledensitas telepon bergerak seluler paling kecil
Sumber: Statistik Postel 2010
Gambar 2.4Pengguna Telepon Bergerak Seluler Menurut Wilayah, 2010
2.3. Pelanggan Fixed Broadband Internet
Gambar 1.3. di bawah ini menunjukkan perkembangan pelanggan fi xed broadband internet per 100 penduduk dalam kurun waktu tahun 2005 sampai dengan 2010. Dari sisi pelanggan fi xed broadband internet per 100 penduduk dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Kenaikannya terlihat semakin tinggi, dimulai dari teledensitas 0,05 untuk tahun 2005 naik hampir 16 kali lipat menjadi 0,79 pada tahun 2010.
INFRASTRUKTUR DAN AKSES TIK
10
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
2.4. Perkembangan Pelanggan Mobile Broadband
Dalam kurun 2005 - 2010, perkembangan pelanggan mobile broadband per 100 penduduk dalam memperlihatkan kecenderungan kenaikan yang sangat pesat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 persentase pelanggan hanya 0,02% meningkat 300 kali lebih menjadi 6,41 pada tahun 2009.
Sumber: ITU
Gambar 2.5 Perkembangan Pelanggan Fixed Broadband Internet
Sumber: ITU
Gambar 2.6Perkembangan Pelanggan Mobile Broadband
INFRASTRUKTUR DAN AKSES TIK
11
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
2.5. Perkembangan Kantor Pos
Gambar 2.7 (tabel 2.7) memperlihatkan perkembangan jumlah kantor pos dalam kurun 2005 – 2010. Dilihat dari jumlahnya perkembangan kantor pos cenderung stagnan tidak mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2010 bertambah 1 kantor pos. Hal yang serupa juga dialami oleh kantor pos cabang (kabupaten) yang dari tahun 2005 hingga 2008 tidak mengalami peningkatan. Peningkatan signifi kan baru terjadi di tahun 2009 meningkat sebanyak 27 kantor pos dari 88 menjadi 195, dan tahun 2010 bertambah lagi 1 kantor menjadi 196 kantor pos. Peningkatan jumlah kantor pos cabang (kabupaten) bisa dikaitkan dengan dampak kebijakan pemerintah melalui pemekaran wilayah dan otonomi daerah. Jumlah kantor pos cabang dalam kota mengalami penurunan pada tahun 2005 dan 2007, tetapi pada tahun 2009 meningkat menjadi 109 kantor pos jumlah yang sama dengan tahun 2005. Kondisi yang sama untuk kantor pos cabang luar kota, tahun 2006 jumlah kantor pos mengalami penurunan, tahun 2007 dan 2008 mengalami sedikit penambahan hingga mencapai jumlah terbanyak yaitu 2.427 kantor pos. Pada tahun 2009 terjadi penurunan dan meningkat lagi pada tahun 2010 terdapat 2.377 kantor.
Sumber: Statistik Postel 2010
Gambar 2.7Perkembangan Kantor Pos, 2005-2010
2.6. Perkembangan Kantor Pos Menurut Wilayah
Dalam tahun 2005-2010, jumlah kantor pos yang tersebar di berbagai wilayah cenderung tidak mengalami pergeseran. Pulau Jawa masih menjadi daerah yang paling banyak memiliki sarana kantor pos. Wilayah Pulau Jawa rata-rata memiliki jumlah kantor pos yang lebih banyak jika dibandingkan dengan wilayah pos yang lainnya. Keadaan ini dapat dipengaruhi oleh sebaran jumlah penduduk yang lebih banyak di Pulau Jawa, yang pada akhirnya membawa dampak tuntutan kebutuhan masyarakat akan layanan pos. (Tabel 2.8)
INFRASTRUKTUR DAN AKSES TIK
12
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Jumlah kantor pos di Pulau Jawa lebih besar dari pulau lainnya mencapai 52,81% total kantor pos di Indonesia, sementara di pulau lainnya jumlah kantor pos terlihat sangat sedikit. Hal tersebut dapat disebabkan karena Pulau Jawa sebagai pusat bisnis dan pemerintahan. Jumlah terbesar kedua adalah di Pulau Sumatera yang memiliki kantor pos cabang luar kota sebesar 69,95% dari total kantor pos di Pulau Sumatera. Pulau Kalimantan memiliki jumlah kantor pos lebih banyak dari pada Sulawesi, maupun Bali dan Nusa Tenggara. Sedangkan wilayah Indonesia paling timur secara umum merupakan wilayah yang memiliki jumlah kantor pos relatif sangat sedikit di Indonesia. (Tabel 2.9).
Gambar 2.8Perkembangan Kantor Pos Menurut Wilayah
Sumber: Statistik Postel 2010
Gambar 2.9Sebaran Kantor Pos Menurut Wilayah, 2010
Sumber: Statistik Postel 2010
INFRASTRUKTUR DAN AKSES TIK
13
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Gambar 2.10 (Tabel 2.10), memperlihatkan sebaran pelayanan pos bergerak menurut jenis dan wilayahnya. Pos keliling desa memiliki jumlah unit terbanyak, yaitu 1600 unit. Letak gegrafi s Indonesia yang terdiri dari beribu pulau dan masih banyak pedesaan yang berjarak jauh dari kota menjadikan pos keliling desa sebagai sarana penunjang aktivitas masyarakat. Keberadaan pos keliling desa ini paling banyak di wilayah pos (Wilpos) V, VI, dan VII yang terletak di Pulau Jawa. Sedangkan pada Wilpos XI yang terletak pada Kawasan Timur Indonesia memiliki unit pos keliling desa yang sangat sedikit, yaitu 4 unit.
Sebaran pos keliling kota terbanyak ada di Wilpos IV yang merupakan wilayah perkotaan sebanyak 108 unit, sedangkan untuk Wilpos lainnya jumlah pos keliling kota masih sedikit yaitu dibawah 20 unit. Kondisi wilayah pos selain Wilpos IV masih lebih banyak pedesaan, sehingga pos keliling desa lebih banyak terdapat pada wilayah-wilayah tersebut. Sementara, pos pasar keliling (sarling) berjumlah 265 unit yang tersebar pada Wilpos VII, IV, II memiliki jumlah diatas 30 unit.
Gambar 2.10Sebaran Pelayanan Pos Bergerak Menurut Jenis dan Wilpos, 2010
Sumber: Statistik Postel 2010
Gambar 2.11 memperlihatkan jumlah pelayanan pos lainnya di masing-masing pulau. Di Pulau Jawa yang banyak terdapat daerah perkotaan, jumlah agen pos yang jauh lebih besar daripada agen pos di pulau yang lain. Hal ini dapat dipahami karena Pulau Jawa yang merupakan pusat kegiatan ekonomi, bisnis dan pemerintahan yang memberikan banyak peluang untuk pendirian agen pos melalui kerjasama dengan PT. Pos Indonesia guna memenuhi kebutuhan akan layanan pos yang sangat besar dalam menunjang kegiatan bisnis dan pemerintahan.
Pelayanan rumah pos banyak berada di wilayah Pulau Sumatera dan wilayah Indonesia bagian Timur. Sementara di Pulau Jawa justru tidak ada pelayanan rumah pos. Kondisi Ini dapat disebabkan fasilitas serta sarana layanan perposan di Pulau Jawa sudah sangat banyak tersedia dengan berbagai bentuk guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
INFRASTRUKTUR DAN AKSES TIK
14
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Fasilitas pelayanan pos lainnya merupakan fasilitas yang disediakan oleh PT. Pos Indonesia untuk mendukung pelayanan pos kepada masyarakat yang lebih bersifat pasif dan tersedia di tempat tertentu. Pelayanan pos lainnya meliputi kotak pos tersedia, kotak pos disewa, tromol pos, bis surat terpasang serta peti pos. Meskipun penyediaannya tampak cukup efektif dalam menjangkau masyarakat, namun kurun 2005-2010 tampak stagnan tidak ada penambahan juga pengurangan. Kondisi ini memperlihatkan pemanfaatan fasilitas pelayanan pos lainnya cenderung tidak berkembang tertinggal oleh pesatnya ragam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. (Tabel 2.12).
Gambar 2.11Sebaran Pelayanan Pos Lainnya Menurut Jenis dan Wilayah Pos, 2010
Sumber: Statistik Postel 2010
Gambar 2.12Perkembangan Fasilitas Pelayanan Pos Lainnya, 2005-2010
Sumber: Statistik Postel 2010
INFRASTRUKTUR DAN AKSES TIK
15
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Dari jumlah keseluruhan fasilitas pelayanan pos paling banyak berada di wilayah IV mencapai 26,7%, hal ini kemungkinan disebabkan wilayah Jabodetabek sebagai wilayah central pusat bisnis dan pemerintahan. Sedangkan untuk wilayah IX yang terdiri dari Maluku dan Papua, terlihat sangat kecil dengan persentase 4,9%. Jika dilihat dari sebarannya fasilitas pelayanan pos lainnya sebagian besar terkonsentrasi di Pulau Jawa (khususnya di wilayah perkotaan). Fasilitas jenis kotak pos di poswil IV yang meliputi wilayah Jabodetabek jauh lebih banyak dibandingkan wilayah lainnya.
Dilihat dari distribusi berdasarkan pulau, untuk semua jenis pelayanan pos lainnya, sangat didominasi di Pulau Jawa. dari distribusi jumlah total fasilitas pos lainnya, di wilayah Jawa proporsinya 58,8% dari total fasilitas pelayanan pos yang ada. sementara di Sumatera jumlah fasilitas pelayanan pos lainnya mencapai 16,5%, dan yang terkecil yakni Maluku dan Papua hanya 4,9%.
Gambar 2.13Sebaran Fasilitas Pelayanan Pos Lainnya Menurut Wilayah Pos , 2010
Sumber: Statistik Postel 2010
WilposI: Aceh, SumutWilposII: Sumbar, RiauWilposIII: Bengkulu, Jambi Lampung, SumselWilposIV: DKI JakartaWilposV: JabarWilposVI: Jateng, DIYWilposVII: JatimWilposVIII: Bali, NTT,NTBWilposIX: KalimantanWilposX: SulawesiWilposXI: Maluku, Papua
INFRASTRUKTUR DAN AKSES TIK
16
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Dalam kurun 2005-2010, secara umum jumlah jangkauan pelayanan pos di kelurahan/desa di seluruh wilayah pos di Indonesia mengalami sedikit peningkatan. Pada tahun 2010, sebaran kelurahan/desa yang terjangkau pelayanan pos pada sebanyak 41,89% mengalami kenaikan sebesar 0,14% (97 kelurahan/desa) dari tahun sebelumnya. Berdasarkan wilayah, jangkauan pelayanan pos di beberapa tempat mengalami penurunan. Beberapa sarana jangkauan pelayanan pos masyarakat di kelurahan atau pedesaan, diantaranya KPrk (Kantor Pos pemeriksa), Kantor Pos Desa, Pos Keliling Desa, Pos Desa, dan Warpos Kesra. Penurunan-penurunan tersebut diimbangi dengan peningkatan sarana pos lainnya.
Sumber: Statistik Postel 2010
Gambar 2.14Sebaran Fasilitas Pelayanan Pos Lainnya Menurut Pulau, 2010
Gambar 2.15Perkembangan Jangkauan Pelayanan Pos di Kelurahan/Desa, 2005-2010
Sumber: Statistik Postel 2010
INFRASTRUKTUR DAN AKSES TIK
17
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Daerah dengan keterjangkauan pelayanan pos paling tinggi berada pada Wilpos V (69,3%), diikuti dengan Wilpos IV (66,6%) dan VI (57,4%) yang kesemuanya berada pada Pulau Jawa. Untuk Wilpos VII, tingkat keterjangkauannya relatif lebih rendah atau belum mencapai 50% (47%) daripada Wilpos lain yang berada di Pulau Jawa. Tingkat keterjangkauan paling rendah ternyata ada di Wilayah Barat Indonesia, yaitu di Wilpos I sebesar 19,8%. Sementara, Wilpos XI yang terletak di Kawasan Indonesia Bagian Timur, keterjangkauan pelayanan pos justru lebih tinggi daripada Wilpos I yaitu sebesar 41%.
Gambar 2.16Tingkat Keterjangkauan Pelayanan Pos di Desa Menurut Wilpos, 2010
WilposI: Aceh, SumutWilposII: Sumbar, RiauWilposIII: Bengkulu, Jambi Lampung, SumselWilposIV: DKI JakartaWilposV: JabarWilposVI: Jateng, DIYWilposVII: JatimWilposVIII: Bali, NTT,NTBWilposIX: KalimantanWilposX: SulawesiWilposXI: Maluku, Papua
Sumber: Statistik Postel 2010
INFRASTRUKTUR DAN AKSES TIK
18
INDIKATOR TIK INDONESIA 2011
PENGGUNAAN TIK OLEH RUMAH TANGGA DAN INDIVIDU
BAB 3
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
PENGGUNAAN TIK OLEH RUMAH TANGGA DAN INDIVIDU
BAB
3
19
Gambaran akses dan penggunaan TIK menjadi sangat diperlukan oleh suatu negara. Karena itulah dalam pertemuan “World Summit on the Information Society (WSIS)”, tahun 2003, negara-negara dunia menyepakati pentingnya standar pengukuran TIK yang meliputi infrastruktur dan penggunaannya di masing-masing negara. Standar pengukuran TIK tersebut selain bertujuan untuk memperoleh gambaran kemajuan akses, penggunaan TIK serta infrastruktur di masing-masing negara juga berguna untuk mengetahui posisi perkembangan TIK di suatu negara terhadap negara lain.
Bab ini menyajikan gambaran tentang pola akses dan penggunaan TIK oleh rumah tangga dan individu di Indonesia berdasarkan indikator utama yang dikembangkan oleh Internatinal Telecommunication Union (ITU). Untuk mengukur akses dan penggunaan TIK oleh rumah tangga dan individu, ITU menetapkan 12 indikator terdiri dari 6 indikator akses TIK oleh rumah tangga dan 6 indikator penggunaan TIK oleh individu. Perbedaan fundamental pengertian akses dan pengguna adalah akses TIK mengacu pada ketersediaan TIK dalam rumah sedangkan pengguna TIK adalah satu atau lebih individu anggota rumah tangga apakah mengakses di rumah atau di mana saja. (ITU, 2010).
Gambaran akses dan penggunaan TIK sektor rumah tangga dan individu ini disajikan berdasarkan hasil survei tahun 2011 yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Penyelenggaraan Pos dan Informatika - Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bekerjasama dengan Pusat Penelitian Perkembangan Iptek (Pappiptek) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sampel individu dipilih berdasarkan metode acak terstratifi kasi, suatu metode pengambilan sampel secara acak namun representatif mewakili keseluruhan populasi.
Informasi yang diidentifi kasi dalam survei ini adalah mengenai (1) kepemilikan radio; (2) kepemilikan televisi; (3) kepemilikan telepon; (4) kepemilikan komputer; (5) individu pengguna komputer; (6) kepemilikan akses internet; (7) individu pengguna internet; (8) lokasi individu mengakses internet; (9) aktivitas mengakses internet, (10) individu pengguna telepon seluler; (11) jenis akses internet; dan (12) frekuensi mengakses internet.
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Penentuan sampel ditetapkan dengan cara membuat empat buah klaster pada setiap provinsi, yaitu klaster utara, selatan, barat dan timur. Setiap klaster terdiri dari kumpulan beberapa kota dan kabupaten yang terletak di bagian utara, selatan, barat, dan timur suatu provinsi. Kemudian dari setiap klaster tersebut dipilih satu kota/kabupaten sebagai wakil dari setiap klaster, dengan ketentuan jika pada klaster tersebut terdapat ibu kota provinsi, maka ibu kota provinsi tersebut yang harus dipilih sebagai wakil dari salah satu klaster. Sedangkan tiga klaster lainnya, boleh dipilih kota/kabupaten mana saja. Kemudian, dari setiap kota/kabupaten dipilih dua buah kecamatan yang masing-masing berada dekat dengan kota/kabupaten dan jauh dari kota/kabupaten. Hal ini dilakukan agar distribusi sampel menyebar cukup merata di wilayah Indonesia. Perbandingan antara sampel survei dengan populasi penduduk Indonesia hasil sensus penduduk BPS tahun 2010 dapat dilihat dalam gambar 3.1 berikut ini.
Responden terbanyak 60,32% berada di Pulau Jawa, kemudian responden di Pulau Sumatera sebanyak 21,28%, dst seperti terlihat dalam gambar 3.2. Proporsi rumah tangga sampel ini sebanding dengan populasi penduduk di setiap pulau. Pulau Jawa dan Sumatera merupakan pulau yang memiliki jumlah penduduk terbanyak dibandingkan pulau lainnya.
3.1. Proporsi Rumah Tangga Yang Memiliki Radio dan Televisi
Gambar 3.3 menunjukkan dua indikator utama (HH-1 dan HH-2) yang digunakan untuk mengukur akses TIK oleh rumah tangga dan individu adalah proporsi rumah tangga yang memiliki radio dan televisi. Proporsi rumah tangga dengan radio dihitung dengan membagi jumlah rumah tangga yang memiliki radio dan jumlah total sampel rumah tangga. Sedangkan proporsi rumah tangga dengan televisi dihitung dengan membagi jumlah rumah tangga dengan televisi dan jumlah total sampel rumah tangga. Pada gambar tersebut terlihat bahwa tingkat kepemilikan radio lebih rendah dibandingkan tingkat kepemilikan televisi. Proporsi rumah tangga yang memiliki radio hanya berkisar 55.52%, sedangkan televisi dimiliki oleh 95.56% responden.
Survei Akses dan Penggunan TIK oleh Rumah Tangga dan Individu Tahun 2011
Berdasarkan data hasil sensus penduduk 2010 Badan Pusat Statistik (BPS), ditetapkan 10.000 sampel rumah tangga berdasarkan kepadatan penduduk di tiap-tiap provinsi. Sampel dipilih secara proporsional berdasarkan kepadatan penduduk di tiap provinsi, kota/kabupaten, serta kecamatan yang dipilih, dengan mempertimbangkan kesalahan sampel sebesar satu persen. Dari 10.000 kuesioner yang disebarkan langsung melalui suatu wawancara terdapat 89,95% atau sebanyak 8.995 yang valid. Hasil survei menunjukkan bahwa sekitar 98,60% rumah tangga memiliki akses TIK di rumahnya.
PENGGUNAAN TIK OLEH RUMAH TANGGA DAN INDIVIDU
20
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Gambar 3.1. Perbandingan Sampel dan Populasi
Gambar 3.2.Sebaran Responden Berdasarkan Pulau
PENGGUNAAN TIK OLEH RUMAH TANGGA DAN INDIVIDU
21
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
3.2. Proporsi Rumah Tangga yang Memiliki Telepon
Indikator utama akses dan penggunaan TIK oleh rumah tangga dan individu berikutnya adalah proporsi rumah tangga dengan telepon (HH-3). Proporsi rumah tangga dengan telepon dihitung dengan membagi jumlah rumah tangga yang memiliki setiap jenis telepon/hanya telepon kabel/hanya telepon bergerak/ kedua telepon kabel dan bergerak dan total sampel rumah tangga. Sama halnya dengan televisi, tingkat kepemilikan telepon di Indonesia juga sangat tinggi. Sebagian besar (90%) responden mengaku memiliki telepon dan hanya 10% yang tidak memiliki telepon. Jika ditelusur lebih jauh mengenai jenis telepon yang digunakan, maka sebagian besar responden memilih telepon seluler (HP) sebagai media komunikasinya, yakni 87.64%. Sedangkan telepon kabel hanya dimiliki oleh 25.19% responden.
Gambar 3.3. Proporsi Rumah Tangga yang Memiliki Radio dan Televisi
Gambar 3.4. Proporsi Rumah Tangga yang Memiliki Telepon
PENGGUNAAN TIK OLEH RUMAH TANGGA DAN INDIVIDU
22
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
3.3. Tingkat Kepemilikan dan Penggunaan Komputer dan Internet
Pada bagian ini akan diuraikan empat indikator yang menggambarkan tentang kepemilikan komputer dan akses internet oleh rumah tangga dan penggunaan komputer dan internet oleh individu anggota rumah tangga. Proporsi rumah tangga dengan komputer (HH-4) dihitung dengan membagi jumlah rumah tangga yang memiliki komputer dengan total sampel, sedangkan individu dalam rumah tangga yang menggunakan komputer (HH-5) dihitung dengan membagi jumlah individu yang menggunakan komputer dalam 12 bulan terakhir dengan total sampel. Selanjutnya proporsi rumah tangga dengan akses internet (HH-6) dihitung dengan membagi jumlah rumah tangga dengan akses internet dan total sampel, kemudian proporsi individu dalam rumah tangga yang menggunakan internet (HH-7) dihitung dengan membagi jumlah individu yang menggunakan internet dalam 12 bulan terakhir dan total sampel.
Gambar 3.5 menunjukkan perbandingan antara tingkat kepemilikan serta penggunaan komputer dan akses internet. Pada gambar tersebut terlihat bahwa tingkat kepemilikan komputer dan internet lebih kecil dibandingkan dengan tingkat penggunaannya. Berdasarkan tingkat kepemilikan, proporsi rumah tangga yang memiliki komputer ternyata lebih besar dibandingkan dengan yang memiliki akses internet. Namun sebaliknya, proporsi penggunaan komputer justru lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan internet. Berdasarkan hasil survei, tingkat penggunaan internet masih cukup rendah, yaitu sekitar 37.51%, sedangkan sisanya sebesar 62.49% tidak menggunakan internet. Gambaran ini seakan mendukung rendahnya tingkat penetrasi internet di Indonesia yang hanya berkisar 16.1% pada tahun 2011 1
Gambar 3.5.Tingkat Kepemilikan dan Penggunaaan Komputer dan Internet
1 http://www.internetworldstats.com
PENGGUNAAN TIK OLEH RUMAH TANGGA DAN INDIVIDU
23
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
3.4. Lokasi Penggunaan Internet oleh Individu dalam 12 Bulan Terakhir
Lokasi individu menggunakan internet adalah indikator utama (HH-8) yang dihitung berdasarkan proporsi individu dalam rumah tangga yang menggunakan internet dalam 12 bulan terakhir. Adapun lokasi yang banyak dipilih oleh responden untuk mengakses internet adalah di rumah (59%), dimana saja melalui HP (57.88%), dan di warnet (57.62%). Selebihnya, mereka mengandalkan koneksi internet di kantor (29.76%), sekolah/kampus (28.33%), dan koneksi rumah teman/saudara (22.32%), seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.6.
Gambar 3.6.Lokasi Mengakses Internet
3.5. Aktivitas Internet Yang Dilakukan Individu dalam 12 Bulan Terakhir
Aktivitas individu dalam menggunakan internet merupakan indikator utama (HH-9) yang dihitung berdasarkan proporsi individu dalam rumah tangga yang menggunakan internet dalam 12 bulan terakhir terhadap total sampel. Hasil survei menunjukkan bahwa aktivitas yang paling sering dilakukan ketika berselancar di internet adalah membuka situs jejaring sosial, yang diakui oleh 64.43% responden. Sesuai dengan peringkat yang muncul di alexa.com sebuah situs yang menampilkan indikator kepopuleran suatu website, situs jejaring sosial memang merupakan situs yang paling kerap diakses oleh pengguna internet dari Indonesia. Terbukti dalam tiga bulan terakhir, Facebook menempati urutan pertama sebagai situs yang paling sering dikunjungi, sedangkan twitter berada di posisi 92.
Seperti yang terlihat pada gambar 3.7, selain membuka situs jejaring sosial, aktivitas lain yang banyak dilakukan dengan menggunakan internet adalah mencari informasi mengenai barang/jasa (48.55%), mengirim dan menerima email (47.33%), mengunduh fi lm/gambar (46.98%), dan mengirim pesan melalui instant messaging yang dilakukan oleh 46.74% responden.
2 www.alexa.com diakses pada 23 November 2011
PENGGUNAAN TIK OLEH RUMAH TANGGA DAN INDIVIDU
24
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
3.6. Individu dalam rumah tangga yang Menggunakan Telepon Bergerak
Telepon bergerak atau selular (ponsel) saat ini bukan menjadi barang mahal dan relatif terjangkau oleh sebagian masyarakat Indonesia. Fakta ini didukung oleh data bahwa pada tahun 2010, terdapat 220 juta ponsel yang digunakan atau 92 ponsel per 100 penduduk (ITU, 2011). Mengingat adanya pemilik ganda, ITU mengindikasikan bahwa sebanyak 85% penduduk dewasa atau 65% dari jumlah penduduk memiliki akses terhadap ponsel.
Hasil survei memperlihatkan tingkat penggunaan telepon seluler (HH-10) di individu juga cukup tinggi, yaitu sekitar 86%, meskipun angka ini sebenarnya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan tingkat kepemilikan telepon seluler di rumah tangga. Proporsi pengguna telepon seluler dihitung berdasarkan proporsi individu dalam rumah tangga yang menggunakan telepon seluler dalam 12 bulan terakhir terhadap total sampel.
Gambar 3.7.Aktivitas Mengakses Internet
PENGGUNAAN TIK OLEH RUMAH TANGGA DAN INDIVIDU
25
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
3.7. Jenis Koneksi Internet yang Digunakan
Proporsi rumah tangga dengan akses internet berdasarkan jenis akses (HH-11) mengacu pada layanan akses yang digunakan. Jenis koneksi internet yang digunakan pengguna internet terlihat pada gambar 3.9. Jenis koneksi tersebut dibagi menjadi 3, yaitu narrowband, fi xed broadband, dan mobile broadband. Narrowband adalah jaringan internet yang memiliki kecepatan transfer rendah karena saluran yang digunakan cukup sempit. Istilah ini biasa diasosiasikan dengan koneksi dial-up, seperti koneksi telkomnet instant. Fixed broadband adalah jaringan internet yang menggunakan teknologi xDSL (Digital Subscriber Lines) / kabel tembaga, FTTH (Fiber To The Home) / serat optik, leased line, satelit, Wireless Local Area Network, dan WiMAX. Jaringan ini memiliki kecepatan transfer lebih tinggi karena lebar jalur data yang besar. Sedangkan mobile broadband adalah jaringan internet berkecepatan tinggi yang menggunakan teknologi CDMA, HSDPA, EVDO. Umumnya diakses melalui perangkat portable (mudah dibawa), seperti laptop, HP, dan sebagainya. Hasil survei menunjukkan sebagian besar responden memilih koneksi mobile broadband, yakni sebesar 49.32%. Sedangkan koneksi narrowband menjadi koneksi yang paling sedikit dipilih responden, yaitu hanya sekitar 25.01%.
Gambar 3.8.Proporsi Individu yang Menggunakan Telepon Seluler
PENGGUNAAN TIK OLEH RUMAH TANGGA DAN INDIVIDU
26
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Gambar 3.9.Jenis Teknolgi Akses Internet
3.8. Frekuensi Mengakses Internet
Frekuensi menggunakan internet oleh individu dalam rumah tangga merupakan indikator utama akses dan pengunaan TIK (HH-12) yang dihitung berdasarkan seberapa sering seseorang menggunakan internet dalam setiap harinya atau dalam periode satu minggu. Perilaku pengguna internet mengenai frekuensi atau seberapa sering mereka mengakses internet ditunjukkan pada gambar 3.10. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa sebagian besar responden (68%) hanya mengakses internet sesekali saja, yaitu minimal 1 kali dalam seminggu. Selebihnya sebesar 32% responden mengaku mengakses internet setiap hari.
Gambar 3.10.Frekuensi Mengakses Internet
PENGGUNAAN TIK OLEH RUMAH TANGGA DAN INDIVIDU
27
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
28
INDIKATOR TIK INDONESIA 2011
PENGGUNAAN TIK OLEH SEKTOR BISNIS
BAB 4
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
PENGGUNAAN TIK OLEH SEKTOR BISNIS
BAB
4
29
Dalam perkembangan ekonomi dan teknologi, sektor bisnis memegang peranan penting untuk meningkatkan daya saing suatu bangsa. Adanya pergeseran paradigma strategi pembangunan bangsa dari pembangunan industri menuju ke era informasi, memberikan implikasi terhadap terjadinya proses transisi perekonomian dunia yang semula berbasiskan pada sumber daya (Resource Based Economy) menjadi perekonomian yang berbasis pengetahuan (Knowledge Based Economy). Maka untuk mewujudkan terjadinya Knowledge Based Economy, diperlukan teknologi informasi dan komunikasi yang berperan sebagai pendukung dan muatan utama produk nasional, dapat direalisasikan dengan menggunakan berbagai strategi pencapaian. (Buku Putih Bidang TIK, Kementerian Negara Riset dan Teknologi, 2006).
Bab ini menyajikan gambaran penggunaan TIK oleh sektor bisnis di Indonesia berdasarkan indikator utama yang dikembangkan oleh ITU. Untuk mengukur penggunaan TIK oleh sektor bisnis ITU menetapkan 12 indikator utama yang menggambarkan tentang akses dan pola penggunaan TIK oleh perusahaan di Indonesia (ITU, 2010). Gambaran akses dan penggunaan TIK sektor bisnis ini disajikan berdasarkan hasil survei tahun 2011 yang dilakukan oleh Pusat Data dan Sarana Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bekerjasama dengan Pusat Penelitian Perkembangan Iptek (Pappiptek) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sampel individu dipilih berdasarkan metode klaster sampling acak, suatu metode pengambilan sampel secara acak namun representatif mewakili keseluruhan populasi.
Indikator akses dan penggunaan TIK oleh sektor bisnis memberikan gambaran umum tentang perkembangan penggunaan TIK dalam dunia bisnis, pemanfaatan TIK oleh industri dan tenaga kerja di industri serta infrastruktur serta aktivitas penggunaan TIK di Indonesia. Data dan informasi sektor bisnis ini sangat diperlukan oleh para pengambil kebijakan sebagai bahan masukan dalam membuat perencanaan yang baik dan tepat sasaran.
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Informasi yang diidentifi kasi dalam survei ini adalah mengenai (1) penggunaan komputer; (2) tenaga kerja pengguna komputer; (3) penggunaan internet; (4) tenaga kerja pengguna internet; (5) jenis koneksi internet; (6) penggunaan web presence; (7) pemanfaatan internet untuk pemesanan barang atau jasa; (8) pemanfaatan internet untuk penawaran barang atau jasa; (9) penggunaan LAN; (10) penggunaan intranet; (11) penggunaan extranet; dan (12) aktivitas penggunaan internet.
Perusahaan yang menjadi responden dalam survei ini diambil secara proporsional pada delapan kota besar di Indonesia. Perbandingan antara sampel survei dengan populasi perusahaan bisnis Indonesia diperlihatkan dalam gambar berikut ini.
Survei Akses dan Penggunan TIK oleh Sektor Bisnis Tahun 2011
Survei menggunakan metode klaster sampling acak dengan menetapkan delapan kota besar sebagai klaster, mengacu pada data sensus ekonomi (BPS, 2006) yang menyatakan bahwa sebaran usaha terkonsentrasi pada Kawasan Barat Indonesia (83%) dengan 63,83% berlokasi di Pulau Jawa. Sementara itu, sebaran usaha di Kawasan Timur Indonesia adalah 16%, dan terkonsentrasi pada Pulau Sulawesi (6,98%). Berdasarkan hal tersebut, dilakukan survei terhadap 803 perusahaan yang dipilih yang secara proporsional berdasarkan delapan kota besar, yaitu Batam, Medan, DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Bali dan Makasar.
Gambar 4.1 Sampel dan Populasi Perusahaan
Sumber: Survei Ekonomi BPS, 2006
Sebagian besar perusahaan sampel bergerak di bidang jasa baik jasa perdagangan, perhotelan dan restoran maupuan jasa lainnya (87%), kemudian sisanya adalah perusahaan manufaktur (13%).
PENGGUNAAN TIK OLEH SEKTOR BISNIS
30
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Berdasarkan skala usaha yang diukur melalui jumlah tenaga kerja, responden dikategorikan menjadi lima, yaitu perusahaan berskala besar (jumlah tenaga kerja: 100 orang atau lebih), perusahaan berskala menengah (jumlah tenaga kerja: 20 – 99 orang), perusahaan berskala kecil (jumlah tenaga kerja antara: 5 – 19 orang), dan perusahaan berskala mikro (jumlah tenaga kerja: < 5 orang). Menurut kriteria tersebut diketahui bahwa perusahaan responden didominasi oleh perusahaan berskala kecil (44%). Sementara itu, perusahaan berskala besar menjadi perusahaan yang proporsinya paling sedikit yaitu hanya 11% dari total responden.
4.1. Penggunaan Komputer dan Internet pada Perusahaan
Gambar 4.4 menunjukkan dua indikator utama (B-1 dan B-3) yang digunakan untuk mengukur penggunaan TIK oleh sektor bisnis adalah proporsi penggunaan komputer dan internet pada perusahaan. Hasil survei menunjukkan bahwa 92% perusahaan yang disurvei
Gambar 4.2.Perbandingan Populasi Perusahaan Bisnis Indonesia
Sumber: Survei Ekonomi BPS, 2006
Gambar 4.3.Skala Perusahaan Responden
PENGGUNAAN TIK OLEH SEKTOR BISNIS
31
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
telah menggunakan komputer untuk mendukung kegiatan bisnisnya. Sedangkan dalam penggunaan internet, hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan telah menggunakan internet (86%) untuk mendukung kegiatan bisnis mereka.
Gambar 4.4Penggunaan Komputer dan Internet pada Perusahaan
4.1.1. Penggunaan Komputer dan Internet di PMDN, PMA dan Joint Venture
Seluruh perusahaan PMA dan Joint Venture telah menggunakan komputer dan internet untuk menunjang kelancaran usaha atau bisnis mereka. Sedangkan, pada perusahaan PMDN sebagian besar telah menggunakan komputer (91,71%) dan internet (85,66%) untuk mendukung kegiatan bisnis mereka.
Gambar 4.5Penggunaan Komputer dan Internet di PMDN, PMA dan Joint Venture
PENGGUNAAN TIK OLEH SEKTOR BISNIS
32
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
4.1.2. Penggunaan Komputer dan Internet Berdasar Skala Usaha Perusahaan
Hasil survei juga menunjukkan bahwa semakin besar skala usaha perusahaan (berdasarkan jumlah tenaga kerja) maka semakin besar pula tingkat penggunaan komputernya. Hasil survei memperlihatkan semakin banyaknya tenaga kerja perusahaan, semakin besar pula proporsi perusahaan yang menggunakan komputer. Sejalan dengan penggunaan komputer, hasil survei juga menunjukkan adanya perbedaan persentase pengguna internet berdasarkan skala usaha. Semakin besar skala usaha maka semakin besar persentase perusahaan yang menggunakan internet untuk kepentingan bisnisnya. Hasil survei menunjukkan bahwa hampir seluruh perusahaan dengan skala usaha besar (jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih) telah memanfaatkan internet untuk mendukung kegiatan bisnisnya. Sementara itu, sebagian perusahaan skala menengah (9%) dan skala kecil (11,73%) belum memanfaatkan internet, dan hanya sebanyak 59,22% perusahaan dengan skala mikro yang sudah menggunakan internet pada perusahaannya.
Gambar 4.6Penggunaan Komputer dan Internet Berdasar Skala Usaha Perusahaan
4.2. Rasio Tenaga Kerja Menggunakan Komputer dan Internet
Indikator utama penggunaan TIK di sektor bisnis berikutnya adalah rasio tenaga kerja pengguna komputer dan internet (B-2 dan B-4). Rasio tenaga kerja perusahaan yang secara rutin menggunakan komputer dalam melakukan aktivitas pekerjaannya adalah 0,19. Sedangkan rasio tenaga kerja pengguna internet adalah 0,13. Hal ini berarti setiap 100 tenaga kerja perusahaan terdapat 13 orang tenaga kerja yang menggunakan internet secara rutin.
PENGGUNAAN TIK OLEH SEKTOR BISNIS
33
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
4.2.1. Rasio Tenaga Kerja Menggunakan Komputer dan Internet
Rasio tenaga kerja pengguna komputer juga menunjukkan perbedaan berdasarkan besarnya skala usaha yang diukur dari tenaga kerja. Semakin besar skala usaha maka semakin kecil rasio tenaga kerja yang secara rutin menggunakan komputer dalam melakukan aktivitas bisnis perusahaan. Bila berdasarkan skala usaha (jumlah tenaga kerja), maka perusahaan dengan skala mikro (tenaga kerja kurang dari lima orang) memiliki rasio tenaga kerja pengguna komputer tertinggi yaitu 0,54. Sementara itu, perusahaan berskala besar (tenaga kerja = 100 orang atau lebih) memiliki rasio tenaga kerja pengguna komputer terendah yaitu 0,15. Hal tersebut juga terjadi pada rasio tenaga kerja dengan akses internet, hasil survei menunjukkan bahwa perusahaan dengan skala mikro memiliki tenaga kerja kurang dari 5 orang memiliki rasio tenaga kerja pengguna internet sebesar 0,52, dan perusahaan dengan skala besar yang memiliki tenaga kerja 100 orang atau lebih memiliki rasio sebesar 0,1.
Gambar 4.7.Rasio Tenaga Kerja Menggunakan Komputer dan Internet
Gambar 4.8.Rasio Tenaga Kerja Komputer dan Internet Berdasar Skala Usaha
PENGGUNAAN TIK OLEH SEKTOR BISNIS
34
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
4.2.2. Rasio Tenaga Kerja Komputer dan Internet Berdasar Bidang Usaha
Hasil survei juga menunjukkan bahwa besarnya rasio tenaga kerja yang secara rutin menggunakan komputer dalam melakukan aktivitas perusahaan terhadap total tenaga kerja adalah berbeda menurut bidang usaha. Perusahaan industri manufaktur memiliki rasio tenaga kerja dengan komputer paling kecil yaitu 0,09, sedangkan pada kelompok perusahaan dengan bidang usaha jasa perdagangan, perhotelan dan restauran serta perusahaan jasa lainnya mempunyai rasio masing-masing sebesar 0,32 dan 0,28. Sedangkan rasio tenaga kerja dengan internet pada perusahaan bidang jasa lainnya sebesar 0,18, sedangkan rasio pada bidang usaha perdagangan, hotel dan restoran adalah 0,24 dan rasio untuk perusahaan pada bidang industri manufaktur adalah yang terkecil yaitu 0,06.
Gambar 4.9.Rasio Tenaga Kerja Komputer dan Internet Berdasar Bidang Usaha
4.3. Jenis Koneksi Internet Yang Digunakan Perusahaan
Gambar 4.10 menunjukkan indikator utama (B-9) yang digunakan untuk mengukur penggunaan TIK oleh sektor bisnis adalah proporsi jenis akses internet yang digunakan pada perusahaan. Hasil survei menunjukkan bahwa sekitar 83,00%3 dari seluruh perusahaan menggunakan fi xed broadband sebagai koneksi internet. Teknologi narrowband merupakan teknologi yang paling sedikit digunakan oleh perusahaan untuk koneksitas internet. Hal ini menunjukkan bahwa koneksi internet dengan mempergunakan teknologi analog4 jaringan telepon tidak banyak diminati oleh perusahaan.
3 Sebanyak 69,31% dari pengguna fi xed broadband adalah pengguna Paket Speedy dan 17% merupakan pengguna ISP.4 Teknologi analog adalah koneksi yang menggunakan standar koneksi dial-up telpon dan modem analog. Modem ini akan
mengubah sinyal analog ke digital dan begitu pula sebaliknya. Kecepatan yang ditawarkan hanya terbatas sampai 56Kbps.
PENGGUNAAN TIK OLEH SEKTOR BISNIS
35
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
4.3.1. Jenis Koneksi Internet Yang Digunakan Perusahaan Berdasar Skala Usaha
Jika dilihat berdasarkan skala usaha ditemukan hal yang menarik yaitu bahwa semakin besar skala usaha yang dimiliki perusahaan, semakin besar pula persentasi penggunaan fi xed broadband sebagai pilihan koneksitas internet. Terlihat pula pola pemilihan koneksi internet yang berbeda antara perusahaan skala mikro dan kecil dengan perusahaan skala menengah dan besar. Persentase penggunaan mobile broadband pada perusahaan skala mikro adalah yang paling tinggi. Persentase penggunaan mobile broadband juga semakin kecil seiring dengan semakin besarnya skala usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja perusahaan. Hal ini mengindikasikan perusahaan dengan skala mikro dan skala kecil lebih banyak memanfaatkan mobile broadband sebagai koneksi internet di perusahaannya dibandingkan perusahaan skala menengah dan skala besar.
Gambar 4.10.Jenis Koneksi Internet Yang Digunakan Perusahaan
Gambar 4.11.Jenis Koneksi Internet Yang Digunakan Perusahaan Berdasar Skala Usaha
PENGGUNAAN TIK OLEH SEKTOR BISNIS
36
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
4.4. Penggunaan web, LAN (Local Area Network), Intranet dan Extranet
Pada bagian ini akan diuraikan empat indikator yang menggambarkan tentang proporsi perusahaan yang sudah memiliki media web (B-5), proporsi perusahaan yang menggunakan LAN (B-10), proporsi perusahaan yang menggunakan intranet (B-6), serta perusahaan yang menggunakan extranet (B-11).
Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan belum memiliki web. Hanya sekitar 40% perusahaan saja yang sudah memiliki media web guna mendukung kegiatan bisnisnya. Sedangkan perusahaan yang menggunakan LAN lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan web, yaitu sebanyak 53,78% perusahaan telah memiliki LAN sebagai infrastruktur jaringan komputer. Infrastruktur intranet dan extranet belum banyak digunakan oleh perusahaan bisnis di Indonesia, hanya 35,81% perusahaan yang menggunakan intranet dan hanya 9,86% perusahaan yang menggunakan extranet.
Gambar 4.12.Penggunaan web, LAN (Local Area Network), Intranet dan Extranet
4.4.1. Penggunaan web, LAN, Intranet dan Extranet
Ketersediaan infrastruktur LAN, web, intranet dan extranet dipengaruhi oleh skala usaha perusahaan berdasarkan tenaga kerja, terlihat bahwa pada perusahaan dengan skala usaha besar memiliki infrastrutur yang lebih baik. Sebanyak 93,10% perusahaan pada skala usaha besar telah menggunakan LAN, 78,16% menggunakan web, 66,67% menggunakan intranet dan 19,54% menggunakan extranet.
PENGGUNAAN TIK OLEH SEKTOR BISNIS
37
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
4.5. Penerimaan Pesanan dan Penawaran Barang atau Jasa Melalui Internet
Gambar 4.14 menunjukan dua indikator utama (B-7 dan B-8) untuk mengukur penggunaan TIK di sektor bisnis yaitu proporsi perusahaan yang menerima pemesanan barang/jasa melalui internet dan proporsi perusahaan yang menawarkan barang/jasa melalui internet. Walaupun internet telah digunakan sebagian besar perusahaan (86%), namun masih sedikit perusahaan (40% dari total perusahaan pengguna internet) yang memanfaatkannya untuk menerima pesanan (menjual) barang dan jasa, sedangkan sebanyak 52,31% perusahaan pengguna internet telah memanfaatkan internet untuk menawarkan barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan.
Gambar 4.13.Penggunaan web, LAN, Intranet dan Extranet Berdasarkan Skala Usaha
Gambar 4.14.Penerimaan Pesanan dan Penawaran Barang atau Jasa Melalui Internet
PENGGUNAAN TIK OLEH SEKTOR BISNIS
38
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
4.5.1. Kegiatan Penggunaan Internet Pada PMDN, PMA dan Joint Venture
Perusahaan PMA yang paling banyak melakukan aktivitas penjualan melalui internet (48,39%) dibandingkan dengan perusahaan PMDN dan Joint Venture. Tetapi, sebagian besar (lebih dari 50%) perusahaan PMA dan PMDN telah menggunakan internet sebagai media penawaran.
4.5.2. Kegiatan Penggunaan Internet Berdasar Skala Usaha
Perusahaan skala kecil merupakan perusahaan yang memiliki proporsi terbesar diantara perusahaan dengan skala usaha lainnya dalam memanfaatkan internet untuk menerima pesanan barang atau jasa (50,32%). Dan lebih dari 50% perusahaan skala kecil dan besar memanfaatkan internet sebagai alat penawaran produk mereka.
Gambar 4.15.Kegiatan Penggunaan Internet PMDN, PMA dan Joint Venture
Gambar 4.16.Kegiatan Penggunaan Internet Berdasar Skala Usaha
PENGGUNAAN TIK OLEH SEKTOR BISNIS
39
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
4.6. Kegiatan Lain Penggunaan Oleh Internet Perusahaan
Indikator utama penggunaan TIK di sektor bisnis berikutnya adalah proporsi perusahaan pengguna internet berdasarkan aktivitas yang dilakukan (B-12). Hasil survei menunjukkan bahwa aktivitas mengirim dan menerima email merupakan aktivitas pemanfaat internet yang dilakukan oleh hampir semua perusahaan yang terjaring dalam survei (97,69%). Selain itu perusahaan sektor bisnis Indonesia paling banyak menggunakan internet untuk aktivitas mencari informasi mengenai barang dan jasa (80,69%), menyediakan pelayanan bagi pelanggan (51,44%) dan internet banking (51,01%). Sedangkan masih sangat sedikit perusahaan bisnis di Indonesia yang memanfaatkan internet untuk aktivitas memberikan pelatihan bagi karyawan (17%), delivering produk secara online (16,43%) dan melakukan teleconference melalui VoIP (13,54%).
Gambar 4.17.Kegiatan Lain Penggunaan Internet Oleh Perusahaan
4.6.1. Kegiatan Lain Penggunaan Internet Berdasar Skala Usaha
Gambaran yang sama juga terjadi bila perusahaan dipilah berdasarkan skala usaha. Hasil survei menunjukkan bahwa aktivitas mengirim dan menerima email merupakan aktivitas yang dilakukan oleh hampir seluruh perusahaan dengan tingkat skala usaha (jumlah tenaga kerja) manapun. Sebanyak 56,31% perusahaan skala mikro, 86,03% perusahaan skala kecil, 100% perusahaan skala menengah dan 97,70% perusahaan skala besar mengaku melakukan
PENGGUNAAN TIK OLEH SEKTOR BISNIS
40
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
aktivitas mengirim dan menerima email dalam aktivitas internet perusahaan mereka. Selain itu, hasil survei juga menunjukkan adanya hubungan antara pemanfaatan internet dengan skala usaha (jumlah tenaga kerja), hal ini dilihat dari semakin tingginya persentase perusahaan yang melakukan setiap aktivitas internet dengan semakin tingginya tingkatan skala usaha perusahaan (berdasarkan jumlah tenaga kerja).
Gambar 4.18.Kegiatan Lain Penggunaan Internet Berdasar Skala Usaha
PENGGUNAAN TIK OLEH SEKTOR BISNIS
41
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
42
INDIKATOR TIK INDONESIA 2011
SEKTOR TIK DAN PERDAGANGAN
BAB 5
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
SEKTOR TIK DAN PERDAGANGAN BAB
5
43
Dalam aspek perdagangan global, dewasa ini perdagangan South to South, termasuk transaksi antara India – Cina – Indonesia, menunjukkan peningkatan yang cepat. Sejak 2008, pertumbuhan ekspor negara berkembang yang didorong oleh permintaan negara berkembang lainnya meningkat sangat signifi kan (kontribusinya mencapai 54 persen). Hal ini berbeda jauh dengan kondisi tahun 1998 yang kontribusinya hanya 12 persen. Pertumbuhan yang kuat dari Cina, baik ekspor maupun impor memberikan dampak yang sangat penting bagi perkembangan perdagangan regional dan global. Impor Cina meningkat tajam selama dan setelah krisis ekonomi global 2008. Di samping itu, konsumsi Cina yang besar dapat menyerap ekspor yang besar dari negara-negara di sekitarnya termasuk Indonesia.
Di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara dengan luas kawasan terbesar, penduduk terbanyak dan sumber daya alam terkaya. Hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai kekuatan utama negara-negara di Asia Tenggara. Di sisi lain, konsekuensi dari akan diimplementasikannya komunitas ekonomi ASEAN dan terdapatnya Asean – China Free Trade Area (ACFTA) mengharuskan Indonesia meningkatkan daya saingnya guna mendapatkan manfaat nyata dari adanya integrasi ekonomi tersebut. Oleh karena itu, percepatan transformasi ekonomi yang dirumuskan dalam MP3EI ini menjadi sangat penting dalam rangka memberikan daya dorong dan daya angkat bagi daya saing Indonesia.
Karena keterbatasan data, pada bab sektor TIK dan perdagangan ini, disajikan gambaran kontribusi perusahaan industri TIK berdasarkan indikator utama sektor TIK (ITU, 2010), dan perkembangan tentang kegiatan ekspor dan impor peralatan TIK. Untuk mendapatkan gambaran tentang perkembangan perdagangan sektor TIK diperlukan data dan informasi yang lebih komperhensif untuk sektor industri lainnya misalnya jasa, pertanian, tekstil, dll. Data dan informasi ini dapat diperoleh melalui survei atau dari berbagai instansi seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Bank Indonesia (BI), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Gambar 5.1.Proporsi Industri TIK Terhadap Industri Manufaktur
Sumber: Diolah dari data BPS
SEKTOR TIK DAN PERDAGANGAN
44
5.1. Proporsi Industri TIK Terhadap Industri Manufaktur
Gambar 5.1. menunjukkan persentase banyaknya perusahaan industri TIK terhadap perusahaan industri manufaktur. Pada tahun 2006, total perusahaan yang bergerak di bidang TIK sebanyak 444 perusahaan atau sebesar 1,14% dari total perusahaan industri manufaktur. Di tahun 2007, jumlah perusahaan TIK mengalami penurunan, namun dalam hal persentase terhadap total perusahaan manufaktur mengalami peningkatan menjadi 1,18%. Pada tahun 2008, terjadi penurunan jumlah perusahaan TIK menjadi 409 perusahaan, akan tetapi persentase dari total perusahaan industri manufaktur justru terus meningkat menjadi 1,20%. Hal ini dikarenakan pada tahun 2008, jumlah total perusahaan industri manufaktur mengalami penurunan. Pada tahun 2009, perusahaan industri TIK meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 415 perusahaan dan sebesar 1.26% dari total perusahaan industri manufaktur.
5.2. Proporsi Tenaga Kerja Industri TIK Terhadap Tenaga Kerja Industri Manufaktur
Sejalan dengan perusahaan industri TIK, hal yang serupa juga terjadi pada banyaknya tenaga kerja industri TIK. Pada tahun 2006, total tenaga kerja yang bekerja pada industri TIK sebesar 4,52% dari total tenaga kerja industri manufaktur. Di tahun 2007, terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan TIK yaitu sebesar 4,80% dari total tenaga kerja industri manufaktur. Penurunan terjadi di tahun 2008, tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan TIK hanya sebesar 4,16% dari total tenaga kerja di perusahaan manufaktur, bahkan lebih sedikit dibandingkan pada tahun 2006. Pada tahun 2009, jumlah tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan TIK meningkat menjadi 160.921 pekerja, yaitu 4,65% dari total pekerja perusahaan industri manufaktur.
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Gambar 5.2.Proporsi Tenaga Kerja Industri TIK Terhadap Tenaga Kerja Industri Manufaktur
Sumber: Diolah dari data BPS
Gambar 5.3.Kontribusi Nilai Tambah Industri TIK Terhadap Nilai Tambah Industri Manufaktur
Sumber: Diolah dari data BPS
SEKTOR TIK DAN PERDAGANGAN
45
5.3. Kontribusi Nilai Tambah Industri TIK Terhadap Nilai Tambah Industri Manufaktur
Kontribusi nilai tambah industri TIK terhadap total nilai tambah industri manufaktur Indonesia pada tahun 2006 sebesar 4,42%. Pada tahun 2007 dan 2008, kontribusi nilai tambah industri TIK terus menurun. Pada tahun 2008, kontribusi nilai tambah industri TIK hanya sebesar 2,91% atau sebesar 19,879 trilyun rupiah. Tahun 2009, jumlah nilai tambah industri TIK meningkat menjadi 24,997 trilyun rupiah, yaitu sebesar 4,45% berkontribusi terhadap total nilai tambah industri manufaktur.
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
5.4. Impor Barang-barang Perlengkapan Telekomunikasi
Gambar 5.4. menunjukkan persentasi impor barang-barang perlengkapan telekomunikasi di Indonesia. Pada tahun 2005, Indonesia mengimpor perlengkapan telekomunikasi sebanyak 2,44% dari total impor. Kemudian, pada tahun 2006 terjadi penurunan impor barang-barang perlengkapan telekomunikasi menjadi 2,19% dari total impor seluruh barang. Tahun 2007, impor barang perlengkapan telekomunikasi mengalami kenaikan menjadi 4,44% dari total impor barang. Kenaikan yang cukup signifi kan terjadi di tahun 2008 yaitu sebesar 5,25% dari total impor seluruh barang. Namun pada tahun 2009 kembali terjadi penurunan, yaitu sebesar 5,05% dari total impor seluruh barang.
Gambar 5.4. Impor Barang-Barang Perlengkapan Telekomunikasi
Sumber: Diolah dari data BPS
5.5. Negara Asal Pengimpor Perlengkapan Telekomunikasi
Gambar 5.5. menunjukkan negara pengimpor perlengkapan telekomunikasi di Indonesia. Dari gambar tersebut kita dapat melihat bahwa Indonesia banyak mengimpor barang perlengkapan telekomunikasi dari Cina, Singapura, Swedia dan Hongkong. Khususnya pada tahun 2008 terjadi peningkatan import perlengkapan telekomunikasi yang cukup tajam dari Cina dan Singapura dibandingkan tahun 2007 namun sedikit menurun pada tahun 2009. Untuk tahun 2009, 4 negara pengimpor terbesar perlengkapan telekomunikasi ke Indonesia adalah Cina, Hongkong dan Swedia.
SEKTOR TIK DAN PERDAGANGAN
46
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
5. 6. Ekspor Barang-barang Audio-Visual di Indonesia
Dalam hal ekspor barang TIK, terdapat dua jenis barang TIK yaitu barang-barang audio-visual dan komputer serta perlengkapannya. Ekspor barang-barang audio-visual dapat dilihat pada Gambar 5.6. Tahun 2005, Indonesia mengekspor barang-barang audio visual hanya sebesar 0,0044% dari total seluruh barang yang diekspor. Lalu pada kurun waktu 2006-2007 terjadi penurunan ekspor barang audio-visual, yaitu menjadi 0,0024% saja dari total barang yang diekspor oleh Indonesia. Kenaikan ekspor barang-barang audio visual terjadi di tahun 2008, namun persentase dari total seluruh barang yang diekspor menurun hanya sebesar 0,0021%. Pada tahun 2009, ekspor barang-barang audio-visual kembali mengalami peningkatan sejalan dengan persentase ekspor barang audio visual yaitu sebesar 0,0029%. Namun hal ini masih lebih sedikit dibanding tahun 2005.
Gambar 5.5.Negara Asal Pengimpor Perlengkapan Telekomunikasi
Sumber: Diolah dari data BPS
Gambar 5.6.Ekspor Barang-barang Audio-Visual di Indonesia
Sumber: Diolah dari data BPS
SEKTOR TIK DAN PERDAGANGAN
47
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
5. 7. Negara Tujuan Ekspor Barang-barang Audio-Visual
Ekspor barang-barang audio-visual dari Indonesia ke Belanda terus mengalami peningkatan dalam rentang waktu 2005-2009. Ekspor barang-barang audio-visual pada tahun 2009 menurun dari tahun sebelumnya ke Singapura, Belgia dan Finlandia, akan tetapi meningkat ke Amerika Serikat dengan nilai ekspor 628,0 million USD. Dari rentang tahun 2005-2009, tujuan ekspor ke negara selain yang disebutkan dalam gambar 5.7. terus meningkat dengan rata-rata peningkatan ekspor 170 million USD per tahun.
Gambar 5.7.Negara Tujuan Ekspor Barang-Barang Audio-Visual
Sumber: Diolah dari data BPS
5.8. Ekspor Komputer dan Perlengkapannya
Tahun 2005, Total nilai ekspor komputer dan komponennya mencapai 1850486,9 million USD dan menyumbang kontribusi terhadap total ekspor Indonesia sebesar 2,16% pada tahun itu. Akan tetapi pada tahun 2007, nilai total ekspor turun hampir setengah dari tahun sebelumnya menjadi hanya 976.529,2 million USD dan menurun lagi pada tahun 2008 menjadi 864.552,8 million USD. Nilai ekspor komputer dan perlengkapannya ini sedikit meningkat pada tahun 2009 menjadi 880.444,7 million USD yang berkontribusi 0,76% terhadap total ekspor.
SEKTOR TIK DAN PERDAGANGAN
48
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
5.9. Negara Tujuan Ekspor Komputer dan Perlengkapannya
Pada tahun 2006, Singapura, Belanda, Jepang dan AS menjadi negara tujuan ekspor komputer dan perlengkapannya dengan nilai di atas 200.000 million USD. Akan tetapi ekspor komputer dan perlengkapannya di Belanda, Jepang, dan AS menurun drastis sampai tahun 2009. Nilai ekspor komputer dan perlengkapannya di Singapura berfl uktuatif, tahun 2007 meningkat daripada tahun sebelumnya, akan tetapi tahun 2008 sempat menurun, serta meningkat kembali pada tahun 2009. Secara umum, nilai ekspor komputer dan perlengkapannya pada tahun 2007 dan 2008, menurun dari pada tahun 2006, dan mulai meningkat kembali pada tahun 2009.
Sumber: Diolah dari data BPS
Gambar 5.8. Ekspor Komputer dan Perlengkapannya
SEKTOR TIK DAN PERDAGANGAN
49
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Sumber: Diolah dari data BPS
Gambar 5.9. Negara Tujuan Ekspor Komputer dan Perlengkapannya
SEKTOR TIK DAN PERDAGANGAN
50
INDIKATOR TIK INDONESIA 2011
PENGGUNAAN TIK DI SEKTOR PENDIDIKAN
BAB 6
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
PENGGUNAAN TIK DI SEKTOR PENDIDIKAN
BAB
6
51
Peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Nasional menjadi salah satu dari 3 (tiga) strategi utama pelaksanaan Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Hal ini dikarenakan pada era ekonomi berbasis pengetahuan, mesin pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada kapitalisasi hasil penemuan menjadi produk inovasi. Dalam konteks ini, peran sumber daya manusia yang berpendidikan menjadi kunci utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Oleh karena itu, tujuan utama di dalam sistem pendidikan dan pelatihan untuk mendukung hal tersebut diatas haruslah bisa menciptakan sumber daya manusia yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan sains dan teknologi.
Bab ini menyajikan gambaran tentang penggunaan TIK oleh sektor pendidikan di Indonesia berdasarkan indikator utama yang dikembangkan oleh International Telecommunication Union (ITU). Untuk mengukur penggunaan TIK oleh sektor pendidikan ITU menetapkan 8 indikator utama yang menggambarkan tentang akses dan pola penggunaan TIK oleh sektor pendidikan di Indonesia (ITU, 2010). Delapan indikator utama tersebut adalah proporsi sekolah dengan sarana radio (ED-1); proporsi sekolah dengan sarana televisi (ED-2); proporsi sekolah dengan sarana telepon (ED-3); rasio komputer dengan siswa (ED-4); proporsi sekolah dengan akses internet berdasarkan jenis koneksi internet (ED-5); proporsi siswa yang mengakses internet (ED-6); Proporsi pelajar yang masuk ke post secondary level di bidang TIK terkait (ED7); dan proporsi pengajar TIK yang berkualitas di sekolah (ED-8).
Gambaran akses dan penggunaan TIK sektor pendidikan ini disajikan berdasarkan hasil survei tahun 2011 yang dilakukan oleh Pusat Data dan Sarana Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bekerjasama dengan Pusat Penelitian Perkembangan Iptek (Pappiptek) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sampel individu dipilih berdasarkan metode stratifi kasi sampel acak, suatu metode pengambilan sampel secara acak namun representatif mewakili keseluruhan populasi.
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Informasi yang diidentifi kasi dalam survei ini, selain mengacu pada beberapa indikator utama ITU juga memberikan gambaran mengenai rata-rata waktu penggunaan sarana TIK dalam kegiatan belajar mengajar; rata-rata lama kegiatan belajar mengajar untuk mata pelajaran yang menggunakan TIK; penggunaan komputer berdasarkan kegiatan dan koneksivitas terhadap internet, pengajaran keterampilan komputer dasar, kurikulum pelajaran keterampilan komputer dasar, sekolah yang memberikan pekerjaan rumah dengan mengakses internet, kepemilikan website, serta pemberian akun email pengajar dan siswa, serta rasio guru yang pernah/sedang mengikuti pelatihan TIK.
6.1. Profi l Responden
Guna mengidentifi kasi penggunaan TIK di sektor pendidikan, survei dilakukan terhadap 801 sekolah yang terdapat di 17 kota besar yang ada di Indonesia. Sekolah yang disurvei tersebut terdiri dari sekolah negeri maupun swasta dari berbagai jenjang pendidikan yaitu SD, SMP, SMA dan SMK. Profi l responden akan dijelaskan di bab ini berdasarkan jenis sekolah, jenjang pendidikan, dan lokasi.
Gambar 6.1. menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden merupakan sekolah negeri, hanya 30% sekolah swasta yang menjadi responden. Jika dikategorikan berdasarkan jenjang pendidikan, Gambar 6.2. menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenjang sekolah dasar (SD) yaitu sebesar 59%. Sedangkan responden terkecil merupakan sekolah kejuruan (SMK) yaitu sebesar 8%. Sedangkan persentase SMP dan SMA masing-masing sebesar 22% dan 11%. Sementara itu, Gambar 6.3. memperlihatkan proporsi responden berdasarkan jenis sekolah dan jenjang pendidikan. Gambar tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden di berbagai jenjang pendidikan merupakan sekolah negeri kecuali pada jenjang kejuruan (SMK). Sebanyak 55,22% responden SMK merupakan sekolah swasta.
Gambar 6.1. Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Sekolah
Gambar 6.2. Proporsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan
PENGGUNAAN TIK DI SEKTOR PENDIDIKAN
52
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
6.2. Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan
6.2.1. Proporsi Sekolah dengan Penggunaan Sarana TIK
Gambar 6.4 menyajikan tiga indikator utama ITU, yaitu proporsi sekolah dengan sarana radio (ED-1); proporsi sekolah dengan sarana televisi (ED-2), dan proporsi sekolah dengan sarana telepon (ED-3). Sementara rasio komputer dengan siswa (ED-4) pada survei ini diperoleh data mengenai proporsi sekolah yang telah menggunakan komputer.
Sebanyak 22,6% sekolah menggunakan radio, 48,81% sekolah menggunakan televisi, 94,38 sekolah memiliki akses telepon, 98% sekolah telah menggunakan komputer dan 80,53% sekolah memiliki akses internet.
Gambar 6.3.Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Sekolah dan Jenjang Pendidikan
Gambar 6.4.Proporsi Sekolah Terhadap Penggunaan Sarana TIK
PENGGUNAAN TIK DI SEKTOR PENDIDIKAN
53
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Gambar 6.5. berikutnya menunjukkan pola penggunaan TIK di sekolah berdasarkan jenis sekolah. Pada gambar tersebut terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan pola penggunaannya antara sekolah negeri dan sekolah swasta, akan tetapi sekolah swasta memiliki proporsi yang lebih tinggi dalam penggunaan semua sarana TIK dibandingkan dengan sekolah negeri.
Gambar 6.5.Proporsi Sekolah Terhadap Penggunaan Sarana TIK
6.2.2. Rata-rata Waktu Penggunaan Sarana TIK Dalam Belajar Mengajar
Sarana TIK yang paling sering digunakan adalah komputer, yakni selama 6,5 jam per minggu. Sarana lain yakni internet digunakan rata-rata selama 4,1 jam per minggu sedangkan televisi hanya selama 3,3 jam per minggu. Sarana yang paling sedikit penggunaannya adalah radio, dimana penggunaannya hanya rata-rata selama 2,2 jam per minggu. Dari hal tersebut, terlihat perbedaan yang cukup besar antara rata-rata waktu penggunaan komputer dan radio, dimana selisihnya mencapai 4,3 jam per minggu.
Gambar 6.6Rata-rata Waktu Penggunaan Sarana TIK Dalam Belajar Mengajar
PENGGUNAAN TIK DI SEKTOR PENDIDIKAN
54
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
6.2.3. Rata-rata Kegiatan Belajar Mengajar dengan Menggunakan TIK
Rata-rata waktu menggunakan sarana TIK untuk kegiatan belajar-mengajar antara 2,7 hingga 3 jam per minggu. Mata pelajaran yang paling lama menggunakan TIK adalah kemampuan dasar/keterampilan komputer dan bahasa, dimana keduanya memiliki nilai rata-rata yang sama yakni 3. Mata pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan alam (IPA) memiliki rata-rata waktu yang lebih rendah, yakni masing-masing bernilai 2,9 jam per minggu dan 2,8 per minggu. Sedangkan mata pelajaran lainnya memiliki rata-rata waktu penggunaan sebesar 2,7 jam per minggu.
Gambar 6.7. Rata-rata Kegiatan Belajar Mengajar Mata Pelajaran Menggunakan TIK
Pada sekolah negeri dan swasta, secara umum terlihat bahwa rata-rata lama kegiatan belajar mengajar tidak terlalu berbeda. Seperti diperlihatkan pada Gambar 6.7, untuk mata pelajaran matematika, rata-rata lama kegiatan belajar-mengajar di kedua jenis sekolah tersebut sama-sama bernilai 2,9 jam per minggu. Walaupun demikian, terdapat selisih waktu rata-rata antara mata pelajaran IPA, kemampuan dasar komputer, dan bahasa antara 0,1-0,3 jam per minggu. Sekolah negeri lebih lama menggunakan TIK untuk mata pelajaran IPA, sedangkan sekolah swasta lebih banyak menggunakannya untuk pelajaran komputer dasar dan bahasa. Perbedaan yang cukup besar terlihat untuk mata pelajaran lainnya, dimana selisihnya mencapai 0,8 jam per minggu. Rata-rata waktu penggunaan TIK untuk mata pelajaran selain matematika, IPA, keterampilan komputer dasar, dan bahasa hanya mencapai 2,5 jam per minggu sedangkan di sekolah swasta, nilainya mencapai 3,3 jam per minggu.
PENGGUNAAN TIK DI SEKTOR PENDIDIKAN
55
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
6.2.4. Kegiatan Penggunaan Komputer berdasarkan dan Koneksivitas Internet
Gambar 6.9. berikutnya menunjukkan persentase komputer berdasarkan tujuan penggunaannya, terlihat bahwa 86,5% komputer digunakan untuk kegiatan belajar mengajar dan 13,5% komputer digunakan untuk kegiatan administrasi sekolah. internet.
Gambar 6.8.Rata-rata Kegiatan Belajar Mengajar dengan Menggunakan TIK
Kemudian jika dilihat berdasarkan tujuan penggunaan dan koneksivitas terhadap internet, seperti terlihat dalam gambar 6.10. Mayoritas komputer sudah terkoneksi internet, baik untuk tujuan kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan administrasi. Lebih dari 70% komputer untuk masing-masing kegiatan sudah terkoneksi internet.
Gambar 6.9 Proporsi Penggunaan Komputer Berdasarkan Kegiatan
PENGGUNAAN TIK DI SEKTOR PENDIDIKAN
56
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
6.2.5. Pengajaran Keterampilan Komputer Dasar
Berdasarkan hasil survei, terlihat bahwa mayoritas sekolah mengajarkan keterampilan komputer dasar yakni sebanyak 83%. Sebagian kecil sekolah hanya 17% yang tidak mengajarkan keterampilan komputer dasar.
Gambar 6.10.Kegiatan Penggunaan Komputer Berdasarkan dan Koneksivitas Internet
Gambar 6.10.Proporsi Sekolah Mengajarkan keterampilan Komputer Dasar
Apabila dilihat berdasarkan jenis sekolahnya, ternyata hampir semua sekolah swasta mengajarkan keterampilan tersebut yakni sebesar 96,22% sedangkan sekolah negeri hanya bernilai 77,42% seperti terlihat dalam gambar berikut ini.
PENGGUNAAN TIK DI SEKTOR PENDIDIKAN
57
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
6.2.6. Kurikulum Pelajaran Keterampilan Komputer Dasar
Saat ini, pengembangan kurikulum pendidikan komputer dasar mutlak diperlukan bagi setiap satuan pendidikan untuk mengakomodasi pesatnya perkembangan TIK di Indonesia. Guna mendukung tercapainya pendidikan berbasis TIK, maka hampir seluruh sekolah mulai mengajarkan keterampilan komputer dasar sejak dini. Hasil survei menunjukkan 99,09% sekolah menyatakan telah mengajarkan Microsoft Offi ce sebagai salah satu pelajarannya.
Gambar 6.11.Pengajaran Keterampilan Komputer Dasar
Gambar 6.12.Kurikulum Pelajaran Keterampilan Komputer Dasar
Microsoft Offi ce merupakan perangkat lunak berbayar yang cukup populer di Indonesia karena memiliki antar muka yang menarik dan mudah digunakan. Perangkat lunak ini umumnya digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pembuatan ataupun pengeditan dokumen. Selain itu, 25,87% sekolah juga mengajarkan Open Offi ce yang sebenarnya memiliki fungsi sama dengan Microsoft Offi ce, namun piranti tersebut lebih bersifat open source. Keterampilan komputer yang paling sedikit diajarkan di sekolah adalah
PENGGUNAAN TIK DI SEKTOR PENDIDIKAN
58
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
pemrograman, yakni hanya sebesar 14,33% karena keterampilan ini membutuhkan logika matematis yang cukup sulit untuk diajarkan, terutama di tingkat dasar. Keterampilan komputer yang juga diperkenalkan antara lain desain grafi s (36,16%) dan keterampilan lainnya (28,90%).
6.2.7. Koneksi Internet di Sekolah
Indikator utama ITU berikutnya adalah mengenai proporsi sekolah dengan akses internet berdasarkan jenis koneksi yang digunakan (ED-5). Pengembangan infrastruktur TIK di lingkungan pendidikan telah dimulai sejak tahun 1995, namun terlihat semakin pesat sejak dikembangkannya Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas) yang mampu menghubungkan seluruh kantor dinas baik ditingkat propinsi maupun kota/kabupaten, sekolah-sekolah, dan perguruan tinggi. Jejaring ini dibuat untuk memperlancar dan mengoptimalkan arus komunikasi data dan informasi antar pelaksana pendidikan sehingga lebih optimal, transparan, efektif dan efi sien.
Berdasarkan hasil survei, penggunaan koneksi internet melalui Jardiknas baru dimiliki oleh sebagian kecil sekolah, yaitu sebesar 38,69%. Koneksi ini menggunakan teknologi ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line)5 yang dikembangkan oleh PT Telkom. Sebagian besar sekolah (64,27%) justru lebih memilih koneksi fi xed broadband sebagai koneksi internetnya. Sebenarnya Jardiknas merupakan salah satu jenis produk yang menggunakan koneksi fi xed broadband, namun dalam survei ini yang termasuk dalam koneksi fi xedbBroadband adalah koneksi Speedy dengan Paket Familia, Paket Executive, dan Paket Biz, serta koneksi melalui ISP (Internet Service Provider). Jenis koneksi internet lainnya, yaitu koneksi mobile broadband
ternyata belum cukup populer disekolah karena hanya digunakan oleh 11,70% responden. Demikian halnya dengan koneksi narrowband yang paling sedikit digunakan di sekolah, yakni hanya sebesar 6,40%. Telkomnet Instant yang termasuk dalam jenis koneksi ini memang mulai kurang diminati masyarakat karena aksesnya yang lambat dengan tingkat kecepatan hanya terbatas sampai 56Kbps.
5 ADSL adalah suatu teknologi komunikasi data yang memungkinkan transmisi data menjadi lebih cepat melalui kabel telepon biasa dibandingkan dengan modem konvensional yang ada. Sesuai dengan namanya, ADSL mentransmisikan data secara asimetrik yaitu kapasitas transmisinya berbeda antara downstream (download) dan upstream (upload). Kapasitas downstream lebih tinggi daripada upstream dengan kecepatan pengiriman data bisa mencapai 8 Mbps untuk downstream dan 1 Mbps untuk upstream.
PENGGUNAAN TIK DI SEKTOR PENDIDIKAN
59
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
6.2.8. Sekolah yang Memberikan Pekerjaan Rumah Melalui Internet
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan kualitas/mutu pendidikan. Hal ini dimanfaatkan oleh sebagian besar sekolah untuk mendorong para siswanya agar aktif melakukan kegiatan belajar secara mandiri di luar sekolah. Gambar 6.14. menunjukkan bahwa mayoritas sekolah telah melakukan hal tersebut dengan cara memberikan pekerjaan rumah yang membutuhkan akses internet, yakni sebesar 79%.
Gambar 6.13.Koneksi Internet yang Digunakan di Sekolah
Gambar 6.14Sekolah Yang Memberikan Pekerjaan Rumah Melalui Internet
PENGGUNAAN TIK DI SEKTOR PENDIDIKAN
60
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Jika dilihat berdasarkan jenis sekolah, pemanfaatan TIK bagi siswa di sekolah swasta lebih besar dibandingkan sekolah negeri. Kondisi ini semakin terlihat pada Gambar 6.15, dimana sekolah swasta lebih banyak memberikan pekerjaan rumah dengan mengakses internet daripada sekolah negeri.
Gambar 6.15. Sekolah Yang Memberikan Pekerjaan Rumah Melalui Internet
6.2.9. Kepemilikan Website dan Pemberian Akun Email
Secara umum, terlihat bahwa sebagian besar sekolah yang disurvei tidak memiliki website, serta tidak memberikan akun email terhadap pengajar maupun siswanya. Hal tersebut diperlihatkan pada Gambar 6.16.
Gambar 6.16.Kepemilikan Website dan Pemberian Akun Email
PENGGUNAAN TIK DI SEKTOR PENDIDIKAN
61
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Apabila dlihat lebih jauh berdasarkan jenis sekolahnya (Gambar 6.17), terlihat pola yang hampir sama untuk sekolah negeri dan swasta yaitu sebagian besar belum memiliki website, serta tidak memberikan akun email terhadap pengajar dan siswanya. Walaupun demikian, terlihat bahwa sekolah swasta lebih banyak memiliki website dibandingkan sekolah negeri dimana nilainya masing-masing adalah 44,12% untuk sekolah swasta, dan 32,26% untuk sekolah negeri. Di lain pihak, dalam hal pemberian akun email kepada pengajar dan siswa, tidak terdapat perbedaan yang jauh antara sekolah negeri dan swasta.
Gambar 6.17. Kepemilikan Website dan Pemberian Akun Email
6.2.10. Rasio Guru Mengajar Keterampilan Komputer Dasar
Indikator utama ITU selanjutnya adalah proporsi guru yang mengajar keterampilan TIK (ED-8). SDM merupakan salah satu komponen penting dalam pengembangan TIK di sektor pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah melalui Depdiknas telah melakukan pengembangan SDM sejak disosialisasikannya internet pada tahun 1999. Pengembangan SDM dilakukan baik melalui jalur formal maupun non formal, seperti pelatihan internet, jaringan, keterampilan komputer, multimedia, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil survei, rasio guru yang mengajar keterampilan komputer dasar terhadap total guru ternyata masih sangat rendah, yakni 0,06. Jika dipilah berdasarkan jenis sekolah seperti yang terlihat pada gambar 6.18. maka rasio guru yang mengajar keterampilan komputer dasar di sekolah swasta lebih banyak dibandingkan sekolah negeri. Kondisi ini dapat dipahami karena proporsi sekolah swasta yang mengajarkan keterampilan tersebut juga lebih banyak dibandingkan sekolah negeri.
PENGGUNAAN TIK DI SEKTOR PENDIDIKAN
62
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Namun jika dilihat berdasarkan jenjang pendidikan seperti pada gambar 6.19, untuk jenjang SD dan SMP memiliki rasio yang sama, yaitu 0,06. Sedangkan SMA, meskipun mayoritas mengajarkan pelajaran keterampilan komputer yang lebih sulit (seperti desain grafi s dan pemrograman), namun rasio guru yang mengajar pelajaran tersebut hanya 0,05. Rasio tertinggi dimiliki oleh SMK, yaitu 0,09.
Gambar 6.18. Rasio Guru Mengajar Keterampilan Komputer
Gambar 6.19.Rasio Guru Mengajar Keterampilan Komputer Berdasarkan Jenjang Pendidikan
6.2.11. Rasio Guru Mengikuti Pelatihan TIK
Berdasarkan jenis sekolah, seperti yang ditunjukkan pada gambar 6.20 berikut ini, ternyata rasio pada sekolah negeri lebih tinggi dibandingkan sekolah swasta. Hal ini mengindikasikan bahwa kesempatan tenaga pengajar di sekolah negeri untuk mendapatkan pelatihan TIK lebih banyak dibandingkan tenaga pengajar di sekolah swasta.
PENGGUNAAN TIK DI SEKTOR PENDIDIKAN
63
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
6.2.12 Rasio Siswa Mengakses Internet Untuk Pembelajaran
Komponen SDM TIK lain yang diukur dalam survei ini adalah siswa yang mengakses internet untuk tujuan pembelajaran (ED-6), dengan rasio sebesar 0,39. Rasio ini cukup rendah mengingat proporsi sekolah yang memiliki akses internet sekitar 80%, sehingga mengindikasikan bahwa koneksi internet yang ada disekolah belum termanfaatkan secara optimal baik dari segi jumlah siswa yang mengakses maupun dari jenis konten yang diakses.
Gambar 6.20. Rasio Guru Mengikuti Pelatihan TIK Berdasarkan Jenis Sekolah
Gambar 6.21. Rasio Guru Mengikuti Pelatihan TIK Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Gambar 6.22 berikut ini menunjukkan bahwa rasio siswa yang mengakses internet untuk tujuan pembelajaran lebih banyak di sekolah swasta dibandingkan sekolah negeri, yaitu 0,45 untuk sekolah swasta dan 0,37 untuk sekolah negeri.
PENGGUNAAN TIK DI SEKTOR PENDIDIKAN
64
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Gambar 6.22.Rasio Siswa Mengakses Internet Untuk Pembelajaran
PENGGUNAAN TIK DI SEKTOR PENDIDIKAN
65
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
66
INDIKATOR TIK INDONESIA 2011
PERBANDINGAN INTERNASIONAL
BAB 7
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
PERBANDINGAN INTERNASIONAL BAB
7
67
Indikator adalah analisis statistik yang dapat menggambarkan secara obyektif keadaan dan perkembangan kemampuan iptek suatu negara yang digunakan untuk : a) Mengukur dan memahami status suatu negara berdasarkan kegiatan teknologi; b) Menetapkan tujuan yang dicapai dalam jangka waktu tertentu; c) Merumuskan dan mengevaluasi kebijakan alternatif. (Niwa Fuji, 2009).
Karena keterbatasan data, Bab perbandingan internasional ini menyajikan Posisi perkembangan TIK Indonesia terhadap beberapa negara berdasarkan data dari ITU pada tahun 2011. Perbandingan ketersediaan infrastruktur dan akses terhadap layanan TIK seperti teledensitas telepon, telepon bergerak, densitas broadband, pelanggan fi xed internet, dan pengguna internet di negara ASEAN dan negara terpilih di Asia dapat menjadi komparasi perkembangan TIK Indonesia dalam melihat positioning di kawasan Asia.
7.1. Perbandingan Teledensitas telepon tetap, Indonesia dan Negara Asia terpilih
Penetrasi telepon baik telepon tetap maupun selular di suatu negara dapat dinyatakan dengan teledensitas, yang dinyatakan dengan perbandingan antara jumlah sambungan telepon dengan jumlah penduduk di negara tersebut. Gambar 7.1 adalah menunjukkan teledensitas telepon tetap di Negara Asia termasuk Indonesia. Dalam kurun 2006-2010, Indonesia mengalami peningkatan teledensitas yang cukup tajam, terutama antara tahun 2006-2009, meskipun posisi Indonesia hanya di atas Kamboja, Myanmar, Laos, India dan Filipina. Negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, China mengalami kecenderungan menurun dari tahun ke tahun.
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
7.2. Perbandingan Teledensitas Telepon Tetap Negara ASEAN
Selama kurun 2004-2010 rata-rata teledensitas telepon tetap di negara ASEAN adalah 12,0. Pada tahun 2004-2008, teledensitas telepon tetap Indonesia masih di bawah rata-rata negara ASEAN. Setelah tahun 2008 meningkat di atas rata-rata negara ASEAN. Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia dan Viet Nam merupakan Negara ASEAN yang memiliki teledensitas telepon tetap di atas Indonesia (Gambar 7.2)
Gambar 7.1Teledensitas Telepon Tetap Negara Asia Terpilih, 2004-2010
Sumber: International Telecommunication Union, 2011
Gambar 7.2. Teledensitas Telepon Tetap Negara ASEAN, 2004-2010
Sumber: International Telecommunication Union, 2011
PERBANDINGAN INTERNASIONAL
68
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
7.3. Perbandingan Teledensitas Telepon Bergerak Negara Asia terpilih
Gambaran yang berbeda terlihat pada teledensitas telepon bergerak. Selama tahun 2004-2010 semua Negara Asia terpilih termasuk Indonesia mengalami peningkatan. Viet Nam merupakan Negara yang mengalami peningkatan paling tajam. Bila pada tahun 2004 Viet Nam berada pada posisi terendah (bersama dengan Kamboja), maka pada tahun 2010 menjadi yang paling unggul mengalahkan negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Korea Selatan. Indonesia berapa pada posisi di atas Negara berkembang seperti Kamboja, Laos dan Filipina (Gambar 7.3)
Gambar 7.3.Teledensitas Telepon Bergerak Negara Asia Terpilih, 2004-2010
Sumber: International Telecommunication Union, 2011
7.4. Perbandingan Tedensitas Telepon Bergerak Negara ASEAN
Gambar 7.4. berikutnya menunjukkan teledensitas telepon bergerak di negara-negara ASEAN. Selama kurun 2004-2010 rata-rata teledensitas telepon bergerak di negara ASEAN adalah 20. Walaupun memiliki kecenderungan meningkat, teledensitas telepon bergerak Indonesia masih di bawah rata-rata Negara ASEAN Pada tahun 2010, Negara-negara seperti Viet Nam, Singapura dan Malaysia menduduki posisi tiga teratas dibandingkan negara ASEAN lainnya.
PERBANDINGAN INTERNASIONAL
69
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
7.5. Perbandingan Densitas Broadband Negara-Negara Asia Terpilih
Gambar 7.5. Menunjukkan kecenderungan peningkatan densitas broadband di Negara Asia terpilih termasuk Indonesia. Korea Selatan, Jepang dan Singapura merupakan negara maju yang memiliki densitas broadband tertinggi dibandingkan dengan Negara Asia terpilih lainnya. Walaupun selama kurun 2004-2010 cenderung meningkat, densitas broadband Indonesia berada pada posisi ketiga terendah sesudah Myanmar dan Kamboja.
Gambar 7.4.Teledensitas Telepon Bergerak Negara ASEAN, 2004-2010
Sumber: International Telecommunication Union, 2011
Gambar 7.5.Densitas Broadband Negara-negara Asia Terpilih, 2004-2010
Sumber: International Telecommunication Union, 2011
PERBANDINGAN INTERNASIONAL
70
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
7.6. Perbandingan Densitas Broadband Negara ASEAN
Gambar 7.6, memperlihatkan bahwa Indonesia berada pada posisi jauh di bawah rata-rata densitas broadband Negara ASEAN. Negara lain yang juga memiliki posisi di bawah rata-rata negara ASEAN adalah Viet Nam, Thailand, Kamboja, Myanmar dan Laos. Singapura, Malaysia dan Brunai Darussalam merupakan tiga negara yang memiliki densitas broadband tertinggi
Gambar 7.6.Densitas Broadband Negara ASEAN, 2004-2010
Sumber: International Telecommunication Union, 2011
7.7. Perbandingan Pelanggan Fixed Internet per 100 inhabitan Negara ASEAN
Pelanggan fi xed internet Indonesia per 100 inhabitan mengalami fl uktuasi sejak tahun 2005 hingga tahun 2009. Berdasarkan data ITU, pertumbuhan pelanggan fi xed internet per 100 inhabitan di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 11% dari tahun 2005-2009. Pada tahun 2007, terjadi penurunan jumlah pelanggan fi xed internet per 100 inhabitan Indonesia sebesar 42%, tetapi kemudian meningkat 7% ditahun selanjutnya. Dibandingkan dengan Negara ASEAN, Indonesia berada di ketiga dari bawah bersama Laos dan Kamboja. Pelanggan fi xed internet per 100 inhabitan Indonesia pun masih berada dibawah nilai rata-rata ASEAN. Negara ASEAN dengan pelanggan fi xed internet per 100 inhabitan tertinggi adalah Brunei Darussalam diikuti oleh Singapura dan Malaysia. Pelanggan fi xed internet per 100 inhabitan di Singapura mengalami penurunan sejak tahun 2005, dan terjadi penurunan yang signifi kan pada tahun 2008, tetapi kemudian mengalami peningkatan sedikit di tahun 2009. Sedangkan pelanggan fi xed internet per 100 inhabitan Brunei Darussalam mengalami peningkatan yang signifi kan sejak tahun 2007, dan kenaikan ini pun terus berlangsung hingga tahun selanjutnya. Viet Nam merupakan negara dengan pertumbuhan pelanggan fi xed internet per 100 inhabitan yang tertinggi selain Brunei, yaitu rata-rata sebesar 41% per tahun.
PERBANDINGAN INTERNASIONAL
71
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Gambar 7.7.Pelanggan Fixed Internet per 100 inhabitan Negara ASEAN
Sumber: International Telecommunication Union, 2011
7.8. Perbandingan Pelanggan Fixed Internet per 100 inhabitan Negara Asia Terpilih
Dibandingkan dengan Negara Asia lainnya, pelanggan fi xed internet Indonesia per 100 inhabitan Indonesia berada dibawah India dan diatas Negara ASEAN yaitu Laos, Kamboja dan Myanmar. Negara Asia dengan pelanggan fi xed internet per 100 inhabitan tertinggi adalah Korea diikuti oleh Brunei Darussalam dan Singapura. Korea memiliki pelanggan fi xed internet per 100 inhabitan yang cenderung meningkat sejak tahun 2004, padahal sejak tahun 2004-2007 Singapura memiliki pelanggan fi xed internet per 100 inhabitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Korea, tetapi tahun 2008-2009 pelanggan fi xed internet per 100 inhabitan Korea adalah yang tertinggi.
Gambar 7.8.Pelanggan Fixed Internet per 100 inhabitan Negara Asia Terpilih
Sumber: International Telecommunication Union, 2011
PERBANDINGAN INTERNASIONAL
72
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
7.9. Perbandingan Pengguna Internet per 100 inhabitan Negara ASEAN
Pengguna internet per 100 inhabitan Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan angka pengguna internet ASEAN. Pengguna internet per 100 inhabitan Indonesia lebih rendah dari negara Filipina dan Thailand, dan lebih tinggi dibandingkan Laos dan Kamboja. Singapura merupakan negara dengan pengguna internet per 100 inhabitan tertinggi di ASEAN, diikuti oleh Malaysia dan Brunei Darussalam.
Gambar 7.9.Pengguna Internet per 100 inhabitan Negara ASEAN
7.10. Pengguna Internet per 100 inhabitan Negara Asia Terpilih
Dibandingkan dengan Negara Asia lainnya, pengguna internet per 100 inhabitan Indonesia berada dibawah Thailand dan diatas negara India dan negara ASEAN lain yaitu Laos, Kamboja dan Myanmar. Negara Asia dengan pelanggan fi xed internet per 100 inhabitan tertinggi adalah Korea diikuti oleh Jepang, Singgapura dan Malaysia. Terlihat pula bahwa Viet Nam dan China merupakan negara dengan pertumbuhan jumlah pengguna internet per 100 inhabitan tertinggi sejak tahun 2004 hingga 2010. Begitu pula dengan Filipina yang mengalami peningkatan signifi kan sebesar 178% ditahun 2010 dibandingkan dengan pengguna internet per 100 inhabitan ditahun 2009.
Sumber: International Telecommunication Union, 2011
PERBANDINGAN INTERNASIONAL
73
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Gambar 7.10.Pengguna Internet per 100 inhabitan Negara Asia Terpilih
Sumber: International Telecommunication Union, 2011
PERBANDINGAN INTERNASIONAL
74
INDIKATOR TIK INDONESIA 2011
DAFTAR PUSTAKA & LAMPIRAN
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
DAFTAR PUSTAKA
75
Andriariza, Yan (Ed.). 2010. Indikator TIK Indonesia 2009 Bidang Telekomunikasi, Komunikasi, Sumber Daya Manusia, Pemerintahan. Jakarta : Pusat Litbang Aplikasi Telematika Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Andriariza, Yan dan Dewi Hernikawati. 2011. Indikator TIK Tahun 2010. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Badan Pusat Statistik. 2011. Hasil Olah Cepat Penduduk Indonesia Menurut Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Kecamatan Sensus Penduduk 2010. Jakarta : BPS.
Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Industri Besar dan Sedang. Jakarta : BPS.
Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Ekspor, Jilid I. Jakarta : BPS.
Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Impor, Jilid I. Jakarta : BPS.
Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Potensi Desa Indonesia. Jakarta : BPS.
Deloitte Access Economics. 2011. Nusantara Terhubung : Peran Internet dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia.
Deputi Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah (Ed). 2011. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 – 2025. Jakarta : Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
DITJEN POSTEL. 2010. Statistik Postel 2010. Jakarta : Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika.
DR. Phill. Fuji Niwa. 2009. Science and Technology Indicator System : How to Measure the National Innovation System. GRIPS, NISTEP.
International Telecommunication Union. 2009. Manual for Measuring ICT Access and Uses by Households and Individuals. Genewa : International Telecommunication Union.
International Telecommunication Union. 2010. Core ICT Indicators 2010. Genewa : International Telecommunication Union.
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
76
Meiningsih, Siti. Et.al. 2010. Indikator Iptek Indonesia 2009. Jakarta : LIPI Press.
Ramli, Kalamullah. Et.al. 2011. Indonesia ICT White Paper 2010. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Rianto, Yan. Et.al. 2011. Hasil Survei Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Sektor Bisnis Indonesia 2011. Jakarta : Pusat Data dan Sarana Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
LAM
PIRA
N
Tabe
l 2.1
Perk
emba
ngan
Jum
lah P
elan
ggan
Jarin
gan T
elep
on Te
tap
Kabe
l dan
Tele
pon T
etap
Nirk
abel
, 200
5-20
10
Tabe
l 2.2
Peng
guna
Tele
pon T
etap
kabe
l dan
Nirk
abel
Men
urut
Wila
yah
Laya
nan
Sum
ater
a Ja
kart
a-Ba
nten
Ja
bar-
Jate
ng-D
IY
Jati
m-
Bali-
NT
Kalim
anta
n Su
law
esi-
Mal
uku-
Papu
a FW
A
4,16
65
,59
5,5
12,3
3 6,
89
6,74
Fi
xed
Tele
phon
e 6,
68
73,7
2 8,
1 15
,37
10,5
3 10
,77
Tele
dens
itas
20
06
2007
20
08
2009
20
10
Teta
p Ka
bel
3,94
3,
88
3,81
3,
69
3,55
Te
tap
Nirk
abel
2,
71
4,81
9,
53
11,6
9 13
,37
Sum
ber :
Sta
tistik
Pos
tel 2
010
Sum
ber :
Sta
tistik
Pos
tel 2
010
77
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabe
l 2.3
Perk
emba
ngan
Jum
lah P
engg
una T
elep
on B
erge
rak S
elul
er, 2
006
– 20
10
Tele
dens
itas
20
06
2007
20
08
2009
20
10
Tele
pon
Berg
erak
Sel
uler
28
,73
41,5
2 61
,72
71,7
5 88
,85
Tabe
l 2.4
Peng
guna
Tele
pon B
erge
rak S
elul
er M
enur
ut W
ilaya
h, 2
010
Laya
nan
Jaka
rta-
Bant
en
Kalim
anta
n Su
mat
era
Sula
wes
i-M
aluk
u-Pa
pua
Jati
m-B
ali-
NT
Jaba
r-Ja
teng
-D
IY
Tele
pon
Berg
erak
Sel
uler
16
9,3
83,6
7 70
,85
56,7
5 56
,5
36,9
2
Tabe
l 2.5
Perk
emba
ngan
Pel
angg
an Fi
xed
Broa
dban
d In
tern
et
Neg
ara
2005
20
06
2007
20
08
2009
20
10
Indo
nesi
a 0.
05
0.08
0.
34
0.42
0.
72
0.79
Sum
ber :
ITU
, 201
1
Sum
ber :
Sta
tistik
Pos
tel 2
010
Sum
ber :
Sta
tistik
Pos
tel 2
010
LAMPIRAN
78
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabe
l 2.6
Perk
emba
ngan
Pel
angg
an M
obile
Bro
adba
nd
Tabe
l 2.7
Perk
emba
ngan
Kan
tor P
os, 2
005-
2010
No
Jeni
s Ka
ntor
Pos
20
05
2006
20
07
2008
20
09
2010
1
Kant
or P
os
207
207
207
207
207
208
2 Ka
ntor
Pos
Cab
ang
(Kab
upat
en)
88
88
88
88
195
196
3 Ka
ntor
Pos
Cab
ang
(Dal
am K
ota)
76
0 75
5 75
4 75
1 76
1 76
2 4
Kant
or P
os C
aban
g (L
uar K
ota)
24
33
2425
24
22
2427
23
69
2377
Ju
mla
h 34
88
3475
34
71
3473
35
32
3543
Neg
ara
2005
20
06
2007
20
08
2009
20
10
Indo
nesi
a 0.
00
0.02
0.
77
1.47
3.
50
6.41
Sum
ber :
ITU
, 201
1
Sum
ber :
Sta
tistik
Pos
tel 2
010
LAMPIRAN
79
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabe
l 2.8
Perk
emba
ngan
Kan
tor P
os M
enur
ut W
ilaya
h
No
Wila
yah
2005
20
06
2007
20
08
2009
20
10
1 Ja
wa
1773
17
71
1771
17
66
1811
18
19
2 Su
mat
ra
834
822
819
818
821
822
3 Ba
li, N
TB,N
TT
207
205
206
207
207
208
4 Ka
liman
tan
314
306
305
308
308
309
5 Su
law
esi
273
272
272
273
276
276
6 M
aluk
u da
n Pa
pua
109
99
99
101
109
109
No
Jeni
s Su
mat
ra
Jaw
a Ba
li,N
TT
,NTB
Ka
liman
tan
Sula
wes
i M
aluk
u da
n Pa
pua
Jum
lah
1 Ka
ntor
Pos
50
10
2 14
19
13
10
20
8 2
Kant
or P
os C
aban
g (K
abup
aten
) 71
26
8 17
33
42
23
45
4 3
Kant
or P
os C
aban
g (D
alam
Kot
a)
126
348
31
48
37
10
600
4 Ka
ntor
Pos
Cab
ang
(Lua
r Kot
a)
575
1212
14
6 20
9 18
4 66
23
92
Jum
lah
822
1930
20
8 30
9 27
6 10
9 36
54
Tabe
l 2.9
Seba
ran K
anto
r Pos
Men
urut
Wila
yah,
201
0
Sum
ber :
Sta
tistik
Pos
tel 2
010Su
mbe
r : S
tatis
tik P
oste
l 201
0
LAMPIRAN
80
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabe
l 2.1
0Se
bara
n Pel
ayan
an P
os B
erge
rak M
enur
ut Je
nis d
an W
ilpos
, 201
0
No
Pos
Pela
yana
n Be
rger
ak
Satu
an
Wila
yah
Pos
I II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
1 Po
s Ke
lilin
g Ko
ta
Uni
t 6
16
11
108
16
17
18
2 10
5
2 Tr
ayek
6
17
16
112
20
21
22
2 16
9
2 Te
rmin
al
15
35
30
182
38
45
43
5 40
19
3
2 Po
s Ke
lilin
g D
esa
Uni
t 13
6 88
17
6 56
25
0 39
2 25
0 51
93
10
4 4
Tray
ek
239
155
328
95
455
673
428
103
153
160
10
Term
inal
44
0 44
6 54
6 21
2 1.
014
1.43
2 91
9 21
1 28
5 32
9 28
3
Pos
Sarli
ng
Uni
t 21
36
23
39
7
31
45
18
25
19
1 Tr
ayek
-
- -
- -
- -
- -
- -
Term
inal
-
- -
- -
- -
- -
- -
4 Ju
mla
h Po
s Pe
laya
nan
Berg
erak
U
nit
163
140
210
203
273
440
313
71
128
128
7 Tr
ayek
24
5 17
2 34
4 20
7 47
5 69
4 45
0 10
5 16
9 16
9 12
Te
rmin
al
455
481
576
394
1.05
2 1.
477
962
216
325
348
31
Sum
ber :
Sta
tistik
Pos
tel 2
010
LAMPIRAN
81
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabe
l 2.1
1Se
bara
n Pel
ayan
an P
os La
inny
a Men
urut
Jeni
s dan
Wila
yah P
os, 2
010
No
Pela
yana
n Po
s La
inny
a Su
mat
era
Jaw
a Ba
li,N
TB,
NTT
Ka
liman
tan
Sula
wes
i M
aluk
u,
Papu
a 1
Rum
ah P
os
133
0 1
2 1
1 2
Agen
pos
150
1062
11
0 12
7 97
27
3
Agen
pos
Des
a 70
15
6 40
37
12
3
4 Ag
enpo
s Ko
pera
si
65
238
36
49
21
18
5 D
epo
Bpm
89
7 31
98
449
212
342
122
6 Po
s D
esa
746
1200
19
9 20
7 18
0 11
7 7
Kant
or P
os D
esa
123
319
42
145
155
71
8 W
arpo
s Ke
sra
310
758
93
147
59
59
9 Po
s Se
kola
h 93
9 15
71
266
286
124
108
Tabe
l 2.1
2Pe
rkem
bang
an Fa
silita
s Pel
ayan
an P
os La
inny
a, 2
005-
2010
No
Fasi
litas
Pos
20
05
2006
20
07
2008
20
09
2010
1
Kota
k Po
s te
rsed
ia
77.7
68
77.7
68
77.7
68
77.7
68
77.7
68
77.7
68
2 Ko
tak
Pos
Dis
ewa
50.5
60
50.5
60
50.5
60
50.5
60
50.5
60
50.5
60
3 Tr
omol
Pos
3.
270
3.27
0 3.
270
3.27
0 3.
270
3.27
0 4
Bis
Sura
t Ter
pasa
ng
18.2
60
18.2
60
18.2
60
18.2
60
18.2
60
18.2
60
5 Pe
ti Po
s 19
9 19
9 19
9 19
9 19
9 19
9
Jum
lah
99.4
97
99.4
97
99.4
97
99.4
97
99.4
97
99.4
97
Sum
ber :
Sta
tistik
Pos
tel 2
010
Sum
ber :
Sta
tistik
Pos
tel 2
010
LAMPIRAN
82
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabe
l 2.1
3Se
bara
n Fas
ilita
s Pel
ayan
an P
os La
inny
a Men
urut
Wila
yah P
os , 2
010
No
Pela
yana
n Po
s La
inny
a W
ilaya
h Po
s Ju
mla
h
I II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
1 Ko
tak
Pos
ters
edia
3.
658
4.05
8 4.
181
23.9
71
6.51
4 8.
365
6.48
6 4.
661
6.00
9 5.
578
4.28
7 77
.768
2 Ko
tak
Pos
Dis
ewa
2.09
0 1.
570
1.69
3 18
.465
4.
613
5.87
9 4.
438
3.70
4 2.
766
2.32
1 3.
021
50.5
60
3 Tr
omol
Pos
21
8 35
89
16
9 14
3 1.
073
1.23
7 69
11
2 30
95
3.
270
4 Bi
s Su
rat T
erpa
sang
1.
419
1.15
4 1.
550
2.33
8 2.
321
2.81
2 2.
898
1.00
4 1.
366
901
497
18.2
60
5 Pe
ti Po
s 6
33
1 84
9
24
27
7 5
3
199
Ju
mla
h
5.30
1 5.
280
5.82
1 26
.562
8.
987
12.2
74
10.6
48
5.74
1 7.
492
6.51
2 4.
879
99.4
97
Tabe
l 2.1
4Se
bara
n Fas
ilita
s Pel
ayan
an P
os La
inny
a Men
urut
Pul
au, 2
010
No
Fasi
litas
Pel
ayan
an
Pos
Lain
nya
Wila
yah
kepu
laua
n Ju
mla
h
Sum
ater
a Ja
wa
Bali,
NTB
, N
TT
Kalim
anta
n Su
law
esi
Mal
uku,
Pa
pua
1 Ko
tak
Pos
ters
edia
11
.897
45
.336
4.
661
6.00
9 5.
578
4.28
7 77
.768
2
Kota
k Po
s D
isew
a 5.
353
33.3
95
3.70
4 2.
766
2.32
1 3.
021
50.5
60
3 Tr
omol
Pos
34
2 2.
622
69
112
30
95
3.27
0 4
Bis
Sura
t Ter
pasa
ng
4.12
3 10
.369
1.
004
1.36
6 90
1 49
7 18
.260
5
Peti
Pos
40
144
7 5
3 0
199
Ju
mla
h *
16.4
02
58.4
71
5.74
1 7.
492
6.51
2 4.
879
99.4
97
*) ti
dak
term
asuk
Kot
ak P
os D
isew
a
Sum
ber :
Sta
tistik
Pos
tel 2
010
Sum
ber :
Sta
tistik
Pos
tel 2
010
LAMPIRAN
83
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabe
l 2.1
5Pe
rkem
bang
an Ja
ngka
uan P
elay
anan
Pos
di K
elur
ahan
/Des
a, 2
005-
2010
Tabe
l 2.1
6Tin
gkat
Ket
erja
ngka
uan P
elay
anan
Pos
di D
esa M
enur
ut W
ilpos
, 201
0
No
Jang
kaua
n Pe
laya
nan
2005
20
06
2007
20
08
2009
20
10
1 Ju
mla
h Ke
lura
han/
Des
a 68
298
6829
8 68
298
7062
9 70
629
7062
9
2 D
ilaya
ni K
Prk
6045
60
45
6045
57
05
5705
57
05
3 D
ilaya
ni K
anto
r Pos
Cab
ang
Luar
Ko
ta
9698
95
78
9554
10
888
1051
6 10
696
4 D
ilaya
ni K
anto
r Pos
Des
a 25
81
2578
26
17
3558
35
52
3474
5 D
ilaya
ni P
os K
elili
ng D
esa
1146
6 58
10
5445
53
07
5307
53
07
6 D
ilaya
ni P
os D
esa
2986
29
40
2864
27
59
2759
27
54
7 D
ilaya
ni A
genp
os D
esa
422
422
422
430
430
430
8 D
ilaya
ni W
arpo
s Ke
sra
1252
12
52
1252
12
20
1220
12
20
Kete
rang
an
wilp
os
1 w
ilpos
2
wilp
os
3 w
ilpos
4
wilp
os
5 w
ilpos
6
wilp
os
7 w
ilpos
8
wilp
os
9 w
ilpos
10
w
ilpos
11
%
Bel
um T
erja
ngka
u 80
.1
57.2
66
.5
33.3
30
.6
42.6
52
.9
48.3
75
.4
44.6
69
.5
% T
erja
ngka
u 19
.8
42.7
33
.4
66.6
69
.3
57.4
47
51
.6
24.5
55
.4
30.4
Su
mbe
r : S
tatis
tik P
oste
l 201
0
Sum
ber :
Sta
tistik
Pos
tel 2
010
LAMPIRAN
84
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 3.1 Pembandingan Populasi dan Sampel
Propinsi Populasi Sampel 3200 - Jawa Barat 3623068 1812 3500 - Jawa Timur 5903336 1577 3300 - Jawa Tengah 4631688 1363 1200 - Sumatera Utara 4561139 546 3600 – Banten 4721228 447 3100 - DKI Jakarta 5252293 404 1600 - Sumatera Selatan 3506931 313 1800 – Lampung 2143517 320 7300 - Sulawesi Selatan 1927918 338 1400 – Riau 1752304 233 5200 - Nusa Tenggara Barat 2361852 189 1100 – Aceh 513705 189 1300 - Sumatera Barat 1479469 204 5300 - Nusa Tenggara Timur 865702 197 6300 - Kalimantan Selatan 1641204 153 5100 – Bali 2071024 164 3400 - D.I. Yogyakarta 2361823 145 1500 – Jambi 1316006 30 7200 - Sulawesi Tengah 1169477 111 9400 – Papua 619850 120 7100 - Sulawesi Utara 829635 96 7400 - Sulawesi Tenggara 981230 94 6200 - Kalimantan Tengah 950218 93 1700 – Bengkulu 852946 72 8100 – Maluku 661317 65 6100 - Kalimantan Barat 1883246 185 1900 - Bangka Belitung 780431 51 7600 - Sulawesi Barat 1007397 49 7500 – Gorontalo 554551 44 8200 - Maluku Utara 536893 44 9100 - Papua Barat 491038 32 2100 - Kepulauan Riau 1492656 71 6400 - Kalimantan Timur 2165609 150
Sumber: Survei Akses Penggunaan TIK Rumah Tangga dan Individu, Puslitbang PPI Kominfo
LAMPIRAN
85
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 3.2 Sebaran Responden Berdasarkan Pulau
Pulau Jumlah Responden
Persentase
Jawa 5426 60.32% Sumatera 1914 21.28% Sulawesi 638 7.09% Lombok 355 3.95% Kalimantan 275 3.06% Bali 149 1.66% Irian Jaya 138 1.53% Maluku 93 1.03% Kepulauan Riau 7 0.08% T O T A L 8995 100%
Penggunaan TIK Jumlah Responden
Persentase
Ya Tidak Ya Tidak Memiliki radio 4994 4001 55.53% 44.48% Memiliki televise 8596 399 95.56% 4.44%
Proporsi rumah tangga dengan telepon
Jumlah Responden
Persentase
Memiliki telepon 8055 89.55% Tidak memiliki telepon 940 10.45%
Penggunaan TIK Jumlah Responden
Persentase
Ya Tidak Ya Tidak Telepon Kabel 2266 6729 25.19% 74.81% Telepon Seluler (HP) 7883 1112 87.64% 12.36%
Tabel 3.3 Proporsi rumah tangga yang memiliki radio dan televisi
Sumber: Survei Akses Penggunaan TIK Rumah Tangga dan Individu, Puslitbang PPI Kominfo
Sumber: Survei Akses Penggunaan TIK Rumah Tangga dan Individu, Puslitbang PPI Kominfo
Tabel 3.4 Proporsi rumah tangga yang memiliki telepon
Sumber: Survei Akses Penggunaan TIK Rumah Tangga dan Individu, Puslitbang PPI Kominfo
Sumber: Survei Akses Penggunaan TIK Rumah Tangga dan Individu, Puslitbang PPI Kominfo
LAMPIRAN
86
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 3.5 Tingkat kepemilikan dan penggunaaan komputer dan internet
Memiliki Menggunakan Komputer 33.64% 36.32% Internet 26.47% 37.51%
Lokasi 3.6 Lokasi akses internet
Sumber: Survei Akses Penggunaan TIK Rumah Tangga dan Individu, Puslitbang PPI Kominfo
Lokasi Akses Internet Jumlah Responden
Persentase
Rumah 1991 59.01% Dimana saja melalui HP 1953 57.88%
Warnet 1944 57.62% Kantor 1004 29.76% Sekolah/Kampus 956 28.33% Rumah teman/Saudara/orang lain yang dikenal 753 22.32%
Dimana saja menggunakan WiFi 522 15.47% Fasilitas akses internet di komunitas 415 12.30% Lainnya 29 0.86%
Sumber: Survei Akses Penggunaan TIK Rumah Tangga dan Individu, Puslitbang PPI Kominfo
Tabel 3.7 Aktivitas internet
Aktivitas Internet Jumlah Responden
Persentase
Membuka situs jejaring sosial 2174 64.43% Mencari informasi mengenai barang atau jasa 1638 48.55%
Mengirim atau menerima email 1597 47.33% Mengunduh film, gambar, music, menonton TV atau video atau
mendengarkan radio atau musik 1585 46.98%
Mengirim pesan melalui Instant Messaging 1577 46.74%
Melakukan aktifitas belajar 1496 44.34% Bermain game 1485 44.01% Mencari informasi mengenai kesehatan atau pelayanan kesehatan 1309 38.80% Membaca atau mengunduh online newspaper, majah atau e-book 1272 37.70%
Mencari informasi mengenai organisasi pemerintahan 955 28.30% Mengunduh software 655 19.41% Menjual atau membeli barang atau jasa 518 15.35% Internet Banking 382 11.32%
Teleconference melalui VoIP 189 5.60% Lainnya 100 2.96%
Sumber: Survei Akses Penggunaan TIK Rumah Tangga dan Individu, Puslitbang PPI Kominfo
LAMPIRAN
87
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 3.8Proporsi individu yang menggunakan telepon seluler
Frekuensi Akses Internet Jumlah Responden
Persentase
Setiap hari 1088 32.25% Minimal 1 kali dalam 1 minggu 2286 67.75%
Proporsi individu yang menggunakan HP
Jumlah Responden
Persentase
Menggunakan telepon seluler 7752 86.18% Tidak menggunakan telepon seluler 1243 13.82%
Jenis Akses Jumlah Responden Persentase Narrowband 498 25.01% Fixed Broadband 667 33.50% Mobile Broadband 982 49.32%
Tabel 3.9 Jenis Teknologi Akses Internet
Sumber: Survei Akses Penggunaan TIK Rumah Tangga dan Individu, Puslitbang PPI Kominfo
Tabel 3.10 Frekuensi Akses Internet
Sumber: Survei Akses Penggunaan TIK Rumah Tangga dan Individu, Puslitbang PPI Kominfo
Sumber: Survei Akses Penggunaan TIK Rumah Tangga dan Individu, Puslitbang PPI Kominfo
LAMPIRAN
88
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 4.1 Sampel dan Populasi Perusahaan
Pulau Sampel Populasi Jawa 74,10% 68,02% Sumatera 11,95% 18,85% Sulawesi 5,73% 7,43% Bali 8,22% 5,67%
Sumber: Survei Ekonomi BPS, 2006
Tabel 4.2Perbandingan Populasi Perusahaan Bisnis Indonesia
Bidang Usaha Jumlah Perusahaan Persentase Dagang, Hotel & Restoran 332 41,35% Industri - Manufaktur 103 12,83% Jasa lainnya 368 45,83%
Sumber: Survei Ekonomi BPS, 2006
Tabel 4.3 Skala Perusahaan Responden
Skala Usaha Jumlah Perusahaan Persentase Skala Mikro ( <5 ) 103 12,83% Skala Kecil ( 5 - 19 ) 358 44,58% Skala Menengah ( 20 - 99 ) 255 31,76% Skala Besar ( >99 ) 87 10,83%
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Bisnis Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Tabel 4.4 Penggunaan Komputer dan Internet pada Perusahaan
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Bisnis Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Menggunakan komputer Menggunakan internet Ya Tidak Ya Tidak
92,15% 7,85% 86,43% 13,57%
LAMPIRAN
89
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabe
l 4.5
Pe
nggu
naan
Kom
pute
r dan
Inte
rnet
di P
MDN
, PM
A da
n Joi
nt Ve
ntur
e
Sum
ber:
Surv
ei A
kses
dan
Pen
ggun
aan
TIK
di S
ekto
r Bis
nis
Pu
sat D
ata
dan
Sara
na In
form
atik
a K
omin
fo
Stat
us K
epem
ilika
n M
odal
M
engg
unak
an K
ompu
ter
Men
ggun
akan
Inte
rnet
Ju
mla
h Pe
rusa
haan
Pe
rsen
tase
Ju
mla
h Pe
rusa
haan
Pe
rsen
tase
Ya
Tida
k Ya
Ti
dak
Ya
Tida
k Ya
Ti
dak
PMD
N
697
63
91,7
1%
8,29
%
651
109
85,6
6%
14,3
4%
PMA
31
0
100%
0%
31
0
100%
0%
Jo
int V
entu
re
12
0 10
0%
0%
12
0 10
0%
0%
Tabe
l 4.6
Pe
nggu
naan
Kom
pute
r dan
Inte
rnet
Ber
dasa
r Ska
la U
saha
Per
usah
aan
Skal
a U
saha
M
engg
unak
an K
ompu
ter
Men
ggun
akan
Inte
rnet
Ya
Ti
dak
Ya
Tida
k Sk
ala
Mik
ro (
<5
) 71
,84%
28
,16%
59
,22%
40
,78%
Sk
ala
Keci
l ( 5
- 1
9 )
92,7
4%
7,26
%
88,2
7%
11,7
3%
Skal
a M
enen
gah
( 20
- 99
) 96
,86%
3,
14%
90
,59%
9,
41%
Sk
ala
Besa
r ( >
99 )
100,
00%
0,
00%
98
,85%
1,
15%
Su
mbe
r: Su
rvei
Aks
es d
an P
engg
unaa
n TI
K d
i Sek
tor B
isni
s
Pusa
t Dat
a da
n Sa
rana
Info
rmat
ika
Kom
info
LAMPIRAN
90
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 4.7Rasio Tenaga Kerja Yang Menggunakan Komputer dan Internet
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Bisnis Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Rasio Tenaga Kerja Pengguna Komputer
0,19
Rasio Tenaga Kerja Pengguna Internet
0,13
Tabel 4.8Rasio Tenaga Kerja Komputer dan Internet Berdasar Skala Usaha
Skala Usaha Rasio Tenaga Kerja Pengguna Komputer
Rasio Tenaga Kerja Pengguna Internet
Skala Mikro ( <5 ) 0,58 0,52 Skala Kecil ( 5 - 19 ) 0,42 0,35 Skala Menengah ( 20 - 99 ) 0,37 0,27 Skala Besar ( >99 ) 0,15 0,1
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Bisnis Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Tabel 4.9Rasio Tenaga Kerja Komputer dan Internet Berdasar Bidang Usaha
Bidang Usaha Rasio Tenaga Kerja Pengguna Komputer
Rasio Tenaga Kerja Pengguna Internet
Dagang, Hotel & Restoran 0,32 0,24 Industri – Manufaktur 0,09 0,06 Jasa lainnya 0,28 0,18
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Bisnis Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Tabel 4.10Jenis Koneksi Internet yang Digunakan Perusahaan
Narrowband Fixed Broadband Mobile Broadband 7,06% 83% 15,85%
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Bisnis Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
LAMPIRAN
91
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 4.11Jenis Koneksi Internet yang Digunakan Perusahaan Berdasar Skala Usaha
Skala Usaha Narrowband Fixed Broadband
Mobile Broadband
Skala Mikro ( <5 ) 12,12% 62,12% 25,76% Skala Kecil ( 5 - 19 ) 7,76% 74,63% 17,61%
Skala Menengah ( 20 - 99 ) 4,33% 86,61% 9,06% Skala Besar ( >99 ) 3,48% 18,26% 16,52%
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Bisnis Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Tabel 4.12Penggunaan web, LAN (Local Area Network), Intranet dan Extranet
Menggunakan LAN Ya 53,78% Tidak 46,22%
Menggunakan web Ya 39,35% Tidak 60,65%
Menggunakan intranet Ya 35,81% Tidak 64,19%
Menggunakan Ekstranet Ya 9,86% Tidak 90,14%
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Bisnis Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
LAMPIRAN
92
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabe
l 4.1
3Pe
nggu
naan
web
, LAN
, Int
rane
t dan
Extra
net b
erda
sar S
kala
Usa
ha P
erus
ahaa
n
Skal
a U
saha
W
eb
LAN
In
tran
et
Ekst
rane
t Ya
Ti
dak
Ya
Tida
k Ya
Ti
dak
Ya
Tida
k Sk
ala
Mik
ro (
<5
) 17
,48%
82
,52%
14
,86%
85
,14%
20
,27%
79
,73%
4,
05%
95
,95%
Sk
ala
Keci
l ( 5
- 1
9 )
31,0
1%
68,9
9%
43,0
7%
56,9
3%
28,3
1%
71,6
9%
6,02
%
93,9
8%
Skal
a M
enen
gah
( 20
- 99
) 46
,67%
53
,33%
65
,99%
34
,01%
39
,68%
60
,32%
13
,36%
86
,64%
Sk
ala
Besa
r ( >
99 )
78,1
6%
21,8
4%
93,1
0%
6,90
%
66,6
7%
33,3
3%
19,5
4%
80,4
6%
Sum
ber:
Surv
ei A
kses
dan
Pen
ggun
aan
TIK
di S
ekto
r Bis
nis
Pu
sat D
ata
dan
Sara
na In
form
atik
a K
omin
fo
Tabe
l 4.1
4Pe
nerim
aan P
esan
an d
an P
enaw
aran
Bar
ang a
tau J
asa M
elal
ui In
tern
et
Pem
anfa
atan
Inte
rnet
Pe
rsen
tase
M
ener
ima
Pesa
nan
Bara
ng/J
asa
45,9
7%
Men
awar
kan
bara
ng ja
sa
52,3
1%
Sum
ber:
Surv
ei A
kses
dan
Pen
ggun
aan
TIK
di S
ekto
r Bis
nis
Pu
sat D
ata
dan
Sara
na In
form
atik
a K
omin
fo
LAMPIRAN
93
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 4.15Kegiatan Penggunaan Internet PMDN, PMA dan Joint Venture
Status Kepemilikan
Modal
Menerima Pesanan Barang/Jasa
Menawarkan barang jasa
Ya Tidak Ya Tidak PMDN 46,08% 53,92% 52,53% 47,47% PMA 48,39% 51,61% 54,84% 45,16% Joint Venture 33,33% 66,67% 33,33% 66,67%
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Bisnis Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Tabel 4.16Kegiatan Penggunaan Internet Berdasar Skala Usaha
Skala Usaha Menerima Pesanan Barang/Jasa
Menawarkan barang jasa
Ya Tidak Ya Tidak Skala Mikro ( <5 ) 44,26% 55,74% 47,54% 52,46% Skala Kecil ( 5 - 19 ) 50,32% 49,68% 55,06% 44,94% Skala Menengah ( 20 - 99 ) 41,13% 58,87% 49,78% 50,22% Skala Besar ( >99 ) 44,19% 55,81% 52,33% 47,67%
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Bisnis Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Tabel 4.17. Kegiatan Lain Penggunaan Internet Oleh Perusahaan
Aktivitas Internet Jumlah Perusahaan
Persentase
Mengirim dan menerima email 678 18,74% Mencari informasi mengenai barang atau jasa 560 15,48% Mengirim pesan melalui Instant Messaging 419 11,58% Menyediakan pelayanan bagi pelanggan 357 9,87% Internet Banking 354 9,79% Mencari informasi mengenai organisasi pemerintahan
317 8,76%
Mengakses fasilitas finansial lainnya 234 6,47% Bekomunikasi dengan organisasi pemerintahan 199 5,50% Merekrut pegawai baru 172 4,76% Memberikan pelatihan bagi karyawan 118 3,26% Delivering produk yang dijual secara online 114 3,15% Teleconference melalui VoIP 94 2,60% Lainnya:Promosi hotel 1 0,03%
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Bisnis Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
LAMPIRAN
94
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Akt
ivit
as In
tern
et
Jum
lah
Peru
saha
an B
erda
sark
an S
kala
U
saha
(Jum
lah
Tena
ga K
erja
) Pe
rsen
tase
Per
usah
aan
Berd
asar
kan
Skal
a U
saha
(Jum
lah
Tena
ga K
erja
) Sk
ala
Mik
ro
( <5
)
Skal
a Ke
cil
( 5 -
19
)
Skal
a M
enen
gah
( 20
- 99
)
Skal
a Be
sar
( >99
)
Skal
a M
ikro
( <
5 )
Skal
a Ke
cil
( 5 -
19
)
Skal
a M
enen
gah
( 20
- 99
)
Skal
a Be
sar
( >99
) M
engi
rim
dan
men
erim
a em
ail
58
308
227
85
95,0
8%
97,4
7%
98,2
7%
98,8
4%
Men
cari
info
rmas
i men
gena
i bar
ang
atau
jasa
48
25
5 18
2 75
78
,69%
80
,70%
78
,79%
87
,21%
Men
cari
info
rmas
i men
gena
i org
anis
asi
pem
erin
taha
n
19
124
111
63
31,1
5%
39,2
4%
48,0
5%
73,2
6%
Inte
rnet
Ban
king
23
13
7 13
6 58
37
,70%
43
,35%
58
,87%
67
,44%
M
engi
rim
pes
an m
elal
ui In
stan
t M
essa
ging
37
17
4 15
6 52
60
,66%
55
,06%
67
,53%
60
,47%
Men
yedi
akan
pel
ayan
an b
agi p
elan
ggan
27
16
1 12
1 48
44
,26%
50
,95%
52
,38%
55
,81%
M
erek
rut p
egaw
ai b
aru
6
56
63
47
9,84
%
17,7
2%
27,2
7%
54,6
5%
Beko
mun
ikas
i den
gan
orga
nisa
si
pem
erin
taha
n
9 66
78
46
14
,75%
20
,89%
33
,77%
53
,49%
Men
gaks
es fa
silit
as fi
nans
ial l
ainn
ya
14
83
93
44
22,9
5%
26,2
7%
40,2
6%
51,1
6%
Tele
conf
eren
ce m
elal
ui V
oIP
2
25
39
28
3,28
%
7,91
%
16,8
8%
32,5
6%
Mem
beri
kan
pela
tiha
n ba
gi k
arya
wan
5
34
55
24
8,20
%
10,7
6%
23,8
1%
27,9
1%
Del
iver
ing
prod
uk y
ang
diju
al s
ecar
a on
line
11
52
33
18
18
,03%
16
,46%
14
,29%
20
,93%
Lain
nya:
Prom
osi h
otel
0
1 0
0 0,
00%
0,
32%
0,
00%
0,
00%
Tabe
l 4.1
8Ke
giat
an La
in P
engg
unaa
n Int
erne
t Ole
h Per
usah
aan B
erda
sar S
kala
Usa
ha
Sum
ber:
Surv
ei A
kses
dan
Pen
ggun
aan
TIK
di S
ekto
r Bis
nis
Pu
sat D
ata
dan
Sara
na In
form
atik
a K
omin
fo
LAMPIRAN
95
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 5.1Proporsi Industri TIK Terhadap Industri Manufaktur
Sumber: Diolah dari data BPS
Tahun Banyaknya Perusahaan
Banyaknya Perusahaan TIK
Persentase Industri TIK Terhadap Industri Manufaktur
2006 29468 274 1,13% 2007 27998 324 1,18% 2008 25694 320 1,20% 2009 25007 300 1,26%
Tabel 5.2Proporsi Tenaga Kerja Industri TIK Terhadap Tenaga Kerja Industri Manufaktur
Tahun Jumlah Tenaga Kerja Industri
Total
Jumlah Tenaga Kerja Industri TIK
Proporsi Tenaga Kerja Industri TIK Terhadap Tenaga Kerja
Industri Manufaktur
2006 4755703 163 908 3,52% 2007 4624937 167 196 3,80% 2008 4457932 172 191 3,16% 2009 4405643 137 877 3,65%
Sumber: Diolah dari data BPS
Tabel 5.3Kontribusi Nilai Tambah Industri TIK Terhadap Nilai Tambah Industri Manufaktur
Tahun Nilai tambah industri total
Nilai tambah industri TIK
Kontribusi Nilai Tambah Industri TIK Terhadap Nilai
Tambah Industri Manufaktur
2006 485157 16 979 4,42% 2007 563484 21 232 3,99% 2008 683035 22 244 2,91% 2009 746526 19 567 3,35%
Sumber: Diolah dari data BPS
LAMPIRAN
96
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabe
l 5.4
Impo
r Bar
ang-
bara
ng P
erle
ngka
pan T
elek
omun
ikasi
Tota
l Im
por
Bara
ng P
erle
ngka
pan
Tele
kom
unik
asi
1402
13
37,6
24
86,1
67
76,7
48
93,6
Tota
l Im
port
Indu
stri
man
ufak
tur
5770
0,9
6106
5,5
7447
3,4
1291
97,3
96
829,
2 Ko
ntri
busi
impo
r pe
rlen
gkap
an
tele
kom
unik
asi t
erha
dap
tota
l im
por
2,43
%
2,19
%
3,34
%
5,25
%
5,05
%
Neg
ara
Asa
l 20
05
2006
20
07
2008
20
09
Cina
21
0,5
265,
3 74
1,7
2033
,4
1848
H
ongk
ong
41,7
55
,1
136,
8 63
7,7
542,
3 Si
ngap
ura
29
77,2
77
,3
1050
,1
395,
7 Ko
rea
sela
tan
79,2
50
,6
114,
6 43
4,2
366,
8 Sw
edia
24
2,2
288,
2 41
1,6
542,
3 34
0,2
Jepa
ng
55,9
55
,1
82,4
51
8,6
280
Mal
aysi
a 33
,9
46,1
57
,5
203,
1 11
7,9
Jerm
an
261
93
282,
3 25
4,8
114,
4 Fi
nlan
dia
229
185
90,6
16
0,5
58
AS
42,7
45
,9
63,1
66
,9
50,6
La
inny
a 17
6,9
176,
1 42
8,2
775,
1 77
9,7
Tota
l 14
02
1337
,6
2486
,1
6776
,7
4893
,6
Tabe
l 5.5
Nega
ra A
sal P
engi
mpo
r Per
leng
kapa
n Tel
ekom
unika
si
Sum
ber:
Dio
lah
dari
dat
a BP
S
Sum
ber:
Dio
lah
dari
dat
a BP
S
LAMPIRAN
97
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabe
l 5.6
Eksp
or B
aran
g-ba
rang
Aud
io-V
isual
di In
done
sia
Sum
ber:
Dio
lah
dari
dat
a BP
S
Tota
l Eks
por
Aud
io v
isua
l (m
illio
n U
SD)
2.84
2,2
2.72
2,1
2.62
0,6
2.86
7,2
3.43
2,0
Tota
l Eks
por
Indu
stri
M
anuf
aktu
r 85
.660
.000
10
0.79
8.60
0 11
4.10
0.90
0 13
7.02
0.40
0 11
6.51
0.00
0
Kont
ribu
si E
kspo
r A
udio
-vi
sual
terh
adap
tota
l eks
por
0,00
33%
0,
0027
%
0,00
23%
0,
0021
%
0,00
29%
Neg
ara
tuju
an
2005
20
06
2007
20
08
2009
A
S 75
7,1
457,
9 37
5,2
451,
6 62
8,0
Sing
apur
a 47
7,2
576,
3 53
4,2
452,
6 28
7,7
Jepa
ng
244,
2 18
7,6
209,
9 24
7,4
205,
7 H
ongk
ong
107,
0 17
5,2
217,
5 19
2,2
181,
2 Ko
rea
Sela
tan
91,3
81
,3
87,3
13
6,1
155,
4 Je
rman
11
1,3
106,
0 11
8,2
88,9
15
3,4
Bela
nda
114,
9 10
0,8
66,7
12
8,3
147,
5 U
ni e
mir
at A
rab
99,3
90
,9
79,6
10
1,5
106,
6 Be
lgia
15
1,0
168,
6 20
1,1
134,
9 87
,4
Finl
andi
a 61
,2
127,
7 27
,8
3,5
1,4
Lain
nya
627,
7 64
9,8
703,
1 93
0,2
1.47
7,7
Tota
l Eks
por
Aud
io v
isua
l (m
illio
n U
SD)
2.84
2,2
2.72
2,1
2.62
0,6
2.86
7,2
3.43
2,0
Sum
ber:
Dio
lah
dari
dat
a BP
S
Tabe
l 5.7
Nega
ra Tu
juan
Eksp
or B
aran
g-ba
rang
Aud
io-V
isual
LAMPIRAN
98
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tota
l Eks
por
Com
pute
r da
n ko
mpo
nenn
ya
(mill
ion
USD
)
1.85
0.38
6,9
1.78
5.61
9,1
976.
529,
2 86
4.55
2,8
880.
433,
7
Tota
l Eks
por
Indu
stry
M
anuf
aktu
r 85
.660
.000
10
0.79
8.60
0 11
4.10
0.90
0 13
7.02
0.40
0 11
6.51
0.00
0
Kont
ribu
si E
kspo
r Ko
mpu
ter
dan
kom
pone
n ko
mpu
ter
terh
adap
tota
l ek
spor
2,16
%
1,77
%
0,86
%
0,63
%
0,76
%
Sum
ber:
Dio
lah
dari
dat
a BP
S
Tabe
l 5.8
Eksp
or K
ompu
ter d
an P
erle
ngka
pann
ya
Neg
ara
tuju
an
2005
20
06
2007
20
08
2009
Si
ngap
ura
266.
504,
9 25
0.36
9,8
278.
942,
6 19
5.02
1,8
244.
587,
0 Ci
na
105.
556,
7 14
3.95
5,2
169.
909,
8 15
0.20
2,5
188.
562,
8 AS
34
3.63
7,4
215.
697,
6 72
.801
,0
67.7
78,1
71
.613
,5
Bela
nda
2.67
7.32
2,7
245.
479,
0 75
.036
,0
78.9
54,4
48
.980
,2
Jepa
ng
373.
592,
1 24
8.89
4,6
143.
517,
4 15
7.76
4,5
48.1
01,7
H
ongk
ong
69.7
09,1
12
5.81
6,6
14.4
57,9
21
.910
,2
33.0
61,0
Je
rman
51
.518
,7
39.1
32,4
27
.483
,1
8.71
9,7
29.2
50,5
Th
aila
nd
21.8
09,7
51
.023
,9
27.9
25,4
23
.535
,5
29.1
76,2
Ta
iwan
32
.105
,6
48.7
40,6
6.
809,
8 5.
780,
3 6.
500,
4 Ko
rea
Sela
tan
13.3
39,9
43
.444
,5
4.60
9,2
4.02
2,8
3.79
4,4
Lain
nya
305.
290,
1 37
3.06
4,9
155.
037,
0 15
0.96
3,0
246.
806,
0 To
tal E
kspo
r Co
mpu
ter
dan
kom
pone
nnya
(m
illio
n U
SD)
1.85
0.38
6,9
1.78
5.61
9,1
976.
529,
2 86
4.55
2,8
880.
433,
7
Sum
ber:
Dio
lah
dari
dat
a BP
S
Tabe
l 5.9
Neg
ara T
ujua
n Eks
por K
ompu
ter d
an P
erle
ngka
pann
ya
LAMPIRAN
99
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 6.1 Proporsi responden berdasarkan jenis sekolah
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Jenis Sekolah
Jumlah Persentase
NEGERI 558 70,10% SWASTA 238 29,90% T O T A L 796 100%
Tabel 6.2 Proporsi responden berdasarkan jenjang pendidikan
Jenjang Pendidikan
Jumlah Persentase
SD 466 58,54% SMP 174 21,86% SMA 89 11,18% SMK 67 8,42%
T O T A L 796 100% Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Tabel 6.3 Proporsi responden berdasarkan jenis sekolah dan jenjang pendidikan
Jenjang Pendidikan
Jumlah Persentase NEGERI SWASTA NEGERI SWASTA
SD 363 103 77,90% 22,10% SMP 111 63 63,79% 36,21% SMA 54 35 60,67% 39,33% SMK 30 37 44,78% 55,22%
T O T A L 558 238 70,10% 29,90% Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
LAMPIRAN
100
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabe
l 6.4
Pr
opor
si se
kola
h den
gan p
engg
unaa
n sar
ana T
IK
Sum
ber:
Surv
ei A
kses
dan
Pen
ggun
aan
TIK
di S
ekto
r Pen
didi
kan
Pu
sat D
ata
dan
Sara
na In
form
atik
a K
omin
fo
Peng
guna
an T
IK
Jum
lah
Pers
enta
se
Ya
Tida
k Ya
Ti
dak
Men
ggun
akan
rad
io
181
615
22,7
4%
77,2
6%
Men
ggun
akan
te
levi
si
391
405
49,1
2%
50,8
8%
Men
ggun
akan
te
lepo
n 75
6 40
94
,97%
5,
03%
Men
ggun
akan
ko
mpu
ter
785
11
98,6
2%
1,38
%
Mem
iliki
inte
rnet
64
1 15
5 80
,53%
19
,47%
Peng
guna
an T
IK
Jum
lah
Pers
enta
se
NEG
ERI
SWA
STA
N
EGER
I SW
AST
A
Ya
Tida
k Ya
Ti
dak
Ya
Tida
k Ya
Ti
dak
Men
ggun
akan
ra
dio
119
439
62
176
21,3
3%
78,6
7%
26,0
5%
73,9
5%
Men
ggun
akan
te
levi
se
264
294
127
111
47,3
1%
52,6
9%
53,3
6%
46,6
4%
Men
ggun
akan
te
lepo
n 52
0 38
23
6 2
93,1
9%
6,81
%
99,1
6%
0,84
%
Men
ggun
akan
ko
mpu
ter
548
10
237
1 98
,21%
1,
79%
99
,58%
0,
42%
Mem
iliki
inte
rnet
43
5 12
3 20
6 32
77
,96%
22
,04%
86
,55%
13
,45%
Tabe
l 6.5
Pr
opor
si se
kola
h den
gan p
engg
unaa
n sar
ana T
IK b
erda
sark
an je
nis s
ekol
ah
Sum
ber:
Surv
ei A
kses
dan
Pen
ggun
aan
TIK
di S
ekto
r Pen
didi
kan,
Pus
at D
ata
dan
Sara
na In
form
atik
a K
omin
fo
LAMPIRAN
101
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 6.6 Rata-rata waktu penggunaan sarana TIK dalam kegiatan belajar mengajar
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Sarana TIK Rata-rata Komputer 6,5 Internet 4,1 Radio 2,2 Televisi 3,3
Tabel 6.7 Rata-rata kegiatan belajar mengajar mata pelajaran yang menggunakan TIK
Mata Pelajaran Rata-rata Matematika 2,9 Ilmu Pengetahuan Alam 2,8 Kemampuan Dasar Komputer/Keterampilan Komputer
3
Bahasa 3
Mata Pelajaran Jenis Sekolah NEGERI SWASTA
Matematika 2,9 2,9 Ilmu Pengetahuan Alam 2,9 2,6 Kemampuan Dasar Komputer/Keterampilan Komputer
3 3,1
Bahasa 2,9 3,1
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Tabel 6.8Rata-rata waktu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan TIK berdasarkan jenis sekolah
LAMPIRAN
102
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabe
l 6.9
Pr
opor
si pe
nggu
naan
kom
pute
r ber
dasa
rkan
kegi
atan
Sum
ber:
Surv
ei A
kses
dan
Pen
ggun
aan
TIK
di S
ekto
r Pen
didi
kan
Pu
sat D
ata
dan
Sara
na In
form
atik
a K
omin
fo
Tabe
l 6.1
0 Ke
giat
an p
engg
unaa
n kom
pute
r ber
dasa
rkan
dan
kone
ksivi
tas i
nter
net
Sum
ber:
Surv
ei A
kses
dan
Pen
ggun
aan
TIK
di S
ekto
r Pen
didi
kan
Pu
sat D
ata
dan
Sara
na In
form
atik
a K
omin
fo
Kegi
atan
Ju
mla
h Pe
rsen
tase
Terk
onek
si
Tida
k Te
rkon
eksi
Te
rkon
eksi
Ti
dak
Terk
onek
si
Kegi
atan
Bel
ajar
M
enga
jar
15.0
27
5.75
3 72
,31%
27
,69%
Kegi
atan
Adm
inis
tras
i 2.
401
843
74,0
1%
25,9
9%
T O
T A
L
17.4
28
6.59
6 72
,54%
27
,46%
Kegi
atan
Ju
mla
h Pe
rsen
tase
Ke
giat
an B
elaj
ar
Men
gaja
r 20
.780
86
,50%
Kegi
atan
Adm
inis
tras
i 3.
244
13,5
0%
T O
T A
L
24.0
24
100%
LAMPIRAN
103
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Mengajarkan Komputer Dasar
Jumlah Persentase
Ya 661 83,04% Tidak 135 16,96%
T O T A L 796 100% Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Tabel 6.11 Pengajaran keterampilan komputer dasar
Tabel 6.12 Kurikulum pelajaran keterampilan komputer dasar
Kurikulum Jumlah Persentase Microsoft Office 655 99,09% Open Office 171 25,87% Desain Grafis 239 36,16% Pemrograman 95 14,37% Lainnya 191 28,90%
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Tabel 6.13 Koneksi internet yang digunakan di sekolah
Koneksi Jumlah Persentase JARDIKNAS 248 38,69% Narrowband 41 6,40% Fixed Broadband 412 64,27% Mobile Broadband
75 11,70%
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Tabel 6.14 Sekolah yang memberikan pekerjaan rumah melalui internet
Memberikan pekerjaan rumah dengan mengakses internet
Jumlah Persentase
Ya 628 78,89% Tidak 168 21,11%
T O T A L 796 100%
LAMPIRAN
104
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 6.16 Sekolah yang memberikan pekerjaan rumah melalui internet berdasarkan jenis sekolah
Memberikan pekerjaan rumah dengan mengakses
internet
Jumlah Persentase NEGERI SWASTA NEGERI SWASTA
Ya 419 209 75,09% 87,82% Tidak 139 29 24,91% 12,18%
T O T A L 558 238 100% 100% Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Tabel 6.17 Kepemilikan website dan Pemberian akun email
Ketersediaan Website/Email
Jumlah Persentase NEGERI SWASTA NEGERI SWASTA
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Memiliki Website 180 378 105 133 32,26% 67,74% 44,12% 55,88%
Memberikan akun email pengajar
86 472 45 193 15,41% 84,59% 18,91% 81,09%
Memberikan akun email siswa
58 500 23 215 10,39% 89,61% 9,66% 90,34%
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Tabel 6.18 Rasio guru mengajar keterampilan komputer
Jenis Sekolah
Rasio
NEGERI 0,06 SWASTA 0,08
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Tabel 6.19Rasio guru yang mengajar keterampilan komputer dasar berdasarkan jenjang pendidikan
Jenjang Pendidikan
Rasio
SD 0,06 SMP 0,05 SMA 0,05 SMK 0,09
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
LAMPIRAN
105
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 6.20 Rasio guru yang pernah/sedang mengikuti pelatihan TIK berdasarkan jenis sekolah
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Tabel 6.21 Rasio guru mengikuti pelatihan TIK berdasarkan jenjang pendidikan
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Tabel 6.22Rasio siswa mengakses internet untuk pembelajaran
Sumber: Survei Akses dan Penggunaan TIK di Sektor Pendidikan Pusat Data dan Sarana Informatika Kominfo
Jenis Sekolah Rasio NEGERI 0,37 SWASTA 0,26
Jenjang Pendidikan Rasio SD 0,23 SMP 0,37 SMA 0,56 SMK 0,28
Jenis sekolah Rasio Negeri 0,37 Swasta 0,45
LAMPIRAN
106
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 7.1Teledensitas Telepon Tetap Negara Asia terpilih, 2004-2010
Sumber: International Telecommunication Union (ITU), 2011
Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Brunai D 23,35 23,10 21,65 21,07 21,00 20,56 20,03 Cambodia 0,24 0,25 0,19 0,27 0,31 0,39 2,54 Indonesia 4,62 5,94 6,45 8,40 12,93 14,30 15,83 Lao PDR 1,32 1,58 1,58 1,60 2,12 1,64 1,66 Myanmar 0,92 1,09 1,23 0,99 1,07 1,16 1,26 Philiphina 4,10 3,94 4,17 4,44 4,52 7,40 7,27 Singapura 44,64 43,23 42,03 40,61 39,31 38,94 39,00 Thailand 10,31 10,55 10,51 10,36 10,83 10,49 10,14 Vietnam 12,31 10,19 13,13 17,18 20,05 18,67 Malaysia 17,37 16,73 16,33 16,08 16,41 16,19 16,10 Korea 50,33 50,81 47,46 48,44 51,03 56,11 59,24 China 23,97 26,80 27,98 27,67 25,62 23,50 21,95 India 4,11 4,40 3,52 3,34 3,18 3,07 2,87 Jepang 47,20 45,93 44,30 40,50 38,27 35,06 31,94
Tabel 7.2 Teledensitas Telepon Tetap Negara ASEAN, 2004-2010
Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Brunai D 23,35 23,10 21,65 21,07 21,00 20,56 20,03 Cambodia 0,24 0,25 0,19 0,27 0,31 0,39 2,54 Indonesia 4,62 5,94 6,45 8,40 12,93 14,30 15,83 Lao PDR 1,32 1,58 1,58 1,60 2,12 1,64 1,66 Myanmar 0,92 1,09 1,23 0,99 1,07 1,16 1,26 Philiphina 4,10 3,94 4,17 4,44 4,52 7,40 7,27 Singapura 44,64 43,23 42,03 40,61 39,31 38,94 39,00 Thailand 10,31 10,55 10,51 10,36 10,83 10,49 10,14 Vietnam 12,31 10,19 13,13 17,18 20,05 18,67 Malaysia 17,37 16,73 16,33 16,08 16,41 16,19 16,10
Sumber: International Telecommunication Union (ITU), 2011
LAMPIRAN
107
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 7.3Teledensitas Telepon Bergerak Negara Asia terpilih, 2004-2010
Sumber: International Telecommunication Union (ITU), 2011
Tabel 7.4Teledensitas Telepon Bergerak Negara ASEAN, 2004-2010
Sumber: International Telecommunication Union (ITU), 2011
Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Brunai D 56,88 64,14 81,39 96,99 103,68 105,37 109,07 Cambodia 6,53 7,95 12,74 18,90 30,65 44,84 57,65 Indonesia 13,51 20,64 27,75 40,17 59,83 67,08 91,72 Lao PDR 3,60 11,43 17,28 24,93 33,58 52,92 64,56 Myanmar 3,50 7,24 10,99 14,12 19,72 26,12 30,88 Philiphina 39,24 40,66 49,21 64,68 75,54 82,43 85,67 Singapura 95,93 102,78 108,59 129,21 134,42 139,11 143,66 Thailand 41,44 46,68 60,53 78,14 90,58 95,99 100,81 Vietnam 6,03 11,54 22,47 52,96 87,11 113,03 175,30 Malaysia 57,10 74,88 73,21 86,31 100,77 107,85 121,32 Korea 57,10 74,88 73,21 86,31 100,77 107,85 121,32 China 25,74 30,09 35,07 41,42 48,28 55,97 64,04 India 4,65 7,91 14,35 19,90 29,13 43,48 61,42 Jepang 72,43 76,34 78,94 84,84 87,24 90,81 95,39
Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Brunai D 56,88 64,14 81,39 96,99 103,68 105,37 109,07 Cambodia 6,53 7,95 12,74 18,90 30,65 44,84 57,65 Indonesia 13,51 20,64 27,75 40,17 59,83 67,08 91,72 Lao PDR 3,60 11,43 17,28 24,93 33,58 52,92 64,56 Myanmar 3,50 7,24 10,99 14,12 19,72 26,12 30,88 Philiphina 39,24 40,66 49,21 64,68 75,54 82,43 85,67 Singapura 95,93 102,78 108,59 129,21 134,42 139,11 143,66 Thailand 41,44 46,68 60,53 78,14 90,58 95,99 100,81 Vietnam 6,03 11,54 22,47 52,96 87,11 113,03 175,30 Malaysia 57,10 74,88 73,21 86,31 100,77 107,85 121,32
LAMPIRAN
108
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 7.5Densitas Broadband Negara-negara Asia Terpilih, 2004-2010
Sumber: International Telecommunication Union (ITU), 2011
Tabel 7.6Densitas Broadband Negara ASEAN, 2004-2010
Sumber: International Telecommunication Union (ITU), 2011
Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Brunai D 1,76 2,24 2,42 3,08 4,39 5,11 5,44 Cambodia 0,01 0,01 0,02 0,06 0,12 0,21 0,25 Indonesia 0,04 0,05 0,08 0,34 0,42 0,72 0,79 Lao PDR 0,00 0,01 0,01 0,08 0,10 0,14 0,19 Myanmar 0,00 0,00 0,01 0,01 0,02 0,03 0,03 Philiphina 0,11 0,14 0,30 0,56 1,16 1,88 1,85 Singapura 13,11 15,38 17,87 19,55 21,45 23,67 24,72 Thailand 0,11 0,16 1,35 2,63 3,34 3,87 Vietnam 0,06 0,25 0,61 1,52 2,38 3,70 4,13 Malaysia 0,99 1,85 2,82 3,79 4,79 5,98 7,32 Korea 25,46 25,91 29,71 31,99 33,35 35,03 36,63 China 1,92 2,86 3,87 5,03 6,24 7,79 9,42 India 0,02 0,12 0,20 0,27 0,44 0,64 0,90 Jepang 15,48 18,44 20,91 22,37 23,80 25,01 26,91
Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Brunai D 1,76 2,24 2,42 3,08 4,39 5,11 5,44 Cambodia 0,01 0,01 0,02 0,06 0,12 0,21 0,25 Indonesia 0,04 0,05 0,08 0,34 0,42 0,72 0,79 Lao PDR 0,00 0,01 0,01 0,08 0,10 0,14 0,19 Myanmar 0,00 0,00 0,01 0,01 0,02 0,03 0,03 Philiphina 0,11 0,14 0,30 0,56 1,16 1,88 1,85 Singapura 13,11 15,38 17,87 19,55 21,45 23,67 24,72 Thailand 0,11 0,16 1,35 2,63 3,34 3,87 Vietnam 0,06 0,25 0,61 1,52 2,38 3,70 4,13 Malaysia 0,99 1,85 2,82 3,79 4,79 5,98 7,32
LAMPIRAN
109
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 7.7Pelanggan Fixed Internet per 100 Inhabitant Negara ASEAN
Sumber: International Telecommunication Union (ITU), 2011
Tabel 7.8Pelanggan Fixed Internet per 100 Inhabitant Negara Asia Terpilih
Sumber: International Telecommunication Union (ITU), 2011
Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Brunai D 4,94 4,95 4,75 15,39 21,95 25,56 Cambodia 0,06 0,06 0,08 0,11 0,14 Indonesia 0,39 0,60 0,82 1,18 0,68 0,73 Lao PDR 0,10 0,11 0,08 0,09 0,22 0,26 Myanmar 0,01 0,01 0,03 0,04 0,05 Philiphina 1,43 1,68 2,30 2,93 3,93 3,93 Singapura 53,87 52,86 52,23 42,04 23,72 25,22 Thailand 1,91 2,63 3,34 Vietnam 2,02 3,49 4,83 6,16 7,80 Malaysia 13,85 15,92 16,88 18,23 18,99 20,01
Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Brunai D 4,94 4,95 4,75 15,39 21,95 25,56 Cambodia 0,06 0,06 0,08 0,11 0,14 Indonesia 0,39 0,60 0,82 1,18 0,68 0,73 Lao PDR 0,10 0,11 0,08 0,09 0,22 0,26 Myanmar 0,01 0,01 0,03 0,04 0,05 Philiphina 1,43 1,68 2,30 2,93 3,93 3,93 Singapura 53,87 52,86 52,23 42,04 23,72 25,22 Thailand 1,91 2,63 3,34 Vietnam 2,02 3,49 4,83 6,16 7,80 Malaysia 13,85 15,92 16,88 18,23 18,99 20,01 Korea 25,46 25,91 29,71 30,97 32,42 34,08 China 5,86 5,58 5,88 6,50 7,17 8,35 India 0,49 0,61 1,09 1,15 1,08 1,26
LAMPIRAN
110
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Tabel 7.9Pengguna internet per 100 Inhabitan Negara ASEAN
Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Brunai D 29,72 36,47 42,19 44,68 46,00 49,00 50,00 Cambodia 0,30 0,32 0,47 0,49 0,51 0,53 1,26 Indonesia 2,60 3,60 4,76 5,79 7,92 8,70 9,10 Lao PDR 0,36 0,85 1,17 1,64 3,55 6,00 7,00 Myanmar 0,02 0,07 0,18 0,22 0,22 0,22 Philiphina 5,24 5,40 5,74 5,97 6,22 9,00 25,00 Singapura 62,00 61,00 59,00 68,00 69,00 69,00 70,00 Thailand 10,68 15,03 17,16 20,03 18,20 20,10 21,20 Vietnam 7,64 12,74 17,25 20,76 23,92 26,55 27,56 Malaysia 42,25 48,63 51,64 55,70 55,80 55,90 55,30
Sumber: International Telecommunication Union (ITU), 2011
Tabel 7.10Pengguna Internet per 100 inhabitan Asia Terpilih
Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Brunai D 29,72 36,47 42,19 44,68 46,00 49,00 50,00 Cambodia 0,30 0,32 0,47 0,49 0,51 0,53 1,26 Indonesia 2,60 3,60 4,76 5,79 7,92 8,70 9,10 Lao PDR 0,36 0,85 1,17 1,64 3,55 6,00 7,00 Myanmar 0,02 0,07 0,18 0,22 0,22 0,22 Philiphina 5,24 5,40 5,74 5,97 6,22 9,00 25,00 Singapura 62,00 61,00 59,00 68,00 69,00 69,00 70,00 Thailand 10,68 15,03 17,16 20,03 18,20 20,10 21,20 Vietnam 7,64 12,74 17,25 20,76 23,92 26,55 27,56 Malaysia 42,25 48,63 51,64 55,70 55,80 55,90 55,30 Korea 72,70 73,50 78,10 78,80 80,99 81,60 83,70 China 7,30 8,52 10,52 16,00 22,60 28,90 34,30 India 1,98 2,39 2,81 3,95 4,38 5,12 7,50 Jepang 62,39 66,92 68,69 74,30 75,40 78,00 80,00
Sumber: International Telecommunication Union (ITU), 2011
LAMPIRAN
111
Indi
kato
r T I
K In
done
sia 2
011
Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan InformatikaKementerian Komunikasi dan InformatikaJl. Medan Merdeka Barat No. 9 Gedung B Lantai 4Jakarta Pusa 10110Telp./Fax. (021) 3846189web: www.balitbang.kominfo.go.id
KOMINFO