identifikasi ragam hias tradisional aceh besar

17
1 JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA VOLUME: 5 NOMOR : 2 MEI 2021 hal : 1-17 Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 738 IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR Rina Raehana 1 , Fitriana 2 , Novita 2 Program Studi Pendidikan Kesejahteraan keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh Email: [email protected]; [email protected] ABSTRAK Ragam hias Aceh Besar merupakan motif peninggalan di masa peradabannya. Seiring perkembangan zaman, banyak motif yang sudah jarang diterapkan dan sangat sedikit yang mengetahui dan memahami makna motif. Adanya pengelompokkan motif menjadi lebih mudah dalam mengenal simbol pada motif. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi ragam hias tradisional Aceh Besar dan menjelaskan makna simbolis dari ragam hias tradisional Aceh Besar. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian empat responden, dua orang yang mengetahui filosofi dari motif Aceh Besar, satu orang yang mengetahui motif pada tenun songket dan satu orang yang mengetahui motif pada rumah Aceh. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui studi kepustakaan, observasi, wawancara dan dokumentasi. Pengolahan data berupa lembar pedoman wawancara yang disesuaikan dengan kepentingan dari tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan identifikasi ragam hias motif Aceh Besar yaitu motif flora terdiri dari, motif Pucok Reubong, Bungong Keupula, Bungong Jeumpa, Bungong Seulanga, Bungong Meulu, Oun Ranub, Oun Labu, Oun Muroung, Oun Ubi, Oun Paku, Boh Aneuh. Motif fauna yaitu motif Gigo Darut, Sisik Naga, Sisik Uleu, Bungong Aneuk Abiek, Bungong Ek Leuek. Motif cosmos/alam yaitu motif Awan Meucanek, Bulan Bintang. Makna simbolis motif mengandung arti yang dapat diterapkan dalam kehidupan, seperti motif Pinto Aceh memiliki makna keterbukaan masyarakat Aceh dalam menerima pendatang yang berkunjung ke Aceh. Kata kunci: Ragam Hias, Aceh Besar, Songket, Rumah Aceh. ABSTRACK Aceh Besar decorative variety is a motif of relics in the time of civilization. With the development of the times, many motifs have been rarely applied and very few know and understand the meaning of motives. The grouping of motifs becomes easier in knowing the symbols on the motif. Therefore, this study aims to identify the variety of traditional Aceh Besar ornaments and explain the symbolic meaning of the traditional decorative variety of 1 Alumni Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga FKIP Universitas Syiah Kuala 2 Dosen Program Studi Pendidikan Kesehjahteraan Keluarga FKIP Universitas Syiah Kuala

Upload: others

Post on 03-Dec-2021

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR

1

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 5 NOMOR : 2 MEI 2021 hal : 1-17

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 738

IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR

Rina Raehana1, Fitriana

2, Novita

2

Program Studi Pendidikan Kesejahteraan keluarga

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh

Email: [email protected]; [email protected]

ABSTRAK

Ragam hias Aceh Besar merupakan motif peninggalan di masa peradabannya. Seiring

perkembangan zaman, banyak motif yang sudah jarang diterapkan dan sangat sedikit yang

mengetahui dan memahami makna motif. Adanya pengelompokkan motif menjadi lebih

mudah dalam mengenal simbol pada motif. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi ragam

hias tradisional Aceh Besar dan menjelaskan makna simbolis dari ragam hias tradisional

Aceh Besar. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian

empat responden, dua orang yang mengetahui filosofi dari motif Aceh Besar, satu orang yang

mengetahui motif pada tenun songket dan satu orang yang mengetahui motif pada rumah

Aceh. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui studi kepustakaan, observasi, wawancara

dan dokumentasi. Pengolahan data berupa lembar pedoman wawancara yang disesuaikan

dengan kepentingan dari tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan identifikasi ragam

hias motif Aceh Besar yaitu motif flora terdiri dari, motif Pucok Reubong, Bungong Keupula,

Bungong Jeumpa, Bungong Seulanga, Bungong Meulu, Oun Ranub, Oun Labu, Oun

Muroung, Oun Ubi, Oun Paku, Boh Aneuh. Motif fauna yaitu motif Gigo Darut, Sisik Naga,

Sisik Uleu, Bungong Aneuk Abiek, Bungong Ek Leuek. Motif cosmos/alam yaitu motif Awan

Meucanek, Bulan Bintang. Makna simbolis motif mengandung arti yang dapat diterapkan

dalam kehidupan, seperti motif Pinto Aceh memiliki makna keterbukaan masyarakat Aceh

dalam menerima pendatang yang berkunjung ke Aceh.

Kata kunci: Ragam Hias, Aceh Besar, Songket, Rumah Aceh.

ABSTRACK

Aceh Besar decorative variety is a motif of relics in the time of civilization. With the

development of the times, many motifs have been rarely applied and very few know and

understand the meaning of motives. The grouping of motifs becomes easier in knowing the

symbols on the motif. Therefore, this study aims to identify the variety of traditional Aceh

Besar ornaments and explain the symbolic meaning of the traditional decorative variety of

1 Alumni Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga FKIP Universitas Syiah Kuala

2 Dosen Program Studi Pendidikan Kesehjahteraan Keluarga FKIP Universitas Syiah Kuala

Page 2: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR

2

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 5 NOMOR : 2 MEI 2021 hal : 1-17

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 738

Aceh Besar. The research used qualitative descriptive method with the research subject of

four respondents, two people who knew the philosophy of Aceh Besar motif, one person who

knew the motive on songket weaving and one person who knew the motive in Aceh Besar

house. Data collection techniques are obtained through literature studies, observations,

interviews and documentation. Data processing in the form of interview guidelines are

tailored to the interests of research objectives. The results showed the identification of

various ornamental motifs of Aceh Besar, namely flora motifs consisting of, Pucok Reubong

motif, Bungong Keupula, Bungong Jeumpa, Bungong Seulanga, Bungong Meulu, Oun Ranub,

Oun Labu, Oun Muroung, Oun Ubi, Oun Paku, Boh Aneuh. Fauna motifs are Gigo Darut

motif, Sisik Naga, Sisik Uleu, Bungong Aneuk Abiek, Bungong Ek Leuek. Cosmos motif is the

motif of Awan Meucanek, Bulan Bintang. The symbolic meaning of the motif contains

meanings that can be applied in life, such as Pinto Aceh motif has the meaning of openness of

Acehnese people in accepting migrants visiting Aceh.

Keywords: Decorative, Aceh Besar, Songket, Aceh House.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu

negara yang memiliki kekayaan budaya

yang beraneka ragam. Salah satu

budayanya yaitu motif hias. Menurut

Hasuria Che Omar dkk. (Lydia, 2015:128)

bahwa, hiasan dan ragam hias merupakan

keperluan untuk mengindahkan,

melengkapkan seni fungsi berkenaan,

menyenangkan pembuat dan pengguna

serta menyebabkan sesuatu artifak

mengikat antaranya dengan artifak

berkenaan. Kutipan tersebut juga

menjelaskan bahwa motif memiliki corak,

warna serta bentuk yang beragam yang

mengandung makna dan falsafah tertentu

kepada masyarakat pembuatnya.

Motif di Indonesia terdiri dari

beberapa jenis motif hias dari masing-

masing daerah dengan budaya adat lokal.

Salah satu yang dapat dilihat pada motif

tradisional Aceh Besar. Aceh Besar

merupakan daerah pesisir sebagai satu

kabupaten di Provinsi Aceh. Salah satu

budayanya dapat dilihat melalui motif.

Motif Aceh Besar memiliki simbul-simbul

yang dimodifikasi sehingga menampilkan

kekhasan dan ciri budaya masyarakatnya

yang menampilkan keindahan. Namun

simbul yang ditampilkan tidak hanya

mencerminkan keindahan, tetapi juga

memiliki makna atau pesan dari setiap

motif-motif yang digunakan. Salah satu

simbol yang dapat dijadikan sebagai

Page 3: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR

3

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689

contoh yaitu lambang Pinto Aceh Motif

Pinto Aceh maknanya yaitu terbuka bagi

masyarakat luas (Zakiati, 2018:232).

Motif Aceh Besar pada dasarnya

merupakan motif peninggalan yang

diwarisi dari orang terdahulu di masa

peradabannya. Seiring perkembangan

zaman, mengikuti perubahan-perubahan

yang ada sehingga banyak motif Aceh

yang sudah jarang diterapkan dan sangat

sedikit yang mengetahui dan memahami

makna motif khas Aceh Besar.

Dikhawatirkan salah satu budaya tersebut

akan hilang terlupakan dengan sendirinya

terutama bagi kaum muda, karena tidak

dilestarikan (Tia Ulfa, 2017:61). Selain

masyarakat luas, bahkan ada sebagian

pengrajin di daerah ditemukan kurang

mengetahui tentang makna dan filosofi

motif Aceh.

Berdasarkan uraian permasalahan

tersebut, penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi ragam hias tradisional

Kabupaten Aceh Besar dan mengetahui

makna filosofi dari ragam hias tradisional

Kabupaten Aceh Besar.

KAJIAN TEORI

Motif/Ragam Hias

Motif dapat berupa gambar,

perpaduan antara garis dan bentuk sebagai

terwujudnya keindahan. Mulyadi

(Ismawan, 2017:35) mengemukakan

bahwa motif adalah bentuk dasar sebagai

titik tolak dalam menyusun sebuah

ornamen. Motif dapat berupa gambar,

perpaduan antara garis, bentuk dan aksen

menjadi satu kesatuan yang membentuk

suatu keindahan. Motif atau ragam hias

merupakan dasar berupa bentuk yang

dibuat dari perwujudan yang biasanya

terinspirasi daripada kehidupan sehari-hari

dimasa itu.

Motif ialah bentuk atau corak. Tim

Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2002:179) menjabarkan bahwa, bentuk

adalah wujud yang ditampilkan (tampak).

Jadi bentuk adalah suatu dari wujud yang

dapat dilihat. Wisdiarman (2014:1-2) telah

membagi kelompok ragam hias kedalam

bentuk motif ragam hias flora (tumbuh-

tumbuhan), motif hias fauna (binatang),

motif hias geometris, motif hias figurative,

dan motif hias cosmos (alam). Pada

umumnya motif terwujud dari susunan

pola yang diulang-ulang. Menurut Koko

Purnomo dkk (2014:8) bahwa bentuk

ragam hias umumnya memiliki pola atau

susunan yang diulang-ulang.

Fungsi Motif

Page 4: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR

4

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689

Fungsi diartikan sebagai yang

bermaksud memiliki peran pada nilai

guna/pakai dengan tujuan agar penggunaan

yang ada dapat memberi manfaat bagi

yang menggunakan. Fungsi motif pada

umumnya digunakan sebagai penghias.

Disamping itu, motif memiliki fungsi

yakni fungsi suci, fungsi simbolik dan

fungsi sosial. Guntur (Lydia, 2015:128)

mengatakan bahwa ragam hias dalam

kehidupan masyarakat tidak hanya

berfungsi sebagai elemen penghias benda-

benda seperti perkakas, peralatan, perabot

dan binaan, tetapi juga memiliki fungsi

lain seperti fungsi suci, simbolik dan

fungsi sosial. Pada dasarnya motif

digunakan untuk menghias sebuah

benda/objek atau mengisi bagian kosong

pada suatu wadah maupun ruang.

Motif Tradisional Aceh Besar

Aceh memiliki beragam motif yang

tentunya memiliki karakteristik atau khas

dari setiap daerah. Hal ini dapat dilihat dari

karya-karya hasil kerajinan tangan

masyarakat di setiap daerah dengan motif

yang berbeda-beda.

Pada motif Aceh Besar dapat dilihat

dari penerapan motif terhadap beberapa

peninggalan orang terdahulu seperti salah

satu yang pernah ditekuni masyarakat

Aceh Besar dulu yaitu kerajinan tangan

berupa sulaman. Contoh penerapan motif

hias sulaman pada alat dan barang

peninggalan zaman dahulu dapat dilihat

pada buku Seni Rupa Aceh (1996) antara

lain, Tiree (Tirai), Rangkok (Alas Dalong),

Lapek Duk (Alas Duduk), dan Hiasan

Dinding. Tidak hanya sulaman pada

benda, Aceh juga memproduksi songket.

Salah satu kain yang berasal dari daerah

Aceh yaitu kain sarung songket yang

disebut Ija Kroeng, sedangkan kain

panjang atau selendang panjang disebut Ija

Dua Blah Hah (Silvia, 2015:21). Pada

songket hampir motif-motif yang

diterapkan memenuhi bidang kain.

Motif tradisional Aceh dapat

diterapkan juga pada rumah Aceh selain

pada kain dan tenunan. Rumah tradisional

merupakan salah satu cagar budaya yang

masih dapat dilihat hingga kini. Rumah

tradisional ialah bangunan yang digunakan

sebagai tempat tinggal. Selanjutnya hasil

penelitian Maulin, S (2019:78)

mengungkapkan bahwa, salah satu budaya

yang kerap bersama masyarakat saat ini

adalah bangunan yang dijadikan tempat

hunian yaitu rumah adat tradisional.

Warna-warna Motif Aceh

Page 5: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR

5

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689

Selain motif, warna juga merupakan

salah satu unsur seni dan desain. Prawira,

S (1989:4) mengatakan bahwa warna

termasuk salah satu unsur keindahan

dalam seni dan desain selain unsur-unsur

visual yang lain. Selanjutnya Verra Zahara

(2018:89) bahwa unsur warna menjadi

salah satu faktor utama yang membuat

suatu produk menjadi menarik perhatian

seseorang. Warna pada umumnya

diketahui terdiri dari 3 (tiga) kelompok

yaitu, warna primer, warna sekunder dan

warna tersier. Warna merupakan salah satu

lambang identitas kehidupan sosial

masyarakat Aceh. Pada motif Aceh Besar

dalam pemilihan warnanya, Aceh Besar

menerapkan warna khas daerah Aceh yaitu

merah, kuning, hijau dan hitam. (Verra

Zahara, 2018:89). Selain itu, warna

tersebut merupakan hasil dari pada

modifikasi antar daerah lain.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan pada

penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Lokasi penelitian di empat tempat yaitu di

kediaman rumah Aceh Desa Wisata Lubok

Sukon, Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten

Aceh Besar, lokasi Tenun Songket Aceh

Nyak Mu, Desa Siem Aceh Besar,

kediaman salah satu pengurus Dekranasda

Provinsi Aceh, Beurawe, Banda Aceh dan

di Darussalam Kecamatan Syiah Kuala

Banda Aceh, kediaman Dosen FKIP

Unsyiah PKK Jurusan Tata Busana.

Subjek berjumlah 4 orang yang terdiri dari

satu responden sebagai pemilik Rumah

Aceh dengan penerapan motif Aceh Besar

pada rumah, dua responden memahami

filosofi dan makna dari motif-motif Aceh

Besar dan satu responden dengan

penerapan motif Aceh Besar pada Songket.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Identifikasi ragam hias tradisional

Aceh Besar

Berdasarkan hasil penelitian,

responden MK menyangkut motif

tradisional Aceh Besar bahwa, awal mula

adanya motif Aceh Besar diawali dengan

bagaimana masyarakat Aceh Besar

mengenal motif. Hingga saat ini belum ada

sumber yang menjelaskan hal tersebut.

Responden MK mengatakan bahwa

mengenai awal mula Aceh Besar mengenal

motif secara konkrit hingga saat ini belum

ditemukan literatur yang akurat. Namun

awal perkembangan motif Aceh secara

umum dimulai pada masa kerajaan

Samudera Pasai pada abad ke 13 M, pada

awal mulai penyebaran agama Islam.

Page 6: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR

6

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689

Menurut Akbar, dkk (2017:13) bahwa

penyebaran ajaran Islam sudah dimulai

pada abad ke-7 dan mengalami

perkembangan yang pesat pada masa

Kesultanan Samudera Pasai pada abad ke-

13 Masehi.

Menurut Mukhirah (2019:3) pada

lokakarya yang berjudul Jenis Motif Aceh

dan Filosofinya bahwa pengaruh Islam

yang sangat kental dalam masyarakat Aceh

telah memberikan karakteristik pada

kekayaan motif tradisional Aceh, seperti

stilasi tumbuh-tumbuhan yang beraneka

ragam dan bentuk kaligrafi. Berdasarkan

penjelasan di atas, motif Aceh secara

bersamaan dengan perjalanan Aceh mulai

mengenal Islam dan menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari, tentu motif Aceh

Besar terwujud dan didasari dari bentuk-

bentuk alam yang ada disekitarnya seperti

tumbuhan, hewan (flora, fauna, geometris).

Namun motif hewan tidak berlaku dalam

Islam dan kaligrafi.

Motif dasar Aceh biasanya

diwujudkan sebagaimana dasar dari bentuk

yang sudah ada. Responden MK

mengatakan bahwa biasanya motif-motif

dasar itu diberi nama yang menyerupai

bentuk motif tersebut, contohnya Bungong

Meulu, Bungong Seulanga karena motif

tersebut berbentuk seperti itu. Ada yang

lain seperti Bungong Ek Leuek dan

Bungong Aneuk Abik karena bentuk

menyerupai itu. Menurut Mukhirah

(2019:3) motif dasar Aceh Besar yaitu

Pucok Reubong, Bungong Keupula,

Bungong Jeumpa, Bungong Seulanga,

Bungong Meulu, Talo Ie, Awan Meucanek,

Bungong Aneuk Abiek.

Salah satu motif Aceh yang

memiliki makna yakni motif Pinto Aceh

yakni sifat keterbukaan masyarakat Aceh

yang dapat menyatu dengan berbagai

bangsa-bangsa di dunia, asalkan tidak

diganggu akidahnya. Selanjutnya Sahputra

(2018:11) mengungkapkan bahwa motif

Awan Meucanek mempunyai bentuk

lengkungan-lengkungan atau

bergelombang yang tidak beraturan yang

menggambarkan suasana mendung. Ragam

hias ini memiliki makna simbolis yang

melambangkan setiap nikmat yang

diberikan Allah harus selalu disyukuri.

Berikut jenis motif dasar Aceh

Besar bersumber Flora (Gambar 1 sd 12).

Gambar 1. Pucok Reubong

Sumber: Mukhirah (2019)

Page 7: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR

7

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689

Gambar 2. Bungong Keupula

Sumber: Mukhirah (2019)

Gambar 3. Bungong Jeumpa

Sumber: Mukhirah (2019)

Gambar 4. Bungong Seulanga

Sumber: Mukhirah (2019)

Gambar 5. Bungong Meulu

Sumber: Mukhirah (2019)

Gambar 6. Oun Ranub

Sumber: Desain Peneliti

(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)

Gambar 7. Oun Labu

Sumber: Desain Peneliti

(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)

Gambar 8. Oun Muroung

Sumber: Desain Peneliti

(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)

Gambar 9. Oun Ubi

Sumber: Desain Peneliti

(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)

Gambar 10. Boh Aneueh

Sumber: Desain Peneliti

(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)

Page 8: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR

8

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689

Gambar 11. Sisik Meuria

Sumber: Desain Peneliti

(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)

Gambar 12. Oun Paku

Sumber: Desain Peneliti (diadopsi dari

Seni Rupa Aceh)

Selanjutnya jenis motif Fauna.

Motif ini jarang diterapkan pada

masyarakat Aceh terutama di Aceh Besar.

Hal tersebut terjadi karena ada larangan

untuk menerapkan motif dari makhluk

yang bernyawa. Motif Fauna dapat dilihat

pada gambar 14 s/d 18.

Gambar 14. Gigo Darut

Sumber: Desain Peneliti

(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)

Gambar 15. Sisik Naga

Sumber: Desain Peneliti (diadopsi dari

Seni Rupa Aceh)

Gambar 16. Sisik Uleu

Sumber: Desain Peneliti (diadopsi dari

Seni Rupa Aceh)

Gambar 17. Bungong Aneuk Abiek

Sumber: Mukhirah (2019)

Gambar 18. Bungong Ek Leuek

Sumber: Desain Peneliti

(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)

Page 9: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR

9

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689

Selain itu terdapat motif Geometris

dengan bentuk yang bervariasi. Motif ini

juga terdapat dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut contoh motif Geometris yang

dapat dilihat pada gambar 19 s/d 21.

Gambar 19. Talo Ie

Sumber: Mukhirah (2019)

Gambar 20. Talo Meuputa

Sumber: Desain Peneliti

(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)

Gambar 21. Rantee

Sumber: Desain Peneliti

(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)

Jenis motif terakhir yaitu motif

Cosmos (Aam). Jenis motif ini merupakan

motif yang terinspirasi dari fenomena-

fenomena yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari. Berikut contoh motif cosmos

(Gambar 22 dan 23).

Gambar 22. Awan Meucanek

Sumber: Mukhirah (2019)

Gambar 23. Bulan Bintang

Sumber: Desain Peneliti

(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)

Motif memiliki fungsi. Selain

memiliki nilai estetika dan makna,

kegunaan motif berpengaruh pada

penerapan motif. Responden MK

mengatakan bahwa fungsi dari motif-motif

Aceh Besar sangat tergantung pada benda

apa motif itu diterapkan. Contohnya motif

Pinto Aceh, jika ditempatkan pada pintu

gerbang masuk Aceh, berarti awal dari

perjalanan masuk ke Aceh. Jika motif-

motif itu ditempatkan pada benda busana

berarti pengaplikasiannya pada kekhasan

daerah Aceh yang diaplikasikan pada

keindahan busana Pinto Aceh sebagai

lambang keterbukaan masyarakat Aceh

dalam menerima pendatang yang

berkunjung ke Aceh. Menurut Annisa

Page 10: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR

10

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689

(2016:184) bahwa Motif Pinto Aceh

merupakan motif yang berbentuk seperti

pintu. Pintu Aceh merupakan salah satu

bentuk bangunan peninggalan Raja Sultan

Iskandar Muda yang diberi nama pinto

khop. Namun demikian motif tradisional

Aceh tidak semuanya memiliki makna

yang jelas. Mukhirah (2019:3) mengatakan

bahwa namun tidak semua motif-motif

hias tradisional Aceh memiliki makna

yang jelas pada setiap bagian-bagiannya.

Literatur tentang makna simbolis pada

motif-motif Aceh sangat sulit ditemukan.

Keterbatasan informasi mengenai sejarah,

makna dan bentuk jelas dari macam-

macam motif Aceh dikhawatirkan dapat

membuat motif terancam hilang.

Selanjutnya, Responden HR

mengatakan bahwa motif Aceh Besar

terdiri dari motif alam, bunga dan

dedaunan. Karena menurut agama Islam,

motif berbentuk binatang tidak boleh, jadi

Aceh Besar memegang syari’at dengan

tidak melibatkan binatang atau yang

bernyawa. Dalam artian bahwa bentuk

hewan dan manusia tidak diperbolehkan

untuk dibuat dalam bentuk benda mati

seperti motif atau tiruan lainnya. Menurut

Sofyan (2014:34) bahwa, disamping itu

sebagai masyarakat yang islami,

pengadopsian ornamen dari unsur fauna

sedapat mungkin memang sengaja

dihindari karena bertentangan dengan

Islam.

Responden HR mengungkapkan

nilai-nilai yang terkandung dalam motif

Aceh Besar tidak begitu jelas, berbeda

dengan daerah lain. Motif Aceh Besar

tidak terlalu nampak atau menonjol.

Sedangkan motif Aceh Besar terinspirasi

dari kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini

Lindawati (2017:21) menjelaskan bahwa

kehadiran ornamen ditengah-tengah

kehidupan masyarakat Aceh adalah

sebagai media ekspresi yang diwujudkan

dalam bentuk visual, ditujukan sebagai

pelengkap rasa estetik. Proses

penciptaannya tidak terlepas dari

pengaruh-pengaruh budaya dan alam

sekitar. Pelengkap rasa estetik mengartikan

adanya kebutuhan keindahan. Dibalik

adanya keindahan, terdapat nilai-nilai yang

terkandung pada motif Aceh Besar yakni

memiliki pesan yang ingin disampaikan.

Sebagaimana diungkapkan oleh Zakiati

(2018:231) bahwa motif yang diciptakan

oleh manusia pada dasarnya mempunyai

filosofi dan tujuan tertentu, dan terdapat

pula pesan-pesan yang ingin disampaikan

kepada masyarakat

Responden HR mengatakan bahwa

nilai-nilai tersebut masih diterapkan seperti

Page 11: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR

11

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689

hal yang sakral yang tidak diubah yaitu

motif kaligrafi. Motif kaligrafi yang

diangkat dari ayat-ayat suci Al-qur’an

seperti surat yasin atau biasanya dari

sebutan “Allah” atau “Muhammad”

merupakan salah satu ucapan sakral yang

hanya dapat diposisikan pada tempat-

tempat tertentu. Kaligrafi adalah berupa

tulisan Arab dapat distilirkan dengan motif

tumbuh-tumbuhan sebagai pengaruh ajaran

Islam yang melarang penggambaran

makhluk hidup (Achmad, 2017:229).

Sama halnya dengan daerah lain,

motif Aceh Besar memiliki ciri khas

tertentu. Responden HR mengatakan

bahwa ciri khas motif Aceh Besar

berukuran kecil-kecil, tidak menonjol

seperti Awan Meucanek. Motif memiliki

bentuk yang beragam, namun ada juga

yang memiliki kesamaan. Responden

mengatakan bahwa motif itu berbeda

dengan daerah lain, seperti Pucok

Reubong, di Aceh Besar motif ini benar-

benar diambil dari bentuk tunas bambu.

Menurut penuturan dari responden “SY”

bahwa motif Pucok Reubong memiliki

makna jika bakal semakin besar semakin

kuat, filosofinya ialah manusia yang

tumbuh dari kecil hingga besar dan

menjadi kuat seiring bertambahnya umur

dan perubahan fisik. Selanjutnya Loenaldy

(2015:2) menjelaskan bahwa motif Pucuk

Rebung yang berarti tunas rebung (tunas

muda yang tumbuh dari akar bambu).

Berbentuk meruncing ke atas, bagian

pangkalnya besar dan semakin ke atas

semakin mengecil. Makna yang

terkandung dalam motif ini adalah bahwa

agar hidup selalu terus berupaya maju,

senantiasa berfikir lurus dan tidak boleh

sombong dan angkuh diri ketika mencapai

puncak tertinggi seperti sifat tanaman

Pucuk Rebung”.

Motif tidak hanya diwujudkan

hanya pada bentuk namun dapat

ditambahkan dengan warna. Warna pada

motif akan membantu menonjolkan bentuk

pada suatu motif menjadi lebih jelas. Motif

daerah pun demikian. Menurut responden

HR warna khas Aceh Besar ialah kuning

artinya raja (tempat penginapan kerajaan,

ibukota), hijau artinya ulama, merah

artinya panglima dan hitam artinya rakyat.

Mengenai pandangannya akan motif Aceh

Besar, responden HR menyatakann

umumnya motif yang ada saat ini dilihat

sebagai motif Aceh, tidak ada yang

khusus. Dulu ada motif yang biasanya

diterapkan di rumah Aceh.

Rumah Aceh merupakan salah satu

rumah tradisional yang bangunan tersebut

dijadikan tempat tinggal hingga saat ini.

Page 12: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR

12

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689

Menurut Siti (2019:78) bahwa rumah Aceh

merupakan rumah yang memiliki struktur

bangunan dengan arsitektur yang unik

dengan penerapan ragam hias daerah. Dari

segi ukiran, motif ragam hias rumah

tradisional Aceh di tiap-tiap Kabupaten di

Provinsi Aceh tidak sama. Masing-masing

mempunyai ragam ukiran yang berbeda,

serta penerapan dan makna yang berbeda

pula..

B. Makna simbolis dari ragam hias

tradisional Aceh Besar

Penerapan motif paling dasar yang

dapat dijumpai biasanya adalah Rumoh

Aceh. Bangunan rumah Aceh dapat dilihat

dari situs wisata yang ada di Aceh atau

pemilik rumah panggung yang hingga kini

masih ditinggali. Responden SY

merupakan salah satu pemilik rumah

panggung yang menerapkan motif Aceh

Besar. Pada rumah tersebut terdapat

beberapa motif Aceh Besar yang

diterapkan diantaranya motif Bungong

Jeumpa Pucok Reubong dan Bulan

Bintang. Responden SY mengatakan

bahwa Bungong Jeumpa artinya sesuai

dengan maskot Aceh, karena disamping

ada ornamen, ada lagu Bungong Jeumpa.

Pucok Reubong artinya jika bakal semakin

besar semakin kuat, filosofinya ialah

manusia yang tumbuh dari kecil hingga

besar dan menjadi kuat seiring

bertambahnya umur dan perubahan fisik.

Bintang Bulan artinya keresahan dan

pencahayaan bintang bulan. Filosofinya

adalah Allah dan Muhammad rahmah bagi

seluruh alam semesta.

Rumah Aceh yang menerapkan

motif Aceh Besar tentu tidak hanya motif

dan maknanya, tetapi menerapkan pula

nilai-nilai yang terkandung dalam motif

tersebut. Responden SY mengatakan

bahwa diterapkan langsung, nilai-nilai

kebersamaan, nilai-nilai gotong royong,

nilai persatuan dan kesatuan, nilai-nilai

yang menghargai sesama. Masyarakat desa

Lubok Sukon mulai mengenal motif dari

setiap rumah yang diterapkan motif.

Berdasarkan penuturan dari

responden SY, motif-motif yang telah

diaplikasikan di rumah kediaman beliau

ialah Pucok Reubong, Bungong Jeumpa,

Bunga Tasbih, Bulan Bintang, Bungong

Seurumpet Pageu, yang pada umumnya

didominasi oleh Rumah Aceh Besar.

Penerapan motif Bungong Seurumpet

Pageu pada Rumoh Aceh dapat dilihat

pada gambar 24.

Page 13: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR

13

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689

Gambar 24. Penerapan motif Bungong

Seurumpet Pageu pada Rumoh Aceh

Sumber: Dokumentasi Penelitian

Penerapan motif Bungong

Seurumpet Pageu pada Rumoh Aceh ini

merupakan jenis bunga yang menjalar

dengan bunga berbentuk terompet

terpotong dan meruncing serong.

Responden mengatakan bahwa motif

Bungong Seurumpet Pageu memiliki

makna yaitu menjaga/memagari nilai-nilai

keutuhan adat dan budaya serta reusam.

Reusam ialah perilaku baik dalam

masyarakat yang tidak bertentangan

dengan nilai adat dan budaya. Penerapan

motif Bulan Bintang pada Rumoh Aceh

dapat dilihat pada gambar 25.

Gambar 25. Penerapan motif Bulan

Bintang pada Rumoh Aceh

Sumber: Dokumentasi Penelitian

Motif-motif yang diterapkanpun

tidak semuanya motif Aceh Besar, tetapi

ada motif gabungan. Responden

mengatakan bahwa Pidie dan Aceh Besar

hampir sama motifnya, sedangkan di Aceh

Barat, Aceh Singkil, Aceh Tenggara

berbeda lagi motifnya. Motif gabungan

tersebut juga dapat diterapkan baik sesuai

selera maupun maknanya. Hal ini

sebagaimana dikemukakan T.Junaidi

(2018:282) bahwa motif dasar Aceh Besar

merupakan motif dasar yang banyak

dimanfaatkan di beberapa daerah lainnya

meliputi wilayah Pidie, Aceh Utara dan

Aceh Timur. Sedangkan Aceh Tengah,

Aceh Barat, Aceh Selatan dan Aceh

Tenggara memiliki motif dasar tersendiri,

meskipun beberapa memiliki motif dasar

Page 14: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR

14

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689

sama dengan penamaan yang berbeda atau

nama yang sama dengan bentuk yang

berbeda. Selanjutnya Responden SY

mengatakan bahwa biasa motif gabungan

disesuaikan dengan makna dengan bentuk

bangunan rumah, tergantung tempat

diterapkannya dimana.

Selain penerapan motif pada rumah

Aceh, objek lain yang diteliti adalah

penerapan pada songket, yang dibuat oleh

salah seorang pemilik Usaha Tenun

Songket Nyak Mu. Songket tersebut

dijadikan bahan yang mendukung untuk

memperoleh informasi mengenai

penerapan songketnya terhadap motif

Aceh Besar. Menurut responden DH

sebagai penerus usaha Songket Nyak Mu,

bahwa rmotif yang biasanya dierapkan

berupa motif umum maupun khusus

seperti motif daerah.

Untuk penerapan motif pada

songket, responden DH menerapkan motif

yang dikembangkan sendiri yakni motif

dari hasil karya Ibunya yaitu Alm. Nyak

Mu. Sekiranya ada 50 motif yang terdapat

pada buku yang diketahui sudah

diterbitkan dengan jumlah 3 jilid. Pada

motif songket yang dimuat menggunakan

motif dari khas usaha tersebut. Penerapan

motif khas Songket Tenun Nyak Mu yaitu

Pucok Meureya pada Tenun, yang dapat

dilihat pada gambar 26.

Gambar 26. Penerapan motif khas Songket

Tenun Nyak Mu yaitu Pucok Meureya

Sumber: Dokumentasi Penelitian

Selanjutnya responden DH juga

menerapkan langsung motif Aceh Besar

dalam tenunannya. Salah satu motif Aceh

Besar yang dipakai yaitu motif Bungong

Meulu. Warna untuk kain songket

biasanya menggunakan warna khas khas

Aceh Besar. Aceh Besar hanya

menggunakan 3 warna saja yaitu warna

merah, kuning dan hijau. Bila dilihat dari

penggolongan warna, Aceh Besar

menggunakan 2 warna primer dan 1 warna

sekunder yakni warna primer terdiri dari

merah dan kuning sedangkan hijau

merupakan warna sekunder. Selain itu,

warna khas Aceh Besar memiliki makna

tertentu. Pada warna merah melambangkan

keberanian rakyat Aceh, kuning

melambangkan keagungan atau kemuliaan

dan hijau melambangkan keta’atan

beragama rakyat Aceh. Walaupun warna

Page 15: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR

15

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689

khas Aceh Besar terdiri dari 3 warna saja.

Namun bukan berarti mereka hanya

memakai warna tersebut untuk segala hal.

Pemakaian warna juga tergantung pada

permintaan pemesan songket.Gambar

motif Bungong Meulu disajikan pada

Gambar 27.

Gambar 27. Penerapan motif Bungong

Meulu pada Songket Tenun Nyak Mu

Sumber: Dokumentasi Penelitian

KESIMPULAN

1) Motif-motif Aceh Besar cukup

beragam, namun motif tersebut masih

memiliki ikatan dengan motif lainnya,

dikarenakan adanya kedekatan jarak

antara daerah satu dengan lainnya.

baik berasal dari sesama daerah

pesisir maupun daerah pedalaman.

Identifikasi ragam hias motif Aceh

Besar yaitu motif flora terdiri dari,

motif Pucok Reubong, Bungong

Keupula, Bungong Jeumpa, Bungong

Seulanga, Bungong Meulu, Oun

Ranub, Oun Labu, Oun Muroung,

Oun Ubi, Oun Paku, Boh Aneuh.

Motif fauna yaitu motif Gigo Darut,

Sisik Naga, Sisik Uleu, Bungong

Aneuk Abiek, Bungong Ek Leuek.

Motif cosmos/alam yaitu motif Awan

Meucanek, Bulan Bintang.

2) Makna simbolis yaitu mengandung arti

yang dapat diterapkan dalam

kehidupan, seperti motif Pinto Aceh

memiliki makna terbuka bagi

masyarakat luas. Tidak semua motif

memiliki makna dan motif diwujudkan

berdasarkan pada apa yang ada

dilingkungan sekitarnya. Nilai-nilai

yang terkandung dalam motif-motif

Aceh terutama motif Aceh Besar

didasari oleh nilai-nilai akan

kepercayaannya kepada keagamaan.

SARAN

1. Disarankan kepada generasi penerus

yang akan menggantikan generasi yang

lalu untuk coba lebih berinisiatif dalam

meningkatkan wawasan akan budaya

didaerahnya dengan mencoba

mempelajari dan mengenali budaya

daerah.

2. Kepada pemerintah Aceh dan pihak

berwewenang dapat memajukan

budaya maupun adat istiadat agar tidak

Page 16: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR

16

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689

hilang dan dapat dirasakan hingga pada

generasi-generasi berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Haldani Destiarmand. 2017.

Karakteristik Bentuk dan Fungsi

Ragam Hias pada Arsitektur

Masjid Agung Kota Bandung.

Program Studi Kriya, Fakultas

Seni Rupa dan Desain, Institut

Teknologi Bandung. Volume 16,

Nomor 3.

Akbar, dkk. 2017. Mushaf Kuno

Nusantara Pulau Sumatera.

Jakarta: Lajnah Pentasbihan

Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang

dan Diklat Kementerian Agama

RI.

Annisa. 2016. Perkembangan Bentuk dan

Motif pada Kerajinan Tas di

Gampong Dayah Daboh

Kecamatan Montasik Aceh Besar.

Program Studi Pendidikan Seni

Drama, Tari dan Musik. Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Unsyiah. Vol 1 Nomor 3 Agustus,

hal. 181-19.

Ismawan. 2017. Pola Komposisi Motif

Kupiah Riman di Desa Adan

Meunasah Dayah Kecamatan

Mutiara Timur Kabupaten Pidie.

Jurnal Seni Budaya Volume IV.

No. 1

Leonaldy. 2015. Motif Dayak. Program

Studi Pendidikan Seni Drama,

Tari dan Musik. Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Untan, Pontianak.

Lindawati, 2017. Ornamen Batee Ranub di

Museum Aceh. Program Studi

Pendidikan Seni Drama, Tari dan

Musik. Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Unsyiah. Volume

2, Nomor 1. Februari 2017.

Lydia Patrick Padri, Intan Khasumarlina

Mohm Khalid & Harozila Ramli.

2015. Jurnal Motif Ragam Hias

Kalong, Sarawak. 3 (1): 127-140

Moliono, A. M. 1990. Kamus Besar

Bahasa Indonesia Cetakan Ke-3.

Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan dengan Balai

Pustaka

Mukhirah. 2019. Jenis Motif Aceh dan

Filosofinya. Makalah disajikan

dalam Lokakarya Pelestarian Nilai

Budaya Aceh di Banda Aceh, 20

November 2019

Musa A., Sujiman dkk. (Eds.). 1996. Seni

Rupa Aceh. 2. Banda Aceh:

Taman Budaya Provinsi Daerah

Istimewa Aceh

Prawira, Sulasmi Darma (1989). Warna

Sebagai Salah Satu Unsur Seni dan

Desain. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan

Sahputra, M. Andika, Fitriana, Novita.

2018. Ragam Hias Tradisional

pada Rumah Adat Kabupaten Aceh

Selatan di PKA Ratu Safiatuddin.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Pendidikan Kesejahteraan

Keluarga. Volume 3. No. 3.

http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/a

rticle/view/11937

Silvia Devi (2015). Sejarah dan Nilai

Songket Pandai Sikek. Jurnal Ilmu

Sosial Mamangan. 2 (1)

Page 17: IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR

17

JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17

Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689

Siti Maulin, Cut Zuriana, Lindawati.

2019. Makna Motif Ragam Hias

pada Rumah Tradisional Aceh di

Museum Aceh. Jurnal 4 (1)

Sofyan, 2014. Ornaments of Flora and

Fauna on Traditional Acehnese

House. Jurnal Natural vol. 14. No.

2:34.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (Eds).

2002. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

T. Junaidi, Mufti Riyani. 2017. Ragam

Hias Aceh: Corak Identitas dan

Pemaknaannya dalam Masyarakat

Nelayan dan Peladang. Jurnal

Seuneubok Lada, Vol.4, No. 1.

Tia Ulfa, Mukhirah, Fitriana. 2017.

Pendapat Mahasiswa Tata Busana

FKIP Unsyiah Terhadap Adat

Perkawinan di Aceh Besar. Jurnal

Ilmiah Mahasiswa Pendidikan

Kesejahteraan Keluarga. Volume 2.

No.3.

http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/a

rticle/view/15694.

Verra Zahara, 2018. Daya Tarik

Wisatawan pada Produk Kerajinan

Bordir Aceh. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Pendidikan

Kesejahteraan Keluarga. Volume 3.

No.1.

http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/a

rticle/view/15693

Wisdiarman. 2014. Menggambar Ragam

Hias. Padang

Zakiati Am, Ismawan, Lindawati, 2018.

Ragam Motif dan Makna yang

terdapat pada Kupiah Riman di

Desa Adan Meunasah Dayah

Kecamatan Mutiara Timur

Kabupaten Pidie. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Program Studi

Pendidikan Seni Drama, Tari dan

Musik. Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan. Universitas Syiah

Kuala. Volume III No. 2.