identifikasi dan taksonomi serangga jenis lalat buah

16
1 LAPORAN PRAKTIKUM IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH JOSUA CRYSTOVEL 150320160005 Dosen: Yusuf Hidayat, S.P., M.Phill., Ph.D PASCASARJANA AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2016

Upload: josua-sitorus

Post on 20-Mar-2017

61 views

Category:

Education


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH

1

LAPORAN PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA

JENIS LALAT BUAH

JOSUA CRYSTOVEL

150320160005

Dosen:

Yusuf Hidayat, S.P., M.Phill., Ph.D

PASCASARJANA AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2016

Page 2: IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 2

Tujuan..................................................................................................................................... 4

METODOLOGI ......................................................................................................................... 5

Lokasi dan Waktu Praktikum ................................................................................................. 5

Alat dan Bahan ....................................................................................................................... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................................. 6

Hasil Panduan Penggunaan Aplikasi...................................................................................... 6

Hasil Praktikum Mikroskopis ................................................................................................ 8

Pembahasan Hasil Kecocokan Identifikasi ............................................................................ 9

Pembahasan Tambahan ........................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

Page 3: IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH

3

PENDAHULUAN

Lalat buah merupakan salah satu hama yang sangat ganas menyerang tanaman

hortikultura, kehadirannya sering menimbulkan kerugian besar bagi para petani, khususnya

petani buah dan sayuran. Karena jika sudah terserang buah-buah yang lebat dan siap dipetik

tersebut akan membusuk dan gugur dalam sekejap. Hal ini sangat menyedihkan bagi para

petani karena hasil panen yang dinanti bisa sirna begitu saja. Tidak heran jika lalat buah

termasuk hama yang paling ditakutkan oleh para petani setelah antraknosa (patek). Lalat buah

termasuk Ordo Diptera. Famili Tephtritidae, yang terdiri dari 4000 spesies, terbagi ke dalam

500 genera. Famili ini merupakan famili terbesar dari ordo Diptera dan merupakan salah satu

famili yang secara ekonomi sangat merugikan. Di alam ada banyak spesies lalat buah.

Beberapa spesies memiliki efek negatif, beberapa yang lainnya positif. Salah satu

spesies yang dikenal sangat merusak buah adalah Bactrocera sp. Lalat buah menyerang

dengan menyuntikkan telur mereka ke dalam buah. Ini akan menyebabkan buah menjadi

busuk dan rontok sebelum dapat dipetik. Drosophila memiliki cirri morfologi yang berdeba

antara jantan dan betinanya. Pada Drosophila jantan Memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil

bila dibandingkan dengan yang betina. Memiliki 3 ruas dibagian abdomennya dan memiliki

sisir kelamin. Sedangkan pada yang betina ukuran relative lebih besar,memiliki 6 ruas pada

bagian abdomen dan tidak memiliki sisir kelamin (Soemartomo.S.S.1979). Pada Drosophilla

diremuka 4 pasang kromosom.Pada lalat jantan dan lalat betina umumnya adalah sama,tetapi

ada sedikit perbedaan yaitu pada salah satu kromosom jantan terdapat lengkungan seperti

mata pancing (Sepoetro.D.1975).

Gejala Serangan lalat buah yang menyerang sebetulnya adalah lalat betina. Lalat

tersebut menyerang dengan menusukkan alat peletak telurnya (ovipositor) ke dalam buah.

Tujuannya untuk meletakkan telur-telur mereka di dalam buah yang selanjutnya telur-telur

tersebut akan menetas menjadi larva dan berkembang. Gejala awal yang ditunjukkan

serangan lalat buah adalah adanya noda/titik bekas tusukan pada permukaan kulit buah.

Selanjutnya telur-telur akan menetas di dalam buah dan menjadi larva. Gangguan yang

dilakukan oleh larva-larva inilah yang akan menimbulkan noda-noda di kulit buah dan

berkembang menjadi bercak coklat di sekitarnya.Saat buah yang terserang kita belah, akan

telihat belatung atau larva lalat buah. Larva akan merusak daging buah sehingga buah

menjadi busuk dan gugur sebelum tua/masak. Buah yang gugur ini akan menjadi biang

serangan generasi berikutnya jika tidak kita musnahkan dengan segera.Bila buah yang

terserang tersebut kita bedah, biasanya akan ditemukan larva lalat buah.Sejauh ini, lalat buah

Page 4: IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH

4

termasuk hama yang sulit dikendalikan. Beberapa teknik pengendalian. baik secara

tradisioanal maupun modern telah banyak diaplikasikan namun hasilnya belumlah optimal.

Walaupun demikian, usaha-usaha pengendalian tetap harus kita upayakan sebisa mungkin

agar dampak dari serangan tidak terlalu merugikan.

Tujuan

Tujuan pengamatan praktikum ini dengan materi “Identifikasi dan taksonomi serangga

jenis lalat buah” adalah:

• Menambah wawasan tentang pemahaman secara langsung jenis apa lalat buah yang

menyerang pada daerah ciparanje sekitaran kampus Universitas Padjadjaran karena

lalat buah yang diambil melalui perangkap berasal dari sekitaran tersebut.

• Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan masing-masing bagian tubuh lebih spesifik

serangga (kepala, dada, sayap, perut, dan kaki) sehingga memudahkan

penglasifikasian/identifikasi di lapangan mengenai lalat buah.

• Mengenali gejala secara langsung akibat jenis-jenis serangga yang bersifat

merugikan bagi tanaman yang disebabkan lalat buah

Page 5: IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH

5

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Praktikum

Kegiatan Praktikum ini dilaksanakan di Laboratium Entomologi, Fakultas Pertanian,

Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat pada hari Sabtu, 10 Desember

2016.

Alat dan Bahan

Pengamatan dilakukan secara menggunakan peralatan dan bahan cukup sederhana di

Ruangan Laboratium Entomologi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran yaitu:

a. Alat :

� Mikroskop

� Potongan Kertas

� Aplikasi Delta Inkey yang telah di install pada komputer/laptop masing-masing.

� Buku

� Kuas

� Alat Tulis

� Kamera Handphone

b. Bahan :

� Lalat Buah :

a. Dipersiapkan beberapa hari sebelum kegiatan praktikum dilaksanakan dengan

menggunakan perangkap Botol Bekas dan beberapa bahan lainnya seperti Cairan

atraktan lalat buah Methyl Eugenol (ME), Air Nutrisari/Deterjen, Tali, Gunting,

Pisau.

b. Perangkap Lalat buah di pasang di areal belakang kebun percobaan Ciparanje,

Jatinangor pada tanaman Cabai.

Page 6: IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Panduan Penggunaan Aplikasi

Gambar 1. Aplikasi Delta Inkey yang telah di install

Gambar 2. Number of pale withlish to yellow postsutural stripes

= Two (lateral) (extending foward intra-aral bristle)

Gambar 3. Dominant wing pattern

= Costal-banded

Gambar 4. Costal band

= Colored from Sc to beyond R4-5

Gambar 5. Abdominal tergites

= With separate dark areas anterolateral margin of T3-T5

Gambar 6. Vein M distally

= Curved anterad

Page 7: IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH

7

Gambar 7. Costal Band

= Not extending bellow R2+3

Gambar 8. Abdominal tergites

= With medial dark strip on T3-T5 and a transverse dark line on T3

Gambar 9. Dark mark on fore femur

= 0% of length of femur (all light)

Page 8: IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH

8

Hasil Praktikum Mikroskopis

Gambar 10. Bentuk lalat buah yang di akan diidentifikasi di labaroratium

Gambar 11. Bentuk sayap (wings/vein)

Gambar 12. Identifikasi bentuk thorax dan kepala serangga

Gambar 13. Identikasi thorax untuk melihat postsural stripes

Gambar 14. Identifikasi abdomen dan warna femur

Page 9: IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH

9

Pembahasan Hasil Kecocokan Identifikasi

Bactrocera papayae Drew & Hancock

Bactrocera conformis Doleschall

Bactrocera sp. "Malaysian B".

Body. Body predominantly black or dark fuscous, or a balanced mixture of black and

yellow.

Head. Number of frontal bristles two pairs. Number of orbital bristles one pair. Anterior

orbital bristle of male normal, unmodified. Posterior orbital bristles reclinate; acuminate.

Ocellar bristles absent or minute, like setulae. Postocellar bristles present (minute). With both

inner and outer vertical bristles. Outer vertical, postvertical and postocellar bristles all

acuminate. Postocular bristles acuminate; reduced in number and size, hardly detectable in

25x. Genal bristle present. Head higher than long. Male and female head width the same.

Frontofacial angle much greater than a right angle and rounded. Face undulating,

convex above, concave below; with transverse sulcus, or with distinct antennal grooves and

carina; about as long as frons; vertical; with dark spots in antennal furrows. Parafacial spot

absent. Frons and parafacial without small silvery markings. Fronto-orbital plate setulose.

Frontal stripe setulose. Eye elongate, considerably higher than long. Antenna about as long as

face, or considerably longer than face (antennal segments 0.13, 0.22, 0.55; face length

0.52mm). Scape, pedicel, and first flagellomere scape and pedicel short, first flagellomere

elongate. First flagellomere longer than face; rounded apically. Arista longer than first

flagellomere; bare or with hairs distinctly shorter than greatest aristal width. Proboscis short,

capitate.

Thorax. Inner scapular bristle present and distinguishable from surrounding vestiture;

dark. Outer scapular bristle present and distinguishable from surrounding vestiture; dark.

Postpronotal bristle absent. Presutural dorsocentral bristle absent. Presutural supra-alar bristle

absent. Postsutural supra-alar bristle present. Acrostichal bristle present. Postsutural

dorsocentral bristle absent. Intra-alar bristle present, well developed, similar to postalar

bristle. Intrapostalar bristles absent. Number of scutellar bristles one pair. The single pair of

scutellar bristles apical. Anterior notopleural bristle present. Posterior notopleural bristle(s)

acuminate. Number of outstanding anepisternal bristles one. Katepisternal bristles absent.

Anepisternal bristles dark, brown to black. Long, erect setulae on laterotergite absent. Scutal

Page 10: IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH

10

setulae acuminate and pale. Scutellum densely setulose. Setulae on scutellum short,

decumbent; unicolorous, acuminate. Transverse suture with the lateral branches wide apart.

Complete sclerotized postcoxal metathoracic bridge present. Scutum black with orange to

red-brown areas, or black; without a large dark central stripe which broadens basally.

Postpronotal lobe entirely pale whitish or yellowish; concolorous with lateral postsutural

stripe. Posterior half of notopleuron pale whitish or yellowish. Scutum dorsad of notopleuron

of the ground color, not whitish or yellowish. Dark lyre-like pattern on scutum absent.

Discrete shiny black spots on scutum absent. Median longitudinal black stripe on scutum

absent. Number of pale whitish to yellow postsutural stripes two (lateral). Lateral postsutural

stripes of scutum extending to intra-alar bristles or beyond (behind). Area bordering

scutoscutellar suture medially with dark brown spot, or without dark brown spot, light

colored, or without dark brown spot, brown. Distinct pale vertical anepisternal stripe

extending halfway between posterior half of notopleuron and anterior notopleural bristle.

Katepisternite with pale yellowish or whitish spot present and distinct. Transverse suture

without distinct stripe or spot. Katatergite with pale yellowish or whitish spot present and

distinct. Anatergite with pale yellowish or whitish spot present and distinct. Mediotergite

uniformly black (?). Scutum microtrichia in discrete pattern due to density differences.

Dorsum of scutellum flat or slightly convex, not swollen. Scutellum normal; without a dark

and pale pattern (at most a narrow dark basal line); with no isolated dark spots; without black

mark; without mark.

Legs. Femora slender. Fore femur with regular bristles; without ventral spines; with 1 to 3

posterodorsal and 1 posteroventral rows of bristles only. Mid femur and hind femur without

spine-like bristles. Middle leg of male without feathering. Femora all entirely of one color;

dark mark on fore femur 0% of length of femur; dark mark on middle femur 0% of length of

femur; dark mark on hind femur 0% of length of femur.

Wings. Wing partly bare. Cell bc microtrichia absent. Cell c microtrichia present in apical

area. Cell dm entirely microtrichose. Dense microtrichia at end of vein A1+CuA2 in male

present. Dominant wing pattern costal-banded. Wing pattern mostly brownish. Dark

longitudinal streaks through basal cells absent. Costal band colored from Sc to beyond R4+5.

Apex of costal band not distinctly expanded. Costal band not extending below R2+3, or

extending below R2+3 (occasionally); all one color. Crossvein r-m hyaline. Crossvein dm-cu

hyaline. Crossveins r-m and dm-cu not both covered by a single crossband. Cell r2+3 apical

Page 11: IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH

11

to r-m with large hyaline area. Anal band present, reaching nearly to wing margin along cell

cup extension. Cell r1 and r2+3 without darker spots within the pattern. Intercalary band

absent. Subbasal crossband absent. Marginal hyaline area in cell r1 absent or indistinct. Ratio

of width of apical band in cell r4+5 to length of r-m 0.25–0.33. Anterior apical band or costal

band not extended to vein M. Posterior apical crossband absent. Outstanding costal spine(s)

at subcostal break absent. Ratio of length of costal section 3 to costal section 4 1.1–1.2. Ratio

of pterostigmal length to width 4.25. Vein R1 dorsal setation without bare section opposite

end of vein Sc. Vein Rs dorsal setation non-setulose. Vein R2+3 generally straight.

Anteriorly-directed accessory vein emerging from R2+3 absent. Vein R4+5 dorsal setation

dense over at least proximal section; ventral setation present. Distance between crossvein r-m

and costa shorter than r-m. Cell bm broad, parallel-sided; ratio of length to width 1.8–1.9;

ratio of width to cell cup width 2.5. Vein M distally curved anterad (?). Cell dm widens

apically gradually from base. Posterodistal corner of cell dm approximately a right angle.

Cell cup extension or lobe present, vein CuA2 abruptly bent; longer than vein A1+CuA2;

with parallel margins.

Abdomen. Abdomen ovate or parallel sided. Abdominal tergites separate. Abdomen in

lateral view arched, dome-like, rather rigid. Abdominal tergite 1 broader at apex than at base;

without a prominent hump laterally. Pecten of dark bristles on tergite 3 of male present.

Tergal glands on tergite 5 present. Abdominal tergite 5 normal. 6th tergite of female normally

concealed; shorter than 5th. Abdominal setulae acuminate and pale. Abdominal

microtomentum absent. Posterior margin of sternite 5 of male with deep V-shaped posterior

concavity. Abdominal tergites 3–5 predominantly yellow to orange brown. Abdominal

tergites with medial dark stripe on T3-T5 and a transverse dark line on T3; not brown

with medial T-shaped yellow mark; with separate dark areas on anterolateral margins of

T3-T5; with dark brown transverse bands which may be interrupted medially.

Male terminalia. Epandrium in posterior view with moderately long outer surstyli, which

are up to about half as long as epandrium, or with long outer surstyli, which are more than

half as long as epandrium; lateral view with outer surstyli distinctly narrower than epandrium,

clearly differentiated. Posterior lobe of surstylus short or absent.

Female terminalia. Syntergosternite 7 straight; shorter than preabdomen; 1.3–1.35 mm;

base without a laterally projecting flap; flattened. Ratio of syntergosternite 7 to abdominal

Page 12: IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH

12

tergite 5 1.2. Dorsobasal scales of eversible membrane about as large as other scales. Aculeus

length 1.77–2.12 mm. Aculeus tip gradually tapering, needle-like, with flat cross-section;

fused to main part of aculeus, not movable; 0% serrated; not serrate. Two sclerotized

spermathecae. Spermathecae tight-set coils.

Miscellaneous. Male attractant: methyl eugenol.

Oriental, Australasian-Oceanian. S. Thailand, Malaysia, Singapore, Brunei, Indonesia

(Kalimantan, Sulawesi, Java, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores I., Timor, Maluku), Christmas

I.; introduced Indonesia (Irian Jaya), Papua New Guinea; eradicated Australia (Qld.).

Dacinae. Dacini.

Bactrocera papayae Drew & Hancock

� Cell bm ratio of width to cell cup width 2.25–2.75.

� Distance between crossvein r-m and costa shorter than r-m.

� Mediotergite uniformly black.

� Lateral postsutural stripes of scutum extending to intra-alar bristles or beyond.

� Ratio of width of apical band in cell r4+5 to length of r-m 0.25–0.33.

� Diagnostic level 1 not attained.

� Distinct pale vertical anepisternal stripe extending halfway between posterior half of

notopleuron and anterior notopleural bristle.

� Scutellum without a dark and pale pattern (at most a narrow dark basal line).

� Femora all entirely of one color.

� Face with dark spots in antennal furrows.

� Cell bc microtrichia absent.

� Abdominal tergites with dark brown transverse bands which may be interrupted

medially.

� Frontofacial angle much greater than a right angle and rounded.

� Scutum black with orange to red-brown areas; or black.

� Diagnosis for Bactrocera papayae is incomplete.

Page 13: IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH

13

Sumber: Delta-Intkey

5 Taxa Remain:

(0) Bactrocera carambolae

(0) Bactrocera dorsalis

(1) Bactrocera occipitalis

(0) Bactrocera papayae

(0) Bactrocera philippinensis

Pembahasan Tambahan

Gambar 15. Perangkap Lalat Buah menggunakan botol yang berisi larutan aktraktan

Membuat perangkap lalat buah dari botol aqua air mineral. Langkah dan Cara Kerja

Potong badan botol di bawah leher setelah bagian lengkungan, gunakan cutter atau gunting.

Lepaskan tutup botol. Potongan ini akan dipasang kembali pada badan botol namun dengan

posisi terbalik sebagai lubang masuk lalat sekaligus perangkap. Sebelum dipasang, pasang

tali kawat pengikat di tengah botol jika hingga perangkap nanti mudah digantungkan. Pada

ujung yang nantinya terletak di dalam botol buat kaitan untuk tempat kapas. Setelah itu

sekalian teteskan larutan atraktan lalat buah pada kapas hingga basah. Setelah kawat pengikat

Page 14: IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH

14

terpasang, terakhir adalah pemasangan mulut botol secara terbalik, kuatkan dengan lakban

beberapa kali putaran. Karena cairan yang digunakan termasuk cairan kimia yang berbahaya,

maka dianjurkan menggunakan sarung tangan dan penutup hidung. Selain itu cuci tangan

dengan air yang banyak setelah melakukan kegiatan ini.

Siklus Hidup lalat buah sekitar 20- 28 hari, dan selama hidupnya kawin dan bertelur

dapat menghasilkan 1200 butir. Kehidupan dan perkembangan lalat buah dipengaruhi oleh

banyak faktor, di antaranya suhu, kelembaban dan ketersediaan inang. Ketiga faktor tersebut

cukup terpenuhi di wilayah tropis seperti Indonesia sehingga sangat mendukung

perkembangan populasi lalat buah. Di daerah tropis lalat buah hanya mendapat gangguan

iklim lebih kecil dibandingkan di wilayah lain. misalnya daerah sedang dan dingin. Selain itu,

ketersediaan makanan di wilayah tropis lebih besar oleh karena itu serangga termasuk lalat

buah selalu mendapat pakan yang cukup. Di musim hujan, populasi lalat buah mencapai

puncaknya.

Kerajaan : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Seksi : Schizophora

Subseksi : Acalyptratae

Superfamili : Tephritoidea

Famili : Tephritidae

Secara fisik lalat buah dewasa berukuran sekitar 1-6 mm, berkepala besar, berleher

sangat kecil. Warnanya bervariasi mulai dari kuning cerah, orange, hitam, coklat, atau

kombinasinya. Disebut tephritidae (berarti bor) karena terdapat ovipositor pada lalat betina

yang berfungsi untuk memasukkan telur ke dalam buah.

Tanaman Inang Sasaran utama dari lalat buah adalah tanaman buah, mulai dari cabai, tomat,

pare, mentimun, terong, melon, semangka, nangka, jeruk, apel, belimbing, mangga, lengkeng,

pepaya, pisang, jambu air, jambu biji, dan banyak lagi.

Siklus Hidup Lalat buah mempunyai empat stadium yaitu telur, larva, pupa dan imago

(serangga dewasa). Seperti yang telah disebutkan, lalat buah betina meletakkan telur ke

Page 15: IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH

15

dalam buah dengan ovipositornya (alat peletak telur). Telur berwarna putih, berbentuk bulat

panjang, diletakkan berkelompok 2–15 butir dan dalam waktu ±2 hari. Telur yang diletakkan

di dalam buah akan menetas menjadi 1arva. Seekor lalat betina mampu menghasilkan telur

1200–1500 butir. Larva berwarna putih keruh atau putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat

panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Larva terdiri atas tiga instar, dengan lama

stadium larva 6–9 hari.

Larva setelah berkembang maksimum akan membuat lubang keluar untuk meloncat dan

melenting dari buah dan masuk ke dalam tanah untuk menjadi pupa. Pupa berwarna coklat,

dengan bentuk oval, panjang ± 5 mm dan lama stadium pupa 4–10 hari.

Imago rata-rata berukuran panjang ±7 mm, lebar ±3 mm dengan warna toraks dan

abdomen antar spesies lalat buah bervariasi misalnya oranye, merah kecoklatan, coklat, atau

hitam. Demikian pula sayapnya transparan dengan bercak-bercak pita (band) yang bervariasi

merupakan ciri masing-masing spesies lalat buah. Pada lalat betina ujung abdomennya lebih

runcing dan mempunyai alat peletak telur, sedangkan abdomen lalat jantan lebih bulat.

Secara keseluruhan daur hidup lalat buah berkisar ± 25 hari.

Page 16: IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH

16

DAFTAR PUSTAKA

Agrios. 1998. Plant Pathologi. New York: Academic Press

Agrios. 2010. Petunjuk Praktis Membuat Pestisida Organik. Hlmn: 20-23. ISBN 979-006-

279-6. Jakarta: Agromedia Pustaka

Goodenough.1984. Genetika Edisi ketiga Jilid Satu. Erlangga: Jakarta

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/4111 Pemanfaatan Tanaman Selasih Ungu

(Ocimum sanctum Linn) Sebagai Atraktan Lalat Buah (Bactrocera dorsalis) Pada

Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava) Dalam Rangka Pengembangan Pestisida Nabati

Ramah Lingkungan

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/46796 Keefektifan tiga atraktan menggunakan

bola berwarna dalam menangkap imago lalat buah pada jambu biji di Kecamatan Tanah

Sareal Kota Bogor

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/56345 Evaluasi Lima Ekstrak Tanaman sebagai

Penolak Lalat Buah Bactrocera sp. (Diptera: Tephritidae) pada Cabai Merah.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Hlmn :22. Jakarta: PT. Ichtiar Baru

Van Hoeve

Kamrin MA. 1997. Pesticide Profiles: Toxicity, Environmental, Impact, and Fate. New York:

Lewis Publisher

Perhimpunan Etomologi Indonesia. Cabang Bogor. 1999. Prosiding, Perhimpunan Etomologi

Indonesia. Bogor: Perhimpunan Entomologi Indonesia, Cabang Bogor

Pracaya.1999. Hama penyakit tanaman. Hlmn: 275-274. ISBN 979-489-098-7. Bogor: Niaga

Swadaya

Sepoetro.1975. Pengantar Genetika Dasar. Universitas Indonesia Press:Jakarta