history of chicago bulls · web viewpada musim panas tahun 1984 nasib tim berubah selamanya setelah...

9
History of Chicago Bulls Faishal Rachman 4212100137 T. Sistem

Upload: phungdien

Post on 10-Jun-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: History of Chicago Bulls · Web viewPada musim panas tahun 1984 nasib tim berubah selamanya setelah mendapat urutan ketiga dalam pemilihan Draft NBA 1984, setelah Houston dan Portland

History of Chicago Bulls

Faishal Rachman

4212100137

T. Sistem Perkapalan ITS

Page 2: History of Chicago Bulls · Web viewPada musim panas tahun 1984 nasib tim berubah selamanya setelah mendapat urutan ketiga dalam pemilihan Draft NBA 1984, setelah Houston dan Portland

DAFTAR ISI

1. Pembentukan Tim..................................................................22. 1966 – 1976: Kesuksesan Awal..............................................23. 1976 – 1984: Gilmore dan Theus...........................................34. 1984 – 1998: Era Michael Jordan............................................3

4.1 1991 – 1993: Juara Tiga Kali Beruntun Pertama................34.2 1993 – 1995: Pensiun Pertama Michael Jordan..................34.3 1996 – 1998: Juara Tiga Kali Beruntun Kedua....................4

5. 1999 – 2004: Musim yang Sulit..............................................56. 2004 – 2007: Kembali ke Playoff............................................57. 2007 – 2008: Melewatkan Playoff...........................................58. 2008 – Sekarang: Era Derrick Rose........................................6

1

Page 3: History of Chicago Bulls · Web viewPada musim panas tahun 1984 nasib tim berubah selamanya setelah mendapat urutan ketiga dalam pemilihan Draft NBA 1984, setelah Houston dan Portland

1. Pembentukan Tim

Chicago Bulls merupakan franchise NBA ketiga di Chicago, setelah Packers -Zephyrs (sekarang Washington Wizards) dan the Stags. Pendiri Bulls, Dick Klein, adalah satu-satunya pemilik Bulls yang pernah bermain bola basket profesional (untuk Chicago Amerika Gears).

Ia menjabat sebagai Presiden dan General Manager Bulls di tahun-tahun awal mereka. Tim dimulai di musim 1966 – 1967 NBA, dan menciptakan rekor terbaik untuk tim debutan dalam sejarah NBA. Dilatih oleh seorang yang berasal dari Chicago dan mantan bintang NBA Johnny Kerr 'Red', dan dipimpin oleh mantan assist leader NBA Guy Rodgers dan forward Bob Boozer, Bulls lolos kualifikasi untuk playoffs, satu-satunya tim NBA yang melakukannya di musim pertamanya.

2. 1966 – 1976: Kesuksesan Awal

Ketertarikan supporter menurun setelah empat musim yang tidak terlalu baik, dengan salah satu pertandingan NBA di musim 1967 – 1968 hanya memiliki jumlah penonton sebanyak 891 dan beberapa pertandingan yang dimainkan di Kansas City. Akhirnya pada tahun 1969 Klein diputuskan berhenti sebagai General Manager dan diganti Pat Williams.

Williams merubah daftar tim, selain itu juga berinvestasi dalam promosi, dengan tindakan seperti menciptakan maskot Benny the Bull. Bulls di bawah Williams dan pelatih kepala Dick Motta lolos dalam empat playoff secara beruntun dan memiliki supporter lebih dari 10.000. Pada tahun 1972, Bulls menciptakan rekor menang-kalah dengan 57 kemenangan dan 25 kekalahan. Selama tahun 1970an, Bulls bertumpu pada Jerry Sloan, Bob Love dan Chet Walk.

Maskot Benny the Bull 1

2

Page 4: History of Chicago Bulls · Web viewPada musim panas tahun 1984 nasib tim berubah selamanya setelah mendapat urutan ketiga dalam pemilihan Draft NBA 1984, setelah Houston dan Portland

3. 1976 – 1984: Gilmore dan Theus

Artis Gilmore direkrut dari liga ABA pada tahun 1976 dan menjadi andalan baru bagi Bulls. Setelah Gilmore ditukar dengan center Dave Corzine dari San Antonio Spurs , Bulls menciptakan permainan dengan gaya high – powered offense yang berpusat di Reggie Theus. Namun, dengan hasil yang mengecewakan, Bulls memutuskan untuk mengubah arah, menukar Theus ke Kansas City Kings pada musim 1983 – 1984.

4. 1984 – 1998: Era Michael Jordan

Pada musim panas tahun 1984 nasib tim berubah selamanya setelah mendapat urutan ketiga dalam pemilihan Draft NBA 1984, setelah Houston dan Portland. Rockets memilih Hakeem Olajuwon, Blazers mengontrak Sam Bowie, dan Bulls memperkenalkan shooting guard Michael Jordan. Tim, dengan manajemen baru di bawah pemilik Jerry Reinsdorf dan General Manager Jerry Krause, memutuskan untuk membangun kembali tim dengan berpusat pada Jordan.

Jordan mencetak rekor Nba sebagai rookie dalam menciptakan poin (urutan 3 di Liga) dan steals(urutan 4 di Liga), dan membuat Bulls kembali ke playoff, tapi kalah dalam empat pertandingan melawan Milwaukee Bucks. Atas usahanya, ia masuk dalam the All-NBA Second Team dan mendapat penghargaan the NBA Rookie of the Year Award.

4.1 1991 – 1993: Juara Tiga Kali Beruntun Pertama

Di musim 1990 - 1991, Bulls memulai musim dengan sebuah misi juara. Mengakhiri musim dengan mencatat 61 kemenangan, dimana mereka mengalahkan juara bertahan Detroit Pistons di final wilayah dan memenangkan game akhir di pertandingan 5 pada final NBA melawan Los Angeles Lakers dipimpin Magic Johnson.

Bulls memenangkan gelar kedua mereka secara beruntun pada tahun 1992 mencatat rekor kemenangan yang lain dengan 67 kemenangan. Mereka menang atas Portland Trail Blazers yang dikomandoi Clyde Drexler dalam game akhir di pertandingan 6 final NBA.

Pada 1992 – 1993 Bulls melakukan apa yang tidak dapat tim lain lakukan sejak era Boston Celtics yang legendaris di tahun 60-an dengan menyabet juara tiga kali secara beruntun setelah mengandaskan Phoenix Suns yang dipimpin MVP Charles Barkley, melalui 3 point shoot John Paxson dengan 3,9 detik tersisa yang memberi mereka kemenangan 99 melawan 98 dalam game akhir di pertandingan 6 final NBA di Phoenix.

4.2 1993 – 1995: Pensiun Pertama Michael Jordan

Pada musim gugur tahun 1993, Jordan mengejutkan dunia basket dengan mengumumkan pensiun, hanya beberapa bulan setelah pembunuhan ayahnya. Setelah pengumuman pensiunnya Jordan, Chicago Bulls dipimpin oleh Scottie Pipen yang meraih gelar MVP di musim 1993 – 1994. Namun, Bulls gagal meraih gelar dalam dua tahun jeda pensiun pertama Jordan.

3

Page 5: History of Chicago Bulls · Web viewPada musim panas tahun 1984 nasib tim berubah selamanya setelah mendapat urutan ketiga dalam pemilihan Draft NBA 1984, setelah Houston dan Portland

4.3 1996 – 1998: Juara Tiga Kali Beruntun Kedua

Dengan kekalahan dalam dua playoff secara berturut-turut, Michael Jordan menyatakan berhenti dari masa pensiun pertamanya untuk membantu tim kembali meraih gelar juara. Di musim pertama kembalinya Jordan pada 1995 – 1996, Bulls menciptakan rekor yang belum bisa dipecahkan hingga sekarang dengan mencatatkan 72 kemenangan dan 10 kekalahan. Jordan memimpin daftar pencetak poin dengan rataan 30,4 poin setiap game dan meraih gelar MVP.

Di musim 1996 - 1997, Bulls mengakhirinya dengan 69 kemenangan dan 13 kekalahan. Namun, tahun ini Jordan tidak dapat mempertahankan NBA MVP Award, pada saat itu diberikan kepada Karl Malone. Bulls kembali melangkah hingga babak final, dimana mereka menang menghadapi Karl Malone dan Utah Jazz.

Musim 1997 – 1998 dikenang sebagai musim tersulit Bulls untuk juara NBA. Banyak pengamat berspekulasi ini akan tahun terakhir Michael Jordan. Masa depan pelatih Phil Jackson dipertanyakan, karena hubungannya dengan General Manager tim Jerry Krause yang semakin tegang memperparah kondisi Bulls dalam mengarungi musim. Scottie Pippen sedang mencari perpanjangan kontrak signifikan yang dia pikir dia pantas, tetapi masih tidak mendapatkannya dari organisasi.

Meskipun kekacauan yang mengelilingi Bulls, mereka masih memiliki musim yang luar biasa, dengan mengakhiri musim reguler dengan catatan 62 kemanangan dan 20 kekalahan. Michael Jordan memenangkan MVP untuk kelima dan terakhir kalinya. Pada musim terakhir Jordan membawa Bulls meraih juara NBA, Bulls kembali berhadapan dengan Utah Jazz. Bulls menang melawan Utah Jazz setelah mengakhiri game akhir di pertandingan 6 final NBA dengan skor 87 – 86.

Michael Jordan melakukan dunk 1

4

Page 6: History of Chicago Bulls · Web viewPada musim panas tahun 1984 nasib tim berubah selamanya setelah mendapat urutan ketiga dalam pemilihan Draft NBA 1984, setelah Houston dan Portland

5. 1999 – 2004: Musim yang Sulit

Musim panas tahun 1998 merupakan akhir dari era kejayaan Bulls bersama Jordan. General Manager Jerry Krause merasa bahwa Bulls menjadi terlalu tua dan tidak akan mampu bersaing. Dia memutuskan bahwa pilihan untuk tim adalah membangun ulang atau menahan penurunan performa tim sebisa mungkin.

Rencananya adalah untuk menukar pemain-pemain yang sudah menua dan mengakuisisi pemain muda potensial sementara itu juga melakukan penghematan gaji yang dicanangkan dalam waktu dua tahun. Krause menukar Scottie Pippen untuk Roy Rogers, ia juga memutuskan untuk memberikan tambahan kontrak pada Dennis Rodman. Dia mempekerjakan seorang pelatih baru, Tim Floyd, yang telah menjalankan sebuah program yang sukses di Iowa State University. Dengan kepergian Phil Jackson, Michael Jordan mengumumkan pensiun untuk yang kedua kali. Pada masa resesi ini, tidak sekalipun Bulls dapat menembus babak playoff.

6. 2004 – 2007: Kembali ke Playoff

Pada masa ini, Bulls di bawah arahan Paxson sebagai General Manager melakukan perombakan skuad dengan cermat. Dengan menahan talenta muda untuk pindah ke tim lain dan membangun kesatuan tim yang solid, akhirnya Bulls mengakhiri penantian tidak bermain di playoff pada musim 2004 – 2005 dan berlanjut hingga beberapa musim ke depan.

7. 2007 – 2008: Melewatkan Playoff

Selama musim libur tahun, Bulls mendatangkan forward Joe Smith dan guard Adrian Griffin, dan ditambah center Joakim Noah. Namun, gangguan dimulai ketika Luol Deng dan Ben Gordon menolak ekstensi kontrak. Kemudian desas-desus muncul bahwa Bulls mengejar bintang seperti Kevin Garnett, Pau Gasol dan terutama, Kobe Bryant. Tidak ada kesepakatan yang terjadi, dan General Manager John Paxson menolak kesepakatan sudah pernah dekat.

Bulls memulai musim NBA 2007 - 2008 dengan kehilangan 10 game dari 12 pertandingan pertama dan pada tanggal 24 Desember 2007, Bulls memecat pelatih kepala Scott Skiles. Jim Boylan menjadi pelatih kepala sementara pada 27 Desember 2007. Dengan perubahan pelatih dan susunan tim inti yang baru, Bulls kesulitan menjalani musim sehingga gagal menembus babak playoff.

5

Page 7: History of Chicago Bulls · Web viewPada musim panas tahun 1984 nasib tim berubah selamanya setelah mendapat urutan ketiga dalam pemilihan Draft NBA 1984, setelah Houston dan Portland

8. 2008 – Sekarang: Era Derrick Rose

Dengan persentase 1,7% kesempatan untuk memenangkan hak memilih pemain nomor 1, Bulls memenangkan lotre Draft NBA. Dengan ini, Bulls menjadi tim dengan kesempatan terendah yang pernah memenangkan lotre sejak peraturan lotre dirubah pada 1994 NBA Draft. Pada tanggal 26 Juni 2008, Bulls merekrut orang Chicago asli, Derrick Rose dari University of Memphis sebagai nomor 1. Dengan talenta yang dimiliki sejak belia, Derrick Rose mampu mengangkat kembali pamor Chicago Bulls sebagai salah satu tim besar NBA.

Setelah tiga tahun membela Bulls, Derrick Rose membawa Bulls menjadi juara wilayah timur untuk pertama kalinya sejak tahun 1998. Pada tahun 2011 juga, Bulls tampil di final NBA namun takluk dari Miami Heat yang dimotori LeBron James, Dwyane Wade, dan Chris Bosh.

Derrick Rose mendribble bola 1

6