geliga no 5

64
Geliga WAWANCARA TENGKU MUKHTARUDDIN: SAMBUT MASA DEPAN DENGAN PENDIDIKAN GERBANG ANAK-ANAK YANG 'DIKARBIT': BERLOMBA MENGENAL ABJAD DAN ANGKA CERDAS MENEROKA CERGAS MENGGESA EDISI 5/JANURARI - JULI 2012 MAJALAH MAJELIS PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (DIDISTRIBUSIKAN KE SEKOLAH-SEKOLAH DI KEPULAUAN RIAU. TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN) UJI KOMPETENSI GURU DARI 'GAPTEK', SERVER NGADAT , HINGGA LUPA

Upload: majalah-geliga

Post on 28-Mar-2016

316 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

Edisi Januari - Juli 2012

TRANSCRIPT

Page 1: Geliga No 5

Geliga

WAWANC ARATENGKU MUKHTARUDDIN:SAMBUT MASA DEPAN DENGAN PENDIDIKAN

G ERBANGANAK-ANAK YANG 'DIKARBIT':BERLOMBA MENGENAL ABJAD DAN ANGKA

C E R D A S M E N E R O K A C E R G A S M E N G G E S A

EDISI 5/JANURARI - JULI 2012

M A J A L A H M A J E L I S P E N D I D I K A N P R O V I N S I K E P U L A U A N R I A U(DIDISTRIBUSIKAN KE SEKOLAH-SEKOLAH DI KEPULAUAN RIAU. TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN)

UJI KO MPE TENSI GU RU

DARI 'GAPTEK', SERvER NGADAT, HINGGA LUPA

Page 2: Geliga No 5

1 2 3 4

5 6 7 8

9 10 11

12 13

1 H.M. ARIEF RASAHAN

2 H. RUSLY SILIN

3 DRS. ENCIK ABDUL HAJAR

4 ZULKIFLI, SPD

5 DRA. HJ. SYAMSINAR YUSUF

6 DRH. AGUSTAR, MSI

7 DRS. H. ABDUL RAHMAN

8 H. HAMALI HAMZAH, BA

9 DRA. MELYANA AYU

10 DRS. HERY SUPRIYADI

11 ABDUL MUIS

12 DRS. ABD. MALIK, MPD

13 MASWITO, S.PD

MA

JELIS PENDIDIKAN

PR

OVIN SI K E P U L A UA N

RIA

U

MAJELIS PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (MPPKR) :Pelindung/Penasehat: Gubernur Kepulauan Riau, Wakil Gubernur Kepulauan Riau; Pengarah: H. Djauzak Ahmad, Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi Kepulauan Riau; Ketua: Arif Rasahan; Wakil Ketua: H. Rusley Silin, B.Sc; Sekretaris: Drs. Encik Abdul Hajar, MM; Wakil Sekretaris: Zulkifli, S.Pd; Bendahara: Dra. Hj. Syamsinar Yusuf; Anggota: Drs. Abdul Malik, M.Pd, drh. Agustar, M.Si, Drs. H. Abdul Rahman, Hamali Hamzah, BA, Dra. Melyana Ayu, Drs. Heri Supriyadi, Abdul Muis, Maswito, S.Pd.

Alamat : Jalan Gatot Subroto No. 22 Tanjungpinang - Kepulauan Riau. Telp/Fax (0771) 28333. e-mail : [email protected]. website : www.majelispendidikankepri.or.id.

SUSUNAN PENGURUS MPPKR MASA BHAKTI 2010-2013

Page 3: Geliga No 5

Sudah menjadi momok bagi orang tua pada setiap awal penerimaan murid untuk tahun pelajaran baru. Terutama di kota-kota yang padat penduduk dimana fasilitas dan sarana

pendidikan yang tidak sebanding. Dimana jumlah ledakan murid yang melanjutkan pendidikan baik untuk tingkat sekolah dasar, menengah dan lanjutan atas, setiap tahun terus meningkat dibandingkan fasilitas dan sarana pendidikan yang tersedia di setiap rayon dan satuan pendidikan yang ada.

Di sinilah berlaku hukum ekonomi dimana supply dan demand menentukan sekali sehingga bisa men-jadi komoditas yang menggiurkan bagi pihak sekolah. Mereka bisa menetapkan "tarif" lewat "jalan belakang" dengan alasan yang dibuat-buat dan cara-cara yang tidak masuk akal. Seperti alasan untuk membangun ruang kelas, dan fasilitas lainnya yang bukan menjadi tanggung jawab pelaksana sekolah tersebut.

Bagi orang tua murid yang mampu memang tidak menjadi masalah. Namun bagi orang tua murid yang berpenghasilan pas-pasan yang merupakan sebagian besar penduduk di perkotaan sungguh menjadi pilihan yang sulit bagi mereka. Terutama di Kota Batam dan Tanjungpinang yang merupakan konsentrasi penduduk yang terbanyak secara demografis. Praktik-praktik tersebut di atas bisa mengurangi kesempatan untuk mengenyam pendidikan sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang.

Praktik-praktik semacam ini dan yang berulang-ulang pada setiap tahun pelajaran baru merupakan fenomena pendidikan secara nasional yang bisa minimal dihilangkan asal perencanaan pendidikan secara tepat guna baik dari segi personal (tenaga

MURID BARU DAN BEASISWA SEBAGAI KOMODITAS

Diterbitkan oleh Majelis Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau (MPPKR). Terbit setiap semester. Beredar di seluruh sekolah di Provinsi Kepulauan Riau.

Koordinador/Penanggung Jawab: Rusley Silin; Dewan Redaksi: Rusley Silin, Encik Abdul Hajar, Muhammad Nur, Agustar, Tibrani, Abdul Malik, Hamali Hamzah, Syamsinar Yusuf, Maswito, Chairoel Anwar; Reporter: Habibi; Tata Letak & Pewajahan: Chairoel Anwar, Joko Al Muchlis. Staf Redaksi & Sirkulasi: Zulkifli; Fotografer: Joko Al Muchlis Alamat Redaksi & Tata Usaha: Jalan Gatot Subroto No. 22 Tanjungpinang - Kepulauan Riau. Telp. (0771) 28333, FAX. (0771) 28333. e-mail : [email protected]. website : ww.majelispendidikan-kepri.or.id. Percetakan: (Isi di luar tanggung jawab percetakan)

Redaksi menerima kiriman naskah berupa artikel maupun berita tentang pendidikan dari pembaca. Redaksi berhak menyunting naskah sejauh tidak mengubah substansi dan maksud tulisan. Naskah yang dimuat akan diberikan imbalan yang pantas. Seluruh materi dalam pubikasi ini dilindungi undang-undang. Sebagian artikel dan foto serta ilustrasinya bisa dikutip dengan mencantumkan sumber tulisan.

Edisi No. 5/Januari - Juli 2012 cover: Chairoel Anwar

foto: tempo

pendidik), fasilitas pendidikan dan sarana yang tertuang dalam APBN dan APBD serta studi de-mografi dalam jumlah angkatan murid baru secara berjenjang baik di tingkat pendidikan dasar dan menengah bisa dilakukan secara komprehensif dan akurat. Sehingga permasalahan penerimaan murid baru intensitasnya bisa pelan-pelan dikurangi.

Ledakan migrasi penduduk di perkotaan me-mang merupakan problem bagi pemerintah untuk menyediakan fasilitas perumahan, pendidikan, perniagaan dan peluang usaha, rekreasi dan lain-lain. Harus secara dini diantisipasi. Kalau tidak akan menjadi bom waktu dan konflik secara sosial di masa depan.

Peluang untuk memperoleh pendidikan melalui beasiswa pun selalu ada penyimpangan karena kriteria penerima beasiswa kurang transparan. Pen-erima beasiswa disinyalir banyak yang tidak layak dan tidak pantas memperoleh beasiswa. Dimana penerima beasiswa secara financial kuat dan mem-punyai orang tua yang mampu.

Tim seleksi penerimaan beasiswa harus benar-benar dipercaya dan professional, tidak boleh terkontaminasi dengan kepentingan pribadi dan golongan maupun koneksi yang berbau nepotisme yang sempit dan sektoral.

Pemberian beasiswa benar-benar harus mengacu kepada kepentingan si penerima secara bermartabat dan bertanggungj awab secara moral dan etika. Kar-ena tujuan beasiswa secara umum untuk membantu dan mengurangi beban penerima beasiswa dalam proses pendidikan sampai selesai dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Semoga. l

editorialG

Geliga

WAWA NCARATENGKU MUKHTARUDDIN:SAMBUT MASA DEPAN DENGAN PENDIDIKAN

G ERB A NGANAK-ANAK YANG 'DIKARBIT':BERLOMBA MENGENAL ABJAD DAN ANGKA

C E R D A S M E N E R O K A C E R G A S M E N G G E S A

EDISI 5/JANURARI - JULI 2012

M A J A L A H M A J E L I S P E N D I D I K A N P R O V I N S I K E P U L A U A N R I A U(DIDISTRIBUSIKAN KE SEKOLAH-SEKOLAH DI KEPULAUAN RIAU. TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN)

UJI KOMPE TE NSI G UR U

DARI 'GAPTEK', SERVER NGADAT, HINGGA LUPA

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 3

Page 4: Geliga No 5

indeksGUJI KOMPETENSI GURU

Dari 'gaptek', server ngaDat, hingga lupaSecara angka, hasil UKG tahap pertama sungguh mem-prihatinkan. Dari 243.619 guru yang mengikuti ujian, rata-rata hanya mendapatkan nilai 44,5 atau di bawah rata-rata nasional.

AKTUALITA Penyaluran Dana BOS 2012: Kepri Ciptakan Hattrick Tercepat ................................................... 6Fisika dalam Syair: Membingkai Angka dengan Kata ..................................................................... 7

GERBANGAnak yang 'Dikarbit'Berlomba Mengenal Abjad dan Angka ................................................................................................ 38

INFOPantau Perkembangan Anak Melalaui Handphone ........................................................................ 44

OASEReorganisasi Sekolah Luar Biasa ............................................................................................................ 54

AGENDADewan Pendidikan Sumsel Studi Banding ke Kepri ........................................................................ 61

anJangsanasekolah kartini Batamutamakan Mutudan kualitas

13

56

lapOran utaMa

WAWANCARAtengku Mukhtaruddin: sambut Masa Depan dengan pendidikan

2925

Dewi “BunDa pauD” Bintan

sOsOkDewi kOMalasari ansar ahMaD

33

Cakal BakalNovi asti lalasatiDara Dengan seguDang talenta

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 20124

Page 5: Geliga No 5

suara pembaca

Janganlah AbaikanSiswa yang BerprestasiMEMBAWA nama daerah ke kancah nasional bahkan internasional, merupakan suatu ke-banggaan tersendiri. Apalagi jika mampu merebut prestasi dan masuk ke dalam deretan lima besar secara nasional. Bukan hanya kami yang bangga, tapi nama daerah yang tersanjung. Dalam kesempatan meraih prestasi di tingkat nasional, orang-orang lebih banyak menyebut nama daerah asal peserta daripada nama peserta itu sendiri.

Itulah yang kami rasakan ketika mem-bawa nama Provinsi Kepulauan Riau untuk mengikuti lomba di tingkat nasional. Ketika kami juara, maka nama Kepulauan Riau-lah yang duluan dikenal daripada nama kami. Dan, kami juga bangga bisa "mengenalkan" nama Kepri melalui hal-hal yang positif, mela-

lui sebuah prestasi.Tapi, ada yang kurang berkenan yang

dirasakan oleh teman-teman lainnya yang juga berhasil menorehkan prestasi di tingkat nasional. Ada perasaan diabaikan oleh daerah sendiri, kata mereka. Semarak dan meriahnya suasana ketika berhasil mengharumkan nama negeri, ternyata seolah-olah dianggap sepi di negeri sendiri.

Saya juga merasakan hal yang sama ketika mengikuti sebuah perlombaan tingkat nasional di Jakarta. Dari mulai persiapan, berangkat, hingga menorehkan prestasi di Jakarta, semua kami lakukan sendiri dengan biaya sendiri. Walaupun kami berangkat atas nama sekolah, namun tetap juga sebagai wakil dari Provinsi Kepulauan Riau.

Saya, seperti teman-teman lain katakan, merasakan betul bagaimana harus berjuang sendiri tanpa dukungan dari pemerintah daerah. Saat itu kami merasa berbesar hati

karena jauh dari daerah sendiri.Namun, sekembalinya ke daerah, kami

seperti bukan siapa-siapa meskipun piala sebagai bukti prestasi kami bawa pulang. Jan-gankan dukungan dana atau bonus, ucapan selamat pun tidak ada. Bahkan kami sempat iri dengan peserta dari daerah lain. Dukungan penuh dari pemerintah daerahnya luar biasa. Apalagi jika mereka berhasil menjadi juara, pemerintah daerahnya akan mensupport secara sungguh-sungguh.

Bukannya kami ingin menuntut lebih. Bukan pula ingin mengada-ada dan mem-inta-minta. Tapi, kenyataan yang dirasakan teman-teman dan kami sendiri tentunya, sering memunculkan pertanyaan: sebenarnya untuk apa sih membawa nama daerah jika tak ada perhatian sedikit pun? Semoga saja perasaan seperti ini tak selalu ada. l

Nama dan alamat ada pada redaksi

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 55

GG

Page 6: Geliga No 5

aktualita

Kepri Ciptakan Hattrick TercepatTahun ini, Provinsi Kepulauan Riau

(Kepri) mencatatkan hattrick dalam penyaluran dana bantuan opera-sional sekolah (BOS). Selama tiga

kali berturut-turut sejak triwulan II hingga IV, Kepri tercatat sebagai penyalur dana BOS tercepat dari 33 provinsi di Indonesia. Andai saja pada triwulan I bisa menyalip DI Yogyakarta, Kepri akan menyabet predikat "province of the year" sebagai provinsi pe-nyalur dana BOS tercepat tahun 2012.

Pada triwulan pertama, Kepri berada di peringkat delapan setelah Jawa Timur. Namun, mulai triwulan II hingga IV, Kepri menjadi yang pertama (lihat tabel). Menje-lang penyaluran dana BOS triwulan III, Ke-pri bersama 10 provinsi lain pun menerima penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

"Alhamdulillah, semua bisa tersalur dengan cepat. Karena, kita telah bertekad untuk menyalurkan dana BOS secepat mungkin karena dana itu sangat diperlu-kan oleh sekolah," kata Atmadinata, Mana-jer BOS Satker Kepulauan Riau (Kepri).

Pada triwulan pertama hingga triwulan ketiga, pemerintah Provinsi Kepri me-nyalurkan dana masing-masing sebesar

Rp38 miliar. Namun ada penambahan dana sekitar Rp1,5 miliar pada dana BOS triwulan IV sebagai dampak perubahan jumlah siswa pada tahun pelajaran baru.

Sementara itu, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 26/

PMK.07/2012, dana BOS di 19 sekolah di Kabupaten Natuna dan Kepulauan Anam-bas disalurkan per semester. Belasan seko-lah ini mendapatkan dispensasi mengingat berada di kawasan terpencil. l

chAIROEl ANWAR

penyaluran dana bOs 2012

NO

TRIWULAN I TRIWULAN II TRIWULAN III TRIWULAN IV

PROVINSI TANGGAL DISALURKAN PROVINSI TANGGAL

DISALURKAN PROVINSI TANGGALDISALURKAN PROVINSI TANGGAL

DISALURKAN

1 DI YOGYAKARTA 4 JANUARI KEPULAUAN RIAU 27 MARET KEPULAUAN RIAU 2 JULI KEPULAUAN RIAU 28 SEPTEMBER

2 JAMBI 6 JANUARI DI YOGYAKARTA 2 APRIL DI YOGYAKARTA 2 JULI DI YOGYAKARTA 1 OKTOBER

3 SUMATERA BARAT 6 JANUARI GORONTALO 2 APRIL SUMATERA BARAT 2 JULI SUMATERA BARAT 1 OKTOBER

4 JAWA BARAT 9 JANUARI JAWA TENGAH 3 APRIL GORONTALO 3 JULI JAWA TIMUR 2 OKTOBER

5 JAWA TENGAH 9 JANUARI JAWA TIMUR 3 APRIL DKI JAKARTA 4 JULI DKI JAKARTA 3 OKTOBER

6 BANTEN 9 JANUARI SULAWESI TENGAH 4 APRIL KALIMANTAN TIMUR 4 JULI JAWA TENGAH 3 OKTOBER

7 JAWA TIMUR 9 JANUARI KALIMANTAN TENGAH 4 APRIL JAWA TENGAH 4 JULI BENGKULU 5 OKTOBER

8 KEPULAUAN RIAU 10 JANUARI SUMATERA BARAT 4 APRIL BANTEN 5 JULI KALIMANTAN TIMUR 8 OKTOBER

9 SUMATERA UTARA 10 JANUARI DKI JAKARTA 4 APRIL JAWA TIMUR 9 JULI ACEH 8 OKTOBER

10 SULAWESI SELATAN 10 JANUARI JAMBI 4 APRIL BALI 10 JULI BANTEN 8 OKTOBER

10 PROVINSI PENYALUR DANA BOS 2012 TERCEPAT

NO SEKOLAH KECAMATAN KAB/KOTA SISWA DANA

1 SMPN 1 SUBI SUBI NATUNA 94 66.740.000

2 SMP SATU ATAP SUBI SUBI NATUNA 32 22.720.000

3 SMPN 1 SERASAN SERASAN NATUNA 176 124.960.000

4 SMPN 1 P. LAUT PULAU LAUT NATUNA 112 79.520.000

5 SMPN 1 MIDAI MIDAI NATUNA 181 128.510.000

6 SMPN 1 SERASAN TIMUR SERASAN TIMUR NATUNA 154 109.340.000

7 SMPN 1 JEMAJA JEMAJA KEP. ANAMBAS 211 149.810.000

8 SMPN 1 PALMATAK PALMATAK KEP. ANAMBAS 249 176.790.000

9 SMPN 2 PALMATAK PALMATAK KEP. ANAMBAS 85 60.350.000

10 SMPN 4 SATAP PUTIK PALMATAK KEP. ANAMBAS 78 55.380.000

11 SMPN 3 SATAP PIABUNG PALMATAK KEP. ANAMBAS 99 70.290.000

12 SMPN 1 JEMAJA TIMUR JEMAJA TIMUR KEP. ANAMBAS 108 76.680.000

13 SMPN 2 SATAP MENGKAIT SIANTAN SELATAN KEP. ANAMBAS 27 19.170.000

14 SMPN 1 SATAP KIABU SIANTAN SELATAN KEP. ANAMBAS 38 26.980.000

15 SDSMP SATAP GENTING SIANTAN SELATAN KEP. ANAMBAS 17 12.070.000

16 SDSMP SATAP TELAGA SIANTAN SELATAN KEP. ANAMBAS 13 9.230.000

17 SMPN 1 SATAP AIR NANGAK SIANTAN TENGAH KEP. ANAMBAS 46 32.660.000

18 SMPN 1 SIANTAN TIMUR SIANTAN TIMUR KEP. ANAMBAS 155 110.050.000

19 SMPN 2 SATAP BATU BELAH SIANTAN TIMUR KEP. ANAMBAS 49 34.790.000

TOTAL 1.924 1.366.040.000

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 20126

GG

Page 7: Geliga No 5

Fisika dalam syair

Membingkai Angka dengan KataIlmu fisika sebenarnya mudah. Ianya

sering diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Listrik, salah satu materi di da-lamnya, hampir saban hari kita gunakan.

Mekanika, fluida, ataupun magnet sampai zat dan kalor, tiap hari kita pakai—bahkan pada sepeda motor yang selalu kita tunggangi pun menganut ketiga prinsip hukum fisika terse-but. Artinya, tanpa sadar kita telah terbiasa menggunakan hampir semua benda yang bekerja berdasarkan hukum-hukum fisika.

Lantas, kenapa mata pelajaran ini masih begitu ‘menakutkan’ bagi siswa di sekolah? Toh, fisika sering disebut mata pelajaran eksklusif. Fisika di sekolah kerap dipatutkan dengan siswa-siswa berpenampilan rapi, berkaca mata tebal nan pendiam, yang selalu menggauli buku-buku ratusan halaman.

Pelajaran eksakta yang satu ini selalu ber-kutat dengan angka dan rumus—“sedarah” dengan matematika dan kimia. Sederet sim-bol “aneh” plus puluhan istilah asing yang tak akrab di telinga siswa. Inilah tantangan bagi guru di kelas.

Profesor Yohannes Surya, P.hD, seorang

fisikawan ternama y a n g m a m p u

“ m e n g u b a h ” anak-anak di

negeri Papua dengan kem-

iniman sa-rana pras-

a r a n a hingga

m e n -j a d i

bril-

ian, punya konsep sederhana. Surya men-egaskan, sebenarnya tidak ada siswa yang bodoh. “Mereka hanya belum berkesempa-tan mendapatkan pengajaran dari guru yang tepat,” kata Yohanes Surya.

Hal yang sama juga dirasakan Darson, S.Pd, M.Si, guru dan Kepala SMA Negeri 6 Tanjungpinang. Sebagai guru fisika, dia sadar betul, mata pelajaran yang satu ini tak gam-pang dimengerti anak didiknya. Secara kog-nitif siswanya lemah. Namun, bukan berarti mereka tak punya potensi. Lemah di otak kiri (kognitif—kemampuan berpikir analis), murid-murid di SMAN 6 jago di otak kanan (afektif—kemampuan mengapresiasi dan keselarasan). “Saya lihat anak-anak lemah dalam mata pelajaran eksakta. Tapi, mereka cukup berpotensi dalam bidang sastra dan kesenian,” ujar Darson.

Sisi positif yang dimiliki anak-anak didiknya itulah yang digali. Berbekal kon-sep Balancing of Power of Mind, Darson berusaha meramu strategi. Fisika tetap harus dipelajari, namun konsepnya harus memudahkan siswa. Maka, terciptalah “Fisika dalam Syair”.

Diakui, buku pelajaran terbitan Leutikaprio itu unik dan baru pertama kalinya ada di Indonesia sehingga tercatat dalam Museum Rekor In-donesia (MURI). Isinya mentrans-lasi angka dan rumus fisika dalam permainan kata penuh makna yang dibingkai dalam syair. Darson ingin menunjukkan jika fisika bukanlah pelajaran yang sulit dan rumit.

Fisika itu tiadalah susahRumus yang sulit pun tiada masalahSudah dij elaskan saat seko-lahBelajar dan berlatih jan-ganlah lelah

“Syair-syair da-lam buku ini untuk

mempermudah siswa memahami

pelajaran fisika. Mereka senang dengan sastra. Jika sudah menyenangi, tentulah jadi hal mudah untuk dipelajari. Saya harapkan begitu,” ujar Darson yang rencananya akan segera menerbitkan “Fisika dalam Syair” jilid 2 serta menyiapkan buku “Kiat Jadi Guru Profesional”. l

chAIROEl ANWAR

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 7

Page 8: Geliga No 5

Guru, salah satunya wa-jib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik.

Kualifikasi akademik tersebut diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau pro-gram diploma empat. Begitu kata Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Tapi sayangnya, belum semua guru bergelar sarjana. Sebagian besar berada di jenjang pendidi-kan dasar. Dari sekitar 1,46 juta guru sekolah dasar (SD), sekitar 75 persennya belum bependidikan D-4 atau sarjana. Sementara, da-lam jangka waktu 10 tahun sejak UU Guru dan Dosen diundan-gkan, semua guru di Indonesia ditargetkan sudah sarjana. Karena itulah, terobosan untuk mening-katkan kualitas guru--terutama guru SD--menjadi kebutuhan mendesak.

Menurut Kepala Pengemban-gan Profesi Pendidik Kemente-rian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Unifah Rosyidi, para guru menghadapi kendala untuk melanjutkan kuliah karena tidak boleh meninggalkan tugas mengajar. Untuk itu, sejak empat tahun lalu dibuat kebijakan pen-gakuan pengalaman kerja dan hasil belajar (PPKHB) tiap guru yang berkuliah lagi.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 5 ayat (4a) juncto ayat (5) dinyatakan bahwa kualifikasi akademik S-1 bagi Guru dalam Jabatan dapat diperoleh melalui pendidikan tinggi Program Sar-jana (S-1) Kependidikan, dengan memperhatikan: a) pelatihan guru dengan memperhitungkan ekuiv-alensi satuan kredit semesternya; b) prestasi akademik yang diakui

aktualita

dan diperhitungkan ekuivalensi satuan kredit semesternya; dan/atau c) pengalaman mengajar dengan masa bakti dan prestasi tertentu.

Selanjutnya, pemerintah menerbitkan Permendiknas No-mor 58 Tahun 2008 tentang Pe-nyelenggaraan Program Sarjana (S-1) Kependidikan bagi Guru da-lam Jabatan. Melalui peraturan itu, perguruan tinggi dapat memberi pengakuan terhadap pengala-man kerja dan hasil belajar yang pernah diperoleh sebelumnya, baik pada jalur pendidikan formal

maupun nonformal, sebagai pen-gurang beban studi yang wajib ditempuh.

Pengakuan terhadap pengal-aman kerja dan hasil belajar yang pernah diperoleh itu maksimal 65% dari jumlah sks (satuan kredit semester) yang wajib ditempuh. Berbagai jenis pengalaman kerja dan hasil belajar guru yang diper-oleh dapat dilihat dalam tabel.

Toho Cholik Mutohir, koordi-nator tim PPKHB, mengatakan, penuntasan kualifikasi pendidikan guru tidak bisa hanya dengan kuliah reguler di lembaga pen-

didikan dan tenaga kependidi-kan (LPTK). Kuliah di Universitas Terbuka (UT) yang fleksibel juga tidak cukup karena program studi yang terbatas.

"Untuk guru yang pendidi-kannya masih SMA/SPG dan diploma, percepatan kualifikasi dibantu dengan adanya PPKHB. Pengalaman kerja dan hasil diklat mereka diperhitungkan sebagai satuan kredit semester (SKS). Ketika kuliah di LPTK/UT, beban SKS para guru ini bisa dikurangi,” kata Toho. l

chAIROEl ANWAR/KOMpAS

Pengalaman Kerja Guru DiakuiBantu Percepat Kualifikasi Akademik

KOMPONEN SUB KOMPONEN JUMLAHSKOR

SKORKOMPONEN

A. PENGALAMAN KERJA

1 Pengalaman mengajar/lama mengajar

Rencana Pembelajaran (RPP)

Penghargaan yang relevan

B. HASIL BELAJAR 1 Kualifikasi akademik

2 Pelatihan

3 Prestasi akademik

a. karya akademik

b. Juara lomba

c. Pembimbingan teman sejawat dan/atau siswa

d. Peran serta dalam forum ilmiah

SKOR PPKHB

LATAR BELAKANGPENDIDIKAN

BEBAN STUDITANPA PPKHB

JUMLAH SKS MAKSIMUMYANG BOLEH DIBEBASKAN

MELALUI PPKHB (65%)

JUMLAH SKS MINIMUMYANG WAJIB DITEMPUH

(35%)

1. SLTA Sederajat 144 - 160 93 - 104 51 - 56

2. D-I 110 - 120 71 - 78 39 - 42

3. D-II 80 - 90 52 - 58 28 - 32

4. D-III/Sarjana Muda 40 - 50 26 - 32 14 - 48

BEBAN STUDI DAN PPKHB

REKAPITULASI HASIL PENILAIAN PORTOFOLIO PPKHB

SUMBER: BUKU RAMBU RAMBU PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR (PPKHB) DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM SARJANA (S-1) KEPENDIDIKAN BAGI GURU DALAM JABATAN

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 20128

GG

Page 9: Geliga No 5

Satu Siswa Satu Paket SoalUjian Nasional 2013 Lebih Obyektif dan Variatif

Ujian Nasional (UN) tahun 2013 bakal lebih sulit dan lebih variatif. Ada 20 paket

soal yang berbeda untuk 20 orang peserta UN di dalam satu ruangan. Artinya, satu siswa satu paket soal. Itulah wacana yang sedang direalisasikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

"Setiap peserta didik dalam satu kelas akan mengerjakan soal yang berbeda. Ini yang diuji adalah kemampuan perse-orangan, bukan kolektif," kata Menteri Pendidikan dan Kebu-dayaan (Mendikbud) Moham-mad Nuh, dalam keterangan persnya, belum lama ini.

Menurut mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya itu, variasi soal tersebut dirancang agar para peserta UN lebih berkonsentrasi dalam menger-jakan lembaran-lembaran soal. Tentu juga untuk mengeliminir tingkat kebocoran soal dan mengedepankan kejujuran. "Sasarannya yang lulus pelak-sanaan UN harus berkualitas agar Indonesia memiliki sum-ber daya manusia (sdm) profe-sional," tandas Mendikbud.

Oleh karena itu, Mendikbud sempat menggagas bahwa pelaksanaan UN tahun 2013 tanpa perlu adanya pengawas. Bahkan Kemendikbud sekarang menantang seluruh bupati atau wali kota untuk mendeklarasi-kan UN jujur dan siap tanpa pengawasan.

"Kalau ada kepala daerah atau kepala sekolah ragu ikut deklarasi, jangan-jangan ada apa-apa. Wong diajak jujur, kok,

ragu," ungkapnya.Sebelumnya, hasil UN telah

digembar-gemborkan bakal menjadi "tiket" untuk masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN). Namun, pihak PTN masih be-lum percaya dengan obyektivi-tas dan kredibilitas nilai UN.

Karena itulah, UN 2013 mendatang masih dimatangkan agar benar-benar bisa menjadi "tiket" masuk ke PTN. Meski prosedur operasional standar (POS) UN belum ditetapkan, pemerintah masih merancang beberapa opsi.

Adapun terkait standar kelulusan, Mendikbud menga-takan, ada kemungkinan untuk meningkatkan dari 5,5 menjadi 6,00. Alternatif lainnya, standar

nilainya tetap 5,5 tetapi derajat kesulitan soal ditingkatkan.

Pada tahun ini proporsi tingkat kesulitan soal adalah 10 persen mudah, 80 persen sedang, dan 10 persen sukar. Formulasi pada tahun depan kemungkinan menjadi 10 pers-en mudah, 70 persen sedang, dan 20 persen sukar.

Meski demikian, pemer-intah masih akan melakukan kajian mendalam terkait hal tersebut. Jangan sampai, ke-bijakan tersebut justru akan memberikan dampak buruk terhadap kelulusan siswa.

"Tentunya ini akan dikaitkan dengan calon pemakai, yakni perguruan tinggi. Kita juga akan melihat dari kelulusan-

nya. Kalau diberikan beban berat dan berdampak kepada ketidaklulusan kan juga tidak fair. Semuanya dilihat petanya," terang Mendikbud.

Ketua Badan Standar Na-sional Pendidkkan (BSNP) Muhammad Aman Wira-kartakusumah mengatakan, pihaknya sedang menyiapkan kisi-kisi soal UN dan diharap-kan selesai pada November.

Menurut dia, kisi-kisi soal UN tidak jauh berbeda dengan kisi-kisi soal tahun ini karena kisi-kisi tersebut dikembang-kan dari standar isi. “Kisi-kisi hanya bersifat lebih opera-sional. Bank dari kisi-kisi sudah ada,” katanya. l

DISADUR DARI BERBAGAI SUMBER

BATAS NILAI KELULUSAN UJIAN NASIONAL SLTP/SLTA TAHUN 2005 - 2011

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 9

Page 10: Geliga No 5

aktualita

Puluhan tahun silam, guru sering digambarkan se-bagai sosok lelaki paruh baya berstelan safari dan

berpeci, berpenampilan seder-hana, nrimo meski gaji tak men-cukupi, tidak neko-neko—dan ini yang membuat miris: menung-gangi sepeda onthel. Guru juga menyandang sebutan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Prak-tis, tak banyak generasi muda yang kepincut untuk menjadi guru dan menginjakkan kaki di kampus keguruan mengingat "prospeknya" tak menjanjikan.

Tapi, itu kondisi zaman ba-heula. Belum genap satu dekade, profesi guru menjadi incaran. Ini menyangkut peningkatan kes-ejahteraan pasca-dikeluarkannya Undang Undang Nomor 14 Ta-hun 2005 tentang Guru dan Dos-en. Pemerintah dan pemerintah daerah juga—konon—telah lebih memperhatikan kesejahteraan guru melalui berbagai tunjangan dan insentif.

Dan, yang menguntung-kan—berdasarkan fenomena yang ada—menjadi guru lebih memberikan peluang untuk di-angkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan sejumlah kebi-jakan "kondisional" dari pemerin-tah—baik melalui pengangkatan maupun pada saat penerimaan calon PNS.

Oleh karena itu, jika dulu kampus-kampus keguruan sering menjadi "kampus pelarian", kini hampir selalu kebanjiran maha-siswa baru. Selanjutnya, pemerin-tah menyiagakan rambu-rambu baru untuk menyaring guru atau calon guru yang berkualitas. Guru wajib bersertifikat pendidik.

Jika sertifikasi guru dilakukan pada saat guru menjabat (dikenal dengan istilah sertifikasi guru da-lam jabatan), sekarang siapa saja yang akan menjadi guru harus sudah punya sertifikat pendidik (dikenal dengan istilah sertifikasi prajabatan). Sarjana keguruan maupun non-keguruan yang

berkeinginan menjadi guru, harus sudah mengantongi sertifikat pendidik sebelum menyandang profesi guru, melalui program pendidikan profesi guru (PPG) selama dua semester—di luar program induksi guru.

Tapi, di sini muncullah masalah. Sarjana pa saja bisa menjadi guru asalkan memiliki akta IV dan memiliki sertifikat pendidik. Karena itulah UU No-mor 14 Tahun 2005 digugat mahasiswa keguruan. Pun pro-gram PPG yang dimaksudkan pemerintah untuk "menyaring" calon guru, mulai diprotes.

Adalah puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Keguruan Nusantara (GMKN), akhir September lalu, yang mempertanyakan keharu-san bagi sarjana keguruan untuk mengikuti PPG. Mereka merupa-kan gabungan dari mahasiswa di beberapa kampus di sekitar Jawa Timur, yakni Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Ma-

lang (UNM), IAIN Sunan Ampel, Universitas Kanjuruhan, STKIP Kediri, STKIP Pacitan, STIA Raden Rahmat, dan mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta.

GMKN melayangkan petisi kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ada 10 poin yang disampaikan untuk meng-gugat UU Guru dan Dosen.

"Kenapa kami harus kembali ikut PPG? Materi yang diberikan sama pada saat kami kuliah. Itu kan mubazir," kata Agung Budi Wirawan, koordinator lapangan, saat berdemonstrasi di depan gedung DPR, Jakarta, seperti dilansir Kompas, Jumat, 21 Sep-tember lalu.

Menurutnya, dalam PPG ada dua materi khusus yang diberi-kan, yakni materi yang berkaitan dengan kompetensi (pedagogik, sosial, profesional, dan kepriba-dian) serta materi pengenalan lapangan. Ia menganggap, pen-ingkatan kualitas guru tak akan timbul melalui sistem rekrutmen

ILUSTRASI/PORTALSEMARANG.cOM

Ketika Profesi Guru Kian Diminati

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201210

GG

Page 11: Geliga No 5

guru yang seperti itu. Sementara, Koordinator

Pusat GMKN, Achmad Ridlo, mengatakan, aturan tersebut sangat tidak adil bagi lulusan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Proses pendidikan selama empat tahun di LPTK seperti tidak ada artinya karena disandingkan dengan lulusan non-LPTK yang juga memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti PPG, sama-sama harus menempuh PPG selama 2 semester bila mereka ingin menjadi guru.

"Bagaimana mungkin proses panjang selama sekitar delapan semester menempuh pendidikan disejajarkan hanya dengan pal-ing lama satu semester kegiatan matrikulasi?" keluh Ridlo seperti yang dilansir Rakyat Merdeka.

Dia mengatakan, proses membentuk kompetensi guru yang profesional sudah dia-manatkan oleh UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 dan UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dimana memerlukan waktu yang panjang. Oleh sebab itu sudah harus dimulai sejak awal semester dalam delapan semester, dan bukan sekedar lulus beberapa mata kuliah matri-kulasi dan bisa melakukan praktik mengajar secara instan.

"Lantas apa gunanya LPTK bila pada akhirnya siapa pun bisa menjadi guru hanya dengan men-empuh pendidikan profesi selama dua semester?" katanya.

Sumber dari permasalahan ini, jelas Ridlo, adalah adanya pasal 9 UU No 14 Tahun 2005 yang berbunyi, 'kompetensi guru seba-gaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kom-petensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi'.

"Maka dari itu pasal ini harus direvisi agar tidak menjadi 'keran' adanya lulusan selain kependidi-kan yang berhak mengikuti PPG atau menjadi guru," tandas dia.

Akhirnya, tujuh orang maha-siswa calon guru dari sejumlah daerah di Jawa Timur dan Jakarta mengajukan gugatan terhadap Pasal 9 UU Nomor 14 Tahun 2005 ke Mahkamah Konstitusi (MK). Melalui kuasa hukumnya, Mu-hammad Sholeh, para penggugat meminta MK untuk menguji pasal tersebut agar profesi guru hanya diperuntukkan bagi sarjana kegu-ruan dan ilmu pendidikan.

"Pasal tersebut memberi ru-ang bagi sarjana non-kependidi-kan untuk bisa menjadi guru," kata Sholeh saat ditemui seusai sidang perbaikan permohonan di gedung MK, seperti yang dilansir Tempo, Jumat, 19 Oktober 2012.

Para penggugat tersebut, dua orang di antaranya dari Surabaya, yakni Aris Winarto dari Universitas Negeri Surabaya dan M. Khoirur Rosyid dari Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Tiga mahasiswa berasal dari Ma-lang, yakni Achmad Hawanto dari Universitas Negeri Malang, Heryono dari Universitas Kan-juruhan Malang, dan Siswanto dari Sekolah Tinggi Agama Islam Raden Rahmat Malang.

Adapun dua mahasiswa lain-nya, masing-masing Mulyadi dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru RI Pacitan dan Angga Damayanto dari Universitas Negeri Jakarta.

Menurut Sholeh, seseorang yang ingin berprofesi sebagai guru harus memiliki dan ikut pendidikan ilmu keguruan, sep-erti Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP). Namun Pasal 9 UU Nomor 14 Tahun 2005 mem-bolehkan sarjana dari berbagai cabang ilmu untuk mendaftar-kan diri dan menjadi guru.

Bagi mahasiswa ilmu ke-guruan, kata Sholeh, hal itu merupakan ancaman saat proses seleksi pada pekerjaan yang su-dah seharusnya menjadi bidang ilmu mereka. Pasal tersebut juga dinilai diskriminatif karena seolah memberikan perlakuan khusus bagi sarjana non-keguruan.

Pasal tersebut juga dinilai bertentangan dengan Pasal 28 h ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 mengenai jaminan dan perlindungan hukum yang diberikan oleh negara kepada setiap warga negara dengan dasar ada kekhususan. Dalam perkara a quo, bisa dimaknai bahwa mahasiswa fakultas ke-dokteran dijamin bisa menjadi dokter asalkan mengikuti semua prosedur perkuliahan dan lulus ujian. "Begitu pun mahasiswa LPTK seharusnya dijamin bisa menjadi guru asalkan bisa lolos seleksi mengikuti PPG. Tapi, ke-nyataannya tidak begitu. Mereka tetap harus bersaing dengan sarjan non-kependidikan," kata dia.

Dalam PPG, sarjana non-keguruan hanya membutuhkan matrikulasi satu semester untuk mengajarkan ilmu pedagogik, kompetensi kepribadian, kom-pentensi sosial, dan kompetensi profesional. Sedangkan sar-jana keguruan harus menempuh semua mata kuliah tersebut dalam waktu dua hingga tiga semester.

"Tiba-tiba lulusan non-keg-uruan bisa jadi guru. Ini adalah bentuk diskriminasi. Mereka disamakan dengan sarjana ke-guruan," ujar Sholeh.

"Dari sini jelas ada perlakuan keistimewaan terhadap sarjana non-kependidikan dalam masuk PPG. Seharusnya, kalau mau adil, sarjana non-kependidikan yang mau ikut PPG harus kuliah lagi di LPTK dan hanya mengambil mata kuliah yang belum diajar-kan di kampus non-kependidi-kan barulah kemudian mengikuti tes masuk PPG," imbuhnya.

Pemerintah menjawab kegeli-sahan mahasiswa tersebut. Men-teri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengimbau agar mereka tidak perlu meng-khawatirkan rekrutmen dan pe-luang mereka menjadi guru. Sebab, pemerintah mengklaim telah merancang formulasi yang

berasaskan pada kebutuhan dan berkeadilan.

Nuh menegaskan bahwa sarjana non-kependidikan bukan pesaing guru yang akan mere-but "pasar" dunia pendidikan. Mendikbud meminta para sar-jana kependidikan untuk melihat fakta yang ada di lapangan. "Kita harus melepaskan ego sektoral, karena faktanya tidak semua guru dan dosen dari LPTK, seperti dosen di PENS, UI, ITS, UGM, dan sebagainya. Karena itu saya minta harus ada satu sumber untuk pengajar," katanya.

Sedangkan, PPG yang wajib diambil oleh mahasiswa lulusan LPTK merupakan wadah untuk mematangkan sarjana keguruan sebelum benar-benar terjun un-tuk mengajar. Ia mengibaratkan sarjana keguruan dengan sarjana di profesi lain, misalnya kedok-teran. Sarjana kedokteran pun baru sah menjadi dokter setelah mengikuti ujian keprofesian.

"Sama saja, lulusan LPTK baru bergelar sarjana pendidi-kan, belum jadi guru berarti be-lum bisa mengajar. Itulah kenapa ada PPG. Jangan khawatir, bukti-kan saja melalui kompetensinya," kata Nuh, sebagaimana dikutip Antara.

Direktur Kelembagaan dan Kerjasama Pendidikan Tinggi Kemendikbud Achmad Jazidie menyampaikan, dibukanya kes-empatan luas untuk sarjana di luar LPTK hanya untuk menjaring guru di mata pelajaran tertentu di sekolah-sekolah kejuruan. Hal itu sejalan dengan rencana pe-merintah memenuhi kebutuhan guru di SMK seiring dengan akan dimulainya rintisan wajib belajar 12 tahun melalui Pendidikan Me-nengah Universal (PMU) di tahun pelajaran 2013-2014.

"Kita memerlukan itu karena tak mungkin LPTK mencetak se-mua guru di bidang produktif, seperti misalnya Teknik Mesin atau Otomotif di SMK," kata Jazidie. l

chAIROEl ANWAR

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 11

Page 12: Geliga No 5

aktualita

Guru PAUD Dapat Bantuan Rp2 Juta Per Tahun

KUOTA PENERIMA BANTUAN BAGI GURU KB/TPA/TPS

Tahun 2012 ini pemerintah memberikan bantuan kepada 60.000 orang guru PAUD pada jalur

nonformal sebesar Rp2 juta per orang per tahun. Guru PAUD yang dapat menerima adalah guru PAUD pada kelompok bermain (KB), tempat penitipan anak (TPA) dan satuan PAUD sejenis (SPS).

Jumlah yang diberikan pada tahun 2012 ini meningkat dibandingkan tahun 2011 yaitu sebesar 44.879 orang. Dari segi jumlah, dana yang diterima pada tahun 2012 juga m e n -ingka t diband-ingkan t a h u n 2 0 1 1 y a n g sebe-

sar Rp1,2 juta orang per tahun.Bantuan kepada guru PAUD

jalur pendidikan nonformal ini bersifat insidental dan tidak mengikat sesuai dengan ke-mampuan anggaran pemerintah sebagai upaya peningkatan motivasi dan dedikasinya da-lam pelaksanaan tugas. Arti-nya penerima pada tahun ini tidak mendapatkan jaminan untuk mendapatkan pada tahun berikutnya. Bantuan disalurkan melalui rekening bank yang

bersangkutan oleh dinas pendidikan provinsi.

Biasanya, guru PAUD nonformal be r s t a tus gu ru yayasan atau se-j en i snya yang penghargaan atas pengabdiannya se-bagian besar masih

belum optimal. Sehingga adan-

ya pem-berian bantuan ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahter-aan mereka.

Sementara, guru PAUD yang berhak menerima bantuan ini antara lain harus memiliki NUPTK (bagi Guru KB/TPA/SPS yang belum memiliki NUPTK wajib mengisi formulir NUPTK dan dilampirkan surat keterangan dari dinas pendidikan ka-

bupaten/kota bahwa yang bersangku-

tan dalam proses pengajuan diri untuk memperoleh NUPTK). Selain itu telah melaksanakan tu-gas sekurang-kurangnya selama satu tahun. l

chAIROEl ANWAR/pAUDNI

SUMBER: DITJEN PAUDNI TAHUN 2012

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201212

GG

Page 13: Geliga No 5

lApORAN UTAMA

“Ini bagaimana?” tanya seorang guru perempuan. Belum lagi pertanyaan tadi dijawab, guru lainnya menyam-bung pertanyaan, “Habis ini diapain?”.

Itulah suasana “simulasi” uji kompetensi guru online oleh sejumlah guru sekolah dasar di Kota Tanjungpinang di SD Negeri 005 Tanjungpinang Timur, beberapa hari menjelang pelaksanaan ujian tanggal 31

DARi 'GAptek', seRveR NGADAt, hiNGGA lupA

uji kOmpetensi guru

secara angka, hasil ukG tahap pertama sungguh mempri-hatinkan. Dari 243.619 guru yang mengikuti ujian, rata-rata hanya mendapatkan nilai 44,5 atau di bawah rata-rata na-sional.

TEMPO.cO

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 1313

GG

Page 14: Geliga No 5

lApORAN UTAMA

Juli 2012. “Kami melaksanakan

pelatihan ini untuk memper-siapkan diri mengikuti UKG (uji kompetensi guru, red). Pelatihan ini pun kami lak-sanakan secara swadaya karena pemerintah tak mensosialisasi-kan uji kompetensi guru,” ujar Suarfandi, guru SMP Negeri 10 Tanjungpinang, yang menjadi tutor bagi para guru.

Menurutnya, UKG ada-lah hal baru bagi guru kar-ena dilakukan secara online. “Sedangkan, tak semua guru kita ini sudah paham meng-gunakan teknolog informasi (komputer, red),” terang Ketua Biro Informasi dan Komunikasi PGRI Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) ini.

Lemahnya pemanfaatan teknologi informasi inilah yang dicemaskan sebagian guru. "Terutama guru-guru sepuh (tua, red). Dalam mengajar, jarang sekali mereka menggu-nakan komputer sehingga tak terbiasa," ujarnya.

***Menjelang pelaksanaan

UKG, tak sedikit guru yang mengaku cemas. Munculnya selentingan informasi yang tak jelas menyebutkan, pemberian tunjangan profesi akan distop jika guru tak lulus dalam UKG. Bahkan, di beberapa daerah, ada pejabat dinas pendidikan "menakut-nakuti" guru dengan mengatakan bahwa kenaikan pangkat guru akan ditinjau ulang jika guru yang bersang-kutan gagal dalam UKG.

Kecemasan lain yang muncul adalah belum mahirnya sebagian guru dalam meman-faatkan teknologi informasi. Jangan digunakan dalam ujian, dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar pun hampir tak pernah. Itulah kecemasan guru-guru sepuh (senior), terutama guru-guru angkatan tahun 70-an.

Hasil UKG Tak Jauh Beda dengan UKAUji kompetensi tak hanya

berlaku bagi guru-guru yang sudah bersertifikat pendidik, namun juga guru-guru yang belum bersertifikat--serta guru yang ingin mengikuti proses sertifikasi. Nah, pada tang-gal 25 Februari lalu, sebanyak 281.016 orang guru telah mengikuti Uji Kompetensi Awal (UKA) bagi guru yang akan mengikuti PLPG. Ujian tersebut dilakukan secara manual.

Sayangnya, hanya 249.001 orang guru yang dinyatakan "lulus" UKA--dari target 250.00 orang--dan layak mengikuti PLPG. Sisanya yang tak lulus mesti "ditatar" kembali.

Kendati sebagian be-sar guru dinyatakan "lulus", hasilnya masih jauh dari yang diharapkan. Nilai rata-rata UKA secara nasional hanya berkisar di angka 42,25 (lihat tabel hasil UKA belum berser-tifikat). Secara nasional, rerata kompetensi guru TK 58,87,

SD (36,86), SMP (46,15), SMA (51,35), SMK (50,02), serta pengawas (32,58).

Selanjutnya, mulai 30 Juli lalu, giliran guru-guru bersertifikat yang mengikuti UKG. Sebanyak satu juta guru ditargetkan mengikuti UKG tahap pertama itu.

Berbeda dengan UKA, hasil UKG sebenarnya sudah bisa diketahui oleh peserta ujian. Karena, begitu guru selesai mengerjakan soal, berapa nilai yang diperoleh sudah terpam-pang di layar monitor.

Uniknya, hasil yang dicapai guru-guru yang telah men-gantongi sertifikat pendidik ini pun tak jauh beda dengan guru yang belum bersertifikat. Dari hasil penilaian sementara UKG online gelombang perta-ma, terlihat jika nilai rata-rata nasional guru masih di bawah standar, yakni 44,55. Penilaian tersebut dilakukan terhadap 243.619 peserta. (Baca: Inilah hasil ujian itu...).

Kendala TeknisBanyak yang tak sepa-

kat jika hasil UKG tersebut menggambarkan kualitas guru secara riil. Ketua Umum PGRI Sulistyo, menegaskan, hasil UKG tak bisa dijadikan tolok ukur kompetensi guru.

Banyak persoalan yang ditemui di lapangan ketika UKG itu mulai dilaksanakan. Pelaksa-naan UKG tahap pertama, akhir Juli lalu, terkesan amburadul. Metode ujian yang meng-gunakan perangkat teknologi informasi, tak sepenuhnya berfungsi maksimal.

Mulai dari server lokal di tempat uji kompetensi (TUK) yang tak terkoneksi dengan server pusat, database guru yang masih bermasalah, soal yang tak sesuai mata pelajaran ayng diampu guru, maupun nama guru yang tak tercatat dalam database sehingga gagal mengikuti UKG tahap pertama itu. Buntutnya, banyak guru yang kecewa.

Sejumlah guru SD belajar mengoperasikan komputer dan internet serta latihan mengerjakan soal UKG di SD Negeri 005 Tanjungpinang Timur.

fOTO: HABIBI

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201214

GG

Page 15: Geliga No 5

34,50

34,80

35,40

35,50

35,70

36,10

36,90

37,20

37,40

37,60

38,20

38,20

38,30

38,50

38,60

38,60

38,80

39,00

39,10

39,20

39,40

39,90

40,50

41,10

41,10

42,70

43,80

44,00

45,20

47,10

48,90

49,20

50,10

MALUKU

MALUKU UTARA

KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN TENGAH

JAMBI

NANGROE ACEH DARUSSALAM

SULAWESI BARAT

LAMPUNG

SUMATERA UATARA

SULAWESI TENGAH

SUMATERA SELATAN

BANGKA BELITUNG

SULAWESI URATA

SULAWESI TENGGARA

BENGKULU

GORONTALO

NUSA TENGGARA TIMUR

PAPUA BARAT

RIAU

KALIMANTAN SELATAN

SULAWESI SELATAN

NUSA TENGGARA BARAT

KALIMANTAN TIMUR

PAPUA

BANTEN

SUMATERA BARAT

KEPULAUAN RIAU

JAWA BARAT

JAWA TENGAH

JAWA TIMUR

BALI

DKI JAKARTA

DI YOGYAKARTA

36,70

37,87

38,86

39,80

39,86

40,06

40,09

40,35

40,50

40,60

40,61

40,76

40,82

40,84

40,93

41,52

41,63

41,91

41,93

42,17

42,73

42,87

43,31

43,50

43,99

44,72

45,20

45,72

46,27

46,46

46,55

46,83

51,45

MALUKU UTARA

NANGROE ACEH DARUSSALAM

MALUKU

SULAWESI BARAT

NUSA TENGGARA TIMUR

SULAWESI TENGAH

SULAWESI SELATAN

KALIMANTAN TENGAH

SULAWESI UTARA

GORONTALO

SULAWESI TENGGARA

LAMPUNG

JAMBI

SUMATERA UTARA

SUMATERA SELATAN

NUSA TENGGARA BARAT

PAPUA BARAT

BENGKULU

KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN TIMUR

RIAU

KALIMANTAN SELATAN

PAPUA

BANTEN

BALI

KEPULAUAN RIAU

JAWA BARAT

SUMATERA BARAT

BANGKA BELITUNG

JAWA TIMUR

JAWA TENGAH

DKI JAKARTA

DI YOGYAKARTA

HASIL UJI KOMPETENSI AWAL GURU BELUM BESERTIFIKAT HASIL UKG BESERTIFIKAT BIDANG PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL

“Hari ini banyak masalah. Mulai dari ada lima orang yang pulang sia-sia karena tidak bisa online. Ada juga soal yang tidak sesuai dengan kom-

SMK Negeri 1 Tanjungpinang, akhir Juli lalu.

“Jadi kami terpaksa mengerjakannya walaupun tak sesuai. Kata pengawasnya,

petensi gurunya. Dia mengajar di SMP tapi dikasi soal SMA, jadi terpaksa mengerjakan saja. Ada juga guru-guru yang dari jurusan teknik mesin dan oto-

motoif, tapi soal yang diberikan adalah soal teknik seni rupa. Hal itu yang membingungkan peserta,” ujar salah seorang guru, saat mengikuti UKG di

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 15

Page 16: Geliga No 5

lapOran utama

lebih baik dikerjakan dari pada tidak sama sekali," imbuh guru yang dinas bertugas di salah satu SMP negeri di Tanjungpi-nang tersebut.

Masalah yang sama juga terjadi di TUK di SMA Negeri 2 Tanjungpinang. Tiga orang guru terpaksa melenggang pu-lang karena soal mata pelajaran yang menjadi jurusannya, yaitu muatan lokal, tidak ada semen-tara nama mereka terdaftar.

“Mata kuliah kami muatan lokal, tapi soalnya tak ada. Me-mang agak kecewa juga, tapi apa mau dikata? Terpaksalah absen aja dan nanti ikut ujian lagi,” ujar Fendi Salam, guru SMPN 12 Tanjungpinang.

Banyaknya kendala teknis itu diakui Mendikbud Mo-hammad Nuh. Mendikbud mengatakan, UKG tahap pertama yang dimulai 31 Juli lalu dilaksanakan di 4.158 TUK. Namun, tidak semua TUK bisa digunakan. Dari hasil rekapitu-lasi sementara, ada 2.344 TUK yang bisa aktif sejak hari per-tama. Sisanya, 1.814 TUK gagal melaksanakan UKG karena lemahnya jaringan internet.

Konversi Bidang StudiKonversi bidang studi juga

dikeluhkan guru. Kebijakan

konversi ini hanya diperuntuk-kan bagi guru-guru yang lulus sertifikasi pada tahun-tahun awal. Dengan demikian, guru SMP yang lulus sertifikasi--misalnya tahun 2006--pada bidang studi ekonomi--harus mengerjakan soal IPS Terpadu, yang merupakan gabungan mata pelajaran ekonomi, seja-rah, dan geografi. Begitupun untuk bidang studi bilogi dan fisika, guru bersangkutan harus mengerjakan soal IPA Terpadu.

"Pada IPA dan IPS Terpadu itu kendalanya semua pelajaran diujiankan. Padahal dari jurusan itu kita hanya satu jurusan yang kita pelajari dan pahami. Jujur saja, itu memang menyulitkan,” ujar Eva, guru SMP Negeri 1 Tanjungpinang.

Malah, akibat kebijakan konversi bidang studi ini, Kepala SMP Negeri 10 Tanjung-pinang Edi Sarwito, nekat tidak mau mengikuti UKG. "Saya ini guru sejarah. Saya juga lulus sertifikasi untuk mata pelajaran sejarah. Tapi dalam UKG ini saya juga harus mengerjakan soal ekonomi dan geografi yang jelas tak saya kuasai. Tapi kalau materi pedagogik dan profesional saya tak ragu. Kalau saya kerjakan, pasti nilainya rendah, taruhlah 30. Apa itu

menunjukkan kompetensi saya?" sergah Edi Sarwito.

GaptekGuru yang masih gagap

teknologi (gaptek) menjadi salah satu kendala. Seorang pengawas UKG di SMK Negeri 1 Tanjungpinang, mengakui, masih ada saja guru yang be-lum bisa menggunakan mouse (tetikus) saat mengerjakan soal meskipun 15 menit sebelum ujian telah dilakukan "pelati-han singkat". "Sudah dijelas-kan berulang-ulang, mereka juga selalu nanya. Jangankan mengoperasikan komputer, menggunakan mouse saja masih banyak yang belum bisa. Rata-rata yang seperti itu guru yang sudah tua-tua," ujar pen-gawas yang minta namanya tak disebutkan.

Seorang kepala sekolah SD negeri di Tanjungpinang, tak malu mengaku jika dirinya tak bisa mengoperasikan komput-er saat ujian. "Saye ni memang tak pernah pakai komputer. Pakai komputer pun baru saat ikut ujian (UKG) ini," ucapnya.

Lupa Materi PedagogikKendala yang dihadapi

guru senior bukan cuma

pada penggunaan perang-kat teknologi informasi. Teori materi pedagogik pun jadi masalah.

Said Muchlis, salah seorang guru yang mengikuti ujian di SMK Negeri 1 Tanjungpinang, mengaku lupa dengan materi pedagogik. Jadwal ujian yang mendadak, ditambah tidak adanya sosialisasi, membuat-nya tak sempat melakukan persiapan. “Kalau soal memang cukup susah. Tapi yang paling susah memang pada materi pedagogik. Banyak guru yang mungkin lupa dengan teori lama itu walaupun dalam pelaksanaannya bisa. Teorinya yang agak susah untuk diingat karena memang sudah lama sekali,” ujar guru ekonomi SMP Negeri 1 Tanjungpinang itu.

Kepala SMPN 8 Tanjungpi-nang Syahbaidin pun men-geluhkan hal serupa. “Saya memang dari fakultas kegu-ruan. Materi pedagogik juga kita pelajari. Tapi, sesuaiper-kembangan zaman semuanya itu terasa berubah sehingga memang banyak yang udah lupa,” ujar Syahbaidin, yang ditemui di SMA Negeri 2 Tan-jungpinang. l

chAIROEl ANWAR/hABIBI/KOMpAS

Contoh tampilan UKG online (kiri) dan hasil akhir ujian (kanan).

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201216

GG

Page 17: Geliga No 5

Uji kompetensi guru (UKG) tahap pertama sudah rampung. Pada ujian tahap pertama,

akhir Juli lalu, diikuti sebagian besar oleh guru di jenjang pendidikan taman kanak-kanak, pendidikan dasar dan pendidi-kan menengah umum.

Secara angka, hasil UKG tahap pertama sungguh mem-

Inilah Hasil Ujian Itu...prihatinkan. Dari 243.619 guru yang mengikuti ujian, rata-rata hanya mendapatkan nilai 44,5 atau di bawah rata-rata nasional.

Sebagai informasi, Kemdik-bud memastikan peserta UKG mencapai 1.006.211 guru. Hing-ga hari ketiga pelaksanaan, UKG telah mendistribusikan 373.415 guru. Jumlah itu dikurangi guru

peserta yang gagal ikut UKG."Dari data yang masuk,

banyak nilai guru-guru di bawah rata-rata. Ada 316 kabupaten/kota yang di atas rata-rata dan 92 kabupaten/kota dengan rata-rata kurang dari 40,8," ujar Mohammad Nuh, dalam jumpa pers di Ge-dung Kemdikbud, Jakarta, awal Agustus lalu.

Ada guru yang mendapat-kan nilai tertinggi 91. Semen-tara, untuk nilai terendah, ada yang mendapatkan nilai 0 (nol) karena tak berhasil menjawab satu soal pun dengan benar. "Memang ada yang tinggi sekali nilainya, 91 dan ada juga yang nol. Tapi ya memang itulah hasilnya," kata Nuh.

Ternyata, bukan hanya nilai rata-rata UKG yang serupa den-gan UKA. Peraih nilai rata-rata UKG sama seperti UKA, yakni Yogyakarta. “Di UKA paling tinggi Yogyakarta, dan UKG Yogyakarta lagi. Tapi ini baru nilai sementara,” tuturnya.

Guru TK Ungguli Guru SDHasil sementara UKG tahap

pertama memang mengejut-kan. Kompetensi guru-guru di jenjang sekolah dasar justru kalah dibandingkan guru-guru Taman Kanak-kanak. Rendah-nya kompetensi guru yang mempengaruhi kualitas layanan pendidikan siswa SD ini um-umnya terjadi di kalangan guru kelas rendah atau kelas 1-3.

Dari hasil uji kompetensi awal (UKA) untuk seleksi guru yang boleh ikut kuota serti-fikasi guru tahun 2012 secara nasional, kompetensi guru SD terendah. Kompetensi guru SD rata-rata 36,85, sedangkan guru TK rata-ratanya 58,87.

Pada guru SD bersertifikat, hasil uji kompetensi guru (UKG) juga tetap terendah. Komptensi pedagogik guru SD rata-rata 42,10, sedangkan guru TK rata-rata 44,31. Adapun kompetensi profesional guru SD rata-rata 41,26, sedangkan guru TK rata-rata 45,77.

"Peningkatan kompetensi guru-guru SD perlu perhatian serius. Para guru lemah dalam penguasaan konsep dasar dan menerapkan metodologi pem-belajaran yang membuat siswa bergairah belajar. Sebagian besar terjadi untuk guru-guru kelas rendah, yang memang usianya sudah 40 tahun ke atas," kata Musmuliadi, pelak-sana pendidikan dan pelatihan (Diklat) Pasca-UKA di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Nusa Tenggara Barat di Mataram, awal September lalu.

Diklat Pasca-UKA diikuti oleh guru-guru yang skornya di bawah 30 pada pelaksanaan ujian untuk menentukan guru yang layak ikut kuota sertifikasi tahun ini yang diikuti 32.000 guru. Sebagian besar ketidaklu-lusan dialami guru-guru SD.

"Pada ujian kompetensi guru yang dilaksanakan pemer-intah, materinya juga mencak-up kelas tinggi. Pada kenyataan di lapangan, banyak guru kelas rendah yang umumnya berusia lebih tua tetap mengajar di kelas rendah selama belasan hingga puluhan tahun. Adapun guru yang lebih muda umum-nya senang mengajar di kelas atas karena mengajar di kelas bawah dianggap sulit," ujar Musmuliadi.

Kemampuan Berbahasa RendahLebih memprihatinkan lagi,

Statistik nilai gabungan guru TK per provinsi.

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 17

Page 18: Geliga No 5

fOTO: INTERNET

Hasil UKG nilai gabungan pedagogik dan profesional guru kelas per provinsi (atas), nilai pedagogik guru kelas (tengah), dan nilai profesional guru kelas (bawah).

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201218

Page 19: Geliga No 5

fOTO: JOKO AL MUcHLIS

hasil UKG untuk guru bahasa Indonesia merupakan yang ter-rendah dibanding dengan guru IPS, IPA, dan matematika. Nilai maksimal pun tidak ada yang mencapai nilai 100 namun hanya 91,12.

Nuh menyatakan, hasil yang menjadi perhatian utama ialah hasil UKG guru bahasa Indonesia jenjang SMP yang mendapat skor paling rendah yaitu 42,0. Sementara untuk nilai rata-rata IPS 44,4, IPA 53,7, dan Matematika 52,6. Di ting-kat SMA, mata pelajaran den-gan rerata terendah pada UKG di hari ketiga adalah bahasa Inggris dengan nilai 34,42.

Padahal, bahasa Indonesia adalah bahasa resmi bangsa. “Kita lihat bahasa Indonesia ini paling rendah. Maka harus ada yang bisa kita ubah dari kemampuan bahasa para guru kita,” imbuh Nuh.

Selain itu, kemampuan guru bahasa Inggris juga masih rendah. "Nilai rata-rata Bahasa Inggris SMP hanya 34," kata Mohammad Nuh.

Ia menyadari kemampuan guru Bahasa Inggris ternyata banyak yang minim. "Ada juga yang hanya bisa ngomong 'How are you? I'm fine thank you'," kata Mendikbud.

Mendikbud menilai, ren-dahnya kualitas guru disebab-kan menjamurnya tempat kursus, les privat atau bimb-ingan belajar yang mengejar kekurangan serapan ilmu dari para guru yang kemampuan ilmunya di bawah rata-rata tersebut.

“Kita bisa bayangkan, jika murid ingin dapat nilai 70 tetapi kemampuan gurunya di bawah 70. Mau pakai apa untuk mengurangi kekurangan itu selain dengan kursus di

luar?" ujarnya.Sementara itu, hasil UKG di

jenjang sekolah menengah atas juga masih rendah. Rata-rata nilai mata pelajaran kimia pal-ing rendah yaitu 37.9, sedang-kan paling tinggi fisika 58,7.

Diklat Online Pasca-UKGDari paparan hasil semen-

tara itu, lebih dari 60 persen peserta UKG bakal wajib melewati diklat pada 2013. Sebab pelaksanaan UKG meru-pakan upaya pemetaan untuk peningkatan kemampuan dan perbaikan kualitas pendidikan guru.

"Pelaksanaan UKG ini telah berhasil mengaktifkan 2.606 lab komputer sekolah yang nantinya akan kami gunakan sebagai tempat diklat online para guru tahun 2013 nanti," kata Kepala Badan Pengem-bangan Sumber Daya Manusia

Pendidikan dan Penjaminan Mutu Guru Syawal Gultom.

Gultom juga mengungkap-kan, sedikitnya ada 3.500 labo-ratorium komputer yang telah menjadi Tempat Uji Kompetensi (TUK). Kemudian TUK juga akan difungsikan sebagai diklat pasca UKG berlangsung.

Diklat guru online, lanjut Gultom, akan disampaikan dalam beberapa bagian, di antaranya online system, CD offline interaktif komputer, melalui modul, dan juga tatap muka.

"Dengan empat cara ini maka seluruh guru akan mudah terjangkau untuk mengi-kuti diklat pada 2013, sesuai amanat UU 14 tahun 2005. Jadi saya tegaskan, 60 persen dari 1.006.211 guru yang terdaf-tar itu akan ikut wajib diklat," tegasnya. l

chAIROEl ANWAR/BERBAGAI SUMBER

Hasil UKG bahasa Indo-nesia jenjang SMP (kiri) dan matematika SMA (kanan).

lapOran utama

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 1919

GG

Page 20: Geliga No 5

telaah

Oleh: Drs. Encik Abdul Hajar, MM*

PendahuluanGuru merupakan tokoh kunci bagi keber-

hasilan pencapaian visi misi sekolah dituntut untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja seiring dengan meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan tuntu-tan orang tua, masyarakat dan negara. Sebagai kepala sekolah, penulis bertanggung jawab untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja para guru. Penulis telah melakukan banyak hal antara lain mengadakan pelatihan, in house training, work-shop, supervisi, monitoring dan mempersiapkan peraturan yang disepakati bersama sebagai pedoman kerja bersama.

Peningkatan Disiplin Guru Melalui Sistem Pencatatan Waktu Kehadiran dengan Software dari Program Ms Excel

Beberapa upaya yang dapat dilakukan seorang kepala seko-lah untuk meningkatkan kinerja sekolah, antara lain melalui pem-binaan disiplin tenaga kependidi-kan, pemberian motivasi, peng-hargaan (reward) dan persepsi.

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201220

GG

Page 21: Geliga No 5

dari masing-masing kelas se-tiap hari, proses input data, rekapitulasi dan grafik laporan, pengumuman rekapitulasi ke-pada majelis guru, feedback dan tindak lanjut (follow–up).

Secara kronologis strategi peningkatan disiplin guru masuk dan keluar kelas tepat waktu dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Menyepakati dalam rap-at majelis guru mengenai sistem pencatatan dan klas-ifikasi waktu kehadiran tatap muka guru di kelas. Daftar klasifikasi waktu masuk dan keluar kelas guru mata pela-jaran di setiap mata pelaja-ran.

2. Mempersiapkan Blanko Pen-catatan Waktu Kehadiran Tatap Muka Guru setiap hari di setiap kelas.

3. Menyosialisasikan kepada ketua dan sekretaris kelas tentang mekanisme dan cara pencatatan waktu kehadiran tatap muka guru setiap hari di setiap kelas.

4. Guru melaksanakan proses belajar mengajar di kelas se-suai dengan jadwal pelajaran masing-masing.

5. Sekretaris kelas atau siswa yang ditunjuk oleh kelas melakukan pencatatan tentang waktu masuk dan keluar kelas guru setiap mata pelajaran setiap hari dengan mengisi blanko yang sudah disediakan.

6. Blanko Pencatatan Waktu Kehadiran Tatap Muka Guru yang telah diisi setiap hari di setiap kelas dikumpulkan kepada seorang staf kuriku-lum yang ditunjuk sebagai petugas yang mengumpul-kan blanko tersebut dari setiap kelas setiap hari untuk

dilakukan pengisian blanko rekapitulasi kehadiran awal masuk dan akhir pelajaran guru setiap minggu.

7. Kepala sekolah menerima Blanko rekapitulasi ming-guan dari petugas tersebut, kemudian memindahkan data mingguan tersebut dengan perangkaat lunak menggunakan program Ms. Excel yang sudah disiapkan yang terdiri dari:

a). File input data mingguan per jenjang kelas 10, 11 dan 12, terdiri dari be-berapa sheet.1. Beberapa sheet un-

tuk masing-masing kelas;

2. Sheet rekapitulasi data kondisi awal PBM guru mata pelajaran;

3. Sheet rekapitulasi data kondisi akhir PBM guru mata pelajaran;

b) File rekapitulasi data bulanan sekolah, terdiri dari beberapa sheet.1. Sheet rekapitulasi

data kondisi awal PBM guru mata pelajaran jumlah dari data kelas 10, 11 dan 12;

2. Sheet rekapitulasi persentase kondisi awal PBM guru mata pelajaran jumlah dari data kelas 10, 11 dan 12;

3. Grafik rekapitulalsi awal PBM guru mata pelajaran jumlah dari data kelas 10, 11 dan 12;

4. Grafik rekapitulasi keterangan tidak masuk kelas guru;

5. Sheet rekapitulasi data dan grafik kon-disi akhir PBM guru

mata pelajaran jum-lah dari data kelas 10, 11 dan 12;

6. S h e e t r e k a p persentase kondisi akhir PBM guru mata pelajaran jumlah dari data kelas 10, 11 dan 12;

7. File data dalam satu semester.

c) Sheet rekapitulasi data kondisi awal PBM guru mata pelajaran semes-ter.1. Sheet rekapitulasi

dan grafik persentase kondisi awal PBM guru mata pelajaran semester;

2. Grafik persentase keadaan ketidakhad-iran guru dalam PBM semester;

3. Grafik rekapitulasi kondisi akhir PBM guru pada PBM se-mester.

8. Kepala sekolah menempel laporan rekapitulasi kondisi awal dan akhir tatap muka guru setiap minggu dan setiap bulan di ruang ma-jelis guru, sebagai umpan balik untuk perbaikan kinerja dan disiplin masing-masing guru.

9. Kepala sekolah meman-faatkan data rekapitulasi tersebut untuk melakukan pembinaan dan teguran bagi guru yang sering datang terlambat atau sering keluar kelas lebih awal dari semes-tinya.

Manfaat Sistem PencatatanPenulis meyakini bahwa

strategi pencatatan waktu ke-hadiran tatap muka guru di kelas dengan menggunakan software dari program Ms. Excel yang dibuat oleh penulis sendiri akan dapat menjawab permasalahan

Beberapa upaya yang da-pat dilakukan seorang kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah, antara lain mela-lui pembinaan disiplin tenaga kependidikan, pemberian moti-vasi, penghargaan (reward) dan persepsi. Kepala sekolah harus mampu menumbuhkan disiplin tenaga kependidikan, terutama disiplin diri (self discipline). Da-lam menumbuhkan disiplin dini tenaga kependidikan, menurut Mulyasa (2006:141) kepala seko-lah harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Membantu tenaga kepen-didikan mengembangkan pola perilakunya

b. Membantu tenaga kepen-didikan meningkatkan stan-dar perilakunya

c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat.

Kenyataan yang ada selama ini adalah masih terdapat guru yang kurang disiplin masuk dan keluar kelas tepat waktu. Kepala sekolah tidak memiliki data yang akurat sehingga sulit memonitor dan melakukan pembinaan terh-adap guru yang kurang disiplin masuk dan keluar kelas tepat waktu. Kedisiplinan guru yang tinggi dalam hal waktu masuk dan keluar kelas tentu sangat berpengaruh positif terhadap kedisiplinan sekolah secara ke-sulurahan sehingga dapat mem-bentuk budaya mutu sekolah yang lebih baik.

Sistem Pencatatan Waktu Kehadiran Guru di Kelas dengan Software dari Program Ms. Excel

Sistem pencatatan yang penulis maksudkan tersebut meliputi mulai dari perencanaan pembagian kelas, pembagian tugas guru, pengaturan jadwal pelajaran, persiapan perangkat pencatatan di kelas secara man-ual, perangkat software program Ms. Excel yang dirancang khusus untuk meng-input data manual

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 21

Page 22: Geliga No 5

- 4 -

Pengaruh Positif

Sejak bulan Januari 2012 penulis menerapkan sistem pencatatan waktu kehadiran

tatap muka guru di kelas dengan menggunakan software dari program Ms.Excel, penulis

menempelkan daftar dan grafik keadaan disiplin guru masuk dan keluar kelas setiap

minggu di ruang majelis guru. Pada bulan berikutnya penulis menempelkan setiap akhir

bulan saja sampai pada bulan Mei. Diperoleh gambaran data kondisi awal dan akhir

PBM guru setiap bulan Januari, Februari, Maret, April dan Mei 2012 sebagaimana tabel

berikut.

Memperhatikan tabel di atas dan grafik persentase keadaan awal PBM diatas,

didapati 76,41 % guru mengajar tepat waktu pada bulan Januari, sedangkan bulan

Februari terjadi peningkatan menjadi 84,78%, Maret 90,97%, April 90,86%, dan Mei

telaah

yang dihadapi sekolah selama ini berkenaan dengan upaya peningkatan disiplin waktu guru masuk dan keluar kelas tepat waktu melalui sistem pencatatan kehadiran guru masuk dan kelu-ar kelas dengan memanfaatkan program Ms. Excel.

Adapun manfaat yang di-harapkan dari tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sbb:

1. Kepala sekolah dengan mu-dah dan cepat mendapatkan, mencatat dan menganalisa data yang lebih lengkap dan komprehensif mengenai kedisiplin guru waktu masuk dan keluar kelas sesuai den-gan jadwal pelajaran yang telah ditetapkan.

2. Memberikan umpan balik kepada guru terhadap ke-disiplinan mereka masing-masing dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas khususnya dalam hal waktu masuk dan keluar kelas.

3. Kepala sekolah dapat melakukan pembinaan berupa reward dan teguran kepada guru sesuai dengan kedisiplinan mereka ber-dasarkan data yang ada.

Pengaruh PositifSejak bulan Januari 2012

penulis menerapkan sistem pencatatan waktu kehadiran tatap muka guru di kelas den-gan menggunakan software dari program Ms Excel, penulis menempelkan daftar dan grafik keadaan disiplin guru masuk dan keluar kelas setiap minggu di ruang majelis guru.

Pada bulan berikutnya penu-lis menempelkan setiap akhir bulan saja sampai pada bulan Mei. Diperoleh gambaran data kondisi awal dan akhir PBM guru setiap bulan Januari, Februari, Maret, April dan Mei 2012 seba-gaimana grafik 1 di atas.

Memperhatikan tabel di atas

dan grafik persentase keadaan awal PBM di atas, didapati 76,41% guru mengajar tepat waktu pada bulan Januari, sedangkan bulan Februari terjadi peningkatan menjadi 84,78%, Maret 90,97%, April 90,86%, dan Mei 91,09%. Tentu saja terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam hal ketepatan waktu guru masuk kelas.

Sedangkan dalam hal di-siplin waktu guru keluar kelas mengakhiri setiap jam pelajaran sesuai dengan jadwal pelajaran yang ada diperoleh data bahwa 98,66% guru keluar kelas tepat waktu pada bulan Januari, se-dangkan bulan Februari terjadi peningkatan menjadi 99,44%, Maret 99,79%, April 99,73% dan Mei 100%. Hal ini mem-perlihatkan terjadi penurunan yang sangat signifikan dalam

kelas semakin baik.3. Tidak ada pengaruh sistem

pencatatan kehadiran tatap muka guru dengan hasil belajar siswa.

4. Saya sangat setuju jika sistem pencatatan kehadiran tatap muka guru ini dilaksanakan terus, karena dapat mening-katkan kedisiplinan sekolah.

5. Dengan adanya Sistem Pencatatan kehadiran tatap muka guru ini, maka akan dapat meningkatkan mutu pendidikan secara umum-nya.

Diperoleh gambaran tangga-pan guru untuk masing-masing pertanyaan sebagaimana pada grafik 2.

Kendala-kendala yang Mungkin Dihadapi

hal guru keluar kelas lebih awal dari jadwal jam pelajaran yang semestinya.

Penulis juga telah melakukan survei dengan menyebarkan angket kuesioner kepada guru mata pelajaran dan diperoleh data tanggapan dari 40 orang guru yang mengembalikan kue-stioner terhadap 5 (lima) pertan-yaan sebagai berikut:

1. Setelah dilaksanakan sistem pencatatan kehadiran tatap muka guru, masuk dan ke-luar kelas setiap pergantian mata pelajaran, saya merasa terdorong untuk semakin disiplin waktu masuk dan keluar kelas sesuai dengan jadwal jam pelajaran.

2. Setelah dilaksanakan sistem pencatatan kehadiran tatap muka guru ini, kedisplinan

Grafik 1. Persentase keadaan awal proses belajar mengajar semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 di SMA Negeri 1 Tanjungpinang.

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201222

GG

Page 23: Geliga No 5

Selama menerapkan sistem pencatatan waktu kehadiran guru di kelas ini, penulis tidak menemukan kendala yang be-rarti terutama dalam peman-faatan software program MS Excel yang dibuat karena penulis memahami betul sistem dan cara memanfaatkana software tersebut. Pada bulan pertama pelaksanaan sistem pencatatan ini, yakni bulan Januari, yang menjadi kendala adalah banyak sekretaris kelas atau siswa yang dipercaya masih merasa ragu untuk mencatat fakta waktu kehadiran guru yang sebenarnya karena merasa takut atau sung-kan kepada guru.

Selain itu ada beberapa guru mata pelajaran yang merasa ke-beratan dicatatkan waktu masuk dan keluar kelas mereka yang terlambat. Dengan demikian ter-jadi ketidakjujuran dari data pen-catatan waktu kehadiran guru, sehingga sistem pencatatan ini tidak akan berpengaruh yang signifikan dalam meningkatkan disiplin guru masuk dan keluar kelas tepat waktu.

PenutupSetelah dilaksanakan se-

rangkaian langkah-langkah pada setiap siklus pertama dan kedua, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunakan software dari program Ms.Excel yang dirancang dan dibuat sendiri membuat proses pencatatan, proses data dan pelaporan jauh lebih cepat dan praktis. Dengan software ini kepala sekolah dengan mudah dan cepat menginput, merekam, mengolah, menganalisi dan mempresentasikan kondisi disiplin guru masuk dan ke-luar kelas secara berkala, setiap minggu, setiap bulan bahkan setiap semester.

2. Dengan data yang lengkap dan terpercaya kepala seko-

lah dapat dengan mudah menentukan tingkat kinerja masing-masing guru yang pada akhirnya kinerja seko-lah pada umumnya.

3. Data pencatatan waktu ke-hadiran guru di kelas yang diumumkan di ruang majelis guru mampu memberikan informasi dan umpan balik yang positif dalam kerangka monitoring kinerja guru da-lam mengajar di kelas.

4. Dengan adanya pening-katan disiplin guru masuk dan keluar kelas diyakini telah meningkatkan budaya sekolah yang disiplin, tertib dan berwibawa, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu pendidi-kan di sekolah.

5. Kepala sekolah dapat men-jadikan sistem pencatatan ini sebagai salah satu alat supervisi dan masukan un-tuk melakukan pembinaan

kinerja guru baik dalam bentuk teguran ataupun sanksi maupun pemberian penghargaan (reward)

6. Apabila semua sekolah telah mempergunakan sistem ini, maka Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat men-ganalisis kinerja pendidik di semua sekolah secara berkala untuk dijadikan ba-han pertimbangan penen-tuan kinerja masing-masing sekolah. Lebih penting dari itu, jika semua sekolah men-erapkan sistem ini maka akan tercipta suasana seko-lah dengan Proses Belajar Mengajar di kelas yang lebih tertib dan disiplin, dan pada akhirnya tentu akan dapat meningkatkan mutu pen-didikan secara umum.

Penulis meyakini betul bah-wa penerapan sistem pencatatan waktu kehadiran guru di kelas dengan memanfaatkan program Ms Excel dapat meningkatkan

disiplin guru masuk dan ke-luar kelas dalam memulai dan mengakhiri proses belajar men-gajar tepat waktu sesuai den-gan jadwal pelajaran. Software pencatatan waktu kehadiran guru dengan program Ms Excel merupakan alat yang sangat membantu kepala sekolah dalam memonitor dan mengevaluasi kinerja guru di kelas khususnya dalam hal kedisiplinan masuk dan keluar kelas tepat waktu.

Guna mengembangkan sistem pencatatan ini supaya dapat dengan mudah dan prak-tis diaplikasikan dan diperguna-kan oleh setiap kepala sekolah, maka penulis berencana akan mengembangkan software ini menjadi suatu sistem yang ter-integrasi secara mandiri dalam suatu software khusus sehingga dapat di-install di setiap kom-puter/laptop. l

* Sekretaris Majelis Pendidi-kan Provinsi Kepulauan Riau,

Kepala SMA Negeri 1 Tanjungpinang

Grafik 2. Hasil respon guru berdasarkan pengisian kuesioner.

- 5 -

91,09%. Tentu saja terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam hal ketepatan

waktu guru masuk kelas.

Sedangkan dalam hal disiplin waktu guru keluar kelas mengakhiri setiap jam

pelajaran sesuai dengan jadwal pelajaran yang ada diperoleh data bahwa 98,66 % guru

keluar kelas tepat waktu pada bulan Januari, sedangkan bulan Februari terjadi

peningkatan menjadi 99,44%, Maret 99,79%, April 99,73% dan Mei 100%. Hal ini

memperlihatkan terjadi penurunan yang sangat signifikan dalam hal guru keluar kelas

lebih awal dari jadwal jam pelajaran yang semestinya.

Penulis juga telah melakukan survey dengan menyebarkan angket kuestioner

kepada guru mata pelajaran diperoleh data tanggapan dari 40 orang guru yang

mengembalikan kuestioner terhadap 5 pertanyaan sebagai berikut:

1. Setelah dilaksanakan sistem pencatatan kehadiran tatap muka guru, masuk dan keluar kelas setiap pergantian mata pelajaran, saya merasa terdorong untuk semakin disiplin waktu masuk dan keluar kelas sesuai dengan jadwal jam pelajaran.

2. Setelah dilaksanakan sistem pencatatan kehadiran tatap muka guru ini, kedisplinan kelas semakin baik.

3. Tidak ada pengaruh sistem pencatatan kehadiran tatap muka guru dengan hasil belajar siswa.

4. Saya sangat setuju jika sistem pencatatan kehadiran tatap muka guru ini dilaksanakan terus, karena dapat meningkatkan kedisiplinan sekolah.

5. Dengan adanya Sistem Pencatatan kehadiran tatap muka guru ini, maka akan dapat meningkatkan mutu pendidikan secara umumnya.

Diperoleh gambaran tanggapan guru untuk masing-masing pertanyaan sebagaimana tabel

berikut.

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 23

Page 24: Geliga No 5

fOTO: JOKO AL MUcHLIS

Utamakan Mutudan Kualitas

sekolah kartiNi batam

Mantan Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ismeth Abdul-lah, pernah menyampaikan pujiannya kepada Yayasan Ke-

luarga Batam (YKB)—pengelola sekolah-sekolah Kartini. Ismeth menyebut, YKB merupakan pionir dalam kegiatan sosial dan pendidikan di Pulau Batam. Pujian itu dilatari kepedulian para pendiri YKB yang memikirkan masa depan pendidikan di Batam. Soal prestasi, Ismeth tak perlu me-rinci. Ada daftar panjang bila dipaparkan.

Ketua Badan Pengusahaan Kawasan (BPK) Batam, Mustofa Widjaja, sepakat dengan Ismeth. Sekolah-sekolah Kartini merupakan perintis pendidikan di Pulau Batam. Sekolah Kartini sudah mulai berdiri sejak Pulau Batam dikembangkan sebagai kawasan industri.

Wali Kota Batam Ahmad Dahlan, juga pernah menyatakan kekagumannya. Pada awal pembangunan Kota Batam dengan sarana pendidikan yang masih terbatas, YKB telah menjawab tantangan tersebut dengan menyediakan layanan pendidikan dari mulai jenjang TK hingga SLTA, bahkan Sekolah Luar Biasa (SLB).

“Sekolah Kartini adalah laboratorium pendidikan di Batam,” sebut Dahlan, dalam testimoninya sempena peringatan ulang tahun YKB ke-30, empat tahun silam.

Mantan Kepala Dinas Pendidikan Kepri, Arifin Nasir, pun pernah berujar, pada saat Pulau Batam mulai dipersolek,

"konsep pendidikan di sekolah-sekolah kartini mengutamakan mutu dan kualitas. sehingga, tak ada anak yang tidak menda-patkan layanan pendidikan berkualitas."

anjangsana

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201224

GG

Page 25: Geliga No 5

belum banyak pihak yang memikirkan layanan pendidikan secara profesional dan terencana. Namun, YKB telah melangkah lebih jauh.

Pada tahun 1984, katanya, fasilitas belajar dan guru yang profesional benar-benar telah dipersiapkan secara matang. Hal itu dilihat dari kesungguhan pihak yayasan yang berani merekrut kepala sekolah serta guru yang berkompeten dari luar daerah.

“Output yang dihasilkan benar-benar berkualitas,” puji Arifin yang juga pernah menjadi guru selama enam bulan di SMP dan SMA Kartini.

Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam, Muslim Bidin, menyebut, sekolah Kartini merupakan barometer

pendidikan di Batam. Tak hanya dari segi sarana penunjang pendidikan, tetapi juga sumber daya manusianya.

Sembilan lokasiSekolah Kartini terbilang komplit.

Mulai dari TK, SD, SMP, SMA, dan SMK. Bahkan, ada juga SLB (dari SDLB hingga SMALB) yang representatif pun tersedia. Ada 10 sekolah Kartini yang tersebar di sembilan lokasi.

Menurut Sekretaris YKB, Heri Supriya-di, penyebaran itu untuk memenuhi layan-an akses pendidikan bagi masyarakat. “Dengan adanya penyebaran wilayah ini, diharapkan masyarakat bisa mengakses sekolah Kartini dengan mudah,” sebutnya.

Kedepankan kualitasPrestasi siswa-siswi di sekolah Kartini

tak terhitung. Setiap jenjang pendidikan mengantongi prestasi, baik akademik maupun nonakademik (ekstrakurikuler).

Tak perlu sebutkan sarana belajar dan fasilitas lainnya. Heri mengatakan, sarana dan prasarana di sekolah-sekolah

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 2525

GG

Page 26: Geliga No 5

anjangsana

Kartini menerapkan standar mutu guna menjamin kualitas pendidikannya, namun tetap mengedepankan konsep seko-lah yang ramah dan nyaman untuk anak.

"Konsep pendidikan di sekolah-sekolah Kartini men-gutamakan mutu dan kualitas. Sehingga, tak ada anak yang tidak mendapatkan layanan pendidikan berkualitas," ujarnya.

Malah, imbuh Heri, sekolah-sekolah Kartini—teru-tama di pendidikan dasar (TK, SD, dan SMP)—menerapkan konsep green school. Tercatat, pada tahun 2008 lalu, SD Kar-tini I terpilih sebagai sekolah terbersih se-Kota Batam.

Sertifikasi kompetensiStandar mutu dan kualitas

pendidikan—seperti kom-petensi pendidik dan anak didik—juga tak ditetapkan suka-suka. Barometer yang digunakan adalah standar na-sional dan internasional yang mengacu kepada profesion-alitas.

Pihak yayasan telah mem-persiapkan program-program penunjang pendidikan sekolah agar bisa go international, khususnya dalam penguasaan bahasa Inggris. Untuk itu, pihak yayasan telah menan-datangani kerja sama dan

kesepakatan dengan lem-baga International Language Program (ILP) Jakarta tentang peningkatan mutu layanan bahasa Inggris di lingkungan seklah Kartini.

Bukan hanya siswa, guru juga wajib mengikuti program pembelajaran bahasa Inggris ILP ini. Rencananya, bahasa Inggris akan dijadikan bahasa pengantar dalam pembela-jaran.

Hasil TOEIC (Test Of English for International Communi-cation) 2009 di SMK Kartini Batam tahun 2009 lalu men-galami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 rata-rata perolehan 389,6, dan tahun 2009 menin-gkat tajam menjadi 410.

Di samping peningkatan rata-rata, nilai individu juga terjadi kenaikan yang tajam jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. tahun 2009, nilai individu tertinggi dari Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) ini adalah 890 poin.

Bukan cuma itu, dua orang SMK Kartini Batam, Welliem dan Christian Jaksana, terpi-lih sebagai finalis National English Competetion 2012. Welliem dan Christian dua dari 20 orang finalis dari seluruh SMK se-Indonesia.

Selain itu, setiap kegiatan ekstrakurikuler yang diseleng-garakan juga harus memiliki barometer standarisasi melalui sertifikasi pihak ketiga—mis-alnya dunia usaha. Seperti be-berapa kegiatan ekstrakurikuler di SMA Kartini, sebagai sekolah berstandar nasional plus. Antara lain , fashion (sertifikasi Siluet Agency), vocal (sertifikasi Purwacaraka), dance dan tarian (sertifikasi Sanggar Karhisu), marching band (sertifikasi dari Asosiasi Marching Band).

Kemudian,

jurusan Akuntansi di SMK Kar-tini—yang telah mengantongi sertifikat ISO 9001:2008—mendapatkan lisensi dari MYOB (sejenis perangkat lunak untuk keperluan akuntansi, red) Asia Tenggara. Nilai kom-petensi penggunaan aplikasi MYOB oleh siswa SMK Kartini berada di atas 80. "Kalau di bawah 80 tidak lulus," terang Heri Supriyadi. l

chAIROEl ANWAR

Dua belas siswa-siswi terbaik di SMA Kartini Batam tahun pelajaran 2011/2012, dipajang di papan pengumuman sekolah. Apresiasi ter-hadap prestasi siswa.

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201226

GG

Page 27: Geliga No 5

Penjurusanyang Selektif

Tidak ada siswa yang bodoh, yang ada hanyalah siswa yang belum mendapatkan

penanganan yang benar. Itulah konsep yang digunakan di SMA Kartini Batam. Di sekolah yang menerapkan motto "Pen-didikan tanpa Gagal" ini, siswa benar-benar diarahkan.Bukan hanya sesuai bakat, tetapi juga minat dan kemampuan lainnya.

Agar bisa mengenyam pendidikan di sekolah ini, calon siswa mesti mengikuti tes

kompetensi dasar (TKD) dan tes IQ (Intellgence

Quotient). "Tes ini bertu-

juan untuk menge-tahui sejauh mana kemampuan calon siswa. Sehingga penempatkan siswa

per kelas agar bisa seimbang, tidak hanya

diisi oleh anak-anak pintar saja," kata Retno

Winaryanti Kuksumaningsih, Kepala SMA Kartini Batam, ke-pada Geliga, saat berkunjung ke sekolah itu, medio Juni lalu.

Selanjutnya akan ada tes profesional saat siswa duduk di kelas X. Tes ini untuk meli-hat perkembangan akademis dan nonakademis siswa.

Nah, barulah saat siswa akan duduk di kelas XI, mereka mengikuti tes penjurusan. Di sekolah ini hanya ada dua juru-san, yakni IPA dan IPA. Namun, proses penjurusan benar-benar dilakukan secara profesional.

Bukan hanya tes potensi akademik saja yang dinilai, minat siswa turut menjadi pertimbangan. Hal ini didasari pada potensi tujuh kecer-

dasan majemuk dari setiap orang. Bahkan, orang tua juga dimintai pertimbangan. Karena itulah, tes ini akan melibatkan psikolog.

"Kita ingin membantu siswa supaya tepat dalam menentu-kan jurusan karena jika tanpa tes kebanyakan siswa bingung menentukan jurusan yang pas dengan bakat dan minat mereka," ujar Retno.

Retno menjelaskan, aspek yang dinilai pada tes penjuru-san ini antara lain nilai akade-mis siswa, keinginan (minat) anak, serta keinginan orang tua. Tak serta merta anak dengan nilai tinggi pada mata pelajaran eksakta cocok masuk ke jurusan IPA. Begitupun

"Ada kalanya orang tua ingin anaknya masuk ke juru-san 'A' karena melihat nilai-nilainya bagus. Tapi, dari hasil konsultasi dengan psikolog, ternyata anaknya cocok di jurusan 'B'. Nah, kita terangkan kepada orang tua mengenai potensi dan minat anak serta dampak yang akan terjadi jika anak salah mengambil jurusan. Karena, salah mengambil juru-san akan gagal dalam proses," terang Retno.

Begitupun ketika anak su-dah duduk di kelas XII, mereka akan mengikuti tes minat dan bakat. Tes ini bertujuan untuk mengarahkan siswa yang akan kuliah.

"Pemilihan fakultas dan ju-rusan akan menentukan masa depan mereka kelak. Karena itu, agar tidak gagal di tengah jalan, mereka (siswa) perlu mengikuti tes minat dan bakat ini," imbuh Retno. l

chAIROEl ANWAR

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 27

Page 28: Geliga No 5

Awalnya dari sebuah konsep bahwa putra-putri di Batam harus mampu bersaing tatkala pulau ini hendak “dimodernisasi”. Pulau yang masih didominasi semak belukar pada era

70-an itu, telah ditetapkan sebagai salah satu kawasan berikat di Indonesia untuk mengimbangi perkemban-gan Singapura. Empat dasawarsa lalu, Pulau Batam

mulai dirancang menjadi sebuah kawasan industrialisasi moderen yang bertaraf internasional.

Perkembangan Pulau Batam yang kian pesat ini perlu diimbangi dengan ketersedi-

aan layanan pendidikan yang memadai dan berkualitas. Ny Sri Soedarsono, isteri Mayjen

TNI Soedarsono Darmosoewito, yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Badan Pelaksana (Kabalak) Otorita Pengembangan Daerah In-dustri Pulau Batam, menggagas sebuah institusi pendidikan yang berkelas.

Adik kandung mantan Presiden RI BJ Habibie ini, bersama dengan isteri pejabat di lingkungan Otorita Batam, di antaranya Ny. Anwar Hippy, Ny. T. Soelardjono, Ny. Rudiono, Ny. Erika Panjaitan, Sri Soedarsono berinisiatif mendirikan organisasi Ikatan Keluarga Batam (IKB) pada tanggal 28 Desember 1978. IKB ini selanjutnya bermetamorfosa menjadi Yayasan Keluarga Batam (YKB)—yayasan yang mengelo-la sekolah-sekolah Kartini di pulau itu.

Hampir setahun kemudian, tepatnya 100 tahun peringatan Hari Kartini, 21 April 1979, IKB mengajukan proposal kepada pihak Pertamina untuk mengambil alih sekolah Pertamina yang ada di Batam supaya bisa dikelola dan diting-

katkan kualitasnya. Selanjutnya, dari situlah ber-mula nama sekolah-sekolah Kartini Batam, yang

hingga kini kualitasnya masih tetap teruji.Jika sekolah-sekolah Kartini saat ini tersebar di

sembilan lokasi di Batam, tidak demikian pada awal mulanya. Tanggal 1 Juli 1979, kegiatan belajar menga-jar baru untuk jenjang TK dan SD. Saat ini, TK Kartini berada di dua lokasi, yakni TK Kartini I di Sekupang dan TK Kartini II di Batu Ampar. Saat ini malah ada TK Kartini III di Kecamatan Nongsa. SD Kartini pun dibuka di dua lokasi berbeda, yaitu SD Kartini I di Sekupang dan SD Kartini II di Batu Ampar.

Seiring perkembangan dan tuntutan akan perlu akses layanan pendidikan, atas prakarsa Badan Otorita Batam dan didukung oleh Kantor Wilayah Departe-men Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau, YKB mendirikan SMP kartini pada tanggal 1 Juni 1980. Siapa sangka, SMP Kartini ini merupakan SMP tertua di Batam. Dua tahun kemudian, tepatnya 20 Juli 1982,

SMP Kartini menempati gedung baru di Kampung Seraya.

Dilatarbelakangi oleh pemikiran layanan pendidi-kan yang terintegrasi antara TK, SD dan SMP, maka SMP Kartini pada akhirnya dipindahkan ke dua lokasi berbeda, yaitu SMP Kartini I di Komplek Sei Harapan, Sekupang, dan SMP Kartini II di Komplek Sumber Agung, Batu Ampar.

Sukses mengelola pendidikan dasar yang berkuali-tas, YKB mendirikan SMA Kartini di Kampung Seraya, 17 Juli 1983. Karena dikelola secara profesional, SMA Kartini tampil sebagai salah satu SMA unggulan dan favorit di Kota Batam.

Didasari pemikiran akan kebutuhan tenaga madya yang memiliki keterampilan guna memenuhi tenaga kerja di Batam, Ny Sri Soedarsono pun menggagas pendirian sekolah kejuruan. Bersama koleganya, Ny Sri Soedarsono menggalang dana untuk mendirikan sekolah kejuruan.

Selanjutnya, muncullah gagasan board of educa-tion yang anggotanya terdiri dari beberapa peru-sahaan besar di Batam, yang kemudian melahirkan bedirinya SMKTA (SMK) pada tahun 1985. Saat berdiri, SMKTA Kartini sudah memiliki lima jurusan, yakni Akuntansi, Sekretaris, Bangunan, Listrik dan Otomotif. Yang luar biasa, peresmian SMKTA Kartini di Patam Lestari, 15 Juli 1985, dilakukan oleh Wakil Presiden RI (saat itu) Umar Wirahadikusumah.

Seiring tuntutan zaman, jurusan yang ada di seko-lah itu ditata ulang. Beberapa jurusan baru dibuka. Di antara jurusan yang terus dikembangkan adalah Akuntansi, Sekretaris, Akomodasi Perhotelan, Usaha dan Pariwisata, Elektronika, Mesin Produksi, Mekanik Otomotif, Listrik dan Bangunan. Setelah berganti nama menjadi SMK, jurusan yang ada hingga kini antara lain Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Keperawatan, Teknik Permesinan, Teknik Kendaraan Ringan, dan Multimedia.

Karena tak cukup untuk menampung jumlah siswa, sekolah kejuruan tersebut dipindahkan ke dua lokasi. Di antaranya SMK Kartini Kelompok Bisnis dan Mana-jemen (Bismen) di Kampung Seraya, menjadi satu lokasi dengan SMA Kartini, dan SMK Kartini Kelompok Teknologi dan Industri di Komplek Batam View, Baloi. Kini, SMK Kartini telah menyandang predikat sebagai Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).

Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) tak luput dari perhatian. Maka, sejak tahun 1985 didirikan Sekolah Luar Biasa (SLB) Kartini. Atas kegigihan Ny Sri Soedarsono untuk mewujudkan prinsip Education For All yang berkualitas bagi anak, maka sejak tahun 2003 dibangunlah sekolah SLB yang representatif. l

chAIROEl ANWAR/yKBATAM.ORG

Berawal dari Sebuah Kepedulian

anjangsana

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201228

GG

Page 29: Geliga No 5

wawancaraGTengku Mukhtaruddin

visi kita adalah menjadikan masyarakat Anambas yang sejahtera, mandiri, maju, berpayung budaya melayu, beriman dan bertaqwa. intinya sejahtera. Mandiri itu berarti harus bisa mengatur sendiri, bisa berimprovisasi sendiri. itu semua tentu perlu pendidikan, atau sikap mandiri itu ditunjang dengan adanya pendidikan dan kesehatan. karena itu, untuk sejahtera itu kita prioritaskan pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

Sebagai daerah baru, Kabupaten Kepulauan Anambas perlu berge-gas untuk mengejar ketertinggalan dengan saudara-saudaranya di Provinsi Kepulauan Riau. Anambas

harus segera melakukan percepatan pem-bangunan di segala bidang.

Untuk melakukan itu, diperlukan peren-canaan yang matang dan terpadu dengan mengem- bang-

Sambut maSa depan

dengan pendidikan

kan potensi daerah seoptimal mungkin. Kepulauan Anambas harus menentukan kebijakan strategis yang benar-benar terarah, sebagai tiang pancang pondasi pemban-gunan berikutnya. Salah satu langkah awal pemerintah daerah adalah "mencerdaskan rakyatnya".

Kemudian, untuk menetapkan per-encananaan yang strategis, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas merangkul Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) . Agenda pembangunan kerjasama di

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 29

Page 30: Geliga No 5

wawancaraGKepulauan Anambas dengan BPPT terfokus pada pembenahan aspek pendidikan. Kar-ena, pendidikan menjadi faktor utama dalam pembangunan suatu wilayah. SDM yang berpendidikan menjadi fondasi dan pelaku utama dalam upaya percepatan pembangu-nan di Kepulauan Anambas.

Lantas, apa saja kebijakan strategis Pe-merintah Kabupaten Kepulauan Anambas terhadap sektor pendidikan? Bagaimana cara pemeritah daerah menyiasati kondisi geografis untuk meningkatkan akses dan layanan pendidikan?

Mei 2012 lalu, tim Geliga yang terdiri dari Rusley Silin, Chairoel Anwar, bersama fotografer Joko Al Muchlis, berkesempatan mengunjungi kabupaten termuda di Kepu-laluan Riau itu. Pada kesempatan wawancara khusus, Bupati Kepulauan Anambas Tengku Mukhtaruddin memaparkan strateginya untuk mendongkrak kualitas sumber daya manusia di daerah itu. Berikut petikan wawancara tersebut:

Bagaimana visi dan misi Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas ter-hadap peningkatan kualitas sum-berdaya manusia?

Visi kita adalah menjadikan masyarakat Anambas yang sejahtera, mandiri, maju, berpayung budaya melayu, beriman dan bertaqwa. Inti-nya sejahtera. Mandiri itu berarti harus bisa mengatur sendiri, bisa berimprovisasi sendiri. Itu semua tentu perlu pendidikan, atau sikap mandiri itu ditunjang dengan adanya pendidikan dan kesehatan. Karena itu, untuk sejahtera itu kita prioritaskan pendidikan, kesehatan, dan pem-berdayaan ekonomi kerakyatan.

Bisa dicon-tohkan apa saja pro-

gram peningkatan kualitas sumberdaya manusia itu?

Dalam bidang pendidikan, alhamdulillah kita sudah mencanangkan program bebas biaya sekolah SD dan SMP. Tahun ini SMA juga. Kemudian untuk memacu masyarakat, anak-anak kita yang berprestasi akan kita sekolahkan. Caranya, begitu mereka selesai SMA dan berprestasi, langsung saya angkat sebagai PTT (Pegawai Tidak Tetap). Kemudian ditugasbelajarkan ke perguruan tinggi. Ada beberapa fakultas tempat mereka kuliah, seperti Fakultas Pertanian di IPB (Institut Per-tanian Bogor) dan Fakultas Pendidikan di UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung. Biaya kuliahnya ditanggung oleh pemerintah daerah, dan biaya hidupnya ditanggung dari honor sebagai PTT.

Maksudnya beasiswa ikatan dinas?Bukan ikatan dinas, tapi PTT yang di-

tugasbelajarkan. Ini merupakan cara kami mengapresiasi putra-putri daerah yang ber-

prestasi.

Apa saja persyara-tannya?

Indeks Prestasi Komulatif (IPK)-nya harus di atas 3,00. Jika pada semester tertentu IPK-nya di bawah 3,00, maka dia harus kembali ke daerah. Berarti dia tak berprestasi lagi.

Berapa orang siswa berprestasi yang su-dah mendapatkan kesempatan itu?

Alhamdulillah, pada tahun pertama ke-marin (2011) sudah ada 14 orang. Dan tahun ini tetap kita lanjutkan.

Kira-kira berapa kuota tiap tahun untuk menugasbelajarkan PTT dari siswa ber-prestasi ini?

Masih tetap sama setiap tahun, karena tergantung jumlah sekolahnya. Jumlah seko-lah menengah (SMA/MA/SMK) di Anambas ada tujuh. Setiap sekolah mendapatkan kuota dua orang.

Sampai kapan program itu dilaksana-kan?

Yang jelas selama saya masih diberi ama-nah untuk memimpin Anambas, selama itu program ini akan tetap dilanjutkan.

Boleh tahu alasannya kenapa baru

dimu-

fOTO: JOKO AL MUcHLIS

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201230

Page 31: Geliga No 5

lai tahun 2011 sementara Anambas sudah terbentuk sejak 2008?

Ada. Sebelum ini atau sekitar tahun 2010, kita sudah mengirimkan anak-anak untuk mengikuti pendidikan di Joglo Tani (Wahana Pembelajaran Pertanian Terpadu) Yogyakarta. Itu utusan dari masing-masing desa. Kita bekerja sama dengan Primer Oil. Pada saat itu Primer Oil hanya mengalokasikan untuk 20 orang, namun kami tambah 10 orang. Nah, 30 orang ini yang kita kuliahkan dan dibiayai.

Boleh tahu berapa persen alokasi dana pendidikan yang dianggarkan pada APBD?

Jika dikumpulkan, saya rasa anggaran pendidikan itu sudah lebih dari

20 persen. Karena, anggaran pendidikan itu bukan hanya ada di dinas pendidikan saja,

tapi juga terbagi-bagi. Mis-alnya untuk pelatihan, dan sebagainya. Ada yang di Disnaker, ada yang melalui BKD. Itu kan pendidikan juga karena untuk seluruh biaya-

biaya pendidikan. Apalagi dengan alokasi Rp3 miliar

per desa itu, mungkin alokasi anggaran pendidikan bisa lebih besar lagi. Bisa capai 30 persen. Saya lihat, ada program rehab rumah guru, rehab sekolah, tambahan lokal, seperti yang diusulkan masing-masing desa.

Apakah menurut Anda anggaran Rp3 miliar per desa itu sangat potensif?

Ini yang perlu kita jelaskan. Sebelumnya masyarakat sangka, Rp3 miliar itu akan kita kucurkan berupa dana segar. Tetapi bukan seperti itu. Maksudnya adalah, setiap desa membuat perencanaan sesuai yang dibu-tuhkan. Misalnya, mereka melihat jalan rusak, maka usulkanlah jalan. Butuh air minum, usulkan pembangunan air minum. Jembatan, pustu, puskesmas, sekolah, dan sebagainya, tergantung apa yang mereka butuhkan. Nanti akan kita salurkan sesuai SKPD-nya. Jika minta pustu, maka akan di-larikan ke Dinas Kesehatan. Kalau perbaikan ruang kelas atau pembangunan TK, larinya ke Dinas Pendidikan. Nah, nilai total anggaran pembangunan yang diusulkan tiap desa itu

dialokasikan sebesar Rp3 miliar.

Ngomong-ngomong,

APBD Anambas cukup besar. Menurut Anda, apa tantangan yang dihadapi Pemda untuk mewujudkan program pen-didikan yang telah direncanakan tadi?

Jika dilihat dari kondisi Kabupaten Kepulauan Anambas ini, tantangannya tak bisa dikatakan kecil. Dibanding tantangan kondisi geografis, tantangan terberat justru bagaimana mengubah pola pikir masyarakat. Kalau tidak diberikan arahan dan sosialisasi pentingnya pendidikan itu untuk masa de-pan anak, dampaknya akan sangat negatif. Terutama di daerah-daerah pesisir seperti Siantan Timur, Siantan Tengah. Anak-anak di situ cenderung suka bekerja daripada sekolah.

Saya beberapa kali pada saat kunjungan kerja melihat anak-anak menyelam di laut untuk mencari anak ikan napoleon pada jam-jam sekolah. Sewaktu ditanya kenapa tidak sekolah, eh dia jawab “Sekolah itu untuk cari duit, Pak. Ni, cari duit juga. Dapat dua tiga ekor, dah lumayan.”

Bagaimana dengan tantangan alam?Jujur saja, kondisi alam kita ini pun

merupakan tantangan. Tapi, kita tidak boleh pasrah dan harus berupaya agar bagaimana kegiatan kita tidak terhambat, walaupun cuaca pada saat-saat ekstrem dan mem-bahayakan anak-anak yang berangkat ke sekolah melalui transportasi laut.

Kita sudah merencanakan, pada daerah-daerah tertentu akan dibangun sekolah model rumah singgah (boarding school). Kar-ena, kita tidak mungkin membangun sekolah di pulau yang penduduknya hanya tujuh atau delapan kepala keluarga, sementara anak-anak mereka harus bersekolah. Kalau mereka pindah, berarti mata pencarian orang tuanya terganggu. Antar jemput pun tak mungkin. Untuk daerah seperti itu, misalnya Jemaja Timur dan sekitarnya, mungkin akan kita bangun rumah singgah di Jemaja.

Menurut Anda, apakah ada kekhawatiran adanya pengaruh buruk dari pesatnya pembangunan di Anambas terhadap moral generasi muda?

Nah itu dia. Pendidikan rohani untuk generasi muda tetap tak bisa diabaikan. Kita sudah mulai membangun pesantren. Beberapa pesantren yang sudah diban-gun sifatnya sementara, sedangkan untuk lokasi yang permanen akses jalannya belum memungkinkan. Ada dua lokasi yang kita cadangkan. Pertama di daerah Timburun,

dan satunya lagi arah ke Tiangau. Saat ini kita sedang membangun jalan dari Siantan Tengah ke Tiangau. Tapi kan jalannya belum sepenuhnya jadi. Tapi, akan tetap kita sele-saikan. Tinggal menunggu dana, dan kita harapkan dari APBN.

Apakah pesantren itu dikelola pemda?Yayasan. Pesantren sementaranya sudah

diresmikan pembangunannya kemarin. Melihat masyarakat bersemangat untuk membangun pesantren itu, ya sudahlah saya tanggung untuk biaya atapnya.

Apakah ada anak-anak yang dikirim ke pesantren-pesantren di Pulau Jawa?

Sifatnya kondisional. Kalau permanen, agak sulit. Anaknya mau tapi orang tu-anya keberatan. Ada juga orang tua yang menggebu-gebu, anaknya tak mau. Saya pernah tanya sama anak yang tak mau, kenapa tak mau? Dia jawab, nanti tak bisa jadi pegawai, Pak.

Pembangunan sektor pendidikan ini kan harus kontinyu dan inovatif. Setidak-tidaknya itu butuh biaya besar dan berkelanjutan. Apakah memungkinkan bagi Anambas?

Dengan APBD kita sekarang, saya rasa tak masalah. Saat ini kita sudah mengalokasi-kan beasiswa untuk 400 orang mahasiswa. Bahkan, tahun ini lebih dari 400 orang. Itu tetap kita prioritaskan dalam rangka menin-gkatkan kualitas SDM di sini. Kemudian, ada juga rencana untuk membangun politeknik perikanan di daerah Antang. Apakah itu merupakan cabang dari politeknik yang ada atau berdiri sendiri, izinnya sedang diurus.

Apakah input mahasiswanya akan se-banding dengan jumlah lulusan sekolah menengah?

Saya rasa sebanding. Karena, di Anambas ini sudah ada tujuh sekolah menengah. Satu SMK, empat SMA dan dua MA.

Ada rencana memperbanyak SMK? Untuk sementara, jumlah sekolah itu

sudah cukup, sesuai dengan kondisi dan jumlah penduduk. SD, SMP, SMA, SMK dan MA sudah ada. Paling tidak yang akan dibangun adalah TK. Nah, agar anak terlayani akses pendidikan terutama di pulau-pulau, makanya akan kita bangun boarding school tadi.

fOTO: JOKO AL MUcHLIS

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 31

Page 32: Geliga No 5

G

kita samakan. Ada tingkatannya. Sekarang ini yang terendah Rp1,7 juta.

Ngomong-ngomong, bagaimana dengan program bidang kesehatan?

Nah, untuk bidang kesehatan, masyarakat telah dibebaskan dari biaya pengobatan di Puskesmas, bukan ke tempat praktik dokter. Kalau ke tempat praktik dokter atau bidan, itu tanggung jawab masing-masinglah.

Bagaimana jika pelayanan medis di Puskesmas tidak memungkinkan?

Jika Puskesmas tak bisa menangani, pasien akan dirujuk ke Rumah Sakit Lapan-gan. Kalau tidak bisa juga, akan dirujuk ke Tanjungpinang atau ke Jakarta. Seluruh bi-ayanya ditanggung oleh pemerintah.

(Sekadar informasi, Rumah Sakit Lapan-gan adalah rumah sakit yang dibangun oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas, tepatnya berada di Desa Payalaman. Selain Rumah Sakit Lapangan, ada juga Rumah Sakit Bergerak di Padang Melang, Jemaja.

Belakangan penamaan kedua rumah sakit itu diubah menjadi Rumah Sakit Pratama oleh Direktur Bina Upaya Kesehatan (BUK) Ke-menterian Kesehatan RI. Adapun rumah sakit yang menjadi pusat rujukan lanjutan dari Ru-mah Sakit Pratama adalah Rumah Sakit Islam Jakarta, RSCM Jakarta, RSOB Batam, Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam, dan Rumah Sakit Umum Daerah Tanjungpinang).

Bagaimana dengan ketersediaan tenaga dokter?

Ada lima orang dokter spesialis di Rumah Sakit Lapangan. Ada dokter spesialis anak, bedah, penyakit dalam, kandungan, dan anastesi. Mereka kita kontrak. Dalam satu bulan, mereka terima Rp30 juta di luar pajak. Syaratnya tidak boleh buka praktik, dan harus melayani masyarakat.

Oke, yang terakhir, ada imbauan untuk masyarakat?

Ya. Prospek Anambas sangat menjanjikan di masa mendatang. Kita tidak usah khawatir menjelang potensi wisata kita berkembang. Kita sudah punya anggaran tetap dari DBH migas. Jika dari sekarang kita tidak berpikir untuk meningkatkan kualitas, jangan nanti menjadi penonton di negeri sendiri. Kita berharap masyarakat memacu diri.

Dengan pendidikan dan keterampilanlah akan menjanjikan masa depan yang baik dan kemajuan daerah ini. Lapangan pekerjaan di masa depan juga berkembang. Bidang pari-wisata, bidang perikanan, dan sebagainya. Sekarang migas. Okelah dengan teknologi tinggi. Tapi pariwisata dan perikanan ini nanti bisa.

Jadi, diharapkan kepada seluruh orang tua untuk dapat memberikan pengertian kepada anaknya mendorong anak-anaknya untuk giat dalam menuntut ilmu pengeta-huan ini. l

RUSlEy SIlIN/chAIROEl ANWAR

Apakah ada kendala keterbatasan guru?

Data pasti jumlah kebutuhan guru itu dinas pendidikan yang tahu. Tapi saya kira, jumlah guru sudah mendekati cukup. Cuma ada bidang-bidang tertentu yang kurang. Malah pada saat penerimaan CPNS untuk guru matematika, nggak ada yang mendaftar. Sebenarnya, berapa pun guru yang kita minta, BKN (Badan Kepegawaian Nasional, red) setuju. Tapi, dari 250 orang guru yang kita butuhkan, yang mendaftar 125 sampai 150 orang. Yang banyak sekarang ini tenaga kes-ehatan. Apalagi, jika 60 orang mahasiswa kebidanan yang kita kuliahkan itu tamat, makan jumlah tenaga medis akan over.

Hasil UN kemarin, Anambas cukup rendah di matematika dan bahasa Inggris. Tanggapan Anda?

Kalau bahasa Inggris mungkin bisa kita usahakan. Tapi kalau matematika, tergantung gurunya. Mungkin ini me-nyangkut kekurangan guru juga.

Ada upaya dari pemda?Saya sudah minta dinas pendidikan

untuk menjajaki pengadaan guru kontrak untuk guru mata pelajaran tertentu jika tidak bisa merekrut guru secara per-manen. Seperti dokter spesialis di sini, itu kan kontrak juga.

Bagaimana dengan bantuan insentif kepada guru?

Tetap ada. Malah, insentif yang kita berikan sudah melebih insentif yang diberikan kabupaten/kota lain.

Boleh tahu besarnya?Bervariasi. Pokoknya, ada empat in-

sentif yang diperbolehkan untuk PNS itu, yaitu volume kerja, kondisi kerja, tempat kerja, dan prestasi kerja. Itu kita kasih semua. Saya sudah minta izin kepada BKN Regional 12 Pekanbaru sewaktu datang ke sini, dan mereka mengizinkan. Tapi, untuk daerah lain tak boleh empat-empatnya.

Bagaimana guru-guru GTT atau guru honor?

Kalau GTT memang tak bisa diberi insentif. Yang boleh itu hanya pegawai negeri. Tapi, kalau guru swasta tetap kita bantu. Jika PTT honor daerah, insentifnya

Tim Geliga (berdiri) berfoto bersama Bupati Kepulauan Anambas Tengku Mukhtaruddin. Dari kiri: Ruelsy Silin, Chairoel Anwar, Joko Al Mukhlis.

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201232

Page 33: Geliga No 5

Dewi Komalasari Ansar Ahmad

sosok

Dewi “BunDa PauD” Bintan

Anak itu ibarat selembar ker-tas putih. Siapapun yang pernah melewatinya pasti memberikan berkas sepanjang hidupnya.

Berbagai macam penghargaan sudah diterima Ketua Tim Pengerak PKK Kabupaten Bintan Dewi Kumalasari. Namun katanya, penghar-

gaan sebagai “Bunda PAUD” yang diterimanya sampena ulang tahun Gabungan Organisasi Penyeleng-gara Taman Kanak-kanak Indonesia (GOP-TKI) Bintan ke-55 sekaligus pencanangan Gelar Bunda PAUD di lapangan Relief Antam, April lalu, terasa spesial. “Saya terharu menerima penghar-gaan ini. Penghargaan ini terasa spesial,” ujar Dewi, sapaan akrab istri Bupati Bintan Ansar Ahmad, suatu malam di kediamannya.

Kegiatan pemasangan selendang Bunda PAUD kepada Dewi disaksikan 1.000 orang anak usia dini, Sekretaris Daerah Bintan Lamidi, Ketua GOW Bintan Nur Sa'adah, Ketua BKMT Kepri Marsitah, IGTKI, IGRA, HIM-PAUDI serta sejumlah pejabat di lingkungan Pemerintah Kabu-paten Bintan. Usai penyerahan dan pemasangan selendang Bunda PAUD kepada Dewi, kegiatan dilanjutkan dengan senam massal "Senam Anak Indonesia", kegiatan sikat gigi massal, serta penampilan marching band be-berapa TK di Bintan Timur.

oleh : maswito

Geliga - edisi 5/Januari - Juli 2012 3333

GG

Page 34: Geliga No 5

sOsOk

Sebagai istri orang nomor satu di Ka-bupaten Bintan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Singapura dan Malaysia, ia pun berjanji akan bekerja keras meningkatkan PAUD. Ia punya angan-angan bahwa ke depannya Bintan akan memiliki generasi-generasi emas. “Pendidikan usia dini penting untuk menentukan kemajuan pembangunan generasi mendatang,” ka-tanya diplomatis seraya tersenyum simpul penuh arti.

Dewi mengungkapkan, anak-anak meru-pakan cikal-bakal generasi pemimpin bangsa di masa mendatang. Saat ini, jumlah anak-anak hampir 25 persen dari jumlah penduduk dunia. Pendidikan usia dini merupakan upaya menentukan masa depan bangsa dan menciptakan karakter generasi muda yang berkualitas. "Tahun ini di Bintan ada 1.000 orang anak usia dini yang turut merayakan HUT GPO-TKI. Selain berbagai aktivitas kreatif, anak-anak PAUD dan TK mengikuti se-nam sehat bersama dan mendapat-kan cara peme-liharaan gigi yang sehat,"

sebut Dewi.PAUD, menurut Dewi, punya arti penting

bagi perkembangan anak. PAUD diseleng-garakan sebagai upaya untuk membantu meletakkan dasar-dasar perkembangan anak sebelum memasuki pendidikan dasar. Pada dasarnya PAUD dilaksanakan sebagai persiapan sebelum menempuh pendidikan dasar yang bertujuan untuk pengembangan potensi yang dimilikinya. Sehingga dalam pelaksanaannya harus mengacu pada kon-disi, kebutuhan dan kepentingan anak. Hal ini tentu harus benar-benar diperhatikan para

orang tua dan pendidik bahwa da-lam melakukan pengasuhan

anak usia dini hendaknya diikuti pemahaman yang

mendalam mengenai pola perkembangan anak.

Anak itu ibarat selembar kertas putih.

Siapapun yang pernah melewatinya pasti mem-

berikan berkas sepan-jang hidupnya. Sep-erti apapun rang-sangan (stimulasi) diberikan kepa-danya

sejak dini akan membekas selamanya dan terbawa hingga ia dewasa dan mandiri. Kar-ena itu pendidikan yang diberikan sejak dini akan sangat mempengaruhi kehidupan serta masa depan sang anak. Dan pemandangan yang terindah di dunia adalah seorang anak yang melangkah di kehidupan ini dengan penuh percaya diri setelah kita menunjuk-kan jalannya.

"Ini sebuah ungkapan penuh makna bahwa dengan petunjuk yang diberikan kepada anak dengan benar akan melahirkan sekumpulan moral positif kepada anak den-gan memberinya kasih sayang, toleransi, dan rasa hormat berdampak pada sikap anak," ujarnya mengutif kata-kata bijak dari Confusius, filosof Cina terkenal.

Belum Capai APK

Sementara, Bupati Bintan Ansar Ahmad menyampaikan, jumlah anak Bintan yang tergo-long pendidikan usia di bawah 6 tahun sebanyak 23.728 orang. Dari jumlah itu, baru seban-yak 5.317 yang telah mengikuti pendidi-kan anak usia dini. Angka tersebut masih berkisar

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201234

GG

Page 35: Geliga No 5

22,4 persen yang berpartisipasi.Sementara, sekitar 18.412 orang anak

belum mendapatkan pendidikan PAUD mau-pun setingkat TK. Padahal, target pencapaian APK dari UNESCO badan pendidikan PBB harus mencapai 75 persen pada tahun 2015 mendatang. Untuk mencapai target itu, perlu peran dari GOP-TKI Bintan.

"Saat ini Ibu Dewi telah dijadikan sebagai Bunda PAUD Bintan. Kita berharap istri bupati bisa memperhatikan pendidikan anak usia dini Bintan ke depannya. Guna mencapai target APK itu," ujar Ansar Ahmad sembari bencanda.

Ansar berharap, Bunda PAUD dan para guru dapat menjadi lokomotif bagi pengem-bangan anak usia dini di Bintan. Sehingga anak usia dini yang merupakan usia emas bisa menjadi lebih berkualitas, berakhlak mulia, kreatif, inovatif, dan produktif. Anak

ibarat disket kosong yang harus diisi orang tua dengan baik guna mem-

bangun kecerdasan intelektual dan emosional yang baik pula.

"Di Bintan terdapat 146 lembaga PAUD dengan

jumlah guru 602 orang. Dalam memajukan pendidikan anak usia dini Pemerintah Ka-

bupaten Bintan juga telah memberikan insentif bagi guru sebesar 400 ribu per orang. Untuk meningkatkan motivasi pendidikan, Pemerintah Provinsi Kepri juga diharapkan memberikan perhatian kepada guru PAUD dan TK," sebut Ansar.

Menurut Ansar, mengelola PAUD sama halnya dengan mengelola masa depan. Karena dari PAUD diharapkan akan lahir calon-calon pemimpin bangsa yang akan datang. Dan, untuk investasi masa depan dalam upaya pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, pengem-bangan anak-anak usia dini sangat mustahak diperlukan.

Dari anak-anak yang seluruh potensinya dikembangan secara optimal sejak usia dini-lah kita akan memperoleh SDM yang mampu membangun masa depan bangsa yang maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan.

Tidak mengherankan, negara-negara maju sangat memperhatikan pendidikan anak-anak usia dini. Di Jepang, Korea Selatan, Singapura misalnya, hampir semua anak-anak usia dini telah terlayani PAUDNI. Di negara jiran Malaysia pelayanan PAUD telah mencapai angka 70 persen. Bahkan di Sin-gapura cukup membanggakan penguasaan bahasa Cina dan Inggris sudah diselesaikan di tingkat TK. “Di Bintan? Kita akan terus pacu PAUD ini. Sekarang kita harus berbuat mengejar ketertinggalan itu,” ujarnya.

Golden Age

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepri Yatim Mustafa, mengatakan, dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengamanatkan PAUD diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, baik melalui jalur pendidikan formal non formal, maupun informal.

Menurut Yatim, pendidikan anak usia ini sangat penting artinya masa anak-anak adalah masa emas (golden age). Pada periode ini, seorang anak bisa mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stim-ulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya. "Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu empat tahun pertama, sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikut-nya,” terangnya.

Yatim juga menambahkan, periode emas ini, sangat berpengaruh pada perkemban-gan anak pada periode berikutnya hingga masa dewasa nanti. Sementara masa emas

ini hanya datang sekali. Sehingga apabila terlewat berarti habislah peluangnya. Un-tuk itu katnya pendidikan usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemam-puan anak," tambahnya.

Pendek kata ujar Yatim, apabila PAUD diselenggarakan secara benar, berkualitas dan menyeluruh bagi semua anak di Indone-sia, niscaya kita akan menyaksikan generasi masa depan yang gemilang dan cemerlang. Yang pada gilirannya mampu membangun bangsa ini menuju kejayaan yang hakiki. Suatu generasi yang tidak akan pernah relah menyaksikan sendi-sendi kehidupan bangsa dan negaranya terancam dalam porak-po-randa, tetapi dengan segenap kemampuan dan jiwa raganya, secara perkasa dan ikhklas senantiasa berjuang untuk mengangkat harkat dan marwah dan mengharumkan nama bangsa.

Tentu dengan kualitas yang dimilikinya karena sudah memperoleh pendidikan yang baik sejak usia dini, segala tantangan dan hambatan yang dihadapi dapat diatasi secara memuaskan. Jika PAUD diabaikan kita akan menerima kehancuran.

Wajar

Sementara itu Sekretaris Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Bintan Suhono menila wajar dan pantas jika Dewi Kumla-sari mendapatkan gelar Bunda PAUDNI itu – kendati itu pemberian gelar itu sebenarnya terlambat. Menurut alumnus Universitas Sriwijaya Palembang ini, kepedulian Dewi Kumlasari dengan pendidikan anak-anak usia dini di Bintan sangat tinggi sekali.

“Saya mengenal Ibu Dewi cukup lama. Ketika orang belum memulai, Ibu Dewi sudah bergerak duluan. Ibu Dewi sudah duluan melangkah, kita baru nak memulai,” ujar Suhono yang juga Guru SMA 2 Bintan ini.

Menurut Suhono, pendidikan anak usia dini kini sudah menjadi komitmen nasional, namun terwujud tidaknya komitmen tersebut sangat tergantung dari niat kita bersama di lapangan. Sekiranya kita semua menyadari bahwa dosa hukumnya meninggalkan gen-erasi yang lemah.

”Menjadi guru dan pendidik yang baik bagi anak munusia dini adalah andil yang tidak ternilai pada pembangunan generasi penerus bangsa yang kita cintai ini. Marilah kita bangun generasi kita sejak usia dini,” ujarnya mengakhiri. l

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 35

Page 36: Geliga No 5

sOsOk

Dewi menyebut Ibu Ningsih merupakan salah seorang yang memberikan inspirasi dalam perjalanan hidupnya dalam memandang pentingnya pen-

didikan bagi anak usia dini. Dan inspirasi itu berawal dari sebuah kekesalan.

Kekesalan itu, kata Dewi, bermula ketika Ibu Ningsih ngotot mendatangi kediaman-nya di Jalan MT Haryono Gg Eboni No. 11 Tanjungpinang. "Saya waktu itu tidak di rumah. Ibu Ningsih menginap di Surau Ash-habul Yakin yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah saya. Katanya, dia tak akan pulang sebelum berjumpa saya,” kenang Dewi.

Ketika pulang ke rumah, Dewi sudah ditunggu Ibu Ningsih. Nekad betul. Lalu Dewi bertanya, ”Ibu ada keperluan apa?”. Dengan lugunya dia menjawab, “Saya ingin mendirikan sekolah untuk anak-anak usia dini di tempat tinggal saya. Untuk itu saya nekad datang ke rumah Ibu untuk mohon restu.”

Lalu, kata Dewi, dirinya bertanya ibu berasal dari mana? Spontan Ibu Ningsih menjawab, bahwa dirinya berasal dari Desa Tanjung Sengkuang, Kecamatan Bintan Pesi-sir. Dewi terkejut mendengar nama desa yang diketahuinya sangat jauh dari Tanjungpinang dan sangat terpencil tersebut. Ya ampun ibu jauhnya…….. Ngapain jauh-jauh ke sini.

Dewi semula menyarankan Ibu Ningsih mengurungkan niat mewujudkan impiannya tersebut. Namun Ibu Ningsih tetap ngotot. Dia malah bilang, apapun yang terjadi, sekolah di kampung halamannya itu harus berdiri.

"Saya memang orang tidak berpendidi-

kan tinggi, namun anak-anak di kampung saya tidak boleh seperti saya,” ujar Ibu Ning-sih kepada Dewi.

Mendengar niat tulus Ibu Ningsih terse-but, hati Dewi akhirnya hatinya luluh juga. Dia pun memberikan dukungan kepada Ibu Ningsih untuk mendirikan sekolah di kampung halamannya itu. "Silahkan Ibu jalan dulu, nanti kami pantau bagaimana perkembangannya,” nasehat Dewi untuk Ibu Ningsih.

Mendapat “restu” dari istri Bupati Bin-tan tersebut, Ibu Ningsih pelan tapi pasti memulai mewujudkan impiannya. Bermula dari rumah yang layak dikatakan “gubuk”, Ibu Ningsih kini sudah punya bangunan yang layak untuk mendidik anak usia dini di kampung halamannya. Alhamdulillah.

Namun dalam perjalanan waktu, sekolah yang didirikan Ibu Ningsih mengalami ken-dala, terutama soal perizinannya. Salah satu isyarat untuk mendirikan sekolah itu adalah pengelola dan pengajar harus memiliki ijasah minimal setingkat SMA. Ternyata Ibu Ningsih tak punya ijazah sebagaimana yang dipersyaratkan karena dia hanya lulusan SD. Ini problem serius.

"Kami memacu Ibu Ningsih ikut Paket dan ternyata dia mau. Alhamdulillah, kini Ibu Ningsih sudah menyelesaikan ujian Paket B (setara SMP) dan Paket C (setara SMA),” ujar Dewi tersenyum bangga. Lega rasanya.

Dewi menyebutkan, Ibu Ningsih telah menyebarkan “virus-virus” pendidikan anak usia dinia di Bintan. Ke depan, diharapkan akan bermunculan Ibu-Ibu Ningsih lain-nya. l

Berawal dari Ibu Ningsih"saya memang orang tidak berpendidikan tinggi, namun anak-anak di kampung saya tidak boleh seperti saya.”

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201236

GG

Page 37: Geliga No 5

Dukungan Sang Suamivirus PAUD ini, terkadang dirinya mengajak suaminya Ansar Ahmad turun langsung ke lapangan mengikuti kegiatan ibu-ibu. Dan ini semakin memberikan semangat kepada ibu-ibu, karena merasa diperhatikan oleh pemimpinnya.

Menurut Dewi, masyarakat Bintan saat ini sudah terjangkit virus yang dulu disebarkannya. Hampir di setiap pelosok desa sudah berdri PAUD. Seiring dengan itu, orang tua yang selama ini “malas” dan tidak memperhatikan pendidikan anak-anak, sekarang malah berlomba-lomba menyekolah anaknya di PAUD.

Inilah kata Dewi yang patut disyukuri, PAUD yang dulunya hanya dianggap seba-gai “barang mainan”, sekarang sudah men-jadi kebutuhan pokok. Orang tua merasa berdosa jika anaknya sebelum masuk SD, tidak disekolahkan di PAUD. Inilah perkem-bangan zaman. Betapa besarnya peran orang orang tua dalam mengembangan potensi anak untuk menciptakan generasi emas di masa mendatang.

Siapa yang akan menyusul Ibu Dewi menyebarkan virus PAUD? Kita tunggu! l

mencapai 87.717,84 km2, luas daratan hanya mencapai 1,49 persen (1.319,51 km2) dengan jumlah pulau sebanyak 241 pulau besar dan kecil dan 49 pulau yang berpenghuni serta 192 pulau kosong yang tersebar di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan.

"Anda bisa bayangkan kondisi geografis Bintan. Namun di sinilah seninya. Tantan-gan itu bukan untuk ditakuti atau dihindari, namun harus dijawab dengan semangat dan kerja keras,” katanya seraya menye-butkan kiat-kiat mengembangkan PAUD di Bintan.

Apa kiatnya? Dewi menyebut, “Setiap turun ke daerah saya selalu datangi ibu-ibu pengajian, kelompok arisan dan Posyandu. Saya tanya apakah ibu-ibu di sini sudah mendirikan lembaga pendidikan PAUD atau belum. Kalau belum, kapan lagi? Ayo ibu-ibu sekarang kita dirikan PAUD. Jangan menunggu esok. PAUD itu ibarat 'virus', dan virus itu harus disebarkan. Virus ini san-gat baik, bukan berbahaya,” begitu Dewi selalu mengajak ibu-ibu di Bintan.

Dan ajakan Dewi menyebarkan virus-

Dukungan dari suami tercinta Ansar Ahmad sangat berarti bagi Dewi mengembangkan PAUD di Kabupaten Bintan. "Tanpa dukungan suami, saya

ini apalah artinya. Saya bersyukur, di antara kesibukkannya sebagai kepala daerah dan ketua salah partai politik besar di Provinsi Kepri, suami saya tak pernah berhenti memberikan support dan dukungan ke-pada saya,” ujar Dewi.

Bentuk dukungan itu tidak hanya moral, tapi juga dalam bentuk dana yang dianggarkan dalam APBD Kabupaten Bin-tan. Di Bintan, pengelola dan guru PAUD mendapat subsidi Rp400 ribu setiap bulan-nya sesuai dengan kemampuan daerah. Selain itu juga, guru-guru PAUD dibantu biaya pendidikannya jika melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Jumlahnya memang tidak seberapa, namun inilah dukungan pemerinah daerah terhadap PAUD.

Menurut Dewi, untuk mengembangkan PAUD di Bintan, banyak kendala terutama dari segi geografis. Luas wilayah Bintan

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 37

Page 38: Geliga No 5

Berlomba Mengenal aBjaD Dan angkasayangnya, keinginan sebagian orang tua untuk melejitkan anak yang cerdas cenderung menggunakan konsep “how to study” ketimbang “how to learn”. sebagian orang tua tadi cenderung “memaksa” agar anak bisa ini itu daripada mendukung anak yang ke-pingin bisa ini itu. pengajaran kepada balita pun lebih banyak yang bersifat instruktif (perin-tah) daripada “how to know”.

gerbaNg

anak-anak yang 'dikarbit'

Percaya atau tidak, ada pemahaman yang berlebihan dan cenderung salah kaprah pada sebagian orang tua mengenai masa emas (golden

age) anak. Periode tumbuh kembang potensial di rentang usia 0 – 5 tahun itu dimaknai sebagai masa-masa di mana otak anak harus 'dijejali' dengan beragam kecer-dasan. Sebagian orang tua tadi berang-gapan, masa emas itu merupakan peluang dan kesempatan bagi si anak untuk belajar agar menjadi pintar dan cerdas, yakni den-gan mengajarinya membaca, menulis, dan berhitung (calistung).

Jadi, jangan heran jika sekarang ini sebagian orang tua bangga jika anaknya sudah pintar calistung sejak dini. Bahkan, tidak sedikit orang tua yang berlomba-lomba agar anak-anaknya sudah mampu mengenal huruf dan angka sejak usia 2 tahun dengan memasukkannya ke PAUD atau TK yang memiliki kurikulum khusus calistung.

Salahkah? Tidak sepenuhya begitu. Keinginan untuk memasukkan anaknya ke sekolah nonformal sedini mungkin menun-jukkan tingginya partisipasi orang tua terhadap pendidikan si buah hati. Apalagi periode emas merupakan masa bagi balita untuk bereksplorasi.

Tapi, ada kalanya pemahaman sebagian orang tua tadi terlalu berlebihan. Masa emas anak menjadi periode bagi balita untuk “jor-joran” belajar atau diajari.

Karena itu, orang tua hendaknya paham perbedaan kata “learn-ing” dan “studying”. Meskipun dalam bahasa Indonesia artinya sama yakni belajar, namun ada pengertian yang berbeda dalam bahasa Inggris.

Studying berar-ti suatu aktivitas

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201238

GG

Page 39: Geliga No 5

(belajar) untuk menguasai sesuatu yang belum tentu mendapatkan hasil permanen. Sementara learning mengandung sebuah makna penyelesaian atau penguasaan (completion) yang sifatnya lebih permanen. Untuk mendapatkan sebuah hasil yang permanen itulah orang tua harus menge-tahui istilah “how to learn” (hampir sama dengan istilah “how to know”) dan “how to study”.

Sayangnya, keinginan sebagian orang tua untuk melejitkan anak yang cerdas cenderung menggunakan konsep “how to study” ketimbang “how to learn”. Sebagian orang tua tadi cenderung “memaksa” agar anak bisa ini itu daripada mendukung anak yang kepingin bisa ini itu. Pengajaran kepada balita pun lebih banyak yang ber-sifat instruktif (perintah) daripada “how to know”. Sehingga, kemampuan yang dimiliki anak hanya bersifat temporer dan perlahan hilang seiring bertambahnya usia.

Mental HecticBukan kemampuan yang hilang

itu yang mesti dicemaskan orang tua. Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ditjen PNFI Kemendiknas (waktu itu) Sudjarwo, mengatakan,

anak usia di bawah lima tahun (bal-ita) rawan terkena “mental hectic” jika dipaksa untuk bisa calistung. Mental hectic didefinisikan sebagai “kekacauan mental”.

“Penyakit itu akan merasuki anak tersebut di saat kelas 2 atau 3 Sekolah Dasar (SD). Oleh kar-ena itu jangan bangga bagi Anda atau siapa saja yang memiliki anak usia dua atau tiga tahun sudah bisa membaca dan menu-lis,” ujar Sudjarwo, seperti yang

dikutip dari laman viruscerdas.com.Pengajaran PAUD perlu dikem-

balikan pada ‘qitah’-nya. Kemen-terian Pendidikan dan Kebudayaan

mendorong orang tua untuk menjadi konsumen cerdas, terutama dengan memi-lih PAUD yang tidak mengajarkan calistung.

Saat ini banyak orang tua yang terjebak saat memilih sekolah PAUD. Orang tua menganggap sekolah PAUD yang biayanya mahal, fasilitas mewah, dan mengajarkan calistung merupakan sekolah yang baik. “Padahal tidak begitu, apalagi orang tua memilih sekolah PAUD yang bisa mengajarkan calistung, itu

keliru,”’ jelas Sudjarwo.Sekolah PAUD yang bagus justru

sekolah yang memberikan kesempatan pada anak untuk bermain, tanpa mem-bebaninya dengan beban akademik, termasuk calistung. Dampak memberi-kan pelajaran calistung pada anak PAUD, menurut Sudjarwo, akan berbahaya bagi anak itu sendiri. “‘Bahaya untuk konsumen pendidikan, yaitu anak, terutama dari sisi mental,” cetusnya.

Memberikan pelajaran calistung pada anak, menurut Sudjarwo, dapat meng-hambat pertumbuhan kecerdasan mental. “Jadi tidak main-main itu, ada namanya ‘mental hectic’, anak bisa menjadi pem-berontak,”’ tegas dia.

Kesalahan ini sering dilakukan oleh orang tua, yang seringkali bangga jika lulus TK anaknya sudah dapat calistung. Untuk itu, Sudjarwo mengatakan, pemer-intah sedang gencar mensosialisasikan agar PAUD kembali pada fitrahnya.

StresMasa kanak-kanak adalah masa ber-

main, bersenang-senang dan bersosial-isasi. Namun anak-anak zaman sekarang mulai kehilangan hak istimewanya itu. Anak-anak.sudah disibukkan dengan tetek bengek seperti les, sekolah, dan kursus bahkan sejak usia balita.

Tak heran, anak-anak ini dapat menga-lami stres. Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat telah terjadi 2.386 kasus pelanggaran dan pengabaian terhadap anak sepanjang tahun 2011. Angka ini naik 98 persen dibanding tahun lalu.

“Negara gagal memberi jaminan perlindungan kepada anak-anak. Kalau kita lihat sistem kurikulum di PAUD, anak-anak harus dapat membaca, menulis dan berhitung baru bisa masuk SD. Padahal harusnya anak usia dini itu hanya dike-nalkan dengan konsep-konsep dasar kehidupan saja seperti bersosialisasi dan bergaul,” kata Arist Merdeka Sirait, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak.

Menurut Arist, tuntutan-tuntutan tersebut menyebabkan anak-anak menjadi stres. “Orang tua banyak membebani dan menuntut anak-anaknya dengan berbagai macam kegiatan. Tapi orang tua ini juga tidak siap menjadi orang tua karena alasan sibuk,” kata Arist.

Anak-anak yang stres justru tidak akan berkembang sebab mereka rentan

depresi dan terjerumus dalam perilaku berbahaya. Dia menyarankan, orang tua sebaiknya memberikan kebebasan pada anak-anaknya untuk memilih aktivitasnya. Selain itu, orang tua harus sering-sering melakukan komunikasi dengan anak-anaknya secara kekeluargaan, bukan hanya menyuruh dan memarahi.

Calistung Resmi DihapusDirektorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan

Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (PAUDNI) Kemendikbud terus mematang-kan kurikulum pembelajaran di jenjang PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Di antara penekanannya adalah, penghapu-san aturan materi pengajaran dan ujian baca, tulis, dan hitung (calistung).

Perkembangan pengembangan kurikulum PAUD ini disampaikan oleh Dirjen PAUDNI Kemendikbud Lydia Freyani Hawadi. Dia mengatakan, penerapan ujian calistung bisa menghambat peningkatan angka partisipasi belajar anak-anak di satuan pendidikan di jenjang PAUD. Dian-taranya yang paling mencolok di tingkat taman kanak-kanak (TK).

Lydia mengakui, selama ini banyak siswa TK yang sudah cemas karena harus menjalani tes atau ujian calistung ketika akan masuk SD. Selain itu, di dalam pen-didikan di tingkat TK sendiri, juga sudah mulai dikuatkan materi calistung. “Dalam jenjang TK tidak tepat jika sudah difokus-kan pada urusan calistung,” katanya.

Menurut Lydia, memang ada aturan yang melandasi penerapan ujian calistung bagi lulusan TK untuk menuju SD. Yaitu Peraturan Pemerintah (PP) 17 Tahun 2010. Tapi, kata dia, aturan ini perlu sosialisasi yang matang dan luas. Lydia masih me-nemukan praktek-praktek ujian calistung untuk SD-SD swasta dan beberapa SD negeri.

Dia menuturkan, dalam praktiknya ada anak-anak TK yang dengan sendirinya tertarik pada urusan calistung. Pada kasus ini, Lydia mengatakan bisa dilayani dengan penerapan materi calistung dengan media bermain dan bernyanyi.

“Intinya jangan menggunakan operasi perhitungan. Calistung itu haram hukum-nya diberikan guru dalam kurikulum,” ka-tanya. Setiap satuan pendidikan PAUD juga diberikan kesempatan untuk mengem-bangkan kembali kurikulumnya. l

chAIROEl ANWAR/KOMpAS

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 39

Page 40: Geliga No 5

gerbang

Derita Anak yang Digesa

gerbaNg

Hurried Child Syndrome

zELLDALY.cOM

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201240

GG

Page 41: Geliga No 5

Derita Anak yang Digesa

Orang tua mana yang tak bangga jika si anak mengantongi segudang prestasi di

sekolah maupun di luar sekolah. Malah, tidak sedikit yang rela menguras biaya untuk mengi-kuti berbagai les, entah itu bahasa asing, menari, bahkan les musik. Ada juga yang ber-semangat mendorong anaknya untuk mengikuti berbadai iven perlombaan.

Yang jelas, orang-orang tua seperti ingin anaknya bisa menguasai banyak hal—tak hanya berhasil mendulang ranking di kelas. Atau, ada juga yang terobsesi agar si anak bisa “mengalahkan” prestasi teman-temannya. Jika pun ada ajang pencarian bakat, orang-orang tua seperti ini pastilah paling sibuk memper-siapkan sang anak, mulail dari mendaftar hingga menemani pada saat perlombaan. Singkat kata, orang tua terobsesi untuk menjadikan si anak sebagai "Superkid".

Tidak heran, jika kesibukan sang anak malah bisa men-galahkan kesibukan kedua orang tuanya yang demikian sibuk. Berangkat ke sekolah pagi hari, ikut les di siang hari, kemudian malamnya lanjut lagi ikut kegiatan sanggar ini itu. Nyaris tak ada waktu untuk bermain bagi sang anak.

Tapi, sadarkah orang tua jika waktu yang dihabiskan anak un-tuk menguras otaknya itu justru bisa berbahaya bagi si anak sendiri? Si anak bisa terkena apa yang disebut hurried child syndrome (HCS). Sindrom ini merupakan fenomena dalam pengasuhan dan pendidikan anak masa kini yang disebab-kan oleh orang tua karena menuntut anaknya tumbuh dan berkembang terlalu cepat. Pe-nelitinya seorang ahli psikologi anak bernama David Elkind. Ia lantas mempopulerkan HCS pada 1981.

Contoh konkretnya, seperti dijelaskan Josephine M.J. Ratna, M.Psych, anak tersandera oleh jadwal berbagai kegiatan yang padat setiap hari. Ada jadwal sekolah, kegiatan ekstrakuri-kuler, tambahan pelajaran, dan sebagainya. “Orang tua tidak puas anaknya hanya mendapat pelajaran dan pendidikan dari sekolah. Padahal kurikulum di sekolah sudah begitu padat dengan segudang PR yang har-us dikerjakan. Dengan ketatnya kegiatan, anak seolah ‘dikarbit’ untuk menunjukkan rasa tang-gung jawabnya,” papar Master Psikologi Klinis dan Kesehatan dari RS Surabaya Internasional ini seperti yang dikutip dari tabloid NOVA.

Apa gerangan yang me-nyebabkan orang tua demikian bersemangat melakukan hal ini untuk anaknya? Bisa jadi karena orang tua salah menginter-pretasikan berbagai teori perkembangan yang muncul belakangan. Sebutlah teori mul-tiple intelligences (kecerdasan majemuk) yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi be-ragam aspek sehingga banyak faktor dalam diri anak yang bisa dikembangkan dengan lebih spesifik. Atau the golden age yang berpendapat bahwa usia dini merupakan titik optimum dalam perkembangan otak se-hingga lebih mudah menyerap hal-hal baru.

Tidak ada yang salah pada teori-teori tersebut. Hanya

mungkin orang tua yang begitu terobsesi dengan hal ini dan menstimulasi anak-anaknya dengan cara berlebihan. Se-menjak bayi, anak sudah diberi jadwal yang ketat. Misalnya, di pagi hari si kecil dialunkan musik lembut yang diyakini da-pat merangsang perkembangan otaknya. Setelah itu ia diajak bermain yang merangsang motorik kasar. Jam berikutnya ia harus melakukan aktivitas yang merangsang motorik halus.

Belum lagi, orang tua men-gajak bayinya berkomunikasi dalam beberapa bahasa sebagai pembiasaan untuk penguasaan bahasa. Semua ini terjadwal rapi dalam suatu rutinitas. Tentu semua tindakan tadi bertu-juan baik, yakni memberikan yang terbaik bagi sang buah hati. Orang tua menginginkan anaknya kelak memiliki daya sa-ing dan sanggup berkompetisi di era globalisasi.

Di lain pihak, banyak pebisnis mencium fenomena “rangsangan dini” sebagai lahan menjanjikan. Tak heranlah jika sekarang bertumbuhan fasilitas bagi anak-anak balita bahkan bayi yang sebenarnya tidak begitu diperlukan. Misalnya, ada “sekolah” untuk bayi, dan bagi anak batita tersedia les menulis, membaca, berhitung dan komputer. Lalu untuk anak-anak TK, ada kursus sempoa, bahasa asing, musik, dan seni. Saat duduk di bangku SD, anak-anak diikutkan pada les bidang pela-

jaran sekolah, seperti matema-tika dan lainnya. "Kursus-kursus lain yang awalnya hanyalah suplemen, berkembang men-jadi kebutuhan primer dengan tujuan fast track mencapai ket-erampilan tertentu. Sayangnya, orang tua merasa aman-aman saja bila mengikuti gaya hidup seperti ini,” sesal Josephine.

Bermental LemahJika anak dituntut bertang-

gung jawab menjalani sederet kegiatan secara ketat, artinya orang tua memperlakukan anak seperti miniatur orang dewasa. Begitu pula jika anak dituntut berprestasi setinggi-tingginya, tak boleh bolos dari jadwal yang telah ditetapkan, dan se-bagainya. Tentu saja rutinitas itu amat membosankan.

Dengan kondisi seperti ini, secara tegas David Elkind me-nyatakan, tujuan awal orang tua untuk mendongkrak kemam-puan anak bisa menjadi bumer-ang dan justru menyebabkan-nya tidak mencapai apa-apa.

“Niat awal menciptakan generasi baru yang lebih baik malah bisa membuat orang tua terjebak dalam ‘mencetak anak-anak karbitan’ yang justru bermental lemah dan penuh dengan potensi problema-tika di masa mendatang,” ujar ulusan Curtin Univeristy of Technology dan University of Western Australia, Perth, West-ern Australia ini. l

chAIROEl ANWAR

"Niat awal menciptakan generasi baru yang lebih baik malah bisa membuat orang tua terjebak da-lam ‘mencetak anak-anak karbi-tan’ yang justru bermental lemah dan penuh dengan potensi prob-lematika di masa mendatang.”

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 41

Page 42: Geliga No 5

gerbaNg

Merasa tidak dicintaiKetatnya jadwal membuat anak menjadi bosan

dan jenuh dengan rutinitas. Belum lagi di rumah, dia masih harus berperan sebagai anak baik dan berbakti pada orang tua. Si kecil serasa tak memiliki waktu bebas untuk bermain serta berangan-angan. Mereka jadi tidak mencintai dirinya sendiri dan membenci orang tuanya karena menganggap ayah dan ibu otoriter, pengatur, memaksakan kehendak, dan tidak mencintai mereka.

Kehilangan waktu bermainAkibat selanjutnya, anak-anak HCS sering sem-

bunyi-sembunyi melakukan sesuatu yang mereka sukai di tengah-tengah kegiatan yang harus diikuti. Contoh, mencuri waktu untuk bermain game, membaca komik, menonton teve, atau menyelinap keluar rumah hanya untuk sekadar bermain ayunan di taman sebelah. Padahal saat itu mereka harus bersiap berangkat ke tempat kursus.

Lelah berkepanjanganAnak-anak HCS pun akan mengalami rasa

lelah berkepanjangan. Mereka jadi mudah tertidur di kelas. Secara psikologis, kondisi kelelahan dan kejenuhan bisa berakibat pada munculnya gejala depresi. Bila hal ini tidak segera ditangani bisa men-garah pada menurunnya konsentrasi dan prestasi belajar. Anak juga menjadi pemurung, mudah sakit, dan sering mengeluh tentang kondisi fisiknya yang tidak fit, seperti mudah sakit perut, pusing, diare, sulit tidur, bahkan masih/kembali mengompol, dan sebagainya.

Stres tinggiAkibat lebih jauh lagi, anak bisa mengalami

stres tinggi akibat selalu bergegas setiap hari dari satu tempat ke tempat lain. Bahkan bukan tidak mungkin, anak akan melakukan upaya bunuh diri.

Sindrom hurried child selain mempengaruhi anak, juga bisa berdampak pada orang tua, seperti:

FrustrasiOrang tua akan memiliki harapan yang tidak

realistis pada anak. Misalnya, mereka berharap anaknya dapat selalu berprestasi dan sukses karena mereka sudah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk itu. “Sering orang tua menjadi frustrasi dan menganggap bahwa anak tidak menghargai jerih payah mereka yang telah mengupayakan semuanya.”

KelelahanOrang tua yang terlalu terobsesi juga dapat

menunjukkan gejala kelelahan karena ketegangan dalam mengatur jadwal anak, ketegangan dalam mengikuti perkembangan anak di tiap macam kursus yang diikuti, ikut sibuk bila anak mengalami masalah di sekolah dan lain-lain. l

Inilah Dampak HCS

James Sidis, merupakan "produk" dari hasil eksperiman orang tuanya yang menginginkan sebuah konsep pendidikan yang baru dan menolak sistem pendidikan konvensional yang dianggap sebagai biang keladi kejahatan, kriminalitas dan pe-

nyakit masyarakat. Adalah Boris Sidis, ayah James Sidis, merupakan psikiater lulusan Havard University.

Keinginan untuk mempraktikkan konsep baru kepada sang anak akibat trauma lantaran sang istri, Sarah Mandelbaum Sidis, tewas terbunuh di tahun 1899. Padahal, Sarah merupakan mahasiswi dari Universitas Boston dan lulus di School of Medicine tahun 1897 dan melanjutkan dengan belajar psikologi di sana juga.

James Sidis terlahir dengan nama lengkap William James Sidis pada tanggal 1 April 1898. Sidis boleh dibilang manusia paling jenius yang pernah ada di muka bumi. Saat masih muda saja, belia ini memilki IQ (tingkat Kecerdasan) di atas 250-300. Kejeniusannya pun dianggap telah mengalahkan Da Vinci, Einstein, Newton dan

ilmuwan lainnya. Keajaiban Sidis diawali ketika dia

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201242

GG

Page 43: Geliga No 5

William James Sidis, Bocah Ber-IQ 250-300

Akhir dari "Bocah Karbitan"bisa makan sendiri dengan mengguna-kan sendok pada usia 8 bulan. Belum lagi usianya genap dua tahun, Sidis sudah menjadikan New York Times sebagai teman sarapan paginya. Sejak itulah namanya menjadi langganan headline surat kabar.

Saat usianya belum menginjak 8 tahun, Sidis sudah menulis beberapa buku. Di antaranya tentang anatomi dan astronomi. Dan pada umur 8 tahun itu dia juga sudah menguasai delapan bahasa, di antaranya Latin, Yunani, Prancis, Jerman, Yahudi, Turki dan Armenian.

Pada saat berusia 9 tahun, ayahnya mendaftarkan Sidis ke Havard University, namun ditolak karena masih terlalu bocah. Namun, di usia 11 tahun, Sidis diterima di perguruan tinggi ternama tersebut sebagai penghargaan atas kejeniusannya.

Dan memang, Harvard pun dibuat terpesona dengan kejeniusannya ketika Sidis memberikan ceramah tentang "jasad empat dimensi" di depan para profesor yang tergabung dalam klub matematika. Yang mengagumkan, Sidis sudah men-guasai 200 bahasa yang ada di dunia. Dia mampu mempelajari bahasa baru dalam waktu satu hari!

Lima tahun di Havard, Sidis lulus cum-laude sebagai sarjana matematika di usia 16. Kemudian, ia melanjutkan kuliahnya namun sempat tersendat karena di-bully oleh sekelompok mahasiswa yang tidak menyukainya.

Di usia 17, Sidis menerima tawaran sebagai asisten dosen sambil

melanjutkan ke program doktor. Sayangnya Sidis tak bisa merampungkan program doktornya dengan alasan merasa frustasi oleh sistem pembelajaran dan perlakuan kakak kelasnya.

Orang tuanya mengamank-annya dan diberikan pekerjaan di Institut William Marsh Rice di Houston, Texas, sebagai asisten dosen matematika. Dia mendaftar di sana pada umur 17 tahun pada Desember 1915. Di situlah dia mengejar gelar doktornya.

Sidis mengajar 3 kelas Euclidean geometri, non-Euclidean geometri, dan trigonometri (dia menulis buku Euclidean Geometri dalam bahasa Yunani). Selama kurang lebih setahun, dia frustasi dengan pihak universitas, pengajarannya, dan juga perlakuan yang diberikan dari kakak kelasnya.

Saat itu ia sempat mengeluh, “Aku tidak tahu kenapa mereka memberiku pekerjaan ini dan menempatkanku sebagai orang spesial. Aku sebenarnya tidak layak sebagai dosen." Akhirnya dia mendaftar lagi ke Harvard Law School pada September 1916 tapi dia keluar pada akhir Maret 1919.

Di tahun 1919, Sidis ditangkap dan ditahan selama 18 bulan karena keterliba-tannya dalam demo Socialist May Day di Boston. Saat itu dia membuat pernyataan menentang wajib militer pada perang Dunia I.

Penangkapannya itu sempat menghe-bohkan media masa sebagaimana saat ia mengawali kiprahnya sebagai bocah jenius. Sewaktu di penjara, dia menyatakan bahwa dia sungguh–sungguh mengutuk Perang Dunia, tidak percaya kepada Tuhan, dan mendeklarasikan diri sebagai seorang sosialis.

Khawatir dengan kondisi kejiwaan anaknya, Boris Sidis membuat rencana dengan seorang pengacara untuk menge-luarkan Sidis dari penjara. Setelah keluar dari penjara, keluarganya membawa Sidis ke Sanitorium untuk sedikit memperbaiki diri Sidis dan mengancam jika Sidis tidak menurut maka akan dimasukkan ke rumah sakit jiwa.

Sejak keluar dari penjara itu, ke-beradaan Sidis nyaris tak diketahui publik. Berdasarkan buku biografinya berjudul "Prodigy" yang ditulis Amy Wallace, diceritakan, setelah berhasil kembali ke East Coast tahun 1921, Sidis memutuskan untuk hidup bebas dan terasing. Dia hanya membuat mesin–mesin untuk kerjanya. Sidis bekerja di New York dan jauh dari keluarganya. Dia membutuhkan beberapa tahun sebelum akhirnya kembali ke Mas-sachusetts dan juga nantinya ditangkap setelah setahun kemudian. Dia menghabis-

kan waktu untuk hobinya yaitu mengoleksi karcis trem, menerbitkan majalah dan mengajar kelompok kecil dari temannya tentang sejarah Amerika.

Tahun 1944, Sidis memenangkan peng-hargaan dari The New Yorker melalui artikel tentang dirinya tahun 1937, meskipun terdapat banyak pernyataan yang salah. Setelah artikel dengan judul “Where Are They Now?”, Sidis juga menulis dengan nama samaran yang menceritakan tentang kehidupannya yang terasing , dengan judul “Hall Bedroom in Boston’s Shabby South End”.

Setelah sekian lama jejaknya terendus publik, seorang reporter yang bertemu dengan seorang pemulung besi tua nan papa. Ternyata dialah William James Sidis. ‘

Sidis meninggal pada usia 46 di Boston pada tahun 1944 karena pendarahan di otaknya. Sidis meninggal dalam keadaan menganggur, terasing dan amat miskin. Pada akhir hayatnya, Sidis menyadari jika dirinya adalah hasil dari sebuah percobaan dari sang ayah yang membuatnya men-gasingkan diri ini. Beberapa tahun sebelum ia meninggal, Sidis memang sempat men-gatakan kepada pers bahwa ia membenci matematika--sesuatu yang selama ini telah melambungkan namanya.

Siapa yang sangka Sidis kemudian meninggal pada usia yang tergolong muda, saat dimana semestinya seorang ilmuwan berada dalam masa produktifnya. Orang–orang kemudian menulis bahwa kehidupan Sidis tidak bahagia. Popularitas dan kehebatannya pada bidang matema-tika membuatnya tersiksa.

Dalam kehidupan sosial, Sidis hanya sedikit memiliki teman. Bahkan ia juga ser-ing diasingkan oleh rekan sekampus. Gelar sarjananya tidak pernah selesai, ditinggal begitu saja. Ia memutuskan hubungan dengan keluarganya, mengembara dalam kerahasiaan, bekerja dengan gaji seadanya, mengasingkan diri. Ia berlari jauh dari kejayaan masa kecilnya yang sebenarnya adalah proyeksi sang ayah. Pers dan publik juga terlanjur menjadikan Sidis sebagai sebuah berita. l

DARI BERBAGAI SUMBER

KISAH NYATA

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 43

Page 44: Geliga No 5

Mengenal JIBAS: Jaringan Informasi Bersama Antar-Sekolah

inFO

Pantau Perkembangan Anakdi Sekolah Cukup dari Handphone

Ingin sebuah sistem informasi akademik ada di sekolah Anda? JIBAS mungkin bisa dipilih sebagai solusi. JIBAS atau Jaringan Informasi Bersama Antar Seko-lah, lahir dari visi“Kebersamaan untuk

Kemajuan Pendidikan Indonesia”. Sebagaimana dikatakan pembuatnya,

piranti lunak gratis ini disebarluaskan untuk membangun jaringan informasi dan komu-nitas pendidikan yang bisa mewadahi inter-aksi dan aktifitas setiap elemen pendidikan dari siswa, guru, orang tua, sekolah,yayasan, p e m e r i n t a h d a n masyarakat

umum.Diti-

lik dari

namanya, aplikasi gratis garapan orang-orang muda dari Bandung itu memang dikhususkan sebagai media informasi antarsekolah melalui internet. Aplikasi besu-tan Yayasan Indonesia Membaca itu cukup lengkap. Artinya, bisa digunakan sebagai basis data secara internal (internal database melalui jaringan local area network/LAN), maupun eksternal melalui jaringan internet.

Menurut penuturan penggarapnya, aplikasi ini bisa berjalan pada sistem operasi Windows, ataupun sistem operasi open-source seperti LINUX.

Karena aplikasi ini berbasis web, maka untuk mengaksesnya juga harus melalui ap-likasi peramban (browser). Misalnya Mozilla Firefox, Internet Explorer, Google Chrome, Opera, dsb). Tenang saja, semua aplikasi browser itu bisa diunduh secara gratis di internet.

Hebatnya, jika local server di sekolah telah tergabung dalam server online yang disediakan oleh sistem informasi (sisfo) Sekolah Jibas, orang tua siswa bisa mengecek absesnsi, nilai ujian, bahkan nilai rapor, melalui jaringan internet. Bahkan, orang tua bisa mengecek melalui telepon seluler melalui aplikasi wep dengan men-gakses alamat m.jendelasekolah.com/sekolah.

Apabila pihak sekolah sedikit mau repot, ada fitur SMS Gateway dan Autorespond. Melalui fitur ini, pihak sekolah bisa menginformasikan apa saja kepada orang tua. Administrator sekolah

salah satu wujud JiBAs yaitu sistem informasi manajemen

sekolah yang membantu opera-sional sekolah mulai dari akade-mik, keuangan, perpustakaan, pelaporan dan interaksi guru-siswa. Diharapkan, sistem ini

dapat membantu sekolah meng-atur, mengelola dan merapikan

datanya.

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201244

GG

Page 45: Geliga No 5

cukup pencet tombol, dan informasi--baik itu mengenai absen anak--langsung bisa diterima orang tua.

Tak perlu menginstall macam-macam untuk mengoperasikan aplikasi ini. JIBAS yang dapat diunduh di laman jibas.net itu sudah terintegrasi dengan webserver Apache.

Sebagai gambaran, webserver ada-lah semacam aplikasi yang menyediakan layanan akses melalui browser. Misalnya untuk menyimpan halaman web. Biasanya, aplikasi ini dipasang pada server (komputer induk). Webserver ini bisa digunakan secara online untuk layanan internet, maupun secara offline untuk layanan lokal (LAN).

Senthot Budhi Santoso, manajer proyek Jibas, yang dihubungi mela-

lui e-mail, menuturkan, aplikasi ini sudah diunduh dan diterapkan ribuan sekolah di Indonesia. Dia bilang, jika aplikasi tersebut di-install di server sekolah, data-data seko-lah yang telah diisi bisa diunggah secara gratis di server JIBAS secara gratis.

Setelah online, informasi sekolah itu bisa dilihat oleh siapa saja melalui jaringan inter-net. Hebatnya, setiap siswa maupun orang tua mendapatkan nomor PIN (personal indetifier number) untuk mengakses laman tersebut.

“Bahkan, orang tua juga bisa memantau perkembangan akademik anaknya mela-lui jaringan mobile. Bisa juga memantau apakah anaknya masuk sekolah atau tidak,” terang Senthot.

Menurutnya, salah satu wujud JIBAS yaitu

sistem informasi manajemen sekolah yang membantu operasional sekolah mulai dari akademik, keuangan, perpustakaan, pelapo-ran dan interaksi guru-siswa. Diharapkan, sistem ini dapat membantu sekolah meng-atur, mengelola dan merapikan datanya.

"Sehingga, data ini menjadi informasi yang mengalir dan bermanfaat bagi berba-gai pihak yang berkepentingan. Tentunya, hal ini dapat menjadi salah satu nilai tambah dari layanan komunitas pendidikan yang dibentuk," imbuhnya.

Pola Implementasi

Tak butuh perangkat komputer cang-gih untuk menggunakan aplikasi ini. JIBAS telah didesain supaya tetap bisa jalan pada perangkat yang minimal.

Server di sekolah, misalnya, cukup pakai PC desktop standar yang

berharga biasa.

Men-ge-nai ka-pa-

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 45

Page 46: Geliga No 5

inFO

Instalasi JIBASweb lOcal serVer192.168.1.1

192.168.1.2

192.168.1.3

192.168.1.4

hub/switch

client

client

client

sitas database, sekolah bisa memanfaatkan server milik JIBAS sehingga kapasitas media penyimpanan di server sekolah bisa diirit. Karena, untuk kebutu-han integrasi data, telah dikem-bangkan teknologi sinkronisasi data online atau offline.

"Jadi, bagi sekolah yang be-lum terjangkau jaringan Internet atau berada di daerah masih dapat tergabung ke dalam jar-ingan JIBAS melalui sinkronisasi data offline," tulis tim penyusun dalam lamannya.

Pola implementasi JIBAS di daerah dijelaskan seba-gai berikut (lihat gambar 1). Server untuk pengelolaan JIBAS ditempatkan di setiap sekolah. Server ini cukup menggunakan PC Desktop biasa. Hal ini untuk mempermudah penggunaan dan perawatan.

Sementara, untuk menghe-

mat anggaran, pengiriman data pengelolaan sekolah ke Data Center JIBAS dapat menggu-nakan jaringan internet yang tersedia. Jadi, tidak diperlukan

tambahan perangkat keras atau jasa lainnya. Bagi sekolah yang belum terjangkau internet, dapat mengirimkan data

pengelolaannya secara

offline melalui CD/USB disk atau e-mail.

Data Center JIBAS untuk menampung data-data pen-gelolaan di sekolah ditempat-kan di jaringan IIX Jakarta. Dari data yang terkumpul di Data Center JIBAS tersebut, dikelola menjadi informasi yang bisa diakses orang tua siswa melalui web atau mobile untuk me-mantau perkembangan belajar anaknya. Demikian pun dengan pemerintah kabupaten/kota dan

provinsi

Gambar 1. Pola implementasi aplikasi JIBAS.

Gambar 3. Jaringan komputer lokal (local area network).

SEBELUM menginstal aplikasi JIBAS, pastikan sebuah kom-puter yang akan dijadikan sebagai server lokal di seko-lah. Akan sangat bagus jika di sekolah sudah terpasang jaringan lokal (local area network/LAN baik berkabel maupun nirkabel/wireless). Lihat gambar 3.

Installer yang disediakan oleh jibas.net dalam bentuk *.exe untuk mesin Windows. Saat mengunduhnya di situs jibas.net, Anda akan menda-patkan file jibas.roadtocom-munity-2.9.1.exe (tergantung versinya. Saat ini ditulis, sudah dirilis JIBAS versi 2.9.1).

Instalasi dilakukan bisa dilakukan dengan sangat mudah. Namun, secara

default jibas akan diletakkan pada drive C:/ tempat sistem operasi kita berada. File unduhan aplikasi JIBAS itu sudah terintegrasi dengan web server XAMPP, sehingga tak perlu lagi menginstall aplikasi webserver terlebih dahulu (misalnya XAMPP atau Apache).

Ikuti perintah selama instalasi. Setelah selesai, maka Anda diminta untuk menjalankan aplikasi JIBAS dengan tampilan seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Lalu, bagaimana men-jalankan aplikasi JIBAS di sisi client? Gampang. Sebaiknya buat shortcut di dekstop den-gan kode "192.168.1.1/jibas"

di kompter client. Angka 192.168.1.1 merupakan ala-mat virtual komputer server (IP Address). Angka-angka itu adalah contoh, dan belum tentu sama dengan konfigu-rasi jaringan di sekolah Anda. Sebaiknya tanyakan adminis-trator Anda.

Satu hal yang perlu diketahui, sebaiknya jangan menginstall aplikasi ber-basis webserver lainnya di komputer server. Hal ini akan menyebabkan "bentrokan" saat mengakses database. l

chAIROEl ANWAR

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201246

GG

Page 47: Geliga No 5

juga dapat mengetahui kondisi nyata mengenai pelaksanan program-program pendidikan di setiap sekolah.

"Kebanyakan sekolah ingin melaporkan hasil belajar siswan-ya ke orang tua," kata Senthot, seperti yang pernah dimuat majalah Tempo, tahun silam.

Data lain, seperti absensi atau buku yang dipinjam siswa, juga bisa dilihat orang tua.

Program gratis untuk seko-lah ini tidak hanya digunakan pada satu sekolah, melainkan datanya juga nantinya bisa digunakan orang tua untuk me-mantau kemajuan pendidikan anaknya. Siswa dan guru juga diharapkan bisa menggunakan-nya, layaknya Facebook.

Tim pengembang meng-gagas, jaringan yang dibentuk JIBAS akanmenggabungkan fitur dan layanan berupa komunitas + konten + infor-masi + hiburan, mirip gabungan

Facebook + Google + Yahoo + Wikipedia, tetapi khusus untuk pendidikan Indonesia.

Jaringan ini bersifat terbuka dan tumbuh mandiri. Terbuka artinya setiap pihak yang ingin berpartisipasi dapat mengem-bangkan dan menyediakan layanan pendidikan bagi setiap anggota komunitas. Tumbuh mandiri maksudnya, sistem ini berkembang dari aktifitas dan interaksi dari setiap anggotanya.

Entry dataPenerapan aplikasi JIBAS

ini terbilang muda-mudah gam-pang. Semua entry data dilaku-kan secara berurutan--tidak bisa meloncat-loncat atau diubah di "pertengahan jalan".

Aplikasi ini bisa di-input oleh siapa saja, tak harus oleh administrator seorang. Setiap pegawai sekolah ataupun guru, bisa meng-input data kar-ena masing-masing diberikan akses sesuai kewenangannya. Misalnya, bagian tata usaha (TU) menginput data-data siswa, sementara guru meng-

Gambar 3. Tampilan awal aplikasi JIBAS pada peramban (browser).

Gambar 2. Konsep aplikasi JIBAS. Diharapkan sebagai gabungan fitur dan layanan berupa komunitas - konten - informasi - hiburan, mirip gabungan Facebook - Google - Yahoo - Wikipedia.

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 47

Page 48: Geliga No 5

Inilah Fitur pada JIBAS

Meskipun gratis, aplikasi besutan anak negeri ini punya fitur yang cukup komplit. Menurut tim pengem-bangnya yang dirilis pada laman jibas.net, ada empat fitur utama yang dimiliki Jaringan Informasi Bersama Antar Sekolah ini, yakni manajemen sekolah, interaksi, pelaporan, dan dapat diakses secara online.

1. Manajemen sekolahAda empat modul yang terintegrasi pada fitur

manajemen sekolah ini, antara lain: SIMAKA (Sistem Informasi Akademik Sekolah), SIMKEU (Sistem Infor-masi Keuangan Sekolah), SIMTAKA (Sistem Informasi Perpustakaan Sekolah), dan SIMPEG (Sistem Informasi Kepegawaian Sekolah).

SIMAKA adalah aplikasi untuk membantu men-gelola data-data akademik sekolah, mulai dari penerimaan siswa baru (PSB), pendataan guru dan pelajaran, pendataan siswa dan kelas. Selain itu juga terdapat modul penyusunan jadwal mengajar dan kalender akademik, periwayatan kehadiran siswa dan guru, pendataan nilai ujian, perhitungan nilai rapor, kenaikan kelas, pendataan alumni dan pengelolaan mutasi siswa.

Semen- tara SIMKEU adalah aplikasi untuk membantu

mengelola data-data keuangan sekolah.

Keuangan sekolah

dikelola berdasar-

input rencana pembelajaran, nilai anak, dan sebagainya. Namun, untuk pertama kalinya, lebih baik jika administrator di bagian TU yang memasukkan entry data untuk per-tama kali. Karena, input dari TU menyangkut administrasi dan kepegawaian di sekolah.

Menjalankan AplikasiSetelah instalasi JIBAS di server lokal

selesai, selanjutnya tinggal jalankan aplikasi tersebut. Karena aplikasi ini berbasis web, peramban (browser) default akan muncul--bisa Internet Explorer, Mozilla Firefox, Google Chrome, dan sebagainya. Tampilan awal aplikasi JIBAS ditunjukkan pada gambar 3

Pada address bar di browser, akan muncul alamat localhost/jibas/. Localhost merupakan alamat mesin atau komputer

server tempat JIBAS di-install atau dalam kode heksadesimal dituliskan sebagai ala-mat 127.0.0.1.

Sebagai langkah awal, klik ikon Aka-demik. Anda akan diminta memasukkan username dan password. Isikan "jibas" pada username dan "password" pada password. Akun ini merupakan akun administrator. Nantinya, username dan password ini bisa diubah. Selanjutnya, masukkan entry data. Yang harus diperhatikan adalah arah panah dalam gambar. Itu menandakan prosedur yang harus dilalui. Sementara, di bagian atas ada beberapa tab yang bisa dipilih. Kita bisa mulai dari pengisian sistem akademik ini dulu.

Nah, jika seluruh data telah di-input, pihak pengembang JIBAS telah menyedia-

kan server untuk "menampung" data-data dari sekolah. Setelah online, data-data seko-lah itu bisa diakses oleh guru, siswa, orang tua siswa, bahkan pihak dinas pendidikan di daerah.

Dari berbagai penjelasan tersebut di atas, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pendidikan, memberikan berbagai keuntungan. Selain mempermudah pengelolaan, penggunaan aplikasi TIK lebih efisien dan efektif, serta mengurangi biaya penggunaan kertas sebagai media pelaporan. Kendati demikian, penggunaan perangkat TIK ini membutuh-kan sumberdaya manusia yang berkom-peten dan dukungan infrastruktur yang memadai. l

chairoel anwar

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 48

Page 49: Geliga No 5

kan proses akuntansi sederhana. Pengola-han data-data keuangan sekolah meliputi pencatatan penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah, pembuatan berba-gai laporan keuangan akuntansi seperti: laporan transaksi keuangan, laporan audit perubahan data keuangan, laporan buku besar,

SIMTAKA adalah aplikasi yang mem-bantu sekolah untuk mengelola data dan kegiatan perpustakaan, seperti pendataan barang-barang perpustakaan dan pen-catataan peminjaman serta pengembalian oleh anggota perpustakaan.

Sedangkan SIMPEG merupakan aplikasi untuk mengelola data-data pegawai, guru, hingga penjaga sekolah. Modul ini terinte-grasi dengan aplikasi lain sehingga masing-masing guru dapat memperbarui data kepegawaiannya melalui JIBAS Info Guru. Pada modul ini juga bisa dilihat pendataan sertifikasi, jabatan daftar urut kepangkatan, struktur organisasi sekolah hingga jadwal kenaikan pangkat guru maupun pegawai TU.

2. InteraksiDengan fitur ini, guru dan siswa mau-

pun orang tua siswa bisa saling berinteraksi satu arah maupun dua arah. Sekolah juga bisa menyampaikan informasi kepada civi-tas sekolah termasuk guru, siswa dan staf, bahkan kepada orang tua siswa.

Modul INFOGU-RU merupakan media informasi dan komunikasi

antarguru di sekolah. Ada sejumlah layanan pada modul ini, antara lain: chatting, file Sharing, berkirim pesan kepada guru atau siswa, pengumuman dan berita, agenda guru, akses informasi akademik, input nilai dan presensi siswa, serta perhitungan nilai rapor.

Sedangkan INFOSISWA merupakan me-dia informasi dan komunikasi antarsiswa di sekolah. Siswa dapat membaca dan melihat berbagai informasi dan laporan akademik miliknya, seperti: data nilai dan presensi, informasi jadwal dan kalender. Siswa dapat menulis berbagai berita yang bisa dibaca dan dikomentari rekan-rekannya (mirip situs jejaring sosial). Siswa juga dapat berko-munikasi dengan mengirim pesan dengan sesama siswa dan guru di sekolah.

3. PelaporanInilah sebenarnya fitur yang cukup

penting dalam JIBAS. Fitur ini cukup mem-bantu orang-orang tua yang tak memiliki banyak waktu untuk datang ke sekolah. Melalui modul ini, pihak sekolah dapat melaporkan ber-bagai hal mengenai perkembangan siswa kepada orang tua di mana saja berada.

EMA (Executive Summary Report), mis-alnya, merupakan aplikasi yang menampil-kan berbagai laporan terpadu bagi para eksekutif sekolah, seperti: pihak yayasan, kepala sekolah, pejabat dinas pendidikan atau donatur sekolah. Contoh laporan yang ditampilkan seperti laporan data siswa, laporan penilaian siswa, laporan kepegawa-ian, laporan penerimaan dan pengeluaran keuangan, laporan transaksi keuangan har-ian, laporan arus kas sekolah dan laporan lainnya.

Sementara aplikasi JIBAS SMS Gateway digunakan untuk mengirim dan membalas pesan secara otomatis. Selain mengguna-kan aplikasi JIBAS SMS Gateway, pengiri-man dan balas pesan dapat dilakukan dengan menggunakan servis Gammu. Database yang digunakan aplikasi JIBAS SMS Gateway, juga dapat digunakan oleh Gammu untuk menyimpan data-data SMS Gateway. Gammu merupakan service open source yang disediakan untuk membangun aplikasi yang berbasis SMS Gateway. l

chAIROEl ANWAR

Gambar 4. Konsep pengelolaan informasi JIBAS.

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 49

Page 50: Geliga No 5

Oase

1. PendahuluanRaja Ali Haji memandang

budi pekerti merupakan hal yang sangat mustahak untuk menun-jukkan jati diri manusia, termasuk orang Melayu. Pemikirannya itu terekam di dalam filsafat dan pandangan jagatnya tentang pengembangan ilmu dan bahasa yang dilakukannya.

Di dalam mukadimah kary-anya Bustan al-Katibin (1850) Raja Ali Haji menegaskan per-hubungan antara kemahiran berbahasa, ilmu yang tinggi, dan adab-pekerti yang mulia.

“Bermula kehendak ilmu perkataan pada jalan berkata-kata karena adab dan sopan itu daripada tutur kata juga asalnya, kemudian baharulah pada kelakuan. Bermula apabila berkehendak kepada menutur-kan ilmu atau berkata-kata yang beradab dan sopan, tak dapat tiada mengetahui ilmu yang dua itu yaitu ilmu wa al-kalam (ilmu dan pertuturan). Adapun kelebi-han ilmu wa al-kalam amat be-sar …. Ini sangat zahir pada orang yang ahli nazar (peneliti).”

Masih di dalam mukadimah Bustan al-Katibin juga, Raja Ali Haji menjelaskan pula hal berikut ini.

“… kelebihan akal dan adab itu tiada sebab bangsa dan sebab asal. Jikalau beberapa pun bangsa jika tiada ilmu dan akal dan adab, ke bawah juga jatuhnya yakni kehinaan juga diperolehnya…. Barang siapa jahat adabnya sia-sialah bang-sanya…. Apabila tiada ilmu dan akal, alamat tiadalah ia mencium bau kemuliaan dan sangatlah ji-

nak kehinaan kepadanya…. Maka tatkala itu hukumnya badan itu seperti binatang” karena akal telah keluar dari tubuh sehingga laknat Allah akan datang karena ketiadaan ilmu.

Sangat jelas pemikiran dan pandangan Raja Ali Haji ten-tang mustahaknya ilmu, akal, dan budi pekerti (adab) bagi sesuatu bangsa. Kemuliaan se-suatu bangsa bukan ditentukan oleh asal-muasal keturunan, melainkan pada ketinggian ilmu, akal, dan budi-pekerti. Jika ketiga hal yang mustahak itu diabaikan, sesuatu bangsa akan jatuh ke lembah kehinaan, tak jauh ber-beda dengan hewan.

2. Konsep Budi-PekertiRaja Ali Haji di dalam karya

kamus ekabahasanya Kitab Pengetahuan Bahasa memberi-kan takrif kata budi. Berikut ini uraiannya.

“Budi mustak daripadanya yang berbudi yaitu jika dengan bahasa Arab dikatalah akal dan orang-orang Melayu menyebut akal itu seolah-olah bahasa di-rinya daripada sangat maklum dan masyhurnya. Maka di dalam hal yang demikian itu maka tiada dapat, hendaklah kita ketahui makna akal itu karena akal itu memuliakan manusia jika ada ia tetap kepada manusia adanya” (Raja Ali Haji, 1986/1987:216).

Selanjutnya, Raja Ali Haji meneruskan penjelasannya ten-tang budi atau akal-budi itu dengan mengacu kitab Ithalaful Murid yang bermakna ‘men-egakkan’ yaitu “menegahkan yang mempunyai[nya] daripada

berpaling daripada jalan yang betul, tiada ia mau pada jalan yang tiada betul dan (mengi-kut) kitab Sekh Al-Islam, akal itu tabiat, perangai yang disedia-kan dengan dia memperdapat akan pengetahuan yang sukar-sukar seolah-olah ia cahaya yang terang di dalam hati tempatnya dan memancar cahayanya naik kepada otak dengan dialah boleh membedakan benar den-gan salah, baik dengan jahat, maka mulialah orang yang di-kurniai Allah Ta’ala akal itu” (Raja Ali Haji, 1986/1987:216).

Jelaslah kepada kita bahwa Raja Ali Haji menyamakan atau menyepadukan pengertian budi itu dengan akal. Menurut beliau, budi itu memuliakan manusia, menegah manusia berada pada jalan yang salah atau berbuat salah, sesuatu yang memung-kinkan manusia mendapatkan pengetahuan yang sukar-sukar seolah-olah budi itu adalah ca-haya yang terang-benderang.

Tempat budi atau akal itu di dalam hati, yang cahayanya memancar terus naik ke otak sehingga seseorang boleh mem-bedakan yang benar dengan yang salah dan yang baik den-gan buruk. Budi juga menjelma ke dalam perangai atau tabiat. Oleh sebab itu, seseorang yang memiliki cahaya budi-pekerti mendapat kemuliaan daripada Allah Ta’ala.

Perhatian Raja Ali Haji yang begitu besar terhadap persoalan budi juga terekam dalam syair yang digubahnya untuk men-jelaskan konsep budi itu. Syair itu ditempatkan beliau sebagai

Pandangan Raja Ali Haji tentang Budi PekertiOleh: Abdul Malik*

pendidikan Budi pekerti, secara konsepsional, berarti usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik men-jadi manusia yang berbudi pekerti luhur atau bera-khlak mulia.

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201250

GG

Page 51: Geliga No 5

penjelasan lema (entri) budi di dalam karyanya Kitab Pengeta-hun Bahasa yang telah disebut di atas. Karena tak berjudul, untuk memudahkan pemerian ini, syair itu diberi judul Syair Budi. Pada bait pertama Syair Budi Raja Ali Haji langsung memerikan ciri orang yang berbudi.

Orang berakal sangatlah muliaPakaian ambia dan auliaBarang siapa mengikut diaItulah tanda orang bahgia

Penjelasan Raja Ali Haji ten-tang konsep budi atau akal-budi itu juga mendedahkan pikiran dan sikap beliau berkenaan den-gan peran budi bagi manusia. Dalam hal ini, menurut beliau karena memiliki budilah, manu-sia memperolehi kemuliaan.

Di samping itu juga, budi itu-lah yang membentuk perangai. Dengan demikian, konsep budi dan pekerti (perangai atau tabiat) tak boleh dipisahkan. Hal itu ber-makna budi menuntun pekerti supaya manusia berkelakuan baik, sebaliknya pula pekerti yang terlihat pada seseorang menunjukkan kualitas atau mutu budinya. Alhasil, kehalusan atau ketinggian budi yang bersepadu dengan pekertinyalah yang me-nentukan kemuliaan (kualitas) seseorang manusia, yang pada gilirannya mendatangkan keba-hagiaan bagi sesiapa pun yang memilikinya.

Tulisan ini mendedahkan konsep budi pekerti menurut pemikiran Raja Ali Haji. Hal itu di-lakukan karena Raja Ali Haji ada-lah cendekiawan Melayu yang memahami benar jalan pikiran dan perasaan bangsanya yakni bangsa Melayu. Apa yang beliau perikan di dalam karyanya ada-lah gambaran pemikiran, peras-aan, sikap, dan cara pandang orang Melayu ketika berhadapan dengan pelbagai gejala dalam kehidupan ini, sama ada gejala alam ataupun gejala sosial.

3. Nilai Budi-PekertiBudi-pekerti pertama-tama

berkaitan dengan nilai ketu-hanan. Nilai ketuhanan (reli-gius) adalah sikap dan perilaku seseorang yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terh-adap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Di dalam Gurindam Dua Belas (GDB), nilai ketuhanan terdapat pada Pasal Pertama meliputi bait 1 sampai bait 6, Pasal Kedua dari bait 1 sampai dengan bait 5, dan Pasal Kedua Belas bait 6 dan bait 7. Berikut ini dipetik Pasal I, bait 1.

Barang siapa tiada mengenal agamaSekali-kali tiada boleh dibilang-kan nama

Begitulah Raja Ali Haji me-mulai GDB dengan nilai ketu-hanan. Pasal, kewajiban meme-luk agama merupakan perintah Allah kepada hamba-Nya. “Maka hadapkanlah wajahmu kepada din (agama) dengan lurus se-bagai fitrah Allah yang atasnya manusia diciptakan” (QS al-Rum:30).

Di dalam Syair Budi bait 9 (KPB) disebutkan pula oleh Raja Ali Haji tentang nilai ketuhanan itu sebagai berikut.

Sebagai lagi tanda berakal [ber-budi]Perintah syarak tidak menyang-kalMenjauhkan tamak hendak tawakalIbanya tahu dunia tak kekal

Inilah pula nilai ketuhanan di dalam syair tanpa judul di dalam Tsamarat al-Muhimmah (selanjutnya disebut Syair Tsa-marat al-Muhimmah saja), Pasal IV, bait 42.

Beberapa negeri terkena balaSebab perbuatan kepala-kepalaKarena perbuatan banyak yang

celaDatanglah murka Allah Ta’ala

Budi-pekerti ditentukan juga oleh ada tidaknya kejujuran di dalam diri seseorang. Nilai ke-jujuran tercermin pada perilaku manusia yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya se-bagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tin-dakan, dan pekerjaan.

GDB mendedahkan nilai itu di dalam Pasal Ketiga, bait 3; Pasal Keempat, bait 3, 5, 9, dan 11; Pasal Kelima, bait 2, dan Pasal Ketujuh, bait 1, 3, 9, 10, dan 11. Perhatikan-lah GDB, Pasal VII, bait 11.

Apabila pekerjaan yang amat benarTidaklah boleh orang berbuat honar

Di dalam Syair Hukum Nikah juga terdapat nilai kejujuran. Berikut ini dikutip bait 36 syair tersebut.

Hukum janda semata-mataMemberi izin hendak[lah] ber-kataJangan pura-pura membuat mantaHati di dalam sangat bercinta

Syair Tsamarat al-Muhim-mah pula menasehati raja atau pemimpin agar berperilaku jujur dan rajin bekerja sesuai dengan kekuasaan dan jabatan yang diamanahkan kepadanya. Syair tersebut terekam pada bait 4.

Wahai ananda muda remajaKetika ananda menjadi rajaHati yang betul hendak disahajaSerta rajin pada bekerja

Manusia berbudi-pekerti harus mengamalkan nilai toler-ansi. Nilai toleransi terlihat pada sikap dan tindakan seseorang manusia yang menghargai per-bedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari di-

rinya. Nilai toleransi ini terdapat di dalam Pasal Keempat, bait 10; Pasal Kelima, bait 6, Pasal Ketu-juh, bait 5; Pasal Kedelapan, bait 3 dan 7; dan Pasal Kesebelas, bait 5 Gurindam Dua Belas. Berikut ini disajikan GDB, Pasal V, bait 6.

Jika hendak mengenal orang baik perangaiLihatlah ketika bercampur den-gan orang ramai

Syair Raja Ali Haji berikut juga mengetengahkan nilai toleransi. Perbedaan tak menyebabkan orang menjadi sombong atau angkuh, itulah amanat syair tersebut.

Sebagai lagi perangai encikTiada menghinakan orang yang kecikTiadalah panjang tiadalah picikTetapi benci ia cakap mengejek

Bait syair di atas terekam sebagai bait 6 Syair Budi di dalam Kitab Pengetahuan Ba-hasa. Jelaslah bahwa Raja Ali Haji sangat menekankan perihal mustahaknya menghargai per-bedaan (toleransi).

Di dalam Tsamarat al-Muhimmah, Raja Ali Haji juga menegaskan perihal nilai toler-ansi itu. “Janganlah sekali-kali menaruh dengki dan dendam atas sama sepekerjaan sebab kurang derajatnya dan perole-hannya karena lebih kurang itu semata-mata karunia Allah Ta’ala atas hambanya . . . .”

Tindakan seseorang yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada pelbagai ketentuan dan peraturan merupakan ciri orang yang disiplin. Disiplin juga merupakan ciri budi pekerti. Di dalam Gurindam Dua Belas nilai disiplin terdapat pada Pasal Ketiga, bait 1 sampai dengan bait 7 dan Pasal Kelima, bait 6. Amatilah GDB, Pasal III, bait 5.

Apabila perut terlalu penuhKeluarlah fi’il yang tiada se-

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 51

Page 52: Geliga No 5

nonoh

Perkara disiplin itu pun ter-dapat di dalam Syair Tsamarat al-Muhimmah. Berikut ini dipetik bait 35 dan 36.

Ayuhai segala pegawai sultanHendaklah jaga pada jabatanKamu itu seperti intanJangan dibuang ke dalam hutan

Yakni jangan lengah dan lalaiPekerjaan raja dihelai-belaiLengah dengan nasi dan gulaiAkhirnya kelak badan tersalai

Nilai disiplin juga terdapat di dalam Syair Budi. Pada bait 13 syair itu tersurat pesan untuk selalu meminta tunjuk ajar agar tak salah dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan.

Rajin ziarah selalu-selaluKe rumah adik kakak hilir dan huluMinta ajaran bertalu-taluTakut pekerjaan salah terlalu

Nilai budi-pekerti kerja keras berupa perilaku yang menun-jukkan upaya sungguh-sung-guh dalam mengatasi pelbagai hambatan belajar dan tugas, serta dapat menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Setiap manusia mestilah mengamalkan nilai kerja keras jika hendak dika-takan berbudi pekerti. Di dalam Gurindam Dua Belas nilai kerja keras terdapat pada Pasal Kelima, bait 2, 4, dan 5; Pasal Keenam, bait 2; Pasal Ketujuh, bait 6; dan Pasal Kesembilan, bait 7. Inilah GDB, Pasal IX, bait 7.

Jika orang muda kuat berguruDengan syaitan jadi berseteru

Begitu juga Syair Budi di da-lam Kitab Pengetahuan Bahasa memuat nilai kerja keras itu. Di situ diketengahkan amanat kerja keras menuntut ilmu (bait 16).

Demikian lagi dengar olehmu

Tanda berakal kasihkan ilmuSuka mentelaah tiadalah jemuMencari kupasan jangan terse-mu

Nilai kerja keras pun ter-muat di dalam Syair Tsamarat al-Muhimmah. Kandungan nilai itu terdapat antara lain di dalam bait 40 dan 41.

Ayuhai segala raja menteriSerta pegawai kanan dan kiriHendaklah jaga ingatkan negeriPerampok penyamun perompak pencuri

Kehidupan rakyat janganlah lupaFakir miskin hina dan papaJangan sekali Tuan nan alpaAkhirnya bala datang menerpa

Agar bala (bencana) tak menerpa, manusia harus bekerja keras. Jika tidak, negeri tinggal menanti saat-saat punah-ranah. Semoga kita dijauhi dari azab seperti itu.

Budi-pekerti juga mencer-minkan nilai kreatif. Seseorang yang berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari ses-uatu yang telah dimiliki berarti dia mengamalkan nilai kreatif. Gurindam Dua Belas memuat nilai kreatif itu pada Pasal Kelima, bait 5 dan Pasal Kesepuluh, bait 3. Kutipan berikut diambil dari GDB, Pasal V, bait 5.

Jika hendak mengenal orang yang berakalDi dalam dunia mengambil bekal

Di dalam Syair Budi nilai kreatif terdapat pada bait 8. Berikut ini disajikan syair yang dimaksud.

Jika ada di dalam dirinyaSuka sangat menolong saha-batnyaJika tiada maujud sertanyaIkhtiar yang makruf dicarikannya

Syair Tsamarat al-Muhim-mah juga memuat nilai kreatif. Syair yang dipetik ini merupakan bait 61.

Tiliklah edaran dunianyaZaman dahulu bagaimana khabarnyaZaman sekarang apa rupanyaBerlain-lain ilmu pandainya

Tak kurang pentingnya orang berbudi-pekerti jika mampu mengamalkan nilai demokratis dalam hidupnya. Nilai demokra-tis ada pada diri seseorang jika caranya berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Di dalam Gurindam Dua Belas nilai demokratis ter-dapat pada Pasal Keempat, bait 8 dan 10; Pasal Kelima, bait 6; Pasal Kedelapan, bait 3; Pasal Kesepu-luh, bait 5; Pasal Kesebelas, bait 5; dan Pasal Kedua belas, bait 1, 2, dan 3. Di sini disajikan contoh GDB, Pasal XII, bait 1 saja.

Raja mufakat dengan menteriSeperti kebun berpagar duri

Syair Budi juga memuat nilai demokratis. Nilai budi pekerti yang dimaksudkan itu terdapat pada bait 12.

Inilah tanda orang yang bijakDikasihi raja tidak melonjakPada pekerjaan berajak-ajakKecil dan besar sedikit sebanyak

Di dalam Syair Tsamarat al-Muhimmah pula nilai demokra-tis antara lain terdapat pada bait 73.

Inilah akhir kalam tersuratK e p a d a m e d a n i l m u musyawaratAmalkan dia janganlah beratSupaya tertolak segala mudarat

Budi-pekerti pun menjelma di dalam semangat mencin-tai tanah air. Nilai cinta tanah air bermakna cara seseorang berfikir, bersikap, dan berbuat

yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Nilai budi pekerti ini di dalam Gurindam Dua Belas terdapat pada Pasal Kelima, bait 1 dan Pasal Kedua Belas, bait 3. Per-hatikanlah GDB, Pasal XII, bait 3 sebagai contohnya.

Hukum adil atas rakyatTanda raja beroleh inayat

Selain dari Gurindam Dua Belas, nilai cinta tanah air juga terdapat di dalam Syair Budi. Nilai tersebut terkandung di dalam bait 5.

Karena ia akalnya tajamMenjadi kepala bela bermacamJika mata melihatkan kejamDisebutlah jalannya ia tersun-jam

Nilai cinta tanah air juga terdapat di dalam Syair Tsamarat al-Muhimmah. Di antaranya nilai ini terekam pada bait 5.

Kerja kebajikan janganlah ma-lasZahir dan batin janganlah culasJernihkan hati hendaklah ikhlasSeperti air di dalam gelas

Budi-pekerti mempersyarat-kan manusia menghargai presta-si. Seseorang dapat dikatakan menghargai prestasi apabila memiliki sikap dan tindakan yang mendorong diri untuk mengha-silkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain. Di dalam Gurindam Dua Belas nilai ini terdapat pada Pasal Kedua Belas, bait 4 dan 5. Petikan berikut diambil dari Pasal XII, bait 5.Hormat akan orang yang pandaiTanda mengenal kasa dan cindai

Di dalam Syair Budi pula nilai menghargai prestasi terdapat

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201252

GG

Page 53: Geliga No 5

antara lain pada bait 14. Berikut ini syair yang dimaksud.

Tatkala orang melihat demikianJadilah orang kasih dan kasihanInilah tanda orang pilihanMemikirkan akhir akibat peker-jaan

Syair Tsamarat al-Muhimmah memuat beberapa bait yang mengandung nilai menghargai prestasi. Di antaranya terdapat pada bait 17.

Jika anakanda jadi menteriOrang berilmu anakanda ham-piriLawan musyawarat berperiSupaya pekerjaan jadi ugahari

Seseorang dapat dikatakan mengamalkan nilai peduli sosial jika menunjukkan sikap dan tin-dakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang memerlukan-nya. Nilai peduli sosial itu meru-pakan bagian dari budi-pekerti. Gurindam Dua Belas memuat nilai ini pada Pasal Ketiga, bait 4 dan Pasal Keempat, bait 7. Pasal dan bait yang disebut terakhir disajikan berikut ini.

Bakhil jangan diberi singgahItulah perompak yang amat gagah

Di dalam Syair Budi juga ter-dapat nilai peduli sosial. Petikan syair dari bait 2 menunjukkan nilai yang dimaksud.

Tanda berakal merendahkan diriKepada taulannya kanan dan kiriTiada peminta suka memberiTingkah lakunya dengan uga-hari

Syair Tsamarat al-Muhim-mah memuat beberapa bait syair yang menyerlahkan nilai peduli sosial. Syair kutipan berikut ini tercantum pada bait 24.

Kehidupan rakyat pikirkan benarSupaya ia jangan berbuat honarJangan diikutkan pikir yang nanarTiada lain memenuhkan lasnar

4. Simpulan

Masih sangat banyak nilai budi-pekerti di dalam karya Raja Ali Haji. Umumnya karya beliau mengandung nilai-nilai budi-pekerti yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya, khasnya masyarakat Melayu-Islam. Hal itu sesuai dengan keyakinan beliau bahwa ilmu, akal, dan budi-pekertilah yang menentukan kualitas manusia. Bangsa yang berjaya mengembangkannya akan menjadi bangsa yang mu-lia, sebaliknya yang mencuaikan-nya akan jatuh pada kedudukan yang hina di dalam pergaulan bangsa-bangsa sejagat.

5. SaranSesuai dengan uraian pada

bagian-bagian terdahulu, beri-kut ini dikemukakan saran yang berkaitan dengan karya-karya Raja Ali Haji dan perhubungan-nya dengan Pendidikan Budi-Pekerti.1. Sebaiknya dilakukan pener-

bitan ulang karya-karya Raja Ali Haji secara bertahap dan dalam jumlah yang memadai sehingga dapat diperoleh dengan mudah oleh masyarakat. Dengan demikian, nilai-nilai yang dikandung oleh karya-karya itu, terutama nilai budi-pekerti, dapat dipedomani masyarakat dalam pergaulan hidup sehari-hari.

2. Perlu juga segera disusun dan diterbitkan buku yang membahas nilai-nilai budi-pekerti di dalam karya-karya Raja Ali Haji sehingga dapat digunakan di dalam pelaja-ran Pendidikan Budi-Pekerti. Penerbitan itu sebaiknya diupayakan oleh Pemerintah Provinsi dan atau Kabu-paten/Kota se-Kepulauan

Riau atau para pemangku kepentingan yang lain.

3. Penelitian lanjutan terhadap karya-karya Raja Ali Haji pun sudah sepatutnya dilakukan. Pemerintah Provinsi Kepu-lauan Riau, melalui Dinas Pendidikan dan atau Dinas Kebudayaan, dapat men-jadi mata tombak kegiatan penelitian itu bekerja sama dengan pakar yang terkait.

DAFTAR PUSTAKABraginsky, V.I. 1993. Tasawuf

dan Sastera Melayu. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengem-bangan Bahasa dan Universitas Leiden.

_____. 1994. Erti Keindahan dan Keindahan Erti dalam Kes-usastraan Melayu Klasik. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Chambert-Loir, Henri dan Oman Fathurahman. 1999. Kha-zanah Naskah. Jakarta: Ecole Francaise d’Extreme-Orient dan Yayasan Obor Indonesia.

Haji, Raja Ali. 1950. Bustan al-Katibin. Dikaji dan diperke-nalkan oleh Hashim bin Musa. 2005. Kuala Lumpur: Yayasan Karyawan.

_____. 1858. Tsamarat al-Muhimmah. Dikaji oleh Mah-dini, 1999. Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau.

_____. 1858. Pengetahuan Bahasa: Kamus Logat Melayu Johor, Pahang, Riau, dan Lingga. Transliterasi oleh Raja Hamzah Yunus. 1986/1987. Pekanbaru: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Melayu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

_____. 1866. Syair Suluh Pe-gawai (Hukum Nikah). Dikaji oleh U.U. Hamidy, Hasan Junus, dan R. Hamzah Yunus, 1985/1986. Pekanbaru: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Riau, Departemen Pen-didikan dan Kebudayaan.

Kridalaksana, Harimurti. 1991. Masa Lampau Bahasa In-

donesia: Sebuah Bunga Rampai. Yogyakarta: Kanisius.

Malik, Abdul dan Hasan Junus. 2000. “Studi tentang Himpunan Karya Raja Ali Haji”. Pekanbaru: Bappeda Propinsi Riau dan PPKK, Unri.

Malik, Abdul, Hasan Junus, dan Auzar Thaher. 2003. Ke-pulauan Riau sebagai Cagar Budaya Melayu. Pekanbaru: Unri Press.

Malik, Abdul. 2009. Meme-lihara Warisan yang Agung. Yogyakarta: Akar Indonesia.

_____. 2011a. ”Nilai-Nilai Bu-daya dalam Gurindam Dua Belas”. Makalah Penataran Guru Pendidikan Budi Pekerti Provinsi Kepulauan Riau. Tanjungpinang: FKIP UMRAH.

_____. 2011b. ”Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Budaya Melayu”. Makalah Penataran Guru Pen-didikan Budi Pekerti Provinsi Kepulauan Riau. Tanjungpinang: FKIP UMRAH.

_____. 2011c. ”Pantun: Wa-risan Sadu Perdana Lestari”. Makalah Temasya Pantun Me-layu Serumpun Sempena Bulan Bahasa Kebangsaan dan Konven-syen Dunia Melayu Dunia Islam, Melaka, 11 Oktober 2011.

Pusat Kurikulum. 2010. Peng-embangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Jakarta: Badan Peneliti-an dan Pengembangan, Kemen-terian Pendidikan Nasional.

Winstedt, Sir Richard. 1977. A History of Classical Malay Lite-rature. Oxford: Oxford University Press.

Zuriah, Nurul. 2008. Pen-didikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.

* Dekan Fakultas Ilmu Kegu-ruan dan Ilmu Pendidikan, Uni-

versitas Maritim Raja Ali HajiAnggota Majelis Pendidikan

Provinsi Kepulauan Riau

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 53

Page 54: Geliga No 5

Oase

Sekolah Luar Biasa merupakan lem-baga pendidikan yang memberikan pelayanan kepada

anak berkebutuhan khusus. Lembaga ini sebagai sarana pemenuhan hak bagi anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh pelayanan pen-didikan. Hal ini sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 5 ayat 1, 2, dan 4 yang menyat-akan bahwa; (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu; (2) Warga negara yang memi-liki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memper-oleh pendidikan khusus. (4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

Pada bagian lain UU Sis-diknas yaitu pasal 32 dinyata-kan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memi-liki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembela-jaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi ke-cerdasan dan bakat istimewa. Jadi pendidikan khusus dapat dipahami sebagai bentuk pelayanan pendidikan bagi peserta didik berkelainan dan yang memiliki memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Sedangkan teknis penye-

lengaraannya tertera dalam PP No. 17 Tahun 2010 pasal 130 ayat (1), yang bunyinya, Pendidikan khusus bagi pe-serta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. (2) Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan mela-lui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan.

Selanjutnya pasal 132 PP Nomor 17 Tahun 2010 memberikan rambu pe-nyelenggaraan Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada jalur formal yakni diselenggarakan melalui satuan pendidikan anak usia dini, satuan pendidikan dasar, dan satuan pendidikan menengah. Selanjutnya pada Pasal 135 ayat (1) dinyata-kan, Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memi-liki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat diselenggarakan pada satuan pendidikan formal TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat.

Ayat (5) Penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan dalam bentuk: a. kelas biasa; b.kelas khusus; atau c. satuan

pendidikan khusus.Berdasarkan aturan yang

dibuat tersebut dapat dipa-hami bahwa, satuan pendidi-kan khusus dapat berbentuk TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB/SMKLB, dan bentuk lain yang setara. Kenyataan di lapan-gan, model penyelenggaraan pendidikan khusus yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat terdiri dari beberapa macam, namun sebagian besar model yang digunakan adalah sekolah segregasi satu atap yaitu SLB. Sekolah ini di dalamnya terdiri dari jenjang TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB/SMKLB dengan satu manajemen dan satu kepala sekolah. SLB satu atap ini bisa terdiri dari satu jenis kecacatan ataupun gabungan dari beberapa jenis kecacatan.

Perubahan paradigma/pandangan terhadap anak berkebutuhan khusus turut mengubah pemahaman, kebijakan, dan perhatian dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah terhadap keberadaan pendidikan anak berkebutuhan khusus. Di samping itu dengan adanya perubahan struktur organisasi di kementrian pendidikan juga menambah semakin besarnya perhatian.

Pada awal reformasi, lembaga yang menangani pendidikan khusus hanya satu lembaga yaitu direktorat pembinaan sekolah luar biasa (PSLB). Semua kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan

Reorganisasi Sekolah Luar BiasaOleh: Marsin, S.Pd, M.Pd

lembaga yang membina dan me-nangani slB san-gat banyak, baik di tingkat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. sedangkan lem-baga yang menjadi binaan justru tidak ikut direorganisasi. Dapat dibayang-kan betapa berat-nya beban kerja seorang kepala sekolah luar biasa. Beban kerja yang terlalu berat men-gakibatkan pen-gelolaan/manaje-men di slB menjadi tidak efektif.

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201254

GG

Page 55: Geliga No 5

khusus ditangani oleh lembaga ini. Mulai dari peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, kesiswaan, sarana prasarana, pembelajaran, dan lainnya ditangani direktorat PSLB.

Saat ini direktorat PSLB diubah nu-menklaturnya menjadi direktorat Pen-didikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PKLK). Direktorat PKLK juga membelah diri menjadi dua sesuai dengan sekolah yang menjadi binaannya.

Direktorat PKLK yang menangani SDLB dan SMPLB sederajat dinamakan Direktorat PKLK Dikdas. Direktorat yang menangani SMALB/SMKLB sederajat dinamakan Direktorat PKLK Dikmen. Sedangkan TKLB sederajat ditangani oleh Direktorat PAUD. Sehingga ada tiga direktorat yang memberikan pembinaan kepada SLB. Sungguh luar biasa.

Selanjutnya lembaga yang mengurus peningkatan mutu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan juga ada dua yang terdiri dari PTK Dikdas dan PTK Dik-men. Belum lagi lembaga lain yang turut membina SLB seperti Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan standar nasional pen-didikan, badan penjamin mutu pendidik dan tenaga kependidikan, dan P4TKTKPLB. Sedangkan di daerah yang menangani SLB adalah Dinas Pendidikan Provinsi dan

Dinas pendidikan Kabupaten/Kota. Dari paparan di atas dapat dipahami

bahwa lembaga yang membina dan me-nangani SLB sangat banyak, baik di ting-kat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sedangkan lembaga yang menjadi binaan justru tidak ikut direorganisasi.

Dapat dibayangkan betapa beratnya beban kerja seorang kepala sekolah luar biasa. Beban kerja yang terlalu berat mengakibatkan pengelolaan/manaje-men di SLB menjadi tidak efektif. Sebagai ilustrasi, jika Dinas pendidikan Kabupaten/Kota mengadakan kegiatan yang harus dihadiri kepala SD/SDLB, SMP/SMPLB, dan SMA/SMALB maka kepala SLB tidak akan bisa mengahdiri ketiganya sekali gus karena kepala sekolahnya hanya satu.

Belum lagi Direktorat PKLK Dikdas yang memiliki lima Sub, Direktorat PKLK Dikmen yang juga memiliki lima Sub, PTK Dikdas, PTK Dikmen, Puskurbuk, P4TK-TKPLB, dan badan lain yang semuanya memiliki kegiatan yang harus dihadiri kepala SLB maka yang bersangkutan tak lagi memiliki waktu dan tenaga untuk melakukan pekerjaannya di sekolah.

Dengan demikian, sesuai amanat undang-undang lembaga SLB yang modelnya satu atap sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Sudah waktunya

SLB direorganisasi berdasarkan jenjang pendidikan menjadi TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB yang mandiri dengan manajemen sendiri-sendiri.

Hal ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan khusus itu sendiri, memudahkan manajemen, dan memberikan peluang peningkatan kakir bagi guru-guru SLB. Selain itu, den-gan model SLB satu atap sangat menyu-litkan untuk dilakukan akreditasi.

Hal ini berkaitan dengan delapan standar yang diperhitungkan saat akreditasi jenjang SDLB sebagian besar akan diperhitungkan lagi saat akreditasi jenjang SMPLB dan SMALB. Lalu apa artinya dilakukan tiga kali akreditasi. Tapi ini amanat undang-undang yang harus dijalankan.

Bila delapan standar tidak diperhi-tungkan lagi, maka di antara tiga jenjang pendidikan tersebut dua jenjangnya pasti tidak akan bisa diakreditasi. Keputusan reorganisasi SLB ini sepenuhnya ada di tangan pemerintah daerah. Reorganisasi ini tergantung dari tingkat kepedulian pemerintah daerah.

* Guru SLB Tanjungpinang

SLB

DIREKTORAT PAUD

DIREKTORAT PKLK DIKDAS

DIREKTORAT PKLK DIKMEN

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 55

Page 56: Geliga No 5

cakal bakal

Dara dengan Segudang Talenta

novi asti lalasati

Suaranya lantang dan jernih. Kadang mengalun, sesekali me-nanjak. Gadis ini bukan sedang bernyanyi, tapi sedang memberi-

kan siraman rohani, di depan sejumlah pejabat di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), di Gedung Daerah Tanjungpinang, 27 Juli lalu. Isi ceramah agama yang disampaikan jelang berbuka puasa itu tak “manis” melulu. Beberapa kali ada nada sentilan dan sindiran.

Asti, si gadis, menyampaikan, saat ini Indonesia merupakan negara yang paling penduduknya paling banyak menganut agama Islam. Tapi, juga paling banyak yang merupakan penganut “Islam wari-san” dan “Islam KTP”.

“Islam yang berkembang di Indonesia kebanyakan Islam warisan. Kalau orang tuanya Islam, maka anaknya juga Islam. Namun kebanyakan dari mereka tidak mengetahui dan memahami bagaimana ajaran Islam yang sebenarnya,” kata Asti fasih yang dipercantik dengan bahasa

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201256

GG

Page 57: Geliga No 5

Taman Kanak-kanak. Semasa di TK itulah menjadi pengalaman pertamanya tampil di depan umum. “Pertama kali, sih, waktu TK. Tapi cuma untuk tampil saja. Kalau yang mengikuti perlombaan mulainya kelas V SD,” terangnya.

Penampilan pertama itu tak mem-buatnya grogi layaknya bocah. “Perasaan-nya biasa saja. Memang merasa aneh sendiri. Tapi itulah adanya, hanya agak kaku ditonton orang banyak,” kenang Asti sambil tertawa.

Semakin besar, bakat dan prestasinya tak surut. Masih di SD, dia juga berhasil menyabet juara pertama lomba berbalas pantun. Mulai SMP hingga SLTA, berbagai predikat juara dia rebut dari beragam bidang.

Modal Percaya DiriTampaknya, Asti punya talenta segu-

dang. Di rumahnya, bertengger rapi pulu-han piala dan piagam penghargaan dari bermacam lomba tingkat lokal hingga nasional—dari berbagai bidang.

Tahun 2010 lalu misalnya, gadis yang murah senyum ini menerima beasiswa selama tiga tahun dari Direktorat Jen-deral Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia karena terpilih sebagai Duta Sanitasi Favorit Nasional.

Tahun ini juga, Asti berhasil merebut juara pertama lomba karya tulis lingkun-gan dalam program Astra Honda Motor Best Student (AHMBS) tingkat nasional. Prestasi tersebut mengantarkannya seba-gai Duta Lingkungan versi Astra Honda Motor (AHM). Untuk bahasa asing, Asti juga pernah menyabet juara dalam lomba speech contest dan story telling. “Semua ini berkat dorongan seluruh anggota

keluarga,” katanya merendah.Apa “rumus” jitu sehingga dia

mampu merebut banyak prestasi? Asti hanya tersenyum ketika ditanya. “Tak ada ‘rumus’ atau rahasia. Modalnya cuma per-caya diri,” ucap Asti.

Bangga Dilihat Ibu NegaraAda hal yang membanggakan ketika

Asti berkesempatan tampil di Jakarta. Waktu itu, tepatnya di bulan Juli tahun lalu, dia membawakan pidato yang berjudul “Aku Anak Indonesia, Aku Anak yang Cinta Lingkungan.” Disaksikan Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono dan pejabat negara lainnya itulah yang punya kesan mendalam bagi Asti—sekaligus membanggakannya.

“Rasanya senang dan bangga sekali bisa menyampaikan pendapat dan disak-sikan Ibu Negara,” ujarnya.

Beragam aktivitas diikuti Asti hingga kesibukannya menjadi luar biasa. Tak hanya aktivitas intra-sekolah, kegiatan di luar sekolah pun digauli. Saat ini saja, dia aktif sebagai ketua Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Remaja di Kampung Bu-lang.

Dia juga pernah menyandang jabatan sebagai Ketua PMR dan Ketua OSIS di SMPN 4 Tanjungpinang, hingga wakil ketua Saka Bakti Husada Kota Tanjung-pinang. Dengan kesibukannya itu, Asti nyaris sulit ditemui.

Bangga dengan Orang TuaSering berinteraksi dengan banyak

orang, tak membuatnya tergiur un-tuk bermimpi menjadi kepala daerah. “Menjadi kepala daerah mungkin belum kepikiran sekarang ini. Tapi saya pikir

tubuh khas penceramah.Untuk itu katanya, sudah saatnya kita

kembali ke jalan yang benar dan men-jadi pemeluk Islam yang hakiki. Jangan hanya Islam di KTP saja. “Kalau kita tidak memahami Islam itu sendiri, maka kita hanya menang secara kuantitas, saja tapi tidak secara kualitas,” ucap pemilik nama lengkap Asti Novi Lalasati ini.

Itulah salah satu kesibukan Asti di bulan Ramadhan. Beberapa kali dia diminta untuk memberikan kultum (ceramah singkat, red), baik di mesjid-mesjid, maupun di tempat lain. Banyak yang mengira, Asti bakal menjadi seorang mubalighah kondang. Apalagi, saat di bangku SMP, penyuka public speaking ini berhasil menyabet juara pertama Lomba Kesenian dan Keterampilan Pendidikan Agama Islam (Loketa PAI) tingkat Kota Tanjungpinang dan Provinsi Kepri.

Atas prestasinya itu pun Asti terbang ke Jakarta untuk mengikuti lomba mub-aligh dan mubalighah tingkat nasional. Meski belum berhasil jadi juara, putri pasangan Andi Azis dan Netinilawati ini mengaku bangga. Kelihaiannya sebagai “The Messenger” itu menyebabkan siswi kelas XI.IPA SMA Negeri 1 Tanjungpinang ini menjadi super-sibuk di bulan Rama-dhan kemarin.

Tapi, siapa sangka, bukan menjadi mubalighah yang menjadi tujuan hidup-nya—meski nilai-nilai islami dipegang teguh. Gadis kelahiran Tanjungpinang, 25 November 1996 ini sangat mencintai seni sastra. Dia juga menyenangi pidato, MC, dan public speaking lainnya. “Saya kepingin jadi aktivis sosial,” ujar Asti, saat diwawancara Geliga di kediamannya, belum lama ini.

Berbakat Sejak TKBakat pidatonya memang terasah se-

jak kecil. Dari semua jenis public speaking yang digelutinya, dia paling suka dengan yang namanya berorasi dan berpidato. “Berorasi dan berpidato adalah cara yang pas untuk menyuarakan pendapat. Di-tanggapi atau tidak itu urusan belakang,” katanya santai.

Kadung hobi, alumni TK Al Falah Tanjungpinang ini pernah menyabet juara pertama lomba pidato agama sejak masih duduk di bangku SD. Tapi, kesenangannya berpidato telah tumbuh sejak masih mengenyam pendidikan di

Asti Novi Lalasati bersama keluarga pada saat Lebaran. Bermodalkan dukungan keluarga dan rasa percaya diri inilah Asti berhasil menjaring prestasi segudang.

fOTO: ISTIMEwA

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 57

Page 58: Geliga No 5

cakal bakal

tidaklah. Menjadi aktivis lebih enak, menyuarakan aspirasi rakyat dengan cara yang lebih pro dengan rakyat,” tegasnya.

Pun segudang prestasi yang diraih-nya tak membuatnya merasa jumawa. Anak yang selalu tampil riang ini tetap berusaha tampil sederhana, sebagaimana yang diajarkan kedua orang tuanya. Ak-tivitas sosial yang digeluti orang tuanya itu turut "menulari".

“Saya sangat bangga dengan papa dan mama. Mereka seorang aktivis sosial. Dulu mereka pengurus PGTKI (Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak Islam, red), dan sekarang pengurus PAUD. Mereka tidak pernah berbuat untuk mendapatkan imbalan. Itu (teladan) yang Asti ambil dari mereka,” ujar pemenang kedua lomba pe-nyuluhan kesehatan nasional pada ajang Perkemahan Bakti Satuan Karya Pramuka Bhakti Husada (Pertinas SBH) ini.

Aktivitasnya yang padat pada be-ragam organisasi itu tak

membuatnya lelah. Malah dia mengaku senang. Asti bilang, o r - gan-

isasi adalah tempat yang pas untuk merengkuh cita-citanya. “Belajar ber-organisasi dari sekarang sangat baik untuk menumbuhkembangkan sikap kepemimpinan dan solidaritas yang kuat nantinya,” tukas Asti.

Dirundung DukaDi balik keceriaannya itu, Asti meny-

impan duka yang mendalam. Sang bunda menderita penyakit ginjal. Agustus lalu kabar itu baru diterimanya. Sang bunda menderita batu ginjal di sebelah kiri dan kanan. Padahal, penyakit itu sudah diderita selama empat tahun!

Asti mengaku terpukul mendengar kabar itu. Dia segera mengambil sikap untuk memikul tanggung jawab—meski tak diminta orang tuanya.

Asti mulai mengumpulkan uang dari hasil mendapatkan juara berbagai lomba yang diikutinya demi kesembuhan sang bunda. Pun untuk membantu orang tuanya membiayai perkuliahan kakaknya di Semarang.

Ingin ke JepangSelain itu, Asti juga sedang mengincar

beasiswa untuk kuliah demi mengurangi beban biaya yang harus ditanggung kedua orang tuanya kelak. Melalui suatu situs informasi beasiswa di internet, Asti tengah mencari beasiswa untuk masuk ke fakultas teknik lingkungan dan kedokter-an, baik di dalam maupun di luar negeri.

Asti juga terobsesi untuk mengikuti

berbagai macam program pertukaran pelajar. Dia berharap, tahun 2013 nanti impiannya itu bisa tercapai. Jepang ada-lah negara tujuannya untuk mengambil program Genesis.

“Kenapa genesis? Ya memang saya menyadari saya lebih ke nonakademis. Karena itu saya memilih untuk mengam-bil program Genesis. Sangat ingin rasanya ke Jepang,” ujar Asti.

Dia juga bertekad untuk melanjutkan mimpi sang bunda yang sangat ingin menjadi aktivis sosial sekaligus men-cari kerja yang layak untuk membantu menghidupi keluarga. Terutama demi kesembuhan sang bunda.

“Asti ingin seperti mama. Asti sangat ingin membangun PAUD sebagai keber-lanjutan sekolah mama. Mama adalah motivasi, mama papa adalah guru, dan mereka berdua adalah harta yang harus Asti jaga dengan seluruh tenaga yang Asti punya,” ucap Asti. Tak terasa, tampak sebulir air mengaliri pipinya.

Sebelum mengakhiri obrolan, Asti berpesan kepada teman-teman sejawat-nya dan generasi muda di Provinsi Kepu-lauan Riau. Menurutnya, hidup merupa-kan takdir, namun di dalam hidup harus memiliki target. “Namun, target hanya akan menjadi target jika kita tidak beraksi. Maka, untuk jiwa yang masih muda, se-baiknya memiliki target dan harus beraksi demi keluarga, demi daerah dan demi negara yang tercinta,” pesannya. l

hABIBI

• Juara I Pidato Agama (SD)• Juara I berbalas pantun (SD)• Juara I Pidato Loketa PAI tingkat kota

& provinsi serta mewakili ke tingkat nasional (SMP)

• Juara I pidato bahasa Inggris (SMP)• Juara II story telling tingkat provinsi• Juara I berbalas pantun 2 kali berturut-

turut (SMP)• Juara I karya tulis sanitasi tingkat

provinsi (SMP)• Juara II Paduan suara (SMP)• Duta Sanitasi Nasional (favorit)• Duta Sanitasi Kepri (Juara 1)• Juara I Karya Tulis Ilmiah Astra Honda

Motor Best Student (AHMBS) 2012 tingkat provinsi, regional & nasional

(SMA)• Duta Lingkungan Astra Honda Motor

2012• Juara I dai dan dai’ah Prov Kepri• Juara I artikel Gerakan Tanjungpinang

Menulis dari ICMI• Juara II Penyuluhan Kesehatan Nasional

Pertinas SBH• Juara harapan I Visualisasi Puisi

Pengalaman organisasi: • Ketua PMR SMPN 4• Ketua OSIS SMPN 4 • Wakil Ketua Saka Bakti Husada Tan-

jungpinang• Ketua BKMT Remaja Kelurahan Kam-

pung Bulang • Ketua Saka Bakti Husada Tanjungpi-

nang

Prestasi

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201258

GG

Page 59: Geliga No 5

cerpen anak

Pak Andak Naik Haji*) Wak Atan membuka tanah Kelarek Selahang. Hinggalah

kepemimpinan di Desa Kelarek merupakan warisan turun-temurun sampailah pada gen-erasi ketiga. Generasi keempat seperti kami-kami ini perkara itu tidak berlaku lagi.

Pernah suatu ketika aku ke Kelarek ber-jumpa dengan Bang Kademi. Aku tertarik dengan Bang Kademi karena bahasa yang dipakainya sangat berbeda dengan bahasa orang Kelarek pada umumnya. Bang Kademi pandai menjahit. Pernah saat aku kecil dibuat-kan celana panjang olehnya. Saat itu aku tidak mengerti akan perbedaan bahasa. Tapi setelah dewasa pertanyaan itu timbul dan selalu menjadi perhatianku.

Di Kelarek, desa kelahiranku. Aku sebut-kan kembali karena aslinya aku memang lahir di Kelarek, bukan di Sedanau seperti tertera pada akte kelahiranku. Pada saat aku dila-hirkan, Kelarek belum ada apa-apanya. Yang dikenal waktu itu adalah Sedanau sebagai ibu kota kecamatan.

Aku ke rumah Bang Kademi. Rumah itu tidak terlalu besar, tetapi cukup kokoh. Ben-tuknya panggung dan beratap limas.

Bang Kademi menyambutku dengan wa-jah senyumnya yang cukup menawan. Beliau

menyalamiku, ”Bila sampai, Din?”"Baru saja, Bang, tadi pagi dengan motor

Kong Kew.""Oh, ya, duduklah. Leha! Ambil tikar tu,”

kata Bang Kademi pada istrinya.Kami berbual-bual kesana-kemari, mak-

lumlah sudah lama tidak berjumpa. Akhirnya aku mencoba memberanikan diri menanya-kan sesuatu yang selama ini cukup menggan-jal. "Bang Mi, kalau saya boleh tau sebenarnya, Bang Mi dari mana asalnya?" tanyaku.

"Apa pula kau tanya itu, Din?” Bang Ka-demi balik bertanya.

"Soalnya, bahasa Bang Mi tu lain sekali dengan bahasa yang dipakai di Kelarek ini," jawabku.

Bang Kademi tersenyum. "Tanyalah dengan Kak Leha kau tu,” kata Bang Kademi sambil menunjuk ke arah istrinya yang sedang mengangkat air untuk kami berdua. Kak Zaleha adalah anak Pak Wahab. Pak Wahab adalah adik dari Pak Andak, berarti adik dari nenekku juga.

"Abang kau tu dari Kampar," terdengar suara Kak Leha sambil berlalu. "Kampar anyot [1]," lanjut Kak Leha. Bang Kademi hanya tersenyum saja.

BERITA ayahku memiliki dua istri sebenarnya bukan sebuah aib. Sebenarnya apa yang dia-lami ayahku bukanlah sesuatu yang mustahil. Atau bukanlah sebuah petaka yang menimpa keluarga kami. Karena masih dalam norma-norma agama. Itu pun kalau memang benar terjadi.

Peristiwa lebih dahsyat pernah terjadi pada bapak saudara ayahku. Pak Ahmad na-manya. Tapi biasa dipanggil Pak Andak. Dia dipanggil demikian karena badannya yang gemuk pendek.

Pak Andak ini pangkat datuk olehku karena beliau adik dari nenekku. Supaya ceritanya enak, maka aku membahasakan diri menyebut Tuk Andak sebagai Pak Andak saja. Orangnya jenaka. Tapi memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi, sehingga beliau dipercaya menjadi penghulu di Desa Kelarik. Tapi masalah penghulu ini lebih dikarenakan pengaruh besar orang tuanya atau datuknya ayahku.

Bapaknya Pak Andak yaitu Tuk Andin atau lebih dikenal sebagai Imam Abdurrahman. Be-liau ini eyangku, adalah orang yang pertama

ISfAhANGRAphIc.cOM

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 5959

GG

Page 60: Geliga No 5

cerpen anak

"Patutlah," kataku."Apanya yang patut?" tanya Bang Ka-

demi."Itu bahasa Abang tu berbeda, campur-

campur," kataku. "Apa pasal Abang sampai ke pulau di Laut Cina Selatan ni?"

"Panjang ceritanya. Abang dibawa Pak Andak ke sini. Waktu itu beliau ke Kampar. Waktu pulang beliau minta ditemankan ke Kelarek ni. Eh, sampai di Kelarek Abang disu-ruh menikahi Kak Leha kau tu. Ya, mengikut sajalah. Awak dirantau orang. Tapi sebenarnya Abang terkenan juga dengan Kak Leha tu. Waktu itu kak Leha kau tu cantik sekali."

"Jadi, sekarang tak cantik lagi?" terdengar suara Kak Leha dari dapur. Bang Kademi kembali tersenyum dan melirik ke arah dapur tempat istrinya sedang bekerja. Kak Leha membalas lirikan suaminya.

Aku hanya diam saja menyaksikan keletah suami-istri ini. Kebetulan tempat aku duduk dengan dapur tidak ada penghalang.

"Bang Mi tu kena tawan di Kelarek ni," lanjut Kak Leha.

"Hah, ditawan? Apa maksudnya tu, Bang?" tanyaku.

"Taklah ditawan, ceritanya panjang. Macam mana Leha ceritanya?" Bang Ka-demi seakan-akan enggan memulai, sehingga dilemparnya ke arah Kak Leha.

"Entahlah," jawab Kak Leha sambil mem-balik badan dengan sedikit genit.

"Waktu itu kan Pak Andak nak naik haji, ya, kan, Leha?" kembali Bang Kademi memancing istrinya untuk bercerita.

"Yalah tu," jawab Kak Leha pendek sambil terus bekerja memasak untuk makan siang kami. Tapi apakah aku diajak makan siang tak tahulah yang jelas jam sudah menunjuk pukul 11.00 siang. "Waktu itu tahun 67, Pak Andak hendak menunaikan rukun Islam yang kelima di Tanah Suci Mekkah. Ramai kami waktu itu mengantar sampai ke pantai Pasir Panjang di Kuala sana. Beliau pakai pompong Tuk Ram ke Sedanau. Katanya dari Sedanau pakai kapal Indari, satu-satunya kapal yang ada pada waktu itu menuju ke Tanjungpinang. Di Tanjungpinang itulah beliau jumpa dengan keluarga Tuk Andin. Karena musim haji masih sekitar tiga bulan, beliau diajak ke Kampar. Bulan puasa di Kampar."

"Apa pasal cepat betul meninggalkan Kelarek?" kataku.

"Dulu orang nak naik haji tak macam sekarang, 40 hari dah selesai. Orang dulu berbulan-bulan. Makanya sangat bersyukur kalau masih dapat balik ke kampung," kata

Kak Leha."Memangnya Pak Andak dah sering ke

Kampar?" tanyaku."Tidak, baru sekali itulah," kata Kak Leha.

"Di Kampar itulah Pak Andak dikawinkan dengan sepupunya yang ada di Pulau Payung Rumbio. Masih daerah Kampar juga."

"Tunggu dulu, Kak. Kalau Pak Andak ada keluarganya di Kampar, berarti kita juga orang keturunan dari Kampar. Kakak juga?" tanyaku sebelum Kak Leha meneruskan ceritanya.

"Yalah," jawab Kak Leha singkat."Jadi kita Kampar anyot juga," kataku

sambil tertawa. Bang Kademi juga tidak dapat menahan tawa, karena teringat kata istrinya yang menyebut dirinya Kampar anyot. Kami semua tertawa riuh dalam rumah itu.

"Pak Andak kan dah ada bininya di sini, Mak Milah," aku mencoba kembali ke sua-sana awal.

"Ya, tapi katanya supaya tak putus hubun-gan darah keluarga Tuk Andin yang ada di Kampar dengan yang ada di Kelarek ni. Tuk Andin kan juga punya keluarga juga di Kam-par sana. Jadi agar silaturahmi tetap terjalin, maka Pak Andak harus menikahi salah satu keluarga di Kampar itu. Maka menikahlah beliau tu dengan anak kemenakan Tuk Andin," jelas Kak Leha.

"Wah, enak tu," kataku spontan."Dasar kalian laki-laki nak enaknya saja,"

kata Kak Leha sambil mendengus.Aku dengan Bang Kademi tertawa melihat

wajah Kak Leha yang masam sambil merengut dan memencongkan mulutnya.

"Dah tu baru beliau naik haji?" tanyaku."Mana dapat lagi nak naik haji, duit dah

habis untuk kawin," jawab Kak Leha. "Kalau pergi juga, habislah dijual orang dekat Mek-kah sana."

"Jadi baliklah ke Kelarek ni?" tanyaku lagi.

"Yelah, apa yang nak ditunggu di Kampar sana," jawab Kak Leha.

"Beliau bawa bininya?" tanyaku."Mana berani bawa, kalau tak disembelih

sama Mak Milah. Kan Pak Andak tak pakai minta izin dengan Mak Milah waktu nak kawin di Kampar."

"Yalah, Kak, macam mana nak minta izin, kalau sekarang yalah dapat ditelegram," kataku.

"Ya, makanya jadi orang jangan nak mi-ang sangat," kata Kak Leha sedikit berang. Kami hanya ketawa menyengir saja bersama dengan Bang Kademi.

"Bang Kademi ni apa pasal pula ikut

beliau?""Pak Andak kau tu takut nak balik send-

iri. Sebagai bukti bahwa beliau memang ke Kampar, jadi dibawalah Bang Kademi ni ke Kelarek," jawab Kak Leha.

"Apa tanggapan orang-orang di Kelarek ni sewaktu Pak Andak Balik? Maksud saya keluarga kita disini," tanyaku lagi.

"Macam-macam. Ada yang senang kar-ena dua keluarga yang berjauhan kini telah bersatu lagi. Ada juga yang marah."

"Dan sasaran marahnya pada aku," kata Bang Kademi menyela.

"Apa macam tu pula Bang.""Supaye keluarga dari Kampar merasakan

juga apa yang dirasakan oleh orang Kelarek, maka aku harus menikah di sini," kata Bang Kademi, ”Jadi, Abang nikahlah dengan Kak Leha."

"Tapi Kak Leha untung," kataku."Apanya yang untung?" tanya Kak Leha."Ya untung karena Bang Kademi tak balik-

balik ke Kampar.""Yang untung Bang Kademi kau tu lah!""Mengapa pula?""Di Kampar sana dia dah ada bini! Maryam

namanya.""Apa, betul, Bang?"Bang Kademi hanya senyum dikulum.Aku terdiam sejenak. Pikiranku mener-

awang entah ke mana. Yang tidak habis pikir dan juga sedikit heran adalah mengapa balas dendamnya enak sekali. Siapa yang menolak cara balas dendam seperti ini. Dinikahkan dengan seorang gadis yang jelita seperti Kak Leha. Kemudian seluruh keluarga mendukung. Ah, rasanya aku ingin juga pulang ke Kampar sana untuk melihat tanah leluhur.

"Oi, Kak Leha bau apa ni sangit?" tan-yaku.

"Oohh... nasiku hangus. Ayolah kita makan dulu ni dah siap lauknya semua. Bang, bawa Din tu makan dulu," kata Kak Leha menyuruh suaminya mengajakku makan. Rupanya rezeki tak kemana, begitu juga dengan jodoh kataku dalam hati.

Tapi serba aneh pikirku dengan kondisi keluarga besar kami. Tuk Andak yang batal naik haji. Ayahku, dan Bang Kademi.

Tentang Bang Kademi, kepastiannya aku ketahui setelah 10 tahun kemudian seorang anak laki-laki yang aku jumpai di pelabuhan Sedanau, datang dari Kampar untuk mencari orang tuanya yang bernama Kademi. l

Tanjungpinang, 25 Agustus 2010[1] Anyot, bahasa daerah yang artinya hanyut. Sesuatu

yang terbawa arus air.

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201260

GG

Page 61: Geliga No 5

agendaGDewan pendidikan sumsel studi Banding ke kepriSekitar 25 orang pengu-

rus Dewan Pendidikan Provinsi Sumatera Se-latan (Sumsel), Dinas Pendidikan Sumsel

serta Dinas Pendidikan Kota Palembang, pada pertengahan Mei lalu, melakukan studi band-ing ke Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Diawali kunjungan ke SMK Negeri 1 Batam, kemudian ke SMK Negeri Tanjungpinang.

Di SMK Negeri 1 Tanjung-pinang, “tamu istimewa” dari Sumsel itu disambut oleh Kepala Bidang Pendidikan Menengah Tinggi Dinas Pendidikan Kepri, Drs. M. Dali, MM, Ketua Ma-jelis Pendidikan Kepri M. Arief Rasahan beserta anggota Drs. Abdurachman dan Maswito.

Rombongan langsung menuju ke lokasi ramah tamah di ruang pustaka SMK Negeri 1 Tanjungpinang. Sekolah yang terletak di Jalan Pramuka ini secara resmi ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Kepri untuk menjadi “tuan rumah”, mengingat sekolah ini salah satu sekolah kebang-gaan dan termasuk sekolah rintisan bertaraf internasional.

Kunjungan rombongan yang dipimpin Ketua Dewan Pen-didikan Sumsel Prof. Dr. Sirozi, dimanafaatkan untuk bertukar pengalaman. Meskipun sebe-narnya Sumsel merupakan provinsi tua di Sumatera, namun dikarenakan masih satu rumpun, kedatangan mereka tetap akan menjadi momen yang berharga untuk sharing informasi dalam upaya peningkatan pendidikan di wilayah masing-masing.

Dalam dialog yang berlang-sung sekitar 2 jam tersebut, Kepala SMK Negeri 1 Tanjung-

pinang Asmaniar, S.Pd, menga-takan, sekolah yang dipimpinnya merupakan salah satu sekolah kejuruan yang sudah mendap-atkan sertifikat ISO di awal tahun 2012. ISO sendiri adalah Organ-isasi Standar Internasional untuk standarisasi. ISO merupakan Sistem Manajemen Mutu yang bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan berkelanjutan un-tuk memuaskan pelanggan baik internal maupun eksternal.

Selain itu, SMK Negeri 1 Tanjungpinang juga merupakan RSBI yang ditetapkan sejak tahun 2010 lalu. Predikat RSBI ini diberi-kan melihat SMK Negeri 1 sudah terakreditasi A, memiliki sarana dan prasarana yang menunjang, juga prestasi siswa ditingkat nasional sudah teruji.

Selain itu, salah satu syarat untuk menjadi RSBI adalah den-gan memiliki nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) minimal 8,00. Se-dangkan SMK Negeri 1 berhasil melewati angka tersebut, yakni mendapat nilai rata-rata 8,24 un-tuk UN tahun 2011. SMK Negeri 1 juga memberikan workshop kepada guru-guru produktif agar mereka bisa menyampaikan materi pelajaran dengan meng-gunakan bahasa Inggris dan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Prestasi lainnya, siswa berha-sil merakit laptop dan notebook yang dimulai tahun 2009. Selain itu sekolah ini juga berhasil melakukan perakitan komputer serta LCD proyektor. "Komputer dan LCD proyektor rakitan siswa kami sudah beredar di pasaran," ujar Asmaniar bangga.

Yang membanggakan imbuh Asmaniar, kepercayaan dunia

usaha dan dunia industri (DUDI) terhadap siswanya cukup tinggi. Setiap tahunnya pihaknya ke-walahan memenuhi permintaan DUDI yang ingin merekrut siswa SMK Negeri 1 Tanjungpinang untuk melaksanakan praktik ieja Industri (Prakerin) di tempat mereka.

Rasa KagumKetua Dewan Pendidikan

Sumsel, Sirozi, mengaku kagum dengan perkembangan dunia pendidikan di Kepri. “Provinsi ini usianya memang muda, tapi raihan prestasi dan perkem-bangan pendidikannya cukup pesat dan membanggakan. Kami sebagai saudara tua merasa iri dan harus bayak belajar ke sini," ujarnya.

Sirozi secara terus terang mengakui apa yang kini diraih Kepri terutama di bidang pen-didikan di luar dugaan mereka. “Ke depan kami yakin, provinsi ini bakal menjadi salah satu kiblat pendidikan di Indonesia,” imbuhnya.

Secara khusus pun Sirozi mengundang pejabat di ling-kungan Dinas Pendidikan dan pengurus Majelis Pendidikan Kepri untuk berkunjung ke tem-pat mereka. Undangan tersebut diamini oleh M. Dali mewakili Kepala Dinas Pendidikan Kepri.

Pada kesempatan itu, M. Dali mengatakan, pujian yang disampaikan Dewan Pendidikan Sumsel itu terlalu berlebihan. "Sebagai provinsi baru, kami masih terus berpacu mengejar ketertinggalan. Jika Sumsel meli-hat kamajuan kami, itu belumlah. Kami masih jauh tertinggal,” ujar Dali merendah.

Blue PrintSementara itu Ketua Majelis

Pendidikan Kepri, Arief Rasa-han secara khusus menyerahkan buku blue print pendidikan dan majalah Geliga yang diterbitkan Majelis Pendidikan.

“Inilah salah satu hasil produk kami yang mungkin bisa men-jelaskan kondisi pendidikan di Kepri secara lebih spesifik,” ujar Arief Rasahan kepada Ketua Ma-jelis Pendidikan Sumsel, Arozi.

Sebagai mitra pemerintah dalam bidang pendidikan, maje-lis pendidikan yang dipimpinnya melakukan serangkaian kegiatan secara kontinyu untuk mendu-kung perkembangan pendidikan di Kepri. Kegiatan yang dimaksud di antaranya adalah workshop, pelatihan-pelatihan dan rapat kerja daerah bersama dewan pendidikan kabupaten/kota se Kepri. Dan secara berkala mener-bitkan majalah Geliga dan blue print pendidikan.

Ketika menerima “buah tan-gan” dari majelis pendidikan Ke-pri, Arozi mengaku akan melaku-kan hal serupa di daerahnya. “Kami akan melakukan langkah serupa di daerah kami. Kami baru memikirkan, sementara majelis pendidikan Kepri sudah berbuat,” kata Arozi.

Arozi mengaku terkejut ke-tika mendengar penjelasan dari Arief Rasahan bahwa Majelis Pendidikan Kepri sudah men-empati kantor sendiri, sementara mereka masih menumpang di Kantor Dinas Pendidikan Sumsel. Inilah salah satu bentuk dukun-gan pemerintah daerah kepada dunia pendidikan yang perlu ditiru daerah lain, katanya. l

MASWITO

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 2012 61

Page 62: Geliga No 5

agendaG

Selamat

Kunjungan Majelis Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau ke Kabupaten Kepulauan Anambas

Berkunjung ke SMP Negeri 2 Siantan.

Suasana belajar mengajar di SMP Negeri 2 Siantan.

SD Negeri 004 Bukit Tambun, Kecamatan Siantan.Panorama perbukitan nan asri di SD Negeri 004 Bukti Tambun, Kecamatan Siantan.

Bangunan PAUD Kurnia yang berbentuk panggung, hasil kerja sama pemerintah daerah, Premier Oil, dan Universitas Negeri Jakarta.

Bangunan baru SMA Negeri 2 Siantan.

Suasana belajar mengajar di SD tertua di Anam-bas, SD Negeri 001 Tarempa.

Geliga - Edisi 5/Januari - Juli 201262

Page 63: Geliga No 5

Majelis Pendidikan Provinsi Kepulauan RiauMengucapkan

Atas terpilihnya

sebagaiDrs.Encik Abdul Hajar, MM

Kepala SMA Terbaik IITingkat NasionalTahun 2012

Selamat &SuksesBangunan PAUD Kurnia yang berbentuk panggung, hasil kerja sama pemerintah daerah, Premier Oil, dan Universitas Negeri Jakarta.

Page 64: Geliga No 5

PESAN INI DISAMPAIKAN OLEHMAJELIS PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Jadikan Membaca sebagai BudayaMembaca bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Membaca apa saja yang penting positif, akan menambah wawasan keilmuan kita. Membaca buku pun bisa dilakukan tanpa mengeluarkan biaya.

fOTO.cHAIROEL ANwAR