formulasi deodoran

21
Praktikum Kosmetologi KELOMPOK 3 FARMASI VI-A BAYYINAH 108102000026 IKHSAN BUDIARTO 108102000014 INTAN FAUZIAH 108102000007 NURMASARI 108102000028 UMMU HIKAMAH 108102000010 Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Upload: bayyinah-ardian

Post on 02-Jul-2015

2.220 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: FORMULASI DEODORAN

Praktikum Kosmetologi

KELOMPOK 3

FARMASI VI-A

BAYYINAH 108102000026

IKHSAN BUDIARTO 108102000014

INTAN FAUZIAH 108102000007

NURMASARI 108102000028

UMMU HIKAMAH 108102000010

Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011

Page 2: FORMULASI DEODORAN

I. PENDAHULUAN

DEODORAN DAN ANTIPERSPIRAN

Antiperspiran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud

mempersempit pori sehingga mengurangi keluarnya keringat. Deodoran adalah

sediaan kosmetika yang digunakan untuk menyerap keringat dan mengurangi bau

badan. Meningkatnya penggunaan antiperspirant dan deodorant disebabkan

pergaulan modern, sehingga dirasa perlu untuk mengurangi atau menghilangkan

bau badan, yang disebabkan perubahan kimia keringat oleh bakteri,

Perkembangannya tidak disangsikan lagi setelah disajikan bentuk deodorant

aerosol, yang penggunaannya mudah, cepat mongering dikulit.

Mekanisme Kerja Antiperspiran

Penggunaan sediaan topikal yang cocok untuk mengurangi keluarnya

keringat berdasarkan pengurangan jumlah keringat, perubahan serangan ekteri

sehingga bau adan dapat dicegah. Sediaan antipersporan yang diperdagangkan

seagian esar menggunakan senyawa aluminium, dan seagian kecil menggunakan

senyawa seng seagai astringen. Pengamatan terhadap efek aluminium sulfat,

aluminium klorhidroksida, dan dapar aluminium klorida dengan urea 5%. Ternyata

mempunyai efekakterisidal dan bakteriostatik yang sama kuat.

Penggunaan Senyawa Antibakteri dalam Deodoran

Senyawa antibakteri yang saat ini banyak digunakan dalam deodorant adalah

heksaklorofen. Bitionol dan bisfenol sudah tidak digunakan lagi karena dapat

menyababkan fotosensitasi. Penggunaan heksaklorofen dalam sediaan deodorant

jarang menyeabkan iritasi kulit, tetapi mempunyai aktivitas terhadap akteri flora,

walaupun kulit tersebut telah dicuci. Bisfenol dapat mencegah penggandaan akteri

aru pada kulit.P enggunaan secara teratur saun oat yang mengandung

heksaklorofen akan mengurangi bakteri flora selama 18-24 jam, tetapi penggunaan

heksaklorofen sudah mulai berkurang. Senyawa lain yang juga sering digunakan

dalam deodorant ialah tetrametil tiuram disulfide.Menurut pendapat Vinson lebih baik

dari pada heksaklorofen dan butinol dalam mrngurangi bakteri flora pada kulit.

Kejelekannya sediaan yang mengandung tetrametil tiuram disulfide dalam

penyimpanan menjadi berbau, karena terjadi peruraian tetrametil tiuram disulfide.

Beberapa sediaan yang mengandung senyawa ammonium kuatener, yang biasa

digunakan ialah Marinol, suatu campuran alkidimetilbenzil ammonium klorida,

Page 3: FORMULASI DEODORAN

sedangkan lainnya mengandung 8-hidroksikinolina sulfat atau 3,4,4

triklorkarbanilida, suatu campuran bromosalisilanilida, Diaphere, juga digunakan

untuk membuat sediaan deodorant. Antibiotikum, misalnya neomisina, mempunyai

daya penetrasi yang baik dan tidak mengiritasi kulit sering digunakan dalam

deodorant. Shelley dan Chann yang telah menguji kapasitas hambat bau dari krim

dan losio yang mengandung neomisina dengan kadar 3,5 mg/g pada 20 orang,

berpendapat dengan sempurna, penggunaannya diulang tiap hari.

Thurmond an Ottenstein mengamati penggunaan ion penukar resin yaitu zat

aktif yang digunakan dalam deodorant. Contoh keringat diuji dengan ion penukar

resin, Amberlite X-64 dan Amber X-87, ternyata yang dapat dihilangkan lebih dari

50% asam laktat, 26% ammonia, dan 27% urea. Pada awalnya resin akan mengotori

daerah ketiak berupa serbuk halus, tetapi efek deodorannya akan berlangsung

singkat. Untuk meningkatkan efek deodorant resin harus digunakan dalam bentuk

salep atau krim. Komposisi deodorant dan antiperspirant yang mengandung 15-25%

Amberlite IRC-50 suatu kation penukar resin tipe asam karboksilat dalam dasar

krim hidrofilik bersama dengan aluminium fenoksilat 10-20%. Amberlite IRC-50

sangat baik untuk menghilangkan asam amino, terutama arginin, yang terdapat

dalam keringat sebelum diuraikan oleh bakteri. Zat tersebut dapat mengabsobsi

asam organic hasil peruraian asam amino. Deodoran dan antiperspirant dapat juga

berbentuk Berbentuk tabur, dengan komposisi 15-25% kation penukar resin tipe

asam karboksilat, talek, zat pengisi yang dapat mengurangi kelebihan asam, dan zat

pembasah untuk meningkatkan adhesi serbuk dan meningkatkan daya tukar kation.

Dianjurkan untuk menambahkan antiseptikum untuk meningkatkan efektivitas, dan

garam aluminium untuk meningkatkan sifat antiperspirant kedalam serbuk tabor ini.

Page 4: FORMULASI DEODORAN

III. FORMULA

PEG 4000 3%

cetyl alcohol 5%

cera alba 10%

olive oil 5%

alumunium sulfat 15%

gliserin 5%

nipagin 0,01%

aquadest 55%

IV. ALAT DAN BAHAN

Bahan

PEG 4000

Cetyl alkohol

Cera alba

Olive oil

Alumunium sulfat

Gliserin

Nipagin

Aquadest

Alat

Beaker glass 2 buah

Spatula 2 buah

Gelas ukur 1 buah

Timbangan digital

Penangas air

Cawan porselin

Pipet tetes

Kaca arloji

Kaca objek

Lumpang dan alu

Serbet

Page 5: FORMULASI DEODORAN

Tissue

Sudip

Termometer

V. PENIMBANGAN

Penimbangan

PEG 4000 = 3% x 50 ml = 1,5 gram

cetyl alcohol = 5% x 50 ml = 2,5 gram

cera alba = 10% x 50 ml = 5 gram

olive oil = 5% x 50 ml = 2,5 gram

alumunium sulfat = 15% x 50 ml = 7,5 gram

gliserin = 5% x 50 ml = 2,5 gram

nipagin = 0,01% x 50 ml = 0,05 gram

aquadest = 55% x 50 ml = 22,5 gram

VI. PROSEDUR PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI

Prosedur Pembuatan

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Timbang semua bahan-bahan.

3. Panaskan air di atas penangas air.

4. Fase minyak dilebur di atas penangas pada suhu 700C (massa 1)

5. Fase air dipanaskan di atas penangas pada suhu 700C (massa 2)

6. Campurkan massa 1 dan massa 2 ke dalam lumpang hangat, geus

sampai menjadi massa krim. Kemudian tambahkan aquadest sedikit demi

sedikit, gerus ad homogen.

7. Masukkan deodoran yang sudah jadi ke dalam wadah yang sudah

disiapkan, beri etiket pada wadah.

8. Lakukan evaluasi deodoran (homogenitas, pembentukan emulsi,

penampilan)

Cara Evaluasi

Uji penilaian langsung bau ketiak

Page 6: FORMULASI DEODORAN

Penilaian dilakukan langsung pada kain kassa, atau pakaian yang

melekat langsung pada ketiak

Uji noda

Kain kassa diisi dengan serbuk biru bromtimol kemudian

ditempelkan pada ketiak bila terjadi perubahan warna biru

menandakan adana keringat. Kepekatan warna menunjukkan

kecepatan sekresi keringat.

VII. DATA PENGAMATAN

HASIL DAN EVALUASI

Setelah Praktikum

Kelompok 1

Parameter Pengamatan Sediaan

Warna Keruh

Bau Oleum rosae

Kekentalan Cair

Homogenitas Homogen

Kelompok 2

Parameter Pengamatan Sediaan:

Warna Keruh

Bau Oleum Rosae

Kekentalan Cair

Homogenitas Kurang homogen

Page 7: FORMULASI DEODORAN

Kelompok 3

Parameter Pengamatan Sediaan:

Warna Putih kekuningan

Bau Sulfat

Kekentalan Fase air: Cair

Fase minyak:

Kental

Homogenitas Tidak homogen. Ada 2

fase yang tidak bercampur

Kelompok 4

Parameter Pengamatan Sediaan:

Warna Putih

Bau Sulfat

Kekentalan Tidak jadi emulsi (Krn

PEG dimasukan ke fase

minyak)

Homogenitas Tidak homogen

Kelompok 5

Parameter Pengamatan Sediaan:

Warna Putih

Bau Alkohol

Kekentalan Cair

Homogenitas Tidak homogen

Page 8: FORMULASI DEODORAN

Kelompok 6

Parameter Pengamatan Sediaan:

Warna Putih

Bau Alkohol

Kekentalan Cair

Homogenitas Tidak homogen

VIII. PEMBAHASAN

Antiperspiran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud

mempersempit pori sehingga mengurangi keluarnya keringat. Deodoran adalah

sediaan kosmetika yang digunakan untuk menyerap keringat dan mengurangi bau

badan. Meningkatnya penggunaan antiperspirant dan deodorant disebabkan

pergaulan modern, sehingga dirasa perlu untuk mengurangi atau menghilangkan

bau badan, yang disebabkan perubahan kimia keringat oleh bakteri,

Perkembangannya tidak disangsikan lagi setelah disajikan bentuk deodorant

aerosol, yang penggunaannya mudah, cepat mongering dikulit. Bau keringat yang

menusuk disebabkan hasil peruraian sekresi apokrin oleh bakteri dipermukaan kulit.

Bau tidak enk itu dapt dikurangi atau dicegah dengan pemeliharaan hygiene yang

baik, misalnya mandi secara teratur, sehingga pertumbuhan bakteri dihambat dan

hasil peruraian yang telah terjadi dapat hilang. Price berpendapat bahwa bakteri

flora pada kulit tidak pernah hilang, karena residu flora pada kulit terdapat pada

permukaan pori kulit, folikel rambut dan kelenjar sebesea . Bakteri tersebut sebagian

besar terdiri dari bakteri gram positif, misalnya stafilokokus dan Micrococcus albus.

Spesies ini memgang peranan dalam pembentukan bau. Bakteri tersebut tidak

seluruhnya hilang karena pencucian dengan sabun maupun penggunaan

antiseptikum aktivitas singkat, karena antiseptikum tidak dapat menembus kulit

untuk mencapai jasadrenik tersebut, jika untuk menghilangkan bau badan dengan

penggunaan air dansabun kurang efektif, dpat dicoba cara lain. Bau badan tersebut

dapt dikurangi atau ditekan dengan menggunakan sediaan topical yang

mengandung antiseptikum dengan kadar tertentu yang dioleskan pada bagian

tertentu, sehingga jasadrenik penyebab dapat dimatikan atau dihambat

Page 9: FORMULASI DEODORAN

pertumbuhan dan aktivitas biologinya. Jika penggunaan antiseptikum belum juga

dapat menghilangkan bau tersebut, dapat dicoba dengan menggunakan antibakteri.

Penggunaan germisida , misalnya heksaklorofen dalam sabun deodorant, agar

meninggalkan bau sedap diperlukan penambahan parfum kadar tinggi. Untuk

mengontrol bau badan dapat ditempuh 2 jalan yaitu Penggunaan sediaan topical

yang mengandung antiseptikum yang cocok, untuk mencegah peruraian keringat

oleh bakteri, misalnya dengan menggunakan deodorant ,Penggunaan sediaan

topical yang mengandung astrigen yang cocok untuk mengurangi keluarnya

keringat, misalnya dengan menggunakan antiperspirant. Penggunaan sediaan

topikal yang cocok untuk mengurangi keluarnya keringat berdasarkan pengurangan

jumlah keringat, perubahan serangan ekteri sehingga bau adan dapat dicegah.

Sediaan antiperspiran yang diperdagangkan seagian besar menggunakan senyawa

aluminium, dan seagian kecil menggunakan senyawa seng seagai astringen.

Pengamatan terhadap efek aluminium sulfat, aluminium klorhidroksida, dan dapar

aluminium klorida dengan urea 5%. Ternyata mempunyai efek bakterisidal dan

bakteriostatik yang sama kuat.

Mengeluarkan keringat merupakan cara yang alami untuk mendinginkan

tubuh. Dengan berkeringat maka akan terbentuk lingkungan yang sempurna bagi

pertumbuhan bakteri karena bakteri berkembang dengan baik di lingkungan panas

dan lembab seperti ketiak manusia. Pada dasarnya, keringat hanya terdiri dari air

dan garam, sehingga tidak mempunyai bau yang istimewa. Bau dari badan kita

sebenarnya disebabkan oleh bakteri yang menguraikan keringat dengan

melepaskan asam 3-methyl-2-hexenoic, yang mempunyai bau yang sangat kuat.

Deodorant digunakan pada tubuh untuk mengurangi bau badan yang

disebabkan oleh bakteri pengurai keringat. Food Drug Administration (FDA)

menggolongkan dan mengatur deodorant sebagai Kosmetik OTC (Over-The-

Counter). Sedangkan antiperspirant adalah bahan astringent yang digunakan pada

kulit untuk mengurangi keringat. Di Amerika (FDA), antiperspirant dikategorikan

sebagai obat sebab cara kerjanya mempengaruhi fungsi tubuh yaitu kelenjar

keringat.

Antiperspirants biasanya dipakai pada ketiak, sementara deodorant dapat

juga digunakan pada kaki dan daerah lain dalam bentuk semprot, tapi seiring

dengan perkembangan jaman, saat ini antiperspirant juga digunakan pada kaki

untuk mengurangi keringat berlebih di daerah kaki. Deodorant bekerja dengan cara

Page 10: FORMULASI DEODORAN

menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang ditemukan pada axial sedangkan

antiperspirant bekerja dengan cara membatasi jumlah sekresi kelenjar keringat yang

dikirim ke permukaan kulit melalui pembentukan halangan atau sumbatan pada

saluran keringat. Sebagai akibatnya, mekanisme kerjanya akan mengurangi

produksi keringat pada kelenjar keringat.

Perbedaan antara antiperspirant & deodorant yaitu:

Deodorant membiarkan pengeluaran keringat, tetapi mencegah bau melalui

cara melawannya dengan bahan antiseptik yang membunuh bakteri

penyebab bau juga menutup bau dengan bahan parfum.

Antiperspirant mengandung perfume dan bahan kimia yang menghambat

atau menyumbat pori-pori untuk menghentikan pengeluaran keringat.

Bahan kosmetik yang sering digunakan sebagai deodorant yaitu:

a. Perfume yang merupakan campuran dari minyak esensial dan komponen

aroma, fiksatif dan pelarut digunakan untuk memberikan wangi yang

menyenangkan pada tubuh manusia.

b. Triclosan yaitu bahan antifungi dan antibakteri spektrum luas yang poten.

Antibakteri ini menghambat pertumbuhan bakteri gram (+) pada ketiak, yang

menyebabkan bau tak sedap. Triklosan digunakan pada sabun (0.1% - 1%),

deodorant, shaving creams, mouthwashes, dan peralatan kebersihan.

Triklosan menunjukan efektifitas dalam mengurangi danmengontrol bakteri.

Pada konsentrasi yang lebih tinggi, Triklosan bekerja sebagai biosida

sedangkan pada kadar yang lebih rendah bersifat bakteriostatik.

Beberapa bahan antiperspirant yang biasa digunakan dalam sediaan kosmetik

diantaranya yaitu:

a. Aluminium chlorohydrate adalah kelompok garam yang mempunyai rumus

umum AlnCl(3n-m)(OH)m, biasa digunakan dalam deodorant dan

antiperspirant serta flokulan pada pemurnian air. Aluminium chlorohydrate

digunakan dalam antiperspirant dan pada treatment hyperhidrosis.

b. Aluminium sulphate (Tawas) adalah semacam batu putih agak bening yang

bisa digunakan untuk membeningkan air. Selain manfaatnya untuk

menjernihkan air, ternyata tawas juga dapat digunakan untuk menghilangkan

bau badan khususnya didaerah ketiak.

c. Potasium aluminium sulphate (Potasium alum) adalah bahan kimia yang

sesuai dengan rumus kimia KAl(SO4)2.12H2O, juga dikenal sebagai

Page 11: FORMULASI DEODORAN

Aluminum potassium sulfate. Potasium alum adalah astringent dan antiseptic,

oleh karena itu Potasium alum dapat digunakan sebagai deodorant dengan

cara menghambat pertumbuhan bakteri penyebab bau badan sekaligus

mengurangi keluarnya keringat.

d. Aluminium zirconium tetrachlorohydrex gly dapat mengurangi keringat

sehingga aluminium zirconium tetrachlorohyderx gly dikatakan dapat

mengurangi bau badan.

Pada praktikum kali ini dibuat 3 tipe deodorant-antiperspiran, yaitu deodorant

cair, deodorant krim dan deodorant lotion. Pembuatan deodorant ini dibedakan

berdasarkan zat tambahan yang digunakan dan konsentrasi alumunium sulfat yang

digunakan sebagai bahan antiperspirant.

Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan krim deodorant aluminium

sulfat sebagai senyawa aktifnya. kelompok satu alimunium klorida tidak digunakan,

hanya memakai aluminium sulfat 13% kemudian borax 1%, nipagin 0,01% , aqudest

86%, dan terakhir parfum .secukupnya bedanya dari kelompok satu dengan

kelompok dua yaitu pada Aluminium sulfat dan aquades. Pada kelompok dua

Aluminium sulfat yang digunakan yaitu 23% dan aquades 86%, sedangkan pada

kelompok satu Aluminium sufat yang digunakan yaitu 13% dan aquades 76%.

Penggunaan garam aluminium saja dianggap mempunyai efek antibakteri karena

menghasilkan PH asam dari proses hidrolisa, Kulit dengan PH asam dianggap

merupakan pertahanan natural terhadap infeksi bakteri dan jamur. Sediaan

antiperspirant harus berdasarkan hidrolisa garam logam, karena mempunyai efek

menghambat bakteri kulit, pengamatan terhadap efek aluminium sulfat, aluminium

klorhidroksida, dan dapar aluminium klorida dengan urea 5%, ternyata mempunyai

efek bakterisidal dan bakteriostatik yang sama kuat. Efek deodorant garam

aluminium terjadi dengan 2 cara yaitu Aktivitas hambat bakteri yang disebabkan PH

yang relative rendah dan Netralisasi bau dengan kombinasi kimia.

Garam aluminium dapat mengakibatkan keratinisasi abnormal, sehingga

terjadi blockade pada muara kelenjar keringat sehingga aliran keringat terhambat.

Aktivasi antiperspirant diuji berdasarkan percobaan histology dengan menggunakan

garam aluminium, AlCl3, ternyata dapat mengubah pembuluh epidermal sehingga

menyebabkan sebagian besar keringat tertumapah ke sekitar jaringan

(meningkatkan absorbs transduktal keringat). Aluminium klorida dapat menyebabkan

anidrosis dengan mengubah permeabilitas atu fungsi resorbsi npembuluh ekrin

Page 12: FORMULASI DEODORAN

bagian epidermal. Aktivitas garam aluminium dalam antiperspirant belum seluruhnya

jelas, astringen garam aluminium mempunyai efek antiperspirant jika digunakan

dalam kadar cukup tinggi, misalnya tidak kurang dalam 15%.

Berdasarkan data hasil pengamatan kami melakukan evaluasi sediaan yaitu

Pada saat evaluasi kelompok satu yang mengandung aluminium sulfat 13%

viskositas kelompok satu sediaannya cair. Hal ini karena pada kelompok satu

menggunakan aquades 86% berbeda dengan kelompok dua yaitu penggunaan

aquadesnya 76%.

Pada saat evaluasi penampilan yang diamati adalah warna dan baunya,

deodorant yang dihasilkan diamati secara visual dan dilakukan penyimpanan.

Sediaan deodorant kelompok satu secara visual larutannya keruh berbeda dengan

kelompok dua .Pada kelompok dua larutan sediaaan nya secara visual putih, tidak

keruh seperti kelompok satu hal ini disebabkan karena pada kelompo satu

penggunaan Aluminium sufat nya hanya 13%, sedangkan pada kelompok dua 23%.

Pada saat pemeriksaan kehomogenitasan pada kelompok satu sediaannya

terlihat homogen, hal ini terbuti dari tidak terdapat butiran partikel yang tidak larut,

butiran partikel ini disebabkan dari kristal-kristal nipagin yang belum larut sempurna

dalam fase air. Pada kelompok satu menghasilkan bau ol. Rosae.

Berdasarkan hasil pengamatan dinyatakan bahwa sedian yang dihasilkan

oleh kelompok 2 memiliki warna yang keruh, berbau sulfat, kurang homogen dan

tidak terlalu kental. Warna yang keruh didapatkan dari warna zat aktif sediaan yang

mengandung alumunium sulfat dengan konsentrasi yang besar yaitu 23%.

Konsentrasi ini seharusnya dibagi menjadi dua bagian yaitu 14% untuk alumunium

sulfat dan 9% untuk alumunium klorida, namun karena alumunium klorida tidak

digunakan dalam formulasi percobaan ini sehingga konsentrasi yang seharusnya

diberikan untuk alumunium klorida diberikan ke alumunium sulfat. Hal ini

menyebabkan konsentrasi alumunium dulfat meningkat dan menyebabkan warna

yang keruh pada sediaan.

Hal lain yang dipengaruhi dari penambahan konsentrasi alumunium sulfat

yaitu bau yang dihasilkan dari sediaan. Bau yang dihasilkan dari sediaan jadi

memiliki bau sulfat karena penambahan konsentrasi zat aktif sediaan ini. Kelompok

2 pun tidak menambahkan parfume pada sediaan yang dihasilkan sehingga bau

sulfat lebih dominan dibandingkan dengan bahan-bahan tambahan lain seperti borak

yang hanya 1% dan nipagin yang hanya 0,01%. Sedangkan sifat yang kurang

Page 13: FORMULASI DEODORAN

homogen berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat pembuatan diberikan

hipotesis bahwa proses penglarutan bahan aktif dan bahan lainnya kurang

sempurna sehingga masih ada bagian dari bahan yang tak larut. Hal inilah yang

menyebabkan ketidak homogenan sediaan yang dihasilkan. Di sisi lain dapat pula

diberikan hipotesis bahwa ketidak homogenan juga bisa terjadi karena proses

pencampuran bahan yang kurang sempurna.

Sifat lainnya dari hasil percobaan sediaan kelompok 2 yaitu viskositas

sediaan yang dihasilkan. Dimana sediaan yang dihasilkan memiliki tingkat viskositas

yang kecil atau kurang kental. Hal ini sudah menjadi hal yang wajar dan standar

karena memang sediaan deodorant yang diinginkan memang seharusnya dalam

bentuk cair serta kondisi sediaan yang dijual di pasaran pun dalam keadaan cair.

Sehingga sifat yang terakhir inilah sifat yang memang diinginkan dari percobaan

yang dilakukan oleh kelompok 2.

Dalam praktikum, kami membuat deodorant dalam bentuk krim dengan

menggunakan bahan PEG 4000 3%, cetyl alcohol 5%, cera alba 10%, olive oil 5%,

alumunium sulfat 15%, gliserin 5% dan nipagin 0,01%. Pembuatan deodorant

didasarkan pada pembentukan krim (emulsi) dengan memanaskan fase minyak

( Cetyl alcohol, cera alba, olive oil ) sampai pada suhu 70°C dan pada saat yang

bersamaan fase air ( PEG 4000, alumunium sulfat,gliserin,nipagin,dan air)

dipanaskan sampai suhu yang sama, setelah itu fase air dan fase minyak

dimasukkan kedalam lumpang dan diaduk hingga terbentuk emulsi yang stabil.

Akan tetapi, pada praktikum yang dilakukan, terjadi kesalahan pada saat

pencampuran bahan-bahan tersebut. Pada kelompok 3 dan 4 yang seharusnya

membuat deodorant krim gagal dikarenakan salahnya pencampuran antara bahan

fase minyak dengan bahan fase air. Kesalahan terjadi saat PEG 4000 yang

digunakan sebagai basis seharusnya dimasukan pada fase air, karena PEG

merupakan bahan yang mudah larut dan dapat bercampur dengan air, akan tetapi

pada saat praktikum, PEG 4000 ini dimasukkan kepada fase minyak sehingga PEG

4000 tidak dapat bercampur dengan minyak tersebut dan menghasilkan emulsi dua

fase yang terpisah. Pada masalah ini, terjadi kesalahan prosedur yang dilakukan

praktikan sehingga berakibat gagalnya sediaaan yang di buat. Sediaan yang

dihasilkan tersebut menjadi berwarna putih kekuningan, berbau sulfur yang berasal

dari pengaruh alumunium sulfat yang digunakan dan tidak homogen karena adanya

pemisahan dua fase (fase minyak dan fase air).

Page 14: FORMULASI DEODORAN

Pada kelompok 5 dan 6 yang membuat deodorant lotion dengan menggunakan

bahan gliserin 2%, propilenglikol 5%, alumunium sulfat 30%, nipagin 0,01%, yang

membedakan yaitu konsentrasi etanol pada kelompok 5 konsentrasi etanol 50%

sedangkan pada kelompok 6 konsentrasi etanol 30%. Pada kedua kelompok

tersebut menghasilkan deodorant yang dapat dikatakan tidak baik. Karena pada saat

pencampuran bahan, alumunium sulfat yang digunakan sebagai antiperspirant tidak

larut dalam air, sehingga masih terdapat kristal-kristal amunium sulfat pada sediaan

yang terbentuk. Hal ini dikarenakan kelarutan alumunium sulfat yang tidak larut

sempurna dalam air, karena kelarutannya dalam air juga kurang baik. Maka setelah

dilakukan pengamatan, sediaan yang dihasilkan tersebut mempuyai warna putih dan

berbau alcohol karena kandungan alcohol yang digunakan sebagai antimikroba

dalam formula tersebut terlalu banyak, sehingga menimbulkan bau yang khas.

Selain itu sediaan tersebut mempunyai kekentalan yang cair dan homogenitas yang

buruk karena sediaan tidak homogen meskipun volume total sediaan sesuai dengan

yang diharapkan yaitu 50 ml.

IX. KESIMPULAN

Pada kelompok 3 dan 4 terjadi pemisahan fase minyak dan fase air.

Ketidak homogenan sediaan disebabkan karena kesalahan dalam

pencampuran. Selain itu, juga dipengaruhi dari kondisi kelarutan zat

aktif dan bahan-bahan lainnya yang belum larut sempurna. Serta

kondisi pencampuran yang kurang merata.

Pada kelompok 5 dan 6 sediaan yang dihasilkan tidak homogen

karena pada saat pencampuran bahan, alumunium sulfat yang

digunakan sebagai antiperspirant tidak larut dalam air, sehingga masih

terdapat kristal-kristal amunium sulfat pada sediaan yang terbentuk.

Sediaan yang bagus ditunjukkan oleh kelompok 1 dan 2 dimana

sediaan sudah memenuhi persyaratan sediaan standar di pasaran,

dimana sediaan memiliki tingkat viskositas yang kecil atau kurang

kental. Hal ini sudah sesuai dengan tujuan percobaan yang ingin

dicapai, yaitu menghasilkan deodorant yang bersifat cair.

Page 15: FORMULASI DEODORAN

X. DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan republic Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia,

edisi III . Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Raymond C Rowe, Paul J Sheskey and Marian E Quinn. 2009. Handbook of

Pharmaceutical Excipients. America : The Pharmaceutical Press.

Dr. Retno Iswari Tranggono, SpKK , Dra. Fatma Latifah, Apt. 2007. Buku

Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka

Utama

Formularium kosmetika Indonesia 1985, DEPKES Republik Indonesia

Perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/Buletin%20Naturalkos/0309/Vol.IV/No.

12,November 2009.pdf