formulasi saintifikasi jamu

33
REVIEW RESEP JAMU ANTIHEMOROID Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Saintifikasi Jamu Oleh: Kelompok 9 Rochmad Riyadhus Sholichin 152211101075 Rizky Jauzi 152211101079 Katasha Viga Anggriagati 152211101083 Yudi Choirudin Ashari 152211101084 Ichlasul Amalia Erfani 152211101098 Yuniar Wahyu Rahmawati 152211101107 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

Upload: soli-glee

Post on 12-Jul-2016

85 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

jamu

TRANSCRIPT

Page 1: Formulasi Saintifikasi Jamu

REVIEW RESEP JAMU ANTIHEMOROID

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Saintifikasi Jamu

Oleh:

Kelompok 9

Rochmad Riyadhus Sholichin 152211101075

Rizky Jauzi 152211101079

Katasha Viga Anggriagati 152211101083

Yudi Choirudin Ashari 152211101084

Ichlasul Amalia Erfani 152211101098

Yuniar Wahyu Rahmawati 152211101107

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2016

Page 2: Formulasi Saintifikasi Jamu

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,

bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan

tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat

diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Kemenkes RI, 2012).

Budaya “back to nature” saat ini sangat popular diseluruh dunia termasuk

Indonesia. Pemanfaatan tanaman berkhasiat yang dikenal dengan obat herbal

mengalami perkembangan sangat pesat.Indonesiamemiliki kekayaan tanaman obat

dan ramuan jamu dari berbagai suku yang tersebar di berbagai wilayah indonesia,

mulai Sabang sampai Merauke. Jamu adalah warisan leluhur bangsa yang telah

dimanfaatkan secara turun temurun untuk pengobatan dan pemeliharaan kesehatan.

Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010, menunjukkan bahwa 49,53%

penduduk Indonesia menggunakan jamu baik untuk menjaga kesehatan maupun

untuk pengobatan karena sakit. Dari penduduk yang mengkonsumsi jamu, sebanyak

95,6% menyatakan merasakan manfaat minum jamu. Hasil Riskesdas tahun 2010

juga menunjukkan bahwa dari masyarakat yang mengkonsumsi jamu, 55,3%

mengkomsumsi jamu dalam bentuk cairan ( infusum /dekok), sementara sisanya

(44,7%) mengkonsumsi jamu dalam bentuk serbuk, rajangan, dan pil/kapsul/ tablet

(Badan Litbang Kesehatan , 2010).

Saintifikasi jamu adalah sebuah upaya dan proses pembuktian secara ilmiah

jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan, tidak hanya berdasarkan

pengalaman turun menurun, namun khasiat jamu dibuktikan secara keilmuan melalui

penelitian (Depkes RI, 2010).

Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus hemoroidalis

(Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis

dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum

(Nugroho, 2011). Hemoroid (wasir) merupakan dilatasi karena varises pada pleksus

venosus di submukosa anal dan parianal (Mitchell, 2006).

1

Page 3: Formulasi Saintifikasi Jamu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wasir

Wasir atau hemoroid merupakan gangguan sirkulasi darah yang berupa

pelebaran pembuluh (dilatasi) vena. Pelebaran pembuluh darah tersebut di sebut

venecsia atau varises daerah anus dan perianus. Hemoroid sering menyebabkan

kesulitan untuk defekasi.Wasir berhubungan dengan konstipasi kronis disertai dengan

penarikan feces. Gejala yang paling sering terjadi adalah perdarahan lewat dubur,

nyeri, pembengkakan atau penonjolan di daerah dubur, sekret, atau keluar cairan

melalui dubur, rasa tidak puas waktu buang air besar, dan rasa tidak nyaman di

daerah pantat (Suprijono, 2009).

Wasir atau hemoroid adalah penyakit umum di kalangan orang dewasa. Lebih

dari separuh pria dan wanita berusia 50 tahun dan lebih tua akan mengalami gejala

wasir. Wasir jarang terjadi pada anak-anak tetapi sekarang ada beberapa laporan

menyatakan terjadinya wasir pada anak-anak, dan orang tua . Di Amerika Serikat tiga

perempat dari individu terkena wasir, dan sekitar setengah dari mereka di atas usia 50

yang memerlukan pengobatan, namun hanya sekitar 4 % mereka yang terkena wasir

mencari perawatan medis. Menurut The Merck wasir Pedoman definisi Varises

pembuluh darah dari pleksus hemoroid, sering disebabkan oleh peradangan,

trombosis , dan perdarahan. Definisi terbaru dari wasir adalah Vascular Cushio, yang

terdiri dari submukosa tebal yang mengandung pembuluh darah vena dan arteri

(Gami et al., 2011).

2.2 Jamu

Djamoe merupakan singkatan dari djampi yang berarti doa atau obat dan

oesodo (husada) yang berarti kesehatan. Dengan kata lain djamoe berarti doa atau

obat untuk meningkatkan kesehatan. Pemanfaatan jamu di berbagai daerah dan/atau

suku bangsa di Indonesia, selain Jawa, belum tercatat dengan baik. Pada tahun 2007,

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

2

Page 4: Formulasi Saintifikasi Jamu

3

memprakarsai isian kuesioner riskesdas 2007 tentang pemanfaatan jamu oleh

masyarakat Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa 35,7% masyarakat

menggunakan jamu dan lebih dari 85% di antaranya mengakui bahwa jamu

bermanfaat bagi kesehatan. Riskesdas 2010 ternyata menunjukkan peningkatan hasil

yaitu 59,12% dari 35,7% dan 95,6% dari 85%.

2.3 Infusa

Infusa adalah sari-sari dalam air yang dibuat dari baha-bahan alam pada suhu

90-98 derajat yang dipanaskan selama 15 menit.

2.4 Pelayanan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

Apoteker mampu berkomunikasi dengan baik untuk memberikan informasi

tentang produk obat. Konseling pasien merupakan bagian dari KIE. Kriteria pasien

yang memerlukan pelayanan konseling di ataranya penderita penyakit

kronis.Konseling hendaknya dilakukan diruangan tersendiri yang dapat terhindar dari

macam interupsi. Pelayanan konseling dapat dipermudah dengan menyediakan leaflet

atau booklet yang isinya meliputi patofisiologi dan mekanisme kerja obat (Purwanti

et al, 2004)

2.5 Daun Ungu (Grapthopyllum pictum)

2.5.1 Klasifikasi

Kerajaan : Plantae

Ordo : Lamiales

Famili : Acanthaceae

Genus : Graptophyllum

Spesies :Graptophyllum pictum

2.5.2 Deskripsi

Daun ungu adalah tumbuhan perduyang tegak. Tingginya adalah 1,5-8m.

Batangnya termasuk batang berkayu, beruas, permukaannya licin dengan warna ungu

Page 5: Formulasi Saintifikasi Jamu

4

kehijauan. Daunnya tunggal, bertangkai pendek, bentuknya bulat, pertulangannya

menyirip, permukaan atasnya mengkilap, dan tepinya rata. Bunganya majemuk,

keluar di ujung batang, dengan rangkaian tandan yang berwaran keunguan dengan

panjang 3-12 cm.Buahnya berbentuk kotak yang lonjong, berwarna ungu kecoklat-

an. Bijinya bulat dan putih dan berkulit tebal. Akarnya berjenis tunggal dan berwarna

coklat muda.

2.5.3 Kandungan

Kandungan kimia Graptophylum pictum antara lain flavonoid, tanin, alkaloid,

steroid, saponin, alkohol, kalsium oksalat.Flavonoid merupakan golongan terbesar

senyawa fenol, fenol monosiklik sederhana, fenil propanoid dan kuinon

fenolik.Senyawa fenol dapat mengikat protein.Sifat umum senyawa fenol adalah

mampu menambah permeabilitas sel dan mengendapkan protein (Wahyuningtyas,

2008).

Senyawa alkaloida yang terdapat dalam ekstrak etanol daun tumbuhan ungu

yang memiliki efek analgesik/anti inflamasi dan penghambat pembentukan

prostaglandin.

2.5.4 Manfaat

Graptophylum pictum atau daun ungu merupakan salah satu tanaman obat

tradisional.Daun Graptophylum pictum mempunyai khasiat sebagai obat sembelit,

peluruh kencing, pelancar haid, obat bisul dan obat wasir (Wahyuningtyas, 2008).

Untuk pemakain luar, daun ungu dapat digunakan untuk melembut-

kan kulit, borok, bisul, dan bengkak karena terpukul.Sementara untuk pemakaian

dalam, daun ungu dapat mengobati batu ginjal, wasir, dan hepatitis. Selain itu,

tumbuhan ini dapat menurunkan gula darah.Spesies ini berpotensi sebagai anti-

diabetes, dan lebih berkualitas lebih baik dibandingkan dengan metformin (obat

standar anti-diabetes). .

Page 6: Formulasi Saintifikasi Jamu

5

2.6 Pegagan (Centella asiatica)

2.6.1 Klasifikasi

Kerajaan : Plantae

Ordo : Apiales

Famili : Mackinlayaceae

Genus : Centella

Spesies :Centella asiatica

2.6.2 Deskripsi

Pegagan merupakan tanaman terna atau herba tahunan, batang berupa stolon

yang menjalar di atas permukaan tanah, panjang 10-80cm.daun tunggal tersusun

dalam roset yang terdiri dari 2-10 daun, kadang-kadang agak berambut. Tangkai daun

panjang sampai 50mm, helaian daun berbentuk ginjal, lebar dan bundar dengan garis

tengah 1-7cm, tepi daun beringgit sampai bergerigi, terutama ke arah pangkal daun,

perbungaan berupa bunga majemuk tipe payung tunggal, terdiri atas 3-5 anak bunga,

bersama-sama keluar dari ketiak daun, ukuran ibu tangkai 5-50 mm, lebih pendek

dari tangkai daun. Bunga umumnya 3, yang di tengah duduk, yang di samping

bertangkai pendek; daun pelindung 2, panjang 3-4 mm, bentuk bulat telur; mahkota

bunga berwarna merah lembayung, panjang 1-1,5 mm, lebar sampai 0,75 mm. Buah

pipih, lebar lebih kurang 7 mm dan tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas

berusuk, berwarna kuning kecoklatan, berdinding agak tebal (BPOM RI, 2010).

Pegagan merupakan tanaman kosmoplit ditemukan di Asia Tropis sampai

daerah sub-tropis, mulai dari dataran rendah sampai tinggi 100- 2500 m di atas

permukaan laut, pada tanah lembab sampai berpasir ternaungi maupun di lahan

terbuka, sehingga diduga telah terbentuk berbagai eko maupun genotipe yang

memperkaya keragaman genetik pegagan di alam (Bermawi et al., 2008).

2.6.3 Kandungan

Komponen kimia yang terkandung dalam pegagan adalah saponin, alkaloid,

flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid dan glikosida. Zat kimia yang terdapat dalam

pegagan antara lain asiaticosida, asiatic asid, madekasid dan madekasosid, sitosterol

Page 7: Formulasi Saintifikasi Jamu

6

dan stigmasterol dari golongan steroid, vallerin, brahmosida, brahminosida dari

golongan saponin (Wahyuningtyas, 2008).

Pegagan mengandung triterpenoid: asiatikosida, madekasosida, asam asiatat,

asam madekasat, asam indosentoat, bayogenin. Flavanoid : kaemferol, kuersetin.

Saponin : sentelasapogenol A, sentelasaponin A, B dan D. Poliasetilen : kadiyenol,

asiatisi dan sentelisin (BPOM RI, 2010).

Madekasosida yang terkandung dalam pegagan mempunyai efek antiinflamasi.

Efek antiinflamasi lain terlihat pada penghambatan proliferasi sel limfosit,

mengurangi ekspresi enzim siklooksigenase dan produksi prostaglandin yang

berperan dalam pembentukan inflamasi serta menurunkan produksi tumour necrosis

factor dan interleukin (BPOM RI, 2010)

2.6.4 Manfaat

Secara tradisional banyak digunakan untuk penyakit kulit. Selain itu pegagan

juga dignakan untuk mengobati sakit perut, batuk, batuk berdarah dan disentri,

penyembuh luka, radang, pegel liu, asma, wasir, tuberkolosis, lepra, demam, dan

penambah selera makan (BPOM RI, 2010).

2.7 Kunyit (Curcuma domestica)

2.7.1 Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Curcuma

Jenis :Curcuma domestica Val.

2.7.2 Deskripsi

Habitus berupa semak dengan tinggi ±70 cm. Batang semu, tegak, bulat,

membentuk rimpang.Berwarna hijau kekuningan.Daun tunggal, berbentuk lanset

Page 8: Formulasi Saintifikasi Jamu

7

memanjang.Helai daun tiga sampai delapan.Ujung dan pangkal daun runcing, tepi

rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12 cm. Pertulangan daun menyirip.Daun berwarna

hijau pucat.Bunga majemuk, berambut, bersisik.Panjang tangkai 16-40 cm. Panjang

mahkota ±3 cm, lebar ±1±cm, berwarna kuning.Kelopak silindris, bercangap tiga,

tipis dan berwarna ungu.Pangkal daun pelindung putih.Akar berupa akar serabut dan

berwarna coklat muda (BPOM RI, 2008).

2.7.3 Kandungan

Rimpang kunyit mengandung minyak menguap sebanyak 3-5% v/b. Terdiri atas

turmeron, zingiberen, ar-turmeron, sedikit mengandung fellandren, seskiterpen

alkohol, borneol, kurkumin, desmetoksikurkumin, bisdesmetoksikurkumin, pati, tanin

dan damar (Purba, 2013).

2.7.4 Manfaat

Rimpang kunyit digunakan sebagai bumbu dapur dan sebagai obat yang

berkhasiat sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah tinggi, sebagai obat

malaria, obat cacing, bakterisida, obat sakit perut, peluruh ASI, fungisida, stimulan,

mengobati keseleo, memar, rematik, obat asma, diabetes melitus, usus buntu,

amandel, sariawan, tambah darah, menghilangkan jerawat, penurun panas,

menghilangkan rasa gatal, menyembuhkan kejang dan mengobati luka-luka (Purba,

2013).

2.8 Temulawak (Curcuma xanthoriza)

2.8.1 Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Keluarga : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.

Page 9: Formulasi Saintifikasi Jamu

8

2.8.2 Deskripsi

Tanaman temulawak berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi

kurang dari 2m, berwarna hijau atau coklat gelap.Akar rimpang terbentuk dengan

sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2

– 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau

atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 – 84 cm dan lebar 10 –

18 cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 – 80 cm. Perbungaan lateral,

tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9 – 23 cm dan lebar 4 – 6

cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan

mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 – 13 mm, mahkota

bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5 cm, helaian bunga

berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah

dadu atau merah, panjang 1.25 – 2 cm dan lebar 1cm.

2.8.3 Kandungan

Komponen – komponen yang terkandung dalam temulawak dapat digolongkan

menjadi 2 golongan, yaitu minyak atsiri dan golongan kurkuminoid.Minyak atsiri

atau minyak menguap merupakan komponen dalam temulawak yang memberikan bau

karateristik, sedangkan kurkuminuid terdiri dari beberapa zat warna kuning (Oei et

al., 1985).

Beberapa penelitian mengidentifikasi kandungan kimia minyak atsiri yang

terkandung dalam rimpang temulawak. Itokawa (1985) melaporkan adanya empat

senyawa seskuiterpenoid bisabolan yaitu: α-kurkumen, ar-turmeron, β-atlanto dan

xantorizol. Selanjutnya dibuktikan bahwa ketiga senyawa tersebut yaitu : α-

kurkumen, ar-turmeron dan xantorizol, mempunyai khasiat anti-tumor.

Ueraha (1989, 1990) berhasil mengidentifikasi tujuh senyawa seskuiterpenoid

bisabolon dari fraksi larutan klorofom rimpang temulawak, setelah dideterminasi

berdasarkan data spektral, konversi kimia, dan kristalografi sinar-X. Ketujuh senyawa

tersebut adalah bisacuron, bisacumol, bisacurol, bisacuron epoksida, bisacuron A,

bisacuron B, dan bisacuron.

Page 10: Formulasi Saintifikasi Jamu

9

Kandungan kimia minyak atsiri temulawak : Alto-Aromadendre, β–Atlanton,

α–Bergamoten, β-Bisabolol, Bisacumol, Bisacuron, Bisacuron A, Bisacuron B,

Bisacuron C, Bisacuron epoksida, Borneol, Isoborneol, Kamfen, Kamfor, 1,8 Sineol,

Ar-kurkumen, α- kurkumen, β- kurkumen, Kurkufenol , Kurzeren, Kurzerenon, P-

Sinem, 2-(1,5-Dimetilheks-4-enil) 4 metilfenol, β– Elemen, δ – Elemen, γ – Elemen,

β- Famesen, Furanodienon, Germakonm, Isofuranogermakren, Limonen, Linalol,

Mirsen, α- Pinen, β- Pinen, Sabinen, β-Seskuifelandren, α- Terpineol, Trisiklen,

Turmerol, Ar-turmeron, α-Turmeron, β-turmeron, Xantorizol dan Zingiberen (Srivita,

2012).

2.8.4 Manfaat

Di Indonesia satu – satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang

temulawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59, 64 % zat

tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya dapat

meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari rimpang tanaman ini

adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, anti

inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker, dan anti mikroba.

2.9 Meniran (Phyllantus niruri)

2.9.1 Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Euphorbiales

Suku : Euphorbiaceae

Marga : Phyllanthus

Jenis : Phyllanthus niruri L.

2.9.2 Deskripsi

Habitus berupa semak semusim setinggi 30-100 cm. Batang berupa batang

masif, bulat, licin, tak berambut, berdiameter ±3 mm, berwarna hijau.Daun majemuk

Page 11: Formulasi Saintifikasi Jamu

10

dan saling berseling.Anak daun berjumlah 15-24, berbentuk bulat telur, ujung daun

tumpul dan pangkalnya membulat. Panjang daun ±1,5 cm, lebar ±7 mm, bertepi rata,

dan berwarna hijau. Bunga berupa bunga tunggal, terletak di dekat tangkai anak daun,

menggantung, berwarna putih.Daun kelopak berbentuk bintang.Benang sari dan putik

tidak tampak jelas.Mahkota kecil dan berwarna putih.Buah bulat, pipih, berdiameter

±2 mm dan berwarna hijau keunguan.Biji kecil, keras, berbentuk ginjal, dan berwarna

coklat.Akar tunggang berwarna putih kotor (BPOM RI, 2008).

Semak, tanaman semusim, tinggi 20-60 cm. Batang masif, bulat licin, tidak

berambut, diameter 3 mm, berwarna hijau. Daun majemuk, berseling, anak daun 15-

24, berwarna hijau, bentuk bulat telur, panjang 1,5 cm,lebar 7 mm, tepi rata, ujung

tumpul, pangkal membulat. Bunga berwarna putih, tunggal, dekat tangkai anak daun.

Buah kotak, bulat, diameter 2 mm, berwarna hijau keunguan.Biji kecil, keras,

berwarna coklat.

2.9.3 Kandungan

Tumbuhan meniran secara kimia dicirikan antara lain oleh kandungan senyawa

turunan lignan, alkaloid, flavonoid, triterpenoid, saponin, tanin, dan vitamin c.

Lignan, secara biogenetik adalah produk kombinasi antara dua unit fenilpropan

turunan asam sinamat, C6-C3. Dari berbagai jaringan tumbuhan meniran telah

berhasil ditemukan senyawa-senyawa lignan, dari jenis dibenzilbutan, aril tetralin,

dibenzilbutirolakton, dan jenis neolignan. Lignan berupa zat padat hablur tanpa warna

yang menyerupai senyawa aromatik sederhana yang lain dalam sifat kimianya.

Lignan tersebar luas di dunia tumbuhan, terdapat dalam kayu, daun, eksudat, damar,

dan bagian tumbuhan lain. Lignan terkadang dijumpai sebagai glikosida.Lignan

digunakan sebagai antioksida dalam makanan.Selain itu lignan juga merupakan

kandungan kimia yang aktif dalam tumbuhan obat tertentu.Lignan dapat diekstraksi

dengan aseton atau etanol dan seringkali diendapkan sebagai garam kalium yang

sukar larut (Putra, 2010).

Page 12: Formulasi Saintifikasi Jamu

11

2.9.4 Manfaat

Herba meniran secara tradisional dapat digunakan sebagai obat radang ginjal,

radang selaput lendir mata, virus hepatitis, peluruh dahak, peluruh haid, ayan, nyeri

gigi, sakit kuning, sariawan, antibakteri, kanker, dan infeksi saluran kencing

(Anonim, 2005; Mangan, 2003). Herba dan akar digunakan untuk penyakit radang,

infeksi saluran kencing, serta untuk merangsang keluarnya air seni (diureticum),

untuk penyembuhan diare, busung air, blennorrhagia, infeksi saluran pencernaan, dan

penyakit yang disebabkan gangguan fungsi hati. Buahnya berasa pahit digunakan

untuk luka dan scabies. Akar segar digunakan untuk penyakit hati kuning. Dapat

digunakan untuk penambah nafsu makan dan obat anti demam (Sudarsono dkk.,

1996). Meniran secara ekstensif digunakan untuk penyakit hati (antihepatotoksik).

Efek ekstrak air P. niruri pada hati, ginjal dan pada uji hepatotoksik CCl4 telah

dipelajari. Hasil pemilihan menyatakan bahwa P. niruri mempunyai aktivitas

antioksidan dan hepatoprotektif (Manjrekar et al., 2008).

Meniran (Phyllanthus niruri) merupakan sejenis tanaman obat yang berfungsi

sebagai immunomodulator (sistem imun / kekebalan tubuh). Sistem imun/kekebalan

tubuh adalah suatu mekanisme pertahanan tubuh yang bertugas

merespon/menanggapi “serangan” dari luar tubuh. Apabila sistem imunitas seseorang

optimal, maka dia tidak mudah terserang penyakit.Senyawa yang berperan

meningkatkan aktivitas sistem imun berasal dari golongan flavonoid, kurkumin,

limonoid, vitamin C, vitamin E (Tokoferol) dan katekin. Ekstrak meniran

(Phyllanthus niruri) mengandung senyawa filantin memberikan aktivitas melindungi

hati dari zat toksik baik berupa parasit, obat-obatan, virus maupun bakteri, selain itu

meniran mengandung senyawa flavonoid, vitamin C sebagai immunomodulator,

begitu pula kunyit dan temulawak mengandung senyawa flavonoid dan kurkumin

sebagai immunomodulator (Marni dan Ambarawati, 2015).

Page 13: Formulasi Saintifikasi Jamu

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1. Review Resep

dr. Jhon

Sip.201399871937

Jl. Kalimantan IV, no.72 Jember/65342

14 April 2016

R/ Graptophyllum pictum 15g

Centella asiatica 15g

Curcuma zanthorrhiza 6g

Curcuma domestica 6g

Phylanthus niruri 4,5g

mf. la inf. Ad 210 ml

s 3dd

Pro : Solichin (27)

3.2 Penimbangan Bahan

Jamu pada resep hanya digunakan untuk 1 hari. Diinginkan pemakaian jamu

untuk 3 hari. Jadi perhitungannya :

Simplisia daun wungu = 5 gram x 3 = 15 gram

Simplisia herba pegagan = 5 gram x 3 = 15 gram

Simplisia rimpang temulawak = 2 gram x 3 = 6 gram

Simplisa rimpang kunyit = 2 gram x 3 = 6 gram

Simplisia herba meniran = 1,5 gram x 3 = 4,5 gram

12

Page 14: Formulasi Saintifikasi Jamu

13

3.3 Penyiapan

Timbang daun wungu 5 gram, herba pegagan 3 gram, rimpang temulawak 2

gram, rimpang kunyit dan herba meniran campur

Campuran timbangan pertama bungkus, lakukan juga pada Campuran

timbangan kedua sampai timbangan ke 6.

3.4 Cara Pembuatan

Menimbang daun wungu sebanyak 15 gram, dimasukkan kedalam panci infus

Menambahkan air sebanyak 210 ml, lalu panci ditutup

Panaskan selama 15 menit diatas penangas air (water bath) hingga suhu cairan mencapai 90o C

Menimbang herba pegagan sebanyak 15 gram, dimasukkan kedalam panci infus

Menimbang rimpang temulawak sebanyak 6 gram, dimasukkan kedalam panci infus

Menyiapkan simplisia yang dibutuhkan (daun wungu, herba pegagan, rimpang temulawak, rimpang kunyit dan herba meniran)

Menimbang rimpang kunyit sebanyak 6 gram, dimasukkan kedalam panci infus

Menimbang rimpang kunyit sebanyak 4.5gram, dimasukkan kedalam panci infus

Angkat panci infus dan diamkan hingga suhu cairan mendekati suhu kamar

Serkai infus kedalam botol yang telah dikalibrasi, kemudian dengan bantuan kain kasa dan bantuan corong gelas.Tambah air masak hingga volume infusa 210 ml.

Botol ditutup kemudian infusa diminum 3x sehari @70ml

Page 15: Formulasi Saintifikasi Jamu

14

Gambar. Panci infusa

3.4 Dosis dan penyiapan sesuai literatur.

a. Penyiapan dan Dosis Daun ungu (Grapthopyllum pictum)

Dosis yang pasti belum diketahui

b. Penyiapan dan Dosis Pegagan (Centella asiatica)

Dosis harian: 0,6 g serbuk kering atau infusa 3 kali sehari. Dosis tunggal

normal adalah 0,33 sampai 0,68 g. Sebanyak 15 g serbuk daun diseduh dengan ½

gelas air matang panas, kemudian disaring. Air saringan diminum.Herba pegagan

kering 0,6 g ataupun seduhannya diberikan seharitiga kali (Koh et.al., 2009).

c. Penyiapan dan Dosis Temulawak

Dosis yang disarankan adalah 2 gram rimpang kering temulawak, dibuat dalam

bentuk infus, diminum 2-3 kali sehari (Retno; Ambarwati, 2015).

d. Penyiapan dan Dosis Kunyit

Dosis ekstrak untuk orang dewasa sebanyak 250-500 mg/hari dan dosis untuk

anak anak adalah 330 mg/hari (Retno; Ambarwati, 2015).

e. Penyiapan dan Dosis Meniran (Phyllantii nirurii)

Ekstrak 200 mg serbuk meniran, diminum 2-4 kali sehari (Duke, 2002).

Dalam membuat sediaan herbal terdapat beberapa faktor yang harus

diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap khasiat dan keamanan

penggunaan sediaan herbal tersebut untuk pengobatan. Adapun faktor-faktor yang

dimaksud sesuai BPOM RI tahun 2010 yaitu:

a) Identifikasi

Sebelum menggunakan sediaan herbal sebagai obat harusdipastikan

bahwa tidak menggunakan bahan tanaman yang salah. Menggunakan

Page 16: Formulasi Saintifikasi Jamu

15

sediaan herbal yang salah dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan

atau keracunan.

b) Peralatan

Peralatan panci/wadah yang digunakan sebaiknya dari bahan gelas/kaca,

email atau stainless steel. Gunakan pisau atau spatula/pengaduk yang terbuat

dari bahan kayu atau baja, saringan dari bahan plastik atau nilon.Jangan

menggunakan peralatan dari bahan aluminium karena dapat bereaksi dengan

kandungan kimia tertentu dari tanaman yang mungkin menjadi toksis.

c) Penimbangan dan pengukuran

Pada umumnya timbangan dapur dapat digunakan walaupun dengan gelas

ukur lebih akurat. Ukuran gram atau liter lebih mudah dan lebih umum

digunakan daripada ukuran besaran lainnya. Apabila mendapat kesukaran

dalam menimbang jumlah yang sedikit/kecil seperti 10 g, maka dapat

dilakukan dengan penimbangan 20 g, kemudian hasil penimbangan dibagi

dua.

d) Derajat kehalusan bahan tumbuhan obat

Dalam penyarian bahan berkhasiat yang terdapat dalam bahan tumbuhan obat,

derajat kehalusan merupakan hal yang terpenting.Derajat kehalusan bukan

merupakan faktor tunggal yang mempengaruhi proses pelepasan bahan

berkhasiat, tetapi jumlah dan sifat alami dari bahan pendamping/metabolit

primer lain yang terdapat dalam bahan obat juga memegang peranan penting.

e) Penyimpanan

Sediaan yang berbeda dapat bertahan untuk jangka waktu yang berbeda

sebelum mulai berkurang/kehilangan kandungan bahan berkhasiatnya.

Simpanlah infus atau dekok didalam lemari pendingin atau pada tempat yang

teduh. Infus harus dibuat segar setiap hari (24 jam) dan dekok harus

digunakan dalam waktu 48 jam. Tingtur dan sediaan cair lannya seperti sirup

dan minyak atsiri perlu disimpan dalam botol berwarna gelap pada tempat

yang teduhterlindung dari cahaya matahari dan dapat bertahan selama

beberapa bulan atau tahun.

Page 17: Formulasi Saintifikasi Jamu

16

3.5 KIE

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi ramuan

antihemorroid ini adalah:

Ramuan ini tidak boleh digunakan untuk wanita hamil.

Sebaiknya tidak digunakan pada penderita diabetes mellitus yang

mengkonsumsi obat antidiabetes karena dapat menyebabkan hipoglikemia.

Sebaiknya tidak untuk pasien yang menderita hemophilia karena berisiko

menimbulkan perdarahan akibat menurunnya jumlah trombosit.

Sebaiknya tidak untuk pasien yang mengkonsumsi obat antikoagulan karena

adanya kandungan kurkuminoid yang juga bersifat antikoagulan.

Hati-hati pada pasien gangguan empedu dan saluran pencernaan.

Dapat menyebabkan efek samping pada pasien yang mengkonsumsi

antiretroviral

Hati-hati pada pasien yang mengkonsumsi sulfasalazine (obat rheumatoid

arthritis) karena dapat meningkatkan kadar obat ini lebih dari 300% dan dapat

meningkatkan kemungkinan untuk efek samping

Hati-hati pada pasien yang mengkonsumsi antihipertensi dan penderita

penyakit jantung karena meniran dilaporkan mempunyai efek inotropik

negatif, kronotropik negatif, hipotensi dan ACE inhibitor.

Tidak dianjurkan bagi pasien yang mengkonsumsi obat antiepilepsi karena

pegagan memiliki aktivitas antiepilepsi.

Tidak dianjurkan bagi penderita sumbatan saluran empedu dan batu empedu

karena kandungan temulawak berfungsi merangsang fungsi sekresi empedu.

Konseling yang dapat disampaikan pada pasien antaralain adalah:

Selama mengkonsumsi ramuan antihemoroid ini, pasien tidak boleh

mengkonsumsi obat konvensional atau obat tradisional lain tanpa petunjuk dokter

atau apoteker.

Ramuan ini diminum tiga kali sehari sekitar setengah jam setelah makan.

Page 18: Formulasi Saintifikasi Jamu

17

Mengubah lifestyle dengan cara:

a. Mengkonsumsi makanan berserat (misalnya: buah-buahan dan sayur mayur)

25-30 gram perhari. Hal ini bertujuan untuk membuat feses menjadi lebih

lembek dan besar, sehingga mengurangi proses mengedan dan tekanan pada

vena anus.

b. Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari.

c. Mengubah kebiasaan buang air besar. Segerakan ke kamar mandi saat merasa

akan buang air besar, janga ditahan karena akan memperkeras feses.

d. Hindari mengejan dan jangan pula memaksa untuk buang air besar.

e. Usahakan berendam air hangat untuk mengurangi nyeri dan menjaga

kebersihan dubur selama sekitar 15 menit, setidaknya 2-3 kali dalam sehari.

f. Menghindari minuman beralkohol agar kotoran tidak keras.

g. Hindari menggosok-gosok daerah dubur agar tidak terjadi perlukaan.

h. Hindari berlama-lama nongkrong di toilet saat buang air besar, misalnya

sambil membaca, karena kebiasaan ini akan meningkatkan tekanan di daerah

dubur.

i. Olah raga teratur.

Page 19: Formulasi Saintifikasi Jamu

DATFAR PUSTAKA

Ambarawati, R., dan Marni. 2015. Khasiat Jamu Cekok Terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Anak. Jurnal Kesehatan Masyarakat.11:102-111.

Badan Litbang Kesehatan. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010., Jakarta: Badan Litbang Kesehatan.

BPOM RI, 2008. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup, Jakarta Pusat. Jakarta: BPOM.

BPOM RI. 2010. Acuan Sedian Herbal Volume 5 nomor 1. Jakarta: BPOM.

BPOM RI. 2010. Serial Data Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat : Pegagan Centella asiatica. Jakarta: BPOM.

BPOM RI. 2005. Gerakan Nasional Minum Temulawak. InfoPOM. 6(6).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Permenkes no. 3 tahun 2010 tentang Saintifikasi Jamu.

Duke, James A., 2002. Handbookof Medicinal Herb. Second Edition. Florida: CRC Press..566-567.

Kemenkes RI, 2012 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional.

Koh, H.L., Chua, T.K., Tan, C.H., 2009.A Guide To Medicinal Plants. An Illustrated. Scientific and Medicinal Approach. World Scientific Publishing. Singapore. 44-46

Purba, LR. 2013. Perbandingan Kadar dan Komponen Minyak Atsiri Rimpang Cabang dan Rimpang Induk Kunyit (Curcuma longa L.) Segar dan Kering secara GC-MS. Medan:Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Marni dan Ambarwati R., 2015. Khasiat Jamu Cekok Terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Anak. Jurnal Kesehatan Masyarakat. KEMAS. 11: 102-111.

Mitchell, Kumar, Abbas, Fausto. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Edisi 7. Jakarta: EGC.

18

Page 20: Formulasi Saintifikasi Jamu

19

Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Bermawie, dkk. 2008: Keragaan Sifat Morfologi, Hasil dan Mutu Plasma Nutfah Pegagan ( Centella asiatica (L.) Urban.). Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik

Purwanti, dkk. 2004. Gambaran Pelaksanaan Standar Pelayanan Farmasi Di Apotek DKI Jakarta Tahun 2003. Majalah Ilmu Kefarmasian.

Putra, DP.2010. Isolasi Senyawa Filantin dari Daun Meniran (Phyllanthus niruri Linn). [Skripsi]. Surakarta : Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Srivita, E. 2012. Isolasi dan Analisis Kimia Minyak Atsiri dari Temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb) dengan Gas Kromatografi-Spektrofotometer Massa (GC–MS) dan Uji Aktivitas Anti Bakteri. [Skripsi]. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Suprijono, M.A.2009. Hemorrhoid. Sultan Agung vol.XLIV

Wahyuningtyas, E. 2008. Pengaruh Ekstrak Graptophyllum Pictum terhadap Pertumbuhan Candida Albicans pada Plat Gigi Tiruan Resin Akrilik. [Skripsi]. Jakarta: FKG UI.