etiologi dn ftofisologi mmisan .. lusi

5
Etiologi Beberapa penyebab epistaksis dapat digolongkan menjadi etiologi lokal dan sistemik.Trauma lokal adalah penyebab tersering, diikuti oleh trauma facial, corpus alineum, infeksi nasal atau sinus, dan inhalasi udara kering secara terus menerus. Anak anak biasanya mengalami epistaksis yang disebabkan oleh iritasi lokal atau riwayat ISPA dalam range waktu yang dekat . Penyebab epistaksis antara lain : Etiologi lokal 1. Trauma lokal misalnya setelah membuang ingus dengan keras, mengorek hidung, fraktur hidung atau trauma maksilofasia lainnya. Mengorek hidung ( nose picking ) secara  berulang dapat menyebabkan pendarahan dan ulcerasi pada anterior septal mukosa. Skenario ini biasa didapatkan terjadi pada anak anak. Corpus alineum (benda asing) yang  bisa menyebabkan trauma lokal ( nasogastric & nasotracheal tube) bisa menjadi  penyebab epistaksis di sejumlah kasus.  Acute facial trauma dan trauma nasal secara umum akan mengarah kepada epistaksis. Jika pendarahanya berasal dari laserasi minor pada mukosa, biasanya terbatas dan akan sembuh sendiri. Namun, extensive facial trauma bisa menyebabkan pendarahan para yang memerlukan nasal  packing . Pada pasien ini, epistaksis yang tertunda bisa menjadi tanda adanya traumatic aneurysm. Pasien yang menjalani operasi nasal sebaiknya diberikan  pengetahuan tentan g kemungkinan terjadinya epistaksis, baik karena luka minor (laserasi mukosa) hingga yang berat (karena terputusnya pembuluh darah major) 2. Tumor, baik tumor hidung maupun sinus yang jinak dan yang ganas. Tersering adalah tumor pembuluh darah seperti angiofibroma dengan ciri perdarahan yang hebat dan karsinoma nasofaring dengan ciri perdarahan berulang ringan bercampur lendir atau ingus. Pasien yang menderita tumor biasanya memiliki tanda dan gejala dari obstruksi nasal, dan rhinosinusitis yang unilateral. Intranasal rhabdomyosarcoma, walaupun langka, penyakit ini biasanya akan muncu di daerah nasal, orbital dan juga sinus pada anak-anak.

Upload: lusi-rustina

Post on 10-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

epistaksis

TRANSCRIPT

Etiologi

Beberapa penyebab epistaksis dapat digolongkan menjadi etiologi lokal dan sistemik.Trauma lokal adalah penyebab tersering, diikuti oleh trauma facial, corpus alineum, infeksi nasal atau sinus, dan inhalasi udara kering secara terus menerus. Anak anak biasanya mengalami epistaksis yang disebabkan oleh iritasi lokal atau riwayat ISPA dalam range waktu yang dekat . Penyebab epistaksis antara lain :Etiologi lokal 1. Trauma lokal misalnya setelah membuang ingus dengan keras, mengorek hidung, fraktur hidung atau trauma maksilofasia lainnya. Mengorek hidung (nose picking) secara berulang dapat menyebabkan pendarahan dan ulcerasi pada anterior septal mukosa. Skenario ini biasa didapatkan terjadi pada anak anak. Corpus alineum (benda asing) yang bisa menyebabkan trauma lokal (nasogastric & nasotracheal tube) bisa menjadi penyebab epistaksis di sejumlah kasus.Acute facial trauma dan trauma nasal secara umum akan mengarah kepada epistaksis. Jika pendarahanya berasal dari laserasi minor pada mukosa, biasanya terbatas dan akan sembuh sendiri. Namun, extensive facial trauma bisa menyebabkan pendarahan para yang memerlukan nasal packing. Pada pasien ini, epistaksis yang tertunda bisa menjadi tanda adanya traumatic aneurysm. Pasien yang menjalani operasi nasal sebaiknya diberikan pengetahuan tentang kemungkinan terjadinya epistaksis, baik karena luka minor (laserasi mukosa) hingga yang berat (karena terputusnya pembuluh darah major)2. Tumor, baik tumor hidung maupun sinus yang jinak dan yang ganas. Tersering adalah tumor pembuluh darah seperti angiofibroma dengan ciri perdarahan yang hebat dan karsinoma nasofaring dengan ciri perdarahan berulang ringan bercampur lendir atau ingus. Pasien yang menderita tumor biasanya memiliki tanda dan gejala dari obstruksi nasal, dan rhinosinusitis yang unilateral. Intranasal rhabdomyosarcoma, walaupun langka, penyakit ini biasanya akan muncu di daerah nasal, orbital dan juga sinus pada anak-anak. 3. Idiopatik yang merupakan 85% kasus epistaksis, biasanya ringan dan berulang pada anak dan remaja. Ketiga diatas ini merupakan penyebab lokal tersering.Eiologi lainnya yaitu iritasi gas atau zat kimia yang merangsang ataupun udara panas pada mukosa hidung; Keadaan lingkungan yang sangat dingin dan Kelembaban udara yang rendah dapat mengarah ke iritasi mukosa. Epistaksis lebih sering muncul di daerah dengan iklim kering dan pada saat musim dingin dikarenakan dehumidifikasi dari hidung oleh sistem pemanas ruangan Tinggal di daerah yang tinggi atau perubahan tekanan atmosfir yang tiba tiba Pemakaian semprot hidung steroid jangka lama, Obat nasal topikal seperti antihistamine dan kotrikosteroid dapat menyebabkan iritasi mukosa. Terlebih saat diaplikasikan langsung ke septum nasi ketimbang di dinding lateral, dimana hal ini dapat menyebabkan epistaksis dengan tingkatan yang sedang. Pengbatan seperti NSAID juga dapat terlibat dalam etiologi dari epistaksis Benda asing atau rinolit dengan keluhan epistaksi ringan unilateral clsertai Ingus berbau busuk. Bakteri, virus, dan alergi rhinosinusitis menyebabkan inflamasi mukosa dan bisa mengearah ke epistaksis, pendarahan dalam kasus ini biasanya minor dan manifestasinya adalah discharge dengan tambahan darah.Etiologi sistemik 1. Hipertensi dan penyakit kardiovaskuler lainnya seperti arteriosklerosis. Hipertensi yang disertai atau tanpa arteriosklerosis rnerupakan penyebab epistaksis tersering pada usia 60-70 lahun, perdarahan biasanya hebat berulang dan mempunyai prognosis yang kurang baik, Hubungan antara hipertensi dan epistaksis sering disalahpahami. Pasien dengan epistaksis biasanya disertai oleh peningkatan tekanan darah. Epistaksis lebih umum di pasien hipertensi dikarenakan rapuhnya pembuluh darah oleh long standing disease. Hipertensi, jarang sebagai penyebab langsung epistaksis, lebih umumnya lagi epistaksis dihubungkan dengan gejala kecemasan dikarenakan peningkatan tekanan darah. Dan untuk terapinya lebih difokuskan kepada mengontrol pendarahan dan mengurangi kecemasan sebagai tindakan untuk mengurangi tekanan darah. Batuk yang berlebih dapat menyebabkan hipertensi vena, bisa dilihat pada pasien pertusis atau cystic fibrosis.2. Kelainan perdarahan misalnya leukemia, hemofilia, trombositopenia dll.3. Infeksi, misalnya demam berdarah disertai trornbositopenia, morbili, demam tifoid dll.Termasuk etiologi sistemik lain Lebih jarang terjadi adalah gangguan keseimbangan hormon misalnya pada kehamilan, menarke dan menopause Penyakit granulomatosis seperti sarcoidosis, wegner granulomatosis, tuberculosis, syphili dan rhinoscleroma sering menyebabkan hidung berkrusta dan menjadi sumber epistaksis yang berulang. Anak anak dengan gastroesophageal reflux yang sampai ke hidung bisa terkena epistaksis sekunder dari inflamasi kelainan kongenital misalnya hereditary hemorrhagic Telangieclasis atau penyakit Rendj-Osler-Weber. Hereditary hemorrhagic telangiectasia (HHT; juga dikenal sebagai osler-weber-rendu-syndrome) adalah suatu penyakit autosomal dominan yang berhubungan dengan perdarahan berulang akibat kelainan vaskuler. Kondisi ini memiliki efek pada pembuluh kapiler sampai ke arteri, mengarah ke pembentukan telangietasias dan arteriovenous malformation. Dari pemeriksaan patologis dari lesi-lesi ini didapatkan hasil bahwa kurangnya elastic/muscular tissue pada dinding pembuluh, hasilnya adalah pendarahan mudah terjadi walau hanya karena trauma yang minor, dan sangat susah untuk berhenti. Berbagai sistem organ seperti pernafasan, gastrointestinal, dan urogenital dapat ikut terlibat. Epistaksis pada individu ini bervariasi tingkat keparahanya, tapi secara universal epistaksisnya pasti akan berulang. Gangguan vaskuler lainya yang menjadi predisposisi dari epistaksis meliputi neoplasma, aneurysm, dan endometriosis Peninggian tekanan vena seperti pada ernfisema, bronkitis, pertusis, pneumonia, tumor leher dan penyakit jantung pada pasien dengan pengobatan antikoagulansia.Sumber perdarahan Sumber perdarahan berasal dari bagian anterior atau posterior rongga hidung.Epistaksis anterior Berasal dari pleksus Kiesselbach atau a.etmoidalis anterior. Perdarahan biasanya ringan, mudah diatasi dan dapat berhenti sendiri. Pada saat pemeriksaan dengan lampu kepala, periksalah pleksus Kiesselbach yang berada di septum bagian anterior yang merupakan area terpenting pada epistaksis. la merupakan anastomosis cabang a.etmoidalis anterior, a.sfenopaltina, a. palatina asendens dan a.labialis superior. Terutama pada anak pleksus ini di dalam mukosa terletak lebih superfisial, mudah pecan dan menjadi penyebab hampir semua epistaksis pada anak.Epistaksis posterior umumnya berat sehingga sumber perdarahan seringkali sulit dicari. Umumnya berasal dari a.sfenopalatina dan a.etmoidalis posterior. Sebagian besar darah mengalir ke rongga mulut dan memerlukan pemasangan tampon posterior untuk mengatasi perdarahan. Sering terjadi pada penderita usia lanjut dengan hipertensi.

PatofisiologiRongga hidung kita kaya dengan pembuluh darah. Pada rongga bagian depan, tepatnya pada sekat yang membagi rongga hidung kita menjadi dua, terdapat anyaman pembuluh darah yang disebut pleksus Kiesselbach. Pada rongga bagian belakang juga terdapat banyak cabang-cabang dari pembuluh darah yang cukup besar antara lain dari arteri sphenopalatina.Rongga hidung mendapat aliran darah dari cabang arteri maksilaris (maksila=rahang atas) interna yaitu arteri palatina (palatina=langit-langit) mayor dan arteri sfenopalatina. Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari arteri fasialis (fasial=muka). Bagian depan septum terdapat anastomosis (gabungan) dari cabang-cabang arteri sfenopalatina, arteri etmoid anterior, arteri labialis superior dan arteri palatina mayor yang disebut sebagai pleksus kiesselbach (littles area).Jika pembuluh darah tersebut luka atau rusak, darah akan mengalir keluar melalui dua jalan, yaitu lewat depan melalui lubang hidung, dan lewat belakang masuk ke tenggorokan.Epistaksis dibagi menjadi 2 yaitu anterior (depan) dan posterior (belakang). Kasus epistaksis anterior terutama berasal dari bagian depan hidung dengan asal perdarahan berasal dari pleksus kiesselbach. Epistaksis posterior umumnya berasal dari rongga hidung posterior melalui cabang a.sfenopalatina.Epistaksis anterior menunjukkan gejala klinik yang jelas berupa perdarahan dari lubang hidung. Epistaksis posterior seringkali menunjukkan gejala yang tidak terlalu jelas seperti mual, muntah darah, batuk darah, anemia dan biasanya epistaksis posterior melibatkan pembuluh darah besar sehingga perdarahan lebih hebat jarang berhenti spontan.