emile durkheim

23
SUMBANGAN PEMIKIRAN EMILE DURKHEIM TENTANG SOSIOLOGI HUKUM Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Sosiologi Hukum Dosen Pengampu : Dr. Joko Murshito Disusun Oleh FENI FITRIANI NPM. 1404102 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA JURUSAN SYARI’AH

Upload: kio-quw

Post on 06-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

sOSIOLOGI HUKUM MENURUT EMILE DURKHEIM

TRANSCRIPT

SUMBANGAN PEMIKIRAN EMILE DURKHEIMTENTANG SOSIOLOGI HUKUM

Makalah ini Disusun Guna Memenuhi TugasMata Kuliah : Sosiologi Hukum

Dosen Pengampu : Dr. Joko Murshito

Disusun Oleh

FENI FITRIANINPM. 1404102

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGAJURUSAN SYARIAH

PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JURAI SIWO METRO LAMPUNG2015KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Hukum.Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Sumbangan Pemikiran Emile Durkheim Tentang Sosiologi Hukum, yang kami sajikan berdasarkan beberapa sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Pascasarjana STAIN Jurai Siwo Metro. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jau dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.Wassalamualaikum Wr. Wb.Metro, Mei 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB IPENDAHULUAN1A. Latar Belakang1B. Rumusan Masalah2BAB IIPEMBAHASAN3A. Biografi Emile Durkheim3B. Pemikiran Emile Durkheim Mengenai Sosiologi Hukum6BAB IIIKESIMPULAN11DAFTAR PUSTAKA12

iiBAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSosiologi merupakan suatu ilmu yang telah melalui proses perkembangan pemikiran filosofi dan empirical-histories.Fenomena sosial yang terjadi di Eropa Barat antara abad ke-15 hingga abad ke-18 merupakan latar belakang yang sangat mempengaruhi perkembangan sosiologi. Sosiologi dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang memiliki paradigma majemuk disebabkan oleh kompleksitas permasalahan yang ada di masyarakat sehingga menghasilkan berbagai macam sudut pandang dalam sosiologi itu sendiri.Durkheim merupakan tokoh sosiologi klasik yang berasal dari perancis. Sumbangan Durkheim dalam ilmu sosiologi antara lain mengenai struktur sosial, pemikiran Durkheim mengenai struktur sosial terinspirasi dari buku leviathan karangan Thomas Hobbes. Dalam buku tersebut diterangkan bahwa manusia dapat menjadi predator bagi sesamanya atau disebut sebagai homo homini lupus. Konteks sejarah saat itu erat kaitannya dengan revolusi perancis dan revolusi inggris. Oleh karena itu Durkheim mengajurkan diperlukannya sebuah struktur sosial yang dapat membentuk sebuah tatanan sosial yang tertib, rasional, dan moral. Pada dasarnya pemikiran Durkheim dilandasi 2 pemikiran tokoh lain, yaitu Thomas hobbes dan Charles Darwin. Charles Darwin menginspirasi Durkheim mengenai evolusi sosial. Durkheim juga seorang moralis, mengutamakan solidaritas sosial.Durkheim dapat dipandang sebagai salah seorang yang meletakkan dasar-dasar sosiologi modern. Durkheim adalah seorang ahli sosiologi yang sangat luas bidang perhatiannya. Ia menulis tentang metode-metode sosiologi, tentang pengetahuan dan sosiologi agama, tentang pembagian kerja dan bunuh diri, tentang pendidikan dan moral, dan tentang sosialisme. Hubungan dengan masalah-masalah sosial selau tampak dalam karyanya.Durkheim sebagi tokoh klasik utama yang pendekatan teoritisnya menekankan tingkat analisa struktur sosial serta memperhatikan proses sosial yang meningkatkan integrasi dan solidaritas dalam masyarakat. Sosidaritas sosial dan integrasi mungkin dilihat sebagai suatu contoh dari fakta sosial yang berada diluar individu dan tidak dapat dijelaskan menurut karakteristik individu. Untuk memahami tingkat dan tipe solidaritas sosial yang terdapat dalam masyarakat, perlu menganalisa stuktur sosialnya.Tekanan Durkheim pada tingkat analisa struktur sosial adalah pada analisa mengenaihasil-hasil tindakan sosial yang obyektif terlepas dari motif-motif subyektif, serta minatnya pada penelitian mengenai dasar-dasar keteraturan sosial, merupakan elemen-elemen utama dalam teori fungsional masa kini.Ada dua tema penting dalam karya Emile Durkheim.Pertama, keutamaan sosial daripada individu.Kedua, ide bahwa masyarakat bisa dipelajari secara ilmiah.Kita hidup di tengah masyarakat yang cenderung melihat segala sesuatu diseabkan oleh individu, bahkan persoalan sosial sekalipun seperti rasisme, polusi, dan resesi ekonomi. Durkheim mendekati masalah ini dari perspektif yang berlawanan , ia lebih menekankan dimensi sosial dari seluruh fenomena manusia. Durkheim melihat bahwa kekuatan-kekuatan sosial dapat bekerja dan mempunyai pengaruh terhadap individu yang bersifat membebaskan, karena kekuatan-kekuatan ini lalu dapat diperhitungkan dan mungkin disesuaikan melalui tindakan manusiaAda dua tema penting dalam karya Emile Durkheim. Pertama, keutamaan sosial daripada individu. Kedua, ide bahwa masyarakat bisa dipelajari secara ilmiah.Kita hidup di tengah masyarakat yang cenderung melihat segala sesuatu diseabkan oleh individu, bahkan persoalan sosial sekalipun seperti rasisme, polusi, dan resesi ekonomi. Durkheim mendekati masalah ini dari perspektif yang berlawanan , ia lebih menekankan dimensi sosial dari seluruh fenomena manusia. Durkheim melihat bahwa kekuatan-kekuatan sosial dapat bekerja dan mempunyai pengaruh terhadap individu yang bersifat membebaskan, karena kekuatan-kekuatan ini lalu dapat diperhitungkan dan mungkin disesuaikan melalui tindakan manusia

B. Rumusan MasalahBagaimana sumbangan pemikiran Emile Durkheim dalam sosiologi hukum?

BAB IIPEMBAHASAN

A. Biografi Emile DurkheimEmile Durkheim lahir pada tanggal 15 April 1858 di Epinal, Prancis. Ia berasal dari keluarga rabbi atau pendeta bagi kaum Yahudi. Tetapi pada umur belasan tahun, Ia menyangkal silsilah keturunanya (Strenski, 1997: 4). Sejak saat itu, minat terhadap agama lebih akademis daripada teologis (Mestrovic, 1988). Ia tidak hanya kecewa dengan ajaran agama, namun juga pada pendidikan umum dan penekananya pada soal-soal literer dan estetis. Ia mendambakan bisa mempelajari metode-metode ilmiah dan prinsip-prinsip moral yang bisa memandu kehidupan sosial. Pada tahun 1887 Ia mengajar filsafat di beberapa sekolah provinsi di sekitar Paris.Keinginanya dalam mempelajari ilmu pengetahuan semakin besar ketika Ia melakukan perjalanan ke Jerman. Disana Ia mengenal psikologi ilmiah yang dirintis oleh Wilhelm Wundt. Di tahun-tahun setelah kunjunganya ke Jerman, Durkheim menrbitkan beberapa karya yang menuliskan pengalamanya di Jerman. Publikasi-publikasi ini membantu Ia memperoleh posisi di departemen filsafat di Universitas Bordeaux pada tahun 1887. Disana Durkheim memberikan kuliah dalam ilmu sosial di sebuah Universitas Prancirs untuk pertama kalinya. Hal ini merupakan prestasi terbesar, karena hanya berjarak satu dekade sebelumnya kehebohan menggemparkan merebak di sebuah Universiras Prancis setelah seorang mahasiswa menyebut Auguste Comte dalam disertasinya. Tanggung jawab utama Durkheim adalah memberikan pedagogik untuk calon guru sekolah, dan mata kuliahnya yang paling penting adalah pendidikan moral. Alasan dari pendidikan moral sendiri adalah agar para pendidik mampu menularkan sistem moral kepada siswa-siswanya yang diharapkan memperbaiki kemrosotan moral yang Ialami masyarakat Prancis.Pada tahun 1893, ia menerbitkan tesis doktoralnya dalam bahasa Prancis,The Division of Labor in Society,dan tesisnya dalam bahasa latin tentang Montesqieu. Disusul pada tahun 1895, terbit pernyataan metodologi utamanya,The Rules of Sociological Method,lalu pada tahun 1897 metode-metode tersebut diterapkan dalam studi empiris pada bukuSuicide. Pada tahun 1896 ia menjadi professor penuh di Bordeaux. Pada tahun 1902 ia diundang oleh universitas di Prancis paling terkenal, Sorbonne, dan pada tahun 1906 resmi menjadi professor untuk ilmu pendidikan, pada tahun 1913 bertambah satu jabatan dan berubah menjadi professor ilmu pendidikan dan sosiologi. Karya terkenal lainya adalahThe Elementary Forms of Religious Life,terbit tahun 1912.Kini Durkheim seringkali disebut sebagai seorang yang berhaluan politik konservatif termasuk pengaruhnya dalam bidang sosiologi. Namun, pada zamanya ia dikenal sebagai seorang liberal, dan ini tercermin ketika Ia secara aktif dalam membela Alfred Dreyfus, kapten tentara keturunan Yahudi yang dinyatakan bersalah melakukan pengkhianatan karena diduga membocorkan dokumen rahasia Prancis kepada kedutaan Jerman dan divonis mati oleh kebanyakan orang yang bermotif anti-Semitisme atau anti-Yahudi. Durkheim sangat tersinggung oleh persoalan Dreyfus itu, khususnya anti-Semit yang ada di dalamnya. Namun Durkehim tidak menyebut anti-Smitisme tersebut sebagai rasisme di kalangan mayarakat Prancis. Secara khusus, ia melihatnya sebagai suatu gejala penyakit moral yang dihadapi masyarakat Prancis secara keseluruhan.Ketika masyarakat mengalami penderitaan, ia harus menemukan seseorang yang dapat diintai pertanggung jawaban atas derita tersebut, yang menanggung nasib buruk: dan mereka yang ditentang publik pada dasranya telah dirancang untuk memainkan peran ini. Itu semua adalah kaum paria yang berfungsi sebagai korban yang dihukum. Yang meyakinkan saya dalam tafsir ini adalah bagaiman vonis pengadilan kasus dreyfus dibuat pada tahun 1894. Ada gelombang kegembiraan diboulevard.Orang merayakan bak kemenangan sesuatu yang seharusnya menjadi sebab bagi duka publik. Paling tidak mereka tahu siapa yang harus disalahkan atas terjadinya kesulitan ekonomi dan tekanan moral yang mereka alami. Kesulitan datang dari orang Yahudi. Tuduhan inin telah dibuktikan secara resmi. Dengan fakta ini, beberapa hal tampak semakin baik dan orang merasa nyaman. (Lukes, 1972: 345)Perhatian Durkheim terhadap kasus Dreyfus adalah perhatianya yang juga begitu dalam seumur hidupnya terhadap moralitas dan krisis moral yang dihadapi masyarkat modern. Menurutnya, jawaban atas kasus Dreyfus tidak lain karena akhir kekacauan moral yang ada dalam masyarakat. Karena perbaikan moral dalam masyarakat tidak dapat dilakukan secara mudah dan cepat, maka Durkheim menyarankan adanya tindakan yang lebih khusus seperti tindakan tegas bagi mereka yang memancing kebencian terhadap orang lain dan pemerintah denganberupaya menunjukan kepada masyarakat atau publik bahwa menyebarkan rasa kebencian itu adalah penyesatan dan terkutuk. Ia juga menyerukan kepada orang berani menyuarakan dengan lantang apa yang mereka pikirkan, dan bersatu pada untuk meraih kemenangan dalam perjuangan melawan kegilaan publik.[footnoteRef:2] [2: Munir Fuady, Perbandingan Ilmu Hukum, Cet. I, Bandung: PT Refika Aditama, 2007, hal. 367]

Perhatian Durkheim pada sosialisme juga dijadikan bukti untuk melawan gagasan bahwa Ia adalah seorang konservatif, meski sosialisme ini sangat berbeda dengan pemikiran Marxisme. Ia menamakan Marxisme itu sebagai serangkaian hipotesis yang data diperdebatkan dan ketinggalan zaman. (Lukes, 1972: 323). Menurut Durkheim, sosialisme mempresentasikan gerakan yang ditujukan bagi regenerasi moral masyarakat melalui moralitas ilmiah, dan tidak dengan cara politik jangka pendek maupun pada aspek ekonomi sosialisme. Ia tidak melihat ploretariat sebagai berkah atau penyelamat bagi masyarkat, dan sangat menentang agitasi atau kekerasan. Menurutnya sosialisme, adalah suatu paham dan keadaan yang merepresentasikan sistem tempat di manaprinsip moral ditemukan melalui studi sosiologi ilmiah harus diberlakukan.Durkheim berpengaruh begitu besar terhadap perkembangan sosiologi, dan tak hanya terbatas pada bidang sosiologi saja. Sebagian besar pengaruhnya terhadap bidang lain berasal dari jurnalLann Sociologique, yang ia dirikan pada tahun 1898. Sebuah lingkaran intelektual tumbuh dan berkembang dari jurnal itu dan Durkheim menjadi pusatnya. Melalui lingkaran itu, ia dan gaasan-gagasanya mempengaruhi berbagai bidang seperti antropologi, sejarah, bahasa dan psikologi yang sedikit ironis, karena menyerang disiplin ini.Durkheim wafat pada tanggal 15 November 1917. Dia adalah sosok paling disegani di kalangan intelektual Prancis, namun baru dua puluh tahun kemudian, yakni Talcott Parson saat menerbitkan buku berjudulThe Structure of Social Action(1937), karya Durkheim mulai berpengaruh signifikan dalam sosiologi Amerika.Sejak awal karir mengajarnya, Durkheim bertekad untuk menekankan pengajaran praktis ilmiah serta moral daripada pendekatan filsafat tradisional yang menurut dia tidak relevan dengan masalah sosial dan moral yang gawat yang sedang melanda Republik ketiga itu.1. Melembagakan Sosiologi sebagai Satu Disiplin AkademisPada tahun 1887, ketika Durkheim berusia 29 tahun, pemberian kuliahnya dan beberapa artikel yang ditulisnya membuat dia menjadi seorang ahli ilmu sosial muda yang terpandang.Untuk itu, dia dihargai dengan pengangkatannya di fakultas pendidikan dan fakultas ilmu sosial di Universitas Bordeaux.Tahun 1896 Durkheim diangkat menjadi professor penuh dalam ilmu sosial.Kemudian tahun 1899 Durkheim ditarik ke Sorbonne, dan dia dipromosikan sebagai professor penuh dalam ilmu pendidikan pada tahun 1906.Pada tahun 1913 kedudukan Durkheim diubah ke ilmu pendidikan dan sosiologi.Akhirnya, secara resmi didirikan dalam lembaga pendidikan yang sangat terhormat di Prancis. Tahun 1917, pada usia 59 tahun Durkheim meninggal, sesudah menerima penghormatan dari orang-orang semasanya untuk karirnya yang produktif dan bermakna, serta setelah ia mendirikan dasar sosiologi ilmiah.2. Pengaruh Sosial dan Intelektual terhadap DurkheimPerhatian Durkheim sepanjang hidupnya terhadap solidaritas dan integrasi sosial muncul antara lain karena keadaan keteraturan sosial yang goyah di masa Republik Ketiga selagi dia masih muda. Durkheim lebih tertarik untuk berusaha memahami dasar-dasar munculnya keteraturan sosial yang baru.Dia melihat kesulitan-kesulitan selama periode peralihan dimana dia hidup, tetapi dia juga optimistis bahwa pengetahuan ilmiah tentang hukum masyarakat dapat menyumbang terkonsolidasinya dasar moral keteraturan sosial yang sedang muncul itu.Perhatian Durkheim terhadap moralitas umum terjadi bersamaan dengan masa peralihan dalam sistem pendidikan di Prancis.Durkheim memandang pengajaran moralitas umum bagi warga di masa mendatang dalam tahun-tahun pembentukannya merupakan hal yang sangat penting untuk memperkuat dasar-dasar masyarakat dan meningkatkan integrasi serta solidaritas sosialnya.3. Pertentangan dengan Individualisme SpencerSeperti Comte dan Durkheim, Spencer tertarik pada perkembangan evolusi jangka panjang dari masyarakat-masyarakat modern.Namun pandangan Spencer mengenai masyarakat yang bersifat organis berbeda dengan pandangan dari Comte dan Durkheim. Bagi Spencer, kunci untuk memahami gejala sosial atau gejala alamiah lainnya adalah hukum evolusi yang universal.Perbedaan yang penting antara Spencer dengan Comte dan Durkheim adalah pandangan Spencer mengenai kenyataan sosial yang bersifat individualistis.Namun Spencer berusaha mendamaikan kedua pandangan ini dengan mengemukakan perbedaan-perbedaan pokok antara organisme biologis dan sosial.Tidak seperti satu organisme biologis, suatu masyarakat tidak mempunyai kulit penutup dan tidak mempunyai sumber inteligensi yang senttral atau sumber kontrol yang analogis dengan otak.Sebaliknya, pelbagai bagian dari masyarakat tersebar, dan masing-masing bagian itu memiliki inteligensi dan kontrol dirinya sendiri.Masyarakat tidak terlepas dari individu-individu yang merupakan bagian-bagiannya.Masyarakat ada sebagai hasil dari persetujuan kontraktual dimana individu saling berembuk untuk mengejar kepentingan pribadinya.Gambaran Spencer mengenai masyarakat yang ideal atau yang paling maju adalah masyarakat dimana individu memiliki kebebasan sebesar-besarnya untuk mengejar kepentingannya dan meningkatkan kebahagiaan tanpa diarahkan atau dikontrol oleh otoritas pusat manapun.Pandangan Spencer mengenai peranan yang tepat dari pemerintah berbeda dengan pandangan Comte dan Durkheim. Gagasan Comte mengenai masyarakat positivis yang ideal di masa depan adalah masyarakat dimana pemimpin-pemimpin yang senantiasa mendapat penerangan sosiologis akan memberikan kontrol yang kuat dalam mengatur pelbagai segi kehidupan sosial untuk memastikan bahwa hukum-hukum dasar yang mengendalikan keteraturan sosial dan kemajuan itu dipertahankan. Pandangan Durkheim kurang muluk, tetapi dia jugga melihat pemerintah sebagai pelindung dasar-dasar moral masyarakat.Gambaran Spencer yang bersifat individualistik tentang kenyataan sosial sangat berbeda dengan tekanan Durkheim bahwa fakta sosial mengatasi individu.Spencer mengasumsikan bahwa masyarakat merupakan hasil dari persetujuan kontraktual antara individu-individu yang bersepakat untuk mengejar kepentingan individunya.

B. Pemikiran Emile Durkheim Mengenai Sosiologi HukumPara penganut aliran sosiologis di bidang ilmu hukum, dapat dibedakan antara yang menggunakan sociology of law sebagai kajiannya, dan yang menggunakan sociological jurisprudence sebagai kajiannya.Sociology of law lahir di Italia, pertama kali dikenalkan oleh Anzilotti. Olehnya itu berkonotasi Eropa Daratan, sedangkan Sociological Jurisprudence lahir di Amerika Serikat, olehnya itu berkonotasi Anglo Saxon. Perbedaan yang substansial antara Eropa Daratan (Eropa Kontinental) dan Anglo Saxon adalah hukum Eropa Kontinental mengandalkan kodifikasi dan undanag-undang seabagai sumber hukum utamanya, tanpa terlalu banyak mengandalkan putusan pengadilan. Sebaliknya, sistem hukum Anglo Saxon, sebagai konsekuensi dari sistem stare decisis (sistem precedent), pada pokoknya lebih mengandalkan putusan hakim, disamping undang-undang produk parlemen.Terdapat pakar-pakar hukum Aliran Sosiologis di antaranya; Max Weber, Emile Durkheim, Eugen Ehrlich, Talcott Persons, Roscoe Pound dan Schuyt.[footnoteRef:3] Dari pakar Aliran Sosiologis yang akan penulis kemukakan esensi ajarannya adalah Emile Durkheim. [3: George Ritzer dan Douglas J. Goodman.Teori Sosiologi.Nurhadi (penerjemah). Yogyakarta: KREASI WACANA, 2004. Hal. 170]

Emile Durkheim dari perancis adalah seorang tokoh penting yang mengembangkan sosiologi dengan ajaran-ajaran yang klasik. Di dalam masyarakat dapat ditemukan dua macam kaidah hukum, yaitu Represif dan Restitutif. Di dalam masyarakat dapat dijumpai kaidah-kaidah hukum yang sangksinya mendatangkan penderitaan bagi mereka yang melanggar kaidah-kaidah hukum yang bersangkutan.[footnoteRef:4] Sanksi kaidah hukum tersebut menyangkut hari depan dan kehormatan seorang warga masyarakat atau bahkan merampas kemerdekaan dan kenikmatan hidupnya. Kaidah-kaidah hukum tersebut merupakan kaidah-kaidah hukum yang refresif yang merupakan hukum pidana. Dijumpai pula kaidah-kaidah hukum yang bersifat sanksi berbeda dengan kaidah-kaidah hukum yang refresif. Tujuan utama dari sanksi-sanksi kaidah hukum jenis yang kedua ini tidak perlu semata-mata mendatangkan penderitaan bagi mereka yang melanggarnya. Tujuan utama kaidah-kaidah hukum ini adalah untuk mengembalikan kaidah pada situasi semula, sebelum terjadi kegoncangan sebagi akibat dilanggarnya suatu kaidah hukum, kaidah tersebut adalah kaidah yang restitutif. Kaidah tersebut antara lain mencakup hukum perdata, hukum dagang, hukum acara, hukum administrasi, dan hukum tata Negara setelah dikurangi dengan unsur-unsur pidananya. Menurut Durkheim dapat di bedakan dua macam solidaritas positif yang dapat di tandai oleh ciri-ciri berikut: [4: Ibid., hal. 175]

1. Pada solidaritas pertama, seorang warga masyarakat secara langsung terikat kepada masyarakat. Didalam hal solidaritas yang kedua, seorang warga masyarakat tergantung kepada masyarakat, karena dia tergantung pada bagian-bagian masyarakat yang bersangkutan. 2. Dalam hal solidaritas kedua tersebut, masyarakat tidak dilihat dari aspek yang sama. Dalam hal pertama, masyarakat merupakan kesatuan kolektif dimana terdapat kepercayaan dan perasaan yang sama. Sebaliknya, pada hal kedua masyarakat merupakan suatu sistem yang terdiri dari bermacam-macam fungsi yang merupakan hubungan-hubungan yang tetap, sebetulnya keduanya merupakan suatu gabungan, akan tetapi dilihat dari sudut-sudut yang berbeda. 3. Dari kedua perbedaan tersebut timbullah perbedaan yang lain dapat menentukan karakteristik dan nama dua macam solidaritas di atas.[footnoteRef:5] [5: Osborne, Richard dan Borin Van Loon.Mengenal Sosiologi for Beginners.Siti Kusumawati A. (penerjemah). Bandung: Mizan, 1998. Hal. 166]

Durkheim berpendapat bahwa masyarakat dengan solidaritas mekanis dibentuk oleh hukum represif. Karena masyarakat seperti itu memiliki kesaman norma dan moralitas bersama. Apabila ada individu melanggar maka seluruh anggota masyarakat merasakan dampak dari pelanggaran tersebut. Maka pelanggar tersebut akan dihukum atas pelanggaran tersebut sistem moral kolektif. Biasanya hukuman yang diterapkan sangat berat walaupun pelanggaran yang dilakukan sangat kecil. Misalnya, apabila ada dua orang berzina, maka mereka dihukum rajam.Sebaliknya, masyarakat dengan solidaritas organis dibentuk oleh hukum restitutif. Seseorang yang melanggar mesti melakukan restitusi untuk kejahatan mereka. Pelanggaran yang terjadi dilihat sebagai serangan terhadap individu atau segmen lain, bukan terhadap sistem moral. Para pelanggar dalam masyarakat organis akan dituntut untuk membuat restitusi untuk siapa saja yang telah diganggu oleh perbuatan meraka.Esensi ajaran Emile Durkheim di antaranya:1. Sesungguhnya yang terdapat di dalam masyarakat yang begitu rumit hubungan-hubungannya, struktur-strukturnya dan lembaganya, ternyata mempunyai kontinuitas dan berada dalam kohesi yang kuat dan dapat bertahan dari masa ke masa.2. Yang terpenting dalam masyarakat itu adalah kehidupan sosial.3. Kehidupan kolektif tidak lahir dari kehidupan individu, melainkan individulah yang lahir dari kehidupan kolektif.4. Kehidupan sosial dapat bertahan terus karena masyarakat mampu mengorganisir dirinya sendiri, dan hukum itulah salah satu sarana pengorganisasian seperti itu, karena adanya hukum, maka msayarakat dapat stabil dan berkesinambungan.5. Hukum adalah simbol yang visible dari sosial order.6. Ada dua tipe masyarakat dengan tipe hukum dan tipe solidaritas yang berbeda.a. bentuk masyarakat yang sederhana memiliki bentuk solidaritas yang mekanik dan tipe hukum yang restitutif, b. bentuk masyarakat yang kompleks memiliki bentuk solidaritas yang organik dan tipe hukum yang restitutif.7. Di dalam masyarakat yang memiliki solidaritas mekanik, di antara anggota-anggota masyarakat terdapat suatu keterikatan yang besar, dan keterikatan yang besar itu yang menjadi dasar berdirinya masyarakat sederhana itu. Di dalam masyarakat seperti itu tidak dapat ditolerir timbulnya perbedaan, sehingga hubungan-hubungan di situ bersifat mekanis. Menurut cara berpikir mereka, kalau terjadi penyimpangan atau kelainan, menyebabkan ambruknya masyarakat itu. Hukum yang dapat menjamin masyarakat seperti itu adalah hukum yang bersifat represif atau menindak, jadi sifatnya hukum pidana.8. Di dalam masyarakat yang memiliki solidaritas organik, mengandalkan pada kebebasan dan kemerdekaan anggota masyarakatnya. Justru dengan kebebabasan dan kemerdekaan itulah menjamin berdirinya masyarakat kompleks itu. Hukum yang cocok adalah yang bersifat restitutif, jadi bukan bekerja dengan jalan menindak, tetapi hukum yang bekerja dengan memulihkan atau mengembalikan sesuatu pada keadaan semula (restitutif in integrum).[footnoteRef:6] [6: Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Ilmu Hukum & Filsafat Hukum; Studi Pemikiran Ahli Hukum Sepanjang Zaman, Cet. II, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Hal. 226]

Artinya, penting bagi Emile Durkheim adalah karena ia termasuk orang yang pertama memandang peranan hukum dalam membentuk masyarakat, yang kini lazim disebut hukum dalam membentuk masyarakatnya, yang kini lazim disebut hukum dan pembangunan. Jadi sebenarnya nenek moyang dari studi hukum dan pembangunan adalah Emile Durkheim.Pembaharuan suatu bidang hukum harus dibuat sesuai dengan arah bentuk masyarakat tertentu yang diinginkan. Sebagai contoh, konsep Ekonomi Pancasila, yang bentuk masyarakatnya adalah bentuk masyarakat sederhana. Untuk mensukseskan konsep Ekonomi Pancasila itu, harus diikutsertakan sarjana hukum sebagai arsitek sosialnya, yang akan merancang hukumnya, karena alat itu untuk dapat mewujudkan konsep tadi dalam hukum.Lebih lanjut Emile Durkheim menyatakan bahwa apa saja yang dapat dilakukan oleh setiap individu dalam masyarakat adalah tergantung social order. Jadi kebebasan itu tidak ada dalam inidividu, tetapi kebebasan itu berada dalam kerangka masyarakat.Durkheim membagi dua tipe solidaritas yaitu solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Solidaritas mekanis didasarkan pada suatu tingkatan homogenitas tinggi dalam kepercayaan, sentimen, pekerjaan, dan lain-lain. Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas mekanis menjadi satu dan padu karena orang adalah generalis. Ikatan dalam masyarakat seperti ini terjadi karena mereka terlibat dalam aktifitas yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama.Solidaritas organis muncul karena pembagian kerja bertambah banyak, pertambahan pembagian kerja menimbulkan tingkat ketergantungan, sehingga hal itu akan sejalan dengan bertambahnya spesialisasi di bidang pekerjaan kemudian bertambahnya spesialisasi menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan individu. Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas organis bertahan bersama justru dengan perbedaan yang ada di dalamnya, karena adanya rasa ketergantungan antara satu dengan yang lain. Dengan fakta bahwa semua orang memiliki pekerjaan dan tangung jawab yang berbeda-beda.

Karena masyarakat modern relatif memperlihatkan lapangan pekerjaan yang sempit, maka mereka membutuhkan banyak orang untuk bertahan. Keluarga primitif (masyarakat yang sederhana) dikepalai oleh ayah sebagai pemburu dan ibu sebagai peramu tumbuhan yang secara praktis mencukupi kebutuhannya, sementara keluarga modern membutuhkan penjual makanan, tukang roti, tukang daging, montir, guru, polisi, dan lain sebagainya. Masyarakat tersebut pada gilirannya, membutuhkan bermacam-macam jasa dari orang lain agar dapat bertahan hidup di dunia modern. Dalam pandangan Durkheim, masyarakat modern dipertahankan bersama oleh spesialisasi orang dan kebutuhan mereka akan jasa sekian banyak orang. Spesialisasi ini bukan hanya pada tingkat individu saja, akan tetapi juga kelompok, struktur, dan institusi.

Durkheim berpendapat bahwa masyarakat primitif memiliki kesadaran kolektif yang lebih kuat, yaitu pemahan, norma dan kepercayaan bersama. Peningkatan pembagian kerja menyebabkan menyusutnya kesadaran kolektif. Kesadaran kolektif kurang signifikan dalam masyarakat yang ditopang oleh solidaritas organis daripada masyarakat yang ditopang oleh solidaritas mekanis. Masyarakat modern lebih mungkin bertahan bersama dengan pembagian kerja dan membutuhkan fungsi-fungsi yang dimiliki oleh orang lain daripada bertahan dengan kesadaran kolektif bersama dan kuat. Oleh karena itu, meskipun masyarakat organis memiliki kesadaran kolektif, namun masyarakat tersebut adalah bentuk yang lemah yang tidak memungkinkan terjadinya perbedaan individual.

Di dalam masyarakat yang dibentuk oleh solidaritas mekanis, kesadaran kolekrif melingkupi seluruh masyarakat anggotanya, dia sangat diyakini, sangat rigid, dan isinya sangat bersifat religius. Sementara dalam masyarakat yang memilki solidaritas organis, kesadaran kolektifnya dibatasi pada sebagian kelompok, tidak dirasakan terlalu mengikat, kurang rigid dan isinya adalah kepentingan individu yang lebih tinggi daripada pedoman moral.

Ada beberapa contoh dalam masyarakat tentang solidaritas mekanis dan organis. Yaitu pada masyarakat yang memiliki pola pembagian kerja yang sedikit, seperti pada masyarakat desa. Masyarakat desa memiliki homogenitas pekerjaan yang tinggi misalnya sebagai petani. Dengan kesamaan yang dimiliki oleh masyarakat desa, dengan kesamaan itu membuat kesadaran kolektif antara individu di dalam masyarakat itu sangat tinggi. Masyarakat desa juga homogenitas dalam kepercayaan sangat tinggi, dibandingkan masyarakat kota. Kesamaan-kesamaan itulah yang mepersatukan masyarakat desa.

BAB IIIKESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa esensi ajaran Emile Durkheim di antaranya:1. Sesungguhnya yang terdapat di dalam masyarakat yang begitu rumit hubungan-hubungannya, struktur-strukturnya dan lembaganya, ternyata mempunyai kontinuitas dan berada dalam kohesi yang kuat dan dapat bertahan dari masa ke masa.2. Yang terpenting dalam masyarakat itu adalah kehidupan sosial.3. Kehidupan kolektif tidak lahir dari kehidupan individu, melainkan individulah yang lahir dari kehidupan kolektif.4. Kehidupan sosial dapat bertahan terus karena masyarakat mampu mengorganisir dirinya sendiri, dan hukum itulah salah satu sarana pengorganisasian seperti itu, karena adanya hukum, maka msayarakat dapat stabil dan berkesinambungan.5. Hukum adalah simbol yang visible dari sosial order.6. Ada dua tipe masyarakat dengan tipe hukum dan tipe solidaritas yang berbeda.a. bentuk masyarakat yang sederhana memiliki bentuk solidaritas yang mekanik dan tipe hukum yang restitutif, b. bentuk masyarakat yang kompleks memiliki bentuk solidaritas yang organik dan tipe hukum yang restitutif.7. Di dalam masyarakat yang memiliki solidaritas mekanik, di antara anggota-anggota masyarakat terdapat suatu keterikatan yang besar, dan keterikatan yang besar itu yang menjadi dasar berdirinya masyarakat sederhana itu. Di dalam masyarakat seperti itu tidak dapat ditolerir timbulnya perbedaan, sehingga hubungan-hubungan di situ bersifat mekanis. Menurut cara berpikir mereka, kalau terjadi penyimpangan atau kelainan, menyebabkan ambruknya masyarakat itu. Hukum yang dapat menjamin masyarakat seperti itu adalah hukum yang bersifat represif atau menindak, jadi sifatnya hukum pidana.8. Di dalam masyarakat yang memiliki solidaritas organik, mengandalkan pada kebebasan dan kemerdekaan anggota masyarakatnya. Justru dengan kebebabasan dan kemerdekaan itulah menjamin berdirinya masyarakat kompleks itu. Hukum yang cocok adalah yang bersifat restitutif, jadi bukan bekerja dengan jalan menindak, tetapi hukum yang bekerja dengan memulihkan atau mengembalikan sesuatu pada keadaan semula (restitutif in integrum)

DAFTAR PUSTAKA

George Ritzer dan Douglas J. Goodman.Teori Sosiologi.Nurhadi (penerjemah). Yogyakarta: KREASI WACANA, 2004Munir Fuady, Perbandingan Ilmu Hukum, Cet. I, Bandung: PT Refika Aditama, 2007Osborne, Richard dan Borin Van Loon.Mengenal Sosiologi for Beginners.Siti Kusumawati A. (penerjemah). Bandung: Mizan, 1998Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Ilmu Hukum & Filsafat Hukum; Studi Pemikiran Ahli Hukum Sepanjang Zaman, Cet. II, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007