elektroretinogram erg.docx
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 Elektroretinogram ERG.docx
1/12
ELEKRORETINOGRAM (ERG)
Pada ulasan ini, sebagai penjelasan awal, pembaca akan diajak untuk mengenali mata secara
umum beserta penampangnya. Selanjutnya, penjelasan tersebut akan lebih ditekankan pada
anatomi retina yang menjadi basis atau sumber bioelektrik ERG. Dengan dua penjelasan tentang
deskripsi mata dan retina, penjelasan akan mengarah pada elektrofisiologi mata yang dikaitkan
erat dengan ERG. Setelah itu, model yang dapat menjelaskan bentuk ERG yang timbul akan
dijelaskan pula, diikuti dengan sifat-sifat spasial ERG. Itu semua dilakukan sebelum sampai
pada kesimpulan tentang kegunaan ERG tersebut.
Gambar 1Elekroretinogram (ERG)
1. Anatomi Mata Secara UmumSebuah mata normal [1] merupakan organ sferik berdiameter sekitar 24 mm (gambar 1;
bagan penampang mid-sagital pada mata yang menunjukkan lapisan- lapisan mata dan
pembuluh-pembuluh darahnya). Retina yang terletak di bagian belakang mata merupakan
bagian sensoris mata atau bagian yang mendeteksi adanya rangsangan.
-
7/30/2019 Elektroretinogram ERG.docx
2/12
Gambar 2
Penampang mata mid-sagital
Bagian-bagian (secara berurutan) pentransmisi cahaya yang masuk dalam mata ialah
kornea, ruang anterior, lensa, dan ruang vitreous. Cairan transparan yang disebut aqueous
humorberada dalam ruang anterior. Sementara itu, ruang vitreous terisi oleh gel transparan
bernama badan vitreous. Aqueous humor berlaku sebagai medium penghantar zat nutrisi
(zat makanan) tetapi juga berperan penting secara optik. Aqueous humor secara normal
memiliki tekanan yang berkisar antara 2025 mmHg yang cukup untuk menggembungkan
mata demi menahan selubung luar mata yang bersifat menekan / menciutkan mata yakni
sklera dan koroid ( choroid). Hal di atas menyediakan ketepatan konfigurasi geometris
retina dan jalur optik yang diperlukan untuk memastikan formasi penghasil gambar (imaji)
visual jelas. Lebih lagi, aqueous humor merupakan hubungan penting antara sistem sirkulasi
dan dua bagian mata yang kekurangan pembuluh darah, yakni lensa dan kornea. Demi
menyuplai nutrisi dan oksigen pada kedua struktur itu, terdapatlah gerakan kontinu pada
cairan dan zat- zat terlarut antara aqueous humor dan pembuluh- pembuluh darah yang
berbatasan dengan aqueous humor. Adanya gangguan pada aliran tersebut, dalam kondisi
patologis, tak hanya menyebabkan kerusakan lensa dan k ornea namun juga peningkatan
tekanan internal mata sedemikian tinggi sehingga mampu melukai retina. Glaukomamerupakan istilah bagi kondisi bertekanan tinggi tersebut.
2. Anatomi RetinaDalam penelaahan pengaturan saraf pada retina, lima tipe sel saraf harus diketahui, yakni
fotoreseptor, sel bipolar, sel horizontal, sel amakrin, dan sel ganglion. Sel-sel ganglion
merupakan akson- akson pembentuk serabut-serabut saraf yang tersebar di permukaan
internal retina (terkumpul pada piringan optik/optic disc (gambar 2)). Sel-sel ganglion
juga membentuk sejumlah besar serabut saraf pada saraf optik. Sel-sel ganglion sangat
-
7/30/2019 Elektroretinogram ERG.docx
3/12
sedikit dibandingkan dengan jumlah fotoreseptor. Terdapat sebuah konvergensi dalam jalur-
jalur neural retina sebagai sebuah keseluruhan. Maksudnya, banyak fotoreseptor berakhir di
tiap sel bipolar (n:1 atau sejumlah n fotoreseptor berakhir di sebuah sel bipolar) dan banyak
sel bipolar juga berakhir di tiap sel ganglion. Derajat konvergensinya (atau perbandingan n
terhadap 1) beragam. Derajatnya lebih besar pada bagian perifer (ujung) retina dan
minimal pada fovea (gambar 3; lapisan-lapisan pada retina mata). Maka dari itu, rantai
neural dari fotoreseptor menuju sel ganglion ialah 1:1 pada daerah sekitar fovea.
Persambungan sinaptik antara fotoreseptor dan sel bipolar serta antara sel bipolar dan selganglion terjadi dalam dua region yang dapat dengan jelas dipisahkan. Lapisanpleksiform
eksternal merupakan daerah persambungan antara fotoreseptor dan sel bipolar.Lapisan
pleksiform internal merupakan daerah persambungan antara sel bipolar dan sel ganglion.
Koneksi-koneksi lateral juga ditemukan di kedua lapisan. Contohnya, sel-sel horizontal
menyambungkan sel batang (rods) dan sel kerucut (cones) pada level lapisan pleksiform
eksternal, dan sel-sel ama krin menyediakan persambungan horizontal kedua pada level
lapisan pleksiform lebih dalam. Maka dari itu, retina dapat dianggap tersusun secara
fungsional dari dua bagian: lapisan sensori luar yang mengandung sensor- sensor
fotoelektrik (fotoreseptor) dan lapisan lebih dalam yang mengatur dan meneruskan impuls-
impuls listrik hasil lapisan fotoreseptor menuju otak.
Gambar 3
Retina mata normal dilihat melalui optalmoskop(alat untuk melihat permukaan retina hanya dengan menyinari mata dengan cahaya)
Dua tipe fotoreseptor berada dalam retina mata manusia yaitu sel batang (peka terhadap
cahaya lemah) dan sel kerucut (mediator penglihatan full-color untuk cahaya kuat). Jika
seluruh bagan sistem saraf dibagi dua (segmen luar dan segmen dalam) maka kedua tipe sel
itu berada dalam segmen luar. Segmen dalam merupakan situs-situs penting metabolisme
dan mengandung semua persambungan ujung-ujung sinaptik. Segmen luar merupakan situs -
situs eksitasi visual. Segmen luar tersebut tersusun atas sel-sel batang (silindris dan tipis)
-
7/30/2019 Elektroretinogram ERG.docx
4/12
dan sel-sel kerucut (gemuk dan berbentuk kerucut). Tahap awal transduksi cahaya menjadi
pesan-pesan neural ialah absorbsi foton-foton oleh fotopigmen-fotopigmen yang ada di
segmen luar fotoreseptor retina atau tepatnya pada kedua jenis sel tadi [2]. Fotopigmen
yang berada dalam bungkusan membran padat / rapat pada segmen luar sel batang ialah
rodopsin. Rodopsin mudah diambil dan telah dipelajari secara ekstensif. Sel-sel kerucut
manusia mengandung satu dari tiga fotopigmen yang memiliki karakteristik absorbsi
fotospektral. Karakter ketiganya itu saling berbeda dan juga berbeda dengan rodopsin,
pigmen sel batang. Pigmen-pigmen sel kerucut manusia dan vertebrata lainnya sulit diambil
/ diisolasi, dan karakter spektralnya telah diukur oleh peralatan tak langsung, seperti
densitometri refleksi [3]. Semua pigmen bersifatfotolabil. Hal ini berarti bahwa kejadian-
kejadian yang dipicu oleh absorbsi cahaya akhirnya mengakibatkan breakdown atau
bleaching pada fotopigmen. Proses eksak transduksi itu belum diketahui secara
menyeluruh namun terjadinya bleaching pada rodopsin mungkin menyebabkan pelepasan
ion-ion penghantar. Ion-ion penghant ar tersebut menyebabkan perubahan potensial
membran. Hal ini akan mengakibatkan potensial aksi sel ganglion yang akan ditransmisikan
di sepanjang saraf optik. Ulasan tentang proses fototransduksi vertebrata dapat dilihat di [4]
dan [5].
3. Elektrofisiologi MataKetika retina dirangsang oleh kilasan cahaya, deretan perubahan potensial yang temporal
dan khusus dapat direkam antara dua elektrode. Elektrode pertama ialah elektrode
penjelajah yang terletak pada permukaan dalam retina atau pada kornea. Elektrode kedua
ialah electrode indifferent yang terletak pada bagian tubuh lainnya, biasanya pelipis, dahi,
atau earlobe. Perubahan-perubahan potensial tersebut diukur dengan Elektroretinogram
(ERG) dan secara klinis direkam dengan bantuan elektrode Ag-AgCl yang dilekatkan pada
lensa kontak khusus sebagai electrode penjelajah [6]. Lensa kontak berlapis cairan
bersalinitas (berkadar garam) itu terhubung dengan baik pada kornea yang tipis dan
terhubung dekat dengan aqueous humor. Dengan menganggap mata sebagai bola berisikan
cairan dan retina sebagai sumber bioelektrik yang mirip lembaran tipis terhubung dengan
sumbu posterior bola (gambar 4; bagan konfigurasi elektrode), maka didapatlah
visualisasi mudah untuk masalah konduktor- volumik dalam ERG.
-
7/30/2019 Elektroretinogram ERG.docx
5/12
-
7/30/2019 Elektroretinogram ERG.docx
6/12
Bagian pertama dari respon akibat kilasan cahaya ialah potensial reseptor awal (early-
receptor potential / ERP). Potensial tersebut dihasilkan oleh perubahan-perubahan awal
hasil induksi cahaya pada molekul-molekul fotopigmen. Komponen kedua, yang muncul
dalam rentang 1-5 ms, ialah potensial reseptor akhir (late- receptor potential / LRP). LRP
telah ditemukan maksimal dekat ujung-ujung sinaptik fotoreseptor sehingga menunjukkan
keluaran / output reseptor. Secara normal, ERP dan LRP membentuk ujung awal gelombang
a. Walau demikian, dengan tidak adanya gelombang b, jalur waktu totalnya dapat
diperhitungkan. ERP bersifat linear dengan intensitas cahaya. LRP justru tidak linear dan
beragam (aproksimasi) secara logaritmik dengan intensitas. Pada ERG manusia, gelombang
a dan b memiliki bagian- bagian yang terhubung dengan sel batang dan sel kerucut.
Gelombang d yang terekam pada offset rangsang cahaya itu besar kaitannya dengan mer
edanya komponen a dan b.
Maka dari itu, ERP muncul hampir sesaat dengan adanya rangsang cahaya, dan LRP yang
menuntun pada kemunculan gelombang a itu menunjukkan aktivitas pada ujung-ujung
sinaptik fotoreseptor beserta sel-sel lain di tingkat lapisan pleksiform luar. Gelombang b
yang mencolok itu disebabkan oleh aktivitas sel bipolar, namun sel ganglion juga aktif saat
gelombang b berlangsung. Sel-sel ganglion tak terlalu beragam daripada sel-sel bipolar
karena adanya konvergensi retinal umum. Semua sel-s el pada retina, kecuali sel ganglion,
menghasilkan respon masing- masing akibat rangsangan yang cukup. Respon itu berupa
potensial-potensial bertingkat yang bersifat tak tersalurkan (non- propagating nature) atau
singkatnya, potensial-potensial generator. Sementara itu, depolarisasi badan sel ganglion
menghasilkan potensial aksi yang terhantar dan melalui proses-proses saraf menuju otak.
Informasi lebih lanjut pada pemrosesan informasi visual dalam retina dapat dilihat pada [9],
[10], dan [11].
4. Masalah Konduktor-Volumik dalam ERGDari penjelasan sebelumnya, sebenarnya retina (gambar 1) terdiri dari penampang-
penampang kecil seperti yang tertera di gambar 3. Jika tiap penampang yang diterakan di
gambar 3 itu merupakan daerah-daerah eksitasi yang timbul pada saat cahaya diberikan
pada mata, maka mata dapat disebut sebagai medium konduktor sferik dengan sumber
bioelektrik berbentuk layer/ lapisan pada salah satu kutub sumbu optik. Pada kutub korneal
mata, daerah batas langsung berhubungan dengan udara, sedangkan bagian sisanya
memiliki batas luar berupa medium pembatas dekat sklera yaitu medium tulang- lemak (fat-
bone) yang melingkupi sebagian mata.
-
7/30/2019 Elektroretinogram ERG.docx
7/12
Gambar 5
Bagan konfigurasi elektrode
Dalam semua kasus, mata dibatasi oleh medium beresistansi elektrik tinggi dengan
sejumlah kecil (hampir nol) arus yang mengalir keluar menembus dinding sklera. Lensa
kontak, yang berlapis medium bersalinitas, terhubung dengan medium cair yang merendam
permukaan luar kornea dan dapat dianggap sebagai makroelektrode yang sekiranya
melapisi kutub korneal mata sferik. Elektrode indifferentsecara efektif berada di belakang
mata dan dianggap tidak dipengaruhi oleh medan-medan yang bersumber dari retina.
Potensial listriko(r, , ), yang diungkapkan dalam koordinat bola, pada titik medan manapun
dalam medium internal mata sferik dihasilkan dari solusi persamaan
[1]:
0 merupakan konduktivitas spesifik (S/cm) untuk medium internal mata, dan ir e t
merupakan densitas flux yang muncul (A/cm3) dari retina akibat adanya eksitasi / cahaya.
Dalam elektroretinografi, identifikasi sumber retinal lebih diminati dan diperlukan untuk
menemukan sifat dasar ir et dalam persamaan tadi. Bagaimanapun juga, sumber retinal
sebenarnya cukup rumit. Sumber retinal diketahui memiliki lapisan dan meskipun telah
menganggap bahwa bentuk lapisannya paling mendasar (contohnya, lapisan fotoreseptor
luar dan lapisan pemroses neural dalam), masalah masih timbul. Salah satu masalah yang
besar ialah sifat non-uniform pada retina akibat distribusi fotoreseptornya. Pada retina
primata, reseptor pada fovea hampir semuanya didominasi sel kerucut, sementara sel-sel
batang mendominasi pada bagian di sekitar 15 20o
dari fovea. Lagipula, fovea tidak
memiliki lapisan sel ganglion maupun sel bipolar. Ini bukan mengartikan adanya
kekurangan fungsional pada fovea, hanya saja sel-sel itu berada di sisi-sisi cekungan kecil
fovea (foveal pit). Masalah konvergensi neural juga memberi kontribusi pada sifat non-
uniform lapisan neural retina, terlebih pada ujung-ujung retina yang memiliki konvergensi
-
7/30/2019 Elektroretinogram ERG.docx
8/12
lebih besar (karena sel bipolar dan sel ganglion lebih sedikit relatif pada reseptor). Pada
kenyataannya, jumlah relatif tipe-tipe sel dan ramifikasi (jaringan / serabut rumit)
lateralnya membuat kejelasan akan adanya jalur- jalur yang saling overlap dalam retina.
Dalam retina manusia, ada secara bersama-sama sekitar 6,5 juta sel kerucut, 120 juta sel
batang, dan hanya 1 juta sel ganglion.
Gambar 6Model mosaik retinal dwilapis [kotak -kotak kecil
ialah volume-volume segmental retina dan panah - panah ialah arah -arah dipol]
Dengan derajat kerumitan seperti itu, muncullah saran atas model retina yang sederhana dan
mampu menyerupai potensial-potensial ERG sebenarnya (yang masih melibatkan
inhomogenitas spasial sumber retinal). Model tersebut ialah model mosaik retinal dwi-lapis.
Dalam model ini, lapisan retina dibagi atas volume-volume segmental dan sebuah sumber
dipol per unit volume yang terletak pada pusat tiap segmen (gambar 6). Untuk sebuah input
cahaya yang tetap, kekuatan-kekuatan dipol diukur secara spasial dan sumber dipol
bervariasi seiring dengan waktu dengan perilaku yang telah terduga (kekuatan dipol harus
meningkat seiring dengan intensitas cahaya). Dengan memilih- milih parameter model
berdasarkan informasi elektrofisiologis dan histologis, penentuan medan potensial listrik
dapat dilakukan. Hal ini sesuai dengan superposisi sumber-sumber dipol dalam suatu
konduktor volumik sferik yang melambangkan badan mata. Penelaahan yang menarik dan
rinci pada aspek-aspek teoritik dan eksperimental ERG mata kelinci dapat dilihat di [12],
[13], serta [14].
5. Sifat - sifat Spasial pada ERGPerekaman ERG dari daerah-daerah terlokalisasi pada retina dapat dilakukan di samping
respon klasik yang telah diungkap pada bagian sebelumnya (respon konvensional tersebut
biasanya diperoleh dari mata yang telah beradaptasi dalam kegelapan dan tiba- tiba dikenai
kilasan cahaya kuat (ERG kilat)). Brindley pada tahun 1956 [15] telah mampu
-
7/30/2019 Elektroretinogram ERG.docx
9/12
menunjukkan bahwa pada katak, jumlah total ERG yang dihasilkan beberapa daerah
retinal sama dengan satu ERG tunggal jika semua daerah retinal dirangsang bersama-
sama.
Gambar 7
ERG pada vertebrat
Sifat spasial pada ERG manusia telah diungkap dalam riset yang melibatkan Brindley dan
Westheimer di tahun 1965 [16] serta Aiba di tahun 1967 [17]. Superposisi linear pada
respon-respon ERG juga telah dikonfirmasi untuk retina manusia. Saat memberikanrangsang cahaya terlokalisasi pada sebagian retina manusia, tindak hati-hati harus
dilakukan untuk mencegah terhamburnya cahaya dalam mata yang akhirnya dapat
merangsang daerah retina lain. Untuk itu, penyinaran yang relatif kuat dan stabil diperlukan
agar menyinari sebagian besar retina sementara rangsang terlokalisasi dilakukan pada
daerah yang diingini. Penyinaran yang sedemikian rupa disebut penyinaran latar
(background illumination). Penyinaran tersebut menyebabkan retina beradaptasi dan
menjadikan dirinya kurang peka terhadap cahaya yang terhambur dari daerah yang disinari.
Umumnya, penyinaran latar yang relatif tinggi dan intensitas rangsang yang rendah lebih
dipilih karena menghasilkan potensial-potensial ERG lokal yang beramplitudo rendah dan
mudah dideteksi dengan perhitungan respon sedang yang melibatkan sejumlah besar
respon. Tanpa adanya tindakan pencegahan khusus tersebut, ERG resultan akan
menggambarkan respon retinal keseluruhan akibat rangsangan cahaya. Sifat dasar aktual
input cahaya menuju posisi retinal tertentu dalam lapisan fotoreseptor memang masih
sedikit diketahui.
-
7/30/2019 Elektroretinogram ERG.docx
10/12
6. KesimpulanMeskipun terdapat kerumitan anatomik pada retina, masalah-masalah untuk mendapatkan
rekaman ERG yang bagus dari subjek tak terlatih, dan kebutuhan pengerjaan teknik
rata-rata dalam mendapatkan ERG terlokalisasi spasial, ERG memiliki peran penting yang
berpotensi d alam menaksir perilaku retina secara fungsional. Aplikasi teori sistem dan
teknik analisis komputer juga telah dilakukan pada ERG klinik (Troelstra dan Garcia di
tahun 1975).
7. Daftar PustakaWebster, John G., MedicalInstrumentation, Application and Design, 2
ndedition, John
Wiley & Sons, Inc., 1995.
Dartnall, H. J. A., Thephotobiology of visual processes in H. Dawson (ed.), The Eye, 1st
ed. New York: Academic Press, Vol. 2, pp. 321-533, 1962.
Rushton, W. A. H., A cone pigment in the protanope, J. Physiol, 168, 345-359, 1963.
Lamb, T. D., Transduction in vertebrate photoreceptors: The roles of cyclic amp and
calcium, in Trends in the Neural Sciences (TINS). Amsterdam: Elsevier, 224-
228, 1986.
Yau, K. W., and D. A. Baylor, Cyclic GMP - activated conductance of retinal
photoreceptor cellsAnn. Rev. Neurosci., 12, 289-327, 1989.
Strong, P., BiophysicalMeasurements, Beaverton, OR: Tektronix, Inc., pp. 168-170,
1973.
Brown, K. T., and T. N. Wiesel, Localization of the origins of the electroretinogram
-
7/30/2019 Elektroretinogram ERG.docx
11/12
components by intraretinal recording in the intact cat eye, J. Physiol. , 158,
257-280,1961.
Brown, K. T., K. Watanabe, and M. Murakami, The early and late receptor potentials of
monkey cones and rodsCold Spring Harbor Symp. Quant. Biol., 30, 457-482,
1965.
Ratliff, F. (ed.), Studies inExcitation and Inhibition in the RetinaLondon: Chapman and
Hall, 1974.
Granit, R., The visual pathway, in H. Dawson (ed.), The Eye, 1st
ed. New York:
Academic, Vol. 2, pp. 537-763, 1962.
Brown, K. T., The electroretinogram: Its components and their origins, Vision Res ., 8,
633-677, 1968.
Krakow, C. E. T., On the potential field of the rabbit electroretinogram , Acta
Ophthalmol, 36, 183- 207, 1958.
Doslak, M. J., R. Plonsey, and C. W. Thomas, The effects of variations of the conducting
media inhomogeneities on the electroretinogram , IEEE Trans. Biomed. Eng.,
27, 88-9 4, 1980.
Doslak, M. J., and P- C. Hsu, Application of a bioelectric field model of the ERG to the
effect of vitreous haemorrhage, Med. Biol. Eng. Comput., 22, 552-557, 1984.Brindley, G. S., The effects on the frogs electroretinogram of varying the amount of
retina illuminated, J. Physiol, 134, 353-359, 1956.
Brindley, G. S., and G. Westheimer, The spatial properties of the human
electroretinogram , J. Physiol, 179, 518-537, 1965.
Aiba, T. S., et al., The electroretinogram evoked by the excitation of human foveal
cones , J. Physiol, 189, 43- 62, 1967.
Jacob, M.D., F.A.C.S., Stanley W. & Francone, Clarice Ashworth,Structure and Function
inMan
-
7/30/2019 Elektroretinogram ERG.docx
12/12