Download - Revisi pid klmpk 5
DASAR, HUKUM, DAN TUJUAN DAKWAH
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Jauharotul Farida, M. Ag.
Disusun Oleh:
Mita Lia Sofiana ( 131311115 )
Umi Dzunur Aini ( 131311125 )
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) WALISONGO Semarang
2014
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, berkembang pula kebudayaan, gaya hidup, maupun
kebiasaan yang menjadi rutinitas masyarakat modern. Dalam menanggapi berbagai
pengaruh kebudayaan yang masuk di dalam masyarakat, diperlukan suatu kegiatan
keagamaan sebagai sarana meningkatkan kualitas keagamaannya. Salah satu cara tersebut
adalah kegiatan berdakwah.
Dakwah sebagai aktivitas yang sangat penting dalam Islam. Dimana dakwah dapat
tersebar dan diterima oleh masyarakat. Sebaliknya tanpa adannya dakwah, Islam akan jauh
dari masyarakat dan selanjutnya bisa lenyap dari permukaan bumi. Keberadaan dakwah
dapat menata kehidupan agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis dan
bahagia. Karena pentingnya dakwah, maka perlu pula mempelajari secara mendalam
mengenai dasar, hukum, dan tujuan dakwah sebagai upaya memperkaya pengetahuan.
Pada dasarnya ajaran Islam yang disiarkan melalui dakwah dapat menyelamatkan manusia
dan masyarakat pada umumnya dari hal-hal yang dapat membawa pada kehancuran.
Berkaitan dengan kewajiban umat Islam untuk berdakwah yang secara kongkrit
telah terkodifikasi di dalam Alquran, sehingga hal ini berkolerasi dengan materi pada mata
kuliah Pengantar Ilmu Dakwah yang menawarkan pembahasan tentang dasar, hukum dan
tujuan dakwah. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul: Dasar, Hukum, Dan Tujuan
Dakwah. Penyusunan makalah ini diniatkan sebagai salah satu bahan yang dapat menjadi
tambahan literatur pengkajian ajaran Islam yang tertuang di dalam Alquran, agar dapat
memberikan sedikit cahaya keilmuan dengan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini ialah
sebagai berikut:
a. Apakah dasar dakwah?
b. Apakah hukum dakwah?
c. Apakah tujuan dakwah?
2
PEMBAHASAN
A. Dasar Dakwah
Dakwah sebagai aktivitas di dalam kehidupan seorang muslim, maka sudah barang
tentu aktivitas tersebut haruslah berlandaskan pada dasar-dasar ajaran agama Islam itu
sendiri. Adapun pokok landasan ajaran Islam pada dasarnya ialah Al-Qur’an dan al-Hadits.
Sedangkan pelaksanaan dakwah tersebut, juga menyangkut komuikasi antar sesama
manusia dalam masyarakat. Oleh karena itu, perlu diperhatikan pula peraturan-peraturan
yang berlaku di dalam masyarakat tersebut. Sehingga dengan demikian pelaksanaan
dakwah tidak banyak mengalami hambatan-hambatan.
Dalam membahas dasar dakwah, perlu dikemukakan adanya dua macam dasar,
yaitu:
a. Dasar keagamaan
Merupakan dasar yang melandasi dakwah sebagai akivitas keagamaan seorang
muslim, adapun dasar keagamaan dapat dibagi menjadi tiga: 1
1. Al-Qur’an
Terdapat banyak ayat yang secara implisit menunjukkan kewajiban
melaksanakan dakwah di dalam Al-Qur’an. Baik Al-Qur’an maupun As-Sunnah di
samping menjadi pedoman pokok setiap aktivitas orang Muslim, khusus dalam
masalah aktivitas dakwah secara kongkrit telah dijelaskan pula. Seperti contoh
dalam Al-Qur’an disebutkan, antara lain:
a. Q.S An-Nahl ayat 125
ه�ي� �ي �ت �ل با ه�م �د�ل و�جا �ة� ن ح�س� ال م�وع�ظ�ة� و�ال م�ة� ح�ك ل �ا ب �ك� ب ر� �يل� ب س� �لى� إ ادع�
�د�ين� ( م�هت ل �ا ب �م� �عل أ و�ه�و� �ه� �يل ب س� ع�ن ض�ل+ �م�ن ب �م� �عل أ ه�و� �ك� ب ر� �ن� إ ن� �حس� ا
١٢٥(
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan bijaksana dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
1 Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Pedoman untuk Mujtahid Dakwah), (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm. 126.
3
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.”
Kalimat �عyang اد dalam kaidah bahasa Arab merupakan bentuk kata
kerja perintah yang berarti ajaklah, menurut kaidah uşul fiqh setiap kalimat
perintah yang ada di dalam Alquran adalah perintah wajib yang harus dipatuhi
selama tidak ada dalil lain yang mengubah atau membuat perintah tersebut
menjadi sunnah atau ketetapan hukum yang lainnya.2
Sedangkan kalimat م�ة� ح�ك ل �ا menurut Datuk ب Tombak Alam berarti
kebijaksanaan, sehingga dakwah harus dilengkapi dengan beberapa hal sebagai
berikut:3
1. Retorika: mempelajari ilmu seni berbicara.
2. Didaktika: pembicaraan yang mengandung pelajaran.
3. Mensen-kennis: ilmu pengetahuan tentang manusia yang dihadapi.
4. Etika: tata tertib serta sopan santun dalam berdakwah.
5. Estetika: kata-kata yang indah dalam ajakan berdakwah.
6. Taktik: suatu taktik untuk memasukkan ide kepada orang lain.
Dalam melaksanakan pengabdian dalam bentuk dakwah kepada
masyarakat, diperlukan kemampuan untuk berkomunikasi atau dalam arti lain
diperlukannya metode tertentu yang tepat dalam berdakwah agar pesan yang
disampaikan dapat diterima oleh masyarakat selaku sasaran dalam berdakwah.
Surah an-Nahl ayat 125 tersebut, selain merupakan bentuk perintah yang
ditujukan kepada seluruh umat Islam untuk berdakwah, juga merupakan
tuntunan cara dalam melaksanakan aktivitas dakwah yang dapat relevan dengan
petunjuk yang terdapat di dalam Alquran. Jadi, selain memerintahkan kaum
muslimin untuk berdakwah, ayat di tersebut sekaligus memberi tuntunan
2 M. Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2004), hlm. 71.
3Rafiqi Mahdi, Ilmu Dakwah Dasar-Dasar Hukum Dakwah Islam, http://kumpulan-tulisan-rafiqi-mahdi.blogspot.com/2012/03/ilmu-dakwah-dasar-hukum-dakwah-islam.html , diakses pada tanggal 2 Juni 2014 pukul 13:00 WIB.
4
bagaimana cara-cara pelaksanaannnya yakni dengan cara baik yang sesuai
petunjuk agama.
2. Q.S Ali Imran ayat 110:
�هل و�أ �م ك ف�س� �ن أ ق�وا �وا آم�ن �ذ�ين� ال 8ه�ا ي� أ �ا ة� `ي ار� ح�ج� و�ال �اس� الن و�ق�ود�ه�ا ا �ار+ ن �م �يك
ون� �ؤم�ر� ي م�ا �فع�ل�ون� و�ي ه�م م�ر�� أ م�ا �ه� الل �عص�ون� ي ال� Aد�اد ش� Aظ غ�ال� Aة� �ك ئ م�ال� ه�ا �ي ع�ل
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik.”
Al-Quran surah Ali Imrân ayat 110 merupakan penegasan bahwa umat
nabi Muhammad SAW merupakan umat terbaik dari umat sebelumnya, hal
tersebut karena umat nabi Muhammad memiliki 3 karakter yang sekaligus
menjadi tugas pokok, 3 karakter tersebut adalah:
1) Mengajak kepada kebaikan (Beramr ma’ruf).
2) Mencegah kemunkaran (Bernahi munkar).
3) Beriman kepada Allah SWT sebagai pondasi utama untuk segalanya.
Dengan demikian manakala tiga ciri utama umat manusia di atas
ditinggalkan, maka lepaslah predikat Khairur Ummah (umat terbaik) dari umat
Islam. Sebaliknya, jika umat Islam memegang teguh dan mengamalkan ketiga
karakter atau ciri dan tugas utama di atas, maka umat Islam tetap berpredikat
Khairur Ummah.
Al-Quran surah Ali Imrân ayat 110 juga menjelaskan bahwa orang-orang
yang melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar akan selalu mendapatkan
keridhaan Allah, karena dapat diartikan bahwa mereka telah menyampaikan
ajaran Islam kepada manusia dan meluruskan perbuatan yang tidak benar
kepada akidah adan akhlaq Islamiyah.
Pada intinya berdakwah merupakan sebuah kewajiban yang diberikan
oleh Allah SWT, dan hal tersebut merupakan tanggung jawab umat Islam agar
5
dapat mengembangkan ajaran-ajaran Islam sekaligus menjadi aktivitas wajib
yang mengajarkan rasa solidaritas terhadap sesama umat Islam dengan saling
mengingatkan dan berbagi kebaikan sebagai bentuk dari keindahan ajaran
agama Islam.4
3. Al-Hadits
Di samping ayat-ayat Al-Qur’an, banyak pula hadits mengenai dasar
berdakwah. Rasulullah sendiripun sebagai pembawa risalah dan hamba Allah
yang ditunjukkan sebagai utusan Allah telah bersabda kepada umatnya untuk
berusaha dalam bidang dakwah.
Sabda beliau yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, berbunyi:5
لم فأن نه فبلسا يستطع لم فإن بيده فليغيره منكرا منكم رئ من
( ) , مسلم رؤاه يمان األ اضعف وذالك فبقبه يستطع
Artinya: “Barang siapa melihat di antara kamu satu kemungkaran, maka
hendaklah mencegahnya dengan tangannya, jika tidak bisa maka
dengan lisannya, dan jika tidak bisa maka dengan hatinnya. Dan
demikian itu merupakan iman yang paking lemah.” (Riwayat Bukhari
Muslim).
Hadits ini menunjukkan bahwa perintah kepada umat Islam untuk
mengadakan da’wah sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Bahkan
dalam hadits nabi lain juga dijelaskan:
أين ولو عنيه بلغوا
Artinya: “Sampaikanlah apa yang kamu terima dariku, walaupun hanya satu
ayat”. ( H.R. Bukhari )
4Rafiqi Mahdi, Ilmu Dakwah Dasar-Dasar Hukum Dakwah Islam, http://kumpulan-tulisan-rafiqi-mahdi.blogspot.com/2012/03/ilmu-dakwah-dasar-hukum-dakwah-islam.html , diakses pada tanggal 2 Juni 2014 pukul 13:00 WIB.
5 Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Pedoman untuk Mujtahid Dakwah), (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm. 132-133.
6
Jadi, dari keterangan ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi tersebut telah
nampak jelas bahwa kewajiban berdakwah merupakan tanggung jawab dan
tugas setiap muslim dan muslimat diamanapun dan kapanpun ia berada.
4. Ijtihad
Ijtihad telah dijelaskan dalam satu riwayat, dimana Rasulullah SAW.
Pernah mengirim utusan ke Yaman untuk menyampaikan dakwah, dua oranng
sahabat yang dikirim untuk menetap di sana ( Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa
Al Asy’ari ) dan kepada keduanya Rasulullah memberi amanat sebagai berikut:6
“Mudahkanlah, jangan kamu persulit, berikanlah kabar gembira jangan
tebalkan permusuhan.” Kepada Mu’adz Rasulullah berpesan : “Di sana kau
akan menjumpai ahli-ahli kitab, kalau kamu datang kepada mereka ajaklah
mereka mengakui tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu Rasulullah,
kalau mereka telah mengikutimu, ceritakanlah bahwa Allah mewajibkan
memberi sedekah ( zakat ) kepada mereka, diambil dari orang-orang kaya, dan
diberikan kepada orang-orang miskin, kalau mereka mematuhimu barulah
engkau boleh menerima kedermawanan mereka. Takutlah dua orang yang
teraniaya karena tidak ada dinding di antara mereka dengan Tuhannya.”
Kemudian Rasulullah bertanya kepada Mu’adz: “Bagaimana engkau
memutuskan suatu perkara?” kemudian Mu’adz menjawab: ”Saya putuskan
menurut ketentuan kitab Allah.” “Bagaimana kalau kamu tidak mendapatinya di
sana?”, tanya Rasulullah lagi. Mu’adz menjawab: “Saya putuskan menurut
sunnah Rasulullah”. Rasulullah bertanya lagi: “Kalau tidak engkau dapati di
sana?”. Mu’adz menjawab: “Saya mengambil pertimbangan sendiri, berijtihad
tanpa melepaskan kesungguhan dengan sekuat tenaga.” Maka Rasulullah
menepuk dadannya sambil bersabda: “Segala puji bagi Allah yang telah
menunjuki utusan dari utusan Allah”.
6 Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Pedoman untuk Mujtahid Dakwah), (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm. 133-134.
7
Ijtihat dalam satu segi dapat disebut sebagai dasar hukum Islam, akan
tetapi dapat pula disebut sebagai sistem di dalam melahirkan huum. Kemudian,
di dalam hukum tersebut tidaklah bertentangan dengan dalil-dallil Al-Qur’an
dan As-Sunnah yang sudah jelas.
Ijtihad di dalam perkembangan berikutnya semakin mempunyai peranan
di dalam memberikan jawaban dari permasalahan-permasalahan yang baru di
dalam kehidupan masyarakat. Adapun cara yang dipergunakan oleh para ulama
yaitu melalui kemampuan ilmiyahnya berusaha sekuat tenaga dan pikirannya
mengadakan perbandingan-perbandingan atau analogi atau biasanya disebut
dengan Qiyas, dengan berdasarkan pada dalil-dalil yang ada.
Selain cara tersebut, ada pula dengan mengadakan kesepakatan di antara
para ulama (ijma), apakah kesepakatan itu secara langsung atau kesepakatan
tersebut tidak langsung. Dimana terdapat kesepakatan diantara sebagian besar
ulama tentang satu permasalahan. Atau melalui cara-cara yang lain biasa
dikenal di dalam Kitab-Kitab Ushul Fiqih. Sebagai contoh, misalnya ijtihad
para ulama tentang Dakwah bil Hal dalam alam pembangunan sekarang.7
Selanjutnya, terkadang ijtihad juga berbentuk pertimbangan antara
Maslahah dan Massadah suatu permasalahan yang dihadapi, atau juga
pertimbangan antara lebih baik mencegah muddarat yang akan terjadi dari pada
mengambil mashlahahnya terlebih dahulu. Dan banyak lagi cara para
Mujtahidin dalam mengistibat hukum dari sumber pokoknya, yang tidak lain
adalah Al-Qur’an dan As Sunnah.
b. Dasar kemasyarakatan atau kenegaraan
Landasan ini lebih mengarah kepada pelaksanaan dan teknis operasional
dakwah yang erat kaitannya dengan lingkungan di mana dakwah itu dilakukan.
Peranan dakwah di dalam kehidupan bangsa kita menduduki tempat yang sangat
penting di dalam rangka mewujudkan masyarakat pancasila, yakni masyarakat yang
sosialistis-religius. Pancasila adalah ideologi negara yang harus menjiwai dan
7Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Pedoman untuk Mujtahid Dakwah), (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm. 134.
8
mewarnai kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya bangsa kita. Pancasila
adalah pandangan hidup yang harus menjadi wujud kehidupan kita.8
Dalam rangka mewujudkan masyarakat sosialistis religius tersebut, dakwah
memegang peranan yang penting dalam membangun dan mengembangkan
kehidupan keagamaan di tanah air kita. Karena membangun dan mengembangkan
kehidupan keagamaan merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka
membangun manusia seutuhnya.
Selain pancasila, GBHN, Keputusan Menteri Agama tentang Pedoman
Penyiaran Agama, terdapat pula landasan lain yakni Undang-Undang Dasar 1945
yang di dalam pasal 29 dinyatakan:
“Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.”9
Landasan lain seperti peraturan perundang-undangan yang berlaku di atas,
maupun norma masyarakat baik tertulis maupun tidak, dapat dijadikan dasar atau
landasan selama peraturan, undang-undang, serta norma tersebut tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Dengan demikian, prinsip-prinsip dakwah
dapat dilakukan dengan tekhnis dan pelaksanaan yang tepat, sedangkan sifat
dakwah yang jelas, tegas, lues, fleksibel, berangsur-angsur/berproses, dapat
dijabarkan dengan cermat dan baik.
B. Hukum Dakwah
Terdapat berbagai pendapat para ahli mengenai hukum dakwah, di antaranya
sebagai berikut:
a. Menurut Asmuni Syukir, hukum dakwah adalah wajib bagi setiap muslim,
karena hukum Islam tidak mengharuskan umat Islam untuk selalu memperoleh
hasil yang maksimal. Akan tetapi usaha yang diharuskan maksimal sesuai dengan
8 Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Pedoman untuk Mujtahid Dakwah ), (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm. 135.
9 Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Pedoman untuk Mujtahid Dakwah ), (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm. 137.
9
kemampuan dan keahlian yang dimiliki, sedangkan berhasil atau tidak dakwah
merupakan urusan Allah, hal ini berlandaskan kepada firman Allah di dalam Al-
Qur’an surah at-Tahrîm (66) : 6, sebagai berikut:10
ه�ا �ي ع�ل ة� ار� ح�ج� و�ال �اس� الن و�ق�ود�ه�ا ا �ار+ ن �م �يك �هل و�أ �م ك ف�س� �ن أ ق�وا �وا آم�ن �ذ�ين� ال 8ه�ا ي� أ �ا ي
ون� �ؤم�ر� ي م�ا �فع�ل�ون� و�ي ه�م م�ر�� أ م�ا �ه� الل �عص�ون� ي ال� Aد�اد ش� Aظ غ�ال� Aة� �ك ئ م�ال�
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”
b. Ibn Taimiyah menyatakan bahwa dakwah merupakan kewajiban secara kolektif
(fardhu kifayah), karena apabila sekelompok umat telah melaksanakan aktivitas
dakwah, maka kewajiban dakwah sudah terlepas bagi kelompok umat yang
lainnya. Ditambahkan oleh Muhammad Ghozali yang juga menyatakan bahwa umat
Islam harus saling membantu untuk tercapainya tujuan dakwah.11
Perbedaan pendapat mengenai hukum berdakwah disebabkan oleh perbedaan cara
pemahaman mereka terhadap dalil-dalil naqli (Al-Qur’an dan Hadits) di samping kondisi
sosial atau latar belakang yang berbeda beda baik pengalaman, pengetahuan, maupun
kemampuannya.
Akan tetapi secara ringkas dalam membahas hukum dakwah dapat dikemukakan
dua pendapat, yaitu:
1. Hukum dakwah adalah fardlu kifayah, maksudnnya dapat dilakukan oleh
sebagian orang saja atau sekelompok yang sudah dianggap memadahi.
Pendapatnya bersandar pada surah Ali Imron ayat 104:
10 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm. 27.
11 Rafiqi Mahdi, Ilmu Dakwah Dasar-Dasar Hukum Dakwah Islam, http://kumpulan-tulisan-rafiqi-mahdi.blogspot.com/2012/03/ilmu-dakwah-dasar-hukum-dakwah-islam.html , diakses pada tanggal 2 Juni 2014 pukul 13:00 WIB.
10
ع�ن� ه�ون� �ن و�ي وف� م�عر� �ال ب ون� م�ر� �أ و�ي ر� ي خ� ال �ل�ى إ �دع�ون� ي Aم�ة
� أ �م ك م�ن �ن �ك ت و�ل�ح�ون� م�فل ال ه�م� �ك� �Wئ �ول و�أ �ر� ك م�ن �ال
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imron: 104)
Ulama yang mengatakan bahwa dakwah merupakan wajib kifayah,
memiliki penafsiran tersendiri dengan pendapat bahwa arti Min dalam surah
Ali Imron 104 adalah sebagian dari kamu; sebab di antara umat Islam itu ada
beberapa oranng yang tidak mampu melaksanakan amr makruf nahi munkar
karena berbagai sebab. Sebagian ulama lain menyatakan bahwa amr makruf
nahi munkar itu wajib bagi orang yang berilmu (ulama) dan penguasa (umara’).
Oleh karena itu, makna dari ayat di atas adalah hendaklah sebagian dari kamu
ada sekelompok orang yang beramr makruf nahi munkar.12
Mereka menetapkan persyaratan yang ketat bagi pelaku dakwah, baik
persyaratan yang bersifat keilmuan, kualitas moral, maupun spiritual. Menurut
mereka, orang yang tidak memiliki dan memenuhi persyaratan ini tidak
memiliki kewajiban untuk berdakwah. Dakwah menurut mereka menjadi tugas
orang-orang yang secara formal dinamakan ulama atau tokoh-tokoh agama (al-
‘ulama wa rijal al-din) seperti yang dijelaskan sebelumnya yang beramr
makruf nahi munkar, bukan masyarakat biasa atau orang awam.
Adapun pendukung pendapat pertama ini, dakwah juga menyangkut dan
terkait dengan soal penjelasan hukum-hukum agama, dan karenanyatidak
semua orang memiliki kapasitas maupun kapabilitas untuk melaksanakan
dakwah. Di sisi lain, agama melarang menyerahkan suatu urusan kepada yang
tidak berkompeten dan menyebutnnya sebagai perbuatan yang melanggar
amanah.
2. Hukum dakwah adalah fardlu ‘ain, maksudnya bahwa dakwah itu menjadi
kewajiban setiap individu muslim, menurut kadarnya masing-masing. Ia akan
diganjar bila melaksanakannya sebagaimana akan berdosa bila
12Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, ( Jakarta Timur: Prenada Media ), hlm. 44.
11
meninggalkannya. Pendapat ini berdasarkan berdasarkan beberapa firman
Allah dan hadits-hadits Nabi. Dakwah menjadi kewajiban personal, karena ia
merupakan tuntutan iman. Dimana bagi setiap orang yang mengaku beriman,
diharuskan mengekspresikan keimanannya, selain melalui amal saleh,
persaksian iman juga dapat diwujudkan dalam bentuk dakwah dengan saling
berpesan melalui kebajikan dan ketakwaan sesuai kapasitas masing-masing
Muslim.
Kedua pendapat di atas dapatlah dijadikan bahan perbandingan, mengapa di antara
keduanya yang dapat diterima, untuk kemudian dapat disesuaikan dengan tuntunan dakwah
itu sendiri semenjak awal perkembangannya hingga sekarang dan untuk mendatang.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa dakwah merupakan aktivitas setiap muslim, namun
di dalam pelaksanaannya kadang-kadang dilakukan secara formal oleh orang-orang
tertentu saja atau kelompok tertentu dengan memakai cara tertentu, misalnya pidato atau
ceramah ( secara lisan ) atau membuat karangan naskah yang membahas masalah tertentu (
secara tertulis ).
Kewajiban dakwah bagi seorang muslim dapat dilakukan menurut kemampuannya
dan menurut kadar pengertian yang dimilliki. Hal ini memiliki makna bagi seseorang yang
bisa berpidato atau ceramah maka dakwah disampaikan melalui pidato atau ceramah.
Sedangkan yang lain yang tidak bisa, dapat melalui cara lain yang bisa dilakukannya,
misalnya menulis atau juga memberikan contoh teladan tentang amal kebajikan dan
seterusnya ( dakwah bil amal atau bil hal ).
Dari beberapa pendapat tentang hukum dakwah yang telah diuraikan, maka dapat
disimpulkan berdakwah hukumnya wajib secara kolektif bagi yang mempunyai
kemampuan dalam berdakwah, dan dakwah wajib secara individu dalam menuntut ilmu
agar mempunyai kemampuan untuk berdakwah, karena tidak dapat secara menyeluruh
umat Islam hanya berdakwah disebabkan selain dakwah juga banyak aspek yang harus
dipenuhi oleh umat Islam. Selain itu, tidak dapat dikatakan bahwa dakwah hanya sekedar
untuk orang-orang tertentu, akan tetapi pada dasarnya kewajiban dakwah berada pada
bagian yang menjadi prioritas untuk umat Islam secara menyeluruh
12
Sebagai kesimpulan, hukum berdakwah adalah wajib bagi seluruh umat Islam yang
mampu melaksanakannya, dan wajib hukumnya untuk berusaha memperoleh kemampuan
untuk berdakwah, sehingga dalam berdakwah untuk mencapai keberhasilan juga
diharuskan untuk mempunyai strategi baik berupa metode atau model yang digunakan agar
dakwah dapat diterima oleh masyarakat.
C. Tujuan Dakwah
Tujuan merupakan pernyataan bermakna, keinginan yang dijadikan pedoman
manajemen puncak organisasi untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan yang dilakukan
dalam waktu tertentu. Dalam tujuan memiliki target-target tertentu untuk dicapai dalam
jangka waktu tertentu.13
Dalam membahas tujuan dakwah terdapat bermacam-macam tujuan dakwah sesuai
dengan titik peninjauannya, di antaranya ialah:
1) Dasar tujuan dakwah
Tujuan dakwah sebetulnya tidak lain dari tujuan Islam itu sendiri yakni
transformasi sikap kemanusiaan (attitude of humanity transformation) atau yang dalam
terminologi al-Qur’an disebutkan al-ikhraj min al-zulumat ila al-nur. Menurut pakar tafsir
Abu Zahrah, al-nur (cahaya) adalah simbol dari karakteristik asal kemanusiaan (fitrah).14
Disebut demikian, karena hidup manusia akan bersinar hanya jika ia secara natural
mengikuti karakter asal tersebut. Sebaliknya, al-zulm (kegelapan) adalah simbol yang
menunjuk kepada situasi penyimpangan manusia dari karakter asalnya.
Dakwah sebagai perpanjangan tangan dari keyakinan Islam, berkonsentrasi dalam
mengajak manusia untuk kembali berkomitmen kepada tauhid beserta semua implikasinya.
Melalui komitmen tauhid ini, manusia diajak untuk memilih pandangan hidup yang
natural, senatural pengaturan Tuhan terhadap alam ini dan bersama-sama dengan alam
tunduk dan pasrah kepada ketentuan-Nya (al-islam).
Dalam kerangka masyarakat yang egalitarian, orang diberi kebebasan untuk
menyampaikan kebebasan dalam menyampaikan pendapatnya dan berekspresi. Dari sinilah
13 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, ( Jakarta Timur: Prenada Media ), hlm. 60.
14A. Ilyas Ismail, Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun Agama, ( Jakarta: Kencana ), hlm. 58.
13
semua orang memiliki tanggung jawab moral atas masyarakatnya dan berpartisipasi
membangunnya dengan saling berwasiat kebenaran dan kesabaran.
Sementara dalam kerangka masyarakat yang dikuasai tirani, kebebasan beragama,
berpendapat, berkreasi dan hak-hak asasi manusia dibelenggu, baik dengan mengatas
namakan hukum (kekuasaan), maupun atas nama otoritas agama (ortodoksi). Masyarakat
dibawah iklim tirani ini adalah masyarakat yang statis, beku, dan jauh dari kedinamisan
perkembangan sejarah. Selain mewujudkan iklim masyarakat yang dinamis dan egalitarian,
dakwah juga bertujuan melakukan pembebasan sosial (liberasi) dari tekanan-tekanan tirani.
Inilah tugas dakwah Nabi Muhammad seperti yang dibicarakan dalam ayat berikut:
اة� �ور� الت ف�ي د�ه�م ن ع� +ا �وب ت م�ك �ه� �ج�د�ون ي �ذ�ي ال �م�ي� األ �ي� �ب الن س�ول� الر� �ع�ون� �ب �ت ي �ذ�ين� ال
�ات� �ب الط�ي �ه�م� ل �ح�ل8 و�ي �ر� ك م�ن ال ع�ن� ه�اه�م �ن و�ي وف� م�عر� �ال ب ه�م م�ر� �أ ي ج�يل� �ن و�اإل
ه�م �ي ع�ل �ت �ان ك �ي �ت ال ل� �غال� و�األ ه�م �صر� إ ه�م ع�ن �ض�ع� و�ي �ث� �ائ ب خ� ال ه�م� �ي ع�ل م� ��ح�ر و�ي
ه�م� �ك� �ئ �ول أ م�ع�ه� ز�ل� ن� أ �ذ�ي ال 8ور� الن �ع�وا �ب و�ات وه� �ص�ر� و�ن وه� ر� و�ع�ز� �ه� ب �وا آم�ن �ذ�ين� ف�ال
�ح�ون� م�فل ال
....yaitu mereka yang mengikuti seorang Nabi, Rasul, yang ummiy, yang menyuruh mereka
yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan melepaskan beban dan belenggu yang
telah mengikat mereka.... (QS. Al-A’raf/7: 157).15
Selanjutnya, tujuan dakwah juga untuk menumbuhkan perhatian, kesadaran,
penghayatan, dan pengenalan terhadap ajaran agama yang dibawa oleh para juru dakwah.
Selain itu, dakwah turut mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama, atau
menyadarkan manusia tentang perlunya bertauhid dan mau mengamalkan ajaran Islam,
serta berperilaku baik ( memiliki akhlaqul karimah ).16
2) Tujuan dakwah ditinjau dari aspeknya
15A. Ilyas Ismail, Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun Agama, ( Jakarta: Kencana ), hlm. 59-62.
16 Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i, ( Jakarta: Amzah ), hlm. 58-59.
14
Tujuan dakwah dapat pula dibagi menjadi tujuan yang berkaitan dengan materi dan
objek dakwah. Dilihat dari aspek tujuan objek dakwah ada empat tujuan yang meliputi:
tujuan perorangan, tujuan untuk keluarga, tujuan untuk masyarakat, dan tujuan manusia
sedunia. Sedangkan tujuan dakwah dilihat dari aspek materi, menurut Masyhur Amin
terdapat tiga tujuan yang meliputi :
a. Tujuan Akidah, yaitu tertanamnya akidah yang mantap bagi tiap-tiap manusia.
b. Tujuan Hukum, yakni aktivitas dakwah bertujuan terbentuknya umat manusia
yang mematuhi hukum-hukum yang telah disyariatkan oleh Allah SWT.
c. Tujuan akhlak, yaitu terwujudnya pribadi muslim yang berbudi luhur dan
berakhlakul karimah.
Dari keseluruhan tujuan dakwah dilihat dari aspek tujuan objek dakwah maupun
materi dakwah, maka dapat dirumuskan tujuan dakwah adalah untuk memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat.
3) Tujuan dakwah ditinjau dari berbagai segi
a. Tujuan dakwah ditinjau dari segi waktu
Ditinjau dari segi waktu, tujuan dakwah dapat dibagi menjadi:
1. Tujuan sementara: ialah tujuan yang akan dicapai dalam jangka waktu
tertentu, dan berpangkal kepada tujuan sementara itu
kemudian akan dicapai tujuan selanjutnya.
2. Tujuan akhir : ialah tujuan yang pokok atau utama dalam suatu usaha
atau tujuan tersebut sebagai titik akhir dalam satu usaha
(Ultimate Goal).
b. Tujuan dakwah ditinjau dari segi jaraknya
Ditinjau dari segi jaraknya, tujuan dakwah dapat terbagi menjadi:
1. Tujuan dekat : ialah tujuan yang harus dicapai dalam waktu dekat.
2. Tujuan jauh : ialah tujuan yang ingin dicapai dalam jarak jauh.17
4) Tujuan dakwah dalam Al-Qur’an
17 Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Pedoman untuk Mujtahid Dakwah ), (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm. 140.
15
Adapun tujuan dakwah dalam Al-Qur’an, beberapa di antaranya adalah:
a. Dakwah bertujuan untuk menghidupkan kembali hati yang mati. Allah
berfirman:
�م �يك ي �ح ي �م�ا ل �م د�ع�اك �ذ�ا إ س�ول� �لر� و�ل �ه� �ل ل �وا يب �ج� ت اس �وا آم�ن �ذ�ين� ال 8ه�ا ي� أ �م�وا ا و�اعل
ون� ر� �حش� ت ه� �ي �ل إ �ه� ن� و�أ �ه� ب و�ق�ل ء� م�ر ال ن� �ي ب �ح�ول� ي �ه� الل �ن� أ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, patuhilah seruan Allah dan seruan Rasul
apabila Rasul menyeru kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu...”
(QS. Al Anfal: 24)
b. Agar manusia mendapat ampunan dan menghindarkan azab dari Allah.
�غف�ر� �ت ل �ه�م د�ع�وت �م�ا �ل ك �ي �ن و�إ
Artinya: Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru kepada mereka (kepada iman)
agar Engkau mengampuni mereka... (QS Nuh:7)
c. Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya.
ك�ر� �ن ي م�ن اب� �حز� األ و�م�ن� ك� �ي �ل إ ز�ل� ن� أ �م�ا ب ح�ون� �فر� ي �اب� ك�ت ال �اه�م� ن �ي �ت آ �ذ�ين� و�ال
ب� � م�آ ه� �ي �ل و�إ �دع�و أ ه� �ي �ل إ �ه� ب ر�ك� �ش أ و�ال� �ه� الل �د� �عب أ �ن أ ت� �م�ر أ �م�ا �ن إ ق�ل �عض�ه� ب
Artinya: Orang-orang yang telah kami berikan kepada mereka, bergembira dengan
kitab yang telah diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan Yahudi
yang bersekutu ada yang mengingkari sebagiannya. Katakanlah: “Sesungguhnya
aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu
dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku
kembali.” (QS. Ar Ra’d: 36)
d. Untuk menegakkan agama dan tidak terpecah belah
�ه� ب �ا ن و�ص�ي و�م�ا ك� �ي �ل إ �ا ن ي وح�� أ �ذ�ي و�ال �وح+ا ن �ه� ب Wو�ص�ى م�ا الد�ين� م�ن� �م �ك ل ع� ر� ش�
اه�يم� ر� �ب ع�ل�ى إ �ر� �ب اف�يه� ك �ف�ر�ق�و �ت ت و�ال� �ق�يم�واالد�ين� أ �ن Wو�ع�يس�ىW أ و�م�وس�ى
ه� �ي �ل إ �دع�وه�م ت م�ا ر�ك�ين� م�ش ال
16
Artinya: Dia telah mensyariatkan kepada kamu tentang agama yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan
apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu:
Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat
bagi orang-orang musyrik agama yang kau seru mereka kepadanya...” (QS. Asy
Syura: 13).18
Menjadi orang baik itu berarti menyelamatkan orang dari kesesatan, kebodohan,
kemiskinan, dan keterbelakangan. Oleh karena itu, dakwah bukanlah kegiatan mencari dan
menambah pengikut, tetapi kegiatan mempertemukan fitrah manusia dengan Islam atau
menyadarkan manusia seperti yang termuat pada tujuan dakwah dalam Al-Qur’an itu
sendiri.
5) Tujuan dakwah menurut para ahli
Terdapat pula tujuan dakwah yang dikemukakan oleh para ahli, salah satunya
adalah Muhammad Natsir yang mengemukakan bahwa tujuan dakwah adalah:
1. Memanggil manusia kepada syariat untuk memecahkan persoalan hidup, baik
persoalan hidup perorangan ataupun rumah tangga, berjamaah, bermasyarakat,
bersuku-suku, berbangsa-bangsa dan bernegara.
2. Memanggil manusia kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah Swt di muka
bumi, menjadi pelopor, pengawas, pemakmur, pembesar kedamaian bagi umat
manusia.
3. Memanggil manusia kepada tujuan hidup yang hakiki yaitu menyembah Allah
Swt. sebagai satu-satunya zat Pencipta.19
Di lain pihak, menurut para ahli di antaranya yaitu Dr. Mawardi Bachtiar yang
berpendapat bahwa tujuan dakwah adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur
serta mendapat ridhla Allah Swt. Sedangkan Prof. H.M. Arifin menjelaskan tujuan dakwah
untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran agama
yang disampaikan oleh pelaksana dakwah atau penerangan agama. Adapun menurut Prof.
18 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, ( Jakarta Timur: Prenada Media ), hlm. 62-63.
19 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, ( Jakarta Timur: Prenada Media ), hlm. 64.
17
Toha Yahya Umar, M.A. menjelaskan bahwa tujuan dakwah adalah untuk menobatkan
benih hidayah dalam meluruskan itiqad, memperbanyak amal secara terus-menerus,
membersihkan jiwa dan menolak syubhat agama. Selanjutnya M. Syafaat Habib
mengemukakan tujuan dakwah adalah berupaya untuk melahirkan dan membentuk pribadi
atau masyarakat yang berakhlak atau bermoral Islam. Lebih jauh lagi Syekh Ali Mahfudz
berpendapat bahwa tujuan dakwah adalah mendorong manusia untuk menerapkan perintah
agama dan meninggalkan larangan-Nya supaya manusia mampu mewujudkan kehidupan
bahagia di dunia dan di akhirat . Sementara Didin Hafiduddin menegaskan tujuan dakwah
adalah untuk mengubah masyarakat sebagai sasaran dakwah ke arah kehidupan yang lebih
baik dan lebih sejahtera lahiriah maupun bathiniah.
Dari sekian banyak atau bermacam-macam tujuan dakwah, tujuan tertinggi dari
usaha berdakwah hanya semata-mata mengharap dan mencari Ridlo Allah Swt. Hal ini
dapat diperoleh dengan menyadai arti hidup sebenarnya sehingga tujuan dakwah dapat
tercapai dengan maksimal. Baik dari tujuan dakwah, tujuan dakwah yang ditinjau dari
berbagai aspek, tujuan dakwah yang ditinjau dari berbagai segi, maupun tujuan dakwah
dalam Al-Qur’an itu sendiri.
18
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Dakwah sebagai suatu usaha untuk mengajak, menyeru, dan mempengaruhi
manusia agar selalu berpegang teguh pada ajaran Allah, guna memperoleh
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Usaha berdakwah tersebut adalah
sebuah kewajiban bagi kaum muslimin dan muslimat, sehingga dasar bedakwah
dapat dibagi menjadi dua, yakni dasar keagamaan ( meliputi: Al-Qur’an, Al-
Hadits, Ijtihad ) dan dasar kemasyarakatan atau kenegaraan.
b. Hukum dakwah dapat dikemukakan ke dalam dua pendapat. Dua pendapat
tersebut adalah hukum dakwah adalah fardlu kifayah dan hukum dakwah
adalah fardlu ‘ain, yang dari keduanya dapat dijadikan bahan perbandingan,
mengapa di antara keduanya yang dapat diterima, untuk kemudian dapat
disesuaikan dengan tuntunan dakwah itu sendiri semenjak awal
perkembangannya hingga sekarang dan untuk mendatang.
c. Terdapat bermacam-macam tujuan dakwah jika ditinjau dari berbagai segi
maupun aspek. Akan tetapi berdasarkan berbagai literatur, disebutkan bahwa
tema sentral dakwah adalah Islam. Maka dapat disimpulkan bahwa sebenarnya
tujuan dakwah tidak lain dari tujuan Islam itu sendiri, dengan menekankan
bahwa dakwah bertujuan untuk mengubah sikap mental dan tingkah laku
manusia yang kurang baik menjadi lebih baik atau meningkatkan kualitas iman
dan Islam seseorang. Jadi, tujuan tertinggi dari usaha berdakwah hanya semata-
mata mengharap dan mencari Ridlo Allah Swt.
19
B. Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah ini, dapat memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Ilmu Dakwah dengan baik dan benar. Di sisi lain, penulis juga berharap dengan
adanya makalah ini akan bisa menjadi bahan bacaan yang baik. Baik untuk mahasiswa
maupun kalangan akademika pada khususnya. Sebagai motivasi maupun inspirasi dalam
mengembangkan kreativitasnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tentu tidak luput dari
kesalahan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
An-Nabiry, Fathul Bahri. 2008. Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i.
Jakarta: Amzah.
Anshari, Hafi. Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Pedoman untuk Mujtahid Dakwah).
Surabaya: Al-Ikhlas. 1993.
Aziz, Moh. Ali. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta Timur: Prenada Media.
Ismail, A. Ilyas. 2011. Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun Agama. Jakarta: Kencana.
Omar, M. Toha Yahya. Islam dan Dakwah. Jakarta: Al-Mawardi Prima. 2004.
Sanwar, Amirudin.2009. Ilmu Dakwah Suatu Pengantar Studi. Semarang: Gunung Jati.
Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. 1983.
Mahdi, Rafiqi. Ilmu Dakwah Dasar-Dasar Hukum Dakwah Islam, http://kumpulan-tulisan-
rafiqi-mahdi.blogspot.com/2012/03/ilmu-dakwah-dasar-hukum-dakwah-islam.html ,
diakses pada tanggal 2 Juni 2014 pukul 13:00 WIB.
Anonim. Dasar Hukum dan Tujuan Dakwah. http://scholar.google.com/ scholar?
hl=en&q=dasar%2C+hukum%2C+dan+tujuan+dakwaah&btnG diakses pada tanggal 18
Maret 2013 pukul 22.15 WIB.
Al-Sumantri, Ismail Damanik. Dasar Hukum Dakwah. http://damanikblok.blogspot.com/
2011/10/dasar-hukum-dakwah.html diakses pada tanggal 2 Juni 2014 pukul 13:24 WIB.
21