Transcript
Page 1: PENTINGNYA USHUL FIQH DAN QAWAID FIQH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam khazanah ilmu pengetahuan tentang hukum islam tentunya

sudah tidak asing lagi dengan istilah fiqh, us}u>l fiqh dan qawa>id

fiqhiyyah, apalagi bagi seorang mahasiswa Ahwal as-Syakhsiyah,

karena tentu saja ilmu ini sangat penting diketahui dan dipahami

sepenuhnya.

Ilmu us}u>l fiqh besar manfaat dan kadarnya, tinggi kemuliaan dan

kualitasnya karena ia menjadi acuan hukum syariat dan patokan fatwa

hukum fiqih, ia lah pokok saat ijtihad karena us}u>l fiqh berkaitan erat

dengan ijtihad.

Oleh karena itu penulis akan membahas tentang peranan us }u>l fiqh

dan qawa>id fiqhiyyah dalam memproduk hukum. Tetatpi sebelum

mengetahui itu penulis akan membahas dahulu tentang pengertian dan

sejarah perkembangannya.

B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian Us}u>l fiqh dan Qawa>id fiqhiyyah?

b. Bagaimana sejarah perkembangannya?

c. Bagaimana peran Us}u>l fiqh dan Qawa>id fiqhiyyah dalam

memproduk hukum?

C. Tujuan Pembahasan

a. Untuk mengetahui pengertian Us}u>l fiqh dan Qawa>id Fiqhiyyah

baik secara etimologi maupun terminology.

b. Untuk mengetahui sejarah perkembangan keduanya.

c. Untuk mengetahui peranannya dalam memproduk hukum syar’i.

Page 2: PENTINGNYA USHUL FIQH DAN QAWAID FIQH

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Us}u >l fiqh dan Qawa>id Fiqhiyyah

1. Pengertian Us}u>l fiqh

Us}u>l fiqh terdiri dari dua kata yaitu Us}u>l dan fiqh. Kata Us}u >l

adalah bentuk jama’ dari kata as}al yang berma’na fondasi sesuatu1.

Sedangkan kata Fiqh menurut etimologi adalah الفهم (faham/ mengetahui),

sedangkan menurut terminology2 adalah:

.الشرعية العملية املكتسب من أدلتها التفصيليةالعلم باالحكام Artinya : mengetahui hukum-hukum syari’ah al amaliyah yang di

ambil dari dalil-dalil yang terperinci3.

معرفة األحكام الشرعية اليت طريقها اإلجتهادArtinya: “Mengetahui hukum-hukum syari’ah dengan cara

ijtihad”4.

Jadi pengertian Us}u>l fiqh adalah ilmu , peraturan-peraturan dan

pembahasan-pembahasan yang mana dengan itulah orang sampai

mempergunakan hukum-hukum shar’i al-ama>liyah ( yang bersangkutan

dengan amal perbuatan) yang menunjukkan secara terperinci atau

himpunan undang-undang dan pembahasan yang menyampaikan orang

1 Ushul secara bahasa yaitu perkara yang dibanguni sesuatu padanya. Seperti pondasi

rumah atau akar pohon yang menancap di dalam tanah. Lihat Ahmad bin Ahmad al-Dimya>t}i>, Sharah al-Waraqa>t, (Indonesia: Da>r Ih}ya>’ al- Kutub al-‘Arabiyyah, tt), hlm 3

2 Dalam kitab Faroidul bahiyyah fiqh adalah mengetahui hukum-hukum syara’ yang

bersifat amaliyah yang diperoleh melalui dalil-dalilnya yang terperinci. Lihat faraidul bahiyyah,

Menurut Imam suyuti fiqih adalah mengetahui keserupaan-keserupaan, abu hamid al-ghazali fiqh

adalah ibarat dari penegtahan dan pemahaman . imam zarkasi fiqh: mengetahui sesuatu yang baru

secara nash dan istinbat. Lihat Jalal al-Din, al-Ashbah wa al-Nadhoir fi al-Furu’, ( Beirut : Da>r al-

Kutub al-ilmiyah, 2010), 2. 3 Zainu al-Di>n ‘Abd al- ‘Azi>z al-Malaibari>, Fath al-Mu’i>n, ( Surabaya: Haramain Jaya,

2006), hlm 2. 4 al-Dimya>t}i>, Sharah al-Waraqa>t, hlm 3

Page 3: PENTINGNYA USHUL FIQH DAN QAWAID FIQH

untuk mempergunakan hukum-hukum syari’at amaliyah yang

menunjukkannya secara terperinci5.

2. Pengertian Qawa>id Fiqh

Al- Qawâ’id merupakan jamak dari qa>idah (kaidah). Para ulama

mengartikan qa>idah secara etimologi dan terminologi. Dalam arti bahasa,

qa>idah6 bermakna asas, dasar, atau fondasi. Arti ini digunakan di dalam

Al-qur’an surat Al-Ba>qarah ayat 1277 dan surat al-Nahl ayat 26

8.

Dari kedua ayat tersebut bisa disimpulkan arti kaidah adalah dasar,

asas atau fondasi, tempat yang diatasnya berdiri bangunan9. Maka Al-

Qawa>’id al-Fiqhiyah secara etimologis adalah dasar-dasar atau asas-asas

yang berkaitan dengan masalah-masalah atau jenis-jenis fikih.

Adapun qawa>id fiqh menurut terminology telah di definisikan oleh

beberapa ulama’ sebagaimana berikut:

5 Abdul Wahab Khalaf, Ilm Us}u>l al-Fiqh, ( Cairo: Da>r al-Qalam, 1978), hlm 11.

Sedangkan Menurut Imam Subki ,Ushul Fiqh adalah ilmu dg kaidah-kaidah yang menghubungkan

pada fiqh pada arah yang sebenarnya. Lihat Taj al-Din al-Subki, Jam’u al Jawa>mi’ fi us}u>l al fiqh, (

Beirut: Da>r al-Kiutub al-‘ilmiyah, 2003)hlm 13. Sedangkan menurut Wahbah al-zuhaili : secara bahasa dalil-dalil fiqh. Istilah kaidah –kaidah yang mana dengan kaidah tersebut menghubungkan

seorang mujtahid untuk melakukan istinbat hukum-hukum syar’i yang bersifat amali dari dalil-

dalinya yeng terperinci. Wahbah al-zuhaili, al Waji>z fi> us}u>l al fiqh, ( Beirut : Da>r al fikr, 1995),

hlm 5

6 Dalam kitab Fara>id al-Bahiyah : al-qawa>idu merupakan jama’ dari qa>idah yang

mengandung ma’na perkara yang diikat yang dijadikan topangan padanya. 7 AL-Qur’an surat al-Baqarah 127:

Artinya: dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama

Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya

Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". 8 AL-Qur’an surat al-Nahl 26:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah Mengadakan makar,

Maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka dari fondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh

menimpa mereka dari atas, dan datanglah azab itu kepada mereka dari tempat yang tidak mereka

sadari 9 Ali Ahmad Al-Nadwi : Al-Qawâ’id Al-Fiqhiyah, (Beirut : Dâr al-Qâlam, 1420 H/2000

M), cet. V.

Page 4: PENTINGNYA USHUL FIQH DAN QAWAID FIQH

Menurut Imam Taj al-Din Al-Subki:

“Sesuatu perkara hukum yang bersifat kully (Umum atau

menyeluruh) yang dapat diterapkan pada seluruh juz’i (satuannya/bagian-

bagiannya) untuk mengetahui dan memahami hukum-hukumnya”10

.

Menurut Imam Mustafa al-Zarqa:

Dasar-dasar hukum fiqh yang bersifat kully yang diungkapkan

dalam teks-tekssingkat yang bersifat undang-undang dan mengandung

hukum-hukum syara dalamberbagai kasus yang termasuk dalamcakupan

kaidah tersebut11

.

Menurut Imam Ali Ahmad al-Nadwi memberika defenisi

sebagai berikut:

Dasar hukum syara’ yang terdapat dalam permasalahan yang

umum atau menyeluruh untuk mengetahui hukum-hukum yang termasuk

dalam cakupan kaidahtersebut.

Dasar fiqh yang bersifat kully atau menyeluruh yang mengandung

hukum-hukum syara’ yang umum dari berbagai macam pembahasan

dalam berbagai permasalahan-permasalah yang termasuk dalam cakupan

kaidah tersebut12

.

B. Sejarah perkembangan Us}u >l fiqh dan Qawa>id fiqhiyyah

1. Sejarah perkembangan Us}u >l fiqh

Pertumbuhan us}u >l fiqh tidak lepas dari perkembangan hukum Islam

sejak zaman Rasulullah saw sampai pada masa tersusunnya us}u>l fiqh

sebagai salah satu bidang ilmu bidang ilmu pada abad ke-2 Hijriyah.

a. Periode Rasulullah saw

Di zaman Rasulullah saw sumber hukum Islam hanya dua yaitu Al-

Qur’an dan Hadits. Apabila muncul suatu kasus Rasulullah menunggu

turunnya wahyu yang menjelaskan hukum kasus tersebut. Apabila

10 Taj al-Din al-Subki, Jam’u al Jawa>mi’ fi us}u>l al fiqh, ( Beirut: Da>r al-Kiutub al-

‘ilmiyah, 2003)hlm 13 11 Mustafha al-Zarqa’,al-Madkhal al-Fiqh al-‘A’am,,Damaskus, Mathba’ah

Jami’ah,1963,jilid 2 12 Ali Ahmad al-Nadwi, Qawaid fikhiyyah, Damaskus, Dar al-Qalam, tt.

Page 5: PENTINGNYA USHUL FIQH DAN QAWAID FIQH

wahyu tidak turun, maka beliau menetapkan hukum kasus tersebut

melalui sabdanya, yang kemudian dikenal dengan hadits13

.

Dalam menetapkan hukum dari berbagai kasus di zaman Rasulullah

saw yang tidak ada ketentuan dalam Al-Qur’an, para ulama’ us}u>l fiqh

menyimpulkan bahwa ada isyarat bahwa Rasulullah menetapkannya

melalui ijtihad.

Menurut Rasyid Ridho dalam Tafsir al-Manar bersama Muhammad

Abduh ,bahwa tidak kurang dari tiga peristiwa yang diungkapkan oleh

Al-Qur’an yang mengisyaratkan terjadinya ijihad Rasulullah, yaitu:

1) Keputusan Rasulullah yang menyetujui pendapat mayoritas (Ra’yu

al-Jumhur) untuk mengambil uang tebusan dari para tawanan

perang Badar, yang kemudian mendapat pembetulan dari Allah.

2) Kelonggaran yang diberikan oleh Rasulullah kepada sekelompok

kaum muslim untuk tidak ikut dalam peperangan, yang pada

gilirannya mendapat koreksi dari Allah.

3) Sikap Rasulullah yang memberikan perhatian khusus dalam suatu

pertemuan kepada pembesar-pembesar Quraisy, antara lain Utbah

bin Rabi’ah dan saudaranya Syaibah, Abi Jahal bin Hisyam, al-

Abbas bin Abd Muthalib, Umayyah bin Khallaf dan Walid bin

Mughirah. Dengan sikap demikian Rasulullah mengharapkan agar

mereka menganut Islam. Sementara itu beliau mengabaikan

kedatangan orang buta, Abdullah bin Ummi Maktum, yang dengan

segala ketulusannya ingin minta petunjuk kepada Rasulullah tentang

ajaran islam. Kemudian sikap Rasul ini mendapat teguran dari

Allah14

.

13 Dr. H. Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. 2, hal,

6-7 14 Dr Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Madzhab, Jakarta:Logos,

1997), hlm17-18

Page 6: PENTINGNYA USHUL FIQH DAN QAWAID FIQH

Ketiga peristiwa ini dapat dijadikan bukti yang kuat bahwa Rasulullah

benar-benar berijtihad dan menentukan sikapnya atas dasar

pertimbangan dan pendapatnya15

.

Hasil ijtihad Rasulallah ini secara otomatis menjadi Sunnah sebagai

sumber hukum dan dalil bagi umat Islam..

b. Periode Sahabat

Cara-cara Rasulullah saw dalam menetapkan hukum di atas

menjadi bibit munculnya ilmu us}u>l fiqh. Bibit ini semakin jelas di

zaman para sahabat, karena wahyu dan sunnah rasul tidak ada lagi,

sementara persoalan yang mereka hadapi semakin berkembang16

.

Kemampuan mereka dalam bidang ini, disamping berakar dari

bimbingan Rasulullah saw juga kemampuan bahasa arab mereka yang

masih tinggi dan jernih. Selain itu mereka adalah orang- orang yang

dekat dengan Rasulullah dan selalu menyertai dan menyaksikan sendiri

peristiwa-peristiwa hukum yang dipecahkan oleh Rasul, sehingga

mereka tahu betul bagaimana cara memahmi ayat dan dapat menangkap

tujuan pemberlakuan hukumnya.

Para tokoh mujtahid yang termasyhur di zaman sahabat di

antaranya adalah Umar bin Khathab17

, Ali ibn Abi Tholib18

, dan

Abdullah ibnu Mas’ud19

.

15 Hadits

(رواه ابو داود) امنا اقضي بينكم برءيي فيما مل ينزل علي فيه وحي Artinya : Sesungguhnya aku menetapkan sesuatu hukum di antara kamu berdasarkan

pendapatku, selama wahyu belum turun kepadaku tentang masalah itu. ( H.R Abu Dawud). 16 Menurut Muhammad Abu Zahrah Ushul Fiqh telah muncul berbarengan dengan

munculnya fiqh. Alasannya, karena secara metodologis, fiqh tidak akan terwujud tanpa ada metode

istinbat dan metode istinbat itulah sebagai inti dari ushul fiqh. Fiqh sebagai produk ijtihat mulai

muncul pada masa sahabat. Lihat Prof. Dr. H. Satria Effendi, M.Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta:

Kencana, 2005), hal, 16 17 Dalam berijtihat Umar bin Khathab sering sekali mempertimbangkan kemaslahatan

umat, dibanding sekedar menerapkan nash secara dhahir, semementara tujuan hukum tidak

tercapai. Misalnya, demi kemaslahatan rakyat yang ditaklukan pasukan Islam di suatu daerah,

Umar menetapkan bahwa tanah di daerah tersebut tidak diambil pasukan isla, melainkan dibiarkan

digarap oleh penduduk setempat, dengan syarat setiap panen harus diserahkan sekian persen

kepada pemerintahan Islam. Para ulama’ ushul fiqh berpendapat bahwa landasan pemikiran Umar

bin Khathab dalam kasus ini adalah demi kemaslahatan. Lihat Nasrun Harun, Ushul Fiqh 1, hal, 8

dan lihat juga Ibn Qayyim al-Jauziyyah, ‘Alam al-Muwaqqin an-Rabb al-‘alamin, (Beirut: Dar al

Jail, Jilid 1, 1973), hml 91.

Page 7: PENTINGNYA USHUL FIQH DAN QAWAID FIQH

c. Periode Tabi’in

Di zaman tabi’in, permasalahan hukum yang muncul pun semakin

komplek. Para tabi’in melakukan ijtihad di berbagai daerah islam.

Di madinah muncul berbagai fatwa berkaitan dengan berbagai

persoalan baru, sebagaimana yang dikemukakan Sa’ad Ibn Musayyab.

Di Irak muncul Alqamah Ibn Waqqas, al-laits dan Ibrahim al-Nakha’i.

di Bashrah muncul pula mujtahid dikalangan tabi’in seperti Hasan al-

Bashri.

Titik tolak para ulama’ tersebut dalam menetapkan hukum bisa

berbeda, yang satu melihat dari sudut maslahat, sementara yang lain

metetapkan hukumnya melalui qiyas.

Ulama’ us}u>l fiqh Irak lebih dikenal dengan penggunaan ra’yu,

dalam setiap kasus yang dihadapi mereka berusaha mencari berbagai

illatnya sehingga dengan illat ini mereka dapat menyamakan hukum

kasus yang dihadapi dengan hukum yang ada di nash. Sikap ulama’ Irak

ini bukan berarti meninggalkan Hadits tetapi sikap itu mereka ambil

karena sangat sedikit Hadits yang mereraka temukan.

Adapun para ulama’ madinah banyak menggunakan Hadits-hadits

Rasulullah saw karena mereka dapat dengan mudah melacak hadits di

daerah tersebut.

Di sinilah awal perbedaan dalam menginstinbatkan hukum

dikalangan ulama’ fiqh. Akibatnya muncul tiga kelompok ulama’, yaitu

Madrasah Iraq, Madrasah Kuffah, dan Madrasah al-Madinah20

.

Penamaan ini menunjukkan perbedaan cara dan metode yang

digunakannya dalam menggali hukum21

.

18 Ai ibn abi taholib juga melakukan qiyas, yaitu mengqiyaskan hukuman orang yang

meminum khamer dengan hukuman orang yang melakukan khadaf( menuduh orang lain

melakukan zina). Lihat Muhammad ibn Ali ibn Muhammad al-Syaukhani, Nail al Aut}ar, (Beirut: Dar al-Fikr, Jilid VI, 1978), hml 154.

19 Ibid, hml 8 20 Pada perkembangan selanjutnya, madrasah Iraq dan madrasah al-kuffah lebih dikenal

dengan sebutan madrasah al-ra’yi. Sedangkan madrasah madinah dikenal dengan sebutan

madrasah hadits. Lihat Nasrun Harun, Ushul Fiqh 1, hml, 9 21 ibid

Page 8: PENTINGNYA USHUL FIQH DAN QAWAID FIQH

d. Periode Imam –Imam Mujtahid

Metode ijtihad menjadi lebih jelas lagi pada masa sesudah tabi’in,

yaitu periode para imam mujtahid sebelum Imam Syafi’i22

. masing-

masing imam merumuskan metode us}u>l fiqh sendiri, sehingga terlihat

dengan jelas perbedaan antara satu imam dengan imam lainnya dalam

menginstinbatkan hukum.

e. Periode Pembukuan Us}u>l fiqh

Pada penghujung abad kedua dan awal abad ketiga Imam syafi’I

tampil berperan dalam meramu, mensistematisai, dan membukukan us}u >l

fiqh. Menurut ibnu wahab abi sulaiman, hal tersebut sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan keislaman di masa itu23

. Pada masa ini

dikenal dengan masa keemasan islam. Dengan berdirinya Baitul-

Hikmah yaitu sebuah perpustakaan terbesar di masanya, dan kota

Baghdad menjadi menara ilmu yang didatangi dari berbagai penjuru

wilayah islam.

Dalam suasana pesatnya perkembangan ilmu-ilmu keislaman

tersebut, us}u>l fiqh muncul sebagai disiplin ilmu tersendiri. Oleh Imam

syafi’I us }u >l fiqh dirumuskannya disamping untuk mewujudkan metode

istinbat yang jelas dan dapat dipedomani oleh peminat hukum islam,

juga dengan itu membangun madzhab fiqihnya serta ia ukur kebenaran

hasil ijtihad di masa sebelumnya. Maka oleh Imam Syafi’I disusunlah

sebuah buku yang diberinya judul al-Kitab, dan kemudian dikenal

dengan sebutan Al-Risalah.

22 Satria effendi, hal, 18. Sungguh Imam Syafii alaihi rahmatulloh adalah manusia

pertama yang menyusun ilmu ushul fiqh tanpa ada perbedaan qaul diantara ulama, beliau menulis kitab Al risalah yang kemudian dikirim pada Ibnu Mahdiy saat berada di Khurosan sedangkan

Imam Syafii berada di Mesir, kitab tersebut dikirim atas permintaan Ibnu Mahdiy sendiri. Lihat

Sayid Muhammad al-Makki, Qawaid asasiyyah, 23

Perkembangan ilmu-ilmu keislaman dimulai dari masa kalifah Harun al-Rasyid (145 H-

193 H), khalifah kelima Dinasti Abasyiyah yang memerintah selama 23 tahun ( 170 H – 193 H)

dan dilanjutkan dalam perkembangan yang lebih pesat lagi pada masa putranya bernama Al-

Ma’mun (170 H – 218 H), khalifah ketujuh yang memimpin selama 20 tahun ( 198 H -218 H).

Lihat Satria effendi, Ushul Fiqh, hml 19

Page 9: PENTINGNYA USHUL FIQH DAN QAWAID FIQH

f. Periode Pasca Imam Syafi’i

Pada pertengahan abad keempat, menurut Abd Wahhab Khalaf

terjadi kemunduran dalam kegiatan ijtihad di bidang fiqh, dalam

pengertian tidak ada lagi orang yang mengkhususkan diri untuk

membentuk madzhab baru, namun seperti dicatat Abd Wahhab Abu

Sulaiman, pada saat yang sama kegiatan ijtihad di bidang us}u>l fiqh

berkembang pesat karena ternyata us}u>l fiqh tidak kehilangan fungsinya.

Us}u>l fiqh berperan sebagai alat pengukur kebenaran pendapat-pendapat

yang telah berbentuk sebelumnya, dan dijadikan alat untuk berdebat

dalam diskusi-diskusi ilmiyah.

Di antara buku Us}u>l fiqh yang tersusun pada periode ini adalah

Itsbat al-Qiyas oleh Abu Al-Hasan Al-Asy’ari dan buku al-Jadal Fi

Ushul al-Fiqh oleh Abu Mansur Al-Maturidi.

2. Sejarah Perkembangan Qawa>id Fiqhiyyah

a. Periode Munculnya Qawa>id Fiqhiyyah

Periode ini di mulai sejak zaman Rasulullah masih hidup sampai

pada akhir abad ke-3 H atau abad ke IX M. Hal ini dapat dilihat dari

adanya banyk hadits Nabi Muhammad saw yang dapat dijadikan sebagai

slah satu bukti yang posisinya sebagai suatu ketentuan hukum yang

dapat mencakup berbagai macam persoalan yang bersifat furu’iyah24

.

Dengan demikian, bahwa masa kelahiran qawa>id fiqhiyyah itu

telah di mulai sejak zaman Rasulullah yang tertuang dalam hadits-hadits

yang dapat diberlakukan sebagai qaidah fiqh tanpa ada perubahan

sedikit pun25

.

Di samping hadits ditemukan pula atsar (pendapat sahabat) yang

dapat dijadikan sebagai qawa>id fiqhiyyah26

24 Dr. H Dahlan Tamrin, Kaidah, hlm 12 25 Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Syafi’I, Ahmad, Abu Dawud, al-Nasa’I, Ibn

Majah dan Ibnu Hibban dari Aisyah.

الضرر والضرار Artinya :Tidak ada madhorot dan tidak ada

kemadharatan 26

Page 10: PENTINGNYA USHUL FIQH DAN QAWAID FIQH

b. Periode Perkembangan dan Pembukuan

Periode ini di mulai pada abad keempat hijriyah atau sepuluh

masehi sampai pada lahirnya Kompilasi Hukum Islam di masa kerajaan

Turki Utsmani atau abad XIII H yang di dalam Tarikh Tasyri’ disebut

dengan masa taqlid27

.

Fuqaha’ enggan melakukan ijtihad mutlaq, sebab mereka lebih

tertarik untuk membuat qawaid fiqhiyyah , qawaid us}u>liayh, dan

selanjutnya membukukannya, sehingga dalam masa ini fuqaha’ berusaha

semaksimal mungkin menulis sebanyak-banyaknya masalah yang

berhubungan dengan qawaid, baik fiqhiyyah maupun ushuliyah,

misalnya Qawa>id wa al-Dhawabit}, al-Furu’, al-As}bah wa al-Nadhair,

dan sebagainya.

Masa pembukuan qawaid fiqhiyyah ini di mulai pada abad

kedelapan hijriyah, lalu disempurnakan secara sistematis pada abad

kesembilan hijriyah28

.

C. Pentingnya Us}u >l fiqh dan Qawa>id fiqhiyyah Dalam Memproduk Hukum

Dalam menghadapi berbagai persoalan yang semakin berkembang di

masyarakat, tentunya peran antara us}u>l fiqh dan qawa>id fiqhiyyah sangatlah

penting. Sebelum membahas tentang peranan keduanya, penulis memaparkan

terlebih dahulu tentang tujuan us}u>l fiqh itu sendiri, sebagaimana berikut:

1) Mengetahui kaidah-kaidah dan cara-cara yang digunakan mujtahid

dalam memperoleh hukum melalui metode ijtihad yang mereka susun.

2) Memberikan gambaran mengenai syarat-syarat yang harus dimiliki

seorang mujtahid, sehingga dengan tepat ia dapat menggali hukum-

hukum syara’ dari nash. Di samping itu, bagi masyarakat awam, melalui

us}u>l fiqh mereka dapat mengerti bagaimana para mujtahid menetapkan

من ضمن ما ال فله ربحه

Artinya : orang yang menanggung suatu harta benda, baginya mendapat suatu

keuntungan. 27

Dr. H. Dahlan Tamrin, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Malang: UIN Maliki Press:

2010), hal 17. 28ibid, hlm 18-19

Page 11: PENTINGNYA USHUL FIQH DAN QAWAID FIQH

hukum sehingga dengan mantab mereka dapat mempedomani dan

mengamalkan.

3) Menentukan hukum melalui berbagai metode yang dikembangkan para

mujtahid, sehingga berbagai persoalan baru yang secara lahir belum ada

dalam nash, dan belum ada ketetapan hukumnya di kalangan ulama’

terdahulu dapat ditentukan hukumnya.

4) Memelihara agama dari penyalahgunaan dalil yang mungkin terjadi.

Dalam pembahasan us}u>l fiqh, sekalipun suatu hukum diperoleh melalui

hasil ijtihad, statusnya tetap mendapat pengakuan syara’. Melalui us }u >l

fiqh juga para peminat hukum islam mengetahui mana sumber hukum

islam yang asli yang harus dipedomani dan mana sumber hukum islam

yang bersifat sekunder yang berfungsi untuk mengembangkan syari’at

sesuai dengan kebutuhan masyarakat islam.

5) Menyusun kaidah-kaidah umum yang dapat diterapkan guna

menetapkan hukum dari berbagai persoalan social yang terus

berkembang.

6) Mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu pendapat sejalan dengan

dalil yang digunakan dalam berijtihad, sehingga para peminat hukum

islam dapat melakukan tarjih ( penguatan) salah satu dalil atau pendapat

tersebut dengan mengemukakan alasannya29

.

Dalam kitab Ma’alim us}u>l fiqh ‘inda ahl sunnah wa al-jama’ah, shohifah

23, faidah ushul al-fiqh:

1. Untuk mengetahui “ushul al-dalail”

2. Untuk menjelaskan maksud/tujuan yang benar untuk dijadikan

sebagai dalil;

3. Untuk mempermudah melakukan ijtihad30

;

4. Keterangan tentang fatwa-fatwa, syarat mufti dan adabnya;

29

Dr. H. Nasrun Haroen, Ushul Fiqh, hlm 30 Dalam Kitab Al-wajiz : “manfaat kaidah ushuliyyah itu adalah untuk menghantarkan

mujtahid dalam melakukan istinbath hukum syar’i yang bersifat ‘amaliy dari dalil yang

terperinci.”. Lihat Wahbah al-zuhaili, al Waji>z fi> us}u>l al fiqh, ( Beirut : Da>r al fikr, 1995),hlm 13

Page 12: PENTINGNYA USHUL FIQH DAN QAWAID FIQH

5. Untuk mempermudahkan melakukan ijtihad, dan memberikan

keterangan-keterangan yang baru terhadap perkara yang ada

hubungannya dengan hukum;

6. Mendorong untuk meneliti dalil sekiranya ada, menjauhkan dari

sikap “ta’ashub” (kefanatikan) dan taqlid buta;

7. Menjaga aqidah islamiyyah dengan mempertahankan “ushul al-

istidlal” dan menolak perkara-perkara yang menyimpang;

8. Menjaga fiqh islamiy

Us}u>l fiqh merupakan suatu ilmu yang dapat menghasilkan tata aturan fiqh

perihal amaliyah praktis para mukallaf yang sangat beragam dalam setiap

cabang hukum, lalu tata aturan yang beragam dan terpisah-pisah tersebut

disatukan menjadi suatu kerangka konsepsual yang disebut kaidah fiqh,

sehingga demikian qawa>id fiqhiyyah ini merupakan rambu-rambu umum dan

dapat diterapkan pada setiap tata aturan fiqh31

.

Oleh sebab itu, kaidah umum fiqh tersebut dapat dikembalikan langsung

kepada ayat-ayat al-qur’an dan hadits yang memang merupakan dalil kully

yang bersifat universal berbeda dengan dalil juz’i yang hanya dapat menunjuk

kepada satu hukum tertentu pula. Maka dari itu, semua kaidah yang telah

ditopang oleh sejumlah dalil al-Qur’an dan hadits dapat mencapai tingkatan

qat}’i32.

Adapun peranan dari us}u >l fiqh dan qawa>id fiqhiyyah sama pentingnya dan

berikut ini adalah perbedaan peran keduanya dalam memproduk hukum.

Pada hakikatnya di dalam setiap dari qawa>id us}ul dan qawa>id fiqh itu tidak

ada perbedaan diantara keduanya karena sesungguhnya tujuan dari keduanya

untuk mengetahui hukum-hukum syar’i bagi perbuatan manusia33

.

31 Dr. H Dahlan Tamrin, Kaidah, hlm 10 32 Ibid.,10 33 Jalal al-Din, al-Ashbah, hlm 3

Page 13: PENTINGNYA USHUL FIQH DAN QAWAID FIQH

Dengan demikian, perbedaan yang dapat di ambil dari penjelasan tersebut

di atas antara us}u>l fiqh dan qawa>id fiqh adalah sebagai berikut:

1. Obyek Us}u>l fiqh adalah dalil hukum (Khitab Allah)34

, sedangkan

obyek qawa>id fiqh adalah amaliyah mukallaf yang bersifat praktis.

2. Berlakunya us}u>l fiqh pada seluruh juz’iyyah35

sedangkan qawa>id fiqh

pada sebagian besar juz’iyyah36

.

3. Fungsi qawa>id ushul sebagai salah satu sarana istinbat hukum,

sedangkan qawa>id fqh itu hanya sebagai salah satu usaha untuk

menghimpun dan mendekatkan beberapa ketentuan hukum agar supaya

fiqh dapat dipahami secara mudah.

4. Ketentuan us}u>l fiqh bersifat prediktif, sedangkan qawa>id fiqhiyyah

bersifat wujud setelah ketentuan furu’nya.

5. Analisis akhir us}u>l fiqh bersifat kebahasaan, sedangkan qawa>id

fiqhiyyah bersifat ukuran37

.

34 Qawaid ushuliyah ketika menetapkan sebuah hukum syar’i melihat pada lafad nash yg

dikehendaki sebagai penetepan hukum. Seperti ا قيموالصالة dan التقربوا الزنا, maka menurut mujtahid

lafad nash yang pertama yaitu sebuah perintah dan lafad nash yg kedua yaitu sebagai lafadz larangan. Lafadz perintah menunjukkan wajib, dan lafadz larangan menunjukkan haram.

35 Contohnya: perintah-perintah syar’i tentang perintah shalat , perintah puasa, zakat, dll.

Dari beberapa perintah syar’i tersebut merupakan hukum wajib dengan nash-nash perintah yang

tertentu dan ini merupakan nash-nash dari cabang-cabang untuk qaidal kully yaitu “perintah

muthlaq itu berfaidah untuk kewajiban”. 36 Qawaid fiqhiyyah tidak merupakan pokok di dalam menetapkan hukum dalam juz-

juznya tetapi hukum kaidah itu berdiri sendiri dan dijabarkan dari hukum-hukum cabangnya. Lihat

Jalal al-Din, al-Ashbah, hlm 3-6 37 Dr. H Dahlan Tamrin, Kaidah, hlm 10-11

Page 14: PENTINGNYA USHUL FIQH DAN QAWAID FIQH

BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

1. Pengertian Us}u >l fiqh adalah ilmu , peraturan-peraturan dan pembahasan-

pembahasan yang mana dengan itulah orang sampai mempergunakan

hukum-hukum shar’i al-ama>liyah ( yang bersangkutan dengan amal

perbuatan) yang menunjukkan secara terperinci. Sedangkan Qawa>id Fiqh

adalah sesuatu perkara hukum yang bersifat kully (Umum atau menyeluruh)

yang dapat diterapkan pada seluruh juz’i (satuannya/bagian-bagiannya)

untuk mengetahui dan memahami hukum-hukumnya.

2. Sejarah perkembangan Us}u>l fiqh dan Qawa>id Fiqh

a. Sejarah Perkembangan Us}u>l fiqh

Us}u>l fiqh muncul bersamaan dengan Fiqh itu sendiri yaitu mulai

muncul sejak zaman Rasulullah saw. Pada masa ini sumber hukum adalah

Al-qur’an dan apabila suatu kasus hukum tidak terdapat dalam nash al-

qur’an maka Rasulullah saw melakukan ijtihad, sehingga secara otomatis

sabda beliau adalah menjadi hadits. Kemudian pada zaman sahabat karena

berbagai kasus hukum baru bermunculan maka para sahabat juga

melakukan ijtihad. Masa tabi’in adalah masa dimana ushul fiqh

berkembang pesat terutama pada masa imam-imam mujtahid. Orang yang

pertama membukukan ushul fiqh adalah Imam Syaf’I yaitu kitab al-

Risalah.

b. Sejarah Perkembangan Qawa>id Fiqh

Qawa>id Fiqh juga mulai muncul pada masa Rasullullah. Dalam

sabdanya yaitu hadits bisa dijadikan suatu kaidah hukum. Di masa

kerajaan Turki Utsmani atau abad XIII H yang di dalam Tarikh Tasyri’

disebut dengan masa taqlid.

Fuqaha’ enggan melakukan ijtihad mutlaq, sebab mereka lebih

tertarik untuk membuat qawaid fiqhiyyah , qawaid us}u>liayh, dan

selanjutnya membukukannya. Masa pembukuan qawaid fiqhiyyah ini di

Page 15: PENTINGNYA USHUL FIQH DAN QAWAID FIQH

mulai pada abad kedelapan hijriyah, lalu disempurnakan secara sistematis

pada abad kesembilan hijriyah.

3. Pentingnya Us}u>l fiqh dan Qawa>id Fiqh

a. Obyek Us}u >l fiqh adalah dalil hukum (Khitab Allah), sedangkan obyek

qawa>id fiqh adalah amaliyah mukallaf yang bersifat praktis.

b. Berlakunya us}u>l fiqh pada seluruh juz’iyyah sedangkan qawa>id fiqh pada

sebagian besar juz’iyyah.

c. Fungsi qawa>id ushul sebagai salah satu sarana istinbat hukum, sedangkan

qawa>id fqh itu hanya sebagai salah satu usaha untuk menghimpun dan

mendekatkan beberapa ketentuan hukum agar supaya fiqh dapat dipahami

secara mudah.

d. Ketentuan us}u>l fiqh bersifat prediktif, sedangkan qawa>id fiqhiyyah

bersifat wujud setelah ketentuan furu’nya.

e. Analisis akhir us}u>l fiqh bersifat kebahasaan, sedangkan qawa>id fiqhiyyah

bersifat ukuran.


Top Related