Download - LP Prilaku Kekerasan
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
PRILAKU KEKERASAN
OLEH :
MADE AYU NADIYA RESKIANA (13.321.1951)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
TAHUN AKADEMIK 2015
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN PERILAKU KEKERASAN
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, oranglain
maupun lingkungan. Hal tersebut merupakan perbuatan yang dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yangtidak konstruktif
(Stuart&Sundeen, 1995)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun orang lain
(Townsend, 1998)
Perilaku kekerasan adalah reaksi yang ditampakkan/ ditampilkan oleh
individu dalam menghadapi masalah dengan melakukan tindakan penyerangan
terhadap stressor, dapat juga merusak dirinya sendiri, oranglain maupun
lingkungan dan setiap bermusuhan ( Rasmun, 2001)
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman
(Stuart&Sundeen, 1995)
B. Proses terjadinya masalah
a. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang mungkin menjadi faktor
predisposisi yang mungkin/ tidak mungkin terjadi jika faktor berikut dialami
oleh individu :
1) Psikologis : kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif/ amuk.
2) Perilaku : reinforcement yang diterima ketika melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan merupakan aspek yang menstimuli mengadopsi
perilaku kekersan.
3) Sosial budaya : budaya tertutup,control sosial yang tidak pasti terhadap
perilaku kekerasan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
4) Bioneorologis : kerusakan system limbic, lobus frontal/ temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmitter.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien ( kelemahan fisik, keputusasaan,
ketidakberdayaan, tidak percaya diri), lingkungan ( rebut, kehilangan dan
kekerasan), atau interaksi sosial yang pronoaktif dan onflik dapat pula
memacu perilaku kekerasan.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya amuk :
1. Faktor klien
a) Sosial budaya
1) Status emosi yang rendah
2) Riwayat penganiayaan waktu anak-anak
3) Penanganan konflik dengan kekerasan
b) Gangguan mental
1) Skizorrenia
2) Bagian kepribadian
c) Akibat menderita penyakit fisik yang berat
d) Usia dan jenis kelamin
e) Seseorang yang putus asa dan tidak berdaya
2. Faktor lingkungan ( lingkungan yang tidak terapeutik)
a) Ruangan rebut, padat
b) Terlalu banyak waktu luang
c) Pola hubungan etnis yang bermusuhan
3. Faktor interaksi
a) Pronokasi : perawat dan tim yang terlalu mengawasi, curiga, dan tidak
toleran
b) Antisipasi : memperkirakan akan terjadinya amuk dengan
memperhatikan pengubahan penampilan dan persepsi klien
c) Konflik : perbedaan pendapat, persaingan, permusuhan antar staf yang
dialihkan pada klien sebagai sasaran.
C. Rentang respon
Respon adaptif respon maladaptive
Asertif frustasi pasif agresif amuk
1. Respon adaptif
a) Asertif adalah mengemukakan pendapat atau mengekspresikan rasa tidak
senang atau tidak setuju tanpa menyakiti lawan bicara.
b) Frustasi adalah suatu proses yang menyebabkan terhambatnya seseorang
dalam mencapai keinginannya. Individu tersebut tidak dapat menerima
atau menunda sementara sambil menunggu kesempatan yang
memungkinkan, selanjutnya individu merasa tidak mampu dalam
mengungkapkan perasaannya dan terlihat pasif.
2. Respon transisi
Pasif adalah suatu perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaannya sebagai usaha mempertahankan hak-haknya.
Klien tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena merasa kurang
mampu, rendah diri atau kurang menghargai dirinya.
3. Respon maladaptive
a) Agresif adalah suatu perilaku yang mengerti rasa marah, merupakan
dorongan mental untuk bertindak ( dapat secara konstruksi/ obstruksi) dan
masih terkontrol. Perilaku agresif dapat dibedakan dalam 2 kelompok yaitu
pasif agresif dan aktif agresif
1) Pasif agresif adalah perilaku yang tampak dapat berupa pendemdam,
bermuka asam, keras kepala, suka menghambat dan bermalas-malasan
2) Aktif agresif adalah sikap menentang, suka membantah, bicara keras,
cenderung menuntut secara terus menerus, bertingkah laku kasar
disertai kekerasan.
b) Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat dan disertai
kehilangan control diri. Individu dapat merusak diri sendiri, oranglain, atau
lingkungan.
D. Pohon Masalah
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Masalah keperawatan yang perlu dikaji
1. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
a) Data subjektif
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusik
jika sedang kesal/ marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan/ gangguan jiwa lainnya.
b) Data objektif
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai : berteriak,
menjepit, memukul diri sendiri/ orang lain.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan memlempar barang-barang.
2. Perilaku kekerasan/ amuk
a) Data subjektif
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal/ marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan/ gangguan jiwa lainnya
b). Data Objektif
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai : berteriak, menjerit.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.
Perilaku kekerasan/ amuk
3. Gangguan konsep diri dan harga diri rendah
a) Data subjektif
1) Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
b) Data Objektif
1) Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternative tindakan, ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan/ amuk.
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
3. Risiko mencedarai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx keperawatan Rencana tindakan keperawatan klien dengan risiko perilaku kekerasan
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
Risiko perilaku
kekerasan
TUM : klien tidak
melakukan tindakan
kekerasan
TUK :
1. klien dapat membina
hubungan saling
percaya
1. Setelah…x pertemuan, klien
menunjukan tanda-tanda
percaya kepada perawat
a) wajah cerah, tersenyum
b) mau berkenlan
c) ada kontak mata
d) bersedia menceritakan
perasaan
1. Bina hubungan saling percaya
dengan:
a) Beri salam setiap
berinteraksi
b) Perkenalkan nama, nama
panggilan perawat dan
tujuan perawat berinteraksi
c) Tanyakan dan panggil
nama kesukaan klien
d) Tunjukan sikap empati,
jujur dan menepati janji
setiap kali berinterkasi.
e) Tanyakan perasaan
kliendan masalah yang
dihadapi klien.
f) Buat kontrak waktu
interaksi yang jelas.
g) Dengarkan dengan penuh
perhatian ungkapkan
perasaan klien.
2. Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab perilaku
kekerasan yang
diakukannya.
1 Setelah…x pertemuan, klien
menceritakan penyebab
perilaku kekerasan yang
dilakukannya:
a) Menceritakan penyebab
perasaan jengkel/ kesel
baik dari diri sendiri
maupun lingkungannya.
1 Bantu klien
mengungkapkan perasaan
marahnya :
a. Motivasi klien untuk
menceritakan penyebab
rasa kesel atau jengkelnya
b. Dengarkan tanpa menyela
atau member penilaian
setiap ungkapan perasaan
klien.
2. Klien dapat
mengidentifikasi
tanda-tanda perilaku
kekerasan.
1. Setelah…x pertemuan,
klien menceritakan tanda-
tanda saat terjadi perilaku
kekerasan:
a) Tanda fisik: mata merah,
tangan mengepal, ekspresi
tegang, dan lain-lain.
b) Tanda emosional: perasaan
marah, jengkel, bicara
kasar.
c) Tanda sosial: bermusuhan
yang dialami saat terjadi
perilaku kekerasan.
1. Bantu klien
mengungkapkan tanda-
tanda perilaku kekerasan
yang dialaminya
a) Motivasi klien
menceritakan kondisi fisik
(tanda-tanda fisik) saat
perilaku kekerasan terjadi.
b) Motivasi klien
menceritakan kondisi
hubungan dengan orang
lain ( tanda-tanda sosial)
saat terjadi perilaku
kekerasan.
3. Klien dapat
mengidentifikasi
jenis perilaku
kekerasan yang
pernah
dilakukannya.
1. setelah…x pertemuan klien
menjelaskan :
a) Jenis-jenis ekspresi marah
yang selama ini telah
dilakukannya.
b) Perasaannya saat
melakukan kekerasaan.
c) Efektivitas cara yang
dipakai dalam
menyelesaikan masalah.
1. Diskusikan dengna klien
perilaku kekerasan yang
dilakukan selama ini.
a) Motivasi klien
menceritakan jenis-jenis
tindak kekerasan yang
selama ini pernah
dilakuknnya
b) Motivasi klien
menceritakan perasaan
klien setelah tindak
kekerasan terjadi.
c) Diskusikan apakah dengan
tindak kekerasan yang
dilakukkannya, masalah
yang dialami teratasi.
4. Klien dapat
mengidentifikasi
akibat perilaku
kekerasan
1. Setelah…x pertemuan
klien menjelaskan akibat
tindak kekerasan yang
dilakukannya.
1. Diskusikan dengan klien
akibat negative (kerugian)
cara yang dialkukan pada
a) Diri sendiri
a) Diri sendiri: luka, dijauhin
teman, dll
b) Orang lain/ keluarga: luka,
tersinggung, ketakutan, dll
c) Lingkungan: barang atau
benda rusak.
b) Orang lain/ keluarga
c) lingkungan
5. klien dapat
mengidentifikasi
cara konstruktif
dalam
mengungkapkan
kemarahan.
1. Setelah…x pertemuan
klien:
cara-cara sehat
mengungkapkan marah
1. Diskusikan dengan klien:
Apakah klien mau
mempelajari cara baru
mengungkapkan marah
yang sehat.
Jelaskan berbgai alternative
pilihan untuk
mengungkapkan marah
selain perilaku kekerasan
yang diketahui klien
Jelaskan cara-cara sehat
untuk mengungkapkan
marah:
1. Cara fisik dan nafas
dalam, pukul
bantal/kasur, olahraga.
2. Verbal dan
mengungkapkan bahwa
dirinya sedang kesal
kepada oranglain.
3. Sosial dan latiahan
asertif dengan orglain,
4. Spiritual: sembahyang/
doa, meditasi dan
sebagainya sesuai
dengan
keyakinanagama
masing-masing.
6. Klien dapat
mendemostrasikan
cara mengontrol
prilaku kkerasan.
1. Setekah…x pertemuan,
klien memperagakan cara
mengontrol perilaku
kekerasan:
a) Fisik: tarik nafas dalam,
memukul bantal/ kasur
b) Verbal: mengungkapkan
perasaan kesal pada orglain
tanpa menyakiti.
c) Spiritual: zikir/ doa,
meditasi sesuai agamanya.
1. Diskusikan cara yang
mungkin dipilih dan
anjurkan klien memilih
cara yang mungkin untuk
mengungkapkan
kemarahan.
a) Latih klien memperagakan
cara yg dipilih.
b) Peragakan cara
melaksanakan cara yang
dipilih.
c) Jelaskan manfaatcara
tersebut
d) Anjurkan klirn menirukan
peragaan yg sudah
dilakukan.
e) Beri pernyataan pada klien,
perbaiki cr\ara yang masih
belum sempurna
f) Anjurkan klien
menggunakan cara yg
sudah dilatih saat marah/
jengkel.
7. Klien dapat
dukungan keluarga
untuk mengontrol
perilaku kekerasan.
1. Setelah…x pertemuan
keluarga:
a) Menjelaskan cara merawat
klien dengan perilaku
kekerasan.
b) Mengungkapkan rasa puas
dalam merawat klien.
1. diskusikan pentingnya peran
serta keluarga sebagai
pendukung klien untuk
mengatasi perilaku kekerasan.
2. Diskusikan potensi keluarga
untuk membantu klien
mengatasi perilaku kekerasan.
3. Jelaskan pengertian, penyebab,
akibat dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yg dpt
dilaksanakan oleh keluarga.
4. Peragakan cara merawat klien
(menangani perilaku
kekerasan)
5. Berikan kesempatan keluarga
untuk memperagakan ulang
6. Beri pujian kepada keluarga
setelah peragaan.
7. Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yg dilatih
8. Klien menggunakan
obat sesuai program
yang telah
ditetapkan.
9.1 Setelah…x pertemuan klien
menjelaskan:
a) Manfaat minum obat
b) Kerugian tidak minum obat
c) Nama obat
d) Bentuk dan warna obat
e) Dosis yg diberikan
f) Waktu pemakaian
g) Efek yang dirasakan
9.2 Setelah…x pertemuan klien
menggunkaan obat sesuai
program.
9.1 jelaskan manfaat menggunakan
obat secara teratur dan kerugian
jika tidak menggunakan obat.
9.2 jelaskan kepada klien:
a) Jenis obat (nama, warna
dan bentuk obat)
b) Dosisyang tepat untuk
klien.
c) Waktu pemakaian.
d) Cara pemakaian.
e) Efek yg akan dirasakan
klien.
Anjurkan klien:
a) Minta dan menggunakan
obat tepat waktu.
b) Lapor ke perawat/ dokter
jika mengalami efek yg
tidak biasa.
c) Beri pujian terhadap
kedisplinan klien
menggunakan obat.
G. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang sudah dirumuskan.
H. Evaluasi
Selanjutnya, setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan
terhadap kemampuan pasien perilaku kekerasan serta kemampuan perawat
dalam merawat pasien dengan perilaku kekerasan.
Daftar Pustaka
Rasmun 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terinteegrasi Dengan
Keluarga Edisi 1, Jakarta : PT Fajar Interpratama
Stuart& sundeen, 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC
Townsend,M 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Perawatan Psikiatri
edisi 3, Jakarta : EGC