Transcript
Page 1: Legalitas Pengobatan Alternatif Dengan Pendekatan Agama Islam

Pengobatan Alternatif dengan Pendekatan Agama Islam

Andre Saputra - 04061001042

“Dengan wirid segala penyakit sembuh, Ibu Hj. Husni Abdullah, ahli penyakit

kronis, tanpa pijat, tanpa injeksi, tanpa operasi”. Slogan serupa sering sekali kita

jumpai di media massa bahkan dapat terdengar luas dari mulut ke mulut.

Dewasa ini, teknik pengobatan alternatif dengan pendekatan agama Islam di

Indonesia tumbuh bak jamur dimusim hujan. Dibandingkan dengan popularitas

ilmu kesehatan dari dokter, pengobatan alternatif juga tidak bisa dianggap remeh.

Buktinya, sampai saat ini masyarakat tidak sedikit yang mengejar penyedia

playanan pengobatan alternatif tersebut baik dari rumah ke rumah maupun sampai

ke hotel yang berada di luar kota tempat ahli pengobatan alternatif itu membuka

praktek.

Contoh menarik terlihat pada penelitian Ernaldi bahar dkk. terhadap gangguan

kesehatan jiwa pada anak dan remaja di Palembang menunjukkan bahwa orangtua

penderita percaya bahwa pengobatan tradisional lebih kompeten dan mampu

mengobati kesehatan jiwa anaknya.

Banyak hal yang menyebabkan hal ini, mulai dari latar belakang ekonomi sampai

dengan mulai bergesernya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan medis

kotemporer. Kita tidak dapat pungkiri bahwa pilihan penyembuhan

tradisional/alternatif dilatarbelakangi oleh biaya pengobatan yang relatif lebih

ringan daripada pengobatan modern. Atau alasan lain karena keputusasaan

penderita berobat ke dokter tanpa perubahan berarti dan bahkan mulai

merebaknya kasus-kasus ketidaksempurnan hasil pengobatan oleh dokter yang

pada beberapa kasus disalahartikan sebagai tindakan malpraktek. Pada beberapa

kalangan, timbul keraguan pula akan hakikat pelayanan kedokteran yang

cenderung hanya bertumpu pada regionalisasi, pemberian resep obat,

instrumentasi, dan pembedahan tanpa memperhatikan faktor intrinsik.

1

Page 2: Legalitas Pengobatan Alternatif Dengan Pendekatan Agama Islam

Dalam Ajaran Islam, kita yakin bahwa Allah menurunkan berbagai kemudahan

dan kesenangan, disamping itu Dia juga memberikan cobaan kepada umat-Nya

melalui penyakit. Barang siapa yang diberikan penyakit oleh Allah, jika ia

menjalaninya dengan kesabaran dan tawadhu kepada Allah, maka ia akan diberi

pahala yang berlipat-ganda, itu janji Allah pada umat-Nya. Dan jika hal itu

dilaksanakan oleh manusia, maka janji Allah akan terlaksana.

Namun, jika yang terjadi sebaliknya, maka Allah telah menjanjikan ganjarannya.

Dan Allah juga telah menciptakan berbagai obat untuk menyembuhkan tentu saja

dengan media dan perantara yang tidak terduga, salah satunya dengan kemampuan

supranatural yang dianugerahkan sang khalik kepada orang-orang tertentu.

Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah seberapa besar manfaat pengobatan

alternatif, seperti apa legalitasnya di Indonesia serta bagaimana cara kita sebagai

penyedia layanan kesehatan modern nantinya dalam menyikapi hal ini.

Saat ini penggunaan pengobatan alternatif semakin populer. Tidak hanya di

Indonesia, Negara berkembang dengan tingkat pendidikan masyarakat yang masih

bisa dikatakan rendah tetapi juga di Negara-negara maju seperti amerika, dan

beberapa Negara di Eropa.

Sebagai perbandingan, di Amerika, pasien yang menggunakan pengobatan

alternatif lebih banyak dibandingkan yang datang ke dokter umum, sedangkan di

Eropa penggunaannya bervariasi dari 23% di Denmark dan 49% di Perancis. Di

Taiwan, 90% pasien mendapat terapi konvensional yang dikombinasi dengan

pengobatan tradisional Cina.

Dari berbagai data di atas, terlihat adanya kecenderungan yang besar dalam

pemanfaatan pengobatan alternatif dan ini menjadi indikator besarnya manfaat

yang dirasakan masyarakat.

Pengobatan alternatif berupa pengobatan supranatural sifatnya sah-sah saja,

bahkan diperbolehkan, asalkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan syariat

agama. Nabi Muhammad SAW pernah melakukan pengobatan dengan

2

Page 3: Legalitas Pengobatan Alternatif Dengan Pendekatan Agama Islam

menggunakan ayat-ayat Alqur'an kepada seorang sahabat. Hal ini menandakan

bahwa ada obat lain selain dari obat yang berasal dari ilmu kedokteran yaitu

Alqur’an dengan segala mukjizat didalamnya dan tentu saja dengan ridha dan

kehendak Allah SWT.

Dari segi hukum, pengobatan alternatif dengan pendekatan agama telah diatur

dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1076 / MENKES /

SK / VII / 2003 tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional.

Di sini didefenisikan bahwa pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau

perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman,

ketrampilan turun temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai

dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Pengobat tradisional diklasifikasikan dalam jenis ketrampilan, ramuan,

pendekatan agama dan supranatural.

a. Pengobat tradisional ketrampilan terdiri dari pengobat tradisional pijat

urut, patah tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, akupresuris, akupunkturis,

chiropractor dan sejenisnya.

b. Pengobat tradisional ramuan terdiri dari pengobat tradisional ramuan

Indonesia (Jamu), gurah, tabib, shinshe, homoeopathy, aromatherapist dan

sejenisnya.

c. Pengobat tradisional dengan pendekatan agama terdiri dari pengobat

tradisional dengan pendekatan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, atau

Budha.

d. Pengobat tradisional supranatural terdiri dari pengobat tradisional tenaga

dalam (prana), paranormal, reiky master, qigong, dukun kebatinan dan

sejenisnya.

Praktek pengobatan tradisional ini legal bagi masyarakat luas dengan syarat

memiliki Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT) dari Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Pengobat tradisional dengan cara

pendekatan agama harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari Kantor

3

Page 4: Legalitas Pengobatan Alternatif Dengan Pendekatan Agama Islam

Departemen Agama Kabupaten/Kota setempat. Untuk mendapatkan surat izin

tersebut, metode pengobatannya harus dapat memenuhi persyaratan penapisan,

pengkajian, penelitian dan pengujian serta terbukti aman dan bermanfaat bagi

kesehatan.

Mengenai penyelenggaraanya, dalam Bab V pasal 13 dijelaskan bahwa

pengobatan tradisional hanya dapat dilakukan apabila:

a. tidak membahayakan jiwa atau melanggar susila dan kaidah agama serta

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diakui di Indonesia;

b. aman dan bermanfaat bagi kesehatan;

c. tidak bertentangan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan

masyarakat;

d. tidak bertentangan dengan norma dan nilai yang hidup dalam masyarakat.

Perbedaan yang mendasar dari pengobatan alternatif adalah lebih kepada tidak

adanya dasar penelitian (Evidence-Based Medicine) seperti yang di miliki

kedokteran modern. Namun hal ini dapat berubah dalam beberapa dekade

kedepan. Karenanya, pengetahuan kedokteran harus tanggap. Bagaikan harta

terpendam, semuanya tidak boleh diabaikan meskipun pada mulanya tidak ilmiah.

Idealnya, dalam hal ini kita sebagai penyedia layanan kesehatan nantinya dapat

menempatkan diri secara proporsional.

Dengan kata lain, dapat mengambil nilai positifnya dan menjadikan pengobatan

alternatif sebagai tantangan serta cerminan untuk berbenah, berkembang, dan

lebih baik dalam memberikan pelayanan medik yang terpercaya. Atau bila perlu

dapat mengambil kesempatan ini sebaik-baiknya seperti di Inggris yang sekitar

40% dokter di sana mengadakan pelayanan pengobatan alternatif yang beragam

seiring dengan tren “back to nature”. Dapat dibayangkan betapa indahnya jika

dokter-dokter muslim di Indonesia dapat mengimplikasikan nilai-nilai agama

sebagai bagian dari terapi suportif, paling tidak dapat meningkatkan syiar dan

ukhuwah islam.

4


Top Related