LAPORAN PENELITIAN
Kluster Pendidikan Dasar Interdisipliner
HALAMAN SAMPUL
PENGARUH PUBLIC SERVICE MOTIVATION (PSM) BERBASIS AGAMA
TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU BIOLOGI
DI MADRASAH ALIYAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
Disusun Oleh :
Ketua : Dr. Suhirman, S.Pd., M.SiNo. ID Peneliti : 200904710308195Anggota : Dr. Abdul Fattah, S.Ag., M.Fil.I.No. ID Peneliti : 202508780103046
PUSAT PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2018
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena
atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, peneliti dapat
menyelesaikan penelitian ini dan dapat terselesaikan
sebagaimana mestinya .
Selanjutnya shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia
dari alam yang gelap menuju alam yang terang benderang yakni
Addinul- Islam sehingga ajarannya masih dianut sampai sekarang
bahkan sampai hari kiamat kelak.
Penelitian ini berjudul: “Pengaruh Public Service
Motivation Berbasis Agama terhadap Kinerja Mengajar
Guru Biologi Madrasah Aliyah Kabupaten Lombok
Tengah”, yang merupakan tugas penelitian selaku dosen di
LP2M Universitas Islam Negeri Mataram 2018.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa setiap kerja dan
karya manusia tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan
sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk yang tidak sempurna.
Peneliti yakin bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
hal ini semata-mata disebabkan karena keterbatasan
kemampuan peneliti. Untuk itu, peneliti mengharapkan kritik dan
saran konstruktif sebagai bahan perbaikan bagi karya ini.
Di samping itu peneliti menyadari pula bahwa karya ilmiah
ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu, melalui kesempatan ini peneliti menyampaikan
ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang
terhormat:
3
1. Bapak Prof.Dr. H. Mutawali, M.Ag, selaku Rektor UIN
Mataram.2. Bapak Dr.H. Nazar Naamy, M.Si selaku Ketua LP2M UIN
Mataram.3. Bapak Dr. Winengan, M.Si, sekalu Kepala P3I LP2M UIN
Mataram.4. Bapak TGH. Nujumuddin, M.Pd. dan Bapak Paesal MA,
selaku Ketua Yayasan Ponpes Nurul Muhsinin Penujak-
Lombok Tengah (yang menyiapkan tempat untuk lokasi
pelaksanaan FGD untuk 32 orang guru biologi).5. Bapak Yusuf, M.Pd., Ahmad Muzayyan Haqqy, S.Ud., M.E.
dan Mustahiq, S.Pd. selaku anggota/pembantu peneliti.Hanya kepada Allah peneliti berserah diri terhadap
semua urusan, Peneliti berharap semoga karya yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan para
pembaca dalam rangka menambah khazanah ilmu
pengetahuan khususnya pada bidang manajemen
pendidikan dan filsafat ilmu dalam konteks integrasi
sains dan ilmu agama.
Mataram, 26 Oktober 2018
Dr. Suhirman, S.Pd. MSI Dr. Abdul Fattah,S.Ag. M.Fil.IKetua Peneliti Anggota Peneliti
4
RINGKASAN HASIL PENELITIAN
A. Pendahuluan
Penelitian ini dilatari oleh sebuah temuan dan tuntutan
bahwa sebuah lembaga pendidikan yang efektif memiliki
motivasi yang tinggi untuk meningkatkan kualitas manajemen
lembaganya yang meliputi Public Service Motivation (PSM),
mission motivation dan task motivation. Terdapat perbedaan
motivasional antara guru-guru yang mengajar di sektor
pendidikan. Hal ini mempertegas bahwa harus ada
pembedaan terhadap upaya-upaya untuk meningkatkan
motivasi kerja antara guru-guru tersebut dalam meningkatkan
kualitas lembaga pendidikan dan pelayanan yang diberikan
terhadap siswa.
Guru seyogyanya mampu mengintegrasikan sains dan
agama dalam setiap proses pembelajaran untuk membimbing
siswa dalam meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan
kemampuan analitik terhadap konsep-konsep yang diberikan.
Hal tersebut dapat mendorong motivasi siswa untuk
mengembangkan kemampuan dan keterampilannya.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji PSM
tersebut. Namun, mayoritas penelitian tersebut berupaya
untuk melihat perbedaan motivasi kerja antara sektor publik
non pendidikan serta meneliti dimensi-dimensi dari PSM itu
sendiri. Penelitian yang menguji keterkaitan antara PSM
berbasis agama terhadap kinerja guru mengajar di sektor
pendidikan belum pernah dilakukan. Sehingga perlu
perubahan manajemen pelayanan yang diberikan oleh guru
terhadap siswa agar meningkatkan kualitas pembelajaran dan
lembaga pendidikan. Selain itu, penelitian ini berupaya
mendorong guru untuk mengintegrasikan sains dan agama
dalam mengajar mata pelajaran biologi khususnya.
5
Berdasarkan observasi dan wawancara awal yang telah
peneliti lakukan antara bulan Januari hingga Maret 2018,
terhadap 32 orang guru mata pelajaran biologi di 21
Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah, diketahui
ternyata mayoritas mereka belum menerapkan Public Servuce
Motivation berbasis agama dalam pembelajaran biologi.
Meski mereka belum menerapkan konsep PSM dalam
pembelajaran biologi di masing-masing madrasah, namun di
lain sisi mayoritas mereka telah menerapkan integrasi sains
dan agama dalam pembelajaran biologi sebagai upaya
memotivasi belajar siswa di masing-masing madrasah.
Fenomena inilah yang melatari peneliti untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Public Service
Motivation (PSM) Berbasis Agama terhadap Kinerja
Mengajar Guru Biologi Madrasah Aliyah Kabupaten
Lombok Tengah.”
B. Metode PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan
juga kualitatif sekaligus dengan menggunakan rancangan
observasional dengan pendekatan cross-sectional. Dengan
kata lain, penelitian ini termasuk kategori “mix methode”,
yaitu menggunakan pendekatan kuantitif dan kualitatif
sekaligus.
Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini tiada lain
untuk menjawab rumusan masalah pertama yang berbunyi
“Apakah terdapat pengaruh PSM berbasis agama terhadap
kinerja mengajar guru biologi pada Madrasah Aliyah di
Kabupaten Lombok Tengah?”. Sedangkan pendekatan
kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
menjawab rumusan masalah kedua yang berbunyi
“Bagaimanakah upaya guru menerapkan integrasi sains
dan agama sebagai upaya memotivasi belajar siswa dalam
6
proses pembelajaran biologi pada Madrasah Aliyah di
Kabupaten Lombok Tengah?”.
C. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil analisis data penelitian (kuantitatif) dan
hasil pembahasan (kualitatif) maka, dapat disimpulkan penelitian
ini sebagai berikut:
1) Penghitungan statistik menunjukan bahwa nilai korelasi (r)
antara variabel Public Service Motivasion (PSM) dengan
variabel Kinerja Guru sebesar 0,278. Nilai korelasi ini adalah
nilai positif. Pada output juga tampak Sig. (2-tailed) sebesar
0,124, merupakan nilai probabilitas yang akan dibandingkan
dengan alfa (taraf signifikansi). Pada penelitian ini, peneliti
menetapkan α = 5% atau 0,05.
Dengan demikian, karena Sig. (2-tailed) 0,124 lebih
besar dari 0,05, maka berdasarkan ketentuan bahwa H0
diterima, artinya korelasi antara variabel Public Service
Motivasion (PSM) dengan variabel Kinerja Guru terjadi
secara tidak signifikan. Dari hasil ini dapat disimpulkan
bahwa Public Service Motivasion (PSM) berkorelasi positif
sebesar 0,278 dengan Kinerja Guru Biologi Madrasah Aliyah
di Kabupaten Lombok Tengah, namun korelasi tersebut tidak
signifikan.
2) Dalam penerapan integrasi Sains dan Agama pada
Pembelajaran Biologi, terdapat dua kelompok madrasah
yang menerapkan dengan frekuensi berbeda. Terdapat
kelompok madrasah yang menerapkan integrasi dalam
kategori frekuensi sedang atau kadang-kadang, yang
termasuk kelompok ini adalah MA. Bonder Praya Barat, MA.
Nurul Qur’an, MA. Darul Aminin NW Aikmual Praya, MA.
7
Nurul Ittihad Gerepek, dan MA. Madinatul Ulum NW
Mumbung. Sedangkan kelompok madrasah yang
menerapkan integrasi dalam kategori frekuensi intens
atau sering, yang termasuk kategori ini adalah, MAN 3
Lombok Tengah, MA Nurul Muhsinin Batujai, MAN 1 Lombok
Tengah, MA Darussalimin Nw Sengkol Mantang, MA NW
Selusuh, MA Ittihadul Ummah Nw Lantan Batukliang Utara,
MA Majmul Huda Batu Bokah, MA Qomarul Huda Bagu, MA
Manhalul Ma'arif Darek, MA Attohiriyah Bodak, MA Nurul
Falah Perina MA Tahzibul Akhlak Sisik, MA Assyafi'iyah Goak,
MA Darus Siddiqin Mertak Paok, MA NW Peneguk, dan MA
Assyafi'iyah Goak.
Terdapat 3 Pola/Cara Penerapan Integrasi Sains dan
Agama dalam Pembelajaran Biologi di MA Kabupaten
Lombok Tengah yaitu: (1) Model integrasi Sains-Agama
sebagai sumber informasi dan inspirasi diterapkan oleh
MA Nurul Muhsinin Batujai dan MA Tahdzibul Akhlak-Bonder,
(2) Model integrasi Sains-Agama sebagai sumber
komplementasi diterapkan oleh MA Bonder Praya Barat,
MA. Darul Aminin NW Aikmual Praya, dan MA. Qamarul Huda
Bagu, dan (3) Model integrasi Sains-Agama sebagai
sumber konfirmasi diterapkan oleh MA. Nurul Muhsinin NW
Batujai, MA. Darul Aminin NW Aikmual Praya, MA. Darus
Siddiqin Mertak Paok, MA.Attohiriyah Bodak ,dan MA. Nurul
Qur’an.
Kendala-kendala yang dijumpai dalam Penerapan
Integrasi Sains dan Agama dalam Pembelajaran Biologi pada
MA di Kabupaten Lombok Tengah adalah kendala pada
kurangnya buku penunjang atau referensi sebagai acuan
untuk penerapan integrasi sains dan agama pada
pembelajaran biologi, kurangnya pengetahuan para guru
8
tentang materi pembelajaran biologi yang diintegrasikan
pada agama, kurangnya tingkat pemahaman dan
penyerapan peserta didik pada materi integrasi sains
(biologi) dan agama, kurangnya fasilitas penunjang di
madrasah masing-masing dalam penerapan integrasi sains
dan agama pada pembelajaran biologi, dan tidak adanya
kurikulum yang mengarahkan para guru untuk
mengintegrasikan sains dan agama.
9
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPULHALAMAN JUDUL………………………………………………….
i
HALAMANPENGESAHAN…………………………………………
ii
KATA PENGANTAR………………………………………………… iiiRINGKASAN HASILPENELITIAN………………………………...
v
DAFTARISI…………………………………………………………..
ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………….. xiDAFTAR GAMBAR…………………………………………………. xiBAB I PENDAHULUAN……………………………………………………
1
A. LatarBelakang………………………………………………...
1
B. RumusanMasalah……………………………………………..
3
C. TujuanPenelitian………………………………………………
4
D. ManfaatPenelitian……………………………………………..
4
E. Ruang Lingkup dan SettingPenelitian…………………………
5
BAB II KAJIANPUSTAKA…………………………………………………
7
A. Kajian PenelitianTerdahulu…………………………………...
7
B. LandasanTeori………………………………………………...
8
1.Konsep Public Service Motivation (PSM)…………………..
8
a. Definisi Public Service Motivation (PSM)…………….
8
b. Motivasi……………………………………………….
9
2. KinerjaGuru………………………………………………..
10
a. DefinisiKinerja………………………………………..
10
b. Pengukuran Kinerja 11
10
Guru……………………………...3. Konsep Implementasi Nilai-Nilai Keagamaan
dalam Pembelajaran Sains………………………………………..
12
a. Implementasi dalam PerencanaanPembelajaran………
14
b. Implementasi dalam Penyusunan BahanAjar…………
17
c. Implementasi dalam Proses dan EvaluasiPembelajaran
34
BAB III METODEPENELITIAN……………………………………………
36
A. RancanganPenelitian………………………………………….
36
B. Populasi danSampel…………………………………………...
37
C. Teknik PengumpulanData…………………………………….
37
D. Teknik AnalisisData…………………………………………..
38
E. Pendekatan PenelitianKualitatif………………………………
40
1. KehadiranPeneliti…………………………………………..
41
2. LokasiPenelitian……………………………………………
42
3. SumberData………………………………………………..
44
4. Prosedur PengumpulanData………………………………..
44
5. Teknik AnalisisData………………………………………..
47
6. Pengecekan KeabsahanData……………………………….
48
BAB IV HASIL DANPEMBAHASAN……………………………………….
50
A. Kehidupan Beragama di LombokTengah……………………..
50
1. Peningkatan Kualitas Pemahaman danPengamalan……….
50
2. Peningkatan Kualitas PelayananKeagamaan………………
51
11
3. Pendidikan RA, Madrasah, PendidikanAgama…………….
53
B. Visi dan Misi Pendidikan Keagamaan KabupatenLombokTengah…………………………………………………………
54
1. Visi Kementerian Agama Kabupaten LombokTengah…….
54
2. Misi Kementerian Agama Kabupaten LombokTengah……
54
3. Strategi Kementerian Agama di BidangPendidikan………..
55
C. Program Pengembangan GuruBiologi………………………...
56
D. Data Guru Biologi dan Madrasah Aliyah yangMenjadi Sampel
58
E. Data Public Service Motivation (PSM)Guru………………….
61
F. Data Kinerja Guru Mata PelajaranBiologi…………………….
64
G. Analisis Korelasi PSM dengan KinerjaGuru………………….
70
H. Paparan data danTemuan……………………………………...
73
1. Penerapan Integrasi Sains danAgama………………………
73
2. Pola/Cara Penerapan Integrasi Sains danAgama…………..
77
3. Kendala-Kendala yang dijumpai dalamPenerapan Integrasi Sains danAgama…………………………………………..
81
4. Harapan Para Guru Mata Pelajaran Biologi padaPenerapan Integrasi Sains danAgama…………………………………
84
I. Penerapan Integrasi Sains dan Agama dalamPembelajaran Biologi Kabupaten Lombok Tengah(Natural Sciences Vis-A-Vis Religius Sciences)……………………….
87
BAB VPENUTUP…………………………………………………………….
104
A. Kesimpulan……………………………………………………
104
B. Implikasi 105
12
Teoritis……………………………………………...C. Rekomendasi………………………………………………
…..106
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 107LAMPIRAN-LAMPIRANBIODATA PENELITI
13
DAFTAR TABELHal
Tabel 4.1. Data Madrasah Aliyah yang Menjadi SampelPenelitian di Kabupaten LombokTengah…………………………..
59
Tabel 4.2. Data Guru dan Asal Madrasah yang MenjadiSampel Penelitian di Kabupaten LombokTengah……………….
60
Tabel 4.3. Data Lulusan dan Tahun Lulus Guru yangMenjadi Sampel Penelitian di KabupatenLombok Tengah……….
61
Tabel 4.4. Deskripsi Data Hasil Angket PSM GuruBiologi MA di Kabupaten LombokTengah……………………………..
62
Tabel 4.5. Deskripsi Data Hasil Angket Kinerja GuruBiologi MA di Kabupaten LombokTengah…………………………..
64
Tabel 4.6. Deskripsi Data Kinerja Guru Biologi MA diKabupaten Lombok Tengah untuk SetiapDimensi………………….
67
Tabel 4.7. Deskripsi Data Kinerja Guru Biologi MA diKabupaten Lombok Tengah untuk SetiapDimensi Lanjutan……….
68
Tabel 4.8. Deskripsi Data Skor PSM dan Skor KinerjaGuru Biologi MA di Kabupaten LombokTengah……………………...
71
Tabel 4.9. Hasil Analisis dengan SPSS 16.0. KorelasiPSM dan Skor Kinerja Guru Biologi MA diKabupaten Lombok Tengah
72
14
DAFTAR GAMBARHal
Gambar4.1.
Distribusi Persentase Responden BerdasarkanPilihan pada Angket PSM………………………………………………..
63
Gambar4.2.
Distribusi Persentase Responden BerdasarkanPilihan pada Angket Kinerja Guru……………………………………….
66
Gambar4.3.
Perbandingan Skor Dimensi Kinerja Guru MataPelajaran Biologi MA di Kabupaten LombokTengah………………...
70
15
LAPORAN PENELITIAN
Kluster Pendidikan Dasar Interdisipliner
HALAMAN SAMPUL
PENGARUH PUBLIC SERVICE MOTIVATION (PSM) BERBASIS AGAMA
TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU BIOLOGI
DI MADRASAH ALIYAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
Disusun Oleh :
Ketua : Dr. Suhirman, S.Pd., M.SiNo. ID Peneliti : 200904710308195Anggota : Dr. Abdul Fattah, S.Ag., M.Fil.I.No. ID Peneliti : 202508780103046
PUSAT PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2018
16
No. Reg: 171030000008447
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep New Public Management (NPM) didefiniskan sebagai salah satu
upaya peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan oleh pelaku organisasi
(public service). Munculnya NPM ini utamanya ditujukan untuk mereformasi
manajemen di sektor pendidikan. Public services dalam ranah pendidikan selama
ini dipandang sebagai bagian dari organisasi yang “kurang produktif” serta tidak
efisien. Citra negatif yang melekat pada suatu lembaga pendidikan tidak terlepas
dari kinerja organisasi yang belum memuaskan stakeholder-nya. NPM hadir di
tengah ketidakpercayaan masyarakat terhadap kinerja lembaga pendidikan
terutama di negara-negara berkembang.1
NPM didesain untuk membenahi masalah-masalah pelayanan pada sektor
pendidikan seperti buruknya citra birokrasi, desain program mengajar dan
kegiatan yang lemah serta defisiensi kinerja mengajar. Buruknya citra dan kinerja
pelaku manajemen pendidikan yang kurang mengintegrasikan antara sains dan
agama dalam mengelola lembaga pendidikan dan hal tersebut tidak terlepas dari
peran serta individu-individu yang terlibat dalam pelayanan publik terutama
terhadap guru. Guna meningkatkan kinerja mengajar di ranah satuan pendidikan,
maka kinerja guru juga harus ditingkatkan.2
Sebuah lembaga pendidikan yang efektif memiliki motivasi yang tinggi
untuk meningkatkan kualitas manajemen lembaganya yang meliputi Public
1 Gene A. Brewer, Sally Coleman Selden & Rex L. Facer II, “Individual Conceptions of Public Service Motivation”, Public Administration Review, Vol. 60, No.3 (2000), h. 255.
2Laurie. E. Paarlberg&Bob Lavigna, “Transformational Leadership and Public Service Motivation: Driving Individual and Organizational Performance”, Public Administration Review, Vol. 70, No. 5( 2010), h. 715.
1
Service Motivation (PSM), mission motivation dan task motivation. Terdapat
perbedaan motivasional antara guru-guru yang mengajar di sektor pendidikan.
Hal ini mempertegas bahwa harus ada pembedaan terhadap upaya-upaya untuk
meningkatkan motivasi kerja antara guru-guru tersebut dalam meningkatkan
kualitas lembaga pendidikan dan pelayanan yang diberikan terhadap siswa.3
Guru seyogyanya mampu mengintegrasikan sains dan agama dalam setiap
proses pembelajaran untuk membimbing siswa dalam meningkatkan pengetahuan,
pemahaman dan kemampuan analitik terhadap konsep-konsep yang diberikan.
Hal tersebut dapat mendorong motivasi siswa untuk mengembangkan
kemampuan dan keterampilannya.4
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji PSM. Namun,
mayoritas penelitian tersebut berupaya untuk melihat perbedaan motivasi kerja
antara sektor publik non pendidikan serta meneliti dimensi-dimensi dari PSM itu
sendiri. Penelitian yang menguji keterkaitan antara PSM berbasis agama terhadap
kinerja guru mengajar di sektor pendidikan belum pernah dilakukan. Sehingga
perlu perubahan manajemen pelayanan yang diberikan oleh guru terhadap siswa
agar meningkatkan kualitas pembelajaran dan lembaga pendidikan. Selain itu,
penelitian ini berupaya mendorong guru untuk mengintegrasikan sains dan agama
dalam mengajar mata pelajaran biologi khususnya.
Berdasarkan observasi dan wawancara awal yang telah peneliti lakukan
antara bulan Januari hingga Maret 2018, terhadap 32 orang guru mata pelajaran
biologi di 21 Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah, diketahui ternyata
mayoritas mereka belum menerapkan Public Servuce Motivation berbasis agama
dalam pembelajaran biologi. Guru-guru mata pelajaran biologi yang dimaksud
3 Lotte B. Andersen, Eskil Heinesen&Lene Holm Pedersen, “How Does Public Service Motivation Among Teachers Affect Student Performance in Schools?”, Journal of Public Administration Research and Theory, Vol. 24, No. 3 (2014), h. 659.
4 S. E. P. Widoyoko &Anita Rinawati, “Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa”,Cakrawala Pendidikan, Vol. 31, No. 2 (2012), h. 279.
2
adalah Lale Ningge H.I., S.Pd.I., Salmiati, S.Pd., Minasih, S.Pd., Husnul
Hotimah, S.Pd., L. Ahmad Juarni, S.Pd., Arman Jayadi, S.Pd., Wirana Fauzan,
S.Pd., Surya Firdaus, S.Pd.I., Fera Wahyuni, S.Pd., Lalu Kurniadi, S.Pd.I.,
Ernawati, S.Pd, Siti Ramlah Hasan, S.Pd., Siti Mariam, S.Pd., Baiq Dina
Hardianti, S.Pd., Kusmiran Jayadi, S.Pd., Baiq Afriani Dwi Astini., Indrayanti,
S.Pd., Kalsum, S.Pd., Ni'matul Husna, S.Pd., Asrorul Azizi, S.Pd.,
Sapinatunnajah, S.Pd., Rizal Hamdani, S.Pd., Khairurraziqin, S.Pd., Jahardi,
S.Pd., Yusron Hafizin, S.Pd., Nurwahidah, S.Pd., Baiq Laily Ekawati, S.Pd., Fitria
Susiani, S.Pd., Sultiah, S.Pd., Ana Ulfia, S.Pd., Hali Fitriati, S.Pd., dan
Mukminah, S.Pd.I. keseluruhan guru tersebut berasal dari 21 Madrasah Aliyah
berbeda di Kabupaten Lombok Tengah yaitu MAN 3 Lombok Tengah, MA Nurul
Muhsinin Batujai, MAN 1 Lombok Tengah, MA Darussalimin Nw Sengkol
Mantang, MA Bonder Praya Barat, MA Nw Selusuh, MA Darul Aminin Nw
Aikmual Praya, MA Ittihadul Ummah Nw Lantan Batukliang Utara, MA Majmul
Huda Batu Bokah, MA Qomarul Huda Bagu, MA Nurul Qur'an, MA Madinatu'
Ulum NW Mumbang, MA Manhalul Ma'arif Darek, MA Attohiriyah Bodak, MA
Nurul Falah Perina, MA Nurul Ittihad Gerepek, MA Tahzibul Akhlak Sisik, MA
Assyafi'iyah Goak, MA Darus Siddiqin Mertak Paok, MA NW Peneguk, dan MA
Assyafi'iyah Goak.
Meski mereka belum menerapkan konsep PSM dalam pembelajaran
biologi di masing-masing madrasah, namun di lain sisi mayoritas mereka telah
menerapkan integrasi sains dan agama dalam pembelajaran biologi sebagai upaya
memotivasi belajar siswa di masing-masing madrasah. Fenomena inilah yang
melatari peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Public
Service Motivation (PSM) Berbasis Agama terhadap Kinerja Mengajar Guru
Biologi Madrasah Aliyah Kabupaten Lombok Tengah.”
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini ingin mencoba menjawab
permasalahan utama yaitu:
1. Apakah terdapat pengaruh PSM berbasis agama terhadap kinerja mengajar
guru biologi pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah?
2. Bagaimanakah upaya guru menerapkan integrasi sains dan agama sebagai
upaya memotivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran biologi pada
Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengaruh PSM berbasis agama terhadap kinerja mengajar guru
biologi pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah.
2. Melihat penerapan integrasi sains dan agama dalam proses pembelajaran mata
pelajaran biologi sebagai upaya dalam memberikan motivasi belajar bagi
siswa pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi besar bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang manajemen pendidikan, dan
metode pembelajaran yang mengintegrasikan sains dan agama baik di jenjang
pendidikan menengah (SMA/MA/SMK) maupun di perguruan tinggi
keislaman.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi satuan pendidikan khususnya di Kabupaten
Lombok Tengah dan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada umumnya
dalam rangka peningkatan mutu pelayanan pendidikan melalui kinerja
mengajar guru.
4
b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keyakinan
orangtua murid/siswa pada saat anak mereka mempelajari “mata pelajaran
umum” (seperti biologi). Keyakinan tersebut bahkan bisa menjadi
kebanggaan karena anak-anak mereka tidak hanya menguasai teori-teori
secara umum yang notabene berasal dari ilmuwan non-muslim, namun
mendapatkan nilai tambah berupa adanya sudut pandang lain (world of
view) dari nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan
hadits. Hal ini dikarenakan para guru mata pelajaran biologi telah
mengintegrasikan sains dan agama dalam proses pembelajarannya.
c. Manfaat bagi dosen PAI dan Biologi, yaitu memberikan tambahan
informasi baru terkait dengan model, strategi, dan teknik pembelajaran
yang mengintegrasikan sains dan agama. Meski penelitian ini berada pada
jenjang sekolah menengah atas (SMA/MA/SMK), namun temuan-
temuannya dapat diaplikasikan di perguruan tinggi keagamaan khususnya
pada prodi PAI dan prodi Biologi. Sehingga, antara dua rumpun keilmuan
yang berbeda tersebut, dapat saling menyapa, saling mengisi, atau saling
melengkapi sehingga melahirkan kajian yang komprehensif multidimensi.
Hal ini diistilahkan oleh M. Amin Abdullah sebagai “Model
Komplementasi” yaitu antara sains dan agama saling mengisi dan saling
memperkuat satu sama lain, tetapi tetap mempertahankan eksistensi
masing-masing.
E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai setting atau lokasi penelitian
adalah sejumlah 21 Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah. Adapun
alasan peneliti mengambil lokasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sepanjang pengetahuan peneliti, belum pernah dilakukan penelitian masalah
judul yang diajukan peneliti di 21 Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok
Tengah tersebut.
5
2. Ditinjau dari letak geografisnya, Madrasah Aliyah yang berada di wilayah
Kabupaten Lombok Tengah memiliki ciri khas tersendiri. Hal ini misalnya lokasi
madrasah tersebut relatif lebih jauh dari lokasi Universitas Islam Negeri Mataram
yang notabene universitas Islam satu-satunya negeri di NTB. Kampus UIN
Mataram tersebut sebagai salah satu pusat kajian Islam terbesar di NTB. Di lain
sisi, banyak alumni UIN Mataram yang berprofesi sebagai guru mata pelajaran
biologi Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah.
Para alumni tersebut ketika menimba ilmu di UIN Mataram telah dibekali
dengan ilmu pengetahuan keislaman (fiqih, ushul fiqh, tafsir hadits, SKI, Bahasa
Arab, dan lainnya). Di luar itu, mereka juga dibekali dengan ilmu umum sesuai
dengan konsentrasinya (seperti pendidikan Biologi, Fisika, Kimia, Matematika,
dan sebagainya). Pada saat mereka menimba ilmu tersebut kebijakan lemabaga
adalah melakukan integrasi keilmuan antara ilmu agama dan ilmu umum
tersebut. Di sinilah letak strategisnya penelitian ini, sebab ia memotret penerapan
integrasi keilmuan pada mata pelajaran Biologi Madrasah Aliyah di Kabupaten
Lombok Tengah. Dalam hal ini, peneliti memfokuskan dalam 4 (empat) hal saja
yaitu (1) penerapan integrasi tersebut, (2) pola/cara penerapannya, (3) kendala-
kendala yang dijumpai serta (4) harapan para guru tersebut dalam integrasi
keilmuan antara ilmu agama dan sains dalam hal ini mata pelajaran Biologi.
Adapun waktu yang telah ditempuh untuk menuntaskan penelitian ini, mulai
dari proses awal hingga laporannya dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan, dimulai
bulan April hingga bulan Oktober 2018.
Dalam penelitian ini peneliti melibatkan diri di lapangan dan melakukan
observasi untuk mengamati secara cermat dan langsung terhadap obyek
penelitian. Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai “instrumen kunci” atau pelaku
pokok dan sekaligus sebagai pengumpul data melalui wawancara dengan
responden untuk mendapatkan data yang memadai mengenai 4 (empat) hal yaitu
penerapan integrasi tersebut, pola/cara penerapannya, kendala-kendala yang
6
dijumpai serta harapan para guru tersebut dalam integrasi keilmuan antara ilmu
agama dan sains dalam hal ini mata pelajaran Biologi.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai kemiripan dengan
penelitian dilakukan oleh peneliti, yaitu:
1. Penelitian Artika (2013) yang berjudul “Penerapan Analitycal Herarchy
Proccese (AHP) dalam Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Guru pada
SD Negeri 095224”. Penelitian tersebut mengkaji model pengambilan
keputusan terhadap kinerja guru dengan menggunakan metode AHP
berdasarkan penilaian dari Kepala Sekolah. Bentuk penilaian yang dilakukan
adalah kepribadian dan kualitas kerja setiap guru di sekolah tersebut.5
Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti mengkaji PSM berbasis agama
dalam mengevaluasi kinerja mengajar guru biologi pada 21 Madrasah Aliyah
di Kabupaten Lombok Tengah.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2012) berjudul “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kinerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)” yang
membahas motivasi kerja guru berdasarkan pengaruh dari kompetensi guru
dan model kepemimpinan kepala sekolah. Penelitian tersebut menggunakan
metode expost facto dengan subyeknya adalah guru SMK.6 Sedangkan, dalam
penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan metode kuantitatif dan
kualitatif dengan subyeknya adalah 32 guru mata pelajaran biologi Madrasah
5 Rini Artika, ”Penerapan Analitycal Herarchy Proccese (AHP) dalam Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Guru pada SD Negeri 095224”,Pelita Informatika Budi Darma, Vol. 4, No. 3 (2013), h. 125.
6Hary Susanto, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan”,Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 2, No. 2 (2012), h. 198.
8
Aliyah yang terdapat pada 21 Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok
Tengah.
3. Penelitian diteliti oleh Widoyoko dan Rinawati (2012) yang berjudul
“Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa” yang mengungkap
kinerja guru dan hubungannya dengan motivasi belajar siswa. Subyek yang
diteliti pada penelitian tersebut adalah siswa Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Muhammadiyah Purworejo, Jawa Tengah. Sampel diambil dengan
teknik Stratified Random Sampling.7 Sedangkan pada penelitian yang
dilakukan peneliti, sampel diambil dari 32 guru mata pelajaran biologi pada
21 Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah, khususnya yang
menerapkan integrasi sains dan agama dalam proses pembelajarannya.
Dengan demikian, penelitian dengan judul “Pengaruh Public Service
Motivation berbasis Agama terhadap Kinerja Mengajar Guru Biologi pada
Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah”, tidak memiliki kesamaan
dengan penelitian terdahulu.
B. Landasan Teori
1. Konsep Public Service Motivation (PSM)
a. Definisi Public Service Motivation (PSM)
Public Service Motivation (PSM) adalah salah satu bentuk atau
bagian yang khas dari motivasi yang dapat didefinisikan sebagai motivasi
yang mencakup kepercayaan, nilai, dan sikap yang melampaui
kepentingan pribadi dan kepentingan organisasi, mendorong seorang
pekerja atau pegawai untuk berbuat baik kepada orang lain dan
menyumbangkan darma baktinya kepada kesejahteraan organisasi dan
masyarakat.8
7S. E. P. Widoyoko &Anita Rinawati, “Pengaruh Kinerja Guru …”, h. 281.
9
Artinya, motivasi pelayanan publik yang positif tentu saja akan
melahirkan pekerja atau pegawai yang kompeten dan berdedikasi tinggi
terhadap tugas dan kewajibannya, serta dapat meningkatkan prestasi kerja.
Secara teoritis, PSM didefinisikan sebagai kecenderungan individual
untuk merespon terhadap motif-motif dasar yang unik dalam institusi dan
organisasi publik. Teori ini didasarkan pada pendapat, bahwa terdapat
orang-orang yang tertarik dan termotivasi untuk bekerja di sektor publik.
Semakin tinggi PSM yang dimiliki individu, maka semakin besar
kemungkinannya untuk bekerja di sektor public.9
PSM berpengaruh secara positif dengan kinerja individual di
organisasi sektor publik. PSM meliputi dimensi Ketertarikan kepada
pembuatan kebijakan publik, tanggung jawab kepada kepentingan publik
dan kewajiban sebagai warga negara, perasaan simpati atau kasihan, dan
sikap pengorbanan diri.10
Lebih lanjut dalam penelitian ini, PSM berbasis agama dimaknai
sebagai salah satu bentuk atau bagian yang khas dari motivasi yang dapat
didefinisikan sebagai motivasi yang mencakup kepercayaan, nilai, dan
sikap yang melampaui kepentingan pribadi seorang guru/tenaga pengajar
dan kepentingan organisasinya (organisasi madrasah tempat bertugas),
yang mendorong seorang pekerja atau pegawai (dalam hal ini guru mata
pelajaran biologi) untuk berbuat baik kepada orang lain (terutama terhadap
8Young-joo Lee, “Behavioral Implications of Public Service Motivation”, The American Review of Public Administration, Vol. 42, No. 1 (2012), h. 113.
9Anne Mette Kjeldsen, “Dynamics of Public Service Motivation: Attraction-Selection and Socialization in the Production and Regulation of Social Services”, Public Administration Review, Vol. 74, No. 1 (2014), h. 108.
10J. L. Perry, “Antecedents of Public Service Motivation”, Journal of Public AdministrationResearch and Theory, Vol. 7, No. 2 (1997), h. 189.
10
peserta didik) dan menyumbangkan darma baktinya kepada kesejahteraan
organisasi (madrasah aliyah tempat bertugas) dan masyarakat sekitarnya.
b. Motivasi
Terdapat banyak teori motivasi yang berkembang, dan yang cukup
familier serta banyak digunakan adalah teori Maslow, kebutuhan manusia
itu bertingkat-tingkat (hierarchy) yaitu sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis/ fisik (Physiological Needs) yaitu kebutuhan
untuk mempertahankan hidup, misalnya kebutuhan makan, kebutuhan
minum, kebutuhan perumahan, dan udara.
b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan (Safety and Security Needs)
yaitu kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni merasa aman dari
ancaman terjadinya gangguan kerja dan keselamatan dalam
melaksanakan pekerjaan yang dilakukan.
c. Kebutuhan rasa memiliki/ sosial (Affiliation or Acceptance Needs)
yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan berhubungan atau terlibat
dengan pegawai lainnya dalam pelaksanaan kerja yang dilakukan,
kebutuhan ingin diterima dan dihormati oleh rekan-rekannya.
d. Kebutuhan akan prestise/ penghargaan diri (Esteem or Status needs)
yaitu kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan serta
penghargaan dari pimpinan rekan kerja serta dari masyarakat
lingkungan tempat tinggal pegawai.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self Actualization Needs) yaitu
kebutuhan akan realisasi diri atau aktualisasi diri dengan
menggunakan kemampuan, keterampilan, potensi diri yang optimal
untuk mencapai prestasi kerja yang tinggi.11
11Nicolai Petrovsky&Adrian Ritz, "Public service motivation and performance: a critical perspective", Evidence-Based HRM: A Global Forum for Empirical Scholarship, Vol. 2, No. 1 (2014), h. 67.
11
2. Kinerja Guru
a. Definisi Kinerja
Kinerja merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan
kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Kinerja merupakan
catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau
kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu.12
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja,
target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu telah
disepakati bersama. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau
tidak dilakukan pegawai. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan
yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja lembaga atau organisasi,
termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di lembaga
tersebut.13
b. Pengukuran Kinerja Guru
Secara teoretikal berbagai metode dan teknik mempunyai sasaran
yang sama, yaitu menilai prestasi kerja para guru secara obyektif untuk
suatu kurun waktu tertentu di masa lalu yang hasilnya bermanfaat bagi
lembaga pendidikan, seperti untuk kepentingan mutasi pegawai maupun
bagi pegawai yang bersangkutan sendiri dalam rangka pengembangan
12Ahmed Mohammed Sayed Mostafa, Julian Seymour Gould-Williams &Paul Bottomley, “High-Performance Human Resource Practices and Employee Outcomes: The Mediating Role of Public Service Motivation”, Public Administration Review, Vol. 75, No. 5 (2015), h. 740.
13 Anne Mette Kjeldsen, “Dynamics of Public Service … “, h. 109.
12
karirnya. Untuk mencapai kedua sasaran tersebut maka digunakanlah
berbagai metode pengukuran kinerja karyawan/guru adalah:
1) Rangking, adalah dengan cara membandingkan guru yang satu dengan
guru yang lain untuk menentukan siapa yang lebih baik.
2) Perbandingan guru dengan guru, adalah suatu cara untuk memisahkan
penilaian seseorang ke dalam berbagai faktor.
3) Grading, adalah suatu cara pengukuran kinerja karyawan dari tiap
guru yang kemudian diperbandingkan dengan definisi masing-masing
kategori untuk dimasukkan kedalam salah satu kategori yang telah
ditentukan.
4) Skala gratis, adalah metode yang menilai baik tidaknya pekerjaan
seorang guru berdasarkan faktor-faktor yang dianggap penting bagi
pelaksanaan pekerjaan tersebut. Masing-masing faktor tersebut.
seperti misalnya kualitas dan kuantitas kerja, keterampilan kerja,
tanggung jawab kerja, kerja sama dan sebagainya.
5) Checklists, adalah metode penilaian yang bukan sebagai penilai guru
tetapi hanya sekedar melaporkan tingkah laku guru.14
Dalam penelitian ini untuk mengukur kinerja guru
Biologi di MA se-Lombok Tengah menggunakan angket
kinerja mengajar dengan berpedoman pada penilaian
skala Likert dengan tingkat scoring predikat selalu=5,
sering=4, kadang-kadang=3, jarang=2, dan tidak
pernah=1. Angket kinerja mengajar tersebut memuat 60
item yang harus diisi oleh semua Guru MA Biologi yang
menjadi responden penelitian ini.
14 J. L. Perry, “Measuring Public Service Motivation: An Assessment of Construct Reliability and Validity”, Journal of Public Administration Research and Theory, Vol. 6, No. 1 (1996), h. 13.
13
Respon para guru Biologi tersebut dianalisis
untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata
batasan antara skor tinggi dan skor rendah dalam skala
total (kinerja mengajar guru Biologi). Misalnya, responden
pada upper 25% dan lower 25% dianalisis untuk melihat
sampai berapa jauh tiap item dalam kelompok ini berbeda.
Item-item yang tidak menunjukkan beda yang nyata,
apakah masuk dalam skor tinggi atau rendah juga dibuang
untuk mempertahankan konsistensi internal dari
pertanyaan angket.
3. Konsep Implementasi nilai-nilai keagamaan dalam pembelajaran sains
Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 mengatur tentang
fungsi dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia, di mana
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.15 Hal ini berarti
bahwa tujuan dari penyelenggaraan pendidikan dalam semua
jenjang bertujuan untuk melahirkan generasi penerus bangsa yang
tidak hanya cerdas secara intelektual semata tetapi juga cerdas
secara sosial, emosional, dan spiritual. Oleh karena itu, untuk dapat
mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut secara
15 UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003
14
komprehensif maka dalam kegiatan perencanaan proses, dan
evaluasi pembelajaran menuntut adanya pengintegrasian dan
pengembangan ilmu keislaman, sosial, humaniora, sains dan
teknologi, peradaban dan budaya dalam implementasi kegiatan
pendidikan dan pengajaran.
Adapun karakteristik pembelajaran Sains meliputi empat
unsur utama yaitu: (1) sikap ilmiah adalah rasa ingin tahu tentang
benda, fenomena alam, makhluk hidup serta hubungan sebab
akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan
melalui prosedur yang benar;16 (2) proses ilmiah (keterampilan
proses sains) adalah prosedur pemecahan masalah melalui metode
ilmiah yang meliputi penyususnan hipotesis, perancangan
eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan; (3) produk ilmiah yang berupa fakta, prinsip, teori, dan
hukum; dan (4) aplikasi yaitu penerapan metode ilmiah dan konsep
IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Pengintegrasian Sains dengan Agama dalam kegiatan
pembelajaran sangatlah penting bagi mahasiswa karena dapat
menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kritis dan analisis
mahasiswa terhadap fenomena alam di lingkungan sekitar yang
terintegrasi dan dikaji dari berbagai sudut pandang keilmuan yaitu
dari konsep keislaman, konsep sosial, humaniora, aspek sains,
teknologi, dan budaya, sehingga pemahaman terhadap suatu
konsep atau fenomena yang dikaji dapat bersifat komprehensif dan
integratif.
16 Iskandar dan Srini. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. (Medan: Depdikbud, 1996).
15
Pemahaman yang bersifat komprehensif dan integratif
tersebut sangat urgen untuk dikembangkan dalam kegiatan
pembelajaran yang nantinya berdampak pada kemampuan
mahasiswa dalam menyikapi suatu permasalahan atau fenomena
yang menjadi topik kajian sehingga pada implementasinya tidak
hanya mengandalkan pengetahuan teoritis saja, tetapi harus
disertai dengan aspek afeksi dan psikomotorik yang dibangun
melalui konsep integrasi, interkoneksi dan internalisasi berbagai
disiplin ilmu pengetahun sehingga pada akhirnya akan melahirkan
peserta didik yang tidak hanya kompeten dalam aspek
pengetahuan saja, tetapi juga cerdas secara sosial, emosional, dan
spiritual. Oleh karena itu, pada prakteknya dosen diharapkan
mampu merencanakan, terampil mengaplikasikan, dan cermat
dalam mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang berbasis
integrasi, khususnya dalam membelajarakan ilmu Sains. Adapun
bentuk imple mentasi integrasi Sains dengan Agama dapat
diwujudkan dalam berbagai aspek pembelajaran yang meliputi
implementasi dalam merencakan kegiatan pembelajaran,
penyusunan materi ajar, pelaksanaan proses dan evaluasi kegiatan
pembelajaran.
a. Implementasi dalam Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran didasarkan dari dua kata, yaitu
perencanaan, berarti menentukan apa yang akan dilakukan, dan
pembelajaran berarti proses yang diatur dengan langkah-langkah
tertentu, agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan.17
Komponen perencanaan pembelajaran mencakup tujuan, materi,
17 Abdul, Majid. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011).
16
metode, media, dan evaluasi.18 Untuk mencapai tujuan
pembelajaran, maka sudah pasti dibutuhkan perencanaan
pembelajaran yang tepat, di mana perencanaan merupakan salah
satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan pembelajaran karena tanpa
perencanaan, pelaksanaan suatu kegiatann akan mengalami
kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang
diinginkan. Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari
pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan dalam pembelajaran
merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen
pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar
mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi.
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam
proses belajar mengajar, sedangkan metode adalah suatu cara
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.19
Adapun manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar
mengajar yaitu20; sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai
tujuan sebagai dasar dalam mengatur tugas dan wewenang setiap
unsur yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran, dan sebagai alat
ukur efektif tidaknya suatu pembelajaran sehingga perencanaan
pembelajaran sangat perlu dilakukan oleh para pendidik, sesuai
tujuannya yaitu agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan
efektif dan efisien.
18 Syaiful Bahri, Djamarah dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002).
19 Ibid.
20 Ibid.
17
Wujud implementasi integrasi Sains dan Agama dalam kegiatan
pembelajaran dimulai dari kegiatan perencanaan pembelajaran
yang diwujudkan dalam penyusunan Rencana Pembelajaran
Semester (RPS) pada setiap mata kuliah yang berbasis integrasi dan
interkoneksi antara Sains dengan Al-Qur’an dan Hadits yang
memadukan berbagai pendekatan keilmuan antara epistemologi
bayani, burhani, dan irfani sehingga dapat menghasilkan insan
cendikiawan yang paripurna (insan kamil).21
Dalam penyusunan Rencana Pembelajaran Semester (RPS)
yang terdiri dari komponen-komponen yang meliputi identitas mata
kuliah, kompetensi mata kuliah, capaian kompetensi mata kuliah,
dan evaluasi. Oleh karena itu, implementasi integrasi Sains-Agama
harus tercermin di dalam setiap item pada penyusunan RPS
tersebut yang nantinya akan menjadi panduan utama dosen dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran selama satu semester. Ciri
khas utama dari capaian kompetensi mata kuliah adalah dalam
penyusunannya harus mencakup langkah-langkah pembelajaran
untuk setiap pertemuan, kemampuan akhir setiap tahap
pmbelajaran (KD), materi, metode, alokasi waktu, deskripsi tugas,
indikator pembelajran, bobot penilaian, dan referensi sehingga
dalam penyusunan komponen tersebut harus mencerminkan
integrasi Sains, Al-Qur’an, Hadits, Ilmu Sosial, Humaniora, maupun
aspek budaya.
Misalnya, di dalam menyusun rumusan kompetensi mata
kuliah bentuk integrasi Sains-Agama harus diaplikasikan dalam
rumusannya (menguasai keilmuan pendidikan dan biologi untuk
perencanaan pengelolaan, implementasi, evaluasi dan
21 Pedoman Akademik UIN Mataram tahun 2017.
18
pengembangan pembelajaran biologi yang berorientasi pada
integrasi aspek keislaman, keilmuan, kemanusiaan, dan
keindonesiaan), demikian juga dalam penyusunan rumusan capaian
pembelajarannya harus mencerminkan konsep integrasi Sains-
Agama (Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan
dapat memahami konsep dasar tubuh manusia sebagai satu
kesatuan, istilah anatomi, dan fisiologi, sistem rangka, sistem otot,
sistem integument, sistem respirasi, sistem pencernaan, sistem
kardiovaskular, sistem eksresi, sistem syaraf, sistem hormon dan
sistem reproduksi baik anatomi fisiologi, mekanisme maupun
penyakit atau kelainan dalam setiap sistem tersebut serta
mahasiswa terampil dalam mengaplikasikan serta
mengintegrasikan konsep-konsep tersebut dengan Al-Qur’an dan
Hadits, ilmu keislaman, sosial, humaniora, dan budaya). Demikian
juga dalam menyususn kompetensi yang harus dicapai (memahami
ruang lingkup kajian Biologi Umum serta konsep integrasinya
dengan Al-Qur’an dan Hadits, ilmu sosial, humaniora, dan budaya),
penyusunan indikator (mahasiswa dapat memahami tujuan dan
ruang lingkup materi Biologi Umum serta konsep integrasinya
dengan Al-Qur’an dan Hadits, ilmu sosial, humaniora, dan budaya),
deskripsi tugas (Analisis Referensi, Pembuatan Makalah Penyusunan
Peta Konsep integrasi Biologi Umum dengan Al-Qur’an dan Hadits,
ilmu sosial, humaniora, dan budaya), bahkan evaluasi yang
dilakukan harus mencerminkan konsep integrasi (jelaskan konsep
pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim yang ditinjau
dari perspektif Sains, Al-Qur’an, Hadits serta internalisasi nilai-nilai
sosial dan budaya dari konsep tersebut!). Oleh karena itu, dengan
penyusunan rencana pembelajaran semester (RPS) yang
19
mencerminkan integrasi Sains-Agama yang tentunya
diimplementasikan pada semua mata kuliah dan diaplikasikan
dalam kegiatan pembelajaran, maka akan melahirkan insan
cendikiawan yang paripurna (insan kamil)22 yang tidak hanya cerdas
secara intelektual tetapi juga cerdas secara sosial, emosional, dan
spiritual.
b. Implementasi dalam Penyusunan Bahan Ajar
Pengetahuan dipandang sebagai suatu hakekat, di mana
terjadi perubahan dari pengetahuan diskursif-rasional ke
pengetahuan spiritual. Demikian juga terkait dengan subyek
pengetahuan, terjadi perubahan dari diskrit dan formal ke prinsip-
prinsip esensial realitas.
Oleh karena itu, untuk dapat mewujudkan dimensi keilmuan
yang ideal seperti yang diharapkan, maka wujud implementasi
integrasi antara Sains dengan Agama harus diwujudkan dalam
bentuk pengintegrasian konsep-konsep ilmu Sains dengan Al-Qur’an
dan Hadits yang tidak hanya sekedar wacana tetapi harus
diwujudkan dalam implementasi konkrit dalam kegiatan
pembelajaran. Khususnya bentuk implementasi materi ajar dengan
Al-Qur’an dan Hadits, ilmu sosial, humaniora dan aspek budaya
tercermin dari pengorganisasian materi ataupun konsep yang akan
dipahamkan kepada mahasiswa dengan cara mengaitkan konsep-
konsep Sains yang diajarkan dan dikaji secara komprehensif dari
berbagai bidang kajian baik dari kajian Al-Qur’an dan Hadits,
maupun dikaji dari aspek kajian sosial dan budaya.
Pada pembelajaran Sains yang meliputi Biologi, Matematika,
Fisika, dan Kimia bentuk implementasi integrasi Sains-Agama dalam
22 Ibid.
20
pengembangan bahan ajar dapat dilakukan dengan tiga macam
model yakni; (1) Model integrasi Sains-Agama sebagai sumber
informasi dan inspirasi; (2) Model integrasi Sains-Agama sebagai
sumber komplementasi; (3) dan yang ketiga Model integrasi Sains-
Agama sebagai sumber konfirmasi. Model yang pertama
meletakkan kajian bidang ilmu lainnya pada awal pembelajaran
sebagai payung pengetahuan/informasi atau sumber inspirasi
sumber rujukan utama dalam pemahaman suatu konsep yang
selanjutnya dijelaskan oleh berbagai fenomena dalam sains. Model
yang kedua adalah melakukan analisis kritis fenomena dalam sains,
yang kemudian dikomplementasikan dengan Al-Qur’an ataupun
Hadits, maupun dilengkapi dengan kajian dari aspek ilmu sosial dan
budaa. Sedangkan model yang ketiga adalah melakukan analisis
kritis fenomena dalam sains, yang kemudian dikonfirmasikan
dengan Al-Qur’an ataupun Hadits maupun dilengkapi dan
dikonfirmasi dari kajian aspek ilmu sosial dan budaya.
b.1. Model Integrasi Sains-Agama sebagai SumberInformasi dan Inspirasi dalam Pembelajaran Sains.
Konsep integrasi dan interkoneksi antara berbagai disiplin ilmu
khususnya Sains (Biologi, Kimia, Fisika, dan Matematika) dengan Al-
Qur’an dan Hadits yang merupakan implementasi dari konsep
integrasi Sains dengan Agama memiliki peranan sebagai sumber
informasi dan inspirasi yang menjadi penguat dan penjelas konsep
ilmu sains yang dikaji dari kajian Al-Qur’an dan Hadits, maupun
dilengkapi dengan kajian dari aspek ilmu sosial dan budaya. Adapun
bentuk integrasi yang dapat dilakukan adalah dengan mengkaji
suatu konsep dari berbagai aspek kajian bidang ilmu yang dapat
disampaikan pada awal pembelajaran, misalnya sebagai sumber
21
inspirasi yang berperan untuk meningkatkan motivasi dan minat
mahasiswa dalam memahami suatu konsep tertentu.
b.1.a. Al-Qur’an Surat Ali Imran 191 sebagai SumberInspirasi Lahirnya Hukum Struktur Mengikuti Fungsidalam Biologi.23
191) (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambilberdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring danmereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi(seraya berkata): “Ya Tuhan Kami. Tiadalah Engkamenciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, MakaPeliharalah Kami dari siksa neraka.
Satu di antara hukum dalam biologi adalah hukum struktur
mengikuti fungsi, yang intinya tidak ada struktur dalam makhluk
hidup yang tidak memiliki fungsi.24 Suatu struktur tidak perlu ada
dalam makhluk hidup kalau memang tidak ada fungsinya. Dengan
demikian maka tidak ada struktur yang tidak memiliki fungsi yang
jelas. Sebagai contoh ekor hewan antara lain sebagai alat
keseimbangan. sedangkan manusia tidak perlu lagi ekor, karena
sudah seimbang dan berdiri tegak.
Demikian pula bentuk paruh dan kaki burung tidak pernah
terlepas dari fungsinya. Paruh burung pemakan daging berbeda
23 Minarno. Integrasi Sains-Islam dan Implementasinya dalam Pembelajaran Biologi. Seminar Nasional Teknologi Informasi, Komunikasi dan Industri (SNTIKI) 9, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru, 18-19 Mei 2017.
24 Campbell, N.A, Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. Biologi Jilid I. (Jakarta: Erlangga, 2000).
22
dengan paruh burung pemakan serangga25. Kaki unggas yang
sering hidup di perairan seperti itik misalnya memiliki selaput
renang yang berguna sebagai bidang sentuh yang dengan luasnya
tersebut dapat memperkecil tekanan oleh kaki.26
b.1.b. Al-Qur’an surat Al-Qiyamah ayat 3-4 sebagai sumber Inspirasidan Inspirasi Lahirnya Tekhnologi Sidik Jari.
Pada QS. Al-Qiyamah ayat 3-4:
“Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali)tulang Belulangnya?. “Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun(kembali) jari jemarinya dengan sempurna.”
Setiap manusia memiliki ciri sidik jari yang unik dan berbeda antara satu
orang dengan yang lainnya. Keunikan sidik jari baru ditemukan pada abad ke-19.
Sebelum penemuan itu, sidik jari hanya dianggap sebagai keangkungan biasa yang
tidak memiliki arti. Al-Qur’an surat Al-Qiyamah ayat 3-4 menjelaskan tentang
kekuasaan Allah untuk menyatukan kembali tulang-belulang orang yang telah
meninggal, bahkan Allah juga mampu menyusun kembali ujung-ujung jari dengan
sempurna.
b.2. Integrasi Konsep Pembentukan Ikatan Kimia dikaji melaluiPerspektif Al-Qur’an, Sosial dan Budaya
Atom-atom pada umumnya tidak ditemukan dalam keadaan bebas (kecuali
pada temperatur tinggi), melainkan sebagai suatu kelompok atom-atom atau sebagai
molekul. Hampir semua atom membentuk ikatan dengan atom-atom lain. Tetapi ada 6
25 Campbell, N.A, Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. Biologi Jilid I. (Jakarta: Erlangga, 2000).
26 Minarno. Integrasi Sains-Islam dan Implementasinya dalam Pembelajaran Biologi. Seminar Nasional Teknologi Informasi, Komunikasi dan Industri (SNTIKI) 9, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru, 18-19 Mei 2017.
23
unsur lain yang tidak bersifat demikian., yaitu unsur-unsur gas mulia yang terdiri
dari: helium (2He), neon (10Ne), argon (18Ar), krypton (36Kr), xenon (54Xe), dan radon
(86Rn). Unsur-unsur gas mulia hampir tidak membentuk ikatan dengan atom yang lain
dan karena ketidakkreatifannya maka sering disebut gas inert27. Gas mulia yang
paling dikenal adalah heliun, neon, dan argon.
Kestabilan atom gas mulia karena atom ini memiliki elektron oktet di kulit
terluar. Kecuali helium yang memiliki 2 elektron (duplet), semua gas mulia memiliki
8 elektron (oktet) pada kulit terluarnya. Susunan yang mulia tidak menerima elektron
ataupun melepaskan elektron terluarnya28. Hal inilah yang menyebabkan mengapa gas
mulia sangat stabil.
Atom-atom lain agar stabil berusaha memiliki konfigurasi elektron seperti gas
mulia. Kecenderungan ini bisa terjadi dengan membentuk ikatan kimia antar atom
yang satu dengan yang lainnya. Konsep saling memberi dan menerima pasangan
elektron untuk mencapai kestabilan juga diterangkan dalam Al-Qur’an surat At-
Taubah ayat 79, Al-Mujadilah ayat 13, QS. An-Nur ayat 22:
Artinya : “(orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedarkesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allahakan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.”
Artinya: “apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamumemberikan sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan Rasul?Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi Taubatkepadamu maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allahdan Rasul-Nya; dan Allah Maha mengetahu apa yang kamu kerjakan.”
Artinya: “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dankelapangan diantara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi
27 Sukardjo, Kimia Fisika, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1997).
28 James E. Brady, Kimia Universitas, (Jakarta: Erlangga, 2000)
24
(bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema’afkandan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang [ayat iniberhubungan dengan sumpah Abu Bakar r.a. bahwa dia tidak akan memberiapa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam beritabohong tentang diri ‘Aisyah. Maka turunlah ayat ini melarang beliaumelaksanakan sumpahnya itu dan menyuruh memaafkan dan berlapang dadaterhadap mereka sesudah mendapat hukuman atas perbuatan mereka itu].”
Demikian juga konsep ikatan kimia ditinjau dari aspek sosial dan budaya
khususnya Suku Sasak Lombok yang kaya dengan keragaman bahasa, budaya, dan
agama sehingga melahirkan tradisi dan adat istiadat yang sangat beragam pula dengan
asumsi bahwa beberapa bagian adat juga termanifestasi dalam perilaku yang sejalan
dengan nilai-nilai moral. 29 Selain itu, suku Sasak Lombok juga terkenal dengan
kebudayaan lokal yang syarat dengan nilai-nilai moral ataupun kearifan lokal yang
dimiliki.
Berbagai tradisi yang melandasi kearifan lokal suku Sasak Lombok
diantaranya tradisi merarik, nenarih, sorong serah ajikrame, langar, begawe, banjar,
begibung, berayan mangan, nyongkolan dan tradisi bau nyale. Nilai-nilai kearifan
lokal yang terdapat dari tradisi tersebut adalah konsep saling memberi dan menerima
atau sikap toleransi, tenggang rasa, saling membutuhkan, solidaritas sosial, saling
berbagi, welas asih, kerjasama untuk tercapainya ketentraman, perdamaian, dan
kesejahteraan bersama.30
Berdasarkan prinsip dasar tradisi dan adat yang menjadi landasan nilai-nilai
kearifan lokal yang dimiliki oleh suku Sasak Lombok ternyata memiliki fakta yang
sangat mencengangkan, dimana nilai-nilai kearifan lokal tersebut sangat berkaitan
29Alisyahbana, Indonesia: Social and Cultural Revolution. (Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1996), hal.5-6.
30Anonim, Adat Istiadat Daerah Nusa Tenggara Barat” (Mataram: Depdikbud, 1997/1998), hal.153-154.
25
erat dan memiliki relevansi yang sangat mendalam dengan konsep teori ikatan kimia
(Theory Of Chemical Bonding) yang dianalisis dari berbagai sudut pandang teori
ikatan kimia seperti konsep kestabilan elektron, konfigurasi elektron yang stabil,
konsep ion positif dan ion negatif, teori pembentukan ikatan kimia, ikatan antar atom
yang terdiri dari ikatan ion, ikatan kovalen polar, ikatan kovalen non polar, ikatan
kovalen koordinasi, ikatan logam, ikatan antar molekul yang terdiri dari teori
terbentuknya ikatan hidrogen dan ikatan Van der Waals. 31
Berdasarkan 6 prosesi adat pernikahan (merarik) yang merupakan kearifan
lokal suku Sasak Lombok yang paling berkaitan erat dengan teori ikata kimia adalah
tradisi nenarih, sorong serah, dan nyongkolan. Adapun keterkaitannya adalah adanya
persamaan teori atau konsep yang mendasarinya, makna, dan nilai yang terkandung di
dalamnya. Pada acara nenarih, khususnya ketika terjadi kesepakatan antara si gadis
dengan pemuda ataupun melalui subandar atau jeruman-nya. 32 konsep yang
mendasarinya adalah konsep saling membutuhkan, saling memberi dan saling
menerima untuk hidup bersama, dengan adanya hubungan yang menjadi pengikatnya
yaitu suatu hubungan pernikahan yang melalui proses akad nikah. 33 Pada teori ikatan
kimia konsep yang mendasari terbentuknya ikatan kimia adalah konsep saling
memberi dan menerima suatu atom untuk mencapai konfigurasi elektron yang
31Miesseler, G. L., and Tarr, D. A., 1999, Inorganic Chemistry, Second Edition, New Jersey, Prentice Hall International.
32 Anonim, Adat Istiadat Daerah Nusa Tenggara Barat” (Mataram: Depdikbud, 1997/1998), hal.153-154.
33 Erni Budiwanti, Islamic Sasak, (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2000), hal.250
26
stabil.34 Atom-atom dapat berikatan karena atom-atom yang berikatan lebih stabil
daripada atom dalam keadaan sendiri-sendiri (terpisah)35.
Kecenderungan suatu atom untuk mencapai kestabilan ini bisa terjadi dengan
membentuk ikatan kimia antar atom yang satu dengan atom lainnya. 36 Atom yang
mendekati konfigurasi gas mulia akan berusaha untuk mencapai konfigurasi gas
mulia baik dengan cara menerima maupun memberikan elektron kulit terluarnya
sehingga terbentuk ion positif dan ion negatif dengan cara perpindahan elektron dari
satu atom ke atom lain. 37 Misalnya Atom Natrium yang tidak stabil melepaskan satu
elektron valensinya menjadi ion (Na+) dengan konfigurasi elektron seperti neon;
Atom 11Na (2. 8. 1) → Ion 11Na+ (2.8) sedangkan atom CI- dengan konfigurasi
elektron seperti argon. Atom 17CI (2. 8. 7) → Ion 17CI-(2. 8. 8). Kedua ion ini yang
muatannya berlawanan saling tarik menarik secara elektrostatik dalam kisi ion. Serah
terima elektron yang terjadi dari penggabungan kedua cara di atas disebut ikatan ion.38
Konsep ikatan ion tersebut sangat erat kaitannya dengan tradisi merarik pada
suku sasak karena konsep merarik pada suku Sasak juga dilandasi pada prinsip saling
membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai satu tujuan yang tidak hanya
34 Widi Prasetiawan, Kimia Dasar I, (Jakarta: Cerdas Pustaka, 2009), hal.161
35 Siregar, Morgong, Dasar-dasar Kimia Organik, (Jakarta: P2LPTK, 1998).
36 Achamad, H. dan Tupamahu, M.S Sruktur Atom, Struktur Molekul, dan Sistem Periodik, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001).
37 Achamad, H. dan Tupamahu, M.S Sruktur Atom, Struktur Molekul, dan Sistem Periodik, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001).
38 Baum, S .J., and Scaife, C. W. J., Chemistry, A Life Sciense Approach Second Edition, (New York, Macmillan Publishing, 1980).
27
menyatukan dua individu tapi pada hakikatnya menyatukan dua keluarga dalam
sebuah ikatan yang dikenal dengan istilah besan. 39
Tidak hanya konsep ikatan ion yang berkaitan dengan tradisi merarik suku
Sasak Lombok, akan tetapi juga berkaitan dengan konsep pembentukan ikatan logam
dalam teori ikatan kimia yang terbentuk akibat daya tarik menarik yang terjadi antara
muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari elektron-elektron yang
bergerak bebas.40 Adapun keterkaitannya dengan tradisi Merarik khususnya pada
tradisi nenarih yaitu si gadis pada tradisi ini diberikan kesempatan untuk memberikan
keputusan sendiri tanpa adanya pemaksaan dari siapapun untuk memperjelas status si
gadis yang tidak sedang mengikat janji dengan pemuda lain, di mana tradisi nenarih
ini si gadis ditanyakan secara langsung oleh pemuda atau melalui subandar. 41 Setelah
itu bila sudah mendapat kepastian kesanggupan dari seorang gadis untuk dikawini,
ditentukan kapan hari atau malam apa gadis akan dibawa dari rumah orang tuanya.
Biasanya pada tradisi kawin lari pada Suku Sasak yang menjemput gadis yang akan
dilarikan (te paling), selain calon suaminya juga beberapa orang teman baik laki
maupun perempuan dan gadis yang akan dibawa lari biasanya sudah menunggu diluar
rumah. Jika gadis tersebut berhasil dibawa lari tanpa adanya gangguan, gadis tersebut
disembunyikan dirumah orang lain, biasanya ditempat anggota keluarga sendiri,
bukan dirumah sang pemuda yang dikenal dengan istilah sebo’ (disembunyikan).42
39 Anonim, Adat Istiadat Daerah Nusa Tenggara Barat” (Mataram: Depdikbud, 1997/1998), hal.153-160
40 Wilbraham, C. Antony dan Matta, S. Michael, Penganta Kimia Organik dan Hayati. (Bandung. ITB, 1992)
41 Anonim, Adat Istiadat Daerah Nusa Tenggara Barat” (Mataram: Depdikbud, 1997/1998), hal.153
42 Anonim, Adat Istiadat. (Mataram: Depdikbud, 1997/1998), hal.154
28
Selain itu, interaksi antara dua atom atau lebih selalu disertai dengan
pengeluaran energi. 43 Konsep pengeluaran energi pada teori ikatan kimia memiliki
keterkaitan yang kuat dengan adanya tradisi ajikrama (jumlah pembayaran adat),
krama gubuk, dimana penyerahan semua bayaran adat dilakukan dalam suatu upacara
yang disebut yang disebut sorong serah. 44 Gaya yang menahan atom-atom dalam
molekul tersebut disebut ikatan kimia. Ikatan kimia adalah gaya atau interaksi yang
menyebabkan atom-atom, ion-ion, dan molekul-molekul terikat bersama sebagai
kumpulan yang lebih kompleks45.
Selain tradisi, nenarih dan sorong serah, tradisi nyongkolan yang merupakan
salah satu bagian dari tradisi merarik juga sangat berkaitan erat dengan konsep ikatan
kimia yang dilandasi pada konsep kerjasama, saling membutuhkan, konsep saling
memberi dan menerima, dan konsep saling melengkapi untuk mencapai satu tujuan
yang sama juga merupakan konsep yang mendasari terbentuknya ikatan kimia yang
terjadi antara molekul yang diistilahkan dengan ikatan antar atom dan ikatan antar
molekul. 46 adapun kaitannya dengan tradisi nyongkolan yang kental dengan prinsip
kerjasama, kekeluargaan, gotong royong, dan toleransi karena kekhasan pada prosesi
nyongkolan adalah pengantin laki-laki dan perempuan akan diiringi atau digiring atau
diarak layaknya raja dan permaisuri menuju kediaman keluarga pihak pengantin
perempuan diringi gamelan ketika datang ke rumah orang tua gadis. 47
43 Wilbraham, C. Antony dan Matta, S. Michael, Penganta Kimia Organik dan Hayati. (Bandung. ITB, 1992) hal. 153-157
44 Anonim, Adat Istiadat Daerah Nusa Tenggara Barat” (Mataram: Depdikbud, 1997/1998), hal.157.
45 Saito, Taro. Kimia Anorganik (Diterjemahkan oleh Ismunandar). (Reproduced by permission of Iwanami Shoten, Publisher, Tokyo, 1996).
46 Chang, Raymond. Kimia Dasar (Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1). (Jakarta: Erlangga, 2004).
29
Pada acara nyongkolan ini sangat mengedepankan aspek kerjasama dan kental
dengan nuansa kekeluargaan karena pada saat acara nyongkolan ini merupakan
wahana silaturrahmi semua keluarga besar baik dari pengantin laki-laki maupun
perempuan48. Demikian halnya dengan sikap toleransi sangat dibutuhkan pada acara
ini karena disamping membutuhkan kesabaran dari para pengiring karena prosesi
arak-arakan biasanya dilakukan dari jarak yang jauh dari rumah pengantin perempuan
tetapi juga membutuhkan rasa saling toleransi bagi masyarakat di desa penganten
perempuan dengan adanya iring-iringan yang panjang yang dapat menghambat
kelancaran lalu lintas, terlebih lagi dengan kebisingan suara yang ditimbulkan dari
iring-iringan musik, akan tetapi semua itu malah dijadikan sebuah hiburan yang
digemari oleh masyarakat suku Sasak Lombok, Nusa Tenggara Barat.
b.2.a. Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 40 sebagai Sumber Inspirasi danInformasi terkait dengan Kondisi Dasar Laut yang Gelap.
“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak,yang diatasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yangtindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapatmelihatnya, (dan) barang siapa tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allahtiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun. “ (QS. An-Nur:40).
Kondisi dasar laut yang gelap baru bisa diketahui setelah penemuan tekhnologi
canggih. Namun Al-Qur’an telah menjelaskan keadaan dasar lautan semenjak ribuan
tahun lalu sebelum tekhnologi itu ditemukan. Al-Qur’an surat An-Nur ayat 40
menjelaskan mengenai fakta ilmiah ini, dimana manusia tidak mampu menyelam di
laut dengan kedalaman di bawah 40 meter tanpa peralatan khusus. Pada kedalaman
200 meter hampir tidak dijumpai cahaya, sedangkan pada kedalaman 1000 meter
tidak terdapat cahaya sama sekali sehingga dengan berlandaskan pada ayat-ayat Al-
47 Anonim, Adat Istiadat Daerah Nusa Tenggara Barat” (Mataram: Depdikbud, 1997/1998), hal.159.
48 Erni Budiwanti, Islam Sasak, (Yogyakarta, LkiS Yogyakarta, 2000).
30
Qur’an menjadikan sumber inspirasi dan informasi dalam pengembangan dan
penemuan ilmu pengetahuan terkini.
b.2.b. Al-Qur’an Surat Al-Mulk 3-4 sebagai Sumber Inspirasi atauKaidah Utama Keseimbangan dalam Ekologi.
3) “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kalitidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidakseimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu Lihat sesuatu yangtidak seimbang?.”
4) “Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembalikepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupundalam keadaan payah.”
QS. Al-Mulk ayat 3-4 merupakan Kaidah Utama Keseimbangan dalam
ekologi. Oleh karena itu, pada saat pembelajaran Ekologi, ayat ini sangat penting
dikaji pada awal atau pembuka perkuliahan Ekologi. Pada pemabahasan ayat ini,
kemudian dihubungkan dengan masalah keseimbangan ekosistem, yakni suatu
kondisi dimana interaksi antara komponen-komponen ekosistem yang berlangsung
secara harmonis dan seimbang. 49 Keseimbangan ekosistem berdampak signifikan
pada keselarasan serta kesejahteraan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Saat
ini terjadi perubahan lingkungan secara besar-besaran yang berdampak pada
kehidupan manusia yang tidak lagi selaras, dan bertentangan dengan QS. Al-Mulk
ayat 3-4 ini.
b.2. Model Integrasi Sains-Agama sebagai Sumber Komplementatif
dalam Pembelajaran Sains.
Konsep Integrasi Sains dengan Agama sebagai sumber Komplementatif atau
saling melengkapi antara konsep yang dikaji dalam Sains dilengkapi dengan kajian-
49 Mariano. Integrasi Sains-Islam. Seminar Nasional Teknologi Informasi, Komunikasi dan Industri (SNTIKI) 9, Fakultas Sains dan Tekhnologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru, 18-19 Mei 2017.
31
kajian yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits sehingga dalam memahamkan
suatu konsep kepada mahasiswa dapat dianalisis dari berbagai sudut pandang
keilmuan sehingga konsep yang dipahami bersifat lebih komprehensif.
b.2.a. Al-Qur’an Surat Al-Anbiya’ ayat 30 sebagai SumberKomplementatif dari Teori Big Bang.
Big Bang atau Ledakan Dahsyat adalah peristiwa yang menyebabkan
pembentukan alam semesta, berdasarkan kajian kosmologi tentang bentuk awal dan
perkembangan alam semesta. Teori ini diperkenalkan pada tahun 1927. Berdasarkan
pemodelan ledakan tersebut, pada mulanya alam semesta dalam keadaan sangat panas
dan padat yang mengembang pesat, secara terus-menerus hingga hari ini.Radiasi Latar Alam Semesta adalah radiasi panas yang baru mulai dipancarkan
350.000 tahun setelah peristiwa Big Bang. Radiasi ini, yang dipancarkan ke segenap
penjuru di alam semesta, menampilkan potret sekilas dari jagat raya berusia 350.000
tahun, dan dapat dipandang sebagai fosil (sisa-sisa peninggalannya) di masa kini.
Radiasi ini, yang pertama kali ditemukan pada tahun 1965, diakui sebagai bukti
mutlak bagi Big Bang yang disertai berbagai pengkajian dan pengamatan, dan teliti
secara sangat mendalam. Data yang diperoleh dari satelit COBE (Cosmic Background
Explorer [Penjelajah Latar Alam Semesta]) pada tahun 1992 membenarkan perkiraan
yang dibuat di tahun 1960-an dan mengungkap bahwa terdapat gelombang-
gelombang pada Radiasi Latar Alam Semesta. 50 Dalam sebuah pernyataan kepada
lembaga pemberitaan AAP, Russell Canon, dari kelompok peneliti yang lainnya,
mengatakan bahwa penemuan-penemuan tersebut memiliki nilai teramat penting, dan
merangkum hasil penting penelitian itu dalam uraian berikut: “Apa yang telah kami lakukan memperlihatkan pola galaksi-galaksi,penyebaran galaksi-galaksi yang kita saksikan disini dan saat ini, sepenuhnya
50 Yahya, Harun, “Galaxy patterns reveal missing lingk to Bing Bang”, January 12, 2005
32
cocok dengan pola lain yang terlihat pada sisa-sisa peninggalan peristiwaBig Bang”.51
Berkaitan dengan teori Big Bang ini dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 30:“Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit danbumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkanantara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Makamengapakan mereka tiada juga beriman? (QS. Al-Anbiya’: 30)
Ayat ini menerangkan tentang awal kejadian langit dan bumi yang identik
teori Big Bang. Para Ilmuan memahami ayat tersebut sebagai ayat yang berbicara
tentang proses penciptaan langit dan bumi. Ayat tersebut menginformasikan kepada
kita bahwa alam raya pada mulanya merupakan keterpaduan kemudian terjadi
pemisahan menjadi langit dan bumi. Ayat diatas memang tidak menjelaskan
bagaimana terjadinya proses pemisahan itu, karena Al-Qur’an bukan kitab ilmiah
sebagaimana kitab-kitab ilmiah yang dikenal selama ini, namun keterpaduan dan
pemisahan alam raya tersebut dibenarkan dalam teori ilmiah.
b.2.b. Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 33 dan surat Yasin ayat 38sebagai Sumber Komplementatif dari Konsep Garis Edar Tata Surya.
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al-Qur’an ditegaskan
bahwa masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu, konsep tersebut sudah
dijelaskan dalam Al-Qur’an pada surat Al-Anbiya’ ayat 33 dan Surat Yasin ayat 38.
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan,masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS. Al-Anbiya’:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi
bergerak dalam garis edar tertentu:
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapanyang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yasin:38)
51 Yahya, Harun, “Scientists Score Galaxy Breakthrought, “ AAP, January 13, 2005, online at http://www.macnewsworld.com/story/ Scientists-Score-Galaxy-Breakthrought-39646.html
33
Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al-Qur’an ini telah ditemukan melalui
pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronom,
matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam
ke arah bintang vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti
matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. 52 Bersama
matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan
menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu
gerakan serupa yang terencana.
Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti
ini, dinyatakan dalam Al-Qur’an sebagai berikut: “Demi langit yang mempunyai
jalan-jalan.” (QS. Az-Zariyat:7).
b.3. Model Integrasi Sains-Agama sebagai Konfirmatifdalam Pembelajaran Sains.
Pada model ini, setelah pada awal pembelajaran Al-Qur’an
ditempatkan sebagai payung atau sumber inspirasi yang menaungi
berbagai fenomena dalam biologi, maka pada model ini
pembahasan dalam suatu temuan dalam biologi atau riset biologi,
“dikembalikan” atau dikonfirmasikan dengan Al-Qur’an. Dengan
demikian, analisis dan sintesis dalam Sains, tidak pernah lepas
dengan apa yang sudah terwahyukan dalam Al-Qur’an.
b.3.a. Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 36 sebagaiSumber Konfirmasi dari konsep Pertumbuhan danPerkembangan Janin dalam Rahim.
Dalam Al-Qur’an dipaparkan bahwa manusia diciptakan
melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya. ”….Dia menjadikan kamu
dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.
Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang
52 Gunawan Admiranto, A. Menjelajahi Tata Surya. (Yogyakarta: Kanisius, 2009)
34
mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?” (QS. Az-
Zumar: 6).
Dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia
diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda.
Ilmu biologi modern telah mengungkapkan bahwa pembentukan
embrio pada bayi terjadi dalam tiga daerah yang berbeda dalam
rahim ibu.53
Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan yaitu;54 pre-
embrionik; dua setengah minggu pertama, embrionik; sampai akhir
minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan sampai
kelahiran. Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda
dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap
perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:55 (1)
Tahap Pre-embrionik; Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar
malalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang
kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring
pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya
pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan. (2)
Tahap Embrionik; Tahap kedua ini berlangsung selama lima
setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai “embrio”.
Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari
lapisan-lapisan sel tersebut. (3) Tahap Fetus; Dimulai dari tahap ini
53 Muhammad Izzuddin Taufiq, Al-Qur’an dan Embriologi: Ayat-Ayat Tentang Penciptaan Manusia. (Solo: Tiga Serangkai, 2006).
54 William P., Basic Human Embryology, 3 edition, 1984.
55 William P., Basic Human, 3 edition, 1984.
35
dan seterusnya, bayi disebut sebagai “fetus”. Tahap ini dimulai
sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa
kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus
menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya.
Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya
telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30
minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.
Informasi mengenai perkembangan yang terjadi dalam rahim
ibu, baru didapatkan setelah serangkaian pengamatan dengan
mengguanakn peralatan modern. Namun, sebagaimana sejumlah
fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan dalam
ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara yang ajaib. Fakta bahwa informasi
yang sedemikian rinci dan akurat diberikan dalam Al-Qur’an pada
saat orang memiliki sedikit sekali informasi di bidang kedokteran,
merupakan bukti nyata bahwa Al-Qur’an bukanlah ucapan manusia
tetapi Firman Allah SWT.
b.3.b. Al-Qur’an surat Al-Hadid ayat 25 sebagaiSumber Konfirmasi dari Manfaat Logam dalamKehidupan.
Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas
dalam Al-Qur’an. Dalam Surat Al-Hadid, yang berarti “besi” sebagai
berikut:
“…..Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang
hebat dan berbagai manfaat bagi manusia…..” (QS. Al-Hadid: 25)
Kata “anzalna” yang berarti “kami turunkan” khusus digunakan
untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk
menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi mafaat bagi
manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata
ini, yakni “secara bendawi diturunkan dari langit”, kita akan
36
menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat
penting.
Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah
mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita
berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar. Logam berat
di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang
raksasa.56 Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur
yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya
dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih
besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta
derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam
sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi
menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang
disebut “nova” atau “supernova”. Akibat dari ledakan ini, meteor-
meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam
semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga
mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.
Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi
melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang
angkasa melalui meteor-meteor dan “diturunkan ke bumi”, persis
seperti dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelaslah bahwa fakta ini
tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al-Qur’an
diturunkan.
b.3.c. Al-Qur’an surat Az-Zariyat ayat 47 sebagai
Sumber Konfirmasi dari Konsep Mengambangnya
Alam Semesta.
56 Taro, Saito. Kimia Anorganik (Diterjemahkan oleh Ismunandar). (Reproduced byu permission of Iwanami Shoten, Publishers: Tokyo, 1996)
37
Dalam Al-Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu
astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta
digambarkan sebagaimana berikut ini:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dansesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Az-Zariyat, 51: 47).
Kata “langit”, sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini,
digunakan di banyak tempat dalam Al-Qur’an dengan mana luar
angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut
digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al-Qur’an
dikatakan bahwa alam semesta “mengalami perluasan atau
mengembang”. Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu
pengetahuan masa kini.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang
umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam
semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa
permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang
dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam
semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dania terus-menerus
“mengembang”.57
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann,
dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis
menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa
bergerak dan mengembang. Fakta ini dibuktikan juga dengan
menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika
mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang
57 Ahmad. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman. (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa, 1997).
38
astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi
terus bergerak saling menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam
semesta tersebut terus-menerus “mengembang”.58
Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya
memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang.
Kenyataan ini diterangkan dalam Al-Qur’an pada saat tak seorang
pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al-Qur’an adalah firman Allah,
Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.
c. Implementasi dalam Proses dan EvaluasiPembelajaran.
Dalam proses pembelajaran bentuk dari implementasi
integrasi Sains dengan Agama dapat diaplikasikan pada semua
mata kuliah MIPA dan pada setiap pertemuan yang dilakukan di
kelas yang diwujudkan dalam bentuk interaksi yang terjadi antara
dosen dengan mahasiswa, di mana dalam proses pembelajaran,
mahasiswa harus diberikan peran yang lebih dominan di dalam
mengkonstruk pemahaman sendiri terkait dengan konsep yang
dipelajari, sedangkan peran dosen adalah sebagai fasilitator,
membimbing, serta mengarahkan mahasiswa untuk dapat
memahami suatu konsep secara dengan memaduka berbagai kajian
bidang ilmu dalam mempelajari suatu materi sehingga konsep
integrasi Sains dengan Agama tidak hanya bersifat simbolis tetapi
harus bersifat aplikatif selama proses pembelajaran yang pada
akhirnya akan berdampak pada mahasiswa dalam menyikapi suatu
fenomena alamiah maupun meningkatnya kemampuan dalam
58 Gunawan, Admiranto, A. Eksplorasi Tata Surya. (Bandung: Mizan, 2017).
39
menyikapi suatu permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
Implementasi integrasi Sains-Agama dalam proses
pembelajaran tidak hanya megedepankan pada pengintegrasian
konsep semata tetapi juga yang tidak kalah pentingnya adalah
pengintegrasian konsep-konsep yang diajarkan diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan afeksi khususnya pembentukan
karakter, di mana di dalam pengintegrasian konsep-konsep Sains
dengan Al-Qur’an ataupun pengintegrasian dengan bidang ilmu
lainnya terkandung muatan-muatan nilai-nilai moral, sosial, dan
spiritual. Oleh karena itu, dalam membelajarkan suatu konsep
seorang dosen harus melakukan analisa terhadap materi yang akan
diajarkan sehingga dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan
tidak hanya sebatas pemahaman konsep semata tetapi juga
mampu menumbuhkembangkan karakter maupun aspek
psikomotorik mahasiswa.
Selain itu, aplikasi dalam proses pmbelajaran juga diwujudkan
dalam penerapan model metode, metode, strategi, maupun media
pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran harus
mengacu pada konsep integrasi Sains-Agama sehingga dalam
proses pembelajaran seorang dosen dituntut untuk lebih variatif
dalam memilih metode maupun model pembelajaran, indikator
pembelajaran, karakteristik materi, karakteristik mahasiswa serta
beracun pada ketersediaan sarana dan prasarana.
Aspek lain yang tidak kalah pentingnya untuk dikembangkan
dalam mengimplementasikan konsep integrasi Agama dengan Sains
yaitu harus tercermin dalam kegiatan evaluasi hasil belajar yang
dilakukan sehingga kegiatan evaluasi yang dilakukan harus mampu
40
mengukur kemampuan mahasiswa yang mencakup 3 ranah
evaluasi yang meliputi aspek kognitif atau pemahaman konsep,
ranah afeksi atau sikap, dan ranah psikomotorik atau keterampilan.
Oleh karena itu, penyusunan evaluasi hasil belajar suatu mata
kuliah harus memadukan ketiga ranah tersebut dalam bentuk soal-
soal yang mampu mengukur pemahaman mahasiswa yang bersifat
komprehensif yang mencerminkan integrasi dari konsep Sains, Al-
Qur’an, Hadits, sosial, humaniora, maupun aspek budaya.
Sedangkan untuk mengukur aspek afeksi dan psikomotorik dapat
dilakukan melalui pemberian angket maupun pengamatan
(observasi) pada saat proses pembelajaran berlangsung dan pada
akhirnya evaluasi yang dilakukan dapat bersifat komprehensif yang
mampu mengukur kemampuan mahasiswa secara obyektif dan
valid sehingga mencerminkan tujuan pembelajaran yang
diamanahkan yaitu menghasilkan peserta didik yang tidak hanya
cerdas dalam aspek kognitif semata, tetapi juga cerdas dari aspek
sosial, moral, dan spiritual.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan juga kualitatif
sekaligus dengan menggunakan rancangan observasional dengan pendekatan
cross-sectional. Dengan kata lain, penelitian ini termasuk kategori “mix
methode”, yaitu menggunakan pendekatan kuantitif dan kualitatif sekaligus.
Penelitian kuantitatif merupakan suatu pendekatan untuk mencari
hubungan atau pengaruh antar variabel. Variabel-variabel ini nantinya akan
diukur dengan menggunakan instrumen sehingga data berupa angka dapat
dianalisa dengan menggunakan prosedur statistik.59 Dalam penelitian cross-
sectional. Peneliti hanya mengobservasi fenomena pada satu titik waktu
tertentu.60
Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini tiada lain untuk menjawab
rumusan masalah pertama yang berbunyi “Apakah terdapat pengaruh PSM
berbasis agama terhadap kinerja mengajar guru biologi pada Madrasah Aliyah
di Kabupaten Lombok Tengah?”. Sedangkan pendekatan kualitatif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah
kedua yang berbunyi “Bagaimanakah upaya guru menerapkan integrasi sains
dan agama sebagai upaya memotivasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran biologi pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah?”.
59John W. Creswell, Research Design Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches, 4th Edition. (United States: SAGE Publication, Inc, 2014), h. 189.
60Maryam Hemed, Cross – Sectional Studies. (Geneva: Training Course in Sexual and Reproductive Health Research, 2015), h. 215.
42
B. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah 32 orang guru mata pelajaran
Biologi pada Madrasah Aliyah yang terdapat di Kabupaten Lombok
Tengah yang mengajar pada 21 Madrasah. Guru-guru mata pelajaran yang
dimaksud adalah Lale Ningge H.I., S.Pd.I., Salmiati, S.Pd., Minasih,
S.Pd., Husnul Hotimah, S.Pd., L. Ahmad Juarni, S.Pd., Arman Jayadi,
S.Pd., Wirana Fauzan, S.Pd., Surya Firdaus, S.Pd.I., Fera Wahyuni, S.Pd.,
Lalu Kurniadi, S.Pd.I., Ernawati, S.Pd, Siti Ramlah Hasan, S.Pd., Siti
Mariam, S.Pd., Baiq Dina Hardianti, S.Pd., Kusmiran Jayadi, S.Pd., Baiq
Afriani Dwi Astini., Indrayanti, S.Pd., Kalsum, S.Pd., Ni'matul Husna,
S.Pd., Asrorul Azizi, S.Pd., Sapinatunnajah, S.Pd., Rizal Hamdani, S.Pd.,
Khairurraziqin, S.Pd., Jahardi, S.Pd., Yusron Hafizin, S.Pd., Nurwahidah,
S.Pd., Baiq Laily Ekawati, S.Pd., Fitria Susiani, S.Pd., Sultiah, S.Pd., Ana
Ulfia, S.Pd., Hali Fitriati, S.Pd., dan Mukminah, S.Pd.I.
Sedangkan 21 Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah
yang dimaksud yaitu 21 Madrasah Aliyah berbeda di Kabupaten Lombok
Tengah yaitu MAN 3 Lombok Tengah, MA Nurul Muhsinin Batujai,
MAN 1 Lombok Tengah, MA Darussalimin NW Sengkol Mantang, MA
Bonder Praya Barat, MA Nw Selusuh, MA Darul Aminin NW Aikmual
Praya, MA Ittihadul Ummah Nw Lantan Batukliang Utara, MA Majmul
Huda Batu Bokah, MA Qomarul Huda Bagu, MA Nurul Qur'an, MA
Madinatu' Ulum NW Mumbang, MA Manhalul Ma'arif Darek, MA
Attohiriyah Bodak, MA Nurul Falah Perina, MA Nurul Ittihad Gerepek,
MA Tahzibul Akhlak Sisik, MA Assyafi'iyah Goak, MA Darus Siddiqin
Mertak Paok, MA NW Peneguk, dan MA Assyafi'iyah Goak.
43
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner terstruktur yang
berisi pernyataan-pernyataan yang diisi oleh responden dengan menggunakan
Skala Likert dan skor jawaban responden pada setiap variabel yang diukur
sebagai berikut:
a. SS = Sangat Setuju (Skor 5)
b. S = Setuju (Skor 4)
c. KS = Kurang Setuju (Skor 3)
d. TS = Tidak Setuju (Skor 2)
e. STS = Sangat Tidak Setuju (Skor 1)
Variabel PSM berbasis agama diukur menggunakan instrumen yang
diadopsi dan dimodifikasi dari Kim dkk (2013) disesuaikan dengan kebutuhan
peneliti dari terdiri dari attraction to publics policy making, commitment to
public interest and public value, compassion dan self sacrifice.61 Kuesioner
tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8.
Sedangkan variabel kinerja mengajar guru menggunakan intstrumen
yang diadopsi dan modifikasi dari Depdiknas (2008) dengan indikator
Penilaian Kinerja Guru dalam Perencanaan, Pelaksanaan, Membuka dan
Menutup, Variasi Stimulus Pembelajaran, Keterampilan Bertanya dan
Memberikan Penguatan.62 Kuesioner yang digunakan untuk mengukur kinerja
mengajar guru tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3 sampai dengan
Lampiran 8.
61Sangmook Kim, Wouter Vandenabeele, Bradley E. Wright, Lotte Bøgh Andersen, Francesco Paolo Cerase, Robert K. Christensen, Céline Desmarais, Maria Koumenta, Peter Leisink, Bangcheng Liu, Jolanta Palidauskaite, Lene Holm Pedersen, James L. Perry, Adrian Ritz, Jeannette Taylor&Paola De Vivo, “Investigating the Structure and Meaning of Public Service Motivation Across Population: Developing an International Instrument and Addressing Issues of Measurement Invariance”, Journal ofPublic Administration Research and Theory, Vol. 23, No. 1 (2013), h. 89.
44
D. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan software program SPSS
versi 20. Adapun teknik perhitungan teknik analisis regresi linier atau satu
prediktor dengan rumus sebagai berikut:63
∑ x2
∑ y2
¿√¿¿¿
xy=∑ xy
¿r¿
a. Menentukan Hipotesis Penelitian
Adapun Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ada dua adalah
sebagai berikut:
1). H0 = Tidak ada pengaruh Public Service Motivation (PSM) berbasis
agama terhadap kinerja mengajar guru mata pelajaran biologi Madrasah
Aliyah Kabupaten Lombok Tengah.
2). Ha = Ada pengaruh Public Service Motivation (PSM) berbasis agama
terhadap kinerja mengajar guru mata pelajaran biologi Madrasah Aliyah
Kabupaten Lombok Tengah.
b. Menentukan Variabel X dan Y
Sebelum menganalisis data terlebih dahulu menggabungkan ke dua
variabel, yakni variabel independen: fasilitas madrasah sebagai X dan
variabel dependen: hasil belajar sebagai Y.
62 Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Penilaian Kinerja Guru, (Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2008), h. 39 – 46.
63 Sutrisno Hadi, Analisis Regresi (Yogyakarta: ANDI OFFSET,1995). Hal. 4.
45
E. Pendekatan Penelitian Kualitatif
Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian yang
sangat strategis ini adalah pendekatan penelitian kualitatif (untuk menjawab
rumusan masalah kedua). Sekali lagi, untuk menjawab rumusan masalah
pertama, menggunakan pendekatan kuantitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data
sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi
bahkan sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan sudah
bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling
lainnya. Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas)
data bukan banyaknya (kuantitas) data.64
Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini juga adalah
menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif. Karena temuan peneliti
di lapangan lebih banyak berupa paparan atau gambaran dan memetakan
fakta-fakta atau situasi dan peristiwa (khususnya untuk menjawab rumusan
masalah kedua). Adapun upaya mencari atau menjelaskan hubungan antar
variabel, sebagaimana untuk menjawab rumusan masalah pertama,
menggunakan metode pendekatan kuantitatif.65
Untuk lebih jelasnya mengenai penelitian kualitatif, ada beberapa ciri
pokok penelitian ini. Biklen, Lincoln dan Guba dalam Lexy J. Muleong, Nana
Sudjana dan Ibrahim, serta H.B.Sutopo mengemukakan ciri-ciri penelitian
64 Hariwijaya, Metode dan Penulisan SKRIPSI, TESIS Dan DISERTAI Untuk Ilmu Sosial dan Humaniora, (Yogyakarta: Parama Ilmu,2007), h.85-86.
65Ibid, h.53.
46
kualitatif. Di bawah ini adalah ciri-ciri penelitian kualitatif yang merupakan
ramuan dari penulis tersebut:
a. Lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung,
b. Manusia merupakan alat (instrument) utama pengumpul data,
c. Analisis data dilakukan secara induktif,
d. Penelitian bersifat deskriptif analitik,
e. Tekanan penelitian berada pada proses,
f. Pembatasan penelitian berdasarkan fokus,
g. Perencanaan bersifat lentur dan terbuka,
h. Hasil penelitian merupakan kesepakatan bersama,
i. Pembentukan teori berasal dari dasar,
j. Pendekatan penelitian menggunkan metode kualitatif,
k. Teknik sampling cendrung bersifat purposive,
l. Penelitian bersifat menyeluruh (holistik), dan
m. Makna sebagai bagian perhatian utama penelitian.66
Dengan melihat ciri-ciri dari penelitian kualitatif di atas, maka dapat
dipahami bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimana seorang
peneliti terjun langsung kelapangan menjadi instrumen langsung dan utama
66 Margono, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),h. 37-42.
47
dalam pengumpulan data, data-data tertulis, lisan ataupun fenomena yang
dapat dilihat di lapangan.
1. Kehadiran Peneliti
Sebagaimana yang sudah dimaklumi bahwa kehadiran peneliti di
lapangan pada penelitian kualitatif mutlak diperlukan. Di mana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, yang dikenai tuntutan untuk melaporkan hasil
penelitiannya secara apa adanya sesuai dengan data yang ditemukan di
lapangan, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti
memasuki objek, setelah berada di objek dan setelah keluar dari objek relatif
tidak berubah.
Kehadiran peneliti di lapangan pada kali ini mengambil peran ganda,
yaitu sebagai peneliti kuantitatif untuk menggali data dari pertanyaan;
“apakah terdapat pengaruh PSM berbasis agama terhadap kinerja
mengajar guru biologi pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok
Tengah?”
Begitu juga, sebagai peneliti kualitatif, peneliti berperan sebagai
pengamat penuh, tentunya untuk mengamati “penerapan integrasi sains dan
agama sebagai upaya memotivasi belajar siswa pada mata pelajaran
biologi di Kabupaten Lombok Tengah”. Di samping itu, berkenaan dengan
kehadiran peneliti di lapangan, terlebih dahulu peneliti memproleh izin dari
pihak-pihak terkait yang bertanggungjawab sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
Adapun penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 7 (tujuh) bulan,
yang dimulai dari bulan April sampai dengan bulan Oktober 2018, setelah
48
peneliti mengikuti prosedur dan aturan yang berlaku. Dalam waktu selama 7
(tujuh) bulan tersebut digunakan oleh peneliti untuk menggali data-data
kuantitatif dan kualitatif sekaligus, dengan melakukan pengamatan, observasi,
wawancara, dan menyebarkan angket. Sehingga dalam waktu 7 (tujuh) bulan
tersebut, penelitian ini dinyatakan lengkap, sejak merencanakan/mendesain,
melaksanakan, hingga melaporkannya.
2. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai lokasi atau setting penelitian
adalah sejumlah 21 Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah. Adapun
alasan peneliti mengambil lokasi tersebut adalah sebagai berikut:
3. Sepanjang pengetahuan peneliti, belum pernah dilakukan penelitian masalah
judul yang diajukan peneliti di 21 Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok
Tengah tersebut.
4. Ditinjau dari letak geografisnya, Madrasah Aliyah yang berada di wilayah
Kabupaten Lombok Tengah memiliki ciri khas tersendiri. Hal ini misalnya lokasi
madrasah tersebut relatif lebih jauh dari lokasi Universitas Islam Negeri Mataram
yang notabene universitas Islam satu-satunya negeri di NTB. Kampus UIN
Mataram tersebut sebagai salah satu pusat kajian Islam terbesar di NTB. Di lain
sisi, banyak alumni UIN Mataram yang berprofesi sebagai guru mata pelajaran
biologi Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah.
Para alumni tersebut ketika menimba ilmu di UIN Mataram telah dibekali
dengan ilmu pengetahuan keislaman (fiqih, ushul fiqh, tafsir hadits, SKI, Bahasa
Arab, dan lainnya). Di luar itu, mereka juga dibekali dengan ilmu umum sesuai
dengan konsentrasinya (seperti pendidikan Biologi, Fisika, Kimia, Matematika,
dan sebagainya). Pada saat mereka menimba ilmu tersebut kebijakan lemabaga
adalah melakukan integrasi keilmuan antara ilmu agama dan ilmu umum
49
tersebut. Di sinilah letak strategisnya penelitian ini, sebab ia memotret penerapan
integrasi keilmuan pada mata pelajaran Biologi Madrasah Aliyah di Kabupaten
Lombok Tengah. Dalam hal ini, peneliti memfokuskan dalam 4 (empat) hal saja
yaitu (1) penerapan integrasi tersebut, (2) pola/cara penerapannya, (3) kendala-
kendala yang dijumpai serta (4) harapan para guru tersebut dalam integrasi
keilmuan antara ilmu agama dan sains dalam hal ini mata pelajaran Biologi.
Adapun waktu yang telah ditempuh untuk menuntaskan penelitian ini,
mulai dari proses awal hingga laporannya dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan,
dimulai bulan April hingga bulan Oktober 2018.
Dalam penelitian ini peneliti melibatkan diri di lapangan dan melakukan
observasi untuk mengamati secara cermat dan langsung terhadap obyek
penelitian. Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai “instrumen kunci” atau pelaku
pokok dan sekaligus sebagai pengumpul data melalui wawancara dengan
responden untuk mendapatkan data yang memadai mengenai 4 (empat) hal yaitu
penerapan integrasi tersebut, pola/cara penerapannya, kendala-kendala yang
dijumpai serta harapan para guru tersebut dalam integrasi keilmuan antara ilmu
agama dan sains dalam hal ini mata pelajaran Biologi.
3. Sumber Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang yang valid, akurat, serta
sesuai dengan kenyataan yang terkait dengan “Pengaruh Public Service
Motivation (PSM) berbasis agama terhadap kinerja mengajar guru Biologi
Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah”, maka sudah pasti sumber data
sangat diperlukan.
50
Data adalah hal yang harus ada dalam sebuah penelitian, data ini dapat
berupa keterangan seseorang yang dijadikan sebagai responden maupun yang
berasal dari dokumen-dokumen. Sebelum data digunakan dalam proses analisis,
terlebih dahulu data dikelompokkan sesuai jenis dan karakteristik yang
menyertainya. Dalam penelitian ini peneliti membedakan menjadi dua jenis data,
yaitu data primer dan data skunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diproleh atau dikumpulkan langsung di
lapangan dari sumber asli, biasanya data ini disebut dengan data asli atau
baru. Data yang diperoleh langsung dari kepala madrasah, guru mata
pelajaran biologi, dan narasumber yang lainnya baik dilakukan melalui
wawancara, observasi, dan atau alat lainnya.
b. Data Skunder
Adapun data skunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber yang telah ada. Data ini
diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu.
4. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang tidak dapat dihindari dalam
kegiatan penelitian dengan pendekatan apapun, termasuk penelitian kualitatif
ini, karena penelitianya tidak rijid alias dapat dimodifikasi setiap saat,
pengumpulan data menjadi suatu fase yang sangat strategis bagi
51
dihasilkannya penelitian yang bermutu.67 Oleh karena pejelasan tersebut
maka, peneliti disini berupaya mengumpulkan data yang benar yang terkait
dengan judul dan fokus penelitian, dalam hal ini peneliti menggunakan
beberapa prosedur pengumpulan data yang baik dalam penelitian.
a. Teknik Observasi
Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
terhadap objek, baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi
ini dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari gejala atau
fenomena (kejadian atau peristiwa) secara sistematis dan didasarkan pada
tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan. Pelaksanaan teknik observasi
dilakukan dalam beberapa cara :
1) Observasi Partisipan
Observasi partisipan adalah observasi yang pelaku observasi turut serta
mengambil bagian (berpartisipsi) dalam perilaku masyarakat/warga
belajar yang sedang diamati itu.68
2) Observasi non Partisipan
Observasi non partisipan adalah suatu proses observasi yang apabila
pengamat/penelitinya tidak ikut dalam kehidupan orang-orang yang
diobservasi69
67Ibid, h. 121.
68 Mahmud, Metodode Penelitian Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 168-169.
69 Margono, Metodologi Penelitian, h. 162.
52
Dalam penelitian ini digunakan observasi non partisipan, dimana
peneliti sebagai pengamat yang mengamati setiap kegiatan yang
diobservasi.
Adapun data-data yang peneliti ambil pada observasi ini adalah:
a) Data tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh guru mata pelajaran
biologi pada 21 Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah dalam
menerapkan integrasi sains dan agama dalam proses pembelajaran
biologi.
b) Data tentang pola/cara yang dilakukan oleh guru mata pelajaran
biologi pada 21 Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah dalam
menerapkan integrasi sains dan agama dalam proses pembelajaran
biologi.
c) Data tentang harapan-harapan yang dimiliki oleh guru mata pelajaran
biologi pada 21 Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah dalam
menerapkan integrasi sains dan agama dalam proses pembelajaran
biologi.
b. Teknik Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan dengan mengajukan
pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-
jawaban responden. Wawancara adalah metode pengumpulan data yang
amat populer, karena itu banyak digunakan di berbagai penelitian.
Termasuk peneliti sendiri juga menggunakan wawancara sebagai teknik
pengumpulan data. Pada Teknik wawancara ada dua cara yang dapat
dilakukan, yaitu sebagai berikut:
1) Wawancara Terstruktur
53
Dalam wawancara terstruktur ini, pertanyaan yang diajukan
kepada narasumber telah ditetapkan terlebih dahulu oleh
pewawancara70.
2) Wawancara tidak Terstruktur
Sedangkan wawancara tidak terstruktur, pertanyaan yang
diajukan kepada narasumber tidak ditentukan atau disusun terlebih
dahulu, wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang ditanyakan.atau dengan kata lain sangat
tergantung dengan keadaan atau subjek.71
Wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara tidak terstruktur, yang bertujuan agar peneliti bebas
menanyakan apa saja yang terkait dengan permasalahan penelitian.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan cara mengumpulakan data melalui
peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang teori, pendapat, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian. Teknik ini merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan wawancara, dalam penelitian
kualitatif teknik ini merupakan alat pengumpul data yang utama karena
pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis dan rasional melalui
70 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi MetodologisKe Arah Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers , 2015), h. 156.
71 Sugiyono, Mehami Penelitian Kualitatif, ( Bandung: CV. Alfabeta, 2015),h.74.
54
teori, pendapat atau hukum-hukum yang diterima, baik mendukung
ataupun menolong hipotesis tersebut.72
5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus. Dengan pengamatan yang
terus menerus mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Sehingga teknik
analisis data yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena itu
sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis. Seperti yang
dinyatakan oleh Miles and Huberman “yang paling serius dan sulit dalam
analisis data kualitatif adalah karena, metode analisis belum dirumuskan
dengan baik”. Spradley menyatakan bahwa “analisis dalam penelitian jenis apapun,
adalah merupakan cara berfikir. Hal ini berkaitan dengan pengujian secara
sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian,
dan hubungannya dengan keseluruhan.Analisis adalah untuk mencari pola.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dan
lainnya.73
Dalam hal ini peneliti lebih memilih untuk menganalisis data kualitatif
menggunakan model Miles and Huberman, yang mana aktivitas dalam analisis
dilakukan dengan cara: pengumpulan data, reduksi/ merangkum data,
kemudian disajikan/display sehingga mendapatkan kesimpulan/verification.
Karena metode yang dikemukakan oleh kedua tokoh tersebut lebih mudah
untuk memahami dan menerapkannya.
72 Margono, Metodologi Penelitian, h. 181.
73 Sugiyono, Memahami Penelitian, h. 87-89.
55
6. Pengecekan Keabsahan Data
Sugiyono mengemukakan bahwa keterpercayaan/validitas data adalah
data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data
yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Adapun reabilitas adalah
yang berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan.Maksudnya adalah data yang didapatkan dari objek penelitian sesuai
dengan realita. Hal ini perlu dilakukan dalam upaya untuk memenuhi
informasi yang dikemukakan peneliti sehingga mengadung nilai kebenaran .
Dalam aplikasinya keabsahan data tersebut peneliti lakukan dengan
menggunakan dua langkah yakni:
a. Triangulasi
Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah triangulasi
sumber. Triangulasi sumber ini dapat dilakukan dengan cara
membandingkan hasil pengamatan dan data hasil wawancara dan
membandingkan hasil wawancara dan dokumen atau juga dengan hasil
angket. Dengan cara ini diharapkan informasi yang diperoleh dengan
mudah dan tidak mengalami kesulitan dari lokasi penelitian sehingga data
yang diperoleh benar-benar akurat serta dapat dipertanggungjawabkan.74
b. Kecukupan Referensi
Referensi yang dipakai adalah bahan dokumentasi, catatan lapangan
yang tersimpan. Dengan referensi peneliti dapat mengecek kembali data
dan informasi-informasi yang peneliti dapatkan di lapangan.
74Laxy J. Muleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h.161-181.
56
57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kehidupan Beragama di Lombok Tengah
1. Peningkatan Kualitas Pemahaman dan Pengamalan
Keagamaan di Kabupaten Lombok Tengah
Masyarakat Lombok Tengah adalah masyarakat agamis,
dimana semua penduduknya telah memeluk agama dan sebagian
besar beragama Islam. Hal ini berarti pembangunan aspek mental
dan moral ummat memiliki ruang yang sangat lebar bila dibangun
melalui pintu agama, dalam arti pendekatan konsep dan doktrin
keagamaan sangat efektif dan memiliki peran strategis dalam
membangun karakter dan etika masyarakat. Selain itu juga, realitas
menunjukkan bahwa terkadang masyarakat relatif lebih cepat sadar
dan termotivasi bila disentuh melalui doktrin – doktrin keagamaan.
Partisipasi para tokoh agama dalam membangun moral ummat
amat menggembirakan. Hal ini terlihat dari tingginya partisipasi
para tokoh tersebut dalam menyampaikan doktrin – doktrin
religiusitas dalam berbagai media, baik melalui majelis ta’lim,
majelis dakwah, penyuluhan keagamaan, dan kegiatan keagamaan
lainnya yang dilakukan secara swadaya dan swakarsa bahkan
swadana. Kondisi ini menjadi potensi yang cukup besar dalam
pembangunan ummat.75
Namun demikian, di tengah tingginya semangat ummat
dalam menanamkan doktrin keagamaan, angka kriminal masih
75 Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Agama Kabupaten Lombok Tengah, http://akhmadsanhaji.blogspot.com/2011/11/renstra-kementerian-agama-kabupaten.html. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2018.
58
merangkak naik, seolah penyebaran dan penanaman nilai – nilai
doktrin belum memberikan pengaruh yang signifikan dalam
penataan moral ummat. Belum lagi fenomena sosial keagamaan
yang terjadi akhir – akhir ini yang cenderung merusak tatanan nilai
religi yang sudah terformulasi ideal dan komprehensif, di mana
menjamurnya aliran pemikiran radikal bahkan menyesatkan kian
merasuki ranah mental spiritual ummat. Hal ini menjadi tantangan
tersendiri bagi ummat beragama terutama ummat Islam khususnya
Pemerintah telah berupaya maksimal dalam merespon fenomena ini
dengan menerbitkan berbagai regulasi dan kebijakan sebagai solusi
alternatif dalam penyelesaian problematika keummatan ini, namun
belum sepenuhnya dapat menyelesaikan masalah secara tuntas.
Dengan demikian, maka posisi strategis Kementerian Agama selaku
institusi yang paling berkompeten dalam menyikapi persoalan
keagamaan, sangatlah tepat bila terus berinovasi dan mencari
formulasi yang lebih tepat dalam menjawab kebutuhan masyarakat
di bidang keagamaan dengan menyusun program dan kebijakan
yang relevan, terukur, dan terjangkau.
2. Peningkatan Kualitas Pelayanan Keagamaan di
Kabupaten Lombok Tengah
Dalam memberikan pelayanan publik pada prinsipnya institusi
manapun pasti ingin memberikan pelayanan prima (excellent
service), karena itu merupakan doktrin bagi setiap aparatur negara,
agar supaya memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya kepada
masyarakat. Namun demikian, keluh kesah di masyarakat masih
saja terdengar tidak puas. Hal ini memang realitas yang tidak dapat
dibantah, instansi manapun tidak pernah sunyi dari kritik, termasuk
Kantor Kementerian Agama di dalamnya, semua itu adalah
59
merupakan bentuk empati dari masyarakat terhadap pimpinannya,
adalah sangat wajar bila ada yang puas dan tidak puas, senang dan
tidak senang, suka dan tidak suka dan seterusnya, karena tidak
mungkin semua orang dipaksa harus merasa suka dan puas,
mengingat keterbatasan personil dan kemampuan aparatur
dibandingkan populasi masyarakat yang begitu banyak dan
jangkauan layanan yang begitu luas. Namun, Pemerintah termasuk
institusi Kementerian Agama di dalamnya, tidak pernah berhenti
berikhtiar untuk mewujudkan pelayanan yang sebaik – baiknya
kepada masyarakat.
Berbagai regulasi (peraturan) telah diterbitkan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelayanan masyarakat khususnya pelayanan
di bidang keagamaan, di antaranya : Undang – Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Undang – Undang Nomor 38 Tahun
1999 Tentang Pengelolaan Zakat, Undang – Undang Nomor 41
Tahun 2004 Tentang Wakaf, Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2006
Tentang Peradilan Agama dan Peraturan – Peraturan lainnya.
Keseluruhan regulasi dan peraturan itu dihajatkan untuk menata
dan memenuhi kebutuhan masyarakat di berbagai bidang tertentu
secara ideal dan normatif. Selain itu juga sebagai pedoman dasar
bagi aparatur dalam memberikan layanan keagamaan kepada
masyarakat secara benar dan legal. Seiring dengan digulirkannya
berbagai regulasi tersebut dan penyiapan tenaga layanan mulai
dari tingkat pusat hingga ke tingkat yang paling bawah, seperti
tenaga penyuluh honorer maupun sukarela yang terus berjuang di
tengah masyarakat, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan
layanan keagamaan bagi masyarakat. Semua itu menjadi potensi
60
bagi Kantor Kementerian Agama untuk terus memperbaiki kualitas
layanan kepada masyarakat di bidang keagamaan.76
Berbagai potensi yang ada, diyakini dapat menjawab keluhan
baik diinternal institusi maupun masyarakat di luar Kantor
Kementerian Agama, karena dalam realitas emperis permasalahan
yang ada, bukan saja terdapat pada persepsi masyarakat umum,
melainkan di internal aparaturpun masih memerlukan penataan
dan perbaikan. Beberapa permasalahan yang dapat dikemukakan
antara lain :
Pertama, jumlah tenaga penyedian layanan keagamaan yang
ada sudah cukup besar, akan tetapi bila dilihat dari tingkat
distribusi dan rasio kecukupan tenaga yang tersedia dibandingkan
dengan jumlah kebutuhan yang ideal masih jauh dari memadai.
Kedua, berkembangnya persepsi di kalangan masyarakat
tentang masih rendahnya dukungan pemerintah kepada aparatur
penyedia layanan keagamaan, seperti para tenaga pembimbing dan
penyuluh keagamaan, terutama tenaga penyuluh honorer.
Sementara mereka mengemban tugas pelayanan yang tidak ringan.
Ketiga, masih munculnya keluhan masyarakat menyangkut
kualitas pelayanan administrasi keagamaan, seperti besaran biaya
nikah, prosedur pengurusan administrasi yang terkesan terlalu
birokratis dan terkadang berbelit – belit serta masih adanya pungli.
Keempat, kompetensi dan profesionalisme aparatur penyedia
layanan perlu terus ditingkatkan, sebagai ikhtiar nyata dalam
76 Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Agama Kabupaten Lombok Tengah, http://akhmadsanhaji.blogspot.com/2011/11/renstra-kementerian-agama-kabupaten.html. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2018.
61
rangka mewujudkan pelayanan yang cepat, tepat, dan bertanggung
jawab.77
Kelima, masih rendahnya penerapan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) dan Standar Prosedur Operasional (SPO) di berbagai
bidang pelayanan.
Keenam, masih munculnya anggapan di sebagian
masyarakat, bahwa kebijakan institusi relatif masih terkesan
pandang bulu dan tebang pilih, terutama dalam penentuan sasaran
bantuan berupa dana maupun bentuk material lainnya untuk
lembaga – lembaga sosial keagamaan.
3. Pendidikan Raudlatul Atfhal, Madrasah, Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan di Kabupaten
Lombok Tengah
Pendidikan Raudlatul Athfal, Madrasah Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan, merupakan pilar penting pembangunan
pendidikan nasional dalam rangka mewujudkan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas dan berakhlaq mulia. Sejumlah
potensi untuk di bidang pendidikan agama dan keagamaan yang
dapat dikembangkan antara lain :
Pertama, adanya kerangka ragulasi PP Nomor 55 Tahun 2007
Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, Penerapan
standar pelayanan dan evaluasi pendidikan agama, serta
peningkatan pembinaan terhadap lembaga pendidikan keagamaan
yang berkembang di masyarakat. Potensi yuridis ini perlu didukung
77 Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Agama Kabupaten Lombok Tengah, http://akhmadsanhaji.blogspot.com/2011/11/renstra-kementerian-agama-kabupaten.html. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2018.
62
dan ditindak lanjuti dalam bentuk kebijakan turunan sebagai
pedoman pelaksanaan.
Kedua, peningkatan mutu, akses dan daya saing pendidikan
Raudlatul Athfal, Madrasah, Perguruan Tinggi Agama, Pendidikan
agama dan Pendidikan keagamaan merupakan salah satu program
prioritas pemerintah yang mendapat dukungan masyarakat luas.
Ketiga, besarnya dukungan kebijakan di bidang anggaran
yang dialokasikan untuk bidang pendidikan.
Keempat, tingginya animo masyarakat dalam berperan serta
di bidang pendidikan agama dan keagamaan. Hal ini terbukti
dengan banyaknya lembaga pendidikan agama dan keagamaan
berupa madrasah dan pondok pesantren yang dibangun/didirikan
oleh masyarakat secara swadaya.78
Namun demikian di sisi lain terdapat beberapa
permasalahan yang berpotensi dan dapat menghambat upaya
peningkatan kualitas Pendidikan Raudlatul Athfal, Madrasah,
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, antara lain masih
terdapatnya kesenjangan antara Pendidikan Raudlatul Athfal,
Madrasah, Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan dengan
lembaga pendidikan lainnya, terutama dalam hal penyediaan daya
dukung pendanaan dan penyediaan tenaga pendidik yang
profesional. Selain itu juga sebagian besar lembaga pendidikan
agama dan pendidikan keagamaan, yang berada di bawah binaan
Kantor Kemneterian Agama Kabupaten Lombok Tengah, sebagian
besar berstatus swasta dengan daya dukung yang sangat terbatas.
78 Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Agama Kabupaten Lombok Tengah, http://akhmadsanhaji.blogspot.com/2011/11/renstra-kementerian-agama-kabupaten.html. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2018.
63
B. Visi dan Misi Pendidikan Keagamaan Kabupaten Lombok
Tengah
1. Visi Kementerian Agama Kabupaten Lombok Tengah
“Terwujudnya Masyarakat yang Agamis, Rukun, dan
Berakhlaqul Karimah”
2. Misi Kementerian Agama Kabupaten Lombok Tengah
a. Mengembangkan masyarakat yang religius, cerdas, sehat
jasmani dan rohani, santun, dan harmonis.
b. Mendorong peningkatan kwalitas pengamalan nilai – nilai
religius dalam kehidupan bermasyarakat serta
menjunjung tinggi semangat toleransi.
c. Memperkuat keberadaan lembaga sosial keagamaan
sebagai benteng pertahanan ummat.
d. Mendorong perkembangan lembaga pendidikan
keagamaan sebagai media straregis peningkatan
kwalitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang beriman dan
berdaya saing.
e. Mengupayakan pelayanan yang cepat, tanggap, dan
prima sebagai wujud nyata pengabdian kepada
masyarakat.
f. Mewujudkan tata laksana manajemen yang bersih,
berwibawa, terbuka, dan bertanggung jawab.79
79 Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Agama Kabupaten Lombok Tengah, http://akhmadsanhaji.blogspot.com/2011/11/renstra-kementerian-agama-kabupaten.html. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2018.
64
3. Strategi Kementerian Agama di Bidang Pendidikan
A. Mendorong tumbuh kembangnya lembaga pendidikan
keagamaan dan lembaga sosial keagamaan sebagai pilar
kekuatan ummat. Dalam mewujudkan program tersebut,
perlu dilakukan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Membuka ruang partisipasi yang seluas – luasnya kepada
masyarakat dalam usaha mencerdaskan kehidupan
bangsa dan pengentasan ketertinggalan pengetahuan.
2. Mengupayakan pemberian bantuan dalam berbagai
bentuk guna mendorong berkembangnya lembaga
pendidikan keagamaan, sesuai kemampuan.
3. Mengintensifkan pengawasan perkembangan lembaga –
lembaga pendidikan keagamaan.
4. Memberikan motivasi kepada pengelola lembaga
pendidikan keagamaan, agar senantiasa berupaya
meningkatkan prestasi anak didik yang dibuktikan
dengan peningkatan nilai UN/UAS dari tahun ke tahun.
B. Terus mengupayakan peningkatan mutu tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan, sebagai ikhtiar nyata dalam
meningkatkan mutu pendidikan anak bangsa. Upaya yang
dilakukan dalam hal ini adalah sebagai berikut :
1. Mengupayakan peningkatan kualitas dan jumlah tenaga
pendidik yang profesional dan kompeten, yang
dibuktikan dengan bertambahnya jumlah tenaga
pendidikan yang bersertifikat (gruru sertifikasi).
65
2. Memberikan apresiasi (penghargaan) kepada guru – guru
terpencil (gudacil), dalam bentuk pemberian tambahan
tunjangan khusus.
3. Mengupayakan penambahan jumlah kuota tenaga
pendidik yang mendapatkan tunjangan fungsional.
4. Melibatkan tenaga pendidik dalam berbagai kegiatan
seperti diklat, seminar, lokakarya, dan lain-lain untuk
peningkatan kualitas dan profesionalismenya.80
C. Program Pengembangan Guru Biologi MA Kemenag Kab.
Loteng
Guru biologi profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai
agen pembelajaran, kehadirannya di dalam kelas selalu
didambakan peserta didik. Namun, untuk mencapai idaman ini,
guru biologi dituntut memiliki kompetensi pedagogik, profesional,
sosial, dan kepribadian sebagaimana telah diamanatkan dalam
penyelenggaraan sertifikasi guru. Internalisasi keempat kompetensi
minimal ini membentuk sosok guru biologi yang professional.
Ditegaskan Sagala (2009) bahwa keempat kompetensi tersebut
mutlak dipahami, dikuasai, dan dijewantahkan oleh guru dalam
pelaksanaan tugasnya sehingga harapan yang tertuang dalam
tujuan pendidikan nasional dapat tercapai sebagaimana mestinya.81
80 Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Agama Kabupaten Lombok Tengah, http://akhmadsanhaji.blogspot.com/2011/11/renstra-kementerian-agama-kabupaten.html. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2018.
81 Sagala S. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009). Hal. 21.
66
Dari empat kompetensi di atas, salah satu kompetensi yang
belum terimplementasikan dengan sempurna dalam pembelajaran
biologi adalah kompetensi professional yaitu penguasaan materi
sesuai dengan standar isi. Salah satu indikator lemahnya
kompetensi professional guru biologi adalah ketidak tuntasan
beberapa kompetensi dasar yang tercakup dalam soal ujian akhir
nasional (UAN) mata pelajaran biologi.
Sebagai perbandingan, pemetaan hasil ujian akhir nasional
(UAN) tahun 2010 dan 2011 menunjukkan delapan kompetensi
dengan nilai perolehan peserta didik sangat rendah, baik tingkat
nasional maupun daerah (kota/kabupaten), termasuk dan terlebih di
Kabupaten Lombok Tengah. Kedelapan kompetensi bermasalah
yang dimaksud adalah; (1) mendeskripsikan cara
perkembangbiakan pada tumbuhan berbiji, (2) mendeskripsikan
teori asal-usul kehidupan dan pembuktiannya, (3) mendeskripsikan
sistem pencernaan pada manusia serta gangguannya, (4)
mendeskripsikan sistem eksresi pada manusia serta gangguannya,
(5) mendeskripsikan sistem regulasi pada manusia dan indentifikasi
gangguannya, (6) mendeskripsikan sistem reproduksi pada manusia
dan indentifikasi gangguannya, (7) menjelaskan dampak
bioteknologi bagi masyarakat dan lingkungan, dan (8)
mendeskripsikan peristiwa fotosintesis pada tumbuhan beserta
tahapannya. Nilai persentase perolehan UAN peserta didik tahun
2010 dan 2011 kurang dari 60 % (BSNP, 2010 dan 2011). 82
82 Jahidin dan Bahtiar, Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Biologi SMA Melalui Pendekatan Pelatihan Pendalaman Materi, https://media.neliti.com/media/publications/175413-ID-pengembangan-kompetensi-profesional-guru.pdf, diakses pada tanggal 23 Oktober 2018.
67
Hasil pemetaan ini mengindikasikan empat hal, yaitu; pertama,
siswa belum tuntas memahami materi; kedua, peran guru sebagai
fasilitator belajar belum optimal; ketiga, guru kurang menguasai
materi; dan keempat adalah adanya miskonsepsi pada guru dan
siswa. Salah satu solusi peningkatan kompetensi profesional guru
mata pelajaran biologi adalah pelatihan yang terencana dan
berkelanjutan untuk pengembangan keprofesionalan mereka. Isu
pengembangan profesionalisme selalu menjadi masalah serius dan
tidak pernah terpecahkan serta selalu menjadi masalah sentral.
Walaupun demikian, pengembangan profesionalitas guru biologi
terus-menerus dikembangkan. Pengembangan profesionalisme ini
berperan penting dalam mengidentifikasi, mengonsep, dan menilai
pengetahuan guru biologi dalam rangka mendapatkan pemahaman
tentang latar belakang pembelajaran mereka guna membawa
perubahan pembelajaran biologi yang berkelanjutan.
Pengembangan kompetensi profesionalisme guru biologi dapat
ditempuh melalui pendekatan pelatihan pendalaman materi. Melalui
model pelatihan ini, guru biologi memperoleh penyegaran
pengetahuan biologi, baik pengetahuan faktual, konseptual,
maupun prosedural. Semakin baik penguasaan materi akan
semakin baik pula pembelajaran biologi, walaupun ada komponen
pendukung lainnya seperti penguasaan metode pembelajaran,
kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran termasuk
motivasi guru dan siswa. TALIS (2009) menjelaskan pengembangan
professional guru merupakan kegiatan pengembangan keterampilan
individu, pengetahuan, keahlian, dan karakteristik lain sebagai
seorang guru. Oleh karena itu, pelatihan pendalaman materi
berdampak pada perbaikan pengetahuan guru-guru biologi serta
68
meningkatkan berbagai keterampilan mengajar lainnya. Walaupun
pendekatan pelatihan membutuhkan durasi waktu yang singkat,
akan tetapi jika dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan
dapat berdampak positif terhadap pengembangan keprofesionalan
guru biologi.83
D. Data Guru Biologi dan Madrasah Aliyah yang Menjadi
Sampel Penelitian di Kabupaten Lombok Tengah
Yang menjadi sampel penelitian ini adalah para guru mata
pelajaran biologi yang mengajar pada Madrasah Aliyah di
Kabupaten Lombok Tengah. Para guru tersebut mengajar mata
pelajaran biologi di 21 Madrasah Aliyah yang tersebar di Kabupaten
Lombok Tengah yaitu MAN 3 Lombok Tengah, MA Nurul Muhsinin Batujai, MAN 1
Lombok Tengah, MA Darussalimin Nw Sengkol Mantang, MA Bonder Praya Barat, MA Nw
Selusuh, MA Darul Aminin Nw Aikmual Praya, MA Ittihadul Ummah Nw Lantan Batukliang
Utara, MA Majmul Huda Batu Bokah, MA Qomarul Huda Bagu, MA Nurul Qur'an, MA
Madinatu' Ulum NW Mumbang, MA Manhalul Ma'arif Darek, MA Attohiriyah Bodak, MA
Nurul Falah Perina, MA Nurul Ittihad Gerepek, MA Tahzibul Akhlak Sisik, MA Assyafi'iyah
Goak, MA Darus Siddiqin Mertak Paok, MA NW Peneguk, dan MA Assyafi'iyah Goak.
Para guru mata pelajaran biologi tersebut berjumlah 32 orang
yang background pendidikannya pendidikan/tadris IPA Biologi yang
berasal dari perguruan tinggi berbeda. Hal ini dapat dirincikan
alumni IAIN/UIN Mataram berjumlah 23 orang, IKIP Mataram 7
orang, dan UNRAM sebanyak 2 orang. Dengan demikian para guru
mata pelajaran biologi yang menjadi responden sekaligus informan
83 Teaching and Learning International Survey (TALIS) 2009. The Professional Development of Teacher. http://www.oecd.org/berlin/43541636.pdf.
69
dalam penelitian ini mayoritas alumni IAIN/UIN Mataram dengan
tahun kelulusan yang berbeda-beda.
Berikut dirincikan semua penjelasan di atas dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 4.1. Data Madrasah Aliyah yang Menjadi Sampel Penelitian di Kabupaten Lombok Tengah
No.Nama Madrasah Aliyah yang Menjadi Sampel
Penelitian 1 MAN 3 Lombok Tengah2 MA Nurul Muhsinin Batujai3 MAN 1 Lombok Tengah4 MA Darussalimin Nw Sengkol Mantang5 MA Bonder Praya Barat6 MA Nw Selusuh7 MA Darul Aminin Nw Aikmual Praya8 MA Ittihadul Ummah Nw Lantan Batukliang Utara9 MA Majmul Huda Batu Bokah10 MA Qomarul Huda Bagu11 MA Nurul Qur'an12 MA Madinatu' Ulum NW Mumbang13 MA Manhalul Ma'arif Darek14 MA Attohiriyah Bodak15 MA Nurul Falah Perina16 MA Nurul Ittihad Gerepek 17 MA Tahzibul Akhlak Sisik18 MA Assyafi'iyah Goak19 MA Darus Siddiqin Mertak Paok20 MA NW Peneguk21 MA Assyafi'iyah Goak
Tabel 4.2. Data Guru dan Asal Madrasah yang Menjadi SampelPenelitian di Kabupaten Lombok Tengah
No. Nama ASAL MADRASAH1 Lale Ningge H.I., S.Pd.I. MAN 3 Lombok Tengah2 Salmiati, S.Pd. MA Nurul Muhsinin Batujai
70
3 Minasih, S.Pd. MA Nurul Muhsinin Batujai4 Husnul Hatimah, S.Pd. MAN 1 Lombok Tengah
5 L. Ahmad Juarni, S.Pd.MA Darussalimin Nw Sengkol Mantang
6 Arman Jayadi, S.Pd. MAN 3 Lombok Tengah7 Wirana Fauzan, S.Pd. MA Bonder Praya Barat8 Surya Firdaus, S.Pd.I. MA Nw Selusuh
9 Fera Wahyuni, S.Pd.MA Darussalimin Nw Sengkol Mantang
10 Lalu Kurniadi, S.Pd.I. MAN 3 Lombok Tengah
11 Ernawati, S.PdMA Darul Aminin Nw Aikmual Praya
12 Siti Ramlah Hasan, S.PdMA Ittihadul Ummah Nw Lantan Batukliang Utara
13 Siti Mariam, S.Pd MA Majmul Huda Batu Bokah14 Baiq Dina Hardianti, S.Pd MA Qomarul Huda Bagu15 Kusmiran Jayadi, S.Pd MA Nurul Qur'an16 Baiq Afriani Dwi Astini MA Qomarul Huda Bagu17 Indrayanti, S.Pd MA Tahdzibul Akhlak18 Kalsum, S.Pd MA Tahzibul Akhlak
19 Ni'matul Husna, S.PdMA Darul Aminin Nw Aikmual Praya
20 Asrorul Azizi, S.PdMA Darul Aminin Nw Aikmual Praya
21 Sapinatunnajah, S.Pd MA Nurul Muhsinin Batujai22 Rizal Hamdani, S.Pd. MA Madinatu' Ulum Nw Mumbang23 Khairurraziqin, S.Pd. MA Manhalul Ma'arif Darek24 Jahardi, S.Pd. MA Attohiriyah Bodak25 Yusron Hafizin, S.Pd. MA Nurul Falah Perina26 Nurwahidah, S.Pd. MA Nurul Ittihad Gerepek 27 Baiq Laily Ekawati, S.Pd. MA Qomarul Huda Bagu28 Fitria Susiani, S.Pd. MA Tahzibul Akhlak Sisik29 Sultiah, S.Pd. MA Assyafi'iyah Goak30 Ana Ulfia, S.Pd. MA Darus Siddiqin Mertak Paok31 Hali Fitriati, S.Pd. MA Nw Peneguk32 Mukminah, S.Pd.I MA Assyafi'iyah Goak
Tabel 4.3. Data Lulusan dan Tahun Lulus Guru yang Menjadi Sampel Penelitian di Kabupaten Lombok Tengah
71
No. Nama Lulusan Tahun Lulus1 Lale Ningge H.I., S.Pd.I. IAIN Mataram 20112 Salmiati, S.Pd. IAIN Mataram 20153 Minasih, S.Pd. IAIN Mataram 20154 Husnul Hotimah, S.Pd. UIN Mataram 20185 L. Ahmad Juarni, S.Pd. IAIN Mataram 20166 Arman Jayadi, S.Pd. IAIN Mataram 20167 Wirana Fauzan, S.Pd. IAIN Mataram 20118 Surya Firdaus, S.Pd.I. IAIN Mataram 20059 Fera Wahyuni, S.Pd. IAIN Mataram 201610 Lalu Kurniadi, S.Pd.I. IAIN Mataram 201111 Ernawati, S.Pd IKIP Mataram 200812 Siti Ramlah Hasan, S.Pd IAIN Mataram 201213 Siti Mariam, S.Pd IAIN Mataram 201514 Baiq Dina Hardianti, S.Pd IAIN Mataram 201515 Kusmiran Jayadi, S.Pd IAIN Mataram 201416 Baiq Afriani Dwi Astini IKIP Mataram 201017 Indrayanti, S.Pd UNRAM 200418 Kalsum, S.Pd IAIN Mataram 201019 Ni'matul Husna, S.Pd IAIN Mataram 201220 Asrorul Azizi, S.Pd UIN Mataram 201521 Sapinatunnajah, S.Pd IKIP Mataram 200922 Rizal Hamdani, S.Pd. IKIP Mataram 201623 Khairurraziqin, S.Pd. IKIP Mataram 200724 Jahardi, S.Pd. IAIN Mataram 201425 Yusron Hafizin, S.Pd. IKIP Mataram 201226 Nurwahidah, S.Pd. IAIN Mataram 201127 Baiq Laily Ekawati, S.Pd. UNRAM 200628 Fitria Susiani, S.Pd. IKIP Mataram 200629 Sultiah, S.Pd. IAIN Mataram 201130 Ana Ulfia, S.Pd. UIN Mataram 201531 Hali Fitriati, S.Pd. UIN Mataram 201532 Mukminah, S.Pd.I IAIN Mataram 2012
E. Data Public Service Motivation (PSM) Guru
Penelitian telah dilakukan pada 32 orang sampel guru mata
pelajaran biologi Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah
pada tahun 2018. Data mengenai Public Service Motivation (PSM)
72
telah dikumpulkan menggunakan kuesioner terstruktur yang berisi
pernyataan-pernyataan yang diisi oleh responden dengan
menggunakan skala. Variabel PSM berbasis agama diukur
menggunakan instrumen yang diadopsi dan dimodifikasi dari Kim
dkk (2013). Skor angket dianalisis dengan statistik deskriptif dan
inferensial.
Analisis statistic deskriptif untuk memberikan gambaran
mengenai kecenderungan Public Service Motivation (PSM) yang
dimiliki oleh guru biologi MA dalam melaksanakan tugas
profesionalnya. Data deskriptif mengenai Public Service Motivation
(PSM) guru disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4. Deskripsi data hasil angket Public ServiceMotivation (PSM) Guru Biologi Madrasah Aliyah di
Kabupaten Lombok Tengah
No. Deskriptor Nilai1 Jumlah Responden 32 orang2 Skor maksimum butir 53 Skor minimum butir 14 Jumlah butir angket 285 Jumlah skor maksimum ideal 1406 Jumlah skor tertinggi responden 1337 Jumlah skor terendah responden 828 Rata-rata jumlah skor responden 111,89. Standar deviasi 8,3010 Katagori PSM TINGGI
Katagori motivasi pelayanan public:
TINGGI ≥112 - 140SEDANG 84 – < 112RENDAH 56 - < 84SANGAT RENDAH 28 - < 56
73
Tabel di atas menunjukkan bahwa Public Service Motivasion
(PSM) guru IPA Biologi MA termasuk berkategori tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa guru mata pelajaran Biologi Madrasah Aliyah
di Kabupaten Lombok Tengah memiliki keinginan yang kuat dalam
meksanakan tugas profesionalnya sebagai guru. Kekuatan motivasi
ini berlandaskan pada pengetahaun dan kesadaran agama.
Dari nilai standar deviasi sebesar 8,30 itu sangat kecil, artinya
bahwa nilai-nilai motivasi yang dimiliki oleh responden tidak
berbeda jauh dari nilai rata-rata. Dengan demikian, motivasi
pelayanan masyarakat berbasis agama yang dimiliki oleh guru itu
sangat seragam dalam katogori tinggi. Hasil tersebut juga dapat
ditunjukan dengan grafik yang menggambarkan perbandingan porsi
responden berdasarkan jawaban angket sebagai berikut.
SS; 23.66; 24%
S; 63.39; 63%
KS; 11.61; 12% TS; 1.34; 1%
Gambar 4.1. Distribusi persentase respondenberdasarkan pilihan pada angket PSM (SS=Sangat Setuju, S= Setuju, KS= Kurang
74
Setuju, TS= Tidak Setuju, STS= SangatTidak Setuju)
Gambar di atas menunjukan bahwa kecenderungan
responden untuk menyatakan setuju (S) dan sangat setuju (SS)
sangat tinggi. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak
setuju (STS). Hal ini memberikan penguatan bahwa motivasi PSM
guru Biologi Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah rata-
rata tinggi.
F. Data Kinerja Guru Mata Pelajaran Biologi
Kinerja guru merupakan variabel dependent yang dikaji dalam
penelitian ini. Sebelum dilakukan analisis inferensial untuk mencari
hubungan/pengaruh PSM terhadap kinerja guru, terlebih dahulu
disajikan data deskriptif mengenai kinerja guru Biologi Madrasah
Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah. Data yang menyangkut
penilaian kinerja guru Biologi MA di Kabupaten Lombok Tengah, tim
peneliti berupaya menjaring data tersebut menggunakan angket
kinerja guru.
Data kinerja mengajar guru dikumpulkan menggunakan
intstrumen yang diadopsi dan modifikasi dari Riduwan (2002)
dengan indikator kinerja guru yaitu; kemampuan perencanaan
pembelajaran, merancang KBM, penilaian hasil belajar,
Keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan,
keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan,
keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan
mengelola kelas, keterampilan mengajar perseorangan, unsur
pendidikan, pengembangan profesionalisme, dan penunjang proses
75
belajar mengajar. Data mengenai kinerja guru Biologi Madrasah
Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah disajikan pada tabel di bawah
ini.
Tabel 4.5. Deskripsi data hasil angket Kinerja Guru Biologi Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah
No Deskriptor Nilai
1. Jumlah Responden 32 orang
2. Skor maksimal butir 53. Skor minimal butir 1
4. Jumlah skor maksimum ideal 300
5. Jumlah skor kinerja tertinggi 2376. Jumlah skor kinerja terendah 1737 Rata-rata jumlah skor kinerja guru 200,738. Standar deviasi 13,869. Katagori kierja SEDANG
Kategori Kinerja Guru:
Baik ≥ 240 - 300Sedang 180 – < 240Kurang 120 - < 180Sangat Kurang 60 - < 120
Tabel di atas menunjukkan kinerja guru dalam mengembang
tugas profesional sebagai penyelenggara proses pembelajaran
mata pelajaran biologi di Madrasah Aliyah. Kinerja guru IPA Biologi
MA di Kabupaten Lombok Tengah termasuk berkatagori sedang.
Katagori sedang, berarti di atas rendah dan di bawah katagori
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa guru mata pelajaran Biologi
Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah meksanakan tugas-
76
tugas profesionalnya sebagai guru dengan baik. Tugas-tugas
tersebut meliputi; perencanaan pembelajaran, merancang KBM,
penilaian hasil belajar, keterampilan bertanya, keterampilan
memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi,
keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup
pelajaran, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar
perseorangan, unsur pendidikan, pengembangan profesionalisme,
dan penunjang proses belajar mengajar
Dari nilai standar deviasi sebesar 13,86 itu sangat kecil,
artinya bahwa nilai-nilai kinerja yang dimiliki oleh responden tidak
berbeda jauh dari nilai rata-rata. Dengan demikian, kinerja guru
mata pelajaran biologi pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok
Tengah itu sangat seragam dalam katogori sedang. Hasil tersebut
juga dapat ditunjukan dengan grafik yang menggambarkan
perbandingan porsi responden berdasarkan jawaban angket sebagai
berikut.
19.17
31.9325.68
10.73
12.5
77
Gambar 4.2. Distribusi persentase respondenberdasarkan pilihan pada angket kinerja(SL= selalu, SR= Sering, KD= Kadang-kadang, JR= Jarang, TP= Tidak Pernah).
Gambar di atas menunjukan bahwa kecenderungan
responden untuk menyatakan selalu (SL) dan sering (SR) sangat
tinggi. Persentase terkecil adalah untuk pilihan jarang (JR). Hal ini
memberikan penguatan bahwa kinerja guru Biologi Madrasah Aliyah
di Kabupaten Lombok Tengah rata-rata katagori sedang.
Di samping kinerja total di atas, penelitian ini juga menyajikan
kinerja untuk setiap aspek yang menjadi dimensi kinerja guru mata
pelajaran biologi dalam menjalankan tugas profesinya. Data rata-
rata skor kinerja untuk setiap dimensi disajikan pada tabel berikut.
78
Tabel 4.6. Deskripsi data Kinerja Guru Biologi Madrasah Aliyahdi Kabupaten Lombok Tengah untuk Setiap Dimensi
Respond
Dimensi Kinerja Guru1 2 3 4 5 6 7
1 3.9 2.7 3.6 4.0 3.7 4.0 3.32 4.1 3.3 3.1 3.0 4.0 2.0 4.83 3.9 2.7 3.6 4.0 3.7 4.0 3.34 3.9 2.7 3.6 4.0 3.7 4.0 3.35 4.1 1.6 2.6 4.5 4.3 2.5 4.56 3.9 2.7 3.6 4.0 3.7 4.0 3.37 4.4 2.7 2.1 3.8 2.7 3.5 4.58 4.5 3.0 3.3 4.3 3.7 4.0 4.39 4.3 3.3 3.3 4.0 4.0 3.0 4.0
10 4.1 1.6 2.6 4.5 4.3 2.5 4.511 4.1 3.9 3.3 4.5 5.0 4.0 4.512 4.0 3.4 3.1 4.0 4.7 3.5 4.313 3.8 3.6 3.4 3.8 4.7 3.5 4.014 3.7 2.9 2.4 3.0 4.0 3.0 3.515 3.4 2.9 2.9 3.5 3.3 3.0 4.016 4.8 3.1 3.6 4.3 4.0 3.5 3.817 4.2 3.0 3.9 3.8 4.7 3.0 4.818 4.5 3.3 2.6 3.8 3.3 2.0 4.019 4.8 3.6 3.1 4.0 3.3 3.5 4.320 4.2 3.0 2.7 4.0 3.3 4.5 3.521 4.5 3.4 3.6 3.8 4.0 4.5 4.522 3.8 3.0 2.6 3.8 4.3 3.5 4.323 4.0 3.4 3.1 3.5 3.7 3.0 3.524 4.7 4.1 4.0 4.0 4.0 3.5 4.325 3.3 3.0 2.7 3.8 3.7 3.5 3.826 4.0 2.9 3.1 3.8 4.3 2.5 3.327 3.6 3.1 3.3 4.5 4.3 4.0 4.328 3.9 3.6 4.1 4.0 4.0 3.5 4.029 3.9 2.6 2.8 3.8 4.0 3.5 4.030 4.1 2.6 3.3 3.8 3.3 4.0 4.031 4.2 3.4 3.9 4.0 4.7 4.5 4.032 4.3 3.3 3.3 4.0 4.0 3.0 4.0
Rerata 4.1 3.0 3.2 3.9 3.9 3.4 4.0
79
Katagori BAIK
SEDANG
SEDANG
SEDANG
SEDANG
SEDANG
SEDANG
1 2 3 4 5 6 7
Keterangan dimensi kinerja:1. Merencanakan Pembelajaran2. Merencanakan KBM3. Penilaian Hasil Belajar4- Keterampilan Bertanya5. Keterampilan Penguatan6. Keterampilan Variasi7. Keterampilan Menjelaskan
Tabel 4.7. Deskripsi data Kinerja Guru Biologi Madrasah Aliyahdi Kabupaten Lombok Tengah untuk Setiap Dimensi (Lanjutan)
Respond
Dimensi Kinerja Guru8 9 10 11 12 13
1 2.5 4.3 3.5 3.7 1.0 1.82 3.5 4.0 3.0 3.7 1.0 2.03 2.5 4.3 3.5 3.7 1.0 1.84 2.5 4.3 3.5 3.7 1.0 1.85 3.0 4.0 3.5 2.8 1.8 1.86 2.5 4.3 3.5 3.7 1.0 1.87 3.0 4.7 3.5 3.5 1.3 2.08 3.0 4.0 3.0 3.0 1.3 1.29 3.5 3.7 4.0 3.7 1.3 2.0
10 3.0 4.0 3.5 2.8 1.8 1.811 3.5 4.0 4.0 2.8 3.0 3.412 4.0 4.3 4.5 3.0 2.3 3.413 3.0 4.0 2.5 3.0 2.0 1.414 3.0 3.3 2.5 3.0 1.5 1.215 3.0 3.3 2.5 3.2 1.8 2.416 3.0 3.3 3.5 3.3 1.3 2.017 4.0 4.3 4.0 3.0 2.0 2.818 3.0 3.3 3.0 3.2 2.0 2.019 2.0 3.0 2.0 3.0 1.5 1.6
80
20 3.5 4.0 3.0 2.8 2.8 2.421 4.0 4.0 3.5 3.7 2.5 2.022 4.0 4.0 3.5 3.7 1.8 2.623 3.5 3.7 4.0 4.3 2.0 2.424 3.0 4.0 4.5 3.7 2.8 3.225 2.5 2.7 2.0 3.3 2.0 2.626 2.5 3.0 3.0 2.8 1.3 1.827 3.5 3.7 2.5 3.7 1.5 2.628 3.5 4.0 4.0 2.7 1.8 2.629 3.0 4.0 3.0 2.8 2.5 2.830 3.0 4.0 3.0 3.7 1.8 1.231 2.5 3.7 4.0 3.0 2.5 1.832 3.5 3.7 4.0 3.7 1.3 2.0
Rerata 3.1 3.8 3.3 3.3 1.7 2.1Katagori SEDANG SEDANG SEDANG SEDANG
KURANGSEKALI KURANG
8 9 10 11 12 13
Keterangan dimensi kinerja:8. Keterampilan Membuka-Menutup9. Keterampilan Mengelola Kelas10 Keterampilan Mengelola Perseorangan11. Unsur Pendidikan12.Pengembangan Profesi 13.Penunjang KBM
Tabel di atas menunjukan rata-rata skor dan katagori untuk
setiap dimensi kinerja guru mata pelajaran biologi di Madrasah
Aliyah Kabupaten Lombok Tengah. Ada 13 dimensi yang dinilai yang
menunjukan kinerja guru dalam menjalankan tugas profesinya.
Hasil analisis menunjukan bahwa secara umum kesemua dimensi
tersebut berkatagori sedang. Namun demikian ada dua dimensi
kinerja guru yang menunjukkan hasil yang kurang, yaitu aspek
pengembangan profesi guru dan penunjang kegiatan pembelajaran.
81
Skor kinerja untuk setiap dimensi berbeda-beda. Hal itu dapat
dilihat dengan jelas pada grafik berikut ini.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 130.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.54.1
3.03.2
3.9 3.9
3.4
4.0
3.1
3.8
3.3 3.3
1.7
2.1
1. Merencanakan Pembelajaran2. Merencanakan KBM3. Penilaian Hasil Belajar4- Keterampilan Bertanya5. Keterampilan Penguatan6. Keterampilan Variasi7. Keterampilan menjelaskan
8. Keterampilan membuka_menutup9. Keterampilan mengelola kls10 Keterampilan. Meng. Perseorangan11. Unsur Pendidikan12.Pengembangan Profesi 13.Penunjang KBM
Gambar 4.3. Perbandingan skor dimensi kinerja gurumata pelajaran biologi MA di KabupatenLombok Tengah.
G. Analisis Korelasi PSM dengan Kinerja Guru Mata PelajaranBiologi
82
Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui pengaruh Public Service
Motivasion (PSM) berbasis agama terhadap kinerja mengajar guru biologi di
Madrasah Aliyah Kabupaten Lombok Tengah. Motivasi guru mata pelajaran biologi
terhadap pelayanan publik sebagai guru diasumsikan mempengaruhi kinerja guru
dalam menjalankan tugas profesionalnya sebagai penyelenggara pembelajaran atau
pendidikan bagi masyarakat. Oleh sebab itu, kedua variabel Public Service
Motivasion (PSM) dan kinerja guru diukur dengan instrument angket pada 32
orang sampel guru mata pelajaran biologi pada Madrasah Aliyah Kabupaten Lombok
Tengah.
Angket dengan skala Likert dikembangkan untuk mengukur kedua variabel
tersebut. Hasil yang diperoleh dari angket tersebut adalah skor total untuk setiap
responden yang kemjudian akan dikorelasikan untuk mencari hubungan keduanya.
Data nilai Public Service Motivasion (PSM) dan kinerja guru mata pelajaran
biologi pada Madrasah Aliyah Kabupaten Lombok Tengah disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 4.8. Deskripsi Data Skor Public Service Motivasion (PSM) dan Skor Kinerja Guru Biologi Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah
NO.
JML SKORPSM(X)
JML SKORKINERJA (Y)
1 113 1952 115 1983 113 1954 114 1955 107 1866 120 1957 117 1938 118 1999 106 20610 107 186
83
11 133 22712 120 21813 114 19914 114 17315 111 18216 117 20917 116 21718 118 19419 82 19920 117 20021 115 22122 106 20223 109 20724 111 23725 103 18226 107 18327 114 20528 101 21129 111 19630 106 19431 118 21332 106 206
Tabel di atas memaparkan pasangan data Skor Public Service
Motivasion (PSM) sebagai variabel independent (X) dan Skor Kinerja Guru
sebagai variabel dependent (Y). Kedua variabel tersebut akan
dikorelasikan untuk mencari pengaruh/hubungan keduanya.
Untuk menjawab rumusan masalah, bagaimana pengaruh PSM berbasis agama
terhadap kinerja mengajar guru biologi di MadrasahAliyah Kabupaten Lombok
Tengah? Dilakukan analisis statistik inferensial dengan menghitung nilai korelasi
Antara variabel X dengan variabel Y. Analisis korelasi menggunkan SPSS 16.0. Hasil
output SPSS disajikan pada tabel berikut.
84
Tabel 4.9. Hasil Analisis dengan SPSS 16.0 Korelasi PublicService Motivasion (PSM) dan Skor Kinerja Guru BiologiMadrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah
PSM KINERJA
PSM Pearson Correlation 1 .278
Sig. (2-tailed) .124
N 32 32
KINERJA Pearson Correlation .278 1
Sig. (2-tailed) .124
N 32 32
Tabel di atas menunjukan bahwa nilai korelasi (r) antara
variabel Public Service Motivasion (PSM) dengan variabel Kinerja
Guru sebesar 0,278. Nilai korelasi ini adalah nilai positif. Pada
output juga tampak Sig. (2-tailed) sebesar 0,124, merupakan nilai
probabilitas yang akan dibandingkan dengan alfa (taraf
signifikansi). Pada penelitian ini, peneliti menetapkan α = 5% atau
0,05. Dengan demikian, karena Sig. (2-tailed) 0,124 lebih besar dari
0,05, maka berdasarkan ketentuan bahwa H0 diterima, artinya
korelasi antara variabel Public Service Motivasion (PSM) dengan
variabel Kinerja Guru terjadi secara tidak signifikan. Dari hasil ini
dapat disimpulkan bahwa Public Service Motivasion (PSM)
berkorelasi positif sebesar 0,278 dengan Kinerja Guru Biologi
Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah, namun korelasi
tersebut tidak signifikan.
H. Paparan Data dan Temuan
85
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab I sebelumnya,
penelitian ini memiliki dua tujuan utama, yaitu:
a. Mengetahui pengaruh PSM berbasis agama terhadap kinerja mengajar guru
biologi di Madrasah Aliyah Kabupaten Lombok Tengah.
b. Melihat penerapan integrasi sains dan agama dalam proses pembelajaran mata
pelajaran biologi sebagai upaya dalam memberikan motivasi belajar bagi
siswa di Madrasah Aliyah Kabupaten Lombok Tengah.
Dua tujuan utama di atas menjadi arah bagi pelaksanaan penelitian ini. Untuk
tujuan pertama, telah dijawab oleh data-data kuantitatif yang menggunakan rumus
statistik sebagaimana dijelaskan di atas. Kesimpulannya ternyata Public Service
Motivation (PSM) berbasis agama, tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja
mengajar guru biologi Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah.
Sedang untuk tujuan kedua, sekali lagi, penelitian ini ingin mendeskripsikan
secara objektif empiris terkait penerapan integrasi sains dan agama dalam proses
pembelajaran mata pelajaran biologi sebagai upaya dalam memberikan motivasi
belajar bagi siswa di Madrasah Aliyah Kabupaten Lombok Tengah. Untuk mencapai
tujuan kedua ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Hal ini
dikarenakan jika menggunakan pendekatan kuantitatif, maka data tentang penerapan
integrasi sains dan agama dalam pembelajaran mata pelajaran biologi sebagai upaya
dalam memberikan motivasi belajar siswa, tidak akan terpenuhi atau tercukupi.
1. Penerapan Integrasi Sains dan Agama dalam Pembelajaran Biologi
pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah
Berdasarkan frekuensi penerapan integrasi sains dan agama dalam mata
pelajaran biologi pada madrasah aliyah, beberapa guru menerapkannya tidak terlalu
sering atau frekuensi sedang hal ini seperti diakui oleh Wirana Fausan (MA. Bonder
Praya Barat) dalam pernyataannya :
“Kadang-kadang saya menerapkan jika ada ilmu agama (dalil-dalil) dari al-Qur’an dan Hadits yang ada (yang saya tahu) kaitannya dengan materi yangsedang saya ajarkan pada siswa. Jika saya ketahui ada dalilnya saya
86
sampaikan apabila mereka ketahui teori-teori Biologi memiliki dalil dalamagama islam.”84
Hal yang sama juga terjadi pada MA Nurul Qur’an, sebagaimana diungkap
oleh Kusmiran Jayadi sebagai berikut:
“Pada setiap pembelajaran tidak semuanya saya kaitkan dengan sains, sayakadang-kadang mengintegrasikan antara agama dan sains ketika sayamampu menyampaikannya.”85
Beberapa guru biologi juga melakukan integrasi dalam frekuensi sedang seperti
Asrorul Azizi (MA. Darul Aminin NW Aikmual Praya), Nurwahidah (MA. Nurul
Ittihad Gerepek), dan Rizal Hamdani (MA. Madinatul ‘ulum NW Mumbung).
Terkait dengan penelitian ini pula, para guru mata pelajaran biologi pada
madrasah aliyah di Kabupaten Lombok Tengah berupaya menerapkan integrasi
keilmuan meski dengan metode dan teknik sederhana. Dalam hal ini Salmiyati (MA
Nurul Muhsisnin Batujai) mengatakan:
“Saya menerapkan integrasi sesuai dengan materi yang berkaitan denganmateri pembelajaran yang sifatnya menyeluruh dalam agama yang berkaitandan yang tidak sesuai dengan materi kadang tidak dikaitkan”. 86
Sejalan dengan pendapat di atas, Ernawati (MA Darul Aminin NW Aikmual Praya),
mengungkapkan hal yang sama:
“Ya, karena di dalam kurikulum K-13 sekarang diterapkan juga prosespembelajaran berbasis terhadap ketuhanan yang maha esa, menyelipkan ilmuagama seperti contoh kesopanan, perilaku dan akhlak yang lebihdiutamakan.”87
84 Wawancara, pada tanggal 10 Mei 2018 di MA Bonder Praya Barat
85 Wawancara, pada tanggal 11 Mei 2018 di MA Nurul Qur’an
86 Wawancara, pada tanggal 10 Mei 2018 di MA Nurul Muhsinin Batujai.
87 Wawancara, pada tanggal 12 Mei 2018 di MA Darul Aminin NW AikmualPraya
87
Dalam menerapkan integrasi tersebut, ada guru yang memiliki tradisi religius yang
patut ditiru yaitu mengawali dan mengakhiri pembelajaran biologi dengan doa. Hal
ini dituturkan oleh Indrayanti (MA Tahdzibul Akhlak) sebagai berikut:
“Saya menerapkan Integrasi Sains dan Agama dalam pembelajaran biologisama dengan sekolah negeri karena meskipun alat dan bahan kurang kamimenggunakan Buku Ajar dan sesuai dengan tuntutan/relevan dan mengikutilangkah-langkah yang teratur. Sedangkan Agama tidak lepas denganPembelajaran Biologi terutama di Madrasah kami setiap memulaipembelajaran selalu diiringi dengan do’a dan diakhiri dengan do’a pula.”88
Ada juga guru yang menerapkan integrasi secara refleks (sesuai dengan
kebiasaan di madrasah tersebut), hal ini diutarakan oleh Kalsum (MA Tahdzibul
Akhlak):
“Ya, karena ketika kami melakukan proses pembelajaran dan peserta didik,kami secara tidak langsung memberikan dan menerapkan pemahaman agamaseperti misalnya mengagung-agungkan kebesaran Allah SWT ketika belajartentang sel ternyata sel yang ditemukan oleh ilmuan dan yang kita pelajarimenambahkan keimanan kita kepada Allah SWT.”89
Di samping itu terdapat beberapa guru yang menerapkan integrasi sains dan
agam disesuaikan dengan materi pembelajaran biologi. Hal ini dapat terlihat dari
pernyataan Sapinatun Najah (MA. Nurul Muhsinin Batujai):
“Ya, karena dalam pelajaran/proses pembelajaran biologi sangat terkaitdengan Agama dan Sains. Hampir sebagian materi dalam Biologi tidak bisadipisahkan dengan sains seperti dalam melaksanakan Praktikum (mediasederhana sampai modern) dan tentunya Biologi dari makna dasarnya adalahIlmu Hayati tentang Lingkup Makhluk Hidup yang merupakan rangkaianHasil/Ciptaan yang Maga Kuasa.”90
Hal yang sama juga diutarakan oleh Jahardi (MA. Attohiriyah Bodak):
88 Wawancara, pada tanggal 12 Mei 2018 di MA Tahdzibul Akhlak
89 Wawancara, pada tanggal 12 Mei 2018 di MA Tahdzibul Akhlak
90 Wawancara, pada tanggal 10 Mei 2018 di MA Nurul Muhsinin Batujai.
88
“Iya saya menerapkan karena menurut saya Biologi adalah merupakan salahsatu bidang ilmu yang mampu menjawab fenomena alam secara ilmiah,makanya sangat perlu untuk diterapkan integrasi antara pembelajaranBiologi dengan pelajaran agama.”91
Fenomena pembelajaran yang sama juga terjadi di MA. Qamarul Huda Bagu),
sebagaimana dituturkan Baiq Laily Ekawati sebagai berikut:
“Ya, karena menurut saya belajar Biologi itu adalah belajar tentang diri-sendiri (tentang manusia) tentang lingkungan, tentang sebab dan akibat,hubungan dengan manusia, yang lebih utama lagi belajar Biologi itu tentanghubungan dengan pencipta (Allah swt).”92
Ungkapan yang sama juga disampaikan oleh Hully Fitriati (MA. NW Peneguk):
“Iya, dalam pembelajaran sains saya meningkatkan materi dengan firman-firman Allah maupun hadits yang ada misalnya pada materi reproduksidisana sudah di jelaskan dengan gamblang dalam hadits bahwa perempuanmelakukan proses pembuahan pada materi ekosistem dijelaskan juga sebabakibat dimana dalam hadits juga antara kerusakan dimuka bumi disebabkanoleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab misalnya banjirdisebabkan oleh buang sampah sembarangan sehingga sampah-sampahmenjadi menumpuk dan menghambat aliran air.”93
Berdasarkan paparan data wawancara di atas dapat digarisbawahi, bahwa
berdasarkan frekuensi penerapan integrasi keilmuan dalam pembelajaran biologi
terbagi menjadi dua kelompok, yaitu
1)Kelompok madrasah yang menerapkan integrasi dalam kategori frekuensi
sedang atau kadang-kadang, yang termasuk kelompok ini adalah MA. Bonder
Praya Barat, MA. Nurul Qur’an, MA. Darul Aminin NW Aikmual Praya, MA.
Nurul Ittihad Gerepek, dan MA. Madinatul Ulum NW Mumbung.
91 Wawancara, pada tanggal 13 Mei 2018 di MA Attohiriyah Bodak
92 Wawancara, pada tanggal 20 Mei 2018 di MA. Qomarulo Huda Batujai
93 Wawancara, pada tanggal 28 Mei 2018, di MA NW Peneguk
89
2) Kelompok madrasah yang menerapkan integrasi dalam kategori frekuensi
intens atau sering, yang termasuk kategori ini adalah, MAN 3 Lombok
Tengah, MA Nurul Muhsinin Batujai, MAN 1 Lombok Tengah, MA
Darussalimin Nw Sengkol Mantang, MA NW Selusuh, MA Ittihadul Ummah
Nw Lantan Batukliang Utara, MA Majmul Huda Batu Bokah, MA Qomarul
Huda Bagu, MA Manhalul Ma'arif Darek, MA Attohiriyah Bodak, MA Nurul
Falah Perina MA Tahzibul Akhlak Sisik, MA Assyafi'iyah Goak, MA Darus
Siddiqin Mertak Paok, MA NW Peneguk, dan MA Assyafi'iyah Goak.
Sedangkan dari aspek integrasi sains biologi dan agama pada dimensi
konten/ materi pembelajaran di kelompokkan kepada dua kelompok yaitu pertama,
kelompok yang menerapkan integrasi pada semua materi pembelajaran biologi dan
kelompok kedua, yang menerapkan pada sebagian materi saja seperti comtoh materi
tentang reproduksi dan sel.
2. Pola/Cara Penerapan Integrasi Sains dan Agama dalam
Pembelajaran Biologi pada Madrasah Aliyah di Kabupaten
Lombok Tengah
Untuk dapat mewujudkan dimensi keilmuan yang ideal seperti
yang diharapkan, maka wujud implementasi integrasi antara Sains
dengan Agama harus diwujudkan dalam bentuk pengintegrasian
konsep-konsep ilmu Sains dengan al-Qur’an dan Hadits yang tidak
hanya sekedar wacana tetapi harus diwujudkan dalam
implementasi konkrit dalam kegiatan pembelajaran (terutama
dalam pembelajaran biologi). Khususnya bentuk implementasi
materi ajar dengan al-Qur’an dan Hadits, ilmu sosial, humaniora
dan aspek budaya tercermin dari pengorganisasian materi ataupun
konsep yang akan dipahamkan kepada peserta didik dengan cara
mengaitkan konsep-konsep Sains yang diajarkan dan dikaji secara
90
komprehensif dari berbagai bidang kajian baik dari kajian al-Qur’an
dan Hadits, maupun dikaji dari aspek kajian sosial dan budaya.
Pada pembelajaran Sains yang meliputi Biologi, Matematika,
Fisika, dan Kimia bentuk implementasi integrasi Sains-Agama dalam
pengembangan bahan ajar dapat dilakukan dengan tiga macam
model yakni; (1) Model integrasi Sains-Agama sebagai sumber
informasi dan inspirasi; (2) Model integrasi Sains-Agama sebagai
sumber komplementasi; (3) dan yang ketiga Model integrasi Sains-
Agama sebagai sumber konfirmasi. Model yang pertama
meletakkan kajian bidang ilmu lainnya pada awal pembelajaran
sebagai payung pengetahuan/informasi atau sumber inspirasi
sumber rujukan utama dalam pemahaman suatu konsep yang
selanjutnya dijelaskan oleh berbagai fenomena dalam sains. Model
yang kedua adalah melakukan analisis kritis fenomena dalam sains,
yang kemudian dikomplementasikan dengan al-Qur’an ataupun
Hadits, maupun dilengkapi dengan kajian dari aspek ilmu sosial dan
budaa. Sedangkan model yang ketiga adalah melakukan analisis
kritis fenomena dalam sains, yang kemudian dikonfirmasikan
dengan al-Qur’an ataupun Hadits maupun dilengkapi dan
dikonfirmasi dari kajian aspek ilmu sosial dan budaya.
Faktualisasi pengelompokan model integrasi sains dan agama
dalam pembelajaran biologi, menjadi jelas dengan 3 pola yang telah
disebutkan di atas. Untuk kategori Model integrasi Sains-Agama
sebagai sumber informasi dan inspirasi, dapat dibukti pada
pernyataan Indrayanti (MA. Tahdzibul Akhlak) sebagai berikut:
“Pola Sains kami terapkan dengan cara mudah mengikuti langkah-langkahyang dituliskan dalam petunjuk/buku pelajaran kalaupun tidak bisa kamikeluar ke lingkungan sekolah mencari objek yang sesuai dengan materi,misalnya pelajaran ekosistem, saya mengajak anak-anak keluar sekolah
91
(misalnya kolam) di sekitar sekolah sembari menyuruh anak-anakmencari/menentukan objek (faktor biotik) dan abiotiknya. Jadi tidak mestiharus kami pakai laboratorium, sedangkan agama kami lakukan denganmenyuruh anak berpikir melalui materi misalnya (sel, jaringan, organorganisme) mereka akan berfikir tentang begtiu agungnya kekuatan AllahSWT karena mampu menciptakan makhluk yang begitu mulia.”94
Pernyataan di atas juga terjustifikasi oleh model integrasi dalam pembelajaran
biologi yang digunakan oleh Kalsum (MA. Tahdzibul Akhlak):
“Yakni, misalnya dengan cara memperlihatkan gambar sel hewan/seltumbuhan kepada peserta didik, kemudian peserta didik menyebutkan danmenjelaskan fungsi masing-masing bagian sel ternyata sel yang bentuknyakecil sekali dan tidak bisa dilihat dengan mata telanjang memiliki fungsiyang besar sekali yakni menjadi dasar penyusun makhluk hidup. Disinilahkebesaran Allah SWT menciptakan makhluk hidup berupa sel. Disinilahsiswa patut bersyukur.”95
Dalam kategori integrasi model ini juga, hal ini
diimplementasikan di MA Nurul Muhsinin Batujai sebagaimana
disebutkan oleh Sapinatunnajah sebagai berikut:
“Setiap materi yang berkaitan dengan alam, metode/pola yang diterapkandimulai dari Outing Class memaparkan segala bentuk Ciptaan Allah SWTyang menjadi Lingkup Kajian dalam pelajaran Biologi yang bisa dijumpaidisekitar. Selanjutnya, pengalaman yang diperoleh darikehidupan/lingkungan sekitar sehari-hari untuk selanjutnya diIntegrasikan/dihubungkan dengan sains atau pengetahuan yang berkaitandengan materinya.”96
Untuk kategori Model integrasi Sains-Agama sebagai sumber
komplementasi dapat terlihat pada pernyataan Wirana Fausan (MA.
Bonder Praya Barat):
94 Wawancara, pada tanggal 12 Mei 2018 di MA Tahdzibul Akhlak
95 Wawancara, pada tanggal 12 Mei 2018 di MA Tahdzibul Akhlak
96 Wawancara, pada tanggal 10 Mei 2018 di MA Nurul Muhsinin Batujai.
92
“Pola yang saya terapkan adalah dengan menyisipkan dalil-dalil/nilai agamatersebut dalam proses pembelajaran yang sedang saya ajarkan. Selain itu,saya juga membacakan dalilnya agar mereka benar-benar yakin bahwa ilmuagama dan biologi sejalan bersandar sekaligus menanamkan keyakinan padasiswa akan agama yang selama ini dianut dan biologi bukan ilmu yangsekuler.”97
Pernyataan di atas memiliki kemiripan dengan model yang diterapkan
Ni’matul Husna (MA. Darul Aminin NW Aikmual Praya):
“Mencantumkan ayat-ayat yang berkaitan dengan materi yang diajarkan(ayat-ayat al-Qur’an).”98
Lebih lanjut model ini juga diterapkan oleh Baiq Laily Ekawati (MA.
Qamarul Huda Bagu) sebagaimana pernyataan berikut:
“Bisa saya lakukan dengan metode ceramah, mengkaitkan materi biologidengan tindakan dan perbuatan manusia dan bagaimana implementasinyaterhadap lingkungan dan manusia lainnya. Hampir semua materi dalampokok bahasan di Biologi itu berhubungan dengan agama.”
Contoh materi :a. Reproduksib. Sirkulasic. Evolusid. Bioteknologi e. dst.99
Sedangkan pada Model integrasi Sains-Agama sebagai sumber
konfirmasi terdapat pada ungkapan Salmiyati (MA. Nurul Muhsinin
NW Batujai) yaitu:
“Cara menerapkannya dengan melihat atau mengidentifikasi materipembelajaran yang sesuai dengan materi kemudian mencocokkan dengan
97 Wawancara, pada tanggal 10 Mei 2018 di MA Bonder Praya Barat
98 Wawancara, pada tanggal 12 Mei 2018 di MA Darul Aminin NW AikmualPraya
99 Wawancara, pada tanggal 20 Mei 2018 di MA. Qomarulo Huda Bagu
93
agama yang sifatnya menyeluruh baru diterapkan atau didiskusikan kepadasiswa”100
Madrasah MA. Darul Aminin NW Aikmual Praya juga menjelaskan model
yang sama seperti dijelaskan Ernawati sebagai berikut:
“Mengaitkan perilaku sehari-hari dengan Ilmu Biologi seperti membuangsampah pada tempatnya dan memilah sampah organik dan non organikkarena berkaitan dengan kesehatan dan kebersihan lingkungan. Karenadidalam agama juga dianjurkan menjaga kebersihan.”101
Hal yang sama juga dilakukan oleh Kusmiran Jayadi (MA. Nurul Qur’an)
seperti disebutkan sebagai berikut:
“Pola yang saya terapkan adalah mengaitkan pembelajaran yang sedangberlangsung dengan nilai religi yang ada, kadang-kadang juga mengaitkankepada siswa bagaimana cara mencari dan mengintegrasikan denganagama.”“Pada kesempatan yang lain juga saya sering menugaskan siswa untukbertanya kepada ustaznya keterkaitan materi dengan religi setelah itu barumasing-masing siswa menyampaikan kepada teman-temannya.”102
Pola yang sama diterapkan juga di MA. Madinatul Ulum NW Mumbang,
sebagaimana diungkapkan Rizal Ramdani:
“Cara saya menerapkan Integrasi dan Sains dan agama dalam prosespembelajaran dengan cara mengaitkan dengan hukum agama dan mengajaksiswa dan siswi untuk bersyukur dan merenungi atas nikmat dan semua yangdimilikinya misalnya pada materi keanekaragaman hayati saya kaitkandengan surat Ar-rahman.”103
100 Wawancara, pada tanggal 10 Mei 2018 di MA Nurul Muhsinin Batujai.
101 Wawancara, pada tanggal 12 Mei 2018 di MA Darul Aminin NW Aikmual Praya
102 Wawancara, pada tanggal 11 Mei 2018 di MA Nurul Qur’an
103 Wawancara, pada tanggal 2 Juni 2018, di MA. Madinatul Ulum NW Mumbang
94
Yang termasuk kelompok ini juga MA.Attohiriyah Bodak sebagaimana
dijelaskan oleh Jahardi sebagai berikut:
Pola saya menerapkan integrasi pembelajaran sains dengan agama adalahdengan pola kontekstual konsep artinya kepada siswa kami menggambarkankenyataan yang sering dialami dalam kehidupan khususnya yang berkaitantentang pelajaran syariat agama dan selanjutnya diarahkan untuk memahamidengan konteks ilmiah Biologi.104
Senada dengan ungkapan Jahardi di atas, Ana Ulfia Hidayati (MA. Darus
Siddiqin Mertak Paok) memaparkan pendapat tentang pola integrasi agama dan sains
sebagai berikut:
“Dengan cara mengamati apa yang ada dilingkungan seperti tumbuhan,hewan, atau faktor abiotik lainnya. Kemudian, mempelajari apa sajafungsinya bagi kehidupan dan mengaitkannya dengan isi al-Qur’an.”105
3. Kendala-kendala yang Dijumpai dalam Penerapan Integrasi Sains
dan Agama pada Pembelajaran Biologi pada Madrasah Aliyah di
Kabupaten Lombok Tengah
Lazimnya, sebuah kegiatan yang direncanakan ada yang berjalan sesuai
dengan yang direncanakan. Namun, tidak sedikit juga yang mengalami kendala dalam
pelaksanaan integrasi sains dan agama. Hal ini, tentu disebabkan oleh sejumlah faktor
yang berkaitan satu sama lain. Fakta ini juga terjadi pada penerapan integrasi sains
dan agama dalam pembelajaran biologi pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok
Tengah. Hal ini berdasarkan laporan Salmiyati (MA. Nurul Muhsinin Batujai)
“Kendala yang dihadapi adalah buku atau penunjang untuk mencocokkanatau mengaitkan materi dengan integrasi sains dan agama.”“Siswa kurang aktif karena kurang penunjang”“Kondisi madarasah”
104 Wawancara, pada tanggal 13 Mei 2018 di MA Attohiriyah Bodak
105 Wawancara, pada tanggal 10 Juni 2018, di MA. Darus Siddiqin Mertak Paok
95
“Media yang digunakan kurang beserta alatnya”106
Kendala yang sama juga dijelaskan oleh Wirana Fausan (MA. Bonder Praya
Barat sebagai berikut:
“Kendala-kendala yang saya alami :1. Kekurangan pengetahuan saya akan dalil-dalil dari al-Qur’an dan Hadits.2. Kurangnya buku-buku yang membahas tentang integrasi sains dan al-
Qur’an
3. Siswa yang masih rendah semangat dalam menggali pada referensi lainyang ada kaitannya antara biologi dan sains.Tidak adanya pola/petunjuk yang tertera pada SK/KD sehingga ada rasamalas, mencari sehingga yang saya ketahui saja materi saya kaitkandalam proses pembelajaran”107
Senada dengan pernyataan di atas, kendala yang ditemui dalam penerapan
intergasi sains dan agama tersebut sebagaimana dipaparkan Kusmiran Jayadi (MA.
Nurul Qur’an) adalah :
“Kendala yang saya alami adalah ketidak merataan kemampuan siswa dalammenyerap pembelajaran sains dan agama.”“Bacaan dan jurnal serta buku yang kami miliki kurang, bahkan untuk basisinternet tidak ada.”“Keberagamaan alumni lulusan yang dari negeri/swasta/ atau ponpes.”“Waktu yang diperlukan cukup lama”108
Kendala yang sama juga ditemui pada MA.Tahdzibul Akhlak, sesuai yang
diungkapkan oleh Indrayanti sebagai berikut:
“Kendala pasti banyak yang penting kami rasakan adalah kurangtersedianya fasilitas (alat, dan bahan) yang memadai namun tidak ada yangtersedia sehingga terkadang saya bingung untuk memberikangambar/penjelasan yang bagus terutama tentang materi bakteri/organisme-
106 Wawancara, pada tanggal 10 Mei 2018 di MA Nurul Muhsinin Batujai.
107 Wawancara, pada tanggal 10 Mei 2018 di MA Bonder Praya Barat
108 Wawancara, pada tanggal 11 Mei 2018 di MA Nurul Qur’an
96
organisme mikroskopis atau masalah sel, jaringan dan lain-lain. Sehinggasatu-satunya jalan saya pakai jasa internet atau media gambar yang ada dibuku, namun itu semua kurang maksimal. Untuk buku ajar alhamdulillahsekarang sudah memadai karena pemerintah sudah menyediakan/lengkap.”“Sedangkan untuk penerapan Integrasi agama kendalanya mungkin darisikap dan perilaku siswa yang masih kurang peduli terhadaplingkungan/cara beradab karena mereka kebanyakan berasal dari keluargayang kurang mampu.”109
Beberapa guru juga mengungkapkan kendala-kendala yang sama dengan
beberapa pemaparan di atas adalah Ni’matul Husna (MA. Darul Aminin NW
Aikmual Praya):
1. Siswa kadang susah diatur/diarahkan2. Siswa ribut saat belajar3. Ada beberapa siswa siswi yang sulit memahami materi ketika proses
pembelajaran berlangsung sehingga guru terkadang harus banyakmengulang materi yang sama.110
Asrorul Azizi (MA. Darul Aminin NW Aikmual Praya ) mengungkapkan:
“ada, kendala yang ditemukan biasanya berkaitan dengan tingkatpemahaman siswa yang belum terbiasa mempelajari sains/biologi yangdihubugkan dengan Islam, sehingga pemahaman yang diterima juga relatiflambat terlebih untuk materi ajar yang memiliki konsep yang rumit.”111
Sapinatun Najah (MA. Nurul Muhsinin Batujai) menjelaskan:
“Kendalanya berupa keterbatasan media, alat dan bahan dalam penerapanIntegrasi Sains dan Agama, karena di madrasah kami sarana dan prasaranayang dimiliki bisa dikatakan masih jauh dari layak/masih sederhana danseadanya. Sementara untuk mengintegrasikan sains dan agama misalnya,
109 Wawancara, pada tanggal 12 Mei 2018 di MA Tahdzibul Akhlak
110 Wawancara, pada tanggal 12 Mei 2018 di MA Darul Aminin NW Aikmual Praya
111 Wawancara, pada tanggal 12 Mei 2018 di MA Darul Aminin NW Aikmual Praya
97
tidak bisa dengan hanya menggunakan pola/metode ceramah danmenjelaskan tetapi lebih cepat diterima dengan melalui media dan proyek.”112
Rizal Ramdani (MA. Madinatul Ulum NW Mumbang) memaparkan:
“Kalau soal kendala tentu saja ada karena yang menjadi kendalanya tentupada pemahaman konsep agama yang harus disesuaikan dengan materi yangdisampaikan dan terutama saya yang pemahaman saya tentang konsep untukmengintegrasikan konsep sains dan agama dalam proses pembelajaran.”113
Jahardi (MA. Attohiriyah Bodak) menyebutkan:
“Adapun kendala yang sangat sering ditemukan ketika kita mengajarintegrasi antara ilmu agama dengan ilmu sains adalah.
a. Tidak ada buku khusus yang dapat dijadikan refrensi khususnya integrasisehingga dengan demikian mungkin bagi beberapa guru di luar sama agakkesulitan untuk menerapkan pembelajaran integrasi tersebut.
b. Kurikulum yang terlalu terfokus kepada penilaian secara autentiksehingga agak susah untuk memfleksibelkan waktu mengajar yang ada.”114
Hully Fitriati (MA. NW Peneguk) mengungkapkan:
“Ada, misalnya daya serap anak yang lemah baik dari faktor Internnya jugaexterennya. Selanjutnya daya dukung fasilitas yang ada disekolah yang bisakita pakai untuk melakukan experiment atau metode lainnya. Kendala lainnyajuga adalah lingkungan dimana background yang kurang mendukung ataukurang pemahaman tentang agama.”115
112 Wawancara, pada tanggal 10 Mei 2018 di MA Nurul Muhsinin Batujai.
113 Wawancara, pada tanggal 2 Juni 2018, di MA. Madinatul Ulum NW Mumbang
114 Wawancara, pada tanggal 13 Mei 2018 di MA Attohiriyah Bodak
115 Wawancara, pada tanggal 28 Mei 2018, di MA NW Peneguk
98
Berdasarkan penjelasan beberapa guru biologi di atas tentang kendala-kendala
yang dijumpai pada penerapan integrasi sains dan agama pembelajaran biologi, dapat
dipaparkan bentuk kendala-kendala yang dijumpai sebagai berikut:
1. Kendala pada kurangnya buku penunjang atau referensi sebagai acuan
untuk penerapan integrasi sains dan agama pada pembelajaran biologi.2. Kurangnya pengetahuan para guru tentang materi pembelajaran biologi
yang diintegrasikan pada agama.3. Kurangnya tingkat pemahaman dan penyerapan peserta didik pada materi
integrasi sains (biologi) dan agama.4. Kurangnya fasilitas penunjang di madrasah masing-masing dalam
penerapan integrasi sains dan agama pada pembelajaran biologi.5. Tidak adanya kurikulum yang mengarahkan para guru untuk
mengintegrasikan sains dan agama.
4. Harapan Para Guru Mata Pelajaran Biologi pada Penerapan
Integrasi Sains dan Agama pada Madrasah Aliyah di Kabupaten
Lombok Tengah
Harapan para guru Mata Pelajaran biologi pada penerapan Integrasi Sains dan
Agama sebagaimana yang diungkapkan oleh Salmiyati (MA. Nurul Muhsinin
Batujai):
“Saya berharap dengan integrasi sains dan agama yang diterapkan dalamproses pembelajaran biologi kegiatan belajar dalam suatu sekolah madrasahakan lebih efektif dan bagus jika ada sarana dan prasarana yang menunjangdalam proses pembelajaran baik itu dari segi buku yang sesuai dengan materibiologi dengan buku agama.”116
Hal senada juga diungkapkan oleh Wirana Fausan (MA. Bonder Praya Barat)
sebagai berikut:
“Harapan saya melakukan penerapan Integrasi adalah :1. Meyakini kebenaran Al-Qur’an dan Hadits pada siswa2. Memperluas pengetahuan siswa
116 Wawancara, pada tanggal 10 Mei 2018 di MA Nurul Muhsinin Batujai.
99
3. Siswa memiliki pemahaman yang utuh tentang Ilmu sains dan agama (adatkorelasi)
4. Memberi pemahaman bahwa ilmu agama dan Biologi punya kaitan(sejalan)
5. Siswa menjadi lebih semangat mempelajari biologi”117
Harapan yang sama juga diungkapkan oleh Ernawati (MA. Darul Aminin NW
Aikmual Praya) sebagai berikut:
“Agar tetap diterapkan karena sangat bagus untuk anak didik kita meskipunpelajaran umum tetapi ada selipan tingkah laku yang kaitannya dengan IlmuAgama sehingga akhlak anak didik kita lebih bagus/baik. Kaitannya jugakarena kita di Madrasah Aliyah.”118
Harapan agar diberikan refrensi untuk membantu penerapan integrasi sains
dan agama diungkapkan oleh Kusmiran Jayadi (MA. Nurul Qur’an):
“Harapan saya semoga ke depannya ada jurnal atau buku yang lebihbanyak bisa memberikan kami pedoman dalam penerapan integrasi sainsdan agama.”119
Harapan agar pemerintah bisa memberikan bantuan (fasilitas penunjang) kepada
madrasah diungkapkan oleh Indaryanti (MA. Tahdzibul Akhlak):
“Harapan saya semoga kedepannya pemerintah bisa memberikan bantuanyang merata kesemua madrasah terkait alat dan bahan yang sangat/tidakbisa terlepas dari pembelajaran Biologi.”120
Harapan senada juga diungkapkan oleh Sapinatun Najah (MA. Darul
Muhsisnin Batujai):
“Harapan saya, semoga kedepannya madrasah swasta bisa lebih mendapatperhatian terutama dalam penyetaraan perolehan bantuan fisik berupa alat
117 Wawancara, pada tanggal 10 Mei 2018 di MA Bonder Praya Barat
118 Wawancara, pada tanggal 12 Mei 2018 di MA Darul Aminin NW Aikmual Praya
119 Wawancara, pada tanggal 11 Mei 2018 di MA Nurul Qur’an
120 Wawancara, pada tanggal 12 Mei 2018 di MA Tahdzibul Akhlak
100
dan bahan-bahan praktikum sederhana agar peserta didik tidak hanyamengenal teori dan penjelasan saja tetapi lebih memiliki pengalamanbelajar secara langsung dengan media. Dengan harapan nantinya setelahmendalami materi melalui pengalamannya semakin bertambah danpengetahuannya pun menjadi lebih luas selain alat dan bahan praktikumdiharapkan juga pengadaan media-media lain seperti proyektor dan lain-lain. Karena media Visual lebih menarik perhatian dan memori pesertadidik lebih bertahan lama dalam memahami pengetahuan tersebut.”121
Harapan agar diberikan pelatihan yang intens terhadap guru mata pelajaran
biologi dijelaskan Asrorul Azizi (MA. Darul Aminin NW Aikmual Praya):
“Penerapan Integrasi sains dalam pembelajaran biologi seharusnyaditunjang dengan bahan ajar yang baik, disitulah buku dan media ajar yangmemadai serta diberikan pelatihan-pelatihan yang intens kepada GuruBiologi agar bisa meminimalisir kesalahan.”122
Beberapa harapan para guru juga yang senada dengan pernyataan guru di atas adalah
sebagaimana diungkapkan Rizal Ramdani (MA. Madinatul Ulum NW Mumbang):
“Harapan saya pribadi dalam penerapan integrasi sains dan agama dalamproses pembelajaran adalah semoga dengan penerapanya dapatmemeberikan wawasan dan pembentukan pola pikir dari sejak terbentuknyasehingga memahami bahwa konsep agama memiliki hubungan yang eratdengan sains.”123
Jahardi (MA. Attohiriyyah Bodak) menjelaskan :
“Harapan saya adalah harus dilakukan penerapan pembelajaran konsepintegrasi tersebut karena menurut saya inti dan pembelajaran adalah sebuahpengalaman yang selanjutnya akan diterapkan kembali kepada generasiselanjutnya.”124
121 Wawancara, pada tanggal 10 Mei 2018 di MA Nurul Muhsinin Batujai.
122 Wawancara, pada tanggal 12 Mei 2018 di MA Darul Aminin NW Aikmual Praya
123 Wawancara, pada tanggal 2 Juni 2018, di MA. Madinatul Ulum NW Mumbang
101
Baiq Laily Ekawati (MA. Qamarul Huda Bagu) mengungkapkan:
Harapan saya, anak-anak didik saya dapat menerima apa yang kamisampaikan dan ajarkan masuk ke telinga kanan dan disimpan di memori otakmereka serta mereka mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-haridan kehidupan mereka di masa yang akan datang.
“ladang amal jariah kami sebagai guru”.125
Ana Ulfia Hidayati (MA. Darus Siddiqin Mertak Paok) menyebutkan :
“Harapan saya:1. Peserta didik dapat menerapkan Ilmu Agamanya dalam sains2. Peserta didik semakin mengenal Allah melalui kebenaran firman-
firmannya tentang alam dan makhluk3. Peserta didik memiliki pola pikir yang seimbang tentang agama dan
pengetahuan alam serta makhluk hidup”126
Berdasarkan pernyataan para guru di atas, harapan para guru dalam penerapan
integrasi sains dan agama pada pembelajaran biologi di Kabupaten Lombok Tengah
adalah sebagai berikut:
1) Harapan adanya bantuan fasilitas penunjang agar penerapan integrasi sains
dan agama bisa efektif.2) Harapan adanya bantuan refrensi dan saran/fasilitas dari pemerintah yang
merata di semua Madrasah Aliyah3) Harapan agar diadakan pelatihan-pelatihan bagi guru mata pelajaran
biologi tentang integrasi sains dan agama pada pembelajaran biologi.4) Harapan agar peserta didik memiliki wawasan dan pola pikir tentang
konsep agama yang memiliki hubungan erat dengan kelimuan sains
terutama pada pembelajaran biologi.
124 Wawancara, pada tanggal 13 Mei 2018 di MA Attohiriyah Bodak
125 Wawancara, pada tanggal 20 Mei 2018 di MA. Qomarul Huda Bagu
126 Wawancara, pada tanggal 10 Juni 2018, di MA. Darus Siddiqin Mertak Paok
102
5) Harapan agar peserta didik bisa menerapkan pemahaman dari materi
integrasi sains dan agama dalam kehidupan sehari-hari dan untuk generasi
selanjutnya.
I. Penerapan Integrasi Sains dan Agama dalam Pembelajaran BiologiKabupaten Lombok Tengah (Natural Sciences Vis-A-Vis Religius Sciences)
Pada bagian ini, peneliti membahas dan menganalisis
Pengaruh Public Service Motivation (PSM) Berbasis Agama terhadap
Kinerja Mengajar Guru Biologi di Madrasah Aliyah di Kabupaten
Lombok Tengah terutama pada aspek penerapan integrasi sains dan agama
dalam proses pembelajaran mata pelajaran biologi sebagai upaya dalam memberikan
motivasi belajar bagi siswa di Madrasah Aliyah Kabupaten Lombok Tengah. Secara
berturut-turut berikut dikemukakan pembahasan dari penerapan, pola/cara, kendala-
kendala dan harapan pada integrasi sains dan agama dalam pembelajaran biologi
Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah.
a. Penerapan Integrasi Sains dan Agama dalam Pembelajaran Biologi
pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah
Perlu dipertegas kembali bahwa penelitian ini sesungguhnya diilhami oleh
pemikiran Prof. M. Amin Abdullah yang pada saat menjadi Rektor UIN Sunan
Kalijaga UIN Yogyakarta, kerap mengungkapkan kegelisahannya akan wujud dan
peran lembaga pendidikan Islam (dalam hal ini UIN Sunan Kalijaga). Dengan
predikat lembaga pendidikan yang mengajarkan Islam sebagai “hardcore”nya, UIN
dan lembaga serupa lainnya, seharusnya bisa merumuskan secara akademik dan
operasional bagaimana Islam yang “rahmatan lil alamin”. Ia mengidealkan sebuah
konsep pendidikan dan pengajaran yang darinya bisa melahirkan output yang
kontributif-adaptatif-inovatif dan progresif-humanis. Hal ini sering disebut dengan
istilah “the solver of problem” dan bukan sebagai “a part of problem”. Untuk
melakukan hal itu semua, perubahan paradigma (shifting paradigm) keilmuan
menjadi pintu masuknya. Dengan adanya perubahan paradigma keilmuan, diharapkan
103
akan terjadi perubahan pola berpikir yang pada akhirnya terwujud dalam terjadinya
perubahan pola bertindak dan berperilaku. Momentum untuk melakukan perubahan
itu datang bersamaan dengan perubahan IAIN menjadi UIN.127
Perubahan secara signifikan dan fundamental yang dimaksud, pertama
dilakukan dengan memberlakukan pendekatan integratif-interkonektif dalam
paradigma keilmuan keislaman (dirasat islamiyah, islamic studies) yang selama ini
digeluti. Pendekatan integratif-interkonektif yang dimaksud adalah dengan adanya
saling “tegur sapa” secara sinergis dan proporsional antara entitas “hadlarah al-nash-
hadlarah al-ilm-hadlarah al-falsafah”.
Tegur sapa secara sinergis dan proporsional itu bisa pada level filosofis,
materi, strategi, maupun metodologinya. Fakultas Syariah yang kental dengan
“hadlaratun nash”-nya bisa bertegur sapa dengan Fakultas Sains dan Teknologi yang
lekat dengan nuansa hadlarah al-ilm-nya. Demikian pula antar sesama fakultas
keilmuan lain yang ada di lingkungan UIN. Alhasil, proses integratif-interkonektif itu
akan mempersempit peluang timbulnya arogansi keilmuan dengan mengklaim
sebagai yang paling baik dan lengkap, karena arogansi yang mencerminkan “truth
claim” itu adalah sikap fanatisme keilmuan partikularistik yang lahir dari cara
pandang “myopic” sebagai konsekuensi dari “self sufficiency” yang berlebihan.128
Dengan lahirnya lembaga pendidikan semacam UIN, maka semestinya
dikotomi antara sistem pendidikan sekuler dan sistem pendidikan Islam tidak akan
terjadi lagi. Hal ini jika ditilik secara historis, telah diwariskan pemerintah kolonial
Belanda dan Jepang yang menyebabkan adanya “dualisme” selama ini. Walaupun
diakui Jepang lebih memberikan kebebasan daripada penjajahan Belanda. Namun
memang pendidikan Islam zaman Jepang adalah sebuah usaha untuk membantu
127 M. Amin Abdullah dkk., Islamic Studies: Dalam Paradigma Integrasi-Interkoneksi (Sebuah Antologi), (Yogyakarta: SUKA Press, 2007), hal. 266.
128 Lihat Ibid, hal 268.
104
kelangsungan perang Asia Timur Raya, sehingga eksploitasi kemanusiaan benar-
benar terjadi.129
Untuk menjembatani dualisme pendidikan warisan kolonial tersebut, muncullah ide
untuk mewujudkan integrasi keilmuan. Ide integrasi keilmuan dapat dipahami sebagai
upaya membangun suatu pandangan dan sikap yang positif terhadap kedua jenis ilmu
yang sekarang berkembang di dunia Islam. Integrasi keilmuan dapat diartikan
sebagai: integration of science means the recognition that all true knowledge is from
Allah and all sciences should be treated with equal respect wether it is scientific or
revealed. 130
Integrasi yang ideal adalah integrasi yang valid, bukan integrasi yang naif
(kecenderungan untuk mencocok-cocokkan teks kitab suci dengan temuan ilmiah).
Jadi integrasi tersebut harus mencakup tiga basis keilmuan, yaitu; ontologis,
epistemologis, dan aksiologis.
Integrasi juga harus bermakna konstruktif, yaitu sebuah integrasi yang
menghasilkan kontribusi baru untuk sains dan agama, yang tidak dapat diperoleh jika
keduanya terpisah. Atau integrasi yang bertujuan meminimalisir berbagai
kecenderungan negatif yang akan muncul apabila sains dan agama tersebut berjalan
masing-masing.
Dalam bingkai kesadaran filosofis ini, para guru biologi MA di Kabupaten
Lombok Tengah sehingga para guru tersebut berikhtiar menghilangkan sekat
dualisme pendidikan warisan kolonial, dan pada saat yang sama mengupayakan
terwujudnya integrasi keilmuan Agama dan Biologi. Ide integrasi keilmuan tersebut
tampaknya telah mereka dapatkan sejak menimba ilmu di bangku kuliah S-1 terutama
129Mutawali dkk., Horizon Ilmu: Dasar-dasar Teologis, Filosofis, dan ModelImplementasinya dalam Kurikulum dan Tradisi Ilmiah UIN Matarami (Mataram: Penerbit Pustaka Lombok, 2018), hal. 145.
130 Lihat Ibid, hal. 158.
105
UIN Mataram. Implikasinya, setelah menjadi guru biologi di Madrasah Aliyah, ide
tersebut diwujudkan secara bertahap sesuai sikon masing-masing madrasah.
Terkait konsep integrasi yang valid, fakta lapangan mengungkap bahwa
penerapan integrasi dengan konsep ini terbagi menjadi dua kelompok (1) kelompok
yang melakukan integrasi yang valid secara utuh dan (2) kelompok yang melakukan
integrasi yang tidak valid. Indikator kelompok yang menerapkan integrasi secara
valid atau tidak valid dilihat dari dua indikator pokok yaitu (1) frekuensi penerapan
dan (2) cakupan materi penerapannya.
Dengan menggunakan dua indikator ini maka diketahui bahwa kelompok
yang menerapkan integrasi secara valid adalah MAN 3 Lombok Tengah, MA Nurul
Muhsinin Batujai, MAN 1 Lombok Tengah, MA Darussalimin Nw Sengkol Mantang,
MA NW Selusuh, MA Ittihadul Ummah Nw Lantan Batukliang Utara, MA Majmul
Huda Batu Bokah, MA Qomarul Huda Bagu, MA Manhalul Ma'arif Darek, MA
Attohiriyah Bodak, MA Nurul Falah Perina MA Tahzibul Akhlak Sisik, MA
Assyafi'iyah Goak, MA Darus Siddiqin Mertak Paok, MA NW Peneguk, dan MA
Assyafi'iyah Goak.
Sedangkan kelompok yang tidak valid adalah MA. Bonder Praya Barat, MA.
Nurul Qur’an, MA. Darul Aminin NW Aikmual Praya, MA. Nurul Ittihad Gerepek,
dan MA. Madinatul Ulum NW Mumbung. Pada kelompok kedua ini dinyatakan tidak
valid karena tidak memenuhi salah satu dari dua indikator yang telah ditetapkan, baik
pada aspek intensitas maupun cakupan materinya.
b. Pola/Cara Integrasi Sains dan Agama dalam Pembelajaran Biologi
pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah
Dalam diskursus integrasi sains dan agama, terdapat
beberapa pola atau tipologi yang berlaku selama ini. Dalam konteks
ini, Ian G. Barbour131 mencoba memetakan hubungan sains dan
131 Ian G. Barbour, Juru Bicara Tuhan: Antara Sains dan Agama, terj. E.R. Muhammad, Bandung: Mizan: 2002. Hal. 47.
106
agama dengan membuka kemungkinan interaksi di antara
keduanya. Melalui tipologi posisi perbincangan tentang hubungan
sains dan agama, dia berusaha menunjukkan keberagaman posisi
yang dapat diambil berkenaan dengan hubungan sains dan agama.
Tipologi ini berlaku pada disiplin-disiplin ilmiah tertentu, salah
satunya adalah biologi. Tipologi ini terdiri dari empat macam
pandangan, yaitu: (1) Konflik, (2) Independensi, (3) Dialog, dan (4)
Integrasi yang tiap-tiap variannya berbeda satu sama lain.
(1) Konflik
Pandangan konflik ini mengemuka pada abad ke–19,
dengan tokoh-tokohnya seperti: Richard Dawkins, Francis
Crick, Steven Pinker, serta Stephen Hawking. Pandangan ini
menempatkan sains dan agama dalam dua ekstrim yang
saling bertentangan. Bahwa sains dan agama memberikan
pernyataan yang berlawanan sehingga orang harus memilih
salah satu di antara keduanya. Masing-masing menghimpun
penganut dengan mengambil posisi-posisi yang
bersebrangan. Sains menegasikan eksistensi agama, begitu
juga sebaliknya. Keduanya hanya mengakui keabsahan
eksistensi masing-masing.
Pertentangan antara kaum agamawan dan ilmuwan di
Eropa ini disebabkan oleh sikap radikal kaum agamawan
Kristen yang hanya mengakui kebenaran dan kesucian Kitab
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sehingga siapa saja yang
mengingkarinya dianggap kafir dan berhak mendapatkan
hukuman. Di lain pihak, para ilmuwan mengadakan
penyelidikan-penyelidikan ilmiah yang hasilnya bertentangan
dengan kepercayaan yang dianut oleh pihak gereja (kaum
107
agamawan). Akibatnya, tidak sedikit ilmuwan yang menjadi
korban dari hasil penemuan oleh penindasan dan kekejaman
dari pihak gereja.132
Contoh kasus dalam hubungan konflik ini adalah
hukuman yang diberikan oleh gereja Katolik terhadap Galileo
Galilei atas aspek pemikirannya yang dianggap menentang
gereja. Demikian pula penolakan gereja Katolik terhadap teori
evolusi Darwin pada abad ke-19.
Armahedi Mahzar 133 berpendapat tentang hal ini,
bahwa penolakan fundamentalisme religius secara dogmatis
ini mempunyai perlawanan yang sama dogmatisnya di
beberapa kalangan ilmuwan yang menganut kebenaran
mutlak obyektivisme sains.
Identifikasinya adalah bahwa yang riil yaitu dapat
diukur dan dirumuskan dengan hubungan matematis. Mereka
juga berasumsi bahwa metode ilmiah merupakan satu-
satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya dan
dipaham. Pada akhirnya, penganut paham ini cenderung
memaksakan otoritas sains ke bidang-bidang di luar sains.
Sedangkan agama, bagi kalangan saintis barat dianggap
subyektif, tertutup dan sangat sulit berubah. Keyakinan
terhadap agama juga tidak dapat diterima karena bukanlah
data publik yang dapat diuji dengan percobaan dan kriteria
sebagaimana halnya sains. Agama tidak lebih dari cerita-
132 M. Quraish Shihab. Rasionalitas Al-Quran, Jakarta: Pustaka Hidayat. 1994. Hal. 53.
133 Armahedi Mahzar. Revolusi Integralisme Islam. Bandung: Mizan, (2004). Hal. 212.
108
cerita mitologi dan legenda sehingga ada kaitannya sama
sekali dengan sains.
Barbour menanggapi hal ini dengan argumen bahwa
mereka keliru apabila melanggengkan dilema tentang
keharusan memilih antara sains dan agama. Kepercayaan
agama menawarkan kerangka makna yang lebih luas dalam
kehidupan. Sedangkan sains tidak dapat mengungkap rentang
yang luas dari pengalaman manusia atau mengartikulasikan
kemungkinan-kemungkinan bagi tranformasi hidup manusia
sebagaimana yang dipersaksikan oleh agama.134
Jelaslah bahwa pertentangan yang terjadi di dunia Barat
sejak abad lalu sesungguhnya disebabkan oleh cara pandang
yang keliru terhadap hakikat sains dan agama. Adalah tugas
manusia untuk merubah argumentasi mereka, selama ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mereka kembangkan itu
bertentangan dengan agama. Sains dan agama
mempengaruhi manusia dengan kemuliaan Sang Pencipta dan
mempengaruhi perhatian manusia secara langsung pada
kemegahan alam fisik ciptaan-Nya. Keduanya tidak saling
bertolak belakang, karena keduanya merupakan ungkapan
kebenaran.
(2) Independensi
Tidak semua saintis memilih sikap konflik dalam
menghadapi sains dan agama. Ada sebagian yang menganut
independensi, dengan memisahkan sains dan agama dalam
dua wilayah yang berbeda. Masing-masing mengakui
134 Ian G. Barbour, Juru Bicara Tuhan: Antara Sains dan Agama, terj. E.R. Muhammad, Bandung: Mizan: 2002. Hal. 224.
109
keabsahan eksisitensi atas yang lain antara sains dan agama.
Baik agama maupun sains dianggap mempunyai kebenaran
sendiri-sendiri yang terpisah satu sama lain, sehingga bisa
hidup berdampingan dengan damai.135 Pemisahan wilayah ini
dapat berdasarkan masalah yang dikaji, domain yang dirujuk,
dan metode yang digunakan. Mereka berpandangan bahwa
sains berhubungan dengan fakta, dan agama mencakup nilai-
nilai. Dua domain yang terpisah ini kemudian ditinjau dengan
perbedaan bahasa dan fungsi masing-masing.
Analisis bahasa menekankan bahwa bahasa ilmiah
berfungsi untuk melalukan prediksi dan kontrol. Sains hanya
mengeksplorasi masalah terbatas pada fenemona alam, tidak
untuk melaksanakan fungsi selain itu. Sedangkan bahasa
agama berfungsi memberikan seperangkat pedoman,
menawarkan jalan hidup dan mengarahkan pengalaman
religius personal dengan praktek ritual dan tradisi
keagamaan. Bagi kaum agamawan yang menganut
pandangan independensi ini, menganggap bahwa Tuhanlah
yang merupakan sumber-sumber nilai, baik alam nyata
maupun gaib. Hanya agama yang dapat mengetahuinya
melalui keimanan. Sedangkan sains hanya berhubungan
dengan alam nyata saja. Walaupun interpretasi ini sedikit
berbeda dengan kaum ilmuwan, akan tetapi pandangan
independensi ini tetap menjamin kedamaian antara sains dan
agama.
135 Armahedi Mahzar. Revolusi Integralisme Islam. Bandung: Mizan, (2004). Hal. 212.
110
Contoh-contoh saintis yang menganut pandangan ini di
antaranya adalah seorang Biolog Stephen Joy Gould, Karl
Bath, dan Langdon Gilkey. Karl Bath menyatakan beberapa hal
tentang pandangan independensi ini, yang dikutip oleh Ian G.
Barbour136 Menurutnya: Tuhan adalah transendensi yang
berbeda dari yang lain dan tidak dapat diketahui kecuali
melalui penyingkapan diri. Keyakinan agama sepenuhnya
bergantung pada kehendak Tuhan, bukan atas penemuan
manusia sebagaimana halnya sains. Saintis bebas
menjalankan aktivitas mereka tanpa keterlibatan unsur
teologi., demikian pula sebaliknya, karena metode dan pokok
persoalan keduanya berbeda. Sains dibangun atas
pengamatan dan penalaran manusia sedangkan teologi
berdasarkan wahyu Ilahi.
Barbour mencermati bahwa pandangan ini sama-sama
mempertahankan karakter unik dari sains dan agama. Namun
demikian, manusia tidak boleh merasa puas dengan
pandangan bahwa sains dan agama sebagai dua domain yang
tidak koheren.
Bila manusia menghayati kehidupan sebagai satu
kesatuan yang utuh dari berbagai aspeknya yang berbeda,
dan meskipun dari aspek-aspek itu terbentuk berbagai disiplin
yang berbeda pula, tentunya manusia harus berusaha
menginterpretasikan ragam hal itu dalam pandangan yang
lebih dialektis dan komplementer.
(3) Dialog
136 Ian G. Barbour, Juru Bicara Tuhan: Antara Sains dan Agama, terj. E.R. Muhammad, Bandung: Mizan: 2002. Hal. 66.
111
Pandangan ini menawarkan hubungan antara sains dan
agama dengan interaksi yang lebih konstruktif daripada
pandangan konflik dan independensi. Diakui bahwa antara
sains dan agama terdapat kesamaan yang bisa didialogkan,
bahkan bisa saling mendukung satu sama lain. Dialog yang
dilakukan dalam membandingkan sains dan agama adalah
menekankan kemiripan dalam prediksi metode dan konsep.
Salah satu bentuk dialognya adalah dengan membandingkan
metode sains dan agama yang dapat menunjukkan kesamaan
dan perbedaan.
Ian G. Barbour137 memberikan contoh masalah yang
didialogkan ini dengan digunakannya model-model konseptual
dan analogi-analogi ketika menjelaskan hal-hal yang tidak
bisa diamati secara langsung. Dialog juga bisa dilakukan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu
pengetahuan yang mencapai tapal batas. Seperti: mengapa
alam semesta ini ada dalam keteraturan yang dapat
dimengerti dan sebagainya. Ilmuwan dan teolog dapat
menjadi mitra dialog dalam menjelaskan fenomena tersebut
dengan tetap menghormati integritas masing-masing.
Dalam menghubungkan agama dan sains, pandangan
ini dapat diwakili oleh pendapat Albert Einstein, yang
mengatakan bahwa “Religion without science is blind :
science without religion is lame“. Tanpa sains, agama menjadi
buta, dan tanpa agama, sains menjadi lumpuh. Demikian pula
pendapat David Tracy, seorang teolog Katolik yang
137 Ian G. Barbour, Juru Bicara Tuhan: Antara Sains dan Agama, terj. E.R. Muhammad, Bandung: Mizan: 2002. Hal. 32.
112
menyatakan adanya dimensi religius dalam sains bahwa
intelijibilitas dunia memerlukan landasan rasional tertinggi
yang bersumber dalam teks-teks keagamaan klasik dan
struktur pengalaman manusiawi.138
Penganut pandangan dialog ini berpendapat bahwa
sains dan agama tidaklah sesubyektif yang dikira. Antara
sains dan agama memiliki kesejajaran karakteristik yaitu
koherensi, kekomprehensifan dan kemanfaatan. Begitu juga
kesejajaran metodologis yang banyak diangkat oleh beberapa
penulis termasuk penggunaan kriteria konsistensi dan
kongruensi dengan pengalaman. Seperti pendapat filosof
Holmes Rolston yang menyatakan bahwa keyakinan dan
keagamaan menafsirkan dan menyatakan pengalaman,
sebagaimana teori ilmiah menafsirkan dan mengaitkan data
percobaan139. Beberapa penulis juga melakukan eksplorasi
terhadap kesejajaran konseptual antara sains dan agama,
disamping kesejajaran metodologis.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kesejajaran konseptual maupun metodologis menawarkan
kemungkinan interaksi antara sains dan agama secara
dialogis dengan tetap mempertahankan integritas masing-
masing.
(4) Integrasi
138 Ian G. Barbour, Juru Bicara Tuhan: Antara Sains dan Agama, terj. E.R. Muhammad, Bandung: Mizan: 2002. Hal. 76.
139 Ian G. Barbour, Juru Bicara Tuhan: Antara Sains dan Agama, terj. E.R. Muhammad, Bandung: Mizan: 2002. Hal. 80.
113
Pandangan ini melahirkan hubungan yang lebih
bersahabat daripada pendekatan dialog dengan mencari titik
temu diantara sains dan agama. Sains dan doktrin-doktrin
keagamaan, sama-sama dianggap valid dan menjadi sumber
koheren dalam pandangan dunia. Bahkan pemahaman
tentang dunia yang diperoleh melalui sains diharapkan dapat
memperkaya pemahaman keagamaan bagi manusia yang
beriman.
Armahedi Mahzar140 mencermati pandangan ini, bahwa
dalam hubungan integratif memberikan wawasan yang lebih
besar mencakup sains dan agama sehingga dapat bekerja
sama secara aktif. Bahkan sains dapat meningkatkan
keyakinan umat beragama dengan memberi bukti ilmiah atas
wahyu atau pengalaman mistis. Sebagai contohnya adalah
Maurice Bucaille yang melukiskan tentang kesejajaran
deskripsi ilmiah modern tentang alam dengan deskripsi Al-
Qur’an tentang hal yang sama. Kesejajaran inilah yang
dianggap memberikan dukungan obyektif ilmiah pada
pengalaman subyektif keagamaan. Pengakuan keabsahan
klaim sains maupun agama ini atas dasar kesamaan
keduanya dalam memberikan pengetahuan atau deskripsi
tentang alam.
Pemahaman yang diperoleh melalui sains sebagai salah
satu sumber pengetahuan, menyatakan keharmonisan
koordinasi penciptaan sebagai desain cerdas Ilahi. Seperti
halnya ketika memperhatikan bagian-bagian tubuh manusia
140 Armahedi Mahzar. Revolusi Integralisme Islam. Bandung: Mizan, (2004). Hal. 231.
114
dengan strukturnya yang tersusun secara kompleks dan
terkoordinasi untuk tujuan tertentu. Meskipun Darwin
melawan pandangan itu dalam teori evolusi yang
mengangggap bahwa koordinasi dan detail-detail struktur
organisme itu terbentuk karena seleksi alam dan variasi acak
dalam proses adaptasi, namun dia sendiri mengakui argumen
desain Ilahi, akan tetapi dalam anggapan sebagai penentu
dari hukum-hukum proses evolusi itu yang membuka
kemungkinan variasi detail organisme tersebut, bukan dalam
anggapan Tuhan sebagai perancang sentral desain
organisme.
Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam
hubungan integrasi ini. Pendekatan pertama, berangkat dari
data ilmiah yang menawarkan bukti konsklusif bagi keyakinan
agama, untuk memperoleh kesepakatan dan kesadaran akan
eksistensi Tuhan. Pendekatan kedua, yaitu dengan menelaah
ulang doktrin-doktrin agama dalam relevansinya dengan
teori-teori ilmiah, atau dengan kata lain, keyakinan agama
diuji dengan kriteria tertentu dan dirumuskan ulang sesuai
dengan penemuan sains terkini. Lalu pemikiran sains
keagamaan ditafsirkan dengan filasafat proses dalam
kerangka konseptual yang sama. Demikian Barbour
menjelaskan tentang hubungan integrasi ini.141
Meskipun pengamatan ini terjadi di kalangan saintis
Eropa yang dibatasi pada teologi Kristen, tidak ada salahnya
jika umat Islam menyimak proses yang sama di kalangan
141 Ian G. Barbour, Juru Bicara Tuhan: Antara Sains dan Agama, terj. E.R. Muhammad, Bandung: Mizan: 2002. Hal. 42.
115
Islam sebagaimana Bruno Guidedoni mentransformasikan
paham integritasnya dalam sains dan Islam. Dia memandang
pengetahuan itu dapat disatukan. Ajaran utama Islam
menggariskan bahwa semua jenis pendekatan terhadap
realitas pada akhirnya dapat dipersatukan dan makna
finalnya diperoleh dalam perenungan terhadap wajah Tuhan di
akhirat.
Para saintis tidak dapat mendefinisikan kebenaran
pengetahuannya secara pasti, walaupun dengan memberikan
kriteria-kriteria tertentu untuk membantu perkembangan
pengetahuannya. Adalah sebuah kepastian bahwa sains tidak
dapat menjelajahi seluruh realitas karena sifatnya yang
relatif, membuat pencarian pengetahuan tak akan ada
habisnya dan fenomena baru akan muncul terus-menerus.
Akhirnya mayoritas manusia akan lebih disibukkan dengan
pengetahuan-pengetahuan tentang dunia daripada
kontemplasi tentang Pencipta.
Dalam meninjau hubungan sains dan agama, Penulis
akan menunjukkan pandangan keempat tipe hubungan sains
dan Islam terhadap satu tema penting seputar penciptaan
alam semesta menurut tesis Konflik, Independensi, Dialog,
dan Integrasi.
Sebagian besar astronom abad ke-18 hingga abad ke-19
beranggapan bahwa alam semesta berukuran relatif kecil
dengan usia yang masih muda, kemudian bermunculan teori-
teori spekulatif yang memprakirakan alam semesta yang lebih
luas dan lebih tua, hingga pada gilirannya muncul teori-teori
116
baru kosmologi yang melahirkan isu-isu mendatar berkaitan
dengan agama.
Pandangan Konflik dihadirkan oleh kalangan Atheis yang
mengatakan bahwa keseimbangan gaya pada alam semesta
yang menghasilkan kondisi yang kondusif bagi munculnya
kehidupan dan kecerdasan adalah kebetulan semata.
Manusia secara kebetulan berada di dalam sebuah alam
semesta yang memungkinkan hadirnya kehidupan dan
kecerdasan. Demikian pula pendapat meterialis ilmiah, bahwa
kosmologi mengarahkan manusia kepada faktor kebetulan
atau keniscayaan, bukan mengarahkan manusia kepada
desain atau tujuan. Sedangkan kalangan Teolog mengklaim
adanya keharmonisan antara proses kosmik dengan Kitab
Kejadian. Sejarah kosmik yang menghasilkan pesona yang
cerdas ditafsirkan sebagai ekspresi dari tujuan Tuhan dan
sebagai manifestasi sifat Tuhan yang cerdas dan personal.
Masih dalam permasalahan yang sama, pendukung
Independensi mengkalim bahwa makna religius dari
penciptaan dan fungsi penciptaan tidak ada kaitannya dengan
teori ilmiah tentang proses fisika kosmologi yang terjadi pada
masa lalu.
Gagasan tentang penciptaan yang dikemukakan adalah
bahwa dunia tidak pula menjadi bagian dari Tuhan, atau
berbeda dengan Tuhan. Sejumlah Teolog berbagi pandangan
bahwa kitab suci membawa gagasan yang dapat diterima,
tidak tergantung pada kosmologi apapun. Sains dan agama
melayani fungsi yang berbeda dalam kehidupan manusia.
Tujuan sains adalah memahami hubungan sebab-akibat
117
diantara fenomena-fenomena alam, sedangkan tujuan agama
adalah mengikuti suatu jalan hidup di dalam kerangka makna
yang lebih besar. Pemisahan tersebut menutup kemungkinan
adanya hubungan positif dan koheren antara sains dan
agama.
Pendukung tesis Dialog mengatakan bahwa sains
memiliki perkiraan dan pertanyaan-pertanyaan batas yang
tidak dapat dijawab sendiri oleh sains. Tampaknya, refleksi
atas kosmologi memunculkan pertanyaan-pertanyaan batas.
Maka untuk menemukan jawaban atas pertanyaan sains itu,
mereka menggunakan tradisi keagamaan dengan doktrin
biblikal tentang penciptaan yang memberikan konstribusi
penting terhadap kemajuan sains tanpa merusak integritas
sains itu sendiri. Pendukung tesis integrasi merespon masalah
kosmologi ini dengan korelasi yang lebih dekat antara
kepercayaan keagamaan dengan teori ilmiah daripada yang
dilakukan oleh pendukung tesis Dialog.
Gagasan mereka adalah bahwa Tuhan benar-benar
mengontrol semua peristiwa penciptaan yang tampak oleh
manusia sebagai kebetulan. Manusia dapat melihat desain
proses keseluruhan di dalam kehidupan yang terjadi dengan
kombinasi dan ciri proses tertentu. Keindahan bumi yang luar
biasa mengekspresikan rasa syukur atau berkah kehidupan
serta bentangan ruang dan waktu kosmos yang tak
terbayangkan, memperlihatkan kerja Sang Pencipta yang
diidentifikasi bertujuan sebagai tatanan pemikiran bagi
118
manusia bahwa segala sesuatu terjadi menurut perencanaan
yang sangat terperinci dan dalam kontrol total Tuhan.142
Setelah meninjau pandangan keempat tipologi
hubungan sains dan agama dalam teori Ian G. Barbour di
atas, peneliti lebih mendukung dan mengakomodasi
pendekatan integrasi dalam menghubungkan sains dan
agama, karena dalam hubungan integrasi ini
keanekaragaman realitas yang relatif sepadu dengan
Kesatuan Realitas yang Mutlak. Konkretnya, keempat tipologi
hubungan di atas masih berlangsung hingga saat ini. Dalam
konteks integrasi sains dan agama dalam pembelajaran
biologi pada madrasah aliyah di Kabupaten Lombok Tengah,
peneliti melihat penerapannya dengan tipologi keempat yaitu
integrasi itu sendiri, di mana terdapat hubungan integratif
yang memberikan wawasan yang lebih besar mencakup sains
dan agama sehingga dapat bekerja sama secara aktif.
Selanjutnya, pada pembelajaran Sains yang meliputi
Biologi, Matematika, Fisika, dan Kimia bentuk implementasi
integrasi Sains-Agama dalam pelaksanaan pembelajarannya
dapat dilakukan dengan tiga macam model yakni; (1) Model
integrasi Sains-Agama sebagai sumber informasi dan
inspirasi; (2) Model integrasi Sains-Agama sebagai sumber
komplementasi; (3) dan yang ketiga Model integrasi Sains-
Agama sebagai sumber konfirmasi.
Model yang pertama meletakkan kajian bidang ilmu
lainnya pada awal pembelajaran sebagai payung
142 Ian G. Barbour, Juru Bicara Tuhan: Antara Sains dan Agama, terj. E.R. Muhammad, Bandung: Mizan: 2002. Hal. 101.
119
pengetahuan/informasi atau sumber inspirasi sumber rujukan
utama dalam pemahaman suatu konsep yang selanjutnya
dijelaskan oleh berbagai fenomena dalam sains. Model yang
kedua adalah melakukan analisis kritis fenomena dalam sains,
yang kemudian dikomplementasikan dengan al-Qur’an
ataupun Hadits, maupun dilengkapi dengan kajian dari aspek
ilmu sosial dan budaa. Sedangkan model yang ketiga adalah
melakukan analisis kritis fenomena dalam sains, yang
kemudian dikonfirmasikan dengan al-Qur’an ataupun Hadits
maupun dilengkapi dan dikonfirmasi dari kajian aspek ilmu
sosial dan budaya.
Sejalan dengan model-model integrasi di atas, peneliti
menemukan terdapat 3 Pola/Cara Penerapan Integrasi Sains
dan Agama dalam Pembelajaran Biologi di MA Kabupaten
Lombok Tengah yaitu: (1) Model integrasi Sains-Agama
sebagai sumber informasi dan inspirasi. Model ini diterapkan
oleh MA Nurul Muhsinin Batujai dan MA Tahdzibul Akhlak-
Bonder, (2) Model integrasi Sains-Agama sebagai sumber
komplementasi yang diterapkan oleh MA Bonder Praya Barat,
MA. Darul Aminin NW Aikmual Praya, dan MA. Qamarul Huda
Bagu, dan (3) Model integrasi Sains-Agama sebagai sumber
konfirmasi yang diterapkan oleh MA. Nurul Muhsinin NW
Batujai, MA. Darul Aminin NW Aikmual Praya, MA. Darus
Siddiqin Mertak Paok, MA. Attohiriyah Bodak, dan MA. Nurul
Qur’an.
c. Kendala-kendala Integrasi Sains dan Agama dalam Pembelajaran
Biologi pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah
120
Setiap adanya usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
tidak mungkin terlepas dari adanya hambatan, demikian juga halnya dengan
penerapan integrasi sains dan agama dalam pembelajaran biologi pada
madrasah aliyah di Kabupaten Lombok Tengah. Mengenai adanya pengaruh
lingkungan dan zaman yang dialami oleh setiap orang atau lembaga tentu di
sini dituntut agar dapat menyesuaikan diri dengan pengaruh lingkungan dan
zaman tersebut.
Kendala dalam penerapan integrasi sains dan agama dalam
pembelajaran biologi pada madrasah aliyah di Kabupaten Lombok Tengah
merupakan sesuatu hal yang dapat menghambat ikhtiar mencetak generasi
yang muda muslim yang berpikir integratif atau memiliki kemampuan
memadukan antara sains dan agama. Jika kendala dibiarkan, maka boleh jadi
seiring dengan berputarnya waktu, tentu akan memunculkan kendala
berikutnya tanpa akhir. Atas dasar itu perlu setiap kendala yang ada segera
direspon sehingga secara bertahap dapat diberikan solusi yang tepat.
Kesadaran akan perlunya segera menyelesaikan berbagai kendala pada
penerapan integrasi sains dan agama dalam pembelajaran biologi pada
madrasah aliyah di Kabupaten Lombok Tengah perlu menjadi kesadaran
bersama (common platform). Artinya hal tersebut tidak hanya menjadi
kesadaran kepala madrasah, para guru biologi, dan staf/karyawan madrasah.
Namun juga menjadi bahan pemikiran atau renungan para stakeholder, seperti
pihak Kementerian Agama dan Dinas Dikpora Provinsi NTB, namun juga
termasuk pihak yayasan, komite madrasah dan orang tua murid.
Ada beberapa kendala-kendala yang dihadapi para guru biologi pada
penerapan integrasi sains dan agama di Madrasah Aliyah Kabupaten Lombok
Tengah yaitu:
121
(1)Kendala pada kurangnya buku penunjang atau referensi
sebagai acuan untuk penerapan integrasi sains dan
agama pada pembelajaran biologi.(2)Kurangnya pengetahuan para guru tentang materi
pembelajaran biologi yang diintegrasikan pada agama.(3)Kurangnya tingkat pemahaman dan penyerapan peserta
didik pada materi integrasi sains (biologi) dan agama.(4)Kurangnya fasilitas penunjang di madrasah masing-
masing dalam penerapan integrasi sains dan agama
pada pembelajaran biologi.(5)Tidak adanya kurikulum yang mengarahkan para guru
untuk mengintegrasikan sains dan agama.
Dengan mencermati lima kendala di atas, maka semua
pihak yang disebut di atas sepatutnya segera melakukan
ikhtiar konkret untuk memberikan solusi secara proporsional.
Hal ini misalnya dengan melakukan langkah-langkah
berikut :
(1) Perlu pengadaan buku penunjang atau refrensi sebagai
acuan dalam penerapan integrasi sains dan agama dalam
pembelajaran biologi pada madrasah aliyah di Kabupaten Lombok
Tengah. Hal ini misalnya pihak madrasah berkoordinasi dengan pihak
Kementerian Agama dan Dinas Dikpora NTB dalam pengadaannya,
sehingga bisa meringankan beban anggaran madrasah aliyah setempat.(2)Perlu diadakan sejumlah pelatihan atau workshop tentang
penerapan integrasi sains dan agama dalam pembelajaran biologi pada
madrasah aliyah di Kabupaten Lombok Tengah. Ikhtiar ini bisa
dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi
keagamaan seperti UIN Mataram, Unawa, IAINH, IAIH Pancor, dan
Universitas Muhammadiyah Mataram.
122
(3)Perlu diadakan pelatihan terkait dengan penggunaan media pembelajaran
dan peningkatan kualitas strategi belajar-mengajar. Terutama dalam
pembelajaran biologi. Ikhtiar ini bisa dilakukan melalui kerjasama juga
dengan perguruan tinggi umum yang memiliki fakultas keguruan dan
ilmu pendidikan seperti UNRAM dan IKIP Mataram.(4)Pihak madrasah perlu secara intensif melakukan terobosan-terobosan
cerdas dalam pengadaan sarana-prasarana pembelajaran, baik dengan
melibatkan masyarakat (wali murid), ataupun berkerjasama dengan
dinas-dinas terkait.(5)Pihak madrasah perlu juga melakukan desain ulang kurikulum terutama
dalam pembelajaran biologi yang mengintegrasikan nilai-nilai agama
secara komprehensif. Ikhitar ini bisa melibatkan banyak pihak,
Kementerian Agama dan Dinas Dikpora NTB, pihak yayasan, serta
bekerjasama dengan perguruan tinggi yang ada di NTB, baik yang
termasuk perguruan tinggi keagamaan, maupun perguruan tinggi umum
yang memiliki fakultas keguruan dan ilmu pendidikan.
123
BAB V
PENUTUP
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian (kuantitatif) dan hasil
pembahasan (kualitatif) maka, dapat disimpulkan penelitian ini
sebagai berikut:
1) Penghitungan statistik menunjukan bahwa nilai korelasi (r)
antara variabel Public Service Motivasion (PSM) dengan
variabel Kinerja Guru sebesar 0,278. Nilai korelasi ini adalah
nilai positif. Pada output juga tampak Sig. (2-tailed) sebesar
0,124, merupakan nilai probabilitas yang akan dibandingkan
dengan alfa (taraf signifikansi). Pada penelitian ini, peneliti
menetapkan α = 5% atau 0,05.
Dengan demikian, karena Sig. (2-tailed) 0,124 lebih besar dari
0,05, maka berdasarkan ketentuan bahwa H0 diterima, artinya
korelasi antara variabel Public Service Motivasion (PSM) dengan
variabel Kinerja Guru terjadi secara tidak signifikan. Dari hasil
ini dapat disimpulkan bahwa Public Service Motivasion (PSM)
berkorelasi positif sebesar 0,278 dengan Kinerja Guru Biologi
Madrasah Aliyah di Kabupaten Lombok Tengah, namun korelasi
tersebut tidak signifikan.
2) Dalam penerapan integrasi Sains dan Agama pada
Pembelajaran Biologi, terdapat dua kelompok madrasah yang
menerapkan dengan frekuensi berbeda. Terdapat kelompok
madrasah yang menerapkan integrasi dalam kategori
frekuensi sedang atau kadang-kadang, yang termasuk
124
kelompok ini adalah MA. Bonder Praya Barat, MA. Nurul Qur’an,
MA. Darul Aminin NW Aikmual Praya, MA. Nurul Ittihad
Gerepek, dan MA. Madinatul Ulum NW Mumbung. Sedangkan
kelompok madrasah yang menerapkan integrasi dalam
kategori frekuensi intens atau sering, yang termasuk
kategori ini adalah, MAN 3 Lombok Tengah, MA Nurul Muhsinin
Batujai, MAN 1 Lombok Tengah, MA Darussalimin Nw Sengkol
Mantang, MA NW Selusuh, MA Ittihadul Ummah Nw Lantan
Batukliang Utara, MA Majmul Huda Batu Bokah, MA Qomarul
Huda Bagu, MA Manhalul Ma'arif Darek, MA Attohiriyah Bodak,
MA Nurul Falah Perina MA Tahzibul Akhlak Sisik, MA Assyafi'iyah
Goak, MA Darus Siddiqin Mertak Paok, MA NW Peneguk, dan MA
Assyafi'iyah Goak.
Terdapat 3 Pola/Cara Penerapan Integrasi Sains dan Agama
dalam Pembelajaran Biologi di MA Kabupaten Lombok Tengah
yaitu: (1) Model integrasi Sains-Agama sebagai sumber
informasi dan inspirasi diterapkan oleh MA Nurul Muhsinin
Batujai dan MA Tahdzibul Akhlak-Bonder, (2) Model integrasi
Sains-Agama sebagai sumber komplementasi diterapkan
oleh MA Bonder Praya Barat, MA. Darul Aminin NW Aikmual
Praya, dan MA. Qamarul Huda Bagu, dan (3) Model integrasi
Sains-Agama sebagai sumber konfirmasi diterapkan oleh
MA. Nurul Muhsinin NW Batujai, MA. Darul Aminin NW Aikmual
Praya, MA. Darus Siddiqin Mertak Paok, MA.Attohiriyah Bodak
,dan MA. Nurul Qur’an.
Kendala-kendala yang dijumpai dalam Penerapan Integrasi
Sains dan Agama dalam Pembelajaran Biologi pada MA di
125
Kabupaten Lombok Tengah adalah kendala pada kurangnya
buku penunjang atau referensi sebagai acuan untuk penerapan
integrasi sains dan agama pada pembelajaran biologi,
kurangnya pengetahuan para guru tentang materi
pembelajaran biologi yang diintegrasikan pada agama,
kurangnya tingkat pemahaman dan penyerapan peserta didik
pada materi integrasi sains (biologi) dan agama, kurangnya
fasilitas penunjang di madrasah masing-masing dalam
penerapan integrasi sains dan agama pada pembelajaran
biologi, dan tidak adanya kurikulum yang mengarahkan para
guru untuk mengintegrasikan sains dan agama.
G. Implikasi TeoritisHasil penelitian ini berkontribusi strategis dan berimplikasi
nyata bagi pengembangan khazanah keilmuan di bidang
manajemen pendidikan di satu sisi (Public Service Motivation
berbasis agama), dan strategi pembelajaran inovatif, konstruktif,
integratif, dan interkonektif antara Sains dan Agama khususnya
dalam pembelajaran mata pelajaran IPA Biologi pada jenjang
Madrasah Aliyah. Output pembelajaran yang akan dihasilkan
menjadi lebih komprehensif non-dikotomis yang mampu
mengawinkan ilmu umum dan ilmu agama secara proporsional.
H. Rekomendasi
Berdasarkan paparan data, pemabahasan, dan kesimpulan
penelitian ini, maka peneliti merekomendasikan hal-hal penting
berikut:
a. Kepada para Pejabat Pemerintah Daerah dan Pejabat
Kementerian Agama Kabupaten Lombok Tengah hendaknya
126
lebih meningkatkan kualitas pendidikan keagamaan dan umum
(termasuk dalam mata pelajaran biologi di jenjang madrasah
aliyah). Hal ini dapat diwujudkan secara konkret melalui dua
hal nyata (a) Memperhatikan fasilitas/sarana dan pra sarana
pembelajaran terutama pada madrasah aliyah swasta, (b)
Memberikan pelatihan, workshop, lokakarya dan seminar
terkait konsep dan implementasi integrasi sains dan agama
dalam pembelajaran Biologi atau mata pelajaran umum
lainnya. b. Kepada Kepala Madrasah dan Segenap Guru Mata Pelajaran
Biologi hendaknya secara aktif turut memfasilitasi, mendukung,
dan lebih menggiatkan aktifitas-aktifitas pembelajaran yang
mengarahkan kepada integrasi keilmuan sains dan agama agar
pembelajaran lebih padu, sehingga tidak melahirkan output
pendidikan yang split personality. c. Kepada Dosen PAI dan IPA Biologi pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Mataram, hendaknya lebih meningkatkan
kapabilitas diri dalam variasi metode dan strategi
pembelajaran yang mengarah kepada integrasi keilmuan
secara komprehensif agar alumni yang dihasilkan (guru PAI dan
Biologi) mendapatkan pengalaman belajar dalam penerapan
integrasi Sains dan Agama secara simultan.
127
DAFTAR PUSTAKA
A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya. (Yogyakarta:Kanisius, 2009).
A. Gunawan, Admiranto, Eksplorasi Tata Surya. (Bandung: Mizan,2017).
Abdul, Majid. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan StandarKompetensi Guru. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011).
Achamad, H. dan Tupamahu, M.S Sruktur Atom, Struktur Molekul,dan Sistem Periodik, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2001).
Ahmad. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman. (Yogyakarta: PT.Dana Bhakti Primayasa, 1997).
Ahmed Mohammed Sayed Mostafa, Julian Seymour Gould-Williams&Paul Bottomley, “High-Performance Human ResourcePractices and Employee Outcomes: The Mediating Role ofPublic Service Motivation”, Public Administration Review,Vol. 75, No. 5 (2015).
Alisyahbana, Indonesia: Social and Cultural Revolution. (KualaLumpur: Oxford University Press, 1996).
Anne Mette Kjeldsen, “Dynamics of Public Service Motivation:Attraction-Selection and Socialization in the Production andRegulation of Social Services”, Public AdministrationReview, Vol. 74, No. 1 (2014).
Anonim, Adat Istiadat Daerah Nusa Tenggara Barat” (Mataram:Depdikbud, 1997/1998).
Baum, S .J., and Scaife, C. W. J., Chemistry, A Life Sciense ApproachSecond Edition, (New York, Macmillan Publishing, 1980).
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif AktualisasiMetodologis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta:Rajawali Pers , 2015).
128
Campbell, N.A, Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. Biologi Jilid I.(Jakarta: Erlangga, 2000).
Chang, Raymond. Kimia Dasar (Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid1). (Jakarta: Erlangga, 2004).
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Penilaian KinerjaGuru, (Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan MutuPendidik dan Tenaga Kependidikan, 2008).
Erni Budiwanti, Islam Sasak, (Yogyakarta, LkiS Yogyakarta, 2000).
Gene A. Brewer, Sally Coleman Selden & Rex L. Facer II, “IndividualConceptions of Public Service Motivation”, PublicAdministration Review, Vol. 60, No.3 (2000).
Hariwijaya, Metode dan Penulisan SKRIPSI, TESIS Dan DISERTAIUntuk Ilmu Sosial dan Humaniora, (Yogyakarta: ParamaIlmu,2007).
Harun Yahya. “Galaxy patterns reveal missing lingk to Bing Bang”,January 12, 2005.
Harun Yahya. “Scientists Score Galaxy Breakthrought, “ AAP,January 13, 2005, online at http://www.macnewsworld.com/story/ Scientists-Score-Galaxy-Breakthrought-39646.html.
Hary Susanto, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja GuruSekolah Menengah Kejuruan”,Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol.2, No. 2 (2012).
Iskandar dan Srini. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. (Medan:Depdikbud, 1996).
J. L. Perry, “Antecedents of Public Service Motivation”, Journal ofPublic Administration Research and Theory, Vol. 7, No. 2(1997).
J. L. Perry, “Measuring Public Service Motivation: An Assessment ofConstruct Reliability and Validity”, Journal of PublicAdministration Research and Theory, Vol. 6, No. 1 (1996).
129
Jahidin dan Bahtiar, Pengembangan Kompetensi Profesional GuruBiologi SMA Melalui Pendekatan Pelatihan PendalamanMateri, https://media.neliti.com/media/publications/175413-ID-pengembangan-kompetensi-profesional-guru.pdf,diakses pada tanggal 23 Oktober 2018.
James E. Brady, Kimia Universitas, (Jakarta: Erlangga, 2000).
John W. Creswell, Research Design Qualitative, Quantitative andMixed Methods Approaches, 4th Edition. (United States:SAGE Publication, Inc, 2014).
Laurie. E. Paarlberg&Bob Lavigna, “Transformational Leadership andPublic Service Motivation: Driving Individual andOrganizational Performance”, Public Administration Review,Vol. 70, No. 5( 2010).
Laxy J. Muleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2000).
Lotte B. Andersen, Eskil Heinesen&Lene Holm Pedersen, “How DoesPublic Service Motivation Among Teachers Affect StudentPerformance in Schools?”, Journal of Public AdministrationResearch and Theory, Vol. 24, No. 3 (2014).
M. Amin Abdullah dkk., Islamic Studies: Dalam Paradigma Integrasi-Interkoneksi (Sebuah Antologi), (Yogyakarta: SUKA Press,2007).
Mahmud, Metodode Penelitian Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia,2011).
Margono, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta,2010).
Mariano. Integrasi Sains-Islam. Seminar Nasional TeknologiInformasi, Komunikasi dan Industri (SNTIKI) 9, FakultasSains dan Tekhnologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau,Pekanbaru, 18-19 Mei 2017.
130
Maryam Hemed, Cross – Sectional Studies. (Geneva: Training Coursein Sexual and Reproductive Health Research, 2015).
Miesseler, G. L., and Tarr, D. A., 1999, Inorganic Chemistry, SecondEdition, New Jersey, Prentice Hall International.
Minarno. Integrasi Sains-Islam dan Implementasinya dalamPembelajaran Biologi. Seminar Nasional Teknologi Informasi,Komunikasi dan Industri (SNTIKI) 9, Fakultas Sains danTeknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru, 18-19Mei 2017.
Minarno. Integrasi Sains-Islam dan Implementasinya dalamPembelajaran Biologi. Seminar Nasional Teknologi Informasi,Komunikasi dan Industri (SNTIKI) 9, Fakultas Sains danTeknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru, 18-19Mei 2017.
Muhammad Izzuddin Taufiq, Al-Qur’an dan Embriologi: Ayat-AyatTentang Penciptaan Manusia. (Solo: Tiga Serangkai, 2006).
Mutawali dkk., Horizon Ilmu: Dasar-dasar Teologis, Filosofis, danModel Implementasinya dalam Kurikulum dan Tradisi IlmiahUIN Matarami (Mataram: Penerbit Pustaka Lombok, 2018).
Nicolai Petrovsky&Adrian Ritz, "Public service motivation andperformance: a critical perspective", Evidence-Based HRM:A Global Forum for Empirical Scholarship, Vol. 2, No. 1(2014).
Pedoman Akademik UIN Mataram tahun 2017.
Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Agama KabupatenLombok Tengah,http://akhmadsanhaji.blogspot.com/2011/11/renstra-kementerian-agama-kabupaten.html. Diakses pada tanggal23 Oktober 2018.
Rini Artika, ”Penerapan Analitycal Herarchy Proccese (AHP) dalamPendukung Keputusan Penilaian Kinerja Guru pada SDNegeri 095224”,Pelita Informatika Budi Darma, Vol. 4, No. 3(2013).
131
S. E. P. Widoyoko &Anita Rinawati, “Pengaruh Kinerja Guru TerhadapMotivasi Belajar Siswa”,Cakrawala Pendidikan, Vol. 31, No. 2(2012).
Sagala S. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,(Bandung: Alfabeta, 2009).
Saito, Taro. Kimia Anorganik (Diterjemahkan oleh Ismunandar).(Reproduced by permission of Iwanami Shoten, Publisher,Tokyo, 1996).
Sangmook Kim, Wouter Vandenabeele, Bradley E. Wright, LotteBøgh Andersen, Francesco Paolo Cerase, Robert K.Christensen, Céline Desmarais, Maria Koumenta, PeterLeisink, Bangcheng Liu, Jolanta Palidauskaite, Lene HolmPedersen, James L. Perry, Adrian Ritz, JeannetteTaylor&Paola De Vivo, “Investigating the Structure andMeaning of Public Service Motivation Across Population:Developing an International Instrument and AddressingIssues of Measurement Invariance”, Journal ofPublicAdministration Research and Theory, Vol. 23, No. 1 (2013).
Siregar, Morgong, Dasar-dasar Kimia Organik, (Jakarta: P2LPTK,1998).
Sugiyono, Mehami Penelitian Kualitatif, ( Bandung: CV. Alfabeta,2015).
Sukardjo, Kimia Fisika, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1997).
Sutrisno Hadi, Analisis Regresi (Yogyakarta: ANDI OFFSET,1995).
Syaiful Bahri, Djamarah dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002).
Taro, Saito. Kimia Anorganik (Diterjemahkan oleh Ismunandar).(Reproduced byu permission of Iwanami Shoten, Publishers:Tokyo, 1996).
132
Teaching and Learning International Survey (TALIS) 2009. TheProfessional Development of Teacher.http://www.oecd.org/berlin/43541636.pdf.
UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003.
Widi Prasetiawan, Kimia Dasar I, (Jakarta: Cerdas Pustaka, 2009).
Wilbraham, C. Antony dan Matta, S. Michael, Penganta KimiaOrganik dan Hayati. (Bandung. ITB, 1992).
William P., Basic Human Embryology, 3 edition, 1984.
Young-joo Lee, “Behavioral Implications of Public ServiceMotivation”, The American Review of Public Administration,Vol. 42, No. 1 (2012).
133
BIODATA PENELITI
A. DATA PRIBADI
1. Nama Lengkap : Dr. Suhirman, S.Pd, M.Si2. NIP : 1971040920000310023. Tempat/Tgl. Lahir : Ungga, Lombok Tengah/09 April 19714. Jenis Kelamin : Laki-Laki5. Pangkat/Gol./Rua
ng: Pembina Tingkat I/IV.b
6. JabatanFungsional
: Dosen
7. PendidikanTerakhir
: S3
8. Tempat StudiTerakhir
: Universitas Negeri Jakarta
9. Fakultas TempatTugas
: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
10.
Jurusan TempatTugas
: Jurusan Pendidkan IPA Biologi
11.
Bidang Ilmudalam BKD
: Pendidikan Biologi
12.
Alamat Rumah : Jalan Banda Seraya RT 06 RW 05 PresakBarat Pagutan Mataram
13.
No. HP : 087 8888 1 88 75
B. DATA PENELITIAN1 2 3 4 5 6
No. Judul Penelitian JenisPenelitia
n
Tahun Dana SumberDana
1 Pengaruh Metode Pembelajaran dan Locus of Control Terhadap Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Lingkungan
Kelompok
2014 14.000.000
DIPAIAIN
MATARAM
2 Pengaruh Starategi Kelompo 2015 14.000.0 DIPA
134
Pembelajaran dan Pengetahuan EkologiTerhadap Kemampuan Siswa Menyelamatkan Lingkungan
k 00 IAINMATARAM
3 Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kecerdasan NaturalisTerhadap Kemampuan Melakukan Upaya Konservasi Lingkungan
Individu 2016 12.000.000
DIPAIAIN
MATARAM
C. DATA PENGABDIAN MASYARAKATNo.
Judul PengabdianMasyarakat
JenisPengabdi
an
Tahun Dana Sumber
Dana1. Upaya Peningkatan
Mutu Madrasah Berkelanjutanberbasis Kinerja Guru
Madrasah 2015 10.000.000
DIPAIAIANMATARAM
2. Pendampingan Penyusunan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) Dan Pengisian Instrumen Dalam Rangka Akreditasi Pada MA Senyiur Keruak Lombok Timur
Madrasah 2016 10.000.000
DIPAIAIANMATARAM
D. DATA TULISAN YANG TELAH DITERBITKAN
No. Judul Jurnal Tahun Buku Terbit
135
Penerbit1. Konsep Dasar Ilmu
Pengetahuan AlamBuku 2012 Diterbitkan
LKIM IAIN Mataram
2. Biologi Umum 1 Buku 2016 IsDB IAIN Mataram
3. Bilogi Umum 2 Buku 2017 IsDB IAIN Mataram
4. Upaya Konservasi Berwawasan Lingkungan
Biota 2014
5. Peningkatan Mutu Madrasah Berkelanjutan Berbasis Kinerja Guru
Biota 2015
7. Penurunan Total Koloni Bakteri Daging Ayam Pedaging di Pasar Pagesangan
Biota 2016
Mataram, 27 Oktober 2018
Dr. Suhirman, S.Pd, M.SiNIP.197104092000031002
136
LAMPIRANCURRICULUM VITAE
A. DATA PRIBADINama: Dr.Abdul Fattah, S.Ag.M.Fil.I.
NIP/NIK : 197808052003121002
Tempat dan Tanggal Lahir : Rempung (Lombok Timur), 05Agustus 1978
Jenis Kelamin : □ Laki-laki □ Perempuan
Status Perkawinan : □ Kawin □ Belum Kawin □Duda/Janda
Agama : Islam
Jabatan Fungsional Dosen : Lektor Kepala (IV/a)
Golongan / Pangkat : Penata Tk.I (III/d)
Pendidikan Terakhir : S3 (doktor) Teknologi Pendidikan
Tempat Studi Terakhir : Universitas Negeri Jakarta (lulus 2016)
NPWP : 58.957.305.4-915.000
Fakultas Tempat Tugas : Fakultas Ilmu Tarbiyah danKeguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Jurusan Tempat Tugas : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Bidang Ilmu dalam BKD : Filsafat
Alamat Rumah : 1).BTN Gunung Pengsong, Gang 3 No 22Labuapi, Lombok Barat
2). Jln. Kapuas Raya No 156 Perumnas-Tanjung Karang Permai, Mataram
Telp./Faks. : (0370) 6161140/ HP: 081-854 78 06
Alamat e-mail : [email protected]
B. DATA PENELITIAN
137
Tahun Judul PenelitianJenis
PenelitianSumber Dana
2014 Evaluasi ProgramPeningkatan Kualifikasi S1Madrasah melalui ProgramDual Mode System di LPTKRayon 10 IAIN Mataram(Pendekatan CIPPO)
Individual-Kompetitif
DIPA IAINMataram
2015 Evaluasi ProgramPeningkatan Kualifikasi S1Guru PAI di LPTK Rayon 10IAIN Mataram
Individual-Kompetitif
DIPA IAINMataram
2016 Peranan Majlis Ta’lim Al-Barokah Masjid Al-Mujahidin dalamPembinaan KehidupanBeragama di PerumnasKelurahan Tanjung KarangPermai KecamatanSekarbela Kota Mataram
Individual-Kompetitif
DIPA IAINMataram
C. DATA PENGABDIAN MASYARAKAT
Tahun Judul Pengabdian Masyarakat Sumber Dana
2013Upaya Pembinaan Manajemen Perpustakaan Madrasah di MTs Al-Ikhlasiyah Perampuan Labuapi-Lombok Barat
DIPA IAIN Mataram
2015Pembinaan Manajemen berbasis Sekolah (School Based Management) di MTs Satu Atap di Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat
DIPA IAIN Mataram
2016 Upaya Maksimalisasi KompetensiPaedagogis Guru
Berbasis Keterampilan Dasar Mengajar diMTs Al-Ikhlasiyah Perampuan LabuapiLombok Barat
DIPA IAINMataram
138
D. DATA TULISAN YANG TELAH DITERBITKAN (BUKU MAUPUNJURNAL)
Tahun Judul Jurnal Penerbit
2016 Evaluasi Program PeningkatanKualifikasi S1 Melalui Dual ModeSystem (DMS) Kementerian AgamaRepublik Indonesia
Diterbitkan olehJurnal TeknologiPendidikan(TerakreditasiJenderalPenguatan RisetdanPengembanganKemenristekdiktiNomor2090/E5.2/SE/2016), Vol 18, No 2,Agustus 2016.Hal.65-76.
2016 Upaya Maksimalisasi UpayaKompetensi Paedagogis GuruBerbasis keterampilan DasarMengajar di MTs Al-IkhlasiyahPerampuan, Labuapi, LombokBarat
Diterbitkan olehJurnalTransformasi:Jurnal PengabdianMasyarakat, PusatPengabdiankepadaMasyarakat IAINMataram, Vol. 12,Nomor 1, Januari2016, hal.16-30.
2016 Peranan Majlis Ta’lim Al-BarokahMasjid Al-Mujahidin dalamPembinaan Kehidupan Beragamadi Perumnas Kelurahan TanjungKarang Permai KecamatanSekarbela Kota Mataram
Diterbitkan olehJurnal PenelitianKEISLAMAN-PusatPenelitian danPenerbitan IAINMataram, Vol. 12,No. 2 Juli 2016,hal. 195-210.
2016 Belajar Mendunia: Refleksi Lintas Diterbitkan Oleh
139
Budaya (Catatan 10 Dosen IAINMataram tentang KehidupanAkademik dan Sosial di WesternSydney University)…Buku BungaRampai
LEPPIM IAINMataram, 2016
Saya menyatakan bahwa keterangan dalam Curriculum Vitaeini adalah benar dan apabila terdapat kesalahan, saya bersediamempertanggungjawabkannya.
Mataram, 27 Oktober 2018
Hormat Saya,
(Dr. Abdul Fattah, M.Fil.I.)
NIP: 197808052003121002
140
Lampiran 1
KUESIONER PUBLIC SERVICE MOTIVATION (PSM) BERBASIS AGAMA
Data Responden
Jenis Kelamin : L/P
Lama Bekerja : …………… tahun
Pendidikan Terakhir : …………………………
Petunjuk Pengisian 1. Berilah tanda checklist (√) untuk setiap jawaban pernyataan yang paling tepat dan
sesuai dengan keadaan dan mencerminkan pilihan Bapak/Ibu/Sdr/i yang palingobjektif.
2. Dimohon Bapak/Ibu/Sdr/i untuk dapat mengisi semua jawaban yang ada.3. Setiap pernyataan mempunyai lima alternatif jawaban,yaitu :
SS = Sangat Setuju S = Setuju KS = Kurang Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju
No.
PernyataanAlternatif Jawaban
SS S KS
TS
STS
1. Saya merasa bahwa kebutuhan dasar seperti untukdapat makan secara wajar sudahterpenuhi sesuaihak dan kewajiban yang saya kerjakan
2. Saya merasa bahwa dengan bekerja disatuanpendidikan ini,kebutuhan perumahan yangwajarsudah dapat terpenuhi.
3. Saya merasa bahwa pakaian yangsayapakai,merupakan hasil jerih payah bekerjadisatuan pendidikan ini yang saya dapatkan melaluiperbuatan yang terpuji.
4. Saya merasa tenang dalam bekerjakarenatersedianya jaminan kesehatan dari satuanpendidikan ini.
5. Bekerja pada satuan pendidikanini, dapat
141
No.
PernyataanAlternatif Jawaban
SS S KS
TS
STS
menjaminkehidupan saya di hari tua. 6. Saya merasa senang karena guru disatuan
pendidikanini bisa menerima saya sebagaipartneryang baik dan jujur.
7. Saya selalu dilibatkan dalam pertemuan ataurapatdalam mengambil keputusan.
8. Atasan saya selalu memberikan pujianapabila sayamenjalankan tugas pekerjaandengan hasilmemuaskan.
9. Saya merasa senang bila pengabdian sayaselamabekerja di satuan pendidikan ini di akui olehatasan.
10. Lembaga memberikan kesempatan bagiguru untukmengembangkan potensi yangada pada dirinyauntuk lebih maju.
11. Saya merasa tertantang untuk menyelesaikantugasyang diberikan.
12. Saya selalu berusaha untuk menyelesaikan tugasdengan penuh rasa tanggung jawab dan ikhlasuntukmencapai hasil yang maksimal.
13. Saya selalu berusaha mencapai target kerjayangditetapkan oleh lembaga.
14. Saya selalu bekerja sesuai dengan standar mutuyang telah ditetapkan oleh lembaga.
15. Saya selalu berusaha menyelesaikan tugas-tugasyang diberikan sesuai dengan target waktukerjayang telah ditentukan.
16. Pengetahuan akan pekerjaan dapat membantu sayadalam mengatasi permasalahan yangmuncul padasaat bekerja.
17. Saya dapat mengerjakan pekerjaan denganefektifdan efisien sehingga tidak perlu banyakinstruksidan umpan balik dari atasan saya.
18. Kreativitas yang tinggi dapat membantusayamencapai hasil kerja yang lebih baik.
19. Saya selalu memberikan gagasan-gagasanuntukkemajuan lembaga.
142
No.
PernyataanAlternatif Jawaban
SS S KS
TS
STS
20. Saya selalu bersedia untuk bekerja samadengansesama anggota lainnya dengan menerimakeberagaman suku dan budaya.
21. Saya lebih mengutamakan kepentingankelompokdaripada kepentingan pribadi dalammenyelesaikanpekerjaan.
22. Saya selalu fokusmenyelesaikanpekerjaan,walaupun tidak ada atasandilembaga tempat saya bekerja.
23. Saya selalu berusaha menyelesaikan pekerjaanlebih cepat dari waktunya, agarsaya dapatmengerjakan tugas berikutnya.
24. Dalam menyelesaikan pekerjaan sayaselaluberinisiatif tanpa menunggu perintahdaripemimpin
25. Guru memiliki semangat untukmelaksanakantugas-tugas baru yang diberikanoleh lembaga
26. Saya selalu hadir tepat waktu sesuai denganjadwalyang sudah ditetapkan di tempat kerja.
27. Guru memiliki jiwa kepemimpinan yangcukup baik28. Saya selalu terbuka untuk menerima kritik
atausaran atas hasil kerja yang saya peroleh
143
Lampiran 2
Daftar Pertanyaan Interview
PENELITIAN “PENGARUH PUBLIC SERVICE MOTIVATION (PSM)BERBASIS AGAMA TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU
BIOLOGI DI MADRASAH ALIYAH KABUPATEN LOMBOKTENGAH”
LP2M UIN MATARAM 2018
PENERAPAN INTEGRASI SAINS DAN AGAMA SEBAGAI UPAYAMEMOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI
Identitas Responden
Nama Responden : _____________________________________
Nama Madrasah : _____________________________________
Desa : _____________________________________
Kecamatan : _____________________________________
No Hp /WA : _____________________________________
1. Apakah saudara menerapkan integrasi sains dan agama dalam
proses pembelajaran biologi?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
2. Bagaimana pola/cara saudara menerapkan integrasi sains dan
agama dalam proses pembelajaran biologi?
144
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
3. Adakah kendala-kendala yang saudara jumpai dalam penerapan
integrasi sains dan agama dalam proses pembelajaran biologi?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
145
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4. Apa yang menjadi harapan saudara dalam penerapan integrasi
sains dan agama dalam proses pembelajaran biologi?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
146
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Lombok Tengah, ..... September 2018
Responden,
(_____________________)
147