Download - Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
1/26
BAB I
LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN
Pelatihan Pra Dokter (PPD) merupakan suatu program simulasi pada
situasi yang sesungguhnya di masyarakat untuk memberikan pengalaman kepada
calon dokter tentang bagaimana bekerja sebagai dokter keluarga yang berorientasi
kepada masyarakat khususnya keluarga. Program ini merupakan proses
pembelajaran akhir bagi para calon dokter untuk memperkaya pengalaman dalam
berkomunikasi, mengidentifikasi masalah, mengenal berbagai faktor risiko sertamelaksanakan pemecahan masalah kesehatan secara komprehensif yang berpusat
pada pasien dan keluarganya yang pada kesempatan kali ini diterapkan pada tiga
keluarga binaan.
1.1. Data Demografi Keluarga Binaan
Keluarga binaan penulis bertempat tinggal di Banjar Malet Gusti, Desa
Penglumbaran, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. Banjar Malet Gusti ini
masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Susut I. Seperti sebagian besar daerah
yang ada di Kabupaten Bangli, daerah Malet Gusti ini pun beriklim sejuk.
Sebagian besar warganya bermata pencaharian sebagai petani.
Data demografis keluarga binaan seperti tercantum dalam tabel di bawah:
Tabel 1. Susunan Keluarga I Gusti Nyoman Biasa
No Nama JK
Umur
(thn) Pendidikan
Hubungan
dgn KK Pekerjaan
1. I Gusti Nyoman Biasa L 55 Tamat SD KK Tidak bekerja
2. Gusti Ayu Nengah Suti P 50 Tidak sekolah Istri KK IRT
3. Gusti Putu Supartini P 28 Tamat SMA Anak I Swasta
4. I Gusti Nengah Muliada L 23 Tamat SMA Anak II Swasta
5. Gusti Ayu Komang Ani P 18 Tamat SMP Anak III Swasta
Gambar Sistem Kekerabatan Keluarga Binaan 1
1
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
2/26
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
Keluarga I Gusti Nyoman Biasa terdiri dari seorang istri dan tiga orang anak,
yang tinggal serumah. Keluarga ini beragama Hindu. Dalam kehidupan sehari-
hari, pengambilan keputusan berada di tangan KK, terkadang dapat diwakilkan
oleh istri KK. Anak pertama bekerja sebagai pegawai bank swasta, anak kedua
bekerja di bengkel sedangkan anak ketiga belum bekerja.
Tabel 2. Susunan Keluarga I Gusti Putu Yasa
No Nama JKUmur
(thn)Pendidikan
Hubungan dgn
KKPekerjaan
1. I Gusti Putu Yasa L 70 Tidak sekolah KK Petani
2. Gusti Ayu Wayan
Resih
P 65 Tidak sekolah Istri KK Swasta
3. I Gusti Putu Adawa L 47 Tidak sekolah Anak I Swasta
4. Gusti Nyoman Sriani P 43 Tamat SD Anak II Swasta
5. Gusti Ayu Kt.
Gunasih
P 41 Tamat SMP Anak III IRT
6. Gusti Wayan Ekarini P 39 Tamat SMP Anak IV IRT
7. I Gusti Ngh Alit
Subawa
L 37 Tamat SMA Anak V Swasta
Gambar Sistem Kekerabatan Keluarga Binaan 2
2
43 5
1 2
1 2
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
3/26
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
Keluarga I Gusti Putu Yasa terdiri dari istri KK dan lima orang anak. Keluarga ini
beragama Hindu. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di
tangan KK, terkadang juga bisa dialihkan kepada anak yang paling tua. Bapak I
Gusti Putu Yasa bekerja sebagai petani. Istri Bapak I Gusti Putu Yasa selain
sebagai Ibu rumah tangga juga bekerja sebagai petani membantu KK. Anak
pertamanya bekerja sebagai petani dan pengrajin bambu membuat bedeg, anak
kedua bekerja di warung, anak ketiga maupun keempat sudah menikah, dan anak
kelima bekerja sebagai buruh serabutan.
1.2. Status Sosial Ekonomi Keluarga Binaan
I Gusti Nyoman Biasa
Keluarga I Gusti Nyoman Biasa termasuk dalam kelas sosial ekonomi
menengah. Saat ini KK tidak bekerja. Dahulu KK pernah bekerja
sebagai tukang bangunan, namun karena tenaganya sudah tidak sekuat
dulu lagi, maka KK sudah berhenti menjadi tukang kira kira sejak 1
tahun belakangan. Pendapatan mereka dapatkan dari uang yang diberi
oleh anak anaknya yang telah bekerja. Untuk segala jenis bahan
makanan seperti beras, minyak, dan bahan sembako lainnya dibelikan
oleh anaknya. KK mengatakan hanya perlu mengeluarkan uang untuk
membayar air, listrik, ataupun untuk keperluan upacara. Rata rata
pengeluaran keluarga dalam sebulan untuk pembayaran tersebut sekitar
Rp. 150.000,00. Menurut KK uang yang mereka dapatkan masih dapat
mencukupi kebutuhan mereka tiap bulan.
3
7654
3
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
4/26
I Gusti Putu Yasa
Keluarga I Gusti Putu Yasa termasuk keluarga dengan status sosial
ekonomi menengah kebawah. Pekerjaan KK dan istrinya sehari-hari
adalah sebagai petani. Mereka bekerja di perkebunan yang dimiliki oleh
orang lain. Namun karena umur yang sudah tua dan sering kambuhnya
penyakit yang dimiliki KK, ia pun tak mampu bekerja setiap hari.
Pendapatan keluarga ini tak menentu kadang disaat panen ia bisa
mendapat hingga Rp. 500.000,00. Dikatakan rata rata pendapatan
keluarga ini per harinya sekitar Rp. 20.000,00. Anak KK yang sudah
bekerja selalu memberikan uang setiap bulan. Pengeluarannya sebulan
tidak tentu, rata-rata Rp.500.000,00 hingga Rp. 600.000,00. Biasanya
pengeluaran digunakan untuk membeli beras, membayar biaya
penggunaan air, listrik, dan keperluan upacara.
1.3. Rumusan Masalah Keluarga Binaan
1.3.1 Rumusan Masalah Keluarga I Gusti Nyoman Biasa
Masalah Kesehatan
Dalam keluarga ini, yang menjadi masalah kesehatan adalah istri KK (Gusti Ayu
Nengah Suti) yang pernah menderita TBC. Sekitar dua tahun yang lalu istri KK
mengalami batuk batuk yang cukup lama tidak kunjung sembuh. Berat
badannya pun menurun terus. Setelah diperiksa di puskesmas Susut I ibu Gusti
Ayu Nengah Suti dikatakan menderita TBC. Ibu Nengah mendapat pengobatan
selama 6 bulan dengan 3 jenis obat yang berbeda. Setelah selesai menjalankan
pengobatannya selama 6 bulan tersebut, Ibu Nengah memeriksakan kembali
penyakitnya tersebut. Ibu Nengah pun disarankan untuk melakukan rontgen. Hasilrontgen pun dibawa kembali ke Puskesmas Susut I. Di Puskesmas dikatakan Ibu
Nengah harus menjalani pengobatan lanjutan dan saat itu diberi jenis obat yang
berbeda. Namun tak lama menggunakan obat tersebut Ibu Nengah mengatakan
tidak cocok dengan obat tersebut, karena ia merasa mual, pusing ketika
mengkonsumsi obatnya. Oleh karena itu, ia menghentikan sendiri pengobatannya
dan tidak mau lagi berobat ke Puskesmas Susut I. Hingga saat ini keluhan batuk
batuk berdahak masih ada. Yang menjadi masalah disini adalah kurangnya
4
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
5/26
pengetahuan keluarga binaan tentang TBC itu sendiri dan pentingnya berobat
secara tuntas agar penyakitnya dapat sembuh. Faktor risiko yang dapat ditelusuri
di bidang kesehatan yaitu kurangnya pengetahuan tentang TBC serta arti
pentingnya melakukan pengobatan secara tuntas terhadap penyakitnya tersebut.
Masalah Penataan Bangunan
Keluarga binaan tinggal dalam satu pekarangan terdapat beberapa bangunan, yaitu
bangunan tempat tinggal KK, bangunan tempat tinggal anak KK, dapur dan kamar
mandi, bale dangin, dan merajan. Bangunan-bangunan utama sudah permanen,
tembok bercat putih bermotif, atap rumah dari genteng, lantai rumah sebagian
sudah dikeramik. Kondisi tembok dan lantai terlihat cukup bersih.
Dapur belum berupa bangunan permanen yang dindingnya terbuat dari bedeg dan
atap dari seseh. Kondisi bagian dalam dapur tampak gelap dan dindingnya
tertutup jelaga berwarna hitam yang jarang dibersihkan. Peralatan masak pun
tampak sudah lama dan hitam. Sehari-hari keluarga penderita memasak
menggunakan kayu bakar. Penerangan dan ventilasi dapur agak kurang. Kamar
mandi hanya ada satu, terletak di sebelah barat dapur. Kamar mandi ini sudah
dilengkapi dengan WC. Bangunan kamar mandi sudah dibangun permanen
dengan tembok batako dan atap genteng. Keadaan kamar mandi cukup bersih.
Lantai kamar mandi terbuat dari keramik. Sumber air didapatkan dari PDAM
yang mengalir setiap dua hari. Air ini digunakan untuk mandi, minum, dan
memasak. Sumber penerangan berasal dari PLN yang dibagi bersama lima rumah
yang lain.
Kamar tidur kepala keluarga terletak di bangunan sebelah timur. Kamar seluas 3 x
4 meter tampak kurang rapi. Didalamnya terdapat dua kasur dan satu lemari. Sprei
di atas kasur tampak lusuh dan acak-acakan. Menurut istri KK mereka menggantisprei setiap 1 bulan sekali. Penerangan di dalam kamar berupa sebuah lampu neon
yang cukup terang. Ventilasi yang ada terdiri dari jendela dan lubang angin di atas
pintu namun ditutupi dengan koran. Pekarangan rumah adalah tanah kering
berpasir dan tidak tanaman. Sampah yang ada biasanya diletakkan di belakang
dapur dan dibakar.
Masalah Pendidikan
5
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
6/26
Saat ini anak ketiga dari Bapak I Gusti Nyoman Biasa tidak bersekolah lagi
karena keterbatasan biaya dan kurang motivasi untuk kembali untuk bersekolah
sehingga aktivitas sehari-hari hanya membantu pekerjaan orang tua. Tingkat
pendidikan orang tua yang rendah juga menyulitkan orang tua untuk membimbing
anaknya dalam hal pendidikan.
1.3.2 Rumusan Masalah Keluarga I Gusti Putu Yasa
Masalah Kesehatan
Rematik pada KK (I Gusti Putu Yasa) dan istri KK (Wayan Resih) merupakan
masalah kesehatan utama yang ada pada keluarga ini. Dikatakan sakitnya ini amat
sering kambuh dan sangat mengganggu serta membatasi ruang gerak mereka,
terutama bagi Pak I Gusti Putu Yasa. Hampir setiap tiga hari Pak I Gusti Putu
Yasa mengeluhkan nyeri yang sangat dan kaku pada kedua lututnya. Kadang bila
sudah tidak tahan, ia pun mencari pengobatan pada mantri desa. Setelah diberikan
suntikan pada kedua lututnya, keluhan nyerinya pun hilang. Setelah nyerinya
hilang, Pak I Gusti Putu Yasa seringkali langsung bekerja kembali ke sawah,
walaupun bengkaknya masih terjadi. Yang terpenting bagi dirinya nyeri yang
dirasakannya sudah tertangani dan ia dapat menggunakannya untuk kembali
bekerja seperti semula.
Faktor risiko yang dapat ditelusuri di bidang kesehatan yaitu kurangnya
pengetahuan tentang rematik serta hal hal penting yang perlu dilakukan untuk
mencegah kambuhnya penyakitnya tersebut.
Masalah Perekonomian Keluarga
Saat ini Bapak I Gusti Putu Yasa dan istrinya sudah tidak mapu aktif bekerja
seperti dulu, sehingga pendapatan yang diperoleh tidak maksimnal. Pendapatan
keluarga lainnya diperoleh dari uang yang diberi oleh anak anaknya yang telahbekerja. Pendapatan yang didapatkan masih dapat mencukupi kebutuhan mereka
tiap bulan namun keluarga Bapak I Gusti Putu Yasa tidak memiliki perencanaan
prioritas kebutuhan dan perencanaan tabungan untuk hal-hal yang mendadak
seperti sakit, kematian, iuran banjar dan sebagainya.
Masalah Penataan Bangunan
Keluarga ini menempati sebuah areal pekarangan yang berbagi dengan kakak
tertua KK. Bangunan utama berupa bangunan permanen yang berfungsi sebagai
6
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
7/26
kamar tidur sebanyak dua kamar serta sebuah kamar tamu. Kamar tidur dengan
dinding terbuat dari batu bata dan sudah dicat putih, beratap genteng dengan lantai
keramik. Ventilasi kamar minim, pencahayaan ruangan kurang oleh karena
jendela lebih sering ditutup. Bangunan dapur masih menggunakan tungku dengan
kayu bakar, serta peralatan dapur yang seadanya KK memiliki dua buah kamar
mandi dan WC yang permanen yang digunakan bersama keluarga kakak tertua
KK. Bak penampungan air di kamar mandi berukuran cukup besar namun tidak
disertai saluran pembuangan air bak, sehingga sedikit menyulitkan saat
membersihkan. Sumber air didapatkan dari PDAM yang mengalir setiap dua hari.
Air ini digunakan untuk mandi, minum, dan memasak. Sumber penerangan
berasal dari PLN. Pekarangan rumah adalah tanah kering berpasir dan hanya
ditanami pohon mangga. Sampah yang ada biasanya diletakkan di belakang dapur
dan dibakar.
BAB II
KEGIATAN PADA KELUARGA BINAAN
7
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
8/26
2.1 Program
Berdasarkan permasalahan yang ada pada keluarga tersebut terutama berdasarkanmasalah prioritas yaitu mengenai kesehatan dan penataan bangunan maka
dibentuk program dalam membantu keluarga binaan ini yaitu :
1. Memberikan penyuluhan yang sifatnya komunikatif, pemberian informasi dan
edukasi (KIE) kepada keluarga bapak I Gusti Nyoman Biasa, terutama
menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan penyakit TBC mengenai
penyebab penyakit yang diderita, cara pencegahan serta penanggulangannya.
2. Memberikan penyuluhan yang sifatnya komunikatif, pemberian informasi dan
edukasi (KIE) kepada keluarga bapak I Gusti Putu Yasa, terutama menyangkut
hal-hal yang berhubungan dengan penyakit Rematik mengenai penyebab
penyakit yang diderita, cara pencegahan serta penanggulangannya.
3. Memberikan saran dalam penataan bangunan untuk mencegah serta
menanggulangi munculnya penyakit pada keluarga bapak I Gusti Nyoman
Biasa dan I Gusti Putu Yasa.
2.2 Jadwal Kegiatan
No Program Jadwal Kegiatan Keterangan
8
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
9/26
1 Memberikan
masukan
penataan
bangunan
Kegiatan ini dilakukan setiap berkunjung
ke keluarga binaan.
2 Memberikan
konseling dan
motivasi untuk
bersekolah
Kegiatan ini dilakukan setiap melakukan
kunjungan ke keluarga binaan yang
mempunyai anak yang tidak bersekolah
3 Menangani
masalah
kesehatan
dengan prinsip
kedokteran
keluarga
Penanganan masalah kesehatan dengan
prinsip kedokteran keluarga ini dilakukan
secara personal, kolaboratif, koordinatif,
paripurna, berkesinambungan,
mengutamakan pencegahan, dan
menimbang keluarga, masyarakat, dan
lingkungan. Kegiatan ini dilakukan setiap
melakukan kunjungan, yaitu memberi
informasi mengenai penyakit, perilaku
hidup bersih dan sehat, cuci tangan yang
benar dan managemen luka yang
sederhana dengan menggunakan media
yang mudah dipahami keluarga
BAB III
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
9
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
10/26
3.1 Pelaksanaan
Pelaksanaan dari program yang diajukan dapat berjalan dengan lancar.
Kegiatan program yang pertama, seluruh KK dan istri KK mendengarkan saatdiberi KIE tentang TBC, pencegahan penularan, dan pentingnya pengobatan
TBC ini hingga tuntas. Karena istri KK (Gusti Ayu Nengah Suti) memiliki
riwayat TBC dengan pengobatan yang belum tuntas, maka disarankan kepada
Bu Nengah untuk memeriksakan kembali dirinya, walaupun tidak harus ke
Puskesmas Susut I. Diberi juga penjelasan mengenai bagaimana TBC tersebut
dapat menular, sehingga sebisanya dilakukan cara cara mencegah
penularannya seperti dengan tidak membuang dahak sembarangan, menjaga
ruangan agar tidak lembab dengan menjaga ventilasi udara yang cukup.
Selain itu memberi penjelasan mengenai pentingnya menjalankan pengobatan
secara tuntas.
Kegiatan program yang kedua, Bapak I Gusti Putu Yasa dan istri banyak
berdiskusi mengenai penyakit yang diderita oleh KK dan istrinya. Diberikan
penjelasan bahwa penyakit rematik yang diderita adalah penyakit yang
kronik, sehingga perlu dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan
tetap ada rasa nyeri, kaku dan keterbatasan gerak serta fungsi. Selain itu juga
KK dan keluarga diberi pemahaman bahwa hal tersebut perlu dipahami dan
disadari sebagai bagian dari realitas kehidupannya. Disarankan juga agar rasa
nyeri dapat berkurang, maka KK dan istrinya sedianya mengurangi aktivitas
atau pekerjaannya sehingga tidak terlalu banyak menggunakan sendi dan
lebih banyak beristirahat.
Kegiatan program yang keempat pada keluarga bapak I Gusti Nyoman Biasa
dan I Gusti Putu Yasa. Masalah kebersihan dan sirkulasi udara yang kurang
baik karena jendela yang lebih sering tertutup. Rata-rata menurut masing-
masing keluarga hal ini dikarenakan setiap harinya mereka lebih sering
beraktifitas diluar ruangan. Penulis memberi KIE tentang pentingnya menjaga
kebersihan rumah dan pertukaran udara di dalam rumah bagi kesehatan.
Beberapa cara yang dianjurkan penulis kepada keluarga binaan antara lain
dengan membuka pintu dan jendela terutama pada saat memasak dan di pagi
10
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
11/26
hari agar sinar matahari dan udara bersih bisa masuk ke dalam rumah. Bagi
keluarga yang memang mampu, disarankan untuk menambah jumlah ventilasi
di bangunan rumahnya.
Kedua keluarga menyediakan tempat penampungan air dengan menggunakan
gentong sebagai antisipasi saat air PDAM tidak tersedia. Untuk masalah
kebersihan tempat penampungan air, penulis menyarankan agar
penampungan ini dibersihkan secara berkala. Masalah bak penampungan air
di kamar mandi yang berukuran cukup besar namun tidak disertai saluran
pembuangan air bak, sehingga sedikit menyulitkan saat membersihkan.
Penulis menyarankan agar dibuatkan pipa atau saluran pembuangan untuk
menguras sehingga air yang ditampung juga lebih terjamin kebersihannya.
3.2 Hasil
Dari program pertama yaitu penyuluhan mengenai TBC yang dilakukan pada
keluarga I Gusti Nyoman Biasa. Istri KK, Ibu Gusti Ayu Nengah Suti mau
memeriksakan dahaknya, dan sudah dilakukan saat kunjungan terakhir
penulis ke KK.
Program yang kedua penyuluhan mengenai Rematik yang dilakukan pada
keluarga I Gusti Putu Yasa. Bapak I Gusti Putu Yasa dan istri saat ini
memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuan fisik yang dimilikinya.
Beliau lebih banyak mengerjakan pekerjaan rumahan dan lebih sedikit
menggunakan sendi sendi yang sering sakit.
Program yang ketiga penataan bangunan pada keluarga bapak I Gusti
Nyoman Biasa dan I Gusti Putu Yasa. Kedua keluarga tersebut sekarang
sudah mengerti pentingnya penataan bangunan untuk kesehatan. Saat
kunjungan mereka sudah membuka jendela kamar pada pagi hari dan
membuka pintu serta jendela saat memasak di dapur. Ventilasi rumah bapak I
Gusti Nyoman Biasa yang sebelumnya ditutup dengan koran kini sudah
diganti dengan jaring-jaring, kemudian anak bapak I Gusti Nyoman Biasa
berencana akan menambah jumlah ventilasi pada bangunan rumahnya. Untuk
masalah saluran pembuangan penampungan air di kamar mandi, keluarga
11
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
12/26
bapak I Gusti Nyoman Biasa dan I Gusti Putu Yasa sudah membuat saluran
pembuangan yang terbuat dari pipa sehingga secara berkala air dapat dikuras
dan tempat penampungan bisa dibersihkan.
12
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
13/26
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan1. Keluarga binaan penulis memiliki lingkungan fisik rumah yang kurang
sehat, dengan keadaan ekonomi beragam, dan prilaku hidup sehat yang
masih kurang tetapi terjalin hubungan yang harmonis baik dalam
lingkungan keluarga ataupun masyarakat sekitarnya.
2. Terdapat persepsi yang kurang tepat mengenai konsep sakit dan anggapan
bahwa sudah sembuh ketika penyakit yang dialaminya tidak menunjukkan
gejala yang disebabkan rendahnya tingkat pendidikan. Pengetahuan
penderita dan keluarga tentang penyakit serta penanganannya masih sangat
kurang, sehingga dianggap tidak perlu untuk memeriksakan diri dan
minum obat secara teratur.
3.Selama kegiatan PPD ini, yang telah penulis lakukan adalah
mempraktekkan teori kedokteran keluarga, yaitu dengan memberikan KIE
dan motivasi baik kepada pihak penderita dan juga keluarganya tentang
13
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
14/26
penyakit yang dihadapi. Juga disampaikan untuk menghentikan kebiasaan-
kebiasaan buruk yang mengganggu kesehatan.
4.2. Saran
1. Seluruh anggota keluarga hendaknya turut mendukung proses pengobatan
penderita, baik dengan menyediakan makanan yang sesuai dengan pola
diet penderita dan minum obat secara teratur serta mengingatkan penderita
agar minum obat teratur dan kontrol rutin ke puskesmas setelah minum
obatnya habis.
2. Persepsi sakit yang kurang tepat di masing-masing keluarga binaan diubah
secara perlahan dengan melibatkan dukungan kader-kader kasehatan dan
peran serta pihak puskesmas yang lebih intensif misalnya dengan
memberikan penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan bagaimana hidup sehat
yang baik.
3. Dibutuhkan peran aktif dari petugas kesehatan untuk memberikan
komunikasi, informasi dan edukasi yang tepat dan berkelanjutan pada
penderita dan orang-orang terdekatnya
14
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
15/26
BAB I
PENANGGULANGAN PENYAKIT/MASALAH TBC DENGAN
PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA
1.1 Latar Belakang Kasus
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyebar melalui transmisi udara.
Menurut studi epidemiologi dikatakan setiap tahun terdapat 250.000 kasus
baru TB dan sekitar 140.000 kematian akibat TB. Indonesia masih menempatiurutan ke 3 di dunia setelah India dan China. Di Indonesia TB merupakan
penyebab kedmatian nomor 3 setelah penyakit jantung dan penyakit
pernafasan akut. Pada Tuberkulosis Paru kuman tuberkulosis yang masuk
melalui saluran nafas bersarang di jaringan paru. Penyakit ini menimbulkan
gejala respiratorik seperti batuk-batuk, batuk darah, nyeri dada, dan sesak
nafas selain itu juga menimbulkan gejala sistemik seperti malaise, keringat
dingin dan penurunan berat badan.
15
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
16/26
Kasus bernama Gusti Ayu Nengah Suti, umur 50 tahun. Ia merupakan istri
KK I Gusti Nyoman Biasa yang termasuk salah satu keluarga di Banjar Malet
Gusti, Desa Penglumbaran, Kecamatan Susust, Kabupaten Bangli. Penderita
diketahui menderita TBC sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu, dimana
pengobatan yang dilakukannya belumlah tuntas. Alasan-alasan inilah yang
mendasari pemilihan kasus Tuberkulosis sebagai laporan kasus penulis.
Identitas Pasien
Nama : Gusti Ayu Nengah Suti
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : PerempuanPendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan : IRT
Riwayat keluarga : Tidak ada
Data Keluarga :
No Nama JKUmur
(thn)Pendidikan
Hubungan
dgn KKPekerjaan
1. I Gusti Nyoman Biasa L 55 Tamat SD KK Tidak bekerja2. Gusti Ayu Nengah Suti P 50 Tidak sekolah Istri KK IRT
3. Gusti Putu Supartini P 28 Tamat SMA Anak I Swasta
4. I Gusti Nengah Muliada L 23 Tamat SMA Anak II Swasta
5. Gusti Ayu Komang Ani P 18 Tamat SMP Anak III Swasta
Di bawah ini tercantum silsilah keluarga yang terdiri dari KK, Istri KK
beserta anak anaknya :
Keterangan:
16
1 2
43 5
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
17/26
= Laki-laki
= Perempuan
1.2 Riwayat Penyakit
Ibu Gusti Ayu Nengah Suti memiliki riwayat menderita TBC sekitar 2 tahun
yang lalu. Awalnya dikatakan ia menderita batuk batuk yang cukup lama,
sudah lebih dari 3 minggu. Batuk ini disertai dengan keluarnya dahak yang
berwarna keputihan. Keluhan ini terutama ia rasakan pada malam hari disertai
dengan keluarnya keringat dingin. Berat badannya pun terus menurun. Karena
sangat mengganggu aktivitasnya, maka ia pun memeriksakan dirinya ke
Puskesmas Susut I. Di Puskesmas, ibu Gusti Ayu Nengah Suti menjalani
pemeriksaan dahak dan dikatakan positif menderita TBC. Akhirnya ia
mendapatkan pengobatan selama 6 bulan dengan 3 jenis obat yang berbeda.
Enam bulan kemudian, setelah pengobatannya dianggap selesai, Ibu Gusti
Ayu Nengah Suti kembali memeriksakan dirinya ke Puskesmas. Oleh
puskesmas ia dirujuk ke RS Bangli untuk menjalani rontgen. Hasil rontgen
dikembalikan kepada Ibu Gusti Ayu Nengah Suti untuk dibawa kembali ke
Puskesmas. Dokter Puskesmas mengatakan penyakit TBC nya belum sembuh
sehingga harus menjalani pengobatan selanjutnya. Namun tak berselang lama
Ibu Gusti Ayu Nengah Suti mengkonsumsi obat tersebut, ia merasa tidak
cocok dengan obatnya, ia sering merasa pusing, sakit perut hingga muntah
muntah setiap habis minum obat. Oleh karena itu, ia menghentikan sendiri
menggunakan obat tersebut dan tidak mau lagi pergi ke Puskesmas.
Setelah kejadian itu, Ibu Gusti Ayu Nengah Suti merasa kapok berobat,terutama bila harus ke Puskesmas Susust I. Bila ia merasa sakit, maka ia
hanya minum jamu jamuan atau bila parah pergi ke mantri di tempatnya
atau lebih memilih ke praktek dokter swasta bila memiliki uang untuk
berobat.
Saat ini keluhan batuk batuk masih ada, badan nya pun kurus. Nafsu
makan cukup, namun Ibu Gusti Ayu Nengah Suti mengaku tidak bisa makan
17
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
18/26
daging. Ia hanya makan nasi lembek dengan sayur atau ikan. Kadangkala bila
batuknya kumat, ia susah tidur pada malam harinya.
BAB II
ANALISIS SITUASI KELUARGA
2.1 Aspek Lingkungan Fisik
Keluarga binaan tinggal dalam satu pekarangan terdapat beberapa bangunan,
yaitu bangunan tempat tinggal KK, bangunan tempat tinggal anak KK, dapur
dan kamar mandi, bale dangin, dan merajan. Bangunan-bangunan utama
sudah permanen, tembok bercat putih bermotif, atap rumah dari genteng,
lantai rumah sebagian sudah dikeramik. Kondisi tembok dan lantai terlihat
cukup bersih.
Dapur belum berupa bangunan permanen yang dindingnya terbuat dari bedeg
dan atap dari seseh. Kondisi bagian dalam dapur tampak gelap dan
dindingnya tertutup jelaga berwarna hitam yang jarang dibersihkan. Peralatan
masak pun tampak sudah lama dan hitam. Sehari-hari keluarga penderita
memasak menggunakan kayu bakar. Penerangan dan ventilasi dapur agak
kurang. Kamar mandi hanya ada satu, terletak di sebelah barat dapur. Kamar
18
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
19/26
mandi ini sudah dilengkapi dengan WC. Bangunan kamar mandi sudah
dibangun permanen dengan tembok batako dan atap genteng. Keadaan kamar
mandi cukup bersih. Lantai kamar mandi terbuat dari keramik. Sumber air
didapatkan dari PDAM yang mengalir setiap dua hari. Air ini digunakan
untuk mandi, minum, dan memasak. Sumber penerangan berasal dari PLN
yang dibagi bersama lima rumah yang lain.
Kamar tidur kepala keluarga terletak di bangunan sebelah timur. Kamar
seluas 3 x 4 meter tampak kurang rapi. Didalamnya terdapat dua kasur dan
satu lemari. Sprei di atas kasur tampak lusuh dan acak-acakan. Menurut istri
KK mereka mengganti sprei setiap 1 bulan sekali. Penerangan di dalam
kamar berupa sebuah lampu neon yang cukup terang. Ventilasi yang ada
terdiri dari jendela dan lubang angin di atas pintu namun ditutupi dengan
koran. Pekarangan rumah adalah tanah kering berpasir dan tidak tanaman.
Sampah yang ada biasanya diletakkan di belakang dapur dan dibakar.
2.2 Aspek Sosial Ekonomi
Keluarga I Gusti Nyoman Biasa termasuk kelas sosial ekonomi menengah.
Saat ini KK tidak bekerja. Dahulu KK pernah bekerja sebagai tukang
bangunan, namun karena tenaganya sudah tidak sekuat dulu lagi, maka KK
sudah berhenti menjadi tukang kira kira sejak 1 tahun belakangan. Istri KK
pun tidak bekerja, hanya menjadi Ibu umah tangga. Pendapatan mereka
dapatkan dari uang yang diberi oleh anak anaknya yang telah bekerja.
Untuk segala jenis bahan makanan seperti beras, minyak, dan bahan sembako
lainnya dibelikan oleh anaknya. KK mengatakan hanya perlu mengeluarkan
uang untuk membayar air, listrik, ataupun untuk keperluan upacara. Rata rata pengeluaran keluarga ini untuk pembayaran tersebut sekitar Rp.
150.000,00. Menurut KK uang yang mereka dapatkan masih dapat
mencukupi kebutuhan mereka tiap bulan.
Bila ada anggota keluarga yang sakit, mereka membawanya ke mantri desa.
Namun KK mengatakan bila memang harus membawa anggota keluarganya
yang sakit ke rumah sakit, ia tetap akan berusaha menyediakan biayanya.
19
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
20/26
2.3 Aspek Sosial Budaya
Keluarga binaan tergolong cukup aktif dalam kegiatan banjar, terutama KK.
Persembahyangan rutin setiap hari selalu dilakukan. Keluarga binaan juga
melakukan aktivitas keagamaan pada rahinan tertentu dan upacara-upacara
adat, baik di banjar, desa, ataupun di rumah KK sendiri. Hubungan KK dan
anggota keluarganya pun baik dengan tetangga tetangga sekitarnya.
2.4 Aspek Sosial Psikologis
Hubungan antar anggota keluarga cukup baik. Hubungan anak dengan orang
tua cukup baik. Mereka saling membantu dan mendukung dalam
mengerjakan segala tugas di rumah. Tanggung jawab ekonomi telah diambil
alih oleh anak KK, sedangkan KK sendiri dibatasi kegiatannya hanya seputar
mengerjakan pekerjaan rumah. KK sendiri tampaknya tidak ada masalah
dengan perlakuan anggota keluarga dan masyarakat
BAB III
RUMUSAN MASALAH DAN SOLUSI
3.1 Aspek Kesehatan Anggota Keluarga
Dalam keluarga ini, selain penderita (istri KK) yang memiliki riwayat
penyakit TBC, tidak ada yang mengalami masalah kesehatan yang berarti.
Penyakit yang biasanya diderita yaitu panas, batuk dan pilek. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena perubahan cuaca. Dalam satu tahun, tidak
ada kelahiran dan kematian. Status gizi dari keluarga ini dapat dikatakan
cukup, kecuali istri KK yang bila dihitung BMI nya hanya 15,5 (termasuk
underweight). Ini mungkin terjadi karena kurangnya jenis makanan yang
dikonsumsi Ibu Gusti Ayu Nengah Suti walaupun dikatakan nafsu makannya
cukup.
3.2 Persepsi Sehat-Sakit
20
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
21/26
Pada umumnya masyarakat pedesaan masih banyak yang berpandangan
tradisional terhadap penyakit atau sistem kesehatannya. Sebagian besar dari
mereka umumnya mempercayai bahwa sakit disebabkan karena hal-hal yang
bersifat spiritual, seperti kutukan dari dewa, hukuman dari para leluhur,
terkena guna-guna atau ilmu hitam, kemasukan roh halus, dan sebagainya.
Disamping itu, berdasarkan konsep yang mereka anut, seseorang dikatakan
sakit apabila tidak dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari sebagaimana
mestinya. Konsep sehat-sakit inilah yang masih dipegang oleh sebagian besar
masyarakat Bali terutama mereka yang tinggal di pedesaan. Tidak jarang pula
konsep tersebut di atas masih dianut oleh sebagian masyarakat perkotaan.
Namun, dalam kehidupan modern sekarang ini dimana informasi kesehatan
menyebar sedemikian pesatnya hingga ke pelosok-pelosok desa, tentunya
tidak seluruh masyarakat pedesaan masih tetap menganut konsep tradisional
tersebut secara penuh.
Konsep sehat sakit yang dianut oleh keluarga binaan dapat dikatakan
perpaduan antara konsep tradisional dan modern. Hal ini dapat dilihat dari
persepsi mengenai penyebab munculnya kejadian sakit yang dialami oleh
anggota keluarga binaan. Beberapa contoh kasus dalam keluarga binaan dapat
diuraikan sebagai berikut. Pertama, pada kasus TBC yang diderita oleh Ibu
Gusti Ayu Nengah Suti, keluarga binaan menganggap bahwa penyakit TBC
tersebut disebabkan karena masalah medis, sehingga anggota keluarga
menyarankan untuk berobat ke dokter. Kedua, setelah kejadian ketika Ibu
Gusti Ayu Nengah Suti mendapat obat yang menurutnya tidak cocok tersebut,
ia berhenti menggunakan obat yang diberi Puskesmas dan beralih ke
pengobatan alternatif menggunakan obat obat tradisional seperti mengkuduyang dibakar dan diseduh seperti kopi. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa konsep sehat-sakit yang dianut oleh keluarga binaan sudah mengarah
pada konsep yang rasional dan modern, meskipun unsur kepercayaan
tradisional tidak dapat dipisahkan dari konsep sehat-sakit tersebut
.
3.3 Solusi Masalah Kesehatan
21
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
22/26
Sesuai dengan tujuan dari PPD ini agar kita dapat menangani masalah
kesehatan secara komprehensif dengan pendekatan holistik, maka kedokteran
keluarga merupakan metode yang efektif untuk mengatasinya. Masalah
kesehatan dalam keluarga ini adalah riwayat TBC pada istri KK. Beberapa
hal dan kegiatan yang diberikan terkait penerapan prinsip kedokteran
keluarga yaitu
1. Personal
o Memberi penjelasan tentang TBC kepada penderita dan keluarganya,
apa penyebab, bagaimana cara penularan, gejala-gejala, dan cara
pengobatan TBC.
o Menyarankan kepada penderita agar makan makanan yang cukup
bergizi, tidur dan istirahat yang cukup, dan jangan terlalu capek.
o Menjelaskan mengenai pengobatan yang sekarang dijalani oleh
penderita. Jenis obat, tujuan pengobatan, efek samping, dan akibatnya
bila tidak patuh dalam menjalani pengobatan. Kepatuhan dalam
minum obat sangat diperlukan untuk mencapai kesembuhan, hal ini
ditekankan pada penderita.
2. Koordinatif dan kolaboratif
o Memberi saran kepada keluarganya untuk berpartisipasi aktif dalam
pengobatan penderita. Misalnya dengan mengantar kontrol ke
puskesmas, mengambilkan obat jika penderita berhalangan,
mengawasi pola kerja dan pola makannya untuk mencegah
perburukan dari kondisinya, dan juga ikut membantu PMO
mengawasi penderita dalam minum obat.
3. Paripurna
o Memberi penjelasan tentang TBC kepada penderita dan keluarganya,
penyebab, cara penularan, gejala-gejala, dan cara pengobatan TBC.
Sehingga deteksi dini dapat segera dilakukan.
o Memberi penjelasan kepada penderita dan keluarga bagaimana cara-
cara mencegah penularan penyakit TBC kepada orang lain terutama
keluarga yang kontak erat dengan penderita.
22
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
23/26
4. Berkesinambungan
o Memantau perkembangan penyakit penderita dengan rutin
mengadakan kunjungan rumah seminggu sekali.o Mencatat rekam medis pasien yang berisi perkembangan penyakit
penderita.
o Menggunakan sistem DOT (Direct Observed Treatment), sekaligus
juga menunjuk anggota keluarga lain yang disegani untuk menjadi
PMO (Pengawas Minum Obat).
5. Mengutamakan Pencegahan
o Mengingatkan penderita agar tetap rajin minum obat walaupun
keluhan sudah berkurang.
o Menjelaskan pada penderita cara-cara mencegah penularan
penyakitnya terhadap orang-orang di sekitarnya. Cara yang dapat
ditempuh antara lain :
Menutup mulut dengan saputangan atau
memalingkan muka dari lawan bicaranya saat batuk ataupun
bersin.
Tidak membuang dahak sembarangan.
Dahak dibuang pada kaleng yang bisa ditutup dan sudah diisi
bahan kimia yang mengandung desinfektan misalnya cairan
pembersih kamar mandi atau pengepel lantai. Kemudian setelah
penuh, sebaiknya dibakar dan tidak dibuang sembarangan.
Membuka jendela kamar yang ada
sehingga sinar matahari masuk dan membantu membunuh kuman-
kuman TBC. Selain itu adanya ventilasi mampu memberikan
pertukaran udara kamar dengan udara luar yang lebih segar.
o Menyarankan kepada penderita dan keluarganya
agar makan makanan yang cukup bergizi, tidur dan istirahat yang
cukup, dan menjaga stamina tubuh agar tidak mudah terkena penyakit,
baik tertular penyakit pasien maupun penyakit lain.
23
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
24/26
o Mengingatkan penderita dan keluarganya bila
terdapat anggota keluarga yang mengalami gejala yang sama seperti
pasien, yaitu batuk-batuk lama, keringat malam, penurunan nafsu
makan, lemas, dll, agar segera memeriksakan diri ke puskesmas.
o Melakukan pemeriksaan dahak anggota keluarga
yang kontak erat dengan pasien.
6. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungan
o Menjelaskan mengenai kondisi penderita saat ini kepada keluarga,
bahwa penyakitnya bisa sembuh, tetapi harus patuh menjalani
pengobatan yang lama, sehingga keluarga sangat berperan yaitu dalammengawasi minum obat.
o Menjelaskan mengenai pengobatan penderita bahwa obat dapat
diperoleh secara gratis di Puskesmas walaupun pengobatan dalam
jangka waktu yang lama.
o Menjelaskan kepada keluarga bahwa penyakit TBC adalah penyakit
menular, namun penularannya masih bisa dicegah, misalnya mencegah
kontak dengan dahak penderita, menjaga daya tahan tubuh dengan
asupan gizi yang memadai, dengan menjaga kebersihan lingkungan
serta ventilasi yang cukup.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kasus bernama Gusti Ayu Nengah Suti, umur 50 tahun. Ia merupakan istri
KK I Gusti Nyoman Biasa yang termasuk salah satu keluarga di Banjar
Nyanglan Kaja, Desa Bangbang, Kecamatan Susust, Kabupaten Bangli.
Penderita diketahui menderita TBC sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu,
dimana pengobatan yang dilakukannya belumlah tuntas.
24
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
25/26
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keluhan sakit yang dialami
oleh Ibu Gusti Ayu Nengah Suti dipicu oleh berbagai faktor risiko seperti :
tidak tuntasnya pengobatan yang dijalani penderita terdahulu dan kurang
percayanya penderita pada tim medis yang telah memberikannya pengobatan
dahulu. Untuk mengatasi berbagai faktor risiko tersebut, maka diberikan
solusi kesehatan dengan penerapan prinsip-prinsip kedokteran keluarga
4.2 Saran
a. Kepada istri KK (Gusti Ayu Nengah Suti) agar menjalankan pengobatan
dengan taat dan teratur setelah hasil pemeriksaan selesai.
b. Kepada anggota keluarga lain agar mendukung usaha pengobatan
penderita hingga tuntas.
c. Setiap anggota keluarga agar menerapkan solusi kesehatan yang telah
diberikan sebelumnya.
LAMPIRAN
25
-
7/27/2019 Laporan KK Dampingan PGC A_sat Use
26/26
Ibu Gusti Ayu Nengah Suti/ penderita Kondisi kamar kk dan istri
Kondisi dapur Kondisi kamar mandi