KEADILAN TUHAN PADA LAFAZ AL-‘ADL, AL-QISTH DAN
AL-WAZN
(Telaah Komparatif Tafsir Lathâ’if al-Isyârât Karya Al-Qusyairi dan
Tafsir Al-Jailâni Karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani)
Skirpsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Dewi Sanggarwati
NIM: 15210651
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT)
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1441 H/2019 M
KEADILAN TUHAN PADA LAFAZ AL-‘ADL, AL-QISTH DAN
AL-WAZN
(Telaah Komparatif Tafsir Lathâ’if al-Isyârât Karya Al-Qusyairi dan
Tafsir Al-Jailâni Karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani)
Skirpsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Dewi Sanggarwati
NIM: 15210651
Pembimbing
Iffati Zamimah, M.Ag
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT)
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1441 H/2019 M
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Keadilan Tuhan pada Lafaz al-„Adl, al-Qisth dan al-
Wazn “(Telaah Komparatif Tafsir Lathâ‟if al-Isyârât Karya Al-Qusyairi dan
Tafsir Al-Jailâni Karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani)” yang disusun oleh
Dewi Sanggarwati dengan NIM 15210651 telah melalui proses bimbingan
dengan baik dan dinilai oleh pembimbing telah dan memenuhi syarat ilmiah
untuk diujikan dalam sidang Munaqasyah.
Jakarta, 15 Agustus 2019
Pembimbing
Iffaty Zamimah, M.Ag
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dewi Sanggarwati
NIM : 15210651
Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 06 Mei 1996
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Keadilan Tuhan pada Lafaz al-
„Adl, al-Qisth dan al-Wazn “(Telaah Komparatif Tafsir Lathâ‟if al-Isyârât
Karya Al-Qusyairi dan Tafsir Al-Jailâni Karya Syaikh Abdul Qadir Al-
Jailani)” adalah benar-benar asli karya penulis kecuali kutipan-kutipan yang
sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan didalam karya ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 15 Agustus 2019
Dewi Sanggarwati
iv
MOTTO
..
“…. Dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada Engkau, Ya
Tuhanku.”
Q.S Maryam [19]: 4
Bertakwa dan Berakhlak adalah Kunci dari Kehidupan
v
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya tercinta;
Ayah saya Dedi Junaedi
dan
Mamah saya Yulianingsih
Dan ketiga adik saya
Taufik Hidayah
Abdulah Zubair
Ilham Hilal Zubair
Sebagai penyemangat untuk selalu gigih dalam menuntuti lmu
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah sang Maha Pencipta yang telah
memberikan yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya sehingga kita
masih bisa hidup dalam keadaan yang penuh berkah.
Shalawat serta salam senantiasa penulis ucapkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah kezaman
yang berilmu pengetahuan seprti halnya sekarangi ni.
Selanjutnya penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena
atas pertolongan dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan judul “Keadilan Tuhan pada Lafaz al-„Adl, al-Qisth dan
al-Wazn “(Telaah Komparatif Tafsir Lathâ‟if al-Isyârât Karya Al-Qusyairi
dan Tafsir Al-Jailâni Karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani)”. Selain itu
penulis mengucapka nterimakasih yang sedalam-dalamnya kepada seluruh
pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih yang
terdalam kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, Rektor Instiitut Ilmu Al-
Qur‟an (IIQ) Jakarta beserta seluruh jajarannya yang telah berjasa
dalam kemajuan perguruan tinggi ini.
2. Warek I, Dr. Hj. Nadjematul Faizah, M.Hum, warek II, Dr. H. M.
Daud Arif Khan, S.E, M.Si, Ak, CPA dan warek III, Dr. Hj. Romlah
Widayati, M.Ag
vii
3. Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc, MA sebagai dekan Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah serta Kaprodi KH. Haris Hakam, S.H., MA
dan Sekprodi Mamluatun Nafisah, M.Ag
4. Iffaty Zamimah, M.Ag. dosen pembimbing yang luar biasa sabar dan
perhatian, yang memberikan banyak waktu, pikiran, tenaga dan
semangat untuk penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Ahmad Hawasi, MA dan Mamluatun Nafisah, M.Ag selaku penguji
6. Bapak dan Ibu dosen Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah
mendidik dan membimbing penulis serta mengajarkan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat.
7. Staf Fakultas Ushuluddin terima kasih atas semua waktu, semangat
dorongan dan motivasinya. Dan juga kepada Staf perpustakaan IIQ
Jakarta.
8. Terima kasih kepada kedua orang tua saya yang selalu memberi
dukungan dan motivasi selama ini.
9. Ucapan terima kasih kepada Instruktur Tahfidz IbuAtiqah, Ibu
Mahmudah, Ka Nurafriani Hasanah, dan Ibu Fatimah Askan terima
kasih atas waktu dan motivasi luar biasa kepada penulis untuk lebih
dekat dengan Al-Qur‟an.
10. Terima kasih juga buat seluruh teman-teman saya yang selalu
memberi motivasi terkhusus Mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur‟an
Jakarta angkatan 2015
11. Terima kasih kepada M. Fikri Mubarok, yang telah membantu
penulis dalam menerjemahkan kedua tafsir yang penulis ambil,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
Jakarta, 15 Agustus 2019
Penyusun
Dewi Sanggarwati
viii
DAFTAR ISI
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................... ii
PERNYATAAN PENULIS .......................................................... iii
MOTTO ......................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ......................................................................... v
KATAPENGANTAR .................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................. viii
ABSTRAK .................................................................................... xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................... xii
BAB I:PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................... 10
C. Pembatasan Masalah ........................................................ 11
D. Perumusan Masalah ........................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ............................................................... 11
F. Manfaat Penelitian ............................................................. 11
G. Tinjauan Pustaka ............................................................... 12
H. Metodologi Penelitian ....................................................... 15
I. Teknik dan Sistematika Penulisan ..................................... 16
BAB II:TINJAUAN TENTANG KATA AL-ADL, AL-QISTH
DAN AL-WAZN DALAM AL-QUR’AN
A. Devinisi Keadilan Tuhan ................................................... 19
B. Derivasi Keadilan dalam Al-Qur‟an ..................................
1. Term al-Adl .................................................................. 20
ix
2. Term al-Wazn ............................................................... 26
3. Term al-Qisth ................................................................ 28
C. Perdebatan Keadilan Tuhan ............................................... 32
BAB III: BIOGRAFI IMAM AL-QUSYAIRI DAN SYAIKH ABDUL
QADIR AL-JAILANI BESERTA PROFIL KITAB TAFSIR LATHȂ’IF
AL-ISYȂRȂT DAN AL-JAILȂNI
A. Riwayat Hidup Al-Qusyairi dan Metodologi Kitab Tafsir Lathâ‟if al-
Isyârât
1. Biografi Imam al-Qusyairi ........................................ 37
2. Perjalanan Intelektual Imam Qusyairi ....................... 42
3. Karya-karya Imam al-Qusyairi ................................. 45
4. Guru-guru Imam al-Qusyairi .................................... 46
5. Murid-murid Imam al-Qusyairi ................................ 46
6. Latar Belakan Penulisan Tafsir Lathâ‟if al-Isyârât ... 47
7. Metode dan Corak Penafsiran Tafsir Lathâ‟if
al-Isyârât .................................................................... 49
8. Karakteristik Penulisan Tafsir Lathâ‟ifal-Isyârât ...... 51
9. Sistemaatika Penulisan Tafsir Lathâ‟ifal-Isyârât ...... 53
B. Riwayat Hidup Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dan Metodologi Kitab
Tafsir al-Jailâni ......................................................................
1. Biografi Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani ................... 54
2. Perjalanan Intelektual Syaikh Abdul Qadir
Al-Jailani ................................................................... 57
3. Pendidikan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani ............... 59
4. Karya-karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani ............. 61
5. Guru-guru Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani ................ 62
x
6. Murid-murid Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani ............ 63
7. Latar Belakang Penulisan Tafsir al-Jailâni ............... 64
8. Metode dan Corak Penafsiran Tafsir al-Jailâni ......... 66
9. Karakteristik Penafsiran Tafsir al-Jailâni .................. 66
10. Sistematika Penafsiran Tafsir al-Jailâni .................... 67
BAB IV: PENAFSIRAN AYAT-AYAT YANG BERKAITAN DENGAN
KEADILAN TUHAN
A. Analisis Penafsiran Menurut Imam Qusyairi danSyaikh Abdul Qadir
al-Jailani ............................................................................ 69
B. Analisis Persamaan dan Perbedaan ................................... 90
C. Kekurangan dan Kelebihan ............................................... 98
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 103
B. Saran .................................................................................. 104
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 105
BIOGRAFI PENULIS
xi
ABSTRAK
Allah SWT disebut sebagai Yang "Maha Adil dan Bijaksana"
terhadap semua hamba-Nya, karena Allah SWT tidak mempunyai
kepentingan apa-apa dari perbuatan yang dilakukan oleh hamba-Nya jika
manusia berbuat kebaikan, maka tidak akan mempengaruhi Kemaha adilann-
Nya itu. Apa yang dibuat oleh manusia, apakah kebaikan atau kezaliman,
hasilnya akan diterima oleh manusia itu sendiri
Keadilan juga diungkapkan oleh al-Qur'an antara lain dengan kata al-
qisth dan wasath para ahli tafsir juga ada yang memasukan sebagian
daripengertian kata-kata mîzân kedalam pengertian adil. Semua pengertian
berbagai kata-kata itu bertemu dalam suatu ide umum sekitar sikap tengah
yang berkeseimbangan dan jujur
Penelitian ini mengkaji tentang keadilan Tuhan menurut pandangan
sufi melalui kitab tafsir Lathâ‟if al-Isyârât karya al-Qusyairi dan tafsir al-
Jailâni karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis pelitian kualitatif
berupa library research. Adapun pengumpulan data melalui kajian pustaka
terhadap buku-buku, jurnal dan skripsi yang berkaitan dengan keadilan . pada
penelitian ini penulis memfokuskan keadilan Tuhan.
Adapun hasil dalam penelitian ini, penulis menemukan ayat-ayat yang
berkaitan dengan keadilan Allah dalam term al-„Adl, al-Qisth dan al-Mîzân.
Namun penulispun menemukan ayat yang berkaitan dengan keadilan Allah
walaupun bukan dengan term tersebut.
Al-„Adl keadilan yang ditegakan berdasarkan hukum yang telah
terdapat di dalam Al-Qur‟an. Ketika menggunakan kata al-„Adl makna
dasarnya ialah “seimbang‟ yang berarti tidak condong, sama bahkan ketika
konteks ayat menggunakan term ini menandakan bahwa hanya salah satu
yang merasakan puas
Al-Qisth keadilan yang memiliki tanggung jawab berat dari pada adil
yang menggunakan term al-„Adl. Term ini juga lebih mengutamakan kedua
belah pihak yang merasakan kepuasan. Lebih ke dzat Allah
Al-Wazn yang berarti Mizan atau timbangan. Dan mizan adalah “alat
untuk menimbang”. Digunakannya mizan dikarnakan kata ini cocok untuk
sebagai sandaran yang paling tepat untuk menentukan segala sesuatu tanda
adanya unsur kecurangan sedikitpun. Istilah mizan (Timbangan) sama dengan
perhitungan (hisab) yang artinya nengandung arti ukuran untuk menilai.
Dalam konteks perbuatan, ukuran itu seperti nilai-nilai yang telah ditetapkan
Allah. Keadilan Allah juga tidak lepas dari moralitas yang telah ditetapkan
oleh Allah.
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi ini berpedoman pada buku penulisan skripsi, tesis, dan disertasi
Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta tahun 2017. Transliterasi Arab-Latin
mengacup pada berikut ini:
1. Konsonan
No. Arab Latin No. Arab Latin
Th ط .A 16 ا .1
Zh ظ .B 17 ب .2
„ ع .T 18 ت .3
Gh غ .Ts 19 ث .4
F ؼ .J 20 ج .5
Q ؽ .H 21 ح .6
K ؾ .Kh 22 خ .7
L ؿ .D 23 د .8
M ـ .Dz 24 ذ .9
N ف .R 25 ر .10
W ك .Z 26 ز .11
H ق .S 27 س .12
, ء .Sy 28 ش .13
Y م .Sh 29 ص .14
Dh ض .15
xiii
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal panjang Vokal Rangkap
Fathah : a آ : ȃ م َ ْ .. :
ai
Kasrah : i ي : ȋ ك َ .. :au
Dhammah : u و : ȗ
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikutialif lam(اؿ) qamariyah.
Kata sandang yang diikutialif lam (اؿ) qamariyahdi
transliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh :
al-Madȋnah :المدينة al-Baqarah :البقرة
b. Kata Sandang yang diikutioleh(اؿ) syamsiah
Kata sandang yang diikutialif lam (اؿ) syamsiah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan
dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
as-Sayyidah: السيدة ar-rajul :الرجل
ad-Dȃrimȋ:الدارمي asy-syams:الشمش
xiv
c. Syaddah (Tasydȋd)
Syaddah (Tasydȋd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang
( ْ ْ ْ ) sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan cara menggandengkan huruf yang bertanda
tasydȋd. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydȋd yang
berada di tengah kata ataupun yang terletak setelah kata sandang
yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiah.Contoh:
اللاّ waar-rukka‟i: ك الرُّكّعا Ȃmannȃbillȃhi :ء م نّآ بِا
ء ام ن السُّف هآء :Ȃmannȃas-Sufahȃ‟u إافَّ الذايْن :Inna al ladzȋna
d. Ta Marbȗthah (ة)
Ta Marbȗthah(ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh
kata sifat (na‟at),maka huruf tersebut diaksarakan menja dihuruf
“h”. Contoh:
ةا al-Af‟idah : ا لْْ فْئاد
ي ة ما سْلَ al-Jȃmi‟ah al-Islȃmiyyah : ا لْْ اماع ة الإا
Sedang kanta marbuthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (ism) maka dialih aksarakan menjadi
huruf ”t”. Contoh:
ب ةا ل ةٌ الن اصا .Ȃmilatun Nȃshibah„ : ع اما
al-Ȃyat al-Kubra : ا لْْ ي ة الْك بػْر ل
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf capital, akan
tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan
xv
PUEBI, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal, nama tempat,
nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada
PUEBI berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (itali)
atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama
diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis
capital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh: „Ali
Hasan al-„Ȃridh, al-Ȃsqallȃnȋ, al-Farmawȋ dan seterusnya. Khusus
untuk penulisan kata Alqur‟an dan nama-nama surahnya
menggunakan huruf capital. Contoh: Al-Qur‟an, Al-Baqarah, Al-
Fȃtihah dan seterusnya.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keadilan adalah salah satu sifat Tuhan dan Al-Qur‟an
menekankannya agar kita menjadikannya sebagai idea moral.Tuhan
memerintahkan manusia agar bersikap adil satu sama lain dan dalam
mengadili diantara manusia, agar mengadili secara adil, karena Ia
mencintai orang-orang yang mengadili secara adil. Seluruh orang yang
beriman mempertahankan keadilan meskipun hal itu akan merugikan
dirinnya sendiri. Oleh karena itu manusia harus menegakan keadilan,
keadilan bernilai mutlak dan secara mora meningkat.1
Allah SWT disebut sebagai Yang "Maha Adil dan Bijaksana"
terhadap semua hamba-Nya, karena Allah SWT tidak mempunyai
kepentingan apa-apa dari perbuatan yang dilakukan oleh hamba-Nya jika
manusia berbuat kebaikan, maka tidak akan mempengaruhi Kemaha
adilann-Nya itu. Apa yang dibuat oleh manusia, apakah kebaikan atau
kezaliman, hasilnya akan diterima oleh manusia itu sendiri2
Keadilan dalam perspektif Islam adalah bagaimana mengendalikan
masyarakata agar sesuai norma-norma yang ada dalam Al-Qur‟an dan
hadis. Mengapa selalu merujuk pada kitab suci Al-Qur‟an dan hadis
?sebab, dalam perspektif Islam, kitab Al-Qur‟an dan hadis diperlukan
untuk memberikan arahan perjalanan masyarakat. Artinya, kegiatan-
kegiatan sosial dalam Islam selalu diilhami, didorong dan dikendalikan
1Abul A‟la Al-Maudidi dkk, Esensi Al-Qur’an, (Bandung: Penerbit Mîzân) cet.1h,
42 2 Nurlaila Harun, Makna Keadilan dalam Perspektif Hukum Islam dan Perundang-
undangan", h. 73
2
oleh nilai-nilai tersebut.Hal ini dapat bermakna ganda, pertama, dalam
rangka memenuhi harapan-harapan Ilahi dan yang kedua, pada saat yang
sama, beraktifitas menuju masyarakat yang dinamis dalam ridho Tuhan.3
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata adil bisa dilihat
melalui adaptasi dari bahasa arab "al-'adl" yang artinya sesuatu yang
baik, sikap yang tidak memihak, penjagaan hak-hak seseorang dan cara
yang tepat dalam mengambil keputusan.4
Islam, sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
dan keadilan, juga memerintahkan umatnya untuk berlaku adil kepada
semua orang tanpa membedakan warna kulit, jenis kelamin, suku bahkan
akidah. Ini menunjukan bahwa berlaku adil merupakan sikap dasar
seorang muslim.5
Untuk mengambarkan keadilan juga menggunakan kata-kata yang
lain (sinonim) seperti qisth, hukum, dan sebagainnya.6
Ayat-ayat mengenai keadilan al-’Adl, dan yang semakna dengan
keadilan seperti al-Qisth, al-mîzân, dan al-wasath terdapat dalam
berbagai tempat didalam Al-Qur‟an.Keadilan juga mempunyai hubungan
yang signifikan dalam ajaran tauhid yang memberi penekanan
3NugrohoTaufik, Pasang Surut Hubungan Islam dan Negara Pancasila,
(Yogyakarta:PADMA,2003), h. 117. 4 Dep. Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994) cet.3
h, 125 5 Lajnahpentashihan mushaf Al-Qur‟anhukum, keadilan dan hak asasi manusia,
(Jakarta :lajnah pentashihan Al-Qur‟an 2010) cet.1 h, 159 6 M. Quraish Shihab, Tafsir Maudhu'i atas Berbagai Persoalan Umat, (Jakarta:
PT.Mîzân, 2000), h. 18
3
kepada“pemerdekaan diri” secara individu, dan sekaligus membawa
pesan persamaan dalam kehidupan sosial.7
Keadilan juga diungkapkan oleh Al-Qur‟an antara lain dengan kata al-
Qisth dan wasath para ahli tafsir juga ada yang memasukan sebagian
daripengertian kata-kata mîzân kedalam pengertian adil. Semua
pengertian berbagai kata-kata itu bertemu dalam suatu ide umum sekitar
sikap tengah yang berkeseimbangan dan jujur.8
Menurut Al-Raghib al-Isfahani (w 502 H), yang secara khusus
mencurahkan perhatiannya dalam telaah makna kosakata dan strukturnya
dalam kalimat yang terdapat dalam Al-Qur‟an pada sub al-’Adl membagi
makna keadilan pada dua macam pertama, keadilan mutlak (absolut)
yang pertimbangannya didasarkan kepada akal budi, dan ia bersifat
universal, karena tidak mengalami perubahan dan berlaku sepanjang
zaman.Kedua, keadilan yang ditetaapkan melalui ketetapan syara dan
dapat mengalami perubahan dan pembatansan sejalan dengan perubahan
kepentingan dan tuntutan zaman.9
Menurut al-Asfahani (w. 356 H), kata al-„Adl “berarti memberi
pembagian yang sama”. Sementara itu pakar lain mendefinisikan kata al-
„adl dengan sifat proporsional yang tidak berlebihan (ifrat) dan tidak
kekurangan (tafrit).Ada juga yang mengartikan al-„Adl “memberikan hak
kepada pemiliknya melalui jalan yang terdekat”.Pendapat ini miridengan
7Amiur Nuruddin, Keadilan dalam Al-Qur’an, (Jakarta : Hijri Pustaka Utama, 2008)
cet. 1 h, 1 8 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Pradaban, (Jakarta: Yayasan Wakaf
Paramadina, 1992), cet. I, h. 511. 9 Amiur Nuruddin Keadilan dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2008),
cet. I, h. 3.
4
pendapat Al-Marâghî yang memaknai al‟Adl sebagai “menyampaikan hak
kepada pemiliknya secara efektif”.10
Menurut Aristoteles (384-322 SM), keadilan adalah nilai keutamaan,
bukan keutamaan yang mandul, dan bukan pula semata-mata bersifat
individual. Keadilan harus mempunyai efek dan implikasi kepada orang
lain. Tak ubahnya seperti matahari yang selalu terbit membawa kebaikan
dan manfaat kepada orang lain.Dan keadilan sebagai nilai moral yang
paling sempurna (الفاضله التامه). Dan ia selalu menerangkan lawan kosa kata
itu dengan dzalim. 11
Menurut Abu Hayyan (w. 745 H/1344 M) dalam tafsirnya, al-
’Adladalah melaksanakan setiap kewajiban dalam permasalahan akidah,
syariat dan berjalan bersama manusia lainnya dalam penuaian setiap
amanah, dan meninggalkan kedzaliman, berlaku pertengahan (tidak
condong kepada salah satu pihak) serta memberikan setiap hak pada yang
berhak (atas hak tersebut).12
Menurut Muhammad Husain al-Tabathaba‟I (w 1981 M) dalamkitab
al-Mîzân fi Tafsir Al-Qur’an menjelaskan makna dari keadilan itu
“senantiasa mengambil sikap tengah (al-wasth) dan menjauhi segala
bentuk yang berlebihan (al-ifrath) dan berkekurangan (al-tafrith). Sikap
tengah dan moderat adalah pesan esensial Al-Qur‟an tentang keadilan,
10
Lajnah Pentashihan Tafsir al-quran tematik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur‟an, 2014), cet pertama, h. 4 11
Amiur Nuruddin Keadilan dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama,
2008), cet. I, h. 3. 12
Iffaty Zamimah, Al-Wasathiyyah dalam Al-Qur’an: study tafsir Al-Marâghî, al-
Munîr dan al-Misbâh, Tesis, Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta, h. 37. Lihat juga Abu Hayyan
al-Andalusi, Tafsir al-Bahr al-Muhith, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1422/2001), cet. Ke-
1, jilid V, h. 513
5
sehingga umatnya yang disebut dengan “umat tengah” (ummatan
wasathan).
Adapun menurut Wahbah Zuhailî (w. 2015 M), al-’Adl merupakan
dasar kekuasaan yang bertujuan terbangunnya peradaban dan kemajuan
dalam semua h serta didukung oleh setiap orang yang berakal.13
Menurut Imam al-Qusyairi dalam kitabnya (w.465H) hakekat dari adil
ialah tidak terealisasikan kecuali dengan keseimbangan dari setiap bagian,
adapun adil lebih dekat dengan ketakwaan dan penyimpangan lebih dekat
dari pada perpecahan dan juga menjatuhkan dari orang yang dekat
didalam cobaan yang sangat besar.14
Menurut al-Jailani (w.561H) keadilan lebih dekat dengan ketakwaan
sesuatu yang telah diharamkan oleh Allah dan menjauhi dari larangan-
larangan-Nya.15
Dengan memperhatikan bagaimana pandangan diatas maka dapat
ditarik kesimpulannya bahwa, keadilan adalah dapat menempatkan segala
sesuatu pada tempatnya masing-masing (tidak berat sebelah) dan tidak
ada pihak manapun yang dirugikan. Keadilan juga merupakan nilai
keutamaan yang universal yang menampakkan nilai kemanusiaan secara
keseluruhan.danadil dapat mendekatkan kita kepada ketakwaan.
Jika Al-Qur‟an berbicara tentang keadilan, sudah barang tentu
disamping melanjutkan kecendrungan yang ada yang melekat padadiri
13
Iffaty Zamimah, Al-Wasathiyyah dalam Al-Qur’an: study tafsir Al-Marâghî, al-
Munîr dan al-Misbâh, Tesis, Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta, h. 38. Lihat, Wahbah al-
Zuhailî, Tafsir al-Munîr:fi al-Akidah wa al-Manhâj wa asy-Syarî’ah, (Damaskus: Darul Fikr,
1991), jilid. 17, h. 217 14
Al-Qusyairi, Tafsir Lathâ’ifal-Isyârât, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2007),
cet. I, h. 95. 15
Syaikh M. Fadhil al-Jailani, Tafsir al-Jailâni, (Istanbul: Markaz al-Jilani li al-
Buhus al-Ilmiyyah, 2009), cet. I, h. 485.
6
manusia, sekaligus juga menjawab persoalan yang tidak terpecahkan,
Disinilah pentingnya keadilan diteliti dalam wawasan dan perspektif Al-
Qur‟an.16
Simpul al-’Adl dengan berbagai bentuk dan turunannya (al-isytiqâq)
disebut tiga puluh satu kali.Arti pokok dari al-’Adl mengandung dua
makna yang berlawanan (mutaqâbilah), yang pertama makna istiwa
(lurus) dan kedua makna i'wijâj (bengkok). Makna-makna ini
sesungguhnya akan terlihat dalam penggunakan kata yang dikaitkan
dengan konteks tertentu dalam ayat.17
Kata al-’Adl di dalam Al-Qur‟an
terdapat di beberapa tempat seperti Al-Mâidah [5] ayat 95 dan 106, Al-
An‟âm [6]ayat 115, An-Nahl [16] ayat 76 dan 90 , An-Nisâ [4] ayat 58,
At-Talâq [65] ayat 2, dan Al-Hujurât [49] ayat.18
Simpul kata al-Qisth dalam berbagai bentuk kata jadiannya yang
membawa makna keadilan terdapat dalam Al-Qur‟an sebanyak duapuluh
tiga kali. Meskipun berasal dari kata yang sama, al-qasithun (ism fa'il)
muncul dua kali dalam Al-Qur‟an, sebagai lawan al-muslimun, yaitu
untuk mengungkap watak orang-orang yang menyimpang dari kebenaran.
Bentuk mashdar dari kata itu adalah al-Qisth, yang berarti al-jur (curang).
Dilihat dari segi bentuk simpul-simpul al-Qisth terdapat didalam Al-
Qur‟an dengan lima bentuk kata jadian, yaitu al-Qisth (masdar) sebanyak
lima belas kali, tuqsithu (fi'il mudhari) dua kali, aqsithu (fi'il amr) satu
kali, aqsath (isim tafdil) dua kali dan al-muqsithun (isim fa'il) sebanyak
16
Yasin T. al-Jibouri Konsep Tuhan Menurut Islam, (Jakarta:Lentera,2003), cet.1 h.
104 17
Amiur Nuruddin Keadilan dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama,
2008), cet. I, h. 38 18
Amiur Nuruddin Keadilan dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama,
2008), cet. I, h. 91
7
tiga kali. 19
Kata al-Qisth di dalam Al-Qur‟an terdapat di beberapa tempat
seperti Al-An‟âm [6]ayat 152, Al-Imrân [3] ayat 18 dan 21, Ar-Rahmân
[55]ayat 9, Yûnus 10] ayat 4, Asy-Syûrâ [42] ayat 182, Al-A‟râf [7] ayat
29, Al-Mâidah [5] ayat 8 dan 42, An-Nisâ [4] ayat 127 dan 135, Al-
Anbiyâ [21] ayat 47, Al-Isrâ [17] ayat 35, Hûd [11] ayat 85 dan Al-Hadîd
[57] ayat 25.
Simpul al-Wazn muncul dalam berbagai bentuk kata turunannya
sebanyak duapuluh tiga kali.Hampir pada keseluruhan makna yang
dibawannya menunjuk kepada arti "keseimbangan", "ukuran", dan
"timbangan".Sementara arti asal dari w-z-n adalah ta'dil dan
istiqamah.Dari duapuluh tiga kali pengulangan kata yang berasal dari al-
Wazn ini, tujuh belas diantarannya adalah ayat-ayat Makkiyah.Fenomena
ini memperkuat kesan bagaimana Al-Qur‟an berbicara dengan
masyarakat Makkah yang ditandai oleh aktifitas perdagangan, yang
memakai peralatan yang akrab dengan kehidupan seperti timbangan dan
takaran.20
Kata al-Mîzân di dalam Al-Qur‟an terdapat di beberapa tempat
seperti Al-A‟râf [7] ayat 8, 9 dan 85, Hûd [11] ayat 84 dan 85, al-Kahf
[18] ayat 105, Al-Mu‟minûn [23] ayat 102 dan 103, Asy-Syûrâ [26] ayat
182, Al-Qâri‟ah [101] ayat 6 dan 8, Al-Mutaffifin [83] ayat 3, Al-Anbiyâ
[21] ayat 47, Ar-Rahmân [55] ayat 7, 8, dan 9, Asy-Syûrâ [42] ayat 17,
dan Al-Hadîd [57] ayat 25.
Diturunkannya syari‟at Allah adalah tegaknya keadilan, karena
keadilan merupakan perwujudan syari‟at yang diturunkan Allah dan
bentuk kasih sayang-Nya, perintah menegakkan keadilan adalah suatu
19
Amiur Nuruddin Keadilan dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama,
2008), cet. I, h. 91 20
Amiur Nuruddin Keadilan dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama,
2008), cet. I, h. 105
8
hyang wajib, karena dengan keadilan akan memunculkan suasana yang
aman dan tentram tanpa ada rasa iri hati. Didalam Al-Qur‟an terdapat
kata al-’Adl, al-Qisth dan al-Wazn yang memiliki makna hampir sama
yaitu adil walaupun adil disini juga bukan berarti adil yang menempatkan
sesuatu pada tempatnya. Disinilah penulis akan meneliti lebih lanjut kata-
kata tersebut dan lebih memfokuskan “Keadilan Allah” dalam penafsiran
kaum sufi.
Ayat-ayat yang penulis bahas hanya memfokuskan keadilan Allah
yang terdapat dalam Q.S Al-An‟âm [6]: 115, Al-Baqarah [2]: 48, Al-
Imrân [3]: 18, Yûnus [10]: 4, Al-Anbiyâ [21]: 47, dan Al-A‟râf [7]: 8 dan
9. Alasan pengambilan ayat tersebut, setelah penulis mengumpulkan
ayat-ayat yang berkaitan dengan keadilan kemudian penulis
mempersempit pembahasan dan ditemukanlah ayat-ayat tersebut.
Keadilan itu sendiri pada hakekatnya bukanlah sesuatu yang
menakutkan. Manusia merasa takut kepada hukum keadilan karena ia
sadar telah berbuat kesalahan atau melanggar hak-hak orang lain. Oleh
karena itu, para sufi mengajarkan bahwa seorang pelancong spiritual
harus mempunyai keseimbangan dengan merasa cemas dan berharap. Ia
senantiasa merasa cemas, bersikir positif sekaligus negatif secara
seimbang. Yang maksudnya seorang muslim harus merasa takut dan
khawatir terhadap pembangkangan hawa nafsu dan kecendrungan jahat
pada dirinya, supaya kendali urusan tidak terlepas dari genggaman akal
dan keimanan. Tetapi pada saat yang sama, dia harus tetap merasa yakin
dan berharap akan kebaikan dan ampunan Allah SWT dengan memohon
perlindungan dari-Nya.
Tafsir kalangan sufi mempunyai keistimewaan tersendiri. Karena
tafsir para sufi pada umumnya mengangkat sesuatu yang terlupakan
9
dalam tafsir. Sebuah perintah atau pesan tidak hanya dilihat dari sudut
literalnya, melainkan dilihat dari sudut hikmah dan makna filosofinnya.
Para sufi pada umumnya menjadikan hati nurani sebagai perangkat
penting dalam melakukan penafsiran. Mereka telah naik dari tangga akal
menuju tangga hati dalam rangka menemukan dunia lain yang tidak lagi
berwajah konfliktual, melainkan mencoba menangkap hikmah-hikmah
yang terdapat dibalik setiap ayat di dalam Al-Qur‟an.21
Pada skripsi ini, penulis mengambil kitab tafsir Lathâ‟ifal-Isyârât
karya al-Qusyairi dan al-Jailani karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
dengan metode komperatif (perbandingan) mengenai tafsir ayat-ayat
sufistik dalam karya mufasir tersebut. Kitab tafsir sufi Lathâ‟ifal-Isyârât
karya al-Qusyairi lebih dikenal dengan tafsir al-Qusyairi. Dalam
perkembangan tasawuf, imam al-Qusyairi dikenal sebagai seorang sufi
moderat yang hidup pada abad V H, ia adalah pengikut madzhab al-
Asyari dalam kalam dan al-Syafi‟I dalam fikih. Al-Qusyairi dalam
penafsirannya cenderung bertempuh pada makna isyarah yang
tersembunyi dibalik makna ayat literal ayat, tetapi ia tetap memperhatikan
makna ayat literal itu sendiri. Bahkan ia berusaha mengkompromikan
antara makna isyarah dan makna lahir yang dimaksud dalam ayat.
Disamping itu, al-Qusyairi terkadang memperkuat penafsirannya dalam
riwayat.
Adapun al-Jailani, ia dikenal sebagai pendiri sekaligus penyebar salah
satu tarekat terbesar di dunia bernama tarekat Qadiriyah. Al-Jailani
bermadzhab al-Asy‟ari dalam kalam dan Hanbali dalam fiqh.Ia
merupakan tokoh sufi yang paling masyhur di Indonesia. Berkenaan
21
Misrawi Zuhairi Al-Qur’an Kitab Toleransi, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 142-
143
10
dengan kitab tafsir al-Jailâni, kitab ini mempunyai ciri khas dalam
penafsiran. Dalam setiap surat al-Jailani selalu memberi tafsir yang
berbeda pada basmalah, kemudian memberi kata pengantar dalam setiap
surat yang dinamakan fatihah surat dan mengakhiri setiap surat yang
dinamakan khatimah surat. Tafsir al-Jailâni terkadang menafsirkan ayat
dengan memandang aspek zahir ayat terutama pada wilayah
hukum.Tetapi juga menafsirkan dengan aspek batin.
Kaitan keadilan Allah pada zaman sekarang ini, seperti penulis tahu
bahwa zaman sekarang banyak orang yang berlaku semena-mena tanpa
memikirkan balasan yang akan diterima kelak. Bawasannya setiap
manusia akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT di akhirat
kelak.
Dari pernyataan tersebut, kajian terhadap kitab tafsir Lathâ’ifal-
Isyârât karya al-Qusyairi dan Tafsir al-Jailâni karya Syaih Abdul Qadir
al-Jailani penting dilakukan. Penulis dalam h ini ingin mengetahui
penafsiran ayat sufistik dalam karya ulama tasawuf tersebut dengan
memfokuskan penafsiran ayat keadilan, terutama “Keadilan Tuhan”
dalam term al-’Adl, al-Qisthdan al-Mîzân. Sebagaimana penulis tahu
bahwa seorang sufi memiliki batin yang suci dan dekat dengan Allah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan
sebelumnya, maka penulis menemukan beberapa masalah yang akan
dikaji sebagai berikut :
1. Membedakan dan mengupas kata al-’Adl, al-Qisth dan al-Wazn
dalam konteks adil yang berbeda beda
2. Kurangnya pengertian tentang keadilan menurut para sufi
11
3. Membedakan penafsiran al-Qusyairi dan al-Jailani dalam kitab
tafsirnya
C. Pembatasan Masalah
Dalam skripsi ini, penulis membatasi pembahasan dengan hanya
mengkaji sebagai berikut :
1. Apa makna kata al-’Adl, al-Qisth, dan al-Mîzân yang akan
dipahami dalam penafsiran Tafsir Lathâ’ifal-Isyârâtdan al-
Jailâni
2. Penulis hanya membahas ayat-ayat yang berkaitan dengan
keadilan Allah pada term al-’Adl, al-Qisth dan al-Mîzân
D. Perumusan Masalah
Sebagai mana pembatasan masalah, penulis akan membatasi
dalam membahasnya diantaranya :
Bagaimana makna kata al-’Adl, al-Qisth dan al-Mîzân
dalam kitab tafsir Lathâ’ifal-Isyârât karya al-Qusyairi dan
kitab al-Jailâni karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
E. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui penafsiran al-Qusyairi dan al-Jailani dalam
menafsirkan ayat keadilan Allah
b. Untuk menjelaskan/mendeskripsikan isi kandungan dalam
penafsiran al-Qusyairi dan al-Jailani
c. Untuk memberbedaan dan menyamakan penafsiran dalam Kitab
Tafsir Lathâ’ifal-Isyârât dan al-Jailâni
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang digunakan oleh penulis adalah
sebagai berikut :
12
1. Secara Teoritis
Penelitian yang penulis buat, di harapkan dapat memberikan
informasi kepada para pembaca tentang pembahasan yang penulis
telah buat.Penulis berharap hasil penelitian ini dapat menambah
bahan pustaka diskursus kajian Al-Qur‟an dan dapat memperkaya
bahan kepustakaan.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
penulis khususnya dan pembaca umumnya mengenai pembahasan
tentang keadilan Allah.Penelitian ini juga diharapkan mampu
menjadi referensi bahan bacaan atau kajian bagi mahasiswa atau
mahasiswi khususnya dalam bidang Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.
G. Tinjauan Pustaka
Penulis memang bukanlah orang yang pertama yang mengkaji
tentang makna keadilan ini, dan penulis banyak menemukan judul
yang serupa baik berupa skripsi, tesis maupun jurnal. Walaupun
menggunakan objek kitab tafsir yang berbeda diantaranya :
1. Skripsi “Konsep Keadilan dalam Al-Qur’an (telaah kata
al-’Adl dan al-Qisth dalam tafsir Al-Qurtubi”yang disusun
oleh Akmad SaikHûdin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dalam penelitiannya ini penulis memfokuskan kata al-’Adl
dan al-Qisth dalam segi linguistiknya.22
Persamaan diantara karya ilmiah ini ialah sama
meneliti kata al-‟Adl dan al-Qisth. Sedangkan yang
membedakannya adalah penulis menambah kata wazn
22
Akmad Saik Hudin, Skripsi: Konsep Keadilan dalam Al-Qur’an (telaah kata al-
’Adl dan al-Qisth dalam tafsir Al-Qurtubi, (Yogyakarta: UIN, 2014)
13
untuk di teliti karna memiliki makna yang hampir sama,
dan kitab tafsir yang digunakanpun berbeda karna penulis
memilih penafsiran dari kaum sufi.
Kontribusi skripsi ini dengan karya penulis ialah untuk
membedakan cara penafsiran sufi pada ayat keadilan dan
penafsiran keadilan pada kitab tafsir yang berbeda.
2. Skripsi “Keadilan Dalam Al-Qur’an” (analisis kata al-
Qisth pada berbagai ayat) yang disusun oleh
Alfionitazkiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Karya
ini menjelaskan keadilan di dalam Al-Qur‟an
memfokuskan pada kata al-Qisth.23
Persamaan diantara karya ilmiah ini ialah sama
meneliti al-Qisth. Sedangkan yang membedakannya
adalah penulis menambah kata al-’Adl dan al-Wazn untuk
di teliti karna memiliki makna yang hampir sama, dan
kitab tafsir yang digunakanpun berbeda karna penulis
memilih penafsiran dari kaum sufi sedangkan
Alfionitazkiyah dalam Al-Qur‟an.
Kontribusi skripsi ini dengan karya penulis ialah untuk
membedakan cara penafsiran sufi pada ayat keadilan dan
penafsiran keadilan dalam kitab tafsir dan hanya di dalam
Al-Qur‟an
3. Jurnal“Konsep Adil dalam Poligami (telaah pemikiran
Mushthofa Al-Adawi dalam tafsir Al-Tashîl Lita’wil Al-
Tanzil” yang disusun oleh, Yufni Faishol UIN Padang
23
Alfionitaziyah Keadilan dalam Al-Qur’an : analisis kata al-Qisth pada berbagai
ayat, (Jakarta : UIN, 2014)
14
Sumatra Barat. Dalam penelitian ini, yufni hanya
memfokuskan adil dalam poligami.24
Persamaan diantara karya ilmiah ini ialah sama
meneliti kata adil. Sedangkan yang membedakannya
adalah penulis membahas makna adil dalam kata al-’Adl,
al-Qisthdan al-Wazn .dan kitab tafsir yang digunakanpun
berbeda karna penulis memilih penafsiran dari kaum sufi
sedangkan Yufni
Kontribusi skripsi ini dengan karya penulis ialah untuk
membedakan cara penafsiran sufi pada ayat keadilan dan
penafsiran keadilan dalam kitab tafsir dan hanya di dalam
Al-Qur‟an
4. Skripsi “Konsep Keadilan (John Rawls dan Murtadha
Muthahari” yang disusun oleh, Zia Ulhaq Alfiah UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitian ini, Zia
membahas keadilan dari pandangan para filosof.25
Persamaan dengan penulis hanyalah membahas makna
keadilan, dan perbedaannya sangat jelas dia mengambil
pendapat-pendapat para filosof.
Kontribusi skripsi ini dengan karya penulis ialah untuk
mengetahui cara para filosof memaknai arti keadilan, dan
untuk membandingkan dengan keadilan yang ada didalam
Al-Qur‟an
5. Jurnal “Keadilan dalam Filsafat Hukum dan Filsafat
Hukum Islam” yang disusun oleh, Muhammad Helmi
24
Yufni Faishol Konsep Adil dalam Poligami (telaah pemikiran Mushthofa Al-
Adawi dalam tafsir Al-Tashîl Lita’wil Al-Tanzil, (Padang: UIN Imam Bonjol 2016) 25
Zia Ulhaq Alfiyah, Konsep Keadilan (John Rawls dan Murtadha Muthahari”,
(Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah 2018)
15
STIS Samarinda. Dalam penelitian ini Helmi membahas
keadilan dalam pandangan filosof dan pandangan beberapa
aliran didalam Islam.26
Persamaan dengan penulis hanyalah membahas makna
keadilan, dan perbedaannya sangat jelas dia mengambil
pendapat-pendapat para filosof walaupun ada yang berasal
dari pendapat aliran-aliran Islam tetapi tetap berbeda.
Kontribusi skripsi ini dengan karya penulis ialah untuk
mengetahui cara para filosof dan pakar para ahli hokum
Islam memaknai arti keadilan, dan untuk membandingkan
dengan keadilan yang di tafsirkan dengan kaum sufi.
H. Metodologi Penelitian
1. Kualitatif
Penelitrian kualitatif ialah pendekatan yang memerlukan
pemahaman mendalam tentang objek yang diteliti.
2. Kepustakaan
Keperpustakaan (library research) yaitu mengumpulkan,
membaca serta memahami sumber-sumber datannya yang berasal
dari bahan-bahan yang tertulis seperti buku-buku, jurnal dan
lainnya yang membahas tentang permasalahan yang
dibalas.Karena menyangkut makna keadilan dalam Al-Qur‟an
maka sumber primernya adalah semua simpul keadilan yang ada
pada kitab tafsir yang dipilih.
3. Metode Maudhui
26
Muhammad Helmi Keadilan dalam Filsafat Hukum dan Filsafat Hukum Islam,
(Samarinda: STIS 2015)
16
Metode maudhui merupakan sebuah metode tafsir yang
dicetuskan untuk memahami makna-makna dalam ayat-ayat Al-
Qur‟an27
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini
menggunakan dua macam sumber yaitu :
Yang pertama adalah sumber primer yang menjadi rujukan
utama dalam penelitian yaitu Tafsir Lathâ’ifAl-Isyârât karya Al-
Qusyairi dan Tafsir al-Jailâni karya Syeikh Abdul Qadr al-
Jailani.
kedua adalah sumber sekunder yang berupa semua buku,
jurnal, artikel dan bahan bacaan lainnya yang membahas tentang
keilmuan dan tema yang diangkat.
5. Metode Analisis Konten/Data
Menganalisis isi dari kitab tafsir yang di ambil dan
menganalisa setiap ayat yang ditafsirkan.
I. Teknik dan Sistematika Penulisan
Teknik penulisan merujuk pada pedoman yang diberlakukan di
Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta (IIQ) Tahun 2018. Sedangkan sistematika
penulisan bertujuan untuk menjelaskan bagian-bagian yang akan ditulis
dan yang akan dibahas dari penelitian ini secara sistematis.
Penelitian ini akan dibagi menjadi Lima Bab. Dan yang bab pertama
ialah pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
27
Mannâ Khalîl al-Qattân, Study Ilmu-ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS, (Bogor:
Pustaka Litera Antar Nusa, 2010, h. 455
17
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, teknik dan
sistematika penulisan.
Bab Dua merupakan h membicarakan tentang pengertian al-
’Adl dan derivasi dari kata al-’Adlseperti al-Qisthdan al-Mîzân
Bab Tiga merupakan membahas tentang biografi al-Qusyairi
dan Syeikh Abdul Qadir al-Jailani beserta sejarah kitab tafsinya.
Bab Empatakan membahas tentang perbandingan menurut
penafsiran Tafsir Lathâ’ifAl-Isyârât karya Al-Qusyairidan penafsiran
kitab Tafsir al-Jailâni karya Syekh Abdul Qodir Al-Jailani Dan dalam
bab ini merupakan bab yang inti dalam pembahasan tentang tema
yang di ambil.
Bab Lima, merupakan bab penutup dan kesimpulan atas apa
yang telah dipaparkan oleh penulis kedalam tulisannya tersebut dalam
penelitian ini. Dan menjelaskan secara ulang dan singkat mengenai
rumusan masalahnnya.
18
103
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis penulis, dapat disimpulkan bahwa
adil dalam term al-‘Adl, al-Qisth dan al-Wazn menurut mufasir Imam
al-Qusyairi dan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani ialah :
Al-‘Adl keadilan yang ditegakan berdasarkan hukum yang
telah terdapat di dalam Al-Qur’an. Ketika menggunakan kata al-‘Adl
makna dasarnya ialah “seimbang’ yang berarti tidak condong, sama
bahkan ketika konteks ayat menggunakan term ini menandakan
bahwa hanya salah satu yang merasakanpuas
Al-Qisth keadilan yang memiliki tanggung jawab berat dari
pada adil yang menggunakan term al-‘Adl .Term ini juga lebih
mengutamakan kedua belah pihak yang merasakan kepuasan . Lebih
kedzat Allah
Al-Wazn yang berarti Mizan atau timbangan. Dan mizan
adalah “alat untuk menimbang”. Digunakannya mizan dikarnakan
kata ini cocok untuk sebagai sandaran yang paling tepat untuk
menentukan segala sesuatu tanda adanya unsure kecurangan
sedikitpun. Istilah mizan (Timbangan) sama dengan perhitungan
(hisab) yang artinya mengandung arti ukuran untuk menilai. Dalam
konteks perbuatan, ukuran itu seperti nilai-nilai yang telah ditetapkan
Allah.Keadilan Allah juga tidak lepas dari moralitas yang telah
ditetapkan oleh Allah.
104
B. Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan ini takluput dari kesalahan
dan kekurangan, maka dari itu harus banyak peneliti yang meneliti
tentang kajian ini. Karena makna dari keadilan masih luas lagi.
105
DAFTAR PUSTAKA
Alfionitazkiyah Keadilandalam Al-Qur’an Analisis Kata al-Qisth pada
berbagai Ayat Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2014
AlfiyahZia Ulhaq, KonsepKeadilan John Rawls dan Murtadha Muthahari
Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah 2018
Ali Ash-Shabuni Syaikh Muhammad Shafwatut Tafasir ter. KH Yasin,
Jakarta: Pustaka al-Kautsar 2001
Ali Ayazi Muhamad ;Al-Mufassirûn Hayâtuhukmwa Manajuhum, Teheran,
as-Tsaqafah al-Irsyad al-Islami, 1212
Al-Jailani Abdul Qodir, Tafsir Jailani Pakistan: Maktabah Al-Ma’rufifah,
2010
Al-Jibouri Yasin T., Konsep Tuhan Menurut Islam, Jakarta: Lentera, 2003
Al-Kailan Abdul Razaq Syaikh Abdul Qadir al-Jailani Guru parapencari
Tuhan", terj. Aedi Rakhmansaleh
Al-Maraghi Ahmad Mustafal Tafsir Al-Maraghi terj, k Ansori Umar
sitanggal, Hery Noer Aly Bahrun Abubakar Semarang: CV Putra
Semarang, 1987
Al-Maudidi Abul A’la dkk, Esensi Al-Qur’an, Bandung: Penerbit Mizan
1984
Al-Naisaburi Imam Qusyairi, Allah DimataSufi :Penjelajahan Spiritual
Bersama Asma al-Husna / Imam al-Qusyairi al-Naisaburi;
penerjemah, Sulaiman Al-Kumayi, Jakarta: Atmaja, 2003
Al-Qusyairi, Tafsir Lataif al-Isyarat Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2007
106
Al-SubukiTajudin al-Tabaqat al-Syafi'iyah al-Kubra Maktabah al-Halabi,
Kairo, Mesir
An-Naisaburi As-Syafi’I Hawazan bin Abdul Malik Al-Qusyairi Lataif Al-
Isyarat Bairutlibanon , 1971 H
As-Subki :ath-Thobaqot al-Syafi’iyah al-Kubro, Dar al Ihya al-Kutubul’
Arabiyah.t.t
As-Subukiath-Thobaqot al-Syafi'iyah al-KubroDar al-Ihiya al-Kutubul
Arabiyah
Atjeh Aboe Bakar, Pengantar Sejarah Sufi & Tasawwuf, Solo :
CV.Ramadhani1984
Dahlan Abdul Aziz, et. All, Ensiklopedia Hukum Islam Jakarta: Penerbit PT
Ichatiar Baru Van Hoeve, 1996
Departemen Pendidikan Nasional ,Kamus Besar Bhasa Indonesia Jakarta:
Gramedia, 2008
Dikbud Dep., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994
Elangjawa-hidup.blogspot.com/2010/06/kehendak-mutlak-tuhan-dan-
keadilan.html?m=l diaksespadatanggal 22 septemberpukul 19.21 WIB
Fadila Azma Keadilanbagi Mustahiq Study Penetapan Ketentuan Ashnaf di
BAZNAS MagelangY ogyakarta: UIN Sunan Kalijaga 2016
Faishol Yufni Konsep Adil dalam Poligami telaah pemikiran Mushthofa Al-
Adawi dalam tafsir Al-Tashil Lita’wil Al-Tanzi Padang: UIN Imam
Bonjol 2016
Hakim A Husnul, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir, Depok: Lingkar Studi al-
Qur’an . 2013
Harun Nurlaila, Makna Keadilan dalam Perspektif Hukum Islam dan
Perundang-undangan
107
Helmi Muhammad Keadilan dalam Filsafat Hukum dan Filsafat Hukum
Islam Samarinda: STIS 2015
http://almanhaj.or.id/4194-puncak-keadilan-allah-subhanahu-wa-taala.html
Huwazin al-Qusyair Abd Karim ibn Risalah Sufi al-Qusyairi penerjemah
Ahsin Muhammad, diterjemahkan dari principles of Sufism,
Bandung: Pustaka, 1994
Ibn Huwâzin al-Qusyairi ‘Abd al-Karîm, Risâlah Sufi al-Qusyairi,
penerjemahAhsin Muhammad, diterjemahdari Principles of Sufism,
Bandung :Pustaka : 1994
Imam AbiQosim Abdul Karim bin Hawazan bin Abdul MalikAl-Qusyairi
An-Naisaburi As-Syafi’I Lataif Al-Isyarat bairut libanon ,Darul kibab
al imiah: yayasan Muhammad alibaidu ,1971
Khiliq Hasan Moh Abdul Imam al-Qusyairi dan Lataif al-Isyarat: perspektif
Tafsir Sufi Nadhari dan Ishari Tulungagung, 2014
Khiliq Hasan Moh Abdul Imam al-Qusyairi dan Lataif al-Isyarat: perspektif
Tafsir Sufi Nadhari dan Ishari Tulungagung, 2014 6
Kholifah Haji, Kashf al-Dhunun Dar al-Thoba'ah, Mesir, 1274 H
Kodirun, Lathaif Al-Isyarat Karya Al-Qusyairi (Telaah Atas Metode
Penafsiran Seorang Sufi Terhadap Alqur’an),Skripsi, Jurusan Tafsir
Hadits, Fakultas Usuluddin, IAIN Sunan Kaljaga, 2001
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an hukum, keadilan dan hak asasi
manusia, Jakarta :lajnah pentashihan al-Qur'an 2010
Lajnah Pentashihan Tafsir al-quran tematik Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an, 2014
Mahmud Abd Him, Metodologi Tafsir Jakarta, PT Raja Grafindo persada,
2006
108
Mana Khalil al-Qattan, Study Ilmu-ilmu Qur’an terj.Mudzakir AS, Bogor:
Pustaka Litera Antar Nusa, 2010
Matondang Ya’kub, Tafsir ayat-ayat Kalam Jakarta: PT.Bulan bintang, 2000
Misrawi Zuhairi Al-Qur’an Kitab Toleransi Jakarta: Grasindo, 2010
Muhibudin IrwanTafsir Ayat-ayat Sufistik Jakarta: UAI Perss, 2018
Nahrul Musadad Asep, “Tafsir Sufistik dalam Tradisi Penafsiran Al-Qur’an
(Sejarah perkembangan dan Kontruksi Hermeneutis)” (UIN
SunanKalijaga Yogyakarta) 2015
Nasiruddin, Pendidikan Tasawuf, Semarang :RaSail Media Group : 2010
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Pradaban Jakarta: Yayasan Wakaf
Paramadina, 1992
Nuruddin Amiur, Keadilan Dalam Al-Qur’an, Jakarta: Hijri Pustaka Utama
2008
Saikhudin Akmad, Skripsi: “Konsep Keadilan dalam Al-Qur’an telaah kata
al-Adl dan al-Qist dalam tafsir Al-Qurtubi Yogyakarta: UIN, 2014
ShihabM. Quraish, Tafsir Maudhu'I atas Berbagai Persoalan Umat" Jakarta:
PT.Mizan, 2000
Shihab M.Quraish, Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Tematk atas Berbagai
Persoalan Umat Jakarta: Mizan Pustaka, 1996
Siradj Said Aqiel Kontroversi Aswaja, Yogyakarta: Penerbit LKIS
Yogyakarta, 2000
Syaikh M. Fadhil al-Jailani, Tafsir al-Jailani Istanbul: Markaz al-Jilani li al-
Buhus al-Ilmiyyah, 2009
Taufik Nugroho, Pasang Surut Hubungan Islam dan Negara Pancasila"
Yogyakarta: PADMA, 2003
109
Tim Penulis Ensiklopedia Tasawuf Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah
www.tokoh-sufi-al-qusyairy.com, diakses 13 Juli 2019,Pukul 23.23 WIB
Zamimah Iffaty, Al-Wasathiyyah dalam Al-Qur’an: study tafsir al-Maraghi,
al-Munirdan al-Misbah, Tesis, Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta,
BIOGRAFI PENULIS
Nama Dewi Sanggarwati,S.Ag yang
bertempat tanggal lahir Jakarta, 06 mei 1996.
Penulis adalah anak pertama dari empat
bersaudara. Dari pasangan Dedi Junaedi dan
Yulianingsih. Adik laki-laki yang pertama
bernama Taufik hidayah, yang kedua Abdullah
Zubair dan yang terakhir Ilham Hilal Zubair.
Pada tahun 2002 sudah bersekolah di SDN
Duri Kepa 07 Pagi Jakarta Barat dan selesai pada tahun 2008, kemudian
lanjut ke SMP PGRI Rawalumbu Bekasi dan tamat pada tahun 2011,
kemudian lanjut di MA PONPES Al-Riyadl Cipanas Puncak Bogor dan lulus
pada tahun 2014. Setelah lulus sambil menunggu waktu yang ada penulis
pergi belajar Bahasa Inggris ke Kampung Inggris di Pare Kediri hingga awal
tahun 2015 yang kemudian mendaftarkan diri di Kampus Institut Ilmu Jakarta
(IIQ) dan Alhamdulilah bisa lulus S1 (Strata 1) dan mendapatkan gelar
(S.Ag) tepat waktu pada tahun 2019