perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EKSISTENSI KERAJINAN BATU AKIK
(Studi Perubahan Sosial dan Ekonomi Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo
Kabupaten Wonogiri)
SKRIPSI
Oleh :
BUDHI HANGGONO
K4406013
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EKSISTENSI KERAJINAN BATU AKIK
(Studi Perubahan Sosial dan Ekonomi Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo
Kabupaten Wonogiri)
Oleh :
BUDHI HANGGONO
K4406013
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Budhi Hanggono, K4406013 EKSISTENSI KERAJINAN BATU AKIK (STUDI PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI DESA DLEPIH KECAMATAN TIRTOMOYO KABUPATEN WONOGIRI). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) deskripsi wilayah Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri, (2) latar belakang munculnya kerajinan batu akik di Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri, (3) perkembangan kerajinan batu akik di Desa Dlepih, (4) pengaruh perkembangan kerajinan batu akik terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Desa Dlepih.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus terpancang tunggal. Sampel diambil dengan pendekatan yang bersifat purposive sampling dengan cara pemilihan informan yang dianggap layak dan sangat mengetahui tentang data-data yang dibutuhkan. Sumber data yang dipergunakan diantaranya adalah: informan, tempat dan peristiwa, serta sumber tertulis. Teknik pengumpulan data adalah dengan teknik wawancara, observasi dan analisis dokumen. Teknis analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Desa Dlepih mempunyai luas wilayah 758,2310 ha, dengan bentuk wilayah datar sampai berombak 24%, wilayah berombak sampai berbukit 32%, wilayah berbukit sampai bergunung 44%, dan status Desa Swakarya yang terdiri dari 10 Dusun, 24 RT, dan 1033 KK, (2) adanya pernyataan duta dari Jakarta yang menyatakan bahwa di Desa Dlepih khususnya di obyek wisata Kahyangan terdapat batu mulia yang harus dikembangkan dan merupakan bahan utama dalam kerajinan ini, kemudian pada tahun 1993 salah seorang warga Desa Dlepih mbah Atmo Karijo mendirikan usaha kerajinan batu akik setelah beliau mengikuti pembinaan dalam bidang perbatuan di Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri, (3) tenaga kerja yang dulunya dari keluarga sendiri, sekarang mengambil tenaga kerja dari luar keluarga, dan mulai memproduksi bermacam-macam bentuk akik dan juga memproduksi barang-barang yang lain, (4) adanya kerajinan batu akik di Desa Dlepih menimbulkan pengaruh terhadap masyarakat Desa Dlepih baik pengaruh sosial maupun ekonomi. Adapun pengruh yang ditimbulkan adalah mengakibatkan munculnya kelas majikan dan buruh dalam stratifikasi sosial dalam masyarakat industri kerajinan batu akik. Pengaruh yang lain adalah dapat menambah pendapatan atau penghasilan keluarga dan terciptanya lapangan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Budhi Hanggono, K4406013 EXISTENCE CRAFT AGATE (SOCIAL CHANGE AND ECONOMIC STUDY DLEPIH VILLAGE SUB DISTRICT TIRTOMOYO WONOGIRI). Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, October 2011. This study aims to determine: (1) a description of the Village District DlepihTirtomoyoWonogiri, (2) the background of the emergence of craft agate in the Village District DlepihTirtomoyoWonogiri, (3) the development of handicrafts in the village Dlepih agate, (4) the influence agate handicrafts development of social and economic life Dlepih Village community.
This research uses descriptive method with qualitative case study research strategy of single spikes. Samples were taken with a purposive sampling approach is the selection of informants in a way that is considered feasible and very aware of the required data. Source data used are: informers, places and events, as well as written sources. Data collection technique is to interview techniques, observation and document analysis. Technical analysis of the data used is a model of interactive analysis through three stages of data reduction, data presentation, and drawing conclusions.
Based on the research results can be concluded that: (1) The village has a total area of 758.2310 Dlepih ha, with a flat area up to 24% curly, wavy to hilly areas 32%, hilly to mountainous areas 44%, and the status of Village Self-employment 10 Hamlet, 24 RT, and 1033 households, (2) presence of envoys from the Jakarta declaration stating tha t the Village Dlepih especially in tourist heaven there are precious stones that have been developed and is the main ingredient in this craft, (3) workers who used of his own family, is now taking labor from outside the family, and began producing a variety of forms agate and also produce other goods, (4) presence of agate handicrafts in the village of Dlepih raises an influence on the village of Dlepih both social and economic impact . The pengruh generated class is led to the emergence of employers and workers in the social stratification in industrial societies agate craft. Another effect is to increase income or family income and job creation.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Kedalaman dan Keindahan sebuah Karya Cipta tidak terlepas dari Kebersihan jiwa dan Pikiran manusia itu sendiri”
(Emha Ainun Nadjib)
”Sesungguhnya Allah SWT tidak akan pernah merubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka mau berusaha merubah keadaanya yang ada pada diri mereka
sendiri”.
(Q. S. Ar Ra’ad ayat 11)
”Mencintai sebuah pekerjaan akan membuat hasil yang sempurna”
(Aristoteles)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini dipersembahkan kepada:
? Bapak dan Ibu tercinta.
? Kakak-kakakku dan ponakan-ponakanku
tersayang.
? Ina Priati, terima kasih atas semangatnya.
? Teman-teman Rekishi (Bryan, Mukhlis, Toriq)
? Teman-teman Sejarah 2006,kakak-kakak dan
adek-adek tingkat Sejarah
? Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberi kesabaran, ketabahan, dan kekuatan sehingga terselesaikannya
penyusunan sekripsi ini untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi
ini. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan tersebut dapat
teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
2. Ketua Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan
Skripsi ini.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Herimanto, M.Pd, M.Si selaku pembimbing akademis yang telah
memberikan bimbingan akademis kepada penulis selama studi di Program
Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
5. Drs. Saiful Bachri, M.Pd. selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan sejak awal sampai akhir penulisan skripsi ini.
6. Drs. Leo Agung S, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan sejak awal sampai akhir penulisan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu yang senantiasa mendoakan penulis dan setiap butir tetes air
mata dan keringatnya yang terurai untuk memberikan semangat hidup.
8. Para pengrajin batu akik Desa Dlepih yang telah bersedia menjadi narasumber
bagi penulis, terima kasih banyak karena tanpa narasumber skripsi ini tidak
akan pernah terselesaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
9. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
Tiada kebenaran sempurna yang datangnya dari manusia. Oleh karena itu,
penulis menyadari sepenuhnya dengan kerendahan hati, skripsi ini masih jauh dari
sempurna, kritik dan saran merupakan jalan untuk mencari kesempurnaan.
Semoga hasil karya ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para
pembaca pada umumnya serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Oktober 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. v
HALAMAN ABSRACT .................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Masalah .................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
1. Manfaat Teoritis ....................................................................... 5
2. Manfaat Praktis ........................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 7
A. Kajian Teori .......................................................................................... 7
1. Seni Kerajinan .......................................................................... 7
a) Seni ............................................................................... 7
b) Kerajinan ...................................................................... 10
2. Industri Kecil ............................................................................ 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
3. Perubahan Sosial ...................................................................... 19
4. Perilaku Ekonomi ..................................................................... 24
B. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 29
A. Tempat dan Waktu ............................................................................... 29
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................. 30
C. Sumber Data ......................................................................................... 32
D. Teknik Sampling .................................................................................. 34
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 35
F. Validitas Data ....................................................................................... 39
G. Analisis Data ........................................................................................ 40
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 42
A. Deskripsi Wilayah Desa Dlepih ........................................................... 42
B. Awal Mula Munculnya Kerajinan Batu Akik ...................................... 48
C. Perkembangan Kerajinan Batu Akik .................................................... 51
D. Proses Produksi dan Pemasaran Kerajinan Batu Akik di Desa Dlepih
Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri ....................................... 55
1. Alat-alat dan Bahan Produksi.................................................... 55
2. Proses Produksi Kerajinan Batu Akik ...................................... 59
3. Pemasaran Hasil Kerajinan Batu Akik ..................................... 60
E. Pengaruh Kerajinan Batu Akik Terhadap Kehidupan Sosial
Ekonomi Masyarakat Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo
Kabupaten Wonogiri ............................................................................ 63
1. Pengaruh Sosial ........................................................................ 64
2. Pengaruh Ekonomi ................................................................... 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................... 68
A. Kesimpulan ........................................................................................... 68
B. Implikasi ............................................................................................... 70
1. Implikasi Teoritis ..................................................................... 70
2. Implikasi Metodologis .............................................................. 70
3. Implikasi Praktis ....................................................................... 70
C. Saran-saran ........................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 72
LAMPIRAN ................................................................................................... 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Tabel Jadwal penelitian ……………………………………………… 29
Tabel 2. Tabel jumlah penduduk menurut usia dan jenis kelamin …………… 43
Tabel 3. Tabel jumlah penduduk menurut agama ……………………………. 44
Tabel 4. Tabel jumlah penduduk menurut mata pencaharian ………………… 46
Tabel 5. Tabel jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan ………………. 47
Tabel 6. Tabel tahap perkembangan kerajinan batu akik ……………………... 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Gambar kerangka berpikir ……………………………………... 28
Gambar 2. Gambar Analisis Data Interaktif ..……………………………… 41
Gambar 3. Contoh alat pemotong ………………………………………….. 55
Gambar 4. Contoh alat gerenda …………………………………………….. 56
Gambar 5. Contoh alat pemoles ……………………………………………. 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Photo Contoh Bebatuan ............................................................... 74
Lampiran 2. Photo Dokumentasi Penelitian ..................................................... 81
Lampiran 3. Daftar Responden ......................................................................... 82
Lampiran 4. Contoh Pertanyaan Wawancara Dengan Pengrajin …………….. 84
Lampiran 5. Contoh Pertanyaan Wawancara Dengan Perangkat Desa ……… 86
Lampiran 6. Jurnal 1: Jewellery Industry Guide …………………………..…. 87
Lampiran 7. Jurnal 2: United Stated Agency For International
Development Afghanistan Small And Medium
Enterprise Development Project Assessement Of
Afghanistan Gemstone Industry ………………………………. 88
Lampiran 8. Peta Sosial Desa Dlepih ………………………………………... 89
Lampiran 9. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Observasi ………….…. 90
Lampiran 10. Surat Ijin Penyusunan Skripsi …………………………….……. 91
Lampiran 11. Surat Permohonan Menyusun Skripsi …………………….……. 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah telah mencatat bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang sejak
masa lampau telah mempunyai kebudayaan yang bernilai tinggi. Bagi bangsa
Indonesia kebudayaan terwujud dalam keanekaragaman kreasi manusia, sehingga
kegiatan budaya ini tidak saja mampu menjadi identitas etnis dari masing-masing
suku bangsa, akan tetapi lebih merupakan wahana dari corak dan tradisi masyarakat
umumnya, yang mengungkapkan daya, rasa, cipta, dan karsa.
Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kaitan satu sama lain. Demikian
juga dengan kebudayaan. Asal usul suatu bangsa sebagai nenek moyang memberikan
ciri suatu bangsa. Dari perkembangan sejarah dengan melalui kurun waktu yang
panjang dengan pengalaman yang berbeda-beda, maka disetiap daerah berkembang
variasi-variasi tertentu sehingga merupakan kekhasan yang baru, yang tidak sama
dengan daerah lain.
Indonesia dengan 13.000 pulaunya mengalami proses yang serupa itu pula.
Bhineka Tunggal Ika mencakup semua aspek, termasuk budaya. Kekayaan budaya
Indonesia karena banyaknya tempat dan pengalaman berbeda, merupakan
kebanggaan tersendiri yang selayaknya patut didokumentir, dipelihara dan
dikembangkan.(Sulaiman BA;1980/1981:1)
Kebudayaan itu sendiri memiliki unsur-unsur pokok yang dapat menunjang
perkembangannya. Salah satu unsurnya adalah kesenian yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari kebudayaan bangsa. Kesenian harus ditumbuhkembangkan sebagai
ciri khas yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa yang lainnya. Seni
berfungsi juga sebagai cermin masyarakat bangsa Indonesia yaitu sebagai suatu
bentuk ekspresi yang mengandung nilai-nilai dan pola perilaku masyarakat untuk
menopang identitas dan solidaritas kelompok masyarakat. (Soedarsono;1974:23).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Seni berfungsi pula sebagai cermin masyarakat bangsa Indonesia yaitu
sebagai suatu bentuk ekspresi yang mengandung nilai-nilai dari perilaku masyarakat
untuk menopang identitas dan solidaritas kelompok masyarakat. Kesenian sebagai
salah satu unsur kebudayaan merupakan perintis dari perkembangan manusia baik
secara sosial maupun individual.
Salah satu hasil kesenian adalah seni kerajinan. Seni kerajinan hampir tersebar
luas di berbagai daerah di Indonesia dan memberi arti serta isi pada kebudayaan
nasional khas Indonesia serta dapat pula untuk dibanggakan. Dimana seni kerajinan
ini termasuk kedalam industri rumah tangga atau industri kecil.
Industri skala kecil di Indonesia merupakan bahan yang terus menerus dibahas
dan merupakan pokok perhatian pemerintah, karena keberadaannya mempunyai arti
penting baik secara ekonomi maupun politik. Pembangunan industri kecil dan
menengah termasuk industri kerajinan serta industri rumah tangga, perlu didorong
dan dibina menjadi usaha yang semakin berkembang dan efisien sehingga mampu
mandiri dan dapat menambah pendapatan masyarakat. Menurut Frans Hadi Hartanto
dan Filino Harahap, industri diartikan sebagai bentuk kegiatan manusia yang
meningkatkan nilai guna dari bahan atau barang dengan menggerakkan teknologi,
ketrampilan, modal, sumber-sumber kekayaan alam, perkakas dan mesin.
Usaha kerajinan bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari oleh
masyarakat pendukungnya. Selain itu berkembang pula jenis-jenis usaha kerajinan
yang mengandung nilai estetik atau nilai seni untuk memenuhi kebutuhan golongan
masyarakat atas. Usaha kerajinan yang menghasilkan karya yang bernilai seni ini
ternyata mampu menghantarkan suatu daerah memiliki popularitas yang cukup tinggi
dan memberi ciri khas terhadap daerah tersebut melalui penampilan karya
masyarakat daerah itu.
Sasaran penting dalam pengembangan industri kecil dan menengah disamping
meningkatkan mutu kemampuan dan daya saing adalah bertambahnya jumlah industri
rumah tangga yang dapat memasuki golongan industri kecil, meningkatnya jumlah
industri kecil dan menengah yang tangguh dan efisien. Secara bersama sasaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
tersebut juga dicapai dengan meningkatnya skala penjualan dan tumbuhnya
wirausaha baru industri kecil dan menengah di daerah-daerah.
Tanpa mengabaikan kelebihan dan kelemahannya, industri kecil sampai saat
ini masih menjadi aset utama dalam sektor perindustrian di Jawa Tengah. Alasan
yang melandasi pentingnya berbagai usaha pengembangan industri kecil adalah
potensi alamiahnya yang besar dalam memberi andil bagi pelaksanaan masalah
kesempatan kerja masyarakat.
Seni kerajinan telah dikenal oleh lapisan masyarakat baik masyarakat
pedesaan maupun masyarakat perkotaan. Salah satunya adalah di Desa Dlepih,
Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri yang terkenal dengan keindahan alam
Kahyangannya yang kemudian dijadikan sebagai tempat wisata alam dan wisata
religi. Desa ini terdapat beberapa masyarakatnya yang menekuni profesi sebagai
pengrajin batu akik. Dengan ketrampilan dan keprigelan tangan-tangan pengrajin,
maka dari materi batu yang banyak terdapat di sekitar lokasi daerah wisata
Kahyangan, para pengrajin memanfaatkan sumber daya alam yang tersimpan
didalamnya dan menciptakan suatu produk seni kerajinan yang berkualitas tinggi dan
mempunyai nilai seni walaupun dengan desain yang sangat sederhana.
Secara geografis daerah pemukiman pengrajin sangat setrategis untuk usaha
tersebut, selain banyak terdapat batu sebagai bahan utama pembuatan kerajinan batu
akik juga terletak di obyek wisata Kahyangan. Keindahan alam Kahyangan dan
sungai Kahyangan yang selalu mengalir seakan membawa berkah tersendiri bagi
sebagian masyarakat Desa Dlepih. Para pengrajin batu akik tersebut memanfaatkan
alam Kahyangan yang berupa batu untuk dijadikan sebagai kerajinan pembuatan batu
akik.
Berbagai bentuk dan corak bahkan ukuran batu akik dibuat oleh pengrajin
untuk menarik minat para pembeli yang sedang berkunjung ke obyek wisata
Kahyangan ini. Pembeli juga dapat memesan batu akik tersebut sesuai dengan
keinginannya. Biasanya pengrajin batu akik ini akan ramai didatangi pembeli pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
saat tanggal 1 Muhharam atau yang sering disebut tanggal 1 Sura, karena pada
tanggal tersebut banyak wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata Kahyangan.
Kahyangan, yang merupakan salah satu obyek wisata religi dan juga wisata
alam yang terdapat di Kabupaten Wonogiri sangatlah menarik untuk dikunjungi, baik
sebagai sarana rekreasi maupun sebagai media pendakatan diri pada alam semesta
dan juga kepada sang pencipta. Keasrian alam Kahyangan dapat memberikan
kesejukan pada pngunjung yang akan melakukan meditasi, menyatu dengan
kekuasaan Illahi, agar terkabul permohonannya. Karena, konon ceritanya Kahyangan
merupakan tempat bertapa Panembahan Senapati, salah satu leluhur Kerajaan
Mataram. Bahkan, menurut kepercayaan masyarakat, air di lokasi tersebut membawa
berkah dan menjadi sumber kecantikan atau awet muda saat dibasuhkan ke muka.
Bulan Suro atau pergantian tahun Jawa, menurut sebagian besar masyarakat
Jawa merupakan bulan yang sakral. Obyek wisata Kahyangan sangat ramai di malam
menjelang pergantian tahun Jawa (bulan Suro). Banyak pendatang dari luar daerah
Kabupaten Wonogiri yang berkunjung ke Kahyangan untuk memperingati malam 1
Suro sekalian melakukan tirakatan, dan setiap Bulan Sura digelar wayang kulit
semalam suntuk yang sebelumnya diadakan upacara Sedekah Bumi.
Bertitik dari latar belakang permasalahan tersebut, maka kajian tentang
kerajinan batu akik di Kahyangan perlu dilakukan, diangkat dalam sebuah judul
“Perkembangan Kerajinan Batu Akik (Studi Perubahan Sosial dan Ekonomi
Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri)”
B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka dapat diambil suatu perumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang munculnya kerajinan batu akik di Desa Dlepih,
Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri?
2. Bagaimana perkembangan kerajinan batu akik di Desa Dlepih, Kecamatan
Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
3. Bagaimana pengaruh perkembangan kerajinan batu akik terhadap
kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Desa Dlepih, Kecamatan
Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri?
C. Tujuan Masalah
Dengan perumusan masalah diatas maka dapat diperoleh suatu tujuan
penulisan ini sebagai berikut:
1. Mengetahui latar belakang munculnya kerajinan batu akik di Desa Dlepih,
Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri.
2. Mengetahui perkembangan kerajinan batu akik di Desa Dlepih, Kecamatan
Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri.
3. Mengetahui pengruh perkembangan kerajinan batu akik terhadap
kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Desa Dlepih, Kecamatan
Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya tentang munculnya kerajinan batu akik.
b. Memberi sumbangan pemikiran bagi pengembangan dan pelestarian seni
kerajinan.
c. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang kerajinan batu akik di Desa
Kahyangan.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan dapat bermanfaat bagi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret pada umumnya dan Program Sejarah pada
khususnya, karena dapat menambah pengetahuan tentang kerajinan batu akik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
b. Diharapkan dapat dipakai sebagai bahan masukan dan tambahan informasi
bagi pengrajin untuk masa yang akan datang agar dapat memberikan nilai
tambah bagi produksi.
c. Memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar sarjana pendidikan Program
Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LADASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Seni Kerajinan
a. Seni
Kesenian merupakan unsur pengikat yang mempersatukan pedoman-
pedoman bertindak yang berbeda menjadi suatu desain yang utuh, menyeluruh,
dan operasional, serta dapat diterima sebagai sesuatu yang bernilai. Dalam
Ensiklopedi Indonesia dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan kesenian adalah
meliputi penciptaan segala macam hal atau benda yang karena keindahan
bentuknya orang akan senang melihat atau mendengarnya. Sedangkan Everyman
Encyclopedia dalam Sudarmaji (1979:6) menyatakan apa yang dimaksud dengan
kesenian adalah segala sesuatu yang dilakukan orang bukan karena kebutuhan
pokok, melainkan semata-mata karena kemewahan, kenikmatan atau kebutuhan
spiritual (Nooryan Bahari, 2008:49).
Istilah seni dalam pengertian sekarang, berbeda dengan istilah seni di masa
sebelum perang dunia II. Istilah tersebut dipakai dalam pengertian sehari-hari dan
umum, yang artinya kecil atau halus. Menurut I.G. Bg. Sugriwa dalam Nooryan
Bahari (2008:61) secara etimologi kata seni diduga berasal dari bahasa
Sansekerta, yang artinya kurang lebih sebagai penyembahan, pelayanan, dan
pemberian. Sedangkan Padmapuspita sebagai seorang ahli Sansekerta menyatakan
bahwa dalam bahasa Sansekerta tidak dijumpai kata seni. Padmapuspita justru
menunjuk kemungkinan besar istilah seni berasal dari bahasa Belanda, genie.
Dalam Koenen – Endepols – Bezoen, Handwoordenboek der Nederlandse Taal,
kata genie ternyata berasal dari bahasa Latin, genius. Rangkaian pikiran logisnya:
seniman itu merupakan makhluk yang memiliki kelebihan; kehalusan jiwa yang
tidak tersamai oleh awam dalam menikmati dan menciptakan keindahan (Nooryan
Bahari, 2008:61).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
The Liang Gie (1976: 85) menyajikan beberapa kutipan mengenai
pengertian seni. Pertama; seni, dalam arti yang paling mendasar, adalah suatu
kemahiran atau kemampuan. Kedua; seni adalah suatu kegiatan manusia yang
secara sadar dan melalui perantaraan tanda-tanda lahiriah tertentu, menyampaikan
perasaan-perasaan yang telah dihayati kepada orang lain, sehingga mereka juga
merasakan apa yang telah dirasakan oleh pencipta karya. Ketiga; seni adalah suatu
kegiatan manusia dalam menjelajahi dan menciptakan realita baru berdasarkan
penglihatan yang irasional, sembari menyajikan realita itu secara simbolis atau
kiasan seperti kebulatan dunia kecil yang mencerminkan sebuah kebulatan dunia
yang besar (Erich Kahler). Lebih lanjut dinyatakan, bahwa seni adalah suatu
kegiatan yang dirancang untuk mengubah bahan-bahan alamiah menjadi sesuatu
yang berguna atau indah (Nooryan Bahari, 2008:66-67).
Merriam Webster’s Collegiate Dictionary dalam Nooryan Bahari (2008:
68) disebutkan, pengertian seni adalah “skill acquired by experience, study, or
observation 2the art of making friends3”, yang berarti keterampilan yang diperoleh
melalui pengalaman, pendidikan, penelitian, dan pertemanan.
Berdasarkan uraian di atas, pengertian seni adalah suatu keterampilan yang
diperoleh dari pengalaman, belajar, atau pengamatan-pengamatan. Pengertian
lainnya, seni merupakan bagian dari pelajaran, salah satu ilmu sastra, dan
pengertian jamaknya adalah pengetahuan budaya, pelajaran, ilmu pengetahuan
serta suatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan atau keterampilan. Secara
garis besar, kesenian dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu seni rupa,
seni musik, seni tari, seni sastra, seni drama, seni kerajinan, dan lain- lain.
Herbert Read dalam Dharsono Sony Kartika (2004: 2), menyebutkan
bahwa seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang
menyenangkan. Bentuk yang menyenangkan dalam arti bentuk yang dapat
membingkai perasaan keindahan dan perasaan keindahan itu dapat terpuaskan
apabila dapat menangkap harmoni atau satu kesatuan dari bentuk yang disajikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Dharsono (2004:31), keberadaan seni secara teoritis mempunyai tiga
macam fungsi, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Personal
Sebagai instrumen ekspresi personal, seni semata-mata tidak dibatasi untuk
dirinya sendiri. Maksudnya, ia tidak secara eksklusif dikerjakan berdasarkan
emosi pribadi, namun bertolak pada pandangan personal menuju persoalan-
persoalan umum dimana seniman itu hidup, yang nantinya akan diterjemahkan
seniman lewat lambing simbol yang terjadi pola umum pula.
2. Fungsi Sosial
Merupakan kecenderungan atau usaha untuk mempengaruhi tingkah laku
terhadap kelompok manusia. Ia diciptakan berdasarkan atas dasar penggunaan
pada situasi umum serta menggambarkan aspek kelompok sebagai wujud
adanya perbadaan pengalaman personal.
3. Fungsi Fisik
Kreasi yang secara fisik dapat digunakan untuk kebutuhan praktis sehari-hari.
Karya seni yang ia buat benar-benar merupakan kesenian yang berorientasi
pada kebutuhan fisik selain keindahan barang itu sendiri.
Lebih lanjut Suwaji Bastomi (1992: 13-14), menyatakan bahwa seni
memiliki ciri-ciri khusus yang menjadi sifat dasar seni, yaitu:
1. Sifat kreatif, kreasi adalah suatu yang baru, yang berupa ide (gagasan), ungkap
(garap) atau bahkan kedua-duanya sehingga menghasilkan wujud baru.
2. Sifat emosional, hasil seni merupakan ungkapan kehidupan emosional
seseorang. Seseorang dikatakan kreatif jika hasil karyanya berdasarkan
kebenaran estetis.
3. Sifat individual, hasil seni pastilah diciptakan seseorang, dan tidak diciptakan
oleh orang banyak.
4. Sifat abadi, seni tidak akan musnah oleh ruang dan waktu.
5. Sifat universal, seni berada dimana-mana diseluruh dunia dan tumbuh
sepanjang masa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b. Kerajinan
1) Latar Belakang Kerajinan
Pada dasarnya ketika untuk pertama kalinya manusia ingin memenuhi
kebutuhan hidup yang mendesak, maka timbulah tanda-tanda perubahan yang
dapat digolongkan dalam kegiatan seni kerajinan. Kebutuhan untuk melindungi
diri dari gangguan alam, dari gangguan binatang buas, dan kebutuhan untuk
makan, adalah kebutuhan pokok manusia untuk melestarikan hidupnya. Sejak saat
itu manusia mulai berusaha untuk berteduh, membuat pakaian, membuat peralatan
untuk mengumpulkan makanan, berburu dan untuk membela diri.
Seni kerajinan muncul hampir bersamaan dengan awal kehidupan manusia
di bumi ini. Kemunculan itu berkaitan erat dengan tingkat kebutuhan hidup
manusia dalam rangka mempertahankan hidup. Menurut sejarah kesenian bahwa
kerajinan telah ada sejak nenek moyang yang berkembang sampai sekarang di
berbagai daerah. Kerajinan tersebut merupakan karya tradisional dari berbagai
daerah di Indonesia, sehingga di Indonesia banyak ditemui hasil kerajinan dan
kerajinan tersebut selalu memberikan ciri khas daerah dimana seni kerajinan
tersebut berada. Kerajinan suatu daerah akan berbeda dengan seni kerajinan
daerah lain. Walaupun ada yang sama, tetapi pasti ada perbedaan diantaranya
dalam hal mutu, motif ataupun bentuk, sehingga dengan melihat dari hasil karya
kerajinan tersebut orang akan tahu darimana produk kerajinan tersebut berasal
(Soepratno, 1985: 52).
Pada mulanya kerajinan adalah sebagai usaha yang menghasilkan benda-
benda kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Usaha ini bersifat sampingan diluar
mata pencaharian pokok masyarakat pedesaan yaitu bertani. Peralatan yang
digunakan masih sangat sederhana, belum mengutamakan kualitas dan jumlah
produksi.
Seiring dengan kemajuan jaman dan perubahan serta semakin
kompleksnya tuntutan kebutuhan hidup, maka jenis peralatan yang mereka
ciptakan juga mengalami perubahan dan kemajuan pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Oleh karena itu jelaslah sudah bahwa seni kerajinan ada sejak jaman dulu,
dimana kemunculannya berkaitan erat dengan tuntutan kebutuhan hidup manusia
sehari-hari, baik jasmani maupun rohani.
2) Pengertian Kerajinan
Secara umum kerajinan menurut arti harfiahnya adalah lahir dari sifat rajin
manusia. Rajin dalam arti bukan lawan sikap malas tetapi dari sikap terampil atau
keprigelan tangan. Keterampilan ini didapat dari pengalaman dan ketekunan
bekerja yang dapat meningkatkan cara atau teknik penggarapan serta
memperdalam hasil kualitas seseorang yang akhirnya timbul suatu keahlian,
bahkan kemahiran dalam suatu profesi tertentu (Kusnadi, 1983:11).
Istilah kerajinan sudah sering didengar baik melalui media cetak,
elektronik maupun dalam pembicaraan sehari-hari dalam masyarakat. “kerajinan
adalah usaha produktif di sektor non pertanian, baik merupakan mata pencaharian
utama maupun sampingan, karena itu kegiatan ekonomi maka usaha kerajinan ini
dikatagorikan ke dalam usaha kerajinan yang masih pada tingkat industri rumah
tangga dan industri kecil” (Soeri Soeroto, 1983:20).
Dewan Kerajinan Indonesia dalam Lincolyn Arsyad (1993:313), kerajinan
adalah termasuk segi kebudayaan dan usaha yang dapat dikembangkan dengan
industri rumah tangga dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat, serta
memelihara kelestarian dan seni budaya bangsa.
Berdasarkan definisi dan batasan-batasan yang dijelaskan, maka akan
semakin jelas bahwa usaha kerajinan tangan yang menjadi obyek penelitian ini
termasuk ke dalam kelompok industri kecil, karena usaha ini dilakukan dengan
rajin, teliti, disertai dengan kreatifitas yang tinggi.
Memang semula hasil karya itu hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Kerajinan sebagai usaha sampingan lambat laun menjadi mata pencaharian
pokok, karena telah dipersiapkan untuk mengatasi kemerosotan dalam bidang
pertanian. Sementara hasil kerajinan semakin diminati masyarakat, sehingga terus
berkembang. Bahkan di tempat tersebut mulai tumbuh pengrajin-pengrajin baru
yang menjadikan daerah tersebut menjadi sentra kerajinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Dari uraian tersebut diatas maka dapat diambil suatu pengertian bahwa
kerajinan itu adalah merupakan hasil dari sifat terampil dan keprigelan tangan
seseorang yang diperoleh dari pengalaman dan ketekunan bekerja. Yang hasilnya
berupa barang-barang yang memiliki estetis dan daya guna, yang tentunya tidak
luput dari peralatan-peralatan yang sederhana pula.
Kusnadi (1983: 11) berpendapat bahwa:
Seni kerajinan menurut harfiahnya dilahirkan dari sifat rajin manusia, namun harus kita sadari bahwa titik berat dari penghasilan perbuatan seni kerajinan bukanlah dikarenakan sifat rajin itu, tetapi lahir dari sifat terampil atau keprigelan tangan kita. Ketrampilan ini didapat dari pengamatan dengan tekun sehingga dapat meningkatkan cara penggarapan serta memperdalam kualitas kerja bahkan kemahiran dalam suatu profesi tertentu. Sedangkan didalam Ensiklopedia Indonesia pengertian seni kerajinan
dijelaskan adalah sejenis kesenian yang menghasilkan berbagai barang perabotan,
barang-barang hiasan atau barang-barang anggun yang masing-masing bermutu
kesenian.
Berdasarkan pengertian seni kerajinan diatas yang dimaksud dengan seni
kerajinan adalah merupakan hal atau sifat rapi (bahasa jawa: rajin) yang berkaitan
dengan industri kecil atau industri rumah tangga.
2. Industri Kecil
Industri pada hakekatnya adalah pembangunan suatu sistem yang
mempunyai daya hidup dan mampu berkembang secara mandiri serta mengakar
pada struktur ekonomi dan struktur masyarakat. Oleh karena itu sebagian besar
negara di dunia, termasuk Indonesia menjadikan industrialisasi sebagai pilihan
dalam model pembangunan untuk mencapai kemajuan.
Dukungan terhadap kegiatan industri kecil di Indonesia sesungguhnya
tidak wajar untuk didekati dengan cara pandang “belas kasihan” semata, apalagi
bila dikaitkan dengan sifatnya yang menghidupi “orang kecil” melalui pasar-pasar
local yang tersebar luas diseluruh penjuru tanah air kita. Kegiatan industri kecil
dalam keadaan tertentu ternyata penuh vitalitas untuk tumbuh secara wajar, serta
kemampuannya untuk bertahan dalam keadaan ekonomi yang terburuk sekalipun.,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
semakin meyakinkan akan perlunya subsektor ini untuk dikembangkan dan
dibantu oleh iklim yang menunjang. Lebih lanjut dinyatakan bahwa, dalam arti
strategis, proposisi yang mendukung pentingnya usaha pengembangan industri
kecil yang bersangkutan itu adalah: fleksibilitas dan adaptabilitasnya di dalam
memperoleh bahan mentah dan peralatan; relevansinya dengan proses
desentralisasi kegiatan ekonomi bagi menunjang terciptanya integrasi kegiatan
pada sektor-sektor ekonomi yang lain; potensinya terhadap perluasan dan
penciptaan kesempatan kerja; serta, dalam jangka panjang, peranannya sebagai
basis untuk mencapai suatu kemandirian pembangunan ekonomi karena kegiatan
industri kecil hampir seluruhnya dilakukan oleh pengusaha dalam negeri dan
proses produksinya cenderung dilakukan dengan kandungan impor yang rendah.
Sejak awal dasawarsa tujuhpuluhan secara tajam mulai dasadari, bahwa
meskipun mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat, namun
kebanyakan negara berkembang belum berhasil menyediakan lapangan pekerjaan
yang layak bagi angkatan kerja pada umumnya, baik ditinjau dari segi tingkat
pendapatan, ataupun dari kesesuaian pekerjaan terhadap keahlian. Bertolak dari
kenyataan inilah maka eksistensi industri kecil, telah mengambil tempat penting
dalam masalah kesempatan kerja dan ketenagakerjaan di negara-negara
berkembang (Azhari, 1986:1).
Jumlah unit usaha industri kecil terhadap jumlah unit usaha di sektor
industri pengilahan memperlihatkan besaran yang lebih tajam dibandingkan
dengan tenaga kerja. Gambaran jumlah unit usaha industri kecil yang demikian
besar ini pada gilirannya tidak lain menyiratkan betapa beragamnya hambatan
yang dihadapi pemerintah dalam penanganan industri kecil. Pergeseran struktural
ini bermula dari perkembangan industri pengolahan yang bersifat ringan, seperti:
industri- industri tekstil, kertas, gelas dan sebagainya, yang kemudian ikut
memberi andil bagi pertumbuhan industri dasar dan industri berat dengan
dipelopori oleh kelompok Zaibatsu (pemilik modal) yang melakukan ekspansi
besar-besaran ke semua cabang industri. Namun, terlepas dari tergesernya
struktural itu, gambaran factual memperlihatkan betapa industri pemintalan dan
tenun tradisional secara unik tetap mampu bertahan terhadap kompetisi dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
industri tenun yang lebih modern. Industri kecil dan kerajinan rumah tangga pada
umumnya tumbuh di sekitar pabrik-pabrik besar, serta atas dasar kontrak berperan
sebagai supplier bagi pabrik-pabrik besar. Definisi industri kecil antara satu
negara dengan negara lain berbeda, di Singapura industri kecil didefinisikan
sebagai unit usaha industri yang mempekerjakan antara 10 sampai 99 orang
tenaga kerja, di Malaysia dan Muangthai industri kecil didefinisikan sebagai unit
industri yang mempekerjakan tidak lebih dari 50 orang tenaga kerja, sementara di
Indonesia dan Filipina industri kecil didefinisikan sebagai unit usaha industri yang
mempekerjakan antar 5 sampai 19 orang tenaga kerja. Industri kecil tetap
mempunyai kedudukan yang penting dalam perekonomian suatu Negara (Azhari,
1986:3-4).
Menurut Lincolyn Arsyad (1992: 306) untuk mengetahui macam-macam
industri ini bisa dilihat dari beberapa sudut pandang. Pertama, pengelompokan
industri yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian. Menurut Departemen
Perindustrian, Industri Nasional Indonesia dikelompokkan menjadi tiga kelompok
besar, yaitu:
1. Industri dasar yang meliputi kelompok Industri Mesin dan Logam Dasar, dan
kelompok Industri Kimia Dasar. Industri Mesin Pertanian, elektronik, besi
baja, tembaga, dan lain- lain merupakan kelompok Industri Mesin dan Logam
Dasar. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok Industri Kimia Dasar
antara lain: industri pupuk, industri pestisida, industri semen dan sebagainya.
Dilihat dari misinya industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur industri dan bersifat
padat modal.
2. Industri kecil yaitu meliputi industri pangan, industri sandang dan kulit,
industri kimia dan bahan bangunan, industri galian bukan logam dan logam.
Kelompok industri kecil ini mempunyai misi melaksanakan pemerataan.
Teknologi yang digunakan yaitu teknologi menengah atau sederhana dan
padat karya.
3. Industri hilir yaitu kelompok Aneka Industri (AI) yang meliputi industri
pengolahan sumber daya hutan, hasil pertambangan, sumber daya pertanian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dan lain- lain. Kelompok ini mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, dan atau pemerataan, memperluas kesempatan kerja.
Kedua, pengelompokan industri menurut jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) yang dikutip oleh Lincolyn
Arsyad (1992: 307), pengelompokan industri dengan cara ini dibedakan menjadi
empat, yaitu:
1. Perusahaan/ Industri Besar jika mempekerjakan 100 orang atau lebih.
2. Perusahaan/ Industri Sedang jika mempekerjakan 20 sampai 99 orang.
3. Perusahaan/ Industri kecil jika mempekerjakan 5 sampai 19 orang.
4. Industri/ kerajinan Rumah Tangga jika mempekerjakan kurang dari 5 orang.
Istilah industri dapat diartikan secara sempit dan luas. Dalam arti sempit
industri merupakan gabungan atau kumpulan perusahaan yang memiliki
kesejenisan dalam produksi yang dihasilkan atau bahan baku yang digunakan dan
proses produksi yang dilaksanakan. Pengertian luasnya industri merupakan
sebagai kumpulan atau gabungan perusahaan yang memproduksi dengan aktivitas
permintaan silang yang positif dan tinggi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1996:330) mengartikan “industri sebagai perusahaan yang membuat atau
menghasilkan barang-barang”.
Definisi lain menurut Biro Pusat Statistik seperti yang dikutip T. Kian Wie
yang diterjemahkan oleh Mari Pangestu (1987: 111) mengelompokan industri
kecil sebagai berikut:
1. Industri kecil modern, yang memiliki ciri-ciri:
a) Menggunakan teknologi proses madya.
b) Skala produksi yang terbatas.
c) Tergantung pada dukungan litbang dan industri besar.
d) Dilibatkan dengan sistem pemasaran produksi industri besar dan
menengah dengan sistem pemasaran domestik dan ekspor.
e) Menggunakan mesin khusus dan alat perlengkapan lainnya.
2. Industri kecil tradisional, yang memiliki ciri-ciri:
a) Teknologi proses yang digunakan secara sederhana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b) Ada bantuan dari Unit Pelayanan Teknis (UPT) yang disediakan oleh
Deperindus sebagai bagian dari program bantuan teknisnya kepada
industri kecil.
c) Mesin yang digunakan dan alat perlengkapan modal lainnya relatif
sederhana.
d) Lokasi di pedesaan.
e) Akses untuk menjangkau pasar di luar lingkungan yang berdekatan
terbatas.
3. Industri kerajinan kecil, yang memiliki ciri-ciri:
Menggunakan teknologi proses madya atau justru teknologi proses maju.
Berdasarkan SK Menteri Perindustrian Nomor:133/ M/ SK/8/1976,
industri kecil terbagi menjadi empat kelompok, yaitu:
1) Industri kecil yang punya kaitan erat dengan industri menengah dan besar.
a) Industri kecil yang menghasilkan barang yang diperlukan oleh industri
menengah dan besar.
b) Industri kecil yang membutuhkan produk-produk dari industri menengah
dan besar.
c) Industri kecil yang perlu bahan-bahan limbah dari industri menengah dan
besar.
2) Industri kecil yang berdiri sendiri, yaitu industri kecil yang langsung
menghasilkan barang untuk konsumen (industri jenis ini tidak memiliki ikatan
dengan industri lain).
3) Industri kecil yang menghasilkan barang-barang seni.
4) Industri kecil yang memiliki pasaran lokal dan bersifat pedesaan.
Menurut Irsan Azhary (1986:5), industri kecil juga memberi manfaat sosial
(social benefits) yang sangat berarti bagi perekonomian. Manfaat tersebut antara
lain:
1. Industri kecil dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan
pembiayaan yang relatif murah. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa
tingkat keahlian dan daya dukung permodalan dari pengusaha-pengusaha di
Indonesia pada umumnya masih sangat rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2. Industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilitas
tabungan domestik, dimungkinkan bahwa industri kecil cenderung memperoleh
modal dari tabungan si pengusaha sendiri, atau dari keluarga dan kerabatnya.
3. Industri kecil mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar
dan sedang, karena menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana.
Selain memberikan manfaat sosial, industri kecil juga mempunyai
permasalahan pokok yang dihadapi, diantaranya adalah:
1. Iklim diskriminatif yang bersumber dari sikap dan tindakan pemerintah.
2. Relatif terbatasnya akses untuk memperoleh kredit dari bank komersil.
3. Berapa premis yang secara asasi merupakan kendala tersendiri bagi
perkembangan industri kecil.
Seperti diketahui, usaha kecil dalam perkembangan usahanya sering kali
menghadapi kendala, baik kendala internal maupun kendala eksternal. Kendala
internal terutama berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia. Karena
keterbatasan sumber daya tersebut maka mereka kurang mampu memanfaatkan
peluang yang ada, baik akses pasar, akses terhadap sumber pembiayaan dan akses
terhadap teknologi. Sedangkan kendala eksternal berkaitan dengan iklim usaha
yang kurang kondusif terhadap perkembangan usaha kecil. Selama ini terkesan
berbagai kebijaksanaan lebih berpihak kepada sektor usaha besar, sehingga
berbagai fasilitas yang disediakan oleh pemerintah sebagian besar dinikmati oleh
usaha besar.
Kontribusi usaha kecil dalam perekonomian secara makro cukup berarti.
Sumbangan tersebut terutama dari segi penyerapan tenaga kerja. Disamping itu,
mereka juga memberikan kontribusi dalam penciptaan nilai tambah dan devisa
ekspor non-migas meskipun nilainya relative kecil (R.Maryatmo, 1996:3-4).
Industri kerajinan kecil terutama dipedesaan sangat perlu untuk
memecahkan masalah pengangguran yang semakin banyak. Salah satu cara yang
digunakan adalah mengembangkan industri kecil atau industri pedesaan. Usaha
industri kecil semacam ini di maksudkan agar kebutuhan kesempatan kerja rakyat
pedesaan terpenuhi. Berdasarkan hal tersebut dapat diambil makna bahwa industri
kecil, khususnya di pedesaan sangat diperlukan dalam memperluas lapangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
kerja. Selain itu juga dapat dikembangkan menjadi produk pariwisata yang
potensial, terutama industri kecil usaha kerajinan.
Azhari (1986:10-11), berdasarkan dari sensus industri 1974/1975 diperoleh
gambaran bahwa jumlah industri kecil dan kerajinan rumah tangga mendekati 1,3
unit dengan lebih dari 4,2 juta orang tenaga kerja. Sementara data-data terakhir
menunjukkan bahwa industri kecil dan kerajinan rumah tangga telah berkembang
menjadi 1.518.668 unit usaha, dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak
14.549.552 orang. Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa industri kecil dan
kerajinan rumah tangga pada hakekatnya masih bertahan dalam struktur
perekonomian Indonesia, bahkan dari waktu ke waktu senantiasa menunjukkan
tingkat perkembangan yang mengesankan. Tampaknya terdapat beberapa alasan
kuat yang mendasari resistensi dari keberadaan industri kecil dan kerajinan rumah
tangga dalam perekonomian Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
1. Sebagian besar populasi industri kecil dan kerajinan rumah tangga
berlokasi di daerah pedesaan, sehingga tenaga kerja yang semakin
meningkat serta luas tanah garapan garapan pertanian yang relatif
berkurang, industri kecil merupakan jalan keluar.
2. Beberapa jenis kegiatan industri kecil dan kerajinan rumah tangga banyak
menggunakan bahan baku dari sumber-sumber di lingkungan terdekat.
3. Harga jual yang relatif murah serta tingkat pendapatan kelompok “bawah”
yang rendah sesungguhnya merupakan sesuatu “kondisi berjawab”
tersendiri yang memberi peluang bagi industri kecil dan kerajinan rumah
tangga untuk tetap bertahan.
4. Tetap adanya permintaan terhadap beberapa jenis komoditi yang tidak
diproduksi secara maksimal.
Jenis industri kecil di Surakarta menurut kantor Deperindus Kota Madya
Surakarta tahun 1993 ada 5 (lima) sentra industri kecil yang meliputi: sentra
industri pangan, sentra industri sandang dan kulit, sentra industri kimia dan bahan
bangunan, sentra industri kerajinan dan umum serta sentra industri logam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Dengan demikian sifat industri kecil yang mampu menyerap tenaga kerja,
memiliki peranan yang strategi dalam peningkatan pendapatan, perluasan
lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta mampu mengatasi kemiskinan itu
memperoleh perhatian dari pemerintah untuk dibina dan dikembangkan agar
menjadi salah satu pendukung sektor ekonomi.
Biasanya usaha kecil atau industri kecil mempunyai strategi sendiri, yaitu
dengan membuat produk yang khusus, unik, dan spesial agar tidak bersaing
dengan industri besar. Karena usahanya yang kecil, industri kecil umumnya
mempunyai daerah pemasaran yang tidak terlalu jauh sehingga tabiet
konsumennya dapat dipahami benar. Komunikasi dengan konsumen berjalan
cepat dan seringkali berlangsung kepada pemilik. Hal ini menyebabkan industri
kecil dengan permodalan yang tidak besar itu bersifat luwes dan sering
menghasilkan inovasi- inovasi. Industri kecil umumnya hanya dikelola sendiri oleh
pemiliknya yang kadang kala dibantu anggota keluarga. Mungkin dibantu pula
oleh beberapa tangan pembantu, tetapi tidak jelas apa statusnya, apa tugasnya,
sampai dimana wewenang dan tanggung jawabnya (Singgih, 1999:1-4).
Berdasarkan uraian diatas, industri kerajinan batu akik yang berada di
Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri ini termasuk kedalam
industri kecil atau industri rumah tangga.
3. Perubahan Sosial
Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan.
Proses perubahan terjadi karena manusia adalah makhluk yang berpikir dan
bekerja. Manusia selalu berusaha untuk memperbaiki hidupnya atau sekurang-
kurangnya mempertahankan hidupnya. Perubahan yang terjadi pada prinsipnya
adalah suatu proses yang terus menerus artinya bahwa perubahan itu ada yang
terjadi lambat dan ada yang terjadi cepat. Para ahli sepakat untuk
mengkatagorikan masyarakat Indonesia sekarang ini sebagai masyarakat yang
sedang berada dalam keadaan transisional. Masyarakat Indonesia sekarang sedang
bergerak dari masyarakat agraris tradisional yang penuh dengan nuansa
spiritualistik menuju masyarakat industrial modern yang materialistik. Warna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
kehidupan masyarakat industrial sudah terasa dalam denyut jantung kehidupan
masyarakat, walaupun corak kehidupan agraris tradisional tidak lenyap sama
sekali (W. F. Wertheim, 1999:2-3).
Soekanto (1982:308), ahli lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi
karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan
keseimbangan masyarakat, seperti misalnya perubahan dalam unsur-unsur
geografis, biologis, ekonomis, atau kebudayaan. Kemudian ada pula yang
berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial bersifat periodik dan non
periodik. Pendapat-pendapat tersebut pada umumnya menyatakan bahwa
perubahan merupakan lingkaran kejadian-kejadian. Pitirim A. Sorokin dalam
Soerjono Soekanto (1982:263) berpendapat bahwa segenap usaha untuk
mengemukakan adanya suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam
perubahan-perubahan sosial tidak akan berhasil baik. Akan tetapi, perubahan-
perubahan tetap ada dan yang paling penting adalah lingkaran terjadinya gejala-
gejala sosial harus dipelajari karena dengan jalan tersebut barulah akan dapat
diperoleh suatu generalisasi. Sedangkan Kingsley Davis dalam buku yang sama
mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat.
Pada dewasa ini proses-proses pada perubahan-perubahan sosial dapat
diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu, yaitu sebagai berikut:
1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap
masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara
cepat.
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti
dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya. Karena
lembaga- lembaga tadi sifatnya interdependen, maka sulit sekali untuk
mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga sosial tertentu saja.
3. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi
yang bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri.
Disorganisasi akan diikuti oleh suatu reorganisasi yang mencakup pemantapan
kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
4. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang
spiritual saja karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik
yang sangat kuat.
Soerjono Soekanto (1982:333), di dalam masyarakat di mana terjadi suatu
proses perubahan, terdapat faktor- faktor yang mendorong jalannya perubahan
yang terjadi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Kontak dengan kebudayaan lain.
Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion. Difusi adalah
proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain,
dan dari masyarakat ke masyarakat lain. Dengan proses tersebut, manusia
mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan.
Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh
masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai
umat manusia di dunia dapat menikmati kegunaannya.
2. Sistem pendidikan formal yang maju.
Pendidikan mengajarkan aneka macam kemampuan kepada individu.
Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam
membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara
berpikir secara ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berpikir
secara obyektif, yang akan memberikan kemampuan untuk menilai apakah
kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
zajam atau tidak.
3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju.
Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, masyarakat merupakan
pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru. Hadiah Nobel, misalnya,
merupakan pendorong untuk menciptakan hasil-hasil karya yang baru. Di
Indonesia juga dikenal sistem penghargaan tertentu, walaupun masih dalam
arti yang sangat terbatas dan belum merata.
4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation), yang
bukan merupakan delik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
5. Sistem terbuka lapisan masyarakat (open stratification).
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal yang luas atau
berarti memberi kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar
kemampuan sendiri. Dalam keadaan demikian, seseorang mungkin akan
mengadakan identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai status lebih
tinggi. Identifikasi terjadi di dalam hubungan superordinasi-subordinasi. Pada
golongan yang berkedudukan lebih rendah, acap kali terdapat perasaan tidak
puas terhadap kedudukan sosial sendiri. Keadaan tersebut dalam sosiologi
disebut status-anxiety. Status-anxiety menyebabkan seseorang berusaha
menaikkan kedudukan sosialnya.
6. Penduduk yang heterogen.
Pada masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang
mempunyai latar belakang kebudayaan ras ideologi yang berbeda dan
seterusnya, mudah terjadinya pertentangan-pertentangan yang mengundang
kegoncangan-kegoncangan. Keadaan demikian menjadi pendorong bagi
terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat.
7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
Ketidakpuasan yang berlangsung terlalu lama dalam sebuah masyarakat
berkemungkinan besar akan mendatangkan revolusi.
8. Orientasi ke masa depan.
9. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki
hidupnya.
Transformasi masyarakat desa Jawa kurang mencolok dibandingkan
perubahan sosial dipusat-pusat perkotaan. Bahkan ada keyakinan umum bahwa
kehidupan pedesaan Jawa sulit berubah sejak waktu yang tidak dapat diingat lagi.
Perbedaan antara pola sawah di Jawa dan pola ladang di luar pulau Jawa masih
tampak jelas. Rekonstruksi akurat mengenai kehidupan desa Jawa pada masa awal
sulit dilakukan. Kesusastraan Jawa Kuno lebih banyak membahas tentang
kehidupan di istana- istana raja dibandingkan dengan kehidupan sehari-hari rakyat
biasa. Perubahan sosial secara komparatif berjalan lamban di Jawa dan perubahan
dalam kehidupan pedesaan itu hampir tidak seradikal yang terjadi di Eropa Barat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Tradisi masih memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan Jawa. Hal
yang tampak sebagai unsur baru dan lama ini sering kali ditemukan bersisi-sisian,
tidak bergabung menjadi suatu keseluruhan. Kebutuhan sosial masih benar-benar
tampak bersisian dengan munculnya kebutuhan ekonomi, dimana semangat
modern menyusupi nilai-nilai tradisional (W. F. Wertheim, 1999:8-10).
Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di
dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara
keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan. Menurut Gillin dan Gillin
dalam Soerjono Soekanto (1990:336) menyatakan bahwa perubahan sosial adalah
suatu variabel dari cara-cara hidup yang telah diterima oleh masyarakat, yang
disebabkan oleh adanya perubahan kondisi geografis,kebudayaan material,
komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi dan penemuan baru
dalam masyarakat. Hawley dalam Piotr Sztompka (2004: 3) menyebutkan bahwa
perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari sistem sosial
sebagai satu kesatuan.
Suatu faktor yang perlu mendapat perhatian adalah hubungan antara
industri dengan masyarakat, wadah industri adalah masyarakat, yang menjadi
masalah adalah bagaimana proses saling mempengaruhi antara industri dengan
masyarakat. Untuk itu, Soerjono Soekanto (1990:32) mengemukakan bahwa
perubahan-perubahan hanya dapat ditemukan oleh seseorang yang sempat
meneliti susunan dan kehidupan masyarakat pada suatu waktu dan
membandingkan dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu
yang lampau.
Strasser & Randall dalam Sztompka (2004:3), berbicara tentang
perubahan, kita membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu
tertentu, kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum
dan sesudah jangka waktu tertentu. Untuk dapat menya takan perbedaannya, ciri-
ciri awal unit analisis harus diketahui dengan cermat meski terus berubah.
Sztompka (2004:3), perubahan sosial dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis, tergantung pada sudut pengamatan: apakah dari sudut aspek, fragmen atau
dimensi sistem sosialnya. Ini disebabkan keadaan sistem sosial itu tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
sederhana, tidak hanya berdimensi tunggal, tetapi muncul sebagai kombinasi atau
gabungan hasil keadaan berbagai komponen seperti berikut:
1. Unsur-unsur pokok (misalnya: jumlah dan jenis individu, serta tindakan
mereka).
2. Hubungan antar unsure (misalnya: ikatan sosial, loyalitas, ketergantungan,
hubungan antar individu, integrasi).
3. Berfungsinya unsur-unsur di dalam sistem (misalnya: peran pekerjaan yang
dimainkan oleh individu atau diperlukannya tindakan tertentu untuk
melestarikan ketertiban sosial).
4. Pemeliharaan batas (misalnya: criteria untuk menentukan siapa saja yang
termasuk anggota sistem, syarat penerimaan individu dalam kelompok,
prinsip rekrutmen dalam organisasi, dan sebagainya).
5. Subsistem (misalnya: jumlah dan jenis seksi, segmen, atau divisi khusus yang
dapat dibedakan).
6. Lingkungan (misalnya: keadaan alam atau lokasi geopolitik).
4. Perilaku Ekonomi
Aliran klasik muncul pada akhir abad 18 dan permulaan abad 19, yaitu di
masa Revolusi Industri, di mana suasana waktu itu merupakan awal dari adanya
perkembangan ekonomi. Menurut aliran klasik, pertumbuhan ekonomi disebabkan
oleh adanya pacuan antara kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah
penduduk (Irawan, 1982: 30).
Ekonomi didefinisikan agak longgar, yaitu sebagai serangkaian kegiatan
produksi dan konsumsi yang saling berkaitan. Kegiatannya bisa menyangkut
wilayah propinsi, wilayah negara, atau sekelompok negara. Dalam perekonomian
manapun, alokasi sumber daya ditentukan oleh keputusan produksi, keputusan
penjualan dan keputusan pembelian yang dilakukan oleh perusahaan, rumah
tangga dan pemerintah. Bagian dari suatu sistem ekonomi biasanya disebut sektor
pada ekonomi tersebut. Misalnya sektor pasar, produsen membuat komoditi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
sedangkan konsumen yang menggunakan komoditi tersebut. Komoditi dapat
berpindah dari satu kelompok ke kelompok lain melalui dua cara. Pertama, dijual
oleh produsen dan dibeli oleh konsumen di pasar. Kedua, komoditi tersebut
sekedar dihadiahkan begitu saja. Bila komoditi dijual dan dibeli, produsen
berharap biaya-biaya untuk membuatnya bisa ditutup oleh penghasilan yang
diperoleh dari penjualan barang (Jaka Wasana, 1990: 49).
Pasar mempunyai fungsi sebagai ajang pertemuan antara penjual dan
pembeli, antara produsen dan konsumen, dimana harga terbentuk dalam interaksi
antara penawaran dan permintaan. Permintaan akan suatu barang tertentu
bersumber pada kebutuhan konsumen. Orang mau membeli barang serta bersedia
membayar harganya karena barang tersebut berguna untuknya, yaitu dapat
memenuhi salah satu kebutuhannya. Selain kebutuhan konsumen, masih banyak
faktor lain yang ikut mempengaruhi apa dan berapa yang mau dibeli oleh
masyarakat, antara lain: tingkat pendapatan konsumen, harga barang-barang lain,
selera, mode, pengaruh lingkungan fisik dan lingkungan sosial, perkembangan
jumlah penduduk, dan lain sebagainya.
Dasar penawaran adalah perilaku produsen. Seorang produsen yang
menawarkan suatu barang di pasar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Untuk
menghasilkan barang dibutuhkan kombinasi dari berbagai sumber daya atau faktor
produksi. Masukan yang dipakai dalam proses produksi harus dibayar, hal inilah
yang merupakan biaya produksi. Hasil produksi jika dijual mendatangkan
penerimaan. Maka, seorang produsen yang bertindak ekonomis
mempertimbangkan pengorbanan dan hasil dengan memperhitungkan biaya dan
penerimaan. Pokok persoalan ekonomi yang dihadapi oleh seorang produsen
adalah bagaimana dengan sumber daya yang terbatas dapat mencapai hasil yang
sebaik-baiknya (Gilarso, 2003: 13-14).
Seorang konsumen yang bertindak ekonomis mesti mempertimbangkan
pengorbanan, yaitu harga yang harus dibayar, dan hasil, yaitu manfaat atau
kepuasan yang diperoleh dari pengeluarannya. Dalam hal ini ditinjau segi
kepuasan yang ditimbulkan oleh manfaat barang yang dikonsumsikan (Gilarso,
2003: 92).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Konsumsi adalah titik pangkal dan tujuan akhir seluruh kegiatan ekonomi
masyarakat. Kalau produksi diartikan menciptakan dalam bentuk barang yang
dapat memenuhi kebutuhan manusia, maka konsumsi berarti memakai atau
menggunakan barang itu untuk memenuhi suatu kebutuhan. Meskipun jelas
betapa penting konsumsi itu, namun dalam teori ekonomi masalah konsumsi lama
sekali diabaikan. Asal ada barang yang dihasilkan, tentu akan ada orang yang mau
membelimya. Bagi pihak konsumen, harga yang harus dibayar untuk membeli
suatu barang merupakan korban atau pengeluaran, tetapi untuk pihak produsen
atau penjual merupakan hasil atau penerimaan. Harga yang diterima penjual
merupakan balas jasa atas jerih payahnya, dan dengan demikian juga dorongan
untuk menghasilkan dan menjual barang (Gilarso, 2003: 89).
B. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran dimaksud untuk mempermudah penelitian dalam alur
penalaran yang didasarkan pada tema masalah penelitian, sehingga dapat
mengungkap permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini pada dasarnya akan
mengungkap masalah kerajinan batu akik di Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo,
Kabupaten Wonogiri.
Perkembangan yang terjadi pada kerajinan batu akik di Desa Dlepih ini
bermula dari kondisi yang kurang menguntungkan, karena perkembangan jaman
yang menuntut adanya nilai-nilai yang berubah dan tuntunan akan bentuk baru
yang sesuai dengan kondisi jaman sekarang. Keberhasilan dalam pembuatan
bentuk barang kerajinan yang sesuai dengan apa yang diinginkan tidak lepas dari
penyelesaian dengan teknik yang benar. Maka pengetahuan ini sangat perlu bagi
pengrajin sebagai bekal dalam bekerja, disamping itu ketelitian, ketelatenan,
kecermatan serta kesabaran dari pengrajin sangat mendukung dalam proses
pembuatan kerajinan sehingga dapat diharapkan bisa menghasilkan karya yang
baik dan dapat meningkatkan efektifitas dan ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Melalui proses kreatif pengrajin, maka dari bahan baku yang ada disekitar
lokasi Desa Dlepih tercipta kerajinan tangan berupa batu akik. Dengan
ketrampilan dan pengalaman yang memadai, pengrajin menghasilkan karya
kerajinan yang berkualitas. Berdasarkan dari kajian yang telah dijelaskan dapatlah
diambil suatu pemikiran yaitu bahwa untuk menghasilkan kerajinan yang
memiliki mutu tinggi, haruslah melewati suatu proses atau langkah- langkah
tertentu yang harus diperhatikan mulai dari gagasan, perencanaan, persiapan,
persiapan bahan, alat-alat, pengolahan sampai finishing. Proses pembuatan
kerajinan batu akik dibutuhkan kecermatan dari pengrajin, sehingga hasil
kerajinan memiliki nilai seni yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Untuk kejelasan uraian di atas dapat dibuat alur pemikiran sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian Eksistensi Kerajinan Batu Akik.
Keterangan:
Seni kerajinan berkaitan erat dengan tingkat kebutuhan hidup manusia
dalam rangka mempertahankan hidup. Masyarakat mengekspresikan kreasinya
melalui seni kerajinan, dari seni kerajinan tersebut menghasilkan suatu industri
kerajinan yang beragam salah satunya adalah industri kerajinan batu akik. Seiring
dengan perkembangan jaman maka kerajinan batu akik juga mengalami
perkembangan. Perkembangan kerajinan batu akik akan mempengaruhi perubahan
dalam masyarakat. Perubahan ekonomi dapat dilihat dari meningkatnya
pendapatan keluarga yang akan memberi pengaruh dalam kehidupan sosial di
dalam masyarakat Desa Dlepih, sedangkan perubahan sosial yang timbul adalah
industri kerajinan ini dapat menyerap tenaga kerja di daerah sekitar dan dapat
mengurangi tingkat pengangguran dalam masyarakat Desa Dlepih.
Seni Kerajinan
Industri Kecil Kerajinan
Kerajinan Lainnya Kerajinan Batu Akik
Perkembangan Kerajinan Batu Akik
Sosial Pengaruh Kerajinan
Batu Akik Desa Dlepih
Ekonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian sangat menentukan diperolehnya informasi untuk
menyampaikan kebenaran dari suatu penelitian. Penelitian dengan judul “Eksistensi
Kerajinan Batu Akik (Studi Perubahan Sosial dan Ekonomi Desa Dlepih
Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri)” mengambil lokasi di Desa Dlepih,
Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Dengan pertimbangan bahwa daerah ini
merupakan sentra industri kerajinan batu akik dan para pengrajin bersedia untuk
memberikan data maupun informasi secara lengkap yang dibutuhkan guna menyusun
penelitian ini. Untuk menunjang penelitian ini, maka peneliti juga membaca buku-
buku referensi di Perpustakaan Pusat UNS Surakarta, Perpustakaan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS, Perpustakaan Program Pendidikan Sejarah
UNS Surakarta, Perpustakaan Kota Wonogiri.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian merupakan jangka yang peneliti gunakan untuk keperluan
penelitian. Rencana dalam penelitian ini akan dilaksanakan setelah disetujuinya judul
sekripsi ini pada bulan September 2010 dan akan berakhir sampai terselesaikannya
penulisan penelitian ini pada bulan Oktober 2011.
Tabel 1. Jadwal Penelitian Tentang Eksistensi Kerajinan Akik di Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri.
Kegiatan Bulan Sep ‘10
Okt ‘10
Nov ‘10
Des ‘10
Jan ‘11
Feb ‘11
Mar ‘11
Apr ‘11
Mei ‘11
Jun ‘11
Jul ‘11
Ags ‘11
Sep ‘11
Okt ‘11
Proposal BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada dalam penelitian ini, maka bentuk penelitian
yang sesuai dengan menggunakan penelitian kualitatif diskriptif, tentang situasi yang
dialami. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosudur pemecahan masalah yang
diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek ataupun obyek
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Hadari Nawawi,
1991: 35).
Laporan ini berupa gambaran, kutipan daya sebagai penyajian laporan
tersebut seperti pendapat yang dikemukakan oleh Bogdan dalam Lexy J Moleong
(1996 : 7) yang menyatakan bahwa ”Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan
segi proses daripada hasil, hal ini disebabkan oleh bagian-bagian yang sedang diteliti
akan jauh apabila diamati dalam proses”. Sedangkan menurut Kirk dan Miller dalam
Lexy J Moleong (2001: 3) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-
orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.
Penelitian kualitatif melibatkan kegiatan ontologis. Data yang dikumpulkan
terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih bermakna
dan mampu memacu timbulnya pemahaman yang lebih nyata dari pada sekedar sajian
angka atau frekuensi. Peneliti menekankan catatan dengan deskripsi kalimat yang
rinci, lengkap, dan mendalam, yang menggambarkan situasi sebenarnya guna
mendukung penyajian data.
Metode penelitian kualitatif ini digunakan karena dalam penelitian ini data-
data yang akan diteliti merupakan data-data pada masa sekarang. Metode penelitian
kualitatif ini juga digunakan karena beberapa pertimbangan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan-ganda.
b. Metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan
responden.
c. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Penelitian kualitatif menekankan pada analisis induktif, bukan analisis
deduktif. Data yang dikumpulkan bukan dimaksudkan untuk mendukung atau
menolak hipotesis yang telah disusun sebelum penelitian dimulai, tetapi abstraksi
disusun sebagai kekhususan yang telah terkumpul dan dikelompokkan bersama lewat
proses pengumpulan data yang telah dilaksanakan secara teliti (H.B Sutopo,2006:40-
41).
Hal ini sesuai dengan kajian yang diamati tentang proses pembuatan kerajinan
batu akik di Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri dari persiapan
bahan, sampai menjadi bentuk barang kerajinan.
2. Strategi Penelitian
Strategi adalah cara dalam melaksanakan suatu proyek atau cara dalam
mencapai tujuan. Strategi sama dengan metode, berasal dari bahasa Yunani yaitu
methodos yang berarti jalan atau cara. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka
metode menyangkut masalah-masalah kerja untuk memahami obyek yang menjadi
sasaran ilmiah yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1982:7).
Ditinjau dari masalah yang diangkat, teknik serta alat yang digunakan maka
dapat digunakan strategi penelitan studi kasus. Studi kasus memusatkan perhatian
pada kasus secara intensif dan mendetail. Subyek yang diselidiki terdiri dari satu unit
(satu kesatuan unit) yang dipandang sebagai kasus. Kasus dapat terbatas pada satu
peristiwa, satu desa, ataupun satu kelompok manusia dan obyek lain- lain yang cukup
terbatas yang dipandang sebagai kesatuan. Termasuk didalam perhatian penyelidik itu
ialah segala sesuatu yang mempunyai arti dalam riwayat kasus, misalnya peristiwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
terjadinya, perkembangannya, dan perubahan-perubahannya (Winarno Surakhmad,
1994: 140).
Penelitian ini menggunakan strategi studi kasus terpancang tunggal. Disebut
terpancang karena sasaran dan tujuan serta masalah yang disebut sudah ditetapkan
sebelum terjun kelapangan atau tempat penelitian. Tunggal karena obyek penelitian
hanya satu, yaitu kerajinan batu akik yang berada di Desa Dlepih, Kecamatan
Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri.
C. Sumber Data
Sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena
ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan
dan kekayaan data atau kedalaman informasi yang diperoleh. Sumber data dalam
penelitian Kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa atau aktivitas, tempat atau
lokasi, benda, beragam gambar dan rekaman, dokumen atau arsip. Sedangkan
menurut Lofland dalam Lexi J. Moleong, (1990: 47), Sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen. Sutopo (1992:2) menyatakan bahwa ”sumber data dalam penelitian
kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa, tingkah laku, dokumen, dan arsip serta
benda lain”. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau observasi
merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, serta bertanya.
Untuk itu dalam memilih sumber data, harus benar-benar berpikir mengenai
kemungkinan kelengkapan informasi yang akan dikumpulkan dan juga validitasnya.
Dalam penelitian ini sumber data diperoleh melalui :
1. Informan
Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (informan) sangat
penting perannya sebagai individu yang memiliki informasinya. Peneliti dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
informan disini memiliki posisi yang sama, dan informan bukan sekedar memberikan
tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa lebih memiliki arah dan selera
dalam menyajikan informasi yang ia miliki. Karena posisi ini, sumber data yang
berupa manusia di dalam penelitian kualitatif lebih tepat disebut sebagai informan
daripada sebagai responden (H. B Sutopo, 2002: 50).
Moleong (2001: 45) mengatakan bahwa yang disebut informan adalah “Orang
yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
belakang penelitian”. Manusia sebagai sumber data perlu dipahami, bahwa mereka
terdiri dari siapa yang akan menjadi informan, peneliti wajib memahami posisi
dengan beragam peran serta yang ada sehingga dapat diperoleh informasi pernyataan
maupun kata- kata yang diperoleh dari informan Kunci (Key Informan).
Key informan atau informan kunci merupakan orang yang mengetahui tentang
data yang diperlukan, dan memberikan informasi tentang informan lain yang lebih
paham tentang data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini
kriteria informan adalah dari yang dianggap paling tahu ke yang sedikit
pengetahuannya tentang masalah yang diteliti, diantaranya: pengrajin batu akik,
Kepala Desa Dlepih, pejabat pemerintah terkait.
Tempat dan peristiwa dapat dijadikan sebagai sumber informasi karena dalam
pengamatan harus ada kesesuaian dengan konteks dan setiap situasi sosial selalu
melibatkan pelaku, tempat dan aktivitas. Tempat dan peristiwa dimaksudkan untuk
memperkuat keterangan yang diberikan oleh informan. Tempat yang menjadi lokasi
observasi penelitian ini berada di Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten
Wonogiri. Sebagai peristiwa dimana para pengrajin membuat kerajinan batu akik dan
pemasarannya.
2. Dokumen
Teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis,
terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori,
dalil/hukum-hukum dan lain- lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Dokumen atau arsip merupakan bahan tertulis yang dapat digunakan sebagai sumber
data yang dijadikan sumber informasi, dokumen-dokumen yang digunakan tentu saja
yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari saat ini. (Sutopo, 2002: 54)
mengemukakan bahwa “Dokumen dan arsip merupakan sumber data yang sering
sangat penting artinya dalam penelitian kualitatif. Terutama bila sasarannya terarah
pada latar belakang dengan kondisi peristiwa yang terkini yang sedang dipelajari”.
Dokumen tersebut diantaranya berupa monografi Desa Dlepih, brosur-brosur tentang
usaha kerajinan batu akik, dan foto - foto usaha kerajinan batu akik.
D. Teknik Sampling
Dalam penelitian kualitatif, untuk mendapatkan data yang lengkap digunakan
teknik sampling (cuplikan). Cuplikan berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis
dari sumber data yang akan digunakan dalam penelitian. Pemikiran mengenai
cuplikan ini hampir tidak bisa dihindari oleh peneliti dalam pelaksanaan
penelitiannya, mengingat selalu adanya beragam keterbatasan yang dihadapi peneliti.
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya
sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang
representative atau benar-benar mewakili populasi.(Hadari Nawawi, 1995: 152).
Sedangkan teknik sampling (cuplikan) dalam penelitian, menurut H.B.Sutopo (1988),
“cuplikan ada lah suatu bentuk khusus, atau suatu proses yang umum dalam
pemusatan atau pemilihan dalam riset yang mengarah pada seleksi.” Menurut Lexy J
Moleong (1990) sampling adalah:
1. Alat untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber.
Tujuannya untuk merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks.
2. Menggali informasi yang menjadi dasar dari suatu rencana dan teori yang
muncul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Teknik cuplikan cenderung menggunakan teknik cuplikan yang bersifat
selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritas yang
digunakan, keingintahuan pribadi peneliti, karakteristik empiris dan lain- lain. Oleh
karena itu cuplikan yang akan digunakan dalam penelitian ini bersifat Purposive
Sampling (sampel bertujuan), dengan kecenderungan peneliti untuk memilih
informasi dan masalahnya secara labih mendalam dan dapat dipercaya untuk manjadi
sumber data yang baik. Hal tersebut dipertimbangkan untuk mendapatkan data yang
memilliki kebenaran dan pengetahuan yang dapat dipertanggung jawabkan secara
empiris.
Selain Purposive Sampling juga digunakan Snowball Sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel sumber data, yang pada awal jumlahnnya sedikit, lama
kelamaan menjadi banyak, sebagai informan awal dipilih secara purposive, obyek
penelitian yang menguasai permasalahan yang diteliti atas petunjuk ( key informan ),
sehingga jumlah informan semakin berkembang. Informasi selanjutnya diminta
kepada informan awal untuk menunjukan orang lain yang dapat memberikan
informasi, dan kemudian informan ini diminta pula untuk menunjukan orang lain
yang dapat memberikan informasi begitu seterusnya (Sugiyono, 2005: 54).
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Mohammad Nazir (1988: 211), teknik pengumpulan data adalah
prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu
ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin
dipecahkan. Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang harus
digunakan dalam mengadakan suatu penelitian supaya dapat memperoleh data sesuai
dengan apa yang diharapkan. Teknik pengumpulan data meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancara yang memberikan jawaban. Wawancara bertujuan untuk mendapatkan
keterangan dan meminta pendapat dari pihak yang dijadikan sebagai informan, serta
untuk lebih memahami obyek penelitian secara cermat dan akurat, sehingga diperoleh
kesempurnaan data dan hasil penelitian yang bersifat obyektif (Koentjaraningrat,
1983: 128). Wawancara merupakan sumber informasi yang sangat penting, karena :
“Ada kelebihan dari wawancara yakni penelitian bisa kontak langsung dengan
responden sehingga dapat mengungkapkan jawaban secara lebih bebas dan
mendalam” (Nana Sudjana, Ibrahim 1989:102).
Menurut Lexy J. Meleong (1990 : 135) “Wawancara adalah percakapan
yang dilakukan dengan maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan, yang diwawancarai memberikan
jawaban atas pertanyaan itu. Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan
oleh peneliti adalah wawancara terbuka, wawancara terstruktur dan wawancara
berencana dan tak berencana. Wawancara terbuka karena dalam wawancara tersebut
para subyeknya mengetahui maksud dan tujuan dari wawancara yang dilakukan oleh
peneliti. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan disusun dalam
pedoman wawancara. Wawancara berencana dilakukan terhadap informan yang
diseleksi dan para informan berada dalam waktu dan tempat yang sama atau disebut
wawancara formal, sedangkan wawancara tidak berencana dilakukan dengan orang
yang peneliti jumpai secara kebetulan dalam waktu dan tempat yang tidak ditentukan
atau disebut wawancara non formal. Dalam penelitian ini, metode wawancara
menggunakan wawancara non formal.
Dalam melaksanakan wawancara, melibatkan beberapa tahapan yang tidak
harus bersifat linear, tetapi memerlukan perhatian karena tidak jarang hal itu perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dilakukan lebih dari satu kali sesuai dengan kebutuhan perlengkapan dan pendalaman
data yang diperoleh (Sutopo, 2002: 60). Tahapan tersebut meliputi:
1. Penentuan siapa yang akan diwawancarai.
Peneliti harus bisa mewawancarai informan yang memang memiliki informasi
yang benar, lengkap, dan mendalam. Oleh karena itu sejak awal peneliti perlu
memilih dan menentukan informan yang dianggap tepat, dan menentukan kapan,
serta dimana wawancara akan dilakukan.
2. Persiapan wawancara.
Persiapan wawancara ini merupakan pekerjaan rumah peneliti yang kenyataannya
sering dilupakan karena tidak dianggap penting. Selain itu peneliti juga perlu
membuat rencana mengenai jenis informasi apa saja yang akan digali. Beragam
informasi yang akan digali dalam menghadapi seseorang yang akan
diwawancarai, perlu disiapkan dalam bentuk tertulis.
3. Langkah awal.
Pada saat pertemuan dengan informan, peneliti perlu benar-benar memahami
konteksnya agar suasana wawancara bisa berjalan lancar. Oleh karena itu peneliti
perlu menjalin keakraban dengan informan yang dihadapinya, dan memberikan
kesempatan pada informan untuk mengorganisasikan apa yang ada dalam
pikirannya, sehingga benar-benar terjadi suasana yang santai.
4. Pengusahaan agar wawancara bersifat produktif.
Irama wawancara perlu dijaga supaya tetap santai tetap lancar. Peneliti janga n
banyak memotong pembicaraan, dan berusaha menjadi pendengar yang baik
tetapi kritis. Peneliti jangan banyak bicara supaya bisa belajar lebih banyak dalam
kelancaran prosesnya. Disini peneliti tetap menjaga pembicaraan agar semakin
terfokus dan mendalam, dan mampu mengungkap hal-hal yang agak berulang
demi pendalamannya, selama tidak mengganggu kelancaran pembicaraan
informannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
5. Penghentian wawancara dan mendapatkan simpulan.
Peneliti perlu memahami kondisi pelaksanaan wawancara dengan
produktivitasnya.
2. Observasi
Observasi dapat dilakukan secara formal maupuna informal dan tidak hanya
sekali saja. Data observasi biasanya berupa deskripsi yang faktual cermat terinci
mengenai keadaan lapangan kegiatan manusia dan situasi sosial. Observasi ini akan
dilakukan dengan cara formal dan informal untuk mengamati kegiatan pokok dengan
observasi peneliti akan mendapatkan data dari sumber berupa tempat atau lokasi serta
gambar dan juga peristiwa. Dengan observasi dapat memudahkan bagi peneliti untuk
mendapatkan data secara mendalam, sebab peneliti sudah melihat sendiri bagaimana
keadaan obyek tersebut.
Dengan demikian observasi merupakan metode pengumpulan data yang
sangat penting dalam suatu penelitian. Karena data yang diperoleh dari observasi
merupakan hasil pengamatan/penyelidikan yang dilakukan secara sistematis baik
dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi khusus terhadap kegiatan yang
terjadi.
3. Analisis Dokumen
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi merupakan suatu
penyelidikan ditujukan para penguraian dan suatu keterangan melalui sumber atau
dokumen. Dokumen adalah setiap bahan yang tertulis ataupun lisan. Teknik ini
dilakukan untuk mendapatkan dan mengumpulkan data yang bersumber dari arsip
dan dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi adalah catatan atau
karangan secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaan. Dokumen
resmi banyak terkumpul di instansi pemerintah, lembaga, dan kantor.
Analisis dokumen ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data dari arsip
tertulis yang relevan dengan pembuatan kerajinan batu, foto- foto maupun hasil karya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
kerajinan. Di samping itu juga untuk mengetahui seluk beluk munculnya kerajinan
batu akik tersebut.
F. Validitas Data
Validitas data dilakukan dengan Trianggulasi data atau sumber. Validitas
data adalah alat ukur yang berfungsi untuk mengukur dengan tepat mengenai gejala-
gejala yang hendak diukur. Dengan begitu dapat ditentukan data tersebut valid atau
tidak untuk digunakan dalam sumber penelitian.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan dengan cara triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfatkan sesuatu
diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu (Lexy
J Moleong, 1990:178). Tujuan triangulasi adalah membandingkan informa si tentang
hal yang sama diperoleh dari berbagai pihak agar data lebih valid.
Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dengan metode kualitatif.
Hal tersebut akan dicapai dengan jalan :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingakan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
(Lexy Maleong, 1990: 178).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
G. Analisis Data
Menurut Lexy J Moleong (1990) analisis data adalah proses
pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, katagori dan satuan uraian
dasar sehingga ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang
disarankan oleh data yang didapat.
Analisis data dilakukan sejak awal pengumpulan data sampai selama
pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan kesimpulan sementara
sampai akhir penelitian. Dalam proses analisis data ada tiga komponen yang saling
berkaitan untuk menentukan hasil akhir data sebagai kesimpulan,diantaranya:
1. Reduksi Data.
Merupakan proses seleksi umum pemfokusan dan penyederhanaan yang dilakukan
selama penelitian baik sebelum, selama pengumpulan sampai akhir pengumpulan
data. Reduksi data ini sudah dilakukan sejak pengambilan keputusan rencana
kerja, pemilihan kasus, menyusun proposal, membuat pertanyaan maupun cara
pengumpulan data yang akan dilakukan. Hal ini akan berlanjut selama
pengumpulan data berlangsung sampai laporan akhir disusun.
2. Penyajian Data.
Sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian-penyajian akan berbentuk
matriks, gambar, grafik, jaringan, bagan atau skema. Semuanya dirancang guna
menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan
mudah diraih.
3. Penarikan Kesimpulan.
Merupakan langkah terakhir dalam analisa data untuk mengambil kesimpulan
semenjak data terkumpul. Penarikan kesimpulan adalah suatu bentuk pemahaman
dari berbagai hal yang ditemui dalam penelitian dengan melakukan pencatatan,
peraturan-peraturan, pertanyaan-pertanyaan, konfigurasi yang mungkin, sebab-
akibat dan prosisi (HB.Sutopo, 1989:3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Telah dikemukakan tiga hal utama, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat
sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk
membangun wawasan umum yang disebut analisis. Dalam pandangan ini tiga jenis
kegiatan analisis dan kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan proses siklus
dan interaktif. Peneliti harus siap bergerak di antara empat sumbu kumparan itu
selama pengumpula data, selanjutnya bergerak bolak-balik di antara kegiatan reduksi,
penyajian, dan penarikan kesimpulan selama sisa waktu penelitian (Miles dan
Huberman, 1992: 19).
Skema pengolahan data menurut Miles dan Huberman (1992: 20) yaitu
sebagai berikut :
Gambar 2. Analisis Data Interaktif Menurut Miles dan Huberman.
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Wilayah Desa Dlepih
Deskripsi wilayah merupakan suatu pemaparan wilayah yang menggambarkan
keadaan daerah penelitian. Masing-masing daerah atau wilayah memiliki perbedaan
deskripsi wilayah, sesuai elemen pembentuknya sehingga akan menentukan
karakteristik dari daerah tersebut. Dalam deskripsi wilayah ini akan diuraikan
beberapa keadaan yang ada di wilayah Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo,
Kabupaten Wonogiri, sebagai sasaran dari penelitian.
1. Kondisi Geografis
Secara geografis Desa Dlepih terletak di Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten
Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Desa Dlepih merupakan suatu Desa penghasil
kerajinan batu akik. Desa Dlepih mempunyai luas wilayah 758,2310 ha, dengan
bentuk wilayah datar sampai berombak 24%, wilayah berombak sampai berbukit
32%, wilayah berbukit sampai bergunung 44%, dan status Desa Swakarya yang
terdiri dari 10 Dusun, 24 RT, dan 1033 KK. Secara administratif desa ini dibatasi
oleh desa-desa yang lain, di antaranya adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Desa Wiroko
Sebelah selatan : Desa Hargosari
Sebelah timur : Desa Sukoharjo
Sebelah barat : Kal Tirtomoyo
(Sumber : Data Monografi Statistik Desa Dlepih 2011)
Dari data-data batas wilayah di atas dapat disimpulkan bahwa Desa Dlepih
berada ditengah-tengah desa lain yang masih berada dalam satu wilayah Kecamatan
Tirtomoyo, dimana disebelah utara berbatasan dengan Desa Wiroko yang terkenal
dengan Desa industri gentengnya, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Hargosari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
yang terletak di dataran tinggi. Desa lain yang berbatasan dengan Desa Dlepih adalah
Desa Sukoharjo disebelah timur dan Kal Tirtomoyo disebelah barat yang sekaligus
sebagai wilayah ibukota Kecamatan.
Desa Dlepih mempunyai orbitasi atau jarak tempuh ke ibukota kecamatan 5
km yang dapat ditempuh sekitar 0,5 jam dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Disamping jarak yang tidak terlalu jauh, sarana transportasi umum sangat memadai,
dan ditunjang juga dengan sarana jalan umum yang sudah beraspal. Sedangkan jarak
ke ibukota Kabupaten 39 Km yang dapat ditempuh sekitar 1 jam perjalanan darat
menggunakan kendaraan bermotor, dan jarak ke ibukota Propinsi yang cukup jauh
yaitu 240 Km yang dapat ditempuh selama 6 jam perjalanan darat menggunakan
kendaraan bermotor.
2. Kondisi Demografis
Jumlah penduduk Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri
ini berdasarkan data pada akhir bulan April 2011 tercatat sebanyak 3584 jiwa, yang
terdiri dari 1867 orang laki- laki dan 1717 orang perempuan dengan 1033 kepala
keluarga.
a. Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin.
Menurut data statistik yang diperoleh dari kantor Desa Dlepih Kecamatan
Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri, komposisi penduduk Desa Dlepih menurut usia dan
jenis kelamin dapat dilihat dari table berikut ini:
Table 2: Jumlah penduduk menurut usia dan jenis kelamin.
No. Usia L P Jumlah
1. 0 – 6 tahun 198 240 438
2. 7 – 12 tahun 147 139 286
3. 13 -18 tahun 152 154 306
4. 19 – 24 tahun 138 144 282
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
5. 25 – 55 tahun 866 730 1596
6. 56 – 79 tahun 342 260 602
7. 80 tahun keatas 24 50 74
Jumlah 1867 1717 3584
Sumber : Kantor Desa Dlepih, Monografi 2011.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa komposisi penduduk Desa Dlepih
menurut usia dan jenis kelamin keseluruhan berjumlah 3584 orang yang terdiri dari
1867 orang laki- laki dan 1717 orang perempuan. Dari jumlah penduduk tersebut yang
termasuk kelompok usia belum produktif atau anak-anak yang usianya dibawah 19
tahun sekitar 1030 orang yang terdiri dari laki- laki dan perempuan. Komposisi
penduduk menurut usia dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan jumlah
penduduk dan angkatan kerja di masa yang akan datang. Rasio penduduk dengan
angkatan kerja yang berusia antara 19 tahun sampai berusia 55 tahun berjumlah 1878
orang yang terdiri dari laki- laki dan perempuan.
b. Komposisi Penduduk Menurut Agama.
Masyarakat disetiap Desa pasti mempunyai kepercayaan atau agama yang
dianut sendiri-sendiri. Adapun agama yang dianut oleh penduduk Desa Dlepih dapat
dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 3. Jumlah penduduk menurut Agama.
No. Agama Jumlah Pemeluk
1. Islam 3580
2. Kristen Katolik 4
3. Kristen Protestan 0
4. Budha 0
5. Hindhu 0
Jumlah 3584
Sumber : Kantor Desa Dlepih, Monografi 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa mayoritas penduduk Desa Dlepih
memeluk agama Islam bahkan hampir semua penduduknya beragama Islam, dan
hanya 4 orang saja yang beragama non Muslim atau Kristen Katolik. Dengan
komposisi penduduk yang mayoritas beragama Islam, maka di Desa Dlepih tidak
terdapat bangunan tempat ibadah berupa Gereja, Wihara, Pura, ataupun Klenteng. Di
Desa ini hanya terdapat bangunan tempat ibadah berupa Masjid dan Mushola yang
terdairi dari 11 buah bangunan Masjid dan 2 buah bangunan Mushola. Bagi
masyarakat yang beragama Kristen Katolik bisa beribadah ke tempat ibadah yang
berada di daerah kecamatan.
Kehidupan beragama masyarakat Desa Dlepih terjalin dengan baik meskipun
ada sebagian masyarakat yang beragama non muslim. Hal tersebut dikarenakan
adanya rasa saling menghormati dan menghargai antar pemeluk agama, selain itu
juga didukung adanya sikap kekerabatan antar penduduk yang sangat erat di daerah
pedesaan.
c. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian.
Mata pencaharian merupakan suatu aktivitas atau usaha manusia yang
berfungsi untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga guna mencapai kehidupan
yang layak. Mata pencaharian setiap orang berbeda-beda sesuai dengan tingkat
kemampuan dan sumber daya manusia yang mereka miliki.
Penduduk Desa Dlepih memiliki mata pencaharian yang berbeda-beda antara
penduduk satu dengan yang lain, hal ini dikarenakan letak suatu desa dan juga
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk Desa Dlepih.
Untuk lebih jelasnya mengenai mata pencaharian penduduk Desa Dlepih Kecamatan
Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri dapat kita lihat dari tabel berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 4. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian.
No. Mata Pencaharian Jumlah
1. Petani sendiri 777
2. Buruh tani 238
3. Nelayan 0
4. Pengusaha sedang/besar 0
5. Pengusaha kecil 25
6. Buruh bangunan 90
7. Buruh industry 190
8. Pedagang 35
9. Pengangkutan 13
10. Pegawai Negeri 20
11. ABRI 2
12. Pensiun 15
13. Lain-lain 1601
Jumlah 3006
Sumber : Kantor Desa Dlepih, Monografi 2011.
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk di
Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo bermata pencaharian disektor pertanian sebagai
petani yang mencapai angka 777 orang. Hal tersebut dikarenakan di Desa ini masih
banyak terdapat lahan pertanian yang dimiliki oleh penduduk setempat. Kemudian di
sektor usaha kecil, penduduk Desa Dlepih hanya 25 orang. Usaha kecil yang
dimaksud disini adalah salah satunya yang bergerak dalam bidang kerajinan yaitu
kerajinan batu akik.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa bagaimanapun kecilnya
sektor industri, khususnya industri kecil dan rumah tangga di Desa Dlepih ini
sangatlah membantu bagi peningkatan pendapatan rumah tangga, dan sekaligus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
memberikan peluang berusaha serta peluang kesempatan kerja bagi masyarakat di
daerah ini. Hal ini akan memberikan nilai tambah yang cukup besar dalam usaha
meningkatkan taraf hidup keluarganya.
d. Kompisis Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat memberikan
gambaran tentang keadaan atau perkembangan pendidikan suatu penduduk pada suatu
daerah. Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan setinggi-
tingginya sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing baik di bidang ekonomi
maupun non ekonomi. Dengan pendidikan dapat meningkatkan harkat, martabat
seseorang. Pendidikan dapat dilaksanakan dimana saja seperti di lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan dalam bentuk apapun baik secara
pendidikan formal maupun non formal. Tingkat pendidikan di Desa Dlepih dapat
dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel.5 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Tamat Perguruan Tinggi 32
2. Tamat SLTA 295
3. Tamat SLTP 415
4. Tamat SD 845
5. Tidak tamat SD 543
6. Belum tamat SD 490
7. Tidak sekolah 535
Jumlah 3155
Sumber : Kantor Desa Dlepih, Monografi 2011.
Dari tabel di atas bisa kita lihat bahwa sebagian besar penduduk Desa Dlepih
telah mengenyam pendidikan secara formal dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai
Perguruan Tinggi, tetapi sebagian besar penduduk Dlepih mengenyam pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
hanya sampai lulus Sekolah Dasar (SD) saja yang mencapai 845 orang. Dari data
diatas dapat diketahui bahwa kerajinan batu akik memang tidak memerlukan
pendidikan yang tinggi, lulusan SD saja bisa menjadi pengrajin batu akik bahkan
orang yang tidak sekolahpun bisa menjadi pengrajin batu akik, karena syarat untuk
menjadi pengrajin batu akik tersebut hanyalah ketrampilan dan kemauan.
B. Awal Mula Munculnya Kerajinan Batu Akik
Manusia dalam mencukupi kebutuhan hidupnya selalu tidak lepas dari usaha,
perjuangan, serta doa. Pada masyarakat pedesaan biasanya dalam mencukupi
kebutuhan hidupnya lebih banyak bersifat tradisional yang diperoleh secara turun
temurun. Sebagai contoh kebanyakan mereka bekerja sebagai petani dan sebagai
nelayan tradisional yang hidupnya di pesisir pantai, bahkan ada juga yang bekerja
hanya sebagai buruh tani saja. Tetapi ada juga sebagian masyarakat yang mencari
peluang usaha untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan sumber
daya manusia yang dimilikinya atau keahlian yang mereka miliki dan juga
memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di sekitar tempat tinggal mereka.
Salah satu bentuk usaha dari masyarakat yang ada adalah usaha kerajinan batu
akik. Usaha kerajinan batu akik ini tepatnya berada di Desa Dlepih, Kecamatan
Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Di Desa Dlepih terdapat suatu objek wisata alam
Kahyangan yang dapat menambah pendapatan daerah, selain itu objek wisata
Kahyangan juga memberi manfaat tersendiri bagi sebagian masyarakat Desa Dlepih
untuk mencari rejeki. Di objek wisata Kahyangan yang konon ceritanya merupakan
tempat Panembahan Senopati itu banyak terdapat batu-batu alam atau manik-manik
yang merupakan bahan baku dalam pembuatan batu akik tersebut. Dalam cerita, batu-
batu alam atau manik-manik tersebut berasal dari tasbih Panembahan Senopati yang
berjatuhan di sungai Kahyangan. Dengan demikian dalam usaha ini pengrajin batu
akik memanfaatkan alam Kahyangan yang menyediakan bahan baku berupa bebatuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
yang melimpah untuk pembuatan kerajina n batu akik (wawancara dengan mbah
Atmo Karijo, 6 Mei 2011).
Dulu ceritanya, Kahyangan ini merupakan tempat pertapaan Panembahan Sonapati. Pada suatu ketika, pada saat Senopati melakukan pertapaan, ada seorang perempuan yang menarik -narik tasbih yang digunakan Senapati dan akhirnya tasbih tersebut putus dan biji tasbihnya berceceran di kedung
(wawancara dengan Mbah Atmo, 6Mei 2011).
Dasar keahlian sebagai pengrajin didapatkan berdasarkan bakat alam atau
belajar sendiri, serta adanya pembinaan-pembinaan kerajinan yang diadakan oleh
pemerintah setempat ataupun pemerintah pusat, serta dengan adanya kelompok
perajin Indonesia tingkat Kabupaten di daerah tersebut. Bimbingan dan pelatihan
sangatlah berarti bagi perkembangan kerajinan batu akik untuk menambah rasa
optimis bagi para pengrajin batu akik.
Usaha kerajinan batu akik ini pertama kali dimulai oleh seorang warga Desa
Dlepih, mbah Atmo Karijo pada tahun 1993 setelah beliau mengikuti pembinaan di
Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri yang diselenggarakan pemerintah pada
bidang perbatuan pada tahun 1988. Sebelumnya, pada tahun 1977 duta dari Jakarta
menyatakan bahwa batu mulia hanya terdapat di Desa Dlepih , tepatnya dikawasan
obyek wisata Kahyangan dan harus dikembangkan. Itulah sebabnya mbah Atmo
Karijo memilih mengembangkan usaha kerajinan batu akik ini di Desa Dlepih. Pada
tahun 1993 mbah Atmo keluar dari pembinaan dan mencoba menekuni ketrampilan
yang mbah Atmo peroleh dari pembinaan tersebut dengan mendirikan usaha
kerajinan batu akik ditempat tinggalnya yang berada di Desa Dlepih, tepatnya di
daerah obyek wisata Kahyangan dan menekuni profesinya sebagai pengrajin batu
akik sampai sekarang ini. Pada awal berdirinya usaha kerajinan ini, pembuatan batu
akik masih menggunakan alat yang sederhana dan hanya digerakkan dengan
menggunakan tenaga manusia karena pada saat itu belum ada listrik. Alat-alat
tersebut dimodifikasi sendiri oleh mbah Atmo supaya mempermudah dalam
pekerjaannya. Sejak saat itu, mbah Atmo sering ditunjuk oleh pemerintah daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
untuk mengikuti studi banding maupun mengikuti pameran-pameran batu akik
mewakili daerah ditingkat kabupaten maupun tingkat provinsi.
Dalam membuat batu akik, mbah Atmo tidak perlu susah-susah mendapatkan
bahan bakunya, karena dalam pembuatannya mbah Atmo mengambil bahan baku
yang terdapat di dekat tempat tinggalnya yaitu obyek wisata Kahyangan. Selain
mengambil dari Kahyangan, mbah Atmo juga mendatangkan bahan baku dari daerah
lain. Dalam membuat satu butir batu akik, beliau membutuhkan waktu kurang lebih
15 sampai 20 menit. Harga jual akik hasil kerajinan mbah Atmo berkisar antara Rp.
20.000,00 sampai Rp. 300.000,00 tergantung dari jenis batu yang digunakan dalam
pembuatannya. Pada awal berdirinya usaha kerajinan batu akik ini, mbah Atmo
mengerjakan pekerjaannya itu sendiri, seiring dengan berkembangnya usahanya
tersebut maka sekarang ini mbah Atmo telah mempunyai 7 orang karyawan untuk
membantunya memproduksi kerajinan batu akik. Meskipun demikian, untuk menjaga
kualitas barang yang dihasilkan, mbah Atmo masih sering terjun langsung dalam
pembuatan akik tersebut.
Dengan berkembangnya usaha kerajinan yang ditekuni mbah Atmo, kini
usahanya tidak hanya memproduksi satu barang kerjinan saja. Mbah Atmo kini
mulai menambah hasil kerajinannya yang bahan bakunya juga berasal dari bebatuan,
selain memproduksi batu akik mbah Atmo juga memproduksi berbagai macam hiasan
dalam berbagai bentuk yang bahan bakunya dari batu, biasanya hasil kerajinan hiasan
tersebut berbentuk seperti buah-buahan dan hewan. Tidak hanya hasil kerajinan dari
batu saja yang dipamerkan di toko mbah Atmo, sekarang ini di tokonya juga bisa
dijumpai benda-benda pusaka dan juga kayu-kayu bertuah yang sudah dibentuk
dalam berbagai macam bentuk hasil dari ketrampilan tangan mbah Atmo (wawancara
dengan mbah Atmo Karijo, 6 Mei 2011).
Melihat semakin berkembangnya usaha kerajinan batu akik mbah Atmo
tersebut, maka salah seorang tetangganya berinisiatif untuk mengikuti jejak mbah
Atmo menjadi pengrajin batu akik . Muhammad Hartono atau yang sering disapa mas
Hartono lelaki paruh baya yang berusia 36 tahun ini mencoba menekuni usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
kerajinan batu akik. Sebelum menjadi pengrajin batu akik, mas Hartono berprofesi
sebagai pengusaha mebel, karena usahanya dibidang mebel tersebut tidak membawa
keuntungan yang diharapkan dalam hidupnya, maka mas Hartono meninggalkan
usahanya tersebut dan menekuni profesinya yang baru sebagai pengrajin batu akik di
Desa Dlepih.
Awal mulanya mas Hartono menekuni usaha kerajinan batu akik ini karena
dia mendapat inspirasi dari keberhasilan usaha yang ditekuni mbah Atmo, selain itu
juga didukung adanya bahan baku yang tersedia melimpah disekitar daerah tempat
tinggalnya. Mas Hartono memulai usaha barunya ini pada tahun 1998, pada awal
usahanya mas Hartono belum membuat batu akik tetapi dia menekuni kerajinan kayu
bertuah, barulah setahun kemudian yaitu pada tahun 1999 dia mulai menekuni
kerajinan batu akik sampai sekarang ini (wawancara dengan Mas Hartono, 6 Mei
2011).
C. Perkembangan Kerajinan Batu Akik
Suatu kegiatan usaha meskipun sangat sederhana dan tradisional, apabila
diperhatikan lebih mendalam pasti terdapat bagian-bagian yang mengalami
perkembangan dan peningkatan. Sejalan dengan hal tersebut maka bagaimanapun
lambatnya perkembangan usaha kerajinan batu akik di Desa Dlepih tentu mengalami
perkembangan. Perkembangan usaha kerajinan batu akik ini disamping bersumber
dari dalam juga dimungkinkan oleh pengaruh dari luar. Lebih- lebih perkembangan
tersebut didorong adanya faktor sosial ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga. Dengan adanya tuntutan dalam pemenuhan kebutuhan, maka dalam
kehidupannya manusia menggunakan akal pikirannya untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Begitu pula yang terjadi di dalam kehidupan pengrajin batu akik di Desa
Dlepih, dalam usahanya untuk menyesuaikan perkembangan jaman ikut
mempengaruhi pula peralatan serta hasil barang yang dibuat, masalah kualitas, bentuk
yang dihasilkan, jumlah serta perluasan daerah pemasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Pada awalnya usaha kerajinan batu akik di Desa Dlepih Kecamatan
Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri berdiri pada tahun 1993. Pada awal
pertumbuhannya, usaha kerajinan akik baru menghasilkan bentuk akik yang biasa dan
jenis batu yang digunakan barulah beberapa jenis saja. Alat yang digunakan dalam
pembuatan akik juga masih sederhana yang digerakkan menggunakan tenaga manusia
atau digerakkan menggunakan tangan pengrajin, kemudian pengrajin tersebut
memodifikasi alat produksinya dengan menggunakan mesin jahit. Mesin jahit
dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan pengrajin dalam membuat
akik. Pemasaran hasil produksinya juga masih terbatas yang hanya dijual ditoko
tempat tinggal pengrajin saja.
Pertama kali saya mulai usaha ini pada tahun 1993, pada awalnya batu yang saya gunakan dalam membuat akik ini barulah beberapa jenis saja yang saya ambil dari sungai dan kedung Kahyangan. Kemudian alat yang saya gunakan untuk bekerja masih diputar dengan tangan, sampai suatu ketika saya mempunyai pikiran untuk memodifikasi mesin jahit.
(wawancara Mbah Atmo, 6 Mei 2011).
Tahun 1995, pemerintah daerah kabupaten Wonogiri mengadakan
pembenahan terhadap obyek wisata religi Kahyangan sebagai salah satu potensi
wisata Kabupaten Wonogiri dengan tujuan untuk menambah daya tarik wisatawan
mengunjungi obyek wisata tersebut. Memasuki tahun 1998 usaha kerajinan ini
mengalami sedikit penurunan karena adanya krisis moneter yang terjadi di Indonesia
pada saat itu. Hal tersebut tidak berlangsung lama, kemudian pengrajin mulai bangkit
kembali.
Pada tahun 1999 proses produksi mulai dipermudah dengan masuknya listrik
di daerah pengrajin. Alat produksi mulai menggunakan motor yang digerakka n
dengan listrik, sehingga dapat mempermudah pekerjaan pengrajin dalam membuat
akik. Untuk bahan bakunya juga mulai mengambil dari daerah lain. Para pengrajin
batu akik di Desa Dlepih mulai berminat untuk memproduksi barang yang mengarah
ke barang-barang hiasan atau pajangan, baik itu hiasan dalam ruangan ataupun luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
ruangan, serta barang-barang lain atau souvenir yang mencerminkan ciri khas daerah
wisata Kahyangan.
Pertama kali saya usaha ini tahun 1998 tidak menjual batu akik mas, tetapi saya hanya menjual kayu-kayu bertuah. Kemudian saya melihat prospek bisnis di bidang perbatuan ini kedepannya kayaknya sangat menjanjikan, maka pada tahun 1999 saya mulai membuat dan menjual batu akik. Selain menjual batu-batu akik tersebut saya juga membuat hiasan-hiasan seperti ini mas (menunjukkan hiasan hasil karyanya).
(wawancara Mas Hartono, 6 Mei 2011)
Memasuki tahun 2000, usaha kerajinan batu akik di Desa Dlepih semakin
mengalami perkembangan, hal tersebut dikarenakan semakin banyaknya wisatawan
yang mengunjungi obyek wisata Kahyangan baik yang datang dari daerah sekitar
Kahyangan maupun dari luar daerah dan membeli hasil kerajinan berupa akik ataupun
barang-barang hiasan lainnya sebagai oleh-oleh ataupun sebagai cindera mata.
Perkembangan usaha tersebut juga diduk ung adanya alat produksi yang lebih modern
dan tersedianya bahan baku yang melimpah serta didukung tersedianya berbagai
desain berfariatif dari batu akik yang diproduksi oleh pengrajin, selain itu juga
semakin banyak orang yang tahu dan berminat memiliki hasil kerajinan batu akik
tersebut.
Selain alat produksi yang modern dan melimpahnya bahan baku produksi
yang tersedia, perkembangan usaha kerajinan ini juga dipengaruhi oleh pemasaran
hasil produksi batu akik. Pada tahun 2005 sampai sekarang, pemasaran has il
kerajinan batu akik mulai dipermudah dengan masuknya jaringan telekomunikasi di
Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Karena selain menjual di toko pengrajin
dan mengikuti pameran-pameran yang ada, pengrajin juga menerima pesanan.
Dengan adanya jaringan telpon tersebut dapat mempermudah para pemesan untuk
memesan batu akik dari pengrajin kapanpun mereka ingin tanpa harus mengunjungi
tempat pengrajin berada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Dari uraian diatas dapat dilihat tabel perkembangan usaha kerajinan batu akik
yang ada di Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri sebagai
berikut:
Tabel 6. Tahap perkembangan kerajinan batu akik.
Tahun Alat Produksi Hasil Produksi Bahan Produksi Pemasaran
1993 –
1998
Masih
sederhana,
menggunakan
tenaga
manusia.
Akik dengan 1
desain yang
sederhana dan
terbatas
jumlahnya.
Jenis batu
terbatas yang
ada di daerah
pengrajin.
Hanya dijual
ditempat
pengrajin.
1999 –
2004
Mulai
menggunakan
tenaga listrik.
Desain akik
mulai
bertambah dan
memproduksi
barang hiasan.
Mengambil dari
luar daerah
pengrajin.
Dijual
ditempat
pengrajin dan
mengikuti
pameran.
2005 –
sekarang
Menggunakan
tenaga
penggerak
listrik.
Menghasilkan
berbagai
desain akik dan
mulai
memproduksi
barang hiasan.
Selain dari
daerah tempat
tinggal, juga
mendatangkan
dari luar daerah
bahkan luar
kabupaten.
Dijual
ditempat
pengrajin,
pameran, juga
menerima
pemesanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
D. Proses Produksi dan Pemasaran Kerajinan Batu Akik di Desa Dlepih
Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri
1. Alat-alat dan Bahan Produksi
a. Alat Produksi
Dalam sebuah usaha kerajinan untuk menciptakan hasil produksi yang
mempunyai nilai ekonomis perlu dibutuhkan alat-alat yang beraneka ragam, dan
setiap alat memiliki bentuk, fungsi dan kegunaan yang berbeda-beda untuk membantu
dalam proses pembuatan hasil kerajinan tersebut. Peralatan yang digunakan dalam
produksi ini digerakkan dengan menggunakan motor listrik. Seperti halnya pada
usaha kerajinan batu akik di Desa Dlepih ini, alat-alat yang digunakan pengrajin
untuk membuat akik tidaklah terlalu banyak, misalnya:
1) Pemotong atau gergaji
Pemotong atau gergaji yang digunakan pengrajin batu akik tersebut bukanlah
gergaji besi ataupun gergaji yang sering digunakan untuk memotong kayu, tetapi
gergaji khusus seperti pemotong keramik atau juga disebut serkel yang hanya
digunakan untuk memotong batu-batu yang akan dibentuk menjadi sebuah akik.
Gambar 3. Contoh alat pemotong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2) Gerenda
Gerenda digunakan pengrajin untuk membentuk potongan-potongan batu
menjadi batu akik yang memiliki nilai ekonomis sesuai dengan bentuk yang
diinginkan pengrajin ataupun yang diinginkan oleh pemesan.
Gambar 4. Contoh alat gerinda
3) Amplas
Dalam memproduksi batu akik, salah satu alat produksi yang tidak boleh
terlewatkan adalah amplas. Amplas digunakan untuk menghaluskan batu-batu yang
telah terbentuk menjadi batu akik setelah melalui proses-proses sebelumnya. Amplas
yang digunakan pengrajin tidak hanya menggunakan satu jenis amplas saja, tetapi
beberapa jenis amplas yang berbeda tingkat kekasarannya. Biasanya pengrajin
menggunakan amplas dengan ukuran nomer 120, 320, 600, dan yang terakhir
digunakan berukuran 1000.
4) Pemoles dan serbuk intan
Pemoles berguna untuk menyempurnakan proses hasil produksi yang
merupakan tahap akhir dari proses produksi pembuatan batu akik. Dalam proses
pemolesan ini, batu ditaburi dengan serbuk intan yang digunakan untuk membuat
mengkilap batu akik setelah melalui proses-proses pembuatan dari awal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 5. Contoh alat pemoles
b. Bahan Produksi
Bahan-bahan yang digunakan dalam usaha kerajinan batu akik ini tidak lain
dan tidak bukan adalah batu. Batu merupakan bahan utama dan satu-satunya bahan
baku dalam usaha kerajinan ini, tetapi batu yang digunakan bukanlah sembarang batu
yang banyak dijumpai disekitar lingkungan. Ada beberapa jenis batu yang bisa
digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan akik, misalnya:
1) Batu agate
Batu agate ini masih terbagi dalam beberapa macam dan bentuk, seperti
halnya batu agate (agate 1, agate 2, agate 3, agate 4), batu agate kristal, dan batu agate
yahman. Perbedaan nama batu tersebut berdasarkan pada warna dan corak yang
terdapat pada batu agate.
2) Batu fosil
Seperti halnya batu agate, jenis batu fosil ini juga masih ada beberapa macam
dan bentuk yang biasanya digunakan dalam pembuatan akik, antara lain adalah batu
fosil kayu jati, batu fosil kayu aren (fosil kayu aren 1, fosil kayu aren 2, fosil kayu
aren 3, fosil kayu aren 4). Perbedaan antara batu fosil kayu jati dan batu fosil kayu
aren yang satu dengan yang lain adalah pada corak batu tersebut. Batu fosil ini
terbentuk dari endapan tumbuhan organik yang sudah berlangsung lama dan
kemudian membentuk bongkahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
3) Batu jasper
Batu jasper ini biasanya batunya berwarna kemerah merahan seperti warna
hati yang mempunyai corak dan warna yang berbeda-beda, batu jenis ini terbagi
dalam beberapa bentuk, seperti batu jasper, batu jasper ati ayam (ati ayam 1, ati ayam
2, ati ayam 3, ati ayam 4), jasper pancawarna (pancawarna 1, pancawarna 2).
Sedangkan batu jasper jenis pancawarna memiliki corak dan warna yang berbeda
dengan jenis jasper ati ayam, jasper pancawarna ini tidak berwarna kemerah merahan
tetapi berwarna agak gelap dan memiliki corak yang lebih banyak.
4) Batu karnilian
Tidak berbeda dengan batu-batu yang lain, batu jenis karnilian ini juga masih
terbagi dalam beberapa bentuk, seperti batu karnilian kristal (kristal 1, kristal 2,
kristal 3, kristal 4). Jenis batu karnilian ini terbagi atas dasar warna dan permukaan
batu tersebut.
5) Batu kristal
Batu kristal ini terbagi dalam bentuk kristal, kristal kecubung dan kristal
kecurung. Batu jenis kristal ini juga sering disebut sebagai batu anatis, batu jenis ini
permukaannya berbentuk seperti karang dan terdapat bintik -bintik kecil seperti
permata dan juga bintik-bintik bening seperti pecahan kaca. Sedangkan kristal
kecubung dan kristal kecurung memiliki permukaan yang lebih halus dibandingkan
dengan jenis kristal.
6) Batu obsidian
Batu jenis obsidian ini merupakan jenis batu yang bentuknya bagus, halus,
dan terlihat bening seperti ada air didalamnya. Batu jenis ini biasanya berwarna biru
dan hijau.
7) Batu bonglot
Batu bonglot ini berbentuk agak besar, warnanya hitam kelam tetapi ada juga
yang berwarna hijau lumut dan batu ini terasa ringan. Batu ini banyak didapatkan di
kedhung pesiraman atau pemandian di obyek wisata Kahyangan, batu jenis ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
merupakan salah satu jenis batu yang mempunyai makna. Dan diyakini juga, barang
siapa yang memiliki dan menyimpan batu bonglot ini akan mendapatkan berkah.
2. Proses Produksi Kerajinan Batu Akik
Proses produksi adalah suatu tahapan pengerjaan atau proses pembuatan hasil
kerajinan dari permulaan berupa bahan mentah atau bahan baku sampai menjadi
barang jadi atau barang siap pakai. Proses produksi akan berpengaruh pada hasil yang
diproduksi. Untuk mendapatkan hasil produksi yang bermutu tinggi dan ekonomis
diperlukan satu rangkaian proses pengerjaan yang bertahap.
Kerajinan batu akik di Desa Dlepih menghasilkan berbagai bentuk dan motif
batu akik. Bahan baku pembuatan batu akik banyak diperoleh pengrajin dari daerah
sekitar tempat tinggalnya dan juga dari dearah lain, bahkan sampai luar jawa.
Sehingga para pengrajin tidak perlu susah-susah untuk mendapatkan bahan baku.
Produk kerajinan batu akik ini dalam proses produksinya hanya menggunakan
peralatan yang sederhana, karena produk ini memanfaatkan keahlian atau ketrampilan
tangan dari pengrajin batu akik.
Untuk mendapatkan hasil kerajinan batu akik yang memiliki mutu dan
kualitas yang baik, harus melewati suatu proses atau langkah- langkah yang perlu
diperhatikan. Keberhasilan dalam pembuatan bentuk barang kerajinan yang sesuai
dengan apa yang diinginkan, tidak lepas dari penyelesaiaan dengan menggunakan
teknik yang benar. Maka pengetahuan ini sangat perlu dimiliki oleh pengrajin sebagai
bekal dalam membuat suatu kerajinan, selain itu juga dituntut dengan ketelitian,
ketelatenan, kecermatan, serta kesabaran dari pengrajin sehingga dapat diharapkan
bisa menghasilkan barang kerajinan yang bermutu tinggi dan ekonomis, serta dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi.
Dalam proses pembuatan atau produksi batu akik ada beberapa tahapan-
tahapan yang perlu dilaksanakan, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
1. Persiapan bahan
Sebelum memulai proses lebih lanjut, perlu adanya persiapan bahan dan
pemilihan bahan yang akan diproduksi. Pada tahap pertama ini pengrajin
menyiapkan bahan baku berupa batu yang telah dipilih untuk dibuat menjadi batu
akik.
2. Pemotongan
Pada tahap ini, bahan yang sudah dipilih kemudian dipotong menggunakan
pemotong yang disesuaikan dengan serat batu dan sesuai dengan ukuran yang
akan dibuat.
3. Gerenda
Setelah batu dipotong sesuai ukuran, kemudian pada tahap ketiga ini potongan
batu tersebut digerenda untuk proses pembentukan akik.
4. Penghalusan/pengamplasan
Pada tahap ini, batu yang sudah dibentuk dari proses gerenda tadi kemudian
dihaluskan dengan menggunakan amplas dari amplas yang tingkat kekasarannya
tinggi sampai ketingkat yang kekasarannya rendah supaya halus. Pengamplasan
ini dilakukan beberapa kali dengan amplas yang berbeda tingkat kekasarannya.
5. Pemolesan dan penaburan serbuk intan
Setelah batu-batu akik dihaluskan dengan menggunakan amplas, selanjutnya batu-
batu akik tersebut siap untuk proses pemolesan yang disertai dengan menaburkan
serbuk intan pada batu. Proses pemolesan dan penaburan serbuk intan ini
bertujuan untuk membuat batu akik telihat mengkilap dan halus.
3. Pemasaran Hasil Kerajinan Batu Akik
Hasil produksi kerajinan batu akik setelah melalui beberapa proses produksi
hingga ke tahap finising, maka hasil produksi kerajinan batu akik tersebut siap untuk
dipasarkan. Pemasaran dapat juga diartikan sebagai tindakan penjualan barang-barang
hasil produksi dari produsen kepada konsumen baik langsung maupun tidak
langsung. Selain itu, pemasaran juga merupakan suatu usaha untuk mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
keuntungan atau laba dari suatu hasil produksi. Dengan adanya pemasaran, produksi
yang dihasilkan akan memiliki nilai ekonomis.
Untuk melakukan kegiatan pemasaran perlu diperhatikan sistem kegiatan
usaha produksi mulai dari perencanaan, penjualan, penentuan harga barang,
mempromosikan hasil produksi sampai barang tersebut dapat memuaskan konsumen
atau pembeli termasuk pelayanan dalam penjualan. Pelaksanaan proses pemasaran
produksi batu akik di Desa Dlepih melalui berbagai pola. Pola pemasaran tersebut
mengikuti jalur-jalur perdagangan yang biasa terjadi dalam masyarakat, yaitu:
a. Penjualan kepada pengepul
b. Penjualan langsung
c. Penjualan dengan pesanan
d. Penjualan melalui tengkulak
e. Penjualan melalui pameran
Saya menjual batu akik ini ya di toko saya sendiri langsung kepada pembeli, ada juga orang yang membeli dan dijualnya lagi di daerahnya, selain itu saya juga mengikuti pameran-pameran disitu nanti saya juga bisa menjual dagangan saya, terus ada juga yang memesan untuk dibuatkan akik ya saya buatkan. (wawancara dengan mbah Atmo Karijo, 6 Mei 2011).
Penjualan kepada pengepul ini dilakukan oleh pengrajin kecil yang hasil
kerajinannya dijual kepada pengepul karena pengrajin kecil ini tidak mempunyai kios
untuk berdagang hasil kerajinannya, selain itu juga dikarenakan rumah mereka yang
jauh dari keramaian. Salah satu cara mereka memasarkan hasil kerajinannya adalah
menitipkannya atau menjual kepada pengrajin lain yang sudah mempunyai kios
sendiri.
Cara penjualan langsung adalah hasil produksi kerajinan batu akik Desa
Dlepih dipasarkan ditempat pengrajin itu sendiri. Cara pemasaran hasil produksi
tersebut pembeli datang langsung ketempat pengrajin dalam artian penjualan
dilakukan secara langsung kepada konsumen. Pengrajin batu akik menjual hasil
produksinya tersebut di tempat tinggalnya sendiri karena tempat tinggalnya berada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
dikawasan objek wisata kahyangan yang terkenal dengan objek wisata alam dan religi
ini dan banyak dikunjungi wisatawan, terutama pada hari-hari tertentu. Dengan
demikian bisa dikatakan konsumen pengrajin batu akik tersebut kebanyakan berasal
dari wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata Kahyangan.
Selain menjual hasil produksinya di tempat tinggalnya sendiri, para pengrajin
akik juga melayani sistem penjualan dengan berdasarkan pesanan, biasanya pengrajin
batu akik ini memperoleh pesanan batu akik atau barang-barang kerajinan yang lain
dari luar daerah. Bahkan mbah Atmo pernah mendapat pesanan barang-barang hasil
kerajinannya dari pengusaha yang berada di luar negeri. Penjualan dengan sistem
pemesana n ini, pengrajin baru akan membuat barang pesanan dan mengirimnya
setelah pengrajin menerima setengah dari harga barang-barang pesanan. Selain
menerima pesanan dalam bentuk partai besar, pengrajin juga menerima pesanan
dalam bentuk partai kecil.
Cara penjualan yang ketiga adalah dengan melalui tengkulak. Sejak industri
kerajinan batu akik berkembang dengan baik maka banyak pedagang yang berasal
dari luar daerah tertarik untuk mengambilnya kemudian mereka menjualnya kembali.
Mereka para tengkulak umumnya berasal dari luar daerah Kecamatan Tirtomoyo
yang berekreasi ke obyek wisata Kahyangan dan sekalian membeli barang-barang
kerajinan batu akik yang kemudian mereka jual kembali di daerahnya sendiri, tetapi
ada juga tengkulak yang sengaja datang ketempat pengrajin hanya untuk membeli
barang-barang kerajinan batu akik.
Cara penjualan lain pun juga dilakoni oleh pengrajin untuk memasarkan hasil
dari usahanya tersebut. Salah satu usahanya untuk meningkatkan pemasaran hasil
kerajinannya adalah penjualan melalui pameran-pameran, maka dari itu pengrajin
sering mengikuti pameran-pameran yang diadakan oleh pemerintah ataupun oleh
pihak-pihak swasta lainnya mulai dari tingkat daerah atau kabupaten sampai ke
tingkat provinsi, bahkan sampai ke tingkat nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Dalam pemasaran hasil produksi kerajinan batu akik di Desa Dlepih ini
pengrajin juga mengalami kendala, kendala yang dihadapi pengrajin adalah tidak
setiap hari ada pembeli yang membeli batu akik tersebut bahkan sampai beberapa hari
pun tidak ada hasil kerajinannya ya ng laku terjual, tetapi ada saat-saat tertentu dimana
hasil kerajinan batu akik tersebut banyak yang terjual bahkan pendapatan dari
penjualan tersebut dapat menutup hari-hari sebelumnya. Jadi pendapatan pengrajin
setiap harinya tidak menentu, tetapi dapat dirata-rata pendapatan mereka antara Rp.
100.000,00 sampai dengan Rp. 200.000,00 per harinya.
E. Pengaruh Kerajinan Batu Akik Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi
Masyarakat Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri
Industri kecil dan rumah tangga sebenarnya merupakan salah satu jalan
alternatif untuk meningkatkan penghasilan masyarakat di daerah pedesaan. Hal ini
disebabkan semakin meningkatnya tenaga kerja dan relatif berkurangnya luas tanah
garapan pertanian. Selain itu industri kecil dan kerajinan rumah tangga biasanya
banyak menggunakan bahan baku dari sumber-sumber lingkungan terdekat.
Banyaknya tenaga kerja di pedesaan sehingga upah buruh menjadi rendah, peluang
tersebut memungkinkan industri kecil tetap bertahan.
Usaha kerajinan batu akik yang merupakan mata pencaharian sebagian
penduduk Desa Dlepih dapat dikatakan mengalami perkembangan. Salah satu alasan
masyarakat menekuni kerajinan batu akik ini adalah tersedianya bahan baku
pembuatan akik yang melimpah dan juga dapat menambah penghasilan rumah
tangga.
Keberadaan kerajinan batu akik tersebut dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat dan juga dapat mengatasi masalah tentang ketenagakerjaan. Seperti yang
dapat diketahui bahwa lapangan pekerjaan semakin waktu semakin menyempit,
karena tidak ada keseimbangan antara pertambahan penduduk dengan lapangan
pekerjaan yang tersedia. Dengan adanya kerajinan batu akik ini sedikit banyak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
membantu mengatasi masalah pengangguran di Desa Dlepih dan dapat meningkatkan
kesejahteraan keluarga.
Adanya perkembangan industri kerajian batu akik secara langsung maupun
tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Desa Dlepih,
Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sosial
Industri kerajinan batu akik yang berada di Desa Dlepih membawa perubahan
dalam bidang ekonomi, dalam perkembangannya seiring dengan kemajuan
ekonominya maka terjadi pula perubahan diluar bidang ekonomi. Perubahan tersebut
tidak bisa dihindari, karena setiap terjadi perubahan pada satu segi kehidupan akan
mempengaruhi kehidupan lainnya. Penduduk Desa Dlepih mengalami perubahan
sosial seiring dengan meningkatnya pendapatan ekonomi rumah tangga
masyarakatnya, bisa dilihat dari gaya hidup sebelumnya. Misalnya dalam memenuhi
kebutuhan pokok keluarga antara lain makan, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan.
Dilihat dari pendapatan atau penghasilan para pengrajin Desa Dlepih dapat dikatakan
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka karena kebutuhan pokok mereka
sudah tercukupi.
Pada mulanya para pengrajin dalam bekerja membuat kerajinan batu akik
dibantu oleh anggota keluarga sendiri. Pada perkembangannya karena permintaan
barang-barang kerajinan batu akik meningkat, sehingga tenaga kerja bukan lagi dari
anggota keluarga sendiri. Hal inilah yang mengharuskan para pengrajin mencari
tenaga kerja bukan dari berasal dari suatu keluarga saja, tetapi tenaga kerja yang bisa
optimal dalam bekerja.
Sejak kerajinan batu akik ini berkembang, banyak tenaga kerja yang bisa
diserap, tenaga kerja tersebut ada yang berasal dari dalam keluarga sendiri maupun
dari luar keluarga, akan tetapi banyak tenaga kerja yang diserap dari luar keluarga.
Disamping itu masyarakat sekitar yang bekerja di sektor informal di luar pertanian
secara tidak langsung juga berpeluang untuk mendapat pekerjaan dan mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
kesempatan berusaha. Selain berpengaruh terhadap terbukanya lapangan pekerjaan
dan kesempatan kerja, pendidikan, dan penghasilan keluarga, industri kerajinan batu
akik juga berpengaruh terhadap stratifikasi sosial pengraj in yang ada. Keadaan ini
mengakibatkan munculnya kelas majikan dan buruh dalam stratifikasi sosial dalam
masyarakat industri kerajinan batu akik.
Kelas majikan adalah kelas bermodal yang mempunyai usaha kerajinan
tersebut, sedangkan kelas buruh adalah kelas yang tidak mempunyai modal yang
mencari suatu pekerjaan. Hubungan keduanya bersifat patron klien. Majikan sebagai
patron harus memberikan perlindungan, bantuan materiil maupun spiritual kepada
buruh, sebagai imbalannya buruh sebagai klien harus memberikan kedudukan dan
loyalitas untuk perkembangan serta kemajuan usaha majikannya. Kelas buruh adalah
tenaga kerja yang mempunyai ketrampilan dalam usaha kerajinan itu. Hubungan
keduanya saling membutuhkan dimana majikan memerlukan produksi dan sebagai
imbalannya adalah upah kerja, disisi lain buruh melakukan pekerjaan untuk
memperoleh penghasilan.
Sebelumnya penduduk Desa Dlepih dilihat dari status sosialnya merupakan
rakyat kebanyakan. Mereka mempunyai status sosial yang rata-rata sama, belum ada
stratifikasi yang menonjol pada waktu itu. Stratifikasi sosial pada waktu itu
didasarkan pada kepemilikan tanah. Selain itu seseorang yang bekerja sebagai
pegawai pada instansi pemerintahan juga mempunyai kedudukan lebih tinggi
daripada rakyat kebanyakan.
Meskipun terjadi stratifikasi sosial, pola paguyuban masyarakat Desa Dlepih
masih tampak terlihat pada kehidupan sehari-hari, hal ini terbukti dengan adanya
kerja desa yang dilaksanakan dengan sistem go tong royong dalam masyarakat. Selain
itu apabila ada salah satu penduduk desa yang punya keperluan atau punya hajatan
pasti para tetangga berdatangan ikut membantu baik secara tenaga maupun materi.
Dari sinilah sebenarnya interaksi dan komunikasi antar warga desa terjalin karena
mereka jarang mengadakan kegiatan dimana warga desa bisa kumpul dalam acara
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Desa Dlepih yang baru mengalami masa transisi, namun sifat kehidupan desa
yang merupakan suatu hubungan turun temurun dan belum terpisah-pisah secara
sempurna masih tampak. Pola hubangan sosial yang berlaku dalam masyarakat
didasarkan atas dua hal yang dilandasi rasa persaudaraan diantara sesamanya dan
ikatan tegak lurus, yaitu rasa hormat kepada penguasa. Sikap hormat kepada majikan
yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi juga terjadi dalam masyarakat Desa
Dlepih.
2. Ekonomi
Schumpeter dalam Irawan (1982:45) ekonomi bukan merupakan proses yang
harmonis ataupun gradual, tetapi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus,
yaitu merupakan gangguan-gangguan terhadap keseimbangan yang telah ada.
Perubahan yang spontan dan terputus-putus dalam saluran perdagangan dan pula
gangguan-gangguan dalam keseimbangan itu nampak pada kehidupan industri dan
perdagangan. Jadi perkembangan ekonomi disebabkan oleh adanya perubahan-
perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan.
Kerajinan batu akik di Desa Dlepih telah membawa pengaruh, pengaruh
dalam bidang ekonomi adalah dapat menambah pendapatan keluarga, selain itu juga
dapat menambah pendapatan daerah tersebut karena jika masyarakatnya makmur
sejahtera maka pembangunan daerahnyapun akan berjalan lancar. Tumbuh dan
berkembangnya industri kerajinan batu akik di Desa Dlepih menunjukkan masyarakat
setempat mempunyai motivasi untuk maju yang ditunjukkan dalam usaha mereka.
Selain itu juga menunjukkan desa pada dasarnya dapat dimanfaatkan untuk
berwiraswasta tanpa meninggalkan ciri khas pedesaan.
Kegiatan industri kerajinan batu akik menyebabkan para buruh memperoleh
pendapatan secara mudah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, juga menyebabkan
pola kerja mereka berubah. Pola kerja tersebut sudah menjadi rutinitas yang harus
dipahami dan tidak akan mereka alami sewaktu mereka belum bekerja sebagai buruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
di industri kerajinan batu akik. Perkembangan industri kecil ini telah mampu
memberi kesempatan kerja bagi masyarakat sekitarnya.
Demikian pula pembangunan di Desa Dlepih, mengenai tujuan pelaksanaan
pembangunan Desa ini adalah meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan melalui
pemecahan masalah-masalah pokok dan mendesak yang dihadapi oleh masyarakat,
meningkatkan dan mendayagunakan potensi-potensi yang ada berupa sumber daya
alam maupun sumber daya manusia dengan mempertimbangkan dan memperhatikan
keseimbangan lingkungan dan kelestarian alam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitin yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Deskripsi wilayah penelitian.
Dlepih merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Tirtomoyo,
kabupaten Wonogiri. Daerah ini dikenal sebagai daerah wisata religi Kahyangan
dan juga dikenal sebagai daerah penghasil kerajinan batu akik. Secara geografis
Desa Dlepih mempunyai luas wilayah 758,2310 ha, dengan bentuk wilayah datar
sampai berombak 24%, wilayah berombak sampai berbukit 32%, wilayah
berbukit sampai bergunung 44%, dan status Desa Swakarya yang terdiri dari 10
Dusun, 24 RT, dan 1033 KK. Secara administratif desa ini dibatasi oleh desa-desa
yang lain, diantaranya adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa Wiroko yang
terkenal dengan Desa industri genteng, sebelah timur berbatasan dengan Desa
Sukoharjo, sebelah selatan dengan Desa Hargosari yang merupakan daerah
pegunungan, dan sebelah barat berbatasan dengan Kal. Tirtomoyo yang
merupakan ibukota Kecamatan Tirtomoyo. Secara demografis jumlah penduduk
Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri ini berdasarkan data
pada akhir bulan April 2011 tercatat sebanyak 3584 jiwa, yang terdiri dari 1867
orang laki- laki dan 1717 orang perempuan dengan 1033 kepala keluarga.
2. Asal usul dan perkembangan kerajinan batu akik.
Usaha kerajinan batu akik di Desa Dlepih pertama kali dirintis oleh mbah Atmo
pada tahun 1993, yang sebelumnya telah mengikuti pembinaan dalam bidang
perbatuan di Kecamatan Giriwoyo pada tahun 1988. Mbah Atmo menekuni
usahanya ini karena pada tahun 1977 duta dari Jakarta menyatakan bahwa batu
mulia hanya terdapat di Desa Dlepih, tepatnya di kawasan obyek wisata
Kahyangan. Sejak saat itu usaha kerajinan batu akik mulai berkembang, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
sampai sekarang ini usaha kerajinan tersebut tidak hanya memproduksi satu
macam hasil kerajinan tetapi juga memproduksi barang yang mengarah ke
barang-barang hiasan atau pajangan, baik itu hiasan dalam ruangan ataupun luar
ruangan, serta barang-barang lain atau souvenir yang mencerminkan ciri khas
daerah wisata Kahyangan.
3. Perkembangan kerajinan batu akik.
Kerajinan batu akik di Desa Dlepih telah mangalami perkembangan, adapun
perkembangannya dikarenakan tersedianya bahan baku utama dalam kerajinan
batu akik yang melimpah disekitar tempat kerajinan tersebut. Selain sumber daya
alam yang memadai, sumber daya manusia juga berpengaruh terhadap
perkembangan usaha kerajinan ini, masyarakat sekitar mempunyai kemauan dan
keinginan untuk belajar membuat kerajinan batu akik. Pada awalnya proses
pembuatan batu akik dilakukan secara manual yaitu alat-alat produksi digerakkan
dengan menggunakan tenaga manusia, seiring perkembangan jaman dan
masuknya listrik ke Desa Dlepih maka alat-alat produksi tidak lagi digerakkan
menggunakan tena ga manusia melainkan dengan tenaga listrik. Untuk
pemasarannya tidak hanya di toko pengrajin saja tetapi pengrajin juga mengikuti
pameran-pameran dan juga melayani pemesanan.
4. Pengaruh kerajinan batu akik terhadap kehidupan masyarakat Dlepih.
Usaha kerajinan batu akik di Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten
Wonogiri telah memberikan pengaruh terhadap kehidupan masyarakatnya.
Dengan adanya usaha kerajinan tersebut, maka pendapatan atau penghasilan baik
pengusaha atau masyarakat dapat bertambah, selain itu kesempatan berusaha dan
kesempatan untuk bekerja bagi penduduknya menjadi terbuka. Hal ini
mengakibatkan bertambahnya taraf kehidupan ekonomi pengrajin dan juga
masalah pengangguran penduduk desa sedikit banyak terpecahkan dengan adanya
usaha kerajinan tersebut. Banyak masyarakat Desa Dlepih yang tertarik untuk
tetap tinggal di desa sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Secara teoritis industri kecil di Desa Dlepih mengalami perkembangan, seperti
halnya industri kecil kerajinan batu akik. Para pengraj in batu akik memperoleh
ketrampilan membuat batu akik dengan cara belajar dari diri sendiri maupun dari
orang lain serta adanya pembinaan dari pemerintah. Dengan adanya pengalaman
pengrajin dan adanya pembinaan pemerintah tersebut maka muncul industri kerajinan
batu akik di kawasan Desa Dlepih.
2. Implikasi Metodologis
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan teknik
pengumpulan data melalui tiga cara yaitu wawancara, observasi, dan analisis
dokumen. Pada awalnya wawancara yang dilakukan menyangkut hal-hal umum,
namun tetap berkisar pada permasalahan yang diteliti. Kemudian wawancara
difokuskan pada masalah-masalah khusus lebih mendalam. Dalam penelitian ini juga
menggunakan observasi yaitu melihat ke area industri langsung. Secara metodologi
penggunaan metode ini tidak mengalami kesulitan sejak penentuan obyek hingga
penulisan laporan penelitian. Informasi diperoleh dengan mudah karena responden
memberikan informasinya dengan terbuka dan sangat jelas tentang data yang
diperlukan dalam penelitian ini.
3. Implikasi Praktis
Dengan adanya usaha kerajinan batu akik ini mendorong semangat para
pengrajin dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul, misalnya dalam hal
permodalan, pemasaran hasil kerajinan, alat-alat produksi, bahan baku pembuatan
akik, dan masih banyak lagi. Adanya usaha kerajinan batu akik di Desa Dlepih ini
dapat menyerap tenaga kerja di desa tersebut dan mengurangi masalah pengangguran
sehingga mengakibatkan adanya peningkatan taraf pendapatan ekonomi rumah
tangga yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
C. Saran
Dengan mengetahui kondisi usaha kerajinan batu akik di Desa Dlepih,
Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri maka saran-saran demi kebaikan dan
kemajuan usaha kerajinan batu akik tersebut perlu diperhatikan, adapun saran-saran
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Wonogiri
hendaknya lebih memperhatikan pengrajin dalam mengembangkan usahanya
dengan cara memberikan pembinaan dalam hal pembuatan kerajinan batu akik,
pemasaran hasil produksi dan lain- lainnya yang menyangkut usaha kerajinan
tersebut secara berkala dan secara rutin, misalnya 2 kali dalam 1 tahun.
2. Hendaknya para pengrajin batu akik Desa Dlepih memiliki respon yang baik
terhadap program-program yang telah diupayakan pemerintah. Disamping itu
untuk mengembangkan usahanya para pengrajin hendaknya menjalin kerjasama
dengan pihak lain, misalnya para pengusaha, kolektor bebatuan untuk membentuk
modal serta mencari jaringan bisnis yang luas dalam hal pemasaran dan penjualan
hasil produksi.