9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
a. Sistem
“Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan kegiatan atau
untuk melakukan sasaran yang tertentu.”(Jeperson Hutahaean, 2015, 2)
“Suatu sistem pada dasarnya adalag sekelompok unsur yang erat
hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu. Secara sederhana, suatu sistem dapat diartikan
sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau
variabel yang terorganisir, saling berinteraksi, saling bergantung satu
sama lain, dan terpadu. Dari definisi ini dapat dirinici lebih lanjut
pengertian sistem secara umum, yaitu:
a. Setiap sistem terdiri dari unsur-unsur.
b. Unsur-unsur tersebut merupakan baian terpadu sistem yang
bersangkutan.
c. Unsur sistem tersebut bekerja sama untuk mencapai tujuan sistem.
d. Suatu sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar.”
(Elisabet Yunaeti Anggraeni dan Rita Irviani, 2017, 11).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan dari
komponen-komponen yang saling berkaitan, berhubungan, berinteraksi,
yang memiliki kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu.
10
b. Informasi
Jeperson Hutahaean (2015:9) mendefinisikan informasi sebagai
berikut: “Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih
berguna dan lebih berarti lagi bagi penerimanya. Sumber informasi adalah
data. Data kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan
kesatuan nyata. Kejadian-kejadian (event) adalah kejadian yang terjadi
pada saat tertentu.”
Nafiudin, SE., MM (2019, 24) mendefinisakan informasi sebagai
berikut: “Inormasi: data yang telah diproses menurut sekumpulan aturan
dan telah memiliki arti ata nilai.”
Prof. Dr. Sri Mulyani, Ak., CA. (2016, 12) dinyatakan pengertian
informasi sebagai beikut: “Informasi merupakan data yang sudah diolah
yang ditujukan untuk seseorang, organisasi ataupun siapa saja yang
membutuhkan”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa informasi adalah hasil dari data
yang diolah menjadi suatu yang penting bagi penerimanya.
c. Sistem Informasi
Boell, Sebastian K dan Dubravka Cecez-Kecmanovic (2018:15)
mendefinisikan Sistem Informasi sebagai berikut:
“Information systems (IS) involve a variety of information
technologies (IT) such as computers, software, databases, communication
systems, the Internet, mobile devices and much more, to perform specific
tasks, interact with and inform various actors in different organizational
or social contexts.” Sehingga dapat diartikan bahwa Sistem Informasi
(SI) melibatkan berbagai teknologi informasi seperti komputer, perangkat
lunak, basis data, sistem komunikasi, internet, perangkat seluler dan
banyak lagi, untuk melakukan tugas-tugas khusus, berinteraksi dan
menginformasikan para aktor di dalam konteks organisasi atau sosial
yang berbeda.
d. Proses Bisnis
KANIŠKI, vica dan VINCEK, Ivan (2018:55) mendefinisikan Proses
Bisnis sebagai berikut: “Business process is a set of business activities put
11
together with a goal of creating added value for a specific Customer or
market.” Sehingga dapat diartikan bahwa Proses Bisnis adalah
serangkaikan kegiatan bisnis yang menjadi satu dengan tujuan untuk
menciptakan nilai tambah bagi pelanggan atau pasar tertentu.
e. Evaluasi
“Pengertian evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses
sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (ketentuan, kegiatan,
keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek dan yang lainnya)
berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian” (Mahirah B, 2017:258).
“Evaluasi adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui dan mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-
aturan yang sudah ditentukan.” (Muryadi, Agustanico Dwi, 2017, 1)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem evaluasi adalah proses
menilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.
f. Wawancara
Mita Rosaliza (2015, 71) Wawancara (interview) adalah salah satu kaedah
mengumpulkan data yang paling biasa digunakan dalam penelitian sosial.”
Menurut Indra Bastian, Rijadh Djatu Winardi dan Dewi Fatmawati (2018, 1)
menyatakan bahwa wawancara mengasumsikan bahwa setiap orang memiliki
kemampuan untuk berpendapat. Setaip orang memiliki pandangan dan perasaan
mengenai fakta sosial tertentu. Informasi bisa diakses melalui wawancara dengan
bertanya kepada mereka. Wawancara dilakukan ketikan peneliti ingin menggali lebih
dalam mengenai sikap, keyakinan, perilaku atau pengalaman dari responden terhadap
fenomena sosial.
Syed Muhammad Sajjad Kabir (2016,211) “Interviewing involves asking
questions and getting answers from participants in a study. Interviewing has a variety
of forms including : individual, face-to-facee interviews and face-to-face group
interviewing. The asking and answering of questions can be mediated by the
telephone or other electronic devices (e.g computers).”
12
g. Observasi
Ni’matuzahroh dan Susanti Prasetyaningrum (2018, 4) “Observasi
merupakan metode pengumpulan data melalui mengamati perilaku dalam sistematis
dan memaknai peristiwai yang diamati.”
Menurut Hasyim Hasanah (2017, 42) menyatakan bahwa Metode observasi
merupakan salah satu varian pilihan metode pengumpulan data yang memiliki
karakter kuat secara metodologis. Metode observasi bukan hanya sebagai proses
kegiatan pengamatan dan pencatatan, namu lebih dari itu observasi memudahkan kita
mendapatkan informasi tentang dunia sekitar atau tentang sesuatu yang kita sedang
teliti.
h. Fit/Gap Analyst
Menurut Ieva Ancveire (2018) Analisis Fit/Gap ialah sebagai berikut:
“The Fit-Gap analysis allows evaluating gaps in business requirements
and functionality of ERP systems considered evaluation.” Sehingga dapat
diartikan bahwa analisis Fit/Gap memungkinkaan untuk mengevaluasi
kesenjangan dalam kebutuhan/persyaratan bisnis dan fungsionalitas
sistem ERP yang dipertimbangkan untuk evaluasi.
Menurut Muhammad Isa Wibisono dan Muryan Awaludin (2017,
238) menyatakan bahwa penggunaan Fit/Gap Analysis akan
menghasilkan identifikasi terhadap data atau komponen sistem yang
sesuai (fit) dan kesenjangan (gap) yang membutuhkan solusi untuk
megurangi risiko. Terkait dengan risiko yang disebabkan dari
kesenjangan tersebut, maka diperlukan analisis risiko (Risk Analysis)
lebih mendalam mengenai risiko yang akan ditimbulkan menggunakan
FMEA.
Menurut S. Rao Vallabhaneni (2020, 536) Fit/Gap analisis sebagai
berikut: “Fit gap analysis deals with how two or more thing match or
align with each other (what fits) or do not match or align (what does not
fit or gap). this analysis reveals deeper insights into how things are
working or not working. it is also defined as an exercise of comparing an
actual outcome to a standards (expected) outcome, resulting in
13
deficiencies between. the goal is to identfy what needs to be done to
eliminate or minimize the gap.”
Sehingga dapat diartikan bahwa Fit/Gap Analysis berkaitan dengan
bagaimana dua hal atau lebih cocok atau selaras satu sama lain (apa yang
cocok) atau tidak cocok atau tidak selaras (apa yang tidak cocok atau
kesenjangan). Analisis ini menungkap wawasan yang lebih dalam tentang
bagaimana segala sesuai bekerja atau tidak. Itu juga mendefiniskan
sebagai pelaksanaan dalam membandingkan hasil aktual dengan hasil
standar (diharapkan), menghasilkan kekurangan diantaranya. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi apa yang perlu dilakukan untuk
menghilangkan atau meminimalkan kesenjangan.
Menurut Suroto Adi (2017), Fit/Gap Analysis adalah metode yang
digunakan untuk membandingkan kinerja saat ini dengan kinerja
potensial atau yang diharapkan. Fit/Gap Analysis digunakan sebagai alat
evaluasi bisnis yang menitikberatkan pada kesenjangan kinerja
perusahaan saat ini dengan kinerja yang sudah ditargetkan sebelumnya.
Fit/Gap Analysis terdiri dari tiga komponen utama yaitu:
1. Daftar karakteristik (seperti atribut, kompetensi, tingkat
kinerja) dari situasi sekarang (apa yang saat ini).
2. Daftar apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan masa depan
(apa yang harus).
3. Daftar kesenjangan apa yang ada dan perlu diisi.
Adapun langkah-langkah Fit/Gap Analysis sebagai berikut:
1. Rangking Requirement, yaitu memastikan proses bisnis dapat
diakomodasikan selama implementasi sistem yang baru dan
memastikan area-area yang penting bagi organisasi yang
memberikan nilai tambah bagi perusahaan dalam
meningkatkan proses bisnis.
2. Degree of Fit, yaitu menentukan sejauh mana kebutuhan dapat
diakomodir oleh sistem.
3. Gap Resolution, yaitu menentukan alternatif dan
merekomendasikan solusi untuk mengatasi gap yang ada.
14
Jadi dapat disimpulkan bahwa Fit/Gap Analysis adalah metode yang
digunakan untuk menentukan kesenjangan (Gap) dalam proses bisnis
berjalan apakah sudah sesuai dengan proses bisnis yang diinginkan, untuk
memaksimalkan potensi pertumbuhan bisnis.
i. FMEA
Kapil Dev Sharma dan Shobhit Srivastava (2018, 1) “FMEA is a
systematic method of identifying and preventing system, product and process
problems before they occur. It is focused on preventing problems, enhancing safety,
and increasing customer satisfaction. Dapat diartikan bahwa FMEA adalah metode
sistematis untuk mengidentifikasi dan mencegah masalah sistem, produk, dan proses
sebelum terjadi. Fokusnya adalah mencegah masalah, meningkatkan keselamatan
dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Carl S. Carlson (2012) “Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) is
a method designed to:
a. Identify and fully understand potential failure modes and their
causes, and the effects of failure on the system or end users, for a
given product or process.
b. Assess the risk associated with the identified failure modes, effects
and causes, and prioritize issues for corrective action.
c. Identify and carry out corrective actions to address the most
serious concerns.”
Sehingga dapat diartikan bahwa Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA) adalah metode yang dirancang untuk:
a. Mengidentifikasi dan memahami sepenuhnya mode kegagalan
potensial dan penyebabnya, serta efek kegagalan pada sistem
atau pengguna akhir, untuk produk atau proses tertentu.
b. Menilai risiko yang terkait dengan mode, efek dan penyebab
kegagalan yang diidentifikasi, dan memprioritaskan masalah
untuk tindakan korektif.
c. Mengidentifikasi dan melakukan tindakan korektif untuk
mengatasi masalah yang paling serius.
“There are many other objectives for doing FMEAs, such as:
15
a. identify and prevent safety hazards.
b. minimize loss of product performance or performance
degradation.
c. improve test and verification plans (in the case of System or
Design FMEAs).
d. improve Process Control Plans (in the case of Process FMEAs).
e. consider changes to the product design or manufacturing process.
f. identify significant product or process characteristics.
g. develop Preventive Maintenance plans for in-service machinery
and equipment.
h. develop online diagnostic techniques.”
Sehingga dapat diartikan bahwa, ada banyak tujuan lain untuk melakukan
FMEA, seperti:
a. Mengidentifikasi dan mencegah bahaya keselamatan.
b. Meminimalkan hilangnya kinerja produk atau penurunan kinerja.
c. Meningkatkan rencana pengujian dan verifikasi (dalam hal FMEA
Sistem atau Desain).
d. Meningkatkan Rencana Kontrol Proses (dalam hal FMEA Proses).
e. Pertimbangkan perubahan pada desain produk atau proses
pembuatan.
f. Mengidentifikasi karakteristik produk atau proses yang signifikan
g. Mengembangkan rencana Perawatan Preventif untuk mesin dan
peralatan dalam-layanan.
h. Mengembangkan teknik diagnostik Online.
16
Gambar 2.1: Contoh Template FMEA
“Component in FMEA Template:
1. An “item” is the focus of the FMEA project.
2. A “function” is what the item or process is intended to do, usually to
a given standard of performance or requirement.
3. A “failure mode” is the manner in which the item or operation
potentially fails to meet or deliver the intended function and
associated requirements.
4. An “effect” is the consequence of the failure on the system or end
user.
5. “Severity” is a ranking number associated with the most serious
effect for a given failure mode
Gambar 2.2: Contoh Ranking of Severity
17
6. A “cause” is the specific reason for the failure, preferably found by
asking “why” until the root cause is determined.
7. “Occurrence” is a ranking number associated with the likelihood that
the failure mode and its associated cause will be present in the item
being analyzed.
Gambar 2.3: Contoh Ranking of Occurence
8. “Controls” are the methods or actions currently planned, or are
already in place, to reduce or eliminate the risk associated with each
potential cause.
9. “Detection” is a ranking number associated with the best control
from the list of detection-type controls, based on the criteria from the
detection scale.
18
Gambar 2.4: Contoh Ranking of Detection
10. “RPN” is a numerical ranking of the risk of each potential failure
mode/cause, made up of the arithmetic product of the three elements:
a. severity of the effect
b. likelihood of occurrence of the cause
c. likelihood of detection of the cause.
11. “Recommended actions” are the tasks recommended by the FMEA
team to reduce or eliminate the risk associated with potential causes
of failure. They should consider.”
Sehingga dapat diartikan bahwa komponen pada template FMEA (Contoh
template terdapat pada Gambar 2.1):
1. "Item" adalah fokus dari proyek FMEA.
2. “Fuction” adalah tujuan dari item atau proses tersebut untuk
melakukan, biasanya dengan standar kinerja tertentu atau kebutuhan.
3. "Failure Mode" adalah cara item atau operasi berpotensi gagal
memenuhi atau mengirimkan fungsi yang dimaksudkan dan
persyaratan terkait.
4. "Effect" adalah konsekuensi dari kegagalan pada sistem atau
pengguna akhir.
5. "Severity" adalah nomor peringkat yang terkait dengan efek paling
serius untuk mode kegagalan yang diberikan. Contoh peringkat untuk
Severity terdapat pada Gambar 2.2.
19
6. "Cause(s)" adalah alasan spesifik untuk kegagalan tersebut, lebih
disukai ditemukan dengan menanyakan "mengapa" sampai akar
penyebabnya ditentukan.
7. "Occurence" adalah nomor peringkat yang dikaitkan dengan
kemungkinan bahwa mode kegagalan dan penyebabnya terkait akan
hadir dalam item yang dianalisis. Contoh peringkat untuk Occurrence
terdapat pada Gambar 2.3.
8. "Controls" adalah metode atau tindakan yang saat ini direncanakan,
atau sudah ada, untuk mengurangi atau menghilangkan risiko yang
terkait dengan setiap penyebab potensial.
9. "Detection" adalah nomor peringkat yang terkait dengan kontrol
terbaik dari daftar kontrol tipe deteksi, berdasarkan kriteria dari skala
deteksi. Contoh peringkat untuk Detection terdapat pada Gambar 2.4.
10. "RPN" adalah peringkat numerik risiko setiap mode / penyebab
kegagalan potensial, yang terdiri dari produk aritmetika dari tiga
elemen:
a. keparahan efeknya. (Severity)
b. kemungkinan terjadinya penyebabnya. (Occurrence)
c. kemungkinan deteksi penyebabnya. (Detection)
11. “Recommendation Action” adalah tugas yang direkomendasikan oleh
tim FMEA untuk mengurangi atau menghilangkan risiko yang terkait
dengan potensi penyebab kegagalan yang harus mereka
pertimbangkan.
Adapun setiap komponen pada template FMEA memiliki keterkaitan satu
sama lain. Berikut adalah gambar dari hubungan antar kompenen FMEA:
20
Gambar 2.5: Hubungan antar Komponen FMEA
j. Unified Modeling Language (UML)
“Satzinger, Jackson, Burd (2010) UML is the standard set of model
constructs and notations defined by the Object Management Group
(OMG).” Dapat diartikan bahwa UML adalah kumpulan standar
konstruksi dan notasi model yang ditentukan oleh Object Management
Group (OMG). Dalam buku Systems Analysis and Design in a Changing
World, menyatakan UML terdiri dari beberapa diagram, salah satunya
yanga akan digunakan dalam peneliatian ini adalah Activity Diagram.
Menurut Krishna Rungta (2019, 1, 4) UML ialah sebagai berikut:
UML stands for unified modeling language. it is a standars which is
mainly used for creating object-oriented, meaningful documentation
models for any software system present in the real world. it provides us a
way to develop rich models that describe the working of any
software/hardware systems. In short UML is an object oriented unified
modeling language. UML diagrams are the output of the unified modeling
language. uml diagram is a model that describes a part of system. it is
used to define the functionality of a design of a system.
21
Dapat diartikan bahwa UML adalah singkatan dari bahasa pemodelan
terpadu. Itu adalah standar yang utama digunakan untuk membuat model
dokumentasi berorientasi objek, bermakna untuk setiap sistem perangkat
lunak yang hadir di dunia nyata. Ini memberi kita cara untuk
mengembangakn model yang kaya dalam menggambarkan cara kerja
sistem perangkat lunak/perangkat keras apapun. Singkatnya UML adalah
bahasa pemodelan terpadu berorientasi objek. Diagram UML adalah
output dari bahasa pemodelan terpadu. Diagram UML adalah model yang
menggambarkan bagian dari sistem. Ini digunakan untuk mendefinisikan
fungsionalitas atau desain suatu sistem.
(Satzinger, Jakson, Burd; 2010) “An Activity Diagram is simply a
workflow diagram that describes the various user (or system) activities,
the person who does each activity, and the sequential flow of these
activities. The activity diagram is one of the Unified Modeling Language
(UML) diagrams associated with the object-oriented approach, but it can
be used with any development approach.“ Sehingga dapat diartikan
Activity Diagram adalah diagram alur kerja yang menggambarkan
berbagai aktivitas pengguna (atau sistem), orang yang melakukan setiap
aktivitas, dan aliran berurutan dari aktivitas ini. Activity Diagram adalah
salah satu diagram Unified Modeling Language (UML) yang terkait
dengan pendekatan berorientasi objek, tetapi dapat digunakan dengan
pendekatan pengembangan apa pun.
Gambar 2.6: Notasi dalam Activity Diagram
Sumber: Satzinger, Jakson & Burd (2010, p142)
22
Notasi-notasi yang digunakan di dalam Activity Diagram adalah
sebagai berikut:
a. Swimlane
Swimlane adalah area persegi panjang pada Activity Diagram
yang menunjukkan aktivitas dari sebuah agen.
b. Starting activity
Starting activity adalah notasi yang berbentuk lingkaran dengan
warna hitam untuk menandakan keadaan awal sebelum aktivitas
berlangsung.
c. Transition arrow
Transaition arrow adalah notasi yang berbentuk anak panah
yang menggambarkan arah alur proses dari sebuah aktivitas ke
aktivitas selanjutnya.
d. Activity
Activity adalah notasi yang berbentuk oval yang memberikan
penjelasan singkat dari aktivitas yang dilakukan oleh user.
e. Ending activity
Ending activity adalah notasi yang berbentuk lingkaran yang
diberikan warna hitam hanya pada bagian tengahnya. Notasi ini
menandai akhir dari sebuah proses/aktivitas.
f. Synchronization bar
- Synchronization bar (split) adalah notasi yang berbentuk
batang yang membagi satu alur aktivitas menjadi dua
aktivitas yang bersamaan.
- Synchronization bar (join) adalah menggabungkan dua
aktivitas yang bersamaan kembali menjadi satu alur aktivitas
pada satu waktu.
g. Decision activity
23
Decision activity adalah notasi yang berbentuk berlian yang
menandakan sebuah keputusan di mana setidaknya terdapat dua
jalur keluar dari keputusan.
k. User Interface
Saha, Debasmita dan Mandal, Ardhendu (2015:127) mendefinisikan
Sistem Informasi sebagai berikut:
“User Interface (UI) is the part of the system that acts as an
intermediately between the user and system facilitating the user to
interact with the system in an efficient manner. The user interface is
everything the end user comes into contact with while using the system
physically, perceptually, and conceptually.”
Sehingga dapat diartikan bahwa User Interface (UI) adalah bagian
dari sistem yang bertindak sebagai perantara antara pengguna dan sistem
yang memfasilitasi pengguna untuk berinteraksi dengan sistem secara
efisien. User Interface adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh
pengguna akhir saat menggunakan sistem secara fisik, persepsi, dan
konseptual.
(Satzinger, Jakson, Burd; 2010, 165) “Designing the user interface
can be thought of as an analysis and a design activity. It has elements of
analysis in that the developers must understand the user’s needs and how
the user carries out his or her job. Not only must the user interface carry
the right information, but it must also be ergonomically efficient and
esthetically attractive. User-interface design is also a design activity in
that it requires creativity and conformity to rigorous technology
requirements. Many type of models and tools are used to perform user-
interface design, including mock-ups, storyboards, graphic layouts, and
prototyping with screen-modeling tools“
Sehingga dapat diartikan sebagai berikut: merancang user interface
dapat dianggap sebagai analisis dan aktivitas desain. Ini memiliki elemen
analisis dimana developers harus memahami kebutuhan user dan
bagaimana user melakukan pekerjaanya. Bukan hanya user interface yang
harus membawa informasi yang benar, tetapi juga harus efisien secara
ergonomis dan menarik secara estetika. Desain user interface juga
24
merupakan aktivitas desain yang membutuhkan kreativitas dan kesesuaian
dengan persyaratan teknologi yang ketat. Banyak jenis model dan alat
yang digunakan untuk melakukan desain user interface, termasuk mock-
up, storyboard, graphical layouts, dan prototyping dengan screen-
modeeling tools.
2.2 Teori Khusus
a. ERP
Menurut O’Brien dan Marakas (2011:324) “Enterprise Resource
Planning (ERP) is a cross-functional enterprise system driven by an
integrated suite of software modules that supports the basic internal
business processes of a company”. Dapat diartikan bahwa ERP adalah
sebuah lintas fungsi sistem perusahaan yang didorong oleh sebuah
rangkaian terintegrasi dari modul-modul perangkat lunak yang dapat
membantu proses bisnis internal utama dari sebuah perusahaan.
Benefit of ERP:
• “ Quality and efficiency. ERP creates a framework for integrating
and im- proving a company’s internal business processes that
results in significant improvements in the quality and efficiency of
customer service, production, and distribution.” Dapat diartikan
bahwa ERP menciptakan kerangka kerja untuk mengintegrasikan
dan meningkatkan proses bisnis internal perusahaan yang
menghasilkan peningkatan signifikan dalam kualitas dan efisiensi
layanan pelanggan, produksi, dan distribusi.
• “ Decreased costs. Many companies report significant reductions
in transaction processing costs and hardware, software, and IT
support staff compared to the non-integrated legacy systems that
were replaced by their new ERP systems.” Dapat diartikan bahwa
banyak perusahaan melaporkan pengurangan yang signifikan
dalam biaya pemrosesan transaksi dan perangkat keras, perangkat
lunak, dan staf pendukung TI dibandingkan dengan sistem lama
yang tidak terintegrasi yang digantikan oleh sistem ERP baru
mereka.
25
• “ Decision support. ERP provides vital cross-functional
information on business performance to managers quickly to
significantly improve their ability to make better decisions in a
timely manner across the entire business enterprise.” Dapat
diartikan bahwa ERP memberikan informasi lintas fungsional
penting tentang kinerja bisnis kepada manajer dengan cepat untuk
secara signifikan meningkatkan kemampuan mereka untuk
membuat keputusan yang lebih baik secara tepat waktu di seluruh
perusahaan bisnis.
• “ Enterprise agility. Implementing ERP systems breaks down
many former departmental and functional walls or “silos” of
business processes, information systems, and information
resources. This results in more flexible organizational structures,
managerial responsibilities, and work roles, and therefore a more
agile and adaptive organization and workforce that can more
easily capitalize on new business opportunities.” Dapat diartikan
bahwa menerapkan sistem ERP memecah banyak tembok
departemen dan fungsional atau "silo" proses bisnis, sistem
informasi, dan sumber daya informasi. Ini menghasilkan struktur
organisasi yang lebih fleksibel, tanggung jawab manajerial, dan
peran kerja, dan oleh karena itu organisasi dan tenaga kerja yang
lebih gesit dan adaptif yang dapat lebih mudah memanfaatkan
peluang bisnis baru.
b. Microsoft Dynamics AX 2012 R2
“Microsoft Dynamics AX is an enterprise resource planning (ERP)
solution for midsize and larger organizations that helps people to work
effectively, manage change, and compete globally” (Microsoft Dynamics
AX, 2014). Dapat diartikan bahwa Microsoft Dynamics AX merupakan
solusi perencanaan sumber daya perusahaan untuk organisasi sekala
menengah dan besar yang membantu orang untuk bekerja secara efektif,
mengelola perubahan, dan bersaing secara global.
26
“Microsoft Dynamics AX works like and with familiar Microsoft
software and is a solution that automates and stream lines financial,
business intelligence, and supply chain processes in a way that can help
you with your business” (Microsoft Dynamics AX, 2014). Dapat diartikan
bahwa Microsoft Dynamics AX adalah software Enterprise Resource
Planning (ERP) yang dikembangkan oleh Microsoft dan dapat
memberikan solusi untuk membantu perusahaan dalam mengotomatiskan
dan memperlancar proses financial, business intelligence, dan supply
chain.
i. Modul Project Management and Accounting
Khairunj dan Vince Nolan (2014) menyatakan dalam situs resmi
Microsoft Documentation dijelaskan bahwa modul modul project
management and accounting dapat digunakan untuk: “Use Project
Management and accounting to plan, create, manage, control and
complete projects for your organization”. Dapat diartikan bahwa,
penggunaan modul Project Management and Accounting dapat
digunakan untuk merencanakan, membuat, mengelola,
mengendalikan, dan menyelesaikan sebuah proyek dalam sebuah
ugorganisasi.
dijelaskan bahwa terdapat beberapa tipe proyek pada modul
Project Management and Accounting, yaitu seperti berikut:
1. Time and Material Project: Invoice yang dikirimkan kepada
Customer untuk menagihkan proyek yang dikerjakan
berdasarkan hours, fees, items dan expenses yang dikeluarkan
selama pengerjaan proyek.
2. Fixed-Price Project: Invoice yang dikirimkan kepada
Customer berdasarkan jadwal penagihan (billing schedule)
yang telah diatur dan tertera dalam kontrak.
3. Internal Project: Tipe proyek ini memungkinkan perusahaan
untuk memesan dan mengelola sumber daya perusahaan dalam
mengerjakan proyek internal, seperti biaya, waktu dan
investasi.
27
ii. Modul Service Management
Menurut Khairunj dan Vince Nolan (2014) dalam situs resmi
Microsoft Documentation dijelaskan bahwa modul Service
Management dapat digunakan untuk:
1. Membuat service agreements dan service subscriptions:
service agrrements dapat digunakan untuk menentukan
resources dalam service visit, melihat resources ditagihkan
kepada Customer, dan menentukan standard response times
dan tools untuk mencatat waktu sebenarnya.
2. Menangani service orders dan Customer inquiries: service
orders dapat digunakan untuk mengelola informasi (hours of
work, type of service or repair, item to repair, expenses and
fees) mengenai kunjungan terjadwal maupun tidak terjadwal
oleh teknisi kepada Customer.
3. Mengelola dan menganalisis layanan yang telah diberikan
kepada Customer: sebagai reporting tools untuk memonitor
service order margin dan subscription transaction.
28
2.3 Kerangka Pikir
Gambar 2.7: Kerangka Pikir