Download - Aspal Minyak
ASPAL MINYAK
DAFTAR ISI
1
Halaman Judul............................................................................................ 1
Kata Pengantar.......................................................................................... 2
Daftar Isi...................................................................................................... 3
BAB.I PENDAHULUAN............................................................................ 4
I.1 Latar Belakang ....................................................................... 4
I.2 Rumusan Masalah................................................................... 4
I.3 Batasan Masalah...................................................................... 4
I.4 Tujuan Penulisan .................................................................... 4
BAB.II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5
II.1 Sejarah Perkembangan Aspal .............................................. 5
II.2 Definisi Aspal Minyak ........................................................... 7
II.3 Proses Pembuatan Aspal Minyak ........................................ 8
II.4 Jenis Jenis Aspal ................................................................. 10
II.5 Sifat Fisika dan Kimia Aspal Minyak .................................... 11
II.6 Aspal Minyak Pertamina Cilacap............................................ 14
II.7 Pemanfaatan Aspal................................................................. 15
BAB.III PENUTUP..................................................................................... 16
III.1 Kesimpulan............................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 17
BAB IPENDAHULUAN
2
I.1 Latar Belakang
Aspal sejak dulu hingga sekarang masih dan kelihatannya akan tetap
dianggap sebagai bagian tidak terpisahkan dari konstruksi perkerasan jalan. Dari
pertimbangan lingkungan hidup, maka penggunaan aspal untuk perkerasan jalan
sangat menguntungkan, karena dapat menyerap sisa produksi minyak yang
berpotensi sebagai limbah berbahaya, maka layak kiranya perhatian untuk
meningkatkan kegunaan aspal pada konstruksi jalan raya dapat teliti lebih jauh
untuk meningkatkan kinerjanya agar semakin dapat diandalkan untuk mendukung
pengembangan jaringan jalan yang akan semakin meluas untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia.
I.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
a. Sejarah perkembangan aspal
b. Definisi aspal minyak
c. Proses pembuatan aspal minyak
d. Sifat fisika dan kimia aspal minyak
e. Jenis dan spesifikasi aspal minyak
f. Pemanfaatan aspal minyak
I.3 Batasan Masalah
Sesuai dengan tugas yang diberikan, pembahasan dalam makalah ini
dibatasi seputar aspal minyak.
I.4 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan adalah untuk memberikan gambaran seputar aspal
minyak, sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa pasca sarjana program
magister teknik sipil untuk mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
3
II.1 Sejarah Perkembangan Aspal
Sejarah penggunaan aspal telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum
masehi oleh bangsa Sumeria dan Mesopotamia. Mereka menggunakan aspal
(bitumen) sebagai lapis pengedap untuk bak mandi maupun kolam – kolam air di
istana dan kuil. Aspal yang digunakan adalah aspal yang didapat secara alami,
aspal ini terdapat di alam bentuk lake aspal dan rock asphalt.
Aspal tercatat pertama kali digunakan sebagai bahan konstruksi jalan, terjadi di
babilonia sekitar tahun 625 SM, pada masa kekuasaan Raja Naboppolassar
seperti yang tercatat dalam prasasti peninggalannya.
Istilah aspal berasal dari bahasa Yunani kuno asphaltos, kemudian
bangsa Romawi mengubahnya menjadi asphaltus, lalu diadaptasi ke dalam
bahasa Inggris menjadi asphalt, dan kita menerjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi aspal.
Berabad kemudian setelah jaman Babilonia, Sir Walter Raleigh
menuliskan dalam catatannya (tahun 1595) tentang penemuan deposit lake
asphalt di Trinidad,dekat pantai Venezuela, dia menggunakan aspal tersebut
sebagai pelapis dinding kapalnya. Sejarah penggunaan aspal untuk pembuatan
jalan di abad modern dimulai pada abad ke 18 yaitu tahun 1870 campuran aspal
digunakan untuk pembangunan jalan, yang dilakukan oleh seorang ahli kimia
Belgia yang bernama Edmun J Desmedt, ketika membangun jalan di depan balai
kota Newark, New Jersey, USA. Campuran yang digunakan adalah pasir dan
aspal alam dari Trinidad. Hasil yang memuaskan membuat para kontraktor
pembangun jalan segera memanfaatkan aspal sebagai bahan konstruksi pada
proyek pembangunan jalan di Amerika Serikat.
Sampai tahun 1900an, hampir seluruh aspal yang digunakan berasal dari
aspal alam Trinidad. Di sisi lain, mulai banyaknya penemuan sumur-sumur minyak
bumi membuat perkembangan kilang (refinery) semakin banyak dan meluas. Dari
pengoperasian kilang ternyata juga dihasilkan aspal. Akhirnya, pada tahun 1907
aspal yang dihasilkan dari kilang telah menggeser penggunaan aspal alam
Trinidad, karena aspal kilang lebih murah harganya. Produksi HMA (Hot-Mix
Asphalt, selanjutnya disebut hotmix saja) pertama kali dilakukan secara manual
dengan cara memanaskan batuan atau pasir di atas plat besi dengan
menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Lalu aspal dituang, dan pekerja
4
kemudian mengaduk-aduk (membolak-balik) secara manual. Penggunaan alat
pengaduk, mixer, secara mekanis pertama kali dilakukan di Paris pada tahun
1854, namun masih sangat sederhana dan terbatas, sehingga untuk memproduksi
satu batch saja perlu waktu empat jam. Fasilitas produksi hotmix pertama yang
memiliki komponen-komponen dasar seperti yang kita pahami sekarang dibangun
oleh perusahaan Warren Brothers di East Cambridge tahun 1901. Rotary drum
dan rotary drier pertama kali digunakan untuk produksi hotmix pada tahun 1910.
Mekanisasi sistem pengumpan dingin mulai diterapkan tahun 1920, sementara
vibrating screen dan sistem injeksi tekanan (untuk pembakaran) mulai
ditambahkan sejak tahun 1930.
J.S. Helm, President of the Asphalt Institute, pada tahun 1939
menyatakan bahwa aspal sudah menjadi material yang sangat penting untuk
pembangunan maupun pemeliharaan jalan. Dalam waktu empat tahun, 1934-
1937, jalan yang dibangun dengan HMA (hotmix asphalt) sudah lebih dari 80%.
Selama perang dunia kedua teknologi peningkatan kualitas aspal maupun metode
konstruksi jalan berkembang pesat seiring dengan kebutuhan dunia militer untuk
mengakomodasi pergerakan dan mobilisasi alat-alat perang yang relatif berat.
Ketika perang selesai dan orang banyak berpindah ke perkotaan, proyek-jproyek
jalan di Amerika mengalami masa booming. Pada tahun 1956, Konggres Amerika
menyetujui undang-undang pembangunan jalan yang menelan dana hingga USD
51 milyar untuk pembangunan jalan nasional saja (bandingkan dengan anggaran
Binamarga untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional tahun 2008 ini
yang hanya berkisar USD 2 milyar; inipun setelah ada kesadaran dari Pemerintah
Indonesia untuk memperbaiki infrastruktur jalan, masa-masa sebelumnya hanya
maksimal separuhnya.
Di Indonesia sendiri penggunaan aspal minyak dari tahun ke tahun
semakin meningkat, hal ini ditandai dengan besarnya impor aspal yang mencapai
1,2 juta ton pada tahun 2009 (aabi.2009), ini disebabkan produksi dalam negeri
yang terbatas hanya berkisar 560.000 – 720.000 ton pertahun.
II.2 Definisi Aspal Minyak
Aspal dalam bahasa yang umum dikenal juga dengan “tar”. Untuk kata “tar”
atau “aspal” sering digunakan secara bergantian, mereka memiliki arti yang
5
berbeda. Salah satu alasan untuk kebingungan ini disebabkan oleh fakta bahwa,
di antara negara-negara lain, ada perbedaan substansial dalam arti dihubungkan
dengan periode yang sama. Sebagai contoh, aspal minyak di Amerika Serikat
disebut dengan aspal, sedangkan di Eropa “aspal” adalah campuran agregat batu
dan aspal yang digunakan untuk pembangunan jalan. Di Eropa, istilah aspal
menunjukkan residu dari penyulingan minyak bumi.
Aspal dikenal sebagai bahan/material yang bersifat viskos atau padat,
berwarna hitam atau coklat, yang mempunyai daya lekat (adhesif), mengandung
bagian-bagian utama yaitu hidokarbon yang dihasilkan dari minyak bumi atau
kejadian alami (aspal alam) dan terlarut dalam karbondisulfida. Ada juga yang
mengatakan bahwa aspal adalah material berwarna hitam atau coklat tua. Pada
temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, jika dipanaskan sampai
temperatur tertentu dapat menjadi lunak / cair sehingga dapat membungkus
partikel agregat pada waktu pembuatan campuran aspal beton atau sapat masuk
kedalam pori-pori yang ada pada penyemprotan/ penyiraman pada perkerasan
macadam atau pelaburan. Jika temperatur mulai turun. Aspal akan mengeras dan
mengikat agregat pada tempatnya (sifat Termoplastis Menurut Silvia Sukirman
(2007:26), Aspal didefinisikan sebagai material perekat (cementitious) berwarna
hitam atau coklat tua, dengan unsure utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di
alam ataupun merupakan residu dari pengilangan minyak bumi. Tar adalah
material berwarna coklat atau hitam, berbentuk cair atau semipadat, dengan
unsure utama bitumen sebagai hasil kondensat dalam destilasi destruktif dari
batubara, minyak bumi, atau material organic lainnya. Pitch diperoleh sebagai
residu dari destilasi fraksional tar. Tar dan pitch tidak diperoleh di alam, tetapi
merupakn produk kimiawi. Dari ketiga material pengikat diatas, aspal merupakan
material yang umum digunakan untuk bahan pengikat agregat, oleh karena itu
seringkali bitumen disebut pula sebagai aspal
Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran
perkerasan jalan. (Sukirman, 2003).
Aspal dikenal sebagai bahan atau material yang bersifat viskos atau
padat, berwarna hitam atau coklat, yang mempunyai daya lekat (adhesif),
mengandung bagian-bagian utama yaitu hidokarbon yang dihasilkan dari minyak
bumi atau kejadian alami (aspal alam) dan terlarut dalam karbondisulfida. Aspal
6
sendiri dihasilkan dari minyak mentah yang dipilih melalui proses destilasi minyak
bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga temperatur
350oC dibawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi ringan, seperti
gasoline (bensin), kerosene (minyak tanah), dan gas oil (Wignall, 2003).
Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak bumi.
Setiap minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil yang
banyak mengandung aspal, paraffin base crude oil yang banyak mengandung
parafin, atau mixed base crude oil yang mengandung campuran antara parafin
dan aspal. Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis
asphaltic base crude oil.
II.3 Proses Produksi Aspal Minyak
Aspal yang dihasilkan dari minyak mentah diperoleh melalui proses
destilasi minyak bumi. Proses destilasi ini dilakukan dengan pemanasan hingga
suhu 350oC di bawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak
seperti bensin, minyak tanah dan minyak.
Minyak tanah kasar dari sumur minyak dipisahkan pada suatu instalasi
penyulingan yang disebut proses penyulingan. Selama proses, minyak tanah
kasar diberi umpan ke dalam suatu tabung dengan perbedaan temperatur,
kemudian dengan cepat diangkat karena masih proses-proses penyulingan awal.
lalu masuk ke suatu menara fraksinasi di mana bagian-bagian lebih mudah
menguap akan dipisahkan dari minyak tanah yang kasar melalui suatu instalasi
penyulingan. Residu dari proses fraksinasi ini adalah yang memiliki berat
komponen yang kasar, termasuk aspal. Bagaimanapun, penyulingan/perbaikan
lebih lanjut perlu dilakukan untuk menghasilkan semen aspal. (S.joon lee,
Y.Richard Kim, 2005)
Proses pemisahan dari bahan bakar minyak bumi dapat dilihat pada gambar
2.1 dibawah ini (Wignall,2003).
7
Gambar 2.1 Proses pemisahan aspal
II.4 Jenis- Jenis Aspal
Secara umum, jenis aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan asal dan
proses pembentukannya adalah sebagai berikut :
8
a. Aspal Alam
Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di pulau
buton, dan ada pula yang diperoleh di pulau Trinidad berupa aspal danau. Aspal
alam terbesar di dunia terdapat di Trinidad, berupa aspal danau. Indonesia
memiliki aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang terkenal dengan nama Asbuton
(Aspal Pulau Buton). Penggunaan asbuton sebagai salah satu material
perkerasan jalan telah dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat
konvensional. Asbuton merupakan batu yang mengandung aspal. Asbuton
merupakan material yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen
yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi.
b. Aspal Minyak
Aspal minyak bumi adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak
bumi. Setiap minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crude
oil yang mengandung banyak aspal, parafin base crude oil yang mengandung
banyak parafin, atau mixed base crude oil yang mengandung campuran aspal
dengan parafin. Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan asphaltic base crude
oil. Hasil destilasi minyak bumi menghasilkan bensin, minyak tanah, dan solar
yang diperoleh pada temperatur berbeda-beda, sedangkan aspal merupakan
residunya. Residu aspal berbentuk padat, tetapi dapat pula berbentuk cair atau
emulsi pada temperatur ruang. Jadi, jika dilihat bentuknya pada temperatur ruang,
maka aspal dibedakan atas beberapa bagian, yaitu :
1. Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau semi padat pada suhu
ruang dan mencair jika dipanaskan. Aspal padat dikenal dengan nama semen
aspal (asphalt cement). Oleh karena itu, semen aspal harus dipanaskan terlebih
dahulu sebelum digunakan sebagai bahan pengikat agregat.
2. Aspal cair (asphalt cut-back) yaitu aspal yang berbentuk cair pada suhu ruang.
Aspal cair merupakan semen aspal yang dicairkan dengan bahan pencair dari
hasil penyulingan minyak bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar. Bahan
pencair membedakan aspal cair menjadi tiga bagian, yaitu :
- Slow Curing dengan bahan pencair solar
- Medium Curing dengan bahan pencair minyak tanah
- Rapid Curing dengan bahan pencair bensin.
9
3. Aspal emulsi, yaitu campuran aspal (55%-65%) dengan air (35%-45%) dan
bahan pengemulsi 1% sampai 2% yang dilakukan di pabrik pencampur. Aspal
emulsi ini lebih cair daripada aspal cair. Dimana dalam aspal emulsi, butir-butir
aspal larut dalam air. Untuk menghindari butiran aspal saling menarik
membentuk butir-butir yang lebih besar, maka butiran tersebut diberi muatan
listrik. Aspal emulsi dapat dibedakan berdasarkan muatan listriknya, antara lain
yaitu :
- Aspal emulsi anionik atau disebut juga dengan emulsi alkali
- Aspal emulsi kationik atau disebut dengan emulsi asam
- Aspal emulsi nonionik (tidak mengalami ionisasi).
Sedangkan berdasarkan kecepatan mengerasnya, aspal emulsi dapat
dibedakan atas tiga bagian yaitu :
- Rapid Setting
- Medium Setting
- Slow Setting
II.5 Sifat Fisik dan Kimia Aspal Minyak
a. Sifat fisik aspal minyak.
Sifat fisik aspal minyak dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Uraian Sifat
Warna Coklat - Hitam
Bentuk Cair - Padat
Larut Dalam CS2 / CCI4
Tidak Larut Dalam air
Bau Berbau Biasa
b. Sifat kimia aspal minyak.
Aspal dipandang sebagai sebuah sistem koloidal yang terdiri dari
komponen molekul berat yang disebut asphaltene, dispersi/hamburan di dalam
10
minyak perantara disebut maltene. Bagian dari maltene terdiri dari molekul
perantara disebut resin yang menjadi instrumen di dalam menjaga dispersi
asphaltene (Koninklijke, 1987).
Aspal merupakan senyawa hidrogen (H) dan karbon (C) yang terdiri dari
bebebrapa senyawa seperti: paraffin, siklo paraffin. naften dan aromatis. Fungsi
kandungan aspal dalam campuran juga berperan sebagai selimut agregat dalam
bentuk film, dimana aspal yang berperan menahan gaya gesek permukaan dan
mengurangi kandungan pori udara yang juga berarti mengurangi penetrasi air
masuk ke dalam campuran (Rianung, 2007).
Aspal seperti pada Gambar 2.2 dibawah ini, merupakan senyawa yang
kompleks, bahan utamanya disusun oleh hidrokarbon dan atom-atom Nitrogen
(N), Sulfur (S), dan Oksigen (O) dalam jumlah yang kecil. Dimana unsur-unsur
yang terkandung dalam aspal atau bitumen adalah Karbon (82-88%), Hidrogen (8-
11%), Sulfur (0-6%), Oksigen (0-1,5%), dan Nitrogen (0-1%).
Gambar 2.2 Struktur Aspal
Berikut sifat-sifat dari senyawa penyusun dari aspal :
a. Asphaltene
11
Asphaltene, seperti pada Gambar 2.3, merupakan senyawa komplek
aromatis yang berwarna hitam atau coklat amorf, bersifat termoplatis dan sangat
polar, perbandingan komposisi untuk H/C yaitu 1 :1, memiliki berat molekul besar
antara 1000 – 100000, dan tidak larut dalam n-heptan. Asphaltene juga sangat
berpengaruh dalam menentukan sifat reologi bitumen, dimana semakin tinggi
asphaltene, maka bitumen akan semakin keras dan semakin kental, sehingga titik
lembeknya akan semakin tinggi, dan menyebabkan harga penetrasinya semakin
rendah.
Gambar 2.3 Struktur Asphaltene
b. Maltene
Di dalam maltene terdapat tiga komponen penyusun yaitu saturate,
aromatis, dan resin. Dimana masing-masing komponen memiliki struktur dan
komposisi kimia yang berbeda, dan sangat menentukan dalam sifat rheologi
bitumen.
Resin merupakan senyawa yang berwarna coklat tua, dan berbentuk solid
atau semi solid dan sangat polar, dimana tersusun oleh atom karbon dan
hidrogen, dan sedikit atom oksigen, Sulfur, dan Nitrogen, untuk perbandingan
hidrogen dengan karbon H/C yaitu 1.3 – 1.4, memiliki berat molekul antara 500 –
50000, serta larut dalam n-heptan.
Aromatis merupakan senyawa yang berwarna coklat tua, berbentuk cairan
kental, bersifat non polar, dan di dominasi oleh cincin tidak jenuh, dengan berat
molekul antara 300 – 2000, terdiri dari senyawa naften aromatis, dengan
komposisinya antara 40 - 65% dari total bitumen.
12
Saturate merupakan senyawa ini berbentuk cairan kental, bersifat non
polar, dan memiliki berat molekul hampir sama dengan aromatis., serta tersusun
dari campuran hidrokarbon berantai lurus, bercabang, alkil naften, dan aromatis,
dengan komposisinya berjumlah antara 5-20% dari total bitumen. Gambar 2.4
merupakan struktur kimia dari senyawa saturate dengan bentuk susunan rantai
yang berbeda.
Gambar 2.4 Struktur Saturate
Dengan demikian maka aspal atau bitumen adalah suatu campuran cairan
kental senyawa organik, berwarna hitam, lengket, larut dalam karbon disulfida
(CS2), dan struktur utamanya merupakan ”polisiklik aromatis hidrokarbon” yang
sangat kompak. (Nuryanto, 2008).
II.6 Aspal Minyak Pertamina Cilacap
Aspal Pertamina Diproduksi di kilang Pertamina UP IV Cilacap dari Cure Oil
jenis Asphallic berbentuk semisolid, bersifat non metallic larut dalam CS2 (carbon
disulphide), mempunyai sifat water proofing dan adhesive. Kapasitas produksi
mencapai 650.000 ton/tahun dan di produksi dalam 2 grade yaitu penetrasi 60/70
dan penetrasi 80/100.
II.7 Pemanfaatan Aspal
13
Aspal digunakan sebagai bahan material perkerasan jalan berfungsi
sebagai :
1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dengan agregat
dan antara sesama aspal.
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori yang ada dalam
butir agregat itu sendiri.
Untuk dapat memenuhi kedua fungsi aspal itu dengan baik, maka aspal
haruslah memiliki sifat adhesi dan kohesi yang baik, serta pada saat dilaksanakan
mempunyai tingkat kekentalan tertentu. Penggunaan aspal pada perkerasan jalan
dapat melalui dicampurkan pada agregat sebelum dihamparkan (prahampar),
seperti lapisan beton aspal atau disiramkan pada lapisan agregat yang telah
dipadatkan dan ditutupi oleh agregat-agregat yang lebih halus (pascahampar).
Fungsi utama aspal untuk kedua jenis proses pembentukan perkerasan
jalan yaitu proses pencampuran prahampar dengan pascahampar itu berbeda.
Pada proses prahampar aspal yang dicampurkan dengan agregat akan
membungkus atau menyelimuti butir-butir agregat, mengisi pori antar butir, dan
meresap ke dalam pori-pori masing-masing butir.
Pada proses pascahampar, aspal disiramkan pada lapisan agregat yang
dipadatkan, lalu di atasnya ditaburi butiran agregat halus. Pada proses ini aspal
akan meresap ke dalam pori-pori antar butir agregat dibawahnya. Fungsi
utamanya adalah menghasilkan lapisan perkerasan bagian atas yang kedap air
dan tidak mengikat agregat sampai ke bagian bawah pasitas produksi.
BAB IIIPENUTUP
14
III.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa aspal minyak
merupakan salah satu dari beberapa jenis aspal yang digunakan dalam
perkerasan jalan. Aspal minyak di Indonesia di produksi oleh Pertamina Kilang
Cilacap dengan menghasilkan dua produk yaitu grade 60/70 dan 80/100.
Aspal digunakan sebagai bahan material perkerasan jalan berfungsi
sebagai :
1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dengan agregat
dan antara sesama aspal.
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori yang ada dalam
butir agregat itu sendiri.
III.2 Saran
Mengingat adanya keterbatasan waktu, pengetahuan dan pemahaman atas
bahan aspal, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu diharapkan
partisipasi dari peserta diskusi untuk menambahkan materi bahan aspal ini,
sehingga dapat memberi pengetahuan yang lebih luas mengenai bahan aspal.
DAFTAR PUSTAKA
15
Ir. Soehartono. 2010. Teknologi aspal dan penggunaanya dalam konstruksi perkerasan jalan, penerbit Mediatama Saptakarya, Jakarta
Koninklijke,1987. The Teasting of Bituminous Material.Shell-Laboratorium
Sukirman, S (2003), Perkerasan Jalan Raya, Penerbit Nova Bandung.
Sukirman, S (2007), Beton Aspal Campuran Panas, Penerbit Obor Indonesia Jakarta
Rianung, Sih. 2007. Kajian Laboratorium Pengarh Bahan Tambah Gondorukem pada Asphalt Concrete - Binder Course (AC-BC) Terhadap Nilai Propertis Marshall dan Durabilitas. Tesis, Universitas Dipenogoro
Wignal Arthur, Peter S, dkk (2003) Proyek Jalan : Teori dan Praktek, Penerbit Erlangga Jakarta
16