Download - Anomali Gigi Papa
ANOMALI GIGI
KARYA TULIS
OLEH
drg.Young Ferry
2006
DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................................2
A. Latar Belakang...................................................................................2
BAB II
ANOMALI GIGI
A.Anomali gigi......................................................................................3
1. Anodontia.......................................................................................3
2. Supernumerary tooth......................................................................4
BAB III
PERUBAHAN BENTUK PADA MORFOLOGI
GIGI .............................................................................................................5
A. Pembentukan mahkota abnormal......................................................5
B. Pembentukan akan yang abnormal...................................................6
BAB IV
BERBAGAI KELAIANAN GIGI.............................................................10
A. Bentuk kelainan..............................................................................10
BAB V
PENUTUP ..................................................................................................12
Daftar Pustaka............................................................................................13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konsep pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan serta upaya
menjaga sistem kesehatan yang ada di Negara Indonesia, senantiasa akan
bermuara pada kepentingan masyarakat. Karena pada intinya bangsa yang sehat
secara fisik dan mental adalah cerminan dan biasan dari kondisi masyarakatnya.
Jika masyarakat selalu memperhatikan kesehatan untuk kelangsungan
pembangunan suatu bangsa, maka imbas timbal balik antara masyarakat di satu
sisi serta dan pemerintah di sisi yang lain adalah membentuk simbiosis yang
saling menopang bagi pembangunan dari Negara Indonesia secara komperehensif
dan menyeluruh.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat
tahun 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat, termasuk kesehatan gigi dan mulut bagi setiap anggota masyarakat.
Arahnya tak lain adalah terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal
melalui strategi pembangunan kesehatan agar tercipta masyarakat, bangsa
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan prilaku sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan, termasuk
pelayanan kesehatan gigi yang bermutu secara adil dan merata.
Pemahaman bagi masyarakat perlu disosialisasikan agar masyarakat
mengetahui secara mendasar bentuk-bentuk kelaianan dan penyimpangan dari
bentuk gigi. Gigi adalah harta yang sangat berharga, bagaimanapun manusia akan
sulit hidup jika tidak mempunyai gigi sebagai alat instrument untuk
menghancurkan makanan. Bentuk-bentuk gigi dalam perkembangannya ada yang
yang tidak sesuai dengan bentuk asli gigi itu sendiri sehingga mempengaruhi
fungsi dari gigi tersebut. Pengetahuan ini perlu menjadi kesadaran sehingga jika
ada kasus-kasus yang ditemukan dalam kehidupan dalam masyarakat, tidak terjadi
suatu salah pengertian dan salah pemahaman atas berbagai fenomena fungsi gigi.
Keterbelakangan dan keterbatasan informasi hal-hal yang kadang kecil
namun memberi efek yang sangat besar bagi sebagian masyarakat, sehingga
dampak dari semua itu akan memberi pengaruh pada derajat kesehatan masyarakat
secara menyeluruh.
2
BAB II
ANOMALI GIGI
A. Anomali gigi
adalah yang bentuknya menyimpang dari bentuk aslinya
Faktor-faktor yang menyebabkan anomali gigi adalah :
1. Faktor heriditer
2. Gangguan pada waktu pertumbuhan, perkembangan gigi
3. Gangguan metabolisme
umumnya dapat terjadi anomali gigi
1. Pada gigi tetap lebih banyak dari pada gigi susu
2. Pada gigi geligi atas lebih banyak dari pada gigi geligi bawah
3. “Anodontia” yaitu tidak ada benih gigi di dalam rahang ( ± 1 % - 2% dari
pada penduduk)
4. Kelebihan gigi atau supernumerary (exstra) tooth ( ± 1% - 2% dari pada
penduduk)
5. Perubahan bentuk/bentuk yang abnormal, jarang sekali terjadi.
6. Gigi kembar/fused anterior tooth
1. Anodontia
Anodontia ada dua macam :
1. Anodontia Lengkap: Anodontia lengkap kebanyakan disebabkan oleh
penyakit heriditer ( sex-linked generic trait ), hal ini jarang sekali terjadi.
2. Anodontia sebagian : Anodontia sebagian biasanya kongenital. Kehilangan
satu atau beberapa gigi di dalam rahang meskipun terbukti karena herediter
tetapi tendens untuk tidak ada gigi yang sama pada suatu keluarga sering
dijumpai.
Urutan gigi geligi yang anodontia :
1. Gigi pertama yang paling sering hilang ialah M3 tetap.
2. M3 atas lebih sering hilang dari pada M3 bawah.
3. Gigi kedua yang paling sering hilang ialah I2 atas tetap.
4. Kira-kira 1%-2% dari penduduk kehilangan satu atau kedua-duanya gigi I2
atas.
3
5. Gigi ketiga yang paling sering hilang ialah P2 bawah. Kira-kira 1% dari
penduduk kehilangan satu atau kedua-duanya P2 bawah.
6. I1 bawah, dapat kehilangan satu atau kedua-duanya gigi tersebut, bisa gigi
susu yang hilang atau gigi tetap.
2. Gigi lebih / supernumerary ( extra ) tooth
Gigi lebih dapat terjadi pada 0,3 %-3,8 % dari penduduk. Ditemukan pada gigi
tetap dan gigi susu, 90% terjadi pada rahang atas. Lokasinya pada daerah I1 atas
atau region M3 atas.
Penelitian dari 50 penderita dari usia 16 bulan s/d 17 tahun terjadi gigi lebih ada
dua macam :
1. Gigi lebih tunggal ( 20% )
2. Gigi lebih ganda: 14% dari gigi-gigi lebih adalah yang ganda, 80% darinya
terdapat pada bagian palatal/lingual dari lengkung gigi.
Macam-macamnya ialah :
1. Daerah Insisivus atas : mesiodens adalah gigi yang didapat antara gigi I1 atau
mesial dari kedua I1, gigi ini dapat :
terlihat dirongga mulut/erupsi
terpendam/tidak erupsi, sehingga terlihat diastema/ruangan di lengkung
gigi.
Mesiodens gigi tetap penduduk Caucasia 0,15-1,9%. Jarang sekali ditemukan
gigi lebih anatara I1 dan I2 atau anatara I2 dan C.
Kehadiran gigi lebih pada gigi geligi susu jarang sekali ( lebih kurang 0,5 % ).
Umumnya bila terdapat gigi lebih pada geligi susu ini ialah mesidens pada
garis media/midline mesiodens atau gigi lebih I2/supplemental lateral incisor.
2. Daerah molar ketiga : kehadiran gigi lebih distal dari M3 lebih sering di
rahang atas tetapi dapat juga di rahang bawah, yang sering disebut distomolar
atau paramolar.
Gigi lebih M4 jarang erupsi dalam rongga mulut, biasanya diketemukan
melalui Ro foto.
A = paramolar tuberkel pada molar ketiga bawah kiri
B = gigi paramolar dan distomolar tuberkel pada rahang yang sama
C = dostomolar tuberkel pada molar ketiga atas kanan.
4
3. Daerah premolar kedua bawah; tempat yang paling umum untuk gigi lebih
rahang bawah ialah region premolar kedua. Gigi lebih yang tampak pada
daerah ini biasanya menyerupai gigi premolar dalam bentuk dan ukuran.
BAB III
PERUBAHAN BENTUK PADA MORFOLOGI GIGI
A. Pembentukaan mahkota yang abnormal
1. Molar ketiga: M3 atas mempunyai bentuk mahkota yang paling bervariasi dari
seluruh gigi geligi tetap, kemudian M3 bawah. Perubahan bentuk dari mahkota
berbentuk pasak (peg shaped) sampai mahkota yang mempunyai cusp ganda,
bentuk mahkotanya seperti mahkota M1 atau M3.
2. I2 atas tetap: ggigi anterior yang paling umum mengalami anomali dalam
bentuk ialah I2 atas, berbentuk pasak (1-2% dari penduduk). Biasanya gigi
tersebut berbentuk konus, bagian servikal lebar dan mengecil ke arah insial.
Gigi I1 atas berbentuk pasak paling jarang diketemukan
3. Geminasi atau kembar: klinis terlihat sebagai gigi kembar atau dempet (fused
tooth), umumnya sering terlihat di daerah anterior. Geminasi adalah sebagian
akibat dari suatu benih gigi yang membelah, biasanya gigi tersebut
mempunyai satu akar dengan saluran satu akar, dan diketemukan pada kurang
lebih dari 1 % penduduk. Geminasi tampak lebih sering pada gigi susu dari
pada pada gigi tetap, pada region I dan P.
4. Fusion atau kembar dempet : klinis terlihat sama dengan geminasi, fusion dapat
lebih sering diketemukan pada gigi enterior dan sebagai akibat dari bersatunya
dua benih gigi. Biasanya gigi ini masing-masing mempunyai akar dan rongga
pulpa terpisah. Beda geminasi dan fusion dapat dilihat melalui Ro foto. Seperti
geminasi, fusion diketemukan pada 1% penduduk, kebanyakan pada gigi susu
dari pada gigi tetap dan pada rahang atas daripada rahang bawah. Terbentuk
karena adanya tekanan waktu pembentukan akar. Kebanyakan didapat fusion
dari gigi lebih dengan gigi yang berdekatan dengannya. Umpamanya: M3
bawah fusion dengan M4 bawah, I2 atas fusion dengan gigi lebih anterior dua
gigi P1 bawah fusion.
5. Gigi incisor = gigi Hutchinson`s ; sebabnya ialah penyakit syphilis congenital.
I atas dan bawah (susu/tetap), lebar pada bagian servikal, sempit pada bagian
insial dan tonjolan (notch) pada edge insial.
5
Gigi molar: gigi molar murbei
M1 : permukaan oklusalnya mempunyai tuberkel kecil-kecil ganda, dengan
cusp yang berkembangnya jelek, terlihat seperti buah murbei (mulberry
molars).
6. P2 bawah: occlusal morphologi gigi ini bervariasi dalam :
o Jumlah cusp lingual; dari satu sampai tiga cusp, sehingga bentuk groove
fossa berubah.
o Jumlah akar 2 (jarang sekali): 1 mesial dan 1 distal.
7. Cusp tambahan atau tubercle : setiap gigi bisa memperlihatkan penonjolan
enamel yang sering disebabkan oleh perkembangan hyperplasia setempat/
pertumbuhan sel-sel baru:
a. Enamel pearls: enamel bentuk bulat seperti mutiara pada daerah bifurkasi
gigi molar atas.
b. Taurudontia: gigi dengan ruang pulpa sangat panjang, tidak ada
pengecilan rongga pulpa pada daerah cemento-enamel junction. Jarang
terjadi, satu dari 1000 gigi tetap dan terlihat pada orang Indian Amerika
atau orang Eskimo.
c. Talon cusp : tonjolan kecil dari enamel pada daerah singulun dari anterior
atas dan bawah tetap disebut talon cusp. Seringkali cuspnya mempunyai
tanduk pulpa sehingga ro foto sering salah dengan gigi supernumerary
yang bersartu dengan gigi anterior atau dens in dente.
8. Variasi dalam ukuran
a. Microdontia/dwarfism (gigi cebol/kate) I2 atas dan M3 atas
b. macrodontia/gigantism (gigi I dan C)
bisa terjadi pada gigi tunggal, beberapa gigi atau seluruh gigi
9. Incisor atas bentuk sekop: bentuk ini bukan anomali sungguhan tetapi karena
kelainan biologis pada ras dimana anatomi bagian palatal, singulun dan
marginal ridge yang menonjol membentuk seperti sekop. Pada pengamatan
sangat sering pada gigi ras asian, Mongolian, Eskimo dan Indian amerika.
B. Pembentukan akar yang abnormal
1. Dilacerations : akar dan mahkota gigi yang sangat bengkok/distorsi, sering
membentuk sudut 45˚sampai lebih dari 90˚. Disebabkan karena luka
trauma atau kekurangan tempat untuk berkembang, seperti pada kasus M 3
bawah.
6
2. flexion : akar gigi yang bengkok kurang dari 90˚atau mutar.
3. Dens in dente : perkembangan anomali ini adalah akibat terselubungnya
organ enamel diantara mahkota gigi. Klinis terlihat sebagai tonjolan di
daerah cingulun gigi incisor. Paling sering terlihat pada gigi I2 atas, bisa
pada I 2 bawah.
Gambaran radio grafis dens in dente (gigi dalam gigi) terlihat sebagai
perpanjangan enamel dalam jumlah besar dalam dentin ukuran gigi
normal. Biasanya terlihat pada bagian 1/3 korona gigi tetapi dapat meluas
ke seluruh panjang akar. Terjadi dari 1 % sampai 5 % penduduk.
4. Concrescence: keadaan ini adalah fusion atau tumbuh jadi satu pada akar
gigi melalui jaringan sementum saja, biasanya menjadi satu setelah gigi
erupsi dalam rongga mulut, sering terjadi pada region tulang atas.
5. Segmented root: akar gigi terpisah menjadi dua bagian, diperkirakan akibat
luka traumatis waktu pembentukan akar.
6. Dwarfed root: gigi-gigi atas sering memperlihatkan mahkota gigi dengan
ukuran normal tetapi dengan akar yang pendek. Edge inisial biasanya
berpindah ke arah lingual seperti pada incisor bawah, keadaan ini sering
turun temurun. Pemisahan atau umumnya akar kerdil dapat disebabkan
bila seorang giginya mengalami pergerakan orthodontis.
7. Hipercemntosis: pembentukan jaringan sementum yang berlebihan sekitar
akar gigi setelah gigi erupsi, dapat disebabkan oleh trauma, gangguan
metabolisme, atau inpeksi periapikal.
8. Akar tambahan: biasanya terjadi pada gigi karena akarnya terbentuk
setelah individu lahir, mungkin disebabkan oleh trauma, gangguan
metabolisme atau tekanan. C dan P bawah dan M3. dilacerations dan
flexion sering memperlihatkan gigi dengan akar supernumerary atau
tambahan.
C. Anomali tambahan
Anomali tambahan cenderung mengenai seluruh gigi dari pada satu atau dua
gigi saja. Yang berhubungan dengan retensi dan mekanisme dan luka.
1. Enamel dysplasia: menguraikan mengenai perkembangan enamel yang
abnormal.
Enamel hypoplasia: adalah gangguan pada ameloblast ketika pembentukan
enamel matrik, sedangkan enamel hypocalcification adalah gangguan pada
waktu enamel matrik masak.
7
Sebab-sebab enamel dysplasia meliputi:
o Turun temurun, amelogenesis imoperfecta
o Sistemik: minuman, infeksi, kekurangan nutrisi
o Gangguan local: trauma, infeksi periapical
Biasanya bervariasi dalam warna: dari putih ke kuning dan coklat, dan atau
morpholgi; enamel berlubang, kasar.
a. Amelogenesis imperfecta: penyakit turunan yang mengenakan pada
pembentukan enamel pada gigi susu dan tetap. Kekurangan jaringan
enamel sebagian atau seluruhnya mengakibatkan mahkota yang
kasar, berwarna kuning sampai coklat, yang cenderung rusak resiko
tinggi.
b. Fluorosis : enamel berbintik-bintik sebagai akibat fluor yang
melampaui batas dalam air minum. Klinis terlihat semua gigi tetap
warnanya berubah dari putih kekuning/coklat bintik-bintik dan atau
perubahan morphologis enamel berubah jadi enamel berlubang-
lubang. Fluor terdapat pada air mineral sebabkan keadaan ini jauh
lebih besar (berlipat kali) dari pada fluor. 1 : 1 juta yang ditambahkan
di air minum untuk menurunkan kerusakan gigi.
c. High fever: enamel berbintik-bintik pada gigi tetap sering sebagai
akibat demam pada masa kanak-kanak dari penyakit campak
d. Focal hypomaturation: bintik-bintik putih setempat pada gigi ada
bagian 1/3 tengah mahkota gigi pada permukaan fasial,
lingual/palatal (sedangkan dekalfisikasi/permulaan karies terbentuk
1/3 aervikal mahkota gigi atau permukaan oklusal gigi posterior)
sebagai akibat trauma atau gangguan lain pada saat enamel matriks
masak.
2. Dentinal dysplasia: anomali dari dentin baik yang disebabkan oleh
turunan atau oleh penyakit/sistemis
a. Dentinogenesis imperfecta: klinis semua gigi susu/tetap berwarna
biru keabu-abuan sampai kuning, kadang-kadang bertukar warna.
Radiologist menunjukkan saluran akar dan ruang pulpa sebagian
atau sama sekali tidak ada. Gigi ini lemah karena kurang dukungan
8
dari jaringan dentin dibanding enamel displasia, dentin displasia 2
x lebih banyak, 1 : 8000.
b. Tetracycline stain: antibiotic tetracycline yang dimakan/diminum
oleh wanita hamil, kanak-kanak dapat melebur dalam dentin yang
berkembang. Warnanya tergantung dari dosis dan diminum pada
usia berapa, dari warna kuning sampai coklat abu-abu.
3. Gigi tidak erupsi: gigi terpendam adalah gigi yang gagal erupsi karena
kekurangan daya erupsi, rintangan mekanis, sering karena ukuran rahang
modern kecil. Paling sedikit 10% dari penduduk mempunyai gigi impaksi,
paling sering gigi C atas dan gigi M3.
4. Misplaced teeth: (transposisi) kadang-kadang benih gigi keluar dari
tempatnya sehingga gigi erupsi tidak pada tempatnya. Yang paling sering
gigi C atas (20 sampai 25 kasus), kemudian gigi C bawah.
5. Rotasi: anomali yang jarang, paling sering pada gigi P2 atas, kadang-
kadang I atas, P1 atau P2 atas. Gigi bisa berputar pada porosnya sampai
180˚
6. Reaksi dari luka:
a. Abrasi yaitu gigi aus karena mekanis
b. Erosi yaitu gigi aus karena chemis
c. Atrisi yaitu gi aus karena terpakai untuk mengunyah
d. Ankylosis yaitu gigi yang dapat erupsi tetapi tidak bisa beroklusi
dengan gigi antagonist. Ankylosis dapat dimulai dari satu infeksi
atau trauma jaringan periodontal. Gigi M2 bawahsering gagal
erupsi ketika rahang tumbuh, jarak 2 – 2mm dari oklusi.
7. Unusual dentition : gigi geligi yang paling tidak menurut kebiasaan
dengans eluruhnya/sebagian erupsi: 24 gigi pada rahang atas.
8. Variasi: beberapa gigi molar bawah mempunyai cusp lebih. Bila cusp lebih
letaknya antar cusp lingual tuberculum intermedian.
Bila cusp lebih letaknya pada marginal ridge distal antar cusp distal dan
cusp distolingual disebut tuberculum sextum.
9
BAB IV
BERBAGAI KELAINAN GIGI
A. Bentuk Kelainan
Kelainan yang berhubungan dengan besarnya gigi
Macrodontia: gigi yang lebih besar dari normal
Microdontia: gigi yang lebih kecil dari normal
Kelainan yang berhubungan dengan jumlah
Supernumerary teeth: jumlah gigi yang berlebihan, sedangkan ukuran
bentuknya sama dengan normal
Accessory : gigi yang berlebihan dan bentuknya tidak normal
Anodontia: tidak adanya benih gigi, bisa dijumpai pada gigi permanent
maupun pada gigi decidue, ada adontia partialis (sebagian), dan adontia totals
(keseluruhan)
Agenenis : tidak terbentuknya satu gigi
Kelainan yang bertentangan dengan bentuk gigi
Geminatet teeth : akar gigi kembar yang terjadi bila dua gigi yang sama
menjadi satu, biasanya mempunyai 1 radix, 1 pulpa, dan 2 korona
Fused : 2 gigi menjadi satu, dapat terjadi hanya pada korona atau radix saja
atau terjadi pada kedua-duanya
Hutchinnsons: di bagian tengah dari bagian incisal edge terdapat lekukan (gigi
incivus)
Murberry: terdapat banyak tonjolan pada mahkota gigi molar.
B. Kerusakan Jaringan gigi
Kerusakan gigi dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Non bacterial; trauma karena kecelakaan, terbentur benda-benda keras,
terpukul. Semua penjelasan di atas dapat menyebabkan gigi patah, dan
menimbulkan kerusakan pada bagian-bagian gigi.
Kerusakan dapat terjadi pada :
Email gigi
Email gigi dan sebagian dentin
Gigi patah/pecah sehingga pulpanya kelihatan
10
Akar gigi patah tapi gigi masih ditempatnya
Sebagian ulang alveolus patah dan gigi keluar dari tempatnya
Teratment (perawatan) pada gigi yang mengalami kerusakan di atas dilakukan:
Pada gigi depan estetik jelek bila fraktur masih memungkinkan
penambahan. Dilakukan penambahan tumpatan tetapi bila sudah tidak
memungkinkan dilakukan pemasangan jekcket crown
Dilakukan pemasangan jacket crown
Ada kemungkinan, dicabut-----bila gigi tidak memungkinkan dirawat.
Dipertahankan---dengan jalan devitalisasi---din crown (dipasak)
Diextract
2. Bacterial
Kerusakan yang diakibatkan oleh bakteri/ hasil-hasil kerja bakteri. Kerusakan
ini lazim disebut karies dentis.
1. Karies gigi : suatu proses kerusakan struktur gigi yang kronis dan ditandai
dengan demineralisasi bagian-bagian organic dan kerusakan bagian
organiknya.
Banyak pendapat mengenai asal-usul terjadinya karies gigi. Dan banyak teori
yang timbul tentang hal ini . teori yang banyak dianut adalah teori asidoganik
dan teori proteolitik
Teori asidogenik dikembangkan oleh Miller yang disbeut “ Miller`s chemico
parasiter teory”. Teori ini didasarkan pada peranan asam yang dihasilkan dari
makanan yang dihancurkan bakteri (baktery acidophyllus). Asam ini
menghancurkan lapisan gigi yang paling keras (email). Kalau lapisan yang
paling keras ini hancur, maka dengan mudah gigi menjadi rusak (terbentuk
caries)
Teori proteolitik. Teori ini mengatakan bahwa bagian dari struktur gigi yang
disebut dengan bagian organic (email) memainkan peranan yang sangat
penting. Menurut teori ini maka kerusakan gigi dimulai dari bagian gigi yang
mengandung bahan organik. Kalau bahan-bahan ini sudah hancur, kemudian
diikuti oleh bagian gigi yang mengandung bahan anorganik (dentin)
11
BAB VI
PENUTUP
Pemahaman dan pengetahuan arti pentingnya atas kesehatan gigi sebagai
bagian dari program kesehatan masyarakat tidak dapat dilepaskan dengan konsep
pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan di Indonesia. Jika masyarakat
selalu memperhatikan kesehatan diri dan kesehatan gigi secara khusus akan ada
imbas timbal balik yang langsung dinikmati oleh masyarakat itu sendiri.
Upaya mengetahui akan anomali dan berbagai penyimpangan gigi adalah
tanggungjawab pemerintah dan aparat yang terkait, dalam hal ini adalah ilmuan
dan pakar yang mengetahui akan berbagai kelainan fungsi gigi akibat dari
kelainan struktur gigi itu sendiri. Hal ini penting bahwa mengetahui secara dini
juga memberi efek yang positif akan penjagaan kesehatan secara menyeluruh bagi
masyarakat.
12
Daftar Kepustakaan
Andreas Adiatmaka. 1993. Pedoman Penyelenggaraan Upaya Pelayanan
Kesehatan Gigi di Puskesmas. Jakarta : Direktorat Kesehatan
Gigi, Departemen Kesehatan RI Dirjen Pelay Medik.
Andreas Adiatmaka. 1995. Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut, Ibu
Hamil, Ibu Menyusui, Balita dan Anak Prasekolah Secara
Terpadu di Rumah Sakit Umum dan Puskesmas. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Andreas Adiatmaka. 1996. Petunjuk Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Keluarga, Seri Ibu Hamil dan Anak Balita. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Internet: www. Yahoo. Com. --- (Penyuluhan kesehatan masyarakat)
Itjingningsih. 1991. Anatomi Gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Naydial Roesdal. 2000. Pedoman Rujukan Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI Dirjen Pelay Medik,
Direktorat Pelayanan Kesehatan Gigi.
13