Datar Isi
Tsunami
Berita Bencana
Ozon
Demonstrasi
Kembara Lautan
Datanglah ke Bengkalis
Tanjung Jati
Erosi Menyerang Kali
NyanyianAnak Nelayan
Hutan Bakau
Narkoba
Balada Anak Nelayan
Doa di Tengah Bencana
Hutan Kita
Hutan Terbakar
Seorang Pengemis Datang padaku
Burung Beo
Surat dari Seorang Anak Nelayan
O, Manusia Sadarlah
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
1
Buanglah Gairah pada Satwa
Gelandangan Pulang ke Desa
Doa Seorang Guru pada Murid-muridnya
Kita adalah Orang Perkasa
Tengah Malam
Dalam Bus Kota
Seorang Pencuri di Rumah Sang Sufi
Burung Punai
Pulanglah ke Desa
Tangisan Roh
Lihatlah, Kawan
Bocah Penjaja Koran
Hatiku Bertanya
Rapat di Negeri Beradat
Ulang Tahun
Orang yang Terlupakan
Telah Kuubah
Pengamen
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
2
Kata Pengantar
Berkat pertolongan Tuhan, akhirnya naskah
kumpulan puisi ini dapat diselesaikan, sehingga dapat
diikutsertakan pada Sayembara Penulisan Naskah Buku
Pengayaan jenis Fiksi (Puisi) yang dilaksanakan oleh Pusat
Perbukuan Depdiknas tahun 2007 ini.
Dalam naskah ini terdapat sejumlah puisi dengan
berbagai tema. Mudah-mudahan dapat menambah
pengayaan imajinasi, etika, iman, akhlak, dan kualitas
rohani dan jasmani para siswa.
Terima kasih penulis sampaikan kepada panitia
sayembara yang telah memberi informasi tentang
pelaksanaan sayembara, dan atas diikutkannya naskah ini
pada sayembara.
Penulis,
Mohd. Nasir, S. Pd.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
3
Tsunami
hari itu
sampai hari ini
adalah hari cucuran air mata
saat tsunami
meluluhlantakkan
ratusan ribu jiwa
ratusan ribu manusia
tak tahu entah di mana kuburnya
ratusan ribu manusia
tak tahu entah di mana suaminya
ratusan ribu manusia
tak tahu entah di mana istri dan anak-anaknya
ratusan ribu manusia
tak tahu entah di mana ibu bapanya
ratusan ribu manusia
tak tahu entah di mana saudara-saudaranya
di mana?
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
4
lihatlah!
di sini
di mata ini
masih ada genangan air mata
air mata ratusan ribu ibu-ibu
yang hilang anak dan suaminya
air mata ratusan ribu bapak-bapak
yang hilang anak dan istrinya
air mata ratusan ribu anak-anak
yang hilang ibu bapanya
air mata ratusan ribu saudara-saudaraku
yang hilang saudaranya
hari itu
hingga hari ini
adalah hari cucuran air mata
saat tsunami
merenggut ratusan ribu
jiwa manusia
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
5
Berita Bencana
tiap malam
televisi seluruh dunia
kabarkan bencana menimpa
di mana-mana
ada gunung diam melepas dendam
ada lahar panas menyerang ganas
ada kali mati merendam negeri
tiap hari
radio-radio berpidato
siarkan banjir melanda kota
ditelannya harta jiwa
diterjangnya sawah dan desa
cucuran air mata mengalir
bersama banjir ke muara
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
6
tiap pagi
koran di mana-mana
angkat berita
banjir melanda dunia
gempa mengguncang negeri
tzunami menelan kota kami
tak tahu entah
salah siapa
mungkin salah
dan dosa kita
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
7
Ozon
ah, siapakah
yang merobek-rebek ozon
yang nyemburkan muntah hitam ke angkasa
tu lihatlah!
muka langit lebam
muram
bumi kita terpanggang bara api
rerumputan menyeru hujan
satwa tekak menggelegak
di planit ini
temperatur tak lagi teratur
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
8
orang-orang Eropa
tuding kita
kata mereka
sebab hutan-hutan kita yang terpanggang
orang-orang kita bilang
Eropa kirim karbonmonoksida
lewat cerobong-cerobong raksasa
yang bikin mereka kaya raya
tapi bakal bencana merata
tiap hari
ozon dijilat lidah hitam
yang menjulur ke angkasa
hari-hari kita
makin hampir ke matahari
terasa ajal bersama
mendekati kita
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
9
Demonstrasitiap hari ada aksi demonstrasi
demonstrasi buruh pada perusahaan
demonstrasi karyawan pada atasan
demonstrsi mahasiwa pada anggota dewan
demonstrasi pelajar sebab tak lulus ujian
demonstrasi ibu-ibu minta hak disamakan
orang desa demonstrasi ke kota
tinggalkan sawah dan huma
tinggalkan anak dan istrinya
kaum buruh demonstrasi berhari-hari
tinggalkan kewajiban yang hakiki
mahasiswa demonstrasi di mana-mana
tinggal ilmu dan praktik kerja nyata
pelajar demonstrasi mengikuti selera
tinggalkan sekolah dan pelajarannya
kaum ibu demonstrasi di jalan jalan raya
tinggalkan suami dan bayinya yang meronta-ronta
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
10
demonstrasi ada di mana-mana
di kota-kota dan di desa-desa
di jalan-jalan dan di perusahaan-perusahaan
di pemerintahan dan di dewan
di kampus di sekolahan
entah murni
atau palsu belaka
entahlah!
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
11
Kembara Lautan
ayolah
berangkatlah
tunggu apa lagi
naikkan sauh
kembangkan layar
jangan palingkan muka
bila gelombang mengejarmu
berpantanglah surut sebelum sampai tujuan
kita adalah kembara lautan
yang akan menjelajahi samudera demi samudera
kita jangan mau kalah oleh Columbus
yang menemukan Amerika
yang menemukan San Salvador
yang menemukan Pesto Rico
kita juga jangan mau kalah oleh Abel Tasman
yang menemukan Tasmania
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
12
kita adalah orang-orang laut
datang dari seberang laut
berdarah seasin laut
ingatlah!
moyang kita
tak gentar oleh badai
tak takut dihadang gelombang
laut bagi mereka
taman dan teman bermain
ayolah
kita jelajahi samudera demi samudera
tunggu apa lagi
jangan pernah takut
sebab orang-orang-orang takut
semakin dekat
dengan maut
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
13
Datanglah ke Bengkalis
datanglah ke Bengkalis!
ke kota Terubuk peninggalan Datuk Laksamana
kalian kami sambut dengan zapin,
dengan pantun,
dan dengan puisi
kami bawakan tepak sirih
dan tarian persembahan
kami perlihatkan laut kami yang tenang
dan kota kami yang damai
datanglah ke Bengkalis!
kalian akan lihat hijaunya bakau
manisnya seyuman dedara
ramahnya tetua desa
datanglah ke Bengkalis!
kota Terubuk peninggalan Datuk Laksamana
di sini hati kalian berbunga damai
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
14
Tanjung Jati
Tanjung Jati tak lagi
singgah di hati
kapal dan aneka perahu
melaju
tak ada lambaian dan ucapan salam
tak ada lagi petuah dan serapah
sebab telah diganti dengan taburan polusi
hingga terubuk di tanjung ini pergi membawa hati
kini Tanjung Jati jadi
kisah misteri
ia tak lagi tanjung membawa
untung
bukan lagi tanjung tempat
bersenandung
konon, di di Tanjung
Jati
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
15
ada tunggul jati timbul sekali-
sekali
dikelilingi terubuk menari-nari
menunggu uluran hati
dari penduduk negeri
Tanjung Jati kini tak lagi
singgah di hati
sebab terubuk terpuruk di teluk
tak dapat dijaring dan ditangguk
sebab kapal dan perahui lewat di sini
tiap hari menabur polusi
terubuk mabuk
Tanjung Jati
jadi misteri
dari ulah diri
orang-orang yang tak peduli
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
16
Erosi Menyerang Kali
mati kali diserang erosi
ia jadi sarang
segala sarang
sarang lumpur kikisan hujan
sarang tumpukan ulah daratan
sarang ulah kebiadaban
di mana-mana
mati kali diserang erosi
di mana-mana
mati kali dihadang polusi
di mana-mana
erosi jiwa ada di kali
di mana-mana
polusi hati ada di kali
ah, jangan biarkan!
nanti kali membenamkan kita
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
17
nanti kali meracuni kita
nanti kali menyumpahi kita
sebab matinya tanpa dosa
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
18
Nyanyian Anak Nelayan
oh, adiku!
cepatlah engkau besar
nanti bila tulang-tulangmu sudah kokoh bagai tiang layar
kita arungi samudera
kita tundukkan gelombang
kita ucapkan selamat datang pada badai
adikku, lihatlah!
nun di tepi langit sana
ada rahasia hidup kita
orang-orang jauh di sana
menyelam dan kabarkan pada kita
mungkin ada dusta di mulut mereka
oh. adikku
bapa kita berlayar hanya sejauh pandang mata
tak tahu dia ada istana raja
yang menyimpan berjuta ton mutiara
di dasar laut kita
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
19
wahai, adikku!
rahasia laut menanti kita
tersenumlah
nanti
kita salami semua
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
20
Hutan Bakau
kenapa hati tak risau
sebab bakau penjaga pulau
ditebang jadi arang
dibawa ke tanah seberang
hutan bakau menjaga pulau
ditangkisnya abrasi meneyerang tebing
hingga pulau tak tergegau
dan tebing tak runsing
di sela-sela akarnya menjalar lokan mendapat
makan
kepiting dan udang bersarang
hidupnya bagi di istana
oi!
jangan tebangi bakau!
biarkan tumbuh memulau
tidakkah kau risau
bila ombak memakan pulau?
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
21
Narkoba
tak kutahu
entah apa yang bertakhta di jiwa
yang bikin anak muda
melahap narkoba
berpesta pora
meracuni raga dan jiwa
lihatlah!
mereka menari-nari
bersuka ria
memuja-muja narkoba
perusak jiwa
lihatlah! mereka bernyanyi
sesuka hati
hingga lupa diri
wahai, anak muda
tinggalkan narkoba
perusak raga dan jiwa
Balada Anak Nelayan-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
22
seorang anak nelayan
tak kusebut namanya
tinggalnya di kepulauan
yang terkepung gelombang lautan
ia bagai Nain yang hitam masa depan
sebab laut tak lagi jadi harapan
Dengan mengunci semua mimpi
yang bertahta di jiwa
ia tanggalkan seragam sekolah
berangkat ia ke laut karena rasa kasihnya pada bapanya
seba ia tahu lelaki tua itu
tak kuat daya bermain gelombang
Dengan sekuat tenaga dikayuhnya perahu
di pundaknya rendah matahari menyapu ubun-ubuhnya
terasa benar betapa berat beban bapanya
tahulah pula berat derita di depan mata
ada angin berembus dari kota
bertiup ke dalam jiwanya
ada elusan bulan purnama-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
23
ada sorak berderai di telinga
ada panggilan kota menggema di jiwa
maka di matanya lautan makin hitam
dengan tersenyum disindirnya lautan yang mengunci
mimpinya
dalam angannya bayangan kota menggelora
dengan uraian tangis bundanya
berangkat ia mengarungi mimpi kota bergelora
dimakinya lautan yang menutupi mimpinya
dengan sejuta mimpi mulai ia mereguk pahit kota
tak peduli ditelannya jua
bulan berganti tahun berjalan jua
anak nelayan itu kegelapan di tengah kota bercahaya
tak dirasanya harum bunga dan semerbak wangi kota
sedang ingin kembali berpaut dengan laut
malu telah menguasai jiwa
sebab pada langkah pertama
dari mulutnya melompat bencinya pada laut
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
24
kini anak nelayan itu
hidup dari jalan ke jalan
dari jembatan ke jembatan
elusan bulan purnama kota di jiwa
hanya angan kosong yang merasuk sukma
sebab tak tahan didera derita
anak nelayan itu pulang ke pangkuan bundanya
dibuangnya angan yang bertahta di jiwa
ia kembali berpaut dengan laut
Doa di Tengah Bencana
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
25
ya, Tuhan!
gunung-gunung api
telah muntahkan laharnya
sungai-sungai mabuk dan menggila
laut-laut mengamuk dan hamburkan gelombangnya
angin topan dan badai
membantai
lihatlah!
rumah-rumah kami
terbawa banjir
kampung-kampung kami
hilang rupa
apakah dosa kami, o, Tuhan?
Tuhan
tak sanggup kami menghitung bencana yang menimpa
ampuni dosa kami
jika tangan kami salah mengukir dunia
jika dosa kami sumber bencana
ampunkanlah ya, Tuhan.
o, Tuhan Yang Maha Perkasa
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
26
kuatkanlah hati kami
jadikanlah bangsa dan negera kami
bangsa dan negara yang makmur
bangsa dan negara yang aman
bangsa dan negara yang damai
o, Tuhan Yang Maha Pemurah!
berilah limpahan rahmat-Mu
agar kami dapat menatap masa depan kami
dengan penuh harapan
tanpa pertolongan-Mu
kami tak mampu buat apa-apa
maka
perkenankanlah doa kami!
lepaskanlah kami
deri bencana demi bencana
Hutan Kita
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
27
hutan kita ada di
mana-mana
di Kalimantan dan di Irian
di Sulawesi dan Sumatera
ada juga di Singapura dan Amerika
tapi di luar negeri
telah jadi triplek dan barang jadi
sayang yang tersisa di sini
jadi asap hitam,
yang dikirim ke
angkasa
hutan kita
musim kemarau
bikin hati risau
entah sebab apa dan dari
mana
api menjalar di mana-mana
dilahapnya hutan belukar
hutan kita napas hidup kita
tapi orang tanpa rasa duka-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
28
menyulut api membakar
hutan
membawa kapak-
kapak raksasa
merambah
hutan tanpa sisa
alam dihadang
derita
hutan kita
kehidupan kita
sayangilah!
sebab bila telah tiada
hidup kita diancam derita
alam murkai kita
Hutan Terbakar
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
29
tiap hari langit berdarah
tertusuk jeritan hutan terbakar
lidah mentari menjuntai
menjilat pucuk-pucuk rimba
api pun marak dalam rimba diam
dalam api mengebu
orang-orang panik
binatang terpekik
menghitam tulangnya
asap hitam terbang ke langit
dunia penuh abu
orang-orang saling tuding
dan membuka dada
hutan-hutan kita terbakar
entah dibakar
yang pasti hati kita terbakar
lebih panas dari lidah api
tapi kita hanya mengurut dada
sedangkan api tetap menyala
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
30
Seorang Pengemis Datang Padaku
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
31
seorang pengemis
datang padaku
berbaju kusam
bercelana setengah kaki
dengan tangan gemetar diulurkannya tangan
“Dik, minta sedekah!”
tanpa Tanya
kuulurkan seribu rupiah
sisa jajan pulang sekolah
diraihnya dengan senyum malu
esoknya pengemis itu datang lagi
kuberi lagi
sisa jajan setiap hari
kuberi lagi
keberi lagi
sampai aku tak ingat
entah berapa puluh kali
suatu hari kutanyakan padanya
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
32
“Bapak datang dari mana?”
ia diam
telunjukknya
mengarah kea rah jauh
aku tahu
ia adalah kaum urban
yang datang dari desa nestapa
kini
terlunta-lunta
hari ini
pengemis itu tak datang lagi
kucari ia
di terminal
di pasar
di simpang-simpang
di mana-mana
tak kutemukan
kudengar berita
pengemis mati
di kolong jembatan
sejak itu-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
33
pengemis itu tak datang lagi
tapi puluhan pengemis baru
telah hadir
di kotaku
mereka dari desa nestapa
tapi kita
hanya bilang
itu salah mereka
Burung Beo-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
34
seekor burung beo
dengan berbunga di jiwa
pulang ke kampung halamannya
selamat ia dari bengis kandang
yang mengekang sukmanya
dengan riang
dan rindu bergelora
terbang ia dari pohon ke pohon
dekecupnya bunga hutan
yang dirindukannya
bagai kecupan bunda
pada anaknya
ia berseru sekuat sura
kabarkan kepulangannya
satwa di rimba
sembunyikan diri
burung beo tak tahu
apa salahnya
tanpa sakit hati -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
35
tanpa rasa benci
burung beo ucapkan salam
dan selamat berjumpa
semua satwa
merinding bulunya
burung beo iba
tak tahu dosa apa dibawanya
burung beo terpaku
dikenangnya
kisah panjang hidupnya
akhirnya ia tahu sebabnya
mulutnya kini
bersuara manusia
ngucapkan kata “awas kau!”
tiruan ucapan
ajaran tuannya mengusir pencuri
patutlah semua satwa
takut padanya
burung beo terbang sendiri
tanpa suara dan nyanyi
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
36
Surat dari Seorang Anak Nelayan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
37
Apa kabar, Ayah?
Masih kuatkan darah ayah berselimut angin malam di
lautan
Masih kokohkan tulang ayah mendayung perahu ke tengah
lautan
Masih setiakan perahu tua membawa ayah mencari nafkah
Di sini anakmu masih menimba ilmu
Cari bekal masa depan
Sebab anakmu tahu
Tak selamanya perahu berpacu bersama waktu yang
kian melaju
Yah, bagaimana kabar ibu
Masih tersenyumnkah ia menyambut Ayah
Atau beliau terisak sebab tak tahan menahan
iba
Karena ayah pulang hampa
Yah, doakan anakmu semoga kembali membawa ilmu
Agar perahu tua itu tak lagi memaksakan diri
Agar lautan itu jadi kehidupan sepanjang zaman-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
38
O, Manusia Sadarlah
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
39
o, manusia sadarlah!
Tuhan telah menyapamu dengan segala kitab
mengingatmu dengan banjir
dengan letusan gunung api
dengan gempa dan tsunami
dengan semburan Lumpur Lapindo
dan dengan bencana demi bencana
o, manusia sadarlah!
Tuhan begitu sayang padamu
dia berikan mata air sumber kehidupan
dia sebarkan udara di mana-mana
dia ciptakan aneka tumbuhan dan jutaan makanan
o, manusia sadarlah!
Tuhan amat kasih padamu
jalankan perintah-Nya
jauhi semua larangang-Nya
Buanglah Gairah pada Satwa
buanglah gairah pada satwa
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
40
simpan senapanmu dan jangan berburu lagi
tidakkah kau tahu
kini hutan kita hampa nyanyian burung
sebab burung terbang entah ke mana
bukan terbang dan hinggap di hati kita
buanglah gairah pada satwa
tidakkah pilu hatimu
melihat seekor burung menggelepar
karena tertembus peluru senapanmu
tidakkah bergetar jiwamu
saat sebilah pisau setajam mata silet
kau gosokkan dilihermu
jika kau tahu pedihnya menghadap ajal
maka buanglah gairahmu pada satwa
biarkanlah satwa bermain
dan bercanda ria di hutan belantara
Gelandangan Pulang ke Desa
dingin benar malam ini, dik!
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
41
bagikan selimutmu padaku
esok bila mentari sudah merah jingga
kau tarik dan pakai sendiri
hidup kita dari jalan ke jalan
dari jembatan ke
jembatan
adalah ulah
kita
karena
angan
bertakhta di
jiwa
pandanglah, dik orang-orang di sana!
matahari memburu mereka
tapi kita di sini
hanya menyesali diri
dulu, ketika kuajak kau ke
kota
kau tersenyum
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
42
bagai bulan
purnama
tanganmu terbayang menggapai bintang
ayolah, dik!
kita pulang ke desa
buang rasa malu dan angan yang bergelora
di jiwa
tumbuhkanlah harapan
di desa
kita takkan jadi
gelandangan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
43
Doa Seorang Guru pada Murid-muridnya
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
44
Ya, Tuhan!
Engkau Maha Tahu
apa yang ada di dada ini
Engkau Maha Tahu
apa yang ada di hati ini
Engkau Maha Tahu
apa yang ada di jiwa ini
tak ada yang lain
selain rasa kasih kami
pada murid-murid kami
jadikanlah
ya, Tuhan!
perjuangan kami
mendidik murid-murid kami ini
seperti yang ada dalam harap kami
harap kami
agar mereka jadi orang-orang yang berguna
bagi nusa bangsa dan agama-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
45
harap kami
agar mereka jadi orang-orang yang tak lupa diri
harap kami
agar mereka jadi orang-orang berhati mulia
harap kami
agar mereka senantiasa patuh pada semua perintah-Mu
harap kami
agar mereka
mengerjakan semua perintah-Mu
ya, Tuhan
ampuni kami!
jika karena salah kami
murid-murid kami
jadi orang-orang yang sombong pada-Mu
jika karena salah kami
murid-murid kami
jadi orang-orang yang hitam masa depannya-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
46
jika karena salah kami
murid-murid kami
jadi orang-orang yang hari-hari
menoreh-noreh luka
jika karena salah kami
murid-murid kami
jadi orang-orang yang harus berada di pundak orang lain
ya, Tuhan!
tak ada rasa benci
dan sakit hati kami
hingga kami ukir mereka
jadi lukisan kelabu
tak ada rasa iri
dan sakit hati kami
hingga kami berikan mereka
jalan menuju neraka
ya, Tuhan!-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
47
semua atas kuasa-Mu
maka
harap dan pinta kami
jadikanlah murid-murid kami
jadi orang-orang yang Engkau ridhoi
Amin!
Kita adalah Orang Perkasakepada anak-anak bangsa
kita adalah orang-orang perkasa
yang pantang menyerah
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
48
bukankan telah kita arungi samudera dengan
perahu
hingga kita sampai di pulau ini?
bukankah telah kita lumpuhkan serdadu berpeluru mesiu
yang ingin menaklukkan kita
dengan bambu dan anak panah?
bukankah telah kita pahat batu-batu jadi bukti sejarah?
bangkitlah!
acungkan tangan dan mari kita kepung pulau-pulau ini
agar tak satu pun yang berani menjamah
tunjukkan pada dunia
bahwa kita adalah bangsa yang bermarwah
jangan kita mudah menyerah
dan mengaku kalah
kita adalah orang-orang perkasa-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
49
yang pantang menyerah
Tengah Malam
di atas sajadah ini
tengah malam ini-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
50
saat satwa sunyi
saat orang-orang di selimuti dingin malam
kuletakkan sujud terakhir
terasa Tuhan di ujung kepalaku
tak sanggup aku menatap-Nya
saat itu sadar aku
betapa hinanya aku
dihadapan-Nya
di atas sajah ini
tak kuasa aku
mengucapkan kata-kata
selain menyebut-nyebut nama Tuhan
nama yang kurindui
sepanjang waktu
meski kadang kulupakan juga Dia
dalam hari-hari siangku
di atas sajadah ini
tengah malam ini-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
51
kuhampiri Tuhan
dengan jiwa
dan sanubari
Dalam Bus Kota
dalam bus kota yang sesak
seorang perempuan tua pingsan
sebab tak tahan oleh aneka wewangian
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
52
sebab tak tahan oleh ulah
penumpang
sebab tak tahan oleh pengab
dan bahang
seorang penumpang berteriak, “Sopir, ada penumpang
pingsan!”
bus tetap melaju, tambah melaju
dengan wajah panik sopir mencapkan gas
sebab harus tiba sepuluh menit lagi
di terminal
sedang jarak masih sepuluh
kilometer
penumpang itu berteriak lagi:
Sopir, berhenti. Ada penumpang pingsan!
sopir menoleh ke belakang, tapi bus semakin
kencang
penumpang yang
pingsan itu terkulai
dalam himpitan orang
bus sampai ke tujuan-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
53
perempuan tua itu telah mati
Seorang Pencuri di Rumah Sufi
tengah malam
seorang pencuri
masuk ke rumah seorang sufi
tentu tanpa salam
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
54
dan mengetuk pintu
sang Sufi terjaga
sebab tiba waktu tahajudnya
pencuri kaget dan mau melompat lewat jendela
+ ambil sajalah apa yang kau mau di rumah ini!.
semua bukan milikku
kata Sang Sufi
tanpa rasa cemas dan bimbang
- aku bukan mau mencuri
bibirnya pencuri itu bergetar
sang Sufi berkata lagi:
+ ambillah seberapa kau mau!
pencuri itu malu
dan tertunduk di depan Sang Sufi
- kenapa Tuan suruh aku mengambil harta Tuan?
+ sebab aku tahu
kedatanganmu untuk mencuri
pencuri menggigil
dan memuncak malu
dipeluknya Sang Sufi dan berkata terbata-bata:
- tuan, ajari aku mengenal Tuhan!
selama ini Tuhanku adalah harta-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
55
+ ambil dulu apa yang kamu mau!
- kini yang ku mau Tuhan.
+ pulanglah!
Dia ada dalam tubuhmu
dan juga tubuhku.
Burung Punai
dulu ketika bocah
kulihat sekawanan burung punai
bercengkerama di dahan srikayu berbuah
mereka bernyanyi bagai paduan suara berserunai
tak kutahu lagu apa yang dinyanyikan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
56
tapi iramanya merdu pertanda sukmanya
riang
kemarin kucari di sisa-sisa hutan di belakang rumah
karena aku rindu merdu nyanyiannya
tak kutemukan
kucari di pohon-pohon srikayu berbuah
tampak ada seekor punai, muram
kutatap dan kunantikan nyanyiannya
tapi saat ranting kering terpijak
berderak
punai terbang bagai serdadu kalah
perang
dan sejak itu ia tak datang
lagi lagi
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
57
Pulanglah ke Desa
orang cerdik orang
pandai di kota
yang dulu lahir di desa
bukalah safari dan tanggalkan dasi
pulang dan tengok-tengoklah kami di desa
taburkanlah senyuman di sawah dan di huma
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
58
orang cerdik orang pandai di kota
pulanglah ke desa
tapi, jangan silaukan kami dengan acungan
rupiah
dan bila pulang jangan jinjing kebun dan
sawah ke kota
orang cerdik orang pandai di kota
yang dulu lahir di desa
bukalah safari dan tanggalkan dasi
bantulah kami membangun desa
agar kami bisa tersenyum
sepanjang hari
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
59
Tangisan Roh
milyaran tahun lalu
aku berada
di tempat yang kini aku lupa
bagai kapas putih
menghadap pada Yang Maha Putih
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
60
milyaran kami sunyi
tak ada tangisan bayi malam hari
tak ada perang bagai di Teluk Persi
tak ada ucapan kasar dan caci maki
semua bersujud dan bertasbih pada Yang Maha Suci
waktu mulai memburu
kami pergi satu satu
mencari tempat yang dituju
aku dibawa sang waktu
dan aku pun pergi
bagai mereka pergi
kucari jua tempat yang kutuju
kulihat
ada dua pasangan insan
berpaut kasih
aku nyelinap lewat percikan kasih bersama
tak lama
sembilan bulan sembilan hari aku
aku pun mengirup amisnya bau dunia
aku bersama sang waktu-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
61
kuhirup dan kureguk nafsu dunia
kukejar dunia ke mana-mana
ke Amerika
ke Eropa
ke Etopia
ke mana-mana saja
sampai aku lupa
semua
waktu memburu aku
aku terus bermain dengan dunia
aku lelah mengejar dunia
semakin kukejar
semakin kencang larinya
aku lelah mencari dunia
semakin kudapat
semakin banyak kurangnya
dan akhirnya aku menyerah
sebab rangkaku termat lelah
kini waktuku sudah nol-nol
kutinggalkan rangka
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
62
tak berdaya
aku kembali
ke tempat yang dulu aku lupa
seperti kembalinya milyaran yang kembali
tapi kembali tak lagi
bagai kapas putih
lihatlah! T
ubuhku penuh coretan hitam dunia
lihatlah!
tubuhku hitam legam
kusam
bau amis dunia
lihatlah!
malunya aku pada yang Maha Putih
tapi harus kembali
ke tempat yang dulu aku lupa
seperti milyaran yang kembali
di tempat ini
aku menangis pada Yang Maha Putih
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
63
seperti milyaran yang lain menangis
di tempat ini
aku menyesal pada Yang Maha Kekal
seperti milyaran yang lain menyesal
tapi tangisku
dan tangis milyaran yang lain
tangisan sia-sia
tangisan penyesalan
yang tak lagi
berguna
Lihatlah, Kawan
lihatlah ,kawan
mesranya
semut beriringan
tak jemu mengulur
salam
tak pernah ada sakit hati dan
rasa dendam
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
64
lihatlah
, kawan!
binatang di
hutan
hidup rukun dan aman
tak ada rasa benci dan sakit
hati
tak pernah bermusuhan sejak mula
zaman
lihatlah
, kawan!
pepohonan di
rimba sana
lain sejenis dan lain
keturunan
tumbuh rukun berdampingan
wahai,
kawan!
tidakkah kita
malu
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
65
pada binatang dan
pepohonan
bila kita hidup bermusuhan
Bocah Penjaja Koran
pagi-pagi ketika matahari redupkan cahaya neon di jalanan
ia telah mengayun langkah
memangku berita suka dan duka
ditawarkannya ke mana-mana
pada siapa saja
“Koran. Pak! Ada berita hangat. Berita anak sekolah tak
lulus ujian.
Berita Lumpur Lapindo. Berita Abu Dujana tertangkap.”
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
66
seorang bapak membuka kaca mata
mengintip bocah dari kelamnya kaca mobil hitam
lalu dikeluarkannya dua ujung jari
minta koran
dan selembar uang pas
diulurkannya
tanpa ucapan terima
kasih
mobil pun
melaju
bocah penjaja koran itu melangkah lagi
mengacungkan koran tinggi-tinggi
meneriakkan berita suka dan duka
tapi bukan berita tentang hidupnya
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
67
Hatiku Bertanya
hatiku bertanya
kenapa kini
orang-orang garang
lekas meradang
mudahnya main parang
sedikit terluka
jadi perang-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
68
kadang merinding bulu romaku:
sang anak yang diasuh
disayangi
dikasihi ibunya
tega-teganya
menghabiskan nyawa
orang yang melahirkan
dan membesarkannya
sang ibu tega-teganya
menutup usia anaknya
sang istri karena sakit hati
diam-diam gantung diri
atau menusuk belati pada suami
sang suami tanpa rasa iba
melepaskan peluru
ke dada sang istri
sesama saudara
gara-gara sebidang tanah
darah jadi tumpah
tetangga karena suara televisi
datang menyerang dengan caci maki
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
69
hatiku bertanya
iblis apa yang kini
datang ke dunia
begitu hebatnya meracuni manusia
iblis mana
yang masuk ke jiwa manusia
yang mengikis habis
rasa kasih dalam jiwa
hatiku bertanya
takkah kita sadar
bahwa kita ini manusia?
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
70
Rapat di Negeri Beradat
dalam sebuah rapat
orang mengeluarkan pendapat
katanya mencari kata sepakat
tapi rapat di negeri yang tak beradat
pendapat siapa yang hebat
otot siapa yang kuat
rapat-rapat di negeri yang tak beradat
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
71
semakin kita lihat
dalam rapat para pejabat
karena sangat gawat
rapat harus istirahat
di negeri kami yang sangat beradat
rapat-rapat memang mengeluarkan pendapat
tak ada caci maki atau ucapan laknat
sebab kami semua bersahabat
selesai rapat kami saling berjabat
sebab kami orang-orang beradat
Ulang Tahun
gembiranya aku
saat ulang tahunku
dirayakan dipakaikan baju baru
kawan-kawan datang memelukku
memberi kado isinya aku tak tahu
tapi yang pasti aku senang dan terharu
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
72
di dapur ibu menyiapkan
hidangan untuk tamu
dari pagi bekerja dan tak sempat ganti
baju
saat ia datang menciumku
bau menyengat masuk ke hidungku
acara mulai kami menyanyikan lagu
tentu lagu untukku
lagu panjang umur dan sehat selalu
tak sepotong kata pun untuk ibu
kini aku terharu
kenapa tak ada ucapan dan doa untuk ibu
padahal hari itu ibu berjuang melawan maut
karena aku
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
73
Orang yang Terlupakan
nun jauh di dusun
di kaki-kaki bukit
dalam kepungan belantara
petani menabur benih
memetik buah
di kirim ke kota
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
74
orang kota
melahap ranumnya semangka
tapi kadang lupa
dari mana asalnya
lupa tetes peluh siapa
yang menyuburkannya
kaum petani pahlawan terlupakan
tanpa mereka
orang kota kosong perutnya
sebab kertas dan tinta
tak bisa
bikin apa-apa
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
75
Telah Kuubah
laut yang kau berikan padaku
jangan lagi kau sebut laut
sebab
telah kuubah
jadi daratan
jadi taman
jadi istana berkilauan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
76
gunung
yang kau berikan padaku
jangan lagi kau sebut gunung
sebab
telah kuubah
jadi kalung
jadi selaksa gedung
sejuta satwa
tinggal di sana
bersama manusia
angin
yang kau berikan padaku
jangan lagi kau sebut angin
sebab telah kuubah
jadi dingin
jadi ingin
aku dan beribu beringin
bermain bersama angin
duhai!
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
77
Pengamen
seorang pengamen datang membawa lagu ceria
tanpa panggung dan gedung menjual suara
mengharap recehan dari rasa iba
mereka orang-orang pinggiran
yang menyimpan rasa malu
dalam perutnya yang lapang
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
78
mereka datang ke mana saja
ke rumah makan
dalam bis
atau ke rumah tuan dan puan
jangan lepas anjing galak
bila mereka beridir di pintu pagar rumah tuan
mereka sama seperti kita
punya rasa
seorang pengamen nyanyikan lagu
lagu sedih dan pilu
lagu-lagu hidupnya
di pentas dunia
mereka tak perlu jempol
dalam perut mereka yang lapang
pujian tak pernah ada di hati
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
79
BIOGRAFI PENULIS
Mohd. Nasir, S. Pd.
Putra Riau, lahir 5 Juli
1960. Pendidikan
terakhir S1 Program
Studi Bahasa dan Sastra
Indonesia FKIP UT
tahun 2000. Mulai -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
80
bertugas sebagai guru di SMP Negeri 2 Bengkalis pada
tahun 1983. Pada tahun 2000 diangkat menjadi Kepala
SMP Negeri 2 Sungai Apit. Pada bulan Mei tahun 2002
pindah ke SMA Negeri 3 Bengkalis. Kemudian bulan
Agustus pada tahun yang sama diangkat menjadi Kepala
SMP Negeri 3 Bengkalis hingga sekarang.
Selain menjadi guru dan menjabat sebagai Kepala
Sekolah juga sering menulis di berbagai media masa
terbitan Pekanbaru, Medan, Padang, dan Jakarta. Media-
media yang pernah menerbitkan karya antara lain: Genta,
Warta karya, Riau Pos, majalah Prestasi (Pekanbaru),
Singgalang (Padang), Taruna baru, Dobrak (Medan), Suara
Medeka (Jakarta).
Di samping menulis di media masa sering juga
mengikuti berbagai sayembara menulis, baik tingkat
Kabupaten, Provinsi, maupun tingkat Nasional. Prestasi
yang pernah diperoleh dalam mengikuti sayembara menulis
antara lain:
1. Tahun 1991, juara III Lomba Karya Tulis tentang
Hidup Lingkungan untuk guru se-Kabupaten
Bengkalis.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
81
2. Tahun 1992, juara II Lomba Karya Tulis tentang
Lingkungan Hidup untuk guru se-Provinsi Riau.
3. Tahun 1993, juara I tingkat Provinsi, dan juara
harapan I tingkat Nasional dalam Sayembara
Penulisan Naskah Buku Bacaan.
4. Tahun 1994, juara I tingkat Provinsi dan juara
harapan II tingkat Nasional dalam Sayembara
Penulisan Buku Fiksi.
5. Tahun 1995 juara I tingkat Provinsi dalam
Sayembara Penulisan Naskah Buku Bacaan Fiksi.
6. Tahun 1995 juara I Lomba Karya Tulis tentang
Lingkungan Hidup untuk guru se-Kabupaten
bengkalis.
7. Tahun 1996 juara I Sayembara Penulisan Naskah
Buku Bacaan Fiksi.
8. Tahun 1997 juara I Sayembara Penulisan Naskah
Buku Bacaan Fiksi.
9. Tahun 1997 juara I Lomba Karya Tulis tentang
Lingkungan Hidup untuk guru se-Kabupaten
Bengkalis.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
82
10. Tahun 1998 juara I Sayembara Penulisan Naskah
Buku Bacaan Fiksi dan juara harapan II tingkat
Nasional.
11. Tahun 2000 juara III tingkat Nasional Sayembara
Penulisan Naskah Buku Bacaan Fiksi.
12. Tahun 2002 juara harapan I tingkat Nasional
sayembara penulisan naskah Buku Bacaan Fiksi.
13. Tahun 2002 juara I tingkat Provinsi dalam
Sayembara Penulisan Naskah Buku Cerita Rakyat.
14. Tahun 2002 pemenang penulis cerpen terbaik 16
tingkat Nasional dalam Sayembara Penulisan
Cerita Pendek.
Buku-buku hasil karya yang sudah diterbitkan;
1. Tiga Bersaudara, diterbitkan oleh Penerbit Analisa
Yogyakarta, tahun 2000.
2. Tragedi Rimba Jirat Panjang, diterbitkan oleh
Yayasan Pusaka Riau Pekanbaru, tahun 2002
3. Jerat Kota, diterbitkan oleh Yayasan Pusaka Riau
Pekanbaru, tahun 2003.-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
83
4. Orang Aneh, diterbitkan oleh CV Mahkota
Pekanbaru, tahun 2003.
5. Terbang Malam (buku kumpulan cerpen bersama),
diterbitkan oleh Harian Pagi Riau Pos Pekanbaru,
tahun 2003.
6. Trauma Jepang, diterbitkan oleh CV Hikayat,
Jakarta, tahun 2004, kemudian pada tahun 2006
diterbitkan kembali oleh CV Hikayat Yogyakarta.
7. Purnama di Atas Kapuas (buku kumpulan cerpen
bersama ) diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan
Perpustakaan Depdiknas Jakarta, tahun 2004.
8. Mencari Jejak yang Hilang, diterbitkan oleh
Yayasan Pusaka Riau Pekanbaru, tahun 2005.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tsunami (Kumpulan Puisi)
84