daftar isi bab i pendahuluan bab ii deskripsi...
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 2
B. Maksud dan Tujuan 5
C. Sasaran 6
D. Dasar Hukum 8
E. Ruang Lingkup 13
F. Batasan Pengertian 15
BAB II DESKRIPSI KAWASAN 20
A. Risalah Wilayah KPHL Unit V Provinsi Aceh 21
B. Potensi Wilayah KPHL Unit V Provinsi Aceh 43
C. Data dan Informasi Sosial Budaya 47
D. Informasi Pemanfaatan Hutan 59
E. Posisi KPHL Unit V Provinsi Aceh dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah
61
F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan 69
BAB III VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN 74
A. Kebijakan Kementerian Kehutanan 74
B. Kebijakan Pemerintah Aceh 74
C. Kebijakan KPHL Unit V Provinsi Aceh 75
D. Capaian-Capaian yang Diharapkan 76
E. Bentuk Kegiatan Tiap Misi 77
F. Hubungan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi 79
G. Hubungan Tujuan, Program/Kegiatan, Sasaran dan Indikator 79
BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI
A. Analisis dan Proyeksi Core Business 103
B. Analisis Hasil Hutan Bukan Kayu 104
C. Analisis Kelayakan Usaha 114
D. Skema Lembaga Pengelola Core Business 127
BAB V RENCANA KEGIATAN 128
A. Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutan 129
B. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu 157
C. Pemberdayaan masyarakat. 164
D. Pembinaan dan pemantauan (Controlling) pada areal KPH yang telah ada ijin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan
171
E. Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin 173
F. Pembinaan dan pemantauan (Controlling) pelaksanaan 182
rehabilitaasi dan reklamasi pada areal yang sudah ada ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan
G. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam 183
H. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin
194
I. Koordinasi dan sinergi dengan Instansi dan Pemangku terkait 198
J. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM 198
K. Penyediaan pendanaan. 204
L. Pengembangan database 206
M. Rasionalisasi wilayah kelola. 209
N. Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali) 209
O. Pengembangan investasi 211
BAB VI PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN 213
A. Pembinaan 216
B. Pengawasan 219
C. Pengendalian 223
BAB VII PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN 227
A. Pemantauan 229
B. Evaluasi 231
C. Pelaporan 232
BAB VIII PENUTUP 239
1
EXECUTIVE SUMMARY
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka PanjangKPHL Unit V Provinsi Aceh Tahun 2016-2025
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHLUnitV Provinsi Aceh 2016-2025
- 2 -
EXECUTIVE SUMMARY
1. PENDAHULUAN Pembentukan Organisasi Kelembagaan KPH merupakan Prioritas
Pembangunan Nasional dalam Inpres Nomor 3 tahun 2010 dan diperkuat Permendagri No. 61/2010 yang mengamanatkan bentuk organisasi KPHP yang sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah, ditetapkan dengan Peraturan Daerah, dan bertanggung jawab kepada Gubernur atau Bupati/ Walikota melalui Sekretaris Daerah. Maksud Penyusunan RPH-JP KPHL Unit V Aceh adalah untuk menyediakan dokumen rencana pengelolaan hutan jangka panjang, yang mengarahkan penyelengaraan pengelolaan hutan untuk mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari pada wilayah KPHL Unit V Aceh dalam kurun waktu 10 tahun untuk periode 2016-2025 dan memberikan arahan bagi para pihak yang berkepentingan dalam pembangunan kehutanan di wilayah KPHL Unit V Aceh. visi KPHL Unit V Aceh Tahun 2025 adalah Menjadi KPH Profesional Pengelola Hutan Lestari Untuk Kesejahteraan Masyarakat
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada KPHL Unit V Aceh, bertujuan untuk (1) Terwujudnya penataan batas kawasan hutan sesuai fungsi dan peruntukannya serta penataan batas areal kerja pengelolaan, (2) Terbangunnya kerjasama pemanfaatan hasil hutan dan jasa lingkungan baik dengan masyarakat melalui kelompok tani dan koperasi maupun dengan perusahaan serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hasil hutan dan jasa lingkungan, (3) Terwujudnya keamanan kawasan hutan yang tercermin melalui menurunnya tingkat ancaman dan gangguan terhadap kerusakan hutan, (4) Terwujudnya kelestarian wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) melalui kegiatan rehabilitasi, (5) Terpenuhinya kuantitas sumberdaya manusia pengelola yang tangguh, berkualitas, berdedikasi tinggi dan profesional dalam pengelolaan dan pelestarian hutan (6) Terbangunnya penguatan kelembagaan KPH dari tingkat administrator sampai dengan tingkat tapak.
2. DESKRIPSI WILAYAH
KPHL Unit V Provinsi Aceh meliputi beberapa wilayah administrasi, yakni: Kabupaten Aceh Barat Daya (20,5%), Kabupaten Aceh Tengah (3,4%), Kabupaten Nagan Raya (18,9%), Kabupaten Gayo Lues (57,2%). KPHL Unit V meliputi Kelompok DAS, yaitu: Batee (17,7%), Muling (5,63%), Singkil (3,23%) , Susoh (2,74%), Tadu (1,54%) dan Tripa (69,16%).
KPHL Unit V Provinsi Aceh berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : SK.103/MenLHK-II/2015, tanggal 2 April 2015 luasan KPHL unit V menjadi 289.956,38 hektar dengan rincian: Kawasan Hutan Lindung, seluas kurang lebih 243.109,43 hektar, kawasan Hutan Produksi Tetap, seluas kurang lebih 4.950,21 hektar dan kawasan Hutan Produksi Terbatas 41.981,46 hektar. Hutan Lindung di wilayah KPHL Unit V menempati 83,8%.
Untuk pengelolaan yang lebih efisien, wilayah kerja di KPHL Unit V Aceh, dibagi menjadi 4 (empat) wilayah Bagian KPH yang penetapannya berbasis
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHLUnitV Provinsi Aceh 2016-2025
- 3 -
wilayah Administrasi, yaitu: BKPH Blangpidie, Alue Bilie, Rikit Gaib dan Terangun. Kemudian masing-masing BKPH dibagi lagi menjadi Resort KPH; yang secara keseluruhan menjadi 9 (sembilan) RPH, yaitu: RPH Babah Rot, Tangan-tangan, Beutong Bawah, Seumayam, Blang Jerango, Blangkejeren, Tongra dan Tripe Jaya.
Berdasarkan peta arahan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN), sebagian besar kawasan hutan di KPHL Unit V Aceh diarahkan untuk pemanfaatan karbon stok (80,15%), diikuti oleh pemanfaatan skala kecil (4,31%). Selain itu pada RKTN 2011 - 2030, juga terdapat seluas 1,49% areal KPHL Unit V Aceh yang diarahkan untuk areal konservasi. Mengingat wilayah kerja pada KPHL Unit V Aceh sebagian besar, yaitu 83% merupakan hutan lindung, wilayah tersebut dibagi menjadi 4 (empat) blok kerja di luar kawasan yang dibebani ijin, yaitu: HL inti, HL pemanfaatan, HP Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan HHBK serta HP pemberdayaan masyarakat. Pembagian blok kerja tersebar merata pada masing-masing wilayah BKPH, terutama Blok Hutan Lindung Inti dan Hutan Lindung Pemanfaatan. Blok Pemanfaatan, Jasa Lingkungan dan HHBK hanya terdapat di BKPH yang berada di Kabupaten Gayo Lues, yaitu: BKPH Rikit Gaib dan Terangon.
Jumlah Penduduk di KPH Unit V Provinsi Aceh pada tahun 2013 adalah 168,514 jiwa yang terdiri dari 83,644 jiwa laki-laki dan 84, 870 jiwa perempuan, dengan sex ratio adalah 95,88%. Jumlah Penduduk terbanyak berada di Kabupaten Aceh Barat Daya, yaitu 79.501 jiwa (47,18%), diikuti oleh Kabupaten Gayo Lues denan 70.072 jiwa (45,14%), Kabapaten Aceh Tengah 7.211 jiwa (4.28%) dan Kabupaten Nagan Raya 5.730 jiwa (3,40%). Walaupun wilayah KPH V 56,90% berada di Kabupaten Gayo Lues, namun jumlah penduduk terbanyak justru berada di Kabupaten Aceh Barat Daya yang memiliki area sekitar 20,46%. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan penduduk di Kabupaten Aceh Barat Daya terhadap KPH V perlu mendapat perhatian yang lebih serius. Jika menilik kepada kecamatan maka jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Blangkejeren (15,12%), diikuti oleh Blangpidie (12,59%), Kuala Batee (11,12%) dan Babahrot (10,30%), sementara kecamatan lainnya berada dibawah 10%.
3. ANALISIS DAN PROYEKSI
Prioritas kegiatan pada pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu di dalam wilayah KPHL Unit V Aceh direncanakan pada pengembangan 9 (sembilan) core business di wilayah-wilayah blok yang telah ditentukan. Pengembangan usaha tersebut adalah Pengelolaan dan Pengembangan Hutan Tanaman Pinus. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Getah Pinus, Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Minyak Sereh Wangi, Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Rotan, Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Jernang, Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Aren, Pengelolaan Jasa Lingkungan dan Ekowisata Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Pala, Pengelolaan dan Pengembangan Penangkaran Satwaliar (Tabel 1).
4. RENCANA KEGIATAN
Perencanaan Program dan Kegiatan KPHL Unit V Aceh mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun 2010 - 2014, Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) Tahun 2011 2030. Berdasarkan hal tersebut ditetapkan Visi Misi KPHL Unit V Aceh untuk tahun 2016 - 2025 untuk selanjutnya dijabarkan dalam bentuk kegiatan - kegiatan guna mencapai tujuan KPHL Unit V
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHLUnitV Provinsi Aceh 2016-2025
- 4 -
Aceh yang ditetapkan hingga tahun 2025. Target kegiatan inventarisasi berkala ini menyebar pada keempat Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) di KPHL Unit V Aceh, yang mencakup 4 (empat) blok pengelolaan yaitu : Blok Hutan Lindung Inti, Hutan Lindung Pemanfaatan, Hutan Produksi Pemanfaatan, jasa lingkungan dan HHBK serta Hutan Produksi Pemberdayaan Masyarakat. Untuk melaksanakan program-program kerja terdapat beberapa kegiatan strategis yang perlu dilakukan dalam pemanfaatan wilayah tertentu pada KPHL Unit V Aceh Periode 2016 2025 (Tabel 2).
Tabel 1 Prioritas Kegiatan Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu di
KPHL Unit V Aceh
No Jenis Usaha Blok Lokasi/ Kab/kota
Luas (Ha)
Tahun Pelaksanan Arahan Pencapaian
1 Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Hutan Alam Pinus
HL pemanfaatan HP/HPT pemanfaatan
Gayo Lues
Tahun 1-10 (Usaha Hutan Alam Pinus
- Terbentuknya Usaha dan Kelembagaan Pengelola Hutan Tanaman Pinus
- Terbangun usaha hutan tanaman pinus untuk mendukung bahan baku indutsri produk pengolahan pinus
2. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Getah Pinus
HL pemanfaatan HP/HPT pemanfaatan Jasling dan HHBK HPT Pemberdayaan
Gayo Lues
Tahun 1-10 (Usaha Getah Tanaman Pinus
- Terbentuknya Usaha dan Kelembagaan Pengelola Getah Pinus
- Terbangun usaha pengolahan getah pinus untuk mendukung bahan baku indutsri
3. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Rotan
HL pemanfaatan
Gayo Lues, Aceh Tengah. Abdya dan Nagan Raya
Tahun 1 Prioritas 1
- Terbentuknya Usaha Pengelolaan rotan
-Terbangun usaha tanaman rotan untuk mendukung bahan baku industri produk pengolahan rotan
4. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Minyak Sereh Wangi
HP/HPT pemanfaatan Jasling dan HHBK HPT pember
Gayo Lues
Tahun 1 Prioritas 1
- Terbangunnya usaha tanaman sereh wangi untuk mendukung keberlanjutan pengadaan bahan baku industri
-Terbangun usaha pengolahan/penyul
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHLUnitV Provinsi Aceh 2016-2025
- 5 -
dayaan ingan minyak atsiri dari sereh wangi dengan bahan bakar selain kayu pinus
- Terbentuknya hutan tanaman jenis kayu lain sebagai pengganti kayu pinus untuk bahan bakar penyulingan
5. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Jernang
HL pemanfaatan
Gayo Lues, Abdya
- Terbentuknya Usaha Pengelolaan Jernang -Terbangunnya usaha tanaman jernang untuk mendukung keberlanjutan pengadaan bahan baku industri
6. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Aren
Gayo Lues
Terbentuknya Usaha Pengolahan aren dan koperasi petani
7. Pengelolaan Jasa Lingkungan dan Ekowisata
HL pemanfaatan HP/HPT pemanfaatan Jasling HPT Pemberdayaan
Gayo Lues, Abdya dan Nagan Raya
-Terbentuknya Lembaga Pengelola Ekowisata berbasis masyarakat
8. Pengelolaan dan pengembangan Pala
Abdya Terbentuknya Usaha Pengolahan pala dan koperasi petani
9.
Pengelolaan dan Pengembangan Penangkaran Satwaliar
HL pemanfaatan HP/HPT pemanfaatan Jasling dan HHBK
-Terbentuknya petani penangkar satwaliar. - Terbangunnya unit pemasaran hasil penangkaran.
Tabel 2 Rekapitulasi Rencana Kegiatan Strategis Pemanfaatan Pada
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHLUnitV Provinsi Aceh 2016-2025
- 6 -
Wilayah Tertentu KPHL Unit V Aceh dan Target Capaiannya
No Uraian Kegiatan Target pencapaian
1 Inventarisasi hutan pada wilayah tertentu Tahun I
Diperoleh data potensi baik kayu maupun non kayu Diketahuinya penyebaran kelas diameter berbagai jenis
tegakan komersil dan non komersil. 3 Penataan hutan dan
penetapan areal kelola pemanfaatan wilayah tertentu KPHL UNIT V ACEH Tahun II
Ditetapkannya batas dan luas areal pemanfaatan, blok, petak dan anak petak pada areal pemanfaatan wilayah tertentu yang dikelola KPHL unit V ACEH
Berdasarkan Hasil inventarisasi dan penataan tersebut dapat dilakukan pengaturan hasil berdasarkan etat luas dan berdasarkan etat volume
2. Prakondisi KPHL UNIT V PROVINSI ACEH menerapkan pola Pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU) Tahun I
Penunjukan KPHL Unit V Aceh mengelola wilayah tertentu oleh Menteri
Penetapan KPHL UNIT V ACEH sebagai lembaga yang menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD ) oleh Gubernur
4 Pembuatan Buisiness plan dan Penentuan kelas perusahaan (KP)
Tersusunnya Buku Buiiness plan dan Master plan Terbentuknya kelas perusahaan HHK , HHBK , JASLING
5. Oprasionalisasi Pengusahaan Hutan Alam Tahun I
Terlaksananya kegiatan Pengusahaan Hutan Alam pada areal wilayah tertentu
Terbangunnya kemitraan dan kerjasama dengan investor dan atau masyarakat dalam kegiatan Pengusahaan Hutan
Tersusunnnya buku Renstra Buisiness Tersusunnya RKT/bagan kerja Terbentuknya Operasionalisasi produksi dan pemasaran.
6 Operasionalisasi Usaha Ekowisata dan penangkaran satwaliar (Rusa) Tahun I
Terlaksananya penangkaran rusa berbasis wisata dan kuliner
Terlaksananya kegiatan Usaha eko wisata alam terbuka Terbangunya kerjasama dengan investor yang tertarik sebagai mitra pada pengusahaan ekowisata tersebut.
Tersusunnya desain atau rancangan bangunan serta tata letak prasarana dan sarana pendukung ekowisata
Adanya mekanisme pengelolaan wisata yang jelas dengan pihak investor (apabila usaha tersebut dilakukan dengan kerjasamaan kemitraan)
7 Operasionalisasi Usaha
Jasa Lingkungan Tahun I
- Terlaksananya kegiatan usaha Jasling berbasis penjualan karbon pada hutan lindung
- Terlaksananya PLT Mikrohidro
5. PEMBINAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Kendala yang biasa dihadapi adalah terbatasnya kapasitas sumberdaya
manusia KPH, kurangnya sosialisasi pembangunan KPH, koordinasi antar instansi terkait dengan pembangunan KPH belum optimal maka perlu adanya pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap tim yang ditugaskan. Terbentuknya KPHL Unit V Aceh, merupakan jawaban dari kebijakan pemerintah melalui PP 44 tahun 2004 pasal 32, yang menyatakan bahwa pada wilayah pengelolaan hutan dibentuk institusi pengelola yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi perencanaan pengelolaan, pengorganisasian, pelaksanaan pengelolaan, pengawasan dan pengendalian.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHLUnitV Provinsi Aceh 2016-2025
- 7 -
Kepala KPH Wilayah V Provinsi Aceh wajib melaksanakan pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan pengelolaan hutan yang dilakukan oleh pemegang izin seperti izin pemanfaatan hutan, izin penggunaan kawasan hutan, pelaksanaan rehabilitasi hutan, pelaksanaan reklamasi hutan di wilayah KPHnya dan wajib melaporkan setiap 3 (tiga) bulan kepada menteri dengan tembusan kepada gubernur dan bupati/walikota. Disamping itu kepala KPH Wilayah V Provinsi Aceh juga berkewajiban melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap kegiatan sebagaimana tugas pokok dan fungsi dari organisasi KPH.
6. EVALUASI MONITORING DAN PELAPOARAN
Sistem monitoring dan evaluasi dalam wilayah pengelolaan hutan dalam suatu wadah KPH merupakan salah satu komponen utama dalam system pemantauan dan pengendalian. Sistem pemantauan dan pengendalian itu sendiri merupakan suatu perangkat system yeng bertugas untuk membangkitkan dan menyediakan informasi sehingga data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk memberikan umpan balik sehingga seluruh dinamika system manajemen dapat dijaga pada status dan kondisi yang diinginkan.
System monitoring dan evaluasi akan mencakup; (i) Seluruh tingkat (level) dan perangkat organisasi, (ii) input, proses dan output yang dilaksanakan oleh KPH (iii) fungsi fungsi yang dijalankan KPH.Evaluasi ditujukan untuk membuat justifikasi terhadap rencana yang dibuat, pencapaian tujuan dan pelaksanaan rencana serta dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan maupun kinerja manajemen dilingkup KPH sendiri. 7. KESIMPULAN
Berdasarkan kondisi biofisik, ekologi, sosial, budaya dan potensi wilayah KPHL Unit V Aceh maka analisis dan proyeksi core business, analisis hasil hutan bukan kayu (HHBK), analisis kelayakan usaha, dan skema lembaga pengelola core bussines telah dirancang untuk KPHL Unit V. Komoditi yang menjadi unggulan dan yang sudah dikembangkan pada wilayah KPHL Unit V Aceh adalah Getah Pinus, Aren, Minyak Atsiri (Sereh Wangi), Rotan, Jernang, Pala, perdagangan karbon, dan wisata.
Rencana kegiatan KPH V dibagi dalam dua tahap utama yaitu Rencana kegiatan penyiapan prakondisi operasional KPH, yang menyangkut Rencana penyiapan sarana prasarana, Rencana pemantapan kawasan dan areal kerja, Rencana pelengkapan data dan informasi, Rencana pelengkapan kelembagaan dan Rencana penyusunan business model dan business plan. Tahap selanjutnya adalah Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang yang meliputi rencana inventarisasi berkala, Rencana pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu dimulai dengan penetapan kelas perusahaan; pemanfaatan hasil pembangunan kelas perusahaan, Rencana pemberdayaan masyarakat pola kemitraan dalam kelas perusahaan dan rencana pengelolaaan jasa lingkungan.
Keberhasilan dalam pengelolaan KPHL unit V Aceh sangat didukung oleh koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait yaitu: Dinas Kehutanan, Diskoperindag, Distambang, Bappeda, Sekda, Kepala Desa/tokoh masyarakat, LSM setempat, BPKH, BP2HP, BPDAS, BKSDA, Balitbanghut, RAKI. Selain itu harus didukung juga dengan adanya SOP komunikasi, FGD untuk
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHLUnitV Provinsi Aceh 2016-2025
- 8 -
penyiapan dan sosialisasi RKT; FGD untuk situasi eksternalitas (kebakaran hutan dll).
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Sasaran
D. Dasar Hukum
E. Ruang Lingkup
F. Batasan Pengertian
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 2 -
A. Latar Belakang
Sumberdaya hutan merupakan kekayaan alam yang harus dikelola
sebaik-baiknya dan dimanfaatkan secara lestari untuk mendukung kehidupan
dan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
hutan diarahkan agar tidak mengurangi fungsinya bagi perlindungan ekosistem
dan sebagai penyangga bagi kehidupan manusia, sekaligus fungsi sosial
sekaligus ekonomi untuk kehidupan masyarakat yang lebih bermartabat. Agar
pengelolaan hutan terselenggara secara optimal dan lestari, diperlukan
Rencana Pengelolaan Hutan yang terarah dan terukur sehingga tujuan utama
pengelolaan sumberdaya hutan dapat terwujud.
Rencana pengelolaan hutan diharapkan mencakup tiga fungsi pokok
sumberdaya hutan yaitu sebagai fungsi lindung, fungsi produksi dan fungsi
sosial. Hutan sebagai fungsi lindung dimaksudkan untuk menjaga
keseimbangan ekologi seperti kestabilan tanah, tata air dan tata udara. Hutan
sebagai fungsi produksi memiliki dimensi ekonomi yang berkaitan dengan
peningkatan pendapatan daerah/negara; sedangkan fungsi sosial hutan adalah
sebagai sumber mata pencaharian dan pemenuhan kebutuhan akan kayu dan
non kayu bagi masyarakat sekitar hutan dan sekaligus sebagai perlindungan
dari bencana.
Berkenaan dengan fungsi pokoknya, maka pengelolaan sumberdaya
hutan pada akhirnya bermuara pada upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa baik di dalam maupun di sekitar kawasan hutan, dengan tetap
mempertahankan karakteristiknya sebagai fungsi konservasi dan perlindungan
bagi keseimbangan ekologi baik untuk kepentingan jangka pendek maupun
jangka panjang. Untuk itu, pembangunan kehutanan harus diselenggarakan
berdasarkan azas manfaat dan lestari, kerakyatan, kebersamaan, keterbukaan
dan keterpaduan dengan tujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
I. PENDAHULUAN
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 3 -
yang berkeadilan dan berkelanjutan, sebagaimana diamanahkan dalam
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
Salah satu bentuk konkrit kebijakan yang diinisiasi oleh pemerintah pusat
melalui Kementerian Kehutanan adalah kebijakan mengenai pembentukan
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sebagai sebuah wilayah pengelolaan
hutan di tingkat tapak. Melalui Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007 jo
Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2008, pemerintah mengamanatkan
pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan yang bertujuan untuk mewujudkan
pengelolaan hutan secara lestari. KPH yang dibangun merupakan kesatuan
pengelolaan hutan terkecil sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat
dikelola secara efisien dan lestari. Diharapkan pembentukan KPH dapat
mendorong terwujudnya kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat, serta
sekaligus mengakomodir tuntutan dan kepentingan pemerintah daerah.
Munculnya Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah merubah tatanan yang ada, karena Undang-Undang tersebut
menyatakan bahwa urusan pengelolaan hutan menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. Hal ini akan menyebabkan rentang
kendali yang lebih jauh antara hutan dan pengelolanya dan dikhawatirkan tidak
efektif dalam pengelolaan hutan. Namun demikian, disisi lain pemerintah justru
ingin menjadikan KPH sebagai unit pengelolaan terkecil yang mandiri sehingga
dapat mengelola hutan lebih efektif dan efisien. Kelembagaan KPH semakin
menguat dengan terbitnya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang menempatkan KPH dibawah Direktorat
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (khusus KPHL); Direktorat Jenderal
Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung. Sementara untuk
KPHP dan KPHK mempunyai struktur organisasi tersendiri.
Landasan filosofis dibangunnya KPH sebenarnya adalah pengelolaan
hutan di tingkat tapak, karena munculnya permasalahan kehutanan
dikarenakan ketiadaan pengelola di tingkat tapak, sehingga masyarakat
mengganggap hutan sebagai kawasan tak bertuan. Untuk menghadirkan
pengelolaan hutan di tingkat tapak diperlukan unit pengelolaan yang efektif dan
efisien.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 4 -
Untuk mewujudkan pengelolaan hutan yang efisiensi dan efektif, perlu
pemisahan peran administrator/regulator dan peran operator dalam
pengelolaan hutan. Selama ini Kementerian Kehutanan dan Dinas Kehutanan
melaksanakan peran admnistrator/regulator sekaligus sebagai operator. Peran
administrator/regulator dan operator perlu pemisahan yang jelas, terpisah, tidak
tumpang tindih dan transparan. Pemerintah sebagai penyelenggara Negara
perlu memisahkan fungsi regulator/administrator dan fungsi operator, terutama
untuk kegiatan-kegiatan yang menguasai hajat hidup orang banyak, agar
regulator tidak bertindak sebagai operator dan sebaliknya operator bertindak
sebagai regulator. Pengelolaan hutan termasuk kegiatan yang menguasai hajat
hidup orang banyak, karena hutan mempunyai fungsi ekologis, sosial dan
ekonomis. Fungsi admnistrator/regulator dilakukan oleh Dinas Kehutanan,
sedangkan fungsi operator oleh KPH (Ekawati, 2014)
Upaya operasionalisasi KPH di Provinsi Aceh telah dilakukan dengan
ditetapkannya 7 (tujuh) KPH tingkat provinsi yang pembentukannya berbasis
pada Daerah Aliran Sungai; yaitu: KPH wilayah I, II, III, IV, V dan VI, serta KPH
Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan. KPHL Unit V Aceh merupakan
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) meliputi Kelompok DAS, yaitu:
Batee, Muling, Singkil, Susoh, Tadu dan Tripa. ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : 941/Menhut-II/2013
tanggal 23 Desember 2013, dengan menimbang / berdasarkan ketentuan
Pasal 3 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan
yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008, bahwa
seluruh kawasan hutan terbagi dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor 932/Menhut-II/2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang penetapan
wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Propinsi Aceh, luas KPHL unit V Aceh
adalah 295.053 hektar. Kemudian dengan terbitnya SK Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor : 103/MenLHK-II/2015 tanggal 2 April 2015 yang
merupakan perubahan atas keputusan Menteri Menteri Kehutanan Nomor:
865/Menhut-II/2014 tanggal 29 September 2014 tentang Kawasan Hutan dan
Konservasi Perairan Provinsi Aceh, maka luas wilayah KPHL Unit V Provinsi
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 5 -
Aceh menjadi kurang lebih 289.956,4 ha yang meliputi: hutan lindung seluas
243.230 hektar, hutan produksi seluas 4.950,21 hektar dan 41.981,48 hektar
merupakan hutan produksi terbatas.
Dengan adanya tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan hutan, maka
pada tingkat tapak diperlukan perencanaan pengelolaan. Rencana pengelolaan
KPH memerlukan kuantifikasi dan strategi serta program kerja, struktur
organisasi dan aspek finansial, untuk menyiapkan kondisi yang memungkinkan
pelaksanaan agar dapat dimonitoring, dilaporkan dan diverifikasi dalam suatu
basis wilayah-wilayah kelestarian yang permanen. Dengan adanya rencana
pengelolaan jangka panjang maka akan memudahkan penyusunan rencana
pengelolaan jangka pendek yang lebih terukur. RPH-JP KPH harus tepat,
handal, luwes, dan mampu menghadapi perubahan/ dinamika tatanan sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat yang sulit diduga. Dalam kerangka inilah
maka perlu disusun Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Unit V Aceh
sebagai acuan rencana kerja di tingkat tapak dalam bentuk wilayah-wilayah
pengelolaan hutan yang akan mengelola hutan secara terintegrasi melalui
kaidah-kaidah pengelolaan hutan yang dapat menjamin keberlangsungan
fungsinya (sustainable forest management) sebagaimana yang dimandatkan
dalam peraturan/perundang-undangan. Dokumen RPH-JP ini akan menjadi
rencana induk pengelolaan hutan jangka panjang (10 tahunan) untuk periode
2016-2025, yang memuat unsur-unsur tujuan yang akan dicapai, kondisi yang
dihadapi, dan strategi pengembangan pengelolaan hutan, meliputi; tata hutan,
rehabilitasi dan reklamasi hutan, pemanfaatan dan penggunaan kawasan
hutan, serta perlindungan hutan dan konservasi alam KPHL Unit V Aceh.
Seluruh kegiatan pengelolaan hutan tersebut dikemas dengan kerangka
pemberdayaan masyarakat, dalam rangka menuju pengelolaan hutan sesuai
fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan
lestari berbasis sinergitas aspek ekologi, ekonomi dan sosial.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud Penyusunan RPH-JP KPHL Unit V Aceh adalah :
1. Menyediakan dokumen rencana pengelolaan hutan jangka panjang, yang
mengarahkan penyelengaraan pengelolaan hutan untuk mewujudkan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 6 -
pengelolaan hutan secara lestari pada wilayah KPHL Unit V Aceh dalam
kurun waktu 10 tahun untuk periode 2016-2025
2. Memberikan arahan bagi para pihak yang berkepentingan dalam
pembangunan kehutanan di wilayah KPHL Unit V Aceh.
Tujuan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada KPHL Unit V Aceh,
antara lain :
1. Terwujudnya penataan batas kawasan hutan sesuai fungsi dan
peruntukannya serta penataan batas areal kerja pengelolaan.
2. Terbangunnya kerjasama pemanfaat hasil hutan dan jasa lingkungan baik
dengan masyarakat melalui kelompok tani dan koperasi maupun dengan
perusahaan serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan hasil hutan dan jasa lingkungan.
3. Terwujudnya keamanan kawasan hutan yang tercermin melalui menurunnya
tingkat ancaman dan gangguan terhadap kerusakan hutan.
4. Terwujudnya kelestarian wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) melalui
kegiatan rehabilitasi.
5. Terpenuhinya kuantitas sumberdaya manusia pengelola yang tangguh,
berkualitas, berdedikasi tinggi dan profesional dalam pengelolaan dan
pelestarian hutan.
6. Terbangunnya penguatan kelembagaan KPH dari tingkat administrator
sampai dengan tingkat tapak.
C. Sasaran
Lokasi KPHL Unit V Aceh berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 932/Menhut-II/2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang
penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Propinsi Aceh, dengan keseluruhan luas
wilayah 295.053 Ha, yang terdiri dari Hutan Lindung (HL) seluas 248116 Ha,
Hutan Produksi Terbatas (HPT) 41986 Ha dan Hutan Produksi (HP) seluas
4951 Ha dan dengan sasaran pengelolaan yang hendak dicapai adalah:
1. Tersusunnya arahan rencana pengelolaan wilayah KPHL Unit V Aceh yang
memuat tujuan pengelolaan yang akan dijabarkan secara jelas berdasarkan
kondisi-kondisi yang dihadapi melalui :
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 7 -
a. Penelaahan kondisi terkini wilayah KPHL Unit V Aceh dari aspek ekologi
yang berkaitan dengan ; a). kondisi fisik wilayah antara lain meliputi :
jenis tanah, iklim, ketinggian, geomorfologi, kelerengan, penutupan
vegetasi, b). kondisi hutan yang meliputi : lahan kritis, jenis dan volume
tegakan hutan, sebaran vegetasi, flora dan fauna, potensi non kayu, dan
c) kondisi sumberdaya air dan Daerah Aliran Sungai (DAS);
b. Penelaahan kondisi ekonomi yang berkaitan dengan ; a). aksesibilitas
wilayah KPHL Unit V Aceh, b). potensi pendukung ekonomi sekitar
wilayah KPHL Unit V Aceh, antara lain meliputi : industri kehutanan
sekitar wilayah KPHL Unit V Aceh, peluang ekonomi yang dapat
dikembangkan, keberadaan lembaga-lembaga ekonomi pendukung
kawasan, c). batas administrasi pemerintahan, dan d). nilai tegakan
hutan baik kayu maupun non kayu termasuk karbon dan jasa lingkungan;
c. Penelaahan kondisi sosial yang berkaitan dengan ; a). perkembangan
demografi sekitar kawasan, b). pola-pola hubungan sosial masyarakat
dengan hutan, c). keberadaan kelembagaan masyarakat, d). pola
penguasaan lahan oleh masyarakat di dalam dan sekitar kawasan dan
e). Potensi konflik sekitar kawasan.
2. Tersusunnya arahan rencana yang memuat strategi serta kelayakan
pengembangan pengelolaan hutan yang meliputi rancangan tata hutan,
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi
hutan serta perlindungan hutan, konservasi alam, pengembangan dan
penguatan kapasitas masyarakat berbasis nilai-nilai kearifan lokal untuk
mendukung pengelolaan kawasan hutan KPHL Unit V Aceh.
3. Tersusunnya arahan rencana pengembangan kelembagaan KPHL Unit V
Aceh yang memuat pengembangan SDM, pengadaan sarana dan
prasarana, pembiayaan kegiatan, dan kegiatan lainnya menuju lembaga
pengelolaan hutan yang profesional, efektif dan efisien.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 8 -
D. Dasar Hukum
Dasar hukum penyusunan RPH-JP KPHL Unit V Aceh terdiri dari :
1. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19
Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 41 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412)
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh;
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan;
8. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
10. Peraturan Pemerintah 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4453); sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintan Nomor 45 Tahun 2004 tentang
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 9 -
Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor :
5056);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4696); sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan
Kehutanan;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah
dengan; Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Hutan;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional.
16. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan
Reklamasi Hutan;
17. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional tahun 2015 - 2019;
18. Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang Peningkatan
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, tanggal 24 Oktober 2015;
19. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Menteri
Kehutanan Republik Indonesia, Menteri Pekerjaan Umum Republik
Indonesia dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No:
79 Tahun 2014, No: PB.3/Menhut-11/2014, No: 17/PRT/M/2014, No:
8/SKB/X/2014 tanggal 17 Oktober 2014 tentang Tata Cara Penyelesaian
Penguasaan Tanah yang Berada di Dalam Kawasan Hutan;
20. Peraturan Pemerintah No. 6/2007 Jo Peraturan Pemerintah No. 3/2008
tentang Tata Hutan & Rencana Pengelolaan Hutan
21. Permenhut Nomor P.37/Menhut-II/2007, jo. Permenhut Nomor
P.54/Menhut-II/2011 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.37/Menhut-II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan;
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 10 -
22. Permenhut Nomor P.68/Menhut-II/2008 tentang Penyelenggaraan
Demonstration Activities Pengurangan Emisi Karbon dari Deforestasi dan
Degradasi Hutan;
23. Permenhut Nomor P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah
Kesatuan Pengelolaan Hutan;
24. Permenhut Nomor P.30/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Pengurangan
Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD);
25. Permenhut Nomor P.32/Menhut-II/2009, jo. Permenhut Nomor
P.12/Menhut-II/2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.32/Menhut-Ii/2009 Tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai (RTK
RHL-DAS);
26. Permenhut Nomor P.36/Menhut-II/2009, tentang Tata Cara Perizinan
Usaha Pemanfaatan Penyerapan Dan/Atau Penyimpanan Karbon Pada
Hutan Produksi Dan Hutan Lindung;
27. Permenhut Nomor P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur
dan Kriteria (NSPK) Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengeloaan Hutan
Lindung (KPHL) dam Kesatuan Pengeloaan Hutan Produksi (KPHP);
28. PerMenhut Nomor P.8/Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kehutanan Tahun 2010 2014;
29. Permenhut Nomor P.37/Menhut-V/2010 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan.
30. Permenhut Nomor P.39/Menhut-II/2010 tentang Pola Umum, Kriteria, Dan
Standar Rehabilitasi Dan Reklamasi Hutan;
31. Permenhut Nomor P.42/Menhut-II/2010 tentang Sistem Perencanaan
Kehutanan;
32. Permenhut Nomor P.51/Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis
Kehutanan 2010-2014;
33. Permendagri Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan
Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi di Daerah;
34. Permenhut Nomor P.18/Menhut-II/2011, jo. Permenhut Nomor
P.38/Menhut-II/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 11 -
Nomor P.18/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
Hutan;
35. Permenhut Nomor P.41/Menhut-II/2011, jo. Permenhut Nomor
P.54/Menhut-II/2011 tentang Perubahan Atas Permenhut Nomor
P.41/Menhut-II/2011 tentang Standar Fasilitasi Sarana dan Prasarana
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model dan Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi Model;
36. Permenhut Nomor P.42/Menhut-II/2011 tentang Standar Kompetensi
Bidang Teknis Kehutanan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Dan
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi;
37. Permenhut Nomor P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kehutanan
Tingkat Nasional 2011-2030;
38. Permenhut Nomor P.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara Permohonan
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat
Dalam Hutan Tanaman;
39. Permenhut Nomor P.57/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kerja
Kementerian Kehutanan tahun 2012;
40. Permenhut Nomor P.63/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Penanaman Bagi
Pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Dalam Rangka Rehabilitasi
Daerah Aliran Sungai;
41. Permenhut Nomor P.1/Menhut-II/2012 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi;
42. Permenhut Nomor P.20/Menhut-II/2012 tentang Penyelenggaraan Karbon
Hutan;
43. Permenhut Nomor P.22/Menhut-II/2012 tentang Pedoman Kegiatan Usaha
Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam Pada Hutan Lindung;
44. Permenhut Nomor P.9/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan,
Kegiatan Pendukung Dan Pemberian Insentif Kegiatan Rehabilitasi Hutan
Dan Lahan;
45. Permenhut Nomor P.39/Menhut-II/2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat
Setempat Melalui Kemitraan Kehutanan;
46. Permenhut Nomor P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan
Lindung Dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi;
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 12 -
47. Permenhut Nomor P.47/Menhut-II/2013 tentang Pedoman, Kriteria Dan
Standar Pemanfaatan Hutan Di Wilayah Tertentu Pada Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung Dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi;
48. Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/ MenLHK-II/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan tanggal 14 April 2015
49. Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.103/MenLHK-II/2015
tentang Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu
dalam Hutan Alam atau Hutan Tanaman pada Hutan Produksi.
50. Kepmenhut No. 284/Kpts-II/1999 tentang Satuan Wilayah Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai di Provinsi Aceh;
51. Keputusan Menteri Kehutanan No. 170/Kpts-II/2000 tentang Penunjukan
Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Aceh; sebagaimana telah diubah
menjadi SK Menteri SK Menteri Kehutanan Nomor : 941/Menhut-II/2013
tanggal 23 Desember 2013 tentang peta perubahan peruntukan kawasan
hutan menjadi bukan kawasan hutan, perubahan fungsi kawasan hutan dan
perubahan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan di Provinsi Aceh;
52. Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
932/Menhut-II/2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang penetapan wilayah
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi (KPHP) Propinsi Aceh;
53. Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK
103/MenLHK-II/2015 tanggal 2 April 2015 tentang Perubahan atas Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 865/Menhut-II/2014 tanggal 29
September 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi
Aceh;
54. Surat Edaran Menteri LHK Nomor: SE.5/MenLHK-II/2015 tentang
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Kehutanan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, tanggal 21 Mei 2015;
55. Peraturan Dirjen Planologi Nomor P.5/VIII-WP3H/2012 tentang Petunjuk
Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada
KPHL dan KPHP;
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 13 -
56. Keputusan Dirjen Planologi Kehutanan Nomor S.1737/VII/WP3H/2013
tanggal 31 Desember 2013 tentang Arahan Pencadangan wilayah KPHL
dan KPHP;
57. Qanun Aceh No.14 Tahun 2002 tentang Kehutanan Provinsi NAD;
58. Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Aceh Tahun 2013 2033;
59. Qanun Aceh Nomor 15 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Pertambangan
Mineral dan Batubara;
60. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 20 tahun 2013 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Wilayah Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada
Dinas Kehutanan Aceh;
61. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 5 Tahun 2014 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Pemanfaatan Kawasan Budidaya di dalam Kawasan
Ekosistem Leuser dalam Wilayah Aceh;
62. Surat Gubernur Aceh Nomor: 522/41021 tanggal 31 Juli 2013 tentang
Penetapan Rancang Bangun Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Aceh;
63. Surat Kuasa Khusus Gubernur Aceh Nomor: 05/KUASA/2014 tentang
Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di Provinsi Aceh,
64. Rencana Strategik (Renstra) Dinas Kehutanan Hutan Aceh Tahun 2012
2017.
Selain dasar hukum yang melandasi operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan
Lindung Unit V Propinsi Aceh, terdapat hukum adat yang berlaku di tengah
masyarakat Gayo Lues perlu menjadi pertimbangan dalam penyusunan tata
kelola hutan dan pemanfaatan hutan, yaitu; bahwa:
1. Hutan tempat mencari kayu bakar (Bua Perutemen)
2. Padang/hamparan tempat menjemur padi (Bua Penyemuren)
3. Hutan sebagai pemasok air bersih (Waih Penierin)
E. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Penyusunan RPH-JP KPHL Unit V Aceh, meliputi :
1. Pendahuluan, berisi ; latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, dasar
hukum, ruang lingkup, dan pengertian.
2. Deskripsi Kawasan KPHL Unit V Aceh, yang terdiri dari : a). Risalah wilayah
(letak, luas, aksesibilitas kawasan, batas-batas, sejarah wilayah, dan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 14 -
pembagian blok), b). Potensi wilayah (penutupan vegetasi, potensi kayu
dan bukan kayu, keberadaan flora dan fauna langka, potensi jasa
lingkungan dan wisata alam), c). Data dan informasi sosial budaya
masyarakat di dalam dan sekitar hutan termasuk keberadaan masyarakat
hukum adat, d). Data dan informasi ijin-ijin pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan di dalam wilayah kelola, e). Kondisi posisi
KPHL Unit V Aceh dalam perspektif tata ruang wilayah dan pembangunan
daerah, dan f). Isu strategis, kendala dan permasalahan.
3. Kebijakan, berisi : diisi ringkasan di Bab Kebijakan
4. Visi dan Misi Pengelolaan Hutan, berisi ; proyeksi KPHL Unit V Aceh di
masa depan serta target capaian-capaian utama yang diharapkan.
5. Analisis dan Proyeksi, meliputi : a). Analisis data dan informasi yang
tersedia saat ini (baik data primer maupun data sekunder), b). Proyeksi
kondisi wilayah KPHL Unit V Aceh di masa yang akan datang dan c).
Analisa dan proyeksi core business.
6. Rencana Kegiatan, terdiri dari : a). Pemberdayaan masyarakat, b).
Inventarisasi berkala wilayah kelola dan penataan hutan, b). Pemanfaatan
hutan pada wilayah tertentu, c). Rasionalisasi wilayah kelola, d).
Pengembangan database, e). Review rencana pengelolaan (minimal 5
tahun sekali), f). Pembinaan dan pemantauan (controlling) pada areal KPHL
Unit V Aceh yang telah ada ijin pemanfaatan maupun penggunaan
kawasan hutan, g). Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin, i).
Pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitasi dan
reklamasi pada areal yang sudah ada ijin pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan, j). Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi
alam, h). Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin,
k). koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait, l).
penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM, m). Penyediaan pendanaan,
n). Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu dan o). Pengembangan
investasi
7. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
8. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
9. Penutup
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 15 -
10. Lampiran, meliputi : a). Peta pemanfaatan dan penggunaan kawasan, b)
Peta pembagian blok dan petak dan c) Rencana Kegiatan KPHL Unit V
Aceh.
F. Batasan Pengertian
1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan;
2. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah
untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
3. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata
air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
4. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan.
5. Pengurusan Hutan adalah kegiatan penyelenggaraan hutan yang meliputi
perencanaan kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan
pengembangan, pendidikan dan pelatihan, serta penyuluhan kehutanan
dan pengawasan.
6. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan
penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta
perlindungan hutan dan konservasi alam.
7. Perencanaan Kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penetuan
kegiatan dan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari
untuk memberikan pedoman dan arah guna menjamin tercapainya tujuan
penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
yang berkeadilan dan berkelanjutan.
8. Penataan Hutan (Tata Hutan) adalah kegiatan rancang bangun Wilayah
pengelolaan hutan, mencakup pengelompokan sumber daya hutan sesuai
dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung didalamnya dengan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 16 -
tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat
secara lestari.
9. Inventarisasi Hutan adalah suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari
penataan batas, inventarisasi hutan, pembagian hutan, pembukaan wilayah
hutan, pengukuran dan pemetaan.
10. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wilayah pengelolaan hutan
sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara
efisien dan lestari.
11. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) adalah kesatuan
pengelolaan hutan yang luas wilayahnya seluruhnya atau didominasi oleh
kawasan hutan lindung.
12. KPH Model adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap
dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPH di tingkat
tapak.
13. Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah KPH yang
merupakan bagian dari wilayah KPH yang dipimpin oleh Kepala Resort
KPH dan bertanggungjawab kepada Kepala KPH.
14. Blok Pengelolaan pada wilayah KPH adalah bagian dari wilayah KPH yang
dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pengelolaan.
15. Petak adalah bagian dari Blok dengan luasan tertentu dan menjadi Wilayah
usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan dan
silvikultur yang sama.
16. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum
menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya.
17. Rencana Pengelolaan Hutan KPH adalah rencana pada kesatuan
pengelolaan hutan yang memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam
kurun jangka panjang dan pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan
dan rencana kehutanan, dan memperhatikan aspirasi, peran dan nilai
budaya masyarakat serta kondisi lingkungan dalam rangka pengelolaan
kawasan hutan yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih
optimal dan lestari.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 17 -
18. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan
hutan pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau
selama jangka benah pembangunan KPH.
19. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah rencana pengelolaan
hutan berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan operasional
berbasis petak/blok.
20. Penggunaan Kawasan Hutan adalah kegiatan penggunaan kawasan hutan
untuk pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah status
dan fungsi pokok kawasan hutan.
21. Hutan/Lahan Kritis adalah hutan/lahan yang berada di dalam dan di luar
kawasan hutan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur
tata air dan unsur produktivitas lahan sehingga menyebabkan
terganggunya keseimbangan ekosistem DAS.
22. Reboisasi adalah upaya penanaman jenis pohon hutan pada kawasan
hutan rusak yang berupa lahan kosong, alang-alang, atau semak belukar
untuk mengembalikan fungsi hutan.
23. Reklamasi Hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan
kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara
optimal sesuai dengan peruntukannya.
24. Revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi
yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan
bekas penggunaan kawasan hutan.
25. Pemeliharaan Hutan adalah kegiatan untuk menjaga, mengamankan, dan
meningkatkan kualitas tanaman hasil kegiatan reboisasi, penghijauan jenis
tanaman, dan pengayaan tanaman.
26. Pengayaan tanaman adalah kegiatan memperbanyak keragaman dengan
cara pemanfaatan ruang tumbuh secara optimal melalui penanaman
pohon.
27. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan
satu kesatuan dengan sungai dan anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang
masih terpengaruh aktivitas daratan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 18 -
28. Hutan Kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara yang pemanfaatan
utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat.
29. Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah hutan tanaman pada hutan produksi
yang dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk meningkatkan
potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam
rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan.
30. Hutan Tanaman Rakyat (HTR) adalah hutan tanaman pada hutan produksi
yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan
kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka
menjamin kelestarian sumber daya hutan.
31. Pemanfaatan Hutan adalah bentuk kegiatan pemanfaatan kawasan
hutan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan
bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara
optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga
kelestariannya.
32. Pemanfaatan Kawasan adalah kegiatan untuk memanfaatkan ruang
tumbuh sehingga diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial dan
manfaat ekonomi secara optimal dengan tidak mengurangi fungsi
utamanya.
33. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan
mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak merusak lingkungan
dan tidak mengurangi fungsi pokoknya.
34. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu adalah kegiatan untuk
memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan
tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya.
35. Pemungutan Hasil Hutan Kayu dan/atau Bukan Kayu adalah kegiatan
untuk mengambil hasil hutan baik berupa kayu dan/atau bukan kayu
dengan batasan waktu, luas dan/atau volume tertentu.
36. Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) adalah pungutan yang dikenakan
kepada pemegang izin sebagai pengganti nilai intrinsik dari hasil hutan
yang dipungut dari hutan negara.
37. Dana Reboisasi (DR) adalah dana yang dipungut dari pemegang IUPHHK
dalam hutan alam pada hutan produksi untuk mereboisasi dan
merehabilitasi hutan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 19 -
38. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi
kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh
perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan
penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara,
masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan,
investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
39. Pemanfaatan Jasa Lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan
potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi
fungsi utamanya.
40. Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam adalah keseluruhan
kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan sarana dan jasa yang
diperlukan oleh wisatawan/pengunjung dalam pelaksanaan kegiatan wisata
alam, mencakup usaha obyek dan daya tarik, penyediaan jasa, usaha
sarana, serta usaha lain yang terkait dengan wisata alam.
41. Wisata Alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan hutan lindung.
42. Pemberdayaan masyarakat setempat melalui Kemitraan Kehutanan adalah
upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat
setempat untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal
dan adil melalui Kemitraan Kehutanan dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat setempat.
43. Masyarakat setempat adalah kesatuan sosial yang terdiri dari warga
negara Republik Indonesia yang tinggal di dalam dan/atau di sekitar hutan,
yang bermukim di dalam dan di sekitar kawasan hutan yang memiliki
komWilayahas sosial dengan kesamaan mata pencaharian yang
bergantung pada hutan dan aktivitasnya dapat berpengaruh terhadap
ekosistem hutan.
44. Kemitraan Kehutanan adalah kerjasama antara masyarakat setempat
dengan Pemegang Izin pemanfaatan hutan atau Pengelola Hutan,
Pemegang Izin usaha industri primer hasil hutan, dan/atau Kesatuan
Pengelolaan Hutan dalam pengembangan kapasitas dan pemberian akses,
dengan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
- 20 -
45. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan.
46. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
47. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk
mewujudkan visi dan misi.
48. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan.
49. Evaluasi adalah suatu proses untuk mengukur pencapaian suatu tujuan
tertentu yang telah ditetapkan serta dilakukan secara sistematik dan
teratur, hasilnya digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan
pelaksanaan perencanaan selanjutnya.
50. Pengendalian adalah suatu proses atau upaya untuk mengurangi atau
menekan penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga diperoleh suatu
hasil sesuai dengan yang telah ditetapkan melalui pemantauan,
pengawasan dan penilaian kegiatan.
51. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di
bidang lingkungan hidup dan kehutanan
52. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Aceh.
53. Gubernur adalah Gubernur Aceh.
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2013-2023
20
BAB II DESKRIPSI KAWASAN
A. Risalah Wilayah KPHL Unit V Aceh
B. Potensi Wilayah KPHL Unit V Aceh
C. Data dan Informasi Sosial Budaya
D. Data Informasi Ijin-Ijin Pemanfaatan
Hutan dan Penggunaan Kawasan
Hutan
E. Kondisi Posisi KPHL Unit V Aceh
dalam Perspektif Tata Ruang
Wilayah dan Pembangunan Daerah
F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
21
A. Risalah Wilayah KPHL Unit V Provinsi Aceh
1. Letak wilayah
KPHL Unit V Provinsi Aceh terletak diantara 96 29 31,9 - 97 31 52,17 Bujur
Timur (BT) dan 3 41 36,4 4 17 42,75 Lintang Utara (LU), yang meliputi
beberapa wilayah administrasi, yakni: Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh
Tengah, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Gayo Lues, (Gambar 2.1. dan Tabel
2.1).
Gambar 2.1. Peta Wilayah Kabupaten di KPHL Unit V Provinsi Aceh
II. DESKRIPSI KAWASAN
I.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
22
Tabel 2.1. Sebaran Luas Kabupaten di KPHL Unit V Aceh
Kabupaten Luas (Ha) Persen (%)
Aceh Barat Daya 59.372,82 20,5
Aceh Tengah 9.970,59 3,4
Naganraya 54.755 18,9
Gayo Lues 165.857,95 57,2
Total 289.956,4
Sumber: SK.103/MenLHK-II/2015
2. Luas Wilayah
KPHL Unit V Provinsi Aceh mencakup wilayah seluas kurang lebih 295.053
Ha (SK 932/Menhut-II/2014), selanjutnya melalui analisis spatial berdasarkan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : SK.103/MenLHK-
II/2015, tanggal 2 April 2015 luasan KPHL unit V menjadi 289.956,38 hektar dengan
rincian: Kawasan Hutan Lindung, seluas kurang lebih 243.109,43 hektar, kawasan
Hutan Produksi Tetap, seluas kurang lebih 4.950,21 hektar dan kawasan Hutan
Produksi Terbatas 41.981,46 hektar.
Tabel 2.2. Luas Fungsi Kawasan pada masing-masing Kabupaten di KPHL V
Kabupaten Fungsi Kawasan
Luas HL HP HPT
Aceh Barat Daya 44957.35
14415.48 59.372,83
Aceh Tengah 9970.52
0.07 9.970,59
Gayo Lues 139972.33 4950.22 20935.41 165.857,96
Nagan Raya 48119.23
6635.77 54755
Total 243019.43 4950.22 41986.73 289.956,38
Hutan Lindung di wilayah KPHL Unit V menempati 83,8% dari luas seluruh
areal. Pada Gambar 2.2. terlihat sebaran hutan lindung terdapat pada seluruh
kecamatan yang masuk ke dalam KPH V, hutan produksi terletak sebagian wilayah
Kecamatan Ribit Gaib dan Pinding, sedangkan hutan produksi terbatas terletak
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
23
pada sebagian Kecamatan Rikib Gaib, Pantan Cuaca, Kuta Panjang, Dabun Gelan,
Terangon, Blang Pidie, Babahrot dan Tangan-tangan.
Gambar 2.2. Pembagian Fungsi Kawasan pada KPHL Unit V Aceh
3. Pembagian Wilayah Kerja
Untuk pengelolaan yang lebih efisien, wilayah kerja di KPHL Unit V Aceh,
dibagi menjadi 4 (empat) wilayah Bagian KPH yang penetapannya berbasis wilayah
Administrasi, yaitu: BKPH Alue Bilie, Blang Pidie, Rikit Gaib dan Terangun.
Kemudian masing-masing BKPH dibagi lagi menjadi Resort KPH; yang secara
keseluruhan menjadi 9 (sembilan) RPH, yaitu: RPH Babah Rot, Beutong Bawah,
Blang Jerango, Blang Kejeren, Pantan Cuaca, Seumayam, Tangan-tangan, Tronga
dan Tripe Jaya. Pembagian wilayah kerja tersebut tidak berdasarkan DAS maupun
Sub DAS, dengan pertimbangan efisiensi dan efektivitas tata kelola serta
pemerataan kawasan kelola ke seluruh wilayah administrasi yang melibatkan semua
sumberdaya manusia yang ada di setiap wilayah tersebut. Pembagian wilayah kerja
dapat dilihat pada Gambar 2.3. dan luas masing-masing wilayah kerja dapat dilihat
pada Tabel 2.3
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
24
Tabel 2.3. Luas Wilayah BKPH dan RPH di KPHL Unit V Aceh
Sumber: Analisis GIS, 2015
Gambar 2.3. Peta sebaran wilayah kerja BKPH di KPHL Unit V Propinsi Aceh
Berdasarkan peta arahan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN),
sebagian besar kawasan hutan di KPHL Unit V Aceh diarahkan untuk pemanfaatan
karbon stok (80,15%), diikuti oleh pemanfaatan skala kecil (4,31%). Selain itu pada
RPH
BKPH ALUE BILIE
BKPH BLANGPIDIE
BKPH RIKIT GAIB
BKPH TERANGUN Total
Babahrot
28894.13
28894.13
Beutong Bawah 26906.05
26906.05
Blang Jerango
21716.8
21716.8
Blangkejeren
32350.4
32350.4
Pantan Cuaca
16790.71
16790.71
Seumayam 27848.94
27848.94
Tangan-Tangan
30478.68
30478.68
Tongra
56942.53 56942.53
Tripe Jaya
48028.11 48028.11
Total 54754.99 59372.81 70857.91 104970.64 289956.35
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
25
RKTN 2011 - 2030, juga terdapat seluas 1,49% areal KPHL Unit V Aceh yang
diarahkan untuk areal konservasi (Tabel 2.3 dan Gambar 2.3). Secara umum, hal ini
sesuai dengan fungsi kawasan yang tercantum dalam SK. 103/MenLHK-II/2015
yang mencatat bahwa wilayah tersebut merupakan hutan lindung, hutan produksi
dan hutan produksi terbatas. Namun berdasarkan hasil tumpang susun antara peta
arahan RKTN dan peta dalam SK tersebut, di dalam wilayah KPHL unit V Aceh
terdapat areal konservasi seluas 4.277,9 hektar atau 1,48% dari luas KPHL unit V.
Areal yang dimaksud, berada di batas luar Taman Nasional Gunung Leuser dan
Taman Buru Linge Isaq.
Penataan ruang bertujuan mengatur alokasi sumberdaya lahan untuk berbagai
penggunaan, yang mengharmonisasikan kepentingkan tujuan ekonomi, lingkungan
ataupun kepentingan masyarakat secara luas sebagai prasyarat optimalisasi
penggunaan ruang/lahan. Dalam Rencana Kehutanan Tingkatan Nasional (RKTN) di
wilayah KPH V sebagian besar diplotkan untuk wilayah stock karbon (Gambar 2.4
dan Tabel 2.4). Luas daerah untuk stock karbon adalah 232.395,9 hektar atau 80,15
% dari luas kawasan.
Hutan berstock karbon tinggi adalah hutan yang memiliki kandungan karbon
tinggi, yang akan terlepas apabila dikonversi menjadi perkebunan, serta memiliki
nilai keanekaragaman hayati tinggi. Siklus karbon pada ekosistem hutan
menyangkut proses penyerapan dan emisi karbon ke atmosfer. Proses ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor atau kondisi yaitu : 1) Kondisi vegetasi yang
meliputi jenis atau tipe vegetasi atau hutan; 2) Kondisi tempat tumbuh dan
lingkungan yang meliputi faktor edafis, klimatis dan faktor hayati lainnya; 3) Kondisi
pengelolaan yang meliputi pengaturan ruang (tata ruang), penentuan
peruntukan/penggunaan lahan dan hutan; 4) Kondisi gangguan seperti perubahan
lingkungan, kemarau, ledakan gangguan hama dan penyakit, gangguan perbuatan
manusia seperti pembakaran, eksploitasi tidak terkelola dengan baik dan lain-lain.
Siklus Karbon merupakan proses penyerapan dan emisi karbon, yang hasil
akhirnya adalah akumulasi atau stok karbon di tegakan atau hutan. Neraca Karbon
salah satu cermin kualitas tata kelola ekosistem hutan. Faktor penting yang terkait
mempengaruhi neraca karbon antara lain: 1) Faktor yang mempengaruhi siklus
karbon (fotosintesis, respirasi dan dekomposisi); 2) Faktor prasyarat berupa
kepastian ruang kelola, kepastian bentuk penggunaan/pengelolaan, kepastian hak
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
26
pengelolaan, yang dijamin secara legal; dan Faktor harmonisasi kepentingan para
pihak di dalam pengelolaan ekosistem hutan, untuk pencapaian tujuan ekonomi,
sosial dan lingkungan.
Stok karbon pada wilayah hutan relatif stabil dan hal ini merupakan salah satu
mitigasi perubahan iklim. Oleh karena itu gangguan deforestasi dan degradasi yang
mengancam emisi dari stok karbon hutan tersebut harus dihindari. Peningkatan
stock karbon dipengaruhi juga pembangunan HTI yang dilakukan pada HP tanah
kosong (tidak berhutan). Sehingga penting untuk menekankan prioritas
pembangunan HTI di areal tidak berhutan, agar meningkatkan serapan karbon.
Dengan demikian melalui KPH terdapat upaya yang nyata dari berbagai pendekatan
secara komprehensif terhadap kepastian kawasan hutan (tata ruang) untuk
menurunkan laju deforestasi.
Tabel 2.4. Arahan Pemanfaatan berdasarkan RKTN 2011 2030 untuk KPHL Unit V Aceh
Arahan RKTN Luas (Ha) Luas (%)
APL 2422.48 0,84
Danau/Sungai/Air 30.31 0,01
Karbon Stok 232395.92 80,15
Konservasi* 4277.9 1,48
Pelepasan 6133.5 2,12
Rehabilitasi 31914.98 11
Skala Besar 282.78 0,1
Skala Kecil 12498.75 4,31
Total 289956.62 *areal konservasi terdapat di perbatasan TNGL dan TB Linge Isaq
Menurut Dardak (2005), lahan merupakan sumber daya pembangunan yang
memiliki karakteristik unik, yakni (i) sediaan/luas relatif tetap karena perubahan luas
akibat proses alami (sedimentasi) sementara perubahan melalui proses artifisial
(reklamasi) tidak bermakna; (ii) memiliki sifat fisik (jenis batuan, kandungan mineral,
topografi, dsb.) dengan kesesuaian dalam menampung kegiatan masyarakat yang
cenderung spesifik. Oleh karena itu lahan perlu diarahkan untuk dimanfaatkan untuk
kegiatan yang paling sesuai dengan sifat fisiknya serta dikelola agar mampu
menampung kegiatan masyarakat yang terus berkembang. Selain itu, untuk
pemanfaatan kawasan hutan sebagai lahan perkebunan, tidak dibenarkan
menggunakan lahan dari : a) hutan primer/alam, merupakan kawasan lindung,
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
27
habitat satwa terancam punah, padang rumput dengan kualitas ekosistem tinggi baik
natural dan non natural; b) lahan dengan kandungan carbon tinggi dan c) lahan yang
merupakan lahan gambut, kecuali terdapat bukti bahwa eksploitasi tidak
mempengaruhi kualitas lingkungan di area tersebut.
Gambar 2.4. Peta Arahan Pemanfaatan ruang di KPHL Unit V Aceh berdasarkan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional 2011 2030
Mengingat wilayah kerja pada KPHL Unit V Aceh sebagian besar, yaitu 83%
merupakan hutan lindung, wilayah tersebut dibagi menjadi 4 (empat) blok kerja di
luar kawasan yang dibebani ijin, yaitu: HL inti, HL pemanfaatan, HP Pemanfaatan
Jasa Lingkungan dan HHBK serta HP pemberdayaan masyarakat. Pembagian
blok kerja tersebar merata pada masing-masing wilayah BKPH, terutama Blok
Hutan Lindung Inti dan Hutan Lindung Pemanfaatan. Blok Pemanfaatan, Jasa
Lingkungan dan HHBK hanya terdapat di BKPH yang berada di Kabupaten Gayo
Lues, yaitu: BKPH Rikit Gaib dan Terangon. Sementara blok Pemberdayaan tidak
terdapat di BKPH Rikit Gaib. Pembagian blok kerja yang dimaksud dapat dilihat
pada Gambar 2.5. dan luas masing-masing blok kerja dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
28
Gambar 2.5. Peta Tata Hutan di KPHL Unit V Provinsi Aceh
Tabel 2.5. Sebaran Luas Blok Kerja setiap BKPH di KPHL Unit V Provinsi Aceh
BKPH Blok Inti Blok
Pemanfaatan
Blok Pemanfaatan,
Jasa Lingkungan dan HHBK
Blok
Pemberdayaan Total
BKPH ALUE BILIE 21896.71 26222.54
6635.77 54755.02
HL 21896.71 26222.54
48119.25
HPT
6635.77 6635.77
BKPH BLANGPIDIE 10267.44 34689.94
14415.48 59372.86
HL 10267.44 34689.94
44957.38
HPT
14415.48 14415.48
BKPH RIKIT GAIB 29545.36 25570.18 15742.37
70857.91
HL 29545.36 25570.18
55115.54
HP
4950.22
4950.22
HPT
10792.15
10792.15
BKPH TERANGUN 44718.73 50108.52 3770.81 6372.52 104970.58
HL 44718.73 50108.52
94827.25
HPT
3770.81 6372.52 10143.33
Total 106428.24 136591.18 19513.18 27423.77 289956.37
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
29
4. Proses Pembentukan KPH
Sistem merupakan rangkaian yang terdiri dari bagian-bagian yang saling
berhubungan (Bertalanffy, 1975). Sistem menurut Rusadi dan Nasuka (2005)
merupakan satu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian yang secara fungsional
terkait satu sama lain dalam ikatan super-ordinatnya yang menunjukkan suatu gerak
dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem adalah suatu rangkaian dari
obyek-obyek yang saling berhubungan antara obyek-obyek dan atribut-atribut
mereka, berkaitan sama lain dan dalam lingkungan mereka, dan membentuk satu
keseluruhan yang utuh (Schoderbek, 1985).
Memahami sebuah sistem maka perlu memahami yang dimaksud dengan ciri
dan sifat. Ciri merupakan tanda-tanda khusus yang membedakan sesuatu dengan
yang lain. Sifat merupakan keadaan yang kelihatan pada suatu benda, keadaan,
atau tanda lahiriah dari suatu benda. Ciri-ciri suatu sistem, yaitu: (1) sasaran dari
keseluruhan sistem secara bersama-sama adalah kinerja yang terukur; (2)
lingkungan sistem; (3) sumber-sumber sistem; (4) komponen-komponen sistem; dan
(5) manajemen sistem, yaitu perencanaan, dan pengendalian sistem yang
bersangkutan (Churchman dalam Nasuka, 2005). Sementara ciri-ciri sistem menurut
para ahli sistem seperti Rapoport, Bertalanffy, Churchman, dan Kenneth Boulding
mengandung hal-hal seperti: integration (keterintegrasian), regularity (keteraturan),
wholeness (keutuhan), organization (keterorganisasian), coherence (keterdekatan
komponen satu sama lain), connectedness (keterhubungan komponen satu sama
lain), dan interdependence (ketergantungan satu sama lain)
Suatu sistem memiliki sifat sebagai berikut: (1) suatu sistem selalu terdiri atas
lebih dari 1 bagian yang disebut sub-sistem; (2) sistem tertentu selalu merupakan
bagian dari sistem yang lebih besar; (3) sistem dapat bersifat tertutup atau terbuka;
sistem terbuka berhubungan dengan lingkungan; ia bertukar informasi energi bahan
atau barang; (4) setiap sistem mempunyai batas-batas sistem; (5) sistem tertutup
mempunyai kecenderungan untuk mengalami kemunduran (entropi); (6) rasio antara
input dan output sistem, perlu untuk mempertahankan berbagai macam
keseimbangan sistem itu sendiri demi mempertahankan kelestarian hidupnya; (7)
sistem memerlukan feedback guna mengendalikan keseimbangan tersebut; (8)
perubahan cepat pada lingkungan sistem, memaksa sistem yang bersangkutan
untuk meningkatkan kewaspadaannya terhadap perubahan, perlu pengembangan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
30
sarana yang disamping peningkatan mutu, juga memerlukan spesialisasi dan
diferensiasi yang terjadi pada sub sistem; (9) akibatnya struktur itu sendiri harus pula
mengalami perubahan, dan berakibat pada perluasan batas sistem (Winardi,1989).
Pendekatan sistem dalam menganalisis sesuatu pengetahuan berfungsi
antara lain sebagai (Rusadi dan Nasuka, 2005): (1) instrumen metodologis dan
instrumen yang logis; (2) instrumen penelitian supaya penelitian dapat mendalam
dan menjembatani celah-celah kosong dalam pembentukan teori; (3) instrumen
koordinasi antara ilmu-ilmu yang berbeda dan kemudian membentuk kaidah-kaidah
sistem yang berlaku umum; (4) instrumen interdisipliner yang pertama-tama
membentuk penggunaan bahasa yang berlaku umum dan pemahaman akan
problema umum sebagai sarana komunikasi antardisiplin; dan (5) instrumen
integratif supaya aneka disiplin ilmu tidak saling bertabrakan arah pikirannya.
Kegiatan yang ada di dalam sistem hutan memiliki banyak bagian atau
komponen yang memiliki keterhubungan antar komponen satu dengan yang lainnya
(connectedness). Komponen produksi memiliki kedekatan dengan komponen
pemilikan lahan, dengan pilihan-pilihan jenis komersial, ekonomi keluarga, dan
tingkat pendidikan warga masyarakat pemilik hutan rakyat. Sistem pemasaran hasil
hutan, khususnya kayu pasti dimonopoli oleh jaringan pedagang dan para tengkulak
tingkat desa dan kabupaten. Bantuan bibit pohon dari pemerintah menentukan
motivasi masyarakat ikut mengembangkan hutan. Gambaran hutan juga
menunjukan bahwa hutan mencerminkan model-model ketergantungan
(interdependence) antar pihak. Misalnya petani miskin sekitar hutan di KPHL Unit V
Aceh, sangat bergantung kepada lahan hutan. Konsep pembentukan dan
pengembangan KPHL Unit V Aceh harus didasarkan pada pertimbangan 3 sub
sistem, yakni: sub sistem sosial, sub sistem kehutanan dan sub sistem pertanian.
5. Proses Penetapan KPH
Pembentukan dan pengembangan wilayah KPHL Unit V Aceh memiliki dasar
yang kuat yaitu:
(1) Dasar pertama adalah ketetapan UU No.41/1999 tentang Kehutanan yang
memandatkan bahwa untuk menjamin keberlanjutan kepengurusan hutan maka
harus dibentuk unit-unit pengelolaan hutan;
(2) Dasar kedua dan terpenting adalah PP No.6/2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Dalam
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
31
Peraturan Pemerintah ini pembahasan tentang KPH dipandang cukup jelas dan
akan dirujuk dalam pembentukan KPHL Unit V Aceh.
a. Kawasan hutan konservasi, produksi, dan lindung terbagi ke dalam KPH,
yang menjadi bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten (Pasal 3 ayat 3);
b. KPHK, KPHL, dan KPHP ditetapkan dalam satu atau lebih fungsi pokok
hutan dan satu wilayah administrasi atau lintas wilayah administrasi
pemerintah. Dalam hal satu KPH, dapat terdiri lebih dari satu fungsi pokok
hutan, dan penetapan KPH sebagaimana dimaksud di atas berdasarkan pada
fungsi yang luasnya dominan.
c. Kesatuan pengelolaan hutan konservasi (KPHK) adalah KPH yang luas
wilayahnya didominasi oleh kawasan hutan konservasi;
d. Kesatuan pengelolaan hutan lindung (KPHL) adalah KPH yang luas
wilayahnya didominasi oleh kawasan hutan lindung;
e. Kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) adalah KPH yang luas
wilayahnya didominasi oleh kawasan hutan produksi.
(3) Wilayah KPH yang dibentuk harus memenuhi 4 prinsip yang merupakan satu
kesatuan utuh tidak terpisahkan, yaitu:
a. Pembentukan wilayah KPH memperhatikan kondisi biofisik dan sosial
budaya masyarakat;
b. Pembentukan wilayah KPH memperhatikan kekhasan wilayah serta
merupakan hasil konsultasi antara pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota;
c. Wilayah KPH mempunyai luasan dan distribusi lokasi yang menjamin
terjadinya efisiensi dan efektifitas pengelolaan sesuai dengan tujuannya
dalam satu wilayah DAS atau satu kesatuan wilayah ekosistem;
d. Wilayah KPH ditetapkan berdasarkan atas luas wilayahnya dengan fungsi
dominan. Wilayah KPH ditetapkan dalam satu wilayah administrasi atau
lintas wilayah administrasi pemerintahan.
(4) Untuk dapat memenuhi 4 prinsip di atas, maka wilayah KPH yang dibentuk harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Kepastian wilayah kelola jangka panjang;
b. Kelayakan ekologi;
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
32
c. Kelayakan pengembangan kelembagaan pengelolaan hutan; dan
d. Kelayakan pengembangan pemanfaatan hutan.
6. Kondisi Biofisik Wilayah
Pembentukan wilayah KPHL Unit V di Provinsi Aceh berdasarkan
pertimbangan pembagian kelompok Daerah Aliran Sungai (DAS), dimana kawasan
hutan di tingkat tapak dibagi berdasarkan kelompok-kelompok DAS. Dalam UU No.
7/2004 Pasal 1, disebutkan bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan ekosistem dengan sungai dan
anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air
yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah pengairan
yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Dengan demikian suatu DAS akan
dipisahkan dari wilayah DAS lain di sekitarnya oleh batas alam (topografi) berupa
punggung bukit atau gunung. Dengan demikian seluruh wilayah daratan habis
terbagi ke dalam uni-unit Daerah Aliran Sungai (DAS).
Luas wilayah KPHL Unit V Aceh adalah kurang lebih 289.956,4 ha dan terdiri
dari dua DAS besar, yaitu : DAS Tripa dan DAS Batee. Berdasarkan
pengelolaannya, termasuk ke dalam wilayah kerja BP DAS Krueng Aceh dan BP
DAS Wampu Sei Ular; seperti terlihat pada Tabel 2.6 dan sebarannya pada Gambar
2.6.
Tabel 2.6. Wilayah Kerja Pengelola DAS KPHL Unit V Aceh
WIL_KERJA DAS LUAS (Ha) LUAS (%)
BP DAS Wampu Sei Ular 9358,73 3,22
BP DAS Krueng Aceh 280.597,63 96,77
Total 289.956,4
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
33
Gambar 2.7. Peta Cakupan Wilayah Kerja DAS di KPHL Unit V Aceh
6.a. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Pengelolaan DAS menjadi sangat penting karena rendahnya daya dukung
Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai suatu ekosistem dapat menyebabkan
terjadinya bencana alam yang terkait dengan air (water related disaster) seperti
banjir, tanah longsor, dan kekeringan tanah. Melalui pengelolaan DAS diharapkan
ada upaya untuk mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam
dengan aktivitas manusia dengan tujuan membina kelestarian dan keserasian
ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara
berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan dengan melaksanakan beberapa fungsi antara
lain melalui penyusunan kebijakan, perencanaan, meningkatkan kelembagaan,
mengembangkan teknik pengelolaan DAS, dan melakukan evaluasi pengelolaan
DAS. Kawasaan hutan merupakan bagian DAS yang perlu dikelola karena fungsinya
untuk mengatur air, mencegah banjir, mengendalikan erosidan memelihara
kesuburan tanah.
Kawasan hutan dan areal penggunaan lain yang ada di Provinsi Aceh berada
pada 15 (lima belas) Satuan Wilayah Pengelolaan DAS (SWP DAS) dengan luas
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
34
total 5.730.547 hektar, sesuai dengan Kepmenhut No. 284/Kpts-II/1999. KPHL Unit
V meliputi Kelompok DAS, yaitu: Batee, Muling, Singkil, Susoh, Tadu dan Tripa.
Secara rinci, sebaran kelompok DAS dan luas masing-masing seperti terlihat pada
Gambar 2.8 dan Tabel 2.7. Luas DAS terbesar di KPH V adalah DAS Tripa dan
Batee.
Tabel 2.7. Luas masing-masing kelompok DAS di KPHL Unit V Aceh
DAS Tripa Bataee dibentuk oleh beberapa sungai utama dan anak sungainya.
Sungai utama untuk DAS ini adalah Kr.Tipa, Kr. Seumayam, Kr. Batee dan Kr.
Susoh. Berdasarkan laporan data Sungai dari Dinas Sumberdaya Air Provinsi Aceh
(2006) berdasarkan hidrologi sungai diperoleh:
1. Kr. Tripa memiliki panjang 216,2km, luas daerah pengaliran sungai 3.163
km2, debit maksimum 327,2 m3/detik, debit minimum 39,92 m3/det, debit rata-
rata 203,0 m3/det dan potensi air 6.401.808.000 m3/tahun
2. Kr. Batee memiliki panjang 111,2 km, luas daerah pengaliran sungai 887 km2,
debit maksimum 246 m3/detik, debit minimum 13,31 m3/det, debit rata-rata 37
m3/det dan potensi air 1.166.832.000 m3/tahun
3. Kr. Susoh memiliki panjang 45 km, luas daerah pengaliran sungai 147 km2,
debit maksimum 14,49 m3/detik, debit minimum 5,63 m3/det, debit rata-rata
9,03 m3/det dan potensi air 284.770.080 m3/tahun
NAMA DAS
BPDAS KRUENG
ACEH
BPDAS WAMPU SEI
ULAR
LUAS
Ha %
BATEE 51331.97
51331.97 17,7
MULING 16334.21
16334.21 5,63
SINGKIL
9358.73 9358.73 3,23
SUSOH 7954.61
7954.61 2,74
TADU 4453.54
4453.54 1,54
TRIPA 200523.3
200523.3 69,16
Total 280.597,63 9358,73 289.956,36
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
35
Gambar 2.8. Peta Kelompok DAS di KPHL Unit V Aceh
6.b. Iklim
Secara umum, KPHL Unit V Aceh mempunyai ciri iklim yang termasuk dalam
tipe iklim A dan B menurut Smith dan Fergusson. Sebaran wilayah tipe iklim seperti
pada Tabel 2.8 dan Gambar 2.9.; sedangkan intensitas hujan lebih dari 60 persen
wilayahnya berkisar 27,7 34,8 mm/hari yang termasuk dalam kelas hujan tinggi
(Tabel 2.9 dan Gambar 2.10).
Tabel 2.8. Sebaran Tipe Iklim di KPHL Unit V Aceh
Tipe Iklim Luas (Ha) Luas (%)
A 138.715,87 0.48
B 150.882,1 0.52
Total 289.598
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
36
Gambar 2.9. Peta Sebaran Tipe Iklim di KPHL Unit V Aceh
Tabel 2.9. Sebaran Kelas Hujan di KPHL Unit V Aceh
Kelas Hujan Luas (Ha) Persentase
Agak Tinggi (20,7 27,7 mm/hari)
111163.33 38,34
Tinggi (27,7 34,8 mm/hari)
178793.04 61,66
Total 289.956,37
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit V Provinsi Aceh 2016-2025
37
Gambar 2.10. Peta Sebaran Kelas Hujan di KPHL Unit V Aceh
6.c. Geologi dan Tanah
Jenis lapisan batuan pada wilayah KPHL Unit V di wilayah Kecamatan
Pantan Cuaca dan kecamatan Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues didominasi
oleh formasi anggota ramasan yang terdiri dari batuan sediment, clastic,
sandstone terrestrial, fluvial subduction, continent oceanic dan backarc. Secara
umum jenis tanah pada wilayah KPHL Unit V didominasi oleh komplek podsolik
merah kuning, latosol dan litosol (39%) dan komplek podsolik coklat, podsol dan
litosol (29,92%). Formasi geologi di KPHL Unit V secara menyeluruh, seperti
terlihat pada Tabel 2.10 dan Gambar 2.11, sedangkan sebaran jenis tanah
padaTabel 2.11 dan Gambar 2.12.